polip nasi

43
BAB I PENDAHULUAN Jika mengalami hidung tersumbat yang menetap dan semakin lama semakin berat ditambah dengan ingus yang selalu menetes serta gangguan fungsi penciuman, kemungkinan besar menderita polip hidung. Polip hidung terjadi karena munculnya jaringan lunak pada rongga hidung yang berwarna putih atau keabuan. Jaringan ini bisa diamati langsung dengan mata telanjang setelah lubang hidung diperbesar dengan alat spekulum hidung. Polip hidung biasanya menyerang orang dewasa yang kemungkinan disebabkan oleh karena reaksi hipersensitif atau reaksi alergi pada mukosa hidung yang berlangsung lama. Beberapa faktor lain yang meningkatkan kemungkinan terkena polip hidung antara lain sinusitis (radang sinus) yang menahun, iritasi, sumbatan hidung oleh karena kelainan anatomi dan adanya pembesaran pada konka. Prinsip pengobatan dari polip hidung yaitu mengatasi 1

Upload: rahmat-ikhwani

Post on 15-Apr-2017

247 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Polip Nasi

BAB I

PENDAHULUAN

Jika mengalami hidung tersumbat yang menetap dan semakin lama semakin berat

ditambah dengan ingus yang selalu menetes serta gangguan fungsi penciuman,

kemungkinan besar menderita polip hidung. Polip hidung terjadi karena munculnya

jaringan lunak pada rongga hidung yang berwarna putih atau keabuan. Jaringan ini bisa

diamati langsung dengan mata telanjang setelah lubang hidung diperbesar dengan alat

spekulum hidung. Polip hidung biasanya menyerang orang dewasa yang kemungkinan

disebabkan oleh karena reaksi hipersensitif atau reaksi alergi pada mukosa hidung yang

berlangsung lama. Beberapa faktor lain yang meningkatkan kemungkinan terkena polip

hidung antara lain sinusitis (radang sinus) yang menahun, iritasi, sumbatan hidung oleh

karena kelainan anatomi dan adanya pembesaran pada konka. Prinsip pengobatan dari

polip hidung yaitu mengatasi polipnya dan menghindari penyebab atau factor-faktor yang

mendorong terjadinya polip. Bila polip kecil dilakukan pengobatan dengan obat obatan

oral dan penyemprotan dengan obat semprot hidung. Namun bila polip besar dan tidak

dimungkinan dengan pengobatan oral atau semprot maka harus dilakukan operasi

pengangkatan polip Sayangnya bila faktor yang menyebabkan terjadinya polip tidak

teratasi maka polip hidung ini rawan untuk kambuh kembali demikian berulang ulang.

Oleh sebab itu sangat diharapkan kepatuhan pasien untuk menghindari hal hal yang

menyebabkan alergi yang bisa menjurus untuk terjadinya polip hidung (1).

1

Page 2: Polip Nasi

Polip nasi adalah suatu kondisi infeksi yang penyebabnya tidak diketahui dan

berasal dari membrane mukosa, pada penelitian yang dilakukan 30 % terjadi karena

alergi terhadap lingkungan, 5 % terjadi pada pasien yang tidak alergi dan hanya 1,5 %

terjadi pada pasien yang Rhinitis alergi, frekuensi akan meningkat pada pasien cystic

fibrosis dan hipersensitifity aspirin (1,2).

Berikut akan dilaporkan sebuah kasus Polip Nasi pada pasien Nn. SM yang

dirawat dibangsal THT Rumah Sakit Ulin Banjarmasin.

2

Page 3: Polip Nasi

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Anatomi Hidung

Untuk mengetahui penyakit dan kelainan hidung, misalnya sumbatan hidung,

misalnya sumbatan hidung, perlu diketahui dulu tentang anatomi hidung. Hidung

terdiri dari hidung bagian luar atau pyramid hidung dan rongga hidung dengan

perdarahan serta persarafannya serta fisiologis hidung. Untuk mendiagnosa penyakit

yang terdapat di dalam hidung perlu diketahui dan dipelajari pula cara pemeriksaan

hidung (11).

