perspektif hukum islam terhadap kebijakan …repository.radenintan.ac.id/5892/1/skripsi.pdf ·...
TRANSCRIPT
PERSPEKTIF HUKUM ISLAM TERHADAP KEBIJAKAN
PEMERINTAH DAERAH DALAM PENGELOLAAN
POTENSI PARIWISATA ( Studi di Kabupaten Pesisir Barat Provinsi Lampung)
Skripsi
Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat
Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H.)
DONI APRIADI
NPM : 1321020157
JURUSAN SIYASAH
FAKULTAS SYARI’AH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ( UIN )
RADEN INTAN LAMPUNG
1439 H / 2018 M
ABSTRAK
Oleh : Doni Apriadi
Kabupaten Pesisir Barat mempunyai banyak tempat wisata yang sangat
potensial jika di kembangkan dengan baik, dan sudah berjalan selama ini ada 12
pariwisata yang dikontrol pemerintah Kabupaten Pesisir Barat dari keseluruhan
pariwisata yang ada di pesisir barat itu merupakan pendapatan anggaran daerah
(PAD) kabupaten pesisir barat semenjak pemekaran dari Kabupaten Lampung Barat.
Rumusan masalah dalam skripsi ini adalah bagaimanakah peranan dan
kontribusi Pemerintah terhadap Pandapatan Asli Daerah (PAD) dalam pengelolaan
potensi wisata alam di Kabupaten Pesisir Barat Berdasarkan hasil penelitian dan
wawancara dikarenakan keterbatasan anggaran yang diberikan membuat program
tidak dapat berjalan maksimal besarnya retribusi perbulan yang disetor oleh pengelola
objek wisata kepada pemerintah daerah bervariasi. Hal ini dipengaruhi oleh intensitas
kunjungan para wisatawan ke setiap objek wisata. Semakin tinggi intensitas
wisatawan mengunjungi objek wisata, maka retribusi yang disetor ke pemerintah
daerah juga akan meningkat.
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah Untuk mengetahui seperti apa
peranan dan kontribusi Pemerintah terhadap Pandapatan Asli Daerah (PAD) dalam
pengelolaan potensi wisata alam di Kabupaten Pesisir Barat dan Untuk mengetahui
perspektif hukum Islam tentang kebijakan pemerintah daerah dalam pengelolaan
potensi wisata alam di Kabupaten Pesisir Barat
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
lapangan (field research), yaitu sebuah penelitian yang dilakukan secara langsung
terhadap pristiwa dan data-data yang ada di lapangan, yang dalam hal ini penulis
melakukan penelitian di Kabupaten Pesisir Barat. Penulis mengadakan penelitian
ini dikarenakan di Kabupaten Pesisir Barat potensi besar pariwisata.
Meskipun Pesisir Barat memiliki sejumlah potensi alam dan budaya yang
dapat diandalkan, namun sebagian besar belum tergarap secara maksimal. Banyak
pengelolaan wisata alam dan budaya di Pesisir Barat dapat dilihat dari keadaan sarana
dan prasarana wisata di berbagai tempat objek wisata yang belum lengkap dan tidak
terawat. Bagaiman perspektif hukum Islam tentang kebijakan pemerintah daerah
dalam pengelolaan potensi wisata alam di Kabupaten Pesisir Barat, Islam
memperbolehkan untuk mengelola potensi wisata alam asal sesuai dengan syariat dan
ketentuan Islam serta untuk memberikan kesadaran kepada makhluknya yang diberi
amanat sebagai khalifah agar dapat mengetahui kebenaran dan kebesaran serta
kemahakuasaan-Nya Allah swt.
Kepada pemerintah Kabupaten Pesisir Barat seharusnya lebih memperhatikan
SDM di Dinas Pariwisata yang masih belum maksimal dari segi kuantitas, serta
masyarakat juga semestinya membantu menjaga infrastruktur sarana dan prasaranya
yang ada, akan lebih baik jika pengembangan pariwisata di Kabupaten Pesisir Barat
ditingkatkan dengan membantu mensosiaisasikan secara langsung kepada wisatawan
yang datang.
MOTTO
Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan
siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (Q.S. Al-Imron : 190) 1
1 Depag RI, Al-Qur'an dan terjemahan (Semarang: CV.Toha putra, 1989),
PERSEMBAHAN
Alhamdullilah . Rasa syukur saya ucapkan kepada Allah SWT karna atas izin dan Ridho-nya yang
telah memudahkan saya dalam menyelesaikan skripsi ini, penulisan skripsi ini saya persembahkan
kepada :
1. Allah SWT yang selalu meridhoi dan mengabulkan segala Do‟a
2. Bapak ku tercinta Ahmad Suparlan dan Ibuku Tersayang Ratina yang sejak aku dilahirkan
selalu memberikan yang terbaik kepadaku dalam keadaan apapun, yang selalu mendoakan ku
di setiap langkah untuk kesuksesanku, besar harapanku untuk dapat menjadi anak yang
berbakti dan membanggakan.
3. Kakak ku tercinta Agus Purnomo, Erik Munandar dan Dina Anggraini yang selalu
mendoakanku, mendukungku, mengurus kuliahku, menjaga dan melindungiku, serta
memberikan motivasi dan inspirasi kepadaku agar selalu bersemangat dalam segala hal.
Semoga Allah SWT membalas kebaikan semua.
4. Sanak family yang selalu memberikan semangat dan menanti keberhasilan ku.
5. Alamamater tercinta yang telah mendidik ku menjadi lebih baik yang mampu berfikir lebih
maju.
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama Doni Apriadi yang dilahirkan di Pekon Tanjung pada tanggal
3 April 1994, anak keempat dari empat bersaudara dar pasangan Bapak Ahmad
Suparlan dan Ibu Ratina.
Penulis memulai menuntut ilmu pada jenjang Tingkat sekolah Dasar Negeri
Tanjung Sakti Kecamatan Lemong Pesisir Barat, lulus pada tahun 2007, Kemudian
melanjutkan di Tingkat Sekolah Menengah Pertama Negeri 4 Lemong Pesisir Barat,
lulus pada tahun 2010, Melanjutkan Kesekolah Menengah Atas Perintis 1 Bandar
Lampung, lulus pada tahun 2013, Setelah itu penulis melanjutkan kejenjang
perguruan tinggi dan di terima di Universitas Islam Negeri (UIN) Raden Intan
Lampung pada program Strata Satu (S1) Fakultas Syariah jurusan Siyasah
KATA PENGANTAR
Puji syukur Alhamdullilah yang tidak terkira penulis panjatkan kehadirat
Allah SWT. yang telah melimpahkan rahmat beserta karunia-Nya kepada penulis
berupa ilmu pengetahuan, kesehetan, dan petunjuk dalam berjuang menempuh ilmu.
Jika bukan karena rahmat dan karunia-Nya, dalam menyelesaikan skripsi berjudul
Perspektif Hukum Islam Terhadap Kebijakan Pemerintah Daerah Dalam
Pengelolaan Potensi Pariwisata ( Studi di Kabupaten Pesisir Barat Provinsi
Lampung) dapat terselesaikan. Dan shalawat beserta salam semoga tercurah kepada
suri tauladan kita, Nabi Muhammad SAW. Nabi yang telah menginspirasi bagaimana
menjadi pemuda tangguh, pantang mengeluh, mandiri dengan kehormatan diri, yang
cita-citanya melangit namun karyany nyatanya membumi.
Selesainya penulisan skripsi ini tidak lepas dari bantuan, dorongan, ucapan terimakasih, dari
berbagai pihak. Untuk itu, sepantasnya lah penulis menyampaikan ucapan terimakasih yang tulus dan
do‟a , mudah-mudahan bantuan yang di berikan tersebut mendapatkan imbalan dari Allah SWT yang
Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang. Ucapan Terimaksih ini penulis berikan kepada :
1. Dr.Alamsyah, S.Ag., M.Ag. selaku Dekan Fakultas Syariah UIN Raden Intan Lampung yang
selalu tanggap akan kesulitan mahasiswa.
2. Dra. Firdaweri, M.H.I. dan Ibu Eti Karini, S.H., M. Hum. masing-masing selaku pembimbing
I dan pembimbing II yang banyak telah meluangkan waktunya dalam membimbing,
mengarahkan, dan memotivasi hingga skripsi ini selesai.
3. Semua Dosen dan civitas akademika Fakultas Syariah UIN Raden Intan Lampung.
4. Staff Karyawan perpustakaan Fakultas Syariah dan perpustakaan pusat UIN Raden Intan
Lampung.
5. Sahabat seperjuangan khususnya jurusan Siyasah angkatan 2013 yang selalu mendukung dan
menjadi inspirasi bagi penulis untuk bersemangat dalam kegiatan perkuliahan khususnya
penulisan skripsi ini .
Penulis menyadari bahwa skripsi masih banyak kekurangan jauh dari kata sempurna,
hal itu tidak lain karena keterbatasan kemampuan, terbatasnya ilnmu, dan penelitian yang
penulis kuasai. Oleh karena itu penulis mengharapkan masukan kritik yang bersifat
membangun untuk skripsi ini.
Akhirnya, dengan iringan terimakasih penulis memanjatkan do‟a kehadirat Allah SWT,
semoga jerih payah dan amal Bapak-Bapak dan Ibu-Ibu serta teman-teman sekalian
mendapatkan balasan yang sebaik-baiknya dari Allah SWT dan semoga Skripsi ini dapat
bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan para pembaca pada umumnya. Aamiin ya rabb
Bandar Lampung, 26
Maret 2018
DONI APRIADI
Npm: 1321020157
DAFTAR ISI
JUDUL ................................................................................................................ i
ABSTRAK .................................................................................................................. ii
PERSETUJUAN ........................................................................................................ iii
PENGESAHAN ......................................................................................................... iv
MOTTO ..................................................................................................................... v
PERSEMBAHAN ..................................................................................................... vi
RIWAYAT HIDUP .................................................................................................. vii
KATA PENGANTAR .............................................................................................. viii
DAFTAR ISI ...................................................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................................... x
BAB I PENDAHULUAN
A. Penegasan Judul ............................................................ 1
B. Alasan Memilih Judul .................................................. 4
C. Latar Belakang Masalah ............................................... 5
D. Rumusan Masalah ......................................................... 13
E. Tujuan Penelitian ........................................................... 14
F. Manfaat Penelitian ........................................................ 14
G. Metode Penelitian ......................................................... 14
BAB II KONSEP KEBIJAKAN PEMERINTAH DAERAH DALAM
PENGELOLAAN PARIWISATA MENURUT
PANDANGAN FIQIH SIYASAH
A. Konsep Kebijakan Pariwisata ....................................... 19
B. Pendapatan Asli Daerah Dalam Pariwisata ................... 25
C. Kebijakan Pemerintah Dalam Pengembangan
Pariwisata Menurut Islam .............................................. 28
D. Pariwisata Menurut Pandangan Fiqih Siyasah ............ 48
BAB III PERANAN DAN KONTRIBUSI PEMERINTAH
DAERAH DALAM PENINGKATAN PAD MELALUI
PARIWISATA
A. Gambaran Umum di Kabupaten Pesisir Barat .............. 54
B. Kepariwisataan Kabupaten Pesisir Barat ...................... 58
C. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pesisir
Barat ............................................................................. 60
BAB IV KEBIJAKAN PEMERINTAH DAERAH DALAM
PENGELOLAAN PARIWISATA MENURUT
PERSPEKTIF HUKUM ISLAM
A. Peran Dan Kontribusi Pemerintah Terhadap
Pandapatan Asli Daerah (PAD) Dalam
Pengelolaan Potensi Wisata Alam di Kabupaten
Pesisir Barat ........................................................... 67
B. Perspektif Hukum Islam Tentang Kebijakan
Pemerintah Daerah Dalam Pengelolaan Potensi
Wisata Alam Di Kabupaten Pesisir Barat ............ 76
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................ 90
B. Saran ........................................................................ 90
BAB I
PENDAHULUAN
A. Penegasan Judul
Judul ini merupakan salah satu bagian penting dan kegunaannya dalam
semua bentuk tulisan atau karangan, karena judul sebagai pemberi arah
sekaligus dapat memberikan gambaran dari semua isi yamg terkandung di
dalamnya. Demikian juga halnya dengan skripsi ini, tentu tidak terlepas dari
judul.
Adapun judul skripsi yang penulis kemukakan adalah : Perspektif
Hukum Islam Terhadap Kebijakan Pemerintah Daerah Dalam
Pengelolaan Potensi Pariwisata ( Studi di Kabupaten Pesisir Barat
Provinsi Lampung).
Agar tidak menimbulkan salah pemahaman terhadap judul penelitian ini,
maka perlu kiranya dijelaskan beberapa istilah :
1. Perspektif Hukum Islam
Perspektif berasal dari bahasa italia "Prospettiva" yang berarti
gambar pandangan atau sudut pandangan namun menurut Leornardo da
Vinci perspektif adalah suatu yang alami yang terbentuk dari relief datar
menjadi suatu relief bidang atau ruang. 2
Perspektif adalah suatu “cara atau sudut pandang tentang suatu
2 http://www.notepedia.info/2015/05/pengertian-perspektif-dan-sejarah.html tgl. 23Juni 2015
peristiwa.” 3
Pengertian perspektif atau sudut pandang sebenarnya dapat diartikan
sebagai cara seseorang dalam menilai sesuatu yang bisa dipaparkan baik
secara lisan maupun tulisan. Hampir setiap hari orang-orang selalu
mengungkapkan perspektif dan sudut pandang mereka mengenai berbagai
macam hal. Sebagai contoh, orang yang selalu memberikan sudut
pandangnya mengenai sesuatu melalui media sosial, dengan cara
memperbaharui setatusnya, hingga mengomentari status teman atau
saudaranya.
Hukum Islam yaitu suatu kaidah, aturan yang digunakan untuk
mengendalikan masyarakat Islam baik dari ayat al-Qur‟an, hadits Nabi
SAW, pendapat sahabat dan tabi‟in maupun pendapat yang berkembang di
suatu masa dalam kehidupan umat Islam.4
Hukum Islam adalah syari‟at atau hukum-hukum Allah yang ada
pada agama Islam itu sendiri untuk mengatur sekaligus menjadi pedoman,
baik perintah, larangan, ataupun anjuran untuk melakukan sesuatu pada
umatnya dengan berpedoman pada al-Qur‟an, Hadits, dan pendapat para
ahli Fuqaha‟.
Jadi yang dimaksud dengan perspektif hukum Islam dalam penelitian
ini adalah sudut pandang atau ketentuan hukum Islam dalam menyikapi serta
3 G. Setya Nugraha dan R. Maulina F, Kamus Bahasa Indonesia, (Surabaya: Karina), h.475
4 Abdul Aziz Dahlan, Ensiklopedi Hukum Islam, jilid 6, (Jakarta: Ichtiar Baru, 1996), 575.
menanggapi suatu peristiwa yang didasarkan pada Al-qur‟an dan Hadist.
2. Kebijakan Pemerintah Daerah
Kebijakan adalah rangkaian konsep dan asas yang menjadi pedoman
dan dasar rencana dalam pelaksanaan suatu pekerjaan, kepemimpinan, dan
cara bertindak. Istilah ini dapat diterapkan pada pemerintahan, organisasi
dan kelompok sektor swasta, serta individu. Kebijakan berbeda dengan
peraturan dan hukum.
Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan
oleh Pemerintah Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah menurut
asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya
dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana
dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945.
3. Pengelolaan Pariwisata
Pengelolaan adalah proses melakukan kegiatan tertentu dengan
menggerakkan tenaga orang lain. Istilah pariwisata terlahir dari bahasa
Sansekerta yang komponen- komponennya terdiri dari : “Pari” yang berarti
penuh, lengkap, berkeliling; “Wis(man)” yang berarti rumah, properti,
kampung, komunitas; dan “ata” berarti pergi terus-menerus, mengembara
(roaming about) yang bila dirangkai menjadi satu kata melahirkan istilah
pariwisata, berarti : pergi secara lengkap meningggalkan rumah (kampung)
berkeliling terus menerus dan tidak bermaksud untuk menetap di tempat
yang menjadi tujuan perjalanan.5
B. Alasan Memilih Judul
1. Alasan Objektif
a. Permasalahan dalam peranan dan kontribusi Pemerintah dalam
meningkatkan Pandapatan Asli Daerah (PAD) melalui pengelolaan
potensi wisata alam di Kabupaten Pesisir Barat yang belum optimal.
b. Persoaan Perspektif hukum Islam tentang kebijakan pemerintah daerah
dalam pengelolaan potensi wisata alam di Kabupaten Pesisir Barat.
2. Alasan Subjektif
a. Pokok bahasan skripsi ini relevan dengan disiplin ilmu yang penulis
pelajari di fakultas syari‟ah jurusan Siyasah
b. Bahan-bahan yang dibutuhkan penulis tersedia di perpustakaan.
c. Untuk menambah wawasan dan pengetahuan tentang hal yang berkaitan
dengan permasalahan di atas.
d. Sepanjang pengetahuan penulis belum ada yang membahasnya,
khususnya di fakultas Syari‟ah Institut Agama Islam Negeri Raden Intan
Lampung.
5 Salah Wahab,Manajemen Kepariwisataan. (Jakarta : PT Pradnya Paramita,2003) h.35
C. Latar Belakang Masalah
Pada zaman dahulu (sebelum Islam datang dan masa awal Islam sampai
abad pertengahan) fungsi laut adalah salah satu jalur transportasi yang sangat
popular bagi manusia setelah jalur darat, laut memberikan kontribusi yang sangat
luas bagi kemakmuran hidup manusia. Ini bisa dimaklumi dikarenakan secara
geografis pun komposisi laut jauh lebih besar daripada daratan. Sehingga manusia
senantiasa berusaha dengan segala upaya agar mampu memanfaatkan jalur ini
untuk kepentingan perdagangan mereka dan juga kepentingan transportasi
lainnya.
Pemahaman ini pada akhirnya menghantarkannya pada penyerahan diri,
ketundukan dan rasa takut kepada-Nya. Ia adalah termasuk golongan yang
berakal, yaitu dalam firman Allah dalam Q.S. Ali Imron 190-191 yang berbunyi.
“ Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya
malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal.
