preskas mioma fixed

28
PRESENTASI KASUS Tanggal masuk RSUD : 14 Agustus 2014 Jam : 13.20 WIB 1. Identifikasi 1) Nama : Ny. J 2) Umur : 48 tahun 3) Agama : Islam 4) Pendidikan : SMA 5) Pekerjaan : Ibu rumah tangga 6) Alamat : Cibeber, Cilegon 2. Keluhan Utama : Nyeri perut bagian bawah 2 hari SMRS, terasa benjolan di perut bagian bawah yang ada sejak 2 tahun yang lalu. Tambahan : Sesak 3. Riwayat Haid Menarche : 14 tahun Siklus Haid : 1 bulan Jumlah : 2x ganti pembalut Lama : 5 hari HPHT : 5 Juli 2014 4. Riwayat Perkawinan 1

Upload: resha-chaerunisa

Post on 03-Sep-2015

223 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

l;l';

TRANSCRIPT

PRESENTASI KASUSTanggal masuk RSUD:14 Agustus 2014Jam:13.20 WIB

1. Identifikasi

1) Nama:Ny. J

2) Umur:48 tahun

3) Agama:Islam

4) Pendidikan:SMA

5) Pekerjaan:Ibu rumah tangga

6) Alamat:Cibeber, Cilegon

2. Keluhan

Utama:Nyeri perut bagian bawah 2 hari SMRS, terasa benjolan di perut bagian bawah yang ada sejak 2 tahun yang lalu.

Tambahan:Sesak

3. Riwayat Haid

Menarche: 14 tahun

Siklus Haid: 1 bulan

Jumlah: 2x ganti pembalut

Lama: 5 hari

HPHT: 5 Juli 2014

4. Riwayat Perkawinan

Menikah satu kali selama 20 tahun dan cerai 8 tahun yang lalu.

5. Riwayat Obstetri

P1A0

6. Riwayat Penyakit Terdahulu

Pasien menyangkal memiliki riwayat hipertensi, diabetes melitus, penyakit jantung, ginjal dan asma.

7. Riwayat Penyakit Keluarga

Pasien mengaku dalam keluarga tidak ada yang memiliki riwayat penyakit hipertensi, diabetes melitus, penyakit jantung, ginjal, asma maupun tumor kandungan.

8. Riwayat Kontrasepsi

Pasien mengaku tidak pernah menggunakan KB.

Pemeriksaan Fisik, 31 Juli 2013

1. Status Present

Keadaan umum:BaikKesadaran:Compos mentis

Tek. Darah:120/80 mmHg

Nadi:84x/menit

Pernafasan:20x/menit

Suhu:360C

BB:82 kg

TB:155 cm

2. Status Generalis

Mata: Tidak terdapat konjungtiva anemis dan sklera ikterik

Leher : Tidak teraba pembesaran kelenjar getah bening

Jantung : Ictus cordis tidak teraba dan tidak terlihat

Bunyi jantung I-II reguler, murmur dan gallop (-)

Paru : Suara napas vesikuler, rhonki (-/-), wheezing (-/-)

Abdomen: Buncit, tidak ada kelainan kulit, tidak ada luka bekas operasi, teraba massa di daerah suprapubik dengan konsistensi kenyal, immobile, tidak berbenjol-benjol, ukuran 18x18x15 cm, bising usus (+)

Ekstremitas : Akral hangat

3. Status Ginekologi

Pemeriksaan Luar

Perut membuncit, tidak terdapat kelainan kulit, tidak ada luka bekas operasi, teraba massa di daerah suprapubik dengan konsistensi kenyal, immobile, tidak berbenjol-benjol, ukuran 18x18x15 cm.

