persiapan pasien prabedah. atrikha & maria

53
BAB I PENDAHULUAN Persiapan prabedah penting sekali untuk mengurangi faktor resiko karena hasil akhir suatu pembedahan sangat bergantung pada penilaian keadaan penderita. Dalam persiapan inilah ditentukan adanya kontraindikasi operasi, toleransi penderita terhadap tindakan bedah, dan ditetapkan waktu yang tepat untuk melaksanakan pembedahan. 1,6 Aspek terpenting operasi adalah proses pengambilan keputusan yang diperlukan untuk mengevaluasi indikasi dan manfaat tindakan operasi. Sama pentingnya dengan usaha untuk mendapatkan keahlian untuk melakukan tindakan tersebut. Walaupun keahlian itu sendiri dapat ditemukan pada banyak atlas dan teks bergambar, tetapi diperlukan latihan dan pengalaman klinik bertahun-tahun dalam program yang terawasi untuk mendapatkannya. Pengalaman adalah faktor utama dalam membentuk keterampilan pengambilan keputusan klinik oleh ahli bedah dalam merencanakan tahap prabedah dan perawatan pasien. 2 Tindakan umum yang dilakukan setelah diputuskan melakukan pembedahan dimaksudkan untuk mempersiapkan penderita agar penyuit pasca bedah dapat dicegah sebanyak mungkin. Sebagian tindakan tersebut dilakukan rutin, seperti pembersihan kulit, sedangkan yang lain dipilih berdasarkan keterangan yang diperoleh pada anamnesis, pemeriksaan prabedah dan rencana Persiapan Pasien Prabedah Page 1

Upload: atrikha-rahma-dsp

Post on 02-Jul-2015

1.665 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: Persiapan Pasien Prabedah. Atrikha & Maria

BAB I

PENDAHULUAN

Persiapan prabedah penting sekali untuk mengurangi faktor resiko karena hasil akhir

suatu pembedahan sangat bergantung pada penilaian keadaan penderita. Dalam persiapan

inilah ditentukan adanya kontraindikasi operasi, toleransi penderita terhadap tindakan bedah,

dan ditetapkan waktu yang tepat untuk melaksanakan pembedahan.1,6

Aspek terpenting operasi adalah proses pengambilan keputusan yang diperlukan

untuk mengevaluasi indikasi dan manfaat tindakan operasi. Sama pentingnya dengan usaha

untuk mendapatkan keahlian untuk melakukan tindakan tersebut. Walaupun keahlian itu

sendiri dapat ditemukan pada banyak atlas dan teks bergambar, tetapi diperlukan latihan dan

pengalaman klinik bertahun-tahun dalam program yang terawasi untuk mendapatkannya.

Pengalaman adalah faktor utama dalam membentuk keterampilan pengambilan keputusan

klinik oleh ahli bedah dalam merencanakan tahap prabedah dan perawatan pasien.2

Tindakan umum yang dilakukan setelah diputuskan melakukan pembedahan

dimaksudkan untuk mempersiapkan penderita agar penyuit pasca bedah dapat dicegah

sebanyak mungkin. Sebagian tindakan tersebut dilakukan rutin, seperti pembersihan kulit,

sedangkan yang lain dipilih berdasarkan keterangan yang diperoleh pada anamnesis,

pemeriksaan prabedah dan rencana pengelolaan. Toleransi pasien terhadap pembedahan

mencakup toleransi fisik maupun mental.1

Persiapan Pasien Prabedah Page 1

Page 2: Persiapan Pasien Prabedah. Atrikha & Maria

BAB II

PERSIAPAN PASIEN PRABEDAH

A. Definisi

Persiapan prabedah merupakan persiapan dan pengelolaan pasien sebelum operasi.Hal

ini mencakup baik persiapan fisik maupun psikologis. Perawatan preoperatif melibatkan

banyak komponen, dan dapat dilakukan sehari sebelum operasi di rumah sakit, atau selama

seminggu sebelum operasi secara rawat jalan. Banyak prosedur pembedahan kini dilakukan

dalam pengaturan operasi 1 hari dan pasien tidak perlu dirawat di rumah sakit. 7

B. Tujuan

Pasien yang secara fisik dan psikologis telah dipersiapkan untuk operasi cenderung

memiliki hasil bedah yang lebih baik. Diskusi preoperative bersama pasien dapat memenuhi

kebutuhan pasien untuk mendapatkan informasi mengenai pengalaman bedah, yang pada

akhirnya nanti dapat mengurangi sebagian besar rasa takut nya. Pasien yang lebih luas

pengetahuaannya tentang harapan setelah operasi, dan yang memiliki kesempatan untuk

mengekspresikan tujuan dan pendapat mereka, biasanya dapat mengatasi lebih baik dalam hal

rasa nyeri pasca operasi dan penurunan mobilitas. Perawatan preoperative sangat penting

sebelum prosedur invasif, terlepas dari apakah prosedur invasif minimal atau bentuk operasi

besar.7

Beberapa orang menginginkan informasi sebanyak mungkin, tapi di sisi lain ada juga

yang lebih memilih hanya informasi yang minimal karena terlalu banyak pengetahuan dapat

meningkatkan kecemasan mereka. Pasien memiliki kemampuan yang berbeda untuk

memahami prosedur medis, beberapa lebih suka informasi tercetak, sementara yang lain

belajar lebih banyak dari presentasi lisan. Hal ini penting bagi pasien untuk mengajukan

pertanyaan selama sesi mengajar preoperative.7

Persiapan Pasien Prabedah Page 2

Page 3: Persiapan Pasien Prabedah. Atrikha & Maria

C .Persiapan prabedah pada pasien dewasa

1. Persiapan Mental

Secara mental, penderita harus dipersiapkan untuk menghadapi pembedahan

karena selalu ada rasa cemas atau takut terhadap penyuntikan, nyeri luka, anesthesia,

bahkan terhadap kemungkinan cacat atau mati. Dalam hal ini, hubungan baik antara

penderita, keluarga dan dokter sangat menentukan. Kecemasan ini adalah reaksi

normal yang dapat dihadapi dengan sikap terbuka dan penerangan dari dokter dan

petugas pelayanan kesehatan lainnya. Atas dasar pengertian, penderita dan

keluarganya dapat memberikan persetujuan dan izin untuk pembedahan.1

.a. Komunikasi pra operasi2

Hubungan dokter-pasien sebaiknya dijalin melalui komunikasi.

Penting menunjukkan usaha yang diperlukan untuk mendapatkan hubungan

prabedah yang memastikan bahwa pasien akan benar-benar yakin akan alasan

operasi serta hasil yang diharapkannya. Selain itu pertimbangan tentang

keluarga pasien dan peranannya merupakan tanggung jawab utama lain bagi

ahli bedah. Tuntutan hukum lebih cenderung terjadi pada keadaan dimana

hubungan ini tidak terjadi. Waktu khusus untuk diskusi prabedah dengan

pasien dan keluarga pasien (bila diperlukan) merupakan unsur penting pada

persiapan prabedah. Diskusi hanya boleh diakhiri bila dokter yakin bahwa

pasien dan keluarganya sudah memahami indikasi operasi, sifat khusus

tindakan dan risiko operasi tersebut. Semua pertanyaan harus dijawab dengan

lengkap untuk member keterangan penting sebanyak mungkin, menghilangkan

kecemasan atau ketakutan pasien yang tidak tahu serta mengurangi kecemasan

yang tidak perlu terhadap masalah yang mungkin tidak akan terjadi.

Persiapan Pasien Prabedah Page 3

Page 4: Persiapan Pasien Prabedah. Atrikha & Maria

Pada diskusi tentang perincian operasi, istilah yang digunakan harus

dibuat agar benar-benar dipahami pasien. Semua aspek operasi yang harus

dibicarakan mencakup daerah insisi, peralatan pemantau yang diperlukan dan

infuse intravena, kemungkinan penggunaan sonde nasogaster, penggunaan

drain dan tindakan perawatan khusus, yang membutuhkan kerjasama pasien

pada saat pascabedah. Harus dijelaskan keperluan dan perkiraan lama tinggal

dalam pemulihan atau perawatan intensif. Tindakan yang banyak merubah

bentuk dan fungsi tubuh, seperti trakeostomi atau kolostomi, harus dibicarakan

dengan memperhatikan efek jangka pendek dan jangka panjangnya.

Komplikasi yang mungkin terjadi dalam hubungannya terhadap tiap

operasi harus diberitahukan, tetapi hanya dibicarakn secara terperinci bila

kemungkinannya besar atau akibatnya parah. Angka kematian operasi juga

harus dibicarakan. Diskusi ini sebaiknya dilakukan oleh seorang ahli bedah

yang akan melakukan operasi tersebut dan bukan asistennya. Dokumentasi

tentang diskusi prabedah tersebut dibuat dalam bentuk bagan dan ijin operasi

tertulis, merupakan tindakan standar yang harus dilakukan.

Komunikasi prabedah juga diperlukan antara ahli bedah dan anggota-

anggota tim bedah lainnya, terutama komunikasi dengan dokter umum yang

merujuknya, tentang indikasi dan rencana operasi. Anggota-anggota tim bedah

juga harus diberitahukan tentang tindakan yang akan dilakukan, sehingga

keahliannya terkordinasi sebaik mungkin.

