presentasi kasus jiwa presus dimas print

30
PRESENTASI KASUS Gejala Depresi Berat Dengan Gejala Psikotik Oleh: Dimas Windu Jati 122.0221.090 Pembimbing: dr. YOS SUWARDI Sp.KJ

Upload: dody-tri-permadi

Post on 18-Feb-2016

248 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

sdkj

TRANSCRIPT

Page 1: Presentasi Kasus Jiwa Presus Dimas Print

PRESENTASI KASUS

Gejala Depresi Berat

Dengan Gejala Psikotik

Oleh:

Dimas Windu Jati122.0221.090

Pembimbing:

dr. YOS SUWARDI Sp.KJ

KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN KESEHATAN JIWA

FAKULTAS KEDOKTERAN UPN “VETERAN” JAKARTA

2014

Page 2: Presentasi Kasus Jiwa Presus Dimas Print

STATUS PASIEN

I. IDENTITAS PASIEN

Nama : Nn. Ervina

Jenis kelamin : wanita

Tempat/ Tanggal Lahir : 5 Mei 1992

Usia : 22 tahun

Agama : Islam

Suku : Jawa

Pendidikan Terakhir : SMA

Status Pernikahan : Belum Menikah

Pekerjaan : Mahasiswi

Alamat : Bekasi Utara

Tanggal masuk RS : 27 Juni 2014

II. RIWAYAT PSIKIATRI

Autoanamnesis : Tanggal 1, 3,7, 8 Juli 2014

Alloanamnesis : Tanggal 4, 8 Juli 2014

A. Keluhan Utama

Lebih dari sebulan terakhir ini pasien merasa seperti ada sesosok

mahluk bermata satu yang mengejar dirinya.

B. Keluhan Tambahan

Pasien merasakan kepalanya terasa berat dan pusing kadang

mendengar suara suara ditelinganya

Page 3: Presentasi Kasus Jiwa Presus Dimas Print

C. Riwayat Gangguan Sekarang

Pasien adalah pasien baru dibangsal amino yang masuk tanggal 27

Juni 2014 datang diantar keluarganya dengan keadaan prilaku kacau,

berhalusinasi, gelisah dan teriak teriak. Saat datang pasien sempat

difixasi karena agresif. Setelah empat hari dirawat amino pasien mulai

bisa sedikit diajak bicara, pembicaraan pasien berkisar rasa takut akan

dikejar oleh mata satu, topik keagamaan, dan kebutuhan untuk

diselamatkan dari kekuatan hebat yang memintanya sebagai tumbal.

Pasien sempat berupaya menyayat tangannya sebagai usaha bunuh diri

untuk mencegah ketakutan dan kebingungan.

Dua hari kemudian tanggal 3 Juli 2014 pasien diwawancara

kembali, didapatkan pasien masih agresif dan tampak gelisah,pasien

ingin keluar dari ruang perawatan, mengatakan ingin menyelesaikan

masalahnya karena mempunyai tanggung jawab dan menemui

sahabatnya reqi.

Berdasarkan alloanamnesis tanggal 4 Juli 2014, menurut ayahnya

sudah 1 bulan ini pasien suka berbicara sendiri, berprilaku aneh, tidak

mau memakai celana, tidak mau makan, hanya mengurung diri

dikamarnya. Saat ini pasien sedang menyelesaikan tugas akhir

kuliahnya di UPN Yogyakarta. Pasien mempunyai sahabat dekat

bernama reqi. Pasien tidak mempunyai penyakit berat atau trauma

sebelumnya. Pada hari itu pasien direncanakan mendapat terapi

zyprexia im selama 3 hari.

Berdasarkan autoanamnesis tanggal 7 Juli 2014, pasien saat ini

sudah cukup tenang tidak agresif, tampak masih kebingungan. Pasien

merasa bingung mengapa dia berada disini kepalanya pusing banyak

ingatan yang dilupakan. Saat ini mengaku kadang-kadang ada orang

yang mengejarnya disertai suara-suara ditelinganya. Pasien

mengatakan sedang menyelesaikan tugas akhirnya dan tidak ada

Page 4: Presentasi Kasus Jiwa Presus Dimas Print

masalah dalam mengerjakannya, hanya mengingat pernah dikirim

gambar oleh seorang temannya, semenjak itu suka lupa ingatan.

