polip nasi
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
Jika mengalami hidung tersumbat yang menetap dan semakin lama semakin berat
ditambah dengan ingus yang selalu menetes serta gangguan fungsi penciuman,
kemungkinan besar menderita polip hidung. Polip hidung terjadi karena munculnya
jaringan lunak pada rongga hidung yang berwarna putih atau keabuan. Jaringan ini bisa
diamati langsung dengan mata telanjang setelah lubang hidung diperbesar dengan alat
spekulum hidung. Polip hidung biasanya menyerang orang dewasa yang kemungkinan
disebabkan oleh karena reaksi hipersensitif atau reaksi alergi pada mukosa hidung yang
berlangsung lama. Beberapa faktor lain yang meningkatkan kemungkinan terkena polip
hidung antara lain sinusitis (radang sinus) yang menahun, iritasi, sumbatan hidung oleh
karena kelainan anatomi dan adanya pembesaran pada konka. Prinsip pengobatan dari
polip hidung yaitu mengatasi polipnya dan menghindari penyebab atau factor-faktor yang
mendorong terjadinya polip. Bila polip kecil dilakukan pengobatan dengan obat obatan
oral dan penyemprotan dengan obat semprot hidung. Namun bila polip besar dan tidak
dimungkinan dengan pengobatan oral atau semprot maka harus dilakukan operasi
pengangkatan polip Sayangnya bila faktor yang menyebabkan terjadinya polip tidak
teratasi maka polip hidung ini rawan untuk kambuh kembali demikian berulang ulang.
Oleh sebab itu sangat diharapkan kepatuhan pasien untuk menghindari hal hal yang
menyebabkan alergi yang bisa menjurus untuk terjadinya polip hidung (1).
1
Polip nasi adalah suatu kondisi infeksi yang penyebabnya tidak diketahui dan
berasal dari membrane mukosa, pada penelitian yang dilakukan 30 % terjadi karena
alergi terhadap lingkungan, 5 % terjadi pada pasien yang tidak alergi dan hanya 1,5 %
terjadi pada pasien yang Rhinitis alergi, frekuensi akan meningkat pada pasien cystic
fibrosis dan hipersensitifity aspirin (1,2).
Berikut akan dilaporkan sebuah kasus Polip Nasi pada pasien Nn. SM yang
dirawat dibangsal THT Rumah Sakit Ulin Banjarmasin.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Anatomi Hidung
Untuk mengetahui penyakit dan kelainan hidung, misalnya sumbatan hidung,
misalnya sumbatan hidung, perlu diketahui dulu tentang anatomi hidung. Hidung
terdiri dari hidung bagian luar atau pyramid hidung dan rongga hidung dengan
perdarahan serta persarafannya serta fisiologis hidung. Untuk mendiagnosa penyakit
yang terdapat di dalam hidung perlu diketahui dan dipelajari pula cara pemeriksaan
hidung (11).
Hidung luar berbentuk piramid dengan bagian-bagiannya dari atas ke bawah :
1. Pangkal hidung (bridge)
2. Dorsum nasi
3. Puncak hidung
4. Ala nasi
5. Kolumela
6. Lubang hidung (nares anterior).
Hidung luar dibentuk oleh kerangka tulang dan tulang rawan yang dilapisi oleh
kulit, jaringan ikat dan beberapa otot kecil yang berfungsi untuk melebarkan atau
menyempitkan lubang hidung. Kerangka tulang terdiri dari (11):
1. Tulang hidung (os nasalis)
2. Prosesus frontalis os maksila
3
3. Prosesus nasalis os frontalis
Sedangkan kerangka tulang rawan terdiri dari beberapa pasang tulang rawan yang
terletak di bagian bawah hidung (11) ;
1. Sepasang kartilago nasalis lateralis superior
2. Sepasang kartilago nasalis lateralis inferior yang disebut kartilago alar mayor
3. Beberapa pasang kartilago alar minor
4. Tepi anterior kartilago septum
Rongga hidung atau kavum nasi berbentuk terowongan dari depan ke belakang,
dipisahkan oleh septum nasi di bagian tengahnya menjadi kavum nasi kanan dan kiri.
Pintu atau lubang masuk kavum nasi bagian depan disebut nares anterior dan lubang
belakang disebut nares posterior (koana) yang menghubungkan kavum nasi dengan
nasofaring (11).
Bagian dari kavum nasi yang letaknya sesuai dengan ala nasi, tepat di belakang
nares anterior disebut vestibulum. Vestibulum ini dilapisi oleh kulit yang mempunyai
banyak kelenjar sebasea dan rambut-rambut panjang yang disebut vibrise.
Tiap kavum nasi mempunyai 4 buah dinding yanitu dinding medial, lateral, inferior
dan superior. Dinding medial hidung ialah septum nasi. Septum dibentuk oleh tulang dan
tulang rawan. Bagian tulang adalah (11) :
1. lamina perpendikularis os etmoid
2. Vomer
3. Krista nasalis os maksila
4. Krista nasalis os palatina
4
Bagian tulang rawan adalah :
1. Kartilago septum (lamina kuadrangularis)
2. Kolumela
5
B. Definisi
Polip hidung adalah penonjolan mukosa kavum nasi yang panjang dan bertangkai.
Polip bukan neoplasma tetapi pseudotumor. Kebanyakan polip berwarna putih bening
atau keabu-abuan, mengkilat, lunak karena banyak mengandung cairan (polip
edematosa). Polip yang sudah lama dapat berubah menjadi kekuning-kuningan atau
kemerah-merahan, suram dan lebih kenyal (polip fibrosa) (3)
Polip hidung biasanya terjadi bilateral dan ditemukan di maksila, ethmoide dan
sphenoidalis dan biasanya berasal mukosa hidung atau sinus paranasal. Polip umumnya
berasal dari perkembangan sinus ethmoid dan meatus medius (3,4).
Grade polip hidung (5) :
Grade 0 : tidak ada polip
6
Grade 1 : ditemukan polip di meatus medius
Grade 2 : ditemukan polip dibawah meatus medius tetapi tidak terjadi obstruksi
total
Grade 3 : ditemukan polip dengan obstruksi total
C. Etiologi
Etiologi pasti belum diketahui tetapi ada 3 faktor yaitu (3,4,5) :
1. Adanya peradangan kronik dan berulang pada mukosa hidung dan sinus yang
kemudian menonjol dan turun ke dalam rongga hidung oleh gaya berat. Polip
banyak mengandungcairan interseluler dan sel radang (neutrofil dan eosinofil)
dan tidak mempunyai ujung saraf atau pembuluh darah.
2. Adanya gangguan keseimbangan vasomotor
3. Adanya peningkatan tekanan cairan interstitial dan edema mukosa hidung
4. Asma bronkial, cystic fibrosis, rhinis alergi, allergic fungal sinusitis (AFS),
silliary diskinesia, intoleransi aspirin, intoleransi alkohol, syndroma Churg-
Strauss, syndroma Young, Non alergi rhinitis dengan syndroma eosinofilia,
immuno defisiensi, Acetylaslisilat (ASA) (6) .
C. Patofisiologi
7
Patogenesis dari polip hidung tidak diketahui, polip hidung berkembang dari
infeksi kronik, disfungsi sistem saraf otonom dan predisposisi genetik. Hampir semua
teori tentang polip mendukung inflamasi kronik (7).
Hampir semua polip dihubungkan denganpenyakit non alergi daripada alergi.
Menurut statistik nasal polip umunya terjadi pada pasien non alergi asma (13%), dengan
alergi asma (5%) dan hanya 0,5 % dari 3000 individu atopi menderita nasal polip (7).
Pada awalnya ditemukan edema mukosa yang kebanyakan terjadi di daera
meatus medius. Kemudian stroma akan terisi oleh cairan interseluler sehingga mukosa
yang sembab menjadi poliploid. Bila proses terus berlanjut, mukosa yang sembab makin
membesar dan kemudian turun ke dalam rongga hidung sambil membentuk tangkai,
sehingga terjadilah polip. Polip dapat timbul pada hidung yang tidak terinfeksi kemudian
menyebabkan sumbatan yang mengakibatkan sinusitis, tetapi polip dapat juga timbul
akibat iritasi kronis yang disebabkan oleh infeksi hidung dan sinus (3).
D. Jenis Polip Hidung
Polip hidung mempunyai jenis berikut ini yaitu (3) :
1. multiple sering dijumpai biasnya berasal dari sel-sel ethmoid
2. Soliter berasal dari sinus maksilaris dan tumbuh kearah koane (polip koanal).
E. Predisposisi (7)
1. United States
Terjadi pada anak-anak 0,1 % dengan CF 6-45 %, dewasa 1-4 %.
8
2. International
Insindens sama dengan angka kejadian di United States
3. Ras
Nasal Polip terjadi padan semua ras dan kelas sosial
4. Jenis Kelamin
Laki-laki : wanita = 2-4 : 1
Polip lebih banyak dijumpai pada laki-laki daripada wanita; banyak pada usia
muda dan jarang pada anak-anak.
5. Usia
Multiple polip nasal biasanya terjadi pada pasien yang berumur 20 tahun dan
umumnya pasien berumur 40 tahun. Polip hidung pada anak-anak terjadi pada usia 10
tahun (8).
F. Gejala Klinik
Manifestasi dari polip hidung tergantung dari ukuran polip. Jika ukuran polip
kecil. Gejala klinik dari polip hidung biasanya adalah (3):
Rinore/pilek yang terus menerus, sekret mukus. Pilek bertambah hebat dan sekret
menjadi encer kalau penderita terserang rinitis akut atau serangan alergi.
Buntu hidung, bisa parsial atau total tergantung besar atau banyaknya polip.
Gejala-gejala lain adalah akibat hidung buntu misalnya suara bindeng, karies gigi,
batuk, sakit kepala.
9
Semua gejala-gejala tersebut bertambah encer secara lamabt tetapi progresif.
G. Diagnosis
Diagnosa didapatka dari riwayat penyakit dan pada orang dewasa biasany
ditemukan dengan rhinitis alergi (7). Gejala-gejala diantaranya adalahobstruksi
hidung,anosmia, hilangnya penciuman, sakit kepala dll (8).
Pada anamnesis kasus polip keluhan utama biasanya ialah hidung tersumbat.
Sumbatan ini menetap, tidak hilang timbul dan semakin lama semakin berat. Pasien
sering mengeluhakan terasa ada massa di dalam hidung dan sukar membuang ingus.
Gejala lain ialah gangguan penciuman (anosmia atau hiposmia). Gejala sekunder dapat
terjadi bila sudah disertai kelainan organ didekatnya berupa adanya post nasal drip, sakit
kepala, nyeri muka, suara nasal (suara bindeng), telinga rasa penuh, mendengkur,
gangguan tidur dan penurunan kualitas hidup (9).
H. Pemeriksaan Fisik
Polip umunya tidak berbahaya, dan dari penampakan fisik bisa mendiagnosa
polip hidung. Kadang-kadang Ct-scan dari depan wajah dapat dilakukan untuk
menemukan seberapa besar polipnya atau untuk mengetahui sinus mana yang terkena.
Teleskop flexible kecil juga dapat digunakan untuk melihat dari samping hidung atau
untuk mengetahui seberapa besar sinusnya (6,7).
Pemeriksaan fisik yang dapat dilakukan adalah (10) :
10
1. Inspeksi : dapat dijumpai pelebaran kavum nasi terutama pada polip yang berasal
dari sel-sel ethmoid.
2. Rinoskopi anterior : tampak sekret mukus dan polip multiple atau soliter. Polip
kadang perlu dibedakan dengan konka nasi inferior, yakni dengan cara
memasukkan kapas yang dibasahi dengan larutan Efedrin 1% 9 (vasokonstriktor),
konka nasi yang berisi banyak pembuluh darah akan mengecil, sedangkan polip
tidak akan mengecil.
3. Rinoskopi posterior : kadangkadang dijumpai polip koanal
I. Diagnosa Banding (10)
Angiofibroma Nasofaring Juvenillis ; tampak seoerti polip koanal, tetapi relatif
mudah berdarah.
”Inverted Cell Papilloma” tampak seperti polip multiple, tetapi biasanya unilateral
dan banyak pada orang yang berusia lanjut.
Meningokel : biasanya pada bayi atau anak-anak, polip jarang dijumpai pada
anak-anak maupun bayi.
J. Penatalaksanaan
Pengobatan polip hidung dapat operasi maupun tidak. Beberapa tahun yang
lalu pengobatan umunya operasi tetapi beberapahari dapat pulang.
Medical treatment
11
Obat-obat alergi umunya digunakan untuk pengobatan, kortiklosteroi oral
(untuk beberapa kasus) atau intranasal dengan obat semprot untuk polip yang kecil.
Aspirin jangan digunakan untuk menghindari terjadi pada pasien yang alergi aspirin
(9). Kortikosteroid mempunyai anti inflamasi yang luas.
Steroid tetes hidung
Tetes hidung yang mengandung steroid untuk inflamasi dari hidung. Kadang-kadang
memberikan hasil dalam beberapa hari. Dalam kenyataannya obat tetes hidung ini
memberika hasil yang baik. Dari gambar diatas digambarkan cara memberikan obat
tetes hidung yang benar (11).
Steroid tablet
Kadang-kadang dapat digunakan tablet steroid untuk 1 minggu untuk mengurangi
inflamasi di hidung. Pengobatan ini berjalan baik pada bebarapa polip.
Surgical treatment (11)
12
Operasi dilakukan jika pengobatan konservatif gagal dilakukan. Dan operasi
dilakukan pada polip yang besar , dapat dikerjakan dengan anestesi lokal atau anestesi
umum.
Untuk polip edematosa, dapat diberikan pengobatan kortikosteroid (3):
1. Oral, misalnya prednison dengan dosis 50 mg/hari atau deksametason selama
10 hari, kemudian dosis diturunkan pelan-pelan (tapering off)
2. Suntikan intrapolip misalnya dengan Triamcinolene acetonide atau
prednisolone 0,5 cc, tiap 5-7 hari sekali, sampai polipnya hilang
3. Obat semprot hidung yang mengandung kortikosteroid, merupakan obat untuk
rinitis alergi, sering digunakan bersama atau sebagai lanjutan pengobatan
kortikosteroid per oral. Efek sistemik obat ini sangat kecil sehingga lebih
aman
K. Komplikasi
Jarang terjadi, kalau ada sebagai akibat tertutupnya ostium sinus paranasal
atau ostium tuba yakni polip dalam sinus paranasal, sinusitis paranasal atau otitis
media (3).
I. Prognosa
Pasien akan menunjukkan hasil yang baikj jika menghindari faktor-faktor
yang menyebabkan alergi (9)
13
BAB III
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS
Nama : Nn. SM
Umur : 21 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Suku : Banjar
Pekerjaan : Mahasiswa
Alamat : Jl. Kesatuan No.47 RT 05 Amuntai
MRS : 13 Agustus 2008
RMK : 79-63-61
II.ANAMNESIS
Keluhan Utama : Hidung buntu
Riwayat Penyakit Sekarang :
Sejak Kurang lebih 4 tahun yang lalu penderita merasa hidungnya terasa buntu
disertai pilek yang terus menerus, sekret berwarna kuning dan sedikit kental. Awalnya
pasien mengira cuma pilek biasa sehingga pasien tidak berobat tetapi hanya membeli
obat di warung (os lupa namanya), setahun kemudian pasien berobat ke dokter spesialis
THT dan didiagnosa dengan polip hidung kemudian dibakar ditempat praktek dokter
Sp.THT. 2 bulan kemudian penderita merasakan keluhannya kembali seperti semula,
14
dia tidak datang ke Sp.THT tetapi datang ke pengobatan alternatif dan polipnya
dibuang, awalnya penderita merasa nyaman tetapi seminggu kemudian penderita
merasakan hidungnya buntu lagi sehingga penderita datang lagi ke pengobatan
alternatif dan polipnya diambil lagi. setelah kejadian itu penderita tidak melakukan
pengobatan lagi sampai dia merasakan hidung sebelah kanan sangat buntu dan terasa
ada sesuatu yang menghalangi masuknya udara ke hidungnya, saat penderita menyenter
lubang hidung penederita melihat warna keabu-abuan, dan jika disentuh dengan tangan
maupun ujung cotton bat terasa kenyal, penciuman disebelah kanan semakin berkurang,
kadang-kadang diikuti nyeri telinga kanan. penderita juga mengeluh nyeri kepala, nyeri
di daerah pipi kanan dan kiri, tetapi gejala tersebut tidak diikuti demam, Batuk tidak
ada, tenggorokan terasa gatal juga tidak ada, keluhan nyeri menelan juga tidak ada
tetapi menurut ibunya penderita tidurnya berbunyi seperi orang kesulitan bernapas dan
suara penderita terdengar bindeng.
Riwayat Penyakit Dahulu
Sejak kecil Os sering pilek, tetapi Os menyangkal pileknya diakibatkan karena
udara dingin, debu, juga tidak ada riwayat sering bersin-bersin lebih dari 5 kali dan
hidung terasa gatal.
Riwayat Penyakit Keluarga
Asma (-), dan tidak ada keluarga yang mengalami keluhan yang sama.
15
III. Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis
Tanda vital : Tekanan darah = 110/70 mmHg RR = 20 x/menit
Nadi = 87x/menit Suhu = 36.5 oC
Kepala dan leher
Kepala : Bentuk normal, simetris
Mata : Konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterik, pupil isokor
Leher : Pembesaran KGb tidak dijumpai, nyeri tidak ada, JVP tidak
Meningkat.
THT : Lihat status lokalis
Thorax
Jantung : S1S2 tunggal, murmur tidak ada, batas jantung normal
Paru : Simetris, sonor, vesikuler, ronkhi tidak ada
Abdomen : Datar, hepar/lien tidak teraba, timpani, bising usus normal
Ekstremitas : Dalam batas normal, edema tidak ada
Status Lokalis
Telinga Kanan Kiri
Aurikula
Bentuk dbn dbn
16
Hematom - -
Tragus pain - -
Canalis auditorius eksternus
Serumen minimal minimal
Othorrea - -
Edema - -
Hiperemi - -
Polip/masa - -
Membran timpani
Retraksi - -
Bombans - -
Conus of light + +
Tes Pendengaran
Rinne + +
Weber tdk ada lateralisasi tidak ada lateralisasi
Swabach = pemeriksa = pemeriksa
Rhinoskopi Anterior Kanan Kiri
Vestibulum nasi dbn dbn
Dasar kavum nasi pucat pucat
Meatus nasi inferior dbn dbn
17
Konka nasi inferior dbn dbn
Meatus nasi medius dbn dbn
Konka nasi medius dbn dbn
Septum nasi tidak ada deviasi tidak ada deviasi
Masa/polip terdapat masa warna -
putih keabu-abuan
Permukaan licin dan
Agak bening
Rinoskopi Posterior Kanan Kiri
Nasofaring tidak tampak masa tumor
Nyeri tekan sinus maksillaris - -
Transiluminasi terang gelap
Tenggorok
Bibir : bentuk normal, warna merah
Mulut : mukosa merah muda, tidak ada radang
Lidah : tidak hiperemis, tidak kotor
Arkus anterior : posisi normal, tidak ada radang, tidak ada tumor
Arkus posterior : posisi normal, tidak ada radang, tidak ada tumor
Tonsil Kanan Kiri
Ukuran T1 T1
18
Warna merah muda merah muda
Kripta dbn dbn
Detritus - -
Membran - -
Faring
Warna merah muda, edema (-), sekret (-).
Kelenjar getah bening : tidak ada pembesaran
IV. Pemeriksaan Penunjang
Foto Waters : perselubungan dikedua sinus maksillaris dan cavum nasi, serta
sinus frontal kiri , tak tampak destruksi tulang. Kesan pansinusitis
Foto thorax PA : cor dan pulmo tak tampak kelainan
Darah rutin :
Hb : 13,5 gr%
Leukosit : 8,9 ribu/ul
Eritrosit : 4,49 juta/ul
Trombosit : 12,6 %
Hematokrit : 39 vol %
LED : 34 mm/jam
PT : 12,8 detik
APTT : 33,6 detik
19
Kimia darah
SGOT : 21 U/L
SGPT : 19 U/L
Urea : 24 mg/dl
Creatinin : 1.0 mg/dl
V. Diagnosis
Polip Nasi Dextra
VI. Usulan Penatalaksanaan
Medikamentosa
Dexametason 3 x 1 amp
Kortikosteroid intranasal
Operasi pengangkatan polip
VII. Laporan Operasi
Pasien telentang dimeja operasi dalam narkose umum
ekstraksi polip pada kavum nasi kanan
kemudian dilanjutkan pada kavum nasi kiri
Irigasi sinus maksillaris kiri
keluar pus banyak
Operasi selesai
20
VIIl. Follow Up
Tanggal 14 Agustus 2008 (HP 1)
S : hidung buntu (+), keluar sekret warna kuning (+), sakit kepala (+)
O : TD = 110/60 mmHg RR = 17 x/mnt
N = 73 x/mnt T = 36 oC
A : polip nasi dektra
P : Pro op Polipektomi
Tanggal 15 Agustus 2008 (HP 2)
S : hidung buntu berkurang, keluar sekret warna kuning (-), sakit kepala (-)
O : TD = 120/80 mmHg RR = 16 x/mnt
N = 88 x/mnt T = 36,.5 oC
A : Polip Nasi dektra post PE hari perawatan I
P : IVFD RL 18 ttm
Injeksi Cefotaxim 2x1 gr
Injeksi Dexamethason 3x1 amp
Injeksi Antrain 3x1 amp
Tanggal 16 Agustus 2008 (HP 3)
S : hidung buntu (+), keluar sekret warna kuning (<), sakit kepala (-), demam (-)
O : TD = 110/80 mmHg RR = 16 x/mnt
21
N = 84 x/mnt T = 36,.5 oC
A : Polip Nasi dektra post PE hari perawatan II
P : IVFD RL 18 ttm
Injeksi Cefotaxim 2x1 gr
Injeksi Dexamethason 3x1 amp
Injeksi Antrain 3x1 amp
Tanggal 17 Agustus 2007 (HP 4)
S : hidung buntu (+), keluar sekret warna kuning (<), sakit kepala (-), demam (-)
O : TD = 120/80 mmHg RR = 19 x/mnt
N = 80 x/mnt T = 36,.6 oC
A : Polip Nasi dektra post PE hari perawatan III
P : IVFD RL 18 ttm
Injeksi Cefotaxim 2x1 gr
Injeksi Dexamethason 3x1 amp
Injeksi Antrain 3x1 amp
Tanggal 18 Agustus 2008 (HP 5)
S : hidung buntu (-), keluar sekret warna kuning (<), sakit kepala (-), demam (-)
O : TD = 110/80 mmHg RR = 18 x/mnt
N = 80 x/mnt T = 36,.2 oC
A : Polip Nasi dektra post PE hari perawatan IV
22
P : IVFD RL 18 ttm
Injeksi Cefotaxim 2x1 gr
Inje’ksi Dexamethason 3x1 amp
Injeksi Antrain 3x1 amp
\
BAB IV
23
PEMBAHASAN
Polip hidung adalah masa lunak yang tumbuh di dalam rongga hidung.
Kebanyakan polip berwarna putih bening atau keabu-abuan, mengkilat, lunak karena
banyak mengandung cairan (polip edematosa). Polip yang sudah lama dapat berubah
menjadi kekuning-kuningan atau kemerah-merahan, suram dan lebih kenyal. Dari kasus
penderita mebgaku pernah menyenter lubang hidungnya dan os melihat warna keabu-
abuan dan jika disentuh dengan tangan maupun dengan cotton bat maka terasa kenyal.
Sejak kecil penderita memang sering pilek tapi penderita menyangkal pilek terjadi
jika saat cuaca dingin atau terhirup debu, dikeluarga penderita juga tidak ada yang
menderita asma.
Berikut gejala klinis polip hidung yang sering terjadi yaitu (3) :
Rinore/pilek yang terus menerus, sekret mukus. Pilek bertambah hebat dan sekret
menjadi encer kalau penderita terserang rinitis akut atau serangan alergi.
Buntu hidung, bisa parsial atau total tergantung besar atau banyaknya polip.
Gejala-gejala lain adalah akibat hidung buntu misalnya suara bindeng, karies gigi,
batuk, sakit kepala.
Semua gejala-gejala tersebut bertambah encer secara lambat tetapi progresif.
Dari gejala klinis diatas pada penderita ditemukan hidungnya terasa buntu disertai
pilek yang terus menerus, sekret berwarna kuning dan sedikit kental, pendengaran sedikit
24
berkurang, suara penderita terdengar bindeng, kadang-kadang batuk yang disertai dengan
sakit kepala tanpa diikuti demam.
Pada penderita dilakukan operasi karena penderita sangat terganggu dengan
hidung buntunya dan sudah 3kali dilakukan pengangkatan polip tapi keluhan berkurang
sebentar dan kambuh kembali, penderita sering minum obat warung (penderita lupa nama
obatnya).
Pada pemeriksaan Rontgen Foto Waters ditemukan perselubungan dikedua sinus
maksillaris dan cavum nasi, serta sinus frontal kiri , tak tampak destruksi tulang. Kesan
pansinusitis .
Hidung dan sinus paranasal merupakan bagian dari sistem pernafasan2 sehingga
infeksi yang menyerang bronkus, paru dapat juga menyerang hidung, sinus paranasal dan
sebaliknya2. Infeksi sinus paranasal yang paling sering ditemukan adalah sinusitis
maksila. Sinusitis adalah proses peradangan mukosa yang melapisi sinus4. Secara klinis
sinusitis dikatakan kronis bila gejalanya berlangsung lebih dari 3 bulan.1,3 Gambaran
klinis yang dapat dijumpai adalah hidung tumpat, ingus kental, cairan mengalir di
belakang hidung, hidung berbau, penciuman berkurang, nyeri kepala, sekret di meatus
media, riwayat hidung berdarah, dan batuk 5. Faktor lokal yang juga dapat merupakan
predisposisi penyakit sinus antara lain deformitas tulang2, alergi1,2,4, keadaan gigi geligi2,4,
benda asing1,2,6, tumor1,2,5,6, polip nasi1,5-,9, deviasi septum1,2,5,7,8, parut stenotik ostium
sinus6,7, konka hipertrofi1, rinolit1.
Pada penderita ditemukan Pansinusitis pada foto Waters, Sinusitis adalah proses
peradangan yang melapisi sinus dan secara klinis yang ditemukan sesuai dengan gejala
25
sinusitis, sedangkan sinusitis sendiri ditemukan saat operasi dilakukan irigasi sinus
maksilla dan ditemukan banyak sekali pus, penderita mengaku hidung mampet,
penciuman berkurang, kadang nyeri kepala. Pada penderita sesuai dengan faktor
penyebab sinusitis adalah polip nasi.
Setelah operasi penderita diberi antibiotik yang fungsinya untuk mrnghindari
infeksi, dengan penggunaan antibiotik juga untuk menghindari tumbuhnya polip kembali
dan menghindari pendarahan yang mana diketahui pada penderita telah dilakukan
pengangkatan polip sebanyak 4 kali, kortikosteroid merupakan obat yang mempunyai
efek anti-inflamasi yang bisa mengurangi timbulnya kambuh kembali dan mengontrol
polip hidung.
Sebelum operasi seharusnya diberi steroid oral selama 3 sampai 4 hari tetapi pada
penderita ini tidak perlu dilakukan sebab sudah nyata bahwa harus dioperasi sebab
penderita merasa hidung sangat buntu, dan saat dilakukan pemeriksaan pada hidung
terlihat polip bertangkai yang menghalangi jalan nafas.
Pada penderita dilakukan operasi sebab dengan pengobatan adekuat tidak ada
respon malahan penderita semakin merasa hidung makin buntu dan tidak ada perubahan
setelah dilakukan pengangkatan polip sebanyak 3 kali, dan pada foto waters ditemukan
ada sinusitis.
Selama 5 hari penderita dirawat mengalami perbaikan, meski pada hari pertama
sampai ke empat os masih mengeluh hidung terasa buntu tapi dari hari kehari hidung
buntu makin berkurang dan pada hari kelima hidung tidak terasa buntu lagi, nyeri kepala
26
juga tidak ada lagi dan sekret kuning yang biasanya keluar tidak ditemukan lagi,
penderita pulang dalam keadaan sehat.
BAB V
KESIMPULAN
Telah dilaporkan sebuah kasus pada seorang penderita perempuan usia 21 tahun
dengan keluhan utama hidung buntu. Dari anamnesa, pemeriksaan fisik dan penunjang,
penderita didiagnosa dengan polip nasi dextra. Penatalaksaan yang disarankan pada
penderita ini adalah operasi. Selama 5 hari dirawat os mengalami perbaikan, hidung tidak
terasa buntu lagi, sekret yang biasanya keluar berwarna kuning tidak ada lagi.
27
DAFTAR PUSTAKA
1. Al-Fatih II, Muhammad, Polip Hidung (online) Available http://www.vanilamist.com, 2007
2. Almazan, Natividad, Aguilar, Intranasal Corticosteroids for Medical Management of Nasal Polyps in Adult:A Meta Analysis, 2004
3. Spafford, Peter. Nosing Around:Dealing with Nasal Polyps.Guest CME University of Saskatchewan The Canadian Journal, 2002
4. Murtagh, John. Nasal Polyps Patient Information. Australian Doctor
5. Anonymous. Nasal Polyp (online) Availabel at www.wikipedia.org
6. Anonymous. Nasal Polyps (online) Available at. www.patient.co.uk, 2007
7. Assanasen, Paraya, Naclerio, Robert M. Medical adn Surgical Management of Nasal Polyp
8. Mysorekar, Vijaya V, Dandekar, Chitraleka P, Rao, Saraswati G. Mast Cell
28
Quantitation in Non-Neoplastic Polypoidal Nasal Lesions. Indian Journal of Otolaryngology and Head and Neck Surgery. Vol 56 No.2, 2004
9. Dalzel, K. Systomatic reviewer of endoscopic sinus surgery for nasal polyps, Vol 7 No.17,2003
10.Anonymous, Nasal Polyps, Nonsurgical Treatment (online) Available at www.emedicine.com, 2007
11.Soepardi, Efiaty Arsyad. Iskandar, Nurbaiti. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala Leher Edisi ke lima. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2001
29