promkes pada lansia kel.7

39
TUGAS KEPERAWATAN KOMUNITAS 4 PROMOSI KESEHATAN TENTANG HIPERTENSI PADA KELOMPOK LANSIA DENGAN METODE BRAINSTORMING DISUSUN OLEH KELOMPOK 7 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Diah Susmiarti, Amd. Kep Reza Suherri Wiwin Winarni Yayik Lailatul F. Choiruddin Bisri Ryan Reza Falupi Triyana Nur Qomariyah Lenny Infil Sakinah Nuran F. A. S. 131211123016 131211123068 131211123069 131211123070 131211123071 131211123072 131211123073 131211123074 131211123077 i

Upload: muzay8647

Post on 19-Jan-2016

225 views

Category:

Documents


44 download

DESCRIPTION

FERCFREFR

TRANSCRIPT

TUGAS KEPERAWATAN KOMUNITAS 4

PROMOSI KESEHATAN TENTANG HIPERTENSI PADA KELOMPOK LANSIA DENGAN METODE

BRAINSTORMING

DISUSUN OLEHKELOMPOK 7

1.2.3.4.5.6.7.8.9.

Diah Susmiarti, Amd. KepReza SuherriWiwin WinarniYayik Lailatul F.Choiruddin BisriRyan Reza FalupiTriyana Nur QomariyahLenny Infil SakinahNuran F. A. S.

131211123016131211123068131211123069131211123070131211123071131211123072131211123073131211123074131211123077

PROGRAM S1 ILMU KEPERAWATANFAKULTAS KEPERAWATANUNIVERSITAS AIRLANGGA

2013

i

ii

iii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan

hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul

“Promosi Kesehatan Tentang Hipertensi pada Kelompok Lansia dengan Metode

Brainstorming”. Makalah ini disusun sebagai salah satu syarat akademik untuk

memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Komunitas.

Atas terselesaikannya makalah ini, penulis mengucapkan terima kasih

kepada:

1. Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga.

2. Ketua Departemen Keperawatan Jiwa dan Komunitas.

3. Penanggungjawab Mata Ajar Keperawatan Kesehatan Komunitas 4.

4. Semua pihak yang telah memberikan dorongan dan bantuannya selama

penyusunan makalah ini baik secara langsung maupun tidak langsung.

Penyusun berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua

pihak yang membutuhkan.

Surabaya, Oktober 2013

Penyusun

iv

DAFTAR ISI

BAB 1 PENDAHULUAN.......................................................................................11.1 Latar Belakang..........................................................................................11.2 Rumusan Masalah.....................................................................................31.3 Tujuan........................................................................................................31.4 Manfaat......................................................................................................4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................52.1 Konsep Lansia...........................................................................................5

2.1.1 Pengertian...........................................................................................52.1.2 Klasifikasi lansia................................................................................52.1.3 Karakteristik lansia............................................................................62.1.4 Tipe lansia..........................................................................................6

2.2 Konsep Brainstorming atau curah pendapat.............................................72.2.1 Definisi...............................................................................................72.2.2 Langkah-langkah................................................................................82.2.3 Keuntungan Brainstorming..............................................................102.2.4 Kerugian Brainstorming...................................................................10

2.3 Konsep Hipertensi...................................................................................102.3.1 Definisi.............................................................................................102.3.2 Klasifikasi........................................................................................102.3.3 Faktor Resiko...................................................................................102.3.4 Etiologi.............................................................................................112.3.5 Manifestasi Klinis............................................................................122.3.6 Pemeriksaan Penunjang...................................................................122.3.7 Penatalaksanaan...............................................................................132.3.8 Makanan yang dianjurkan dan tidak dianjurkan..............................16

BAB 3 PROMOSI KESEHATAN.........................Error! Bookmark not defined.3.1 Kasus.......................................................Error! Bookmark not defined.3.2 Analisis Kasus.........................................Error! Bookmark not defined.3.3 Identifikasi Masalah................................Error! Bookmark not defined.3.4 Perencanaan.............................................Error! Bookmark not defined.3.5 Pelaksanaan.............................................Error! Bookmark not defined.3.6 Evaluasi...................................................Error! Bookmark not defined.

BAB 4 PENUTUP..................................................Error! Bookmark not defined.DAFTAR PUSTAKA............................................Error! Bookmark not defined.

