proposal inspeksi k3 terhadap sanitasi dan lingkungan kerja di rumah sakit.doc

42

Click here to load reader

Upload: winda-fitri-rahayu

Post on 03-Feb-2016

352 views

Category:

Documents


145 download

TRANSCRIPT

Page 1: Proposal inspeksi K3 terhadap sanitasi dan lingkungan kerja di rumah sakit.doc

INSPEKSI K3 TERHADAP SANITASI DAN LINGKUNGAN KERJA DI

RUMAH SAKIT PUPUK KALTIM

Proposal diajukan sebagai salah satu syarat untuk memenuhi tugas Metode Penelitian

yang di bimbing oleh : DR. Didik Hadiyatno,SE.,M.SI

Disusun Oleh :

Nama : Eman Sonda

NPM : 13.11.106.701501.0970

PROGRAM STUDI DIPLOMA IV

JURUSAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

UNIVERSITAS BALIKPAPAN

2015

Page 2: Proposal inspeksi K3 terhadap sanitasi dan lingkungan kerja di rumah sakit.doc

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat ALLAH SWT, karena dengan izin dan

ridhonya proposal penelitian ini dapat diselesaikan. Sholawat serta salam semoga tetap

dilimpahkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW.Yang telah membawa

kedamaian dan rahmat bagi semesta alam.

Proposal penelitian ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah metodelogi

penelitian dan terimakasih saya ucapkan kepada dosen mata kuliah

metode penelitian Universitas Balikpapan (UNIBA) DR. Didik Hadiyatno,SE.,M.SI

yang senantiasa memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis. proposal yang

mengambil judul atau kajian tentang “ Inspeksi K3 terhadap Sanitasi dan Lingkungan

Kerja di Rumah sakit Pupuk Kaltim”.

Penulis menyadari akan kekurangan dalam penyusunan proposal penelitian ini,

oleh karena itu bimbingan dan arahan dari berbagai pihak sangat penting demi hasil

penelitian yang lebih baik.

Saya berharap Proposal ini sedikit banyaknya memberi manfaat khususnya bagi

penyusun sendiri umumnya bagi semuanya.

Balikpapan 10 Juni 2015

Page 3: Proposal inspeksi K3 terhadap sanitasi dan lingkungan kerja di rumah sakit.doc

EMAN SONDA

DAFTAR ISI

Cover …………………………………………………....……………………………I

Kata Pengantar………………………………………….....………………………….II

Daftar Isi………………………………………………......………………………….III

BAB I PENDAHULUAN

1..1 Latar Belakang ……………………………………………………...1-5

1.2 Rumusan Masalah ……………………………………………….........5

1.3. Tujuan Penelitian ………………………………………………..........5

1.4 Manfaat Penelitian ………………………………………………........6

1.5 Hipotesis Penelitian ………………………………………………...6-7

1.6 Sistematika Penelitian……………………………………………........7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Kesehatan Keselamatan Kerja (k3)……………………..…8

2.2 Kecelakaan Kerja…………………………………………………....8-9

2.3 Penyakit Akibat Kerja……………………………………………...9-13

2.4 Pengertian Inspeksi K3………………………………………….........13

2.5 Tujuan Inspeksi K3…………………………………………………...13

2.6 Manfaat Inspeksi K3……………………………………………....13-14

2.7 Jenis Inspeksi K3……………………………………………………..14

2.8 Sanitasi dan Lingkungan Kerja……………………..…………......14-15

2.9 Upaya Pencegahan Dan Pengendalian………...……………….....15-19

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Pengertian Metode Penelitian………………………….……………..20

3.2 Kerangka konsep …………………………………………………20-22

3.3 Populasi Dan Sampel………………………………………………...23

3.4 Definisi Operasional……………………………………………...23-24

3.5 Alat Analisis………….………………………………………...….…24

Page 4: Proposal inspeksi K3 terhadap sanitasi dan lingkungan kerja di rumah sakit.doc

DAFTAR PUSTAKA……………......…………………………………………….…25

Page 5: Proposal inspeksi K3 terhadap sanitasi dan lingkungan kerja di rumah sakit.doc

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Menurut buku panduan dalam Pelatihan enam hari untuk Leadhand dan

Foreman yang dilaksanakan oleh PT. Freeport Indonesia mengatakan bahwa

Inspeksi keselamatan kerja bertujuan meniadakan kecelakaan dengan jalan

mengamati penyebab kecelakaan sedini mungkin dan segera melakukan

pembetulan sebelum kecelakaan terjadi. Setiap inspeksi keselamatan kerja harus

mampu mengamati baik kondisi yang berbahaya maupun tindakan yang tidak

aman.

Hampir sama seperti apa yang dikemukakan dalam definisi tadi bahwa

inspeksi merupakan tindakan pencegahan terhadap terjadinya kecelakaan dan

penyakit akibat kerja melalui pemeriksaan rutin dan pengamatan kondisi-kondisi

yang tidak aman.Melalui inspeksi keselamatan kerja tidak hanya unsafe condition

dan unsafe action saja yang diamati, tetapi justru bahaya- bahaya yang terselebung

dibalik kedua kondisi tersebut perlu ditelusuri dan diungkapkan (Alkon, 1998).

Pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah salah satu bentuk

upaya untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari pencemaran

lingkungan, sehingga dapat mengurangi dan atau bebas dari kecelakaan kerja dan

penyakit akibat kerja yang pada akhirnya dapat meningkatkan efisiensi dan

produktivitas kerja.Kecelakaan kerja tidak saja menimbulkan korban jiwa maupun

kerugian materi bagi pekerja dan pengusaha, tetapi juga dapat mengganggu proses

produksi secara menyeluruh, merusak lingkungan yang pada akhirnya akan

berdampak pada masyarakat luas.