Berdasarkan autoanamnesis tanggal 8 Juli 2014, pasien tampak

tenang, kebingungan, susah untuk mandi, makan dan minum obat.

Pasien merasa seperti kehilangan jati dirinya karena lupa bagaimana

masa kecilnya dan mengatakan ini semua sudah terlambat. Selalu

mengatakan ingin pulang.

Berdasarkan alloanamnesis tanggal 8 Juli 2014, menurut ayahnya

awal kejadian dimulai 3 bulan lalu pasien sempat bicara kacau saat

masih di Yogyakarta, lalu dijemput kerumahnya di Bekasi selama 3

minggu pasien sempat normal. Pasien kembali lagi ke Yogyakarta

bersama ayahnya. Setelah 2 minggu di Yogyakarta pasien kembali

berprilaku aneh sampai sekarang. Ayahnya juga menerangkan bahwa

ibu mertuanya sempat mempunyai gejala yang sama seperti anaknya

dahulu namun sekarang mertuanya sudah meninggal. Menurut

kakaknya pasien sempat bercerita dikirim video dan gambar berupa

mata satu dan tengkorak setelah itu pikiran pasien suka hilang.

Riwayat Gangguan Sebelumnya

1. Riwayat Gangguan Psikiatri

Tidak ada riwayat gangguan psikiatri pada pasien sebelumnya

2. Riwayat Medis

Riwayat trauma kepala (-), penyakit saraf (-), riwayat kejang/

epilepsi (-), tumor otak (-), riwayat nyeri kepala (-).

3. Riwayat Penggunaan Zat Psikoaktif

- Riwayat penggunaan alkohol dan obat-obatan disangkal oleh

pasien dan keluarganya.

III. RIWAYAT KEHIDUPAN PRIBADI

A. Riwayat Prenatal dan Perinatal

Page 5: Presentasi Kasus Jiwa Presus Dimas Print

Dalam masa kehamilan ibu pasien tidak terdapat keluhan dalam

kehamilannya, pasien lahir cukup bulan( aterm ) dilahirkan oleh dokter

dengan persalinan normal dan termasuk anak yang diharapkan.

B. Masa Kanak-Kanak (0-3 tahun)

Menurut Ayahnya sama seperti anak anak biasanya, dapat berjalan dan

berbicara sesuai waktunya. Pasien dirawat oleh kedua orangtuanya

C. Masa Pertengahan (3-11 tahun)

Pasien memulai jenjang pendidikan dari taman anak anak dan

dilanjutkan pada usia 6 tahun di SD Harapan Jaya 2 Bekasi, pasien

anak sekolah yang punya banyak teman dan suka bermain.

D. Masa Kanak akhir dan Remaja

Setelah pendidikan sekolah dasar pasien melanjutkan pendidikan

disekolah menengah pertama (SMP 5 Bekasi ), tidak terdapat

permasalahan dalam pendidikannya.

Selanjutnya pasien melanjutkan pendidikannya di sekolah SMAN 4

Bekasi, pasien tidak ada kesulitan dalam belajar maupun dalam

berteman

E. Masa Dewasa

1. Riwayat Pendidikan

Pasien mengaku mudah bergaul dan mempunyai banyak

teman. Selama sekolah, pasien tidak pernah ada masalah dengan

teman-temannya, tidak pernah berkelahi. Saat ini sedang

mengenyam pendidikan di Fakultas Pertambangan UPN

Yogyakarta. Merupakan mahasiswi tingkat 4 yang tinggal

menyelesaikan sidang skripsi. Prestasi selama kuliah cukup baik.

Pasien pernah menjadi asisten dosen dan pernah menjuarai karya

ilmiah.