BAB 1PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Salah satu indikator keberhasilan pembangunan adalah semakin meningkatnya usia

harapan hidup penduduk. Akibat semakin meningkatnya usia harapan hidup penduduk,

menyebabkan jumlah penduduk lanjut usia (Lansia) terus meningkat dari tahun ke tahun. Budi

Anna Keliat (1999) dalam Maryam (2008) mengatakan bahwa usia lanjut merupakan tahap

akhir perkembangan pada daur kehidupan manusia. Sedangkan menurut Pasal 1 ayat (2), (3), (4)

UU No. 13 Tahun 1998 tentang Kesehatan dikatakan bahwa usia lanjut adalah seseorang yang

telah mencapai usia lebih dari 60 tahun. Semakin bertambah usia seseorang menyebabkan

terjadinya penurunan fungsi tubuh. Proses menua pada manusia merupakan suatu peristiwa

alamiah yang tidak dapat dihindari, perkembangan fisik dan fungsi organ tubuh mulai

mengalami penurunan. Penurunan fungsi internal terjadi pada umumnya pada sistem

kardiovaskuler, pernapasan, saraf, sensori dan muskuloskeletal. Gangguan yang sering terjadi

pada sistem kardiovaskuler adalah terganggunya sistem jantung dan peredaran darah seperti

hipertensi.

Penduduk di seluruh dunia dengan kelompok lanjut usia (lansia) yang berumur 60

tahun keatas mengalami pertumbuhan dengan cepat dibandingkan dengan kelompok usia

lainnya. Indonesia adalah salah satu negara yang terletak di Asia Tenggara yang memasuki era

penduduk berstruktur lansia (aging structured population) karena jumlah penduduk yang berusia

di atas 60 tahun sekitar 7,18 persen. Peningkatan jumlah penduduk lansia ini disebabkan antara

lain karena tingkat sosial ekonomi masyarakat yang meningkat, kemajuan di bidang pelayanan

kesehatan, dan tingkat pengetahuan masyarakat yang meningkat (Ponorogo, 2010). Kelompok

lansia dengan hipertensi termasuk dalam populsi rentan (vulnerable populations). Stanhope &

18

Lancaster (2004) menyebutkan bahwa lansia yang berusia 70 tahun ke atsa, mengalami arthritis

sebanyak 58,1%, hipertensi 45,0%, gangguan hati 21,4%, kanker 19,4%, diabetes 12,0% dan

stroke 8,9%. Flaskerud dan Winslow (1990) dalam Stanhope & Lancster (2004) mengatakan

bahwa populasi rentan adalah kelompok sosial yang mempunyai risiko atau kerentanan yang

tinggi untuk mengalami gangguan kesehatan. Populasi rentan adalah populasi yang lebih besar

kemungkinannya untuk mengalami masalah kesehatan akibat paparan berbagai risiko daripada

populasi yang lainnya.

Gangguan sistem kardiovaskuler (hipertensi) yang terjadi pada lansia disebabkan

efisiensi kerja jantung 80%. Jantung mulai kehilangan otot serabutnya dan pembuluh darah

menjadi semakin kaku dan kurang elastis. Jaringan mengalami atropi, arteri mengeras dan

menciut. Kekuatan otot jantung melemah, ukuran sel otot jantung mengecil dan keluaran jantung

juga mengecil. Menurut Ramayulis (2010), hipertensi dapat disebabkan oleh faktor yang tidak

dapat dikendalikan dan factor yang bisa dikendalikan. Faktor resiko yang tidak dapat

dikendalikan meliputi keturunan, jenis kelamin, unur dan ras. Adapun faktor yang dapat

dikendalikan meliputi kebiasaan makan, aktivitas fisik, konsumsi rokok dan alkohol, stress dan

kelebihan berat badan. Apabila tidak ditangani dengan benar, maka hipertensi dapat

menyebabkan stroke (perdarahan di jaringan otak), penyakit jantung dan gagal ginjal (Gunawan

2001)

Mengingat berbagai macam komplikasi yang dapat terjadi pada hipertensi, maka

pemerintah merumuskan berbagai kebijakan pelayanan kesehatan Lansia yang bertujuan untuk

meningkatkan derajat kesehatan dan mutu kehidupan Lansia untuk mencapai masa tua bahagia

dan berdaya guna dalam kehidupan keluarga dan masyarakat sesuai dengan keberadaannya.

Pembinaan Lansia di Indonesia dilaksanakan berdasarkan peraturan Undang-Undang RI No. 13

19

Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lansia yang menyebutkan bahwa pelayanan kesehatan

dimaksudkan untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan dan kemampuan Lansia,

upaya penyuluhan, penyembuhan dan pengembangan lembaga. Salah satu bentuk metode/cara

dalam penyuluhan yang dapat digunakan yaitu metode brainstorming, sebuah metode modifikasi

diskusi kelompok dengan satu masalah dan kemudian tiap peserta memberikan jawaban–jawaban

atau tanggapan (curah pendapat).

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimanakan promosi kesehatan tentang hipertensi pada kelompok lansia dengan metode

brainstorming?

1.3 Tujuan

Mahasiswa dapat memahami tentang promosi kesehatan tentang hipertensi pada kelompok

lansia dengan metode brainstorming.

