persepsi akuntan publik, akuntan pendidik, dan mahasiswa akuntansi terhadap etika bisnis dan etika...

Upload: andro-tamaela

Post on 15-Oct-2015

145 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

PERSEPSI AKUNTAN PUBLIK, AKUNTAN PENDIDIK,DAN MAHASISWA AKUNTANSITERHADAP ETIKA BISNIS DAN ETIKA PROFESI AKUNTAN

TRANSCRIPT

  • 5/25/2018 PERSEPSI AKUNTAN PUBLIK, AKUNTAN PENDIDIK, DAN MAHASISWA AKUNTANSI TERHADAP ETIKA BISNIS DAN ETIKA PR

    1/85

    Skripsi

    PERSEPSI AKUNTAN PUBLIK, AKUNTAN PENDIDIK,

    DAN MAHASISWA AKUNTANSI

    TERHADAP ETIKA BISNIS DAN ETIKA PROFESI AKUNTAN

    Diajukan untuk memenuhi syarat guna mencapai gelar

    Sarjana Akuntansi di Fakultas Ekonomi

    Universitas Katholik Soegijapranata

    Semarang

    Feronika Dwi Kurniasih

    01.60.0128

    FAKULTAS EKONOMI

    UNIVERSITAS KATHOLIK SOEGIJAPRANATA

    SEMARANG

    2005

    Perpustakaan Unika

  • 5/25/2018 PERSEPSI AKUNTAN PUBLIK, AKUNTAN PENDIDIK, DAN MAHASISWA AKUNTANSI TERHADAP ETIKA BISNIS DAN ETIKA PR

    2/85

    ABSTRAKSI

    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi akuntan publik, akuntan

    pendidik, dan mahasiswa akuntansi terhadap etika bisnis dan etika profesi akuntan

    kerena mengingat banyaknya pelanggaran terhadap kode etik akuntan dan berdampak

    pada menurunnya kepercayaan masyarakat terhadap profesi akuntan. Analisis

    penelitian ini didasarkan dari data 182 responden penelitian (akuntan publik, akuntan

    pendidik, dan mahasiswa akuntansi) di Kantor Akuntan Publik (KAP) kota

    Semarang, Universitas Diponegoro (UNDIP) Semarang, Universitas Katholik

    (UNIKA) Soegijapranata Semarang, dan Universitas Islam Sultan Agung

    (UNISULA) Semarang.Dalam penelitian ini terdapat 2 hipotesis , yaitu H1: Terdapat perbedaan

    persepsi yang signifikan antara akuntan publik, akuntan pendidik, dan mahasiswa

    akuntansi terhadap etika bisnis, sedangkan H2: Terdapat perbedaan persepsi yang

    signifikan antara akuntan publik, akuntan pendidik, dan mahasiswa akuntansi

    terhadap etika profesi akuntan.

    Alat analisis yang diginakan untuk menganalisis H1 dan H2 adalah ANOVA

    (Analisis of Variance), sedangkan pengujian perbedaan persepsi pada akuntan publik

    dan akuntan pendidik; akuntan publik dan mahasiswa akuntansi; akuntan pendidik

    dan mahasiswa akuntansi terhadap perspsi etike bisnis dan etika profesi akuntan

    menggunakanIndependent Sample T- test.

    Hasil menunjukan bahwa tidak terdapat perbedaan yang sinifikan ataspersepsi etika bisnis antara akuntan publik, akuntan pendidik, dan mahasiswa

    akuntansi. Namun secara khusus perbedaan yang signifikan terjadi hanya pada

    pesepsi etika bisnis pada akuntan publik dan mahasiswa akuntansi. Hasil lainnya juga

    tidak diperoleh perbedaan yang signifikan atas persepsi etika profesi akuntan antara

    akuntan publik, akuntan pendidik, dan mahasiswa akuntansi. Akuntan publik

    memiliki persepsi etika bisnis yang paling tinggi dibandingkan dengan akuntan

    pendidik dan mahasiswa akuntansi, akan tetapi pada etika profesi akuntan persepsi

    akuntan publik justru paling rendah dibandingkan dengan akuntan pendidik dan

    mahasiswa akuntansi.

    Bedasarkan hasil penelitian yang melihat adanya perbedaan persepsi yang

    signifikan pada etika bisnis khususnya dari kelompok praktisi akuntan maupunmahasiswa dalam bidang akuntasi, menunjukkan bahwa dalam beberapa hal, kode

    etik bisnis harus banyak ditekankan pada kalangan akademik. Persesi etika profesi

    akuntan relatif paling rendah diperoleh dari kelompok (KAP) akuntan publik,

    sehingga disarankan sebagai praktisi profesi akuntan, untuk selalu memiliki jaminan

    bahwa KAP adalah sebagai lembaga profesi harus tetap diutamakan.

    Kata kunci : Etika bisnis, Etika Profesi Akuntan, Persepsi, Akuntan Publik, Akuntan

    Pendidik, Mahasiswa Akuntansi

    Perpustakaan Unika

  • 5/25/2018 PERSEPSI AKUNTAN PUBLIK, AKUNTAN PENDIDIK, DAN MAHASISWA AKUNTANSI TERHADAP ETIKA BISNIS DAN ETIKA PR

    3/85

    DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL i

    HALAMAN PERSETUJUAN ii

    HALAMAN PENGESAHAN iii

    PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI iv

    HALAMAN PERSEMBAHAN v

    ABSTRAKSI vi

    KATA PENGANTAR vii

    DAFTAR ISI x

    DAFTAR TABEL xiii

    DAFTAR GAMBAR xv

    DAFTAR LAMPIRAN xvi

    BAB I : PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang 1

    1.2 Perumusan Masalah 3

    1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 4

    1.4 Sistimatika Penulisan 5

    BAB II : LANDASAN TEORI

    2. 1 Pengertian Pesepsi dan Etika 7

    ii

    Perpustakaan Unika

  • 5/25/2018 PERSEPSI AKUNTAN PUBLIK, AKUNTAN PENDIDIK, DAN MAHASISWA AKUNTANSI TERHADAP ETIKA BISNIS DAN ETIKA PR

    4/85

    2. 2 Pengertian Akuntan Publik, Akuntan Pendidik,

    dan Mahasiswa Akuntansi 8

    2. 3 Pengertian Etika Bisnis dan Etika Profesi Akuntan 9

    2. 4 Penelitian Terdahulu 24

    2. 5 Pengembangan Hipotesis 26

    2. 6 Kerangka Pikir Penelitian 26

    2. 7 Definisi dan Pengukuran Variabel Penelitian 27

    BAB III : METODE PENELITIAN

    3.1 Obyek dan Lokasi Penelitian 29

    3.2 Populasi dan Sampel 29

    3.3 Metode Pengumpulan Data 33

    3.4 Teknik Analisis Data 35

    BAB IV : ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

    4.1 Identitas Responden 41

    4.2 Uji Validitas dan Reabilitas 44

    4.3 Deskripsi Variabel 47

    4.4 Pengujian Perbedaan 53

    4.5 Pembahasan 62

    BAB V : PENUTUP

    5.1 Kesimpulan 64

    5.2 Saran 65

    Perpustakaan Unika

  • 5/25/2018 PERSEPSI AKUNTAN PUBLIK, AKUNTAN PENDIDIK, DAN MAHASISWA AKUNTANSI TERHADAP ETIKA BISNIS DAN ETIKA PR

    5/85

    5.3 Keterbatasan dan Implikasi 66

    DAFTAR PUSTAKA 67

    LAMPIRAN

    Perpustakaan Unika

  • 5/25/2018 PERSEPSI AKUNTAN PUBLIK, AKUNTAN PENDIDIK, DAN MAHASISWA AKUNTANSI TERHADAP ETIKA BISNIS DAN ETIKA PR

    6/85

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 LATAR BELAKANG

    Tiap-tiap pelaku profesi mempunyai tanggung jawab etika profesi masing-

    masing. Akuntan juga memiliki tanggung jawab etika profesi yang harus ia pegang

    ketika ia menjalankan tugas profesionalnya. Akuntan atau auditor di dalam

    menjalankan tugasnya harus bertanggung jawab kepada pihak ketiga atau pihak

    eksternal, dalam hal ini pemerintah, pemegang saham, kreditor, dan masyarakat.

    Profesi akuntan atau auditor di Indonesia pada masa sekarang ini banyak

    menghadapi tantangan yang cukup berat. Profesi akuntan dalam dunia bisnis

    seringkali dihadapkan pada konflik kepentingan ekonomi dan politik dan dianggap

    sudah menyimpang jauh dari nilai-nilai etika.

    Etika dan perilaku etis akuntan dalam dunia bisnis menjadi hal yang menarik

    untuk dibicarkan. Masyarakat pada masa sekarang ini banyak yang mempertanyakan

    perilaku etis akuntan atau auditor, bahkan penilaian dan persepsi masyarakat tentang

    praktik profesi akuntan identik dengan penyimpangan dari kode etik. Contoh kasus

    PT TELKOM dimana laporan keuangan PT TELKOM yang diaudit oleh KAP Edyy

    Pianto ditolak oleh SEC (United States Securities and Exchange Comission) untuk

    kinerja 2002, kasus pelanggaran yang menimpa perbankan di Indonesia pada tahun

    1

    Perpustakaan Unika

  • 5/25/2018 PERSEPSI AKUNTAN PUBLIK, AKUNTAN PENDIDIK, DAN MAHASISWA AKUNTANSI TERHADAP ETIKA BISNIS DAN ETIKA PR

    7/85

    2002-an yaitu banyak bank yang dinyatakan sehat tanpa syarat oleh akuntan publik

    atas audit laporan keuangan berdasar Standar Akuntansi Perbankan Indonesia

    ternyata sebagian besar bank itu kondisinya tidak sehat, kasus rekayasa laporan

    keuangan oleh akuntan intern dilakukan oleh sejumlah perusahaan go public (kasus

    ENRON, Tyco, Xerox Corp, Walt Disney) adalah merupakan sederetan kasus yang

    menggambarkan beragam tindakan penyelewengan dan kecurangan audit. Kejadian

    itu telah mendorong tuntutan masyarakat terhadap independesi auditor.

    Dunia pendidikan akuntansi juga memegang peranan penting dalam menciptakan

    akuntan yang profesional dan berperilaku etis. Mahasiswa (calon akuntan) akan

    belajar memahami masalah-masalah etika, dalam hal ini etika bisnis dan etika profesi

    akuntan yang nantinya akan mereka hadapi di dunia kerja. Dunia pendidikan yang

    baik akan mencetak mahasiswa menjadi calon akuntan yang mempunyai sikap

    profesional yang berlandaskan pada standar moral dan etika.

    Penelitian ini mengambil tema etika yang difokuskan pada etika bisnis dan etika

    profesi karena aktivitas profesi akuntan tidak terlepas dari aktivitas bisnis. Dunia

    bisnis mempunyai etika bisnis yang di dalamnya memuat prinsip-prinsip etika bisnis

    yang mengatur semua kegiatan bisnis agar dapat berjalan dengan baik. Orang yang

    terjun dalam dunia bisnis, termasuk akuntan yang juga terlibat dalam dunia bisnis

    harus dapat memahami dan menerapkan prinsip-prinsip yang ada dalam etika bisnis.

    Akuntan adalah pelaku profesi sehingga ia juga mempunyai prinsip-prinsip etika

    profesi yang harus ia pahami dan ia terapkan ketika ia menjalankan tugas profesinya.

    Jadi karena akuntan adalah pelaku bisnis dan juga pelaku profesi maka ia harus dapat

    Perpustakaan Unika

  • 5/25/2018 PERSEPSI AKUNTAN PUBLIK, AKUNTAN PENDIDIK, DAN MAHASISWA AKUNTANSI TERHADAP ETIKA BISNIS DAN ETIKA PR

    8/85

    memahami dan menjalankan prinsip-prinsip etika bisnis dan prinsip-prinsip etika

    profesi akuntan.

    Responden dalam penelitian ini adalah akuntan publik, akuntan pendidik, dan

    mahasiswa akuntansi karena mahasiswa (calon akuntan) dididik secara ilmu akademis

    dan etika oleh akuntan pendidik (dosen) sehingga nantinya dapat bekerja secara

    profesional berlandaskan etika profesi akuntan dan dapat menerapkan etika tersebut

    dalam dunia bisnis.

    1.2 PERUMUSAN MASALAH

    Berdasarkan uraian yang melatarbelakangi penelitian ini, permasalahan yang akan

    dibahas dirumuskan sebagai berikut :

    1. Apakah ada perbedaan persepsi tentang etika bisnis diantara akuntan publik,

    akuntan pendidik, dan mahasiswa akuntansi ?

    2. Apakah ada perbedaan persepsi tentang etika profesi akuntan diantara

    akuntan publik, akuntan pendidik, dan mahasiswa akuntansi ?

    Perpustakaan Unika

  • 5/25/2018 PERSEPSI AKUNTAN PUBLIK, AKUNTAN PENDIDIK, DAN MAHASISWA AKUNTANSI TERHADAP ETIKA BISNIS DAN ETIKA PR

    9/85

    1.3 TUJUAN DAN MANFAAT PENLITIAN

    Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

    1. Untuk mengetahui apakah ada perbedaan persepsi tentang etika bisnis

    diantara akuntan publik, akuntan pendidik, dan mahasiswa akuntansi.

