produktivitas tanaman teh

Upload: hagung

Post on 10-Oct-2015

89 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

  • 5/20/2018 Produktivitas Tanaman Teh

    1/112

    ANALISIS PRODUKTIVITAS TEH

    (Camellia sinensis(L.) O. Kuntze) DI PT. PAGILARAN,

    BATANG, JAWA TENGAH

    Oleh

    DHIAN SARASWATI

    A34104066

    PROGRAM STUDI AGRONOMI

    FAKULTAS PERTANIAN

    INSTITUT PERTANIAN BOGOR

    2008

  • 5/20/2018 Produktivitas Tanaman Teh

    2/112

    RINGKASAN

    DHIAN SARASWATI. Analisis Produkivitas Teh (Camellia sinensis (L.) O.

    Kuntze) di PT. Pagilaran, Batang, Jawa Tengah. (Dibimbing olehISKANDAR LUBIS dan SUPIJATNO).

    Produktivitas teh Indonesia saat ini masih tergolong rendah yaitu mencapai

    sekitar 1 900 2 000 kg teh kering per hektar per tahun pada tahun 2007. Skala

    tersebut masih tergolong rendah dibandingkan dengan produktivitas negara

    penghasil teh lainnya, seperti Kenya yang mencapai 3 000 kg teh kering per

    hektar per tahun. Bahkan pada tahun 2006 produktivitas nasional hanya mencapai

    1 478 kg teh kering per hektar (Direktorat Jendral Perkebunan, 2007). Hal inilah

    yang menyebabkan menurunnya kinerja ekspor teh Indonesia, sehingga

    dibutuhkan analisis faktor yang mempengaruhi produktivitas.

    Kegiatan magang ini dilakukan untuk memperluas wawasan mengenai

    aspek budidaya tanaman teh khususnya produktivitas, sehingga mengetahui

    faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas teh. Kegiatan magang ini

    diharapkan mampu mengembangkan pengetahuan dan keterampilan melalui

    penerapan ilmu, menjadikan wahana latihan kerja dengan membandingkan ilmuyang didapat di kampus dengan kenyataan di lapangan.

    Kegiatan magang ini dilaksanakan selama 4 bulan yaitu mulai tanggal 11

    Februari 2008 sampai 10 Juni 2008. Kegiatan magang telah dilaksanakan di

    Perkebunan Pagilaran, Batang, Jawa Tengah.

    Metode yang digunakan dalam kegiatan magang adalah dengan bekerja

    sebagai karyawan harian lepas (KHL) selama dua bulan, pendamping mandor dan

    pendamping asisten afdeling masing-masing satu bulan. Jenis data yang

    digunakan adalah data primer dan sekunder. Data primer dikumpulkan melalui

    pengamatan langsung di lapangan dan wawancara dengan staf perusahaan.

    Sedangkan data sekunder diperoleh dari data yang dimiliki perusahaan, seperti

    produksi pucuk, jumlah tenaga pemetik, populasi tanaman, ketinggian tempat,

    curah hujan, umur tanaman, masing-masing selama sepuluh tahun terakhir

    (Januari 1998 sampai dengan Desember 2007).

  • 5/20/2018 Produktivitas Tanaman Teh

    3/112

    Pengelolaan Kebun Pagilaran secara keseluruhan sudah cukup baik,

    walaupun masih kurang optimal dalam beberapa hal. Seperti dalam pemeliharaan

    kebun juga masih kurang intensif. Hal ini dilihat dalam pemberian pupuk yang

    masih banyak terdapat kesalahan yang menyebabkan kurang efisien dan efektif

    dalam pemberian pupuk. Selain itu kurangnya pelakanaan Standar Operasional

    Prosedur (SOP) untuk setiap kepala bagian kebun.

    Faktor yang mempengaruhi produktivitas teh adalah ketinggian tempat,

    curah hujan, umur tanaman, asal bahan tanam, serta tenaga pemetik. Ketinggian

    optimum untuk pertumbuhan tanaman teh adalah 800 1 200, selain itu tanaman

    teh tidak membutuhkan curah hujan yang tinggi. Penggunaan bahan tanam stek

    dapat meningkatkan produktivitas teh basah. Tanaman yang berumur tua masih

    tetap dapat berproduksi dengan baik. Tenaga pemetik laki-laki menghasilkan

    produktivitas yang lebih tinggi daripada tenaga perempuan, akan tetapi dalam

    kualitas pekerja perempuan lebih tinggi daripada pekerja laki-laki. Selain faktor-

    faktor tersebut pengelolaan kebun yang baik juga akan meningkatkan

    produktivitas tanaman teh.

  • 5/20/2018 Produktivitas Tanaman Teh

    4/112

    ANALISIS PRODUKTIVITAS TEH

    (Camellia sinensis(L.) O. Kuntze) DI PT. PAGILARAN,

    BATANG, JAWA TENGAH

    Skripsi sebagai salah satu syarat

    untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian

    pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

    Oleh

    Dhian Saraswati

    A34104066

    PROGRAM STUDI AGRONOMI

    FAKULTAS PERTANIAN

    INSTITUT PERTANIAN BOGOR

    2008

  • 5/20/2018 Produktivitas Tanaman Teh

    5/112

    Judul : ANALISIS PRODUKTIVITAS TEH (Camellia sinensis(L.) O. Kuntze)

    DI PT. PAGILARAN,BATANG, JAWA TENGAH

    Nama : DHIAN SARASWATI

    NRP : A34104066

    Menyetujui

    Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

    Dr Ir Iskandar Lubis, MS Ir Supijatno, MSiNIP 131 471 380 NIP 131 578 789

    Mengetahui,Dekan Fakultas Pertanian

    Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M.AgrNIP. 131 124 019

    Tanggal Lulus :

  • 5/20/2018 Produktivitas Tanaman Teh

    6/112

    RIWAYAT HIDUP

    Penulis dilahirkan di Pontianak, Kalimantan Barat pada tanggal 31

    Agustus 1985 dari pasangan Bapak Suratno dan Ibu Subiyanti. Penulis merupakan

    anak pertama dari tiga bersaudara.

    Penulis masuk pendidikan Taman Kanak-kanak Pertiwi Semarang, Jawa

    Tengah pada tahun 1990. Sekolah Dasar pada tahun 1992 di SDN Kabluk 03-04

    Semarang, Jawa Tengah dan lulus pada tahun 1998. Lulus dari SMPN 2

    Semarang, Jawa Tengah pada tahun 2001. Lulus dari SMA Kesatrian 1 Semarang,

    Jawa Tengah pada tahun 2004.

    Pada tahun 2004 penulis diterima di Program Studi Agronomi,

    Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian

    Bogor melalui jalur SPMB. Penulis mengikuti organisasi mahasiswa yaitu Badan

    Eksekutif Mahasiswa tingkat Fakultas Pertanian (BEM A) selama dua tahun

    berturut-turut yaitu 2005/2006 berada di departemen kesekretariatan dan

    2006/2007 berada di departemen pendidikan.

  • 5/20/2018 Produktivitas Tanaman Teh

    7/112

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala Rahmat,

    Hidayat, dan Kasih Sayang-Nya yang begitu besar, sehingga penulis dapat

    menyelesaikan penulisan skripsi dengan baik dan lancar yang berjudul

    ANALISIS PRODUKTIVITAS TEH (Camellia sinensis(L.) O. Kuntze) DI PT.

    PAGILARAN, BATANG, JAWA TENGAH. Analisis ini didasari adanya

    penurunan ekspor teh Indonesia ke negara lain yang semakin menurun tiap

    tahunnya. Skripsi merupakan tugas akhir dalam menyelesaikan studi di Program

    Studi Agronomi, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian,

    Institut Pertanian Bogor.

    Analisis ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui faktor yang

    mempengaruhi produktivitas teh di PT Pagilaran, Batang, Jawa Tengah. Akhirnya

    penulis hanya dapat bermohon kepada Allah SWT, semoga skripsi ini dapat

    bermanfaat bagi siapapun yang memerlukan.

    Bogor, September 2008

    Penulis

  • 5/20/2018 Produktivitas Tanaman Teh

    8/112

    UCAPAN TERIMAKASIH

    Skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik, berkat dukungan dan bantuan

    dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini, dengan segenap ketulusan dan

    kerendahan hati penulis ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya

    kepada :

    1. Dr. Ir. Iskandar Lubis, MS, dan Ir. Supijatno, MSi sebagai pembimbing I

    yang telah memberikan nasehat, perhatian, dan masukan kepada penulis

    sehingga memperlancar penyelesaian skripsi ini.

    2. Ani Kurniawati, SP., MSi, sebagai pembimbing akademik.

    3. Ir. Heni Purnamawati, MSc.Agr sebagai dosen penguji.

    4. Bapak, Ibu, Duto, Ira tanpa kalian aku tidak akan sampai disini. Kalian

    adalah segalanya.

    5. Direksi PT. PAGILARAN yang telah berkenan memberikan ijin magang

    kepada penulis di PT. PAGILARAN, Unit Produksi Pagilaran, Batang, Jawa

    Tengah.

    6. Ibu Ketut dan Bapak Harsoyo yang telah memberikan banyak bantuan

    kepada penulis.

    7. Ir. H. Tentrem Raharjo, selaku Pimpinan Kebun PT. Pagilaran, Unit

    Produksi PT. Pagilaran, Batang, Jawa Tengah.

    8. Bapak Haryoso Setiyo Utomo, Bapak Ujang Mahidi dan Bapak Eko

    Purwadi selaku Kepala Bagian Kebun Pagilaran, Andongsili dan

    Kayulandak yang dengan sabar selalu memberikan arahan kepada penulis di

    kebun.

    9. Supriyono, SP. selaku Kepala Bagian Penelitian dan Pengembangan PT.

    PAGILARAN, Batang, Jawa Tengah.

    10. Bapak Subito, Bapak Riyadi, Bapak Purwanto, Bapak Sutunut, Bapak

    Wiyanto, Ibu Sri Rahayu dan seluruh staf Bagian Litbang PT Pagilaran yang

    sangat membantu penulis dalam melakukan magang.

    11. Pak Nurhan dan keluarga, Ibu Ratmi, Mak surip dan keluarga, Pak

    Sungkowo dan keluarga, Pak Girman, Pak Siwit, Pak Santo dan seluruh

  • 5/20/2018 Produktivitas Tanaman Teh

    9/112

    warga Pagilaran atas keramahaanya dan kebaikannya penulis selama penulis

    tinggal di Pagilaran.

    12. Seluruh karyawan Pagilaran yang telah membantu penulis dalam melakukan

    praktek di kebun.

    13. Mbak Restu dan Hendro (Pagilaran-ers) teman seperjuangan selama kita

    melakukan magang dalam suka maupun duka.

    14. Indah (UNSOED), Ida (UNSOED), Ixa (UNISRI) dan Risdy (UNISRI)

    walaupun sejenak kita kenal, tetapi serasa telah lama kenal.

    15. Indra, Mudi, Diah (UNPAD 2003), Gita, Dhini, Enunk dan Rika (Q-erz)

    yang pernah ada dalam empat tahunku.

    16. Sari dan Rika (H4-ers) yang selalu bersama selama tiga tahun terakhir.

    17. Nani, Nandini, Asti, Vv, Q-erz dan H4-ers (D Gandenkz) yang selalu

    membuat hari-hariku tertawa.

    18. Agronomi41 yang memberikan arti teman kepada penulis.

    19. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah banyak

    memberikan dukungan kepada penulis.

