program studi agroekoteknologi fakultas pertanian

31
1 IDENTIFIKASI DAN PEMETAAN PENCEMARAN TANAH DAN AIR DI DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) TUKAD BADUNG PROVINSI BALI IDA BAGUS PUTU BHAYUNAGIRI,SP.,M.SI. PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS UDAYANA 2019

Upload: others

Post on 16-Oct-2021

3 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

1

IDENTIFIKASI DAN PEMETAAN PENCEMARAN TANAH

DAN AIR DI DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) TUKAD BADUNG

PROVINSI BALI

IDA BAGUS PUTU BHAYUNAGIRI,SP.,M.SI.

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS UDAYANA

2019

Page 2: PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

2

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, Berkat Rakhmat Nya penulisan

Karya ilmiah ‘ Identifikasi dan Pemetaan Pencemaran Tanah dan Air di Daerah

Aliran Sungai (DAS) Tukad Badung Provinsi Bali ‘ dapat terselesaikan. Penulisan ini

bertujuan Mengetahui potensi pencemaran tanah dan air sehingga dapat ditentukan

pendekatan sesuai dengan permasalahannya, memperoleh peta pencemaran tanah dan air

di Daerah Aliran Sungai (DAS) Tukad Badung. Serta upaya yang dapat dilakukan dalam

pengendalian yang meliputi pencegahan, penanggulangan dan pemulihan kondisi DAS

Penulis menyadari bahwa penulisan ini belum sempurna, oleh karnanya kritik dan

saran yang konstruktif dari berbagai pihak sangat penulis harapkan.

Denpasar, April 2019

penulis

Page 3: PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

3

`DAFTAR ISI

Kata Pengantar--------------------------------------------------------------------- i

Daftar Isi------------------------------------------------------------------------------------ ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang --------------------------------------------------------------------------- I

1.2 Maksud dan Tujuan Penelitian-------------------------------------------------------- I

1.3 Manfaat------------------------------------------------------------------------------------- 2

1.4 Urgensi penelitian----------------------------------------------------------------------- 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Sungai--------------------------------------------------------------- 4

2.2 Pencemaran Air------------------------------------------------------------------ 4

2.3 Permasalahan Air Sungai------------------------------------------------------- 6

2.4 Parameter Penentu Kualitas Air Sungai -------------------------------------- 7

BAB III METODOLOGI

3.1 Metode Pengambilan Sampel- ----------------------------------------------- 9

3.2 Metode Pemeriksaan Kualitas Air--------------------------------------------- 11

3.3 Metode Analisis Data ------------------------------------------------ 11

BAB IV GAMBARAN UMUM

4.1 Gambaran Umum Lokasi Pemantauan---------------------------------------- 12

3.2 Keadaan Topografi Tukad badung -------------------------------------------- 12

4.3 Deskripsi Wilayah Pantauan---------------------------------------------------- 13

4.4 Lokasi Sampling Air Tukad Badung------------------------------------------- 14

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Analisis Kualitas Air dan Air Limpasan Tukad Badung-------------------- 18

5.2 analisis Kandungan Logam Berat Pada Tanah-------------------------------- 22

5.3 Peta Status Pencemaran Tanah dan Air di DAS Tukad Badung----------- 24

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

6.1 Simpulan -------------------------------------------------------------------------- 26

6.2 Rekomendasi --------------------------------------------------------------------- 28

Daftar Pustaka----------------------------------------------------------------------------- 30

Page 4: PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

4

BAB I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Perkembangan pariwisata di Provinsi Bali secara langsung memberikan magnet

terhadap besarnya investasi pariwisata, besarnya urbanisasi, berimplikasi terhadap

tingginya alih fungsi lahan. Perkembangan pariwisata kecendrungannya hanya berkisar

pada Kabupaten Badung dan Kota Denpasar yang tentunya wilayah tersebut akan disesaki

oleh arus urban. Tingginya pertambahan penduduk akan diikuti oleh besarnya aktifitas

penduduk itu sendiri, seperti aktifitas pengelolaan pertanian, peternakan, industri, rumah

sakit dan pasar. Ruang atau wilayah atau kawasan yang paling berkembang adalah

sepanjang daerah aliran sungai, perkembangan kawasan ini disebabkan nilai ekonomi

tanahnya masih relative rendah. Terdapat dua kategori utama pemanfaatan lahan di

sepanjang Daerah Aliran Sungai (DAS) Tukad Badung, yaitu pemukiman

(industry,industry rumah tangga) dan sawah. Daerah pemukiman padat mulai Br. Gunung

Pemogan sampai Br. Tulangampiang Desa Ubung Kaja. Daerah persawahan terdapat di

Desa Pemogan dan dari Br. Tulangamping Desa Ubung Kaja sampai ke hulu meliputi

Desa Mambal.

Tingginya pertambahan penduduk dan besarnya aktifitas masyarakat sepanjang

DAS Tukad Badung mempengaruhi kondisi DAS Tukad Badung itu sendiri, seperti

kondisi kualitas tanah dan air dari limbah yang dibuang pada kawasan tersebut. Sumber-

sumber limbah yang berpotensi mencemari daerah aliran sungai ini sangat beragam

seperti limbah industri (industri pengolahan dan industri pencelupan), limbah domestik,

limbah bengkel, limbah limpasan jalan, limbah peternakan , limbah rumah sakit, limbah

pasar, dan lain sebagainya.

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas, maka pertanyaan penulis

adalah sebagai berikut:

1. Bagaimanakah pola pencemaran tanah dan air di daerah aliran sungai (DAS) Tukad

Badung ?

2. Bagaimanakah model pemetaan status pencemaran tanah dan air di daerah aliran sungai

(DAS) Tukad Badung ?

Page 5: PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

5

Bertolak dari pertanyaan-penelitian tersebut, maka keberadaan data mengenai: (1)

aktifitas masyarakat sepanjang DAS Tukad Badung, (2) perkembangan

pembangunan/perumahan , (3) faktor-faktor yang mempengaruhi minat masyarakat untuk

menetap di sepanjang DAS Tukad Badung, menjadi data yang sangat penting digunakan

untuk mengidentifikasi dan memetakan status pencemaran tanah dan air di daerah aliran

sungai tukad badung.

1.2. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan penelitian ini adalah:

1. Mengidentifikasi untuk mengetahui sumber pencemaran tanah dan air pada

daerah aliran sungai (DAS) Tukad Badung.

2. Mengetahui klasifikasi dan kualitas tanah dan air di daerah aliran sungai (DAS)

Tukad Badung

3. Menyusun peta status pencemaran tanah dan air di daerah aliran sungai (DAS)

Tukad Badung untuk menjadi dasar dalam penanganan dan pengelolaan lebih

lanjut.