(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau
dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit
dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan Kami, Tiadalah Engkau
menciptakan ini dengan sia-sia, Maha suci Engkau, Maka peliharalah
Kami dari siksa neraka”. (Q.S. Ali Imron 190-191).6
6 Departemen Agama, Al Qur'an dan Terjemahnya (Semarang: CV. Asy-Syifa', 1992),
Di banyak ayat dalam Al Qur'an, pernyataan seperti, "Maka mengapa
kamu tidak mengambil pelajaran?", "terdapat tanda-tanda (ayat) bagi orang-orang
yang berakal," memberikan penegasan tentang pentingnya memikirkan secara
mendalam tentang tanda-tanda kekuasaan Allah. Allah telah menciptakan
beragam ciptaan yang tak terhitung jumlahnya untuk direnungkan. Segala sesuatu
yang kita saksikan dan rasakan di langit, di bumi dan segala sesuatu di antara
keduanya adalah perwujudan dari kesempurnaan penciptaan oleh Allah, dan oleh
karenanya menjadi bahan yang patut untuk direnungkan. Satu ayat berikut
memberikan contoh akan nikmat Allah ini.
“ Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya
malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang
berguna bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air,
lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati (kering)-nya dan Dia
sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan
yang dikendalikan antara langit dan bumi; sungguh (terdapat) tanda-tanda
(keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan”. (Q.S. Al-
Baqoroh :2 Ayat 164).7
h.98. 7 Departemen Agama, Al Qur'an dan Terjemahnya (Semarang: CV. Asy-Syifa', 1992),
h.105.
Indonesia sebagai negara kepulauan memiliki kekayaan alam yang
melimpah dengan berbagai macam kebudayaan, adat, serta agama yang tentunya
dapat dimanfaatkan dalam bidang kepariwisataan sebagai sektor komoditi yang
sangat baik bagi perekonomian dan sebagai penghasil devisa negara kedua setelah
minyak bumi dan gas alam. Sejak tahun 1978 pemerintah terus berusaha
mengembangkan kepariwisataan dalam meningkatkan penerimaan devisa,
memperluas lapangan kerja, dan memperkenalkan kebudayaan. Pembinaan serta
pengembangan pariwisata dilakukan dengan tetap memperhatikan terpeliharanya
kebudayaan dan kepribadian nasional. Untuk itu perlu diambil langkah-langkah
dan pengaturan-pengaturan yang lebih terarah berdasarkan kebijaksanaan yang
terpadu, antara lain bidang promosi, penyediaan fasilitas serta mutu, dan
kelancaran pelayanan.8
Dalam rangka memanfaatkan peluang pariwisata yang secara prospektif
dapat menguntungkan, maka diperlukan juga iklim usaha yang kondusif agar
dapat menjamin berlangsungnya kegiatan pariwisata, serta membuka peluang
investasi guna meningkatkan aktivitas pariwisata, yang selanjutnya melalui
pengelolaan berbagai potensi secara optimal diharapkan akan dapat menarik
dunia usaha untuk melakukan kegiatan penanaman modal di Kabupaten Pesisir
Barat dapat dipastikan bahwa aktivitas ekonomi akan meningkat dan pada
gilirannya akan memberi dampak secara langsung terutama dalam meningkatkan
8 Pendit, Nyoman S, Ilmu Pariwisata Sebuah Pengantar Perdana.( Jakarta,PT. Pradnya
Paramita, 1999) h.64
taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat dan menunjang peningkatan pendapatan
asli daerah (PAD).
Model pelaksanaan pengembangan destinasi pariwisata daerah yang
diusulkan untuk diterapkan dalam pengembangan potensi wisata daerah di
Kabupaten Pesisir Barat mengacu pada kondisi aktual saat ini berupa potensi dan
masalah wisata. Untuk mengembangkan wisata terdapat berbagai stakeholders
yang terlibat (pemerintah, lembaga non pemerintah), SDM, program-program,
dana dan fasilitas. Berdasarkan keterlibatan stakeholders dan berdasarkan kondisi
saat ini didapatkan program-program yang diharapkan dapat memberikan arahan
yang jelas di dalam upaya pengembangan daerah tujuan wisata di Kabupaten
Pesisir Barat kedepannya.
Sasaran tersebut di atas dapat tercapai melalui pengelolaan dan
pengusahaan yang benar dan terkoordinasi, baik lintas sektoral maupun swasta
yang berkaitan dengan pengembangan kegiatan pariwisata sehingga diperlukan
peran serta dan dukungan dari masyarakat, pemerintah dan seluruh sektor yang
berperan dalam pengembangan kepariwisataan. Keberhasilan pelaksanaan
pengembangan daerah tujuan wisata sangat tergantung dan tidak terlepas dari
peran semua elemen, tentunya dengan memperhatikan unsur program, anggaran
dan proses yang ada.9
Peranan pariwisata dalam pembangunan secara garis besar berintikan 3
segi yakni
9 Wahab, Salah. Manajemen Kepariwisataan. (Jakarta, Pradnya Paramita, 2003)h.124.
a. segi ekonomis (devisa, pajak-pajak),
b. segi kerjasama antar Kabupaten kota.
c. Pesisir Barat diarahkan sebagai sektor yang dapat diandalkan untuk
mendorong pertumbuhan ekonomi masyarakat, peningkatan PAD,
pemberdayan masyarakat sekitar, untuk memperluas kesempatan
kerja, dan memasarkan produk-produk budaya dalam rangka
meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Pengembangan kawasan wisata harus terencana. Bertahap secara
menyeluruh untuk dapat memperoleh manfaat yang optimal bagi masyarakat.10
Pengembangan pariwisata Indonesia telah tercermin dalam rencana strategi yang
dirumuskan oleh Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata RI, yakni:
a. meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan membuka
kesempatan berusaha dan lapangan kerja serta pemerataan
pembangunan di bidang pariwisata;
b. mewujudkan pembangunan pariwisata yang berkesinambungan
sehingga memberikan manfaat sosial-budaya, sosial ekonomi bagi
masyarakat dan daerah, serta terpeliharanya mutu lingkungan hidup;
c. meningkatkan kepuasan wisatawan dan memperluas pangsapasar; dan
d. menciptakan iklim yang kondusif bagi pembangunan pariwi-sata
Indonesia sebagai berdayaguna, produktif, transparan, dan bebas KKN
untuk melaksanakan fungsi pelayanan kepada masyarakat, dalam
10
Ismayanti, Pengantar Pariwisata. (Jakarta: Grasindo, 2009) h.97
institusi yang merupakan amanah yang dipertanggungjawabkan
(accountable).11
Demikianlah pandangan Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata RI,
bahwa pengembangan pariwisata Indonesia harus didahului dengan pemahaman
mengenai berbagai tantangan dan hambatan yang harus dihadapi dalam
merencanakan dan melaksanakan pengembangan pariwisata di Indonesia. Dasar
hukum pengembangan pariwisata yang sesuai dengan prinsip pengembangan
adalah Undang-Undang RI Nomor 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan
tentang Pembangunan Kepariwisataan (Pasal 6: Pembangunan kepariwisataan
dilakukan berdasarkan asas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 yang
diwujudkan melalui pelaksanaan rencana pembangunan kepariwisataan dengan
memperhatikan keanekaragaman, keunikan, dan kekhasan budaya dan alam, serta
kebutuhan manusia untuk berwisata, Pasal 8: 1) Pembangunan kepariwisataan
dilakukan berdasarkan rencana induk pembangunan kepariwisataan yang terdiri
atas rencana induk pembangunan kepariwisataan nasional, rencana induk
pembangunan kepariwisataan provinsi, dan rencana induk pembangunan
kepariwisataan Kabupaten/kota. 2) Pembangunan kepariwisataan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) merupakan bagian integral dari rencana pembangunan
jangka panjang nasional. Pasal 11: Pemerintah bersama lembaga yang terkait
dengan kepariwisataan menyelenggarakan penelitian dan pengembangan
kepariwisataan untuk mendukung pembangunan kepariwisataan.) serta UU No 10
11
Andi Sammeng Mappi, Cakrawala Pariwisata. (Jakarta : Balai Pustaka 2001) h.93
tahun 2009 tentang Kawasan Strategis (Pasal 12: 1) Aspek- aspek penetapan
kawasan strategis pariwisata).12
Kabupaten Pesisir Barat mempunyai banyak tempat wisata yang sangat
potensial jika dikembangkan dengan baik, dan sudah berjalan selama ini ada 12
pariwisata yang dikontrol pemerintah Kabupaten Pesisir Barat yaitu Pulau
Pisang, Pantai Tanjung Setia, Labuhan Jukung, Pantai Wayjambu, Pantai
Nyimbor, Pantai Mandiri, Goa Matu, Penangkaran Penyu, Kebun Damar,
Ekowisata Pemerihan, Rino Camp Sukaraja Atas Dan Pantai Melasti. Dari
keseluruhan pariwisata yang ada di Pesisir Barat itu merupakan pendapatan
anggaran daerah (PAD) Kabupaten Pesisir Barat semenjak pemekaran dari
Kabupaten Lampung Barat.
Pemerintah (Dinas Pariwisata dan Kebudayaan) saat ini dalam tahap
Pelaksanaan program pengembangan objek wisata yang ada di Kabupaten Pesisir
Barat, beberapa tahun terakhir ini sangat dimaksimalkan, cara merupakan suatu
langkah maju untuk meningkatkan pariwisata di Kabupaten Pesisir Barat dan
untuk mendukung semua program pariwisata khususnya di Dinas Pariwisata dan
Kebudayaan Kabupaten Pesisir Barat.
Berdasarkan keterangan Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
diketahui bahwa Disbudpar saat ini mempunyai beberapa program antara lain:
1. Pengembangan statistik kepariwisataan
12
Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat. (Bandung : PT. Refika
Aditama, 2006),h.91
a. Pemantauan dan evaluasi pelaksanaan program pengembangan pemasaran
pariwisata
b. Pelaksanaan promosi pariwisata daerah di dalam dan luar negeri
c. Koordinasi dengan sektor pendukung pariwisata
d. Pengembangan jaringan kerjasama promosi wisata
e. Peningkatan pemanfaatan teknologi informasi dalam pemasaran
pariwisata
f. Analisa pasar untuk promosi dan pemasaran objek wisata
2. Program Pengembangan Pemasaran Pariwisata Pelatihan pemandu terpadu
a. Pengembangan proyek pariwisata unggulan
b. Program Pengembangan Destinasi Wisata
c. Pengembangan jenis dan paket wisata unggulan
d. Peningkatan pembangunan sarana dan prasarana pariwisata
e. Pemantauan dan evaluasi pelaksanaan program pengembangan destinasi
pemasaran
f. Pelaksanan koordinasi pembangunan obyek pariwisata dengan lembaga
dunia usaha
g. Pengembangan, sosialisasi dan penerapan serta standarnisasi
kepariwisatan
h. Pengembangan daerah tujuan pariwisata
Kebudayaan di Pesisir Barat yang dapat memberikan kontribusi besar
dalam perkembangan pariwisata dan kebudayaan sebagai tempat wisata domestik
dan internasional. Meskipun Pesisir Barat memiliki sejumlah potensi alam dan
budaya yang dapat diandalkan, namun sebagian besar belum tergarap secara
maksimal. Banyak pengelolaan wisata alam dan budaya di Pesisir Barat dapat
dilihat dari keadaan sarana dan prasarana wisata di berbagai tempat objek wisata
yang belum lengkap dan tidak terawat.
Kabupaten Pesisir Barat memiliki berbagai macam objek wisata alam dan
wisata budaya yang apabila dikelola dan dikembangkan dengan baik dengan tepat
maka akan menjadi tujuan wisata yang menarik untuk dikunjungi. Selain itu,
dengan meningkatnya wisatawan yang berkunjung maka akan secara langsung
akan meningkatkan PAD.
D. Rumusan Masalah
Dalam penelitian ini penulis memberikan batasan-batasan masalah sebagai
berikut:
1. Bagaimanakah peranan dan kontribusi Pemerintah dalam meningkatkan
Pandapatan Asli Daerah (PAD) melalui pengelolaan potensi wisata alam di
Kabupaten Pesisir Barat?
2. Bagaiman perspektif hukum Islam tentang kebijakan pemerintah daerah
dalam pengelolaan potensi wisata alam di Kabupaten Pesisir Barat?
D. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui peranan dan kontribusi Pemerintah dalam meningkatkan
Pandapatan Asli Daerah (PAD) melalui pengelolaan potensi wisata alam di
Kabupaten Pesisir Barat.
2. Untuk mengetahui perspektif hukum Islam tentang kebijakan pemerintah
daerah dalam pengelolaan potensi wisata alam di Kabupaten Pesisir Barat.
E. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi
pengembangan ilmu pengetahuan dalam bidang pariwisata.
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat dapat berguna bagi masyarakat yang
membutuhkan informasi pariwisata secara umum, dan berguna bagi peneliti
dalam menambah wawasan mengenai pengelolaan pariwisata yang ada di
Kabupaten Pesisir Barat.
E. Metode Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
lapangan (field research),13
yaitu sebuah penelitian yang dilakukan secara
langsung terhadap pristiwa dan data-data yang ada di lapangan, yang dalam hal
13
Kartini Kartono, PengantarMetode Risert Sosial, (Cet Ke-7,Bandung:MandarMaju, 1986),
h.81.
ini penulis melakukan penelitian di Kabupaten Pesisir Barat pada Dinas
Kebudayaan dan Pariwisata.
Ciri khas penelitian ini tidak dapat disahkan dengan pengamatan yang
berperan serta, sebab peranlah yang menentukan keseluruhan skenarionya.
Pengamatan berperan serta adalah sebagai pengamatan yang bercirikan
interaksi sosial yang memakan waktu yang lama antara peneliti dengan subyek
dalam lingkungan subyek dan selama ini data dalam bentuk catatan lapangan
dikumpulkan secara sistematis dan catatan tersebut berlaku tanpa adanya
gangguan. Untuk itu dalam penelitian ini, peneliti bertindak sebagai
instrumen kunci, berpartisipasi penuh sekaligus pengumpul data sedangkan
instrumen yang lain sebagai penunjang.
Sifat penelitian menggunakan pendekatan kualitatif, penelitian kualitatif
adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata
tertulis atau lisan dari orang-orang dan pelaku yang dapat diamati.14
1. Sumber Data
Data merupakan gambaran tentang suatu keadaan, peristiwa atau
persoalan yang berhubungan dengan tempat dan waktu, yang merupakan
dasar suatu perencanaan dan merupakan alat bantu dalam pengambilan
keputusan.
14
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2000),h. 40.
a) Data primer adalah data asli yang diperoleh langsung oleh peneliti dari
objek yang diteliti, dengan memaknai teknik pengumpulan data berupa
interview (wawancara) kepada Kadin Pariwisata serta Kabid Pengelolaan
Pariwisata di Kabupaten Pesisir Barat, serta melakukan observasi
(pengamatan langsung terhadap penelitian).
b) Data sekunder adalah data yang sudah dalam bentuk jadi dan diperoleh dari
dokumen-dokumen, catatan-catatan, arsip-arsip resmi, serta literature
lainnya yang relevan dalam melengkapi data primer penelitian.15
2. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah:
a) Penelitian Lapangan, dengan cara wawancara/interview dengan orang-orang
yang berhubungan dengan bidang yang diteliti.
b) Library research, yaitu cara pengumpulan data dengan menggunakan
literatur-literatur yang berhubungan dengan penelitian.16
3. Tekhnik Pengolahan Data
Teknik pengolahan data yang dipergunakan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
a. Editing, yaitu pemeriksaan kembali sebuah data yang diperoleh
terutama dari segi perlengkapan, kejelasan makna, kesesuaian,
15
Sutrisno Hadi, Metodologi Research (Yogyakarta: Andi Offset, 2004), h.45. 16
Bambang Sugiono, Metodologi Penelitian Hukum, Suatu Pengantar (Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 2002), h.129.
keserasian satu sama lainnya.17
b. Organising, yaitu pengaturan dan penyusunan data sedemikian rupa
sehingga menghasilkan dasar pemikiran yang teratur untuk menyusun
skripsi.
c. Penemuan hasil riset, menganalisa data hasil dari organising dengan
menggunakan kaidah-kaidah, teori-teori dan dalil sehingga diperoleh
kesimpulan tertentu dan jawaban dari pertanyaan dalam rumusan
masalah dapat terjawab dengan baik.
4. Teknik Analisis Data
Analisis yang akan digunakan penulis adalah deskriptif kualitatif.
Analisis dilakukan dengan menggambarkan atau menjelaskan data yang diteliti
atau didapatkan dari lapangan kemudian dilakukan proses editing, klasifikasi
data, tabulasi data, dan interpretasi data yang kemudian menjadi kesimpulan
untuk menjawab masalah yang akan diteliti.
5. Analisis Data
Setelah data diperoleh, selanjutnya dapat dianalisis secara analisis
deskriptif kualitatif, yaitu suatu prosedur penelitian yang menghasilkan data-
data deskriptif yang berwujud uraian dengan kata atau kalimat baik tertulis
maupun lisan dari orang atau masyarakat yang berprilaku yang diamati.18
Hal
ini bertujuan untuk memperoleh gambaran yang lengkap tentang keadaan
17
bid, 127. 18
Lexi J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 1991), h.3.
hukum yang berlaku di tempat-tempat tertentu dan peristiwa hukum yang
terjadi dalam masyarakat termasuk di dalamnya kaidah dan teknik untuk
memuaskan keingintahuan peneliti pada suatu yuridis atau cara untuk
menemukan kebenaran dalam memperoleh pengetahuan.
Dalam menganalisis data penulis menggunakan kerangka berfikir
sebagai induktif, yaitu berangkat dari fakta-fakta yang khusus, peristiwa
peristiwa yang konkrit dari fakta-fakta atau peristiwa-peristiwa yang khusus
itu ditarik generalisasi-generalisasi yang mempunyai sifat umum.19
Dengan
metode ini penulis dapat menyaring atau menimbang data yang terkumpul dan
dengan metode ini data yang ada dianalisis, sehingga didapatkan jawaban
yang benar dari permasalahan. Dalam analisis data penulis akan mengolah
data-data yang diperoleh dari hasil studi kepustakaan.
19
Sutrisno Hadi, Metodologi Reseach Jilid I (Yogyakarta : FakultasPsikologi UGM 1983)
h.80.
BAB II
KONSEP KEBIJAKAN PEMERINTAH DAERAH DALAM
PENGELOLAAN PARIWISATA MENURUT PANDANGAN FIQIH
SIYASAH
E. Konsep Kebijakan Pariwisata
Bila dilihat dari segi etimologis pariwisata berasal dari bahasa sansekerta
yang terdiri dari dua kata yaitu “Pari” dan “Wisata”. Pari berarti berulang-ulang,
berkali-kali atau berputar-putar, sedangkan Wisata berarti perjalanan atau
bepergian, jadi pariwisata berarti perjalanan yang dilakukan secara berputar-
putar,berulang-ulang atau berkali-kali. Pariwisata menurut Peraturan Daerah
Provinsi Lampung nomor 6 tahun 2011 tentang Kepariwisataan adalah berbagai
macam kegiatan wisatadan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang
disediakan oleh Masyarakat, Pengusaha, dan Pemerintah Daerah.
