promkes pada lansia kel.7
DESCRIPTION
FERCFREFRTRANSCRIPT
TUGAS KEPERAWATAN KOMUNITAS 4
PROMOSI KESEHATAN TENTANG HIPERTENSI PADA KELOMPOK LANSIA DENGAN METODE
BRAINSTORMING
DISUSUN OLEHKELOMPOK 7
1.2.3.4.5.6.7.8.9.
Diah Susmiarti, Amd. KepReza SuherriWiwin WinarniYayik Lailatul F.Choiruddin BisriRyan Reza FalupiTriyana Nur QomariyahLenny Infil SakinahNuran F. A. S.
131211123016131211123068131211123069131211123070131211123071131211123072131211123073131211123074131211123077
PROGRAM S1 ILMU KEPERAWATANFAKULTAS KEPERAWATANUNIVERSITAS AIRLANGGA
2013
i
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Promosi Kesehatan Tentang Hipertensi pada Kelompok Lansia dengan Metode
Brainstorming”. Makalah ini disusun sebagai salah satu syarat akademik untuk
memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Komunitas.
Atas terselesaikannya makalah ini, penulis mengucapkan terima kasih
kepada:
1. Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga.
2. Ketua Departemen Keperawatan Jiwa dan Komunitas.
3. Penanggungjawab Mata Ajar Keperawatan Kesehatan Komunitas 4.
4. Semua pihak yang telah memberikan dorongan dan bantuannya selama
penyusunan makalah ini baik secara langsung maupun tidak langsung.
Penyusun berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua
pihak yang membutuhkan.
Surabaya, Oktober 2013
Penyusun
iv
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN.......................................................................................11.1 Latar Belakang..........................................................................................11.2 Rumusan Masalah.....................................................................................31.3 Tujuan........................................................................................................31.4 Manfaat......................................................................................................4
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................52.1 Konsep Lansia...........................................................................................5
2.1.1 Pengertian...........................................................................................52.1.2 Klasifikasi lansia................................................................................52.1.3 Karakteristik lansia............................................................................62.1.4 Tipe lansia..........................................................................................6
2.2 Konsep Brainstorming atau curah pendapat.............................................72.2.1 Definisi...............................................................................................72.2.2 Langkah-langkah................................................................................82.2.3 Keuntungan Brainstorming..............................................................102.2.4 Kerugian Brainstorming...................................................................10
2.3 Konsep Hipertensi...................................................................................102.3.1 Definisi.............................................................................................102.3.2 Klasifikasi........................................................................................102.3.3 Faktor Resiko...................................................................................102.3.4 Etiologi.............................................................................................112.3.5 Manifestasi Klinis............................................................................122.3.6 Pemeriksaan Penunjang...................................................................122.3.7 Penatalaksanaan...............................................................................132.3.8 Makanan yang dianjurkan dan tidak dianjurkan..............................16
BAB 3 PROMOSI KESEHATAN.........................Error! Bookmark not defined.3.1 Kasus.......................................................Error! Bookmark not defined.3.2 Analisis Kasus.........................................Error! Bookmark not defined.3.3 Identifikasi Masalah................................Error! Bookmark not defined.3.4 Perencanaan.............................................Error! Bookmark not defined.3.5 Pelaksanaan.............................................Error! Bookmark not defined.3.6 Evaluasi...................................................Error! Bookmark not defined.
BAB 4 PENUTUP..................................................Error! Bookmark not defined.DAFTAR PUSTAKA............................................Error! Bookmark not defined.
BAB 1PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Salah satu indikator keberhasilan pembangunan adalah semakin meningkatnya usia
harapan hidup penduduk. Akibat semakin meningkatnya usia harapan hidup penduduk,
menyebabkan jumlah penduduk lanjut usia (Lansia) terus meningkat dari tahun ke tahun. Budi
Anna Keliat (1999) dalam Maryam (2008) mengatakan bahwa usia lanjut merupakan tahap
akhir perkembangan pada daur kehidupan manusia. Sedangkan menurut Pasal 1 ayat (2), (3), (4)
UU No. 13 Tahun 1998 tentang Kesehatan dikatakan bahwa usia lanjut adalah seseorang yang
telah mencapai usia lebih dari 60 tahun. Semakin bertambah usia seseorang menyebabkan
terjadinya penurunan fungsi tubuh. Proses menua pada manusia merupakan suatu peristiwa
alamiah yang tidak dapat dihindari, perkembangan fisik dan fungsi organ tubuh mulai
mengalami penurunan. Penurunan fungsi internal terjadi pada umumnya pada sistem
kardiovaskuler, pernapasan, saraf, sensori dan muskuloskeletal. Gangguan yang sering terjadi
pada sistem kardiovaskuler adalah terganggunya sistem jantung dan peredaran darah seperti
hipertensi.