Penyakit Akibat Kerja (PAK) dan Kecelakaan Kerja (KK) di kalangan

petugas kesehatan dan non kesehatan kesehatan di Indonesia belum terekam

Page 6: Proposal inspeksi K3 terhadap sanitasi dan lingkungan kerja di rumah sakit.doc

2

dengan baik. Jika kita pelajari angka kecelakaan dan penyakit akibat kerja di

beberapa negara maju (dari beberapa pengamatan) menunjukan kecenderungan

Page 7: Proposal inspeksi K3 terhadap sanitasi dan lingkungan kerja di rumah sakit.doc

3

peningkatan prevalensi. Sebagai faktor penyebab, sering terjadi karena

kurangnya kesadaran pekerja dan kualitas serta keterampilan pekerja yang kurang

memadai. Banyak pekerja yang meremehkan risiko kerja, sehingga tidak

menggunakan alat-alat pengaman walaupun sudah tersedia. Dalam penjelasan

undang-undang nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan telah mengamanatkan

antara lain, setiap tempat kerja harus melaksanakan upaya kesehatan kerja, agar

tidak terjadi gangguan kesehatan pada pekerja, keluarga, masyarakat dan

lingkungan disekitarnya.

Setiap orang membutuhkan pekerjaan untuk memenuhi kebutuan hidupnya.

Dalam bekerja Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan faktor yang

sangat penting untuk diperhatikan karena seseorang yang mengalami sakit atau

kecelakaan dalam bekerja akan berdampak pada diri, keluarga dan lingkungannya.

Salah satu komponen yang dapat meminimalisir Kecelakaan dalam kerja adalah

tenaga kesehatan. Tenaga kesehatan mempunyai kemampuan untuk menangani

korban dalam kecelakaan kerja dan dapat memberikan penyuluhan kepada

masyarakat untuk menyadari pentingnya keselamatan dan kesehatan kerja.

Dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2003 tentang Kesehatan, Pasal 23

dinyatakan bahwa upaya Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) harus

diselenggarakan di semua tempat kerja, khususnya tempat kerja yang mempunyai

risiko bahaya kesehatan, mudah terjangkit penyakit atau mempunyai karyawan

paling sedikit 10 orang. Jika memperhatikan isi dari pasal di atas maka jelaslah

bahwa Rumah Sakit (RS) termasuk ke dalam kriteria tempat kerja dengan berbagai

ancaman bahaya yang dapat menimbulkan dampak kesehatan, tidak hanya terhadap

para pelaku langsung yang bekerja di RS, tapi juga terhadap pasien maupun

pengunjung RS. Sehingga sudah seharusnya pihak pengelola RS menerapkan

upaya-upaya K3 di RS.

Potensi bahaya di RS, selain penyakit-penyakit infeksi juga ada potensi

bahaya-bahaya lain yang mempengaruhi situasi dan kondisi di RS, yaitu

Page 8: Proposal inspeksi K3 terhadap sanitasi dan lingkungan kerja di rumah sakit.doc

4

kecelakaan (peledakan, kebakaran, kecelakaan yang berhubungan dengan instalasi

listrik, dan sumber-sumber cidera lainnya), radiasi, bahan-bahan kimia yang

berbahaya, gas-gas anastesi, gangguan psikososial dan ergonomi. Semua potensi

bahaya tersebut di atas, jelas mengancam jiwa dan kehidupan bagi para karyawan

di RS, para pasien maupun para pengunjung yang ada di lingkungan RS.

Dalam pekerjaan sehari-hari petugas keshatan selalu dihadapkan pada bahaya-

bahaya tertentu, misalnya bahaya infeksius, reagensia yang toksik , peralatan listrik

maupun peralatan kesehatan. Secara garis besar bahaya yang dihadapi dalam

rumah sakit atau instansi kesehatan dapat digolongkan dalam :

1. Bahaya kebakaran dan ledakan dari zat/bahan yang mudah terbakar atau

meledak (obat– obatan).

2. Bahan beracun, korosif dan kaustik .

3. Bahaya radiasi .

4. Luka bakar .

5. Syok akibat aliran listrik .

6. Luka sayat akibat alat gelas yang pecah dan benda tajam .

7. Bahaya infeksi dari kuman, virus atau parasit.

Pada umumnya bahaya tersebut dapat dihindari dengan usaha-usaha

pengamanan, antara lain dengan penjelasan, peraturan serta penerapan disiplin

kerja. Pada kesempatan ini akan dikemukakan manajemen keselamatan dan

kesehatan kerja di rumah sakit / instansi kesehatan.

Hasil laporan National Safety Council (NSC) tahun 2008 menunjukkan bahwa

terjadinya kecelakaan di RS 41% lebih besar dari pekerja di industri lain. Kasus

yang sering terjadi adalah tertusuk jarum, terkilir, sakit pinggang,

Page 9: Proposal inspeksi K3 terhadap sanitasi dan lingkungan kerja di rumah sakit.doc

5

tergores/terpotong, luka bakar, dan penyakit infeksi dan lain-lain. Sejumlah kasus

dilaporkan mendapatkan kompensasi pada pekerja RS, yaitu sprains, strains : 52%

;contussion, crushing, bruising : 11%; cuts, laceration, punctures:

10.8% ; fractures: 5.6% ;multiple injuries: 2.1%; thermal burns: 2%; scratches,

abrasions: 1.9%; infections: 1.3%; dermatitis: 1.2%; dan lain-lain: 12.4% (US

Department of Laboratorium, Bureau of Laboratorium Statistics, 1983).

Laporan lainnya yakni di Israel, angka prevalensi cedera punggung tertinggi

pada perawat (16.8%) dibandingkan pekerja sektor industri lain. Di Australia,

diantara 813 perawat, 87% pernah low back pain, prevalensi 42% dan di AS,

insiden cedera musculoskeletal 4.62/100 perawat per tahun. Cedera punggung

menghabiskan biaya kompensasi terbesar, yaitu lebih dari 1 milliar $ per tahun.

