prevalensi infeksi cacing pada mahasiswa/i...

51
PREVALENSI INFEKSI CACING PADA MAHASISWA/I YANG BERTEMPAT TINGGAL DI RUMAH DAN DI KOS TAHUN 2017 Laporan penelitian ini ditulis sebagai salah satu untuk memperoleh gelar SARJANA KEDOKTERAN Disusun Oleh: PUTRI ANGGEREINI A.STP 1113103000011 PROGRAM STUDI KEDOKTERAN DAN ILMU PROFESI DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1438H/2017M

Upload: trinhdung

Post on 25-Aug-2018

218 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PREVALENSI INFEKSI CACING PADA MAHASISWA/I …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38290/1/PUTRI... · cacing jenis STH yaitu Ascaris . lumbrocoides, Necator americanus,

PREVALENSI INFEKSI CACING PADA MAHASISWA/I YANG

BERTEMPAT TINGGAL DI RUMAH DAN DI KOS

TAHUN 2017

Laporan penelitian ini ditulis sebagai salah satu untuk memperoleh gelar

SARJANA KEDOKTERAN

Disusun Oleh:

PUTRI ANGGEREINI A.STP

1113103000011

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN DAN ILMU PROFESI DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1438H/2017M

Page 2: PREVALENSI INFEKSI CACING PADA MAHASISWA/I …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38290/1/PUTRI... · cacing jenis STH yaitu Ascaris . lumbrocoides, Necator americanus,

ii

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1. Laporan penelitian ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan

untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar sarjana di UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya

cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya asli saya atau

merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia

menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Ciputat, November 2017

Putri Anggereini

Page 3: PREVALENSI INFEKSI CACING PADA MAHASISWA/I …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38290/1/PUTRI... · cacing jenis STH yaitu Ascaris . lumbrocoides, Necator americanus,

iii

Page 4: PREVALENSI INFEKSI CACING PADA MAHASISWA/I …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38290/1/PUTRI... · cacing jenis STH yaitu Ascaris . lumbrocoides, Necator americanus,

iv

Page 5: PREVALENSI INFEKSI CACING PADA MAHASISWA/I …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38290/1/PUTRI... · cacing jenis STH yaitu Ascaris . lumbrocoides, Necator americanus,

v

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah S.W.T atas limpahan rahmat dan

hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan skripsi ini, serta

shalawat dan salam tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga, dan

para sahabatnya semoga kita menjadi umatnya yang mendapatkan syafaat beliau

kelak di hari kiamat nanti, aamiin ya rabbal alamin.

Penulisan skripsi ini diajukan untuk memenuhi syarat memperoleh gelar sarjana

kedokteran dari program studi kedokteran dan profesi dokter, Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Selama proses pembuatan skripsi yang berjudul “PREVALENSI INFEKSI

CACING PADA MAHASISWA/I KEDOKTERAN UIN SYARIF

HIDAYATULLAH ANGKATAN 2016 YANG BERTEMPAT TINGGAL DI

KOST DAN DI RUMAH” tentu melibatkan berbagai pihak yang memberikan

bantuan, bimbingan, serta dukungan kepada penulis sehingga penulis dapat

menyelesaikan laporan penelitian ini dengan semaksimal mungkin.

Oleh karena itu, penulis ingin menyempaikan rasa terima kasih kepada pihak yang

telah terlibat, di antaranya :

1. Prof. Dr. H. Arief Sumantri, M.Kes sebagai dekan Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta

2. dr. Nouval Shahab, Sp.U, Ph.D, FICS, FACS selaku ketua Program studi

kedokteran dan profesi dokter (PSKPD) FKIK UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta

3. dr. Hari Hendarto sebagai pembimbing I yang telah memberikan

bimbingan, dukungan, semangat dan nasihat sehingga penulis dapat

menyelesaikan laporan penelitian ini dengan lancar.

4. Pak Chris Adhyanto, S.Si, M.Biomed, Ph.D selaku pembimbing II yang

telah memberikan bimbingan, dukungan, semangat dan nasihat sehingga

penulis dapat menyelesaikan laporan penelitian ini dengan lancar.

Page 6: PREVALENSI INFEKSI CACING PADA MAHASISWA/I …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38290/1/PUTRI... · cacing jenis STH yaitu Ascaris . lumbrocoides, Necator americanus,

vi

5. Staf dosen PSKPD FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah

memberikan ilmu pengetahuan serta berbagai pelajaran hidup sebagai

bekal bagi penulis untuk menjadi seorang dokter yang bermanfaat bagi

agama, nusa dan bangsa.

6. Kepada Mahasiwa angkatan 2016 yang bersedia memberikan fesesnya

untuk dilakukan pemeriksaan.

7. Kepada kedua orangtua penulis yang senantiasa memberikan dukungan,

doa, dan kasih sayang selama penulis menjadi mahasiswa preklinik juga

selama menyelesaikan laporan penelitian ini.

8. Teman sejawat dan seperjuangan, mahasiswa/i PSKPD FKIK UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta angkatan 2013.

9. Semua pihak yang telah terlibat dalam pembuatan dan penulisan laporan

penelitian ini.

Semoga segala kebaikan dan dukungan yang sudah diberikan oleh semua pihak

dapat dibalas dengan pahala dan kebaikan yang berlipat ganda dari Allah S.W.T

dan semoga laporan penelitian ini dapat memberikan manfaat yang banyak.

Ciputat, 19 Desember 2017

Penulis

Page 7: PREVALENSI INFEKSI CACING PADA MAHASISWA/I …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38290/1/PUTRI... · cacing jenis STH yaitu Ascaris . lumbrocoides, Necator americanus,

vii

ABSTRAK

Putri Anggereini A.STP. Program Studi Kedokteran dan Profesi Dokter.

Prevalensi infeksi cacing pada mahasiswa/i kedokteran uin Syarif Hidayatullah

angkatan 2016 yang bertempat tinggal di kost dan rumah. Latar Belakang:

Kecacingan merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit, berupa

cacing yang dapat menyebabkan infeksi ringan maupun infeksi berat. Beberapa

survei di Indonesia menunjukkan bahwa prevalensi Ascaris lebih rendah di daerah

Sumatera(78%) dibanding daerah Jawa (90%), sedangkan pada anak Sd di DKI

Jakarta menyatakan bahwa prevalensi Askariasis sebesar 62,2%, trikuriasis

48,1%. Metode: Penelitian ini menggunakan metode cross sectional dengan

mengambil sample feses dan memeriksakan ke lab sehingga menemukan hasil

positif infeksi atau tidak. Hasil: Pada pemeriksaan hasil lab berdasarkan jenis

kelamin laki-laki 2 orang (0,9%), usia 19 tahun 2 orang (1,3%), mengkonsumsi

makanan diluar rumah 2 orang (1,0%), tempat tinggal di kost 2 orang (1,0%),

Tidak mencuci tangan 2 orang (0,4%) dan kebersihan kuku yang buruk 2 orang

(1,7%) yang menderita infeksi cacing. Kesimpulan: Terdapat 2 orang (0,9%)

yang tinggal di kost dan mengalami infeksi cacing sedangkan yang tinggal

dirumah tidak ada yang menderita infeksi cacing.

Kata Kunci: Infeksi Cacing, Faktor tempat tinggal

Page 8: PREVALENSI INFEKSI CACING PADA MAHASISWA/I …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38290/1/PUTRI... · cacing jenis STH yaitu Ascaris . lumbrocoides, Necator americanus,

viii

ABSTRAC

Putri Anggereini A.STP. Medical Studies and Physician Professions. The

prevalence of worm infections in medical students of UIN Syarif Hidayatullah in

batch 2016 eho resides in the boarding house and home. Background: worms is

infection disease caused by parasite, namely worm that can cause minor infections

or severe infections. Some of surveys in Indonesia show that Ascaris prevalence is

lower in Sumatera (78%) that in Java (90%). While in elementary school children

in Jakarta stated that the prevalence of Ascaris prevalence is 62,2%, tricuris

48,1%. Method: this research used cross sectional method by taking a sample of

stool and checking into the lab to find a positive result of infection or not. Result:

on the examination of lab results based on male sex of 2 people (0,9%), age 19

years old 2 people (1,3%), consuming food outdoors 2 people (1,0%), residence in

the boarding house 2 people (1,0%), did not wash the hands of 2 people (0,4%)

and poor nail hygeine 2 people (1,7%) who suffered from worm infections.

Conclusion: there are 2 people (0,9%) who live in the boarding house and have

save worm infection while those who live at home No. one suffering from worm

infection.

