poejem zzzz

34
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit merupakan salah satu instansi pemerintah yang melayani masyarakat dalam bidang pelayanan kesehatan dan merupakan usaha penyembuhan terhadap suatu penyakityang diderita oleh pasien. Dalam melaksanakan tugasnya masing-masing, rumah sakit mempunyai pedoman-pedoman khusus sebagai acuan atau pedoman dalam pelayanan terhadap masyarakat sesuai dengan kondisi dan tipe dari rumah sakit tersebut. Oleh karena itu diharapkan pelayanan terhadap pasien dapat dilakukan semaksimal mungkin sehingga meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Pengelolaan pelayanan adalah hal yang sangat penting bagi suatu struktur kerja yang bergerak di bidang pelayanan jasa, khususnya bagi suatu rumah sakit. Baik atau buruknya sistem pengelolaan pelayanan akan menentukan kualitas suatu rumah sakit. Rumah sakit yang maju, berkualitas dan terpercaya oleh

Upload: finna-affy

Post on 02-Dec-2015

147 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Rumah sakit merupakan salah satu instansi pemerintah yang

melayani masyarakat dalam bidang pelayanan kesehatan dan merupakan

usaha penyembuhan terhadap suatu penyakityang diderita oleh pasien.

Dalam melaksanakan tugasnya masing-masing, rumah sakit mempunyai

pedoman-pedoman khusus sebagai acuan atau pedoman dalam

pelayanan terhadap masyarakat sesuai dengan kondisi dan tipe dari

rumah sakit tersebut. Oleh karena itu diharapkan pelayanan terhadap

pasien dapat dilakukan semaksimal mungkin sehingga meningkatkan

derajat kesehatan masyarakat.

Pengelolaan pelayanan adalah hal yang sangat penting bagi suatu

struktur kerja yang bergerak di bidang pelayanan jasa, khususnya bagi

suatu rumah sakit. Baik atau buruknya sistem pengelolaan pelayanan

akan menentukan kualitas suatu rumah sakit. Rumah sakit yang maju,

berkualitas dan terpercaya oleh masyarakat, tentunya akan menunjukan

bahwa sistem pengelolaan pelayanan yang ada di rumah sakit tersebut

baik.

Instalasi radiologi merupakan salah satu komponen dari sutu

rumah sakit. Keberadaan instalasi radiologi adalah salah satu penunjang

medik khususnya untuk membantu menegakkan diagnosa suatu penyakit

dengan cara menghasilkan gambaran radiograf yang berkualitas. Menurut

Langland (1989), kualitas radiograf dipengaruhi oleh beberapa faktor

antara lain, sistem penggambaran, kondisi, keadaan umum pasien, teknik

pemeriksaan dan teknik pengolahan alat-alat penunjang.

Selain faktor-faktor tersebut di atas, di instalasi radiologi juga

sangat diperlukan teknik pengolahan film yang baik. Kesalahan dalam

pengolahan film dapat mengakibatkan kulitas radiograf kurang optimal,

sehingga berdampak dalam penentuan diagnosa suatu penyakit. Untuk

menghindari dan mengontrol kesalahan dalam pengolahan film, maka

diharapkan suatu instalasi radiologi mempunyai program analisis

pengulangan dan penolakan radiograf atau lebih dikenal dengan Rejected

Analisis Program (RAP).

Tujuan utama dari program analisis pengulangan dan penolakan

radiograf adalah menekan jumlah film yang ditolak (rejected) dan diulang

(repeated). Sehingga juga bermanfaat pada pengurangan dosis radiasi

pada pasien dan dapat memastikan bahwa bahan-bahan yang ada dapat

digunakan secara efektif dan efisien.

Di Instalasi Radiologi RSUD Dr Moewardi Surakarta, jumlah

pemakaian film dapat dikatakan besar, sekitar 3000 lembar per bulannya.

