plagiat merupakan tindakan tidak terpuji … · program studi psikologi oleh : lisna indrawati nim...
TRANSCRIPT
HUBUNGAN ANTARA KETRAMPILAN KOMUNIKASI
INTERPERSONAL PERAWAT DENGAN PASIEN DAN STRES KERJA
PERAWAT
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi
Oleh :
Lisna Indrawati NIM : 029114141
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
2007
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
HUBUNGAN ANTARA KETRAMPILAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL
PERAWAT DENGAN PASIEN DAN STRES KERJA PERAWAT
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi
Oleh :
Lisna Indrawati NIM : 029114141
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
2007
i
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Take time to think
It is the source of power
Take time to play
It is the secret to staying young
Take time to be quiet
It is the opportunity to seek God
Take time to lought
It is the music of the soul
Take time to pray
It is the greates power on earth
( Ecclesiates 3:1)
Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi
kekuatan kepadaku.
( Filipi 4:13 )
iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Dengan segala kerendahan hati, kupersembahkan karyaku ini kepada....
The One and The Only
My Jesus Chirts
Mbah Kakung dan Mbah Putri
Pawiro Dinomo dan Karni ....yang telah mengukir jiwaku, menjaga ragaku dan mendidikku dengan kasih
sayang yang tulus...
Bapak dan Ibu
Andri Andoyo dan Lanjarwati ....doamu selalu mengalir bagaikan sungai yang tak pernah kering menyertai
setiap langkah hidupku..
Adik – Adikku Terkasih
Mandra dan Enggar ...atas kasih sayang dan senyum tawa yang selalu membuatku kembali
tersenyum...
Kekasihku Tercinta
Marianus Trias Manda Guna ....you showed that you care when I was really down….you never turn away.
Thanks to be my everything…..
v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRAK
HUBUNGAN ANTARA KETRAMPILAN KOMUNIKASI
INTERPERSONAL PERAWAT DENGAN PASIEN DAN STRES KERJA PERAWAT
Lisna Indrawati Universitas Sanata Dharma
2007
Penelitian ini bertujuan untuk menguji signifikansi hubungan yang negatif antara ketrampilan komunikasi interpersonal perawat dengan pasien dan stres kerja perawat di rumah sakit umum. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada hubungan negatif yang signifikan antara ketrampilan komunikasi interpersonal perawat dengan pasien dan stres kerja perawat. Subjek penelitian adalah perawat di RSU Palang Biru Kutoarjo dan perawat RSUD Saras Husada Purworejo. Jumlah subjek dalam penelitian ini adalah 60 perawat. Pengumpulan data dilakukan melalui penyebaran skala ketrampilan komunikasi interpersonal perawat dengan pasien dan skala stres kerja perawat. Koefisien reliabilitas dari skala ketrampilan komunikasi interpersonal perawat dengan pasien sebesar 0,956 dan koefisien reliabilitas skala stres kerja perawat sebesar 0,930. Untuk mengetahui hubungan antara ketrampilan komunikasi interpersonal perawat dengan pasien dan stres kerja perawat digunakan teknik koefisien korelasi product momen Pearson. Koefisien korelasi (r) yang diperoleh dalam penelitian ini adalah sebesar -0.416 dengan taraf signifikansi (p) 0,000. Hal ini berarti ada hubungan negatif yang sangat signifikan antara ketrampilan komunikasi interpersonal perawat dan stres kerja perawat. Maka semakin tinggi ketrampilan komunikasi interpersonal perawat semakin rendah stres kerja perawat.
vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRACT
CORRELATION BETWEEN NURSE WITH PATIENT
INTERPERSONAL COMMUNICATION SKILL AND NURSE WORK STRESS
Lisna Indrawati Sanata Dharma University
2007
The aim of this research is to test the negative significant correlation between nurse with patient interpersonal communication skill and nurse work stress at hospital. The Hypotheses of the research is there is a negative significant correlation between nurse with patient interpersonal communication skill and nurse work stress. The research subjects are nurses at Palang Biru Kutoarjo Hospital and nurses at Saras Husada Purworejo Hospital. There are 60 nurses subject in this research. Scale of nurse with patient interpersonal communication skill and scale of nurse work stress are use to collects the data. The reliability coefficient from scale of nurse with patient interpersonal communication skill is 0,956 and reliability coefficient from scale of nurse work stress is 0,930.
To know the correlation between nurse with patient interpersonal communication skill and nurse work stress, the collected data are analyzed using Pearson product moment technique. The result of this research show a high significant and negative correlation between nurse with patient interpersonal communication skill and nurse work stress (r = -0.416, p < 0,000). The higher nurse interpersonal communications skill get, the lower nurse work stress will get.
viii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji syukur kepada Bapa di Surga dan Tuhan Yesus
Kristus putra tunggalNya, karena kasih karuniaNya penulis dapat menyelesaikan
penulisan skripsi dengan judul ” Hubungan Antara Ketrampilan Komunikasi
Interpersonal Perawat Dan Stres Kerja Perawat”. Skripsi ini disusun guna
memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Psikologi di Fakultas
Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Terselesaikannya skripsi ini tidak lepas dari dukungan dan bantuan dari
banyak pihak. Maka pada kesempatan ini, dengan segala kerendahan hati penulis
mengucapkan terima kasih yang sedalam – dalamnya kepada :
1. Bapak P. Eddy Suhartanto, S.Psi., M.Si selaku Dekan Fakultas Psikologi, atas
segala bantuan dan dukungan selama penulis menjalani kuliah.
2. Ibu Agnes Endar Etikawati., S.Psi.,M.Si.,Psi selaku dosen pembimbing skripsi
yang telah membimbing, mendukung dan memberikan dorongan bagi penulis
dalam menyusun dan akhirnya menyelesaikan skipsi ini
3. Bapak Drs. H. Wahyudi, M.Si. selaku dosen penguji skripsi yang telah banyak
memberikan masukan bagi penulis untuk memyempurnakan penyusunan
skripsi.
4. Bapak C. Wijoyo Adinugroho, S.Psi. selaku dosen penguji skripsi yang telah
memberikan saran – saran yang sangat berarti bagi penulis dalam
menyelesaikan skripsi.
ix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5. Bapak Agung dan Ibu Nimas selaku Dosen Pembimbing Akademik penulis,
atas nasehat, dukungan, dan bantuannya selama penulis menjalani kuliah.
6. Ibu Kristina Dewayani, S.Psi., M.Si atas kesediaanya meluangkan waktu bagi
penulis untuk bertanya, atas masukan – masukan yang sangat berarti bagi
penulis.
7. Bapak Dr. T. Priyo Widiyanto,M.Si, atas kesempatan yang diberikan untuk
menimba pengalaman di P2TKP.
8. Seluruh staf pengajar Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma yang
telah membagikan ilmu dan wawasannya kepada penulis selama ini.
9. Karyawan Fakultas Psikologi Ibu Nani, Mas Gandung dan Pak Gie di
sekertariat Psikologi serta mas Muji dan mas Dony di lab. Fakultas Psikologi.
Terimakasih atas bantuan dan kerjasamanya.
10. Seluruh staf P2TKP, Bapak Toni, Ibu Tiwi, Mbak Thia, Mbak Etik, Mas Adi,
Desta, Kobo, dan Katrin atas sharing dan pengalaman baru yang sangat
bermanfaat dan berkesan bagi penulis.
11. Seluruh perawat di RSU Saras Husada Purworejo dan RSU Palang Biru
Kutoarjo terima kasih atas bantuan dan kerjasamanya.
12. Bapak R. Supriyadi di RSU Saras Husada, Mbak Theresia dan Mbak Cicil atas
atas bantuan dan sambutan yang ramah.
13. Kakek dan nenekku tersayang atas kasih sayang yang tiada batas, dengan
penuh kesabaran mendidik dan membesarkan penulis, sejak kecil hingga
sekarang.
x
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14. Bapak dan ibuku yang kusayangi, atas dukungan dan doa yang tak pernah
berhenti dan tak pernah letih terucap.
15. Adik – adikku yang baik, dek Mandra dan dek Enggar yang selalu membuatku
merasa rindu untuk bercanda bersama.
16. Marianus Trias Manda Guna, terimakasih atas kebersamaannya yang indah,
yang selalu hadir dalam setiap tawa dan tangisku, yang selalu setia
memberikan dukungan dan semangat hidup. Aku selalu merasa tegar saat
bersamamu... Thanks to be my everything…..
17. Teman – teman yang selalu memberikan kenangan tidak terlupakan semasa
perkuliahan Tanti, Joe, Rio, Thea, Ajeng, Fiesta, Lita, Nopex, dan Wedha.
Terima kasih untuk kebersamaan dan tempat untuk berbagi rasa bagi penulis
selama masa perkuliah.
18. Kepada semua pihak yang telah membantu dan teman – teman yang tidak
dapat penulis sebutkan satu persatu, terima kasih atas segala bantuan dan
dukungan yang telah diberikan kepada penulis.
Dengan penuh kesadaran diri dan dengan segala kerendahan hati,
penyusunan Tugas Akhir ini masih jauh dri sempurna. Oleh karena itu, penulis
senantiasa mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun. Semoga
tugas akhir ini bermanfaat bagi masyarakat dan pembaca sekalian.
Yogyakarta, Mei 2007
Penulis
xi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL.............................................................................................i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING....................................................ii
HALAMAN PENGESAHAN...............................................................................iii
HALAMAN MOTTO............................................................................................iv
HALAMAN PERSEMBAHAN.............................................................................v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA................................................................vi
ABSTRAK............................................................................................................vii
ABSTRACT...........................................................................................................viii
KATA PENGANTAR...........................................................................................ix
DAFTAR ISI.........................................................................................................xii
DAFTAR TABEL.................................................................................................xvi
DAFTAR LAMPIRAN........................................................................................xvii
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH..............................................................1
B. RUMUSAN MASALAH...............................................................................6
C. TUJUAN PENELITIAN................................................................................7
D. MANFAAT PENELITIAN...........................................................................7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. PERAWAT....................................................................................................8
xii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
B. STRES KERJA PERAWAT
1. Pengertian Stres Kerja.........................................................................11
2. Sumber Stres Kerja..............................................................................14
3. Faktor – Faktor Stres Kerja.................................................................16
4. Indikator Stres Kerja...........................................................................21
5. Stres Kerja Perawat.............................................................................23
C. KETRAMPILAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL PERAWAT
DENGAN PASIEN
1. Pengertian Ketrampilan Komunikasi Interpersonal............................26
2. Komponen Dasar Komunikasi Interpersonal......................................29
3. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Ketrampilan Komunikasi
Interpersonal........................................................................................31
4. Ketrampilan Komunikasi Interpersonal Perawat Dengan Pasien.......33
5. Indikator Ketrampilan Komunikasi Interpersonal Perawat dengan
pasien...................................................................................................34
D. HUBUNGAN ANTARA KETRAMPILAN KOMUNIKASI
INTERPERSONAL PERAWAT DENGAN PASIEN DAN STRES KERJA
PERAWAT.................................................................................................39
E. HIPOTESIS.................................................................................................43
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. JENIS PENELITIAN...................................................................................44
B. VARIABEL PENELITIAN.........................................................................44
xiii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
C. DEFINISI OPERASIONAL
1. Stres Kerja Perawat.............................................................................44
2. Ketrampilan Komunikasi Interpersonal Perawat dengan pasien ........45
D. SUBJEK PENELITIAN..............................................................................46
E. PROSEDUR PENELITIAN........................................................................47
F. METODE PENGUMPULAN DATA.
1. Skala Stres Kerja.................................................................................47
2. Skala Ketrampilan Komunikasi Interpersonal Perawat dengan
Pasien..................................................................................................49
G. PERTANGGUNGJAWABAN ALAT UKUR
1. Validitas..............................................................................................51
2. Seleksi Item.........................................................................................52
3. Reliabilitas...........................................................................................58
H. METODE DAN TEKNIK ANALISIS DATA............................................59
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. GAMBARAN UMUM RUMAH SAKIT
1. RSUD Saras Husada Purworejo..........................................................60
2. RSU Palang Biru Kutoarjo..................................................................62
B. PELAKSANAAN PENELITIAN................................................................65
C. DESKRIPSI SUBJEK DAN DATA PENELITIAN……………..…….....65
D. ANALISIS DATA PENELITIAN
1. Uji Asumsi
a. Uji Normalitas............................................................................67
xiv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
b. Uji Linieritas..............................................................................68
2. Uji Hipotesis........................................................................................69
E. PEMBAHASAN..........................................................................................70
BAB V PENUTUP
A. KESIMPULAN............................................................................................75
B. SARAN........................................................................................................75
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................78
LAMPIRAN...........................................................................................................81
xv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1. Tabel Indikator dan Distribusi Skala Stres Kerja Untuk Item Uji
coba......................................................................................................49
Tabel 3.2. Tabel Indikator dan Distribusi Skala Ketrampilan Komunikasi
Interpersonal Perawat.........................................................................52
Tabel 3.3. Tabel Distribusi Item tiap Aspek Skala Stres Kerja setelah Try
Out.......................................................................................................54
Tabel 3.4. Tabel Distribusi Item Lolos Seleksi Skala Stres Kerja.......................55
Tabel 3.5. Tabel Distribusi Item tiap Aspek Skala Ketrampilan Komunikasi
Interpersonal Perawat setelah Try Out.............................................57
Tabel 3.6. Tabel Distribusi Item Lolos Seleksi Skala Ketrampilan Komunikasi
Interpersonal Perawat..........................................................................58
Tabel 4.1. Tabel Deskripsi Statistik Data Penelitian.............................................67
Tabel 4.2. Tabel Hasil Uji Normalitas..................................................................68
Tabel 4.3. Tabel Hasil Uji Linieritas.....................................................................69
Tabel 4.4. Tabel Analisis Korelasional..................................................................70
Tabel 4.5. Tabel Analisis R Square........................................................................71
xvi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran A. Alat Ukur..........................................................................................81
Lampiran B. Data Uji Coba...................................................................................83
Lampiran C. Reliabilitas Skala............................................................................103
Lampiran D. Data Penelitian................................................................................111
Lampiran E. Analisis Data Penelitian…………………………………………..129
Lampiran F. Surat Keterangan Penelitian............................................................131
xvii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kesehatan merupakan suatu kebutuhan manusia yang sangat penting.
Di tengah kehidupan masyarakat yang semakin berkembang saat ini
perhatian dan kepedulian masyarakat terhadap kesehatan semakin besar.
Kebutuhan masyarakat akan tersedianya jaminan kesehatan dan fasilitas
kesehatan yang memadai juga menjadi hal yang sangat penting bagi
masyarakat kita dewasa ini.
Rumah sakit sebagai salah satu lembaga yang bergerak dibidang
pelayanan kesehatan masyarakat diharapkan dapat memahami dan memenuhi
kebutuhan masyarakat akan tersedianya fasilitas dan pelayanan kesehatan
yang memadai. Meskipun banyak rumah sakit yang hadir di tengah – tengah
masyarakat, namun masyarakat memiliki pertimbangan – pertimbangan
tertentu dalam memilih suatu rumah sakit. Pertimbangan masyarakat dalam
menentukan rumah sakit pada umumnya didasarkan pada mutu pelayanan,
mutu kesehatan, harga, dan fasilitas kesehatan yang tersedia dalam rumah
sakit. Menurut Hasanah (2000), dari berbagai pertimbangan tersebut mutu
pelayanan memiliki persentase terbesar di antara aspek lainnya. Masyarakat
akan lebih mempertimbangkan rumah sakit yang memiliki mutu pelayanan
kesehatan yang baik sebagai pilihan mereka dalam memanfaatkan jasa rumah
sakit.
1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
Perawat adalah suatu profesi yang disoroti oleh banyak pihak dalam
pelayanan di rumah sakit. Perawat merupakan sumber daya manusia yang
besar peranannya dalam pelayanan kesehatan masyarakat yang menentukan
kinerja rumah sakit secara keseluruhan (Harnanti,1995). Tugas perawat
adalah membantu proses penyembuhan dan perawatan pasien (Gunarsa,
1995). Menurut Smett (1994), perawat merupakan salah satu tenaga
kesehatan yang melakukan fungsi keperawatan dan pelayanan kesehatan.