  • 5/20/2018 Produktivitas Tanaman Teh

    10/112

    DAFTAR ISI

    DAFTAR TABEL............................................................................................ xii

    DAFTAR GAMBAR....................................................................................... xiv

    PENDAHULUANLatar Belakang........................................................................................ 1Tujuan..................................................................................................... 2

    TINJAUAN PUSTAKABotani Tanaman Teh ............................................................................. 4Syarat Tumbuh ...................................................................................... 5Budidaya Tanaman Teh ......................................................................... 6Pengolahan dan Produktivitas Teh ......................................................... 8

    METODOLOGIWaktu dan Tempat.................................................................................. 10Metode Pelaksanaan ............................................................................... 10

    KEADAAN UMUMSejarah .................................................................................................... 12Wilayah Administrasi, Tanah dan Iklim................................................. 13Luas Areal dan Tata Guna Lahan ........................................................... 14Bidang Usaha.......................................................................................... 15

    PELAKSANAAN TEKNIS LAPANGAN

    Pembibitan ............................................................................................. 17Pemeliharaan Tanaman Belum Menghasilkan (TBM)........................... 22Pemeliharaan Tanaman Menghasilkan (TM) ......................................... 27Pemetikan .............................................................................................. 35Pengolahan ............................................................................................. 38Pemeriksaan Teh .................................................................................... 46

    PELAKSANAAN PENGELOLAAN KEBUNStruktur Organisasi ................................................................................. 51Fasilitas dan Kesejahteraan Karyawan................................................... 53Pengelolaan Tenaga Kerja Tingkat Staf ................................................. 54

    Pengelolaan Tenaga Kerja Tingkat Non Staf ......................................... 54HASIL DAN PEMBAHASAN

    Ketinggian Tempat ................................................................................. 60Curah Hujan............................................................................................ 62Umur Tanaman ....................................................................................... 65Bahan Tanaman ......................................................................................67Jenis Klon ............................................................................................... 68Tenaga Kerja .......................................................................................... 68Populasi Tanaman................................................................................... 71Produktivitas Antar Bagian Kebun ........................................................ 72

  • 5/20/2018 Produktivitas Tanaman Teh

    11/112

    KESIMPULAN DAN SARANKesimpulan ............................................................................................ 77Saran ...................................................................................................... 77

    DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 79

    LAMPIRAN..................................................................................................... 81

  • 5/20/2018 Produktivitas Tanaman Teh

    12/112

    DAFTAR TABEL

    Nomor Halaman

    Teks

    1. Pembagian Areal Perkebunan PT Pagilaran dan Pemanfaatannya..... 14

    2. Jumlah dan Fungsi Alat Penggilingan serta Sortasi Basah ................. 40

    3. Spesifikasi Produk Teh Hitam PT Pagilaran........................................ 44

    4. Densitas Teh Hitam PT Pagilaran........................................................ 44

    5. Hasil Rata-Rata Analisis Pucuk Halus dan KasarBulan Februari 2008 PT Pagilaran....................................................... 47

    6. Hasil Rata-Rata Analisis Pucuk, Batang danTingkat Kerusakan Bulan Februari 2008 PT Pagilaran ....................... 47

    7. Jumlah Tenaga Kerja Unit Produksi PT. Pagilaran ............................. 53

    8. Produktivitas Teh Basah Selama 10 Tahun di PT Pagilaran ............... 59

    9. Perbandingan Produktivitas Teh Kering dan Basah PT Pagilaran....... 60

    10. Analisis Deskriptif Produktivitas Teh Basah Selama 10 Tahun(1998-2007) PT Pagilaran.................................................................... 60

    11. Hubungan Ketinggian Tempat dengan Produktivitas Teh Basah........ 61

    12. Hubungan Curah Hujan (CH), Hari Hujan (HH) dan ProduktivitasTeh Basah per Tahun Selama 10 Tahun Terakhir................................ 63

    13. Hubungan Curah Hujan (CH), Hari Hujan (HH) dan ProduktivitasRata-rata Teh Basah per Bulan Selama 10 Tahun Terakhir................. 64

    14. Hubungan Umur Tanaman dengan Produktivitas Teh Basahper Tanaman Teh ................................................................................. 65

    15. Hubungan Tahun Tanam dan Bahan Tanam dengan ProduktivitasTeh Basah Rata-rata per Tahun Selama 10 Tahun............................... 66

    16. Hubungan Tenaga Kerja Pemetik dan Produktivitas Teh BasahBagian Kebun Pagilaran Bulan Desember Selama 7 Tahun................ 69

    17. Hubungan Produktivitas Teh Basah dengan Populasi Tanaman Teh .. 71

    18. Produktivitas Teh Basah Antar Bagian KebunSelama 10 Tahun Terakhir ................................................................... 73

    19. Perbedaan Faktor Produktivitas Teh BasahTiap Blok Selama 10 Tahun................................................................. 74

    20. Perbedaan Faktor Klon dan Tahun Tanam Setiap Bagian Kebun. ...... 75

  • 5/20/2018 Produktivitas Tanaman Teh

    13/112

    Nomor Halaman

    Lampiran

    1. Jurnal harian Kegiatan Magang di PT Pagilaran ................................. 82

    2. Keadaaan Tanaman Teh Dewasa / Tanaman Menghasilkan (TM)dan Ketinggian Tiap Blok Bagian Kebun Pagilaran........................... 86

    3. Keadaaan Tanaman Teh Dewasa / Tanaman Menghasilkan (TM)dan Ketinggian Tiap Blok Bagian Kebun Kayulandak....................... 89

    4. Keadaaan Tanaman Teh Dewasa / Tanaman Menghasilkan (TM)dan Ketinggian Tiap Blok Bagian Kebun Andongsili ........................ 90

    5. Hubungan Klon dengan Rata-rata Produksi Teh Basah per Tahun ..... 91

    6. Curah Hujan di Kebun Pagilaran dari Tahun 1997 - 2007 ................. 94

  • 5/20/2018 Produktivitas Tanaman Teh

    14/112

    DAFTAR GAMBAR

    Nomor Halaman

    Teks

    1. Bekong untuk Bibit Stek ............................................................. 18

    2. Naungan dan Sungkup di Pembibitan ......................................... 19

    3. Single Node Cutting .................................................................... 19

    4. Penataan Stek pada Bekong ........................................................ 20

    5. Stek Berumur 4 Bulan Masa Adaptasi ........................................ 20

    6. Jarak Tanam double row ............................................................. 25

    7. Pemupukan Daun ........................................................................ 30

    8. Lahan yang Telah Dipangkas ...................................................... 31

    9. Pangkasan Jambul ....................................................................... 33

    10. Withering Trough ........................................................................ 38

    11. PCR (Press Cup Roller) .............................................................. 40

    12. OTR (Open Top Roller) .............................................................. 40

    13. Skema Alur Penggilingan............................................................ 41

    14. Contoh PGL-Form-10-01............................................................ 50

    15. Grafik Hubungan antara Populasi denganProduktivitas Teh Basah.............................................................. 72

    Lampiran

    1. Peta Perkebunan PT Pagilaran .................................................... 95

    2. Struktur Organisasi Unit Produksi PT Pagilaran......................... 96

  • 5/20/2018 Produktivitas Tanaman Teh

    15/112

    PENDAHULUAN

    Latar Belakang

    Tanaman teh termasuk genus Camellia yang memiliki sekitar 82 spesies,

    terutama tersebar di kawasan Asia Tenggara pada daerah diantara 30 lintang

    utara dan 30 lintang selatan (Pusat Penelitian Teh dan Kina, 1997). Tanaman teh

    (Camellia sinensis(L.) O. Kuntze) dikonsumsi sebagai minuman penyegar karena

    mengandung zat katekin dan kafein seperti halnya kopi. Tanaman teh berasal dari

    pegunungan Assam, daerah pegunungan India yang berbatasan dengan Republik

    Rakyat Cina dan Burma (Siswoputranto, 1978).

    Produktivitas teh di Indonesia mencapai sekitar 1 900 2 000 kg teh

    kering per hektar per tahun pada tahun 2007. Hasil produktivitas tersebut masih

    tergolong rendah dibandingkan dengan produktivitas negara penghasil teh lainnya,

    seperti Kenya yang mencapai 3 000 kg teh kering per hektar per tahun. Bahkan

    pada tahun 2006 produktivitas nasional hanya mencapai 1 478 kg teh kering per

    hektar (Direktorat Jendral Perkebunan, 2007).

    Hal inilah yang menyebabkan menurunnya kinerja ekspor teh Indonesia.

    Berdasarkan data Dirjen Perkebunan Indonesia Departemen Pertanian, pada tahun

    2001 ekspor teh Indonesia ke mancanegara masih sebesar 107 144 ton, dengan

    nilai ekspor mencapai US$ 112.5 juta. Namun pada 2002, volume dan nilai ekspor

    tersebut turun masing-masing menjadi 100 184 ton dan US$ 103.4 juta. Begitu

    pula yang terjadi ditahun berikutnya, volume ekspor teh nasional hanya mencapai

    88 894 ton dengan nilai ekspor US$ 95 juta. Pada tahun 2004 keadaan membaik

    dengan kenaikan volume menjadi 98 572 ton dan nilai ekspor US$ 116 juta.

    Prestasi serupa juga dialami pada tahun 2005 dengan volume 102 389 ton (US$

    121.7). Tetapi pada tahun 2006 ekspor teh mengalami penurunan kembali menjadi

    90 000 ton, dengan nilai ekspor dibawah US$ 100 juta (Direktorat Jendral

    Perkebunan, 2007).

    Rendahnya produktivitas Indonesia disebabkan lambatnya peremajaan

    tanaman dan tidak optimalnya pengelolaan perkebunan teh. Akibatnya, mutu

    tanaman teh Indonesia kalah bersaing dengan produk teh yang diekspor dari

    sejumlah negara kompetitor, dengan demikian itu perlu meningkatkan

  • 5/20/2018 Produktivitas Tanaman Teh

    16/112

    produktivitas teh Indonesia melalui pemahaman yang lebih baik terhadap faktor-

    faktor yang mempengaruhi produktivitas teh. Agar Indonesia dapat memegang

    posisi penting dalam komoditi teh di dunia (Direktorat Jendral Perkebunan, 2007).

    Tujuan

    Kegiatan magang ini dilakukan untuk memperluas wawasan mengenai

    aspek budidaya tanaman teh khususnya produktivitas, sehingga mahasiswa

    mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas teh. Dengan kegiatan

    magang ini mahasiswa agar mampu mengembangkan pengetahuan dan

    keterampilan melalui penerapan ilmu, menjadikan wahana latihan kerja dengan

    membandingkan ilmu yang didapat di kampus dengan kenyataan di lapangan.

  • 5/20/2018 Produktivitas Tanaman Teh

    17/112

    TINJAUAN PUSTAKA

    Tanaman teh pertama kali masuk ke Indonesia tahun 1684, pada tahun

    1826 tanaman teh berhasil ditanam melengkapi koleksi tanaman Kebun Raya di

    Bogor, dan pada tahun 1827 ditanam di Kebun Percobaan Cisurupan, Garut, Jawa

    Barat. Jenis Teh yang masuk ke Indonesia (Jawa) Assam berasal dari Sri Lanka

    (Ceylon). Masuknya teh Assam tersebut ke Indonesia, secara berangsur tanaman

    teh China diganti dengan teh Assam, dan sejak itu pula perkebunan teh di

    Indonesia berkembang semakin luas. Pada tahun 1910 mulai dibangun

    perkebunan teh di daerah Simalungan, Sumatra Utara (Pusat Penelitian Pekebunan

    Gambung, 1992).

    Tanaman teh dapat tumbuh mulai dari pantai sampai pegunungan. Di

    Pegunungan Assam, teh ditanam pada ketinggian lebih dari 2 000 m dpl.

    Perkebunan teh umumnya dikembangkan di daerah pegunungan yang beriklim

    sejuk, meskipun dapat tumbuh subur di dataran rendah, tanaman teh tidak akan

    memberikan hasil dengan mutu baik. Semakin tinggi daerah penanaman teh

    semakin tinggi mutunya (Siswoputranto, 1978).

    Teh diperoleh dari pengolahan daun tanaman teh. Tanaman teh umumnya

    dapat dipetik daunnya secara terus menerus setelah umur 5 tahun. Pemeliharaan

    yang baik tanaman teh dapat memberi hasil daun teh yang cukup besar selama 40

    tahun. Oleh karena itu perkebunan teh selalu memperoleh pemupukan secara

    teratur, bebas serangan hama penyakit tanaman, memperoleh pangkasan secara

    baik, mendapat curah hujan yang cukup. Perkebunan teh perlu diremajakan

    setelah tanaman-tanaman tehnya berumur 40 tahun keatas. Cara pemetikan daun

    dapat mempengaruhi jumlah hasil teh dan mutu teh yang dihasilkan

    (Siswoputranto, 1978). Faktor-faktor tersebut yang mempengaruhi produktivitas

    teh kering yang dihasilkan.

    Perolehan hasil daun yang tinggi, perkebunan teh kini mengutamakan

    hanya tanaman-tanaman teh klon-klon unggul. Klon merupakan bahan tanaman

    vegetatif yang digunakan untuk pembiakan dengan cara stek (Setyamidjaja, 2000).

    Klon mampu memberi hasil berlipat dibanding dengan tanaman teh asli yang

    berasal dari biji. Pada berbagai negara telah dilakukan usaha untuk menemukan

  • 5/20/2018 Produktivitas Tanaman Teh

    18/112

    klon-klon unggul, untuk meningkatkan produktivitas teh. Misalnya di India pada

    tahun 1934 1938 hasil yang dicapai sekitar 580 kg/ha. Hasil ini kemudian

    ditingkatkan mencapai 960 kg/ha (tahun 1955 1957), dan kini mencapai hasil

    rata-rata sekitar 1 125 kg/ha. Di Sri langka hasil dari 460 kg/ha menjadi 760

    kg/ha, dan sekarang mencapai 900-950 kg/ha dan masih banyak lagi negara yang

    menggunakan penelitian mutakhir (Siswoputranto, 1978).

    Botani Tanaman Teh

    Tanaman Teh dengan nama latin Camellia sinensis, yang masih termasuk

    keluarga Camelia. Tanaman teh merupakan tanaman subtropis yang sejak lama

    telah dikenal dalam peradaban manusia. Dalam botani teh termasuk akar, daun,

    bunga, dan buah (Puslitbun Gambung, 1992) .

    Tanaman teh secara umum berakar dangkal, peka terhadap keadaan fisik

    tanah, dan cukup sulit untuk dapat menembus lapisan tanah. Kebanyakan perdu

    mempertahankan akar tunggang sedalam 90 cm 150 cm dengan diameter sekitar

    7.5 cm. Pertumbuhan akar lateral, penyebarannya dibatasi oleh perdu di dekatnya.

    Perdu yang ditanam dengan jarak 120 cm, dipangkas dan dipetik, setelah 4 tahun

    ujung akarnya saling bertemu (Setyamidjaja, 2000).

    Pertumbuhan daun pada semaian (seedling) atau stek (cutting) dimulai dari

    poros utama dan duduk secarafilotaksisberselang seling. Ranting dan daun-daun

    baru, tumbuh dari tunas pada ketiak daun tua. Daun selalu berwarna hijau,

    berbentuk lonjong, ujungnya runcing, tepinya bergerigi. Daun-daun baru yang

    mulai tumbuh setelah pemangkasan, lebih besar daripada daun-daun yang

    terbentuk sesudahnya. Besarnya daun berkisar antara 2.5 cm-25 cm, tergantung

    varietasnya. Pucuk dan ruas daun tanaman teh berambut. Daun tua berteksturseperti kulit, permukaan atasnya berkilat dan berwarna hijau kelam (Setyamidjaja,

    2000).

    Perkembangan bunga mengikuti tahap pertumbuhan daun. Bunga teh

    sebagian besar self steril, dan biji yang berasal dari bunga yang menyerbuk sendiri

    menghasilkan tanaman yang tumbuh merana. Bunga sempurna mempunyai putik

    (calyx) dengan 5-7 mahkota (sepal). Daun bunga (petal) berjumlah sama dengan

    mahkota, berwarna putih halus berlilin. Daun bunga berbentuk lonjong cekung.

  • 5/20/2018 Produktivitas Tanaman Teh

    19/112

    Tangkai sari panjang dengan benang sari (anthera) kuning bersel kembar,

    menonjol 2 mm 3 mm ke atas. Putik mempunyai rambut 3 5 helai. Hanya

    sekitar 2 % dari keseluruhan bunga pada sebuah pohon, berhasil membentuk biji.

    Penyerbukan buatan (artificial pollination) hanya meningkatkan jumlah buah

    sampai 14 % (Setyamidjaja, 2000).

    Buah yang masih muda, berwarna hijau, bersel tiga, dan berdinding tebal.

    Mula-mula berkilat, tetapi semakin tua bertambah suram dan kasar. Bijinya

    berwarna cokelat beruang tiga, berkulit tipis, berbentuk bundar di satu sisi dan

    datar di sisi lain. Biji berbelah dua dengan kotiledon (cotyledone) besar, yang jika

    dibelah akan secara jelas memperlihatkan embrio akar dan tunas. Biji

    mengandung minyak dengan kadar yang tinggi (20 % berat biji) (Setyamidjaja,

    2000).

    Syarat Tumbuh

    Tanaman teh (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) berasal dari daerah

    subtropis, karena itu di Indonesia teh lebih cocok ditanam di daerah pegunungan.

    Lingkungan fisik yang paling berpengaruh terhadap pertumbuhan teh adalah iklim

    dan tanah.

    Faktor iklim sangat berkaitan erat dengan tinggi tempat (elevasi). Suhu

    udara yang baik bagi tanaman teh ialah suhu harian yang berkisar antara 13 - 25

    C yang diikuti oleh cahaya matahari yang cerah dan kelembaban relatif pada

    siang hari tidak kurang 70% (Pusat Penelitian Gambung, 1992).

    Menurut Setyamidjaja (2000) curah hujan tahunan yang diperlukan untuk

    tanaman teh adalah 2 000 mm 2 500 mm, dengan jumlah curah hujan pada

    musim kemarau rata-rata tidak kurang dari 100 mm/bulan. Tanaman tehmerupakan tanaman yang tidak tahan pada kekeringan. Sinar matahari

    berpengaruh pada pertumbuhan tanaman teh karena sinar matahari mempengaruhi

    suhu, makin banyak sinar matahari maka suhu udara makin tinggi. Daerah

    pertanaman tanaman teh umumnya pada ketinggian lebih dari 400 meter di atas

    permukaan air laut (dpl). Di Indonesia, pertanaman teh dilakukan pada ketinggian

    antar 400 m sampai 1 200 m dpl. Perkebunan teh yang terletak pada ketinggian di

    atas 1 500 meter dpl, sering mengalami kerusakan karena terjadinya embun beku

  • 5/20/2018 Produktivitas Tanaman Teh

    20/112

    (night frost). Berdasarkan ketinggian tempat tanaman teh dibedakan menjadi

    dataran rendah dengan ketinggian kurang dari 800 m dpl, dataran sedang dengan

    ketinggian 800-1 200 m dpl dan dataran tinggi dengan ketinggian lebih dari 1 200

    m dpl.

    Menurut Setyamidjaja (2000) tanah yang baik dan sesuai dengan

    kebutuhan tanaman teh adalah tanah yang cukup subur dengan kandungan bahan

    organik cukup, tidak bercadas, serta mempunyai derajat keasaman (pH) antara 4.5

    6.0. Sifat-sifat fisik tanah yang cocok untuk tanaman teh adalah: solum cukup

    dalam, tekstur lempung ringan atau sedang, atau debu, keadaan gembur sedalam

    mungkin, mampu menahan air, memiliki kandungan hara yang cukup. Di

    Indonesia jenis utama yang digunakan untuk perkebunan teh adalah tanahAndosol

    (di pulau Jawa pada ketinggian 800 m dpl.) dan tanah Podsolik (Sumatra).

    Pemupukan nitrogen sebaiknya menggunakan pupuk ZA, sehingga tanah tetap

    dalam kondisi asam. Unsur hara dalam abu daun teh yang terdapat dalam jumlah

    yang besar (makro) adalah: kalium 1.75% - 2.25%, fosfor 0.30% - 0.50%, kapur

    0.40% - 0.50%, magnesium 0.20% dan belerang 0.10% - 0.30% dari berat kering.

    Budidaya Tanaman Teh

    Menurut Ghani (2002) dalam sistem budidaya teh, pengelolaan pembibitan

    merupakan titik kritis yang menentukan proses selanjutnya. Sekali salah dalam

    menentukan jenis atau klon yang ditanam maka perlu waktu puluhan tahun untuk

    menggantinya karena umumnya tanaman teh diremajakan setelah berumur 50

    tahun.

    Penyediaan bahan tanaman (pembibitan) pada budidaya teh dapat

    dilaksanakan dari biji dan stek. Pembibitan asal stek telah demikian populer,karena merupakan cara yang paling cepat untuk memenuhi kebutuhan bahan

    tanam (bibit) dalam jumlah banyak. Bibit dapat dipindahkan ke lapangan setelah

    berumur 2 tahun yang mempunyai ukuran batang lebih besar dari pensil (Pusat

    Penelitian Gambung). Pada saat di pembibitan dilakukan pemeliharaan intensif

    seperti pemupukan pemberantasan hama penyakit, penyiraman dan penyiangan.

    Pada pelaksanaan penanaman bibit teh, hal-hal yang harus diperhatikan

    adalah penentuan jarak tanam yang tepat, pengajiran, pembuatan lubang tanam,

  • 5/20/2018 Produktivitas Tanaman Teh

    21/112

    teknik penanaman dan penanaman tanaman pelindung yang diperlukan. Jarak

    tanam antar barisan tanaman 120 cm, dan jarak tanam dalam barisan beragam 60

    cm 90 m. Pengajiran adalah memasang ajir pada tempat-tempat yang akan

    ditanami bibit teh, sesuai dengan jarak tanam yang telah ditentukan. Ukuran

    lubang tanam untuk bibit asal stump biji adalah 30 cm 30 cm 40 cm,

    sedangkan untuk bibit stek dalam Polybag adalah 20 cm 20 cm 40 cm.

    Tanaman pelindung atau pohon naungan pertanaman teh terdiri atas pohon

    pelindung sementara seperti Theprosia sp. atau Crotalaria sp. dan pohon

    pelindung tetap seperti Gliricidia maculata (Setyamidjaja, 2000).

    Budidaya selanjutnya seperti pemeliharaan diantaranya pemangkasan,

    pemupukan, pengelolaan dan pengawetan tanah, pengendalian hama dan penyakit

    serta pengendalian gulma. Pemangkasan dilakukan untuk meningkatkan produksi,

    memperbaiki bidang petik dan memperbaiki kondisi tanaman yang terserang hama

    dan penyakit. Gilir pangkas adalah jangka waktu antara pemangkasan yang

    terdahulu dengan pemangkasan berikutnya. Gilir pangkas dibedakan berdasarkan

    ketinggian tempat yaitu pada dataran rendah dilakukan 3 tahun sekali sedangkan

    dataran tinggi dilakukan 4 tahun sekali. Waktu pangkasan yang baik adalah pada

    saat kandungan pati lebih dari 12 %. Waktu terbaik untuk pemangkasan

    perkebunan di pulau jawa adalah bulan April-Mei (akhir musim hujan) dan

    Sepetember-Oktober (awal musim hujan) (Tobroni dan Adimulya, 1997).

    Jenis pangkasan yang sering dilakukan diantaranya pangkasan kepris yaitu

    menurunkan dan meratakan bidang petik, pangkasan bersih yaitu menurunkan

    bidang petik dan memangkas semua cabang dengan diameter lebih dari 1 cm,

    pangkasan jambul merupakan pangkasan yang menyisakan 2 cabang yang

    berdaun 50-100 lembar. Selain itu juga jenis pangkasan lainnya yaitu pangkasanindung merupakan pangkasan pertama, pangkasan bentuk dengan tujuan

    membentuk bidang petik agar lebar, pangkasan tengah bersih hampir sama dengan

    pangkas bersih tapi hanya bagian tengah saja, pangkasan dalam adalah

    memperbaiki dan memperbaharui bidang petik yang kurang baik, pangkasan leher

    akar yaitu pangkasan berat yang dilakukan pada leher akar atau disebut dengan

    pangkasan rejuvenasi (Tobroni dan Adimulya, 1997).

  • 5/20/2018 Produktivitas Tanaman Teh

    22/112

    Ranggas (cabang sisa pangkasan) diletakkan diatas bekas luka pangkasan

    untuk mengurangi sengatan matahari secara langsung pada cabang yang terbuka

    selama 3-5 hari (Vadumencum Budidaya teh, 1993). Setelah itu ranggas

    dibenamkan ke dalam tanah, dan dilakukan gosok lumut agar tidak menghambat

    pertumbuhan tunas baru (Tobroni dan Adimulya, 1997).

    Pemetikan merupakan ujung tombak produksi, dalam budidaya teh.

    Keberhasilan pemetikan merupakan kunci kesuksesan dalam bisnis teh secara

    keseluruhan. Menurut Setyamidjaja (2000) pemetikan adalah pekerjaan

    memungut sebagian dari tunas-tunas teh beserta daunnya yang masih muda, untuk

    kemudian diolah menjadi produk teh kering yang merupakan komoditi

    perdagangan. Jenis pemetikan diantaranya petikan jendangan, gendesan dan

    produksi. Petikan jendangan dilakukan pertama setelah pangkasan sekitar 3-4

    bulan setelah pangkas. Tujuan dari petikan jendangan adalah membentuk daun

    pemeliharaan. Petikan gendesan dilakukan sebelum tanaman dipangkas sekitar 1-2

    minggu. Tujuan dari petikan ini adalah untuk mengurangi kehilangan produksi

    akibat pemangkasan. Petikan produksi merupakan pemetikan yang dilakukan

    untuk produksi. Petikan ini dilakukan terus menerus dengan daur petik tertentu

    dan jenis petikan tertentu sampai tanaman dipangkas kembali.

    Menurut Tobroni dan Adimulya (1997) daur petikan merupakan jangka

    waktu antara satu pemetikan dengan pemetikan berikutnya, dihitung dalam hari.

    Daur petik juga disebut gilir petik dipengaruhi oleh umur pangkas, ketinggian

    tempat, iklim dan kesehatan tanaman. Berdasarkan ketinggian gilir petik dibagi

    menjadi dua yaitu dataran tinggi dengan gilir petik 10-12 hari dan dataran rendah

    dengan gilir petik 9-10 hari.

    Pengolahan dan Produktivitas Teh

    Pucuk teh adalah bahan baku dalam pengolahan teh. Pengolahan daun teh

    dimaksudkan mengubah komposisi kimia daun teh segar secara terkendali,

    sehingga menjadi hasil olahan yang dapat memunculkan sifat-sifat yang

    dikehendaki pada air seduhannya, seperti warna, rasa dan aroma yang baik dan

    disukai. Bahan kimia yang terkandung dalam daun teh terdiri dari tiga kelompok

  • 5/20/2018 Produktivitas Tanaman Teh

    23/112

    yaitu substansi bukan fenol (pectin, resin, vitamin dan mineral), substansi

    aromatik dan enzim-enzim.

    Pengolahan daun teh menghasilkan tiga jenis teh yang berbeda dan tidak

    dapat dicampurkan satu dengan lainnya dalam pemasarannya. Tiga jenis teh

    tersebut ialah : teh hitam, teh hijau dan teh oolong (Siswoputranto, 1978).

    Sistem pengolahan teh hitam di Indonesia dapat dibagi menjadi dua yaitu

    sistem orthodox (orthodox murni dan orthodox rotorvane) serta sistem CTC

    (Crushing Tearing Curling). Sistem orthodox yang banyak dilakukan adalah

    sistem Orthodox rotorvane yang terdiri dari beberapa tingkat kegiatan yaitu :

    penyediaan pucuk daun segar, pelayuan, penggilingan, sortasi basah, fermentasi,

    pengeringan, sortasi kering, serta pengemasan. Sedangkan untuk teh hitam sistem

    CTC terdiri dari penyediaan bahan baku, pelayuan, ayakan pucuk layu, gilingan

    persiapan, gilingan CTC, fermentasi, pengeringan, sortasi kering dan pengemasan

    (Setyamidjaja, 2000).

    Pengolahan teh hijau lebih sederhana dari teh hitam. Teh hijau merupakan

    pucuk daun muda tanaman teh yang diolah tanpa melalui proses fermentasi.

    Tahapan-tahapan kegiatan berikut : pelayuan, penggulungan, pengeringan, sortasi

    dan pengemasan (Setyamidjaja, 2000).

    Teh oolong dapat digolongkan sebagai mutu antara teh hijau dan teh

    hitam, karena memperoleh sedikit proses fermentasi. Berbeda dengan proses

    pengolahan teh hitam, untuk menghasilkan teh oolong daun-daun teh yang telah

    dilayukan kemudian dipanaskan dengan menggunakan panas api atau udara panas,

    difermentasikan terlebih dahulu kemudian dimasukkan ke mesin-mesin pengiling

    dan akhirnya dikeringkan (Siswoputranto, 1978).

  • 5/20/2018 Produktivitas Tanaman Teh

    24/112

    METODOLOGI

    Waktu dan Tempat

    Kegiatan magang ini dilaksanakan selama 4 bulan yaitu mulai tanggal 11

    Februari 2008 sampai 10 Juni 2008, di Perkebunan Pagilaran, Batang, Jawa

    Tengah.

    Metode Pelaksanaan

    Metode yang digunakan dalam kegiatan magang adalah dengan bekerja

    sebagai karyawan harian lepas (KHL) selama dua bulan, pendamping mandor dan

    pendamping asisten afdeling masing-masing satu bulan.

    Kegiatan yang dilakukan oleh penulis selama menjadi KHL adalah

    pekerjaan pembibitan, penanaman, pemeliharaan, pengendalian gulma,

    pemupukan, pemanenan dan pekerjaan lain yang ditugaskan oleh pihak

    perkebunan. Selain itu selama menjadi KHL juga melaksanakan hal-hal sebagai

    berikut : menghitung prestasi kerja, kebutuhan tenaga kerja, kebutuhan bahan,

    serta target luasan yang akan dikerjakan oleh pekerja.

    Pekerjaan yang dilakukan oleh penulis pada saat berstatus sebagai

    pendamping mandor adalah melakukan kegiatan pengelolaan pekerjaan yang

    meliputi pengawasan, menghitung prestasi kerja, tenaga kerja yang dibutuhkan

    serta mempersiapkan alat dan bahan yang digunakan.

    Pada saat menjadi pendamping asisten afdeling bertugas dan bertanggung

    jawab membantu mengelola dan mengawasi tenaga kerja tingkat afdeling,

    membuat laporan asisten afdeling, mempelajari pembuatan Rencana Kerja dan

    Anggaran Perusahaan (RKAP), mempelajari manajerial tingkat kebun dan

    membuat jurnal harian.

    Jenis data yang digunakan adalah data primer dan sekunder. Data primer

    dikumpulkan melalui pengamatan langsung di lapangan dan wawancara dengan

    staf perusahaan. Data sekunder diperoleh dari data yang dimiliki perusahaan,

    seperti produksi pucuk, jumlah tenaga pemetik, populasi tanaman, ketinggian

    tempat, curah hujan, umur tanaman, masing-masing selama sepuluh tahun terakhir

    (Januari 1998 sampai dengan Desember 2007). Tabel data curah hujan disajikan

  • 5/20/2018 Produktivitas Tanaman Teh

    25/112

    pada Tabel Lampiran 6. Data sekunder dari perusahaan tersebut kemudian diolah

    untuk kemudian dianalisis. Pemilihan faktor-faktor yang dianalisis berdasarkan

    kelengkapan data yang tersedia di kebun. Selain dari perusahaan, data sekunder

    juga diperoleh dari bahan pustaka baik dari perusahaan maupun instansi yang

    terkait, seperti Biro Statistik dan PPTK Gambung.

  • 5/20/2018 Produktivitas Tanaman Teh

    26/112

    KEADAAN UMUM

    Sejarah

    Seorang warga Belanda bernama E. Blink merintis pembukaan hutan di

    daerah Pagilaran pada tahun 1840 yang digunakan untuk budidaya kopi dan kina.

    Ternyata daerah ini tidak cocok untuk tanaman kopi dan kina menyebabkan kedua

    tanaman tersebut mulai diganti dengan tanaman teh pada tahun 1880. Keadaan

    iklim dan lingkungan yang cocok menyebabkan teh dapat tumbuh subur dan

    menghasilkan produksi yang lebih baik daripada kopi dan kina.

    Perkembangan perkebunan ini dikelola oleh sebuah maskapai Belanda

    yang berkedudukan di Semarang. Perusahaan ini mulai berkembang sangat pesat

    dan perluasan areal pun terus dilakukan. Tahun 1920 terjadi kebakaran besar

    yang menghancurkan pabrik sehingga Belanda mengalami bangkrut. Tahun 1922

    perkebunan ini dibeli dan dibangun kembali oleh pemerintahan Inggris di bawah

    perusahaan yang bernama P & T Land's (Pamanukan and Tjiasements Lands).

    Sejak saat itu mulai digunakan sarana kabel untuk mempermudah pengangkutan

    pucuk teh dari kebun produksi ke pabrik.

    Saat Jepang menguasai Indonesia, pabrik dan sebagian besar perkebunanteh di Pagilaran dirusak kemudian ditanami dengan tanaman pangan untuk

    memenuhi kebutuhan pangan tentara Jepang saat perang Asia Timur Raya. Tahun

    1945 Indonesia dapat menguasai perkebunan teh tersebut, tetapi pengelolaan

    pabriknya masih dilakukan oleh pemerintahan Inggris sampai berakhirnya Hak

    Guna Usaha (HGU) pada tahun 1964 dan kembali diambil alih oleh pemerintahan

    Indonesia.

    Tanggal 23 Mei 1964 oleh pemerintah Indonesia perkebunan diserahkan

    kepada Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada dengan tujuan ikut

    melaksanakan Tri Darma Perguruan Tinggi (Pendidikan, Penelitian dan

    Pengabdian) dan statusnya diubah menjadi PN Pagilaran oleh Surat Keputusan

    Menteri Pertanian dan Agraria dengan No. SK/II/6/Ka-64 tanggal 8 Februari

    1964.

    Tanggal 1 Januari 1973 PN Pagilaran diubah statusnya menjadi PT

    Pagilaran Perusahaan Perkebunan, Perindustrian dan Perdagangan Pagilaran

  • 5/20/2018 Produktivitas Tanaman Teh

    27/112

    dengan seluruh sahamnya dimilki oleh Yayasan Pembina Fakultas Pertanian

    UGM Yogyakarta. Tanggal 5 Mei 1977 mendapat tambahan areal Segayung Utara

    dengan SK. No. 14/HGU/DA/77. PT Pagilaran sebagai perusahaan swasta yang

    bergerak dibidang perkebunan menjadi tempat penelitian ilmiah bagi mahasiswa

    dan dosen serta pengemban misi melaksanakan pembangunan subsektor

    perkebunan yang ditetapkan pada tanggal 28 Juni 1983 dengan SK No.

    15/HGU/DA/83, selanjutnya Menteri Pertanian dengan surat No.

    KB.340/97/Mentan/1985, menugaskan kepada PT Pagilaran untuk menjadi

    Perusahaan Inti Rakyat (PIR) Lokal Teh Jawa Tengah pada tanggal 21 Januari

    1985.

    Wilayah Administrasi, Tanah dan Iklim

    PT Pagilaran berlokasi di lereng pegunungan Kemulan, yaitu di sebelah

    utara pengunungan Dieng, 36 km tenggara kota Batang, tepatnya di Desa

    Keteleng, Kecamatan Blado, Kabupaten Batang, Propinsi Jawa Tengah.

    Perkebunan ini terletak pada ketinggian 700-1 600 meter dpl, dengan topografi

    berbukit-bukit sehingga untuk meminimalkan terjadinya erosi yang berakibat

    terkikisnya lapisan top soil maka di perkebunan ini perlu dilakukan terasering.

    PT Pagilaran terletak di Dukuh Pagilaran ini berjarak + 1.5 km dari Desa

    Keteleng dan + 10 km dari Kecamatan Blado dan jarak dengan kota Kabupaten +

    40 km serta jarak dengan Ibukota Propinsi Jawa Tengah (Semarang) + 100 km.

    Perkebunan ini termasuk dalam wilayah Kelurahan Keteleng, Kecamatan Blado,

    Kawedanan Bandar, Kabupaten Batang, Karesidenan Pekalongan.

    Batas-batas wilayah PT Pagilaran, yaitu: Sebelah utara adalah Desa

    Kalisari, Dukuh Njono, Dukuh Prejengan. Sebelah timur yaitu Desa Ngadirejo,Dukuh Pringombo, Dukuh Wonokerto dan Desa Plecet. Sedangkan sebelah

    selatan adalah Desa Sijeruk, Dukuh Kayulandak. Dan sebelah Barat adalah Dukuh

    Andongsili, Desa Kembang Langit.

    Jenis tanah di kebun pada ketinggian 1 000 meter dpl ke atas didominasi

    tanah Andosol, sedangkan pada ketinggian kurang dari 1 000 meter dpl

    didominasi tanah latosol. Tanah Andosol berwarna kekuning-kuningan, dengan

    tekstur geluh dan berstruktur lemah, lunak atau sangat halus sehingga mempunyai

  • 5/20/2018 Produktivitas Tanaman Teh

    28/112

    daya mengikat air yang tinggi, tanah gembur dan ketahanan struktur tinggi, mudah

    diolah, permeabilitas (peresapan air) tinggi dan pH tanah yang rendah (4.5 6).

    PT Pagilaran mempunyai pos pengamatan curah hujan tapi hanya satu

    yaitu di afdeling Pagilaran. Dulu PT Pagilaran juga memiliki stasiun pengamatan

    suhu dan kelembaban, akan tetapi stasiun ini hilang karena dicuri warga sekitar.

    Data curah hujan selama 10 tahun terakhir (1998-2007) dapat dilihat pada Tabel

    Lampiran 6. Curah hujan 3 000-6 000 mm/tahun dengan jumlah hari hujan

    sebanyak 280-300 hari/tahun. Suhu udara di sekitar perkebunan berkisar antara

    15-28oC, dengan kelembaban udara yang cukup tinggi yaitu 70-98%.

    Luas Areal dan Tata Guna LahanLuas areal perkebunan unit produksi Pagilaran secara keseluruhan adalah

    1 115.038 ha dengan 3 afdeling : Kebun Pagilaran, Kebun Kayulandak dan Kebun

    Andongsili. Pemanfaatan lahan dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Kebun

    pagilaran merupakan kebun paling luas diantara 3 kebun yaitu 534.591ha.

    Tabel 1. Pembagian Areal Perkebunan PT Pagilaran dan Pemanfaatannya.

    No Pemanfaatan LahanPagilaran

    (ha)

    Kayulandak

    (ha)

    Andongsili

    (ha)

    Jumlah(ha)

    1 Tanaman TehTM 428.072 219.263 303.594 953.099TBM - 8.750 6.500 15.250Kebun Penelitian 2.170 - - 2.170Kebun Poliklonal 2,500 - - 2.500

    Jumlah 432.742 228.013 310.094 970.849

    2. Aneka TanamanKopi 7.980 7.250 - 15.230Cengkeh 58.060 - - 58.060Tanaman Percobaan 2.170 - - 2.170Kina - 10.550 - 10.550

    Jumlah 68.210 17.800 - 86.010

    3. Lain LainHutan belukar 8.019 - 6.290 14.309Jurang/Alur - 1.540 - 1.540Lapangan 1.174 1.000 0.816 2.990Emplasment, pabrikdan poliklinik

    18.896 - - 18.896

    Emplasement - 3.330 2.844 6.174Bak air - 0.100 - 0.100Makam 2.500 0.750 2.000 5.250Jalan Produksi 3.050 3,470 2.400 8.920

    Jumlah 33.639 10.190 14.350 61.839

    Jumlah Total 534.591 256.003 324.444 1 115.038

    Sumber : Laporan bulanan tiap bagian kebun, April 2008

  • 5/20/2018 Produktivitas Tanaman Teh

    29/112

    Areal konsesi dibagi menjadi 2 yaitu yang pertama adalah areal tanaman

    teh dengan luas 970.849 ha dan areal aneka tanaman dengan luas 86.010 ha, selain

    itu terdapat areal emplasemen dan lain-lain dengan luas 61.839 ha. Pemanfaatan

    areal PT Pagilaran dapat dilihat pada Tabel 1.

    Bidang Usaha

    PT Pagilaran memilliki beberapa bidang usaha antara lain Perkebunan teh,

    coklat, kopi, cengkeh, kina dan kelapa dan perdagangan teh hitam dan teh hijau

    ekspor maupun lokal. PT Pagilaran juga bergerak sebagai biro konsultasi dalam

    penelitian dan pengembangan perkebunan dan bergerak dalam usaha pengadaan

    bibit tanaman perkebunan (teh, kakao dan kopi).

    PT Pagilaran berperan serta sebagai kebun inti dalam pelaksanaan proyek-

    proyek pemerintahan dalam pengembangan perkebunan melalui pola PIR. Salah

    satunya sebagai kebun inti dalam melaksanakan proyek PIR Lokal Teh Jawa

    Tengah yang mencakup areal 3 000 ha. Selain itu juga sebagai kebun inti dalam

    pelaksanaan KIK-Plasma-PIR-Kakao-Kelapa Hibrida di Kabupaten Batang yang

    meliputi areal 1 000 ha. PT Pagilaran juga berperan sebagai kebun inti dalam

    pengembangan perkebunan teh rakyat di Kabupaten Kulon Progo dan

    pengembangan perkebunan Kakao rakyat di Kabupaten Wonogiri, pengembangan

    perkebunan kopi Arabika di Kabupaten Wonosobo dan pengembangan

    perkebunan teh rakyat di Kabupaten Kendal. Terdapat juga sebagai kebun inti

    dalam pelaksanaan KIK-Plasma-PIR-Kakao-Banpres di Kabupaten Gunung

    Kidul yang meliputi areal 3 000 ha.

    Pada tahun 2003 PT Pagilaran memulai Pengembangan Agrowisata yang

    meliputi pemandangan dan pesona hamparan kebun teh di ketinggian 700-1 600meter dpl, melihat proses pembuatan teh, paket kesenian daerah, fasilitas

    penginapan dan transportasi keliling kebun, ruang sidang dan ruang pertemuan

    dengan kapasitas 400 orang, lapangan olahraga tenis, badminton, sepakbola, bola

    volley dan bilyard.

    Pengolahan teh hitam dan teh hijau setelah pengolahan hasil kebun

    lainnya, di PT Pagilaran mempunyai beberapa pabrik, yaitu: Pabrik Pagilaran,

  • 5/20/2018 Produktivitas Tanaman Teh

    30/112

    Pabrik Kaliboja, Pabrik Sidoharjo, Pabrik Jatilawang, Pabrik Samigaluh dan

    Segayung Utara.

    Pabrik Pagilaran mengolah pucuk teh menjadi teh hitam dan teh hijau.

    Pengolahan teh hitam maupun teh hijau untuk keperluan ekspor maupun lokal

    dengan kapasitas 2 500 ton teh hitam per tahun dan 500 ton teh hijau per tahun.

    Lokasi pabrik berada di Pagilaran, Kecamatan Blado Kabupaten Batang.

    Pabrik Kaliboja mengolah pucuk teh segar menjadi teh hitam. Pabrik ini

    mengolah pucuk dari kebun plasma dengan kapasitas 2 400 ton teh hitam per

    tahun. Lokasi pabrik ini di Kaliboja, Kecamatan Paninggaran Kabupaten

    Pekalongan.

    Pabrik Sidoharjo mengolah teh hitam. Pabrik ini juga mengambil pucuk

    dari kebun plasma Pengolahan pucuk berkapasitas 1 000 ton teh hitam per tahun

    dan berlokasi di Sidoharjo, Kecamatan Bawang, Kabupaten Batang.

    Pabrik Jatilawang dengan pengolahan teh hitam. Pengolahan pucuk plasma

    dengan kapasitas 1 000 ton teh hitam per tahun dengan lokasi di Jatilawang,

    Kecamatan Wanayasa, Kabupaten Banjarnegara.

    Pabrik Samigaluh mengolah pucuk teh menjadi teh hijau ekspor.

    Pengolahan pucuk plasma dengan kapasitas 1 000 ton teh hijau per tahun dengan

    lokasi di Pagerharjo, Kecamatan Samigaluh, Kabupaten Kulon Progo.

    Terakhir adalah pabrik Segayung Utara, yaitu pengeringan biji coklat

    dengan kapasitas 150 ton per tahun dengan lokasi di Sumbang jati Kecamatan

    Tulis, Kabupaten Batang.

  • 5/20/2018 Produktivitas Tanaman Teh

    31/112

    PELAKSANAAN TEKNIS LAPANGAN

    Pembibitan

    Pembibitan di PT. Pagilaran hanya terdapat di Afdeling Pagilaran. Sedang

    di Afdeling Kayulandak dan Andongsili tidak terdapat areal pembibitan. Dengan

    demikian seluruh bibit diambil dari Afdeling Pagilaran. Luas areal pembibitan

    yaitu 1 000 m. Kegiatan pembibitan dilakukan dengan dua teknik yaitu dengan

    menggunakan stek dan menggunakan biji. Pada saat penulis melakukan kerja

    praktek, terdapat kegiatan pembibitan. Upah yang diberikan pekerja merupakan

    upah harian yaitu 5 jam kerja Rp 13 500.

    Kegiatan pertama yang dilakukan pada pembibitan adalah persiapan lahan.

    Penentuan lahan pembibitan sesuai dengan syarat lahan layak seperti dekat

    dengan sumber air dan lahan induk. Lokasi pembibitan dekat dengan lahan induk

    agar pengangkutannya lebih mudah. Selain itu untuk posisi kemiringan lebih baik

    miring ke timur agar dapat memperoleh cahaya yang cukup, akan tetapi dapat juga

    miring ke segala arah kecuali arah barat. Kegiatan selanjutnya adalah pembuatan

    bedengan dengan ukuran (90 cm 100 cm) 120 cm. Ukuran bedengan

    sebenarnya rata-rata tiga contoh bedeng 82 cm 817 cm.

    Persiapan pohon induk perlu dilakukan untuk memperoleh bahan tanam

    yang baik, yaitu pemangkasan dan kerik lumut . Hasil pangkasan dibenamkan di

    sekitar tanaman. Selain itu kegiatan selanjutnya adalah membersihkan sekitar

    tanaman dengan diameter sekitar 2 m (bokoran). Kemudian tanah di sekitar

    tanaman digemburkan dengan menggunakan garpu. Setelah itu bahan stek dapat

    diambil 4 5 bulan setelah perlakuan tersebut.

    Persiapan media tanam dilakukan untuk menunggu proses tumbuhnya stek

    di pohon induk. Media tanam terdiri dari top soil, sub soil, tawas

    (KAl(SO4)2.12H2O), KCl, TSP dan Dithane M-45. Komposisi untuk campuran

    top soiladalah tawas 600 gr/m, KCl 500 gr/m, TSP 500 gr/m danDithane M-45

    400 gr/ m. Sedangkan campuran sub soil adalah tawas 800 1 200 gr/m dan

    Dithane M-45 300 gr/m. Berdasarkan pengamatan penulis, sebelumnya top soil

    dan sub soil diayak dengan menggunakan ayakan ukuran 1 cm. Prestasi kerja

  • 5/20/2018 Produktivitas Tanaman Teh

    32/112

    pekerja pengayakan tanah di pembibibitan untuk top soil 2 m/orang dan sub soil

    1 m/orang, sedangkan penulis top soil mendapat m dan sub soil 1/8 m.

    Campuran media tersebut dimasukkan ke dalam polibag ukuran 12 15

    cm. Akan tetapi berdasarkan pengukuran penulis ukuran sebenarnya polibag

    adalah10 16 cm. Takaran top soil2/3 pada lapisan bawah, dan sub soil1/3 pada

    lapisan atas. Polibag yang berisi komposisi tersebut dinamakan bekong. Bekong

    kemudian disusun di bedengan (Gambar 1). Ukuran bekong yang sudah disusun di

    bedengan berdiameter 6.4 cm dan tinggi 12.6 cm. Ukuran ini berdasarkan

    pengamatan penulis selama melakukan magang. Jarak antar bedengan 60 cm agar

    memudahkan pemeliharaan. Setiap bedengan terdapat sekitar 1 820 polibag.

    Prestasi kerja Pekerja mendapat 500 polibag/orang, sedangkan penulis mendapat

    176 polibag.

    Kegiatan selanjutnya adalah membuat sungkup dari plastik (Gambar 2).

    Kerangka dibuat dengan tinggi 40 cm dengan panjang plastik 180 cm. Naungan

    dibuat dari ayaman bambu kemudian diikatkan dengan paku andam (Glicinialiniaris), dengan tinggi naungan 180 cm. Naungan ini menghasilkan intensitas

    cahaya sekitar 25 30 %. Paku andam paling baik digunakan untuk naungan

    karena memiliki daya tahan terhadap angin, hujan, dan waktu kering dan rontok

    cocok untuk bibit menyesuaikan lingkungan.

    Tunas-tunas baru yang akan digunakan untuk bahan stek akan tumbuh,

    setelah 4 5 bulan pohon induk dipangkas. Pembuangan pucuk dilakukan

    sebelumnya, agar menghasilkan batang dan daun yang kuat. Setelah pembuangan

    Gambar 1. Bekong untuk Bibit

  • 5/20/2018 Produktivitas Tanaman Teh

    33/112

    pucuk, pohon induk dibiarkan selama 2 minggu kemudian baru diambil bahan

    stek sekitar 10 daun. Pengambilan 10 ruas daun ini harus memenuhi syarat

    diantaranya pangkal batang sudah berwarna coklat dan daun menengadah ke atas.

    Setelah itu dipotong tiap stek satu daun, jadi terdapat 10 stek dengan bentuk

    Single Node Cutting (Stek satu buku) (Gambar 3). Ketika dipotong sudah

    disiapkan ember yang berisi air untuk menjaga kelembaban bahan stek. Kemudian

    stek direndam dalam larutanDithane M-45(bahan aktifMankozeb 80 %) dengan

    dosis 2 gram / liter air selama kurang lebih 1-2 menit. Hal ini dilakukan untuk

    menghambat pertumbuhan jamur pada bibit.

    Stek ditanam di polibag dengan satu daun, tetapi apabila daun terlalu besar

    dipotong setengahnya agar tidak tumpuk antar daun. Arah daun harus sama agar

    tidak berantakan (Gambar 4). Bibit disungkup dengan plastik selama 4 bulan

    tanpa perlakuan, kecuali bila kering disiram. Penyulaman dilakukan apabila

    terdapat stek yang mati atau membusuk, dengan mengusahakan pembukaansungkup secepat dan sekecil mungkin. Kelembaban dalam sungkup harus dijaga

    yaitu sekitar 80 %. Setelah 4 bulan dilakukan adaptasi dengan lingkungan

    dilakukan tiap 2 minggu dengan penambahan pembukaan sungkup selama 2 jam.

    Misalnya 2 minggu pertama sungkup dibuka selama 2 jam, 2 minggu berikutnya

    dibuka selama 4 jam dan seterusnya. Pada minggu ke 10 dibuka selama 12 jam

    dan dibuka seterusnya.

    Gambar 2. Naungan dan Sungkup di Gambar 3. Single Node Cutting

  • 5/20/2018 Produktivitas Tanaman Teh

    34/112

    Pemeliharaan dilakukan pada saat pembukaan bertahap seperti penyiangan

    yang dilakukan 3 hari sekali, pemberantasan hama penyakit 2 hari sekali, dan

    penyiraman 3 hari sekali. Selain itu juga dilakukan pemupukan tanah dan

    pemupukan dengan pupuk daun. Pemupukan tanah menggunakan campuran urea,

    KCL, dan TSP dengan dosis masing-masing 0.5 g/polibag. Pupuk tanah ini

    diberikan setiap setengah bulan sekali pada bibit yang sudah dibuka dari sungkup.

    Cara pemupukan adalah dengan menabur pupuk diatas bekong kemudian

    dibersihkan dari daun-daun teh dengan dedaunan atau ranting dan disiram agar

    pupuk tidak menempel di daun. Pupuk daun diberikan seminggu sekali dengan

    pupuk organik Super Max. Pupuk tersebut merupakan pupuk cair organik

    berwarna hitam dengan komposisi 15.2 % N; 6.1 % P; 7.14 % K dan unsur

    lainnya dan pupuk dicairkan setiap 10 cc dengan air 15 liter.

    Saat penulis melakukan kegiatan magang terdapat bibit stek yang berumur

    4 bulan yang sedang dalam masa pembukaan sungkup. Bibit ini mempunyai daya

    pertumbuhan sekitar 80 %. Selain itu juga terdapat bibit stek yang berumur

    Gambar 5. Stek Berumur 4 Bulan Masa Adaptasi

    Gambar 4. Penataan Stek pada

  • 5/20/2018 Produktivitas Tanaman Teh

    35/112

    sebulan yang sedang disungkup. Bibit ini mempunyai daya pertumbuhan 48 %,

    karena terdapat yang terkena jamur dan kemudian mati.

    Bibit stek dapat dipindahkan ke lapang setelah berumur 8 bulan atau yang

    disebut dengan bibit siap salur. Bibit siap salur terdapat kelas bibit yaitu kelas A ,

    kelas B dan kelas C. Kelas A merupakan bibit yang mempunyai tinggi lebih dari

    30 cm dan mempunyai 6 helai daun, kelas B tinggi 20-30 cm dan kelas C tinggi

    kurang dari 20 cm. Kelas bibit yang sudah siap salur adalah kelas A (tinggi 25 cm

    dan jumlah daun 6 daun). Bibit yang termasuk dalam kelas B harus dipelihara

    kembali dan kelas C harus disungkup kembali.

    Perkebunan Pagilaran selain mempunyai lahan pembibitan juga terdapat

    kebun poliklonal. Kebun poliklonal merupakan kebun biji yang terdiri dari dua

    macam atau lebih klon yang ditanam dalam bentuk kombinasi barisan, segiempat

    atau segitiga ganda (double triangle) (Tarlan dan Adimulya, 1997). Luasnya

    kebun poliklonal Pagilaran 2.5 ha dan telah berumur 31 tahun. Kebun ini ditanami

    tujuh jenis klon teh unggulan, diantaranya Malabar 2, SA 40, PS 1, TRI 2025,

    Cinuruan 143, SKM 118, dan Kiara 8. Diantara 7 klon tersebut TRI 2025

    merupakan klon paling unggul karena produktivitasnya paling tinggi yaitu 3

    ton/ha teh kering atau sekitar 15 ton/ha teh basah, agak tahan terhadap cacar

    dibandingkan TRI 2024, dan mudah tumbuh. Jarak tanam di kebun polilonal

    adalah 6 m 6 m dengan bentuk segitiga ganda.

    Kebun poliklonal juga dilakukan pemeliharaan diantaranya pemupukan,

    penyiangan, pemangkasan dan pemberantasan hama penyakit tanaman.

    Pemupukan dilakukan satu tahun dua kali dengan dosis 100 gram Urea, 40 gram

    TSP dan 40 gram KCl setiap pohonnya. Penyiangan dilakukan 3-4 kali dalam

    setahun. Pemangkasan dilakukan hanya sekali selama penanaman yaitu padatahun 2001, dengan tinggi pangkasan 3 m dari tanah. Pengandalian hama penyakit

    dilakukan apabila pohon poliklonal terserang penyakit dalam skala besar.

    Pembibitan dengan menggunakan biji juga dilakukan di perkebunan

    Pagilaran. Biji yang digunakan adalah biji yang illegitumyaitu induk betina yang

    diketahui dari kebun poliklonal. Terdapat dua cara pembibitan biji di kebun ini

    yaitu langsung di tanah (konvesional) dan menggunakan polibag.

  • 5/20/2018 Produktivitas Tanaman Teh

    36/112

    Cara konvesional adalah mengambil biji yang sudah masak tapi belum

    berkecambah. Biji kemudian dikupas dan segera dimasukan ke dalam air untuk

    memisahkan biji yang baik dan yang kurang baik. Biji yang yang digunakan

    adalah biji yang tenggelam (biji yang baik). Biji tersebut kemudian disemai

    langsung di tanah di sebuah bedengan. Bedengan ini terletak diantara pohon-

    pohon poliklonal. Jarak persemaian antar biji 10 10 cm. Pada pelaksanaannya

    tidak dilakukan penyungkupan dan pemberian naungan.

    Pembibitan dalam polibag menggunakan biji berasal dari kebun poliklonal

    yang jatuh kemudian berkecambah, sehingga sebelumnya dicari biji yang

    berkecambah di bawah pohon-pohon teh. Biji berkecambah ditanam di polibag

    dengan tanah tanpa pemberian perlakukan sebelumnya. Bibit ini hanya digunakan

    untuk menyulam kebun yang berasal dari bibit biji. Setelah bibit dari biji ini

    berumur 5 bulan, dipindahkan ke lapangan untuk menyesuaikan lingkungannya.

    Selain itu dilakukan seleksi antara bibit yang mati dan sehat. Bibit mati disulam

    kembali dan yang sehat dikumpulkan. Setelah 7 bulan bibit sehat tersebut

    dikelompokkan berdasarkan klon yang dilihat dari bentuk daun. Klon yang sama

    dikumpulkan dan diseleksi kembali kebenaran klon tersebut. Bibit asal biji dapat

    dipindahkan ke lapang setelah 2 tahun.

    Pemeliharaan Tanaman Belum Menghasilkan (TBM)

    Unit Produksi Perkebunan Pagilaran mempunyai areal tanaman teh belum

    menghasilkan (TBM). TBM merupakan tanaman teh muda dan berumur di bawah

    dua tahun serta belum diambil produksinya (Tobroni dan Adimulya, 1997). Areal

    ini terdapat pada bagian afdeling Andongsili dan Kayulandak, sedangkan bagian

    afdeling pagilaran hanya sedikit areal tanaman belum menghasilkan. Setiapbagian afdeling berbeda dalam pengelolaan tanaman belum menghasilkan.

    Kebun Pagilaran

    Tanaman belum menghasilkan (TBM) di Kebun pagilaran merupakan

    konversi lahan dari kopi menjadi teh, sehingga luas lahan TBM Pagilaran belum

    dicantumkan ke dalam areal Perkebunan PT Pagilaran (Tabel 1). Jenis klon yang

    ditanam adalah Pagilaran 4 (PGL 4) dan Pagilaran 11 (PGL 4). Sebelumnya lahan

  • 5/20/2018 Produktivitas Tanaman Teh

    37/112

    ini dibuat teras terlebih dahulu dengan tujuan agar tanah lebih tahan lama dan

    tidak terjadi erosi. Selain itu dibuat saluran drainase yang buntu untuk

    menampung air atau yang disebut got buntu.

    Pada Perkebunan Pagilaran TBM yang berumur 3 bulan dilakukan

    pemupukan dengan menggunakan pupuk tablet. Pupuk ini merupakan campuran

    antara pupuk primer yaitu Urea, SP-36, dan KCl. Pupuk ini diberikan dengan cara

    membuat dua lubang dengan tugal di samping tanaman. Dosis pupuk tiap tanaman

    adalah 6 gram atau enam tablet karena bobot satu tablet 1 gram. Jadi tiap lubang

    diberi tablet, lalu ditutup kembali dengan tanah. Standar pekerja satu orang

    adalah 1 000 m.

    Kebun Andongsili

    Pada kebun Andongsili luas areal tanaman belum menghasilkan (TBM)

    yaitu 6.5 ha. Umur tanaman pada saat ini sekitar 3 tahun, dan masih ada

    penyulaman. Klon yang ditanam adalah TRI 2025. Pertumbuhan tanaman tidak

    seragam karena waktu penanaman tidak bersamaan. Bibit teh yang ditanam pada

    bulan kemarau mengalami kegagalan, sehingga memerlukan penyulaman.

    Sedangkan bibit yang ditanam pada akhir kemarau tumbuh dengan subur.

    Pemeliharaan yang dilakukan di TBM antara lain pemupukan, penyiangan,

    penggemburan, penanaman pohon pelindung sementara dan pembentukan bidang

    petik.

    Pemupukan yang dilakukan pada awal tanam dan 3 bulan setelah tanam.

    Pupuk yang digunakan adalah pupuk majemuk dengan kandungan NPK 5:1:3.

    Dosis yang diberikan setiap tanaman adalah 20 gram. Pemeliharaan selanjutnya

    adalah pengendalian gulma yang dilakukan secara intensif yaitu dengan caramanual dan kimiawi. Penyiangan secara manual dilakukan oleh para pekerja

    dengan menggunakan sabit. Gulma yang telah disiangi, dikumpulkan di tempat

    yang terbuka. Pengendalian gulma dengan menggunakan herbisida dilakukan

    apabila tidak hujan. Herbisida yang digunakan adalah Round up dengan bahan

    aktif Glyphospateyang dapat aktif apabila tidak terkena air minimal 2 jam. Pada

    saat penulis melakukan kegiatan magang, tidak dilakukan pengendalian gulma

    dengan herbisisda, karena musim hujan sedang berlangsung.

  • 5/20/2018 Produktivitas Tanaman Teh

    38/112

    Penggemburan tanah dilakukan dengan menggunakan cangkul, untuk

    meningkatkan kesuburan tanah. Sebelum menanam tidak diberi pupuk kompos

    dan tidak dibuat terasiring, sehingga diperlukan penggemburan. Pembuatan rorak

    sudah dilakukan akan tetapi karena hujan, rorak menjadi rusak dan hilang.

    Penanaman pohon pelindung dilakukan, setelah teh ditanam. Pohon

    pelindung yang ditanam adalah Puhli (Theprosia sp.). Tanaman ini hanya

    bertahan selama satu tahun, dan akan mati dengan sendirinya. Jarak tanaman tidak

    ditentukan, dan ditanam secara acak.

    Pembentukan bidang petik dilakukan setelah tanaman berumur 3-4 bulan

    setelah bibit ditanam di lapang. Cara yang digunakan antara lain Centering,

    Bending atau kombinasi keduanya. Cara yang lebih banyak yang digunakan

    adalah Centering,yaitu dengan memotong batang utama setinggi 15 20 cm dari

    tanah. Cara ini memiliki beberapa kelebihan yaitu batang samping yang tumbuh

    lebih kuat, tahan lama tidak mudah membusuk akan tetapi pertumbuhannya

    lambat. Selain cara Centering juga dilakukan dengan cara Bending yaitu dengan

    melengkungkan batang samping dengan bantuan ranting. Setelah dua bulan

    ranting dilepas dan batang samping tidak tegak lagi, cabang-cabang baru akan

    muncul di atas batang samping tersebut. Cara ini lebih cepat menutup serta cepat

    tumbuh dan dapat dipetik pada umur tiga tahun. Akan tetapi pertanaman tidak

    tahan lama hanya sekitar 15 20 tahun karena pangkal batang mudah membusuk.

    Kebun Kayulandak

    Bagian Kebun Kayulandak mempunyai kebun TBM dengan luas 8.75 ha,

    dan umur tanaman tersebut 4 tahun dengan tahun penanaman 2004. Penanaman

    TBM ini dilakukan dalam upaya peremajaan tanaman teh yang sudah tidakproduktif. Klon yang ditanam dalam satu blok ini bermacam-macam antara lain

    klon Gambung 7, Gambung 9, MPS dan masih banyak lagi, tetapi yang lebih

    didominankan klon Gambung 7. Pemeliharaan di TBM Kayulandak antara lain

    penyulaman, penggemburan, penyiangan, pembentukan bidang petik,

    pemangkasan awal, pemupukan, pembuatan rorak, pembuatan got panjang dan

    penanaman pohon pelindung sementara.

  • 5/20/2018 Produktivitas Tanaman Teh

    39/112

    Penyulaman hingga saat ini masih dilakukan untuk mengganti tanaman

    yang gagal tumbuh. Tanaman banyak yang gagal tumbuh disebabkan oleh lahan

    yang berbatu dan serangan hebat hama. Hama yang menyerang adalah hama

    penggerek batang (Zeuzela coffeae) yang menyebabkan daun kuning, kemudian

    rontok dan mati.