Anggota-anggota tim operasi juga sebaiknya tidak membicarakan

rencana operasi dengan pasien atau keluarganya. Selain penjabaran keterangan

yang sama, interpretasi dari dua komunikasi yang berbeda dapat menimbulkan

pertentangan dan keadaan ini akan menimbulkan kebingungan yang tidak

perlu.

b Penjabaran risiko operasi2

Faktor-faktor yang dibicarakan dalam penentuan risiko perioperasi

berhubungan dengan keadaan pasien, penyakit, keadaan tubuh secara

keseluruhan dan operasi yang akan dilakukan. Skala keadaan fisik dari the

American Society o Anesthesiology dapat dilihat pada Tabel 1.

Persiapan Pasien Prabedah Page 4

Page 5: Persiapan Pasien Prabedah. Atrikha & Maria

Tabel 1. Klasifikasi Keadaan Fisik 3

1. Pasien normal yang sehat

2. Pasien penyakit sistemik ringan

3. Pasien penyakit sistemik berat yang membatasi aktivitas tetapi tidak

menimbulkan cacat

4. Pasien dengan penyakit sistemik yang menimbulkan cacat, serta

membahayakan kehidupan

5. Pasien gawat yang hanya bertahan 24 jam dengan atau tanpa operasi.

Pada operasi gawat darurat, angka didahului dengan huruf E.

Angka kematian pascabedah dan yang berhubungan dengan anestesi,

terbukti berhubungan baik dengan klasifikasi ini.(3) Skala angka kematian

terentang dari 0,01% (kategori 1) – 18% (kategori 4). Penambahan klasifikasi

darurat menghasilkan angka kematian operasi dan anestesi kategori 1,2 dan 3

menjadi dua kali lipat. Pasien kategori 4 dan 5 tidak mengalami peningkatan

risiko untuk keadaan darurat.

Tindakan operasi sendiri memang selalu mempunyai risiko yang perlu

dibicarakan pada saat pembicaraan tentang risiko perioperasi.Misal pada

operasi jantung terbuka, kraniotomi, operasi abdomen yang besar dan operasi

untuk trauma berat, masing-masing berhubungan dengan tindkan beresiko

sangat tinggi. Angka kematian untuk tindakan tertentu bervariasi dari rumah

sakit satu yang lain, berdasar pada volume dan keahlian.

Pengetahuan tentang riwayat alamiah penyakit akan sangat bermanfaat.

Waktu operasi juga sangat berpengaruh penting pada hasil operasinya. Sebagai

contoh penggantian katup jantung lebih baik dilakukan sebelum ventrikel

terlalu rusak oleh penyakit katup. Perdarahan hebat dan trauma tentu

membutuhkan intervensi darurat, tetapi bahkan pada keadaan ini, keberhasilan

hanya diperoleh bila dilakukan juga pemberian dukungan moral.

Persiapan Pasien Prabedah Page 5

Page 6: Persiapan Pasien Prabedah. Atrikha & Maria

2. Persiapan Fisik

Persiapan fisik mungkin terdiri dari riwayat medis yang lengkap dan

pemeriksaan fisik, termasuk latar belakang pasien bedah dan anestesi. Pasien harus

memberitahu dokter dan staf rumah sakit jika dia pernah memiliki reaksi negatif

terhadap anestesi (seperti shock anafilaksis), atau jika ada riwayat keluarga

hipertermia ganas. Uji laboratorium terdiri dari hitung darah lengkap, elektrolit, waktu

prothrombin, waktu tromboplastin diaktifkan parsial, dan urine.Pasien kemungkinan

besar akan dilakukan rekam jantung dengan elektrokardiogram (EKG) jika ia

memiliki sejarah penyakit jantung, atau lebih dari 50 tahun. X-ray thorax biasanya

dilakukan jika pasien memiliki riwayat penyakit pernapasan. Bagian dari persiapan

yaitu meliputi penilaian terhadap faktor risiko yang dapat mengganggu penyembuhan,

seperti kekurangan gizi, penggunaan steroid, radiasi atau kemoterapi, penyalahgunaan

obat atau alkohol, atau penyakit metabolik seperti diabetes. Pasien juga harus

menyediakan daftar semua obat, vitamin, dan suplemen herbal atau makanan yang ia

gunakan. Suplemen sering diabaikan, namun dapat menyebabkan efek buruk bila

digunakan dengan anestesi umum (misalnya, St John's Wort, akar valerian). Beberapa

suplemen bisa memperpanjang waktu perdarahan (misalnya, bawang putih, gingko

biloba).7

Persiapan Pasien Prabedah Page 6

Page 7: Persiapan Pasien Prabedah. Atrikha & Maria

2.1 Pertimbangan prabedah menurut system

a. Secara Umum1

Kulit tubuh, khususnya di daerah lapangan operasi, harus bersih.

Penderita harus mandi atau dimandikan dengan sabun atau larutan antiseptic,

seperti klorheksidin atau larutan yang mengandung yodium. Selain itu, kulit

harus bebas infeksi sehingga operasi elektif harus ditunda selama ada infeksi

kulit.

Suhu badan sebaiknya dipertahankan kurang lebih normal. Penderita

yang demam, metabolismenya meningkat dan memerlukan banyak zat asam

sehingga iritabilitas miokard meningkat dan keadaan syok tidak dapat

dikompensasi seperti biasa. Suhu harus diturunkan dahulu, umpamanya

dengan sediaan salisilat. Bila demam disertai menggigil, pasien dapat

diberikan klorpromazin. Hipotermia di bawah 34,50C juga membawa risiko

karena metabolism berlangsung terlalu lambat sehingga misalnya, pembekuan

darah melambat. Iritabilitas miokard pun meningkat, terutama bila penderita

syok sehingga penderita terancam mengalami fibrilasi ventrikel. Penderita

seperti harus dihangatkan dahulu perlahan-lahan dengan selimut hangat atau

dimandikan dengan air hangat 400C. Suhuh air harus dipantau karena suhu air

42,20C sudah mengakibatkan luka bakar.

Syok umumnya disertai dengan peredaran darah yang buruk dan

ganggun perfusi organ vital, seperti jantung dan otak. Oleh Karena itu, sedapat

mungkin keadaan syok harus diatasi sebelum pembedahan. Pada keadaan

tertentu, seperti perdarahan massif, tekanan darah tidak dapat dinaikkan. Oleh

Karena itu, terpaksa dilakukan pembedahan darurat dalam keadaan syok untuk

menghentikan perdarahannya. Sebaliknya, hipertensi pun harus dikoreksi

sebelum pembedahan, dalam artian tekanan diastolic diusahakan di bawah 100

mmHg, jika mungkin, dibawah 90 mmHg.

Kateter buli-buli juga selalu harus dipasang.

Persiapan Pasien Prabedah Page 7

Page 8: Persiapan Pasien Prabedah. Atrikha & Maria

b. Kardiovaskular

Faktor terpenting dalam memperkirakan risiko jantung dan komplikasi

tindakan non jantung prabedah adalah dari riwayat pasien, pemeriksaan fisik

dan EKG. Faktor tunggal terpenting pada anamnesis adalah serangan infark

myocardium yang terjadi 6 bulan terakhir. Infark myocardium berulang timbul

pada 30% pasien dengan operasi yang dilakukan 3 bulan setelah infark

myocardium dan 15% pada pasien dengan operasi yang dilakukan -6 bulan

setelah timbulnya infark.(2)

Penyulit jantung pascabedah selalu mengancam jiwa penderita.

Aritmia, angina pectoris yang tidak stabil, gangguan faal jantung, atau

hipertensi berat harus ditanggulangi dan dikoreksi pada masa prabedah.

Penyakit katup jantung, khususnya stenosis katup aorta, menghalangi

kemampuan jantung untuk memberikan daya cadangan yang dibutuhkan pada

masa pascabedah.

Faktor nonkardial, seperti usia lanjut atau penyakit paru kronik, jelas

jelas terkait pada penyulit jantng pascabedah. Anemia dan malnutrisi harus

ditanggulangi karena meningkatkan risiko terjadinya penyulit jantung. Kadar

hematokrit yang memenuhi syarat adalah antara 30-35%.

Penyulit nonkardial dapat mencetuskan penyulit kardial. Sepsis

pascabedah atau gangguan paru mengakibatkan hipoksemia yang langsung

dpat memengaruhi jantung karena miokard sangat peka akan kekurangan zat

asam. Juga pemberian cairan yang berlebihan dapat menjadi beban terlalu

berat bagi jantung yang fungsi cadangannya terbatas.

Anestesia umum menyebabkan depresi miokard dan beberapa anestetik

mencetuskan terjadinya disritmia. Lama pembedahan, kedaruratannya dan

perdarahan saat operasi yang menyebabkan hipotensi memperbesar

kemungkinan terjadinya penyulit jantung berat pasca bedah.

Aritmia

Aritmia dapat terjadi sewaktu pembedahan maupun dalam tiga hari

pascabedah,khususnya pada bedah toraks. Aritmia saat pembedahan biasa

dicetuskan oleh anestetik (halotan, siklopropan), simpatomimetik, dan oleh

Persiapan Pasien Prabedah Page 8

Page 9: Persiapan Pasien Prabedah. Atrikha & Maria

keadaan hiperkapnia. Aritmia pascabedah biasanya berhubungan erat dengan

hipokalemia, hipokalsemia, alkalosis, atau keracunan digoksin. Jika terjadi

aritmia, pertama kali harus ditentukan penyebab atau pencetusnya supaya

dapat dikoreksi.