Khusus di Indonesia, data penelitian sehubungan dengan bahaya-bahaya di RS

belum tergambar dengan jelas, namun diyakini bahwa banyak keluhan-keluhan

dari para petugas di RS, sehubungan dengan bahaya-bahaya yang ada di RS.

Selain itu, tercatat bahwa terdapat beberapa kasus penyakit kronis yang

diderita petugas RS, yakni hipertensi, varises, anemia (kebanyakan wanita),

penyakit ginjal dan saluran kemih (69% wanita), dermatitis dan urtikaria (57%

wanita) serta nyeri tulang belakang dan pergeseran diskus intervertebrae.

Ditambahkan juga bahwa terdapat beberapa kasus penyakit akut yang diderita

petugas RS lebih besar 1.5 kali dari petugas atau pekerja lain, yaitu penyakit

infeksi dan parasit, saluran pernafasan, saluran cerna dan keluhan lain, seperti sakit

telinga, sakit kepala, gangguan saluran kemih, masalah kelahiran anak, gangguan

pada saat kehamilan, penyakit kulit dan sistem otot dan tulang rangka.

Dari berbagai potensi bahaya tersebut, maka perlu upaya untuk

mengendalikan, meminimalisasi dan bila mungkin meniadakannya, oleh karena itu

K3 RS perlu dikelola dengan baik. Agar penyelenggaraan K3 RS lebih efektif,

Page 10: Proposal inspeksi K3 terhadap sanitasi dan lingkungan kerja di rumah sakit.doc

6

efisien dan terpadu, diperlukan sebuah pedoman manajemen K3 di RS, baik bagi

pengelola maupun karyawan RS.

1.2 RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan uraian di bagian latar belakang mengenai arti pentingnya

keselamatan dan kesehatan kerja bagi kemajuan Rumah sakit tentara maka

dirumuskan permasalahan sebagai berikut :

1. Bagaimana inspeksi k3 terhadap sanitasi dan lingkungan kerja di Rumah Sakit

Pupuk Kaltim ?

2. Apa manfaat pelaksanaan inspeksi k3 terhadap sanitasi dan lingkungan kerja di

Rumah Sakit Pupuk Kaltim ?

1.3 TUJUAN PENELITIAN

Tujuan yang ingin dicapai setelah melakukan penelitian berdasarkan

permasalahan adalah :

1. Tujuan umum

a. Untuk mengetahui Pentingnya inspeksi k3 terhadap sanitasi dan

lingkungan kerja di rumah sakit Pupuk Kaltim

b. Manfaat pelaksanaan inspeksi k3 terhadap sanitasi dan lingkungan kerja

di Rumah Sakit Pupuk Kaltim

2. Tujuan khusus

a. Untuk mengetahui manfaat pelaksanaan inspeksi k3 terhadap sanitasi

dirumah sakit Pupuk Kaltim

b. Untuk mengetahui manfaat pelaksanaan inspeksi k3 terhadap lingkungan

kerja di rumah sakit Pupuk Kaltim

Page 11: Proposal inspeksi K3 terhadap sanitasi dan lingkungan kerja di rumah sakit.doc

7

1.4 MANFAAT PENELITIAN

Adapun manfaat penelitian dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut :

1. Bagi responden

Hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan responden tentang

pentingnya k3 terhadap sanitasi dan lingkungan kerja di rumah sakit

2. Bagi institusi rumah sakit

Sebagai masukan agar dapat meningkatakan kualitas kesadaran pentingnya

inspeksi k3 terhadap sanitasi dan lingkungan kerja di rumah sakit sehingga

pelanyanan di rumah sakit dapat dicapai lebih optimal.Serta mencegah

terjadinya kecelakaan kerja, dan melindungi karyawan dari penyakit akibat

kerja.

3. Bagi institusi pendidikan

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu sumber data dan

informasi mengenai Pentingnya k3 terhadap sanitasi dan lingkungan kerja di

rumah sakit

4. Bagi peneliti

Memberikan wawasan yang berarti dan nyata khususnya tentang pentingnya

k3 terhadap sanitasi dan lingkungan kerja di rumah sakit.

5. Bagi Pasien dan Pengunjung

Meningkatkan mutu pelayanan yang baik untuk kepuasaan pasien dan

pengunjung.

1.5 HIPOTESIS PENELITIAN

Hipotesis merupakan kebenaran sementara yang ditentukan peneliti, dan

masih harus dibuktikan, dites/diuji kebenarannya .Apakah Pentingnya inspeksi K3

terhadap efesiensi dan efektifitas kerja dirumah sakit tentara Balikpapan.

Dari gambaran diatas dapat diajukan hipotesisnya sebagai berikut :

H0 : Adanya pengaruh positif inspeksi k3 terhadap sanitasi

Page 12: Proposal inspeksi K3 terhadap sanitasi dan lingkungan kerja di rumah sakit.doc

8

H1 : Adanya pengaruh positif Inspeksi k3 terhadap lingkungan kerja

H2 : Adanya pengaruh positif Inspeksi k3 terhadap sanitasi dan lingkungan

kerja.

1.6 SISTEMATIKA PENELITIAN

Dalam penulisan proposal ini yang merupakan laporan dari hasil

penelitian,direncanakan terdiri dari 3 (tiga) bab, masing-masing bab berisi:

BAB I : PENDAHULUAN

Dalam bab ini berisi latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat

penelitian dan sistematika penulisan

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Dalam bab ini berisi teori-teori yang mendasari masalah yang akan diteliti,

penelitian terdahulu dan kerangka pemikiran.

BAB III : METODOLOGI PENELITIAN

Dalam bab ini menjelaskan tentang jenis penelitian, pendekatan penelitian, tempat

dan waktu penelitian, subjek penelitian, objek penelitian, metode pengumpulan

data serta, metode dan alat analisis data.

