preskas ruptur perineum

37
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perdarahan postpartum menjadi penyebab utama 40% kematian ibu di Indonesia. Perlukaan jalan lahir merupakan penyebab kedua perdarahan setelah atonia uteri yang terjadi pada hampir persalinan pertama dan tidak jarang juga pada persalinan berikutnya. Pada seorang primipara atau orang yang baru pertama kali melahirkan ketika terjadi peristiwa "kepala keluar pintu". Pada saat ini seorang primipara biasanya tidak dapat tegangan yang kuat ini sehingga robek pada pinggir depannya. Luka-luka biasanya ringan tetapi kadang-kadang terjadi juga luka yang luas dan berbahaya. Sebagai akibat persalinan terutama pada seorang primipara, biasa timbul luka pada vulva di sekitar introitus vagina yang biasanya tidak dalam akan tetapi kadang-kadang bisa timbul perdarahan banyak 1 . Ruptur Perineum dapat terjadi karena adanya ruptur spontan maupun episiotomi. perineum yang dilakukan dengan episiotomi itu sendiri harus dilakukan atas indikasi antara lain: bayi besar, perineum kaku, persalinan yang kelainan letak, persalinan dengan menggunakan alat baik forceps maupun vacum. Karena apabila episiotomi itu tidak dilakukan atas indikasi dalam keadaan yang tidak perlu dilakukan dengan indikasi di 1

Upload: yasin-el-hakim

Post on 20-Jun-2015

5.775 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

Page 1: Preskas Ruptur Perineum

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perdarahan postpartum menjadi penyebab utama 40% kematian ibu di Indonesia.

Perlukaan jalan lahir merupakan penyebab kedua perdarahan setelah atonia uteri yang terjadi

pada hampir persalinan pertama dan tidak jarang juga pada persalinan berikutnya. Pada

seorang primipara atau orang yang baru pertama kali melahirkan ketika terjadi peristiwa

"kepala keluar pintu". Pada saat ini seorang primipara biasanya tidak dapat tegangan yang

kuat ini sehingga robek pada pinggir depannya. Luka-luka biasanya ringan tetapi kadang-

kadang terjadi juga luka yang luas dan berbahaya. Sebagai akibat persalinan terutama pada

seorang primipara, biasa timbul luka pada vulva di sekitar introitus vagina yang biasanya

tidak dalam akan tetapi kadang-kadang bisa timbul perdarahan banyak1.

Ruptur Perineum dapat terjadi karena adanya ruptur spontan maupun episiotomi.

perineum yang dilakukan dengan episiotomi itu sendiri harus dilakukan atas indikasi antara

lain: bayi besar, perineum kaku, persalinan yang kelainan letak, persalinan dengan

menggunakan alat baik forceps maupun vacum. Karena apabila episiotomi itu tidak

dilakukan atas indikasi dalam keadaan yang tidak perlu dilakukan dengan indikasi di atas,

maka menyebabkan peningkatan kejadian dan beratnya kerusakan pada daerah perineum

yang lebih berat. Sedangkan luka perineum itu sendiri akan mempunyai dampak tersendiri

bagi ibu yaitu gangguan ketidaknyamanan.1,2

1

Page 2: Preskas Ruptur Perineum

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFINISI

a. Pengertian

Ruptur adalah robekan atau koyaknya jaringan secara paksa, (Dorland, 1994)3

Perineum adalah bagian yang terletak antara vulva dan anus panjangnya rata-rata 4 cm.2

Robekan perineum terjadi pada hampir semua persalinan dan tak jarang juga pada

persalinan berikutnya. Robekan ini dapat dihindarkan atau dikurangi dengan menjaga jangan

sampai dasar panggul dilalui oleh kepala janin dengan cepat. Sebaliknya kepala janin yang akan

lahir jangan ditahan terlampau kuat dan lama, karena akan menyebabkan asfiksia dan perdarahan

dalam tengkorak janin, dan melemahkan otot-otot dan fasia pada dasar panggul karena

diregangkan terlalu lama.

Robekan perineum umumnya terjadi di garis tengah dan bias menjadi luas apabila kepala

janin lahir terlalu cepat, sudut arkus pubis lebih kecil daripada biasa sehingga kepala janin

terpaksa lahir lebih ke belakang dari pada biasa, kepala janin melewati pintu bawah panggul

dengan ukuran yang lebih besar daripada sirkumferensia suboksipito-bregmatika, atau anak

dilahiirkan dengan pembedahan vaginal.1

B. ANATOMI PERINEUM

Menurut para ahli anatomi, perineum adalah wilayah pelvic aoutlet diujung diafragma

pelvic (levator ani). Batasannya dibentuk oleh pubic rami di depan ligament sacro tuberos di

belakang. Pelvic outletnya dibagi oleh garis melintang yang menghubungkan bagian depan

ischial tuberosities ke dalam segitiga urogenital dan sebuah segitiga belakang anal.4