Penduduk di seluruh dunia dengan kelompok lanjut usia (lansia) yang berumur 60
tahun keatas mengalami pertumbuhan dengan cepat dibandingkan dengan kelompok usia
lainnya. Indonesia adalah salah satu negara yang terletak di Asia Tenggara yang memasuki era
penduduk berstruktur lansia (aging structured population) karena jumlah penduduk yang berusia
di atas 60 tahun sekitar 7,18 persen. Peningkatan jumlah penduduk lansia ini disebabkan antara
lain karena tingkat sosial ekonomi masyarakat yang meningkat, kemajuan di bidang pelayanan
kesehatan, dan tingkat pengetahuan masyarakat yang meningkat (Ponorogo, 2010). Kelompok
lansia dengan hipertensi termasuk dalam populsi rentan (vulnerable populations). Stanhope &
18
Lancaster (2004) menyebutkan bahwa lansia yang berusia 70 tahun ke atsa, mengalami arthritis
sebanyak 58,1%, hipertensi 45,0%, gangguan hati 21,4%, kanker 19,4%, diabetes 12,0% dan
stroke 8,9%. Flaskerud dan Winslow (1990) dalam Stanhope & Lancster (2004) mengatakan
bahwa populasi rentan adalah kelompok sosial yang mempunyai risiko atau kerentanan yang
tinggi untuk mengalami gangguan kesehatan. Populasi rentan adalah populasi yang lebih besar
kemungkinannya untuk mengalami masalah kesehatan akibat paparan berbagai risiko daripada
populasi yang lainnya.
Gangguan sistem kardiovaskuler (hipertensi) yang terjadi pada lansia disebabkan
efisiensi kerja jantung 80%. Jantung mulai kehilangan otot serabutnya dan pembuluh darah
menjadi semakin kaku dan kurang elastis. Jaringan mengalami atropi, arteri mengeras dan
menciut. Kekuatan otot jantung melemah, ukuran sel otot jantung mengecil dan keluaran jantung
juga mengecil. Menurut Ramayulis (2010), hipertensi dapat disebabkan oleh faktor yang tidak
dapat dikendalikan dan factor yang bisa dikendalikan. Faktor resiko yang tidak dapat
dikendalikan meliputi keturunan, jenis kelamin, unur dan ras. Adapun faktor yang dapat
dikendalikan meliputi kebiasaan makan, aktivitas fisik, konsumsi rokok dan alkohol, stress dan
kelebihan berat badan. Apabila tidak ditangani dengan benar, maka hipertensi dapat
menyebabkan stroke (perdarahan di jaringan otak), penyakit jantung dan gagal ginjal (Gunawan
2001)
Mengingat berbagai macam komplikasi yang dapat terjadi pada hipertensi, maka
pemerintah merumuskan berbagai kebijakan pelayanan kesehatan Lansia yang bertujuan untuk
meningkatkan derajat kesehatan dan mutu kehidupan Lansia untuk mencapai masa tua bahagia
dan berdaya guna dalam kehidupan keluarga dan masyarakat sesuai dengan keberadaannya.
Pembinaan Lansia di Indonesia dilaksanakan berdasarkan peraturan Undang-Undang RI No. 13
19
Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lansia yang menyebutkan bahwa pelayanan kesehatan
dimaksudkan untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan dan kemampuan Lansia,
upaya penyuluhan, penyembuhan dan pengembangan lembaga. Salah satu bentuk metode/cara
dalam penyuluhan yang dapat digunakan yaitu metode brainstorming, sebuah metode modifikasi
diskusi kelompok dengan satu masalah dan kemudian tiap peserta memberikan jawaban–jawaban
atau tanggapan (curah pendapat).
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimanakan promosi kesehatan tentang hipertensi pada kelompok lansia dengan metode
brainstorming?
1.3 Tujuan
Mahasiswa dapat memahami tentang promosi kesehatan tentang hipertensi pada kelompok
lansia dengan metode brainstorming.
1.4 Manfaat
Manfaat penulisan makalah ini adalah :
1. Bagi mahasiswa mampu memahami serta menerapkan promosi kesehatan dengan metode
brainstorming pada kelompok lansia.
20
2. Bagi institusi sebagai sumber pustaka dan literatur dalam pengembangan ilmu pengetahuan
terutama tentang asuhan keperawatan komunitas dan meningkatkan pengembangan di bidang
progam promosi kesehatan.
21
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Lansia
2.1.1 Pengertian
Budi Anna Keliat (1999) dalam Maryam et al (2008) mengatakan bahwa usia lanjut
merupakan tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan manusia. Sedangkan menurut Pasal
1 ayat (2), (3), (4) UU No. 13 Tahun 1998 tentang Kesehatan dikatakan bahwa usia lanjut adalah
seseorang yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun.