Hidung luar berbentuk piramid dengan bagian-bagiannya dari atas ke bawah :

1. Pangkal hidung (bridge)

2. Dorsum nasi

3. Puncak hidung

4. Ala nasi

5. Kolumela

6. Lubang hidung (nares anterior).

Hidung luar dibentuk oleh kerangka tulang dan tulang rawan yang dilapisi oleh

kulit, jaringan ikat dan beberapa otot kecil yang berfungsi untuk melebarkan atau

menyempitkan lubang hidung. Kerangka tulang terdiri dari (11):

1. Tulang hidung (os nasalis)

2. Prosesus frontalis os maksila

3

Page 4: Polip Nasi

3. Prosesus nasalis os frontalis

Sedangkan kerangka tulang rawan terdiri dari beberapa pasang tulang rawan yang

terletak di bagian bawah hidung (11) ;

1. Sepasang kartilago nasalis lateralis superior

2. Sepasang kartilago nasalis lateralis inferior yang disebut kartilago alar mayor

3. Beberapa pasang kartilago alar minor

4. Tepi anterior kartilago septum

Rongga hidung atau kavum nasi berbentuk terowongan dari depan ke belakang,

dipisahkan oleh septum nasi di bagian tengahnya menjadi kavum nasi kanan dan kiri.

Pintu atau lubang masuk kavum nasi bagian depan disebut nares anterior dan lubang

belakang disebut nares posterior (koana) yang menghubungkan kavum nasi dengan

nasofaring (11).

Bagian dari kavum nasi yang letaknya sesuai dengan ala nasi, tepat di belakang

nares anterior disebut vestibulum. Vestibulum ini dilapisi oleh kulit yang mempunyai

banyak kelenjar sebasea dan rambut-rambut panjang yang disebut vibrise.

Tiap kavum nasi mempunyai 4 buah dinding yanitu dinding medial, lateral, inferior

dan superior. Dinding medial hidung ialah septum nasi. Septum dibentuk oleh tulang dan

tulang rawan. Bagian tulang adalah (11) :

1. lamina perpendikularis os etmoid

2. Vomer

3. Krista nasalis os maksila

4. Krista nasalis os palatina

4

Page 5: Polip Nasi

Bagian tulang rawan adalah :

1. Kartilago septum (lamina kuadrangularis)

2. Kolumela

5

Page 6: Polip Nasi

B. Definisi

Polip hidung adalah penonjolan mukosa kavum nasi yang panjang dan bertangkai.

Polip bukan neoplasma tetapi pseudotumor. Kebanyakan polip berwarna putih bening

atau keabu-abuan, mengkilat, lunak karena banyak mengandung cairan (polip

edematosa). Polip yang sudah lama dapat berubah menjadi kekuning-kuningan atau

kemerah-merahan, suram dan lebih kenyal (polip fibrosa) (3)

Polip hidung biasanya terjadi bilateral dan ditemukan di maksila, ethmoide dan

sphenoidalis dan biasanya berasal mukosa hidung atau sinus paranasal. Polip umumnya

berasal dari perkembangan sinus ethmoid dan meatus medius (3,4).

Grade polip hidung (5) :

Grade 0 : tidak ada polip

6

Page 7: Polip Nasi

Grade 1 : ditemukan polip di meatus medius

Grade 2 : ditemukan polip dibawah meatus medius tetapi tidak terjadi obstruksi

total

Grade 3 : ditemukan polip dengan obstruksi total

C. Etiologi

Etiologi pasti belum diketahui tetapi ada 3 faktor yaitu (3,4,5) :

1. Adanya peradangan kronik dan berulang pada mukosa hidung dan sinus yang

kemudian menonjol dan turun ke dalam rongga hidung oleh gaya berat. Polip

banyak mengandungcairan interseluler dan sel radang (neutrofil dan eosinofil)

dan tidak mempunyai ujung saraf atau pembuluh darah.

2. Adanya gangguan keseimbangan vasomotor

3. Adanya peningkatan tekanan cairan interstitial dan edema mukosa hidung

4. Asma bronkial, cystic fibrosis, rhinis alergi, allergic fungal sinusitis (AFS),

silliary diskinesia, intoleransi aspirin, intoleransi alkohol, syndroma Churg-

Strauss, syndroma Young, Non alergi rhinitis dengan syndroma eosinofilia,

immuno defisiensi, Acetylaslisilat (ASA) (6) .