Keywords : Worm Infection, Residence Factor

Page 9: PREVALENSI INFEKSI CACING PADA MAHASISWA/I …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38290/1/PUTRI... · cacing jenis STH yaitu Ascaris . lumbrocoides, Necator americanus,

ix

DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ...................................... ii

PENGESAHAN PANITIA UJIAN .............................................................. iv

KATA PENGANTAR. ................................................................................. iv

ABSTRAK ................................................................................................... v

DAFTAR ISI. ................................................................................................ ix

DAFTAR TABEL ........................................................................................ xii

DAFTAR GAMBAR. ................................................................................... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xiiv

BAB I .................................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ........................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ....................................................................... 3

1.3 Tujuan Penelitian. ....................................................................... 3

1.3.1 Tujuan Umum ................................................................... 3

1.3.2 Tujuan Khusus. ................................................................. 3

1.4 Manfaat Penelitian ..................................................................... 3

1.4.1 Bagi Kalangan Medis ....................................................... 3

1.4.2 Bagi Penulis. ..................................................................... 4

1.4.3 Bagi Masyarakat.. ............................................................. 4

BAB II .................................................................................................... 5

2.1 Kecacingan dan Masalahnya pada Masyarakat. .......................... 5

2.1.1 Pengertian Kecacingan dan Epidemiologi pada

Masyarakat ........................................................................ 5

2.1.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Cacingan ................... 7

2.2 Infeksi Cacing yang Berbasis Lingkungan dan Siklius

Hidupnya .................................................................................... 8

2.2.1 Soil Transmitted Helminth dan Siklus Hidupnya ............ 8

A. Ascaris Lumbricoides ....................................................... 8

B. Trichuris Trichiura ........................................................... 9

C. Strongyloides Stercoralis ................................................. 10

2.2.2 Gejala Umum Kecacingan ............................................... 12

2.3 Kerangka Teori ............................................................................ 14

Page 10: PREVALENSI INFEKSI CACING PADA MAHASISWA/I …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38290/1/PUTRI... · cacing jenis STH yaitu Ascaris . lumbrocoides, Necator americanus,

x

2.4 Kerangka Konsep ........................................................................ 14

BAB III .................................................................................................... 15

3.1 Desain Penelitian ......................................................................... 15

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ..................................................... 15

3.3 Populasi Penelitian ..................................................................... 15

3.3.1 Populasi dan Sampel yag dipilih ...................................... 15

3.3.2 Jumlah Sampel ................................................................. 15

3.4 Kriteria Sampel .......................................................................... 17

3.4.1 Kriteria Inklusi .................................................................. 17

3.4.2 Kriteria Ekslusi .................................................................. 17

3.5 Cara Kerja .................................................................................. 18

3.5.1 Pengolahan Data ................................................................ 19

3.5.2 Analasis Pemeriksaan Laboratorium ................................. 19

BAB IV ................................................................................................... 20

4.1 Karakteristik Seluruh Data Responden ....................................... 21

4.2 Distribusi Karakteristik Responden Infeksi Cacing .................... 22

4.3 Distribusi Karakteristik Responden Konsumsi Makanan ........... 23

4.4 Distribusi Karakteristik Responden Tempat Tinggal .................. 24

4.5 Distribusi Karakteristik Responden Higenitas Pribadi ................ 24

4.6 Keterbatasan Penelitian. .............................................................. 25

4.6.1 Variabel Penelitian ........................................................... 25

4.6.2 Sampel Penelitian ............................................................. 25

BAB V .................................................................................................... 26

5.1 Simpulan ...................................................................................... 27

5.2 Saran ............................................................................................ 27

5.3 Daftar Pustaka…………………………………………………....28

5.4 Lampiran 1……………………………………………………….30

5.5 Lampiran 2……………………………………………………….31

5.6 Lampiran 3………………………………………………………33

5.7 Lampiran 4………………………………………………………34

5.8 Lampiran 5………………………………………………………37

Page 11: PREVALENSI INFEKSI CACING PADA MAHASISWA/I …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38290/1/PUTRI... · cacing jenis STH yaitu Ascaris . lumbrocoides, Necator americanus,

xi

DAFTAR SINGKATAN

WHO : World Health Organization

STH : Soil Transmitted Helminth

Hookworm : Cacing Tambang

BAB : Buang Air Besar

SD : Sekolah Dasar

DKI : Daerah khusus Ibukota

UIN: Universitas Islam Negri

DepKes : Departemen Kesehatan

Page 12: PREVALENSI INFEKSI CACING PADA MAHASISWA/I …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38290/1/PUTRI... · cacing jenis STH yaitu Ascaris . lumbrocoides, Necator americanus,

xii

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Distribusi Karakteristik Seluruh Data Responden ......................... 20

Tabel 2 Tabel Karakteristik Responden ...................................................... 21

Tabel 3 Tabel Distribusi Konsumsi Makanan .............................................. 22

Tabel 4 Tabel Distribusi Tempat Tinggal ................................................... 23

Tabel 5 Tabel Karakteristik Higenitas Pribadi ............................................ 24

Page 13: PREVALENSI INFEKSI CACING PADA MAHASISWA/I …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38290/1/PUTRI... · cacing jenis STH yaitu Ascaris . lumbrocoides, Necator americanus,

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Lembar Surat Persetujuan Responden ....................................... 29

Lampiran 2 Kuesioner Penelitian .................................................................. 30

Lampiran 3 Uji Validitas ............................................................................... 32

Lampiran 4 Uji Statistik ................................................................................ 33

Lampiran 5 Riwayat Hidup ........................................................................... 36

Page 14: PREVALENSI INFEKSI CACING PADA MAHASISWA/I …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38290/1/PUTRI... · cacing jenis STH yaitu Ascaris . lumbrocoides, Necator americanus,

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Daur Hidup Cacing Ascaris Lumbricoides ................................. 9

Gambar 2 Daur Hidup Cacing Trichuris Trichiura ...................................... 10

Gambar 3 Daur Hidup Cacing Hookworm .................................................. 11

Gambar 4 Daur Hidup Cacing Strongyloides Stercoralis ............................ 12

Page 15: PREVALENSI INFEKSI CACING PADA MAHASISWA/I …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38290/1/PUTRI... · cacing jenis STH yaitu Ascaris . lumbrocoides, Necator americanus,

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Infeksi cacing adalah sebagai infestasi satu atau lebih cacing parasit

usus yang terdiri dari golongan nematoda usus, diantara nematoda usus ada

sejumlah spesies yang penularannya melalui tanah atau biasa disebut dengan

cacing jenis STH yaitu Ascaris lumbrocoides, Necator americanus,

Trichuris trichiura dan Ancylostoma duodenale.1 Infeksi cacing ini

umumnya ditemukan di daerah tropis dan subtropis dan beriklim basah

dimana hygiene dan sanitasi buruk. Penyakit ini merupakan penyakit infeksi

paling umum dan ditemukan pada berbagai golongan manusia.2

Prevalensi infeksi cacing yang tinggi ditemukan terutama di negara-

negara yang sedang berkembang. Menurut WHO, diperkirakan 800 juta – 1

milyar penduduk terinfeksi Ascaris, 700 – 900 juta terinfeksi cacing tambang,

dan 500 terinfeksi trichuris. Di Indonesia prevalensi kecacingan masih tinggi

antara 60%-90% tergantung pada lokasi dan sanitasi lingkungan. Penyakit

cacingan sering dihubungkan dengan kejadian anemia. 2

Infeksi cacing selain berpengaruh terhadap pemasukan,pencernaan,

penyerapan, serta metabolisme makanan yang dapat berakibat hilangnya

protein, karbohidrat, lemak, vitamin, dan darah dalam jumlah yang besar serta

dapat menimbulkan gangguan respon imun dan dapat menurunkan kadar

konsentrasi hemoglobin pada darah. Disamping itu dapat menimbulkan

berbagai gejala penyakit seperti anemia, diare, sindrom disentri, dan

defisiensi besi, sehingga anak yang menderita infeksi cacing usus merupakan

kelompok risiko tinggi untuk mengalami malnutrisi.3

Cacing gelang (Ascaris lumbricoides) merupakan cacing jantan yang

berukuran lebih kecil dari cacing betina. Stadium dewasa yang hidup

Page 16: PREVALENSI INFEKSI CACING PADA MAHASISWA/I …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38290/1/PUTRI... · cacing jenis STH yaitu Ascaris . lumbrocoides, Necator americanus,

2

dirongga usus kecil, sehingga cacing jantan berukuran lebih kecil dari cacing

betina. Gejala yang timbul pada penderita disebabkan dewasa dan larva.

Cacing cambuk (Trichuris trichuria), cacing ini bersifat cosmopolit, terutama

ditemukan di daerah panas dan lembab seperti di Indonesia. Panjang cacing

betina 5 cm dan jantan 4 cm. Pada manusia cacing ini terutama hidup di

sekum, akan tetapi dapat juga di kolon asendens. 4

Cacing Tambang (Necator americanus dan Ancylostoma duodenale)

hospes parasit ini adalah manusia, cacing ini menyebabkan nekatoriasis dan

ankilostomiasis. Cacing betina necator americanus tiap hari mengeluarkan

telur 5000-10.000 butir, sedangkan ancylostoma duodenale kira-kira 10.000-

25.000 butir. Cacing betina berukuran 1 cm , cacing jantan 0,8 cm. Infeksi

larva filariform ancylostoma duodenale secara oral dapat menyebabkan gejala

mual, muntah dan batuk.4,5

Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kejadian kecacingan antara

lain, faktor sosial ekonomi, status gizi, higenitas, sanitasi serta pendidikan

dan perilaku individu. Dalam penelitiannya di Penang, Malaysia, Abdul

Rahman melaporkan bahwa tingginya transmisi infeksi cacing usus dari tanah

ke manusia bergantung pada faktor yang lebih bersifat sosioekonomi,

misalnya kepadatan penduduk, sanitasi yang buruk dan beberapa dengan

kebiasaan buruk kebudayaan masyarakat. 5

Pemerintah Indonesia melalui Departement Kesehatan berupaya untuk

menurunkan prevalensi kecacingan melalui Program Pengendalian Penyakit

Cacingan yang salah satu tujuan khususnya menurunkan prevalensi

kecacingan hingga berada pada angka dibawah 10% pada tahun 2010.

