ppt - lapkas - ppok, ht, dispepsia

34
PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIK (PPOK) HIPERTENSI STAGE II SINDROMA DISPEPSIA OLEH : ANA AULIA ALHAQ, S. KED BACHTIAR RISYADA, S.KED SYARIFAH YULIANTI, S. KED PEMBIMBING : DR. BUDI ENOCH, SP.PD LAPORAN KASUS : Kepaniteraan Klinik Stase Ilmu Penyakit Dalam Rumah Sakit dr. Abdul Azis Singkawang 2015

Upload: ana-aja-deh

Post on 13-Apr-2016

119 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

ppok

TRANSCRIPT

Page 1: Ppt - Lapkas - Ppok, Ht, Dispepsia

PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIK (PPOK)

HIPERTENSI STAGE IISINDROMA DISPEPSIA

OLEH : ANA AULIA ALHAQ, S. KEDBACHTIAR RISYADA, S.KED

SYARIFAH YULIANTI, S. KED PEMBIMBING : DR. BUDI ENOCH, SP.PD

LAPORAN KASUS :

Kepaniteraan Klinik Stase Ilmu Penyakit DalamRumah Sakit dr. Abdul Azis Singkawang

2015

Page 2: Ppt - Lapkas - Ppok, Ht, Dispepsia

Identitas

Pasien

• Nama : Tn. H• Jenis Kelamin : Laki-laki• Umur : 54 tahun• Alamat : Jalan HM. Siradji Soed, Singkawang Barat,

RT.48/RW.17• Pekerjaan : Wiraswasta• Status perkawinan : Menikah • Tanggal Masuk RS : 20 November 2015

Anamnesis

Sesak nafas

Keluhan utama :

Page 3: Ppt - Lapkas - Ppok, Ht, Dispepsia

Riwayat Penyakit Sekaran

g

• Pasien datang dengan keluhan sesak napas yang dirasakan kurang lebih selama 2 minggu SMRS dan memberat dalam 2 jam SMRS. Sesak napas dirasakan pertama muncul kurang lebih sejak 3 tahun yang lalu namun hilang timbul dan cukup mengganggu aktivitas pasien sehari-hari terutama ketika bekerja.

• Sesak napas biasanya muncul terutama bila terkena asap dan cuaca panas dan memberat jika pasien berbaring atau beraktivitas. Sesak napas berkurang bila pasien beristirahat atau dalam posisi duduk. Batuk (+), kurang lebih sudah selama 1 minggu SMRS, batuk disertai dengan dahak berwarna putih agak kekuningan, kental dan sulit dikeluarkan. Karena dahak batuknya sulit dikeluarkan, pasien sering membatukkannya dengan keras, sehingga dadanya sering terasa sakit. Demam (+), hilang timbul, dan terutama muncul pada saat malam hari.

• Pasien juga mengeluhkan nyeri ulu hati 1 hari SMRS. Nyeri ulu hati timbul bila pasien telat makan. Nyeri dirasakan seperti ditusuk-tusuk dan tidak menjalarr. Nyeri berkurang bahkan hilang bila jika pasien makan. Terdapat keluhan seperti mual, namun tidak ada keluhan seperti muntah dan sering bersendawa.

• Pasien juga mengeluhkan sakit kepala di bagian belakang berdenyut-denyut yang muncul bersamaan atau setelah keluhan sesak napasnya muncul. Selama sakit ini pasien mengaku nafsu makannya tidak berkurang. Istirahat di malam hari sering terganggu jika sesak timbul, namun pasien masih dapat beristirahat dengan satu bantal.

Page 4: Ppt - Lapkas - Ppok, Ht, Dispepsia

Riwayat Penyaki

t Dahulu

• Pasien pernah dirawat di rumah sakit sebanyak 11 kali karena keluhan yang sama dalam setahun terakhir.

• Riwayat batuk lama dan pernah menjalani pengobatan untuk paru selama 6 bulan (+) pada tahun 2008, dan sudah dinyatakan sembuh oleh dokter yang mengobati.

• Riwayat mempunyai tekanan darah tinggi (+) sejak 2 tahun terakhir, dan pasien tidak rutin kontrol tekanan darah dan minum obat anti-hipertensi.