The Association Internationale des Experts Scientifique du Tourisme
(AIEST) mendefenisikan pariwisata sebagai keseluruhan hubungan dan
fenomena yang timbul akibat perjalanan dan pertinggalan (stay) para pendatang
namun yang dimaksud pertinggalan bukan berarti untuk bermukim tetap.20
Pariwisata adalah perjalanan dari suatu tempat ketempat lain bersifat
sementara. Dilakukan perorangan atau kelompok, sebagai usaha mencari
keseimbangan atau keserasian dan kebahagian dengan lingkungan dalam dimensi
sosial, budaya, alam dan ilmu. Selanjutnya Burkart dan Medlik dalam Bram
20
Suwarjoko, Warpani & Warpani P. Indira. Pariwisata dalam Tata Ruang
Wilayah. Bandung : ITB. 2007, h.59
menjelaskan pariwisata sebagai suatu trasformasi orang untuk sementara dan
dalam waktu jangka pendek ketujuan- tujuan di luar tempat di mana mereka
biasanya hidup dan bekerja, dan kegiatan-kegiatan mereka selama tinggal di
tempat-tempat tujuan itu.21
Pariwisata merupakan salah satu jenis industri baru yang mampu
menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang cepat dalam penyediaan lapangan
kerja peningkatan penghasilan, standart hidup serta menstimulasi sektor- sektor
produktivitas lainnya. Sebagai sektor yang kompleks, pariwisata juga meliputi
industri-industri klasik seperti kerajinan tangan dan cindera mata, penginapan,
transportasi secara ekonomi juga dipandang sebagai industri.
Hukum Islam dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup pada
kultur pemerintahan Di-era otonomi daerah kepedulian terhadap perlindungan
dalam pengelolaan lingkungan menjadi sangat berkurang karena kepentingan
ekonomi (peningkatan PAD) lebih dominan dari kepentingan perlindungan
lingkungan. Salah satu penyebab hal ini adalah pandangan anthroposentris dan
kapitalis yang menganggap manusia sebagai penguasa alam, sehingga alam
dieksploitasi untuk kepentingan hidupnya. Manusia merupakan bagian tak
terpisahkan dari alam (deep ecology) yang mempunyai peran dan posisi khusus
sebagai khalifah, pelindung dan pengelola alam dengan penuh tanggung jawab.
Pemerintahan daerah yang menjalankan prinsip-prinsip deep
21
Kodyat, RA. Statistik Induktif Terapan. Yogyakarta: BPFE UGM. 2001,
h.37
ecology sebagaimana prinsip-prinsip hukum Islam dalam perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup akan mampu mewujudkan keadilan ekologi.22
Kebijakan pariwisata adalah kegiatan untuk memajukan suatu tempat atau daerah
yang dianggap perlu ditata sedemikian rupa baik dengan cara memelihara yang
sudah berkembang atau menciptakan yang baru. Sehingga Kebijakan pariwisata
merupakan suatu rangkaian upaya untuk mewujudkan keterpaduan dalam
penggunaan berbagai sumber daya pariwisata mengintegrasikan segala bentuk
aspek diluar pariwisata yang berkaitan secara langsung akan kelangsungan
Kebijakan pariwisata.23
Sedangkan terkait pariwisata yaitu sejak 6 Agustus 1969 dari awal
pemerintah telah mengeluarkan Intruksi Presiden R.I No.9 Tahun 1969 dimana
dalam BAB II pasal 3 disebutkan bahwa usaha-usaha Kebijakan pariwisata di
Indonesia bersifat suatu Kebijakan industri pariwisata dan merupakan bagian
dari usaha Kebijakan dan pembangunan serta kesejahteraan masyarakat dan
negara.
Sesuai dengan instruksi presiden tersebut, dikatakan pula bahwa tujuan
Kebijakan pariwisata di Indonesia adalah :
a. Meningkatkan pendapatan devisa negara pada khususnya dan pendapatan
negara dan masyarakat pada umumnya, perluasan kesempatan kerja serta
22
Nita Triana, Membangun Prinsip Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup dalam
Pemerintahan Daerah (Perspektif Hukum Islam) Bandar Lampung : 2014 h. 58 23
Pitana, I gededanPutu G. Sosiologipariwisata.CV Andi Offset. Yogyakarta,
2005.h. 15
mendorong kegiatan-kegiatan industripenunjang dan industri-industri
sampingan lainnya.
b. Memperkenalkan dan mendayagunakan keindahan alam dan kebudayaan
Indonesia.
c. Meningkatkan persaudaraan/persahabatan nasional dan internasional.
Berdasarkan peraturan daerah Provinsi Lampung Nomor 6 Tahun 2011
tentang Kepariwisataan pasal 11 yang menjadi acuan dalam Kebijakan kawasan
pariwisata didasarkan pada kriteria:
a. Aksesibilitas
b. Amenitas/fasilitas
c. Ancillary/kelembagaan Dayatarik wisata
d. Kesiapanmasyarakat
e. Era/trendyangberkembang
Unsur pokok yang harus mendapat perhatian guna menunjang Kebijakan
pariwisata didaerah tujuan wisata meliputi :
a. Obyek dan Daya Tarik Wisata
Daya tarikwisatayangjuga disebut obyek wisata merupakan potensi
yang menjadi pendorong kehadiran wisatawan kesuatu daerah tujuan
wisata. Pada umumnya daya tarik suatu obyek wisata berdasar pada:
a) Adanya sumber daya yang dapat menimbulkan rasa senang, indah,
nyaman dan bersih.
b) Adanya aksesibilitas yang tinggi untuk dapat mengunjunginya.
c) Adanya spesifikasi/ciri khusus yang bersifat langka.
d) Adanya sarana dan prasarana penunjang untuk melayani wisatawan;
e) Obyek wisata alam memiliki daya tarik tinggi (pegunungan, sungai,
pantai, hutan dan lain-lain).
f) Obyek wisata budaya dalam bentuk atraksi kesenian, upacaraupacara
adat, nilai luhur yang terkandung dalam suatu obyek buah karya
manusia pada masa lampau.
b. Prasarana Wisata
Prasarana wisata adalah sumber daya alam dan sumber daya buatan
manusia yang mutlak dibutuhkan oleh wisatawan dalam perjalanannya di
daerah tujuan wisata, seperti jalan, listrik, air, telekomunikasi, terminal,
jembatan dan lain sebagainya.
c. Sarana Wisata
Sarana wisata merupakan kelengkapan daerah tujuan wisata yang
diperlukan untuk melayani kebutuhan wisatawan dalam menikmati
perjalanan wisatanya. Berbagai sarana wisata yang harus disediakan
didaerah tujuan wisata ialah hotel, biro perjalanan, alat transportasi,
restoran dan rumah makan serta sarana pendukung lainnya.24
Manajemen sebagai suatu teknik, maksud dan tujuan dari sekelompok
24
Syamsurizal. Peluang di BidangPariwisata. Jakarta: MutiaraSumber
Widya, 2007.h.97
manusia tertentu yang ditetapkan, dijelaskan dan dijalankan. Pengelolaan atau
manajemen didefenisikan sebagai berikut :
1. Proses, cara, perbuatan mengelola,
2. Proses melakukan perbuatan tertentu dengan menggerakkan tenaga orang
lain,
3. Proses yang membantu merumuskan kebijaksanaan dan tujuan organisasi,
4. Proses yang memberikan pengawasan pada semua hal yang terlibat dalam
pelaksanaan kebijaksanaan dan pencapaian tujuan.25
Pengelolaan (management) merupakan sebuah proses yang khas terdiri
dari tindakan-tindakan perencanaan, pengorganisasian, dan pengawasan yang
dilakukan untuk menentukan serta mencapai sasaran-sasaran yang telah
ditetapkan melalui pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber
lainnya.26
Manajemen sebagai seni perencanaan, pengorganisasian, pengarahan,
pengkoordinasian, dan pengontrolan atas human and national resources
(terutama human resources) untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan lebih
dahulu. Pengelolaan merupakan suatu proses kegiatan yang meliputi
perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan.
1. Perencanaan (Planinng) adalah suatu pemeliharaan yang berhubungan
dengan waktu yang akan datang dalam menggambarkan dan merumuskan
25
Ibid, h.53 26
Terry, George R. Prinsip-Prinsip Manajemen. Jakarta: Bumi Aksara. 2009,
h.124
kegiatan-kegiatan yang diusulkan demi mencapai hasil yang dikehendaki
2. Pengorganisasian (Organizing), adalah penentuan, pengelompokan, dan
pengaturan berbagai kegiatan yang dianggap perlu untuk mencapai tujuan.
3. Pelaksanaan (Actuating), adalah usaha agar setiap anggota kelompok
mengusahakan pencapaian tujuan dengan berpedoman pada perencanaan dan
usaha pengorganisasian.
4. Pengawasan (Controlling), adalah proses penentuan apa yang seharusnya
diselesaikan yaitu penilaian pelaksanaan, bila perlu melakukan tindakan
korektif agar pelaksanaannya tetap sesuai dengan rencana.27
F. Pendapatan Asli Daerah Dalam Pariwisata
Menurut Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Pemerintah
Daerah, maka sumber pendapatan daerah untuk membiayai APBD terdiri dari :
1. Pendapatan Asli Daerah (PAD)
2. Dana perimbangan
3. Pinjaman daerah
4. Lain-lain penerimaan daerah yang sah.
Selanjutnya di dalam penjelasan atas Undang-Undang Nomor 33 Tahun
2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah
Daerah, yang dimaksud dengan Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah
penerimaan yang diperoleh daerah dari sumber-sumber dalam wilayahnya sendiri
yang dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundang-
27
Ibid h.125
undangan yang berlaku. Sektor pendapatan daerah memegang Kebijakan yang
sangat penting, karena melalui sektor ini dapat dilihat sejauh mana suatu daerah
dapat membiayai kegiatan pemerintah dan pembangunan daerah. Sumber
Pendapatan Asli Daerah (PAD) terdiri dari:
1. Pajak daerah
Menurut Siagian, dalam bukunya yang berjudul Pajak Daerah Sebagai
Keuangan Daerah, pajak daerah dapat didefinisikan sebagai pajak Negara
yang diserahkan kepada daerah dan dinyatakan sebagai pajak daerah dengan
undang-undang. Menurut Undang-Undang Nomer 34 tahun 2000 pajak daerah
didefinisikan sebagai iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau
badan kepada daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang yang dapat
membiayai penyelenggaraan pemerintah daerah dan pembangunan daerah.
Pajak daerah adalah iuran wajib yang dilakukan oeh orang pribadi atau
badan kepada daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang, yang dapat
dipaksakan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang
digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintah dan pembangunan
daerah. Pajak daerah yang tergolong di dalamnya yaitu :
a. Pajak reklame
b. Pajak penerangan jalan
c. Pajak galian C
d. Pajak hotel dan restoran
e. Pajak hiburan Tunggakan
f. pajak daerah
Yang tergolong dalam pos bagi hasil pajak :
a. Pajak bumi dan bangunan
b. Pajak bahan bakar kendaraan bermotor
c. Pajak kendaraan bermotor
d. Bea perolehan atas tanah dan bangunan
e. Bea balik nama kendaraan bermotor
2. Retribusi daerah
Retribusi daerah dapat didefinisikan sebagai pungutan terhadap orang
atau badan kepada pemerintah daerah dengan konsekuensi pemerintah
daerah memberikan jasa pelayanan atau perijinan tertentu yang langsung
dapat dirasakan oleh pembayar retribusi.
Nama, objek dan subjek retribusi adalah :
a. Nama retribusi :
a) Retribusi karcis tanda masuk objek wisata yaitu : pungutan
yang dipungut kepada pengunjung objek wisata sebagai tanda
bukti pembayaran yang sah yang ditrbitkan oleh pemerintah.
b) Retribusi izin usaha pariwisata yaitu : kegiatan tertentu
pemerintah daerah dalam rangka pemberian izin kepada orang
pribadi atau badan yang dimaksud untuk pembinaan,
pengaturan, pengendalian, dan pengawas atas kegiatan
pemanfaatan ruangan, penggunaan sumber daya alam, barang,
prasarana, sarana atau fasilitas tertentu guna melindungi
kepentingan umum dan menjaga kelestarian lingkungan.
b. Objek retribusi terdiri dari :
a) Pelayanan jasa umum untuk memasuki objek wisata Penerbitan
surat izin usaha pariwisata
b) Subjek retribusi adalah orang pribadi atau badan yang
menjalankan dan menikmati pelayanan jasa umum dan
perizinan tertentu. c. Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang
dipisahkan d. Lain-lain pendapatan asli daerah sah
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d, meliputi : a.
Hasil penjualan kekayaan daerah yang tidak dipisahkan b. Jasa
giro c. Pendapatan bunga d. Keuntungan selisih nilai tukar
rupiah terhadap mata uang asing e. Komisi, potongan atau
bentuk lain sebagai akibat dari penjualan atau pengadaan
barang dan jasa oleh daerah.
G. Kebijakan Pemerintah Dalam Pengembangan Pariwisata Menurut Islam
1. Kebijakan Pemerintah
Pesisir Barat memiliki potensi pariwisata yang begitu beragam, baik
dari sisi produk wisata maupun pasar wisatawan.Dengan alam dan budaya
yang dimiliki, Pesisir Barat menawarkan berbagai daya tarik wisata. Potensi
pasar wisatawan Pesisir Barat juga tidak kalah besarnya. Keterkenalan
pariwisata Pesisir Barat dengan budaya yang unik dan khas dan panorama
alam yang indah sejak tahun 90-an telah dikenal di tingkat regional, nasional
maupun mancanegara. Keunikan dan nilai sejarah dan budaya yang tinggi
sehingga ODTW (Objek Daya Tarik Wisata) Pantai Tanjung Setia
ditetapkannya sebagai tujuan liburan wisatawan mancanegara, menjadikan
Pesisir Barat kaya akan sumber pasar wisatawan. Sebaran Potensi Obyek dan
Daya Tarik Wisata Pesisir Barat layaknya suatu objek wisata dapat
dikembangkan apabila memiliki daya Tarik.
Kawasan pesisir yang ada di Provinsi Lampung yang memiliki potensi
pariwisata yang besar diantaranya yaitu dari sektor bahari, religi, ekowisata
dan event wisata. Kawasan wisata Kabupaten Pesisir Barat selain tercantum
sebagai salah satu wisata unggulan Provinsi Lampung dalam Rencana Induk
Kebijakan Pariwisata (RIPP) Provinsi Lampung 2012-2031, dalam Peraturan
Daerah Provinsi Lampung Nomor 6 Tahun 2011 Pasal 11 tentang
Kepariwisataan, beberapa obyek wisata di Kabupaten Pesisir Barat juga
merupakan salah satu kawasan strategis dari beberapa kawasan pariwisata di
Provinsi Lampung yang menjadi prioritas untuk dikembangkan, dengan
mengunggulkan wisata bahari sebagai daya tarik wisatanya, dimana sebagian
besar kawasan wisata Pesisir Barat yaitu wisata bahari.
Kabupaten Pesisir Barat memiliki banyak pantai dengan jenis ombak
yang berkualitas internasional sehingga sering dikunjungi wisatawan baik
lokal maupun mancanegara yang suka berselancar, tetapi disayangkan saat ini
pariwisata di wilayah Pesisir Barat masih berkembang secara alami dan
minim perhatian pemerintah, seperti di beberapa obyek wisata di Kabupaten
Pesisir Barat, contohnya obyek wisata bahari di Kecamatan Pesisir Utara dan
Kecamatan Lemong yang memiliki potensi pariwisata namun belum ada
tersedia sarana maupun prasarana oleh pemerintah setempat, akan tetapi ada
juga beberapa kawasan pariwisata yang sudah mulai dikembangkan dan
diberi fasilitas baik sarana dan prasarana yang sudah terbilang baik, kawasan
pariwisata itu diantaranya kawasan wisata Labuhan Jukung di Kecamatan
Pesisir Tengah, Pantai Tanjung Setia di Kecamatan Pesisir Selatan dan Pantai
Karang Nyimbor di Kecamatan Pesisir Selatan. Kawasan pariwisata berikut
wisatawan bisa merasakan fasilitas yang tersedia mulai dari penginapan,
sarana hiburan, kuliner (makanan), keberihan dan kemudahan akses menuju
ke kawasan pariwisata.
Dinas Pariwisata Kabupaten Pesisir Barat tengah mengupayakan
beberapa langkah strategis Kebijakan pariwisata di Kabupaten Pesisir Barat,
rencana ini kemudian dituangkan ke dalam Rencana Induk Kebijakan
Pariwisata Daerah (RIPPDA) Kabupaten Pesisir Barat. Adapun pokok dari
RIPPDA Kabupaten Pesisir Barat adalah mengembangkan pariwisata berbasis
wisata alam dan budaya dengan memanfaatkan potensi alam dan
memperhatikan kelestarian lingkungan hidup dan budaya yang dilakukan
melalui peningkatan sinergitas pariwisata dengan sektor potensial, Kebijakan
obyek wisata potensial dengan meningkatkan aspek pemasaran pariwisata
bagi wisatawan domestik maupun mancanegara; Kebijakan kapasitas
masyarakat dalam mendukung Kebijakan kawasan pariwisata yang bertumpu
pada pengelolaan pariwisata berbasis masyarakat dan peningkatan
infrastruktur pendukung bagi Kebijakan kawasan pariwisata potensial.
2. Kebijakan Pariwisata
Berdasarkan amanat Peraturan Pemerintah Nomor 49 Tahun 2009
tentang Pembentukan Organisasi Kerja Dinas Daerah Kabupaten Pesisir
Barat, yang kemudian dijabarkan lebih lanjut dengan Peraturan Daerah
Kabupaten Pesisir Barat Nomor 11 Tahun 2011, Dinas Kebudayaan Dan
Pariwisata sebagai SKPD yang bertanggung jawab merumuskan kebijakan
teknis, pemberian perizinan dan pelaksanaan pelayanan umum, pembinaan
teknis, pembinaan terhadap Unit Pelaksana Teknis Dinas di bidang
kebudayaan dan pariwisata, pengelolaan ketatausahaan Dinas, pelaksanaan
tugas lain di bidang kebudayaan, pariwisata yang diberikan sesuai dengan
tugas dan fungsinya.