Pemeriksaan Dalam

Inspekulo dan VT tidak dilakukan

USG

4. Pemeriksaan Laboratorium

Hemoglobin: 14,3 g/dl

Leukosit: 8.100/uL

Hematokrit: 44,2%

Trombosit: 366.000/uL

Gula Darah Sewaktu : 97 mg/dl

Ureum: 15 mg/dl

Creatinin: 0,8 mg/dl

Masa perdarahan: 2 menit

Masa pembekuan: 10 menit

Laju Endap Darah: 35 mm/jam

Golongan darah: B Rh(+)

HBsAg: negatif

Anti-HIV: non reaktif

Diagnosis

Mioma uteri

Rencana terapi

IVFD RL 20 tpm

Observasi tanda-tanda vital

Histerektomi supravaginal

Prognosis

Dubia ad bonam

FOLLOW UP

15 Agustus 2014

Jam 05.30

S/ : Mual, nyeri di daerah suprapubik

O/ : KU : Tampak sakit ringan, Kesadaran : Compos mentis

TD : 140/80 mmHg, N: 92 x/menit,

RR : 24 x/menit, S: 37C

Status lokalis: Regio suprapubik

Inspeksi : perut tampak buncit, tidak ada kelainan kulit, tidak ada luka bekas operasi

Palpasi : teraba massa di regio suprapubik, dengan konsistensi kenyal, immobile, tidak berbenjol-benjol, ukuran 18x18x15 cm.

Auskultasi : bising usus (+)

A/ : Mioma uteri

P/ : IVFD RL 20 tpm

Observasi tanda-tanda vital

Persiapkan Operasi: informed consent, pasang kateter, pasien dipuasakan, rencana operasi jam 11.00

