petunjuk praktikum kimia dasar - farmasi.hamzanwadi.ac.id · buku prtunjuk praktikum ini memuat...

27

Upload: others

Post on 09-Mar-2020

83 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

PETUNJUK PRAKTIKUM KIMIA DASAR

2

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunianya sehingga penyusun

dapat menyelesaikan penulisan Petunjuk Praktikum Kimia Dasar untuk jurusan S1 Farmasi.

Buku petunjuk praktikum ini merupakan hasil revisi dari edisi sebelumnya, sehingga diharapkan

mahasiswa dapat dengan mudah mempraktikkan teori-teori dasar yang dipelajari pada waktu

kuliah.

Buku prtunjuk praktikum ini memuat enam acara praktikum dan masing-maisng acara

memuat tujuan, teori, bahan-alat, cara kerja, serta hasil pengamatan. Selain itu buku petunjuk

praktikum ini juga memuat tata tertib praktikum dan format laporan.

Penyusun menyadari bahwa buku petunjuk praktikum ini masih jauh dari sempurna dan

banyak kekurangannya, Oleh karena itu kritik dan saran yang konstruktif sangat diharapkan

untuk penyempurnaanya. Penyusun berharap semoga buku petunjuk praktikum ini dapat

bermanfaat untuk peningkatan kualitas pendidikan anak bangsa.

Pancor, Agustus

Tim Penyusun

PETUNJUK PRAKTIKUM KIMIA DASAR

3

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………............................................................................................. 2

DAFTAR ISI................................................................................................................... ..... 3

TATA TERTIB PRAKTIKUM………………………….................................................. 4

HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN...................................................................

FORMAT LAPORAN ........................................................................................................

5

6

PERCOBAAN I ..................................................................................................................

PERCOBAAN II .................................................................................................................

7

11

PERCOBAAN III.................................................................................................................

PERCOBAAN IV…………………………………………………………………………

PERCOBAAN V…………………………………………………………………………..

PERCOBAAN VI…………………………………………………………………………

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………..

13

16

20

22

23

PETUNJUK PRAKTIKUM KIMIA DASAR

4

TATA TERTIB PRAKTIKUM

1. Mahasiswa yang diperkenankan menggunakan laboratorium dan melakukan praktikum

adalah mahasiswa yang terdaftar secara akademik (praktikan).

2. Praktikan wajib hadir 10 menit sebelum praktikum dimulai, keterlambatan lebih dari 5

menit sejak praktikum dimulai, praktikan dianggap tidak hadir.

3. Jika berhalangan hadir, praktikan harus dapat memberikan keterangan tertulis dan resmi

terkait dengan alasan ketidakhadirannya.

4. Jika berhalangan hadir dan hendak mengganti praktikum pada hari yang lain, praktikan

wajib meminta rekomendasi tertulis terlebih dahulu dari koordinator pembimbing

praktikum (Co. Asisten).

5. Praktikan memasuki ruang laboratorium dengan telah mengenakan jas praktikum.

6. Praktikan wajib membawa lembar kerja praktikum, alat pelindung diri (APD).

7. Praktikan mengisi daftar absensi dengan menunjukkan segala sesuatu yang wajib dibawa.

8. Praktikan tidak diperbolehkan Mengaktifkan handphone, makan, minum, atau

merokok di dalam laboratorium selama praktikum berlangsung.

9. Praktikan tidak diperbolehkan bersenda gurau yang mengakibatkan terganggunya

kelancaran kegiatan praktikum.

10. Praktikan bertanggung jawab atas peralatan yang digunakan, kebersihan meja masing-

masing, serta lantai disekitarnya.

11. Setalah menggunakan reagen, praktikan wajib meletakkan kembali pada tempatnya

semula.

12. Praktikan dilarang menghambur-hamburkan reagen praktikum dan membuang sisa bahan

praktikum dengan memperhatikan kebersihan dan keamanan.

13. Jika akan meninggalkan ruang laboratorium, praktikan wajib meminta izin kepada dosen

atau asisten jaga.

14. Praktikan wajib melapor kepada laboran jika kegiatan di dalam laboratorium sudah

selesai.

PETUNJUK PRAKTIKUM KIMIA DASAR

5

HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN

1. Bacalah dengan cermat petunjuk praktikum yang berhubungan dengan percobaan yang akan

dilakukan.

2. Cermati waktu yang disediakan untuk setiap acara praktikum sehingga praktikum dapat

selesai tepat pada waktunya.

3. Set up atau aturlah alat-alat yang dipergunakan sesuai dengan acara praktikum yang akan

dilaksanakan.

4. Lakukan percobaan dengan baik dan catat semua hasilnya pada lembar kerja anda.

5. Alat-alat sebelum dan sesudah percobaan harus bersih.

6. Hati-hati menggunakan bahan-bahan kimia, tanyakan kepada laboran atau petugas cara

mengambil apabila anda tidak yakin cara menanganinya.

7. Pada waktu memanaskan tabung reaksi, mulut tabung jangan diarahkan pada diri anda

maupun teman anda. Bila reaksi yang terjadi kemudian dapat memercik reaksi yang keras,

sebaiknya dikerjakan dalam lemari asam dengan mulut tabung menghadap dinding.

8. Apabila anda terkena zat-zat berbahaya (seperti asam dan basa kuat) cuci sesegera mungkin

dengan deterjen.

9. Hindari membicarakan hal-hal yang tidak perlu dengan teman-teman anda.

10. Percayalah pada diri sendiri, bekerjalah dengan teliti, bersih, cermat, dan tepat.

PETUNJUK PRAKTIKUM KIMIA DASAR

6

FORMAT LAPORAN

I. Laporan mingguan

Laporan mingguan ditulis tangan pada kertas A4 dengan margin 3-3-2-2 dengan susunan

sebagai berikut :

Percobaan I : a. Judul ( misalnya Pengenalan Alat )

b. Nama Lengkap

c. NIM

d. Kelas

e. Prodi, Fakultas, dan tahun

I. Pelaksanaan Praktikum :

1. Tujuan Praktikum : …………………………………

2. Tanggal Praktikum : …………………………………

3. Tempat Praktikum : …………………………………

II. Landasan Teori

III. Alat dan Bahan Praktikum

1. Alat-alat

2. Bahan-bahan

IV. Cara Kerja/Prosedur Percobaan

V. Hasil Pengamatan dan Perhitungan

1. Hasil pengamatan dalam bentuk kolom

Prosedur Hasil pengamatan

2. Perhitungan

VI. Pembahasan

VII. Kesimpulan

Daftar pustaka (minimal 3)

PETUNJUK PRAKTIKUM KIMIA DASAR

7

PERCOBAAN 1: PENGENALAN ALAT-ALAT LABORATORIUM

I. Tujuan

Untuk mengetahui nama alat-alat yang digunakan di dalam laboratorium farmasi dan

mengetahui fungsinya serta mengetahui cara penggunaan beberapa alat-alat dalam

laboratorium.

II. Landasan Teori

Pengenalan alat-alat yang akan dipergunakan dalam laboratorium sangat penting guna

kelancaran percobaan yang dilaksanakan diantaranya adalah menghindari kecelakaan kerja

dan gagalnya percobaan. Alat-alat laboratorium biasanya dapat rusak atau bahkan berbahaya

jika tidak sesuai dengan prosedur pemakaian. Oleh karena itu, pemahaman fungsi dan cara

kerja peralatan serta bahan harus mutlak dikuasai oleh praktikan sebelum melakukan

praktikum di laboratorium kimia.

Pengenalan alat-alat ini meliputi macam-macam alat, mengetahui nama-namanya,

memahami bentuk, fungsi, serta cara kerja alat-alat tersebut. Setiap alat dirancang atau

dibuat dengan bahan-bahan yang berbeda satu sama lain dan mempunyai fungsi yang sangat

spesifik. Kebanyakan peralatan untuk percobaan–percobaan di dalam laboratorium terbuat

dari gelas. Meskipun peralatan-peralatan tersebut telah siap dipakai, tetapi di dalam

pemasangan alat untuk suatu percobaan kadang kala diperlukan sambungan-sambungan

dengan gelas atau membuat peralatan khusus sesuai kebutuhan (Imam khasani, 2000).

Berikut ini jenis-jenis alat dan fungsinya di laboratorium:

No. Nama Alat Gambar Fungsi

1. Gelas Beacker

Sebagai tempat untuk menyimpan dan meletakkan

larutan. Gelas Piala memiliki takaran namun jarang

bahkan tidak diperbolehkan untuk mengukur volume suatu zat cair.

2. Erlemeyer

Sebagai wadah unuk mereaksikan suatu zat kimia

dalam skala yang cukup besar dan sebagai wadah dalam proses titrasi.

3. Labu Ukur

Untuk membuat,menyimpan dan mengencer- kan larutan dengan ketelitian yang tinggi.

PETUNJUK PRAKTIKUM KIMIA DASAR

8

4. Petridish

sebuah wadah untuk membiakkan sel atau mikroba.

5. Gelas Ukur

Untuk mengukur volume larutan.

6. Gelas/Kaca

Arloji

Sebagai wadah untuk menimbang bahan-bahan kimia

yang berupa padat,serbuk serta kristal

7. Tabung Reaksi

Sebagai wadah satu atau dua jenis zat

8. Cawan Penguap

Digunakan sebagai wadah untuk mengeringkan suatu

zat

9. Mortal

Menghaluskan zat yang masing bersifat padat/kristal.

10. Pipet Tetes

Untuk meneteskan atau mengambil larutan dengan

jumlah kecil dari suatu tempat ke tempat lain.

11. Pipet Volum

Untuk menentukan volume larutan

12. Pipet Gondok

Untuk mengukur volume larutan

13. Batang Pengaduk

Untuk mengocok atau mengaduk suatu larutan.

14. Sudip

Untuk mengambil bahan-bahan kimia dalam berupa

padat atau bubuk.

15. Corong Pisah

Untuk memisahkan larutan yang disebabakan oleh massa jenisnya yang berbeda

16. Desikator

Untuk menyimpan bahan-bahan yang harus bebas air

dan mengeringkan zat-zat dalam laboratorium.

17. Buret

Digunakan untuk titrasi, tapi pada keadaan tertentu

dapat pula digunakan untuk mengukur volume suatu larutan.

PETUNJUK PRAKTIKUM KIMIA DASAR

9

18. Corong

Corong digunakan untuk memasukan atau memindah

larutan dari satu tempat ke tempat lain

19. Rak Tabung

Reaksi

Sebagai tempat tabung reaksi.

20. Penjepit Tabung

Reaksi

Untuk menjepit tabung reaksi.

21. Statif dan Klem

Sebagai penjepit soklet pada proses ekstraksi dan

sebagai penjepit buret dalam proses titrasi sekaligus untuk menjepit kondensor pada proses destilasi

22. Sikat Tabung

Reaksi

Untuk menyikat tabung reaksi

23. Segitiga

Untuk menahan wadah, misalnya krush pada saat pemanasan ataau corong pada waktu penyaringan.

24. Bola Hisap

Untuk menghisap larutan yang akan diambil dari botol

larutan.

25. Lampu Spritus

Untuk membakar zat atau memanaskan larutan.

26. Bunsen

Untuk memanaskan larutan dan dapat pula digunakan

untuk sterilisasi dalam proses suatu proses.

27. Kaki Tiga

Kaki tiga sebagai penyangga pembakar spirtus.

28. Botol Semprot

digunakan untuk menyimpan aquades dan digunakan untuk mencuci ataupun membilas bahan-bahan yang

tidak larut dalam air.

29. Kawat Kasa

Sebagai alas atau untuk menahan labu atau beaker

pada waktu pemanasan menggunakan pemanas

spiritus atau pemanas bunsen

PETUNJUK PRAKTIKUM KIMIA DASAR

10

30. Klem Utilitas

Alat untuk Penjepit dan penyangga tabung erlemeyer

saat dipanaskan

31. Oven

Untuk mengeringkan alat-alat sebelum digunakan dan digunakan untuk mengeringkan bahan yang dalam

keadaan basah.

32. Tanur

Digunakan sebagai pemanas pada suhu tinggi, sekitar

1000 °C.dan untuk menentukan kadar abu

33. Hot Plate

Untuk memanaskan larutan. Biasanya untuk larutan yang mudah terbakar.

34. Timbangan

Analitis

Tempat untuk menimbang zat-zat yang akan

ditimbang dengan skala yang kecil.

III. Metode Percobaan

a. Alat : Alat-alat gelas

b. Cara kerja:

1. Siapkan alat alat gelas yang akan diidentifikasi

2. Masing –masing praktikan mengamati, menulis, mendokumentasikan dan menjelaskan

nama alat dan penggunannya pada laporan praktikum

IV. Evaluasi

A. Hasil Pengamatan

Adapun hasil pengamatan yang diperoleh adalah sebagai berikut :

No Gambar Nama Alat Identifikasi alat Penggunannya

PETUNJUK PRAKTIKUM KIMIA DASAR

11

B. Pembahasan

C. Kesimpulan

PERCOBAAN II : PENGENALAN BAHAN DAN PENGGUNAANNYA

I. Tujuan

Mengenalkan beberapa macam bahan yang digunakan selama praktikum, beserta

penggunaannya dan symbol bahaya yang tertera pada bahan

II. Landasan Teori

Bahan-bahan kimia diklasifikasikan berdasarkan pada sifat dasar bahan dan sifat

bahaya yang mungkin ditimbulkan. Sifat-sifat yang dimiliki seperti flammables (bahan-

bahan yang mudah terbakar), corrosive (bahan bahan perusak), irritans, toxic (racun),

carcinogen (zat yang menyebabkan kanker, oxidizer (oksidan), explosive (mudah meledak),

reaktif terhadap air, dan radioaktif. Masing-masing bahan tersebut memiliki symbol-simbol

bahaya yang terletak di wadah/botol kemasan bahan. Mengetahui sifat bahan dalam

praktikum akan meminimalisir kecelakaan kerja di dalam laboratorium.

Terpaparnya seseorang dengan zat kimia dapat terjadi melalui cara yang berbeda-

beda. Seperti melalui udara (menghirup udara), kontak kulit, tertelan (ingestion), tusukan

pada kulit dan kontak mata, serta melalui cara-cara yang lain. Tindakan pencegahan dan

pengobatan yang dilakukanpun harus diambil sesuai dengan sifat bahan dan jenis

kecelakaan yang terjadi.

III. Metode Percobaan

A. Alat : 1. Sendok Tanduk

B. Bahan: 1. Bahan kimia yang digunakan untuk praktikum

C. Cara Kerja :

1. Siapkan bahan kimia yang akan diidentifikasi

2. Masing-masing praktikan mengamati, menulis, mendokumentasikan dan menjelaskan

nama bahan dan penggunannya beserta simbol berbahaya (sifat bahan) yang tertera

pada bahan kimia dan dicantumkan pada laporan praktikum

IV. Evaluasi

A. Hasil Pengamatan

Adapun hasil pengamatan yang diperoleh adalah sebagai berikut :

PETUNJUK PRAKTIKUM KIMIA DASAR

12

No Gambar Nama

Bahan

Identifikasi

Bahan

Penggunaannya Simbol berbahaya yang

tertera dan penjelasannya

B. Pembahasan

C. Kesimpulan

PETUNJUK PRAKTIKUM KIMIA DASAR

13

PERCOBAAN III: PEMBUATAN LARUTAN DAN PENGENCERAN

I. Tujuan

Untuk memahami dan mempraktekkan metode pembuatan larutan dengan berbagai

konsentrasi dan metode pengenceran larutan

II. Landasan Teori

Berdasarkan keadaan fasa zat setelah bercampur, maka campuran ada yang

homogeny dan heterogen. Campuran homogeny adalah campuran yang berbentuk satu fasa,

yang mempunyai sifat dan komposisi yang sama antara satu bagian dengan bagian lain

didekatnya. Campuran homogeny lebih umum disebut lautan, contohnya air gula dan

alcohol dalam air. Kebanyakan larutan mempunyai salah satu komponen yang besar

jumlahnya. Komponen yang besar itu disebut pelarut (solvent) dan yang lain disebut zat

terlarut (solute) (Syukri, 2008).

Jika ingin mengetahui jumlah relative solute dan solvent dalam suatu larutan, maka

digunakanlah istilah konsentrasi. Konsentrasi adalah perbandingan jumlah zat terlarut

dengan pelarut. Secara kualitatif konsentrasi relative dari larutan dikenal dengan istilah

pekat dan encer. Suatu larutan pekat adalah zat terlarut (solute) yang relative

konsentrasinya besar dan larutan encer adalah zat terlarut (solute) yang relative

konsentrasinya kecil. Konsentrasi ini dalam stoikiometri reaksi dinyatakan dengan

konsentrasi molar atau molaritas (M). Molaritas ini dinyatakan sebagai jumlah mol suatu

zat terlarut dibagi dengan volume larutan yang ditentukan dalam liter seperti persamaan di

bawah ini:

…..(Persamaan 1)

Untuk mendapatkan nilai molaritas yang berbeda dengan volume yang berbeda

maka dilakukan proses pengenceran. Dalam proses ini kita akan mendapatkan mol zat

terlarut (solute) yang tetap/konstan dan hanya volumenya dan konsentrasinya saja yang

berbeda. Persamaan untuk proses pengenceran seperti di bawah ini:

(Persamaan 2)

III. Metode Percobaan

A. Alat:

1. Gelas Arloji

2. Labu Ukur

PETUNJUK PRAKTIKUM KIMIA DASAR

14

3. Gelas Beacker

4. Corong

5. Gelas Ukur

6. Pipet

7. Pipet Volum

B. Bahan

1. Natrium Hidroksida (NaOH)

2. Asam Klorida (HCl)

3. Aquades

C. Cara Kerja

Pembuatan Larutan NaOH 1,0 M

1. Ditimbang dengan teliti 2,0 gram NaOH kristal yang murni (Buktikan dengan

perhitungan molaritas bahwa untuk membuat larutan NaOH 1,0 M diperlukan 2,0

gram Kristal NaOH)

2. Dimasukkan ke dalam labu ukur 50 mL dan ditambahkan aqudes yang telah

didihkan dalam keadaan dingin

3. Dikocok hingga semua endapan larut

4. Disimpan dalam tempat tertutup (diberikan label)

Pengenceran Larutan NaOH

1. Dikalkulasikan jumlah NaOH 1,0 M yang akan diambil untuk membuat larutan 25

mL NaOH 0,5 M (digunakan rumus pengenceran)

2. Diambil NaOH 1,0 M sesuai dengan hasil di langkah 1

3. Dimasukkan ke dalam labu ukur 25 mL dan ditambahkan dengan aquades sampai

penuh (sesuai dengan batas labu ukur)

4. Dikocok hingga larutan tercampur

5. Disimpan dalam tempat tertutup (diberikan label)

Pembuatan Larutan HCl 1,0 M

1. Dikalkulasikan jumlah HCl pekat (BJ HCl = 1,19 gr/mL, Mr =36,5) yang akan

diambil untuk membuat larutan 25 mL HCl 1,0 M (dilakukan dengan perhitungan

molaritas)

2. Diambil jumlah HCl pekat sesuai dengan hasil di langkah 1

PETUNJUK PRAKTIKUM KIMIA DASAR

15

3. Dimasukkan ke dalam labu ukur 25 mL dan ditambahkan dengan aquades sampai

penuh (sesuai dengan batas labu ukur)

4. Dikocok hingga larutan tercampur

5. Disimpan dalam tempat tertutup (diberikan label)

Pengenceran Larutan HCl

1. Dikalkulasikan jumlah HCl 1,0 M yang akan diambil untuk membuat larutan 25 mL

HCl 0,5 M (digunakan rumus pengenceran)

2. Diambil HCl 1,0 M sesuai dengan hasil di langkah 1

3. Dimasukkan ke dalam labu ukur 25 mL dan ditambahkan dengan aquades sampai

penuh (sesuai dengan batas labu ukur)

4. Dikocok hingga larutan tercampur

5. Disimpan dalam tempat tertutup (diberikan label)

IV. Evaluasi

A. Hasil

Adapun hasil pengamatan yang diperoleh sebagai berikut:

1. Pembuatan larutan NaOH 1,0 M

Perhitungan :………………..

2. Pengenceran larutan NaOH

Perhitungan: …………………

3. Pembuatan larutan HCl 1,0 M

Perhitungan:…………………

4. Pengenceran larutan HCl

Perhitungan:………………….

B. Pembahasan

C. Kesimpulan

PETUNJUK PRAKTIKUM KIMIA DASAR

16

PERCOBAAN IV: REAKSI REDOKS

I. Tujuan

Untuk dapat memahami dan menentukan senyawa oksidator dan reduktor dalam

reaksi redoks.

II. Landasan Teori

Dalam reaksi redoks dikenal dengan istilah reaksi oksidasi dan reaksi reduksi.

Penggolongan reaksi ke dalam reaksi oksidasi dan reduksi ini didasarkan pada peningkatan

dan penurunan bilangan oksidasi (terjadi transfer electron dalam reaksi). Reaksi oksidasi

dan reaksi reduksi terjadi secara bersamaan. Setiap reaksi yang terjadi (baik oksidasi

maupun reduksi) disebut sebagai setengah reaksi (half reaction) untuk membentuk satu

reaksi yang utuh. Seperti pada contoh reaksi di bawah ini:

Zn + Pb(NO3)2 (aq) Pb + Zn(NO3)2 (aq)

Dari reaksi di atas logam ataupun ion yang reaktif akan menyumbangkan electron

secara simultan dalam reaksi oksidasi. Begitupula untuk logam ataupun ion yang kurang

reaktif akan akan menerima electron secara simultan dalam reaksi reduksi. Kemampuan

suatu zat untuk mengalami reaksi oksidasi atau reduksi didasarkan pada nilai potensial

reduksi yang dimiliki (E0

sel). Jika E0

selnya besar (E0

sel bernilai positif) maka zat /logam

tersebut cenderung mengalami oksidasi dan jika E0

selnya kecil (E0

sel bernilai negative)

maka zat/logam tersebut cenderung mengalami reduksi.

Reaksi kompleks oksidasi-reduksi sering memakan banyak waktu dan susah untuk

menyeimbangkannya. Dalam teknik setengah reaksi, reaksi redoks dibagi menjadi reaksi

reduksi dan oksidasi.Contohnya seperti logam tembaga yang diletakkan dalam larutan

pereak nitrat yang akan mengahasilkan coating perak pada logam tembaga berdasarkan

persamaan :

Cu (s) + 2 Ag+ Cu

2+ + 2 Ag (s)

Dari reaksi di atas, tembaga dioksidasi menjadi ion temabaga dan ion perak

direduksi menjadi bentuk dasarnya perak. Proses oksidasi (Cu Cu2+

) pertama

diseimbangkan berdasarkan jumlah electron yang diserahkan. Selanjutnya proses yang sama

digunakan untuk ion perak menjadi bentuk dasarnya ( Ag+ Ag).

PETUNJUK PRAKTIKUM KIMIA DASAR

17

III. Metode Percobaan

A. Alat

1. Tabung reaksi

2. Rak tabung reaksi

3. Pipet tetes

4. Gelas ukur

B. Bahan

1. Logam tembaga (luas 1 cm2)

2. Logam magnesium (panjang 2 cm)

3. Logam Zinc (luas luas 1 cm2)

4. Benang baja

5. Tembaga sulfat (CuSO4) 0,1 M

6. Kalium Bromida (KBr) 0,1 M

7. Kalium Klorida (KCl) 0,1 M

8. Kalium Iodida (KI) 0,1 M

9. Besi (III) Klorida (FeCl3) 0,1 M

10. Aquades

C. Cara Kerja

Reaktivitas Logam

1. Diambil 1 cm2 potongan logam tembaga ke dalam tabung reaksi yang pertama

2. Diambil sepanjang 2 cm magnesium dan diletakkan ke dalam tabung reaksi yang

kedua

3. Diambil 1 cm2 potongan logam seng dan diletakkan ke dalam tabung reaksi yang

ketiga

4. Diambil sedikit gulungan benang baja diletakkan ke dalam tabung reaksi yang

keempat

5. Ditambahkan beberapa millimeter tembaga sulfat (CuSO4) 0,1 M ke dalam masing-

masing tabung reaksi.

6. Diamkan selama 3 menit untuk setiap reaksi yang terjadi. Diamati dan dicatat

perubahan yang terjadi pada semua tabung reaksi tersebut. Jika tidak terjadi

perubahan apapun atau tidak terjadi reaksi tuliskan NAR (No Apparent Reaction)

PETUNJUK PRAKTIKUM KIMIA DASAR

18

Reaktifitas Halogen dan Fe3+

1. Diambil 5 mL Kalium Bromida (KBr) 0,1 M ke dalam tabung reaksi yang pertama

2. Diambil 5 mL Kalium Klorida (KCl) 0,1 M ke dalam tabung reaksi yang kedua

3. Diambil 5 mL Kalium Iodida (KI) 0,1 M ke dalam tabung reaksi yang ketiga

4. Ditambahkan Besi (III) Klorida (FeCl3) 0,1 M pada masing-masing tabung reaksi

5. Diamkan selama 3 menit untuk setiap reaksi yang terjadi. Diamati dan dicatat

perubahan yang terjadi pada semua tabung reaksi tersebut. Jika tidak terjadi

perubahan apapun atau tidak terjadi reaksi tuliskan NAR (No Apparent Reaction)

IV. Evaluasi

A. Hasil

Adapun hasil pengamatan yang diperoleh sebagai berikut:

Reaktivitas Logam

No Tabung Reaksi Hasil Pengamatan

1. 1

2. 2

3. 3

4. 4

Reaktivitas Halogen dan Fe3+

No Tabung Reaksi Hasil Pengamatan

1. 1

2. 2

3. 3

Penentuan Agen Pereduksi dan Agen Pengoksidasi

1. Agen Pereduksi:

Persamaan 1/2 reaksi:

2. Agen Pengoksidasi:

Persamaan 1/2 reaksi:

3. Persamaan reaksi lengkap

PETUNJUK PRAKTIKUM KIMIA DASAR

19

Catatan: Buatlah untuk semua jenis reaksi berdasarkan hasil pengamatan kalian!

B. Pembahasan

C. Kesimpulan

PETUNJUK PRAKTIKUM KIMIA DASAR

20

PERCOBAAN V: KESETIMBANGAN ASAM-BASA DALAM AIR

I. Tujuan

Menentukan tetapan kesetimbangan asam (Ka)

II. Landasan Teori

Di dalam sebuah reaksi awalnya terdapat reaktan dan setelah reaksi maka akan

terdapat produk. Pada tahap awal reaksi, akan dihasilkan konsentrasi produk yang rendah,

sehingga laju reaksi ke arah pembentukan produk juga rendah. Dengan berjalannya reaksi,

akan terjadi peningkatan laju reaksi ke arah produk, dan sebaliknya laju reaksi ke arah

reaktan akan terjadi penurunan. Ketika akhirnya laju dua reaksi sama, nampaknya seolah

tidak ada reaksi lagi maka akan tercapai kesetimbangan kimia. Pada kesetimbangan,

konsentrasi komponen bervariasi bergantung pada suhu.

Dalam suatu larutan akan mengalami reaksi yang dikenal dengan reaksi disosisai.

Reaksi disosiasi, yakni ketika elektrolit AB melarut di air dan terdisosiasi menjadi

komponennya A–dan B

+ disebut dengan disosiasi elektrolit atau ionisasi.Reaksi ini juga

merupakan reaksi reversibel.

AB ⇄ A– + B

+ (Persamaan Reaksi 1)

Pada saat tercapainya keadaan kesetimbangan, maka reaksi di atas akan mencapai

kesetimbangan disosiasi elektrolit. Konstanta ini didefinisikan sebagai berikut:

K = [A–][B

+]/[AB] (Persamaan Reaksi 2)

Keadaan seperti di atas juga berlaku untuk reaksi asam-basa. Disoasiasi elektrolit asam

dan basa kuat adalah proses yang mirip. Dengan adanya stabilisasi ion yang terdisosiasi oleh

hidrasi, asam dan basa kuat akan terdisosiasi sempurna. Namun untuk asam dan basa lemah

memberikan berperilaku berbeda. Dalam larutan dalam air, semua asam dan basa lemah

akan mengalami disosiasi elektrolit tidak lengkap atau disosiasi elektrolit sebagian.

Contohnya seperti asam asetat, persamaan reaksinya sebagai berikut:

CH3COOH ⇄ H+ + CH3COO

– (Persamaan Reaksi 3)

Konstanta kesetimbangan disosiasi seperti pada reaksi di atas disebut sebagai konstanta

disosiasi asam (Ka). Mengambil analogi dengan pH, pKa, didefinisikan sebagai:

pKa = -logKa (Persamaan Reaksi 4)

PETUNJUK PRAKTIKUM KIMIA DASAR

21

Dengan menggunakan pKa, nilai Ka yang sangat kecil diubah menjadi nilai yang mudah

ditangani. Kekuatan asam didefinisikan oleh konstanta disosiasi asamnya. Semakin besar

konstanta disosiasi asamnya atau semakin kecil pKa-nya semakin kuat asam tersebut

(Ismunandar, 2008).

III. Metode Percobaan

A. Alat

1. Gelas Becker

2. Labu Erlenmeyer

3. pH meter

4. Pipet Volume

5. Pipet tetes

6. Corong

7. Buret dan statif (perlengkapannya)

B. Bahan

1. Larutan asam asetat 0,1 M

2. Larutan NaOH 0,1 M

C. Cara Kerja

1. Diisi buret 50 mL dengan larutan NaOH 0,1 M

2. Dimasukkan 25 mL asam asetat 0,1 M ke dalam labu Erlenmeyer

3. Dilakukan titrasi dan diukur pH pada saat titran (larutan NaOH) mencapai volume 0;

1; 10; 20; 23; 23,5; 24,6; 24,7;24,8; 24,9; 25; 25,5; 26; 27; dan 30 mL.

4. Dicatat dan dirangkum semua data yang didapatkan dan dihitung harga tetapan

kesetimbangan asam (Ka).

5. Diperhatikan hasilnya, apakah nlai Ka yang anda peroleh sama untuk setiap

penambahan titran?

IV. Evaluasi

A. Hasil

Adapun hasil pengamatan yang diperoleh :

1. Nilai [H+] dan Ka yang diperoleh pada setiap penambahan titran:

PETUNJUK PRAKTIKUM KIMIA DASAR

22

a. Penambahan 0 mL NaOH

b. Penambahan 1 mL NaOH

c. Penambahan 10 mL NaOH

d. dst

2. Nilai [H+] dan Ka yang diperoleh di setiap penambahan titran dapat dilihat pada

table berikut:

Volume NaOH (mL) pH [H+] Ka

0

1

10

dst

B. Pembahasan

C. Kesimpulan

PETUNJUK PRAKTIKUM KIMIA DASAR

23

PERCOBAAN VI: STANDARISASI LARUTAN NAOH

I. Tujuan

Menentukan teknik standarisasi larutan NaOH 0,1 N

II. Landasan Teori

Analisa kuantitatif volumetric adalah suatu analisa kimia kuantitatif untuk menentukan

banyaknya suatu zat dalam volume tertentu dengan mengukur banyaknya volume larutan

standar yang dapat bereaksi secara kuantitatif dengan zat yang akan ditentukan. Berdasarkan

reaksi yang terjadi antara zat yang akan ditentukan dengan larutan standarnya dikenal

dengan istilah titrasi. Titrasi asam basa atau dikenal juga dengan istilah asidi-alkalimetri

selalu digunakan larutan standar dalam setiap proses pengukurannya. Namun keduanya

berbeda dalam jenis larutan yang digunakan sebagai larutan standar. Dalam titrasi asidimetri

digunakan asam sebagai larutan standar, sedangkan pada titrasi alkalimetri digunakan basa

sebagai larutan standar.

Dalam titrasi dikenal juga dengan titik ekivalen. Pada titik ekivalen ini di titrasi asam-

basa, banyaknya asam dan basa yang digunakan sama. Jika yang digunakan adalah asam

lemah atau basa lemah maka yang terionisasi sedikit sehingga lebih sedikit ion asam atau

basa yang dibebaskan. Jika yang digunakan asam atau basa kuat maka yang terionisasi

sempurna, sehingga akan didapatkan jumlah ion basa yang lebih besar di dalam larutan.

Indikator yang digunakan dalam titrasi asam-basa adalah indicator pH. Indicator ini

bekerja dengan memberikan warna yang khas atau tertentu pada daerah pH tertentu.

Rentang pH yang menimbulkan perubahan besar warna indikator disebut dengan interval

transisi. Dalam titrasi asam-basa indicator yang paling umum digunakan adalah indicator

phenolphtalin dan metil merah. Selain indicator ini terdapat banyak indicator lainnya.

Alasan mengapa ada sedemikian banyak indikator adalah fakta bahwa nilai pH titik ekivalen

bergantung pada kombinasi asam dan basa. Kunci pemilihan indikator bergantung pada

apakah perubahan warna yang besar akan terjadi di dekat titik ekivalen.

III. Metode Percobaan

A. Alat

1. Labu Erlenmeyer

2. Labu ukur

3. Gelas arloji

PETUNJUK PRAKTIKUM KIMIA DASAR

24

4. Gelas beacker

5. Corong

6. Buret dan perlengkapannya

7. Pipet volume

8. Pipet tetes

9. Aquades

B. Bahan

1. Asam oksalat padat (H2C2O4. 2H2O)

2. Larutan NaOH 0,1 N

3. Indikator phenolphtalin (pp)

C. Cara Kerja

1. Ditimbang 100 mg asam oksalat padat (H2C2O4. 2H2O) dan dimasukkan ke dalam

gelas beacker

2. Ditambahkan 50 mL aquades ke dalamnya, diaduk sampai semua terlarut

3. Dimasukkan larutan asam oksalat tersebut ke dalam labu Erlenmeyer

4. Dimasukkan larutan NaOH 0,1 N ke dalam buret 50 mL

5. Dilakukan titrasi dengan penambahan 2-3 tetes indicator phenolptalin (pp) ke dalam

labu Erlenmeyer

6. Dicatat volume NaOH yang dibutuhkan pada saat reaksi terjadi (ditandai dengan

adanya perubahan warna)

IV. Evaluasi

A. Hasil

Adapun hasil pengamatan yang diperoleh:

1. Pembuatan larutan asam oksalat (penentuan konsentrasi dalam molal)

……………….

2. Perubahan warna yang terjadi (amati setiap menitnya sampai warna tetap/tidak

berubah di dalam labu erlenmeyer)

…………………………..

3. Volume NaOH yang dibutuhkan (Catat volume yang dibutuhkan untuk setiap

perubahan warna

………………………

PETUNJUK PRAKTIKUM KIMIA DASAR

25

4. Rangkumlah semua data yang diperoleh pada table berikut:

Menit ke- Hasil Pengamatan (Perubahan Warna) Volume NaOH yang dibutuhkan

1

2

3

dst

B. Pembahasan

C. Kesimpulan

PETUNJUK PRAKTIKUM KIMIA DASAR

26

DAFTAR PUSTAKA

1. Akhmad, S., Mudjaran, Diktat Kuliah Kimia AnalitikKuantitatif, Fakultas MIPA, UGM,

Yogyakarta

2. Fessenden, R.J., J.S. Fessenden, Pudjaatmaka, A.H., 1983, Kimia Organik, edisi 3,

PenerbitAirlangga, Jakarta

3. Sulistyani , N., Nurkhasanah, Diktat Praktikum Kimia, Fakultas Farmasi, UAD,

Yogyakarta

4. Vogel. 1985. Kimia Dasar. Bandung : Remaja Karya.

PETUNJUK PRAKTIKUM KIMIA DASAR

27

Lampiran 1:

CONTOH COVER LAPORAN RESMI

LAPORAN

PRATIKUM KIMIA DASAR

PERCOBAAN 1 : PENGENALAN ALAT

NAMA :

NPM :

DOSEN PENGAMPU : Puspawan, M.Farm., Apt

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS KESEHATAN

UNIVERSITAS HAMZANWADI

2018