peta topografi dan pembacaan kontur.docx
TRANSCRIPT
PETA TOPOGRAFI DAN PEMBACAAN KONTUR
Peta topografi adalah peta penyajian unsur-unsur alam asli dan unsur-unsur buatan manusia diatas permukaan bumi. Unsur-unsur alam tersebut diusahakan diperlihatkan pada posisi yang sebenarnya. Mengenai pengukuran melalui titik kontrol yang telah menguraikan cara-cara penempatan titik kontrol yang dibutuhkan untuk pengukuran melalui titkik kontrol yang dibutuhkan untuk pengukuran pemetaan topografi. Pemetaan topografi yang di buat berdasarkan koordinat yang telah ditentukan pada pengukuran titik kontrol.
Pemetaan topografi merupakan suatu pekerjaan yang memperlihatkan posisi keadaan planimetris diatas permukaan bumi dan bentuk diukur dan hasilnya digambarkan diatas kertas dengan simbol-simbol peta pada skala tertentu yang hasilnya berupa peta topografi.
Peta topografi mempunyai ciri khas yang dibuat dengan teliti (secara geometris dan georefrensi) dan penomorannya berseri, standart. Peta topografi mempunyai peta dasar (base map) yang berarti kerangka dasar (geometris/georefrensi) bagi pembuatan peta-peta lain
Sebagai bagian dari komunitas ahli ilmu kebumian, kita pasti sudah tidak asing lagi dengan peta topografi. Peta topografi ini penting, karena sebagai peta dasar, nantinya dapat digunakan sebagaidasar bagi pengembangan sebagai peta-peta tematik lainnya.
Di Indonesia, khususnya pada tambang batubara, di mana keberadaan potensi batubaranya masih banyak yang dijumpai pada kedalaman kecil (dangkal), maka tambang terbuka adalah pilihan yang paling tepat dan ekonomis. Tetapi di Jepang, di mana peraturan tentang perubahan bentang alam (morfologi) sangat ketat, semua tambang batubara yang beroperasi pada abad 20,menerapkan tambang bawah tanah. Ketetapan tersebut juga mensyaratkan potensi batubara yangberada pada kedalaman 250 meter di bawah dasar cekungan air (laut maupun danau) tidak boleh ditambang. Dalam hal ini peta topografi tidak akan banyak gunanya bagi perencanaan tambang, kecuali untuk penempatan fasilitas-fasilitas tambang yang memang harus berada di permukaan.
Untuk kebutuhan perencanaan tambang terbuka, peta topografi memegang peranan sentral, karena dari sini nantinya akan diturunkan beberapa satuan peta, seperti:
Peta hasil eksplorasi, yang memuat informasi tentang posisi singkapan batubara, posisi titik bor, dll.Peta ketebalan batubaraPeta ketebalan overburden Peta distribusi fungsi kualitas, misalnya kadar sulfur, distribusi kalori, dll.
Peta jalan tambang dan kemiringan lereng
Peta kemajuan tambang
Peta perencanaan drainase tambang (peta penyaliran) Dan lain-lain
Dengan demikian pemahaman tentang peta topografi bagi seorang perencana tambang adalah mutlak.
Jenis Peta
Jenis-jenis peta bisa dikelompokkan berdasarkan isi, skala, penurunan serta penggunaannya.
Pengelompokan peta berdasarkan isinya: seperti, Peta Hidrografi (Peta Bathymetri), Peta Geologi, Peta Kadaster (peta kepemilikan tanah), Peta Irigasi (jaringan saluran air) dan lain-lain.Pengelompokan peta berdasarkan skalanya: peta skala besar (1 : 10.000 atau lebih besar), peta skala sedang (1 : 10.000 - 1 : 100.000), peta skala kecil (< 1 : 100.000).Peta berdasarkan penurunan dan penggunaan: Peta Dasar, digunakan untuk membuat peta turunan dan perencanaan umum maupun pengembangan suatu wilayah,Peta Tematik, dibuat atau diturunkan berdasarkan peta dasar dan memuat tema-tema tertentu. Peta tanpa skala akan mengurangi arti dan fungsinya atau bahkan tidak berguna. Skala peta menunjukkan ketelitian dan kelengkapan informasi yang tersaji dalam peta. Peta skala besar lebih teliti dan lebih lengkap dibandingkan peta skala kecil. Skala peta bisa dinyatakan dengan: persamaan (engineer's scale), skala perbandingan, skala numeris atau skala fraksi (numerical or fractional scale) dan grafis (graphical scale).
