pola pemanfaatan kerang bulu (anadara antiquata) di ...repository.umrah.ac.id/1818/1/jurnal...

14
Pola Pemanfaatan Kerang Bulu (Anadara antiquata) di Perairan Kawal Kabupaten Bintan Angga Pratama 1 , Febrianti Lestari 2 , Dedy Kurniawan [email protected] Program Studi Managemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas Maritim Raja Ali Haji ABSTRAK Kerang bulu A. antiquata merupakan biota jenis bivalvia yang dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai biota konsumsi, sehingga perlu dikaji pola pemanfaatannya. Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui potensi da pola pemanfaatan Kerang Bulu (A. antiquata) di Perairan Kawal Kabupaten Bintan. Penelitian ini berlangsung selama bulan April-Juni 2018 dengan metode purposive sampling pada area penangkapan kerang bulu. Dari hasil penelitian diperoleh potensi kerang bulu Anadara antiquata di perairan Kawal memiliki kelimpahan berkisar antara 0,89-1,06 individu/m 2 (8999-10556 ind/ha). Pola pemanfaatan kerang bulu di perairan Kawal bahwa penangkapan kerang bulu dilakukan dengan jarak > 50 meter dari bibir pantai. Waktu penangkapan optimum antara bulan Agustus-Desember (musim utara) dengan kondisi arus dan gelombang laut yang cukup kuat. Hasil tangkapan kerang bulu yang ditangkap nelayan umumnya sebanyak 5-10 kg/hari. Penjualan kerang bulu didistribusikan langsung ke pengumpul dengan harga antara Rp. 10.000 11.000 per kg. Kata kunci : Pola Pemanfaatan, Kerang Bulu (Anadara antiquata), Bintan

Upload: trinhhanh

Post on 18-Apr-2019

265 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

Pola Pemanfaatan Kerang Bulu (Anadara antiquata) di Perairan Kawal

Kabupaten Bintan

Angga Pratama1, Febrianti Lestari

2, Dedy Kurniawan

[email protected]

Program Studi Managemen Sumberdaya Perairan,

Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas Maritim Raja Ali Haji

ABSTRAK

Kerang bulu A. antiquata merupakan biota jenis bivalvia yang dimanfaatkan

oleh masyarakat sebagai biota konsumsi, sehingga perlu dikaji pola

pemanfaatannya. Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui

potensi da pola pemanfaatan Kerang Bulu (A. antiquata) di Perairan Kawal

Kabupaten Bintan. Penelitian ini berlangsung selama bulan April-Juni 2018

dengan metode purposive sampling pada area penangkapan kerang bulu. Dari

hasil penelitian diperoleh potensi kerang bulu Anadara antiquata di perairan

Kawal memiliki kelimpahan berkisar antara 0,89-1,06 individu/m2

(8999-10556

ind/ha). Pola pemanfaatan kerang bulu di perairan Kawal bahwa penangkapan

kerang bulu dilakukan dengan jarak > 50 meter dari bibir pantai. Waktu

penangkapan optimum antara bulan Agustus-Desember (musim utara) dengan

kondisi arus dan gelombang laut yang cukup kuat. Hasil tangkapan kerang bulu

yang ditangkap nelayan umumnya sebanyak 5-10 kg/hari. Penjualan kerang bulu

didistribusikan langsung ke pengumpul dengan harga antara Rp. 10.000 – 11.000

per kg.

Kata kunci : Pola Pemanfaatan, Kerang Bulu (Anadara antiquata), Bintan

PENDAHULUAN

Kawasan perairan Kawal terletak di wilayah administratif Perairan Kawal,

Kecamatan Perairan Kawal, Kabupaten Bintan. Kawasan pesisir kawal ditumbuhi

oleh berbagai ekosistem mulai dari mangrove pada pesisir, dan ekosistem lamun

di kawasan perairannya. Dengan keberadaan ekosistem di perairan kawal

memiliki keanekaragaman biota yang berlimpah. Salah satu biota yang dijumpai

di perairan Kawal yakni organisme bivalvia.

Kelompok organisme bivalvia banyak dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai

bahan makanan dan dijual untuk meningkatkan pendapatan ekonominya. Menurut

Hulopi (2012) salah satu sumberdaya yang umumnya dimanfaatkan oleh

masyarakat pesisir adalah bivalvia. Meskipun tergolong organisme invertebrata

yang hidup di daerah intertidal, bivalvia memiliki adaptasi untuk bertahan

terhadap arus dan gelombang, namun bivalvia tidak memiliki kemampuan untuk

berpindah tempat secara cepat sehingga menjadi organisme yang mudah untuk

dimanfaatkan. Kondisi ini juga terjadi diperairan Kawal, Kabupaten Bintan.

Jenis bivalvia yang tersebar disepanjang perairan pesisir kawal umumnya

dimanfaatkan oleh masyarakat untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dalam

bentuk konsumsi ataupun dijual. Hal ini didukung oleh pernyataan Afif (2017),

bahwa diantara jenis kerang A. antiquata (kerang bulu), Barbatia velata (kijing),

Mactra maculata (remis kecil), Mactra pura (kerang anjing), Gafrarium

pectinatum (gorap) dan Tapes literatus (remis besar). Kesemua jenis bivalvia

yang dijumpai tersebut dapat dikomsumsi, namun jenis yang umumnya

dimanfaatakan untuk dijual yakni kerang bulu.

Kerang bulu merupakan biota jenis bivalvia yang dimanfaatkan oleh

masyarakat sebagai biota konsumsi. Seperti pernyataan Satrioajie (2012) bahwa

Salah satu dari berbagai jenis kerang di Indonesia yang dimanfaatkan sebagai

bahan pangan altematif berasal dari genus Anadara. Beberapa genus Anadara

yang cukup populer antara lain A. granosa, A. indica dan A. antiquata. Berbeda

dengan spesies di atas, A. pilula merupakan spesies yang kurang populer,

meskipun sebenarnya spesies ini telah banyak dimanfaatkan oleh masyarakat

sebagai sumber makanan.

Keberadaan kerang bulu di sekitar perairan Kawal untuk saat ini belum di

analisa lebih lanjut terkait dengan pola pemanfaatanya. Data pola pemanfaatan

bivalvia (A. antiquata) di Kawal dibutuhkan untuk menggambarkan kondisi biota

A. antiquata pada saat ini. Dengan demikian mendorong penulis terdorong untuk

melakukan penelitian dengan judul Pola Pemanfaatan Bivalvia (A. antiquata) di

Perairan Kawal Kabupaten Bintan.

BAHAN DAN METODE

Penetapan stasiun penelitian dilandaskan atas metode purposive sampling

dengan membagi area penelitian menjadi 2 stasiun dengan pertimbangan khusus.

Dalam hal ini peneliti ingin mengangkat bahwa penetapan stasiun berdasarkan

oleh lokasi yang menjadi lokasi penangkapan (fishing ground) yang umumnya

dituju oleh masyarakat sebagai area tangkapan kerang bulu.

Pengambilan sampel kerang bulu (A. antiquata) dilakukan pada setiap frame

kuadrat (1 x 1) m2 di setiap titik sampling yang telah ditentukan. kerang bulu (A.

antiquata) yang berada pada permukaan substrat, diambil dengan cara langsung.

Sedangkan kerang bulu (A. antiquata) yang berada di dalam substrat diambil

dengan cara mengambil semua substrat dengan bantuan sekop dan ember plastik

sampai kedalaman 30 cm. Kedalaman pengambilan sampel tersebut didasarkan

pada pertimbangan bahwa sebagian besar kerang bulu (A. antiquata) mempunyai

kemampuan untuk membenamkan diri kedalam substrat dasar (infauna) sampai

beberapa cm yaitu kedalaman 5-25 cm (Riniatsih dan Widianingsih 2007).

Pengambilan sampel kerang bulu di 2 lokasi penangkapan yang telah

ditentukan, dilakukan dengan menggunakan garis transek sepanjang 50 meter

kearah laut. Titik awal penempatan plot dilakukan pada area yang umumnya

merupakan jarak penangkapan kerang bulu (50 meter dari bibir pantai). Untuk

setiap garis transek diletakkan plot berukuran 1x1 m dengan jarak 10 meter dari

satu plot ke plot lainnya sehingga dalam satu transek terdiri atas 6 plot

pengamatan. Untuk masing-masing stasiun, terdiri atas 3 transek sebagai ulangan

pengambilan data, sehingga untuk 2 stasiun jumlah transeknya sebanyak 6 transek

dan 36 plot.

