proposa gambaran pengetahuan ibu tentang cara menyusui di desa hongoa kecamatan pondidaha kabupaten...

36
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menyusui adalah suatu proses alamiah. Berjuta- juta ibu di seluruh dunia berhasil menyusui bayinya tanpa pernah membaca buku tentang ASI bahkan ibu yang buta huruf pun dapat menyusui anaknya dengan baik. Walaupun demikian dalam lingkungan kebudayaan kita saat ini melakukan hal yang alamiah tidaklah selalu mudah (Utami Roeli, 2000). Pemberian ASI yang baik adalah sesuai kebutuhan bayi istilahnya on demand, kalau ASI diberikan pada saat anak sudah menangis sebenarnya itu sudah terlambat karena sudah kelamin. Keberhasilan menyusui harus diawali dengan kepekaan terhadap waktu yang tepat saat pemberian ASI. Kalau diperhatikan sebelum sampai menangis bayi sudah bisa memberikan tanda-tanda kebutuhan akan ASI berupa gerakan-gerakan memainkan mulut dan lidah atau tangan di mulut. Ketepatan waktu saja tidak cukup, tak jarang kegagalan dalam menyusui terjadi. Kegagalan biasanya disebabkan karena tehnik dan posisi yang kurang tepat bukan karena produksi ASI- nya yang sedikit. Kegagalan teknis menyusui bisa terjadi karena bayi yang bersangkutan pernah

Upload: andi-lee-teaser

Post on 28-Oct-2015

568 views

Category:

Documents


7 download

TRANSCRIPT

Page 1: Proposa Gambaran Pengetahuan Ibu Tentang Cara Menyusui Di Desa Hongoa Kecamatan Pondidaha Kabupaten Konawe

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menyusui adalah suatu proses alamiah. Berjuta-juta ibu di seluruh dunia

berhasil menyusui bayinya tanpa pernah membaca buku tentang ASI bahkan

ibu yang buta huruf pun dapat menyusui anaknya dengan baik. Walaupun

demikian dalam lingkungan kebudayaan kita saat ini melakukan hal yang

alamiah tidaklah selalu mudah (Utami Roeli, 2000).

Pemberian ASI yang baik adalah sesuai kebutuhan bayi istilahnya on

demand, kalau ASI diberikan pada saat anak sudah menangis sebenarnya itu

sudah terlambat karena sudah kelamin. Keberhasilan menyusui harus diawali

dengan kepekaan terhadap waktu yang tepat saat pemberian ASI. Kalau

diperhatikan sebelum sampai menangis bayi sudah bisa memberikan tanda-

tanda kebutuhan akan ASI berupa gerakan-gerakan memainkan mulut dan

lidah atau tangan di mulut. Ketepatan waktu saja tidak cukup, tak jarang

kegagalan dalam menyusui terjadi. Kegagalan biasanya disebabkan karena

tehnik dan posisi yang kurang tepat bukan karena produksi ASI-nya yang

sedikit. Kegagalan teknis menyusui bisa terjadi karena bayi yang

bersangkutan pernah menggunakan dot (www.tabloidnakita.com).

Kendala terhadap pemberian ASI telah teridentifikasi, hal ini mencakup

faktor - faktor seperti kurangnya informasi dari pihak perawat kesehatan bayi,

praktik-praktik rumah sakit yang merugikan seperti pemberian air dan

suplemen bayi tanpa kebutuhan medis, kurangnya perawatan tindak lanjut

pada periode pasca kelahiran dini, kurangnya dukungan dari masyarakat luas

(Maribeth Hasselquist, 2006).

Seorang ibu dengan bayi pertamanya mungkin akan mengalami

berbagai masalah, hanya karena tidak mengetahui cara-cara yang sebenarnya

sangat sederhana, seperti cara menaruh bayi pada payudara ketika menyusui,

isapan yang mengakibatkan puting terasa nyeri dan masih banyak lagi

Page 2: Proposa Gambaran Pengetahuan Ibu Tentang Cara Menyusui Di Desa Hongoa Kecamatan Pondidaha Kabupaten Konawe

masalah lain. Untuk itu seorang ibu butuh seseorang yang dapat

membimbingnya dalam merawat bayi termasuk dalam menyusui.

Orang yang dapat membantunya terutama adalah orang yang

berpengaruh besar dalam hidupnya atau disegani seperti suami, keluarga atau

kerabat atau kelompok ibu-ibu pendukung ASI dan dokter atau tenaga

kesehatan. Untuk mencapai keberhasilan menyusui diperlukan pengetahuan

mengenai tehnik-tehnik menyusui yang benar (Soetjingsih, 1997).

