promkes kesji

25
AB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan jiwa di Indonesia selama ini relatif terabaikan, padahal penurunan produktivitas akibat gangguan kesehatan jiwa terbukti berdampak nyata pada perekonomian. Di Indonesia, jumlah penderita masalah kesehatan jiwa cukup tinggi dan cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Hampir seluruh bagian dari wilayah Indonesia dan selama beberapa dekade, populasi telah mengalami masa sulit karena konflik, kemiskinan ataupun bencana alam. Sejumlah besar masyarakat Indonesia mengalami penderitaan mental yang bervariasi mulai dari tekanan psikologis ringan hingga gangguan jiwa.meskipun gangguan jiwa tidak menyebabkan kematian secara langsung namun akan menyebabkan penderinya menjadi tidak produktif dan menimbulkan beban bagi keluarga penderita dan lingkungan masyarakat sekitarnya. Sampai saat ini perhatian pemerintah terhadap kesehatan jiwa di tanah air boleh dikatakan kurang memuaskan(Notosoedirjo,2005). Prevalensi gangguan mental di negara AmerikaSerikat (6%-9%), Brazil (22.7%), Chili (26.7%), dan Pakistan (28.8%) (WHO,2003). Upaya untuk meningkatkan kesehatan jiwa, mencegah dan mengatasi gangguan jiwa merupakan 3 poin yang dijadikan fokus utama dalam rangka mengurangi naiknya beban, ketidakmampuan maupun kematian yang muncul sebagai akibat dari adanya

Upload: 28121998

Post on 09-Jul-2016

20 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

jiwa

TRANSCRIPT

AB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kesehatan jiwa di Indonesia selama ini relatif terabaikan, padahal penurunan produktivitas

akibat gangguan kesehatan jiwa terbukti berdampak nyata pada perekonomian. Di Indonesia,

jumlah penderita masalah kesehatan  jiwa cukup tinggi dan cenderung meningkat dari tahun

ke tahun. Hampir seluruh bagian dari wilayah Indonesia dan selama beberapa dekade,

populasi telah mengalami masa sulit karena konflik, kemiskinan ataupun bencana alam.

Sejumlah besar masyarakat Indonesia mengalami penderitaan mental yang bervariasi mulai

dari tekanan psikologis ringan hingga gangguan jiwa.meskipun gangguan jiwa tidak

menyebabkan kematian secara langsung  namun akan menyebabkan penderinya menjadi

tidak produktif dan menimbulkan beban bagi keluarga penderita dan lingkungan masyarakat

sekitarnya. Sampai saat ini perhatian pemerintah terhadap kesehatan jiwa di tanah air boleh

dikatakan kurang memuaskan(Notosoedirjo,2005).

Prevalensi gangguan mental di negara AmerikaSerikat (6%-9%), Brazil (22.7%), Chili

(26.7%), dan Pakistan (28.8%) (WHO,2003).

Upaya untuk meningkatkan kesehatan jiwa, mencegah dan mengatasi gangguan jiwa

merupakan 3 poin yang dijadikan fokus utama dalam rangka mengurangi naiknya beban,

ketidakmampuan maupun kematian yang muncul sebagai akibat dari adanya gangguan

mental. Tiga fokus utama tersebut, dapat diaplikasikan oleh para klinisi kepada pasien secara

individual, dan juga oleh perencana program kesehatan publik untuk target dalam skala lebih

luas. Mengintegrasikan peningkatan, pencegahan, maupun manajemen terkait masalah

kesehatan jiwa akan sangat membantu dalam menghindari kematian,mengurangi stigma yang

melekat pada seseorang dengan gangguan jiwa dan memperbaiki kondisi perekonomian

masyarakat. (WHO, 2002).

Pengabaian kesehatan jiwa ini umumnya disebabkan oleh adanya kebingungan dan asumsi

yang salah dalam memahami konsep kesehatan mental maupun gangguannya sebagai bagian

dari kesehatan general.Hampir di setiap belahan dunia penanganan gangguan jiwa dipisahkan

dari penanganan yang berkaitan dengan kondisi fisik. Bahkan, upaya untuk menjaga

kesehatan jiwa seakan-akan terpisah jauh dari permasalahan dunia yang sebenarnya,  dan

parahnya seringkali ditemukan kasus gangguan jiwal yang tidak ditangani secara semestinya

(Walker, Moodie & Herrman, 2004).

Proses pemberian informasi kesehatan dapat dilakukan dengan menggunakan media promosi.

Penerapan promosi kesehatan mental bertujuan sebagai langkah penting dalam

menyampaiakan sebuah dasar pengetahuan yang sering muncul sehingga dapat digunakan ke

dalam bentuk praktek yang efektif dalam sebuah aturan  (Barry MM, 2007).

