praktikum fisiologi kerutan usus di luar tubuh

14
 

Upload: ayu-lestari

Post on 31-Oct-2015

308 views

Category:

Documents


9 download

DESCRIPTION

PRAKTIKUM FISIOLOGI Kerutan Usus di luar tubuh

TRANSCRIPT

Page 1: PRAKTIKUM FISIOLOGI Kerutan Usus di luar tubuh

7/16/2019 PRAKTIKUM FISIOLOGI Kerutan Usus di luar tubuh

http://slidepdf.com/reader/full/praktikum-fisiologi-kerutan-usus-di-luar-tubuh 1/14

 

Page 2: PRAKTIKUM FISIOLOGI Kerutan Usus di luar tubuh

7/16/2019 PRAKTIKUM FISIOLOGI Kerutan Usus di luar tubuh

http://slidepdf.com/reader/full/praktikum-fisiologi-kerutan-usus-di-luar-tubuh 2/14

PRAKTIKUM FISIOLOGI

“Kerutan Usus di Luar Tubuh” 

KELOMPOK A-1

Ketua : Anna Rizky Amelia (1102011031)

Sekretaris : Ayu Lestari (1102011057)

Anggota : Airlangga P.H (1102008012)

Afnan Fadiya (1102011012)

Aulia Hardiyanti (1102011051)

Cita Dharma Kusuma (1102009064)

Dewi Nadila (1102010070)

Dila Rizky Pratiwi (1102011080)

Kafia Rakhmah (1102011132)

Keyko Septiani (1102010143)

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS YARSI

JAKARTA

2013

Page 3: PRAKTIKUM FISIOLOGI Kerutan Usus di luar tubuh

7/16/2019 PRAKTIKUM FISIOLOGI Kerutan Usus di luar tubuh

http://slidepdf.com/reader/full/praktikum-fisiologi-kerutan-usus-di-luar-tubuh 3/14

PENDAHULUAN

Dasar Teori

Pengaruh Epinefr in 

Epinefrin merupakan salah satu hormon yang disekresikan oleh medula

suprarenal. Sekitar 75 -80% sekresi dari medulla suprarenal adalah epinefrin. Efek 

 perifer dari hormon ini adalah hasil dari interaksinya dengan reseptor alpha dan

 beta pada membran plasma. Reseptor alpha dan beta merupakan protein G, yaitu

sel APUD yang menyekresikan gastrin dan terdapat pada daerah antrum lambung.

Terdapat 2 tipe reseptor alpha, yaitu α1 dan α2. Aktivasi α1 melepaskan

ion kalsium dari RES ke dalam sitosol, hasilnya memberikan efek eksitatori pada

sel target. Aktivasi reseptor reseptor α2 menurunkan level cAMP pada sitoplasma.

Reduksi inn menghasilkan efek inhibisi pada sel target.

Reseptor beta memiliki 3 tipe yaitu reseptor β1, β2, dan β3. Stimulasi pada

β1 memberikan efek peningkatan aktivitas metabolik. Stimulasi pada β2

memberikan efek inhibisi yang memicu relaksasi otot polos. Sedangkan stimulasi

 pada reseptor β3 memberikan efek lipolisis, yaitu meluruhkan trigliserid di dalam

adiposit.

Pada otot polos, efek efinerin bergantung pada organ dan reseptor 

adregenik yang bersangkutan. Pada saluran cerna melalui reseptor alpha dan beta,

epinefrin menimbulkan efek relaksasi otot polos saluran cerna pada umumnya;

tonus dan motilitas usus dan lambung. Reseptor α1, α2, β1, dan β2 terdapat pada

membran sel otot polos. Pada sfinger pylorus dan ileosekal. Epinefrin

menimbulkan kontraksi melalui reseptor alpha.

Pengaruh Pil okarpin 

Pilokarpin merupakan salah satu obat yang bekerja pada reseptor 

kolinergik tipe muskarinik. Pilokarpin juga dikatakan sebagai obat

 parasimpatomimetik karena sifatnya yang tidak begitu cept dirusak oleh substansi

dalam darah dan dapat menghasilkan efek luas parasimpatis yang khas. Jika

 pilokarpin diberikan kepada pasien secara intravena, biasanya akan menyebabkan

efek yang sama persis di seluruh tubuh dengan perasangan parasimpatis. Hal ini

disebabkan oleh sedikitnya pilokarpin yang dirusak kolinesterase di dalam darah

dan cairan tubuh sebelum mencapai seluruh organ efektor.

Page 4: PRAKTIKUM FISIOLOGI Kerutan Usus di luar tubuh

7/16/2019 PRAKTIKUM FISIOLOGI Kerutan Usus di luar tubuh

http://slidepdf.com/reader/full/praktikum-fisiologi-kerutan-usus-di-luar-tubuh 4/14

Pilokarpin sebagai agonis muskarinik dapat menstimulasi otot polos pada

saluran gastrointestinal dengan jalan meningkatkan frekuensi dan motilitas.

 Namun, jika digunakan dengan dosis yang berlebihan akan menyebabkan spasme

serta tanesmus. Dilaporkan juga penggunaan pilokarpin untuk menstimulasi

saluran cerna dapat mengakibatkan gangguan pada sistem cardiovascular yang

tidak signifikan.

Pengaruh I on Barium 

Otot polos pada sebagian besar organ termasuk dalam golongan unit

tunggal dimana serat  – serat otot yang memebentuk golongan ini tereksitasi dan

 berkontraksi sebagai satu kesatuan. Serat otot pada otot polos unit tunggal secara

listrik dihubungkan oleh gap junction. Ketika timbul potensial aksi di bagian

manapun lembaran otot ini, potensial aksi tersebut merambat dengan cepat

melalui titik  –  titik kontak listrik khusus ini ke seluruh kelompok sel sel yang

saling berhubungan yang kemudian berkontraksi sebagai satu unit yang

terkoordinasi.

Barium merupakan senyawa yang berperan dalam pembentukan potensial

aksi spotan. Khususnya BaCl2 dapat menginduksi sekresi usus dengan

melepaskan kalsium dari intraselular yang kemudian bergabung dengan

kalmodulin untuk merangsang proses sekresi sehingga terjadi peningkatan beda

 potensial.

Otot polos pada saluran pencernaan termasuk otot polos unit tunggal yang

 bersifat self-excitable dan tidak membutuhkan stimulasi saraf untuk konraksinya.

Kelompok kelompok khusus sel otot polos ini memperlihatkan aktivitas listik 

spontan; yaitu kelompok kelompok tersebut mampu menghasilkan potensial aksi

tanpa stimulan eksternal apapun.

Page 5: PRAKTIKUM FISIOLOGI Kerutan Usus di luar tubuh

7/16/2019 PRAKTIKUM FISIOLOGI Kerutan Usus di luar tubuh

http://slidepdf.com/reader/full/praktikum-fisiologi-kerutan-usus-di-luar-tubuh 5/14

Pengatur an Otonom Traktus Gastroin testinal  

Jalur saraf otonom terdiri dari suatu rantai dua neuron, dengan

neurotransmitter terakhir yang berbeda antara saraf simpatis dan parasimpatis. Setiap

 jalur saraf otonom yang berjalan dari SSP ke suatu organ terdiri dari SSP ke suatu

organ terdiri dari suatu rantai yang terdiri dari dua neuron. Badan sel neuron yang

 pertama di rantai tersebut terletak di SSP. Aksonnya, serat pregangli on , bersinaps

dengan badan sel neuron kedua, yang terdapat di dalam suatu ganglion di luar SSP.

Akson neuron kedua, serat pascagangl ion , mempersarafi organ-organ efektor.

Sistem saraf otonom terdiri dari dua divisi-sistem simpatis  dan parasimpatis .

Serat-serat saraf simpatis berasal dari daerah torakal dan lumbal korda spinalis.

Sebagian besar serat preganglion simpatis berukuran sangat pendek, bersinaps

dengan badan sel neuron pascaganglion didalam ganglion yang terdapat di rantai 

ganglion simpatis   yang terletak di kedua sisi korda spinalis. Serat pascaganglion

 panjang yang berasal dari rantai ganglion itu berakhir di organ-organ efektor.

Sebagian serat praganglion melewati rantai ganglion tanpa membentuk sinaps dan

kemudian berakhir di ganglion kolateral   simpatis yang terletak disekitar separuh

 jalan antara SSP dan organ-organ yang dipersarafi, dengan serat pascaganglion

menjalani jarak sisanya. 

Serat-serat praganglion parasimpatis berasal dari daerah cranial dan sacral

SSP. Serat-serat ini berukuran lebih panjang dibandingkan dengan serat praganglion

simpatis karena serat-serat itu tidak terputus sampai mencapai ganglion terminal  

yang terletak di dalam atau dekat dengan organ efektor. Serat-serat pascaganglion

yang sangat pendek berakhir di sel-sel organ yang bersangkutan itu sendiri.

Serat-serat praganglion simpatis dan parasimpatis mengeluarkan

neurotransmitter yang sama, yaitu asetilkolin   (Ach), tetapi ujung-ujung pasca

ganglion kedua system ini mengeluarkan neurotransmitter yang berlainan

(neurotransmitter yang mempengaruhi organ efektor). Serat-serat pascaganglion

 parasimpatis mengeluarkan asetilkolin. Dengan demikian, serat-serat itu bersama

dengan semua serat praganglion otonom, disebut serat kolinergik . Sebaliknya

sebagian besar serat pascaganglion simpatis disebut serat adrenergic , karena

mengeluarkan noradrenalin , lebih umum dikel sebagai norepinefrin . Baik 

asetilkolin maupun norepinefrin juga berfungsi sebagai zat perantara kimiawi di

 bagian tubuh lainnya.

Page 6: PRAKTIKUM FISIOLOGI Kerutan Usus di luar tubuh

7/16/2019 PRAKTIKUM FISIOLOGI Kerutan Usus di luar tubuh

http://slidepdf.com/reader/full/praktikum-fisiologi-kerutan-usus-di-luar-tubuh 6/14

Persarafan Parasimpatis 

Persarafan parasimpatis ke usus dibagi atas divisi kranial  dan divisi sakral .

Kecuali untuk beberapa serabut parasimpatiske regio mulut dan faring dari saluran

 pencernaan, serabut saraf  parasimpatis kranial  hampir seluruhnya di dalam  saraf 

vagus. serabut-serabut ini memberi inervasi yang yang luas pada esofagus, lambung,

 pankreas, dan sedikit usus sampai separuh bagian pertama usus besar.

 Parasimpatis sakral  bersal darisegmen sakral kedua, ketiga, dan keempat dari

medula spinalis serta berjalan melalui saraf pelvis ke seluruh bagian distal usus besar 

dan sepanjang anus. Arean sigmoid, rektum, dan anus diperkirakan mendapat

 persarafan parasimpatis yang lebih baik daripada nagian usus yang lain. Fungsi

serabut ini terutama untuk menjalankan reflak defekasi.

 Neuron-neuron postganglionik  dari sistem parasimpatis gastrointestinal

terletak terutama di pleksus mienterikus dan pleksus submukosa. Perangsangan saraf 

 parasimpatis ini menimbulakan peningkatan umum dari aktivitas seluruh sistem saraf 

enterik. Hal ini kemudian akan memperkuat aktivitas sebagian besar fungsi

gastrointestinal.

Persarafan Simpatis 

Serabut-serabut simpatis yang berjalan ke traktus gastrointestinal bersal dari

medula spinalis antara segmen T-5 dan L-2. Sebagian besar serabut preganglionik 

yang mempersarafi usus, sesudah meninggalkan medula, memasuki rantai simpatis

yang terlatak di sisi lateral kolumna spinalis, dan banyak dari serabut ini kemudian

 berjalan melalui rantai ke ganglia yang terletak jauh seperti  ganglion seliaka dan

 berbagai  ganglion mesenterica. Kabanyakan badan neuron simpatik postganglionik 

 berada di ganglia ini, dan serabut-serabut post ganglionik lalu menyebar melalui saraf 

simpatis postganglionik ke semua bagian usus. Sistem simpatis pada dasarnya

menginervasi seluruh traktus gastrointestinal, tidak hanya meluas dekat dengan

rongga mulut dan anus, sebagaimana yang berlaku pada sistem parasimpatis. Ujung-

ujung saraf simpatis sebagian besar menyekresikan norepinefrin dan juga epinefrin 

dalam jumlah sedikit.

Pada umumnya, perangsangan sistem saraf simpatis menghambat  aktivitas

traktus gastrointestinal, menimbulkan banyak efek yang berlawanan dengan yang

ditimbulkan oleh sistem parasimpatis. Sistem simpatis menghasilkan pengaruhnya

melalui dua cara: (1) pada tahap yang kecil melalui pengaruh langsung sekresi

Page 7: PRAKTIKUM FISIOLOGI Kerutan Usus di luar tubuh

7/16/2019 PRAKTIKUM FISIOLOGI Kerutan Usus di luar tubuh

http://slidepdf.com/reader/full/praktikum-fisiologi-kerutan-usus-di-luar-tubuh 7/14

norepinefrin untuk menghambat otot polos traktus intestinal (kecuali otot mukosa

yang tereksitasi oleh norepinefrin), dan (2) pada tahap yang besar melalui pengaruh

inhibisi dari norepinefrin pada neuron-neuron pada seluruh sistem saraf enterik.

Perangsangan yang kuat pada sistem simpatis dapat menginhibisi peregerakan

motor usus begitu hebat sehingga dapat benar-benar menghentikan pergerakan

makanan melalui traktus gastrointestinal.

Efek Sistem Saraf Otonom Pada GIT  

OrganJenis Reseptor

Simpatis

Efek Stimulasi

Simpatis

Efek Stimulasi

Parasimpatis

Saluran

Pencernaan

α, β2 (organ-organ) ↓ motilitas (gerakan)  ↑ motilitas 

Page 8: PRAKTIKUM FISIOLOGI Kerutan Usus di luar tubuh

7/16/2019 PRAKTIKUM FISIOLOGI Kerutan Usus di luar tubuh

http://slidepdf.com/reader/full/praktikum-fisiologi-kerutan-usus-di-luar-tubuh 8/14

PELAKSANAAN PRAKTIKUM

Tata Cara

I. Kerutan Usus di Luar Badan

a. Tata Cara 

1.  Susunlah alat menurut gambar.

2.  Hangatkan air dalam gelas beker pireks sehingga larutan locke di dalam

tabung mencapai suhu 35C.

3.  Mintalah sepotong usus halus kelinci kepada asisten yang sedang bertugas.

4.  Pasang sediaan usus sebagai berikut:

a.  Ikatkan dengan benang dikedua ujung sediaan usus pada ujung pipa gelas

 bengkok.

 b.  Ikatkan ujung yang lain pada pencatat usus. (Usahakan dalam hal ini

supaya sediaan usus tidak terlampau teregang)

5.  Alirkan udara ke dalam larutan Locke dalam tabung perfusi dengan memompa

 balon dan mengatur klem, sehingga gelembung udara tidak terlalu

menggoyangkan sediaan usus yang telah dipasang itu.

6.  Selama percobaan, perhatikakn suhu larutan Locke dalam tabung perfusi yang

harus dipertahankan pada suhu 35C kecuali bila ada petunjuk-petunjuk lain.

I.1 Pengaruh Epinefrin 

a. Tata Cara 

1.  Catat 10 kerutan usus sebagai kontrol pada tromol yang berputar lambat, tetapi

setiap kerutan masih tercatat terpisah.

2.  Catat waktunya dengan interval 5 detik.

3.  Tanpa menghentikan tromol, teteskan 5 tetes larutan epinefrin 1:10.000 ke

dalam larutan perfusi.

4.  Teruskan pencatatan, sampai pengaruh epinefrin terlihat jelas.

5.  Hentikan tromol dan cucilah sediaan usus untuk menghentikan pengaruh

epinefrin sebagi berikut:

a.  Pindahkan pembakar Bunsen, kaki tiga+kawat kasa dan gelas beker pireks

dari tabung perfusi.

 b.  Letakkan sebuah baskom di bawah tabung perfusi.

c.  Bukalah sumbat tabung perfusi sehingga cairan perfusi keluar sampai

habis.

Page 9: PRAKTIKUM FISIOLOGI Kerutan Usus di luar tubuh

7/16/2019 PRAKTIKUM FISIOLOGI Kerutan Usus di luar tubuh

http://slidepdf.com/reader/full/praktikum-fisiologi-kerutan-usus-di-luar-tubuh 9/14

Tutup kembali tabung perfusi, dan isilah dengan larutan Locke yang baru (tidak perlu

yang versuhu 35C) dan besarkan aliran udara sehingga usus bergoyang-goyang.

d.  Buka lagi sumbat untuk mengeluarkan larutan Locke-nya.

e.  Ulangi hal di atas 2 kali lagi, sehingga dapat dianggap sediaan usus telah

 bebas dari pengaruh epinefrin.

f.  Sesudah selesai hal-hal di atas, tutup kembali tabung perfusi dan isilah

dengan larutan locke baru yang bersuhu 35C (disediakan) serta atur 

kembali aliran udaranya.

g.  Pasang kembali gelas beker pireks, kaki tiga+kawat kasa dan pembakar 

Bunsen.

I.2 Pengaruh Pilokarpin

a. Tata Cara 

1.  Catat 10 kerutan usus sebagai control.

2.  Tanpa menghentikan tromol, teteskan 2 tetes larutan pilokarpin 0,5% ke dalam

cairan perfusi. Beri tanda pada saat penetesan.

3.  Teruskan dengan pencatatan sampai pengaruh pilokarpin terlihat jelas.

4.  Hentikan tromol dan cucilah sediaan usus untuk menghilangkan pengaruh

 pilokarpin .

I.3 Pengaruh Larutan “X” 

a. Tata Cara 

1.  Catat 10 kerutan usus sebagai control.

2.  Tanpa menghentikan tromol, teteskan 2 tetes larutan “X” ke dalam cairan

 perfusi. Beri tanda pada saat penetesan.

3.  Teruskan dengan pencatatan sampai pengaruh larutan terlihat jelas.

4.  Hentikan tromol dan cucilah sediaan usus untuk menghilangkan pengaruh

larutan.

Page 10: PRAKTIKUM FISIOLOGI Kerutan Usus di luar tubuh

7/16/2019 PRAKTIKUM FISIOLOGI Kerutan Usus di luar tubuh

http://slidepdf.com/reader/full/praktikum-fisiologi-kerutan-usus-di-luar-tubuh 10/14

 

I.4 Pengaruh Ion Barium

a. Tata Cara 

1.  Catat 10 kerutan usus sebagai kontrol.

2.  Tanpa menghentikan tromol, teteskan 1 tetes larutan BaCl2 1% ke dalam

cairan perfusi. Bila 1 tetes tidak memberikan hasil setelah 5-10 kerutan,

lanjutkkan penambahan BaCl2 setetes demi setetes yang diberikan setiap

sesudah 5-10 kerutan yang tidak jelas.

Page 11: PRAKTIKUM FISIOLOGI Kerutan Usus di luar tubuh

7/16/2019 PRAKTIKUM FISIOLOGI Kerutan Usus di luar tubuh

http://slidepdf.com/reader/full/praktikum-fisiologi-kerutan-usus-di-luar-tubuh 11/14

HASIL PRAKTIKUM

Tabel Data, Grafik dan Analisa Data

I. Kerutan Usus di Luar Badan

Apa tujuan pengali ran udara ke dalam cairan perfusi? 

Agar perfusi oksigen di jaringan di usus tetap baik, dan tidak terjadi nekrosis.

I.1 Pengaruh Epinefrin

a. Grafi k 

b. Anali sis Data 

Pemberian epinefrin dapat menurunkan kerutan usus. Hal tersebut

dikarenakan kerja dari epinefrin yang mempengaruhi saraf simpatis. Dimana efek 

dari saraf simpatis tersebut terhadap usus adalah penurunan motilitas usus.

Sehingga pada sfignograf terlihat gambaran penurunan kerutan usus pasca

 pemberian epinefrin dibandingkan dengan kontrol.

Apa pengaruh epinefr in dalam percobaan ini? 

Menurunkan kerutan usus.

I.2 Pengaruh Pilokarpin

a. Grafi k 

Page 12: PRAKTIKUM FISIOLOGI Kerutan Usus di luar tubuh

7/16/2019 PRAKTIKUM FISIOLOGI Kerutan Usus di luar tubuh

http://slidepdf.com/reader/full/praktikum-fisiologi-kerutan-usus-di-luar-tubuh 12/14

b. Anal isis data 

Pilokarpin merupakan obat kolinergik sehingga pemberian pilokarpin dapat

mengakibatkan peningkatan kekuatankerutan usus disertai dengan penurunan

frekuensi kerutan usus (interval menjadi lebih panjang).

Apa pengaruh pilokarpin terhadap keru tan usus? 

Meningkatkan kekuatan kontraksi usus dan menurunkan frekuensinya.

I.3 Pengaruh Larutan “X” 

a. Grafi k 

b. Anal isis data 

Larutan X tidak menimbulkan dampak berarti pada kerutan usus bahkan setelah

 penambahan 2 tetes tambahan (total 4 tetes). Kemungkinan larutan adalah air.

Apa pengaruh larutan “X” terhadap kerutan usus? 

Tidak ada pengaruh berarti

Page 13: PRAKTIKUM FISIOLOGI Kerutan Usus di luar tubuh

7/16/2019 PRAKTIKUM FISIOLOGI Kerutan Usus di luar tubuh

http://slidepdf.com/reader/full/praktikum-fisiologi-kerutan-usus-di-luar-tubuh 13/14

I.4 Pengaruh Ion Barium

a. Grafi k 

b. Anali sis Data 

Pada penambahan BaCl2 terjadi peningkatan kontraksi usus.Apa pengaruh yang diharapkan terj adi pada penambahan larutan BaCl 2 ? 

Terjadi peningkatan kontraksi usus.

I I . Kendala Pelaksanaan 

Setelah penambahan pilokarpin, usus kelinci yang digunakan untuk percobaan

mengalami penurunan fungsi, sehingga pada saat penambahan BaCl2 dan larutan

“X” tidak didapatkan hasil percobaan yang optimal. 

Page 14: PRAKTIKUM FISIOLOGI Kerutan Usus di luar tubuh

7/16/2019 PRAKTIKUM FISIOLOGI Kerutan Usus di luar tubuh

http://slidepdf.com/reader/full/praktikum-fisiologi-kerutan-usus-di-luar-tubuh 14/14

KESIMPULAN

I. Kerutan Usus di Luar Badan

I.1 Pengaruh Epinefrin

 Epinefrin menyebabkan penurunan kekuatan kerutan usus di luar badan.

I.2 Pengaruh Pilokarpin

 Pilokarpin menyebabkan peningkatan kekuatan kerutan usus yang 

disertai penurunan frekuensi kerutan usus.

I.3 Pengaruh Larutan “X” 

Tidak ada pengaruh berarti

I.4 Pengaruh Ion Barium Ion barium menyebabkan peningkatan frekuensi kerutan usus.