Susunan Peta
Peta merupakan media untuk menyimpan dan menyajikan informasi tentang rupa bumi dengan penyajian pada skala tertentu. Untuk memudahkan pengelolaan dan pencarian, dibuat indeks peta dalam bentuk teks atau grafis. Gambar unsur rupa bumi pada skala tertentu tidak selalu dapat disajikan sesuai ukurannya karena terlalu kecil untuk digambarkan. Bila unsur itu dianggap penting untuk disajikan, maka penyajiannya menggunakan simbol gambar tertentu. Supaya peta mudah dibaca dan dipahami, maka aneka ragam informasi peta pada skala tertentu harus disajikan dengan cara-cara tertentu, yaitu:SimbolWarna : digunakan untuk membedakan berbagai obyek, misalnya jalan, sungai, rel dan lain-lainnya.Daftar kumpulan simbol pada suatu peta disebut legenda peta. : digunakan untuk membedakan atau merinci lebih jauh dari simbol suatu obyek, misalnya warna batupasir pada Peta Geologi berwarna kuning, batulempung berwarna hijau dll. Kumpulan simbol dan notasi pada suatu peta biasa disusun dalam satu kelompok legenda peta yang selalu disajikan dalam setiap lembar peta. Unsur legenda peta biasa dibakukan agar memudahkan pembacaan dan interpretasi berbagai peta oleh berbagai pemakai dengan berbagai keperluan.Suatu peta bernilai informasi tinggi jika di dalamnya memuat unsur-unsur, di antaranya adalah; skala peta, informasi ketinggian (atau kontur), informasi arah (biasanya utara peta), koordinat, legenda, indeks peta, serta unsur-unsur lain yang dipandang perlu.
Koordinat Peta
Di dalam peta yang umum kita jumpai, kita mendapatkan nilai koordinat peta dalam beberapa sistem seperti koordinat Bassel, koordinat UTM serta koordinat lokal. Pada peta topografi atau peta geologi yang digunakan di Indonesia umumnya menganut sistem koordinat UTM. Sedangkan bila kita melakukan pengukuran langsung di lapangan menggunakan alat ukur theodolite, umumnya kita menggunakan koordinat lokal. Untuk merubah koordinat lokal menjadi koordinat UTM, maka pada awal pengukuran, saat pembuatan poligon, sebelumnya harus diikatkan kepada satu titik tetap (benchmark) yang posisinya koordinat UTM-nya
sudah diketahui. Sehingga dengan demikian konversi terhadap koordinat UTM dapat dilakukan.
Garis Kontur
Garis Kontur Salah satu unsur yang penting pada suatu peta topografi adalah informasi tentang tinggi (elevasi) suatu tempat terhadap rujukan tertentu. Untuk menyajikan variasi ketinggian suatu tempat pada peta topografi, umumnya digunakan garis kontur (contour-line). Garis kontur adalah garis yang menghubungkan titik-titik dengan ketinggian sama. Garis kontur + 25 m, artinya garis kontur ini menghubungkan titik-titik yang mempunyai ketinggian sama + 25 m terhadap referensi tinggi tertentu. Garis kontur dapat dibentuk dengan membuat proyeksi tegak garis-garis perpotongan bidang mendatar dengan permukaan bumi ke bidang mendatar peta. Karena peta umumnya dibuat dengan skala tertentu, maka bentuk garis kontur ini juga akan mengalami pengecilan sesuai skala.