Infark jantung

Kejadian infark jantung pascabedah pada orang yang penah mengalami

infark jantung mencapai 6%. Kejadian ini lebih tinggi lagi pada usia lanjut.

Pada orang yang belum pernah mengalaminya mencapai 0,1%. Bila

pembedahan dilakukan dalam waktu tiga bulan setelah serangan infark, risiko

infark pascabedah mencapai 25%, sedangkan mortalitasnya mendekati 100%.

Pembedahan pada masa 3-6 bulan setelah infark jantung, disertai risiko infark

ulang pascabedah sebesar 20%. Angka risiko berngsur turun sampa 6% yang

berlaku seumur hidup. Umumny infark jantung pascabedah terjadi cepat dalam

waktu beberapa hari setelah pembedahan. Infark pascabedah biasanya tidak

disertai keluhan dan gejala sehingga menylitkan diagnosis. Risiko dan

mortalitasnya tinggi sekali

c. Respirasi

Penyulit pascabedah paling banyak terjadi di paru. Merokok jelas

berhubungan dengan perkembangan berbagai penyakit paru-paru serta (pada

prabedah) dengan bertambahnya volume penutupan ( CV = closing volume).

Merokok sangat mempengaruhi kerja mukosiliar saluran pernapasan serta

membentuk sekresi yang lebih kental dan lengket

. Kebiasaan merokok dianjurkan untuk dihentikan sebelum operasi,

untuk mengurangi kemungkinan timbulnya komplikasi pernapasan. Periode

berhenti merokok prabedah harus dimulai sekurang-kurangnya 4 minggu

sebelum operasi untuk benar-benar mengurangi tingkat komplikasi

Persiapan Pasien Prabedah Page 9

Page 10: Persiapan Pasien Prabedah. Atrikha & Maria

pascabedah.2 Risiko penyulit menurun secara bermakna jika penderita berhenti

merokok.1

Usia lanjut berhubungan dengan pengurangan volume paru-paru,

volume ekspirasi paksa (FEV) dan kecepatn aliran, serta elasitas paru-paru.

Namun usia itu sendiri bukan merupakan faktor resiko, asalkan hasil

pemeriksaan fungsi paru-paru terbukti normal.

Penentuan gas darah arteri prabedah merupkan tes prognosis yang

tepat untuk gangguan paru-paru pada periode peribedah.. Gas darah arteri

diindikasikan sebelum semua operasi reseksi paru dan mungkin diindikasikan

relative bagi sebagian besar operasi thorax.

d. Endokrin

Masalah disfungsi endokrin spesifik tertentu cukup lazin atau cukup

berbahaya, untuk membenarkan perhatian khusus. Pada umumnya untuk

insufisiensi endokrin kurang lazim seperti hipitiroidisme, maka persiapan

prabedah meliputi tes diagnosis sederhana untuk memastikan bahwa

kecurigaan klinik tentang insufisiensi endokrin dapat diikuti dengan terapi

penggantian yang tepat. Juga bila gambaran klinik sesuai dengan keadaan

kelebihan sekresi hormone dan keadaan ini dibuktikan secara biokimia, maka

harus diambil tindakan prabedah untuk menghilangkan atau membuang

kelebihan homon tersebut.2

e. Gastrointestinal2

Sebelum pembedahan (dengan anesthesia umum) dimulai, lambung

harus kosong. Refluks esophagus mudah terjadi, terutama pada permulaan

anesthesia, sehingga dapat terjadi aspirasi isi lambung yang merupakan suatu

penyulit berbahaya karena menimbulkan pneumonia yang tidak mudah diatasi.

Oleh karena itu, pasien dipuasakan enam jam sebelum pembedahan.1

Kekuatiran utama dalam pasien prabedah dengan memperhatikan

sistem gastrointestinal adalah kemampuan fungsional saluran pencernaan dan

organ-oragan pencernaan penyerta untuk mempertahankan kebutuhan gizi

pasien. Perincian kekuatiran ini telah dibicarakan. Pemeriksaan fungsi hati,

Persiapan Pasien Prabedah Page 10

Page 11: Persiapan Pasien Prabedah. Atrikha & Maria

pancreas dan usus juga penting pada prabedah bila ada indikasi patologi atau

insufisiensi fungsional.

Gangguan faal hati sering ditemukan dan akibatnya, seperti

hipoalbuminemia, anemia dan gangguan pembekuan darah, sedapat mungkin

dikoreksi.

Pada obstruksi saluran cerna harus dilakukan dekompresi dengan

memasang pipa lambung. Kadang diperlukan dekompresi kolon dengan

sekostomi. Dekompresi saluran empedu kadang diperlukan untuk menurunkan

kadar bilirubin.

f. Serebrovaskular

Penyakit penyumbatan serebrovaskular ekstrakranial tersering terlihat

pada orang lanjut usia. Pada pasien ini, hipotensi intraoperasi, anoksia atau

peningkatan viskositas darah dapat memperberat perfusi cerebrum yang sudah

terganggu sejak semula dan menimbulkan ‘stroke’ intraoperasi. Karena itu

evaluasi penyakit serebrovaskular prabedah perlu dilakukan untuk

menentukan risiko ‘stroke’ peribedah.

g. Renalis

Pasien insufisiensi atau gagal ginjal memiliki beberapa kesulitan

khusus pada masa prabedah. Tes diagnosis yang menggunakan zat warna

kontras memiliki risiko khusus pada pasien dengan fungsi ginjal perbatasan.

Hidrasi penting pada pasien ini untuk mencegah atau mengurangi kelalaian

lebih lanjut dalam fungsi ginjal akibat pemaparan ke zat warna hipertonik.

Diuresis menjadi pegangan penting dalam menentukan keseimbangan

cairan. Jika diuresis mencapai 30 ml/jam, lidah lembab, mukosa lain tampak

basah dan turgor kulit memadai, hidrasi penderita dapat dianggap normal. Bila

hidrasi berlebihan seperti pada keadaan gagal jantung kiri, tindakan koreksi

dilakukan dengan memberikan diuretik.

Gangguan keseimbangan elektrolit dan asam-basa juga harus

dikoreksi. Pada penderita diabetes mellitus, bila perlu, dilakukan koreksi kadar

gula darah dan ketonuria.

Persiapan Pasien Prabedah Page 11

Page 12: Persiapan Pasien Prabedah. Atrikha & Maria

h. Kelainan darah dan pembekuannya

Gangguan perdarahan dan transfusi2

Tindakan penyaring terbaik untuk gangguan pembekuan darah, adalah

anamnesis cermat. Pasien dengan riwayat pembekuan darah yang lama,

hematoma atau perdarahan intraartikular setelah trauma atau mudah memar,

membuktikan evaluasi laboratorium tentang adanya kelainan perdarahan.

Sebelum tindakan vascular yang besar seperti pada operasi yang mungkin

akan banyak mengeluarkan darah atau tindakan pungsi struktur vascular

perkutis seperti arteriogram, maka normalnya dilakukan pemeriksaan

koagulasi.

Waktu protrombin (PT) merupakan suatu evaluasi rangkaian koagulasi

ekstrinsik dan waktu tromboplastin aktif parsial (PTT) merupakan evaluasi

rangkaian koagulasi intrinsic. Hitung trombosit dan waktu pembekuan darah

menunjukkan jumlah trombosit yang tersedia dan mengukur fungsinya.

Keempat tes penyaring ini cukup sensitive untuk menunjukkan adanya

gangguan perdarahan operasi pada lebih dari 95% penderita abnormalitas

perdarahan.

Pasien yang membutuhkan antikoagulan, baik heparin atau Koumadin,

membutuhkan persiapan prabedah khusus. Karena antikoagulan mungkin

diperlukan kembali dalam masa pascabedah untuk menghindari bahaya

tromboemboli, maka sebaiknya tidak menghilangkan antikoagulan secara

lengkapa untuk waktu yang lama. Operasi susunan saraf pusat (SSP), hati dan

mata membutuhkan penghilangan antikoagulan yang lengkap pada saat

operasi. 50. Pemberian vitamin K secara parenteral atau infus plasma beku

segar dianjurkan untuk menghilangkan antikoagulansi akibat koumadin atau

heparin prabedah,

Pasien yang didasari kelainan darah2

Pasien kelainan darah yang mendasari seperti anemia, trombositopeni,

leukemia dan polisitemia membutuhkan persiapan prabedah khusus. Anemia

meningkatkan risiko operasi dan anestesi pada pasien dengan kadar

hemoglobin kurang dari 10g per 100 ml, melalui gangguan kemampuan

Persiapan Pasien Prabedah Page 12

Page 13: Persiapan Pasien Prabedah. Atrikha & Maria

jaringan untuk membawa oksigen semaksimum ungkin selama periode stree

operasi. Karena itu, transfuse prabedah diperlukan pada beberapa penderita

anemia.

Bila sudah diputuskan untuk melakukan transfusi, sebaiknya darah

diberikan sekurang-kurangnya 24 jam sebelum operasi dengan batas

maksimum 2 unit darah per hari. Tindakan ini memungkinkan waktu yang

adekuat bagi tubuh untuk mengumpulkan kembali 2,3 difofogliserat (DPG)

serta menghindari beban volume yang berlebihan.

Transfusi2

Adanya penyediaan adekuat darah yang telah di cocok silang

merupakan prasyarat bagi tindakan bedah terencana apa pun. Pada keadaan

yang sangat gawat, transfuse dapat dilakukan dengan darah spesifik golongan

atau bahkan darah O negative, tergantung atas sifat mendesak keadaan

tersebut. Transfusi darurat tersebut biasanya diberikan di ruang gawat darurat

pusat trauma yang besar atau rumah sakit tentara, dan memiliki peningkatan

risiko reaksi ketidakcocokan tertunda yang parah pada transfuse berikutnya.

Jumlah darah yang diperlukan untuk transfuse intra-operasi tergantung pada

lama tindakan operasi. Pengalaman merupaka guru terbaik untuk menentukan

jumlah transfuse tersebut. Namun harus disebutkan bahwa jumlah unit darah

yang diberikan sebelum banyak tindakan elektif, sering melebihi jumlah yang

sebenarnya.

Persiapan Pasien Prabedah Page 13

Page 14: Persiapan Pasien Prabedah. Atrikha & Maria

2.2 Keadaan gizi1,2

Keadaan gizi pasien merupakan faktor pertimbangan penting prabedah.

Karena malnutrisi memiliki banyak pengaruh buruk terhadap kemampuan tubuh

untuk melawan stress dari periode peribedah. Pengurangan tenaga karena penyerapan

klori yang buruk dapat memperbesar ketidakaktifan pascabedah dan merupakan

pemicu komplikasi seperti thrombosis vena dan ulkuas dekubitalis. Pengurangan

protein serum menahun dapat menimbulkan retensi natirum dan air pascabedah, yang

menimbulkan edema, penyembuhan luka yang buruk dan bertambah parahnya payah

jantung kongestif. Malnutrisi juga mengurangi kemampuan imun tubuh,

menyebabkan penderita malnutrisi lebih mudah terkena komplikasi infeksi

pascabedah.2

Tambahan gizi prabedah selama sekurang-kurangnya 5 hari pada pasien

dengan gangguan gizi tertentu terbukti dapat mengurangi komplikasi pascabedah.

Kebanyakan penderita yang akan dibedah tidak membutuhkan perhatian

khusus untuk masalah gizi. Pada umumnya, mereka dapat berpuasa untuk waktu

tertentu sesuai dengan penyakit dan pembedahannya. Akan tetapi, tidak jarang juga

penderita datang dalam keadaan gizi yang kurang baik, misalnya yang terjadi pada

penderita penykit saluran cerna, keganasan, infeksi kronik, dan trauma berat.

Malnutrisi berat mempengaruhi morbiditas karena terganggunya

penyembuhan luka dan menurunnya daya tahan tubuh terhadap infeksi. Namun,

malnutrisi protein-kalori yang ringan tidak banyak mempengaruhi hasil operasi.

Berbeda dengan malnutrisi akibat kelaparan, pada penderita bedah terdapat beberapa

factor lain yang menyebabkan malnutrisi. Dua factor utama adalah kurangnya asupan

makanan dan proses radang yang mengakibatkan katabolisme meningkat dan

anabolisme menurun. Keadaan ini dapat langsung tampak pada penurunan kadar

serum albumin dan hipotrofi otot

Penentuan status gizi1,5

Puasa selama 3-4 hari yang pada umumnya dijalankan oleh pasien bedah,

termasuk yang menderita malnutrisi protein-kalori ringan, tidak banyak memengaruhi

status gizinya. Walaupun demikian, keadaan itu sebaiknya diperhatikan sejak dini

untuk mencegah katabolisme lebih lanjut. Ada beberapa pertanda yang dapt dijadikan

Persiapan Pasien Prabedah Page 14

Page 15: Persiapan Pasien Prabedah. Atrikha & Maria

patokan, yaitu perbandingan tinggi/ berat badan, lingkaran lengan atas, dan kadar

serum albumin. Akan tetapi, perlu diingat bahwa lingkaran lengan atas sangat

dipengaruhi oleh factor ras.

Gangguan nutrisi umumnya terjadi bila kekurangan asupan makanan

berlangsung lebih dari sepuluh hari. Tanda keadaan gizi yang kurang memuaskan

adalah bila berat badan turun lebih dari 10% dalam waktu singkat, berat badan

terakhir kurang dari 80% berat badan ideal, dan kadar serum albumin kurang dari 3gr

%.

Kebutuhan nutrisi1

Untuk menentukan kebutuhan kalori harus diketahui metabolisme basal,

sedangkan untuk menetukan basal energy expenditure (BEE) ini digunakan suatu

rumus Harris-Benedict.

Perempuan : 65,5 + (96 x BB) + (1,7 x tinggi badan) (4,7 x umur)

Laki-laki : 66,0 + (1,7 x BB) + (5,0 x tinggi badan) (6,8 x umur)

Untuk mengoreksi katabolisme yang tinggi seperti yang terjadi pasca trauma,

pasca bedah, pada infeksi atau sepsis, harus ditambahkan 50% atau lebih dari BEE,

tetapi jangan melebihi 150% BEE.

Kebutuhan kalori harus dirinci. Karbohidrat sebagai sumber kalori diberikan

tidak lebih dari 6g/kgBB/hari, bila berlebihan, terjadi hipermetabolisme. Oleh karena

Persiapan Pasien Prabedah Page 15

Page 16: Persiapan Pasien Prabedah. Atrikha & Maria

pembatasanpenggunaan karbohidrt seperti di atas, lemak digunakan juga sebagai

sumber kalori, sekaligus sebagai sumber asam lemak esensial.

Penderita dengan katabolisme berat, seperti trauma ganda dan luka bakar,

memerlukan nutrisi tinggi protein dan asam amino untuk mengatasi keseimbangan

nitrogen yang negative. Umumnya diperlukan 1,2-1,5 g protein/kgBB/hari.

Elektrolit dibutuhkan untuk menjaga keseimbangan elektrolit dan asam basaa,

juga untuk metabolism sel. Unsur Na+, K+, Mg+, Ca+, P+, Cl- sama pentingnya

seperti protein dan kalori dalam proses penggantian sel yang rusak. Vitamin dan

unsure runut (trace element) juga esensial untuk proses metabolisme.

Kebutuhan nutrisi diperkirakan atas dasar kondisi klinis pasien. Penentuan

status metabolik yang lebih tepat dapat didasarkan pada keseimbangan nitrogen.

Gizi kurang1

Asupan nutrisi yang faali adalah melalui makanan dan minuman, Ini dapat

berupa diet yang dapat diberikan secara oral, melalui sonde hidung atau secara intra

vena.

Diet juga dibedakan tas diet biasa dan diet khusus, misalnya pada penderita

diabetes. Penderita kolelitiasis juga memerlukan diet khusus yang kurang

mengandung lemak. Contoh lain adalah diet tinggi serat untuk penderita obstipasi dan

diet rendah kalori untuk penderita obesitas. Diet khusus kaori dan protein telur tunggi

dibuthkan oleh penderita malnutrisi kronik yang mampu makan secara normal.

Makanan biasa yang dicairkan diberikan kepada penderita obstruksi esophagus

atau pada orang yang tidak dapat mengunyah, seperti pada patah tulang rahang.

Kadang penderita begitu lemah dan mengalami anoreksia atau terdapat

gangguan mekanik dan obstruksi saluran cerna yang mengakibatkan proses faali itu

tak dapat berlangsung. Fungsi saluran cerna bisa sangat terganggu sehingga proses

pencernaan dan penyerapan sedemikian terganggu dan kebutuhan nutrisinya tidak

terpenuhi. Keadaan ini disebut kegagalan intestinal. Keadaan ini terdapat pada

sindrom usus oendek akibat reseksi sebagian besar ileum dan yeyunum, fistel usus,

gangguan motilitas usus misalnya pada paralisis usus dan pada peradangan usus yang

Persiapan Pasien Prabedah Page 16

Page 17: Persiapan Pasien Prabedah. Atrikha & Maria

luas seperti pada penyakit Crohn dan colitis ulserosa. Pada kasus khusus dan sulit ini

diperlukan tambahan nutsi secara enteral dan parenteral.

Nutrisi enteral dan parenteral1

Nutrisi enteral memberi hasil yang lebih baik Karena prosesnya berlangsung

faali. Nutrisi parenteral hanya diberikan bila nutrisi enteral tak dapat dilakukan,

misalnya karena kelainan gastrointestinal sedemikian berat sehingga fungsi digesti

dan dan absorbs terganggu. Jadi, pertama-tama harus diusahakan agar pasien bisa

makan melalui mulut dalam bentuk makanan lunak atau makanan cair. Bila ini tidak

berhasil, nutrisi enteral dapat diberikan melalui pipa lambung melalui hidung

(nasogastric tube), atau bila perlu, sonde dapat dimasukkan lebih dalam lagi sampai

ke duodenum, bahkan bagian proksimal yeyunum. Kadang-kadang makanan ini perlu

diberikan melalui sonde gastrostomi atau yeyunostomi. Nutrisi parenteral dapat

diberikan sebagai tambahan bila nutrisi enteral tidak memenuhi kebutuhan nutrisi

pasien.

