praktikum kelarutan timbal balik

29
BAB IV KELARUTAN TIMBAL BALIK 4.1 Tujuan Percobaan 1. Menentukan temperatur kritik suatu sistem larutan 2. Menentukan kurva kelarutan fenol dalam air 3. Menbandingkan kelarutan beberapa sistem larutan. 4.2 Tinjauan Pustaka Kelarutan atau solubilitas adalah kemampuan suatu zat kimia tertentu, zat terlarut (solute), untuk larut dalam suatu pelarut (solvent). Kelarutan dinyatakan dalam jumlah maksimum zat terlarut yang larut dalam suatu pelarut pada kesetimbangan. Larutan hasil disebut larutan jenuh. Zat-zat tertentu dapat larut dengan perbandingan apapun terhadap suatu pelarut. Contohnya adalah etanol di dalam air. Sifat ini lebih dalam bahasa Inggris lebih tepatnya disebut miscible. Pelarut umumnya merupakan suatu cairan yang dapat

Upload: antonio-gomes

Post on 11-Jun-2015

5.848 views

Category:

Documents


10 download

TRANSCRIPT

Page 1: Praktikum kelarutan timbal balik

BAB IV

KELARUTAN TIMBAL BALIK

4.1 Tujuan Percobaan

1. Menentukan temperatur kritik suatu sistem larutan

2. Menentukan kurva kelarutan fenol dalam air

3. Menbandingkan kelarutan beberapa sistem larutan.

4.2 Tinjauan Pustaka

Kelarutan atau solubilitas adalah kemampuan suatu zat kimia tertentu, zat

terlarut (solute), untuk larut dalam suatu pelarut (solvent). Kelarutan dinyatakan

dalam jumlah maksimum zat terlarut yang larut dalam suatu pelarut pada

kesetimbangan. Larutan hasil disebut larutan jenuh. Zat-zat tertentu dapat larut

dengan perbandingan apapun terhadap suatu pelarut. Contohnya adalah etanol di

dalam air. Sifat ini lebih dalam bahasa Inggris lebih tepatnya disebut miscible.

Pelarut umumnya merupakan suatu cairan yang dapat berupa zat murni

ataupun campuran. Zat yang terlarut, dapat berupa gas, cairan lain, atau padat.

Kelarutan bervariasi dari selalu larut seperti etanol dalam air, hingga sulit terlarut,

seperti perak klorida dalam air. Istilah "tak larut" (insoluble) sering diterapkan

pada senyawa yang sulit larut, walaupun sebenarnya hanya ada sangat sedikit

kasus yang benar-benar tidak ada bahan yang terlarut. Dalam beberapa kondisi,

Page 2: Praktikum kelarutan timbal balik

titik kesetimbangan kelarutan dapat dilampaui untuk menghasilkan suatu larutan

yang disebut lewat jenuh (supersaturated) yang metastabil.

(http//www.wikipedia.com, 18 Mei 2009, 18:09)

Faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan :

1. Temperatur

Pengaruh temperatur tergantung dari panas pelarutan. Bila panas pelarutan

(∆H) negatif, maka daya larut turun dengan turunnya temperatur. Bila panas

pelarutan (∆H) positif, maka daya larut naik dengan naiknya temperatur.

2. Jenis zat terlarut dan pelarut

Zat-zat dengan struktur kimia yang mirip, umumnya dapat saling bercampur

baik, sedang yang tidak biasanya sukar bercampur.

3. Tekanan

Tekanan tidak begitu berpengaruh terhadap daya larut zat padat dan zat cair,

tetapi berpengaruh pada daya larut gas.

(Sukardjo, Kimia Fisika, hal. 142)

Daya larut suatu zat dalam zat lain dipengaruhi oleh :

1. Jenis pelarut dan zat terlarut.

Zat-zat dengan struktur kimia yang mirip, umumnya dapat saling bercampur

baik sedang yang tidak biasanya sukar bercampur. Air dan alkohol bercampur

sempurna (completely misible), air dan eter bercampur sebagian (partially

miscible),sedang air dan minyak sama sekali tidak bercampur (completely

immiscible).

(Sukardjo, Kimia Fisika, hal. 142)

Page 3: Praktikum kelarutan timbal balik

2. Temperatur.

- Zat padat dalam cairan.