    Penyulaman selain dengan menggunakan bahan stek, juga dilakukan

    dengan bahan tanam dari hasil cangkok. Bahan tanam dari cangkok ini digunakan

    sebagai percobaan. Berdasarkan pengamatan penulis di lapang hasil cangkok tidak

    sekuat bahan tanam stek karena batangnya mudah membusuk.

    Awal penanaman dilakukan penggemburan dan pembuatan teras. Setiap

    teras minimal satu baris tanaman apabila lahan sangat curam. Lebar dari teras juga

    harus mengacu pada jarak tanam. Semakin lebar jarak tanam maka semakin lebar

    pula teras yang dibuat. Pada tanah datar jarak tanam yang digunakan pada lahan

    TBM ini adalah double rowseperti Gambar 6.

    Kegiatan rutin yang harus dilakukan pada lahan TBM adalah

    penggemburan tanah. Hal ini dilakukan dengan tujuan memperbaiki strukturtanah. Pengemburan dilakukan setahun 3 kali, dengan menggunakan cangkul dan

    garpu.

    Pengendalian gulma di kebun Kayulandak menggunakan cara manual,

    sedangkan penggunaan herbisida jarang dilakukan. Cara penyiangan dengan

    menggunakan cara manual dilakukan 4 kali setahun. Standar penyiangan, pekerja

    harus menyelesaikan 2.25 patok per hari. Upah yang diberikan kepada pekerja

    penyiangan Rp 6 500.00/patok.

    60

    120

    Gambar 6. Jarak Tanam double row

  • 5/20/2018 Produktivitas Tanaman Teh

    40/112

    Penanaman tanaman pelindung sementara bertujuan untuk melindungi

    tanaman dari cahaya matahari karena tanaman masih belum bisa menyesuaikan

    dengan cahaya matahari. Selain itu juga melindungi tanah dari erosi. Tanaman

    pelindung sementara yang digunakan pada kebun Kayulandak sama dengan kebun

    Andongsili yaitu Theprosia sp.Tanaman ini juga dapat meningkatkan kesuburan

    tanah dengan mengikat nitrogen bebas, karena mengandung bintil akar yang

    bersimbiosis dengan Rhizobium. Tanaman ini digunakan sebagai tanaman

    pelindung hingga tanaman teh dapat menyesuaikan dengan keadaan lingkungan.

    Tanaman ini sendiri dapat hidup selama 3 tahun. Apabila tanaman teh sudah dapat

    menyesuaikan dengan cahaya matahari kurang dari 3 tahun maka tanaman

    pelindung sementara ditebang. Tanaman pelindung sementara ditanam selang

    setengah bulan setelah penanaman teh. Setiap empat tanaman teh ditanam satu

    tanaman pelindung sementara.

    Pembentukan bidang petik banyak digunakan teknik Centering. Teknik ini

    dimulai pada saat tanaman teh berumur tiga bulan setelah tanam. Dipotong

    setinggi maksimal 20 cm dari tanah, semakin rendah tanaman yang dihasilkan

    semakin kuat. Selanjutnya dilakukan selama enam kali hingga teh berumur 18

    bulan. Apabila sudah tumbuh tunas dipotong pada batas tunas yang memiliki arah

    keluar minimal dua arah telah terisi. Centering lebih efisien dibandingkan dengan

    Bending, karena teknik Centering menggunakan alat gunting sehingga satu orang

    pekerja dapat mengerjakan 1 ha per hari. SedangkanBendingmembutuhkan kayu

    untuk menyangga cabang yang dilekungkan, sehingga pekerjaan kurang efisien.

    Pemupukan dilakukan setahun empat kali dengan menggunakan pupuk

    NPK. Dosis yang digunakan adalah 8 gram/perdu, dengan perbandingan NPK

    yaitu 2 : 2 : 1. Cara aplikasinya dengan membuat bokoran berdiameter 20 cm dariperdu disekitar tanaman dengan cangkul.

    Pembuatan rorak dilakukan pada umur 3 bulan dan dibuat satu tahun

    sekali. Rorak ini bertujuan untuk membuang sarasah hasil penyiangan. Serasah

    tersebut dimasukan dalam rorak, agar menjadi kompos sehingga menyuburkan

    tanah. Rorak ini dibuat dengan ukuran panjang 200 cm, lebar 40 cm dan dalam 60

    cm, serta jarak antar rorak 400 cm. Selain untuk menyuburkan tanah rorak juga

    untuk menyimpan air dengan mengendapkan air.

  • 5/20/2018 Produktivitas Tanaman Teh

    41/112

    Pembuatan got panjang bertujuan untuk pembuangan air agar tidak terjadi

    erosi dan pencucian hara. Selain untuk menyimpan air pada saat musim hujan dan

    mengalirkannya pada saat musim kemarau. Ukuran got panjang yaitu lebar 60 cm,

    dalam 60 cm dan panjang sesuai dengan panjangnya teras. Setiap patok dibuat 2

    got panjang. Pembuatan ini dipilih teras yang cukup untuk lebar got panjang.

    Pemeliharaan Tanaman Menghasilkan (TM)

    Pemeliharaan kebun yang dilakukan oleh PT. Pagilaran diantaranya adalah

    pemangkasan, penyiangan, penyulaman dan pemupukan. Kegiatan lainnya

    merupakan kegiatan berurutan setelah pemangkasan adalah kubur ranggas, kerik

    lumut, dan penggarpuan. Seharusnya urutan kegiatan setelah pangkas adalah kerik

    lumut, kubur ranggas dan penggarpuan. Akan tetapi urutan ini tidak efektif

    dilakukan di lapang.

    Pengendalian Gulma

    Gulma yang dominan di kebun Pagilaran adalah Ageratum conizoides,

    Clydemia hirta, Centrocema pubescens, Cromellina diffusa, Cynodon dactilon,

    Oplisminus compesitus, Paspalum conjugatum. Penyiangan dilakukan 3-4 bulan

    sekali dengan cara manual. Alat yang digunakan adalah sabit atau arit. Standar

    yang digunakan tiap pekerja adalah 2 patok, sedangkan penulis mendapat 80 m.

    Upah yang diberikan tiap patoknya adalah Rp 7 500 akan tetapi dapat berubah

    tergantung kesepakatan dari pekerja dan mandor besar.

    Pengendalian gulma juga dilakukan berdasarkan umur pangkas. Tanaman

    yang berumur satu tahun setelah pemangkasan dilakukan penyiangan 4 kali dalam

    setahun. Tanaman yang berumur dua tahun setelah pangkas dilakukan 3 kalidalam setahun. Untuk tanaman berumur tiga tahun setelah pangkas dilakukan 2-3

    kali setahun. Sedangkan untuk tanaman berumur empat tahun setelah pangkas

    atau hampir dipangkas penyiangan dilakukan 2 kali setahun. Pada saat ini terdapat

    pengurangan residu penggunaan bahan kimia termasuk herbisida. Untuk itu

    Penggunaan herbisida hanya dilakukan setahun sekali untuk tiap blok, dan hanya

    dilakukan pada tanaman yang berumur setahun setelah pangkas. Hal ini dilakukan

    karena tanaman belum menutup tanah sehingga pertumbuhan gulma yang terlalu

  • 5/20/2018 Produktivitas Tanaman Teh

    42/112

    besar, sehingga sulit dilakukan secara manual. Herbisida yang digunakan adalah

    Round Up, dengan dosis 3.5 liter/ha. Setelah penggunaan herbisida biasanya

    dilakukan kegiatan garpu ekstra.

    Herbisida Round Up merupakan herbisida sistemik tidak selektif dengan

    bahan aktif Gliphospat. Heribisida ini mempunyai daya berantas yang luas, selain

    untuk memberantas jenis-jenis gulma berdaun lebar juga dapat digunakan untuk

    jenis gulma berdaun sempit dan teki-tekian. Herbisida ini bekerja secara sistemik,

    sehingga dapat mematikan gulma sampai ke perakarannya. Oleh sebab itu baik

    digunakan untuk memberantas jenis-jenis gulma berdaun sempit maupun berdaun

    lebar tahunan yang berkembang biak secara vegetatif (Pusat Penelitian

    Perkebunan Indonesia, 1997).

    Pada afdeling Andongsili lebih sulit melakukan penyiangan, karena gulma

    yang tumbuh lebih banyak dan lebih lebat. Hal ini dikarenakan kelembaban yang

    lebih tinggi dan tenaga kerja yang kurang. Keadaan lahan yang lebih terjal dan

    tidak dibuat teras sehingga membuat pekerja sulit melakukan penyiangan. Jadi

    untuk menentukan upah pekerja tergantung dari keadaan kebun. Apabila keadaan

    sulit maka upah kerja lebih mahal. Upah pekerja bekisar Rp 10 000 Rp 12 000.

    Hasil penyiangan secara manual dikumpulkan pada bagian yang sudah

    dibersihkan yang nanti akan dibalik pada saat penggarpuan.

    Di Kayulandak penyiangan dilakukan 2-3 kali setahun dengan cara

    manual. Dibandingkan tanaman TBM, penyiangan pada tanaman dewasa lebih

    jarang karena tanah yang sudah tertutup perdu teh sehingga tidak banyak gulma

    yang tumbuh. Pemakaian herbisida dilakukan setiap dua tahun sekali dengan

    menggunakanRound Up, terutama pada saat akan dilakukan penggarpuan. Setelah

    kegiatan penyiangan dilakukan pembuatan rorak (got buntu) dengan ukuranpanjang 200 cm, lebar 60 cm dan tinggi 60 cm, dengan jarak antar rorak 4 m

    (400 cm) yang diukur dengan tombak. Peletakan rorak berselang-seling, dengan

    jumlah 16 rorak dalam satu patok (400 m3). Pembuatan rorak ini bertujuan untuk

    menimbun hasil penyiangan tetapi tidak ditutup. Sehingga gulma yang ditimbun

    tersebut akan membusuk dan dapat menambah kesuburan tanah serta mencegah

    erosi. Standar pembuatan rorak seorang pekerja adalah satu patok (16 rorak).

  • 5/20/2018 Produktivitas Tanaman Teh

    43/112

    Pemupukan

    Pemupukan di kebun Pagilaran dilakukan dua kali dalam setahun awal dan

    akhir musim hujan, berarti enam bulan sekali. Akan tetapi hanya dilakukan

    apabila biaya memadai. Pupuk seharusnya diberikan antar bulan Maret hingga

    Mei atau September hingga November. Pada saat ini terjadi keterlambatan dalam

    pengiriman pupuk. Pemupukan pada tahun ini hanya dilakukan sekali setahun.

    Hal ini dikarenakan kurangnya biaya pemeliharaan. Pemupukan dilakukan apabila

    terdapat pengiriman pupuk. Pupuk yang dikirim hanya dapat memupuk sekitar 15

    blok untuk masing-masing kebun. Seharusnya yang dipupuk 20-40 blok.

    Pupuk yang digunakan pupuk kimia yaitu campuran urea, SP-36, dan KCl.

    Dosis yang digunakan 45 gram per perdu, sehingga seharusnya dalam satu karung

    dengan berat 25 kg dapat diberikan 555 perdu Kebutuhan pupuk dalam satu hektar

    lahan teh adalah 360 kg. Dalam sehari luas areal yang dipupuk sekitar 8 ha dengan

    kebutuhan 83 karung atau 2.75 ton. Pupuk yang digunakan dalam bentuk tablet

    yang melepaskan hara secara perlahan, sehingga kegiatan pemupukan kembali

    dibutuhkan waktu yang lama.

    Cara pemberian pupuk dengan membuat lubang di sekitar perdu teh (jarak

    dari perdu 15 cm) dengan kedalaman kira-kira 8 cm, kemudian dimasukan pupuk

    sesuai takaran yang diberikan. Dalam satu hektar lahan teh membutuhkan tujuh

    orang pekerja. Pemupukan dengan bahan organik juga dilakukan, tetapi hanya jika

    bahan pupuk tersedia. Pupuk organik yang digunakan adalah pupuk kandang,

    dengan kebutuhan 10 ton/ha.

    Pembagian kegiatan pemupukan tiap pekerja adalah tiga orang membawa

    pupuk dari tempat penurunan pupuk ke pekerja yang akan memberikan pupuk ke

    pemupuk, satu orang memberikan pupuk kepada pemupuk, satu orangmengumpulkan karung, dan sisanya berpasangan sebagai pembuat lubang dan

    pemberi pupuk (pemupuk) sekaligus menutup lubang. Standar pekerja pemupukan

    adalah 1 250 m/orang, sedangkan penulis mendapat 240 m. Upah yang diberikan

    merupakan upah harian 5 jam yaitu Rp 13 500.