Pengertian Kontur Topografi
Kontur topografi adalah garis khayal untuk menggambarkan semua titik yang mempunyai
ketinggian yang sama di atas atau di bawah permukaan datum tertentu yang disebut
permukaan laut rata-rata. Kontur digambarkan dengan interval vertikal yang reguler. Interval
kontur adalah jarak vertikal antara 2 (dua) garis ketinggian yang ditentukan berdasarkan
skalanya. Besarnya interval kontur sesuai dengan skala peta dan keadaan di muka bumi.
Interval kontur selalu dinyatakan secara jelas di bagian bawah tengah di atas skala grafis.
Kontur biasanya digambar dalam bentuk garis-garis utuh yang kontinyu (biasanya berwarna cokelat atau oranye). Setiap kontur keempat atau kelima (tergantung pada intervalnya) dibuatlah indeks, dan digambarkan dengan garis yang lebih tebal. Kontur indeks dimaksudkan untuk membantu pembacaan kontur dan menghitung kontur untuk menentukan tinggi. Angka (ketinggian) kontur diletakkan pada bagian kontur yang diputus, dan diurutkan sedemikian rupa agar terbaca searah dengan kemiringan ke arah atas (lebih tinggi).Pada daerah datar yang jarak horisontalnya lebih dari 40 mm sesuai skala peta dibuat garis kontur bantu. Kontur bantu ini sangat berarti terutama jika ada gundukan kecil pada daerah yang datar. Kontur bantu digambar pada peta berupa garis putus-putus untuk membedakan
dengan kontur standar.
Kontur indeks dan titik-titik tinggi pada peta rupabumi skala 1:25.000
Bentuk Kontur
Bentuk suatu kontur menggambarkan bentuk permukaan lahan yang sebenarnya. Kontur-
kontur yang berdekatan menunjukkan kemiringan yang terjal, kontur-kontur yang berjauhan
menunjukkan kemiringan yang landai. Jika kontur-kontur itu memiliki jarak satu sama lain
secara tetap, maka kemiringannya teratur.
Beberapa catatan tentang kontur sebagai berikut:
1. Kontur adalah kontinyu (bersinambung). Sejauh mana pun kontur berada, tetap akan
bertemu kembali di titik awalnya. Perkecualiannya adalah jika kontur masuk ke suatu
daerah kemiringan yang curam atau nyaris vertikal, karena ketiadaan ruang untuk
menyajikan kontur-kontur secara terpisah pada pandangan horisontal, maka lereng terjal
tersebut digambarkan dengan simbol. Selanjutnya, kontur-kontur akan masuk dan keluar
dari simbol tersebut.
2. Jika kontur-kontur pada bagian bawah lereng merapat, maka bentuk lereng disebut
konveks (cembung), dan memberikan pandangan yang pendek. Jika sebaliknya, yaitu
merenggang, maka disebut dengan konkav (cekung), dan memberikan pandangan yang
panjang.
3. Jika pada kontur-kontur yang berbentuk meander tetapi tidak terlalu rapat maka
permukaan lapangannya merupakan daerah yang undulasi (bergelombang).
4. Kontur-kontur yang rapat dan tidak teratur menunjukkan lereng yang patah-patah. Kontur-
kontur yang halus belokannya juga menunjukkan permukaan yang teratur (tidak patah-
patah), kecuali pada peta skala kecil pada umumnya penyajian kontur cenderung halus
akibat adanya proses generalisasi yang dimaksudkan untuk menghilangkan detil-detil kecil
(minor).
Berbagai kenampakan kontur
Profil permukaan lahan dari potongan garis A-B
Kenampakan yang tidak berubah dengan penggambaran kontur adalah bukit dan lembah.
Bentuk permukaan lahan tidak berubah cukup berarti meskipun ada bangunan gedung, jalan,
pemotongan pepohanan (hutan atau perkebunan). Penafsiran yang benar terhadap bentuk
permukaan lahan membutuhkan latihan, praktek dan pengalaman yang memadai di
lapangan.
Membuat Potongan Profil
Untuk membuat suatu potongan profil yang utuh antara dua titik A dan B pada peta
berkontur, gambarlah sebuah garis lurus pada peta antara titik-titik tersebut. Temukan
kontur-kontur rendah dan tinggi yang terpotong oleh garis. Pada gambar 5.4 kontur yang
tertinggi adalah 200 meter, dan yang terendah adalah 80 meter.
Letakkan secarik kertas dengan tepi yang lurus sepanjang garis AB, dan tandai pada titik A
dan titik B tersebut juga titik-titik di mana kontur-kontur memotong garis. Berilah label angka
tinggi.
Pemotongan Garis Kontur
Dari masing-masing tanda turunkan garis tegak lurus pada kertas. Sejajar dengan pinggiran
yang sudah ditandai gambar garis-garis paralel dengan skala yang sesuai untuk menunjukkan
angka tinggi dari masing-masing kontur yang dipotong oleh garis AB, yaitu 80 sampai dengan
200 meter. Buat sebuah tanda pada setiap garis vertikal di mana itu memotong skala tinggi
sejajar sesuai dengan tingginya pada garis AB. Gabungkan tanda-tanda ini dengan suatu
garis kurva yang halus, memungkinkan untuk membentuk lereng permukaan antara kontur-
kontur di lembah dan di puncak bukit. Penggunaan kertas milimeter atau grid akan
memudahkan penggambaran.
Potongan yang menunjukkan intervisibilitas
Menentukan Gradien Jalan Pada Peta
Kemiringan suatu lereng (slope) biasanya didefinisikan sebagai suatu gradien. Gambar di
bawah ini menunjukkan sebuah gradien 2 dalam 16, artinya 2 unit vertikal untuk setiap 16
unit pada arah horisontal. Selama kedua unit tersebut sama pada kedua arah, maka tidak ada
bedanya apapun satuan panjangnya (meter atau pun kaki). Gradien tersebut biasanya ditulis
sebagai 2/16.
Kemiringan lereng atau slope
Kadangkala gradien dinyatakan dalam persentase. Untuk mengkonversinya adalah
mengalikan perbandingan dengan bilangan 100%, yaitu:
2/16 x 100% = 1,25%
Untuk menentukan gradien suatu titik di jalan pada suatu peta, ukur jarak horisontal antara
kontur-kontur yang berurutan pada peta dan nyatakan dalam unit yang sama seperti pada
angka interval kontur. Misalnya, jika interval kontur 10 meter dan jarak yang diukur di peta
antara dua kontur yang berurutan tersebut adalah 120 meter, maka gradien rata-ratanya
antara dua kontur adalah 10/120 = 1/12 atau 1 dalam 12 atau 8,5%.
Untuk menentukan gradien yang paling terjal dari suatu jalan, temukan titik di mana dua
kontur yang berturutan saling berdekatan, kemudian ukurlah seperti prosedur di atas.
Suatu gradien rata-rata dapat diukur dengan cara yang sama terhadap beberapa interval
kontur, meskipun hal ini tidak banyak berarti kecuali ada kemiringan lereng yang konstan
pada arah yang sama.
Jika dibutuhkan untuk memeriksa bahwa gradien maksimum sepanjang suatu jalan tidak
melebihi 1/6, dan interval kontur adalah 10 meter, maka jarak antara kontur-kontur tadi tidak
boleh kurang dari 6 x 10 = 60 meter. Tandailah pada sepotong kertas suatu jarak 60 meter
pada skala peta, interval kontur dapat diperiksa untuk melihat apakah jarak pada titik mana
pun lebih pendek dari jarak yang ditentukan. Jika demikian halnya maka gradiennya lebih
terjal dari 1/6.