Pernyataan Visi dan Misi Berdasarkan latar belakang dan landasan
pemikiran yang telah dikemukan, maka telah tergambar keinginan dalam
pembangunan kebudayaan dan kepariwisataan yang merupakan berbagai
dasar pemikiran yang dirumuskan sebagai rambu-rambu didalam
Pembangunan Kebudayaan dan Kepariwisataan Kabupaten Pesisir Barat pada
masa mendatang yang penuh dengan harapan dan tantangan, dimana harus
dipedomani oleh insan kebudayaan dan kepariwisataan untuk lebih berperan
dalam melaksanakan pembangunan daerah yang terencana dan
berkesinambungan. Untuk itu Dinas Kebudayaan dan Pariwisata merumuskan
Visi sebagai berikut: “Terwujudnya daerah wisata budaya dengan kreatifitas
pengelolaan untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat.”
Dalam mengimplementasikan visi pembangunan kebudayaan dan
kepariwisataan tersebut diatas, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata dengan
berpedoman pada tugas pokok dan fungsi sebagai regulator dan fasilitator
dalam pembangunan kebudayaan dan kepariwisataan yang transparan,
akuntabel dan mengutamakan kepentingan masyarakat, yang mempunyai misi
sebagai berikut adalah:
1. Melakukan pelestarian dan Kebijakan kebudayaan yang berlandaskan nilai
luhur.
2. Mendukung Kebijakan destinasi dan pemasaran pariwisata yang berdaya
saing global.
3. Melakukan Kebijakan sumber daya kebudayaan dan pariwisata.
4. Menciptakan ketatalaksanaan yang bersih dan akuntabel serta layanan
publik yang ramah.
Kabupaten Pesisir Barat mempunyai banyak tempat wisata yang
sangat potensial jika di kembangkan dengan baik, dan sudah berjalan selama
ini ada 12 pariwisata yang dikontrol pemerintah Kabupaten Pesisir Barat
yaitu
1. Pulau Pisang
2. Pantai Tanjung Setia
3. Labuhan Jukung
4. Pantai Wayjambu
5. Pantai Nyimbor
6. Pantai Mandiri
7. Goa Matu
8. Penangkaran Penyu
9. Kebun Damar
10. Ekowisata Pemerihan
11. Rino Camp Sukaraja Atas
12. Pantai Melasti.
Dari keseluruhan pariwisata yang ada di pesisir barat itu merupakan
pendapatan anggaran daerah (PAD) kabupaten pesisir barat semenjak
pemekaran dari Kabupaten Lampung Barat. Pemerintah (Dinas Pariwisata dan
Kebudayaan) saat ini dalam tahap Pelaksanaan program Kebijakan objek
wisata yang ada di kabupaten Pesisir Barat, beberapa tahun terakhir ini sangat
dimaksimalkan, cara merupakan suatu langkah maju untuk meningkatkan
pariwisata di kabupaten Pesisir Barat dan untuk mendukung semua program
pariwisata khususnya di Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Pesisir
Barat.
Berdasarkan keterangan Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
diketahui bahwa DISBUDPAR saat ini mempunyai beberapa program antara
lain:
3. Kebijakan statistik kepariwisataan
g. Pemantauan dan evaluasi pelaksanaan program Kebijakan pemasaran
pariwisata
h. Pelaksanaan promosi pariwisata daerah di dalam dan luar negeri
i. Koordinasi dengan sektor pendukung pariwisata
j. Kebijakan jaringan kerjasama promosi wisata
k. Peningkatan pemanfaatan teknologi in formasi dalam pemasaran
pariwisata
l. Analisa pasar untuk promosi dan pemasaran objek wisata
4. Program Kebijakan Pemasaran Pariwisata Pelatihan pemandu terpadu
i. Kebijakan proyek pariwisata unggulan
j. Program Penmgembangan Destinasi Wisata
k. Kebijakan jenis dan paket wisata unggulan
l. Peningkatan pembangunan sarana dan prasarana pariwisata
m. Pemantauan dan evaluasi pelaksanaan program Kebijakan destinasi
pemasaran
n. Pelaksanan koordinasi pembangunan obyek pariwisata dengan
lembaga dunia usaha
o. Kebijakan, sosialisasi dan penerapan serta standarnisasi kepariwisatan
p. Kebijakan daerah tujuan wisata
Kebudayaan di Pesisir Barat yang dapat memberikan kontribusi besar
dalam perkembangan pariwisata dan kebudayaan sebagai tempat wisata
domestik dan internasional. Meskipun Pesisir Barat memiliki sejumlah
potensi alam dan budaya yang dapat diandalkan, namun sebagian besar belum
tergarap secara maksimal. Banyak pengelolaan wisata alam dan budaya di
Pesisir Barat dapat dilihat dari keadaan sarana dan prasarana wisata di
berbagai tempat objek wisata yang belum lengkap dan tidak terawat.
Kabupaten Pesisir Barat memiliki berbagai macam objek wisata alam
dan wisata budaya yang apabila dikelola dan dikembangkan dengan baik
dengan tepat maka akan menjadi tujuan wisata yang menarik untuk
dikunjungi. Selain itu, dengan meningkatnya wisatawa yang berkunjung maka
akan secara langsung akan meningkatkan PAD.
Melakukan pembinaan dan kerjasama Kebijakan seni budaya dan
kerajinan untuk meningkatkan taraf ekonomi masyarakat.
Tujuan Berdasarkan visi dan misi maka ditetapkan tujuan pembangunan
kebudayaan dan kepariwisataan tahun 2010 - 2016 sebagai berikut:
1. Meningkatnya kualitas masyarakat yang berbudi pekerti luhur beserta
hasil karyanya.
2. Meningkatnya kemandirian dan daya saing dalam perekonomian daerah.
3. Meningkatnya pemerataan pembangunan objek wisata pada setiap
wilayah.
4. Meningkatnya perlindungan, pelestarian dan Kebijakan keragaman
budaya Pesisir Barat dengan produk pariwisata yang inovatif.
Meningkatnya persatuan dan cinta tanah air serta kerjasama provinsi dan
nasional dalam bidang Kebijakan kebudayaan dan pariwisata Pesisir Barat.
3. Kebijakan Kepariwisataan Menurut Islam
Seruan Islam untuk melakukan perjalanan pariwisata lebih luas dari
tujuan yang dewasa ini diungkapkan dalam masalah kepariwisataan. Dalam
Islam kita mengenal istilah hijrah, haji, ziarah, perdagangan, dan mencari ilmu
pengetahuan yang merupakan diantara faktor yang dijadikan alasan Islam
untuk mendorong umatnya melakukan perjalanan. Keberhasilan manusia
dalam mencapai kemajuan di bidang ilmu, teknologi, komunikasi, dan
transportasi, telah memberi kemudahan dalam melakukan perjalanan wisata.
Dengan demikian kebiasaan melakukan perjalanan wisata memiliki peran
yang besar dalam kehidupan suatu komunitas bangsa. Hijrah merupakan
perjalanan ibadah dan politis dalam Islam.
Hijrah bisa berupa perjalanan dari satu kota ke kota lain, atau dari
negara ke negara lain, atau dari dirinya sendiri untuk menuju Allah Swt untuk
perubahan kearah kebaikan. Hijrah biasanya memiliki dua tujuan, yaitu
menyebarkan agama Islam atau keluar dari komunitas yang tidak kondusif
dan dari wilayah kekuasaan sebuah pemerintahan yang kejam . Islam dengan
konsep hijrahnya menyerukan kaum muslimin agar ketika kondisi hidupnya
tidak memberi kesempatan baginya untuk berkembang dan maju, mereka
harus berhijrah ke negeri lain dan membebaskan dirinya dari tekanan
pemerintahan yang kejam. Hal ini ditegaskan dalam Qs. Annisa‟ (4) : 100.
Artinya : Barangsiapa berhijrah di jalan Allah, niscaya mereka mendapati
di muka bumi ini tempat hijrah yang Luas dan rezki yang
banyak. Barangsiapa keluar dari rumahnya dengan maksud
berhijrah kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian kematian
menimpanya (sebelum sampai ke tempat yang dituju), Maka
sungguh telah tetap pahalanya di sisi Allah. dan adalah Allah
Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Qs. Annisa‟ (4) : 100).
Demikian pula, haji dan ziarah merupakan bentuk perjalanan wisata
dalam Islam yang penuh nilai-nilai maknawi. Kaum muslimin pada waktu-
waktu yang telah ditentukan melakukan perjalanan meninggalkan tanah air
menuju tanah suci. Di sini, kaum muslimin dari berbagai penjuru dunia
bertemu dan terjadilah komunikasi dan pengenalan terhadap berbagai budaya
kaum muslimin di dunia. Seruan untuk melakukan perjalanan haji ini Allah
firmankan dalam Qs. Ali Imran (3) : 97.
Artinya : Padanya terdapat tanda-tanda yang nyata, (di antaranya) maqam
Ibrahim; Barangsiapa memasukinya (Baitullah itu) menjadi
amanlah dia; mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap
Allah, Yaitu (bagi) orang yang sanggup Mengadakan perjalanan ke
Baitullah. Barangsiapa mengingkari (kewajiban haji), Maka
Sesungguhnya Allah Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari
semesta alam.( Qs. Ali Imran (3) : 97)
Sementara itu, perjalanan wisata ziarah, dilakukan untuk mengunjungi
berbagai tempat suci di dunia, seperti mengunjungi tiga masjid Masjid al-
Haram Makkah, Masjid Nabawi dan Masjid Al-Aqsa di Palestina, Ziarah ke
Maqam Rasulullah dan para sahabat serta maqam Baqi‟ dan tempat-tempat
bersejarah dibelahan dunia Islam lainnya. Wisata ziarah akan memberikan
pengaruh besar dalam jiwa manusia. Manusia akan terkenang pada kehidupan
Rasullah SAW dan keluarga suci beliau. Said Quthub berkomentar tentang
anjuran dan hikmah wisata ziarah : ”Dengan cara ini, mereka akan terdorong
untuk meneladani kehidupan para manusia suci itu dan selalu berusaha untuk
mencapai tingkat manusia yang sempurna atau insan kamil”,28
sebagaimana
firman Allah dalam Qs. Arrum (30) : 9.
Artinya : dan Apakah mereka tidak Mengadakan perjalanan di muka bumi
dan memperhatikan bagaimana akibat (yang diderita) oleh orang-
orang sebelum mereka? orang-orang itu adalah lebihkuat dari
mereka (sendiri) dan telah mengolah bumi (tanah) serta
memakmurkannya lebih banyak dari apa yang telah mereka
makmurkan. dan telah datang kepada mereka Rasul-rasul mereka
dengan membawa bukti-bukti yang nyata. Maka Allah sekali-
kali tidak Berlaku zalim kepada mereka, akan tetapi merekalah
yang Berlaku zalim kepada diri sendiri. (Qs. Arrum (30) : 9)
Beberapa tujuan Pariwisata menurut Al-Quran dan
Sunnah dalam Al-Quran banyak dijelaskan tujuan berwisata, diantara tujuan-
tujuan tersebut adalah :
1. Mengenal Sang Pencipta dan Meningkatkan Nilai
Spiritual
Tujuan Islam dalam menggalakkan pariwisata, yang merupakan
tujuan paling utama, adalah untuk mengenal Tuhan. Dalam berbagai ayat
Al-Quran, Allah swt menyeru manusia untuk melakukan perjalanan di atas
bumi dan memikirkan berbagai fenomena dan penciptaan alam. Dalam
28
Said Quthub, Fizhila Li al-Quran, (Dar Syuruq, Cairo, 2001 M),juz 5 hal
28.
Qs. Ankabut (29) : 20
Artinya : Katakanlah: "Berjalanlah di (muka) bumi, Maka
perhatikanlah bagaimana Allah menciptakan (manusia) dari
permulaannya, kemudian Allah menjadikannya sekali
lagiSesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. (Qs. Ankabut
(29) : 20)
2. Berbisnis, membuka peluang usaha sebagai salah satu
pemberdayaan potensi daerah
Tujuan lain pariwisata yang dianjurkan Islam adalah untuk berniaga
atau berbisnis. Dewasa ini perdagangan juga menjadi salah satu tujuan
terpenting dari pariwisata. Dalam Islam, mencari penghasilan melalui
usaha yang benar dan halal merupakan salah satu hal yang sangat
dianjurkan. Berbagai ayat dan riwayat Islam menunjukkan pujian kepada
usaha perkonomian yang sehat, sebagaimana ibadah-ibadah lainnya.
Sebagaimana firman Allah Swt dalam Qs. Quraisy (106) : 1 -4
Artinya : karena kebiasaan orang-orang Quraisy, (yaitu) kebiasaan
mereka bepergian pada musim dingin dan musim panas, Maka
hendaklah mereka menyembah Tuhan Pemilik rumah ini
(Ka'bah), yang telah memberi makanan kepada mereka untuk
menghilangkan lapar dan mengamankan mereka dari ketakutan.
(Qs. Quraisy (106) : 1 -4).29
Pemberian motivasi seperti ini telah membuat kaum muslimin
melakukan perjalanan ke berbagai penjuru dunia untuk berdagang mencari
penghasilan, Yang menarik dari fenomena ini adalah bahwa melalui
kegiatan perjalanan dagang ini pula Islam tersebar ke berbagai penjuru
dunia, termasuk ke Indonesia. Maka potensi-potensi daerah dalam
menumbuhkan geliat usaha ekonomi masyarakat dikembangkan melalui
program Pemerintah Daerah, dengan meningkatkan usaha kecil dan
menengah serta membangun pusat-pusat industri yang layak dan cocok
dengan Kebijakan daerah.
3. Menambah Wawasan
Keilmuan Faktor ilmu dan wawasan juga merupakan faktor penting
yang membuat pariwisata berkembang dalam budaya Islam. Sejak masa
munculnya Islam, agama mulia ini telah memotivasi umatnya untuk
menuntut ilmu, bahkan sampai ke negeri yang jauh. Salah satu sebab
penting dari tumbuh dan berkembangnya peradaban Islam adalah
perjalanan pariwisata yang bertujuan menuntut ilmu pengetahuan. Dalam
Qs. Ali Imran (3) : 137,
Artinya : Sesungguhnya telah berlalu sebelum kamu sunnah-sunnah
29
Ibnu Katsir, Imaduddin Abu al-Fida‟ Ismail, Tafsir al-Quran alKarim, (Dar
Maktabah al-Hilal, Beirut, cet 1, 1986 M), hal 554.
Allah[230]; karena itu berjalanlah kamu di muka bumi dan
perhatikanlah bagaimana akibat orang-orang yang
mendustakan (rasul-rasul).
Semua ini dimaksudkan Allah agar dijadikan pelajaran oleh
umat-umat berikutnya.”30
Salah satu cara Pemerintah Daerah
mengundang tamu dari luar untuk memilih pendidikan dasar,
menengah, atau bahkan perguruan tinggi adalah dengan membangun
pusat pendidikan terpadu, memfokuskan kota pendidikan yang
berstandar Nasional dan Internasional, jika ini terwujud secara tidak
langsung dapat meningkatkan tarap kehidupan sosial masyarakat dan
sikap intelektual dan perilaku positif dari individu masyarakat.
4. Mendapatkan Ketenangan Jiwa dan Kebersihan Hati.
Tujuan lain dari dorongan Islam terhadap umatnya untuk
melakukan perjalanan wisata, adalah untuk mendapatkan kesempatan
bersenang-senang dengan cara yang sehat. Dalam berbagai riwayat
Islam disebutkan bahwa mendapatkan kesenangan yang sehat dan
bermanfaat bisa diraih dengan cara melakukan perjalanan dari kota ke
kota atau dari negara ke negara lain. Menyaksikan berbagai ciptaan
Tuhan yang indah, seperti gunung-gunung yang menjulang tinggi,
sungai-sungai yang mengalir deras, mata air yang jernih, atau hutan-
hutan yang hijau dan lautan yang penuh ombak, ini semua akan
30
Jamaluddin al-Qasimin, Mahasin al-Ta’wil, (Maktabah al-Halabi, Cairo,
tanpa tahun), hal 36.
menimbulkan rasa senang dan kesegaran dalam jiwa manusia serta
menambah kekuatan iman kepada sang khaliq.
Sebab dalam Islam sesuatu dinilai baik (sesuai dengan prinsif Islam)
apabila :
1. Mengikuti atau sesuai dengan apa yang diatur oleh AlQur'an dan
Sunnah.
2. Sesuatu atau perbuatan yang secara tekstual tidak diatur oleh Al-
Qur'an dan Sunnah, tetapi tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip
dasar ajaran Islam.
Pengelolan pariwisata dalam konteks dunia modern pada hari ini
kiranya dapat memadukan atau mengkombinasikan antara penerapan
manajemen modern dengan prinsip-prinsip ajaran Islam dengan batasan-
batasan :
1. Tujuannya diarahkan untuk memperkokoh iman dan memupuk
akhlak.
2. Penyelenggaraannya tidak mempraktekkan sesuatu yang
bertentangan dengan nilai-nilai agama dan moral.
3. Objek yang disuguhkan adalah kekayaan alam atau budaya yang
mubah dan halal untuk diperlihatkan.
4. Sarana dan prasarana pariwisata dapat dimanfaatkan sebagai media
dakwah.
5. Pengelolaan objek-objek wisata seharusnya tidak merubah apalagi
merusak fungsi-fungsi alam dan ekosistem yang ada.
Oleh karena itu menjadikan pariwisata sebagai sebuah usaha
peningkatan ekonomi masyarakat atau sebagai salah satu penyumbang bagi
pendapatan asli daerah diperbolehkan oleh Islam selama tidak melanggar
batas halal-haram, maka semua komponen mulai dari pihak Pemerintah
hingga lapisan masyarakat mesti memahami etika berwisata yang antara lain
meliputi :
1. Aktifitas bisnis (muamalah madhiyah) dalam mengelola objek
pariwisata tidak dibenarkan menjalankan bisnis, objek wisata yang
terdapat unsur judi (maisir), riba, dan gharar dan bisnis yang
dilarang lainnya.
2. Menyediakan fasilitas publik, sehingga kenyamanan wisatawan
terjamin sedemikian rupa. Dengan demikian wisatawan tidak merasa
takut dan khawatir meninggalkan kewajiban seperti sholat atau
merasa takut terpaksa melanggar larangan seperti makanan yang
tidak jelas haram-halalnya.
3. Objek wisata yang ditawarkan adalah objek yang boleh dan layak
untuk disaksikan.