Page 6: PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

6

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Daerah Aliran Sungai

Daerah Aliran Sungai merupakan tempat-tempat atau wadah-wadah serta jaringan

pengaliran air mulai dari mata air sampai ke muara dengan dibatasi kanan dan kirinya

serta sepanjang pengalirannya oleh garis sepandan. Sungai berfungsi menampung curah

hujan dan mengalirkannya ke laut. Sungai bagian hulu dicirikan dengan badan sungai

yang dangkal dan sempit, tebing curam dan tinggi, berair jernih dan mengalir cepat.

Badan sungai bagian hilir umumnya lebih lebar, tebingnya curam atau landai, badan air

dalam, keruh dan aliran air lambat (Mulyanto, 2007). Sungai sebagai penampung dan

penyalur air yang datang dari daerah hulu sangat dipengaruhi oleh tata guna lahan dan

luasnya daerah aliran sungai, dimana pengaruhnya akan terlihat pada kualitas air sungai

(Odum, 1996).

2.1. 1 Kualitas Air

Kualitas air dalah batas atau kadar makhluk hidup zat, energi atau komponen lain yang

ada atau harus ada dan atau unsur pencemar yang ditenggang keberadaannya dalam air

pada sumber air tertentu sesuai dengan peruntukannya. Baku mutu ini ditetapkan untuk air

pada badan air dengan mengingat peruntukan badan air dan kemampuan self puriffikasi.

Berdasarkan Lampiran I Peraturan Pemerintah No. 82/2001 tentang Pengelolaan Kualitas

Air dan Pengendalian Pencemaran Air, dinyatakan :

Kelas I : Air yang dapat digunakan sebagai air minum secara langsung

tanpa pengolahan terlebih dahulu

Kelas II : Air yang dapat digunakan sebagai air baku air minum

Kelas III : Air yang dapat digunakan untuk peternakan, perikanan

Kelas IV : Air yang dapat digunakan untuk keperluan pertanaian dan

dapatdimanfaatkan untuk usaha perkotaan, industri dan PLTA.

Baku mutu limbah cair ditetapkan untuk limbah cair yang keluar dari suatu kegiatan

sebelum dibuang ke badan air. Dalam hal pengendalian pencemaran air, maka dapat

dilakukan dengan pembatasan baku mutu, misalnya jenis baku mutu limbah cair I, hanya

diijinkan untuk dibuang ke kelas air II ,III, IV, baku mutu limbah cair II, hanya diijinkan

untuk dibuang ke kelas air III dan IV dan seterusnya.

Page 7: PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

7

2.2. Pencemaran Air

Pencemaran adalah suatu penyimpangan dari keadaan normalnya. Jadi pencemaran

air adalah suatu keadaan air tersebut telah mengalami penyimpangan dari keadaan

normalnya. Keadaan normal air masih tergantung pada faktor penentu, yaitu kegunaan air

itu sendiri dan asal sumber air (Wardhana, 2004). Pengaruh pencemaran air limbah

terhadap kualitas air dapat dilihat dari sifat fisik, kimia dan biologi perairan. Sifat fisik

antara lain peningkatan kekeruhan, padatan tersuspensi, air menjadi berbau dan berwarna.

Sedangkan sifat kimia dan biologi adalah meningkatnya kandungan nutrien dan logam-

logam serta bakteri (Mantiri, 1994).

2.3. Pencemaran Tanah

Pencemaran tanah adalah keadaan di mana bahan kimia buatan manusia masuk

dan merubah lingkungan tanah alami (Veegha, 2008). Darmono (2001) menyatakan

bahwa ada dua sumber utama kontaminasi tanah yaitu kebocoran bahan kimia organik

dan penyimpanan bahan kimia dalam bunker yang disimpan dalam tanah, dan

penampungan limbah industri yang ditampung dalam suatu kolam besar yang terletak di

atas atau di dekat sumber air tanah. Pencemaran tanah biasanya terjadi karena: kebocoran

limbah cair atau bahan kimia industri atau fasilitas komersial; penggunaan pestisida ;

masuknya air permukaan tanah tercemar ke dalam lapisan sub-permukaan; kecelakaan

kendaraaan pengangkut minyak , zat kimia, atau limbah; air limbah dari tempat

penimbunan sampah serta limbah industry yang langsung dibuang ke tanah secara tidak

memenuhi syarat (illegal dumping). Ketika suatu zat berbahaya/ beracun telah mencemari

permukaan tanah, maka ia dapat menguap, tersapu air hujan dan atau masuk ke dalam

tanah. Pencemaran yang masuk ke dalam tanah kemudian terendap sebagai zat kimia

beracun di tanah. Zat beracun di tanah tersebut dapat berdampak langsung kepada

manusia ketika bersentuhan atau dapat mencemari air tanah dan udara di atasnya (Veegha,

2008)

. Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik industry

maupun domestic (rumah tangga, yang lebih dikenal sebagai sampah ), yang

kehadirannya pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan karena

tidak memiliki nilai ekonomis

. Bila ditinjau secara kimiawi, limbah ini terdiri dari bahan kimia Organic dan

anorganik.

Page 8: PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

8

Dengan konsentrasi dan kuantitas tertentu, kehadiran limbah dapat berdampak negatif

terhadap lingkungan terutama bagi kesehatan manusia , sehingga perlu dilakukan

penanganan terhadap limbah. Tingkat bahaya keracunan yang ditimbulkan oleh limbah

tergantung pada jenis dan karakteristik limbah (Wikipedia, 2009).

Limbah industri yang bisa menyebabkan pencemaran tanah berasal dari: pabrik,

manufaktur, industri kecil, industri perumahan, bisa berupa limbah padat dan cair.

1. Limbah industri yang padat atau limbah padat yang adalah hasil buangan industri

berupa padatan, lumpur, bubur yang berasal dari proses pengolahan. Misalnya sisa

pengolahan pabrik gula, pulp, kertas, rayon, plywood, pengawetan buah, ikan

daging dll.

2. Limbah cair yang adalah hasil pengolahan dalam suatu proses produksi, misalnya

sisa-sisa pengolahan industri pelapisan logam dan industri kimia lainnya.

Tembaga, timbal, perak, khrom, arsen dan boron adalah zat hasil dari proses

industri pelapisan logam. (Sadrach, 2008).

Limbah yang telah mencemari lingkungan akan membawa dampak yang merugikan

manusia baik secara langsung maupun tidak langsung. Kerugian secara langsung, apabila

pecemaran tersebut secara langsung dan cepat dapat dirasakan akibatnya oleh manusia.

Kerugian secara tidak langsung, apabila pencemaran tersebut mengakibatkan lingkungan

menjadi rusak sehingga daya dukung lingkungan terhadap kelangsungan hidup manusia

menjadi menurun. Kondisinya

dapat lebih parah lagi apabila daya dukung lingkungan sudah tidak mampu menopang

kebutuhan manusia, sehingga malapetaka bagi kehidupan manusia tidak terhindar.