Diet lengkap berbentuk cairan yang menghasilkan ampas terbatas, biasanya

diberikan melalui pipa lambung, duodenum, atau yeyunum. Makanan dan minuman

yang sudah separuh dicerna ini digunakan untuk orang yang keadaanya payah karena

malnutrisi berat, koma lama, penderita yang sedang menggunakan respirator, dan

penderita sakit berat di ruang rawat intensif.

Diet dasar (elemental diet) mulai dipakai di penerbangan ruang angkasa

karena hampir tidak menghasilkan ampas. Diet ini terdiri atas campuran asam amino,

glukosa, dan trigliserida yang hamper tidak usah dicerna dan langsung diserap. Diet

itu juga dapat diberikan melalui pipa lambung halus pada penderita sindrom usus

pendek, fistel usus, atau penderita radang usus yang parah seperti colitis ulserosa atau

penyakit Crohn.

Nutrisi parenteral total terdiri atas nutrisi intravena yang mengandung semua

nutrient yang diperlukan. Nutrisi ini dipakai pada penderita dengan ileus lama atau

fistel usus. Nutrisi parenteral total ini melalui vena sentral, sebaiknya ujung kateter

berada di v.kava superior.

Persiapan Pasien Prabedah Page 17

Page 18: Persiapan Pasien Prabedah. Atrikha & Maria

Pada ketiga cara khusus di atas, yaitu diet lengkap cair, diet dasar, dan diet

parenteral total, diperlukan formula nutrisi khusus sehingga pencernaan dapat

berlangsung sempurna.

Dalam memberikan nutrisi enteral maupun parenteral, perhitungan kebutuhan

protein dan kalori sama seperti yang telah dibahas di atas.

Komplikasi nutrisi enteral, antara lain aspirasi, muntah, diare, salah letak pipa,

sedangkan komplikasi nutrisi parenteral serupa denga masalah kateter vena, seperti

salah letak, menembus vena, atau tersumbat. Penyulit lain ialah tromboflebitis, infeksi

dan sepsis umum, serta gangguan metabolic yang bisa terjadi karena pemberian cairan

terlalu cepat.

Cairan dan elektrolit2

Optimisasi volume intravascular untuk memperoleh pefusi jaringan yang baik

serta memperbaiki setiap gangguan asam-basa dan elektrolit, selalu meupakan factor

yang perlu diperhatikan bahkan pada keadaan operasi yang paling gawat. Hanya

usaha untuk mempertahankan ventilasi dan sirkulasi yang memiliki prioritas lebih

tinggi dalam mempersiapkan pasien untuk operasi.

Yang paling sering ditemui pada gangguan keseimbangan cairan prabedah

adalah karena kurangnya volume intravascular. Hal tersebut biasanya disebabkan oleh

penyakit tertentu seperi, perdarahan, muntah atau diare. Takikardi, hipotensi, oliguria,

bertambahnya osmolalitas urin, berkurangnya konsentrasi natrium urin dan tidak

adanya edema, dapat mempertegas diagnosis. Hidrasi dengan cairan yang tepat untuk

mengganti cairan yang hilang, merupakan indikasi. Umumnya transfusi produk darah

diperlukan untuk menggantikan darah yang hilang bersamaan dengan larutan ‘saline’

isotonic yang diberikan untuk hipotensi yang tidak terlalu parah dan kekurangan

volume.

Pada resusitasi darurat akibat syok hipovolemik, direkomendasikan infuse

larutan Ringer Laktat 2 liter segera sebagai tindakan resusitasi juga untuk menentukan

kehilangan darah intravascular secara kasar. Komposisi elektrolit Ringer Laktat mirip

dengan plasma. Isotonisnya sama dengan ‘saline’ normal (NaCl 0,9%), tetai

komposisi klorida ‘saline’ yang tinggi dapat menimbulkan asidosis metabolic

hiperkloremik bila diberikan dalam jumlah besar. Penggantian cairan akibat sumber

Persiapan Pasien Prabedah Page 18

Page 19: Persiapan Pasien Prabedah. Atrikha & Maria

kehilangan tertentu, seperti muntah atau fistula, dilakukan dengan pemberian cairan

berkomposisi sama dengan yang hilang.

D. Premedikasi

1. Pemberian Antibiotik

Penggunaan antibiotik pada masa prabedah berguna untuk menanggulangi

adanya infeksi agar resiko pembedahn ditekan serendah mungkin. Jika terdapat

adanya infeki maka operasi harus ditunda dahulu. Tetapi infeksi pascabedah dapat

terjadi juga akibat tempat pembedahan yang tidak steril atau kuman masuk melalui

luka bedah. Sehingga diberikan antibiotik profilaksis agar menjadi pelengkap

tindakan antisepsis dan asepsis.

a.Antibiotik Profilalaksis1

Antibiotik profilaksis yang diberikan harus diperhatikan dalam hal

indikasi, saat pemberian dan lama pemberian, serta pilihan antibiotiknya. Karena

fungsinya agar mencegah infeksi pascabedah maka antibiotik profilaksis

diberikan dalam jangka waktu pendek yaitu saat dilakukan tindakan bedah dan

sesaat setelah pembedahan yaitu saat daya tahan tubuh pasien masih

rendah.Sangat disarankan untuk digunakan jika pembedahan dilakukan di tempat

atau luka yang sangat terkontaminasi dengan kuman. Antibiotik profilaksis

diperlukan juga pada orang yang mengalami penurunan daya tahan tubuh seperti

pada pasien HIV atau terapi steroid jangka panjang. Juga diberikan pada operasi

yang berlangsung sangat lama yang biasa menyebabkan depresi faal tubuh yang

besar. Antibiotika profilaksis diindikasikan jika resiko morbiditas infeksi pada

saat operasi sangat tinggi dan jika infeksi luka mengancam nyawa pasien.

Pemilihan antibiotika yang akan digunakan tergantung atas tipe organisme

kontaminasi yang paling mungkin pada tindakan tertentu. Obat yang diberikan

harus efektif membunuh sebagian besar bakteri yang ada , sehingga jumlah

bakteri dan kemungkinan infeksi dapat diperkecil.

Pemberian antibiotik profilaksis diutamakan pada pasien dengan

Infeksi atau kontaminasi berat

Penurunan imunitas

Persiapan Pasien Prabedah Page 19

Page 20: Persiapan Pasien Prabedah. Atrikha & Maria

Usia lanjut

Kedaan atau penyakit tertentu , seperti : DM,anemia,malnutrisi,obesitas.

Pemasangan protesis

Bedah ortopedi

Bedah pada trauma multiple

Bedah vaskular

Bedah jantung

Berbagai antibiotik membutuhkan waktu yang berbeda-beda untuk mencapai

kadar dalam darah yang dibutuhkan untuk menghambat pertumbuhan kuman.

Antibiotik profilaksis biasa diberikan secara parenteral. Untuk menceapai kadar

antibiotik di jaringan yang cukup tinggi pada waktu dilakukan pembedahan

dianjurkan untuk diberikan 1-2 jam prabedah dilanjutkan dengan 1-2 kali pascabedah.

Resiko infeksi pasca bedah meningkat pada pasien dengan usia lanjut ,

penderita penyakit krnis, seperti DM,anemia,malnutrissi dan obesitas. Pada

kontaminasi berat seperti patah tulang terbuka atau cedera tembus di saluran cerna

sebaiknya pemberian dilakukan pada saat di rumah sakit.

Pada pemberian antibiotik juga diperhatikan kuman yang dierkirakan akan

menyebabkan infeki sehingga dapat dipilih antibiotik yang sesuai untuk

menghentikan infeksi dari kuman tersebut. Misalnya,pada infeksi bedah vaskular

biasanya disebabka oleh kokus gram positif sehingga penisilin dan sefalosporin dapat

digunakan. Sedangkan pembedahan pada usus biasanya banyak terdapat kuman

anaerob .

Klasifiksi resiko infeksi tindak bedah(1)

Klasifikasi Contoh Operasi Resiko%

Bersih

Bersih+Tercemar

Tercemar

Kotor

Jantung,Tulang

Usus halus, saluran biler

Usus besar elektif

Daerah Infeksi , abses

<5

10

20

30-70

Persiapan Pasien Prabedah Page 20

Page 21: Persiapan Pasien Prabedah. Atrikha & Maria

Pemilihan antibiotik

Pilihan antibiotic yang akan diberikan ditentukan oleh jenis kuman

penyebab infeksi dan kepekaanya terhadap antibiotic. Pada kuman harus

diperkirakan berdasarkan kumn yang lazim ada pada daerah infeksi tersebut,

misalnya kuman gram negative dan anaerob di koon., E.coli di kandung kemih

. Selain itu harus dipertimbangkan keaan penderita , terutama fungsi hepar dan

ginjal , status imunitas bahkan juga harga antibiotic. Pemberian antibiotik

tanpa dasar bakteriologi menimbulkan resistensi.