1.4 Manfaat

Manfaat penulisan makalah ini adalah :

1. Bagi mahasiswa mampu memahami serta menerapkan promosi kesehatan dengan metode

brainstorming pada kelompok lansia.

20

2. Bagi institusi sebagai sumber pustaka dan literatur dalam pengembangan ilmu pengetahuan

terutama tentang asuhan keperawatan komunitas dan meningkatkan pengembangan di bidang

progam promosi kesehatan.

21

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Lansia

2.1.1 Pengertian

Budi Anna Keliat (1999) dalam Maryam et al (2008) mengatakan bahwa usia lanjut

merupakan tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan manusia. Sedangkan menurut Pasal

1 ayat (2), (3), (4) UU No. 13 Tahun 1998 tentang Kesehatan dikatakan bahwa usia lanjut adalah

seseorang yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun.

2.1.2 Klasifikasi lansia

Klasifikasi pada lansia meliputi:

1. Pralansia (prasenilis)

Seseorang yang berusia antara 45-59 tahun

2. Lansia

Seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih

3. Lansia risiko tinggi

Seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih.seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih

dengan masalah kesehatan (Depkes RI 2003)

4. Lansia potensial

Lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan/atau kegiatan yang dapat

menghasilkan barang/jasa (Depkes RI 2003)

5. Lansia tidak potensial

Lansia yang tidak berdaya mencari nafkah, sehingga hidupnya bergantung pada

bantuan orang lain (Depkes RI 2003)

22

2.1.3 Karakteristik lansia

Menurut Budi Anna Keliat (1999) dalam Maryam et al (2008), lansia memiliki

karakteristik sebagai berikut:

1. Berusia lebih dari 60 tahun (sesuai dengan pasal 1 ayat (2) UU No. 13 tentang

kesehatan)

2. Kebutuhan dan masalah yang bervariasi dari rentang sehat sampai sakit, dari kebutuhan

biopsikososial sampai spiritual serta dari kondisi adaptif hingga kondisi maladaptif

3. Lingkungan tempat tinggal yang bervariasi

2.1.4 Tipe lansia

Beberapa tipe pada lansia bergantung pada karakter, pengalaman hidup, lingkungan,

kondisi fisik, mental, sosial dan ekonominya (Nugroho 2000 dalam Maryam et al 2008). Tipe

tersebut meliputi:

1. Tipe arif bijaksana

Kaya dengan hikmah, pengalaman, menyesuaikan diri dengan perubahan zaman, mempunyai

kesibukan, bersikap ramah, rendah hati, sederhana, dermawan, memenuhi undangan dan

menjadi panutan.

2. Tipe mandiri

Mengganti kegiatan yang hilang dengan yang baru, selektif dalam mencari pekerjaan,

bergaul dengan teman dan memenuhi undangan

3. Tipe tidak puas

Konflik lahir batin menentang proses penuaan sehingga menjadi pemarah, tidak sabar,

mudah tersinggung, sulit dilayani, pengkritik dan banyak menuntut.

4. Tipe pasrah

23

Menerima dan menunggu nasib baik, mengikuti kegiatan agama dan melakukan pekerjaan

apa saja.

5. Tipe bingung

Kaget, kehilangan kepribadian, mengasingkan diri, minder, menyesal, pasif dan acuh tak

acuh.

Tipe lain dari lansia adalah tipe optimis, tipe konstruktif, tipe dependen

(kebergantungan), tipe defensif (bertahan), tipe militan dan serius, tipe pemarah/ftustasi (kecewa

akibat kegagalan dalam melakukan sesuatu), serta tipe putus asa (benci pada diri sendiri).

Sedangkan bila dilihat dari tingkat kemandiriannya yang dinilai berdasarkan

kemampuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari (indeks kemandirian Katz), para lansia dapat

digolongkan menjadi beberapa tipe, yaitu lansia mandiri sepenuhnya, lansia mandiri dengan

bantuan langsung keluarganya, lansia mandiri dengan bantuan secara tidak langsung, lansia

dengan bantuan badan sosial, lansia di panti wreda, lansia yang dirawat di rumah sakit dan lansia

dengan gangguan mental.

2.2 Konsep Brainstorming atau curah pendapat

2.2.1 Definisi

Brainstorming adalah sebuah latihan yang dapat dilakukan dengan orang lain.

Brainstorming adalah sebuah bentuk mindstorming yang dilakukan dalam kelompok, tetapi

dengan aturan yang sedikit berbeda. Brainstorming pertama kali dikembangkan oleh seorang

eksekutif periklanan, Alex Osborn dan pertama kali yang dijabarkan dalam bukunya yang

berjudul Applied Imagination pada 1946. Sejak itu, brainstorming berkembang dengan cepat dan

dipergunakan di seluruh penjuru dunia, dalam setiap jenis perusahaan dan situasi untuk

24

menghasilkan bermacam-macam alasan. Cara ini adalah sebuah proses yang sederhana, baik

untuk dipelajari maupun untuk diterapkan (Brian, 2007).

