pneumothoraks abal

26
Kamis, 27 Desember 2012 LP & ASKEP PNEUMOTHORAX KONSEP DASAR PNEUMOTORAKS A. Anatomi Rongga Pleura 1. Terletak diantara paru dan dinding thoraks 2. Lapisan yang menyelimuti paru, terdiri atas 2 lapisan : a. Lapisan Parietalis : Menempel kuat pada dinding dada Fungsi : memproduksi cairan pleura b. Lapisan Viseralis : Menempel kuat pada jaringan paru Fungsi : mengabsorbsi cairan pleura B. Pengertian Pneumotoraks merupakan suatu keadaan terdapatnya udara didalam rongga pleura. Pneumotoraks terbagi menjadi beberapa jenis, yaitu pneumotoraks terbuka, pneumotoraks tertutup dan pneumotoraks ventil. 1. Pneumotoraks terbuka Pneumotoraks yang terjadi akibat adanya hubungan terbuka antara rongga pleura dan bronchus dengan lingkungan luar. Dalam keadaan ini, tekanan intra pleura sana dengan tekanan barometer (luar). Tekanan intrapleura disekitar nao (0) sesuai dengan gerakan pernapasan. Pada waktu inspirasi tekanannya negatif dan pada waktu ekspirasi tekanannya positif. 2. Pneumotoraks tertutup Rongga pleura tertutup dan tidak berhubungan dengan lingkungan luar. Udara yg dulunya ada di rongga pleura (tekanan positif)

Upload: jay-sanjaya-ilham

Post on 27-Sep-2015

20 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

pneumotoraks

TRANSCRIPT

Kamis, 27 Desember 2012

LP & ASKEP PNEUMOTHORAX

KONSEP DASAR PNEUMOTORAKS

A. Anatomi Rongga Pleura

1. Terletak diantara paru dan dinding thoraks

2. Lapisan yang menyelimuti paru, terdiri atas 2 lapisan :

a. Lapisan Parietalis :

Menempel kuat pada dinding dada

Fungsi : memproduksi cairan pleura

b. Lapisan Viseralis :

Menempel kuat pada jaringan paru

Fungsi : mengabsorbsi cairan pleura

B. Pengertian

Pneumotoraks merupakan suatu keadaan terdapatnya udara didalam rongga pleura. Pneumotoraks terbagi menjadi beberapa jenis, yaitu pneumotoraks terbuka, pneumotoraks tertutup dan pneumotoraks ventil.

1. Pneumotoraks terbuka

Pneumotoraks yang terjadi akibat adanya hubungan terbuka antara rongga pleura dan bronchus dengan lingkungan luar. Dalam keadaan ini, tekanan intra pleura sana dengan tekanan barometer (luar). Tekanan intrapleura disekitar nao (0) sesuai dengan gerakan pernapasan. Pada waktu inspirasi tekanannya negatif dan pada waktu ekspirasi tekanannya positif.

2. Pneumotoraks tertutup

Rongga pleura tertutup dan tidak berhubungan dengan lingkungan luar. Udara yg dulunya ada di rongga pleura (tekanan positif) karena direasorpsi dan tidak ada hubungannya lagi dengan dunia luar maka tekanan udara di rongga pleura menjadi negative. Tetapi paru belum bias berkembang penuh, sehingga masih ada rongga pleura yang tampak meskipun tekanannya sudah normal.

3. Pneumotoraks ventil

Ini merupakan pneumotoraks yang mempunyai tekanan positif berhubung adanya fistel di pleura viseralis yang bersifat ventil. Udara melalui bronchus terus kepercabangannya dan menuju kea rah pleura yang terbuka. Pada waktu inspirasi, udara masuk ke rongga pleura yang pada permulaannya masih negatif.

C. Penyebab

Pneumotorak terjadi karena adanya kebocoran dibagian paru yang berisi udara melalui robekan atau pecahnya pleura. Robekan ini berhubungan dengan bronchus. Pelebaran alveoli dan pecahnya septa-septa alveoli kemudian membentuk suatu bula yang disebut granulomatous fibrosisi. Granulomatous fibrosisi adalah salah satu penyebab tersering terjadinya pneumotoraks., karena bula tersebut berhubungan dengan adanya obstruksi empiema.

D. Patofisiologis

Saat inspirasi, tekanan intrapleura lebih negatif daripada tekanan intrabronkhial, sehingga paru akan berkembang mengikuti dinding thoraks dan udara dari luar yang tekanannya nol (0) akan masuk ke bronchus hingga sampai ke alveoli. Saat ekspirasi, dinding dada menekan rongga dada sehingga tekanan intrapleura akan lebih tinggi dari tekanan di alveolus maupun di bronchus, sehingga udara ditekan keluar malalui bronchus. Tekanan intrabronkhial meningkat apabila ada tahanan jalan napas. Tekanan intrabronkhial akan lebih meningkat lagi pada waktu batuk, bersin dan mengejan, karena pada keadaan ini epiglitis tertutup. Apabila di bagian perifer dari bronchus atau alveolus ada bagian yang lemah, bronchus atau alveolus itu akan pecah dan robek.

Pada waktu ekspirasi, udara yang masuk ke dalam rongga pleura tidak mau keluar melalui lubang yang terbuka sebelumnya, bahkan udara ekspirasi yang mestinya dihembuskan keluar dapat masuk ke dalam rongga pleura. Apabila ada obstruksi di bronchus bagian proximal dari fistel tersebut akan membuat tekanan pleura semakin lama semakin meningkat sehubungan dengan berulangnya pernapasan. Udara masuk ke rongga pleura saat ekspirasi terjadi karena udara ekspirasi mempunyai tekanan lebih tinggi dari rongga pleura, terlebih jika klien batuk, tekanan udara di bronchus akan lebih kuat dari ekspirasi biasa.

Secara singkat proses terjadinya pneumotoraks adalah sebagai berikut:

1. Alveoli disangga oleh kapiler yang lemah dan mudah robek dan udara masuk kearah jaringan peribronkhovaskular. Apabila alveoli itu melebar, tekanan dalam alveoli akan meningkat.

2. Apabila gerakan napas kuat, infeksi dan obstruksi endobronkhial adalah faktor presipitasi yang memudahkan terjadinya robekan

3. Selanjutnya udara yang terbebas dari alveoli dapat menggoyahkan jaringan fibrosis di peribronkhovaskular ke arah hilus, masuk mediastinum, dan menyebabkan pneumotoraks.

E. Tanda dan gejala

Pneumo

toraks

Tanda dan gejala

Intervensi

Tertutup

Pneumotoraks yang kecil atau terjadi lambat, tidak menimbulkan gejala

Observasi, rawat jalan

Pneumotoraks yang luas dan cepat menimbulkan:

Nyeri tajam saat ekspirasi

Peningkatan frekuensi napas

Produksi keringat berlebihan

Penurunan tekanan darah

Takikardi

Inspeksi dan palpasi: penurunan sampai hilangnya pergerakan dada pada sisi yang sakit

Perkusi: hiperresonan pada sisi yang sakit

Auskultasi: penurunan sampai hilangnya suara napas pada sisi yang sakit

Kolaborasi dengan tim medis:

Pemberian oksigen

Tindakan kontraventil dengan aspirasi udara dari rongga pleura

Pemasangan WSD

Spontan

Napas pendek dan timbul secara tiba-tiba tanpa ada trauma dari luar paru

Apabila penatalaksanaan dengan WSD gagal, dipertimbangkan untuk dilakukan reseksi paru

Tension

Inspeksi: sesak napas berat, penurunan sampai hilangnya pergerakan dada pada sisi yang sakit

Palpasi: pendorongan trakea dari garis tengah menjauhi sisi yang sakit dan distensi vena jugularis

Auskultasi: penurunan sampai hilangnya suara napas pada sisi yang sakit

Tindakan kontraventil

Penutupan luka yang terbuka

Pemasangan WSD

Terbuka

Inspeksi: sesak napas berat, terlihat adanya luka terbuka dan suara mengisap ditempat luka saat ekspirasi

Palpasi: pendorongan trakea dari garis tengah menjauhi sisi yang sakit

Perkusi: hiperresonan pada sisi yang sakit

Auskultasi: penurunan sampai hilangnya suara napas pada sisi yang sakit

Tindakan kontraventil

Penutupan luka yang terbuka

Pemasangan WSD

F. Pemerikasaan Diagnostik

Pemeriksaan Radiologi

Gambaran radiologis pneumotoraks akan tampak hitam, rata, dan paru yang kolaps akan tampak garis yang merupakan tepi paru. Kadang paru yang kolaps tidak membentuk garis, tetapi berbentuk lobuler yang sesuai dengan lobus paru. Adakalanya paru yang mengalami kolaps tersebut hanya tampak seperti massa yang berada di daerah hilus. Keadaan ini menunjukkan kolaps paru yang luas sekali. Besarnya kolaps paru tidak selalu berkaitan dengan berat ringan sesak napas yang dikeluhkan.

Perlu diamati ada tidaknya pendorongan. Apabila ada pendorongan jantung atau trakhea ke arah paru yang sehat, kemungkinan besar telah terjadi pneumotoraks ventil dengan tekanan intrapleura yang tinggi.

G. Penatalaksanaan Medis

Penatalaksanaan pneumotoraks tergantung pada jenis pneumotoraks yang dialami, derajat kolaps, berat ringannya gejala, penyakit dasar dan penyulit yang terjadi saat pelaksanaan pengobatan yang meliputi :

1. Tindakan dekompresi

Membuat hubungan antara rongga pleura dengan lingkungan luar dengan cara:

a. Menusukkan jarum melalui dinding dada hingga masuk ke rongga pleura, dengan demikian tekanan udara yang positif di rongga pleura akan berubah menjadi negatif. Hal ini disebabkan karena udara keluar melalui jarum tersebut. Cara lainnya adalah melakukan penusukkan jarum ke rongga pleura melalui tranfusion set.

b. Membuat hubungan dengan udara luar melalui kontraventil :

Menggunakan pipa Water Sealed Drainage (WSD).

Pipa khusus (kateter thoraks) steril, dimasukkan ke rongga pleura dengan perantara trokar atau dengan bantuan klem penjepit (pen) pemasukan pipa plastic (kateter thoraks) dapat juga dilakukan melalui celah yang telah dibuat dengan bantuan insisi kulit dari sela iga ke-4 pada garis axial tengah atau garis axial belakang. Selain itu, dapat pula melalui sela iga ke-2 dari garis klavikula tengah. Selanjutnya, ujung selang plastik di dada dan pipa kaca WSD dihubungkan melelui pipa plastik lainnya. Posisi ujung pipa kaca yang berada di botol sebaiknya berada 2 cm di bawah permukaan air supaya gelembung udara dapat dengan mudah keluar melalui perbedaan tekanan tersebut.

Pengisapan kontinu (continous suction).

Pengisapan dilakukan secara kontinu apabila tekanan intrapleura tetap positif. Pengisapan ini dilakukan dengan cara memberi tekanan negatif sebesar 10-20 cm H2O. Tujuannya adalah agar paru cepat mengembang dan segera terjadi perlekatan antara pleura viseralis dan pleura parietalis.

Pencabutan drain

Apabila paru telah mengembang maksimal dan tekana intrapleura sudah negatif kembali, drain dapat dicabut. Sebelum dicabut, drain ditutup dengan cara dijepit atau ditekuk selama 24 jam. Apabila paru tetap mengembang penuh, drain dapat dicabut.

c. Tindakan bedah

Pembukaan dinding thoraks dengan cara operasi, maka dapat dicari lubang yang menyebabkan terjadinya pneumothoraks, lalu lubang tersebut dijahit,

d. Pada pembedahan, jika dijumpai adanya penebalan pleura yang menyebabkan paru tidak dapat mengembang, maka dapat dilakukan pengelupasan atau dekortikasi.

Pembedahan paru kembali bila ada bagian paru yang mengalami robekan atau bila ada fistel dari paru yang rusak, sehingga paru tersebut tidak berfungsi dan tidak dapat dipertahankan kembali.

2. Penatalaksanaan Tambahan

a. Apabila terdapat proses lain di paru, pengobatan tambahan ditujukan terhadap penyebabnya, yaitu:

Terhadap proses TB paru, diberi OAT

Untuk mencegah obstipasi dan memperlancar dekekasi, penderita dibei obat laksatif ringan, dengan tujuan agar saat defekasi, penderita tidak perlu mengejan terlalu keras.

b. Istirahat total

Klien dilarang melakukan kerja keras (mengangkat barang), batuk, bersin terlalu keras dan mengejan.

H. Pengkajian Keperawatan

1. Anamnesis

a. Identitas klien

b. Keluhan utama

Sesak napas, nyeri disisi dada yang sakit

c. RPS

Keluhan sesak napas sering kali datang mendadak dan semakin lama semakin berat. Nyeri da dirasakan pada sisi yang sakit, rasa berat, tertekan dan terasa lebih nyeri pada gerakan pernapasan.

Perlu dikaji apakah ada riwayat trauma tajam/tumpul yang mengenai rongga dada (tertembus peluru, tertusuk benda tajam, KLL, dll)

d. RPD

Apakah klien pernah menderita TB paru dimana sering terjadi pada pneumotoraks spontan.

e. RPK

Apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit yang mungkin menyebabkan pneumotoraks seperti kanker paru, asma, TB paru, dll.

f. Psikososial

Meliputi perasaan klien terhadap penyakitnya, bagaimana cara mengatasinya serta bagaimana prilaku klien pada tindakan yang akan dilakukan terhadap dirinya.

2. Pemeriksaan Fisik

a. B1 (Breathing)

Inspeksi

Peningkatan usaha dan frekuensi pernapasan serta penggunaan otot bantu pernapasan. Gerakan pernapasan ekspansi dada yang asimetris (pergerakan dada tertinggal pada sisi yang sakit), iga melebar, rongga dada asimetris (lebih cembung disisi yang sakit). Pengkajian batuk yang produktif dengan sputum yang purulen. Trakhea dan jantung terdorong ke sisi yang sehat.

Palpasi

Taktil fremitus menurun disisi yang sakit. Disamping itu, pada palpasi juga ditemukan pergerakan dinding dada yang tertinggal pada dada yang sakit. Pada sisi yang sakit, ruang antar iga bisa saja normal atau melebar.

Perkusi

Suara ketuk pada sisi yang sakit hipersonor sampai timpani. Batas jantung terdorong ke arah thoraks yang sehat apabila tekanan intrapleura tinggi.

Auskultasi

Suara napas menurun sampai menghilang pada sisi yang sakit.

b. B2 (Blood)

Perawat perlu memonitor dampak pneumothoraks pada status kardiovaskular yang meliputi keadaan hemodinamik seperti nadi, tekanan darah dan pengisian kapiler/CRT.

c. B3 (Brain)

Pada inspeksi, tingkat kesadaran perlu dikaji. Selain itu, diperlukan juga pemeriksaan GCS, apakah compos mentis, samnolen atau koma.

d. B4 (Bladder)

Pengukuran volume output urine berhubungan dengan intake cairan. Perawat perlu memonitor adanya oliguri yang merupakan tanda awal dari syok.

e. B5 (Bowel)

Akibat sesak napas, klien biasanya mengalami mual dan muntah, penurunan nafsu makan dan penurunan berat badan.

f. B6 (Bone)

Pada trauma di rusuk dada, sering didapatkan adanya kerusakan otot dan jaringan lunak dada sehingga meningkatkan risiko infeksi. Klien sering dijumpai mengalami gangguan dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari disebabkan adanya sesak napas, kelemahan dan keletihan fisik secara umum.

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN TN.S DENGAN PNEUMOTORAKS DEXTRA

DI RUANG DAHLIA RSUD ULIN BANJARMASIN

A. Identitas Pasien : nama , umur, alamat, dst.....tgl MRS, tgl pengkajian, dx.medis.......

B. Riwayat Penyakit

1. Keluhan utama

Sesak napas, bernapas terasa berat dan susah untuk melakukan pernapasan.

2. Riwayat penyakit sekarang

Tiga jam yang lalu klien mendadak mengeluh sesak napas dan semakin lama semakin berat, disertai nyeri dada seperti tertusuk pada sisi dada sebelah kanan, rasa berat, tertekan dan terasa lebih nyeri pada gerakan pernapasan. Tidak ada riwayat trauma yang mengenai rongga dada seperti tertembus peluru, ledakan, trauma tumpul dada akibat kecelakaan lalu lintas maupun tusukan benda tajam langsung menembus pleura. Karena keluhan sesak napas dirasakan semakin berat, klien dibawa keluarga ke IRD RSUD Ulin Banjarmasin, disarankan rawat inap untuk dilakukan tindakan pemasangan selang WSD. Klien masuk Ruang Dahlia pada jam 09.00 Wita.

3. Riwayat penyakit dahulu

Setahun yang lalu klien pernah menderita penyakit TB Paru, sudah menjalani pengobatan OAT selama enam bulan

4. Riwayat penyakit keluarga

Tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama dengan klien baik pneumotoraks ataupun TB paru

5. Riwayat kebiasaan sehari-hari

Sehari-harinya klien bekerja sebagai tukang kayu/membuat rumah. Klien juga seorang perokok, menghabiskan minimal satu bungkus rokok kretek/hari

C. Pemeriksaan Fisik

Keadaan umum

Tampak sakit berat dan sesak napas, KU sangat lemah, kesadaran Compos Mentis, GCS 456, TB 155 cm, BB 50 kg.

TTV : TD 110/70 mmHg, RR 32 x/mnt, N 92 x/mnt, T 36 C

Dada dan pernapasan

b. Inspeksi

Klien tampak sesak napas, keringat dingin, wajah tampak pucat, nyeri dada saat bernapas dan gelisah

Bentuk dada kanan lebih cembung

Gerakan pernapasan dada kanan tertinggal

Penggunaan otot bantu napas tambahan

Pola napas cepat dan dangkal

c. Palpasi

Taktil fremitus getaran menurun di dada kanan

d. Perkusi

Hipersonor di dada kanan

e. Auskultasi

Suara napas menghilang di dada kanan

D. Pola Pemenuhan Kebutuhan (nutrisi, eliminasi, tidur & istirahat, aktifitas & latihan, personal hygiene)

E. Prosedur Diagnostik

1. Laboratorium

2. Radiologi

Foto thoraks AP-Lat tanggal 18-4-2011: gambaran pneumotoraks kanan, paru kolaps

Foto thoraks AP-Lat tanggal 19-4-2011: ujung selang di IC 4-5

Foto thoraks AP-Lat tanggal 22-4-2011: ujung selang di IC 4-5. tak tampak pneumotoraks, paru ekspansi

F. Pengobatan

IVFD RL 20 tpm

Rimstar 2 x 2 tab

Codein 10 mg tab 0-1-1

Hepa Q 2 x 1 tab

Oksigen 2 lpm

Ranitidin 2 x 1 amp IV

Tramadol 2 x 1 mg drip

Ceftriaxone 2 x 1 gr IV

Data post pemasangan WSD

Terpasang selang WSD di IC 4-5 mid axila kanan

Adanya luka 1 cm dengan jahitan matras mengelilingi selang WSD

Selang WSD disambung dengan selang penghubung ke botol WSD

Undulasi Positif

Tampak gelembung udara keluar dari ujung selang dalam botol WSD saat ekspirasi dan batuk

Tak ada tanda krepitasi pada kulit disekitar selang WSD

J. Analisa data

No

Data

Etiologi

Masalah

1

DS:

Klien mengeluh sesak napas, bernapas terasa berat, susah untuk melakukan pernapasan dan nyeri dada kanan saat bernapas

DO:

Klien tampak sesak napas, keringat dingin, nyeri dada kanan saat bernapas dan gelisah

Bentuk dada kanan lebih cembung

Gerakan pernapasan dada kanan tertinggal

Penggunaan otot bantu napas tambahan

Pola napas cepat dan dangkal

TTV : TD 110/70 mmHg, RR 32 x/mnt, N 92 x/mnt, T 36 C

Palpasi:getaran menurun di dada kanan

Perkusi: hipersonor di dada kanan

Auskultasi: suara napas menghilang di dada kanan

Radiologi:foto thorax kolaps pada paru kanan

Penurunan ekspansi paru sekunder terhadap peningkatan tekanan di dalam rongga pleura; pneumothorax

Pola napas tidak efektif

2

DS: -Px mengatakan terpasang selang di dada kanan

DO:

Adanya luka 1 cm dengan jahitan mengelilingi selang WSD

Terpasang selang WSD di IC 4-5 dihubungkan dengan selang penyambung ke botol WSD

Tindakan invasif sekunder pemasangan selang WSD

Risti infeksi dan trauma pernapasan

K. Prioritas Masalah

a. Pola napas tidak efektif b/d penurunan ekspansi paru sekunder terhadap peningkatan tekanan di dalam rongga pleura; pneumothorax

b. Risti infeksi dan trauma pernapasan b/d tindakan invasif sekunder pemasangan selang WSD

L. Rencana intervensi

No

Hari / tgl

Diagnosa Keperawatan

Tujuan

Intervensi

1

Senin

18-4-11

09.30

Pola napas tidak efektif b/d penurunan ekspansi paru sekunder terhadap peningkatan tekanan di dalam rongga pleura; pneumotoraks, ditandai dengan :

DS:

Klien mengeluh sesak napas, bernapas terasa berat, susah untuk melakukan pernapasan dan nyeri dada kanan saat bernapas

DO:

Klien tampak sesak napas, keringat dingin, nyeri dada kanan saat bernapas dan gelisah

Bentuk dada kanan lebih cembung

Gerakan pernapasan dada kanan tertinggal

Penggunaan otot bantu napas tambahan

Pola napas cepat dan dangkal

TTV : TD 110/70 mmHg, RR 32 x/mnt, N 92 x/mnt, T 36 C

Palpasi:getaran menurun disisi paru yang sakit

Perkusi: hipersonor disisi paru yang sakit

Auskultasi: suara napas menghilang disisi paru yang sakit

Radiologi:foto thorax gambaran pneumotoraks kanan, paru kolaps

Dalam waktu ... x 24 jam setelah diberikan intervensi pola napas kembali efektif dengan kreteria evaluasi:

Keluhan sesak napas berkurang, ringan, tidak nyeri saat melakukan pernapasan

Tak tampak sesak napas dan nyeri saat melakukan pernapasan

Bentuk dada simetris

Gerakan dada saat bernapas simetris

Tidak menggunakan otot bantu pernapasan

Pola napas normal

TTV dbn

Palpasi getaran simetris

Perkusi sonor simetris

Auskultasi vesikuler simetris

Radiologi: Paru yang kolaps sudah ekspansi

1. Identifikasi faktor penyebab kolaps: trauma, infeksi komplikasi mekanik pernapasan.

2. Kaji kualitas, frekuensi dan kedalaman napas, laporkan setiap perubahan yang terjadi

3. Baringkan klien dalam posisi yang nyaman, atau dalam posisi duduk

4. Observasi TTV

5. Lakukan IPPA tiap 1-2 jam

6. Memberikan oksigen tambahan nasal kanule 2 lpm

7. Kolaborasi untuk tindakan dekompresi dengan pemasangan selang WSD

2

Senin

18-4-11

11.00

Risti infeksi dan trauma pernapasan b/d tindakan invasif sekunder pemasangan selang WSD ditandai dengan:

DS:

Px mengatakan terpasang selang didada kanan

DO:

Adanya luka 1 cm dengan jahitan mengelilingi selang WSD

Terpasang selang WSD di IC 3-4 dihubungkan dengan selang penyambung ke botol WSD

Dalam waktu ... x 24 jam setelah diberikan intervensi risti infeksi dan trauma pernapasan tidak terjadi dengan kreteria evaluasi :

Tidak ada tanda-tanda infeksi pada luka

TTV dalam batas normal

Tidak ada pus didalam selang

Kepatenan sistem drainage WSD dalam kondisi baik

Luka sembuh tanpa komplikasi

1. Kaji kualitas, frekuensi dan kedalaman napas, laporkan setiap perubahan yang terjadi

2. Observasi tanda-tanda infeksi pada luka, TTV, keluhan sesak napas dan nyeri saat bernapas

3. Anjurkan klien untuk memegang selang bila ingin merubah posisi

4. Jaga personal hygiene, alat tenun dan lingkungan

5. Berikan asupan nutrisi yang adekuat

6. Lakukan perawatan WSD setiap hari

7. Pantau kepatenan sistem drainage setiap hari

8. Kolaborasi medis untuk pemberian obat antibiotika

M. Implementasi Keperawatan

No

Hari / tgl

Dx

Implementasi

1

Senin

18-4-11

10.30

I

1. Mengidentifikasi faktor penyebab kolaps: trauma, keganasan, infeksi komplikasi mekanik pernapasan.

2. Mengkaji kualitas, frekuensi dan kedalaman napas, laporkan setiap perubahan yang terjadi

3. Membaringkan klien dalam posisi yang nyaman, atau dalam posisi duduk

4. Mengukur TTV tiap..... jam

5. Melakukan IPPA tiap ..... jam

6. Memberikan oksigen tambahan nasal kanule 2 lpm

7. Asistensi dalam pelaksanaan tindakan dekompresi pemasangan selang WSD (persiapan alat, pasien, ruang tindakan, membantu pelaksanaan dan evaluasi post pemasangan WSD)

4

Senin

18-4-11

11.00

IV

1. Mengkaji kualitas, frekuensi dan kedalaman napas, laporkan setiap perubahan yang terjadi

2. Mengobservasi keluhan sesak napas dan nyeri dada saat bernapas

3. Menganjurkan klien untuk memegang selang bila ingin merubah posisi

4. Menjaga personal hygiene, alat tenun dan lingkungan

5. Memberikan diet TKTP

6. Melakukan perawatan WSD setiap hari dengan teknik aseptik dan steril

7. Memantau kepatenan sistem drainage setiap hari:

Memperhatikan undulasi pada selang WSD

Meletakkan botol WSD selalu lebih rendah dari tubuh

Mempertahankan agar ujung selang dalam botol WSD agar selalu berada 2 cm dibawah air

. Membersihkan/cuci botol bila terlihat kotor

8. Memberikan obat antibiotika dan OAT sesuai program:

Inj Ceftriaxone 2 x 1 gr IV

Rimstar 2 x 2 tab oral

N. Catatan Perkembangan

No

Hari / tgl

Dx

Perkembangan

1

Selasa

19-4-11

08.30

I

S:

Klien mengatakan keluhan sesak napas dan nyeri dada kanan saat bernapas sudah berkurang, bernapas agak ringan

O:

Tampak sesak napas dan nyeri saat bernapas sudah berkurang, bernapas agak ringan

Terpasang selang WSD di IC 4-5 midline axila kanan disambung dengan selang penghubung ke botol WSD

Tampak undulasi pada selang

Tampak gelembung udara keluar melalui ujung selang didalam botol WSD saat ekspirasi dan batuk

Kecembungan dada kanan mulai berkurang

Sudah mulai terlihat pergerakan dada kanan saat bernapas

Tidak menggunakan otot bantu napas tambahan

Tidak menggunakan oksigen tambahan

Pola napas mulai teratur

TTV : TD 110/70 mmHg, RR 28 x/mnt, N 88 x/mnt, T 36 C

Palpasi: teraba getaran disisi paru kanan

Perkusi: hipersonor diparu kanan sudah berkurang

Auskultasi: sudah terdengar suara napas di paru kanan

Klien tampak lebih tenang/rileks

A: Masalah pola napas tidak efektif teratasi sebagian

P: Lanjutkan intervensi no; 2,3,4,5

Cek foto thoraks AP-Lat posisi tegak

Pantau kepatenan sistem drainage

Observasi pengembangan paru

K/P pasang suction continous

2

Selasa

19-4-11

08.30

II

S: Px mengatakan terpasang selang didada kanan

O:

Luka bersih ditutup kasa steril

TTV : TD 110/70 mmHg, RR 28 x/mnt, N 88 x/mnt, T 36 C

Tidak ada krepitasi disekitar selang

Undulasi positif

Botol WSD lebih rendah dari tubuh

Ujung selang dalam botol WSD berada 2 cm dibawah batas air

A: Masalah risti infeksi dan trauma pernapasan tidak terjadi

P: Lanjutkan intervensi No: 1,2,3,4,5,6,7

Observasi tanda-tanda infeksi pada luka

Lakukan perawatan WSD setiap hari

K/P mencuci botol dan ganti cairan dalam botol bila terlihat keruh

3

Rabu

20-4-11

08.30

I

S:

Klien mengatakan keluhan sesak napas dan nyeri dada kanan saat bernapas sudah berkurang, bernapas agak ringan

O:

Klien tampak lebih tenang/rileks

Tampak sesak napas dan nyeri saat bernapas sudah berkurang, bernapas agak ringan

Terpasang selang WSD di IC 4-5 midline axila kanan disambung dengan selang penghubung ke botol suction continous

Tampak undulasi pada selang

Tampak gelembung udara keluar melalui ujung selang didalam botol WSD saat batuk

Kecembungan dada kanan mulai berkurang

Sudah mulai terlihat pergerakan dada kanan saat bernapas

Pola napas mulai teratur

TTV : TD 120/70 mmHg, RR 24 x/mnt, N 84 x/mnt, T 36 C

Palpasi: teraba getaran disisi paru kanan

Perkusi: hipersonor diparu kanan sudah berkurang

Auskultasi: sudah terdengar suara napas di paru kanan

Terpasang suction continous dengan tekanan 20 mmHg

Foto thoraks: ujung selang di IC 4-5 kanan

A: Masalah pola napas tidak efektif teratasi sebagian

P: Lanjutkan intervensi no; 2,3,4,5,6,7

Ajarkan latihan meniup

4

Rabu

20-4-11

09.00

II

S: Px mengatakan terpasang selang didada kanan

O:

Tidak ada tanda trauma pernapasan dan tanda-tanda infeksi pada luka, luka bersih ditutup kasa steril

Tidak ada pus didalam selang

Tidak ada krepitasi disekitar selang

Undulasi positif

Kepatenan sistem drainage WSD dalam kondisi baik

TTV : TD 120/70 mmHg, RR 24 x/mnt, N 84 x/mnt, T 36 C

A: Masalah risti infeksi dan trauma pernapasan tidak terjadi

P: Lanjutkan intervensi No: 1,2,3,4,5,6,7,8,9,10

5

Kamis

21-4-11

08.30

I

S:

Klien mengatakan tidak ada keluhan sesak napas dan nyeri dada kanan saat bernapas, bernapas ringan

O:

Klien terlihat tenang/rileks, tak tampak sesak napas

TTV : TD 120/70 mmHg, RR 24 x/mnt, N 84 x/mnt, T 36 C

Terpasang selang WSD di IC 4-5 midline axila kanan disambung dengan selang penghubung ke botol suction continous

Terpasang suction continous dengan tekanan 20 mmHg

Undulasi positif

Tampak gelembung udara keluar melalui ujung selang didalam botol WSD saat batuk

Bentuk dada simetris

Pergerakan dada simetris saat bernapas

Palpasi: teraba getaran disisi paru kanan

Perkusi: sonor diparu kanan

Auskultasi: terdengar suara napas di paru kanan

A: Masalah pola napas tidak efektif teratasi sebagian

P: Lanjutkan intervensi no; 1,2,3,4,5,6,7,8

6

Kamis

21-4-11

09.00

II

S: Px mengatakan terpasang selang didada kanan

O:

Tidak ada trauma pernapasan dan tanda-tanda infeksi pada luka, luka bersih ditutup kasa steril

Selang WSD diklem

TTV : TD 120/70 mmHg, RR 24 x/mnt, N 84 x/mnt, T 36 C

A: Masalah risti infeksi dan trauma pernapasan tidak terjadi

P: Lanjutkan intervensi No: 1,2,3,4,5,6,7,8

7

Jum'at

21-4-11

08.30

I

S:

Klien mengatakan tidak ada keluhan sesak napas dan nyeri dada kanan saat bernapas, bernapas ringan

O:

Klien terlihat tenang/rileks, tak tampak sesak napas

TTV : TD 120/70 mmHg, RR 22 x/mnt, N 84 x/mnt, T 36 C

Terpasang selang WSD di IC 4-5 midline axila kanan disambung dengan selang penghubung ke botol WSD

Terpasang suction continous dengan tekanan 20 mmHg

Undulasi positif

Tampak gelembung udara keluar melalui ujung selang didalam botol WSD saat batuk minimal

Bentuk dada simetris

Pergerakan dada simetris saat bernapas

Palpasi: teraba getaran disisi paru kanan

Perkusi: sonor diparu kanan

Auskultasi: terdengar suara napas di paru kanan

A: Masalah pola napas tidak efektif teratasi sebagian

P: Lanjutkan intervensi no; 1,2,3,4,6

Klem WSD selama 24 jam

Observasi keluhan sesak napas selama selang diklem, buka klem bila sesak napas

Cek foto thorakx AP-Lat

8

Jumat

22-4-11

09.00

II

S: Px mengatakan terpasang selang didada kanan

O:

Tidak ada trauma pernapasan dan tanda-tanda infeksi pada luka, luka bersih ditutup kasa steril

Selang WSD di off

TTV : TD 120/70 mmHg, RR 20 x/mnt, N 80 x/mnt, T 36 C

A: Masalah risti infeksi dan trauma pernapasan tidak terjadi

P: Lanjutkan intervensi No: 1,2,3,4,7,8

9

Sabtu

23-4-11

08.30

I

S:

Klien mengatakan tidak ada keluhan sesak napas selama 24 jam

O:

Klien terlihat tenang/rileks, tak tampak sesak napas

TTV : TD 120/70 mmHg, RR 20 x/mnt, N 80 x/mnt, T 36 C

WSD di IC 4-5 midline axila kanan diklem

Bentuk dada simetris

Pergerakan dada simetris saat bernapas

Palpasi: teraba getaran disisi paru kanan

Perkusi: sonor diparu kanan

Auskultasi: terdengar suara napas di paru kanan

Foto thoraks: paru yang kolaps mengembang

A: Masalah pola napas tidak efektif teratasi

P: Lanjutkan intervensi

Kolaborasi medis untuk tindakan off WSD

Observasi keluhan sesak napas, nyeri dada saat pernapasan selama 24 jam setelah WSD di off

Observasi ekspansi paru

Observasi TTV

10

Sabtu

23-4-11

09.00

II

S: Px mengatakan selang didada kanan sudah dilepas

O:

Tidak ada trauma pernapasan dan tanda-tanda infeksi pada luka, luka bersih ditutup kasa steril

TTV : TD 120/70 mmHg, RR 20 x/mnt, N 80 x/mnt, T 36 C

A: Masalah risti infeksi dan trauma pernapasan tidak terjadi

P: Hentikan intervensi

Kolaborasi medis pemberian obat antibiotika oral

Dischard Planning :

Penkes perawatan luka dan jahitan di rumah, pola hidup sehat

Anjurkan off jahitan hari Senin tanggal 2-5-2011 ke puskesmas/RS

Anjurkan kontrol ke puskesmas/RS bila ada keluhan

11

Minggu

24-4-11

08.30

I

S:

Klien mengatakan tidak ada keluhan sesak napas

O:

Klien terlihat tenang/rileks, tak tampak sesak napas

TTV : TD 120/70 mmHg, RR 20 x/mnt, N 80 x/mnt, T 36 C

Bentuk dada simetris

Pergerakan dada simetris saat bernapas

Palpasi: teraba getaran disisi paru kanan

Perkusi: sonor diparu kanan

Auskultasi: terdengar suara napas di paru kanan

WSD sudah di off

A: Masalah pola napas tidak efektif teratasi

P: Dischard Planning :

Penkes perawatan luka dan jahitan di rumah

Anjurkan off jahitan hari Sabtu tanggal 15-5-2011 ke puskesmas/RS

Anjurkan kontrol ke puskesmas/RS bila ada keluhan

Siapkan klien pulang

Diposkan oleh UZANXESTA di 08.44

Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest

Reaksi:

Tidak ada komentar:

Poskan Komentar

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda

Langganan: Poskan Komentar (Atom)

Cari Blog Ini

Top of Form

Bottom of Form