Dengan menurunnya prevalensi kecacingan ini diharapkan dapat menunjang

peningkatan mutu sumber daya manusia guna mewujudkan manusia

Indonesia yang sehat.6

Oleh karena itu, peneliti bermaksud untuk melakukan penelitian

mengenai prevalensi infeksi cacing pada mahasiswa/i kedokteran UIN Syarif

Hidayatullah angkatan 2016 yang bertempat tinggal di kost dan dirumah.

Dengan melakukan penelitian tersebut dapat diperoleh prevalensi

Page 17: PREVALENSI INFEKSI CACING PADA MAHASISWA/I …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38290/1/PUTRI... · cacing jenis STH yaitu Ascaris . lumbrocoides, Necator americanus,

3

mahasiswa/i yang terkena infeksi cacing dan apakah terdapat hubungannya

dengan kadar konsentrasi hemoglobin mahasiswa/i kedokteran UIN Syarif

Hidayatullah.

1.2 Rumusan Masalah

1. Berapakah prevalensi yang menderita infeksi cacing pada mahasiswa/i

kedokteran UIN syarif hidayatullah angkatan 2016 yang tinggal di kost

dan tinggal dirumah?

1.3 Hipotesis

Mahasiswa/i yang bertempat tinggal di kost lebih banyak menderita

infeksi cacing daripada yang bertempat tinggal dirumah

1.4 Tujuan Penelitian

1.4.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui jumlah responden yang menderita infeksi

cacing

1.4.2 Tujuan Khusus

Untuk mengetahui angka kejadian infeksi cacing pada mahasiswa

kedokteran UIN Syarif Hidayatullah angkatan 2016

1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1 Bagi kalangan Medis

1. Didapatkannya prevalensi terjadinya infeksi cacing yang

terdapat pada feses responden sehingga dilakukan tindakan

pencegahan terhadap infeksi cacing tersebut.

2. Sebagai landasan untuk melakukan penelitian-penelitian

selanjutnya.

Page 18: PREVALENSI INFEKSI CACING PADA MAHASISWA/I …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38290/1/PUTRI... · cacing jenis STH yaitu Ascaris . lumbrocoides, Necator americanus,

4

1.5.2 Bagi Penulis

1. Meningkatkan kemampuan penulis dalam memahami langkah-

langkah penelitian yang meliputi pembuatan proposal, proses

penelitian, dan pembuatan laporan penelitian

2. Memperoleh pengalaman belajar dan pengetahuan dalam

mengelola penelitian

3. Menerapkan ilmu-ilmu yang diperoleh dari penelitian

1.5.3 Bagi Masyarakat

1. Meningkatkan pengetahuan mahasiswa/i tentang pentingnya

menjaga kesehatan dari lingkungan maupun makanan yang

dikonsumsi setiap harinya.

2. Sebagai informasi dan sarana edukasi kesehatan kepada orang

tua serta mahasiswa/i.

Page 19: PREVALENSI INFEKSI CACING PADA MAHASISWA/I …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38290/1/PUTRI... · cacing jenis STH yaitu Ascaris . lumbrocoides, Necator americanus,

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kecacingan dan Masalahnya pada Masyarakat

2.1.1 Pengertian Infeksi Cacing dan Epidemiologi pada Masyarakat

Infeksi cacing merupakan penyakit infeksi yang disebakan oleh parasit

berupa cacing, yang dapat menyebabkan infeksi ringan maupun infeksi berat.

Spesies menyebabkan infeksi ringan maupun infeksi berat. Spesies penyebabnya

dari kelas nematode usus khususnya yang penularan melalui tanah, diantaranya

Ascaris Lumbricoides, Trichuris trichiura, dan cacing tambang (Ancylostoma

duodenale dan Necator americanus).7

Pada kasus infeksi cacing, maka cacing tersebut bahkan dapat

melemahkan tubuh sinangnya dan menyebabkan gangguan kesehatan. Infeksi

cacing biasanya terjadi karena kurangnya kesadaran akan kebersihan baik

terhadap diri sendiri sendiri ataupun terhadapnya lingkungannya. Infeksi cacing

dapat menular melalui larva/telur yang tertelan dan masuk kedalam tubuh.8

Dampak infeksi cacing yang ditularkan melalui tanah pada masyarakat

perlu dipelajari untuk dapat menentukan cara pencegahan. Penyebaran infeksi

Ascaris dan Trischuris mempunyai pola yang hampir sama, demikian juga

epidemiologi cacing tambang dan strongyloides.8

a. Ascaris dan Trichuris

Beberapa survei di Indonesia menunjukkan bahwa seringkali

prevalensi Ascaris yang tinggi disertai Trichuris yang tinggi pula. Prevalensi

Ascaris yang lebih tinggi dari 70% ditemukan antara lain di beberapa desa di

Sumatera (78%), Kalimantan (79%), Sulawesi (88%) , dan Jawa Barat (90%).

Di desa tersebut prevalensi Trichuris juga tinggi yaitu untuk masing-masing

daerah 83%, 83%, 84%, 91%.9

Sasongko dkk melakukan penelitian terhadap anak SD di DKI Jakarta

menyatakan bahwa prevalensi Askariasis sebesar 62,2% Trikuriasis 48,1%.

Prevalensi cacing usus pada murid-murid dari lima wilayah, dua wilayah yaitu

Page 20: PREVALENSI INFEKSI CACING PADA MAHASISWA/I …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38290/1/PUTRI... · cacing jenis STH yaitu Ascaris . lumbrocoides, Necator americanus,

6

Jakarta Utara dan Jakarta Barat penderita askariasis masing-masing 80% dan

74,70%. Dan penderita Trikuriasis di Jakarta Selatan dan Jakarta Barat

masing-masing 68,42% dan 25,30%.8,10

Didaerah endemi dengan insiden Ascaris dan Trichuris tinggi, terjadi

penularan terus-menerus. Transmisi dipengaruhi oleh berbagai hal yang

menggunakan parasit, seperti keadaan tanah dan iklim yang sesuai. Kedua

spesies cacing ini memerlukan tanah liat untuk berkembang. Telur Ascaris

yang telah dibuahi dan jatuh ditanah yang sesuai, menjadi matang dalam

waktu 3-6 minggu pada suhu optimum. Selain keadaan tanah dan iklim yang

sesuai, keadaan endemi juga dipengaruhi oleh jumlah telur yang dapat hidup

sampai menjadi bentuk infektif dan masuk ke dalam hospes. 9,10

Jumlah telur yang dihasilkan oleh satu ekor cacing betina Ascaris

200.000 sehari, Trichuris 5000 sehari. Semakin banyak telur ditemukan di

sumber kontaminasi (tanah, debu, sayuran) semakin tinggi derajat endemi

disuatu daerah dengan infeksi yang semakin berat. Pada umumnya tidak ada

perbedaaan prevalensi infeksi Ascaris dan Trichuris antara perempuan dan

laki-laki.11

b. Hookworm (cacing tambang) dan Strongyloides stercoralis

Pada umumnya prvalensi cacing tambang berkisar 30-50% di

berbagai daerah di Indonesia. Prevalensi yang lebih tinggi ditemukan di

daerah perkebunan seperti perkebunan karet di Sukabumi, Jawa Barat

(93,1%) dan di perkebunan kopi di Jawa Timur (80,60%). Sasongko dkk

(2000) melakukan penelitian terhadap anak SD di DKI Jakarta

menyatakan bahwa prevalensi cacing tambang 0,72%.12

Prevalensi cacing tambang cenderung meningkat dengan

meningkatnya umur. Tingginya prevalensi juga dipengaruhi oleh sifat

pekerjaan karyawan atau penduduk.12 Kedua jenis cacing ini membutuhkan

tanah yang gembur, tercampur humus dan terlindung dari panas matahari

langsung. Telur cacing tambang menetas menjadi larva rabditiform dalam

waktu 24-36 jam untuk kemudian pada hari ke 5-8 menjadi bentuk

Page 21: PREVALENSI INFEKSI CACING PADA MAHASISWA/I …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38290/1/PUTRI... · cacing jenis STH yaitu Ascaris . lumbrocoides, Necator americanus,