Metode ini merupakan modifikasi metode diskusi kelompok. Prinsipnya sama dengan

diskusi kelompok. Bedanya pada permulaannya pemimpin kelompok memancing dengan satu

masalah dan kemudian tiap peserta memberikan jawaban –jawaban atau tanggapan (curah

pendapat). Tanggapan atau jawaban-jawaban tersebut ditampung dan ditulis dalam

flipchart/papan tulis. Sebelum semua peserta mencurahkan pendapatnya, tidak boleh diberi

komentar oleh siapapun. Setelah semua anggota mengeluarkan pendapatnya, tiap anggota dapat

mengomentari dan akhirnya terjadi diskusi (Notoatmodjo, 2007)

2.2.2 Langkah-langkah

Enam langkah dalam brainstoarming

1. Bentuklah sebuah kelompok dengan jumlah ideal anggota empat sampai tujuh orang. Di

bawah empat orang, tidak akan ada cukup pemikiran yang tersedia untuk menghasilkan

variasi solusi yang cukup banyak bagi permasalahan yang ada. Jika jumlah anggotanya lebih

dari tujuh orang, kelompok itu menjadi terlalu besar, sehingga para anggotanya tidak akan

mendapat cukup peluang untuk berkontribusi.

2. Jangan beri kesempatan anggota kelompok untuk mengkritik atau menertawakan ide-ide

yang muncul. Bagian terpenting sebuah brainstoarming adalah tidak adanya evaluasi

terhadap ide-ide yang muncul dalam sesi ini. Seluruh fokus sesi brainstorming terletak pada

menghasilkan sejumlah besar ide yang mungkin dalam satu kurun waktu yang singkat. Tidak

ada satu hal pun yang dapat mematikan sebuah sesi brainstorming secepat kecenderungan

orang untuk mengkritik langsung ide-ide begitu mereka ditelurkan. Begitu sebuah ide

seseorang mulai dikritik, sesi brainstorming itu dengan segera akan terhenti. Tidak ada

25

seorang pun yang senang dikritik. Tidak ada seorang pun yang ingin dipermalukan atau

ditertawakan dihadapan orang lain. Itulah sebabnya kita harus mengonsentrasikan diri kita

pada jumlah ide yang kita peroleh dan membiarkan proses evaluasi dilakukan lain waktu atau

oleh orang-orang yang berbeda.

3. Tentukan batas waktu yang spesifik. Waktu yang paling ideal bagi sebuah sesi brainstorming

adalah 15 sampai 45 menit.

4. Pilih satu orang sebagai pemimpin kelompok . Tugas seorang pemimpin adalah mendorong

semua orang untuk mau berkontribusi sebanyak mungkin. Satu cara yang baik untuk

memimpin sebuah sesi brainstorming adalah dengan berjalan berkeliling dari satu meja ke

meja lainnya dan mengajak setiap orang untuk menyumbangkan sebuah ide seperti yang

dilakukan orang ketika bermain kartu, yang di dalamnya mendorong setiap orang untuk

memasang taruhan atau melewatkan kesempatan. Begitu kita selesai berkeliling dari satu

meja ke meja lain selama beberapa kali, ide-ide akan mulai bermunculan dengan kecepatan

tinggi.

5. Tunjuk seseorang untuk mencatat semua ide yang muncul. Satu fungsi kunci dalam sebuah

sesi brainstorming adalah fungsi pencatat. Sang pencatat adalah orang yang bertugas untuk

mencatat semua ide begitu ide tersebut dicetuskan. (Brian, 2007)

2.2.3 Keuntungan Brainstorming

1. Memperoleh sejumlah pemikiran/pendapat

2. Pandangan lebih obyektif (Arifin, 2008)

2.2.4 Kerugian Brainstorming

1. Kurang memperoleh pandangan pemikiran yang bulat

2. Sulit mneganalisis/menyimpulkan (Arifin, 2008)

26

2.3 Konsep Hipertensi

2.3.1 Definisi

Hipertensi adalah tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg dan tekanan diastolic ≥ 90 mmHg,

atau bila pasien memakai obat anti hipertensi (Mansjoer, et al., 2000)

2.3.2 Klasifikasi

Tabel 2.1 Klasifikasi HipertensiTekanan Sistolik DiastolikOptimal < 120 mmHg < 80 mmHgNormal < 130 mmHg < 85 mmHgTinggi 130-139 mmHg 85-89 mmHg

Hipertensi ringan 140-159 mmHg 90-99 mmHgHipertensi sedang 160-179 mmHg 100-109 mmHgHipertensi berat 180-209 mmHg 110-119 mmHg

Hipertensi sangat berat ≥ 210 mmHg ≥ 120 mmHg(Ramayulis, 2010)

2.3.3 Faktor Resiko

Menurut Ramayulis (2010), hipertensi dapat disebabkan oleh factor yang tidak dapat

dikendalikan dan factor yang bisa dikendalikan. Factor resiko yang tidak dapat dikendalikan

meliputi keturunan, jenis kelamin, unur dan ras. Adapun factor yang dapat dikendalikan meliputi

kebiasaan makan, aktivitas fisik, konsumsi rokok dan alkohol, stress dan kelebihan berat badan.