Page 13: Proposal inspeksi K3 terhadap sanitasi dan lingkungan kerja di rumah sakit.doc

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 PENGERTIAN KESEHATAN KESELAMATAN KERJA (K3)

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah suatu program yang dibuat

pekerja maupun pengusaha sebagai upaya mencegah timbulnya kecelakaan akibat

kerja dan penyakit akibat kerja dengan cara mengenali hal yang berpotensi

menimbulkan kecelakaan dan penyakit akibat kerja serta tindakan antisipatif

apabila terjadi kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Tujuannya adalah untuk

menciptakan tempat kerja yang aman ,sehat sehingga dapat menekan serendah

mungkin resiko kecelakaan dan penyakit.

Dasar Hukum K3 yang utama adalah Pasal 5, 20 dan 27 ayat (2) UUD 1945

kemudian diteruskan dengan UU no. 1 tahun 1970, Undang-undang ini membahas

tentang KESELAMATAN KERJA. dari Undang-Undang tersebut diteruskan

dengan permen, PP, SE, undang-undang daerah dan lain sebagainya.

2.2 PENGERTIAN KECELAKAAN KERJA

Kecelakaan adalah kejadian yang tidak terduga dan tidak diharapkan. Tak

terduga karena di belakan peristiwa itu tidak terdapat unsur kesengajaan, lebihlebih

dalam bentuk perencanaan.Tidak diharapkan karena peristiwa kecelakaan disertai

kerugian material ataupun penderitaan dari yang paling ringan sampai yang paling

berat. Kecelakaan akibat kerja adalah kecelakaan berhubungan dengan hubungan

kerja pada perusahaan (Suma’mur, 1996).Kecelakan kerja adalah suatu kejadian

yang jelas tidak dikehendaki dan sering kali tidak terduga semula yang dapat

menimbulkan kerugian baik waktu, harta benda atau properti maupun korban jiwa

yang terjadi di dalam suatu proses kerja industri atau yang berkaitan dengannya.

Dengan demikian kecelakaan kerja mengandung unsur-unsur sebagai berikut:

Page 14: Proposal inspeksi K3 terhadap sanitasi dan lingkungan kerja di rumah sakit.doc

10

1) Tidak diduga semula, oleh karena dibelakang peristiwa kecelakaan tidak

terdapat unsur kesengajaan dan perencanaan.

2) Tidak di inginkan atau diharapkan, karena setiap peristiwa kecelakaan

kana selalu disetai kerugian baik fisik maupun mental.

3) Selalu menimbulkan kerugian dan kerusakan yang sekurang-kurangnya

menyebabkan gangguan proses kerja (Tarwaka, 2008).

2.3 PENYAKIT AKIBAT KERJA

Penyakit akibat kerja merupakan seuatu hambatan pada tingkat keamanan

dalam bekerja, dalam hal ini perlu adanya upaya pencegahan, baik untuk

keselamatan maupun kesehatan para pekerja yang ada di lingkungan rumah

sakit. Penyakit akibat kerja atau berhubungan dengan pekerjaan dapat

disebabkan oleh pemajanan di lingkungan kerja secara terus menerus setiap hari.

Untuk mengantisipasi hal ini, maka langkah awal yang penting adalah

pengenalan/identifikasi bahaya yang bisa timbul dan dievaluasi, kemudian

dilakukan upaya pengendalian dengan cara melihat dan mengenal (walk through

inspections).

Dalam lingkungan kerja seseorang dapat terganggu kesehatannya, dan

gangguan kesehatan akibat lingkungn kerja ini cukup banyak terjadi. Penyakit

akibat kerja salah satunya terjadi karena disebabkan kondisi lingkungan kerja

seperti udara dingin, panas, bising, bahan kimia, debu dan lain-lain. Gangguan

kesehatan pada pekerja juga dapat disebabkan oleh faktor yang berhubungan

dengan pekerjaan maupun faktor yang tidak berhubungan dengan pekerjaan.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa status kesehatan masyarakat pekerja

dipengaruhi tidak hanya oleh bahaya di lingkungan kerja tetapi juga oleh faktor

kesehatan pekerja yang akan berpengaruh pada prilaku pekerja yang tidak

konsentrasi.

Page 15: Proposal inspeksi K3 terhadap sanitasi dan lingkungan kerja di rumah sakit.doc

11

Berikut ini merupakan contoh penyakit  akibat  kerja yang merupakan penyebab

dari lingkungan kerja:

a. Faktor fisik

1. Suara tinggi yang bising melewati ambang batas normal dapat

menyebabkan ketulian

2. Tempratur tinggi dapat menyebabkan hyperpireksi, heat cramp,

heatstres.

3. Radiasi sinar elektromagnetik, radioaktif dapat menyebabkan katarak,

tumor dan lain-lain.

4. Tekanan udara yang tinggi dapat menyebabkan coison disease

5. Getaran dapat menyebabkan gangguan proses metabolism polineurutis,

gangguan syaraf.

6 Penerangan yang kurang dapat merusak penglihatan.

 b. Faktor Kimia

1. Bahan-bahan kimia yang masuk melalui saluran pernafasan yang dapat

membuat efek samping alergi, iritasi, korosif, asphyxia.

2. Debu yang dapat mengakibatkan pneumoconioses dan lain-lain

3. Uap dan gas beracun yang dapat menyebabkan keracunan

c. Faktor Biologis

Seperti bakteri, viral diseases, parasitic diseases dan lain-lain

d. Faktor Ergonomi

1. Posisi kerja, alat kerja yang tidak ergonomis, cara kerja yang salah,

konstruksi yang salah sehingga dapat memiliki efek kelelahan terhadap

tubuh.