4. Pengelolaannya dikaitkan dengan kepentingan dakwah seperti
peringatan atau himbauan yang religius pada tempat-tempat tertentu
atau membuat brosur-brosur yang berisi penjelasan yang bernuansa
agama.
Pengelolaan Pariwisata yang Islami Sebagaimana yang dijelaskan di
atas, menciptakan bentuk pariwisata yang Islami pada prinsipnya harus ada
kesesuaian praktek-praktek pariwisata dengan aturan-aturan ajaran Islam.
Sektor Pariwisata sebagai sebuah mu'amalah pada dasarnya dibolehkan
sepanjang tidak ada praktek-praktek yang terlarang di dalamnya.
Sebagai sebuah mu'amalah yang mubah (dibolehkan) maka sektor
pariwisata sangat terbuka untuk dikembangkan selama tidak bertentangan
dengan prinsip-prinsip dasar ajaran Islam sebagaimana yang telah disebutkan
sebelumnya. Sehingga diharapkan pariwisata dapat menjadi media
penumbuhan kesadaran, keimanan dan ketaqwaan serta mencapai nilai-nilai
kehidupan yang luhur dan tinggi. Untuk maksud tersebut, maka diperlukan
perhatian yang proporsional dalam hubungan agama dan kepariwisataan. Dan
hal ini merupakan keharusan bagi Indonesia yang mempunyai filsafat hidup
berbangsa bernegara berdasarkan Pancasila yang pada sila pertamanya adalah
Ketuhanan Yang Maha Esa.
Untuk mencapai tujuan diatas, maka pengelolaan pariwisata yang
Islami perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
1. Nilai-nilai luhur agama menjadi amat penting sebagai motivator dan
sumber nilai ideal dalam Kebijakan kepariwisataan. Tentu saja
diperlukan suatu pendekatan persuasif, interaktif, komunikatif dan
produktif antara pelaku dunia wisata seperti Dinas Pariwisata dan
pemimpin formal dan informal di tingkat paling strategis. Termasuk ke
dalamnya semua warga masyarakat harus digesa untuk memahami
kepariwisataan yang ideal. Lebih-lebih lagi di dalam Islam, semua
aktifitas yang baik dan mengandung nilainilai positif serta dilaksanakan
dengan cara yang baik, selalu bernilai ibadah. Yang diperlukan bagi para
ulama dan tokoh masyarakat adalah suatu pemahaman bahwa dunia
wisata adalah bagian dari kebutuhan jasmani dan ruhani manusia yang
terbimbing ke arah yang baik dan benar, terjauh dari yang berbau
maksiat. Simbol-simbol kepariwisataan di antaranya dibolehkannya atau
bahkan dibiasakannya petugas hotel dan wisata memakai busana muslim
dan muslimah, tentu saja akan membuat warga umat Islam umumnya
dan masyarakat sekitar pada khususnya, terjauh dari prasangka buruk.
Dunia perhotelan haruslah dijauhi dari hal-hal yang bertentangan dengan
nilai dan budaya Islami. Selanjutnya diperlukan pengaturan tamu hotel
yang harus benar-benar dijauhkan dari penggunaan obat terlarang dan
sejalan dengan pencegahan praktek-praktek pergaulan bebas lintas
kelamin yang tidak syah. Ini semua secara implisit merupakan bentuk
ideal kemaslahatan yang menunjang kepariwisataan. Begitu pula
pertunjukan yang disajikan seniman atau pelaku seni pada dunia wisata
ditampilkan dalam batas-batas kewajaran dengan memperhatikan nilai
adat dan agama.
2. Nilai-nilai ideal Islam tentang disiplin, kebersihan, kesantunan,
kesabaran, keikhlasan dapat pula hendaknya menjadi rujukan bagi
masyarakat pelaku dunia wisata dan masyarakat pada umumnya. Sejalan
dengan itu komponen umat yang senantiasa terjun ke masyarakat seperti
da‟i atau mubbaligh dan muballighah, jama‟ah pengajian, majelis ta‟lim
dan lainnya dapat diberdayakan pula untuk mengajak masyarakat luas
menggunakan fasilitas wisata seperti toilet umum fasiltas umum dan
objek wisata sebagai sesuatu yang mesti dipelihara kerapihan,
kebersihan dan kenyamanannya secara bersama-sama dan untuk
kemaslahatan (kebaikan) bersama.
3. Para pekerja sektor wisata seperti sopir angkutan wisata, interpretor,
pemandu wisata, travel agent, tour leader (pimpinan perjalanan) dan
pramuwisata lainnya pada dasarnya merupakan representasi
pencerminan apakah agama berKebijakan terhadap Kebijakan wisata
yang ideal. Apabila mereka menjalankan tugasnya secara baik, etis atau
berakhlakul karimah, dan bagi yang beragama (Islam) menjalankan
ibadahnya serta menyediakan waktu pula bagi peserta wisata
menjalankan ibadah mereka, maka otomatis mereka bekerja sambil
beribadah.
4. Objek wisata yang memberikan dampak nilai-nilai spiritual yang biasa
disebut wisata ziarah atau wisata budaya diharapkan semakin diperkaya
di samping objek lainnya. Begitu pula item-item dan pajangan bernilai
sejarah, kultural, dan bernuansa religi yang terdapat di museum, gallary
dan sebagainya seyogyanya diperkaya dengan hasil karya dan produk
serta peninggalan yang menunjukkan jati diri bahwa artifak bernuansa
agama juga tertampilkan dalam visualisasi yang memadai.
5. Fasilitas, perlengkapan, peralatan, akomodasi dan konsumsi. Pada setiap
tempat objek wisata hendaknya di samping dilengkapi dengan toko
souvenir, toilet dan sebagainya, seharusnya disediakan tempat sholat
atau tempat ibadah serta ketersediaan air untuk berwuduk yang bersih
dan memadai. Penyediaan ruangan ibadah, sajadah, kitab suci al-Qur‟an
di laci meja atau fasilitas ibadah di dalam kamar atau di ruangan lain
seperti mushalla dan masjid di dalam komplek perhotelan, amatlah
penting dan komplementer. Lebih dari itu, makanan dan minuman yang
disajikan terutama untuk wisatawan lokal dan domistik, harus dijamin
kehalalannya.
H. Pariwisata Menurut Pandangan Fiqih Siyasah
Kata siyasah secara etimologis merupakan bentuk masdar
dari sasa, yasusu yang artinya “mengatur, mengurus, mengemudikan, memimpin
dan memerintah”.31
Di samping arti tersebut kata siyasah juga berarti “politik
dan penetapan suatu bentuk kebijakan”. Kata sasa bersinonim dengan
kata dabbara (mengatur), to lead(memimpin), to govern (memerintah), dan policy
of government (kebijakan pemerintah).32
Islam datang untuk merubah banyak pemahaman keliru yang dibawa oleh
akal manusia yang pendek, kemudian mengaitkan dengan nilai-nilai dan akhlak
yang mulia. Wisata dalam pemahaman sebagian umat terdahulu dikaitkan dengan
upaya menyiksa diri dan mengharuskannya untuk berjalan di muka bumi, serta
membuat badan letih sebagai hukuman baginya atau zuhud dalam dunianya.
Islam datang untuk menghapuskan pemahaman negatif yang berlawanan dengan
(makna) wisata.
Di samping itu, pariwisata ternyata juga berperanan di dalam
mengembangkan semangat, rasa dan kesadaran keberagamaan (religousness)
manusia. Bahkan wisata di dalam Islam seperti telah disiinggung di atas
merupakan bagian tak terpisahkan dengan ibadah seperti ibadah haji yang
melakukan prosesi dan safari suci Makkkah, Arafah, Muzdalifah, Mina dan
kembali ke Mekkah. Ziarah ke kota dan masjid nabawi di Madinah dan tempat-
tempat bersejarah lainnya di sekitar Mekkah dan Madinah. Bahkan sekarang
berkembang wisata ibadah umrah plus mengunjungi berbagai temnpat bersejarah
di negara-negara Timur Tengah. Tentu saja wisata agama ini bukan hanya milik
31
Abdul Azis Dahlan, Ensiklopedi tematis dunia Islam, PT. ichtiar Baru Van
Hoeve, jilid 3. t.t. h. 192 32
Ibid h. 192
Islam, bahkan hampir semua agama memiliki wisata jenis ini dengan segala
variasinya menurut kepercayaan dan sosial budaya mereka.
Di dalam al-Quran diperoleh banyak isyarat untuk melakukan aktivitas
pariwisata. Pariwisata sebagai salah satu sektor yang bisa mendatangkan
pendapatan individu, masyarakat dan income bagi negara. Bahkan ada beberapa
daerah atau negara roda perekonomiannya sangat tergantung pada sektor
pariwisata yang dapat menghasilkan income yang banyak. Misalnya daerah yang
memiliki letak geografis yang indah, keragaman seni dan budaya, sarana dan
prasarana transportasi dan akomodasi, khazanah peninggalan sejarah yang kaya,
maka pariwisata sebagai objek industri sangat menjanjikan dikembangkan. Yang
telah di jelaskan dalam A-Qur‟an.
Artinya : dan Apakah mereka tidak memperhatikan bagaimana Allah
menciptakan (manusia) dari permulaannya, kemudian
mengulanginya (kembali). Sesungguhnya yang demikian itu
adalah mudah bagi Allah. Katakanlah: "Berjalanlah di (muka)
bumi, Maka perhatikanlah bagaimana Allah menciptakan
(manusia) dari permulaannya, kemudian Allah menjadikannya
sekali lagi. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.
(Q.S. A-Ankabut Ayat : 19-20)
Di dalam surat al-„Ankabut ayat 19-20 menegaskan bahwa manusia
perlu mengadakan perjalanan untuk melakukan penelitian tentang aneka
peninggalan sejarah dan kebudayaan manusia. Penelitian ini dapat menyadarkan
manusia bahwa ia adalah makhluk Allah yang fana. Segala sesuatu yang
dikerjakan di dunia akan dimintakan pertanggungan jawab di hadapan Allah
sebagai hakim yang Maha Adil yang tujuannya berjumpa dengan Allah. Dan
peradaban yang pernah dihasilkannya akan menjadi tonggak sejarah bagi
generasi yang datang sesudahnya.
Artinya :Kami tidak mengutus sebelum kamu, melainkan orang laki-laki yang
Kami berikan wahyu kepadanya diantara penduduk negeri. Maka
tidakkah mereka bepergian di muka bumi lalu melihat bagaimana
kesudahan orang-orang sebelum mereka (yang mendustakan Rasul) dan
Sesungguhnya kampung akhirat adalah lebih baik bagi orang-orang
yang bertakwa. Maka tidakkah kamu memikirkannya? (Q.S. Yusuf Ayat
109).
Demikian pula di dalam surah Yusuf ayat 109 secara tegas menganjurkan
agar menelusuri berbagai negeri. Ini merupakan isyarat bahwa manusia perlu
mengenal budaya masyarakat dari berbagai belahan dunia. Kebudayaan suatu
masyarakat tidak dapat dipahami secara holistik tanpa terlibat langsung di
dalamnya. Ayat ini juga menegaskan betapa banyak umat terdahulu telah
dibinasakan Allah karena kedurhakaan mereka kepada ayat-ayatnya. Karena itu
manusia harus menggunakan daya pikirnya untuk menemukan kebenaran, dan
sekaligus meyakini kebenaran berita yang disampaikan al-Quran.
Walaupun banyak kenyataan yang cenderung mengarahkan Islam itu
menerima pariwisata sebagai sesuatu yang dapat diterima, namun dalam
kenyataannya dalam pariwisata banyak hal yang sangat bertentangan dengan
etika dan moralitas kaum muslim. Pariwisata banyak bertoleransi dengan
pakaian minim atau tak senonoh jika berhubungan dengan wisata pantai,
fasilitas bar yang menyajikan minuman beralkohol, dan banyak lagi ke-
“nazisan” atau hal-hal tidak sesuai dengan kaidah Islam.33
Resistensi Islam terhadap pariwisata akan sangat penting dan menjadi
bermakna jika dihubungkan dengan jenis wisata apakah yang dikembangkan,
jika kaum Muslim sebagai tuan rumah atau host, dan juga akan sangat penting
dalam memilih daerah tujuan wisata jika kaum muslim sebagai wisatawan
atau tourist. Resistensi juga akan menjadi ranah pribadi dalam hal pemilihan
tujuan wisata dan akan sangat tergantung dari seberapa kuat kaum muslim
memaknai etika dan moralitas pada ke-Islamannya.
Sudah saatnya pemerintah beserta seluruh stakeholder yang ada secara
bersama membangun industri pariwisata di Kabupaten Pesisir Barat melalui
konsep pengembangan pariwisata yang diarahkan pada:
33
Luthfi. 2006. Is Islam Bad for Tourism?. Indonesian Matter, retrieve form
http://www.indonesiamatters.com/674/islam-tourism/ pada 4-11-2010
a. pariwisata alternatif yang berorientasi pada pengambangan masyarakat,
terutama di daerah pedesaan (rural Community Development);
b. Pariwisata eko (eco-tourism) dalam bentuk pengembangan pariwisata
berwawasan lingkungan (environmental based Tourism Development);
c. Pariwisata yang bertanggung jawab dan berkesinambungan (responsible
and sustainable Tourism Development) dan
d. Pariwisata spiritual atau agama yang berlandaskan fiqih siyasah.
Orientasi baru ini sangat mungkin dijadikan sebagai wahana untuk
mengupayakan :
a. Peningkatan interaksi positif antarmanusia, antarpenduduk dari satu
daerah dengan daerah lainnya bahkan antar negara.
b. Meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat
c. Meningkatkan kualitas lingkungan hidup baik fisik maupun lingkungan
sosial budaya, dan
d. Meningkatkan nilai-nilai spiritual umat beragama yang pada akhirnya
dapat mengaktualisasikan keimanan dan rasa syukur pada Allah atas
nikmat yang diberikan dengan segala kelebihannya dalam bentuk
memahami ayat-ayat kawniah di seluruh alam jagad raya.
BAB III
PERANAN DAN KONTRIBUSI PEMERINTAH DAERAH DALAM
PENINGKATAN PAD MELALUI PARIWISATA
D. Gambaran Umum di Kabupaten Pesisir Barat
Kabupaten Pesisir Barat merupakan sebuah kabupaten termuda di Provinsi
Lampung. Kabupaten Pesisir Barat merupakan hasil pemekaranKabupaten
Lampung Barat, yang disahkan berdasarkan Undang-undang Nomor 22 Tahun
2012 tentang Pembentukan Kabupaten Pesisir Barat Provinsi Lampung pada
tanggal 25 Oktober2012 kemudian diresmikan pada tanggal 22 April 2013.34
Kabupaten ini dibentuk berdasarkan Undang- Undang No. 22 Tahun 2012
(Lembaran Negara Nomor 231, Tambahan Lembaran Negara Nomor 5364)
tentang Pembentukan Daerah Otonomi Baru (DOB) Kabupaten Pesisir Barat
Provinsi Lampung tertanggal 16 November 2012 dan diundangkan pada tanggal
17 November2012, dengan batas :
a. Sebelah utara berbatasan dengan Desa Ujung Rembun, Desa Pancur Mas,
Desa Sukabanjar Kecamatan Lumbok Seminung, Desa Kubu Prahu
Kecamatan Balik Bukit, Desa Kutabesi, Desa Sukabumi Kecamatan Batu
Brak, Desa Sukamarga, Desa Ringinsari, Desa Sumber Agung, Desa
Tuguratu, Desa Banding Agung Kecamatan Suoh, Desa Hantatai, Desa
Tembelang, Desa Gunung Ratu Kecamatan Bandar Negeri Suoh
34
"Kabupaten Pesisir Barat » Menuju Kota Modern Berbasis Lingkungan".
www.pesisirbaratkab.go.id. Diakses tanggal 2018-01-29.
Kabupaten Lampung Barat, Desa Gunung Doh Kecamatan Bandar Negeri
Semuong, Desa Ngarit, Desa Rejosari, Desa Petekayu, Desa Sirnagalih.
b. Kecamatan Ulu Belu, Desa Datar Lebuay Kecamatan Naningan Kabupaten
Tanggamus, Desa Way Beluah, dan Desa Melaya Kecamatan Banding
Agung Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan Provinsi Sumatera Selatan.
c. Sebelah timur berbatasan dengan Desa Tampang Tua Kecamatan
Pematang Sawa, Desa Sedayu, Desa Sidomulyo Kecamatan Semaka
Kabupaten Tanggamus.
d. Sebelah selatan berbatasan dengan Samudera Hindia; dan Sebelah barat
berbatasan dengan Desa Tebing Rambutan Kecamatan Nasal Kabupaten
Kaur Provinsi Bengkulu.
Wilayah Kabupaten Pesisir Barat memiliki luas ± 2.889,88 Km2 atau
8,39% dari Luas Wilayah Provinsi Lampung, dengan mata pencaharian pokok
sebagian besar penduduknya sebagai petani dan nelayan. Wilayah Kabupaten
Pesisir Barat secara administratif terdiri dari 11 kecamatan dengan 116 desa (di
Pesisir Barat disebut Pekon) dan 2 Kelurahan, dengan jumlah penduduk pada
tahun 2012 sebesar ±136.370 jiwa. Secara geografis, posisi astronomi Kabupaten
Kabupaten Pesisir Barat terletak antara koordinat 04°40‟0” – 06°0‟0” LS dan
103°30‟0” – 104°50‟0” BT. Secara administrasi, Kabupaten Pesisir Barat terdiri
atas 11 Kecamatan sebagaimana yang terlihat pada Tabel berikut ini.
Jumlah, Luas Kecamatan dan Jumlah Desa di Kabupaten Pesisir Barat
Kecamatan
Luas (Km2)
%
Ibukota
Jumlah
Pekon/
Kel
1. Bengkunat
Belimbing 943,70 32.69 kota Jawa 14
2. Bengkunat 215.03 7.45 pardasuka 9
3. Ngambur 327,17 11,33 Negeri Ratu
Ngambur
9
4. Pesisir Selatan 409,17 14,17 Biha 15
5. Krui Selatan 36,25 1,26 Way Napal 10
6. Pesisir Tengah 120,64 4,18 Pasar Krui 8
7. Way Krui 40,92 1,42 Gunung
Kemala
10
8. Karya Penggawa 211,13 7,31 Kebuayan 12
9. Pesisir Utara 87,27 2,92 Kuripan 12
10. Lemong 454,99 15,76 Lemong 13
11. Pulau Pisang 43,61 1,51 Pasar Pulau
Pisang
6
Jumlah 2889,88 100 Jumlah 118
Sumber : RIPPDA Kabupaten Pesisir Barat Tahun 2017
Kabupaten Pesisir Barat secara topografi dapat dibagi kedalam topografi
dari permukaan laut, dimana mencakup seluruh Kecamatan wilayah Pesisir
(Kecamatan Pesisir Utara, Kecamatan Pesisir Tengah dan Kecamatan Pesisir
Selatan) pada sepanjang pantai Barat wilayah ini. Topologi perbukitan, yang
memiliki ketinggian antara 600-1000 meter di atas permukaan laut, yang
meliputi TNBBS dan lain-lainnya terdamasuk dalam wilayah ini.