• Riwayat mempunyai kencing manis disangkal.

• Riwayat menderita asma disangkal.

Riwayat Kebiasaa

n

• Pasien memiliki riwayat merokok sudah selama kurang lebih 40 tahun, baru berhenti kira-kira 2 tahun yang lalu. Biasanya pasien menghabiskan rokok sebanyak satu-dua bungkus setiap harinya.

• Pasien memiliki riwayat konsumsi kopi sebanyak 6-7 gelas/hari dan sudah berhenti sejak 2 tahun yang lalu.

Riwayat Penyakit Keluarga

• Riwayat dengan keluhan serupa di keluarga tidak ada. • Riwayat anggota keluarga dengan batuk lama dan pernah

menjalani pengobatan untuk paru selama 6 bulan disangkal.• Riwayat mempunyai tekanan darah tinggi dan sakit jantung di

keluarga tidak diketahui.• Riwayat mempunyai kencing manis di keluarga tidak diketahui.

Page 5: Ppt - Lapkas - Ppok, Ht, Dispepsia

PEMERIKSAAN FISIK Status GeneralisTanda vitalKesadaran : Compos Mentis, E4,M6,V5 Keadaan umum : Tampak sesakFrekuensi Nadi : 80 x/menitFrekuensi Napas : 27x/menitTekanan darah : 170/100 mmHgSuhu : 36,6oCTinggi badan :160 cmIMT : 17,57Status gizi : Underweight

Kulit : warna kulit sawo matang, sianosis (-), pucat (-), spider nevi (-), lembab (-), kering (-), ruam (-)Kepala : bentuk normocephal, simetris, nyeri tekan (-)Mata : konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-)Telinga : sekret (-)Hidung : sekret (-), deviasi septum (-)Mulut : bibir sianosis (-), lidah kotor (-), tonsil T1/T1, pursed-lip breathing.Leher : pembesaran limfonodi (-), kaku kuduk (-), deviasi trakea (-), pembesaran tiroid (-), jugular venous pressure = 5+2 cm H2O.Torak : bentuk dada barrel chest, pink puffer (+), blue bloater (-)

Pemeriksaan per organ

Page 6: Ppt - Lapkas - Ppok, Ht, Dispepsia

Pemeriksaan

per organ

Paru Inspeksi : Statis : simetris pada kedua lapang paru.Dinamis : simetris saat inspirasi dan ekspirasi, tidak ada ketertinggalan gerak, retraksi dinding dada (+).Palpasi : nyeri tekan pada iga (-), fremitus taktil sama pada kiri dan kanan lapang paru.Perkusi : hipersonor pada kedua lapang paru.Auskultasi : suara napas dasar vesikuler (+/+) menurun pada kedua lapang paru, wheezing (+/+), ronki (+/+).

Jantung Inspeksi : iktus cordis tidak tampak.Palpasi : iktus cordis teraba di SIC V midklavikulaPerkusi : Batas kanan jantung : SIC 4 linea parasternal dextraPinggang jantung : SIC 3 linea parasternal sinistra Batas kiri jantung : SIC 5, 1 jari medial linea midklavikula sinistraAuskultasi : bunyi jantung I/II : tunggal, murmur (-), gallop (-).

Abdomen Inspeksi : datar, spider nevi (-), caput medusa (-)Auskultasi : bising usus (+), 17 x/menitPerkusi : timpaniPalpasi : nyeri tekan epigastrium (+)Ekstremitas : oedema (-/-), sianosis (-/-), capillary refill time < 2 detik, akral hangat, nodul subkutis (-), deformitas (-) Tulang belakang Bentuk : deformitas (-)Palpasi : nyeri tekan (-)

Page 7: Ppt - Lapkas - Ppok, Ht, Dispepsia

PEMERIKSAAN PENUNJANGLaboratorium

Hematologi rutinHemoglobin : 14,7 g/dlLeukosit : 17.800/µLTrombosit : 271.000/µLHematrokit : 43,5%Eritrosit : 5 x 106/µLLaju Endap Darah : 18 mm/jam