Laporan operasi

Teknik operasi : Histerektomi

1. Pasien tidur terlentang dalam spinal anestesi.

2. Dilakukan tindakan aseptik dan antiseptik pada daerah abdomen dan sekitarnya.

3. Daerah operasi dipersempit dengan duk steril.

4. Dibuat insisi 1cm di atas mons pubis dengan arah vesica sepanjang 10cm.

5. Dilakukan insisi lapis demi lapis dan peritoneum parietal dibuka dan dipisahkan secara tajam.

6. Dilakukan eksplorasi, tampak uterus sebesar tinju, warna merah muda, permukaan rata, konsistensi kenyal padat.

7. Uterus dikeluarkan dari rongga abdomen dan dipasangkan bikas untuk melindungi usus dan jaringan sekitarnya.

8. Ligamentum rotundum kanan diidentifikasi, diklem di dua tempat, dipotong dan diikat.

9. Ligamentum latum kanan diidentifikasi, diklem di dua tempat, dipotong dan diikat.

10. Ligamentum ovarii proprium diidentifikasi, diklem di dua tempat, dipotong dan diikat.

11. Dilakukan hal yang sama pada sisi kiri.

12. Kemudian uterus diangkat.

13. Cavum abdomen dibersihkan dari darah.

14. Dinding abdomen dijahit lapis demi lapis.

15. Jaringan uterus diambil sebagai sampel untuk dikirim ke PA.

16. Operasi selesai.

Post - op

15 Agustus 2014

13.00

16 Agustus 2014

05.30

17 Agustus 2014

05.30

18 Agustus 2014

06.00

S/ : Nyeri luka operasi mulai terasa

O/ : KU : Tampak sakit sedang, Kesadaran : Compos mentis

TD : 130/80 mmHg, N: 72 x/menit,

RR : 24 x/menit, S: 37,1C

A/ : Post histerektomi a/i mioma uteri H0

P/ : IVFD RL 20 tpm

Observasi tanda-tanda vital

Ceftriaxone 2x1

Ketorolac 3x1

S/ : Nyeri luka post operasi & mual

O/ : KU : Baik, Kesadaran : Compos mentis

TD : 140/90 mmHg, N : 88 x/menit

RR : 20 x/menit, S: 36,3oC

PPV : -

A/ : Post histerektomi a/i mioma uteri H1

P/ : IVFD RL 20 tpm

Observasi tanda-tanda vital

Ceftriaxone 2x1

Ketorolac 3x1

S/ : Nyeri luka post operasi berkurang

O/ : KU : Baik, Kesadaran : Compos mentis

TD : 130/80 mmHg, N : 73 x/menit

RR : 24 x/menit, S: 37,2oC

PPV : -

A/ : Post histerektomi a/i mioma uteri H2

P/ : Observasi tanda-tanda vital

Amoxicillin 3x1

Asam mefenamat 3x1

Nifedipine 1x10mg

S/ : Tidak ada keluhan

O/ : KU : Baik, Kesadaran : Compos mentis

TD : 130/80 mmHg, N : 116 x/menit

RR : 20 x/menit, S: 36,6oC

PPV : -

A/ : Post histerektomi a/i mioma uteri H3

P/ : Amoxicillin 3x1

Asam mefenamat 3x1

Pasien boleh pulang

DISKUSI

I. IDENTIFIKASI

Diagnosa mioma uteri ditegakan berdasarkan gejala yang timbul, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang yang ada. Gejala yang timbul sangat tergantung pada tempat sarang mioma ini berada (serviks, intramural, submukus, subserus), besarnya tumor, perubahan dan komplikasi yang terjadi. Gejala-gejala pada pasien tersebut antara lain gangguan haid berupa menoragia yaitu perdarahan haid yang lebih banyak dari normal, atau lebih lama dari normal (lebih dari 8 hari). Sebab kelainan ini terletak pada kondisi dalam uterus, misalnya adanya mioma uteri dengan permukaan endometrium lebih luas dari biasa dan dengan kontraktilitas yang terganggu. Gejala yang lain yaitu rasa penuh (kemeng), nyeri dan berat pada perut bagian bawah serta gangguan BAK berupa retensio urine. Gangguan ini tergantung dari besar dan tempat mioma uteri sehingga menimbulkan gejala dan tanda penekanan.

Pemeriksaan fisik pada pasien ini didapatkan status vital yang baik, yang berarti hemodinamik pasien masih baik. Pada palpasi abdomen teraba massa mioma berukuran 15 x 15 cm yang berkonsistensi kenyal dan bersifat immobile. Pada pemeriksaan penunjang seperti USG pada pasien ini didapatkan gambaran uterus yang membesar dengan ukuran 18x18x15 cm dengan kesan mioma uteri.

Dapat ditarik kesimpulan diagnosis pasien tersebut adalah mioma uteri melalui hasil anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang yang dilakukan. Pada anamnesis yang menunjang diagnosis mioma uteri adalah didapatkan keluhan nyeri perut bagian bawah. Kemudian dari pemeriksaan fisik ditemukan teraba massa di regio suprapubik. Pencitraan dengan USG semakin memperkuat diagnosis mioma uteri dimana terdapat uterus yang membesar dengan ukuran 18x18x15 cm.

II. PERMASALAHAN

1. Apakah penegakan diagnosis pada kasus ini sudah tepat?

2. Faktor predisposisi apa yang didapatkan pada pasien ini ?

3. Apakah penatalaksanaan pasien ini sudah adekuat?

III. ANALISA KASUS

1. Apakah penegakan diagnosis pada kasus ini sudah tepat?

Dalam kasus ini pada pemeriksaan fisik didapatkan adanya benjolan di perut

bawah, kenyal, permukaan licin, nyeri tekan (-). Gejala yang timbul sangat

bergantung pada tempat sarang mioma ini berada, besarnya tumor, perubahan dan komplikasi yang terjadi.

Pada kasus ini, diagnosa mioma uteri ditegakkan dari:

Anamnesa:

Pasien datang dengan keluhan utama nyeri perut bagian bawah dan merasa ada benjolan di perut bagian bawah.

Riwayat mentruasi sebelumnya teratur.

Riwayat penggunaan KB (-)

Pada pemeriksaan fisik didapatkan:

Status ginekologi:

Inspeksi : perut terlihat membuncit, tidak ada kelainan kulit, tidak ada luka bekas operasi

Palpasi : teraba massa di regio suprapubik, dengan konsistensi kenyal, immobile, tidak berbenjol-benjol, ukuran 18x18x15 cm.

Auskultasi : bising usus (+)

Inspekulo dan VT tidak dilakukan.

USG:

VU terisi cukup, tampak uterus membesar, ukuran 18x18x15 cm dengan

whorl like appearance (+), adnexa dalam batas normal.

Kesan : menyokong gambaran mioma uteri.

2. Faktor predisposisi apa yang didapatkan pada pasien ini ?

Faktor predisposisi yang mungkin pada pasien ini adalah :

a. Usia: pasien masih dalam usia reproduksi.

b. Fungsi ovarium: diperkirakan ada korelasi antara hormon estrogen dengan pertumbuhan mioma, dimana mioma uteri muncul setelah menarche, berkembang setelah kehamilan dan mengalami regresi setelah menopause.

