presentasi sidang fix

36
Nilai Humanis Dalam Lakon Mahabharata (Analisis Resepsi Anak Muda Terhadap Pertunjukan Wayang Orang Sriwedari) Humanism in Mahabharata Story (Young People Reception of The Sriwedari Humanism in Mahabharata Story (Young People Reception of The Sriwedari Puppet Dance Performing Art) Puppet Dance Performing Art) Hilda Anggraini 12/328723/SP/25098

Upload: hilda-anggraini

Post on 24-Jan-2017

107 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: presentasi sidang fix

Nilai Humanis Dalam Lakon Mahabharata (Analisis Resepsi Anak Muda Terhadap Pertunjukan Wayang

Orang Sriwedari)

Humanism in Mahabharata Story (Young People Reception of The Sriwedari Puppet Dance Humanism in Mahabharata Story (Young People Reception of The Sriwedari Puppet Dance Performing Art)Performing Art)

Hilda Anggraini12/328723/SP/25098

Page 2: presentasi sidang fix

BAB I : PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

1.2 Rumusan Masalah

1.3 Tujuan Penelitian

1.4 Manfaat Penelitian

1.5 Kerangka Pemikiran

1.5.1 Audiens dalam Proses Komunikasi

1.5.2 Anak Muda Sebagai Audiens

1.5.3 Penyampaian dan Penerimaan Pesan

1.5.4 Seni Pertunjukan Wayang Orang

1.6 Kerangka Konsep

1.6.1 Pesan Dalam Lakon Wayang Orang Sriwedari Solo

1.6.2 Encoding – Decoding dalam Lakon Mahabharata Wayang Orang Sriwedari Solo Oleh Anak Muda

Page 3: presentasi sidang fix

1.7 Metodologi Penelitian

1.7.1 Teknik Pengumpulan Data

1.7.2 Teknik Analisis Data

1.7.3 Subjek Penelitian

1.7.4 Lokasi Penelitian

BAB II : DINAMIKA DALAM SENI PERTUNJUKAN WAYANG ORANG

2.1 Konsep Audiens Dalam Cultural Studies

2.2 Sekilas Tentang Seni Pertunjukan Wayang Orang Gaya Surakarta

2.2.1 Secara Historis

2.2.2 Secara Struktur Estetika Wayang Orang

2.2.3 Proses Produksi Wayang Orang

Page 4: presentasi sidang fix

2.3 Kaum Muda Sebagai Audiens Dalam Pertunjukan Wayang Orang

2.4 Decoding Lakon Dalam Pertunjukan Wayang Orang Oleh Audiens

2.5 Lakon Mahabharata Bermuatan Nilai Humanis

BAB III : PROFIL INFORMAN DAN GARIS BESAR PRODUKSI LAKON

3.1 Profil Riza Budi Utomo

3.2 Profil Gilang Aji Bhaskara

3.3 Profil Kristofora Wiwi

3.4 Garis Besar Produksi Lakon Wayang Orang Sriwedari Solo dalam Pandangan Sutradara Muda

Page 5: presentasi sidang fix

BAB IV : RESEPSI ANAK MUDA TERHADAP NILAI – NILAI HUMANIS DALAM LAKON MAHABHARATA

4.1 Pandangan Anak Muda Terhadap Wayang Orang Sriwedari Solo

4.2 Resepsi Pesan Oleh Anak Muda Terhadap Nilai – Nilai Humanis Lakon Mahabharata

4.2.1 Pandangan Tentang Cerita Mahabharata Oleh Riza

4.2.1.1 Lakon Bima Suci

4.2.1.1 Lakon Bhisma Gugur

4.2.1.3 Lakon Sumantri Ngenger

4.2.1.4 Lakon Gatutkaca Risang

4.2.1.6 Nilai Dalam Lakon Bima Suci

4.2.1.7 Nilai Dalam Lakon Bhisma Gugur

Page 6: presentasi sidang fix

4.2.1.7 Nilai Dalam Lakon Gatutkaca Risang