Oleh karena itu sangat diperlukan program analisis pengulangan dan

penolakan radiograf atau RAP untuk mengetahui besarnya angka

pengulangan film. Berdasarkan uraian di atas, maka penulis berusaha

menampilkan dalam bentuk laporan kasus, yang nantinya dapat

memberikan informasi dan menambah wawasan tentang progaram

analisis pengulangan dan penolakan radiograf di Instalasi Radiologi

RSUD Dr Moewardi Surakarta.

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalah sebagai

berikut :

1 Berapa besar angka penolakan pengulangan dan penolakan radiograf

di Instalasi Radiologi RSUD Dr Moewardi Surakarta ?

2 Apa faktor penyebab utama terjadinya pengulangan dan penolakan

radiograf di Instalasi Radiologi RSUD Dr Moewardi Surakarta ?

C. Tujuan Penulisan

Tujuan dari penulisan laporan ini adalah :

1 Mengetahui besarnya angka pengulangan dan penolakan radiograf di

Instalasi Radiologi RSUD Dr Moewardi Surakarta.

2 Mengetahui faktor penyebab utama terjadinya pengulangan dan

penolakan radiograf di Instalasi Radiologi RSUD Dr Moewardi

Surakarta

D. Manfaat Penulisan

Manfaat penulisan laporan ini adalah :

1 Menambah pengetahuan terhadap pembaca terutama mahasiswa

Jurusan Teknik Radiodiagnostik dan Radioterapi tentang RAP di

Instalasi Radiologi RSUD Dr. Moewardi Surakarta yang dilihat dari

tinjauan teori.

2 Memberikan masukan terhadap pihak-pihak tertentu atau rumah sakit

apabila mengadakan perencanaan Quality Program.

3 Sebagai salah satu penunjang dan bekal pengalaman bagi penulis

dan mahasiswa Jurusan Teknik Radiodiagnostik dan Radioterapi

yang selanjutnya bekerja dalam pelayanan radiologi.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Program Analisis Pengulangan Dan Penolakan Radiograf

Program Analisis Pengulangan dan Penolakan Radiograf atau

RAP adalah sutu metode yang digunakan oleh instalasi radiologi untuk

menentukan analisis film yang ditolak, efektifitas biaya, konsistensi

radiografer dan bahan dalam menghasilkan radiograf yang berkualitas.

Tujuan utama dari RAP adalah menekan jumlah film yang ditolak dan

diulang. Sehingga dapat membatasi terjadinya pengulangan dalam

pembuatan radiograf sehingga secara tidak langsung akan mengurangi

dosis radiasi pada pasien.

Tujuan-tujuan lain dari reject analisis program antara lain :

1 Memastikan stansar yang tinggi pada teknik radiografi dan

pemanfaatan film pada unit radiologi.

2 Memastikan perlatan radiografi dapat dimanfaatkan secara konsisten

dengan standar yang tinggi.

3 Memastikan bahwa bahan-bahan yang ada digunakan secara efektif

(Cost efektive way).

4 Menyediakan data untuk digunakan dalam menganalisis film yang di

reject dan aspek-aspek penyebab yang membutuhkan perhatian.

5 Sebagai perencanaan awal dari quality control (QC program).

B. Faktor-faktor penyebab pengulangan dan penolakan radiograf.

Ada beberapa hal yang menjadi penyebab pengulangan dan

penolakan radiograf antara lain :

1 Posisi Pasien (Positioning)

2 Faktor Eksposi

3 Processing film

4 Pergerakan

5 Safety light

6 Artefak

7 Lain-lain atau kesalahan yang tidak teridentifikasi (Mis cellaneous)

C. Prosedur Reject Analisis Program

Dalam melakukan reject analisis program maka, diperlukan surfey

terhadap :

1 Jumlah film yang belum terekspose di ruang processing termasuk

dalam kaset.

2 Jumlah film yang belum terekspose dimasing-masing ruang

pemeriksaan.

3 Tentukan jumlah film yang direject untuk masing-masing faktor

penyebab pengulangan dan penolakan radiograf.

4 Masing-masing ruang mencatat jumlah film yang digunakan dan

jumlah film yang ditolak.

5 Tim analisis melakukan pengumpulan data dari masing-masing ruang

seminggu sekali, film yang ditolak disortir dan dilakukan kategorisasi.

6 Melakukan perhitungn dalam bentuk prosentase.

Besarnya angka penolakan dapat dihitung dengan rumus :

Jumlah film yang di reject X 100 %

Jumlah film yang diigunakan pada periode tertentu

Menentukan angka pengulangan setiap kategori :

Jumlah film yang direject dengan sebab tertentu X 100 %

Jumlah film yang direject pada periode tertentu

Batasan radiograf yang diterima antara lain :

1 Angka reject tidak melebihi 10 %, Idealnya dibawah 5 %.

2 Jika total reject rate > 10 %, maka diharapkan harus melakukan

Quality Program yang terbaik.

3 Jika reject rate 5 % -10 % mungkin terdapat pada dua keadaan yaitu :

a. Kualitas radiograf yang baik, jika tidak memiliki satu Quality

Control Program saat ini maka sebaiknya menginisiatifkan satu

program untuk perbaikan.

b. Jika Radiologist terbiasa menerima radiograf yang buruk

kualitasnya, dalam keadaan ini harus bekerja sama yang baik

dengan radiologist untuk set up Quality Control Program dan

menunjukan dengan paket Quality Control ada perbaikan.

BAB III

METODE PENGUMPULAN DATA

A. Rancangan Penelitian

Jenis rancangan penelitian yang penulis gunakan dalam

pengumpulan data di Instalasi Radiologi RSUD Dr Moewardi Surakarta

menggunakan Rapid Assesment Procedure dimana pengumpulan data

dilakukan secara cepat dalam waktu yang singkat dan bersamaan. Dalam

kesempatan ini penulis memberikan penjelasan secara terperinci fakta-

fakta di lapangan tentang Program Analisis Pengulangan dan Penolakan

Radiograf di Instalasi Radiologi RSUD Dr Moewardi Surakarta.

B. Lokasi dan Waktu Pengambilan Data

Lokasi yang digunakan dalam penyusunan laporan Praktek Kerja

Nyata Instalasi Radiologi RSUD Dr Moewardi Surakarta. Sedangkan waktu

pengambilan data dalam penulisan laporan Praktek Kerja Nyata kali ini

pada bulan Mei-Juni 2006.

C. Subyek

Subyek yang terlibat dalam pengambilan data adalah pegawai dan

radiografer yang saling berhubungan dalam pengelolaan Program Analisis

Pengulangan dan Penolakan Radiograf di Instalasi Radiologi RSUD Dr

Moewardi Surakarta.

D. Metode Pengambilan Data

1. Observasi

Penulis mengadakan observasi secara langsung pada jumlah radiograf

yang direject serta jumlah film yang dipakai. Observasi di lakukan

secara partisipasi aktif dengan ikut pelayanan dalam pengelolaan di

Instalasi Radiologi RSUD Dr Moewardi Surakarta.

2. Dokumentasi

Dokumentasi data yang penulis peroleh dalam penyusunan laporan

Praktek Kerja Nyata kali ini didapat dari sumber protap yang dimiliki

oleh Instalasi Radiologi RSUD Dr Moewardi Surakarta.

3. Wawancara

Penulis melakukan wawancara mendalam secara langsung dengan

radiographer dan petugas adminstrasi untuk memperoleh keterangan

ilmiah mengenai jumlah penggunaan film di Instalasi Radiologi RSUD

Dr Moewardi Surakarta.

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Profil Rumah Sakit

1. Sejarah, Tipe dan Visi, Misi Rumah Sakit

a. Sejarah

Sebelum menjadi RSUD Dr Moewardi Surakarta seperti

sekarang ini, terjadi tiga tahap pemebentukan dalam prosesnya, yaitu:

1). Jaman penjajahan Belanda sampai tahun 1942, di kota Surakarta

terdapat tiga buah Rumah Sakit Swasta dengan nama :

a) Zicken Zorg, berkedudukan di Mangkubumen.

b) Zending Ziekenhuis berkedudukan di jebres.

c) Panti Rogo, yaitu rumah sakit milik pemerintah kasunanan

Surakarta.

2). Jaman Pendudukan Jepang antara tahun1942-1945

Pada waktu ini Rumah Sakit Zicken Zorg dipakai sebagai rumah

sakit Interneringkamp tetapi pindah ke jebres menempati Zending

Ziekenhuis, yang saat ini bernama Rumah Sakit Dr Moewardi

Surakarta. Sedangkan Zending Ziekenhuis pindah ke belakang, di

mana didirikan Rehabilitas Centrum (RC) Prof. Dr. Soeharso.

3). Jaman Kemerdekaan

Tahun 1945-1948 Rumah Sakit Zicken Zorg digunakan sebagai

rumah sakit tentara.

Dengan Surat Keputusan Komandan Kesehatan Tentara

Jawa tanggal 26 November 1948 No : 46/Sie/MBKD/48

membubarkan dan meniadakan Rumah Sakit Tentara Surakarta

mulai tanggal 19 Desember 1948, rumah sakit diserahkan mulai

kepada PMI daerah Surakarta.

PMI daerah Surakarta menyerahkan kembali rumah sakit

tersebut kepada Perhimpunan Bale Kusolo tanggal 1 Februari

1949. Selain rumah sakit tersebut, terdapat dua rumah sakit

swasta lagi, yaitu :

1. Rumah Sakit Surakarta ex. Zending Ziekenhuis.

2. Rumah Sakit Kadipolo ex. RS. Pantirogo.

Kedua rumah sakit tersebut diambil oleh pemerintah

Republik Indonesia dan Rumah Sakit Bale Kusolo dipilih menjadi

Rumah Sakit Surakarta. Maka mulai saat itu di Surakarta terdapat

tiga buah rumah sakit yaitu RS Mangkubumen, RS Jebres dan RS

Kadipolo. Masing-masing rumah sakit berdiri sendiri serta

bertanggung jawab pada Pemerintah daerah Swantantra Tingkat I

Jawa Tengah. Pada tanggal Februari 1960, ketiga rumah sakit

tersebut disatukan dalam satu orang pemimpin. Ketiga rumah

sakit tersebut diadakan spesialisasi pelaksanaan fungsional,

diantaranya :

1. RS Kadipolo khusus untuk pelayanan penyakit dalam.

2. RS Mangkubumen khusus untuk pelayanan radiologi, kulit dan

kelamin, gigi, mata, THT, Bedah dan Syaraf.

3. RS Jebres khusus untuk pelayanan kebidanan, penyakit

kandungan, anak dan keluarga berencana.

Karena RS Kadipolo saat itu dinilai tidak efisien, maka

kedudukannya dipindahkan ke RSU Mangkubumen dan pada

tanggal 24 Oktober 1988, kedua RSU dinamakan RSUD Dr

Moewardi Surakarta.

b. Tipe

RSUD Dr Moewardi Surakarta (RSDM) adalah milik PEMDA

Tingkat I Jawa Tengah, berdasarkan SKB Menteri Kesehatan RI

NO.544/MENKES/SKB/V/th.1981 dan Menteri Dalam Negeri No.3241

A tahun 1981 ditetapkan sebagai Rumah Sakit Pendidikan (Tipe B2

Pendidikan). Selain itu, RSUD Dr Moewardi Surakarta juga berfungsi

sebagai pusat rujukan Jawa Tengah bagian tenggara. RSUD Dr

Moewardi Surakarta berada di Jalan Kol. Sutarto 132 Surakarta, telp.

(0271) 634634.

c. Visi dan Misi Rumah Sakit

1). Visi

MENJADI RUMAH SAKIT PILIHAN UTAMA MASYARAKAT

JAWA TENGAH TAHUN 2010.

2). Misi

a) Memeberikan pelayanan kesehatan yang bermutu dan

memuaskan.

b) Memeberikan pelayanan kesehatan paripurna yang terjangkau

bagi semua golongan masyarakat.

c) Memeberikan pelayanan kesehatan yang bersifat prefentif dan

promotif, selain kuratif, paliatif dan rehabilitatif.

d) Memberikan kontribusi yaitu dalam pendidikan dan latihan

bidang kesehatan dalam rangka peningkatan mutu pelayanan

dan profesionalisme.

2. Jenis Kegiatan Pelayanan di Rumah Sakit

Jenis pelayanan di RSUD Dr. Moewardi Surakarta dapat

dikelompokkan sebagai berikut :

a. Pelayanan Medik

1) Instalasi Rawat Jalan

2) Instalasi Rawat Darurat

3) Instalasi Rawat Inap I, II, III

4) Instalasi Rawat Intensif

5) Instalasi Bedah Sentral

6) Instalasi Pelayanan Kesehatan Terpadu

b. Pelayanan Keperawatan

1) Instalasi Rawat Jalan, meliputi :

a) Poli Penyakit Dalam

b) Poli Kesehatan Anak

c) Poli Kebidanan Dan Penyakit Kandungan

d) Poli KB dan Infertilitas

e) Poli THT

f) Poli Jantung

g) Poli Kulit dan Kelamin

h) Poli Paru

i) Poli Mata

j) Poli Kesehatan Jiwa

k) Poli Penyalit Syaraf

l) Poli Gigi dan Mulut

m)Poli Geriatri

n) Poli Nyeri (multi disiplin)

o) Poli Onkologi

p) Poli Alergi Imunologi

2) Instalasi Rawat Darurat

3) Instalasi Rawat Inap I, II, III

4) Instalasi Rawat Intensif

a) ICCU

b) ICU

c) NICU

d) PICU

e) Renal Unit / Cuci Darah

5) Instalasi Bedah Sentral

6) Instalasi Pelayanan Kesehatan Terpadu

c. Pelayanan Penunjang Medik

1) Instalasi Radiologi

2) Instalasi Rehabilitasi Medik

3) Instalasi Laboratorium Klinik

4) Instalasi Gizi

5) Instalasi Farmasi

6) Instalasi Sanitasi Rumah Sakit

7) Instalasi Pemulasaraan Jenasah

8) Instalasi Pemeliharaan SaranaRumah Sakit

d. Pelayanan Pendidikan dan Pelatihan

e. Penelitian dan Pengembangan IPTEK dan Kedokteran

f. Pelayanan Administrasi Umum

g. Penyediaan Loket Pelayanan

h. Pelayanan untuk Komunikasi (wartel)

i.Pelayanan Informasi

j.Pelayanan Kantin

k. Pelayanan Fotokopi

l.Pelayanan Administrasi Keuangan

3. Jenis Pelayanan Spesialis

Pelayanan Spesialis yang ada di RSUD Dr. Moewardi Surakarta

meliputi :

a. Spesialis Penyakit Dalam

b. Spesialis Kesehatan Anak

c. Spesialis Kebidanan dan Penyakit Kandungan

d. Spesialis Bedah

e. Spesialis Bedah Syaraf

f. Spesialis THT

g. Spesialis Jantung

h. Spesialis Kulit dan Kelamin

i. Spesialis Paru

j. Spesialis Mata

k. Spesialis Penyakit Syaraf

l. Spesialis Gigi dan Mulut

4. Jumlah Tenaga Kerja

Tenaga kerja yang terdapat di RSUD Dr. Moewardi Surakarta adalah

sebagai berikut :

a. Tenaga Medis

1) Dokter Umum : 31 orang

2) Dokter Spesialis : 131 orang

3) Paramedis Perawatan : 525 orang

4) Paramedis Non Perawatan : 184 orang

b. Non Medis : 448 orang

Jumlah : 1319 orang

5. Struktur Organisasi Rumah Sakit

Pengorganisasian RSUD Dr. Moewardi Surakarta ditetapkan dengan

PERDA No 3 Tahun 1997 dan disahkan berdasarkan keputusan Menteri

Dalam Negri No 126 Tahun 1997. Organisasi RSUD Dr. Moewardi

Surakarta terdiri dari :

a. Direktur

Operasional dibantu oleh tiga wakil direktur.

Pengembangan profesi dibantu oleh komite medis

b. Wakil Direktur

Wakil Direktur membawahi beberapa bidang, bagian dan instalasi.

Tiap wakil direktur dibantu oleh

1) Unsur Struktural dalam bentuk bidang dan bagian yang bertugas

mengkoordinasi kegiatan instalasi terkait.

2) Unsur Non structural dalam bentuk instalasi yang bertugas

mengelola pelaksanaan kegiatan pelayanan di satuan kerjanya.

Instalasi merupakan fasilitas uuntuk melaksanakan kegiatan

pelayanan, baik pelayanan medik, penunjang medik, maupun non

medik.

c. Komite Medis

Komite Medis berfungsi membantu atau menjembatani direktur

dengan Staf Medik Fungsional (SMF), terutama tugas pengembangan

profesi kedokteran. Komite medis dalam melaksanakan tugasnya

dibantu oleh tim medik

d. Satuan Pengawasan Intern (SPI)

Satuan Pengawasan Intern (SPI) dibentuk untuk melengkapi

Sistem Pengawasan Melekat (WASKAT) di RSUD Dr. Moewardi

Surakarta. SPI bertugas membantu direktur dalam pengawasan intern

yang mencakup aspek keuangan, aspek sumber daya manusia, aspek

sarana dan prasarana serta aspek pelayanan.

Adapun bagan struktur organisasi RSUD Dr. Moewardi Surakarta

(terlampir)

B. Profil Radiologi

1. Falsafah, Visi, Misi dan Tujuan Radiologi

a. Falsafah

Mengoptimalkan segala sumber daya yang ada di Instalasi Radiologi

agar dapat melayani semua penderita yang dating ke radiologi, baik

diagnostik maupun terapi dengan sebaik-baiknya.

b. Visi

Penggunaan radiasi ionisasi yang tepat akan memberikan hasil yang

optimal baik untuk radiaodiagnostik maupun radioterapi, sehingga bisa

mengurangi efek samping akibat penggunaan radiasi ionisasi.

c. Misi

Memeberikan pelayanan kepada penderita yang membutuhkan

penunjang diagnotik maupun terapi yang bermutu, cepat, tepat, dan

professional dengan biaya terjangkau.

d. Tujuan

Instalasi Radiologi harus memberikan pelayanan kepada masyarakat

dengan kualitas yang tinggi. Dengan mengupayakan kesembuhan

pasien secara optimal melalui prosedur dan tindakan yang dapat

dipertanggung jawabkan.

2. Manajemen Radiologi

a. Kedudukan Instalasi Radiologi

Dalam melaksanakan tugas Instalasi Radiologi bertanggung jawab

kepada Wakil Direktur Penunjang Medik, dan selalu bekerja sama

dengan bidang lain, SMF, serta Instalasi lain dalam rumah sakit

sehingga terjalin kerja sama yang harmonis.

b. Pengorganisasian Instalasi Radiologi

Instalasi Radiologi dikelola sedemikian rupa sehingga terjalin kerja

sama yang harmonis dengan unit maupun instalasi lain. Penanggung

jawab Radiologi adalah seorang petugas medis atau seorang dokter

ahli/dokter umu yang sudah dilatih di bidang Radiologi. Untuk

melaksanakan tugas penanggung jawab dibantu oleh dokter dan

paramedic. Tenaga paramedic membantu dokter untuk menangani

semua kasus yang ada di Instalasi Radiologi sesuai dengan protap

yang telah disusun. Untuk kepentingan catatan medis ada beberapa

petugas yang dibagi sesuai kebutuhan.Untuk kepentingan administrasi

dikerjakan oleh beberapa orang yang disesuaikan menurut kebutuhan.

Sedangksn untuk pengekolaan keuangan dipegang oleh satu orang

tenaga kasir. Untuk tenaga radiographer dibagi dalam setiap ruangan

yang sudah ditetapkan untuk beberapa jenis pemeriksaan.

Pemeriksaan di luar jam kerja dikerjakan oleh radiographer jaga dan

bila mana diperlukan didampingi oleh seorang radiolog.

c. Struktur Organisai Radiologi

Struktur Organisasi Instalasi Radiologi RSUD Dr. Moewardi

Surakarta terlampir.

3. Pelayanan radiologi

a. Jenis pelayanan Radiologi

Jenis pemeriksaan yang ada terdiri atas :

1) Pemeriksaan tanpa media kontras meliputi ;

a) Cranium

b) Thorax

c) Abdomen

d) Ekstremitas atas dan bawah

e) Pelvis

f) Columna vertebra

g) Gigi geligi

h) Panoramik

2) Pemeriksaan dengan media kontras meliputi :

a) OMD

b) Colon in loop

c) Fistulografi

d) BNO-IVP

e) Uretrocistografi

f) Sistografi

g) Myelografi

h) Arteriografi

i) Apendikografi

j) Lopografi

3) Pemeriksaan CT-Scan

a) Non Kontras

b) Dengan Kontras

4) Pemeriksaan USG, meliputi :

a) Abdomen

b) Obstetri Gynecology

c) Thyroid

d) Mammae

C. Profil Kasus

Peningkatan mutu pelayanan Rumah Sakit tergantung dari system

manajemen dan pengelolaannya. Dengan mengetahui besar kecilnya nilai

reject analisa program di Instalasi RSUD Dr Moewardi Surakarta, maka kita

akan mengetahui seberapa besar mutu pelayanan dari Rumah Sakit

tersebut.

Reject Analisis Program sendiri mempunyai pengertian yaitu

metode yang digunakan departemen radioogi untuk menentukan analisis

film yang di tolak, efektivitas biaya dan konsistensi staf serta peralatan

dalam menghasilkan radiograf yang berkualitas. Dari pengertian diatas

diperoleh tujuan dari RAP antara lain memastikan standar yang tinggi pada

teknik radiografi dan pemanfaatan film dapat terjamin pada unit radiology,

memastikan peralatan radiografi dapat dimanfaatkan secara konsisten

dengan standar yang tinggi, memastikan bahan-bahan yang ada digunakan

secara efektif serta menyediakan data untuk digunakan dalam menganalisis

film yang direject dan aspek-aspek penyebab yang membutuhkan perhatian.

Selain itu juga sebagai perencanaan awal dari Quality Control Program.

Untuk itu dalam suatu instalasi radiology dibutuhkan RAP untuk

mengetahui seberapa besat mutu pelayanan yang telah dilaksanakan di

suatu instalasi radiology. Seperti halnya di instalasi radiology RSUD Dr

Moewardi Surakarta diperlikan adanya RAP untuk mengetahui porsentase

dari penolakan radiograf serta factor-faktor utama penyebeb terjadinya

penolkan dan pemulangan film.

D. Pembahasan

Dari pemaparan profil diatas, penulis ingin mengetahui lebih jauh

mengenai seberapa besar porsentase pengulangan dan penolakan radiograf

serta factor-faktor penyebab pengulangan dan penolakan radiograf.

Untuk mengetahui besarnya angka pengulangan dan penolakan

radiograf digunakan rumus :

Jumlah film yang di reject X 100 %

Jumlah film yang digunakan pada periode tertentu

Sedangkan untuk mengetahui besarnya angka pengulangan dan

penolakan radiograf untuk setiap kategori digunakan rumus :

Jumlah film yang direject dengan sebab tertentu X 100 %

Jumlah film yang direject pada periode tertentu

Untuk mengetahui besarnya angka pengulangan dan penolakan

radiograf di Instalasi Radiologi RSUD Dr Moewardi Surakarta, penulis

mengambil contoh pada laporan pemakaian film bulan Pebruari-April 2006.