Segitiga urogenital

2

Page 3: Preskas Ruptur Perineum

Otot-otot diwilayah ini dikelompokkan ke dalam kelompok superfisial (dangkal) dan

dalam bergantung pada membran perineal. Bagian bulbospongiosus, perineal melintang dangkal

dan otot ischiocavernosus terletak dalam bagian terpisah yang superfisial. Otot bulbospongiosus

melingkari vagina dan masuk melalui bagian depan corpora cavernosa clitoridis. Di bagian

belakang, senagian serabutnya mungkin menyatu dengan otot contralateral superfisial transverse

perineal (otot yang melintang contralateral dipermukaan perineal) juga dengan cincin otot anus

(sfingter).4

Kelenjar bartholini merupakan struktur berbentuk kacang polong dan bagian duktusnya

membuka ke arah introitus vagina di permukaan selaput dara pada persimpangan duapertiga

bagian atas dan sepertiga bagian bawah labia minora.4

Pada wanita, otot perineal profunda melintang antara bagian depan dan belakang fasia

membran perineal yang membentuk diafragma urogenital berbentuk tipis dan sukar untuk

digambarkan, karena itu kehadirannya tidak diakui oleh sebagian ahli. Dibagian yang sama

terletak juga otot cincin external uretra.4

Segitiga anal

Wilayah ini mencakup otot luar anus dan lubang ischiorectal.4

Badan perineal

Bagian perineal merupakan wilayah fibromuskular (berotot serabut) antara vagina dan

kanal anus. Pada dataran saggita berbentuk segitiga. Pada sudut segitiganya terdapat ruang

rectovaginal dan dasarnya dibentuk oleh kulit perineal antara bagian belakang fouchette vulva

dan anus. Dalam bagian perineal terdapat lapisan otot fiber bulbospongiosus, dataran perineal

melintang dan otot cincin anus bagian luar.4

Diatas bagian ini terdapat otot dubur membujur dan serat tengah otot pubo rectalis,

karena itu sandaran panggul dan juga sebagian hiatus urogenitalis antara otot levator ani

bergantung pada keseluruhan badan perineal. Bagi ahli kesehatan ibu dan anak, istilah perineum

merujuk sebagian besar pada wilayah fibromuskular antara vagina dan kanal anus.4

Anatomi anorektum

Anorektum merupakan bagian yang paling jauh dari traktus gastrointestinalis dan terdiri

dari dua bagian yaitu kanal anus dan rektum. Kanal anus berukuran 3,5 cm dan terletak dibawah

persambungan anorektal yang dibentuk oleh otot puborectalis. Otot cincin anus terdiri dari tiga

3

Page 4: Preskas Ruptur Perineum

bagian ( subcutaneus / bawah kulit ), superfisial (permukaan) dan bagian profunda (dalam) dan

tidak bisa dipisahkan dari permukaan puborectalis. Cincin otot anus bagian dalam merupakan

lanjutan menebalnya otot halus yang melingkar. Bagian ini dipisahkan dari bagian luar cincin

otot anus oleh otot penyambung yang membujur rektum4.

C. ETIOLOGI RUPTURE PERINEUM

Robekan pada perineum umumnya terjadi pada persalinan dimana :

1.kepala janin terlalu cepat lahir5

4

Page 5: Preskas Ruptur Perineum

2. persalinan tidak dipimpin sebagaimana mestinya5

3. sebelumnya pada perineum terdapat banyak jaringan parut5

4. pada persalinan dengan distosia bahu5

Persalinan seringkali menyebabkan perlukaan pada jalan lahir. Perlukaan pada jalan lahir

tersebut terjadi pada : Dasar panggul/perineum, vulva dan vagina, servik uteri, uterus sedangkan

ruptur pada perineum spontan disebabkan oleh : Perineum kaku, kepala janin terlalu cepat

melewati dasar panggul, bayi besar, lebar perineum, paritas.1

D. KLASIFIKASI RUPTURE PERINEUM

1) Ruptur Perineum Spontan

Yaitu luka pada perineum yang terjadi karena sebab-sebab tertentu tanpa dilakukan

tindakan perobekan atau disengaja. Luka ini terjadi pada saat persalinan dan

biasanya tidak teratur.2,5

2) Ruptur perineum yang disengaja (Episiotomi)

Yaitu luka perineum yang terjadi karena dilakukan pengguntingan atau perobekan

pada perineum: Episiotomi adalah torehan yang dibuat pada perineum untuk

memperbesar saluran keluar vagina.2,5

D.1. RUPTURE PERINEUM SPONTAN

Definisi :

Luka pada perineum yang terjadi karena sebab-sebab tertentu tanpa dilakukan tindakan

perobekan atau disengaja. Luka ini terjadi pada saat persalinan dan biasanya tidak teratur.

