presentasi ayu
TRANSCRIPT
PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN ALTERNATIF ARTERI PORONG
PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN ALTERNATIF ARTERI PORONG
Dikutip dari :YUDI IRAWANInstitut Teknologi Sepuluh NopemberDisusun kembali oleh :AYU FATIMAH ZAHRAUniversitas Gunadarma
SEMBURAN LUMPUR PANAS LAPINDOtanggal 27 Mei 2006
3Direncanakan pembuatan jalan alternatif arteri di Kecamatan Porong, Sidoarjo. Pembuatan jalan arteri alternatif ini dilakukan agar saat luapan lumpur menggenangi jalan arteri yang lama arus lalu lintas Surabaya ke arah selatan (Malang, Pandaan, Banyuwangi, Bangil) dan sebaliknya tidak perlu dialihkan melalui Mojosari. Dengan adanya jalan alternatif ini diharapkan arus lalu lintas yang melalui Porong tidak akan terganggu walaupun tanggul pembatas lumpur jebol dan lumpur meluap.LATAR BELAKANG4PERUMUSAN MASALAH
Bentuk geometrik jalan manakah yang tepat dan sesuai dengan kontur yang tersedia pada peta topografi, serta gambar geometrik jalan (Long dan Cross Section nya)?Berapa ketebalan perkerasan yang dibutuhkan untuk dapat melayani lalu lintas yang ada selama umur rencana 10 tahun berdasarkan beban kendaraan yang lewat?Berapa dimensi saluran tepi yang diperlukan dengan melihat kondisi kontur yang ada?Berapa volume galian dan timbunan?Berapa anggaran biaya yang diperlukan untuk ruas perencanaan jalan baru tersebut?TUJUAN PENULISAN
Merencanakan geometrik jalan yang tepat dan sesuai dengan mempertimbangkan kontur yang tersedia pada peta topografi, serta menggambar geometrik jalan (Long dan Cross Section nya).Merencanakan tebal dan jenis perkerasan jalan yang dibutuhkan dengan metode Analisa Komponen (Bina Marga).Merencanakan drainase permukaan jalan yang diperlukan sesuai dengan kontur yang ada.Mendapatkan volume galian dan timbunan.Mendapatkan Rencana Anggaran Biaya (RAB) untuk perencanaan jalan baru ini.1. Alinyemen Horizontal
Alinyemen horizontal adalah poyeksi sumbu jalan pada bidang horizontal. Alinyemen horizontal dikenal juga dengan nama situasi jalan atau trase jalan. Alinyemen horizontal terdiri dari garis-garis lurus yang dihubungkan dengan garis-garis lengkung. Garis lengkung tersebut dapat terdiri dari busur lingkaran ditambah busur peralihan, busur peralihan saja atau busur lingkaran saja.TINJAUAN PUSTAKA7Full Circle
8Spiral-Circle-Spiral
9Spiral-Spiral
102. Alinyemen Vertikal
Alinyemen vertikal adalah perpotongan bidang vertikal dengan bidang permukaan perkerasan jalan melalui sumbu jalan untuk jalan 2 lajur 2 arah atau melalui tepi dalam masing masing perkerasan untuk jalan dengan median. Sering kali disebut juga sebagai penampang memanjang jalan. Penarikan alinyemen vertikal sangat dipengaruhi oleh berbagai pertimbangan seperti : a. Kondisi tanah dasarb. Keadaan medanc. Fungsi jaland. Muka air banjire. Muka air tanahf. Kelandaian yang masih memugkinkan
113. Perkerasan Jalan
Perkerasan jalan merupakan lapisan perkerasan yang terletak di antara lapisan tanah dasar dan roda kendaraan, yang berfungsi memberikan pelayanan kepada sarana transportasi, dan selama masa pelayanannya diharapkan tidak terjadi kerusakan yang berarti. Agar perkerasan jalan yang sesuai dengan mutu yang diharapkan, maka pengetahuan tentang sifat, pengadaan dan pengolahan dari bahan penyusun perkerasan jalan sangat diperlukan (Silvia Sukirman, 2003).
12Perkerasan KakuPerkerasan LenturPerkerasan Komposit
13
14Perkerasan Komposit (Composite Pavement), yaitu perkerasan kaku yang dikombinasikan dengan perkerasan lentur dapat berupa perkerasan lentur diatas perkerasan kaku atau perkerasan kaku diatas perkerasan lentur.
154. Volume Galian dan Timbunan
Dalam perencanaan jalan raya diusahakan agar volume galian sama dengan volume timbunan.Hal ini agar dana tidak membengkak ketika membuat jalan baru tersebut.
16METODE PENELITIAN
17DASAR PERENCANAAN
Jalan Alternatif Arteri ini direncanakan 4 lajur 2 arah dengan median, lebar jalur per arah 7 m, lebar bahu jalan 1,5 meter, lebar median jalan 3 m (dengan lajur tepian 0,5 m), bagian luar jalan diasumsikan 2 m. Karena jalan alternatif ini termasuk tipe jalan arteri luar kota maka kecepatan rencananya adalah 80 km/jam.