Sebagai contoh adalah kesuburan tanah sangat menurun sehingga mengganggu sektor

pertanian yang berakibat menurunnya produksi pangan dan juga sumber air minum yang

sehat sudah sulit didapatkan sehingga masyarakat kekurangan air untuk kebutuhan hidup

sehari-hari (Sunu, 2001). Pada dasarnya kontaminasi logam dalam tanah pertanian

bergantung pada:

1). Jumlah logam yang ada pada batuan tempat tanah terbentuk.

2). Jumlah mineral yang ditambahkan pada tanah sebagai pupuk.

3). Jumlah deposit logam dari atmosfer yang jatuh ke dalam tanah.

4). Jumlah yang terambil pada proses panen ataupun merembes ke dalam tanah yang lebih

dalam Darmono, 2001).

Page 9: PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

9

2.4. Sumber Pencemar

Sumber pencemar dapat berupa suatu lokasi tertentu (point sources) atau tak

tentu/tersebar (non-point sources/diffuse sources). Sumber pencemar point source

misalnya saluran limbah industri dan cerobong asap pabrik. Pencemar yang berasal dari

sumber point source bersifat lokal, efek yang ditimbulkan dapat ditentukan berdasarkan

karakteristik spasial kualitas air. Volume pencemar dari point source biasanya relatif

tetap. Sumber pencemar non-point source dapat berupa point source dalam jumlah yang

banyak, misalnya limpasan dari daerah pertanian yang mengandung pestisida dan pupuk,

limpasan dari daerah permukiman penduduk (domestik), dan limpasan dari daerah

perkotaan. Davis dan Cornwell (1991) mengemukakan beberapa jenis pencemar dan

sumbernya dalam Tabel 2.1.

Tabel 2.1 Beberapa jenis pencemar dan sumbernya

Jenis Pencemar

Sumber Tertentu

(Point Source)

Sumber Tak Tentu

(Non-point Source)

Limbah

Domestik

Limbah

Industri

Limpasan

Daerah

Pertanian

Limpasan

Daerah

Perkotaan

1. Limbah yang dapat

menurunkan kadar

oksigen

X x X x

2. Nutrien X x X x

3. Patogen X x X x

4. Sedimen X x X X

5. Garam-garam - x X X

6. Logam yang toksik - x - X

7. Bahan organik yang

toksik

- x X -

8. Pencemaran panas - x - -

Sumber : Davis dan Cornwell (1991)

2.5. Permasalahan Air Sungai

Sungai merupakan tipe perairan mengalir (lentik). Karena sifatnya yang mengalir,

banyak sungai yang menerima bahan pencemar mampu memulihkan diri (self

Page 10: PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

10

purification) dengan cepat, terutama terhadap limbah penyebab penurunan kadar oksigen

(oxygen demanding wastes) dan limbah panas. Di banyak sungai lainnya, kandungan

oksigen terlarut tidak terpulihkan karena beban pencemaran yang masuk melampaui batas

daya self purification dan bersifat kontinyu. Kemampuan sungai dalam memulihkan diri

dari pencemaran tergantung pada ukuran sungai dan laju aliran air sungai dan volume

serta frekuensi limbah yang masuk (Lehler dalam Miller, 1975).

Meskipun sungai yang satu dengan sungai lainnya berbeda panjangnya, terdapat

tiga masalah prinsip sungai yang dapat mempengaruhi kapasitasnya untuk memulihkan

diri sendiri dari pencemaran. Pertama, sungai yang secara alamiah mempunyai laju aliran

air yang lambat atau sungai yang memiliki laju aliran air menurun dengan cepat karena

adanya pembendungan. Kedua, masalah terjadi ketika sungai pada musim tertentu

memiliki laju aliran yang cukup tetapi pada musim lainnya menjadi sangat rentan

terhadap pencemaran karena laju alirannya menurun. Ketiga, masalah sungai yang

berkaitan dengan masuknya pencemaran senyawa nonbiodegradable yang dapat merusak

kehidupan di dasar sungai, menyebabkan kematian ikan-ikan secara masif, atau terjadi

magnifikasi biologis pada rantai makanan (Lehler dalam Miller, 1975). Untuk jenis

pencemaran panas, pencemar penyebab penurunan kadar oksigen terlarut, dan senyawa

kimia berdaya racun singkat, pengenceran dapat menjadi cara untuk mengatasi masalah

pencemaran jika didukung oleh laju aliran yang memadai dan masuknya pencemaran

tidak berlebihan. Untuk jenis pencemar radioisotop, logam berat, dan senyawa organik

yang lambat terdegradasi dan bahkan merupakan agen magnifikasi biologis, minyak dan

senyawa kimia lainnya yang merusak dasar sungai, pengenceran tidak mengatasi masalah

pencemaran. Senyawa-senyawa tersebut harus dicegah masuk ke sungai (Lehler dalam

Miller, 1975).

Page 11: PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

11

BAB III. METODE PENELITIAN

3.1. Bahan dan Alat Penelitian

Bahan dan alat penelitian yang akan digunakan dalam penelitian berupa peta dan

citra serta peralatan untuk survei tanah dan air dan survei penelitian sosial masyarakat

pada daerah hulu, tengah dan hilir.

3.2. Rancangan Penelitian

Penelitian Identifikasi dan Pemetaan Status Pencemaran Tanah dan Air Daerah

Aliran Sungai (DAS) Tukad Badung dilakukan dengan tahapan-tahapan sebagai berikut :

1. Mengumpulkan dan mempelajari pustaka yang ada kaitannya dengan topik

penelitian utamanya.

2. Orientasi lapangan.dan membuat peta kerja

3. Menentukan wilayah dan variabel penelitian.

4. Pengumpulan data primer dan data skunder seperti, peta, data iklim, data debit

sungai, dan data kualitas air..

5. Penentuan status kualitas tanah dan air dengan uji laboratorium (kimia,fisika dan

biologi tanah)

6. Sinkronisasi uji tanah dan air

7. Pembuatan peta status pencemaran tanah dan air

Page 12: PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

12

3.3. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dilakukan pada kajian pencemaran tanah dan air

daerah aliran sungai (DAS) Tukad Badung ini adalah :

1. Data primer didapatkan dari observasi langsung ke DAS Badung diteruskan

dengan sampling tanah dan air untuk penetapan kualitasnya.

2. Data skunder didapatkan melalui pengumpulan informasi ataupun data dari

instansi terkait.

3. Penentuan titik sampling untuk kualitas tanah dan air didasarkan atas

pertimbangan aktifitas masyarakat, kegiatan pertanian dan kegiatan industri

sehingga ditentukan titik-titik sampling yang dianggap mewakili kualitas dari

hulu, tengah, dan hilir.

3.4. Teknik Analisis Data

Menetapkan kelayakan kualitas tanah dan air pada DAS Badung dilakukan dengan

membandingkan data hasil pengukuran dari masing - masing parameter dengan nilai baku

mutu

1. Analisis tanah

Penentuan kualitas tanah dapat dilakukan dengan uji laboratorium yaitu

menentukan nilai logam berat pada tanah

2. Analisis air

Penentuan status mutu air dengan uji laboratorium untuk mengetahui kualitas air

di DAS Tukad Badung (air limpasan dan air Tukad Badung)

Page 13: PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

13

IV. GAMBARAN UMUM DAS TUKAD BADUNG

4.1 Gambaran Umum

Daerah Aliran Sungai (DAS) Tukad Badung dengan luas ± 22,55 Km2 dengan

batas-batas sebagai berikut:

Bagian utara dibatasi oleh DAS Tukad Ayung.