4.2.1.8 Pemaknaan Riza Terhadap Nilai – Nilai Dalam Lakon Mahabharata

4.2.1 Pandangan Tentang Cerita Mahabharata Oleh Gilang

4.2.2.1 Lakon Perang Bharatayudha Jayabinangun

4.2.2.2 Lakon Brajadenta Mbalela

4.2.2.2.1 Lakon Yang Berhubungan Dengan Raden Gatutkaca

4.2.2.3 Nilai Dalam Lakon Bharatayudha Jayabinangun

4.2.2.4 Nilai Dalam Lakon Brajadenta Mbalela

4.2.2.5 Pemaknaan Gilang Terhadap Nilai – Nilai Dalam Lakon Mahabharata

Page 7: presentasi sidang fix

4.2.3 Pandangan Tentang Cerita Mahabharata Oleh Wiwi

4.2.3.1 Lakon Pandawa Dadu

4.2.3.2 Lakon Bertema Perempuan

4.2.3.2.1 Lakon Arjuna Sembadra Krama

4.2.3.2.2 Lakon Arjuna Srikandi Krama

4.2.3.2.3 Lakon Arjuna Kembar

4.2.3.2.4 Penggambaran Sosok Dewi Wara Srikandi Dalam Lakon Srikandi Mustakaweni dan Dewi Wara Sembadra Sebagai Titisan Bathari Sri Widowati

4.2.3.3 Nilai Dalam Lakon Pandawa Dadu

4.2.3.4 Nilai Dalam Lakon Arjuna Sembadra Krama

4.2.3.5 Nilai Dalam Lakon Arjuna Srikandi Krama

Page 8: presentasi sidang fix

4.2.3.6 Nilai Dalam Lakon Arjuna Kembar

4.2.3.7 Pemaknaan Wiwi Terhadap Nilai – Nilai Dalam Lakon Mahabharata

4.3 Analisis Resepsi Anak Muda Berdasarkan Faktor Frame of Reference dan Frame of Experience

BAB V : PENUTUP

5.1 Kritik

5.2 Saran

Page 9: presentasi sidang fix

Latar Belakang

Penonton menjadi salah satu aspek penting dalam pertunjukan Wayang Orang Sriwedari Solo. Setiap penonton dapat memiliki sudut pandang yang berbeda terhadap lakon – lakon yang dipentaskan. Baik lakon Mahabharata maupun lakon Ramayana, keduanya memiliki nilai – nlai tertentu yang disampaikan dalam setiap pementasan. Sebagai audiens, berbagai latar belakang pun mempengaruhi sudut pandang mereka untuk memaknai pesan – pesan yang disampaikan, termasuk golongan anak muda. Dalam observasi partisipan yang dilakukan peneliti, setiap akhir pekan masih banyak anak muda yang datang untuk menonton pertunjukan. Oleh karena itu, peneliti ingin mengetahui bagaimana sebenarnya sudut pandang anak muda dalam meresepsi nilai – nilai dalam suatu lakon, yaitu lakon Mahabharata. Makna yang dihasilkan apakah sama dengan teks atau memiliki perbedaan – perbedaan tertentu.

Page 10: presentasi sidang fix

Rumusan Masalah

Bagaimana Anak Muda Sebagai Audiens Meresepsi Nilai – Nilai Humanis Dari Lakon Mahabharata Yang Dipentaskan Oleh Wayang Orang Sriwedari Solo?

Page 11: presentasi sidang fix

Tujuan Penelitian Mengetahui Bagaimana Anak Muda Sebagai Audiens Meresepsi Nilai – Nilai Humanis Dari Lakon Mahabharata Yang Dipentaskan Oleh Wayang Orang Sriwedari Solo.

Page 12: presentasi sidang fix

Manfaat Penelitian

1. Dapat memberikan kontribusi yang baik dan positif terhadap khazanah keilmuan bidang komunikasi melalui media komunikasi tradisional dalam bentuk seni pertunjukan, khususnya tentang analisis resepsi terhadap pesan dalam suatu lakon wayang orang .