Jumlah bayi di Kabupaten Konawe ada 21.795 bayi, yang di beri ASI

Ekslusif 8.185 (37,55%) (Profil Kesehatan Kabupaten Konawe, 2005). Di

desa Ahuawatu dengan jumlah penduduk wanita 1.891 dan jumlah bayi

sebanyak 85 bayi. Dari data di atas, terdapat jumlah bayi di Kecamatan

Pondidaha sebanyak 718 bayi dan 1.430 orang ibu yang menyusui. Di Desa

Ahuawatu terdapat 85 bayi dengan sasaran ibu yang menyusui sebanyak 170

orang. Berdasarkan hasil prasurvei pada periode bulan (Desember 2009 -

Februari 2010) di Desa Ahuawatu terdapat 58 orang ibu menyusui yang

terbagi dalam 4 dusun yaitu Dusun 1 terdapat : 23 orang ibu menyusui, dari

23 orang ibu menyusui yang mengalami masalah seperti puting susu lecet ada

1 orang, payudara bengkak 18 orang, dan 4 orang lainnya tidak mengalami

masalah. Dusun II terdapat 13 orang ibu menyusui, dari 13 orang ibu

menyusui tersebut yang mengalami masalah seperti puting lecet ada 4 orang,

payudara bengkak 1 orang, dan bendungan payudara ada 1 orang dan 7 orang

lainya tidak mengalami masalah. Dusun III terdapat 9 orang ibu menyusui,

dari 9 orang ibu menyusui tersebut yang mengalami masalah seperti puting

lecet, ada 5 orang, bendungan payudara ada 1 orang dan 3 orang lainnya tidak

mengalami masalah. Dusun IV terdapat 13 orang ibu menyusui dari 13 orang

tersebut yang mengalami masalah seperti puting lecet ada 6 orang, bendungan

payudara 1 orang dan 6 orang lainnya tidak mengalami masalah.

Dengan cara menyusui yang benar masalah-masalah seperti payudara

bengkak, puting susu lecet, radang payudara, air susu kurang, bayi bingung

puting (karena pemakaian dot atau kempeng) tidak ditemukan

lagi/diminimalkan. Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk

Page 3: Proposa Gambaran Pengetahuan Ibu Tentang Cara Menyusui Di Desa Hongoa Kecamatan Pondidaha Kabupaten Konawe

melakukan penelitian tentang pengetahuan ibu menyusui tentang cara

menyusui di Desa Ahuawatu Kecamatan Pondidaha Kabupaten Konawe.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka yang menjadi rumusan

masalah adalah “Bagaimanakah pengetahuan ibu menyusui tentang cara

menyusui di Desa Ahuawatu Kecamatan Pondidaha Kabupaten Konawe

2010?.

C. Ruang Lingkup Penelitian

1. Sifat Penelitian :

2. Subyek Penelitian :

3. Obyek Penelitian :

4. Lokasi Penelitian :

5. Waktu Penelitian :

6. Alasan Penelitian :

Deskriptif

Ibu Menyusui

Pengetahuan ibu menyusui tentang

cara menyusui

Desa Ahuawatu Kecamatan

Pondidaha Kabupaten Konawe

Januari 2013

Dari hasil prasurvey bulan

Desember 2012 -Januari 2013

terdapat ibu yang mengalami

puting susu lecet sebanyak 16

orang, bendungan payudara 3

orang, payudara bengkak 19 orang,

di Desa Ahuawatu Kecamatan

Pondidaha Kabupaten Konawe.

D. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui pengetahuan ibu menyusui tentang cara menyusui di

Desa Ahuawatu Kecamatan Pondidaha Kabupaten Konawe.

E. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat :

1. Bagi Ibu Menyusui

Page 4: Proposa Gambaran Pengetahuan Ibu Tentang Cara Menyusui Di Desa Hongoa Kecamatan Pondidaha Kabupaten Konawe

Penelitian ini di harapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan ibu

tentang cara menyusui.

2. Bagi Tempat Peneliti

Sebagai bahan masukan dan sumbangan pemikiran untuk lebih

meningkatkan cara menyusui di Desa Ahuawatu Kecamatan Pondidaha

Kabupaten Konawe.

3. Bagi Peneliti

Penelitian ini di harapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan

penulis dalam penulisan karya tulis ilmiah sebagai penerapan ilmu yang

didapat dengan proses pembelajaran secara nyata dalam membuat karya

tulis ilmiah.

4. Bagi Institusi Pendidikan

Diharapkan dapat melengkapi bacaan di perpustakaan sebagai acuan untuk

penelitian sejenis dengan variabel penelitian yang lebih komplek.

Page 5: Proposa Gambaran Pengetahuan Ibu Tentang Cara Menyusui Di Desa Hongoa Kecamatan Pondidaha Kabupaten Konawe

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Telaah Pustaka

1. Pengetahuan

Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah

orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.

Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia yaitu : penglihatan,

pendengaran, penciuman, rasa dan raba (Kamus Besar Bahasa Indonesia,

2002). Pengetahuan yang dicakup di dalam domain kognitif mempunyai

enam tingkatan yaitu:

a. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai kemampuan untuk mengingat suatu materi

yang telah dipelajari sebelumnya, termasuk diantaranya adalah

mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh

bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Kata kerja

untuk mengukur bahwa orang tau apa yang telah dipelajari antara

lain, menyebutkan, menguraikan, mengidentifikasikan, menyatakan

dan sebagainya.

b. Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan

secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat

menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah

paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan,

menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya

terhadap objek yang dipelajari.

c. Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi

yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya. Aplikasi

dapat diartikan juga sebagai penggunaan atau aplikasi hukum-hukum,

Page 6: Proposa Gambaran Pengetahuan Ibu Tentang Cara Menyusui Di Desa Hongoa Kecamatan Pondidaha Kabupaten Konawe

rumus metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks dan situasi

yang lain.

d. Analisis (analysis)

Analisis diartikan sebagai kemampuan untuk menyebarkan materi

untuk suatu objek ke dalam komponen-komponen tetapi masih dalam

suatu struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama

lain. Kemampuan analisis dapat dilihat dari penggunaan kata kerja

seperti menggambarkan (membuat bagan), membedakan,

memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya.

e. Sintesis (synthesis)

Sintesis adalah suatu kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan

yang baru dengan kata lain suatu kemampuan untuk menyusu suatu

formulasi baru dari formula-formula yang ada.

f. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi yaitu kemampuan untuk melakukan justifikasi atau

penelitian terhadap suatu materi atau objek. Penelitian ini didasarkan

pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau kriteria-kriteria yang

telah ada (Notoatmodjo, 1997).

2. Menyusui

Ibu menyusui adalah ibu yang memberikan air susu kepada bayi dan

sebagainya untuk diminum dari buah dada (Kamus Besar Bahasa

Indonesia)

3. Pengertian Air Susu Ibu (ASI)

ASI adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein lactase dan

garam-garam organik yang disekresikan oleh kedua belah kelenjar

payudara ibu sebagai bahan makanan utama bagi bayi (Soetjiningsih,

1997).

Pada bayi normal bayi sudah dapat disusui segera setelah lahir. Lama

disusi satu dua menit pada setiap payudara. Dengan menghisapnya bayi

terjadi perangsangan pembuatan air susu dan secara tidak langsung

Page 7: Proposa Gambaran Pengetahuan Ibu Tentang Cara Menyusui Di Desa Hongoa Kecamatan Pondidaha Kabupaten Konawe

rangsangan isap membantu proses pengecilan uterus. Air susu yang

pertama keluar disebut colostrum. Walau hanya dihisap beberapa tetes

tetapi sudah cukup untuk kebutuhan bayi pada hari-hari pertama

kehidupannya. Pada hari ke-3, bayi sudah harus menyusu selama 10 menit

pada mamae ibu dengan jarak waktu 3-4 jam (Ilmu Kesehatan Anak, Jilid

3). Pemberian ASI merupakan hal yang sangat penting bagi pertumbuhan

dan perkembangan bayi pada umur 6 bulan pertama kehidupanya. Jika ada

pemberian ASI masa ini bayi dapat kekurangan gizi dan mudah terserang

penyakit. Keadaan ini akan berdampak pada anak dikemudian hari bahkan

dapat berakibat pada kematian. Masalah pemberian ASI pada bayi muda

cukup bulan biasanya berkaitan dengan jumlah asupan ASI yang kurang.

Masalah pemberian ASI pada bayi kurang bulan biasanya berkaitan

dengan jumlah asupan ASI yang kurang. Masalah pemberian ASI pada

bayi kurang bulan biasanya terkait dengan reflek hisap yang belum

sempurna (MTBS, Modul 6).

a. Reflek Pembentukan/Produksi dan Pengeluaran ASI

Pada ibu yang menyusui dikenal dengan 2 reflek yang masing-masing

berperan sebagai pembentukan dan pengeluaran air susu yaitu :

Reflek Prolaktin :

“ Prolaktin : dirangsang hormon prolaktin kelenjar hipofise bagian

depan di dasar otak. Proses pengisapan merangsang ujung syaraf

disekitar payudara, saraf ini membawa pesan kebagian depan kelenjar

hipophisa untuk memproduksi prolaktin, prolaktin dialirkan oleh darah

ke kelenjar payudara untuk merangsang pembuatan ASI”. Reflek “Let

Down” “Isapan bayi merangsang saraf sekitar payudara, saraf

membawa pesan ke bagian belakang kelenjar hipofise, keluar hormon

oksitosin dialirkan darah, kontraksi sel-sel mioepitel sekitar alveoli

dan duktus lactiferous mendorong ASI keluar dari alveoli melalui

duktus lactiferous melalui sinus lactiferus”.

Page 8: Proposa Gambaran Pengetahuan Ibu Tentang Cara Menyusui Di Desa Hongoa Kecamatan Pondidaha Kabupaten Konawe

b. Mekanisme Menyusui

Bayi yang sehat memiliki 2 reflek intrinsic keberhasilan menyusui

seperti :

Reflek mencari (Rooting reflek)

Puting atau tangan diletakkan pada pipi disekitar mulut, maka akan

menimbulkan reflek mencari pada bayi. Reflek menghisap (Sucking

reflek)

Rahang menekan kalang payudara dengan bantuan bibir secara

berirama, gusi akan menjepit kalang payudara dan sinus lactiferous,

sehingga air susu akan mengalir. Reflek menelan (swallowing reflek)

Pada saat air susu keluar dari puting susu akan disusul dengan gerakan

menghisap sehingga air susu akan bertambah dan diteruskan dengan

mekanisme menelan dan masuk ke lambung (Soetjiningsih, 1997)

4. Langkah-langkah Menyusui yang Benar

a. Sebelum menyusui ASI dikeluarkan sedikit, kemudian dioleskan pada

puting dan di sekitar payudara. Cara ini mempunyai manfaat sebagai

desinfektan dan menjaga kelembaban puting susu.

b. Bayi diletakkan menghadap perut ibu/payudara.