Kabupaten Pesisir Barat memilih Bupati dan Wakil Bupati definitif
pertamanya secara langsung melalui Pemilihan Kepala Daerah yang
dilaksanakan pada tanggal 9 Desember 2015 dimenangkan oleh pasangan Dr.
Drs. H. Agus Istiqlal, S.H., M.H. dan Erlina, S.P., M.H. Sebelumnya kabupaten
ini dipimpin oleh Penjabat Bupati Besisir Barat H. Kherlani, S.E. dan dilanjutkan
oleh Penjabat Bupati Besisir Barat Drs. Qodratul Ikhwan, M.M.
Di Kabupaten Pesisir Barat jumlah sarana pendidikan tahun 2011
terdiri dari Sekolah Dasar sebanyak 187 buah , SLTP Negeri 41 buah dan
swasta 9 buah, SMU Negeri 7 buah dan swasta 5 buah, SMK Negeri 4 buah dan
swasta 18 buah, Jumlah lulusan siswa SD, SLTP, SLTA dan
SMK Kabupaten Pesisir Barat Tahun 2011 terdiri dari SD sebanyak 5.295
siswa, SLTP 3.939 siswa, SLTA 1.366 siswa dan SMK 1.980 siswa.
Secara topografi, wilayah Kabupaten Pesisir Barat dibagi menjadi tiga unit
topografi, yaitu:
a. Daerah dataran rendah, merupakan daerah dengan ketinggian 0 sampai600
meter dari permukaan laut.
b. Daerah berbukit, Merupakan daerah dengan ketinggian 600 sampai 1.000
meter dari permukaan laut.
c. Daerah pegunungan, Merupakan daerah dengan ketinggian 1.000 sampai
2.000 meter dari permukaan laut.
Keadaan wilayah sepanjang Pantai Pesisir Barat umumnya datar sampai
berombak dengan kemiringan berkisar 3% sampai 5%. Di bagian Barat Laut
Kabupaten Pesisir Barat terdapat gunung-gunung dan bukit, yaitu Gunung
Pugung (1.964 m), Gunung Sebayan (1.744 m), Gunung Telalawan (1.753 m)
dan Gunung Tampak Tunggak (1.744 m). Berdasarkan peta geologi Provinsi
Lampung skala 1 : 250.000 yang disusun oleh S. Gafoer, TC Amin, Andi
Mangga (1989), Pesisir Barat terdiri dari batuan vulkan tua (Old Quarternary
Young), Formasi Simpang Aur, Formasi Ranau, Formasi Bal, Batuan Intrusive.
Kebudayaan Secara umum, Budaya Pesisir Barat meliputi aspek ide,
konsep, pemikiran, bahasa, seni dan hasil kebudayaan itu sendiri berupa
tinggalan material. Namun dalam kaitan dengan nominasi Budaya Pesisir Barat,
sebagai salah satu Warisan Budaya Dunia, aspek dominan yang dibicarakan
adalah tinggalan budaya material. Hal itu terkait dengan upaya pelestarian dan
perlindungannya. Walaupun pada dasarnya pelestarian itu nantinya juga akan
menjangkau pelestarian budaya bukan benda.
E. Kepariwisataan Kabupaten Pesisir Barat
Pesisir Barat memiliki potensi pariwisata yang begitu beragam, baik dari
sisi produk wisata maupun pasar wisatawan.Dengan alam dan budaya yang
dimiliki, Pesisir Barat menawarkan berbagai daya tarik wisata. Potensi pasar
wisatawan Pesisir Barat juga tidak kalah besarnya. Keterkenalan pariwisata
Pesisir Barat dengan budaya yang unik dan khas dan panorama alam yang indah
telah dikenal di tingkat regional, nasional maupun mancanegara. Keunikan dan
nilai sejarah dan budaya yang tinggi sehingga ODTW (Objek Daya Tarik Wisata).
Kawasan pesisir yang ada di Provinsi Lampung yang memiliki potensi
pariwisata yang besar diantaranya yaitu dari sektor bahari, religi, ekowisata dan
event wisata. Kawasan wisata Kabupaten Pesisir Barat selain tercantum sebagai
salah satu wisata unggulan Provinsi Lampung dalam rencana induk
pengembangan pariwisata (RIPP) Provinsi Lampung 2012-2013, dalam peraturan
Daerah Provinsi Lampung Nomor 6 Tahun 2011 pasal 11 tentang Kepariwisataan,
beberapa obyek pariwisata di Kabupaten Pesisir Barat juga merupakan suatu
kawasan strategis dari beberapa kawasan pariwisata di Provinsi Lampung yang
menjadi prioritas untuk dikembangkan, dengan menggunggulkan wisata bahari
sebagai daya tarik wisatanya, dimana sebagia besar kawasan wisata Pesisir Barat
yaitu wisata bahari. Kabupaten Pesisir Barat memiliki banyak pantai dengan jenis
ombak yang berkualitas internasional sehingga sering dikunjungi wisatawan baik
lokal maupun mancanegara yang suka berselancar, tetapi disayangkan saat ini
pariwisata di wilayah Pesisir Barat masih berkembang secara alami dan minim
perhatian pemerintah, seperti dibeberapa obyek wisata di Kabupaten Pesisir
Barat, contohnya obyek wisata bahari di Kecamatan Pesisir Utara dan Kecamatan
Lemong yang memiliki potensi pariwisata namun belum ada tersedia sarana
maupun prasarana oleh pemerintah setempat, akan tetapi ada juga beberapa
kawasan pariwisata yang sudah mulkai dikembangkan dan diberi fasilitas baik
sarana dan prasarana yang sudah terbilang baik, kawasan pariwisata itu
diantaranya kawasan wisata Labuhan Jukung di Kecamatan Pesisir Tengah,
Pantai Tanjung Setia di Kecamatan Pesisir Selatan dan Pantai Karng Nyimbor di
kecamatan Pesisir Selatan. Kawasan pariwisata berikut wisatawan bisa merasakan
fasilitas yang tersedia mulai dari penginapan, sarana hiburan, kuliner, dan
kemudahan akses menuju kawasan wisata.
Dinas Pariwisata Kabupaten Pesisir Barat tengah mengupayakan beberapa
langkah strategis pengembangan pariwisata di Kabupaten Pesisir Barat, rencana
ini kemudian dituangkan kedalam Rencana Induk Pengembangan Pariwisata
Daerah (RIPPDA) Kabupaten Pesisir Barat. Adapun pokok dari RIPPDA
Kabupaten Pesisir Barat adalah mengembangkan pariwisata berbasis wisata alam
dan budaya dengan memanfaatkan potensi alam dan memperhatikan kelestaian
lingkungan hidup dan budaya yang dilakukan melalui peningkatan sinergitas
pariwisata dengan sektor potensial, pengembangan obyek wisata potensial dengan
meningkatkan aspek pemasaran pariwisa bagi wisatawan domestic maupun
mancanegara, pengembangan kapasitas masyarakat dalam mendukung
pengembangan kawasan pariwisata yang bertumpu pada pengelolaan pariwisata
berbasis masyarakat dan peningkatan infrastruktur pendukung bagi
pengembangan kawasan pariwisata potensial.
F. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pesisir Barat
Berdasarkan amanat Peraturan Pemerintah Nomor 49 Tahun 2009 tentang
Pembentukan Organisasi Kerja Dinas Daerah Kabupaten Pesisir Barat, yang
kemudian dijabarkan lebih lanjut dengan Peraturan Daerah Kabupaten Pesisir
Barat Nomor 11 Tahun 2011, Dinas Kebudayaan Dan Pariwisata sebagai SKPD
yang bertanggung jawab merumuskan kebijakan teknis, pemberian perizinan dan
pelaksanaan pelayanan umum, pembinaan teknis, pembinaan terhadap Unit
Pelaksana Teknis Dinas di bidang kebudayaan dan pariwisata, pengelolaan
ketatausahaan Dinas, pelaksanaan tugas lain di bidang kebudayaan, pariwisata
yang diberikan sesuai dengan tugas dan fungsinya.
Berdasarkan latar belakang dan landasan pemikiran yang telah
dikemukan, maka telah tergambar keinginan dalam pembangunan kebudayaan
dan kepariwisataan yang merupakan berbagai dasar pemikiran yang dirumuskan
sebagai rambu-rambu didalam Pembangunan Kebudayaan dan Kepariwisataan
Kabupaten Pesisir Barat pada masa mendatang yang penuh dengan harapan dan
tantangan, dimana harus dipedomani oleh insan kebudayaan dan kepariwisataan
untuk lebih berperan dalam melaksanakan pembangunan daerah yang terencana
dan berkesinambungan. Untuk itu Dinas Kebudayaan dan Pariwisata merumuskan
Visi sebagai berikut: “Terwujudnya Daerah Wisata Budaya Dengan Kreatifitas
Pengelolaan Untuk Mewujudkan Kesejahteraan Masyarakat.”
Dalam mengimplementasikan visi pembangunan kebudayaan dan
kepariwisataan tersebut diatas, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata dengan
berpedoman pada tugas pokok dan fungsi sebagai regulator dan fasilitator dalam
pembangunan kebudayaan dan kepariwisataan yang transparan, akuntabel dan
mengutamakan kepentingan masyarakat, yang mempunyai misi sebagai berikut
adalah:
1. Melakukan pelestarian dan pengembangan kebudayaan yang berlandaskan
nilai luhur.
2. Mendukung pengembangan destinasi dan pemasaran pariwisata yang berdaya
saing global.
3. Melakukan pengembangan sumber daya kebudayaan dan pariwisata.
4. Menciptakan ketatalaksanaan yang bersih dan akuntabel serta layanan publik
yang ramah.
5. Melakukan pembinaan dan kerjasama pengembangan seni budaya dan
kerajinan untuk meningkatkan taraf ekonomi masyarakat.
Berdasarkan visi dan misi maka ditetapkan tujuan pembangunan
kebudayaan dan kepariwisataan tahun 2010 - 2016 sebagai berikut:
1. Meningkatnya kualitas masyarakat yang berbudi pekerti luhur beserta hasil
karyanya.
2. Meningkatnya kemandirian dan daya saing dalam perekonomian daerah.
3. Meningkatnya pemerataan pembangunan objek wisata pada setiap wilayah.
4. Meningkatnya perlindungan, pelestarian dan pengembangan keragaman
budaya Pesisir Barat dengan produk pariwisata yang inovatif.
5. Meningkatnya persatuan dan cinta tanah air serta kerjasama provinsi dan
nasional dalam bidang pengembangan kebudayaan dan pariwisata Pesisir
Barat.
Kabupaten pesisir barat mempunyai banyak tempat pariwisata yang sangat
potensial jika dekembangkan dengan baik, dan sudah berjaan seama ini ada 12
objek pariwisata yang di control pemerintah kabupaten Pesisir Barat yaitu :
1. Pulau Pisang
2. Pantai Tanjung Setia
3. Labuhan Jukung
4. Pantai Wayjambu
5. Pantai Nyimbor
6. Pantai Mandiri
7. Goa Matu
8. Penangkaran Penyu
9. Kebun Damar
10. Ekowisata Pemerihan
11. Rino Camp Sukaraja Atas
12. Pantai Measti
Dari keseluruhan pariwisata yang ada di pesisir barat itu merupakan
Pendapatan Anggaran Daerah (PAD) kabupaten pesisir barat. Pemerintah
(Dinas Pariwisata dan Kebudayaan) saat ini dalam tahap pelaksanaan program
pengembangan objek wisata yang ada di Kabupaten Pesisir Barat beberapa
tahun ini dimaksimalkan, cara merupakan suatu langkah majuuntuk
meningkatkan pariwisata di Kabupaten Pesisir Barat dan untuk mendukung
semua program pariwisata khususnya di Dinas Pariwisata dan Kebudayaan
Pesisir Barat.
Berdasarkan keterangan Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
diketahui bahwa DISBUDPAR saat ini mempunyai beberapa program antara
lain :
1. Pengembangan statistic kepariwisataan
a. Pemantauan dan evalusai pelaksanaan program pengembangan pemasaran
pariwisata
b. Pelaksanaan promosi pariwisata daerah didalam dan luar negeri
c. Koordinasi dengan sektor pendukung pariwisata
d. Pengembangan jaringan kerjasama promosi pariwisata
e. Peningkatan pemanfaatan teknologi informasi dalam pemasaran
pariwisata
f. Anaisa pasar promosi dan pemasaran obyek wisata
2. Program pengembangan pemasaran pariwisata pelatihan pemandu terpadu
a. Pengembangan proyek pariwisata unggulan
b. Program Pengembangan Destinasi Wisata
c. Pengembangan jenis dan paket wisata unggulan
d. Peningkatan pembangunan sarana dan prasarana wisata
e. Pemantauan dan evaluasi pelaksanaan program pengembangan destinasi
pemasaran
f. Peaksanaan koordinasi pembangunan obyek wisata dengan lembaga dunia
usaha
g. Pemgembangan, sosialisasi dan penerapan serta standarisasi
kepariwisataan
h. Pengembangan daerah tujuan wisata
i. Pariwisata
Kebudayaan di Pesisir Barat yang dapat memberikan kontribusi besar
dalam perkembangan pariwisata dan kebudayaan sebagai tempat wisata
domestk dan inernasional. Meskipun Pesisir Barat memiliki sejumlah potensi
alam dan budaya yang dapat diandalkan, namun sebagian besar belum tergarap
secara maksimal. Banyak pengeolaan wisata alam dan budaya di Pesisir Barat
dapat diihat dari keadaan sarana dan prasarana wiasata diberbagai tempat obyek
wisata yang belum lengkap dan tidak terawat.
Kabupaten Pesisir Barat memiliki berbagai macam obyek wisata alam
dan wisata budaya yang apabila dikelola dan dikembangkan dengan baik
dengan tepat maka akan menjadi tujuan wisata yang menarik untuk dikunjungi.
Selain itu, dengan meningkatnya wisatawan yang berkunjung maka akan secara
langsung meningkatkan PAD.
Melakukan pembinaan dan kerjasama pengembangan seni budaya dan
kerajinan untuk meningkatkan taraf ekonomi masyarakat. Tujuan berdasarkan
Visi dan Misi maka ditetapkan tujuan pembangunan kebudayaan dan
kepariwisataan tahun 2010-2016 sebagai berikut :
1. Meningkatnya kualitas masyarakat yang berbudi pekerti luhur beserta
hasil karyanya.
2. Meningkatkan kemandirian dan daya saing dalam perekonomian daerah.
3. Meningkatnya pemerataan pembangunan objek wisata pada setiap
wilayah.
4. Meningkatnya perlindungan, pelestarian dan pengembangan keragaman
budaya Pesisir Barat dengan produk pariwisata yang inovatif.
Meningkatnya persatuan dan cinta tanah air serta kerjasama provinsi dan
nasional dalam bidang pengembangan pariwisata kebudayaan dan pariwisata
Pesisir Barat.
BAB IV
KEBIJAKAN PEMERINTAH DAERAH DALAM PENGELOLAAN
PARIWISATA MENURUT PERSPEKTIF HUKUM ISLAM
C. Peran Dan Kontribusi Pemerintah Terhadap Pandapatan Asli Daerah
(PAD) Dalam Pengelolaan Potensi Wisata Alam di Kabupaten Pesisir
Barat
Berdasarkan amanat Peraturan Pemerintah Nomor 49 Tahun 2009
tentang Pembentukan Organisasi Kerja Dinas Daerah Kabupaten Pesisir
Barat, yang kemudian dijabarkan lebih lanjut dengan Peraturan Daerah
Kabupaten Pesisir Barat Nomor Tahun 2011, Dinas Kebudayaan,
Pariwisata sebagai SKPD yang bertanggung jawab merumuskan kebijakan
teknis, pemberian perizinan dan pelaksanaan pelayanan umum, pembinaan
teknis, pembinaan terhadap Unit Pelaksana Teknis Dinas di bidang
kebudayaan dan pariwisata, pengelolaan ketatausahaan Dinas, pelaksanaan
tugas lain di bidang kebudayaan, pariwisata yang diberikan sesuai dengan
tugas dan fungsinya. Untuk itu Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
merumuskan Visi,
“Terwujudnya daerah wisata budaya dengan kreatifitas pengelolaan
untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat.”
Dalam mengimplementasikan visi pembangunan kebudayaan dan
kepariwisataan tersebut diatas, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata dengan
berpedoman pada tugas pokok dan fungsi sebagai regulator dan fasilitator
dalam pembangunan kebudayaan dan kepariwisataan yang transparan,
akuntabel dan mengutamakan kepentingan masyarakat, yang mempunyai
misi sebagai berikut adalah:
1. Melakukan pelestarian dan pengembangan kebudayaan yang
berlandaskan nilai luhur.
2. Mendukung pengembangan destinasi dan pemasaran pariwisata yang
berdaya saing global.
3. Melakukan pengembangan sumber daya kebudayaan dan pariwisata.
4. Menciptakan ketatalaksanaan yang bersih dan akuntabel serta
layanan publik yang ramah.
5. Melakukan pembinaan dan kerjasama pengembangan seni budaya
dan kerajinan untuk meningkatkan taraf ekonomi masyarakat.
Dalam mewujudkan visi dan misi yang telah dirumuskan, Dinas
Kabupaten Pesisir Barat menjabarkan Program Kerja pada tabel berikut:
N
o
Sasaran/
Program
Program/
Kegiatan
Sasaran Kegiatan Lokasi
kegiata
n
1. Program
pengembangan
destinasi pariwisata
Pengembangan Obyek
wisata unggulan
Penataan,Pemeliharaa
n dan pengembangan
obyek daya tarik
wisata 15 objek
2. Pemantauan dan
Evaluasi
Pelaksanaan
Program
Pengembangan
Destinasi
Pemasaran
Pariwisata
Pemantauan Objek
Wisata
Objek Wisata
3. Pengembangan
Daerah Tujuan
Wisata
1. Pembangunan dan
Konstruksi
Pembukaan Jalan
Objek Wisata.