7

filariform yang infektif. Larva ini memiliki kelangsungan hidup yang

pendek di dalam tanah yaitu 1-2 minggu, akan tetapi cacing ini memiliki

satu siklus bentuk bebas didalam tanah yang terus-menerus menghasilkan

bentuk infektif, sehingga perkembangan bentuk bebas di tanah dapat

mencapai endemitas yang tinggi. Larva ketiga spesies ini memerlukan

oksigen dalam pertumbuhannya, oleh karena itu olahan tanah dalam

bentuk apapun di lahan pertanian dan perkebunan akan menguntungkan

pertumbuhan larva. 13

2.1.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kecacingan

Secara epidemiologik, faktor sanitasi lingkungan dan faktor higiene

perorangan dapat mempermudah penularan infeksi cacing.14

1) Faktor sanitasi lingkungan

Faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan adalah faktor

lingkungan yang berperan sebagai media, faktor agent penyebab

penyakit, dan faktor host yaitu manusia sebagai objek dari penyakit.14

Hasil penelitian menunjukkan bahwa anak yang tinggal pada

lingkungan rumah dengan tanah halaman terkontaminasi telur cacing

tambang memiliki risiko terinfeksi larva cacing tambang sebesar 13,0

kali lebih besar dibanding anak yang tinggal pada lingkungan rumah

tanpa kontaminasi telur cacing tambang.,15

Kondisi lingkungan sebagai faktor risiko terjadinya infeksi

cacing di tanah 93,3%, hal ini menunjukkan refleksi dar perilaku

buang air besar disembarang tempat yang ternyata sesuai hasil

wawancara dilapangan bahwa dari 90% responden tinggal di

pemukiman. Anak yang memiliki kebiasaan defekasi di kebun dan

tempat lain halaman rumah, beresiko terinfeksi cacing tambang 4,3

kali lebih besar dibanding anak yang tinggal dengan keluarga yang

memiliki kebiasaan defekasi di jamban. Sedangkan wilayah Lampung

di perkotaan (33,33%) lantai rumah berupa lantai tanah. 15

Page 22: PREVALENSI INFEKSI CACING PADA MAHASISWA/I …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38290/1/PUTRI... · cacing jenis STH yaitu Ascaris . lumbrocoides, Necator americanus,

8

2. Faktor Manusia

Kesehatan pribadi (higenitas perorangan) adalah upaya dari

seseorang untuk memelihara dan mempertinggi derajat

kesehatannya, meliputi:

3. Memelihara kebersihan diri (mandi 2x/hari, cuci tangan

sebelum dan sesudah makan), pakaian, rumah dan

lingkungannya (BAB pada tempatnya)

4. Memakan makanan yang sehat dan bebas dari bibit penyakit

5. Cara hidup yang teratur

6. Meningkatkan daya tahan tubuh dan kesehatan jasmani

7. Menghindari terjadinya kontak dengan sumber penyakit

8. Melengkapi rumah dengan fasilitas-failitas yang menjamin

hidup sehat seperti sumber air yang baik, kakus yang sehat

9. Pemeriksaan kesehatan

Kebersihan perorangan sangat berhubungan dengan sanitasi

lingkungan, yang mana hygiene harus didukung oleh sanitasi lingkungan

yang baik. Dalam pemberantasan kecacinganpun ditujukan untuk

meningkatkan kesehatan perorangan dan lingkungan.16

2.2 Infeksi Cacing yang Berbasis Lingkungan dan Siklus Hidupnya

2.2.1 Soil Transmitted Helminth dan Siklus Hidupnya

Infeksi cacing adalah infeksi yang disebakan oleh cacing kelas

nematode usus khususnya yang penularan memlaui tanah, diantaranya

Ascaris lumbricoides, Trichuris trichiura dan cacing tambang

(Ancylostoma duodenale dan Necator americanus) dan Strongyloides

stercoralis.17

Page 23: PREVALENSI INFEKSI CACING PADA MAHASISWA/I …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38290/1/PUTRI... · cacing jenis STH yaitu Ascaris . lumbrocoides, Necator americanus,

9

a. Ascaris Lumbricoides

Manusia dapat terinfeksi cacing ini karena mengkonsumsi

makanan dan minuman yang terkontaminasi telur cacing yang telah

berkembang. Dalam lingkungan yang sesuai, telur yang dibuahi

berkembang menjadi bentuk infektif dalam waktu kurang lebih 3 minggu.

Bentuk infektif tersebut bila tertelan manusia, menetas di usus halus.

Selanjutnya larva tadi akan menembus usus halus kemudian ke pembuluh

darah atau limfe di usus untuk kemudian dialirkan ke jantung, kemudian

mengikuti aliran darah ke paru. Larva di dalam paru-paru ini menembus

pembuluh darah, lalu dinding alveolus, masuk rongga alveolus, kemudian

naik ke trakea melalui bronkiolus dan bronkus. Dari trakea larva menuju

faring, sehingga menimbulkan rangsangan pada faring. Penderita batuk

karena rangsangan tersebut dan larva akan tertelan ke esofagus, lalu

menuju ke usus halus. Di usus halus larva akan tertelan ke esofagus, lalu

menuju ke usus halus. Di usus halus larva berubah menjadi cacing dewasa.

Sejak telur matang tertelan sampai cacing dewasa bertelur diperlukan

waktu kurang lebih 2-3 bulan.18

Gambar 2.1 Daur Hidup Cacing Ascaris lumbricoides

Page 24: PREVALENSI INFEKSI CACING PADA MAHASISWA/I …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38290/1/PUTRI... · cacing jenis STH yaitu Ascaris . lumbrocoides, Necator americanus,

10

b. Trichuris trichiura

Telur yang dibuahi dikeluarkan dari hospes bersama tinja. Telur

tersebut menjadi matang dalam waktu 3-6 minggu dalam lingkungan yang

sesuai, yaitu pada tanah yang lembab dan teduh. Telur matang ialah telur

berisi larva dan merupakan bentuk infektif. Cara infeksi langsung bila

secara kebetulan hospes menelan telur matang. Larva keluar melalui

dinding telur dan masuk ke dalam usu halus. Sesudah menjadi dewasa

cacing turun ke usus bagian distal dan masuk ke daerah kolon, terutama

sekum. Jadi cacing ini tidak memiliki siklus paru. Masa pertumbuhan telur

mulai tertelan sampai cacing dewasa betina bertelur kurang lebih 30-90

hari.19

Gambar 2.2. Daur Hidup Cacing Trichuris trichiura

Page 25: PREVALENSI INFEKSI CACING PADA MAHASISWA/I …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38290/1/PUTRI... · cacing jenis STH yaitu Ascaris . lumbrocoides, Necator americanus,

11

c. Hookworm (Cacing Tambang)

Daur hidup sebagai berikut:

Telur larva rabditiform larva filariform menembus

kulit kapiler darah jantung kanan paru bronkus

trakea laring usus halus. Infeksi terjadi bila larva filariform

menembus kulit. Infeksi ancylostoma duodenale juga dapat terjadi dengan

menelan larva filariform.20

Gambar 2.3. Daur Hidup Cacing Hookworm (cacing tambang)

d. Strongyloides stercoralis

Parasit ini mempunyai tiga macam daur hidup:

1) Siklus langsung

Bila larva filariform menembus kulit manusia, larva

tumbuh masuk ke peredaran darah vena dan kemudian melalui

jantung kanan sampai ke paru. Dari paru parasit yang sudah mulai

menjadi dewasa menembus alveolus masuk ke trakhea dan laring.

Sesudah sampai di laring terjadi refleks batuk sehingga parasit

tertelan kemudian sampai di usus halus bagian atas dan menjadi

dewasa. Cacing betina yang dapat bertelur ditemukan kira-kira 28

hari sesudah infeksi. 21

Page 26: PREVALENSI INFEKSI CACING PADA MAHASISWA/I …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38290/1/PUTRI... · cacing jenis STH yaitu Ascaris . lumbrocoides, Necator americanus,

12

2) Siklus tidak langsung

Pada siklus tidak langsung larva rabditiform di tanah

berubah menjadi cacing jantan dan cacing betina bentuk bebas.

Sesudah pembuahan cacing betina menghasilkan telur yang

menetas menjadi larva rabditiform. Larva rabditiform dalam waktu

beberapa hari menjadi larva rabditiform tadi dapat juga

mengulangi fase hidup bebas. Siklus tidak langsung terjadi jika

keadaan lingkungan sekitar optimum yaitu sesuai dengan keadaan

yang dibutuhkan untuk kehidupan bebas parasit ini, misalnya di

negeri tropik dengan iklim lembab.22

3) Autoinfeksi

Larva rabditiform kadang menjadi larva filariform di usus

atau daerah sekitar anus. Bila larva filariform menembus

mukosa usus atau kulit perianal maka akan terjadi suatu daur

perkembangan dalam hospes. Adanya autoinfeksi dapat

menyebabkan strongiloides menahun pada penderita yang

hidup didaerah non endemik. 23

Gambar 2.4 Daur Hidup Cacing Strongyloides stercoralis.