Ibu duduk atau berbaring dengan santai, bila duduk lebih baik

menggunakan kursi yang rendah (agar kaki ibu tidak menggantung)

dan punggung ibu bersandar pada sandaran kursi.

Ibu duduk atau berbaring dengan santai, bila duduk lebih baik

menggunakan kursi yang rendah (agar kaki ibu tidak menggantung)

dan punggung ibu bersandar pada sandaran kursi. Bayi dipegang pada

belakang bahunya dengan satu lengan, kepala bayi terletak pada

lengkung siku ibu (kepala tidak boleh menengadah, dan bokong bayi

ditahan dengan telapak tangan). Satu tangan bayi diletakkan di

belakang badan ibu, dan yang satu di depan. Perut bayi menempel

pada badan ibu, kepala bayi menghadap payudara (tidak hanya

membelokkan kepala bayi).

Page 9: Proposa Gambaran Pengetahuan Ibu Tentang Cara Menyusui Di Desa Hongoa Kecamatan Pondidaha Kabupaten Konawe

c. Payudara dipegang dengan ibu jari di atas dan jari yang lain menopang

di bawah, jangan menekan puting susu atau kalang payudaranya saja.

d. Bayi diberi rangsangan agar membuka mulut (rooting reflex) dengan

cara Menyentuh pipi dengan puting susu atau Menyentuh sisi mulut

bayi.

e. Setelah bayi membuka mulut, dengan cepat kepala bayi didekatkan ke

payudara ibu dan puting serta payudara dimasukkan ke mulut bayi :

Usahakan sebagian besar payudara dapat masuk ke mulut bayi,

sehingga puting susu berada di bawah langit-langit dan lidah bayi akan

menekan ASI keluar dari tempat penampungan ASI yang terletak di

bawah payudara. Posisi yang salah, yaitu apabila bayi hanya mengisap

pada puting susu saja, akan mengakibatkan masukan ASI yang tidak

adekuat dan puting susu lecet. Setelah bayi mulai menghisap payudara

tak perlu dipegang atau disangga lagi.

Cara Pengamatan Teknik Menyusui Yang Benar

Teknik menyusui yang tidak benar dapat mengakibatkan puting susu

menjadi lecet, ASI tidak keluar optimal sehingga mempengaruhi

produksi ASI selanjutnya atau bayi enggan menyusu. Untuk

mengetahui bayi telah menyusu dengan teknik yang benar, dapat

dilihat :

bayi tampak tenang

badan bayi menempel pada perut ibu

mulut bayi terbuka lebar

dagu menempel pada payudara ibu

sebagian besar payudara masuk ke dalam mulut bayi

bayi tampak menghisap kuat dengan irama perlahan

puting susu ibu tidak terasa nyeri

telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus

kepala tidak menengadah.

(ASI, Soetjiningsih, 1997).

Page 10: Proposa Gambaran Pengetahuan Ibu Tentang Cara Menyusui Di Desa Hongoa Kecamatan Pondidaha Kabupaten Konawe

f. Melepas isapan bayi

Setelah menyusui pada satu payudara sampai terasa kosong, sebaiknya

diganti dengan payudara yang satunya. Cara melepas isapan bayi :

jari kelingking ibu dimasukkan ke mulut bayi melalui sudut mulut

atau;

dagu bayi ditekan ke bawah.

g. Setelah selesai menyusui, ASI dikeluarkan sedikit kemudian

dioleskan pada puting susu dan di sekitar payudara; biarkan kering

dengan sendirinya.

h. Menyendawakan bayi

Tujuan menyendawakan bayi adalah mengeluarkan udara dari

lambung supaya bayi tidak muntah (gumoh - Jawa) setelah

menyusui. Cara menyendawakan bayi adalah :

Bayi digendong tegak dengan bersandar pada bahu ibu,

kemudian punggung ditepuk perlahan-lahan;

Bayi tidur tengkurap di pangkuan ibu kemudian punggungnya

ditepuk perlahan-lahan. (Mary Beth Hasselauist, 2006).

5. Tanda Bayi Cukup ASI

Bayi kencing setidaknya 6 x dalam 24 jam dan warnanya jernih sampai

kuning muda, bayi sering BAB berwarna kekuningan “berbiji”, bayi

tampak puas, sewaktu-waktu merasa lapar, bangun dan cukup tidur,

menyusu 10-12 x dalam 24 jadi, payudara ibu terasa lembut setiap kali

selesai menyusui. Ibu dapat merasakan geli karena aliran ASI setiap kali

bayi mulai menyusu. Bayi bertambah berat badannya. Tanda-tanda

penyusuan yang tidak efektif :

a. Bibir bayi mengkerut meskipun ia menghisap dengan sedotan

b. Bibirnya kelihatan tenggelam, karena jaringan susu tidak cukup

mengisi mulutnya

c. Terdengar bunyi ceklekan selama menyusui

d. Anda tidak mendengarnya menelan

e. Ia tergelincir dari payudara dengan penuh ketakutan

Page 11: Proposa Gambaran Pengetahuan Ibu Tentang Cara Menyusui Di Desa Hongoa Kecamatan Pondidaha Kabupaten Konawe

f. Putting susu merasa sakit setelah menit pertama (Mary Beth

Hasselauist, 2006)

g. Bayi mengisap dengan isapan yang cepat dan dangkal

h. Dapat terlihat lakukan pada pipi

i. Bayi tampak belum kenyang dan tidak tenang, ia akan menangis dan

mencoba untuk mengisap. (Emelia-Hamzah, 2001)