Tingkat robekan perineum dapat dibagi atas 4 tingkatan :

1. Tingkat I:

5

Page 6: Preskas Ruptur Perineum

Robekan hanya terjadi pada selaput lender vagina dengan atau tanpa mengenai

kulit perineum sedikit2,5

2. Tingkat II:

Robekan yang terjadi lebih dalam yaitu selama mengenai selaput lendir vagina juga

mengenai muskulus perinei transversalis, tapi tidak mengenai sfingter ani2,5

3. Tingkat III:

Robekan yang terjadi mengenai seluruh perineum sampai mengenai otot-otot

sfingter ani.2,5

Ruptura perinei totalis di beberapa kepustakaan yang berbeda disebut sebagai

termasuk dalam robekan derajat III atau IV. Beberapa kepustakaan juga membagi

tingkat III menjadi beberapa bagian seperti :

Tingkat III a.

Robekan < 50 % ketebalan sfingter ani 6

Tingkat III b.

Robekan > 50% ketebalan sfinter ani 6

Tingkat III c.

Robekan hingga sfingter ani interna 6

4. Tingkat IV

Robekan hingga epitel anus 6

Robekan mukosa rectum tanpa robekan sfingter ani sangat jarang dan tidak termasuk

dalam klasifikasi diatas.6

6

Page 7: Preskas Ruptur Perineum

Teknik menjahit robekan perineum

1. Tingkat I :

Penjahitan robekan perineum tingkat I dapat dilakukan hanya dengan memakai catgut

yang dijahitkan secara jelujur (continuous suture) atau dengan cara angka delapan (figure

of eight)5

2. Tingkat II :

Sebelum dilakukan penjahitan pada robekan perineum tingkat II maupun tingkat III, jika

dijumpai pinggir yang tidak rta atau bergerigi, maka pinggir be rgerigi tersebut harus

diratakan terlebih dahulu.pinggir robekan sebelah kiri dan kanan masing-masing diklem

terlebih dahulu Kemudian digunting. Setelah pinggir robekan rata, baru dilakukan

penjahitan luka robekan. Mula-mula otot-otot dijahit denbgan catgut. Kemudian selaput

lendir vgina dijahiot dengan catgut secra terputus-putus atau jelujur. Penjahitan selaput

lendir vagina dimulai dari puncak robekan . terakhir kulit pwerineum dijahit dengan

benang sutera secara terputus-putus.5

3. Tingkat III :

7

Page 8: Preskas Ruptur Perineum

Mula-mula dinding depan rectum yang robek dijahit. Kemudian fasia peirektal dan fasia

septum rektovaginal dijahit dengan catgut kromik, sehingga bertemu kembali. Ujung-

ujung otot sfingter ani yang terpisah oleh karena robekan diklem dingan klem pean lurus.

Kemudian dijahit dengan 2-3 jahitan catgut kromil sehingga bertemu kembali.

Selanjutnya robekan dijahit lapis demi lapis seperti menjahit robekan perineum tingkat

II.5

4. Tingkat IV :

Pasien dirujuk ke fasilitas dan tenaga kesehatan yang memadai.7

D.2. RUPTURE PERINEUM YANG DISENGAJA ( EPISIOTOMI )

Definisi

Episiotomi adalah suatu tindakan insisi pada perineum yang menyebabkan terpotongnya

selaput lendir vagina, cincin selaput dara, jaringan pada septum rektovaginal, otot-otot dan fasia

perineum dan kulit sebelah depan perineum.5

Di masa lalu, dianjurkan untuk melakukan episiotomi secara rutin yang tujuannya adalah

untuk mencegah robekan berlebihan pada perineum, membuat tepi luka rata sehingga mudah

dilakukan penjahitan (reparasi), mencegah penyulit atau tahanan pada kepala dan infeksi tetapi

hal tersebut ternyata tidak didukung oleh bukti-bukti ilmiah yang cukup (Enkin et al, 2000;

Wooley, 1995). Tetapi sebaliknya, hal ini tidak boleh diartikan bahwa episiotomi tidak boleh

dilakukan karena ada indikasi tertentu untuk melakukan episiotomi (misalnya, persalinan dengan

ekstraksi cunam, distosia bahu, rigiditas perineum, dsb). Para penolong persalinan harus cermat

membaca kata rutin pada episiotomi karena hal itulah yang tidak dianjurkan, bukan

episiotominya.7

Episiotomi rutin tidak dianjurkan karena dapat menyebabkan :

1. Meningkatnya jumlah darah yang hilang dan berisiko hematoma

8

Page 9: Preskas Ruptur Perineum

2. Kejadian laserasi derajat tiga atau empat lebih banyak pada episiotomi rutin

dibandingkan dengan tanpa episiotomi.

3. Meningkatnya nyeri pascapersalinan di daerah perineum

4. Meningkatnya resiko infeksi.7

INDIKASI

Indikasi untuk melakukan episiotomi dapat timbul dari pihak ibu maupun pihak janin.5

1. Indikasi janin.

a. Sewaktu melahirkan janin premature. Tujuannya untuk mencegah terjadinya trauma

yang berlebihan pada kepala janin.

b. Sewaktu melahirkan janin letak sungsang, melahirkan janin dengan cunam, ekstraksi

vakum, dan janin besar.5

2. Indikasi ibu

Apabila terjadi peregangan perineum yang berlebihan sehingga ditakuti akan terjadi

robekan perineum, umpama pada primipara, persalinan sungsang, persalinan dengan

cunam, ekstraksi vakum, dan anak besar.5

Namun indikasi sekarang yang digunakan untuk melakukan episiotomi telah banyak berubah.