2. Riwayat Pekerjaan

Pasien belum bekerja

3. Riwayat Pernikahan

Pasien belum menikah

Page 6: Presentasi Kasus Jiwa Presus Dimas Print

4. Agama

Pasien beragama Islam, mengerti ajaran agama islam, dan

rajin solat 5 waktu.

5. Riwayat Psikoseksual

Pasien memiliki orientasi seksual yang normal yaitu

heteroseksual.

6. Aktivitas Sosial

Pasien mengaku mudah bergaul dengan lingkungannya.

Pasien kadang mengikuti kegiatan bersama teman-temannya

7. Riwayat Hukum

Menurut ayahnya dan pasien, tidak pernah melakukan

pelanggaran hukum dan berurusan dengan pihak berwajib

8. Riwayat Keluarga

Pasien merupakan anak ke 2 dari 2 bersaudara. Ayahnya

adalah seorang pensiunan TNI-AL dan ibu pasien seorang ibu

rumah tangga. Pasien mempunyai kakak perempuan. Hubungan

pasien dengan orangtua dan kakaknya baik.

9. Persepsi Pasien tentang Diri dan Lingkungannya

Pasien menyadari dirinya sedang sakit dan ingin sembuh

dan kembali sehat seperti orang lain. Tetapi pasien tidak tau apa

yang membuat pasien sampai sakit seperti itu. Pikirannya seperti

hilang begitu saja tidak ingat apa-apa. Pasien mengatakan dirinya

masih memiliki tanggung jawab yang harus segera

diselesaikan.pasien sulit untuk minum obat dan mandi.

10. Persepsi Keluarga tentang Diri Pasien

Menurut ayahnya, dahulu sebelum kuliah dijogja

merupakan seorang yang baik di keluarganya, saat kuliah dijogja

ayahnya mengaku jarang menengok anaknya. Setelah dijemput

pulang karena sakit dari jogja pasien menjadi pendiam dan

berprilaku aneh saat dirumah.

Page 7: Presentasi Kasus Jiwa Presus Dimas Print

Genogram

Keterangan:

- Garis-garis = pasien

- Putih = normal

- Hitam = meninggal

- Hitam garis = gejala yang sama

pria

wanita

IV. STATUS MENTAL (dilakukan pada tanggal 7 Juli 2014)

A. Deskripsi Umum

1. Penampilan

Wanita, 22 tahun, perawatan diri kurang, rambut tidak tertata rapi

panjang terurai, mata cekung, daerah sekitar mata tampak

menghitam, bibir kering, memakai baju daster dengan selimut.

2. Perilaku dan Aktivitas Psikomotor

Selama wawancara, pasien hanya tiduran tidak mau duduk,

mengaku kepalanya pusing. Dalam wawancara cukup koperatif,

pasien tampak ingin bercerita namun harus ditanya terlebih dahulu.

Page 8: Presentasi Kasus Jiwa Presus Dimas Print

Kontak mata dengan pemeriksa cukup baik. Kadang perhatiannya

teralih saat diwawancara.

3. Sikap terhadap Pemeriksa

Pasien cukup kooperatif dalam menjawab pertanyaan yang

diajukan oleh pemeriksa namun terbatas karena suara yang pelan.

4. Kesadaran

1. Kesadaran Neurologik : Compos Mentis

2. Kesadaran Psikiatrik : Tampak Terganggu

B. Mood dan Afek

1. Mood : Hipotin

2. Afek : depresif

3. Keserasian : Serasi antara afek dengan perasaannya

C. Bicara

Bicara kurang spontan, volume suara cukup, dan artikulasi cukup jelas.

D. Gangguan Persepsi

- Terdapat gangguan persepsi berupa halusinasi auditorik (+) dan

visual (+).

E. Pikiran

1. Proses Pikir

Blocking

2. Isi Pikir

- Pada riwayat penyakit sekarang didapatkan waham

keagamaan,yakni bahwa pasien merasa dirinya menjadi tumbal

untuk menyelamatkan keluarganya dan merasa bersalah kepada

bunda maria.

- Saat diwawancarai didapatkan isi pikiran berupa waham kejar

dan nihilstik : pasien mengakui dikejar mahluk mata satu dan

merasa semuanya sudah terlambat untuk kembali normal.

Page 9: Presentasi Kasus Jiwa Presus Dimas Print

F. Sensorium dan Kognitif

1. Taraf Kesadaran dan Kesiagaan

Kompos mentis dan kesiagaan baik

2. Orientasi

Waktu : kurang, pasien tidak tahu berapa lama telah berada

di rumah sakit.

Tempat : cukup baik, pasien mengetahui dirinya berada di

Rumah Sakit

Orang : cukup baik, pasien dapat mengenali teman teman

sebangsalnya

3. Daya Ingat

Jangka Panjang :

Cukup, pasien mengingat sekolah dimana saja dari SD sampai

SMA. Namun lupa akan masa kecilnya.

Jangka Sedang :

cukup, pasien dapat mengingat kejadian sebelum pasien sakit. Dan

mengingat nama teman sebangsalnya.

Jangka Pendek :

Baik, pasien dapat mengingat menu makan pagi sebelum

wawancara.

4. Konsentrasi dan Perhatian

Kurang, perhatian pasien kadang-kadang teralih saat dilakukan

wawancara.

5. Kemampuan Membaca dan Menulis

Pasien dapat membaca dengan baik saat menyebutkan kata-kata

dimajalah.

Page 10: Presentasi Kasus Jiwa Presus Dimas Print

6. Kemampuan Visuospasial

Pasien dapat menunjukan jarum jam dengan benar

7. Intelegensia dan Kemampuan Informasi

Cukup, pasien dapat menjawab pertanyaan yang diajukan oleh

pemeriksa

G. Kemampuan Mengendalikan Impuls

Selama wawancara pasien tampak bingung, dapat mengendalikan diri,

berperilaku baik, bersikap cukup kooperatif.

H. Daya Nilai dan Tilikan

1. Daya Nilai Sosial

Pasien kooperatif ketika diwawancara

2. Penilaian Realita

Terganggu.

3. Tilikan

Derajat II, pasien mengatakan dia ingin sehat kembali seperti

orang-orang. Beberapa saat kemudian mengatakan ini semua sudah

terlambat untuk kembali normal.

I. Taraf Dapat Dipercaya

Secara umum, keterangan yang diberikan pasien dapat dipercaya

karena setelah di crosscek ulang kepada keluarganya, pasien ternyata

mempunyai persamaan dalam setiap pernyataan pasien.

Page 11: Presentasi Kasus Jiwa Presus Dimas Print

V. PEMERIKSAAN DIAGNOSIS LEBIH LANJUT

Pemeriksaan dilakukan pada tanggal 7 Juni 2014

A. Status Interna

Keadaan Umum : Baik

Kesadaran : Kompos Mentis

Status Gizi : Baik

Tekanan Darah : 110/ 80

Frekuensi Nadi : 80 x/ menit

Frekuensi Nafas : 20 x/ menit

Suhu : Afebris

Mata : Konjungtiva pucat, sclera tidak ikterik

THT : Tidak ada gangguan

Mulut dan Gigi : Gigi lengkap,Tidak sianosis

Thorax : Jantung paru dalam batas normal

Abdomen : Datar, Bunyi Usus normal

Ekstremitas : Akral hangat, perfusi perifer baik, tidak ada

edema

B. Status Neurologis

Tanda Rangsang Meningeal : Negatif

Tanda-tanda Efek Ekstrapiramidal :Negative

Motorik : Baik

Sensorik : Baik

VI. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA

Pemeriksaan dilakukan pada Nn. Ervina usia 22 tahun,agama

islam,suku jawa, pendidikan terakhir SMA, masuk pavilion Amino

RSPAD Gatot Subroto pada tanggal 27 Juni 2014 diantar oleh keluarganya

dikarenakan Ervina berprilaku aneh, berbicara sendiri, susah makan, dan

merasa ada yang mengejar dirinya sekitar 1 bulan terakhir ini.