Bagian timur dibatasi oleh DAS Tukad Ayung.

Bagian selatan dibatasi oleh Teluk Benoa.

Bagian barat dibatasi oleh DAS Tukad Mati.

Tukad Badung berawal dari Kecamatan Abiansemal Kabupaten Badung, kurang

lebih 12 Km sebelah utara Kota Denpasar. Sungai tersebut mengalir ke arah selatan

melewati Kota Denpasar dan bermuara di Teluk Benoa. Panjang Tukad Badung mulai

dari hulu sampai Teluk Benoa ± 22 Km. Anak-anak sungai utamanya adalah Tukad

Tagtag dan Tukad Pedih.

4.2 Keadaan topografi Tukad Badung

Daerah pengaliran Tukad Badung merupakan daerah dengan topografi landai.

Sampai jarak ± 10 Km dari muara mempunyai ketinggian 0 m sampai dengan 20 m di atas

permukaan air laut (dpal). Sedangkan daerah hulu bervariasi antara 20 sampai dengan 50

m dpal. Dimuara Tukad Badung ini dibuat waduk muara (estuary reservoir). Sehingga

dalam normalisasi alur sungai diperhitungkan pula efek air balik (back water) dari waduk

terutama saat banjir.

Berdasarkan data hujan dari tiga stasiun penakar hujan harian selama ± 37 tahun

terakhir, yaitu stasiun Denpasar, Blahkiuh dan stasiun Tabanan maka hujan rata-rata yang

terjadi di DAS Tukad Badung diperkirakan sebesar 182,985 mm.

Stasiun klimatologi terdekat adalah stasiun Ngurah Rai, dimana menurut data

selama 12 tahun menunjukkan bahwa temperatur rata-rata bulanan 27,5 0C dengan

temperatur rata-rata bulanan maksimum 280C yang terjadi pada bulan Januari sampai

dengan April dan Oktober sampai dengan Desember. Sedangkan temperatur rata-rata

bulanan terendah 260C terjadi pada bulan Juli hingga Agustus. Temperatur esktrim

umumnya berkisar pada 320C dan 24

0C terjadi pada bulan April sampai dengan Oktober.

Page 14: PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

14

Kelembaban relatif rata-rata tahunan ± 77,8 % dengan variasi antara ± 80% pada

musim penghujan dan ± 75 % pada musim kemarau. Penguapan rata-rata bulanan berkisar

antara 3,67 mm/hari sampai dengan 5,10 nm/hari, sedangkan rembesan (infiltrasi) rata-

rata bulanan diestimasi sebesar 2 mm/hari.

Dilihat dari keadaan topografi dan kondisi sungai maka Tukad Badung dibagi

menjadi 3 daerah tinjauan, yaitu:

- Daerah pertama dari Bendung Mertagangga ke hulu.

- Daerah kedua dari Bendung Mertagangga sampai dengan Bendung Gerak Tukad

Badung.

- Daerah ketiga dari Bendung Gerak Tukad Badung sampai dengan muara.

4.3 Deskripsi Lokasi Pengambilan Sampel

Lokasi pengambilan sampel air ditetapkan sebanyak 5 ( lima ) titik lokasi yang

mewakili kondisi daerah hulu, tengah, dan hilir sungai. Mewakili bagian hulu sungai,

titik pantau ditetapkan di Kelurahan mambal ( Hulu 1 ), pengambilan satu titik lokasi

disebabkan kondisi wilayah sebagian besar pertanian. Selanjutnya titik lokasi tengah

diambil di belakang Rumah Sakit Wangaya dan Pasar Badung ( Tengah 1 dan 2 ).

Terakhir titik pantau daerah hilir ditetapkan di Bendungan Batanta dan Pemogan ( Hilir 1

dan 2 ). Secara menyeluruh dapat dilihat pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1. Posisi Geografis Masing-masing Titik Lokasi Tukad Badung

Bagian Sungai Nama Titik

Pantau

Kode Titik

Pantau

Koordinat Titik Lokasi

Lintang Bujur

Daerah Hulu Hulu 1 (Hu1) 08054510 115

021655

Daerah Pertengahan

Daerah Pertengahan

Tengah 1

Tengah 2

(T1)

(T2)

08064948

08065944

115021236

115021331

Daerah Hilir

Daerah Hilir

Hilir 1

Hilir 2

(Hi1)

(Hi2)

08068528

08070407

115019816

115019334

Page 15: PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

15

4.4 Lokasi Sampling

Tukad Badung merupakan sungai lintas kabupaten/kota yaitu Kota Denpasar dan

Kabupaten Badung. Sungai ini bermuara di perbatasan antara Kelurahan Kuta dan

Kelurahan Pemogan dimana muara sungai ini telah dibendung menjadi waduk Estuary

Dam. Hulu Tukad Badung berada di Dam Mambal-Desa Mambal Kecamatan Abian

Semal. Panjang aliran Tukad Badung adalah 22 km dan luas daerah pengaliran ± 25 km2.

Terdapat dua kategori utama pemanfaatan lahan di sepanjang aliran Tukad

Badung, yaitu pemukiman dan sawah. Daerah pemukiman padat mulai Br. Gunung

Pemogan sampai Br. Tulangampiang Desa Ubung Kaja. Daerah persawahan terdapat di

Desa Pemogan dan dari Br. Tulangamping Desa Ubung Kaja sampai ke hulu meliputi

Desa Mambal.

Sumber-sumber limbah yang berpotensi mencemari sungai ini sangat beragam

seperti limbah industri (industri pengolahan dan industri pencelupan), limbah domestik,

limbah bengkel, limbah limpasan jalan, limbah peternakan, peternakan dan limbah rumah

sakit, limbah pasar, dan lain sebagainya. Pada penelitian ini ditetapkan 5 (lima) titik

pengambilan sampel yaitu:

1) Tukad Badung 1: terletak di Jalan Raya

Mambal, Dam Mambal-Abian Semal. Kondisi

aliran sungai pada lokasi sampel ini relatif alami

dimana di tepi sungai ditumbuhi oleh vegetasi

yang lebat. Pemanfaatan lahan di bagian hulu

berupa persawahan dan sebelah kiri dan

kanannya merupakan daerah permukiman

penduduk. Beban limbah yang masuk ke sungai

bagian ini relatif kecil. Air sungai masih dapat

digunakan penduduk untuk mandi dan cuci.

Page 16: PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

16

2) Tukad Badung 2: Lokasi ini tepat di

Jalan Kartini- Wangaya Kaja

Kecamatan Denpasar Barat Kota

Denpasar. Lokasi ini berada wilayah

pemukiman penduduk yang sangat

padat, lalu lintas jala raya juga sangat

padat dan dekat dengan pasar Badung.

