proposal leaky akuifer

19
Studi Transfer Antar Akuifer di Cekungan Air Tanah Bandung Melalui Fenomena Akuifer leakage 1. Latar Belakang Pengambilan air tanah pada lapisan akuifer tertekan di Cekungan Air Tanah Bandung telah menyebabkan penurunan muka air tanah. Pada awalnya pengeboran sumur dalam pada akuifer tertekan sebelum tahun 1980 menghasilkan sumur artesis di beberapa tempat. Namun akibat eksploitasi air tanah selama 2 dekade terakhir telah menyebabkan terjadinya penurunan muka air tanah dengan angka laju penurunan bervariasi di beberapa tempat antara 0,32 – 15,12 m/tahun (DGTLKP, 2002, dalam Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Jawa Barat, 2004). Kondisi tersebut semakin parah dengan kenyataan yang terjadi bahwa sebagian besar pengambilan air tanah dalam (akuifer tertekan) dilakukan oleh kalangan industri yang rata-rata mengambil air tanah dengan kuantitas cukup besar. Selama ini imbuhan air tanah pada akuifer tertekan seringkali hanya berdasar pada curah hujan yang dianggap sebagai faktor utama dan dominan sumber imbuhan. Jika anggapan tersebut benar maka jumlah imbuhan yang masuk ke dalam akuifer tertekan di cekungan bandung tidak bisa mengimbangi eksploitasi air tanah pada akuifer tersebut. Hal tersebut terjadi karena imbuhan akuifer terkekang terletak pada ketinggian 1050 – 1300 mdpl Geyh (1990), jauh dari lokasi pengambilan air tanah oleh industri, dan untuk sampai lokasi tersebut memerlukan waktu ribuan tahun. Secara teori proses pengisian kembali akuifer tertekan membutuhkan waktu yang lama karena umumnya daerah imbuhannya terletak jauh dari lokasi sumur pengambilan. Kemungkinan adanya 1

Upload: munajat-nursaputra

Post on 02-Jan-2016

78 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

Proposal

TRANSCRIPT

Page 1: Proposal Leaky Akuifer

Studi Transfer Antar Akuifer di Cekungan Air Tanah

Bandung

Melalui Fenomena Akuifer leakage

1. Latar Belakang

Pengambilan air tanah pada lapisan akuifer tertekan di Cekungan Air

Tanah Bandung telah menyebabkan penurunan muka air tanah. Pada awalnya

pengeboran sumur dalam pada akuifer tertekan sebelum tahun 1980

menghasilkan sumur artesis di beberapa tempat. Namun akibat eksploitasi air

tanah selama 2 dekade terakhir telah menyebabkan terjadinya penurunan

muka air tanah dengan angka laju penurunan bervariasi di beberapa tempat

antara 0,32 – 15,12 m/tahun (DGTLKP, 2002, dalam Dinas Pertambangan dan

Energi Provinsi Jawa Barat, 2004). Kondisi tersebut semakin parah dengan

kenyataan yang terjadi bahwa sebagian besar pengambilan air tanah dalam

(akuifer tertekan) dilakukan oleh kalangan industri yang rata-rata mengambil

air tanah dengan kuantitas cukup besar.

Selama ini imbuhan air tanah pada akuifer tertekan seringkali hanya

berdasar pada curah hujan yang dianggap sebagai faktor utama dan dominan

sumber imbuhan. Jika anggapan tersebut benar maka jumlah imbuhan yang

masuk ke dalam akuifer tertekan di cekungan bandung tidak bisa

mengimbangi eksploitasi air tanah pada akuifer tersebut. Hal tersebut terjadi

karena imbuhan akuifer terkekang terletak pada ketinggian 1050 – 1300 mdpl

Geyh (1990), jauh dari lokasi pengambilan air tanah oleh industri, dan untuk

sampai lokasi tersebut memerlukan waktu ribuan tahun.