Page 27: PREVALENSI INFEKSI CACING PADA MAHASISWA/I …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38290/1/PUTRI... · cacing jenis STH yaitu Ascaris . lumbrocoides, Necator americanus,

13

2.2.2 Gejala Umum Infeksi Cacing

Umum Ascaris Lumbricoides tidak menunjukkan gejala, namun

infeksi sedang berat dapat menyebabkan malnutrisi dan gejala

gastrointestinal yang tidak spesifik dan penurunan status kognitif pada

anak sekolah dasar. Gangguan yang disebabkan cacing dewasa biasanya

ringan, kadang penderita mengalami mual, nafsu makan berkurang, diare

atau konstipasi. Efek yang serius bila cacing menggumpal di usus

sehingga terjadi obstruksi usus. Sedangkan gangguan karena larva

biasanya terjadi saat berada di paru, yang disebut sindrom loeffler berupa

perdarahan kecil di dinding alveolus dan timbul gangguan paru yang

disertai batuk,demam dan eosinifolia.24

Untuk Trichuris trichiura, bisa menyebabkan infeksi yang berat

dan menahun menunjukkan gejala diare yang sering dislingi sindrom

disentri, anemi, berat badan turun dan kadang-kadang disertai prolaps

rektum.24 Infeksi cacing tambang terutama pada anak-anak tidak

memberikan tanda gejala. Namun, infeksi jangka panjang dapat

menyebabkan defisiensi besi dan anemi karena perdarahan dinding usus.

Gejala lain berupa diare dan kram perut. Bila larva filariform masuk ke

kulit dapat menyebabkan ruam merah di kulit (ground itch). Dan bila

masuk ke paru dapat menyebabkan inflamasi paru, batuk, demam (jarang).

Infeksi larva secara oral dapat menyebabkan inflamasi paru, batuk, demam

(jarang). Infeksi larva secara oral dapat menyebabkan suara serak, mual

dan muntah. Infeksi kronik dapat menyebabkan penurunan nutrisi dan

pertumbuhan.25 Infeksi ringan Strongloides stercoralis tidak menimbulkan

gejala. Infeksi sedang dapat menyebabkan rasa sakit seperti tertusuk di

daerah epigastrium tengah, tidak menjalar mungkin ada mual dan muntah,

diare dan konstipasi bergantian, bila larva menembus kulit menyebabkan

creeping eruption.25

Page 28: PREVALENSI INFEKSI CACING PADA MAHASISWA/I …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38290/1/PUTRI... · cacing jenis STH yaitu Ascaris . lumbrocoides, Necator americanus,

14

2.3 Kerangka Teori

2.4 Kerangka konsep

Variabel Independen

Agent/Spesies cacing:

Spesies

Siklus Hidup

Habitat

Cara penularan

Vektor :

Spesies penular

Habitat

Cara penularan

Populasi

Faktor Kebersihan Pribadi:

Tempat tinggal

Kebiasan mencuci

tangan

Kebersihan kuku

Infeksi Cacing

Tempat tinggal

Mencuci tangan

Kebersihan

kuku

Infeksi Cacing Angka infeksi

Page 29: PREVALENSI INFEKSI CACING PADA MAHASISWA/I …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38290/1/PUTRI... · cacing jenis STH yaitu Ascaris . lumbrocoides, Necator americanus,

15

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan metode

pengumpulan secara potong lintang yang dilakukan secara deskriptif. Penelitian

ini meliputi pengambilan data dengan kuesioner kepada responden, pemeriksaan

fisik, analisa data, dan interpretasi hasil penelitian.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Fakultas Kedokteran UIN Syarif

Hidayatullah menggunakan data primer (kuesioner). Waktu penelitian ini

berlangsung dari September hingga Desember 2017

3.3 Populasi dan sampel

3.3.1 Populasi dan sampel yang diteliti

Populasi target adalah mahasiswa/i Fakultas Kedokteran UIN Syarif

Hidayatullah. Populasi terjangkau adalah mahasiswa/i angkatan 2016 yang

bersedia menjadi responden dalam penelitian. Sampel penelitian adalah

mahasiswa/i angkatan 2016 Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Tahun

Ajaran 2016/2017.

3.3.2 Jumlah Sampel

Untuk jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini, ditentukan

dengan cara Sample Random Sampling pada mahasiswa/i fakultas kedokteran

UIN Syarif Hidayatullah. Penentuan perhitungan besar sampel menggunakan

rumus analitik dan ditentukan dengan menggunakan rumus:

N1 = ((Zα)² x p x (1-p))

Page 30: PREVALENSI INFEKSI CACING PADA MAHASISWA/I …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38290/1/PUTRI... · cacing jenis STH yaitu Ascaris . lumbrocoides, Necator americanus,

16

Berdasarkan perhitungan rumus diatas, maka besar sampel yang diambil

dalam penelitian ini dapat dihitung sebagai berikut:

Deviat baku alfa sebesar 10% sehingga Zα = 1,64

Proporsi kategori variabel yang diteliti P = 0,31

Q = 1-p, Maka didapatkan Q = 0,69

Nilai d (presisi) ditetapkan sebesar 10% =0,1

N1 : Besar sampel minimal

N2 : Jumlah sample minimal ditambah dengan subsitusi 10% dari jumlah

sampel minimal. Subsitusi adalah jumlah responden dalam persen

untuk mengantisipasi kesalahan.

Dengan memasukkan nilai-nilai diatas pada rumus, diperoleh:

= ((1,64)² x 0,31 x (1-0,31)

0,1²

= 35

N2 = n1 + (10% x n1)

= 35+ 3,5

= 38,5

Jumlah sampel untuk hasil hitungan menggunakan rumus diatas

adalah 35 mahasiwa/i ditambah 10% maka jumlah pasien atau responden yang

diteliti sebesar 38,5 mahasiswa/i di Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah

UIN Jakarta.

Page 31: PREVALENSI INFEKSI CACING PADA MAHASISWA/I …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38290/1/PUTRI... · cacing jenis STH yaitu Ascaris . lumbrocoides, Necator americanus,

17

3.4 Kriteria Sampel

3.4.1 Kriteria Inklusi

1. Mahasiswa/i Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah yang

bersedia menjadi responden sampai akhir penelitian

2. Bersedia diambil fesesnya

3.4.2 Kriteria Eksklusi

1. Data tidak lengkap

2. Droup Out ditegah penelitian

3. Minum obat cacing pada saat pengambilan sempel feses.

3.5 Cara Kerja Penelitian

Pembuatan Kuesioner dan

menentukan responden sesuai

dengan kriteria peneliti

Memberikan kuesioner kepada

responden yang sudah terpilih

dan menjelaskan isi kuesioner

tersebut

Pengambilan feses dan

pemeriksaan feses:

pemerikasaan sediaan tinja

basah

Pengolahan dan

analisi data

Penyusunan

laporan

Page 32: PREVALENSI INFEKSI CACING PADA MAHASISWA/I …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38290/1/PUTRI... · cacing jenis STH yaitu Ascaris . lumbrocoides, Necator americanus,

18

3.5.2 Cara Kerja

3.5.2.1 Pembagian Kueisoner

Kuesioner yang ditujukan kepada mahasiswa/i fakultas kedokteran UIN

Syarif Hidayatullah mencakup identitas diri responden dan pertanyaan variabel

yang diteliti.

3.5.2.2 Pemeriksaan Laboratorium

Pemreriksaan laboratorium sampel feses dilakukan untuk mengetahui

responden yang positif kecacingan. Pemeriksaan dilakukan dengan metode:

1. Pemeriksaan Sediaan Tinja Basah Apus

Bahan:

1) Lidi

2) Kaca objek

3) KOH

4) Tinja

Cara keja :

1) Letakkan setetes KOH diatas kaca objek

2) Dengan lidi diambil sedikit tinja, kemudian dihancurkan di dalam air

diatas kaca objek

3) Sebarkan suspensi tinja diatas kaca objek sehingga terdapat lapisan

yang tipis tetapi tetap basah

4) Periksa dengan pembesaran lemah (objektif 10x).26

3.6 Manajemen Data

3.6.1 Pengumpulan Data

Pada penelitian ini data yang dikumpulkan adalah data primer.

Pengumpulan data dilakukan oleh peneliti yang berjumlah 1 orang mahasiswa

Pendidikan Dokter. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan pengisian

kusioner dan pengambilan feses.

Page 33: PREVALENSI INFEKSI CACING PADA MAHASISWA/I …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38290/1/PUTRI... · cacing jenis STH yaitu Ascaris . lumbrocoides, Necator americanus,

19

3.6.2 Pengolah Data

Penelitian ini merupakan peneliti analitik. Perhitungan statistik dilakukan

menggunakan software SPSS 16.0

3.7 Analisis Data

Data yang telah diperoleh dan diolah secara statistik lalu dilanjutkan

dengan analisis univariat dan bivariat

3.7.1 Analisi Univariat

Analisi univariat digunakan untuk mendeskripsikan karakteristik dari

variabel independen dan dependen. Keseluruhan data yang ada dalam kuesioner

diolah dan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.

3.8 Penyajian Data

Penyajian data dilakukan dalam bentuk tekstular dan tubular (teks dan

tabel)

3.9 Etika Penelitian

Peneliti menyediakan lembar atau surat persetujuan untuk responden

sebagai bukti bahwa responden bersedia berpartisipasi dalam penelitian.