Kebanyakan zat padat menjadi lebih banyak larut ke dalam suatu cairan,

bila temperatur dinaikkan, misalnya kaliumnitrat (KNO3) dalam air,

namun terdapat beberapa zat padat yang kelarutannya menurun bila

temperatur dinaikkan misalnya pembentukan larutan air dari seriumsulfat

(Ce2(SO4)3).

- Gas dalam cairan

Kelarutan suatu gas dalam suatu cairan biasanya menurun dengan naiknya

temperatur.

(Keenan, Charles W, Kimia Untuk Universitas, Jilid I edisi keena, hal. 383)

3. Tekanan

Tekanan tidak begitu berpengaruh terhadap daya larut zat pada zat cair,

tetapi berpengaruh pada daya larut gas.

(Sukardjo, Kimia Fisika, hal. 142)

Jenis-jenis larutan yang penting ada 4 yaitu :

1. Larutan gas dalam gas

Gas dengan gas selalu bercampur sempurna membentuk larutan. Sifat-sifat

larutan adalah aditif, asal tekanan total tidak terlalu besar.

2. Larutan gas dalam cair

Tergantung pada jenis gas, jenis pelarut, tekanan dan temperatur. Daya larut

N2, H2, O2 dan He dalam air, sangat kecil. Sedangkan HCl dan NH3 sangat

besar. Hal ini disebabkan karena gas yang pertama tidak bereaksi dengan air,

sedangkan gas yang kedua bereaksi sehingga membentuk asam klorida dan

Page 4: Praktikum kelarutan timbal balik

ammonium hidroksida. Jenis pelarut juga berpengaruh, misalnya N2, O2, dan

CO2 lebih mudah larut dalam alkohol daripada dalam air, sedangkan NH3 dan

H2S lebih mudah larut dalam air daripada alkohol.

3. Larutan cairan dalam cairan

Bila dua cairan dicampur, zat ini dapat bercampur sempurna, bercampur

sebagian, atau tidak sama sekali bercampur. Daya larut cairan dalam cairan

tergantung dari jenis cairan dan temperatur.

Contoh :

a. Zat-zat yang mirip daya larutnya besar.

Benzena-Toluena

Air-Alkohol

Air-Metil

b. Zat-zat yang berbeda tidak dapat bercampur

Air-Nitro Benzena

Air-Kloro Benzena

4. Larutan zat padat dalam cairan

Daya larut zat padat dalam cairan tergantung jenis zat terlarut, jenis pelarut,

temperatur, dan sedikit tekanan. Batas daya larutnya adalah konsentrasi

larutan jenuh. Konsentrasi larutan jenuh untuk bermacam-macam zat dalam

air sangat berbeda, tergantung jenis zatnya. Umumnya daya larut zat-zat

organik dalam air lebih besar daripada dalam pelarut-pelarut organik.

Page 5: Praktikum kelarutan timbal balik

Umumnya daya larut bertambah dengan naiknya temperatur karena

kebanyakan zat mempunyai panas pelarutan positif.

(Sukarjo, Kimia Fisika, hal: 143-146)

Kelarutan timbal balik adalah kelarutan dari suatu larutan yang bercampur

sebagian bila temperaturnya di bawah temperatur kritis. Jika mencapai temperatur

kritis, maka larutan tersebut dapat bercampur sempurna (homogen) dan jika

temperaturnya telah melewati temperatur kritis maka sistem larutan tersebut akan

kembali dalam kondisi bercampur sebagian lagi. Salah satu contoh dari

temperatur timbal balik adalah kelarutan fenol dalam air yang membentuk kurva

parabola yang berdasarkan pada bertambahnya % fenol dalam setiap perubahan

temperatur baik di bawah temperatur kritis. Jika temperatur dari dalam kelarutan

fenol aquadest dinaikkan di atas 50°C maka komposisi larutan dari sistem larutan

tersebut akan berubah. Kandungan fenol dalam air untuk lapisan atas akan

bertambah (lebih dari 11,8 %) dan kandungan fenol dari lapisan bawah akan

berkurang (kurang dari 62,6 %). Pada saat suhu kelarutan mencapai 66°C maka

komposisi sistem larutan tersebut menjadi seimbang dan keduanya dapat

dicampur dengan sempurna.

Page 6: Praktikum kelarutan timbal balik

Temperatur kritis adalah kenaikan temperatur tertentu dimana akan diperoleh

komposisi larutan yang berada dalam kesetimbangan.

(Olaf A. Hougen, Chemical Process Principles, hal: 167-168)

Ada dua macam larutan, yaitu :

1. Larutan homogen, yaitu apabila dua macam zat dapat membentuk

suatu larutan yang susunannya begitu seragam sehingga tidak dapat diamati

adanya bagian-bagian yang berlainan, bahkan dengan mikroskop optis

sekalipun. Atau larutan dapat dikatakan dapat bercampur secara seragam

(miscible).

2. Larutan heterogen, yaitu apabila dua macam zat yang bercampur

masih terdapat permukaan-permukaan tertentu yang dapat terdeteksi antara

bagian-bagian atau fase-fase yang terpisah.

(Keenan, Kimia Untuk Universitas, hal. 372)

Page 7: Praktikum kelarutan timbal balik

Larutan heterogen dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu :

a. Insoluble, yaitu jika kelarutannya sangat sedikit, yaitu kurang

dari 0,1 gram zat terlarut dalam 1000 gram pelarut. Misalnya, kaca dalam

air.

b. Immisable, yaitu jika kedua zat tersebut tidak dapat larut

antara zat satu ke dalam zat yang lain. Misalnya, minyak dalam air.

(Keenan, Kimia Untuk Universitas, hal. 376)

Kelarutan adalah banyaknya zat yang melarut dalam suatu kuantitas tertentu

pelarut untuk menghasilkan larutan jenuh (gram zat terlarut/100 cm3 pelarut).

(Keenan, Kimia Untuk Universitas, hal. 674)

Sifat-sifat metanol :

a. Tidak bewarna

b. Larut dalam air

c. Bersifat racun

d. Mempunyai rumus molekul CH3OH

e. Mempunyai massa molar 32,04 gr/mol

f. Mempunyai titik didih 65°C

g. Mempunyai titik beku -97,8C

(http://de.wikipedia.org/wiki/Methanol , 21 Mei 2009, 18:25)

Sifat-sifat fenol :

a. Mengandung gugus OH, terikat pada sp2-hibrida

b. Mempunyai titik didih yang tinggi

c. Mempunyai rumus molekul C6H6O atau C6H5OH

Page 8: Praktikum kelarutan timbal balik

d. Fenol larut dalam pelarut organik

e. Berupa padatan (kristal) yang tidak berwarna

f. Mempunyai massa molar 94,11 gr/mol

g. Mempunyai titik didih 181,9°C

h. Mempunyai titik beku 40,9°C

(http://de.wikipedia.org/wiki/Phenol, 21 Mei 2009, 18.30)

(Ralph J. Fessenden, Dasar-Dasar kimia Organik, hal 295 & 297)

Sifat NaCl :

a) Berasal dari reaksi antara NaOH dengan HCl menjadi NaCl dan H2O.

b) Biasanya bersifat higroskopis yang artinya zat yang dapat menyerap air.

c) Aplikasi nyata adalah garam dapur, bila tidak disimpan ditempat tertutup

rapat maka lama kelamaan akan basah.

(http//www.yahoo.answer.com, 21 Mei 2009, 18:24)

Sifat-sifat air, yaitu :

Mempunyai rumus molekul H2O. Satu molekul air tersusun atas dua

molekul hidrogen yang terikat secara kovalen pada satu atom oksigen.

Air bersifat tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa pada kondisi

standar, yaitu pada tekanan 100 kPa (1 bar) dan temperatur 273,15 K (0°C).

Air merupakan suatu pelarut yang penting, yang memiliki kemampuan

untuk melarutkan banyak zat kimia lainnya, seperti garam-garam, gula, asam,

beberapa jenis gas dan banyak macam pelarut organik.

Air menempel pada sesamanya (kohesi) karena air bersifat polar.

Air juga mempunyai sifat adesi yang tinggi disebabkan oleh sifat alami

kepolarannya.

Page 9: Praktikum kelarutan timbal balik

Air memiliki tegangan permukaan yang besar yang disebabkan oleh

kuatnya sifat kohesi antar molekul-molekul air

Mempunyai massa molar :18,0153 gr/mol

Air mempunyai densitas 0,998 gr/cm3 (berupa fase cairan pada 20°C), dan

mempunyai densitas 0,92 gr/cm3 (berupa fase padatan).

Mempunyai titik lebur : 0°C, 273,15 K, 32°F

Mempunyai titik didih : 100°C, 373,15 K, 212°F

Kalor jenis air yaitu 4184 J/(kg.K) berupa cairan pada 20°C.