PERENCANAAN GEOMETRIK JALANAlinyemen Horisontal :
Semua tikungan menggunakan tipe Spiral-Circle-SpiralMencari sudut Mencari superelevasiMencari Ls Ls (Waktu tempuh 3 detik) Ls (Landai relatif) Ls (Rumus modifikasi shortt) Ls (Tingkat perubahan kelandaian)Mencari parameter parameter lengkung horisontalMencari STA PI
19
20
21
22
23Alinyemen Vertikal :
Pada perencanaan alinemen vertikal ini digunakan jarak pandangan henti JhMencari LvJarak Panjang HentiKeluwesan bentukWaktu tempuh 3 detikPenyerapan guncanganSyarat kenyamananSyarat drainaseMencari EvMencari Elevasi PPV, PLV, PTV, PPV
24
25
26
PELEBARAN PERKERASAN
Untuk lebar kendaraan rencana sesuai standar TPGJAK (1997) yaitu kendaraan sedang dengan kriteria sebagai berikut :Tonjolan depan kendaraan (A) = 2,1 mJarak gandar kendaraan (p) = 7,6 mLebar kendaraan rencana (b) = 2,6 mUntuk lebar kebebasan samping kiri dan kanan kendaraan (C), asumsi = 1m (untuk lebar jalur 7 m)(sumber : Sukirman, 1999)
27
28
Perencanaan Jarak Kebebasan SampingJarak kebebasan samping adalah ruang untuk menjamin kebebasan pandang di tikungan sehingga jarak pandangan henti.
29
PERENCANAAN TEBAL PERKERASAN LENTUR
Umur rencana = 10 tahun Jalan direncanakan dibuka pada tahun 2011Perhitungan Angka Ekivalen (E) Sumbu KendaraanPerhitungan Lintas Ekivalen Permulaan (LEP)Perhitungan Lintas Ekivalen Akhir (LEA)Perhitungan Lintas Ekivalen Tengah (LET)Perhitungan Lintas Ekivalen Rencana (LER)Penentuan Faktor Regional (FR)Perencanaan indeks Permulaan pada awal umur rencana (IPO)Perencanaan Indeks Permulaan Akhir (IPT)Penentuan Indeks Tebal Perkerasan (ITP)
30
Tebal lapisan permukaan (surface course), D1 :TP1 = a1 . D15.9 = 0,40 . D1D1 = 5.9 / 0,40= 14,75 cm > tebal minimum = 5 cmDipakai D1 sebesar 15 cm. Tebal lapisan pondasi atas (base course), D2 :ITP2 = a1 . D1 + a2 . D26,1 = 0,40 . 15 + 0,13 . D2D2 = 0,7692 cm < tebal minimum = 20 cmDipakai D2 sebesar 20 cm. Tebal lapisan pondasi atas (base course), D3 :ITP3 = a1 . D1 + a2 . D2 + a3 . D312,4 = 0,40 . 15 + 0,13 . 20 + 0,13 . D3D3 = 29,2307 cm > tebal minimum = 10 cmDipakai D3 sebesar 30 cm.31
PERHITUNGAN VOLUME GALIAN DAN TIMBUNAN
Volume galian dan timbunan dihitung dengan cara membagi sepanjang jalan rencana menjadi beberapa segmen.
32
33
PERENCANAAN RAMBU DAN MARKA
Adapun rambu-rambu yang direncanakan tersebut adalah :Rambu peringatan tikungan ke kiri (1a).Rambu peringatan tikungan ke kanan (1b).Rambu peringatan jembatan atau penyempitan di jembatan (3d)
Marka yang dipakai pada Jalan Alternatif Arteri Porong :Marka memanjang berupa garis utuh/menerusMarka memanjang terdapat pada sisi kanan dan kiri jalur jalan.Marka memanjang berupa garis putus-putusMarka memanjang putus-putus terdapat pada bagian tengah jalur jalan yang berfungsi sebagai pembatas lajur.34
35
RENCANA ANGGARAN BIAYA
36
KESIMPULAN
1. Alinemen Horisontal dan VertikalJalan Arteri kelas II, 4/2D dengan Lebar 7 m, Median 3 m, Lajur tepi 0,5 m. Kemiringan normal 2%, Superelevasi Maksimum 8%. Tipe lengkung menggunakan Spiral-Circle-Spiral dengan 10 PI, dan Lengkung Vertikal dengan 11 PPV dan kelandaian antara 0 3,75%.2. Tebal PerkerasanLapis permukaan dengan memakai Laston 744 setebal 15 cm.Lapis pondasi atas dengan memakai batu pecah kelas B setebal 20 cm.Lapis podasi bawah dengan memakai sirtu / pitrun kelas A setebal 30 cm.3. Saluran Tepi JalanDengan kecepatan aliran air yang diijinkan sebesar 0,75 m/dt, dimensi saluran ini memiliki lebar atas 2,4 m, lebar bawah 0,5 m dan tinggi saluran 0,8 m.4. Volume Galian dan TimbunanVolume galian = 442054.4 mVolume timbunan = 51740.6 m5. Rencana Anggaran Biaya Dari hasil perhitungan didapatkan biaya total sebesar Rp 133.469.473.792,1237
SARAN
Penentuan lebar jalur lalu lintas hendaknya disesuaikan dengan volume dan kelas jalan.Penentuan kecepatan rencana hendaknya disesuaikan dengan peraturan yang berlaku, kelas jalan, medan jalan karena sangat mempengaruhi hasil perencanaan.Alinemen horisontal sebaiknya dibuat sepanjang mungkin lurus selama keadaan topografi memungkinkan karena akan memberikan kenyamanan pengemudi karena jumlah tikungan yang sedikit.Dalam perencanaan geometrik harus memperhatikan kontur medan dan sedapat mungkin mengikuti garis kontur agar kelandaian yang didapat tidak begitu besar.Pada daerah pegunungan sebaiknya menggunakan alinemen horizontal tipe Spiral Circle Spiral (SCS), karena keterbatasan kondisi topografi sehingga jari-jari desain (Rd) relatif kecil.Perencanaan alinemen vertikal sebaiknya mengikuti muka tanah selama memenuhi persyaratan kelandaian supaya volume galian dan timbunan didapatkan seminimal mungkin sehingga didapatkan penghematan dari segi biaya.Pemeliharaan rutin setiap tahunnya harus dilakukan, agar tercapai umur yang telah direncanakan.38
39