3. Apakah penatalaksanaan pasien ini sudah adekuat?

Ya, pasien merasa tidak nyaman karena benjolan yg membesar pada perut bagian bawah merupakan salah satu indikasi untuk dilakukannya histerektomi.

Observasi keadaan umum dan tanda vital

Konsul SpPD

Persiapan tranfusi PRC

Ceftriaxone 2x1

Ketorolac 3x1

Histerektomi supravaginal

TINJAUAN PUSTAKA

Definisi

Mioma uteri adalah tumor jinak miometrium uterus dengan konsistensi padat kenyal, batas jelas, mempunyai pseudo kapsul, tidak nyeri, bisa soliter atau multipel. Tumor ini juga dikenal dengan istilah fibromioma uteri, leiomioma uteri, atau uterine fibroid. Mioma uteri bukanlah suatu keganasan dan tidak juga berhubungan dengan keganasan.(1,5,6)

Epidemiologi

Berdasarkan otopsi, Novak menemukan 27% wanita berumur 25 tahun mempunyai sarang mioma, pada wanita yang berkulit hitam ditemukan lebih banyak. Mioma uteri belum pernah dilaporkan terjadi sebelum menarke, sedangkan setelah menopause hanya kira-kira 10% mioma yang masih bertumbuh. Diperkirakan insiden mioma uteri sekitar 20 30% dari seluruh wanita. Di Indonesia mioma uteri ditemukan pada 2,39 11,7% pada semua penderita ginekologi yang dirawat. Tumor ini paling sering ditemukan pada wanita umur 35 45 tahun (kurang lebih 25%) dan jarang pada wanita 20 tahun dan wanita post menopause. Wanita yang sering melahirkan akan lebih sedikit kemungkinan untuk berkembangnya mioma ini dibandingkan dengan wanita yang tak pernah hamil atau hanya 1 kali hamil. Statistik menunjukkan 60% mioma uteri berkembang pada wanita yang tak pernah hamil atau hanya hamil 1 kali. Prevalensi meningkat apabila ditemukan riwayat keluarga, ras, kegemukan dan nullipara.(2,3)

Etiologi

Sampai saat ini belum diketahui penyebab pasti mioma uteri dan diduga merupakan penyakit multifaktorial. Dipercaya bahwa mioma merupakan sebuah tumor monoklonal yang dihasilkan dari mutasi somatik dari sebuah sel neoplastik tunggal. Sel-sel tumor mempunyai abnormalitas kromosom lengan 12q13-15. Ada beberapa faktor yang diduga kuat sebagai faktor predisposisi terjadinya mioma uteri, yaitu : (3)

1. Usia : mioma uteri jarang terjadi pada usia kurang dari 20 tahun, ditemukan sekitar 10% pada wanita berusia lebih dari 40 tahun. Tumor ini paling sering memberikan gejala klinis antara 35-45 tahun.

2. Paritas : lebih sering terjadi pada nullipara atau pada wanita yang relatif infertil, tetapi sampai saat ini belum diketahui apakah infertil menyebabkan mioma uteri atau sebaliknya mioma uteri yang menyebabkan infertil, atau apakah kedua keadaan ini saling mempengaruhi.

3. Faktor ras dan genetik : pada wanita ras tertentu, khususnya wanita berkulit hitam, angka kejadiaan mioma uteri tinggi. Terlepas dari faktor ras, kejadian tumor ini tinggi pada wanita dengan riwayat keluarga ada yang menderita mioma.

4. Fungsi ovarium : diperkirakan ada korelasi antara hormon estrogen dengan pertumbuhan mioma, dimana mioma uteri muncul setelah menarke, berkembang setelah kehamilan dan mengalami regresi setelah menopause.