Page 16: Proposal inspeksi K3 terhadap sanitasi dan lingkungan kerja di rumah sakit.doc

12

2. Angkat beban yang berat

3. Posisi statis

4. Posisi membungkuk yang tidak ergonomis

e. Faktor Mental Psikologis

1. Hubungan kerja, organisasi kerja, komunikasi social

2. Beban kerja mental kondisi penyakita pasien.

3. Kerja shift

Penyakit akibat kerja dan kecelakaan kerja  dikalangan petugas kesehatan

dan non kesehatan di lingkungan rumah sakit belum teratasi dengan baik,

sehingga terjadi kecenderungan peningkatan  prevalensi. Dalam hal ini perlu

mendapat perhatian, karena seseorang yang bekerja jika mengalami kecelakaan

atau penyakit akibat kerja bukan hanya berpengaruh pada diri sendiri, tetapi juga

produktifitas kerja menurun dalam pemberian pelayanan kesehatan yang

maksimal terhadap pasien.

Resiko petugas rumah sakit terhadap gangguan kesehatan dan kecelakaan

kerja pada umumnya disebabkan oleh prilaku petugas dalam kepatuhan

melaksanakan setiap prosedur terhadap kewaspadaan. Melihat hal di atas

tentunya kita perlu menyadari bahwa dalam lingkup pekerjaan di bidang

kesehatan mempunyai banyak resiko terhadap kesehatan pekerja. Tenaga kerja

(tenaga medis dan non medis) yang beresiko terhadap penyakit akibat kerja di

rumah sakit antara lain:

a. Perawat yang setiap hari kontak dengan pasien dalam waktu yang cukup

lama 6 sampai 8 jam perhari, sehingga selalu terpajan terhadap

mikroorganisme pathogen dapat membawa infeksi dari satu pasien ke

pasien yang lain. Hasil penelitian membuktikan bahwa tenaga kerja perawat

banyak ditemukan cedera sprain dan strain, nyeri pinggang, merupakan

keluhan terbanyak yang ditemukan pekerja perawat di rumah sakit. Luka

Page 17: Proposal inspeksi K3 terhadap sanitasi dan lingkungan kerja di rumah sakit.doc

13

sayat dan tusukan jarum yang tidak sesuai prosedur penggunaannya atau

pada saat pencucian instrument tajam yang beresiko tersayat.

b. Dokter dapat tertular penyakit dari pasien, terpapar bahan kimia anesthesi

halotan yang mudah menguap merembes menembus masker sehingga

menyebabkan gangguan somatic, nyeri kepala, mual sampai gangguan

fungsi saraf pusat. Robeknya sarung tangan dapat menyebabkan cedera

sayatan dan tusukan jarum.

c. Dokter gigi, tingginya kadar HBsAg dan anti HBC para dokter gigi

disbanding dengan petugas kesehatan lain, hal ini diduga sebagai pajanan

air ludah pasien, penyakit infeksi akibat kerja, pajanan dosis rendah seperti

merkuri, pajanan bahan penambal lubang gigi yang berkepanjagan dapat

menyebabkan gangguan gastrointestinal, lesu, anorexia. Nyeri punggung

juga sering dialami oleh karena posisi kerja yang tidak ergonomis.   

d. Petugas Gizi, sebagai penyaji diet atau makanan pasien, dalam hal ini

petugas gizi pada umumnya terpajan salmonella dari bahan mentah ikan,

daging dan sayuran  yang setiap hari terpapar sehingga beresiko terjadi

gangguan gastrointestinal.

e. Petugas Farmasi yan melayani pembelian dan penyediaan obat-obat pasien

segala penyakit, yang setiap hari akan menghirup bahan-bahan kimia segala

jenis obat-obatan yang merembes dan menembus masker, hal ini dapat

menyebabkan resiko keracunan.

f. Petugas Laboratorium yang setiap hari melakukan pemeriksaan darah, urin,

sputum, feses pasien dengan segala jenis penyakit sehingga akan beresiko

terpajan bakteri maupun virus yang berasal dari bahan objek pemeriksaan.

g. Petugas Radiologi, radiasi merupakan pajanan yang sangat berbahaya bagi

gangguan kesehatan pekerja, dalam hal ini perlu adanya petugas yang lebih

bertanggung jawab dalam upaya pengendaliannya.

Page 18: Proposal inspeksi K3 terhadap sanitasi dan lingkungan kerja di rumah sakit.doc

14

h. Petugas londri rumah sakit yang setiap hari terpajan dengan bahan linen

yang berasal dari bekas pakai pasien dengan segala jenis penyakit menular,

hal ini dapat menyebabkan  penyebaran bakteri maupun virus yang berasal

dari linen kotor. Bakteri dan virus menyebar pada saat petugas londri

melakukan seleksi jenis linen, sehingga sangat beresiko terhadap penyakit

gangguan pernafasan.

2.4 PENGERTIAN INSPEKSI K3

Inspeksi adalah sistem yang baik untuk menemukan suatu masalah dan

menaksir jumlah risiko sebelum terjadi accident dan kerugian lain yang dapat

muncul. (Bird, Frank E. and George L. Germain, 1990).

Inspeksi keselamatan kerja adalah suatu usaha untuk mendeteksi adanya

kondisi dan tindakan yang tidak aman dan segera memperbaikinya sebelum

kondisi dan tindakan sempat menyebabkan suatu kecelakaan.(Sucofindo,

1998).

2.5 TUJUAN INSPEKSI K3

1. Mengidentifikasi sumber-sumber bahaya potensial yang ada ditempat kerja,

2. Mengevaluasi tingkat risikoterhadap tenaga kerja,

3. mengendalikan sampai tingkat yang aman bagi keselamatan dan  kesehatan

tenaga kerja.

Inspeksi tidak ditujukan untuk mencari kesalahan orang, melainkan  untuk

menemukan dan menentukan lokasi bahaya potensial yang dapat mengakibat

kan kecelakaan dan penyakit akibat kerja. (Sahab Syukri Dr,1997).

2.6 MANFAAT INSPEKSI K3

A.Mencegah terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja.

B.Mencegah terjadinya tindakan yang tidak aman dari pekerja.

C.Memelihara kelancaran proses produksi.