6. Masalah-masalah yang Timbul dalam Masa Laktasi

a. Puting datar atau terbenam

Mengatasinya dapat dilakukan dengan jalan menarik-narik puting,

sejak hamil harus menyusui agar sering tertarik.

b. Puting lecet (sore or cracked nipples)

Puting mengalami lecet, retak atau terbentuk celah. Hal ini dapat

hilang dengan sendirinya jika ibu merawat payudara secara baik dan

teratur. Caranya :

Olesi puting susu dengan ASI setiap kali akan dan sudah

menyusui, hal ini mempercepat sembuhnya lecet dan rasa perih.

Jangan menggunakan BH yang terlalu ketat.

Jangan membersihkan puting dan aerola dengan sabun, alcohol

dan obat0obatan yang merangsang putting susu.

Posisi menyusui yang bervariasi, jika dengan posisi yang sama

dapat membuat trauma yang terus-menerus di tempat yang sama

sehingga memudahkan terjadinya lecet.

Cara mengatasi puting lecet :

Jika rasa nyeri dan lecet tidak terlalu berat, ibu dapat menyusui

pada daerah yang tidak nyeri. Untuk mengurangi rasa sakit, oles

puting susu dengan es beberapa saat. Proses menyusui dengan

tenang dan bernafas dalam-dalam sampai ASI mengalir keluar dan

rasa perih berkurang.

Jika rasa nyeri berlangsung hebat atau luka semakin berat, putting

yang sakit diistirahatkan selama 24 jam. ASI tetap dikeluarkan

dengan tangan (diperah) dan diberikan kepada bayi.

Page 12: Proposa Gambaran Pengetahuan Ibu Tentang Cara Menyusui Di Desa Hongoa Kecamatan Pondidaha Kabupaten Konawe

c. Payudara bengkak (Breast Engorgement)

Terjadi karena hambatan aliran vena atau saluran kelenjar getah

bening akibat ASI terkumpul dalam payudara. Untuk mengatasinya

:

Kompres payudara dengan handuk hangat, masase ke arah

putting, hingga payudara terasa lemas dan ASI dapat keluar

melalui puting, hingga payudara terasa lemas dan ASI

dapat keluar melalui puting.

Susukan bayi tanpa dijadwal sampai payudara terasa

kosong.

Urut payudara mulai dari tengah lalu kedua telapak tangan

ke samping, ke bawah dengan sedikit ke atas dan lepaskan

dengan tiba-tiba.

Keluarkan ASI sedikit dengan tangan agar payudara

menjadi lunak dan putting susu menonjol keluar.

Susukan bayi lebih sering.

d. Saluran susu tersumbat (Obstructed duct)

Timbul karena tekanan jari pada waktu menyusui, pemakaian BH

yang terlalu ketat, adanya komplikasi payudara bengkak yang tidak

segera diatasi. Jika ibu merasa nyeri, payudara dapat dikompres

dengan air hangat sebelum menyusui dan setelah menyusui untuk

mengurangi rasa nyeri dan bengkak.

e. Mastitis dan Abses Payudara

Mastitis adalah peradangan pada payudara. Bagian yang terkena

menjadi merah, bengkak, nyeri dan panas. Suhu meningkat

kadang-kadang disertai menggigil. Terjadi pada masa 1-3 minggu

setelah melahirkan. Cara mengatasinya berkonsltasi pada dokter

untuk mendapatkan terapi antibiotic dan obat penghilang rasa sakit.

Ibu harus banyak beristirahat dan tetap menyusui bayinya. Mastitis

yang tidak diobati akan berlanjut ke abses, ibu tampak kesakitan,

payudara merah mengkilap, dan benjolan mengandung cairan

Page 13: Proposa Gambaran Pengetahuan Ibu Tentang Cara Menyusui Di Desa Hongoa Kecamatan Pondidaha Kabupaten Konawe

berupa nanah. Sementara berhenti menyusu pada bagian yang

terkena, susukan bayi pada payudara yang sehat. Dokter

melakukan tindakan pengeluaran nanah dan memberi antibiotic

serta obat penahan rasa sakit (Puspa Swara, 2003).