Patofisiologi

Mioma merupakan monoclonal dengan tiap tumor merupakan hasil dari penggandaan satu sel otot. Etiologi yang diajukan termasuk di dalamnya perkembangan dari sel otot uterus atau arteri pada uterus, dari transformasi metaplastik sel jaringan ikat, dan dari sel-sel embrionik sisa yang persisten. Penelitian terbaru telah mengidentifikasi sejumlah kecil gen yang mengalami mutasi pada jaringan ikat tapi tidak pada sel miometrial normal. Penelitian menunjukkan bahwa pada 40% penderita ditemukan aberasi kromosom yaitu t(12;14)(q15;q24).

Meyer dan De Snoo mengajukan teori Cell Nest atau teori genioblast. Percobaan Lipschultz yang memberikan estrogen kepada kelinci percobaan ternyata menimbulkan tumor fibromatosa baik pada permukaan maupun pada tempat lain dalam abdomen. Efek fibromatosa ini dapat dicegah dengan pemberian preparat progesteron atau testoster. Pemberian agonis GnRH dalam waktu lama sehingga terjadi hipoestrogenik dapat mengurangi ukuran mioma. Efek estrogen pada pertumbuhan mioma mungkin berhubungan dengan respon mediasi oleh estrogen terhadap reseptor dan faktor pertumbuhan lain. Terdapat bukti peningkatan produksi reseptor progesteron, faktor pertumbuhan epidermal dan insulin-like growth factor 1 yang distimulasi oleh estrogen. Anderson dkk, telah mendemonstrasikan munculnya gen yang distimulasi oleh estrogen lebih banyak pada mioma daripada miometrium normal dan mungkin penting pada perkembangan mioma. Namun bukti-bukti masih kurang meyakinkan karena tumor ini tidak mengalami regresi yang bermakna setelah menopause sebagaimana yang disangka. Lebih daripada itu tumor ini kadang-kadang berkembang setelah menopause bahkan setelah ooforektomi bilateral pada usia dini.(3)

Klasifikasi mioma uteri

Klasifikasi mioma dapat berdasarkan lokasi dan lapisan uterus yang terkena.(3)

1. Lokasi

Cerivical (2,6%), umumnya tumbuh ke arah vagina menyebabkan infeksi. Isthmica (7,2%), lebih sering menyebabkan nyeri dan gangguan traktus urinarius. Corporal (91%), merupakan lokasi paling lazim, dan seringkali tanpa gejala.

2. Lapisan Uterus

Mioma uteri pada daerah korpus, sesuai dengan lokasi dibagi menjadi 3 jenis, yaitu :

Mioma Uteri Submukosa

Mioma submukosa dapat tumbuh bertangkai menjadi polip, kemudian dilahirkan melalui saluran serviks disebut mioma geburt. Hal ini dapaat menyebabkan dismenore, namun ketika telah dikeluarkan dari serviks dan menjadi nekrotik, akan memberikan gejala pelepasan darah yang tidak regular dan dapat disalahartikan dengan kanker serviks.

Dari sudut klinik mioma uteri submukosa mempunyai arti yang lebih penting dibandingkan dengan jenis yang lain. Pada mioma uteri subserosa ataupun intramural walaupun ditemukan cukup besar tetapi sering kali memberikan keluhan yang tidak berarti. Sebaliknya pada jenis submukosa walaupun hanya kecil selalu memberikan keluhan perdarahan melalui vagina. Perdarahan sulit untuk dihentikan sehingga sebagai terapinya dilakukan histerektomi.

Mioma Uteri Subserosa

Lokasi tumor di subserosa korpus uteri dapat hanya sebagai tonjolan saja, dapat pula sebagai satu massa yang dihubungkan dengan uterus melalui tangkai. Pertumbuhan ke arah lateral dapat berada di dalam ligamentum latum dan disebut sebagai mioma intraligamenter. Mioma yang cukup besar akan mengisi rongga peritoneal sebagai suatu massa. Perlengketan dengan usus, omentum atau mesenterium di sekitarnya menyebabkan sistem peredaran darah diambil alih dari tangkai ke omentum. Akibatnya tangkai makin mengecil dan terputus, sehingga mioma akan terlepas dari uterus sebagai massa tumor yang bebas dalam rongga peritoneum. Mioma jenis ini dikenal sebagai jenis parasitik.

Mioma Uteri Intramural

Disebut juga sebagai mioma intraepitelial. Biasanya multipel apabila masih kecil tidak merubah bentuk uterus, tetapi bila besar akan menyebabkan uterus berbenjol-benjol, uterus bertambah besar dan berubah bentuknya. Mioma sering tidak memberikan gejala klinis yang berarti kecuali rasa tidak enak karena adanya massa tumor di daerah perut sebelah bawah. Kadang kala tumor tumbuh sebagai mioma subserosa dan kadang-kadang sebagai mioma submukosa. Di dalam otot rahim dapat besar, padat (jaringan ikat dominan), lunak (jaringan otot rahim dominan).Secara makroskopis terlihat uterus berbenjol-benjol dengan permukaan halus. Pada potongan, tampak tumor berwarna putih dengan struktur mirip potongan daging ikan. Tumor berbatas tegas dan berbeda dengan miometrium yang sehat, sehingga tumor mudah dilepaskan. Konsistensi kenyal, bila terjadi degenerasi kistik maka konsistensi menjadi lunak. Bila terjadi kalsifikasi maka konsistensi menjadi keras. Secara histologik tumor ditandai oleh gambaran kelompok otot polos yang membentuk pusaran, meniru gambaran kelompok sel otot polos miometrium. Fokus fibrosis, kalsifikasi, nekrosis iskemik dari sel yang mati. Setelah menopause, sel-sel otot polos cenderung mengalami atrofi, ada kalanya diganti oleh jaringan ikat. Pada mioma uteri dapat terjadi perubahan sekunder yang sebagian besar bersifat degenerasi. Hal ini oleh karena berkurangnya pemberian darah pada sarang mioma. Perubahan ini terjadi secara sekunder dari atropi postmenopausal, infeksi, perubahan dalam sirkulasi atau transformasi maligna.

Gambar 1. Jenis-jenis mioma uteri. (3)

Gejala klinis

Hampir separuh kasus mioma uteri ditemukan secara kebetulan pada pemeriksaan ginekologik karena tumor ini tidak mengganggu. Gejala yang timbul sangat tergantung pada tempat sarang mioma ini berada serviks, intramural, submukus, subserus), besarnya tumor, perubahan dan komplikasi yang terjadi. Gejala tersebut dapat digolongkan sebagai berikut : (6)

1) Perdarahan abnormal

Gangguan perdarahan yang terjadi umumnya adalah hipermenore, menoragia dan dapat juga terjadi metroragia. Beberapa faktor yang menjadi penyebab perdarahan ini, antara lain adalah :

Pengaruh ovarium sehingga terjadilah hyperplasia endometrium sampai adeno karsinoma endometrium.

Permukaan endometrium yang lebih luas daripada biasa.

Atrofi endometrium di atas mioma submukosum.

Miometrium tidak dapat berkontraksi optimal karena adanya sarang mioma diantara serabut miometrium, sehingga tidak dapat menjepit pembuluh darah yang melaluinya dengan baik.

2) Rasa nyeri

Rasa nyeri bukanlah gejala yang khas tetapi dapat timbul karena gangguan sirkulasi darah pada sarang mioma, yang disertai nekrosis setempat dan peradangan. Pada pengeluaran mioma submukosum yang akan dilahirkan, pula pertumbuhannya yang menyempitkan kanalis servikalis dapat menyebabkan juga dismenore.

3) Gejala dan tanda penekanan

Gangguan ini tergantung dari besar dan tempat mioma uteri. Penekanan pada kandung kemih akan menyebabkan poliuri, pada uretra dapat menyebabkan retensio urine, pada ureter dapat menyebabkan hidroureter dan hidronefrosis, pada rectum dapat menyebabkan obstipasi dan tenesmia, pada pembuluh darah dan pembuluh limfe dipanggul dapat menyebabkan edema tungkai dan nyeri panggul.

4) Infertilitas dan abortus

Infertilitas dapat terjadi apabila sarang mioma menutup atau menekan pars intertisialis tuba, sedangkan mioma submukosum juga memudahkan terjadinya abortus oleh karena distorsi rongga uterus. Rubin (1958) menyatakan bahwa apabila penyebab lain infertilitas sudah disingkirkan, dan mioma merupakan penyebab infertilitas tersebut, maka merupakan suatu indikasi untuk dilakukan miomektomi.