Selain itu berdasarkan intensitas dan lamanya waktu, perawat adalah tenaga
kesehatan yang paling intens dan lama dalam memberikan pelayanan dan
berhubungan langsung dengan pasien.
Hal tersebut dapat dilihat di unit pelayanan kesehatan rumah sakit di
bagian rawat inap. Sebagai tenaga kesehatan, para perawat di bagian rawat
inap selama 24 jam harus berada di dekat pasien untuk merawat dan melayani
kebutuhan pasien yang tidak dapat dipenuhi sendiri selama sakit. Selain
bertugas merawat pasien, perawat seringkali juga harus berhadapan dengan
karakteristik pasien yang berbeda – beda. Para perawat seringkali dihujani
dengan berbagai keluhan, kecemasan, dan keingintahuan dari pasien maupun
keluarganya mengenai perawatan yang dilakukan.
Perawat dalam melaksanakan tugas pekerjaannya selalu bergelut
dengan para pasien yang menderita berbagai macam penyakit dan diperlukan
tanggung jawab yang tinggi dalam penanganannya. Pekerjaan yang penuh
tekanan karena berhadapan dan bertanggungjawab terhadap kelangsungan
hidup pasien membuat perawat memiliki beban pekerjaan yang berat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
Perawat dituntut bekerja dengan batasan waktu yang kaku dan harus bertemu
serta merawat para pasien yang berbeda kebutuhannya. Melihat karakteristik
dan kondisi kerja perawat tersebut secara tidak langsung menunjukkan bahwa
perawat merupakan salah satu profesi yang rentan mengalami stres kerja.
Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa para pekerja di bidang
kesehatan mengalami stres kerja yang lebih tinggi daripada para pekerja di
bidang lain dan pekerjaan tersebut salah satunya adalah perawat (Messer &
Meldrum,1999). Hasil penelitian yang dilakukan oleh The National Institute
for Occupational Safety and Health menemukan bahwa pekerjaan yang
berhubungan dengan kesehatan di rumah sakit memiliki kecenderungan
tinggi terkena gangguan mental seperti depresi dan stres (Inayati, 1996).
Sebuah survei di Perancis mengungkapkan bahwa 64% perawat merasa kesal
terhadap lingkungan kerja mereka yang penuh stres (Melsa.ned.id).
Sarafino (1990) mendefinisikan stres sebagai suatu kondisi yang
disebabkan oleh adanya transaksi antara individu dengan lingkungan yang
menimbulkan ketidakseimbangan antara tuntutan – tuntutan lingkungan dan
situasi dengan sumber daya sistem biologis, psikologis, dan sosial dalam diri
individu. Sutherland & Cooper (1990) juga mendefinisikan stres sebagai
akibat ketidakseimbangan antara tuntutan yang dirasakan individu dengan
kemampuan untuk memenuhi tuntutan tersebut.
Hampir semua orang dalam kehidupan mereka mengalami stres
sehubungan dengan pekerjaan mereka. Tidak jarang situasi yang stressfull ini
kecil saja dan tidak berarti bagi sebagian orang, tetapi bagi banyak orang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
situasi stres itu begitu terasa dan berkelanjutan dalam jangka waktu yang
lama. Hal ini menurut Cooper .,dkk (2001) dipengaruhi oleh beberapa faktor
internal dan eksternal dalam diri individu. Faktor internal adalah faktor –
faktor yang bersumber dalam diri individu, seperti usia dan pengalaman
kerja, kemampuan individu menyesuaikan diri, dan juga faktor kepribadian.
Faktor eksternal adalah faktor – faktor yang bersumber dari lingkungan di
luar individu, misalnya: karakteristik tempat kerja, hubungan interpersonal
dalam bekerja, peran dalam organisasi, struktur organisasi, promosi
pekerjaan, dan peristiwa – peristiwa yang dialami individu dalam kehidupan
sehari – hari. Dalam buku karya Abraham Charles & Shanley E (1997),
Gray-Toff dan Anderson menyatakan bahwa stres kerja pada perawat
dipengaruhi oleh faktor organisasional yang terdiri dari; ketegangan peran,
hubungan interpersonal (dengan teman sekerja, dengan dokter/ supervisor,
dan dengan pasien), jenis kepemimpinan organisasi, dan tuntutan pekerjaan.
Hubungan antar pribadi adalah faktor penting dalam kesehatan
individu (Munandar, 2001). Sutherland & Cooper (1990) menyatakan bahwa
masalah dalam hubungan dengan orang lain adalah faktor stres kerja yang
paling potensial diantara faktor – faktor yang lainnya. Hal ini menunjukkan
bahwa kemampuan dalam menjalin hubungan interpersonal yang dimiliki
oleh perawat dapat menunjukkan tinggi rendahnya tingkat stres kerja yang
dialami.
Salah satu faktor yang mendukung terjalinnya hubungan interpersonal
yang baik adalah ketrampilan komunikasi interpersonal yang baik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
Keefektifan hubungan antar pribadi ditentukan oleh ketrampilan individu
untuk mengkomunikasikan secara jelas informasi yang ingin disampaikan,
menciptakan kesan tertentu atau mempengaruhi orang lain (Supratiknya,
1995). Berdasarkan uraian tersebut, penulis tertarik untuk melihat lebih jauh
tentang ketrampilan komunikasi interpersonal yang berkaitan dengan stres
kerja, khususnya pada perawat di rumah sakit.
Johnson (dalam Supratiknya, 1995) merumuskan komunikasi
interpersonal sebagai komunikasi dua arah yang berlangsung apabila
pengirim pesan cukup leluasa mendapatkan umpan balik dari penerima yang
menangkap pesan yang dikirimnya. Komunikasi interpersonal memudahkan
terjadinya saling pemahaman dalam komunikasi dan selanjutnya sangat
menolong dalam mengembangkan suatu relasi yang memuaskan bagi kedua
belah pihak serta kerja sama yang efektif.
Ketrampilan berkomunikasi memiliki lima landasan dasar yaitu
kemampuan untuk saling memahami, mengkomunikasikan pikiran/ perasaan
secara jelas dan tepat, saling menolong, dan mampu memecahkan konflik
secara konstruktif (Supratiknya, 1995). Komunikasi yang akrab, hangat, dan
produktif dengan orang lain dapat dikembangkan dan dipelihara dengan
ketrampilan berkomunikasi yang baik.
Proses ketrampilan komunikasi interpersonal dalam keperawatan
dapat dilakukan antara perawat/ teman sekerja, perawat/ dokter, perawat/
supervisor, dan perawat/ pasien. Dalam penelitian ini, ketrampilan
komunikasi interpersonal dibatasi yaitu ketrampilan komunikasi perawat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
dengan pasien. Ketrampilan komunikasi interpersonal antara perawat dengan
pasien yang baik nampak pada kemampuan perawat untuk memberikan
pelayanan kepada pasien, yang terdiri dari keramahan perawat, perhatian
perawat, kesopanan perawat, kesabaran, dan ketulusan perawat (Supratiknya,
1995).
Dari uraian di atas, nampak adanya hubungan yang negatif antara
ketrampilan komunikasi interpersonal dengan pasien dan stres kerja perawat
melalui variabel mediator hubungan interpersonal. Dengan adanya latar
belakang tersebut maka peneliti tertarik untuk menguji signifikansi hubungan
negatif antara ketrampilan komunikasi interpersonal perawat dengan pasien
dan stres kerja perawat.
B. Perumusan Masalah
Permasalahan yang mendasari penelitian ini adalah “Apakah ada
hubungan negatif yang signifikan antara ketrampilan komunikasi
interpersonal perawat dengan pasien dan stres kerja perawat?”
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan negatif yang
signifikan antara ketrampilan komunikasi interpersonal perawat dengan
pasien dan stres kerja perawat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Memberi informasi kajian teoritis dan menambah pengetahuan di
bidang psikologi klinis dan psikologi industri mengenai hubungan antara
ketrampilan komunikasi interpersonal perawat dengan pasien dan stres
kerja perawat.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi peneliti tentang ketrampilan komunikasi interpersonal dan stres
kerja, penelitian ini memberikan informasi dan pengetahuan tentang
sumbangan ketrampilan komunikasi interpersonal terhadap stres kerja.
b. Bagi perawat, penelitian ini memiliki sumbangan pemahaman
mengenai pentingnya faktor ketrampilan komunikasi interpersonal
perawat dengan pasien sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi
stres kerja perawat, sehingga perawat lebih dapat mengembangkan
ketrampilan komunikasi interpersonal yang dimiliki untuk
menghadapi stres.
c. Bagi pihak rumah sakit, dapat mengetahui pentingnya tingkat
ketrampilan komunikasi interpersonal perawat dengan pasien,
sehingga dapat menjadi fasilitator yang dapat meningkatkan
ketrampilan komunikasi interpersonal perawat dengan pasien sebagai
salah satu upaya pencegahan stres kerja pada perawat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Perawat
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, perawat berasal dari kata
rawat yang berarti pelihara atau urus. Jadi kata perawat berarti orang yang
memelihara atau mengurus. Menurut Departemen Kesehatan Republik
Indonesia (dalam Dewi,2002), perawat adalah orang yang menyeselesaikan
pendidikan dasar , memenuhi syarat, dan kepadanya diberi wewenang oleh
pemerintah untuk memberikan pelayanan perawatan yang bermutu dan penuh
tanggung jawab. Jadi untuk dapat menjadi seorang perawat harus menjalani
pendidikan dasar perawat, yaitu program pendidikan terencana yang
memberikan landasan yang luas dan mendasar untuk melaksanakan tugas
keperawatan yang efektif.
Perawat merupakan seorang tenaga kesehatan yang melakukan fungsi
keperawatan pada pelayanan kesehatan (Smet, 1994). Priharjo (1995),
mengungkapkan bahwa fungsi keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan
profesional yang merupakan bagian dari pelayanan kesehatan secara umum
dalam bentuk biologi, psikologi, sosial, dan spiritual yang komprehensif yang
ditujukan kepada individu sakit maupun sehat yang mencakup seluruh siklus
kehidupan manusia.
Menurut Gunarsa (1995), perawat adalah seseorang yang telah
dipersiapkan melalui pendidikan untuk turut serta merawat dan
8
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
menyembuhkan orang sakit, usaha rehabilitasi, dan pencegahan penyakit
yang dilaksanakan secara mandiri atau dibawah pengawasan supervisi, dokter
atau suster kepala. Seorang perawat mendedikasikan dirinya pada
pekerjaannya didasari oleh beberapa hal, antara lain: minat terhadap orang
lain, derajat sensitivitas, menghargai hubungan dan memiliki sikap terhadap
mereka yang berkedudukan tinggi. Gunarsa (1995), mengungkapkan bahwa
seorang perawat dalam hubungannya dengan pekerjaan dan lingkungan
sosialnya perlu mendalami beberapa sifat yang harus dimilikinya, yaitu antara
lain: sehat, penampilan menarik, jujur, sportif, rendah hati, empati, dapat
dipercaya, pandai bergaul, pandai menimbang perasaan, dan memiliki sikap
sopan santun.
Perawat sebagai salah satu tokoh penting dalam pelayanan kesehatan di
rumah sakit yang memiliki tugas dan tanggung jawab yang besar. Tugas utama
perawat adalah memberikan pelayanan kesehatan kepada orang yang dalam
keadaan fisik dan mental yang lemah serta kepada mereka yang
membutuhkan. Menurut Bouwhuizen (1995), tugas dari pekerjaan perawat
adalah untuk memberikan pertolongan (yang dilandasi keahlian) kepada orang
yang sedang mengalami gangguan fisik dan kejiwaan serta dalam proses
penyembuhan sehingga nantinya mereka dapat hidup mandiri dengan
keterbatasan yang mereka miliki.
Henderson (dalam Priharjo,1995) mengungkapkan fungsi perawat
adalah membantu individu baik sakit maupun sehat dalam beraktivitas supaya
sembuh atau mempertahankan kesehatannya secara mandiri. Praktik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
keperawatan meliputi empat area, yaitu; peningkatan kesehatan, pemeliharaan
kesehatan, pemulihan kesehatan, dan perawatan orang menjelang ajal ( Koizer
dalam Priharjo,1995).
Menurut Lloyd (dalam Krismi Diah, 2002), dalam menjalankan
tugasnya seorang perawat mempunyai tanggung jawab yang besar, yaitu;
a. Legal Responsibilities, bertanggung jawab sesuai dengan hukum yang
berlaku.
b. Etical Responsibilities, bertanggung jawab terhadap kode etik profesi.
c. Moral Responsibilities, tanggung jawab moral (misalnya pada kasus
aborsi dan euthanasia ).
d. Contractual Responsibilities, memenuhi kontrak kepada organisasi
tempat bekerja sesuai dengan ketentuan yang telah disepakati.
e. Personal Responsibilities, tanggung jawab sebagai individu misalnya
membantu dan menyelamatkan pasien sehingga dapat memunculkan
perasaan positif ketika melakukannya.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa perawat adalah seorang
yang telah dipersiapkan melalui pendidikan khusus serta diberi wewenang
oleh pemerintah untuk memberikan pelayanan perawatan yang bermutu dan
bertanggung jawab serta merawat orang sakit maupun orang sehat dengan
penuh kasih sayang yang dilaksanakan secara mandiri atau dibawah
pengawasan dokter sehingga orang tersebut dapat mempertahankan
kesehatannya. Perawat bertanggungjawab pada kesembuhan, kesehatan dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
kesejahteraan pasien, dan bertanggungjawab pada instansi di mana ia
mengabdikan dirinya.
B. Stres Kerja Perawat
1. Pengertian Stres Kerja
Tokoh yang pertama kali meneliti tentang stres adalah Hans Selye,
ia mengungkapkan bahwa stres adalah suatu respon tubuh yang tidak
spesifik ketika seseorang berhadapan dengan sumber – sumber stres
(Landy & Conte,2004). Dalam Munandar (2001), Selye mengungkapkan
bahwa ketika organisme berhadapan dengan stressor, dia akan mendorong
dirinya sendiri untuk melakukan tindakan. Usaha ini diatur oleh kelenjar
adrenal yang menaikkan aktifitas sistem saraf simpatetik. Tanpa
memperhatikan penyebab, individu akan merespon dengan pola reaksi
yang tidak spesifik (non spesific response). Disebut respon non spesifik
karena respon tersebut dapat berupa respon fisik ataupun respon
psikologis.
Sarafino (1990) mendefinisikan stres sebagai kondisi yang
disebabkan oleh adanya transaksi antara individu dengan lingkungan yang
menimbulkan adanya persepsi jarak antara tuntutan – tuntutan lingkungan
dan situasi dengan sumber daya sistem biologis, psikologis, dan sosial
dalam diri individu. Sama halnya dengan Sarafino, Sutherland & Cooper
(1990) mendefinisikan stres sebagai akibat ketidakseimbangan antara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
tuntutan yang dirasakan dengan kemampuan untuk menemukan tuntutan
tersebut.
Dalam penelitian sekarang ini, stres sering didasarkan pada asumsi
bahwa stres adalah hasil dari ketidaksesuaian antara individu (kepribadian,
bakat, dan kecakapan) dengan lingkungannya yang mengakibatkan
ketidakmampuannya untuk menghadapi berbagai tuntutan terhadap dirinya
secara efektif. Stres biasanya nampak dari gejala – gejala dan tanda –
tanda faal, perilaku, psikologikal, dan somatik ( Fincham & Rhodes dalam
Munandar, 2001).
Pada definisi stres yang telah dikemukakan oleh para ahli diatas
dapat dilihat bahwa para ahli mengacu kepada pendekatan stres sebagai
respon. Pendekatan stres sebagai respon, memandang stres sebagai
variabel akibat. Stres dipandang sebagai suatu respon yang muncul dari
dalam diri individu.
Secara umum stres dapat disimpulkan sebagai kondisi yang
mengancam, menekan dan tidak menyenangkan dalam diri individu yang
dapat mengakibatkan reaksi perubahan fisik, psikologis, dan tingkah laku.
Dalam dunia kerja, sering timbul berbagai masalah sehubungan
dengan stres dan kondisi – kondisi yang dapat memicu munculnya stres.
Stres yang disebabkan oleh faktor lingkungan pekerjaan biasa disebut
dengan stres kerja.
Robbins (2005) mendefinisikan stres kerja sebagai kondisi dinamis
yang terjadi ketika seseorang dihadapkan pada sebuah peluang, kendala
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
atau tuntutan yang tidak seimbang dalam pekerjaan. Ketidakseimbangan
tersebut mengakibatkan munculnya ketidakpastian yang dirasakan
seseorang dalam kehidupan kerjanya. Beehr dan Newman (dalam Luthans,
2005) menyatakan bahwa stres kerja adalah respon individu dalam
menyesuaikan diri terhadap situasi eksternal yang menyebabkan
penyimpangan fisik, psikis, dan prilaku individu yang berpartisipasi dalam
suatu organisasi.
Menurut Riggio (2002), stres kerja adalah suatu reaksi fisiologis
dan/atau psikologis terhadap suatu peristiwa yang dirasa mengancam atau
membebani. Peristiwa yang mengancam dan membebani tersebut
kemudian biasa disebut sebagai stressor kerja. Definisi stres kerja juga
dikemukakan oleh Karasek (dalam Landy & Conte,2004), yaitu stres pada
pekerjaan terjadi karena tuntutan pekerjaan yang terlalu tinggi dan fungsi
kontrol yang rendah. Beban pekerjaan yang tinggi juga dapat
menyebabkan stres kerja. Fungsi kontrol yang dimaksud adalah kombinasi
antara otonomi dalam pekerjaan dan keleluasaan dalam menggunakan
kemampuan yang berbeda.
French dkk (dalam Riggio, 2002) mengemukaan bahwa stres
dalam pekerjaan muncul karena adanya ketidaksesuaian antara individu
dengan lingkungannya. Jadi kesesuaian antara individu dengan lingkungan
akan mempengaruhi jumlah stres yang dialami. Seseorang dikatakan
memiliki kesesuaian yang baik dengan lingkungan apabila kemampuan
dan keahliannya sesuai dengan persyaratan pekerjaan dan lingkungan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
kerjanya. Menurut Landy dan Conte (2004), tingkat stres yang diterima
seseorang dipengaruhi oleh bagaimana persepsi terhadap tuntutan
pekerjaan yang dibuat oleh lingkungan dan persepsi terhadap kemampuan
orang itu untuk mengatasi tuntutan tersebut. Hal ini berarti tuntutan
pekerjaan yang melebihi kemampuan individu akan menyebabkan kondisi
yang penuh stres sehingga akan berpengaruh pada kondisi fisik,
psikologis, dan tingkah laku seseorang.
Dari uraian mengenai beberapa definisi stres kerja di atas, maka
dapat disimpulkan bahwa stres kerja adalah suatu reaksi fisiologis,
psikologis dan perilaku yang muncul karena stressor dalam pekerjaan
yang dapat berpengaruh baik langsung maupun tidak langsung pada
kesehatan seseorang.
2. Sumber Stres Kerja
Menurut Sarafino (1990), beberapa hal yang dapat meningkatkan
stres kerja antara lain disebabkan oleh lingkungan fisik, kurangnya
kontrol, kurangnya hubungan interpersonal, dan kurangnya pengakuan
terhadap kemajuan kerja.
Sumber stres kerja menurut Sutherland & Cooper (1990) berasal
dari pekerjaan itu sendiri dan dari interaksi lingkungan sosial, yaitu antara
lain;
a). Stressor yang ada dalam pekerjaan itu sendiri, meliputi; beban kerja
dan fasilitas kerja yang kurang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
b). Konflik peran : peran dalam pekerjaan yang tidak jelas dan
tanggungjawab yang tidak jelas.
c). Masalah dalam hubungan dengan orang lain adalah stressor yang
potensial, seperti hubungan dengan atasan, rekan sejawat, dan
hubungan atasan – bawahan.
d). Perkembangan karir; promosi jabatan dan keselamatan kerja.
e). Iklim dan struktur organisasi,seperti; ada peraturan pembatasan
perilaku dan budaya dalam organisasi.
f). Adanya konflik antara tuntutan kerja dengan tuntutan keluarga.
Sumber stres kerja menurut Hardjana (1994) yaitu antara lain;
tuntutan kerja, kerja yang penuh tanggung jawab, lingkungan fisik kerja,
rasa kurang memiliki pengendalian diri, hubungan antar manusia,
pengakuan dan penghargaan, dan keamanan kerja. Sumber stres kerja
tersebut bila tidak diperhatikan dan dilakukan pencegahan akan potensial
memunculkan stres kerja pada karyawan.
Yuzalita (1995) mengemukakan bahwa perselisihan di lingkungan
kerja, rasa jenuh, rasa bersalah, perasaan diperlakukan tidak adil, dan
ketidakpastian atas sistem kenaikan pangkat merupakan kondisi yang
dapat memicu pekerja untuk berada dalam keadaan stres. Luthans (2005)
mengungkapkan bahwa tempat kerja yang penuh atau padat, ramai, kurang
privacy, suhu ruang yang tidak tepat, bau yang tidak sedap, dan
pencahayaan yang kurang memadai merupakan sumber stres yang
potensial. Selain itu peralatan kerja yang kurang memadai, tugas yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
menuntut kehati – hatian dan ketelitian, dan tingkat keamanan yang
kurang juga dapat mengakibatkan stres kerja.
Dari uraian di atas penulis menarik kesimpulan bahwa sumber stres
kerja antara lain adalah; beban kerja, hubungan interpersonal, konflik
peran, perkembangan karir, iklim dan struktur organisasi, adanya konflik
antara tuntutan pekerjaan dengan tuntutan keluarga.
3. Faktor – Faktor Stres Kerja
Stres kerja yang dialami masing – masing individu berbeda antara
individu yang satu dengan yang lainnya. Taylor (1995) mengelompokkan
faktor penyebab stres antara lain; faktor biologis, psikologis, dan sosial.
Faktor biologis yaitu faktor penyebab stres yang berasal dari keadaan
fisiologis individu, meliputi; kesehatan, kelelahan, kurang gizi, dan cacat
tubuh. Faktor psikologis berasal dari keadaan psikis individu yang
mengalami hambatan misalnya individu yang memiliki pola pikir irasional
lebih rentan terhadap stres daripada individu yang memiliki pola pikir
rasional. Faktor sosial yaitu penyebab stres yang berhubungan dengan
keadaan lingkungan, seperti kepadatan, kebisingan, dan tekanan ekonomi.
Hardjana (2003) menjelaskan bahwa faktor penyebab stres yang
dialami oleh seseorang berasal dari 3 faktor antara lain: faktor individu,
keluarga, dan lingkungan. Lingkungan yang dapat menjadi sumber stres
pada seseorang adalah lingkungan masyarakat dan lingkungan pekerjaan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
Landy dan Conte (2004) membagi faktor stres kerja menjadi dua
bagian, yaitu fisik dan psikis.
a. Fisik
Stresor fisik berasal dari lingkungan fisik seorang pekerja. Hal ini
berkaitan dengan tugas – tugas yang diterima oleh pekerja, misalnya
banyaknya pekerjaan, jam kerja yang harus dipenuhi dan sebagainya.
Selain itu juga berupa kondisi lingkungan yang mengelilingi seorang
pekerja misalnya suara bising, ruang kerja sempit, dan sirkulasi udara
buruk akan memudahkan pekerja rentan terhadap stres.
b. Psikis, terdiri dari ;
1). Kurangnya fungsi kontrol
Seseorang yang tidak mampu melakukan kontrol terhadap
pekerjaannya akan lebih mudah mengalami stres
(www.vtaide.com,2006).
2). Konflik interpersonal
Konflik interpersonal merupakan interaksi negatif antara karyawan
dengan rekan sejawat, supervisor ataupun klien. Dampak dari
konflik interpersonal adalah gangguan kesehatan, ketidakpuasan
kerja, dan stres kerja (Landy dan Conte,2004).
3). Ketaksaan peran
Peran yang ambigu, konflik peran, dan peran yang overload
merupakan stresor yang potensial.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
4). Emotional Labor
Emotional labor adalah pekerjaan yang bergerak dibidang
pelayanan (Statt, 1994). Emotional labor memicu munculnya stres
ketika seseorang harus menunjukkan emosi tertentu yang
berlawanan dengan apa yang sedang dirasakannya (Landy dan
Conte, 2004)
Munandar (2001) menyatakan bahwa stres yang dialami oleh
individu ditentukan oleh individu itu sendiri, sejauh mana ia melihat
situasi yang ia alami penuh stres. Reaksi – reaksi psikologis, fisiologis,
dan reaksi perilaku terhadap stres adalah hasil dari interaksi situasi dengan
individu, yang mencakup ciri – ciri kepribadian yang khusus dan pola –
pola perilaku yang didasarkan pada sikap, kebutuhan, nilai, pengalaman
masa lalu, keadaan kehidupan, dan kecakapan. Dapat disimpulkan bahwa
faktor dalam diri individu memiliki peranan penting dalam menanggapi
situasi stressfull. Faktor ini menentukan bagaimana individu bereaksi
terhadap stress.
Robbins (2005) menyatakan bahwa faktor yang menyebabkan
munculnya stres kerja dibedakan menjadi 3 faktor yaitu;
a. Faktor lingkungan, meliputi;
1.) Ketidakpastian ekonomi ; dapat berupa naik turunnya nilai mata
uang, naik turunnya harga barang, dan terjadinya krisis ekonomi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
2.) Ketidakpastian politik ; misalnya sering terjadi kerusuhan,
perpecahan suku bangsa, dan situasi pemerintahan yang tidak
jelas.
3.) Ketidakpastian teknologi ; dapat berupa kemajuan teknologi yang
sangat pesat yang muncul dengan berbagai inovasi baru, teknologi
komputer, dan otomatisasi yang menyebabkan karyawan dituntut
lebih terampil dan berpengalaman.
b. Faktor Organisasional
1.) Kondisi intrinsik tugas; tuntutan tugas, karakteristik tugas,
pelaksanaan tugas, dan hubungan antara satu tugas dengan tugas
yang lain.
2.) Karakteristik peran; ketidakjelasan peran dan konflik peran.
3.) Karakteristik lingkungan sosial; dalam organisasi tugas dan peran
antara individu yang satu dengan yang lain saling berkaitan. Hal
ini membentuk pola hubungan interpersonal dalam organisasi.
Apabila hubungan interpersonal dalam organisasi tidak terjalin
dengan baik akan berpotensi memunculkan stres.
4.) Iklim organisasi; budaya organisasi, sistem penggajian, disiplin
kerja, struktur organisasi, dan proses pengambilan keputusan.
5.) Karakteristik fisik lingkungan kerja; ventilasi, suhu, penerangan,
peralatan kerja, tingkat keamanan, dan tugas yang menuntut
ketelitian dan kehati – hatian.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
c. Faktor Individual
1.) Kepribadian ; orang yang memiliki tipe kepribadian A dicirikan
sebagai individu yang semangat kompetisinya tinggi dan disiplin
yang tinggi sehingga cenderung mudah mengalami stres.
2.) Persepsi individu ; hal ini menyebabkan perbedaan individu dalam
merespon stresor yang dihadapi.
3.) Pengalaman kerja ; individu yang sudah memiliki pengalaman
kerja yang lama akan lebih tahan terhadap stres karena sudah
memiliki bentuk mekanisme pertahanan diri untuk menghadapi
stres.
4.) Locus of control ; individu yang memiliki locus of control
eksternal lebih mudah mengalami stres daripada individu yang
memiliki locus of contol internal.
Dari uraian diatas peneliti menyimpulkan bahwa tingkat stres kerja
pada individu dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor
internal terdiri dari: persepsi individu, locus of control, kepribadian, usia,
jenis kelamin, dan strategi cooping individu. Sementara faktor eksternal
terdiri dari: dukungan sosial, pengalaman kerja, pendidikan, dan hubungan
interpersonal. Dalam penelitian ini faktor penyebab stres dilihat dari faktor
ekternal khususnya hubungan interpersonal sebagai salah satu faktor
penyebab stres.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
4. Indikator Stres Kerja
Indikator stres kerja pada individu dapat dibagi menjadi tiga
kategori umum meliputi; gejala fisiologis, gejala psikologis, dan gejala
prilaku (Luthans, 2005; Robbins,2005), yaitu:
a. Gejala Fisiologis
Gejala fisiologis yaitu dengan munculnya berbagai macam keluhan –
keluhan fisik seperti gatal – gatal dikulit, rambut rontok, nyeri
lambung, berkeringat, dan tubuh panas dingin. Stres dapat
mengakibatkan gangguan metabolisme dalam tubuh, meningkatnya
tekanan darah, peningkatan kadar gula darah, meningkatnya laju detak
jantung, gangguan pernafasan, menimbulkan serangan sakit kepala,
dan bahkan menyebabkan timbulnya serangan jantung.
b. Gejala Psikologis
Gejala psikologis yang muncul sebagai akibat dari stres antara lain
menimbulkan ketegangan, mudah marah, perasaan terbebani,
ketidaktenangan, kecemasan, kebosanan, dan suka menunda – nunda
pekerjaan. Semua ini dapat mempengaruhi suasana hati dan keadaan
emosi lain yang berkaitan erat dengan prestasi kerja, ketidaksukaan
pada pengawas, gangguan konsentrasi, dan keputusasaan.
c. Gejala Perilaku
Gejala prilaku dikaitkan dengan stres mencakup gangguan komunikasi
dalam pekerjaan, perubahan dalam produktivitas, absen, tingkat
keluarnya karyawan, mudah terkena kecelakaan, perubahan dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
kebiasaan makan, meningkatnya kebiasaan merokok dan
mengkonsumsi alkohol, penyalahgunaan obat, bicara cepat, gelisah,
dan gangguan tidur. Luthans (2005) menemukan bahwa stres
menimbulkan dampak yang kuat pada tindakan – tindakan agresif
seperti sabotase, agresi interpersonal, permusuhan dan berbagai
macam keluhan. Hal ini berkaitan dengan performansi kerja yang
rendah, tingkat harga diri yang rendah, kebencian, dan kemarahan.
Menurut Hardjana (1994), gejala stres kerja yang muncul pada
individu menyerang segala segi dalam diri individu. Manusia merupakan
suatu kesatuan antara jiwa dan badan. Maka gejala stres yang muncul juga
menyerang kedua kesatuan dalam diri manusia tersebut. Gejala stres
ditemukan dalam segala segi individu yang penting meliputi: fisik, emosi,
intelektual, dan interpersonal.
Gejala – gejala stres menurut Hardjana (1994) dijelaskan sebagai
berikut ;
a. Gejala fisik dapat berupa sakit kepala, pusing, tidur tidak teratur, sakit
punggung, gangguan pencernaan, gatal – gatal pada kulit, ketegangan
otot, tekanan darah tinggi/ serangan jantung, berubah selera makan,
dan terlalu banyak mengeluarkan keringat.
b. Gejala emosional yang dirasakan dapat berupa gelisah, cemas, sedih,
depresi, berubah – ubah mood, mudah marah, gugup, terlalu peka, dan
mudah bermusuhan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
c. Gejala intelek dapat dirasakan dari gejala – gejalanya yaitu susah
konsentrasi, sulit membuat keputusan, mudah lupa, pikiran kacau, daya
ingat menurun, produktivitas dan prestasi kerja menurun, banyak
melakukan kekeliruan dalam bekerja, dan kehilangan rasa humor yang
sehat.
d. Gejala interpersonal yang dirasakan akan mempengaruhi hubungan
dengan orang lain. Gejala – gejala interpersonal yang dialami adalah
kehilangan kepercayaan pada orang lain, mudah mempersalahkan
orang lain, mudah membatalkan janji, suka menyerang atau mencari
kesalahan orang lain dan bersikap terlalu tertutup pada orang lain.
Dari uraian diatas penulis mengambil kesimpulan bahwa indikator
stres kerja yang muncul pada individu meliputi antara lain; gejala fisik,
gejala psikologis, dan gejala tingkah laku.
5. Stres Kerja Perawat
Perawat adalah seorang yang telah dipersiapkan melalui
pendidikan dasar serta diberi wewenang oleh pemerintah untuk
memberikan pelayanan perawatan yang bermutu dan bertanggung jawab.
Perawat sebagai tokoh utama dalam pelayanan kesehatan di rumah sakit
memiliki tugas dan tanggung jawab yang besar.
