ppt resume bedah saraf
Embed Size (px)
DESCRIPTION
bedah saraf power pointTRANSCRIPT

NEUROLOGI DAN NEUROSURGERY:
PENDEKATAN MENYELURUH RIWAYAT PENYAKIT DAN PEMERIKSAAN
SERTA INVESTIGASI SISTEM SARAF PUSAT DAN PERIFER
RESUME
Oleh :Reschita Adityanti G9911112121Sofina Kusnadi G9911112132Asih Novea K. G9911112024Dyah Listyorini G9911112059Evander Aloysius R. D. G9911112067
Evan Nugroho S. G99121015
Pembimbing:dr. Hanis Setyono, Sp.BS
KEPANITERAAN KLINIK ILMU BEDAH
FAKULTAS KEDOKTERAN UNS/RSUD DR.MOEWARDIS U R A K A R T A
2013

LOGORIWAYAT PENYAKITRIWAYAT PENYAKIT

Sakit kepala
• onset (mendadak, hilang timbul), frekuensi, durasi• lokasi• sifat• gejala penyerta (muntah, gangguan penglihatan)
Gangguan penglihatan
• onset, frekuensi, durasi• kerusakan : salah satu/kedua bola mata, kehilangan penglihatan total/sebagian, kehilangan lapang pandang
keseluruhan/sebagian• diplopia, halusinasi

Kehilangan kesadaran
• onset, frekuensi, durasi• faktor memperberat• lidah tergigit, inkontinesia, kejang• penyalahgunaan obat/alkohol• cedera kepala• gejala kardiovaskuler maupun respiratorik
Gangguan berbicara
• onset, frekuensi, durasi• kesulitan dalam artikulasi, ekspresi, maupun pemahaman

Gangguan motorik :
• onset, frekuensi, durasi• faktor memperberat (ex : berjalan), faktor memperingan (ex : istirahat)• kurangnya koordinasi – keseimbangan• kelemahan – pergerakan, canggung, kesulitan berjalan, ekstremitas kaku• gerakan involunter
Gangguan sensorik :
• onset, frekuensi, durasi, lokasi• faktor memperberat (ex : berjalan, gerakan leher), faktor memperingan (ex : istirahat)• nyeri, mati rasa, kesemutan

Gangguan otot sphincter :
• onset, frekuensi, durasi• kandung kemih, anal• tidak dapat dikontrol (inkontinesia, retensi)
Gangguan saraf bawah kranial :
• onset, frekuensi, durasi• faktor memperberat (ex : gerakan leher, posisi kepala)• tuli/tinitus – satu sisi/kedua sisi• vertigo – sekitarnya terasa berputar • keseimbangan/goyang - arah• susah menelan• perubahan suara

Gangguan mental :
• onset, frekuensi, durasi• penurunan daya ingat/kepandaian• perubahan kepribadian/tingkah laku

LOGOPEMERIKSAANPEMERIKSAAN

Sistem saraf pusat dijabarkan secara sistematis dari kepala hingga bawah serta mencakup:•Nervus kranialis 1-12•Tingkat kesadaran dan fungsi luhur (kemampuan kognitif, daya ingat, kemampuan berpikir, status emosional)•Tubuh (sensasi, refleks)•Sphincter•Ekstremitas atas :
sistem motorik (kelemahan otot, tonus, kekuatan), sistem sensorik (sensasi nyeri, sentuh, suhu, propiosepsi, stereognosis), reflek, koordinasi

•Ekstremitas bawah : sistem motorik (kelemahan otot, tonus, kekuatan), sistem sensorik (sensasi nyeri, sentuh, suhu, propiosepsi), reflek, koordinasi, gaya berjalan, cara berdiri
Cara lainnya, pemeriksa dapat memilih memeriksa sesuai masing-masing sistem untuk keseluruhan tubuh (ex : sistem motorik sistem, sistem sensorik)

Gangguan intrakranial dan sistemik yang luas → penurunan tingkat kesadaran.Sistem penilaian tingkat kesadaran dengan pembagian seperti stupor, semicoma, dan deepcoma, dan tingkat kesadaran dijelaskan dalam pembagian seperti membuka mata, respon verbal, dan respon motorik.Membuka Mata – 4 Kategori
PENILAIAN TINGKAT KESADARAN

Respon Verbal – 5 Kategori(i) Terorientasi : mengetahui lokasi dan waktu(ii) Bingung : berbicara dalam kalimat namun disorientasi lokasi dan waktu(iii) Kata : dapat mengucapkan kata-kata namun tidak berupa kalimat(iv) Suara : mengerang, tidak mengucapkan kata(v) Tidak sama sekali

Respon Motorik – 6 Kategori(i) Mengikuti perintah(ii) Melokalisir nyeri : memberikan stimulus nyeri pada nervus supraorbital, jika pasien bereaksi dengan menggerakan tangan ke atas hingga ke dagu = melokalisir nyeri.

(iii) Reaksi fleksi : jika pasien tidak mampu melokalisir rangsang nyeri supraorbita, berikan tekanan dengan pena atau benda keras pada kuku. Lihat gerakan fleksi lengan sebagai reaksi menghindar terhadap nyeri.

(iv) Reaksi ekstensi : jika dengan respon yang sama, gerakan ekstensi lengan terlihat. Anggap sebagai reaksi bertahan terhadap nyeri.
(v) Tidak ada reaksi : sebelum menilai respon pada tingkat ini, yakinkan bahwa rangsangan nyeri sudah adekuat.

Kemampuan Kognitif Gangguan hemisfer dominan
Mendengarkan pola bahasa - bimbang - fasih
Disfasia ekspresifDisfasia reseptif
Apakah pasien mengerti perintah simple/komplek pembicara? Ex : angkat kedua tangan, sentuh telinga kanan dengan jari kelima tangan kiri
Disfasia reseptif
Meminta pasien menyebutkan nama benda Disfasia normalApakah pasien membaca dengan tepat? DisleksiaApakah pasien menulis dengan benar? DisgrafiaMeminta pasien untuk menghitung angka-angka
Diskalkulia
Dapatkah pasien mengingat sebuah benda? Agnosia
Gangguan hemisfer tidak dominan
PENILAIAN FUNGSI LUHUR

Kemampuan Kognitif Gangguan hemisfer tidak dominan
Melihat kemampuan pasien untuk menentukan jalan pulang di sekitar tempat inap atau rumahnya
Agnosia geografikal
Mampukah pasien berpakaian sendiri?
Apraxia pakaian
Melihat kemampuan pasien untuk meniru sebuah bentuk geometri
Apraxia konstruksi

Tes Memori (Daya Ingat)- memerlukan konsentrasi - Ingatan jangka menegah – berhitung, meminta pasien mengulang sebuah
kalimat yang berisikan 5, 6, atau 7 nomor acak- Ingatan jangka sekarang – meminta pasien untuk menjelaskan sakit yang
dirasakan saat ini, lamanya menginap di rumah sakit, atau suatu kejadian di berita akhir-akhir ini
- Ingatan jangka lama – menanyakan tentang suatu kejadian dan sekitarnya terjadi lebih dari 5 tahun yang lalu
- Ingatan verbal – meminta pasien untuk mengingat sebuah kalimat atau sebuah cerita pendek kemudian di tes 15 menit setelahnya
- Ingatan visual – meminta pasien untuk mengingat sebuah obyek di atas suatu tempat kemudian di tes 15 menit setelahnya

Catatan:Retrograde amnesia – kehilangan daya ingat suatu kejadian yang mengarah pada cedera otak Post-traumatic amnesia – kehilangan daya ingat suatu kejadian yang menetap dalam suatu jangka waktu setelah terjadi cidera kepala

Kemampuan Pikir dan Penyelesaian MasalahMenguji pasien dengan perhitungan satu-dua, ex: saya ingin membeli permen sebanyak 5 buah dengan harga tiap permen Rp 100,00, berapa banyak kembalian yang saya terima jika membayar dengan uang Rp 1.000,00•Meminta pasien untuk membalik 3 atau 4 nomer acak•Meminta pasien untuk menjelaskan peribahasa•Meminta pasien mengambil beberapa kartu dan menyusunnyaPemeriksa harus membandingkan kemampuan pertimbangan pasien saat ini dengan kemampuan yang diharapkan berdasarkan riwayat pekerjaan dan pendidikan
Status EmosionalCatatan : - cemas atau gembira
- depresi atau apatis- perilaku emosional- perilaku hiperaktif- keterlambatan gerak maupun respon- tipe kepribadian dan perubahannya

NERVUS OLFAKTORIUS (I) Uji persepsi dan identifikasi menggunakan bahan berbau
non iritatif yang mencegah stimulasi serabut saraf trigeminus pada mukosa nasal, ex: soap, tembakau. Satu lubang hidung ditutup ketika pasien sedang mecium bau dengan lubang hidung lainnya.
PEMERIKSAAN NERVI CRANIALIS

NERVUS OPTIKUS (II)• Ketajaman penglihatan :• Defisit berat Mampukah pasien melihat cahaya atau
gerakan lambaian tangan• Defisit ringan Menilai tajam penglihatan dengan snellen
chart atau kartu baca• Pemeriksaan lapang pandang dengan uji konfrontasi• Pemeriksaan lapang pandang sentral dan perifer dengan
perimeter Goldmann• Pemeriksaan ophalmoscopy• Pemeriksaan pupil

NERVUS OKULOMOTORIUS (III), TROKLEARIS (IV), DAN ABDUCENS (VI)
• Lesi pada nervus ke III menyebabkan ketidaksamaan pada pergerakan mata begitupula gangguan pada resspon pupil, pupil dilatasi dan menjadi terfiksir pada cahaya
• Ptosis terjadi akibat kelopak mata jatuh menutupi sebagian pupil pada saat mata terbuka akibat dari lesi pada saraf ke III atau lesi saraf simpatis yang mengganggu M. levator palpebra
• Pergerakan okuler• Nistagmus

NERVUS TRIGEMINAL (V) Lakukan tes nyeri, tes temperature, dan sentuhan ringan pada
seluruh permukaan wajah. Bandingkan tiap sisinya. Catatlah bagian yang mengalami defisit sensorik. Tes dari bagian yang abnormal ke normal.
Periksa reflek corneal Periksa motorik,obsevcasi m. temporalis
Jaw jerk examination

NERVUS FACIALIS (VII)• Observasi pasiensaat berbicara dan tersenyum. Nilai penutupan mata,
asimetris dari ujung mulut, pendataran dari nasolabial. • Kemudian pasien diintruksikan untuk mengerutkan dahi (frontalis)• menutup mata sedang pemeriksa berusaha membuka (orbiculais oculi)• Mengerutkan bibir sedang pemeriksa menekan pipi (bucinator)• menunjukan gigi (orbicularis orris). Uji sensorik pada lidah dapat
menggunakan gula dan NaCl. Bahan uji diletakkan di bagian anterior pada sisi yang tepat pada lidah yang dijulurkan.

NERVUS AUDITORIUS (VIII)
Komponen cochlearis • Tes menggunakan bisikan angka. Sedangkan pada sisi telinga
sebaliknya ditutupi. Jika pendengaran lemah periksa meatus eksternal dan membrane tympani dengan auroskope untuk menyingkiran infeksi atau sumbatan.
Perbedaan tuli konduktif dan tuli perspektif menggunakan :
1. Weber test• Jika terdapat tuli konduktif suara terdengar lebih jelas pada yang
terdapat kelainan. Pada tuli perspetif suara lebih terdengar pada telinga yang normal.


2. Rinne test• Pada tuli konduktif, konduksi tulang lebih baik daripada konduksi
udara. Pada tuli perspektif konduksi tulang dan udara sama-sama lemah.

NERVUS GLOSSOPHARYNGEUS (IX) DAN NERVUS VAGUS (X)
Perhatikan suara pasien. (N.X)Perhatikan ada tidaknya gangguan menelan.
Perhatikan ada tidaknya pergerakan dinding palatum yang asimetris (parese N.X)
Periksa reflek muntah.

NERVUS ACCESSORIUS (XI)Periksa M. sternomastoideus.
Periksa M. trapezius.

NERVUS HIPOGLOSUS (XII)
Minta pasien untuk membuka mulut. Lihat ada tidaknya atrofi lidah dan fibrilasi. Kemudian minta pasien menjulurkan lidah. Periksa ada tidaknya deviasi. Jika ada, maka lidah akan tertarik ke sisi yang lemah. Disartria dan disfagia dapat terjadi tetapi minimal.
www.themegallery.com
Company Logo

LOGO
Pemeriksaan Ekstremitas AtasPemeriksaan Ekstremitas Atas

Motorik
• Melihat adanya asimetri atau deformitas, muscle wasting, hipertrofi otot, maupun fasikulasi otot.Inspeksi
• Menilai adanya penurunan maupun peningkatan tonus otot (clasp knife, lead pipe, cog-wheel)Tonus
•Mintalah pasien untuk merentangkan lengan dengan posisi supinasi selama 1 menit. Mata pasien dalam kondisi tertutup (jika tidak, akan terjadi kompensasi visual). Lengan yang lemah secara bertahap akan berubah posisi menjadi pronasi dan bergerak ke bawah.
Kekuatan


Sensasi
Nyeri
Cek apakah pasien dapat merasakan jarum sebagai benda tajam (terasa sakit), lalu ulang pemeriksaan pada setiap dermatom.

Sentuhan ringan
• Tes ini hampir sama dengan tes nyeri hanya saja menggunakan benang wol.
Suhu
• Pemeriksaan suhu jarang didapatkan informasi, jika pun perlu, bisa menggunakan benda dingin atau panas.
Joint position sense
• Tahan jari pasien atau jempol dan lakukan gerakan ke atas dan ke bawah. Ulangi dengan mata pasien tertutup. Minta pasien untuk menebak arah gerakan. Minta pasien dengan mata tertutup untuk menyentuh hidung dengan jarinya.
Getaran

REFLEKS
M


TES KOORDINASI

LOGO
Pemeriksaan Ekstremitas BawahPemeriksaan Ekstremitas Bawah

Motorik
Inspeksi
• Melihat adakah deformitas, muscle wasting, muscle hipertropi, muscle fasciculation
Tonus
• Cobalah untuk merelaksasikan pasien lalu memfleksikan dan mengektensikan sendi lutut pasien secara bergantian. Putar kaki pasien dari satu sisi ke sisi lain. Naikkan secara tiba-tiba dan lihat respon pada kaki bagian bawah.
Klonus
• Pastikan pasien dalam keadaan relaks. Fleksikan sendi ankle secara tiba-tiba.
Kekuatan


Kekuatan


Sensasi
•Nyeri, raba dan suhu (ikuti distribusi dermatom seperti di upper limb)Tes
•Pertama, gerakan fleksi dan ekstensi i jempol,lalu minta pasien untuk menebak arah gerakan jempol dengan mata tertutup.
Joint position sense
•Meletakkan garputala pada malleolus
Vibrasi

Refleks
Lutut: L2, L3, L4
Pastikan kaki pasien dalam keadaan relaks dengan mengistirahatkan kaki pada tangan pemeriksa atau ujung bed. Ketuk tendon patella dengan hammer
dan observasi kontraksi quadriceps.

Ankle: S1, S2
Putar kaki pasien. Tahan kaki pada posisi dorsifleksi.
Pastikan kaki relaks dengan mempalpasi tendo tibialis anterior.
Ketuk tendon Achilles dan lihat kontraksi dan plantar fleksi dari otot

Koordinasi
Minta pasien untuk menggerakan tumit dari lutut ke jempol kaki berlawan secara berulang.
Lihat adakah ataxia.
Minta pasien untuk menjejak lantai dengan kaki. Catat jika ada disdiadochokinesia.

Romberg’s tes
Minta pasien untuk berdiri dengan tumit
merapat
Pertama dengan mata terbuka lalu
dengan mata tertutup.

Gait

Pemeriksaan pasien tidak sadar
Alloanamnesis:
Cedera kepala? Kapan?
Tiba-tiba pingsan?
Kedutan pada ekstremitas?
Gejala beberapa minggu terakhir?
Penyakit sebelumnya?
Sudah berobat?

Pemeriksaan fisik
Periksa tanda dari trauma kepala
tanda jarum pada lengan
sebab tergigitnya lidah
adanya bau alcohol

PASIEN TIDAK SADAR
RIWAYAT (aloanamnesis)Apakah pasien mengalami cedera kepala baik baru saja ataupun
beberapa minggu terakhir?Apakah pasien tiba-tiba
pingsan?Apakah terjadi gerakan-gerakan kaki yang tidak
disadari?Apakah gejala terjadi dalam beberapa minggu terakhir?Apakah pasien menderita
penyakit sebelumnya?
Apakah pasien sudah berobat?
PEMERIKSAAN UMUM
PEMERIKSAAN NEUROLOGIS
PEMERIKSAAN PASIEN TIDAK SADAR

PEMERIKSAAN NEUROLOGIS
Buka mata Respon verbal Respon motorik
Spontan
4
Rangsangan suara 3
Rangsangan nyeri 2
Tidak ada respon
1
Orientasi 5
Bingung 4
Kata-kata 3
Suara 2
Tidak ada respon
1
Mematuhi perintah 5
Melokalisir 4
Fleksi 3
Ekstensi
2
Tidak ada respon
1
1. TINGKAT KESADARAN

2. PERGERAKAN MATA UNTUK PENILAIAN MIDBRAIN DAN PONS
Observasi adanya gerakan mata spontan
Dapatkan adanya reflex oculocephalis (dolls eye): rotasi kepala pada pasien koma menghasilkan pergerakan mata kea rah berlawanan dari pergerakan kepala
Perhatikan adakah conjugate (mata bergerak secara parallel) ata disconjugate (mata tidak dapat bergerak parallel)

3. PEMERIKSAAN LAPANG PANDANG
4. PEMERIKSAAN KELEMAHAN WAJAH
mendeteksi adanya hemianopsia lapang pandang apabila mata tidak mengedip meskipun sudah dilakukan manuver yang harusnya menimbulkan kedipan mata.
kegagalan untuk menyeringai pada salah satu sisi wajah akibat nyeri supraorbita bilateral mengindikasikan adanya kelemahan wajah.

5. PEMERIKSAAN KELEMAHAN ANGGOTA GERAK
Dinilai dengan membandingkan respon anggota gerak terhadap rangsag nyeri. •Jika nyeri menyebablan respon asimetris, maka terdapat kelemahan anggota gerak
Kedua pasien pada gambar berada dalam keadaan koma, masing-masing mempunyai respon asimeris terhadap nyeri yang mengindikasikan kelemahan lengan kanan dan kerusakan otak fokal.
Rangsangan nyeri diberikan pada kuku ibu jari kaki atau tendo Achilles

6. GRAFIK PENGAMATAN NEUROLOGIS
Grafik observasi neurologis dibuat oleh Jennett dan Teasdale dengan menilai hal klinis yang relevan, seperti
skala koma (buka mata, verbal, dan respon motorik), ukuran pupil dan reaksinya terhada cahaya, respon anggota gerak, dan vital sign. Frekuensi observasi
(normalnya setiap 2 jam)

FOTO RONTGEN KEPALA
Meskipun teknik pemeriksaan radiologi sudah berkembang cepat,
foto rontgen kepala masih merupakan teknik investigasi awal yang baik terutama pada pasien
dengan trauma kepalaPosisi standar: Lateral, postero-
anterior, towne’s (fronto-occipital)Berlatihlah untuk membedakan
tanda kepala yang normal dan letak kalsifikasi (pinel dan pleksus
koroidalis).Gambaran yang lebih spesifik
tergantung pada indikasi klinis dan tersedianya teknik
pencitraan yang lain
Cari adanya: fraktur, hiperostosis tulang,
kalsifikasi abnormal, tanda peningkatan TIK, Konfigurasi

Gambaran pada rontgen kepala
Posisi:1. LATERAL2. POSTERO-ANTERIOR3. TOWNE’S VIEW

CT-SCAN KEPALA
Gambaran CT-SCAN KEPALA NORMAL
GAMBARAN PADA BERBAGAI TINGKAT POTONGAN MELINTANG

JENIS-JENIS CT-SCAN KEPALA
Rekonstruksi koronal dan sagital • Dua dimensi rekonstruki dari potongan yang dipilih dapat memberikan
informasi lebih, namun membutuhkan slice dengan lebar 2-3 mm
CT scan coronal• Ekstensi leher maksimal dikombinasikan sengan sudut maksimal CT
sehingga menyebabkan scan coronal secara langsung dan dapat memberikan penjelasan yang lebih baik
CT scan dinamik• Melakukan scan selama infus kontras yang diikuti dengan rekonstruksi
dua dimensi yang menghasilkan metode non invasive ke pembuluh darah intracranial
Rekonstruksi 3 dimensi• Program komputer yang canggih menghasilkan pencitraam
rekonstruksi 3D yang dapat diputar dari layar monitor
CT scan spinal• CT scan spinal polos memberikan informasi yang baik tentang
penyakit pada diskus, terutama pada lumbosacral

INTERPRETASI CT SCAN KEPALAINTERPRETASISEBELUM KONTRAS MASUK
Sistem ventricular: ukuran, posisi, kompresi
Lebar sulcus korteks dan fissura sylvii
Basis cranii: hyperostosis, lesi osteolitik, remodellling, fraktur depresi
Lesi multipel: tumor, abses, granuloma, infark, trauma
Densitas jaringan abnormalPerhatikan adanya efek massa, yaitu pergeseran garis tengah, kompresi ventrikulus, dan oblitersi
cistern basal maupun sulci.
Densitas tinggi: darah, kalsifikasi (tumor)
Densitas rendah: infark, tumor, abses, oedem, encephalitis, hematom
Densitas campuran: tumor, abses, malformai arterivena, contusion, infark
berdarah
SETELAH KONTRAS MASUKPembuluh darah di circulus willisi akan tampak di potongan
basal. perhatikan pada kontras yang mungkin masuk ke dalam daerah yang abnormal

Mempergunakan pemetaan kepedatan inti hidrogen (misalnya air) dan efeknya terhadap molekul di sekitarnya secara in vivo
Kepadatan tersebut berbeda dari jaringan yang satu dengan yang lain -> dapat menampilkan pencitraan yang mendetail
Keuntungan (dibandingkan CT scan) Dapat memilih potongan apapun misalnya koronal, sagittal, oblique Tidak ada radiasi ionisasi Lebih sensitif terhadap perubahan jaringan misalnya plak demyelinisasi Tidak ada artefak tulang
Kerugian Ketebalan slice terbatas – 3 mm Pencitraan tulang terbatas hanya menunjukkan sumsum Claustrophobia Tidak dapat digunakan pada pasien dengan pacemaker atau implant
ferromagnetik
MAGNETIC RESONANCE IMAGING (MRI)

Peningkatan paramagnetik Beberapa substansi seperti gadolinium, menginduksi
medan magnet lokal kuat—terutama memperpendek komponen T1
Setelah pemberian intravena, kebocoran gadolinium melalui regio blood-brain barrier yang mengalami kerusakan menghasilkan peningkatan yang tampak sinyal MRI
Gadolinium dapat pula membantu mendiferensiasi jaringan tumor dari oedema di sekitarnya.

MR Angiography (MRA)
Proton yang berjalan cepat dapat menghasilkan intensitas yang berbeda dari proton yang stasioner dan sinyal resultan yang ditangkap oleh sekuens tertentu dapat menunjukkan pembuluh darah, aneurisma, dan malformasi arteriovenosus.
Pembuluh-pembuluh darah yang ditampakkan secara simultan dapat menimbulkan kesulitan interpretasi, tetapi pemilihan sebuah potongan MR spesifik dapat menunjukkan pembuluh darah tunggal atau bifurkasio.
Dengan memilih kecepatan aliran yag spesifik, MRA dapat menunjukkan baik arteri maupun vena.

Ekstrakranial Ketika probe diletakkan di permukaan kulit, gelombang
ultrasonik diemisikan, dipantulkan kembali dari struktur di bawahnya, dan dideteksi dengan probe yang sama, dikonversi kembali menjadi energi listrik dan ditampilkan sebagai gambar dua dimensi (mode beta)
Ultrasound Doppler menggunakan gelombang kontinyu atau gelombang berdenyut
Pemindaian duplex mengombinasikan mode beta dengan Doppler, secara simultan menampilkan gambar dari pembuluh darah di mana kecepatan direkam.
Applikasi: penilaian arteri karotis ekstrakranial dan arteri di vertebra.
ULTRASOUND

Ultrasound Intrakranial—transkranial Doppler Mempergunakan frekuensi yang lebih rendah (2MHz),
ultrasound mampu penetrasi bagian tipis dari tulang tengkorak
Mengombinasikan teknik ini dengan teknik pulsed menghasilkan pengukuran yang terpercaya dan kecepatan aliran dari arteri cerebral anterior, mid, dan posterior dan di dalam arteri basillaris
Applikasi: penilaian hemodinamik pada penyakit vaskular oklusif/stenotik ekstrakranial. Deteksi vasospasme pada perdarahan subarachnoid.

Banyak kondisi neurologis atau bedah neurologis membutuhkan delineasi akurat pembuluh darah baik intra maupun ekstrakranial
Injeksi kontras intra-arteri masih menjadi teknik angiografi standar, baik diambil secara langsung dari film X ray atau dengan subtraksi digital (DSA)
Komplikasi Perkembangan media kontras non-ionik seperti ioheksol
telah menurunkan resiko komplikasi saat atau sesudah angiografi.
Iskemia serebral: disebabkan oleh emboli dari plak arteriosklerotik yang lepas karena ujung kateter, hipotensi atau spasme pembuluh darah yang menyertai injeksi kontras.
ANGIOGRAPHY

Angiografi IntervensionalEmbolisasi: Partikel diinjeksikan melalui kateter arteri
dapat menyumbat pembuluh darah kecil misalnya pembuluh darah yang memperdarahi meningioma, sehingga meminimalkan perdarahan operatif.
Lem dapat diinjeksikan ke dalam baik malformasi arteriovena aliran tinggi maupun rendah.
Coil platinum dimasukkan ke dalam fundus aneurisma melalui kateter angiografi dapat menyebabkan thrombosis dan obliterasi komplit atau parsial
teknik di atas membawa resiko infark serebral atau spinal dari embolisasi ketika dipergunakan sistem karotis internal atau spinal

Terdapat dua komponen dari pencitraan dengan tracer radioaktif, yaitu sistem pendeteksi dan bahan kimia pelabel. Masing-masing komponen saat ini semakin mengalami perkembangan.
Pemindaian gamma konvensionalPada center yang sudah memiliki fasilitas CT
scan, teknik ini sudah tidak dipergunakan
PENCITRAAN RADIONUKLEOTID

Tomografi emisi foton tunggal (SPECT)Teknik ini juga menggunakan compound yang
dilabeli dengan tracer yang mengemisi gamma (ligand), tetapi tidak seperti pemindaian konvensional, dapat diperoleh data beberapa area sekitar kepala.
Tomografi emisi positron (PET)Teknik baru ini mempergunakan isotope yang
mengemisi positronPemindaian PET memiliki nilai lebih saat menilai
hubungan antara aliran darah otak, utilisasi oksigen, dan ekstraksi fokal area iskemik dan infark.

Elektroensefalografi adalah pemeriksaan dengan menggunakan elektroda pada kulit kepala yang merekam aktivitas listrik spontan di otak. Potensial listrik kecil, yang mengukur beberapa juta volt, direkam, dikuatkan dan ditampilkan pada pen rekorder pada 8 atau 165 chanel. Filter frekuensi rendah dan tinggi menghilangkan sinyal yang tidak diinginkan seperti artefak otot dan interferensi
Ritme normal Ritme alpha (8-13 Hz – siklus/detik). Simetris dan muncul
posterior dengan mata tertutup—akan menghilang atau “blok” dengan pembukaan mata
Ritme beta (>13 Hz). Simetris dan muncul frontal. Tidak terpengaruh oleh terbukanya mata
Ritme theta (4-8 Hz) Ritme delta (< 4 Hz)
Elektroensephalografi (EEG)
terlihat pada anak-anak dan dewasa muda dengan predominan frontal dan temporal, menghilang ketika dewasa

Banyak teknik telah tersedia untuk mengukur tekanan intrakranial, termasuk suatu transducer serat optic yang diinsersikan ke permukaan otak, atau alat ekstra/intradural yang mengukur tekanan pada permukaan hemisfer, namun kateter yang dimasukkan ke dalam ventrikel lateralis tetap menjadi standar ketika dibandingkan dengan metode lain
Komplikasi Perdarahan intraserebral yang menyertai insersi kateter jarang
terjadi Ventrikulitis jarang terjadi karena monitoring tidak berlangsung
selama lebih dari tiga hari. Tekanan intrakranial normal < 10 mmHg Peningkatan TIK: > 20 mmHg (sedang), dan > 40 mmHg (berat).
Frekuensi 1/2-2/ menit dengan amplitudo bervariasi, seringkali terkait dengan pernafasan
Monitoring Tekanan Intrakranial

Pengunaan klinis monitoring tekanan intrakranial
Pemeriksaan apakah terdapat hidrosephalus dengan tekanan yang normal
Monitoring post-operasi Hematoma traumatis yang kecil Monitoring tekanan intrakranial dibutuhkan selama
pengobatan yang bertujuan untuk mengurangi suatu peningkatan TIK dan memelihara tekanan perfusi serebral.

Metode perekaman
Stimulasi pada reseptor sensorik apapun mengakibatkan bangkitan sinyal elektris pada daerah tertentu pada korteks serebral.Potensial bangkitan visual(Visual Evoked
Potential/VEP)Suatu pancaran cahaya difus akan menstimulasi
retina. Sinyal visual yang dirangsang tersebut direkam di korteks oksipital. Gelombang positif pertama menunjukkan titik penting untuk mengukur konduksi melalui jaras visual.
Penggunaan: deteksi multipel sklerosis; monitoring perioperative
Potensial Bangkitan—Visual, Auditori, dan Somatosensori

Potensial bangkitan auditori batang otak (Brain Stem Auditory Evoked Potential/BAEP)
Aktifitas elektrik yang terpicu dalam 10 milidetik pertama setelah suatu stimulus “klik” menggambarkan suatu pola gelombang yang berhubungan dengan konduksi melalui jaras auditori di nervus VIII, nucleus, pons, dan midbrain.
Penggunaan: pemeriksaan pendengaran—terutama pada anak-anak; deteksi lesi batang otak intrinsik dan ekstrinsik dan sudut serebellopontin; pemeriksaan perioperative; penilaian fungsi batang otak pada pasien koma.

Potensial bangkitan somatosensori (Somatosensory Evoked Potentials/SEP)
SEP direkam di atas korteks parietalis sebagai respon terhadap stimulasi dari nervus perifer. Elektroda lainnya diletakkan pada titik yang lain sepanjang jaras sensoris untuk merekam aktifitas asendens.
Penggunaan: Deteksi lesi pada jaras sensoris Perekaman perioperatif

Injeksi kontras larut air ke dalam theca lumbal dan melakukan pencitraan terhadap aliran kontras yang naik ke cervicomedullary junction menghasilkan suatu metode skrining yang (meskipun invasif) untuk menggambarkan seluruh medulla spinalis dan cauda equine terhadap adanya lesi kompresi. CT scan dan MRI secara bertahap menggantikan peran dari myelografi, tetapi pengenalan kontras larut air dosis rendah dapat memperjelas pencitraan CT scan aksial dari spinal kord dan akar saraf.
Permasalahan Nyeri kepala 30%, mual dan muntah 20%, dan kejang 0.5% Arakhnoiditis—jarang terjadi pada kontras yang larut air Injeksi subdural secara tidak sengaja Hematoma Impaksi tumor spinal — dapat mengikuti kehilangan cairan serebrospinal
dan meningkatkan efek kompresi serabut, mengakibatkan deteriorasi klinis.
Mielografi

Lumbal pungsi dapat dilakukan untuk Memperoleh LCS untuk analisis lebih lanjut Drainase LCS dan menurunkan tekanan intrakranial, contohnya
pada hidrosefalus
Teknik Posisi pasien yang benar sangatlah penting. Buka lamina vertebra
dengan menempelkan lutut di dada dan memfleksikan leher. Identifikasi lokasi pungsi. Yang paling sering digunakan adalah
jarak L3/4 Bersihkan area pungsi dan injeksikan beberapa mililiter anestesi
lokal Persiapkan stilet 20G jarum lumbal puncture dan masukkan
dengan sudut kecil mengarah ke kepala, sehingga menjadi paralel dengan prosesus spinosus
Tarik stilet dan kumpulkan LCS
Lumbal Pungsi

Hindari lumbal pungsi bila: Diperkirakan terdapat peningkatan TIK Bila angka trombosit kurang dari 400.000 dan
prothrombin time kurang dari 50% dari normal.

Pengumpulan Cairan Serebrospinal
Perdarahan subarachnoid atau tertusuknya pembuluh darah dengan jarum,dapat mengakibatkan cairan serebrospinal tercemar darah. Untuk membedakan, kumpulkan LCS dalam tiga botol. Bila ketiganya tercemar merata, kemungkinan perdarahan subarachnoid, jika bersih pada botol ketiga, kemungkinan traumatic tap
Cairan Serebrospinal

Pengukuran tekanan LCSPeriksa kepala pasien (foramen Munro) segaris
dengan tempat pungsi lumbal. Hubungan manometer lewat sebuah 3-way dan biarkan LCS mengalir ke atas. Bacalah ketinggiannya.
Nilai normal: 100-150 mm LCS.

Analisis LCS
Uji standar Bakteriologis
• Eritrosit dan leukosit diferensial (normal < 5 leukosit per mm3)
• Pengecatan Gram dan kultur• Munculnya supernatant. Xantokhromia (pengecatan
kuning) terjadi akibat sdvsvdssperdarahan subarachnoid dengan pemecahan sel darah merah, kadar protein LCS tinggi atau jaundice.
Biokimia• Protein (N= 0.15-0.45 g/dL)• Glukosa (N= 0.45-0.70 g/dL) 40-60% dari gula darah
yang diukur secara simultan

Uji khususKecurigaan: Tumor ganas : sitologi Tuberkel : pengecatan Ziehl-Nielsen, kultur
Lowenstein-Jensen Infeksi non-bakterial : uji virology, fungi, dan parasit Penyakit demyelinisasi : pita oligoklonal Neurosifilis : VDRL test
FTA-ABS test Uji imobilisasi Treponema pallidum
Kriptokokkus : kultur dan deteksi antigen HIV : kultur dan deteksi antibody dan
antibody viral (anti HIV IgG)Komplikasi• Herniasi tonsiler• Nyeri kepala transien (10%), nyeri radikuler (10%), atau palsi okuler (1%)• Perdarahan epidural sangat jarang

LOGO