Page 34: PREVALENSI INFEKSI CACING PADA MAHASISWA/I …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38290/1/PUTRI... · cacing jenis STH yaitu Ascaris . lumbrocoides, Necator americanus,

20

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab ini berisi uraian dan analisa data mengenai penelitian tentang

prevalensi infeksi cacing pada mahasiswa kedokteran UIN Syarif Hidayatullah

angkatan 2016. Penelitian ini dilakukan dari bulan september sampai bulan

november 2017, sampel merupakan mahasiswa/i Kedokteran UIN Syarif

Hidayatullah yang terpilih secara Sample random sampling. Jumlah sampel yang

didapat sebanyak adalah 30 orang yang sudah memenuhi kriteria inklusi dan

eksklusi.

Adapun penelitian yang dilakukan adalah untuk mengetahui prevalensi

infeksi cacing pada mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah angkatan 2016 dengan

melihat karakteristik yang telah ditentukan oleh peneliti yaitu tempat tinggal,

makanan yang dikonsumsi dan perilaku higene dari mahasiswa/i tersebut.

4.1 Karakteristik Seluruh Data Responden

Tabel 4.1 Distribusi karakteristik seluruh data responden

No. Variabel Kategori Jumlah Persentase

1 Jenis Kelamin Laki-laki 14 46,7%

Perempuan 16 53,3%

2 Usia 18 tahun 10 33,3 %

19 tahun 20 66,7%

3 Tempat Tinggal Kost 15 50,0%

Rumah 15 50,0%

4 Infeksi Cacing Positive 2 6,7%

5

Konsumsi makanan

Negative

Di rumah

Di luar

28

15

15

93,3%

50,0%

50,0%

6 Mencuci tangan Ya 24 7,2%

Tidak 6 1,8%

7 Kebersihan kuku Baik 12 3,6%

Buruk 18 5,4%

Page 35: PREVALENSI INFEKSI CACING PADA MAHASISWA/I …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38290/1/PUTRI... · cacing jenis STH yaitu Ascaris . lumbrocoides, Necator americanus,

21

Berdasarkan tabel 4.1 terdapat 14 (46,7%) mahasiswa yang berjenis

kelamin laki-laki dan 16 (53,3%) mahasiswi yang berjenis kelamin perempuan.

Hal ini dapat disimpulkan bahwa lebih banyak responden yang berjenis kelamin

perempuan dibanding responden yang berjenis kelamin laki-laki. Mahasiswa/i

yang berusia 19 tahun sebanyak 20 orang (66,7%) dan yang berusia 18 tahun

sebanyak 10 orang (33,3%), hal ini dapat disimpulkan bahwa mahasiswa/i yang

berusia 19 tahun lebih banyak dibanding dengan mahasiswa/i yang berusia 18

tahun. Mahasiswa/i yang bertempat tinggal di kost sebanyak 15 orang (50%) dan

yang tinggal dirumah sendiri sebanyak 15 orang (50%), hal ini dapat disimpulkan

bahwa mahasiswa/i yang bertempat tinggal dikost dan dirumah sendiri sama

banyaknya. Mahasiswa/i yang positif infeksi cacing sebanyak 2 orang (6,7%) dan

negatif sebanyak 28 orang (93,3%). Angka kejadian ini lebih rendah dibandingkan

dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Rahma (2006) dengan desain Cross

Sectional dikampung pemulung makanan di Kelurahan Padang Bulan Medan

menemukan bahwa prevalensi kecacingan sebesar 93,02%. Perbedaan angka

infeksi cacing juga berhubungan dengan faktor risiko iklim dari lokasi penelitian,

terutama yang berhubungan dengan kondisi sanitasi lingkungan dan higiene

perorangan.27

4.2 Distribusi Karakteristik Responden Infeksi Cacing

4.2 Tabel Karakteristik Responden

No Variabel Kategori Hasil Lab

Positif Persentase Negatif Persentase

1 Jenis

Kelamin

Laki-laki 2 0,9% 12 13,1%

Perempuan 0 1,1% 16 14,9%

2 Usia 18 tahun 0 0,7% 10 9,3%

19 tahun 2 1,3% 18 18,7%

Page 36: PREVALENSI INFEKSI CACING PADA MAHASISWA/I …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38290/1/PUTRI... · cacing jenis STH yaitu Ascaris . lumbrocoides, Necator americanus,

22

Berdasarkan tabel 4.2 dijelaskan bahwa mahasiswa yang berjenis kelamin

laki-laki dan terkena infeksi cacing sebanyak 2 orang (0,9%) sedangkan yang

berjenis kelamin perempuan 0 orang (1,1%) dapat disebut tidak ada yang terkena

infeksi cacing. Kondisi ini dapat disimpulkan bahwa mahasiswa laki-laki lebih

banyak yang terkena infeksi cacing, mungkin dikarenakan higienitas mahasiswa

laki-laki yang kurang baik. Sedangkan, yang tidak terkena infeksi cacing pada

jenis kelamin laki-laki sebanyak 12 orang (13,1%) dan yang berjenis kelamin

perempuan sebanyak 16 orang (14,9%). Responden yang berusia 18 tahun tidak

ada 0 (0,7%) yang terkena infeksi cacing sedangkan yang berusia 19 tahun

terdapat 2 orang (1,3%) yang terkena infeksi cacing. Mahasiswa yang berusia 18

tahun dan tidak terkena infeksi cacing sebanyak 10 orang (9,3%) dan yang berusia

19 tahun tidak terkena infeksi cacing sebanyak 18 orang (18,7%).

4.3 Distribusi Karakteristik Responden Konsumsi Makanan

4.3 Tabel Distribusi Konsumsi Makanan

No. Variabel Kategori Hasil Lab

Positif Persentase Negatif Persentase

1 Konsumsi

Makanan

Jajan diluar 2 1,0% 13 14,0%

Masak

dirumah

0 1,0% 15 14,0%

Berdasarkan tabel diatas dijelaskan bahwa mahasiswa/i yang

mengkonsumsi makanan dengan jajan diluar dan terkena infeksi cacing sebanyak

2 orang (1,0%) sedangkan mahasiswa/i yang masak dirumah tidak ada 0 (1,0%)

yang terkena infeksi cacing. Hal ini dapat disimpulkan bahwa mahasiswa/i yang

mengkonsumsi makanan diluar rumah/ jajan diluar dapat menyebabkan terjadinya

infeksi cacing, sedangkan makan dengan memasak makanan dirumah tidak

menyebabkan terjadinya infeksi cacing dikarenan gizi yang baik, hal ini sesuai

dengan penelitian Irmayanti (2013) menyebutkan bahwa siswa yang bergizi baik

Page 37: PREVALENSI INFEKSI CACING PADA MAHASISWA/I …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38290/1/PUTRI... · cacing jenis STH yaitu Ascaris . lumbrocoides, Necator americanus,

23

terdapat 43 siswa (66,1%) , 17 siswa (26,1%) yang bergizi kurang dan 5 siswa

(7,7%) yang bergizi sangat kurang dari 100 sample. Sedangkan yang

mengkonsumsi makanan diluar rumah dan tidak menderita infeksi cacing

sebanyak 13 orang (14,0%) dan yang memasak sendiri dan tidak menderita infeksi

cacing 15 orang (14,0%).28

4.4 Distribusi Karakteristik Responden Tempat Tinggal

4.4 Tabel Distribusi Tempat Tinggal

No Variabel Kategori Hasil Lab

Positif Persentase Negatif Persentase

1 Tempat tinggal Kost 2 1,0% 13 14,0%

Rumah 0 1,0% 15 14,0%

Berdasarkan tabel diatas dijelaskan bahwa mahasiswa/i yang bertempat

tinggal di kost dan positif infeksi cacing sebanyak 2 orang (1,0%) sedangkan yang

bertempat tinggal dirumah tidak ada yang positif infeksi cacing. Hal ini dapat

disimpulkan bahwa mahasiswa/i yang bertempat tinggal di kost lebih

memungkinkan terkena infeksi cacing daripada mahasiswa/i yang tempat

tinggalnya dirumah mereka sendiri. Menurut Depkes (2004) survei dilakukan oleh

Sub Direktorat Penanggulangan pencegahan diare, cacingan dan ISPL,

Departemen Kesehatan Jakarta menyebutkan sekitar 49,5% dari 3160 siswa

menderita cacingan dimana disebabkan oleh tempat tinggal mereka. Kemudian

mahasiswa/i yang bertempat tinggal di kost dan negatif infeksi cacingan sebanyak

13 orang (14,0%) bertempat tinggal dirumah dan negatif infeksi cacingan

sebanyak 15 orang (14,0%). 29

Page 38: PREVALENSI INFEKSI CACING PADA MAHASISWA/I …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38290/1/PUTRI... · cacing jenis STH yaitu Ascaris . lumbrocoides, Necator americanus,

24

4.5 Distribusi Karakteristik Responden Higenitas Pribadi

4.5 Tabel Karakteristik Higenitas Pribadi

No Variabel Kategori Hasil Lab

Positif Persentase Negatif Persentase

1 Mencuci

tangan

Ya 0 0,4% 6 5,6%

Tidak 2 1,6% 22 22,4%

2 Kebersihkan

kuku

Baik 0 0,3% 5 4,7%

Buruk 2 1,7% 23 23,3%

Berdasarkan tabel diatas dijelaskan bahwa mahasiswa/i yang mencuci

tangan positif infeksi cacing tidak ada 0 (0,8%) dan yang tidak mencuci tangan

positif infeksi cacing sebanyak 2 orang (1,6%). Hal ini menunjukkan bahwa

kesadaran mahasiswa/i akan pentingnya mencuci tangan sangat baik. Kejadian ini

sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Jalaluddin pada tahun (2009) di kota

Lhoksemawe sedangkan Rahmad pada tahun (2008) di Kecamatan Sibolga, yang

menemukan adanya hubungan yang bermakna antara kebiasaan mencuci tangan

dengan infeksi cacing. Mencuci tangan dan tidak menderita infeksi cacing

sebanyak 6 orang (5,6%), yang tidak mencuci tangan sebanyak 22 orang (22,4%).