C. Patofisiologi

7

Page 8: Polip Nasi

Patogenesis dari polip hidung tidak diketahui, polip hidung berkembang dari

infeksi kronik, disfungsi sistem saraf otonom dan predisposisi genetik. Hampir semua

teori tentang polip mendukung inflamasi kronik (7).

Hampir semua polip dihubungkan denganpenyakit non alergi daripada alergi.

Menurut statistik nasal polip umunya terjadi pada pasien non alergi asma (13%), dengan

alergi asma (5%) dan hanya 0,5 % dari 3000 individu atopi menderita nasal polip (7).

Pada awalnya ditemukan edema mukosa yang kebanyakan terjadi di daera

meatus medius. Kemudian stroma akan terisi oleh cairan interseluler sehingga mukosa

yang sembab menjadi poliploid. Bila proses terus berlanjut, mukosa yang sembab makin

membesar dan kemudian turun ke dalam rongga hidung sambil membentuk tangkai,

sehingga terjadilah polip. Polip dapat timbul pada hidung yang tidak terinfeksi kemudian

menyebabkan sumbatan yang mengakibatkan sinusitis, tetapi polip dapat juga timbul

akibat iritasi kronis yang disebabkan oleh infeksi hidung dan sinus (3).

D. Jenis Polip Hidung

Polip hidung mempunyai jenis berikut ini yaitu (3) :

1. multiple sering dijumpai biasnya berasal dari sel-sel ethmoid

2. Soliter berasal dari sinus maksilaris dan tumbuh kearah koane (polip koanal).

E. Predisposisi (7)

1. United States

Terjadi pada anak-anak 0,1 % dengan CF 6-45 %, dewasa 1-4 %.

8

Page 9: Polip Nasi

2. International

Insindens sama dengan angka kejadian di United States

3. Ras

Nasal Polip terjadi padan semua ras dan kelas sosial

4. Jenis Kelamin

Laki-laki : wanita = 2-4 : 1

Polip lebih banyak dijumpai pada laki-laki daripada wanita; banyak pada usia

muda dan jarang pada anak-anak.

5. Usia

Multiple polip nasal biasanya terjadi pada pasien yang berumur 20 tahun dan

umumnya pasien berumur 40 tahun. Polip hidung pada anak-anak terjadi pada usia 10

tahun (8).

F. Gejala Klinik

Manifestasi dari polip hidung tergantung dari ukuran polip. Jika ukuran polip

kecil. Gejala klinik dari polip hidung biasanya adalah (3):

Rinore/pilek yang terus menerus, sekret mukus. Pilek bertambah hebat dan sekret

menjadi encer kalau penderita terserang rinitis akut atau serangan alergi.

Buntu hidung, bisa parsial atau total tergantung besar atau banyaknya polip.

Gejala-gejala lain adalah akibat hidung buntu misalnya suara bindeng, karies gigi,

batuk, sakit kepala.

9

Page 10: Polip Nasi

Semua gejala-gejala tersebut bertambah encer secara lamabt tetapi progresif.

G. Diagnosis

Diagnosa didapatka dari riwayat penyakit dan pada orang dewasa biasany

ditemukan dengan rhinitis alergi (7). Gejala-gejala diantaranya adalahobstruksi

hidung,anosmia, hilangnya penciuman, sakit kepala dll (8).

Pada anamnesis kasus polip keluhan utama biasanya ialah hidung tersumbat.

Sumbatan ini menetap, tidak hilang timbul dan semakin lama semakin berat. Pasien

sering mengeluhakan terasa ada massa di dalam hidung dan sukar membuang ingus.

Gejala lain ialah gangguan penciuman (anosmia atau hiposmia). Gejala sekunder dapat

terjadi bila sudah disertai kelainan organ didekatnya berupa adanya post nasal drip, sakit

kepala, nyeri muka, suara nasal (suara bindeng), telinga rasa penuh, mendengkur,

gangguan tidur dan penurunan kualitas hidup (9).

