promkes kesji
DESCRIPTION
jiwaTRANSCRIPT
AB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kesehatan jiwa di Indonesia selama ini relatif terabaikan, padahal penurunan produktivitas
akibat gangguan kesehatan jiwa terbukti berdampak nyata pada perekonomian. Di Indonesia,
jumlah penderita masalah kesehatan jiwa cukup tinggi dan cenderung meningkat dari tahun
ke tahun. Hampir seluruh bagian dari wilayah Indonesia dan selama beberapa dekade,
populasi telah mengalami masa sulit karena konflik, kemiskinan ataupun bencana alam.
Sejumlah besar masyarakat Indonesia mengalami penderitaan mental yang bervariasi mulai
dari tekanan psikologis ringan hingga gangguan jiwa.meskipun gangguan jiwa tidak
menyebabkan kematian secara langsung namun akan menyebabkan penderinya menjadi
tidak produktif dan menimbulkan beban bagi keluarga penderita dan lingkungan masyarakat
sekitarnya. Sampai saat ini perhatian pemerintah terhadap kesehatan jiwa di tanah air boleh
dikatakan kurang memuaskan(Notosoedirjo,2005).
Prevalensi gangguan mental di negara AmerikaSerikat (6%-9%), Brazil (22.7%), Chili
(26.7%), dan Pakistan (28.8%) (WHO,2003).
Upaya untuk meningkatkan kesehatan jiwa, mencegah dan mengatasi gangguan jiwa
merupakan 3 poin yang dijadikan fokus utama dalam rangka mengurangi naiknya beban,
ketidakmampuan maupun kematian yang muncul sebagai akibat dari adanya gangguan
mental. Tiga fokus utama tersebut, dapat diaplikasikan oleh para klinisi kepada pasien secara
individual, dan juga oleh perencana program kesehatan publik untuk target dalam skala lebih
luas. Mengintegrasikan peningkatan, pencegahan, maupun manajemen terkait masalah
kesehatan jiwa akan sangat membantu dalam menghindari kematian,mengurangi stigma yang
melekat pada seseorang dengan gangguan jiwa dan memperbaiki kondisi perekonomian
masyarakat. (WHO, 2002).
Pengabaian kesehatan jiwa ini umumnya disebabkan oleh adanya kebingungan dan asumsi
yang salah dalam memahami konsep kesehatan mental maupun gangguannya sebagai bagian
dari kesehatan general.Hampir di setiap belahan dunia penanganan gangguan jiwa dipisahkan
dari penanganan yang berkaitan dengan kondisi fisik. Bahkan, upaya untuk menjaga
kesehatan jiwa seakan-akan terpisah jauh dari permasalahan dunia yang sebenarnya, dan
parahnya seringkali ditemukan kasus gangguan jiwal yang tidak ditangani secara semestinya
(Walker, Moodie & Herrman, 2004).
Proses pemberian informasi kesehatan dapat dilakukan dengan menggunakan media promosi.
Penerapan promosi kesehatan mental bertujuan sebagai langkah penting dalam
menyampaiakan sebuah dasar pengetahuan yang sering muncul sehingga dapat digunakan ke
dalam bentuk praktek yang efektif dalam sebuah aturan (Barry MM, 2007).
Penelitian promosi kesehatan jiwa yang dilakukan oleh Barry dan Jenkins (2007)
menggambarkan bahwa fakta-fakta penelitian dan pengalaman praktek promosi kesehatan
jiwa menjadi sebuah faktor kunci yang dapat membuat promosi tersebut berkerja secara
sukses. Penelitian tersebut menggambarkan berupa penemuan-penemuan, penyorotan
terhadap efektifitas promosi kesehatan jiwa yang sedang berlangsung, dan proses identifikasi
kondisi yang memungkinkan muncul dalam penerapan program tersebut.
1.2 Tujuan
Untuk mengetahui promosi kesehatan jiwa
1.3 Manfaat
1 Memberikan pengetahuan dan pemahaman yang lebih luas mengenai kesehatan jiwa
2 Memberikan wawasan tentang kesehatan jiwakepada mahasiswa lain.
3 Memberikan tambahan referensi bagi almamater Fakultas Kedokteran Universitas
Bengkulu.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Kesehatan jiwa
Definisi kesehatan jiwa merupakan hal yang sangat penting untuk diketahui, sebab
merupakan suatu definisi acuan yang merupakan sasaran utama dari pelbagai upaya dalam
kehidupan manusia sesuai dengan tujuan dasar humaniora (Utama H, 2013).
1 Menurut WHO
Pengertian kesehatan jiwa adalah orang yang sehat jiwanya, merasa sehat dan bahagia,
mampu menghadapi tantangan hidup, dapat menerima orang lain, mempunyai sikap postif
terhadap diri sendiri dan orang lain .