2.1.2 Klasifikasi lansia
Klasifikasi pada lansia meliputi:
1. Pralansia (prasenilis)
Seseorang yang berusia antara 45-59 tahun
2. Lansia
Seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih
3. Lansia risiko tinggi
Seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih.seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih
dengan masalah kesehatan (Depkes RI 2003)
4. Lansia potensial
Lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan/atau kegiatan yang dapat
menghasilkan barang/jasa (Depkes RI 2003)
5. Lansia tidak potensial
Lansia yang tidak berdaya mencari nafkah, sehingga hidupnya bergantung pada
bantuan orang lain (Depkes RI 2003)
22
2.1.3 Karakteristik lansia
Menurut Budi Anna Keliat (1999) dalam Maryam et al (2008), lansia memiliki
karakteristik sebagai berikut:
1. Berusia lebih dari 60 tahun (sesuai dengan pasal 1 ayat (2) UU No. 13 tentang
kesehatan)
2. Kebutuhan dan masalah yang bervariasi dari rentang sehat sampai sakit, dari kebutuhan
biopsikososial sampai spiritual serta dari kondisi adaptif hingga kondisi maladaptif
3. Lingkungan tempat tinggal yang bervariasi
2.1.4 Tipe lansia
Beberapa tipe pada lansia bergantung pada karakter, pengalaman hidup, lingkungan,
kondisi fisik, mental, sosial dan ekonominya (Nugroho 2000 dalam Maryam et al 2008). Tipe
tersebut meliputi:
1. Tipe arif bijaksana
Kaya dengan hikmah, pengalaman, menyesuaikan diri dengan perubahan zaman, mempunyai
kesibukan, bersikap ramah, rendah hati, sederhana, dermawan, memenuhi undangan dan
menjadi panutan.
2. Tipe mandiri
Mengganti kegiatan yang hilang dengan yang baru, selektif dalam mencari pekerjaan,
bergaul dengan teman dan memenuhi undangan
3. Tipe tidak puas
Konflik lahir batin menentang proses penuaan sehingga menjadi pemarah, tidak sabar,
mudah tersinggung, sulit dilayani, pengkritik dan banyak menuntut.
4. Tipe pasrah
23
Menerima dan menunggu nasib baik, mengikuti kegiatan agama dan melakukan pekerjaan
apa saja.
5. Tipe bingung
Kaget, kehilangan kepribadian, mengasingkan diri, minder, menyesal, pasif dan acuh tak
acuh.
Tipe lain dari lansia adalah tipe optimis, tipe konstruktif, tipe dependen
(kebergantungan), tipe defensif (bertahan), tipe militan dan serius, tipe pemarah/ftustasi (kecewa
akibat kegagalan dalam melakukan sesuatu), serta tipe putus asa (benci pada diri sendiri).
Sedangkan bila dilihat dari tingkat kemandiriannya yang dinilai berdasarkan
kemampuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari (indeks kemandirian Katz), para lansia dapat
digolongkan menjadi beberapa tipe, yaitu lansia mandiri sepenuhnya, lansia mandiri dengan
bantuan langsung keluarganya, lansia mandiri dengan bantuan secara tidak langsung, lansia
dengan bantuan badan sosial, lansia di panti wreda, lansia yang dirawat di rumah sakit dan lansia
dengan gangguan mental.
2.2 Konsep Brainstorming atau curah pendapat
2.2.1 Definisi
Brainstorming adalah sebuah latihan yang dapat dilakukan dengan orang lain.
Brainstorming adalah sebuah bentuk mindstorming yang dilakukan dalam kelompok, tetapi
dengan aturan yang sedikit berbeda. Brainstorming pertama kali dikembangkan oleh seorang
eksekutif periklanan, Alex Osborn dan pertama kali yang dijabarkan dalam bukunya yang
berjudul Applied Imagination pada 1946. Sejak itu, brainstorming berkembang dengan cepat dan
dipergunakan di seluruh penjuru dunia, dalam setiap jenis perusahaan dan situasi untuk
24
menghasilkan bermacam-macam alasan. Cara ini adalah sebuah proses yang sederhana, baik
untuk dipelajari maupun untuk diterapkan (Brian, 2007).