2. Dapat menambah wawasan bagi penulis tentang wayang orang sebagai kebudayaan asli bangsa Indonesia, terutama mengenai perspektif dari generasi muda terhadap keberadaan wayang orang.

3. Ikut serta melestarikan seni pertunjukan wayang orang, terutama Wayang Orang Sriwedari Solo, agar terus bertahan mengikuti perkembangan zaman.

Page 13: presentasi sidang fix

Kerangka Pemikiran 1. Audiens Dalam Proses Komunikasi

2. Anak Muda Sebagai Audiens

3. Penyampaian dan Penerimaan Pesan

4. Seni Pertunjukan Wayang Orang

Page 14: presentasi sidang fix

Kerangka Konsep 1. Pesan dalam Lakon Wayang Orang Sriwedari Solo

2. Penerimaan Pesan (encoding - decoding) dalam Lakon Yang Dipentaskan Wayang Orang Sriwedari Solo Oleh Anak Muda

Page 15: presentasi sidang fix

Metodologi Penelitian Secara garis besar, dalam analisis resepsi, makna teks bukan terletak pada teks itu sendiri. Khalayak, dalam hal ini merupakan anak muda, tidak menemukan makna dalam teks tetapi dalam proses pementasan wayang orang. Analisis resepsi juga melibatkan faktor kontekstual yang mempengaruhi pemaknaan khalayak terhadap teks media, seperti identitas, latar belakang sosial, dan persepsi

Page 16: presentasi sidang fix

Informan 1. Riza Budi Utomo

Riza merupakan mahasiswa jurusan TV dan Film ISI Surakarta. Pria berusia 24 tahun ini memang menyukai seni pertunjukan wayang orang sejak kecil. Tidak hanya itu, Riza juga berusaha memahami simbol – simbol dan filosofi dalam seni pertunjukan wayang orang yang menurutnya sangat dekat dengan masyarakat Jawa

2. Gilang Aji Bhaskara

Gilang merupakan siswa SMP Negeri 5 Surakarta. Remaja lelaki berusia 13 tahun ini menyukai seni pertunjukan wayang orang sejak duduk di kelas 4 SD. Kecintaannya dengan dunia wayang orang, membuat Gilang selalu mendokumentasikan lakon – lakon yang dipentaskan Wayang Orang Sriwedari Solo dalam bentuk foto dan video sebagai arsip pribadinya.

Page 17: presentasi sidang fix

3. Kristofora Wiwi

Wiwi merupakan mahasiswa jurusan Psikologi Universitas Maranatha Bandung. Perempuan berusia 19 tahun ini selalu menyempatkan untuk menonton pertunjukan Wayang Orang Sriwedari Solo meskipun tidak tinggal di Kota Solo. Tidak hanya menjadi penikmat, Wiwi juga berusaha mempelajari gerakan – gerakan pada wayang orang serta karakter – karakter dalam dunia wayang.

4. Benedictus Billy Aldhi K, Sutradara Muda Wayang Orang Sriwedari Solo

Mas Billy merupakan salah satu tenaga kerja kontrak Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Solo yang di daulat menjadi sutradara muda Wayang Orang Sriwedari Solo. Laki – laki berusia 20 tahun ini, mendedikasikan dirinya sebagai pemain Wayang Orang Sriwedari Solo sejak duduk di bangku SD. Bahkan pada tahun 2000-an, Mas Billy dinobatkan sebagai pemain wayang orang termuda di Indonesia. Baru setelah duduk di bangku kuliah, Mas Billy didaulat untuk menjadi sutradara muda Wayang Orang Sriwedari Solo.