H. Pemeriksaan Fisik

Polip umunya tidak berbahaya, dan dari penampakan fisik bisa mendiagnosa

polip hidung. Kadang-kadang Ct-scan dari depan wajah dapat dilakukan untuk

menemukan seberapa besar polipnya atau untuk mengetahui sinus mana yang terkena.

Teleskop flexible kecil juga dapat digunakan untuk melihat dari samping hidung atau

untuk mengetahui seberapa besar sinusnya (6,7).

Pemeriksaan fisik yang dapat dilakukan adalah (10) :

10

Page 11: Polip Nasi

1. Inspeksi : dapat dijumpai pelebaran kavum nasi terutama pada polip yang berasal

dari sel-sel ethmoid.

2. Rinoskopi anterior : tampak sekret mukus dan polip multiple atau soliter. Polip

kadang perlu dibedakan dengan konka nasi inferior, yakni dengan cara

memasukkan kapas yang dibasahi dengan larutan Efedrin 1% 9 (vasokonstriktor),

konka nasi yang berisi banyak pembuluh darah akan mengecil, sedangkan polip

tidak akan mengecil.

3. Rinoskopi posterior : kadangkadang dijumpai polip koanal

I. Diagnosa Banding (10)

Angiofibroma Nasofaring Juvenillis ; tampak seoerti polip koanal, tetapi relatif

mudah berdarah.

”Inverted Cell Papilloma” tampak seperti polip multiple, tetapi biasanya unilateral

dan banyak pada orang yang berusia lanjut.

Meningokel : biasanya pada bayi atau anak-anak, polip jarang dijumpai pada

anak-anak maupun bayi.

J. Penatalaksanaan

Pengobatan polip hidung dapat operasi maupun tidak. Beberapa tahun yang

lalu pengobatan umunya operasi tetapi beberapahari dapat pulang.

Medical treatment

11

Page 12: Polip Nasi

Obat-obat alergi umunya digunakan untuk pengobatan, kortiklosteroi oral

(untuk beberapa kasus) atau intranasal dengan obat semprot untuk polip yang kecil.

Aspirin jangan digunakan untuk menghindari terjadi pada pasien yang alergi aspirin

(9). Kortikosteroid mempunyai anti inflamasi yang luas.

Steroid tetes hidung

Tetes hidung yang mengandung steroid untuk inflamasi dari hidung. Kadang-kadang

memberikan hasil dalam beberapa hari. Dalam kenyataannya obat tetes hidung ini

memberika hasil yang baik. Dari gambar diatas digambarkan cara memberikan obat

tetes hidung yang benar (11).

Steroid tablet

Kadang-kadang dapat digunakan tablet steroid untuk 1 minggu untuk mengurangi

inflamasi di hidung. Pengobatan ini berjalan baik pada bebarapa polip.

Surgical treatment (11)

12

Page 13: Polip Nasi

Operasi dilakukan jika pengobatan konservatif gagal dilakukan. Dan operasi

dilakukan pada polip yang besar , dapat dikerjakan dengan anestesi lokal atau anestesi

umum.

Untuk polip edematosa, dapat diberikan pengobatan kortikosteroid (3):

1. Oral, misalnya prednison dengan dosis 50 mg/hari atau deksametason selama

10 hari, kemudian dosis diturunkan pelan-pelan (tapering off)

2. Suntikan intrapolip misalnya dengan Triamcinolene acetonide atau

prednisolone 0,5 cc, tiap 5-7 hari sekali, sampai polipnya hilang

3. Obat semprot hidung yang mengandung kortikosteroid, merupakan obat untuk

rinitis alergi, sering digunakan bersama atau sebagai lanjutan pengobatan

kortikosteroid per oral. Efek sistemik obat ini sangat kecil sehingga lebih

aman

K. Komplikasi

Jarang terjadi, kalau ada sebagai akibat tertutupnya ostium sinus paranasal

atau ostium tuba yakni polip dalam sinus paranasal, sinusitis paranasal atau otitis

media (3).