Tugas utama perawat adalah memberikan pelayanan kesehatan
kepada orang yang dalam keadaan fisik dan mental yang lemah serta
kepada mereka yang membutuhkan.Perawat juga bertugas merawat orang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
sakit maupun orang sehat dengan penuh kasih sayang yang dilaksanakan
secara mandiri atau dibawah pengawasan dokter sehingga orang tersebut
dapat mempertahankan kesehatannya.
Perawat cenderung memiliki stres kerja yang tinggi hal ini
disebabkan oleh tugas keperawatan itu sendiri dan lingkungan kerjanya.
Tugas perawat secara umum memberikan pelayanan perawatan kepada
pasien. Pusat perhatian perawat saat ini menitikberatkan pada hubungan
antara perawat dengan pasien sebagai individu aktif sehingga sangat
memperhatikan aspek psikososialnya. Disamping itu, status dan otoritas
perawat berkembang tidak hanya menjadi pembantu dokter, tetapi
bertanggung jawab untuk mengambil keputusan dalam praktik
keperawatan (Corbett, dalam Ellis, 1995)
Sarafino (1990) menjelaskan bahwa beberapa kondisi
menyebabkan pekerjaan perawat menjadi sangat menekan. Kondisi
tersebut adalah tanggungjawab atas kehidupan dan kesehatan orang lain,
beban kerja yang berat, keharusan untuk berhubungan dengan masalah
kehidupan dan kematian, dan gambaran tentang konsekuensi yang berat
yang harus ditanggung bila melakukan kesalahan.
Menurut Gray-Toff dan Anderson (dalam Abraham Charles &
Shanley E,1997), stres kerja pada perawat dipengaruhi oleh faktor
organisasional yang terdiri dari; ketegangan peran, hubungan interpersonal
(dengan teman sekerja, dengan dokter/ supervisor, dan dengan pasien),
jenis kepemimpinan organisasi, dan tuntutan pekerjaan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
Berdasarkan hasil penelitian para ahli ditemukan lima sumber stres
kerja perawat sesuai dengan tingkat kepentinggannya (Abraham dan
Shanley, 1997) yaitu ;
a. Beban kerja yang berlebih ; misalnya terlalu banyak merawat pasien,
tidak bisa membantu teman sekerja karena keterbatasan waktu.
b. Kesulitan menjalin hubungan ; kurangnya komunikasi dengan staf
lain, kesulitan berkomunikasi dengan pasien, kesulitan menjalin
kerjasama dengan supervisor dan staf lain.
c. Kesulitan dalam merawat pasien kritis ; misalnya tidak dapat
menggunakan peralatan baru, kesulitan mengelola prosedur yang baru.
d. Kesulitan dalam pengobatan/ perawatan pasien ; tidak memahami
kebutuhan sosial dan emosional pasien, menghadapi pasien atau
keluarga pasien yang tidak bisa diajak kerjasama.
e. Gagal dalam merawat pasien ; gagal merawat pasien, pasien
meninggal selama dirawat.
Akibat – akibat stres yang muncul pada diri seseorang dapat
terlihat dalam berbagai macam cara. Seseorang yang mengalami stres
yang tinggi dapat menderita tekanan darah tinggi, tukak lambung, mudah
marah, sulit membuat keputusan, hilang selera makan, rawan kecelakaan
karena berkurangnya konsentrasi dan lain – lain. Semua ini dapat dibagi
menjadi tiga kategori umum meliputi; gangguan pada fisik, gangguan
psikologis, gangguan tingkah laku (Luthans, 2005). Gejala – gejala yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
muncul tersebut dapat mengganggu perawat dalam membantu proses
penyembuhan dan perawatan pasien.
C. Ketrampilan Komunikasi Interpersonal Perawat dengan Pasien
1. Pengertian Ketrampilan Komunikasi Interpersonal
De Vito (1997) mengungkapkan pendapatnya bahwa dari semua
pengetahuan dan ketrampilan, pengetahuan dan ketrampilan komunikasi
termasuk yang paling penting dan berguna. Melalui komunikasi seseorang
dapat berbicara, mengenal, mengevaluasi, meyakinkan diri sendiri,
mempertimbangkan berbagai keputusan yang diambil, dan menyiapkan
pesan yang akan disampaikan kepada orang lain. Melalui komunikasi
antar pribadi seseorang dapat berinteraksi dengan orang lain, mengenal
orang lain, dan mengungkapkan diri kepada orang lain.
Komunikasi berasal dari bahasa latin ”communication” yang
berarti pertukaran pikiran. Jadi komunikasi oleh sebagian orang dianggap
sebagai proses pemberitahuan dari satu pihak ke pihak lain, yang dapat
berupa rencana – rancana, instruksi, petunjuk, dan sarana. Muhammad
(2000) mengungkapkan bahwa komunikasi adalah pertukaran pesan
verbal maupun non verbal antara si pengirim dengan si penerima pesan
untuk mengubah tingkah laku. Pengirim pesan dapat berupa individu,
kelompok maupun suatu organisasi demikian juga dengan si penerima
pesan. Proses komunikasi berlangsung melalui tahapan – tahapan tertentu
dan berkesinambungan, berubah – ubah dan tidak berakhir. Proses
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
komunikasi merupakan proses yang timbal balik karena si pengirim dan si
penerima saling mempengaruhi.
Dalam suatu organisasi komunikasi mempunyai arti penting. Salah
satu bentuk komunikasi yang digunakan dalam organisasi adalah
komunikasi interpersonal. Rogers (dalam Liliweri, 1991) mengemukakan
bahwa komunikasi antar pribadi merupakan komunikasi dari mulut ke
mulut yang terjadi dalam interaksi tatap muka antara dua atau lebih
pribadi.
Komunikasi interpersonal merupakan pengiriman informasi atau
pesan oleh seseorang dan diterima oleh orang lain dan mendapatkan
umpan balik secara langsung (De Vito, 1997). Muhammad (2000)
menyatakan bahwa komunikasi interpersonal adalah proses pertukaran
informasi antara seseorang dengan sekurangnya seorang yang lain atau
antara dua orang secara langsung dan mendapatkan umpan balik.
Komunikasi interpersonal membentuk suatu hubungan dengan orang lain.
Hubungan tersebut bisa menjadi hubungan yang intim, percakapan sosial,
interograsi, dan wawancara.
Johnson (dalam Supratiknya, 1995) merumuskan komunikasi
interpersonal sebagai komunikasi dua arah yang berlangsung apabila
pengirim pesan cukup leluasa mendapatkan umpan balik dari penerima
yang menangkap pesan yang dikirimnya. Komunikasi interpersonal
memudahkan terjadinya saling pemahaman dalam komunikasi dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
selanjutnya sangat menolong dalam mengembangkan suatu relasi yang
memuaskan bagi kedua belah pihak serta kerja sama yang efektif.
Ketrampilan komunikasi tidak serta merta ada sejak kita
dilahirkan, oleh karena itu untuk dapat memiliki kemampuan
berkomunikasi yang baik perlu proses pembelajaran dan pelatihan.
Memiliki ketrampilan dalam berkomunikasi sangat penting artinya untuk
menjaga kelangsungan komunikasi kita dengan orang lain. Seperti
ketrampilan – ketrampilan yang lainnya, ketrampilan komunikasi dapat
dipelajari dengan kiat – kiat tertentu (Johnson dalam Supratiknya, 1995).
Ketrampilan komunikasi interpersonal sangat penting dimiliki agar
terwujud komunikasi yang efektif. Ketrampilan komunikasi interpersonal
adalah tingkat dimana perilaku kita dalam komunikasi interpersonal sesuai
dengan situasi dan membantu kita mencapai tujuan komunikasi
interpersonal yang kita lakukan dengan orang lain ( Hardjana, 2003).
Johnson (dalam Supratiknya, 1995) mengungkapkan bahwa ketrampilan
dasar berkomunikasi sangat dibutuhkan untuk dapat memulai,
mengembangkan dan memelihara komunikasi yang produktif, hangat dan
akrab dengan orang lain.
Kemampuan seseorang untuk mengirim pesan secara efektif
disebut ketrampilan komunikasi interpersonal. Ketrampilan komunikasi
interpersonal meliputi banyak hal, seperti kemampuan untuk memahami
individu yang diajak bicara dan memahami cara mengirimkan pesan
secara efektif (De Vito, 1997).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa ketrampilan
komunikasi interpersonal adalah tingkat kemampuan seseorang untuk
melakukan proses pengiriman pesan antara minimal satu orang dengan
orang lain dan terjadi secara langsung, dengan efek umpan balik secara
langsung. Dalam proses komunikasi ini prilaku individu disesuaikan
dengan situasi dan dapat mencapai tujuan komunikasi interpersonal.
2. Komponen Dasar Komunikasi Interpersonal
Menurut De Vito (1997), komponen komunikasi interpersonal
dapat dibedakan menjadi beberapa komponen, yaitu antara lain ;
a. Pengirim dan Penerima Pesan
Istilah pengirim dan penerima pesan sebagai satu kesatuan yang tak
terpisahkan untuk menegaskan bahwa setiap orang yang terlibat
dalam komunikasi adalah sumber (pengirim) sekaligus penerima.
b. Kodifikasi dan dekodifikasi
Kodifikasi diartikan sebagai tindakan menghasilkan pesan, misalnya
berbicara atau menulis. Sedangkan dekodifikasi mengacu pada proses
untuk mengerti dan memahami pesan yang diterima dari pihak lain,
misalnya mendengarkan atau membaca.
c. Kompetensi
Kemampuan seseorang untuk mengirim pesan secara efektif disebut
kompetensi interpersonal. Kompetensi interpersonal meliputi banyak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
hal, seperti kemampuan untuk memahami individu yang diajak
bicara, memahami cara mengirimkan pesan secara efektif.
d. Pesan
Pesan adalah segala sesuatu yang ingin disampaikan kepada pihak
lain. Pesan ini bisa berupa ide, informasi, kepercayaan, harapan, dan
himbauan yang disampaikan baik secara langsung tatap muka
maupun tidak langsung. Dalam komponen ini juga mengacu pada
umpan balik, yaitu respon terhadap pesan yang diterima dari pengirim
pesan.
e. Saluran
Saluran adalah jalan yang dilalui oleh pesan dari pengirim pesan
kepada penerima pesan. Saluran yang biasa dalam komunikasi adalah
gelombang suara yang dapat kita dengar.
f. Noise atau Gangguan
Gangguan ini mengacu pada hal – hal yang mengganggu proses
komunikasi, sehingga terdapat perbedaan persepsi antara pesan yang
dikirim dengan pesan yang diterima.
g. Konteks
Terbagi menjadi tiga hal, yaitu ;
1.) Dimensi fisik, yaitu lingkungan dimana proses komunikasi
terjadi.
2.) Dimensi temporal, yaitu mencakup hitungan waktu disaat proses
komunikasi terjadi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
3.) Dimensi sosial psikologis, yaitu didalamnya termasuk status
sosial antara komunikan dan komunikator dan norma
masyarakat yang berlaku.
h. Efek
Efek komunikasi dirasakan oleh pihak – pihak yang terlibat dalam
proses komunikasi tersebut, biasanya bersifat personal.
i. Etika
Etika dalam komunikasi terkait dengan falsafah hidup setiap individu,
sehingga sukar untuk menyarankan pedoman yang berlaku bagi
semua orang. Dapat dikatakan bahwa komunikasi yang etis adalah
bila menjamin kebebasan seseorang dalam memilih dengan
memberikan dasar informasi yang akurat.
3. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Komunikasi Interpersonal
Lunandi (1994) menjelaskan faktor – faktor yang mempengaruhi
komunikasi interpersonal, yaitu ;
a. Citra diri
Gambaran setiap individu mengenai dirinya sendiri sangat
mempengaruhi bagi cara individu berbicara, menjadi penyaring bagi
apa yang dilihat, dan penilaiannya terhadap segala yang berlangsung di
sekitarnya. Citra diri menentukan persepsi dan ekspresi seseorang. Bila
seseorang memiliki citra diri positif , ia akan lebih terbuka dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
menghargai perbedaan dengan orang lain sehingga komunikasi akan
terasa lebih menyenangkan.
b. Citra pihak lain
Orang lain memiliki gambaran tersendiri tentang diri seseorang dan
dengan gambaran tersebut mereka berkomunikasi. Citra dari pihak lain
memiliki perpaduan yang kuat untuk menentukan gaya dan ciri
seseorang ketika berkomunikasi.
c. Lingkungan fisik
Setiap tempat memiliki norma tersendiri yang harus dihormati.
Lingkungan fisik memberikan batasan manusia untuk berperilaku.
Seseorang mungkin akan lebih banyak berbisik ketika berada ditempat
ibadah atau di rumah sakit dan lebih suka berteriak ketika di rumah
sendiri.
d. Lingkungan sosial
Untuk mencapai komunikasi yang efektif, seseorang harus memiliki
kepekaan terhadap lingkungan dimana ia berada dan membedakan
lingkungan yang satu dengan lingkungan yang lain.
e. Kondisi
Seseorang tidak selamanya berada dalam kondisi yang sehat.
Seseorang secara fisik kadang merasa letih dan lesu. Selain itu kondisi
emosional seseorang juga sangat mempengaruhi proses komunikasi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
f. Bahasa tubuh
Bahasa tubuh dapat menjadi medium pesan yang dikirimkan. Melalui
gerakan tubuh, tatapan mata, ekspresi wajah, kecepatan, dan volume
suara orang lain menafsirkan pesan apa yang ingin dikirimkan lawan
bicara. Komunikasi yang efektif haruslah disertai dengan bahasa tubuh
yang positif dan tepat.
4. Ketrampilan Komunikasi Interpersonal Perawat dengan Pasien
Komunikasi biasa terjadi antara dua orang atau sekelompok orang
dan terjadi dalam keperawatan profesional, misalnya; perawat/pasien,
perawat/perawat, atau perawat/dokter/personalia. Ellis (1999)
mengungkapkan bahwa komunikasi interpersonal merupakan fokus dari
hubungan perawat dengan pasien yang menggunakan bahasa verbal
maupun unsur – unsur lain yang berkaitan.
Ketrampilan komunikasi interpersonal perawat yang dimaksud
dalam penelitian ini adalah ketrampilan komunikasi interpersonal perawat
dengan pasien. Komunikasi interpersonal perawat dengan pasien yaitu
proses komunikasi antara perawat dan pasien yang terjadi secara langsung
dan mendapat umpan balik secara langsung pula. Melalui proses
komunikasi interpersonal, keduanya berinteraksi dan dapat menjadi
penerima maupun pengirim pesan. Penerima pesan secara aktif terlibat
dalam proses komunikasi dan memberikan umpan balik secara langsung.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
Ketrampilan komunikasi interpersonal yaitu tingkat kemampuan
seseorang untuk mengirim dan menerima pesan secara efektif.
Ketrampilan komunikasi interpersonal meliputi kemampuan untuk
memahami individu yang diajak bicara dan memahami cara mengirimkan
pesan secara efektif (De Vito,1997).
Ketrampilan komunikasi interpersonal perawat dengan pasien
adalah tingkat kemampuan perawat dalam melakukan komunikasi
interpersonal dengan pasien dalam memberikan pelayanan keperawatan
kepada pasien yang terdiri dari keramahan, perhatian, kesopanan,
kesabaran, dan ketulusan ([email protected]).
Dari uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa ketrampilan
komunikasi interpersonal perawat adalah tingkat kemampuan perawat
dalam melakukan komunikasi interpersonal dengan pasien dalam
memberikan pelayanan keperawatan kepada pasien yang terdiri dari
keramahan, perhatian, kesopanan, kesabaran, dan ketulusan sehingga
terjalin hubungan yang harmonis antara perawat dengan pasien.
5. Indikator Ketrampilan Komunikasi Interpersonal Perawat dengan
Pasien
Menurut Kariyoso (1994), ada beberapa sikap perawat yang dapat
mendukung terciptanya komunikasi yang efektif dengan pasien. Sikap –
sikap yang mencerminkan ketrampilan komunikasi interpersonal yang
harus dimiliki perawat yaitu:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
a. Sikap terbuka
Pembukaan diri adalah mengungkapkan tanggapan kita
terhadap situasi yang sedang kita hadapi serta memberikan
informasi tentang masa lalu yang relevan dan berguna untuk
dimasa kini.
b. Muka manis
Tugas perawat adalah membantu perawatan pasien yang
menderita penyakit. Keadaan dalam diri pasien yang sakit
tentunya menimbulkan berbagai perasaan negatif dan bahkan
tekanan jiwa dalam diri pasien.