Page 18: presentasi sidang fix

Hasil Penelitian dan Pembahasan Pandangan Informan Tentang Wayang Orang Sriwedari

Informan Penilaian Uraian Penilaian

Riza KemunduranJalan di Tempat

- Kualitas seni pertunjukan yang berkurang karena sudah tidak adanya lagi efek – efek pendukung pertunjukan

- LCD yang tidak berfungsi optimal- Sound system terkadang bermasalah

Wiwi Kemajuan - Semakin meningkatnya penonton dalam mengapresiasi Wayang Orang Sriweadari Solo

Gilang Kemajuan - Seni karawitan dan seni tarinya bagus

Page 19: presentasi sidang fix

Pemaknaan Riza Terhadap Nilai – Nilai Humanis Dalam Lakon MahabharataInforman Lakon Intisari Lakon Nilai Humanis Pada

Lakon MahabharataDecoding Audiens Posisi Audiens

Riza Bima Suci Upaya Raden Werkudara dalam mencari Tirta Perwitasari dimana ditengah – tengah samudera dia berteu dengan Dewa Ruci sebagai lambang manunggaling kawulaning gusti.

1. Kebenaran akan adanya Tuhan Yang Maha Esa, sumber yang menggerakan seluruh alam semesta

2. Kedamaian yang harus dicapai oleh semua umat manusia dengan cara menyatu dengan Yang Maha Kuasa

1. Nilai spiritual masyarakat Jawa untuk selalu dekat dengan Tuhannya

Dominant – hegemonic reading

Page 20: presentasi sidang fix

Riza Bhisma Gugur Perang diantara Resi Bhisma melawan Dewi Wara Srikandi yang dimenangkan oleh Dewi Wara Srikandi karena Resi Bhisma berjanji untuk tidak pernah menyakiti perempuan. Disamping itu, Resi Bhisma juga menginginkan kedamaian untuk dirinya dan melepaskan sumpahnya karena tidak tahan melihat kejahatan yang terus menerus

1. Kebajikan Resi Bhisma yang selalu menepati janjinya, meskipun dia harus berada di pihak yang salah.

2. Kedamaian yang dipilih oleh Resi Bhisma untuk dirinya sendiri dengan memilih mati karena merasa telah cukup usianya untuk menjaga Kerajaan Astinapura

3. Kepahlawanan Resi Bhisma untuk sellau menepati janjinya, meskipun ia harus berpihat pada Kurawa

1. Tidak selamanya orang itu kuat, pada suatu saat dia juga bisa menjadi lemah hatinya

2. Pengorbanan Resi Bhisma untuk mengalah karena rasa kasihnya terhadap Dewi Amba yang menitis menjadi Dewi Wara Srikandi

Oppositional reading

Page 21: presentasi sidang fix

Riza Gatutkaca Risang Ringkasan kisah kelahiran Raden Gatutkaca hingga kematiannya dalam Perang Bharatayudha yang tertusuk senjata Kunta milik Adipati Karna. Namun adegan menarik disini adalah ketika Raden Gatutkaca yang sedang sangat marah tidak sengaja membunuh pamannya sendiri yaitu Raden Kalabendana.

1. Kepahlawanan Raden Gatutkaca semasa hidupnya

2. Kasih sayang Raden Gatutkaca terhadap saudara – saudaranya

3. Kebajikan yang dilakukan oleh Raden Gatutkaca semasa hidupnya untuk berbakti kepada negara dan para Pandawa

1. Ketidaksengajaan Raden Gatutkaca yang membunuh Patih Kalabendana bukanlah tindak kejahatan

2. Ketidaksengajaan yang dilakukan oleh Raden Gatutkaca tidak digeneralisasikan sebagai tindak kejahatan

Negotiated reading

Page 22: presentasi sidang fix

Pemaknaan Gilang Terhadap Nilai – Nilai Dalam Lakon MahabharataInforman Lakon Intisari Lakon Nilai Humanis Pada

Lakon MahabharataDecoding Audiens Posisi Audiens

Gilang Perang Bharatayudha Jayabinangun

Perang besar yang terjadi antara Pandawa dan Kurawa. Pada hari – hari terakhir, tibalah Raden Werkudara melawan Raden Dursasana. Tanapa rasa ampun, Raden Werkudara terus menghajar Raden Dursasana hingga mencabik – cabiknya. Selanjutnya, darah Raden Dursasana diberikan kepada Dewi Drupadi yang pada saat bermain dadu dilecehkan oleh Raden Dursasana.