I. Prognosa

Pasien akan menunjukkan hasil yang baikj jika menghindari faktor-faktor

yang menyebabkan alergi (9)

13

Page 14: Polip Nasi

BAB III

LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS

Nama : Nn. SM

Umur : 21 tahun

Jenis kelamin : Perempuan

Suku : Banjar

Pekerjaan : Mahasiswa

Alamat : Jl. Kesatuan No.47 RT 05 Amuntai

MRS : 13 Agustus 2008

RMK : 79-63-61

II.ANAMNESIS

Keluhan Utama : Hidung buntu

Riwayat Penyakit Sekarang :

Sejak Kurang lebih 4 tahun yang lalu penderita merasa hidungnya terasa buntu

disertai pilek yang terus menerus, sekret berwarna kuning dan sedikit kental. Awalnya

pasien mengira cuma pilek biasa sehingga pasien tidak berobat tetapi hanya membeli

obat di warung (os lupa namanya), setahun kemudian pasien berobat ke dokter spesialis

THT dan didiagnosa dengan polip hidung kemudian dibakar ditempat praktek dokter

Sp.THT. 2 bulan kemudian penderita merasakan keluhannya kembali seperti semula,

14

Page 15: Polip Nasi

dia tidak datang ke Sp.THT tetapi datang ke pengobatan alternatif dan polipnya

dibuang, awalnya penderita merasa nyaman tetapi seminggu kemudian penderita

merasakan hidungnya buntu lagi sehingga penderita datang lagi ke pengobatan

alternatif dan polipnya diambil lagi. setelah kejadian itu penderita tidak melakukan

pengobatan lagi sampai dia merasakan hidung sebelah kanan sangat buntu dan terasa

ada sesuatu yang menghalangi masuknya udara ke hidungnya, saat penderita menyenter

lubang hidung penederita melihat warna keabu-abuan, dan jika disentuh dengan tangan

maupun ujung cotton bat terasa kenyal, penciuman disebelah kanan semakin berkurang,

kadang-kadang diikuti nyeri telinga kanan. penderita juga mengeluh nyeri kepala, nyeri

di daerah pipi kanan dan kiri, tetapi gejala tersebut tidak diikuti demam, Batuk tidak

ada, tenggorokan terasa gatal juga tidak ada, keluhan nyeri menelan juga tidak ada

tetapi menurut ibunya penderita tidurnya berbunyi seperi orang kesulitan bernapas dan

suara penderita terdengar bindeng.

Riwayat Penyakit Dahulu

Sejak kecil Os sering pilek, tetapi Os menyangkal pileknya diakibatkan karena

udara dingin, debu, juga tidak ada riwayat sering bersin-bersin lebih dari 5 kali dan

hidung terasa gatal.

Riwayat Penyakit Keluarga

Asma (-), dan tidak ada keluarga yang mengalami keluhan yang sama.

15

Page 16: Polip Nasi

III. Pemeriksaan Fisik

Keadaan Umum : Baik

Kesadaran : Compos mentis

Tanda vital : Tekanan darah = 110/70 mmHg RR = 20 x/menit

Nadi = 87x/menit Suhu = 36.5 oC

Kepala dan leher

Kepala : Bentuk normal, simetris

Mata : Konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterik, pupil isokor

Leher : Pembesaran KGb tidak dijumpai, nyeri tidak ada, JVP tidak

Meningkat.