Secara teori proses pengisian kembali akuifer tertekan membutuhkan

waktu yang lama karena umumnya daerah imbuhannya terletak jauh dari

lokasi sumur pengambilan. Kemungkinan adanya lapisan akuitar yang terdapat

diantara akuifer tertekan dan akuifer tidak tertekan memberikan harapan

terjadinya aliran air dari akuifer tidak tertekan ke akuifer tertekan sehingga

mengurangi defisit air yang terjadi pada akuifer tersebut.

Dalam siklus hidrologi, perjalanan aliran air hingga mencapai akuifer

tertekan sangat panjang. Dimulai dari presipitasi ketika mencapai permukaan

tanah sebagian akan meresap ke dalam tanah (infiltrasi) sebagian lainnya

akan menjadi aliran permukaan (run off). Air yang meresap ke dalam tanah

1

Page 2: Proposal Leaky Akuifer

tersebut akan mencapai muka airtanah dan akhirnya dapat menambah

cadangan air tanah dan disebut imbuhan. Sebagian air tanah tersebut ada

yang mengalir pada akuifer yang terletak diantara lapisan

impermeabel/semipermeabel. Ketika head dari akuifer tersebut terletak di atas

lapisan impermeabel bagian atas akuifer maka akan terbentuk akuifer

tertekan, Sedangkan air tanah yang terletak dia atas lapisan impermeabel

dengan head yang bebas maka akan terbentuk akuifer tertekan.

Selama ini belum banyak dilakukan studi tentang imbuhan air tanah

pada akuifer tertekan yang disebabkan oleh adanya aliran inter akuifer melalui

fenomena leakage. Untuk itulah kontribusi imbuhan air tanah yang berasal

dari akuifer bebas ke akuifer tertekan perlu diteliti. Kontribusi tersebut dapat

berupa model alirannya serta potensi air tanah akuifer bebas yang menjadi

imbuhan air tanah tertekan.

2. Rumusan masalah

Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka dapat ditarik rumusan

masalah krisis air tanah pada akuifer tertekan yang ada di Cekungan Airtanah

Bandung adalah :

Bagaimana kontribusi air tanah pada akuifer bebas terhadap akuifer

tertekan

Berapa besar prosentasi air tanah dari leakage yang menjadi imbuhan

pada akuifer tertekan?

3. Tujuan

Adapun tujuan tulisan ilmiah ini adalah :

Membuktikan adanya aliran air tanah melalui fenomena leakage.

Memodelkan dan menghitung besar potensi air tanah akuifer bebas yang

menjadi imbuhan pada akuifer airtanah tertekan melalui mekanisme

leakage.

4. Lokasi Penelitian

Secara administrasi Cekungan Airtanah Bandung meliputi Kota Bandung,

Kota Cimahi dan Kabupaten Bandung. Secara astronomis posisi tersebut

berada pada 107° 14' 24.4212" – 107° 57' 1.9188" BT dan 6° 45' 34.3908" – 7°

17' 37.3164" LS. Luas Cekungan Bandung hasil perhitungan menggunakan WMS

2

Page 3: Proposal Leaky Akuifer

adalah 2,334 Km2, sedangkan berdasarkan hasil perhitungan IWACO & WASECO (1990)

sebesar 1.776 Km2.

Cekungan Bandung dibatasi oleh :

- Sebelah Utara : G. Burangrang,G. Tangkuban Perahu,G.Bukit Tunggul

- Sebelah Timur : G. Manglayang dan G.Mandalawangi

- Sebelah Selatan : G. Malabar, G. Mayang

- Sebelah Barat : G. Halu

3

Page 4: Proposal Leaky Akuifer

Sumber :LPPM ITB – Distamben Jabar, 2002.

Gambar 1. Cekungan Airtanah Bandung

4

Page 5: Proposal Leaky Akuifer

5

KONDISI AKTUAL CAT BANDUNG

Page 6: Proposal Leaky Akuifer

Gambar 2. Peta Zona Konservasi Airtanah Cekungan Bandung (Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Jawa Barat, 2002)

6

Page 7: Proposal Leaky Akuifer

5. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini merupakan studi kompehensif mengenai permodelan aliran

air tanah melalui fenomena leakage di Cekungan Air Tanah Bandung dan

pengaruhnya sebagai imbuhan air tanah pada akuifer tertekan yang dilakukan

melalui :

Observasi kondisi geologi dan hidrogeologi di lapangan.