1. Pandawa merupakan tokoh protagonis (kebaikan) atau budi utama dan Kurawa merupakan tokoh antagonis (kejahatan) atau budi candala.

2. Sebagai simbol dalam diri manusia untuk selalu dapat melawan hawa nafsu

1. Perang antara kejahatan dan kebaikan. Pihak yang jahat mengalami kekalahan, contohnya Raden Dursasana melawan Raden Werkudara, yang kalah adalah Raden Dursasana.

Dominant – hegemonic reading

Page 23: presentasi sidang fix

Gilang Brajadenta Mbalela Pemberontakan di Kerajaan Pringgondani oleh Raden Brajadenta karena hasutan dari Raden Sengkuni bahwa sebenarnya dialah yang berhak atas tahta Kerajaan Pringgondani. Untuk menumpas pemberontakan tersebut, Raden Gatutkaca maju bersama pamannya Raden Brajamusti yang bersemayam di tangan kanan Raden Gatutkaca. Akhirnya, pemberontakan Raden Brajadenta mampu ditumpasoleh Raden Gatutkaca dimana harus mengorbankan Raden Brajamusti. Inilah asal muasal ajian Brajadenta dan Brajamusti yang dimiliki oleh Raden Gatutkaca

1. Siapa yang salah akan kalah, dimana kebenaran akan selalu menang.

2. Teguh pada janji apapun yang terjadi. Disinilah kebajikan harus selalu dilakukan oleh semua orang

3. Menjadi pemimpin harus berani

1. Kebenaran akan selalu menang. Hal tersebut dibuktikan dengan kalahnya Radn Brajadenta oleh Raden Gatutkaca

Dominant – hegemonic reading

Page 24: presentasi sidang fix

Pemaknaan Wiwi Terhadap Nilai – Nilai Dalam Lakon MahabharataInforman Lakon Intisari Lakon Nilai Humanis pada

LakonDecoding Audiens Posisi Audiens

Wiwi Pandawa Dadu Permainan Dadu yang dilakukan oleh Pandawa dan Kurawa yang akhirnya dimenangkan oleh Kurawa karena kecurangan Raden Sengkuni. Dewi Drupadi pun menjadi korban pelecehan Raden Dursasana. Akhirnya, Pandawa menjalani hukuman 12 tahun di dalam hutan dan 1 tahun penyamaran di negara Wirata. Perlakuan buruk mereka pun akhirnya terbalaskan dalam Perang Bharatayudha Jayabinangun

1. Berjudi dapat menyebabkan penderitaan dan kesengsaraan

2. Perbuatan jahat akan mendapatkan pelajaran yang setimpal, sedangkan perbuatan baik akan ditambahkan nikmatnya. Oleh karena itu, hiduplah pada jalan kebenaran.

1. Tidak hanya soal kebaikan dan kejahatan. Ada hal – hal lain yang bisa dilihat dari apa yang terjadi.

2. Kalau Dewi Drupadi tidak mengalami pengalaman sadis, Pandawa tidak termotivasi untuk berjuang dalam Perang Bharatayudha Jayabinangun

Oppositional reading

Page 25: presentasi sidang fix

Wiwi Arjuna Sembadra Krama Pernikahan Raden Arjuna dan Dewi Wara Sembadra yang tidak begitu saja terjadi. Adanya lamaran dari Raden Burisrawa dan Prabu Kalapardha, membuat Prabu Kresna mengambil jalan tengah dengan mengajukan persyaratan. Akan tetapi pada akhirnya Raden Arjuna lah yang berhasil menjadi suami Dewi Wara Sembadra

1. Kebenaran bahwa Arjuna dan Pandawa berjuang untuk memenuhi persyaratan Prabu Kresna, sehingga memetik hasilnya.

2. Nilai kebajikan karena Prabu Kresna memilih jalan tengah meskipun dia mengetahui isi hati Raden Arjuna dan Dewi Wara Sembadra

3. Kasih sayang dari saudra, yaitu Raden Werkudara yang rela membantu Raden Arjuna, serta Kurawa yang rela membantu kemenakan mereka yaitu Raden Burisrawa