7. Beberapa masalah yang sering terjadi ketika bayi menyusui

a. Bayi Bingung Putting

Keadaan bayi yang mengalami nipple confusion karena diberi susu

formula dalam botol bergantian dengan menyusu pada ibu. Bila bayi

menyusu pada ibu, bayi harus bekerja keras untuk menarik dan

mengurut puting dan aerola sehingga keluar ASI. Tidak demikian

dengan dot, dot mempunyai lubang sehingga tanpa berusaha keras

dapat menelan susu tanpa diisap. Tanda bingung putting antara lain :

Bayi menghisap puting seperti menghisap dot

Waktu menyusu terputus-putus/sebentar-sebentar menyusu

Bayi menolak menyusu pada ibu.

Cara mencegah puting susu antar lain usahakan bayi untuk menyusu

pada ibu, proses menyusui lebih sering, lebih lama tanpa terjadwal,

lakukan penyusuan dengan lebih sabar, teliti dan telaten.

b. Bayi enggan Menyusu

Bayi perlu mendapat perhatian khusus jika ia enggan menyusu

terutama jika muntah, diare, mengantuk, kuning, dan kejang-kejang.

Penyebab bayi enggan menyusu :

Hidung tertutup lendir/ingus karena pilek sehingga sulit untuk

mengisap / bernafas;

Terlambat mulai menyusui, bayi ditinggal lama karena ibu sakit /

bekerja;

Bayi di samping diberi ASI diberi dot juga;

Bayi dengan prelateal feeding atau mendapat makanan tambahan

terlalu dini

ASI kurang lancar/terlalu deras

Page 14: Proposa Gambaran Pengetahuan Ibu Tentang Cara Menyusui Di Desa Hongoa Kecamatan Pondidaha Kabupaten Konawe

Bayi dengan frenulum linguage (tali lidah) pendek yang disebut

dengan short tongue tie.

c. Bayi sering menangis

Mungkin karena lapar, takut, kesepian, bosan, popok basah / kotor.

84% dapat ditanggulangi dengan cara menyusui bayi dengan tehnik

yang benar sampai tangis bayi dapat dihentikan, kecuali jika bayi

sakit perlu mendapat penanganan tersendiri.

d. Bayi Kembar

Bayi dapat disusukan bersama atau bergantian, jika bersamaan ibu

dapat mengambil posisi “memegang bola”, kombinasi atau biasa.

Posisi memegang bola : memegang kepala dengan satu tangan,

badan bayi berada di lengan ibu dengan kedua kaki ke arah

punggung ibu, dipakai pad saat menyusui secara bersamaan.

Posisi kombinasi : satu bayi disusukan secara biasa, sedangkan

bayi yang lain dengan posisi memegang bola. Posisi biasa : dengan

cara memangku bayi dengan kepala/tengkuk berada pada siku ibu

bagian dalam.

e. Bayi sumbing

Bayi dengan sumbing, langit-langit lembek (palatum mole) dapat

menyusu tanpa kesulitan dengan cara : dengan memberikan posisi

tegak atau berdiri agar ASI tidak masuk ke dalam hidung bayi.

Apabila sumbing itu hanya pada bibir atas saja, bayi dapat

menyusu sambil ibu menutup sumbing tersebut dengan jari agar

bayi dapat menghisap dengan sempurna. Hal paling sulit terjadi

jika sumbing ganda atau, yaitu pada langit-langit keras (palatum

durum) dan bibir sehingga bayi sulit menghisap/menangkap puting

susu dengan sempurna.

Jika posisi seperti tersebut ASI dapat dikeluarkan dengan

manual/pompa dan diberikan dengan sendok, pipet/botol dot, yang

mempunyai bentuk seperti putting susu sapi atau kambing, jika

Page 15: Proposa Gambaran Pengetahuan Ibu Tentang Cara Menyusui Di Desa Hongoa Kecamatan Pondidaha Kabupaten Konawe

sulit mendapatkannya, gunakan dua dot yang disambung sehingga

ukuranya lebih panjang.

f. Ikterus pada neonates

Ikterus patologi terjadi pada 24 jam pertama setelah bayi lahir. Hal

ini terjadi karena infeksi atau terkena intoksikasi obat. Pada ikterus

dini tindakan yang dikerjakan terapi sinar (phototheraphy). Dengan

cara ini, energi sinar akan mengubah senyawa bilirubin menjadi

senyawa yang mudah larut dalam air untuk dieksresikan

(dikeluarkan).

8. Keunggulan ASI terhadap Susu Lainnya

Keunggulan ASI terhadap susu lainnya antar lain :

Murah, sehat, dan mudah dm memberikannya

Mengandung zat yang dapat meninggikan daya tahan anak terhadap

penyakit

Mengandung cukup banyak makanan yang diperlukan oleh bayi

Menyusui berarti menjalin kasih sayang ibu terhadap anak

Menyusui mempercepat ibu menjadi langsung kembali sesudah

melahirkan.

(file : ii c :/ docume~1/micros~1/local~1/rem/oxe 1300e%.html).

B. Kerangka Konsep

Kerangka konsep penelitian pada dasarnya adalah kerangka hubungan

antara konsep-konsep yang ingin diamati atau diukur melalui penelitian-

penelitian yang akan dilakukan (Notoatmodjo, 2005). Agar konsep dapat

diamati, dan diukur maka konsep harus dijabarkan dalam variabel atas dasar

tersebut maka sebagai variabel dalam penelitian ini adalah pengetahuan ibu

nifas tentang cara ibu menyusui.