Perawat sedapat mungkin membantu pasien dengan
memberikan hiburan agar perasaan pasien menjadi nyaman dan
tenang. Dalam hal ini perawat yang berperanan dalam
menumbuhkan perasaan positif dalam diri pasien yaitu dengan
penampilan yang menarik dan menunjukkan bahasa non verbal
yang positif.
c. Saling percaya
Perlu adanya kepercayaan dari keluarga pasien, pasien itu
sendiri, teman sekerja, dokter, dan supervisor untuk melakukan
tugas perawatan. Lebih dari itu harus ada kepercayaan akan diri
sendiri akan ketulusan hati dan itikad baik perawat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
d. Rendah hati
Seorang perawat harus dapat meninggalkan kesan pada
orang lain melalui perbuatan dan tindakannya bukan karena
ucapan yang memuji dirinya sendiri.
e. Dapat menjadi pendengar yang baik
Seorang perawat selain harus memiliki ketrampilan
komunikasi yang baik, dalam menjalin hubungan dengan pasien
juga harus memiliki ketrampilan yang baik untuk mendengarkan.
Perlu adanya usaha untuk menghormati dan menghargai pasien
serta dengan teman sekerja maupun atasan.
Menurut Johnson (dalam Supratiknya,1997), ada beberapa
ketrampilan dasar dalam berkomunikasi dengan orang lain, yaitu;
pembukaan diri, mampu mendengarkan lawan bicara, mampu
mengkomunikasikan gagasan atau ide dengan baik, penerimaan terhadap
orang lain dan mampu memecahkan konflik antarpribadi.
Menurut De Vito (1997) komunikasi interpersonal yang efektif
dapat terwujud apabila disertai beberapa kemampuan, yaitu:
a. Keterbukaan yang terdiri dari 3 aspek, yaitu:
1. Keinginan untuk berinteraksi terbuka dengan orang lain, yaitu
kesediaan pelaku komunikasi untuk memberikan informasi –
informasi tentang dirinya kepada orang lain.
2. Keinginan untuk menanggapi secara jujur semua stimuli yang
datang. Keterbukaan dalam hal ini ditunjukkan dengan merespon
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
secara spontan dengan memberikan umpan balik terhadap pesan
dari orang lain
3. Kesediaan untuk mengungkapkan sikap, perasaan dan pendapat
yang dimiliki secara jelas. Keterbukaan dalam hal ini ditunjukkan
dengan kemampuan untuk mengkomunikasikan secara jelas
sikap, perasaan dan pendapat yang dimiliki tentang suatu hal.
b. Empati, yaitu merasakan dan memahami dalam cara yang sama
dengan apa yang dirasakan oleh orang lain tanpa kehilangan identitas
diri. Melalui empati kita berusaha melihat seperti orang lain melihat,
merasakan seperti orang lain merasakan. Keakuratan empati meliputi
sensitivitas untuk merasakan kejadian – kejadian saat tidak mampu
mengerti tanda – tanda yang diucapkan ketika komunikasi
berlangsung.
c. Dukungan baik yang terucap maupun yang tidak terucapkan seperti
senyuman dan anggukan kepala. Menurut Gibb (dalam De Vito,1997)
menyatakan bahwa dukungan kepada orang lain dalam komunikasi
interpersonal dapat dinyatakan melalui sikap ;
1. Deskripsi, jika seseorang dihadapkan pada situasi komunikasi
yang deskripsi maka ia akan bebas mengungkapkan sikap,
perasaan, dan pikiran.
2. Provisionalism, adalah kemampuan seseorang untuk berfikir
secara terbuka, mau menerima pandangan orang lain yang
berbeda dengan pandangannya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
d. Kepositifan yang terdiri dari 3 aspek, yaitu:
1. Komunikasi interpersonal akan berhasil apabila terdapat
perhatian yang positif terhadap diri seseorang.
2. Komunikasi interpersonal akan terpelihara baik bila suatu
perasaan positif terhadap orang lain dikomunikasikan.
3. Perasaan positif dalam situasi komunikasi interpersonal sangat
bermanfaat untuk pengefektifan kerjasama.
f. Kesamaan pribadi bertujuan agar masing – masing pihak yang
berkomunikasi merasa dihargai dan dihormati sebagai manusia yang
mempunyai sesuatu yang penting untuk dikontribusikan kepada orang
lain.
Dari uraian tersebut diatas, penulis memilih beberapa indikator
ketrampilan komunikasi interpersonal perawat-pasien yang akan
digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut;
a. Empati; merasakan dan memahami dengan cara menempatkan diri
kita pada situasi dan kondisi yang dihadapi orang lain.
b. Kemampuan untuk mendengarkan; perawat mampu menanggapi
dengan tepat dan mampu memdengarkan keluhan – keluhan pasien
serta memahami penderitaan pasien.
c. Membangun keterbukaan; perawat mampu terlibat dalam
perbincangan dengan pasien dan tidak menutup diri dengan
memberikan informasi yang menunjang kesembuhan pasien.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
d. Membangun kepercayaan sehingga dapat membangun kerjasama
dan penghargaan positif pada pasien.
e. Rendah hati; seorang perawat harus dapat meninggalkan kesan pada
orang lain melalui perbuatan dan tindakannya bukan karena ucapan
yang memuji dirinya sendiri.
D. Hubungan Antara Ketrampilan Komunikasi Interpersonal Perawat
Dengan Pasien Dan Stres Kerja Perawat Di Rumah Sakit
Perawat sebagai praktisi kesehatan sangat rentan terhadap stres. Hal
ini disebabkan oleh banyak sumber stres. Sumber stres perawat bisa berupa
beban kerja yang terlalu berat maupun kegagalan perawat dalam melakukan
proses penyembuhan dan pelayanan pasien.
Perawat cenderung memiliki tingkat stres yang tinggi. Hal ini
disebabkan oleh tugas keperawatan itu sendiri dan lingkungan kerjanya.
Berbagai ketegangan yang terjadi dan dialami dalam lingkungan kerjanya
dapat menimbulkan berbagai macam gejala stres, antara lain; tekanan darah
naik, kecemasan, ketidakmampuan berkonsentrasi, gangguan prilaku dan lain
– lain (Robbins,2005). Dalam profesi kesehatan khususnya perawat hal
tersebut sangat mengganggu karena tanggungjawab mereka yang sangat besar
pada kehidupan pasiennya. Maka stres pada perawat perlu diperhatikan dan
dilakukan usaha pencegahan.
Robbins (2005) mengungkapkan bahwa faktor organisasional yang
mempengaruhi stres kerja antara lain adanya konflik interpersonal. Menurut
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
Gray-Toff dan Anderson (dalam Abraham Charles & Shanley E,1997), stres
kerja pada perawat dipengaruhi oleh faktor organisasional yang terdiri dari;
ketegangan peran, hubungan interpersonal (dengan teman sekerja, dengan
dokter/ supervisor, dan dengan pasien), jenis kepemimpinan organisasi dan
tuntutan pekerjaan. Nampak bahwa hubungan interpersonal atau relasi dengan
orang lain yang baik adalah faktor penting yang menyebabkan seseorang
supaya tidak mudah mengalami stres.
Menurut Johnson (dalam Supraktinya, 1995) keefektifan hubungan
interpersonal ditentukan oleh ketrampilan individu dalam mengkomunikasikan
secara jelas informasi yang ingin disampaikan. Jelas bahwa ketrampilan
komunikasi interpersonal adalah faktor penting dalam menjalin hubungan
interpersonal.
Hubungan interpersonal yang terjalin dengan baik dapat membentuk
citra diri seseorang. Seseorang yang memiliki citra diri positif dapat
memahami diri sendiri, baik kelebihan maupun kelemahannya serta memiliki
kemampuan untuk mengembangkan diri sehingga mampu mengatasi masalah.
Citra diri positif dapat menumbuhkan keyakinan untuk menyelesaikan segala
masalah. Keyakinan tersebut disebut efikasi diri. Efikasi diri adalah keyakinan
seseorang terhadap kemampuannya untuk mengorganisasikan dan
melaksanakan serangkaian tindakan yang dibutuhkan untuk mencapai tipe –
tipe performansi yang telah direncanakan (Bandura,1986). Menurut Bandura
(1986), individu yang memiliki efikasi diri tinggi cenderung lebih toleran
terhadap tekanan atau situasi yang menimbulkan kecemasan atau ketegangan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
Perawat adalah tenaga kesehatan yang intens dan lama berinteraksi
dengan pasien. Mutu pelayanan di rumah sakit sangat ditentukan oleh kinerja
perawat. Suatu hubungan yang harmonis antara perawat dengan pasien sangat
dibutuhkan dalam proses penyembuhan dan keselamatan pasien. Oleh karena
itu, ketrampilan komunikasi interpersonal antara perawat dengan pasien yang
efektif sangat diperlukan untuk menjalin hubungan yang harmonis antara
perawat dengan pasiennya dan untuk meminimalkan munculnya stres kerja
pada perawat agar tercapai tujuan mutu pelayanan dalam rumah sakit.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang
negatif antara ketrampilan komunikasi interpersonal perawat dan stres kerja
pada perawat. Ketrampilan komunikasi intepersonal perawat yang baik akan
meminimalkan resiko stres kerja pada perawat, dan sebaliknya ketrampilan
komunikasi interpersonal perawat yang buruk akan menimbulkan stres kerja
yang tinggi pada perawat. Hubungan antara ketrampilan komunikasi
interpersonal perawat dan stres kerja perawat dapat dilihat dengan jelas dalam
skema dibawah ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Skema 2.1 Hubungan antara Ketrampilan Komunikasi Interpersonal Perawat dan Stres Kerja Perawat
PERAWAT
TUGAS PERAWAT Menjalankan pesanan dokter Menjalankan intervensi keperawatan
Bertanggungjawab terhadap pasien
STRESSOR KEPERAWATAN Beban kerja (overload & underload) Konflik peran Kegagalan merawat pasien Kesulitan merawat pasien kritis
Dampak Positif Hubungan Interpersonal • Relasi/ interaksi yang baik akan
berpengaruh pada mood perawat. • Citra diri perawat positif Efikasi diri
perawat tinggi : keyakinan perawat atas kemampuannya menanggulangi stressor.
• Menpermudah pemecahan masalah : dengan berelasi maka dapat mengatasi konflik bersama.
Ketrampilan komunikasi
interpersonal perawat dengan
pasien tinggi
Hubungan Interpersonal
perawat dengan pasien tinggi
STRES KERJA RENDAH
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
D. Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah ada hubungan negatif yang
signifikan antara ketrampilan komunikasi interpersonal perawat dengan pasien
dan stres kerja pada perawat.
8
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif korelasional yaitu
penelitian yang bertujuan untuk mencari suatu hubungan dari dua variabel.
Sesuai dengan sifatnya, penelitian ini ingin mencari hubungan antara
ketrampilan komunikasi interpersonal perawat dan stres kerja perawat.
B. Identifikasi Variable Penelitian
Variabel – variabel yang diidentifikasi dalam penelitian ini yaitu antara
lain:
1. Variabel Bebas : Ketrampilan Komunikasi Interpersonal Perawat
2. Variabel Tergantung : Stres Kerja Perawat
C. Definisi Operasional
1. Stres Kerja Perawat
Stres kerja merupakan suatu reaksi fisiologis, psikologis, dan perilaku
yang muncul akibat ketegangan, ketidaknyamanan, dan adanya
kondisi mengancam yang dirasakan dalam diri individu karena adanya
ketidakseimbangan antara kemampuan individu dengan tuntutan
pekerjaan. Dalam penelitian ini, stres kerja perawat diukur dengan
menggunakan skala pengukuran stres kerja. Skala stres kerja
44
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
ditunjukkan oleh gejala - gejala stres kerja yang muncul pada
individu. Gejala stres ditentukan dalam berbagai aspek penting
meliputi: gangguan fisik, gangguan psikologis, dan gangguan tingkah
laku. Tingkat stres diungkap dengan skor total skala, semakin tinggi
skor total skala maka semakin tinggi tingkat stres kerja dan semakin
rendah skor total skala maka semakin rendah tingkat stres kerjanya.
2. Ketrampilan Komunikasi Interpersonal Perawat dengan Pasien
Ketrampilan komunikasi interpersonal perawat dengan pasien adalah
tingkat kemampuan perawat untuk berkomunikasi dengan pasien
secara efektif. Dalam penelitian ini, ketrampilan komunikasi
interpersonal perawat dengan pasien dilihat dengan menggunakan
skala pengukuran ketrampilan komunikasi interpersonal perawat
dengan pasien. Skala ketrampilan komunikasi interpersonal perawat
dengan pasien dibatasi dengan beberapa indikator yaitu; empati,
kemampuan untuk mendengarkan pasien, membangun keterbukaan,
mampu membangun kepercayaan dan kerendahan hati. Ketrampilan
komunikasi interpersonal perawat dengan pasien yang baik dapat
diungkap dengan skor total skala, semakin tinggi skor total skala maka
semakin tinggi ketrampilan komunikasi interpersonalnya dan semakin
rendah skor total skala maka semakin rendah ketrampilan komunikasi
interpersonal perawat dengan pasien.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
D. Subyek
Karakteristik subjek perawat yang akan diambil sebagai subjek
penelitian ditentukan dengan beberapa persyaratan. Dengan kriteria sebagai
berikut;
1. Dilihat dari lamanya bekerja, subjek yang akan diteliti bekerja minimal 1
tahun. Batasan ini dibuat dengan asumsi bahwa perawat yang telah
bekerja minimal 1 tahun telah dapat menyesuaikan diri dengan
pekerjaannya, selain itu perawat telah memahami bidang pekerjaannya.
2. Berjenis kelamin wanita, karena reaksi – reaksi hormonal perempuan
terhadap sejumlah stressor lebih tinggi dari pada laki-laki (Smet,1994).
Oleh karena itu, peneliti ingin mengontrol sifat dan karakter subyek
penelitian dengan kontrol jenis kelaminnya.
3. Berusia antara 18 – 40 tahun, batasan usia ini adalah usia produktif
individu pada umumnya.
Subyek penelitian dalam penelitian ini yang sesuai dengan
karakteristik diatas akan diambil dari sejumlah perawat yang bekerja di RSU
Palang Biru Kutoarjo dan RSUD Saras Husada Purworejo. Pemilihan kedua
rumah sakit tersebut berdasarkan pada pertimbangan bahwa dengan
mengambil dua kelompok subjek dari latar belakang organisasi yang berbeda
maka hasil penelitian akan lebih representatif dan lebih dapat
digeneralisasikan. Persamaan perawat dari kedua rumah sakit yang diambil
sebagai subjek adalah perawat yang memberikan pelayanan medis pada
pasien. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
E. Prosedur Penelitian
1. Membuat skala penelitian yang terdiri dari skala ketrampilan komunikasi
interpersonal perawat dengan pasien dengan skala stres kerja perawat
untuk diuji coba pada kelompok subjek yang memiliki karakteristik yang
sama dengan kelompok subjek penelitian.
2. Melakukan uji kesahihan item dan reliabilitas skala untuk mendapatkan
item yang sahih dan skala yang reliabel.
3. Menentukan subjek penelitian dan mengukur tingkat ketrampilan
komunikasi interpersonal perawat dengan pasien dan tingkat stres kerja
perawat dengan cara mengisi skala yang sudah reliabel dan lolos seleksi.
4. Menganalisis data yang masuk menggunakan korelasi Product Moment
dari Pearson.
