problem risk dan return berdasarkan data harga dan indeks harga
DESCRIPTION
Manajemen InvestasiTRANSCRIPT
PROBLEM RISK DAN RETURN BERDASARKAN DATA HARGA DAN INDEKS HARGA
Kelompok 4
Di susun oleh:
Amirul Akbar Indra 125030200111121
Rodi Khoirul Basori 125030200111024
Zeska Aditya 125030207111008
JURUSAN ADMINISTRASI BISNIS
FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2015
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ada dua aspek yang perlu dipertimbangkan oleh manajemen perusahaan dalam
pengambilan keputusan keuangan, yaitu tingkat pengembalian (return) dan risiko (risk)
keputusan keuangan tersebut. Tingkat pengembalian adalah imbalan yang diharapkan
diperoleh di masa mendatang, sedangkan risiko diartikan sebagai ketidakpastian dari
imbalan yang diharapkan. Risiko adalah kemungkinan terjadinya penyimpangan dari rata-
rata dari tingkat pengembalian yang diharapkan yang dapat diukur dari standar deviasi
dengan menggunakan statistika.
Suatu keputusan keuangan yang lebih berisiko tentu diharapkan memberikan
imbalan yang lebih besar, yang dalam keuangan dikenal dengan istilah “High Risk High
Return”. Ada trade off antara risk dan return, sehingga dalam pemilihan berbagai
alternatif keputusan keuangan yang mempunyai risiko dan tingkat pengembalian yang
berbeda-beda, pengambilan keputusan keuangan perlu memperhtungkan risiko relatif
keputusannya. Untuk mengukur risiko relatif digunakan koefisien variasi, yang
menggambarkan risiko per unit imbalan yang diharapkan yang ditunjukkan oleh besarnya
standar deviasi dibagi tingkat pengenbalian yang diharapkan.
Risiko keuangan terjadi karena adanya penggunaan hutang dalam struktur
keuangan perusahaan, yang mengakibatkan perusahaan harus menanggung beban tetap
secara periodik berupa beban bunga. Hal ini akan mengurangi kepastian besarnya imbalan
bagi pemegang saham, karena perusahaan harus membayar bunga sebelum memutuskan
pembagian laba bagi pemegang saham. Dengan demikian, risiko keuangan menyebabkan
variabilitas laba bersih (net income) lebih besar.
Jika manajemen perusahaan dapat memanfaatkan dana yang berasal dari hutang
untuk memperoleh laba operasi yang lebih besar dari beban bunga, maka penggunaan
hutang dapat memberikan keuntungan bagi perusahaan dan akan meningkatkan return
bagi pemegang saham. Sebaliknya, jika manajemen tidak dapat memanfaatkan dana
secara baik, perusahaan mengalami kerugian.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian risk & return berdasarkan harga saham dan indeks harga
saham sektoral/gabungan?
2. Apakah pengertian harga saham dan indeks harga saham sektoral/gabungan?
3. Apa saja jenis-jenis indeks saham?
4. Bagaimana metode penghitungan indeks harga saham sektoral/gabungan?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui bagaimana metode penghitungan indeks harga saham
2. Untuk mengetahui risk & return dan hubungannya dengan harga saham
3. Untuk mengetahui manfaat indeks harga saham gabungan
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Risk
2.1.1 Pengertian Risk
Risiko dapat dikatakan sebagai suatu peluang terjadinya kerugian atau
kehancuran. Lebih luas, risiko dapat diartikan sebagai kemungkinan terjadinya hasil
yang tidak diinginkan atau berlawanan dari yang diinginkan. Dalam industri keuangan
pada umumnya, terdapat suatu jargon “high risk bring about high return”, artinya jika
ingin memperoleh hasil yang lebih besar, akan dihadapkan pada risiko yang lebih
besar pula. Contohnya dalam investasi saham. Volatilitas atau pergerakan naik-turun
harga saham secara tajam akan membuka peluang untuk memperoleh hasil yang lebih
besar, namun sebaliknya, jika harga bergerak ke arah yang berlawanan, maka
kerugian yang akan ditanggung sangat besar.
Menurut Griffin dan Ebert, risiko adalah uncertainty about future event,
adapun Siegel dan Sim mendefinisikan risiko pada 3 hal:
1. Keadaan yang mengarah kepada sekumpulan hasil khusus dimana hasilnya dapat
diperoleh dengan kemungkinan yang telah diketahui oleh pengambilan keputusan
2. Variasi dalam keuntungan penjualan atau variabel keuangan lainnya
3. Kemungkinan dari sebuah masalah keuangan yang mempengaruhi kinerja operasi
perusahaan atau posisi keuangan
Eiteman, et. al mengatakan bahwa risiko dasar adalah the mismatching of
interest rate bases for associated assets and liabilities. Sehingga secara umum risiko
dapat ditangkap sebagai bentuk keadaan ketidakpastian tentang suatu keadaan yang
akan terjadi nantinya dengan keputusan yang diambil berdasarkan suatu
pertimbangan. Menurut salah satu definisi, risiko (risk) adalah sama dengan
ketidakpastian (uncertainty). Secara umum risiko dapat diartikan sebagai suatu
keadaan yang dihadapi seseorang atau perusahaan dimana terdapat kemungkinan yang
merugikan.
Risiko investasi dapat diartikan sebagai kemungkinan terjadinya perbedaan
antara actual return dan expected return, sehingga setiap investor dalam mengambil
keputusan investasi harus selalu berusaha meminimalisasi berbagai risiko yang
timbul, baik jangka pendek maupun jangka panjang. Setiap perubahan kondisi
ekonomi baik mikro ataupun makro akan mendorong investor untuk melakukan
strategi yang harus diterapkan untuk tetap memperoleh return.