2 UU Republik Indonesia No 14 Tahun 2014 Bab 1 Pasal 1
Kesehatan jiwa adalah kondisi dimana seorang individu dapat berkembang secara fisik,
mental, spiritual, dan sosial sehingga individu tersebut menyadari kemampuan sendiri, dapat
mengatasi tekanan, dapat bekerja secara produktif, dan mampu memberikan kontribusi untuk
komunitasnya .
3 Federasi Kesehatan Mental Dunia (World Federation for Mental Health)
Merumuskan pengertian kesehatan mental sebagai berikut: (1) kesehatan mental sebagai
kondisi yang memungkinkan adanya perkembangan yang optimal baik secara fisik,
intelektual dan emosional, sepanjang hal itu sesuai dengan keadaan orang lain; (2) sebuah
masyarakat yang baik adalah masyarakat yang membolehkan perkembangan ini pada anggota
masyarakatnya selain pada saat yang sama menjamin dirinya berkembang dan toleran
terhadap masyarakat yang lain. Dalam konteks Federasi Kesehatan Mental Dunia ini jelas
bahwa kesehatan mental itu tidak cukup dalam pandangan individual belaka tetapi sekaligus
mendapatkan dukungan dari masyarakatnya untuk berkembang secara optimal (Yusuf, 2009)
2.2 Kriteria Sehat Jiwa
Orang yang sehat jiwanya adalah orang yang merasa sehat dan bahagia, mampu menghadapi
tantangan hidup, dapat menerima orang lain sebagaimana adanya (yaitu dapat berempati dan
tidak secara apriori bersikap negatif terhadap diri sendiri dan orang lain (Utama H, 2013).
Seseorang yang sehat jiwa mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
1 Senang terhadap dirinya sendiri
a. Mampu mengatasi situasi
b. Mampu mengatasi kekecewaan dalam hidup
c. Puas dengan kehidupannya sehari-hari
d. Mempunyai harga diri yang wajar
e. Menilai secara realisstis, tidak melebihkan dan tidak pula merendahkan
2 Merasa nyaman berhubungan dengan orang lain
a. Mampu mencintai oran g lain
b. Dapat menghargai pendapat orang lain yang berbeda
c. Merasa bagian dari suatu kelompok
3 Mampu memenuhi tuntutan hidup
a. Menetapkan tujuan hidup yang realistis
b. Mampu mengambil keputusan
c. Mampu menerima tanggung jawab
d. Mampu merancang masa depan
e. Dapat menerima ide dan pengalaman baru
Untuk mencapai jiwa yang sehat diperlukan waktu dan usaha untuk mengembangkan dan
membinanya. Jiwa yang sehat dikembangkan sejak masa bayi hingga dewasa dalam berbagai
tahapan perkembangan. Pengaruh lingkungan terutama keluarga sangat penting dalam
membina jiwa yang sehat. Salah satu cara untuk mencapai jiwa yang sehat adalah penilaian
diri yaitu bagaimana seseorang melihat dirinya yang berkaitan erat dengan bagaimana cara
berpikir, bersikap.
Penilaian diri positif Penilaian diri negatif
• Menemukan kepuasan dalam hidup
• Membina hubungan yang erat dan sehat
• Menetapkan tujuan dan mencapainya
• Menghadapi maju mundurnya kehidupan
• Mempunyai keyakinan untuk menyelesaikan masalah • Merasa hidup ini sulit dikendalikan
• Merasa stress
• Menghindari tantangan hidup
• Memikirkan kegagalan
2.3 Aspek- Aspek Kesehatan
1. Emosi
Emosi adalah reaksi kompleks yang mengandung tingkatan aktivitas yang tinggi, dan diikuti
perubahan dalam kejasmanian serta berkaitan dengan perasaan yang kuat. sehat secara
emosional adalah kemampuan seseorang untuk mengekspresikan emosinya seperti marah,
senang, sedih, takut, benci, bosan.
2 Intelektual
Berhubungan dengan kecerdasan dalam berfikir. dimana kita mampu untuk berfikir dalam
mengolah informasi dengan baik dan memecahkan masalah yang dihadapi.
3 Sosial
Sehat secara sosial adalah sehat dalam bersosialisasi dengan masyarakat dan lingkungan
sekitar tanpa membedakan bedakan ras, agama, suku, status sosial sehingga dapat hidup
bersama dengan damai.
4 Fisik
Sehat jasmani merupakan komponen penting dalam arti sehat seutuhnya, berupa sosok
manusia yang berpenampilan kulit bersih, mata bersinar, rambut tersisir rapi, berpakaian rapi,
berotot, tidak gemuk, nafas tidak bau, selera makan baik, tidur nyenyak, gesit dan seluruh
fungsi fisiologi tubuh berjalan normal.