Analisis Parameter hidrolik akuifer berdasarlan analisa pumping test pada

akuifer tertekan.

Observasi ketinggian head akuifer tidak tertekan dan akuifer tertekan.

Permodelan aliran air tanah akuifer leaky.

6. Asumsi

Beberapa asumsi yang diajukan dalam penelitian ini adalah :

Adanya eksploitasi air tanah pada akuifer tertekan telah menyebabkan

terjadinya krisis air tanah pada akuifer tersebut

Pada dasar akuifer tertekan dianggap impermeable sehingga tidak ada

aliran air dari akuifer tertekan keluar akuifer melalui dasar akuifer.

Pada masing-masing akuifer sifat fisik dan parameter hidrolik dianggap

homogen.

Kebocoran akuifer akibat konstruksi sumur yang salah atau sebab lainnya

diabaikan.

7. Hipothesa

Beberapa Hipothesa yang ada dalam penelitian ini adalah :

Aliran air tanah alami dari daerah imbuhan hasil presipitasi dikawasan

bandung bagian utara memerlukan waktu yang lama untuk sampai ke

lokasi pengambilan. Hal ini tentu saja tidak sebanding dengan eksploitasi

air tanah tertekan oleh kalangan industry yang berakibat deficit air tanah

pada akuifer tertekan. Masih tersedianya air tanah pada akuifer tertekan

kemungkinan disebabkan karena adanya aliran antar akuifer / leakage

yang terjadi dari akuifer bebas ke akuifer tertekan.

7

Page 8: Proposal Leaky Akuifer

Kurva hasil pengeplotan uji pemompaan di lapangan akan memberikan

karakteristik dan parameter hidroliknya akan memperlihatkan tipe akuifer

yang ada (akuifer leaky).

Perbandingan antara hasil pengukuran muka air tanah dangkal (akuifer

bebas) dan muka air tanah dalam (tertekan) akan menunjukkan

kemungkinan arah aliran.

8. Dasar Teori

8.1. Fenomena Leakage dan Leaky akuifer

Asumsi utama dari metode theiss non equilibirium adalah ketika air dipompa keluar

maka akuifer akan terisi kembali. Ada 3 jalan terisinya kembali akuifer tersebut yaitu aliran

dari akuifer itu sendiri, aliran langsung (dari akuifer tak tertekan) melalui lapisan pembatas

yang memiliki permeabilitas kecil dan pelepasan air oleh lapisan pembatas dengan

permeabilitas kecil tersebut. (Dominico dan Scwartz, 1990). Aliran langsung melalui

lapisan pembatas yang memiliki permebilitas kecil tersebut dikenal sebagai fenomena

leakage (bocor) dan lapisan pembatasnya disebut akuitar. Lapisan akuitar merupakan

lapisan yang dapat menyimpan air dan mengalirkan air dalam jumlah terbatas

Akuifer yang ditumpangi (dibatasi) oleh lapisan akuitar disebut akuifer bocor (leaky)

(Mendel dan Shiftan, 1981). Asumsi dalam aliran melalui fenomena leakage ini (Hantush,

1956, dan 1960, Mendel dan Shiftan, 1981, Freeze dan Chery, 1979) adalah :

- Storativitas lapisan akuitar diabaikan

- Muka air tanah pada akuifer bebas dianggap konstan selama

pemompaan

- Aliran air di akuitar bersifat vertikal dan akuifer di bawahnya dianggap

bersifat horisontal.

8

Page 9: Proposal Leaky Akuifer

Gambar 3. Aliran pada fenomena Leakage (Jacob, 1946)

8.2. Batasan tentang Imbuhan Air Tanah

Imbuhan airtanah didefinisikan secara umum (Lerner et all, 1990) sebagai aliran air

vertikal yang dominan ke bawah mencapai muka airtanah dan membentuk tambahan

cadangan airtanah. Artinya dari proses infiltrasi baik secara gravitasi maupun

karena adanya tekanan kapiler, air akan mencapai muka airtanah dan

akhirnya dapat menambah jumlah air tanah. Definisi ini menurut Rushton

(1988) dikatagorikan sebagai imbuhan airtanah aktual.