Metode ini merupakan modifikasi metode diskusi kelompok. Prinsipnya sama dengan
diskusi kelompok. Bedanya pada permulaannya pemimpin kelompok memancing dengan satu
masalah dan kemudian tiap peserta memberikan jawaban –jawaban atau tanggapan (curah
pendapat). Tanggapan atau jawaban-jawaban tersebut ditampung dan ditulis dalam
flipchart/papan tulis. Sebelum semua peserta mencurahkan pendapatnya, tidak boleh diberi
komentar oleh siapapun. Setelah semua anggota mengeluarkan pendapatnya, tiap anggota dapat
mengomentari dan akhirnya terjadi diskusi (Notoatmodjo, 2007)
2.2.2 Langkah-langkah
Enam langkah dalam brainstoarming
1. Bentuklah sebuah kelompok dengan jumlah ideal anggota empat sampai tujuh orang. Di
bawah empat orang, tidak akan ada cukup pemikiran yang tersedia untuk menghasilkan
variasi solusi yang cukup banyak bagi permasalahan yang ada. Jika jumlah anggotanya lebih
dari tujuh orang, kelompok itu menjadi terlalu besar, sehingga para anggotanya tidak akan
mendapat cukup peluang untuk berkontribusi.
2. Jangan beri kesempatan anggota kelompok untuk mengkritik atau menertawakan ide-ide
yang muncul. Bagian terpenting sebuah brainstoarming adalah tidak adanya evaluasi
terhadap ide-ide yang muncul dalam sesi ini. Seluruh fokus sesi brainstorming terletak pada
menghasilkan sejumlah besar ide yang mungkin dalam satu kurun waktu yang singkat. Tidak
ada satu hal pun yang dapat mematikan sebuah sesi brainstorming secepat kecenderungan
orang untuk mengkritik langsung ide-ide begitu mereka ditelurkan. Begitu sebuah ide
seseorang mulai dikritik, sesi brainstorming itu dengan segera akan terhenti. Tidak ada
25
seorang pun yang senang dikritik. Tidak ada seorang pun yang ingin dipermalukan atau
ditertawakan dihadapan orang lain. Itulah sebabnya kita harus mengonsentrasikan diri kita
pada jumlah ide yang kita peroleh dan membiarkan proses evaluasi dilakukan lain waktu atau
oleh orang-orang yang berbeda.
3. Tentukan batas waktu yang spesifik. Waktu yang paling ideal bagi sebuah sesi brainstorming
adalah 15 sampai 45 menit.
4. Pilih satu orang sebagai pemimpin kelompok . Tugas seorang pemimpin adalah mendorong
semua orang untuk mau berkontribusi sebanyak mungkin. Satu cara yang baik untuk
memimpin sebuah sesi brainstorming adalah dengan berjalan berkeliling dari satu meja ke
meja lainnya dan mengajak setiap orang untuk menyumbangkan sebuah ide seperti yang
dilakukan orang ketika bermain kartu, yang di dalamnya mendorong setiap orang untuk
memasang taruhan atau melewatkan kesempatan. Begitu kita selesai berkeliling dari satu
meja ke meja lain selama beberapa kali, ide-ide akan mulai bermunculan dengan kecepatan
tinggi.
5. Tunjuk seseorang untuk mencatat semua ide yang muncul. Satu fungsi kunci dalam sebuah
sesi brainstorming adalah fungsi pencatat. Sang pencatat adalah orang yang bertugas untuk
mencatat semua ide begitu ide tersebut dicetuskan. (Brian, 2007)
2.2.3 Keuntungan Brainstorming
1. Memperoleh sejumlah pemikiran/pendapat
2. Pandangan lebih obyektif (Arifin, 2008)
2.2.4 Kerugian Brainstorming
1. Kurang memperoleh pandangan pemikiran yang bulat
2. Sulit mneganalisis/menyimpulkan (Arifin, 2008)
26
2.3 Konsep Hipertensi
2.3.1 Definisi
Hipertensi adalah tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg dan tekanan diastolic ≥ 90 mmHg,
atau bila pasien memakai obat anti hipertensi (Mansjoer, et al., 2000)
2.3.2 Klasifikasi
Tabel 2.1 Klasifikasi HipertensiTekanan Sistolik DiastolikOptimal < 120 mmHg < 80 mmHgNormal < 130 mmHg < 85 mmHgTinggi 130-139 mmHg 85-89 mmHg
Hipertensi ringan 140-159 mmHg 90-99 mmHgHipertensi sedang 160-179 mmHg 100-109 mmHgHipertensi berat 180-209 mmHg 110-119 mmHg
Hipertensi sangat berat ≥ 210 mmHg ≥ 120 mmHg(Ramayulis, 2010)
2.3.3 Faktor Resiko
Menurut Ramayulis (2010), hipertensi dapat disebabkan oleh factor yang tidak dapat
dikendalikan dan factor yang bisa dikendalikan. Factor resiko yang tidak dapat dikendalikan
meliputi keturunan, jenis kelamin, unur dan ras. Adapun factor yang dapat dikendalikan meliputi
kebiasaan makan, aktivitas fisik, konsumsi rokok dan alkohol, stress dan kelebihan berat badan.
1. Faktor keturunan
Faktor keturunan berhubungan dengan peningkatan kadar natrium dalam sel dan
rendahnya rasio kalium terhadap natrium pada individu yang mempunyai orang tua
hipertensi
2. Jenis kelamin
Jenis kelamin berhubungan dengan adanya efek perlindungan estrogen pada wanita
dalam meningkatkan kadar kolesterol HDL yang dapat mencegah terjadinya
penyumbatan pembuluh darah.
27
3. Umur
Factor umur berhubungan dengan terjadinya penebalan dinding pembuluh darah yang
berangsur-angsur menyempit dan menjadi kaku. Tekanan darah sistolik akan meningkat
saar kelenturan pembuluh darah berkurang.
4. Ras
Factor ras berhubungan dengan kejadian hipertensi yang lebih banyak pada orang
berkulit hitam dibandingkan orang yang berkulit putih. Penyebabnya belum diketahui
secara pasti, tapi pada orang berkulit hitam ditemukan sensitivitas yang lebih besar untuk
mengalami keadaan vasokontriksi (penyempitan pembuluh darah) yang cenderung
mencetuskan keadaan hipertensi.
2.3.4 Etiologi
Menurut Mansjoer (2000), berdasarkan penyebabnya, hipertennsi dibagi menjadi 2
golongan, yaitu:
1. Hipertensi esensial (primer/idiopatik)
Terdapat 95% kasus. Factor yang mempengaruhi adalah: genetic, lingkungan,
hiperkreatifitas susan saraf simpatis, system rennin-angiotensin, defek dalam ekskresi
Na, peningkatan Na dan Ca intraseluler, dan factor-faktor yang meningkatkan resiko
seperti obesitas, alkohol, merokok, serta polisitemia
2. Hipertensi renal (sekunder)
Terdapat 5% kasus. Penyebabnya diketahui, seperti penggunaan estrogen, penyakit
ginjal, hipertensi vascular renal, hiperaldosteronisme primer, Chusing syndrome,
feokromositoma, koarktasio aorta, hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan,
dan lain-lain.
28
2.3.5 Manifestasi Klinis
Tekanan darah tinggi kadang merupakan satu-satunya gejala, gejala baru muncul
setelah terjadi kompilikasi pada ginjal, mata, otak, atau jantung. Gejala lain yang sering
ditemukan adalah sakit kepala, epistaksis, marah, telinga berdengung, rasa berat di tengkuk,
sukar tidur, mata berkunang-kunang, dan pusing (Mansjoer, 2000)
2.3.6 Pemeriksaan Penunjang
Menurut Mansjoer (2000), Pemeriksaan penunjang hipertensi antara lain:
1. Urinalisa
2. Darah perifer lengkap
3. Kimia darah (K, Na, kreatinin, gula darah puasa, kolesterol total, kolesteral HDL)
4. EKG
2.3.7 Penatalaksanaan
Menurut Ramayulis (2010), penatalaksanaan pada pasien hipertensi antara lain:
1. Pengontrolan barat badan
Pasien hipertensi dianjurkan untuk menurunkan berat badan dengan cara diet rendah
energi dan melakukan latihan 30-45 menit sebanyak 4-6 kali seminggu
2. Energi sesuai berat badan
Kebutuhan energi yang dianjurkan disesuaikan dengan kebutuhan untuk mencapai
atau mempertahankan berat badan normal.
3. Pembatasan asupan lemak jenuh
Lemak jenuh ditemukan pada lemak hewan, keju, mentega, margarine dan minyak
kelapa. Lemak tidakjenuh tunggal ditemukan pada kacang-kacangan, minyak kacang,
dan alpukat. Lemak tidak jenuh ganda ditemukan pada ikan salmon, ikan tuna,
29
kerang, minyak jagung, minyak biji kapas, minyak kedelai dan minyak biji bunga
matahari. Kolesterol banyak terdapat pada kuning telur dan susu. Trigliserida banyak
ditemukan pada pangan hewani maupun nabati.
4. Pembatasan Natrium/Sodium
Kecukupan natrium yang dianjurkan dalam sehari adalah 2400 mg. 200 mg dipenuhi
dari garam dapur, dan 400 mg dari natrium yang terkandung dalam bahan makanan
yang digunakan. Makanan yang mengandung natrium tinggi:
1) Sumber karbohidrat dari roti, biscuit, kue yang dimasak dengan garam dapur,
baking powder, dan soda.
2) Sumber protein hewani: otak, ginjal, lidah, sardine, daging, ikan, susu, telur,
daging asap, ham, dendeng, abon, keju, ikan asin, ikan kaleng, kornet, ebi, udang
kering, telur asin dan telur pindang
3) Sumber protein nabati: keju, kacang-kacangan dan hasilnya yang dimasak
menggunakan natrium
4) Lemak dari margarine dan mentega
5) Minuman ringaan
6) Bumbu seperti garam dapur, baking powder, soda kue, vetsin, kecap, terasi, kaldu
instan, saus tomat, petis, dan tauco.
5. Keseimbangan Kalium/Potasium
Kecukupan kalium > 3500 mg/hari. Kalium terdapat di makanan yang berasal dari
tumbuhan dan hewan. Sumber utamanya adalah makanan mentah dan segar, terutama
buah, sayur dan kacang-kacangan
6. Keseimbangan kalsium
30
Kecukupan kalsium yang dianjurkan adalah 800 mg untukwanita dan laki-laki usia
19-49 tahun, 1000 mg untuk wanita dan laki-laki usia 50 tahun ke atas dan 1150 mg
untuk wanita hamil dan menyusui. Sumber kalsium utama berada pada susu dan hasil
olahannya seperti keju, ikan yang dimasak dengan tulang, serealia, kacang-kacangan,
serta hasil olahan dari kacang-kacangan.
7. Keseimbangan Magnesium
Asupan magnesium yang dianjurkan adalah > 200-500 mg/hari. Kekurangan
asupanmagnesium dapat menyebabkan kejang pada pembuluh darah arteri. Sumber
utama magnesium adalah sayuran hijau, serealia tumbuk, biji-bijian, dan kacang-
kacangan. Selain itu terdapat pada daging, susu dan hasil olahannya, serta coklat.
8. Olahraga
Olahraga yang teratur akan melatih otot jantung untuk bisa beradaptasi pada saat
jantung harus melakukan pekerjaan yang berat karena suatu kondisi tertentu. Selain
itu, olahraga juga dapat memelihara berat badan sehingga menurunkan resiko
kelebihan berat badan.
9. Stop kebiasaan merokok
Menghisap rokok berarti menghisap nikotin dan karbon monoksida. Nikotin akan
masuk ke dalam aliran darah dan segera mencapai otak. Otak akan memberikan
sinyal kepada kelenjar adrenal untuk melepaskan hormone adrenalin. Hormon
adrenalin akan menyempitkan pembuluh darah sehingga terjadi tekanan yang lebih
tinggi. Gas karbonmonoksida dapat menyebabkanpembuluh darah tegang dan kondisi
kejang otot sehingga tekanan darah pun naik.
10. Manajemen stress
31
Stress adalahh repon alami dari tubuh dan jiwa saat seseorang mengalami tekanan
dari lingkungan. Stress yang berkepanjangan akan menyebabkan ketegangan dan
kekhawatiran yang terus menerus.akibatnya, tubuh akan melepaskan hormone
adrenalin dan memacu jantung berdenyut lebih cepat dan lebih kuat sehingga tekanan
darah akan meningkat. (Ramayulis, 2010)
2.3.8 Makanan yang dianjurkan dan tidak dianjurkan
Tabel 2.2 Makanan yang dianjurkan dan tidak dianjurkanGolongan Bahan
MakananMakanan yang boleh
diberikanMakanan yang tidak
boleh diberikanSumber hidrat arang Beras, bulgur, kentangg,
singkong, terigu, tapioca, hunkeww, gula, makanan yang diolah dari bahan makanan tersebut di atas tanpa garam dapur dan soda, seperti: macaroni, mie, bihun, roti, biscuit, kue kering dan sebagainya
Roti, biscuit dan kue-kue yang dimasak dengan garam dapur dan atau soda
Sumber protein hewani Daging dan ikan maksimal 100 gr/hari, telur maksimal 1 butir/hari, susu maksimal 200 gr/hari
Otak, ginjal, lidah, sardine, keju, daging ikan, tlur, daging asap, ham, bacon, dendeng, abon, ikan asin, ikan kaleng, kornet, ebi, udang kering, telur asin, telur pindang dan sebagainya
Sumber protein nabati Semua kacang-kacangan dan hasilnya yang diolah dan dimasak tanpa garam
Keju, kacang tanah dan semua kacang-kacangan dan hasilnya yang dimasak dengan garam dapur
Sayuran Semua sayuran segar, sayuran yang diawetkan tanpa garam apur,natrium benzoate dan soda
Sayuran yang diawetkan dengan garam dapur seperti: sayuran dalam kaleng, sawi asin, asinan, acar, dan sebagainya
Buah-buahan Semua buah-buahan Buah-buahan yang
32
segar, buah-buahan yang diawetkan tanpa garam dapur, natrium benzoate, dan soda