Jika digambarkan dalam kerangka konsep adalah sebagai berikut :

Page 16: Proposa Gambaran Pengetahuan Ibu Tentang Cara Menyusui Di Desa Hongoa Kecamatan Pondidaha Kabupaten Konawe

Gambar 3. Kerangka Konsep Penelitian

C. Definisi Operasional Variabel

Definisi operasional digunakan untuk membatasi ruang lingkup atau

pengertian variabel-variabel diamati atau diteliti. Definisi operasional ini juga

bermanfaat untuk mengarahkan kepada pengukuran dan pengamatan terhadap

variabel-variabel yang bersangkutan serta pengembangan instrumen atau alat

ukur (Notoatmodjo, 2005).

Pengetahuan Ibu Menyusui Pengertian ASI Cara menyusui Tanda bayi cukup ASI Keunggulan ASI Masalah-masalah yang timbul

jika cara menyusui tidak benar

Keberhasilan Menyusui

Page 17: Proposa Gambaran Pengetahuan Ibu Tentang Cara Menyusui Di Desa Hongoa Kecamatan Pondidaha Kabupaten Konawe

Tebel 1. Definisi Operasional

No Variabel Definisi Operasional

Cara Ukur

Alat Ukur

Hasil Ukur Skala

1 Pengetahuan Hasil tahu dan ini terjadi panca indera manusia(Notoatmodjo, 2003)

Angket

Kuesioner

-Sangat Baik(Skor 29-35)

-Baik(Skor 22-28)

-Cukup(Skor 15-21)

-Kurang(skor 8-14)

-SangatKurang(skor 0-7)

Ordinal

2 Ibu Menyusui

Ibu yang memiliki bayi usia – 2 tahun dan masih menyusui

Kisi-kisi Pertanyaan Koisioner

No Sub ASI Jumlah Nomor Soal1 Pengertian ASI 7 1 – 72 Cara menyusui 7 8 – 143 Tanda bayi cukup ASI 7 15 – 214 Keunggulan 5 22 – 265 Masalah-masalah yang terjadi jika

cara menyusui salah9 27 - 35

Jumlah 35

Page 18: Proposa Gambaran Pengetahuan Ibu Tentang Cara Menyusui Di Desa Hongoa Kecamatan Pondidaha Kabupaten Konawe

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian deskriptif, adalah suatu metode penelitian yang

dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran atau deskriptif

tentang suatu keadaan secara objektif (Notoatmodjo, 2005).

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti

(Notoatmodjo 2005). Berdasarkan pendapat di atas maka yang akan

menjadi populasi dalam penelitian ini adalah ibu menyusui yang memiliki

bayi usia 0-2 tahun yang berada di Desa Hongoa Kabupaten Konawe.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti (Arikunto,

2002), selanjutnya menurut (Notoatmodjo 2005) sampel adalah sebagian

yang diambil dari keseluruhan objek yang diteliti dan dianggap mewakili

seluruh populasi. Pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah secara

accidental, yaitu diambil dari responden atau kasus yang kebetulan ada.

C. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat-alat yang digunakan untuk

mengumpulkan data, instrumen ini dapat berupa pertanyaan (question),

formulir observasi dan formulir-formulir lain yang berkaitan dengan penataan

data dan lain-lain (Notoatmodjo, 2005).

Alat ukur yang digunakan adalah kuisioner. Kuisioner atau angket

merupakan suatu cara pengumpulan data atau suatu penelitian mengenai

masalah yang umumnya banyak menyangkut kepentingan umum/banyak

orang (Notoatmodjo, 2002 ; 12).

Page 19: Proposa Gambaran Pengetahuan Ibu Tentang Cara Menyusui Di Desa Hongoa Kecamatan Pondidaha Kabupaten Konawe

D. Tehnik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini yaitu dengan wawancara,

tehnik ini dilakukan dengan mengedarkan suatu daftar pertanyaan yang

berupa formulir diajukan secara tertulis kepada sejumlah subjek untuk

mendapatkan tanggapan informasi jawaban dan sebagainya.

E. Pengolahan Data

Setelah data terkumpul melalui angket atau kuisioner maka dapat

dilakukan pengolahan data melalui beberapa tahapan sebagai berikut:

1. Seleksi Data (Editing)

Dimana penulis akan melakukan penelitian terhadap data yang

diperoleh dan diteliti apakah terdapat kekeliruan atau tidak dalam

penelitian.

2. Pemberian Kode (Coding)

Setelah dilakukan editing, selanjutnya penulis memberikan kode

tertentu pada tiap-tiap data sehingga memudahkan dalam melakukan

analisis data.

3. Pengelompokan Data (Tabulating)

Pada tahap ini jawaban-jawaban responden yang sama dikelompokan

dengan teliti dan teratur lalu dihitung dan dijumlahkan kemudian

dituliskan dalam bentuk tabel-tabel.

F. Analisa Data

Untuk mengetahui pengetahuan responden digunakan skor maksimal

setiap pertanyaan yang dijawab benar diberi skor 1 dan pertanyaan yang

dijawab salah atau tidak dijawab diberi skor 0, sehingga dari 35 pertanyaan

skor maksimal 35.