8.3. Imbuhan air tanah karena proses leakage

Rushton (1988) mencatat beberapa faktor yang mempengaruhi imbuhan air-tanah,

yaitu diantaranya adalah : faktor di permukaan tanah, faktor kondisi tanah, Faktor zone

tidak jenuh antara permukaan tanah dan akuifer dangkal, Faktor akuifer:, Faktor sungai-

sungai dan Faktor irigasi. Selain itu Rushton (1988) juga menambahkan adanya aspek

lain berupa Faktor kebocoran pipa air ledeng dan Faktor infiltrasi limbah air domestik. Dari

beberapa faktor ini yang dipandang merupakan sumber bagi imbuhan airtanah adalah:

curah hujan (sumber utama), sungai, irigasi, kebocoran air dari pipa air bersih serta

limbah domestik. Perhitungan imbuhan airtanah yang didasarkan pada neraca air,

seringkali hanya didasarkan pada curah hujan saja sebagai sumbernya dan hal ini

9

Page 10: Proposal Leaky Akuifer

dirasakan kurang akurat, karena kontribusi keempat faktor lainnya cukup signifikan,

seperti yang dijelaskan oleh Hall (1984). Faktor akuifer merupakan kemampuan akuifer

untuk menerima air dan variasi akuifer terhadap waktu dan berperanan penting terhadap

aliran interakuifer.

Aliran inter akuifer melalui fenomena leakage terjadi karena adanya beda head

antara akuifer tertekan dan akuifer bebas yang diantara keduanya dibatasi oleh lapisan

semi permeabel (akuitar). Perbedaan head tersebut dapat terjadi akibat gangguan berupa

pemompaan atau sebab lainnya. Bila head akuifer tertekan lebih tinggi maka akan terjadi

aliran leakage dari akuifer tertekan ke akuifer bebas, demikian pula sebaliknya bila head

akuifer tertekan lebih rendah dari akuifer bebas akan terjadi aliran leakage dari akuifer

bebas ke akuifer tertekan.

Akibat pengambilan air tanah yang tidak terkontrol pada akuifer tertekan

menyebabkan head akuifer tertekan menurun, selain itu untuk pengisian kembali

membutuhkan waktu yang lama karena daerah imbuhan akuifer tertekan terletak jauh dari

lokasi pengambilan. Aliran air tanah dari akuifer bebas yang masuk ke akuifer tertekan

melalui lapisan akuitar dapat menjadi imbuhan yang mengisi kekurangan air di akuifer

tertekan.

8.4. Parameter Hidrolik

8.4.1. Koefisien Kelulusan

Koefisien kelulusan (K) adalah kemampuan suatu lapisan tanah atau

batuan untuk melewatkan sejumlah air tanpa mengubah sifat-sifatnya.

Koefisien kelulusan ini sangat dipengaruhi oleh kesarangan (porositas) dan

sifat cairan yang melaluinya. Nilai K dapat ditentukan di laboratorium dengan

permeameter ataupun uji di lapangan dengan slug test dan uji pemompaan.

Pada penelitian ini metode yang akan dipakai adalah uji pemompaan.

Berdasarkan hukum Darcy koefisien kelulusan dinyatakan sebagai :

Dimana :

K = Koefisien kelulusan (LT-1)

Q = Volume air yang mengalir (L3T-1)

dh/dl = Landaian Hidrolik

A = Luas penampang (L2)

10

Page 11: Proposal Leaky Akuifer

8.4.2. Transmisivitas dan Koefisien Daya Simpan

Transmisivitas (T) adalah nilai yang menunjukkan banyaknya air yang

dapat mengalir melalui suatu bidang vertikal setebal akuifer serta selebar

satuan panjang atau sesuai persamaan :

Dimana :

T = Transmisivitas (L2T-1)

K = Koefisien kelulusan (LT-1)

b = Tebal akuifer (L)

Sedangkan koefisien daya simpan (S) adalah volume air yang dapat

dilepaskan atau disimpan setiap satuan luas permukaan akuifer dalam setiap

satuan perubahan tinggi (head).