Terpusat pada dua karakter perempuan yang digunakan sebagai simbol perempuan Jawa dengan nilai – nilai keutamaannya, yaitu :1.Perempuan itu tidak harus selalu menjadi feminin, akan tetapi lebih bisa untuk ekspresif dengan keadaan.2.Tidak selalu mengandalkan orang lain.3.Tidah harus selalu menjadi kanca wingking dan sendika dhawuh terhadap suaminya, karena sejatinya memiliki hak dan kewajiban yang sama dengan suaminya.4.Perempuan juga harus mampu mengontrol diri dan emosi apa pun yang terjadi

Negotiated reading

Page 26: presentasi sidang fix

Wiwi Arjuna Srikandi Krama Dewi Wara Srikandi yang jatuh cinta kepada Raden Arjuna yang secara diam – diam belajar memanah hanya untuk lebih dekat dengan Raden Arjuna. Ketika datang lamaran dari Prabu Jungkung Mardeya, Dewi Wara Srikandi menolak dan melaporkan kepada Raden Arjuna isi hatinya. Oleh karena itu, Raden Arjuna pun membela Dewi Wara Srikandi dengan melawan Prabu Junkung Mardeya

1. Ketidak pantasan dari seseorang yang sudah mencintai suami orang lain

2. Sadar akan posisinya sebagai istri kedua, sehingga Dewi Wara Srikandi sangat menghormati Dewi Wara Sembadra.

3. Motivasi untuk menjadi prajurit wanita karena jatuh cinta dengan Raden Arjuna

Terpusat pada dua karakter perempuan yang digunakan sebagai simbol perempuan Jawa dengan nilai – nilai keutamaannya, yaitu :1.Perempuan itu tidak harus selalu menjadi feminin, akan tetapi lebih bisa untuk ekspresif dengan keadaan.2.Tidak selalu mengandalkan orang lain.3.Tidah harus selalu menjadi kanca wingking dan sendika dhawuh terhadap suaminya, karena sejatinya memiliki hak dan kewajiban yang sama dengan suaminya.4.Perempuan juga harus mampu mengontrol diri dan emosi apa pun yang terjadi

Negotiated reading

Page 27: presentasi sidang fix

Wiwi Arjuna Kembar Raden Arjuna yang berubah menjadi tiga orang setelah lama menghilang dari Ksatrian Madukara. Ketika Raden Abimanyu menyerahkan cupu kepada ibunya, Dewi Sembadra, berubahlan cupu tersebut menjadi Raden Arjuna asli. Keempat Raden Arjuna pun berperang hingga akhirnya terbongkar tiga diantaranya adalah Raden Burisrawa, Prabu Dasakumara, dan Dewi Wara Srikandi

1. Kasih sayang Raden Abimanyu terhadao sang ibu, sehingga rela untuk mencari ayahnya,

2. Kasih sayang Dewi Wara Srikandi kepada Dewi Wara Sembadra sehingga menyamar sebagai Raden Arjuna

3. Kebajikan Dewi Wara Srikandhi yang selalu berada di garis depan untuk menjaga keamanan negara dan kerajaan.

Terpusat pada dua karakter perempuan yang digunakan sebagai simbol perempuan Jawa dengan nilai – nilai keutamaannya, yaitu :1.Perempuan itu tidak harus selalu menjadi feminin, akan tetapi lebih bisa untuk ekspresif dengan keadaan.2.Tidak selalu mengandalkan orang lain.3.Tidah harus selalu menjadi kanca wingking dan sendika dhawuh terhadap suaminya, karena sejatinya memiliki hak dan kewajiban yang sama dengan suaminya.4.Perempuan juga harus mampu mengontrol diri dan emosi apa pun yang terjadi

Dominant – hegemonic reading

Page 28: presentasi sidang fix

Wiwi Penggambaran Dewi Wara Srikandi dalam Lakon Srikandi Mustakaweni

Dewi Wara Srikandi yang maju pertama kali ketika mengetahui Jamus Kalimasadha dicuri oleh Dewi Mustakaweni. Meskipun pada akhirnya Dewi Mustakaweni kabur dan terbang ke angkasa, akan tetapi Dewi Wara Srikandi sudah berhasil mengalahkannya