diawetkan dengan garam dapur
Lemak Minyak, margarine tanpa garam, mentega tanpa garam
Margarine dan mentega biasa
Bumb-bumbu Semua bumbu-bumbu segar dan kering yang tidak mengandung garam dapur
Garam dapur, baking powder, soda kue, vetsin, dan bumbu-bumbu yang mengandung garam dapur seperti: kecap, terasi, manggi, tomato ketchup, petis, tauco
Minuman The, coklat, minuman ringan
Kopi
(Gunawan, 2001)
33
BAB 3
PROMOSI KESEHATAN
3.1 Kasus
Data RT 10 RW 03 Desa Sidotopo Wetan Kecamatan Kenjeran Surabaya pada tanggal
19 Oktober 2013 adalah sebagai berikut:
Lansia : 22 (7 lansia menderita hipertensi, 3 lansia menderita Diabetes, 4 lansia asam urat, 3
lansia gangguan pendengaran, 3 lansia demensia, 2 lansia stroke)
Dewasa : 50 (4 orang menderita hipertensi, 6 orang hypotensi, 3 orang diabet)
Remaja : 17 orang
Anak-anak: 10 orang
Balita : 8 orang
Jumlah KK : 30 KK
Penyakit terbanyak di RT 10 RW 03 Desa Sidotopo wetan Kec. Kenjeran Surabaya
adalah hipertensi pada Lansia. Menurut pengkajian awal, kebanyakan lansia dan keluarga tidak
tau perawatan yang harus dilakukan pada penderita hipertensi di rumah. Jarak antara RT 10 RW
03 dengan pelayanan kesehatan adalah 10km. Posyandu lansia tidak berjalan dengan baik. Para
warga pergi ke pelayanan kesehatan hanya saat mengeluhkan sakit saja. Pola makan lansia tidak
teratur dan 3 orang di antaranya suka dengan makanan yang asin. Kondisi rumah di wilayah RT
10 RW 03 adalah permanen. Lingkungan agak kumuh. Rata-rata warga di wilayah ini
memproduksi ikan asin dan menjualnya di pasar dekat wilayah. Bahkan, sering sekali warga
makan ikan asin bila sudah tidak ada biaya.
34
22
3.2 Analisa Data
No Data Etiologi Masalah1 - 32% lansia menderita
hipertensi- 4,5% lansia menderita
stroke- Ketidak teraturan
minum obat Anti HT
Kurang pengetahuan Ketidak efektifan manajemen
kesehatan diri
2 - 32% lansia menderita hipertensi
- 4,5% lansia menderita stroke
- Pola makan lansia tidak teratur
- 43% lansia yang hipertensi menyukai makanan yang asin
- Lansia dan keluarga tidak mengetahui perawatan pada penderita hipertensi di rumah
Kurang pengetahuan tentang perawatan di
rumah
Resiko Cidera
22
23
3.3 Identifikasi Masalah
Resiko cidera pada lansia penderita hipertensi di RT 10 RW 3 kel. Sidotopo Wetan b.d kurangnya pengetahuan tentang perawatan di rumah pada lansia yang ditandai
dengan pola makan lansia tidak teratur, 43% lansia yang hipertensi menyukai makanan yang asin, lansia dan keluarga tidak mengetahui perawatan pada
penderita hipertensi di rumah
No Kriteria Perhitungan Skor Pembenaran1. Sifat masalah Ancaman kesehatan
2. Kemungkinan masalah dapat diubah
2 Sumber-sumber dan tindakan untuk dapat memecahkan masalah kesehatan dapat dijangkau keluarga
3. Potensi untuk mencegah masalah
1 Untuk menghindari terjadinya hipertensi dapat dicegah dengan makan-makanan yang rendah garam dan mengikuti diet serta olahraga
4. Menonjolnya masalah
1 Keluarga menyadari dan segera mengatasi masalah tersebut
Total Skor4
Ketidakefektifan manajemen kesehatan diri lansia dengan hipertensi b.d kurang pengetahuan lansia dan keluarga tentang perawatan di rumah ditandai dengan 32% lansia menderita hipertensi, 4,5% lansia menderita stroke, ketidakteraturan minum
obat Anti HT
No Kriteria Perhitungan Skor Pembenaran1. Sifat masalah Ancaman kesehatan
2. Kemungkinan masalah dapat diubah
Sumber-sumber dan tindakan untuk dapat memecahkan masalah kesehatan dapat dijangkau keluarga
3. Potensi untuk mencegah masalah
Untuk menghindari terjadinya hipertensi dapat dicegah dengan teratur minum obat
4. Menonjolnya masalah
1 Keluarga menyadari dan segera mengatasi masalah tersebut
23
24
Total Skor
3.4 Perencanaan (Intervensi)
Resiko cidera pada lansia penderita hipertensi di RT 10 RW 3 kel. Sidotopo Wetan b.d kurangnya pengetahuan tentang perawatan di rumah pada lansia yang ditandai dengan pola makan lansia tidak teratur, 43% lansia yang hipertensi menyukai makanan yang asin, lansia