Untuk mendapatkan nilai transmisivitas dan koefisien daya simpan

berdasarkan dari data uji pemompaan dapat dilakukan dengan beberapa

metode. Untuk akuifer tertekan dilakukan dengan metode theis atau Jacob

sedangkan akuifer bocor disini dilakukan dengan metode hantush.

Dimana :

Q = Debit (L3T-1)

T = Transmisivitas (L2T-1)

(h0 – h)

= Penurunan (drowdown) per satu siklus log (L)

W(u,r/B) = Fungsi sumur (dari kurva baku hantush, 1956)

S = Koefisien daya simpan (tidak berdimensi)

t = Waktu pemompaan (T)

r = Jarak radial dari sumur (L)

u = Konstanta (dari kurva baku)

8.4.3. Faktor kebocoran

11

Page 12: Proposal Leaky Akuifer

Faktor kebocoran dapat dihitung dengan menggunakan persamaan (Hantush,

1956):

Dengan mensubstitusikan kedua persamaan tersebut diperoleh :

Lc = Koefisien kebocoran

T = Transmisivitas (L2T-1)

K’ = Konduktivitas Hidrolik lapisan akuitar ((L2T-1)

b’ = Tebal lapisan akuitar (L)

B = Konstata dari kurva baku (r/B)

t = Waktu pemompaan (T)

9. Metodologi

9.1. Studi Literatur

Studi literatur meliputi inventarisasi hasil kajian ilmiah peneliti-peneliti

sebelumnya yang menyangkut Cekungan Airtanah Bandung. Kajian tersebut

meliputi kondisi geologi, topografi, morfologi, hidrologi, geohidrologi, dan

eksplorasi airtanah. Hasil dari kajian-kajian tersebut akan dijadikan sebagai

pedoman, sehingga sifatnya nanti akan meneruskan kajian terkait yang sudah

ada.

Berdasar studi dari IWACO & WASECO (1990), airtanah dalam mendapatkan

imbuhan yang terjadi pada lereng-lereng gunung atau pegunungan di sekitar Bandung.

Aliran total ke dalam airtanah CAT Bandung diperkirakan berkisar antara 4 – 5 m3/det.

Jumlah itu diperkirakan secara kasar sebesar 5 – 10 % dari curah hujan tahunan.

Pengujian oleh Geyh (1990) terhadap isotop stabil δ18O dan δ2H serta 44 perconto

air dari sumurbor dan mataair yang tersebar di CAT Bandung mengindikasikan bahwa,

daerah imbuh airtanah CAT Bandung terletak di Utara CAT Bandung pada ketinggian

1050 s.d. 1300 mdpl. Sedangkan berdasar uji isotop 14C dapat diketahui bahwa, airtanah

12

Page 13: Proposal Leaky Akuifer

menjadi relatif lebih muda ke arah Barat CAT Bandung. Di bagian Timur umur airtanah

diperkirakan sampai 10.670 tahun.

Berdasar studi kualitas airtanah yang dilakukan oleh Sukrisno dkk (1993) dapat

diketahui bahwa imbuhan airtanah umumnya terjadi di lokasi dengan topografi yang

cukup tinggi. Imbuhan bagi airtanah dalam di CAT Bandung umumnya melalui bocoran

akuifer atau aquifer leakage dari airtanah dangkal dan terjadi di daerah-daerah dengan

topografi yang cukup tinggi.

9.2. Pengukuran data di Lapangan

Direncanakan penelitian akan dilakukan dengan menggunakan pengukuran head

Langsung dan uji pemompaan. Pengukuran head dilakukan terhadap head akuifer

bebas dan akuifer tertekan tujuannya untuk memperkirakan kemungkinan arah aliran

leakage.