Bivalvia yang diambil dianalisis dan dihitung kepadatannya dengan rumus

(Dayanti et al. 2017):

K =

Keterangan:

K = Kelimpahan jenis (ind/m2 : ind/ha)

Di = Jumlah individu setiap jenis (individu)

A = Luas plot (m2 : ha (1ha=10.000m

2)

Dalam penelitian ini ada beberapa variabel yang akan ditanyakan kepada

nelayan kerang bulu di perairan Kawal, meliputi :

- Bentuk pemanfaatannya, mencakup: pemanfaatan secara langsung (tanpa

pengolahan) maupun tidak langsung (melewati proses pengolahan), baik untuk

keperluan keluarga, adat dan keperluan lain seperti untuk dipasarkan (dijual).

- Ukuran kerang yang didapat

- Penghasilan yang didapatkan setiap penjualan

- Pendistribusian kerang bulu yang ditangkap

- Jumlah tangkapan

- Periode penangkapan

HASIL

Potensi Kerang Bulu di Perairan Kawal

Hasil observasi atau pengamatan kerang bulu di perairan Perairan Kawal,

diketahui jenis kerang bulu yang menjadi komoditas ekonomis dan dapat dijual

oleh masyarakat adalah spesies A. antiquata.

Gambar . Jenis kerang bulu yang dijumpai di lokasi penelitian perairan Kawal (A.

antiquata)

Klasifikasi ilmiah:

Phylum : Mollusca

Class : Bivalvia

Family : Tellinidae

Genus : Anadara

Species : A. antiquata

(Lineaus,1758).

Deskripsi jenis :

- Ukuran kerang ini umumnya

berkisar antara 7-10 cm

- Jenis ini dijumpai pada area yang

ditumbuhi oleh padang lamun

dengan tipikal substrat pasir

berlumpur

- Bentuk cangkang simetris radial

(ukuran bagian cangkang kanan dan

kiri sama besar)

- Pada bagian dalam cangkang kerang

bulu ini berwarna kuning. Terdapat

garis yang dikenal sebagai garis

rusuk pada bibir cangkang

- Umumnya dijumpai di pada bagian

permukaan substrat hingga

kedalaman mencapai 20 cm di dalam

substrat.

Jumlah jenis kerang bulu yang dijumpai pada titik sampling di dua stasiun

pengamatan di sekitar perairan Kawal dilakukan pada 3 transek. Jumlah jenis

yang dijumpai berbeda-beda pada masing-masing transek di masing-masing

stasiun.

Tabel. Jumlah individu kerang bulu di perairan Kawal

Stasiun Transek Jumlah (ind) Komposisi (%)

I

1 5 31,25

2 7 43,75

3 4 25,0

Jumlah 16 100

II

1 7 36,84

2 6 31,58

3 6 31,58

Jumlah 19 100

Kepadatan Kerang Bulu di Perairan Kawal

Kelimpahan kerang bulu menggambarkan jumlah jenis bivalvia pada ukuran

luasan tertentu yang disajikan dengan jumlah individu/ha.

Gambar . Kelimpahan jenis kerang bulu pada perairan Kawal

8000

8500

9000

9500

10000

10500

11000

St. 1 St. 2

Kel

imp

ahan

(in

d/h

a)

Stasiun

St. 1

St. 2

Profil Responden Kerang Bulu

Berdasarkan hasil wawancara responden kerang bulu di perairan Kawal

sebanyak 11 responden memiliki karakteristik yang berbeda-beda dari aspek umur

serta gender.

(a) (b)

Gambar. Persentase responden berdasarkan umur (a) dan gender (b)

Gambar. Persentase responden berdasarkan daerah asal dan pendidikan

Gambar. Persentase responden berdasarkan pekerjaan

9%

37%

27%

27% 25-30

>30-35

>35-40

>40

45%

55%

Laki-Laki

Perempuan

64%

36% Kawal

Teluk Bakau

27%

55%

18%

SD

SMP

SMA

27%

55%

18%

Nelayan

IRT

Swasta

Gambar. Latar belakang penangkapan kerang bulu

Jarak, Musim, dan Waktu Penangkapan Kerang Bulu

Hasil wawancara kepada para responden terkait dengan jarak tangkapan,

musim tangkapan, serta waktu tangkapan kerang bulu di Kawal disajikan secara

rinci seperti pada Gambar berikut.

Gambar. Jarak dan waktu penangkapan kerang bulu

- Jumlah Hasil Tangkapan Kerang Bulu

Jumlah hasil tangkapan kerang bulu di perairan Kawal dihitung dalam satuan

kilo gram (kg/hari). Jumlah hasil tangkapan kerang bulu berbeda-beda untuk

masing-masing nelayan. Hasil tangkapan kerang bulu di perairan Kawal disajikan

pada Gambar berikut

36%

64%

Konsumsi pribadi

Dijual

55%

45% 30-50 m

>50 m

36%

64%

2-3 jam

> 3 jam

Gambar. Jumlah hasil penangkapan kerang bulu

- Distribusi dan Hasil Penjualan Kerang Bulu

Distribusi hasil kerang bulu yang ditangkap oleh responden beberapa ada yang

dijual langsung ke konsumen dengan membuat warung-warung kecil di pinggiran

jalan raya Kawal yang banyak dilewati wisatawan lokal.

Gambar . Distribusi penjualan kerang bulu

PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil analisis dan identifikasi jenis kerang bulu yang dijumpai di

sekitar perairan Kawal berupakan spesies A. antiquata. Jenis A. antiquata ini

umumnya ditemukan di ekosistem lamun. Berdasarkan informasi dari masyarakat,

jenis ini dijual oleh masyarakat untuk menambah penghasilan sehari-hari. jenis A.

antiquata ini memiliki ukuran panjang cangkang sekitar 7 cm dengan lebar

cangkang sekitar 4 cm. Jumlah rusuk pada cangkang kerang bulu jenis A.

antiquata ini berjumlah 34. Menurut Ambarwati dan Trijoko (2011), jenis A.

antiquata memiliki cangkang tebal, berat, dan berwarna putih. Permukaan

cangkang dihiasi rusuk-rusuk radial yang sangat nyata. Rusuk radial datar, tanpa

tonjolan. Jumlah rusuk radial 33–36.

Komposisi individu kerang bulu yang dijumpai pada stasiun I berkisar antara

25-43,75%. Sedangkan komposisi kerang bulu pada stasiun II berkisar antara

9%

73%

18%

< 5 kg/hari

5-10 kg/hari

>10 kg/hari

57%

43% Pengumpul

Dijual Sendiri

31,58-36,84%. Jumlah tertinggi dijumpai pada transek kedua di stasiun I. Dengan

demikian, kerang bulu pada stasiun II lebih banyak dari pada stasiun I. Hal ini

diduga bahwa kondisi lamun pada stasiun II lebih rapat dibandingkan dengan

stasiun I.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Riniatsih dan Widianingsih

(2007) kerang bulu A. antiquata yang dijumpai cukup rendah pada masing-masing

stasiun hanya berkisar 1-3 individu. Kerang bulu yang dijumpai pada penelitian

ini lebih tinggi dibandingkan dengan penelitian yang dilakukan di perairan Kawal.

Di perairan Kawal, jenis kerang bulu yang dijumpai pada setiap stasiun dapat

mencapai 7 individu. Artinya jumlahnya masih lebih tinggi dibandingkan dengan

literature diatas.

Kelimpahan jenis A. antiquata (kerang bulu) pada stasiun I sebesar 8889

individu/ha, sedangkan kelimpahan A. antiquata (kerang bulu) pada stasiun II

sebesar 10556 individu/ha. Jika melihat hasil penelitian Dayanti et al. (2017),

bahwa kelimpahan bivalvia A. antiquata di perairan Wakatobi berkisar antara

4000-9400 individu/ha. Membandingkan dengan referensi tersebut, maka hasil

kelimpahan bivalvia di perairan Kawal lebih tinggi. Namun jika dilihat dari hasil

penelitian Akhrianti et al. (2014), kelimpahan kerang A. antiquata di Belitung

Timur cukup tinggi yakni mencapai 29000 individu/ha. Sehingga hasil

kelimpahan kerang bulu di Kawal lebih rendah dari penelitian tersebut. Untuk itu

dapat dikatakan bahwa kelimpahan kerang bulu di perairan Kawal termasuk

rendah.

Kelimpahan kerang bulu di Kawal dipengaruhi oleh adanya eksploitasi yang

dilakukan oleh masyarakat sehingga mempengaruhi kelimpahannya dari waktu ke

waktu. Kondisi ini dibuktikan dengan data hasil wawancara terkait dengan hasil

penangkapan kerang bulu di Kawal untuk setiap nelayan dalam satu kali

penangkapan dapat mencapai hasil hingga 5-10 kg. Sehingga diperkirakan jumlah

kerang bulu yang ditangkap sebanyak 55-110 kg perhari untuk seluruh nelayan

(11 responden) yang melakukan penangkapan kerang bulu. Data ini dapat

mempengaruhi kondisi kelimpahan kerang bulu di perairan Kawal. Seperti

penelitian Wiyono (2009) bahwa target tangkapan nelayan untuk biota bivalvia

diantaranya: kerang hijau (Perna viridis), kerang mencos (Anadara indica), dan

kerang bulu (A. antiquata.).

Kelompok umur responden yang melakukan penangkapan kerang bulu cukup

beragam. Responden dengan umur antara 25-30 tahun sebanyak 9%, sedangkan

responden dengan umur antara >30-35 tahun sebanyak 37%, responden dengan

umur antara >35-40 tahun sebanyak 27%, dan responden dengan umur >40 tahun

sebanyak 27%. Dilihat dari data tersebut, responden dengan umur antara >30-35

tahun merupakan kelompok umur terbanyak yang melakukan penangkapan kerang

bulu di Kawal. Diketahui bahwa pada umur >30-35 tahun merupakan umur

produktif yang masih dapat bekerja dengan baik untuk mencukupi kehidupan

sehari-hari termasuk melakukan penangkapan kerang bulu.

Dilihat dari persentase perbedaan gender (jenis kelamin) untuk para responden,

diketahui bahwa responden perempuan lebih dominan dengan persentase sekitar

55%, sedangkan responden laki-laki memiliki persentase sekitar 45%. Diketahui

bahwa, nelayan yang melakukan penangkapan kerang bulu didominasi oleh

kelompok perempuan. Jika dilihat dari persentase responden dominan, yakni

perempuan menjelaskan bahwa komposisi nelayan yang melakukan penangkapan

kerang bulu lebih banyak dilakukan oleh perempuan. Berdasarkan hasil

wawancara diketahui bahwa mereka beralasan melakukan penangkapan kerang

bulu sebagai pengisi waktu luang di sela-sela kesibukan mengurusi rumah.

Dengan melakukan penangkapan kerang bulu, para responden tersebut dapat

memperoleh penghasilan lebih untuk menunjang kebutuhan sehari-hari dalam

menjalankan kehidupan.

Persentase responden berdasarkan asal daerah (tempat tingal) terdiri atas 2

lokasi yakni Kawal dan Teluk Bakau, sebagaimana diketahui bahwa kedua desa

ini berdekatan lokasinya. Namun berdasarkan hasil analisis, menunjukkan bahwa

dominan responden berdomisili di Kawal dibandingkan responden yang

berdomisili di Teluk Bakau. Sedangkan dilihat dari persentase tingkat pendidikan,

responden yang berpendidikan SMP lebih dominan dengan persentase 55%,

sedangkan responden berpendidikan SD sebesar 27%, serta responden dengan

tingkat pendidikan SMA sebesar 18%. Dengan demikian, dapat disimpulkan

bahwa responden memiliki tingkat pendidikan yang relatif rendah. Tingkat

pendidikan cukup mempengaruhi jenis pekerjaan yang dilakukan oleh para

responden. Responden melakukan penangkapan kerang bulu umumnya

berpendidikan rendah. Dengan pendidikan yang rendah, tidak dapat dipergunakan

untuk bekerja di perusahaan swasta dan resort yang umumnya menerima

karyawan dengan pendidikan minimal SMA (sekolah menengah atas). Untuk itu,

dalam menunjang kebutuhan sehari-hari mereka melakukan pemanfaatan

sumberdaya perairan salah satunya penangkapan kerang bulu.

Responden memiliki jenis pekerjaan yang berbeda-beda mulai dari nelayan, ibu

rumah tangga, hingga bekerja pada swasta (resort). Namun berdasarkan hasil

analisis diketahui bahwa penangkap kerang bulu lebih banyak di dominasi oleh

IRT (ibu rumah tangga). Alasan para ibu rumah tangga melakukan penangkapan

kerang bulu ialah mengisi waktu luang di sela kesibukan rumah tangganya.

Alasan lain yakni untuk menambah penghasilan sehari-hari untuk membantu

keuangan keluarga dalam memenuhi kebutuhan hidup. Sedangkan, responden

yang memiliki pekerjaan sebagai nelayan juga beralasan untuk mengisi waktu

luang dengan melakukan penangkapan kerang bulu pada saat siang hari,

sedangkan di malam hari melakukan penangkapan ikan, kepiting, serta bagan

bilis. Sedangkan responden yang bekerja pada perusahaan swasta (resort)

melakukan penangkapan kerang bulu untuk memenuhi asupan makanan

(dikonsumsi secara pribadi). Dari hasil, keseluruhan responden melakukan

penangkapan kerang bulu hanya sebagai pekerjaan sampingan saja.

Sebanyak 36% responden menyatakan bahwa hasil penangkapan bivalvia

digunakan untuk konsumsi pribadi. Sedangkan sebesar 64% responden

menyatakan bahwa penangkapan kerang bulu dilatarbelakangi oleh harga kerang

bulu yang tinggi. Dari hasil ini, diketahui bahwa masyarakat responden pada

umumnya menangkap kerang bulu untuk menambah penghasilan sehari-hari.

Untuk itu, kerang bulu menghasilkan nilai ekkonomi bagi masyarakat Kawal,

namun efek negatifnya ialah terjadinya eksploitasi secara terus menerus yang

dilakukan masyarakat terhadap kerang bulu di Kawal. Efek yang terjadi pada

masa yang akan datang yakni terjadinya penurunan populasi kerang bulu. Untuk

itu, perlu dirumuskan pengelolaan kerang bulu sebagai langkah perlindungannya.

Kebanyakan dari responden terdorong melakukan penangkapan kerang bulu,

karena sumberdaya kerang bulu tersebut dapat menghasilkan nilai ekonomi

berupa rupiah. Secara umum, masyarakat melakukan penjualan bivalvia tanpa

pengolahan.

Responden yang melakukan penagkapan kerang bulu pada umumnya

melakukan penangkapan dengan jarak > 50 meter dari bibir pantai. Kawasan ini

masih termasuk kedalam kawasan intertidal (pasang surut) yang merupakan

habitat/sebaran kerang bulu. Penangkapan kerang bulu di Kawal dapat mencapai

300-400 meter dari bibir pantai kearah tubir tergantung dari kondisi pasang surut

air laut. Dalam sekali penangkapan, nelayan membutuhkan waktu >3jam untuk

sekali turun. Waktu ini juga dipengaruhi oleh kondisi pasang surut yang terjadi,

semakin jauh dan semakin lama waktu surut air laut, maka waktu penangkapan

kerang bulu juga semakin lama.

Waktu penangkapan kerang bulu dengan hasil tangkapan optimum antara bulan

Agustus-Desember (musim utara) dengan kondisi arus dan gelombang laut yang

cukup kuat. Dengan kondisi arus yang kuat, kerang bulu lebih mudah dijumpai

karena substrat akan teraduk oleh arus air sehingga kerang bulu banyak yang

dijumpai di permukaan substrat. Sedangkan di musim yang lain, penangkapan

kerang bulu akan lebih sulit, karena kerang bulu membenamkan dirinya di dalam

tanah. Pada saat penangkapan kerang bulu secara optimal (musim utara) terjadi

peningkatan hasil tangkapan kerang bulu yang kemudian akan berimbas pada

melemahnya/turunnya harga jual kerang bulu. Diketahui bahwa musim angin

utara terjadi antara bulan Oktober- Desember, musim selatan antara Januari-

Maret, musim Barat antara April-Juni, serta musim peralihan antara bulan Juli-

September.

Berdasarkan hasil pengamatan, diketahui bahwa hasil tangkapan kerang bulu

yang ditangkap nelayan umumnya sebanyak 5-10 kg/hari. Sedangkan hasil

tangkapan terkecil yang diperoleh nelayan yakni <5 kg/hari. Hasil tangkapan

kerang bulu berkisar antara 5-10 kg/hari per responden sehingga diperkirakan

hasil tangkapan rata-rata harian untuk seluruh responden di perairan Kawal

berkisar antara 55-110 kg/hari setiap satu kali penangkapan. Hasil ini jika terus

menerus dieksploitasi akan mengakibatkan penurunan populasi kerang bulu di

Kawal. Tingginya eksploitasi kerang bulu mengakibatkan penurunan populasinya

di alam. Sesuai dari hasil perhitungan kelimpahan jenis A. antiquata (kerang bulu)

hanya berkisar antara 0,89-1,06 individu/m2

tergolong rendah. Kondisi ini jika

dibiarkan secara terus menerus akan mengakibatkan penurunan populasi kerang

bulu serta kelangkaan sumberdaya kerang bulu. Sehingga langkah yang musti

diambil pada masa yang akan datang yaitu mengembangkan keilmuan terkait

dengan pembudidayaan kerang bulu sehingga populasinya dapat terus di jaga.

Distribusi hasil kerang bulu yang ditangkap oleh responden beberapa ada yang

dijual langsung ke konsumen dengan membuat warung-warung kecil di pinggiran

jalan raya Kawal yang banyak dilewati wisatawan lokal. Namun sebagian besar

dari mereka menjualnya ke pengumpul, beberapa dari pengumpul mendatangi

secara langsung para responden untuk mengambil kerang bulu yang telah

ditangkap.

Berdasarkan hasil wawancara, sebanyak 57% responden melakukan penjualan

kerang bulu ke pengumpul, sedangkan sisanya sebesar 43% dijual secara lengsung

ke konsumen. Banyaknya responden yang melakukan penjualan kerang bulu ke

pengumpul disebabkan oleh kemudahan proses penjualan. Kemudahan ini

didukung oleh para pengumpul yang mengambil langsung ke masyarakat yang

menangkap kerang bulu. Resiko kerusakan sampel kerang bulu hasil tangkapan

juga dapat dihindari jika penjualan langsung di serahkan ke pengumpul.

Sedangkan masyarakat yang menjual hasil tangkapannya secara langsung ke

konsumen, umumnya telah memiliki langganan ataupun sudah di pesan

sebelumnya oleh konsumen tersebut. Penjualan kerang bulu masih dilakukan

secara alami yakni menjual secara langsung kerang bulu tanpa adanya

pengolahan.

Akan tetapi, berdasarkan hasil wawancara kerang bulu yang dijual ke

konsumen secara langsung dan pengumpul terdapat perbedaan harga. Harga

penjualan kerang bulu yang diambil langsung oleh pengumpul umumnya berkisar

antara Rp. 10.000-11.000 per kg. Sedangkan jika melakukan penjualan kerang

bulu secara langsung ke konsumen dapat berkisar antara Rp. 11.000-13.000 per

kg. Sedangkan berdasarkan hasil pengamatan peneliti terhadap harga jual kerang

bulu oleh pengumpul di pasar ataupun di pinggiran jalan raya berkisar antara

Rp.13.000-15.000 per kg. Namun para responden yang melakukan penangkapan

kerang bulu tidak ingin mengambil risiko jika kerang bulu yang ditangkap

membusuk, sehingga lebih banyak dari mereka yang melakukan penjualan secara

langsung ke pengumpul.

Berdasarkan pengamatan terkait kondisi pemenfaatan kerang bulu di perairan

Kawal, maka perlu dirumuskan rencana pengelolaan kerang bulu sebagai berikut;

1. Mendorong dilakukannya riset terkait dengan pemeliharaan kerang bulu

dalam wadah budidaya terkontrol untuk menjamin ketersediaan stoknya di

alam.

2. Melakukan sosialisasi kepada masyarakat terkait dengan pemanfaatan

kerang bulu agar masyarakat memahami peranan dari sumber daya yang

ada.

3. Melakukan kajian terkait dengan ketersediaan stok kerang bulu A.

antiquata di perairan Kawal untuk menggambarkan kondisi populasi

terkini.

4. Memastikan bahwa kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan sekitar

perairan Kawal agar lebih diperhatikan mengenai aspek lingkungan agar

tidak merusak ekosistem.

KESIMPULAN DAN SARAN

Adapun kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut;

1. Potensi kerang bulu A. antiquata di perairan Kawal memiliki kelimpahan

berkisar antara 0,89-1,06 individu/m2 (8999-10556 ind/ha).

2. Pola pemanfaatan kerang bulu di perairan Kawal bahwa penangkapan

kerang bulu dilakukan dengan jarak > 50 meter dari bibir pantai. Waktu

penangkapan optimum antara bulan Agustus-Desember (musim utara)

dengan kondisi arus dan gelombang laut yang cukup kuat. Hasil tangkapan

kerang bulu yang ditangkap nelayan umumnya sebanyak 5-10 kg/hari.

Penjualan kerang bulu didistribusikan langsung ke pengumpul dengan

harga antara Rp. 10.000 – 11.000 per kg.

Saran

Saran yang ingin peneliti sampaikan diantaranya:

1. Melakukan riset mahasiswa terkait dengan kajian populasi kerang bulu di

perairan Kawal sehingga diketahui nilai mortalitas dan eksploitasinya.

2. Mendorong dilakukannya riset terkait dengan pemeliharaan kerang bulu

dalam wadah budidaya terkontrol untuk menjamin ketersediaan stoknya di

alam.

DAFTAR PUSTAKA

Afif. M. F. 2017. Pengelolaan Ekosistem Lamun Berbasis Pemanfaatan Bivalvia

di Desa Teluk Bakau Kabupaten Bintan. [skripsi]. Universitas Maritim Raja

Ali Haji.

Akhirianti, I., Bengen, D. G, Setyobudiandi, I. 2014. Distribusi Spasial dan

Preferensi Habitat Bivalvia di Pesisir Perairan Kecamatan Simpang Pesak

Kabupaten Belitung Timur. Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis. 6 (1)

: 171-185.

Dayanti, F. Bahtiar., Ishak, E. 2017. Kepadatan dan distribusi Kerang Bulu (A.

antiquata L, 1758) di Perairan Wangi-wangi Selatan Desa Numana

Kabupaten Wakatobi. Jurnal Manajemen Sumber Daya Perairan. 2 (2) : 113-

122.

Hulopi, M. 2012. Strategi Pengelolaan Bivalvia di Perairan Pantai Waitatiri

Berdasarkan Tingkat Pemanfaatan. Jurnal Triton. 8 (1) : 20-29.

Rinaiatsih, I., Widianingsih.. 2007. Kelimpahan dan Pola Sebaran Kerang -

Kerangan (Bivalve) di Ekosistem Padang Lamun, Perairan Jepara. Jurnal

Ilmu Kelautan. 12 (1) : 53 – 58.

Riniatsih, I., Kushartono, E. W. 2009. Substrat Dasar dan Parameter Oseanografi

sebagai Penentu Keberadaan Gastropoda dan Bivalvia di Pantai Sluke

Kabupaten Rembang. Junal Ilmu Kelautan. 14 (1) : 50-59.

Satrioajie, W. N. 2012. Potensi dan Aspek Biologi Kerang Bulu Anadara pilula

(Reeve, 1843) di Sekitar Perairan Pantai Kota Tegal. Oseanologi dan

Limnologi di Indonesia. 38 (2) : 189-202.

Wiyono, E. S. 2009. Species Selectivity of Garuk in Cirebon, West Java. Jurnal

Bumi Lestari. 9 (1) : 61-65.