Kimia Klinik

SGOT : 21,6 U/LSGPT : 29,3 U/LCreatinine : 1,1 mg/dlUrea : 27,4 mg/dl

Page 8: Ppt - Lapkas - Ppok, Ht, Dispepsia

Foto thorax

Kesan:

0Penyakit Paru Obtruktif Kronik (PPOK)

Cardio Thoraxic Ratio : < 50%

Pelebaran sela iga

Hiperlusen/emfisema

Jantung menggantung (pendulum)

Diafragma mendatar

Page 9: Ppt - Lapkas - Ppok, Ht, Dispepsia

Diagnosis- Observasi dyspneu e.c. PPOK

- Hipertensi stage II- Sindroma Dispepsia

MedikamentosaIVFD Ringer Laktat 20 tetes/menitInjeksi Dexametason 1 ampul/8 jamInjeksi Cefepime 1 ampul/12 jamNebu Farbivent 1 respule (jika sesak)

Oral :Salbutamol 3 x 4 mgAmoniphilin 3 x 200 mgGliseril guaikolat 3 x 100 mgHerbesser CD 1 x 100 mgCandesartan 1 x 8 mgParacetamol 500 mg (jika demam)Ulsafate sirup 3 x 1 sendok makan

Non medika mentosa-Oksigen via nasal kanul (2-4 liter/menit)-Konsultasi untuk masalah gizi-Tirah baring-Hindari makanan pedas, asam, pulut, bersantan dan asin

Tatalaksana

Page 10: Ppt - Lapkas - Ppok, Ht, Dispepsia

Usulan pemeriksaan lanjutan : SpirometriPemeriksaan sputum S-P-S

Prognosis Ad vitam : dubia at bonamAd functionam : dubia at malamAd sanactionam : dubia at malam

Page 11: Ppt - Lapkas - Ppok, Ht, Dispepsia

PEMBAHASAN

Page 12: Ppt - Lapkas - Ppok, Ht, Dispepsia

Longo, et al. Harrison's Principles of Internal Medicine. 18th Edition. 2012. USA : The McGraw-Hill Companies.McPhee SJ, et al. Current Medical Diagnosis and Theraphy. 2011. 15th edition. Nicki, et al. Respiratory disease in Davidson’s Principles and Practice of Medicine. 2011. 21th edition, p.641-731

Jantung : nyeri dada, orthopnea, paroxysmal nocturnal dyspnea (PND), edema, pertambahan berat badan, riwayat mendapat pengobatan untuk jantung atau didiagnosis penyakit jantung sebelumnya.Paru-paru : suara napas yang berbunyi “ngik” (wheezing), sesak di dada, batuk, produksi sputum, pleuritic pain, riwayat konsumsi rokok.

Page 13: Ppt - Lapkas - Ppok, Ht, Dispepsia

Longo, et al. Harrison's Principles of Internal Medicine. 18th Edition. 2012. USA : The McGraw-Hill Companies.McPhee SJ, et al. Current Medical Diagnosis and Theraphy. 2011. 15th edition. Nicki, et al. Respiratory disease in Davidson’s Principles and Practice of Medicine. 2011. 21th edition, p.641-731

Page 14: Ppt - Lapkas - Ppok, Ht, Dispepsia

• Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) adalah penyakit paru kronik yang ditandai oleh hambatan aliran udara di saluran napas yang bersifat progressif nonreversibel atau reversibel parsial.

Longo, et al. Harrison's Principles of Internal Medicine. 18th Edition. 2012. USA : The McGraw-Hill Companies.McPhee SJ, et al. Current Medical Diagnosis and Theraphy. 2011. 15th edition. Nicki, et al. Respiratory disease in Davidson’s Principles and Practice of Medicine. 2011. 21th edition, p.641-731

COPD : Chronic Pobstructive Pulmonary DiaseaseFEV1 : Forced expiratory volume

Page 15: Ppt - Lapkas - Ppok, Ht, Dispepsia

MMP : metalloproteinase

Gambar. 2.5. Patogenesis terjadinya Penyakit Paru

Obstruktif Kronik

Longo, et al. Harrison's Principles of Internal Medicine. 18th Edition. 2012. USA : The McGraw-Hill Companies.McPhee SJ, et al. Current Medical Diagnosis and Theraphy. 2011. 15th edition. Nicki, et al. Respiratory disease in Davidson’s Principles and Practice of Medicine. 2011. 21th edition, p.641-731

Page 16: Ppt - Lapkas - Ppok, Ht, Dispepsia

Patofisiologi

Wong, E. Pathophysiology of COPD in New England Journal Medicine. July 26th 2012; 367(4): 340-7COPD : Chronic Pobstructive Pulmonary Diasease

Page 17: Ppt - Lapkas - Ppok, Ht, Dispepsia

Wong, E. Pathophysiology of COPD in New England Journal Medicine. July 26th 2012; 367(4): 340-7COPD : Chronic Pobstructive Pulmonary Diasease

Page 18: Ppt - Lapkas - Ppok, Ht, Dispepsia

Wong, E. Pathophysiology of COPD in New England Journal Medicine. July 26th 2012; 367(4): 340-7

DLCO : Diffusing Capacity of the Lung for carbondioxideRV : Residual volumeTLC : Total lung capacityVC : Vital capacity

PEEP :Positive end-expiratory pressureFEV1 : Forced expiratory volume FVC : forced vital capacity

Page 19: Ppt - Lapkas - Ppok, Ht, Dispepsia

Wong, E. Pathophysiology of COPD in New England Journal Medicine. July 26th 2012; 367(4): 340-7

COPD : Chronic Pobstructive Pulmonary DiaseaseLV : Left ventrikelRHF : Right heart failureRAAS : Renin-angiotensin-aldosteron systemJVP : jugular venous pressure

Page 20: Ppt - Lapkas - Ppok, Ht, Dispepsia

Tanda dan Gejala

Longo, et al. Harrison's Principles of Internal Medicine. 18th Edition. 2012. USA : The McGraw-Hill Companies.McPhee SJ, et al. Current Medical Diagnosis and Theraphy. 2011. 15th edition. Nicki, et al. Respiratory disease in Davidson’s Principles and Practice of Medicine. 2011. 21th edition, p.641-731

JVP : jugular venous pressure

Page 21: Ppt - Lapkas - Ppok, Ht, Dispepsia

Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease (GOLD). www.goldcopd.com

COPD : Chronic Pobstructive Pulmonary DiaseaseFEV1 : Forced expiratory volume FVC : forced vital capacity

Page 22: Ppt - Lapkas - Ppok, Ht, Dispepsia

The National Institute for Health and Clinical Excellence. 2010. www.nice.org.uk

COPD : Chronic Pobstructive Pulmonary Diasease

Page 23: Ppt - Lapkas - Ppok, Ht, Dispepsia

Longo, et al. Harrison's Principles of Internal Medicine. 18th Edition. 2012. USA : The McGraw-Hill Companies.Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease (GOLD). www.goldcopd.com

Pengobatan PPOK:Oksigen 3 – 5 literShort acting beta agonist + anticholinergic untuk memperbaiki VEP 1 dengan dosis inhalasi 3 – 4 x/ hariObat golongan xanthine seperti aminophillin sebagai penghambat PDE (phosphodiesterase inhibitor enzyme) 150 mg 3-4 x/hariKarena pasien tetap mempunyai gejala dan atau terbatas dalam aktivitas harian, pasien diberikan kortikosteroid oral seperti metil prednisolon 30-40 mg/hari Selama 2 minggu

VEP : Volume Ekspirasi Paksa

Page 24: Ppt - Lapkas - Ppok, Ht, Dispepsia

DISPEPSIA

• Dispepsia Yunani, yaitu dys- (buruk) dan -peptein (pencernaan).

• International Panel of Clinical Investigators rasa nyeri atau tidak nyaman yang terutama dirasakan di daerah perut bagian atas.

• Kriteria Roma III : dispepsia fungsional sindrom yang mencakup satu atau lebih dari gejala-gejala berikut : perasaan perut penuh setelah makan, cepat kenyang, atau rasa terbakar di ulu hati, yang berlangsung sedikitnya dalam 3 bulan terakhir, dengan awal mula gejala sedikitnya timbul 6 bulan sebelum diagnosis.

Perkumpulan Gastroenterologi Indonesia. 2014. Konsensus Nasional Penatalaksanaan Dispepsia dan Infeksi Helicobacter pylori. Jakarta.Abdullah, M., Gunawan, J. 2012. Dispepsia. Cermin Dunia Kedokteran 197 vol. 39 no.9

Page 25: Ppt - Lapkas - Ppok, Ht, Dispepsia

patofisiologi

Perkumpulan Gastroenterologi Indonesia. 2014. Konsensus Nasional Penatalaksanaan Dispepsia dan Infeksi Helicobacter pylori. Jakarta.Abdullah, M., Gunawan, J. 2012. Dispepsia. CDK-197 vol. 39 no.9

Page 26: Ppt - Lapkas - Ppok, Ht, Dispepsia

Perkumpulan Gastroenterologi Indonesia. 2014. Konsensus Nasional Penatalaksanaan Dispepsia dan Infeksi Helicobacter pylori. Jakarta.Abdullah, M., Gunawan, J. 2012. Dispepsia. CDK-197 vol. 39 no.9

Page 27: Ppt - Lapkas - Ppok, Ht, Dispepsia

Perkumpulan Gastroenterologi Indonesia. 2014. Konsensus Nasional Penatalaksanaan Dispepsia dan Infeksi Helicobacter pylori. Jakarta.Abdullah, M., Gunawan, J. 2012. Dispepsia. CDK-197 vol. 39 no.9

EGD : esophagogastroduodenoscopyHP : Helycobacter pyloriPPI : proton-pump inhibitor

Page 28: Ppt - Lapkas - Ppok, Ht, Dispepsia

Dispepsia organik terdiri dari ulkus gaster, ulkus duodenum, gastritis erosi, gastritis, duodenitis dan proses keganasan. Dispepsia fungsional mengacu kepada kriteria Roma III → suatu penyakit dengan satu atau lebih gejala yang berhubungan dengan gangguan di gastroduodenal:•Nyeri epigastrium•Rasa terbakar di epigastrium•Rasa penuh atau tidak nyaman setelah makan•Rasa cepat kenyang

Gejala yang dirasakan harus berlangsung setidaknya selama tiga bulan terakhir dengan awitan gejala enam bulan sebelum diagnosis ditegakkan. Kriteria Roma III membagi dispepsia fungsional menjadi 2 subgrup, yakni epigastric pain syndrome dan post prandial distress syndrome. Akan tetapi, bukti terkini menunjukkan bahwa terdapat tumpang tindih diagnosis dalam duapertiga pasien dispepsia.

Perkumpulan Gastroenterologi Indonesia. 2014. Konsensus Nasional Penatalaksanaan Dispepsia dan Infeksi Helicobacter pylori. Jakarta.Abdullah, M., Gunawan, J. 2012. Dispepsia. CDK-197 vol. 39 no.9

Page 29: Ppt - Lapkas - Ppok, Ht, Dispepsia

Tatalaksana

Perkumpulan Gastroenterologi Indonesia. 2014. Konsensus Nasional Penatalaksanaan Dispepsia dan Infeksi Helicobacter pylori. Jakarta.Abdullah, M., Gunawan, J. 2012. Dispepsia. CDK-197 vol. 39 no.9

PPI : proton-pump inhibitorH2RA : Histamin 2 receptor antagonis

Terapi empirik selama 1-4 minggu sebelum pemeriksaan H.Pylori. Obat yang dipergunakan dapat berupa antasida, anti sekresi asam lambung (PPI misalnya omeprazole, rabeprazole dan lansoprazole dan / atau H2-Receptor Antogonist [H2RA]), prokinetik dan sitoprotektor (misalnya rebamipide) → tergantung dominasi keluhan dan riwayat pengobatan pasien sebelumnya.

Pencegahan membatasi atau menghilangkan kebiasaan-kebiasaan seperti makan tidak teratur, merokok, mengkonsumsi alkohol, minuman bersoda, makanan berlemak, pedas, asam dan menimbulkan gas di lambung, penggunaan antinyeri non OAINS, pengontrolan berat badan, olahraga & manajemen stres.

OAINS : Obat Anti Inflamsi Non-Steroid

Pengobatan dispepsia:Ulsafat syrup 3 x 1 sendok makan sebagai sitoprotektor (pelindung) mukosa lambungPPI seperti omeprazol 1 x 1 intravena untuk menekan produksi asam lambung

Page 30: Ppt - Lapkas - Ppok, Ht, Dispepsia

HIPERTENSI STAGE II

• Risiko relatif hipertensi tergantung pada jumlah dan keparahan dari faktor risiko yang dapat dimodifikasi dan yang tidak dapat dimodifikasi.

• Faktor-faktor yang tidak dapat dimodifikasi antara lain faktor genetik, umur, jenis kelamin, dan etnis.

• Faktor yang dapat dimodifikasi meliputi stres, obesitas dan nutrisi.

• Tekanan darah : 170/100 mmHg

• Sakit kepala di bagian belakang berdenyut-denyut

• Riwayat mempunyai tekanan darah tinggi (+) sejak 2 tahun terakhir, dan pasien tidak rutin

kontrol tekanan darah dan minum obat anti-hipertensi.

Yogiantoro M. Hipertensi Esensial. Dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Edisi ke IV. Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta. 2010: 610-14

Page 31: Ppt - Lapkas - Ppok, Ht, Dispepsia

JNC VII : Classification of Blood Pressure for Adult Aged 18 Years or Older

JNC VII, 2003

Without Compelling Indication

With Compelling Indication

Normal < 120 and < 80 Encourage - -

Pre-hypretension

120-139 or 80-89 Yes

No antihypretensive

drug indicated

Drug(s) for the compelling indication

Stage 1 hypertension

140-159 or 90-99 Yes

Diuretics and/or ACE-I, ARB, Beta-blocker, CCB, or

combination

Drug(s) for the compelling indication

Stage 2 hypretension

> 160 or > 100 Yes

Diuretic and other

combination

Drug(s) for the compelling indication

Initial Drug ThrapyBP

ClassificationSBP

mmHgDBP

mmHgLifestyle

Modification

ACE-I : angiotensin converting enzyme inhibitorARB : Angiotensin II Receptor Blocker CCB : calcium channel blocker

Page 32: Ppt - Lapkas - Ppok, Ht, Dispepsia

PenatalaksanaanTerapi non farmakologis : Perubahan gaya hidup

Terapi farmakologis : obat antihipertensi yang dianjurkan oleh JNC VII yaitu diuretika, terutama jenis thiazide atau aldosteron antagonis, beta blocker, calcium chanel blocker atau (CCB), Angiotensin Converting Enzyme Inhibitor (ACEI), Angiotensin II Receptor Blocker atau AT1 receptor antagonist/ blocker (ARB).

Longo, et al. Harrison's Principles of Internal Medicine. 18th Edition. 2012. USA : The McGraw-Hill Companies.Nicki, et al. Respiratory disease in Davidson’s Principles and Practice of Medicine. 2011. 21th edition, p.641-731 Yogiantoro M. Hipertensi Esensial. Dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Edisi ke IV. Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta. 2010: 610-14

Page 33: Ppt - Lapkas - Ppok, Ht, Dispepsia

Longo, et al. Harrison's Principles of Internal Medicine. 18th Edition. 2012. USA : The McGraw-Hill Companies.Nicki, et al. Respiratory disease in Davidson’s Principles and Practice of Medicine. 2011. 21th edition, p.641-731

Gambar. 2.5. Algoritma kombinasi pemberian obat anti hipertensi.Kulit hitam : keturunan Afrika, bukan ras campuran, orang Asia dan China.(A = ACE inhibitor (consider angiotensin II receptor antagonist ifACE-intolerant); C = calcium channel blocker; D = thiazide-type diuretic)

Karena pasien ini tidak memiliki penyakit penyerta yang lain, Pengobatan hipertensi yang diberikan ialah berupa:ARB (Angiotensin Receptor Blocker) seperti Candesartan 1 x 8 mgCCB (Calcium Channel Blocker) seperti Herbesser CD 1 x 100 mg

Page 34: Ppt - Lapkas - Ppok, Ht, Dispepsia