Page 19: Proposal inspeksi K3 terhadap sanitasi dan lingkungan kerja di rumah sakit.doc

15

D.Meningkatkan produktivitas kerja

2.7 JENIS INSPEKSI K3

1. Inspeksi rutin : yaitu inspeksi yang dilakukan secara rutin, misalnya sebelum

pekerjaan dimulai.

2. Inspeksi Berkala : yaitu inspeksi yang dilakukan secara berkala dalam waktu

yang sudah ditentukan, misalnya inspeksi yang dilakukan setiap 6 bulan.

3. Inspeksi khusus : inspeksi yang dilakukan secara khusus, misalnya inspeksi yang

dilakukan pada saat terjadi kecelakaan.

2.8 PENGERTIAN SANITASI DAN LINGKUNGAN

2.8.1 Pengertian Sanitasi Rumah Sakit

Sanitasi adalah suatu cara untuk mencegah berjangkitnya suatu penyakit

menular dengan jalan memutuskan mata rantai dari sumber. Sanitasi

merupakan usaha kesehatan masyarakat yang menitikberatkan pada

penguasaan terhadap berbagai faktor lingkungan yang mempengaruhi derajat

kesehatan (Arifin, 2009).

Kesehatan lingkungan adalah: upaya perlindungan, pengelolaan, dan

modifikasi lingkungan yang diarahkan menuju keseimbangan ekologi pada

tingkat kesejahteraan manusia yang semakin meningkat (Arifin, 2009).

Kesehatan lingkungan rumah sakit diartikan sebagai upaya penyehatan

dan pengawasan lingkungan rumah sakit yang mungkin berisiko

menimbulkan penyakit dan atau gangguan kesehatan bagi masyarakat

sehingga terciptanya derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya

(Depkes RI, 2009).

2.8.2. Ruang Lingkup Kesehatan Lingkungan Rumah sakit

Adapun persyaratan kesehatan lingkungan rumah sakit berdasarkan

Permenkes No. 1204/Menkes/SK/X/2004 adalah meliputi : sanitasi

pengendalian berbagai faktor lingkungan fisik, kimiawi, biologi, dan sosial

Page 20: Proposal inspeksi K3 terhadap sanitasi dan lingkungan kerja di rumah sakit.doc

16

psikologi di rumah sakit. Program sanitasi di rumah sakit terdiri dari

penyehatan bangunan dan ruangan, penyehatan makanan dan minuman,

penyehatan air, penyehatan tempat pencucian umum termasuk tempat

pencucian linen, pengendalian serangga dan tikus, sterilisasi/desinfeksi,

perlindungan radiasi, penyuluhan kesehatan lingkungan, pengendalian infeksi

nosokomial, dan pengelolaan sampah/limbah (Depkes RI, 2004).

Upaya kesehatan lingkungan rumah sakit meliputi kegiatan-kegiatan

yang kompleks sehingga memerlukan penanganan secara lintas program dan

lintas sektor serta berdimensi multi disiplin, untuk itu diperlukan tenaga dan

prasarana yang memadai dalam pengawasan kesehatan lingkungan rumah

sakit (Depkes RI, 2004).

Pengertian efektivitas kerja didefinisikan oleh para ahli secara berbeda-

beda. Suatu organisasi yang berhasil dapat diukur dengan melihat pada sejauh

mana organisasi tersebut dapat mencapai tujuan yang sudah ditetapkan.

Pentingnya efektifitas organisasi dalam pencapaian tujuan-tujuan organisasi,

dan efektifitas adalah kunci dari kesuksesan suatu organisasi.

2.9 UPAYA PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN

Dalam manajemen, faktor manusia adalah yang paling menentukan. Manusia

yang membuat tujuan dan manusia pula yang melakukan proses untuk mencapai

tujuan. Tanpa ada manusia tidak ada proses kerja, sebab pada dasarnya manusia

adalah makhluk kerja. Oleh karena itu, manajemen timbul karena adanya orang-

orang yang berkerja sama untuk mencapai tujuan.

Manajemen tidak lepas dari SDM ( sumber daya aktif), koordinasi antar

manusia yang dikendalikan untuk mencapai tujuan merupakan proses manajemen

yang meliputi 5 (lima) elemen dasar sumber daya manusia :

1. Kegiatan sumber daya untuk mencapai tujuan,

2. proses dilakukan secara rasional,

Page 21: Proposal inspeksi K3 terhadap sanitasi dan lingkungan kerja di rumah sakit.doc

17

3. melalui manusia lain,

4. menggunakan metode dan teknik tertentu,

5. dalam lingkungan organisasi tertentu.

Prinsip-prinsip umum manajemen yang berkaitan dengan sumber daya manusia,

sebagai berikut:

1. Adanya pembagian kerja, kualitas anggota perlu diperhatikan baik fisik,

mental, pendidikan, pengalaman, keimanan,dan ketaqwaan kepada Tuhan

Yang Maha Esa

2. Disiplin, merupakan ketaatan, kepatuhan untuk mengikuti aturan yang

menjadi tanggung jawabnya

3. Kewenangan dan tanggung jawab setiap pekerja untuk melaksanakan

pekerjaannya sesuai pembagian tugas yang diberikan kepadanya

4. Memberi prioritas kepada kepentingan umum

5. Penggajian pegawai dan karyawan, sangat menentukan dalam kelancaran

tugas

6. Pusat kewenangan yang berdampak kepada perumusan pertanggungjawaban

dalam rangka mencapai tujuan

7. Mekanisme kerja dalam organisasi sehingga anggota tahu siapa yang menjadi

atasan dan bertanggung jawab kepada siapa dan sebaliknya

8. Keamanan

9. Inovasi, pengembangan inisiatif dari pekerja agar berkembang kearah

perubahan kemajuan

10. Semangat bekerja sama

Page 22: Proposal inspeksi K3 terhadap sanitasi dan lingkungan kerja di rumah sakit.doc

18

Hubungan manajemen dengan sumber daya manusia, merupakan proses usaha

pencapaian tujuan melalui kerjasama dengan orang lain untuk mencapai tujuan

(Marsum dkk, 2009).