THT : Lihat status lokalis

Thorax

Jantung : S1S2 tunggal, murmur tidak ada, batas jantung normal

Paru : Simetris, sonor, vesikuler, ronkhi tidak ada

Abdomen : Datar, hepar/lien tidak teraba, timpani, bising usus normal

Ekstremitas : Dalam batas normal, edema tidak ada

Status Lokalis

Telinga Kanan Kiri

Aurikula

Bentuk dbn dbn

16

Page 17: Polip Nasi

Hematom - -

Tragus pain - -

Canalis auditorius eksternus

Serumen minimal minimal

Othorrea - -

Edema - -

Hiperemi - -

Polip/masa - -

Membran timpani

Retraksi - -

Bombans - -

Conus of light + +

Tes Pendengaran

Rinne + +

Weber tdk ada lateralisasi tidak ada lateralisasi

Swabach = pemeriksa = pemeriksa

Rhinoskopi Anterior Kanan Kiri

Vestibulum nasi dbn dbn

Dasar kavum nasi pucat pucat

Meatus nasi inferior dbn dbn

17

Page 18: Polip Nasi

Konka nasi inferior dbn dbn

Meatus nasi medius dbn dbn

Konka nasi medius dbn dbn

Septum nasi tidak ada deviasi tidak ada deviasi

Masa/polip terdapat masa warna -

putih keabu-abuan

Permukaan licin dan

Agak bening

Rinoskopi Posterior Kanan Kiri

Nasofaring tidak tampak masa tumor

Nyeri tekan sinus maksillaris - -

Transiluminasi terang gelap

Tenggorok

Bibir : bentuk normal, warna merah

Mulut : mukosa merah muda, tidak ada radang

Lidah : tidak hiperemis, tidak kotor

Arkus anterior : posisi normal, tidak ada radang, tidak ada tumor

Arkus posterior : posisi normal, tidak ada radang, tidak ada tumor

Tonsil Kanan Kiri

Ukuran T1 T1

18

Page 19: Polip Nasi

Warna merah muda merah muda

Kripta dbn dbn

Detritus - -

Membran - -

Faring

Warna merah muda, edema (-), sekret (-).

Kelenjar getah bening : tidak ada pembesaran

IV. Pemeriksaan Penunjang

Foto Waters : perselubungan dikedua sinus maksillaris dan cavum nasi, serta

sinus frontal kiri , tak tampak destruksi tulang. Kesan pansinusitis

Foto thorax PA : cor dan pulmo tak tampak kelainan

Darah rutin :

Hb : 13,5 gr%

Leukosit : 8,9 ribu/ul

Eritrosit : 4,49 juta/ul

Trombosit : 12,6 %

Hematokrit : 39 vol %

LED : 34 mm/jam

PT : 12,8 detik

APTT : 33,6 detik

19

Page 20: Polip Nasi

Kimia darah

SGOT : 21 U/L

SGPT : 19 U/L

Urea : 24 mg/dl

Creatinin : 1.0 mg/dl

V. Diagnosis

Polip Nasi Dextra

VI. Usulan Penatalaksanaan

Medikamentosa

Dexametason 3 x 1 amp

Kortikosteroid intranasal

Operasi pengangkatan polip

VII. Laporan Operasi

Pasien telentang dimeja operasi dalam narkose umum

ekstraksi polip pada kavum nasi kanan

kemudian dilanjutkan pada kavum nasi kiri

Irigasi sinus maksillaris kiri

keluar pus banyak

Operasi selesai

20

Page 21: Polip Nasi

VIIl. Follow Up

Tanggal 14 Agustus 2008 (HP 1)

S : hidung buntu (+), keluar sekret warna kuning (+), sakit kepala (+)

O : TD = 110/60 mmHg RR = 17 x/mnt

N = 73 x/mnt T = 36 oC

A : polip nasi dektra

P : Pro op Polipektomi

Tanggal 15 Agustus 2008 (HP 2)

S : hidung buntu berkurang, keluar sekret warna kuning (-), sakit kepala (-)

O : TD = 120/80 mmHg RR = 16 x/mnt

N = 88 x/mnt T = 36,.5 oC

A : Polip Nasi dektra post PE hari perawatan I

P : IVFD RL 18 ttm

Injeksi Cefotaxim 2x1 gr

Injeksi Dexamethason 3x1 amp

Injeksi Antrain 3x1 amp

Tanggal 16 Agustus 2008 (HP 3)

S : hidung buntu (+), keluar sekret warna kuning (<), sakit kepala (-), demam (-)

O : TD = 110/80 mmHg RR = 16 x/mnt

21

Page 22: Polip Nasi

N = 84 x/mnt T = 36,.5 oC

A : Polip Nasi dektra post PE hari perawatan II

P : IVFD RL 18 ttm

Injeksi Cefotaxim 2x1 gr

Injeksi Dexamethason 3x1 amp

Injeksi Antrain 3x1 amp

Tanggal 17 Agustus 2007 (HP 4)

S : hidung buntu (+), keluar sekret warna kuning (<), sakit kepala (-), demam (-)

O : TD = 120/80 mmHg RR = 19 x/mnt

N = 80 x/mnt T = 36,.6 oC

A : Polip Nasi dektra post PE hari perawatan III

P : IVFD RL 18 ttm

Injeksi Cefotaxim 2x1 gr

Injeksi Dexamethason 3x1 amp

Injeksi Antrain 3x1 amp

Tanggal 18 Agustus 2008 (HP 5)