Indikasi untuk melakukan episiotomi untuk mempercepat kelahiran bayi bila didapatkan :

1. Gawat janin dan bayi akan segera dilahirkan dengan tindakan.

2. Penyulit kelahiran pervaginam ( sungsang, distosia bahu, ekstraksi cunam (forcep) atau

ekstraksi vakum )

3. Jaringan parut pada perineum atau vagina yang memperlambat kemajuan persalinan7

9

Page 10: Preskas Ruptur Perineum

TEKNIK

1. Episiotomi medialis

a. Pada teknik ini insisi dimulai dari ujung terbawah introitus vagina sampai batas atas

otot-otot sfingter ani.

Cara anestesi yang dipakai adalah cara anestesi infiltrasi antara lain dengan larutan

procaine 1%-2%; atau larutan lidonest 1%-2%; atau larutan xylocaine 1%-2%. Setelh

pemberian anestesi dilakukan insisi dengan mempergunakan gunting yang tajam

dimulai dari bagian terbwah introitus vagina menuju anus, tetapi sampai tidak

memotong pinggir atas sfingter ani, jingga kepala dapat dilahirkan. Bila kurang lebar

disambung ke lateral (episiotomi mediolateralis).

b. Untuk menjahit luka episiotomi medialis mula-mula otot perineum kiri dan kanan

dirapatkan dengan beberapa jahitan. Kemudian fasia dijahit dengan beberapa jahitan.

Lalu selaput lendir vagina dijahit dengan empat atau lima jahitan. Jahitan dapat

dilakukan secara terputius-putus (interupted suture) atau secara jelujur (continuous

10

Page 11: Preskas Ruptur Perineum

suture). Benang yang dipakai untuk menjahit otot, fasia dan selaput lendir adalah

catgut chromic, sedang untuk kulit perineum dipakai benang sutera. 5

2. Episiotomi mediolateralis

a. Pada teknik ini insisi dimulai dari bagian belakang introitus vagina menuju kearah

belakang dan samping. Arah insisi ini dapat dilakukan kearah kanan atau pun kiri,

tergantung pada kebiasaan orang yang melakukannya. Panjang insisi kira-kira 4 cm.

b. Tekhnik menjahit luka pada episiotomi mediolateralis hampir sama dengan tekhnik

menjahit episiotomi medialis. Penjahitan dilakukan sedemikian rupa sehingga setelah

penjahitan luka selesai hasilnya harus simetris

3. Episiotomi lateralis5

a. Pada tekhnik ini insisi dilakukan kearah lateral mulai dari kira-kira pada jam 3 atau 9

menurut arah jarum jam.

b. Tekhnik ini sekarang tidsak dilakukan lagi oleh karena banyak menimbulkan

komplikasi. Luka insisi ini dapat melebar kearah dimana terdapat pembuluh darah

pudendal interna, sehingga dapat menimbulkan perdarahan yang banyak. Selain itu

parut yang terjadi dapat menimbulkan rasa nyeri yang mengganggu penderita. 5

11

Page 12: Preskas Ruptur Perineum

Dalam buku acuan asuhan persalinan normal dijabarkan mengenai menjahit laserasi

perineum atau episiotomi yang intinya hampir sama dengan yang telah dijabarkan diatas.

Dikarenakan buku acuan asuhan persalinan normal adalah standar baku yang digunakan di

Indonesia, tidak ada salahnya bila akan dijabarkan kembali pada paragraph-paragraph berikut ini.

Tujuan menjahit laserari atau episiotomi adalah untuk menyatukan kembali jaringan

tubuh (mendekatkan) dan mencegah kehilangan darah yang tidak perlu (memastikan

haemostasis). Ingat bahwa setiap kali jarum masuk kedalam jaringan tubuh, jaringan akan

terlukadan menjadi tempat yang potensial untuk timbulnya infeksi. Oleh sebab itu pada saat

menjahit laserasi atau episiotomi gunakan benang yang cukup panjang dan gunakan sesedikit

mungkin jahitan untuk mencapai tujuan pendekatan dan haemostasis.7

Keuntungan-keuntungan teknik penjahitan jelujur :

1. Mudah dipelajari ( hanya perlu belajar satu jenis penjahitan dan satu atau atau dua

jenis simpul )

2. Tidak terlalu nyeri karena lebih sedikit benang yang digunakan

12

Page 13: Preskas Ruptur Perineum

3. Menggunakan lebih sedikit jahitan.

Mempersiapkan penjahitan

1. Bantu ibu mengambil posisi litotomi shingga bokongnya berada ditepi tempat tidur

atau meja. Topang kakinya dengan alat penopang atau minta anggota keluarga untuk

memegang kaki ibu sehingga ibu tetap berada dalam posisi litotomi.

2. Tempatkan handuk atau kain bersih dibawah bokong ibu.

3. Jika mungkin, tempatkan lampu sedemikian rupa sehingga perineum bias dilihat

dengan jelas.

4. Gunakan teknik aseptic pada memeriksa robekan atau episiotomi, memberikan

anestesi local dan menjahit luka.

5. Cuci tangan menggunakan sabun dan air bersih yang mengalir.

6. Pakai sarung tangan disinfeksi tingkat tinggi atau steril.

7. Dengan teknik aseptic, persiapkan peralatan dan bahan-bahan disinfektan tingkat

tinggi untuk penjahitan

8. Duduk dengan posisi santai dan nyaman sehingga luka bisa dengan mudah dilihat dan

penjahitan bisa dilakukan tanpa kesulitan.

9. Gunakan kain atau kassa disinfeksi tingkat tinggi atau bersih untuk menyeka vulva,

vagina dan perineum ibu dengan lembut, bersihkan darah atau bekuan darah yang ada

sambil menilai dalam dan luasnya luka.

10. Periksa vagina, serviks dan perineum secara lengkap. Pastikan bahwa laserasi/

sayatan perineum hanya merupakan derajat satu atau dua. Jika laserasinya dalam atau

episiotomi telah meluas, periksa lebih jauh untuk memeriksa bahwa tidak terjadi

robekan derajat tiga atau empat. Masukkan jari yang bersarung tangan ke dalam anus

dengan hati-hati dan angkat jari tersebut perlahan-lahan untuk mengidentifikasikan

sfingter ani. Raba tonus atau ketegangan sfingter. Jika sfingter terluka, ibu mengalami

laserasi derajat tiga atau empat dan harus dirujuk segera. Ibu juga dirujuk jika

mengalami laserasi serviks.

13

Page 14: Preskas Ruptur Perineum

11. Ganti sarung tangan dengan sarung tangan disinfeksi tingkat tinggi atau steril yang

baru setelah melakukan rectum.

12. Berikan anestesi lokal.

13. Siapkan jarum dan benang. Gunakan benang kromik 2-0 atau 3-0. Benang kromik

bersifat lentur, kuat, tahan lama, dan paling sedikit menimbulkan reaksi jaringan.

14. Tempatkan jarum pada pemegang jarum dengan sudut 90 derajat, jepit dan jepit

jarum tersebut. 7

Memberikan Anestesi Lokal

Berikan anestesi kepada setiap ibu yang memerlukan penjahitan laserasi atau

episiotomi. Penjahitan sangat menyakitkan dan menggunakan anestesi lokal merupakan

asuhan sayang ibu. Jika ibu dilakukan episiotomi dengan anestesi lokal, lakukan

pengujian pada luka untuk mengetahui bahwa bahan anestesi masih bekerja. Sentuh luka

dengan jarum yang tajam atau cubit dengan forcep/cunam. Jika ibu merasa tidak nyaman,

ulangi pemberian anestesi lokal.

Gunakan tabung suntik steril sekali pakai dengan jarum ukuran 22 panjang 4 cm.

Jarum yang lebih panjang atau tabung suntik yang lebih besar bisa digunakan, tapi jarum

harus berukuran 22 atau lebih kecil tergantung pada tempat yang memerlukan anesthesia.

Obat standar untuk anesthesia lokal adalah 1% lidokain tanpa epinefrin (silokain). Jika

lidokain 1% tidak tersedia, gunakan lidokan 2% yang dilarutkan dengan air steril atau

normal salin dengan perbandingan 1:1.

1. Jelaskan pada ibu apa yang akan d\anda lakukan dan bvantu ibu merasa santai.

2. Hisap 10 ml larutan lidokain 1% kedalam alat suntik sekali pakai ukuran 10 ml

(tabung suntik yang lebih besar boleh digunakan jika diperlukan). Jika lidokain 1%

tidak tersedia, larutkan 1 bagian 2% dengan 1 bagian normal salin atau air steril yang

sudah disuling.

3. Tempelkan jarum ukuran 22 sepanjang 4 cm ke tabung suntik tersebut.

4. Tusukkan jarum ke ujung atau pojok laserasi atau sayatan lalu tarik jarum sepanjang

tepi luka (ke arah bawah ke arah mukosa dan kulit perineum).

14

Page 15: Preskas Ruptur Perineum

5. Aspirasi (tarik pendorong tabung suntik) untuk memastikan bahwa jarum tidak

berada di dalam pembuluh darah. Jika darah masuk ke dalam tabung suntik, jangan

masukkan lidokain dan tarik jarum seluruhnya. Pindahkan posisi jarum dan

suntikkan kembali.

Alasan: ibu bisa mengalami kejang dan kematian bisa terjadi jika lidokain

disuntikkan ke dalam pembuluh darah

6. Suntikan anesthesia sejajar dengan permukaan luka pada saat jarum suntik ditarik

perlahan-lahan.

7. Tarik jarum hingga sampai ke bawah tempat dimana jarum tersebut disuntikkan.

8. Arahkan lagi jarum ke daerah di atas tengah luka dan ulangi langkah ke-4, dan sekali

lagi ulangi langkah ke-4 sehingga tiga garis di satu sisi luka mendapatkan anestesi

lokal. Ulangi proses proses ini di sisi lain dari luka tersebut. Setiap sisi luka akan

memerlukan kurang lebih 5 ml lidokain 1% untuk mendapatkan anestesi yang cukup.

9. Tunggu selama 2 menit dan biarkan anestesi tersebut bekerja dan kemudian uji

daerah yang dianastesi dengan cara dicubit dengan forcep atau disentuh dengan

jarum yang tajam. Jika ibu merakan jarum atau cubitan tersebut, tunggu 2 menit lagi

dan kemudian uji kembali sebelum menjahit luka. 7

Penjahitan Laserasi Pada Perineum

1. Cuci tangan dengan cara seksama dan gunakan sarung tangan disinfeksi tingkat

tinggi atau steril. Ganti sarung tangan jika sudah terkontaninasi atau tertusuk jarum

maupun peralatan tajam lainnya.

2. Pastikan bahwa perlatan dan bahan-bahan yang digunakan sudah steril.

3. Setelah memberikan anestesi lokal dan memastikan bahwa daerah tersebut sudah

dianatesi, telusuri dengan hati-hati menggunakan satu jari untuk secara jelas

menetukan batas-batas luka. Nilai kedalaman luka dan lapisan jaringan mana yang

15

Page 16: Preskas Ruptur Perineum

terluka. Dekatkan tepi laserasi untuk menentukan bagaimana cara manjahitnya

menjadi satu dengan mudah.

4. Buat jahitan pertama kurang lebih 1 cm di atas ujung laserasi di bagian dalam vagina.

Setelah membuat tusukan pertama, buat ikatan dan potong pendek benang yang lebih

pendek dari ikatan.

5. Tutp mukosa vagina dengan jahitan jelujur, jahit ke bawah ke arah cincin hymen.

6. Tepat sebelum cincin hcicncin hymen, masukkan jarum ke dalam mukosa vagina lalu

ke bawah cincin hymen sampai jarum berada di bawah laserasi. Periksa bagian antara

jarum di perineum dan bagian atas laserasi. Perhatikan seberapa dekat jarum ke

puncak luka.

7. Teruskan ke arah bawah tapi tetap pada luka, menggunakan jahitan jelujur, hingga

mencapai bagian bawah laserasi. Pastikan bahwa jarak setiap jahitan sama dan otot

yang terluka telah dijahit. Jika laserasi meluas ke dalam otot, mungkin perlu

melakukan satu atau dua lapis jahitan terputus-putus untuk menghentikan perdarahan

dan atau mendekatkan jaringan tubuh secara efektif.

8. Setelah mencapai ujung laserasi, arahkan jarum ke atas dan teruskan penjahitan

menggunakan jahitan jelujur untuk menutup lapisan subkutikuler. Jahitan ini akan

menjadi jahitan lapis kedua. Perikas lubang bekas jarum tetap terbuka berukuran 0,5

cm atau kurang. Luka ini akan menutup dengan sendirinya pada saat penyembuhan

luka.

9. Tusukkan jarum dari robekan perineum ke dalam vagina. Jarum harus keluar dari

belakang cincin hymen.

10. Ikat benang dengan membuat simpul di dalam vagina. Potong ujung benang dan

sisakan sekitar 1,5 cm. Jika ujung benang dipotong terlalu pendek, simpul akan

longgar dan laserasi akan membuka.

11. Ulangi pemeriksaan vagina dengan lembut untuk memastikan bahwa tidak ada kasa

atau peralatan yang tertinggal di dalamnya.

12. Dengan lembut masukkan jari yang paling kecil ke anus. Raba apakah ada jahitan

pada rectum. Jika ada jahitan yang teraba, ulangi pemeriksaan rectum 6 minggu

pasca persalinan. Jika penyembuhan belum sempurna (misalkan jika ada fistula

16

Page 17: Preskas Ruptur Perineum

rektovaginal atau ibu melaporkan incontinesia alvi atau feses), ibu segera dirujuk ke

fasilitas kesehatan rujukan.

13. Cuci daerah genital dengan lembut dengan sabun dan air disinfeksi tinggkat tinggi,

kemudian keringkan. Bantu ibu mencari posisi yang aman.

14. Nasehati ibu untuk:

a. Menjaga perineumnya selalu bersih dan kering.

b. Hindari penggunaan obat-obatan tradisional pada perineumnya.

c. Cuci perineumnya dengan sabun dan air bersih yang mengalir 3 sampai 4 kali

perhari.

d. Kembali dalam seminggu untuk memeriksa penyembuhan lukanya. Ibu harus

kembali lebih awal jika ia mengalami demam atau mengeluarkan cairan yang

berbau busuk dari daerah lukanya atau jika daerah tersebut menjadi lebih nyeri. 7

Ingat:

1. Tidak usah menjahit laserasi derajat satu yang tidak mengalami perdarahan dan mendekat

dengan baik.

2. Gunakan sesedikit mungkin jahitan untuk mendekatkan jaringan dan memastikan

hemostasis.

3. Selalu gunakan teknik aseptik.

4. Jika ibu mengeluh sakit pada saat penjahitan dilakukan, berikan lagi anestisia lokal untuk

memastikan kenyaman ibu, inilah yang disebut asuhan sayang ibu. 7

Penjahitan Episiotomi

Secara umum prosedur untuk menjahit episiotomi sama dengan menjahit laserasi

perineum. Jika episiotomi sudfah dilakukan, lakukan penilaian secara hati-hati untuk memastikan

lukannya tidak meluas. Sedapat mungkin, gunakan jahitan jelujur. Jika ada sayatan yang terlalu

17

Page 18: Preskas Ruptur Perineum

dalam hingga mencapai lapisan otot, mungkin perlu dilakukan penjahitan secara terputus untuk

merapatkan jaringan.7

18

Page 19: Preskas Ruptur Perineum

BAB III

IKHTISAR KASUS

A. IDENTITAS PASIEN

Nama : Ny. SS

Umur : 29 tahun

Alamat : Lenteng Agung, Jagakarsa

Suku : Jawa

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Pendidikan : Tamat SLTA

Tanggal masuk: 12 Februari 2010

B. ANAMNESA

Dilakukan autoanamnesa tanggal 12 Februari 2010 pada pukul 23.00 WIB

C. KELUHAN UTAMA

Mules-mules sejak 1 hari SMRS.

D. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG

Pasien datang dengan rujukan bidan dengan keluhan mules-mules sejak 1 hari SMRS.

Keluar darah (+), ANC teratur di PKM. Nyeri kepala (-), mual (-), sesak (-), pandangan

19

Page 20: Preskas Ruptur Perineum

kabur (-). G1 P0 hamil 39 minggu, HPHT tidak ingat. ANC rutin di bidan, USG 1x saat

usia 32 minggu dan keadaan baik. Pasien datang ke RS dalam keadaan mengamuk.

E. RIWAYAT HAID

Menarche 13 th, siklus 28 hari, lamanya 5-7 hari, 2x ganti pembalut/hari, Nyeri haid (-).

F. RIWAYAT PERNIKAHAN

Menikah 1x, usia pernikahan 11 tahun

G. RIWAYAT KEHAMILAN

Ini

H. RIWAYAT KONTRASEPSI : -

I. RIWAYAT PENYAKIT TERDAHULU :

DM(-),Asma (-),Hipertensi (-),Jantung (-)

J. RIWAYAT OPERASI :-

K. RIWAYAT PENGOBATAN TERDAHULU : -

L. RIWAYAT PENYAKIT DALAM KELUARGA :

DM(-),Asma (-),Hipertensi (-),Jantung (-)

M. PEMERIKSAAN FISIK

- Keadaan umum : Baik

- Kesadaran : Compos mentis

- Tanda-tanda vital :

TD : 130/80 mmHg ; FN : 80 x/menit ; RR:20x/menit ; suhu:afebris

TB : 153 cm ; BB : 62 kg

20

Page 21: Preskas Ruptur Perineum

N. STATUS GENERALIS

Mata : Konjungtiva pucat -/-, SI -/-.

Jantung : S1S2 reguler, Murmur (-), Gallop (-)

Pulmo : Sn. Vesikuler, Ronchi -/-, Wheezing -/-.

Abdomen : Buncit sesuai kehamilan, striae (+)

Ekstremitas : Akral hangat, oedem -/-

O. STATUS GINEKOLOGIS

TFU : 33 cm

His : 1-2 x/10’/ 25”

DJJ : 145 dpm

Gerak janin : +

TBJ : 3550 gr

I : V/U tenang

Io : portio licin, ostium terbuka,fluor (-),fluxus (+).

VT : portio lunak, axial, t: 1 cm, Æ 8 cm, ketuban (+), kepala H III

P. PELVIMETRI KLINIS

Tidak dilakukan

21

Page 22: Preskas Ruptur Perineum

Q. USG

JPKTH

BPD : 8,76 cm

HC : 30,0 cm

AC : 31,1 cm

FL : 7,16 cm

TBJ : 2800 gr

ICA : 9

Plasenta korpus kanan

Kesan : hamil aterm, JPKTH

R. CTG

Frekuensi dasar : 140 dpm

Variabilitas : 5-20

Accelerasi : +

Deselerasi : -

His : -

Gerak janin : +

22

Page 23: Preskas Ruptur Perineum

Kesan : Reassuring

S. LABORATORIUM

23

Page 24: Preskas Ruptur Perineum

HAEMATOLOGI

Hb : 12,4 g/dl

Ht : 39%

Leuko : 18.00/ul0 /ul

Trombosit : 317 ribu/ul

Eritrosit : 4,43 juta

VER/HER/KHER/RDW

VER : 87,8 fl

HER : 28 pg

KHER : 31,9 g/dl

RDW : 13,2%

GDS : 84 mg/dl

SGOT/SGPT : 18 U/I /18 U/I

URINALISA

Urobilinogen : 0,2

Protein urine :-

Berat jenis : 1,010

Bilirubin : -

Keton : -

Nitrit : -

pH : 6,0

leuosit :-

darah/Hb :-

Glukosa :-

Warna :Yellow

Kejernihan :clear

SEDIMEN URINE

Epitel :+

Leukosit :1-2

Eritrosit :0-1

Silinder :-

Kristal :-

Bakteri :-

24

Page 25: Preskas Ruptur Perineum

Lain-lain :-

T. DIAGNOSIS

G1 hamil aterm, JPKTH, e.c susp oksiput posterior.

U. PENATALAKSANAAN

RD/ Obsv TNSP/ jam, kontraksi, djj/ jam

RTh/ Rencana awal partus per vaginam

Augmenta si dengan oxitosin 5 iu dalam RL 500ml

Antibiotik profilaksis ceftriaxone 1 x 2 gr

FOLLOW UP

13/02/10 jam 01.00

S : Mules-mules makin sering, gerak janin (+), nyeri perut (+), ibu kelelahan

O : TD : 110/80, FN : 88, RR : 20, S: 36,7

Stat. generalis : dbn

Stat. obst : His 2-3x/10’/25”, DJJ : 150 dpm

I : v/u tenang

25

Page 26: Preskas Ruptur Perineum

VT : pembukaan lengkap, ketuban (-), kepala H III-IV

A : inersia PK II pada G1 hamil aterm, JPKTH e.c susp oksiput posterior

P : RD/ : Obsv TNSP, kontraksi, djj, tanda infeksi, kompresi tali pusat

RTh/ : percepat PK II dengan EF

Pukul 01.30

Dengan EF lahir spontan bayi perempuan 3100 gr, A/S 8/9, oksiput posterior.

Air ketuban keruh, jumlah cukup.

Tali pusat dijepit dan dipotong

Ibu disuntik oxytocin 10 IU im

Dilakukan PTT

Pukul 01.45

Lahir spontan plasenta,

Eksplorasi jalan lahir rupture perineum grade IIIb.

Dilakukan penjahitan sfingter ani eksterna overlap

Dilakukan haemostasis dan perineorafi dengan chromic catgut 2.0

26

Page 27: Preskas Ruptur Perineum

BAB IV

ANALISA KASUS

Pada kasus ini didapatkan rupture perineum grade IIIb. Dari ananmnesis pasien, di

dapatkan bahwa ini adalah kehamilannnya yang pertama ( primipara ). Pada seorang primipara

27

Page 28: Preskas Ruptur Perineum

atau orang yang baru pertama kali melahirkan ketika terjadi peristiwa "kepala keluar pintu". Pada

saat ini seorang primipara biasanya tidak dapat tegangan yang kuat ini sehingga robek pada

pinggir depannya. Luka-luka biasanya ringan tetapi kadang-kadang terjadi juga luka yang luas

dan berbahaya. Sebagai akibat persalinan terutama pada seorang primipara, biasa timbul luka

pada vulva di sekitar introitus vagina yang biasanya tidak dalam akan tetapi kadang-kadang bisa

timbul perdarahan banyak.

Pada pasien ini tidak ditemukan adanya jaringan parut pada perineum dan adanya distosia

bahu pada janin selama proses persalinan sehingga penyebab rupture perineum dari sebab-sebab

ini dapat disingkirkan.

Sebab lain yang dapat menyebabkan rupture perineum pada kasus ini adalah kepala janin

terlalu cepat dilahirkan dan persalinan tidak dipimpin sebagai mestinya belum dapat disingkirkan.

Hal ini bisa saja terjadi karena ada langkah yang mungkin kurang dikuasai seperti pengendalian

kecepatan dan pengaturan diameter kepala saat melewati introitus terutama ketika diameter

kepala bayi 5-6 cm tengah membuka vulva. Selain itu ketika dipimpin meneran, ibu tidak

meneran sebagaimana yang diarahkan.

28

Page 29: Preskas Ruptur Perineum

DAFTAR PUSTAKA

1. Saifudin, Abdul Bari. Ilmu Kebidanan Sarwono Prawiohardjo.edisi 4. Jakarta . PT

Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.2008

2. Wiknjosastro, Hanifa. Ilmu kandungan. Edisi 2. Jakarta.Yayasan Bina Sarwono

Prawirohardjo. 2005

3. Kamus kedokteran Dorlan. Jakarta . EGC. 1994

4. Snell, Richard S. Anatomi klinik untuk mahasiswa kedokteran. Edisi 6. Jakarta. EGC.

2000

5. Wiknjosastro , Hanifa. Ilmu Bedah Kebidanan. Edisi Pertama. Jakarta. Yayasan Bina

Sarwono Prawirohardjo.2007

6. Cunningham FG et al. William Obstetrics. 22nd . New York. McGraw-Hill.2005

7. DEPKES RI. Buku Acuan Asuhan Persalinan Normal. 2008

29