    2. Untuk mengetahui apakah ada perbedaan persepsi tentang etika profesi

    akuntan diantara akuntan publik, akuntan pendidik, dan mahasiswa akuntansi.

    Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut :

    1. Bagi peneliti :

    a. Penelitian ini dapat menjadi sarana untuk mempraktekkan dan

    menerapkan ilmu pengetahuan yang telah diperoleh.

    b. Peneliti mendapatkan tambahan pengetahuan tentang etika bisnis dan

    etika profesi akuntan.

    c. Peneliti dapat mengetahui persepsi akuntan publik, akuntan pendidik, dan

    mahasiswa akuntansi terhadap etika bisnis dan etika profesi akuntan.

    2. Bagi profesi akuntan penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan

    pertimbangan untuk tetap dapat menjaga mutu jasa auditnya dan

    mempertahankan indepedensi auditor.

    3 Bagi dunia pendidikan :

    a. Dapat membantu para akademisi untuk melakukan pemahaman yang

    lebih terhadap perkembangan etika mahasiswa akuntansi dan juga dapat

    Perpustakaan Unika

  • 5/25/2018 PERSEPSI AKUNTAN PUBLIK, AKUNTAN PENDIDIK, DAN MAHASISWA AKUNTANSI TERHADAP ETIKA BISNIS DAN ETIKA PR

    10/85

    memberikan masukan penting dalam penyusunan kurikulum pendidikan

    akuntansi sehubungan denga etika profesi akuntan.

    b. Dapat memberikan masukan tetang indikator mengenai bagaimana calon-

    calon akuntan berperilaku profesional di masa yang akan datang.

    c. Dapat memberikan masukan dalam upaya untuk meningkatkan kualitas

    pendidikan akuntansi yang tidak hanya bertanggung jawab untuk

    mendidik mahasiswa menjadi akuntan yang mahir dan profesional tetapi

    juga menjadi akuntan yang berperilaku etis dan selalu berpegang teguh

    pada etika profesi yang dipahaminya.

    4. Bagi masyarakat pemakai jasa akuntan hasil penelitian ini dapat

    meningkatkan kepecayaan mereka terhadap profesi akuntan sebagaimana

    yang mereka harapkan.

    5. Memberikan masukan yang mediskusikan masalah kode etik akuntan guna

    menyempurnakan serta pelaksanaanya bagi seluruh akuntan Indonesia.

    1.4 SISTEMATIKA PENULISAN

    Sistimatika dalam penelitian ini dibagi dalam lima bab, yaitu :

    Bab I, merupakan pendahuluan yang berisi latar belakang, perumusan masalah,

    tujuan dan manfaat penelitian, kerangka pikir penelitian, serta sistimatika

    pembahasan dalam penelitian ini.

    Perpustakaan Unika

  • 5/25/2018 PERSEPSI AKUNTAN PUBLIK, AKUNTAN PENDIDIK, DAN MAHASISWA AKUNTANSI TERHADAP ETIKA BISNIS DAN ETIKA PR

    11/85

    Bab II, merupakan tinjauan pustaka dan pengembangan hipotesis yang akan

    menguraikan berbagai teori, konsep, dan penelitian sebelumnya yang

    relevan sampai dengan hipotesis yang dikembangkan dalam penelitian ini.

    Bab III, merupakan metode penelitian yang berisi mengenai sumber dan jenis data

    yang akan digunakan, gambaran umum obyek penelitian, definisi dan

    pengukuran variabel yang diperlukan dalam penelitian ini, dan metode

    analisis data.

    Bab IV, merupakan hasil dan analisis data yang akan menguraikan berbagai

    perhitungan yang diperlukan untuk menjawab permasalahan yang diajukan

    dalam penelitian.

    Bab V, merupakan kesimpulan, keterbatasan, dan implikasi dari analisis yang telah

    dilakukan pada bagian sebelumnya.

    Perpustakaan Unika

  • 5/25/2018 PERSEPSI AKUNTAN PUBLIK, AKUNTAN PENDIDIK, DAN MAHASISWA AKUNTANSI TERHADAP ETIKA BISNIS DAN ETIKA PR

    12/85

    BAB II

    LANDASAN TEORI

    2.1 PENGERTIAN PERSEPSI DAN ETIKA

    Pengertian persepsi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah tanggapan

    (penerimaan) langsung dari sesuatu atau merupakan proses seseorang mengetahui

    beberapa hal yang dialami oleh setiap orang dalam memahami setiap informasi

    tentang lingkungan melalui panca indra (melihat, mendengar, mencium, menyentuh,

    dan merasakan). Agar individu dapat menyadari dan membuat persepsi, ada beberapa

    syarat yang harus dipenuhi, yaitu sebagai berikut :

    (1) Adanya obyek yang dipersepsikan (fisik), (2) adanya alat indera atau reseptor

    yang dapat untuk menerima stimulus (fiosiologi), (3) adanya perhatian yang

    merupakan langkah pertama dalam mengadakan persepsi (psikologis) (Walgito,

    Bimo, 1997: 20). Persepsi dapat dipengaruhi oleh karakteristik pribadi/orang yang

    mempersepsikan (meliputi sikap, kepribadian, motif, kepentingan, pengalaman masa

    lalu, dan harapan), obyek yang dipersepsikan, konteks dimana persepsi itu dibuat.

    Dalam banyak hal, pembahasan mengenai etika tidak dapat terlepas dari moral.

    Pengertian etika menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1995) adalah ilmu tentang

    apa yang baik dan apa yang buruk dan tetang hak dan kewajiban moral (akhlak).

    7

    Perpustakaan Unika

  • 5/25/2018 PERSEPSI AKUNTAN PUBLIK, AKUNTAN PENDIDIK, DAN MAHASISWA AKUNTANSI TERHADAP ETIKA BISNIS DAN ETIKA PR

    13/85

    Etika berasal dari Bahasa Yunani yaitu dari kata etos yang berarti karakter.

    Nama lain untuk etika adalah moralitas yang berasal dari Bahasa Latin yaitu dari kata

    mores yang berati kebiasaan. Moralitas berfokus pada perilaku manusia yang

    benardan salah(Jusup, Al Haryono, 200: 89)

    2.2 PENGERTIAN AKUNTAN PUBLIK, AKUNTAN PENDIDIK,

    DAN MAHASISWA AKUNTANSI

    Akuntan publik

    Akuntan publik disebut juga akuntan independen karena merupakan pihak

    independen yang lingkup fungsinya adalah melaksankan pemeriksaan atas laporan

    keuangan suatu organisasi dan bertanggung jawab kepda publik sekalipun pemberi

    tugas audit adalah organisasi yang diauditnya. Akuntan publik sebagai pihak

    independen bertanggung jawab melakukan pemeriksaan atas kewajaran laporan

    keuangan dan membuat pernyataan atas hasil pemeriksaannya kepada publik

    (Chrismastuti, Agnes Advensia).

    Perpustakaan Unika

  • 5/25/2018 PERSEPSI AKUNTAN PUBLIK, AKUNTAN PENDIDIK, DAN MAHASISWA AKUNTANSI TERHADAP ETIKA BISNIS DAN ETIKA PR

    14/85

    Akuntan Pendidik

    Akuntan pendidik adalah akuntan yang berprofesi sebagai pendidik atau dosen,

    yang mempersiapkan anak didik di bidang akuntansi. Akuntan pendidik mempunyai

    tanggung jawab moral atas kualitas akuntan-akuntan yang didiknya (Crismastuti,

    Agnes Advensia).

    Mahasiswa Akuntasi

    Mahasiswa akuntansi adalah mahasiswa yang kuliah pada jurusan akuntasi di

    suatu universitas atau perguruan tinggi baik negri maupun swasta.

    2.3 PENGERTIAN ETIKA BISNIS DAN ETIKA PROFESI

    AKUNTAN

    Bisnis dapat menjadi sebuah profesi etis apabila ditunjang oleh sistem politik

    ekonomi yang kondusif (Keraf, 1998) yang berarti untuk menciptakan bisnis sebagai

    sebuah profesi yang etis maka dibutuhkan prinsip-prinsip etis untuk berbisnis yang

    merupakan suatu aturan hukum yang mengatur kegiatan bisnis semua pihak secara

    fair dan baik disertai sistim pemerintahan yang adil dan efektif dalam menegakkan

    aturan bisnis tersebut (Murtanto).

    Perpustakaan Unika

  • 5/25/2018 PERSEPSI AKUNTAN PUBLIK, AKUNTAN PENDIDIK, DAN MAHASISWA AKUNTANSI TERHADAP ETIKA BISNIS DAN ETIKA PR

    15/85

    Beberapa prinsip etika bisnis yang dapat diterapkan dalam kegiatan bisnis

    adalah sebagai berikut : (Keraf, 1998)

    1. Prinsip Otonomi

    Otonomi adalah sikap dan kemampuan manusia untuk bertindak berlandaskan

    kesadarannya sendiri tentang apa yang dianggap baik untuk diakukan. Orang otonom

    adalah orang yang sadar sepenuhnya akan apa yang menjadi kewajibannya dalam

    dunia bisnis. Ia tahu mengenai bidang kegiatannya, situasi yang dihadapinya, apa

    yang diharapkan, tuntutan atau aturan yang berlaku untuk bidang kegiatannya dan

    tahu pula mengenai keputusan dan tindakan yang pantas diambilnya. Orang yang

    otonom adalah orang yang tahu aturan dan tuntutan sosial, tetapi bukan orang sekedar

    mengikuti begitu saja aturan yang berlaku dalam masyarakat atau mengikuti begitu

    saja apa yang dilakukan orang lain. Orang otonom adalah orang yang mampu

    mengambil keputusan sendiri dan bertindak berlandaskan keputusan itu, karena ia

    sadar bahwa itulah yang baik (dalam situasi konkret yang dihadapi). Ia bisa

    berinisiatif, mampu mengambil sikap dan menemukan hal yang baik, dan tidak

    sekedar latah.

    Untuk bertindak secara otonom, diandaikan ada kebebasan untuk mengambil

    keputusan dan bertindak berdasarkan keputusan itu. Dalam kerangka etika, kebebasan

    adalah syarat yang harus ada agar manusia bertindak etis. Hanya karena ia

    mempunyai kebebasan, maka ia bisa dituntut untuk bertindak secara etis. Dalam

    kerangka bisnis, kegiatan bisnis hanya mungkin dilaksanakan kalau ada kebebasan.

    Perpustakaan Unika

  • 5/25/2018 PERSEPSI AKUNTAN PUBLIK, AKUNTAN PENDIDIK, DAN MAHASISWA AKUNTANSI TERHADAP ETIKA BISNIS DAN ETIKA PR

    16/85

    Seorang pengusaha atau manajer bisa mengembangkan kegiatan bisnisnya, hanya

    kalau ada kebebasan untuk itu. Maka dalam kerangka etika bisnis itu berarti bahwa

    prinsip otonomi menuntut para pengusaha dan manajer dihargai kebebasannya dalam

    mengambil keputusan apa saja, dan bertindak bedasarkan keputusannya itu. Dalam

    kondisi inilah kita bisa mengharapkan bahwa ia akan menjadi seorang pengusaha atau

    manajer yang bertindak secara etis.

    Namun, kebebasan saja belum menjamin bahwa orang bisa bertindak secara

    otonom dan etis. Otonomi mengandaikan juga adanya tanggung jawab. Pengusaha

    atau manajer dituntut untuk bertanggung jawab atas keputusan dan tindakannya,

    yaitu :

    a. Bertanggung jawab kepada dirinya sendiri.

    b. Bertanggung jawab kepada orang yang mempercayakan seluruh kegiatan

    bisnis dan manajemen itu kepadanya.

    c. Bertanggung jawab kepada pihak-pihak yang terlibat dengannya dalam

    urusan bisnis.

    d. Bersedia untuk mempertanggungjawabkan keputusan dan tindakannya kepada

    pihak ketiga, yaitu masyarakat seluruhnya yang sacara tidak langsung terkena

    akibat dari keputusan dan tindakan binisnya.

    2. Prinsip Kejujuran

    Aspek kejujuran dalam dunia bisnis :

    a. Kejujuran dalam pemenuhan syarat-syarat perjanjian dan kontrak.

    Perpustakaan Unika

  • 5/25/2018 PERSEPSI AKUNTAN PUBLIK, AKUNTAN PENDIDIK, DAN MAHASISWA AKUNTANSI TERHADAP ETIKA BISNIS DAN ETIKA PR

    17/85

    b. Kejujuran dalam penawaran barang dan jasa dengan mutu yang baik.

    c. Kejujuran menyangkut hubungan kerja dalam perusahaan.

    3. Prinsip Keadilan

    Prinsip ini menuntut agar kita memperlakukan orang lain sesuai dengan haknya.

    Hak orang lain perlu dihargai dan jangan sampai dilanggar, seperti kita juga

    mengharapkan agar hak kita dihargai dan tidak dilanggar.

    4. Prinsip Saling Menguntungkan

    Prinsip ini berintikan prinsip moral sikap baik kepada orang lain. Dalam

    berhubungan dengan orang lain, dalam bidang apa saja, kita dituntut untuk besikap

    baik kapada mereka. Dua bentuk perwujudan prinsip ini adalah : pertama, prinsip

    bersikap baik menuntut agar secara aktif dan maksimal kita semua berbuat hal yang

    baik bagi orang lain; kedua, wujudnya yang minimal dan pasif, sikap ini menuntut

    agar kita tidak berbuat jahat kepada orang lain. Secara maksimal orang bisnis dituntut

    melakukan kegiatan yang menguntungkan bagi orang lain (atau lebih tepat, saling

    menguntungkan), tapi kalau situasinya tidak memungkinkan, maka titik batas yang

    masih ditoleransi adalah tindakan yang tidak merugikan pihak lain.