S : hidung buntu (-), keluar sekret warna kuning (<), sakit kepala (-), demam (-)

O : TD = 110/80 mmHg RR = 18 x/mnt

N = 80 x/mnt T = 36,.2 oC

A : Polip Nasi dektra post PE hari perawatan IV

22

Page 23: Polip Nasi

P : IVFD RL 18 ttm

Injeksi Cefotaxim 2x1 gr

Inje’ksi Dexamethason 3x1 amp

Injeksi Antrain 3x1 amp

\

BAB IV

23

Page 24: Polip Nasi

PEMBAHASAN

Polip hidung adalah masa lunak yang tumbuh di dalam rongga hidung.

Kebanyakan polip berwarna putih bening atau keabu-abuan, mengkilat, lunak karena

banyak mengandung cairan (polip edematosa). Polip yang sudah lama dapat berubah

menjadi kekuning-kuningan atau kemerah-merahan, suram dan lebih kenyal. Dari kasus

penderita mebgaku pernah menyenter lubang hidungnya dan os melihat warna keabu-

abuan dan jika disentuh dengan tangan maupun dengan cotton bat maka terasa kenyal.

Sejak kecil penderita memang sering pilek tapi penderita menyangkal pilek terjadi

jika saat cuaca dingin atau terhirup debu, dikeluarga penderita juga tidak ada yang

menderita asma.

Berikut gejala klinis polip hidung yang sering terjadi yaitu (3) :

Rinore/pilek yang terus menerus, sekret mukus. Pilek bertambah hebat dan sekret

menjadi encer kalau penderita terserang rinitis akut atau serangan alergi.

Buntu hidung, bisa parsial atau total tergantung besar atau banyaknya polip.

Gejala-gejala lain adalah akibat hidung buntu misalnya suara bindeng, karies gigi,

batuk, sakit kepala.

Semua gejala-gejala tersebut bertambah encer secara lambat tetapi progresif.

Dari gejala klinis diatas pada penderita ditemukan hidungnya terasa buntu disertai

pilek yang terus menerus, sekret berwarna kuning dan sedikit kental, pendengaran sedikit

24

Page 25: Polip Nasi

berkurang, suara penderita terdengar bindeng, kadang-kadang batuk yang disertai dengan

sakit kepala tanpa diikuti demam.

Pada penderita dilakukan operasi karena penderita sangat terganggu dengan

hidung buntunya dan sudah 3kali dilakukan pengangkatan polip tapi keluhan berkurang

sebentar dan kambuh kembali, penderita sering minum obat warung (penderita lupa nama

obatnya).

Pada pemeriksaan Rontgen Foto Waters ditemukan perselubungan dikedua sinus

maksillaris dan cavum nasi, serta sinus frontal kiri , tak tampak destruksi tulang. Kesan

pansinusitis .

Hidung dan sinus paranasal merupakan bagian dari sistem pernafasan2 sehingga

infeksi yang menyerang bronkus, paru dapat juga menyerang hidung, sinus paranasal dan

sebaliknya2. Infeksi sinus paranasal yang paling sering ditemukan adalah sinusitis

maksila. Sinusitis adalah proses peradangan mukosa yang melapisi sinus4. Secara klinis

sinusitis dikatakan kronis bila gejalanya berlangsung lebih dari 3 bulan.1,3 Gambaran

klinis yang dapat dijumpai adalah hidung tumpat, ingus kental, cairan mengalir di

belakang hidung, hidung berbau, penciuman berkurang, nyeri kepala, sekret di meatus

media, riwayat hidung berdarah, dan batuk 5. Faktor lokal yang juga dapat merupakan

predisposisi penyakit sinus antara lain deformitas tulang2, alergi1,2,4, keadaan gigi geligi2,4,

benda asing1,2,6, tumor1,2,5,6, polip nasi1,5-,9, deviasi septum1,2,5,7,8, parut stenotik ostium

sinus6,7, konka hipertrofi1, rinolit1.