3) Tukad Badung 3: terletak di Jalan

Hasanudin-Denpasar. Sekitar lokasi

pengambilan sampel merupakan

kawasan permukiman penduduk.

Sumber pencemar yang masuk ke

sungai di bagian ini lebih beragam

antara lain limbah domestik, limbah

pasar, limbah bengkel dan limbah

pengolahan makanan.

4) Tukad Badung 4: terletak di Jalan

Batukaru, Bendungan Dam Batanta,

merupakan daerah hilir sebelum

memasuki Estuary Dam. Permukiman

penduduk tidak terlalu padat, masih

terdapat lahan kosong. Posisi sungai

pada titik pengambilan sampel ini

merupakan daerah recovery, dimana

di bagian hilir lokasi ini tidak

dijumpai adanya sumber pencemaran

yang bersifat point source.

lokasi titik sampling tukad badung 3

Page 17: PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

17

5) Tukad Badung 5: Terletak di Jalan

Taman Pancing Desa Gelogor Carik

Kabupaten Badung. Titik sampling ini

berada di pinggir jalan raya dengan

kondisi perumahan penduduk tidak begitu

padat. Hamparan tanah kosong dengan

peternakan serta pertanian terdapat di

sekitar daerah ini.

Page 18: PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

18

V. EVALUASI PENCEMArAN TANAH DAN AIR DI DAS BADUNG

DAS Tukad Badung mengalir dari wilayah Desa Mambal Kabupaten Badung

dengan pola pengaliran di daerah dataran rendah cenderung berbentuk dendritik

(percabangan pohon) dan pola pengairan di daerah dataran berkelok-kelok (oxbow lake)

yang mengalir ke arah selatan menuju Dam Estuaria. Secara umum bentuk Daerah Aliran

Sungai Tukad Badung adalah memanjang, dengan bagian hulu agak lebar, menyempit

pada bagian pertengahan sungai dan paling lebar pada bagian hilir sungai.

Kawasan Tukad Badung seperti juga wilayah lainnya di Bali secara umum

beriklim laut tropis yang dipengaruhi oleh angin musim dan terdapat musim kemarau dan

musim hujan yang diselingi oleh musim pancaroba. Suhu udara rata-rata mencapai 27,50C

dengan suhu minimum rata-rata 260C dan suhu maksimum rata-rata 28

0C serta suhu

ekstrim yang umumnya berkisar pada 240C dan 32

0C. Kelembaban relative rata-rata

tahunan ± 77,8% dengan variasi antara ± 80% pada musim penghujan dan ± 75% pada

musim kemarau. Penguapan rata-rata bulanan berkisar antara 3,67 mm perhari sampai

dengan 5,10 mm perhari Sedangkan intensitas curah hujan rata-rata pertahun berdasarkan

data hujan dari 3 stasiun penakar hujan harian selama kurang lebih 37 tahun terakhir yaitu

stasiun Denpasar, Blahkiuh dan Tabanan maka hujan rata-rata yang terjadi di DAS Tukad

Badung diperkirakan sebesar 182,985 mm/tahun. Batasan lingkup DAS Tukad Badung

merupakan kawasan tangkapan air induk sungai dan anak sungainya. Tukad Badung

memiliki panjang 22 Km dan luas DAS ± 25,0 Km2. Secara geografis Tukad Badung

berada pada posisi 080.54623” LS dan 115

0.21705” BT sampai 08

070930” LS dan

1150.19122” BT.

5.1 Hasil Analisis Air dan Tanah DAS Tukad Badung

5.1.1 Analisis kualitas air dan Air Limpasan DAS Tukad Badung

Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan diperoleh hasil analisis derajat

keasaman (pH), Dissolved Oxygen (DO), Biochemical Oxygen Demand (BOD), Chemical

Oxygen Demand (COD), Nitrit, Nitrat, Fosfat, Amoniak, Sulfat, Deterjen, logam Cu,

logam Fe, logam Cd, logam Pb) pada air Tukad Badung daerah hulu, tengah dan hilir

sebanyak 2 titik. Khusus segmen hulu hanya 1 titik dikarenakan kawasan tersebut masih

homogeny (lahan pertanian masih luas)

Page 19: PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

19

Pengambilan sampel di segmen hulu (Hu) meliputi satu titik yakni di DAM

Mambal, Jalan Raya Mambal, Abiansemal (Hu) ; segmen tengah (T) di Jalan Kartini,

Desa Wangaya (T1) dan Jalan Hasanudin, Denpasar (T2); segmen hilir (Hi) di Jalan

Tukad Baru, Bendung Batanta (H1) dan Jalan Taman Pancing, Desa Gelogor Carik (H2).

Pengambilan sampel dilakukan pada bulan Juni yaitu dari tanggal 12 sampai

dengan tanggal 20 juni 2016. Hasil analisis yang didapatkan sebagai berikut :

Tabel 5.1 Hasil Analisis Kualitas Air Tukad Badung Pada Daerah Hulu (Hu)

NO PARAMETER SATUAN

NILAI PENGUKURAN

Sampel Hulu Air Limpasan

Hulu

1 Ph - 7.71 7.76

2 DO mg/L 3.86 8.94

3 BOD5 mg/L 6.58 15.61

4 COD mg/L 19.60 30.78

5 Nitrit (NO2) mg/L 0.083 0.184

6 Nitrat (NO3) mg/L 28.47 38.78

7 Amoniak (NH3) mg/L 0.045 0.946

8 Sulfat (SO4) mg/L 5.63 45.64

9 Fosfat (PO4) mg/L 3.60 9.67

10 Deterjen mg/L 0.105 6.106

11 Tembaga (Cu) mg/L 0.015 0.815

12 Kadmium (Cd) mg/L 0.005 0.105

13 Besi (Fe) mg/L 0.079 0.380

14 Timbal (Pb) mg/L 0.013 0.913

Page 20: PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

20

Tabel 5.2 Hasil Analisis Kualitas Air Tukad Badung Pada Daerah Tengah 1 (T1)

NO PARAMETER SATUAN

NILAI PENGUKURAN

Sampel Tengah I Air Limpasan

Tengah I

1 pH - 7.95 8.03

2 DO mg/L 3.91 9.95

3 BOD5 mg/L 6.78 20.85

4 COD mg/L 19.61 32.81

5 Nitrit (NO2) mg/L 0.083 0.284

6 Nitrat (NO3) mg/L 27.34 47.61

7 Amoniak (NH3) mg/L 0.041 1.041

8 Sulfat (SO4) mg/L 5.85 55.91

9 Fosfat (PO4) mg/L 3.56 9.60

10 Deterjen mg/L 0.121 9.122

11 Tembaga (Cu) mg/L 0.021 0.921

12 Kadmium (Cd) mg/L 0.006 0.306

13 Besi (Fe) mg/L 0.085 0.586

14 Timbal (Pb) mg/L 0.011 1,111

Tabel 5.3 Hasil Analisis Kualitas Air Tukad Badung Pada Daerah Tengah2 (T2)