2. Monitoring,
Evaluasi dan
Pelaporan
1. 5 Objek wisata
2. Masyarakat dan
Aparatur Pesisir
Barat
4. Peningkatan
Pemasaran Dan
Promosi Pariwisata
1. Pengadaan Alat
Sarana Penunjang
Promosi
2. Pembangunan
Jaringan Sistim
Informasi
3. Pemasaran
Pariwisata Pesisir
Barat
4. Mengikuti Promosi
pada Event Tetap
1. Tersedianya Alat
dan Sarana
2. Terbangunnya
Jaringan Sistim
3. Informasi
Pemasaran
4. Terselenggaranya
Kegiatan Promosi
Parawisata Pesisir
Barat
5. Program
Pengembangan
Kemitraan
1. Pengembangan dan
penguatan informasi
data base
2. Pengembangan dan
penguatan litbang
kebudayaan dan
pariwisata
3. Pengembangan
SDM di bidang
kebudayaan,
pariwisata dan
pemasaran
4. Fasilitasi
pembentukan forum
komunikasi antar
pelaku industri
pariwisata
5. Pelasanaan
koordinasi
pembangunan
kemitraan pariwisata
6. Pengembangan
SDM dan
profesionalisme
bidang pariwisata
1. Wisatawan
mancanegara
2. Masyarakat
3. Expo
4. Pembentukan
badan promosi
5. workshop asosiasi
forum pelaku
industri pariwisata
4 jenis dalam
setahun
6. Pelatihan
sertivikasi
pramuwisata Se-
kabupaten Pesisir
Barat,
7. Pelatihan pelayan
prima, soft skill
Para pengelola
restoran dan hotel.
6. Pengembangan
Nilai Budaya
1. Pemantauan dan
Evaluasi
Pelaksanaan
Program
Pengembangan Nilai
Budaya
2. Konservasi benda
Cagar Budaya
3. Pendataan Sejarah
dan Benda Cagar
Budaya buku profil
4. Pemugaran Benda
Cagar Budaya
1. Pelaku Seni dan
Pemerintah
2. Objek Wisata
3. Objek Wisata
4. Objek Wisata
7. Pengelolaan
Kekayaan Budaya
1. Fasilitas Partisipasi
Masyarakat dalam
Pengelolaan
Kekayaan Budaya
2. Pengembangan
Kebudayaan dan
Pariwisata
3. Pengembangan
Kesenian dan
Kebudayaan Daerah
4. Pementasan
kesenian dan
Kebudayaan Daerah
1. Pelaku Seni dan
Masyarakat
2. Umum
3. Umum
4. Umum
8. Pengelolaan
Keragaman Budaya
1. Penyelenggaraan
festival budaya
Daerah
2. Lovely December
3. Penyelenggaraan
Festival Budaya
Daerah
1. Umum
2. Umum
Untuk pengembangan kepariwisataan di Kabupaten Pesisir Barat,
Dinas Kebudayaan Dan Pariwisata mengeluarkan kebijakan
pengembangan pariwisata yang mencakup kebijakan pokok, kebijakan
pengembangan perwilayahan (keruangan/spasial), pengembangan produk
wisata, pengembanagan pasar dan pemasaran, serta pengembangan SDM
dan kelembagaan untuk lingkup Kabupaten Pesisir Barat.
1. Kebijakan Pokok Pengembangan Pariwisata
a. Meningkatkan kemampuan dan keterampilan aparatur serta
pemberdayaan tugas dan fungsi organisasi dinas kebudayaan dan
parwisata sebagai fasilitator dan regulator pengembangan pariwisata.
Kegiatan yang dilakukan untuk meningkatkan ketrampilan aparatur
dinas kebudayaan dan pariwisata ini dengan diadakannya MICE
(meetings, incentives, conferencing and exhibitions).
b. Melaksanakan kerjasama kebudayaan dan pariwisata antar daerah
dan dunia usaha. Kerjasama yang dilakukan oleh Pesisir Barat
adalah untuk memperkenalkan kebudayaan yang ada di Pesisir
Barat.
c. Meningkatkan kesempatan berusaha dan keterlibatan masyarakat
dalam mengembangkan kawasan wisata/ODTW dan pelestarian
budaya. Salah satu contoh keterlibatan masyarakat dalam
pengembangan pariwisata adalah dibuatnya took-toko souvenir di
beberapa objek wisata.
2. Kebijakan Pengembangan Perwilayahan
Upaya pengembangan kebudayaan dan kepariwisataan
merupakan salah satu kegiatan yang berimplikasi pada perencanaan dan
pengembangan produk suatu wilayah. Pengembangannya harus
menjangkau berbagai tingkat kecamatan mulai dari tingkat objek wisata,
tingkat kecamatan, tingkat kelurahan, tingkat kabupaten bahkan sampai
ke tingkat propinsi. Pada masing-masing kawasan pengembangan di
Kabupaten Pesisir Barat ini, diberi nama dan ditentukan satu kelurahan
sebagai pusat pertumbuhannya.
3. Kebijakan Pengembangan Produk Wisata
Pengembangan produk wisata Pesisir Barat berorientasi pada
potensi dan daya tarik budaya yang unik dan khas yang didukung oleh
budaya , seni dan sejarah serta keindahan panorama alam. Produk
wisata ini dikembangkan sesuai dengan aspirasi masyarakat dan
kecenderungan pasar pariwisata yang berkembang, terutama tema-tema
wisata minat khusus yang dapat menarik wisatawan asing. Dalam
pengembangan produk wisata ini, diperlukan penetapan produk wisata
andalan bagi kabupaten Pesisir Barat sebagai faktor penarik utama bagi
pengembangan pariwisata di kabupaten Pesisir Barat di tingkat regional,
nasional dan internasional.
Dalam kaitannya dengan pengembangan produk wisata, obyek-
obyek dan daya tarik wisata sejarah-budaya dan kesenian daerah serta
event-event pariwisata masih harus didukung sepenuhnya oleh
pemerintah daerah melalui pengembangan dan pemantapan pembinaan
seni dan budaya dan penyelenggaraan event seni budaya tertentu. Salah
satu contohnya yaitu diadakannya event tahunan Lovely December.
4. Kebijakan Pengembangan Pasar dan Pemasaran
Dalam pemasarannya, citra pariwisata menjadi sangat penting.
Oleh karena itu perlu dibangun identitas jatidiri dan citra yang menjadi
tema utama pemasaran pariwisata Pesisir Barat. Pemasaran dan promosi
pariwisata di daerah, pihak industri pariwisata bersama Badan Promosi
Pariwisata Derah (BP2D) bertanggung jawab atas upaya promosi paket
wisata serta pelayanan pariwisata yang ditawarkan. Untuk
mengembangkan segmen pasar wisatawan Pesisir Barat, dinas
kebudayaan dan pariwisata sudah melakukan beberapa hal yang
diharapkan efektif untuk mempromosikan Pesisir Barat di luar.
5. Kebijakan pengembangan sumber daya manusia (SDM)
Pengembangan periwisata tidak terlepas dari produk kebudayaan
dan pariwisata yang beragam, sesuai dengan identitas daerah. Penyiapan
sumber daya manusia tidak hanya bagi aparatur pemeritah daerah,
pelaku usaha pariwisata dan generasi muda, tetapi penting pula
dipersiapkan berbagai penyuluhan mengenai pariwisata (peluang dan
dampaknya) bagi masyarakat awam. Salah satu kebijakan yang sudah
mulai dijalankan di bidang pengambangan SDM ini adalah
pemberdayaan masyarakat lokal dalam kegiatan kepariwisataan di
daerahnya dengan bantuan untuk kelompok-kelompok usaha kecil di
objek wisata tertentu. Pemerintah dalam hal ini Dinas Kebudayaan Dan
Pariwisata juga berusaha meningkatkan kualitas pelayanan pariwisata
dan kemampuan komunikasi khususnya SDM yang berhadapan
langsung dengan wisatawan.
6. Kebijakan Pengembangan Institusi/Kelembagaan
Secara sederhana, kelembagaan diartikan sebagai totalitas unsur-
unsur kepariwisataan yang menjalankan fungsi-fungsi tertentu sesuai
dengan aturan yang ditetapkan. Meskipun merupakan bagian dari sistem
kepariwisataan, namun aspek kelembagaan tidak mudah dibentuk dan
tidak dapat bekerja secara otomatis. Peningkatan institusi/kelembagaan
juga dilakukan oleh dinas kebudayaan dan pariwisata kabupaten Pesisir
Barat dalam rangka promosi pariwisata. Salah satu penerapannya yaitu
menjalin kerjasama dengan Travel Agencies. Objek wisata di
Kabupaten Pesisir Barat pada umumnya dikelola oleh pihak keluarga
selaku pemilik objek wisata tersebeut, dengan tetap mengenakan tarif
retribusi kepada wisatawan dan meneruskannya kepada pemerintah
daerah sesuai yang diatur dalam Peraturan Bupati No 56 Tahun 2012
tentang Tata Cara Pemungutan Retribusi Tempat Rekreasi dan
Olahraga, seperti yang dirangkum pada tabel di bawah ini:
Tabel
Besarnya Tarif Retribusi untuk Pengunjung Objek Wisata
No Golongan Tarif Tarif
1 Anak-anak/siswa/Mahasiswa Rp 3.000
2 Peneliti/Karya Wisata/tamu PEMDA Rp 5.000
3 Dewasa/Umum/Wisatawan Nusantara Rp 10.000
4 Wisatawan Mancanegara Rp 20.000
Hasil penerimaan dari retribusi objek wisata tidak semuanya
disetorkan kepada pemerintah daerah, melainkan di bagi berdasarkan
teknis pembagian hasil pungutan retribusi yang diatur dalam Peraturan
Bupati No 56 Tahun 2012 tentang Tata Cara Pemungutan Retribusi
Tempat Rekreasi dan Olahraga, yang di rangkumkan pada tabel berikut
ini:
Tabel
Teknis Pembagian Retribusi
No Jenis Pembagian Hasil
1 Yayasan (akte
notaris)
60 % untuk yayasan 40 % untuk Pemda
2 Non Yayasan 50 % untuk objek 50 % untuk Pemda
(keluarga) wisata
Sektor pendapatan daerah memegang peranan yang sangat penting,
karena melalui sektor ini dapat dilihat sejauh mana suatu daerah dapat
membiayai kegiatan pemerintah dan pembangunan daerah. Kebijakan
yang efektif yang dikeluarkan oleh pemerintahn merupakan salah satu
usaha untuk mengoptimalkan PAD. Setiap tahunnya pemerintah
Kabupaten Pesisir Barat menetapkan target penerimaan dari setiap
komponen PAD . Untuk Kabupaten Pesisir Barat, sektor pariwisata
merupakan salah satu sektor yang memegang peranan penting dalam
kontribusinya terhadap PAD.
Realisasi Penerimaan PAD Kabupaten Pesisir Barat berasal dari
retribusi daerah berupa retribusi tempat rekreasi. Retribusi ini berasal dari
beberapa objek wisata baik itu wisata alam, wisata budaya maupun
wisata agro yang banyak di kunjungi oleh para wisatawan dan telah
memiliki retribusi, namun masih terdapat beberapa objek wisata yang
sebenarnya sudah dikunjungi oleh para wisatawan tetapi belum dikelolah
sepenuhnya sehingga belum dilakukan pungutan retribusi. Adapun
realisasi yang tidak mencapai target dikarenakan minimnya dana yang
dibutuhkan, sehingga mempengaruhi program dan kegiatan Dinas
Kebudayaan Dan Pariwisata Pesisir Barat.
Masalah anggaran memang merupakan hal yang menyulitkan.
Sumber daya non manusia ini dianggap sangat minim, sehingga hampir
semua program kerja selalu terkendala. Anggaran merupakan bagian dari
program yang dinyatakan dalam bentuk satuan uang, setiap program akan
dinyatakan secara rinci dalam biaya, yang dapat digunakan oleh
manajemen untuk merencanakan dan mengendalikan. Kondisi keuangan
lambatnya dana dikucurkan sangat berdampak terhadap pelaksanaan
rencana strategi dalam hal ini program. (Hasil wawancara dengan Kepala
Sub Bagian Program dan Anggaran).
Hal ini dijelaskan lebih rinci oleh kepala dinas, keterbatasan
anggaran yang diberikan membuat program tidak dapat berjalan
maksimal. Misalnya, ingin merencanakan program besar, tetapi sulit
karena hal tersebut. Besarnya retribusi perbulan yang disetor oleh
pengelola objek wisata kepada pemerintah daerah bervariasi. Hal ini
dipengaruhi oleh intensitas kunjungan para wisatawan ke setiap objek
wisata. Semakin tinggi intensitas wisatawan mengunjungi objek wisata,
maka retribusi yang disetor ke pemerintah daerah juga akan meningkat.
D. Perspektif Hukum Islam Tentang Kebijakan Pemerintah Daerah
Dalam Pengelolaan Potensi Wisata Alam Di Kabupaten Pesisir Barat
Pariwisata dalam kamus bahasa Arab disebut Rihlah artinya aktivitas
perjalanan dari suatu tempat ke tempat lain dengan tujuan tertentu.
Pariwisata secara etimologi berasal dari bahasa Sanskerta yang tersusun
atas dua suku kata: “pari” dan “wisata”. Pari berarti banyak, berkali-kali
berputar-putar, lengkap. Wisata berarti perjalanan, bepergian. Undang-
undang RI No. 9 Tahun 1990 menyebutkan antara lain dalam pasal 1 (1)
wisata adalah kegiatan perjalanan sebagai dari kegiatan tersebut yang
dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati objek
dan daya tarik wisata; lebih jauh di dalam ayat (3) pariwisata adalah segala
sesuatu yang berkaitan dengan wisata, termasuk penguasaan objek dan
daya tarik wisata serta usaha-usaha yang terkait dengan bidang tersebut.
Wisata bisnis, Perjalanan ini biasa dilakukan oleh orang-orang Arab
di masa lampau karena menyadari bahwa kondisi geografis negeri mereka
yang tandus, gersang dan panas. Mereka lebih memilih profesi dagang dari
pertanian yang bergantung pada alam meskipun ada sebagian kecil yang
berkebun kurma. Demikian juga bangsa penjajah seperti: Portugis, Inggris
dan Belanda yang datang ke Indonesia untuk mencari rempah-rempah.
Para pedagang biasanya mengembara dari satu tempat ke tempat lainnya,
mencari barang yang diproduksi suatu tempat untuk dijual ke tempat
lain.
Wisata ilmiyah, Perjalanan untuk mencari ilmu pengetahuan,
penelitian, studi banding guna memperoleh ilmu atau ingin meneliti objek
tertentu seperti sumber daya yang dimiliki dalam rangka menyempurnakan
aspek-aspek kekurangan dan kelemahannya. Sebagai contoh sabda nabi
tuntutlah ilmu sampai ke negeri cina.Di hadist lain disabdakan Rasulullah
“barangsiapa berpindah untuk mempelajari suatu ilmu, maka ia diberi
ampunan sebelum melangkah (HR Tirmizi).
Perjalanan dakwah menunjukkan bahwa setelah Rasulullah saw
wafat, para sahabat menyebar ke berbagai wilayah baru. Mereka rela
meninggalkan kampung halaman (Madinah) yang subur, maju dan
berperadaban tinggi menuju daerah lain yang masyarakatnya terbelakang
atau belum mengenal Islam. Kepergian mereka semata-mata untuk
kepentingan penyebaran agama dan bukan mencari nafkah atau ingin
menguasai daerah lain.
Perjalanan diplomasi adalah perjalanan seseorang yang ditugaskan
oleh penguasa dalam urusan ketatanegaraan, misalnya ambassador.
Aktivitas tersebut dapat juga dilakukan oleh orang-orang yang “mampu”
ketika beberapa orang sahabat mendapat tugas dari Rasulullah untuk
menyampaikan surat kepada para raja dan penguasa di sekitar jazirah
Arab.
Di dalam al-Quran diperoleh banyak isyarat untuk melakukan
aktivitas pariwisata. Pariwisata sebagai salah satu sektor yang bisa
mendatangkan pendapatan individu, masyarakat dan income bagi negara.
Bahkan ada beberapa daerah atau negara roda perekonomiannya sangat
tergantung pada sektor pariwisata yang dapat menghasilkan income yang
banyak. Misalnya daerah yang memiliki letak geografis yang indah,
keragaman seni dan budaya, sarana dan prasarana transportasi dan
akomodasi, khazanah peninggalan sejarah yang kaya, maka pariwisata
sebagai objek industri sangat menjanjikan dikembangkan.
Di dalam surat al-„Ankabut ayat 19-20
Artinya : dan Apakah mereka tidak memperhatikan bagaimana Allah
menciptakan (manusia) dari permulaannya, kemudian
mengulanginya (kembali). Sesungguhnya yang demikian itu
adalah mudah bagi Allah. Katakanlah: "Berjalanlah di (muka)
bumi, Maka perhatikanlah bagaimana Allah menciptakan
(manusia) dari permulaannya, kemudian Allah menjadikannya
sekali lagi Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala
sesuatu.
Dalam iayat ini menegaskan bahwa manusia perlu mengadakan
perjalanan untuk melakukan penelitian tentang aneka peninggalan sejarah
dan kebudayaan manusia. Penelitian ini dapat menyadarkan manusia
bahwa ia adalah makhluk Allah yang fana. Segala sesuatu yang dikerjakan
di dunia akan dimintakan pertanggungan jawab di hadapan Allah sebagai
hakim yang Maha Adil yang tujuannya berjumpa dengan Allah. Dan
peradaban yang pernah dihasilkannya akan menjadi tonggak sejarah bagi
generasi yang datang sesudahnya.
Demikian pula di dalam surah Yusuf ayat 109
Artinya : Kami tidak mengutus sebelum kamu, melainkan orang laki-laki
yang Kami berikan wahyu kepadanya diantara penduduk negeri.
Maka tidakkah mereka bepergian di muka bumi lalu melihat
bagaimana kesudahan orang-orang sebelum mereka (yang
mendustakan Rasul) dan Sesungguhnya kampung akhirat adalah
lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa. Maka tidakkah kamu
memikirkannya?
secara tegas menganjurkan agar menelusuri berbagai negeri. Ini
merupakan isyarat bahwa manusia perlu mengenal budaya masyarakat dari
berbagai belahan dunia. Kebudayaan suatu masyarakat tidak dapat
dipahami secara holistik tanpa terlibat langsung di dalamnya. Ayat ini juga
menegaskan betapa banyak umat terdahulu telah dibinasakan Allah karena
kedurhakaan mereka kepada ayat-ayatnya. Karena itu manusia harus
menggunakan daya pikirnya untuk menemukan kebenaran, dan sekaligus
meyakini kebenaran berita yang disampaikan al-Quran.