Penelitian promosi kesehatan jiwa yang dilakukan oleh  Barry dan Jenkins (2007)

menggambarkan bahwa fakta-fakta penelitian dan pengalaman praktek promosi kesehatan

jiwa menjadi sebuah faktor kunci yang dapat membuat promosi tersebut berkerja secara

sukses. Penelitian tersebut menggambarkan berupa penemuan-penemuan, penyorotan

terhadap efektifitas promosi kesehatan jiwa yang sedang berlangsung, dan proses identifikasi

kondisi yang memungkinkan muncul dalam penerapan  program tersebut.

1.2 Tujuan

Untuk mengetahui promosi kesehatan jiwa

1.3 Manfaat

1 Memberikan pengetahuan dan pemahaman yang lebih luas mengenai kesehatan jiwa

2 Memberikan wawasan tentang kesehatan jiwakepada mahasiswa lain.

3 Memberikan tambahan referensi bagi almamater Fakultas Kedokteran Universitas

Bengkulu.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Kesehatan jiwa

Definisi kesehatan jiwa merupakan hal yang sangat penting untuk diketahui, sebab

merupakan suatu definisi acuan yang merupakan sasaran utama dari pelbagai upaya dalam

kehidupan manusia sesuai dengan tujuan dasar humaniora (Utama H, 2013).

1 Menurut WHO

Pengertian kesehatan jiwa adalah orang yang sehat jiwanya, merasa sehat dan bahagia,

mampu  menghadapi tantangan hidup, dapat menerima orang lain, mempunyai sikap postif

terhadap diri sendiri dan orang lain .

2 UU Republik Indonesia No 14 Tahun 2014 Bab 1 Pasal 1

Kesehatan jiwa adalah kondisi dimana seorang individu dapat berkembang secara fisik,

mental, spiritual, dan sosial sehingga individu tersebut menyadari kemampuan sendiri, dapat

mengatasi tekanan, dapat bekerja secara produktif, dan mampu memberikan kontribusi untuk

komunitasnya .

3 Federasi Kesehatan Mental Dunia (World Federation for Mental Health)

Merumuskan pengertian kesehatan mental sebagai berikut: (1) kesehatan mental sebagai

kondisi yang memungkinkan adanya perkembangan yang optimal baik secara fisik,

intelektual dan emosional, sepanjang hal itu sesuai dengan keadaan orang lain; (2) sebuah

masyarakat yang baik adalah masyarakat yang membolehkan perkembangan ini pada anggota

masyarakatnya selain pada saat yang sama menjamin dirinya berkembang dan toleran

terhadap masyarakat yang lain. Dalam konteks Federasi Kesehatan Mental Dunia ini jelas

bahwa kesehatan mental itu tidak cukup dalam pandangan individual belaka tetapi sekaligus

mendapatkan dukungan dari  masyarakatnya untuk berkembang secara optimal (Yusuf, 2009)

2.2 Kriteria Sehat Jiwa

Orang yang sehat jiwanya adalah orang yang merasa sehat dan bahagia, mampu menghadapi

tantangan hidup, dapat menerima orang lain sebagaimana adanya (yaitu dapat berempati dan

tidak secara apriori bersikap negatif terhadap diri sendiri dan orang lain (Utama H, 2013).

Seseorang yang sehat jiwa mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :

1 Senang terhadap dirinya sendiri

a. Mampu  mengatasi situasi

b. Mampu  mengatasi kekecewaan dalam hidup

c. Puas dengan kehidupannya sehari-hari

d. Mempunyai harga diri yang wajar

e. Menilai secara realisstis, tidak melebihkan dan tidak pula merendahkan

2 Merasa nyaman berhubungan dengan orang lain

a. Mampu mencintai oran g lain

b. Dapat menghargai pendapat orang lain yang berbeda

c. Merasa bagian dari suatu kelompok

3 Mampu memenuhi tuntutan hidup

a. Menetapkan tujuan hidup yang realistis

b. Mampu  mengambil keputusan

c. Mampu  menerima tanggung jawab

d. Mampu  merancang masa depan

e. Dapat menerima ide dan pengalaman baru

Untuk mencapai jiwa yang sehat diperlukan waktu dan usaha untuk mengembangkan dan

membinanya. Jiwa yang sehat dikembangkan sejak masa bayi hingga dewasa dalam berbagai

tahapan perkembangan. Pengaruh lingkungan terutama keluarga sangat penting dalam

membina jiwa yang sehat. Salah satu cara untuk mencapai jiwa yang sehat adalah penilaian

diri yaitu bagaimana seseorang melihat dirinya yang berkaitan erat dengan bagaimana cara

berpikir, bersikap.

Penilaian diri positif Penilaian diri negatif

• Menemukan kepuasan dalam hidup

• Membina hubungan yang erat dan sehat

• Menetapkan tujuan dan mencapainya

• Menghadapi maju mundurnya kehidupan

• Mempunyai keyakinan untuk menyelesaikan masalah • Merasa hidup ini sulit dikendalikan

• Merasa stress

• Menghindari tantangan hidup

• Memikirkan kegagalan

2.3 Aspek- Aspek Kesehatan

1. Emosi

Emosi adalah reaksi kompleks yang mengandung tingkatan aktivitas yang tinggi, dan diikuti

perubahan dalam kejasmanian serta berkaitan dengan perasaan yang kuat. sehat secara

emosional adalah kemampuan seseorang untuk mengekspresikan emosinya seperti marah,

senang, sedih, takut, benci, bosan.