2.1.2 Sumber-sumber Risiko
Menurut Eduardus Tandelilin, sumber-sumber risiko adalah :
Risiko suku bunga. Naik turunnya suku bunga perbankan akan mempengaruhi
keputusan publik dalam menetapkan keputusannya. Jika suku bunga naik maka
publik akan menyimpan dananya di bank seperti dalam bentuk deposito, namun
jika turun maka publik akan menggunakan dananya untuk membeli saham.
Risiko pasar. Kondisi risiko pasar dapat dilihat pada saat fluktuasi pasar, krisis
moneter, dan resesi ekonomi.
Risiko Inflasi. Saat inflasi daya beli masyarakat turun, sedangkan saat normal
daya beli masyarakat naik.
Risiko Bisnis.
Risiko Finansial.
Risiko Likuiditas.
Risiko Nilai tukar mata uang
Risiko Negara. Berkaitan dengan keadaan politik.
2.1.3 Jenis-jenis Risiko
a. Systematic Risk (Resiko sistematis)
Resiko sistematis disebut juga dengan market risk atau resiko umum. Resiko
sistematis adalah resiko yang bisa didiversifikasikan atau resiko yang sifatnya
mempengaruhi secara menyeluruh.
b. Unsystematic Risk (Risiko tidak sistematis)
Unsystematic Risk disebut juga dengan resiko spesifik atau resiko yang dapat
didiversifikasikan. Resiko yang tidak sistematis yaitu hanya membawa
dampak pada perusahaan yang terkait saja. Jika suatu perusahaan mengalami
Unsystematic Risk maka kemampuan untuk mengatasinya masih akan bisa
dilakukan, karena perusahaan bisa menerapkan berbagai strategi untuk
mengatasinya.
c. Total Risk
Total Risk adalah gabungan atau penjumlahan antara Systematic Risk dan
Unsystematic Risk.
2.1.4 Alternatif –alternatif Menghindari Resiko
Untuk menghindari resiko yang timbul terhadap aktivitas investasi yang
dilakukan, perlu dilakukan alternatif-alternatif dalam pengambilan keputusan.
Alternatif keputusan yang diambil adalah dianggap realistis dan tidak akan
menimbulkan masalah nantinya. Tindakan seperti ini dianggap sebagai bagian strategi
investasi. Bahwa berbagai keputusan-keputusan strategis akan menghasilkan nilai
yang lebih besar bagi perusahaan. Dimana tindak lanjut dari keputusan strategis ini
adalah dengan melibatkan secara maksimal sumber daya yang ada untuk
mengimplementasikan keputusan yang dimaksud dan menentukan pihak-pihak yang
bertanggung jawab atas implementasi ini. Artinya adalah resiko yang timbul
merupakan bentuk dari realita yang terjadi, yang mana resiko itu selalu saja sulit
untuk dihindari namun diusahakan resiko itu terjadi dalam jumlah yang sangat minim.
2.1.5 Mengelola Risiko
Dalam aktivitas yang namanya resiko adalah pasti terjadi dan sulit untuk
dihindari sehingga bagi sebuah lembaga bisnis seperti perbankan sangat penting untuk
memikirkan bagaimana mengelola resiko tersebut. Dalam mengelola resiko pada
dasarnya ada 4 cara yaitu:
Memperkecil resiko, dengan cara tidak memperbesar setiap keputusan yang
mengandung resiko tinggi tapi membatasinya bahkan meminimalisirnya agar
resiko tersebut tidak menambah menjadi besar dan diluar kontrol manajemen
perusahaan.
Mengalihkan resiko, dengan cara mengalihkan resiko yang kita terima tersebut
ketempat lain seperti mengasurasikan bisnis guna menghindari terjadinya resiko
yang sifatnya tidak tentu waktunya
Mengontrol resiko, dengan cara melakukan kebijakan mengantisipasi terhadap
timbulnya resiko sebelum terjadi, seperti memasang alarm terhadap mobil,
menempatkan satpam pada siang atau malam hari
Pendanaan resiko, dengan cara menyediakan dana cadangan (reserve) guna
mengantispasi timbulnya resiko dikemudian hari, seperti perubahan terhadap nilai
tukar dolar dipasaran maka kebijakan sebuah bank adalah harus memiliki dana
cadangan dalam bentuk dolar.
2.1.6 Perhitungan Risiko
Sekedar informasi bahwa risiko yang terkecil itu adalah obligasi (bond) yang
dijual oleh pemerintah. Sedangkan risiko yang tertinggi adalah saham yang dijual oleh
perusahaan. Ada model perhitungan risiko yang paling sering dipergunakan
khususnya dalam investasi, yaitu secara standar deviasi dan varian. Untuk melengkapi
perhitungan ini agar lebih komprehensif, terutama jika timbul suatu persoalan seperti
penyebaran return yang diharapkan sangat besar, maka dipergunakan perhitungan
tambahan dengan menggunakan coefficient of variation atau risiko relatif.
Standar deviasi atau simpangan baku adalah suatu estimasi probabilitas perbedaan
return nyata dari return yang diharapkan.
Varian (nilai kuadrat dari standar deviasi) adalah:
- Dalam statistik, varian adalah ukuran penyerapan dari penyebaran
probabilitas. Hal ini merupakan pangkat dua deviasi standar. Misalnya, bila
standar deviasinya 20, maka variannya adalah 400.
- Selisih pendapatan, biaya, dan keuntungan terhadap jumlah yang
direncanakan. Varian dihitung pada pusat pertanggungjawaban,
penganalisisan. Dan varian yang tidak menguntungkan, diselidiki untuk
mencari kemungkinan perbaikan. Coefficient of variation adalah ukuran
penyebaran relatif atau risiko relatif.
2.2 Return
2.2.1. Pengertian Return
Return adalah keuntungan yang diperoleh oleh perusahaan, individu dan
institusi dari hasil kebijakan investasi yang dilakukannnya. Adapun menurut
R.J.Shook return merupakan laba investasi, baik melalui bunga ataupun dividen.
Ada beberapa pengertian return yang umum dipakai dalam dunia investasi yaitu:
1. Return on equity atau imbal hasil atas ekuitasmerupakan pendapatan bersih
dibagi ekuitas pemegang saham.
2. Return of capital atau imbal hasil atas modal merupakan pembayaran kas yang
tidak kena pajak kepada pemegang saham yang mewakili imbal hasil modal yang
di investasikan dan bukannnya distribusi dividen. Investor mengurangi biaya
investasi dengan jumlah pembayaran.
3. Return on investment atau imbal hasil atas investasi merupakan membagi
pendapatan sebelum pajak terhadap investasi untuk memperoleh angkan yang
mencerminkan hubungan antara investasi dan laba.
4. Return on invested capital atau imbal hasil atas modal investasi merupakan
pendapatan bersih dan pengeluaran bungan perusahaan dibagi total kapitalisasi
perusahaan.
5. Return realisasi ( realized return) merupakan return yang telah terjadi. Return
realisasi ini penting dalam mengukur kinerja perusahaan dan sebagai dasar
penentuan return dan risiko dimasa mendatang.
6. Return on net work atau imbal atas kekayaan bersih merupakan pemegang saham
dapat menentukan imbal hasilnya dengan membandingkan laba bersih setelah
pajak dengan kekayaan bersihnya.
7. Return on sales atau imbal hasil atas penjualannnya merupakan untuk
menentukan efesiensi operasi perusahaan, seseorang dapat membandingkan
persentase penjualan bersihnya yang mencerminkan laba sebelum pajak terhadap
variabel yang sama dari periode sebelumnya. Persentase yang menunjukkan
tingkat efisien operasi ini bervariasiantar industri.
8. Return ekspektasi ( expected return) merupakan return yang diharapkan akan
diperoleh oleh investor di masa mendatang.
9. Return total (total return) merupakan keseluruhan dari suatu investasi dalam suatu
periode tertentu.
10. Return realisasi portofolio ( portfolio realized return) merupakan rata-rata
tertimbang dari return-return realisasi masing-masing sekuritas tunggal di dalam
portofolio.
11. Return ekspektasi portofolio ( portfolio expected return) merupakan rata-rata
tertimbang dari return-returnekspektasi masing-masing sekuritas tunggal di dalam
portofolio
Dalam melakukan investasi investor dihadapkan pada ketidakpastian
(uncertainty) antara return yang akan diperoleh dengan risiko yang akan
dihadapinya. Semakin besar return yang diharapkan akan diperoleh dari investasi,
semakin besar pula risikonya, sehingga dikatakan bahwa return ekspektasi memiliki
hubungan positif dengan risiko. Risiko yang lebih tinggi biasanya dikorelasikan
dengan peluang untuk mendapatkan return yang lebih tinggi pula (high risk high
return, low risk low return). Tetapi return yang tinggi tidak selalu harus disertai
dengan investasi yang berisiko. Hal ini bisa saja terjadi pada pasar yang tidak
rasional.
Return yang diterima oleh investor di pasar modal dibedakan menjadi dua
jenis yaitu current income (pendapatan lancar) dan capital gain/capital loss
(keuntungan selisih harga). Current income adalah keuntungan yang didapat melalui
pembayaran yang bersifat periodik seperti dividen. Keuntungan ini biasanya
diterima dalam bentuk kas atau setara kas sehingga dapat diuangkan secara cepat.
Misalnya dividen saham yaitu dibayarkan dalam bentuk saham yang bisa dikonversi
menjadi uang kas dengan cara menjual saham yang diterimanya, sedangkan Capital
gain (loss) merupakan selisih laba (rugi) yang dialami oleh pemegang saham karena
harga saham sekarang relatif lebih tinggi (rendah) dibandingkan harga saham
sebelumnya. Jika harga saham sekarang (Pt) lebih tinggi dari harga saham periode
sebelumnya (Pt-1) maka pemegang saham mengalami capital gain. Jika yang terjadi
sebaliknya maka pemegang saham akan mengalami capital loss. Dalam penelitian
ini return saham yang digunakan adalah capital gain (loss). Capital gain (loss)
merupakan selisih laba (rugi) yang dialami oleh pemegang saham karena harga
saham sekarang relatif lebih tinggi (rendah) dibandingkan harga saham sebelumnya.
2.2.2 Hubungan Karakteristik dengan Risk and Return
Menurut Krugman dan Obstfeld, bahwa pada kenyataanya, seorang investor
yang netral terhadap risiko cenderung mengambil posisi agresif maksimum. Ia akan
membeli sebanyak mungkin aset yang menjanjikan hasil tinggi dan menjual sebanyak
mungkin aset yang hasilnya lebih rendah. Perilaku inilah yang menciptakan kondisi
paritas suku bunga. Adapun karakteristik tersebut secara umum dapat dibagi menjadi
tiga, yaitu :
Takut pada risiko (Risk Avoider)
Karakteristik ini di mana sang decision maker sangat hati-hati terhadap
keputusan yang diambilnya bahkan ia cenderung begitu tinggi melakukan
tindakan yang sifatnya mengindari risiko yang akan timbul jika keputusan
diaplikasikan. Karakter pebisnis yang melakukan tindakan seperti ini disebut
dengan safety player.
Hati-hati pada risiko (Risk Indifference)
Karakteristik ini di mana sang decision maker sangat hati-hati atau begitu
menghitung terhadap segala dampak yang akan terjadi jika keputusan
diaplikasikan. Bagi kalangan bisnis, mereka menyebut orang dengan karakter
seperti ini secara ekstrem disebut sebagai tipe peragu.