Page 12: Presentasi Kasus Jiwa Presus Dimas Print

Dari autoanamnesa

Dari pemeriksaan status mental tanggal 7 Juli 2014 pasien

berpenampilan sesuai umur, rawat diri kurang, selama wawancara pasien

cukup koperatif dan kontak mata cukup baik. Terdapat mood yang hipotim

dan afek yang depresif. Pembicaraan tidak spontan dengan volume suara

pelan. Pasien mempunyai waham keagamaan, waham nihilistik, dan

waham kejar. Proses berpikir pasien blocking dengan perhatian dan

konsentrasi yang kurang.

Pasien sadar dirinya sakit dan ingin sembuh tetapi berapa saat

kemudian menyangkal mengatakan semuanya sudah terlambat tidak ada

gunanya. Selama wawancara pasien tampak tenang, RTA tampak

terganggu. Nilai tilikan pasien pada derajat 2.

Dari alloanamnesa

Sebelumnya pasien tidak pernah mengalami keluhan seperti ini.

Keluhan dimulai saat 3 bulan lalu pasien sempat bicara kacau. Pasien

sempat kembali normal selama 3 minggu dan kembali lagi sampai

sekarang. Keluhan semakin memburuk terutama 1 bulan terakhir. Prilaku

pasien mulai kacau, berbicara ngaco, gelisah, teriak-teriak, suasah makan

dan lebih banyak mengurung diri dikamar. Sempat mencoba membunuh

dirinya karena takut dikejar mahluk mata satu.

Saat ini pasien sedang menyelesaikan tugas akhirnya dan tidak

pernah mengeluhkan masalah akademiknya. Pasien sempat bercerita

kepada kakaknya jika dia dikirimkan gambar dan video oleh temannya

berupa gambar tengkorak dan mata satu, semenjak itu dia menjadi suka

lupa ingatannya

Menurut keluarganya pasien tidak pernah mempunyai penyakit

berat, riwayat kejang, ataupun trauma sebelumnya. Tidak pernah

mengkonsumsi minuman beralkohol, obat-obatan terlarang, ataupun

merokok. Nenek pasien pernah mempunyai gejala yang sama seperti

pasien

Page 13: Presentasi Kasus Jiwa Presus Dimas Print

VII. FORMULASI DIAGNOSTIK

Pada pasien ini ditemukan adanya gangguan persepsi dan pikiran

yang bermakna yang menimbulkan suatu distress (penderitaan) dan

disability dalam kehidupan sosial pasien. Sehingga dapat disimpulkan

pasien mengalami gangguan jiwa.

Aksis I

Berdasarkan riwayat perjalanan penyakit, pasien tidak pernah

menderita penyakit yang secara fisiologis mengganggu fungsi otak dan

juga tidak ditemukan adanya riwayat penggunaan zat psikoaktif, maupun

riwayat merokok. Tidak pernah trauma kepala, demam tinggi atau kejang

sebelumnya. Hal ini dapat menjadi dasar untuk menyingkirkan diagnosis

gangguan mental organik dan penggunaan zat psikoaktif.

Berdasarkan anamnesis didapatkan pada pasien gejala utama afek

depresif, hilangnya minat dan kegembiraan, dan menurunnya aktifitas

disertai gejala-gejala berupa halusinasi visual dan auditorik, waham kejar,

waham keagamaan, dan waham nihilistik, juga gejala negatif. Gejala-

gejala tersebut berlangsung selama kurun waktu 3 bulan terakhir. Menurut

PPDGJ III, gejala-gejala tersebut telah memenuhi kriteria diagnosis

episode depresif berat dengan gejala psikotik (F32.3).

Aksis II

Di nilai dari prilaku pasien berdasarkan alloanamnesis kepribadian

campuran

Aksis III

Tidak ditemukan kelainan

Aksis IV

Tekanan dari lingkungan pendidikan dan pergaulan.