Penyebab Infeksi1

Golongan Nama Antibiotik

Kokus Gram

positif

Kokus gram

negative

Kuman gram

positif

Kuman gram

negative

Jamur

Staphylococcus aureus

Stepcoccus viridians

Neisseria Gonorrhoea

Neisseria meningitides

Clostridium welchius

Clostridium tetani

Bachillus antrachis

Enterobakteri

Eschericia coli

Klebsiella pneumonis

Proteus vulgaris

Pseudomonas aeruginosa

Proteus mirabilis

Serattia sp

Shigella sp

Staphylococcus tiphi

Aspergilus

Hemophilus capsulatum

Candida sp

Penisilin

Penisilin

Penisilin

Gentamisin dan tobramisin

Karbenisilin dan ampisilin

Gentamisin

Sulfametoksasol

Kloramfenikol

Amfoerisin B

Flusitosin

Antibiotik1

Persiapan Pasien Prabedah Page 21

Page 22: Persiapan Pasien Prabedah. Atrikha & Maria

Golongan Jenis Kuman

Penisilin

Sefalosporin

Aminoglikosid

a

Kuinolon

Penisilin G

Penisilin V

Ampisilin

Karbenisilin

Seradin

Streptomisin

Kanamisin

Gentamisin

Pefloksasin

Klindamisin

Linkomisin

Metronidazol

Vankomisin

Eritromisin

Gram positif

Gram positif dan negative

Gram Negatif

Gram positif dan negative

Gram positif

Gram negative dan anaerob

Anaerob

Pemberian kombinasi antibiotic

- Pacabedah perut yang tercemar berat

- Pengobatan awal sepsis atau meningitis purulenta

- Jika dipelukan efek sinergi

- Pengobatan tuberkulosa

b.Antibiotik Kombinasi1

Pemberin anibiotik sebaiknya tidak dicampur dengn antibioik lain

karena cara ini memudahkan terjadinya superinfeksi dan resistensi kuman,

Tetapi dapat dilaukan pada kedaan tertentu yaitu pada infeksi campuran

misalnya pasda pembedahan reseksi usus yang selalu tercemar banyak kuman

yang kepekaannya berbeda. Kombinasi pengobatan antibiotic juga diberkan

pada pengobatan awal infeksi berat yang penyebabnya belum jelas , misalnya

septicemia atau meningitis urulenta. Kadang diperlukan antibitok kombinasi

Persiapan Pasien Prabedah Page 22

Page 23: Persiapan Pasien Prabedah. Atrikha & Maria

untuk mendapatkan efek sinergi , misalnya golongan penisilin dikombinasikan

dengan gologan aminiglikosida Sementara itu ,a ntituberkulosis justru

menghambat terjadinya resistensi kuman tuberculosis.

2 .Profilaksis trombosis vena pasca bedah2

Trombosis vena pascabedah dan tromboembolisme dapat menimbulkan

komplikasi pascabedah yang fatal karena timbulnya embolus pulomonalis. Perkiraan

2,5 juta kasus thrombosis vena terjadi per tahun dengan lebih dari 600.000 kasus

emboli pulmonalis dan 200.000 kematian. Sekitar 15 % dari semua kematian pada

rumah sakit besar akibat emboli pulmonalis. Emboli merupakan kejadian paling fatal

setelah tindakan operasi.

Profilaksis rutin untuk thrombosis vena profunda tidak diperlukan pada pasien

dengan risiko rendah. Kelompok lainnya terdiri dari pasien berumur kurang dari 40

tahun dengn berat badan normal dan tidak memiliki penyakit vena. Faktor risiko

tromboembolisme pascabedah terdiri dari penyakit jantung (terutama fibrilasi atrium

dan payah jantung kongestif), karsinoma paru, traktus gastrointestinal atau

genitourinarius, paraplegi, trauma.

Dekstran secara tidak langsung megurangi sifat lekat thrombosis dan merubah

kemampuan plasminogen untuk mendegradasi polimer fibrin. Beberapa percobaan

klinik dengan dekstran menunjukkan hasil yang kurang mengesankan dalam

mencegah ttombosis vena profunda pascabedah dibandingkan dengan heparin.

Aspirin terbukti hanya memiliki hasil meragukan dan umumnya tidak diberikan.

Teknik kombinasi kemoterapi atau mekanis sudah sering dicoba dan umumnya gagal

menunjukkan efek tambahan yng diinginkan. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk

menentukan cara terapi terbaik, yang mengkombinasikan efisiensi profilaksis

terhadap thrombosis vena profunda dan keamanan insiden komplikasi perdarahan

yang rendah. Mungkin beberapa kombinasi teknik mekanis dan heparin atas

kemoterapi dekstran dapat memberi jalan keluar.

E. Persiapan Pada Anak1

Persiapan Pasien Prabedah Page 23

Page 24: Persiapan Pasien Prabedah. Atrikha & Maria

1. Prinsip umum1

Bedah anak berbeda dengan bedah dewasa. Yang pertama adalah suatu usaha

agar anak dapat terbentuk serta tumbuh dan berkembang normal, sedangkan yang

kedua adalah usaha mengembalikan anatomi dan/ atau fungsi organ agar kembali

normal.

Masalah bedah pada bayi dan anak juga bukan suatu masalah bedah makhluk

dewasa yang kecil karena pada bayi dan anak, ada factor permukaan tubuh yang

relative lebih luas dari permukaan tubuh dewasa dengan cadangan kalori, air, dan

elektrolit yang lebih kecil. Berdasakan itu, apa yang perlu diperhatikan pada

penanganan bayi dan anak berbeda dengan yang harus diperhatikan pada orang

dewasa.

2. Persiapan prabedah1

Sama seperti pada orang dewasa, persiapan prabedah dimulai dari memeriksa

bayi dan anak sebelum ditentukan apakah pasien ini perlu diopeasi atau tidak,

dioperasi segera, atau masih harus menunggu. Faktor kelainan yang membahayakan

jiwa samapi factor orang tua yang dapat menerima kenyataan bahwa anaknya harus

dioperasi, perlu dipertimbangkan masak-masak.

Bahaya kedinginan harus kita ingat selalu, terlebih jika tidak tersedia

incubator yang hangat. Bayi dapat dibungkus dengan kertas aluminium, terutama

waktu transportasi. Letak bayi harus tepat agar tidak terjadi bahay pneumonia

aspirasi, dislokasi sendi, atau kesulitan napas.

Persiapan prabedah yang penting harus diperhatikan pada bayi dan anak ialah

jalan napas yang baik dan tidak adanya gangguan sirkulasi, keseimbangan cairan dan

elektrolit, dan tidak ada factor gangguan pembekuan darah.

Pada neonates, pengawasan kadar gula darah penting dilakukan karena gula

darah pada neonates sangat labil dan kadar yang rendah akan membahayakan jiwa.

3. Premedikasi1

Persiapan Pasien Prabedah Page 24

Page 25: Persiapan Pasien Prabedah. Atrikha & Maria

Pada bayi mungkin factor takut belum disadari, tetapi rasa takut yang dialami

oleh orang tua sangat besar sehingga pada pasien bayi, factor menenangkan orang tua

dengan cara member pengertian merupakan keharusan.

Pada anak yang lebih besar sudah ada masalah takut, dan rasa takut ini

bermacam-macam. Takut ditinggalkan oleh orang tua atau pengasuh, takut karena

dikelilingi oleh orang yang asing baginya, dan takut karena akan disakiti. Tambahan

lagi, anak justru takut kepada dokter. Pemberian obat penenang, misalnya fenobarbital

atau diazepam rectal perlu pada hal terakhir ini. Orang tua sedapat mungkin harus

mendampingi bayi atau anaknya sampai ke kamar persiapan.

4. Pengawasan saat pembedahan1

Hipotermia (kurang dari 360C) atau demam (lebih dari 380C) akan

mengakibatkan pengeluaran energi yang berlebih oleh bayi, sedangkan energi

cadangan tubuh tidak banyak. Oleh karena itu, pada operasi bayi, pemantuan suhu

badan sangat penting, terutama jika di atas meja operasi tidak dipakai matras pemanas

yang dapat diatur suhunya. Penilaian kehilangan daraah saat operasi harus dikerjakan

seteliti mungkin sehingga bila diperkirakan kehilangan darah lebih dari 10% volume

darah, pasien sebaiknya diberi transfusi darah.

5. Pengawasan pascabedah1

Pengawasan pasien bayi dan anak harus dikerjakan dengan teliti karena

cadangan fungsi berbagai system tubuh terbatas. Perhatian terutama pada jalan napas,

sirkulasi, kesemibangan cairan dan elektrolit, serta suhu badan.

Pada jenis operasi tertentu, seperti operasi hernia, hidrokel, sirkumsisi, operasi

testis yang tidak turun, reposisi tulang, dan prosedur endoskopi, penderita cukup

dirawat sehari karena persiapan prabedah dapat dikerjakan di rumah dan anak dating

sudah dalam keadaan puasa dan bersih. Operasi dikerjaka pagi hari dan setelah sadar

dan bebas dari pengaruh obat bius, anak dapat dipulangkan. Cara ini akan

menghindarkan anak dari trauma psikis, infeksi nosokomial dan juga secara ekonomi

menguntungkan bagi orang tua dan rumah sakit.