Suka pada risiko (Risk Seeker atau Risk Lover)
Karakteristik ini adalah tipe yang begitu suka pada risiko. Mereka terbiasa
dengan spekulasi dan itu pula yang membuat penganut karakteristik ini selalu
saja ingin menjadi pemimpin dan cenderung tidak ingin menjadi pekerja.
Mental risk seeker adalah mental yang dimiliki oleh pebisnis besar dan juga
pemimpin besar. Karakter ini yang paling mendominasi jika dilihat dari
kedekatannya pada risiko.
2.3 Harga Saham
2.3.1 Pengertian Harga Saham
Saham adalah surat berharga yang diperdagangkan di pasar modal sering
disebut efek atau sekuritas. Saham dapat didefinisikan tanda penyertaan atau
kepemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas.
Wujud saham adalah selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas
tersebut adalah pemilik perusahaan yang menerbitkan surat berharga tersebut. Porsi
kepemilikan ditentukan oleh seberapa besar penyertaan yang ditanamkan di
perusahaan tersebut (Darmadji dan Fakhruddin, 2001: 5).
Secara Umum saham adalah “surat Tanda Kepemilikan Perusahaan”.
Pengertian harga saham menurut H.M Jogiyanto ( 2000:8 ), adalah :“Harga saham
yang terjadi dipasar bursa pada saat tertentu yang ditentukan oleh pelaku pasar dan
ditentukan oleh permintaan dan penawaran saham yang bersangkutan dipasar
modal.”Menurut Agus Sartono ( 2001:9 ), harga saham terbentuk dipasar modal dan
ditentukan oleh beberapa factor seperti laba per lembar saham atau earning per share,
rasio laba terhadap harga per lembar saham atau price earning ratio, tingkat bunga
bebas resiko yang diukur dari tingkat bunga deposito pemerintah dan tingkat
kepastian operasi perusahaan. Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa harga
saham akan terbentuk dari adanya transaksi yang terjadi di pasar modal yang
ditentukan oleh permintaan dan penawaran saham yang bersangkutan dengan
dipengaruhi oleh beberapa factor. Faktor yang dapat mempengaruhi pergerakan harga
saham :
proyeksi laba per lembar saham
tingkat resiko dari proyeksi laba
proporsi utang perusahaan terhadap ekuitas
kebijakan pembagian deviden.
kendala eksternailseperti kegiatan perekonomian pada umumnya
pajak dan keadaan bursa saham
kekuatan penawaran dan permintaan saham di pasar
kemampuan investor dalam menganalisis investasi saham
2.3.2 Hubungan Laba perlembar Saham Terhadap Perubahan Harga Saham
Penelitian di Indonesia mengenai factor-faktor yang berhubungan dengan
harga saham sudah banyak dilakukan. Penelitian tentang pentingnya laporan
keuangan menghasilkan bahwa 52,86% responden mengandalkan laporan keuanagn.
Hasil yang lain menyatakan bahwa informasi terpenting bagi investor dan analisis
sekuritas adalah laba perlembar saham (Triyono dan Jogiyanto,2004:24).
Triyono (1998) menguji informasi arus kas dari aktivitas pendanaan, investasi,
operasi, dan laba akuntansi dengan harga dan return saham. Sampel pada penelitian
yang di lakukan adalah 34 perusahaaan manufaktur yang Go Public di BEJ, hasil
penelitian menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan antara arus kas, maupun ketiga
komponen adalah return saham.
Dalam prakteknya, para investor di pasar modal mempunyai beberapa motif
atau tujuan dalam membeli saham bank yang telah melakukan emisi sahamnya.
Motif-motif tersebut adalah sebagai berikut:
1. Memperoleh deviden berdasarkan keputusan RUPS.
2. Mengejar Capital Gain jika bermain di bursa efek.
3. Menguasai perusahaan melalui pencapaian mayoritas saham
1) Laba per lembar saham (Earning Per Share/EPS)
Seorang investor yang melakukan investasi pada perusahaan akan menerima
laba atas saham yang dimilikinya. Semakin tinggi laba per lembar saham (EPS) yang
diberikan perusahaan akan memberikan pengembalian yang cukup baik. Ini akan
mendorong investor untuk melakukan investasi yang lebih besar lagi sehingga harga
saham perusahaan akan meningkat.
Menurut Larson dkk ( 2000:579 ) laba per lembar saham ( ESP )
adalah :“Earning Per Share, also called net income per share, is the amount of income
earned per each share of company’s outstanding common stock.”
Menurut Besley dan Brigham ( 2000:83 ) laba per lembar saham (EPS), adalah
: “Earning Per Share is called ‘the bottom line’, denoting that of all the items of on the
income statement.”
Dengan demikian, laba per lembar saham (EPS) menunjukan kemampuan
perusahaan dalam memperoleh laba dan mendistribusikan laba yang diraih
perusahaan kepada pemegang saham. Laba per lembar saham (EPS) dapat dijadikan
sebagai indicator tingkat nilai perusahaan. Laba per lembar saham (EPS) juga
merupakan salah satu cara untuk mengukur keberhasilan dalam mencapai keuntungan
bagi para pemiliki saham dalam perusahaan.
2) Jumlah laba yang didapat perusahaan
Pada umumnya, investor melakukan investasi pada perusahaan yang
mempunyai profit yang cukup baik karena menunjukan prospek yang cerah sehingga
investor tertarik untuk berinvestasi, yang nantinya akan mempengaruhi harga saham
perusahaan.
3) Proporsi utang perusahaan terhadap ekuitas
Hutang perusahaan sangat berpengaruh pada harga saham. Karena jika
perusahaan itu banyak berhutang maka otomatis penghasilan perusahaan itu pun
kecil/sedikit maka harga sahamnya pun akan rendah.