    5. Prinsip Integrita Moral

    Kita pantas diperlakukan dan memperlakukan diri kita sendiri sebagai pribadi

    yang mempunyai nilai yang sama dengan pribadi lainnya. Sebagaimana kita

    Perpustakaan Unika

  • 5/25/2018 PERSEPSI AKUNTAN PUBLIK, AKUNTAN PENDIDIK, DAN MAHASISWA AKUNTANSI TERHADAP ETIKA BISNIS DAN ETIKA PR

    18/85

    sepantasnya tidak boleh memperlakukan orang lain secara tidak adil, tidak jujur ,dan

    sebagainya, kitapun berhak memperlakukan diri kita dan diperlakukan secara baik.

    Kita wajib membela dan mempertahankan kehormatan diri kita, jika martabat kita

    sebagai manusia dilanggar.

    Kode Etik Akuntan Indonasia sebagaimana ditetapkan dalam Ikatan Akuntan

    Indonesia di Jakarta pada tahun 1998 terdiri dari (Al. Haryono Yusup, 91-99)

    1. Prinsip etika

    2. Aturan etika

    3. Interpretasi etika

    Prinsip-Prinsip Etika Profesi Akutan

    Kode Etik Ikatan Akuntan Indonesia memuat delapan prinsip etika sebagai

    berikut :

    1. Tanggung Jawab Profesi

    Dalam melaksan akan tanggung jawabnya sebagai profesional, setiap anggota

    harus senantiasa menggunakan pertimbangan moral dan profesional dalam semua

    kegiatan yang dilakukannya.

    Sebagai profesional, anggota mempunyai peran penting dalam masyarakat.

    Sejalan dengan peranan tersebut, anggota mempunyai tanggung jawab kepada semua

    pemakai jasa profesional mereka.

    Perpustakaan Unika

  • 5/25/2018 PERSEPSI AKUNTAN PUBLIK, AKUNTAN PENDIDIK, DAN MAHASISWA AKUNTANSI TERHADAP ETIKA BISNIS DAN ETIKA PR

    19/85

    2. Kepentingan Publik

    Setiap anggota berkewajiban untuk senantiasa bertindak dalam kerangka

    pelayanan kepada publik, menghormati kepercayaan publik, dan menunjukkan

    komitmen atas profesionalisme.

    1) Satu ciri utama dari suatu profesi adalah penerimaan tanggung jawab kepada

    publik. Profesi akuntan memegang peranan penting di masyarakat, di mana

    publik dari profesi akuntan terdiri dari klien, pemberi audit, pemerintah,

    pemberi kerja, pegawai, investor, dunia bisnis dan keuangan, dan pihak lainnya

    yang bergantung kepada obyektivitas dan integritas akuntan dalam memelihara

    berjalannya fungsi bisnis secara tertib. Ketergantungan ini menimbulkan

    tanggung jawab akuntan terhadap kepentingan publik. Kepentingan publik

    didefinisikan sebagai kepentingan masyarakat dan institusi yang dilayani secara

    keseluruhan. Ketergantungan ini menyababkan sikap dan perilaku akuntan

    dalam menyediakan jasanya mempengaruhi kesejahteraan ekonomi masyarakat

    dan negara.

    2) Profesi akuntan tetap berada dalam posisi yang penting ini dengan terus

    menerus memberikan jasa yang unik pada tingkat yang menunjukkan bahwa

    kepercayaan masyarakat dipegang teguh. Kepentingan utama profesi akuntan

    adalah untuk membuat para pemakai jasa akuntan paham bahwa jasa akuntan

    dilakukan dengan prestasi tertinggi dan sesuai dengan persyaratan etika yang

    diperlukan untuk mencapai tingkat prestasi tersebut.

    Perpustakaan Unika

  • 5/25/2018 PERSEPSI AKUNTAN PUBLIK, AKUNTAN PENDIDIK, DAN MAHASISWA AKUNTANSI TERHADAP ETIKA BISNIS DAN ETIKA PR

    20/85

    3) Dalam memenuhi tanggung jawab profesionalnya, anggota mungkin

    menghadapi tekanan yang saling berbenturan dengan pihak-pihak yang

    berkepentingan. Dalam mengatasi hal ini, anggota harus bertindak dengan

    penuh integritas, dengan suatu keyakinan bahwa apabila anggota memenuhi

    kewajibannya kepada publik, maka kepentingan penerima jasa terlayani dengan

    sebaik-baiknya.

    4) Mereka memperoleh pelayanan dari anggota mengharapkan anggota untuk

    memenuhi taggung jawabnya dengan integritas, obyektivitas, keseksamaan

    profesional, dan kepentingan untuk melayani publik. Anggota mengharapkan

    untuk memberikan jasa berkualitas, mengenakan imbalan jasa yang pantas,

    serta menawarkan berbagai jasa, semua dilakukan dengan tingkat

    profesionalisme yang kosisten dengan Prinsip Etika Profesi ini.

    5) Semua anggota mengikat dirinya untuk menghormati kepercayaan publik. Atas

    kepercayaan publik yang diberikan kepadanya, anggota harus secara terus

    menerus menjalankan dedikasi mereka untuk mencapai profesionalisme yang

    tinggi.

    6) Tanggung jawab seorang akuntan tidak semata-mata untuk memenuhi

    kebutuhan klien individual atau pemberi kerja. Dalam melaksanakan tugasnya,

    seorang akuntan harus mengikuti standar profesi yang dititikberatkan pada

    kepentingan publik, misalnya :

    a) Auditor independen membantu memelihara integritas dan efisiensi dari

    laporan keuangan yang disajikan oleh lembaga keuangan untuk

    Perpustakaan Unika

  • 5/25/2018 PERSEPSI AKUNTAN PUBLIK, AKUNTAN PENDIDIK, DAN MAHASISWA AKUNTANSI TERHADAP ETIKA BISNIS DAN ETIKA PR

    21/85

    mendukung pemberi pinjaman dan kepada pemegang saham untuk memberi

    modal;

    b) Eksekutif keuangan bekerja di berbagai bidang akuntansi manajemen dalam

    organisasi dan memberikan kontribusi efisiensi dan efektivitas pengguna

    sumber daya organisasi;

    c) Auditor intern memberikan keyakianan tenteng sistim pengendalian internal

    yang baik untuk meningkatkan keandalan informasi keuangan dari pemberi

    kerja ke pihak luar;

    d) Ahli pajak membantu membangun kepercayaan dan efisiensi serta

    penerapan adil dari sistim pajak; dan

    e) Konsultan manajemen mempunnyai tanggung jawab terhadap kepentingan

    umum dalam membantu pembuatan keputusan manajemen yang baik.

    3. Integritas

    Untuk memlihara dan meningkatkan kepercayaan publik, setip anggota harus

    memenuhi tanggung jawab profesionalnya dengan integritas.

    1) Integritas adalah suatu elemen karakter yang mendasari timbulnya pengakuan

    profesional. Integritas merupakan kualitas yang mendasari kepercayaan publik

    yang merupakan patokan (benchmark) bagi anggota dalam menguji semua

    keputusan yang diambilnya.

    2) Integritas mengharuskan setiap anggota untuk, antara lain, bersikap jujur dan

    berterus terang tanpa harus mengorbankan rahasia penerimaan jasa. Pelayanan

    Perpustakaan Unika

  • 5/25/2018 PERSEPSI AKUNTAN PUBLIK, AKUNTAN PENDIDIK, DAN MAHASISWA AKUNTANSI TERHADAP ETIKA BISNIS DAN ETIKA PR

    22/85

    dan kepercayaan publik tidak boleh dikalahkan oleh keuntungan pribadi.

    Integritas dapat menerima kesalahan yang tidak disengaja dan perbedaan

    pendapat yang jujur, tetapi tidak dapat menerima kecurangan atau peniadaan

    prinsip.

    3) Integritas diukur dalam apa yang benar dan adil. Dalam hal tidak terdapat

    aturan, standar, paduan khusus atau dalam menghadapi pendapat yang

    bertentangan, anggota harus menguji keputusan atau perbuatannya dengan

    bertanya apakah anggota telah melakukan apa yang seorang berintegritas akan

    lakukan dan apakah anggota telah menjaga integritas dirinya. Integritas

    mengharuskan anggota untuk menaati baik bentuk maupun jiwa standar teknis

    dan etika.

    4) Integritas juga mengharuskan anggota untuk mngikuti prinsip obyektivitas dan

    kehati-hatian profesional.

    4. Obyektivitas

    Setiap anggota harus menjaga obyektifitas dan bebas dari benturan kepentingan

    dalam pemenuhan kewajiban profesionalnya.

    1) Obyektivitas adalah suatu kualitas yang memberikan nilai atas jasa yang

    diberikan anggota. Prinsip obyektivitas mengharuskan anggota bersikap adil,

    tidak memihak, jujur secara intelektual, tidak berprasangka atau bias, serta

    bebas dari benturan kepentingan atau berada dibawah pengaruh pihak lain.

    Perpustakaan Unika

  • 5/25/2018 PERSEPSI AKUNTAN PUBLIK, AKUNTAN PENDIDIK, DAN MAHASISWA AKUNTANSI TERHADAP ETIKA BISNIS DAN ETIKA PR

    23/85

    2) Anggota bekerja dalam berbagai kapasitas yang berbeda dan harus

    menunjukkan obyektivitas mereka di berbagai situasi. Anggota dalam praktik

    akuntan publik memberikan jasa atestasi, pepajakan, serta konsultan

    manajemen. Anggota lain menyiapkan laporan keuangan sebagai seorang

    bawahan, melakukan jasa audit intern yang bekerja dalam kapasitas keuangan

    dan manajemennya di industri, pendidikan dan pemerintahan. Mereka harus

    melindungi integritas pekerjaannya dan memelihara obyektifitas.

    3) Dalam menghadapi situasi dan praktik yang secara spesifik berhubungan

    dengan aturan etika sehubungan dengan obyektivitas, pertimbangan yang cukup

    harus diberikan terhadap faktor berikut :

    a. Adakalanya anggota dihadapkan kepada situasi yang memungkinkan

    mereka menerima tekanan-tekanan yang diberikan kepadanya. Tekanan ini

    dapat mengganggu obyektivitasnya.

    b. Adakalanya tidak praktis untuk menyatakan dan menggambarkan semua

    situasi di mana tekanan-tekanan mungkin terjadi. Ukuran kewajaran

    (reasonableness) harus digunakan dalam menetukan standar untuk

    mengidentifikasi hubungan yang mungkin atau kelihatan dapat merusak

    obyektivitas anggota.

    c. Hubungan-hubungan yang memungkinkan prasangka, bias atau pengaruh

    lainnya untuk melanggar obyektivitas haruis dihindari.

    d. Anggota memiliki kewajiban untuk memastikan bahwa orang-orang yang

    terlibat dalam pemberian jasa profesional mematuhi prisip obyektivitas.

    Perpustakaan Unika

  • 5/25/2018 PERSEPSI AKUNTAN PUBLIK, AKUNTAN PENDIDIK, DAN MAHASISWA AKUNTANSI TERHADAP ETIKA BISNIS DAN ETIKA PR

    24/85

    e. Anggota tidak boleh menerima atau menawarkan hadiah atau entertainment

    yang dipecaya dapat menimbulkan pengaruh yang tidak pantas terhadap

    pertimbangan profesional mereka atau terhadap orang-orang yang

    berhubungan dengan mereka. Anggota harus menghindari situasi-situasi

    yang dapat membuat posisi profesional mereka ternoda.

    5. Kompetensi dan Kehati- Hatian Profesional

    Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya dengan kehati -hatian,

    kompetensi dan ketekunan, serta mempunyai kewajiban untuk mempertahankan

    pengetahuan dan ketrampilan profesional pada tingkat yang diperlukan untuk

    memastikan bahwa klien atau pemberi kerja memperoleh manfaat dari jasa

    profesional yang kompeten berdasarkan perkembangan praktik, legislasi dan teknik

    yang paling mitakhir.

    1) Kehati-hatian profesional mengharuskan anggota untuk memenuhi tanggung

    jawab profesionalnya dengan kompetensi dan ketekunan. Hal ini mengadung

    arti bahwa anggota mempunyai kewajiban untuk melaksanakan jasa profesional

    dengan sebaik-baiknya sesuai dengan kemampuannya, demi kepentingan

    pengguna jasa dan kosisten dengan tanggung jawab profesi kepada publik.

    2) Kompetensi diperoleh melalui pendidikan dan pengalaman. Anggota

    seyogyanya tidak menggambarkan dirinya memiliki keandalan atau

    pengalaman yang tidak mereka punyai. Dalam semua penugasan dan dalam

    semua tangung jawabnya, setiap anggota harus melakukan upaya untuk

    Perpustakaan Unika

  • 5/25/2018 PERSEPSI AKUNTAN PUBLIK, AKUNTAN PENDIDIK, DAN MAHASISWA AKUNTANSI TERHADAP ETIKA BISNIS DAN ETIKA PR

    25/85

    mencapai tingkatan profesionalisme tinggi seperti disyaratkan oleh Prinsip

    Etika.

    Kompetensi profesional dapat dibagi menjadi dua fase yang terpisah :

    a. Pencapaian Kompetensi Profesional.

    Pencapaian kompetensi professional pada awalnya memerlukan standar

    pendidikan umum yang tinggi, diikuti oleh pendidikan khusus, pelatihan

    dan ujian profesional dalam subyek-subyek yang relevan, dan pengalaman

    kerja. Hal ini harus menjadi pola pengembangan yang normal untuk

    anggota.

    b. Pemeliharaan Kompetensi Profesional

    Kompetensi harus dipelihara dan dijaga melalui komitmen untuk belajar

    dan melakukan peningkatan profesional secara bekesinambungan selama

    kehidupan profesional anggota.

    Pemeliharaan komptensi profesional memerlukan kesadaran untuk terus

    mengukuti perkembangan profesi akuntansi, termasuk di antaranya

    pernyataan-pertanyaan akuntansi, auditing dan peraturan lainnya, baik

    nasional maupun internasional yang relevan.

    Anggota harus menerapkan suatu program yang dirancang untuk

    memastikan terdapatnya kendali mutu atas pelaksanaan jasa profesional

    yang konsisten dengan standar nasional dan internasional.

    3) Kompetensi menunjukan terdapatnya pencapaian dan pemeliharaan suatu

    tingkatan pemahaman dan pengetahuan yang memungkinkan seorang anggota

    Perpustakaan Unika

  • 5/25/2018 PERSEPSI AKUNTAN PUBLIK, AKUNTAN PENDIDIK, DAN MAHASISWA AKUNTANSI TERHADAP ETIKA BISNIS DAN ETIKA PR

    26/85

    untuk memberikan jasa dengan kemudahan dan kecerdikan. Dalam penugasan

    profesional melebihi kompetensi anggota atau perusahaan, anggota wajib

    melakukan konsultasi atau menyerahkan klien kepada pihak lain yang lebih

    kompeten. Setiap anggota bertanggung jawab untuk menentukan kompetensi

    masing-masing atau menilai apakah pendidikan, pengalaman dan pertimbangan

    yang diperlukan memadai untuk tanggung jawab yang harus dipenuhinya.

    4) Anggota harus tekun dalam memenuhi tanggung jawabnya kepada penerima

    jasa dan publik. Ketekunan mengandung arti pemenuhan tanggung jawab untuk

    mematuhi standar teknis, dan etika yang berlaku.

    5) Kahati-hatian profesional mengharuskan anggota untuk merencanakan dan

    mengawasi secara seksama setiap kegiatan profesional yang menjadi tanggung

    jawabnya.

    6. Kerahasiaan

    Setiap anggota harus menghormati kerahasiaan informasi yang diperoleh selama

    melakukan jasa profesional dan tidak boleh memakai atau mengungkapkan informasi

    tersebut tanpa persetujuan, kecuali apabila ada hak atau kewajiban profsional atau

    hukum yang mengungkapkannya.

    1) Anggota mempunyai kewajiban untuk menghormati kerahasiaan informasi

    tentang klien atau pemberi kerja yang diperoleh melalui jasa profesional yang

    diberikannya. Kewajiban kerahasiaan berlanjut bahkan setelah hubungan antar

    anggota dan klien atau pemberi jasa berakhir.

    Perpustakaan Unika

  • 5/25/2018 PERSEPSI AKUNTAN PUBLIK, AKUNTAN PENDIDIK, DAN MAHASISWA AKUNTANSI TERHADAP ETIKA BISNIS DAN ETIKA PR

    27/85

    2) Kerahasiaan harus dijaga oleh anggota kecuali jika persetujuan khusus telah

    diberikan atau terdapat kewajiban legal atau profesional untuk mengungkapkan

    informasi.

    3) Anggota mempunyai kewajiban untuk memastikan bahwa staf di bawah

    pengawasannya dan orang-orang yang diminta nasihat dan bantuannya

    menghormati prinsip kerahasiaan.

    4) Kerahasiaan tidaklah semata-mata masalah pengungkapan informasi.

    Kerahasiaan juga mengharuskan anggota untuk memperoleh informasi selama

    melakukan jasa profesional tidak menggunakan dan terlibat menggunakan

    infomasi tersebut untuk keuntungan pribadi atau keuntungan pihak ketiga.

    5) Anggota mempunyai akses terhadap informasi rahasia tentang penerima jasa

    tidak boleh mengungkapkannya ke publik. Kerena itu, anggota tidak boleh

    membuat pengungkapan yang tidak disetujui (unauthorized disclosure), kepada

    orang lain. Hal itu tidak berlaku untuk pengungkapan informasi dengan tujuan

    memenuhi taggung jawab anggota berdasar standar profesional.

    6) Kepentingan umum dan profesi menuntut bahwa standar profesi yang

    berhubungan dengan kerahasiaan didefinisikan bahwa terdapat paduan

    mengenai sifat dan luas kewajiban kerahasiaan serta mengenai berbagai

    keadaan di mana informasi yang diperoleh selam melakukan jasa profesional

    dapat atau perlu diungkapkan.

    Perpustakaan Unika

  • 5/25/2018 PERSEPSI AKUNTAN PUBLIK, AKUNTAN PENDIDIK, DAN MAHASISWA AKUNTANSI TERHADAP ETIKA BISNIS DAN ETIKA PR

    28/85

    7. Perilaku Profesional

    Setiap anggota harus berperilaku yang konsisten dengan reputasi profesi yang baik

    dan menjauhi tindakan yang dapat mendiskusikan profesi.

    Kewajiban untuk menjauhi tingkah laku yang dapat mendikreditkan profesi

    yang harus dipenuhi oleh anggota sebagai perwujudan tanggung jawabnya kepada

    penerima jasa, pihak ketiga, anggota yang lain, staf, pemberi kerja dan masyarakat

    umum.

    8. Standar Teknis

    Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya sesuai dengan standar

    teknis dan standar profesional yang relevan. Sesuai dengan keahliannya dan dengan

    berhati-hati, anggota mempunyai kewajiban untuk melaksanakan penugasan

    penugasan dari penerima jasa selama penugasan tersebut sejalan dengan prinsip

    integritas dan obyektivitas.

    Standar teknis dan standar profesional yang harus ditaati anggota adalah standar

    yang dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia, International Fedaration of

    Accountants, badan pengatur, dan peraturan perundang-undangan yang relevan.

    Perpustakaan Unika

  • 5/25/2018 PERSEPSI AKUNTAN PUBLIK, AKUNTAN PENDIDIK, DAN MAHASISWA AKUNTANSI TERHADAP ETIKA BISNIS DAN ETIKA PR

    29/85

    2.4 PENELITIAN TERDAHULU

    Ni Nengah Sari Ekayani dan Made Pradana Adi Putra (2003) dalam penelitiannya

    yang berjudul Presepsi Akuntan dan Mahasiswa Bali Terhadap Etika Bisnis

    dengan responden akuntan publik, akuntan pendidik, akuntan publik yang merangkap

    sebagai akuntan manajemen, serta mahasiswa akuntansi memberikan hasil bahwa ada

    perbedaan yang signifikan antara persepsi mahasiswa dengan akuntan, di mana

    mahasiswa mempunyai persepsi yang lebih baik dibandingkan dengan akuntan. Hasil

    lainnya menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan diantara keempat

    kelompok akuntan dan uji beda menunjukkan bahwa akuntan pendidik mempunyai

    persepsi yang paling baik dibandingkan dengan kelompok akuntan lainnya.

    Until Ludigdo dan Masud Machfoedz (1999) dalam penelitiannya yang berjudul

    Persepsi Akuntan dan Mahasiswa tentang Etika Bisnis dengan respoden akuntan

    pendidik, akuntan publik, akuntan pendidik yang sekaligus akuntan publik, dan

    mahasiswa akuntansi di Indonesia memberikan hasil penelitian bahwa ada perbedaan

    yang signifikan antara persepsi akuntan dan mahasiswa terhadap etika bisnis, di mana

    akuntan mempunyai persepsi yang lebih baik dibandingkan dengan mahasiswa. Hasil

    uji perbedaan persepsi antara akuntan pendidik, akuntan publik, dan akuntan pendidik

    yang berprofesi sekaligus sebagai akuntan publik menunjukkan bahwa tidak ada

    perbedaan yang signifikan di antara kelompok akuntan. Akuntan publik cenderung

    mempunyai persepsi yang paling baik dibandingkan dengan yang lainnya.

    Perpustakaan Unika

  • 5/25/2018 PERSEPSI AKUNTAN PUBLIK, AKUNTAN PENDIDIK, DAN MAHASISWA AKUNTANSI TERHADAP ETIKA BISNIS DAN ETIKA PR

    30/85

    Sihwahjoeni dan M. Godono (1999) dalam penelitiannya yang berjudul Persepsi

    Akuntan Terhadap Kode Etik Akuntan dengan responden akuntan publik, akuntan

    pendidik, akuntan pendidik sekaligus akuntan publik, akuntan manajemen, akuntan

    pendidik sekaligus akuntan manajemen, akuntan pemerintah, dan akuntan pendidik

    sekaligis akuntan pemerintah memberikan hasil bahwa terdapat perbedaan persepsi

    yang signifikan antara akuntan pendidik dengan akuntan pemerintah, akuntan

    pendidik dengan akuntan pendidik sekaligus akuntan publik, akuntan pendidik

    dengan akuntan pendidik sekaligus akuntan pemerintah, akuntan pendidik dengan

    akuntan manajemen, akuntan pendidik dengan akuntan pemerintah, akuntan

    manajemen dengan akuntan pendidik yang sekaligus akuntan pemerintah, akuntan

    pendidik yang sekaligus akuntan manajemen dengan akuntan pendidik yang sekaligus

    akuntan pemerintah.

    Jaka Winarna dan Ninik Retnowati (2003) dalam penelitiannya yang berjudul

    Persepsi Akuntan Pendidik, Akuntan Publik, dan Mahasiswa Akuntansi Terhadap

    Kode Etik Ikatan Akuntan Indonesia memberikan hasil bahwa antara akuntan

    publik, akuntan pendidik, dan mahasiswa akuntansi mempunyai persepsi yang

    berbeda terhadap Kode Etik Ikatan Akuntan Indonesia.

    Perpustakaan Unika

  • 5/25/2018 PERSEPSI AKUNTAN PUBLIK, AKUNTAN PENDIDIK, DAN MAHASISWA AKUNTANSI TERHADAP ETIKA BISNIS DAN ETIKA PR

    31/85

    2.5 PENGEMBANGAN HIPOTESIS

    Berdasarkan landasan teori dan penelitian sebelumnya maka hipotesis dalam

    penelitian ini adalah sebagai berikut :

    H1: Terdapat perbedaan persepsi yang signifikan antara akuntan publik, akuntan

    pendidik, dan mahasiswa akuntansi terhadap etika bisnis.

    H2: Terdapat perbedaan persepsi yang signifikan antara akuntan publik, akuntan

    pendidik, dan mahasiswa akuntansi terhadap etika profesi akuntansi.

    2.6 KERANGKA PIKIR PENELITIAN

    Gambar 2.1

    Kerangka Pikir Penelitian

    Persepsi akuntan publik

    terhadap etika bisnis dan

    etika profesi akuntaan

    Persepsi mahasiswa

    akuntansi terhadap

    etika binis dan etika

    profesi akuntan

    Persepsi akuntan

    pendidik terhadap etika

    bisnis dan etika profesi

    akutan

    beda sama

    Perpustakaan Unika

  • 5/25/2018 PERSEPSI AKUNTAN PUBLIK, AKUNTAN PENDIDIK, DAN MAHASISWA AKUNTANSI TERHADAP ETIKA BISNIS DAN ETIKA PR

    32/85

    2.7 DEFINISI DAN PENGUKURAN VARIABEL PENELITIAN

    Definisi Variabel Penelitian

    Variable penelitan ini adalah :

    a. Persepsi Etika Bisnis

    Persepsi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1995) adalah tanggapan

    (penerimaan) seacara langsung dari sesuatu atau merupakan proses seorang

    mengetahui beberapa hal melalui panca inderanya. Etika bisnis adalah etika yang

    berkaitan dengan penerapan prinsip-prinsip etika dalam lingkungan institusi,

    relasi, interaksi yang kita kenal sebagai bisnis (Keraf, A Sonny). Konstruksi yang

    membentuk variable penelitian diambil dari 5 prinsip etika bisnis, yaitu :

    otonomi, kejujuran, keadilan, saling menguntungkan, dan integritas moral.

    b. Persepsi Kode Etik Profesi Akuntan

    Kode Etik Profesi Akuntan adalah sebagai suatu sistem prinsip-prisip moral dan

    pelaksanaan aturan yang memberikan pedoman kepada akuntan dalam

    berhubungan dengan klien, masyarakat, dan akuntan lain sesama profesi atau

    suatu alat atau sarana untuk memberikan keyakinan kepada klien, pemakai

    laporan keuangan dan masyarakat pada umumnya tentang kualitas atau mutu jasa

    yang diberikan oleh akuntan (Munawir, 1995: 58-59). Konstruksi yang

    membentuk variabel penelitian diambil dari 8 prinsip yaitu : tanggung jawab

    profesi, kepentingan publik, integritas dan obyektivitas, kompetensi dan

    Perpustakaan Unika

  • 5/25/2018 PERSEPSI AKUNTAN PUBLIK, AKUNTAN PENDIDIK, DAN MAHASISWA AKUNTANSI TERHADAP ETIKA BISNIS DAN ETIKA PR

    33/85

    profesionalisme, kerahasiaan, dan standar teknis. Masing-masing dimensi yang

    membantu Kode Etik Profesi Akuntan tersebut diwakili oleh serangkaian

    pertanyaan yang diadopsi dari kuesioner Hendarto (2003) yang dikembangkan

    lebih lanjut.

    Pengukuran Variabel Penelitian

    Kedua variabel dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan kuesioner yang

    berupa pertanyaan-pertanyaan dan langsung ditujukan kepada obyek penelitian da

    harus dijawab secara langsung pula oleh obyek penelitian.

    Metode responden yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala linkert 1

    sampai dengan 5 dengan criteria penilaian sebagai berikut :

    a. Jawaban Sangat Setuju (SS) nilainya 5

    b. Jawaban Setuju (S) nilainya 4

    c. Jawaban Ragu- Ragu (R) nilainya 3

    d. Jawaban Tidak Setuju (TS) nilainya 2

    e. Jawaban Sangat Tidak Setuju (STS) nilainya 1

    Perpustakaan Unika

  • 5/25/2018 PERSEPSI AKUNTAN PUBLIK, AKUNTAN PENDIDIK, DAN MAHASISWA AKUNTANSI TERHADAP ETIKA BISNIS DAN ETIKA PR

    34/85

    BAB III

    METODE PENELITIAN

    3.1 OBYEK DAN LOKASI PENELITIAN

    Obyek dalam penelitian ini adalah akuntan publik, akuntan pendidik, dan

    mahasiswa akuntansi. Lokasi penelitian ini adalah di kota Semarang.

    3.2 POPULASI DAN SAMPEL

    1. Populasi Penelitian

    Populasi adalah wilayah generalisasi yang mempunyai kualitas dan

    karakter yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian

    ditarik kesimpulan (Sugoyono, 2000: 56 ). Populasi dalam penelitian ini

    adalah akuntan publik, akuntan pendidik atau dosen akuntansi pada

    Perguruan Tinggi Negri (PTN) dan Perguruan Tinggi Swasta (PTS), dan

    mahasiswa akuntansi pada Perguruan Tinggi Negri (PTN) dan Perguruan

    Tinggi Swasta (PTS) di kota Semarang, Jawa Tengah. Akuntan publik

    dipilih sebagai sampel dalam penelitian ini karena dalam penugasannya

    berhubungan dengan dunia bisnis yang diatur dengan etika bisnis dan

    29

    Perpustakaan Unika

  • 5/25/2018 PERSEPSI AKUNTAN PUBLIK, AKUNTAN PENDIDIK, DAN MAHASISWA AKUNTANSI TERHADAP ETIKA BISNIS DAN ETIKA PR

    35/85

    sebagai pelaku profesi akuntan yang diatur Kode Etik Akuntan (etika

    profesi akuntan). Akuntan pendidik dipilih sebagai sampel dalam penelitian

    ini karena akuntan pendidik merupakan pihak yang mengajarkan mata

    kuliah akuntansi yang di dalamnya juga mengandung Etika Bisnis dan Kode

    Etik Akuntan (etika profesi akuntan ) kepada mahasiswa akuntansi (calon

    akuntan). Mahasiswa akuntansi dipilih sebagai sampel karena mereka

    adalah calon akuntan yang diharapkan menjadi akuntan profesional dan

    berperilaku etis sehingga Etika Bisnis dan Kode Etik Akuntan (etika profesi

    akuntan) harus ditanamkan sejak dini.

    Pembatasan Populasi

    Populasi penelitian ini adalah akuntan publik, akuntan pendidik, dan

    mahasiswa akuntansi dengan kriteria sebagai berikut :

    1. Akuntan publik, merupakan akuntan yang bekerja pada Kantor Akuntan

    Publik (KAP) di Semarang yang telah memiliki pengalaman mengaudit

    minimal satu tahun yaitu sebanyak 133 akuntan (sumber

    www.akuntanpublik.org.).

    2. Akuntan pendidik, merupakan dosen tetap akuntansi yang telah bergelar

    Akt pada Perguruan Tinggi Negri (PTN) dan Perguruan Tinggi Swasta

    (PTS) di kota Semarang yang memiliki program studi akuntansi dengan

    status akreditasi A, yaitu Universitas Diponegoro (UNDIP) Semarang,

    Universitas Katholik (UNIKA) Soegijapranata Semarang, dan

    Perpustakaan Unika

  • 5/25/2018 PERSEPSI AKUNTAN PUBLIK, AKUNTAN PENDIDIK, DAN MAHASISWA AKUNTANSI TERHADAP ETIKA BISNIS DAN ETIKA PR

    36/85

    Universitas Islam Sultan Agung (UNISULA) Semarang yaitu sebanyak

    54 dosen (sumber : Bagian kepegawaian UNDIP, UNIKA, UNISULA)

    3. Mahasiwa akuntansi, merupakan mahasiswa yang mengambil jurusan

    akuntansi Program Sarjana S1 pada Perguruan Tinggi Negri (PTN) dan

    Perguruan Tinggi Swasta (PTS) di kota Semarang yang memiliki

    program studi akuntansi dengan status akreditasi A, yaitu Universitas

    Diponegoro (UNDIP) Semarang, Universitas Katholik (UNIKA)

    Soegijapranata Semarang, dan Universitas Islam Sultan Agung

    (UNISULA) Semarang. Mahasiswa yang dijadikan sampel dalam

    penelitian ini adalah mahasiswa yang sedang mengambil atau telah

    mengambil mata kuliah Auditing dan Etika Bisnis. Alasan sampel

    hanya mahasiswa akuntansi yang sedang atau pernah mengambil mata

    kuliah Auditing dan Etika Bisnis adalah karena pada mata kuliah inilah

    biasanya materi etika mulai diperkenalkan. Populasi penelitian tidak

    diketahui secara pasti (Kajur UNDIP, UNIKA, UNISULA)

    2. Sampel Penelitian

    Sampel adalah sebagian dari elemen-elemen/kelompok kecil populasi

    (Indriantoro dan B. Supomo, 2000: 115). Teknik pemilihan sampel dalam

    penelitian ini adalah menggunakan pemilihan sampel berdasarkan

    pertimbangan (judgment sampling),yaitu merupakan tipe pemilihan sampel

    secara tidak acak yang informasinya diperoleh dengan menggunakan

    Perpustakaan Unika

  • 5/25/2018 PERSEPSI AKUNTAN PUBLIK, AKUNTAN PENDIDIK, DAN MAHASISWA AKUNTANSI TERHADAP ETIKA BISNIS DAN ETIKA PR

    37/85

    pertimbangan tertentu (umumnya disesuaikan dengan tujuan atau masalah

    penelitian) (Indriantoro, Nur dan B. Supomo, 2002 :131).

    Berikut ini adalah daftar rancana sampel penelitian:

    Tabel 3.1

    Sampel Penelitian

    Obyek Penelitian

    Jumlah

    Kuesioner

    yang

    Disebar

    Jumlah

    Kuesioner

    yang

    Kembali

    Akuntan Publik

    Akuntan Pendidik Univers Diponegoro Semarang

    Akuntan Pendidik Universitas Katholik Soegijapranata Semarang

    Akuntan Pendidik Universitas Islam Sultan Agung Semarang

    Mahasiswa Akuntansi UNDIP, UNIKA, UNISULA

    Total

    133

    43

    7

    4

    100

    287

    52

    29

    7

    4

    90

    182

    Perpustakaan Unika

  • 5/25/2018 PERSEPSI AKUNTAN PUBLIK, AKUNTAN PENDIDIK, DAN MAHASISWA AKUNTANSI TERHADAP ETIKA BISNIS DAN ETIKA PR

    38/85

    3.3 METODE PENGUMPULAN DATA

    1. Jenis dan Sumber Data

    Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer

    (primary data), yaitu sumber data yang diperoleh secara langsung dari sumber

    asli (tidak melalui media perantara) (Indriantoro, Nur dan B. Supomo, 2002:

    146). Data primer diperoleh melalui kuesioner secara personal (personlly

    administered questionaries) kepada masing-masing respoden, yaitu dalam hal

    ini peneliti berhubungan langsung dan memberikan penjelasan seperlunya dan

    kuesioner dapat langsung dikumpulkan setelah selesai dijawab oleh responden

    (Indriantoro, Nur dan B. Supomo, 2002: 154 ).

    Jenis data yang digunakan dalam penlitian ini adalah data subyek (self-

    report data), yaitu jenis data yang berupa opini, sikap, pengalaman atau

    karakteristik dari seorang atau sekelompok orang yang menjadi subyek

    penelitian (responden) (Indriantoro, Nur dan B. Suipomo, 2002: 154 ).

    2. Teknik Penumpulan Data

    Data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh melalui survai dengan

    mengisi kuesioner yang dikirimkan kepada responden. Penyebaran kuesioner

    dilakukan dengan memakai tiga cara. Pertama, untuk responden akuntan publik

    kuesioner dikirimkan kepada pimpinan masing-masing Kantor Akuntan Publik

    Perpustakaan Unika

  • 5/25/2018 PERSEPSI AKUNTAN PUBLIK, AKUNTAN PENDIDIK, DAN MAHASISWA AKUNTANSI TERHADAP ETIKA BISNIS DAN ETIKA PR

    39/85

    (KAP). Kedua, untuk responden akuntan pendidik dan mahasiswa akuntansi

    kuesioner dikirimkan kepada ketua jurusan masing-masing. Ketiga, kuesioner

    dikirimkan kepada responden tertentu yang dikenal secara pribadi oleh peneliti.

    Populasi akuntan publik dalam penelitian ini diambil secara acak dari

    Kantor Akuntan Publik (KAP) yang berada di wilayah Semarang. Populasi

    akuntan pendidik dan mahasiswa akuntansi diambil dari tiga Perguruan Tinggi

    Negri (PTN) da Perguruan Tinggi Swata (PTS) dengan kriteria perguruan tinggi

    tersebut mempunyai status akreditasi A dalam program studi akuntansi. Alasan

    populasi hanya diambil dari perguruan tinggi yang memiliki status akreditasi A

    dalam program studi akuntansi kerena penelitian ini membandingkan

    mahasiswa akuntansi dengan akuntan publik dan akuntan pendidik bukan

    membandingkan antar mahasiwa akuntansi. Status akreditasi A dipilih sebagai

    standar mutu dan kualitas pendidikan akuntansi untuk menghindari hasil

    penelitian yang bias jika dibandingkan dengan akuntan publik dan akuntan

    pendidik. Perguruan tinggi yang dipilih sebagai sampel dalam penelitian ini

    adalah Universitas Diponegoro (UNDIP) Semarang, Universitas Katholik

    (UNIKA) Soegijapranata Semarang, dan Universitas Sultan Agung

    (UNISULA) Semarang.

    Perpustakaan Unika

  • 5/25/2018 PERSEPSI AKUNTAN PUBLIK, AKUNTAN PENDIDIK, DAN MAHASISWA AKUNTANSI TERHADAP ETIKA BISNIS DAN ETIKA PR

    40/85

    3. Alat Pengumpulan Data

    Data yang digunakan dalam penelitian ini dikumpulkan melalui pengisian

    kuesioner oleh akuntan publik, akuntan pendidk, dan mahasiswa akuntansi.

    3.4 TEKNIK ANALISIS DATA

    1. Pengujian Validitas

    Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu

    kuesioner. Suatau kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner

    mampu mengungkapkan suatu yang diukur oleh kuesioner tersebut. Jadi

    validitas ingin mengukur apakah pertanyaan dalam kuesioner yang sudah kita

    buat betul-betul dapat mengukur apa yang hendak kita ukur (Ghozali, Imam,

    2002 : 135 )

    Dalam uji validitas digunakan perhitungan koefisien korelasi Poduct

    Moment Person, atau Koefisien Korelasi Person (Anzwar, Saffudin, 1997 : 40)

    Rumus :

    ( ) ( )[ ] ( ) ( )[ ]nxyynxyx

    nyxyxxyrxy

    //

    /

    2222

    =

    Perpustakaan Unika

  • 5/25/2018 PERSEPSI AKUNTAN PUBLIK, AKUNTAN PENDIDIK, DAN MAHASISWA AKUNTANSI TERHADAP ETIKA BISNIS DAN ETIKA PR

    41/85

    Keterangan:

    rxy = koefisien korelasi antar skor intern dengan skor total

    xy = jumlah perkalian antar skor intern dengan kror total

    x = jumlah skor masing-masing intern

    y = jumlah skor total

    n = jumlah subyek

    2. Pengujian Reliabilitas

    Uji reliabilitas adalah alat untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakan

    indikator dari variabel atau konstruk. Suatu kuesioner dikatakan reliabel atau

    handal jika jawaban seorang terhadap pertanyaan adalah konsisten atau stabil

    dari waktu ke waktu.

    Cara menghitung tingakat reliabilitas suatau data yaitu menggunakan rumus

    Crobachs Alpha (Azwar, Saifuddin, 1997 : 45 ).

    Rumus :

    ( )rrkrk

    +

    =

    1.

    Perpustakaan Unika

  • 5/25/2018 PERSEPSI AKUNTAN PUBLIK, AKUNTAN PENDIDIK, DAN MAHASISWA AKUNTANSI TERHADAP ETIKA BISNIS DAN ETIKA PR

    42/85

    Keterangan :

    k = jumlah item valid

    r = rata-rata koefisien antar item

    = koefisien reabilitas

    Kriteria pengujuian reliabilitas penelitian :

    1. Apabila nilai mendakati 0, maka kuesioner tersebut kurang reliabel

    2. Apabila nilai mendekati 1 atau -1, maka kuesioner tersebut sangat

    reliabel

    3. Apabila nilai di tengah, kurang lebih antara 1 dan -1, maka kuesioner

    tersebut sedang

    3. Pengujian Hipotesis

    ANOVA (Analisis of Varience).

    Untuk menganalisis hipotesis pertama (H1) dan hipotesis kedua (H2)

    menggunakan ANOVA (Analisis of Varience).

    Pengujian hipotesis 1 (H1) dan Hipotesis 2 (H2) :

    a. Rumusan hipotesis yang akan diuji

    H01 : Tidak terdapat perbedaan persepsi antara akuntan publik, akuntan

    pendidik, dan mahasiswa akuntansi terhadap etika bisnis

    HA1 : Terdapat perbedaan perspsi antara akuntan publik, akuntan pendidik, dan

    mahasiswa akuntansi terhadap etika bisnis

    Perpustakaan Unika

  • 5/25/2018 PERSEPSI AKUNTAN PUBLIK, AKUNTAN PENDIDIK, DAN MAHASISWA AKUNTANSI TERHADAP ETIKA BISNIS DAN ETIKA PR

    43/85

    H02 : Tidak terdapat perbedaan persepsi antara akuntan publik, akuntan

    pendidik,dan mahasiswa akuntansi terhadap etika profesi akuntan

    HA2 : Terdapat perbedaan perspsi antara akuntan publik, akuntan pendidik, dan

    mahasiswa akuntansi terhadap etika profesi akuntan

    b. 5%

    Ftabel (Ft) = F ; df (jumlah variabel 1 ; jumlah kasus jumlah variabel)

    c. Kriteria pengujian

    F hitung > F tabel, maka H0 ditolak dan HA diterima

    F hitung < F tabel, maka H0 diterima dan HA ditolak

    d. Rumus uji F

    MSSE

    MSFChitungF =

    MSSC =Mean Sum of Squares Colum

    MSSE =Mean Sum of Squares Error

    UJI t

    Uji t digunakan untuk mengetahui perbedaan persepsi etika bisnis dan etika

    profesi akuntan antara:

    1. akuntan publik dengan akuntan pendidik

    2. akuntan pendidik dengan akuntan mahasiswa akuntansi

    3. akuntan publik dengan mahasiswa akuntansi

    Perpustakaan Unika

  • 5/25/2018 PERSEPSI AKUNTAN PUBLIK, AKUNTAN PENDIDIK, DAN MAHASISWA AKUNTANSI TERHADAP ETIKA BISNIS DAN ETIKA PR

    44/85

    Langkah langkah pengujian :

    1. Apakah terdapat perbedaan persepsi antara akuntan publik dengan akuntan

    pendidik tentang etika bisnis

    2. Apakah terdapat perbedaan persepsi antara akuntan publik dengan

    mahasiswa akuntansi tentang etika bisnis

    3. Apakah terdapat perbedaan persepsi antara akuntan pendidik dengan

    mahasiswa akuntansi tentang etika bisnis

    4. Apakah terdapat perbedaan persepsi antara akuntan publik dengan akuntan

    pendidik akuntansi tentang etika profesi akuntan

    5. Apakah terdapat perbedaan persepsi antara akuntan pendidik dengan

    mahasiswa akuntansi tentang etika profesi akuntan

    6. Apakah terdapat perbedaan persepsi antara akuntan publik dengan

    mahasiswa akuntansi tentang etika profesi akuntan

    Rumus untuk menghitung nilai t hitung

    ( ) ( )

    +

    +

    =

    2121

    2

    1

    2

    2

    2

    11

    21

    11

    2

    11

    nnnn

    SnSn

    XXt

    Dimana :

    X1= Mean persepsi akuntan pendidik

    X2= Mean persepsi akuntan publik

    n1 = Banyaknya sampel yang diamati

    Perpustakaan Unika

  • 5/25/2018 PERSEPSI AKUNTAN PUBLIK, AKUNTAN PENDIDIK, DAN MAHASISWA AKUNTANSI TERHADAP ETIKA BISNIS DAN ETIKA PR

    45/85

    n2 = Banyaknya sampel yang diamati

    S1 = Deviasi stanadar persepsi akuntan pendidik

    S2 = Deviasi stanadar persepsi akuntan pendidik

    Adapun formulaasi untuk deviasi standar adalaah (Sudjana,1991 : 160)

    Rumus :

    Fomula untuk mean adalah :

    ( )2

    1

    2

    =

    n

    XXS

    Persamaan untuk mean adalah :

    n

    Xx

    n

    t== 11

    Dimana :

    =

    n

    t

    X1

    1 : Jumlah nilai persepsi akuntan publik

    n : Jumlah sampel

    Guna membantu perhitungan uji t digunakan alat bantu SPSS (Statistic Program

    For Social Science).

    Perpustakaan Unika

  • 5/25/2018 PERSEPSI AKUNTAN PUBLIK, AKUNTAN PENDIDIK, DAN MAHASISWA AKUNTANSI TERHADAP ETIKA BISNIS DAN ETIKA PR

    46/85

    BAB IV

    ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN

    4.1 IDENTITAS RESPONDEN

    Penelitian ini menggunakan 3 kelompok responden yang memiliki latar

    belakang pendidikan akuntansi, yaitu praktisi akuntan publik, akuntan pendidik dan

    mahasiswa akuntansi. Kelompok pertama dan kedua dilakukan pada 3 perguruan

    tinggi besar di Semarang yaitu UNDIP, UNIKA, dan UNISULA.

    Jumlah kuesioner yang dikeluarkan adalah sebanyak 206 buah, dengan

    perincian untuk akuntan publik sebanyak 52 buah dan semuanya dikembalikan

    dengan terisi penuh. Untuk kalangan akuntan pendidik, adalah sebanyak 54 kuesioner

    dengan perincian UNDIP sebanyak 43 kuesioner, UNIKA sebanyak 7 kuesioner dan

    UNISULA sebanyak 4 kuesioner. Dari jumlah tersebut hanya yang di UNDIP saja

    yang dari 43 buah kuesioner, hanya 29 kuesioner yang kembali. Penelitian di

    kalangan mahasiswa terbagi menjadi : 30 kuesioner di UNDIP, dan kembali semua,

    35 kuesioner di UNIKA dan hanya kembali 30, serta 35 kuesioner di UNISULA dan

    hanya kembali 30 buah. Secara keseluruhan jumlah kuesioner yang kembali adalah

    berjumlah 182 buah. Berikut ini menunjukkan banyaknya sampel yang digunakan

    untuk penelitian.

    41

    Perpustakaan Unika

  • 5/25/2018 PERSEPSI AKUNTAN PUBLIK, AKUNTAN PENDIDIK, DAN MAHASISWA AKUNTANSI TERHADAP ETIKA BISNIS DAN ETIKA PR

    47/85

    Tabel 4.1

    Spesifikasi Sampel Penelitian

    Responden Jumlah kuesioner

    yang dikeluarkan

    Jumlah kuesioner yang

    kembali

    KAP

    - KAP Drs. Gitoyo

    - KAP Darsono & Budi Santoso

    - KAP Dra. Suhartati & Rekan

    - KAP Benny Gunawan

    - KAP Bayudi Watu & Rekan

    - KAP Drs. Tahrir Hidayat

    - KAP Ngurah Arya

    - KAP Hadori & Rekan

    - KAP Yulianti, SE, BAP

    - KAP Dra. Harjati

    - KAP Sugandi

    - KAP Drs. Sukamto

    - KAP Hananta Budianto & Rekan

    - KAP Leonard, Mulia & Ricard

    - KAP I Sutikno

    - KAP Sugeng Pamuji

    6

    6

    3

    5

    5

    6

    15

    12

    5

    5

    4

    6

    9

    20

    5

    21

    5

    0

    3

    3

    0

    6

    3

    0

    5

    5

    0

    6

    5

    0

    5

    6

    Akuntan Pendidik

    - Akuntan Pendidik Undip

    - Akuntan Pendidik Unika

    - Akuntan Pendidik Unissula

    43

    7

    4

    29

    7

    4

    Mahasiswa Akuntansi

    - Mahasiswa Undip

    - Mahasiswa Unika

    - Mahasiswa Unissula

    30

    35

    35

    30

    30

    30

    Jumlah 287 182

    Sumber : data primer yang diolah

    Perpustakaan Unika

  • 5/25/2018 PERSEPSI AKUNTAN PUBLIK, AKUNTAN PENDIDIK, DAN MAHASISWA AKUNTANSI TERHADAP ETIKA BISNIS DAN ETIKA PR

    48/85

    Sebelum membahas lebih jauh mengenai hasil penelitian ini, terlebih dahulu

    akan dibahas sedikit mengenai gambaran umum berupa karakteristik demografis

    responden dari masing-masing kelompok.

    Tabel 4.2

    Jenis Kelamin Responden

    KAP Pendidik Mahasiswa Total

    Jenis Kelamin

    Laki-laki

    Perempuan

    25

    27

    23

    17

    49

    41

    97

    85

    Jumlah 52 40 90 182

    Umur

    25 tahun

    26 30 tahun

    31 35 tahun

    > 35 tahun

    17

    24

    8

    3

    -

    -

    17

    23

    90

    -

    -

    -

    107

    24

    25

    26

    Jumlah 52 49 90 182

    Sumber : data primer yang diolah

    Perpustakaan Unika

  • 5/25/2018 PERSEPSI AKUNTAN PUBLIK, AKUNTAN PENDIDIK, DAN MAHASISWA AKUNTANSI TERHADAP ETIKA BISNIS DAN ETIKA PR

    49/85

    Tabel 4.2 menunjukkan bahwa responden laki-laki memiliki jumlah yang

    lebih banyak dibanding perempuan untuk seluruh kelompok responden yaitu

    sebanyak 97 orang laki-laki dan 85 orang perempuan. Namun demikian perbedaan

    dari segi jenis kelamin tersebut belum begitu mencolok.

    4.2 UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS

    Uji Validitas

    Uji validitas digunakan untuk menguji sejauh mana ketepatan alat ukur dapat

    mengungkapkan konsep gejala/kejadian yang diukur. Pengujian validitas dilakukan

    dengan menggunakan rumus Produtc Moment Pearson yang sudah terkoreksi.

    Pengujian validitas intrumen ini dilakukan terlebih dahulu terhadap 30 responden

    dengan r tabel sebesar 0,361. Pengujian validitas selengkapnya dapat dilihat pada

    tabel berikut ini

    Perpustakaan Unika

  • 5/25/2018 PERSEPSI AKUNTAN PUBLIK, AKUNTAN PENDIDIK, DAN MAHASISWA AKUNTANSI TERHADAP ETIKA BISNIS DAN ETIKA PR

    50/85

    Tabel 4.3

    Hasil Pengujian Validitas

    Variabel Sub Variabel Jumlah

    Item

    Jumlah

    Valid

    Nilai r Valid

    Persepsi Etika Bisnis 0,3786-0,6405

    Otonomi 5 5 0,3939-0,6610

    Kejujuran 5 5 0,4437-0,6283

    Keadilan 5 5 0,4125-0,5179

    Saling menguntungkan 5 5 0,3848-0,5470

    Intigritas Moral 5 5 0,366-0,4973

    Persepsi Etika Profesi

    Akuntan

    0,3840-0,8520

    Tanggung jawab 4 4 0,3922-0,6330

    Kepentingan publik 4 4 0,3778-0,6081

    Integtitas 2 2 0,4960-0,4960Obyektivitas 9 9 0,3996-0,6785

    Kompetensi 2 2 0,4655-0,4655

    Kerahasiaan 4 4 0,3706-0,4812

    Perilaku profesional 4 4 0,3974-0,7534

    Sandar teknis 5 5 0,4332-0,6130

    Sumber : Data primer yang diolah

    Tabel 4.3 menunjukkan bahwa seluruh indikator pada variabel maupun sub

    variabel etika bisnis maupun etika profesi akuntan semuanya menunjukkan sebagai

    indikator maupun pengukur variabel yang valid karena r tabel < r hitung.

    Perpustakaan Unika

  • 5/25/2018 PERSEPSI AKUNTAN PUBLIK, AKUNTAN PENDIDIK, DAN MAHASISWA AKUNTANSI TERHADAP ETIKA BISNIS DAN ETIKA PR

    51/85

    Uji Reliabilitas

    Uji reliabilitas digunakan untuk menguji sejauh mana keandalan suatu alat

    pengukur untuk dapat digunakan lagi untuk penelitian yang sama. Pengujian

    reliabilitas dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan rumus Alpha. Hasil

    pengujian reliabilitas untuk masing-masing variabel yang diringkas pada tabel 4.2

    berikut ini.

    Tabel 4.4

    Hasil Pengujian Reliabilitas

    Variabel Sub Variabel Alpha

    Persepsi Etika Bisnis 0,7398

    Otonomi 0,7856

    Kejujuran 0,7607

    Keadilan 0,7142

    Saling menguntungkan 0,6992

    Integritas moral 0,6513

    Persepsi Etika Profesi Akuntan 0,7889

    Tanggung jawab 0,7477

    Kepentingaan publik 0,6906

    Integritas 0,6631Obyektivitas 0,8175

    Kompetensi 0,6338

    Kerahasiaan 0,6091

    Perilaku profesional 0,7185

    Standar teknis 0,7195

    Sumber : Data primer yang diolah

    Perpustakaan Unika

  • 5/25/2018 PERSEPSI AKUNTAN PUBLIK, AKUNTAN PENDIDIK, DAN MAHASISWA AKUNTANSI TERHADAP ETIKA BISNIS DAN ETIKA PR

    52/85

    Dari hasil tersebut menunjukkan bahwa semua variabel mempunyai koefisien

    Alpha yang lebih besar dari 0,6 sehingga dapat dikatakan semua konsep pengukur

    variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah reliabel. Untuk

    selanjutnya item-item pada masing-masing konsep variabel tersebut layak digunakan

    sebagai alat ukur dalam pengujian statistik.

    4.3 DESKRIPSI VARIABEL

    Diskripsi variabel disini dimaksudkan untuk menganalisis data berdasarkan

    atas hasil yang diperoleh dari jawaban responden terhadap masing-masing indikator

    pengukur variabel.

    Perpustakaan Unika

  • 5/25/2018 PERSEPSI AKUNTAN PUBLIK, AKUNTAN PENDIDIK, DAN MAHASISWA AKUNTANSI TERHADAP ETIKA BISNIS DAN ETIKA PR

    53/85

    Tabel 4.5

    Diskripsi Variabel

    Variabel Kisaran

    teoritis

    Kisaran

    empiris

    Rata-

    rata

    teoritis

    Rata-

    rata

    Empiris

    Otonomi 5 - 25 8 - 20 15 13.69

    Kejujuran 5 25 12 24 15 18.81

    Keadilan 5 25 14 25 15 21.16

    Saling menuntungkan 5 25 15 25 15 20.76

    Integritas Moral 5 25 16 24 15 20.21

    Persepsi Etika Bisnis 25 125 71 113 75 94.64

    Tanggung jawab 4 20 12 20 12 17.54

    Kepentingan publik 4 20 14 20 12 17.29

    Integritas 2 10 2 10 6 5.75

    Obyektivitas 9 45 26 41 27 34.9Kompetensi 2 10 6 10 6 8.25

    Kerahasiaan 4 20 11 20 12 16.58

    Perilaku profesional 4 20 12 20 12 16.76

    Standar teknis 5 25 14 24 15 20.24

    Persepsi Etika Profesi Akuntan 34 170 117 - 159 102 137.32

    Sumber : Data primer yang diolah

    Berdasarkan data tersebut menunjukkan bahwa kecuali untuk sub variabel

    untuk variabel otonomi dan variabel integritas, semua persepsi menunjukkan skor

    rata-rata empiris yang lebih besar dari nilai rata-rata teoritsnya . Hal ini berarti bahwa

    selain persepsi terhadap otonomi dan integritas, persepsi responden terhadap etika

    Perpustakaan Unika

  • 5/25/2018 PERSEPSI AKUNTAN PUBLIK, AKUNTAN PENDIDIK, DAN MAHASISWA AKUNTANSI TERHADAP ETIKA BISNIS DAN ETIKA PR

    54/85

    bisnis maupun etika profesi akuntan berada pada skor di atas rata-rata teoritisnya. Hal

    ini menunjukkan bahwa secara umum sikap para akuntan publik, akuntan pendidik,

    dan mahasiswa akuntansi positif terhadap beberapa etika kecuali otonomi dan

    integritas yang sedikit berada di bawah rata-rata yang menunjukkan adanya sikap

    yang cenderung negatif dari para akuntan publik, akuntan pendidik, dan mahasiswa

    akuntansi.

    Perpustakaan Unika

  • 5/25/2018 PERSEPSI AKUNTAN PUBLIK, AKUNTAN PENDIDIK, DAN MAHASISWA AKUNTANSI TERHADAP ETIKA BISNIS DAN ETIKA PR

    55/85

    Tabel 4.6

    Diskripsi Variabel Etika Bisnis Antar Kelompok

    Kelompok

    Akuntan Publik Akuntan Pendidik Mahasiswa Akt

    Otonomi Mean

    Std.

    Min.

    Max.

    12,63

    2,13

    9

    16

    13,98

    2,80

    10

    20

    14,17

    2,88

    8

    20

    Kejujuran MeanStd.

    Min.

    Max.

    19,442,10

    15

    23

    19,352,36

    14

    24

    18,203,11

    12

    23

    Keadilan Mean

    Std.

    Min.

    Max.

    21,71

    1,54

    19

    25

    21,20

    2,58

    17

    25

    20,83

    3,24

    14

    25

    Saling Menguntungkan Mean

    Std.

    Min.

    Max.

    21,88

    2,21

    18

    25

    20,50

    2,54

    17

    25

    20,23

    3,01

    15

    25Integritas Moral Mean

    Std.

    Min.

    Max.

    21,31

    1,59

    19

    24

    19,77

    2,53

    16

    24

    19,78

    2,50

    16

    24

    Persepsi Etika Bisnis Mean

    Std.

    Min.

    Max.

    96,98

    4,74

    87

    108

    94,80

    8,70

    79

    113

    93,21

    10,79

    71

    111

    Sumber : Data primer yang diolah

    Perpustakaan Unika

  • 5/25/2018 PERSEPSI AKUNTAN PUBLIK, AKUNTAN PENDIDIK, DAN MAHASISWA AKUNTANSI TERHADAP ETIKA BISNIS DAN ETIKA PR

    56/85

    Tabel 4.7

    Diskripsi Variabel Etika Profesi Akuntan Antar Kelompok

    Kelompok

    Akuntan Publik Akuntan Pendidik Mahasiswa Akt

    Tanggung Jawab Mean

    Std.

    Min.Max.

    17,21

    1,38

    1320

    17,68

    1,37

    1620

    17,68

    1,53

    1220

    Kepentingan Mean

    Std.Min.

    Max.

    17,67

    1,4216

    20

    17,08

    1,5914

    20

    17,17

    1,6214

    20

    Integritas Mean

    Std.

    Min.

    Max.

    4,12

    1,37

    2

    10

    6,40

    1,69

    4

    9

    6,41

    1,66

    4

    10

    Objektifitas Mean

    Std.

    Min.

    Max.

    34,65

    2,52

    29

    39

    34,95

    4,72

    26

    41

    35,01

    4,88

    26

    41

    Kompetensi Mean

    Std.Min.

    Max.

    82,52

    0,787

    10

    8,13

    0,996

    10

    8,16

    0,966

    10

    Kerahasiaan Mean

    Std.

    Min.Max.

    16,85

    2,17

    1120

    16,40

    1,77

    1120

    16,51

    1,57

    1120

    Perilaku Mean

    Std.

    Min.

    Max.

    16,00

    1,61

    13

    19

    17,18

    2,18

    12

    20

    17,03

    2,31

    12

    20

    Standar Teknis Mean

    StdMin.

    Max.

    20,02

    2,6214

    24

    20,27

    1,8515

    24

    20,36

    1,9315

    24

    Persepsi Etika Prof. Akt Mean

    Std.

    Min.

    Max.

    135,0

    9,76

    121

    158

    138,0

    10,23

    119

    157

    138,3

    10,73

    117

    159

    Sumber : Data primer yang diolah

    Perpustakaan Unika

  • 5/25/2018 PERSEPSI AKUNTAN PUBLIK, AKUNTAN PENDIDIK, DAN MAHASISWA AKUNTANSI TERHADAP ETIKA BISNIS DAN ETIKA PR

    57/85

    Pada tabel 4.6 dan tabel 4.7 menunjukkan bahwa kelompok akuntan publik

    kecuali untuk sub variabel untuk variabel otonomi dan integritas, semua persepsi

    menunjukkan skor rata-rata empiris yang lebih besar dari nilai rata-rata teoritsnya.

    Hal ini berarti bahwa selain persepsi terhadap otonomi dan integritas, persepsi

    responden akuntan publik terhadap etika bisnis maupun etika profesi akuntan berada

    pada skor di atas rata-rata teoritisnya. Hal ini menunjukkan bahwa secara umum sikap

    para akuntan publik positif terhadap beberapa etika kecuali otonomi dan integritas

    yang sedikit berada di bawah rata-rata yang menunjukkan adanya sikap yang

    cenderung negatif dari para akuntan publik.

    Kelompok akuntan pendidik kecuali untuk sub variabel untuk variabel

    otonomi, semua persepsi menunjukkan skor rata-rata empiris yang lebih besar dari

    nilai rata-rata teoritsnya. Hal ini berarti bahwa selain persepsi terhadap otonomi,

    persepsi responden akuntan pendidik terhadap etika bisnis maupun etika profesi

    akuntan berada pada skor di atas rata-rata teoritisnya. Hal ini menunjukkan bahwa

    secara umum sikap para akuntan pendidik positif terhadap beberapa etika kecuali

    otonomi yang sedikit berada di bawah rata-rata yang menunjukkan adanya sikap yang

    cenderung negatif dari para akuntan pendidik.

    Kelompok mahasiswa akuntansi kecuali untuk sub variabel untuk variabel

    otonomi, semua persepsi menunjukkan skor rata-rata empiris yang lebih besar dari

    nilai rata-rata teoritsnya. Hal ini berarti bahwa selain persepsi terhadap otonomi,

    persepsi responden mahasiswa akuntansi terhadap etika bisnis maupun etika profesi

    akuntan berada pada skor di atas rata-rata teoritisnya. Hal ini menunjukkan bahwa

    secara umum sikap para mahasiswa akuntansi positif terhadap beberapa etika kecuali

    Perpustakaan Unika

  • 5/25/2018 PERSEPSI AKUNTAN PUBLIK, AKUNTAN PENDIDIK, DAN MAHASISWA AKUNTANSI TERHADAP ETIKA BISNIS DAN ETIKA PR

    58/85

    otonomi yang sedikit berada di bawah rata-rata yang menunjukkan adanya sikap yang

    cenderung negatif dari para mahasiswa akuntansi.

    4.4 PENGUJIAN PERBEDAAN

    Analisis Perbedaan Etika Bisnis

    Untuk menguji perbedaan etika bisnis pada ketiga kelompok akuntan akan

    diuji dengan menggunakan uji Analisis Varian (ANOVA). Penggunaan analisis ini

    adalah karena variabel pembedanya terdiri lebih dari 2 kelompok. Pengujian

    perbedaan etika bisnis berdasarkan jenis kelompok akuntan secara keseluruhan

    diperoleh sebagai berikut :

    Tabel 4.8

    Perbedaan etika bisnis berdasarkan kelompok akuntan publik, akuntan

    pendidik, dan mahasiswa akuntansi

    Statistik Rata-rata Standar deviasi F Sig. t

    Akuntan Publik 96.98 4.74

    Akuntan Pendidik 94.80 8.70

    Mahasiswa 93.21 10.79

    .2,909 0,057

    Sumber : Data primer yang diolah

    Hasil pengujian menunjukkan bahwa kelompok akuntan publik memiliki

    persepsi etika bisnis yang lebih tinggi dibanding akuntan pendidik maupun

    Perpustakaan Unika

  • 5/25/2018 PERSEPSI AKUNTAN PUBLIK, AKUNTAN PENDIDIK, DAN MAHASISWA AKUNTANSI TERHADAP ETIKA BISNIS DAN ETIKA PR

    59/85

    mahasiswa. Namun dari hasil uji anova diperoleh nilai F sebesar 2,909 dengan

    signifikansi sebesar 0,057. Nilai signifikansi yang lebih besar dari 0,05 menunjukkan

    tidak adanya perbedaan yang signifikan atas persepsi etika bisnis berdasarkan

    kelompok akuntan publik, akuntan pendidik, dan mahasiswa akuntansi. Hal ini berarti

    Hipotesis 1 ditolak.

    Perbandingan rata-rata persepsi terhadap etika bisnis pada ketiga kelompok

    tersebut disajikan dalam gambar berikut :

    Kelompok

    Mahasiswa AkuntansiAkuntan PendidikAkuntan Publik

    MeanofPersepsiEt

    ikaBisnis

    98

    97

    96

    95

    94

    93

    Gambar 4.1

    Perbedaan rata-rata persepsi etika bisnis

    Perpustakaan Unika

  • 5/25/2018 PERSEPSI AKUNTAN PUBLIK, AKUNTAN PENDIDIK, DAN MAHASISWA AKUNTANSI TERHADAP ETIKA BISNIS DAN ETIKA PR

    60/85

    Untuk melihat apakah ada perbedaan terhadap dua kelompok dari masing-

    masing kelompok tersebut dapat diuji dengan menggunakan uji beda (independent

    sample t-test). Hasil pengujian tersebut disajikan sebagai berikut :

    Tabel 4.9

    Perbedaan persepsi etika bisnis pada akuntan publik

    dan akuntan pendidik

    Kelompok Rata-rata Standar deviasi T Sig. t

    Akuntan Publik 96.98 4.74

    Akuntan Pendidik 94.80 8.70

    1,536 0,128

    Sumber : Data primer yang diolah

    Hasil pengujian menunjukkan bahwa nilai t test diperoleh sebesar 1,536

    dengan signifikansi sebesar 0,128. Nilai signifikansi yang lebih besar dari 0,05

    menunjukkan tidak adanya perbedaan persepsi etika bisnis yang signifikan pada

    kelompok akuntan publik dan akuntan pendidik.

    Perpustakaan Unika

  • 5/25/2018 PERSEPSI AKUNTAN PUBLIK, AKUNTAN PENDIDIK, DAN MAHASISWA AKUNTANSI TERHADAP ETIKA BISNIS DAN ETIKA PR

    61/85

    Untuk pengujian perbedaan pada akuntan pendidik dan mahasiswa diperoleh

    sebagai berikut :

    Tabel 4.10

    Perbedaan persepsi etika bisnis pada akuntan pendidik dan mahasiswa

    Kelompok Rata-rata Standar deviasi t Sig. t

    Akuntan Pendidik 94.80 8.70

    Mahasiswa 93.21 10.79

    0,820 0,414

    Sumber : Data primer yang diolah

    Hasil pengujian menunjukkan bahwa nilai t test diperoleh sebesar 0,820

    dengan signifikansi sebesar 0,414. Nilai signifikansi yang lebih besar dari 0,05

    menunjukkan tidak adanya perbedaan persepsi etika bisnis yang signifikan pada

    kelompok akuntan pendidik dan mahasiswa.

    Perpustakaan Unika

  • 5/25/2018 PERSEPSI AKUNTAN PUBLIK, AKUNTAN PENDIDIK, DAN MAHASISWA AKUNTANSI TERHADAP ETIKA BISNIS DAN ETIKA PR

    62/85

    Untuk pengujian perbedaan pada akuntan publik dan mahasiswa diperoleh

    sebagai berikut :

    Tabel 4.11

    Perbedaan persepsi etika bisnis pada akuntan publik dan mahasiswa

    Kelompok Rata-rata Standar deviasi t Sig. t

    Akuntan Publik 96.98 4.74

    Mahasiswa 93.21 10.79

    2,388 0,011

    Sumber : Data primer yang diolah

    Hasil pengujian menunjukkan bahwa nilai t test diperoleh sebesar 2,388

    dengan signifikansi sebesar 0,011. Nilai signifikansi yang lebih kecil dari 0,05

    menunjukkan adanya perbedaan persepsi etika bisnis yang signifikan pada kelompok

    akuntan publik dan mahasiswa.

    Analisis Perbedaan Etika Profesi Akuntan

    Untuk menguji perbedaan etika profesi akuntan pada ketiga kelompok akuntan

    akan diuji dengan menggunakan uji Analisis Varian (ANOVA). Pengujian perbedaan

    etika bisnis berdasarkan jenis kelompok akuntan secara keseluruhan diperoleh

    sebagai berikut :

    Perpustakaan Unika

  • 5/25/2018 PERSEPSI AKUNTAN PUBLIK, AKUNTAN PENDIDIK, DAN MAHASISWA AKUNTANSI TERHADAP ETIKA BISNIS DAN ETIKA PR

    63/85

    Tabel 4.12

    Perbedaan etika profesi akuntan berdasarkan kelompok akuntan publik,

    akuntan pendidik, dan mahasiswa akuntansi

    Statistik Rata-rata Standar deviasi F Sig. t

    Akuntan Publik 135.04 9.76

    Akuntan Pendidik 138.05 10.23

    Mahasiswa 138.32 10.73

    .1,784 0,171

    Sumber : Data primer yang diolah

    Hasil pengujian menunjukkan bahwa kelompok akuntan publik memiliki

    persepsi etika profesi yang paling kecil dibanding akuntan pendidik maupun

    mahasiswa. Namun dari hasil uji anova diperoleh nilai F sebesar 1,784 dengan

    signifikansi sebesar 0,171. Nilai signifikansi yang lebih besar dari 0,05 menunjukkan

    tidak adanya perbedaan yang signifikan atas persepsi etika profesi akuntan

    berdasarkan kelompok akuntan publik, akuntan pendidik, dan mahasiswa akuntasi.

    Hal ini berarti Hipotesis 2 ditolak.

    Perpustakaan Unika

  • 5/25/2018 PERSEPSI AKUNTAN PUBLIK, AKUNTAN PENDIDIK, DAN MAHASISWA AKUNTANSI TERHADAP ETIKA BISNIS DAN ETIKA PR

    64/85

    Perbandingan rata-rata persepsi terhadap etika profesi akuntan pada ketiga

    kelompok tersebut disajikan dalam gambar berikut :

    Kelompok

    Mahasiswa AkuntansiAkuntan PendidikAkuntan Publik

    MeanofPersepsiEtikaProfesiAkuntan

    139

    138

    137

    136

    135

    134

    Gambar 4.2

    Perbedaan rata-rata persepsi etika profesi akuntan

    Untuk melihat apakah ada perbedaan terhadap dua kelompok pada masing-

    masing kelompok tersebut dapat diuji dengan menggunakan uji beda (independent

    sample t-test). Hasil pengujian tersebut disajikan sebagai berikut :

    Perpustakaan Unika

  • 5/25/2018 PERSEPSI AKUNTAN PUBLIK, AKUNTAN PENDIDIK, DAN MAHASISWA AKUNTANSI TERHADAP ETIKA BISNIS DAN ETIKA PR

    65/85

    Tabel 4.13

    Perbedaan persepsi etika profesi akuntan pada akuntan publik dan akuntan

    pendidik

    Kelompok Rata-rata Standar deviasi T Sig. t

    Akuntan Publik 135.04 9.76

    Akuntan Pendidik 138.05 10.23

    -1,437 0,154

    Sumber : Data primer yang diolah

    Hasil pengujian menunjukkan bahwa nilai t test diperoleh sebesar -1,437

    dengan signifikansi sebesar 0,154. Nilai signifikansi yang lebih besar dari 0,05

    menunjukkan tidak adanya perbedaan persepsi etika profesi akuntan yang signifikan

    pada kelompok akuntan publik dan akuntan pendidik

    Untuk pengujian perbedaan pada akuntan pendidik dan mahasiswa diperoleh

    sebagai berikut :

    Tabel 4.14

    Perbedaan persepsi etika profesi akuntan pada akuntan pendidik dan mahasiwa

    Kelompok Rata-rata Standar deviasi t Sig. t

    Akuntan pendidik 138.05 10.23

    Mahasiswa 138.32 10.73

    -0,135 0,892

    Sumber : Data primer yang diolah

    Perpustakaan Unika

  • 5/25/2018 PERSEPSI AKUNTAN PUBLIK, AKUNTAN PENDIDIK, DAN MAHASISWA AKUNTANSI TERHADAP ETIKA BISNIS DAN ETIKA PR

    66/85

    Hasil pengujian menunjukkan bahwa nilai t test diperoleh sebesar -0,135

    dengan signifikansi sebesar 0,892. Nilai signifikansi yang lebih besar dari 0,05

    menunjukkan tidak adanya perbedaan persepsi etika profesi akuntan yang signifikan

    pada kelompok akuntan pendidik dan mahasiswa.

    Untuk pengujian perbedaan pada akuntan publik dan mahasiswa diperoleh

    sebagai berikut :

    Tabel 4.15

    Perbedaan persepsi etika profesi akuntan pada akuntan publik dan mahasiswa

    Kelompok Rata-rata Standar deviasi t Sig. t

    Akuntan Publik 135.04 9.76

    Mahasiswa 138.32 10.73

    -1,815 0,072

    Sumber : Data primer yang diolah

    Hasil pengujian menunjukkan bahwa nilai t test diperoleh sebesar -1,815

    dengan signifikansi sebesar 0,072. Nilai signifikansi yang lebih besar dari 0,05

    menunjukkan tidak adanya perbedaan persepsi etika profesi akuntan yang signifikan

    pada kelompok akuntan publik dan mahasiswa.

    Perpustakaan Unika

  • 5/25/2018 PERSEPSI AKUNTAN PUBLIK, AKUNTAN PENDIDIK, DAN MAHASISWA AKUNTANSI TERHADAP ETIKA BISNIS DAN ETIKA PR

    67/85

    4.5 PEMBAHASAN

    Hasil penelitian ini tidak mendapatkan bukti adanya perbedaan yang

    signifikan atas persepsi kelompok akuntan publik, akuntan pendidik maupun

    kelompok mahasiswa akuntansi

    Penelitian pada akuntan publik, akuntan pendidik, dan mahasiswa

    menunjukkan bahwa persepsi mereka terhadap etika bisnis belum menampakkan

    perbedaan yang nyata pada ketiga kelompok tersebut. Namun demikian jika

    dibandingkan terhadap masing-masing kelompok, menunjukkan bahwa perbedaan

    hanya terjadi pada persepsi etika bisnis pada akuntan publik dan mahasiswa. Rata-

    rata empiris menunjukkan bahwa akuntan publik memiliki persepsi etika yang lebih

    tinggi dibanding dengan akuntan pendidik dan mahasiswa. Secara terpisah hasil ini

    mendukung penelitian Ludigdo dan Machfoedz (1999).

    Namun pada pengujian perbedaan etika profesi akuntan, diperoleh

    kecenderungan persepsi yang sebaliknya, dimana akuntan publik justru memiliki

    persepsi etika profesi akuntan yang paling kecil, namun demikian belum

    menunjukkan perbedaaan yang bermakna.

    Hasil ini mengindikasikan bahwa penerapan kode etik akuntan yang telah

    ditetapkan dalam pengajaran pada jurusan Akuntansi setidaknya mampu memberikan

    pengetahuan dalam implementasinya dalam kerja nyata, meskipun terkadang

    penerapan etika tersebut tidak selamanya dilakukan dengan tepat. Adanya etika yang

    Perpustakaan Unika

  • 5/25/2018 PERSEPSI AKUNTAN PUBLIK, AKUNTAN PENDIDIK, DAN MAHASISWA AKUNTANSI TERHADAP ETIKA BISNIS DAN ETIKA PR

    68/85

    cukup baik dari ketiga kelompok tersebut akan sangat berguna untuk menunjung

    tinggi kode etik profesi akuntan dalam melakukan tugas dan kewajibannya sesuai

    dengan kebutuhan dari akuntansi itu sendiri.

    Perpustakaan Unika

  • 5/25/2018 PERSEPSI AKUNTAN PUBLIK, AKUNTAN PENDIDIK, DAN MAHASISWA AKUNTANSI TERHADAP ETIKA BISNIS DAN ETIKA PR

    69/85

    BAB V

    PENUTUP

    5.1 KESIMPULAN

    Dari hasil analisis data dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut :

    1. Kelompok akuntan publik, akuntan pendidik, dan mahasiswa akuntansi secara

    umum tidak memberikan perbedaan yang signifikan terhadap persepsi mereka

    terhadap etika bisnis. Namun secara khusus perbedaan terjadi hanya pada persepsi

    etika bisnis pada akuntan publik dan mahasiswa.

    2. Tidak diperoleh adanya perbedaan yang signifikan antara persepsi etika profesi

    akuntan pada kelompok akuntan publik, akuntan pendidik maupun mahasiswa

    akuntansi.

    3. Akuntan publik memiliki persepsi etika bisnis yang paling tinggi dibandingkan

    dengan akuntan pendidik dan mahasiswa akuntansi, akan tetapi pada etika profesi

    akuntan persepsi akuntan publik justru paling rendah dibandingkan dengan

    akuntan pendidik dan mahasiswa akuntansi. Hal itu karena akuntan publik terlibat

    langsung dalam dunia bisnis sehingga mereka mempunyai persepsi tentang etika

    bisnis yang lebih baik, sedangkan etika profesi akuntan mereka dapatkan secara

    teoritis dalam dunia pendidikan. Mahasiswa akuntansi memiliki persepsi etika

    64

    Perpustakaan Unika

  • 5/25/2018 PERSEPSI AKUNTAN PUBLIK, AKUNTAN PENDIDIK, DAN MAHASISWA AKUNTANSI TERHADAP ETIKA BISNIS DAN ETIKA PR

    70/85

    profesi akuntan yang paling tinggi dibandingkan dengan akuntan publik dan

    akuntan pendidik, akan tetapi pada etika bisnis persepsi mahasiswa akuntansi

    justru paling rendah dibandingkan dengan akuntan publik dan akuntan pendidik.

    Hal itu karena mereka masih dalam lingkungan akademis belum dihadapkan

    dalam kondisi yang nyata/praktis sehinnga teori tentang etika profesi akuntan

    masih tertanam kuat dalam benak mereka.

    5.2 SARAN

    Saran-saran yang dapat diberikan sebagai tindak lanjut dari hasil penelitian

    adalah sebagai berikut :

    1. Melihat adanya perbedaan yang signifikan pada persepsi etika bisnis khususnya

    dari kelompok praktisi akuntan maupun mahasiswa dalam bidang akuntansi,

    menunjukkan bahwa dalam beberapa hal, kode etik bisnis harus banyak

    ditekankan pada kalangan akademik. Hal ini untuk memberikan pemahaman

    yang besar akan pentingnya profesionalisme akuntan. Dengan intensifnya

    pemberian materi etika bisnis ini, akan memungkinkan untuk menjunjung tinggi

    kode etik dalam melakukan bisnis.

    2. Penelitian ini menunjukkan kondisi yang cukup baik dipandang dari segi kode