6. Keseimbangan cairan dan elektrolit1

Persiapan Pasien Prabedah Page 25

Page 26: Persiapan Pasien Prabedah. Atrikha & Maria

Umumnya bayi tidak boleh minum sebelum operasi. Pemberian cairan

intravena diperlukan untuk keperluan rumatan dan mencegah dehidrasi. Kebutuhan

cairan ini harus meliputi kebutuhan elektrolit, keseimbangan asam basa, dan

kebutuhan kalori.

Pemeriksaan darah sedapat mungkin dilakuakan dengan metode mikro yang

hanya memerlukan contoh darah kapiler dari ujung jari dan dapat dilakukan berulang-

ulang tanpa risiko flebitis.

7. Menjaga Jalan Napas

Pada setiap pasien harus diperhatikan kemudahan untuk bernapas dengan cara

menyesuaikan letak kepalanya dan badan, disesuikan dengan operasi yang akan

dilakukan. Lendir yang keluar dari rongga hidung dan mulut juga harus dibersihkan

atau dihisap berulang-ulang. Sedangkan pemberian oksigen pada pasien juga harus

dilihat kebutuhan yang diperlukan dilihat dari hasil analisis gas darah untuk mencegah

terjadinya fibroplasia retrolental (pembentukan jaringan ikat fibrosa di belakang lensa

mata akibat kelebihan oksigen ) contohnya pada bayi terutama yang prematur.1

F. Latihan Pra Operasi8

Berbagai latihan sangat diperlukan pada pasien sebelum operasi, hal ini sangatpenting

sebagai persiapan pasien dalam menghadapi kondisi pasca operasi, seperti :nyeri daerah

operasi, batuk dan banyak lendir pada tenggorokan.Latihan yang diberikan pada pasien

sebelum operasi antara lain:

1. Latihan Nafas Dalam

Latihan nafas dalam sangat bermanfaat bagi pasien untuk mengurangi

nyerisetelah operasi dan dapat membantu pasien relaksasi sehingga pasien

lebihmampu beradaptasi dengan nyeri dan dapat meningkatkan kualitas tidur.

Selainitu teknik ini juga dapat meningkatkan ventilasi paru dan oksigenasi darah

setelah anastesi umum. Dengan melakukan latihan tarik nafas dalam secaraefektif dan

benar maka pasien dapat segera mempraktekkan hal ini segera setelahoperasi sesuai

dengan kondisi dan kebutuhan pasien.

Latihan nafas dalam dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut::

a. Pasien tidur dengan posisi duduk atau setengah duduk (semifowler)dengan

lutut ditekuk dan perut tidak boleh tegang.

Persiapan Pasien Prabedah Page 26

Page 27: Persiapan Pasien Prabedah. Atrikha & Maria

b. Letakkan tangan diatas perut

c. Hirup udara sebanyak-banyaknya dengan menggunakan hidung dalam

kondisi mulut tertutup rapat.

d. Tahan nafas beberapa saat (3-5 detik)kemudian secara perlahan lahan,udara

dikeluarkan sedikit demi sedikit melalui mulut.

e.Lakukan hal ini berulang kali (15 kali)

f. Lakukan latihan dua kali sehari praopeartif

2. Latihan Batuk Efektif

Latihan batuk efektif juga sangat diperlukan bagi klien terutama klien

yangmengalami operasi dengan anstesi general. Karena pasien akan

mengalamipemasangan alat bantu nafas selama dalam kondisi teranstesi. Sehingga

ketikasadar pasien akan mengalami rasa tidak nyaman pada tenggorokan.

Denganterasa banyak lendir kental di tenggorokan. Latihan batuk efektif

sangatbermanfaat bagi pasien setalah operasi untuk mengeluarkan lendir atau sekret

tersebut.

Pasien dapat dilatih melakukan teknik batuk efektif dengan cara:

a.Pasien condong ke depan dari posisi semifowler, jalinkan jari-jari tangan dan

letakkan melintang diatas incisi sebagai bebat ketika batuk.

b.Kemudian pasien nafas dalam seperti cara nafas dalam (3-5 kali)

c.Segera lakukan batuk spontan, pastikan rongga pernafasan terbuka dan tidak

hanya batuk dengan mengadalkan kekuatan tenggorokan saja karena bisa terjadi

luka pada tenggorokan.

d.Hal ini bisa menimbulkan ketidaknyamanan, namun tidak berbahaya terhadap

incisi.

e.Ulangi lagi sesuai kebutuhan.

f.Jika selama batuk daerah operasi terasa nyeri, pasien bisa menambahkandengan

menggunakan bantal kecil atau gulungan handuk yang lembut untukmenahan

daerah operasi dengan hati-hati sehingga dapat mengurangiguncangan tubuh saat

batuk

3. Latihan Penguatan Otot

Persiapan Pasien Prabedah Page 27

Page 28: Persiapan Pasien Prabedah. Atrikha & Maria

Latihan penguatan otot merupakan hal sangat penting bagi pasien sehingga

setelah operasi, pasien dapat segera melakukan berbagai pergerakan yang diperlukan

untuk mempercepat proses penyembuhan pasien

Keluarga pasien seringkali mempunyai pandangan yang keliru tentang

pergerakan pasien setalah operasi. Banyak pasien yang tidak berani menggerakkan

tubuh karena takut jahitan operasi sobek atau takut lukaoperasinya lama sembuh.

Pandangan seperti ini jelas keliru karena justru jika pasien selesai operasi dan segera

bergerak maka pasien akan lebih cepat merangsang usus (peristaltik usus)sehingga

pasien akan lebih cepat kentut/flatus. Keuntungan lain adalah menghindarkan

penumpukan lendir pada saluran pernafasan dan terhindar dari kontraktur sendi dan

terjadinya dekubitus. Tujuan lainnya adalah memperlancar sirkulasi untuk mencegah

stasis vena dan menunjang fungsi pernafasan optimal.Intervensi ditujukan pada

perubahan posisi tubuh dan juga Range of Motion (ROM). Latihan perpindahan posisi

dan ROM ini pada awalnya dilakukan secara pasif namun kemudian seiring dengan

bertambahnya kekuatan tonus otot maka pasien diminta melakukan secara mandiri.

Status kesehatan fisik merupakan faktor yang sangat penting bagi pasien yang akan

mengalami pembedahan, keadaan umum yang baik akan mendukung dan

mempengaruhi proses penyembuhan. Sebaliknya, berbagai kondisi fisiologisdapat

mempengaruhi proses pembedahan. Demikian juga faktor usia penuaan dapat

mengakibatkan komplikasi dan merupakan faktor resiko pembedahan.Oleh karena itu

sangatlah penting untuk mempersiapkan fisik pasien sebelum dilakukan pembedahan

operasi

BAB III

Persiapan Pasien Prabedah Page 28

Page 29: Persiapan Pasien Prabedah. Atrikha & Maria

KESIMPULAN

Persiapan prabedah merupakan persiapan dan pengelolaan pasien sebelum operasi.Hal

ini mencakup baik persiapan fisik maupun psikologis. Perawatan preoperatif melibatkan

banyak komponen, dan dapat dilakukan sehari sebelum operasi di rumah sakit, atau selama

minggu sebelum operasi secara rawat jalan.Persiapan prabedah penting sekali untuk

mengurangi faktor resiko karena hasil akhir suatu pembedahan sangat bergantung pada

penilaian keadaan penderita. Dalam persiapan inilah ditentukan adanya kontraindikasi

operasi, toleransi penderita terhadap tindakan bedah, dan ditetapkan waktu yang tepat untuk

melaksanakan pembedahan

Tindakan umum yang dilakukan setelah diputuskan melakukan pembedahan

dimaksudkan untuk mempersiapkan penderita agar penyuit pasca bedah dapat dicegah

sebanyak mungkin. Sebagian tindakan tersebut dilakukan rutin, seperti pembersihan kulit,

sedangkan yang lain dipilih berdasarkan keterangan yang diperoleh pada anamnesis,

pemeriksaan prabedah dan rencana pengelolaan. Toleransi pasien terhadap pembedahan

mencakup toleransi fisik maupun mental.

DAFTAR PUSTAKA

Persiapan Pasien Prabedah Page 29

Page 30: Persiapan Pasien Prabedah. Atrikha & Maria

1. Sjamsuhidajat, R & Wim de Jong. Buku Ajar Ilmu Bedah. Persiapan Prabedah. Edisi 2.

Jakarta. EGC. 1997. Hal 231-238

2. Sabiston,DC. Alih bahasa: Andrianto, Editor: Ronardy DH. Buku Ajar Bedah. EGC,

Jakarta. 1994. Hal 77 – 97

3. American Society of Anesthesiologists : Classification of Physical status. Anesthesiology.

24:111. 1963

4. Lewin, L, Lemer, A.G, S.H.,et al : Physical class and physiologic status in the prediction of

operative mortality in the aged ick. Ann. Surg, 174:217.1971

5. Preparation for Surgery. Tersedia pada : http://www.lakelandhealth.org/body.cfm?

id=91&fr=true. Akses 26 Oktober 2010

6. Health communities – physician developed and monitored.

http://www.surgerychannel.com/general-surgery/preoperative-procedures-surgery.html .

Akses 26 Oktober 2010.

7. Encyclopedia of surgery . Tersedia pada :

http://www.surgeryencyclopedia.com/Pa-St/Preoperative-Care.html. Akses 26 Oktober 2010

8. Keperawatan pre operatif. Tersedia pada :

http://www.aspekkeperawatan.com/doc/25160378/Pra-Bedah- . Akses 31 Oktober 2010

LAMPIRAN : Ceklist Prosedur Prabedah

Persiapan Pasien Prabedah Page 30

Page 31: Persiapan Pasien Prabedah. Atrikha & Maria

Prosedur Persiapan Pasien Prabedah

Sebelum masuk ruangan

1. Surat persetujuan operasi

2. Cek laboratorium :

- Darah rutin (Hb, Ht, Trombosit, Leukosit)

- Waktu pendarahan

- Waktu pembekuan

- Darah kimia (Ureum, Kreatinin, Gula darah)

3. Foto X-ray

4. EKG (utk 40 tahun keatas. Jika abnormal konsul ke bagian kardiologi)

Persiapan di ruangan

5. Pasang infuse

6. Pasang kateter

7. Puasa 6 jam sebelum operasi

8. Pembersihan/ pencukuran daerah operasi

9. Mandi dengan antiseptik

Persiapan di ruang OK

10. Ganti baju operasi yang disediakan

LAMPIRAN : Ceklist Prosedur Prabedah

1. Pasien Dewasa

Persiapan Pasien Prabedah Page 31

Page 32: Persiapan Pasien Prabedah. Atrikha & Maria

Prosedur Persiapan Pasien Prabedah(1) (2) (Dewasa)1. Diskusi pra operasi oleh dokter bedah dan pasien (dan keluarga)

Penjelasan indikasi, tujuan, dan proses tindakan operasi

Penjabaran resiko operasi

Persetujuan tindakan operasi (informed consent)

Penentuan timing operasi

2. Persiapan mental Menciptakan hubungan baik antara dokter, pasien dan

keluarganya sehingga tercipta kepercayaan diri pasien untuk berani melakukan operasi.

Sesi tanya jawab antara dokter dan pasien3. Persiapan fisik

Melakukan tes penyaring - Riwayat penyakit dan pemeriksaan fisik lengkap- Riwayat pemakaian obat, riwayat alergi obat- Perbaikan kebiasaan hidup yang buruk (merokok, alkohol)- Laboratorium (Darah lengkap, elektrolit, waktu protrombin, waktu

tromboplastin diaktifkan parsial, dan urine)- X-Ray

Mengatasi penyulit berbagai organ dan system- Secara umum : Pembersihan kulit tubuh khususnya di daerah

lapangan operasi, suhu badan sebaiknya dipertahankan kurang lebih normal, keadaan syok harus diatasi, kateter buli-buli juga selalu harus dipasang.

- Kardiovaskuler : riwayat penyakit jantung, pemeriksaan fisik dan EKG. Gangguan faal jantung, atau hipertensi berat harus ditanggulangi dan dikoreksi

- Respirasi : Jika pasien merokok, harus berhenti merokok dimulai sekurang-kurangnya 4 minggu sebelum operasi, penentuan gas darah arteri jika ada riwayat ganggun paru-paru

- Gastrointestinal : Pasien dipuasakan enam jam sebelum pembedahan. Pemeriksaan fungsi hati, pancreas dan usus juga penting pada prabedah bila ada indikasi patologi atau insufisiensi fungsional.

- Endokrin : Meliputi tes diagnosis sederhana untuk memastikan bahwa kecurigaan klinik tentang insufisiensi endokrin dapat diikuti dengan terapi penggantian yang tepat.

- Serebrovaskular : Analisa riwayat penyakit serebrovaskular

- Renalis :Gangguan keseimbangan elektrolit dan asam-basa harus dikoreksi.

- Kelainan darah dan pembekuannya : Analisa riwayat pembekuan darah yang lama, hematoma atau perdarahan intraartikular setelah

Persiapan Pasien Prabedah Page 32

Page 33: Persiapan Pasien Prabedah. Atrikha & Maria

trauma atau mudah memar. - Persiapan untuk transfusi : Adanya penyediaan adekuat darah

yang telah di cocok silang merupakan prasyarat bagi tindakan bedah terencana apa pun.

Keadaan gizi- Penilaian status gizi : perbandingan tinggi/ berat badan, lingkaran

lengan atas, dan kadar serum albumin. (Perlu diingat bahwa lingkaran lengan atas sangat dipengaruhi oleh factor ras)

- Pemberian nutrisi (enteral/ parenteral) dan pencukupan kebutuhan nutrisi : Untuk menentukan kebutuhan kalori harus diketahui metabolisme basal,

- Pengawasaan homeostasis (Keseimbangan cairan dan elektrolit , Keseimbangan asam basa serta )

PremedikasiPemberian antibiotik profilaksis dan profilaksis thrombosis vena pasca bedah

4. Latihan Pra operasi- Latihan nafas dalam

- Latihan batuk efektif

- Latihan gerak sendi

2. Pasien anak

Prosedur Persiapan Pasien Prabedah(1) (Anak)1. Diskusi pra operasi oleh dokter bedah dan pasien (orang tua/wali pasien)

Penjelasan indikasi, tujuan, dan proses tindakan operasi Penjabaran resiko operasi

Persiapan Pasien Prabedah Page 33

Page 34: Persiapan Pasien Prabedah. Atrikha & Maria

Persetujuan tindakan operasi (informed consent) Penentuan timing operasi

2. Persiapan mental (pasien dan orang tua/wali) Menciptakan hubungan baik antara dokter, pasien dan

keluarganya sehingga tercipta keyakinan orang tua/ wali pasien untuk mengijinkan anaknya operasi

Sesi tanya jawab antara dokter dan pasien (dan orang tua/wali)

3 Premedikasi:

Pemberian obat penenang, misalnya fenobarbital atau diazepam rectal dan antibiotic profilaksis.(Orang tua sedapat mungkin harus mendampingi bayi atau anaknya sampai ke kamar

4. Persiapan fisik Melakukan tes penyaring

- Riwayat penyakit dan pemeriksaan fisik lengkap- Riwayat pemakaian obat, riwayat alergi obat- Laboratorium (Darah lengkap, elektrolit, waktu protrombin, waktu

tromboplastin diaktifkan parsial, dan urine)- X-Ray

Pembersihan kulit tubuh khususnya di daerah lapangan operasi, suhu badan sebaiknya dipertahankan kurang lebih normal, keadaan syok harus diatasi, kateter buli-buli juga selalu harus dipasang.

Keadaan gizi- Penilaian status gizi : perbandingan tinggi/ berat badan, lingkaran

lengan atas, dan kadar serum albumin. (Perlu diingat bahwa lingkaran lengan atas sangat dipengaruhi oleh factor ras)

- Pemberian nutrisi (enteral/ parenteral) dan pencukupan kebutuhan nutrisi : Untuk menentukan kebutuhan kalori harus diketahui metabolisme basal,

Pengawasaan homeostasis (Keseimbangan cairan dan elektrolit , Keseimbangan asam basa serta )

- Umumnya bayi tidak boleh minum sebelum operasi. Pemberian cairan intravena diperlukan untuk keperluan rumatan dan mencegah dehidrasi. Kebutuhan cairan ini harus meliputi kebutuhan elektrolit, keseimbangan asam basa, dan kebutuhan kalori.

Atasi jika ada factor gangguan pembekuan darah.- Pemeriksaan darah sedapat mungkin dilakuakan dengan metode

mikro yang hanya memerlukan contoh darah kapiler dari ujung jari dan dapat dilakukan berulang-ulang tanpa risiko flebitis.

Pengawasan kadar gula darah ( gula darah pada neonates sangat labil dan kadar yang rendah akan membahayakan

Persiapan Pasien Prabedah Page 34

Page 35: Persiapan Pasien Prabedah. Atrikha & Maria

jiwa)5. Pengawasan saat pembedahan:

Pemantuan suhu badan ( terutama jika di atas meja operasi tidak dipakai matras pemanas yang dapat diatur suhunya)

Penilaian kehilangan daraah saat operasi (bila diperkirakan kehilangan darah lebih dari 10% volume darah, pasien sebaiknya diberi transfusi darah)

6. Menjaga jalan napas dan menghindari gangguan sirkulasiMenyesuaikan letak kepalanya dan badan, disesuikan dengan operasi yang akan dilakukan. Lendir yang keluar dari rongga hidung dan mulut juga harus dibersihkan atau dihisap berulang-ulang. Sedangkan pemberian oksigen pada pasien juga harus dilihat kebutuhan yang diperlukan dilihat dari hasil analisis gas darah.

7. Pengawasan pasca bedah Pengawasan pasien bayi dan anak harus dikerjakan dengan

teliti karena cadangan fungsi berbagai system tubuh terbatas. Perhatian terutama pada jalan napas, sirkulasi, kesemibangan cairan dan elektrolit, serta suhu badan.

Pada jenis operasi tertentu, seperti operasi hernia, hidrokel, sirkumsisi, operasi testis yang tidak turun, reposisi tulang, dan prosedur endoskopi, penderita cukup dirawat sehari (menghindarkan anak dari trauma psikis)

Persiapan Pasien Prabedah Page 35