4) Jumlah Kas Deviden yang Diberikan
Kebijakan pembagian deviden dapt dibagi menjadi dua, yaitu sebagian
dibagikan dalam bentuk deviden dan sebagian lagi disisihkan sebagai laba ditahan.
Sebagai salah satu factor yang mempengaruhi harga saham, maka peningkatan
pembagian deviden merupakan salah satu cara untuk meningkatkan kepercayaan dari
pemegang saham karena jumlah kas deviden yang besar adalah yang diinginkan oleh
investor sehingga harga saham naik.
5) Tingkat Bunga
Tingkat bunga dapat mempengaruhi harga saham dengan cara :
a) Mempengaruhi persaingan di pasar modal antara saham dengan obligasi, apabila
suku bunga naik maka investor akan menjual sahamnya untuk ditukarkan dengan
obligasi. Hal ini akan menurunkan harga saham. Hal sebaliknya juga akan terjadi
apbila tingkat bunga mengalami penurunan.
b) Mempengaruhi laba perusahaan, hal ini terjadi karena bunga adalah biaya,
semakin tinggi suku bunga maka semakin rendah laba perusahaan. Suku bunga
juga mempengaruhi kegiatan ekonomi yang juga akan mempengaruhi laba
perusahaan.
6) Tingkat Resiko dan Pengembalian
Apabila tingkat resiko dan proyeksi laba yang diharapkan perusahaan
meningkat maka akan mempengaruhi harga saham perusahaan. Biasanya semakin
tinggi resiko maka semakin tinggi pula tingkat pengembalian saham yang diterima.
2.4 Indeks Harga Saham
2.4.1 Pengertian Indeks Harga Saham
Indeks harga saham adalah indikator atau cerminan pergerakan harga saham.
Indeks merupakan salah satu pedoman bagi investor untuk melakukan investasi di
pasar modal, khususnya saham.
2.4.2 Jenis Indeks Saham
Saat ini Bursa Efek Indonesia memiliki 11 jenis indeks harga saham, yang
secara terus menerus disebarluaskan melalui media cetak maupun elektronik.
1. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)
Merupakan salah satu indeks pasar saham yang digunakan oleh Bursa
Efek Indonesia Diperkenalkan pertama kali pada tanggal 1 April 1983, sebagai
indikator pergerakan harga saham di BEJ, Indeks ini mencakup pergerakan harga
seluruh saham biasa dan saham preferen yang tercatat di BEI. Hari Dasar untuk
perhitungan IHSG adalah tanggal 10 Agustus 1982. Pada tanggal tersebut, Indeks
ditetapkan dengan Nilai Dasar 100 dan saham tercatat pada saat itu berjumlah 13
saham. Rekor posisi tertinggi yang pernah dicapai IHSG adalah 2.830,26 poin
yang tercatat pada 9 Januari 2008 (www.idx.co.id).
Perhitungan Indeks merepresentasikan pergerakan harga saham di
pasar/bursa yang terjadi melalui sistem perdagangan lelang. Nilai Dasar akan
disesuaikan secara cepat bila terjadi perubahan modal emiten atau terdapat faktor
lain yang tidak terkait dengan harga saham. Penyesuaian akan dilakukan bila ada
tambahan emiten baru, HMETD (right issue), partial/company listing, waran dan
obligasi konversi demikian juga delisting. Dalam hal terjadi stock split, dividen
saham atau saham bonus, Nilai Dasar tidak disesuaikan karena Nilai Pasar tidak
terpengaruh. Harga saham yang digunakan dalam menghitung IHSG adalah harga
saham di pasar reguler yang didasarkan pada harga yang terjadi berdasarkan
sistem lelang.
Perhitungan IHSG dilakukan setiap hari, yaitu setelah penutupan
perdagangan setiap harinya. Dalam waktu dekat, diharapkan perhitungan IHSG
dapat dilakukan beberapa kali atau bahkan dalam beberapa menit, hal ini dapat
dilakukan setelah sistem perdagangan otomasi diimplementasikan dengan baik
(Paulus Situmorang, 2008:137).
2. Indeks Sektoral
Indeks sektoral diperkenalkan pada tanggal 2 Januari 1996 dengan nilai
awal indeks adalah 100untuk setiap sektor dan menggunakan hari dasar tanggal 28
Desember 1995. Indeks Sektoral merupakan bagian dari IHSG. Semua perusahaan
yang tercatat di BEJ diklasifikasikan ke dalam 9 sektor yang didasarkan pada
klasifikasi industri yang ditetapkan oleh NEJ yang disebut JASICA (Jakarta
Stock Exchange Industrial Classification). Kesembilan sektor tersebut adalah:
Sektor Utama (industri yang mengahasilkan bahan baku) : Sektor 1, pertanian
-Sektor 2, pertambangan
Sektor Kedua (industri pengolahan atau manufaktur) :- Sektor 3, Industri
Dasar dan Kimia -Sektor 4, Aneka Industri -Sektor 5, Industri Barang
Konsumsi
Sektor Ketiga (jasa) : -Sektor 6, Properti dan Real Estate -Sektor 7,
Transportasi dan Infrastruktur -Sektor 8, Keuangan -Sektor 9, Perdagangan,
Jasa dan Investasi
3. Indeks LQ 45
Indeks LQ 45 terdiri dari 45 saham yang dipilih setelah melalui bebrapa
kriteria. Indeks ini terdiri saham-saham yang mempunyai likuiditas yang tinggi
dan juga mempunyai nilai kapitalisasi pasar yang relatif besar (Paulus
Situmorang, 2008).
Sejak diluncurkan pada bulan Februari 1997 ukuran utama likuiditas
transaksi adalah nilai transaksi di pasar reguler. Sesuai dengan perkembangan
pasar, dan untuk lebih mempertajam kriteria likuiditas, maka sejak review bulan
Januari 2005, jumlah hari perdagangan dan frekuensi transaksi dimasukkan
sebagai ukuran likuiditas. Sehingga kriteria suatu saham untuk dapat masuk dalam
perhitungan indeks LQ 45 adalah sebagai berikut:
a) Telah tercatat di BEI minimal 3 bulan
b) Masuk dalam 60 saham berdasarkan nilai transaksi di pasar regular.
c) Dari 60 saham tersebut, 30 saham dengan nilai transaksi terbesar secara
otomatis akan masuk dalam perhitungan indeks LQ45
d) Untuk mendapatkan 45 saham akan dipilih 15 saham lagi dengan
menggunakan kriteria Hari Transaksi di Pasar Reguler, Frekuensi
Transaksi di Pasar Reguler dan Kapitalisasi Pasar. Metode pemilihan 15
saham tersebut adalah:
Dari 30 sisanya, dipilih 25 saham berdasarkan Hari Transaksi di
Pasar Reguler.
Dari 25 saham tersebut akan dipilih 20 saham berdasarkan
Frekuensi Transaksi di Pasar Reguler
Dari 20 saham tersebut akan dipilih 15 saham berdasarkan
Kapitalisasi Pasar, sehingga akan didapat 45 saham untuk
perhitungan indeks LQ45
Bursa Efek Indonesia secara rutin memantau perkembangan kinerja
komponen saham yang masuk dalam penghitungan indeks LQ45. Setiap tiga
bulan sekali dilakukan evaluasi atas pergerakan urutan saham-saham tersebut.
Penggantian saham akan dilakukan setiap enam bulan sekali, yaitu pada awal
bulan Februari dan Agustus. Untuk menjamin kewajaran (fairness) pemilihan
saham, BEI juga dapat minta pendapat kepada komisi penasehat yang terdiri dari
para ahli dari Bapepam, Universitas dan profesional di bidang pasar modal yang
independen. Indeks LQ 45 diluncurkan pada bulan Februari 1997. Akan tetapi
untuk mendapatkan data historikal yang cukup panjang, hari dasar yang
digunakan adalah tanggal 13 Juli 1994, dengan nilai indeks sebesar 100.
4. Jakarta Islamic Index (JII)
Menurut Nurul Huda (2007:55) Jakarta Islamic Index atau Indeks Syariah
merupakan indeks terakhir yang dikembangkan oleh BEI bekerja sama dengan
PT. Danareksa Investment Management. Indeks ini merupakan indeks yang
mengakomodasi syariah investasi dalam Islam. Saham-saham yang masuk dalam
JII adalah emiten yang kegiatan usahanya tidak bertentangan dengan syariah
seperti :
Usaha perjudian dan permainan yang tergolong judi atau perdagangan yang
dilarang
Usaha lembaga keuangan konvensional (ribawi) termasuk perbankan dan
asuransi konvensional.
Usaha yang memproduksi, mendistribusi serta memperdagangkan makanan
dan minuman yang tergolong haram.
Usaha yang memproduksi, mendistribusi dan atau menyediakan : barang-
barang ataupun jasa yang merusak moral dan bersifat mudarat.
Selain kegiatan usaha dan produk yang dihasilkan harus sesuai dengan
syariah terdapat syarat yang harus dipenuhi yaitu bahwa semua saham yang
diterbitkan memiliki hak yang sama. Karena saham adalah bukti kepemilikan atas
sebuah perusahaan, maka peran setiap pemilik saham ditentukan dari jumlah
lembar saham yang dimilikinya. Namun pada kenyataannya ada perusahaan yang
menerbitkan dua macam saham, yaitu saham biasa dan saham preferen yang tidak
punya hak suara namun punya hak untuk mendapatkan deviden yang sudah pasti.
Tentunya hal ini bertentangan dengan aturan syariah tentang bagi hasil. Maka
saham yang sesuai syariah adalah saham yang setiap pemiliknya memiliki hak
yang proporsional dengan jumlah lembar saham yang dimilkinya.
Adapun tahapan atau seleksi untuk saham-saham yang masuk Indeks
Syariah antara lain :
Memilih kumpulan saham dengan jenis usaha utama yang tidak bertentangan
dengan prinsip syariah dan sudah tercatat lebih dari tiga bulan (kecuali
termasuk dalam sepuluh besar dalam hak kapitalisasi)
Memilih saham berdasarkan laporan keuangan tahunan atau tengah tahun
terakhir yang memiliki rasio kewajiban terhadap aktiva maksimal sebesar
90%.
Memilih 60 saham dari susunan saham di atas berdasarkan urutan rata-rata
kapitalisasi pasar terbesar selama satu tahun terakhir.
Memilih 30 saham dengan urutan berdasarkan tingkat rata-rata nilai
perdagangan reguler selama satu tahun terakhir.
Diluar JII pun masih ada saham yang bisa dikategorikan sebagai saham
yang sesuai dengan kaidah syariah, tetapi karena ada teknis yang tersebut diatas
maka saham-saham yang lain tidak dapat masuk dalam indeks syariah.
5. Indeks Kompas100
Indeks yang terdiri dari 100 saham Perusahaan Tercatat yang dipilih
berdasarkan pertimbangan likuiditas dan kapitalisasi pasar, dengan kriteria-kriteria
yang sudah ditentukan. Review dan penggantian saham dilakukan setiap 6 bulan.
6. Indeks BISNIS-27
Kerja sama antara Bursa Efek Indonesia dengan harian Bisnis Indonesia
meluncurkan indeks harga saham yang diberi nama Indeks BISNIS-27. Indeks
yang terdiri dari 27 saham Perusahaan Tercatat yang dipilih berdasarkan kriteria
fundamental, teknikal atau likuiditas transaksi dan Akuntabilitas dan tata kelola
perusahaan.