Pada penderita ditemukan Pansinusitis pada foto Waters, Sinusitis adalah proses

peradangan yang melapisi sinus dan secara klinis yang ditemukan sesuai dengan gejala

25

Page 26: Polip Nasi

sinusitis, sedangkan sinusitis sendiri ditemukan saat operasi dilakukan irigasi sinus

maksilla dan ditemukan banyak sekali pus, penderita mengaku hidung mampet,

penciuman berkurang, kadang nyeri kepala. Pada penderita sesuai dengan faktor

penyebab sinusitis adalah polip nasi.

Setelah operasi penderita diberi antibiotik yang fungsinya untuk mrnghindari

infeksi, dengan penggunaan antibiotik juga untuk menghindari tumbuhnya polip kembali

dan menghindari pendarahan yang mana diketahui pada penderita telah dilakukan

pengangkatan polip sebanyak 4 kali, kortikosteroid merupakan obat yang mempunyai

efek anti-inflamasi yang bisa mengurangi timbulnya kambuh kembali dan mengontrol

polip hidung.

Sebelum operasi seharusnya diberi steroid oral selama 3 sampai 4 hari tetapi pada

penderita ini tidak perlu dilakukan sebab sudah nyata bahwa harus dioperasi sebab

penderita merasa hidung sangat buntu, dan saat dilakukan pemeriksaan pada hidung

terlihat polip bertangkai yang menghalangi jalan nafas.

Pada penderita dilakukan operasi sebab dengan pengobatan adekuat tidak ada

respon malahan penderita semakin merasa hidung makin buntu dan tidak ada perubahan

setelah dilakukan pengangkatan polip sebanyak 3 kali, dan pada foto waters ditemukan

ada sinusitis.

Selama 5 hari penderita dirawat mengalami perbaikan, meski pada hari pertama

sampai ke empat os masih mengeluh hidung terasa buntu tapi dari hari kehari hidung

buntu makin berkurang dan pada hari kelima hidung tidak terasa buntu lagi, nyeri kepala

26

Page 27: Polip Nasi

juga tidak ada lagi dan sekret kuning yang biasanya keluar tidak ditemukan lagi,

penderita pulang dalam keadaan sehat.

BAB V

KESIMPULAN

Telah dilaporkan sebuah kasus pada seorang penderita perempuan usia 21 tahun

dengan keluhan utama hidung buntu. Dari anamnesa, pemeriksaan fisik dan penunjang,

penderita didiagnosa dengan polip nasi dextra. Penatalaksaan yang disarankan pada

penderita ini adalah operasi. Selama 5 hari dirawat os mengalami perbaikan, hidung tidak

terasa buntu lagi, sekret yang biasanya keluar berwarna kuning tidak ada lagi.

27

Page 28: Polip Nasi

DAFTAR PUSTAKA

1. Al-Fatih II, Muhammad, Polip Hidung (online) Available http://www.vanilamist.com, 2007

2. Almazan, Natividad, Aguilar, Intranasal Corticosteroids for Medical Management of Nasal Polyps in Adult:A Meta Analysis, 2004

3. Spafford, Peter. Nosing Around:Dealing with Nasal Polyps.Guest CME University of Saskatchewan The Canadian Journal, 2002

4. Murtagh, John. Nasal Polyps Patient Information. Australian Doctor

5. Anonymous. Nasal Polyp (online) Availabel at www.wikipedia.org

6. Anonymous. Nasal Polyps (online) Available at. www.patient.co.uk, 2007

7. Assanasen, Paraya, Naclerio, Robert M. Medical adn Surgical Management of Nasal Polyp

8. Mysorekar, Vijaya V, Dandekar, Chitraleka P, Rao, Saraswati G. Mast Cell

28

Page 29: Polip Nasi

Quantitation in Non-Neoplastic Polypoidal Nasal Lesions. Indian Journal of Otolaryngology and Head and Neck Surgery. Vol 56 No.2, 2004

9. Dalzel, K. Systomatic reviewer of endoscopic sinus surgery for nasal polyps, Vol 7 No.17,2003

10.Anonymous, Nasal Polyps, Nonsurgical Treatment (online) Available at www.emedicine.com, 2007

11.Soepardi, Efiaty Arsyad. Iskandar, Nurbaiti. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala Leher Edisi ke lima. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2001

29