Diagnosis

1. Anamnesis

Dalam anamnesis dicari keluhan utama serta gejala klinis mioma lainnya, faktor resiko serta kemungkinan komplikasi yang terjadi.

2. Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan status lokalis dengan palpasi abdomen. Mioma uteri dapat diduga dengan pemeriksaan luar sebagai tumor yang keras, bentuk yang tidak teratur, gerakan bebas, tidak sakit.

3. Pemeriksaan penunjang

a. Pemeriksaan laboratorium

Akibat yang terjadi pada mioma uteri adalah anemia akibat perdarahan uterus yang berlebihan dan kekurangan zat besi. Pemeriksaaan laboratorium yang perlu dilakukan adalah Darah Lengkap (DL) terutama untuk mencari kadar Hb. Pemeriksaaan lab lain disesuaikan dengan keluhan pasien.

b. Imaging

1) Pemeriksaaan dengan USG akan didapat massa padat dan homogen pada uterus. Mioma uteri berukuran besar terlihat sebagai massa pada abdomen bawah dan pelvis dan kadang terlihat tumor dengan kalsifikasi.

2) Histerosalfingografi digunakan untuk mendeteksi mioma uteri yang tumbuh ke arah kavum uteri pada pasien infertil.

3) MRI lebih akurat untuk menentukan lokasi, ukuran, jumlah mioma uteri, namun biaya pemeriksaan lebih mahal.

Diagnosis banding

1. Adenomiosis (7)

2. Neoplasma ovarium

3. Kehamilan

Penatalaksanaan

Tidak semua mioma uteri memerlukan pengobatan bedah. Penanganan mioma uteri tergantung pada umur, status fertilitas, paritas, lokasi dan ukuran tumor, sehingga biasanya mioma yang ditangani yaitu yang membesar secara cepat dan bergejala serta mioma yang diduga menyebabkan fertilitas. Secara umum, penanganan mioma uteri terbagi atas penanganan konservatif dan operatif. (3)

Penanganan konservatif bila mioma berukuran kecil pada pra dan post menopause tanpa gejala. Cara penanganan konservatif adalah observasi dengan pemeriksaan pelvis secara periodic setiap 3-6 bulan.

Pengobatan operatif meliputi miomektomi dan histerektomi. Miomektomi adalah pengambilan sarang mioma saja tanpa pengangkatan uterus. Tindakan ini dapat dikerjakan misalnya pada mioma submukoum pada myom geburt dengan cara ekstirpasi lewat vagina. Pengambilan sarang mioma subserosum dapat mudah dilaksanakan apabila tumor bertangkai. Apabila miomektomi ini dikerjakan karena keinginan memperoleh anak, maka kemungkinan akan terjadi kehamilan adalah 30-50%. Histerektomi adalah pengangkatan uterus, yang umumnya tindakan terpilih. Histerektomi dapat dilaksanakan perabdominan atau pervaginam. Yang akhir ini jarang dilakukan karena uterus harus lebih kecil dari telor angsa dan tidak ada perlekatan dengan sekitarnya. Adanya prolapsus uteri akan mempermudah prosedur pembedahan. Histerektomi total umumnya dilakukan dengan alasan mencegah akan timbulnya karsinoma servisis uteri. Histerektomi supravaginal hanya dilakukan apabila terdapat kesukaran teknis dalam mengangkat uterus.(6)

Mioma

Besar > 14 mgg

Besar < 14 mgg

Dengan keluhan

Tanpa keluhan

Operatif

Konservatif

Gambar 2. Bagan Penatalaksanaan Mioma Uteri. (5)

Komplikasi

Perubahan sekunder pada mioma uteri yang terjadi sebagian besar bersifat degenerasi. Hal ini oleh karena berkurangnya pemberian darah pada sarang mioma. Perubahan sekunder tersebut antara lain : (6)

Atrofi : sesudah menopause ataupun sesudah kehamilan mioma uteri menjadi kecil.

Degenerasi hialin : perubahan ini sering terjadi pada penderita berusia lanjut. Tumor kehilangan struktur aslinya menjadi homogen. Dapat meliputi sebagian besar atau hanya sebagian kecil dari padanya seolah-olah memisahkan satu kelompok serabut otot dari kelompok lainnya.