7. Indeks PEFINDO25
Kerja sama antara Bursa Efek Indonesia dengan lembaga rating
PEFINDO meluncurkan indeks harga saham yang diberi nama Indeks
PEFINDO25. Indeks ini dimaksudkan untuk memberikan tambahan informasi
bagi pemodal khususnya untuk saham-saham emiten kecil dan menengah (Small
Medium Enterprises / SME). Indeks ini terdiri dari 25 saham Perusahaan Tercatat
yang dipilih dengan mempertimbangkan kriteria-kriteria seperti: Total Aset,
tingkat pengembalian modal (Return on Equity / ROE) dan opini akuntan publik.
Selain kriteria tersebut di atas, diperhatikan juga faktor likuiditas dan jumlah
saham yang dimiliki publik.
8. Indeks SRI-KEHATI
Indeks ini dibentuk atas kerja sama antara Bursa Efek Indonesia dengan
Yayasan Keanekaragaman Hayati Indonesia (KEHATI). SRI adalah kependekan
dari Sustainable Responsible Investment. Indeks ini diharapkan memberi
tambahan informasi kepada investor yang ingin berinvestasi pada emiten-emiten
yang memiliki kinerja sangat baik dalam mendorong usaha berkelanjutan, serta
memiliki kesadaran terhadap lingkungan dan menjalankan tata kelola perusahaan
yang baik.
Indeks ini terdiri dari 25 saham Perusahaan Tercatat yang dipilih dengan
mempertimbangkan kriteri-kriteria seperti: Total Aset, Price Earning Ratio (PER)
dan Free Float.
9. Indeks Papan Utama
Menggunakan saham-saham Perusahaan Tercatat yang masuk dalam
Papan Utama.
10. Indeks Papan Pengembangan
Mengguanakn saham-saham Perusahaan Tercatat yang masuk dalam
Papan Pengembangan.
11. Indeks Individual
Indeks harga saham masing-masing Perusahaan Tercatat.
2.5 Indeks Harga Saham Gabungan
2.5.1 Kegunaan Indeks Harga Saham Gabungan
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berguna untuk melihat perubahan
harga saham secara keseluruhan di pasar. Baik kenaikan maupun penurunan harga
saham di lantai bursa bisa dilihat dari kenaikan dan penurunan IHSG ini.
Penurunan IHSG atau kenaikan IHSG ini bukan menyatakan seluruh harga
saham yang tercatat di bursa mengalami penurunan atau kenaikan. Kenaikan IHSG ini
menyatakan bahwa harga saham yang tercatat di bursa tersebut cenderung mengalami
kenaikan lebih banyak dan lebih besar daripada harga saham yang mengalami
penurunan.
Begitu pula dengan IHSG yang turun, hal ini menyatakan bahwa penurunan
harga cenderung lebih banyak dan lebih besar daripada harga saham yang mengalami
kenaikan. Artinya investor yang melihat IHSG mengalami kenaikan belum tentu
harga saham yang sedang portofolionya mengalami kenaikan.
Ada kemungkinan IHSG yang sedang naik di mana harga saham yang dalam
portofolionya mengalami penurunan dikarenakan saham-saham yang harganya turun
pada pasar dan pada perhitungan IHSG.
IHSG bisa digunakan untuk melihat perkembangan harga saham dari waktu ke
waktu atau dari sejak IHSG tersebut dihitung. IHSG Bursa Efek Indonesia (BEI)
dihitung mulai Agustus tahun 1982 dengan nilai 100 dan hingga hari ini IHSG telah
mencapai angka 4978. Hal ini berarti IHSG BEI telah mengalami kenaikan 48,7 kali
dari nilai awal IHSG.
Dengan waktu yang panjang tersebut, harga saham di bursa mengalami
kenaikan dan penurunan. Bila ditelusuri, ada harga saham di BEI yang telah naik
sebesar kenaikan IHSG tersebut. Namun, ada juga harga saham yang tidak banyak
berubah dari harga semula atau harga IPO.
Kegunaan lain dari IHSG adalah sebagai patokan untuk portofolio saham bagi
investor atau manajer investasi. Angka yang digunakan sebagai perhitungan dalam
bentuk persentase bila IHSG digunakan sebagai patokan.
Jika kenaikan IHSG lebih tinggi daripada kenaikan portofolio investor atau
manajer investasi, portofolio yang dikelola tidak berkinerja baik. Kinerja portofolio
dianggap berkinerja bagus jika kenaikan IHSG lebih rendah daripada kenaikan
portofolio investasi investor atau manajer investasi.
2.5.2 Metode Perhitungan
Dasar perhitungan IHSG adalah jumlah Nilai Pasar dari total saham yang
tercatat pada tanggal 10 Agustus 1982. Jumlah Nilai Pasar adalah total perkalian
setiap saham tercatat (kecuali untuk perusahaan yang berada dalam program
restrukturisasi) dengan harga di BEJ pada hari tersebut. Formula perhitungannya
adalah sebagai berikut:
dimana p adalah Harga Penutupan di Pasar Reguler, x adalah Jumlah Saham,
dan d adalah Nilai Dasar.
Perhitungan Indeks merepresentasikan pergerakan harga saham di pasar/bursa
yang terjadi melalui sistem perdagangan lelang. Nilai Dasar akan disesuaikan secara
cepat bila terjadi perubahan modal emiten atau terdapat faktor lain yang tidak terkait
dengan harga saham. Penyesuaian akan dilakukan bila ada tambahan emiten baru,
HMETD (right issue), partial/company listing, waran dan obligasi konversi demikian
juga delisting. Dalam hal terjadi stock split, dividen saham atau saham bonus, Nilai
Dasar tidak disesuaikan karena Nilai Pasar tidak terpengaruh. Harga saham yang
digunakan dalam menghitung IHSG adalah harga saham di pasar reguler yang
didasarkan pada harga yang terjadi berdasarkan sistem lelang.