2 Intelektual

Berhubungan dengan kecerdasan dalam berfikir. dimana kita mampu untuk berfikir dalam

mengolah informasi dengan baik dan memecahkan masalah yang dihadapi.

3 Sosial

Sehat secara sosial adalah sehat dalam bersosialisasi dengan masyarakat dan lingkungan

sekitar tanpa membedakan bedakan ras, agama, suku, status sosial sehingga dapat hidup

bersama dengan damai.

4 Fisik

Sehat jasmani merupakan komponen penting dalam arti sehat seutuhnya, berupa sosok

manusia yang berpenampilan kulit bersih, mata bersinar, rambut tersisir rapi, berpakaian rapi,

berotot, tidak gemuk, nafas tidak bau, selera makan baik, tidur nyenyak, gesit dan seluruh

fungsi fisiologi tubuh berjalan normal.

5 Spiritual

Spiritual merupakan komponen tambahan pada definisi sehat oleh WHO dan memiliki arti

penting dalam kehidupan sehari-hari masyarakat. Setiap individu perlu mendapat pendidikan

formal maupun informal, kesempatan untuk berlibur, mendengar alunan lagu dan musik,

siraman rohani seperti ceramah agama dan lainnya agar terjadi keseimbangan jiwa yang

dinamis dan tidak monoton.

2.4 Kebijakan Kesehatan Jiwa di Indonesia

Renstra Kemenkes 2010-2014 menjelaskan bahwa visi pembangunan kesehatan Indonesia

antara lain menggerakkan dan memberdayakan masyarakat untuk hidup sehat, meningkatkan

akses masyarakat terhadap pelayanan yang berkualitas, meningkatkan surveyor, monitoring

dan informasi kesehatan serta meningkatkan pemberdayaan masyarakat (Depkes, 2010).

Beberapa provinsi di Indonesia telah dibangun rumah sakit jiwa, namun kecenderungan

penderita dengan gangguan jiwa ternyata terus meningkat. Ini menunjukkan bahwa tuntasnya

penanganan kesehatan jiwa tidak hanya ditandai dengan banyaknya rumah sakit tetapi masih

ada faktor lainnya seperti ekonomi, kependudukan, dan pendidikan yang ikut mempengaruhi.

Indonesia khususnya sejak diterapkannya ilmu kedokteran jiwa modern dan sejak

diberlakukannya Undang-undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan, akhirnya

melahirkanTP-KJM (Tim Pembina, Tim Pengarah, Tim Pelaksana Kesehatan

JiwaMasyarakat) (Depkes, 2010).

Direktur Bina Kesehatan Jiwa dr. H.M. Aminullah dalam laporannya menyatakan, pelayanan

kesehatan jiwa di pelayanan primer dapat meningkatkan akses masyarakat terhadap

kebutuhan pelayanan kesehatan jiwa sehingga dapat segera tertangani. Beberapa Puskesmas

di Indonesia telah berhasil menyelenggarakan pelayanan kesehatan jiwa dan menjadikannya

sebagai program prioritas. Oleh karena itu beberapa narasumber dalam seminar ini bukan

paraahli dari universitas atau ahli kesehatan jiwa (Keswa) tapi mereka adalah para praktisi

kesehatan dan masyarakat yang telah berhasil menyelenggarakan pelayanan Keswa di

Puskesmas, kata dr. Aminullah (Depkes, 2010).

2.5 Promosi Kesehatan Jiwa

Promosi kesehatan jiwa merupakan konsep sebagai memberi kuasa, memberikan partisipasi

dan berkerja sama dengan orang-orang lain untuk meningkatkan pengendalian penuh

terhadap kesehatan jiwa mereka (Barry MM, 2007). Prinsip-prinsip kerangka kerja promosi

kesehatan mental:

1 Melibatkan populasi sebagai sebuah kelompok besar di dalam konteks kehidupan sehari-

hari, dibandingkan memfokuskan kepada seseorang yang lebih beresiko terkena gangguan

kesehatan mental.

2 Terfokus pada kator-faktor perlindungan untuk meningkatkan kualitas hidup yang lebih

baik.

3 Pengalamatan sosial, fisik, dan lingkungan sosial ekonomi yang menentukan kesehatan

mental dari sebuah populasi dan individu.

4 Mengadopsi pendekatan penglengkapan dan strategi terintegritas, penyelenggaraan dari

individu ke tingkat lingkungan sosial.