5 Spiritual
Spiritual merupakan komponen tambahan pada definisi sehat oleh WHO dan memiliki arti
penting dalam kehidupan sehari-hari masyarakat. Setiap individu perlu mendapat pendidikan
formal maupun informal, kesempatan untuk berlibur, mendengar alunan lagu dan musik,
siraman rohani seperti ceramah agama dan lainnya agar terjadi keseimbangan jiwa yang
dinamis dan tidak monoton.
2.4 Kebijakan Kesehatan Jiwa di Indonesia
Renstra Kemenkes 2010-2014 menjelaskan bahwa visi pembangunan kesehatan Indonesia
antara lain menggerakkan dan memberdayakan masyarakat untuk hidup sehat, meningkatkan
akses masyarakat terhadap pelayanan yang berkualitas, meningkatkan surveyor, monitoring
dan informasi kesehatan serta meningkatkan pemberdayaan masyarakat (Depkes, 2010).
Beberapa provinsi di Indonesia telah dibangun rumah sakit jiwa, namun kecenderungan
penderita dengan gangguan jiwa ternyata terus meningkat. Ini menunjukkan bahwa tuntasnya
penanganan kesehatan jiwa tidak hanya ditandai dengan banyaknya rumah sakit tetapi masih
ada faktor lainnya seperti ekonomi, kependudukan, dan pendidikan yang ikut mempengaruhi.
Indonesia khususnya sejak diterapkannya ilmu kedokteran jiwa modern dan sejak
diberlakukannya Undang-undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan, akhirnya
melahirkanTP-KJM (Tim Pembina, Tim Pengarah, Tim Pelaksana Kesehatan
JiwaMasyarakat) (Depkes, 2010).
Direktur Bina Kesehatan Jiwa dr. H.M. Aminullah dalam laporannya menyatakan, pelayanan
kesehatan jiwa di pelayanan primer dapat meningkatkan akses masyarakat terhadap
kebutuhan pelayanan kesehatan jiwa sehingga dapat segera tertangani. Beberapa Puskesmas
di Indonesia telah berhasil menyelenggarakan pelayanan kesehatan jiwa dan menjadikannya
sebagai program prioritas. Oleh karena itu beberapa narasumber dalam seminar ini bukan
paraahli dari universitas atau ahli kesehatan jiwa (Keswa) tapi mereka adalah para praktisi
kesehatan dan masyarakat yang telah berhasil menyelenggarakan pelayanan Keswa di
Puskesmas, kata dr. Aminullah (Depkes, 2010).
2.5 Promosi Kesehatan Jiwa
Promosi kesehatan jiwa merupakan konsep sebagai memberi kuasa, memberikan partisipasi
dan berkerja sama dengan orang-orang lain untuk meningkatkan pengendalian penuh
terhadap kesehatan jiwa mereka (Barry MM, 2007). Prinsip-prinsip kerangka kerja promosi
kesehatan mental:
1 Melibatkan populasi sebagai sebuah kelompok besar di dalam konteks kehidupan sehari-
hari, dibandingkan memfokuskan kepada seseorang yang lebih beresiko terkena gangguan
kesehatan mental.
2 Terfokus pada kator-faktor perlindungan untuk meningkatkan kualitas hidup yang lebih
baik.
3 Pengalamatan sosial, fisik, dan lingkungan sosial ekonomi yang menentukan kesehatan
mental dari sebuah populasi dan individu.
4 Mengadopsi pendekatan penglengkapan dan strategi terintegritas, penyelenggaraan dari
individu ke tingkat lingkungan sosial.
5 Melibatkan aksi perpanjangan dari berbagai bidang ke bidang kesehatan. Didasari pada
partispasi umum, mengikutsertakan dan pemberi kuasaan
2.6 Tujuan Upaya Promosi Kesehatan Jiwa (UU RI No 18, 2014)
1. Mempertahankan dan meningkatkan derajat kesehatan jiwa masyarakat secara optimal
menghilangkan stigma, diskriminasi, pelanggaran hak asasi orang dengan gangguan jiwa
sebagai bagian dari masyarakat
2. Meningkatkan pemahaman dan peran serta masyarakat terhadap Kesehatan Jiwa
3. Meningkatkan penerimaan dan peran serta masyarakat terhadap Kesehatan Jiwa.
Upaya promosi kesehatan dapat dilaksanakan, meliputi :
1. Upaya promotif di lingkungan keluarga yang dilaksanakan dalam bentuk pola asuh dan
pola komunikasi dalam keluarga yang mendukung pertumbuhan dan perkembangan jiwa
yang sehat.
2. Upaya promotif di lingkungan lembaga pendidikan yang dilaksanakan dalam bentuk:
a. Menciptakan suasana belajar-mengajar yang kondusif bagi pertumbuhan dan
perkembangan jiwa
b. Keterampilan hidup terkait Kesehatan Jiwa bagi peserta didik sesuai dengan tahap
perkembangannya.