    Dalam pelaksanaan kegiatan pemupukan memerlukan pengawasan yang

    intensif karena banyak terjadi penyimpangan. Pada pengamatan yang dilakukan

    penulis dalam pemberian pupuk, seharusnya satu karung (25 kg) untuk 555 perdu

  • 5/20/2018 Produktivitas Tanaman Teh

    44/112

    dengan menggunakan takaran yang sudah diperkirakan bahwa berat satu takaran

    tersebut 45 gram/perdu. Akan tetapi pada pelaksanaannya satu perdu mendapat 81

    gram/perdu atau satu karung pupuk untuk 307 perdu tanaman teh, sehingga

    pemberian pupuk ini tidak efisien. Selain itu juga dalam penutupan pupuk terdapat

    25 % yang tidak ditutup dan sekitar 35 % perdu yang tterlewat tidak dipupuk.

    Pemupukan pada daun juga dilakukan dengan yang menggunakan pupuk

    Super Max yang sudah dijelaskan kandungannya dalam pembibitan. Untuk

    tanaman menghasilkan dosis yang digunakan satu liter pupuk daun cair untuk

    luasan satu hektar. Berdasarkan pengamatan penulis, pupuk sebelumnya

    diencerkan dengan air dengan konsentrasi 3 cc per liter air dan dicampur dengan

    urea yang dicairkan (konsentrasi 0.1 %). Urea digunakan sebagai bahan perekat

    pupuk dengan daun. Campuran pupuk dimasukkan ke dalam alat penyemprot.

    Alat yang digunakan adalah Knapsack Sprayer (Gambar 7) dengan kapasitas 15

    liter yang digunakan untuk 1.5-2 patok. Dosis pupuk daun yang dilakukan di

    lahan hanya 0.75 liter per hektar, karena ada penambahan larutan urea.

    Kegiatan sebelum melakukan pemupukan, terlebih dahulu mempersiapkan

    air sehari sebelum pelaksanaan, karena pengangkutan air membutuhkan waktu

    yang lama. Pemberikan pupuk ini tidak boleh terkena air hujan minimal 4 jam.

    Pupuk ini diberikan pada tanaman yang berumur pendek pada tanaman belum

    menghasilkan, seperti klon PS yang berumur 2 tahun sudah dipetik. Pemberian

    Gambar 7. Pemupukan Daun

  • 5/20/2018 Produktivitas Tanaman Teh

    45/112

    pupuk daun ini dimaksudkan untuk menambah ketebalan daun. Standar

    pemupukan daun setiap pekerja mendapat 0.5 ha.

    Pemangkasan

    Pemangkasan dilakukan empat tahun sekali, berarti perkebunan Pagilaran

    menggunakan gilir pangkas empat tahun. Sehingga dalam setahun luas lahan yang

    dipangkas seperempat dari seluruh luas kebun. Misalnya luas kebun Pagilaran

    kira-kira 428.072 ha, sehingga dalam setahun luas lahan yang dipangkas 107.018

    ha, dengan target selama 6 bulan sudah dilakukan pemangkasan seluas 60.211 ha

    (60 % dari luas yang akan dipangkas). Pemangkasan ini biasanya dimulai bulan

    Maret atau April. Luas ini dibagi kembali per blok kebun, dan per blok

    pemangkasan dilakukan selama sebulan, yang seharusnya dapat dilakukan selama

    setengah bulan. Satu blok kebun terdapat 16 pekerja, yang setiap pekerja

    diberikan satu patok dengan luas kira-kira 400 m. Pada kebun Andongsili pekerja

    yang ada sekitar 12 orang, sehingga waktu yang dibutuhkan untuk memangkas

    satu blok (14.5 ha) adalah 45 hari.

    Tinggi pemangkasan dari tanah bertahap dari 40 hingga 70. Apabila tahun

    ini pemangkasan 40 cm maka pemangkasan selanjutnya 65 cm, setiap gilir

    pangkas naik 5 cm. Apabila sudah sampai 70 cm maka kembali diturunkan 45 cm

    dan seterusnya. Semakin tinggi pangkasan semakin cepat pucuk tumbuh.

    Presentasi tanaman mati akibat pangkasan hanya kurang dari 5 %.

    Gambar 8. Lahan yang Telah Dipangkas

  • 5/20/2018 Produktivitas Tanaman Teh

    46/112

    Sebelum pemangkasan dilakukan petikan gendesan, yaitu mengambil

    semua pucuk sebelum dipangkas. Akan tetapi sebaiknya sebelum dipangkas

    pucuk dibiarkan selama 2 bulan untuk mengumpulkan pati di dalam akar. Kadar

    pati ini dapat dilihat dari bekas potongan pada batang yang mengeluarkan cairan.

    Para mandor pemangkasan membuat contoh terlebih dahulu, sebelum

    pemangkasan dilakukan oleh pekerja. Kemudian dilakukan kesepakatan dengan

    pemborong dengan harga yang cocok. Pemangkasan hanya bisa dilakukan oleh

    para pekerja yang mahir pemangkasan. Tinggi pohon yang akan dipangkas diukur

    terlebih dahulu, misalnya 55 cm menggunakan kayu. Kemudian kayu ini

    digunakan untuk menjadi patokan di kebun. Tetapi hanya satu saja yang diukur

    kemudian yang lain mengikuti tanaman yang telah diukur tadi. Hal ini agar hasil

    pangkasan terlihat rata, sehingga tidak semua tanaman diukur. Hasil pangkasan

    yang berupa ranting-ranting (ranggas) diletakkan di atas tanaman teh yang telah

    dipangkas, hal ini untuk mengurangi penguapan pada batang teh yang terbuka.

    Apabila cuaca baik, hasil pangkasan dapat dipetik lagi pada umur 2.5-3

    bulan. Sebaliknya apabila cuaca tidak mendukung, seperti saat ini dimana hujan

    terlampau sering, hasil pangkasan dapat dipetik kembali setelah berumur lebih

    dari 3 bulan. Pangkasan harus dipotong miring (45) untuk menghindarkan

    pembusukan akibat dari masuknya air hujan. Potongan yang miring akan

    mengalirkan air ke bawah, apabila potongan datar akan menampung air hujan,

    sehingga batang menjadi busuk. Selain itu pisau pangkas harus tajam agar batang

    tidak pecah yang mengakibatkan tanaman menjadi busuk.

    Pemangkasan di Kayulandak juga terdapat pemangkasan jambul (Gambar

    9). Pangkas jambul adalah pangkasan yang meninggalkan daun kurang lebih 100lembar daun. Hal ini dilakukan karena jenis tanaman teh yang ditanam tidak tahan

    terhadap panas sehingga diperlukan pelindung. Klon ini adalah jenis PS yang

    tidak tahan panas. Setelah pemetikan jendangan sisa jambul dipotong. Pada kebun

    Kayulandak setelah pemangkasan dibuat got panjang dengan ukuran lebar 60 cm,

    tinggi 60 cm dan panjang menyesuaikan panjang lahan teras. Pembuatan got

    panjang ini bertujuan untuk menyimpan air dan mengalirkan air yang berlebih.

  • 5/20/2018 Produktivitas Tanaman Teh

    47/112

    Kubur Ranggas

    Kegiatan selanjutnya setelah pemangkasan adalah kubur ranggas atau belet

    ranggas. Ranggas merupakan ranting-ranting sisa pemangkasan. Kubur ranggas

    berarti membenamkan ranting-ranting sisa pangkasan ke dalam tanah. Hal ini

    dilakukan disela-sela tanaman teh. Kubur ranggas dilakukan dengan tujuan untuk

    mengembalikan unsur hara ke tanah, kemudian digunakan kembali oleh tanaman

    teh. Kegiatan ini dilakukan seminggu setelah pemangkasan, karena untuk

    menghilangkan gas beracun yang dikeluarkan dari sisa-sisa ranting tersebut.

    Seharusnya sampai ranting benar- benar kering, akan tetapi untuk memberikan

    pekerjaan pada pekerja supaya tidak menganggur maka dilakukan seminggu

    setelah pemangkasan. Kegiatan ini tidak selalu dilakukan setelah pemangkasan

    dapat pula dilakukan setelah kerik lumut seperti pada kebun bagian Andongsili.

    Kerik Lumut

    Kegiatan ini dilakukan setengah bulan setelah kubur ranggas. Tujuan dari

    kerik lumut adalah untuk membersihkan lumut dan tumbuhan yang menempelpada batang teh. Batang teh terdapat pada kondisi yang lembab akibat dari

    ternaungnya daun teh, sehingga banyak lumut dan tumbuhan yang menempel pada

    batang teh. Selain itu tujuan dari kerik lumut adalah menghilangkan hama dan

    penyakit yang menempel pada lumut di batang teh sehingga pertumbuhan tunas

    tidak terhambat. Alat yang digunakan adalah karung bekas tempat teh diangkut,

    karung beras, atau alat lain yang mempunyai permukaan kasar. Bahkan ranting-

    ranting teh pun dapat digunakan. Tidak terdapat alat khusus dalam kegiatan ini.

    Gambar 9. Pangkasan Jambul

  • 5/20/2018 Produktivitas Tanaman Teh

    48/112

    Cara kerik lumut tinggal menggosok-gosokan alat ke batang teh. Prestasi pekerja

    dalam sehari 400 m (satu patok) dengan upah antara Rp 14 000-Rp 15 500.

    Untuk setiap patoknya tergantung kebersihan pohon teh dari lumut, sedangkan

    penulis mendapat 100 m.

    Pada Kebun Andongsili kerik lumut dilakukan sebelum kubur ranggas. Hal

    ini dikarenakan pekerja yang kurang. Keadaan tanaman teh yang mempunyai

    lumut yang lebih tebal dan banyak, juga akan memperlambat pekerja dalam

    melakukan kegiatan kerik lumut. Hal ini menyebabkan tanaman teh terlalu lama

    dibiarkan, sehingga akan segera bertunas. Akan tetapi tunas yang tumbuh akan

    terhambat karena adanya lumut dan tumbuhan lain yang menempel pada tanaman

    teh.

    Proses kegiatan kerik lumut dilakukan setelah menyingkirkan ranting-

    ranting (ranggas) yang terdapat di atas tanaman teh. Pada pelaksanaan kerik lumut

    bagian bawah tanaman dibersihkan, dan kerik lumut dimulai dari tanaman bagian

    bawah terlebih dahulu. Bagian tunas yang akan tumbuh harus bersih dari lumut

    agar tunas tumbuh dengan baik. Setelah selesai kerik lumut, ranggas dikembalikan

    ke atas tanaman teh atau langsung dilakukan kegiatan kubur ranggas.

    Penggarpuan

    Penggarpuan dilakukan setelah kerik lumut. Sebelum dilakukan

    penggarpuan, dilakukan pembersihan gulma terlebih dahulu. Tujuan dari

    penggapuan ini adalah mengemburkan tanah dengan membalik tanah, menjaga

    aerasi tanah dan memutuskan sebagian akar teh karena teh merupakan tanaman

    yang membutuhkan regenerasi akar. Alat yang digunakan adalah garpu, dan tidak

    menggunakan cangkul karena dapat terjadi pemutusan akar yang besar sehinggadapat merusak akar. Selain itu juga dilakukan garpu ekstra ketika tanaman

    berumur satu tahun setelah pangkas. Garpu ekstra ini biasanya dilakukan setelah

    pengendalian gulma dengan menggunakan herbisida. Prestasi pekerja

    penggarpuan 400 m selama 5 jam kerja, sedangkan penulis mendapat 4 m. Upah

    seorang pekerja Rp 14 500/patok.

    Penggarpuan di kebun Andongsili lebih sulit dilakukan karena keadaan

    kebun yang terjal, gulma yang tinggi, dan tidak terdapat terasering. Selain itu

  • 5/20/2018 Produktivitas Tanaman Teh

    49/112

    barisan yang tidak teratur. Penggarpuan di kebun ini sering terlambat, hal ini

    dikarenakan gulma yang terlalu banyak dan kurangnya pekerja.

    Pemetikan

    Pemetikan adalah pemungutan hasil pucuk tanaman teh yang memenuhi

    syarat-syarat pengolahan. Pemetikan berfungsi pula sebagai usaha membentuk

    kondisi tanaman agar mampu berproduksi tinggi secara berkesinambungan

    (Tobroni dan Adimulya, 1997). Pemetikan yang dilakukan di PT Pagilaran adalah

    pemetikan jendangan, produksi dan gendesan. Setiap mandor membawahi 40

    orang pemetik. Untuk pemetikan tidak ditentukan luasan yang harus dipetik. Akan

    tetapi setelah penulis melakukan pengamatan dalam sehari rata-rata seorang

    pemetik memetik dengan luas 134.6 m dengan hasil pucuk 60 kg. Pada bagian

    kebun Kayulandak penulis memetik selama 5 jam mendapat 14 kg.

    Sejak tahun 1975 pemetikan banyak menggunakan gunting, walaupun

    sudah diketahui kualitas petikan menggunakan tangan lebih baik, tetapi masih

    digunakan gunting. Hasil petikan dengan menggunakan gunting lebih kaku dan

    luka yang ditingga