Pengorganisasian usaha sanitasi rumah sakit harus mencerminkan fungsi dinamis

dengan wadah kegiatan terdiri dari unsur:

1. Pimpinan layanan sanitasi rumah sakit

2. Teknis sanitasi

3. Penunjang layanan sanitasi

Adapun tugas-tugas dalam sanitasi rumah sakit yaitu:

1. Mengembangkan prosedur rutin termasuk manual untuk pelaksanaannya.

2. Melatih dan mengawasi karyawan-karyawan tertentu termasuk petugas

cleaning service.

3. Membagi tugas dan tanggung jawab.

4. Melapor kepada atasan atau pimpinan rumah sakit.

Petugas yang berwenang dalam pelaksanaan usaha sanitasi rumah sakit

merupakan kunci dalam panitia/komite keamanan dan harus melaksanakan

tugasnya dalam pengawasan infeksi. Petugas harus melakukan suatu pengamatan

(surveilence) sanitasi yang efektif dan melaporkan pelaksanaan programnya

kepada pimpinan rumah sakit. Petugas sanitasi rumah sakit menentukan hasil

layanan yang paling dominan dalam usaha pelayanan sanitasi rumah sakit. Petugas

sebagai pemberi layanan kepada penderita dapat mempengaruhi proses

pengobatan. Hubungan psikobiososial penderita dengan petugas maupun dengan

pengunjung dapat mempengaruhi hasil penyembuhan, lebih-lebih apabila interaksi

faktor biopsikososial ini berproses dalam suasana lingkungan yang bersih, nyaman,

dan asri (Hapsari, 2010).

Tenaga sanitasi rumah sakit adalah unsur (provider) utama yang bertanggung

jawab terhadap layanan sanitasi rumah sakit. Upaya penyehatan lingkungan RS

meliputi kegiatan-kegiatan yang kompleks sehingga memerlukan tenaga dengan

kualifikasi sebagai berikut:

Page 23: Proposal inspeksi K3 terhadap sanitasi dan lingkungan kerja di rumah sakit.doc

19

1. Penanggung jawab kesehatan lingkungan di RS kelas 1 dan 2 yang setingkat

adalah seorang tenaga yang memiliki kualifikasi sanitarian serendah-

rendahnya berijazah sarjana (S1) di bidang kesehatan lingkungan, teknik

lingkungan, biologi, teknik kimia, dan teknik sipil.

2. Penanggung jawab kesehatan lingkungan di RS kelas 3 dan 4 dan yang

setingkat adalah tenaga yang memiliki kualifikasi sanitarian serendah-

rendahnya berijazah diploma (D3) dibidang kesehatan lingkungan.

3. Rumah sakit pemerintah maupun swasta yang sebagian kegiatan kesehatan

lingkungannya dilaksanakan oleh pihak ketiga, maka tenaganya harus

berpendidikan sanitarian dan telah mengikuti pelatihan khusus dibidang

kesehatan lingkungan rumah sakit yang diselenggarakan olehpemerintah atau

badan lain sesuai peraturan perundangan yang berlaku.

4. Tenaga sebagaimana yang dimaksud pada butir 1 dan 2, diusahakan

mengikuti pelatihan khusus di bidang kesehatan lingkungan rumah sakityang

diselenggarakan oleh pemerintah atau pihak lain terkait, sesuai dengan

peraturan perundangan yang berlaku (Depkes RI, 2004).

Tenaga pengelola limbah padat dan cair RS meliputi :

1. Tenaga pengelola limbah padat/sampah

a. Sampah dari tiap unit pelayanan fungsional dalam rumah sakit

dikumpulkan oleh tenaga perawat khususnya yang menyangkut

pemisahan sampah medis dan non medis, sedang ruang lain dapat

dilakukan oleh tenaga kebersihan.

b. Proses pengangkutan sampah dilakukan oleh tenaga sanitasi dengan

kualifkasi SMP ditambah latihan khusus.

c. Pengawasan pengelolaan sampah rumah sakit dilakukan oleh tenaga

sanitasi dengan kualifikasi D1 ditambah latihan khusus.

Page 24: Proposal inspeksi K3 terhadap sanitasi dan lingkungan kerja di rumah sakit.doc

20

2. Tenaga pengelola limbah cair

a. Tenaga pelaksana meliputi pengawas sistem plumbing dan operator

proses pengolahan

b. Kualifikasi tenaga untuk kegiatan tersebut dilakukan oleh tenaga sanitasi

dengan kualifikasi D1 ditambah latihan khusus

c. Kegiatan pengawasan dilakukan oleh tenaga sanitasi dengan kualifikasi

D3 atau D4 ditambah latihan khusus (Depkes RI, 2002)

Page 25: Proposal inspeksi K3 terhadap sanitasi dan lingkungan kerja di rumah sakit.doc

21

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 PENGERTIAN METODE PENELITIAN

Metode penilitian merupakan suatu cara untuk memperoleh kebenaran ilmu

pengetahuan atau pemecahan suatu masalah, pada darasnya menggunakan metode

ilmiah

Metode ilmiah adalah suatu cara menerapkan prinsip-prinsip logis terhadap

penemuan,pengesahan, dan penjelasan kebenaran. Dengan demikian maka

penelitaan pada dasarnya adalah proses penerapan metode ilmiah tersebut yang

hasilnya adalah ilmu (kebenaran).