(http://id.wikipedia.org/wiki/Air, 21 Mei 2009, 18:59)

4.3. Alat dan Bahan

A. Alat-alat yang digunakan.

- batang pengaduk

- beakerglass

- botol aquadest

- corong kaca

- gelas arloji

- karet penghisap

- labu ukur

- masker

- neraca analitik

- penjepit kayu

- piknometer

- pipet tetes

Page 10: Praktikum kelarutan timbal balik

- pipet volume

- rak tabung reaksi

- sarung tangan

- tabung reaksi

- termometer

- timbangan digital

- waterbath

B. Bahan-bahan yang digunakan.

- fenol (C6H5OH)

- metanol (CH5OH) 1%

- natriumklorida (NaCl) 1%

- aquadest (H2O)

4.1. Prosedur Percobaan

1. Sistem fenol-aquadest

- Menyiapkan campuran fenol dengan aquadest di dalam 5 tabung reaksi

dengan komposisi masing-masing sebagai berikut:

Tabung Fenol (g) Aquadest (mL)

1

2

3

4

5

1

1

2

2

3

5,5

4,5

3,9

1,8

2

Page 11: Praktikum kelarutan timbal balik

- Memanaskan tiap campuran tersebut dalam waterbath dengan susunan

seperti di atas.

- Mengaduk campuran dengan perlahan dan mencatat suhu pada saat

campuran berubah dari keruh menjadi jernih.

- Mengeluarkan tabung reaksi dari waterbath lalu membiarkan campuran

menjadi dingin serta mencatat suhu pada saat campuran menjadi keruh

lagi.

- Mencatat suhu pada saat campuran berubah dari keruh menjadi jernih.

2. Sistem fenol-metanol.

- Membuat campuran 2 g fenol dengan 3,9 mL larutan metanol 1% di

dalam tabung reaksi, kemudian memanaskan dalam waterbath.

- Mencatat suhu pada saat campuran berubah dari keruh menjadi jernih.

3. Sistem fenol-NaCl.

- Membuat campuran 2 g fenol dengan 3,9 larutan NaCl 1% di dalam

tabung reaksi, kemudian memanaskan dalam waterbath.

- Mencatat suhu pada saat campuran berubah dari keruh menjadi jernih.

Page 12: Praktikum kelarutan timbal balik

4.2. Data Hasil Pengamatan

Tabel 4.5.1. Data Pengukuran Suhu pada Sistem Fenol-Air.

No Fenol

(g)

Aquadest

(mL)

Suhu (C)

Jernih Keruh Rata-rata

1

2

3

4

5

1

1

2

2

3

5,5

4,5

3,9

1,8

2

54

57

59

54

52

51

52

54

51

50

52,5

54,5

56,5

52,5

51

Tabel 4.5.2. Data Pengukuran Suhu pada Sistem Fenol-Metanol.

No Fenol

(g)

Metnol

(mL)

Suhu (C)

Jernih Keruh Rata-rata

1 2 3,9 52 49 50,5

Tabel 4.5.3. Data Pengukuran Suhu pada Sistem Fenol-NaCl.

No Fenol(g) NaCl(mL) Suhu (C)

Jernih Keruh Rata-rata

1 2 3,9 46 39 42,5

4.3. Hasil Perhitungan

A. Sistem fenol-air

1. Mencari densitas (ρ) Air

Berat piknometer kosong : 15,4720 g

Berat piknometer dan air : 39,9669 g

Volume piknometer : 25 mL

Page 13: Praktikum kelarutan timbal balik

Rumus :

Dimana :

= Densitas aquadest (g/mL)

W1 = Berat piknometer + aquadest (g)

W2 = Berat piknometer kosong (g)

V = Volume piknometer (mL)

= 0,9798 g/mL

Jadi densitas aqudest() yang di dapat adalah 0,9798 g/mL.

2. Mencari % berat fenol dalam air.

Rumus:

% W fenol =

Untuk tabung I :

% W fenol = = 34,3571 %

Dengan cara yang sama untuk variasi berat fenol dan volume air yang

berbeda diperoleh hasil sebagai berikut :

No fenol (g) aquadest (g) % berat fenol

1

2

3

4

5

1

1

2

2

3

5,5

4,5

3,9

1,8

2

15,6521%

18,4874%

34,3571%

53,1400 %

60,4887%

B. Sistem fenol-metanol

Page 14: Praktikum kelarutan timbal balik

1. Membuat metanol 1% sebanyak 50 mL dari metanol

100%

Rumus :

(V1 C1) = (V2 C2)

Dimana : V1 = volume metanol 1 %

V2 = volume metanol 100 %

C1 = konsentrasi metanol 1 %

C2 = konsentrasi metanol 100 %

(V1 C1) = (V2 C2)

50 x 1% = V2 x 100%

V2 = 0,5 mL

Jadi untuk membuat metanol 1% sebanyak 50 mL adalah dengan memipet

0,5 mL metanol 100% dan mengencerkan ke dalam labu ukur 50 mL

dengan aquadest sampai tanda batas.