3. Upaya promotif di lingkungan tempat kerja yang dilaksanakan dalam bentuk komunikasi,
informasi, dan edukasi mengenai kesehatan jiwa, serta menciptakan tempat kerja yang
kondusif untuk perkembangan jiwa yang sehat agar tercapai kinerja yang optimal.
4. Upaya promotif di lingkungan masyarakat dilaksanakan dalam bentuk komunikasi,
informasi, dan edukasi mengenai kesehatan jiwa, serta menciptakan lingkungan masyarakat
yang kondusif untuk pertumbuhan dan perkembangan jiwa yang sehat.
5. Upaya promotif di lingkungan fasilitas pelayanan kesehatan yang dilaksanakan dalam
bentuk komunikasi, informasi, dan edukasi mengenai kesehatan jiwa dengan sasaran
kelompok pasien, kelompok keluarga, atau masyarakat di sekitar fasilitas pelayanan
kesehatan.
6. Upaya promotif di media massa yang dilaksanakan dalam bentuk:
a. Penyebarluasan informasi bagi masyarakat mengenai kesehatan jiwa, pencegahan, dan
penanganan gangguan jiwa di masyarakat dan fasilitas pelayanan di bidang kesehatan jiwa
b. Pemahaman yang positif mengenai gangguan jiwa dan ODGJ dengan tidak membuat
program pemberitaan, penyiaran, artikel, dan/atau materi yang mengarah pada stigmatisasi
dan diskriminasi terhadap ODGJ
c. Pemberitaan, penyiaran, program, artikel, dan/atau materi yang kondusif bagi
pertumbuhan dan perkembangan kesehatan jiwa.
7. Upaya promotif di lingkungan lembaga keagamaan dan tempat ibadah yang dilaksanakan
dalam bentuk komunikasi, informasi, dan edukasi mengenai kesehatan jiwa yang
diintegrasikan dalam kegiatan keagamaan.
8. Upaya promotif di lingkungan lembaga pemasyarakatan dan rumah tahanan yang
dilaksanakan dalam bentuk:
a. Peningkatan pengetahuan dan pemahaman warga binaan pemasyarakatan tentang
kesehatan jiwa
b. Pelatihan kemampuan adaptasi dalam masyarakat
c. Menciptakan suasana kehidupan yang kondusif untuk Kesehatan Jiwa warga binaan
pemasyarakatan.
2.7 Metode Promosi Kesehatan (Prince M, et al)
Promosi atau pendidikan kesehatan pada hakikatnya adalah suatu kegiatan atau usaha
menyampaikan pesan kesehatan kepada masyarakat, kelompok atau individu. Dengan
harapan bahwa dengan adanya pesan tersebut, maka masyarakat, kelompok atau individu
dapat memperoleh pengetahuan tentang kesehatan yang lebih baik. Pengetahuan tersebut
pada akhirnya diharapkan dapat berpengaruh terhadap perilaku. Dengan kata lain dengan
adanya promosi kesehatan tersebut diharapkan dapat membawa akibat terhadap perubahan
perilaku kesehatan dari sasaran.
Promosi/pendidikan kesehatan juga sebagai suatu proses dimana proses tersebut mempunyai
masukan (input) dan keluaran (output). Di dalam suatu proses pendidikan kesehatan yang
menuju tercapainya tujuan promosi, yakni perubahan perilaku, dipengaruhi oleh banyak
faktor. Faktor yang mempengaruhi suatu proses pendidikan di samping faktor masukannya
sendiri juga faktor metode, faktor materi atau pesannya, pendidik atau petugas yang
melakukannya, dan alat-alat bantu atau media yang digunakan untuk menyampaikan pesan.
Agar dicapai suatu hasil yang optimal, maka faktor-faktor tersebut harus bekerjasama secara
harmonis. Hal ini berarti bahwa untuk masukan (sasaran pendidikan) tertentu harus
menggunakan cara tertentu pula. Materi juga harus disesuaikan dengan sasaran. Demikian
juga alat bantu pendidikan disesuaikan. Untuk sasaran kelompok, maka metodenya harus
berbeda dengan sasaran massa dan sasaran individual dan sebagainya.
Di bawah ini akan diuraikan beberapa metode promosi atau pendidikan individual, kelompok
dan massa (publik).