Surat al-Rum ayat 41-42 menyatakan bahwa :
Artinya : Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena
perbuatan tanganmanusi, supay Allah merasakan kepada mereka
sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan
yang benar). Katakanlah: "Adakanlah perjalanan di muka bumi dan
perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang terdahulu.
kebanyakan dari mereka itu adalah orang-orang yang mempersekutukan
(Allah)."
Kehancuran yang terjadi di permukaan bumi adalah karena
kecerobohan dan tindakan manusia sendiri. Kandungan ayat-ayat ini
menjelaskan bahwa manusia dapat menyaksikan langsing kehancuran di
belahan berbagai dunia sebagai akibat dari perilaku negatif manusia.
Terjadinya bencana alam seperti banjir, polusi udara, air dan tanah serta
erosi adalah akibat perbuatan manusia yang tidak beriman.
Industri pariwisata sangat erat kaitannya dengan produk dari jasa,
seperti transportasi, akomodasi, perhotelan, jasa boga bahkan keahlian
berbahasa asing yang dapat memberdayakan sumber daya insani maupun
sumber daya alam, seperti keindahan panorama alam, juga benda-benda
bersejarah yang merupakan bagian dari objek wisata. Untuk maksud ini
aktivitas pariwisata harus mempunyai tujuan yang jelas dan efektif
sehingga dapat menghasilkan sesuatu yang bermanfaat walaupun dalam
proses pelaksanaannya mengalami berbagai pengalaman, yang
menguntungkan ataupun merugi.
Namun demikian pernyataan Al-Quran yang menjelaskan tentang
pariwisata berakhir pada keinginan Allah swt untuk memberikan
kesadaran kepada makhluknya yang diberi amanat sebagai khalifah agar
dapat mengetahui kebenaran dan kebesaran serta kemahakuasaan-Nya
Allah swt.
Dengan kemajuan teknologi dan globalisasi telah menimbulkan
berbagai kesadaran baru yang semakin meningkat terhadap problema
sosial, ekonomi dan lingkungan yang semakin mengglobal dalam desa
buana. Pariwisata international yang hanya mengedepankan
komersialisme, eksploitasi sumber daya alam, seks, jalinan kemitraan
usaha jasa (travel, transportasi, akomodasi, hiburan, entertainment)
menemui titik kejenuhan. Pada gilirannya kepuasan yang dicari ternyata
tidak terbatas pada pemenuhan kebutuhan jasmani saja, akan tetapi
kebutuhan rohani/spiritual juga menjadi tuntutan tersendiri. Untuk itu
pariwisata mengalami pergeseran nilai dari pariwisata yang identik dengan
maksiat menjadi maslahat untuk pemenuhan spiritual. Dengan
mengalihkan objek wisata ke tempat-tempat yang dianggap sakral dalam
kepercayaan agama, seperti perjalanan umrah plus tujuan Palestina, Turki,
Yarussalem, Bukhara, Yordania atau ke Mesir, negerinya Firaun.
Sudah saatnya pemerintah beserta seluruh stakeholder yang ada
secara bersama membangun industri pariwisata di Aceh melalui konsep
pengembangan pariwisata yang diarahkan pada (1) pariwisata alternatif
yang berorientasi pada pengambangan masyarakat, terutama di daerah
pedesaan (rural Community Development); (2) pariwisata eko (eco-
tourism) dalam bentuk pengembangan pariwisata berwawasan lingkungan
(environmental based Tourism Development); (3) pariwisata yang
bertanggung jawab dan berkesinambungan (responsible and sustainable
Tourism Development) dan (4) pariwisata spiritual atau agama.
Orientasi baru ini sangat mungkin dijadikan sebagai wahana untuk
mengupayakan (1) peningkatan interaksi positif antarmanusia,
antarpenduduk dari satu daerah dengan daerah lainnya bahkan antar
negara. (2) meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat (3)
meningkatkan kualitas lingkungan hidup baik fisik maupun lingkungan
sosial budaya, dan (4) meningkatkan nilai-nilai spiritual umat beragama
yang pada akhirnya dapat mengaktualisasikan keimanan dan rasa syukur
pada Allah atas nikmat yang diberikan dengan segala kelebihannya dalam
bentuk memahami ayat-ayat kawniah di seluruh alam jagad raya
Dari paparan singkat ini akan memberikan sedikit pencerahan
bagaimana seharusnya pariwisata itu disikapi dan diapresiasi sekaligus
menyiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan dalam segenap prosesnya
menuju kesempurnaan.
Strategi yang dilakukan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
Kabupaten Pesisir Barat dalam mengembangkan potensi pariwisata yaitu
1. Penyediaan Sarana dan Prasarana Objek Wisata
Dalam melaksanakan fungsi dan peranannya dalam pengembangan
pariwisata daerah. Pemerintah daerah harus melakukan berbagai upaya
dalam pengembangan sarana dan prasarana. Sarana sesuai dengan
namanya menyediakan kebutuhan pokok yang ikut menentukan
keberhasilan suatu daerah menjadi daerah tujuan wisata. Fasilitas yang
tersedia dapat memberikan pelayanan kepada para wisatawan, baik
secara langsung atau tidak langsung. Menurut Yoeti (1996) yang
dimaksud prasarana pariwisata adalah semua fasilitas yang dapat
memungkinkan proses perekonomian berjalan dengan lancar
sedemikian rupa sehingga dapat memudahkan manusia untuk dapat
memenuhi kebutuhannya.
Peran Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Daerah Kabupaten Pesisir
Barat di dalam penyediaan sarana dan prasarana wisata yang ada di
Pesisir Barat adalah sebagai berikut:
a. Hotel atau penginapan yang ada di Kabupaten Pesisir Barat
sebanyak 32
b. Rumah makan atau restoran atau warung makan berjumlah 20 unit
dan sudah memiliki ijin usaha
c. Karaoke/Cafe berjumlah 13 unit
d. Travel/ biro perjalanan wisata sebanyak 10
e. Tourist Information Center 1 unit
f. Fasilitas transportasi, di Kabupaten Pesisir Barat sudah tersedia
berupa angkutan umum seperti: mini bus, bus, dan angkutan
pedesaan.
g. Toko souvenir, terdapat beberapa toko souvenir yang menjual oleh-
oleh khas Pesisir Barat; dan
h. Utilitas kawasan, jaringan untuk berko-munikasi cukup lancar,
listrik dan air bersih pada umumnya sudah tersedia sampai di desa-
desa
2. Pengembangan Objek Wisata
Daerah Pembangunan di bidang pariwisata merupakan upaya–
upaya untuk mengembangkan dan mengelola objek dan daya tarik
wisata yang telah dimiliki oleh suatu daerah agar lebih baik lagi.
Karena di tiap-tiap daerah pastinya memiliki kekayaan alam yang
indah dan keragaman tradisi seni budaya serta peninggalan dan
purbakala yang berbeda-beda. Di sini Dinas Kebudayaan dan
Pariwisata Daerah Kabupaten Pesisir Barat adalah instansi yang
berwenang untuk mengelola dan mengembangkan objek wisata yang
ada di daerah Kabupaten Pesisir Barat.
Menurut Yoeti (2008) pengembangan adalah usaha atau cara
untuk memajukan serta mengembangkan sesuatu yang sudah ada.
Pengembangan pariwisata pada suatu daerah tujuan wisata selalu
akan diperhitungkan dengan keuntungan dan manfaat bagi
masyarakat yang ada di sekitarnya. Pengembangan pariwisata harus
sesuai dengan perencanaan yang matang sehingga bermanfaat baik
bagi masyarakat, baik juga dari segi ekonomi, sosial dan juga
budaya. Dalam melakukan pengembangan pariwisata pemerintah
daerah Kabupaten Pesisir Barat memberikan tanggung jawab kepada
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Daerah Kabupaten Pesisir Barat
untuk terus mengembangkan potensi pariwisata di tiap-tiap objek
wisata di Kabupaten Pesisir Barat. Salah satu usaha melestarikan
alam serta lingkungan alam adalah dengan mengembangkan
pariwisata sesuai kebutuhan masing-masing objek wisata tersebut.
Konsentrasi untuk pengembangan objek-objek wisata di Pesisir
Barat dilakukan dengan mengembangkan objek wisata yang sudah
punya nama atau sudah dikenal banyak orang seperti objek wisata
pantai Tanjung Setia dan selanjutnya pengembangan di objek wisata
Pesisir Barat yang lain. Jadi, tidak langsung dilakukan
pengembangan pada keseluruhan objek wisata karena terbentur
dengan dana yang didapat oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
Daerah Kabupaten Pesisir Barat.
3. Peran Serta Masyarakat
Dalam mengembangkan objek wisata daerah di Kabupaten
Pesisir Barat sangat penting dibutuhkan peran aktif dari masyarakat
sekitar. Karena secara tidak langsung upaya pengembangan
pariwisata daerah akan berdampak juga pada peningkatan
kesejahteraan masyarakat sekitar itu sendiri. Untuk meningkatkan
peran serta masyarakat tersebut, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
Daerah Kabupaten Pesisir Barat melakukan beberapa langkah yang
bertujuan untuk meningkatkan partisipasi masyarakat sekitar, yaitu:
a. Mengadakan pembinaan, penyuluhan kepada masyarakat sekitar
objek wisata untuk menciptakan masyarakat yang sadar wisata;
b. Ikut serta masyarakat dalam melestarikan dan menjaga alam dan
hutan khususnya;
c. Mengajak masyarakat sekitar untuk menjaga kebersihan di lokasi
wisata dengan mungkin mengadakan kerja bakti bersama-sama;
d. Ikut melestarikan budaya adat-istiadat yang di sekitar objek
wisata, budaya kuliner, dan lain-lain; serta
e. Keindahan, dan keramahan terhadap pengunjung
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengembangan pariwisata di
Kabupaten Pesisir Barat
a. Faktor Pendukung
a) Objek wisata yang sudah terkenal dan dikenal oleh masyarakat
luas. Karang Ngimbor, Pantai Tanjung Setia dan Pulau Pisang,
sudah dikenal oleh masyarakat luas di sekitar Kabupaten
Pesisir Barat, hal ini juga mempengaruhi minat wisatawan
yang ingin berkunjung ke Pesisir Barat untuk melihat objek
wisata tersebut. Selain itu, tawaran pesona objek wisata yang
lain seperti Pantai Melasti sudah mulai dilirik oleh wisatawan
yang mengunjungi Kabupaten Pesisir objek wisata yang
memiliki daya tarik tersendiri. Pendapatan dari sektor
pariwisata Kabupaten Pesisir Barat juga menjadi salah satu
kontribusi bagi Pendapatan Asli Daerah (PAD). Dalam dua
tahun terakhir (2011 -2012) kontribusi sektor pariwisata
terhadap PAD yaitu Rp 322.795.200 dan Rp 342.197.600.
Jumlah ini merupakan akumulasi dari setoran tiap-tiap objek
wisata, dengan setoran terbesar diperoleh dari objek wisata
Pantai Tanjung Setia yaitu sebesar Rp 75.658.000.
b) Partisipasi masyarakat sekitar, adanya peran langsung dari
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Daerah berupa bimbingan
dan keterlibatan terjun ke lapangan tempat wisata yang juga
ikut meningkatkan partisipasi masyarakat sekitar dalam
mengembangkan pariwisata yang ada di Kabupaten Pesisir
Barat. Partisipasi masyarakat berupa ikut menjaga kebersihan
dan keamanan di objek wisata.
c) Mudahnya koordinasi antar pihak terkait, adanya hubungan
baik antara pihak dinas kebudayaan dan pariwisata dengan
masing-masing pengelola ketiga objek wisata di Kabupaten
Pesisir Barat. Hubungan baik ini bisa dilihat lewat keaktifan
para pengelola objek wisata dalam menyetor dana retribusi,
serta koordinasi dinas pariwisata dengan para pengelola objek
wisata dalam event-event tahunan sebagai sarana promosi
objek wisata.
b. Faktor Penghambat
a) Dana yang terbatas Faktor yang mempengaruhi tidak dan
lancarnya pembangunan pariwisata di Kabupaten Pesisir Barat
adalah keterbatasan dana. Sektor pariwisata merupakan sektor
pilihan bukan sektor yang wajib di dahului oleh pemerintah
daerah. Seharusnya pemerintah Kabupaten Pesisir Barat juga
mengupayakan secara maksimal dalam anggaran di bidang
pariwisata karena pariwisata daerah merupakan aset yang
dimiliki dan bisa menambah Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Kabupaten Pesisir Barat sendiri.
b) Lokasi geografis objek wisata. Bagi objek wisata yang berada
jauh dari pusat kota seperti Goa Matu dan Pulau Pisang
dijangkau wisatawan dengan kendaraan umum. Hal ini
dikarenakan letaknya yang cukup jauh dan kurangnya akses
langsung dari pusat kota ke objek wisata.
c) Minimnya dan tidak terpusatnya Informasi Kesulitan yang
dialami wisatawan khususnya wisatawan asing adalah
minimnya informasi mengenai suatu objek wisata, serta tidak
dimaksimalkannya Tourist Information center. Sehingga para
wisawatan harus mencari informasi sendiri mengenai objek
wisata, letaknya dan apa saja yang ditawarkan dari objek
wisata tersebut.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Peran dan kontribusi pemerintah bahwa pengelolaan potensi pariwisata di
Kabupaten Pesisir Barat merupakan Daerah Otonomi Baru (DOB) pemekaran
dari Kabupaten Lampung Barat yang belum berjalan maksimal dikarenakan
keterbatasan anggaran pemerintah. Untuk memaksimalkan potensi pariwisata
yang ada pemerintah khususnya Dinas Pariwisata Kabupaten Pesisir Barat
saat ini sedang mengupayakan beberapa langkah strategis pengembangan
pariwisata, ini tertuang di dalam Rencana Induk Pengembangan Pariwisata
Daerah (RIPPDA) Kabupaten Pesisir Barat.
2. Adapun perspektif hukum Islam tentang kebijakan pemerintah dalam
pengelolaan pariwisata di Kabupaten Pesisir Barat merupakan Daerah
Otonomi Baru (DOB) sebagai salah satu sektor yang bisa mendatangkan
pendapatan individu, masyarakat dan income bagi negara.
B. Saran
1. Kepada pemerintah Kabupaten Pesisir Barat seharusnya lebih memperhatikan
SDM di Dinas Pariwisata yang masih belum maksimal dari segi kuantitas,
adanya posisi jabatan yang belum terisi, seharusnya akan lebih maksimal jika
beberapa posisi yang belum tersisi tersebut mulai diduduki, sehingga semua
pekerjaan akan lebih mudah terkontrol dan sesuai degan peran (bidang) dan
fungsinya.
2. Kepada masyarakat juga semestinya membantu menjaga infrastruktur sarana
dan prasaranya yang ada, akan lebih baik jika pengembangan pariwisata di
Kabupaten Pesisir Barat ditingkatkan dengan membantu mensosiaisasikan
decara langsung kepada wisatawan yang datang.
3. Kepada pariwisata agar mendatangkan dan menarik perhatian wisatawan baik
lokal maupun mancanegara, pemerintah seharusnya lebih memperhatikan
sarana dan prasarana dengan meningkatkan jasa transportasi dan akomodasi
untuk para wisatawan yang ingin berkunjung ke Pesisir Barat, selain untuk
kenyamanan juga bisa meningkatkan penghasilan daerah.
DAFTAR PUSTAKA
Andi Sammeng Mappi, Cakrawala Pariwisata, Jakarta : Balai Pustaka 2001
Bambang Sugiono, Metodologi Penelitian Hukum, Suatu Pengantar, Jakarta:
Raja Grafindo Persada, 2002
Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama, 2010
Departemen Agama, Al Qur'an dan Terjemahnya, Semarang: CV. Asy-Syifa',
1992
Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, Bandung : PT.
Refika Aditama, 2006
Ensiklopedi tematis dunia Islam, PT. ichtiar Baru Van Hoeve, jilid 3. t.t.
Ibnu Katsir, Imaduddin Abu al-Fida‟ Ismail, Tafsir al-Quran alKarim, (Dar
Maktabah al-Hilal, Beirut, cet 1, 1986 M)
Ibnu Qaiyum al-Jauzi, I’lam al-Muwaqqi’in an Rabbi al-Alamin ,(dar Jail, Baerut,
1973 M)
Jamaluddin al-Qasimin, Mahasin al-Ta’wil, (Maktabah al-Halabi, Cairo, tanpa
tahun),
Komarudin.Ensiklopedia Manajemen. Edisi Kedua. Jakarta: Bumi Aksara 1994
Kodyat, RA. Statistik Induktif Terapan. Yogyakarta: BPFE UGM. 2001
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT. Remaja
Rosda Karya, 2000
Manulang, M. Dasar-Dasar Manajemen. Jakarta: Ghalia Indonesia, 1988
Nita Triana, Membangun Prinsip Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
dalam Pemerintahan Daerah (Perspektif Hukum Islam) Bandar Lampung :
2014
Pendit, Nyoman S, Ilmu Pariwisata Sebuah Pengantar Perdana, Jakarta,PT. Pradnya
Paramita, 1999
Pitana, I gededanPutu G. Sosiologipariwisata.CV Andi Offset. Yogyakarta, 2005
Prihadhi, Endra K. My Potensi. Jakarta: Elek Media Komputindo. 2004
Ismayanti, Pengantar Pariwisata, Jakarta: Grasindo, 2009
Salah Wahab,Manajemen Kepariwisataan. Jakarta : PT Pradnya Paramita,2003
Said Quthub, Fizhila Li al-Quran, (Dar Syuruq, Cairo, 2001 M), juz 5
Syamsurizal. Peluang di BidangPariwisata. Jakarta: MutiaraSumber Widya, 2007
Sutrisno Hadi, Metodologi Research, Yogyakarta: Andi Offset, 2004
Sukardi, Nyoman.. PengantarPariwisata. STP Nusa Dua Bali.Bali, 1998
Shobir Thoimah, Dirosatu Fi Nidhomih Islam, Dar Al-Ajil, Beirut.
Suwantoro, G. Dasar-Dasar Pariwisata. Yogyakarta :Balai Pustaka, 2004
Suwarjoko, Warpani & Warpani P. Indira. Pariwisata dalam Tata Ruang Wilayah.
Bandung : ITB. 2007
Terry, George R. Prinsip-Prinsip Manajemen. Jakarta: Bumi Aksara. 2009
Yoeti, Oka, A. Anatomi Pariwisata. Bandung, Angkasa. 1996