Selain pengukuran Head juga akan dilakukan pumping test terhadap sumur bor

dalam yang mengambil air tanah pada akuifer tertekan/leaky. Uji pemompaan ini

dilakukan pada sumur pengamat untuk memperoleh data penurunan head (drawdown)

versus waktu pemompaan.

9.3. Analisis data lapangan

Data-data yang diperoleh dilapangan selanjutnya diplot ke dalam kertas log-log

dan dibuat kurva penurunan head (drawdown) versus waktu pemompaan, Selanjutnya

dilakukan matching antara kurva head versus drawdown dengan kurva baku Hantush.

Keberadaan akuifer leaky akan terlihat dengan kenampakan kurva yang khas.

Selanjutnya parameter hidrolik akan dapat dihitung.

Tabel 1. Contoh data yang diambil dari lapangan (Dawson and Istok, 1991)

13

Page 14: Proposal Leaky Akuifer

Gambar 4. Pengeplotan hasil pengukuran di lapangan ke dalam Kurva Baku Hantush (Dawson and Istok, 1991).

9.3. Analisis data dan pembuatan model aliran leakage

Model Aliran leakage pada CAT Bandung dibangun dengan bantuan

perangkat lunak Modflow 3.0 dengan melibatkan parameter hidrolik dan head

sebagai input dikorelasikan dengan data sekunder yang ada (kondisi geologi,

hidrogeologi, dan sebagainya).

14

DATA SEKUNDER

PENGUMPULAN DATA PRIMER

KAJIAN PUSTAKA- PETA GEOLOGI REGIONAL- PETA HIDROGEOLOGI REGIONAL- PETA HIDROGEOLOGI IWACO- DATA PENELITI SEBELUMNYA- DATA LOKASI SUMUR BOR- DATA PENGAMBILAN AIRTANAH- DATA MAT- DATA LOG BOR

PERUMUSAN MASALAH

PENENTUAN PARAMETER

PENGUKURAN MAT- AKUIFER BEBAS- AKUIFER TERTEKAN

UJI PEMOMPAAN- AKUIFER TERTEKAN

Page 15: Proposal Leaky Akuifer

Gambar 3. Diagram alur penelitian

10. Indikator Keberhasilan (Target Capaian)

Target yang akan dicapai dari penelitian ini adalah :

Terbukti adanya aliran leakage di Cekungan Air Tanah Bandung Kontribusi aliran leakage terhadap imbuhan air tanah bagi akuifer

tertekan. Pengembangan imbuhan inter akuifer bagi krisis air tanah dalam di

bandung

11. Jadwal Kegiatan

TAHAPAN BULANOKT ’08 NOV ’08 DES’ 08 JAN ’09 FEBR ’09 MART ’09

Penyusunan ProposalStudi literaturPemerolehan data lapanganPemrosesan dataAnalisa dataPenyusunan tulisan

Bimbingan

Daftar Pustaka

15

MODEL ALIRAN LEAKY DALAM SUMUR(SATU TITIK)

ANALISIS

MODEL ALIRAN LEAKY DALAM CAT BANDUNG

PENENTUAN KARAKTERISTIK FISIK / HIDROLIK AKUIFER

KORELASI DAN ANALISA DATA DENGAN PERANGKAT LUNAK MODFLOW 3.0

Page 16: Proposal Leaky Akuifer

Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Jawa Barat, 2004, Pemantauan Kondisi Airtanah Cekungan Bandung-Soreang, Bogor dan Bekasi-Kerawang.

De Wiest R.J.M., 1961, On the Theory of Leaky Aquifers, Journal of Geophysical Research, Volume 66, No. 12.

De Wiest R.J.M, 1962, Flow to an Eccentric Well in A Leaky Circular Aquifer With Varied Lateral Replenishment, Journal of Geophysical Research, --.

Geyh, M.A. (1990), Isotopic Hydrological Study in the Bandung Basin – Indonesia, Project Report No. 10, Directorate of Environmental Geology.