1. Kebajikan Dewi Wara Srikandi yang maju berperang dengan tidak memandang siapa yang dia lawan dan untuk apa dia berperang

Terpusat pada dua karakter perempuan yang digunakan sebagai simbol perempuan Jawa dengan nilai – nilai keutamaannya, yaitu :1.Perempuan itu tidak harus selalu menjadi feminin, akan tetapi lebih bisa untuk ekspresif dengan keadaan.2.Tidak selalu mengandalkan orang lain.3.Tidah harus selalu menjadi kanca wingking dan sendika dhawuh terhadap suaminya, karena sejatinya memiliki hak dan kewajiban yang sama dengan suaminya.4.Perempuan juga harus mampu mengontrol diri dan emosi apa pun yang terjadi

Dominant – hegemonic reading

Page 29: presentasi sidang fix

Wiwi Penggambaran Dewi Wara Sembadra sebagai titisan Bathari Sri Widowati

Diceritakan bahwa untuk mendampingi tugas Bathara Wisnu di muka bumi, Bathari Sri Widowati menitis menjadi 4 orang putri cantik, yaitu Dewi Citrawati, Dewi Kausalya, Dewi Shinta, dan Dewi Wara Sembadra

Nilai – nilai yang menjadi sifat Dewi Wara Sembadra karena merupakan titisan Bathari Sri Widowati, yaitu :1.Setia kepada suami2.Berjiwa sabar3.Menyayangi sesama

Terpusat pada dua karakter perempuan yang digunakan sebagai simbol perempuan Jawa dengan nilai – nilai keutamaannya, yaitu :1.Perempuan itu tidak harus selalu menjadi feminin, akan tetapi lebih bisa untuk ekspresif dengan keadaan.2.Tidak selalu mengandalkan orang lain.3.Tidah harus selalu menjadi kanca wingking dan sendika dhawuh terhadap suaminya, karena sejatinya memiliki hak dan kewajiban yang sama dengan suaminya.4.Perempuan juga harus mampu mengontrol diri dan emosi apa pun yang terjadi

Dominant – hegemonic reading

Page 30: presentasi sidang fix

Analisis Resepsi Anak Muda Berdasarkan Faktor Frame of Reference dan Frame of Experience

Dari 10 lakon yang pernah ditonton dan menjadi lakon favorit informan, mayoritas posisi mereka adalah dominant – hegemonic reading. Disinilah, faktor frame of reference dan frame of experience sangat mempengaruhi posisi mereka dalam memaknai nilai – nilai humanis dalam lakon Mahabharata. Sehingga, posisi mereka pun dapat menjadi negotiated reading atau oppositional reading tergantung dari konteks pesannya dan konteks kedekatan referensi serta pengalaman para informan.

Page 31: presentasi sidang fix

Informan mengakui bahwa lakon – lakon Mahabharata yang dipentaskan oleh Wayang Orang Sriwedari Solo memiliki nilai – nilai humanis dan nilai – nilai yang berkaitan erat dengan kehidupan masyarakat Jawa sehari – hari. Tidah hanya itu, bahkan lakon – lakon Mahabharata juga berisi konten – konten politik, sosial, ekonomi, budaya, serta lingkungan. Beberapa dari informan mengatakan bahwa cerita Mahabharata yang dipentaskan oleh Wayang Orang Sriwedari Solo merupakan simbol dari kehidupan masyarakat Jawa yang direpresentasikan dalam lakon serta karakter pada wayang orang. Kesamaan pandangan dan perasaan yang terwakili oleh lakon dan karakter dalam wayang orang ini membuat informan meletakkan pemaknaan pada level personal. Sebagian besar dari informan memang benar – benar terinspirasi dari lakon dan karakter yang ada di dalam wayang orang sehingga mengikuti nilai – nilai humanis yang disampaikan dalam kehidupan sehari – hari.