2. Menentukan densitas metanol

Berat piknometer kosong : 15,4720 g

Berat piknometer dan metanol : 40,572g

Volume piknometer : 25 mL

Rumus :

Dimana:

= Densitas metanol (g/mL)

W1 = Berat piknometer + metanol (g)

W2 = Berat piknometer kosong (g)

V = Volume piknometer (mL)

Page 15: Praktikum kelarutan timbal balik

= 1,004 g/mL

Jadi densitas metanol () yang di dapat adalah 0,004 g/mL.

3. Mencari % berat fenol dalam metanol

Rumus :

% W fenol =

% W fenol =

= 33,8090 %

Jadi % berat fenol 33,8090%.

C. Sistem fenol-NaCl

1. Membuat larutan NaCl 1 % sebanyak 50 mL jika

diketahui air = 0,998.

Rumus :

% W NaCl =

1 % =

WNaCl = 0,489 g

Jadi untuk membuat NaCl 1% sebanyak 50 mL adalah dengan menimbang

0,489 g dan melarutkannya ke dalam labu ukur 50 mL dengan aquadest

sampai tanda batas.

2. Menentukan berat jenis () NaCl

Berat piknometer kosong : 15,4720 g

Berat piknometer + larutan NaCl : 40,097 g

Page 16: Praktikum kelarutan timbal balik

Volume piknometer : 25 mL

Rumus :

Dimana : = Densitas NaCl (g/mL)

W1 = Berat piknometer + larutan NaCl (g)

W2 = Berat piknometer kosong (g)

V = Volume piknometer (mL)

= 0,985 g/mL

Jadi densitas NaCl () yang didapat adalah 0,985 g/mL.

3. Mencari % berat fenol dalam NaCl

Rumus :

% W fenol =

=

= 34,2378 %

Jadi % berat fenol dalam NaCl 34,2378 %.

Page 17: Praktikum kelarutan timbal balik

4.4. Grafik

50

51

52

53

54

55

56

57

0 10 20 30 40 50 60 70

T rata-rata

% b

erat

Grafik 4.7.1. Hubungan antara % berat fenol terhadap suhu pada sistem

fenol-air.

4.5. Pembahasan

1. Sistem fenol-Aqudest

Dari hasil percobaan diperoleh temperatur kritis sistem fenol-Aquadest adalah

56,5C dengan komposisi dalam aquadest sebesar 34,3571 %, sedangkan

menurut Hougen dalam Chemical Process Principles halaman 168

temperatur kritis sistem fenol air adalah 66C dengan komposisi berat fenol

34%. Dari hasil ini dapat diketahui bahwa terjadi penyimpangan yang

disebabkan karena :

a. Kurang cermat dalam menentukan temperatur pada saat larutan berubah

dari keruh menjadi jernih dan dari jernih ke keruh kembali karena

Page 18: Praktikum kelarutan timbal balik

perubahan larutan dari keruh menjadi jernih terjadi dalam waktu yang

singkat.

b. Kesalahan pada saat penimbangan fenol, karena fenol teroksidasi sehingga

mudah menguap.

Sedangkan kelarutannya fenol-aquadest lebih tinggi dibandingkan dengan

kelarutan sistem fenol-metanol dan sistem fenol-NaCl. Menurut teori dari

(http//www.wikipedia.com), fenol memiliki kelarutan terbatas dalam air, yakni 8,3

gram/100 ml. Fenol memiliki sifat yang cenderung asam, artinya ia dapat

melepaskan ion H+ dari gugus hidroksilnya. Pengeluaran ion tersebut

menjadikan anion fenoksida C6H5O− yang dapat dilarutkan dalam air.