Pasien sulit untuk makan, minum obat dan susah untuk mandi

Page 14: Presentasi Kasus Jiwa Presus Dimas Print

Aksis V

Penilaian kemampuan penyesuaian menggunakan skala Global

Assement Of Functioning (GAF) menurut PPDGJ III, didapatkan GAF

tertinggi dalam 6 bulan terakhir 80-71 dimana gejala hanya sementara dan

dapat diatasi. Nilai GAF saat masuk ke bangsal amino 20-11 bahaya

menciderai diri sendiri dan orang lain. Nilai GAF saat pemeriksaan

terakhir 50-41 gejala berat, disabilitas berat.

VIII. EVALUASI MULTI AKSIAL

Aksis I : Depresi Berat Dengan Gejala Psikotik

Aksis II : Kepribadian Campuran

Aksis III : Tidak ditemukan kelainan

Aksis IV :

Adanya tekanan dari lingkungan pendidikan dan teman

pergaulannya.Pasien sulit untuk makan, minum obat dan

susah untuk mandi

Aksis V :

GAF tertinggi dalam 6 bulan terakhir adalah 80-71 dimana

gejala hanya sementara dan dapat diatasi

GAF saat masuk RS (tanggal 27 Juni 2014) : 20-11 yaitu

pasien bahaya menciderai diri sendiri dan orang lain

GAF pasien saat ini (tanggal 7 Juli 2014): 50-41 yaitu

beberapa gejala masih berat dan menetap, disability berat

dalam fungsi.

IX. DIAGNOSIS

Diagnosis Kerja : Depresi Berat dengan Gejala Psikotik(F32.3)

Diagnosis Banding : Skizoafektif tipe depresif (F25.1)

Skizofrenia Paranoid (F20.0)

Page 15: Presentasi Kasus Jiwa Presus Dimas Print

X. DAFTAR MASALAH

A. Organobiologik

Adanya faktor genetik dari keluarga yang mempunyai keluhan yang

sama dengan pasien.

B. Psikologis

Mood : Hipotim

Afek : Depresi

Gangguan Persepsi : halusinasi visual dan audiotorik

Proses pikir : Blocking

Isi pikir : waham kejar, waham keagamaan, waham

nihilistik

RTA : Terganggu

Tilikan : derajat 2

C. Lingkungan dan Sosioekonomi

Adanya tekanan dari lingkungan pendidikan dan teman

pergaulannya.Pasien sulit untuk makan, minum obat dan susah untuk

mandi

XI. PROGNOSIS

Ad Vitam : ad bonam

Ad Sanationam : dubia ad bonam

Ad Fungsionam : dubia ad bonam

XII. RENCANA TERAPI

A. Psikofarmaka

Risperidon 2 x 1 mg

Amitriptilin 3 x 25mg

Page 16: Presentasi Kasus Jiwa Presus Dimas Print

B. Psikoterapi

1. Kepada pasien :

Psikoterapi suportif : berempati dan memberikan perhatian pada

pasien, menerima pasien tanpa menghakimi, mensuport usaha

adaptif pasien, menghormati pasien sebagai manusia seutuhnya dan

menunjukkan ketertarikan pada aktivitas keseharian pasien.

2. Kepada keluarga:

Psikoedukasi mengenai penyakit pasien dengan memberikan

penjelasan yang bersifat komunikatif, informatif dan edukatif

mengenai penyebab penyakit pasien, gejala-gejalanya, faktor-

faktor yang memberatkan, dan bagaimana cara pencegahannya.

Sehingga keluarga bisa menerima dan mengerti keadaan pasien

serta mendukung proses terapi dan mencegah kekambuhan.

Serta memberikan penjelasan mengenai terapi yang diberikan pada

pasien dengan menerangkan mengenai kegunaan obat terhadap

gejala pasien serta efek samping yang mungkin muncul pada

pengobatan. Selain itu juga ditekankan pentingnya pasien minum

obat secara teratur sehingga diharapkan keluarga turut serta dan

bekerja sama dalam berjalannya program terapi.

XII. DISKUSI

Pada pasien ini ditemukan gejala utama afek depresif, hilangnya

minat dan kegembiraan, dan menurunnya aktifitas disertai gejala-gejala

berupa halusinasi visual dan auditorik, waham kejar, waham keagamaan,

dan waham nihilistik, juga Gejala negatif. Gejala-gejala tersebut

berlangsung selama kurun waktu 1 bulan terakhir. Menurut PPDGJ III,

gejala-gejala tersebut telah memenuhi kriteria diagnosis episode depresif

berat dengan gejala psikotik (F32.3).

Page 17: Presentasi Kasus Jiwa Presus Dimas Print

Diagnosis banding pada pasien ini adalah skizofrenia paranoid (F20,0)

ini diambil dimana pada pasien didapatkan gejala dasar skizofrenia berupa

adanya thought echo, dellusion of passivity, halusinasi audiotorik dan

visual, waham, dan gejala negatif. Diagnosis ini dapat disingkirkan, pada

skizofren waham dan halusinasi terlihat lebih menonjol dari gejala yang

lain sedangkan pada pasien ini hanya menonjol pada awal gejala. Pada

skizofren gejala negatif harus jelas bahwa semua hal tersebut tidak

disebabkan oleh depresi atau medikasi neuroleptika. Pada pasien ini jelas

keluhan akibat gejala depresi sebelumnya.

Diagnosis banding yang kedua pada pasien ini adalah skizoafektif tipe

depresif(F25.1) dimana didapatkan gejala afektif dan dan defenitif adanya

skizofren sama sama menonjol pada saat bersamaan. Tetapi karena saat ini

gejala afektif pasien yang lebih menonjol jadi diagnosis penyakit ini bisa

disingkirkan.

Gangguan kpribadian pada pasien ini diambil dari alloanamnesis pada

keluarga pasien lebih mengarah ke gangguan kpribadian campuran dimana

tidak dapat menunjukan gejala yang khas yang menjadi ciri dari gangguan

kpribadian. Pada pasien terdapat gejala gangguan kpribadian anankastik,

dependen, dan paranoid.

Dari riwayat genetik, didapatkan pada pasien ini dimana terdapat

gejala yang sama pada nenek pasien. Dimana sebagian besar gangguan

jiwa disebabkan karena faktor keturunan. Dimana sifat-sifat gangguan jiwa

yang akan dialami oleh individu diturunkan oleh orang tua maupun nenek

moyang mereka melalui gen dan kromosom dalam sel reproduksi.

Pada pasien ini terdapat gangguan isi pikiran berupa waham. Waham

sendiri dapat di artikan keyakinan palsu yang dipertahankan dan tidak

beralasan, didasarkan pada kesimpulan yang salah tentang kenyataan

eksternal, intelegensia dan latar belakang pasien. Waham yang terdapat

pada pasien waham kejar yaitu keyakinan palsu bahwa pasien sedang

diganggu, ditipu, atau disiksa. Waham keagamaan dimana pasien merasa

dirinya bersalah dan sedang dihukum oleh tuhan. Terakhir waham

Page 18: Presentasi Kasus Jiwa Presus Dimas Print

nihilistik yaitu perasaan palsu bahwa dirinya orang lain, tidak ada, dan

semuanya akan berakhir.

Pasien juga mengalami gangguan persepsi berupa halusinasi.

Halusinasi adalah persepsi sensoris yang palsu yang tidak berkaitan

dengan stimulasi eksternal yang nyata. Pasien mempunyai halusinasi

visual dan auditorik.

Untuk terapi psikofarmaka, pengobatan yang dipilih pada pasien ini

adalah pemberian:

1. Risperidone dengan dosis 1 mg diberikan 2 kali sehari.

Risperidone termasuk ke dalam golongan antipsikosis atipikal.

Obat ini merupakan derivat dari benzisoksazol yang mempunyai

afinitas yang tinggi terhadap reseptor serotonin (5HT2) dan aktivitas

menengah terhadap reseptor dopamine (D2), alfa 1 dan alfa 2

adrenergik dan reseptor histamine. Aktivitas antipsikosis diperkirakan

melalui hambatan terhadap reseptor serotonin dan dopamine.

Risperidon diberikan untuk mengatasi gejala negatif ataupun positif

skizofrenia.Risperidon tersedia dalam Tablet 1, 2, 3 mg dengan dosis 2

– 6 mg/hari. Risperidon tablet biasanya berwarna putih.

Risperidon terbukti cukup baik untuk menangani gejala psikosis.

Berdasarkan data dari Manitoba Centre for Health Policy di Kanada

pada tanggal 16 Mei 2013 dan The British Journal of Psychiatry pada

tahun 2011. Dua penelitian ini membuktikan manfaat risperidon dalam

mengurangi efek ekstrapiramidal dan nocturnal enuresis pada pasien

skizofrenia.

Pemberian dosis pada obat anti psikosis ini dengan cara ;

Mulai dengan "dosis awal" sesuai dengan dosis anjuran yang dinaikan

setiap 2-3 hari --> pemberian tersebut dinaikan hingga mencapai "dosis

efektif" (mulai timbul peredaran sindrom psikosis) --> dievaluasi setiap

2 minggu dan bila perlu dinaikan --> "dosis optimal" --> dipertahankan

sekitar 8-12 minggu (stabilisasi) --> diturunkan setiap 2 minggu -->

Page 19: Presentasi Kasus Jiwa Presus Dimas Print

"dosis maintenance" --> dipertahankan 6 bulan - 2 tahun (diselingi

"drug holiday" 1-2 hari/minggu) --> tapering off (dosis diturunkan tiap

2-4 minggu) --> stop

Terdapat beberapa efek samping dari obat-obat antipsikosis,

diantaranya adalah:

1. Sedasi (mengantuk)dan inhibisi psikomotor (perlambatan gerakan)

2. Gangguan otonomik : hipotensi, tekanan intraokuler meninggi,

gangguan irama jantung

3. Gangguan antikolinergi/parasimpatolitik : mulut kering, kesulitan

miksi & defeksi, hidung tersumbat, mata kabur,

4. Gangguan ekstrapiramidal : distonia akut, akathisia, sindrom

Parkinson ( tremor, bradikinesia, rigiditas).

5. Gangguan endokrin : amenorrhoe, gynaecomastia,

6. Metabolik (jaundice),

7. Hematologik (agranulocytosis) pada pemakaian jangka panjang.

2. Amitripilin dengan dosis 25 mg diberikan 3 kali sehari.

Amitriptilin merupakan antidepresi trisiklik (TCA). Amitriptilin bekerja

dengan menghambat pengambilan kembali neurotransmiter di otak.

Amitriptilin mempunyai 2 gugus metil, termasuk amin tersier sehingga

lebih resposif terhadap depresi akibat kekurangan serotonin. Senyawa

ini juga mempunyaiaktivitas sedatif dan antikolinergik yang cukup

kuat. Diindikasi pada pasien dengan gejala-gejala utama depresi

terutama bila berkaitan dengan kecemasan, tegang, atau kegelisahan.

Sediaan: Tablet 10 mg, 25 mg. maksimal 150 mg/hari tablet berwarna

merah bata

Page 20: Presentasi Kasus Jiwa Presus Dimas Print

beberapa efek samping dari antidepresan, diantaranya adalah

1. Sedasi (rasa mengantuk, kewaspadaan berkurang, kinerja psikomotor

menurun, kemampuan kognitif menurun, dll)

2. Efek Antikolinergik (mulut kering, retensi urin, penglihatan kabur,

konstipasi, sinus takikardia, dll)

3. Efek Anti-adrenergic alfa (perubahan EKG, hipotensi)

4. Efek Neurotoksis (tremor halus, gelisah, agitasi, insomnia)

Hal yang menjadi perhatian khusus pada terapi adalah Kegagalan terapi

Obat Anti-depresi pada umumnya disebabkan :

1. Kepatuhan pasien menggunakan obat (compliance), yang dapat

hilang oleh karena adanya efek samping → perlu edukasi dan

informasi.

2. Pengaturan dosis obat belum adekuat.

3. Tidak cukup lama mempertahankan pada dosi optimal.