5 Melibatkan aksi perpanjangan dari berbagai bidang ke bidang kesehatan. Didasari pada

partispasi umum, mengikutsertakan dan pemberi kuasaan

2.6 Tujuan Upaya Promosi Kesehatan Jiwa (UU RI No 18, 2014)

1. Mempertahankan dan meningkatkan  derajat kesehatan jiwa masyarakat secara optimal

menghilangkan stigma, diskriminasi, pelanggaran hak asasi orang dengan gangguan jiwa

sebagai bagian dari masyarakat

2. Meningkatkan pemahaman dan peran serta masyarakat terhadap Kesehatan Jiwa

3. Meningkatkan penerimaan dan peran serta masyarakat terhadap Kesehatan Jiwa.

Upaya promosi kesehatan dapat dilaksanakan, meliputi :

1. Upaya promotif di lingkungan keluarga yang dilaksanakan dalam bentuk pola asuh dan

pola komunikasi dalam keluarga yang mendukung pertumbuhan dan perkembangan jiwa

yang sehat.

2. Upaya promotif di lingkungan  lembaga pendidikan yang dilaksanakan dalam bentuk:

a. Menciptakan suasana belajar-mengajar yang kondusif bagi pertumbuhan dan

perkembangan jiwa

b. Keterampilan hidup terkait  Kesehatan Jiwa  bagi peserta didik sesuai dengan tahap

perkembangannya.

3. Upaya promotif di lingkungan tempat kerja yang dilaksanakan dalam bentuk komunikasi,

informasi, dan edukasi mengenai kesehatan jiwa, serta menciptakan tempat kerja yang

kondusif untuk perkembangan jiwa yang sehat agar tercapai kinerja yang optimal.

4. Upaya promotif di lingkungan masyarakat dilaksanakan dalam bentuk komunikasi,

informasi, dan edukasi mengenai kesehatan jiwa, serta menciptakan lingkungan masyarakat

yang kondusif untuk pertumbuhan dan perkembangan jiwa yang sehat.

5. Upaya promotif di  lingkungan  fasilitas pelayanan kesehatan  yang dilaksanakan dalam

bentuk komunikasi, informasi, dan edukasi mengenai  kesehatan jiwa  dengan sasaran

kelompok pasien, kelompok keluarga, atau masyarakat di sekitar fasilitas pelayanan

kesehatan.

6. Upaya promotif di media massa yang dilaksanakan dalam bentuk:

a. Penyebarluasan informasi bagi masyarakat mengenai  kesehatan jiwa, pencegahan, dan

penanganan gangguan jiwa di masyarakat dan fasilitas pelayanan di bidang kesehatan jiwa

b. Pemahaman yang positif mengenai gangguan jiwa dan ODGJ dengan tidak membuat

program pemberitaan,  penyiaran,  artikel, dan/atau  materi yang mengarah pada stigmatisasi

dan diskriminasi terhadap ODGJ

c. Pemberitaan,  penyiaran,  program,  artikel, dan/atau  materi yang kondusif bagi

pertumbuhan dan  perkembangan kesehatan jiwa.

7. Upaya promotif di  lingkungan  lembaga keagamaan dan tempat ibadah yang dilaksanakan

dalam bentuk komunikasi, informasi, dan edukasi mengenai  kesehatan jiwa  yang

diintegrasikan dalam kegiatan keagamaan.

8. Upaya promotif di  lingkungan  lembaga pemasyarakatan dan rumah tahanan yang

dilaksanakan dalam bentuk:

a. Peningkatan pengetahuan dan pemahaman warga binaan pemasyarakatan tentang

kesehatan jiwa

b. Pelatihan kemampuan adaptasi dalam masyarakat

c. Menciptakan suasana kehidupan yang kondusif untuk  Kesehatan Jiwa warga binaan

pemasyarakatan.

2.7 Metode Promosi Kesehatan (Prince M, et al)

Promosi atau pendidikan kesehatan pada hakikatnya adalah suatu kegiatan atau usaha

menyampaikan pesan kesehatan kepada masyarakat, kelompok atau individu. Dengan

harapan bahwa dengan adanya pesan tersebut, maka masyarakat, kelompok atau individu

dapat memperoleh pengetahuan tentang kesehatan yang lebih baik. Pengetahuan tersebut

pada akhirnya diharapkan dapat berpengaruh terhadap perilaku. Dengan kata lain dengan

adanya promosi kesehatan tersebut diharapkan dapat membawa akibat terhadap perubahan

perilaku kesehatan dari sasaran.

Promosi/pendidikan kesehatan juga sebagai suatu proses dimana proses tersebut mempunyai

masukan (input) dan keluaran (output). Di dalam suatu proses pendidikan kesehatan yang

menuju tercapainya tujuan promosi, yakni perubahan perilaku, dipengaruhi oleh banyak

faktor. Faktor yang mempengaruhi suatu proses pendidikan di samping faktor masukannya

sendiri juga faktor metode, faktor materi atau pesannya, pendidik atau petugas yang

melakukannya, dan alat-alat bantu atau media yang digunakan untuk menyampaikan pesan.

Agar dicapai suatu hasil yang optimal, maka faktor-faktor tersebut harus bekerjasama secara

harmonis. Hal ini berarti bahwa untuk masukan (sasaran pendidikan) tertentu harus

menggunakan cara tertentu pula. Materi juga harus disesuaikan dengan sasaran. Demikian

juga alat bantu pendidikan disesuaikan. Untuk sasaran kelompok, maka metodenya harus

berbeda dengan sasaran massa dan sasaran individual dan sebagainya.