Sedangkan untuk kebersihan kuku yang baik dan positif infeksi cacing 0 orang

(0,3%) dan yang membersihkan kuku dengan buruk sebanyak 2 orang(1,7%) yang

mengalami infeksi cacing. Pada penelitian Rahmad (2008) didapatkan prevalensi

yang cukup tinggi pada anak yang dering menggigit kuku ketika sedang bermain

dan memasukkan jari tangan kedalam mulut. Kemudian, mahasiswa/i UIN yang

membersihkan kuku dengan baik dan tidak terinfeksi cacing sebanyak 5 orang

(4,7%) dan yang buruk tidak terkena infeksi cacing sebanyak 23 orang(23,3%).30

Page 39: PREVALENSI INFEKSI CACING PADA MAHASISWA/I …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38290/1/PUTRI... · cacing jenis STH yaitu Ascaris . lumbrocoides, Necator americanus,

25

4.6 Keterbatasan Penelitian

4.6.1 Variabel Penelitian

Peneliti memakai responden mahasiswa/i angkatan 2016 Kedokteran UIN

Syarif Hidayatullah sebagai responden, dengan memakai kuesioner dan

melakukan pemeriksaan laboratorium. Kemudian setiap variabel dan karakteristik

hanya dilakukan uji deskriptif.

Penelitian dilakukan pada saat mahsiswa/i sedang melakukan aktivitas

perkuliahan, dan peneliti setiap harinya mengambil feses yang diberikan oleh

responden terkadang ada yang memberikan pagi, siang atau sore hari. Sehingga

membutuhkan waktu yang lama untuk mengumpulkan sampel. Kemudian karena

sampel hanya bisa diperiksa 1 jam setelah pengambilan, agak sulit untuk peneliti

meminta tolong kepada responden untuk dapat memberikan sampel secara

bersamaan karena BAB setiap responden berbeda waktunya, sebab itu peneliti

hanya dapat mengambil 30 sampel dari 38 seharusnya jumlah sampel minimum.

4.6.2 Sampel Penelitian

Jumlah sampel tidak memenuhi sampel minimum, dikarenakan responden

di akhir tidak mau mengambil sampel yaitu feses. Namun alangkah baiknya jika

sampel memenuhi minimum, sehingga hasil lebih variatif dan lebih mendukung

teori.

Page 40: PREVALENSI INFEKSI CACING PADA MAHASISWA/I …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38290/1/PUTRI... · cacing jenis STH yaitu Ascaris . lumbrocoides, Necator americanus,

BAB V

Simpulan dan Saran

5.1 Simpulan

Terdapat 2 orang (6,7%) yang menderita infeksi cacing pada mahasiswa

Kedokteran UIN Syraif Hidayatullah, sedangkan yang tidak menderita

infeksi cacing terdapat 28 orang (93,3%).

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian ini terdapat beberapa saran yang diberikan,

sebagai berikut:

1. Untuk pihak kampus agar memberikan pemahaman kepada

mahasiswa/i tentang pentingnya menjaga kebersihan diri/ personal

higiene seperti mencuci tangan menggunakan sabun atau memotong

kuku seminggu sekali, dalam mencegah terjadinya infeksi cacing.

2. Untuk peneliti selanjutnya untuk dapat menghindari dan

mengantisipasi kesalahan dan kekurangan yang ada dalam penelitian

ini sehingga diharapkan mencapai hasil yang lebih baik.

3. Untuk pemerintah diharapkan melakukan intervensi terhadap

lingkungan sekitar.

Page 41: PREVALENSI INFEKSI CACING PADA MAHASISWA/I …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38290/1/PUTRI... · cacing jenis STH yaitu Ascaris . lumbrocoides, Necator americanus,

27

Daftar Pustaka

1. World Health Organization. 2009. Neglected tropical diseases.

Geneva:WHO.

2. World Health Organization. 2012. Intestinal worms. Geneva: World

Health Organization.

3. Guyton AC, Hall JE. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi XI.

Jakarta :EGC, hal.128.

4. Bethony J, Brooker S, dkk. 2006. Soiltransmitted helminth infections:

ascariasis,trichuriasis, and hookworm. Lancet, Hal.56-57.

5. Sherwood L. 2006. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Edisi 8. Jakarta,

hal.154.

6. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2006. Pedoman pengendalian

cacingan. Jakarta: Lampiran Keputusan Menteri Kesehatan RI

7. Margono Sri, dkk. 1974. The use of some technics in the diagnosis of soil

transmitted helminthes. The first conference of the APCO, proceedings,

hal. 229-233.

8. Supriptiastuti. 2006. Infeksi soil transmitted helminth : askariasis,

trichuris, cacing tambang. Universa Medicina, hal.167.

9. Staf pengajar Departemen Parasitologi FKUI.2008. Buku ajar parasitologi

kedokteran. Edisi ke-4, Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas

Indonesia.

10. Sasongko, A. 2000. Dua belas tahun pelaksanaan program pemberantasan

cacing disekolah dasar DKI Jakarta (1987-1999). Jurnal Epidemiologi

Indonesia Vol 1, hal 98.

11. Ideham B, Pusawarti S.2004. Buku penentun Praktis Parasitologi

Kedokteran . Jakarta: EGC

12. Gandahasuda S. Parasitologi Kedokteran. 2003. Edisi ke-2. Jakarta :

Universitas Indonesia.

13. World Health Organization. 2009. Neglected tropical disease. Geneva :

WHO, hal 64.

Page 42: PREVALENSI INFEKSI CACING PADA MAHASISWA/I …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38290/1/PUTRI... · cacing jenis STH yaitu Ascaris . lumbrocoides, Necator americanus,

28

14. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Profil pengendalian penyakit

dan penyehatan lingkungan tahun 2012 . Jakarta: Kementerian Kesehatan

Republik Indonesia.

15. Djarismawati. 2007. Seminar Nasional Indonesia dan Lingkungan karena

kercunan makanan oleh non organisme dan organisme. Proceding Jaringan

Kerjasama. Jagyakarta.hal.382.

16. Handayani W, Andi SH. 2008. Hematologi. Jakarta : Salemba Medika.

Hal.182.

17. Stoltzfus RJ.2003. Iron deficiency: global prevalence and consequences.

18. Ismid, I.S. 1996. Survei penyakit kecacinan pada anak murid sekolah dasar

di Jakarta Pusat. Jurnal Kesehatan Vol.2 h.134.

19. World Health Organization.2010. Prevention and control of

schistosomiasis and soil transmitted helminthiasis. Geneva:WHO.

20. World Health Organization. Intestinal worms. 2012. Geneva: World

Health Organization.

21. Stephenson LS, dkk.2000. Parasitology. Jakarta, hal 121;S23-S38

22. Gandahasuda S. 2003. Parasitologi Kedokteran . Edisi ke-2. Jakarta :

Universitas Indonesia.

23. Merid Y, dkk. 2001.Intestinal helminthic infection among children at lake

Awassa Area, hal.58.

24. Departemen Kesehatan Republik Indonesia.2006. Pedoman pengendalian

cacingan. Jakarta: Lampiran Keputusan Menteri Kesehatan RI.

25. Hadidjaja, P. 1994. Masalah Penyakit Kecacingan di Indonesia dan

penanggulannya. Maj.Kedok. Indon, hal. 44:215-216.

26. Kusuma Adi Setyaningrum. 2014. Pemeriksaan Telur Cacing Parasit Pada

Feses, Jakarta: Universitas Indonesia, hal. 76.

27. Entjang, 2003. Mikrobiologi dan Parasitologi Untuk Akademik

Keperawatan, PT. Citra Aditya Bakti Bandung, hal.120.

28. World Health Organization.2012. Deorming to combat the health and

nutritional impact of soil-transmitted helminths. Geneva. WHO

29. Dinas Kesehatan Prop. Sulawesi Selatan.2004. Laporan Hasil Kegiatan

Program Cacingan. Dinkes Prop.Sulawesi Selatan, Makassar.

Page 43: PREVALENSI INFEKSI CACING PADA MAHASISWA/I …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38290/1/PUTRI... · cacing jenis STH yaitu Ascaris . lumbrocoides, Necator americanus,

29

30. Hendratno S. 1999. Kotoran dibawah kuku dikaitkan dengan penyebaran

cacing usus, Makassar.