1. Faktor keturunan

Faktor keturunan berhubungan dengan peningkatan kadar natrium dalam sel dan

rendahnya rasio kalium terhadap natrium pada individu yang mempunyai orang tua

hipertensi

2. Jenis kelamin

Jenis kelamin berhubungan dengan adanya efek perlindungan estrogen pada wanita

dalam meningkatkan kadar kolesterol HDL yang dapat mencegah terjadinya

penyumbatan pembuluh darah.

27

3. Umur

Factor umur berhubungan dengan terjadinya penebalan dinding pembuluh darah yang

berangsur-angsur menyempit dan menjadi kaku. Tekanan darah sistolik akan meningkat

saar kelenturan pembuluh darah berkurang.

4. Ras

Factor ras berhubungan dengan kejadian hipertensi yang lebih banyak pada orang

berkulit hitam dibandingkan orang yang berkulit putih. Penyebabnya belum diketahui

secara pasti, tapi pada orang berkulit hitam ditemukan sensitivitas yang lebih besar untuk

mengalami keadaan vasokontriksi (penyempitan pembuluh darah) yang cenderung

mencetuskan keadaan hipertensi.

2.3.4 Etiologi

Menurut Mansjoer (2000), berdasarkan penyebabnya, hipertennsi dibagi menjadi 2

golongan, yaitu:

1. Hipertensi esensial (primer/idiopatik)

Terdapat 95% kasus. Factor yang mempengaruhi adalah: genetic, lingkungan,

hiperkreatifitas susan saraf simpatis, system rennin-angiotensin, defek dalam ekskresi

Na, peningkatan Na dan Ca intraseluler, dan factor-faktor yang meningkatkan resiko

seperti obesitas, alkohol, merokok, serta polisitemia

2. Hipertensi renal (sekunder)

Terdapat 5% kasus. Penyebabnya diketahui, seperti penggunaan estrogen, penyakit

ginjal, hipertensi vascular renal, hiperaldosteronisme primer, Chusing syndrome,

feokromositoma, koarktasio aorta, hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan,

dan lain-lain.

28

2.3.5 Manifestasi Klinis

Tekanan darah tinggi kadang merupakan satu-satunya gejala, gejala baru muncul

setelah terjadi kompilikasi pada ginjal, mata, otak, atau jantung. Gejala lain yang sering

ditemukan adalah sakit kepala, epistaksis, marah, telinga berdengung, rasa berat di tengkuk,

sukar tidur, mata berkunang-kunang, dan pusing (Mansjoer, 2000)

2.3.6 Pemeriksaan Penunjang

Menurut Mansjoer (2000), Pemeriksaan penunjang hipertensi antara lain:

1. Urinalisa

2. Darah perifer lengkap

3. Kimia darah (K, Na, kreatinin, gula darah puasa, kolesterol total, kolesteral HDL)

4. EKG

2.3.7 Penatalaksanaan

Menurut Ramayulis (2010), penatalaksanaan pada pasien hipertensi antara lain:

1. Pengontrolan barat badan

Pasien hipertensi dianjurkan untuk menurunkan berat badan dengan cara diet rendah

energi dan melakukan latihan 30-45 menit sebanyak 4-6 kali seminggu

2. Energi sesuai berat badan

Kebutuhan energi yang dianjurkan disesuaikan dengan kebutuhan untuk mencapai

atau mempertahankan berat badan normal.

3. Pembatasan asupan lemak jenuh

Lemak jenuh ditemukan pada lemak hewan, keju, mentega, margarine dan minyak

kelapa. Lemak tidakjenuh tunggal ditemukan pada kacang-kacangan, minyak kacang,

dan alpukat. Lemak tidak jenuh ganda ditemukan pada ikan salmon, ikan tuna,

29

kerang, minyak jagung, minyak biji kapas, minyak kedelai dan minyak biji bunga

matahari. Kolesterol banyak terdapat pada kuning telur dan susu. Trigliserida banyak

ditemukan pada pangan hewani maupun nabati.

4. Pembatasan Natrium/Sodium

Kecukupan natrium yang dianjurkan dalam sehari adalah 2400 mg. 200 mg dipenuhi

dari garam dapur, dan 400 mg dari natrium yang terkandung dalam bahan makanan

yang digunakan. Makanan yang mengandung natrium tinggi:

1) Sumber karbohidrat dari roti, biscuit, kue yang dimasak dengan garam dapur,

baking powder, dan soda.

2) Sumber protein hewani: otak, ginjal, lidah, sardine, daging, ikan, susu, telur,

daging asap, ham, dendeng, abon, keju, ikan asin, ikan kaleng, kornet, ebi, udang

kering, telur asin dan telur pindang

3) Sumber protein nabati: keju, kacang-kacangan dan hasilnya yang dimasak

menggunakan natrium

4) Lemak dari margarine dan mentega

5) Minuman ringaan

6) Bumbu seperti garam dapur, baking powder, soda kue, vetsin, kecap, terasi, kaldu

instan, saus tomat, petis, dan tauco.

5. Keseimbangan Kalium/Potasium

Kecukupan kalium > 3500 mg/hari. Kalium terdapat di makanan yang berasal dari

tumbuhan dan hewan. Sumber utamanya adalah makanan mentah dan segar, terutama

buah, sayur dan kacang-kacangan

6. Keseimbangan kalsium

30

Kecukupan kalsium yang dianjurkan adalah 800 mg untukwanita dan laki-laki usia

19-49 tahun, 1000 mg untuk wanita dan laki-laki usia 50 tahun ke atas dan 1150 mg

untuk wanita hamil dan menyusui. Sumber kalsium utama berada pada susu dan hasil

olahannya seperti keju, ikan yang dimasak dengan tulang, serealia, kacang-kacangan,

serta hasil olahan dari kacang-kacangan.

7. Keseimbangan Magnesium

Asupan magnesium yang dianjurkan adalah > 200-500 mg/hari. Kekurangan

asupanmagnesium dapat menyebabkan kejang pada pembuluh darah arteri. Sumber

utama magnesium adalah sayuran hijau, serealia tumbuk, biji-bijian, dan kacang-

kacangan. Selain itu terdapat pada daging, susu dan hasil olahannya, serta coklat.

8. Olahraga

Olahraga yang teratur akan melatih otot jantung untuk bisa beradaptasi pada saat

jantung harus melakukan pekerjaan yang berat karena suatu kondisi tertentu. Selain

itu, olahraga juga dapat memelihara berat badan sehingga menurunkan resiko

kelebihan berat badan.

9. Stop kebiasaan merokok

Menghisap rokok berarti menghisap nikotin dan karbon monoksida. Nikotin akan

masuk ke dalam aliran darah dan segera mencapai otak. Otak akan memberikan

sinyal kepada kelenjar adrenal untuk melepaskan hormone adrenalin. Hormon

adrenalin akan menyempitkan pembuluh darah sehingga terjadi tekanan yang lebih

tinggi. Gas karbonmonoksida dapat menyebabkanpembuluh darah tegang dan kondisi

kejang otot sehingga tekanan darah pun naik.

10. Manajemen stress

31

Stress adalahh repon alami dari tubuh dan jiwa saat seseorang mengalami tekanan

dari lingkungan. Stress yang berkepanjangan akan menyebabkan ketegangan dan

kekhawatiran yang terus menerus.akibatnya, tubuh akan melepaskan hormone

adrenalin dan memacu jantung berdenyut lebih cepat dan lebih kuat sehingga tekanan

darah akan meningkat. (Ramayulis, 2010)

2.3.8 Makanan yang dianjurkan dan tidak dianjurkan

Tabel 2.2 Makanan yang dianjurkan dan tidak dianjurkanGolongan Bahan

MakananMakanan yang boleh

diberikanMakanan yang tidak

boleh diberikanSumber hidrat arang Beras, bulgur, kentangg,

singkong, terigu, tapioca, hunkeww, gula, makanan yang diolah dari bahan makanan tersebut di atas tanpa garam dapur dan soda, seperti: macaroni, mie, bihun, roti, biscuit, kue kering dan sebagainya

Roti, biscuit dan kue-kue yang dimasak dengan garam dapur dan atau soda

Sumber protein hewani Daging dan ikan maksimal 100 gr/hari, telur maksimal 1 butir/hari, susu maksimal 200 gr/hari

Otak, ginjal, lidah, sardine, keju, daging ikan, tlur, daging asap, ham, bacon, dendeng, abon, ikan asin, ikan kaleng, kornet, ebi, udang kering, telur asin, telur pindang dan sebagainya

Sumber protein nabati Semua kacang-kacangan dan hasilnya yang diolah dan dimasak tanpa garam

Keju, kacang tanah dan semua kacang-kacangan dan hasilnya yang dimasak dengan garam dapur

Sayuran Semua sayuran segar, sayuran yang diawetkan tanpa garam apur,natrium benzoate dan soda

Sayuran yang diawetkan dengan garam dapur seperti: sayuran dalam kaleng, sawi asin, asinan, acar, dan sebagainya

Buah-buahan Semua buah-buahan Buah-buahan yang

32

segar, buah-buahan yang diawetkan tanpa garam dapur, natrium benzoate, dan soda

diawetkan dengan garam dapur

Lemak Minyak, margarine tanpa garam, mentega tanpa garam

Margarine dan mentega biasa

Bumb-bumbu Semua bumbu-bumbu segar dan kering yang tidak mengandung garam dapur

Garam dapur, baking powder, soda kue, vetsin, dan bumbu-bumbu yang mengandung garam dapur seperti: kecap, terasi, manggi, tomato ketchup, petis, tauco

Minuman The, coklat, minuman ringan

Kopi

(Gunawan, 2001)

33

BAB 3

PROMOSI KESEHATAN

3.1 Kasus

Data RT 10 RW 03 Desa Sidotopo Wetan Kecamatan Kenjeran Surabaya pada tanggal

19 Oktober 2013 adalah sebagai berikut:

Lansia : 22 (7 lansia menderita hipertensi, 3 lansia menderita Diabetes, 4 lansia asam urat, 3

lansia gangguan pendengaran, 3 lansia demensia, 2 lansia stroke)

Dewasa : 50 (4 orang menderita hipertensi, 6 orang hypotensi, 3 orang diabet)

Remaja : 17 orang

Anak-anak: 10 orang

Balita : 8 orang

Jumlah KK : 30 KK

Penyakit terbanyak di RT 10 RW 03 Desa Sidotopo wetan Kec. Kenjeran Surabaya

adalah hipertensi pada Lansia. Menurut pengkajian awal, kebanyakan lansia dan keluarga tidak

tau perawatan yang harus dilakukan pada penderita hipertensi di rumah. Jarak antara RT 10 RW

03 dengan pelayanan kesehatan adalah 10km. Posyandu lansia tidak berjalan dengan baik. Para

warga pergi ke pelayanan kesehatan hanya saat mengeluhkan sakit saja. Pola makan lansia tidak

teratur dan 3 orang di antaranya suka dengan makanan yang asin. Kondisi rumah di wilayah RT

10 RW 03 adalah permanen. Lingkungan agak kumuh. Rata-rata warga di wilayah ini

memproduksi ikan asin dan menjualnya di pasar dekat wilayah. Bahkan, sering sekali warga

makan ikan asin bila sudah tidak ada biaya.

34

22

3.2 Analisa Data

No Data Etiologi Masalah1 - 32% lansia menderita

hipertensi- 4,5% lansia menderita

stroke- Ketidak teraturan

minum obat Anti HT

Kurang pengetahuan Ketidak efektifan manajemen

kesehatan diri

2 - 32% lansia menderita hipertensi

- 4,5% lansia menderita stroke

- Pola makan lansia tidak teratur

- 43% lansia yang hipertensi menyukai makanan yang asin

- Lansia dan keluarga tidak mengetahui perawatan pada penderita hipertensi di rumah

Kurang pengetahuan tentang perawatan di

rumah

Resiko Cidera

22

23

3.3 Identifikasi Masalah

Resiko cidera pada lansia penderita hipertensi di RT 10 RW 3 kel. Sidotopo Wetan b.d kurangnya pengetahuan tentang perawatan di rumah pada lansia yang ditandai

dengan pola makan lansia tidak teratur, 43% lansia yang hipertensi menyukai makanan yang asin, lansia dan keluarga tidak mengetahui perawatan pada

penderita hipertensi di rumah

No Kriteria Perhitungan Skor Pembenaran1. Sifat masalah Ancaman kesehatan

2. Kemungkinan masalah dapat diubah

2 Sumber-sumber dan tindakan untuk dapat memecahkan masalah kesehatan dapat dijangkau keluarga

3. Potensi untuk mencegah masalah

1 Untuk menghindari terjadinya hipertensi dapat dicegah dengan makan-makanan yang rendah garam dan mengikuti diet serta olahraga

4. Menonjolnya masalah

1 Keluarga menyadari dan segera mengatasi masalah tersebut

Total Skor4

Ketidakefektifan manajemen kesehatan diri lansia dengan hipertensi b.d kurang pengetahuan lansia dan keluarga tentang perawatan di rumah ditandai dengan 32% lansia menderita hipertensi, 4,5% lansia menderita stroke, ketidakteraturan minum

obat Anti HT

No Kriteria Perhitungan Skor Pembenaran1. Sifat masalah Ancaman kesehatan

2. Kemungkinan masalah dapat diubah

Sumber-sumber dan tindakan untuk dapat memecahkan masalah kesehatan dapat dijangkau keluarga