1. Metode Promosi Individual (Perorangan)
Dalam promosi kesehatan, metode yang bersifat individual ini digunakan untuk membina
perilaku baru, atau membina seseorang yang telah mulai tertarik kepada suatu perubahan
perilaku atau inovasi. Dasar digunakannya pendekatan individual ini karena setiap orang
mempunyai masalah atau alasan yang berbeda-beda sehubungan dengan penerimaan atau
perilaku baru tersebut. Agar petugas kesehatan mengetahui dengan tepat serta membantunya
maka perlu menggunakan metode (cara) ini. Bentuk pendekatan ini, antara lain:
a. Bimbingan dan penyuluhan (guidance and counceling)
Dengan cara ini, kontak antara klien dan petugas lebih intensif. Setiap masalah yang dihadapi
oleh klien dapat dikorek dan dibantu penyelesaiannya. Akhirnya klien akan dengan sukarela,
berdasarkan kesadaran, dan penuh pengertian akan menerima perilaku tersebut (mengubah
perilaku).
b. Wawancara (interview)
Cara ini sebenarnya merupakan bagian dari bimbingan penyuluhan. Wawancara antara
petugas kesehatan dengan klien untuk menggali informasi mengapa ia tidak atau belum
menerima perubahan, ia tertarik atau belum menerima perubahan, untuk mempengaruhi
apakah perilaku yang sudah atau yang akan diadopsi itu mempunyai dasar pengertian dan
kesadaran yang kuat. Apabila belum maka perlu penyuluhan yang lebih mendalam lagi.
2. Metode Promosi Kelompok
Dalam memilih metode promosi kelompok, harus mengingat besarnya kelompok sasaran
serta tingkat pendidikan formal daro sasaran. Untuk kelompok yang besar, metodenya akan
lain dengan kelompok kecil. Efektivitasnya suatu metode akan tergantung pula besarnya
sasaran pendidikan.
a. Kelompok Besar
Yang dimaksud kelompok besar di sini adalah apabila peserta penyuluhan itu lebih dari 15
orang. Metode yang baik untuk kelompok besar ini, antara lain ceramah dan seminar.
• Ceramah
Metode ini baik untuk sasaran yang berpendidikan tinggi maupun rendah. Hal-hal yang perlu
diperhatikan dalam menggunakan metode ceramah antara lain:
Persiapan:
- Ceramah yang berhasil apabila penceramah itu sendiri menguasaai materi apa yang akan
diceramahkan. Untuk itu penceramah harus mempersiapkan diri.
- Mempelajari materi dengan sistematika yang baik. Lebih baik lagi kalau disusun dengan
diagram atau skema.
- Mempersiapkan alat-alat bantu pengajaran, misalnya makalah singkat, slide, transparan,
sound sistem, dan sebagainya.
Pelaksanaan:
Kunci dari keberhasilan pelaksanaan ceramah adalah apabila penceramah dapat menguasai
sasaran ceramah. Untuk dapat menguasai sasaran (dalam arti psikologis), penceramah dapat
melakukan hal-hal sebagai berikut:
- Sikap dan penampilan yang meyakinkan, tidak boleh bersikap ragu-ragu dan gelisah.
- Suara hendaknya cukup keras dan jelas.
- Pandangan harus tertuju ke seluruh peserta ceramah.
- Berdiri di depan (di pertengahan), seyogyanya tidak duduk.
- Menggunakan alat-alat bantu lihat (AVA) semaksimal mungkin.
• Seminar
Metode ini hanya cocok untuk sasaran kelompok besar dengan pendidikan menengah ke atas.
Seminar adalah suatu penyajian (presentasi) dari seorang ahli atau beberapa orang ahli
tentang suatu topik yang dianggap penting dan dianggap hangat di masyarakat.
b. Kelompok Kecil
Apabila peserta kegiatan itu kurang dari 15 orang biasanya kita sebut kelompok kecil.
Metode-metode yang cocok untuk kelompok kecil ini antara lain:
• Diskusi Kelompok
Dalam suatu kelompok agar semua anggota kelompok dapat bebas berpartisipasi dalam
diskusi, maka formasi duduk para peserta diatur sedemikian rupa sehingga mereka dapat
berhadap-hadapan atau saling memandang satu sama lain, misalnya dalam bentuk lingkaran
atau segi empat. Pimpinan diskusi juga duduk diantara peserta sehingga tidak menimbulkan
kesan ada yang lebih tinggi. Dengan kata lain mereka harus merasa dalam taraf yang sama
sehingga tiap anggota kelompok mempunyai kebebasan/keterbukaan untuk mengeluarkan
pendapat.
Untuk memulai diskusi, pemimpin diskusi harus memberikan pancingan-pancingan yang
dapat berupa pertanyaan-pertanyaan atau kasus sehubungan dengan topik yang dibahas. Agar
terjadi diskusi yang hidup maka pemimpin kelompok harus mengarahkan dan mengatur
sedemikian rupa sehingga semua orang dapat kesempatan berbicara, sehingga tidak
menimbulkan dominasi dari salah seorang peserta.