NO PARAMETER SATUAN

NILAI PENGUKURAN

Sampel Tengah II Air Limpasan

Tengah II

1 pH - 7.88 8.04

2 DO mg/L 3.91 9.99

3 BOD5 mg/L 6.77 21.91

4 COD mg/L 19.81 32.21

5 Nitrit (NO2) mg/L 0.085 0.287

6 Nitrat (NO3) mg/L 27.38 47.93

7 Amoniak (NH3) mg/L 0.045 1.046

8 Sulfat (SO4) mg/L 5.75 55.87

9 Fosfat (PO4) mg/L 3.59 9.66

10 Deterjen mg/L 0.125 9.128

11 Tembaga (Cu) mg/L 0.023 0.923

12 Kadmium (Cd) mg/L 0.082 0.384

13 Besi (Fe) mg/L 0.012 0.512

14 Timbal (Pb) mg/L 0.014 1.014

Page 21: PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

21

Tabel 5.4 Hasil Analisis Kualitas Air Tukad Badung Pada Daerah Hilir 1 (Hi1)

NO PARAMETER SATUAN

NILAI PENGUKURAN

Sampel Hilir I Air Limpasan

Hilir I

1 pH - 7.98 8.14

2 DO mg/L 3.9 9.98

3 BOD5 mg/L 7.32 22.47

4 COD mg/L 20.98 31.40

5 Nitrit (NO2) mg/L 0.085 0.297

6 Nitrat (NO3) mg/L 27.43 47.98

7 Amoniak (NH3) mg/L 0.048 1.049

8 Sulfat (SO4) mg/L 5.55 55.66

9 Fosfat (PO4) mg/L 3.36 9.43

10 Deterjen mg/L 0.114 0.916

11 Tembaga (Cu) mg/L 0.024 0.324

12 Kadmium (Cd) mg/L 0.08 0.582

13 Besi (Fe) mg/L 0.014 0.523

14 Timbal (Pb) mg/L 0.013 1.013

Tabel 5.5 Hasil Analisis Kualitas Air Tukad Badung Pada Daerah Hilir 2 (Hi2)

NO PARAMETER SATUAN

NILAI PENGUKURAN

Sampel Hilir II Air Limpasan

Hilir II

1 pH - 7.09 7.76

2 DO mg/L 3.91 8.91

3 BOD5 mg/L 7.23 15.23

4 COD mg/L 20.69 29.78

5 Nitrit (NO2) mg/L 0.084 0.174

6 Nitrat (NO3) mg/L 27.48 37.78

7 Amoniak (NH3) mg/L 0.048 0.988

8 Sulfat (SO4) mg/L 6.25 46.64

9 Fosfat (PO4) mg/L 3.72 9.87

10 Deterjen mg/L 0.123 6.306

11 Tembaga (Cu) mg/L 0.019 0.915

12 Kadmium (Cd) mg/L 0.007 0.115

13 Besi (Fe) mg/L 0.071 0.393

14 Timbal (Pb) mg/L 0.013 0.944

Page 22: PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

22

1. DO,BOD dan COD

Ketiga parameter ini saling berkaitan karena apabila nilai BOD dan nilai COD

tinggi maka nilai DO akan menjadi turun. Nilai BOD mencerminkan kandungan bahan

organik yang mudah terdegradasi dalam air, apabila kandungan bahan organik tinggi

maka jumlah oksigen yang diperlukan oleh bakteri pengurai dalam air akan meningkat

yang terukur sebagai nilai BOD sebagai akibatnya nilai DO akan menjadi menurun.

Kadar COD menggambarkan jumlah total oksigen yang dibutuhkan untuk

mengoksidasi bahan organik secara kimiawi baik yang sukar didegradasi secara biologis

maupun yang mudah didegradasi secara biologis. Seperti halnya pada BOD, nilai COD

yang meningkat akan menurunkan nilai DO. Hasil pemeriksaan DO, BOD dan COD air

Tukad Badung telah melampui baku mutu air kelas I berdasarkan PerGub Bali No 8

Tahun 2007.

Perbandingan antara segmen air menunjukkan paling tinggi di hilir kemudian

segmen tengah dan paling rendah di segmen hulu. Nilai COD tertinggi di segmen hilir

sebagai akibat dari akumulasi bahan-bahan pencemar di bagian hilir yang dibawa dari

hulu dan tengah sungai. Disamping itu juga sebagai akibat dari sumbangan pencemar

yang masuk dari derah sekitar sungai seperti limbah pertanian, rumah tangga dan limbah

industri.

2. Nitrit (NO2), Nitrat (NO3) dan Amonia (NH3)

Senyawa nitrit yang terdapat dalam air merupakan hasil reduksi senyawa nitrat

atau oksidasi ammonia oleh mikroorganisme yang ada dalam air. Kandungan nitrit dalam

air bersifat sangat labil dan dipengaruhi oleh kandungan oksigen terlarut (DO). Jika

kadungan DO tinggi maka senyawa nitrit akan cepat dioksidasi menjadi nitrat dan

sebaliknya jika DO rendah maka nitrit akan direduksi menjadi ammonia.

Hasil pemeriksaan parameter nitrat , apabila dilihat dari tahap pemantauan dan

segmen sungai tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan. Hal ini sebagai akibat dari

sifat dari nitrat yang cendrung stabil dalam air. Sumber utama nitrat dalam perairan adalah

runoff, erosi dan leaching lahan pertanian dan limbah pemukiman. Nitrat di perairan

berasal dari pemecahan nitrogen organik dan anorganik yang berasal dari dekomposisi

bahan organik dengan bantuan mikroba. Unsur nitrogen sengaja ditambahkan pada tanah

karena sangat diperlukan oleh tumbuhan untuk proses pertumbuhan dan kelebihannya

akan mencemari lingkungan.

Page 23: PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

23

3. Phosfat (PO4)

Phosfat adalah bentuk phosfor yang diperlukan oleh tumbuhan dan merupakan

unsur esensial bagi tubuhan tingkat tinggi dan alga sehingga dapat mempengaruhi tingkat

produktivitas perairan. Sumber phosfat di perairan adalah deposit fosfor, industri, limbah

domestik, limbah pertanian dan pertambangan batuan phosfat.

Hasil pemeriksaan parameter phosfat air Tukad Badung, apabila dilihat dari tahap

pemantauan dan segmen sungai tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan. Hal ini

karena kesetabilan phosfat dalam perairan cukup tinggi, disamping itu kondisi lahan

pertanian yang ada di sekitar daerah aliran Tukad Badung tidak jauh berbeda.

4. Logam-logam

Parameter logam yang dikur meliputi: Tembaga (Cu), Kadmium (Cd), Besi (Fe),

Timbal (Pb). Logam Cu dan Fe merupakan trace mineral esensial karena keberadannya

dalam jumlah kecil diperlukan oleh tubuh untuk proses metabolisme, sedangkan Pb,Cd

dan Se merupakan non trace esensial bahkan bersifat toksik terhadap tubuh. Logam-

logam ini merupakan logam berat yang keberadaannya di lingkungan khususnya pada

perairan akan berdampak terhadap kesehatan apabila melebih baku mutu yang ditetapkan .

Sumber logam ini berasal dari bahan-bahan hasil industri seperti: alat-alat listrik,

gelas, keramik, zat pewarna, kemasan makanan, transfortasi, usaha las, garmen

(pencelupan), usaha pengecatan, rumah sakit, bengkel dan bidang pertanian (pupuk,

pestisida). Di dalam air logam-logam ini berada sebagai ion ataupun persenyawaan yang

bersifat stabil karena terjadinya kesetimbangan antara bentuk satu dengan bentuk lainnya.

Hasil pemeriksaan air Tukad Badung menunjukkan kandungan logam ini berada

di bawah baku air yang ditetapkan. Kecendrungan pola yang yang ditunjukkan adalah

sama baik dilihat dari segi periode pemantauan ataupun dari segmen sungai (hulu, tengah

dan hilir).

Berdasarkan data hasil analisis nilai rata rata pengujian air Tukad Badung dan air

limpasan (limbah) didapatkan bahwasanya kondisi kualitas air di Tukad Badung sudah

tercemar. Tingginya aktifitas manusia sepanjang DAS serta saluran drainase yang

terhubung langsung ke Tukad Badung disinyalir menjadi penyebab utama.

Page 24: PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

24

5.1.2. Hasil Analisis Kandungan Logam Berat Pada Tanah di DAS Tukad Badung

Pengambilan sampel tanah dilakukan pada kawasan yang dilalui air limpasan, hal

ini dikarenakan terjadinya akumulasi limbah yang dibawa oleh air dan mengendap pada

tanah sekitarnya. Tanah yang diambil dilakukan secara acak pada area air limpasan

kemudian dikompositkan lalu diuji untuk mengetahui kandungan logam berat pada tanah

tersebut seperti logam : Tembaga (Cu), Kadmium (Cd), Besi (Fe), Timbal (Pb).

Page 25: PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

25

Tabel 5.6 Hasil Analisis Kandungan Logam Berat pada Tanah di DAS Tukad

Badung.

NO PARAMETER SATUAN NILAI PENGUKURAN

Sampel Tanah Hulu

1 Tembaga (Cu) mg/L 91,589

2 Kadmium (Cd) mg/L 25,426

3 Besi (Fe) mg/L 6,795

4 Timbal (Pb) mg/L 9315,646

Sampel Tanah Tengah I

1 Tembaga (Cu) mg/L 131,871

2 Kadmium (Cd) mg/L 53,457

3 Besi (Fe) mg/L 8,694

4 Timbal (Pb) mg/L 15093,534

Sampel Tanah Tengah II

1 Tembaga (Cu) mg/L 129,644

2 Kadmium (Cd) mg/L 55,367

3 Besi (Fe) mg/L 8,699

4 Timbal (Pb) mg/L 15033,78

Sampel Tanah Hilir I

1 Tembaga (Cu) mg/L 124,824

2 Kadmium (Cd) mg/L 53,067

3 Besi (Fe) mg/L 8,624

4 Timbal (Pb) mg/L 15250,341

Sampel Tanah Hilir II

1 Tembaga (Cu) mg/L 97,575

2 Kadmium (Cd) mg/L 23,647

3 Besi (Fe) mg/L 6,544

4 Timbal (Pb) mg/L 9080,518

Berdasarkan hasil analisis didapatkan bahwasanya kondisi lahan (tanah) di

kawasan DAS Tukad Badung yang dilalui air limpasan mengandung logam berat yang

sangat tinggi, berdasarkan standart logam berat pada pangan tentunya hal ini akan sangat

mengkhawatirkan. Pada segmen hulu dan hilir II didapatkan kondisi bahwasanya lahan

yang ada masih dimanfaatkan untuk pertanian (sawah) yang mana irigasi yang digunakan

melalui dan melewati drainasi perumahan, industry, pasar. Pencemaran logam berat pada

Page 26: PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

26

tanah khususnya areal yang dilalui air limpasan sangat mungkin akan terdegradasi, hal ini

disebabkan terjadinya penumpukan bahan bahan pencemar dari aktifitas manusia seperti

limbah Pestisida, pupuk, rumah tangga, industry, pasar, rumah sakit. Kadar logam

cadmium (Cd),tembaga (Cu), besi (Fe) dan timbal (Pb) telah memenuhi ambang batas

baku mutu. Kandungan logam berat semakin ke hilir semakin meningkat, hal ini

disebabkan hilir merupakan akumulasi bagi cemaran yang berasal dari hulu dan tengah.

5.1.3. Peta Status Pencemaran Tanah dan Air di DAS Tukad Badung

Karakteristik sumber pencemar pada daerah hulu sampai dengan Hilir dari

desa Mambal sampai Br. Pemogan adalah kegiatan pertanian dan pemukiman

penduduk serta letaknya relative cukup dekat, terjadinya peningkatan pemukiman

penduduk dan berbagai usaha seperti laundry, bengkel, pasar, rumah saki t yaitu

dari Wangaya sampai di sekitar daerah Pasar Badung. Pada segmen hilir, sumber-

sumber limbah yang berpotensi mencemari sungai ini sangat beragam seperti limbah

industri (industri pengolahan dan industri pencelupan), limbah domestik, limbah bengkel,

limbah limpasan jalan, limbah peternakan, limbah rumah sakit, limbah pasar, dan lain

sebagainya.

Page 27: PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

27

Page 28: PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

28

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Simpulan

1. Segmen Hulu yakni di Dam Mambal dan di Jembatan Binoh berstatus cemar

berat. Kondisi di sekitar Dam Mambal (Hulu1) adalah daerah pertanian, pabrik air

aqua dan perumahan bengekel, laundry dan Pasar.

2. Segmen Tengah yakni di Jalan Kartini Wangaya ( Tengah 1) dan di Jalan

Hasanudin (Tengah 2) berstatus cemar berat, kondisi di sekitar Jalan Kartini

adalah Rumah Sakit, perumahan, pasar, peternakan dan usaha-usaha lainnya

(laundry, bengkel, warung makan). Kondisi di sekitar Jalan Hasanudin adalah

perumahan, pasar, Hotel, dan usaha lainnya seperti rumah makan, bengkel,

pertokoan dan sebagainya..

3. Segmen Hilir yakni di Bendungan Batanta (Hilir 1) dan di Gelogor Carik (Hilir 2)

berstatus cemar berat kondisi kawasan adalah : persawahan, perumahan, pasar,

peternakan (ternak sapi) dan usaha-usaha lainnya (laundry, bengkel, warung

makan). Kondisi di sekitar Gelogor carik adalah perumahan, persawahan,

peternakan (ternak sapi), dan usaha-usaha lainnya (laundry, bengkel, warung

makan).