3. Potensi untuk mencegah masalah

Untuk menghindari terjadinya hipertensi dapat dicegah dengan teratur minum obat

4. Menonjolnya masalah

1 Keluarga menyadari dan segera mengatasi masalah tersebut

23

24

Total Skor

3.4 Perencanaan (Intervensi)

Resiko cidera pada lansia penderita hipertensi di RT 10 RW 3 kel. Sidotopo Wetan b.d kurangnya pengetahuan tentang perawatan di rumah pada lansia yang ditandai dengan pola makan lansia tidak teratur, 43% lansia yang hipertensi menyukai makanan yang asin, lansia

dan keluarga tidak mengetahui perawatan pada penderita hipertensi di rumahTujuan Sasaran dan

StrategiPlanning Waktu dan

tempat- Jangka Panjang:

Meningkatkan derajat kesehatan dan mutu hidup lansia dalam menjalani masa tua yang bahagia dan berdaya guna dalam kehidupan keluarga dan masyarakat sesuai dengan keberadaannya dalam strata masyarakat

- Jangka Pendek:Masyarakat mampu mengetahui perawatan di rumah pada penderita hipertensi

- Sasaran: Lansia dengan hipertensi di RT 10 RW 03 Kel. Sidotopo Wetan

- Strategi: Penyuluhan dengan metode Brainstorming

1.yang mempengaruhi kebutuhan terhadap keamanan

2.lingkungan yang dapat menyebabkan resiko cidera

3.mengenai bahaya lingkungan dan karakteristik

4.teknik untuk mencegah cidera di rumah

- Waktu: 21 Oktober 2013 pukul 10.00 WIB

- Tempat: Balai RW 10 Kel. Sidotopo Wetan

3.5 Pelaksanaan (Implementasi)

Tanggal/Waktu

No. Dx

Implementasi TTD

21 Oktober 2013

10.0 IB

1 1. Mengidentifikasi Identifikasi factor yang mempengaruhi kebutuhan terhadap keamanan

2. Mengidentifikasi factor lingkungan yang dapat menyebabkan resiko cidera

3. Memberikan informasi mengenai bahaya lingkungan dan karakteristik

4. Menginstruksikan lansia teknik untuk mencegah cidera di rumah dengan cara perawatan di rumah

5. Melakukan penyuluhan dengan menggunakan metode Brainstorming

24

25

3.6 Evaluasi

- Lansia datang ke balai RW 10 tepat waktu

- Lansia dapat menuliskan pendapatnya di kertas dan mengerti apa yang harus

di bawa ke rumah terkait dengan perawatan di rumah.

25

26

BAB 4

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Kelompok lansia dengan hipertensi termasuk dalam populsi rentan

(vulnerable populations). Populasi rentan adalah kelompok sosial yang mempunyai

risiko atau kerentanan yang tinggi untuk mengalami gangguan kesehatan. Populasi

rentan adalah populasi yang lebih besar kemungkinannya untuk mengalami masalah

kesehatan akibat paparan berbagai risiko daripada populasi yang lainnya (Stanhope &

Lancaster 2004).

Dengan berkembangnya suatu penyakit di komunitas, berdampak pula pada

berkembangnya suatu ilmu keperawatan komunitas, dimana seorang petugas

kesehatan berkewajiban memberikan promosi kesehatan dengan metode penyuluhan

yang tepat sesuai sasarannya. Semua metode penyuluhan memiliki keuntungan dan

kerugian. Metode brainstorming atau curah pendapat cocok sekali bagi lansia yang

memiliki perasaan malu dalam berdiskusi ataupun mengungkapkan pendapat. Akan

tetapi, kerugian metode ini tidak dapat menyimpulkan dari hasil diskusi yang telah

dilakukan.

4.2 Saran

1. Bagi mahasiswa supaya dapat memahami dan memberikan promosi kesehatan

dengan metode yang bervariatif sesuai dengan tujuan dan sasaran kegiatan.

26

2. Bagi institusi dan tenaga kesehatan agar dapat meningkatkan pengembangan

di bidang promosi kesehatan dan menerapkan metode promosi kesehatan

brainstorming sesuai dengan SAP yang telah disusun sebeumnya.

1

2

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, S., 2008. Modul Pelatihan Bagi Tenaga Kesehatan di Puskesmas. Jakarta: Departemen kesehattan RI.

Brian, T., 2007. 'Bebaskan kekuatan mental Anda', dalam 'Change your thingking, change your life: how to unclock your dull potential for success and achievement. Bandung: Mizan Media Utama.

Gunawan, L., 2001. Hipertensi. Yogyakarta: Kanisius.

Mansjoer, A. et al., 2000. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1. 3rd ed. Jakarta: Media Aesculapius.

Maryam, et al., 2008. Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta: Salemba Medika, hal. 31-34.

Notoatmodjo, S., 2007. Promosi Kesehatan & Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta, hal. 59-60.

Ramayulis, R., 2010. Menu dan Resep untuk Penderita Hipertensi. Jakarta:

Penebar Plus.

2