permasalahan gondok endemik pada anak.pdf

13
Permasalahan Gondok Endemik pada anak, dahulu, kini dan akan datang Rudy-Susanto Bagian IKA FK Undip / RS Dr. Kariadi Semarang Pendahuluan Istilah gondok endemik, merupakan diagnosis deskriptif akibat kelainan yang ditandai dengan pembesaran kelenjar tiroid pada populasi yang sangat besar yang secara umum akibat kekurangan yodium didalam diet sehari-harinya. Disebut gondok endemik, bila pada populasi lebih dari 5 % populasi “preadolescent” (6-12 tahun) usia sekolah didapatkan pembesaran kelenjar tiroid, pada palpasi pembesaran tiap lobus kelenjar tiroid lebih besar dari phalanx distal ibu jari orang yang diperiksa. Didaerah endemik, yang terjadi tidak hanya pembesaran gondok yang menjadi problem kosmetik atau tekanan akibat pembesaran kelenjar, namun yang lebih penting adalah adanya spekterum kelainan yang sangat luas akibat dari kekurangan yodium, sehingga efek dari kekurangan yodium pada suatu populasi disebut dengan “Gangguan Akibat Kekurangan Yodium” atau disingkat GAKY (lihat gambar 1), yang juga dikenal dengan sebutan ”Iodine Deficiency Disorders” (IDD). Kelainan tersebut (lihat tabel 1) dapat dicegah dengan pemberian intake yodium yang adekuat. Kata ”cretin” pertama kali didapatkan dalam ensiklopedia ”Diderot’s Encyclopedia” tahun 1754 yang berarti imbisil disertai tuli, bisu bodoh, dengan gondok yang menggelantung sampai ke pinggang. Saat ini, pemakaian istilah kretin membingungkan, pertama kali istilah ini dipakai pada keadaan retardasi mental dan fisik yang disertai dengan bisu tuli. Di Eropa, berarti retardasi mental dalam spektrum yang luas. Di Amerika, mempunyai arti defek pada mental. Yang mencolok, penulis-2 dari Eropa yang berbahasa Inggris menyamakan istilah ini dengan hipotiroidisme kongenital. Namun demikian sebaiknya cretin digunakan untuk suatu sindrom dengan bisu tuli dan retardasi mental dan fisik, yang berada didaerah gondok endemik yang endemisitasnya tinggi, sedang untuk hipotiroidisme kongenital yang lain disebut hipotiroidisme kongenital sporadik. Membedakan keduanya sangat penting karena secara klinik dan etiologi berbeda. Gambar 1. Piramid diatas menggambarkan kenyataan bahwa efek yang tampak pada Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (kretin) hanya 1-10 % saja, kira-kira 90 % tidak tampak secara kasat mata. Di publikasikan dalam Peringatan 50 tahun Ikatan Dokter Anak Indonesia ”Untuk Mereka Kita Bekerja” 1

Upload: winnyardhitiya

Post on 29-Nov-2015

63 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

gondok endemik

TRANSCRIPT

Page 1: Permasalahan Gondok Endemik pada anak.pdf

Permasalahan Gondok Endemik pada anak, dahulu, kini dan akan datang Rudy-Susanto

Bagian IKA FK Undip / RS Dr. Kariadi Semarang

Pendahuluan Istilah gondok endemik, merupakan diagnosis deskriptif akibat kelainan yang

ditandai dengan pembesaran kelenjar tiroid pada populasi yang sangat besar yang secara umum akibat kekurangan yodium didalam diet sehari-harinya. Disebut gondok endemik, bila pada populasi lebih dari 5 % populasi “preadolescent” (6-12 tahun) usia sekolah didapatkan pembesaran kelenjar tiroid, pada palpasi pembesaran tiap lobus kelenjar tiroid lebih besar dari phalanx distal ibu jari orang yang diperiksa.

Didaerah endemik, yang terjadi tidak hanya pembesaran gondok yang menjadi problem kosmetik atau tekanan akibat pembesaran kelenjar, namun yang lebih penting adalah adanya spekterum kelainan yang sangat luas akibat dari kekurangan yodium, sehingga efek dari kekurangan yodium pada suatu populasi disebut dengan “Gangguan Akibat Kekurangan Yodium” atau disingkat GAKY (lihat gambar 1), yang juga dikenal dengan sebutan ”Iodine Deficiency Disorders” (IDD). Kelainan tersebut (lihat tabel 1) dapat dicegah dengan pemberian intake yodium yang adekuat.

Kata ”cretin” pertama kali didapatkan dalam ensiklopedia ”Diderot’s Encyclopedia” tahun 1754 yang berarti imbisil disertai tuli, bisu bodoh, dengan gondok yang menggelantung sampai ke pinggang. Saat ini, pemakaian istilah kretin membingungkan, pertama kali istilah ini dipakai pada keadaan retardasi mental dan fisik yang disertai dengan bisu tuli. Di Eropa, berarti retardasi mental dalam spektrum yang luas. Di Amerika, mempunyai arti defek pada mental. Yang mencolok, penulis-2 dari Eropa yang berbahasa Inggris menyamakan istilah ini dengan hipotiroidisme kongenital. Namun demikian sebaiknya cretin digunakan untuk suatu sindrom dengan bisu tuli dan retardasi mental dan fisik, yang berada didaerah gondok endemik yang endemisitasnya tinggi, sedang untuk hipotiroidisme kongenital yang lain disebut hipotiroidisme kongenital sporadik. Membedakan keduanya sangat penting karena secara klinik dan etiologi berbeda.

Gambar 1. Piramid diatas menggambarkan kenyataan bahwa efek yang tampak pada Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (kretin) hanya 1-10 % saja, kira-kira 90 % tidak tampak secara kasat mata.

Di publikasikan dalam Peringatan 50 tahun Ikatan Dokter Anak Indonesia ”Untuk Mereka Kita Bekerja”

1

Page 2: Permasalahan Gondok Endemik pada anak.pdf

Table 1. The Spectrum of Iodine Deficiency Disorders, IDD.

Fetus Abortions Stillbirths Congenital anomalies Increased perinatal mortality Endemic cretinism

Neonate Neonatal goiter Neonatal hypothyroidism Endemic mental retardation Increased susceptibility of the thyroid gland to nuclear radiation

Child and Goiter adolescent (Subclinical) hypothyroidism Impaired mental function Retarded physical development Increased susceptibility of the thyroid gland to nuclear radiation

Adult Goiter with its complications Hypothyroidism Impaired mental function Spontaneous hyperthyroidism in the elderly Iodine-induced hyperthyroidism Increased susceptibility of the thyroid gland to nuclear radiation

Adapted from Hetzel

Saat ini, kekurangan yodium merupakan problem global untuk mereka yang

tinggal dilingkungan yang tanahnya kekurangan yodium, dengan populasi yang berisiko sangat besar (lihat gambar 1). Kerusakan otak dan retardasi mental yang menetap, merupakan kelainan yang sangat penting akibat kekurangan yodium: pada tahun 1990 diperkirakan 1572 juta orang didunia menderita kekurangan yodium, ini merupakan 28.9% dari populasi dunia, 11.2 juta dari mereka didapatkan gejala kretin yang jelas, dan 43 juta orang yang lain terkena gangguan mental dengan berbagai derajad. Hal inilah yang menyebabkan kekurangan yodium merupakan penyebab utama mental retardasi yang dapat dicegah.

Di publikasikan dalam Peringatan 50 tahun Ikatan Dokter Anak Indonesia ”Untuk Mereka Kita Bekerja”

2

Page 3: Permasalahan Gondok Endemik pada anak.pdf

http://www.people.virginia.edu/~jtd/iccidd/mi/regions/world_map.htm

Di publikasikan dalam Peringatan 50 tahun Ikatan Dokter Anak Indonesia ”Untuk Mereka Kita Bekerja”

3

Page 4: Permasalahan Gondok Endemik pada anak.pdf

http://www.people.virginia.edu/~jtd/iccidd/mi/regions/asia_pacific_map.htm

Di publikasikan dalam Peringatan 50 tahun Ikatan Dokter Anak Indonesia ”Untuk Mereka Kita Bekerja”

4

Page 5: Permasalahan Gondok Endemik pada anak.pdf

Permasalahan Gondok Endemik pada anak, dahulu, kini dan akan datang 1. Penentuan status derajad defisiensi yodium pada populasi

Penentuan status nutrisi yodium berdasar pada perkembangan program GAKY nasional. Tiga faktor utama dibutuhkan untuk penentuan derajad beratnya kekurangan yodium, yang kemudian penting untuk pemantauan pada populasi didaerah yang kekurangan yodium. Yang penting dari sudut kesehatan masyarakat, adalah: 1) Menentukan eksresi yodium didalam urin; 2) Menentukan besarnya kelenjar tiroid dan memperkirakan prevalensi gondok; 3) Menentukan kadar TSH serum, hormon tiroid dan tiroglobulin. Rekomendasi ini dianjurkan oleh WHO / UNICEF / ICCIDD (2).

a. Yodium Urin Kadar yodium dalam urin merupakan petanda yang baik untuk mengetahui intake yodium yang terkini, sehingga dapat digunakan sebagai salah satu pilihan untuk mengevaluasi derajad defisiensi yodium dan hasil koreksinya. Namun yang baru dilakukan saat ini adalah untuk pemetaan, sedangkan untuk pemantauan dan menilai keberhasilan program masih belum dilakukan. b. Prevalensi gondok Ukuran kelenjar tiroid berubah berlawanan dengan perubahan intake yodium, dengan interval waktu yang sangat bervariasi dari beberapa bulan sampai beberapa tahun. Prevalensi gondok merupakan petunjuk derajad lamanya defisiensi yodium, namun ini kurang sensitive dibandingkan pemeriksaan kadar yodium dalam urin. Secara tradisional, penentuan derajad besarnya kelenjar tiroid dengan cara inspeksi dan palpasi, namun akhir-akhir ini digunakan ultrasonography, yang lebih tepat dan obyektif. Namun permasalahan pada mahalnya alat dan mobilitasnya, walaupun akhir-akhir ini sudah ada beberapa USG mobile, namun jumlahnya belum memadai. Dengan pemeriksaan USG ukuran kelenjar tiroid yang direkomendasikan oleh WHO dan ICCIDD batas atas ukuran pada anak laki-laki dan perempuan usia 6 tahun adalah 5 ml, sedangkan pada remaja laki-laki dan perempuan yang telah berusia 15 tahun adalah 16 ml. Data ini diambil dari daerah yang eksresi yodium urinnya lebih dari 100 ug/l. Permasalahan penentuan prevalensi gondok berdasarkan palpasi masih dipertanyakan karena ketepatan pemeriksaan dengan palpasi sangat rendah terutama untuk kelenjar yang kecil, khususnya pada anak. c. Pengukuran kadar TSH, hormon tiroid dan tiroglobulin Kadar hormon tiroid serum juga merupakan petunjuk untuk mengetahui adanya akibat defisiensi yodium. Namun, kesulitannya adalah mengambil darah vena yang dapat menyebabkan ketakutan pada populasi, pengumpulan darah dan pemeriksaan secara oprasional sulit, sehingga cara ini tidak secara rutin direkomendasikan untuk pemantauan. Namun kesulitan ini harus merupakan catatan untuk kita karena tujuan akhir koreksi defisiensi yodium tidak hanya meningkatnya jumlah populasi yang mengkonsumsi garam beryodium dan

Di publikasikan dalam Peringatan 50 tahun Ikatan Dokter Anak Indonesia ”Untuk Mereka Kita Bekerja”

5

Page 6: Permasalahan Gondok Endemik pada anak.pdf

normalnya kadar yodium dalam urin, yang paling penting adalah kembali normalnya faal tiroid. Kenaikan TSH serum, kecuali pada keadaan patologik yang sangat jarang, menunjukkan adanya insufisiensi saturasi reseptor T3 di otak, tentunya juga kadar hormon tiroid dalam serum. Sehingga peningkatan TSH serum menunjukkan adanya risiko potensial adanya defisiensi yodium dalam perkembangan otak. Distribusi frekuensi TSH serum pada neonatus kadarnya sangat tinggi, ini merupakan petunjuk yang peka adanya risiko yang potensial dapat merusak perkembangan otak karena defisiensi yodium. Pada keadaan normal, kurang dari 3% TSH pada neonatus yang berada diatas batas 5 mU/L dengan “whole blood”. Namun demikian, karena adanya keterbatasan teknik dan pembiayaan, maka variable ini jarang digunakan sebagai alat monitoring dan direkomendasikan hanya pada negara dan daerah yang program skrining hipotiroid neonatal telah dikerjakan secara sistematis.

Serum T4 dan T3 merupakan petunjuk yang kurang spesifik sebagai indikator adanya defisiensi karena kadarnya berubah-ubah dan sangat dipengaruhi oleh usia dan jenis kelamin, biasanya hanya dapat digunakan minimal pada keadaan endemik sedang. Pada defisiensi yodium sedang dan berat, kadar T4 serum rendah tetapi kadar T3 sangat bervariasi, kadang-kadang tinggi karena sekresinya diutamakan oleh tiroid. Peningkatan T3 serum dengan kadar T4 serum rendah, dipertimbangkan sebagai mekanisme proteksi terhadap sebagian besar organ tubuh, kecuali otak, dimana T3 diproduksi lokal dan tidak diambil dari T3 dalam sirkulasi.

Gambaran biokimia peningkatan TSH serum dengan T4 dan T3 serum normal disebut hipotiroidisme subklinis, akan menjadi hipotiroidisme yang jelas secara klinis bila TSH serum tinggi dan T4 rendah, sedangkan kadar T3 serum dapat bervariasi. Pengunaan tetes darah “whole blood” dari tusukan jari pada kartu kertas filter dapat digunakan untuk pengukuran TSH dan tiroglobulin.

Tiroglobulin serum menggambarkan petunjuk yang peka terhadap keadaan tiroid yang hiperstimulasi.

2. Suplementasi yodium a. Garam beryodium

Garam beryodium telah dipertimbangkan untuk suplementasi yodium yang dapat digunakan secara masal. Yang dianjurkan garam beryodium mengandung 10-100 ppm Kalium Yodat atau yodat. Keuntungan suplementasi dengan garam beryodium karena garam dapur telah dikonsumsi secara luas oleh semua lapisan masyarakat dari berbagai status sosial ekonomi dan dikonsumsi secara terus menerus sepanjang tahun. Produksinya dapat dipusatkan pada beberapa senter, sehingga proses pembuatannya dapat diawasi. Namun, hal ini sangat sulit dilakukan dinegara yang sedang berkembang dengan berbagai alasan.

Dua bentuk yodium dapat digunakan untuk garam beryodium, yitu bentuk "yodide" and "yodate" biasanya sebagai garam kalium. Yodate kurang larut, namun lebih stabil dibanding yodide, ini dianjurkan untuk negara tropis dan yang keadaanya lembab. Namun keduanya disebut sebagai garam beryodium.

Di publikasikan dalam Peringatan 50 tahun Ikatan Dokter Anak Indonesia ”Untuk Mereka Kita Bekerja”

6

Page 7: Permasalahan Gondok Endemik pada anak.pdf

Pembungkusan / pengemasan garam beryodium sangat penting. Karung goni digunakan secara luas, tetapi pada keadaan lembab, garam mengabsorbsi uap air. Sedang yodate larut dan akan keluar menetes dari karung bila karungnya porous, maka kehilangan yodium akan tinggi, dapat mencapai lebih dari 75% dalam waktu sembilan bulan. Untuk menghindarinya, maka sebaiknya karung dilapisi dengan bahan yang tahan air (waterproof), namun tentunya biaya yang diperlukan lebih besar. Sehingga sebaiknya dilakukan pengecekan kadar yodium baik di pabrik maupun dipasaran, atau bila memungkinkan yang ada di rumah tangga. Untuk mengetahui efektifitas dilapangan, maka secara periodik sebaiknya dilakukan pemeriksaan kadar yodium dalam urin, baik ditiap propinsi maupun secara nasional untuk menilai efektifitas program. b. Minyak beryodium / “Iodised oil” Minyak beryodium atau “Iodised oil” ("lipiodol") pertama kali digunakan untuk koreksi defisiensi yodium di Papua New Guinea. Keuntungannya dapat diberikan setiap satu sampai tiga bulan sekali, efek sampingnya sangat sedikit, hanya abses pada tempat suntikan. Tidak dibutuhkan almari pendingin untuk penyimpanannya, mungkin ini dapat merupakan cara yang efektif untuk pemberantasan defisiensi yodium secara masal dimasa depan. Namun, tenaga yang menyuntik perlu dipertanyakan, juga biaya semprit dan jarum, dan mungkin perlu mendidik tenaga yang perlu dilatih untuk menyuntik. Bila tenaga siap digunakan, misalnya yang di Puskesmas, maka biayanya hampir sama dengan pemberian garam beryodium, kira-kira: 5-10 US cents per orang per tahun. Sebaliknya bila minyak beryodium dapat diberikan secara oral, dengan menggunakan juru kesehatan desa atau sukarelawan yang lain, dengan pengawasan dan pencatatan dari Puskesmas. Maka ini lebih dapat digunakan di komunitas pedesaan untuk mengatasi defisiesni yodium berat. Keuntungan dari preparat oral adalah bebas dari bahaya AIDS atau infeksi hepatitis B. Secara umum efek penggunaan oral sama dengan yang diberikan secara suntikan. Sehingga populasi yang dicakup dapat lebih banyak. Terakhir telah direkomendasikan oleh WHO-UNICEF-ICCIDD, penggunaannya seperti pada tabel dibawah ini. Table 8. Recommended doses of iodized oil in the prevention of the disorders induced by iodine deficiency.

Duration of effect

Oral (mg iodine)

Intramuscular (mg iodine)

Age groups 3 months 6 months 12 months > 1 year

Women of child bearing age (nonpregnant)

100-200 200-480 400-960 480

Pregnant women 50-100 100-300 300-480 480

Infants – Children

0 - 1 year 20-40 50-100 100-300 240

Di publikasikan dalam Peringatan 50 tahun Ikatan Dokter Anak Indonesia ”Untuk Mereka Kita Bekerja”

7

Page 8: Permasalahan Gondok Endemik pada anak.pdf

1 - 5 years 40-100 100-300 300-480 480

6 - 15 years 100-200 200-480 400-960 480

Males 16 - 45 years

100-200 200-480 400-960 480

From Delange

Program suplementasi minyak beryodium dibutuhkan bilamana dengan metoda lain tidak efektif atau dipertimbangkan tidak dapat diterapkan didaerah tersebut. Minyak beryodium dapat dianggap sebagai tindakan gawat darurat untuk mengatasi defisiensi yodium berat sampai program pemberian garam beryodium dapat diberikan secara efektif. Kemungkinan program pemberian minyak beryodium ini untuk disatukan dengan program pencegahan yang lain, misalnya program imunisasi, dll perlu dipertimbangkan. c. Cara lain

Roti beryodium digunakan di Tasmania sebagai pilihan antara garam beryodium dan tablet yodium yang didistribusikan melalui sekolah, tampaknya ini juga efektif. Namun cara ini tidak digunakan di Indonesia.

Yodinisasi air. Air mempunyai beberapa keuntungan bilamana diberikan yodium, karena dapat mencapai sebagian besar kelompok rentan, baik mereka yang miskin maupun yang terisolasi. ICCIDD menyimpulkan dari program yodinidasi air yang telah dilakukan diseluruh dunia harus benar-benar dipantau kadarnya, prosedur ini efisien untuk mengatasi defisiensi yodium, namun sangat mahal bila dibandingkan garam beryodium bila dilakukan dalam skala besar program nasional dan perlu pendanaan yang terus menerus.

3. Kontrol terhadap defisiensi yodium a. Status saat ini Ganggang laut telah digunakan untuk mencegah gondok di negeri cina beberapa abad yang lalu, namun program yang sistematis baru diperkenalkan antara tahun 1910 sampai 1920 dengan fortifikasi garam secara bersama-sama di Amerika Serikat dan Switzerland. Mulai awal tahun 1950-an diadakan penelitian dengan “pioneer” di New Guinea, suplementasi dengan minyak beryodium telah diperkenalkan didaerah endemik berat di Asia, Afrika dan Amerika Latin. Pada mulanya minyak beryodium diberikan secara intramuskuler, akhir akhir ini diberikan peroral. Tampaknya minyak beryodium merupakan sebagian dari cara yang efektif untuk menanggulangi defisiensi yodium: prevalensi goiter menurun secara cepat dan fungsi tiroid kembali normal dan tetap normal sampai lebih dari 7 tahun sesudah suntikan dan satu sampai dua tahun setelah pemberian oral. Kunci keberhasilan ini karena simpanan yodium tiroid dan kadar tiroglobulin menjadi normal. Kretin endemik dapat dicegah, baik yang tipe neurologik maupun myxedematous karena defisiensi yodium dapat dikoreksi sebelum atau selama kehamilan. Sebagai indikator awal, perkembangan mental meningkat, frekuesi lahir mati dan

Di publikasikan dalam Peringatan 50 tahun Ikatan Dokter Anak Indonesia ”Untuk Mereka Kita Bekerja”

8

Page 9: Permasalahan Gondok Endemik pada anak.pdf

kematian perinatal menurun karena berat badan lahir meningkat. Yang harus digaris bawahi adalah adanya anemia defisiensi besi kurang efektif dengan pemberian minyak beryodium secara oral. Secara ringkas, penelitian tentang minyak beryodium dapat secara cepat mengkoreksi defisiensi yodium atau dengan kata lain dapat cepat mengurangi kerusakan otak, retardasi mental, goiter, gangguan fungsi tiroid dan morbiditas perinatal. Kenyataan ini hanya sedikit berkurang bila koreksi defisiensi yodium dalam skala yang besar menggunakan garam beryodium, namun strategi ini yang dipakai secara umum untuk mengatasi defisiensi yodium. Tabel 9 menunjukan informasi terakhir cakupan garam beryodium dinegara yang terdapat defisiensi yodium. Pada tahun 1999, dari 130 negara yang sebelumnya mempunyai defisiensi yodium sebagai problem kesehatan masyarakat, hampir separo rumah tangga menyediakan garam beryodium pada 50% negara, dan 20 negara lebih dari 90 % rumah tangga menyediakan garam beryodium. Di 130 negara, 68 % rumah tangga menggunakan garam beryodium, dibandingkan pada tahun 1990 hanya 5 sampai 10 % rumah tangga menggunakan garam beryodium. Disini menunjukkan keberhasilan kesehatan masyarakat yang mungkin belum pernah terjadi sebelumnya dilapangan untuk pemberantasan penyakit yang tidak menular. Table 9. Current status regarding access of households to iodized salt.

Number of countries categorized by percent of households having access to iodized salt

WHO region Number of IDD-affected countries

No data

<10 % 10-50 %

51-90 %

>90 %

Percentage of households having access to iodized salt*

Africa 44 8 6 8 19 3 63 %

Americas 19 0 0 3 6 10 90 %

South-East Asia 9 0 1 2 5 1 70 %

Eastern Mediterranean

17 5 1 2 6 3 66 %

Europe 32 10 4 12 4 2 27 %

Western Pacific 9 0 1 4 3 1 76 %

Total 130 23 13 31 43 20 68 %

*Total population of each country multiplied by the % of households having access to iodized salt. Number then totalled for each region and divided by the total regional population.From Delange et al.

Namun demikian gambaran ini harus di interpretasikan secara hati-hati, karena hanya menggambarkan jumlah rumah tangga yang mengkonsumsi garam beryodium, tidak menunjukkan intake yang sebenarnya untuk tiap individu. Sebagai tambahan, gambaran diatas hanya perkiraan berdasarkan teori yang berdasar pada jumlah garam beryodium yang diimport atau diproduksi oleh

Di publikasikan dalam Peringatan 50 tahun Ikatan Dokter Anak Indonesia ”Untuk Mereka Kita Bekerja”

9

Page 10: Permasalahan Gondok Endemik pada anak.pdf

negara yang terkena, yang dilaporkan oleh industri garam beryodium, dibagi dengan populasi total diseluruh negara, bukan merupakan suvei rumah tangga untuk mengevaluasi penggunaan yang nyata oleh keluarga. Misalnya di Afrika selatan, survey dari rumah ke rumah menunjukan bahwa pemakaian garam beryodium sangat rendah pada kelompok social ekonomi bawah, sehingga kelompok masyarakat tersebut terkena defisiensi yodium berat. b. Pemantauan dan pengaruh dari program garam beryodium Proses sosial untuk keberhasilan program nasional dalam mengatasi defisiensi yodium, ada beberapa komponen: penilaian keadaan; komunikasi yang dihasilkan dari profesi kesehatan, kemauan politik dan publik; perkembangan dari “action plan”; penerapan rencana; dan terakhir evaluasi pengaruh pada tingkat masyarakat. Fase terakhir, adalah pemantauan, kadang-kadang pemantauan ini terlantar tidak hanya karena ini fase terakhir, tetapi karena tertutup oleh komponen lain dari program, misalnya implementasi, yang dinilai sebagai program utama, atau hanya program ini yang dijalankan. Banyak Negara yang terkena defisiensi yodium dengan pendapatan perkapita yang rendah, sehingga tidak memiliki dana atau sumber daya untuk fasilitas laboratorium yang dibutuhkan untuk memantau kualitas garam dan status yodium. Pemantauan masih sangat rawan karena defisiensi yodium merupakan suatu penyakit yang pencegahan dan pengobatannya membutuhkan tenaga professional yang terlatih untuk menentukan pengobatan dan memeriksa efeknya. Ini mutlak merupakan penerapan kewajiban etik yang harus diterapkan pada setiap individu dan populasi global. Indikator awal, adalah efektifitas pembiyaan untuk mencapai eleminasi yang sebenarnya terhadap defisiensi yodium dengan melalui pemakaian garam beryodium. Indikator yang digunakan untuk pemantauan dan evaluasi program penanganan GAKY adalah: 1) Indikator untuk memantau dan mengevaluasi proses yodinidasasi garam 2) Indikator untuk memantau hasil dari pemberian garam beryodium pada

populasi target. Termasuk didalamnya pemeriksaan yodium dalam urin, prevalensi gondok, pemeriksaan kadar TSH dan hormon tiroid serum

Tabel 10 merupakan ringkasan criteria untuk pemantauan kemajuan untuk menghilangkan defisiensi yodium.

Table 10. Summary of criteria for monitoring progress towards sustainable elimination of IDD as a public health problem

Indicators Goals

Salt IodizationProportion of households usingadequately iodized salt

> 90 %

Urinary iodineProportion below 100 µg/L Proportion below 50 µg/L

< 50 %< 20 %

Programmatic indicators

Di publikasikan dalam Peringatan 50 tahun Ikatan Dokter Anak Indonesia ”Untuk Mereka Kita Bekerja”

10

Page 11: Permasalahan Gondok Endemik pada anak.pdf

An effective, functional national body (council or committee) responsible to the government for the national programme for the elimination of IDD (this control should be multidisciplinary, involving the relevant fields of nutrition, medicine, education, the salt industry, the media, and consumers, with a chairman appointed by the Minister of Health) ; Evidence of political commitment to universal salt iodization and elimination programme; Appointment of a responsible executive officer for the IDD elimination programme; Legislation or regulations on universal salt iodization (while ideally regulations should cover both human and agricultural salt, if the latter is not covered this does not necessarily preclude a country from being certified as IDD-free) ; Commitment to assessment and reassessment of progress in the elimination of IDD, with access to laboratories able to provide accurate data on salt and urinary iodine ; A programme of public education and social mobilization on the importance of IDD and the consumption of iodized salt ; Regular data on salt iodine at the factory, retail and household levels ; Regular laboratory data on urinary iodine in school-aged children, with appropriate sampling for higher risk areas ; Cooperation from the salt industry in maintenance of quality control ; and A database for recording of results or regular monitoring procedures, particularly for salt iodine,urinary iodine and, if available, neonatal TSH, with mandatory public reporting.

From WHO/UNICEF/ICCIDD.

3. Efek samping suplementasi yodium Defisiensi yodium dihubungkan dengan kelainan fungsi tiroid. Hal yang sama, bila yodium berlebihan karena koreksi yang berlebihan dari yang sebelumnya defisiensi, dapat juga mengganggu fungsi tiroid. Kemungkinan efek samping yodium yang berlebihan adalah sebagai berikut: a) Iodide goiter and iodine-induced hypothyroidism .

Bila masukan yodium tinggi secara kronik, misalnya di Jepang dan Cina karena intake ganggang laut yang kaya yodium, disini prevalensi pembesaran tiroid dan goiter sangat tinggi dibanding populasi normal dan populasi hipotiroidisme sub klinik meningkat. Hal ini mungkin karena kerusakan fungsi tiroid akibat yodium meningkatkan autoimun terhadap tiroid dan penghambatan fungsi tiroid sementara akibat yodium yang berlebihan (Wolff-Chaikoff effect). Namun demikian hal ini belum pernah didapatkan sesudah koreksi defisiensi yodium, termasuk pada neonatus setelah pemberian minyak beryodium pada ibu selama kehamilan.

b) Iodine-induced hyperthyroidism “Iodine-induced hyperthyroidism” (IIH) merupakan komplikasi utama dari profilaksis dengan yodium. Hal ini telah dilaporkan hampir semua negara yang melakukan program suplementasi yodium. Pernah terjadi “outbreak” di Tasmania pada akhir tahun 1960an setelah suplementasi yodium yang diberikan bersama-sama dengan pemberian tablet yodium. Insidens hipertiroidisme meningkat dari 24 per 100 000 pada tahun 1963 menjadi 125 per 100 000 pada tahun 1967. Hal ini dapat dihindari bila suplementasi hanya menggunakan yodium dalam jumlah fisiologis. Pada penelitian longitudinal yang diawasi dengan baik di Switzerland insidens hipertiroidisme meningkat 27 % dalam setahun setelah pemberian yodium dinaikkan dari 90 µg/hari menjadi 150 µg/hari.

c) Iodine-induced thyroiditis.

Di publikasikan dalam Peringatan 50 tahun Ikatan Dokter Anak Indonesia ”Untuk Mereka Kita Bekerja”

11

Page 12: Permasalahan Gondok Endemik pada anak.pdf

Kemungkinan lain adalah autoimmune thyroiditis yang diinduksi oleh suplementasi yodium. Untuk menghindari ini, profilaksis suplementasi yodium dalam jumlah yang layak.

d) Thyroid cancer. Jarang terjadi pada anak.

Dari uraian diatas, secara ringkas permasalahan gondok endemic pada anak adalah: 1. Untuk pemeriksaan konsentrasi yodium urin, Ukuran tiroid (Sebaiknya dengan USG),

tetes darah untuk kadar tiroglobulin, kelompok terbaik untuk anak survei adalah anak sekolah. Bila memungkinkan dilakukan pemeriksaan TSH untuk bayi baru lahir;

2. Perencanaan suplementasi yodium yang jelek: supementasi dengan garam beryodium lebih disukai; dan efektif, namun dalam penerapannya seringkali terjadi perubahan pada produksi dan pemasaran garam beryodium, juga penanganannya yang jelek, maka akan terjadi perubahan kadar yodium sehingga dapat membahayakan program suplementasi yodium; cara pemberian yodium yang lain yaitu pemberian minyak beryodium, pemberian yodium pada air, dan yodium dalam bentuk tetes; semuanya kadang-kadang digunakan, tetapi untuk pemakaian jangka panjang umumnya digunakan garam beryodium;

3. Tidak dipakainya tenaga yang berhubungan erat dengan program: program tidak hanya dikerjakan oleh tenaga kesehatan saja, tetapi harus menggunakan tangan-tangan lain dari departemen lain (misalnya departemen pendidikan, perdagangan, pertanian, dll), pabrik garam dapur, tenaga kesehatan profesional, dan tentunya komunitas masyarakat yang defisiensi yodium.

4. Pendidikan yang tidak adekuat: pengertian akibat dari defisiensi yodium dan pentingnya dilakukan koreksi, sangat penting diketahui oleh semua tingkat, dari pemerintah sampai dengan masyarakat yang terkena;

5. Kurangnya pemantauan: instrument terbaik untuk pemantauan adalah kadar yodium dalam urin, kandungan yodium dalam garam yang dikonsumsi, dan ukuran kelenjar tiroid, pemeriksaan harus pada kelompok yang dapat mewakili keadaan yang sebenarnya dengan interval yang teratur dan hasilnya dilaporkan pada masyarakat;

6. Kurang perhatian terhadap biaya: biaya untuk suplementasi yodium harus dihargai dan dibagi secara adil dan terbuka.

7. Tidak ada yang menopang untuk kelanjutan program: untuk keberhasilan yang menetap, program suplementasi yodium harus wajar pada semua bagian yang berhubungan dan diiringi dengan system yang baik untuk pemantauan yang memadai.

Hanya dengan menghidari hal-2 diatas maka keberhasilan untuk menghilangkan defisiensi yodium dapat dicapai dengan baik. Kepustakaan Delange F, Benker G, and Caron P, 1997 Thyroid volume and urinary iodine in European schoolchildren: standardization of values for assessment of iodine deficiency. Eur J Endocrinol 130: 180-187. WHO-ICCIDD, 1997 Recommended normative values for thyroid volume in children aged 6-15 years. Bull WHO 75: 95-99.

Di publikasikan dalam Peringatan 50 tahun Ikatan Dokter Anak Indonesia ”Untuk Mereka Kita Bekerja”

12

Page 13: Permasalahan Gondok Endemik pada anak.pdf

Dunn JT. Seven Deadly Sins in Confronting Endemic Iodine Deficiency, and How to Avoid Them. J Clin Endocrinol Metab 81: 1332-1335, 1996

Di publikasikan dalam Peringatan 50 tahun Ikatan Dokter Anak Indonesia ”Untuk Mereka Kita Bekerja”

13