Dalam tiga bulan jumlah film yang digunakan adalah sebanyak 10512

lembar film, sedangkan jumlah film yang di reject sebanyak 487 lembar film.

Maka angka reject untuk bulan pebruari sampai april 2006

= Jumlah film yang di reject X 100 %Jumlah film yang digunakan pada periode tertentu

= 487 x 100 % 10512

= 4,6 %

Dari peritungan diatas, dapat ditarik kesimpulan, bahwa besarnya angka

pengulangan dan penolakan radiograf di Instalasi radiology RSUD Dr.

Moewardi masih termasuk ideal, yaitu kurang dari 5%

Berdasarkan tabel 2 jumlah film yang direject karena kesalahan

faktor eksposi sebanyak 199 lembar film, sedangkan jumlahj film yang

direject selama bulan pebruari sampai april sebanyak 487 lembar film. Maka

angka reject untuk kategori faktor eksposi adalah

Jumlah film yang direject dengan sebab tertentu X 100 %

Jumlah film yang direject pada periode tertentu

= 199 x 100 %

487=

Dari perhitungan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa factor utama

penyebab terjadinya pengulangan dan penolakan radiograf di Instalasi

radiologi RSUD Dr. Moewardi adalah ketidaktepatan dalam menentukan

faktor eksposi.

Bulan

18 x 24

24 x 30

30 x 40

35 x 35

35 x 43

CT

Scan

Rusak

Pem

akaian

Rusak

Pem

akaian

Rusak

Pem

akaian

Rusak

Pem

akaian

Rusak

Pem

akaian

Rusak

Febru

ari

17

461

22

547

24

929

36

959 0 15 4

Maret 28

515

35

527

57

1038

49

1020

4 26 11

April 38

462

25

473

42

871

57

912 6 61 6

Jumlah

83

1438

82

1547

123

2838

142

2891

10

102

21

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengamatan penulis selama

melaksanakan Praktek Kerja Nyata di Instalasi Radiologi RSUD Dr.

Moewardi Surakarta , dapat diambil kesimpulan :

1. RSUD Dr. Moewardi Surakarta adalah milik PEMDA Tingkat I

Jawa Tengah, dan berdasarkan SKB Menteri Kesehatan RI No.

544/MENKES/SKB/X/1981, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan

No.0430/V/Th.1981 dan Menteri Dalam Negeri No.3241 tahun

1981 diteatapkan sebagai rumah sakit umum tipe B.

2. Instalasi Radiologi RSUD Dr. Moewardi Surakarta berada di

bawah dan tanggung jawab kepada Wakil Direktur Penunjang

Medik.

3. Besarnya angka penolakan dan pengurangan radiograf di Instalasi

radiologi RSUD Dr Moewardi Surakarta masih termasuk ideal,

yaitu kurang dari 5 %.

4. Faktor utama penyebab terjadinya pengulangan dan penolakan

film karena ketidaktepatan penentuan faktor eksposi.

5. Program Analisi Penolakan dan Pengulangan radiograf

merupakan hal yang cukup penting dan harus dikelola secara baik

sehingga dapat menekan jumlah film yang ditolak.

6. Dengan dilaksanakannya program analisis pengulangan dan

penolakan radiograf diharapkan dapat membatasi terjadinya

pengulangan dalam pembuatan radiograf sehingga secara tidak

langsung aklan mengurangi dosis radiasi pada pasien.

7. Dalam di Instalasi RSUD Dr Moewardi Surakarta diperlukan

pelaksana prgram anlaisis pengulangan dan penolakan radiograf

serta bertanggung jawab langsung kepada kepala di Instalasi.

B. Saran

1 Setiap radiographer diharapkan mempunyai kesadaran akan

pentingnya RAP.

2 Setiap radiographer harus konsisten dengan setiap radiograf yang

mereka hasilkan.