Perhitungan IHSG dilakukan setiap hari, yaitu setelah penutupan perdagangan
setiap harinya. Dalam waktu dekat, diharapkan perhitungan IHSG dapat dilakukan
beberapa kali atau bahkan dalam beberapa menit, hal ini dapat dilakukan setelah
sistem perdagangan otomasi diimplementasikan dengan baik.
2.5.3 Faktor-faktor Indeks Harga Saham Gabungan
Sekarang akan dibahas mengenai faktor-faktor apa saja yang membuat level
IHSG bergerak naik atau turun. Pertama tentunya harga saham. Namun tidak hanya
itu. Kenaikan atau penurunan tajam harga satu saham memang berpengaruh terhadap
pergerakan IHSG. Namun seberapa besar kenaikan itu mempengaruhi IHSG
tergantung pada bobot saham tersebut.
Jadi sederhananya, kenaikan atau penurunan IHSG sangat bergantung pada
pergerakan saham-saham berkapitalisasi besar. Berangkat dari sinilah kemudian
muncul beberapa saham yang disebutsebut sebagai motor penggerak IHSG. Sebut saja
saham PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM). Saham ini memiliki saham
tercatat mencapai 20,159 miliar saham. Dengan harga saat ini sebesar Rp 8.700, maka
kapitalisasi pasar TLKM mencapai Rp 175,383 triliun. Nilai itu mencapai 10% dari
total nilai kapitalisasi pasar seluruh saham di BEI yang masuk dalam penghitungan
IHSG. Kapitalisasi pasar BEI saat ini sekitar Rp 1.700 triliun.
Dengan kapitalisasi pasar sebesar itu, kenaikan atau penurunan harga sebesar
Rp 50 poin saja akan memberikan pengaruh pada level IHSG. Saham TLKM memang
tercatat sebagai saham dengan kapitalisasi terbesar di BEI. Lain halnya dengan saham
PT Bakrie & Brothers Tbk (BNBR). Saham BNBR yang tercatat di BEI mencapai
93,721 miliar saham, jauh lebih besar dari TLKM. Akan tetapi, harga saham BNBR
saat ini sebesar Rp 127 yang berarti nilai kapitalisasi pasar BNBR sebesar Rp 11,902
triliun. Angka tersebut tidak sampai 1% dari kapitalisasi pasar BEI. Jadi, meskipun
BNBR mengalami kenaikan harga atau penurunan harga sebesar 35% pun tidak akan
memberi pengaruh besar terhadap perubahan level IHSG.
Lain halnya jkalau suatu saat harga saham BNBR mencapai Rp 5.000, dapat
dipastikan kenaikan atau penurunan tipis harga saham BNBR akan memberi pengaruh
besar pada level IHSG. Oleh sebab itu, jika level IHSG naik tajam, dapat dipastikan
hal itu didorong oleh kenaikan hargaharga saham berkapitalisasi besar atau yang lebih
dikenal sebagai Huge Cap. Jadi wajar saja, kalau saham TLKM naik tajam, level
IHSG pun akan terkerek naik secara tajam pula.
Kelemahan penghitungan ini adalah karena rumus ini memasukkan
sahamsaham yang kurang aktif diperdagangkan serta memasukkan faktor bobot atau
jumlah saham secara keseluruhan dalam penghitungannya. Contohnya, saham TLKM
hanya ditransaksikan sebanyak 1 lot dan mengalami kenaikan sebesar Rp 300 hari ini.
Kapitalisasi pasar yang terbentuk mewakili seluruh 20,159 miliar saham TLKM. Jadi
level IHSG sudah pasti akan terangkat. Dan metode ini ikut memasukkan
sahamsaham yang kurang aktif diperdagangkan, malah terkadang tergolong saham
tidur. Ini akan memangkas representasi pasar IHSG secara riil, karena sahamsaham
yang tidak ditransaksikan ikut dimasukkan dalam penghitungannya. Kendati
demikian, BEI menganggap metode yang dipakai ini sudah cukup mewakili
pergerakan seluruh saham harian di lantai bursa.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Indeks harga saham gabungan merupakan indikator utama yang menggambarkan
harga saham di pasar modal. Umumnya semua indeks harga saham gabungan (composite)
diberbagai negara menggunakan metode rata-rata tertimbang termasuk di Bursa Efek
Indonesia. Indeks Harga Saham Gabungan (composite) mempunyai beberapa fungsi atau
gambaran kinerja suatu bursa diantaranya, yaitu: ·
Sebagai indikator trend pasar.
Sebagai indikator tingkat keuntungan.
Sebagai Benchmark kinerja suatu portofolio.
Memfasilitasi pembentukan portopolio dengan strategi pasif.
DAFTAR PUSTAKA
Fahmi Irham. 2013.Pengantar Manajemen Keuangan. Bandung: ALFABETA.
Jogiyanto. 2003. Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Edisi Tiga. Yogyakarta: BPFE
http://www.idx.co.id/id-id/beranda/informasi/bagiinvestor/indeks.aspx
http://ekonomi.kabo.biz/2011/02/indeks-harga-saham.html
https://purnama110393.wordpress.com/2010/11/30/faktor-faktor-yang-mempengaruhi-harga-
saham/
http://mr-rasyidin.blogspot.com/2012/03/risk-and-return.html
http://intips-keuangan.blogspot.com/2013/04/kegunaan-indeks-harga-saham-gabungan.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Indeks_Harga_Saham_Gabungan