Di bawah ini akan diuraikan beberapa metode promosi atau pendidikan individual, kelompok

dan massa (publik).

1. Metode Promosi Individual (Perorangan)

Dalam promosi kesehatan, metode yang bersifat individual ini digunakan untuk membina

perilaku baru, atau membina seseorang yang telah mulai tertarik kepada suatu perubahan

perilaku atau inovasi. Dasar digunakannya pendekatan individual ini karena setiap orang

mempunyai masalah atau alasan yang berbeda-beda sehubungan dengan penerimaan atau

perilaku baru tersebut. Agar petugas kesehatan mengetahui dengan tepat serta membantunya

maka perlu menggunakan metode (cara) ini. Bentuk pendekatan ini, antara lain:

a. Bimbingan dan penyuluhan (guidance and counceling)

Dengan cara ini, kontak antara klien dan petugas lebih intensif. Setiap masalah yang dihadapi

oleh klien dapat dikorek dan dibantu penyelesaiannya. Akhirnya klien akan dengan sukarela,

berdasarkan kesadaran, dan penuh pengertian akan menerima perilaku tersebut (mengubah

perilaku).

b. Wawancara (interview)

Cara ini sebenarnya merupakan bagian dari bimbingan penyuluhan. Wawancara antara

petugas kesehatan dengan klien untuk menggali informasi mengapa ia tidak atau belum

menerima perubahan, ia tertarik atau belum menerima perubahan, untuk mempengaruhi

apakah perilaku yang sudah atau yang akan diadopsi itu mempunyai dasar pengertian dan

kesadaran yang kuat. Apabila belum maka perlu penyuluhan yang lebih mendalam lagi.

2. Metode Promosi Kelompok

Dalam memilih metode promosi kelompok, harus mengingat besarnya kelompok sasaran

serta tingkat pendidikan formal daro sasaran. Untuk kelompok yang besar, metodenya akan

lain dengan kelompok kecil. Efektivitasnya suatu metode akan tergantung pula besarnya

sasaran pendidikan.

a. Kelompok Besar

Yang dimaksud kelompok besar di sini adalah apabila peserta penyuluhan itu lebih dari 15

orang. Metode yang baik untuk kelompok besar ini, antara lain ceramah dan seminar.

• Ceramah

Metode ini baik untuk sasaran yang berpendidikan tinggi maupun rendah. Hal-hal yang perlu

diperhatikan dalam menggunakan metode ceramah antara lain:

Persiapan:

- Ceramah yang berhasil apabila penceramah itu sendiri menguasaai materi apa yang akan

diceramahkan. Untuk itu penceramah harus mempersiapkan diri.

- Mempelajari materi dengan sistematika yang baik. Lebih baik lagi kalau disusun dengan

diagram atau skema.

- Mempersiapkan alat-alat bantu pengajaran, misalnya makalah singkat, slide, transparan,

sound sistem, dan sebagainya.

Pelaksanaan:

Kunci dari keberhasilan pelaksanaan ceramah adalah apabila penceramah dapat menguasai

sasaran ceramah. Untuk dapat menguasai sasaran (dalam arti psikologis), penceramah dapat

melakukan hal-hal sebagai berikut:

- Sikap dan penampilan yang meyakinkan, tidak boleh bersikap ragu-ragu dan gelisah.

- Suara hendaknya cukup keras dan jelas.

- Pandangan harus tertuju ke seluruh peserta ceramah.

- Berdiri di depan (di pertengahan), seyogyanya tidak duduk.

- Menggunakan alat-alat bantu lihat (AVA) semaksimal mungkin.

• Seminar

Metode ini hanya cocok untuk sasaran kelompok besar dengan pendidikan menengah ke atas.

Seminar adalah suatu penyajian (presentasi) dari seorang ahli atau beberapa orang ahli

tentang suatu topik yang dianggap penting dan dianggap hangat di masyarakat.

b. Kelompok Kecil

Apabila peserta kegiatan itu kurang dari 15 orang biasanya kita sebut kelompok kecil.

Metode-metode yang cocok untuk kelompok kecil ini antara lain:

• Diskusi Kelompok

Dalam suatu kelompok agar semua anggota kelompok dapat bebas berpartisipasi dalam

diskusi, maka formasi duduk para peserta diatur sedemikian rupa sehingga mereka dapat

berhadap-hadapan atau saling memandang satu sama lain, misalnya dalam bentuk lingkaran

atau segi empat. Pimpinan diskusi juga duduk diantara peserta sehingga tidak menimbulkan

kesan ada yang lebih tinggi. Dengan kata lain mereka harus merasa dalam taraf yang sama

sehingga tiap anggota kelompok mempunyai kebebasan/keterbukaan untuk mengeluarkan

pendapat.