4. Air limpasan yang terdapat disetiap jalur DAS Tukad Badung memiliki potensi

tercemar berat.

5. Kondisi tanah yang terdapat disekitar air limpasan memiliki potensi kandungan

logam berat yang sangat tinggi.

6. Pengendalian pencemaran air sungai Tukad Badung di Kabupaten Badung dan

Kota Denpasar dapat dilakukan dengan meningkatkan inventarisasi dan

identifikasi sumber pencemar air, meningkatkan pengelolaan limbah, menetapkan

daya tampung beban pencemar, meningkatkan pengetahuan dan partisipasi

masyarakat dalam pengelolaan limbah, meningkatkan pengawasan dalam

pembuangan air limbah dan meningkatkan pemantauan kualitas air sungai.

Page 29: PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

29

6.2 Saran

1. Perlu dilakukan pemantauan dan pendataan penggunaan pupuk buatan

(N,P,K) dan pestisida oleh instansi terkait dalam hal ini Dinas Pertanian

Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Badung dan Kota Denpasar

dan Petugas Penyuluh Lapangan petani serta pembuangan limbah domestic

yang berasal dari pemukiman.

2. Perlu dilakukan pendataan dan pengawasan tentang perijinan kegiatan/

usaha baik skala rumah tangga maupun skala menengah,kegiatan

peternakan serta limbah yang dihasilkan oleh instansi terkait yaitu Dinas

Perindustrian dan Perdagangan dan UKM, Dinas Peternakan, Dinas

Lingkungan Hidup Kabupaten Badung dan Kota Denpasar.

Page 30: PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

30

DAFTAR PUSTAKA

ADB. 2006. Country Synthesis Report On Urban Area Quality Management Indonesia.

Asian Development Bank and the Clean Air Initiative for Asian Cities (CAI-Asia)

Center.

Altshuller AP. Thermodynamic considerations in the interactions of nitrogen oxides and

oxy-acids in the atmosphere.Journal of the AirPollution Control Association,

1956, 6:97–100.

Anwar, A danAnsofina. 2008. BeberapaDimensiMasalahSumberdaya Air

keArahPengelolaan Optimal. DalamArsyad, S. dan E. Rustiadi (eds), 2008.

Penyelamatan Tanah, Air danLingkungan. Crespent Press danYayasanObor

Indonesia. Jakarta.

Boney, A.D. 1989.Phytoplankton.Second edition. Edward Arnold. London.

Boyd, C.E. 1988. Water Quality in Warmwater Fish Ponds.Fourth Printing.Urburn

University Agricultural Experiment Station. Alabama, USA.

Clark, J.R. 1996. Coastal Zone Management Handbook.Lewis Publishers.Boca Raton,

New York, London, Tokyo.

Davis, M.L. and D.A. Cornwell. 1991. Introduction to Environmental Engineering.

Second edition.Mc-Graw-Hill, Inc. New York.

Duce, R A. 2008.Impacts of Atmospheric Anthropogenic Nitrogen on the Open

Ocean.Science.Vol 320.

Dugan, P.R. 1972. Biochemical Ecology of Water Pollution.Plenum Press. New York.

Effendi, H. 2003.TelaahKualitas Air

BagiPengelolaanSumberdayadanLingkunganPerairan.PenerbitKanisius.

Yogyakarta.

EPA. 1995. Air quality criteria for ozone and related photochemical oxidants. Research

Triangle Park, NC, US Environmental Protection Agency, 1995 (EPA Report No.

EPA/600/P-93/004aF-cF.3v).

EPA. 1993. Air quality criteria for oxides of nitrogen. Research Triangle Park, NC,

USEnvironmental Protection Agency, 1993 (EPA Report No.EPA/600/8-

91/049aF-cF. 3v).

Federal Ministry of Interior. 1983. BerichtuberWaldschaden und

Luftverschmutzung[Report on forest damage and air pollution]. Bonn, Federal

Ministry of the Interior.

Hickman AJ, Bevan MG, Colwill DM. Atmospheric pollution from vehicle emissions at

four sites in Coventry.Crowthorne, Department of the Environment, 1976 (Report

No. CR 695).

Jeffries, M. and D. Mills. 1996. Freshwater Ecology, Principles, and Applications. John

Wiley and Sons.Chichester, UK.

Kodotie, R.J. dan R. Sjarief. 2005. Pengelolaan Smberdaya Air Terpadu. Penerbit Andi.

Yogyakarta.

Page 31: PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

31

Krzyzanowski M, Kuna-Dibbert B, and Schneider J. 2005.Health effects of transport-

related air pollution. Copenhagen, WHO Regional Office for Europe.

Laidler G. 1991. Environmental Chemistry An Australian Perspective. Longman

Cheshire. Pty Limited.

Manahan, S.E. 1994. Environmental Chemistry. Lewis Publishers.

Mason, C.F. 1993. Biology of Freshwater Pollution.Second edition.Longman Scientific

and Technical. New York.

McNeely, R.N., V.P. Nelmanis and L. Dawyer. 1979. Water Quality Source Book. A

Guide to Water Quality Parameter. Island Water Directorate, Water Quality

Branch. Ottawa, Canada.

Miller, G.T. 1972. Living in the Environment, Concepts, Problems and

Alternatives.Wadswooth Publishing Company, California.

Miller, G.T. 1992. Living in the Environment.Seventh edition.Wadswooth Publishing

Company, California.

Moore, J.W. 1991. Inorganic Contaminants of Surface Water.Springer-Verlag. New York.

Mulyanto., H.R. 2007. Sungai, Fungsidan Sifat-Sifatnya.Graha Ilmu. Yogyakarta.

Rao, C.S. 1992. Environmental Pollution Control Engineering.Wiley Eastern Limited.

New Delhi.

Sawyer, C.N. and P.L. McCarty. 1978. Chemistry for Environmental Engineering. Third

edition. McGraw-Hill Company. Tokyo.

Wetzel, R.G. 1975. Limnology.WB. Sounders Co. Philadelphia, Pennylvania.

Svartengren, M. 2000. Short-term exposure to air pollution in a road tunnel enhances the

asthmatic response to allergen. European Respiratory Journal. 15:716–724.

UNEP. 1984. International Register of Potentially Toxic Chemicals. List of

environmentally dangerous chemical substances and processes of global

significance.Geneva, United Nations Environment Programme, 1984 (UNEP

Reports No. 1 and 2).

WHO. 2005. WHO challenges world to improve air quality. Communications and

Advocacy officerPublic Health and the Environment, WHOTelephone: +41 22

791 4475.

WHO.2005a. Air Quality Guidelines. Global up date 2005.Particulate Matter, Ozone,

Sulphur Dioxide, and Nitrogen Dioxide. WHO Regional Office for Europe

Scherfigsvej 8 DK-2100 Copenhagen O, Denmark.