Hantush, M.S., and Jacobs, C.E., 1954, Plane Potential Flow of Ground Water With Linear Leakage Transaction, American Geophysical Union, Volume 35, Number 6.

Hantush, M.S., and Jacobs, C.E., 1955, Non-Steady Radial Flow in Infinite Leaky Aquifer Transaction, American Geophysical Union, Volume 36, Number 1.

Hantush, M.S., and Jacobs, C.E., 1955, Non-Steady Green’s Function for an Infinite Strip of Leaky Aquifer, Transaction, American Geophysical Union Volume 36, Number 1.

Hantush, M.S., 1956, Analysis of Data from Pumping Test in Leaky Aquifers, Transaction, American Geophysical Union, Volume 36, Number 1.

Hantush, M.S., 1959, Non Steady Flow to Flowing Wells in Leaky Aquifer, Journal of Geophysical Research, Volume 64, No. 8.

Hantush, M.S., 1959, Modification of the Theory Leaky Aquifers, Journal of Geophysical Research, Volume 65, No. 11.

Hantush, M.S., 1967, Flow to Wells in Aquifer in Aquifers Separated by a Semipervious Layer, Journal of Geophysical Research, Volume 72, No. 6.

Harrera, I., 1970, Theory of Multiple Leaky Aquifers, Water Resources Research, Volume 6, No. 1.

Harrera, I., 1973, Integrodifferential Equations for Systems of Leaky Aquifers and Applications – The Nature of Approximate Theories -, Water Resources Research, Volume 9, No. 4.

IWACO,(1989), Reconaissance of Environmental Aspects Related to Groundwater Resources in West Java, Special Report: West Java provincial Water Sources Master Plan for Water Supply, Directorate General of Human Settlement, Ministry of Public Works.

IWACO & WASECO, (1990), West Java Provincial Water Sources Master Plan for Water Supply – Volume A: Groundwater Resources, Project Report of Cooperative Work between The Government of Indonesia and The Government of Netherlands.

Jacob, C.E, 1946, Radial Flow in a Leaky Artesian Aquifer, Transaction, American Geophysical Union, Volume 27, Number 11.

Lai, R.Y.S., and Su, C.W, 1974, Non Stady Flow to a Large Well in Leaky Aquifer, Journal of Hydrology, No. 22, North-Holland Publishing Company, Amsterdam.

16

Page 17: Proposal Leaky Akuifer

Lerner, D.N. & Issar, A.S. & Simmers, I.,(1990), Groundwater Recharge – a Guide to Understanding and Estimating Natural Recharge, International Associatin of Hydrogeologists.

Marino, M.A., and Yeh, W.W.G, 1973, A Discrete Space Continous Time Modeling Approach to Non Steady Flow in a Leaky Aquifer System of Finite Configuration, Journal of Hydrology, No. 20, North-Holland Publishing Company, Amsterdam.

Neuman S.P., and Witherspoon P.A., 1968, Theory of Flow in Aquicludes Adjacent to Slightly Leaky Aquifers, Water Resources Research, Volume 4, No. 1.

Neuman S.P., and Witherspoon P.A., 1969, Applicability of Current Theories of Flow in Leaky Aquifers, Water Resources Research, Volume 5, No. 4.

Rushton, K.R., (1988), Numerical and Conceptual Models for Recharge Estimation in Arid and Semiarid Zones, In: Simmers et all (1990).

Streltsova, T.D., 1973, On the Leakage Assumption Applied to Equations of Groundwater Flow, Journal of Hydrology, No. 20, North-Holland Publishing Company, Amsterdam.

Sukrisno & Wagner, W & Rosadi, D.,(1993), Groundwater Quality and Protection in Selected Parts of the Bandung Basin, Project Report No. 29, Project CTA 108, Cooperative Work between Directorate Environmental Geology and German Environmental Geology Advisory Team for Indonesia.

Worthington, P.F., 1981, Estimation of The Transmissivity of Thin Leaky-Confined Aquifers from Single-Well Pumping Tests, Journal of Hydrology, No. 49, North-Holland Publishing Company, Amsterdam.

17