• Curah Pendapat (Brain Storming)
Metode ini merupakan modifikasi dari metode diskusi kelompok. Prinsipnya sama dengan
metode diskusi kelompk. Bedanya, pada permulaan pemimpin kelompok memancing dengan
satu masalah dan kemudian tiap peserta memberikan jawaban atau tanggapan (curah
pendapat). Tanggapan atau jawaban-jawaban tersebut ditampung dan ditulis dalam flipchart
atau papan tulis. Sebelum semua peserta mencurahkan pendapatnya, tidak boleh dikomentari
siapapun. Baru setelah semua anggota mengeluarkan pendapatnya, tiap anggota dapat
mengomentari, dan akhirnya terjadi diskusi.
• Memainkan Peranan (Role Play)
Dalam metode ini beberapa anggota kelompok ditunjuk sebagai pemegang peran tertentu
untuk memainkan peranan, misalnya sebagai dokter Puskesmas, sebagai perawat atau bidan,
dan sebagainya, sedangkan anggota yang lain sebagai pasien atau anggota masyarakat.
Mereka memperagakan, misalnya bagaimana interaksi atau berkomunikasi sehari-hari dalam
melaksanakan tugas.
3. Metode Promosi Massa
Metode pendidikan atau promosi kesehatan secara massa dipakai untuk mengkomunikasikan
pesan-pesan kesehatan yang ditujukan kepada masyarakat yang sifatnya massa atau publik.
Dengan demikian cara yang paling tepat ialah pendekatan massa. Oleh karena sasaran
promosi ini bersifat umum, dalam arti tidak membedakan golongan umur, jenis kelamin,
pekerjaan, status sosial ekonomi, tingkat pendidikan, dan sebagainya, maka pesan-pesan
kesehatan yang akan disampaikan harus dirancang sedemikian rupa sehingga dapat ditangkap
oleh massa tersebut. Pendekatan ini biasanya digunakan untuk menggugah awareness atau
kesadaran masyarakat terhadap suatu inovasi, dan belum begitu diharapkan untuk sampai
pada perubahan perilaku. Namun demikian, bila kemudian dapat berpengaruh terhadap
perubahan perilaku juga merupakan hal yang wajar. Pada umumnya bentuk pendekatan
massa ini tidak langsung. Biasanya dengan menggunakan atau melalui media massa.
Beberapa contoh metode promosi kesehatan secara massa ini, antara lain:
1. Ceramah umum (public speaking)
Pada acara-acara tertentu, misalnya pada Hari Kesehatan Nasional, Menteri Kesehatan atau
pejabat kesehatan lainnya berpidato di hadapan massa rakyat untuk menyampaikan pesan-
pesan kesehatan. Safari KB juga merupakan salah satu bentuk pendekatan massa.
2. Pidato-pidato/diskusi tentang kesehatan melalui media elektronik, baik TV maupun radio,
pada hakikatnya merupakan bentuk promosi kesehatan massa.
3. Simulasi, dialog antara pasien dengan dokter atau petugas kesehatan lainnya tentang suatu
penyakit atau masalah kesehatan adalah juga merupakan pendekatan pendidikan kesehatan
massa.
4. Tulisan-tulisan di majalah atau koran, baik dalam bentuk artikel maupun tanya jawab atau
konsultasi tentang kesehatan dan penyakit adalah merupakan bentuk pendekatan promosi
kesehatan massa.
5. Bill Board, yang dipasang di pinggir jalan, spanduk, poster, dan sebagainya juga
merupakan bentuk promosi kesehatan massa. Contoh: billboard Ayo ke Posyandu.
2.8 Media Promosi Kesehatan Jiwa
Media Promosi Kesehatan adalah semua sarana atau upaya untuk menampilkan pesan atau
informasi yang ingin disampaikan oleh komunikator, baik itu melalui media cetak,
elektronika, dan media luar ruang, sehingga sasaran dapat meningkat pengetahuannya yang
akhirnya diharapkan dapat berubah perilakunya ke arah positif terhadap kesehatan.
Media promosi kesehatan yang baik adalah media yang mampu memberikan informasi atau
pesan-pesan kesehatan yang sesuai dengan tingkat penerimaan sasaran, sehingga sasaran mau
dan mampu untuk mengubah perilaku sesuai dengan pesan yang disampaikan.
1. Tujuan Media Promosi Kesehatan
Adapun beberapa tujuan atau alasan mengapa media sangat diperlukan di dalam pelaksanaan
promosi kesehatan antara lain adalah:
a. Media dapat mempermudah penyampaian informasi.
b. Media dapat menghindari kesalahan persepsi dan dapat memperjelas informasi.
c. Media dapat mempermudah pengertian.
d. Mengurangi komunikasi verbalistik.
e. Dapat menampilkan objek yang tidak bisa ditangkap dengan mata.
f. Memperlancar komunikasi, dan lain-lain.
2. Penggolongan Media Promosi Kesehatan
Penggolongan media promosi kesehatan ini dapat ditinjau dari berbagai aspek, antara lain:
a. Berdasarkan bentuk umum penggunaannya:
Berdasarkan penggunaan media promosi dalam rangka promosi kesehatan, dibedakan
menjadi:
• Bahan bacaan: modul, buku rujukan/bacaan, folder, leaflet, majalah, buletin, dan
sebagainya.
• Bahan peragaan: poster tunggal, poster seri, flipchart, transparan, slide, film, dan
seterusnya.
b. Berdasarkan cara produksi:
Berdasarkan cara produksinya, media promosi kesehatan dikelompokkan menjadi:
• Media cetak, yaitu suatu media statis dan mengutamakan pesan-pesan visual. Media cetak
pada umumnya terdiri dari gambaran sejumlah kata, gambar atau foto dalam tata warna.
Adapun macam-macamnya adalah:
- Poster
- Leaflet
- Brosur
- Majalah
- Pamflet
- Surat kabar dan lainnya
• Media elektronika, yaitu suatu media bergerak dan dinamis, dapat dilihat dan didengar
dalam menyampaikan pesannya melalui alat bantu elektronika. Adapun macam-macam
media tersebut adalah:
- TV
- Radio
- Film
- CD dan sebagainya
Kelebihan dan kekurangan media elektronik :
Kelebihan Kekurangan
• Sudah dikenal masyarakat.
• Mengikut sertakan semua pancaindera.
• Lebih mudah dipahami.
• Lebih menarik karena ada suara dan gambar bergerak.
• Bertatap muka.
• Jangkauan relatif lebih besar.
• Sebagai alat diskusi dan dapat diulang-ulang. • Biaya lebih tinggi dan sedikit rumit.
• Perlu alat canggih untuk produksinya.
• Perlu persiapan matang..
• Perlu keterampilan penyimpanan dan dalam pengoperasian.
• Media luar ruang, yaitu media yang menyampaikan pesannya di luar ruang secara umum
melalui media cetak dan elektronika secara statis, misalnya:
- Papan reklame yaitu poster dalam ukuran besar yang dapat dilihat secara umum di
perjalanan.
- Spanduk yaitu suatu pesan dalam bentuk tulisan dan disertai gambar yang dibuat di atas
secarik kain dengan ukuran tergantung kebutuhan dan dipasang di suatu tempat strategis agar
dapat dilihat oleh semua orang.
- Pameran.
- Banner.
- TV layar lebar.
Kelebihan dan kelemahan media luar ruang:
Kelebihan Kekurangan
• Sebagai informasi umum dan hiburan.
• Mengikutsertakan semua pancaindera.
• Lebih mudah dipahami.
• Lebih menarik karena ada suara dan gambar bergerak.
• Bertatap muka.
• Penyajian dapat dikendalikan.
• Jangkauan relatif lebih besar. • Biaya lebih tinggi dan sedikit rumit.
• Ada yang memerlukan listrik.
• Ada yang memerlukan alat canggih untuk produksinya.
• Perlu persiapan matang.
• Peralatan selalu berkembang dan berubah.
• Perlu keterampilan penyimpanan.
• Perlu keterampilan dalam pengoperasian
3. Merancang media promosi kesehatan jiwa yang digunakan
a. Menetapkan tujuan:
Tujuannya adalah suatu pernyataan tentang suatu keadaan di masa datang yang akan dicapai
melalui pelaksanaan kegiatan tertentu. Secara umum dapat dikatakan bahwa tujuan harus:
• Realistis, artinya bisa dicapai bukan hanya angan-angan.
• Jelas dan dapat diukur.
• Apa yang akan diukur.
• Siapa sasaran yang akan diukur.
• Seberapa banyak perubahan yang akan diukur.
• Berapa lama dan di mana pengukuran dilakukan.
Penetapan tujuan adalah sebagai dasar untuk merancang media promosi kesehatan dan dalam
merancang evaluasi. Jika tujuan yang ditetapkan tidak jelas dan tidak operasional maka
program menjadi tidak fokus dan tidak efektif.
b. Menetapkan segmentasi sasaran:
Segmentasi sasaran adalah suatu kegiatan memilih kelompok sasaran yang tepat dan
dianggap sangat menentukan keberhasilan promosi kesehatan. Tujuannya adalah memberikan
pelayanan yang sebaik-baiknya dan memberikan kepuasan pada masing-masing segmen.
Dapat juga untuk menentukan ketersediaan, jumlah, dan jangkauan produk. Selain itu juga
dapat menghitung jenis media dan menempatkan media yang mudah diakses oleh khalayak
sasaran.
c. Mengembangkan positioning pesan
Positioning adalah suatu proses atau upaya untuk menempatkan suatu produk perusahaan,
individu atau apa saja dalam alam pikiran mereka yang dianggap sebagai sasaran atau
konsumennya. Positioning bukan sesuatu yang anda lakukan terhadap produk, tetapi sesuatu
yang anda lakukan terhadap otak khayalak sasaran. Hal ini bukan strategi produk tetapi
strategi komunikasi. Di sini berhubungan dengan bagaimana calon konsumen menempatkan
produk anda di dalam otaknya.
Positioning membentuk citra. Sesuatu citra bisa kaya makna atau sederhana saja. Sebaiknya
citra bisa berubah-ubah dan dinamis. Citra bisa diterima secara homogen dan sama.
d. Memilih media promosi kesehatan
Pemilihan media adalah jabaran saluran yang akan digunakan untuk menyampaikan pesan
pada khalayak sasaran. Yang perlu diperhatikan di sini adalah:
• Pemilihan media didasarkan pada selera khalayak sasaran, bukan pada selera pengelola
program.
• Media yang dipilih harus memberikan dampak yang luas.
• Setiap media akan mempunyai peranan yang berbeda.
• Penggunaan beberapa media secara serempak dan terpadu akan meningkatkan cakupan,
frekuensi, dan efektivitas pesan.
2.9 Sasaran Promosi Kesehatan Jiwa (Notosoedirjo, 2005)
1. Masyarakat umum
2. Masyarakat dalam kelompok risiko sakit
3. Kelompok masyarakat yang mengalami gangguan
4. Kelompok masyarakat yang mengalami kecacatan atau hendaya
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pengertian kesehatan jiwa adalah orang yang sehat jiwanya, merasa sehat dan bahagia,
mampu menghadapi tantangan hidup, dapat menerima orang lain, mempunyai sikap postif
terhadap diri sendiri dan orang lain Kriteria sehat jiwa adalah merasa senag dengan diri
sendiri, merasa nyaman berhubungan dengan orang lain, mampu memenuhi tuntutan hidup
Media Promosi Kesehatan adalah semua sarana atau upaya untuk menampilkan pesan atau
informasi yang ingin disampaikan oleh komunikator, baik itu melalui media cetak,
elektronika, dan media luar ruang, sehingga sasaran dapat meningkat pengetahuannya yang
akhirnya diharapkan dapat berubah perilakunya ke arah positif terhadap kesehatan. Metode
promosi kesehatan terdiri dari metode promosi individu, metode promosi kelompok, metode
promosi massa,
Untuk mengatasi angka kejadian gangguan mental pemerintah Indonesia membentuk TP-
KJM (Tim Pembina, Tim Pengarah, Tim Pelaksana KesehatanJiwa Masyarakat) pelayanan
kesehatan jiwa di pelayanan primer dapat meningkatkan akses masyarakat terhadap
kebutuhan pelayanan kesehatan jiwa sehingga dapat segera tertangani dan setiap tanggal 10
Oktober diperingati sebagai Hari Kesehatan Jiwa Sedunia, dengan demikian diharapkan tidak
ada lagi diskriminasi dan pelanggaran hak asasi manusia.
3.2 Saran
Masalah kesehatan mental adalah masalah yang sangat mempengaruhi produktifitas dan
kualitas kesehatan perorangan maupun masyarakat. Olehkarena itu kita semua harus
memperhatikan kesehatan fisik serta emosional kita agar tercipta kesehatan jiwa yang baik
selain itu masalah kesehatan jiwa tidak mungkin ditanggulangi oleh satu sektor saja, tetapi
perlu kerja samamultisektor.
DAFTAR PUSTAKA
Barry M M. Generic Principles of Effectice Mental Health Prootion. 2007. International
ournal of Mental Health Promotion Vol: 9. Clifford Beers Foundation.
Prince, M., V. Patel, S. Saxena, M. Maj, J. Maselko, M. Phillips and A. Rahman,2007. "No
health without mental health."The Lancet 370: 859-877
Notosoedirjo, Moeljono & Latipun (2005). Kesehatan Mental. Surabaya:
UniversitasMuhammadiah Malang Press.
Utama, H. 2013. Buku Ajar Psikiatri. Jakarta: Bada Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia.
UU Republik Indonesia No 14 Tahun 2014 Bab 1 Pasal 1
UU Republik Indonesia No 18 Tahun 2014 Tentang Kesehatan Jiwa
Yusuf, Syamsu. 2009. Mental Hygiene: terapi psikospiritual untuk hidup sehat berkualitas.
Bandung: Maestro.
Walker L, Moodie R, Herrman H (2004). Promoting mental health and wellbeing. In:Moodie
R, Hulme A (eds). Hands on health promotion. Melbourne, IPCommunications.
WHO. 2002. Prevention and promotion in mental health. Mental health: evidence
andresearch. Geneva, Department of Mental Health and Substance Dependence.
WHO. 2003. Investing in Mental Health. Nove Impression, Switzerland.
WHO. 2004. Promoting Mental Health : concepts, emerging evidence, practice:summary
report.Geneva, World Health Organization.