podes 2018 - sirusa.bps.go.id · cara memperkuat daerah-daerah dan desa dalam kerangka negara...
TRANSCRIPT
PODES 2018
PEDOMAN PENCACAH
BADAN PUSAT STATISTIK, JAKARTA INDONESIA
Draft 18 September 2017
PODES 2018
PEDOMAN PENCACAH
BADAN PUSAT STATISTIK, JAKARTA INDONESIA
KATA PENGANTAR
Buku pedoman ini merupakan acuan bagi Pencacah dalam melaksanakan
pendataan Potensi Desa (Podes) 2018. Fokus buku pedoman ini terutama berkaitan
dengan konsep dan definisi yang digunakan dalam melakukan pencacahan.
Data Podes sangat berguna bagi perencanaan dan evaluasi pembangunan
regional/kewilayahan dan pembangunan daerah. Oleh karena itu diperlukan
komitmen yang tinggi untuk menjaga kualitas data Podes. Peran Petugas Pencacah
sebagai ujung tombak pendataan menjadi sangat penting untuk mewujudkan hal
tersebut. Oleh karena itu, Petugas Pencacahan harus melaksanakan petunjuk
operasional yang telah dibuat.
Setiap Pencacah diminta untuk mempelajari secara seksama buku Pedoman
Pencacah yang telah dibuat. Petunjuk yang ada di dalam buku ini harap dilaksanakan
dengan sebaik‐baiknya.
Jakarta, Januari 2018
Kepala Badan Pusat Statistik
Dr. Suhariyanto
Pedoman Pencacah Podes 2018 iii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................................................................ i
DAFTAR ISI ....................................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Umum .............................................................................................................................. 1
1.2. Tujuan ............................................................................................................................. 2
1.3. Landasan Hukum......................................................................................................... 3
1.4. Cakupan Wilayah dan Kegiatan ............................................................................ 3
1.5. Jenis Data yang Dikumpulkan ............................................................................... 4
1.6. Instrumen yang Digunakan .................................................................................... 5
1.7. Jadwal Kegiatan............................................................................................................ 7
1.8. Sumber Data dan Strategi Wawancara ............................................................... 9
BAB II METODOLOGI
2.1. Definisi Desa/Kelurahan/Nagari ......................................................................... 11
2.2. Master File Desa .......................................................................................................... 12
2.3. Mekanisme Lapangan dan Pengolahan Data Podes 2018 .......................... 12
BAB III STRUKTUR ORGANISASI KEGIATAN PODES 2018
3.1. Struktur Organisasi .................................................................................................... 23
3.2. Wewenang, Tugas, dan Tanggung Jawab Pelaksana Podes 2018 ........... 24
BAB IV TATA CARA PENGISIAN DAFTAR
4.1. Ketentuan Umum Pengisian Daftar ..................................................................... 31
4.2. Sumber Data yang Dapat Dihubungi .................................................................. 32
4.3. Contoh Pengisian Daftar ........................................................................................... 32
BAB V PENGISIAN DAFTAR PODES2014‐DESA
BLOK I. PENGENALAN TEMPAT ............................................................................ 35
BLOK II. KETERANGAN PETUGAS DAN NARASUMBER ................................ 38
BLOK III. KETERANGAN UMUM DESA/KELURAHAN ...................................... 39
BLOK IV. KEPENDUDUKAN DAN KETENAGAKERJAAN .................................. 52
iv Pedoman Pencacah Podes 2018
BLOK V. PERUMAHAN DAN LINGKUNGAN HIDUP .........................................
BLOK VI. BENCANA ALAM DAN MITIGASI BENCANA ALAM ......................
BLOK VII. PENDIDIKAN DAN KESEHATAN ...........................................................
BLOK VIII. SOSIAL BUDAYA ...........................................................................................
BLOK IX. OLAHRAGA .....................................................................
BLOK X. ANGKUTAN, KOMUNIKASI, DAN INFORMASI .................................
BLOK XI. PENGGUNAAN LAHAN ..............................................................................
BLOK XII. EKONOMI ........................................................................................................
BLOK XIII. KEAMANAN ...................................................................................................
BLOK XIV. ...............................
BLOK XV. ........
BLOK XVI. KETERANGANPEMERINTAHDESA/KELURAHAN
BLOK XVII. .... .................... ...................... .................... .................... ..................
DAFTAR TABEL ........ .................... .................... ...................... .................... .................... ..................
v
DAFTAR GAMBAR.... .................... .................... ...................... .................... .................... ..................
vi
63
77
83
99
108
110
118
121
133
141KEUANGAN DESA DAN ASET DESA
PEMBERDAYAAN DAN PEMBANGUNAN DESA
149
148
........................................................................................................ANATCATLOKBMODUL
XVIII.
154
157
...............
Pedoman Pencacah Podes 2018 v
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1. Jenis dan Kegunaan Instrumen Podes 2018............................................... 6
Tabel 1.2. Jadwal Kegiatan Podes 2018............................................................................. 8
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1. Alur Dokumen Podes 2018................................................................................ 7
Gambar 2.1. Mekanisme Pendataan dan Pengolahan PODES2018‐DESA................ 18
Gambar 2.2. Mekanisme Pendataan dan Pengolahan PODES2018‐KEC dan
PODES2018‐KAB................................................................................................... 19
Gambar 2.3. Mekanisme Pendataan Podes 2018 di BPS Provinsi dan BPS Pusat 21
Gambar 3.1. Struktur Organisasi Penanggung Jawab Teknis Kegiatan Podes
2018 ........................................................................................................................... 23
Gambar 5.1. Berbagai Contoh Tanaman Mangrove .......................................................... 50
Gambar 5.2. Contoh Bagian‐Bagian Sungai ......................................................................... 72
Gambar 5.3. Contoh Bagian‐Bagian Sungai Contoh Bagian‐Bagian Sungai Contoh Bagian‐Bagian Sungai Contoh Bagian‐Bagian SungaiCCCifidgiod Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET) .................................... 62
vi Pedoman Pencacah Podes 2018
Gambar 5.2 Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET) ...................... 69
Gambar 5.3 Contoh Bagian - bagian Sungai ................................................ 72
Gambar 5.4 Antena BTS............................. ................................................ 115
BAB I PENDAHULUAN
A. Umum
Pembangunan desa harus menjadi prioritas dalam pembangunan nasional
karena sangat terkait dengan upaya membangun Indonesia dari pinggiran dengan
cara memperkuat daerah-daerah dan desa dalam kerangka Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI). Gerakan pembangunan desa ditujukan untuk mendukung
pelaksanaan UU Desa dan mengawal pencapaian target-target Rencana
Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) 2015-2019.
Pembangunan Perdesaan Sesuai amanat UU No. 6 Tahun 2014, memang
ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan dan kualitas hidup masyarakat desa.
Caranya adalah dengan mendorong pembangunan desa-desa mandiri dan
berkelanjutan yang memiliki ketahanan sosial, ekonomi, dan lingkungan. Upaya
mengurangi kesenjangan antara desa dan kota dilakukan dengan mempercepat
pembangunan desa-desa mandiri serta membangun keterkaitan ekonomi lokal antara
desa dan kota melalui pembangunan kawasan perdesaan. Pemerintah melalui BPS
telah menyusun Indeks Kesulitan Geografis (IKG) yang berasal dari data Potensi Desa
(Podes), yang kemudian dijadikan standar perhitungan besaran dana desa. Dengan
adanya dana desa diharapkan akan membantu menanggulangi kemiskinan yang ada
di desa.
Implementasi kebijakan dan program pembangunan nasional dan daerah perlu
didukung oleh ketersediaan data dan informasi berbasis wilayah (spasial) melengkapi
data dan informasi sektoral yang telah ada. Data dan informasi tentang potensi
spesifik yang dimiliki oleh semua wilayah hingga tingkat terkecil (small areas)
merupakan bahan yang penting bagi perencanaan, implementasi, pengendalian, dan
evaluasi pembangunan daerah secara umum atau bahkan secara spesifik menurut
wilayah tertentu.
Data hasil Pendataan Podes hingga saat ini merupakan satu-satunya sumber
data tematik berbasis wilayah yang mampu menggambarkan potensi yang dimiliki
oleh suatu wilayah setingkat desa di seluruh Indonesia. Data Podes tersebut dapat
diolah sehingga dihasilkan informasi penting berbasis wilayah untuk berbagai
keperluan oleh berbagai pihak yang membutuhkan. Sebagai contoh, data Podes
digunakan untuk identifikasi tipologi wilayah misalnya perkotaan-perdesaan, pesisir-
nonpesisir, tertinggal-nontertinggal, dan sebagainya. Sejalan dengan perkembangan
jaman, kebutuhan terhadap data dan informasi kewilayahan hingga wilayah terkecil
dirasakan semakin beragam dan mendesak untuk bisa dipenuhi.
Podes telah dilaksanakan sejak tahun 1980. Pengumpulan data Podes
dilakukan sebanyak 3 (tiga) kali dalam kurun waktu 10 tahun, sebagai bagian dari
siklus 10 tahunan kegiatan sensus yang dilakukan oleh BPS. Podes dilakukan 2
tahun sebelum pelaksanaan sensus untuk mendukung kelancaran pelaksanaan
sensus. Pada tahun berakhiran ‘1’, pendataan Podes dilaksanakan untuk mendukung
- 2 -
Sensus Pertanian yaitu identifikasi wilayah konsentrasi usaha pertanian menurut
sektor dan subsektor. Pada tahun berakhiran ‘4’, Podes dilaksanakan untuk
mendukung Sensus Ekonomi dalam rangka identifikasi usaha menurut sektor dan
subsektor. Pada tahun berakhiran ‘8’, Podes dilaksanakan untuk mendukung Sensus
Penduduk yaitu untuk identifikasi wilayah permukiman baru.
Pelaksanaan Podes 2018 diharapkan bisa untuk membantu perencanaan
kegiatan Sensus Penduduk pada tahun 2020. Kuesioner yang digunakan dalam
pendataan Podes 2018 sebanyak 3 (tiga) jenis, yaitu kuesioner desa, kuesioner
kecamatan dan kuesioner kabupaten/ kota. Data yang dikumpulkan dapat dibagi
menjadi 2 (dua) yaitu data kor dan modul. Pertanyaan kor diharapkan muncul pada
setiap pelaksanaan Podes yang memuat data terkait infrastruktur, sumber daya alam,
kejadian bencana, kelembagaan desa, dan sebagainya. Pertanyaan modul, sebagian
ada di beberapa pertanyaan kor di Podes 2018 dan sebagian lagi ada dikhususkan
sebagai modul yang dapat dipergunakan bagi Sensus Penduduk 2020,
Selanjutnya, akan dilaksanakan updating data Podes yang perencananaannya
akan dilaksanakan setiap tahun. Data Podes yang akan diupdate mencakup
ketersediaan pelayanan dasar, kondisi infrastruktur, dan aksesibilitas/transportasi.
Diharapkan dengan updating Podes setiap tahun, akan terpenuhi kebutuhan data
infrastruktur yang akan digunakan seabagai perencanaan pembangunan selanjutnya.
Terkait dengan padatnya jadwal kegiatan BPS pada tahun 2018 diharapkan
tidak mengganggu target penyelesaian kegiatan lapangan Podes 2018. Semua pihak
terkait diharapkan merancang sejak dini pembagian tugas bagi petugas pelaksana
dengan sebaik-baiknya, sehingga kegiatan dapat diselesaikan tepat waktu.
B. Tujuan
Pendataan Podes tidak hanya ditujukan untuk menghasilkan data spesifik bagi
keperluan pembangunan wilayah, tetapi juga dimaksudkan untuk memberikan
indikasi awal tentang potensi wilayah, ketersediaan infrastruktur/fasilitas, serta
kondisi sosial-ekonomi dan budaya di setiap desa/kelurahan. Secara umum tujuan
Podes 2018 adalah:
1. Menyediakan data yang diharapkan dapat mendukung perencanaan kegiatan
Sensus Penduduk 2020 dari sisi wilayah kerja, anggaran, dan alokasi petugas,
2. Sebagai sarana untuk updating Master File Desa (MFD),
3. Menyediakan data tentang keberadaan dan perkembangan potensi yang
dimiliki desa/kelurahan yang meliputi: sosial, ekonomi, sarana, dan prasarana
wilayah,
4. Menyediakan data untuk berbagai keperluan yang berkaitan dengan
perencanaan wilayah di tingkat nasional dan tingkat daerah,
5. Melengkapi penyusunan kerangka sampling (sampling frame) untuk kegiatan
statistik lain lebih lanjut,
- 3 -
6. Menyediakan data bagi keperluan updating klasifikasi/tipologi desa, misalnya
perkotaan-perdesaan, pesisir dan nonpesisir, dan sebagainya,
7. Menyediakan data bagi keperluan updating peta wilayah kerja statistik
terendah,
8. Menyediakan data pokok bagi penyusunan statistik wilayah kecil (small area
statistics),
9. Menyediakan data bagi penyusunan berbagai analisis seperti identifikasi dan
penentuan desa tertinggal, variabel konteks dalam PMT, dan identifikasi desa
rawan bencana dan identifikasi desa yang mempunyai kesulitan geografis.
10. Menyediakan data untuk mengevaluasi dana desa, terkait Podes sebagai
sumber perhitungan besaran dana desa.
C. Landasan Hukum
Dasar hukum pelaksanaan Podes 2018 adalah:
1. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1997 tentang Statistik,
2. Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan
Statistik,
3. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 86 Tahun 2007 tentang Badan
Pusat Statistik;,
4. Peraturan Kepala BPS Nomor 007 Tahun 2008 tentang Struktur Organisasi
dan Tata Kerja BPS.
5. Keputusan Kepala BPS Nomor 121 Tahun 2001 tentang Organisasi dan Tata
Kerja Perwakilan BPS sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Kepala BPS
Nomor 10 Tahun 2017 (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor
108);
D. Cakupan Wilayah dan Kegiatan
Podes 2018 ini dilakasanakan mencakup seluruh wilayah administrasi
pemerintahan setingkat desa meliputi desa, kelurahan, nagari, Unit Permukiman
Transmigrasi (UPT) dan Satuan Permukiman Transmigrasi (SPT) yang masih dibina
oleh kementerian terkait diseluruh Indonesia. Podes 2018 juga mencakup semua
wilayah kecamatan, kabupaten/kota diseluruh Indonesia. Dalam perencanaannya,
Podes 2018 dirancang berdasarkan kondisi wilayah pada bulan Desember 2017, yang
terdiri dari 94.573 wilayah setingkat desa yang tersebar di 7.480 kecamatan, 514
kabupaten/kota, dan 34 provinsi. Namun, jumlah wilayah tersebut sangat mungkin
mengalami perubahan-perubahan sebagai akibat dari pemekaran maupun
penggabungan wilayah pada selama kurun waktu Januari 2018 hingga saat
pencacahan.
- 4 -
E. Jenis Data yang Dikumpulkan
Data yang dikumpulkan dalam Podes 2018 merupakan data umum yang
memberikan indikasi keberadaan potensi yang dimiliki oleh suatu wilayah.
1. Potensi Desa/Kelurahan dikumpulkan menggunakan kuesioner PODES2018-
DESA. Kuesioner ini memuat pertanyaan-pertanyaan antara lain:
a. Keterangan umum desa/kelurahan,
b. Kependudukan dan ketenagakerjaan,
c. Perumahan dan lingkungan hidup,
d. Bencana alam dan mitigasi bencana alam,
e. Pendidikan dan kesehatan,
f. Sosial budaya,
g. Olahraga,
h. Angkutan, komunikasi, dan informasi,
i. Penggunaan lahan,
j. Ekonomi,
k. Keamanan,
l. Program pemberdayaan dan pembangunan desa,
m. Keuangan desa dan aset desa,
n. Keterangan aparatur pemerintah desa/kelurahan,
o. Modul
Sejak tahun 2008, kuesioner Podes desa terdiri dari 2 (dua) bagian yaitu bagian
Inti (Kor) dan bagian Modul. Pertanyaan-pertanyaan Kor akan ditanyakan pada
setiap pendataan Podes, sedangkan pertanyaan-pertanyaan Modul disesuaikan
dengan kebutuhan sensus tertentu. Karena Podes 2018 diharapkan dapat
menjadi kerangka sampling (sampling frame) untuk kegiatan Sensus penduduk
2020 maka sebagian pertanyaan sudah ditanyakan pada bagian kor dan
beberapa di bagian modul. Khusus untuk Provinsi Sumatera Barat, Nagari dan
Jorong akan didata menggunakan kuesioner PODES2018-NAGARI dan
PODES2018-JORONG.
2. Potensi Kecamatan dikumpulkan menggunakan kuesioner PODES2018-KEC.
Kuesioner ini memuat pertanyaan untuk mengumpulkan data yang dianggap
lebih relevan ditanyakan di tingkat kecamatan, karena keberadaan datanya di
desa masih terbatas atau karena ketersediaan datanya di tingkat kecamatan
lebih lengkap dibandingkan jika dikumpulkan dari setiap desa. Kuesioner ini
memuat pertanyaan-pertanyaan antara lain:
a. Keterangan umum kecamatan,
- 5 -
b. Fasilitas perlindungan sosial,
c. Keamanan,
d. Situs/bangunan bersejarah,
e. Daya tarik wisata,
f. Sarana transportasi dan ekonomi,
g. Lembaga non Profit
h. Antisipasi/mitigasi bencana alam dan pelestarian lingkungan, dan
i. Keterangan aparatur kecamatan.
3. Potensi Kabupaten/Kota dikumpulkan menggunakan kuesioner PODES2018-
KAB/KOTA. Pertanyaan yang terdapat pada kuesioner ini dimaksudkan untuk
mengumpulkan data yang lebih relevan ditanyakan di tingkat kabupaten/kota.
Kuesioner ini memuat pertanyaan-pertanyaan antara lain:
a. Keterangan umum kabupaten/kota
b. Pertambangan,
c. Industri,
d. Perhubungan,
e. Politik, keamanan, dan kerawanan,
f. Antisipasi/mitigasi bencana alam,
g. Keterangan aparatur pemerintah kabupaten/kota.
F. Instrumen yang Digunakan
Instrumen yang digunakan untuk Podes 2018 terdiri dari 3 (tiga) kuesioner dan
3 (tiga) buku pedoman yang masing-masing kegunaannya dapat dilihat pada Tabel
1.1. Khusus untuk kuesioner PODES2018-NAGARI dan PODES2018-JORONG hanya
digunakan di Provinsi Sumatera Barat.
Alur dokumen Podes 2018 dari BPS Pusat ke BPS Provinsi, BPS
Kabupaten/Kota sampai ke petugas, dan pengembalian dokumen hasil pencacahan
dari lapangan sampai ke penyimpanannya dapat dilihat pada Gambar 1.1.
- 6 -
Tabel 1.1. Jenis dan Kegunaan Instrumen Podes 2018
No Jenis dan Nama Kegunaan Digunakan
oleh
Tempat
Penyimpanan
(1) (2) (3) (4) (5)
Kuesioner
1. PODES2018-DESA Pendataan potensi
desa/kelurahan PCL BPS Kabupaten/ Kota
2. PODES2018-
JORONG
Pendataan potensi
jorong PCL BPS Kabupaten/ Kota
3. PODES2018-
NAGARI
Pendataan potensi
nagari PCL BPS Kabupaten/ Kota
4. PODES2018-KEC Pendataan potensi
kecamatan PCL BPS Kabupaten/ Kota
5. PODES2018-
KAB/KOTA
Pendataan potensi
kabupaten/kota PCL BPS Kabupaten/ Kota
Buku Pedoman
1. Pedoman Kepala
BPS Provinsi/BPS
Kabupaten/Kota
Merupakan acuan
bagi Kepala BPS
Provinsi dan Kepala
BPS Kabupaten/
Kota dalam
melaksanakan
kegiatan pendataan
Podes 2018
Kepala BPS
Provinsi dan
Kepala BPS
Kabupaten/
Kota
BPS Provinsi dan BPS
Kabupaten/ Kota
2. Pedoman
Pencacahan
Merupakan acuan
bagi pencacah dalam
melaksanakan tugas
pendataan Podes
2018
PCL -
3. Pedoman
Pemeriksaan
Merupakan acuan
bagi pemeriksa
untuk memeriksa
isian kuesioner Podes
di lapangan
PML -
4. Pedoman
Pengolahan
Merupakan acuan
bagi petugas
pengolah dalam entri
data Podes 2018
Petugas
pengolahan
-
- 7 -
Gambar 1.1. Alur Dokumen Podes 2018
G. Jadwal Kegiatan
Jadwal kegiatan Podes 2018 mulai dari perencanaan sampai dengan
pengolahan dan penyajian adalah sebagai berikut:
- 8 -
Tabel 1.2. Jadwal Kegiatan Podes 2018
Tahapan Kegiatan Waktu
A Perencanaan dan Persiapan Kegiatan
1 Finalisasi instrumen Desember 2017
2 Pencetakan Kuesioner dan Buku Pedoman Januari 2018
3 Pengiriman Perlengkapan dan Dokumen
Pelatihan Inda Pendataan
Feb - 10 Maret
4 Penyusunan Program dan Pedoman Pengolahan Jan - Maret
5 Pencetakan dan Pengiriman Pedoman 10 - 31 Maret
B Pelatihan
Pelatihan Pendataan
1 Workshop Intama 4 - 7 Februari
2 Pelatihan Innas Pendataan 4 - 6 Maret
3 Pelatihan Inda Pendataan (3 hari) 13 - 19 Maret
4 Pelatihan Petugas Pendataan (3 hari) 20 - 28 Maret
Pelatihan Pengolahan
1 Pelatihan Innas Pengolahan (3 hari) 25 – 27 Maret
2 Pelatihan Inda Pengolahan (2 hari) 1 - 6 April
3 Pelatihan Petugas Pengolahan (1 hari) 10 - 14 April
C Pelaksanaan Lapangan
1 Pencacahan Podes 2018 1 - 30 April
2 Pengawasan Pemeriksaan 1 - 30 April
3 Supervisi Lapangan 1 - 30 April
D Pengolahan Data
1 Pengolahan Dokumen di BPS Kabupaten/Kota 15 April - 14 Mei
2 Validasi Data di BPS Kabupaten/Kota 5 - 30 Mei
3 Verifikasi Data ke Instansi Terkait 5 – 30 Mei
4 Kompilasi data di BPS Provinsi 2 - 20 Juni
5 Kompilasi data di BPS Pusat 23 Juni - 18 Juli
6 Tabulasi 4 – 29 Agustus
E Pelaporan
1 Penyusunan Publikasi 1 September - 31
Oktober
2 Pencetakan Publikasi 3 - 15 November
F Sosialisasi Hasil Podes 3 Desember
- 9 -
H. Sumber Data dan Strategi Wawancara
Data Podes 2018 diperoleh dari narasumber terkait dan relevan di wilayah
desa/kelurahan, kecamatan, dan kabupaten/kota. Narasumber di desa/kelurahan
adalah aparatur pemerintah desa yang terdiri dari kepala desa dan perangkat desa
(sekretaris desa, sekretariat, pelaksana kewilayahan, dan perangkat teknis).
Narasumber lain di tingkat desa yang relevan antara lain petugas puskesmas.
Narasumber di kecamatan adalah aparatur kecamatan dan narasumber lain yang
relevan seperti polsek dan ranting dinas pariwisata. Sedangkan narasumber di
kabupaten/kota adalah aparatur kabupaten dan narasumber lain yang relevan
seperti dinas perhubungan, dinas sosial dan sebagainya.
Ketidaklengkapan data yang tersedia di beberapa wilayah dan narasumber
merupakan halangan untuk menghasilkan data yang bermutu. Langkah yang bisa
ditempuh untuk menghasilkan data yang berkualitas antara lain:
1. Melakukan wawancara dengan beberapa pemerintah desa/kelurahan,
aparatur kecamatan, dan aparatur kabupaten/kota,
2. Melakukan wawancara dengan narasumber lain yang berwenang dan relevan,
3. Melakukan konfirmasi kembali kepada pemerintah desa/aparatur
kecamatan/aparatur kabupaten/kota setelah mendapatkan data dari
narasumber lain yang terkait dan relevan.
Usaha lain yang perlu dilakukan adalah pencacah harus mampu menjalin
komunikasi yang baik dengan semua narasumber, yaitu dengan menjadikan
narasumber tersebut sebagai mitra diskusi sekaligus sebagai narasumber relevan
untuk menggali data secara bersama-sama.
- 10 -
- 11 -
BAB II
METODOLOGI
1. Definisi Desa/Kelurahan/Nagari
Podes 2018 dilakukan terhadap seluruh wilayah administrasi setingkat
desa/kelurahan/nagari di seluruh Indonesia. Adapun konsep dan definisi desa,
kelurahan, dan nagari yaitu:
Desa adalah desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama lain,
selanjutnya disebut desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas
wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan,
kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul,
dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan
Negara Kesatuan Republik Indonesia (Undang-Undang No. 6 Tahun 2014 tentang
Desa).
Desa memiliki pemerintahan sendiri dan hak untuk mengatur wilayahnya yang
lebih luas. Pemerintahan desa terdiri dari kepala desa dan perangkat desa Dalam
perkembangannya, sebuah desa dapat diubah statusnya menjadi kelurahan. Desa
yang berubah statusnya menjadi kelurahan, kekayaannya menjadi kekayaan daerah
dan dikelola oleh kelurahan yang bersangkutan untuk kepentingan masyarakat
setempat.
Kelurahan adalah suatu wilayah yang dipimpin oleh seorang lurah sebagai
perangkat daerah kabupaten dan atau daerah kota di bawah kecamatan (UU No. 32
Tahun 2004). Lurah diangkat oleh bupati/walikota.
Unit Permukiman Transmigrasi (UPT) adalah satuan permukiman
transmigrasi yang berfungsi sebagai tempat tinggal dan tempat usaha transmigran
yang sejak awal direncanakan untuk membentuk suatu desa atau bergabung dengan
desa setempat. Organisasi UPT merupakan kelembagaan yang bersifat sementara
dibentuk sekurang kurangnya 2 bulan sebelum transmigran ditempatkan dan paling
lama 5 tahun (Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No.
PER.22/MEN/IX/2007).
Satuan Permukiman Transmigrasi (SPT) adalah satuan permukiman
potensial yang ditetapkan sebagai permukiman transmigrasi untuk mendukung
pusat pertumbuhan ekonomi pada wilayah yang sudah ada atau sedang berkembang
sesuai dengan rencana tata ruang wilayah (Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 246 Tahun 2003 tentang Prosedur dan
Kriteria Penyiapan Lokasi Permukiman Transmigasi).
Nagari adalah kesatuan masyarakat hukum adat yang memiliki batas-batas
wilayah tertentu, dan berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan
masyarakat setempat berdasarkan filosofi adat Minangkabau (Adat Basandi Syarak,
- 12 -
Syarak Basandi Kitabullah) dan atau berdasarkan asal-usul dan adat-istiadat
setempat dalam wilayah Provinsi Sumatera Barat (PP No. 72 Tahun 2005).
2. Master File Desa
Master File Desa (MFD) merupakan file yang berisi nama-nama desa beserta
kode identitasnya. Secara resmi, penetapan MFD dilakukan oleh BPS Pusat sebanyak
2 (dua) kali dalam setahun yaitu pada bulan Juni dan Desember. Namun BPS daerah
dapat selalu melakukan update berdasarkan aturan yang telah ditetapkan oleh
Kepala BPS melalui aplikasi MFD online. Hal ini dilakukan agar BPS selalu dapat
memiliki informasi mutakhir terkait perkembangan atau perubahan wilayah
administrasi setingkat desa di seluruh Indonesia. Usulan/update MFD dari BPS
daerah akan dievaluasi dan ditetapkan oleh BPS Pusat.
MFD yang digunakan untuk pelaksanaan lapangan Podes 2018 merupakan
kondisi desa/kelurahan pada bulan Desember 2017. MFD dikelola oleh
Subdirektorat Pengembangan Kerangka Sampel, Direktorat Pengembangan
Metodologi Sensus dan Survei. Informasi berisi nama dan kode desa kondisi SE2016
dan Desember 2017 akan digunakan sebagai panduan untuk mengisi identitas desa
yang terdapat pada Blok I kuesioner PODES2018-DESA. Namun, kode desa saat
pencacahan dapat berbeda dengan MFD yang digunakan, sebagai akibat terjadinya
pemekaran wilayah atau penggabungan wilayah desa setelah Desember 2017.
3. Mekanisme Lapangan dan Pengolahan Data Podes 2018
Dokumen Podes 2018 diisi oleh petugas pencacah berdasarkan hasil
wawancara dengan narasumber terkait yang berwenang dan relevan, serta
penelusuran dokumen yang ada di desa/kelurahan, kecamatan, maupun
kabupaten/kota. Sedangkan entry data di BPS Kabupaten/Kota direncanakan
dilakukan oleh KSK. Tugas BPS Provinsi hanya melakukan kompilasi dan
pemeriksaan kewajaran dan konsistensi data. Secara umum pelaksanaan Podes
2018 dapat dibagi menurut kegiatan di BPS Kabupaten/Kota dan BPS Provinsi.
a. BPS Kabupaten/Kota
Pencacahan lapangan dan pengolahan dilakukan di BPS Kabupaten/Kota.
Secara garis besar pencacahan lapangan Podes 2018 terdiri dari 3 kegiatan yaitu
pencacahan potensi desa/kelurahan, potensi kecamatan, dan potensi
kabupaten/kota. Sedangkan pengolahan data akan dilakukan oleh KSK untuk
mengoptimalkan penggunaan laptop KSK.
1. Pencacahan dan Monitoring Progres Pencacahan
Pendataan desa/kelurahan menggunakan kuesioner PODES2018-
DESA. Khusus desa-desa yang berstatus pemerintahan nagari di Provinsi
Sumatera Barat, yang menjadi satuan wilayah pencacahan pada Podes 2018
ini adalah nagari, maka dilakukan pendataan dengan menggunakan
kuesioner PODES2018-NAGARI. Sedangkan untuk wilayah di bawah nagari
- 13 -
(jorong/korong/kampung) dilakukan pendataan dengan menggunakan
kuesioner PODES2018-JORONG. Pendataan dilakukan dengan cara
wawancara dengan aparatur pemerintah desa/kelurahan dan narasumber
lain yang berwenang dan relevan. Aparatur pemerintah desa/kelurahan
meliputi kepala desa/lurah dan perangkat desa/kelurahan. Sementara itu,
perangkat desa/kelurahan meliputi sekretaris desa/kelurahan dan kaur/kasi
di desa/kelurahan. Pengisian daftar kuesioner menggunakan BOLPOIN. Jika
terjadi kesalahan isi maka isian yang salah tersebut dicoret dan diganti
dengan isian yang benar, kemudian diparaf.
Setelah menyelesaikan satu dokumen pencacahan di desa/kelurahan,
petugas pencacah diminta untuk melakukan diskusi dengan pemerintah
desa/kelurahan/nagari yang menjadi responden Podes 2018. Dalam diskusi
ini akan dibahas beberapa hal seperti:
1. Klarifikasi tentang kesesuaian data hasil pencacahan dengan fakta yang
ada di desa/kelurahan,
2. Klarifikasi terkait data yang tidak tersedia di pemerintah desa/kelurahan,
namun diperoleh dari narasumber lain yang relevan di luar pemerintah
desa/kelurahan,
3. Persepakatan terhadap data yang tidak terdapat di pemerintah
desa/kelurahan sehingga diisi berdasarkan perkiraan petugas BPS dan
narasumber lain yang relevan,
4. Persetujuan dan legalisasi pemerintah desa terhadap data final hasil
pencacahan Podes 2018 sebagai data yang menggambarkan kondisi riil
desa/kelurahan.
Pendataan potensi kecamatan dilakukan dengan cara mengunjungi
seluruh kecamatan untuk melakukan wawancara langsung dengan aparatur
kecamatan (camat atau narasumber lain yang relevan seperti petugas
puskesmas maupun ranting dinas). Pendataan Potensi Kecamatan dilakukan
dengan menggunakan kuesioner PODES2018-KEC.
Pendataan potensi kabupaten dilakukan dengan mengunjungi kantor
bupati/walikota dan kantor-kantor dinas yang relevan di seluruh
kabupaten/kota (seperti Dinas Pertambangan, Dinas Perindustrian, Dinas
Perhubungan, dan Dinas Pertanian). Petugas selanjutnya melakukan
wawancara langsung dengan narasumber di kantor-kantor dinas tersebut
sesuai dengan muatan pertanyaan di masing-masing dinas tersebut.
Mekanisme lapangan pada pencacahan potensi kabupaten/kota sama
dengan mekanisme lapangan pada saat pencacahan potensi kecamatan.
Kuesioner yang digunakan dalam pendataan potensi kabupaten/kota adalah
PODES2018-KAB/KOTA.
- 14 -
Adanya informasi yang harus dikumpulkan oleh pencacah seperti isian
jumlah fasilitas yang umumnya adalah kurang lengkap, maka petugas
pencacah diminta melakukan kunjungan ulang ke narasumber untuk
melakukan konfirmasi isian dan mendapatkan legitimasi data yang
diperoleh. Oleh karena itu, petugas pencacah perlu melakukan perencanaan
secara matang mengenai kegiatan apa saja yang perlu dilakukan oleh
petugas dalam setiap kunjungan. Mekanisme lapangan untuk petugas
pencacah dan pengawas/pemeriksa berikut agar perlu dipedomani dengan
sebaik-baiknya agar keseluruhan pertanyaan pada kuesioner terisi secara
lengkap, akurat, dan dapat selesai sesuai dengan jadwal.
a. Jumlah kunjungan dalam rangka pencacahan tidak dibatasi. Namun
dalam skema kegiatan lapangan diilustrasikan bahwa keseluruhan
pertanyaan pada kuesioner terisi secara lengkap dan benar setidaknya
dalam 3 (tiga) kali kunjungan.
b. Kunjungan pertama
1. Setiap pencacah sudah melakukan kunjungan pertama ke semua
desa/kelurahan dan mencatat sebagian data yang sudah tersedia,
2. Mengadakan perjanjian untuk kunjungan kedua guna melengkapi
data, serta menyampaikan data apa saja yang perlu disiapkan oleh
narasumber pada kunjungan kedua,
3. Dalam kondisi desa yang sangat sulit dijangkau maka pengumpulan
keterangan secara lengkap dapat saja dilakukan dalam satu
kunjungan.
c. Kunjungan kedua
1. Menyelesaikan seluruh isian daftar PODES2018-DESA,
2. Mengadakan perjanjian untuk kunjungan ke-3 untuk melengkapi
data yang masih tersisa, serta menyampaikan data apa saja yang
perlu disiapkan pada kunjungan ke-3,
3. Pencacah memeriksa seluruh isian dengan seksama, termasuk
kewajarannya dibandingkan dengan 2011 dan dibandingkan dengan
wilayah lain. Ketidak wajaran dikonfirmasi lagi pada kunjungan ke-3.
d. Kunjungan ketiga
1. Konfirmasi seluruh data yang sudah dicacah,
2. Mengadakan persepakatan bahwa data tersebut dipakai sebagai data
Podes 2018, serta Kepala Desa/Lurah menandatangani dan memberi
cap legalisasi di tempat yang tersedia pada kuesioner.
e. Pengawasan dan pemeriksaan
1. Setiap pencacah diawasi dan diperiksa baik selama proses maupun
hasil kuesioner dalam hal kelengkapan, kewajaran, dan konsistensi.
Selanjutnya pengawas memberikan rekomendasi perbaikan.
Pengawasan sebaiknya dilakukan di lapangan,
- 15 -
2. Pengawas melakukan Monitoring I (mengirim SMS sesuai format yang
sudah ditentukan) untuk setiap desa/kelurahan yang sudah selesai
dicacah oleh pencacah dan dokumennya diterima dan diperiksa.
Monitoring I juga dilaksanakan pada Podes kecamatan.
3. Jika dalam satu minggu pengawas/pemeriksa tidak melaporkan
desa/kelurahan yang sudah selesai, maka sistem akan memberikan
peringatan secara otomatis kepada pengawas, Kasie Sosial, dan
Kepala BPS Kabupaten/Kota.
Kelancaran kegiatan pencacahan di lapangan juga menjadi tanggung
jawab petugas pengawas lapangan. Pengawas juga sekaligus berfungsi
sebagai pemeriksa dokumen yang telah diserahkan pencacah kepada
pengawas. Jika ternyata dokumen yang diterima tidak lengkap, tidak wajar
atau tidak konsisten maka pengawas dapat memberi tugas kepada pencacah
untuk melakukan kunjungan ulang ke desa/kelurahan. Sebaliknya jika
dokumen sudah lengkap maka dapat diserahkan kepada KSK/petugas entry
untuk dilakukan entry data.
2. Pengolahan dan Monitoring Progres Pengolahan Data
Sebelum entry data, KSK wajib melakukan editing coding. Dokumen yang
sudah di-entry dan softfile data hasil entry selanjutnya diserahkan kepada BPS
Kabupaten/Kota untuk dikompilasi. Selain itu BPS Kabupaten/Kota juga akan
melakukan validasi terhadap data yang sudah dientry. Jika data tersebut
dinyatakan clean maka proses selanjutnya adalah melakukan konsistensi
dengan dokumen kecamatan dan kabupaten untuk variabel tertentu yang
saling terkait. Jika data tidak lolos validasi maka BPS Kabupaten/Kota akan
langsung menghubungi pengawas untuk melakukan konfirmasi dan tindak
lanjut.
Beberapa hal penting terkait kegiatan pengolahan data Podes 2018 yang
perlu diperhatikan adalah:
1. Perangkat lunak yang akan digunakan untuk pengolahan data (perekaman
dan pengecekan kewajaran) disiapkan oleh BPS Pusat. Petugas pengolahan
data Podes akan dilatih secara khusus sesuai jadwal yang telah ditentukan.
Agar pengolahan data dapat diselesaikan tepat waktu, diharapkan kepala
BPS Provinsi dan Kepala BPS Kabupaten/Kota untuk mematuhi jadwal
yang telah ditetapkan.
2. Pengolahan dokumen PODES2018-DESA dilakukan oleh petugas olah data
dengan menggunakan aplikasi yang sudah disiapkan oleh BPS Pusat.
Petugas olah data adalah KSK atau staf BPS Kabupaten/Kota yang telah
mengikuti pelatihan pengolahan data. Sebelum dilakukan entry data,
petugas melakukan kegiatan editing-coding, pemeriksaan kewajaran isian
dan kebenaran identitas wilayah. Entry data dilakukan segera setelah
dokumen terisi secara lengkap dan benar. Softfile hasil entry data dan
- 16 -
dokumen PODES2018-DESA dikirim ke BPS Kabupaten/Kota secara
bertahap setiap kali satu desa/kelurahan selesai. Softfile untuk Seksi IPDS
sementara itu kuesioner untuk Seksi Statistik Sosial.
3. Kompilasi data hasil pengolahan PODES2018-DESA dilakukan di BPS
Kabupaten/Kota. Beberapa hal yang perlu diperhatikan, antara lain:
a. Kasi IPDS melakukan kompilasi,
b. Kasi Statistik Sosial melakukan Monitoring II yaitu mengupload file
terenkripsi dari aplikasi pengolahan yang diberikan oleh Seksi IPDS.
Monitoring II melaporkan daftar desa yang telah selesai diolah beserta
status validasi datanya,
c. Jika dalam satu minggu Kasie Statistik Sosial tidak melakukan kegiatan
Monitoring II, maka sistem akan memberikan peringatan secara otomatis
kepada Kasie IPDS, Kasie Statistik Sosial, dan Kepala BPS
Kabupaten/Kota.
4. Pemeriksaan data dilakukan dalam hal kelengkapan, kewajaran, validitas,
dan konsistensi datanya. Pemeriksaan dilakukan melalui aplikasi tabulasi
yang tersedia dalam program pengolahan dan konfirmasi data dengan dinas
terkait. Pemeriksaan dan validasi harus dilakukan sehingga diperoleh data
yang clean. Beberapa hal yang perlu diperhatikan, antara lain:
a. Seksi IPDS melakukan validasi dan membuat tabulasi,
b. Seksi Statistik Sosial memeriksa tabulasi dan memastikan validitas data,
c. Seksi Statistik Sosial melakukan kegiatan Monitoring III, yaitu upload file
terenkripsi dari aplikasi pengolahan yang diberikan oleh Seksi IPDS.
Monitoring III berisi rekap jumlah desa/kelurahan menurut kecamatan
dalam bentuk informasi yang terenkripsi. Upload dilakukan sebelum
pengiriman data clean ke BPS Provinsi.
d. Jika dalam batas waktu monitoring Kasie Statistik Sosial tidak
melakukan kegiatan Monitoring III, maka sistem akan memberikan
peringatan secara otomatis kepada Kasie IPDS, Kasie Statistik Sosial,
dan Kepala BPS Kabupaten/Kota.
5. Pengolahan dokumen PODES2018-KEC dan PODES2018-KAB/KOTA
dilakukan oleh BPS Kabupaten/Kota dengan menggunakan aplikasi
pengolahan data yang sudah disiapkan oleh BPS Pusat.
6. Pengecekan konsistensi antara data desa dengan data kecamatan dan
kabupaten/kota untuk variabel-variabel yang bersesuaian/terkait
dilakukan di BPS Kabupaten/Kota.
7. Pengolahan dan dokumentasi laporan pengawasan dan pemeriksaan
dilakukan di BPS Kabupaten/Kota.
8. Semua data Podes yang meliputi PODES2018-DESA, PODES2018-KEC,
PODES2018-KAB /KOTA dikirimkan ke BPS Provinsi setelah melalui proses
- 17 -
pemeriksaan data. Pemeriksaan data dilakukan melalui aplikasi tabulasi
yang tersedia dalam program pengolahan dan konfirmasi data dengan dinas
terkait,
9. Kepala BPS Kabupaten/Kota menandatangani Surat Keterangan
Pengiriman Data dan Penjaminan Kualitas Data ke BPS Provinsi. Surat
dikirimkan dalam bentuk softfile kepada Kepala BPS Provinsi cq. Kepala
Bidang Statistik Sosial Provinsi, sedangkan asli surat disimpan di BPS
Kabupaten /Kota sebagai arsip.
Pelaksanaan lapangan dan pengolahan menjadi kegiatan yang saling
terkait. Selama proses pengolahan bisa saja dokumen dikembalikan kepada
petugas pemeriksa untuk dibetulkan kembali isian yang masih belum benar.
Oleh karena itu kerja sama antara petugas pencacah, pemeriksa, dan petugas
pengolahan harus berjalan dengan baik. Alur pencacahan dan pengolahan
kegiatan Podes 2018, baik PODES2018-DESA, PODES2018-KEC, PODES2018-
KAB dapat dilihat pada Gambar 2.1 dan 2.2
- 18 -
Gambar 2.1. Mekanisme Pendataan dan Pengolahan PODES2018-DESA
- 19 -
Gambar 2.2. Mekanisme Pendataan dan Pengolahan PODES2018-KEC dan
PODES2018-KAB
PENCACAHAN KEC/KABSTAF/KASIE
- Kunjungan ke dinas/instansi- Wawancara langsung dengan responden di dinas/
instansi
PENGAWASAN*STAF/KASIE
- Mengawasi pelaksanaan lapangan
- Memeriksa kelengkapan dokumen
PEMERIKSAAN DOKUMEN KASIE /STAF
- Memeriksa kewajaran dan konsistensi isian
Tidak
Ya
KOMPILASI DATA DI KAB/KOTASEKSI IPDS KAB/KOTA
Data clean dan konsisten?
Ya
Tidak
VALIDASI & KONSISTENSI DATAKASIE/STAF
- Tabulasi dan pemeriksaan akurasi data - Pemeriksaan trend dan kewajaran data Podes 2014 dengan Podes 2011- Konsistensi PODES2014 -DESA, PODES2014-KEC, dan PODES2014-KAB/KOTA
PENGOLAHAN DOKUMENKSK
- Editing, Coding, - Entry, Verify
Dokumen lengkap dan isian akurat?
Tidak
PENGIRIMAN DATA KE BPS PROVINSI
Kasie IPDS BPS Kabupaten/Kota
SELESAI
MULAI PELATIHAN PETUGAS
*) Keterangan: Pencacahan PODES2018-KAB/KOTA tidak ada pengawas
- 20 -
b. BPS Provinsi dan BPS Pusat
BPS Provinsi dan BPS Pusat tidak melakukan tugas pendataan maupun
pengolahan data Podes 2018. Akan tetapi, BPS Provinsi dan BPS Pusat
mempunyai tanggung jawab untuk melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan
lapangan di BPS Kabupaten/Kota. BPS Provinsi dan BPS Pusat harus memastikan
bahwa pelaksanaan Podes 2018 di BPS Kabupaten berjalan secara efektif.
Selain melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan pencacahan dan
pengolahan data Podes 2018, BPS Provinsi mempunyai tugas sebagai berikut:
1. Bidang IPDS melakukan kompilasi, validasi dan tabulasi data dari seluruh
kabupaten/kota,
2. Bidang Statistik Sosial memeriksa kelengkapan, kewajaran, dan konsistensi
pada tabel yang dihasilkan dari program pengolahan,
3. Bidang IPDS mengirim file data Podes 2018 ke BPS Pusat (Direktur Sistem
Informasi Statistik) setelah dilakukan proses pemeriksaan dan validasi data.
Pemeriksaan data dilakukan dengan menggunakan aplikasi tabulasi yang
tersedia dalam program pengolahan.
4. Kepala Bidang Statistik Sosial menandatangani Surat Keterangan
Pengiriman Data dan Penjaminan Kualitas Data ke BPS Pusat. Surat
dikirimkan dalam bentuk softfile kepada Direktur Statistik Ketahanan Sosial
yang ditembuskan kepada Deputi Bidang Statistik Sosial dan Direktur
Sistem Informasi Statistik BPS, sedangkan asli surat disimpan di BPS
Provinsi sebagai arsip.
Jika dalam pemeriksaan data ternyata masih ditemukan data yang masih
error, maka BPS Provinsi sesegera melakukan konfirmasi kepada BPS
Kabupaten/Kota agar data yang masih salah isian untuk segera diperbaiki dan
dikirimkan kembali. Setelah diperika kembali di BPS Provinsi dan data dianggap
clean maka data tersebut segera dikirimkan ke BPS Pusat c.q. Subdirektorat
Integrasi Pengolahan Data Statistik, Direktorat Sistem Informasi Statistik cc.
Subdirektorat Statistik Ketahanan Wilayah, Direktorat Statistik Ketahanan Sosial.
Data Podes dari BPS Provinsi diterima oleh BPS Pusat melalui Subdirektorat
Integrasi Pengolahan Data. Data yang sudah diterima kemudian dilakukan
kompilasi, validasi, dan tabulasi. Setelah data Podes 2018 dinyatakan clean, maka
data Podes masing-masing daerah akan dikirim kembali ke BPS Provinsi dan BPS
Kabupaten/Kota. Gambar 2.3 menunjukkan bagan alur pengolahan data di BPS
Provinsi dan BPS Pusat.
- 21 -
Gambar 2.3 Mekanisme Podes 2018 di BPS Provinsi dan BPS Pusat
KOMPILASI DAN VALIDASI DATADIREKTORAT SIS BPS
WAJARYaTidak
DATA FINAL PODES 2014BPS PROVINSIBPS KABUPATEN/KOTA
KIRIM DATA
DATA CLEAN BPS KABUPATEN/KOTAKASIE IPDS
KOMPILASI DAN VALIDASI DATA BIDANG IPDS BPS PROVINSI
- Matching data Podes sebelumnya- Memeriksa trend data Podes- Tabulasi data Podes
WAJAR
Tidak
KIRIM DATA
Ya
KIRIM DATA
MULAI
SELESAI
2018
- 22 -
- 23 -
BAB III
STRUKTUR ORGANISASI LAPANGAN
1 Struktur Organisasi
Struktur organisasi penanggung jawab kegiatan Podes 2018 disusun dengan
tujuan agar setiap penanggung jawab kegiatan mengetahui wewenang, tugas, dan
tanggung jawabnya masing-masing. Struktur organisasi mulai dari tingkat BPS Pusat,
BPS Provinsi sampai dengan BPS Kabupaten/Kota dapat dilihat pada Gambar 3.1.
Gambar 3.1. Struktur Organisasi Penanggung Jawab Teknis Kegiatan Podes 2018
- 24 -
Di tingkat BPS Pusat, pengarah umum Podes 2018 adalah Kepala BPS,
sementara pengarah teknis adalah Deputi Bidang Statistik Sosial bersama Deputi
Bidang Metodologi dan Informasi Statistik. Sementara itu, penanggung jawab kegiatan
Podes 2018 adalah Direktur Statistik Ketahanan Sosial, Direktur Pengembangan
Metodologi Sensus dan Survei, dan Direktur Sistem Informasi Statistik. Penanggung
jawab teknis Podes 2018 adalah Kepala Subdirektorat Statistik Ketahanan Wilayah,
dibantu oleh kepala subdirektorat dan kepala seksi yang terkait.
Pada tingkat BPS Provinsi, penanggung jawab pelaksanaan Podes 2018 secara
keseluruhan adalah Kepala BPS Provinsi. Penanggung jawab teknisnya adalah Kepala
Bidang Statistik Sosial. Sementara itu, penanggung jawab pengolahan adalah Kepala
Bidang Integrasi Pengolahan dan Diseminasi Statistik.
Pada tingkat BPS Kabupaten/Kota, penanggung jawab pelaksanaan Podes 2018
adalah Kepala BPS Kabupaten/Kota. Sementara itu penanggung jawab teknis adalah
Kepala Seksi Statistik Sosial. Sedangkan penanggung jawab pengolahan adalah
Kepala Seksi Integrasi Pengolahan dan Diseminasi Statistik.
2 Wewenang, Tugas, dan Tanggung Jawab Pelaksana Podes 2018
Pelaksana kegiatan Podes 2018 di BPS Pusat, BPS Provinsi, dan BPS
Kabupaten/Kota mempunyai wewenang, tugas, dan tanggung jawab yang berbeda.
Wewenang, tugas, dan tanggung jawab kegiatan Podes 2018 yang dikelompokkan
menurut rentang kendali kegiatan diuraikan sebagai berikut:
BPS Pusat
a. Kepala BPS
Kepala BPS mempunyai wewenang dan tanggung jawab sebagai pengarah
kegiatan Podes 2018 secara keseluruhan agar kegiatan dapat berjalan dengan
lancar.
b. Deputi Bidang Statistik Sosial
Deputi Bidang Statistik Sosial mempunyai wewenang dan tanggung jawab
sebagai pengarah kegiatan Podes 2018 secara teknis atas arahan dari Kepala BPS.
Deputi Bidang Statistik Sosial lebih berperan sebagai pengarah kegiatan lapangan
agar kegiatan dapat berjalan dengan lancar.
c. Deputi Bidang Metodologi dan Informasi Statistik
Deputi Bidang Metodologi dan Informasi Statistik mempunyai wewenang dan
tanggung jawab sebagai pengarah kegiatan Podes 2018 secara teknis atas arahan
dari Kepala BPS. Deputi Bidang MIS lebih berperan sebagai pengarah kegiatan
pengolahan Podes 2018.
d. Direktur Statistik Ketahanan Sosial
Direktur Statistik Ketahanan Sosial mempunyai wewenang, tugas dan
tanggung jawab sebagai berikut.
- 25 -
1. Memberi pertimbangan dan saran mengenai hal-hal yang berhubungan
dengan pelaksanaan Podes 2018,
2. Bertanggung jawab atas penyelenggaraan kegiatan,
3. Mengkoordinasikan kegiatan pelaksanaan Podes 2018,
4. Menyusun rencana kegiatan beserta seluruh tahapan kegiatannya,
5. Menyusun jadwal kegiatan,
6. Membuat laporan perkembangan pelaksanaan kegiatan.
e. Direktur Pengembangan Metodologi Sensus dan Survei
Direktur Pengembangan Metodologi Sensus dan Survei mempunyai
wewenang, tugas dan tanggung jawab sebagai berikut.
1. Bertanggung jawab atas metodologi dan pemutakhiran MFD,
2. Mengirimkan daftar MFD ke BPS Kabupaten/Kota sebelum pelaksanaan
pelatihan dan lapangan,
3. Memberikan tanggapan mengenai ditemukannya perubahan wilayah.
f. Direktur Sistem Informasi Statistik (SIS)
Direktur Sistem Informasi Statistik (SIS) mempunyai wewenang, tugas dan
tanggung jawab sebagai berikut.
1. Bertanggung jawab atas sistem dan aplikasi pengolahan data Podes 2018,
2. Mendistribusikan sistem dan aplikasi pengolahan data ke BPS daerah,
3. Menyelenggarakan pelatihan instruktur pengolahan data,
4. Memantau pelaksanaan pengolahan data Podes 2018 yang dilaksanakan di
pusat dan daerah,
5. Menerima hasil pengolahan data Podes 2018 dari BPS daerah,
6. Mengkonsolidasikan seluruh hasil pengolahan,
7. Menyajikan hasil pengolahan,
BPS Provinsi
a. Kepala BPS Provinsi
Kepala BPS Provinsi mempunyai wewenang, tugas dan tanggung jawab
sebagai berikut.
1. Kepala BPS Provinsi bertanggung jawab memberi arahan teknis dan
administratif kepada Kepala BPS Kabupaten/Kota,
- 26 -
2. Menentukan susunan petugas, organik BPS atau non organik BPS, yang
berkaitan dengan ketentuan upah kinerja di BPS Provinsi,
3. Memonitor dan mengevaluasi penyelenggaraan pelatihan petugas di daerah,
4. Memonitor dan mengevaluasi jalannya koordinasi dan supervisi pelaksanaan
lapangan.
b. Kepala Bidang Statistik Sosial
Kepala Bidang Statistik Sosial mempunyai wewenang, tugas dan tanggung
jawab sebagai berikut.
1. Melakukan koordinasi pelaksanaan Podes 2018,
2. Memberi petunjuk kepada Kepala BPS Kabupaten/Kota mengenai
rekruitmen dan pelatihan petugas,
3. Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan pencacahan serta
pemeriksaan hasil Podes 2018,
4. Membuat laporan teknis pelaksanaan lapangan Podes 2018.
5. Melaksanakan upaya penjaminan kualitas data Podes 2018
6. Menandatangani dan mengirimkan Surat Keterangan Pengiriman Data dan
Penjaminan Kualitas Data Ke BPS ke BPS Pusat.
c. Kepala Bagian Tata Usaha
Kepala Bagian Tata Usaha mempunyai wewenang, tugas dan tanggung jawab
sebagai berikut.
1. Mendistribusikan dokumen ke BPS Kabupaten/Kota,
2. Bersama-sama Kepala Bidang Statistik Sosial menyelenggarakan pelatihan
petugas,
3. Menyelenggarakan administrasi kegiatan Podes 2018.
d. Kepala Bidang Integrasi Pengolahan dan Diseminasi Statistik
Kepala Bidang Integrasi Pengolahan dan Diseminasi Statistik mempunyai
wewenang, tugas dan tanggung jawab sebagai berikut.
1. Melakukan koordinasi pengolahan data dengan BPS Kabupaten/Kota
2. Melakukan penggabungan hasil pengolahan tingkat kabupaten/kota,
3. Melakukan pemeriksaan validasi dan tabulasi data Podes 2018,
4. Mengirimkan hasil penggabungan data clean ke BPS Pusat,
5. Membuat laporan teknis pengolahan Podes 2018.
- 27 -
BPS Kabupaten/Kota
a. Kepala BPS Kabupaten/Kota
Kepala BPS Kabupaten/Kota mempunyai wewenang, tugas dan tanggung
jawab sebagai berikut.
1. Kepala BPS Kabupaten/Kota bertanggung jawab atas kegiatan Podes 2018
secara keseluruhan di kabupaten/kota,
2. Melakukan rekruitmen petugas lapangan,
3. Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan lapangan dan pemeriksaan
hasil pendataan dan menjamin mutu data Podes 2018,
4. Melakukan monitoring pencacahan dan pengolahan melalui website SMS
Gateway,
5. Membuat laporan pelaksanaan Podes 2018,
6. Menandatangani Surat Keterangan Pengiriman Data dan Penjaminan
Kualitas Data ke BPS Provinsi.
b. Kepala Seksi Statistik Sosial
Kepala Seksi Statistik Sosial mempunyai wewenang, tugas dan tanggung
jawab sebagai berikut.
1. Melakukan koordinasi pelaksanaan Podes 2018,
2. Menyelenggarakan pelatihan petugas bersama-sama dengan Kepala Sub
Bagian Tata Usaha,
3. Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan pencacahan serta
pemeriksaan hasil Podes 2018,
4. Mendaftarkan petugas monitoring SMS Gateway,
5. Melakukan monitoring II dan III (upload file terenkripsi dari program
pengolahan) berupa data yang sudah dientri dan rekap data jumlah desa per
kecamatan,
6. Memeriksa tabel dan memastikan kebenaran data Podes 2018,
7. Membuat laporan teknis pelaksanaan lapangan Podes 2018.
c. Kepala Sub Bagian Tata Usaha
Kepala Bidang Tata Usaha mempunyai wewenang, tugas dan tanggung jawab
sebagai berikut.
1. Mendistribusikan dokumen ke petugas Podes 2018,
2. Bersama-sama Kasie Statistik Sosial menyelenggarakan pelatihan petugas,
3. Membuat laporan administrasi penyelenggaraan pelatihan,
4. Melaksanakan administrasi kegiatan Podes 2018.
- 28 -
d. Kepala Seksi Integrasi Pengolahan dan Diseminasi Statistik
Kepala Seksi Integrasi Pengolahan dan Diseminasi Statistik mempunyai
wewenang, tugas dan tanggung jawab sebagai berikut.
1. Melakukan pengelolaan atas perubahan wilayah kerja statistik,
2. Mengatur pendistribusian peralatan GPS receiver kepada pengawas,
3. Melakukan koordinasi pengolahan data Podes 2018,
4. Melakukan validasi data dan tabulasi data serta memeriksa data podes,
5. Memberikan bahan untuk SMS gateway kepada Kasie Sosial berupa
informasi berisi data yang sudah diolah dan divalidasi dalam bentuk
enkripsi,
6. Mengirimkan hasil penggabungan data clean ke BPS Provinsi melalui
mekanisme yang ditentukan,
7. Membuat laporan teknis pengolahan Podes 2018 di tingkat Kabupaten/Kota.
e. Koordinator Statistik Kecamatan (KSK)
Koordinator Statistik Kecamatan mempunyai wewenang, tugas dan tanggung
jawab sebagai berikut.
1. Melakukan koordinasi pelaksanaan Podes 2018 di tingkat kecamatan,
2. Mengikuti pelatihan petugas Podes 2018,
3. Melakukan pengawasan pelaksanaan Podes 2018 di wilayah kerjanya agar
pendataan berjalan dengan baik,
4. Mengikuti pelatihan pengolahan data sebagai petugas pengolah Podes 2018,
5. Melakukan pengolahan data (entry) Podes 2018,
6. Menyerahkan dokumen Podes 2018 dan data yang sudah dientri kepada
BPS Kabupaten.
f. Pengawas/Pemeriksa (PML) Podes 2018
Pengawas/Pemeriksa mempunyai wewenang, tugas dan tanggung jawab
sebagai berikut.
1. Petugas PML Podes 2018 terdiri dari PML untuk pencacahan Podes 2018 di
tingkat desa/kelurahan dan kecamatan,
2. Mengikuti pelatihan petugas Podes 2018,
3. Pengawasan/pemeriksaan PODES2018-DESA dilakukan oleh Koordinator
Statistik Kecamatan (KSK) atau staf BPS Kabupaten/Kota,
4. Pengawasan/pemeriksaan PODES2018-KEC dilakukan oleh Kasie Statistik
Sosial atau Staf BPS Kabupaten/Kota,
- 29 -
5. Mengorganisasikan petugas pencacah yang berada di bawah
pengawasannya,
6. Melaksanakan pengawasan sesuai petunjuk, wilayah kerja dan jadwal yang
ditentukan,
7. Memeriksa hasil pencacahan yang diserahkan petugas pencacah
(kelengkapan dokumen, kelengkapan isian dan kualitas data yang diperoleh)
dan jika ditemukan kejanggalan, perintahkan kepada petugas pencacah
untuk melakukan kunjungan ulang,
8. Mengirimkan SMS ke SMS Gateway bagi setiap desa yang sudah selesai
diperiksa,
9. Memberikan petunjuk dan jalan keluar atas permasalahan lapangan yang
dilaporkan petugas pencacah,
10. Mengumpulkan dan menyusun dokumen hasil pencacahan kemudian
diserahkan kepada KSK untuk diolah,
11. Mengukur koordinat dan ketinggian kantor desa/kelurahan menggunakan
alat (GPS receiver).
g. Pencacah Podes (PCL) Podes 2018
Pencacah Podes (PCL) mempunyai wewenang, tugas dan tanggung jawab
sebagai berikut.
1. Pencacah (PCL) terdiri dari KSK/mitra statistik untuk pencacahan Podes
2018 di tingkat desa/kelurahan, KSK untuk pencacahan Podes 2018 di
tingkat kecamatan, dan Staf/Kasie Statistik Sosial BPS Kabupaten/Kota
untuk pencacahan di tingkat kabupaten/kota,
2. Mengikuti pelatihan petugas Podes 2018,
3. Melaksanakan pendataan sesuai dengan petunjuk dan jadwal yang telah
ditentukan,
4. Memeriksa kembali hasil pendataan (kelengkapan dokumen, kelengkapan
isian, dan kualitas data yang diperoleh),
5. Menyerahkan dokumen Podes 2018 yang telah diisi dan diperiksa kepada
pengawas/pemeriksa.
- 30 -
- 31 -
BAB IV
TATA CARA PENGISIAN DAFTAR
1. Ketentuan Umum Pengisian Daftar
a. Semua isian harus ditulis dengan pena, atau BOLPOIN. Petugas tidak boleh
mengisi dokumen pencacahan dengan pensil hitam atau pensil warna,
b. Konsep dan definisi yang digunakan untuk mengisi Daftar Podes 2018, harus
sesuai dengan buku pedoman,
c. Untuk pertanyaan yang jawabannya berupa kode, lingkarilah kode jawaban
yang sesuai, kemudian pindahkan kode jawaban tersebut ke dalam kotak yang
tersedia di sebelah kanan,
d. Untuk pertanyaan yang jawabannya bukan kode, tuliskanlah jawaban tersebut
dengan huruf kapital atau angka yang benar kemudian pindahkan isian
jawaban tersebut ke dalam kotak yang tersedia di sebelah kanan,
e. Pemindahan isian ke kotak pengolahan hendaknya dilakukan setelah
pencacahan selesai. Pemindahan isian di setiap rincian dimulai dari kotak yang
paling kanan (rata kanan),
f. Setiap pertanyaan yang jawabannya berupa isian tetapi jawabannya nol agar
diberi tanda strip (-) dan pada kotak isikan 0 (nol),
g. Bila isian melebihi jumlah kotak yang disediakan misalnya dua kotak maka
isikan 98 dan bila tidak tahu isikan 99 ke dalam kotak yang tersedia. Sebagai
contoh khusus untuk jarak, bila jaraknya 98 km maka isikan 98,0 tetapi bila
tidak tahu maka isikan (99,0),
h. Setiap isian agar diteliti kembali dan setiap kesalahan agar diperbaiki sebelum
kuesioner diserahkan kepada pengawas/pemeriksa,
i. Bila responden/aparat desa/kelurahan tidak bisa/ragu-ragu menjawab
beberapa pertanyaan (biasanya data kuantitatif/individu), maka pencacah
harus menanyakan pada sumbernya langsung. Contoh kasus seperti data
jumlah keluarga yang menerima kartu BPJS PBI dapat ditanyakan ke Dinas
Kesehatan.
j. Pertanyaan tentang jarak:
Semua pertanyaan tentang jarak dari desa/kelurahan ke suatu fasilitas atau ke
ibukota kecamatan/kabupaten/kota, dihitung dari lokasi kantor kepala
desa/lurah.
Semua pertanyaan mengacu pada situasi saat pencacahan, kecuali
pada beberapa pertanyaan yang telah ditetapkan referensi
waktunya
- 32 -
0 0
2. Sumber Data yang Dapat Dihubungi
Pada isian kuesioner, ada beberapa keterangan yang tidak bisa diperoleh di
tingkat desa/kelurahan, sehingga harus diperoleh dari instansi terkait di tingkat
kecamatan atau kabupaten/kota. Isian kuesioner tersebut seperti:
No Isian Kuesioner Sumber Data
(1) (2) (3) 1 Jumlah keluarga pengguna listrik (Blok
V.R501.a)
PLN
2 Dukun bayi (Blok VII.R708) Posyandu/Puskesmas
3 Jumlah warga penerima kartu BPJS PBI
selama tahun 2017 (Blok VII. R.711.a)
Bidan/Puskesmas
4 Jumlah keluarga yang berlangganan telepon
kabel (Blok 10. R1003.a)
PT. Telkom
3. Contoh Pengisian Daftar
a) Melingkari kode jawaban
b) Apabila status pemerintahan yang dicacah tergolong dalam kategori
kelurahan, maka isian Blok III Rincian 301 adalah:
Desa -1 UPT/SPT -3
Kelurahan -2 Nagari -4
c) Mengisi jawaban dan memasukkan jawaban ke kotak
d) Apabila keluarga pengguna listrik PLN dan Non-PLN masing-masing
berjumlah 1550 orang dan 50 orang, maka isian Blok V, Rincian 501.a
adalah:
1. PLN (Perusahaan Listrik Negara) 1550
keluarga
0 1 5 5 0
2. Non-PLN (misalnya:swasta, swadaya,
atau perseorangan)
50
keluarga
0 0 0 5 0
e) Mengisi jawaban kosong
Apabila tidak ada dokter gigi yang tinggal/menetap di desa/kelurahan,
maka isian Blok VII Rincian 706.b = , sedangkan kotak diisi nol (0),
Contoh:
b. Dokter gigi (tidak termasuk tukang gigi) : .……….……. orang
f) Mengisi langsung ke dalam kotak
Apabila di desa/kelurahan terdapat sebuah SD Negeri dan sebuah
Madrasah Ibtidaiyah (MI) Swasta dan tidak ada SMP/MTs, dan SMP
terdekat berjarak 30 km, maka isian Blok VII, Rincian 701.c dan 701.d
Kolom (2) s.d. Kolom (4) sebagai berikut:
2
- 33 -
Jeis/jenjang
pendidikan
Jumlah lembaga
pendidikan
Jika tidak ada lembaga
pendidikan (kolom (2)
dan
kolom (3) berisi 0),
perkiraan jarak terdekat
(km)
Negeri Swasta
(1) (2) (3) (4)
c. SD/MI
0 1
0 1
d. SMP/MTs
0 0
0 0
3 0 , 0
- 34 -
- 35 -
BAB V
PENGISIAN DAFTAR PODES2018-DESA
BLOK I PENGENALAN TEMPAT
Identitas desa/kelurahan yang tercantum pada blok ini (R101 s.d. R107)
diperoleh dari BPS Kabupaten/Kota. Tuliskan nama dan kode provinsi,
kabupaten/kota, kecamatan, desa/kelurahan, status daerah (perkotaan atau
perdesaan), keberadaan desa/kelurahan di Master File Desa (MFD) online, status
definitif dan operasional, serta alamat, nomor telepon, dan alamat e-mail kantor kepala
desa/lurah yang menjadi wilayah pencacahan.
Perhatian:
a. Penulisan nama provinsi, kabupaten/kota, kecamatan, desa/kelurahan, dan
alamat lengkap kantor kepala desa/lurah menggunakan huruf besar (kapital).
b. Kode (PODES2014) merupakan kode desa/kelurahan berdasarkan kondisi Podes
2014;
c. Kode (SE2016) merupakan kode desa/kelurahan berdasarkan kondisi Sensus
Ekonomi (SE) 2016;
d. Kode (Saat Pencacahan) merupakan kode desa/kelurahan berdasarkan kondisi
pencacahan (April 2018).
Jika desa/kelurahan tidak mengalami perubahan (pemekaran/
penggabungan), maka kode saat pencacahan mengacu pada MFD online
(Desember 2017).
Jika dalam pelaksanaan lapangan, terjadi perubahan desa akibat pemekaran
atau penggabungan desa, maka pencacah harus berkoordinasi dengan
pengawas untuk mendapatkan kode identitas desa dari BPS Kabupaten/Kota.
BPS Kabupaten/Kota akan memberikan kode desa yang berubah mengacu
pada Mekanisme Sistem Pengkodean Wilayah yang telah ditetapkan oleh BPS
Pusat.
Bila ditemukan desa baru tetapi belum operasional, maka data-data/karakteristik
di dalamnya dicatat pada desa induknya.
Cek apakah nama desa yang terdapat pada papan monografi desa atau pada
buku administrasi sudah sesuai dengan nama desa yang ada di daftar Master
File Desa (MFD). Jika nama desa/kelurahan berbeda maka lakukan konfirmasi
ke aparat desa/kelurahan, perbaiki nama yang ada di daftar MFD dan
laporkan kepada pengawas.
- 36 -
Petunjuk bagi BPS Kabupaten/Kota: Bila ada pemekaran desa baru maka status
(Rincian 105) desa baru mengikuti status daerah desa induknya. Misal, desa
induk berstatus daerah perkotaan maka status desa pecahannya juga perkotaan.
Demikian juga jika pemekaran terjadi di desa berstatus pedesaan.
Rincian 106: Desa/kelurahan tercatat di Master File Desa (MFD) online
Rincian pertanyaan ini untuk mengetahui apakah wilayah desa/kelurahan
tercatat di Master File Desa (MFD) online atau tidak. Jika desa/kelurahan tercatat di
MFD online, maka lingkari kode ‘1’. Jika tidak, lingkari kode ‘2’.
106 Desa/kelurahan tercatat di Master File Desa (MFD) online : Ya – 1 à R108 Tidak – 2
Rincian 107: Status definitif dan operasional desa/kelurahan
Rincian pertanyaan ini diisi jika desa/kelurahan tidak tercatat di Master File Desa
(MFD) online (R106 berkode ‘2’). Pertanyaan ini digunakan untuk memastikan
bahwa wilayah yang dicacah pada Podes 2018 merupakan desa/kelurahan yang
definitif dan operasional, yaitu :
1. Ada wilayah desa/kelurahan dengan batas yang jelas
2. Ada penduduk yang menetap di wilayah desa/kelurahan
3. Ada pemerintah desa/kelurahan
4. Ada Surat Keputusan (SK) pembentukan desa/kelurahan
Rincian 108: Alamat lengkap, nomor telepon, alamat e-mail lokasi pelayanan
pemerintahan dan situs/web/blog desa/kelurahan
Rincian pertanyaan ini dimaksudkan untuk mengetahui alamat lengkap, nomor
telepon, alamat e-mail resmi dan situs/website/blog desa/kelurahan.
Desa definitif dalam Podes 2018 jika memenuhi tiga syarat pertama (R107a-c berkode
1). Jika salah satu rincian pertanyaan dari R107.a sampai dengan R107.c ada yang
berkode ‘2’ maka pengisian kuesioner hanya sampai Blok II. Kuesioner ini tetap diolah
tetapi tidak menjadi bagian dari target pencacahan lapangan dan informasi desa
baru tersebut menjadi bagian dari desa asal.
- 37 -
Rincian 108.a: Alamat lengkap
Tuliskan alamat lengkap lokasi layanan pemerintahan desa/kelurahan mulai
dari nama jalan atau SLS terkecilnya, RT, RW, dusun dsb. Selanjutnya isikan juga
kode pos lokasi layanan pemerintahan desa/kelurahan pada kolom berikutnya.
Rincian alamat lengkap dan kode pos tidak boleh kosong.
Penjelasan: Jika lokasi pelayanan pemerintahan desa/kelurahan yang biasa
digunakan sedang diperbaiki dan akan digunakan kembali, maka alamat yang
dimaksud mengacu pada lokasi pelayanan pemerintahan desa/kelurahan yang
sedang diperbaiki tersebut.
Rincian 108.b: Nomor telepon lokasi pelayanan pemerintahan desa/kelurahan
dan narasumber
Rincian pertanyaan ini dimaksudkan untuk mengetahui ketersediaan nomor
telepon lokasi pelayanan pemerintahan desa/kelurahan dan narasumber. Penulisan
nomor telepon lokasi pelayanan pemerintahan desa/kelurahan harus disertai dengan
kode area. Misalnya: 021 (Jakarta, Depok, Tangerang, dan Bekasi); 022 (Bandung,
Cimahi, Soreang, dan Lembang), dsb. Jika lokasi pelayanan pemerintahan
desa/kelurahan tidak mempunyai nomor telepon kantor, maka isikan tanda ‘ - ‘ pada
tempat yang tersedia dan usahakan nomor telepon narasumber terisi.
Rincian 108.c: Alamat E-mail lokasi pelayanan pemerintahan desa/kelurahan
dan narasumber
Rincian pertanyaan ini dimaksudkan untuk mengetahui ketersediaan alamat e-
mail lokasi pelayanan pemerintahan desa/kelurahan dan narasumber. Jika lokasi
pelayanan pemerintahan desa/kelurahan atau narasumber tidak mempunyai alamat
e-mail kantor, maka isikan tanda ‘ - ‘ pada tempat yang tersedia.
Contoh:
Lokasi pelayanan pemerintahan kelurahan Sulaeman beralamat di Jl. Hercules IV
No.21, Kecamatan Margahayu, Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat, 40229.
Nomor Telepon/Fax : (022) 5435092. Website: http://kelsulaiman_bandungkab.com.
Email : [email protected], maka cara pengisian blok ini adalah:
Rincian 108.d: Situs/website/blog desa/kelurahan
Rincian pertanyaan ini dimaksudkan untuk mengetahui ketersediaan
situs/website/blog dari pemerintahan desa/kelurahan.
- 38 -
BLOK II. KETERANGAN PETUGAS DAN NARASUMBER
Rincian 201 s.d Rincian 206: Keterangan petugas
Isikan nama pencacah dan pengawas/pemeriksa, NIP (bila tidak mempunyai NIP
agar dikosongkan) pada rincian ini. Jangan lupa untuk melengkapi tanda tangan
pencacah dan pengawas/pemeriksa setelah kuesioner terisi lengkap.
Rincian 207: Jabatan narasumber
Tuliskan jabatan narasumber yang menjadi sumber informasi dalam pengisian
kuesioner PODES2018-DESA, baik aparat desa maupun instansi lain.
DAFTAR INI DIISI OLEH PETUGAS BERDASARKAN HASIL PENCACAHAN/WAWANCARA DENGAN NARASUMBER TERKAIT YANG BERWENANG DAN RELEVAN , SERTA PENELUSURAN DOKUMEN DESA/KELURAHAN
201
Jabatan Narasumber :
1. .................................................................................... .................................. 5. .................................................................................... ..................................
2. .................................................................................... .................................. 6. .................................................................................... ..................................
3. .................................................................................... .................................. 7. .................................................................................... ..................................
4. .................................................................................... .................................. 8. .................................................................................... ..................................
NIP
*) Coret yang tidak sesuai ……………………… , ........... April 2018Mengetahui
Kepala Desa/Lurah *)
__________________________ Nama dan Stempel
207
202
Tanda Tangan Pencacah203
204Nama Pengawas/Pemeriksa
NIP 205
Tanda Tangan Pengawas/Pemeriksa
206
Nama Pencacah
II. KETERANGAN PETUGASNO RINCIAN PENGAWAS /PEMERIKSANO RINCIANPENCACAH
- 39 -
Setelah kuesioner terisi lengkap, pencacah diharapkan melakukan
persepakatan dengan kepala desa/lurah atau beberapa aparat desa/kelurahan
dalam rangka konfirmasi dan finalisasi data desa yang dikumpulkan. Selanjutnya,
pencacah meminta pengesahan kepala desa/lurah dengan menandatangani,
memberi nama dan cap/stempel desa/kelurahan pada kuesioner.
BLOK III. KETERANGAN UMUM DESA/KELURAHAN
Rincian 301: Status pemerintahan
Status pemerintahan dibedakan menjadi empat, yaitu 1) desa, 2) kelurahan, 3)
UPT/SPT, 4) Nagari, dan 5) Desa Adat.
Desa adalah desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama lain,
selanjutnya disebut desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas
wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan,
kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul,
dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan
Negara Kesatuan Republik Indonesia (Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang
Desa).
Desa memiliki pemerintahan sendiri dan hak untuk mengatur wilayahnya yang
lebih luas. Dalam perkembangannya, sebuah desa dapat diubah statusnya menjadi
kelurahan. Desa yang berubah statusnya menjadi kelurahan, kekayaannya menjadi
kekayaan daerah dan dikelola oleh kelurahan yang bersangkutan untuk kepentingan
masyarakat setempat. Pemerintahan desa terdiri dari kepala desa dan perangkat desa
serta Badan Permusyawaratan Desa (BPD).
Kelurahan adalah suatu wilayah yang dipimpin oleh seorang lurah sebagai
perangkat daerah kabupaten dan atau daerah kota di bawah kecamatan (UU No. 32
Tahun 2004). Lurah diangkat oleh bupati/walikota.
Unit Permukiman Transmigrasi UPT adalah satuan permukiman transmigrasi
yang berfungsi sebagai tempat tinggal dan tempat usaha transmigran yang sejak awal
direncanakan untuk membentuk suatu desa atau bergabung dengan desa setempat.
Organisasi UPT merupakan kelembagaan yang bersifat sementara dibentuk
sekurang-kurangnya 2 bulan sebelum transmigran ditempatkan dan paling lama 5
tahun (Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. PER.22/MEN/IX/2007).
Satuan Permukiman Transmigrasi (SPT) adalah satuan permukiman potensial
yang ditetapkan sebagai permukiman transmigrasi untuk mendukung pusat
pertumbuhan ekonomi pada wilayah yang sudah ada atau sedang berkembang sesuai
dengan rencana tata ruang wilayah (Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan
- 40 -
Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 246 Tahun 2003 tentang Prosedur dan
Kriteria Penyiapan Lokasi Permukiman Transmigasi).
Nagari adalah kesatuan masyarakat hukum adat yang memiliki batas-batas
wilayah tertentu, dan berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan
masyarakat setempat berdasarkan filosofi adat Minangkabau (Adat Basandi Syarak,
Syarak Basandi Kitabullah) dan atau berdasarkan asal-usul dan adat-istiadat
setempat dalam wilayah Provinsi Sumatera Barat (PP No. 72 Tahun 2005).
Penjelasan:
Sampai saat ini, keberadaan UPT masih ada, seperti UPT I Kuala Pangoh di
Kabupaten Aceh Timur, UPT V Geumpang di Kabupaten Pidie, dsb.
Bila dilihat dari data Podes 2008 - 2014, sudah ada UPT yang berubah menjadi
desa seperti di Kab. Gayo Lues, UPT Aih Selah (Podes 2008) menjadi Desa Aih
Selah (Podes 2011).
Desa Adat adalah desa yang ditetapkan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah
Provinsi, dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota melalui mekanisme penataan
kesatuan masyarakat hukum adat. Penetapan Desa Adat harus memenuhi syarat:
kesatuan masyarakat hukum adat beserta hak tradisionalnya secara nyata
masih hidup, baik yang bersifat teritorial, genealogis, maupun yang bersifat
fungsional;
Kesatuan masyarakat hukum adat beserta hak tradisionalnya dipandang
sesuai dengan perkembangan masyarakat;
kesatuan masyarakat hukum adat beserta hak tradisionalnya sesuai
dengan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia
Desa Adat dapat dilakukan penggabungan dengan desa adat lainnya atas
prakarsa dan kesepakatan antar Desa Adat yang difasilitasi pemerintah daerah. Desa
Adat juga dapat berubah menjadi desa, kelurahan, maupun sebaliknya.
Rincian 302: Badan Permusyawaratan Desa/Lembaga Musyawarah Kelurahan
Rincian ini ditanyakan untuk setiap desa/kelurahan, apakah sudah terbentuk
Badan Permusyawaratan Desa/Lembaga Musyawarah Kelurahan.
Badan Permusyawaratan Desa (BPD) adalah lembaga permusyawaratan/
permufakatan yang merupakan perwujudan demokrasi dalam penyelenggaraan
pemerintahan desa sebagai unsur penyelenggara pemerintahan desa. Anggota BPD
adalah wakil dari penduduk desa bersangkutan berdasarkan keterwakilan wilayah
yang ditetapkan dengan cara musyawarah dan mufakat, terdiri dari ketua RW,
pemangku adat, golongan profesi, pemuka agama dan tokoh atau pemuka
masyarakat lainnya (PP No. 72 Tahun 2005).
Lembaga Musyawarah Kelurahan (LMK) adalah lembaga musyawarah pada
tingkat kelurahan untuk menampung aspirasi serta meningkatkan partisipasi dan
pemberdayaan masyarakat. LMK merupakan lembaga musyawarah pada tingkat
- 41 -
kelurahan yang bertujuan untuk membantu lurah sebagai mitra dalam
penyelenggaraan pemerintahan dan untuk menampung aspirasi serta meningkatkan
partisipasi dan pemberdayaan masyarakat. Anggota LMK adalah satu orang
perwakilan tokoh masyarakat yang dipilih secara demokratis pada tingkat RW
(Peraturan Daerah Provinsi DKI Jakarta Nomor 5 Tahun 2010).
Badan Permusyawaratan Nagari yang selanjutnya disebut Bamus Nagari
adalah lembaga yang merupakan perwujudan demokrasi dalam penyelenggaraan
pemerintah nagari sebagai unsur penyelenggaraan pemerintahan nagari (Peraturan
Daerah Provinsi Sumatera Barat Nomor 2 Tahun 2007).
Keanggotaan Bamus Nagari adalah sebagai berikut :
1. Anggota Bamus Nagari terdiri dari unsur minik mamak/tokoh adat /kepala
suku, alim ulama/tokoh agama, cadiak pandai/cendikiawan, bundo
kanduang/tokoh perempuan dan komponen masyarakat lainnya yang tumbuh
dan berkembang dalam nagari bersangkutan dengan mempertimbangkan
representasi jorong yang ditetapkan dengan cara musyawarah dan mufakat.
2. Masa jabatan anggota Bamus Nagari adalah 6 tahun dan dapat dipilih kembali
untuk 1 kali masa jabatan berikutnya.
3. Pimpinan Bamus Nagari dipilih dari dan oleh anggota Bamus Nagari.
4. Jumlah anggota Bamus Nagari ditetapkan dengan jumlah ganjil, paling sedikit
5 orang dan paling banyak 11 orang dengan memperhatikan luas wilayah,
jumlah penduduk dan kemampuan keuangan nagari.
5. Tata cara penetapan calon, pemilihan calon dan pemilihan anggota Bamus
Nagari diatur lebih lanjut dengan peraturan daerah kabupaten/kota.
Rincian 302a: Badan Permusyawaratan Desa/Lembaga Musyawarah Kelurahan
Pilihan jawaban terdiri dari 3 kategori yaitu:
1. Ada, aktif; Jika terdapat Badan Permusyawaratan (BPD)/ Lembaga
Musyawarah Kelurahan (LMK)/ Badan Permusyawaratan Nagari (Bamus
Nagari) dan mampu menyelenggarakan fungsinya dengan baik, seperti: dapat
melakukan kegiatan membantu kepala desa/lurah sebagai mitra dalam
penyelenggaraan pemerintahan, dapat menampung aspirasi masyarakat dan
menyampaikannya kepada rapat/pertemuan desa/kelurahan, mampu
mengadakan rapat/pertemuan rutin membahas segala isu permasalahan
terkait pembangunan dan kesejahteraan desa.
2. Ada, kurang aktif; Jika terdapat Badan Permusyawaratan (BPD)/ Lembaga
Musyawarah Kelurahan (LMK)/ Badan Permusyawaratan Nagari (Bamus
- 42 -
Nagari) namun tidak mampu menyelenggarakan fungsinya dengan baik,
seperti: jarang melakukan pertemuan untuk menampung aspirasi masyarakat.
3. Tidak ada, jika tidak terdapat Badan Permusyawaratan (BPD)/ Lembaga
Musyawarah Kelurahan (LMK)/ Badan Permusyawaratan Nagari (Bamus
Nagari).
Rincian 302b: Badan Permusyawaratan Desa/Lembaga Musyawarah Kelurahan
Cukup jelas
Rincian 303: Keberadaan Kegiatan Musyawarah Desa/Kelurahan
Rincian ini ditanyakan untuk setiap desa/kelurahan, apakah ada kegiatan
musyawarah yang dilakukan di desa/kelurahan. Kegiatan dapat berupa pertemuan
rutin atau tidak rutin untuk membahas persoalan-persoalan yang ada di
desa/kelurahan
Rincian 304: Peta desa/ kelurahan yang ditetapkan dalam peraturan
Bupati/Walikota, Peraturan Bupati/Walikota penetapan kewenangan
desa/kelurahan, tahun penetapan desa dan keterkaitan dengan program
transmigrasi
Rincian pertanyaan digunakan untuk mengetahui keberadaan peta
desa/kelurahan yang ditetapkan dalam peraturan bupati/walikota. Jika
desa/kelurahan memiliki peta batas wilayah desa/kelurahan, maka jika ada isikan
kode ‘1’ dan jika tidak ada, isikan kode ‘2’.
Dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, salah satu unsur
penataan desa adalah adanya batas wilayah desa yang dinyatakan dalam bentuk peta
desa yang telah ditetapkan dalam peraturan bupati/walikota. Peta yang terdapat di
kantor desa/kelurahan dapat berbentuk:
1. Sketsa peta yaitu gambaran umum batas-batas desa yang dibuat dengan
menggunakan lukisan tangan. Biasanya berisi batas-batas desa dari 4 arah
utara, selatan, timur, dan barat; keberadaan sungai, bangunan penting dan
sebagainya.
2. Peta digital yang dibuat menggunakan perangkat komputer. Biasanya
mempunyai kelengkapan peta yang lebih lengkap daripada peta sketsa.
3. Peta satelit yang menggambarkan kondisi desa dari foto satelit.
- 43 -
Pada rincian ini, Peta yang dicakup tidak mengkhususkan pada jenis peta
tertentu. Selama terdapat peta yang sudah ditetapkan melalui peraturan
Bupati/Walikota, maka desa/kelurahan yang bersangkutan dianggap mempunyai
peta desa.
Selain itu, ditanyakan keberadaan peraturan Bupati/Walikota penetapan kewenangan
desa/kelurahan, tahun penetapan desa dan apakah desa berasal dari program
transmigrasi atau tidak.
Rincian 305: Satuan Lingkungan Setempat (SLS) di bawah desa/kelurahan
Rincian ini ingin memperoleh informasi mengenai jumlah SLS terkecil dan
jenjang SLS di bawah desa/kelurahan. Pengisian jenjang SLS dimulai dari SLS
terkecil.
Satuan Lingkungan Setempat (SLS) adalah bagian wilayah di bawah
desa/kelurahan yang merupakan lingkungan kerja pelaksanaan pemerintahan
desa/kelurahan. Syarat-syarat pembentukannya harus memperhatikan faktor jumlah
penduduk, luas wilayah, letak geografis, prasarana, dan sarana serta kondisi
kemampuan ekonomi masyarakat. Pada kenyataannya, nama SLS di setiap
desa/kelurahan sangat beragam, di antaranya RT, RW/RK, korong, kampung, banjar,
dusun, dsb. Khusus untuk Sumatera Barat, SLS di bawah nagari dapat berupa
jorong/korong/ kampung. Berikut merupakan contoh SLS di bawah desa/kelurahan.
Rukun Tetangga (RT)/Rukun Warga (RW)/Rukun Keluarga (RK) adalah
organisasi masyarakat yang diakui dan dibina oleh pemerintah untuk
memelihara dan melestarikan nilai-nilai kehidupan masyarakat Indonesia yang
berdasarkan kegotong-royongan dan kekeluargaan serta untuk membantu
meningkatkan kelancaran pelaksanaan tugas pemerintah, pembangunan dan
masyarakat di desa/kelurahan. Dari segi ukuran luas wilayah dan jumlah
keluarga, RT lebih kecil dari RW/RK. Jumlah keluarga di dalam RT biasanya
lebih kecil dari 30 keluarga untuk desa dan 50 keluarga untuk kelurahan. Dari
setiap RW/RK biasanya terdiri dari paling sedikit 2 RT di desa dan 3 RT di
kelurahan (Permendagri No.5 Tahun 1981 tentang Pembentukan Dusun dan
Lingkungan dalam Kelurahan, pasal 4).
Selain RT/RW/RK, ada beberapa nama SLS lainnya, misal di Medan dikenal
dengan sebutan lingkungan, di Sumatera Barat dan Bengkulu disebut Jorong.
Pada umumnya di Bali SLS terkecil disebut dengan Banjar. Banjar yang
dimaksud adalah Banjar Dinas.
- 44 -
Rincian 305.a: Keberadaan Satuan Lingkungan Setempat (SLS) di bawah
desa/kelurahan
Rincian 304.a, ditanyakan untuk mengetahui keberadaan SLS di bawah
desa/kelurahan, maka jika ada isikan kode ‘1’. Jika tidak ada, isikan kode ‘2’ dan
lanjutkan ke R.305.
Rincian 305.b: Banyaknya Jenjang SLS di bawah desa/kelurahan
Rincian 304.b, adalah jumlah jenjang SLS di bawah desa/kelurahan. Jumlah
jenjang merupakan banyaknya tingkatan atau hierarki SLS di bawah desa/kelurahan.
Misalnya satu desa terdapat 2 RW dan masing-masing RW terdapat 5 RT, maka
Rincian 304.b terisi 2 jenjang SLS dibawah desa/kelurahan.
Rincian 305.c: Banyaknya SLS terkecil di bawah desa/kelurahan
Rincian 304.c, adalah jumlah jenjang SLS terkecil di bawah desa/kelurahan.
Jumlah jenjang merupakan banyaknya SLS yang terkecil di bawah desa/kelurahan.
Misalnya satu desa terdapat 2 RW dan masing-masing RW terdapat 5 RT, maka
Rincian 304.c terisi 10 SLS terkecil dibawah desa/kelurahan.
Rincian 306: Letak wilayah dan topografi desa/kelurahan
Rincian ini ingin memperoleh informasi mengenai letak wilayah desa/kelurahan
yang meliputi jumlah dan nama pulau di mana wilayah desa/kelurahan berada, serta
bentuk topografi wilayah desa/kelurahan.
Rincian 306.a: Letak Wilayah Desa/Kelurahan
Isikan banyaknya pulau di mana wilayah desa/kelurahan berada dan
pindahkan isian pada kotak yang tersedia.
Pulau adalah massa daratan yang terbentuk secara alamiah, dikelilingi air dan
selalu berada di atas permukaan pasang tertinggi (pasal 121 dalam Unclos, 1982).
Mangrove tidak termasuk sebagai pulau karena tidak memenuhi kriteria di atas.
Sehingga daratan disebut pulau jika masih dapat terlihat meskipun terjadi pasang air
laut.
Penjelasan :
Jika suatu desa/kelurahan berada di lebih dari 1 pulau, maka R306.a.1 berisi
jumlah pulau di mana wilayah desa/kelurahan berada. Kemudian, R306.a.2
diisi dengan nama-nama pulau di mana wilayah desa/kelurahan berada secara
- 45 -
berurutan dimulai dari pulau yang paling banyak dihuni warga desa/kelurahan
atau mempunyai luas wilayah yang paling besar.
Penulisan nama pulau menggunakan huruf kapital.
Jika jumlah pulau di mana wilayah desa/kelurahan berada lebih dari 4, maka
tuliskan nama pulau berikutnya di blok catatan. Aplikasi pengolahan akan
dibuat secara dinamis untuk menampung kemungkinan penambahan pulau
tersebut.
Rincian 306.b: Topografi wilayah desa/kelurahan
Topografi desa/kelurahan dilihat berdasarkan letak sebagian besar wilayah
desa/ kelurahan, dibedakan menjadi:
1. Lereng/Puncak adalah bagian dari gunung/bukit yang terletak di antara
puncak sampai lembah. Lereng yang dimaksud juga mencakup punggung
bukit dan puncak (bagian paling atas dari gunung).
2. Lembah adalah daerah rendah yang terletak di antara dua pegunungan atau
dua gunung atau daerah yang mempunyai kedudukan lebih rendah
dibandingkan daerah sekitarnya. Lembah di daerah pegunungan lipatan sering
disebut sinklin. Lembah di daerah pegunungan patahan disebut graben atau
slenk. Sedangkan lembah di daerah yang bergunung-gunung disebut lembah
antar pegunungan.
3. Dataran adalah bagian atau sisi bidang tanah yang tampak datar, rata, dan
membentang.
Rincian 306.c: Keberadaan permukiman penduduk di lereng/puncak
Salah satu aspek yang dipertimbangkan ketika terjadi bencana alam dalam
kemudahan memberikan pertolongan/ persiapan menghadapinya adalah lokasi dan
kondisi geografis permukiman penduduk yang terkena bencana alam. Permukiman
penduduk yang terdapat di lereng/puncak cenderung lebih berisiko terkena bencana
alam sekaligus lebih sulit memberikan bantuan. Banyaknya permukiman penduduk
di lereng/puncak dapat memberikan informasi awal terkait irigasi dan persiapan
menghadapi bencana alam.
Rincian 307: Keberadaan, Status, Kondisi dan lokasi kantor kepala desa/lurah
Rincian ini ditanyakan untuk mengetahui keberadaan, Status, Kondisi dan
lokasi kantor kepala desa/lurah. Lokasi kantor desa/lurah sangat penting karena
kantor desa akan menjadi tempat tujuan jika terjadi setiap permasalahan, pengaduan,
pengurusan administrasi, peristiwa bencana, konflik, dan kondisi lainnya. Idealnya
setiap desa/kelurahan mempunyai kantor desa yang lokasinya dapat dengan mudah
dijangkau oleh setiap warga masyarakatnya.
- 46 -
Kantor kepala desa/lurah adalah bangunan yang dikuasai oleh
desa/kelurahan yang diperuntukkan secara khusus untuk kegiatan operasional
pemerintahan desa/kelurahan baik merupakan aset desa maupun bukan aset desa.
Penjelasan:
- Di beberapa wilayah, kantor kepala desa/lurah juga dikenal dengan istilah balai
desa. Namun, perlu ditekankan bahwa tidak semua balai desa merupakan
kantor kepala desa/lurah. Yang dicatat di sini adalah bangunan yang
diperuntukkan secara khusus untuk kegiatan operasional pemerintahan
desa/kelurahan yang tidak dimiliki oleh pribadi.
Rincian 307.a: Keberadaan dan lokasi kantor kepala desa/lurah
Cukup jelas
Rincian 307.b: Status kantor kepala desa/lurah
Status bangunan kantor desa dapat berupa aset desa maupun bukan aset
desa. Aset desa merupakan Menurut Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang
Desa, aset desa adalah barang milik desa yang berasal dari kekayaan asli desa, dibeli
atau diperoleh atas beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa atau perolehan
hak lainnya yang sah. Aset desa dapat berupa:
a. Tanah kas desa/ulayat.
b. Bangunan desa, misalnya: kantor kepala desa, balai desa, dll.
c. Pasar desa, misalnya: pasar hewan, pelelangan ikan, dan pelelangan hasil
pertanian.
d. Aset desa lainnya merupakan aset desa yang dapat diperoleh dari :
- Kekayaan desa yang dibeli atau diperoleh atas beban Anggaran Pendapatan
dan Belanja Negara, Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, serta
Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa.
- Kekayaan desa yang diperoleh dari hibah dan sumbangan atau yang sejenis.
- Kekayaan desa yang diperoleh sebagai pelaksanaan dari perjanjian/kontrak
dan lain-lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
- Hasil kerja sama desa.
- Kekayaan desa yang berasal dari perolehan lainnya yang sah.
- 47 -
- Contoh: tambatan perahu, pemandian umum, lapangan bola, dll.
Rincian 307.c: Kondisi kantor kepala desa/lurah
Kondisi kantor desa dapat dibedakan menjadi:
1. Layak, jika kantor desa mempunyai bangunan beserta fasilitas didalamnya
yang dapat mendukung pelayanan kepada warganya dengan baik. Contoh
kantor desa layak seperti bangunannya mempunyai kondisi atap yang baik,
tidak bocor, mempunyai dinding dan lantai yang cukup bagus. Kantor yang
layak juga ditinjau dari keberadaan fasilitas penunjang pelayanan publik
seperti; meja kepala desa, meja pelayanan, alat tulis, mesin ketik/komputer
dan sebagainya.
2. Tidak layak, jika mempunyai bangunan yang tidak memenuhi syarat kelayakan
dan tidak terdapat fasilitas pendukung untuk pelayanan publik.
Rincian 307.d: Lokasi kantor kepala desa/lurah
Isian lokasi kantor kepala desa/lurah:
Kantor kepala desa/lurah berada di dalam wilayah desa/kelurahan, maka
isikan kode ‘1’.
Kantor kepala desa/lurah berada di luar wilayah desa/kelurahan, maka isikan
kode ‘2’.
Rincian 308: Kegiatan pemerintahan, lokasi dan ketinggian kantor kepala
desa/lurah
Rincian 308.a: Kegiatan pemerintahan desa umumnya dilakukan di :
1. Kantor desa, cukup jelas
2. Bukan kantor desa, jika kegiatan pemerintahan dilakukan di selain desa,
umpamanya di rumah kepala desa
Jika kegiatan pemerintahan dilakukan di banyak tempat, maka merujuk kepada
tempat yang lebih sering digunakan.
Rincian 308.b: Koordinat dan ketinggian kantor kepala desa/lurah
Rincian pertanyaan ini dimaksudkan untuk mengetahui titik koordinat geografi
dan ketinggian letak kantor kepala desa/lurah. Isikan titik koordinat lintang (latitude)
- 48 -
dan bujur (longitude) pada kotak yang tersedia. Titik koordinat kantor kepala
desa/lurah diperoleh dari BPS Kabupaten/Kota.
Penjelasan:
- Jika BPS Kabupaten/Kota telah melakukan pengukuran titik koordinat ini
pada saat Sensus Penduduk 2010, maka untuk kegiatan Podes 2018 dapat
menyalinnya.
- Jika pada saat pencacahan belum ada informasi mengenai titik koordinat dan
ketinggian suatu desa/kelurahan, maka BPS Kabupaten/Kota harus
melakukan pengukuran (tracking) dengan menggunakan GPS receiver/altimeter
yang telah tersedia di BPS Kabupaten/Kota. BPS Kabupaten/Kota diminta
memastikan akurasi koordinat posisi dan ketinggian kantor kepala desa/lurah.
- Jika tidak ada kantor kepala desa/lurah, maka titik koordinat dan ketinggian
mengacu pada bangunan yang digunakan untuk kegiatan operasional
pemerintahan desa/kelurahan.
- Jika tidak ada bangunan khusus untuk operasional pemerintahan
desa/kelurahan, maka titik koordinat dan ketinggian mengacu pada bangunan
di wilayah desa/kelurahan yang diperkirakan tidak akan berubah selama 10
tahun.
Titik koordinat adalah titik potong antara garis lintang (latitude) dan garis bujur
(longitude) suatu daerah. Kedua garis lintang dan bujur inilah yang menentukan
diperolehnya suatu nilai derajat dari suatu titik yang diukur. Secara umum, cara
penulisan titik koordinat terdiri atas dua macam yaitu Decimals Degrees (DD) dan
Degrees Minutes Seconds (DMS). Dalam Podes 2018, penulisan titik koordinat
menggunakan Decimals Degrees (DD.
Ketinggian (altitude) kantor kepala desa/lurah dari permukaan laut adalah
ketinggian kantor kepala desa/lurah dari permukaan air laut dalam satuan meter
dpal yang diukur menggunakan altimeter.
Rincian 309: Wilayah desa/kelurahan yang berbatasan langsung dengan laut,
Pemanfaatan wilayah laut, dan tanaman mangrove
- 49 -
Rincian 309.a: Wilayah desa/kelurahan yang berbatasan langsung dengan laut
Wilayah desa yang berbatasan langsung dengan laut adalah wilayah desa yang
bersinggungan langsung dengan laut, baik berupa pantai maupun tebing karang.
Penjelasan:
- Jika wilayah desa/kelurahan berbatasan/bersinggungan langsung dengan
laut, isikan kode ‘1’.
- Sebaliknya jika wilayah desa/kelurahan tidak berbatasan/bersinggungan
langsung dengan laut, isikan kode ‘2’.
Rincian 309.b.1: Pemanfaatan laut
Jika desa/kelurahan kelurahan berbatasan/bersinggungan langsung dengan
laut (R309.a berkode ‘1’), tanyakan mengenai pemanfaatan laut tersebut.
Pemanfaatan laut adalah segala aktivitas/kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat
untuk memanfaatkan laut (baik warga desa/kelurahan setempat maupun warga
desa/kelurahan lain), seperti: perikanan (tangkap dan budidaya), tambak garam,
wisata bahari maupun transportasi umum.
1. Perikanan tangkap (mencakup seluruh biota laut) adalah kegiatan untuk
menangkap dan mengumpulkan ikan (pisces) ataupun biota laut lain (misalnya
rumput laut, mollusca, udang-udangan) yang hidup secara alamiah dengan alat
atau cara apa pun.
2. Perikanan budidaya (mencakup seluruh biota laut) adalah kegiatan untuk
memelihara, membesarkan, dan/atau membiakkan ikan atau biota perairan
laut lain (misalnya rumput laut) serta memanen hasilnya dalam lingkungan
yang terkontrol, termasuk kegiatan memuat, mengangkut, menyimpan,
mendinginkan, menangani, mengolah, dan/atau mengawetkan.
3. Tambak garam adalah lahan pertanian yang berpetak-petak dan dibatasi oleh
pematang (galengan/saluran) untuk menahan/menyalurkan air laut dengan
maksud agar garam yang terkandung di dalam air laut tetap berada dalam
tambak untuk selanjutnya dipanen oleh petani.
4. Wisata bahari adalah usaha yang menyelenggarakan wisata dan olahraga air,
termasuk penyediaan sarana dan prasarana serta jasa lainnya yang dikelola
secara komersial di perairan laut dan pantai. Contoh: Pantai Ancol, Parangtritis,
Pangandaran, Bunaken, Wakatobi, Kepulauan Seribu, Pulau Anyer dan
sebagainya.
5. Transportasi umum adalah jasa transportasi (memindahkan orang atau
barang dari satu tempat ke tempat lain), penumpang diharuskan membayar
ongkos.
- 50 -
Rincian 309.b.2: Keberadaan tanaman mangrove di wilayah desa/kelurahan
Kata “mangrove” berkaitan sebagai tumbuhan tropis yang komunitas
tumbuhnya didaerah pasang surut dan sepanjang garis pantai (seperti: tepi pantai,
muara laguna/danau dipinggir laut dan tepi sungai) yang dipengaruhi oleh kondisi
pasang surut air laut. Menurut FAO (1952) definisi mangrove adalah pohon dan
semak – semak yang tumbuh dibawah ketinggian air pasang tertinggi. Mangrove juga
dapat tumbuh diatas pantai berpasir dan berkarang, terumbu karang dan di pulau –
pulau kecil.
Di Indonesia diperkirakan terdapat 202 jenis tumbuhan mangrove, meliputi 89
jenis pohon, 5 jenis palma, 19 jenis pemanjat, 44 jenis herba tanah, 44 jenis epifit dan
1 jenis paku yang terbagi meknadi 2 kelompok yaitu mangrove sejati (true mangrove)
dan mangrove ikutan (asociate). Tanaman mangrove umumnya tumbuh membentuk
zonasi mulai dari pinggir pantai sampai pedalaman daratan. Zonasi yang terbentuk
bisa berupa zonasi yang sederhana dan zonasi yang kompleks tergantung pada
kondisi lingkungan mangrove yang bersangkutan.
Tumbuhan yang sering tumbuh di hutan mangrove, dengan jenis antara lain:
bakau, api-api, pedada, tanjang, nyirih, dan nipah. Jika di desa/kelurahan tersebut
terdapat tanaman mangrove, maka isikan kode ‘1’. Jika tidak, isikan kode ‘2’.
Tanaman Bakau Tanaman Api-Api
Tanaman Pedada Tanaman Tanjang
Gambar 5.1. Berbagai Contoh Tanaman Mangrove
Rincian 309.b3: Kondisi tanaman mangrove di wilayah desa/kelurahan
Kondisi tanaman mangrove di wilayah desa/kelurahan dibagi menjadi 3 kategori
pilihan:
- 51 -
1. Baik, jika kondisi tanaman mangrove dalam keadaan baik secara keseluruhan,
masih dapat berfungsi sebagai penahan ombak air laut
2. Sebagian rusak, jika kondisi sebagian tanaman mangrove di desa dalam
keadaan rusak sebagian, sehingga tidak dapat sepenuhnya berfungsi sebagai
penahan ombak air laut
3. Rusak, jika kondisi seluruh tanaman mangrove di desa dalam keadaan rusak
(mati), sehingga tidak dapat berfungsi sedikitpun sebagai penahan ombak air
laut
Rincian 310: Lokasi wilayah desa/kelurahan terhadap hutan
Rincian ini ditanyakan untuk mengetahui lokasi desa/kelurahan terhadap
hutan. Lokasi desa yang berada di dekat hutan dikhawatirkan akan merambah ke
hutan.
Menurut Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang kehutanan, hutan
adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam
hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya yang satu
dengan lainnya tidak dapat dipisahkan.
Rincian 310a: Lokasi wilayah desa/kelurahan terhadap kawasan hutan/hutan
a Lokasi wilayah desa/kelurahan terhadap hutan, dibedakan ke dalam:
1. Di dalam hutan adalah desa/kelurahan yang seluruh wilayahnya terletak
di tengah/dikelilingi hutan.
2. Di tepi/sekitar hutan adalah desa/kelurahan yang wilayahnya berbatasan
langsung dengan hutan, atau sebagian wilayah desa tersebut berada di
dalam hutan.
3. Di luar hutan adalah desa/kelurahan yang seluruh wilayahnya tidak
berbatasan langsung dengan hutan.
Rincian 310b: Fungsi kawasan hutan/hutan
Dalam Podes 2018, fungsi hutan dibedakan ke dalam :
Hutan Konservasi adalah kawasan hutan dengan ciri khas tertentu, yang
mempunyai fungsi pokok untuk pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan
satwa serta ekosistemnya. Kawasan hutan konservasi terdiri dari Kawasan
Hutan Suaka Alam dan Pelestarian Alam Darat, Kawasan Hutan Suaka Alam
dan Pelestarian Alam Perairan serta Taman Buru.
Hutan Lindung menurut UU RI No. 41 Tahun 1999 adalah kawasan hutan
- 52 -
yang mempunyai fungsi pokok sebagai perlindungan sistem penyangga
kehidupan untuk mengatur tata air, mencegah banjir, mengendalikan erosi,
mencegah intrusi air laut dan memelihara kesuburan tanah.
Hutan Produksi adalah kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok untuk
memproduksi hasil hutan. Hutan Produksi terdiri dari Hutan Produksi Tetap
(HP), Hutan Produksi Terbatas (HPT), dan Hutan Produksi yang dapat di
Konversi (HPK).
Rincian 310c: Ketergantungan penduduk terhadap kawasan hutan/hutan
Kawasan hutan/hutan mempunyai fungsi dan kegunaannya masing-masing.
Oleh karena itu pemanfaatan hutan diatur oleh pemerintah agar tidak mengurangi
fungsi kawasan hutan yang telah ditetapkan. Penduduk yang berada di sekitar
hutan/kawasan hutan mempunyai risiko untuk menghilangkan hutan (merusak
hutan) sehingga perlu dibuat aturan untuk pemanfaatannya. Semakin tinggi tingkat
ketergantungan penduduk terhadap hutan, semakin tinggi pula potensi kerusakan
hutan sehingga menghilangkan fungsi dari hutan yang sebenarnya. Ketergantungan
penduduk terhadap kawasan hutan terbagi menjadi:
1. Tinggi, jika seluruh atau sebagian besar penduduk bergantung hidupnya atau
pencahariannya dari hutan. Jika hutan rusak/tidak berfungsi maka akan
terjadi permasalahan pangan, pekerjaan, dan sebagainya
2. Sedang, jika sebagian penduduk bergantung hidupnya atau pencahariannya
dari hutan. Kerusakan hutan akan berpengaruh namun tidak terlampau besar
3. Rendah, jika sebagian kecil penduduk bergantung hidupnya pada hutan. Jika
kerusakan hutan terjadi, tidak terlalu berpengaruh terhadap perekonomian
masyarakat desa
4. Tidak tergantung, jika ada maupun tidak adanya hutan tidak berpengaruh
terhadap kehidupan masyarakat desa
BLOK IV. KEPENDUDUKAN DAN KETENAGAKERJAAN
Rincian 401: Penduduk dan keluarga pada 1 Januari 2018
Yang dicatat pada Podes 2018 adalah data jumlah penduduk dan keluarga
desa/kelurahan berdasarkan laporan desa/kelurahan sampai Desember 2017. Jika di
desa/kelurahan tidak tersedia datanya, maka aparat desa/kelurahan diminta untuk
memperkirakan jumlahnya.
- 53 -
- Banyaknya penduduk desa/kelurahan yang dicatat adalah jumlah penduduk
yang tercatat pada buku administrasi kependudukan desa/kelurahan, meliputi
semua orang yang berdomisili di desa/kelurahan selama 6 bulan/lebih atau
mereka yang berdomisili kurang dari 6 bulan tetapi bertujuan menetap di
desa/kelurahan. Warga desa/kelurahan yang sudah tidak menetap lebih dari 6
bulan, maka tidak termasuk sebagai penduduk desa/kelurahan.
Penduduk laki-laki adalah penduduk yang berjenis kelamin laki-laki.
Penduduk perempuan adalah penduduk yang berjenis perempuan.
- Keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami-isteri,
atau suami-isteri dan anaknya, atau ayah dan anaknya, atau ibu dan anaknya.
- Keluarga pertanian adalah keluarga yang sekurang-kurangnya ada satu
anggota keluarga yang mengusahakan produk pertanian (menanggung risiko
sendiri) dengan tujuan sebagian/seluruh dijual atau memperoleh
pendapatan/keuntungan. Khusus untuk keluarga yang menanam padi dan
palawija (tanaman pangan), walaupun seluruh hasilnya untuk dikonsumsi
sendiri, dikategorikan sebagai keluarga pertanian. Produk pertanian meliputi:
tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, peternakan, perikanan, dan
kehutanan. Tidak termasuk keluarga yang anggota keluarganya hanya bekerja
sebagai buruh tani dan tidak mengusahakan produk pertanian.
Contoh: keluarga Pak Budi memiliki lahan pertanian yang semuanya disewa
oleh Pak Soleh. Dalam hal ini keluarga Pak Budi sama sekali tidak mengelola
lahan pertanian maka keluarga Pak Budi bukan sebagai keluarga pertanian.
- Buruh tani adalah seseorang yang bekerja di sektor pertanian pada satu atau
lebih majikan/institusi dan menerima upah/imbalan dengan sistem harian
maupun borongan.
Contoh: buruh panen padi, buruh cangkul sawah/ladang, buruh penyadap
karet, buruh panen udang dari tambak, buruh pemetik kopi, kelapa, cengkeh,
dan sebagainya.
Rincian 402: warga desa/kelurahan yang sedang bekerja sebagai TKI di luar
negeri dan keberadaan agen pengerahan TKI
Rincian ini ditanyakan untuk mengetahui desa-desa/kelurahan-kelurahan
pengirim TKI. Jumlah TKI berdasarkan kondisi terakhir saat pencacahan.
Keluarga dengan anggota keluarga buruh tani adalah keluarga yang salah satu
atau lebih anggota keluarganya bekerja sebagai buruh tani, dan tidak ada satu
pun yang bekerja sebagai petani pemilik/petani pengusaha.
- 54 -
Rincian 402.a. dan Rincian 402.b: Keberadaan dan jumlah warga desa/kelurahan
yang sedang bekerja sebagai TKI di luar negeri
TKI adalah setiap WNI yang telah memenuhi syarat untuk bekerja di luar negeri
dalam hubungan kerja untuk jangka waktu tertentu dengan menerima upah. Jangka
waktu tertentu ini biasanya ditandai dengan lamanya TKI tersebut tinggal di luar
negeri, namun masih berstatus sebagai WNI. TKI yang belum berangkat ke luar negeri
dan masih tinggal di tempat penampungan PJTKI dan diketahui oleh kepala
desa/lurah, maka masih belum terhitung sebagai TKI.
Penjelasan:
- Jika aparat desa/kelurahan mengetahui keberadaan warga desa/kelurahan
yang sedang bekerja sebagai TKI di luar negeri, maka lingkari kode ‘1’ dan
isikan jumlah TKI tersebut pada R.402.b, dirinci menurut jenis kelamin.
- Jika aparat desa/kelurahan tahu bahwa tidak ada warga desa/kelurahan yang
sedang bekerja sebagai TKI di luar negeri, maka lingkari kode ‘2’.
- Jika aparat desa/kelurahan tidak tahu mengenai keberadaan warga
desa/kelurahan yang sedang bekerja sebagai TKI di luar negeri, maka isikan
kode ‘3’.
Rincian 402.c: Agen (seseorang/sekelompok orang/perusahaan) pengerahan TKI
ke luar negeri di desa/kelurahan
Rincian ini ditanyakan untuk mengetahui ada tidaknya agen pengerahan TKI di
desa/kelurahan. Jika di desa/kelurahan terdapat agen pengerahan TKI, maka isikan
kode ‘1’. Jika tidak, isikan kode ‘2’.
Agen pengerahan TKI ke luar negeri adalah seseorang atau sekelompok
orang yang melakukan kegiatan mencari, merekrut, menampung dan menyalurkan
TKI untuk bekerja di luar negeri.
- 55 -
Rincian 403.a: Sumber penghasilan/produksi penduduk
Sumber penghasilan/produksi penduduk adalah semua jenis lapangan usaha
dimana penduduk desa/kelurahan memperoleh penghasilan/pendapatan.
Sumber penghasilan/produksi penduduk meliputi:
1. Kode 01: Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan.
Kategori ini mencakup semua kegiatan ekonomi/lapangan usaha, yang
meliputi pertanian tanaman pangan, perkebunan, hortikultura, peternakan,
pemanenan hasil hutan, serta penangkapan dan budidaya ikan/biota air.
Kategori ini juga mencakup jasa penunjang masing-masing kegiatan
ekonomi tersebut.
2. Kode 02: Pertambangan dan Penggalian.
Kategori ini mencakup kegiatan ekonomi/lapangan usaha pengambilan
mineral dalam bentuk alami, yaitu padat (batu bara dan bijih logam), cair
(minyak bumi), atau gas (gas alam). Kategori ini juga mencakup kegiatan
tambahan untuk penyiapan barang tambang dan galian mentah untuk
dipasarkan, seperti pemecahan, pengasahan, pembersihan, pengeringan,
sortasi, pemurnian bijih logam, pencairan gas alam, dan aglomerasi bahan
bakar padat.
3. Kode 03: Industri Pengolahan
Kategori ini meliputi kegiatan ekonomi/lapangan usaha di bidang
perubahan secara kimia atau fisik dari bahan, unsur atau komponen
menjadi produk baru. Unit industri pengolahan digambarkan sebagai pabrik,
mesin, atau peralatan yang khusus digerakkan dengan mesin dan tangan.
Termasuk kategori industri pengolahan di sini adalah unit yang mengubah
bahan menjadi produk baru dengan menggunakan tangan, kegiatan maklon
atau kegiatan penjualan produk yang dibuat di tempat yang sama di mana
produk tersebut dijual dan unit yang melakukan pengolahan bahan-bahan
- 56 -
dari pihak lain atas dasar kontrak.
4. Kode 04: Pengadaan Listrik, Gas, Uap/Air Panas dan Udara Dingin
Kategori ini mencakup kegiatan ekonomi/lapangan usaha pengadaan
tenaga listrik, gas alam, uap panas, air panas, dan sejenisnya melalui
jaringan, saluran atau pipa infrastruktur permanen. Kategori ini juga
mencakup pengoperasian mesin pembangkit listrik dan gas, yang
menghasilkan, mengontrol, dan menyalurkan tenaga listrik atau gas. Juga
mencakup pengadaan uap panas dan udara dingin/sistem tata udara.
Termasuk kegiatan produksi es, baik untuk kebutuhan konsumsi maupun
kebutuhan lainnya.
5. Kode 05: Pengelolaan Air, Pengelolaan Air Limbah, Pengelolaan dan
Daur Ulang Sampah, dan Aktivitas Remediasi
Kategori ini mencakup kegiatan ekonomi/lapangan usaha yang berhubungan
dengan pengelolaan air. Kategori ini juga mencakup pengelolaan berbagai
bentuk limbah/sampah, seperti limbah/sampah padat atau bukan yang
berasal dari rumah tangga dan industri, yang dapat mencemari lingkungan.
Hasil dari proses pengolahan limbah/sampah dapat dibuang atau menjadi
input dalam proses produksi lainnya.
6. Kode 06: Konstruksi
Kategori ini mencakup kegiatan ekonomi/lapangan usaha di bidang
konstruksi, yaitu kegiatan konstruksi umum dan konstruksi khusus
pekerjaan bangunan gedung dan bangunan sipil. Kegiatan konstruksi
mencakup pekerjaan baru, perbaikan, penambahan dan perubahan,
pendirian bangunan, atau struktur prafabrikasi di lokasi proyek dan juga
konstruksi yang bersifat sementara. Persewaan peralatan konstruksi dengan
operatornya diklasifikasikan sebagai kegiatan konstruksi khusus.
7. Kode 07: Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi dan Perawatan
Mobil dan Sepeda Motor
Kategori ini meliputi kegiatan ekonomi/lapangan usaha di bidang
perdagangan besar dan eceran (yaitu penjualan tanpa perubahan teknis) dari
berbagai jenis barang, dan memberikan imbalan jasa yang mengiringi
penjualan barangbarang tersebut. Baik penjualan secara grosir
(perdagangan besar) maupun eceran merupakan tahap akhir dalam
pendistribusian barang dagangan. Kategori ini juga mencakup reparasi mobil
dan sepeda motor. Perdagangan besar adalah penjualan kembali (tanpa
perubahan teknis), baik barang baru maupun barang bekas kepada pengecer,
industri, komersial, institusi atau pengguna profesional, atau kepada
pedagang besar lainnya, atau yang bertindak sebagai agen atau broker dalam
pembelian atau penjualan barang, baik perorangan maupun perusahaan.
Perdagangan eceran adalah penjualan kembali (tanpa perubahan teknis), baik
barang baru maupun bekas, utamanya kepada masyarakat umum untuk
- 57 -
konsumsi atau penggunaan perorangan maupun rumah tangga, melalui toko,
departement store, kios, mail-order houses, penjual dari pintu ke pintu,
pedagang keliling, koperasi konsumsi, rumah pelelangan, dan lain-lain.
8. Kode 08: Pengangkutan dan Pergudangan
Kategori ini mencakup penyediaan angkutan penumpang atau barang, baik
yang berjadwal maupun tidak, dengan menggunakan jalan rel, saluran
pipa, darat, perairan atau udara dan kegiatan yang berhubungan dengan
itu, seperti: fasilitas terminal dan parkir, penanganan kargo/bongkar muat
barang, pergudangan, dan lain-lain. Termasuk dalam kategori ini penyewaan
alat angkutan dengan pengemudi atau operator, juga kegiatan pos dan kurir.
9. Kode 09: Penyediaan Akomodasi dan Penyediaan Makan Minum
Kategori ini mencakup penyediaan akomodasi penginapan jangka pendek
untuk pengunjung dan pelancong lainnya serta penyediaan makanan dan
minuman untuk konsumsi segera. Jumlah dan jenis layanan tambahan
yang disediakan dalam kategori ini sangat bervariasi.
10. Kode 10: Informasi dan Komunikasi
Kategori ini mencakup produksi dan distribusi informasi dan produk
kebudayaan, penyediaan sarana untuk mengirimkan atau mendistribusikan
produk-produk tersebut, dan juga data atau kegiatan komunikasi, teknologi
informasi dan pengolahan data, serta kegiatan jasa informasi lainnya.
Komponen utama dari kategori ini adalah kegiatan penerbitan, termasuk
penerbitan perangkat lunak (software), film, dan kegiatan perekaman
suara, kegiatan pemrograman dan penyiaran radio dan TV, kegiatan
telekomunikasi dan kegiatan teknologi informasi, dan kegiatan jasa informasi
lainnya.
11. Kode 11: Aktivitas Keuangan dan Asuransi
Kategori ini mencakup aktivitas keuangan, termasuk asuransi, reasuransi, dan
kegiatan dana pensiun dan jasa penunjang keuangan. Kategori ini juga
mencakup kegiatan dari pemegang aset, seperti: kegiatan perusahaan
holding dan kegiatan dari lembaga penjaminan atau pendanaan dan
lembaga keuangan sejenis.
12. Kode 12: Real Estat
Kategori ini mencakup kegiatan orang yang menyewakan, agen dan atau
broker/perantara dalam penjualan atau pembelian real estat, penyewaan
real estat dan penyediaan jasa real estat lainnya, seperti jasa penaksir
real estat atau bertindak sebagai agen pemegang wasiat real estat.
Termasuk kegiatan pembangunan gedung, yang disatukan dengan
pemeliharaan atau penyewaan bangunan tersebut. Kategori ini mencakup
pengelola bangunan real estat. Real estat adalah properti berupa tanah dan
bangunan.
- 58 -
13. Kode 13: Aktivitas Profesional, Ilmiah, dan Teknis
Kategori ini mencakup khususnya kegiatan profesional, ilmu pengetahuan
dan teknik, kegiatan ini membutuhkan suatu tingkat pelatihan yang tinggi
dan menghasilkan ilmu pengetahuan dan ketrampilan khusus yang
tersedia untuk pengguna.
14. Kode 14: Aktivitas Penyewaan dan Sewa Guna Usaha Tanpa Hak
Opsi, Ketenagakerjaan, Agen Perjalanan, dan Penunjang Usaha Lainnya
Kategori ini mencakup berbagai macam kegiatan yang mendukung
operasional usaha atau bisnis secara umum. Kegiatan ini berbeda dari
kegiatan yang termasuk dalam kategori 13, karena tujuan utamanya
bukanlah transfer ilmu pengetahuan khusus.
15. Kode 15: Administrasi Pemerintahan, Pertahanan, dan Jaminan Sosial
Wajib
Kategori ini mencakup kegiatan yang sifatnya pemerintahan, yang
umumnya dilakukan oleh administrasi pemerintahan. Kategori ini juga
mencakup perundang-undangan dan penerjemahan hukum yang berkaitan
dengan pengadilan dan menurut peraturannya, seperti halnya administrasi
program berdasarkan peraturan perundangan-undangan, kegiatan legislatif,
perpajakan, pertahanan negara, keamanan dan keselatan negara,
pelayanan imigrasi, hubungan luar negeri dan administrasi program
pemerintah. Kategori ini juga mencakup kegiatan jaminan sosial wajib.
16. Kode 16: Pendidikan
Kategori ini mencakup kegiatan pendidikan pada berbagai tingkatan dan
untuk berbagai pekerjaan, baik secara lisan atau tertulis seperti halnya
dengan berbagai cara komunikasi. Kategori ini juga mencakup pendidikan
yang diselenggarakan oleh institusi yang berbeda dalam sistem sekolah umum
pada tingkat yang berbeda -beda seperti halnya pendidikan untuk usia
dewasa, program literasi, dan lain-lain. Juga mencakup akademi dan
sekolah militer, sekolah penjara dan lain-lain sesuai dengan tingkatan
masing-masing.
17. Kode17: Aktivitas Kesehatan Manusia dan Aktivitas Sosial
Kategori ini mencakup kegiatan penyediaan jasa kesehatan dan aktivitas
sosial. Kegiatan yang termasuk cukup luas cakupannya, dimulai dari
pelayanan kesehatan yang diberikan oleh tenaga profesional terlatih di
rumah sakit dan fasilitas kesehatan lain, sampai kegiatan perawatan di
rumah yang melibatkan tingkatan kegiatan pelayanan kesehatan sampai
kegiatan sosial yang tidak melibatkan tenaga kesehatan profesional.
18. Kode 18: Kesenian, Hiburan, dan Rekreasi
Kategori ini mencakup kegiatan yang cukup luas untuk memenuhi
kebutuhan kesenian/kebudayaan, hiburan dan rekreasi masyarakat umum,
- 59 -
termasuk pertunjukan langsung, pengoperasian tempat bersejarah, tempat
perjudian, olahraga, dan rekreasi.
19. Kode 19: Aktivitas Jasa Lainnya
Kategori ini (sebagai kategori sisaan) mencakup kegiatan dari keanggotaan
organisasi, reparasi komputer dan barang barang rumah tangga dan barang
pribadi, berbagai kegiatan jasa perorangan yang tidak dicakup di tempat
lain dalam klasifikasi inI.
20. Kode 20: Aktivitas Rumah Tangga sebagai Pemberi Kerja
Kategori ini mencakup kegiatan rumah tangga sebagai pemberi kerja dan
kegiatan yang menghasilkan barang dan jasa oleh rumah tangga yang
digunakan untuk memenuhi kebutuhan sendiri.
21. Kode 21: Aktivitas Badan Internasional dan Badan Ekstra Internasional
Lainnya
Kategori ini mencakup kegiatan Badan Internasional, seperti Perserikatan
Bangsa-Bangsa (PBB) dan perwakilan Perserikatan Bangsa-Bangsa, Badan
Regional dan lain-lain, The International Monetary Fund, The World Bank,
The World Customs Organization (WHO), The Organization for Economic Co-
operation and Development (OECD), The Organization of Petroleum Exporting
Countries (OPEC), The European Communities, the European Free Trade
Association dan lainlain. Kategori ini mencakup kegiatan perwakilan
diplomatik dan konsulat (Kedutaan Besar).
Rincian 403.b: Sumber penghasilan utama sebagian besar penduduk
Sumber penghasilan utama sebagian besar penduduk adalah lapangan usaha di
mana sebagian besar penduduk desa/kelurahan memperoleh penghasilan/
pendapatan.
Rincian 404.a.1: Jenis komoditi/sub sektor pertanian
Rincian ini terisi jika R403.a_01 berkode ‘1’ yaitu sektor pertanian. Isikan jenis
komoditi/sub sektor pertanian yang diusahakan sebagian besar keluarga sebagai
sumber penghasilan utama, lalu pindahkan ke dalam kotak yang tersedia sesuai
dengan kodenya.
Jenis komoditi/sub sektor pertanian meliputi:
1. Padi.
2. Palawija meliputi jagung, kedelai, kacang tanah, kacang hijau, ubi kayu, ubi
jalar, talas, dll.
3. Hortikultura adalah kegiatan pertanian tanaman hortikultura meliputi buah-
buhan, sayuran, tanaman hias, dan tanaman obat-obatan.
4. Karet
5. Kalapa sawit
- 60 -
6. Kopi
7. Kakao
8. Kelapa
9. Lada
10. Cengkeh
11. Tembakau
12. Peternakan adalah kegiatan peternakan yang mencakup baik ternak besar
(sapi, kerbau, kuda, dll), ternak kecil (kambing, domba, babi, kelinci, dll),
maupun unggas (ayam, itik, burung, dll). Termasuk budidaya hewan untuk
diambil hasilnya seperti telor, susu, madu, bulu, dsb.
13. Perikanan tangkap (termasuk biota lainnya) adalah kegiatan untuk
menangkap dan mengumpulkan ikan (pisces) ataupun biota laut lain (misalnya
rumput laut, mollusca, udang-udangan) yang hidup secara alamiah dengan alat
atau cara apa pun.
14. Perikanan budidaya (termasuk biota lainnya) adalah kegiatan untuk
memelihara, membesarkan, dan/atau membiakkan ikan atau biota perairan
laut lain (misalnya rumput laut) serta memanen hasilnya dalam lingkungan
yang terkontrol, termasuk kegiatan memuat, mengangkut, menyimpan,
mendinginkan, menangani, mengolah, dan/atau mengawetkan.
15. Budidaya tanaman kehutanan adalah kegiatan kehutanan yang
menghasilkan produk tanaman kehutanan (kayu, daun, getah, dan lain-lain)
termasuk usaha pembibitan dengan tujuan sebagian atau seluruh hasilnya
dijual/ditukar atas resiko usaha.
16. Pemungutan hasil hutan adalah kegiatan mengambil benda-benda hayati
hutan,dengan tujuan sebagian atau seluruh hasilnya untuk dijual/ditukar
atas risiko usaha. Jenis hasil hutan yang biasa dipungut, seperti: kayu bakar,
bambu, rotan, buah2an, jamur, lumut, madu, sarang burung, telur, dan
kotoran burung, dll.
17. Penangkapan satwa liar adalah kegiatan yang meliputi perburuan binatang,
seperti: berburu babi hutan, rusa dan sebagainya, dengan menggunakan
perlengkapan, seperti : senapan, panah, dan tombak.
18. Penangkaran satwa/tumbuhan liar adalah kegiatan perbanyakan melalui
pengembangbiakan dan pembesaran satwa/tumbuhan liar dengan tetap
memperhatikan kemurnian jenisnya. Kegiatan tersebut dapat dilakukan di
dalam maupun di luar habitat dengan tujuan untuk kelestarian
satwa/tumbuhan liar maupun komersil. Seperti, arwana, anggrek, kera ekor
panjang, buaya, dll
19. Jasa pertanian meliputi jasa penunjang produksi pertanian dan pasca panen
- 61 -
seperti: pengelolaan bibit tanaman untuk pengembangbiakan, pembibitan
tanaman hias, persewaan traktor, jasa penggilingan padi, dsb.
20. Tebu
Rincian 404.b: Saluran pengairan/irigasi teknis
Rincian 404.b.1: Keberadaan dan fungsi saluran pengairan/irigasi teknis
Rincian ini ditanyakan untuk mengetahui keberadaan dan fungsi dari
saluran/irigasi teknis untuk lahan pertaniaan yang ada di desa/kelurahan.
Rincian 404.b.2: Cakupan/coverage saluran pengairan/irigasi teknis terhadap
lahan pertanian
Rincian ini ditanyakan untuk mengetahui cakupan/coverage dari saluran/irigasi
teknis untuk lahan pertaniaan yang ada di desa/kelurahan (Jika R404.b.1 berkode
‘ 1 ‘ atau ‘ 2’).
Rincian 404.c: Keberadaan dan kelengkapan toko/kios yang menjual sarana
pertanian
Rincian ini ditanyakan untuk mengetahui keberadaan dan kelengkapan
toko/kios yang menjual sarana pertaniaan yang ada di desa/kelurahan.
Rincian 404.d: Keberadaan dan fungsi pasar khusus untuk jual beli hasil
produksi pertanian
Rincian ini ditanyakan untuk mengetahui keberadaan dan fungsi pasar khusus
untuk jual beli hasil pertanian yang ada di desa/kelurahan.
- 62 -
Rincian 404.e.1: Jenis permukaan jalan dari sentra produksi/lahan pertanian ke
jalan utama desa
Sentra produksi/lahan pertanian yang dimaksud mengacu pada lokasi
keberadaan sentra produksi/lahan pertanian yang paling luas di wilayah
desa/kelurahan.
Jalan utama desa adalah jalan yang dianggap oleh sebagian besar penduduk
desa/kelurahan setempat sebagai jalan yang paling penting atau paling sering
digunakan untuk arus transportasi dari/menuju kantor camat terdekat.
Jalan dari sentra produksi/lahan pertanian ke jalan utama desa adalah jalan
yang menghubungkan antara lokasi sentra produksi/lahan pertanian dengan jalan
utama desa. Jenis permukaan jalan terdiri dari: aspal/beton, diperkeras (dengan
kerikil, batu), tanah, dan lainnya (termasuk jalan terbuat dari kayu/papan yang
biasanya digunakan di daerah rawa, termasuk jalan setapak, jalan di hutan, dan
sejenisnya).
Rincian 404.e.2: Apakah dapat dilalui kendaraan bermotor roda 4 atau lebih
- Jika jalan dapat dilalui kendaraan bermotor roda 4 atau lebih sepanjang tahun,
maka isikan kode ’1’.
- Jika jalan dapat dilalui kendaraan bermotor roda 4 atau lebih sepanjang tahun,
kecuali saat tertentu, misalnya: ketika turun hujan, pasang, maka isikan kode
’2’.
- Jika jalan dapat dilalui kendaraan bermotor roda 4 atau lebih sepanjang tahun,
kecuali sepanjang musim hujan, maka isikan kode ’3’.
- Jika jalan tidak dapat dilalui kendaraan bermotor roda 4 atau lebih sepanjang
tahun, maka isikan kode ’4’.
Rincian 405: Produk unggulan di desa/kelurahan
Rincian pertanyaan ini untuk mengetahui keberadaan produk (barang) unggulan
yang dihasilkan oleh desa/kelurahan.
Produk (barang) unggulan yang dimaksud adalah komoditas atau barang
dagangan yang diproduksi dalam jumlah besar dan menjadi ciri khas
desa/kelurahan, bentuknya dapat berupa hasil bumi maupun kerajinan setempat.
Misalnya: salak pondoh sebagai produk unggulan di Desa Bangun Kerto, Kecamatan
Turi (Yogyakarta). Jika di desa terdapat beberapa produk unggulan, maka pilih produk
yang dihasilkan dalam jumlah terbesar.
- 63 -
Rincian 405.a: Keberadaan produk (barang) unggulan/utama desa/kelurahan
Jika desa memiliki produk (barang) unggulan maka lingkari kode ‘1’ , dan jika
tidak ada maka lingkari kode ‘2’.
Rincian 405.b: Produk (barang) unggulan/utama desa/kelurahan
Isikan produk (barang) unggulan desa/kelurahan pada Rincian 405.b sesuai
jenisnya, apakah barang pangan atau non-pangan.
Rincian 405.c: Pemasaran produk unggulan/utama
Isikan keberadaan barang yang diedarkan sesuai cakupan pemasarannya
(dalam desa, antar desa, antar kecamatan, antar kab/kota, antar provinsi, dan antar
negara).
BLOK V. PERUMAHAN DAN LINGKUNGAN HIDUP
Rincian 501.a: Keluarga pengguna listrik
Rincian ini dimaksudkan untuk melihat aksesbilitas keluarga terhadap listrik.
Untuk kewajaran isian maka jumlah pada isian Rincian 501.a tidak boleh melebihi
Rincian 401.c.
Keluarga pengguna listrik Perusahaan Listrik Negara (PLN) adalah keluarga
pengguna/pelanggan listrik yang disalurkan oleh PLN, dengan atau tanpa meteran
resmi dari PLN.
Keluarga pengguna listrik non-PLN adalah keluarga pengguna/pelanggan
listrik selain dari PLN, misalnya diesel/generator, listrik diusahakan oleh pemerintah
daerah, swasta, dan listrik swadaya masyarakat.
Rincian 501.b: Keluarga bukan pengguna listrik
Keluarga bukan pengguna listrik adalah keluarga yang tidak menggunakan
listrik sebagai sumber energi untuk penerangan rumah.
Penjelasan:
Jumlah isian pada Rincian 501 (R501.a.1+R501.a.2+R501.b) harus sama dengan
Rincian 401.c.
Rincian 502: Penerangan di jalan utama desa/kelurahan
Rincian ini dimaksudkan untuk mendapatkan informasi mengenai ada/tidaknya
sarana penerangan dan jenis penerangan di jalan utama desa/kelurahan. Penerangan
- 64 -
jalan yang dicatat di sini adalah jika fasilitasnya tersedia dan berfungsi sebagaimana
mestinya.
Jalan utama desa adalah jalan yang dianggap oleh sebagian besar penduduk
desa/kelurahan setempat sebagai jalan yang paling penting atau paling sering
digunakan untuk arus transportasi dari/menuju kantor camat terdekat.
Penjelasan:
- Penerangan jalan yang diusahakan/dibiayai oleh masyarakat (swadaya) atau
perusahaan walaupun sumbernya dari PLN dikategorikan sebagai listrik
nonpemerintah.
Rincian 503.a: Bahan bakar untuk memasak yang digunakan oleh keluarga
Rincian ini dimaksudkan untuk mengetahui jenis bahan bakar untuk memasak
oleh keluarga di desa/kelurahan ini.
Gas kota adalah penggunaan gas bumi yang diperoleh dari perusahaan gas untuk
memenuhi kebutuhan bahan bakar untuk memasak keluarga sehari-hari.
Liquid Petroleum Gas (LPG) adalah bahan bakar berupa gas yang dicairkan yang
merupakan produk minyak bumi yang diperoleh dari proses distilasi bertekanan
tinggi. Berasal dari beberapa sumber yaitu dari gas alam maupun gas hasil dari
pengolahan minyak bumi (Light End). LPG 3 kg, jika keluarga menggunakan kompor
yang berbahan bakar LPG ukuran 3 kg untuk memasak makanan atau minuman.
LPG lebih dari 3 kg, jika keluarga menggunakan kompor yang berbahan bakar LPG
ukuran lebih dari 3 kg, seperti 5,5 kg, 9 kg, 12 kg, 14 kg, atau lebih untuk memasak
makanan atau minuman.
Minyak tanah, jika keluarga menggunakan kompor yang berbahan bakar minyak
tanah untuk memasak makanan atau minuman.
- 65 -
Kayu bakar, jika keluarga menggunakan kayu bakar dalam bentuk bongkahan
untuk memasak masakan dan minuman sehari-harinya.
Lainnya seperti arang, sekam, tempurung, briket batu bara, biogas, dll.
Rincian 503.b: Cara memperoleh kayu bakar oleh sebagian besar keluarga
Rincian ini dimaksudkan untuk mengetahui cara memperoleh kayu bakar yang
digunakan sebagai bahan bakar memasak oleh mayoritas keluarga di desa/kelurahan
ini.
Pembelian, jika keluarga memperoleh kayu bakar melalui penukaran (pembayaran)
dengan uang.
Pengambilan dari kawasan hutan/hutan, jika keluarga memperoleh kayu bakar
dengan cara mencari/mengambil/menebang/memungut kayu secara langsung (tanpa
pihak ketiga) di kawasan hutan/hutan.
Pengambilan dari luar kawasan hutan/hutan, jika keluarga memperoleh kayu
bakar dengan cara mencari/mengambil/menebang/memungut kayu secara langsung
(tanpa pihak ketiga) di luar kawasan hutan/hutan, seperti kebun, pekarangan, atau
lainnya.
Lainnya, jika keluarga memperoleh kayu bakar melalui cara selain yang telah
disebutkan di atas.
Rincian 504.a: Tempat buang sampah keluarga
Rincian ini dimaksudkan untuk mengetahui jenis tempat buang sampah yang
digunakan oleh keluarga di desa/kelurahan ini.
Tempat sampah adalah tempat/wadah yang digunakan untuk menampung
sampah yang berlokasi di sekitar halaman atau pagar bangunan dan terbuat dari
tembok atau drum atau ember atau lubang besar dan sejenisnya, baik tertutup
maupun terbuka.
Tempat sampah, kemudian diangkut jika sampah ditampung sementara dalam
wadah/tempat sampah yang kemudian sampah tersebut diangkut ke TPS atau
langsung ke TPA.
Dalam lubang/dibakar jika sampah dibuang ke dalam lubang, baik lubang buatan
maupun alamiah, atau sampah tersebut dibakar.
- 66 -
Sungai/saluran irigasi/danau/laut jika sampah dibuang ke kali, sungai, saluran
irigasi, danau, laut atau pinggir pantai
Drainase (got/selokan) jika sampah dibuang ke dalam saluran got/selokan yang
pada dasarnya berfungsi sebagai saluran air.
Lainnya misalnya sampah dikumpulkan kemudian dipakai sebagai bahan
pembuatan kompos.
Rincian 504.b: Tempat buang sampah sebagiaan besar keluarga
Rincian ini dimaksudkan untuk mengetahui jenis tempat buang sampah yang
digunakan oleh sebagian besar keluarga di desa/kelurahan ini.
Rincian 505.c: Tempat Penampungan Sampah Sementara (TPS)
Tempat Penampungan Sampah Sementara (TPS) adalah tempat atau lahan yang
digunakan sebagai penampungan pembuangan sampah yang bersifat sementara di
desa/kelurahan sebelum diangkut ke tempat perdauran ulang, pengolahan atau
tempat pengolahan sampah terpadu.
Rincian 505.a: Tempat buang air besar sebagian besar keluarga
Rincian ini dimaksudkan untuk mengetahui jenis tempat buang air besar yang
digunakan oleh mayoritas keluarga di desa/kelurahan ini.
Jamban adalah tempat buang air besar yang tertutup, baik menggunakan tangki
septik maupun tidak.
Jamban sendiri adalah jamban yang hanya digunakan oleh satu keluarga.
Jamban bersama adalah jamban yang digunakan oleh dua keluarga atau lebih.
Jamban umum adalah jamban yang dapat digunakan oleh setiap warga
desa/kelurahan yang bersangkutan maupun masyarakat lainnya.
Bukan jamban termasuk tempat pembuangan air besar yang penampungan akhirnya
kolam/sawah, lubang tanah/tanah lapang/kebun, sungai/danau/laut, dan
sebagainya.
Penjelasan:
- Apabila sebagian besar keluarga menggunakan dua atau lebih jenis jamban
dengan persentase yang sama, maka kode jenis jamban yang dipilih adalah
kode yang terkecil.
- 67 -
- Jika Rincian 505.a berkode 4, maka pencacah langsung melanjutkan ke
Rincian 506.
Rincian 505.b: Kloset jamban yang digunakan oleh sebagian besar keluarga
Rincian ini dimaksudkan untuk mengetahui jenis kloset jamban yang digunakan
oleh mayoritas keluarga, yang memiliki jamban, di desa/kelurahan ini.
Leher angsa adalah kloset yang di bawah dudukannya terdapat saluran berbentuk
huruf "U" (seperti leher angsa) dengan maksud menampung air untuk menahan agar
bau tinja tidak keluar.
Plengsengan adalah jamban/kakus yang di bawah dudukannya terdapat saluran
rata yang dimiringkan ke pembuangan kotoran.
Lainnya misalnya cemplung/cubluk atau jenis kloset lainnya.
Rincian 505.c: Tempat pembuangan akhir tinja sebagian besar keluarga
Rincian ini dimaksudkan untuk mengetahui tempat pembungan akhir tinja
sebagian besar keluarga, yang memiliki jamban, di desa/kelurahan ini.
Tangki/instalasi pengelolaan air limbah, jika penampungan akhir tinjanya berupa
tangki/saluran pembuangan akhir limbah (SPAL).
Lubang tanah, jika limbahnya dibuang ke dalam lubang tanah yang tidak diberi
pembatas/tembok (tidak kedap air).
Sawah/kolam/sungai/danau/laut atau pantai/tanah lapang/kebun, jika
limbahnya dibuang ke sawah/kolam/sungai/danau/laut atau limbahnya dibuang ke
daerah pantai atau tanah lapang, termasuk dibuang ke kebun.
Lainnya, jika limbahnya dibuang ke tempat selain yang telah disebutkan di atas.
Rincian 506: Tempat/saluran pembuangan limbah cair dari air mandi/cuci
sebagian besar keluarga
Rincian ini dimaksudkan untuk mengetahui kebiasaan masyarakat
desa/kelurahan dalam membuang limbah cair dari air mandi/cuci.
Lubang resapan jika limbah cair dari air mandi/cuci dari rumah tangga dibuang ke
lubang tanah yang permukaan atasnya ditutup. Lubang resapan diperuntukkan
secara khusus untuk menampung limbah cair/air kotor dari rumah tangga.
Drainase (got/selokan) jika limbah cair dari air mandi/cuci dari rumah tangga
dibuang ke dalam saluran got/selokan yang pada dasarnya berfungsi sebagai saluran
air.
- 68 -
Sungai/saluran irigasi/danau/laut jika limbah cair dari air mandi/cuci dari rumah
tangga dibuang ke kali, sungai, saluran irigasi, danau, laut atau pinggir pantai.
Dalam lubang atau tanah terbuka jika limbah cair dari air mandi/cuci dari rumah
tangga dibuang ke dalam lubang yang tidak tertutup atau langsung dibuang ke tanah
terbuka. Di beberapa wilayah di Pulau Jawa, lubang/tanah terbuka untuk
pembuangan limbah cair/air kotor ini sering disebut dengan istilah ’peceren’.
Lainnya, jika limbah cair dari air mandi/cuci dibuang selain dengan cara di atas,
misalnya dikumpulkan kemudian diproses khusus menjadi limbah yang aman dan
ramah lingkungan serta dimanfaatkan untuk keperluan tertentu.
Rincian 507: Sumber air untuk minum dan mandi/cuci sebagian besar keluarga
Rincian pertanyaan ini dimaksudkan untuk mengetahui sumber air yang
digunakan oleh sebagian besar keluarga di desa/kelurahan untuk minum dan
mandi/cuci.
Air kemasan adalah air yang diproduksi oleh suatu perusahaan melalui proses yang
higienis dan terdaftar di kementerian kesehatan.
Ledeng dengan meteran (PAM/PDAM) adalah air yang diproduksi melalui
penjernihan dan penyehatan sebelum dialirkan kepada konsumen melalui suatu
instalasi berupa saluran air. Sumber air ini diusahakan oleh Perusahaan Air Minum
(PAM), Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM), atau Badan Pengelola Air Minum
(BPAM), baik dikelola oleh pemerintah maupun swasta.
Ledeng tanpa meteran adalah air yang diproduksi melalui proses penjernihan dan
penyehatan (air PAM) namun disalurkan ke konsumen melalui pedagang air
keliling/pikulan.
Sumur bor/pompa adalah air tanah yang cara pengambilannya dengan pompa
tangan, pompa listrik, atau kincir angin, termasuk sumur artesis (sumur pantek).
Sumur adalah air dalam tanah yang cara pengambilannya dengan menggunakan
gayung atau ember, baik dengan menggunakan katrol maupun tidak. Air sumur
dikelompokkan menjadi 2 kategori, yaitu sumur terlindung dan tidak terlindung.
- 69 -
Sumur terlindung adalah sumur yang memiliki lingkar sumur berupa tembok paling
sedikit 0,8 meter di atas tanah dan 3 meter ke bawah tanah, serta ada lantai semen
sejauh 1 meter dari lingkar sumur.
Sumur tak terlindung adalah sumur yang tidak dilindungi oleh tembok dan lantai
semen sejauh 1 meter dari lingkar sumur.
Mata air adalah sumber air permukaan tanah di mana air timbul dengan sendirinya
(alami). Mata air dikelompokkan menjadi 2 kategori, yaitu mata air terlindung dan
tidak terlindung.
Mata air terlindung adalah sumber air permukaan tanah di mana air timbul dengan
sendirinya dan terlindung dari air bekas pakai, bekas mandi, mencuci, atau lainnya.
Mata air tidak terlindung adalah sumber air permukaan tanah di mana air timbul
dengan sendirinya tetapi tidak terlindung dari air bekas pakai, bekas mandi, mencuci,
atau lainnya.
Rincian 508.a: Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET)
Rincian ini dimaksudkan untuk mengetahui ada tidaknya SUTET di
desa/kelurahan. SUTET adalah jaringan kawat beraliran listrik bertegangan lebih dari
200-500 KV untuk pendistribusian listrik lintas daerah.
Penjelasan:
- SUTET berbeda dengan Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT), yaitu terletak
pada besaran tegangannya. SUTT bertegangan 30kV-150kV.
Gambar 5.2: Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET)
- 70 -
Rincian 508.b dan 508.c: Permukiman di bawah SUTET
Rincian ini dimaksudkan untuk mengetahui banyaknya lokasi, bangunan
rumah, dan keluarga yang bertempat tinggal di bawah SUTET. Lokasi, jumlah
bangunan rumah dan jumlah keluarga yang dicatat pada rincian ini adalah yang
berada di bawah lintasan jaringan dan berjarak kurang lebih 20 meter
(Permentamben No. 1.P/47/MTE/1992).
Rincian 509.a: Sungai, saluran irigasi, dan danau/ waduk/ situ/ embung/
bendungan
Rincian ini dimaksudkan untuk mengetahui jumlah dan penggunaan sungai,
saluran irigasi maupun danau/waduk/situ/bendungan yang melintas/berada di
desa/kelurahan ini.
Menurut PP No. 38 tahun 2011, Sungai adalah tempat, wadah dan jaringan air
yang terbentuk secara alamiah maupun buatan mulai dari mata air (hulu) sampai
muara (hilir) dengan dibatasi kanan dan kiri oleh garis sempadan. Sungai yang
dimaksud di sini termasuk anak sungai, kanal, dan sodetan.
Saluran irigasi adalah kesatuan bangunan dan saluran untuk mengatur penyediaan,
pengambilan, dan pembagian air irigasi.
Danau adalah sebuah cekungan yang terbentuk secara alami yang terisi oleh air dari
beberapa sumber seperti curahan hujan, sungai, dan air tanah.
Waduk adalah penampungan aliran sungai yang dibendung untuk keperluan
tertentu, misal pembangkit listrik, persediaan sumber air, irigasi, dsb.
Embung adalah bangunan yang berfungsi menampung kelebihan air yang terjadi
pada musim hujan untuk persediaan suatu desa di musim kering.
Situ merupakan danau yang berukuran relatif lebih kecil.
- 71 -
Bendungan adalah konstruksi yang dibangun untuk menahan laju air menjadi
waduk, danau, atau tempat rekreasi. Seringkali bendungan juga digunakan untuk
mengalirkan air ke sebuah pembangkit listrik tenaga air. Kebanyakan bendungan
memiliki pintu air untuk membuang air yang tidak diinginkan secara bertahap atau
berkelanjutan.
Rincian 509.b: Penggunaan sungai, saluran irigasi, dan danau/waduk/situ/
embung/bendungan
Isikan penggunaan sungai, saluran irigasi, dan danau/waduk/situ/embung/
bendungan oleh masyarakat pada kotak yang tersedia. Penggunaan sungai, saluran
irigasi, dan danau/waduk/situ/embung/bendungan meliputi: mandi/cuci,
minum/masak, bahan baku air minum, pengairan/irigasi lahan pertanian, pariwisata
atau rekreasi (misal adanya fasilitas wisata arum jeram, wisata Sungai Musi, dsb),
perikanan, transportasi, pembangkit listrik, industri/pabrik dan lainnya. Kotak yang
diarsir tidak boleh diisi.
Rincian 510: Sungai yang melintasi desa/kelurahan dan keberadaan
permukiman di bantaran sungai
Rincian 510.a.: Nama sungai yang melintasi desa/kelurahan
Rincian ini bertujuan untuk mengetahui sungai yang melewati desa/kelurahan
dari hulu sampai ke hilir. Tuliskan nama sungai, baik nama resmi/baku atau sebutan
lain sesuai dengan sebutan dari penduduk setempat. Rincian ini diisi jika
desa/kelurahan dilintasi sungai (Rincian 509.a kolom (2) berkode ‘1’).
Sungai yang melintasi desa adalah sungai yang alirannya melalui wilayah
desa/kelurahan, termasuk juga sungai yang menjadi batas desa/kelurahan. Jika ada
anak sungai yang tidak mempunyai nama, maka tuliskan nama dari sungai induk.
Penjelasan :
- Nama sungai beserta anak sungai harus sama, dan pada sungai yang sama
hanya ada satu nama.
- 72 -
Rincian 510.b dan 510.c: Keberadaan permukiman di bantaran sungai
Rincian ini dimaksudkan untuk mengetahui informasi mengenai keberadaan
permukiman di bantaran sungai yang mencakup banyaknya lokasi, bangunan
rumah, dan keluarga yang bertempat tinggal di bantaran sungai.
Menurut PP No. 38 tahun 2011, bantaran sungai adalah ruang antara tepi
palung sungai dan kaki tanggul sebelah dalam yang terletak di kiri dan/atau kanan
palung sungai.
Garis sempadan adalah garis maya di kiri dan kanan palung sungai yang
ditetapkan sebagai batas perlindungan sungai.
Rincian 510.d.1: Pencemaran air sungai dengan limbah
Jika desa/kelurahan dilintasi sungai (Rincian 509.a kolom (2) berkode ‘1’),
maka tanyakan apakah air sungai tercemar limbah. Jika air sungai tercemar limbah,
isikan kode ‘1’ atau isikan kode ‘2’ jika air sungai tidak tercemar limbah. Jika Rincian
510.d.1 berkode ‘2’, maka pencacah langsung melanjutkan ke Rincian 511.
Menurut UU No. 32 tahun 2009 tentang perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup, limbah adalah sisa suatu usaha/kegiatan yang dihasilkan dari
hasil kegiatan pabrik, industri, pertambangan, dan sebagainya baik berupa gas, debu,
cair, atau padat.
Rincian 510.d.2: Sumber limbah
Jika sungai yang melintasi desa/kelurahan tercemar limbah (Rincian 510.d.1
berkode ‘1’), maka tanyakan sumber limbah berasal dari hasil kegiatan
pabrik/industri/usaha atau rumah tangga atau lainnya.
Rincian 510.d.3: Lokasi pabrik/industri/usaha/rumah tangga di wilayah
desa/kelurahan
Jika di desa/kelurahan terdapat pembuangan limbah pabrik/industri/usaha/
rumah tangga ke sungai (Rincian 510.d.2 berkode ‘1’ atau ‘3’), maka tanyakan
keberadaan pabrik/industri/usaha/rumah tangga yang membuang limbah tersebut.
Rincian ini sebaiknya ditanyakan pada aparat desa dengan melakukan konfirmasi
pada Ketua RT/RW yang wilayahnya mencakup daerah bantaran sungai tersebut.
Gambar 5.3: Contoh Bagian-Bagian Sungai
- 73 -
Isikan kode ‘1’ jika lokasi pabrik/industri/usaha/rumah tangga yang membuang
limbah tersebut berada di dalam wilayah desa/kelurahan. Isikan kode ‘2’ jika lokasi
pabrik/industri/usaha/rumah tangga yang membuang limbah tersebut berada di
luar wilayah desa/kelurahan.
Rincian 511: Keberadaan mata air
Rincian ini dimaksudkan untuk mengetahui informasi mengenai keberadaan
mata air di desa/kelurahan ini.
Mata air adalah sumber air permukaan tanah di mana air timbul dengan
sendirinya (alami). Mata air dikelompokkan menjadi 2 kategori, yaitu mata air
terlindung dan tidak terlindung.
Rincian 512: Permukiman kumuh
Rincian ini dimaksudkan untuk mengetahui informasi mengenai keberadaan
permukiman kumuh yang mencakup jumlah lokasi, bangunan rumah, dan keluarga
yang bertempat tinggal di permukiman kumuh.
Permukiman kumuh (slum area) adalah wilayah permukiman dengan bangunan
yang padat dan tidak layak huni, sanitasi lingkungan yang buruk dan padat
penduduk. Permukiman kumuh biasanya berada di lokasi marjinal (tidak boleh
dijadikan sebagai tempat tinggal) misalnya: bantaran sungai, pinggiran rel kereta api,
sepanjang aliran drainase, di bawah jembatan (layang), pasar, dan sebagainya. Ciri-
ciri umum permukiman kumuh antara lain:
1. Penduduk/bangunan sangat padat,
2. Banyak rumah yang tidak layak huni,
3. Sanitasi lingkungan buruk.
Rincian 513: Pencemaran lingkungan hidup di desa/kelurahan selama setahun
terakhir
Rincian ini dimaksudkan untuk memperoleh informasi mengenai pencemaran
lingkungan yang terjadi di desa/kelurahan dalam satu tahun terakhir, baik
pencemaran air, tanah, maupun udara.
- 74 -
Menurut Kementerian Lingkungan Hidup, pencemaran lingkungan hidup
adalah sesuatu yang mengakibatkan perubahan terhadap lingkungan hidup (air,
tanah, dan udara) baik langsung maupun tidak langsung yang dapat
membahayakan kesehatan, keselamatan, dan kesejahteraan manusia, yang
biasanya terjadi dalam waktu yang lama. Gangguan ini bisa terjadi dengan
sendirinya (proses alamiah) atau disebabkan oleh aktivitas manusia. Seperti yang
ditimbulkan oleh limbah pabrik, pemakaian pupuk kimia pada tanaman, limbah
keluarga/pasar/pertokoan/ perkantoran, dan sebagainya. Pencemaran lingkungan
di suatu daerah ditunjukkan oleh adanya ketidaknyamanan manusia/penduduk
terhadap kondisi/ kualitas air, tanah, atau udara yang ada disekitarnya.
Penjelasan:
a. Pencemaran air. Air yang tercemar dapat dilihat dari tampilan fisiknya yang
keruh, berwarna, berasa, berbusa, dan berbau.
Keruh/tidak jernih, jika air dituang dalam gelas bening terlihat adanya
benda-benda kecil yang bercampur menjadi satu, misalnya air yang keruh
karena butiran koloid dari tanah liat;
Berwarna, jika air tampak tidak keruh (bening/jernih) tetapi berwarna.
Beberapa warna dalam air yang harus diwaspadai diantaranya:
- Air berwarna hijau mengandung cuprum, oksida, chlorin, dapat
mengakibatkan penyakit ginjal, sistem syaraf pusat dan kanker.
- Air berwarna hitam mengandung kalsium, magnesium, dapat
mengakibatkan batu ginjal dan kencing batu.
- Air berwarna putih mengandung alumunium, arsen, asbestos, dapat
mengakibatkan penyakit hati, sistem syaraf pusat dan kanker.
- Air berwarna biru mengandung alumunium, sulfur, phospat, pestisida
dapat mengakibatkan penyakit hati, ginjal, kencing batu dan sistem
syaraf.
- Air berwarna jingga (oranye) mengandung besi oksida dapat
mengakibatkan gangguan air seni, maupun gangguan keseimbangan
metabolisme.
- 75 -
Berasa, jika air memberi rasa tertentu, seperti: asin, anta, payau. Secara
fisika, air bisa dirasakan oleh lidah. Air yang terasa asam, manis, pahit, atau
asin menunjukkan air tersebut tidak baik. Rasa asin disebabkan adanya
garam-garam tertentu yang larut dalam air, sedangkan rasa asam
diakibatkan adanya asam organik maupun asam anorganik.
Berbusa, bila air mengeluarkan busa/buih yang cukup banyak (seperti
tercampur deterjen) pada waktu dituang ke suatu tempat (gelas).
Berbau, jika air mengeluarkan bau tertentu. Air yang baik memiliki ciri tidak
berbau bila dicium dari jauh maupun dari dekat. Air yang berbau busuk
mengandung bahan organik yang sedang mengalami dekomposisi
(penguraian) oleh mikroorganisme air.
b. Pencemaran tanah. Kesuburan tanah menurun oleh berbagai sebab, yaitu:
rusaknya komposisi tanah akibat penambangan, penggalian,
terkontaminasinya tanah karena bahan radio aktif di atasnya atau yang
dipendam di dalamnya dan sebagainya.
c. Pencemaran udara dicirikan dengan kondisi udara yang berdebu/berjelaga,
berasap, dan berbau menyengat. Sumber pencemarannya meliputi pabrik,
pembakaran gamping, kendaraan bermotor, letusan gunung, peternakan,
pembakaran lahan/hutan dan sebagainya.
Kolom (3): Sumber pencemaran lingkungan terdiri dari :
Rumah tangga, jika sumber pencemaran berasal dari rumah tangga. Misalnya:
limbah domestik atau limbah/sampah dihasilkan akibat kegiatan keluarga.
Pabrik, jika sumber pencemaran berasal dari pabrik, termasuk dari kegiatan
industri/usaha.
Limbah lainnya, jika sumber pencemaran berasal dari selain rumah tangga dan
pabrik/industri, misalnya pemakaian pupuk kimia yang berlebihan pada tanaman,
terkontaminasinya air laut, SPBU bocor, dsb. Jika pada Rincian 513 Kolom (3)
berkode ‘3’ maka pada masing-masing baris di kolom tersebut dituliskan sumber
pencemaran lainnya.
Kolom (4): Pengaduan warga ke aparat desa
Jika di desa/kelurahan terjadi pencemaran lingkungan hidup, maka tanyakan
apakah kejadian tersebut dilaporkan/diadukan ke aparat desa atau tidak. Jika iya,
isikan kode ‘1’. Sebaliknya, isikan kode ‘2’ jika tidak.
Rincian 514: Kegiatan pelestarian lingkungan dan pengolahan sampah
Rincian ini bertujuan untuk memperoleh informasi mengenai keberadaan
kegiatan pelestarian lingkungan dan pengolahan sampah di desa/kelurahan yang
dilakukan oleh masyarakat desa/kelurahan ini pada tahun 2015, 2016 dan 2017.
- 76 -
Kegiatan pelestarian lingkungan yaitu seperti penanaman/pemeliharaan
pepohonan di lahan kritis, penanaman mangrove, dan sejenisnya. Menurut UU No. 37
Tahun 2014 Tentang Konservasi Tanah dan Air, lahan kritis adalah lahan yang
fungsinya kurang baik sebagai media produksi untuk menumbuhkan tanaman yang
dibudidayakan atau yang tidak dibudidayakan.
Menurut UU No. 18 tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah, pengelolaan
sampah adalah kegiatan yang sistematis, menyeluruh, dan berkesinambungan yang
meliputi pengurangan dan penanganan sampah.
Rincian 515: Kebiasaan masyarakat membakar ladang/kebun di desa/kelurahan
untuk proses usaha pertanian
Rincian ini bertujuan untuk memperoleh informasi mengenai kebiasaan
masyarakat membakar ladang/kebun di desa/kelurahan yang dilakukan oleh
masyarakat untuk proses usaha pertanian.
Kebiasaan membakar ladang/kebun adalah kebiasaan membakar
ladang/kebun secara sengaja dengan maksud untuk proses (mempersiapkan) usaha
pertanian. Jika di desa/kelurahan terdapat kebiasaan membakar ladang/kebun,
isikan kode ‘1’. Jika tidak, isikan kode ‘2’.
Rincian 516: Keberadaan lokasi penggalian golongan C di desa/kelurahan
Menurut PP Nomor 27 Tahun 1980 tentang Penggolongan Bahan-Bahan
Galian, bahan-bahan galian terbagi atas 3 golongan, yaitu:
a. Golongan A, golongan bahan galian yang strategis yaitu:
1. Minyak bumi, bitumen cair, lilin bumi, dan gas alam;
2. Bitumen padat, aspal;
3. Antrasit, batubara, batubara muda;
4. Uranium, radium, thorium dan bahan-bahan galian radioaktif lainnya;
- 77 -
5. Nikel, kobalt;
6. Timah.
b. Golongan B, golongan bahan galian yang vital yaitu:
1. Besi, mangan, molibden, khrom, wolfram, vanadium, titan;
2. Bauksit, tembaga, timbal, seng;
3. Emas, platina, perak, air raksa, intan;
4. Arsin, antimon, bismut;
5. Yutrium, rhutenium, cerium, dan logam-logam langka lainnya;
6. Berillium, korundum, zirkon, kristal kwarsa;
7. Kriolit, fluorspar, barit;
8. Yodium, brom, khlor, belerang.
c. Golongan C, golongan bahan galian yang tidak termasuk golongan A dan B
yaitu:
1. Nitrat, phosphate, garam batu (halite);
2. Asbes, talk, mika, grafit, magnesit;
3. Yarosit, leusit, tawas (alam), oker;
4. Batu permata, batu setengah permata;
5. Pasir kwarsa, kaolin, feldspar, gips, bentonite;
6. Batu apung, tras, obsidian, perlit, tanah diatome, tanah serap (fullers earth);
7. Marmer, batu tulis;
8. Batu kapur, dolomite, kalsit;
9. Granit, andesit, basal, trakhit, tanah liat, dan pasir sepanjang tidak
mengandung unsur-unsur mineral golongan A dan golongan B dalam jumlah
yang berarti ditinjau dari segi ekonomi pertambangan;
Penjelasan :
Rincian ini hanya mencakup penggalian golongan C dimana lokasi penggalian
dimaksud adalah tempat dilakukannya kegiatan penggalian golongan C baik yang
kegiatannya aktif atau tidak, maupun yang memiliki surat perizinan atau tidak.
BLOK VI. BENCANA ALAM DAN MITIGASI BENCANA ALAM
Rincian 601: Fasilitas/upaya antisipasi/mitigasi bencana alam yang ada di
desa/kelurahan
Menurut UU No 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana, mitigasi
adalah serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik melalui
pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi
- 78 -
ancaman bencana. Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa
atau serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa
bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah longsor.
Sistem peringatan dini bencana alam adalah serangkaian kegiatan pemberian
peringatan sesegera mungkin kepada masyarakat tentang kemungkinan terjadinya
bencana alam pada suatu tempat oleh lembaga yang berwenang. Sistem peringatan
dini bencana alam yang dimaksud disini misalnya peringatan dini terhadap warga
mengenai status ketinggian pintu air, status gunung, dsb, yang disampaikan melalui
kentongan, pemberitahuan dengan loud speaker, dan lainnya.
Penjelasan:
- Pemberian peringatan status bencana melalui Short Messages Service (SMS) yang
diberikan kepada warga yang berada pada lokasi berisiko terkena bencana, dicatat
sebagai sistem peringatan dini bencana alam.
Sistem peringatan dini tsunami adalah fasilitas pendeteksian kejadian bencana
alam tsunami untuk memberikan peringatan dini sebelum bencana alam tsunami
datang/menimpa desa/kelurahan. Sistem ini menggunakan peralatan teknologi tinggi
sebagai alat atau sarana untuk memonitor kapan dan di mana bencana alam tsunami
itu akan terjadi. Cakupan wilayah sistem peringatan dini tsunami meliputi semua
desa/kelurahan yang dapat dijangkau oleh sistem tersebut dan bukan hanya
desa/kelurahan dimana lokasi alat tersebut berada.
Penjelasan :
- Sistem peringatan dini tsunami yang dimaksud disini adalah peralatan
teknologi tinggi untuk memonitor datangnya gelombang air laut pasang
tsunami (desa tersebut berada dalam cakupan sistem peringatan dini, bukan
lokasi dimana alat tersebut dipasang).
- Sistem peringatan dini tsunami yang dicatat adalah yang masih berfungsi. Jika
warga mengatakan tidak tahu apakah sistem peringatan dini tsunami masih
berfungsi atau tidak, maka tetap dicatat sebagai ’ada sistem peringatan dini
tsunami’ di desa/kelurahan.
- 79 -
Perlengkapan keselamatan adalah perlengkapan yang diupayakan/disediakan oleh
aparat setempat ataupun warga komunitas lokal untuk antisipasi maupun evakuasi
korban saat terjadi bencana alam, seperti: perahu karet, tenda, persediaan masker
dan sebagainya.
Rambu-rambu dan jalur evakuasi adalah rambu-rambu/tanda dan jalur atau rute
khusus yang digunakan untuk evakuasi pada saat terjadi bencana alam. Rambu-
rambu dan jalur atau rute ini bisa tersedia di desa/kelurahan dalam bentuk apapun,
misal peta, petunjuk evakuasi, dan lokasi aman untuk berkumpul (muster point). Yang
terpenting adalah jika sewaktu-waktu terjadi bencana alam, warga desa/kelurahan
tahu jalur atau rute evakuasi yang harus dilewati.
Menurut Peraturan Pemerintah No. 21 Tahun 2008 Tentang Penyelenggaraan
Penanggulangan Bencana, penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi
tahap prabencana, saat tanggap darurat, dan pascabencana. Penyelenggaraan
penanggulangan bencana pada tahap prabencana meliputi: a) dalam situasi tidak
terjadi bencana; dan b) dalam situasi terdapat potensi terjadinya bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana dalam situasi tidak terjadi bencana
meliputi: a). perencanaan penanggulangan bencana; b). pengurangan risiko bencana;
c). pencegahan; d). pemaduan dalam perencanaan pembangunan; e). persyaratan
analisis risiko bencana; f). pelaksanaan dan penegakan rencana tata ruang; g).
pendidikan dan pelatihan; dan h). persyaratan standar teknis penanggulangan
bencana.
Pembuatan, perawatan, atau normalisasi: sungai, kanal, tanggul, parit, drainase,
waduk, pantai, dll. selama 3 tahun terakhir. Kegiatan tersebut dapat menjadi salah
satu contoh yang dapat dilakukan sebagai upaya pencegahan bencana. Menurut
Peraturan Pemerintah No. 21 Tahun 2008 Tentang Penyelenggaraan Penanggulangan
Bencana, pencegahan dilakukan dengan cara mengurangi ancaman bencana dan
kerentanan pihak yang terancam bencana.
Simulasi dan peningkatan kewaspadaan terhadap bencana alam yang diikuti oleh
warga desa /kelurahan selama 3 tahun terakhir. Kegiatan tersebut dapat menjadi
salah satu contoh yang dapat dilakukan sebagai upaya pengurangan risiko bencana
Menurut Peraturan Pemerintah No. 21 Tahun 2008 Tentang Penyelenggaraan
Penanggulangan Bencana, pengurangan risiko bencana merupakan kegiatan untuk
mengurangi ancaman dan kerentanan serta meningkatkan kemampuan masyarakat
dalam menghadapi bencana.
Pendidikan atau pelatihan kesiapsiagaan bencana alam yang diikuti oleh warga
desa/kelurahan selama 3 tahun terakhir. Menurut Peraturan Pemerintah No. 21
Tahun 2008 Tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana, kesiapsiagaan
adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mengantisipasi bencana melalui
pengorganisasian serta melalui langkah yang tepat guna dan berdaya guna.
Sementara itu, pendidikan dan pelatihan ditujukan untuk meningkatkan kesadaran,
kepedulian, kemampuan, dan kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi
- 80 -
bencana. Pendidikan dan pelatihan diselenggarakan oleh Pemerintah dan pemerintah
daerah dalam bentuk pendidikan formal, nonformal, dan informal yang berupa
pelatihan dasar, lanjutan, teknis, simulasi, dan gladi.
Rincian 602: Kejadian/bencana alam (mengganggu kehidupan dan menyebabkan
kerugian bagi masyarakat) yang terjadi selama 3 tahun terakhir
Bencana Alam adalah peristiwa atau serangkaian peristiwa yang kejadiannya
tidak terduga, mengancam dan mengganggu kehidupan/penghidupan masyarakat
yang disebabkan oleh faktor alam antara lain berupa gempa bumi, tsunami, gunung
meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah longsor sehingga dapat
(berpotensi) mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerugian materi (harta
benda), kerusakan lingkungan, dan rasa khawatir bagi sebagian besar penduduk.
Penjelasan :
- Bencana alam yang dicatat yaitu bencana yang terjadi dalam kurun waktu 3
tahun terakhir dan dirinci setiap tahun, yaitu 2015, 2016, dan 2017. Dalam
suatu kejadian bencana alam dapat menimbulkan beberapa peristiwa alam
lainnya.
- Yang dicatat dalam rincian ini adalah ada tidaknya kejadian bencana alam yang
berdampak langsung terhadap warga (korban jiwa, materiil, maupun
nonmateriil) di desa/kelurahan.
- Contoh kasus:
Suatu gunung berapi selama 2 bulan terakhir ini selalu meletus dan
menimbulkan gempa. Untuk kasus ini bencana alam yang terjadi adalah
gunung meletus dan gempa.
Meletusnya Gunung Kelud di Kediri, Jawa Timur pada tanggal 13 Februari
2014 telah menyebabkan hujan abu vulkanik di sejumlah daerah, baik di
Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Jawa Barat. Salah satu wilayah yang terkena
dampak abu vulkanik Gunung Kelud adalah sejumlah desa di Kabupaten
Ciamis, Jawa Barat yang jaraknya sangat jauh dari Gunung Kelud. Karena
terkena dampak dari abu vulkanik dan menyebabkan kerugian di bidang
pertanian, maka sejumlah desa di kabupaten Ciamis tersebut dikategorikan
terjadi bencana Gunung Meletus.
- 81 -
Kolom (1): Jenis bencana alam
Tanah longsor adalah suatu peristiwa geologi dimana terjadi pergerakan tanah atau
batuan menuruni atau keluar lereng akibat dari terganggunya kestabilan tanah atau
batuan, seperti jatuhnya bebatuan atau gumpalan besar tanah.
Banjir adalah peristiwa terbenamnya daratan karena volume air yang meningkat.
Banjir dapat terjadi karena luapan air yang berlebihan di suatu tempat akibat hujan
besar, luapan air sungai atau pecahnya bendungan air. Kejadian banjir yang selalu
terjadi di suatu desa/kelurahan karena luapan sungai atau sistem drainase yang
buruk, seperti yang terjadi di daerah Marunda, Jakarta Utara tetap dikategorikan
sebagai banjir, selama warga di daerah tersebut merasa terganggu dan mengalami
kerugian.
Banjir bandang adalah banjir yang datang secara tiba-tiba dengan volume yang besar
sehingga merusak rumah-rumah penduduk maupun menimbulkan korban jiwa.
Banjir bandang disebabkan oleh beberapa faktor seperti karena jebolnya tanggul atau
waduk/situ, maupun karena penggundulan hutan.
Gempa bumi adalah getaran yang terjadi di permukaan bumi yang biasanya
disebabkan oleh pergerakan lempeng bumi. Gempa bumi terjadi karena aktivitas
tektonik atau vulkanik. Gempa tektonik adalah jenis gempa yang disebabkan oleh
pergeseran tanah sedangkan gempa vulkanik adalah jenis gempa yang disebabkan
oleh letusan gunung berapi.
Tsunami adalah sebuah gelombang/ombak laut yang besar yang terjadi karena
gerakan vertikal pada kerak bumi yang diakibatkan oleh gempa bumi, gempa di laut,
gunung berapi meletus atau hantaman meteor di laut. Gerakan vertikal pada kerak
bumi dapat menyebabkan dasar laut naik atau turun secara tiba-tiba, yang
mengakibatkan gangguan keseimbangan air yang berada di atasnya. Hal ini
mengakibatkan terjadinya aliran energi air laut, yang ketika sampai di pantai menjadi
gelombang besar, yang disebut tsunami. Dampak negatif tsunami adalah merusak
apa saja yang dilaluinya, bangunan, tumbuh-tumbuhan dan mengakibatkan korban
- 82 -
jiwa manusia serta menyebabkan genangan, pencemaran air asin lahan pertanian,
tanah dan air bersih.
Gelombang pasang laut adalah gelombang air laut yang melebihi batas normal dan
dapat menimbulkan bahaya baik di lautan, maupun di darat terutama daerah pinggir
pantai. Umumnya gelombang pasang terjadi karena adanya angin kencang/topan,
perubahan cuaca yang sangat cepat, dan karena ada pengaruh dari gravitasi bulan
maupun matahari. Kecepatan gelombang pasang sekitar 10-100 km/jam.
Angin puyuh/puting beliung/topan adalah angin yang hembusannya berputar
dengan kencang, dengan kecepatan angin 120 km/jam atau lebih.
Gunung meletus atau ‘erupsi’ merupakan fenomena alam yang terjadi akibat
aktivitas vulkanik di gunung yang menyebabkan magma keluar maupun material
vulkanik dari kawah gunung. Dalam hal ini, erupsi yang hanya menyebabkan hujan
awan panas juga termasuk kedalam bencana gunung meletus.
Kebakaran hutan adalah peristiwa kebakaran yang tidak ada unsur kesengajaan
yang terjadi di hutan ataupun pembakaran hutan secara sengaja oleh manusia dan
menyebabkan polusi asap yang besar yang mencemari udara baik di dalam wilayah
desa maupun di luar desa, mengakibatkan kerusakan lahan serta hasil-hasilnya dan
menimbulkan kerugian.
Penjelasan :
- Dalam Podes 2018, kebakaran hutan juga termasuk kebakaran lahan.
Kekeringan lahan adalah keadaan kekurangan pasokan air pada suatu daerah
dalam masa yang berkepanjangan (beberapa bulan hingga bertahun-tahun). Biasanya
kejadian ini muncul bila suatu wilayah mengalami musim kemarau yang panjang,
yang akhirnya menyebabkan kekeringan karena cadangan air tanah habis akibat
penguapan (evaporasi), transpirasi, ataupun penggunaan lain oleh manusia. Bencana
kekeringan dapat menyebabkan suatu wilayah kehilangan sumber pendapatan
khususnya pada wilayah-wilayah perdesaan yang bergantung pada usaha pertanian.
Kekeringan yang singkat tetapi intensif dapat pula menyebabkan kerusakan yang
signifikan.
Kolom (2): Ada/tidak.
Isikan dengan kode yang sesuai.
Kolom (3), (5), dan kolom (7): Banyaknya kejadian
Rincian ini diisi jika Rincian 601 kolom (2) berkode ‘1’. Jika kejadian bencana
alam di desa/kelurahan lebih dari 9 (sembilan) kali, maka tetap ditulis 9.
Banyaknya kejadian merujuk ke berapa kali satu episode peristiwa (rentetan
kejadian) bencana alam yang terjadi.
Untuk gempa, satu episode kejadian dimulai dari getaran pertama sampai
terakhir. Misalkan dalam satu episode gempa terjadi selama 24 jam, yang
- 83 -
mengakibatkan gempa lebih dari satu kali maka jumlah gempa yang dihitung
tetap hanya satu kali.
Untuk gunung meletus, satu episode kejadian adalah dari letusan pertama
sampai letusan terakhir dan bisa saja berlangsung dalam periode beberapa hari
dan tetap dihitung sebagai satu kali letusan.
Kolom (4), (6), dan Kolom (8): Korban jiwa
Korban jiwa (meninggal) yang dicatat merujuk pada seluruh kejadian dalam satu
tahun kejadian, bukan hanya pada tahun puncak kejadian bencana alam. Jika tidak
terjadi korban jiwa, maka isikan 0 (nol).
BLOK VII. PENDIDIKAN DAN KESEHATAN
Rincian 701: Jenis/jenjang lembaga pendidikan
Kolom (2) dan Kolom (3): isikan ke dalam kotak banyaknya lembaga pendidikan
yang ada aktivitasnya menurut tingkat pendidikan. Tidak termasuk dalam hal ini
lembaga pendidikan yang baru terdaftar secara definitif dan belum melakukan
aktivitas belajar-mengajar.
Lembaga pendidikan adalah lembaga yang menghasilkan siswa yang lulus dan
diakui/disahkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang dibuktikan
dengan sertifikat/ijazah. Banyak lembaga kursus keterampilan yang menyebutkan
bahwa lulusan kursusnya setara dengan diploma padahal belum tentu diakui oleh
Kemendikbud sebagai diploma.
Ada beberapa kasus terkait cakupan lembaga pendidikan/sekolah:
Jika ada sekolah yang terletak di perbatasan dua desa, maka dicatat di salah
satu desa dimana kantor administrasi berada.
Sebuah kampus yang meliputi beberapa desa, maka catat desa dimana kantor
rektor berada.
Untuk sekolah jarak jauh atau kelas jarak jauh dan sekolah terbuka dicatat
menjadi satu dengan sekolah induknya dimana pengelolaan administrasi
berada.
Lembaga yang memenuhi kriteria/karakterisitik sebagai lembaga pendidikan
tetap dimasukkan sebagai lembaga pendidikan yang sesuai/setara, contoh
lembaga pendidikan setara akademi seperti LP3I.
- 84 -
Pos Pendidikan Anak Usia Dini (Pos PAUD) yang masih beroperasi
Pos Pendidikan Anak Usia Dini (Pos PAUD) adalah tempat kegiatan pembinaan
anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun melalui pemberian rangsangan
pendidikan untuk pertumbuhan/perkembangan jasmani dan rohani agar siap
memasuki pendidikan selanjutnya.
Penjelasan :
- Pos PAUD sering dikenal dengan nama ‘PAUD’ saja. Dalam kasus ini, tetap dicatat
dalam Podes 2018.
TK/RA/BA, meliputi Taman Kanak-Kanak (TK), Bustanuf Athfal (BA) dan Raudatul
Athfal (RA).
SD/MI, meliputi Sekolah Dasar, Madrasah Ibtidaiyah (MI), baik negeri maupun
swasta.
SMP/MTs, meliputi Sekolah Menengah Pertama, Madrasah Tsanawiyah (MTs), baik
negeri maupun swasta.
SMU/MA, meliputi Sekolah Menengah Umum, Madrasah Aliyah (MA), baik negeri
maupun swasta.
SMK, meliputi Sekolah Menengah Kejuruan, Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK), baik
negeri maupun swasta.
Akademi/Perguruan Tinggi, meliputi Akademi, Politeknik, Sekolah Tinggi, Institut
dan Universitas, baik negeri maupun swasta.
Sekolah Luar Biasa (SLB) adalah sarana pendidikan yang diperuntukkan bagi
peserta didik yang memiliki tingkat kesulitan dalam proses pembelajaran karena
kelainan fisik, emosional dan mental.
Pondok pesantren (Ponpes) adalah lembaga pendidikan keagamaan Islam berbasis
- 85 -
masyarakat yang menyelenggarakan pendidikan diniyah atau secara terpadu dengan
jenis pendidikan lainnya (PP No. 55 tahun 2007). Pondok pesantren selain
mengajarkan kitab kuning atau kitab klasik, adapula yang menyelenggarakan
pendidikan seperti: MI, MTs maupun MA. Ponpes yang menyelenggarakan pendidikan
formal dan atau non formal seperti MI, MTs, MA maupun madrasah diniyah, unit
satuan pendidikannya selain masuk dalam ponpes juga masuk ke MI, MTs, MA dan
atau madrasah diniyah.
Pesantren itu terdiri dari lima unsur pokok yaitu: Kiai, Santri, Masjid, Pondok dan
Pengajaran kitab-kitab Islam klasik. Pengertian Pondok Pesanten yang lain adalah
bercirikan:
a. Pesantren harus berbentuk asrama (full residential Islamic Boarding School),
b. Fungsi kiai sebagai centre figure, yang berperan sebagai guru, pendidik, dan
pembimbing,
c. Masjid sebagai pusat kegiatan,
d. Materi yang diajarkan tidak sebatas kitab kuning saja.
Madrasah Diniyah adalah bagian terpadu dari pendidikan nasional untuk memenuhi
hasrat masyarakat tentang pendidikan agama. Madrasah Diniyah termasuk ke dalam
pendidikan yang dilembagakan dan bertujuan untuk mempersiapkan peserta didik
dalam penguasaan terhadap pengetahuan agama Islam (UU No. 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional yang ditindaklanjuti dengan disahkannya PP No.
55 Tahun 2007, Undang-Undang Pendidikan dan Peraturan Pemerintah, Departemen
Pendidikan Nasional). Madrasah Diniyah ada yang diselenggarakan di Ponpes dan di
luar Ponpes seperti di masjid, musholla, rumah ataupun di kantor kepala desa (lurah).
Materi pembelajaran madrasah diniyah adalah Al’quran, Hadist, fiqih/ibadah,
aqidah/ahlak, sejarah kebudayaan Islam dan Bahasa Arab dll.
Lembaga Pendidikan Diniyah terdiri atas:
a. Diniyah Atfal (DA), Diniyah Ula (DU), Diniyah Wustha (DW), Diniyah Ulya (DUy)
dan Ma’had Aly yang sudah memiliki izin operasional dari Departemen Agama.
b. Lembaga pendidikan Diniyah pada jalur non-formal berjenjang, terdiri dari
Diniyah Takmiliyah Awwaliyah (DTA), Diniyah Takmiliyah Wustha (DTW),
Diniyah Takmiliyah Ulya (DTU), dan Diniyah Takmiliyah Aly (DTA) yang sudah
memiliki izin operasional dari Departemen Agama.
c. Lembaga pendidikan Diniyah pada jalur non-formal tanpa jenjang, terdiri dari
Taman Kanak-kanak al-Qur’an (TKQ), Ta’limul Qur’an lil ’Aulad (TQA), Taman
Pendidikan al- Qur’an (TPQ) dan Majelis Taklim (MT) yang sudah memiliki izin
operasional dari Departemen Agama.
Seminari atau sejenisnya adalah lembaga pendidikan tinggi agama Katolik/Kristen,
dalam profesi kepastoran dan biasanya menyediakan asrama bagi para siswanya
dalam komplek pendidikan. Contoh sejenisnya adalah Pendidikan Alkitab untuk
Agama Protestan.
- 86 -
Kolom (4): Perkiraan jarak ke lembaga pendidikan terdekat (dalam km).
Jika tidak ada lembaga pendidikan, maka isikan perkiraan jarak ke lembaga
pendidikan serupa yang terdekat (km). Jika jarak ke lembaga pendidikan kurang dari
100 m maka tuliskan angka ’00,0’.
Kolom (5): Aksesibilitas ke lembaga pendidikan terdekat (dalam km).
Kolom (5) diisi jika lembaga pendidikan yang dimaksud tidak ada di
desa/kelurahan (Kolom (2) berkode ’0’). Isikan Kolom (5) dengan persepsi kepala
desa/lurah atau perangkat desa/kelurahan tentang kemudahan akses ke lembaga
pendidikan serupa dengan memperhitungkan sarana atau alat transportasi yang
digunakan/dipakai. Pilihan kategorinya adalah sangat mudah, mudah, sulit atau
sangat sulit.
Rincian 702.a: Kegiatan pemberantasan buta aksara/keaksaraan fungsional (KF)
selama 3 tahun terakhir
Rincian ini dimaksudkan untuk mengetahui kegiatan pemberantasan buta
aksara selama tiga tahun terakhir.
Keaksaraan fungsional adalah metode pemberantasan buta aksara meliputi
pengajaran kemampuan baca, tulis, dan hitung, serta berbagai keterampilan lain.
Keterampilan disini tergantung proposal yang diajukan, misal memasak, menjahit,
pembuatan kain sulam, dsb.
Rincian 702.b: Kegiatan pendidikan Paket A/B/C selama setahun terakhir
Rincian ini dimaksudkan untuk mengetahui keberadaan kegiatan pendidikan
paket A/B/C. Program Paket A (setara SD/MI), Paket B (setara SMP/ MTs), dan Paket
C (setara SMA/MA).
Rincian 702.c: Kelompok Bermain (Play Group) yang masih beroperasi
Kelompok Bermain (Play Group) adalah pendidikan anak-anak usia 2-6 tahun
yang berfungsi untuk membantu meletakkan dasar-dasar ke arah perkembangan
sikap, pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan bagi anak dalam
menyesuaikan diri dengan lingkungannya dan untuk pertumbuhan serta
- 87 -
perkembangan selanjutnya. Program yang lebih dikenal dengan nama Play Group ini,
merupakan program pendidikan prasekolah sebelum TK yang programnya adalah
mengajarkan anak belajar bersosialisasi di antara mereka dengan cara bermain.
Penyelenggaran Play Group dikelola oleh pihak swasta, baik pendanaan maupun
tenaga pengajarnya.
Rincian 702.d: Taman Penitipan Anak (TPA) yang masih beroperasi
Taman Penitipan Anak adalah bentuk intervensi pendidikan bagi anak usia 3
bulan sampai memasuki pendidikan dasar pada lembaga taman penitipan anak
(wahana kesejahteraan anak yang biasanya berfungsi sebagai pengganti keluarga
untuk jangka waktu tertentu bagi anak yang orang tuanya bekerja). Ini berupa tempat
menitipkan anak yang disertai dengan program pendidikan prasekolah dan
mempunyai program stimulasi untuk anak, antara lain alat bermain (motorik kasar),
mengenal bentuk (motorik halus) dan bermain (sosialisasi). Nama lain yang mungkin
ditemui adalah full day atau day care.
Rincian 702.e: Taman Pendidikan AL-Quran (TKA) yang masih beroperasi
Rincian ini dimaksudkan untuk mengetahui keberadaan Taman Pendidikan
Al-Qur’an (TKA) yang masih beroperasi di desa/kelurahan. Beberapa nama
yang digunakan untuk taman pendidikan Al Qur’an antara lain
TKA,TKQ,TPA,TPQ,TQA dan bentuk lain yang sejenis.
Rincian 702.f: Taman Bacaan Masyarakat (TBM) yang masih beroperasi
Taman Bacaan Masyarakat (TBM) adalah lembaga yang lahir dari dan untuk
masyarakat yang merupakan potensi dalam memberdayakan warga (masyarakat
umum) untuk belajar dan memperoleh informasi/pengetahuan untuk meningkatkan
taraf hidup. TBM dicirikan sebagai suatu ruang/tempat yang menyediakan koleksi
bahan bacaan yang bertujuan untuk memberikan akses pada masyarakat untuk
memperoleh bahan bacaan.
Rincian 703: Jenis pendidikan keterampilan
Isikan banyaknya lembaga yang menyediakan pendidikan keterampilan di
desa/kelurahan. Pendidikan keterampilan adalah pendidikan luar sekolah yang
dikelola oleh lembaga/badan pelatihan/kursus keterampilan yang mempunyai ciri:
jangka waktu pendidikan relatif pendek, ditunjukkan untuk meningkatkan
keterampilan masyarakat umum dan menyediakan sertifikat bagi peserta yang lulus.
Contoh pendidikan keterampilan antara lain: bahasa asing, komputer, menjahit/tata
busana, kecantikan/tata rias, montir mobil/motor, elektronika (reparasi TV, AC,
Kulkas, dsb) dan lainnya (memasak/tataboga, stir mobil, dsb). Pendidikan
keterampilan termasuk yang diselenggarakan oleh BLK (Balai Latihan Kerja).
Penjelasan:
- Yang dicatat dalam Podes 2018 adalah lembaga pendidikan keterampilan yang
masih aktif/ beroperasi.
- 88 -
Rincian 704: Sarana Kesehatan
Sarana kesehatan adalah tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan
upaya kesehatan. Yang dicatat dalam Podes 2018 adalah sarana kesehatan yang
masih aktif/beroperasi.
Rumah Sakit (RS) adalah sarana kesehatan/bangunan tempat untuk melayani
penderita yang sakit untuk berobat rawat jalan atau rawat inap yang pelayanannya
disediakan oleh dokter, perawat dan tenaga ahli kesehatan lainnya.
Rumah sakit yang dicatat adalah rumah sakit umum dan khusus. Rumah sakit
umum bisa dimiliki oleh: Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, TNI/POLRI atau
- 89 -
swasta/BUMN. RS Pemerintah Pusat misalnya RSCM/RSUP Dr.
Ciptomangunkusumo Jakarta, RS Pemerintah Daerah misalnya RS Abdul Muluk di
Lampung, RS Bhayangkara milik POLRI dan RS Swasta misalnya RS Stella Maris di
Kota Makasar-Sulawesi Selatan, RS Pelni/RS Pertamina milik BUMN. Termasuk
rumah sakit khusus seperti rumah sakit perawatan paru-paru dan rumah sakit
jantung.
Rumah Sakit Bersalin (RSB) adalah rumah sakit khusus untuk persalinan,
dilengkapi pelayanan spesialis pemeriksaan kehamilan, persalinan, rawat inap dan
rawat jalan ibu dan anak yang berada di bawah pengawasan dokter spesialis
kandungan.
Biasanya Rumah Sakit Bersalin dikelola oleh swasta. Misal RSB Bunda Menteng
Jakarta. Adapun perbedaan antara RSB dengan rumah bersalin (RB) adalah RSB
biasanya memberikan pelayanan tindakan operasi, sedangkan RB tidak melakukan
tindakan operasi.
Puskesmas (Pusat Kesehatan Masyarakat) sebagai sarana kesehatan/bangunan
yang dipakai sebagai pusat kesehatan masyarakat. Puskesmas adalah sebagai unit
pelayanan kesehatan milik pemerintah (pelaksana teknis dinas kesehatan
kabupaten/kota) yang bertanggung jawab terhadap pelayanan kesehatan masyarakat
untuk wilayah kecamatan, sebagian kecamatan, atau kelurahan/desa. Puskesmas
memberikan pelayanan berobat jalan dengan rawat inap. Biasanya Puskesmas berada
di setiap kecamatan dan dapat terdiri dari 2 – 3 puskesmas di dalam 1 kecamatan.
Pada Podes 2018, Puskesmas dibedakan antara puskesmas yang menyediakan
pelayanan rawat inap dan tidak.
Puskesmas Pembantu (Pustu) sebagai sarana kesehatan/bangunan yang dipakai
sebagai pusat kesehatan masyarakat untuk wilayah yang lebih kecil, misal di
desa/kelurahan. Pustu merupakan sarana kesehatan milik pemerintah yang
berfungsi menunjang dan membantu memperluas jangkauan puskesmas dengan
melaksanakan kegiatan-kegiatan yang dilakukan puskesmas dalam ruang lingkup
wilayah yang lebih kecil serta jenis dan kompetensi pelayanan yang disesuaikan
dengan kemampuan tenaga dan sarana yang tersedia. Pustu memberikan pelayanan
berobat jalan. Pustu bertanggung jawab ke puskesmas induk di kecamatan.
Poliklinik adalah sarana kesehatan/bangunan yang dipakai untuk pelayanan
berobat jalan. Biasanya dikelola oleh swasta atau organisasi keagamaan tertentu.
Balai pengobatan adalah tempat pemeriksaan kesehatan di bawah pengawasan
mantri kesehatan.
Tempat praktek dokter adalah sarana kesehatan/bangunan yang digunakan untuk
tempat praktek dokter yang biasanya memberikan pelayanan berobat jalan, termasuk
praktek dokter yang mempunyai fasilitas rawat inap dan apotek.
Rumah Bersalin adalah sarana pelayanan kesehatan dengan izin sebagai rumah
bersalin, dilengkapi pelayanan pemeriksaan kehamilan, persalinan serta pemeriksaan
- 90 -
ibu dan anak yang berada di bawah pengawasan bidan senior. Seperti RSB, biasanya
Rumah Bersalin juga dikelola oleh swasta.
Tempat praktek bidan adalah sarana kesehatan/bangunan yang digunakan untuk
tempat praktek bidan yang biasanya memberikan pelayanan ibu hamil dan bayi.
Pos Kesehatan Desa (Poskesdes) atau lebih sering dikenal sebagai PKD di beberapa
wilayah merupakan sarana kesehatan/bangunan yang dibentuk di desa/kelurahan
dalam rangka mendekatkan/menyediakan pelayanan kesehatan dasar bagi
masyarakat desa/kelurahan. Poskesdes merupakan Upaya Kesehatan
Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) sehingga masyarakat dapat berperan aktif dalam
meningkatkan taraf kesehatan di lingkungannya dengan kewaspadaan dini terhadap
berbagai risiko dan masalah kesehatan. Poskesdes dikelola oleh bidan dan dibantu
beberapa kader.
Pondok Bersalin Desa (Polindes) adalah bangunan yang dibangun dengan
sumbangan dana pemerintah dan partisipasi masyarakat desa untuk tempat
pertolongan persalinan dan pemondokan ibu bersalin, sekaligus tempat tinggal bidan
di desa. Di samping pertolongan persalinan juga dilakukan pelayanan Kesehatan Ibu
dan Anak (KIA), Keluarga Berencana (KB), dan pelayanan kesehatan lain sesuai
kebutuhan masyarakat dan kompentensi teknis bidan tersebut.
Apotek adalah suatu sarana kesehatan yang digunakan untuk pekerjaan
kefarmasian, dan penyaluran/penjualan obat/bahan farmasi.
Apotek melayani pembelian obat secara bebas atau dengan resep dokter. Apotek
selalu ada tenaga apoteker selaku penanggungjawabnya.
Toko khusus obat/jamu adalah tempat tertentu yang digunakan untuk melakukan
pekerjaan menyimpan, menjual obat/bahan khusus untuk obat/jamu. Toko
obat/jamu melayani pembelian obat-obatan bebas terbatas dan juga obat bebas.
Penjelasan:
- Toko khusus ‘obat kuat’ tidak dikategorikan sebagai toko khusus obat/jamu
sehingga tidak dicatat.
Kolom (2): Jumlah sarana kesehatan
Isikan jumlah sarana kesehatan (baris a sampai m) yang ada di desa/kelurahan
ini. Jika tidak ada, maka isikan ‘0’.
Jumlah sarana kesehatan adalah jumlah secara fisik berupa bangunan sarana
kesehatan yang masih berfungsi (memberikan pelayanan kesehatan) yang berada di
dalam wilayah desa/kelurahan ini.
Kolom (3): Jarak ke sarana kesehatan terdekat
Bila sarana kesehatan yang dimaksud tidak ada di desa/kelurahan (Kolom (2)
berkode ’2’), maka perlu ditanyakan kolom (4). Isikan perkiraan jarak (dalam
- 91 -
kilometer) dari kantor kepala desa/lurah ke sarana kesehatan serupa terdekat pada
kolom (4). Jika jaraknya kurang dari 1 km maka tuliskan angka ’00,0’.
Penjelasan :
Jika di desa/kelurahan tidak tersedia puskesmas pembantu, puskesmas tanpa
rawat inap, atau puskesmas dengan rawat inap, maka jarak yang dimaksud
adalah jarak terdekat ke salah satu dari ketiga fasilitas kesehatan tersebut
(puskesmas pembantu, puskesmas tanpa rawat inap, atau puskesmas dengan
rawat inap).
Kolom (4): Kemudahan untuk mencapai sarana kesehatan
Kolom (4) diisi jika sarana kesehatan yang dimaksud tidak ada di
desa/kelurahan (Kolom (2) berkode ’0’). Isikan Kolom (4) dengan persepsi kepala
desa/lurah atau perangkat desa/kelurahan tentang kemudahan akses ke sarana
kesehatan serupa dengan memperhitungkan sarana atau alat transportasi yang
digunakan/dipakai. Pilihan kategorinya adalah sangat mudah, mudah, sulit atau
sangat sulit.
Rincian 705 : Jumlah posyandu menurut kegiatan/pelayanan selama setahun
terakhir
Rincian ini dimaksudkan untuk mengetahui jumlah posyandu berdasarkan
kegiatan/pelayanan yang dilakukan selama terakhir.
Posyandu adalah salah satu wadah peran serta masyarakat yang dikelola dan
diselenggarakan dari, oleh, untuk, dan bersama masyarakat guna memperoleh
pelayanan kesehatan dasar dan memantau pertumbuhan balita dalam rangka
meningkatkan kualitas sumber daya manusia secara dini. Kegiatan tersebut meliputi
pelayanan imunisasi, pendidikan gizi masyarakat serta pelayanan kesehatan ibu dan
anak.
Posyandu mempunyai dua kegiatan, yaitu: kegiatan utama dan tambahan.
Kegiatan utama posyandu meliputi:
1. Pelayanan kesehatan ibu dan anak, yaitu penimbangan berat badan dan
pemberian tablet besi kepada ibu hamil oleh kader kesehatan dan
pembentukan kelompok ibu hamil pada setiap hari buka posyandu atau pada
hari lain sesuai dengan kesepakatan.
2. Pelayanan kesehatan bagi ibu nifas dan menyusui, yaitu penyuluhan
kesehatan, KB, ASI dan gizi, ibu nifas, perawatan kebersihan jalan lahir
(vagina), pemberian vitamin A dan tablet besi, perawatan payudara, senam ibu
nifas dan pemeriksaan kesehatan lainnya.
- 92 -
3. Pelayanan kesehatan bayi dan balita yaitu penimbangan berat badan,
penentuan status pertumbuhan, penyuluhan, dan pemeriksaan kesehatan
lainnya.
4. Pelayanan Keluarga Berencana (KB).
5. Pelayanan imunisasi.
6. Pelayanan gizi.
7. Pencegahan dan penanggulangan diare.
Kegiatan tambahan misalnya:
1. Perbaikan kesehatan lingkungan.
2. Pemberantasan penyakit menular.
3. Berbagai program pembangunan masyarakat desa lainnya.
Jumlah posyandu berdasarkan kegiatan/pelayanan dibagi menjadi 2, yaitu:
1. Ada kegiatan/pelayanan setiap sebulan sekali adalah posyandu di
desa/kelurahan yang minimal ada satu kegiatan/pelayanan posyandu setiap
bulan.
2. Ada kegiatan/pelayanan setiap 2 bulan atau lebih adalah posyandu di
desa/kelurahan yang ada kegiatan/pelayanan posyandu tapi tidak setiap
bulan.
Rincian 706: Tenaga kesehatan yang tinggal/menetap di desa/kelurahan
Rincian ini dimaksudkan untuk mengetahui kemudahan masyarakat dalam
mengakses kesehatan. Diharapkan, jika ada tenaga kesehatan yang tinggal/menetap
di desa/kelurahan, warga dengan mudah mendapatkan pelayanan pengobatan.
Tenaga kesehatan adalah setiap orang yang memiliki pengetahuan dan atau
keterampilan bidang kesehatan dan melakukan upaya kesehatan untuk masyarakat
umum baik secara langsung maupun tidak langsung, mencakup dokter (umum dan
spesialis), dokter gigi, bidan, perawat, dsb.
Menurut Permen Kemenkes No 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan,
Tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang
kesehatan serta memiliki pengetahuan dan/atau keterampilan melalui pendidikan di
bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk
- 93 -
melakukan upaya kesehatan.
Tenaga kesehatan terdiri dari:
1. Tenaga medis meliputi dokter, dokter spesialis, dokter gigi, dan dokter gigi
spesialis.
2. Tenaga psikologi klinis meliputi psikologi klinis
3. Tenaga keperawatan meliputi perawat
4. Tenaga kebidanan meliputi bidan.
5. Tenaga kefarmasian meliputi apoteker dan tenaga teknis kefarmasian.
6. Tenaga kesehatan masyarakat meliputi epidemiolog kesehatan, tenaga promosi
kesehatan dan ilmu perilaku, pembimbing kesehatan kerja, tenaga administrasi
dan kebijakan kesehatan, tenaga biostatistik dan kependudukan, serta tenaga
kesehatan reproduksi dan keluarga.
7. Tenaga kesehatan lingkungan meliputi tenaga sanitasi lingkungan, entomolog
kesehatan, dan mikrobiolog kesehatan.
8. Tenaga gizi meliputi nutrisionis dan dietisien.
9. Tenaga keterapian fisik meliputi fisioterapis, okupasiterapis, terapis wicara, dan
akupuntur.
10. Tenaga keteknisian medis meliputi perekam medis dan informasi kesehatan,
teknik kardiovaskuler, teknisi pelayanan darah, refraksionis
optisien/optometris, teknisi gigi, penata anestesi, terapis gigi dan mulut, dan
audiologis
11. Tenaga teknik biomedika meliputi radiografer, elektromedis, ahli teknologi
laboratorium medik, fisikawan medik, radioterapis, dan ortotik prostetik.
12. Tenaga kesehatan tradisional meliputi tenaga kesehatan tradisional ramuan
dan tenaga kesehatan tradisional keterampilan
13. Tenaga kesehatan lain.
Dokter adalah tenaga kesehatan profesional yang berlatar belakang pendidikan
kedokteran dan memberikan pelayanan kesehatan, misal membuat diagnosis medis
dan penanganannya. Dokter yang dicakup adalah dokter umum dan dokter spesialis
tidak termasuk dokter hewan.
Bidan adalah seorang petugas paramedis yang memperoleh pendidikan formal
mengenai kebidanan dan berdomisili/tinggal di desa/kelurahan.
Tenaga kesehatan lainnya meliputi, tenaga kefarmasian, tenaga kesehatan
masyarakat, tenaga gizi, tenaga keterapian fisik, tenaga keteknisian medis.
Penjelasan:
- Orang yang melakukan pengobatan bekam, patah tulang, sinshe, tabib dan
lainnya tidak termasuk dalam tenaga kesehatan lainnya.
- 94 -
Rincian 707: Keberadaan bidan desa (BDD)
Bidan desa adalah seorang petugas paramedis yang bertugas sebagai bidan di
desa/kelurahan dengan SK (bidan di desa). Bidan yang dimaksud adalah seorang
petugas paramedis yang memperoleh pendidikan formal mengenai kebidanan dan
tidak termasuk seseorang yang memperoleh pendidikan dan pelatihan kebidanan dari
instansi terkait, seperti dinas kesehatan.
Rincian 708: Dukun bayi/dukun bersalin/paraji yang tinggal/menetap di desa/
kelurahan
Rincian ini ditanyakan untuk mengetahui keberadaan dukun bayi/dukun
bersalin/paraji yang tinggal/menetap di desa/kelurahan. Dukun bayi/dukun
bersalin atau dengan sebutan lain paraji adalah wanita yang memiliki keterampilan
secara turun temurun untuk menolong persalinan secara tradisional.
Rincian 709: Kejadian luar biasa atau wabah penyakit selama setahun terakhir
Kejadian Luar Biasa yang selanjutnya disingkat KLB, adalah timbulnya atau
meningkatnya kejadian kesakitan dan/atau kematian yang bermakna secara
epidemiologi pada suatu daerah dalam kurun waktu tertentu, dan merupakan
keadaan yang dapat menjurus pada terjadinya wabah (Peraturan Menteri Kesehatan
RI Nomor 1501/MENKES/PER/X/2010).
Penetapan KLB menurut PMK No. 1501 tahun 2010 dapat dilakukan oleh:
a. Kepala dinas kesehatan Kabupaten/Kota,
b. Kepala dinas kesehatan provinsi, bila kepala dinas kesehatan kabupaten/kota
tidak menetapkan daerahnya dalam keadaan KLB,
c. Menteri kesehatan, bila kepala dinas kesehatan provinsi atau kepala dinas
kesehatan kabupaten/kota tidak menetapkan suatu daerah di wilayahnya
dalam keadaan KLB.
Penjelasan :
- Dalam Podes 2018, KLB juga termasuk yang ditetapkan oleh pemerintah daerah.
Misalnya: penetapan KLB oleh Bupati seperti Keputusan Bupati Bantul (tahun
2011) tentang KLB Leptospirosis di Bantul.
Wabah penyakit menular yang selanjutnya disebut Wabah adalah kejadian
berjangkitnya suatu penyakit menular dalam masyarakat yang jumlah penderitanya
meningkat secara nyata melebihi dari pada keadaan yang lazim pada waktu dan
daerah tertentu serta dapat menimbulkan malapetaka (Peraturan Menteri Kesehatan
RI Nomor 1501/MENKES/PER/X/2010). Penetapan wabah menurut PMK No. 1501
- 95 -
Tahun 2010 dapat dilakukan oleh menteri kesehatan.
Penjelasan:
Satu kasus yang terjadi dapat dikatakan sebagai KLB apabila kasus tersebut
sangat berbahaya. Contohnya penyakit flu burung.
Muntaber adalah suatu penyakit yang disebabkan karena peradangan usus oleh
bakteri, virus, parasit lain (jamur, cacing, protozoa), keracunan makanan atau
minuman yang disebabkan oleh bakteri maupun bahan kimia serta kurang gizi,
misalnya kelaparan atau kekurangan protein. Penyakit ini dapat mewabah akibat
lingkungan sekitar tempat tinggal yang kurang bersih serta makanan yang
dikonsumsi terkontaminasi bakteri. Sistem sanitasi yang tidak terjaga dengan baik
juga memudahkan kuman untuk berkembang biak. Hujan yang terus menerus
sehingga menimbulkan banjir dan lingkungan yang kotor, sangat potensial
menimbulkan wabah muntaber. Tanda atau gejala seseorang yang terkena muntaber
adalah sakit perut (mulas), kembung, muntah-muntah, demam tinggi, kepala pusing,
nafsu makan berkurang, lemas, dan elastisitas kulit menurun.
Diare adalah buang air besar dalam bentuk cairan lebih dari 3 kali dalam satu hari
dan biasanya berlangsung dua hari atau lebih. Penyebab diare antara lain: bakteri,
virus, alergi, dan parasit pada makanan.
Demam Berdarah (DB) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus Dengue
dan ditularkan oleh nyamuk Aedes Aegypti betina. Tanda-tanda DB antara lain:
demam secara mendadak 2-7 hari, lemah/lesu, gelisah, nyeri ulu hati disertai tanda
pendarahan di kulit berupa bintik perdarahan, lebam, kadang disertai mimisan,
berak/muntah darah dan kesadaran menurun.
Campak (Rubiola, Measles) adalah suatu infeksi virus yang sangat menular, yang
ditandai dengan demam, batuk, konjungtivitis (peradangan selaput ikat mata) dan
ruam kulit.
Malaria adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh parasit protozoa (genus
- 96 -
plasmodium) dengan gejala utama demam berkepanjangan dan berulang. Penyebaran
malaria melalui nyamuk anopheles betina.
Flu burung (avian influenza)/SARS adalah suatu penyakit menular yang
disebabkan oleh virus influenza tipe A dan ditularkan oleh unggas.
Hepatitis E adalah adalah suatu penyakit yang menyerang hati (liver) yang
disebabkan oleh Virus Hepatitis E. Penyebarannya melalui makanan dan minuman
yang terkontaminasi oleh virus ini. Virus ini lebih mudah menyebar pada daerah yang
memiliki sanitasi buruk.
Difteri Pertusis Tetanus (DPT) adalah suatu infeksi akut yang disebabkan oleh
bakteri penghasil racun Corynebacterium Diphtheriae. Bakteri ini biasanya menyerang
saluran pernafasan, terutama laring, amandel, dan tenggorokan. Tetapi tidak jarang
racun juga menyerang kulit dan bahkan menyebabkan kerusakan saraf dan jantung.
Penyakit ini lebih sering menyerang anak-anak.
Lainnya, misalnya keracunan makanan, chikungunya, leptospirosis, kolera, dll.
Rincian 710: Jumlah warga penderita gizi buruk (marasmus/kwashiorkor)
selama 3 tahun terakhir
Gizi buruk adalah suatu keadaan kekurangan konsumsi zat gizi yang
disebabkan oleh rendahnya konsumsi energi protein dalam makanan sehari-hari,
yang ditandai dengan berat dan tinggi badan tidak sesuai umur (dibawah rata-rata)
dan harus ditetapkan oleh tenaga medis.
Busung lapar termasuk salah satu bentuk gizi buruk. Secara klinis, status gizi buruk
terdapat tiga tipe, yaitu: marasmus, kwashiorkor, dan marasmus-kwashiorkor.
Marasmus merupakan salah satu bentuk gizi buruk yang paling sering ditemukan
pada balita. Hal ini merupakan hasil akhir dari tingkat keparahan gizi buruk. Gejala
marasmus antara lain anak tampak kurus, rambut tipis dan jarang, kulit keriput
yang disebabkan karena lemak di bawah kulit berkurang, muka seperti orang tua
(berkerut), balita cengeng dan rewel meskipun setelah makan, dan iga gambang.
Kwashiorkor adalah suatu bentuk malnutrisi protein yang berat disebabkan
oleh asupan karbohidrat yang normal atau tinggi dan asupan protein yang inadekuat.
Seperti marasmus, kwashiorkor juga merupakan hasil akhir dari tingkat keparahan
gizi buruk. Tanda khas kwashiorkor antara lain pertumbuhan terganggu, perubahan
mental, pada sebagian besar penderita ditemukan oedema (sembab) baik ringan
maupun berat, gejala gastrointestinal, rambut kepala mudah dicabut, kulit penderita
biasanya kering dengan menunjukkan garis-garis kulit yang lebih mendalam dan
lebar, sering ditemukan hiper pigmentasi dan persikan kulit, pembesaran hati, anemia
ringan, pada biopsi hati ditemukan perlemakan.
- 97 -
Marasmus-kwashiorkor gejala klinisnya merupakan campuran dari beberapa
gejala klinis antara marasmus dan kwashiorkor.
Rincian 711: Jumlah warga yang menjadi peserta BPJS kesehatan PBI, jumlah
surat miskin/SKTM yang dikeluarkan, warga peserta BPJS Non PBI/JKN,
penerima KKS dan penerima KIP
Menurut Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial (BPJS), BPJS adalah badan hukum yang dibentuk untuk
menyelenggarakan jaminan sosial.
BPJS tersebut merupakan implementasi dari Program Jaminan Kesehatan Nasional
(JKN) yang mulai dilaksanakan tanggal 1 Januari 2014 dengan dua cakupan jaminan
sosial yaitu kesehatan dan ketenagakerjaan. Berdasarkan undang-undang ini, setiap
orang termasuk orang asing yang bekerja paling singkat 6 bulan di Indonesia wajib
menjadi peserta jaminan sosial.
Berdasarkan iuran yang dibayarkan, peserta BPJS kesehatan terbagi menjadi
dua yaitu:
1. BPJS kesehatan PBI (Penerima Bantuan Iuran)
Merupakan jaminan pembiayaan kesehatan dari pemerintah bagi masyarakat
dimana iurannya di tanggung pemerintah dan diperuntukkan bagi masyarakat
miskin dan tidak mampu dengan penetapan peserta sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Termasuk Penerima Bantuan Iuran (PBI) adalah: Peserta yang sebelumnya
terdaftar sebagai pemegang KIS, KJS, JAMKESMAS dan JAMKESDA di mana
semuanya dialihkan menjadi peserta BPJS PBI dengan kartu identitas yaitu KIS
(Kartu Indonesia Sehat).
2. BPJS Non PBI
Merupakan BPJS kesehatan di mana pesertanya membayar iurannya secara
sendiri ataupun kolektif ke BPJS Kesehatan.
Peserta BPJS Non PBI adalah setiap orang yang tidak tergolong fakir miskin dan
orang tidak mampu, yang terdiri dari :
1. Peserta penerima upah dan anggota keluarganya, yaitu Setiap orang yang
bekerja pada pemberi kerja dengan menerima gaji atau upah, antara lain
Pegawai Negeri Sipil, Anggota TNI, Anggota Polri, Pejabat Negara, Pegawai
Pemerintah Non Pegawai Negeri Sipil, Pegawai Swasta, dan Pekerja lain yang
memenuhi kriteria pekerja penerima upah
- 98 -
2. Pekerja bukan penerima upah dan anggota keluarganya, yaitu setiap orang
yang bekerja atau berusaha atas risiko sendiri, antara lain pekerja di luar
hubungan kerja atau pekerja mandiri, dan lain sebagainya
3. Bukan pekerja penerima dan anggota keluarganya, setiap orang yang tidak
bekerja tapi mampu membayar iuran Jaminan Kesehatan, antara lain Investor,
Pemberi kerja, Penerima pensiun, Veteran, Perintis kemerdekaan, dan bukan
pekerja lainnya yang memenuhi kriteria bukan pekerja penerima upah
Surat miskin/Surat Keterangan Tidak Mampu (SKTM) adalah surat keterangan
yang diberikan oleh kepala desa/lurah kepada masyarakat miskin untuk keperluan
tertentu.
Kartu Keluarga Sejahtera merupakan bantuan non tunai melalui pembukaan
rekening simpanan bagi masyarakat kurang mampu melalui Kartu Keluarga Sejahtera
yang disertai dengan SIM Card untuk Layanan Keuangan Digital (LKD) yang
merupakan pengganti Kartu Perlindungan Sosial (KPS). kartu itu merupakan program
pemerintahan Jokowi - JK selain Kartu Indonesia Sehat (KIS) dan Kartu Indonesia
Pintar (KIP).
Kartu Simpanan Keluarga Sejahtera (KSKS) adalah kartu yang didalamnya ada
Program Simpanan Keluarga Sejahtera yang merupakan uang digital dari pemegang
KKS yang diberikan kepada keluarga kurang mampu, secara bertahap diperluas
mencakup penghuni panti asuhan, panti jompo dan panti-panti sosial lainnya.
Kartu Indonesia Pintar (KIP) adalah kartu yang menjamin dan memastikan
seluruh anak usia sekolah dari keluarga kurang mampu terdaftar sebagai
penerima bantuan tunai pendidikan sampai lulus SMA/SMK/MA.
KIP diberikan kepada keluarga miskin dan rentan miskin (tidak mampu) yang mana
mereka berkeinginan untuk dapat menyekolahkan anaknya yang berusia 7-18 tahun
secara gratis. Mereka yang memperoleh KIP ini akan diberikan dana tunai dari
pemerintah secara teratur yang mana dana tersebut tersimpan dalam fungsi KIP
untuk menyekolahkan anaknya tanpa biaya alias gratis.
Penjelasan:
- Periode waktu pengamatan dikeluarkannya SKTM, BPJS PBI, KKS dan KIP adalah
sejak Januari sampai Desember 2017.
- Periode BPJS Non PBI/JKN adalah sejak Januari 2018 sampai dengan
pencacahan.
- 99 -
BLOK VIII. SOSIAL BUDAYA
Rincian 801: Keberadaan warga yang menganut agama/kepercayaan di
desa/kelurahan
Rincian ini berisi keberadaan warga yang menganut agama/kepercayaan di
desa/kelurahan sesuai dengan yang tercantum dalam Kartu Tanda Penduduk (KTP).
Jika di desa/kelurahan ada warga yang menganut agama/kepercayaan tertentu,
maka isikan kode angka ganjil. Jika di desa/kelurahan tidak ada maka isikan kode
angka genap.
Islam, Katolik, Buddha, Hindu, Konghucu cukup jelas.
Kristen memiliki beberapa aliran, antara lain: Protestan, Advent, Pantekosta, Baptis,
Kharismatik dan lain-lain.
Kepercayaan yang dimaksud disini adalah kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha
Esa, yang merupakan salah satu unsur kebudayaan warisan leluhur, sering disebut
dengan kebatinan, kejiwaan dan kerohanian yang dilestarikan dalam rangka
mendukung pelestarian dan pengembangan budaya bangsa. Contoh kepercayaan
yang ada di Indonesia: Organisasi Aji Dipa, Organisasi Hak Sejati, Paguyuban Jaya
Sampurna, dll.
Penjelasan:
- Hindu Kaharingan di Kalimantan Tengah tidak termasuk ke Agama Hindu,
tetapi dimasukkan ke ”Lainnya”.
Rincian 802: Agama/kepercayaan yang dianut oleh sebagian besar warga di
desa/kelurahan
Isian pada kotak harus merujuk pada R801 kolom 1, dimana kolom (3) nya
berkode ‘ganjil’. Isikan salah satu kode agama/kepercayaan pada Rincian 801 kolom
- 100 -
(1) yang dianut oleh sebagian besar warga di desa/kelurahan ini (Rincian 801 kolom
(3) berkode ‘ganjil’).
Rincian 803: Jumlah tempat ibadah di desa/kelurahan
Tempat ibadah adalah bangunan/ruangan yang lokasinya tetap dan
peruntukannya khusus untuk ibadah oleh masyarakat umum sesuai agama yang
dianut tanpa memandang status kepemilikan, termasuk bangunan/ruangan yang
lokasinya tetap dan fungsinya dikhususkan untuk ibadah di fasilitas umum. Tidak
termasuk tempat ibadah yang khusus dipakai oleh pribadi/keluarga.
Masjid adalah tempat peribadatan umat Islam, yang dapat digunakan untuk Sholat
Jum'at.
Surau/Langgar adalah tempat peribadatan umat Islam, lebih kecil dari masjid dan
tidak digunakan untuk Sholat Jum'at.
Gereja Kristen adalah tempat ibadah untuk umat Kristen.
Gereja Katolik adalah tempat ibadah untuk umat Katolik.
Kapel adalah tempat ibadah untuk umat Katolik yang tidak ada Pastur.
Pura adalah tempat sembahyang umat Hindu.
Vihara adalah tempat ibadah umat Buddha.
Klenteng adalah tempat ibadah umat Konghucu.
Rincian 804: Suku dan bahasa sebagian besar warga di desa/kelurahan
Rincian ini dimaksudkan untuk mengetahui adanya keragaman suku/etnis,
bahasa sehari-hari yang digunakan oleh warga, dan akulturasi budaya di
desa/kelurahan.
- 101 -
Rincian 804.a: Warga desa/kelurahan terdiri dari beberapa suku/etnis
Suku/etnis adalah golongan suku/etnis yang tinggal di desa/kelurahan ini yang
biasanya ditandai dengan kebudayaan dan adat istiadat tertentu. Jika warga
desa/kelurahan terdiri dari beberapa suku/etnis, maka isikan kode ‘1’ dan tuliskan
tiga nama suku/etnis terbesar warga di desa/kelurahan pada tempat yang tersedia
(Rincian 804.a.2). Penulisan nama suku/etnis diurutkan mulai dari yang jumlah
warganya terbesar.
Rincian 804.b: Warga desa/kelurahan berkomunikasi sehari-hari menggunakan
beberapa bahasa
Bahasa yang dimaksud dalam Podes 2018 adalah bahasa yang digunakan oleh
sebagian besar warga desa/kelurahan untuk berkomunikasi. Jika warga
desa/kelurahan menggunakan lebih dari satu bahasa, maka isikan kode ‘1’ dan
tuliskan bahasa sehari-hari sebagian besar tersebut pada tempat yang tersedia
(Rincian 804.b.2).
Rincian 805: Penyandang cacat
Penyandang cacat adalah orang yang mengalami kecacatan sehingga
terganggu/terhambat dalam melakukan suatu kegiatan sebagaimana layaknya.
Orang cacat biasanya mendapat bantuan dari program pemerintah, maka diharapkan
aparat desa tahu akan keberadaan penyandang cacat di wilayahnya, baik yang tinggal
di panti maupun rumah tangga.
Penyandang cacat dikelompokkan menjadi penyandang cacat fisik, mental, serta fisik
dan mental, dengan rincian sebagai berikut:
a) Tunanetra adalah kondisi seseorang yang mengalami gangguan atau
hambatan dalam indra penglihatannya. Tunanetra dibedakan ke dalam dua
golongan yaitu: buta total dan kurang awas (low vision).
Buta total jika kedua mata tidak dapat melihat sama sekali.
Kurang awas, bila dua mata tidak dapat menghitung jari-jari tangan yang
digerakkan pada jarak 1 meter di depannya walaupun memakai kacamata atau
ada cukup cahaya untuk melihat.
- 102 -
b) Tunarungu (tuli) adalah kondisi fisik yang ditandai dengan penurunan atau
ketidakmampuan seseorang untuk mendengarkan suara.
c) Tunawicara (bisu) adalah ketidakmampuan seseorang untuk berbicara.
d) Tunarungu-wicara (tuli-bisu) adalah ketidakmampuan seseorang untuk
mendengarkan suara dan berbicara. Seseorang menjadi bisu umumnya
disebabkan karena tuli.
e) Tunadaksa (cacat tubuh) adalah kelainan pada tulang, otot atau sendi anggota
gerak dan tubuh, serta kelumpuhan/ketidaklengkapan anggota gerak/tulang
sehingga menimbulkan gangguan gerak.
f) Tunagrahita (cacat mental/keterbelakangan mental) adalah kelainan/
keterbelakangan mental/jiwa sehingga tidak mampu melakukan aktivitas yang
umum dilakukan orang lain seusianya, contoh idiot.
g) Tunalaras adalah hambatan/gangguan dalam mengendalikan emosi dan
kontrol sosial. Seseorang eks sakit jiwa termasuk ke dalam kategori tunalaras.
h) Cacat eks sakit kusta adalah kecacatan yang disebabkan oleh penyakit
kusta/lepra yang secara medis sudah dinyatakan sembuh.
i) Cacat ganda (cacat fisik-mental) adalah orang yang menderita cacat mental
(tunagrahita atau tunalaras) dan cacat fisik (buta, tuli, bisu, bisu-tuli atau cacat
tubuh).
Rincian 806: Jumlah warga penderita cebol stunting
Rincian pertanyaan ini dimaksudkan untuk mengetahui jumlah warga
penderita cebol stanting yang ada di desa/kelurahan.
Cebol Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak balita (bayi di bawah lima
- 103 -
tahun) akibat dari kekurangan gizi kronis sehingga anak terlalu pendek untuk
usianya.
Kekurangan gizi terjadi sejak bayi dalam kandungan dan pada masa awal setelah bayi
lahir, akan tetapi kondisi stunting baru nampak setelah bayi berusia 2 tahun.
.
Rincian 807: Jumlah orang yang dipasung di desa/kelurahan
Rincian ini ditanyakan untuk mengetahui banyaknya orang yang dipasung di
desa/kelurahan. Menurut kementerian kesehatan, pemasungan penderita gangguan
jiwa adalah tindakan masyarakat terhadap penderita gangguan jiwa (biasanya yang
berat) dengan cara dikurung, dirantai kakinya, dimasukan kedalam balok kayu dan
lain-lain sehingga kebebasannya menjadi hilang.
807 Jumlah orang yang dipasung di desa/kelurahan : ...... .……........ .... orang
Rincian 808: Situs cagar budaya di desa/kelurahan
Rincian ini ditanyakan untuk mengetahui keberadaan dan pengelolaan situs
cagar budaya yang ada di desa/kelurahan.
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2010, Situs
Cagar Budaya adalah lokasi yang berada di darat dan/atau di air yang mengandung
Benda Cagar Budaya, Bangunan Cagar Budaya, dan/atau Struktur Cagar Budaya
sebagai hasil kegiatan manusia atau bukti kejadian pada masa lalu.
Benda Cagar Budaya adalah sebagai benda alam dan/atau benda buatan manusia,
baik bergerak maupun tidak bergerak, berupa kesatuan atau kelompok, atau bagian-
bagiannya, atau sisa-sisanya yang memiliki hubungan erat dengan kebudayaan dan
sejarah perkembangan manusia.
Bangunan Cagar Budaya adalah susunan binaan yang terbuat dari benda alam atau
benda buatan manusia untuk memenuhi kebutuhan ruang berdinding dan/atau
tidak berdinding, dan beratap.
Struktur Cagar Budaya adalah susunan binaan yang terbuat dari benda alam
dan/atau benda buatan manusia untuk memenuhi kebutuhan ruang kegiatan yang
menyatu dengan alam, sarana, dan prasarana untuk menampung kebutuhan
manusia.
Penjelasan :
- Air disini maksudnya laut, danau, waduk sungai, sumur dan rawa
- Cagar Budaya ditetapkan oleh Tim Ahli
- 104 -
Rincian 809a: Jumlah padepokan/sanggar/kelompok kesenian yang ada di
desa/kelurahan
Rincian ini dimaksudkan untuk mengetahui banyaknya padepokan/sanggar/
kelompok kesenian yang ada di desa/kelurahan. Padepokan sanggar/kelompok
kesenian yang dimaksud adalah yang masih aktif.
Rincian 809b1: Jumlah obyek/daya tarik wisata komersial yang ada di
desa/kelurahan
Rincian ini dimaksudkan untuk mengetahui banyaknya obyek/daya tarik wisata
komersial yang ada di desa/kelurahan.
Rincian 809b2: Jumlah obyek/daya tarik wisata non komersial yang ada di
desa/kelurahan
Rincian ini dimaksudkan untuk mengetahui banyaknya obyek/daya tarik wisata
non komersial yang ada di desa/kelurahan.
Rincian 810: Keberadaan ruang publik terbuka yang peruntukkan utamanya
sebagai tempat bagi warga/kelurahan untuk bersantai/bermain tanpa perlu
membayar
Rincian ini ditanyakan untuk mengetahui keberadaan ruang publik terbuka di
desa/kelurahan. Jika di desa/kelurahan terdapat ruang publik terbuka, maka isikan
kode ‘1’. Jika tidak, isikan kode ‘2’.
Ruang publik terbuka yang dimaksud adalah ruang/lahan umum yang
peruntukkan utamanya sebagai tempat warga/masyarakat untuk bersantai/bermain
tanpa perlu membayar. Ruang publik terbuka dapat berupa lapangan terbuka/alun-
alun, taman, tempat bermain, dsb.
Penjelasan:
- Pada Podes 2018 ini, tidak mencakup ruang publik terbuka berupa jalan dan
pedestrian.
Rincian 811: Kebisaan dan keterlibatan warga dalam kegiatan gotong royong di
desa/kelurahan selama tiga tahun terakhir
Rincian ini dimaksudkan untuk mengetahui masih adanya kegiatan gotong
royong di desa/kelurahan selama tiga tahun terakhir.
- 105 -
Gotong royong dapat diartikan sebagai suatu sikap ataupun kegiatan yang
dilakukan oleh anggota masyarakat secara kerjasama dan tolong menolong dalam
menyelesaikan pekerjaan maupun masalah dengan sukarela tanpa adanya imbalan.
Sikap gotong royong ini telah melekat pada diri masyarakat pedesaan dan merupakan
kebiasaan turun temurun dari nenek moyang.
Dalam Podes 2018 rincian dibedakan menjadi dua yaitu
1. Kebiasaan dan keterlibatan warga dalam gotong royong untuk kepentingan
umum/komunitas seperti kerja bakti, siskamling, pesta rakyat, dll
2. Kebiasaan dan keterlibatan warga dalam gotong royong untuk membantu warga
yang sedang mengalami musibah seperti kematian, kesakitan, kecelakaan, dll
Masing-masing rincian, isikan kode ’1’ jika ada sebagian warga terlibat, kode ‘2’ jika
ada sebagian kecil warga terlibat, dan kode ’3’ jika tidak ada kebiasaan.
Rincian 812: Budaya/adat/kebiasaan yang menjadi ciri masyarakat desa/
kelurahan (kearifan lokal) dan masih dipertahankan
Rincian ini ditanyakan dengan maksud untuk mengetahui keberadaan
budaya/adat/kebiasaan yang menjadi ciri masyarakat (kearifan lokal) dan masih
dipertahankan. Tuliskan nama budaya/adat/kebiasaan (kearifan lokal) di
desa/kelurahan beserta penjelasannya berdasarkan klasifikasinya.
Menurut Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah
Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil, kearifan lokal adalah nilai-nilai luhur yang masih
berlaku dalam tata kehidupan masyarakat. Dalam Podes 2018, bentuk kearifan lokal
yang dicatat mencakup adat atau budaya yang bernilai luhur dan dilakukan oleh
masyarakat di desa/kelurahan. Adat dan budaya luhur tersebut diklasifikasikan
sebagai berikut:
1. Kelahiran
2. Perkawinan
3. Kematian
- 106 -
4. Pencaharian/pekerjaan
5. Alam/lingkungan hidup
6. Kehidupan komunitas
7. Kehidupan kebangsaan
Penjelasan:
- Isian jenis kearifan lokal di desa/kelurahan yang dituliskan terdiri atas nama
dan penjelasan/deskripsi mengenai kearifan lokal tersebut.
- Contoh:
Tradisi Larungan Sedekah Bumi adalah salah satu contoh adat dan
budaya luhur yang berkaitan dengan pencaharian/pekerjaan. Ritual yang
diselenggarakan oleh masyarakat pesisir Pantai Cilacap , Jawa Tengah ini
merupakan ungkapan rasa syukur atau meminta berkah dan keselamatan
kepada yang Maha Kuasa. Tradisi ini dilaksanakan setiap setahun sekali, yaitu
sebelum tahun baru Jawa atau malam satu syuro. Umumnya, mereka yang
melakukan tradisi ini adalah para Nelayan. Pusat tradisi ini tidak hanya di
lakukan di pantai Teluk Penyu, namun juga oleh masyarakat di sepanjang
pesisir Pantai Cilacap bahkan sampai Pantai Pangandaran.
Ada banyak sekali sesaji (Jolen) yang meliputi hasil bumi, sayuran, buah-
buahan, tumpeng dan kurban sembelihan dari para nelayan yang di larungkan
ke laut, Jolen-jolen di kumpulkan di pendopo Bupati Cilacap dan kemudian di
arak ke pantai serta di barengi dengan berbagai pertunjukan dan atraksi
budaya khas Cilacap. Setelah sampai di bibir pantai, jolen-jolen ini di angkut
dengan perahu-perahu tradisional yang sudah di hias dan selanjutnya jolen-
jolen tersebut dibuang ke tengah laut.
Sebelum upacara larungan di mulai terlebih dahulu di lakukan prosesi
nyekar ke Pantai Karang Bandung yang terletak di wilayah timur tenggara
Nusakambangan dan pengambilan air suci di Pulau Majethi yang menurut
kepercayaan mitologi warga pesisir sebagai tempat tumbuhnya Bunga
Wjiayakusuma. Selesainya kegiatan tradisi sedekah bumi dilanjutkan dengan
pertunjukan budaya, kesenian di setiap desa-desa.
Rincian 813: Jumlah lembaga lembaga kemasyarakat yang ada di
desa/kelurahan
Rincian ini ditanyakan dengan maksud untuk mengetahui banyaknya lembaga-
lembaga kemasyarakat yang ada dan masih aktif.
- 107 -
Lembaga Kemasyarakatan atau yang disebut dengan nama lain adalah lembaga
yang dibentuk oleh masyarakat sesuai dengan kebutuhan dan merupakan mitra
Kepala Desa/Lurah dalam memberdayakan masyarakat.
Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga Desa/Kelurahan, untuk
selanjutnya disebut TP PKK Desa/Kelurahan adalah lembaga kemasyarakatan
sebagai mitra kerja pemerintah dan organisasi kemasyarakatan lainnya, yang
berfungsi sebagai fasilitator, perencana, pelaksana, pengendali dan penggerak pada
masing-masing jenjang pemerintahan untuk terlaksananya program PKK.
Karang Taruna adalah Lembaga Kemasyarakatan yang merupakan wadah
pengembangan generasi muda yang tumbuh dan berkembang atas dasar kesadaran
dan rasa tanggung jawab sosial dari, oleh dan untuk masyarakat terutama generasi
muda di wilayah desa/kelurahan atau komunitas adat sederajat dan terutama
bergerak dibidang usaha kesejahteraan sosial, yang secara fungsional dibina dan
dikembangkan oleh Departemen Sosial.
Lembaga Adat adalah Lembaga Kemasyarakatan baik yang sengaja dibentuk
maupun yang secara wajar telah tumbuh dan berkembang di dalam sejarah
masyarakat atau dalam suatu masyarakat hukum adat tertentu dengan wilayah
hukum dan hak atas harta kekayaan di dalam hukum adat tersebut, serta berhak
dan berwenang untuk mengatur, mengurus dan menyelesaikan berbagai
permasalahan kehidupan yang berkaitan dengan dan mengacu pada adat istiadat dan
hukum adat yang berlaku.
Kelompok tani (poktan) adalah kumpulan petani/peternak/pekebun yang dibentuk
atas dasar kesamaan kepentingan; kesamaan kondisi lingkungan sosial, ekonomi,
dan sumberdaya; kesamaan komoditas; dan keakraban untuk meningkatkan dan
mengembangkan usaha anggota.
Lembaga Pengelolaan Air yang dimaksud mencakup lembaga pengelolaan air dalam
irigasi maupun non irigasi (misal air bersih) yang masih aktif di desa/kelurahan.
Contoh lembaga pengelolaan air dalam irigasi adalah Perkumpulan Petani Pemakai Air
(P3A).
Kelompok Masyarakat (Pokmas) atau Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) adalah
lembaga yang terdapat di tingkat Desa/Kelurahan yang telah berjalan dan melayani
masyarakat setempat;
- 108 -
BLOK IX. OLAHRAGA
Rincian 901: Fasilitas/lapangan dan kelompok kegiatan olahraga
Rincian ini dimaksudkan untuk mengetahui keberadaan fasilitas/lapangan dan
kelompok kegiatan olahraga.
Lapangan olahraga adalah tempat lapang untuk kegiatan olahraga yang ada di
desa/kelurahan sesuai dengan persyaratan olahraga yang bersangkutan. Keberadaan
lapangan olahraga yang dimaksudkan bukan hanya yang dimiliki oleh
desa/kelurahan, termasuk lapangan yang dimiliki swasta atau pribadi yang
difungsikan secara komersial dan masyarakat umum dapat mengaksesnya.
Penjelasan:
- Ukuran lapangan standar pada dasarnya tetap menjadi acuan, namun tidak
harus sama persis (seoperasional mungkin di lapangan). Selama di desa
terdapat suatu lapangan yang digunakan untuk olahraga dan ukuran
mendekati, maka tetap dicakup.
- Bila ada satu lapangan yang dipakai lebih dari satu jenis kegiatan olah raga,
misal untuk sepak bola dan voli maka akan tercatat dua jenis lapangan yaitu
lapangan sepak bola dan bola voli.
Lapangan sepak bola adalah lapangan yang diperuntukkan bagi prasarana cabang
olahraga sepak bola dengan ukuran 110 m x 70 m.
Lapangan bola voli adalah prasarana olahraga yang diperuntukkan bagi permainan
bola voli dengan ukuran lapangan yang umum adalah 18 m x 9 m dengan lantai
terbuat dari tanah/beton. Ukuran tinggi net putra 2,43 meter dan untuk net putri
2,24 meter.
Lapangan bulu tangkis adalah prasarana olahraga yang diperuntukkan bagi
permainan bulu tangkis dengan ukuran lapangan 14,40 m x 6,10 m dengan lantai
terbuat dari tanah/beton/papan kayu.
- 109 -
Lapangan bola basket adalah prasarana olahraga yang diperuntukkan bagi
permainan bola basket dengan ukuran lapangan 28 m x 15 m dengan lantai terbuat
dari beton.
Lapangan tenis (lapangan) adalah prasarana olahraga yang diperuntukkan bagi
olahraga tenis lapangan dengan ukuran lapangan 23,77 m x 10,97 m dengan lantai
terbuat dari rumput/gravel/beton.
Lapangan futsal adalah lapangan yang diperuntukkan bagi prasarana cabang
olahraga sepak bola di dalam ruangan. Aturan main sama seperti bermain sepak bola
biasa. Hanya saja ada sedikit modifikasi pada beberapa hal, misalnya: setiap tim
memiliki lima pemain dan dipimpin oleh seorang wasit, bila bola keluar lapangan, bola
tidak dilempar melainkan ditendang, dll.
Kolam renang adalah prasarana olahraga yang berupa bangunan kolam renang dan
diperuntukkan bagi olahraga renang dengan ukuran kolam 50 m x 25 m atau 25 m x
15 m.
Jenis olah raga bela diri mencakup pencak silat, karate, capoera, taekwondo, martial
art dan lain-lain.
Tempat fitness/senam atau yang juga disebut dengan pusat kebugaran (fitness
center) adalah tempat khusus berolahraga ataupun melakukan aktivitas fisik.
Sebuah fitness centre yang biasanya menyajikan banyak fasilitas dengan konsep one
stop sport dan entertainment menjadi kunci utamanya. Dengan konsep ini, diharapkan
kesadaran akan pentingnya kesehatan dan olah raga tetap tinggi dan tentunya
dengan harapan lain, seperti sportainment dimana orang bisa melakukan olahraga
yang biasanya berujung pada kebosanan dengan sangat menyenangkan sebagai
penanggulangan atas tingginya tingkat stres, dan yang terakhir adalah mengubah
anggapan masyarakat bahwa olah raga tidaklah pagi hari, sore, malam bahkan setiap
saatpun bisa. Ketegangan, tekanan dan kesibukan yang disebabkan oleh rutinitas
yang ada membuat energi kita terkuras, diharapkan dengan adanya sarana olahraga
seperti ini, energi yang tadinya terkuras bisa di- recharge kembali.
Penjelasan :
- Yang dicatat dalam Podes 2018 adalah tempat fitness yang menggunakan
bangunan tetap, untuk masuknya berbayar, dan minimal tersedia fasilitas
untuk melakukan latihan beban (barbell, dumbell, dll) dan kardio (treadmill,
sepeda statis, aerobic, dll).
Olah raga lainnya mencakup seluruh kegiatan olah raga selain yang ada pada
kuesioner ini.
Kelompok kegiatan olah raga mengacu pada kelompok kegiatan yang dibentuk oleh
warga desa dan anggotanya adalah warga desa/kelurahan setempat maupun warga di
luar desa/kelurahan, tanpa memperhatikan apakah kegiatan olahraga tersebut
dilakukan di desa/kelurahan maupun di tempat lain.
- 110 -
BLOK X. ANGKUTAN, KOMUNIKASI, DAN INFORMASI
Angkutan adalah suatu kegiatan usaha menyediakan jasa angkutan
penumpang dan atau barang/ternak dari suatu tempat ke tempat lain dengan
menggunakan alat angkutan bermotor maupun tidak bermotor, baik melalui darat
maupun air.
Komunikasi adalah proses penyampaian lambang-lambang yang mengandung
arti antara satu orang dengan orang lain. Komunikasi meliputi kegiatan
telekomunikasi dan kegiatan pos dan giro.
Informasi adalah hasil dari proses pengolahan data atau komunikasi antara
satu orang dengan orang lain melalui media komunikasi, seperti: TV, radio, surat
kabar, dan lain-lain.
Telekomunikasi adalah hubungan komunikasi jarak jauh melalui pemancaran,
pengiriman atau penerimaan segala jenis tanda, isyarat, tulisan, gambar, suara atau
berita melalui kawat, radio, secara visual atau sistem elektronik. Contoh: telepon,
telegraf, telex, dan sejenisnya.
Pos dan giro adalah pelayanan lalu-lintas surat pos, uang, barang, dan
pelayanan jasa lainnya.
Rincian 1001: Prasarana dan sarana transportasi antar desa/kelurahan:
Rincian ini dimaksudkan untuk mengetahui prasarana sarana dan sarana
transportasi antar desa/kelurahan yang ada.
Rincian 1001.a: Lalu lintas dari dan ke desa/kelurahan
Rincian ini diisi prasarana dan sarana lalu lintas yang paling sering dilalui warga
dari dan ke desa/kelurahan lain.
- 111 -
Catatan:
- Jalan papan di desa/kelurahan yang rumahnya di atas sungai, maka
prasarana transportasinya dianggap ‘darat’.
Rincian 1001.b.1: Jenis permukaan jalan yang terluas
Rincian ini diisi jika R1001.a berkode ’1’ atau ’3’.
Jenis permukaan jalan terluas adalah jenis permukaan jalan terluas yang ada di
desa/kelurahan. Jenis permukaan jalan terdiri dari: aspal/beton, diperkeras (dengan
kerikil atau batu), tanah, dan lainnya yaitu terbuat dari kayu/papan yang biasanya
digunakan di daerah rawa, termasuk jalan setapak, jalan di hutan dan sejenisnya.
Rincian 1001.b.2: Apakah dapat dilalui kendaraan bermotor roda 4 atau lebih
Rincian ini diisi jika Rincian 1001.a berkode ’1’ atau ’3’.
- Jika jalan dapat dilalui kendaraan bermotor roda 4 atau lebih sepanjang tahun,
maka isikan kode ’1’.
- Jika jalan dapat dilalui kendaraan bermotor roda 4 atau lebih sepanjang tahun,
kecuali saat tertentu, misalnya: ketika turun hujan, pasang, maka isikan kode
’2’.
- Jika jalan dapat dilalui kendaraan bermotor roda 4 atau lebih sepanjang tahun,
kecuali sepanjang musim hujan, maka isikan kode ’3’.
- Jika jalan tidak dapat dilalui kendaraan bermotor roda 4 atau lebih sepanjang
tahun, maka isikan kode ’4’.
Rincian 1001.c.1: Keberadaan angkutan umum
Rincian ini ditanyakan untuk mengetahui keberadaan angkutan umum yang
melewati desa/kelurahan.
- Jika desa/kelurahan dilewati angkutan umum dengan trayek tetap, maka
lingkari kode ‘1’.
- Jika desa/kelurahan dilewati angkutan umum tanpa trayek tetap, maka
lingkari kode ‘2’.
- Jika desa/kelurahan tidak dilewati angkutan umum, maka lingkari kode ‘3’.
Trayek angkutan adalah lintasan/rute/jalur angkutan umum untuk pelayanan jasa
angkutan orang, barang dan atau orang dan barang yang mempunyai asal, tujuan
dan lintasan perjalanan yang tetap tidak termasuk hanya barang saja.
Penjelasan:
Kendaraan umum dengan trayek tetap, tetapi operasionalnya dapat di luar jalur
trayek (sesuai permintaan penumpang), maka termasuk trayek tetap.
Rincian 1001.c.2 dan Rincian 1001.c.3: Operasional angkutan umum yang
utama
- 112 -
Rincian ini ditanyakan jika desa/kelurahan dilewati angkutan umum
(R.1001.c.1 berkode ‘1’ atau ‘2’). Jika desa/kelurahan dilewati oleh lebih dari satu
angkutan umum, maka tanyakan operasional dan jam operasi angkutan umum
utamanya.
Angkutan umum yang utama merupakan angkutan umum yang biasa/paling
banyak digunakan oleh warga desa/kelurahan. Jika untuk mencapai lokasi yang
ditentukan harus berganti-ganti angkutan umum maka yang dipilih sebagai angkutan
umum yang utama adalah angkutan umum yang paling panjang jarak tempuhnya.
Rincian 1002: Transportasi dari kantor kepala desa/lurah
Rincian ini dimaksudkan untuk mengetahui wilayah-wilayah yang terpencil
melalui informasi angkutan umum yang biasa digunakan oleh warga serta jarak,
waktu tempuh dan biayanya.
Angkutan adalah suatu kegiatan usaha menyediakan jasa angkutan penumpang dan
atau barang/ternak dari suatu tempat ke tempat lain dengan menggunakan alat
angkutan bermotor maupun tidak bermotor, baik melalui darat, air maupun udara.
Khusus rincian disini adalah angkutan untuk penumpang.
Jenis angkutan umum:
- Ojek sepeda motor adalah alat angkut yang menggunakan sepeda motor
untuk mengangkut orang.
- Kendaraan bermotor roda 3 atau lebih adalah alat angkut beroda 3 atau lebih
untuk mengangkut penumpang/barang yang menggunakan tenaga penggerak
dari mesin/ motor.
- Perahu yang dimaksud terdiri atas perahu bermotor dan tidak bermotor.
- Perahu tidak bermotor adalah perahu yang tidak menggunakan tenaga
penggerak dari mesin/motor melainkan menggunakan layar atau dayung.
- 113 -
- Perahu motor/kapal motor adalah kapal yang menggunakan motor sebagai
tenaga penggerak, motor ini dipasang secara permanen di dalamnya.
- Lainnya adalah alat angkutan umum yang selain disebutkan di atas, misalnya
becak, delman, pedati, dokar, dll.
Jarak tempuh adalah jarak yang sering dilalui dengan kendaraan, yang biasa
digunakan oleh warga.
Waktu tempuh yang dicatat adalah rata-rata waktu tempuh dengan kendaraan yang
biasanya digunakan oleh warga.
Biaya transportasi adalah rata-rata biaya yang dikeluarkan untuk sekali jalan. Bila
rute yang digunakan pulang dan pergi berbeda maka yang digunakan adalah biaya
rata-rata.
Penjelasan :
- Jika warga melakukan perjalanan menuju kantor camat menggunakan lebih
dari satu moda transportasi, maka pilih angkutan yang paling banyak
digunakan oleh warga.
- Jika responden tidak tahu pasti jarak tempuh, maka isikan kolom (5) dengan
hasil perkiraan.
- Jika jarak tempuhnya kurang dari 1 km maka tuliskan angka ’0001’, begitu
juga dengan waktu tempuh kurang dari 1 jam maka tuliskan angka ’01’ dan
biaya transportasi kurang dari Rp 1.000,- maka tuliskan angka ’00001’.
- Jika angkutan yang digunakan tidak ada angkutan umum/kendaraan pribadi
atau hanya dapat ditempuh dengan berjalan kaki maka stop pada kolom (2)
dan lanjutkan ke kolom (5) pada baris yang sama.
Rincian 1003a: Keluarga yang berlangganan telepon kabel
Keluarga yang berlangganan telepon kabel adalah keluarga yang
berlangganan sambungan telepon dengan sistem jaringan operasionalnya
menggunakan kabel sambungan telepon rumah.
Rincian 1003b: Pengguna telepon seluler/handphone
Rincian pertanyaan ini digunakan untuk mengetahui penggunaan telepon
seluler/handphone di desa/kelurahan.
Pengguna telepon seluler/handphone yang dicatat di sini adalah seseorang yang
menguasai telepon seluler/handphone yang masih berfungsi.
- 114 -
Rincian 1004: Keberadaan warnet (termasuk game online)
Rincian pertanyaan ini digunakan untuk mengetahui keberadaan warnet
(termasuk game online) di desa/kelurahan yang masih aktif/berfungsi.
Warnet yang dicatat di sini adalah tempat yang disediakan untuk menyelenggarakan
pelayanan jasa internet antara lain: usaha sewa komputer dengan jaringan internet
termasuk yang digunakan sebagai game online.
Rincian 1005: Base Transceiver Station (BTS) atau menara telepon seluler
Rincian 1005.a: Jumlah Base Transceiver Station (BTS) atau menara telepon seluler
BTS adalah alat yang berfungsi sebagai pengirim dan penerima (transceiver) sinyal
komunikasi seluler. BTS ditandai adanya menara/tower yang dilengkapi antena
sebagai perangkat transceiver. Masyarakat umum sering menyebutnya sebagai tower
telepon seluler/handphone. BTS memfasilitasi komunikasi nirkabel antara piranti
komunikasi dan jaringan operator. Piranti komunikasi penerima sinyal BTS bisa
telepon, telepon seluler, jaringan nirkabel sementara operator jaringan yaitu GSM,
CDMA, atau platform TDMA.
Jika di desa/kelurahan terdapat BTS, maka isikan jumlah BTS. Jika di
desa/kelurahan tidak terdapat BTS, maka isikan ‘0’.
Ada beberapa jenis antena BTS tower, diantaranya dua jenis antenna BTS tower yang
sering dijumpai di tower seluler yaitu :
1. Antenna parabola (Microwave)
Antenna ini disebut juga dengan antenna parabola. Antenna parabola ini
memiliki radiasi gelombang elektromagnetik yang menyempit sehingga
bisa menjangkau jarak yang jauh. Sehingga antenna parabola ini dipakai
untuk menghubungkan antar tower seolah-olah kabel yang tak terlihat.
2. Antenna yang berbentuk persegi panjang (sektoral)
Antenna ini disebut antenna sektoral. Karakteristik antenna ini memiliki
radiasi yang lebih lebar yang berguna untuk menangkap sinyal dari hand
- 115 -
phone di sekitar tower. Antenna jenis ini yang dipakai oleh perangkat yang
disebut sebagai BTS (2G), NodeB (3G) maupun eNodeB (LTE).
Gambar 5.4. Antena parabola (kiri) dan antena berbentuk persegi panjang
(kanan)
Rincian 1005.b: Jumlah operator layanan komunikasi telepon
seluler/handphone yang menjangkau di desa/kelurahan
Operator layanan komunikasi telepon seluler/handphone adalah operator yang
mengusahakan jaringan layanan komunikasi telepon seluler/handphone. Operator
seluler ditandai adanya signal yang digunakan dalam telepon seluler. Masyarakat
umum sering menyebutnya sebagai sinyal telepon seluler/handphone. Jika di
desa/kelurahan terdapat beberapa operator selluler yang digunakan oleh
masyarakat, maka isikan jumlah operator layanan komunikasi. Jika di
desa/kelurahan tidak ada yang memanfaatkan operator selluler, maka isikan ‘0’.
Rincian 1005.c: Sinyal telepon seluler/handphone di sebagian besar wilayah
desa/kelurahan
Sinyal telepon seluler adalah besaran elektromagnetik yang berubah dalam ruang
dan waktu dengan membawa informasi yang memberikan konfirmasi bahwa layanan
telepon seluler sudah tersedia. Telepon seluler yang dimaksud tidak termasuk mobile
phone satelit. Isian dari rincian ini terdiri dari Sinyal sangat kuat (1), Sinyal kuat (2),
Sinyal lemah (3), atau Tidak ada sinyal (4).
Rincian 1005.d: Sinyal internet telepon seluler di sebagian besar wilayah di
desa/kelurahan
Sinyal internet telepon seluler merupakan jaringan sistem data paket internet
dengan kecepatan transfer data tertentu. Paket data disini biasanya digunakan dalam
melakukan akses internet. Protokol transfer data ini mengalami beberapa perubahan
mulai dari GPRS, Edge, 3G, HSPA, kemudian 4G. Isian dari rincian ini terdiri dari
4G/LTE (1), 3G/H/H+ (2), 2G/E/GPRS (3), serta Tidak ada sinyal internet (4).
Sinyal G atau GPRS adalah jaringan sistem data paket internet untuk HP. GPRS
sendiri merupakan singkatan General Packet Radio Service. Jaringan ini memiliki
kecepatan data mencapai 35 - 171 Kilobits per-second (Kbps). Jika Anda menemui
- 116 -
sinyal G di HP.
Sinyal E atau EDGE (Enhanced Data rate for GSM Evolution). Kecepatan data transfer
sinyal EDGE ini antara 120 Kbps sampai dengan 384 Kbps. Pada smartphone
generasi awal sinyal EDGE adalah jaringan tertinggi yang bisa dipindai.
Sinyal 3G merupakan turunan dari 2G atau GPRS. 3G sendiri adalah 3GPRS atau
GPRS versi 3. Yang membedakan adalah protokol transfer data yang menggunakan
UMTS (United Mobile Telecommunication Technology). Kecepatan datanya dimulai dari
384 Kbps sampai 2 Mbps.
Sinyal HSPA (High Speed Packet Access) atau dikenal dengan 3,5G. Sedikit lebih cepat
dari sinyal 3G, transfer datanya antara 600 Kbps sampai 10 Mbps, rata-rata 1-3
Mbps. Sedang sinyal HSDPA (High Speed Downlink Packet Access) atau kadang H+
memiliki kecepatan mencapai 7,2 Mbps.
Sinyal 4G atau generasi ke 4 dari GPRS juga disebut LTE (Long Term Evolution)
membesut kecepatan hingga 100 Mbps.
Rincian 1006: Fasilitas Komputer/PC/Laptop dan fasilitas internet di kantor
kepala desa/lurah
Rincian pertanyaan ini dimaksudkan untuk mengetahui keberadaan fasilitas
internet di kantor kepala desa/lurah dan warnet di desa/kelurahan.
Kantor kepala desa/lurah dikategorikan mempunyai fasilitas internet jika di
kantor kepala desa/lurah tersedia fasilitas akses internet melalui instalasi khusus
internet terdiri dari jaringan telepon, modem, wifi, dsb.
Rincian 1007: Kantor pos/pos pembantu/rumah pos, layanan pos keliling,
perusahaan/agen jasa ekspedisi
Pos merupakan bagian dari sistem pos yaitu sebuah metode yang digunakan untuk
mengirimkan informasi atau suatu objek, di mana untuk dokumen tertulis biasanya
dikirimkan dengan amplop tertutup atau berupa paket untuk benda-benda yang
lain, pengirimannya mampu menjangkau seluruh wilayah di dunia.
- 117 -
Rincian 1008.a: Kantor pos/pos pembantu/rumah pos
Kantor pos adalah pemberi pelayanan komunikasi tertulis dan/atau surat elektronik,
layanan paket, layanan logistik, layanan transaksi keuangan, dan layanan keagenan
pos untuk kepentingan umum.
Rumah pos berfungsi sama seperti kantor pos dan kantor pos pembantu, bedanya
rumah pos biasanya terletak di daerah terpencil.
Rincian 1007.b: Pelayanan pos keliling
Pos keliling adalah pelayanan pos (menjual, mengirim, dan menerima benda pos)
keliling dengan menggunakan mobil atau sarana angkutan yang berfungsi sama
seperti kantor pos atau kantor pos pembantu.
Rincian 1007.c: Perusahaan jasa ekspedisi (pengiriman barang/dokumen) swasta
Jasa pengiriman paket/dokumen swasta adalah pelayanan pengiriman paket
maupun dokumen yang dikelola oleh pihak swatsa, misalnya Tiki, JNE, ESL, dll.
Rincian 1008: Program/siaran televisi yang dapat diterima
Program TV adalah program yang dirancang/disusun oleh stasiun/pemancar TV,
baik stasiun TVRI, TV daerah, TV swasta, maupun TV luar negeri. Program TV yang
dimaksud disini adalah program TV baik menggunakan antena parabola/TV kabel
ataupun tidak.
Penjelasan:
- TVRI merupakan stasiun program TV Nasional satu-satunya milik pemerintah.
- TVRI daerah pada umumnya memiliki program yang bersifat lokal pada jam-
jam tertentu dan programnya hanya dapat diterima pada provinsi tersebut dan
wilayah-wilayah sekitanya.
- TV swasta adalah program/siaran televisi yang dirancang oleh
stasiun/pemancar televisi untuk memenuhi kebutuhan informasi dan hiburan
masyarakat. TV swasta mencakup TV swasta nasional dan TV lokal.
- 118 -
Kolom (3) : Apakah harus menggunakan parabola/TV kabel?
Jika desa/kelurahan dapat menerima program/siaran televisi, maka tanyakan
apakah desa/kelurahan harus menggunakan parabola/TV kabel untuk menerima
siaran televisi tersebut. Jika iya, isikan kode ‘1’ dan jika tidak isikan kode ‘2’.
BLOK XI. PENGGUNAAN LAHAN
Rincian 1101: Luas wilayah desa/kelurahan
Rincian ini bertujuan untuk memperoleh informasi mengenai kepadatan
penduduk di desa/kelurahan yang digunakan sebagai salah satu variabel penentu
klasifikasi daerah perkotaan-perdesaan. Informasi luas desa/kelurahan diisikan
berdasarkan SK pembentukan desa atau bukti otentik lainnya. Data luas yang
diisikan dalam satuan ‘km2’. Oleh karena itu, jika satuan luas yang ada di
desa/kelurahan bukan dalam km2,, petugas harus melakukan konversi ke dalam
satuan km2. 1 Ha sama dengan 0,01 km2.
Penjelasan:
- Jika ada wilayah desa yang tidak terletak dalam satu hamparan (seperti:
berbeda pulau, terpisah oleh wilayah desa lain, dsb) maka luas desa mencakup
seluruh wilayah desa tersebut.
Rincian 1102: Luas lahan menurut jenis penggunaan lahan
Secara umum, penggunaan lahan yang ada di desa/kelurahan dapat dibagi
menjadi: a) Lahan pertanian sawah, b) Lahan pertanian nonsawah, dan c) Lahan
nonpertanian.
Rincian 1102.a: Lahan pertanian sawah
Lahan pertanian sawah adalah lahan pertanian yang berpetak-petak dan dibatasi
oleh pematang atau saluran irigasi, yang biasanya ditanami padi sawah, palawija atau
- 119 -
tanaman budidaya lainnya. Lahan pertanian sawah terdiri dari lahan sawah irigasi
dan nonirigasi.
1. Lahan sawah irigasi:
a. Lahan sawah irigasi teknis adalah lahan sawah yang mempunyai jaringan
irigasi dimana saluran pemberi terpisah dari saluran pembuang agar
penyediaan dan pembagian air dalam lahan sawah tersebut dapat
sepenuhnya diatur dan diukur dengan mudah. Biasanya sawah irigasi teknis
mempunyai jaringan irigasi yang memiliki saluran primer dan sekunder serta
bangunannya dikuasai dan dipelihara oleh PU (Pekerjaan Umum). Ciri-ciri
irigasi teknis : air dapat diatur dan diukur sampai dengan saluran tersier
serta bangunannya permanen.
b. Lahan sawah irigasi setengah teknis adalah lahan sawah yang memperoleh
irigasi dari irigasi setengah teknis. Sama halnya dengan pengairan teknis,
namun dalam hal ini PU hanya mengusai bangunan penyadap untuk dapat
mengatur dan mengukur pemasukan air, sedangkan pada jaringan
selanjutnya tidak diukur dan tidak dikuasai oleh PU. Ciri-ciri irigasi setengah
teknis : air dapat diatur seluruh sistem, tetapi yang dapat diukur hanya
sebagian (primer/sekunder). Bangunan sebagian belum permanen
(sekunder/tersier), primer sudah permanen.
c. Lahan sawah irigasi sederhana adalah lahan sawah yang memperoleh
pengairan dari irigasi sederhana yang sebagian besar jaringannya
(bendungan) dibangun oleh PU. Ciri-ciri irigasi sederhana: air dapat diatur,
bangunan-bangunannya belum/tidak permanen (mulai dari primer sampai
tersier).
d. Lahan sawah irigasi desa/non PU adalah lahan sawah yang memperoleh
pengairan dari sistem pengairan yang dikelola sendiri oleh masyarakat atau
irigasi desa. Termasuk lahan sawah irigasi desa/non PU adalah lahan sawah
yang diairi dari air yang ditampung di parit.
2. Lahan sawah non irigasi terdiri dari:
a. Lahan sawah tadah hujan adalah lahan sawah yang bergantung pada air
hujan.
b. Lahan sawah pasang surut adalah lahan sawah yang pengairannya
tergantung pada air sungai yang dipengaruhi oleh pasang surutnya air laut.
c. Lahan sawah lebak adalah lahan sawah yang pengairannya berasal dari
reklamasi rawa lebak (bukan pasang surut).
d. Polder adalah lahan sawah yang terdapat di delta sungai yang pengairannya
dipengaruhi oleh air sungai tersebut.
e. Lahan sawah yang sementara tidak diusahakan adalah lahan yang biasanya
diusahakan tetapi untuk sementara tidak diusahakan lebih dari 1 tahun dan
kurang dari 2 tahun.
- 120 -
Rincian 1102.b: Lahan pertanian nonsawah, terdiri dari:
a. Tegal/kebun adalah lahan bukan sawah (lahan kering) terpisah dari halaman
sekitar rumah yang ditanami tanaman semusim atau tahunan.
b. Ladang/huma adalah lahan bukan sawah (lahan kering) yang biasanya
ditanami tanaman musiman, penggunaan lahannya hanya satu atau dua
musim, kemudian ditinggalkan bila sudah tidak subur lagi.
c. Perkebunan adalah lahan yang ditanami tanaman perkebunan/industri
seperti: karet, kelapa, kopi, teh dan sebagainya.
d. Tambak adalah lahan pertanian yang berpetak-petak dan dibatasi oleh
pematang (galengan/saluran) untuk menahan/menyalurkan air payau yang
biasanya digunakan untuk melakukan pemeliharaan bandeng, udang atau
biota air lainnya. Letak tambak tidak jauh dari laut dan airnya payau.
e. Kolam/tebat/empang adalah lahan yang digunakan untuk pemeliharaan/
pembenihan ikan dan biota air lainnya.
f. Padang rumput/penggembalaan adalah lahan yang khusus digunakan untuk
penggembalaan ternak. Lahan yang sementara tidak diusahakan (>1 tahun
dan ≤2 tahun) tidak dianggap sebagai padang rumput/penggembalaan
meskipun ada hewan yang digembalakan disana.
g. Lahan bukan sawah yang sementara tidak diusahakan adalah lahan bukan
sawah yang biasanya diusahakan tetapi untuk sementara (>1 tahun dan ≤
dari 2 tahun) tidak diusahakan.
Rincian 1102.c: Lahan nonpertanian
Lahan nonpertanian (bukan pertanian) antara lain lahan untuk: perumahan, industri,
perkantoran, pertokoan, jalan, prasarana umum, lapangan, dsb.
Penjelasan:
- Lahan pertanian yang tidak diusahakan kurang dari 2 tahun, tetap termasuk
lahan pertanian.
- Jumlah isian pada Rincian 1102 (1102.a + 1102.b + 1102.c) harus sama
dengan Rincian 1101.
Rincian 1103: Perubahan penggunaan (konversi) lahan selama setahun terakhir
Rincian ini dimaksudkan untuk mengetahui perubahan penggunaan lahan yang
terjadi di wilayah desa/kelurahan selama setahun terakhir. Informasi yang diperoleh
dapat dimanfaatkan untuk melihat potensi kerawanan pangan di suatu wilayah.
Isikan kode ’1’ jika ya atau terdapat konversi lahan di desa/kelurahan dan tuliskan
persentase perubahan lahan yang terjadi.
- 121 -
Perubahan penggunaan (konversi) lahan selama setahun terakhir :
a. Pertanian sawah
1103
Ada - 1 Tidak ada - 2
Lahan berubah menjadi :
Pertanian sawah Pertanian nonsawah Nonpertanian
(1)
Jika ada, persentase (%)
Jika ada, persentase (%)
Jika ada, persentase (%)
(2) (3) (4) (5) (6) (7)
Lahan asal
b. Pertanian nonsawah
c. Nonpertanian
Ada - 1 Tidak ada - 2
Ada - 1 Tidak ada - 2
Perubahan penggunaan (konversi) lahan yang dicakup pada rincian ini meliputi :
- Perubahan penggunaan lahan pertanian sawah menjadi lahan pertanian
nonsawah dan lahan nonpertanian.
- Perubahan penggunaan lahan pertanian nonsawah menjadi lahan pertanian
sawah dan lahan nonpertanian.
- Perubahan penggunaan lahan nonpertanian menjadi lahan pertanian sawah
dan lahan pertanian nonsawah.
BLOK XII: EKONOMI
Blok ini bertujuan untuk mendapatkan informasi mengenai keberadaan fasilitas
perekonomian di desa/kelurahan.
Rincian 1201: Industri mikro dan kecil (memiliki tenaga kerja kurang dari 20
pekerja) di desa/kelurahan menurut bahan baku utama
Industri pengolahan adalah suatu kegiatan ekonomi yang melakukan kegiatan
mengubah barang dasar (bahan mentah) menjadi barang jadi/setengah jadi dan atau
dari barang yang kurang nilainya menjadi barang yang lebih tinggi nilainya, baik
secara mekanis, kimiawi, dengan mesin ataupun dengan tangan.
- 122 -
Industri kecil adalah industri yang jumlah pekerjanya paling sedikit 5 orang dan
paling banyak 19 orang, termasuk pengusaha.
Industri mikro adalah industri yang jumlah pekerjanya paling banyak 4 orang,
termasuk pengusaha.
Penjelasan:
- Banyaknya industri mikro dan kecil berdasarkan pengelolanya, yaitu pihak
yang menanggung risiko. Untuk maklun, bila hanya diupah tenaganya saja
maka tidak termasuk industri.
Industri dari kulit adalah industri yang bahan baku utamanya berasal dari kulit.
Contoh: pembuatan tas, sepatu, sandal, dsb.
Industri dari kayu adalah industri yang bahan baku utamanya berasal dari kayu dan
sejenisnya, misalnya industri pembuatan meubel/furnitur, mainan dari kayu, lantai
dari kayu, dsb. Ukiran tidak termasuk barang industri dari kayu karena termasuk
barang seni.
Industri logam mulia dan bahan-bahan dari logam adalah industri yang bahan
baku utamanya berasal dari logam mulia dan bahan-bahan dari logam, misalnya
pembuatan anting-anting, gelang, cincin dan pembuatan perhiasan lainnya dari emas
atau perak serta bahan-bahan dari logam (misal peralatan rumah tangga).
Industri anyaman adalah industri yang bahan baku utamanya berasal dari bambu,
rotan, pandan, rumput dan sejenisnya, misalnya keset kaki, tikar, tas, hiasan dinding,
keranjang, topi, kipas, dan sebagainya.
Industri gerabah/keramik/batu adalah industri yang bahan baku utamanya berasal
dari gerabah/keramik/porselen/batu dan sejenisnya, misalnya alat-alat dapur (untuk
masak-memasak dsb) yang dibuat dari tanah liat yang kemudian dibakar (misal
kendi, genteng, batu bata, porselin, tegel, keramik, dsb). Tidak termasuk pembuatan
barang seni, misalnya patung, gapura, dll.
Industri dari kain/tenun adalah industri yang bahan baku utamanya berasal dari
kain/benang dan sejenisnya, misal: kerajinan tenun, kain rajutan dan sulaman,
konveksi, gorden, selimut, batik, dsb.
Industri makanan dan minuman adalah industri yang menghasilkan produk
makanan/minuman dan sejenisnya, termasuk pengolahan dan pengawetan daging,
ikan, buah-buahan, sayuran, minyak dan lemak, susu dan makanan dari susu,
penggilingan padi-padian, dll.
Industri lainnya adalah industri selain ke tujuh industri yang telah disebutkan
sebelumnya.
- 123 -
Rincian 1202 : Jumlah sentra industri, lingkungan industri kecil, dan
permukiman industri kecil
Rincian 1202a: Jumlah lokasi sentra industri di desa/kelurahan
Sentra Industri adalah lokasi pemusatan kegiatan industri sejenis yang
menghasilkan produk sejenis, menggunakan bahan baku sejenis, dan atau
mengerjakan proses industri yang sama yang dilengkapi sarana dan prasarana
penunjang yang dirancang berbasis pada pengembangan potensi sumber daya
daerah, serta dikelola oleh suatu pengurus profesional
Rincian 1202b: Jumlah Lingkungan Industri Kecil (LIK) di desa/kelurahan
Lingkungan Industri Kecil adalah suatu daerah tertentu yang berada di dalam atau
di luar zona industri yang memiliki jaringan prasarana bagi sejumlah unit produksi,
memiliki pelayanan bersama atau common service fasilities (CSF) dan fasilitas
pelayanan dan pembinaan industri kecil.
Rincian 1202c: Jumlah Perkampungan Industri Kecil (PIK) di desa/kelurahan
Perkampungan Industri Kecil adalah merupakan suatu kompleks bangunan yang
terdiri atas gabungan antara tempat tinggal dengan tempat produksi para pengusaha
industri kecil dan dilengkapi dengan sarana atau fasilitas yang mendukung
kelanjutan perusahaan industri kecil (Departemen Perindustrian. 1982).
Rincian 1203: Pangkalan/agen minyak tanah dan LPG
Rincian 1203.a: Pangkalan/agen minyak tanah
Rincian ini ditanyakan untuk mengetahui jumlah pangkalan/agen/penjual
keliling/warung/toko yang menjual minyak tanah di wilayah desa/kelurahan.
Banyaknya pangkalan/agen minyak tanah berdasarkan banyaknya lokasi penjualan
minyak tanah tersebut.
Rincian 1203.b: Pangkalan/agen/penjual LPG
Rincian ini ditanyakan untuk mengetahui jumlah pangkalan/agen/penjual keliling/
warung/toko yang menjual LPG di wilayah desa/kelurahan. Banyaknya
pangkalan/agen penjual LPG berdasarkan banyaknya lokasi penjualan LPG tersebut.
- 124 -
Rincian 1204: Sarana dan prasarana ekonomi
Jumlah adalah banyaknya sarana dan prasarana ekonomi yang terletak di
desa/kelurahan. Untuk desa/kelurahan yang tidak memiliki sarana dan prasarana
ekonomi ditanyakan pertanyaan lanjutan terkait identitas desa/kelurahan, jarak, dan
aksesibilitas ke sarana dan prasarana ekonomi di desa/kelurahan terdekat.
Jarak adalah perkiraan jarak yang dihitung dari kantor kepala desa/lurah ke sarana
dan prasarana ekonomi terdekat dan dinyatakan dalam km.
Aksesibilitas adalah kemudahan akses menuju sarana dan prasarana ekonomi
terdekat dengan memperhitungkan sarana atau alat transportasi yang
digunakan/dipakai. Pilihan kategorinya adalah sangat mudah, mudah, sulit atau
sangat sulit.
- 125 -
Kelompok pertokoan adalah sejumlah toko yang terdiri dari minimal 10 toko dan
mengelompok dalam satu lokasi. Dalam satu kelompok pertokoan, jumlah bangunan
fisiknya bisa lebih dari satu.
Contoh: kelompok pertokoan Pasar Baru.
Penjelasan:
- Tidak termasuk ke dalam kelompok pertokoan untuk sejumlah toko yang ada
di dalam mall, dan pusat perbelanjaan lainnya dan kelompok pertokoan yang
sudah tidak aktif (tidak digunakan lagi).
Pasar adalah tempat pertemuan antara penjual dan pembeli barang dan jasa. Pasar
bisa menggunakan bangunan yang bersifat permanen atau semi permanen ataupun
tanpa bangunan.
Barang yang diperjualbelikan di dalam pasar bisa terdiri dari banyak komoditas
(campuran) ataupun secara khusus suatu komoditas tertentu. Contoh pasar yang
secara khusus memang diperuntukkan untuk memperjualbelikan suatu komoditas
tertentu adalah pasar ikan, pasar beras, dll.
Penjelasan:
- Banyaknya pasar yang dicatat pada Podes 2018 adalah mengacu lokasi. Dua
atau lebih pasar yang bangunannya berada di lokasi yang saling berdekatan
dianggap terletak pada lokasi yang berbeda jika pasar-pasar tersebut
pengelolanya berbeda.
- Banyaknya pasar yang dicatat pada Podes 2018 juga mengacu pada kegiatan.
Artinya, pasar yang aktif pada hari-hari tertentu saja (pasaran) tetap dicatat
sebagai pasar. Sebaliknya, pasar yang sudah tidak aktif (tidak operasional),
tidak dicatat.
Pasar dengan bangunan permanen adalah pasar pada bangunan tetap, yang
memliki lantai, atap, dan dinding permanen.
Pasar dengan bangunan semi permanen adalah pasar pada bangunan tetap, yang
memiliki lantai dan atap, tetapi tanpa dinding.
Penjelasan:
- Bangunan pada pasar tradisional yang mencakup bangunan permanen dan
semi permanen dikategorikan sebagai pasar dengan bangunan permanen.
Pasar tanpa bangunan adalah pasar yang tidak berada dalam bangunan termasuk
pasar terapung, pasar subuh. Isikan jumlah pasar tanpa bangunan di wilayah
desa/kelurahan ini.
- 126 -
Penjelasan:
- Pasar terapung, biasanya meliputi sejumlah wilayah yang luas bahkan sampai
satu kabupaten. Oleh karena itu, penentuan suatu desa/kelurahan dikatakan
mempunyai pasar terapung jika wilayahnya dilalui pasar terapung.
Minimarket adalah sistem pelayanan mandiri, menjual berbagai jenis barang secara
eceran, dan semua barang memiliki label harga, dengan luas bangunan kurang dari
400m2.
Yang dicatat pada Podes 2018 adalah minimarket yang masih aktif. Minimarket yang
hanya berupa bangunan, namun tidak ada aktivitas perdagangannya, maka tidak
dicatat.
Penjelasan:
- Luas yang dimaksud merujuk pada luas lantai yang terdapat pelayanan
(menjual barang).
Toko/warung kelontong adalah bangunan yang berfungsi sebagai tempat usaha di
bangunan tetap untuk menjual barang keperluan sehari-hari secara eceran, tidak
mempunyai sistem pelayanan mandiri dikelola oleh satu penjual. Yang dicatat pada
Podes 2018 adalah toko/warung kelontong yang masih aktif. Toko/warung kelontong
yang tidak aktif, hanya berupa bangunan, tidak dicatat.
Penjelasan :
- Toko yang terdapat di dalam pasar, tidak dicatat sebagai toko.
- Toko yang terdapat di kelompok pertokoan, dicatat sebagai toko.
- Toko yang menjual bahan pangan (sembako), dicatat di toko/warung kelontong
yang menjual bahan pangan (sembako)
Toko/warung kelontong yang menjual bahan pangan (sembako) adalah bangunan
yang berfungsi sebagai tempat usaha di bangunan tetap yang khusus menjual bahan
pangan (sembako) secara eceran, tidak mempunyai sistem pelayanan mandiri dikelola
oleh satu penjual.
Yang dicatat pada Podes 2018 adalah toko/warung kelontong yang masih aktif.
Toko/warung kelontong yang tidak aktif, hanya berupa bangunan, tidak dicatat.
Penjelasan :
- Toko yang terdapat di dalam pasar, tidak dicatat sebagai toko.
- Toko yang terdapat di kelompok pertokoan, dicatat sebagai toko.
Restoran/rumah makan
Restoran adalah suatu jenis usaha yang mempergunakan seluruh bangunan secara
permanen untuk menyediakan jasa pangan yang pengolahan dan penyajiannya
secara langsung di tempat sesuai dengan keinginan para pengguna jasa yang
mempunyai ciri pembeli biasanya dikenakan pajak. Izin restoran dan kualifikasinya
diberikan oleh Ditjen Pariwisata/Kanwil Parpostel setempat.
- 127 -
Rumah makan adalah jenis usaha yang menyediakan jasa pangan yang pengolahan
makanannya bisa dilakukan diluar rumah makan, yang mempunyai ciri pembeli
biasanya dikenakan pajak. Izin rumah makan diberikan oleh Diparda (pada
kabupaten/kota). Di wilayah yang ada Dinas Pariwisata, biasanya pemberian izin
ditangani oleh Direktorat Perekonomian/Bagian Perekonomian Pemda setempat.
Warung/kedai makanan minuman adalah usaha yang menjual makanan dan
minuman siap saji yang dijual di bangunan yang tetap dan tidak mempunyai surat
ijin usaha. Ciri utama dari warung/kedai makanan minuman adalah pembeli
biasanya tidak dikenakan pajak.
Hotel adalah jenis akomodasi yang mempergunakan sebagian atau keseluruhan
bangunan untuk jasa pelayanan penginapan, penyedia makanan dan minuman serta
jasa lainnya (seperti restoran, binatu, dll) bagi masyarakat umum yang dikelola secara
komersial dengan ijin usaha sebagai hotel.
Yang dicatat dalam Podes 2018 adalah semua jenis akomodasi hotel yang masih
aktif/beroperasi, mencakup hotel melati maupun hotel bintang.
Penginapan (hostel/motel/losmen/wisma) adalah jenis akomodasi yang
mempergunakan sebagian atau keseluruhan bangunan untuk jasa pelayanan
penginapan bagi umum, biasanya tanpa fasilitas pelayanan makan minum yang
dikelola secara komersial dengan izin usaha bukan hotel. Yang dicatat dalam Podes
2018 adalah semua jenis penginapan yang masih aktif/beroperasi, mencakup hostel,
penginapan remaja, bumi perkemahan, pondok wisata, losmen, wisma dan
sejenisnya.
Rincian 1205: Koperasi Unit Desa
Koperasi Unit Desa adalah suatu organisasi ekonomi yang berwatak sosial
merupakan wadah bagi pengembangan berbagai kegiatan ekonomi masyarakat
perdesaan yang diselenggarakan oleh dan untuk masyarakat itu sendiri.
Penjelasan:
- Jika di desa terdapat KUD maka ditanyakan lebih lanjut terkait jumlah KUD
yang membeli/menjual produksi pertanian dan jumlah KUD yang menyediakan
kredit usaha.
- Jika KUD menyediakan fasilitas baik yang membeli/menjual produksi
pertanian maupun yang menyediakan kredit usaha, maka KUD tersebut
dicatatkan pada kedua rincian fungsi KUD.
- 128 -
Rincian 1206: Koperasi yang masih aktif/beroperasi
Rincian ini dimaksudkan untuk mengetahui jumlah koperasi yang masih
aktif/beroperasi di desa/kelurahan.
Koperasi menurut UU No. 25/1992 tentang perkoperasian adalah badan usaha
yang beranggotakan orang-orang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan
kegiatannya berdasarkan prinsip:
1. Keanggotaannya sukarela dan terbuka,
2. Pengelolaannya dilakukan secara demokratis,
3. Pembagian sisa hasil usahanya dilakukan secara adil, sebanding dengan
besarnya jasa usaha masing-masing anggota,
4. Pemberian balas jasa yang terbatas terhadap modal,
5. Kemandirian, serta sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang
berdasarkan atas azas kekeluargaan.
Koperasi Industri Kecil dan Kerajinan Rakyat (Kopinkra) merupakan koperasi
yang beranggotakan industri-industri kecil dan kerajinan rakyat yang ada di wilayah
desa/kelurahan.
Koperasi Simpan Pinjam (Kospin) adalah koperasi yang bergerak di bidang
simpanan dan pinjaman.
Koperasi lainnya, seperti koperasi pertanian, koperasi pensiunan, koperasi pegawai
negeri, koperasi sekolah, dsb.
Penjelasan:
- Koperasi yang dicakup pada rincian ini adalah koperasi yang sudah berbadan
hukum.
- Koperasi dihitung berdasarkan nama koperasinya, bukan berdasarkan
kegiatan/ pelayanannya. Misalnya: koperasi pensiunan yang juga melayani
simpan pinjam, tetap dikategorikan sebagai ‘koperasi lainnya’.
Rincian 1207: Fasilitas kredit yang diterima penduduk/warga selama setahun
terakhir
Fasilitas perkreditan adalah fasilitas keuangan yang memungkinkan seseorang atau
badan usaha untuk meminjam uang untuk membeli produk dan membayarnya
kembali dalam jangka waktu yang ditentukan. Tidak termasuk pinjaman dari
perorangan. Fasilitas kredit yang dicatat adalah kredit yang diterima oleh penduduk
dari lembaga perkreditan dan bukan kredit yang berkaitan dengan pembangunan
desa.
- 129 -
Kredit Usaha Rakyat (KUR) adalah kredit/pembiayaan kepada Usaha Mikro Kecil
Menengah Koperasi (UMKM-K) dalam bentuk pemberian modal kerja dan investasi
yang didukung fasilitas penjaminan untuk usaha produktif. KUR adalah program
yang dicanangkan oleh pemerintah namun sumber dananya berasal sepenuhnya dari
dana bank. Pemerintah memberikan penjaminan terhadap risiko KUR sebesar 70%
sementara sisanya sebesar 30% ditanggung oleh bank pelaksana. Penjaminan KUR
diberikan dalam rangka meningkatkan akses UMKM-K pada sumber pembiayaan
dalam rangka mendorong pertumbuhan ekonomi nasional. KUR disalurkan oleh 6
bank pelaksana yaitu Mandiri, BRI, BNI, Bukopin, BTN, dan Bank Syariah Mandiri
(BSM), (Keputusan Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan,
Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Nomor: KEP-
01/D.I.M.EKON/01/2010 tentang Standar Operasional dan Prosedur Pelaksanaan
Kredit Usaha Rakyat).
Kredit Ketahanan Pangan dan Energi (KKP-E) adalah salah satu program
Kementerian Pertanian berupa kredit investasi dan/atau modal kerja yang diberikan
dalam rangka mendukung pelaksanaan program pengembangan tanaman baku dan
bahan bakar nabati (Peraturan Menteri Keuangan Nomor 198 Tahun 2010). Dalam
pelaksanaannya, ditunjuk 22 bank umum untuk meyediakan, menyalurkan, dan
menatausahakan KKP-E. Ke-22 Bank tersebut adalah 8 bank umum: Bank BRI,
Mandiri, BNI, Bukopin, CIMB Niaga, Agroniaga, BCA, dan BII serta 14 Bank
Pembangunan Daerah (BPD) yaitu: BPD Sumatera Utara, Sumatera Barat, Sumatera
Selatan, Jawa Barat, Jawa Tengah, D.I Yogyakarta, Jawa Timur, Bali, Sulawesi
Selatan, Kalimantan Selatan, Papua, Riau, Nusa Tenggara Barat, dan Jambi.
Kredit Usaha Kecil (KUK) adalah kredit investasi atau modal kerja yang diberikan
kepada usaha kecil untuk membiayai usaha yang produktif.
Rincian 1208: Sarana lembaga keuangan dan Anjungan Tunai Mandiri (ATM) di
desa/kelurahan
Rincian ini dimaksudkan untuk memperoleh informasi mengenai keberadaan
bank umum, baik bank umum pemerintah maupun swasta, Bank Perkreditan
Rakyat, Baitul Maal Wa Tamwil (BMT), pegadaian, dan ATM yang masih
aktif/beroperasi di wilayah desa/kelurahan.
- 130 -
Jumlah adalah banyaknya sarana lembaga keuangan dan Anjungan Tunai Mandiri
(ATM) yang terletak di desa/kelurahan. Untuk desa/kelurahan yang tidak memiliki
sarana sarana lembaga keuangan dan Anjungan Tunai Mandiri (ATM) ditanyakan
pertanyaan lanjutan terkait identitas desa/kelurahan, jarak, dan aksesibilitas ke
sarana sarana lembaga keuangan dan Anjungan Tunai Mandiri (ATM) di
desa/kelurahan terdekat.
Jarak adalah perkiraan jarak yang dihitung dari kantor kepala desa/lurah ke sarana
lembaga keuangan dan Anjungan Tunai Mandiri (ATM) terdekat dan dinyatakan
dalam km.
Aksesibilitas adalah kemudahan akses menuju sarana lembaga keuangan dan
Anjungan Tunai Mandiri (ATM) dengan memperhitungkan sarana atau alat
transportasi yang digunakan/dipakai. Pilihan kategorinya adalah sangat mudah,
mudah, sulit atau sangat sulit.
Bank Umum adalah bank yang dapat memberikan jasa dalam lalu lintas
pembayaran. Usaha dari bank umum adalah menghimpun dana masyarakat dalam
bentuk giro, deposito berjangka, sertifikat deposito dan tabungan serta menyalurkan
kredit. Bank umum mencakup bank umum pemerintah maupun swasta.
Yang termasuk bank umum pemerintah meliputi Bank Rakyat Indonesia (BRI),
Bank Negara Indonesia (BNI), Bank Mandiri, dan Bank Pembangunan Daerah.
Yang termasuk bank umum swasta, meliputi Bank Danamon, Bank Central Asia
(BCA), Bank Mutiara, Rabo Bank, dsb.
Bank Perkreditan Rakyat (BPR) adalah bank yang menerima simpanan dalam
bentuk deposito berjangka, tabungan atau bentuk lain yang disamakan dengan itu,
manyalurkan dana dalam bentuk kredit kepada masyarakat yang membutuhkan.
- 131 -
BPR dapat menempatkan dananya dalam bentuk Sertifikat BI (SBI), deposito
berjangka, atau tabungan pada bank lain
Baitul Mal Wattamwil (BMT) adalah lembaga keuangan mikro yang dioperasikan
dengan prinsip bagi hasil, menumbuh kembangkan bisnis usaha mikro dan kecil,
dalam rangka mengangkat derajat dan martabat serta membela kepentingan kaum
fakir miskin, yang beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip syariah. Kegiatan BMT
mengembangkan usaha-usaha produktif dan investasi dalam meningkatkan kualitas
kegiatan ekonomi pengusaha kecil diantaranya dengan mendorong kegiatan
menabung dan menunjang kegiatan ekonominya dengan sistem Syari’ah.
Pegadaian adalah suatu lembaga keuangan bukan bank yang menyediakan fasilitas
pinjaman kepada masyarakat atas dasar hukum gadai.
Kredit atau pinjaman yang diberikan didasarkan pada nilai jaminan barang bergerak
yang diserahkan, dengan tidak memperhatikan penggunaan dana pinjaman yang
diberikan. Menurut Undang-undang Hukum Perdata Pasal 1150, gadai adalah hak
yang diperoleh seseorang yang mempunyai piutang atas suatu barang bergerak.
Barang bergerak tersebut diserahkan kepada orang yang berpiutang oleh seseorang
yang mempunyai utang atau oleh seorang lain atas nama orang yang mempunyai
utang. Seseorang yang berutang tersebut memberikan kekuasaan kepada orang
berpiutang untuk menggunakan barang bergerak yang telah diserahkan untung
melunasi utang apabila pihak yang berutang tidak dapat memenuhi kewajibannya
pada saat jatuh tempo.
ATM (Anjungan Tunai Mandiri atau Automatic Teller Machine) adalah mesin
otomatis yang melayani nasabah bank dalam melakukan transaksi keuangan (tarik
tunai, setor tunai, transfer, pembayaran tagihan, dan lain sebagainya) tanpa
membutuhkan seorang teller bank.
ATM bank umum pemerintah adalah ATM yang dimiliki oleh bank-bank umum
pemerintah, seperti Bank Rakyat Indonesia (BRI), Bank Negara Indonesia (BNI), Bank
Mandiri, dan Bank Pembangunan Daerah.
ATM bank umum swasta adalah ATM yang dimiliki oleh bank-bank umum swasta,
seperti Bank Danamon, Bank Central Asia (BCA), Bank Mutiara, Rabo Bank, dsb.
ATM bersama adalah layanan yang memungkinkan nasabah suatu bank dapat
menggunakan kartu ATM-nya untuk bertransaksi di mesin ATM bank lain yang
termasuk dalam jaringan ATM bersama. Jaringan ATM bersama dikelola oleh PT
Artajasa Pembayaran Elektronis.
- 132 -
Rincian 1209: Sarana penunjang transportasi
Jumlah adalah banyaknya sarana penunjang transportasi yang terletak di
desa/kelurahan. Untuk desa/kelurahan yang tidak memiliki sarana penunjang
transportasi ditanyakan pertanyaan lanjutan terkait identitas desa/kelurahan, jarak,
dan aksesibilitas ke sarana penunjang transportasi di desa/kelurahan terdekat.
Jarak adalah perkiraan jarak yang dihitung dari kantor kepala desa/lurah ke sarana
penunjang transportasi terdekat dan dinyatakan dalam km.
Aksesibilitas adalah kemudahan akses menuju sarana penunjang transportasi
dengan memperhitungkan sarana atau alat transportasi yang digunakan/dipakai.
Pilihan kategorinya adalah sangat mudah, mudah, sulit atau sangat sulit.
Bengkel mobil adalah suatu bangunan atau tempat yang
menyediakan ruang dan peralatan untuk melakukan perawatan dan perbaikan
kendaraan mobil, seperti reparasi mekanik, reparasi elektrik, reparasi sistem injeksi
elektronik, servis regular, reparasi badan mobil, reparasi bagian kendaraan bermotor,
penyemprotan dan pengecatan, reparasi kaca dan jendela dan reparasi tempat
duduk kendaraan bermotor. Termasuk reparasi, pemasangan atau penggantian ban
dan pipa, perawatan anti karat, pemasangan bagian dan aksesori yang bukan bagian
dari proses pembuatan dan usaha perawatan lainnya. Tidak termasuk usaha yang
hanya menyediakan jasa tambal ban atau isi angin.
Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) adalah tempat menjual bahan
bakar dengan pompa pengisap bahan bakar dari tangki, yang memiliki standar
anatomi bangunan sesuai standar Pertamina.
Agen Perjalanan mencakup kegiatan agen, terutama yang melakukan penjualan
paket wisata, tur, jasa transportasi dan akomodasi berdasarkan penjualan partai
besar atau eceran pada masyarakat umum dan klien komersil. Agen Perjalanan
bertugas menjadi perantara, tidak bertanggung jawab atas produk yang dijualnya.
Agen tersebut hanya menjual tiket, sarana angkutan dan lain-lain, mengadakan
pemesanan sarana wisata dan mengurus dokumen-dokumen pejalanan sesuai
dengan peraturan yang berlaku.
- 133 -
BLOK XIII. KEAMANAN
Rincian 1301: Kejadian perkelahian massal
Rincian 1301.a: Kejadian perkelahian massal selama setahun terakhir
Rincian ini dimaksudkan untuk mengetahui konflik yang terjadi di
desa/kelurahan. Jenis konflik disini adalah perkelahian massal antar warga, pelajar,
suku, atau lainnya di desa/kelurahan selama setahun terakhir yang disebabkan oleh
saling ejek, salah paham, kenakalan remaja, dendam lama atau lainnya. Perkelahian
yang dicatat di sini adalah perkelahian yang terjadi di desa/kelurahan ini, walaupun
pelaku dan korban tidak berasal dari desa/kelurahan ini, dalam satu tahun terakhir.
Rincian 1301.b: Kejadian, korban dan penyebab perkelahian massal selama
setahun terakhir
Rincian ini berusaha mengumpulkan secara rinci terkait kejadian massal yang
terjadi di desa/kelurahan, sehingga rincian ini harus diisi jika R1301.a berkode ‘1’.
Kolom (1) telah tercantum jenis-jenis perkelahian massal yang dibedakan menjadi:
1. Perkelahian antar kelompok masyarakat adalah perkelahian antara
kelompok masyarakat dengan kelompok masyarakat yang lain dalam satu
desa/kelurahan.
2. Perkelahian kelompok masyarakat antar desa/kelurahan adalah
perkelahian antara kelompok masyarakat desa/kelurahan dengan kelompok
masyarakat di luar desa/kelurahan (desa/kelurahan lainnya).
3. Perkelahian kelompok masyarakat dengan aparat keamanan adalah
perkelahian antara kelompok masyarakat desa/kelurahan dengan aparat
keamanan.
4. Perkelahian kelompok masyarakat dengan aparat pemerintah adalah
perkelahian antara kelompok masyarakat desa/kelurahan dengan aparat
pemerintah.
5. Perkelahian pelajar/mahasiswa adalah perkelahian yang melibatkan
pelajar/mahasiswa, misalnya: antara pelajar/mahasiswa dengan masyarakat,
- 134 -
antar pelajar suatu sekolah dengan pelajar sekolah lain atau antara pelajar
dengan pihak sekolah dan guru.
6. Perkelahian antar suku adalah perkelahian antar suku/etnis yang terjadi di
desa/kelurahan.
7. Lainnya: Misalnya perkelahian antar aparat keamanan, perkelahian yang
melibatkan bukan warga desa ini, dan sebagainya.
Kolom (2) menanyakan tentang jumlah kejadian massal berdasarkan jenis
perkelahian massal yang telah dijelaskan di atas. Kemudian kolom (3) – (5)
mengumpulkan secara rinci jumlah korban dan penyebab perkelahian
massal, sehingga rincian ini harus diisi jika R1301b kolom (2) bukan nol
‘0’.
Kolom (3) jumlah korban meningggal, isikan keberadaan korban meninggal akibat
perkelahian massal menurut jenis perkelahian massal.
Kolom (4) jumlah korban luka-luka, isikan keberadaan korban luka-luka akibat
perkelahian massal menurut jenis perkelahian massal.
Kolom (5) penyebab perkelahian massal, merupakan permasalahan yang memicu
terjadinya perkelahian massal. Penyebab perkelahian massal dibedakan
dalam 7 kelompok, yaitu:
- Harta: misalnya penyerobotan/sengketa lahan, penggusuran bangunan,
rebutan mata pencaharian.
- Kekuasaan: misalnya Pilkada/Pilkades, pemilihan ketua lingkungan,
pemilihan ketua suku, pemilihan tokoh masyarakat lain, dan
persengketaan batas wilayah.
- Asmara: Misalnya rebutan kekasih/pasangan.
- Ideologi/kepercayaan: misalnya perbedaan paham politik atau
agama/kepercayaan
- Keramaian (olahraga, hiburan, dll)
- Ketidakpuasan terhadap kebijakan atau pelayanan
- Lainnya, misalnya kenakalan remaja.
Jika dalam satu jenis kejadian massal terjadi lebih dari satu kali, maka
isian dari rincian ini adalah kombinasi (multiple entry).
Contoh:
- Di desa/kelurahan terjadi 2 kali perkelahian antar kelompok masyarakat, yaitu
pada Bulan Agustus 2017 dan Desember 2017. Perkelahian antar kelompok
masyarakat yang terjadi pada Bulan Agustus 2017 tersebut disebabkan karena
keramaian. Sementara, perkelahian yang terjadi pada Bulan Desember 2017
disebabkan karena asmara. Maka, isian untuk Rincian 1301.b kolom (5) adalah
‘20’ (kode 4 + 16).
- 135 -
Rincian 1302: Perkelahian massal yang paling sering terjadi
Rincian ini berusaha menggali lebih dalam terkait perkelahian massal yang
paling sering terjadi, sehingga rincian ini diisi jika di desa/kelurahan ini pernah terjadi
lebih dari satu kali perkelahian massal selama setahun terakhir (R1301.b kolom 2
yang isiannya paling besar). Informasi yang ingin diperoleh adalah terkait
penyelesaian perkelahian massal dan inisiator/penengahnya.
Rincian 1302.a: Perkelahian massal yang paling sering terjadi, apakah dapat
diselesaikan/didamaikan?
Berdasarkan isian pada Rincian 1301.b kolom (2), tentukan jenis perkelahian
massal yang paling sering terjadi dan tanyakan apakah perkelahian massal tersebut
dapat diselesaikan/didamaikan. Pilihan jawaban yang tersedia adalah :
1. Ya, semuanya, jika semua perkelahian massal dapat diselesaikan/didamaikan;
2. Ya, sebagian, jika hanya sebagian perkelahian massal yang dapat diselesaikan/
didamaikan;
3. Tidak, jika semua perkelahian massal tidak dapat diselesaikan/didamaikan.
Rincian 1302.b: Inisiator/penengah penyelesaian perkelahian massal:
Rincian ini diisi mengacu pada jenis perkelahian massal yang sering terjadi.
Tanyakan inisiator/penengah dalam perkelahian massal tersebut. Isikan semua
inisiator/penengah perkelahian massal yang terlibat dalam usaha mendamaikan
perkelahian massal tersebut, baik perkelahian massal yang dapat didamaikan
maupun tidak. Pilihan jawaban dikelompokkan menjadi :
Aparat keamanan meliputi aparat kepolisian, TNI, Satuan Polisi Pamong Praja
(Satpol PP), Satuan Pengamanan (Satpam), dan sebagainya.
Aparat pemerintah meliputi aparatur pemerintah daerah, kecamatan,
desa/kelurahan dan sebagianya.
Tokoh masyarakat adalah seseorang yang memiliki pengaruh atau wibawa di
lingkungannya. Contoh: Ketua RT/RW, Ketua Adat, pengurus ormas, dll.
Tokoh agama adalah orang yang memiliki kharisma dalam agama dan menjadi
panutan orang-orang sekitar. Contoh: Ulama/Ustadz, Pendeta, dll.
Isian dari rincian ini merupakan kombinasi (multiple entry), isikan jumlah kode
pilihan ke dalam kotak.
- 136 -
Rincian 1303: Tindak kejahatan
Rincian ini dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi terjadinya tindak
kejahatan di desa/kelurahan selama setahun terakhir. Tindak kejahatan adalah
segala tindakan yang disengaja atau tidak, telah terjadi atau baru percobaan, yang
dapat merugikan orang lain dalam hal badan, jiwa, harta, benda, kehormatan dan
lainnya serta tindakan tersebut dapat diancam hukuman penjara atau kurungan.
Rincian 1303.a: Tindak kejahatan yang terjadi di desa/kelurahan selama
setahun terakhir
Rincian ini berusaha mengumpulkan secara rinci terkait tindak kejahatan yang
terjadi di desa/kelurahan selama setahun terakhir.
Pada kolom (2) telah tercantum jenis-jenis tindak kejahatan yang dibedakan menjadi:
1. Pencurian adalah pengambilan barang atau ternak tanpa hak dengan maksud
memiliki tanpa disertai dengan kekerasan terhadap korban baik dengan
pengrusakan maupun tidak.
2. Pencurian dengan kekerasan (atau perampokan) adalah pencurian barang
atau ternak tanpa hak yang didahului, disertai, diikuti dengan kekerasan atau
ancaman kekerasan terhadap korban dengan maksud akan menyiapkan atau
memudahkan pencurian itu.
3. Penipuan adalah perbuatan dengan maksud hendak menguntungkan diri
sendiri atau orang lain secara melawan hak, memakai nama palsu atau
keadaan palsu, akal tipu muslihat, perkataan bohong supaya memberikan
uang atau barang.
Penggelapan adalah perbuatan dengan sengaja memiliki secara melawan hak
- 137 -
atas suatu barang yang sekarang ini dikuasai pelaku, barang tersebut sebagian
atau seluruhnya dimiliki oleh orang lain.
4. Penganiayaan adalah perbuatan menyakiti orang lain secara fisik yang
mengakibatkan korban menjadi sakit atau luka/cacat.
5. Pembakaran adalah perbuatan dengan sengaja membakar sesuatu, misalnya
rumah, hutan, yang dapat mendatangkan bahaya bagi barang, jiwa atau
badan.
6. Perkosaan adalah pemaksaan terhadap korban untuk melakukan hubungan
seksual dengan kekerasan atau ancaman. Pelecehan seksual dan sejenisnya
dikelompokkan sebagai kejahatan terhadap kesusilaan.
7. Penyalahgunaan narkoba adalah perbuatan menyalahgunakan atau
mengkonsumsi narkoba untuk kesenangan.
Peredaran narkoba adalah perbuatan menjual narkoba dengan imbalan
berupa uang atau barang. Yang dicatat di sini termasuk keduanya
(penyalahgunaan dan peredaran).
8. Perjudian adalah perbuatan mempertaruhkan sejumlah uang atau harta yang
bersifat untung-untungan, artinya bila tidak menang, uang atau barang
taruhan hilang.
9. Pembunuhan adalah perbuatan menghilangkan nyawa orang lain baik
berencana maupun tidak.
10. Perdagangan orang (trafficking) adalah upaya perekrutan, pengangkutan,
pemindahan, penampungan atau penerimaan seseorang dengan ancaman atau
penggunaan kekerasan atau bentuk-bentuk paksaan lainnya, penculikan,
pemalsuan, penipuan, penyalahgunaan kekuasaan atau posisi rentan ataupun
memberi atau menerima bayaran atau manfaat sehingga memperoleh
persetujuan dari orang yang memegang kendali atas orang lain, baik yang
dilakukan dalam negara maupun antar negara untuk tujuan eksploitasi atau
mengakibatkan orang tereksploitasi. Trafficking ditujukan pada lokasi kejadian
trafficking di wilayah desa/kelurahan ini, meskipun korban bukan berasal dari
warga/desa/ kelurahan ini.
Penjelasan:
Penduduk yang menerima short messages service (sms) penipuan dianggap
tidak termasuk tindak kejahatan, kecuali sudah ada yang menjadi korban.
Kolom (2) Keberadaan tindak kejahatan menanyakan keberadaan kejadian tindak
kejahatan selama setahun terakhir.
Kolom (3) Kecenderungan kejahatan dibanding setahun yang lalu
Penilaian terhadap kecenderungan kejahatan didasarkan pada frekuensi
kejadian dan besarnya kerugian. Isian dari rincian ini terdiri dari menurun (kode ‘1’),
sama saja (kode ‘2’) atau meningkat (kode ‘3’).
- 138 -
Rincian 1303.b: Tindak kejahatan yang paling sering terjadi
Rincian ini berusaha menggali jenis tindak kejahatan yang sering terjadi,
sehingga rincian ini diisi jika di desa/kelurahan ini pernah terjadi tindak kejahatan
selama setahun terakhir (R1303.a kolom (3) berkode ’1’). Isikan kode dari jenis
tindak kejahatan yang paling sering terjadi. Kode jenis tindak kejahatan disalin dari
kode pada R1303.a kolom (1).
Rincian 1304: Kegiatan warga untuk menjaga keamanan lingkungan selama
setahun terakhir
Rincian ini digunakan untuk melihat ada atau tidaknya kegiatan atau upaya-
upaya swadaya warga desa/kelurahan untuk menjaga keamanan dan ketertiban
masyarakat.
Beberapa kegiatan warga desa/kelurahan untuk menjaga keamanan lingkungan
selama setahun terakhir adalah:
a. Pembangunan/pemeliharaan pos keamanan lingkungan, Pos keamanan
lingkungan adalah tempat penjaga keamanan ketertiban masyarakat
(kamtibmas) di wilayah sekitar. Pos kemanan lingkungan yang tidak
digunakan, tidak dicatat.
b. Pembentukan/pengaturan regu keamanan adalah upaya menjaga keamanan
berupa membentuk, mengatur serta memfungsikan hansip/linmas sebagai
penjaga keamanan lingkungan.
c. Penambah jumlah anggota hansip/linmas.
d. Pelaporan tamu yang menginap lebih dari 24 jam ke aparat lingkungan.
e. Pengaktifkan sistem keamanan lingkungan berasal dari inisiatif warga,
misalnya: mengatur kegiatan ronda malam, akses keluar masuk lingkungan
setempat (portal), dll.
Rincian 1305: Jumlah anggota linmas/hansip
Isikan jumlah anggota hansip/linmas yang ada di desa/kelurahan dan
pindahkan isian ke dalam kotak yang tersedia.
- 139 -
Rincian 1306.a: Keberadaan pos polisi
Pos polisi adalah tempat polisi menjaga kamtibmas wilayah sekitar, termasuk
Polisi Sektor (Polres), Polisi Resort (Polres), dan Polisi Daerah (Polda). Rincian ini ingin
mengetahui jumlah pos polisi (termasuk kantor polisi) baik yang masih digunakan
ataupun yang sudah tidak digunakan di desa/kelurahan.
Rincian 1306.b: Pos polisi terdekat
Rincian ini dimaksudkan ingin mengetahui kemudahan akses ke pos polisi jika
tidak ada pos polisi/kantor polisi di desa/kelurahan (Rincian 1306.a berkode ‘2’).
Penjelasan:
- Lokasi yang dimaksud adalah no identitas desa/kelurahan terdekat yang
terdapat sarana pos polisi (termasuk kantor polisi)
- Jarak yang dimaksud adalah perkiraan jarak yang dihitung dari kantor kepala
desa/lurah ke pos polisi terdekat.
- Kemudahan untuk mencapai pos polisi diisi berdasarkan persepsi narasumber
atas akses menuju pos polisi terdekat dengan memperhitungkan sarana atau
alat transportasi yang digunakan/dipakai, yang dibedakan menjadi : 1) Sangat
mudah, 2) Mudah, 3) Sulit, dan 4) Sangat sulit.
Rincian 1307 – 1309
Rincian ini dimaksud untuk melihat berbagai kasus kerawanan sosial yang
terjadi di masyarakat desa. Beberapa kasus yang ingin dijaring adalah kejadian
bunuh diri, lokasi anak jalanan, tempat mangkal gelandangan atau pengemis dan
lokalisasi pekerja seks komersial.
Rincian 1307: Jumlah korban bunuh diri yang terjadi selama setahun terakhir
Isikan jumlah korban bunuh diri yang pernah terjadi di wilayah desa/kelurahan
ini selama setahun terakhir. Korban bunuh diri mencakup juga usaha percobaan
bunuh diri. Jika di desa/kelurahan tidak pernah terjadi kasus bunuh diri, maka
isikan 0.
Bunuh diri adalah perbuatan dengan sengaja menghilangkan nyawa sendiri atas
- 140 -
kemauan sendiri atau karena bujukan, rayuan, dan hasutan, termasuk yang
mencoba bunuh diri tetapi tidak mati.
Rincian 1308: Lokasi berkumpul anak jalanan dan tempat mangkal/tinggal
gelandangan/pengemis di desa/kelurahan
Rincian ini ditanyakan untuk mengetahui keberadaan lokasi tempat
berkumpulnya anak jalanan serta tempat mangkal/tinggal gelandangan dan
pengemis di desa/kelurahan, walaupun bukan warga desa/kelurahan.
Rincian 1308.a: Lokasi berkumpul anak jalanan di desa/kelurahan
Rincian ini ditanyakan untuk mengetahui ada tidaknya titik-titik lokasi tempat
berkumpulnya anak jalanan di desa/kelurahan. Tidak termasuk rumah singgah bagi
anak jalanan. Jika di desa/kelurahan terdapat lokasi tempat berkumpulnya anak
jalanan, maka isikan kode ‘1’, sementara jika tidak ada, isikan kode ‘2’.
Anak jalanan adalah anak yang berusia 5-18 tahun yang menghabiskan sebagian
besar waktunya untuk mencari nafkah dan berkeliaran di jalanan maupun tempat-
tempat umum, seperti pasar, mall, terminal bis, stasiun kereta api, taman kota
(Kementrian Sosial RI).
Keberadaan anak jalanan terdiri dari 3 macam, yaitu:
1. Anak jalanan yang tidak mempunyai tempat tinggal, kehilangan rumah, orang
tua, dan orang yang disayang. Mereka tinggal di tempat umum, antara lain di
stasiun kereta api, gerbong kereta api, pasar dan di kolong jembatan. Sebagian
dari mereka tidak pernah berhubungan lagi dengan keluarga, tetapi sebagian
lagi masih berhubungan, walaupun sangat langka.
2. Anak jalanan yang mempunyai tempat tinggal, tetapi tidak bersama dengan
orang tua mereka. Sebagian dari mereka adalah pendatang dari luar kota.
Mereka tinggal di tempat kumuh dengan menyewa kamar bersama dengan
temannya. Anak ini bekerja sebagai penyemir sepatu, pedagang asongan,
pedagang koran dll. Mereka hidup secara mandiri dan tidak bersekolah.
Sewaktu-waktu mereka berhubungan dengan orang tua atau keluarganya.
3. Anak jalanan yang mempunyai tempat tinggal tetap bersama dengan orang tua
mereka atau kerabatnya. Sebagian dari mereka masih bersekolah dan mereka
bekerja sebelum atau sesudah pulang sekolah, antara lain sebagai penjual
koran atau joki three in one di Jalan Soedirman (Jakarta) atau kawasan lainnya.
Rincian 1308.b: Keberadaan tempat mangkal/tinggal gelandangan/pengemis
Rincian ini ditanyakan untuk mengetahui ada tidaknya tempat mangkal/tinggal
gelandangan dan pengemis, misalnya: di bawah jembatan, emperan toko, dll. Jika di
- 141 -
desa/kelurahan terdapat tempat mangkal/tinggal gelandangan dan pengemis, maka
isikan kode ‘1’, sementara jika tidak, isikan kode ‘2’.
Rincian 1309: Lokalisasi/lokasi/tempat mangkal Pekerja Seks Komersial (PSK)
Lokalisasi/lokasi/tempat mangkal Pekerja Seks Komersial (PSK) adalah tempat
PSK menjajakan diri baik secara legal maupun ilegal yang dikelola secara kelompok
maupun individu.
BLOK XIV – XV
Rincian blok XIV dan XV terisi jika Blok III berkode 1,3, 4, atau 5 (selain
kelurahan).
BLOK XIV: KEUANGAN DESA DAN ASET DESA
Blok ini memuat pertanyaan mengenai aset desa, sumber keuangan
pemerintahan desa dan penggunaannya pada tahun 2015 hingga 2017.
Rincian 1401: Sumber pendapatan desa dan nilainya selama tahun 2015 - 2017
Otonomi daerah yang berjalan mulai 2001 telah melahirkan sistem
pemerintahan demokratis. Daerah otonom memiliki wewenang mengatur dan
mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal-usul dan adat istiadat
setempat pada era reformasi sekarang ini. Menurut Undang-Undang Nomor 32 Tahun
2004 tentang Pemerintah Daerah, daerah memiliki kewenangan membuat kebijakan
tentang kelurahan, terutama memberikan pelayanan, peningkatan peran serta,
prakarsa dan pemberdayaan masyarakat yang ditujukan bagi kesejahteraan
masyarakat. Salah satunya, terkait pengaturan keuangan desa.
Menurut Undang-Undang nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, desa mempunyai
sumber pendapatan Desa yang terdiri atas Pendapatan Asli Desa (PAD), bagi hasil
pajak daerah dan retribusi daerah Kabupaten/Kota, bagian dari dana perimbangan
keuangan pusat dan daerah yang diterima oleh Kabupaten/Kota, alokasi anggaran
dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, bantuan keuangan dari Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi dan Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah Kabupaten/Kota, serta hibah dan sumbangan yang tidak mengikat dari pihak
ketiga. Bagian dari dana perimbangan yang diterima Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota paling sedikit 10% (sepuluh perseratus) setelah dikurangi Dana
Alokasi Khusus yang selanjutnya disebut Alokasi Dana Desa.
- 142 -
Rincian 1401.a: Pendapatan Asli Desa
Pendapatan Asli Desa adalah penerimaan dari berbagai usaha pemerintah desa
untuk mengumpulkan dana guna keperluan desa dalam membiayai kegiatan
rutin/pembangunan. Pendapatan Asli Desa berasal dari penerimaan tanah kas desa,
pasar/kios desa, pemandian umum yang diurus desa, daya tarik wisata, bangunan
milik desa yang disewakan, kekayaan desa lainnya, swadaya dan partisipasi
masyarakat dan gotong royong masyarakat. Termasuk juga penerimaan yang berasal
dari pungutan desa dan hasil usaha desa.
Rincian 1401.b: Dana Desa bersumber dari APBN
Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 Tentang Peraturan
Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa, Dana Desa adalah
dana yang bersumber dari anggaran pendapatan dan belanja negara yang
diperuntukkan bagi Desa yang ditransfer melalui anggaran pendapatan dan belanja
daerah kabupaten/kota dan digunakan untuk membiayai penyelenggaraan
pemerintahan, pelaksanaan pembangunan, pembinaan kemasyarakatan, dan
pemberdayaan masyarakat. menggunakan alat berat, serta sumber lainnya dan tidak
untuk dijualbelikan.
Rincian 1401.c: Bagian dari hasil pajak daerah dan retribusi daerah
Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 Tentang Peraturan
Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa, Pemerintah
Kabupaten/Kota mengalokasikan bagian dari hasil pajak dan retribusi daerah
kabupaten/kota kepada Desa paling sedikit 10% (sepuluh perseratus) dari realisasi
penerimaan hasil pajak dan retribusi daerah kabupaten/kota. Pengalokasian bagian
- 143 -
dari hasil pajak dan retribusi daerah tersebut dilakukan berdasarkan ketentuan: a)
60% (enam puluh perseratus) dibagi secara merata kepada seluruh Desa; dan b) 40%
(empat puluh perseratus) dibagi secara proporsional realisasi penerimaan hasil pajak
dan retribusi dari Desa masing-masing. Pengalokasian bagian dari hasil pajak dan
retribusi daerah kabupaten/kota kepada Desa ditetapkan dengan peraturan
bupati/walikota.
Rincian 1401.d: Aloaksi Dana Desa (ADD)
Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 Tentang Peraturan
Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa, Alokasi Dana
Desa yang selanjutnya disingkat ADD adalah dana perimbangan yang diterima
kabupaten/kota dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah kabupaten/kota
setelah dikurangi Dana Alokasi Khusus. ADD paling sedikit 10% (sepuluh perseratus)
dari dana perimbangan yang diterima kabupaten/kota dalam anggaran pendapatan
dan belanja daerah setelah dikurangi dana alokasi khusus.
Rincian 1401.e dan 1401.f: Bantuan keuangan dari APBD Provinsi dan APBD
Kabupaten/Kota
Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 Tentang Peraturan
Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa, Pemerintah
daerah provinsi dan pemerintah daerah kabupaten/kota dapat memberikan bantuan
keuangan yang bersumber dari anggaran pendapatan dan belanja daerah provinsi
dan anggaran pendapatan dan belanja daerah kabupaten/kota kepada Desa.
Bantuan keuangan dapat bersifat umum dan khusus. Bantuan keuangan yang
bersifat umum peruntukan dan penggunaannya diserahkan sepenuhnya kepada
Desa penerima bantuan dalam rangka membantu pelaksanaan tugas pemerintah
daerah di Desa. Bantuan keuangan yang bersifat khusus peruntukan dan
pengelolaannya ditetapkan oleh pemerintah daerah pemberi bantuan dalam rangka
percepatan pembangunan Desa dan pemberdayaan masyarakat.
Rincian 1401.g: Hibah dan sumbangan dari pihak ketiga
Hibah Pemerintah Kabupaten/Kota adalah hibah/sumbangan yang diberikan oleh
pemerintah kabupaten/kota untuk kegiatan pembangunan desa.
Hibah Pemerintah Provinsi adalah hibah/sumbangan yang diberikan oleh
pemerintah provinsi untuk kegiatan pembangunan desa.
Hibah Pemerintah Pusat adalah hibah/sumbangan dari pemerintah pusat untuk
kegiatan pembangunan desa. Misal, Dana Alokasi Khusus (DAK), Deklarasi Ekonomi
(Dekon), dan lain-lain.
Hibah Luar Negeri adalah hibah/sumbangan yang berasal dari luar negeri baik yang
berasal dari lembaga/institusi/pemerintah untuk kegiatan pembangunan desa.
Swasta adalah hibah/sumbangan yang berasal dari pihak swasta.
- 144 -
Lainnya seperti hibah dari paguyuban masyarakat daerah atau dari perorangan.
Rincian 1401.h: Lain-lain pendapatan desa yang sah
Sumber pendapatan lain yang dapat diusahakan oleh Desa berasal dari Badan
Usaha Milik Desa, pengelolaan pasar Desa, pengelolaan kawasan wisata skala Desa,
pengelolaan tambang mineral bukan logam dan tambang batuan dengan tidak
menggunakan alat berat, serta sumber lainnya dan tidak untuk dijualbelikan.
Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 113 Tahun
2014 Tentang Pengelolaan Keuangan Desa, Pendapatan Desa terdiri atas kelompok:
a. Pendapatan Asli Desa (PADesa); b. Transfer; dan c. Pendapatan Lain-Lain.
Kelompok transfer terdiri atas jenis:
a. Dana Desa;
b. Bagian dari Hasil Pajak Daerah Kabupaten/Kota dan Retribusi Daerah;
c. Alokasi Dana Desa (ADD);
d. Bantuan Keuangan dari APBD Provinsi; dan
e. Bantuan Keuangan APBD Kabupaten/Kota.
Rincian 1402: Pengeluaran desa selama tahun 2017
Rincian ini ditanyakan untuk mengetahui pengeluaran/alokasi penggunaan
pendapatan yang diterima oleh kantor kepala desa. Pengeluaran yang dicatat adalah
seluruh pengeluaran desa selama 2017 dan dinyatakan dalam jutaan rupiah.
Pengeluaran yang dicatat dikelompokkan menjadi 3 kategori:
a. Belanja pegawai; misalnya:pengeluaran untuk membayar upah/gaji pegawai.
b. Belanja modal; misalnya: pembiayaan untuk tanah, bangunan, jalan, jembatan,
dan komputer.
c. Lainnya; misalnya: bantuan sosial, belanja tidak terduga, konsumsi rapat, dll.
Rincian 1403.a: Sistem Informasi Desa
Rincian pertanyaan ini dimaksudkan untuk mengetahui keberadaan sistem
infomasi desa.
Menurut Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa, Desa berhak
mendapatkan akses informasi melalui sistem informasi Desa yang dikembangkan oleh
Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota. Sistem informasi Desa meliputi fasilitas
- 145 -
perangkat keras dan perangkat lunak, jaringan, serta sumber daya manusia. Sistem
informasi Desa meliputi data Desa, data Pembangunan Desa, Kawasan Perdesaan,
serta informasi lain yang berkaitan dengan Pembangunan Desa dan pembangunan
Kawasan Perdesaan. Sistem informasi Desa dikelola oleh Pemerintah Desa dan dapat
diakses oleh masyarakat Desa dan semua pemangku kepentingan.
Rincian 1403.b: Sistem Keuangan Desa
Rincian pertanyaan ini dimaksudkan untuk mengetahui keberadaan sistem
keuangan desa.
Menurut Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa, Keuangan Desa
adalah semua hak dan kewajiban Desa yang dapat dinilai dengan uang serta segala
sesuatu berupa uang dan barang yang berhubungan dengan pelaksanaan hak dan
kewajiban Desa.
Rincian 1404: Kepemilikan Badan Usaha dan Aset Desa
Rincian pertanyaan ini dimaksudkan untuk mengetahui badan usaha dan aset
yang dimiliki desa.
Menurut Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa, Badan Usaha
Milik Desa, yang selanjutnya disebut BUM Desa, adalah badan usaha yang seluruh
atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh Desa melalui penyertaan secara langsung
yang berasal dari kekayaan Desa yang dipisahkan guna mengelola aset, jasa
pelayanan, dan usaha lainnya untuk sebesarbesarnya kesejahteraan masyarakat
Desa.
Menurut Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa, Aset Desa
adalah barang milik desa yang berasal dari kekayaan asli desa, dibeli atau diperoleh
atas beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa atau perolehan hak lainnya yang
sah. Aset desa dapat berupa:
a. Tanah kas desa/ulayat.
b. Bangunan milik desa, misalnya: kantor kepala desa, balai desa, dll.
- 146 -
c. Pasar desa, misalnya: pasar hewan, pelelangan ikan, dan pelelangan hasil
pertanian.
d. Aset desa lainnya merupakan aset desa yang dapat diperoleh dari :
- Kekayaan desa yang dibeli atau diperoleh atas beban Anggaran Pendapatan
dan Belanja Negara, Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, serta
Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa.
- Kekayaan desa yang diperoleh dari hibah dan sumbangan atau yang sejenis.
- Kekayaan desa yang diperoleh sebagai pelaksanaan dari perjanjian/kontrak
dan lain-lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
- Hasil kerja sama desa.
- Kekayaan desa yang berasal dari perolehan lainnya yang sah.
- Contoh: tambatan perahu, pemandian umum, lapangan bola, dll.
Pada pertanyaa R1504.f, seluruh aset yang dimiliki dinilai dengan rupiah dan
jumlahkan menjadi satu, baik itu aset produksi maupun aset fisik.
Rincian 1405.a dan 1405.b: Perencanaan Pembangunan Desa
Rincian pertanyaan ini dimaksudkan untuk mengetahui adanya perencanaan
Pembangunan Desa sesuai dengan kewenangannya dengan mengacu pada
perencanaan pembangunan Kabupaten/Kota, yang dilihat dari keberadaan Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJM Desa) dan Rencana Kerja Pemerintah
Desa (RKP Desa) di desa ini.
Menurut Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa, Perencanaan
Pembangunan Desa disusun secara berjangka meliputi:
a. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa untuk jangka waktu 6 (enam)
tahun; dan
b. Rencana Pembangunan Tahunan Desa atau yang disebut Rencana Kerja
Pemerintah Desa, merupakan penjabaran dari Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Desa untuk jangka waktu 1 (satu) tahun
Penjelasan:
- Rencana Kerja Pemerintah Desa (RKP Desa) yang dimaksud dalam rincian
1505.b hanya RKP Desa tahun 2018.
Rincian 1405.c: Peraturan Desa
Rincian pertanyaan ini dimaksudkan untuk mengetahui keberadaan peraturan
desa di desa ini. Menurut Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa,
Peraturan Desa adalah peraturan perundang – undangan yang ditetapkan oleh
Kepala Desa setelah dibahas dan disepakati bersama Badan Permusyawaratan Desa.
Peraturan Desa ditetapkan oleh Kepala Desa setelah dibahas dan disepakati bersama
Badan Permusyawaratan Desa.
- 147 -
Penjelasan:
- Peraturan Desa yang dimaksud dalam rincian ini hanya Peraturan Desa
yang masih/mulai berlaku pada tahun 2017.
Rincian 1406: Kerja sama antar desa dan kerja sama desa dengan pihak ketiga
Rincian pertanyaan ini dimaksudkan untuk mengetahui keberadaan kerja sama
yang dilakukan antar desa pada tahun 2018. Selain itu juga ditanyakan kerja sama
yang dilakukan desa dengan pihak ketiga pada tahun 2018.
Rincian 1407: Keberadaan pendamping desa
Rincian pertanyaan ini dimaksudkan untuk mengetahui keberadaan
pendamping desa yang ada di desa/kelurahan.
Menurut Peraturan Pemerintah RI No. 43 Tahun 2014 Tentang Peraturan
Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa, pendampingan
masyarakat Desa secara teknis dilaksanakan oleh satuan kerja perangkat daerah
kabupaten/kota dan dapat dibantu oleh tenaga pendamping profesional, kader
pemberdayaan masyarakat Desa, dan/atau pihak ketiga. Kader pemberdayaan
masyarakat Desa berasal dari unsur masyarakat yang dipilih oleh Desa untuk
menumbuhkan dan mengembangkan serta menggerakkan prakarsa, partisipasi, dan
swadaya gotong royong. Sementara, Tenaga pendamping profesional harus memiliki
sertifikasi kompetensi dan kualifikasi pendampingan di bidang ekonomi, sosial,
budaya, dan/atau teknik. Tenaga pendamping profesional terdiri atas:
a pendamping Desa yang bertugas mendampingi Desa dalam penyelenggaraan
Pemerintahan Desa, kerja sama Desa, pengembangan BUM Desa, dan
pembangunan yang berskala lokal Desa;
b pendamping teknis yang bertugas mendampingi Desa dalam pelaksanaan
program dan kegiatan sektoral; dan
c tenaga ahli pemberdayaan masyarakat yang bertugas meningkatkan kapasitas
tenaga pendamping dalam rangka penyelenggaraan Pemerintahan Desa,
- 148 -
pelaksanaan pembangunan Desa, pembinaan kemasyarakatan Desa, dan
pemberdayaan masyarakat Desa
BLOK XV: PROGRAM PEMBERDAYAAN DAN PEMBANGUNAN DESA
Rincian 1501: Program/kegiatan pembangunan di desa
Rincian ini ditanyakan untuk mengetahui keberadaan, jenis pemberdayaan,
sumber dana, tahun pelaksanaan, pelaksana dan penerima manfaat
program/kegiatan.
Sumber dana adalah pemberi uang atau barang yang digunakan untuk menjalankan
program/kegiatan pembangunan.
Tahun Pelaksanaan adalah tahun prodgram/kegiatan pembangunan.
Pelaksana adalah pihak-pihak yang terlibat dalam melaksanakan pekerjaan
program/ kegiatan pembangunan.
Penerima manfaat langsung adalah pihak-pihak yang memperoleh manfaat secara
langsung dari program/kegiatan pembangunan.
Rincian 1502: Program/kegiatan pemberdayaan di desa
Rincian ini ditanyakan untuk mengetahui keberadaan, jenis pemberdayaan,
sumber dana, tahun pelaksanaan, pelaksana dan penerima manfaat
program/kegiatan pemberdayaan masyarakat.
- 149 -
Sumber dana adalah pemberi uang atau barang yang digunakan untuk menjalankan
program/kegiatan pemberdayaan.
Tahun Pelaksanaan adalah tahun pemberdayaan masyarakat
Pelaksana adalah pihak-pihak yang terlibat dalam melaksanakan pekerjaan
program/ kegiatan pemberdayaan.
Penerima manfaat langsung adalah pihak-pihak yang memperoleh manfaat secara
langsung dari program/kegiatan pemberdayaan
BLOK XVI: KETERANGAN PEMERINTAH DESA/KELURAHAN
Rincian 1601: Pemerintahan desa/kelurahan
Rincian ini untuk mencatat keterangan pemerintah desa/kelurahan yang
menjabat pada desa/kelurahan yang dikunjungi petugas Podes 2018, yang meliputi
Kepala Desa atau Lurah, Sekretaris Desa atau Sekretaris Kelurahan, Sekretariat
desa (bendahara, dll), Pelaksana Teknis (kaur/kasi, dll) dan Pelaksana
kewilayahan (kadus, dll).
Menurut Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, pemerintah
desa adalah Kepala Desa atau yang disebut dengan nama lain dibantu perangkat
Desa sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Desa. Perangkat desa terdiri atas
sekretaris desa (yang memimpin sekretariat desa) dan perangkat desa lainnya (terdiri
atas sekretariat desa, pelaksana kewilayahan, dan pelaksana teknis).
- 150 -
Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 84 Tahun
2015 Tentang Susunan Organisasi Dan Tata Kerja Pemerintah Desa, dijelaskan
bahwa :
Kepala desa/lurah adalah pejabat Pemerintah Desa yang mempunyai wewenang,
tugas dan kewajiban untuk menyelenggarakan rumah tangga Desanya dan
melaksanakan tugas dari Pemerintah dan Pemerintah Daerah
Sekretaris Desa berkedudukan sebagai unsur pimpinan Sekretariat Desa. Sekretaris
Desa bertugas membantu Kepala Desa dalam bidang administrasi pemerintahan.
Sekretaris Desa mempunyai fungsi:
a Melaksanakan urusan ketatausahaan seperti tata naskah, administrasi surat
menyurat, arsip, dan ekspedisi.
b Melaksanakan urusan umum seperti penataan administrasi perangkat desa,
penyediaan prasarana perangkat desa dan kantor, penyiapan rapat,
pengadministrasian aset, inventarisasi, perjalanan dinas, dan pelayanan umum.
c Melaksanakan urusan keuangan seperti pengurusan administrasi keuangan,
administrasi sumbersumber pendapatan dan pengeluaran, verifikasi
administrasi keuangan, dan admnistrasi penghasilan Kepala Desa, Perangkat
Desa, BPD, dan lembaga pemerintahan desa lainnya.
d Melaksanakan urusan perencanaan seperti menyusun rencana anggaran
pendapatan dan belanja desa, menginventarisir data-data dalam rangka
pembangunan, melakukan monitoring dan evaluasi program, serta penyusunan
laporan.
Sekretariat desa, dipimpin oleh sekretaris Desa dibantu oleh unsur staf sekretariat
yang bertugas membantu kepala Desa dalam bidang administrasi pemerintahan.
Sekretariat Desa paling banyak terdiri atas 3 (tiga) urusan yaitu urusan tata usaha
dan umum, urusan keuangan, dan urusan perencanaan, dan paling sedikit 2 (dua)
- 151 -
urusan yaitu urusan umum dan perencanaan, dan urusan keuangan. Masing-masing
urusan dipimpin oleh Kepala Urusan. Kepala urusan berkedudukan sebagai unsur
staf sekretariat. Kepala urusan bertugas membantu Sekretaris Desa dalam urusan
pelayanan administrasi pendukung pelaksanaan tugas-tugas pemerintahan. Untuk
melaksanakan tugas kepala urusan mempunyai fungsi:
a Kepala urusan tata usaha dan umum memiliki fungsi seperti melaksanakan
urusan ketatausahaan seperti tata naskah, administrasi surat menyurat, arsip,
dan ekspedisi, dan penataan administrasi perangkat desa, penyediaan prasarana
perangkat desa dan kantor, penyiapan rapat, pengadministrasian aset,
inventarisasi, perjalanan dinas, dan pelayanan umum.
b Kepala urusan keuangan memiliki fungsi seperti melaksanakan urusan
keuangan seperti pengurusan administrasi keuangan, administrasi sumber-
sumber pendapatan dan pengeluaran, verifikasi administrasi keuangan, dan
admnistrasi penghasilan Kepala Desa, Perangkat Desa, BPD, dan lembaga
pemerintahan desa lainnya.
c Kepala urusan perencanaan memiliki fungsi mengoordinasikan urusan
perencanaan seperti menyusun rencana anggaran pendapatan dan belanja desa,
menginventarisir data-data dalam rangka pembangunan, melakukan monitoring
dan evaluasi program, serta penyusunan laporan.
Pelaksana teknis, merupakan unsur pembantu Kepala Desa sebagai pelaksana tugas
operasional. Pelaksana Teknis paling banyak terdiri atas 3 (tiga) seksi yaitu seksi
pemerintahan, seksi kesejahteraan dan seksi pelayanan, paling sedikit 2 (dua) seksi
yaitu seksi pemerintahan, serta seksi kesejahteraan dan pelayanan. Masing-masing
seksi dipimpin oleh Kepala Seksi. Untuk melaksanakan tugas Kepala Seksi
mempunyai fungsi:
a Kepala seksi pemerintahan mempunyai fungsi melaksanakan manajemen tata
praja Pemerintahan, menyusun rancangan regulasi desa, pembinaan masalah
pertanahan, pembinaan ketentraman dan ketertiban, pelaksanaan upaya
perlindungan masyarakat, kependudukan, penataan dan pengelolaan wilayah,
serta pendataan dan pengelolaan Profil Desa.
b Kepala seksi kesejahteraan mempunyai fungsi melaksanakan pembangunan
sarana prasarana perdesaan, pembangunan bidang pendidikan, kesehatan, dan
tugas sosialisasi serta motivasi masyarakat di bidang budaya, ekonomi, politik,
lingkungan hidup, pemberdayaan keluarga, pemuda, olahraga, dan karang
taruna.
c Kepala seksi pelayanan memiliki fungsi melaksanakan penyuluhan dan
motivasi terhadap pelaksanaan hak dan kewajiban masyarakat, meningkatkan
upaya partisipasi masyarakat, pelestarian nilai sosial budaya masyarakat,
keagamaan, dan ketenagakerjaan.
Penjelasan :
- Pada kenyataannya, jabatan kaur/kasi di desa/kelurahan sangat beragam
(belum tentu sama dengan beberapa contoh di atas).
- 152 -
- Jika di desa/kelurahan terdapat salah satu kaur/kasi (walaupun dengan
penamaan yang berbeda), maka dicatat.
Pelaksana kewilayahan, merupakan unsur pembantu Kepala Desa sebagai satuan
tugas kewilayahan. Tugas kewilayahan meliputi, penyelenggaraan Pemerintahan
Desa, pelaksanaan pembangunan desa, pembinaan kemasyarakatan desa, dan
pemberdayaan masyarakat desa. Pelaksana kewilayahan dilaksanakan oleh kepala
dusun atau sebutan lain yang ditetapkan lebih lanjut dalam Peraturan
Bupati/Walikota dengan memperhatikan. Kepala Kewilayahan atau sebutan lainnya
berkedudukan sebagai unsur satuan tugas kewilayahan yang bertugas membantu
Kepala Desa dalam pelaksanaan tugasnya di wilayahnya. Kepala Kewilayahan/Kepala
Dusun memiliki fungsi:
a Pembinaan ketentraman dan ketertiban, pelaksanaan upaya perlindungan
masyarakat, mobilitas kependudukan, dan penataan dan pengelolaan wilayah.
b Mengawasi pelaksanaan pembangunan di wilayahnya.
c Melaksanakan pembinaan kemasyarakatan dalam meningkatkan kemampuan
dan kesadaran masyarakat dalam menjaga lingkungannya.
d Melakukan upaya-upaya pemberdayaan masyarakat dalam menunjang
kelancaran penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan.
Pegawai desa diluar SOTK desa, merupakan pegawai di desa/kelurahan yang tidak
menduduki/tidak termasuk dalam Susunan Organisai dan Tata Kerja pemerintah
desa (Sekretariat Desa, Pelaksana Kewilayahan, dan Pelaksana Teknis).
Kolom (3) : Status Kepegawaian
Status kepegawaian adalah kedudukan pegawai. Status kepegawaian sebagai
PNS berarti memiliki kedudukan sebagai pegawai pemerintah yang berada di luar
politik dan militer, dan bertugas melaksanakan administrasi pemerintahan
berdasarkan perundang-undangan yang telah ditetapkan.
Kolom (4) : Penghasilan Per Bulan
Menurut Pasal 66 UU No. 6 Tahun 2014 tentang Desa, Kepala Desa dan
perangkat Desa memperoleh penghasilan tetap setiap bulan. Penghasilan tetap Kepala
Desa dan perangkat Desa dari dana perimbangan dalam Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara yang diterima oleh Kabupaten/Kota dan ditetapkan dalam Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten/Kota. Selain penghasilan tetap, Kepala
Desa dan perangkat Desa menerima tunjangan yang bersumber dari Anggaran
Pendapatan dan Belanja Desa, serta memperoleh jaminan kesehatan dan dapat
memperoleh penerimaan lainnya yang sah. Ketentuan lebih lanjut mengenai besaran
penghasilan tetap, tunjangan dan penerimaan lainnya yang sah diatur dalam
Peraturan Pemerintah.
- 153 -
Kolom (5) s.d. Kolom (8) : Umur, jenis kelamin, pendidikan tertinggi yang
ditamatkan, dan domisili di desa/keluarahan
Ketiga kolom ini hanya diisi untuk rincian 1601.a dan 1601.b (kepala
desa/lurah dan sekretaris desa/kelurahan).
Kolom (5) : Umur
Umur dihitung dalam tahun dengan pembulatan ke bawah atau umur pada
waktu ulang tahun terakhir. Perhitungan tahun didasarkan pada kalender Masehi.
Contoh: jika umur kepala desa/lurah 45 tahun 11 bulan, ditulis 45 tahun.
Kolom (7) : Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan
Pendidikan tertinggi yang ditamatkan adalah pendidikan yang telah diselesaikan
pelajarannya pada kelas atau tingkat terakhir sehingga ia mendapat tanda tamat
belajar/ijazah. Misalnya, kuliah sampai tingkat 3 dari jenjang program S1, maka kode
yang dimasukkan pada kolom (5) adalah ‘5’ (hanya tamat SMA/sederajat).
Kolom (8) : Domisili di Desa/Kelurahan
Domisili di Desa/Keluarahan adalah adalah tempat kediaman yang sah/tempat
tinggal resmi berada pada lingkup wilayah desa/kelurahan tersebut. Misalnya, Pak
Iwan menjabat sebagai Sekretaris Desa Makmur dan Pak Iwan memiliki
kediaman/bertempat tinggal di Desa Makmur, maka kode yang dimasukkan dalam
kolom (6) adalah ‘1’ (Ya).
Rincian 1602: Alasan ketiadaan Kepala Desa/Lurah
Rincian pertanyaan ini dimaksudkan untuk mengetahui alasan ketiadaan
Kepala Desa/Lurah yang menjabat di desa/kelurahan ini. Menurut UU No. 6 Tahun
2014 tentang Desa, Kepala Desa berhenti karena: meninggal dunia, permintaan
sendiri, atau diberhentikan. Kepala Desa diberhentikan karena : berakhir masa
jabatannya, tidak dapat melaksanakan tugas secara berkelanjutan atau berhalangan
tetap secara berturut-turut selama 6 (enam) bulan, tidak lagi memenuhi syarat
sebagai calon Kepala Desa, atau melanggar larangan sebagai Kepala Desa.
Rincian 1603: Jumlah aparat desa/kelurahan
Rincian pertanyaan ini dimaksudkan untuk mengetahui jumlah seluruh aparat
yang ada di setiap kantor kepala desa/lurah.
- 154 -
Aparat desa/kelurahan yang dicatat meliputi kepala desa/lurah, sekretaris
desa/kelurahan, seluruh kaur/kasi (sekretariat desa), kadus/RW, dll (pelaksana
kewilayahan), dan seluruh staf. Tuliskan jumlahnya pada tempat yang tersedia.
BLOK XVII. MODUL
Rincian 1701: Penduduk dan keluarga pada 1 Januari 2018
Penduduk dan keluarga pada1 Januari 2018 :
a. Apakah ada Penduduk yang belum mempunyai E-KTP : Ada – 1 Tidak ada – 2
b. Apakah ada Penduduk yang tidak tercatat di KK : Ada – 1 Tidak ada – 2
1701
Rincian ini membahas keberadaan penduduk dan keluarga berdasar
surat keterangan resmi berupa e-KTP dan KK.
Rincian 1701.a: Keberadaan Penduduk yang belum mempunyai E-KTP
KTP elektronik (E-KTP) adalah dokumen kependudukan yang memuat sistem
keamanan/pengendalian dan tercantum Nomor Induk Kependudukan (NIK)
yang merupakan identitas tunggal setiap penduduk dan berlaku seumur
hidup.
Rincian 1701.b: Keberadaan Penduduk yang tidak tercatat di KK
Kartu Keluarga (KK) adalah Kartu Identitas Keluarga yang memuat data tentang
susunan, hubungan, jumlah anggota keluarga dan berisi data lengkap tentang
identitas Kepala Keluarga dan anggota keluarganya.
Identitas tersebut adalah nama lengkap kepala keluarga dan anggota keluarga, NIK,
jenis kelamin, alamat, tempat lahir, tanggal Iahir, agama, pendidikan, pekerjaan,
status perkawinan, status hubungan dalam keluarga, kewarganegaraan, dokumen
imigrasi, nama orang tua.
Isikan kode ’1’ jika masih ada penduduk yang belum tercatat pada KK, dan
kode ’2’ jika sebaliknya.
Rincian 1702: Permukiman liar dan fasilitas umum
- 155 -
Rincian 1702.a: Keberadaan permukiman liar
Permukiman liar adalah hunian yang dibangun di lahan yang ditempati
secara ilegal, dan biasanya mempunyai kualitas buruk.
Rincian 1702.b: Jumlah lokasi permukiman liar
Jika ada permukiman liar, maka isikan jumlah lokasinya.
Rincian 1702.c: Keberadaan dan jumlah fasilitas umum/sosial yang didiami
penduduk
Rincian ini membahas fasilitas umum/sosial yang ditinggali penduduk, seperti :
1. Pasar adalah tempat bertemunya pembeli dan penjual untuk melakukan
transaksi jual beli barang atau jasa
2. Stasiun kereta api adalah tempat untuk menaikkan dan menurunkan
penumpang yang menggunakan jasa transportasi kereta api.
3. Terminal bus adalah sebuah prasarana transportasi jalan untuk keperluan
menurunkan dan menaikkan penumpang, perpindahan intra dan/atau
antar moda transportasi serta mengatur kedatangan dan
pemberangkatan kendaraan umum.
4. Kolong Jembatan adalah lokasi bawah di jembatan dan sekitarnya yang
terdapat banguan non permanan untuk tempat tinggal.
5. Pelabuhan adalah sebuah fasilitas di ujung samudera, sungai,
atau danau untuk menerima kapal dan memindahkan barang
kargo maupun penumpang.
Rincian 1703: Suku terasing/masyarakat hukum
Suku terasing adalah suku yang berada di daerah yang masih terisolasi
dari dunia luar biasanya tinggal di pedalaman dengan keterbatasan akses.
Biasanya suku terasing merupakan komunitas suku yang tinggal di pedalaman
yang memiliki segala keterbatasan.
Masyarakat Hukum Adat adalah Warga Negara Indonesia yang
memiliki karakteristik khas, hidup berkelompok secara harmonis sesuai
hukum adatnya, memiliki ikatan pada asal usul leluhur dan atau kesamaan
tempat tinggal, terdapat hubungan yang kuat dengan tanah dan lingkungan
hidup, serta adanya sistem nilai yang menentukan pranata ekonomi, politik,
- 156 -
sosial, budaya, hukum dan memanfaatkan satu wilayah tertentu secara turun
temurun.
Rincian 1703.a: Keberadaan suku terasing/masyarakat hukum
Isikan kode ’1’ jika terdapat suku asing/masyarakat hukum di
desa/kelurahan ini, dan kode ’2’ jika sebaliknya.
Rincian 1703.b: Jumlah keluarga dan orang pada suku terasing/masyarakat
hukum
Jika terdapat komunitas suku terasing/masyarakat hukum di
desa/kelurahan ini, maka isikan jumlah keluarga dan orang dari komunitas
tersebut.
Rincian 1704: Jumlah lokasi permukiman khusus
Permukiman khusus yang perlu diketahui jumlah lokasinya meliputi:
1. Permukiman/perumahan mewah adalah kumpulan tempat tinggal yang
berada dalam suatu lokasi dimana tempat tinggal tersebut memiliki
kualitas bangunan sangat baik dengan lahan yang luas dan akses ke
perumahan memiliki tingkat pengamanan yang tinggi.
2. Apartemen adalah blok bangunan yang di dalamnya terbagi-bagi dalam
sejumlah ruang atau unit untuk tempat tinggal baik dimiliki atau untuk
disewakan.
3. Rumah Susun atau disingkat Rusun, bangunan dengan banyak tempat
tinggal seperti apartemen versi sederhana.
4. Pesantren dengan tempat menginap adalah sebuah pendidikan yang
para siswanya tinggal bersama dan belajar di bawah bimbingan guru,
mempunyai asrama untuk tempat menginap santri.
- 157 -
5. Kos-kosan merupakan tempat yang disediakan untuk memfasilitasi
pelajar, mahasiswa, dan pekerja umumnya untuk tinggal, dan dengan
proses pembayaran per bulan/per tahun.
6. Permukiman di pantai/laut adalah kumpulan tempat tinggal yang
berlokasi berbatasan dengan laut atau diatas air laut.
7. Asrama/barak militer adalah lokasi tempat tinggal atau bangunan yang
digunakan untuk tempat tinggal anggota militer.
8. Daerah perbatasan, terpencil atau remote area yang didiami penduduk
Penduduk yang tinggal di perbatasan (terluar, terpencil, remote area)
adalah penduduk yang tinggal berdekatan dengan perbatasan negara lain
atau penduduk yang tinggal di pulau yang berbatasan dengan negara
lain atau penduduk yang tinggal di wilayah yang sulit diakses secara
geografis.
9. Penjara adalah bangunan tempat mengurung orang hukuman; bui;
lembaga pemasyarakatan;
BLOK XVIII: CATATAN
Blok catatan ini digunakan untuk mencatat keterangan-keterangan yang
diperlukan untuk memperjelas isian Daftar PODES2018-DESA, misalnya, bila ada
pemekaran desa/kelurahan, maka asal-usul desa/kelurahan baru tersebut dicatat
secara rinci pada blok ini. Selain itu pada blok ini juga dilengkapi catatan sebagai
bahan monitoring progres SMS gateway yang disalin dari Blok I Rincian 101-107.
- 158 -
D A T A Mencerdaskan Bangsa
BADAN PUSAT STATISTIK Jl. dr. Sutomo No. 6‐8 Jakarta 10710, Kotak Pos 1003 Jakarta 10010 Telp. (021) 3841195, 3842508, 3810291‐4. Fax: (021) 3857046 Homepage: hppt://www.bps.go.id, Email: [email protected]