2. Sistem fenol-metanol

Dari percobaan diperoleh temperatur kritis untuk sistem fenol-metanol adalah

50,5ºC dengan % berat fenolnya adalah 33,8090 % sedangkan secara teoritis

temperatur kritis sistem fenol-metanol adalah dibawa temperatur kritik sistem

fenol air seperti dalam buku Kimia Organik Hart Suminar halaman 165 sebab

fenol metanol memiliki titik didih relatif tinggi sebab tidak saja hanya

memasok kalor (energi) yang cukup untuk menguapkan setiap molekul tetapi

juga memasok kalor yang cukup untuk memutus ikatan hidrogen sebelum

setiap molekul dapat diuapkan, dan titik didih metanol secara teoritis adalah

adalah 650C. Dilihat dari percobaan yang dilakukan diketahui bahwa hasil

percobaan tidak sesuai dengan hasil teoritis yang ada hal ini disebabkan

karena :

- Perubahan dari keruh menjadi jernih menjadi keruh kembali terjadi dalam

Page 19: Praktikum kelarutan timbal balik

waktu yang singkat sehingga penentuan temperaturnya menjadi kurang

tepat.

- Fenol mudah menguap sehingga komposisi menjadi berkurang.

Sedangkan kelarutan fenol-metanol lebih rendah dibandingkan dengan

kelarutan sistem fenol-aquadest tetapi lebih besar dari kelarutan sistem fenol-

NaCl. Menurut teori dari (http//www.wikipedia.com), fenol memiliki sifat yang

cenderung asam, artinya ia dapat melepaskan ion H+ dari gugus hidroksilnya.

Pengeluaran ion tersebut menjadikan anion fenoksida C6H5O−, maka metanol

dapat dilarutkan dalam fenol.

3. Sistem fenol-NaCl

Dari percobaan diperoleh temperatur kritis untuk sistem fenol-NaCl adalah

42,5ºC dengan persentase berat fenolnya adalah 34,2378 %. Temperatur kritis

sistem fenol NaCl di atas temperatur kritis sistem fenol dalam air. Sistem

fenol-NaCl membutuhkan temperatur yang lebih tinggi, ini sesuai dengan

teori dalam wikipedia bahwa titik didih NaCl adalah 1465ºC. Hal ini

disebabkan juga karena sifat solute (fenol) dan solvent (NaCl) tidak memiliki

gugus fungsi yang sama dan fenol-NaCl tidak dapat membentuk ikatan

hidrogen sehingga fenol-NaCl sukar larut. Sedangkan kelarutannya lebih

rendah dibandingkan dengan kelarutan sistem fenol-aquadest dan kelarutan

sistem fenol-metanol. Menurut teori dari (http//www.wikipedia.com), fenol

memiliki sifat yang cenderung asam, artinya ia dapat melepaskan ion H+ dari

gugus hidroksilnya. Pengeluaran ion tersebut menjadikan anion fenoksida

C6H5O−, maka NaCl dilarutkan dalam fenol.

Page 20: Praktikum kelarutan timbal balik

4.6. Kesimpulan

1. Temperatur kritis untuk sistem fenol-air adalah 56,5C dengan

komposisi berat fenol sebesar 34,3571 %. Temperatur kritis sistem fenol-

aquadest lebih rendah dibandingkan dengan temperatur kritis sistem fenol-

metanol dan sistem fenol-NaCl, sedangkan kelarutannya lebih tinggi

dibandingkan dengan kelarutan sistem fenol-metanol dan sistem fenol-NaCl.

2. Temperatur kritis untuk sistem fenol-metanol lebih rendah dari pada

temperatur kritis sistem fenol-air dan suhu rata-rata pada sistem fenol-

metanol adalah 50,50C sedangkan komposisi berat fenol sebesar

33,8090%.Temperatur kritis sistem fenol-metanol lebih tinggi daripada sistem

fenol-aquadest dan sistem fenol-NaCl, sedangkan kelarutannya lebih rendah

dibandingkan dengan kelarutan sistem fenol-aquadest tetapi lebih besar dari

kelarutan sistem fenol-NaCl

3. Temperatur kritis untuk sistem fenol-NaCl lebih tinggi daripada

temperatur kritis sistem fenol-air dan suhu rata-ratanya adalah 42,50C

sedangkan komposisi berat fenolnya sebesar 34,2378%. Temperatur kritis

sistem fenol-NaCl lebih tinggi dari pada sistem fenol-metanol dan sistem

fenol-aquadest, sedangkan kelarutannya lebih rendah dibandingkan dengan

kelarutan sistem fenol-aquadest dan kelarutan sistem fenol-metanol.