pitiriasis alba

23
Pitiriasis Alba Dessy Harlani / 406117061 LAPORAN KASUS KEPANITERAAN KLINIK STATUS ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN RUMAH SAKIT : Rumah Sakit Umum Pendidikan HUSADA Nama : Dessy Harlani NIM : 406117061 Tanda Tangan …………………. Dokter Pembimbing / Penguji : Dr. Hendrik Kunta Adjie, SpKK …………………

Upload: denny-purbawijaya

Post on 21-Dec-2015

316 views

Category:

Documents


70 download

DESCRIPTION

kulit

TRANSCRIPT

Pitiriasis Alba Dessy Harlani / 406117061

LAPORAN KASUS

KEPANITERAAN KLINIK

STATUS ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN

RUMAH SAKIT : Rumah Sakit Umum Pendidikan HUSADA

Nama : Dessy Harlani

NIM : 406117061

Tanda Tangan

………………….

Dokter Pembimbing / Penguji :

Dr. Hendrik Kunta Adjie, SpKK …………………

Pitiriasis Alba Dessy Harlani / 406117061

Laporan Kasus

A. IDENTITAS PASIEN

Nama : An. D

Jenis Kelamin : Laki-laki

Umur : 9 tahun

Alamat : Mangga Besar

Pekerjaan : Pelajar

B. ANAMNESA

Autoanamnesa dari pasien tanggal 01 Februari 2013

Keluhan Utama : Bercak putih pada kedua pipi yang hilang timbul sejak

sekitar 6 bulan lalu

Riwayat Penyakit Sekarang :

Pasien datang ke Poli kulit RS Husada pada hari Jum’at tanggal 01 Februari 2013

dengan keluhan adanya bercak putih pada kedua pipi yang hilang timbul sejak sekitar

6 bulan yang lalu. Pada awalnya bercak tersebut berwarna putih dan bersisik namun

sekarang sudah tidak ada lagi sisiknya. Pasien mengaku tidak ada rasa gatal, tidak

nyeri, dan tidak ada bercak putih di daerah lain selain di kedua pipi.

Pasien sudah pernah mengalami keluhan seperti ini sebelumnya dan telah berobat

ke dokter. Oleh dokter, pasien diberi terapi topikal. Setelah pemakaian obat, bercak

akan menghilang namun jika pasien tidak memakai obat, bercak akan timbul kembali.

Pasien merupakan pelajar kelas 3 SD yang berprestasi tinggi. Perawakan pasien

tidak tampak gemuk. Menurut orangtua pasien, pasien tidak memiliki riwayat alergi

obat maupun makanan, tidak memiliki riwayat Hipertensi maupun Diabetes Melitus.

Pitiriasis Alba Dessy Harlani / 406117061

Riwayat Penyakit Dahulu :

Pasien sudah pernah mengalami keluhan seperti ini sebelumnya. Pasien telah berobat

ke dokter dan diberi terapi topikal.

Riwayat Penyakit Keluarga :

Menurut orangtua pasien, tidak ada keluarga yang menderita penyakit seperti ini.

Namun Riwayat alergi (+) dan penyakit Diabetes Melitus (+) pada ayah pasien. Tidak

ada keluarga pasien yang menderita penyakit Hipertensi.

C. STATUS GENERALIS

Keadaan umum : Baik

Kesadaran : Compos mentis

Status gizi : Baik

Berat Badan : + 30 kg

Mata : Konjungtiva anemis (-/-), Skera Ikterik (-/-)

Gigi : Hygine gigi baik, carries (-)

THT : Dalam batas normal

D. STATUS DERMATOLOGI

Distribusi : Regional

Lokasi : simetris bilateral pada kedua pipi

Efloresensi : makula putih, berukuran plakat, skuama (-)

Pitiriasis Alba Dessy Harlani / 406117061

Makula putih, berukuran plakat, skuama (-), gatal (-),

nyeri (-)

Makula putih, berukuran plakat, skuama (-), gatal

(-), nyeri (-)

Makula putih, berukuran plakat, skuama (-), gatal (-),

nyeri (-)Simetris, bilateral pada

kedua pipi

Pitiriasis Alba Dessy Harlani / 406117061

E. PEMERIKSAAN PENUNJUANG

Tidak dilakukan pemeriksaan penunjang

F. RESUME

Seorang anak laki-laki berumur 9 tahun, datang ke poli kulit RS Husada dengan

keluhan adanya bercak putih di kedua pipi yang hilang timbul sejak + 6 bulan lalu.

Menurut orangtua pasien, pada awal munculnya bercak tersebut berwarna putih dan

bersisik. Pasien mengaku tidak ada rasa gatal maupun nyeri pada bercak-bercak tersebut.

Pasien sudah pernah mengalami keluhan seperti ini sebelumnya dan telah berobat ke

dokter. Oleh dokter diberi obat topikal dan bercak tersebut akan menghilang jika diberi

obat namun akan timbul kembali jika obat dihentikan. Menurut orangtua pasien riwayat

alergi (-), riwayat hipertensi (-), riwayat DM (-). Namun, riwayat alergi dan DM (+) pada

ayah pasien.

Status Dermatologi:

Distribusi : Regional

Lokasi : simetris bilateral pada kedua pipi

Efloresensi : makula putih, berukuran plakat, skuama (-)

G. DIAGNOSIS

Diagnosis Banding :

Vitiligo

Tinea versicolor

Diagnosis Kerja :

Atopi Pitiriasis Alba

H. PENATALAKSANAAN

Pada umumnya penyakit ini dapat sembuh spontan setelah beberapa bulan sampai tahun.

Terapi yang dapat diberikan:

Krim emolien

Preparat ter (liquor karbones detergens 3-5%) krim atau salep

Pitiriasis Alba Dessy Harlani / 406117061

Lindungi diri dari sinar matahari dengan menggunakan topi atau sunblock

Edukasi pasien dan keluarga bahwa penyakit ini dapat sembuh sendiri dan tidak

berbahaya

I. PROGNOSIS

Ad Vitam : ad Bonam

Ad Fungsionam : ad bonam

Ad Sanationam : dubia ad bonam

Ad Kosmetikam : dubia ad bonam

Pitiriasis Alba Dessy Harlani / 406117061

Analisa Kasus

Pada kasus diatas dibahas seorang pasien anak laki-laki berumur 9 tahun yang datang ke

poli kulit RS Husada dengan keluhan timbul bercak putih di kedua pipinya yang hilang timbul

sejak 6 bulan ini. Pada awal munculnya bercak putih ini disertai dengan sisik tanpa adanya rasa

gatal maupun nyeri. Pasien sudah pernah berobat ke dokter lain dan diberi terapi topikal. Pada

pemeriksaan status lokalis pasien didapatkan macula putih yang simetris bilateral pada kedua

pipi.

Diagnosis pasien ini mengarah pada pitiriasis alba dikarenakan beberapa faktor seperti:

Usia pasien < 12 tahun

Tempat predileksi : di muka

Tidak ada gatal

Pitiriasis alba terdiri dari 3 stadium, yaitu: stadium eritema yang berskuama, stadium hipokromik

dengan skuama halus, dan stadium hipokromik halus tanpa skuama. Stadium eritema biasanya

berlangsung ringan sehingga sering tidak disadari oleh pasien. Saat ini pada pasien tidak

ditemukan lagi adanya skuama sehingga hanya ditemukan lesi berupa macula putih, namun

pernah muncul skuama pada awal timbulnya. Skuama yang telah menghilang mungkin

disebabkan pemberian obat topikal oleh pasien.

Etiologi dari pitiriasis alba sendiri masih belum diketahui sampai saat ini. Namun,

penyakit ini sering dikaitkan dengan adanya atopi pada pasien. Pada pasien ini juga didapatkan

tanda-tanda atopi seperti adanya riwayat alergi pada ayahnya.

Pemeriksaan laboratorium umumnya tidak diperlukan untuk menegakan diagnosis

pitiriasis alba. Pemeriksaan laboratorium hanya dilakukan untuk membedakan pitiriasis alba

dengan tinea versicolor dimana pada tinea akan didapatkan gambaran hifa pada pemeriksaan

kerokan kulit dengan KOH. Disamping itu, ada tinea versikolor biasanya keluhan gatal sangat

dominan.

Pitiriasis Alba Dessy Harlani / 406117061

Untuk membedakan dengan vitiligo, yaitu dengan adanya skuama. Pada vitiligo tidak

didapatkan adanya skuama maupun riwayat timbulnya skuama. Selain itu, lesi pada vitiligo

umumnya memiliki warna yang lebih kontras dengan kulit yang sehat.

Pada pasien ini diberikan terapi krim emolien untuk mengurangi skuama. Preparat

kortikosteroid dapat diberikan apabila pasien memiliki keluhan gatal atau untuk mengurangi

warna kemerahan pada stadium eritema. Sedangkan preparat ter (liquor karbones detergens)

dapat diberikan untuk mengurangi rasa gatal serta membantu mengurangi skuama.

Sebagai terapi penunjang dapat disarankan menggunakan sunblok atau topi untuk

menghindari paparan dengan sinar matahari. Hal ini tidak dimaksudkan untuk menghilangkan

lesi yang ada namun mencegah lesi semakin menonjol akibat kulit yang sehat berwarna lebih

gelap. Selain itu, pasien dan keluarga sebaiknya diberikan edukasi bahwa penyakit ini dapat

sembuh spontan dalam beberapa bulan sampai tahun dan tidak membahayakan bagi pasien.

Prognosis pasien ini untuk ad vitamnya adalah bonam karena penyakit ini tidak

mengancam nyawa pasien. Begitu pula dengan ad fungsionamnya adalah ad bonam sebab

penyakit ini tidak mengganggu fungsi pasien dalam menjalankan kehidupan sehari-hari.

Sedangkan untuk ad sanationam dan kosmetikamnya adalah dubia ad bonam. Hal ini

dikarenakan penyakit ini sering kambuh-kambuhan dan lesi putih yang seringkali timbul di muka

akan mengganggu kosmetik pasien.

Pitiriasis Alba Dessy Harlani / 406117061

Tinjauan pustaka

Pitiriasis Alba

A. Definisi

Pitiriasis Alba merupakan suatu bentuk dermatitis tidak spesifik dan belum

diketahui penyebabnya yang ditandai dengan adanya bercak kemerahan dan skuama

halus yang akan menghilang serta meninggalkan daerah depigmentasi. Pitiriasis alba

merupakan penyakit yang dapat sembuh spontan dan asimptomatis. Keluhan pasien

umumnya hanya pada gangguan kosmetik saja.

B. Etiologi

Hingga saat ini belum diketahui pasti penyebab dari pitiriasis alba. Beberapa

pendapat ahli menduga bahwa penyakit ini berkaitan dengan infeksi Streptococcus,

namun hal ini belum dapat dibuktikan. Pitiriasis alba juga merupakan manifestasi dari

dermatitis non spesifik yang belum diketahui penyebabnya. Namun, penelitian

mengungkapkan bahwa sabun dan sinar matahari bukan merupakan faktor yang

berpengaruh pada timbulnya penyakit ini.

C. Epidemiologi

Penyakit ini dapat mengenai semua usia namun paling sering pada anak- anak

yang berumur 3-16 tahun (30-40%) dengan 90% insiden terjadi pada anak < 12 tahun.

Pitiriasis alba mengenai pria dan wanita dengan jumlah yang sama banyak. Pitiriasis alba

dapat mengenai semua ras. Sebuah penelitian menyebutkan bahwa insidensi penyakit ini

sedikit lebih tinggi pada ras kulit putih. Namun, penyakit ini akan tampak lebih nyata dan

lebih mengganggu pada pasien dengan kulit hitam.

Pitiriasis alba bukan penyakit yang dipengaruhi oleh musim, namun kulit yang

bersisik seringkali memburuk pada cuaca yang dingin. Akan tetapi, paparan dengan sinar

matahari akan membuat lesi tampak lebih jelas sepanjang musim panas. Penyakit ini

lebih sering ditemui pada pasien dengan riwayat atopi.

Pitiriasis Alba Dessy Harlani / 406117061

D. Gambaran Klinis

Gambaran klinis pada penyakit ini adalah dengan munculnya lesi berbentuk bulat,

oval ataupun plakat yang tidak teratur. Bercak umumnya multipel dengan jumlah berkisar

antara 4-20 buah dengan diameter sekitar ½ sampai 2 cm. Warna lesi tersebut dapat

berubah bergantung dengan stadiumnya. Pada pitiriasis alba terdapat 3 stadium, yaitu:

Stadium eritema yang berskuama

Pada stadium eritema, lesi akan tampak berwarna merah disertai dengan sisik-

sisik halus yang kadang sering disalah tafsirkan sebagai psoriasis. Stadium ini

umumnya hanya ringan sehingga seringkali tidak disadari oleh pasien sehingga

pasien umunya datang berobat ketika lesi sudah berubah warna menjadi putih.

Stadium hipokromic dengan skuama

Pada stadium ini pasien umumnya mengeluhkan adanya bercak berwarna putih

yang bersisik halus. Pasien biasanya akan berobat dengan keluhan mengganggu

kosmetik saja karena tidak adanya rasa gatal maupun nyeri.

Stadium hipokromic halus tanpa skuama

Apabila lesi masih menetap maka skuama akan menghilang dan hanya

meninggalkan daerah depigmentasi yang seringkali terlihat sebagai leukoderma.

Lesi umumnya timbul di muka (50-60%) dan paling sering di pipi, sekitar mulut,

dagu, serta dahi. Lesi juga dapat dijumpai di ekstremitas dan badan namun sangat jarang.

Lesi juga muncul secara simetris di bokong, paha atas, punggung, dan ekstensor lengan

Macula hipopigmentasi pada pitiriasis alba

Pitiriasis Alba Dessy Harlani / 406117061

.

Lesi pada pitiriasis alba umumnya bilateral dan mengenai daerah wajah, lengan, atau

leher

.

E. Histopatologi

Tidak ditemui gambaran histopatologi yang khas untuk penyakit ini. Perubahan

histopatologik yang dijumpai berupa akantosis ringan, spongiosis dengan hyperkeratosis

sedang dan parakeratosis setempat. Pada lesi ditemukan pengurangan jumlah dan ukuran

melanosom. Tidak adanya pigmen disebabkan karena efek penyaringan sinar oleh

stratum korneum yang menebal atau karena kemampuan sel epidermal mengangkut

granula pigmen melanin berkurang.

F. Pemeriksaan Penunjang

Pada umumnya tidak diperlukan pemeriksaan penunjang untuk menegakan

diagnosis pitiriasis alba. Pemeriksaan kerokan kulit dapat dilakukan untuk menyingkirkan

diagnosis banding dengan tinea. Biopsy kulit masih diragukan kegunaannya dalam

menegakan diagnosis pasien dengan penyakit ini.

G. Diagnosis

Diagnosis pitiriasis alba ditegakan berdasarkan perubahan pada kulit berdasarkan

gambaran lesinya yang memiliki skuama halus dan distribusi lesinya ditempat-tempat

tertentu yang merupakan tempat presileksinya seperti daerah wajah, lengan atau leher.

Selain itu, diagnosis ke arah pitiriasis alba semakin diperkuat apabila pasien adalah anak-

anak < 12 tahun.

Pitiriasis Alba Dessy Harlani / 406117061

H. Diagnosis Banding

Diagnosis banding untuk pitiriasis alba adalah

Vitiligo

Vitiligo memiliki gambaran klinis berupa makula berwarna putih dengan batas

tegas tanpa adanya perubahan epidermis yang lain. Bagian yang sering terkena

adalah ekstensor tulang terutama diatas jari, periorifisial sekitar mata, mulut, dan

hidung, tibialis anterior, dan pergelangan tangan bagian fleksor. Lesinya dapat

bilateral dan dapat simetris maupun asimetris.

Dikarenakan lesinya berupa macula yang berwarna putih, penyakit ini sering

dibandingkan dengan pitiriasis alba. Perbedaan penyakit ini dengan pitiriasis alba

adalah sebagai berikut

Pitiriasis Alba Vitiligo

Skuama halus (+) Skuama (-)

Batas kurang tegas Batas tegas

Predileksi di wajah Predileksi di ekstensor tulang

Tinea Versicolor

Gambaran klinis yang paling menonjol pada infeksi jamur di kulit adanya rasa

gatal yang sangat mengganggu. Meskipun lesi pada pitiriasis alba dan tinea

Pitiriasis Alba Dessy Harlani / 406117061

versicolor sama-sama berupa macula putih yang disertai dengan skuama halus,

pada pitiriasis alba rasa gatal yang biasanya tidak ada ataupun sangat minimal.

Tempat predileksi kedua penyakit ini pun berbeda, tinea versicolor lebih sering

mengenai lipatan tubuh, dan biasanya ada juga di punggung, pada wajah

gambarannya seperti jatuh dari kepala. Dapat digunakan pula pemeriksaan dengan

lampu wood (berfluoesensi), Selain itu, untuk membedakan tinea dengan pitiriasis

alba secara pasti dapat dilakukan dengan pemeriksaan kerokan kulit dengan KOH,

dimana pada tinea versicolor akan ditemukan gambaran hifa pada sediaan kerokan

kulitnya.

Gambaran tinea versicolor pada wajah

Gambaran tinea versicolor pada punggung

Pitiriasis Alba Dessy Harlani / 406117061

Psoriasis

Pada fase awal pitiriasis alba, didapatkan fase eritema yang berskuama. Pada fase

ini pitiriasis alba sering disalahtafsirkan sebagai psoriasis. Meskipun sebenarnya

lesi pada psoriasis memiliki skuama yang kasar dan berlapis-lapis disertai

fenomena auspitz, Kobner, dan tetesan lilin.

Pitiriasis Alba Dessy Harlani / 406117061

I. Penatalaksanaan

Pitiriasis alba umumnya adalah penyakit yang dapat sembuh spontan tanpa

perlunya terapi. Penatalaksanaan pitiriasis alba pada dasarnya terdiri dari perawatan kulit

yang baik dan edukasi terhadap pasien dan keluarganya bahwa penyakit yang dideritanya

tidak berbahaya dan penyakit ini dapat sembuh sendiri secara spontan.

Terapi yang dapat diberikan pada pasien adalah pemberian kortikosteroid topical

yang lemah (hidrokortison) atau krim emolien yang dapat berguna untuk mengurangi

eritem, menghilangkan skuama, serta mengurangi rasa gatal (bila ada). Kortikosteroid

topikal lemah dipilih untuk digunakan karena sangat aman digunakan pada anak-anak.

Meskipun demikian, penggunaan jangka panjang pada daerah wajah tidak disarankan.

Penggunaan kortikosteroid superpoten dapat mengakibatkan gangguan metabolik dan

mengganggu pertumbuhan pada anak, terutama pada usia dibawah 2 tahun dengan

penggunaan pada permukaan tubuh secara luas. Steroid poten juga dapat mengakibatkan

atrofi pada kulit. Oleh karena itu steroid poten sebaiknya tidak digunakan pada daerah

wajah. Hidrokortison topikal tersedia dalam bentuk krim dan salep. Keduanya dapat

ditoleransi dengan baik, tetapi salep mungkin lebih efektif pada pasien dengan skuama

yang lebih signifikan.

Terapi lain yang juga dapat digunakan adalah tacrolimus salep 0,1% atau

pimecrolimus krim 1%. Walaupun tacrolimus salep dapat digunakan untuk mengobati

pasien dengan pitiriasis alba dan sangat aman pada anak kecil, obat ini jarang digunakan

dikarenakan harganya yang cukup tinggi. Preparat tar juga dapat digunakan pada lesi

kronik.

Disamping penggunaan obat-obat tersebut, pasien sebaiknya melindungi diri dari

sinar matahari dengan menggunakan topi, pakaian tertutup, dan pelindung sinar matahari

(sun block). Walaupun lesi pada pitiriasis alba tidak dipengaruhi oleh sinar matahari,

pemaparan kulit pada sinar matahari yang berlebihan dapat menyebabkan bertambah

gelapnya kulit disekitar lesi yang akhirnya mengakibatkan memburuknya penampilan

penderita.

Pada kasus dimana terjadi pitiriasis alba yang luas, pasien sebaiknya dirujuk pada

spesialis dermatologi untuk pertimbangan pemberian psoralen oral dan UVA

Pitiriasis Alba Dessy Harlani / 406117061

photochemotherapy (PUVA). Akan tetapi, terapi dengan PUVA memiliki beberapa

resiko yang tidak diinginkan dan sangat jarang diperlukan.

J. Prognosis

Penyakit ini tidak menular dan bersifat ‘self-limiting’ tanpa perlu terapi untuk

penyembuhan dan repigmentasinya. Lesi pada pitiriasis alba biasanya menetap selama

beberapa minggu sampai beberapa tahun. Seringkali memudar dan hilang sepenuhnya

pada masa dewasa.

Pitiriasis Alba Dessy Harlani / 406117061

Daftar Pustaka

Soepardiman L. Pitiriasis Alba. In: ilmu penyakit kulit dan kelamin. 6th ed. Jakarta: balai

penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2010. pp.333-4

Crowe MA. Pediatric pityriasis alba. Updated: 3 april 2012. Available from:

http://emedicine.medscape.com/article/910770-overview.

Paller AS, Mancini AJ. Pityriasis alba. In: Hurwitz clinical pediatric dermatology. 4th ed.

USA: Elsevier. 2011.

Wiles M, Williams J, Ahmad K. Pityriasis alba. In: essentials of dermatology for

chiropractors. London: jones anf Bartlett publishers. 2011. pp.65-6.

Busam KJ. Pityriasis alba. In:dermatopathology. USA: Elsevier. 2010. p.274 .

Levine N, Levine CC. Pityriasis alba. In:A to Z essentials dermatology therapy.

USA:2004. p.462

Rycroft RJG, Robertson SJ, Wakelin SH. Pityriasis alba. In:A color handbook

dermatology. 2nd ed. London: Manson publishing. 2010. p.114

Goodheart HP. Pityriasis alba. In: Goodheart’s same-site differential diagnosis: a rapid

method of diagnosing and treating common skin disorders. London: Lippincott Williams &

Wilkins. 2010. p.83