5. Membuat kesimpulan berdasarkan hasil analisis.
F. Metode Pengumpulan Data
1. Skala Stres Kerja Perawat
Skala stres kerja perawat bertujuan untuk mengungkap tingkat
stres kerja yang dialami oleh perawat di rumah sakit. Metode penyusunan
skala yang digunakan adalah Summated Rating dengan menggunakan
skala Likert, yang telah dimodifikasi menjadi 4 kategori jawaban dan
menyatakan frekuensi yaitu amat sering (AS), sering (S), jarang (J), dan
amat jarang (AJ). Dimana butir pertanyaannya terdiri atas pertanyaan
favorable dan unfavorable. Peneliti hanya menyediakan empat alternatif
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
jawaban dengan maksud untuk menghindari bias yang terjadi apabila
diberikan lima alternatif jawaban dengan adanya pilihan tengah. Ini
didasarkan pada pendapat Hadi (1991) yang mengatakan walaupun
pilihan tengah dapat berarti netral atau kadang – kadang namun
ditemukan bahwa subjek memiliki kecenderungan untuk memilih
jawaban ditengah (central tendency effect).
Setiap jawaban pada setiap item di skor dengan nilai kategori
jawaban. Nilai jawaban diberi bobot 1 sampai 4. Item – item favorable,
jawaban amat sering (AS) = 4 , sering (S) = 3, jarang (J) = 2, amat jarang
(AJ) = 1. Item – item unfavorable, jawaban amat sering (AS) = 1 , sering
(S) = 2, jarang (J) = 3, amat jarang (AJ) = 4.
Skor total subjek pada skala ini adalah penjumlahan seluruh skor
setiap item. Semakin tinggi skor total subjek, maka semakin tinggi stres
kerja yang dialami perawat. Begitu pula sebaliknya, semakin rendah skor
total subjek maka tingkat stres kerjanya rendah.
Berikut ini adalah tabel spesifikasi skala stres kerja dengan nomor
– nomor item skala untuk uji coba.
Tabel 3.1 Tabel Indikator dan Distribusi Skala Stres Kerja untuk Item Uji
Coba Nomor item Jumlah item
Indikator Favorable Unfavorable Fav Unfav
Total Item (%)
a. Gangguan fisik 1. Sakit kepala/ pusing 2. Sulit tidur (insomnia) 3. Tekanan darah tinggi 4. Gangguan pernafasan
3 32 13 49
33 2 43 19
1 1 1 1
1 1 1 1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
5. Detak jantung meningkat
6. Kelewat berkeringat 7. Sakit punggung 8. Ketegangan otot 9. Gangguan pencernakan 10. Kehilangan energi
b. Gangguan psikologis 1. Gelisah/ cemas/ gugup 2. merasa tertekan. 3. sensitif berlebihan 4. Mudah marah 5. kebosanan 6. merasa bingung 7. lelah secara mental 8. daya konsentrasi turun 9. turunnya semangat
hidup 10. ketidakpuasan kerja
c. Gangguan tingkah laku 1. gangguan pola makan 2. penggunakan obat-
obatan 3. Menunda pekerjaan 4. menghindari pekerjaan 5. menurunnya prestasi 6. meningkatnya absensi 7. kualitas hubungan
interpersonal menurun 8. spontanitas menurun 9. menurunnya kreativitas.
52
58 46 10 37 25
38 23 44 41 34 26 17 50 5
31
27,42 48
21 29 15 9 30
54 6
22
28 16 40 7 55
8 53 14 11 4 56 47 20 35 1
12,57 18
51 59 45 39 60
24 36
1 1 1 1 1 1
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
2 1 1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
2 1 1 1 1 1 1 1 1
20
(33,3%)
20 (33,3%)
20 (33,3%)
Total 30 30 60
(100%)
2. Skala Ketrampilan Komunikasi Interpersonal Perawat
Skala ini bertujuan untuk mengungkap tingkat ketrampilan
komunikasi interpersonal yang dimiliki oleh perawat di rumah sakit.
Metode penyusunan skala yang digunakan adalah metode Summated
Rating dengan menggunakan skala Likert, yang telah dimodifikasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
menjadi 4 kategori jawaban yaitu sangat sangat sesuai (SS), sesuai (S),
tidak sesuai (TS), sangat tidak sesuai (STS). Dimana butir pertanyaannya
terdiri atas pernyataan favorable dan unfavorable. Peneliti hanya
menyediakan empat alternatif jawaban dengan maksud untuk
menghindari bias yang terjadi apabila diberikan lima alternatif jawaban
dengan adanya pilihan tengah. Ini didasarkan pada pendapat Hadi (1991)
yang mengatakan walaupun pilihan tengah dapat berarti netral atau
kadang – kadang namun ditemukan bahwa subjek memiliki
kecenderungan untuk memilih jawaban ditengah (central tendency effect).
Setiap jawaban pada setiap item di skor dengan nilai kategori
jawaban. Nilai jawaban diberi bobot 1 sampai 4. Item – item favorable,
jawaban sangat sesuai (SS) = 4 , sesuai (S) = 3, tidak sesuai (TS) = 2,
sangat tidak sesuai (STS) = 1. Item – item unfavorable, jawaban sangat
sesuai (SS) = 1 , sesuai (S) = 2, tidak sesuai (TS) = 3, sangat tidak sesuai
(STS) = 4.
Skor total subjek pada skala ini adalah penjumlahan seluruh skor
setiap item. Semakin tinggi skor total subjek, maka semakin tinggi
ketrampilan komunikasi perawat. Begitu pula sebaliknya, semakin rendah
skor total subjek maka ketrampilan komunikasinya rendah. Berikut ini
adalah tabel spesifikasi skala ketrampilan komunikasi interpersonal
perawat dengan nomor – nomor item skala untuk uji coba.
Skala ketrampilan komunikasi interpersonal perawat dengan
pasien yang digunakan dalam penelitian ini dijelaskan pada tabel 3.2.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
Tabel 3.2 Tabel Indikator dan Distribusi Skala Ketrampilan Komunikasi
Interpersonal Perawat dengan Pasien untuk Item Uji Coba
Nomor item Jumlah
item Total Indikator Ketrampilan
Komunikasi Perawat favorable unfavorable favo unfa
a. Empati 6,11,21, 36,46, 56
1, 16, 26, 31, 41,51 6 6 12
(20%) b. Kemampuan
mendengarkan pasien 7,17,27, 32,42,52
2,12, 22, 37,47,57 6 6 12
(20%)
c. Membangun
keterbukaan dengan
pasien
3, 13, 23, 38, 48, 58
8,18, 28, 33,43,53 6 6 12
(20%)
d. Membangun
Kepercayaan 9, 19,29, 34, 44, 54
4,14,24, 39, 49,59,
6
6
12 (20%)
e. Kerendah hati 5, 15, 25, 30, 40,50
10,20,35, 45,55,60 6 6 12
(20%) Total 30 30 60
(100%)
G. Pertanggungjawaban Alat Ukur
1. Validitas
Validitas didefinisikan sebagai tingkat kemampuan suatu alat ukur
untuk mengungkap sesuatu yang menjadi sasaran dan tujuan dalam
penelitian menggunakan alat ukur tersebut. Suatu tes dikatakan memiliki
validitas yang tinggi apabila alat tersebut menjalankan fungsi ukurnya atau
memberikan hasil ukur yang tepat dan akurat sesuai dengan maksud
dilakukannya pengetesan tersebut. Tes yang menghasilkan data yang tidak
relevan dengan tujuan pengukuran dikatakan sebagai tes yang memiliki
validitas rendah (Azwar, 1999).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
Pada penelitian ini, pengujian terhadap validitas alat ukur dilakukan
menggunakan metode validitas isi. Pengujian validitas isi ini tidak melalui
analisis statistika, melainkan menggunakan analisis rasional atau
profesional judgement (Azwar,1999). Dalam hal ini peneliti melakukan
analisis rasional terhadap item – item yang telah disusun untuk melihat
kesesuaian antara item dengan blue print nya. Blue print yang disusun
telah sesuai dengan batasan domain ukur yang telah ditetapkan dan
mengandung aspek – aspek yang bersangkutan. Untuk menghindari bias
subjektivitas dalam analisis rasional ini maka diperlukan penilai lain selain
peneliti, oleh karena itu analisis rasional ini dilakukan juga oleh Dosen
Pembimbing.
2. Seleksi Item
Seleksi item dilakukan dengan tujuan untuk memilih item – item
yang berkualitas. Seleksi item dalam penelitian ini dilakukan dengan
melihat koefesien korelasi item total (rit) yaitu konsistensi antara fungsi
item dan fungsi sakla secara keseluruhan (Azwar, 1999). Analisis data
dilakukan dengan menggunakan teknik Alpha dari program SPSS for
windows version 13.0. kriteria yang digunakan adalah rit ≥ 0.30. Azwar
(1999) menjelaskan bahwa item yang mencapai koefesien korelasi
minimal 0.30 memiliki daya beda yang memuaskan. Koefesien korelasi
0.30 juga berarti bahwa item – item yang telah memenuhi kriteria tersebut
mampu membedakan antara individu yang memiliki dan yang tidak
memiliki atribut yang diukur. Berdasarkan kriteria tersebut maka diketahui
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
ada 51 item sahih dan 9 item gugur pada skala ketrampilan komuniksi
interpersonal perawat dengan pasien. Nomor item yang gugur antara lain;
10,35,37,41,45,47,55,56, dan 59.
Pada skala stres kerja perawat bila menggunakan standar rit ≥ 0.30
maka ada sejumlah item pada indikator yang sama gugur sehingga
indikator tersebut tidak terwakili dalam item. Oleh karena itu standar rit
diturunkan menjadi rit ≥ 0.25. Berdasarkan kriteria tersebut maka diketahui
ada 53 item sahih dan 7 item gugur dalam skala stres kerja perawat.
Berikut ini adalah tabel distribusi item dalam tiap aspek dan
indikator item try out:
Tabel 3.3 Distribusi item tiap aspek skala stres kerja setelah try out
Sahih Gugur Indikator F UF F UF Total item
sahih a. Gangguan fisik
1. Sakit kepala/ pusing 2. Sulit tidur (insomnia) 3. Tekanan darah tinggi 4. Gangguan pernafasan 5. Detak jantung meningkat 6. Kelewat berkeringat 7. Sakit punggung 8. Ketegangan otot 9. Gangguan pencernakan 10. Kehilangan energi
3 32 -
49 -
58 46 10 37 25
33 2 43 19 22 -
16 40 7 55
13
52
28
Jumlah item pada aspek A
8 9 2 1 17 (32,08%)
b. Gangguan psikologis 1. Gelisah/ cemas/ gugup 2. merasa tertekan. 3. sensitif berlebihan 4. Mudah marah 5. kebosanan 6. merasa bingung 7. lelah secara mental
38 23 44 41 34 26 -
8 53 14 11 4 56 47
17
-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
8. daya konsentrasi turun 9. turunnya semangat hidup 10. ketidakpuasan kerja
50 5 31
20 35 1
Jumlah item pada aspek B
9 10 1 0 19 (35,84%)
c. Gangguan tingkah laku 1. gangguan pola makan 2. penggunakan obat-obatan 3. Menunda pekerjaan 4. menghindari pekerjaan 5. menurunnya prestasi 6. meningkatnya absensi 7. kualitas hubungan
interpersonal menurun 8. spontanitas menurun 9. menurunnya kreativitas
42 48 21 29 - 9 30
54 6
12,57
- 51 59 45 39 60
24 36
27
15
18
Jumlah item pada aspek C
8 9 2 1 17 (32,08%)
Total
Distribusi jumlah item pada masing – masing aspek stres kerja di
atas dirasa sudah cukup proporsional. Dari hasil seleksi tersebut diperoleh
53 item yang sahih dan 7 item yang gugur. Nomor item yang gugur antara
lain; 13,15,17,18,27,28, dan 52. Berikut ini adalah tabel distribusi item
yang lolos seleksi dan diberi nomor baru.
Tabel 3.4 Distribusi item lolos seleksi sakla stres kerja pada tiap aspek
dengan nomor baru Nomor item Jmlh item
Indikator Favorable Unfavorable Fav Unfav
Total Item (%)
a. Gangguan fisik 1. Sakit kepala/ pusing 2. Sulit tidur (insomnia) 3. Tekanan darah tinggi 4. Gangguan pernafasan 5. Detak jantung
3 26 -
43 -
27 2 37 15 18
1 1 - 1 -
1 1 1 1 1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
meningkat 6. Kelewat berkeringat 7. Sakit punggung 8. Ketegangan otot 9. Gangguan pencernakan 10. Kehilangan energi
b. Gangguan psikologis 1. Gelisah/ cemas/ gugup 2. Merasa tertekan. 3. Sensitif berlebihan 4. Mudah marah 5. Kebosanan 6. Merasa bingung 7. Lelah secara mental 8. Daya konsentrasi turun 9. Turunnya semangat
hidup 10. Ketidakpuasan kerja
c. Gangguan tingkah laku 1. Gangguan pola makan 2. Penggunakan obat-
obatan 3. Menunda pekerjaan 4. Menghindari pekerjaan 5. Menurunnya prestasi 6. Meningkatnya absensi 7. Kualitas hubungan
interpersonal menurun 8. Spontanitas menurun 9. Menurunnya kreativitas.
51 40 10 31 21
32 19 38 35 28 22 -
44 5
25
36 42
17 23 - 9 24
47 6
-
14 34 7 48 8 46 13 11 4 49 41 16 29 1
12,50 -
45 52 39 33 53
20 30
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 - 1 1 1 1 1 1 - 1 1 1 1
- 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 - 1 1 1 1 1 1 1
17 (32,08%)
19 (35,84%)
17 (32,08%)
Total 25 28 53
(100%)
Pada tabel 3.5 dibawah ini menjelaskan distribusi item tiap aspek
pada skala ketrampilan komunikasi interpersonal perawat setelah diuji
cobakan pada 60 subjek perawat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
Tabel 3.5 Distribusi item tiap aspek skala ketrampilan komunikasi
interpersonal perawat setelah try out Nomor item
Indikator Sifat item
Sahih Gugur Jumlah item
F 6,11,21, 36,46 56 5
a. Empati UF 1, 16, 26, 31, 51 41 5
10
F 7,17,27, 32,42,52 - 6 b. Kemampuan
mendengarkan pasien UF 2,12, 22, 57 37,47 4 10
F 3, 13, 23, 38, 48, 58 - 6 c. Membangun
keterbukaan dengan pasien UF 8,18, 28,
33,43,53 - 6 12
F 9, 19,29,34, 44, 54 - 6 d. Membangun
Kepercayaan UF 4,14,24, 39, 49 59 5
11
F 5, 15, 25, 30, 40,50 - 6
e. Kerendah hati UF 20, 60 10,35, 45,55 2
8
Total 51 9 51
Distribusi jumlah item pada masing – masing aspek diatas
menunjukkan adanya ketimpangan antara jumlah item pada aspek
membangun keterbukaan dengan pasien dan membangun kepercayaan
dibandingkan ketiga aspek yang lain. Agar distribusi item pada masing –
masing aspek menjadi lebih proporsional maka beberapa item dalam aspek
membangun keterbukaan dengan pasien dan aspek membangun
kepercayaan tidak digunakan sebagai item dalam skala penelitian
meskipun item tersebut memenuhi kriteria rit ≥ 0.30. Item tersebut adalah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
item nomor 3 dan 43 untuk aspek membangun keterbukaan dengan pasien
sedangkan item nomor 44 untuk aspek membangun kepercayaan.
Pengguguran item tersebut dilakukan dengan pertimbangan bahwa item –
item tersebut memiliki koefesien rit yang paling rendah dibandingkan item
– item lain dalam kelompoknya. Dari hasil seleksi tersebut maka diperoleh
10 item pada aspek membangun keterbukaan dengan pasien dan 10 item
pada aspek membangun kepercayaan. Berikut ini adalah tabel distribusi
item yang lolos seleksi dan diberi nomor baru.
Tabel 3.6 Distribusi item lolos seleksi sakla ketrampilan komunikasi interpersonal
perawat pada tiap aspek dengan nomor baru
Nomor item Jumlah
item Total Indikator Ketrampilan
Komunikasi favorable unfavorable favo unfa
a. Empati 5,919, 33,38
1, 14, 24, 29, 42 5 5 10
(20,83%)b. Kemampuan
mendengarkan pasien 6,15,25, 30,37,43 2,10, 20, 46 6 4 10
(20,83%)
c. Membangun
keterbukaan dengan
pasien
11, 21, 34, 39, 47
7,16, 26, 31,44 5 5 10
(20,83%)
d. Membangun
Kepercayaan 8, 17,27, 32, 45
3,12,22, 35, 40
5
5
10 (20,83%)
e. Kerendah hati 4, 13, 23, 28, 36,41 18, 48 6 2 8
(16,67%)Total 27 21 48
(100%)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
3. Reliabilitas
Reliabilitas penelitian mengacu pada konsistensi atau
keterpercayaan hasil pengukuran, hasil pengukuran yang reliabel adalah
hasil pengukuran yang konsisten dan dapat dipercaya. Pengukuran yang
memiliki reliabilitas tinggi adalah pengukuran yang dapat menghasilkan
data yang reliabel. Reliabilitas dinyatakan dengan koefesien reliabilitas
yang angkanya berada pada rentang 0 sampai dengan 1,00. Semakin tinggi
koefesien reliabilitas alat ukur/ semakin mendekati 1,00, maka alat ukur
tersebut dapat memberikan hasil pengukuran yang reliabel ( Azwar, 1999).
Pengujian reliabilitas dalam penelitian ini dilakukan dengan
pendekatan konsistensi internal menggunakan koefesien reliabilitas Alpha
dari program SPSS for windows version 13.0. Nilai reliabilitas skala
dianggap memuaskan apabila koefesian Alpha > 0.90 karena perbedaan
yang tampak pada skor murni subjek hanya 10% dari perbedaan skor
tampak yang disebabkan oleh variasi eror pengukuran ( Azwar, 1999).
Skala stres kerja perawat pada penelitian ini memiliki koefesien
reliabilitas 0.930 dan skala ketrampilan komunikasi perawat memiliki
koefesien reliabilitas0.956. Nilai koefesien reliabilitas kedua skala tersebut
lebih besar dari 0.90, dengan demikian skala ini dapat memberikan hasil
pengukuran yang reliabel.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
H. Metode dan Teknik Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
korelasi product moment dari Pearson yang dilakukan untuk mengetahui
signifikansi hubungan negatif antara variabel bebas dan variabel tergantung.
Analisis item menggunakan bantuan program SPSS versi 13.0 for windows,
karena hipotesis dalam penelitian ini sudah terarah maka digunakan uji satu
ekor.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Rumah Sakit Umum ( RSU )
1. Rumah Sakit Umum Daerah ”Saras Husada” Purworejo
Pada masa pemerintahan pendudukan Belanda mendirikan rumah
sakit yang diberi nama Zeding Ziekenhuis. Rumah sakit tersebut digunakan
sebagai rumah sakit pendidikan bidan dan Mantri Veplegen. Pada masa itu
rumah sakit dipimpin oleh dokter ahli bedah bernama dr. Fentere. Selang
masuknya pemerintahan Jepang, dr. Fentere ditawan dan digantikan oleh
dr. Wardojo, sedangkan Zeding Ziekenhuis diganti nama dengan Rumah
Sakit Umum Daerah Purworejo.
Pada tahun 2005 berdasarkan keputusan Bupati Purworejo tentang
penetapan nama RSUD kabupaten Purworejo, memutuskan Saras Husada
sebagai nama identitas RSUD kabupaten Purworejo.
RSUD Saras Husada Purworejo adalah sebuah rumah sakit yang
dikelola oleh pemerintah dan tergolong dalam tipe B. Rumah sakit tipe B
berarti rumah sakit yang memberi pelayanan medis spesialis dan
subspesialis yang terbatas. Rumah sakit negeri adalah rumah sakit yang
tidak mencari keuntungan (nonprofit). Saras Husada memiliki makna
sebagai suatu tempat yang disediakan untuk mengobati warga masyarakat
agar sembuh dari sakit dan mencapai kesehatan jasmani dan rohani.
60
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
RSUD Saras Husada memiliki visi sebagai pusat rujukan di Jawa
Tengah pada tahun 2010. Sedangkan misi – misinya adalah;
a) Menyelenggarakan pelayanan prima dan paripurna secara profesional
dengan tidak meninggalkan fungsi sosial.
b) Melakukan upaya peningkatan mutu dan cakupan pelayanan sesuai
dengan etika dan standar pelayanan secara berkesinambungan.
c) Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan terutama di bidang
kesehatan.
d) Memberitahukan perhatian penuh terhadap karyawan sebagai aset yang
akan senantiasa dikembangkan.
Tujuan umum dari RSUD Saras Husada adalah; terselenggaranya
pelayanan kesehatan paripurna secara profesional, bermutu tinggi,
terjangkau seluruh lapisan masyarakat dengan mengutamakan kepuasan
pelanggan, terselenggaranya upaya peningkatan mutu dan cakupan
pelayanan sesuai dengan etika dan standar pelayanan secara
berkesinambungan dan terselenggaranya pendidikan dan pelatihan di
bidang kesehatan.
Strategi yang dilakukan oleh RSUD Saras Husada untuk
pengembangan organisasi adalah sebagai berikut;
a) Meningkatkan mutu pelayanan dalam memenuhi kepuasan pasien
melalui penerapan Total Quality Management.
b) Mengembangan sumber daya manusia melalui pendidikan dan latihan
sehingga tercapai profesionalisme yang tinggi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
c) Mengembangkan pola dan latihan kedokteran klinik dan keperawatan.
d) Meningkatkan efesiensi, efektifitas sumber daya agar produtivitas
meningkat.
e) Meningkatkan kerjasama antar karyawan dan instansi.
f) Mengembangkan pelayanan kesehatan unggulan untuk meningkatkan
daya saing.
2. Rumah Sakit Umum Palang Biru Kutoarjo
Rumah sakit Palang Biru Kutoarjo adalah salah satu upaya
pelayanan dibidang kesehatan milik Tarekat Suster – Suster Amalkasih
Darah Mulia yang dikelola oleh Yayasan swasta Santa. Upaya pelayanan
itu sebagai tanggapan para biarawati di Kutoarjo yang melihat kebutuhan
masyarakat akan pelayanan kesehatan. Pelayanan dimulai pada tahun 1952
oleh Sr. Yulita ADM dengan berkeliling dari desa ke desa untuk
memberikan pertolongan pada orang – orang sakit yang membutuhkan
bantuan.
RSU Palang Biru mengalami perkembangan yang pesat. Pelayanan
mulai berkembang bukan hanya orang – orang sakit tetapi juga ibu – ibu
hamil dan bayi – bayi sakit. Kebutuhan masyarakat yang meningkat
tersebut menjadikan pelayanan kesehatan di rumah sakit kini dikenal
dengan RB/BP Palang Biru.
Perkembangan kebutuhan pelayanan kesehatan terasa dari semula
RB hanya melayani ibu – ibu bersalin dan merawar bayi serta penitipan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
bayi – bayi premature dan sakit. Tetapi sejak tahun 1980 kadang – kadang
harus menerima penitipan bayi sakit dengan sakit ringan. Lama kelamaan
meningkat lagi , banyak orang sakit datang mendesak untuk opname baik
pasien perempuan maupun laki – laki.
Keadaan ini memaksa pengelola untuk mengambil sikap.
Meneruskan pelayanan menjadi Rumah Sakit Umum. Maka pada bulan
Februari 1997 terwujudlah cita – cita yayasan, keluar ijin sementara
Rumah Sakit untuk jangka waktu 6 bulan. Pada 5 Agustus 1997 ijin
sementara sampai 5 Februari 1998 kemudian diperpanjang lagi sampi
dengan 5 Agustus 1998. Akhirnya setelah perjalanan panjang pada tanggal
30 Oktober 1998 keluar ijin tetap Rumah Sakit yang harus diperbaharui
dan dipertanggungjawabkan keberadaannya 5 tahun kemudian.
RSU Palang Biru Kutoarjo adalah sebuah rumah sakit swasta yang
tergolong dalam tipe pratama. Rumah sakit tipe pratama adalah rumah
sakit yang memberikan pelayanan medis umum. Rumah sakit swasta
adalah rumah sakit yang dikelola oleh yayasan baik yang sifatnya mencari
keuntungan maupun tidak mencari keuntungan. RSU Palang Biru adalah
sebuah rumah sakit yayasan swasta yang berdiri di daerah kota madya.
RSU Palang Biru memiliki tujuan sebagai rumah sakit yang disediakan
untuk memberikan pelayanan dan pertolongan pada orang – orang sakit
yang membutuhkan bantuan dan tidak mencari keuntungan (nonprofit).
RSU Palang Biru memiliki visi yaitu terwujudnya pembelaan
hidup sampai tuntas dengan semangat komunio, profesional, hilistik, dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
hospitality bagi seluruh lapisan masyarakat terutama yang miskin.
Sedangkan misi – misinya adalah;
a) Mewujudkan pelayanan bembelaan hidup sampai tuntas
b) Membangun semangat komunio dan hospitality
c) Mengembangkan profesionalitas
d) Mengembangkan pelayanan yang hilistik.
Strategi yang dilakukan oleh RSU Palang Biru untuk
pengembangan organisasi adalah sebagai berikut;
a.) Mewujudkan pelayanan pembelaan hidup sampai tuntas, yaitu dengan;
1.) Hormat terhadap martabat hidup manusia
2.) Pelayanan tuntas
3.) Memenangkan orang miskin dalam setiap kebijakan
b.) Membangun semangat komunio dan hospitality, yaitu dengan;
1.) Pelayanan yang gembira, tulus, dan sehati sejiwa
2.) Pengembangan regiolitas
3.) Pengembangan hospitality
4.) Pengembangan jejaring
c.) Mengembangkan profesionalitas, yaitu dengan;
1.) Pengembangan pengetahuan, ketrampilan, sikap, dan perilaku
2.) Pengembangan integritas
d.) Mengembangkan pelayanan yang hilistik, yaitu dengan; budaya
melayani secara utuh.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
B. Pelaksanaan Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada akhir bulan Februari sampai dengan 9
Maret 2007 dengan cara menyebarkan skala pada perawat di ruang
keperawatan masing – masing. Peneliti memberikan waktu 1 minggu agar
para perawat dapat lebih leluasa untuk mengisikan skala yang diberikan,
mengingat kesibukan perawat yang sangat padat.
Di Rumah Sakit Umum Saras Husada disebarkan 53 dan diperoleh 37
skala yang memenuhi persyaratan untuk dianalisa. Di Rumah Sakit Umum
Palang Biru terdapat 34 skala yang disebarkan dan diperoleh 23 skala yang
dikembalikan. Skala yang dikembalikan yaitu 23 skala memenuhi syarat
sehingga dapat dianalisa semua. Jumlah subjek yang terkumpul dari kedua
rumah sakit adalah 60 subjek.
C. Deskripsi Subjek dan Data Penelitian
Subjek penelitian adalah 60 orang perawat yang terdiri dari 23 perawat
RSU Palang Biru Kutoarjo dan 37 perawat RSUD Saras Husada Purworejo.
Subjek perawat yang diambil dari keseluruhannya berjenis kelamin
perempuan, berusia antara 18 – 40 tahun dan sudah bekerja di rumah sakit
minimal 1 tahun.
Keseluruhan data hasil penelitian dapat dideskripsikan dalam tabel 4.1
di bawah ini:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
Tabel 4.1 Deskripsi Statistik Data Penelitian
Ketrampilan komunikasi Stres Kerja Statistik Teoritik Empirik Teoritik Empirik
N ( subjek ) 60 60 60 60 Skor maks 192 192 212 139 Skor min 48 85 53 56 Mean 120 138.5 132.5 97.5
Mean teoritik adalah rata – rata skor alat penelitian dan diperoleh
dari angka yang menjadi titik tengah alat ukur. Sedangkan mean empirik
adalah rata – rata skor data penelitian yang hasilnya diperoleh dari skor
yang merupakan rata – rata hasil penelitian.
Tabel di atas menunjukkan jumlah mean dari skala stres kerja
perawat sebesar 97,5. Nilai tertinggi yang diperoleh pada skala stres kerja
sebesar 139 sedangkan untuk nilai terendah didapat sebesar 56. Pada skala
ketrampilan komunikasi interpersonal perawat dengan pasien diperoleh
mean keseluruhan sebesar 138,5, untuk nilai tertinggi sebesar 192
sedangkan nilai terendah sebesar 85.
Sakla stres kerja perawat mean teoritiknya 132,5 lebih besar dari
mean empiriknya yaitu sebesar 97,5. Maka dari data di atas disimpulkan
bahwa subjek penelitian memiliki rata – rata stres kerja yang cenderung
rendah.
Mean teoritik skala ketrampilan komunikasi interpersonal perawat
dengan pasien diperoleh sebesar 120 sedangkan mean empiriknya sebesar
138,5. hal tersebut menunjukkan mean empirik subjek penelitian lebih
besar dari pada mean teoritiknya. Berdasarkan data di atas maka dapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
dilihat bahwa subjek penelitian memiliki rata – rata ketrampilan
komunikasi interpersonal perawat dengan pasien yang cenderung tinggi.
D. Analisis Data Penelitian
1. Uji Asumsi
a) Uji Normalitas
Uji normalitas merupakan analisis statistik yang pertama kali
dilakukan dalam rangka analisis data. Kepastian terpenuhinya syarat
normalitas akan menjamin langkah – langkah statistik selanjutnya
sehingga kesimpulan yang diambil dapat dipertangguangjawabkan. Uji
normalitas dilakukan dengan One Sample Kolmogorov Smirnov Test
dari program SPSS for windows version 13.00. Pengambilan keputusan
didasarkan pada besaran probabilitas (p). Jika p > 0,05 maka sebaran
dinyatakan normal, sebaliknya bila p < 0,05 maka sebaran dinyatakan
tidak normal. Hasil uji normalitas dapat dilihat pada tabel 4.2 di bawah
ini;
Tabel 4.2 Hasil Perhitungan Uji Normalitas Kolmogorov Smirnov
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
60 60154.57 95.9016.565 16.423
.090 .068
.061 .068-.090 -.065.700 .527.712 .944
NMeanStd. Deviation
Normal Parametersa,b
AbsolutePositiveNegative
Most ExtremeDifferences
Kolmogorov-Smirnov ZAsymp. Sig. (2-tailed)
Ketrampilankomunikasi Stres kerja
Test distribution is Normal.a.
Calculated from data.b.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
Hasil uji normalitas menghasilkan probabilitas (p) data
ketrampilan komunikasi interpersonal perawat dengan pasien sebesar
0,712 (p > 0,05) dan probabilitas (p) data stres kerja perawat sebesar
0,944 (p > 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa distribusi data pada
kedua sampel adalah normal.
b) Uji Linieritas
Uji linieritas dilakukan untuk mengetahui apakah hubungan
antara skor variabel stres kerja perawat dengan variabel ketrampilan
komunikasi interpersonal perawat dengan pasien merupakan garis
lurus atau tidak. Uji linearitas garis regresi dilakukan dengan
menghitung nilai F, yaitu dengan mempergunakan hipoitesis nol (Ho).
Jika nilai F yang ditemukan lebih kecil daripada p 0,05 maka garis
regresi itu linear.
Uji linearitas ini dilakukan dengan menggunakan program
SPSS for windows version 13.00. Hasil dari data uji yang dilakukan
dapat dilihat pada tabel 4.3 dibawah ini.
Tabel 4.3 Hasil Perhitungan Uji linearitas
ANOVA Table
12273.233 37 331.709 2.005 .0433381.320 1 3381.320 20.436 .0008891.914 36 246.998 1.493 .1623640.167 22 165.462
15913.400 59
(Combined)LinearityDeviation from Linearity
BetweenGroups
Within GroupsTotal
Stres kerja * Ketrampilankomunikasi
Sum ofSquares df Mean Square F Sig.
Dari hasil analisis di atas menunjukkan bahwa hubungan antara
kedua variabel yaitu ketrampilan komunikasi interpersonal perawat dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
pasien dan stres kerja adalah linear karena taraf signifikansi untuk
linearitas lebih kecil daripada 0,05 (p < 0,05) yaitu F = 20.436; p = 0.000
atau p < 0,05.
2. Uji Hipotesis
Uji hipotesis penelitian dilakukan dengan menggunakan program
SPSS for windows version 13.00. Hasil pengujian korelasi antara
ketrampilan komunikasi interpersonal perawat dengan pasien dan stres
kerja perawat dapat dilihat pada tabel 4.4 di bawah ini;
Tabel 4.4
Tabel Analisis Korelasional
Correlations
1 -.461**.000
60 60-.461** 1.000
60 60
Pearson CorrelationSig. (1-tailed)NPearson CorrelationSig. (1-tailed)N
Ketrampilan komunikasi
Stres kerja
Ketrampilankomunikasi Stres kerja
Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed).**.