Degenerasi kistik : dapat meliputi daerah kecil maupun luas, dimana sebagian dari mioma menjadi cair, sehingga terbentuk ruangan-ruangan yang tidak teratur berisi agar-agar, dapat juga terjadi pembengkakan yang luas dan bendungan limfe sehingga menyerupai limfangioma. Dengan konsistensi yang lunak ini tumor sukar dibedakan dari kista ovarium atau suatu kehamilan.

Degenerasi membatu (calcereus degeneration) : terutama terjadi pada wanita berusia lanjut oleh karena adanya gangguan dalam sirkulasi. Dengan adanya pengendapan garam kapur pada sarang mioma maka mioma menjadi keras dan memberikan bayangan pada foto rontgen.

Degenerasi merah (carneus degeneration) : perubahan ini terjadi pada kehamilan dan nifas. Patogenesis : diperkirakan karena suatu nekrosis subakut sebagai gangguan vaskularisasi. Pada pembelahan dapat dilihat sarang mioma seperti daging mentah berwarna merah disebabkan pigmen hemosiderin dan hemofusin. Degenerasi merah tampak khas apabila terjadi pada kehamilan muda disertai emesis, haus, sedikit demam, kesakitan, tumor pada uterus membesar dan nyeri pada perabaan. Penampilan klinik ini seperti pada putaran tangkai tumor ovarium atau mioma bertangkai.

Degenerasi lemak : jarang terjadi, merupakan kelanjutan degenerasi hialin.

Komplikasi yang terjadi pada mioma uteri : (6)

1. Degenerasi ganas.

Mioma uteri yang menjadi leiomiosarkoma ditemukan hanya 0,32-0,6% dari seluruh mioma; serta merupakan 50-75% dari semua sarkoma uterus. Keganasan umumnya baru ditemukan pada pemeriksaan histologi uterus yang telah diangkat. Kecurigaan akan keganasan uterus apabila mioma uteri cepat membesar dan apabila terjadi pembesaran sarang mioma dalam menopause.

2. Torsi (putaran tangkai).

Sarang mioma yang bertangkai dapat mengalami torsi, timbul gangguan sirkulasi akut sehingga mengalami nekrosis. Dengan demikian terjadilah sindrom abdomen akut. Jika torsi terjadi perlahan-lahan, gangguan akut tidak terjadi.

3. Nekrosis dan infeksi.

Sarang mioma dapat mengalami nekrosis dan infeksi yang diperkirakan karena gangguan sirkulasi darah padanya.

DAFTAR PUSTAKA

1. Yuad H., 2007. Miomectomi Pada Kehamilan. Available from : http://www.ksuheimi.blogspot.com. Accested : March 01, 2008.

2. Pinkerzzz, 2007. Mioma Uteri. Available from : http://www.pinkerzzz03.blogspot.com. Accested : March 01, 2008.

3. Jevuska O., 2007. Mioma Geburt. Available from : http://www.oncejevuska.blogspot.com. Accested : March 01, 2008.

4. Anonim, 2008. Sekilas tentang Tumor (Myoma)Rahim. Available from : http://www.klinikandalas.wordpress.com. Accested : March 02, 2008.

5. Suwiyoga K. et all., 2003. Mioma Uterus dalam Buku Pedoman Diagnosis-Terapi dan Bagan Alir Pelayanan Pasien. SMF Obsgin FK UNUD RS Sanglah, Denpasar.

6. Sutoto J. S. M., 2005. Tumor Jinak pada Alat-alat Genital dalam Buku Ilmu Kandungan. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirodihardjo, Jakarta.

7. Marjono B. A. et all., 2008. Tumor Ginekologi. Available from : http://www.geocities.com. Accested : March 02, 2008.

8. Edward E., 2007. Uterine Miomas : Comprehensive Review. Available from : http://www.gynalternatives.com. Accested : March 02, 2008.

9. Stovall et all., 1992. Benign Diseases of the Uterus Leiomyoma Uteri and the Hysterectomy. Clinical Manual Gynecology, Second Edition, Mc. Graw-Hill International, Singapore.

10