Sangat Baik : jumlah skor 29-35

Baik : jumlah skor 22-28

Cukup : jumlah skor 15-21

Kurang : jumlah skor 8-14

Sangat Kurang : jumlah skor 0-7

(Arikunto, 2005).

Page 20: Proposa Gambaran Pengetahuan Ibu Tentang Cara Menyusui Di Desa Hongoa Kecamatan Pondidaha Kabupaten Konawe

Untuk menghitung distribusi frekuensi kategori pengetahuan digunakan

rumus sebagai berikut :

fP = x 100 N

Keterangan :

P = Presentase

F = Frekuensi

N = Jumlah keseluruhan

response

100 % = Konstanta

(Eko Budiarto, 2002)

Page 21: Proposa Gambaran Pengetahuan Ibu Tentang Cara Menyusui Di Desa Hongoa Kecamatan Pondidaha Kabupaten Konawe

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL DAFTAR ISI ...................................................................................................... i

BAB I PENDAHULUANA. Latar Belakang ........................................................................................ 1

B. Rumusan Masalah .................................................................................. 2

C. Ruang Lingkup Penelitian ...................................................................... 3

D. Tujuan Penelitian .................................................................................... 3

E. Manfaat penelitian .................................................................................. 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Telaah Pustaka ........................................................................................ 5

1. Pengetahuan ...................................................................................... 5

2. Menyusui .......................................................................................... 6

3. Pengertian Air Susu Ibu (ASI) ......................................................... 6

4. Langkah-Langkah Menyusui Yang Benar ........................................ 8

5. Tanda Bayi Cukup ASI ................................................................... 10

6. Masalah-Masalah Yang Timbul Dalam Masa laktasi ..................... 11

7. Bebeberapa Masalah Yang Sering terjadi ketika bayi menyusui .... 13

8. Keunggulan ASI Terhadap Susu lainnya ........................................ 15

B. Kerangka Konsep .................................................................................. 15

C. Definisi Operasional Variabel ............................................................... 16

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian ...................................................................................... 18

B. Populasi Dan Sampel Penelitian ............................................................ 18

C. Instrumen Penelitian .............................................................................. 18

D. Teknik Pengumpulan Data .................................................................... 19

E. Analisa Data........................................................................................... 19

DAFTAR PUSTAKA

Page 22: Proposa Gambaran Pengetahuan Ibu Tentang Cara Menyusui Di Desa Hongoa Kecamatan Pondidaha Kabupaten Konawe

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S 2003. Prosedur Penelitian Satu Pendekatan Praktek. Edisi V.Jakarta:Rineka \cipta.

Azwar Azrul, 2005. Manajemen Laktasi. Jakarta: Depkes RI.

Depkes RI Dirjen Binkesmas Direktorat Gizi Masyarakat. 2004 .Asi Eksklusif Untuk Ibu Bekerja.Jakarta

Hubertin, S, 2004. Konsep Penerapan ASI Eksklusif, Cetakan I. EGC:Jakarta.

Khairunniyah, 2004, Pemberian Air Susu Ibu Eksklusif Ditinjau Dari factor Motivasi, Laporan Tahunan Puskesmas Rawang , 2008

Notoatmodjo,S, 2005 Metodelogi Penelitian Kesehatan, Cetakan Ketiga. RinekaCipta : Jakarta.

Perinasia,1994. Melindungi,Meningkatkan dan Mendukung Menyusui,Cetakan Ke- 2.Bina Rupa Akasara:Jakarta.

Pilliteri,Adele,2002. Perawatan Kesehatan Ibu dan Anak.Jakarta:EGC Profil

Purwanti, 2004 . Konsep Penerapan ASI ekslusif. Buku Kedokteran. Jakarta : EGC

Prawirohardjo Sarwono, 2002. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Yayasan Bina Pustaka

Roesli,Utami,2004. Mengenal ASI Eksklusif,Seri I.Jakarta.

Saifuddin,A.B,2001 .Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Matemal danNeonatal.JMPKKF-POGI dan Yayasan Bina Pustaka.Jakarta.

Soetjiningsih, 1977. ASI Petunjuk Untuk Tenaga Kesehatan. Jakarta : EGC Soetjiningsih, 1995.

Tumbuh Kembang Anak. EGC: Jakarta

WHO,2003. Mastitis Penyebab dan Penatalaksanaan. Widya Medika. Jakartawww.sahabatnestle.co.id/home/hain/tksk/ndnmp.asp Diakses 25 juni 2000.

Page 23: Proposa Gambaran Pengetahuan Ibu Tentang Cara Menyusui Di Desa Hongoa Kecamatan Pondidaha Kabupaten Konawe

PROPOSAL PENELITIAN

GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG CARA MENYUSUI DI DESA AHUAWATU KECAMATAN PONDIDAHA KABUPATEN

KONAWE TAHUN 2013

OLEH:

SISKA PRASISTA S.AK.210. 095

YAYASAN PENDIDIKAN KONAWEAKADEMEMI KEBIDANAN

KABUPATEN KONAWETAHUN

2013