Page 32: presentasi sidang fix

Ketika peneliti melakukan observasi partisipan dan melakukan pendekatan dengan beberapa penonton senior, maka ketiga informan tersebut memenuhi kriteria yang diinginkan oleh peneliti sebagai subjek penelitian. Ketiga informan berlatar belakang Jawa, meskipun masih berusia muda dan mengalami benturan dengan nilai – nilai baru, mereka masih mampu menyesuaikan diri. Untuk ketiga informan sendiri, peran keluarga sangat besar dalam pengenalan seni pertunjukan wayang orang dan nilai – nilai kehidupan sebagai masyarakat Jawa yang lainnya. Sehingga informan memahami nilai – nilai humanis dalam lakon Mahabharata dalam sudut pandang mereka masing – masing.

Page 33: presentasi sidang fix

PenutupPenelitian ini hanya mampu digunakan untuk meresepsi nilai – nilai dalam seni pertunjukan wayang orang pada anak muda kategori late adolscene, yaitu berusia 20 – 24 tahun berdasarkan pengalaman dan referensi mereka terhadap seni pertunjukan wayang orang. Akan tetapi apabila melihat lakon – lakon yang bersifat atraktif dan interakif yang dipentaskan setiap akhir pekan dimana menjadi waktu efektif karena anak muda menjadi audiens yang aktif, hal tersebut dapat menarik minat anak muda dalam kategori early adolscene, yaitu 13 – 14 tahun.

Page 34: presentasi sidang fix

Dengan adanya penelitian ini membuktikan bahwa masih adanya anak muda yang mengkaji dan mendalami seni pertunjukan wayang orang dipengaruhi oleh beberapa hal, yaitu :

1. Keluarga sebagai agen sosialisasi pertama yang menanamkan kecintaan terhadap seni pertunjukan wayang orang.

2. Keinginan dari dalam diri informan untuk mempelajari dan memahami seni pertunjukan wayang orang. Tidak hanya memahami dari sisi cerita, akan tetapi juga mempelajari tarian dan juga seni karawitan.

3. Kecintaan terhadap dunia seni yang menjadikan mereka konsisten untuk menonton seni pertunjukan wayang orang.

4. Wayang Orang Sriwedari selalu menampilkan adegan – adegan yang lebih bersifat menghibur untuk menarik minat penonton, terutama generasi muda dan anak – anak.

Page 35: presentasi sidang fix

Kritik a. Posisi dominant – hegemonic reading, negotiated reading, oppositional reading anak muda sebagai audiens meresepsi nilai – nilai humanis dari lakon Mahabharata yang dipentaskan oleh Wayang Orang Sriwedari Solo sangat dipengaruhi oleh frame of refrence dan frame of experience. Pemaknaan dan penafsiran lakon dapat dilakukan secara bebas lewat media lainnya.

b. Wayang Orang Sriwedari Solo dengan kekurangan dan kelebihannya yang berorientasi pada entertainment, belum mampu lebih efektif menyampaikan nilai – nilai yang dapat diresepsi secara mendalam oleh semua anak muda yang datang menonton pertunjukan secara umum.

Page 36: presentasi sidang fix

Saran A. Sebagai generasi muda, harus mau melestarikan seni pertunjukan wayang orang meskipun hal tersebut hanya dalam bentuk apresiasi.

B. Wayang Orang Sriwedari Solo sebagai salah satu grup wayang orang yang masih aktif dan ada melakukan pertunjukan di Pulau Jawa, seharusnya tidak hanya ada, melainkan dilestarikan dan ditata sehingga akan selalu menjadi media hiburan alternatif dan media sosialisasi bagi anak muda.

C. Oleh karena cukup efektif untuk menyampaikan pesan, diharapkan ada peningkatan kualitas pada lakon yang dipentaskan oleh Wayang Orang Sriwedari Solo setiap harinya, tidak hanya setiap akhir pekan.

D. Peningkatan dalam bidang promosi dan publikasi pada media online akan sangat membantu eksistensi Wayang Orang Sriwedari Solo sebagai media hiburan dan media sosialisasi bagi anak muda.