Untuk memulai diskusi, pemimpin diskusi harus memberikan pancingan-pancingan yang

dapat berupa pertanyaan-pertanyaan atau kasus sehubungan dengan topik yang dibahas. Agar

terjadi diskusi yang hidup maka pemimpin kelompok harus mengarahkan dan mengatur

sedemikian rupa sehingga semua orang dapat kesempatan berbicara, sehingga tidak

menimbulkan dominasi dari salah seorang peserta.

• Curah Pendapat (Brain Storming)

Metode ini merupakan modifikasi dari metode diskusi kelompok. Prinsipnya sama dengan

metode diskusi kelompk. Bedanya, pada permulaan pemimpin kelompok memancing dengan

satu masalah dan kemudian tiap peserta memberikan jawaban atau tanggapan (curah

pendapat). Tanggapan atau jawaban-jawaban tersebut ditampung dan ditulis dalam flipchart

atau papan tulis. Sebelum semua peserta mencurahkan pendapatnya, tidak boleh dikomentari

siapapun. Baru setelah semua anggota mengeluarkan pendapatnya, tiap anggota dapat

mengomentari, dan akhirnya terjadi diskusi.

• Memainkan Peranan (Role Play)

Dalam metode ini beberapa anggota kelompok ditunjuk sebagai pemegang peran tertentu

untuk memainkan peranan, misalnya sebagai dokter Puskesmas, sebagai perawat atau bidan,

dan sebagainya, sedangkan anggota yang lain sebagai pasien atau anggota masyarakat.

Mereka memperagakan, misalnya bagaimana interaksi atau berkomunikasi sehari-hari dalam

melaksanakan tugas.

3. Metode Promosi Massa

Metode pendidikan atau promosi kesehatan secara massa dipakai untuk mengkomunikasikan

pesan-pesan kesehatan yang ditujukan kepada masyarakat yang sifatnya massa atau publik.

Dengan demikian cara yang paling tepat ialah pendekatan massa. Oleh karena sasaran

promosi ini bersifat umum, dalam arti tidak membedakan golongan umur, jenis kelamin,

pekerjaan, status sosial ekonomi, tingkat pendidikan, dan sebagainya, maka pesan-pesan

kesehatan yang akan disampaikan harus dirancang sedemikian rupa sehingga dapat ditangkap

oleh massa tersebut. Pendekatan ini biasanya digunakan untuk menggugah awareness atau

kesadaran masyarakat terhadap suatu inovasi, dan belum begitu diharapkan untuk sampai

pada perubahan perilaku. Namun demikian, bila kemudian dapat berpengaruh terhadap

perubahan perilaku juga merupakan hal yang wajar. Pada umumnya bentuk pendekatan

massa ini tidak langsung. Biasanya dengan menggunakan atau melalui media massa.

Beberapa contoh metode promosi kesehatan secara massa ini, antara lain:

1. Ceramah umum (public speaking)

Pada acara-acara tertentu, misalnya pada Hari Kesehatan Nasional, Menteri Kesehatan atau

pejabat kesehatan lainnya berpidato di hadapan massa rakyat untuk menyampaikan pesan-

pesan kesehatan. Safari KB juga merupakan salah satu bentuk pendekatan massa.

2. Pidato-pidato/diskusi tentang kesehatan melalui media elektronik, baik TV maupun radio,

pada hakikatnya merupakan bentuk promosi kesehatan massa.

3. Simulasi, dialog antara pasien dengan dokter atau petugas kesehatan lainnya tentang suatu

penyakit atau masalah kesehatan adalah juga merupakan pendekatan pendidikan kesehatan

massa.

4. Tulisan-tulisan di majalah atau koran, baik dalam bentuk artikel maupun tanya jawab atau

konsultasi tentang kesehatan dan penyakit adalah merupakan bentuk pendekatan promosi

kesehatan massa.

5. Bill Board, yang dipasang di pinggir jalan, spanduk, poster, dan sebagainya juga

merupakan bentuk promosi kesehatan massa. Contoh: billboard Ayo ke Posyandu.

2.8 Media Promosi Kesehatan Jiwa

Media Promosi Kesehatan adalah semua sarana atau upaya untuk menampilkan pesan atau

informasi yang ingin disampaikan oleh komunikator, baik itu melalui media cetak,

elektronika, dan media luar ruang, sehingga sasaran dapat meningkat pengetahuannya yang

akhirnya diharapkan dapat berubah perilakunya ke arah positif terhadap kesehatan.

Media promosi kesehatan yang baik adalah media yang mampu memberikan informasi atau

pesan-pesan kesehatan yang sesuai dengan tingkat penerimaan sasaran, sehingga sasaran mau

dan mampu untuk mengubah perilaku sesuai dengan pesan yang disampaikan.

1. Tujuan Media Promosi Kesehatan

Adapun beberapa tujuan atau alasan mengapa media sangat diperlukan di dalam pelaksanaan

promosi kesehatan antara lain adalah:

a. Media dapat mempermudah penyampaian informasi.

b. Media dapat menghindari kesalahan persepsi dan dapat memperjelas informasi.

c. Media dapat mempermudah pengertian.

d. Mengurangi komunikasi verbalistik.

e. Dapat menampilkan objek yang tidak bisa ditangkap dengan mata.

f. Memperlancar komunikasi, dan lain-lain.