dan keluarga tidak mengetahui perawatan pada penderita hipertensi di rumahTujuan Sasaran dan
StrategiPlanning Waktu dan
tempat- Jangka Panjang:
Meningkatkan derajat kesehatan dan mutu hidup lansia dalam menjalani masa tua yang bahagia dan berdaya guna dalam kehidupan keluarga dan masyarakat sesuai dengan keberadaannya dalam strata masyarakat
- Jangka Pendek:Masyarakat mampu mengetahui perawatan di rumah pada penderita hipertensi
- Sasaran: Lansia dengan hipertensi di RT 10 RW 03 Kel. Sidotopo Wetan
- Strategi: Penyuluhan dengan metode Brainstorming
1.yang mempengaruhi kebutuhan terhadap keamanan
2.lingkungan yang dapat menyebabkan resiko cidera
3.mengenai bahaya lingkungan dan karakteristik
4.teknik untuk mencegah cidera di rumah
- Waktu: 21 Oktober 2013 pukul 10.00 WIB
- Tempat: Balai RW 10 Kel. Sidotopo Wetan
3.5 Pelaksanaan (Implementasi)
Tanggal/Waktu
No. Dx
Implementasi TTD
21 Oktober 2013
10.0 IB
1 1. Mengidentifikasi Identifikasi factor yang mempengaruhi kebutuhan terhadap keamanan
2. Mengidentifikasi factor lingkungan yang dapat menyebabkan resiko cidera
3. Memberikan informasi mengenai bahaya lingkungan dan karakteristik
4. Menginstruksikan lansia teknik untuk mencegah cidera di rumah dengan cara perawatan di rumah
5. Melakukan penyuluhan dengan menggunakan metode Brainstorming
24
25
3.6 Evaluasi
- Lansia datang ke balai RW 10 tepat waktu
- Lansia dapat menuliskan pendapatnya di kertas dan mengerti apa yang harus
di bawa ke rumah terkait dengan perawatan di rumah.
25
26
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Kelompok lansia dengan hipertensi termasuk dalam populsi rentan
(vulnerable populations). Populasi rentan adalah kelompok sosial yang mempunyai
risiko atau kerentanan yang tinggi untuk mengalami gangguan kesehatan. Populasi
rentan adalah populasi yang lebih besar kemungkinannya untuk mengalami masalah
kesehatan akibat paparan berbagai risiko daripada populasi yang lainnya (Stanhope &
Lancaster 2004).
Dengan berkembangnya suatu penyakit di komunitas, berdampak pula pada
berkembangnya suatu ilmu keperawatan komunitas, dimana seorang petugas
kesehatan berkewajiban memberikan promosi kesehatan dengan metode penyuluhan
yang tepat sesuai sasarannya. Semua metode penyuluhan memiliki keuntungan dan
kerugian. Metode brainstorming atau curah pendapat cocok sekali bagi lansia yang
memiliki perasaan malu dalam berdiskusi ataupun mengungkapkan pendapat. Akan
tetapi, kerugian metode ini tidak dapat menyimpulkan dari hasil diskusi yang telah
dilakukan.
4.2 Saran
1. Bagi mahasiswa supaya dapat memahami dan memberikan promosi kesehatan
dengan metode yang bervariatif sesuai dengan tujuan dan sasaran kegiatan.
26
2. Bagi institusi dan tenaga kesehatan agar dapat meningkatkan pengembangan
di bidang promosi kesehatan dan menerapkan metode promosi kesehatan
brainstorming sesuai dengan SAP yang telah disusun sebeumnya.
1
2
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, S., 2008. Modul Pelatihan Bagi Tenaga Kesehatan di Puskesmas. Jakarta: Departemen kesehattan RI.
Brian, T., 2007. 'Bebaskan kekuatan mental Anda', dalam 'Change your thingking, change your life: how to unclock your dull potential for success and achievement. Bandung: Mizan Media Utama.
Gunawan, L., 2001. Hipertensi. Yogyakarta: Kanisius.
Mansjoer, A. et al., 2000. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1. 3rd ed. Jakarta: Media Aesculapius.
Maryam, et al., 2008. Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta: Salemba Medika, hal. 31-34.
Notoatmodjo, S., 2007. Promosi Kesehatan & Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta, hal. 59-60.
Ramayulis, R., 2010. Menu dan Resep untuk Penderita Hipertensi. Jakarta:
Penebar Plus.
2