Rancangan penelitian

Penilitian ini merupakan penelitian yang menekankan pada suatu

pengukuran /observasi dan wawancara secara langsung dimana variabel

Independen (Bebas) mempengaruhi variabel dependen (terikat), dilakukan untuk

mengetahui pentingnya inspeksi k3 terhadap sanitasi dan lingkungan kerja di

rumah sakit Pupuk Kaltim

3.2 KERANGKA KONSEP

Kerangka konsep merupakan suatu hubungan atau kaitan antara konsep

satu terhadap konsep yang lainnya dari masalah yang akan diteliti. Penelitian

ini dilakukan untuk membahas tentang Pentingnya inspeksi k3 terhadap

sanitasi dan lingkungan kerja di rumah sakit Pupuk Kaltim Bontang

Berdasarkan tinjauan pustaka yang telah dibahas maka secara sistematis

kerangka konsep digambarkan sebagai berikut

Page 26: Proposal inspeksi K3 terhadap sanitasi dan lingkungan kerja di rumah sakit.doc

22

3.2.1 Bagan Kerangka Konsep

: Yang diteliti

: Yang tidak diteliti

Sanitasi Dan Lingkungan

Faktor yang mempengaruhi Penyuluhan

KaryawanRumah sakit Pupuk Kaltim

Inspeksi k3

Page 27: Proposal inspeksi K3 terhadap sanitasi dan lingkungan kerja di rumah sakit.doc

23

Inspeksi k3

3.2.2 Kerangka Berfikir

Kerangka berpikir adalah sebuah pemahaman yang melandasi pemahaman-

pemahaman yang lainnya,   sebuah  pemahaman  yang  pa l ing  mendasa rd

an  menjad i  pondas i  bag i   se t i ap  pemikiran selanjutnya.

Dilakukan

Zero Accident

Kerugian menurun

Mutu Pelayanan yang optimal untuk kepuasan Pasien dan pengunjung

Macam Inspeksi

Tidak dilakukan

Kecelakaan kerja penyakit akibat kerja

Kerugian Meningkat

Tujuan Rumah Sakit tidak tercapai

Secara Langsung : wawancara

Tidak Langsung :Membagikan

check list

Page 28: Proposal inspeksi K3 terhadap sanitasi dan lingkungan kerja di rumah sakit.doc

24

3.3 POPULASI DAN SAMPEL

1. Populasi

Populasi merupakan suatu wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek

yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh

peneliti untuk dipelajari kemudian ditarik kesimpulannya, populasi bukan

hanya orang , tetapi juga objek dan juga benda- benda alam yang lain

Populasi dalam penilitian ini adalah semua tenaga kerja yang berkerja di

rumah sakit Pupuk Kaltim Bontang

2. Sampel

Sampel merupakan sebagian atau wakil dari populasi yang akan di teliti

sampel penelitian ini adalah Dokter, Perawat, Bidan

3.4 DEFINISI OPERASIONAL

Merupakan pembatas ruang lingkup atau variable-variabel yang diamati ,

variable-variabel tersebut diberibatasan atau (definisi oprasional), selain itu

bermanfaat untuk mengarahkan kepada pengukuran atu pengamatan terhadap

variable-variabel yang bersangkutan serta pengembangan instrument/alat ukur.

Variabel Penelitian.

1. Variabel Independent (bebas)

Variabel Independent merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang

menjadi suatu penyebab, terjadinya perubahan atau timbulnya variabel

dependen. Dalam hal ini yang menjadi Variabel independen adalah Inspeksi

K3

2. Variabe Dependen (terikat)

Page 29: Proposal inspeksi K3 terhadap sanitasi dan lingkungan kerja di rumah sakit.doc

25

Variabel Dependen Merupakan variable yang dipengaruhi oleh variabel

Independen Dalam hal ini yang menjadi Variabel Independen adalah

efesiensi dan efektifitas kerja.

3.4.1 Jangkauan Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di rumah sakit Pupuk Kaltim Bontang,

3.4.2 Waktu Penelitian

Proses penelitian dengan batas waktu maksimal 5 bulan dan dimulai

sejak januari 2015.

3.4.3 Teknik Pengumpulan Data

Data yang digunakan adalah data primer yaitu data yang diperoleh secara

langsung dari responden dengan melakukan wawancara (interview)

secara langsung kepada para pekerja dirumah sakit Pupuk Kaltim dan

observasi (pengamatan) secara langsung kepada para pekerja di rumah

sakit Pupuk Kaltim.

3.5 ALAT ANALISIS

Setelah data terkumpul nelalaui observasi dan wawancara selanjutnya adalah

analisa data yaitu melakukan tabulasi atau pengelompokan data sesuai dengan sub

variabel yang diteliti dan diolah dengan langkah-langkah sebagai berikut :

- Teknik analisis Kualitatif

Seperti telah disebutkan di muka, bahwa data kualitatif dilakukan dengan teknik

analisis kualitatif. Dalam teknik ini digunakan proses berfikir induktif, artinya

dalam pengujian hipotesis-hipotesis bertitik tolak dari data yang terkumpul

Page 30: Proposal inspeksi K3 terhadap sanitasi dan lingkungan kerja di rumah sakit.doc

26

kemudian disimpulkan. Proses berfikir induktif dimulai dari keputusan-keputusan

khusus (Data yang terkumpul) kemudian disimpulkan secara umum.

DAFTAR PUSTAKA

1. https://pamabilia.files.wordpress.com/2011/12/fix.pdf

2. K3 di Rumah sakit

http://centrasafety.com/keselamatan-dan-kesehatan-kerja-di-rumah-sakit/

3. Laporan khusus

http://eprints.uns.ac.id/5739/1/106132210200908271.pdf

4. Peranan k3 di Rumah sakit

http://abrarenvirolink.blogspot.com/2010/03/peranan-k3-di-rumah-sakit-

instansi.html

5. Inspeksi k3

http://yusufbrofifteen.blogspot.com/2012/06/inspeksi-k3.html

6. Panduan Dasar k3

http://qhseconbloc.files.wordpress.com/2011/07/panduan-dasar-k3.pdf

7. Buku Modul Kesehatan keselamatan kerja tentang inspeksi keselamatan kerja.

8. Pengertian k3

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/32328/6/Abstract.pdf

9. Pengertian sanitasi dan lingkungan

http:// repository.usu.ac.id/bitstream/.../4/Chapter%20II.pdf