2. Penggolongan Media Promosi Kesehatan

Penggolongan media promosi kesehatan ini dapat ditinjau dari berbagai aspek, antara lain:

a. Berdasarkan bentuk umum penggunaannya:

Berdasarkan penggunaan media promosi dalam rangka promosi kesehatan, dibedakan

menjadi:

• Bahan bacaan: modul, buku rujukan/bacaan, folder, leaflet, majalah, buletin, dan

sebagainya.

• Bahan peragaan: poster tunggal, poster seri, flipchart, transparan, slide, film, dan

seterusnya.

b. Berdasarkan cara produksi:

Berdasarkan cara produksinya, media promosi kesehatan dikelompokkan menjadi:

• Media cetak, yaitu suatu media statis dan mengutamakan pesan-pesan visual. Media cetak

pada umumnya terdiri dari gambaran sejumlah kata, gambar atau foto dalam tata warna.

Adapun macam-macamnya adalah:

- Poster

- Leaflet

- Brosur

- Majalah

- Pamflet

- Surat kabar dan lainnya

• Media elektronika, yaitu suatu media bergerak dan dinamis, dapat dilihat dan didengar

dalam menyampaikan pesannya melalui alat bantu elektronika. Adapun macam-macam

media tersebut adalah:

- TV

- Radio

- Film

- CD dan sebagainya

Kelebihan dan kekurangan media elektronik :

Kelebihan Kekurangan

• Sudah dikenal masyarakat.

• Mengikut sertakan semua pancaindera.

• Lebih mudah dipahami.

• Lebih menarik karena ada suara dan gambar bergerak.

• Bertatap muka.

• Jangkauan  relatif lebih besar.

• Sebagai alat diskusi dan dapat diulang-ulang. • Biaya lebih tinggi dan sedikit rumit.

• Perlu alat canggih untuk produksinya.

• Perlu persiapan matang..

• Perlu keterampilan penyimpanan dan dalam pengoperasian.

• Media luar ruang, yaitu media yang menyampaikan pesannya di luar ruang secara umum

melalui media cetak dan elektronika secara statis, misalnya:

- Papan reklame yaitu poster dalam ukuran besar yang dapat dilihat secara umum di

perjalanan.

- Spanduk yaitu suatu pesan dalam bentuk tulisan dan disertai gambar yang dibuat di atas

secarik kain dengan ukuran tergantung kebutuhan dan dipasang di suatu tempat strategis agar

dapat dilihat oleh semua orang.

- Pameran.

- Banner.

- TV layar lebar.

Kelebihan dan kelemahan media luar ruang:

Kelebihan Kekurangan

• Sebagai informasi umum dan hiburan.

• Mengikutsertakan semua pancaindera.

• Lebih mudah dipahami.

• Lebih menarik karena ada suara dan gambar bergerak.

• Bertatap muka.

• Penyajian dapat dikendalikan.

• Jangkauan relatif lebih besar. • Biaya lebih tinggi dan sedikit rumit.

• Ada yang memerlukan listrik.

• Ada yang memerlukan alat canggih untuk produksinya.

• Perlu persiapan matang.

• Peralatan selalu berkembang dan berubah.

• Perlu keterampilan penyimpanan.

• Perlu keterampilan dalam pengoperasian

3. Merancang media promosi kesehatan jiwa yang digunakan

a. Menetapkan tujuan:

Tujuannya adalah suatu pernyataan tentang suatu keadaan di masa datang yang akan dicapai

melalui pelaksanaan kegiatan tertentu. Secara umum dapat dikatakan bahwa tujuan harus:

• Realistis, artinya bisa dicapai bukan hanya angan-angan.

• Jelas dan dapat diukur.

• Apa yang akan diukur.

• Siapa sasaran yang akan diukur.

• Seberapa banyak perubahan yang akan diukur.

• Berapa lama dan di mana pengukuran dilakukan.

Penetapan tujuan adalah sebagai dasar untuk merancang media promosi kesehatan dan dalam

merancang evaluasi. Jika tujuan yang ditetapkan tidak jelas dan tidak operasional maka

program menjadi tidak fokus dan tidak efektif.

b. Menetapkan segmentasi sasaran:

Segmentasi sasaran adalah suatu kegiatan memilih kelompok sasaran yang tepat dan

dianggap sangat menentukan keberhasilan promosi kesehatan. Tujuannya adalah memberikan

pelayanan yang sebaik-baiknya dan memberikan kepuasan pada masing-masing segmen.

Dapat juga untuk menentukan ketersediaan, jumlah, dan jangkauan produk. Selain itu juga

dapat menghitung jenis media dan menempatkan media yang mudah diakses oleh khalayak

sasaran.

c. Mengembangkan  positioning pesan

Positioning adalah suatu proses atau upaya untuk menempatkan suatu produk perusahaan,

individu atau apa saja dalam alam pikiran mereka yang dianggap sebagai sasaran atau

konsumennya. Positioning bukan sesuatu yang anda lakukan terhadap produk, tetapi sesuatu

yang anda lakukan terhadap otak khayalak sasaran. Hal ini bukan strategi produk tetapi

strategi komunikasi. Di sini berhubungan dengan bagaimana calon konsumen menempatkan

produk anda di dalam otaknya.

Positioning membentuk citra. Sesuatu citra bisa kaya makna atau sederhana saja. Sebaiknya

citra bisa berubah-ubah dan dinamis. Citra bisa diterima secara homogen dan sama.

d. Memilih media promosi kesehatan

Pemilihan media adalah jabaran saluran yang akan digunakan untuk menyampaikan pesan

pada khalayak sasaran. Yang perlu diperhatikan di sini adalah:

• Pemilihan media didasarkan pada selera khalayak sasaran, bukan pada selera pengelola

program.

• Media yang dipilih harus memberikan dampak yang luas.

• Setiap media akan mempunyai peranan yang berbeda.

• Penggunaan beberapa media secara serempak dan terpadu akan meningkatkan cakupan,

frekuensi, dan efektivitas pesan.

2.9  Sasaran Promosi Kesehatan Jiwa (Notosoedirjo, 2005)

1. Masyarakat umum

2. Masyarakat dalam kelompok risiko sakit

3. Kelompok masyarakat yang mengalami gangguan

4. Kelompok masyarakat yang  mengalami kecacatan atau  hendaya

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Pengertian kesehatan jiwa adalah orang yang sehat jiwanya, merasa sehat dan bahagia,

mampu  menghadapi tantangan hidup, dapat menerima orang lain, mempunyai sikap postif

terhadap diri sendiri dan orang lain Kriteria sehat jiwa adalah merasa senag dengan diri

sendiri, merasa nyaman  berhubungan dengan orang lain, mampu memenuhi tuntutan hidup

Media Promosi Kesehatan adalah semua sarana atau upaya untuk menampilkan pesan atau

informasi yang ingin disampaikan oleh komunikator, baik itu melalui media cetak,

elektronika, dan media luar ruang, sehingga sasaran dapat meningkat pengetahuannya yang

akhirnya diharapkan dapat berubah perilakunya ke arah positif terhadap kesehatan. Metode

promosi kesehatan terdiri dari metode promosi individu, metode promosi kelompok, metode

promosi massa,

Untuk mengatasi angka kejadian gangguan mental pemerintah Indonesia membentuk TP-

KJM (Tim Pembina, Tim Pengarah, Tim Pelaksana KesehatanJiwa Masyarakat) pelayanan

kesehatan jiwa di pelayanan primer dapat meningkatkan akses masyarakat terhadap

kebutuhan pelayanan kesehatan jiwa sehingga dapat segera tertangani dan setiap tanggal 10

Oktober diperingati sebagai Hari Kesehatan Jiwa Sedunia, dengan demikian diharapkan tidak

ada lagi diskriminasi dan pelanggaran hak asasi manusia.

3.2 Saran

Masalah kesehatan mental adalah masalah yang sangat mempengaruhi produktifitas dan

kualitas kesehatan perorangan maupun masyarakat. Olehkarena itu kita semua harus

memperhatikan kesehatan fisik serta emosional kita agar tercipta kesehatan jiwa yang baik

selain itu masalah kesehatan jiwa tidak mungkin ditanggulangi oleh satu sektor saja, tetapi

perlu kerja samamultisektor.

DAFTAR PUSTAKA

Barry M M. Generic Principles of Effectice Mental Health Prootion. 2007. International

ournal of Mental Health Promotion Vol: 9. Clifford Beers Foundation.

Prince, M., V. Patel, S. Saxena, M. Maj, J. Maselko, M. Phillips and A. Rahman,2007. "No

health without mental health."The Lancet 370: 859-877

Notosoedirjo, Moeljono & Latipun (2005). Kesehatan Mental. Surabaya:

UniversitasMuhammadiah Malang Press.

Utama, H. 2013. Buku Ajar Psikiatri. Jakarta: Bada Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas

Indonesia.

UU Republik Indonesia No 14 Tahun 2014 Bab 1 Pasal 1

UU Republik Indonesia No 18 Tahun 2014 Tentang Kesehatan Jiwa

Yusuf, Syamsu. 2009. Mental Hygiene: terapi psikospiritual untuk hidup sehat berkualitas.

Bandung: Maestro.

Walker L, Moodie R, Herrman H (2004). Promoting mental health and wellbeing. In:Moodie

R, Hulme A (eds). Hands on health promotion. Melbourne, IPCommunications.

WHO. 2002. Prevention and promotion in mental health. Mental health: evidence

andresearch. Geneva, Department of Mental Health and Substance Dependence.

WHO. 2003. Investing in Mental Health. Nove Impression, Switzerland.

WHO. 2004. Promoting Mental Health : concepts, emerging evidence, practice:summary

report.Geneva, World Health Organization.