Page 44: PREVALENSI INFEKSI CACING PADA MAHASISWA/I …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38290/1/PUTRI... · cacing jenis STH yaitu Ascaris . lumbrocoides, Necator americanus,

30

Lampiran 1

Lembar surat persetujuan responden

Prevalensi infeksi cacing STH (Soil Transmitted Helminth) pada mahasiswa/i

Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah angkatan 2016 yang bertempat tinggal

dikost dan dirumah

Assalamualaikum Wr.Wb.

Kepada mahasiswa/i kedokteran UIN angkatan 2016, saya ucapkan

terimakasih banyak atas waktu yang sudah diluangkan untuk membantu penelitian

saya.

Perkenalkan saya Putri Anggereini A STP, mahasiswi kedokteran dan ilmu

kesehatan UIN Jakarta, jurusan Pendidikan Dokter Angkatan 2013. Saat ini saya

melakukan penelitian yang berjudul “ Prevalensi infeksi cacing STH (Soil

Transmitted Helmint) pada mahasiswa/i baru dibandingkan dengan mahasiwa/i

lama kedokteran UIN syarif Hidayatullah Tahun 2017” untuk menyelesaikan

pendidikan S1 Kedokteran.

Oleh karena itu saya harap adik-adik bersedia untuk membantu saya,

dengan mengisi kuesioner ini dengan jujur dan bersedia untuk dilakukan

pengambilan feses. Kurang dan lebihnya saya mohon maaf. Wassalamualaikum

Wr.Wb

Responden Peneliti

........................ Putri Anggereini A STP

Page 45: PREVALENSI INFEKSI CACING PADA MAHASISWA/I …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38290/1/PUTRI... · cacing jenis STH yaitu Ascaris . lumbrocoides, Necator americanus,

31

Lampiran 2

Kuesioner Penelitian

Kuesioner prevalensi infeksi cacing STH (soil transmitted Helmint) pada

mahasiswa/i kedokteran UIN Syarif Hidayatullah angkatan 2016 yang

bertempat tinggal di kost dan dirumah.

Data Responden

Nama :

Angkatan :

Usia :

Jenis Kelamin :

Alamat :

Jawablah semua pertanyaan dengan melingkari atau memberi tanda silang (x)

pada salah satu dari pilihan jawaban yang menurut Anda paling benar

Data Tempat Tinggal

1. Apakah Anda bertempat tinggal di kost?

A. Ya

B. Tidak

2. Jika tidak, Anda bertempat tinggal dimana?

A. Rumah kedua orangtua

B. Kontrakan

C. jawaban yang lain, sebutkan......

Konsumsi Makanan

1. Apakah kamu memasak makanan sendiri?

A. Ya

B. Tidak

2. Apakah kamu suka membeli makanan diluar rumah?

A. Ya

B. Tidak

Page 46: PREVALENSI INFEKSI CACING PADA MAHASISWA/I …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38290/1/PUTRI... · cacing jenis STH yaitu Ascaris . lumbrocoides, Necator americanus,

32

3. Jika ya, seberapa sering kamu membeli makanan diluar rumah?

A. Setiap hari

B. Seminggu 3 kali

C. Jawaban yang lain, sebutkan.....

Data perilaku Higene

1. Apakah kamu mencuci tangan sebelum makan?

A. Ya

B. Tidak

2. Jika ya, Apakah kamu mencuci tangan menggunakan sabun?

A. Ya

B. Tidak

Riwayat Penyakit yang diderita

1. Apakah kamu pernah menderita penyakit yang serius?

A. Ya, pernah

B. Tidak pernah

2. Jika ya, penyakit apa?....

3. Apakah kamu pernah terinfeksi cacing?

A. Ya

B. Tidak

4. Apakah kamu pernah melakukan cek darah?

A. Ya

B. Tidak

5. Jika ya, apakah kamu menderita anemia?

A. Ya

B. Tidak

TERIMAKASIH ATAS PARTISIPASINYA

Page 47: PREVALENSI INFEKSI CACING PADA MAHASISWA/I …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38290/1/PUTRI... · cacing jenis STH yaitu Ascaris . lumbrocoides, Necator americanus,

33

Lampiran 3

Hasil Uji Statistik

1. Jenis Kelamin

jenis kelamin

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid laki-laki 14 46,7 46,7 46,7

perempuan 16 53,3 53,3 100,0

Total 30 100,0 100,0

2. Usia

usia

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 18 tahun 10 33,3 33,3 33,3

19 tahun 20 66,7 66,7 100,0

Total 30 100,0 100,0

3. Tempat Tinggal

tempat tinggal

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid kost 15 50,0 50,0 50,0

rumah 15 50,0 50,0 100,0

Total 30 100,0 100,0

4. Infeksi Cacing

Infeksi cacing

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid ya 2 6,7 6,7 6,7

tidak 28 93,3 93,3 100,0

Total 30 100,0 100,0

Page 48: PREVALENSI INFEKSI CACING PADA MAHASISWA/I …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38290/1/PUTRI... · cacing jenis STH yaitu Ascaris . lumbrocoides, Necator americanus,

34

Lampiran 4

Uji Chi-Square

1. jenis kelamin * Infeksi cacing Crosstabulation

Count

Infeksi cacing

Total ya tidak

jenis kelamin laki-laki 2 12 14

perempuan 0 16 16

Total 2 28 30

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig.

(2-sided)

Exact Sig.

(2-sided)

Exact Sig.

(1-sided)

Pearson Chi-Square 2,449a 1 ,118

Continuity Correctionb ,691 1 ,406

Likelihood Ratio 3,213 1 ,073

Fisher's Exact Test ,209 ,209

Linear-by-Linear

Association 2,367 1 ,124

N of Valid Cases 30

a. 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,93.

c. Computed only for a 2x2 table

2. usia * Infeksi cacing Crosstabulation

Count

Infeksi cacing

Total ya tidak

usia 18 tahun 0 10 10

19 tahun 2 18 20

Total 2 28 30

Page 49: PREVALENSI INFEKSI CACING PADA MAHASISWA/I …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38290/1/PUTRI... · cacing jenis STH yaitu Ascaris . lumbrocoides, Necator americanus,

35

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square 1,071a 1 ,301

Continuity Correctionb ,067 1 ,796

Likelihood Ratio 1,692 1 ,193

Fisher's Exact Test ,540 ,437

Linear-by-Linear Association 1,036 1 ,309

N of Valid Cases 30

a. 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,67.

b. Computed only for a 2x2 table

3. makanan * Infeksi cacing Crosstabulation

Count

Infeksi cacing

Total ya tidak

makanan makanan kost 2 13 15

makanan rumah 0 15 15

Total 2 28 30

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square 2,143a 1 ,143

Continuity Correctionb ,536 1 ,464

Likelihood Ratio 2,916 1 ,088

Fisher's Exact Test ,483 ,241

Linear-by-Linear Association 2,071 1 ,150

N of Valid Cases 30

a. 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1,00.

b. Computed only for a 2x2 table

Page 50: PREVALENSI INFEKSI CACING PADA MAHASISWA/I …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38290/1/PUTRI... · cacing jenis STH yaitu Ascaris . lumbrocoides, Necator americanus,

36

5. mencuci tangan * Infeksi cacing Crosstabulation

Count

Infeksi cacing

Total ya tidak

mencucitangan tidak 0 6 6

ya 2 22 24

Total 2 28 30

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig.

(2-sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square ,536a 1 ,464

Continuity Correctionb ,000 1 1,000

Likelihood Ratio ,928 1 ,335

Fisher's Exact Test 1,000 ,634

Linear-by-Linear

Association ,518 1 ,472

N of Valid Cases 30

a. 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,40.

b. Computed only for a 2x2 table

4. tempat tinggal * Infeksi cacing Crosstabulation

Count

Infeksi cacing

Total ya tidak

tempat tinggal kost 2 13 15

rumah 0 15 15

Total 2 28 30

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square 2,143a 1 ,143

Continuity Correctionb ,536 1 ,464

Likelihood Ratio 2,916 1 ,088

Fisher's Exact Test ,483 ,241

Linear-by-Linear Association 2,071 1 ,150

N of Valid Cases 30

a. 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1,00.

b. Computed only for a 2x2 table

Page 51: PREVALENSI INFEKSI CACING PADA MAHASISWA/I …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38290/1/PUTRI... · cacing jenis STH yaitu Ascaris . lumbrocoides, Necator americanus,

37

Lampiran 5

Daftar Riwayat Hidup

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Putri Anggereini A.STP

Tempat/tanggal lahir : Medan, 24 Febbuari 1996

Alamat : Jl. Kepodang 2 No.350 P.Mandala, Sumatera Utara

Email : [email protected]

Riwayat Pendidikan

1. TK Islam An-nizam (2000-2001)

2. SD Islam An-nizam (2001-2002)

3. MTsN 2 Medan (2002-2007)

4. SMAN 3 Medan (2007-2010)

5. PSPD UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (2013-sekarang)