Dari tabel di atas dapat bahwa koefesien korelasi antara
ketrampilan komunikasi interpersonal perawat dengan pasien dan stres
kerja perawat adalah sebesar -0,461 dengan signifikansi 0.000. Dari hasil
tersebut dapat diinterpretasikan bahwa ada hubungan negatif yang sangat
signifikan antara ketrampilan komunikasi interpersonal perawat dengan
pasien dan stres kerja perawat. Dengan demikian hipotesis yang berbunyi
ada hubungan negatif yang signifikan antara ketrampilan komunikasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
interpersonal perawat dengan pasien dan stres kerja perawat dapat
diterima. Semakin tinggi stres kerja yang dimiliki perawat maka semakin
rendah ketrampilan komunikasi interpersonal perawat dengan pasien.
Sumbangan pengaruh variabel ketrampilan komunikasi
interpersonal perawat dengan pasien terhadap stres kerja perawat dapat
dilihat pada tabel 4.5 di bawah ini.
Tabel 4.5 Deskripsi tabel analisis R Square
Measures of Association
-.461 .212 .878 .771Stres kerja * Ketrampilankomunikasi
R R Squared Eta Eta Squared
Koefesien determinasi yang diperoleh dari hasil kuadrat koefesien
korelasi adalah 0,212. Hasil analisis ini menunjukkan bahwa variabel
bebas penelitian ini yaitu ketrampilan komunikasi interpersonal perawat
dengan pasien memberikan sumbangan efektif sebesar 21,2 % terhadap
vaiabel tergantung yaitu rendahnya stres kerja perawat. Dengan kata lain
ada 78,8 % aspek lain yang mempengaruhi stres kerja perawat, diluar
ketrampilan komunikasi interpersonal perawat.
E. Pembahasan
Hasil Penelitian menyatakan bahwa ada hubungan negatif yang sangat
signifikan antara ketrampilan komunikasi interpersonal perawat dengan pasien
dan stres kerja perawat. Hal ini berarti semakin tinggi tingkat ketrampilan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
komunikasi interpersonal perawat dengan pasien, maka semakin rendah stres
kerja perawat.
Hasil penelitian ini sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh
Robbins (2005) mengungkapkan bahwa faktor organisasional penyebab stres
kerja antara lain adanya konflik interpersonal. Gu Mo Kim (2006), dalam
penelitiannya yang berjudul Analytical Study of Work Stress Among Clinical
Nurse menggungkapkan bahwa faktor terbesar yang memicu resiko stres kerja
adalah faktor hubungan interpersonal. Menurut Gray-Toff dan Anderson
(dalam Abraham Charles & Shanley E,1997), stres kerja pada perawat
dipengaruhi hubungan interpersonal dengan teman sekerja, dengan dokter/
supervisor, dan dengan pasien. Nampak bahwa hubungan interpersonal atau
relasi dengan orang lain adalah faktor penting yang mempengaruhi rendahnya
stres kerja perawat.
Menurut Johnson (dalam Supraktinya, 1995) keefektifan hubungan
interpersonal ditentukan oleh ketrampilan individu dalam mengkomunikasikan
secara jelas informasi yang ingin disampaikan. Jadi ketrampilan komunikasi
interpersonal adalah faktor penting dalam menjalin hubungan interpersonal.
Hubungan interpersonal yang terjalin dengan baik dapat membentuk
citra diri seseorang. Menurut Munandar (2000), seseorang yang memiliki citra
diri positif dapat memahami diri sendiri, baik kelebihan maupun
kelemahannya serta memiliki kemampuan untuk mengembangkan diri
sehingga mampu mengatasi masalah. Seseorang yang memiliki citra diri
positif memiliki keyakinan untuk menyelesaikan segala masalahnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
Keyakinan tersebut disebut efikasi diri. Efikasi diri adalah keyakinan
seseorang terhadap kemampuannya untuk mengorganisasikan dan
melaksanakan serangkaian tindakan yang dibutuhkan untuk mencapai tipe –
tipe performansi yang telah direncanakan (Bandura,1986). Beberapa penelitian
tentang efikasi diri menyatakan bahwa ada hubungan negatif antara efikasi diri
dengan kecemasan (Arch dalam Bandalos et al, 1995). Menurut Bandura
(1986), individu yang memiliki efikasi diri tinggi cenderung lebih toleran
terhadap tekanan atau situasi yang menimbulkan kecemasan atau ketegangan.
Terjalinnya hubungan interpersonal yang baik antara perawat dengan
pasien memungkinkan komunikasi interpersonal dapat terjalin dengan baik
sehingga dapat lebih terbuka untuk mengkomunikasikan perasaan dan mencari
pemecahan masalah yang tepat bagi kedua belah pihak. Relasi yang baik juga
akan mempengaruhi suasana hati perawat menjadi lebih nyaman karena
merasa diterima oleh pasien. Kedua hal tersebut membuat perawat lebih
toleran terhadap stres kerja.
Rata – rata subjek memiliki ketrampilan komunikasi interpersonal
perawat dengan pasien tinggi, hal ini terlihat dari mean empiriknya sebesar
138,5 > mean teoritiknya 120. Hal ini terjadi karena ada faktor – faktor lain
yang mempengaruhi ketrampilan komunikasi interpersonal perawat dengan
pasien. Faktor lain yang mempengaruhi adalah citra diri perawat yang positif
dan citra pasien terhadap perawat yang juga positif dapat mempengaruhi pola
proses komunikasi yang terjalin antara perawat dan pasien. Selain itu kondisi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
fisik perawat yang sehat dan bersemangat akan lebih peka terhadap perasaan
orang lain yang menerima komunikasi (Lunandi,1987).
Rata – rata subjek memiliki stres kerja yang cenderung rendah, terlihat
dari mean empiriknya 97,5 < mean teoritiknya sebesar 132,5. Hal ini mungkin
terjadi karena perawat memiliki kemampuan, kecakapan, keahlian,
pengetahuan yang luas tentang tugas, dan pengalaman kerja yang lama
sehingga perawat sudah mampu beradaptasi dengan baik sehingga mampu
mengatasi stres kerja yang mungkin terjadi. Selain itu stres kerja perawat yang
rendah juga mungkin dipengaruhi oleh adanya dukungan sosial yang tinggi
dari orang sekelilingnya (dokter, teman sejawat dan keluarga serta
masyarakat). Tingkat stres yang rendah pada perawat akan membawa
keuntungan bagi individu ataupun bagi organisasi.
Hasil koefesien determinasi ( r2 ) sebesar 0,212. hal ini menunjukkan
bahwa ketrampilan komunikasi interpersonal perawat memberi sumbangan
efektif terhadap rendahnya stres kerja perawat sebesar 21,2%. Sisanya sebesar
78,8% dipengaruhi oleh faktor lain. Sumbangan variabel ketrampilan
komunikasi interpersonal perawat dengan pasien terhadap stres kerja tersebut
termasuk katergori sumbangan yang kecil. Hal tersebut tidak sejalan dengan
hasil penelitian Gu Mo Kim (2006), yang menggungkapkan bahwa faktor
terbesar yang memicu resiko stres kerja adalah faktor hubungan interpersonal.
Namun bila ditelaah lebih lanjut, hubungan interpersonal yang dimaksud oleh
Gu Mo Kim adalah hubungan interpersonal perawat yang tidak dibatasi hanya
sekedar dengan pasien. Hubungan interpersonal dalam penelitian Gu Mo Kim
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
adalah hubungan interpersonal secara luas yaitu dengan teman sekerja, dengan
dokter/ supervisor, dengan pasien dan dengan keluarga. Oleh karena itu ada
kemungkinan bahwa apabila ketrampilan komunikasi interpersonal perawat
dalam penelitian ini diperluas kawasannya maka hasilnya akan sama dengan
penelitian yang dilakukan oleh Gu Mo Kim.
Dari pembahasan hasil penelitian di atas terbukti bahwa ketrampilan
komunikasi interpersonal perawat dengan pasien dapat mempengaruhi tinggi
rendahnya stres kerja perawat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian terhadap perawat di RSU Palang Biru
Kutoarjo dan RSUD Saras Husada Purworejo, dapat diambil kesimpulan
bahwa ada hubungan negatif yang sangat signifikan antara ketrampilan
komunikasi interpersonal perawat dengan pasien dan stres kerja perawat
sebesar -0,461 dengan signifikansi 0,000. Ketrampilan komunikasi
interpersonal perawat dengan pasien memberikan sumbangan sebesar 2,12%
terhadap rendahnya stress kerja perawat.
B. Saran
Penelitian ini masih memiliki kekurangsempurnaan. Kekurangan
penelitian adalah pengambilan subjek yang hanya diambil dari jenis rumah
sakit umum sehingga hasilnya kurang representatif dipergunakan pada semua
rumah sakit di Indonesia. Oleh karena itu, peneliti memberikan beberapa saran
bagi rumah sakit, perawat dan bagi peneliti selanjutnya.
1. Bagi Rumah Sakit
Melihat pentingnya faktor ketrampilan komunikasi interpersonal
perawat terhadap stres kerja pada perawat seperti yang telah diungkap
dalam penelitian ini, maka disarankan bagi pihak rumah sakit untuk ;
75
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
a. Diharapkan dapat memperhatikan dan menjadi fasilitator para
perawat untuk meningkatkan ketrampilan komunikasi interpersonal
sebagai salah satu upaya pencegahan stres kerja pada perawat.
b. Pihak rumah sakit dapat membentuk suatu wadah dengan program
mengatasi stres di tempat kerja bagi perawat.
2. Bagi Perawat
Demikian juga halnya bagi para perawat, melihat arti penting
ketrampilan komunikasi interpersonal perawat-pasien terhadap tinggi
rendahnya tingkat stres kerja pada perawat seperti yang telah diungkap
dalam penelitian ini, maka disarankan perawat hendaknya mempelajari
dan melatih ketrampilan komunikasi interpersonal dengan pasien agar
terjalin hubungan interpersonal yang hangat dengan pasien, sehingga
dapat meningkatkan mutu pelayanan di rumah sakit.
3. Bagi Peneliti
Bagi peneliti selanjutnya yang ingin melakukan penelitian yang
sama atau melanjutkan penelitian tentang stres kerja pada perawat
disarankan untuk;
a. Mengambil sampel pada populasi yang lebih besar dengan
melibatkan beberapa rumah sakit umum negeri maupun swasta di
Indonesia dan melibatkan jenis – jenis rumah sakit khusus.
b. Lebih membatasi karakteristik subjek lagi dengan karakter status
perkawinan, hal ini disebabkan karena ada indikasi bahwa peran
ganda wanita mempengaruhi stres kerja dan juga pembatasan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
terhadap pendidikan terakhir perawat karena tingkat pendidikan
turut mempengaruhi reaksi seseorang terhadap stresor.
c. Peneliti yang ingin meneliti tentang stres kerja perawat diharapkan
dapat melihat berbagai faktor lain yang mempengaruhi stres kerja
perawat seperti beban kerja, kesulitan menjalin hubungan (dengan
teman sekerja, dengan dokter/supervisor, dengan kelurga), dan
kegagalan dalam merawat pasien.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR PUSTAKA
Abraham Charles & Shanley E. 1997. Psikologi Sosial untuk Perawat. Jakarta: EGC.
Azwar, S. 2000. Reabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Azwar, S. 1999.Psikometri. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Azwar, S. 1999. Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Cooper,C.L.,et all.2001. Organizational Stress: A Review and Critique of Theory,
Research, and Application. California : Sage Publication.Inc. Dewi,R.S. 2003. Perbedaan Tingkat Stres Kerja Antara Perawat Rumah Sakit
Umum Daerah Sleman dan Perawat Rumah Sakit Jiwa Pakem Sleman Yogyakarta. Skripsi ( tidak diterbitkan ). Yogyakarta: Fakultas Psikologi. Universitas Sanata Dharma.
De Vito,J.A.1997. The Interpersonal Communication. New York: Hapers Collins
College. Ellis,B.R., Gates.J.R., & Kenworthy Neil. 1999. Komunikasi Interpersonal dalam
Perawatan. Jakarta: EGC. Gunarsa, D. Singgih.1995.Psikologi Perawatan. Jakarta: BPK Gunung Mulia. Hadi,S.1991. Metodologi Penelitian I. Yogyakarta: Yayasan Penerbit Hardjana. A.M. 2003. Komunikasi Intrapersonal dan Interpersonal. Jogjakarta:
Kanisius. Hardjana. A.M.1994. Stres Tanpa Distres: Seni Mengolah Stres. Jogjakarta:
Kanisius. Harnanti,R.R.S.1995. Kebutuhan – Kebutuhan Psikologis (Needs) Perawat dan
Pelayanan Perawatan di Rumah Sakit. Skripsi (tidak diterbitkan). Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Gajah Mada.
Hasanah,Z.2000. Intensi Prososial dan Tingkat Stres Kerja Perawat di Rumah
Sakit Umum PKU Muhamadiah Yogyakarta. Skripsi (tidak diterbitkan). Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Gajah Mada.
78
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
Inayati, A.1996. Perbedaan Tingkat Stres Kerja pada Perawat yang Berketabahan antara Tipe Perilaku A dan B. Skripsi (tidak diterbitkan).Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Gajah Mada.
Kariyoso. 1994. Pengantar Komunikasi Bagi Siswa Perawat. Jakarta: EGC. Krismi Diah,A.2002. Hubungan Antara Efikasi Diri dan Kecemasan Menghadapi
Tugas Keperawatan pada Mahasiswa Akademi Perawat Tahun III di Akademi Perawat Betesdha Yogyakarta. Skripsi (tidak diterbitkan). Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma.
Landy, F.J. and Conte,J.M. 2004. Work In The 21st Century: An Introduction To
Industrial and Organizational Psychology. New York: McGraw Hill Company.
Liliweri, M.S.1994. Komunikasi Verbal dan Nonverbal. Bandung: PT. Citra
Aditya Bakti. Lunandi,A.G. 1994. Komunikasi Mengena: Meningkatkan Efektivitas Komunikasi
Antar Pribadi. Yogyakarta. Kanisius. Luthans,F.(2005). Organizational Behavior. Singapore: McGraw Hill Company. Messer,D.,and Meldrum,C.1999. Psichology for Nurse and Health Care
Professionas. London: Prentice Hall/ Harvester Wheatsheaf. Muhammad, Arni.2000. Komunikasi Organisasi. Jakarta: Bumi Aksara. Munandar,A.S. 2001. Psikologi Industri dan Organisasi. Jakarta: UI Press. Priharjo, R. 1995. Praktik Keperawatan Profesional: Konsep Dasar dan Hukum.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Rini,J.F.2002. Stres Kerja. Http///www.e-psikologi.com Riggio,R.E.2001. Introduction To Industrial or Organizational Psychology. New
Jersey: Scott Foresman Co. Robbins,S.P.2005. Organizational Behavior. Singapore: Mc Graw Hill. Co Sarafino,E.P. 1990. Health Psychology: Biosychosocial Interactions. Singapore:
John Wiley and Sons, Inc. Smither,D.R. 1994. The Psychology of Work on Human Performanc. New York:
Haper Collins College Publishers, Inc.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
Smett.1994. Psikologi Kesehatan. Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia. Statt,D.A.1994. Psychology and The World of Work. New Jersey: New York
University Press. Supratiknya, A. 1995. Komunikasi Antar Pribadi. Yogyakarta: Kanisius. Sutherland, V.J. & C.L. Cooper.1990. Sources of Workstress. Dalam Hurrel.,
Joseph J., Laurece R., Murphy., Steven L. Sauter., Cary L. Cooper., editors, Occupational Stress. New York: Taylor & Francis.
Taylor. 1995. Health Psychology. Singapore: Mc Graw Hill Companies, Inc. Yuzalita,H. (2006). Identifikasi Variabel – Variabel yang Berpengaruh Terhadap
Stres Kerja pada Manager Tingkat Menengah dengan Pola Perilaku Tipe A dan B. Hhtp:///digilib.it.itb.ac.id
Hhtp:///www.vtaide.com Hhtp:///buletin.melsa.ned.id Hhtp:///[email protected]
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI