potensi antibakteri ekstrak etanol teh hijau … filei potensi antibakteri ekstrak etanol teh hijau...
TRANSCRIPT
i
POTENSI ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL TEH HIJAU TERHADAP
Streptococcus mutans PENYEBAB KARIES GIGI
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
Program Studi Farmasi
Oleh:
Adelia Indah Pratiwi
NIM: 088114119
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA 2012
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
POTENSI ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL TEH HIJAU TERHADAP
Streptococcus mutans PENYEBAB KARIES GIGI
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
Program Studi Farmasi
Oleh:
Adelia Indah Pratiwi
NIM: 088114119
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA 2012
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
HALAMAN PERSEMBAHAN
Kuatkan dan teguhkanlah hatimu. Janganlah kecut dan tawar hati, sebab Tuhan, Allahmu, menyertai engkau, ke mana pun engkau pergi. (Yosua 1:9)
Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat; ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu. Karena setiap orang yang meminta, menerima dan setiap orang yang mencari, mendapat dan setiap orang yang mengetok, baginya pintu dibukakan. (Matius 7:7-8)
Jika engkau makan atau jika engkau minum, atau jika engkau melakukan sesuatu yang lain, lakukanlah semuanya itu untuk kemuliaan Allah. (1 kor 10:31)
Karya ini kupersembahkan untuk:
Tuhan Yesus Kristus yang Maha Pengasih yang selalu menyertai dan membimbingku,
Mama, papa, ooh Adit dan Samuel tercinta,
Senpaiku tercinta, Dr. Christina Siwi Handayani yang selalu mendukungku,
Teman‐teman Kenshi Sanata Dharma
Teman baikku, Yanuar Prasetya,
Almamaterku
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat, rahmat, tuntunan serta penyertaan dan kasih karunia yang telah
diberikanNya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan
skripsi yang berjudul “Potensi Antibakteri Infusa Teh Hijau terhadap
Streptococcus mutans Penyebab Karies Gigi” dengan baik sebagai salah satu
syarat untuk memperoleh gelar Kesarjanaan Strata Satu (S1) Sarjana Farmasi
(S.Farm) di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Penulis menyadari bahwa keberhasilan penulisan skripsi ini tidak terlepas
dari bantuan serta dukungan dari berbagai pihak secara langsung maupun tidak
langsung baik berupa moral, materiil maupun spiritual. Oleh sebab itu, penulis
menghaturkan banyak terima kasih kepada:
1. Bapak Ipang Djunarko, M.Si., Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi
Universitas Sanata Dharma.
2. Yohanes Dwiatmaka, M.Si selaku Dosen Pembimbing dan Penguji yang
memberikan saran dan kritik serta dukungan kepada penulis dalam proses
menyempurnakan naskah skripsi.
3. Prof. Dr. C.J. Soegihardjo, Apt. selaku Dosen Penguji yang bersedia
meluangkan waktu untuk menguji dan memberikan kritik dan saran kepada
penulis.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
4. Agustina Setiawati, M.Sc., Apt. selaku Dosen Penguji yang bersedia
meluangkan waktu untuk menguji dan memberikan kritik dan saran kepada
penulis.
5. Ibu Maria Dwi Budi Jumpowati, S.Si. yang telah bersedia meluangkan waktu
untuk berdiskusi, memberi semangat serta masukan kepada penulis.
6. Teman-teman kelompok penelitian, Yanuar Prasetya, Maria Siska Triyuniar
Kusumastuti, dan Irene Aninditya Putri Ahtha atas segala kerjasama dan
dukungan semangat yang telah diberikan selama penelitian ini.
7. Kenshi-kenshi Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan dukungan
semangat dan kerjasama dalam mengurus UKM Kempo Sanata Dharma
selama penulisan skripsi ini.
8. Teman-teman kos Amakusaku tercinta: ci Theresia Aryani, Triana Oktavia,
Margaretha Ratih Vitaningrum, Berta Trifina, Herta Rinda, Tiatira Metri,
Margaretha Christina Halim, kak Retha, kak Yemima Haryono atas segala
kebersamaan, canda tawa, semangat dan kerjasama yang telah diberikan
kepada penulis selama ini.
9. Teman-teman KKN ku tercinta: Fabiana Adi Kusumaningrum, Albertus
Harimurti, Bennydiktus, Ermenilda Sehrina, Cecilia Novianti Salsinanha,
Apriyani Susanti dan Paulina Ratnaningrum terimakasih untuk canda tawa
dan kebersamaan kita selama ini.
10. Teman-teman kelas FKK B 2008, terima kasih atas 2 tahun kebersamaannya
dan pengalaman yang tidak akan pernah terlupakan selama menjalani kuliah
dan praktikum serta dorongan semangat dan doa yang telah diberikan kepada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
penulis selama penyusunan skripsi ini hingga dapat terselesaikan dengan
baik.
Penulis menyadari bahwa tidak ada yang sempurna dalam kehidupan ini.
Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran agar skripsi ini
dapat menjadi lebih baik. Semoga Tuhan selalu memberkati semua pihak yang
telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Penulis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ................................................................ ii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ....................... iii
HALAMAN PENGESAHAN .................................................. iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................... v
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ..................... vi
PRAKATA ............................................................................... vii
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ................................... x
DAFTAR ISI ............................................................................ xi
DAFTAR TABEL .................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................ xvi
INTISARI ................................................................................. xviii
ABSTRACT ............................................................................. xix
BAB I PENGANTAR ............................................................... 1
A. Latar Belakang .............................................................. 1
1. Permasalahan ................................................... 4
2. Keaslian karya .................................................. 4
3. Manfaat penelitian ............................................ 4
B. Tujuan Penelitian .......................................................... 5
1. Tujuan umum .................................................... 5
2. Tujuan khusus ................................................... 5
BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA ...................................... 6
A. Teh Hijau ...................................................................... 6
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
1. Keterangan botani ............................................. 6
2. Deskripsi teh hijau ............................................ 7
3. Kandungan kimia teh hijau ............................... 7
4. Kegunaan teh hijau ............................................ 8
B. Flavonoid ...................................................................... 9
C. Karies dan Plak Gigi ..................................................... 13
D. Maserasi ........................................................................ 17
E. Streptococcus mutans ................................................... 18
F. Pengujian Potensi Antibakteri ...................................... 21
1. Uji difusi ........................................................... 21
2. Uji dilusi ............................................................ 22
G. Landasan Teori ............................................................. 24
H. Hipotesis ....................................................................... 25
BAB III. METODE PENELITIAN .......................................... 26
A. Jenis dan Rancangan Penelitian .................................... 26
B. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ............... 26
1. Variabel penelitian ............................................ 26
2. Definisi operasional .......................................... 27
C. Bahan ............................................................................ 28
D. Alat ............................................................................... 29
E. Tata Cara Penelitian ...................................................... 29
1. Identifikasi teh hijau .......................................... 29
2. Pembuatan serbuk teh hijau .............................. 30
3. Pembuatan ekstrak etanol teh hijau ................... 30
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
4. Verifikasi kualitatif-kuantitatif kandungan senyawa epigallocatechin gallate (EGCG) dengan Kromatografi Lapis Tipis (KLT) dan Densitometri ......................................................
30
5. Uji kemurnian dan identifikasi bakteri uji ........ 31
6. Uji potensi antibakteri ekstrak etanol teh hijau terhadap S.mutans dengan metode difusi paper disc ....................................................................
33
7. Uji penentuan nilai KHM dan KBM ekstrak etanol teh hijau terhadap S.mutans dengan metode dilusi cair ..............................................
36
F. Tata Cara Analisis Hasil ............................................... 37
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .................................. 39
A. Identifikasi Daun Teh Hijau ......................................... 39
B. Pembuatan Serbuk Teh Hijau ...................................... 39
C. Pembuatan Ekstrak Etanol Teh Hijau ........................... 40
D. Verifikasi Kualitatif-Kuantitatif Kandungan Senyawa Epigallocatechin Gallate (EGCG) dengan Kromatografi Lapis Tipis (KLT) dan Densitometri .....
41
E. Uji Kemurnian dan Identifikasi Bakteri Uji .................. 42
F. Uji Potensi Antibakteri Ekstrak Etanol Teh Hijau terhadap S.mutans dengan Metode Difusi Paper Disc..
46
1. Pembuatan variasi konsentrasi ekstrak etanol teh hijau .............................................................
46
2. Pembuatan media Nutrient Agar ....................... 47
3. Pembuatan media Nutrient Broth ...................... 48
4. Pembuatan suspensi bakteri uji ......................... 49
5. Uji potensi ekstrak etanol teh hijau terhadap S.mutans secara difusi paper disc .....................
49
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
G. Uji Penentuan Nilai KHM dan KBM Ekstrak Etanol Teh Hijau terhadap S.mutans dengan Metode Dilusi Cair ................................................................................
54
1. Pembuatan variasi konsentrasi ekstrak etanol ... 55
2. Uji penentuan nilai KHM-KBM ekstrak etanol teh hijau terhadap S.mutans dengan metode dilusi cair ...........................................................
56
3. Penegasan hasil untuk penentuan nilai KHM dan KBM ...........................................................
56
4. Uji penegasan hasil dengan metode streak plate ...................................................................
58
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN .................................. 60
A. Kesimpulan …............................................................... 60
B. Saran …......................................................................... 60
DAFTAR PUSTAKA ............................................................... 61
LAMPIRAN ............................................................................. 64
BIOGRAFI PENULIS .............................................................. 85
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
DAFTAR TABEL
Tabel I. Pengenceran ekstrak etanol teh hijau ......................... 34
Tabel II. Pengenceran standar EGCG ...................................... 42
Tabel III. Kadar epigallocatechine gallate ................................. 42
Tabel IV. Pengenceran ekstrak etanol teh hijau ......................... 47
Tabel V. Hasil uji potensi antibakteri ekstrak etanol teh hijau
dengan berbagai konsentrasi EGCG dibandingkan
dengan kontrol ...........................................................
52
Tabel VI. Hasil pengukuran OD dengan spektrofotometer
Visible pada λmax 600 nm ...........................................
58
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Surat keterangan identifikasi teh hijau ............................... 64
Lampiran 2. Certificate of Analysis Ekstrak Etanol Teh Hijau .............. 65
Lampiran 3. Proses Ekstraksi Ekstrak Etanol Teh Hijau ....................... 66
Lampiran 4. Data Hasil Ekstraksi Ekstrak Etanol Teh Hijau ................. 67
Lampiran 5. Penentuan Senyawa Identitas Ekstrak Etanol Teh Hijau
Secara Kualitatif dan Kuantitatif .......................................
68
Lampiran 6. Profil Kromatogram Ekstrak Etanol Teh Hijau ................. 69
Lampiran 7. Hasil uji kemurnian dan pembuatan stok kultur murni
bakteri uji S. mutans ..........................................................
70
Lampiran 8. Dokumentasi Uji Kemurnian dan Identifikasi S. mutans .. 71
Lampiran 9. Dokumentasi Uji Potensi Ekstrak Etanol Teh Hijau ......... 74
Lampiran 10. Hasil Uji Kruskal-Wallis Diameter Zona Hambat yang
Dihasilkan pada Uji Potensi Antibakteri Ekstrak Etanol
Teh Hijau dengan Berbagai Variasi Konsentrasi EGCG
terhadap S. mutans dengan Difusi Paper Disc ..................
80
Lampiran 11. Data Uji Post Hoc (Mann-Whitney) yang Dihasilkan pada
Uji Potensi Antibakteri Ekstrak Etanol Teh Hijau dengan
Berbagai Variasi Konsentrasi EGCG terhadap S. mutans
81
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvii
dengan Difusi Paper Disc ..................................................
Lampiran 12. Dokumentasi Hasil Uji Penegasan ..................................... 83
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xviii
INTISARI
Teh hijau dibuat dari daun teh (Theae Folium) yang belum difermentasi dan telah diketahui memiliki daya antibakteri karena adanya kandungan senyawa flavonoid yaitu katekin, terutama epigalokatekin-3-galat (EGCG). Karies merupakan penyakit gigi berlubang akibat akumulasi asam laktat dari hasil fermentasi karbohidrat bakteri mulut khususnya Streptococcus mutans. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi antibakteri berbagai variasi konsentrasi ekstrak etanol teh hijau terhadap pertumbuhan bakteri S.mutans dan menentukan Kadar Hambat Minimum (KHM) dan Kadar Bunuh Minimum (KBM) ekstrak etanol teh hijau terhadap S.mutans. Penelitian ini menggunakan teh hijau dari perkebunan teh Rumpun Sari Medini Boja Jawa Tengah karena perkebunan Medini memiliki ketinggian yang optimal untuk menanam teh. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental murni untuk mengetahui potensi antibakteri ekstrak etanol teh hijau pada konsentrasi: 0,25; 0,5; 0,75; 1; 2,5; 5; 7,5; dan 10 mg/mL terhadap bakteri S. mutans berdasarkan diameter zona hambat menggunakan metode difusi paper disk, yang kemudian dianalisis secara statistik Kruskal-Wallis. Penentuan nilai Kadar Hambat Minimum (KHM) dan Kadar Bunuh Minimum (KBM) dilakukan dengan metode dilusi cair berdasarkan Optical Density (OD) dengan mengukur absorbansi, dibandingkan kontrol negatif serta uji penegasan hasil dengan metode streak plate. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak etanol teh hijau yang diambil dari Perkebunan Teh Rumpun Sari Medini Boja berpotensi sebagai antibakteri terhadap bakteri S.mutans dengan nilai KHM 2,0 mg/mL, sedangkan nilai KBM belum dapat ditentukan dalam penelitian ini.
Kata kunci: potensi antibakteri, ekstrak etanol teh hijau, Streptococcus mutans.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xix
ABSTRACT
Green tea was made from non fermentated tea leaves (Theae Folium) that was known have antibacterial potency because of flavonoid constituent, catechine, especially epigalocatechine-3-gallate (EGCG). Caries is a dental cavities disease that caused of lactic acid acumulation from carbohydrate fermentation of oral bacteria especially Streptococcus mutans. This research was aimed to determine the antibacterial potency of variation consentration of ethanol green tea extract and Minimum Inhibitory Concentration (MIC) also Minimum Bactericidal Concentration (MBC) against S.mutans. Research material used was green tea from Rumpun Sari Medini Boja Tea Plantation because of its optimal height for tea plantation.
This research was purely experimental research to determine the antibacterial potency of ethanol green tea extract at concentration 0,25; 0,5; 0,75; 1; 2,5; 5; 7,5; and 10 mg/mL against S. mutans bacteria that showed from inhibition zone with paper disc difusion method, analyzed statistically by Kruskal-Wallis. Minimum Inhibitory Concentration (MIC) and Minimum Bactericidal Concentration (MBC) was determined with liquid dilution method based on Optical Density (OD) with absorbance measurement, compared with negative control and confimed test by streak plate method.
The result showed that EGCG ethanol green tea extract from Rumpun Sari Medini Boja Tea Plantation potencial as antibacterial against S.mutans with MIC value 2,0 mg/mL and MBC can not be deternine in this research.
Key words: antibacterial potency, ethanol green tea extract, Streptococcus mutans.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENGANTAR
A. Latar Belakang
Penyakit gigi berlubang (karies) adalah salah satu penyakit dengan
prevalensi sebagian besar pada manusia (Islam, Khan, and Khan, 2007). Karies
gigi merupakan lubang-lubang kecil yang terbentuk karena adanya penumpukan
asam laktat pada email gigi sehingga gigi mengalami penurunan kadar kalsium
dan pelunakan (Cappuccino and Sherman, 2008). Plak adalah biofilm
(sekelompok mikroorganisme yang menempel pada permukaan gigi) kompleks
yang terbentuk oleh >500 spesies bakteri berbeda yang normalnya terdapat dalam
commensal harmony dengan sel inang (Matsunaga, Nakahara, Minnatul, Noiri,
Ebisu, Kato, dkk., 2010). Fermentasi karbohidrat oleh bakteri oral asidogenik
(penghasil asam) adalah faktor utama dalam perkembangan karies gigi, terutama
genus streptococcus (S.mutans, S.anginosus, S.constellatus, S.gordonii,
S.intermedius, S.mitis, S.oralis, S.salivarus dan S.sanguis). Di antara bakteri-
bakteri tersebut, S.mutans merupakan bakteri penyebab utama terjadinya karies
(Islam, dkk., 2007). Hal ini dikarenakan S.mutans memiliki sifat asidofilik, yang
memungkinkan bakteri tersebut bertahan hidup bahkan tumbuh subur dalam
kondisi asam, dan menghasilkan asam laktat (Simon, 2007) dalam jumlah yang
lebih banyak dibandingkan spesies Streptococcus lainnya (Safitri, 2004). Selain
itu S.mutans juga memiliki kemampuan untuk memproduksi glukosyltransferase
(GTF) yang mensintesis polisakarida intraseluler (IPS) dan polisakarida
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
ekstraseluler (EPS). EPS merupakan glukan tidak larut air yang memediasi
perlekatan S.mutans dan spesies bakteri oral lainnya pada permukaan gigi,
sehingga terbentuk biofilm plak gigi (Xu, Zhou, and Wu, 2011).
Bakteri S.mutans bersifat gram positif, fakultatif anaerob, nonmotil, tidak
berspora yang mampu menghasilkan asam laktat, kebanyakan tinggal di mulut
dan jalur pernapasan atas. Dalam keadaan anaerob, bakteri ini memerlukan 5%
CO2 dan 95% nitrogen serta memerlukan amonia sebagai sumber nitrogen agar
dapat bertahan hidup dalam lapisan plak yang tebal (Holt, Krieg, Sneath, Staley
and Williams, 2000). Bakteri S.mutans akan menginisiasi perlekatan berbagai
macam oral microflora terhadap permukaan gigi. Selanjutnya terjadi sintesis
polisakarida ekstraseluler (EPS) oleh bakteri menghasilkan agregasi S.mutans
sehingga asam dilepaskan dan menyebabkan demineralisasi serta kavitasi
(pembentukan lubang halus) pada gigi (Islam, dkk., 2007).
Ada 3 jenis teh yang umum dikenal, yaitu green tea (teh hijau), teh
hitam, dan teh oolong. Green tea dibuat dari daun teh yang belum
difermentasikan dan mengandung antioksidan kuat dengan konsentrasi flavonoid
tertinggi (Agoes, 2010). Katekin merupakan flavonoid yang termasuk dalam kelas
flavanol (Hartoyo, 2003). Terdapat beberapa polifenol katekin dalam teh hijau,
yaitu epicatechin (EC), epicatechin-3-gallate (ECG), epigallocatechin (EGC),
epigallocatechin-3-gallate (EGCG), catechin, dan gallocatechin (GC). EGCG
adalah katekin yang jumlahnya paling banyak dalam teh hijau, sekitar 65% dari
total katekin. Secangkir teh hijau mengandung 100-200 mg EGCG. (Zaveri,
2006). Teh hijau banyak diteliti sebagai antibakteri karena kandungan katekin
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
dalam teh hijau dapat menghambat pertumbuhan bakteri kariogenik (penyebab
karies gigi) dengan cara menghambat pertumbuhan bakteri penyebab plak pada
permukaan gigi (Alschuler, 1998).
Hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Pratikno (2003)
menyimpulkan bahwa teh hijau yang mengandung katekin dengan konsentrasi 1,5
mg/mL merupakan dosis larutan pakai yang memperlihatkan hasil yang efektif
sebagai bahan antibakteri yang dapat mengurangi terbentuknya karies gigi dengan
cara menghambat aktivitas enzim glukosiltransferase yang dihasilkan oleh
S.mutans dalam mensintesa sukrosa menjadi polisakarida ekstrasel (glukan).
Penelitian oleh Zaveri (2006) menunjukkan bahwa penghambatan bakteri oleh
berbagai macam katekin disebabkan adanya interaksi spesifik antara gugus fenol
dari katekin dengan peptidoglikan bakteri.
Daun teh hijau yang digunakan berasal dari Perkebunan Teh Medini
Boja, Kabupaten Kendal karena memiliki ketinggian yang optimal untuk ditanami
tanaman teh (1500 meter di atas permukaan laut). Diharapkan dengan
menggunakan sumber daun teh hijau yang berkualitas diharapkan dapat menjadi
jaminan kualitas hasil penelitian. Semakin tinggi letak suatu tempat memiliki suhu
yang semakin rendah dan menghasilkan kandungan senyawa dalam teh yang lebih
baik dari sisi kualitas dan kuantitas dibandingkan teh yang ditanam di dataran
rendah maupun sedang (Suseno, 1977).
Data uji potensi antibakteri berupa diameter zona hambat ekstrak etanol
hasil maserasi daun teh hijau terhadap S.mutans yang dianalisis secara statistik.
Data hasil dari penelitian ini selanjutnya dapat digunakan sebagai acuan untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
pengembangan sediaan farmasetik yang dapat digunakan dengan mudah oleh
masyarakat sehingga diharapkan prevalensi karies gigi di Indonesia dapat
diturunkan.
1. Permasalahan
a. Adakah perbedaan bermakna potensi antibakteri dari berbagai variasi
konsentrasi ekstrak etanol teh hijau terhadap bakteri penyebab karies gigi
S. mutans?
b. Berapakah Kadar Hambat Minimum (KHM) dan Kadar Bunuh Minimum
(KBM) dari ekstrak etanol teh hijau?
2. Keaslian penelitian
Menurut Hardjawinata dan Oewen (cit., Pratikno, 2003), katekin sebagai
senyawa polifenol yang diperoleh dari teh hijau mempunyai daya antibakteri
dengan konsentrasi hambat minimalnya 0,5 mg/mL. Dari hasil penelitian Pratikno
(2003) disimpulkan bahwa senyawa katekin dalam teh hijau memiliki daya
antibakteri mengurangi terbentuknya plak penyebab karies gigi dengan cara
menghambat enzim glukosiltransferase yang dihasilkan S. mutans dengan
konsentrasi 1,5 mg/mL.
Penelitian ini menggunakan teh hijau dari Perkebunan Medini, Boja-
Ambarawa serta proses ekstraksi maserasi katekin, khususnya EGCG, dengan
larutan penyari etanol.
3. Manfaat penelitian
a. Manfaat teoritis: Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi
mengenai perbedaan potensi antibakteri dari berbagai variasi konsentrasi ekstrak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
etanol teh hijau terhadap pertumbuhan bakteri S. mutans, serta memberikan
informasi tentang konsentrasi yang paling efektif dari ekstrak etanol dalam
menghambat S. mutans.
b. Manfaat praktis: Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi
mengenai manfaat teh hijau dalam mencegah karies gigi dan sebagai informasi
dalam pengembangan sediaan farmasetik untuk karies atau penemuan obat baru.
B. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Memberikan informasi pada masyarakat luas mengenai potensi
antibakteri ekstrak etanol teh hijau terhadap S.mutans dan sebagai acuan
dalam pengembangan ke dalam bentuk sediaan farmasetik.
2. Tujuan khusus
a. Mengetahui perbedaan potensi antibakteri berbagai variasi
konsentrasi ekstrak etanol teh hijau terhadap pertumbuhan bakteri
S. mutans.
b. Menentukan Kadar Hambat Minimum dan Kadar Bunuh
Minimum ekstrak etanol teh hijau terhadap bakteri penyebab
karies gigi S. mutans.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
BAB II
PENELAAHAN PUSTAKA
A. Teh Hijau
1. Keterangan botani
Tanaman teh (Camellia sinensis L.) adalah spesies tanaman yang daun
dan pucuknya digunakan untuk membuat teh. Tumbuhan ini termasuk ke dalam
famili Theaceae. Teh putih, teh hijau, oolong, dan teh hitam semuanya didapatkan
dari spesies ini, tetapi diproses secara berbeda untuk memperoleh tingkat oksidasi
yang berbeda (Agoes, 2010).
Nama lain untuk tumbuhan teh ini adalah Thea bohea, Thea sinensis, dan
Thea viridis (Agoes, 2010). Nama daerah untuk teh adalah Enteh (Sunda), Pu erh
cha (China), Theler (Perancis), Teestrauch (Jerman), Te (Itali), Cha da India
(Portugis) dan Tea (Inggris) (Arisandi dan Andriani, 2006).
Ada tiga jenis teh yang umum dikenal, yaitu green tea atau teh hijau, teh
hitam, dan teh oolong. Green tea dibuat dari daun teh yang belum difermentasikan
dan mengandung antioksidan kuat dengan konsentrasi tertinggi yang dinamakan
polifenol. Oolong tea dibuat dari daun yang sebagian difermentasikan, sedangkan
black tea dibuat dari daun yang difermentasikan penuh (Agoes, 2010). Pada teh
hijau, daun teh segar diuapi dan dikeringkan untuk menginaktivasi enzim
polifenol oksidase, proses ini dapat menjaga polifenol tetap pada bentuk
monomernya. Teh hitam diproduksi dengan memperpanjang proses fermentasi
daun teh sehingga menghasilkan komponen yang polimer, thearubigins dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
theaflavins. Teh oolong adalah produk semi-fermentasi dan mengandung
campuran polifenol monomer dan theaflavin dengan bobot molekul lebih tinggi.
Ketiga jenis teh tersebut mengandung kafeina dalam jumlah yang signifikan (3-
6%) yang jumlahnya tidak dipengaruhi oleh perbedaan metode dalam proses
pembuatan teh (Zaveri, 2006).
2. Deskripsi teh hijau
Teh hijau adalah daun teh yang diolah tanpa mengalami proses
fermentasi, tidak mengalami oksidasi enzimatik untuk menjaga senyawa aktif
yang terkandung di dalamnya, sehingga diharapkan bahwa kandungan senyawa
aktif terutama katekin yang terkandung lebih banyak dibanding teh jenis lain,
tidak banyak terbuang oleh karena proses fermentasi yang dapat mengurangi
potensi teh hijau tersebut (Hartoyo, 2003).
3. Kandungan kimia teh hijau
Kandungan kimia teh hijau sangat kompleks dan belum semua diketahui.
Komponen yang paling banyak dalam teh hijau adalah polifenol, khususnya
flavonoid seperti katekin, katekin galat, dan proantosianidin. Daun segar teh hijau
mengandung kafeina (sekitar 3,5% dari total berat daun kering, atau sekitar 50
mg/cangkir), teobromina (0,15-0,2%), teofilina (0,02-0,04%) dan metilksantina,
lignin (6,5%), asam organik (1,5%), klorofil (0,5%) dan asam amino bebas (1-
5,5%) (Taylor, Hamilton-Miller, Stapleton, 2005).
Polifenol dalam teh hijau digolongkan sebagai catechins. Ada enam
senyawa catechin, yaitu catechin, gallocatechin (GC), epigallocatechin (EGC),
epicatechin gallate (ECG), dan epigallocatechin gallate (EGCG). EGCG adalah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
senyawa paling aktif. Senyawa lain yang ditemukan dalam teh hijau adalah
alkaloid yang terdiri atas kafeina, teobromina, dan teofilina yang bersifat
stimulan. Efek penenang diberikan oleh alkaloid lain, yaitu L-theanine (Agoes,
2010).
Senyawa uji yang digunakan adalah epigallocatechin gallate (EGCG)
yang merupakan senyawa polifenol paling aktif dan dengan kuantitas paling
banyak, yaitu 65% dari total katekin dalam teh hijau (Zaveri, 2006).
4. Kegunaan teh hijau
Teh hijau dan katekin yang terkandung di dalamnya telah diketahui
memiliki daya antioksidan yang dapat digunakan untuk mengobati berbagai
penyakit yang berhubungan dengan Reactive Oxygen Species (ROS), seperti
kanker, penyakit jantung dan penyakit neurodegeneratif. Beberapa penelitian
epidemiologi menunjukkan bahwa teh hijau dapat memicu perlindungan untuk
melawan kanker pada kulit, payudara, prostat, dan paru. Sebagai pencegahan
tambahan terhadap kanker, teh hijau dan EGCG bersifat anti-angiogenik
(mencegah pertumbuhan pembuluh darah tumor) dan anti-mutagenik. Teh hijau
juga bersifat hipokolesterolemik dan mencegah berkembangnya plak pada
aterosklerosis. Bagi penyakit neurodegeneratif dan penyakit patologis yang
berhubungan dengan usia, teh hijau menunjukkan perlindungan yang signifikan
terhadap penyakit Parkinson, Alzheimer dan kerusakan iskemik. Teh hijau juga
diketahui memiliki efek antidiabetes pada hewan uji yang mengalami resistensi
insulin dan meningkatkan pengeluaran energi. Keuntungan lainnya dari teh hijau
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
adalah aktivitas antibakteri, anti-HIV dan antiinflamasi yang dimilikinya (Zaveri,
2006).
B. Flavonoid
Polifenol adalah metabolit tanaman dengan ciri khas adanya gugus fenol
(misalnya cincin aromatis dengan gugus hidroksil) yang merupakan derivat dari
L-fenilalanin. Kelas polifenol yang paling penting adalah asam fenolat yang
termasuk dalam struktur polimerik, seperti tannin yang dapat terhidrolisa, lignan,
stilbenes dan flavonoid. Senyawa yang termasuk flavonoid adalah flavonol
(misalnya quercetin dan kaempferol, flavonoid yang banyak terdapat dalam
makanan), flavon, isoflavon, flavanone, antosianidin (pigmen yang
bertanggungjawab dalam warna buah), flavanol (katekin-monomer dan
proantosianidin-polimer) (Petti dan Scully, 2009).
Zat bioaktif yang terdapat dalam teh hijau, utamanya merupakan
flavonoid. Flavonoid dapat digolongkan menjadi enam kelas, yaitu flavon,
flavanon, isoflavon, flavonol, flavanol, dan antosianin. Flavonoid yang ditemukan
dalam teh hijau adalah flavanol dan flavonol. Katekin merupakan flavonoid yang
termasuk dalam kelas flavanol (Hartoyo, 2003). Katekin bersifat asam lemah
(pKa1 = 7,72 dan pKa2 = 10,22), sukar larut dalam air dan sangat tidak stabil di
udara terbuka. Bersifat mudah teroksidasi pada pH mendekati netral (pH 6,9) dan
lebih stabil pada pH lebih rendah (pH 2,8 dan 4,9). Katekin juga mudah terurai
oleh cahaya dengan laju reaksi lebih besar pada pH rendah (pH 3,45)
dibandingkan pH 4,9 (Lucida, Bakhtiar, Putri, 2007). Banyaknya gugus hidroksil
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
yang ada dalam katekin, terutama gugus hidroksi pada cincin B, menjadi faktor
utama yang menyebabkan ketidakstabilan katekin terhadap oksidasi oleh oksigen,
pH, cahaya dan antioksidan lain. Katekin teh stabil pada suhu kamar dan
terdegradasi sebesar 20% ketika dipanaskan pada suhu 98 °C selama 20 menit.
Saat dipanaskan dalam autoklaf pada suhu 120 °C terjadi epimerisasi dari (-)
EGCG menjadi (-) GCG dan degradasi sebesar 24% (Susanti, 2011).
Terdapat beberapa katekin dalam teh hijau, yaitu epicatechin (EC),
epicatechin-3-gallate (ECG), epigallocatechin (EGC), epigallocatechin-3-gallate
(EGCG), catechin, dan gallocatechin (GC). EGCG adalah katekin yang
jumlahnya paling banyak dalam teh hijau, sekitar 65% dari total katekin.
Secangkir teh hijau mengandung 100-200 mg EGCG (Zaveri, 2006). Teh hijau
memiliki kandungan katekin yang dapat menghambat efek pertumbuhan bakteri
kariogenik (menyebabkan karies) dengan cara menghambat pertumbuhan bakteri
penyebab plak pada permukaan gigi (Alschuler, 1998), dengan beberapa
mekanisme, yaitu dengan menghambat proliferasi agen-agen infeksi streptococcus
(bakteri penyebab karies gigi), mengganggu proses perlekatan bakteri pada
enamel gigi (Tahir and Moeen, 2011), menghambat metabolisme, pertumbuhan,
proses produksi asam dari bakteri, dan menghambat aktivitas enzim glucosyl
transferase (GTF) dan enzim amilase (Xu, dkk., 2011).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
Gambar 1.Struktur berbagai polifenol katekin dalam teh hijau
(Zaveri, 2006)
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Shimamura, Zhao, and Hu (2007),
menunjukkan bahwa peptidoglikan yang ditambahkan dalam media tumbuh
S.aureus yang diberi EGCG dapat menghambat aktivitas bakterisidal dari EGCG
terhadap S.aureus, sedangkan lipopolisakarida (LPS) dan dekstran tidak.
Peptidoglikan adalah kompleks cross-linked polisakarida dan peptida. EGCG
dapat berikatan langsung dengan peptidoglikan dan menginduksi presipitasi
peptidoglikan. Oleh karena itu, kerusakan dinding sel yang diinduksi oleh EGCG
dan terganggunya biosintesis dinding sel oleh EGCG melalui perikatan dengan
peptidoglikan merupakan alasan utama lebih rentannya bakteri gram positif
terhadap EGCG. Dibandingkan dengan gram negatif, dinding sel gram positif
memiliki satu lapis peptidoglikan yang tebal, sedangkan bakteri gram negatif
memiliki banyak lapisan peptidoglikan yang tipis. Meskipun bakteri gram negatif
memiliki beberapa lapis peptidoglikan, bakteri tersebut dilapisi oleh membran
terluar yang tersusun oleh LPS. Membran terluar merupakan barier permeabel
yang sangat penting dan berfungsi sebagai perlindungan terhadap berbagai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
material antibakteri. Oleh karena itu, fungsi fisiologis dari membran terluar dan
rendahnya afinitas antara EGCG dan LPS membatasi perikatan EGCG terhadap
peptidoglikan, sehingga mengurangi kerentanan bakteri gram negatif terhadap
EGCG.
Katekin memiliki struktur karbon C6-C3-C6 dan terdapat dua cincin
aromatis, A dan B. Jumlah gugus hidroksil pada cincin B dan ada tidaknya gugus
galloyl menyebabkan perbedaan struktur. Telah dilaporkan bahwa katekin dengan
struktur pyrogallol pada cincin B, seperti EGC dan EGCG, serta katekin dengan
gugus galloyl, seperti ECG dan EGCG memiliki aktivitas antioksidan lebih kuat
dari pada yang lainnya (katekin (C) dan EC). Efek penghambatan pembentukkan
biofilm (sekelompok mikroorganisme yang menempel pada permukaan gigi) oleh
gugus galloyl membutuhkan ke tiga gugus hidroksil yang menjadi penyusunnya.
Tidak ada aktivitas bakterisidal yang ditunjukkan ketika hanya gugus galloyl saja,
namun pada senyawa katekin dengan gugus galloyl (misalnya CG, ECG, GCG
dan EGCG) terjadi penghambatan pembentukkan biofilm yang efektif. Hal ini
menunjukkan bahwa penambahan gugus galloyl pada senyawa katekin akan
mendesak efek penghambatan bakteri bersinergis dengan mekanisme
penghambatan bakteri lainnya, seperti aktivitas bakterisidal (Matsunaga, dkk.,
2010). Selain itu, ion hidroksil secara kimia menyebabkan perubahan komponen
organik dan transport nutrisi sehingga menimbulkan efek toksik terhadap sel
bakteri (Sumono dan Wulan, 2009).
Aktivitas bakterisidal katekin diperkirakan karena adanya produksi
hidrogen peroksida yang dihasilkan melalui pembentukkan Reactive Oxidative
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
Species (ROS) (Matsunaga, dkk., 2010). Hidrogen peroksida dibentuk di larutan
aqueous melalui disosiasi (pembebasan) proton dari gugus hidroksil. Elektron
bebas dalam cincin fenol mengurangi molekul oksigen, membentuk O22-,
sementara proton bebas akan berikatan dengan O22-, membentuk hidrogen
peroksida (Petti, Scully, 2009). Hidrogen peroksida dapat menekan transkripsi gen
yang menghasilkan polisakarida, sehingga menghambat pembentukkan biofilm
dan akhirnya terjadi kekacauan pada membran sel (Matsunaga, dkk., 2010). Pada
S.mutans, polisakarida yang ada berupa glukan tak larut air (glycocalyx) yang
berfungsi membantu perlekatan bakteri pada permukaan gigi (Simon, 2007).
Katekin, khususnya EGCG, mampu menghambat aktivitas enzim
glycosyl transferase (GTF) sehingga pembentukkan dan integritas dari oral
biofilm terganggu. EGCG dan katekin lainnya dari teh hijau juga telah dilaporkan
dapat menekan aktivitas kelenjar air ludah dan aktivitas enzim amilase yang
mengarah pada inefisiensi dari metabolisme karbohidrat. EGCG juga dapat
menghambat produksi asam dengan menghambat jalur glikolisis bakteri dan
penekanan phosphotransferase system (PTS) oleh enolase, suatu sistem untuk
memasukan gula ke dalam sel ketika kondisi kehabisan gula (Xu, dkk.,2011).
C. Karies dan Plak Gigi
Karies gigi adalah proses kerusakan yang dimulai dari enamel hingga ke
dentin. Karies gigi merupakan penyakit yang berhubungan dengan banyak faktor
yang saling mempengaruhi. Ada tiga faktor utama, yaitu gigi dan saliva,
mikroorganisme, dan substrat, serta waktu sebagai faktor tambahan. Bila keempat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
faktor tersebut saling berinteraksi maka terjadi karies (Irhamsyah, 2003).
Terbentuknya karies gigi tidak lepas dari plak gigi yang merupakan biofilm
kompleks yang terbentuk oleh >500 spesies bakteri berbeda yang normalnya
terdapat dalam commensal harmony dengan sel inang (Matsunaga, dkk., 2010).
Terdapat tiga tahap pembentukkan plak gigi; pertama molekul saliva diadsorbsi ke
dalam enamel bersamaan dengan pembersihan gigi oleh saliva. Kemudian enamel
diselubungi oleh campuran kompleks komponen yang terdiri dari glikoprotein,
protein kaya prolin yang bersifat asam, mucins, debris sel bakteri, exoproduct, dan
asam sialin. Tahap ke dua adalah interaksi spesifik sel bakteri dengan permukaan
gigi yang akhirnya membentuk biofilm. Formasi biofilm awalnya dibentuk oleh
koloni Streptococcus sanguis dan Actinomyces viscous, dipengaruhi oleh banyak
parameter lingkungan, seperti osmolaritas, sumber karbon dan pH. Pada tahap ke
tiga, spesies bakteri lain seperti S.mutans menempel pada koloni Streptococcus
sanguis dan Actinomyces viscous dengan interaksi sel-sel. Pertumbuhan bakteri
berikutnya pada permukaan gigi akan mengarah pada pembentukan biofilm pada
gigi, yang juga dikenal sebagai plak gigi. Bakteri S.mutans dan Streptococcus
sobrinus memiliki peran utama dalam etiologi karies gigi, karena ke duanya dapat
melekat pada enamel salivary pellicle dan bakteri plak lainnya. Bakteri S.mutans
dan Laktobasilus merupakan penghasil asam kuat yang kemudian dapat
menyebabkan lingkungan menjadi asam, menimbulkan resiko terjadinya lubang
halus pada gigi (cavity). Biasanya, keberadaan S.mutans pada cavity gigi akan
diikuti dengan terbentuknya karies setelah 6-24 bulan (Forssten, Bjorklund,
Ouwehand, 2010).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
Bakteri yang berperan penting dalam pembentukkan plak adalah bakteri
yang mampu memfermentasi polisakarida (karbohidrat) ekstraseluler (EPS), yaitu
bakteri dari genus Streptococcus, Staphylococcus dan Lactobacillus. Bakteri
tersebut memfermentasi karbohidrat dan menghasilkan asam organik sehingga
mengubah pH rongga mulut menjadi asam. Struktur email gigi akan terlarut pada
pH < 5,41 dan terjadi karies gigi (Indrawati, 2009). Bakteri S. mutans melakukan
perlekatan dengan permukaan email gigi dengan menggunakan glycocalyx.
Glycocalyx merupakan suatu kumpulan besar serabut dari polisakarida atau
cabang dari molekul gula yang mengelilingi suatu sel individu atau koloni sel.
Perlekatan polisakarida pada gigi akan menimbulkan plak gigi, yaitu bentuk
akumulasi dari kumpulan bermacam-macam bakteri dalam suatu matriks dextran;
kemungkinan sebanyak 500 sel tebalnya. Terbentuknya asam laktat oleh
streptococci terjadi melalui jalur fermentasi homolaktik karena produk akhir yang
terbentuk hanya asam laktat. Adanya dua molekul ADP dan dua molekul fosfat,
molekul glukosa dapat difermentasikan menjadi dua molekul asam laktat dan dua
molekul ATP. Asam laktat ini lama kelamaan akan mengikis email gigi yang
kemudian akan membentuk karies (lubang) (Atlas, 1997).
Pencegahan akumulasi plak untuk mencegah karies gigi dilakukan
dengan memperhatikan jenis makanan yang dikonsumsi dan membersihkan gigi
secara teratur dengan pasta gigi atau obat kumur yang mengandung antibakteri.
Pasta gigi yang beredar di pasaran umumnya mengandung fluor yang bersifat
antibakteri. Penggunaan pasta gigi dengan konsentrasi fluor tinggi dapat
menimbulkan efek samping berupa fluorosis email dan belum efektif membunuh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
bakteri karena lebih bersifat menghambat, selain itu bahan kimia ini relatif mahal.
Penggunaan antibiotika dalam pemberantasan plak seperti penisilin, vankomisin
dan klorheksidin secara rutin dapat menyebabkan resistensi dan efek samping
seperti diskolorisasi gigi (Indrawati, 2009). Pencegahan karies lainnya adalah
dengan menggunakan obat kumur antiseptik misalnya klorheksidin. Klorheksidin
merupakan derivat dari bis-guanid bis – fenol yang bersifat bakterisidal baik
terhadap bakteri Gram negatif maupun positif. Klorheksidin mampu mengubah
struktur permukaan sel, sehingga menyebabkan hilangnya keseimbangan osmotik,
selanjutnya terjadi penonjolan membran sitoplasma, terbentuk vesikel dan
keluarnya sitoplasma, dapat menghambat perbaikan sel dan akhirnya terjadi
kematian sel. Kerugian penggunaan klorheksidin sebagai obat kumur adalah
terjadi pewarnaan pada gigi dan lidah serta menyebabkan iritasi pada mukosa
(Sumono dkk., 2009). Xylitol adalah gula alkohol atau polyol yang secara alami
terdapat dalam metabolisme manusia, dan dapat digunakan secara aman dalam
produk dental ataupun bahan makanan. Xylitol dilaporkan dapat mempengaruhi
sintesis polisakarida S.mutans, yang mengarah pada penurunan perlekatan bakteri.
Triklosan adalah komponen organik dengan kemampuan antibakteri yang telah
digunakan dalam pasta gigi. Triklosan menghambat pertumbuhan S.mutans
dengan mensensitisasi glikolisis untuk menghambat asam dengan bekerjasama
dengan karier proton transmembran yang bersifat asam lemah, seperti fluoride.
Xylitol dapat dianggap sebagai substansi pencegah plak yang lebih aman
digunakan daripada triklosan, karena triklosan dapat bereaksi dengan klorin dalam
air keran dan membentuk kloroform yang bersifat toksik (Forrsten, dkk., 2010)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
Penelitian yang dilakukan oleh Sumono dkk. (2009) menunjukkan bahwa
kumur dengan air rebusan daun salam dapat mengurangi jumlah koloni bakteri
Streptococcus sp., dan semakin tinggi konsentrasi rebusan daun salam maka
jumlah bakteri Streptococcus sp. akan semakin sedikit. Hal ini disebabkan adanya
kandungan kimia aktif daun salam yaitu tanin (senyawa fenol, bekerja dengan
mendenaturasi protein dan menurunkan tegangan muka, sehingga permeabilitas
bakteri meningkat, pertumbuhan sel terhambat dan akhirnya kematian sel),
flavonoid, minyak atsiri 0,05% (mempunyai efek analgesik) yang terdiri dari sitral
dan eugenol.
D. Maserasi
Maserasi merupakan cara penyarian yang sederhana dengan merendam
serbuk simplisia dalam cairan penyari. Prinsip dasar maserasi adalah cairan
penyari akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang
mengandung zat aktif. Zat aktif akan larut dan karena adanya perbedaan
konsentrasi antara larutan di dalam dan di luar sel, maka larutan yang terpekat
didesak ke luar hingga terjadi keseimbangan. Maserasi digunakan untuk penyarian
simplisia yang mengandung zat aktif yang mudah larut dalam cairan penyari,
tidak mengandung zat yang mudah mengembang dalam cairan penyari, tidak
mengandung benzoin, stirak dan lain-lain. Keuntungan cara penyarian dengan
maserasi adalah cara pengerjaan dan peralatan yang digunakan sederhana dan
mudah diusahakan, sedangkan kerugiannya adalah pengerjaan lama dan penyarian
kurang sempurna (DepKes RI, 1986).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
Cairan pelarut dalam proses pembuatan ekstrak dipilih pelarut yang baik
(optimal) yang dapat melarutkan senyawa bioaktif. Kebijakan dan peraturan
pemerintah membatasi cairan pelarut yang diperbolehkan, yaitu air, etanol serta
campurannya. Metanol dihindari penggunaannya karena sifatnya yang toksik
(Sidik dan Mudahan, 2000 cit., Paribasa,2007). Air dipertimbangkan sebagai
penyari karena murah dan mudah diperoleh, stabil, tidak mudah menguap dan
tidak mudah terbakar, tidak beracun dan alamiah, tetapi sebagai penyari kerugian
air adalah tidak selektif, sari dapat ditumbuhi kapang dan bakteri, serta cepat
rusak dan untuk pengeringan dibutuhkan waktu yang lama. Sedangkan etanol
meskipun harganya cukup mahal, tetap dipertimbangkan sebagai penyari karena
lebih selektif; kapang, khamir dan bakteri lebih sulit tumbuh dalam etanol 20%
keatas; dapat bercampur dengan air pada segala perbandingan; pengeringan dalam
waktu singkat. Etanol dapat melarutkan alkaloid, glikosida, flavonoid, damar,
klorofil, lemak, tanin dan saponin (DepKes RI, 1986).
E. Streptococcus mutans
Genus Streptococcus memiliki sel berbentuk bulat (spherical) atau bulat
telur, dengan diameter 0,5-2,0 µm, berpasangan atau berbentuk rantai ketika
tumbuh pada media cair; terkadang memanjang pada aksis rantai menjadi bentuk
lanset, nonmotil, tidak berspora dan merupakan gram positif, beberapa spesies
tidak berkapsula, fakultatif anaerob, kemoorganotrof, membutuhkan media yang
kaya nutrient untuk tumbuh dan terkadang 5% CO2, metabolit dari hasil
fermentasi sebagian besar adalah laktat bukan gas, hasil negatif pada uji katalase.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
Umumnya menyerang sel darah merah, tumbuh pada temperatur 25-45°C
(optimum 37°C), parasit bagi vertebrata, kebanyakan tinggal atau berhabitat di
mulut dan jalur pernapasan bagian atas; beberapa spesies bersifat patogen bagi
manusia dan hewan. Genus Streptococcus menunjukkan hasil positif pada uji
Voges-Proskauer (VP), serta membentuk asam dari inulin, laktosa, manitol,
raffinosa, salisin, sorbitol, dan trehalose (Holt, dkk., 2000).
Pada proses terbentuknya karies, produksi asam laktat meningkat ketika
sukrosa masuk ke dalam mulut melalui makanan berat atau ringan dan
menghasilkan penurunan pH mulut. Jadi, jika keasaman adalah prasyarat untuk
terbentuknya karies, maka hanya spesies yang dapat tumbuh subur dalam
lingkungan asam, disebut spesies asidofilik, yang dapat berperan dalam
menghasilkan karies. Spesies tersebut adalah Lactobacillus casei, Veilonella
dispar dan terutama Streptococcus mutans yang dapat mendominasi tempat yang
sebelumnya diduduki oleh spesies lain. Namun diantara semua spesies bakteri
rongga mulut tersebut, S.mutans merupakan penyebab utama terjadinya karies
gigi. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu: pertama, S.mutans adalah
bakteri anaerobik yang diketahui membentuk asam laktat sebagai bagian dari
metabolismenya (Simon, 2007), dalam jumlah yang lebih banyak dibandingkan
spesies Streptococci lainnya (Safitri, 2004). S.mutans juga mampu membuat
bahan cadangan makanan intraseluler yang serupa dengan glikogen. Sintesa dari
polisakarida intraseluler ini terjadi bila ada gula dalam jumlah berlebihan. Apabila
persediaan gula yang eksogen sudah habis terpakai, maka bakteri S.mutans akan
memecah kembali polisakarida intraseluler yang sudah disimpannya (Nasution,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
2006), dengan demikian dapat menghasilkan asam terus menerus (Safitri, 2004).
Kemudian adanya kemampuan S.mutans dalam berikatan dengan permukaan gigi
saat terdapat sukrosa dengan membentuk glukan tak larut air, suatu polisakarida
yang membantu perikatan bakteri dengan gigi. Faktor virulensi terpenting adalah
sifat asidofilik S.mutans. Tidak seperti kebanyakan mikroorganisme mulut,
S.mutans tumbuh subur dalam kondisi asam dan menjadi bakteri yang dominan
dalam kultur dengan pengurangan pH yang tetap. Selain itu, tidak seperti spesies
lain di plak yang metabolismenya lambat pada pH rendah, metabolisme S.mutans
meningkat secara pasti, sebagai sistem penggerak proton yang digunakan untuk
transport nutrient melalui dinding selnya dalam lingkungan ber-pH rendah atau
lingkungan dengan kadar glukosa tinggi, yang dimodulasi oleh keberadaan ion
hidrogen yang meningkat seiring dengan keasaman. Bakteri S.mutans dapat
menurunkan atau menjaga pH mulut pada nilai keasaman yang tidak biasa,
menciptakan kondisi yang sesuai untuk dirinya sendiri namun tidak sesuai untuk
spesies lain yang pernah hidup bersama dengan S.mutans. Penurunan pH inilah
yang menghasilkan demineralisasi dan kavitasi (pembentukkan lubang pada gigi).
Keduanya meningkat bersamaan dengan peningkatan laju pertumbuhan S.mutans
(Simon, 2007).
S.mutans dapat membentuk polisakarida ekstraseluler/Extracellular
Polysaccharides (EPS) ketika terdapat sukrosa, fruktosa dan/atau glukosa. EPS
adalah polimer rantai panjang berbobot molekul besar yang merupakan faktor
penting dari kariogenisitas S.mutans. Energi dari glukosa dan fruktosa
memberikan suplai energi bebas yang diperlukan dalam sintesis EPS.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
Homopolisakarida glukosa yang disebut glukan diproduksi oleh
glukosiltransferase (GTF). Glukan tidak larut air menyediakan sumber substrat
yang dapat difermentasi dan mampu meningkatkan kariogenisitas EPS dengan
meningkatkan akses nutrien. Glukan berperan sebagai adesif terhadap permukaan
gigi dan merupakan senyawa pokok dalam kariogenisitas S.mutans. Sebagai
tambahan, glukan diperlukan dalam interaksi adesif antar sel dan antara sel
dengan permukaan gigi dalam plak dengan agregasi bakterial yang dimediasi
dekstran (Forssten, dkk., 2010). EPS yang dihasilkan melekat kuat pada gigi dan
membentuk plak gigi yang akan ditempati streptococci, kemudian terjadi
fermentasi fruktosa menjadi bentuk asam laktat. Selanjutnya, adanya asam laktat
ini akan menyebabkan email gigi mengalami decalcification (penurunan jumlah
kalsium) dan softening (gigi semakin melunak). Pada akhirnya akan terbentuk
lubang-lubang kecil yang disebut karies gigi (Cappuccino, dkk., 2008).
F. Pengujian Potensi Antibakteri
Antibakteri adalah senyawa pembasmi bakteri yang bersifat toksik untuk
bakteri, namun relatif tidak toksik untuk inangnya (Sulistia, 1995).
Terdapat 2 metode pengujian antibakteri, yakni:
1. Uji difusi
Prinsip metode difusi yaitu pengukuran potensi antibakteri berdasarkan
diameter zona hambat pertumbuhan bakteri karena berdifusinya obat dari titik
awal pemberian ke daerah difusi (Volk dan Wheeler, 1988). Terdapat dua macam
metode difusi, yaitu:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
a. Kirby Bauwer/ paper disc. Paper disc yang berisi agen antibakteri
diletakkan pada media agar yang telah ditanami mikrobia yang akan berdifusi
pada media agar tersebut. Area jernih mengindikasikan adanya hambatan
pertumbuhan mikrobia oleh agen antibakteri pada permukaan media agar (Pratiwi,
2008).
b. Sumuran. Pada agar yang telah ditanami mikroba, dibuat sumuran
dengan garis tengah tertentu. Dan ke dalam sumuran diberi larutan uji antimikroba
dan diinkubasikan pada suhu 370C selama 18-24 jam. Parameter yang diamati
adalah diameter zona hambat yang dihasilkan larutan uji antimikroba (Edber,
1986).
2. Uji dilusi
Prinsip metode dilusi adalah pengenceran obat atau antibakteri hingga
didapatkan beberapa konsentrasi yang kemudian akan diuji untuk mendapatkan
nilai Kadar Hambat Minimum (KHM) dan nilai Kadar Bunuh Minimum (KBM)
(Sulistia, 1995).Sejumlah obat tertentu dicampurkan pada pembenihan bakteri
yang cair atau padat. Kemudian pembenihan tersebut ditanami dengan bakteri
yang diperiksa dan dieram. Keuntungn metode ini adalah memungkinkan adanya
suatu hasil kuantitatif, yang menunjukan jumlah obat yang diperlukan untuk
menghambat/mematikan mikroorganisme yang diperiksa (Jawetz, Melnick, dan
Adelberg, 2007). Metode dilusi meliputi hal sebagai berikut.
a. Dilusi padat. Pada metode dilusi padat, setiap konsentrasi antibakteri
dicampurkan dengan media agar, kemudian ditanami bakteri (Jawetz, Melnick,
dan Adelberg, 1991).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
b. Dilusi cair. Pada metode dilusi cair, masing-masing konsentrasi
dicampurkan langsung dengan media (Jawetz, dkk., 1991).
Parameter yang diukur pada metode dilusi cair adalah tingkat kekeruhan
yang menunjukkan nilai Optical Density (OD), yakni nilai kerapatan yang
menunjukkan pertumbuhan mikrobia uji dibandingkan dengan blanko standar
autozero. Bakteri yang bermultiplikasi pada media cair akan menyebabkan media
menjadi keruh. Alat yang digunakan untuk pengukuran adalah spektrofotometer
atau kolorimeter dengan cara membandingkan OD antara media tanpa
pertumbuhan bakteri dan media dengan pertumbuhan bakteri (Pratiwi, 2008).
Spektrofotometer dapat mengukur kepekatan sel dalam suspensi dalam %T
(transmittance) atau OD (jumlah cahaya yang diabsorpsi dan disebarkan). Dalam
mikrobiologi digunakan OD sebagai satuan hitungan, karena OD sebanding
dengan kepekatan sel dalam suspensi biakan (Lay, 1994). Pada spektrofotometer,
berkas cahaya ditransmisikan melalui suspensi bakteri lalu diteruskan ke detektor
sensitif cahaya. Jika jumlah bakteri meningkat, sedikit cahaya yang akan
diteruskan ke detektor. Perubahan intensitas cahaya akan terlihat pada skala yang
terdapat pada alat, yaitu nilai absorbans atau densitas optik (optical density)
(Radji, 2010).
Kadar Hambat Minimum (KHM) suatu antibiotik adalah konsentrasi
terendah yang masih dapat menghambat pertumbuhan mikroba tertentu. Kadar
Bunuh Minimum suatu antibiotik adalah konsentrasi antibiotik terendah yang
dapat membunuh pertumbuhan mikroba tertentu. KHM dan KBM dapat
ditentukan dengan metode tabung dilusi. Prosedur ini digunakan untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
menentukan konsentrasi antibiotik yang masih efektif untuk mencegah
pertumbuhan patogen dan mengindikasikan dosis antibiotik yang efektif dalam
mengontrol infeksi pada pasien (Radji, 2010). Penentuan nilai KHM didasarkan
pada konsentrasi terendah senyawa antibakteri dengan nilai OD yang telah
mencapai 0 pada pengukuran dengan spektrofotometer dan masih menunjukkan
pertumbuhan bakteri pada uji penegasan secara streak plate. Nilai KBM
didasarkan pada konsentrasi terendah senyawa antibakteri dengan nilai OD yang
telah mencapai 0 pada pengukuran dengan spektrofotometer dan sudah tidak
menunjukkan pertumbuhan bakteri pada uji penegasan secara streak plate
(McKane dan Kandel, 1996).
G. Landasan Teori
Teh hijau dibuat dari daun teh yang belum difermentasikan dan
mengandung antioksidan kuat terutama katekin dengan konsentrasi tertinggi.
Katekin merupakan senyawa flavonoid dari golongan flavanol yang terkandung
dalam teh hijau. Adanya kandungan katekin terutama EGCG pada teh hijau
menghasilkan daya antibakteri yang efektif dalam menghambat bakteri mulut
penyebab karies gigi, salah satunya adalah S.mutans yang merupakan bakteri
pencetus terjadinya karies. S.mutans dapat menghasilkan glucosyl transferase
(GTF) yang digunakan untuk mengubah sukrosa menjadi polisakarida
ekstraseluler (EPS). Glukan yang dihasilkan oleh bakteri membantu EPS untuk
melekat pada email gigi dan menginduksi terjadinya agregasi berbagai spesies
bakteri pada permukaan gigi yang disebut plak. Dari proses terjadinya plak gigi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
ini dihasilkan asam yang menyebabkan penurunan kalsium dan pelunakan pada
gigi. Plak yang dibiarkan lama kelamaan menyebabkan terbentuknya lubang-
lubang halus pada permukaan gigi yang disebut karies.
Mekanisme katekin yaitu berinteraksi dengan sel bakteri melalui proses
adsorbsi yang melibatkan ikatan hidrogen, sehingga terbentuk suatu kompleks
protein. Akan tetapi, kompleks protein yang terbentuk relatif lemah sehingga
segera terurai dan gugusan fenol terpenetrasi ke dalam sel dan menyebabkan
denaturasi protein yang pada akhirnya menyebabkan pelisisan sel bakteri (Parwata
dan Dewi, 2008). Katekin didapatkan dari ekstrak etanol hasil maserasi teh hijau.
Adanya potensi antibakteri dilihat dengan metode difusi paper disc berdasarkan
terbentuknya diameter zona jernih di sekitar paper disc.
Hasil penelitian ini dapat menjadi informasi kepada masyarakat tentang
efektifitas ekstrak etanol teh hijau dalam menghambat karies gigi dan dapat
dijadikan dasar untuk pengembangan sediaan farmasetik yang lebih efektif dan
efisien digunakan di masyarakat. Kedua hal tersebut diharapkan dapat mengurangi
prevalensi kasus karies gigi di Indonesia.
H. Hipotesis
Berbagai variasi konsentrasi ekstrak etanol teh hijau memiliki potensi
antibakteri terhadap S. mutans penyebab karies gigi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian ini merupakan penelitian eksperimental murni
dengan rancangan acak lengkap pola satu arah. Penelitian dilakukan di
Laboratorium Penelitian dan Pengujian Terpadu (LPPT) Universitas Gadjah Mada
dan di Laboratorium Farmakognosi Fitokimia, Laboratorium Mikrobiologi, dan
Laboratorium Kimia Analisis Instrumental Fakultas Farmasi Universitas Sanata
Dharma Yogyakarta.
B. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
1. Variabel penelitian
a. Variabel bebas: ekstrak etanol teh hijau dengan variasi konsentrasi
EGCG 0,25 ; 0,5 ; 0,75 ; 1 ; 2,5 ; 5 ; 7,5 ; dan 10 mg/mL berdasarkan
pengembangan konsentrasi dari penelitian sebelumnya (Pratikno, 2003).
b. Variabel tergantung: diameter zona hambat ekstrak etanol teh hijau
terhadap pertumbuhan S. mutans, nilai KHM, nilai KBM.
c. Variabel pengacau terkendali: jenis bakteri uji (S.mutans), waktu
inkubasi (24 jam), suhu inkubasi (37°C), kepadatan suspensi bakteri uji
setara dengan larutan standar Mc. Farland II (6.108 CFU/mL), asal teh
hijau (Perkebunan Teh Rumpun Sari Medini Boja Kabupaten Kendal,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
Jawa Tengah), metode ekstraksi (maserasi), volume suspensi bakteri uji
(1 mL), volume senyawa uji dalam paper disc (25 µL).
2. Definisi operasional
a. Teh hijau adalah daun dari tumbuhan teh (Camellia sinensis L.) yang
diperoleh dari Perkebunan Teh Rumpun Sari Medini Boja, Kabupaten
Kendal, Jawa Tengah dengan proses pengolahan berdasarkan surat
keterangan dari PT Medini Boja.
b. Potensi antibakteri adalah kemampuan ekstrak etanol teh hijau dalam
menghambat atau membunuh bakteri uji S. mutans dibandingkan dengan
kontrol negatif yang ditunjukkan dari diameter zona hambat dan nilai
KHM dan KBM.
c. Ekstrak etanol teh hijau adalah ekstrak yang diperoleh dengan cara
mengekstraksi daun teh secara maserasi dengan cara merendam
simplisia dalam larutan penyari etanol selama tiga hari, sehingga
didapatkan ekstrak teh kental yang kemudian diencerkan sesuai variasi
konsentrasi yang telah ditentukan. Proses ekstraksi dilakukan
berdasarkan prosedur kerja dari Lembaga Penelitian dan Pengujian
Terpadu Universitas Gajah Mada.
d. Difusi paper disc, yaitu suatu metode uji potensi antibakteri dengan
didasarkan pada proses terdifusinya ekstrak etanol daun teh hijau dalam
paper disc ke media sekitar yang sudah diinokulasikan S.mutans dengan
waktu inkubasi selama 18-24 jam pada suhu 37°C.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
e. Dilusi cair, yakni metode uji penentuan nilai KHM dan KBM dari
berbagai variasi konsentrasi EGCG ekstrak etanol daun teh hijau dengan
melihat nilai Optical Density (OD) menggunakan spektrofotometer
visible.
f. Zona hambat adalah zona jernih di mana terdapat pengurangan
pertumbuhan S. mutans dilihat dari kejernihan media dibandingkan
dengan kontrol negatif.
g. Kultur murni S. mutans adalah kultur yang diperoleh dari hasil reisolasi
yang telah diuji kemurnian dan identitasnya sesuai Holt, dkk. (2000).
h. Optical Density (OD) adalah nilai kerapatan optik berdasarkan kekeruhan
yang menunjukkan pertumbuhan populasi sel bakteri S. mutans
dibandingkan blanko autozero menggunakan spektrofotometer.
i. Kadar Hambat Minimum (KHM) adalah konsentrasi terendah dari
ekstrak etanol teh hijau yang dapat menghambat atau mengurangi
populasi S.mutans dalam media.
j. Kadar Bunuh Minimum (KBM) adalah konsentrasi terendah dari ekstrak
etanol teh hijau yang dapat membunuh atau menghilangkan sama sekali
populasi S.mutans dalam media.
C. Bahan
Teh hijau yang diperoleh dari Perkebunan Teh Rumpun Sari Medini
Boja, Kabupaten Kendal, Jawa Tengah, yang didapatkan dari saudari Maria Siska
Triyuniar Kusumastuti (Lampiran 1 dan 2), kultur bakteri strain S. mutans yang
telah diuji kemurnian dan identitasnya di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, etanol, aquadest steril, media
Nutrien Broth (NB), media Nutrien Agar (NA), cairan standar Mc. Farland II
(6.108 CFU/mL), larutan pembanding epigallo catechin gallate (EGCG).
D. Alat
Alat-alat gelas: beaker glass (Pyrex), erlenmeyer (Pyrex), tabung reaksi
(Pyrex), cawan petri (Pyrex), pipet volume (Pyrex), flakon (Pyrex). Oven
(Memmert 7200 Tuttlingen, Germany), autoklaf (KT-40, ALP co, Lt, Hamurashi
Tokyo, Japan), mikro pipet (Ependorf-Netler-Hinz), vortex (Janke & Kunkel, Ika-
labotechnic, werk VF 1), bunsen, sengkelit (loop), timbangan/ neraca analitik
(Mettler PC 2000), penangas magnetik (Janke & Kunkel, IKA-Combimag RCT
tipe RCT Nr. 61801), stirer, lemari es, penggaris, pipet filler, Spektrofotometer
UV-Visible.
E. Tata Cara Penelitian
1. Identifikasi teh hijau
Daun teh diperoleh dari Perkebunan Teh Rumpun Sari Medini Boja,
Kabupaten Kendal, Jawa Tengah dan diolah tanpa mengalami proses fermentasi
untuk menjaga senyawa aktif yang terkandung di dalamnya, serta dilakukan
identifikasi daun teh berdasarkan prosedur kerja dari Laboratorium Penelitian dan
Pengujian Terpadu (LPPT) Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
2. Pembuatan serbuk teh hijau
Daun teh kering yang diperoleh dari Perkebunan Teh Rumpun Sari Medini
Boja, Kabupaten Kendal, Jawa Tengah diserbuk sesuai Prosedur kerja di
Laboratorium Penelitian dan Pengujian Terpadu (LPPT) Universitas Gadjah Mada
menggunakan mesin penyerbuk dengan saringan berdiameter 1 mm.
3. Pembuatan ekstrak etanol teh hijau
Pembuatan ekstrak etanol teh hijau dilakukan di Laboratorium Penelitian
dan Pengujian Terpadu (LPPT) Universitas Gadjah Mada. Sebanyak 400 g serbuk
daun teh dilarutkan dalam 3000 mL etanol sedikit demi sedikit. Diaduk selama 30
menit, diamkan selama 24 jam, disaring kemudian diulang sebanyak tiga kali.
Filtrat yang didapat diuapkan menggunakan vaccum rotary evaporator dengan
suhu 70°C.
4. Verifikasi kualitatif-kuantitatif kandungan senyawa epigalokatekin-3-galat (EGCG) dengan Kromatografi Lapis Tipis (KLT) dan Spektrofotometer Densitometri Verifikasi kualitatif dan kuantitatif EGCG dilakukan berdasarkan prosedur
kerja yang dilakukan oleh Laboratorium Penelitian dan Pengujian Terpadu
(LPPT) Universitas Gadjah Mada. Sampel ditimbang secara seksama dan
diekstraksi dengan 1 ml etanol, kemudian divortex selama 2 menit. Spoting
sampel sebanyak 10 µL pada plate silikagel F254 dan disertakan pembanding
EGCG. Masukkan hasil spoting (penotolan) ke dalam chamber yang telah
dijenuhkan dengan fase geraknya, yaitu kloroform-asam asetat-asam formiat-
isopropanol (16:2:2:8 v/v). Elusi hingga batas, diangkat dan dikeringkan. Amati
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
hasil perambatan spot menggunakan lampu UV 254 nm dan perhitungan kadar
EGCG dengan KLT-densitometri pada panjang gelombang 305 nm.
5. Uji kemurnian dan identifikasi bakteri uji
Uji kemurnian dan identifikasi bakteri dilakukan di Laboratorium
Mikrobiologi Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Kultur
S.mutans diambil sebanyak 1 loop dengan jarum ose kemudian di inokulasikan
pada media cawan NA dengan metode streak plate. Setelah diinkubasi selama 24
jam pada suhu 37°C, koloni bakteri yang terpisah diisolasi kembali beberapa kali
pada media NA miring dan NB.
Koloni hasil isolasi kembali kemudian diidentifikasi dengan beberapa
metode, yaitu pengecatan gram dan uji biokimia yang meliputi uji Katalase,
Oksidasi-Fermentasi (O-F), Methyl Red (MR) - Voges-Proskauer (VP), dan media
Triple Sugar Iron Agar (TSIA). Uji ini disesuaikan dengan karakteristik khas
S.mutans berdasarkan buku Bergey’s Manual of Determinative Bacteriology
(Holt,dkk., 2000).
a. Pengecatan Gram. Uji identifikasi bakteri uji diawali dengan pengecatan
Gram untuk mengetahui sifat Gram dan bentuk sel bakteri uji. Pada pengecatan
Gram ini kultur dari media NA miring dioleskan dahulu pada gelas obyek lalu
ditetesi aquadest dan difiksasi dengan melewatkan gelas obyek tersebut diatas
bunsen hingga bakteri kering. Setelah proses fiksasi, gelas benda yang sudah
terdapat bakteri tersebut dicat dengan menggunakan beberapa reagen, yaitu Gram
A (Kristal violet), Gram B (Larutan iodium), Gram C (Alkohol 96%), dan Gram
D (Safranin).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
b. Uji katalase. Satu sampai dua tetes 30% hidrogen peroksida diletakkan
pada gelas benda, kemudian ditambahkan 1 ose atau 2-3 tetes suspensi isolat
murni bakteri uji. Katalase positif ditandai dengan pembentukan buih seketika,
dibandingkan dengan kontrol. S. mutans bersifat katalase negatif berdasarkan
buku panduan determinasi bakteri (Holt, dkk., 2000).
c. Uji oksidasi-fermentasi (O-F). Isolat murni bakteri uji diinokulasikan
dalam empat tabung berisi media O-F yang mengandung 1% dekstrosa
(karbohidrat). Tabung 1 ditutup dengan parafin lunak, tabung 2 tidak ditutup
parafin, tabung 3 digunakan sebagai kontrol ditutup parafin, dan tabung 4
digunakan sebagai kontrol yang tidak ditutup parafin, kemudian diinkubasi selama
24 jam pada suhu 370C, dan perlakuan dibandingkan dengan kontrol. Proses
oksidasi terjadi pada bakteri aerob sedangkan proses fermentasi terjadi pada
bakteri anaerob. Hasil positif jika terjadi perubahan warna dari hijau menjadi
kuning pada tabung 1, dan tidak berubah warna pada tabung 2 yang menunjukkan
bakteri uji bersifat anaerob. S. mutans melakukan metabolisme secara fermentasi
dan bersifat fakultatif anaerob (uji O-F positif) berdasarkan buku panduan
determinasi bakteri (Holt, dkk., 2000).
d. Uji Methyl Red (MR). Isolat murni bakteri uji diinokulasikan dalam
tabung berisi media MR-VP, kemudian diinkubasi selama 24 jam pada suhu 370C.
Setelah masa inkubasi, ditambahkan beberapa tetes reagen metil merah. Larutan
dikocok dengan hati-hati. Perubahan warna dibaca setelah 30 menit. Hasil positif
jika terjadi perubahan warna menjadi merah setelah 30 menit penambahan reagen.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
Berdasarkan buku panduan determinasi bakteri (Holt, dkk., 2000), S. mutans
membentuk asam dari proses fermentasi karbohidrat (uji MR positif).
e. Uji Voges Proskauer (VP). Isolat murni bakteri uji diinokulasikan dalam
tabung berisi media MR-VP, kemudian diinkubasi selama 24 jam pada suhu 370C.
Setelah masa inkubasi, ditambahkan 0,6 mL larutan alpha-naphtol 5% dilanjutkan
0,2 mL KOH 40%. Larutan dikocok dengan hati-hati, dilonggarkan tutupnya, dan
dikocok kembali, diulangi setiap 5 menit. Perubahan warna dibaca setelah 30
menit. Hasil positif jika terjadi perubahan warna menjadi merah setelah 30 menit
penambahan reagen. Berdasarkan buku panduan determinasi bakteri (Holt, dkk.,
2000), S. mutans membentuk asam dari proses fermentasi karbohidrat (uji VP
positif).
f. Uji Triple Sugar Iron Agar (TSIA). Isolat murni bakteri diinokulasikan
dalam tabung berisi media TSIA secara tusukan menggunakan jarum inokulasi
dan streak menggunakan jarum ose. Perubahan warna media TSIA dari merah-
orange menjadi kuning menunjukkan adanya fermentasi gula, dan pembentukan
H2S dibandingkan dengan kontrol. Berdasarkan buku panduan determinasi bakteri
(Holt, dkk., 2000), S. mutans membentuk asam dari proses fermentasi karbohidrat
(uji TSIA positif).
6. Uji potensi antibakteri ekstrak etanol teh hijau terhadap S.mutans dengan metode difusi paper disc a. Pembuatan variasi konsentrasi ekstrak etanol teh hijau. Dibuat delapan
variasi konsentrasi teh hijau, yaitu 0,25; 0,5; 0,75; 1; 2,5; 5; 7,5; dan 10 mg/mL.
Konsentrasi ini berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Pratikno (2003)
dengan beberapa modifikasi variasi, sesuai tabel I:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
Tabel I. Pengenceran ekstrak etanol teh hijau
b. Pembuatan media Nutrient Agar. Sebanyak 3 g medium Agar dan 2 g NB
dilarutkan dengan 125 mL aquadest steril dalam erlenmeyer. Larutan dipanaskan
dan diaduk di atas penangas magnetik hingga terlarut sempurna yang ditandai
dengan warna larutan menjadi jernih. Selanjutnya diautoklaf pada suhu 121°C
selama 15 menit.
c. Pembuatan media Nutrient Broth. Sebanyak 8 g media NB dilarutkan
dengan 1000 mL aquadest steril dalam erlenmeyer sambil diaduk dan dipanaskan
di atas penangas magnetik. Setelah seluruh NB melarut, masukkan media NB ke
dalam tabung reaksi untuk diautoklaf pada suhu 121°C selama 15 menit.
d. Pembuatan suspensi bakteri uji. Satu ose kultur murni S. mutans diambil
dan dimasukkan ke dalam media cair NB kemudian diinkubasi selama 24 jam
pada suhu 370C. Kekeruhan media NB dibandingkan dengan cairan standar Mc.
Farland II (6.108 CFU/mL). Apabila hasil dari kultur dalam NB tidak sama, maka
dapat ditambahkan NB steril hingga kekeruhannya setara dengan cairan standar
Mc. Farland II (6.108 CFU/mL). Apabila hasilnya sudah setara dengan cairan
No. Konsentrasi (mg/mL)
Ekstrak Daun Teh Hijau 10 mg/mL (mL)
Aquadest steril (mL)
Volume Akhir (mL)
1 0,25 0,35 13,65 14 2 0,50 0,70 13,30 14 3 0,75 1,05 12,95 14 4 1,00 1,40 12,60 14 5 2,50 3,50 8,500 14 6 5,00 7,00 7,000 14 7 7,50 10,5 3,500 14 8 10,00 14 0 14
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
standar Mc. Farland II (6.108 CFU/mL), maka dapat diperkirakan terdapat sel
bakteri sebanyak 6 x 108 CFU/mL.
e. Uji potensi ekstrak etanol teh hijau terhadap S.mutans secara difusi paper
disc.
1) Kontrol kontaminasi media
Diambil tabung reaksi yang berisi 20 mL media NA dengan suhu 40-
500C dan dituang ke dalam cawan petri dan dibiarkan memadat. Setelah memadat,
inkubasi media secara terbalik pada suhu 37°C selama 24 jam. Amati ada
tidaknya pertumbuhan mikroorganisme pada media.
2) Kontrol pertumbuhan bakteri uji
Diambil tabung reaksi yang berisi 20 mL media NA, dibiarkan agak
dingin (40-500C). Inokulasikan 1 mL suspensi bakteri S. mutans lalu divortex,
dimasukkan dalam cawan petri, dan dibiarkan memadat. Inkubasikan secara
terbalik selama 24 jam dan pada suhu 37°C. Amati pertumbuhan bakteri uji S.
mutans secara normal pada media NA.
3) Kontrol positif
Diambil 0,4 mL EGCG murni 10mg/mL dan dimasukkan ke dalam
flakon. Encerkan dengan menggunakan aquadest steril dan buat menjadi beberapa
variasi konsentrasi, yaitu 0,25; 0,5; 0,75; 1,0; 2,5; 5,0; 7,5 dan 10 mg/mL dan
masukkan dalam flakon. Autoklaf selama 1 jam dengan suhu 80°C.
4) Uji potensi
Sebanyak 1 mL suspensi bakteri uji diinokulasikan ke dalam 15-20
mL media NA yang masih hangat, kemudian dituang ke dalam cawan petri dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
dibiarkan memadat. Setelah media memadat, diletakkan lima buah disc blank
dalam media cawan. Satu disc blank diisikan kontrol negatif, yaitu aquadest steril
dan empat disc blank, yang diletakkan pada empat kuadran berbeda, diisikan
variasi ekstrak (0,25 ; 0,5 ; 0,75 ; 1 ; 2,5 ; 5 ; 7,5 ; dan 10 mg/mL) masing-masing
sebanyak 25 µL. Kemudian diinkubasi selama 18-24 jam pada suhu 370C. Dibuat
replikasi sebanyak enam replikasi untuk mendapatkan data analisis statistik yang
valid.
7. Uji penentuan nilai KHM dan KBM ekstrak etanol teh hijau terhadap S.mutans dengan metode dilusi cair a. Pembuatan variasi konsentrasi ekstrak etanol. Dari hasil orientasi, dibuat
variasi konsentrasi teh hijau di mana pada konsentrasi tersebut memunculkan zona
hambat yang dilihat dari hasil uji potensi antibakteri. Dibuat 14 variasi konsentrasi
ekstrak etanol teh hijau (0,1; 0,2; 0,25; 0,3; 0,4; 0,5; 0,6; 0,7; 0,75; 0,8; 0,9; 1,0; 2;
2,5 mg/mL) dengan penurunan variasi konsentrasi sampai konsentrasi sekecil
mungkin yang menunjukkan potensi antibakteri dari uji difusi paper disc pada
tahap 6 yang selanjutnya menjadi acuan untuk memperoleh nilai KHM dan KBM.
b. Uji penentuan nilai KHM-KBM ekstrak etanol teh hijau terhadap
S.mutans dengan metode dilusi cair. Kontrol positif dibuat untuk 14 variasi
konsentrasi teh hijau. Ke dalam 15 mL media NB dimasukkan 1 mL ekstrak
etanol teh hijau dengan variasi konsentrasi 0,1; 0,2; 0,25; 0,3; 0,4; 0,5; 0,6; 0,7;
0,75; 0,8; 0,9; 1,0; 2; 2,5 mg/mL. Dilakukan pengukuran OD pada masing-masing
variasi konsentrasi teh hijau di jam ke-0. Pembuatan kontrol positif ini dilakukan
ketika akan dilakukan pengukuran absorbansi perlakuan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
Dibuat 14 media NB pada tabung reaksi masing-masing 15 mL. Ke
dalam 15 mL media NB diinokulasikan 1 mL suspensi bakteri uji yang setara
dengan Mac. Farland II (6.108 CFU/mL), kemudian dimasukkan 1 ml ekstrak teh
hijau dengan variasi konsentrasi 0,1; 0,2; 0,25; 0,3; 0,4; 0,5; 0,6; 0,7; 0,75; 0,8;
0,9; 1,0; 2; 2,5 mg/mL yang telah dibuat sebelumnya. Tabung divortex dan
diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37 °C.
c. Penegasan hasil untuk penentuan nilai KHM dan KBM. Setelah inkubasi,
hasil pertumbuhan bakteri diamati dan dicatat, kemudian dibandingkan dengan
kontrol negatif. Nilai kuantitatif jumlah bakteri hidup dalam media NB diukur
berdasarkan kekeruhan yang menunjukkan OD dengan melihat nilai
absorbansinya dengan menggunakan spektrofotometer Visible pada panjang
gelombang 600 nm dan dibandingkan dengan kontrol negatif (Ainiyah, 2006;
Lasmayanty, 2007). Hasil pengukuran absorbansi pada tabung dengan nilai OD
sama dengan nol dilakukan uji penegasan hasil dengan inokulasi pada media NA
secara streak plate, diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37°C. Setelah diinkubasi,
bila pada media tidak terdapat pertumbuhan bakteri sama sekali, maka konsentrasi
ekstrak teh hijau tersebut dinyatakan sebagai KBM. Namun, jika masih terdapat
pertumbuhan bakteri, maka konsentrasi ekstrak teh hijau tersebut dinyatakan
sebagai KHM.
F. Tata Cara Analisis Hasil
Data yang didapat berupa diameter zona hambat, dianalisis secara
statistik dengan menggunakan uji Kruskal Wallis untuk mengetahui perbedaan
bermakna antara berbagai konsentrasi ekstrak etanol teh hijau dan kontrol negatif
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
(aquadest steril). Jika pada uji Kruskal Wallis menghasilkan nilai p < 0,05, maka
dapat dilanjutkan dengan melakukan analisis Post Hoc.
Data berupa nilai KHM dan KBM dianalisis secara deskriptif. Nilai
KHM dan KBM didapatkan dengan metode dilusi cair dengan mengukur
kekeruhan yang menunjukkan nilai optical density (OD) dengan melihat
absorbansi dengan menggunakan spektrofotometer visible. Nilai KHM didapatkan
pada konsentrasi ekstrak etanol dengan OD = 0 yang masih menunjukkan adanya
pertumbuhan bakteri pada uji penegasan. Sedangkan nilai KBM didapatkan pada
konsentrasi ekstrak etanol dengan OD = 0 yang tidak menunjukkan adanya
pertumbuhan bakteri pada uji penegasan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Identifikasi Daun Teh
Daun teh yang digunakan merupakan daun teh yang diolah tanpa proses
fermentasi dan diambil dari Perkebunan Teh Rumpun Sari Medini, Boja pada
ketinggian 1500 meter (ketinggian optimum 1200-2000 m), karena menurut
Suseno (1977), semakin tinggi letak suatu tempat memiliki suhu yang semakin
rendah dan menghasilkan kandungan senyawa dalam teh yang lebih baik dari sisi
kualitas dan kuantitas dibandingkan teh yang ditanam di dataran rendah maupun
sedang.
Identifikasi tanaman bertujuan untuk memastikan bahwa daun teh yang
digunakan benar-benar berasal dari tanaman teh (Camelia sinensis L.), sesuai
dengan surat keterangan identifikasi teh hijau yang dikeluarkan oleh PT Rumpun
Sari Medini (Lampiran 1) bahwa bahan penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini merupakan daun teh hijau yang dibuat dari tanaman teh (Camelia
sinensis L.).
B. Pembuatan Serbuk Teh Hijau
Teh hijau kering yang didapat dari PT Rumpun Sari Medini, Boja
diserbuk oleh Laboratorium Penelitian dan Pengujian Terpadu (LPPT) Universitas
Gadjah Mada dengan menggunakan mesin penyerbuk dengan saringan
berdiameter 1 mm sesuai prosedur kerja dari LPPT UGM (Lampiran 3).
Penyerbukan dilakukan untuk meningkatkan luas total permukaan sehingga hasil
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
ekstraksi yang diperoleh lebih banyak karena semakin banyak pelarut yang dapat
kontak langsung dengan serbuk.
C. Pembuatan Ekstrak Etanol Teh Hijau
Penelitian dilanjutkan dengan pembuatan ekstrak etanol teh hijau.
Pembuatan ekstrak etanol teh hijau dilakukan di Laboratorium Penelitian dan
Pengujian Terpadu (LPPT) Universitas Gadjah Mada dengan metode maserasi
sesuai prosedur kerja dari LPPT UGM (Lampiran 3). Ekstraksi merupakan
penyarian zat-zat aktif dari simplisia yang bertujuan untuk menarik komponen
kimia yang terkandung di dalamnya. Terdapat berbagai metode ekstraksi salah
satunya adalah metode ekstraksi maserasi.
Proses filtrasi ekstrak etanol daun teh hijau dilakukan menggunakan alat
vaccum rotary evaporator. Prinsip kerja alat ini adalah pemisahan pelarut dari
sampel dengan menggunakan panas dalam bejana berputar pada tekanan rendah.
Pelarut yang digunakan adalah etanol karena etanol lebih selektif; kapang, khamir
dan bakteri lebih sulit tumbuh dalam etanol 20% keatas; dapat bercampur dengan
air pada segala perbandingan; pengeringan dalam waktu singkat. Etanol dapat
melarutkan alkaloid, glikosida, flavonoid, damar, klorofil, lemak, tanin dan
saponin (DepKes RI, 1986). Dari proses ekstraksi dengan menggunakan 400 g
serbuk teh hijau dan 3000 mL etanol didapatkan hasil ekstrak sebesar 112,070 g
dengan kadar kandungan EGCG dalam ekstrak tersebut adalah sebesar 1,28 %
atau 12,80 mg/mL (Lampiran 4).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
D. Verifikasi Kualitatif-Kuantitatif Kandungan Senyawa Epigallocatechin Gallate (EGCG) dengan Kromatografi Lapis Tipis (KLT) dan
Densitometri
Verifikasi kualitatif-kuantitatif kandungan senyawa EGCG dilakukan
oleh Laboratorium Penelitian dan Pengujian Terpadu (LPPT) Universitas Gadjah
Mada. Identifikasi kualitatif EGCG dilakukan dengan Kromatografi Lapis Tipis
(KLT) sesuai prosedur kerja dari LPPT UGM Yogyakarta. Prinsip KLT adalah
pemisahan senyawa campuran berdasarkan perbedaan polaritas antara fase diam
dan fase gerak. Volume penotolan sampel yang ditotolkan adalah 10 µL
sedangkan standar adalah sebesar 4 µL. Sampel ditotolkan lebih banyak karena
kadar EGCG dalam ekstrak tersebut belum diketahui dan dikhawatirkan jumlah
EGCG dalam ekstrak terlalu sedikit maka digunakan volume penotolan yang lebih
banyak daripada standar. Hasil perambatan yang didapatkan diidentifikasi
kualitatif dengan menggunakan sinar UV dengan panjang gelombang 254 nm.
Jika dilihat secara visual bercak tidak menunjukkan warna apapun. Namun ketika
dideteksi kualitatif pada sinar UV dengan panjang gelombang 254 nm, didapatkan
warna sampel dan standar adalah warna redam/ gelap. Dari hasil pengamatan,
didapatkan Rf sampel yang setara dengan standar, yaitu 0,60.
Identifikasi kuantitatif EGCG dilakukan dengan menggunakan KLT
Densitometri. Prinsip KLT Densitometri adalah pengukuran kadar senyawa
berdasarkan kepekatan atau dense dengan melihat luas area di bawah kurva dari
kurva densitometri yang didapatkan dari alat KLT Densitometri. Standar EGCG
diencerkan menjadi beberapa konsentrasi (Tabel II):
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
Tabel II. Pengenceran standar EGCG
Konsentrasi Standar EGCG (µg)
Volume Stok Standar EGCG (µL)
Volume Pelarut (µL)
0,5 125 875 1,0 250 750 2,0 500 500 µg 1000 0
Masing-masing konsentrasi standar EGCG tersebut kemudian dihitung
luas area di bawah kurva / Area Under Curve (AUC) untuk mendapatkan hasil
regresi linearnya. Profil kromatogram (Lampiran 6) yang terbentuk kemudian
dihitung regresinya (Lampiran 5). Regresi yang telah didapatkan digunakan untuk
menghitung kadar EGCG dalam sampel dengan melihat AUC sampel (Tabel III):
Tabel III. Kadar epigallo catechine-3-gallate
Sampel Konsentrasi
sampel (µg/mL)
Jumlah penotolan
sampel (µg)AUC
EGCG dalam
sampel (µg)
Kadar EGCG
(%) Ekstrak 11,18 111,8 73309.8 1,43153 1,28
E. Uji Kemurnian dan Identifikasi Bakteri Uji
Uji kemurnian dan identifikasi bakteri uji bertujuan untuk memastikan
bahwa kultur bakteri yang digunakan merupakan kultur murni S.mutans dan
bukan kultur campuran sehingga dapat meminimalkan variabel pengacau dan
meningkatkan validitas hasil zona hambat yang didapatkan. Uji kemurnian
dilakukan dengan mereisolasi kultur bakteri uji ke dalam media cawan NA
dengan metode streak plate beberapa kali untuk mendapatkan koloni terpisah.
Koloni terpisah tersebut selanjutnya diuji identifikasi. Menurut Holt, dkk. (2000),
uji identifikasi ini dilakukan dengan menggunakan beberapa metode pengujian,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
yaitu pengecatan Gram, uji katalase, uji oksidasi-fermentasi (OF), uji Methyl Red
(MR), uji Voges-Proskaeur (VP), dan uji Triple Sugar Iron Agar (TSIA).
Sebelum dilakukan pengecatan, bakteri dioleskan dahulu pada gelas
obyek lalu ditetesi aquadest dan difiksasi dengan melewatkan gelas obyek tersebut
di atas bunsen hingga bakteri kering. Fiksasi bertujuan untuk mematikan bakteri
tanpa mengubah bentuk dan struktur bakteri, melekatkan bakteri di atas gelas
benda, mencegah mengkerutnya globula-globula protein sel, membuat sel bakteri
menjadi kaku sehingga ketika diamati dengan mikroskop bakteri dapat terlihat
dengan mudah. Pengecatan Gram bertujuan untuk memberi kekontrasan warna
pada sel sehingga dapat mengetahui jenis Gram bakteri uji. Pengecatan ini
merupakan pengecatan positif karena dilakukan dengan mewarnai bakteri dengan
berbagai cat. Zat warna atau cat yang digunakan adalah Gram A (Kristal violet),
Gram B (Larutan iodium), Gram C (Alkohol 96%), dan Gram D (Safranin).
Kristal violet merupakan zat pewarna utama yang akan memberikan warna ungu
pada sel bakteri Gram positif. Larutan iodium berfungsi sebagai zat pewarna
sekunder yang akan memperkuat zat warna utama. Alkohol 96% berfungsi
sebagai zat peluntur dinding sel bakteri. Safranin berfungsi sebagai zat lawan
yang akan mewarnai dinding sel bakteri Gram negatif dengan warna merah.
Bakteri Gram positif memiliki lapisan peptidoglikan yang jauh lebih
tebal daripada dinding sel bakteri Gram negatif. Penambahan kristal violet dan
iodium akan menyebabkan terbentuknya kompleks kristal violet iodium
ribonukleat berwarna ungu yang berikatan kuat pada peptidoglikan. Ketika
ditambahkan zat peluntur (alkohol 96%) bakteri akan mengalami dehidrasi yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
menyebabkan pori-pori mengkerut sehingga mempertahankan warna ungu,
sedangkan lapisan peptidoglikan pada dinding sel bakteri Gram negatif sangat
tipis sehingga ketika ditambahkan alkohol 96% peptidoglikan akan tereksitasi
yang menyebabkan pori-pori melebar sehingga warna ungu memudar. Pengecatan
Gram memiliki beberapa kelemahan, antara lain terbacanya bakteri Gram positif
sebagai Gram negatif yang disebabkan karena adanya kerusakan pada dinding sel
oleh fiksasi, pemberian pewarna dan pencucian alkohol yang berlebihan.
Hasil pengecatan Gram menunjukkan bahwa bakteri uji merupakan
bakteri Gram positif (berwarna ungu), berbentuk bulat oval memanjang, berkoloni
membentuk rantai, dan tidak berspora (Lampiran 8a). Hasil ini sesuai dengan
karakteristik S.mutans yang ada dalam buku panduan determinasi bakteri (Holt,
dkk., 2000), sehingga dapat diambil kesimpulan sementara bahwa bakteri uji yang
digunakan merupakan kultur murni S.mutans. Namun tetap diperlukan uji lanjutan
untuk dapat menegaskan kesimpulan sementara tersebut.
Uji katalase bertujuan untuk mengetahui kemampuan bakteri uji dalam
menghasilkan enzim katalase yang mengkatalisis peruraian hidrogen peroksida
menjadi O2 dan air. Hidrogen peroksida merupakan senyawa toksik yang dapat
menginaktifkan enzim esensial di dalam sel sehingga keberadaannya dalam sel
bakteri perlu diuraikan menjadi senyawa tidak berbahaya, yaitu air dan O2.
Biasanya bakteri yang bersifat aerob dapat menghasilkan enzim katalase untuk
menguraikan hidrogen peroksida yang ditandai dengan terbentuknya buih atau
gelembung udara, sedangkan bakteri anaerob obligat tidak menghasilkan enzim
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
katalase sehingga tidak terbentuk gelembung. Hasil yang didapatkan adalah
negatif, sesuai dengan buku panduan determinasi bakteri (Holt, dkk., 2000).
Uji O-F bertujuan untuk mengetahui kemampuan bakteri dalam
memetabolisme karbohidrat secara oksidatif-fermentatif. Media yang digunakan
adalah media O-F yang ditambah 1% dekstrosa. Pada uji O-F ini digunakan 2
tabung reaksi media O-F yang ditutup dan tidak ditutup parafin. Tujuan penutupan
dengan parafin adalah supaya tidak terjadi kontak dengan udara luar dan
menciptakan suasana anaerob dalam tabung. Secara teoritis bakteri yang bersifat
aerob akan mengubah warna media O-F pada tabung reaksi yang tidak ditutup
parafin dari hijau menjadi kuning tetapi tidak mengubah warna media O-F pada
tabung reaksi yang ditutup parafin. Sedangkan bakteri anaerob ataupun anaerob
fakultatif akan mengubah warna kedua media O-F baik yang ditutup atau tidak
ditutup parafin dari hijau menjadi kuning. Perubahan media menjadi kuning
disebabkan karena terbentuknya asam piruvat dari hasil metabolisme karbohidrat
bakteri. Hasil yang didapatkan adalah pada kedua tabung media O-F terjadi
perubahan warna dari hijau menjadi kuning. Hal tersebut membuktikan bahwa
bakteri uji yang digunakan merupakan bakteri anaerob atau fakultatif anaerob,
sesuai dengan karakteristik S.mutans dalam buku manual determinasi bakteri
(Holt, dkk., 2000).
Uji methyl red digunakan untuk menentukan adanya fermentasi
campuran. Beberapa bakteri memfermentasikan glukosa dan menghasilkan
berbagai produk yang bersifat asam sehingga akan menurunkan pH media
tumbuh. Penambahan indikator methyl red dapat menunjukkan perubahan pH
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
media menjadi asam karena indikator methyl red akan berwarna merah pada
lingkungan dengan pH 4,4 dan berwarna kuning pada lingkungan dengan pH 6,2.
Hasil yang didapatkan adalah terjadi perubahan warna media MR dari kuning
menjadi merah. Hal ini membuktikan bahwa bakteri uji melakukan fermentasi dan
menghasilkan produk asam.
Uji VP digunakan untuk mengidentifikasi mikroorganisme yang
melakukan fermentasi karbohidrat menjadi 2,3-butanadiol. Penambahan 40%
KOH dan 5% alfa naftol dapat menentukan adanya asetoin, suatu senyawa
pemuka dalam sintesis 2,3-butanadiol. Jika dibandingkan kontrol yang berwarna
hijau kehitaman, hasil perlakuan yang berwarna merah oranye menunjukkan
bahwa bakteri uji memfermentasikan glukosa dan menghasilkan produk asam.
Berdasarkan hasil berbagai uji identifikasi di atas dan dicocokkan dengan buku
panduan determinasi bakteri (Holt, dkk., 2000) dapat disimpulkan bahwa bakteri
uji yang digunakan benar merupakan S. mutans.
F. Uji Potensi Antibakteri Ekstrak Etanol Teh Hijau terhadap S.mutans dengan Metode Difusi Paper Disc
1. Pembuatan variasi konsentrasi ekstrak etanol teh hijau
Pembuatan variasi konsentrasi ekstrak etanol teh hijau dilakukan oleh
LPPT UGM Yogyakarta sesuai prosedur dari LPPT UGM Yogyakarta. Dari hasil
uji KLT Densitometri didapatkan kadar EGCG dalam ekstrak daun teh hijau
sebanyak 1,28% atau 12,80 mg/mL. Dari konsentrasi tersebut dilakukan
pengenceran untuk membuat kadar EGCG 10 mg/mL dengan mengambil 50 g
ekstrak daun teh hijau kemudian ditambahkan aquadest steril hingga volume 64
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
mL. Berdasarkan penelitian sebelumnya (Pratikno, 2003) dibuat pengenceran
berbagai variasi konsentrasi ekstrak etanol teh hijau, yaitu 0,25; 0,5; 0,75; 1,0;
2,5; 5,0; 7,5; dan 10,0 mg/mL (Tabel IV).
Tabel IV. Pengenceran ekstrak etanol teh hijau
Pengenceran perlu dilakukan untuk mengetahui konsentrasi berapa dari
ekstrak etanol teh hijau yang berpotensi menghambat dan membunuh bakteri
S.mutans penyebab karies gigi, sehingga dapat diketahui dosis terapi yang efektif
dari ekstrak etanol teh hijau untuk dikembangkan menjadi berbagai bentuk
sediaan farmasi baru yang dapat digunakan dengan mudah oleh masyarakat.
2. Pembuatan media Nutrient Agar
Media Nutrient Agar (NA) digunakan untuk pengujian potensi
antibakteri ekstrak etanol teh hijau dengan metode difusi paper disc. Media agar
adalah ekstrak dari rumput laut, tersusun dari kompleks karbohidrat yang
kebanyakan adalah galaktosa. Media ini sangat umum digunakan untuk
menumbuhkan bakteri dan sesuai untuk pertumbuhan S.mutans. Media NA berisi
5 g NaCl, 5 g pepton, 2 g ekstrak ragi, 1 g serbuk Lab Lemco, dan 15 g agar. Pada
No. Konsentrasi (mg/mL)
Ekstrak Daun Teh Hijau 10 mg/mL
(mL)
Aquadest steril (mL)
Volume Akhir (mL)
1 0,25 0,350 13,650 14 2 0,50 0,700 13,300 14 3 0,75 1,050 12,950 14 4 1,00 1,400 12,600 14 5 2,50 3,500 8,500 14 6 5,00 7,000 7,000 14 7 7,50 10,500 3,500 14 8 10,00 14,000 0,000 14
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
proses pembuatannya terjadi perubahan media menjadi coklat bening kekuningan
yang menandakan bahwa media telah homogen atau tercampur sempurna dalam
pelarutnya. Sterilisasi dengan menggunakan autoklaf dilakukan selama 15 menit
pada suhu 121°C dan tekanan 1 atm. Prinsip kerja autoklaf adalah sterilisasi
menggunakan panas uap bertekanan. Adanya tekanan akan membantu uap panas
untuk penetrasi ke dalam sel mikroba sehingga dinding sel mikroba akan lisis
akibat panas tinggi dari uap tersebut. Suhu 121°C dan waktu 15 menit yang
digunakan adalah berdasarkan standar sterilisasi autoklaf. Suhu 121°C dan waktu
15 menit diharapkan sudah cukup untuk membunuh mikroba kontaminan yang
mungkin mengkontaminasi media selama proses penyimpanan maupun
pembuatan media. Dari 16 tabung yang masing-masing berisi 15 mL media, 12
tabung akan digunakan sebagai perlakuan 8 konsentrasi variasi ekstrak etanol teh
hijau dengan replikasi sebanyak 6 kali, 2 tabung sebagai kontrol EGCG, 1 tabung
sebagai kontrol media dan 1 tabung sebagai kontrol pertumbuhan.
3. Pembuatan media Nutrient Broth
Media Nutient Broth (NB) dalam penelitian ini digunakan dalam uji
penentuan nilai KHM dan KBM dengan metode dilusi cair. Pembuatan media NB
dengan cara melarutkan 8 g NB ke dalam 1000mL pelarut aquadest steril sesuai
dengan keterangan pembuatan yang tertera pada kemasan media NB dari pabrik
produsen media tersebut. Media dimasukkan dalam labu erlenmeyer dan
dipanaskan di atas penangas magnetik sambil diaduk dengan magnetik stirer
hingga media menjadi jernih. Warna media yang dihasilkan adalah coklat bening
kekuningan. Media NB memiliki viskositas yang lebih rendah dari pada NA dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
lebih mudah larut homogen ketika dipanaskan dan diaduk. Selanjutnya larutan
media yang sudah homogen dimasukkan ke dalam tabung reaksi dan disterilisasi
menggunakan autoklaf selama 15 menit pada suhu 121°C dan tekanan 1 atm.
4. Pembuatan suspensi bakteri uji
Sebelum dilakukan uji potensi, bakteri uji S.mutans perlu ditumbuhkan
pada media Nutrient Broth (NB) yang kemudian disetarakan dengan larutan Mac.
Farland II. Larutan Mac. Farland II merupakan larutan pembanding yang berisi
0,2 mL Barium Klorida dan 9,8 mL H2S. Kekeruhan larutan standar Mac. Farland
II setara dengan 6.108 CFU/mL jumlah bakteri (Bresson and Borges, 2004).
Tujuan penyetaraan adalah supaya jumlah bakteri yang digunakan dapat dikontrol
(6.108 CFU/mL ) sehingga meminimalkan terjadinya bias.
5. Uji potensi ekstrak etanol teh hijau terhadap S.mutans secara difusi paper disc
a. Kontrol kontaminasi media. Kontrol kontaminasi media berfungsi
sebagai media pembanding bagi media perlakuan dan untuk mengetahui apakah
perlakuan sudah dilakukan secara steril atau belum. Pada kontrol ini media NA
cair (suhu >40°C) dituang ke dalam cawan petri dan setelah memadat media
langsung diinkubasi terbalik. Inkubasi dalam inkubator dilakukan secara terbalik
untuk mencegah menetesnya uap air dari media NA yang dituang ke dalam cawan
petri. Adanya air pada media NA dapat memicu tumbuhnya mikroba kontaminan
seperti kapang dan khamir pada media. Kontrol kontaminasi media harus bersih
dari bakteri. Jika setelah inkubasi media tertumbuhi bakteri, maka penelitian harus
diulang karena hal ini menandakan bahwa perlakuan tidak steril. Hasil perlakuan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
terhadap kontrol media ini menandakan bahwa perlakuan dilakukan secara steril,
dilihat dari bersihnya media.
b. Kontrol pertumbuhan bakteri uji. Kontrol pertumbuhan bakteri uji
berfungsi untuk mengetahui pertumbuhan normal bakteri uji tanpa adanya
perlakuan dari ekstrak etanol teh hijau. Proses inokulasi suspensi bakteri S.mutans
dalam media NA dilakukan secara pour plate sebelum media NA memadat (±
40°C) untuk menghasilkan pertumbuhan bakteri yang merata pada seluruh bagian
media. Inkubasi dilakukan dalam inkubator yang diatur suhunya yaitu 37°C
selama 24 jam sesuai dengan waktu dan suhu tumbuh optimal S.mutans. Inkubasi
dilakukan terbalik supaya uap air yang terbentuk dari hasil respirasi bakteri
maupun dari kondensasi uap panas media NA tidak menetes ke atas media karena
dapat menyebabkan pola pertumbuhan bakteri S.mutans terganggu atau terjadi
spreader dan dapat juga memicu tumbuhnya mikroba lain seperti kapang dan
khamir. Pertumbuhan bakteri yang dihasilkan pada penelitian adalah bakteri
tumbuh secara merata pada seluruh bagian media baik di bagian permukaan,
tengah maupun bagian dasar media.
c. Kontrol positif. Kontrol positif berfungsi sebagai pembanding bagi
perlakuan. Berbagai konsentrasi kontrol positif ini dibuat dari pengenceran EGCG
murni 10 mg/mL dengan pengenceran menggunakan pelarut aquadest steril.
Setelah seluruh variasi konsentrasi tersedia, EGCG disterilisasi dengan autoklaf
selama 1 jam pada suhu 80°C. Pemanasan tidak boleh mencapai 100°C karena
dapat merusak EGCG.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
d. Uji potensi. Uji potensi ekstrak etanol teh hijau bertujuan untuk
mengetahui kemampuan ekstrak etanol teh hijau dalam menghambat dan atau
membunuh bakteri S.mutans. Uji potensi ini dilakukan menggunakan metode
difusi paper disc dengan melihat zona jernih disekitar paper disc yang telah diberi
ekstrak etanol teh hijau dalam media NA yang telah diinokulasi bakteri S.mutans.
Prinsip metode difusi paper disc adalah terdifusinya senyawa uji dari paper disc
ke dalam media tumbuh bakteri ke segala arah. Jumlah bakteri yang
diinokulasikan adalah sejumlah 1 mL yang setara larutan Mac. Farland II. Adanya
penyetaraan dengan larutan Mac. Farland II ini bertujuan supaya jumlah bakteri
dalam 1 mL larutan setara dengan 6.108 CFU. Dengan demikian diharapkan
pertumbuhan bakteri tidak overlaping dan tumbuh secara merata dengan adanya
koloni terpisah. Volume 25 µl yang ditambahkan dalam paper disc didapatkan
dari hasil orientasi sebelumnya. Variasi konsentrasi ekstrak yang digunakan
adalah 0,25; 0,5; 0,75; 1,0; 2,5; 5,0; 7,5; dan 10 mg/mL. Delapan variasi
konsentrasi tersebut didapatkan dari modifikasi variasi konsentrasi pada penelitian
sebelumnya (Pratikno, 2003) dan dibuat replikasi sebanyak 6 kali untuk
mendapatkan hasil analisis statistik yang valid. Kontrol positif yaitu
Epigallocathecin galate (EGCG) juga dibuat variasi konsentrasi 8 konsentrasi
sesuai dengan variasi konsentrasi perlakuan dan seharusnya dibuat 6 replikasi.
Namun karena keterbatasan bahan maka tidak dapat dilakukan replikasi. Kontrol
negatif yang digunakan adalah aquadest. Tujuan digunakan kontrol negatif ini
adalah untuk mengetahui apakah pelarut dari ekstrak etanol teh hijau, yaitu
aquadest, memiliki daya antibakteri atau tidak. Jika pelarut memiliki daya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
antiibakteri, hal ini dapat membiaskan hasil pengukuran daya antibakteri ekstrak.
Seluruh perlakuan di atas dilakukan di dekat api bunsen dengan radius ± 20 cm
untuk menjaga sterilitas setiap perlakuan. Dalam radius 20 cm tersebut diharapkan
dapat menghindarkan media dari bakteri kontaminan di udara sekitar. Sebelum
diinkubasi, seluruh media NA cawan petri dengan berbagai perlakuan tersebut
dibungkus menggunakan plastik pembungkus. Tujuannya adalah supaya bakteri
dari luar atau dari lingkungan tidak dapat masuk ke dalam cawan petri terutama
pada saat inkubasi dalam inkubator. Dalam inkubator terdapat aliran udara yang
dapat membantu bakteri dari luar cawan masuk ke dalam cawan dan
mengkontaminasi media sehingga hasil yang didapatkan tidak valid.
Setelah inkubasi dalam inkubator selama 24 jam pada suhu 37°C, adanya
zona jernih di sekitar paper disc diamati dan diameternya diukur dengan
menggunakan penggaris kemudian dibandingkan dengan kontrol negatif
(Lampiran 9) (Tabel V):
Tabel V. Hasil uji potensi antibakteri ekstrak etanol teh hijau dengan berbagai variasi konsentrasi EGCG dibandingkan dengan kontrol
Konsentrasi Ekstrak Etanol Teh Hijau
(mg/mL)
Diameter Zona Hambat (mm) Replikasi
Rata-rata Diameter Zona Hambat (mm)
Diameter Kontrol
Positif (mm) I II III IV V VI 0,25 6 6 6 6 6 6 6 6 0,50 8 10 10 10 10 10 9,67 6 0,75 8 9 9 9 9 10 9 6 1,00 9 10 13 13 13 12 11,67 6 2,50 16 6 9 11 11 11 10,67 9 5,00 15 15 12 19 20 12 15,5 10 7,50 21 20 19 21 20 21 20,33 15 10,00 21 20 20 22 21 21 20,83 13
Diameter kontrol negatif (mm) 6 6 6 6 6 6 6 -
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
Dari hasil pengukuran diameter zona hambat, perlakuan pada konsentrasi
0,5 hingga 10 mg/mL memberikan zona hambat yang lebih besar daripada kontrol
positif dengan konsentrasi yang sama. Hal ini disebabkan karena dalam ekstrak
etanol teh hijau tidak hanya terdapat EGCG saja yang bersifat antibakteri, tetapi
juga terdapat epikatekin, epikatekin-3-galat dan epigalokatekin. Sedangkan
kontrol positif yang digunakan merupakan EGCG murni. Pada peningkatan
konsentrasi kontrol positif, yaitu konsentrasi 0,25-1,00 mg/mL, tidak terjadi
perbedaan diameter zona hambat bahkan pada kontrol positif konsentrasi 7,5-10,0
mg/mL dan perlakuan konsentrasi 0,5-0,75 mg/mL dan 1,0-2,5 mg/mL terjadi
penurunan diameter zona hambat. Hal ini tidak sesuai dengan teori yang ada yaitu
semakin tinggi konsentrasi, kandungan EGCG akan semakin besar dan diameter
zona hambat yang dihasilkan juga akan semakin besar. Hal ini disebabkan ketika
dilakukan pengenceran kontrol positif, penambahan aquadest berlebih atau
kurangnya jumlah EGCG yang diambil dari stok EGCG murni konsentrasi 10
mg/mL. Sedangkan penurunan diameter zona hambat pada perlakuan konsentrasi
0,5-0,75 mg/mL dan konsentrasi 1,0-2,5 mg/mL dapat disebabkan karena terjadi
endapan ekstrak etanol teh hijau yang tidak dapat dihomogenkan kembali
meskipun telah dilakukan pemanasan sederhana dengan menggunakan bunsen
sebelum dilakukan pengambilan ekstrak. Sehingga konsentrasi ekstrak yang
diambil dapat menjadi lebih tinggi atau lebih rendah dari konsentrasi yang
seharusnya.
Analisis data secara statistik dengan menggunakan uji one-way ANOVA
dilakukan untuk mengetahui perbedaan bermakna antara berbagai konsentrasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
ekstrak etanol teh hijau dibandingkan kontrol negatif (aquadest steril). Namun
karena data yang didapatkan tidak terdistribusi normal maka digunakan uji
alternatifnya yaitu uji Kruskal-Wallis. Nilai p pada hasil uji one-way ANOVA
maupun Kruskal-Wallis harus < 0,05 yang berarti bahwa terdapat perbedaan
bermakna antar variasi konsentrasi ekstrak etanol teh hijau dibandingkan kontrol
negatif. Dari hasil uji Kruskal-Wallis didapatkan hasil p = 0,000 (Lampiran 10).
Oleh karena nilai p < 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan
bermakna antar konsentrasi ekstrak etanol teh hijau.
Untuk mengetahui konsentrasi mana yang mempunyai perbedaan, maka
dilanjutkan dengan analisis Post Hoc. Alat untuk melakukan analisis Post Hoc
untuk uji Kruskal-Wallis adalah dengan uji Mann-Whitney (Dahlan, 2009). Dari
hasil uji Mann-Whitney didapatkan 8 pasang kelompok konsentrasi perlakuan
yang berbeda tidak bermakna, yaitu konsentrasi 0,25 mg/mL dengan kontrol
negatif (aquadest), konsentrasi 0,5 mg/mL dengan 0,75 mg/mL, konsentrasi 0,5
dengan 1,0 mg/mL, konsentrasi 0,5 mg/mL dengan 2,5 mg/mL, konsentrasi 0,75
mg/mL dengan 2,5 mg/mL, konsentrasi 1,0 mg/mL dengan 2,5 mg/mL,
konsentrasi 1,0 mg/mL dengan 5,0 mg/mL, dan konsentrasi 7,5 mg/mL dengan 10
mg/mL. Secara berturut-turut nilai signifikansinya adalah 1,000; 0,080; 0,070;
0,242; 0,132; 0,371; 0,073; dan 0,150.
G. Uji Penentuan Nilai KHM dan KBM Ekstrak Etanol Teh Hijau terhadap S.mutans dengan Metode Dilusi Cair
Kadar Hambat Minimum (KHM) suatu antibiotik adalah konsentrasi
terendah yang masih dapat menghambat pertumbuhan mikroba tertentu. Kadar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
Bunuh Minimum suatu antibiotik adalah konsentrasi antibiotik terendah yang
dapat membunuh pertumbuhan mikroba tertentu (Radji, 2010). Penentuan nilai
KHM didasarkan pada konsentrasi terendah senyawa antibakteri dengan nilai OD
yang telah mencapai 0 pada pengukuran dengan spektrofotometer dan masih
menunjukkan pertumbuhan bakteri pada uji penegasan secara streak plate. Nilai
KBM didasarkan pada konsentrasi terendah senya wa antibakteri dengan nilai OD
yang telah mencapai 0 pada pengukuran dengan spektrofotometer dan sudah tidak
menunjukkan pertumbuhan bakteri pada uji penegasan secara streak plate
(McKane dan Kandel, 1996). Nilai KHM dan KBM digunakan untuk menentukan
konsentrasi minimal suatu senyawa antimikroba yang masih efektif untuk
mencegah/ membunuh pertumbuhan bakteri patogen, sehingga dapat
dikembangkan menjadi suatu bentuk sediaan farmasi yang dapat digunakan
dengan mudah oleh masyarakat luas dan sebagai upaya menurunkan prevalensi
karies gigi akibat infeksi bakteri terutama S.mutans.
1. Pembuatan variasi konsentrasi ekstrak etanol
Untuk mendapatkan konsentrasi terkecil yang dapat menghambat dan
membunuh S.mutans dibuat beberapa konsentrasi, maka berdasarkan hasil
orientasi pengukuran potensi antibakteri, dibuat variasi konsentrasi yang baru,
yaitu 0,1; 0,2; 0,25; 0,3; 0,4; 0,5; 0,6; 0,7; 0,75; 0,8; 0,9; 1,0; 2; 2,5 mg/mL.
Berbagai variasi konsentrasi untuk pengujian KHM dan KBM dibuat
menggunakan ekstrak etanol konsentrasi 0,5; 1; dan 5 mg/mL yang kemudian
diencerkan menjadi berbagai konsentrasi tersebut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
2. Uji penentuan nilai KHM-KBM ekstrak etanol teh hijau terhadap S.mutans dengan metode dilusi cair Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan media NB sebagai media
tumbuh bakteri S.mutans, dengan menanamkan 1 mL bakteri S.mutans, yang
setara dengan 6.108 CFU, ke dalam tabung reaksi yang berisi 15 mL media NB.
Bakteri diambil dari bagian tengah media tumbuh bakteri. Hal ini dilakukan
karena bakteri S.mutans merupakan bakteri fakultatif anaerob, sehingga area
tumbuh bakteri ini yang paling dominan adalah bagian tengah tabung media.
Kemudian baru ditambahkan ekstrak etanol teh hijau sebanyak 1 mL. Hal ini
dilakukan untuk semua variasi konsentrasi. Dilakukan vortex setiap kali
pencampuran supaya homogen dan bakteri dapat tumbuh merata di seluruh bagian
tabung. Setelah tabung reaksi ditutup rata, tabung dibungkus dengan plastik
pembungkus untuk menjaga agar udara luar tidak masuk ke dalam tabung dan
mengkontaminasi media terutama pada saat penyimpanan. Kemudian dilakukan
inkubasi di dalam inkubator dengan suhu 37 °C selama 24 jam yang merupakan
suhu dan waktu optimal bagi bakteri untuk tumbuh.
3. Penegasan hasil untuk penentuan nilai KHM dan KBM
Setelah waktu inkubasi, dilakukan pengukuran kekeruhan bakteri yang
ditunjukkan oleh Optical Density (OD) yang dilihat dari absorbansi yang tercatat
pada Spektrofotometer Visible pada panjang gelombang 600 nm.
Spektrofotometer dapat mengukur kepekatan sel dalam suspensi dengan OD
(jumlah cahaya yang diabsorpsi dan disebarkan) sebagai satuan hitungan, karena
OD sebanding dengan kepekatan sel dalam suspensi biakan. Kerapatan optik
suatu suspensi tidak langsung menunjukkan jumlah sel dalam suatu populasi,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
namun menunjukkan jumlah cahaya yang disebarkan oleh populasi tersebut.
Untuk memperoleh jumlah mikroorganisme, maka nilai kerapatan optik harus
disetarakan terlebih dahulu dengan jumlah mikroorganisme (CFU/ml). Untuk
memperoleh nilai ini dilakukan berbagai pengenceran sampel yang digunakan
dalam OD (Lay, 1994).
Perlakuan dibandingkan dengan kontrol positif yang dibuat tanpa
inkubasi atau dibuat pada saat akan dilakukan pengukuran (t=0). Hal ini dilakukan
dengan tujuan supaya dalam kontrol positif tidak tumbuh bakteri dan yang akan
terukur oleh spektrofotometer adalah absorbansi ekstrak dan NB saja. Kontrol
positif merupakan media NB yang diberi berbagai konsentrasi ekstrak etanol yang
disesuaikan variasi konsentrasi baru pada perlakuan, yaitu 0,1; 0,2; 0,25; 0,3; 0,4;
0,5; 0,6; 0,7; 0,75; 0,8; 0,9; 1,0; 2; 2,5 mg/mL. Sedangkan blanko yang digunakan
sebagai auto zero dalam pengukuran absorbansi adalah media NB saja.
Dari hasil penelitian, jika dilihat secara kualitatif, semakin tinggi
konsentrasi teh hijau yang ditambahkan maka warna media menjadi semakin
coklat keruh. Pada beberapa konsentrasi awal warna tabung perlakuan berwarna
putih susu agak bening dan lama kelamaan, bersamaan dengan peningkatan
konsentrasi ekstrak yang ditambahkan, warnanya berubah menjadi kekuningan
dan akhirnya berwarna coklat keruh, yaitu pada konsentrasi 2 dan 2,5 mg/mL
(Tabel VI):
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
Tabel VI. Hasil pengukuran OD dengan spektrofotometer Visible pada λmax 600 nm
No. Konsentrasi Ekstrak
Etanol Teh Hijau
(mg/mL)
Absorbansi Kontrol Positif
Absorbansi Perlakuan
Optical Density
1 0,1 0,101 0,365 0,264 2 0,2 0,190 0,350 0,160 3 0,25 0,234 0,383 0,149 4 0,3 0,233 0,498 0,266 5 0,4 0,332 0,406 0,074 6 0,5 0,5265 0,8515 0,325 7 0,6 0,469 0,6715 0,2025 8 0,7 0,619 0,8045 0,1855 9 0,75 0,803 0,836 0,033 10 0,8 0,9435 0,786 -0,1575 11 0,9 0,8275 0,904 0,0765 12 1,0 1,006 1,114 0,108 13 2,0 2,935 2,160 -0,775 14 2,5 3,000 1,549 -1,451
Dari hasil pengukuran OD didapatkan bahwa ekstrak etanol teh hijau
konsentrasi 2,0 dan 2,5 mg/mL bernilai negatif (≤ 0), maka diperlukan uji
penegasan secara streak plate untuk mengetahui nilai KHM dan KBM.
4. Uji penegasan hasil dengan metode streak plate
Uji penegasan bertujuan untuk menegaskan apakah hasil konsentrasi
yang didapatkan benar-benar merupakan KHM dan KBM dari ekstrak etanol teh
hijau terhadap S.mutans. Uji penegasan ini dilakukan dengan men-streak
konsentrasi campuran ekstrak-bakteri yang memiliki OD sama dengan nol atau
kurang dari nol pada media cawan NA. Uji penegasan dilakukan terhadap
konsentrasi 0,7; 0,75; 0,8; 0,9; 1,0; 2,0 dan 2,5 mg/mL sedangkan yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
menunjukkan OD = 0 hanya konsentrasi 2,0 dan 2,5 mg/mL. Hal ini dilakukan
untuk menegaskan bahwa konsentrasi 0,7; 0,75; 0,8; 0,9 dan 1,0 mg/mL bukan
merupakan konsentrasi yang menunjukkan nilai KHM maupun KBM dari ekstrak
etanol teh hijau dalam menghambat/membunuh bakteri S.mutans.
Dari hasil uji penegasan didapatkan bahwa konsentrasi 0,7; 0,75; 0,8;
0,9; 1,0; 2,0; dan 2,5 mg/mL ditumbuhi bakteri pada area streak, sedangkan
kontrol media bersih atau tidak ditumbuhi bakteri (Lampiran 12). Kontrol media
disini berfungsi untuk mengetahui sterilitas media. Kontrol media yang bersih
menunjukkan bahwa proses uji penegasan telah dilakukan secara aseptis. Namun
pada penegasan ke tujuh konsentrasi tersebut tetap ditumbuhi bakteri dengan
konsentrasi 2,0 dan 2,5 mg/mL memiliki OD ≤ 0. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa konsentrasi 2,0 mg/mL merupakan nilai KHM dari ekstrak etanol teh hijau
karena merupakan konsentrasi terkecil dengan OD ≤ 0 namun masih
menunjukkan pertumbuhan bakteri pada uji penegasan secara streak plate. Nilai
KBM ekstrak etanol teh hijau dalam penelitian ini belum didapatkan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Berbagai variasi konsentrasi ekstrak etanol teh hijau dari Perkebunan Teh
Rumpun Sari Medini Boja, Kabupaten Kendal, Jawa Tengah memiliki
perbedaan potensi antibakteri. Semakin besar konsentrasi ekstrak etanol
teh hijau, semakin besar pula potensi antibakteri yang dihasilkan.
2. Kadar Hambat Minimum (KHM) ekstrak etanol teh hijau terhadap
S.mutans yang dihasilkan adalah pada konsentrasi 2,0 mg/mL dan Kadar
Bunuh Minimum (KBM) dalam penelitian ini belum didapatkan.
B. Saran
1. Sebaiknya dilakukan uji sterilitas ekstrak sebelum dilakukan uji potensi
maupun uji penentuan KHM dan KBM.
2. Perlu dilakukan uji penegasan pada ekstrak etanol teh hijau konsentrasi >
2,5 mg/mL untuk mendapatkan nilai KBM.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
DAFTAR PUSTAKA
Agoes, A., 2010, Tanaman Obat Indonesia, Buku 3, 95-97, Salemba Medika, Jakarta.
Ainiyah, U., 2006, Pola Produksi Enzim Glukosiltransferase oleh Streptococcus mutans yang Diisolasi dari Karies Gigi Manusia, Skripsi, Universitas Airlangga, Surabaya.
Alschuler, L., 1998, Green Tea: Healing Tonic, Am. J. Natur. Med., (5): 28-31.
Arisandi, Y., dan Andriani, Y., 2006, Khasiat Berbagai Tanaman Untuk Pengobatan, 458-459, Eska Media, Jakarta.
Atlas, M. R., 1997, Principles of Microbiology, 2nd Ed., 68-69, 138, 171-172, 681, 1218, Wm. C. Brown Publishers, USA.
Cappuccino, G. J. and Sherman, N., 2008, Microbiology a Laboratory Manual, 8th Ed., 431, Pearson Education Incorporation, USA.
Dahlan, M.S., 2009, Statistik Untuk Kedokteran dan Kesehatan, 83-95, Penerbit Salemba Medika, Jakarta.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1986, Sediaan Galenik, 6-7, 10-11, 16-17, Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan, Jakarta.
Edber, S.C., 1986, Antibiotik dan Infeksi, 15-20, Penerbit EGC, Jakarta.
Forssten, S.D., Bjorklund, M., dan Ouwehand, A.C., 2010, Streptococcus mutans, Caries and Simulation Models, Nutrients, 2, 290-298.
Hartoyo, A., 2003, Teh dan Khasiatnya Bagi Kesehatan: Sebuah Tinjauan Ilmiah, 11-15, Kanisius, Yogyakarta.
Holt, G. J., Krieg, R. N, Sneath, A. H. P, Staley, T. J, dan Williams, T. S., 2000, Bergey’s Manual of Determinative Bacteriology, 9th Ed., 532, 554, Lippincott Williams & Wilkins USA.
Indrawati, I., 2009, Potensi Ekstrak Air, Ekstrak Etanol dan Minyak Atsiri Bawang Merah (Allium cepa L.) Kultivar Batu Terhadap Isolat Bakteri Asal Karies Gigi, Jurnal Biotika, 7(1), 40-48.
Irhamsyah, 2003, Mikroorganisme Dihubungkan dengan Pembentukan Karies, Skripsi, 1-2, Universitas Sumatra Utara, Medan.
Islam, B., Khan, S.N., dan Khan, A.U., 2007, Dental Caries: From Infection to Prevention, Med. Sci. Monit., 13(11), RA196-203.
Jawetz, Melnick, J.L., dan Adelberg, E.A., 1991, Medical Microbiology, 154-155, Appleton dan Lange, California.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
Jawetz, Melnick, J.L., dan Adelberg, E.A., 2007, Mikrobiologi Kedokteran, 23, 170, Penerbit EGC, Jakarta.
Lasmayanty, M., 2007, Potensi Antibakteri Propolis Lebah Madu Trigona spp. terhadap Bakteri Kariogenik (Streptococcus mutans), Skripsi, 1-32, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Lay, W.B, 1994, Analisis Mikroba di Laboratorium, 64, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Lucida, H., Bakhtiar, A., dan Putri, W.A., 2007, Formulasi Sediaan Antiseptik Mulut dari Katekin Gambir, J. Sains Tek. Far., 12 (1), 1-7.
Matsunaga, T., Nakahara, A., Minnatul, K.M., Noiri, Y., Ebisu, S., Kato, A., dkk., 2010, The Inhibitory Effects of Catechins on Biofilm Formation by the Periodontopathogenic Bacterium, Eikenella corrodens, Biosci., Biotechnol., Biochem., 74 (12), 2445-2450.
McKane, L., dan Kandel, J., 1996, Microbiology: Essentials and Applications, 397-398, McGraw Hill Inc, New York.
Nasution, R.S., 2006, Imunologi Karies Gigi, Skripsi, 9, Universitas Sumatra Utara, Medan.
Paribasa, A.W., 2007, Uji Potensi Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Dandang Gendis [Clinacanthus mutans (Burm.f) Lindau] Terhadap Escherichia coli, Skripsi, 8-9, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Parwata I.M.O.A., dan Dewi P.F.S., 2008, Isolasi dan Uji Aktifitas Antibakteri Minyak Atsiri dari Rimpang Lengkuas (Alpinia galanga L.), Jurnal Kimia., 2 (2): 100-104.
Petti, S., Scully, C., 2009, Polyphenols, Oral Health and Disease: A Review, J. Dent., 37 (2009), 413-423.
Pratikno, H., 2003, Pengaruh Daya Antibakterial Teh Hijau dalam Mencegah Karies Gigi, Skripsi, 1-32, Universitas Sumatra Utara, Medan.
Pratiwi, S.T., 2008, Mikrobiologi Farmasi, 110, 188, 190, Penerbit Erlangga, Jakarta.
Radji, M., 2010, Buku Ajar Mikrobiologi: Panduan Mahasiswa Farmasi & Kedokteran, 40, Penerbit EGC, Jakarta.
Safitri, E., 2004, Karies Dini dan Pencegahan Karies Secara Umum, Skripsi, 6, Universitas Sumatra Utara, Medan.
Shimamura, T., Zhao, W., dan Hu, Z, 2007, Mechanism of Action and Potential for Use of Tea Catechin as an Anti-infective Agent, Anti-Infect. Agents in Med. Chem., (6), 57-62.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
Simon, L., 2007, The Role of Streptococcus mutans And Oral Ecology in The Formation of Dental Caries, http://www.lurj.org/article.php/vol2n2 /caries.xml, diakses tanggal 3 Februari 2012.
Sulistia, G., 1995, Farmakologi dan Terapi, Edisi IV, Bagian Farmakologi, 571-583, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.
Sumono, A., dan Wulan, A., 2009, Kemampuan Air Rebusan Daun Salam (Eugenia polyantha W) dalam Menurunkan Jumlah Koloni Bakteri Streptococcus sp., Majalah Farmasi Indonesia, 20 (3), 112-117.
Susanti, E., 2011, Keajaiban Katekin Teh Hijau pada Fungsi Cardiovaskuler, http://www.putraindonesiamalang.or.id/keajaiban-katekin-teh-hijau-pada-fungsi-cardiovaskuler.html, diakses tanggal 3 Februari 2012.
Suseno, H., 1977, Beberapa Aspek Fisiologi Tanaman Teh, Warta Balai Penelitian Teh dan Kina., 3 (4): 263-268.
Tahir, A., dan Moeen, R., 2011, Comparison of Antibacterial Activity of Water and Ethanol Extracts of Camellia Sinensis (L.) Kuntze Againts Dental Caries and Detection of Antibacterial Components, J. Med. Plant. Res., 5(18), pp. 4504-4510.
Taylor, P.W., Hamilton-Miller, J.M.T., dan Stapleton, P.D., 2005, Antimicrobial Properties of Green Tea Catechins, Food Sci. Technol Bull, (2), 71-81.
Volk dan Wheeler, 1988, Mikrobiologi Dasar, 249-267, Erlangga, Jakarta.
Xu, X., Zhou, X.D., dan Wu, C.D., 2011, The Tea Catechin Epigallocatechin Gallate Suppresses Cariogenic Virulence Factors of Streptococcus mutans, Antimicrob. Agents Chemother., 55(3), p. 1229-1236.
Zaveri, N.T., 2006, Green Tea and Its Polyphenolic Catechins: Medicinal Uses in Cancer and Noncancer Applications, J. Life Sci., 78, 2073-2080.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
LAMPIRAN
Lampiran 1. Surat Keterangan Identifikasi Teh Hijau
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
Lampiran 2. Certificate of Analysis Ekstrak Etanol Teh Hijau
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
Lampiran 3. Proses Ekstraksi Ekstrak Etanol Teh Hijau
PROSEDUR EKSTRAK MASERASI DAUN TEH
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
Lampiran 4. Data Hasil Ekstraksi Ekstrak Etanol Teh Hijau
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
Lampiran 5. Penentuan Senyawa Identitas Ekstrak Etanol Teh Hijau Secara
Kualitatif dan Kuantitatif
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
Lampiran 6. Profil Kromatogram Ekstrak Etanol Teh Hijau
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
Lampiran 7. Hasil uji kemurnian dan pembuatan stok kultur murni bakteri
uji S. mutans
Keterangan:
A: Isolasi kultur bakteri S. mutans dari Lab. Mikrobiologi USD
B: Reisolasi 1 kultur bakteri S. mutans dari Lab. Mikrobiologi USD
C: Reisolasi 2 kultur bakteri S. mutans dari Lab. Mikrobiologi USD
D: Stok kultur murni bakteri S. mutans dalam media Nutrien Agar miring
A
B
C
D
C
B
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
Lampiran 8. Dokumentasi Uji Kemurnian dan Identifikasi S. mutans
a. Pengecatan Gram
Kesimpulan: bakteri uji S.mutans merupakan bakteri Gram positif (berwarna ungu) dan berbentuk coccus berantai.
b. Uji Oksidasi-Fermentasi (O-F)
Keterangan:
A: Perlakuan uji OF tanpa parafin berwarna kuning
B: Kontrol uji OF tanpa parafin berwarna hijau
C: Perlakuan uji OF parafin berwarna kuning
D: Kontrol uji OF parafin berwarna hijau
Kesimpulan: bakteri uji S. mutans bersifat fakultatif anaerob, dan
memproduksi asam hasil fermentasi-oksidasi dekstrosa.
A B C D
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
c
d
c. Uji
Ket
Kes
gluk
d. Uji
Ket
Kes
gluk
i Methyl Red
terangan:
A: Perlaku
B: Kontrol
simpulan: ba
kosa
i Voges Pros
terangan:
A: Kontro
B: Perlak
simpulan: ba
kosa.
A
A
d (MR)
uan uji Methy
uji Methyl r
akteri uji S. m
skauer (VP)
ol uji VP ber
kuan uji VP b
akteri uji S. m
B
B
yl red (MR)
red (MR) be
mutans mem
rwarna hijau
berwarna me
mutans mem
berwarna m
erwarna kuni
mproduksi as
u kehitaman
erah oranye
mproduksi as
merah
ing bening
sam hasil fer
n
sam hasil fer
72
rmentasi
rmentasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
e. Uji Triple Sugar Iron Agar (TSIA)
Keterangan:
A: Perlakuan uji TSIA berwarna kuning
B: Kontrol uji TSIA berwarna merah oranye
Kesimpulan: bakteri uji S. mutans memproduksi asam hasil fermentasi laktosa, sukrosa, dan dekstrosa.
A B
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
Lampiran 9. Dokumentasi Uji Potensi Ekstrak Etanol Teh Hijau
a. Replikasi I
Keterangan:
A: Kontrol pertumbuhan bakteri uji S.mutans (6.108CFU)
B : Kontrol kontaminasi media NA
C : Kontrol (+) EGCG 0,25 mg/mL
D : Kontrol (+) EGCG 0,5 mg/mL
E : Kontrol (+) EGCG 0,75 mg/mL
F : Kontrol (+) EGCG 1,0 mg/mL
G : Kontrol (+) EGCG 2,5 mg/mL
H : Kontrol (+) EGCG 5,0 mg/mL
I : Kontrol (+) EGCG 7,5 mg/mL
J : Kontrol (+) EGCG 10,0 mg/mL
K & L: Kontrol (-) aquadest
1 : Ekstrak etanol teh hijau 0,25 mg/mL
2 : Ekstrak etanol teh hijau 0,5 mg/mL
3 : Ekstrak etanol teh hijau 0,75 mg/mL
4 : Ekstrak etanol teh hijau 1,0 mg/mL
5 : Ekstrak etanol teh hijau 2,5 mg/mL
6 : Ekstrak etanol teh hijau 5,0 mg/mL
7 : Ekstrak etanol teh hijau 7,5 mg/mL
8 : Ekstrak etanol teh hijau 10,0 mg/mL
A
K
E F
B
L
D C
4
2 1
3
J
G
I
H
K
8 7
6
L
5
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
b. Replikasi II
Keterangan:
A: Kontrol pertumbuhan bakteri uji S.mutans (6.108CFU)
B : Kontrol kontaminasi media NA
C : Kontrol (+) EGCG 0,25 mg/mL
D : Kontrol (+) EGCG 0,5 mg/mL
E : Kontrol (+) EGCG 0,75 mg/mL
F : Kontrol (+) EGCG 1,0 mg/mL
G : Kontrol (+) EGCG 2,5 mg/mL
H : Kontrol (+) EGCG 5,0 mg/mL
I : Kontrol (+) EGCG 7,5 mg/mL
J : Kontrol (+) EGCG 10,0 mg/mL
K & L: Kontrol (-) aquadest
1 : Ekstrak etanol teh hijau 0,25 mg/mL
2 : Ekstrak etanol teh hijau 0,5 mg/mL
3 : Ekstrak etanol teh hijau 0,75 mg/mL
4 : Ekstrak etanol teh hijau 1,0 mg/mL
5 : Ekstrak etanol teh hijau 2,5 mg/mL
6 : Ekstrak etanol teh hijau 5,0 mg/mL
7 : Ekstrak etanol teh hijau 7,5 mg/mL
8 : Ekstrak etanol teh hijau 10,0 mg/mL
J
A
F
B
E
K
D
4
C
L
3
1 2
H
I
K
G
8 L
7
5 6
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
c. Replikasi III
Keterangan:
A: Kontrol pertumbuhan bakteri uji S.mutans (6.108CFU)
B : Kontrol kontaminasi media NA
C : Kontrol (+) EGCG 0,25 mg/mL
D : Kontrol (+) EGCG 0,5 mg/mL
E : Kontrol (+) EGCG 0,75 mg/mL
F : Kontrol (+) EGCG 1,0 mg/mL
G : Kontrol (+) EGCG 2,5 mg/mL
H : Kontrol (+) EGCG 5,0 mg/mL
I : Kontrol (+) EGCG 7,5 mg/mL
J : Kontrol (+) EGCG 10,0 mg/mL
K & L: Kontrol (-) aquadest
1 : Ekstrak etanol teh hijau 0,25 mg/mL
2 : Ekstrak etanol teh hijau 0,5 mg/mL
3 : Ekstrak etanol teh hijau 0,75 mg/mL
4 : Ekstrak etanol teh hijau 1,0 mg/mL
5 : Ekstrak etanol teh hijau 2,5 mg/mL
6 : Ekstrak etanol teh hijau 5,0 mg/mL
7 : Ekstrak etanol teh hijau 7,5 mg/mL
8 : Ekstrak etanol teh hijau 10,0 mg/mL
K H G
I J 7 8
L
6 5
C D
F
K
1 2
E 3
L
4
A B
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
d. Replikasi IV
Keterangan:
A: Kontrol pertumbuhan bakteri uji S.mutans (6.108CFU)
B : Kontrol kontaminasi media NA
C : Kontrol (+) EGCG 0,25 mg/mL
D : Kontrol (+) EGCG 0,5 mg/mL
E : Kontrol (+) EGCG 0,75 mg/mL
F : Kontrol (+) EGCG 1,0 mg/mL
G : Kontrol (+) EGCG 2,5 mg/mL
H : Kontrol (+) EGCG 5,0 mg/mL
I : Kontrol (+) EGCG 7,5 mg/mL
J : Kontrol (+) EGCG 10,0 mg/mL
K & L: Kontrol (-) aquadest
1 : Ekstrak etanol teh hijau 0,25 mg/mL
2 : Ekstrak etanol teh hijau 0,5 mg/mL
3 : Ekstrak etanol teh hijau 0,75 mg/mL
4 : Ekstrak etanol teh hijau 1,0 mg/mL
5 : Ekstrak etanol teh hijau 2,5 mg/mL
6 : Ekstrak etanol teh hijau 5,0 mg/mL
7 : Ekstrak etanol teh hijau 7,5 mg/mL
8 : Ekstrak etanol teh hijau 10,0 mg/mL
1 C
L
7 8
2
3 4
L
6 5 G H
J
K
I
D
F E
K
B A
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
e. Replikasi V
Keterangan:
A: Kontrol pertumbuhan bakteri uji S.mutans (6.108CFU)
B : Kontrol kontaminasi media NA
C : Kontrol (+) EGCG 0,25 mg/mL
D : Kontrol (+) EGCG 0,5 mg/mL
E : Kontrol (+) EGCG 0,75 mg/mL
F : Kontrol (+) EGCG 1,0 mg/mL
G : Kontrol (+) EGCG 2,5 mg/mL
H : Kontrol (+) EGCG 5,0 mg/mL
I : Kontrol (+) EGCG 7,5 mg/mL
J : Kontrol (+) EGCG 10,0 mg/mL
K & L: Kontrol (-) aquadest
1 : Ekstrak etanol teh hijau 0,25 mg/mL
2 : Ekstrak etanol teh hijau 0,5 mg/mL
3 : Ekstrak etanol teh hijau 0,75 mg/mL
4 : Ekstrak etanol teh hijau 1,0 mg/mL
5 : Ekstrak etanol teh hijau 2,5 mg/mL
6 : Ekstrak etanol teh hijau 5,0 mg/mL
7 : Ekstrak etanol teh hijau 7,5 mg/mL
8 : Ekstrak etanol teh hijau 10,0 mg/mL
J I
K
G H
7
6 L
5
8
1
3 4
2 L
C
F
D
K
E
B A
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
f. Replikasi VI
Keterangan:
A: Kontrol pertumbuhan bakteri uji S.mutans (6.108CFU)
B : Kontrol kontaminasi media NA
C : Kontrol (+) EGCG 0,25 mg/mL
D : Kontrol (+) EGCG 0,5 mg/mL
E : Kontrol (+) EGCG 0,75 mg/mL
F : Kontrol (+) EGCG 1,0 mg/mL
G : Kontrol (+) EGCG 2,5 mg/mL
H : Kontrol (+) EGCG 5,0 mg/mL
I : Kontrol (+) EGCG 7,5 mg/mL
J : Kontrol (+) EGCG 10,0 mg/mL
K & L: Kontrol (-) aquadest
1 : Ekstrak etanol teh hijau 0,25 mg/mL
2 : Ekstrak etanol teh hijau 0,5 mg/mL
3 : Ekstrak etanol teh hijau 0,75 mg/mL
4 : Ekstrak etanol teh hijau 1,0 mg/mL
5 : Ekstrak etanol teh hijau 2,5 mg/mL
6 : Ekstrak etanol teh hijau 5,0 mg/mL
7 : Ekstrak etanol teh hijau 7,5 mg/mL
8 : Ekstrak etanol teh hijau 10,0 mg/mL
A B
E F
K
3 4
L
1 2 C D
I
7
J
8
K
5
L
H 6 G
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
Lampiran 10. Hasil Uji Kruskal-Wallis Diameter Zona Hambat yang
Dihasilkan pada Uji Potensi Antibakteri Ekstrak Etanol Teh
Hijau dengan Berbagai Variasi Konsentrasi EGCG
terhadap S. Mutans dengan Difusi Paper Disc
Ranks
kelomp
ok N Mean Rank
Zone 1 6 7.00
2 6 7.00
3 6 23.25
4 6 18.92
5 6 30.75
6 6 25.92
7 6 38.17
8 6 46.75
9 6 49.75
Total 54
Test Statisticsa,b
Zone
Chi-Square 47.633
df 8
Asymp. Sig. .000
a. Kruskal Wallis Test
b. Grouping Variable:
kelompok
Keterangan: p = 0.000 (p < 0,05) berarti terdapat perbedaan bermakna antar kelompok (konsentrasi ekstrak etanol teh hijau).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
Lampiran 11. Data Uji Post Hoc (Mann-Whitney) yang Dihasilkan pada Uji
Potensi Antibakteri Ekstrak Etanol Teh Hijau dengan
Berbagai Variasi Konsentrasi EGCG terhadap S. Mutans
dengan Difusi Paper Disc
Konsentrasi 1 (mg/mL)
Konsentrasi 2 (mg/mL) Nilai p Kesimpulan
0,00
0,25 1,000 Berbeda tidak bermakna 0,5 0,001 Berbeda bermakna 0,75 0,002 Berbeda bermakna 1,0 0,002 Berbeda bermakna 2,5 0,007 Berbeda bermakna 5,0 0,002 Berbeda bermakna 7,5 0,002 Berbeda bermakna 10,0 0,002 Berbeda bermakna
0,25
0,0 1,000 Berbeda tidak bermakna 0,5 0,001 Berbeda bermakna 0,75 0,002 Berbeda bermakna 1,0 0,002 Berbeda bermakna 2,5 0,007 Berbeda bermakna 5,0 0,002 Berbeda bermakna 7,5 0,002 Berbeda bermakna 10,0 0,002 Berbeda bermakna
0,5
0,0 0,001 Berbeda bermakna 0,25 0,001 Berbeda bermakna 0,75 0,080 Berbeda tidak bermakna 1,0 0,070 Berbeda tidak bermakna 2,5 0,242 Berbeda tidak bermakna 5,0 0,003 Berbeda bermakna 7,5 0,003 Berbeda bermakna 10,0 0,002 Berbeda bermakna
0,75
0,0 0,002 Berbeda bermakna 0,25 0,002 Berbeda bermakna 0,5 0,080 Berbeda tidak bermakna 1,0 0,015 Berbeda bermakna 2,5 0,132 Berbeda tidak bermakna 5,0 0,003 Berbeda bermakna 7,5 0,003 Berbeda bermakna 10,0 0,003 Berbeda bermakna
1,0
0,0 0,002 Berbeda bermakna 0,25 0,002 Berbeda bermakna 0,5 0,070 Berbeda tidak bermakna 0,75 0,015 Berbeda bermakna
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
2,5 0,371 Berbeda tidak bermakna 5,0 0,073 Berbeda tidak bermakna 7,5 0,003 Berbeda bermakna 10,0 0,003 Berbeda bermakna
2,5
0,0 0,007 Berbeda bermakna 0,25 0,007 Berbeda bermakna 0,5 0,242 Berbeda tidak bermakna 0,75 0,132 Berbeda tidak bermakna 1,0 0,371 Berbeda tidak bermakna 5,0 0,023 Berbeda bermakna 7,5 0,003 Berbeda bermakna 10,0 0,003 Berbeda bermakna
5,0
0,0 0,002 Berbeda bermakna 0,25 0,002 Berbeda bermakna 0,5 0,003 Berbeda bermakna 0,75 0,003 Berbeda bermakna 1,0 0,073 Berbeda tidak bermakna 2,5 0,023 Berbeda bermakna 7,5 0,011 Berbeda bermakna 10,0 0,004 Berbeda bermakna
7,5
0,0 0,002 Berbeda bermakna 0,25 0,002 Berbeda bermakna 0,5 0,003 Berbeda bermakna 0,75 0,003 Berbeda bermakna 1,0 0,003 Berbeda bermakna 2,5 0,003 Berbeda bermakna 5,0 0,011 Berbeda bermakna 10,0 0,150 Berbeda tidak bermakna
10,0
0,0 0,002 Berbeda bermakna 0,25 0,002 Berbeda bermakna 0,5 0,002 Berbeda bermakna 0,75 0,003 Berbeda bermakna 1,0 0,003 Berbeda bermakna 2,5 0,003 Berbeda bermakna 5,0 0,004 Berbeda bermakna 7,5 0,150 Berbeda tidak bermakna
Keterangan: jika nilai p < 0,05 maka terdapat perbedaan bermakna antara dua kelompok (konsentrasi) yang dibandingkan (Dahlan, 2009).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
Lampiran 12. Dokumentasi Hasil Uji Penegasan Nilai KHM dan KBM
dengan metode Streak plate
A B
C D
E F
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
Keterangan:
A: Kontrol kontaminasi media (bersih)
B: Ekstrak etanol konsentrasi 0,7 mg/mL
C: Ekstrak etanol konsentrasi 0,75 mg/mL
D: Ekstrak etanol konsentrasi 0,8 mg/mL
E: Ekstrak etanol konsentrasi 0,9 mg/mL
F: Ekstrak etanol konsentrasi 1,0 mg/mL
G: Ekstrak etanol konsentrasi 2,0 mg/mL
H: Ekstrak etanol konsentrasi 2,5 mg/mL
Ekstrak etanol teh hijau konsentrasi 0,7; 0,75; 0,8; 0,9; 1,0; 2,0; dan 2,5 mg/mL ditumbuhi bakteri namun kontrol media tetap bersih menandakan bahwa perlakuan sudah aseptis.
HG
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
BIOGRAFI PENULIS
Adelia Indah Pratiwi adalah anak kedua dari tiga
bersaudara dari pasangan Kuntadi Budi Utomo
dan Berowati, lahir di Banjarnegara tanggal 20
Agustus 1990. Penulis mulai masuk bangku
sekolah di TK Kristen YPPPK Purworejo
Klampok pada tahun 1995-1996. Pendidikan
sekolah dasar di SD Kristen YPPPK Purworejo
Klampok pada tahun 1996-2002, pendidikan
sekolah menengah tingkat pertama ditempuh di
SMP Santo Borromeus Purbalingga pada tahun 2002-2005. Pendidikan
selanjutnya ditempuh di SMA Bruderan Purwokerto pada tahun 2005-2008.
Penulis melanjutkan pendidikan strata tingkat pertama (S1) di Fakultas Farmasi
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Selama duduk di bangku kuliah penulis
pernah menjadi Asisten Dosen Praktikum Mikrobiologi pada tahun ajaran
2009/2010, dan aktif dalam berbagai kegiatan kepanitiaan, yaitu panitia seminar
“Herbal Medicine” tahun 2008, divisi perlengkapan dalam kegiatan bakti sosial
“Pengobatan Gratis” tahun 2008, peserta Kampanye Informasi Obat tahun 2008,
panitia dalam acara Pengambilan Sumpah/ Janji Apoteker Angkatan XVIII pada
tahun 2010, Wakil Ketua Pelaksana Kejuaraan Beladiri Kempo Antar Dojo
(KejurDo) Tingkat Provinsi Yogyakarta pada tahun 2011 dan hingga saat ini
penulis masih menjabat sebagai Ketua Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Beladiri
Shorinji Kempo Universitas Sanata Dharma masa bakti 2011-2012.
Penulis merupakan salah satu Mahasiswa Berprestasi Bidang Minat dan Bakat
Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma pada tahun 2011 dan pada Malam
Puncak Dies Natalis Universitas Sanata Dharma ke-56, penulis mendapatkan
penghargaan dari Universitas Sanata Dharma sebagai salah satu mahasiswa
berprestasi di bidang olah raga tahun 2011. Beberapa prestasi dalam bidang olah
raga, khususnya beladiri Kempo, telah diraih oleh penulis, antara lain Juara I
Embu (kerapihan teknik) Berpasangan Kyu II Dewasa dan Juara II Randori
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
(pertarungan bebas terbatas) Putri kelas >51 Kg dalam Kejuaraan Provinsi
(KejurProv) Bantul 2010; Juara I Embu Berpasangan Putri Kyu II/ Kyu I, Juara I
Embu Beregu Campuran dan Juara II Randori Putri kelas > 57 Kg dalam KejurDo
Tingkat Provinsi Yogyakarta tahun 2011; Juara I Randori Putri kelas >54 Kg,
Juara II Embu Berpasangan Kyu III-Kyu I, dan Juara III Embu Beregu dalam
Kejuaraan Kempo KONI Cup Kabupaten Sleman tahun 2012; Juara III Embu
Berpasangan Putri dalam Kejuaraan Antar Mahasiswa Beladiri Kempo Se-
D.I.Yogyakarta dan Jawa Tengah tahun 2012.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI