perlawanan teuku umar terhadap penjajahan belanda...

68
PERLAWANAN TEUKU UMAR TERHADAP PENJAJAHAN BELANDA DI ACEH (1873 1899) Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Humaniora (S. Hum) Oleh: M. Fikri Fauzan NIM: 1113022000036 PROGRAM STUDI SEJARAH DAN PERADABAN ISLAM FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2020 M

Upload: others

Post on 07-Nov-2020

7 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PERLAWANAN TEUKU UMAR TERHADAP PENJAJAHAN BELANDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51283/... · 2020. 7. 7. · Belanda di Aceh (1873-1899)” ini bertujuan untuk

PERLAWANAN TEUKU UMAR TERHADAP PENJAJAHAN BELANDA

DI ACEH (1873 – 1899)

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Humaniora (S. Hum)

Oleh:

M. Fikri Fauzan

NIM: 1113022000036

PROGRAM STUDI SEJARAH DAN PERADABAN ISLAM

FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2020 M

Page 2: PERLAWANAN TEUKU UMAR TERHADAP PENJAJAHAN BELANDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51283/... · 2020. 7. 7. · Belanda di Aceh (1873-1899)” ini bertujuan untuk

i

Page 3: PERLAWANAN TEUKU UMAR TERHADAP PENJAJAHAN BELANDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51283/... · 2020. 7. 7. · Belanda di Aceh (1873-1899)” ini bertujuan untuk

ii

PERLAWANAN TEUKU UMAR TERHADAP PENJAJAHAN

BELANDA DI ACEH (1873 – 1899)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Adab dan Humaniora

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Humaniora (S. Hum)

Oleh:

M. Fikri Fauzan

NIM. 1113022000036

Pembimbing

Drs. Tarmizi Idris, M.A.

NIP. 19601212990031003

JURUSAN SEJARAH DAN PERADABAN ISLAM

FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2020 M

Page 4: PERLAWANAN TEUKU UMAR TERHADAP PENJAJAHAN BELANDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51283/... · 2020. 7. 7. · Belanda di Aceh (1873-1899)” ini bertujuan untuk

iii

Page 5: PERLAWANAN TEUKU UMAR TERHADAP PENJAJAHAN BELANDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51283/... · 2020. 7. 7. · Belanda di Aceh (1873-1899)” ini bertujuan untuk

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan kepada:

Ayahanda Sugiman

dan

Ibunda Siti Sanariah

Page 6: PERLAWANAN TEUKU UMAR TERHADAP PENJAJAHAN BELANDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51283/... · 2020. 7. 7. · Belanda di Aceh (1873-1899)” ini bertujuan untuk

v

ABSTRAK

Penulisan skripsi yang berjudul “ Perlawanan Teuku Umar Terhadap Penjajahan

Belanda di Aceh (1873-1899)” ini bertujuan untuk mengetahui latar belakang Teuku

Umar melakukan perlawanan terhadap penjajahan kolonial Belanda di Aceh. Selain

itu skripsi ini bertujuan untuk mengetahui usaha dan strategi Teuku Umar dalam

perjuangnya melawan Belanda yang mampu merebut dan mempertahankan tanah

Aceh. Penulisan skripsi ini menggunakan metode metode historis atau metode

penelitian sejarah dengan melalui proses mengkaji dan menganalisis data-data baik

dari buku maupun peninggalan suatu jejak sejarah. Dalam metode penelitian sejarah,

ada empat tahap yang harus dilalui, yaitu Heuristik, Verifikasi, Interpretasi, dan

Historiografi. Hasil dari penelitian skripsi ini menyimpulkan bahwa upaya petama

yang dilakukan oleh Teuku Umar dalam karirnya selama melawan Belanda adalah

dengan merebut kembali kampung halamannya. Saat banyak dari Uleebalang yang

menyerah kepada belanda, Teuku Umar masih berdiri tegak untuk melawan belanda.

Banyak strategi yang dilakukan Teuku Umar selama perlawanannya. Salah satunya

adalah dengan berpura-pura menyerah kepada Belanda. Akibat dari strateginya

inilah tidak sedikit rakyat Aceh yang membencinya. Alasannya adalah karena rakyat

Aceh tidak mengetahui bahwa itu semata-mata hanyalah strategi untuk mengambil

keuntungan semata. Dengan demikian banyak peristiwa sejarah perjuangan Teuku

Umar yang dapat difahami dan diketahui yang mempunyai pengaruh besar bagi

daerah Aceh di mana masih bisa dirasakan hingga saat ini.

Kata kuncinya : Perlawanan, Strategi, Belanda.

Page 7: PERLAWANAN TEUKU UMAR TERHADAP PENJAJAHAN BELANDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51283/... · 2020. 7. 7. · Belanda di Aceh (1873-1899)” ini bertujuan untuk

vi

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmaanirrahiim

Alhamdulillah berkat Rahmat dan Karunia Allah, skripsi yang berjudul

“Perlawanan Teuku Umar Terhadap Penjajahan Belanda di Aceh (1873-

1899)” dapat diselesaikan dalam rangka melengkapi tugas dan memenuhi syarat

untuk menyelesaikan program Strata I (SI) pada Program Studi Sejarah Peradaban

Islam Fakultas Adab dan Humaniora Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta. Shalawat serta salam penulis haturkan kepada Sang Revolusioner sejati,

Nabi Muhammad SAW, keluarga serta para sahabat yang telah membawa

perubahan dengan menghadirkan peradaban Islam rahmatalilalamin.

Penelitian ini penting bagi penulis untuk dilakukan, sebagai wujud rasa

tanggung jawab akademik untuk mengembangkan kajian ilmu-ilmu Islam sekaligus

sebagai rasa tanggung jawab social dan pengabdian kepada masyarakat. Penulis

sangat menyadari, dalam menyelesaikan penelitian ini sudah barang tentu penulis

banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu kepada mereka penulis

sampaikan banyak terima kasih yang sebesar-besarnya dengan iringan do’a semoga

mendapat balasan dari Allah dan dicatat sebagai amal sholeh. Amin.

Namun secara khusus, penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada :

1. Prof. Dr. Hj. Amany Burhanuddin Umar Lubis, Lc. M.A. selaku Rektor UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Drs. Saiful Umam M.A. Ph.D. selaku Dekan Fakultas Adab dan Humaniora.

3. Dr. Awalia Rahma M.A. selaku Ketua Jurusan Sejarah dan Peradaban Islam

Fakultas Adab dan Humaniora.

4. Drs. Tarmizi Idris M.A. selaku pembimbing, sebab ditengah-tengah

kesibukannya telah meluangkan waktu untuk membimbing, mengarahkan dan

mendorong penulisan skripsi ini.

5. Kepada para dosen Fakultas Adab dan Huamniora UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta, penulis juga menyampaikan ucapan terima kasih karena telah

memberikan kontribusi ilmiahnya dan mengantarkan penulis pada jenjang

pendidikan Strata I (SI) hingga selesai.

Page 8: PERLAWANAN TEUKU UMAR TERHADAP PENJAJAHAN BELANDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51283/... · 2020. 7. 7. · Belanda di Aceh (1873-1899)” ini bertujuan untuk

vii

6. Kepada pimpinan dan segenap karyawan perpustakaan UIN Syarif

Hidayatullah yang telah memberikan bantuan dan kesempatan memanfaatkan

buku-buku dan fasilitas lain yang diperlukan dalam menyelesaikan penulisan

skripsi ini.

7. Kepada orang tua penulis sampaikan terima kasih beserta do’a kepada

Ayahanda Sugiman dan Ibunda Sanariah yang selalu memberikan bimbingan,

motivasi, dan do’a semenjak penulis masih kecil agar kelak menjadi orang

yang bermanfaat. Demikian pula, ucapan terima kasih yang sedalam-dalamnya

penulis sampaikan kepada kakanda yang memberi semangat dan motivasi

dalam penulisan skripsi ini.

8. Kepada teman-teman satu kelas, khususnya kepada Burhanudin, Mulyadi,

Hendi Nurahman, Atiqullah, dan Lukman Hadi, serta teman seperantauan

Amei Riandi Oktarianto yang mensuport penulis dalam menyelesaikan skripsi

ini.

9. Kepada teman-teman Creator Crew, Faisal Farras, Ibnu Aldent AlGhifary,

Fahrezy Herlambang, Aziz Sudrajat, dan Haris Fadillah penulis berterimakasih

atas bantuan dan dorongannya kepada penulis demi menyelesaiakan penulisan

skripsi ini.

Untuk itu, kepada semuanya penulis berdo’a semoga amal tersebut

dicatat sebagai amal sholeh dan dibalas dengan balasan yang setimpal. Dan

penulis senantiasa berharap semoga penelitian ini berguna dan bermanfaat.

Amin.

Jakarta, 27 April 2020

M. Fikri Fauzan

NIM: 1113022000036

Page 9: PERLAWANAN TEUKU UMAR TERHADAP PENJAJAHAN BELANDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51283/... · 2020. 7. 7. · Belanda di Aceh (1873-1899)” ini bertujuan untuk

viii

DAFTAR ISI

SURAT PERNYATAAN ................................................................. i

LEMBAR PERSETUJUAN ............................................................ ii

LEMBAR PENGESAHAN ............................................................. iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................... iv

ABSTRAK ........................................................................................ v

KATA PENGANTAR ...................................................................... vi

DAFTAR ISI ..................................................................................... viii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ........................................................................... 1

B. Permasalahan .............................................................................. 5

C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian ................................. 6

D. Tinjauan Pustaka ......................................................................... 7

E. Kerangka Teori ........................................................................... 8

F. Metode penelitian ....................................................................... 9

G. Sistematika Penulisan ................................................................. 10

BAB II MASYARAKAT ACEH MASA PERANG

A. Kerajaan Aceh ............................................................................. 12

B. Masyarakat Aceh ......................................................................... 21

C. Aceh Sebelum Kedatangan Kolonial Belanda ............................. 22

BAB III BIOGRAFI TEUKU UMAR

A. Asal Usul Teuku Umar ................................................................ 24

B. Teuku Umar ................................................................................ 26

C. Menikah Dengan Cut Nyak Dien ................................................ 28

D. Kedatangan Belanda ke Aceh ..................................................... 30

BAB IV TEUKU UMAR MELAWAN BELANDA

Page 10: PERLAWANAN TEUKU UMAR TERHADAP PENJAJAHAN BELANDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51283/... · 2020. 7. 7. · Belanda di Aceh (1873-1899)” ini bertujuan untuk

ix

A. Perang Aceh Babak Kedua dan Ketiga ........................................ 34

B. Siasat Teuku Umar Dalam Perang Aceh ...................................... 40

C. Akhir dari Perjuangan Teuku Umar ............................................. 43

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ................................................................................. 48

B. Saran-Saran ................................................................................ 50

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................... 51

LAMPIRAN-LAMPIRAN .............................................................. 54

Page 11: PERLAWANAN TEUKU UMAR TERHADAP PENJAJAHAN BELANDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51283/... · 2020. 7. 7. · Belanda di Aceh (1873-1899)” ini bertujuan untuk

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Aceh merupakan salah satu provinsi yang berada di Indonesia, yang terletak

di ujung pulau Sumatera. Aceh berbatasan dengan samudera Hidia di sebelah barat,

selat malaka di sebelah timur, dan teluk bengala di sebelah utara. Dulu kerajaan

Aceh memiliki wilayah yang luas dan kuat yang terdiri dari beberapa daerah yang

mereka taklukan sendiri, seperti Singkel, Pidie, Gayo dan lain sebagainya. Daerah-

daerah taklukan yang menjadi bagian dari kerajaan Aceh tersebut mendapat

semacam surat pengesahan kekuasaan yang diberikan oleh Sultan dan dalam surat

tersebut diberi Sikureueng atau stempel kesultanan Aceh.1 Setidaknya ada tiga

golongan elit dalam masyarakat Aceh yang dibagi oleh Snouck Hurgronje, yaitu

Sultan, Uleebalang, dan Ulama. Sultan dan Uleebalang sendiri berperan dalam

kehidupan adat di dalam masyarakat Aceh. Lalu Ulama sendiri berperan dalam

urusan keagamaan dalam masyarakat Aceh.

Tujuan awal Belanda datang ke Aceh adalah didasari alasan ekonomi atau

kepentingan bisnis. Belanda datang untuk membeli rempah-rempah langsung dari

daerah Aceh. Dan alasan lain adalah karena Belanda ingin merebut dominasi

dagang Spanyol dan Portugis di Nusantara.2 Alasan Belanda Ingin merebut

dominasi dari Spanyol dan Portugis adalah karena Belanda khawatir kepentingan

bisnisnya akan terganggu dengan adanya dominasi dua negara tersebut.Selain

merasa terancam karena dominasi Portugis di Malaka, Belanda juga merasa

terancam oleh Inggris yang selalu diprioritaskan oleh Sultan. Hal ini didasari dari

1Reid, Anthony, Sumatera : Revolusidan Elit Tradisional,(Jakarta : Komunitas Bambu,

2012),h. 18

2M. Dien Madjid, Catatan Pinggir Sejarah Aceh, (Jakarta : Yayasan Pustaka Obor

Indonesia, 2014), h. 65

Page 12: PERLAWANAN TEUKU UMAR TERHADAP PENJAJAHAN BELANDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51283/... · 2020. 7. 7. · Belanda di Aceh (1873-1899)” ini bertujuan untuk

2

kedekatan antara Sultan Aceh dengan Ratu Elizabet I. Alasan lain kenapa pihak

Aceh lebih memilih berkerjasama dengan Inggris adalah karena pihak Inggris juga

menawarkan keuntungan yang besar kepada Sultan Aceh. Ditambah lagi Belanda

yang ketahuan membantu Johor saat diserang oleh pasukan Sultan Iskandar Muda,

membuat Aceh lebih memilih Inggris untuk diajak berkerjasama.

Alasan Aceh diperebutkan dan bahkan ingin dikuasai oleh negara-negara

Eropa adalah karena Aceh merupakan tempat yang strategis untuk berdagang.

Ditambah dengan dibukanya Terusan Suez yang memungkinkan negara-negara

Eropa untuk berlayar menuju Asia tanpa harus mengelilingi Afrika. Aceh juga

memiliki potensi dan kekayaan alam yang membuatnya menjadi pengekspor

rempah-rempah ke Jeddah. Selain Jeddah, Aceh juga mengekspor rempah-rempah,

emas, dan berbagai macam perhiasan ke Laut Merah dalam jumlah yang besar.3

Belanda pertama kali dating ke aceh pada tanggal 21 juni 1599. Akan tetapi

kedatangan tersebut tidak memberikan kesan yang baik bagi warga pribumi Aceh.

Dengan sikap yang tidak sopan dan tidak beradab, masyarakat Aceh merasa

tindakan Belanda ini sudah melewati batas. Awak-awak kapal Belanda merampas

perhiasan masyarakat Aceh dan bahkan menenggelamkan kapal-kapal milik Aceh.

Frederick de Houtman juga berbohong kepada sultan Aceh saat ditanya mengenai

letak negara Belanda. Frederick mengklaim bahwa Belanda merupakan sebuah

negara yang besar dan hampir mencakup seluruh dataran Eropa. Sultan Aceh yang

tidak begitu percaya dengan pernyataan Frederick, bertanya kepada seorang

pedagang Portugis. Pedagang Portugis tersebut mengatakan bahwa itu semua

bohong, Belanda merupakan sebuah negara kecil yang baru merdeka. Sultan yang

mengetahui telah dibohongi menjadi geram dan memerintahkan untuk mencari dan

memenjarakan Frederick de Houtman.

Pada tahun 1601, Belanda dan Aceh menjalin suatu hubungan diplomatik

dan perdagangan Aceh-Belanda. Kerja sama ini didasari oleh semakin kuatnya

3Amirul Hadi, Aceh : Sejarah, Buadaya, dan Tradisi, (Jakarta : Yayasan Pustaka Obor

Indonesia, 2010),h. 28

Page 13: PERLAWANAN TEUKU UMAR TERHADAP PENJAJAHAN BELANDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51283/... · 2020. 7. 7. · Belanda di Aceh (1873-1899)” ini bertujuan untuk

3

Portugis di Malaka. Baik Aceh maupun Belanda mempunyai tujuan yang sama

yaitu menyingkirkan Portugis dari kawasan Malaka.4

Awal mula penyebab dari terjadinya perang antara Aceh dengan Belanda

adalah karena terbentuknya Traktat Sumatera yang berisi tentang Inggris yang

memberikan Belanda kebebasan untuk bertindak apa saja terhadap Aceh.5 Belanda

yang telah mendapatkan persetujuan Inggris, mengirim ultimatum untuk Aceh agar

tunduk kepada Belanda dan mengakui kedaulatannya di Aceh. Tetapi Aceh

menolak keinginan Belanda tersebut. Alasan Aceh menolak kedaulatan Belanda

adalah dikarenakan Belanda ingin memonopoli perdagangan yang ada di Aceh dan

ikut campur dalam masalah pemerintahan.6

Akhirnya pada tanggal 7 Maret 1873, F.N. Nieuwenhuyzen yang saat itu

menjabat sebagai komisaris Hindia Belanda berangkat menuju Aceh dengan sebuah

kapal perang dan sebuah kapal pemerintah sipil. Sesampainya di pulau Pinang ia

mendapatkan tambahan kekuatan berupa dua kapal perang milik Belanda. Pada

tanggal 22 Maret 1873 Nieuwenhuyzen tiba di perairan Aceh. Ia masih

menyampaikan peringatan terakhir kepada Sultan Aceh, Tuanku Mahmud Syah.

Tetapi Sultan Mahmud Syah masih menolak dan akhirnya pada tanggal 26 Maret

1873 Nieuwenhuyzen memutuskan untuk berperang melawan Aceh.7

Pada tahun 1873, saat Aceh ingin berperang melawan Belanda orang-orang

yang berada di pulau Pinang hingga Betawi telah mengetahui dan ingin membantu

dengan cara menyiapkan pasukan tentara dan 15.000 pucuk senapan serta 5.000 ton

4M. Dien Madjid, Catatan Pinggir Sejarah Aceh, h. 67

5Nasruddin Anshoriy, Bangsa Gagal Mencari Identitas Kebangsaan, (Yogyakarta : LkiS

Yogyakarta, 2008), h. 89

6Ismail Suny, Bunga Rampai Tentang Aceh, (Jakarta : Bharata Karya Aksara, 1980), h. 36

7Ismail Sofyan, Perang Kolonial Belanda di Aceh, (Aceh : Pusat Dokumentasi dan

Informasi Aceh, 1977), h. 23

Page 14: PERLAWANAN TEUKU UMAR TERHADAP PENJAJAHAN BELANDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51283/... · 2020. 7. 7. · Belanda di Aceh (1873-1899)” ini bertujuan untuk

4

mesiu yang langsung dikirim ke Aceh. Semuanya dilakuan secara diam-diam agar

pihak Belanda yang ada di Betawi tidak mengetahuinya.8

Pada tanggal 5 April 1873 Belanda telah siap di perairan Aceh dengan

membawa 6 buah kapal perang, 2 buah kapal AL pemerintah, 8 buah kapal peronda,

1 buah kapal komando dan masih banyak kapal-kapal perajurut yang lainnya.

Penyerangan ini dipimpin oleh mayor jenderal J.H.R. Kohler serta dibantu oleh

wakilnya kolonel E.C. van Daalen. Total seluruh pasukan yang dibawa oleh J.H.R.

Kohler kira-kira berjumlah 3.000 orang pasukan yang sudah termasuk perwiranya

yang berjumlah 168 orang. Lalu ditambah dengan 1.000 orang pekerja paksa dan

50 orang mandornya.9 Tetapi dalam penyerangan ini J.H.R. Kohler tewas dalam

peperangan dan pada tanggal 19 April 1873.

Penyerangan kedua yang dilakukan oleh Belanda berlangsung pada tanggal

9 Desember 1973. Dipimpin oleh seorang pensiunan panglima perang Hindia

Belanda yang diaktifkan kembali yaitu Letnan Jendral J. van Swieten. Pasukan

Belanda mendarat di kampung Leu’u dekat kuala Gigieng, Aceh Besar.

Pertempuran sengit terjadi di Masjid Raya Baiturrahman yang memang dari awal

sudah menjadi incaran pihak Belanda. Akan tetapi walau pun telah diperjuangkan

dengan sangat gigih, Masjid Raya Baiturrahman akhirnya dapat dikuasai juga oleh

Belanda pada 6 januari 1874.10

Selanjutnya, Belanda melakukan siasat pemecah belah diantara para

petinggi di Aceh. Akibat dari siasat ini, terjadi banyak kericuhan di Aceh yang

ditandai dengan banyaknya uleebalang yang menjadi berpihak kepada Belanda.

Contohnya adalah Teuku Muda Ba’et yang menyerah pada 9 Maret 1879. Akibat

8Lulofs, Szekely, Cut Nyak Din : Kisah Ratu Perang Aceh, (Jakarta : Komunitas Bambu,

2010), h. 42

9Sartono Kartodirjo, Sejarah Nasional Indonesia Jilid IV, (Yogyakarta : Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan, 1975), h. 204

10Muhammad Ibrahim, Sejarah Daerah Propinsi Daerah Istimewa Aceh, (Jakarta :

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1991), h. 117

Page 15: PERLAWANAN TEUKU UMAR TERHADAP PENJAJAHAN BELANDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51283/... · 2020. 7. 7. · Belanda di Aceh (1873-1899)” ini bertujuan untuk

5

dari banyaknya uleebanlang yang menyerah kepada belanda, semangat juang

rakyat Aceh sempat menurun. Akan tetapi disaat menurunnya semangat para

pejuang Aceh tersebut, ulama tampil dan memimpin para pejuang Aceh bersama

dengan uleebalang yang belum menyerah seperti Teuku Umar.

Teuku Umar merupakan salah satu tokoh yang sangat berperan penting

dalam perlawanan Aceh terhadap Belanda. Peran Teuku Umar dalam perlawanan

terlihat dari saat ia membela kampung halamannya, kampung Daya. Teuku Umar

juga berhasil menggagalkan pendaratan Belanda di Meulaboh. Setelah

menaklukkan Meulaboh, Teuku Umar mulai menaklukkan daerah-daerah yang

berkhianat membantu Belanda. Dalam upayanya melawan Belanda, teuku umar

juga melakukan siasat penyerahan diri. Siasat ini dilakukan sebanyak dua kali.

Yaitu pada tahun 1883 dan 1893.

Yang menjadi alasan mengapa penulis memilih tokoh Teuku Umar adalah

dikarenakan penulis tertarik dengan siasat perang yang dilakukan Teuku Umar

untuk memperdayai Belanda. Oleh sebab itu penulis tertarik untuk mengkaji dan

meneliti secara lebih mendalam, serta mengangkatnya kedalam skripsi dengan

judul “ Perlawanan Teuku Umar terhadap penjajahan Belanda di Aceh (1873-1899).

B. Permasalahan

1. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, masalah pokok yang ingin

dicoba dibahas oleh penulis adalah mengenai upaya elit masyarakat aceh

(Uleebalang) dalam membela tempat tinggalnya. Seperti yang kita ketahui bahwa

perang Aceh melawan Belanda merupaka perang terlama dalam sejarah Nusantara

yaitu sekitar 40 tahunan. Tetapi dalam penulisan ini, penulis lebih memfokuskan ke

satu Uleebalang yaitu Teuku Umar. Penulis ingin mengulas perjuangan dan siasat

Teuku Umar selama masa perang Aceh.

Page 16: PERLAWANAN TEUKU UMAR TERHADAP PENJAJAHAN BELANDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51283/... · 2020. 7. 7. · Belanda di Aceh (1873-1899)” ini bertujuan untuk

6

2. Pembatasan Masalah

Penulis juga menentukan rentan waktu dalam penulisan skripsi ini, yaitu

pada masa Teuku Umar memulai perang sekitar tahun 1873 sampai dengan 1899.

Alasan penulis mengambil rentan tahun tersebut adalah karena pada waktu tersebut

perang tengah berlangsung.

3. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalahnya adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana bentuk perlawanan yang dilakukan Teuku Umar terhadap

Belanda ?

2. Apa hasil atau dampak dari perlawanan yang dilakukan oleh Teuku

Umar?

C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Untuk mengetahui bentuk konflik Uleebalang (Teuku Umar) dengan

Belanda.

b. Untuk mengetahui dampak dari pengaruh tersebut.

2. Adapun manfaat yang diharapkan penulis dalam karya tulis ini adalah

sebagai berikut:

a. Menambah pengetahuan sejarah, khususnya yang berkaitan dengan

Peran Teuku Umar dalam perlawanan terhadap Kolonialisme (1873-

1899).

b. Dengan penulisan ini di harapkan dapat menambah wawasan dan

pengetahuan bagi penulis dan para pembaca pada umumnya khususnya

masyarakat Aceh yang mana Aceh merupakan objek utama dalam

tulisan ini.

Page 17: PERLAWANAN TEUKU UMAR TERHADAP PENJAJAHAN BELANDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51283/... · 2020. 7. 7. · Belanda di Aceh (1873-1899)” ini bertujuan untuk

7

c. Penelitian ini diharapkan dapat berkontribusi positif serta dapat menjadi

bahan acuan ataupun bahan pertimbangan dalam segala bentuk

pengelolaan yang akan dilakukan di suatu instansi pendidikan. Sehingga

penelitian ini menjadi salah satu media acuan dalam

pelaksanaan/penerapan manajemen berbasis sekolah terutama dalam

meningkatkan sarana dan prasarana.

d. Memberi kontribusi berupa sumbangan keilmuan yang berbentuk karya

tulis sejarah bagi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Fakultas Adab

dan Humaniora khususnya jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam.

D. Tinjauan Pustaka

Dari hasil penelusuran yang dilakukan penulis, terdapat beberapa buku yang

berisikan tentang perlawanan yang dilakukan oleh Teuku Umar dalam perang Aceh.

Penulis juga menemukan beberapa buku yang didalamnya menjelaskan mengenai

konflik antara Aceh dengan Belanda. Selain itu, penulis juga menemukan sebuah

karya ilmiah yang membahas mengenai Teuku Umar.

Buku yang pertama adalah karya dari Anthony Reid yang berjudul

“Sumatera : Revolusi dan Elit Tradisional”. Buku ini diterbitkan oleh Komunitas

Bambu pada tahun 2012. Di dalam buku ini banyak dijelaskan mengenai

perjuangan rakyat Aceh dalam memperjuangkan kemerdekaan mereka yang mana

terdapat faktor internal yang menghambat perjuangan mereka sendiri.

Buku yang kedua adalah buku yang berjudul “Teuku Umar” yang ditulis

oleh Sagimun Mulus Dumadi. Buku ini diterbitkan pada tahun 1983 oleh penerbit

Bhratara Karya Aksara. Karya Sagimun Mulus Dumadi ini berisikan tentang

biografi seorang Teuku Umar. Buku ini juga menjelaskan mengenai siasat yang

dilakukan Teuku Umar dalam melawan penjajahan Belanda. Dimulai dari

perjuangan di kampung halamannya sampai dengan akhir hayatnya.

Buku ketiga adalah buku yang berjudul “Asal Mula Konflik” Aceh karya

Anthony Reid, yang di tebitkan oleh Yayasan Obor Indonesia pada tahun 2005.

Buku ini bersumber dari arsip historis dari Belanda dan Inggris. Buku ini

Page 18: PERLAWANAN TEUKU UMAR TERHADAP PENJAJAHAN BELANDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51283/... · 2020. 7. 7. · Belanda di Aceh (1873-1899)” ini bertujuan untuk

8

menjelaskan mengenai diplomasi yang dilakukan aceh pada bada ke 19, latar

pertarungan ekonomi-politikBarat di Aceh, hubungan luar negeri Aceh, peristiwa

politik yang berujung konflik fisik dan peperangan, sampai berakhirnya kerajaan

Aceh.

Buku yang keempat adalah buku karya Prof. Dr. Amirul Hadi, M.A. yang

berjudul Aceh : Sejarah Budaya dan Tradisi. Buku ini di terbitkan di Jakatra pada

tahun 2010 oleh penerbit Yayasan Pustaka Obor Indonesia. Berbeda dari buku lain

yang membahas mengenai Aceh tetapi hanya menekankan ekonomi dan politik

semata, buku karya Prof. Dr. Amirul Hadi, M.A. ini lebih menekankan mengenai

sisi keagamaannya.

Selain keempat buku yang penulis sebutkan di atas, terdapat karya yang

telah dihasilkan oleh para peneliti lain mengenai topik yang terkait dengan tema

pada penulisan dalam skripsi ini, antara lain sebuah skripsi oleh Isti Maftufah,

mahasiswi UIN Sunan Kalijaga, fakultas Adab, jurusan Sejarah dan Kebudayaan

Islam tahun 2007, dengan judul skripsi “Teuku Umar dan Perjuangannya dalam

Perang Aceh (1874-1899)”. Dalam skrispsi ini, penulis menjelaskan terkait

semangat jihad rakyat Aceh dalam melawan kafir Belanda dengan melalui perang

sabil yang dipelopori oleh Teungku Cik Di Tiro diseluruh Aceh. Penulis juga

berusaha mebahas mengenai jalannya perang Aceh serta menjelaskan terkait

strategi Teuku Umar dalam melawan Belanda dengan semangat perang jihad yang

ditandai dgn taktik perang gerilya.

E. Kerangka Teori

Pada tulisan ini, penulis menggunakan teori Realisme Klasik (Classical

Realism). Menurut Realisme Klasik negara adalah aktor, hasrat untuk mendapatkan

sebuah kekuasaan yang besar berasal dari sifat manusia, negara digunakan sebagai

alat untuk memperjuangkan kapabilitasnya. Dalam penulisan ini, Penulis

menggunakan pemikiran dari dua tokoh dalam Realisme Klasik. Yang pertama

adalah Niccolo Machiavelli. Menurut Niccolo Machiavelli, dalam mewujudkan

Page 19: PERLAWANAN TEUKU UMAR TERHADAP PENJAJAHAN BELANDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51283/... · 2020. 7. 7. · Belanda di Aceh (1873-1899)” ini bertujuan untuk

9

sebuah nilai politik tertinggi kebebeasan nasional, yaitu kemerdekaan, penguasa

dituntut untuk memiliki kekuatan mempertahankan kepentingan negara seperti

singa, dan harus mampu berprilaku cerdik seperti rubah. Sehubungan dengan ini,

perlawanan para pemimpin Aceh seperti Sultan dan Uleebalang menjadi cocok

denganteori ini. Para pemimpin dituntut untuk mempertahankan keamanan

kelangsungan hidup di Aceh.

Lalu teori selanjutnya adalah milik Thomas Hobbes, Thomas Hobbes

berpendapat bahwa :

1. Manusia adalah sama

2. Manusia berinteraksi dengan lingkungan yang anarkis

3. Manusia diarahkan oleh kompetisi, rasa tidak percaya diri, dan kemuliaan

Dari pendapat tersebut munculah sebuah konsep bellum omnium contra

omnes yang berarti perang melawan semuanya. Jadi menurut Hobbes, yang

membuat manusia bisa menyerang adalah agar memperoleh keuntungan, keamanan

dan reputasi.11 Jadi, penyerangan Belanda terhadap Aceh menjadi cocok dengan

teori yang dicetuskan oleh Thomas Hobbes ini. Belanda yang ingin memperoleh

keuntungan dengan menguasai Aceh sepenuhnya, melakukan upaya penaklukan

terhadap Aceh.

F. Metode Penelitian

Didasari dari sebuah pengkajian tentang peristiwa sejarah, maka penulisan

ini menggunakan metode Historis atau penelitian sejarah yang bersifat deskriptif

analitis dengan melalui proses mengkaji dan menganalisis data-data baik dari buku

maupun peninggalan suatu jejak sejarah.12 Dalam metode penelitian sejarah, ada

11Delian Noer, Pemikiran Politik di Negeri Barat (Jakarta : Mizan, 1998), h. 102

12Gottschalk, Louis, Mengerti Sejarah. Penerjemah Nugroho Notosusanto (Jakarta: UI

Press, 2006), h. 39

Page 20: PERLAWANAN TEUKU UMAR TERHADAP PENJAJAHAN BELANDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51283/... · 2020. 7. 7. · Belanda di Aceh (1873-1899)” ini bertujuan untuk

10

empat tahap yang harus dilalui, yaitu Heuristik, Verifikasi, Interpretasi, dan

Historiografi.13

Heuristik merupakan tahap pertama, yakni kegiatan pengumpulan sumber.

Pengumpulan sumber di lakukan penulis melalui pencarian data-data tertulis berupa

buku-buku atau Naskah. Penulis menggunakan beberapa buku yang di dapat dari

Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah dan Perpustakaan Fakultas Adab dan

Humaniora. Setelah sumber atau data tersebut terkumpul, kemudian peneliti

berusaha membaca, mencatat sumber-sumber tertulis tersebut berdasarkan periode

waktu atau secara kronologis, serta meminjam buku-buku perpustakaan yang

dianggap penting dan relevan dengan masalah penelitian.

Kritik sumber merupakan tahap yang ke-dua setelah melakukan

pengumpulan data. Dalam tahap ini penulis menganalisis dan mengkritisi sumber-

sumber yang didapat serta melakukan perbandingan terhadap sumber-sumber yang

didapat agar mendapat sumber yang valid dan relevan dengan tema yang dikaji

penulis.

Setelah sumber-sumber yang didapat dianalisis dan dikritisi, tahapan

selanjutnya yang dilakukan ialah penulis mencoba menafsirkan terhadap sumber

yang telah dikritisi dan melihat serta menafsirkan fakta-fakta yang didapat oleh

penulis, sehingga mendapatkan pemecahan atas permasalahannya. Interprestasi

yang dilakukan dalam penelitian ini adalah kegiatan dalam metode sejarah untuk

menghubungkan antara fakta yang satu dengan yang lain, sehingga menjadi satu

kesatuan yang selaras.

Tahap hisoriografi adalah langkah terakhir dalam metodologi atau prosedur

penelitian historis. Historiografi merupakan karya sejarah dari hasil penelitian,

dipaparkan dengan bahasa ilmiah, dengan seni yang khas menjelaskan apa yang

ditemukan, beserta argumennya secara sistematis. Dalam penelitian ini,

13Satrono kartodirjo, Pendekatan Ilmu Sosial Dalam Metodologi Sejarah, (Jakarta: PT

Gramedia Pustaka Utama, 1992), h. 4-5, 144-156

Page 21: PERLAWANAN TEUKU UMAR TERHADAP PENJAJAHAN BELANDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51283/... · 2020. 7. 7. · Belanda di Aceh (1873-1899)” ini bertujuan untuk

11

historiografi diwujudkan dalam bentuk karya ilmiah berupa skripsi dengan judul

Perlawanan Teuku Umar Terhadap Penjajahan Belanda di Aceh (1873-1899)

G. Sistematika Penulisan

Dalam penulisan skripsi ini, penulis membagi kedalam lima bab tulisan,

termasuk di dalamnya bab pendahuluan dan penutup, berikut dituliskan secara

singkat bab saatu sampai bab lima beserta sub-subnya masing-masing.

Bab pertama berisi tentangpendahuluan. Sebagaimana telah dibahas

didalamnya terdapat penguraian beberapa hal pokok mengenai latar belakang

masalah, rumusan dan pembatasan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metode

penelitian, tinjauan pustaka, dan sistematika penulisan.

Sedangkan bab kedua menjelaskan gambaran umum kondisi Masyarakat di

Aceh pada masa perang melawan Belanda. Dalam bab ini pula menjelaskan tentang

letak atau kondisi Geografis dan struktur masyarakatnya pada masa itu.

Bab ketiga berisikantentang biografi seorang Tengku Umar. Dalam bab ini

lebih berfokus pada latar belakang Teuku Umar seperti asal muasal kedua orang

tuanya, pernikahannya dengan Cut Nyak Dien dan dalam bab ini juga berisikan

tentang alasan Teuku Umar ingin membela Aceh dari serangan Belanda.

Bab keempat penulis lebih memfokuskan perihal peran Teuku Umar selama

masa perang melawan Belanda. Baik itu strategi mensiasati Belanda selama masa

perang tersebut, pencapaian apa saja yg didapatkan, sampai akhirnya ia wafat.

Bab terakhir atau bab kelima berisi kesimpulan dari bab-bab sebelumnya

yang telah dijelaskan. Dan di bab terakhir ini pula terdapat saran untuk pihak-pihak

yang terkait dalam penelitian ini.

Page 22: PERLAWANAN TEUKU UMAR TERHADAP PENJAJAHAN BELANDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51283/... · 2020. 7. 7. · Belanda di Aceh (1873-1899)” ini bertujuan untuk

12

BAB II

MASYARAKAT ACEH MASA PERANG

A. Kerajaan Aceh

Dalam pembahasan ini ada baiknya kita sedikit membahas tentang kerajaan

Aceh Darussalam. Aceh merupakan sebuah daerah yang letaknya paling barat dari

kepulauan Indonesia. Luas wilayah Aceh adalah 5.736.577 Ha yang terdiri dari

hutan atau area pertanian, kota, danau, sungai, bukit, dan pegunungan. Wilayah

sebelah selatan Aceh merupakan perbatasan dengan Provinsi Sumatera Utara,

sedangkan sebelah barat merupakan perbatasan Samudera Hindia.

Aceh juga memiliki potensi dan kekayaan alam yang membuatnya terkenal

oleh turis asing sejak zaman dulu. Sebuah naskah Cina menuliskan bahwa sejak

tahun 1573 – 1620, Aceh banyak mengekspor kekayaan alamnya seperti batu mulia,

kayu gaharu, kayu kelambak, kayu pucuk, cengkeh, lada, keris, timah, kayu sapan

dan belerang. Inilah yang menjadi penyebab banyaknya pendatang asing yang

berkunjung ke Aceh.

Aceh sendiri pada zaman dahulu memiliki beberapa kerajaan Islam kecil,

seperti Pasai, Pidie, Daya, Lamuri, dan Aceh. Kerajaan-kerajaan tersebut memiliki

peran yang sangat penting dalam membangun wilayah Sumatera bagian utara ini.

Hampir semua kerajaan yang ada memiliki hubungan perdagangan dengan Negara

asing. Contohnya, kerajaan Pasai yang memiliki hubungan dagang internasional

dengan Arab, Turki, Iran dan Gujarat. Lalu kerajaan Pidie yang terkenal Karena

merupakan penyuplai utama lada dan berbagai macam rempah. Kerajaan Aceh

dengan kerajaan Lamuri memutuskan untuk membuat sebuah koalisi dan

membentuk satu kerajaan, yaitu kerajaan Aceh Darussalam. Kerajaan ini mampu

menaklukkan kerajaan-kerajaan lain seperti Pasai, Pidie, dan Daya. Dan karena

penaklukannya, kerajaan Aceh Darussalam mendapat kekuasaan yang sebelumnya

Page 23: PERLAWANAN TEUKU UMAR TERHADAP PENJAJAHAN BELANDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51283/... · 2020. 7. 7. · Belanda di Aceh (1873-1899)” ini bertujuan untuk

13

dipegan oleh kerjaan-kerajaan tersebut.14 Karena penaklukannya, daerah-daerah

seperti Pidie, Pasai, Perlak, Tamiang, Gayo, Alas, Meulaboh, Singkel, Teuruemon

dan Barus, disebut juga sebagai daerah pokok.

Lalu ada pula yang disebut sebagai daerah inti. Daerah inti merupakan

daerah yang mencakup wilayah berdirinya bangunan kerajaan Aceh Darussalam

yang juga menjadi ibu kota.15 Daerah ini terdiri dari wilayah-wilayah yang termasuk

Aceh Besar. Dan daerah yang terakhir adalah daerah takluk. Daerah takluk

kerajaan-kerajaan yang sudah menyatakan ketundukkannya di bawah pemerintahan

Kerajaan Aceh. Akan tetapi, walaupun telah berada di bawah kekuasaan kerajaan

Aceh Darussalam, kerajaan-kerajaan tersebut masih berupa kerajaan yang merdeka,

hanya saja ada beberapa hal yang harus mengikuti perintah dari Kerajaan Aceh,

seperti dalam bidang ekonomi dan hubungan luar negeri.

Dalam Kerajaan Aceh, terdapat bebrapa wilayah pemerintahan. Wilayah-

wilayah tersebut adalah :

1. Gampong

Gampong, atau dalam bahasa melayu biasa disebut sebagai kampung,

merupakan sebuah wilayah pemerintahan terkecil yang ada di Aceh. Gampong

terdiri dari orang-orang yang berpindah dari wilayah padat penduduk ke wilayah

jarang pemduduk, atau bisa disebut sebagai transmigrasi.

Gampong biasanya diisi dengan 50 sampai 100 rumah, yang biasanya di

setiap rumah terdapat sebuah pekarangan yang sebagiannya ditata untuk kebun.

14Amirul Hadi, Aceh : Sejarah, Dudaya, dan Tradisi, (Jakarta : Yayasan Pustaka Obor

Indonesia, 2010),h. 20

15Zakaria Ahmad, Sekitar Kerajaan Aceh Dalam Tahun 1520-1675, (Medan: Monora,

1972), h. 85

Page 24: PERLAWANAN TEUKU UMAR TERHADAP PENJAJAHAN BELANDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51283/... · 2020. 7. 7. · Belanda di Aceh (1873-1899)” ini bertujuan untuk

14

Seluruh gampong juga dipagari, yang mana jika ingin pergi ke gampong-gampong

lain harus melewati ladang, kebun, dan belukar.16

Lalu biasanya di setiap Gampong di Aceh terdapat sebuah bangunan yang

disebut Meunasah. Meunasah bisa juga disebut sebagai Mushola, karena

kegunaannya dan fungsinya yang sama. Meunasah merupakan sebuah bangunan

tanpa kamar, lorong ataupun pembagian ruangan. Biasanya, di dekat bangunan

Meunasah terdapat sebuah tempat penampungan air yang terbuat dari batu atau

galian, yang tersalur oleh pipa atau saluran bambu yang miring dari sumur terdekat.

Pada mulanya Meunasah biasa dipakai untuk menginap para pria dewasa

yang sudah menikah maupun yang belum, baik itu orang asing ataupun pria yang

mengunjungi ibunya yang tinggal di Gampong dan bermaksud untuk menginap

disana.17 Tetapi ketika Islam datang dan menguasai kehidupan di Aceh, tempat

menghina para pria (Meunasah) ini dijadikan sebagai tempat ibadah Gampong,

Sama halnya dengan langgar atau balek yang ada di Jawa.

Di Meunasah, selain dijadikan tempat tinggal pria dan tempat menginap

orang dari luar dan tempat beribadah, Meunasah juga biasa dipakai untuk

pertemuan peristiwa khusus yang membahas kepentingan Gampong, akad nikah

dan sebagainya.

Ada tiga unsur pemerintahan yang terdapat di Gampong

1. Keuchik

Keuchik merupakan kepala atau pemimpin dari Gampong yang menerima

wewenang dari Uleebalang. Keuchik biasa juga disebut sebagai Bapak Gampong

oleh masyarakatnya. Jabatan ini didapat secara turun temurun dari nenek moyang

mereka. Jabatan ini, tidak secara permanen dipegang oleh keturunan mereka.

16Hurgronje, Snouck, Aceh : Rakyat dan Adat Istiadatnya, (Jakarta : INIS, 1996), h. 47

17H.M. Zainuddin, Tarich Atjeh dan Nusantara Jilid 1, (Medan : Pustaka Iskandar Muda,

1961), h. 315

Page 25: PERLAWANAN TEUKU UMAR TERHADAP PENJAJAHAN BELANDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51283/... · 2020. 7. 7. · Belanda di Aceh (1873-1899)” ini bertujuan untuk

15

Uleebalang berhak untuk mencabut jabatan mereka. Keuchik biasanya membawahi

satu Gampong, namun ada pula beberapa Keuchik yang membawahi 2-4 Gampong.

Tugas Keuchik adalah untuk memelihara ketertiban dan keamanan, serta

meningkatkan kesejahteraan daerahnya. Jumlah penduduk dianggap sebagai faktor

penting dari kesejahteraan daerah kekuasaan seorang Keuchik.

2. Teungku Meunasah

Teungku Meunasah biasa juga disebut sebagai ibu Gampong. Gelar

Teungku Meunasah biasanya diberikan kepada orang yang berpengetahuan lebih.

Baik itu dalam urusan keagamaan maupun yang lainnya.18 Teungku Meunasah juga

merupakan kepala dari setiap Meunasah yang ada di Gampong. Teungku Meunasah

juga mengatur masalah perkawinan, perceraian dan juga kematian di sebuah

Gampong dengan persetujuan Keuchik. Karena jabatan Teungku Meunasah berada

dibawah kekuasaan Keuchik.

3. Ureueng Tuha (Tuha Peut)

Ureueng Tuha atau biasa juga disebut sebagai sesepuh. Ureueng Tuha

merupakan orang yang terpandang yang biasanya terdapat di setiap Gampong-

Gampong. Mereka merupakan orang yang berpengalaman, Arif dan memiliki

pengetahuan tentang adat di Gampong.19 Jumlah orang tua ini biasa empat orang,

mereka tidak diangkat atau dipilih secara teratur, namun bisa juga diadakan

musyawarah untuk mengangkat Ureueng Tuha. Para Ureueng Tuha biasanya ikut

membahas urusan yang penting di Gampong bersama Keuchik dan Teungku

Meunasah, baik itu diundang maupun tidak.Ureung Tuha biasanya terdiri dari para

Ulama dan Cerdik Pandai.

18Hurgronje, Snouck, Aceh : Rakyat dan Adat Istiadatnya, h. 54

19Rani Usman, Sejarah Peradaban Aceh, (Jakarta : Yayasan Obor Indonesia, 2003), h. 46

Page 26: PERLAWANAN TEUKU UMAR TERHADAP PENJAJAHAN BELANDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51283/... · 2020. 7. 7. · Belanda di Aceh (1873-1899)” ini bertujuan untuk

16

2. Mukim

Mukim merupakan kumpulan dari Gampong-Gampong yang biasanya

terdiri dari minimal 4 Gampong. Ada pun jumlah terbanyak adalah 12 Gampong.

Mukim sendiri baru muncul saat agama Islam Masuk ke Aceh. Mukim memiliki

tingkatan seperti kecamatan untuk sekarang ini. Di sebuah Mukim biasanya terdapat

sebuah Masjid yang dipakai untuk menjalankan sholat jum’at untuk kaum pria.

Karena aturan sholat jum’at yg mengharuskan minimal 40 jama’ah pria untuk

mengesahkan sholat jum’at. Sejarah terbentuknya Mukim dimulai dari kedatangan

islam ke Aceh pada abad ke 13.

Sebuah masjid didirikan di sebuah tempat central yang jaraknya tidak terlalu

jauh dari Gampong satu ke Gampong yang lain.Pembangunan masjid ini

dimaksudkan untuk memudahkan para jama’ah untuk shalat jum’at ataupun

kegiatan keagamaan yang lain20 Apabila sebuah masjid sudah digunakan oleh

masyarakat Gampong sekitarnya, maka itu merupakan sebuah tanda Mukim telah

terbentuk. Pada masa perang, fungsi masjid menjadi bertambah, selain dipakai

untuk kegiatan keagamaan, masjid dipakai juga sebagai benteng pertahanan.

Seperti masjid Indrapuri yang berfungsi juga sebgaia benteng pertahanan.21 Selain

masjid Indrapuri yang terdapat di Mukim XXII, terdapat pula masjid-masjid lain

yang terdapat di sebuah Mukim, yaitu masjid Indrapeurun di Mukim XXV, dan

masjid Indraputra di Mukim XXVI. Masjid-masjid tersebut didirikan oleh Sultan

Meukuta Alam.

Mukim merupakan istilah yang diambil dari kata bahasa Arab “muqim” yang

artinya penghuni suatu tempat. Mukim di pimpin oleh seorang Imeum Mukim, atau

dalam bahasa arab disebut ”Imam”. Tugas ImeumMukimadalah untuk meminpin

segala kegiataan keagamaan yang diadakan. Seperti salah satu contohnya adalah

20Hurgronje, Snouck, Orang Aceh : Budaya, Masyarakat dan Politik Kolonial, (Yogyakarta

: IRCiSoD, 2019), h. 198

21Bambang Budi Utomo, Atlas Sejarah Indonesia Masa Silam, (Direktorat Geografi

Sejarah, 2011), h. 23

Page 27: PERLAWANAN TEUKU UMAR TERHADAP PENJAJAHAN BELANDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51283/... · 2020. 7. 7. · Belanda di Aceh (1873-1899)” ini bertujuan untuk

17

menjadi imam dalam pelaksanaan sholat, dan memimpin dzikir. Tetapi mereka

hanya bertugas di masjid-masjid saja, sedangkan untuk petugas meunasah

diserahkan kepada Teungku meunasah. Setelah kemerdekaan, sebutan Imeum

Mukim berganti menjadi Kepala Mukim.

Selain menjadi pemimpin sebuah Mukim, tugas seorang Imeum adalah

untuk menjadi wakil dari seorang Uleebalang. Tugas dari seorang wakil

Uleebalang adalah untuk menyampaikan informasi, membantu melaksanakan

pemerintahan dan keputusan-keputusan pada wilayah kekuasaannya. Jabatan

Imeum sendiri biasanya diwarskan turun-temurun.

3. Nanggroe

Nanggroe merupakan sebuah wilayah kekuasaan yang lebih besar dari

Mukim. Nanggroe terdiri dari gabungan beberapa Mukim yang dikepalai oleh

seorang Uleebalang yang ada di daerah inti.22 Nanggroe sendiri memiliki tingkatan

seperti kabupaten untuk Sekaran ini. Untuk daerah takluk yang berada diluar daerah

inti, sistem pemerintahannya juga disamakan seperi Nanggroe yang ada di daerah

Inti.23

Pada masa pemerintahan Sultan Nurul Alam Nakiatuddin Syah ( 1675-1678

), penyebutan Nanggroe di Aceh Inti atau Aceh besar berubah menjadi Lhee Sagoe

yang artinya tiga Sagi. Meskipun penamaanya telah diubah, sistem yang dipakai

masih sama seperti Nanggroe. Setiap Sagi membawahi beberapa Mukim yang ada

di Inti. Penamaan dari setiap tiga Sagi berkaitan dengan berapa jumlah Mukim yang

terdapat di Sagi tersebut. Tiga Sagi tersebut adalah, di bagian selatan terdapat Sagi

XXII Mukim, di bagian barat terdapat Sagi XXV Mukim, dan di bagian timur

terdapat Sagi XXVI Mukim. Ketiga Sagi tersebut dipimpin oleh tiga orang

pemimpin yang disebut sebagai Panglima Sagi. Sama seperti Uleebalang,

22Muhammad Ibrahim, Sejarah Daerah Propinsi Daerah Istimewa Aceh, (Jakarta :

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1991), h. 76

23Zakaria Ahmad, Sekitar Kerajaan Atjeh Dalam Tahun 1550-1675, h. 89

Page 28: PERLAWANAN TEUKU UMAR TERHADAP PENJAJAHAN BELANDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51283/... · 2020. 7. 7. · Belanda di Aceh (1873-1899)” ini bertujuan untuk

18

pengangkatan Panglima Sagi juga dilakukan langsung oleh Sultan Aceh yang

disertai dengan sebuah surat yang dibubuhi cap Sikureung.24 Kepemimpinan

Panglima Sagi diwariskan secara turun temurun.

Seperti yang sudah diketahui sebelumnya, Uleebalang merupakan seorang

pemimpin dari wilayah Nanggroe yang ada di Aceh. Gelar yang diberika untuk

Uleebalang laki-laki adalah Teuku, sedang kan untuk Uleebalang perempuan diberi

gelar Cut. Jabatan Uleebalang diberikan langsung oleh Sultan Aceh yang disertai

dengan sebuah surat yang dibubuhi cap Sikureung. Jabatan Uleebalang bersifat

turun temurun, dan hanya berlaku untuk para bangsawan.

Tugas dari seorang Uleebalang adalah untuk memimpin sebuah Nanggroe

dan membentuk tenaga-tenang tempur dari daerah kekuasaanya bila terdapat

sebuah peperangan. Mereka merupakan penguasa tertinggi di setiap daerah

kekuasaanya, sehingga mereka berhak melakukan apa saja terhadap rakyatnya

tanpa campur tangan dari luar. Uleebalang juga mengatur masalah perluasan

wilayah, pembangunan, pengadilan dan penjatuhan hukuman di daerah kekuasaan

mereka. Walaupun begitu, untuk masalah hubungan dengan luar daerah, seorang

Uleebalang harus meminta izin kepada Sultan. Mereka juga menjalankan perintah

langsung dari sultan, menyediakan perbekalan perang apabila dibutuhkan oleh

pemerintahan pusat, serta membayar upeti.25

4. Sagoe

Sagoe atau bisa disebut dengan Sagi dalam Bahasa Melayu merupakan

kumpulan dari Nanggroe-Nanggroe. Sagi memiliki tingkatan seperti provinsi untuk

sekarang ini. Sebuah Sagi dipimpin oleh seorang Panglima Sagi. Biasanya, terdapat

angka romawi dibelakang kata Sagi atau Sagoe yang merupakan jumlah dari berapa

banyaknya jumlah Mukim di dalam Sagi tersebut. Contohnya adalah Sagi XXII

24Mohammad Said, Atjeh Sepanjang Abad,(Medan :Waspada, 1981), h. 209

25Rusdi Sufi, Sejarah Kotamadya Banda Aceh, (Aceh : Balai Kajian Sejarah dan Nilai

Tradisional Banda Aceh, 1997), h. 51

Page 29: PERLAWANAN TEUKU UMAR TERHADAP PENJAJAHAN BELANDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51283/... · 2020. 7. 7. · Belanda di Aceh (1873-1899)” ini bertujuan untuk

19

Mukim. Sistem pemerintahan Sagi ini terdapat di wilayah Aceh Besar yang

terbentuk dari gabungan tiga Sagi, yaitu Sagi XXII Mukim, Sagi XXV Mukim, dan

Sagi XXVI Mukim. Oleh kerena itu, Aceh Besar biasa juga desebut sebagai Aceh

Lhee Sagoe atau Aceh Tiga Sagi karena di dalam wilayah Aceh Besar terdapat tiga

Sagi.

5. Kesultanan Aceh

Kesultanan Aceh merupakan sebuah pemerintahan pusat yang ada di Aceh.

Kesultanan aceh merupakan bentuk pemerintahan tertinggi yang ada di Aceh.

Dikepalai oleh seorang Sultan yang dalam kepemimpinannya dibantu oleh

beberapa pejabat atau Wazir yang membawahi bidang tertentu. Contohnya seperti

Wazir Seri Maharaja Mangkubumi yang mengurus segala urusan yang menyangkut

ke-Uleebalang-an. Lalu ada pula Wazir Rama Setia yang mengurus masalah

perpajakan seluruh daerah kesultanan Aceh.

Sultan Aceh biasanya mewarisi jabatannya kepada putra sulung dari istrinya

yang pertama, akan tetapi tidak jarang juga seorang putra sulung dari Sultan yang

berkuasa sebelumnya, mendapat tugas menjadi seorang Sultan juga untuk

menggantikan ayahnya. Contohnya adalah Sultan Ali Riayat Syah yang digantikan

oleh keponakannya yang bernama Sultan Iskandar Muda.26Seorang Sultan bisa

dipilih ataupun diturunkan dari jabatannya melalui persetujuan tiga Panglima Sagi

dan Khadi Malikul Adil.

Dalam kesultanan Aceh juga terdapat beberapa lembaga yang dipimpin

langsung oleh para pejabat, antara lain:

1. Balai Rong Sari, dipimpin langsung oleh Sultan, yang bertujuan umtuk

membuat rencana dan penelitian.

26Muhammad Ibrahim, Sejarah Daerah Provinsi Daerah Istimewa Aceh ( Aceh, Jakarta :

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1991), h. 71

Page 30: PERLAWANAN TEUKU UMAR TERHADAP PENJAJAHAN BELANDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51283/... · 2020. 7. 7. · Belanda di Aceh (1873-1899)” ini bertujuan untuk

20

2. Balai Majlis Mahkamah Rakyat, dipimpin oleh Kadli Malikul Adil, yang

bertugas sebagai perwakilan rakyat.

3. Balai Furdhah, dipimpin oleh Wazir Seri Paduka, yang mengurus perihal

perekonomian dan perdagangan.

4. Balai Laksamana, dipimpin oleh Wazir Laksamana Amirul Harb, yang

mengurus perihal kemiliteran dan pertahanan.

5. Balai Majlis Mahkamah, dipimpin oleh Wazir Mizan, yang mengurus

perihal kehakiman atau pengadilan.27

Sultan Aceh juga memiliki wilayah-wilayah yang langsung berada dibawah

kekuasaannya. Daerah itu disebut sebagai daerah Bibeueh atau daerah bebas.

Daerah kekuasaan Sultan Aceh yang sebelumnya sangat luas, menjadi sangat kecil.

Kekuasaanya hanya sebatas wilayah Banda Aceh dan sekitarnya. Untuk wilaya-

wilayah diluar Banda Aceh, kekuasaan Sultan hanya sebatas sebuah simbol saja.28

Wilayah-wilayah yang langsung berada dalam kekuasaan Sultan, yaitu :

1. Daerah Keraton dan ibukota Banda Aceh

2. Mukim Masjid Raya

3. Mukim Lung Bata

4. Mukim Pagar Aye

5. Mukim Lamsayun

6. Gampong Pandee

7. Gampong Jawa

8. Gampong Pelanggahan

9. Mukim Meraksa

27Ali Hasjmy, 59 Tahun Aceh Merdeka Dibawah Pemerintahan Ratu, (Jakarta : Bulan

Bintang, 1977), h. 132

28Muhammad isa, Sabil Praharadi Bumi Rencong, (Jakarta : Mizan, 2014), h. 6

Page 31: PERLAWANAN TEUKU UMAR TERHADAP PENJAJAHAN BELANDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51283/... · 2020. 7. 7. · Belanda di Aceh (1873-1899)” ini bertujuan untuk

21

B. Masyarakat Aceh

Setidaknya ada tiga golongan elit yang ada di masyarakat Aceh. Yang

pertama adalah Sultan. Sultan merupakan raja yang menguasai kerajaan Aceh. Lalu

ada Uleebalang. Uleebalang merupakan seorang pejabat yang diangkat langsung

oleh sultan untuk memerintah suatu Nanggroe. Uleebalang juga biasa disebut

sebagai raja kecil. Dan yang terakhir adalah Ulama. Peran ulama adalah untuk

mengatur masalah keagamaan dan Ulama juga berkontribusi dalam perlembangan

intelektual Aceh.

Lalu adapun pembagian susunan masyarakat yang ada di Aceh :

1.Golongan Ureung Le

Golongan ini merupakan golongan mayoritas yang ada di Aceh.

Ureung Le memiliki arti orang banyak. Golongan ini terdiri dari masyarakat

biasa.

2.Golongan Ureung Kaya (orang kaya)

Merupakan golongan pekerja atau pedagang yang berhasil

mengembangkan ekonomi pribadi. Biasanya para hartawan berperan

sebagai penyumbang dana.

3.Golongan Ulama dan Cerdik Pandai

Golongan ini merupakan golongan rakyat biasa yang memiliki ilmu

pengetahuan menonjol. Para Ulama pun termasuk dalam golongan ini,

karena mereka berperan dalam bidang keagamaan.

Page 32: PERLAWANAN TEUKU UMAR TERHADAP PENJAJAHAN BELANDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51283/... · 2020. 7. 7. · Belanda di Aceh (1873-1899)” ini bertujuan untuk

22

4.Golongan Bangsawan

Golongan ini merupakan golongan tertinggi yang ada di aceh.

Golongan ini terdiri dari Sultan Aceh, Uleebalang dan para keturunannya.29

Lalu selama perang Aceh berlangsung, para Ulama muncul sebagai

golongan bangsawan.

C. Aceh Sebelum Kedatangan Kolonial Belanda

1. Bidang Politik

Kerajaan Aceh Darussalam terbentuk dari perjanjian atau koalisi antara

Kerajaan Aceh dengan Kerajaan Lamuri. Setelah terbentuknya Kerajaan Aceh

Darussalam, kerajaan tersebut mulai menaklukkan kerajaan-kerajaan lain yang ada

disekitar. Hingga pada akhirnya terbentuklah kerajan yang besar dan makmur.

Selain menjadi kerajaan yang makmur, Kerajaan Aceh Darussalam juga memiliki

kekuatan militer yang besar. Hal inilah yang menyebabkan wilayah Aceh adalah

wilayah yang paling lama dalam berperang menghadapi penjajahan Belanda, yaitu

pada tahun 1873-1914 atau sekitar kurang lebih 40 tahunan.

Karena kekuatan dan luas wilayah yang dimiliki oleh Kerajaan Aceh,

kedudukannya bisa disamakan dengan Kerajaan Inggris, ataupun Kerajaan Turki.

Kerajaan Aceh juga menjalin semacam aliansi atau hubungan diplomatik dengan

kerajaan lain. Contohnya adalah dengan Kerajaan Turki Usmani. Aceh yang

menginginkan terbentuknya aliansi dengan Turki Usmani didasari alasan agar

Kerajaan Turki Usmani mengirimkan bantuan militer untuk menghadapi Portugis.

Kerajaan Turki Usmani pun menyambut hangat inisiatif untuk beraliansi yang

disampaikan oleh pihak Aceh. Hal ini didasari pula oleh kepentingan berdagang

dan juga karena kesamaan agama yang dianut, yaitu Islam. Setelah adanya

29Rinrin Kodariyah, Tengku dan Cut, (Jakarta : Pacu Minat Baca, 2017), h. 11

Page 33: PERLAWANAN TEUKU UMAR TERHADAP PENJAJAHAN BELANDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51283/... · 2020. 7. 7. · Belanda di Aceh (1873-1899)” ini bertujuan untuk

23

perjanian aliansi dengan Aceh, akhirnya Turki Usmani mengirimkan bantuan

militer ke Aceh untuk berperang menghadapi Portugis.30

2. Bidang Ekonomi

Pada bidang Ekonomi, Kerajaan Aceh Darussalam mengandalkan

perdagangan dan juga upeti dari tiap-tiap daerah. Sejak dulu, Aceh telah menjalin

hubungan dagang dengan negara-negara besar seperti India, Inggris, Cina, dan juga

beberapa negara di wilayah Timur Tengah. Kebangkitan ekonomi Aceh terlihat

pada abad ke 16 yang ditandai dengan dijadikannya pelabuhan yang ada di Kawasan

Aceh sebagai pusat perdagangan dan juga meningkatnya status Aceh sebagai

penghasil beberapa hasil bumi seperti lada, sutra, minyak, kapur, dan juga emas.31

Produksi lada di Aceh menjadi sangat pesat pada abad ke 19, tepatnya pada

tahun 1800-1870. Saat itu Aceh berhasil menjadi pemasok lada terbesar yang

mencakup hampir separuh dari persediaan lada dunia. Karena hal ini pula,

terciptalah hubungan dagang dan diplomasi yang kuat dengan Turki, Inggris, India,

Italia, Amerika Serikat dan Prancis. Setelah tahun 1850, perdagangan di Aceh

dijalanakan melalui entrepots dengan jalur pelayaran kapal uap yang terjadwal.32

30Amirul Hadi, Aceh Sejarah, Dudaya, dan Tradisi, (Jakarta : Yayasan Pustaka Obor

Indonesia, 2010),h. 31

31Amirul Hadi, Aceh Sejarah, Dudaya, dan Tradisi, h. 27

32Reid, Anthony, Menuju Sejarah Sumatra : Antara Indonesia dan Dunia, (Jakarta :

Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2011), h. 336

Page 34: PERLAWANAN TEUKU UMAR TERHADAP PENJAJAHAN BELANDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51283/... · 2020. 7. 7. · Belanda di Aceh (1873-1899)” ini bertujuan untuk

24

BAB III

BIOGRAFI TEUKU UMAR

A. Asal Usul Teuku Umar

Hubungan antara Aceh dengan Minangkabau sebenarnya telah terjalin sejak

lama. Banyak masyarakat Minangkabau yang merantau ke Aceh, begitu pula

sebaliknya. Di Minangkabau, merantau seperti sebuah keharusan atau bisa

dianggap juga sebagai tradisi daerah. Karena, para masyarakat disana yang sudah

memasuki usia dewasa keatas merasa punya tanggung jawab dan keinginan untuk

mencari kemakmuran.

Dikisahkan di tanah Minangkabau hiduplah seorang raja yang memiliki

empat orang anak, salah satu anaknya bergelar Machudun Sati yang sangat ingin

merantau meninggalkan kampung halamannya. Keinginannya untuk merantau

semakin kuat dengan cerita dari seorang perantau bahwa di Aceh terdapat banyak

sungai yang bermuara ke Samudra Hindia dan tanah-tanah yang subur. Sungai-

sungai tersebut juga banyak membawa serbuk-serbuk emas dari hulu. Ia juga

mendengar kabar bahwa penduduk di daerah tersebutmasih tergolong primitif dan

menyembah berhala. Penduduk tersebut dikenal sebagai orang Mantir.33

Pada saat Datuk Machudun Sati datang ke Aceh Barat belum ada tempat

yang bernama Meulaboh, tempat itu hanya berupa hutan lebat. Tetapi dengan

bantuan dari warga sekitar hutan dan kerabat Minangkabau, sedikit demi sedikit

hutan lebat itu mulai dibangun yang nantinya akan menjadi meulaboh. Meulaboh

sendiri berasal dari kata Minangkabau Balaboeh yang berarti berlabuh atau tempat

33Lulofs, Szekely, Cut Nyak Din : Kisah Ratu Perang Aceh, ( Jakarta : Komunitas Bambu,

2010 ), h. 5

Page 35: PERLAWANAN TEUKU UMAR TERHADAP PENJAJAHAN BELANDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51283/... · 2020. 7. 7. · Belanda di Aceh (1873-1899)” ini bertujuan untuk

25

kapal akan berhenti.34 Alasan pengambilan kata tersebut tidak terlepas dari asal

muasal kedatangan Datuk Machudun Sati ke Aceh yang menggunakan kapal.

Setelah Meulaboh makmur dan menjadi bagian dari kesultanan Aceh,

Machudun Sati berpindah ke utara Meulaboh, muara sungai Woyla. Dikabarkan

bahwa disana mengalir lebih banyak serbuk emas. Setelah datang dan mengalahkan

penduduk Woyla, Machudun Sati membangun peradabannya sendiri dan

memimpin daerah tersebut. Masyarakat wanita Woyla di peristri oleh orang-orang

Minangkabau dan yang pria dijadikan budak untuk mencari serbuk emas.

Kehidupan di muara sungai Woyla sangat makmur, banyak hasil pertanian

yang melimpah, seperti contohnya lada dan kopi. Pada tahun 1790, mereka

mengirim 5000 ton lada ke pasar internasional. Jumlah tersebut meningkat dalam

setiap tahunnya.35

Karenan kehidupan di muara sungai Woyla telah makmur dan banyak orang

yang datang kesana, Sultan Aceh menjadi tertarik dan mengklaim bahwa daerah

tersebut sebagai daerah kekuasaannya dan mewajibkan penduduk disana untuk

memberi upeti ke istana. Akan tetapi Machudun Sati menolak dan memerintahkan

rakyatnya agar tidak memberikan sesuatu yang bersifat pajak. Ketika Sultan Aceh

meminta terus menerus, akhirnya Machudun Sati memberikan besi-besi yang sudah

tua dan kain dengan kualitas buruk ke istana. Sultan Jeumaloy menganggap

tindakan Machudun Sati merupakan sebuah penghinaan dan memerintahkan

penghulu Benareu yang merupakan seorang panglima untuk menyerang dan

membunuh seluruh warga Woyla.

Machudun Sati mendengar tentang berita penyerangan yang akan dilakukan

oleh panglima Benaru yang diperintahkan oleh Sultan Jeumaloy. Lantas,

34Alamsyah, Ensiklopedi Aceh Adat Bahasa Geografi Kesenian Sejarah, ( Aceh : Pejabat

Pembuat Komitmen Bidang Budaya, 2008), h. 194

35Reid, Anthony, The Contest for North Sumatera, ( Kuala Lumpur : Universitas of

Malaya Press, 1969), h. 6

Page 36: PERLAWANAN TEUKU UMAR TERHADAP PENJAJAHAN BELANDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51283/... · 2020. 7. 7. · Belanda di Aceh (1873-1899)” ini bertujuan untuk

26

Machudun Sati menyuruh warganya agar bersiap untuk berperang. Akan tetapi,

perjuangan warga Woyla terasa sia-sia karena begitu banyak dan kuatnya perajurit

yang dibawa oleh panglima Benareu. Anak-anak maupun orang tua semua di bunuh

dan para wanitanya dijadikan tawanan. Para wanita yang selamat lari ke daerah

Susoh dan mendapat perlindungan dari warga disana.

Machudun Sati yang sudah terluka dibawa kehadapan Sultan Jeumaloy. Di

istana Sultan Jeulamoy, Machudun Sati diberikan kesempatan untuk hidup.

Dikisahkan bahwa Sultan Jeulamoy memerintahkan anak buahnya untuk

menghancurkan besi-besi yang diperikan Machudun Sati dn serpihan besi tersebut

diberikan kepada Machudun Sati untuk dimakan atau diminum. Apabila Machudun

Sati selamat maka nyawanya akan diampuni. Ajaibnya Machudun Sati berhasil

selamat dan Sultan Jeulamoy mengangkatnya sebagai pengawal.36

Machudun Sati memiliki putra yang bergelar Teuku Nanta Chi’. Teuku

Nanta Chi’ merupakan orang yang sangat berjasa terhadap Sultan Aceh. Pada masa

itu, Sultan merasa terancam oleh seorang panglima Sagi yang ingin merebut

kekuasaannya. Tetapi dengan bantuan dari Teuku Nanta Chi’, Sultan berhasil

terhindar dari ancaman tersebut. Pahlawan tersebut kemudian diangkat menjadi

Uleebalang dari VI Mukim.37

B. Teuku Umar

Nenek moyang Teuku Umar merupakan seorang perantau keturuna

Minangkabau yang menetap di Aceh, Datuk Machudun Sati. Telah dijelaskan di

atas sebelumnya mengenai asal usul Datuk Machudun Sati. Jadi dapat disimpulkan,

dalam darah Teuku Umar juga mengalir darah Minangkabau. Karena Datuk

Machudun Sati adalah leluhur dari Teuku Umar.

36Lulofs, Szekely, Cut Nyak Din : Kisah Ratu Perang Aceh, (Jakarta : Komunitas Bambu,

2010), h. 9

37Sagimun Mulus Dumadi, Teuku Umar, (Jakarta : Bhratara Karya Aksara, 1983), h. 11

Page 37: PERLAWANAN TEUKU UMAR TERHADAP PENJAJAHAN BELANDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51283/... · 2020. 7. 7. · Belanda di Aceh (1873-1899)” ini bertujuan untuk

27

Teuku Umar lahir pada tahun1854 di Meulaboh. Ayah dari Teuku Umar

bernama Teuku Mahmud yang merupakan Keturunan Minangkabau, dan Ibunya

Cut Mohani yang merupakan adik dari Uleebalang Meulaboh. Ayah dari Teuku

Umar merupakan putra dari Teuku Nanta Chi’, yang merupakan seorang panglima

perang dari Sultan Suleiman. Teuku Mahmud juga merupakan saudara dari Teuku

Nanta Setia yang menjadi Uleebalang VI Mukim sepeninggal ayahnya.38

Sejak kecil, Teuku Umar dikenal sebagai sosok yang nakal tapi cerdas. Ia

merupakan sosok petualang yang tidak dapat dikekang. Ia tidak mau mengandalkan

kekuasaan orangtuanya. Teuku Umar juga diangkat sebagai ketua kelompok karena

ketangkasannya dalam bertarung. Walaupun tidak pernah bersekolah formal

sebelumnya, baik itu sekolah umum atu pun sekolah agama, tetapi ia memiliki

kecerdasan dan kemampuan yang sangat baik. Pada saat Belanda menyerang pada

tahun 1873, Teuku Umar juga ikut berperang walaupun pada saat itu ia baru

berumur 19 tahun.

Ada banyak pendapat orang tentang sosok Teuku Umar. Ada yang

berpendapat bahwa Teuku Umar adalah seorang yang tampan, cerdas dan gagah

berani. Teuku Umar pandai dalam

Teuku Umar awal menikah pada usia 20 tahun. Ia menikahi Nyak Sopiah,

anak seorang Uleebalang Glumpang. Dengan pernikahannya ini, martabat Teuku

Umar makin naik di masyarakat karena menikahi anak bangsawan tersebut. Lalu

Teuku Umar juga menikah untuk kedua kalinya dengan seorang purti panglima dari

Sagi 25, Nyak Malighai. Nama Teuku Umar pun sekin naik dalam masyarakat

Aceh. Akibat dari pernikahannya dengan Nyak Malighai ini, Teuku Umar mulai

memakai gelar Teuku.39 Dengan gelar dan kekuatan yang dimiliknya, Teuku Umar

mulai memiliki keinginan untuk membebaskan daerah-daerah yang dikuasai oleh

Belanda.Teuku Umar berpendapat bahwa ia harus memiliki pasukan yang kuat dan

terlatih untuk bisa menggapai keinginannya itu. Ia kemudian melatih pasukannya

38Mohammad Said, Atjeh Sepanjang Abad, Jilid Kedua, (Medan : Waspada, 1991), h. 177

39Teuku merupakan gelar yang dimiliki oleh bangsawan laki-laki Aceh.

Page 38: PERLAWANAN TEUKU UMAR TERHADAP PENJAJAHAN BELANDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51283/... · 2020. 7. 7. · Belanda di Aceh (1873-1899)” ini bertujuan untuk

28

sendiri dengan kekuatan dan kemampuan berpedang yang ia miliki. Pasukannya

sendiri terdiri dari orang-orang yang berani, ada juga sebagian orang yang

menyebut mereka brandal.40

C. Menikah dengan Cut Nyak Din

Cut Nyak Dien merupakan seorang pahlawan wanita Aceh yang sangat

terkenal. Tidak sedikit buku-buku yang membahas tentang beliau. Baik itu berupa

biografi maupun kisah-kisah perjuangan beliau melawan Belanda. Maka dari itu,

disini penulis akan sedikit membahas tentang Cut Nyak Dien. Mulai dari

keluarganaya sampai beliau bertemu dengan Teuku Umar dan menikahinya.

Cut Nyak Dien lahir pada tahun 1848 di Lampadang, Aceh. Cut Nyak Dien

dibesarkan di kalangan bangsawan Aceh.41 Dalam kisahnya, Cut Nyak Dien

merupaka seorang keturunan Minangkabau sama seperti Teuku Umar. Ayahnya

yang bernama Teuku Nanta Setia merupakan keturunan dari Teuku Nanta Chi’. Jadi

dapat disimpulakan bahwa Cut Nyak Dien merupakan saudara sepupu.

Pada tahun 1858, Cut Nyak Dien dinikahkan dengan seorang bangsawan

keturunan Lamnga. Ia adalah Teuku Ibrahim Lamnga yang kabarnya kelak akan

mewarisi kekuasaan ayahnya, Imam Lamnga. Meskipun umur Cut Nyak Dien

masih tergolong sangat muda, akan tetapi menurut hukum adat hal itu masih

diperbolehkan.42 Akan tetapi kebahagiaan itu tidak berlangsung lama. Pada tahun

1878 saat sedang berperang melawan Belanda di Sela Glitarun, Teuku Ibrahim

Lamnga syahid terkena peluru dari Belanda.

Teuku Umar yang mendapat kabar bahwa salah satu pemimpin pasukan

Aceh bernama Teuku Ibrahim Lamnga telah gugur ditangan Belanda, secepatnya

berangkat ke Montasik. Kedatangannya ke Montasik adalah untuk bertemu dengan

40Sagimun Mulus Dumadi, Teuku Umar, h. 13

41 Fenita Agustina, 100 Great Wimen, (Yogyakarta : Jogja Bangkit, 2010), h. 39

42Moehammad Hoesin, Adat Atjeh, (Banda Aceh : Dinas Pendidikan dan Kebudayaan

Aceh, 1970), h. 9

Page 39: PERLAWANAN TEUKU UMAR TERHADAP PENJAJAHAN BELANDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51283/... · 2020. 7. 7. · Belanda di Aceh (1873-1899)” ini bertujuan untuk

29

pamannya, Teuku Nanta Setia. Teuku Umar bermaksud menawarkan bantuan

kepada pamannya untuk merebut kembali VI Mukum. Tetapi dalam pikiran

pamannya itu hanya memikirkan nasib putrinya saja. Ia khawatir tentang

keselamatan putrinya. Teuku Nanta Setia pun meminta Teuku Umar untuk

menjadikan Cut Nyak Dien sebagai istrinya. Dari pihak Teuku Umar sendiri tidak

keberatan menerima tawaran dari pamannya itu.43

Banyak masyarakat Aceh yang menanyakan apakah Cut Nyak Dien dapat

menerima Teuku Umar sebagai pasangan hidupnya. Jika melihat Teuku Ibrahim

yang dianggap suci sejak lahir, tentu Teuku Umar tidak bisa dibandingkan

dengannya. Seperti yang sudah dijelaskan di sub bab tentang Teuku Umar, yang

mana Teuku Umar adalah pemimpin dari orang-orang berandal yang kerjaannya

merampoki dan membakar rumah orang kampung. Akan tetapi banyak juga

pendapat yang mengatakan bahwa umar merupakan seorang yang tampan dan

gagah berani. Karena dengan kecerdasan dan keteguhannya dalam berbuat,

mungkin dapat mendatangkan ke untungan bagi pihaknya.44

Teuku Nanta Setia merasa senang karena melihat putrinya tidak lagi merasa

bersedih hati karena sudah mendapatkan teman hidup yang baru, yang sekaligus

menjadi teman satu perjuangan. Teuku Nanta Setia juga merasa bangga karena

mengetahui bahwa yang menjadi suami dari anaknya, yaitu Cut Nyak Dien adalah

salah satu panglima muda pasukan Aceh yang prestasinya dalam perang Aceh

termasuk yang menonjol di antara teman-teman sebayanya.45

Pesta perkawinan Cut Nyak Dien dilangsungkan di Montasik. Banyak tamu

yang berdatangan ke momen yang menggembirakan ini. Tidak berselang lama,

nama keduanya terdengar ke seluruh medan perang Aceh dan menerbitkan gairah

43Lulofs, Szekely, Cut Nyak Din : Kisah Ratu Perang Aceh, (Jakarta : Komunitas Bambu,

2010), h. 129

44Lulofs, Szekely, Cut Nyak Din Kisah Ratu Perang Aceh, h. 125

45Muchtaruddin Ibrahim, Cut Nyak Dien, (Jakarta : Departemen Pendidikan dan

Kebudayaan, 1996), h. 49

Page 40: PERLAWANAN TEUKU UMAR TERHADAP PENJAJAHAN BELANDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51283/... · 2020. 7. 7. · Belanda di Aceh (1873-1899)” ini bertujuan untuk

30

baru di tubuh pasukan Aceh. Pernikahan ini dimaknai bukan sebatas hubungan

spesial antara lelaki dan perempuan, melainkan adalah munculnya pasangan yang

akan mengabdikan dirinya untuk bertempur di medan perang menghadapi Belanda.

Di pundak pasangan inilah keselamatan tanah air dan bangsa Aceh digantungkan.46

D. Kedatangan Belanda ke Aceh

Pada Juni tahun 1596 datanglah seorang penjelajah bernama Cornelis De

Houtman. Ia merupakan seorang penjelajah yang berasal dari Belanda. Ia pertama

kali bersandar di pelabuhan Banten melalui jalur pelayaran Eropa ke Indonesia.

Akan tetapi dikarenakan perilaku kasar dari para awaknya, rombongan mereka

diusir oleh Sultan Banten beserta petugas Portugis. Cornelis De Houtman berhasil

mendapatkan beberapa pot merica saat pelayaran ke Bali.47

Aceh merupakan primadona bagi para penjajah. Dengan penghasilan lada

yang sangant banyak, banyak negara seperti Inggris, Prancis, Amerika dan Belanda

yang ingin berkerjasama dan bahkan ingin menguasainya. Belanda yang sangat

berhasrat untuk menguasai terhalang oleh sebuah kesepakatan yang ditanda tangani

dengan Inggris yang disebut sebagai Traktat London (Treaty of London) pada 1824.

Salah satu isi dari kesepakatan tersebut adalah pihak Belanda dan pihak Inggris

megakui kemerdekaan Aceh.48

Aceh sendiri memiliki pertahanan sendiri yang dibangun oleh Sultan

Iskandar Muda. Sultan membangun kekuatan militer dengan cara melatih anggota-

anggotanya dari usia muda. Kekuatan-kekuatan militer yang dimiliki Aceh terdiri

dari angkatan darat, angkatan laut, pasukan berkuda, pasukan gajah, dan divisi

46Mardanas Safwa,Teuku Umar, (Jakarta : Departemen Pendididkan dan Kebudayaan,

2008) h.47

47Dayat Suryana, Bali dan Sekitarnya, (Bali : Dayat Suryana, 2012), h. 59

48Nasruddin Anshoriy, Bangsa Gagal Mencari Identitas Kebangsaan, (Yogyakarta : LkiS

Yogyakarta, 2008), h. 88

Page 41: PERLAWANAN TEUKU UMAR TERHADAP PENJAJAHAN BELANDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51283/... · 2020. 7. 7. · Belanda di Aceh (1873-1899)” ini bertujuan untuk

31

meriam.49 Dan berkat dari hubungan luar negeri dengan Turki, Aceh menerima

bantuan militer berupa persenjataan beserta instrukturnya guna mengajarkan cara

penggunaan senjata. Meskipun pada abad ke 19 Aceh menganut sistem federal yang

setiap wilayah dipimpin oleh seorang pemimpin lokal yang disebut Uleebalang,

akan tetapi Aceh masih merupakan sebuah kerajaan yang kuat.

Belanda yang berhasrat menguasai Aceh melanggar perjanjiannya dengan

Inggris. Belanda menangkap kapal-kapal Aceh yang berdagang ke luar negeri

dengan alasan tindakan ini merugikan pihak Belanda. Belanda juga mengadakan

perjanjian dengan Siak dan memaksa untuk menyerahkan daerah takluknya, seperti

Deli, Serdang, Asahan, dan Langkat padahal daerah-daerah tersebut masih

merupakan wilayah Aceh sejak kepemimpinan Sultan Iskandar Muda.

Perlakuan Belanda yang mulai mengusik kemerdekaan aceh membuat

rakyat Aceh melakukan pembalasan dengan mengambil kapal-kapal Belanda yang

ada di Aceh. Perbuatan ini mendapat persetujuan dari Inggris, karena pihak Inggris

menilai Belanda lah yang memulai kesalahan ini.

Belanda dan Inggris dibuat khawatir bahwa Aceh akan dipengaruhi bahkan

dikuasaioleh negara lain saat terbukannya Terusan Suez50 pada 1869. Jalur ini

menghubungkan perahu-perahu Eropa dengan Asia di selat Malaka. Ditambah lagi

utusan Aceh yang mengadakan perundingan dengan pihak Amerika dan Italia yang

ada di Singapura. Karena itu terbentuklah kesepakatan Traktat Sumatera (Treaty of

Sumatra) pada 1871 antara Belanda dan Inggris yang berisikan bahwa Belanda

bebas bertindak apa saja terhadap Aceh. Sebagai gantinya, Inggris dibolehkan untuk

49Amirul Hadi, Aceh : Sejarah, Budaya, dan Tradisi, (Jakarta :Yayasan Pustaka Obor

Indonesia, 2010),h. 152

50Terusan Suez merupakan jalur transportasi air dari Eropa ke Asia tanpa harus

mengelilingi Afrika.

Page 42: PERLAWANAN TEUKU UMAR TERHADAP PENJAJAHAN BELANDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51283/... · 2020. 7. 7. · Belanda di Aceh (1873-1899)” ini bertujuan untuk

32

berdagang secara bebas di Siak dan Belanda menyerahkan daerahnya yang ada di

Afrika Utara kepada Inggris.51

Awalnya pihak Belanda meminta penjelasan kepada Aceh perihal apa saja

yang dibicarakan dengan konsul-konsul dari Amerika dan Italia. Tetapi pihak Aceh

tidak menanggapi permintaan tersebut. Akhirnya pada tanggal 7 Maret 1873, F.N.

Nieuwenhuyzen yang saat itu menjabat sebagai komisaris Hindia Belanda

berangkat menuju Aceh dengan sebuah kapal perang dan sebuah kapal pemerintah

sipil. Pada tanggal 22 Maret 1873 Nieuwenhuyzen tiba di perairan Aceh. Ia masih

menyampaikan peringatan terakhir kepada Sultan Aceh, Tuanku Mahmud Syah.

Tetapi Sultan Mahmud Syah masih menolak dan akhirnya pada tanggal 26 Maret

1873 Nieuwenhuyzen memutuskan untuk berperang melawan Aceh.52

Penyerangan yang dilakukan oleh Jendral Mayor J.H.R Kohler terhadap

Aceh merupakan tanda awal dari perang Aceh melawan Belanda. J.H.R Kohler

memimpin 168 perwira dan 3200 bawahan. Pasukan J.H.R Kohler mendarat di

pantai sebelah timur Ulee Lheue. Dalam usahanya merebut Masjid Agung di ibu

kota J.H.R Kohler menghadapi Teuku Imam Lueng Bata. Sebelumnya, guna

mempersiapkan pertempuran melawan Belanda, Aceh telah memasukkan 5000 peti

mesiu dan 1394 peti senapan yang kalau dihitung terdapat kurang lebih 5000 pucuk

senapan. Dalam pertempuran ini Jendral Mayor J.H.R Kohler tewas ditangan

pejuang Aceh.53

Masyarakat Aceh dan para pemimpinnya dibuat kalang kabut oleh siasat

dari Snouck Hurgronje pada saat perang. Snouck Hurgronje merupakan seorang

ahli kebudayaan dan masyarakat. Dalam penyamarannya di aceh, ia memakai nama

Abdul Gafur. Snouck Hurgronje menyarankan agar menghancurkan Aceh dari

dalam. Cara yang dipakai adalah dengan memecah belah rakyat Aceh, melakukan

51Nasruddin Anshoriy, Bangsa Gagal Mencari Identitas Kebangsaan, h. 89

52Ismail Sofyan, Perang Kolonial Belanda di Aceh, (Aceh : Pusat Dokumentasi dan

Informasi Aceh, 1977), h. 23

53Mardanas Safwan, Teuku Umar, h. 9

Page 43: PERLAWANAN TEUKU UMAR TERHADAP PENJAJAHAN BELANDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51283/... · 2020. 7. 7. · Belanda di Aceh (1873-1899)” ini bertujuan untuk

33

penculikan, serta merangkul para Uleebalang, kemudian, setelah melakukan siasat

tersebut, barulah dilakukan serangan habis-habisan.54 Dengan cara ini beberapa

tokoh penting aceh seperti Cik Di Tiro dan Muhammad Syaman jatuh ke tangan

Belanda.

Para Uleebalang yang berpihak kepada Belanda menandatangani sebuah

Korte Verklaring atau perjanjian pendek.55 Isi dari perjanjian tersebut adalah :

1. Pengakuan kedaulatan Belanda

2. Bendera Belanda merupakan satu-satunya bendera yang sah di Aceh

3. Tidak akan memberikan bantuan kepada para pejaung Aceh

4. Musuh Belanda juga merupakan musuh Uleebalang

54Mohammad Said, Atjeh Sepanjang Abad,(Medan :Waspada, 1981), h. 37

55Jajat Burhanudin, Ulama Kekuasaan Pergumulan Elite Muslim dalam Sejarah

Indonesia, (Jakarta : Mizan, 2012), h. 171

Page 44: PERLAWANAN TEUKU UMAR TERHADAP PENJAJAHAN BELANDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51283/... · 2020. 7. 7. · Belanda di Aceh (1873-1899)” ini bertujuan untuk

34

BAB IV

PERLAWANAN TEUKU UMAR DALAM PERANG ACEH

A. Perang Aceh Babak Kedua dan Ketiga

Setelah penyerangan pertama Jendral Mayor J.H.R Kohler mengalami

kekalahan, Belanda memulai kembali penyerang yang dipimpin oleh Letnan

Jendral Jan van Swieten pada penghujung tahun 1873. Pada penyerangan yang

kedua ini, Belanda mengerahkan pasukan dengan jumlah yang besar. Pasukan yang

dipimpin oleh Lentan Jendral van Swieten ini terdiri dari 8.500 serdadu, 4.300 kuli

dan 1.500 pasukan cadangan. Hampir sebagian dari pasukan yang dikirim oleh

Belanda merupakan tentara bayaran yang dikumpulkan dari kalangan orang-orang

kecil atau gelandangan yang ada di Belanda dan beberapa negeri di Eropa.56

Menanggapi rencana dari pihak Belanda ini,pihak Aceh pun tidak tinggal

diam. Para Uleebalang dan Ulama ramai-ramai menyuarakan untuk berperang

membela tanah air. Para Ulama berkhutbah dan menyatakan bahwa perang itu

adalah jihad, dan kewajiban setiap muslim. Panglima Polim, Teuku Imam Lueng

Bata dan Tuanku Hasyim menjadi sosok pemimpin yang sangat menonjol

dikalangan masyarakat Aceh. Banyak sukarelawan yang datang dari berbagai

daerah berkumpul di Aceh Besar untuk ikut andil daram perang. Diantara para

sukarelawan tersebut terdapat Uleebalang dari Meuredu dan Pidie yang didukung

oleh 500 perajurit. Teuku Umar juga ikut ke Aceh Besar setelah berjuang di

Meulaboh.

Pada 6 januari 1874 pasukan Letnan Jendral van Swieten mulai menyerang

Masjid Raya dan berhasil merebutnya dari Tuanku Hasyim. Pada 24 Januari

pasukan Letnan Jendral van Swieten mengepung Istana Sultan Aceh yang memang

56Reid, Anthony, Asal Mula Konflik Aceh, (Jakarta : Yayasan Obor Indonesia, 2005), h.

119

Page 45: PERLAWANAN TEUKU UMAR TERHADAP PENJAJAHAN BELANDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51283/... · 2020. 7. 7. · Belanda di Aceh (1873-1899)” ini bertujuan untuk

35

merupakat tujuan awal dalam ekspedisi Belanda yang kedua ini. Sultan Mahmud

Syah yang mengetahui Istananya telah dikepung berhasil menyelamatkan diri

bersama keluarga dan para penghuni Istana. Jadi pada saat pasukan van Swieten

masuk ke Istana, Istana tersebut telah kosong. Pasukan yang mengetahui bawah

Istana telah kosong menganggap bahwa pihak Belanda telah memenangi perang ini.

Akhirnya Letnan Jendral van Swieten membuat pengumuman bahwasannya Aceh

telah berhasil ditaklukkan.57

Setelah Belanda merasa perang telah selesai karena berhasil menguasai

Istana Sultan Aceh, mereka mulai menarik bala tentaranya dari Aceh. Termasuk

juga Jendral Van Swieten yang kembali ke Jawa pada akhir 26 April 1874 beserta

dengan sebagian besar pasukannya. Akan tetapi, anggapan Belanda bahwa perang

telah berakhir adalah salah besar. Meskipun Istana Aceh telah dikuasai oleh

belanda, rakyat Aceh masih memiliki semangat juang yang besar. Panglima Polim

berhasil mengumpukan pasuakn Aceh yang tercerai berai selepas perang melawan

Letnan Jendral van Swieten. Ia juga berhasil mendamaikan percecokan antara para

Uleebalang dengan Ulama. Selain Panglima Polim, ada seorang Uleebalang

terkenal yang ikut mendukung perlawanan Aceh ini, ia adalah Teuku Lamnga dari

XIII Mukim yang juga merupakan suami dari Cut Nyak Dien. Dengan pasukanya

yang banyak, ia menjadikan kekuatan Aceh semakin kuat.

Dalam menghadapi kekuatan Aceh ini, pihak Belanda berusaha untuk

membujuk para Ulama untuk berpihak kepada mereka dengan janji akan

membangun kembali Masjid Sultan yang telah dihancurkan. Belanda juga

menggunakan para Uleebalang yang telah memihak mereka untuk melawan

kaumnya sendiri, contohnya adalah Teuku Nek yang sebelumnya menjabat di VI

Mukim. Teuku Nek yang berkhianat harus berhadapan dengan Teuku Lamnga

dalam misi perebutan kembali VI Mukim. Tetapi dengan bantuan dari Belanda,

Teuku Nek berhasil memukul mundur pasukan Teuku Lamnga. Meskipun dapat

57Marwati Djoened Poesponegoro, Sejarah Nasional Indonesia Jilid IV, (Jakarta : Balai

pustaka, 2008), h. 291

Page 46: PERLAWANAN TEUKU UMAR TERHADAP PENJAJAHAN BELANDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51283/... · 2020. 7. 7. · Belanda di Aceh (1873-1899)” ini bertujuan untuk

36

menahan gempuran dari Teuku Lamnga, Teuku Nek nyatanya meninggal diracuni

oleh orang-orang Aceh.58

Tahun 1875 Belanda berhasil menundukkan Uleebalang di pantai Aceh

seperti Pase, Perlak, dan Meulaboh dibawah komando Jendral Pel. Lalu

penaklukkan dilanjutkan oleh Jendral Diemont pada tahun 1877 di Lam Bada,

tepatnya di sungai di atas Kutaraja, tempat Teuku Paya, yang membuat Belanda

berhasil mengucilkan Aceh dari laut. Setelah penaklukan-penaklukan yang

dilakukan oleh Belanda, mereka menawarkan kebaikan-kebaiakn kepada rakyat

Aceh agar mau menyerah tanpa berperang kepada Belanda. Selama setahun tidak

ada perang yang berlangsung di Aceh.59 Karena tidak ada penyerahan diri seperti

yang diinginkan oleh Belanda, akhirnya van Lansberge mengirim Kolonel Karel

van der Heijden untuk kembali menyerang Aceh. Penyerangannya dimulai dari

Sungai Aceh pada 23 Juli 1878 dan berhasil menjatuhkan benteng di Mon Tassiek

pada tanggal 28 juli. Akibat penyerangan ini, Tuanku Muda Baet serta Abd ar-

Rahman menyerah. Abd ar-Rahman beserta pengikutnya dipulangkan ke Jeddah

dan diberi syarat untuk tetap tinggal disana dan diberi imbalan uang pensiun sebesar

$1.000. Sedangkan Tuanku Muda Baet yang telah menyerah kembali melawan lagi

dikarenakan semangat rakyatnya yang belum padam, tetapi usaha itu sia-sia karena

ia terkangkap dan diasingkan ke Banda.

Masih di tahun yang sama, Cik Di Tiro seorang penguasa dari Pidie yang

masih melakukan perlawanan mengalami tekanan dari Belanda. Belanda

memblokade perairan Pidie yang membuat sulitnya pasokan beras, barang-barang

keperluan untuk hidup, dan juga senjata menjadi lebih sulit dikirim ke Aceh Besar.

Walaupun demikian, para rakyat Aceh tidak kehabisan akal, meskipun jalur air

terhalangi, mereka masih bisa mengirimkan persedian pangan dan senjata lewat

58Sagimun Mulus Dumadi, Teuku Umar, (Jakarta : Bhratara Karya Aksara, 1983), h. 17

59Reid, Anthony, Asal Mula Konflik Aceh, h. 198

Page 47: PERLAWANAN TEUKU UMAR TERHADAP PENJAJAHAN BELANDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51283/... · 2020. 7. 7. · Belanda di Aceh (1873-1899)” ini bertujuan untuk

37

jalur pegunungan walaupun jalur yang ditempuh lebih sulit. Kesulitan itu pun dapat

teratasi dengan bantuan rakyat lain yang bahu-membahu membantu pengiriman.60

Teuku Umar yang muncul sebagai sosok pemimpin muda juga memiliki

andil besar dalam perang ini. Dari kecil, Teuku Umar dikenal sebagai anak yang

cerdas, pemberani dan terkadang suka berkelahi dengan temannya. Dia juga

memiliki sifat yang tegas dan tidak gampang menyerah. Ini terbukti pada tahun

1873 saat terjadinya peperangan antara Aceh dengan Belanda. Pada usia 19 tahun,

Teuku Umar sudah ikut serta dalam perlawanan terhadap penjajahan Belanda

seperti pejuang Aceh yang lainnya. Perjuangan Teuku Umar dimulai di kampung

halamannya Meulaboh, yang kemudian dilanjutkannya ke Aceh Barat.61 Karena

pamornya yang melejit, Teuku Umar diangkat sebagai seorang Keuchik di

Meulaboh pada usia 19 tahun.

Pada Juli 1878, Teuku Umar datang ke Montasik (Aceh Besar) untuk

berkabung karena salah satu pemimpin pejuang Aceh telah wafat dalam

pertempuran di Sla Getaron. Pemimpin itu ialah Teuku Lamnga, suami dari Cut

Nyak Dien. Teuku Umar akhirnya menikahi Cut Nyak Dien atas saran dari

pamannya Teuku Nanta Setia pada tahun 1880. Setelah menikah dengan Cut Nyak

Dien, Teuku Umar kembali ke Aceh Barat dan mulai berperang lagi melawan

Belanda yang ingin membuat raja-raja kecil di daerah itu berpihak pada mereka.

Pada 1881, Teuku Umar mengetahui niat Belanda untuk menaklukan Patek

yang merupakan sebuah pelabuhan yang terdapat di utara Meulaboh. Teuku Umar

pun berangkat ke Patek dan mengumpulkan pasukan untuk siap berperang melawan

Belanda. Walaupun dihujani dengan tembakan, pasukan Teuku Umar dapat

memukul mundur pasukan Belanda. Lalu Teuku Umar melanjutkan perlawanannya

di sebuah pelabuhan lain bernama Reujaih yang dipimpin oleh raja Rigas yang

60Marwati Djoened Poesponegoro, Sejarah Nasional Indonesia Jilid IV, (Jakarta : Balai

pustaka, 2008), h. 295

61Mirnawati, Kumpulan Pahlawan Indonesia, (Depok : Penebar Swadaya Grup, 2012), h.

54

Page 48: PERLAWANAN TEUKU UMAR TERHADAP PENJAJAHAN BELANDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51283/... · 2020. 7. 7. · Belanda di Aceh (1873-1899)” ini bertujuan untuk

38

sebelumnya telah mengakui kekalahannya kepada Belanda. Teuku umar juga

berhasil melumpuhkan pengaruh Belanda tempat itu.62

Teuku Umar melanjutkan perjuangannya ke Aceh besar, lebih tepatnya di

XXV Mukim. Pada tahun 1882 Teuku Umar berhasil mengusir Belanda dari

Krueng Raba dan mendirikan pos Aceh disana. Teuku Umar juga aktif dalam

penyerbuan pos-pos Belanda yang berada dekat Uleulhe dan Bukit Sibun. Akibat

penyerangan ini membuat Belanda menarik pasukannya dan memfokuskan

keuatannya di Kutaraja. Selain berjuang di XXV Mukim, Teuku Umar juga

membantu perebutan kembali VI Mukim yang merupakan kampung halaman

istrinya. VI Mukim dikuasai oleh seorang Uleebalang penghianat bernama Teuku

Nek. Peperangan ini berhasil dimenangkan Teuku Umar dan dapat mengambil

kembali VI Mukim. Belanda yang mengetahui kabar ini langsung mengirimkan

pasukan bala bantuan dari Padang Sumatera Barat. Dikarenakan perbedaan jumlah

pasukan dan persenjataan, pasukan Teuku Umar terpaksa harus mundur untuk

sementara ke pegunungan Ngarai Baradin. Saat pasukan Belanda mulai lengah,

baru lah disitu pasukan Teuku Umar kembali menyerang. Ia pun dapat menguasai

kembali VI Mukim.63

Pada 1883 rakyat Aceh dikejutkan dengan pemberitaan bahwa Teuku Umar

telah menyerah dan berpaling memihak ke Belanda.64 Belanda yang sedang lemah

karena mendapat berbagai macam serangan dari pasukan Aceh dan ditambah

dengan dipulangkannya jendral Kolonel Karel van der Heijden ke Jawa, merasa

sangat senang dengan penyerahan diri ini. Belanda memberikan tugas-tugas penting

untuk Teuku Umar dan mempercayainya untuk melatih tentara mereka bertempur

di hutan dan mengajarkan teknik berperang gerilya. Belanda yang tidak tau siasat

berpura-pura Teuku Umar memberi tugas untuk melakukan perlawanan pada

62Mohammad Said, Atjeh Sepanjang Abad Jilid Ke dua, (Medan : Waspada, 1991), h. 183

63Sagimun Mulus Dumadi, Teuku Umar, (Jakarta : Bhratara Karya Aksara, 1983), h. 19

64Mardanas Safwan, Teuku Umar, (Jakarta : Departemen Kebudayaan dan Pariwisata

Republik Indonesia, 2007), h. 24

Page 49: PERLAWANAN TEUKU UMAR TERHADAP PENJAJAHAN BELANDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51283/... · 2020. 7. 7. · Belanda di Aceh (1873-1899)” ini bertujuan untuk

39

pasukan Aceh. Teuku Umar yang ingin mendapat kepercayaan dari Belanda,

menyanggupi perintah itu, tetapi Teuku Umar hanya berpura-pura saja memerangi

Aceh. Tujuannya adalah agar pasukan Aceh dapat merampas senjata dari pasukan

Teuku Umar, walaupun mereka harus mundur. Dengan mundurnya pasukan Aceh,

Belanda merasa gembira dan memberikan hadiah berupa uang kepada Teuku Umar.

Uang hadiah tersebut justru dikirim ke Aceh secara rahasia guna untuk menambah

modal untuk perang.65

Terjadi sebuah peristiwa yang membuat Belanda sangat terkejut pada

tahun 1884. Dimulai saat sebuah kapal Inggris bernama Nisero terdampar di

perairan Panga, empat puluh mil di utara Meulaboh. Awak kapal Nisero kemudian

berenang ke daratan terdekat, yaitu Teunom. Teuku Imam Muda yang merupakan

Uleebalang atau Raja dari Teunom kemudian mengambil kesempatan ini. Raja

Teunom membuat kesepakatan dengan Belanda. Jika ingin menyelamatkan awak

kapal inggris ini haru membayar sejumlah 100.000. Akhirnya diutuslah Teuku

Umar untuk menebus para sandera tersebut. Dengan persenjataan lengkap dan uang

tebusan, Teuku Umar beserta pengikutnya dan beberapa tentara Belanda berangkat

ke Teunom. Teuku Umar yang memanfaatkan situasi ini berhasil merebut kapal

beserta uang tebusan, lalu kembali berpihak ke Aceh lagi.66

Setelah pencapaian ini, Teuku Umar menolak untuk kembali lagi ke Belanda

dan mulai berpihak kembali ke Aceh walaupun sebenarnya ia masih dicurigai oleh

orang Aceh. Belanda yang geram kemudian membuat sebuah pengumuman pada

1885. Isi pengumuman tersebut adalah barang siapa yang bisa menangkap Teuku

Umar hidup atau mati akan diberi hadiah sebesar 25.000. Tetapi tawaran tersebut

tidak banyak ditanggapi, karena rasanya sia-sia saja melawan Teuku Umar.

Pada 14 Juni 1886, saat Teuku Umar datang ke Ruegaih untuk

mendisiplinkan sebuah kapal yang bernama Hok Canton dari Denmark yang

65M. Dien Madjid, Catatan Pinggir Sejarah Aceh, (Jakarta : Yayasan Pustaka Obor

Indonesia, 2014), h.249

66Reid, Anthony, Asal Mula Konflik Aceh, (Jakarta : Yayasan Obor Indonesia, 2005) h. 256

Page 50: PERLAWANAN TEUKU UMAR TERHADAP PENJAJAHAN BELANDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51283/... · 2020. 7. 7. · Belanda di Aceh (1873-1899)” ini bertujuan untuk

40

berulah. Kapten kapal tersebut bernama Hansen. Ia menolak membayar lada yang

telah dimuat ke kapalnya. Saat Teuku Umar beserta pengikutnya telah masuk ke

dalam kapal Hok Canton, kapten Hansen beserta awak kapalnya menyerang Teuku

Umar. Ternyata kapten Hansen berencana menculik Teuku Umar dan

menyerahkannya ke Belanda di Uleulhue. Dengan sikap melawan dari kapten

Hansen, Teuku Umar terpaksa bertindak keras dan berhasil mematahkan

perlawanan dari kapten Hansen. Kapten Hansen tewas dalam pertempuran ini.

Awak kapalnya sebagain tewas dan ada awak kapal yang minta diampuni nyawanya

dan berjanji akan masuk islam.67 Dengan menyandera awak kapal yang tersisa,

Teuku Umar meminda tebusan sebesar 25.000. Karena tuntutan dari Inggris,

Belanda akhirnya terpaksa membaya uang tebusan tersebut. Teuku Umar kemudian

membagikan uang hasil tebusan itu ke anak buahnya yang berjasa dalam

penyergapan ini.

B. Siasat Teuku Umar Dalam Perang Aceh

Pada waktu Teuku Umar menyerahkan diri dan mulai berpihak ke Belanda,

rakyat Aceh sangat dibuat terkejut olehnya. Banyak rakyat Aceh yang marah dan

mengutuk Teuku Umar, bahkan ada yang sampai mengatakan “dasar orang

Padang”. Walaupun Teuku Umar terlihat seperti memihak ke Belanda, tetapi dalam

hatinya ia masih sangat mencintai Aceh. Tetapi banyak dari rakyat Aceh yang tidak

mengerti dengan siasat Teuku Umar ini. Bahkan istrinya, Cut Nyak Dien, tidak bisa

mengerti pola pikir suaminya itu. Ini terlihat pada saat Teuku Umar mengutus

tangan kanannya yang bernama Pang Laot untuk menemui Cut Nyak Dien dan

memberikan uang untuk keperluan perang. Tetapi Cut Nyak Dien marah dan

menolak uang itu. Pang Laot akhirnya menjelaskan maksud dan tujuan Teuku Umar

yang sebenarnya.

Sebenarnya, sebelum Teuku Umar menjalankan siasatnya, ia sempat

ditentang oleh Cik Di Tiro. Menurut Teuku Umar, kondisi Belanda sedang lemah

akibat banyak pos-posnya berhasil ditaklukkan, ditambah anggaran untuk perang

67Mohammad Said, Atjeh Sepanjang Abad Jilid Ke dua, h. 185

Page 51: PERLAWANAN TEUKU UMAR TERHADAP PENJAJAHAN BELANDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51283/... · 2020. 7. 7. · Belanda di Aceh (1873-1899)” ini bertujuan untuk

41

telah dibatasi. Kondisi seperti ini harus dimanfaatkan untuk mendapatkan

keuntungan. Caranya adalah dengan didekati dan berpura-pura bekerja sama

dengan mereka. Tetapi, menurut Cik Di Tiro, dalam perang sabil ini hanya ada dua

jalan, berperang dengan tentara kafir atau mati syahid.68

Pada 1891 Aceh kehilangan tokoh penting dalam perang Aceh ini. Cik Di

Tiro telah wafat setelah memakan makanan yang telah diracuni saat perjamuan di

Seulameum.69 Setelah wafatnya Cik Di Tiro, Teuku Umar tampil ke publik sebagai

pemimpin yang berani, ia menjadi harapan rakyat Aceh. Disisi lain, Belanda juga

mengganti gubernurnya di Aceh. Van Teijn digantikan oleh Deykerhoff. Berbeda

dengan van Teijn yang ditakuti rakyat karena memiliki sifat keras dan bertangan

besi, Deykerhoff memiliki sifat lembut dan memilih untuk berdamai dengan Aceh.

Deykerhoff bahkan memberikan uang dan hadiah kepada Sultan Aceh. Daykerhoff

juga menawarkan kepada Sultan Aceh jika ingin bergabung dengan Belanda maka

akan diberikan jabatan sebagai kepala pemerintahan Aceh di bawah pemerintahan

Belanda. Ditahun yang sama, Belanda juga mengirim Snouck Hurgronje untuk

menyamar dan mempelajari rakyat Aceh.

Selama 1891 sampai 1892, Snouck Hurgronje memakai nama Abdul Ghafur

untuk mengelabui rakyat Aceh. Snouck Hurgronje menyatakan bahwa, perang

Aceh sebenarnya adalah perang rakyat. Jadi, pemerintah Belanda harus

memberantas perlawanan rakyatnya, sekecil apapun itu bentuk perlawanannya. Dan

juga ia menyatakan meskipun Sultan Aceh merupakan orang tertinggi di Aceh,

tetapi perlawanan justru lebih banyak timbul karena pengaruh Ulama dan

Uleebalangnya. Jadi penyerangan bisa difokuskan ke Ulama dan Uleebalang

beserta para pengikutnya.70

68Sagimun Mulus Dumadi, Teuku Umar, (Jakarta : Bhratara Karya Aksara, 1983), h. 20

69Muchtaruddin Ibrahim, Cut Nyak Dien, (Jakarta : Departemen Pendidikan dan

Kebudayaan, 1996), h. 49

70Hamid Algadri, Politik Belanda Terhadap Islam dan Arab, (Jakarta : Sinar Harapan,

1984), h. 113

Page 52: PERLAWANAN TEUKU UMAR TERHADAP PENJAJAHAN BELANDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51283/... · 2020. 7. 7. · Belanda di Aceh (1873-1899)” ini bertujuan untuk

42

Teuku Umar yang mengetahui bahwa kolonel Deykerhoff ingin menempuh

jalur damai dengan Aceh, mulai berniat untuk melakukan siasatnya yang kedua.

Meskipun tidak mendapat persetujuan dari Sultan Muhammad Daud, nyatanya pada

September 1893 Teuku Umar beserta 15 orang panglimanya menyerahkan diri ke

Belanda. Ia lalu diberi gelar “Teuku Johan Pahlawan” dan diberi izin memimpin

250 orang pasukan.

Setelah diberi persenjataan yang lengkap dan juga uang, Teuku Umar

ditugaskan untuk memerangi musuh-musuh Belanda yang ada di wilayah XXV

Mukim dan XXVI Mukim. Teuku Umar sukses menjalankan perintah Belanda

tersebut. Sebenarnya, dalam menjalankan perintah Benada, Teuku Umar hanya

memerangi Uleebalang Aceh yang berlaku kejam kepada rakyatnya. Walaupun

Uleebalang tersebut ikut ikut memerangi Belanda, tapi kalau merugikan rakyatnya

maka akan diperangi oleh Teuku Umar. Hal yang sebaliknya akan dilakukan Teuku

Umar apabila menghadapi pasukan Aceh yang benar-benar berperang untuk rakyat

Aceh, maka ia hanya akan melakukan perang pura-pura.71 Teuku Umar juga

mengajak sebagain Uleebalang dan Ulama untuk mengikutinya memakai siasat

pura-pura. Dengan begitu terbentuklah modus vivendi di wilayah Belanda.72

Teuku Umar juga membentuk persekutuan dengan Teungku Kutakarang,

seorang Ulama dari XXV Mukim. Bersama dengan Teuku Kutakarang, mereka

menyerang Mat Amin dan Teungku Beb di XXV Mukim. Penyebab penyerangan

ini adalah karena Mat Amin dan Teungku Beb berlaku tidak baik ke rakyatnya.

Belanda yang menerima kemenangan-kemenangan dari Teuku Umar,

menghadiahinya sebuah rumah di Lam Pisang, Aceh Besar. Lalu dengan

persetujuan pemerintah Belanda, pada 1896 Teuku Umar diberi gelar Uleebalang

Leupueng, di sebelah selatan Aceh Besar.

71Sagimun Mulus Dumadi, Teuku Umar, (Jakarta : Bhratara Karya Aksara, 1983), h. 20

72Reid, Anthony, Asal Mula Konflik Aceh, (Jakarta : Yayasan Obor Indonesia, 2005), h.

296

Page 53: PERLAWANAN TEUKU UMAR TERHADAP PENJAJAHAN BELANDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51283/... · 2020. 7. 7. · Belanda di Aceh (1873-1899)” ini bertujuan untuk

43

Karena penaklukan-penaklukan yang dilakukan Teuku Umar, kekuatan

Belanda yang semulanya di pusatkan di Aceh Besar, kini menyebar ke pos-pos

daerah taklukan mereka. Disisi lain, Cut Nyak Dien yang merupakan istri dari

Teuku Umar merasa khawatir akan sikap suaminya tersebut. Ia pun meminta Teuku

Umar untuk segera keluar dari Belanda dan mulai membantu Aceh untuk

memerangi Belanda kembali.73 Tetapi Teuku Umar tidak menyanggupi permintaan

istrinya tersebut. Sebab Teuku Umar mencari waktu yang pas untuk mulai

menyerang Belanda kembali.

Akhirnya saat yang ditunggu-tunggu pun tiba. Pada 28 Maret 1896 Teuku

Umar secara terang-terangan menyatakan keluar dari naungan Belanda dan mulai

memihak Aceh lagi. Kejadian ini sangat membuat pihak Belanda kaget, terutama

kolonel Deykerhoff yang sangat mempercayainya. Pihak Belanda mulai bertanya-

tanya sebab perginya Teuku Umar. Teuku Umar mengirim surat kepada Belanda

yang berisikan alasan kenapa ia meninggalkan Belanda. Ia beralasan sudah muak

dengan sikap curiga dan hinaan dari pembesar Belanda. Hasil dari tindakan Teuku

Umar ini, ia berhasil membawa uang sebanyak 18.000, 800 pucuk senjata, 25.000

butir peluru, 500 kg amunisi dan 5.000 kg timah.74

C. Akhir dari Perjuangan Teuku Umar

Sebenarnya, penghianatan Teuku Umar ini sudah diperkirakan oleh Snouck

Hurgronje. Ia sempat berpesan kepada pemerintah Belanda “bila Umar

menyorongkan tangan, terimalah, tapi peganglah tangan itu teguh-teguh,

pergunakan Umar dimana bisa dipergunakan, tapi jangan percaya ia”. Jadi, Snouck

Hurgronje menyarankan agar pemerintah Belanda mempergunakan Teuku Umar

dengan sebaik-baiknya, tapi jangan terlalu mempercaianyanya.75 Kolonel

Deykerhoff juga menerima dampak dari penghinatan Teuku Umar yang kedua

73Marwati Djoened Poesponegoro, Sejarah Nasional Indonesia jilid IV, (Jakarta : Balai

pustaka, 2008), h. 299

74Reid, Anthony, Asal Mula Konflik Aceh, h. 297

75Mohammad Said, Atjeh Sepanjang Abad Jilid Ke dua, (Medan : Waspada, 1991), h. 172

Page 54: PERLAWANAN TEUKU UMAR TERHADAP PENJAJAHAN BELANDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51283/... · 2020. 7. 7. · Belanda di Aceh (1873-1899)” ini bertujuan untuk

44

kalinya ini, ia diberhentikan dan digantikan oleh Jendral Vetter. Jendral Vetter

mengirimkan ultimatum kepada Teuku Umar agar mengembalikan senjata-senjata

yang dicurinya, tetapi Teuku Umar menolaknya.

Selepas pergi meningglakan Belanda, Teuku Umar lalu berusaha

mengumpulkan kembali pasukan Aceh yang tercerai berai di VI Mukim. Bersama

dengan istrinya, Cut Nyak Dien, ia memimpin perlawanan terhadap pos-pos

Belanda diluar Concentratie Stelsel76. Akan tetapi, pasukan Aceh kalah dari

Belanda dan Belanda berhasil mengusir Aceh dari VI Mukim. Selama dua bulan

Jendral Vetter memimpin pasukan Belanda ia berhasil menaklukkan pos-pos Aceh

yang dulunya milik belanda seperti Aneuk Galong dan Sanelop. Jendral Vetter

kemudia digantikan oleh Jendral de Moulin, tetapi ia meninggal setelah menjabat

sekitar dua minggu. Kemudian muncullah penggantinya yang bernama Kolonel

Stemfoort. Kolonel Stemfoort dengan kekuatan yang besar berhasil merebut pos-

pos penting milik Aceh. Kesuksean Kolonel Stemfoort ini didasari dari info para

penghianat seperti Cut Lam Tengah dan Sutan Ali.

Pada 21 Juli 1896, Teuku Nyak Makam yang merupakan saudara dari Teuku

lamnga tertangkap oleh pasukan Belanda. Teuku Nyak Makam yang sedang

terbaring di tempat tidur karena sakit, tidak bisa berbuat apa-apa saat pasukan

Belanda menyerbu rumahnya di Lam Nga, Aceh Besar. Pejuang yang sedang sakit

itu ditembak dan dipancung kepalanya lalu ditancapkan di ujung bambu. Perlakuan

keji pasukan Belanda tersebut dipertontonkan didepan istri serta rakyat Teuku Nyak

Makam sendiri.77 Teuku Umar yang mendengar kabar tentang Teuku Nyak Makam

diperlakukan sangat kejam, makin menaruh dendam terhadap Belanda.

Atas dasar saran dari Snouck Hurgronje yang menganjurkan untuk “terus

mengejar musuh dan jangan sedikitpun memberi istirahat”, van Heutsz dan van

76Concentratie Stelsel merupakan sebuah sistem pengkonsentrasian kekuatan yang

dikumpulkan di daerah kekuasaan Belanda.

77Ibrahim Alfian, Wajah Aceh Dalam Lintas Sejarah, (Aceh : Pusat Dokumen dan

Informasi Aceh, 1999), h. 190

Page 55: PERLAWANAN TEUKU UMAR TERHADAP PENJAJAHAN BELANDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51283/... · 2020. 7. 7. · Belanda di Aceh (1873-1899)” ini bertujuan untuk

45

Dalen terus menerus memburu dan memerangi pasukan Aceh. Akibat serangan

terus menerus yang dilakukan oleh van Heutsz pada 1897, Teuku Umar beserta

pasukan Aceh terpaksa mundur ke Daya Hulu, Aceh Besar. Van Heutsz juga

berhasil menaklukkan Peukan Baro dan Peukan Cot yang dianggap sebagai

ancaman bagi Belanda.

Pada 1898 atas usulan Snouck Hurgronje, van Heutsz diangkat menjadi

Gubernur militer dan sipil di Aceh. Alasan Jendral Van Der Wijk mengangkat van

Heutsz adalah karena ia masih membutuhkan jasa Snouck Hurgronje dalam

perkembangan kebijakan melawan Aceh. Snouck Hurgronje hanya ingin

melakukan kebijakannya dengan Gubernur yang memang sanggup mengikuti

kebijakannya.78 Oleh sebab itu dipilihlah van Heutsz menjadi Gubernur Aceh yang

baru. Van Heutsz memang sering bertukar pikiran dengan Snouck Hurgronje

mengenai kebijakan Aceh sejak 1892. Snouck Hurgronje juga diberi jabatan

sebagai penasihat gubernur

Bersama dengan Snouck Hurgronje, van Heutsz membuat beberapa

kebijakan untuk menaklukkan Aceh, antaralain79 :

1. Aceh Raya harus diduduki pasukan yang bergerak cepat.

2. Rakyat dan Uleebalang harus diamat-amati.

3. Teuku Umar tidak akan diberi istirahat sedikit pun.

4. Rakyat Aceh Raya dilarang membawa senjata api.

5. Barang siapa yang tidak menyerah termasuk Sultan dan Uleebalang akan

ditaklukkan.

Masih ditahun 1898, tepatnya pada 23 Juli 1898 pihak Aceh mengadakan

pertemuan di Keude Meulu, Pidie. Pertemuan ini dihadiri oleh para pemimpin adat

78Reid, Anthony, Asal Mula Konflik Aceh, (Jakarta : Yayasan Obor Indonesia, 2005), h.

298

79Mardanas Safwan, Teuku Umar, (Jakarta : Departemen Kebudayaan dan Pariwisata

Republik Indonesia, 2007), h. 66

Page 56: PERLAWANAN TEUKU UMAR TERHADAP PENJAJAHAN BELANDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51283/... · 2020. 7. 7. · Belanda di Aceh (1873-1899)” ini bertujuan untuk

46

dan agama. Dalam pertemuan ini diputuskan bahwa Teuku Umar diangkat menjadi

pemimpin perang. Dalam pertemuan ini juga menghasulkan sebuah kesepakatan

yang menganjurkan bagi siapa pun yang tidak ikut berperang untuk membayar hak

sabil. Sumbangan-sumbangan tersebut akan dipergunakan untuk keperluan

peperangan.

Teuku Umar yang menjadi telah manjadi pemimpin perang membuat

beberapa rencana perang, seperti :

1. Menghindari perang bersekala besar.

2. Pejuang akan bergerak di seluruh Aceh.

3. Tempat yang ditinggalkan Belanda harus diduduki.

4. Peperangan dilakukan secara gerilya.

Pergerakan Teuku Umar beserta pasukannya yang cepat dan selalu

berpindah-pindah tempat tidak bisa diikuti oleh pasukan Belanda yang membawa

meriam dan persediaan makanan. Pasukan Teuku Umar mundur ke daerah

pegunungan yang memiliki hutan lebat. Untuk menanggapi taktik Teuku Umar, van

Heutsz mendatangkan banyak tentara dari Jawa. Van Heutsz berencana menyerang

Pidie tempat berkumpulnya Teuku Umar dan pasukannya. Pasukan Belanda

sebanyak 6.000 orang berangkat dari Sigli dan 2.000 pasukan berangkat dari

Seilemeum untuk mengepung Pidie.80 Teuku Umar yang mengetahui pergerkan

pasukan Belanda ini berhasil menghindar dan keluar dari Pidie.

Teuku Umar yang dikejar oleh pasukan Letnan Willem, kabur ke Tangse 60

km dari Sigli. Saat tiba di jurang yang sempit, pasukan Letnan Willem tidak dapat

melanjutkan pengejaran lagi dan terpaksa untuk mundur. Rupanya van Heutsz

berhasil sampai ke Tangse melalui sebuah jalan rahasia yang diberitahu oleh

seorang penghianat. Teuku Umar pun akhirnya terpaksa pergi dan menuju ke

Lepong dan dilanjutkan ke Wojla. Wojla sendiri merupakan tempat leluhur Teuku

80Ibrahim Alfian, Wajah Aceh Dalam Lintas Sejarah , h. 193

Page 57: PERLAWANAN TEUKU UMAR TERHADAP PENJAJAHAN BELANDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51283/... · 2020. 7. 7. · Belanda di Aceh (1873-1899)” ini bertujuan untuk

47

Umar, Datuk Machudun Sati. Dengan pejuang-pejuang yang baru direkrut di Wojla,

Teuku Umar melanjutkan perjuangan melawan Belanda.81

Van Heutsz yang mengetahui keberadaan Teuku Umar, mengutus

tentaranya untuk melakukan pengejaran sementara ia menunggu di Meulaboh.

Teuku Umar yang mengetehui keberadaan van Heutsz di Meulaboh segera

mengerahkan pasukannya untuk menyerang. Tetapi pergerakan Teuku Umar

berhasil diketahui van Heutsz berkat seorang penghianat. Akhirnya van heutsz

menyiapkan sebuah perangkap untuk Teuku Umar dan pasukannya. Setibanya di

Meulaboh, Teuku Umar dan pasukannya disambut dengan tembakan-tembakan dari

pasukan van Heutsz. Serangan ini membuat Teuku Umar tertembak dan wafat di

Meulaboh. Kejadian ini tepatnya terjadi pada 11 Februari 1899.82

Jasad Teuku Umar kemudian diselamatkan oleh tangan kanannya yang

paling setia, Pang Laot. Jasad pahlawan yang telah gugur tersebut kemudian

dimakamkan di Kampung Mugo dengan upacara yang sederhana. Van Heutsz yang

mengetahui jasad Teuku Umar dikuburkan di Kampung Mugo dengan kejinya

menyuruh pasukannya untuk menggalinya dan memenggal kepala Teuku Umar.

Kepalanya kemudian di tancapkan di sebuah bambu dan dipertontonkan ke rakyat

Meulaboh. Cut Nyak Dien yang mengetahui suaminya telah gugur terpaksa mundur

bersama dengan Pang Laot. Ia merasa sangat benci dan dendam terhadap Belanda

karena kedua suaminya tewas ditangan mereka.83

81Sagimun Mulus Dumadi, Teuku Umar, (Jakarta : Bhratara Karya Aksara, 1983), h. 33

82Mirnawati, Kumpulan Pahlawan Indonesia, (Depok : Penebar Swadaya Grup, 2012), h.

54

83Sagimun Mulus Dumadi, Teuku Umar, h. 34

Page 58: PERLAWANAN TEUKU UMAR TERHADAP PENJAJAHAN BELANDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51283/... · 2020. 7. 7. · Belanda di Aceh (1873-1899)” ini bertujuan untuk

48

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Perang yang terjadi di Aceh merupakan perang terlama yang pernah

dihadapi oleh Belanda dalam upaya menguasi wilayah dan perdagangan Nusantara.

Perang ini berlangsung kurang lebih selama 31 tahun, yaitu dari tahun 1873 sampai

1904. Banyak sekali pemimpin-pemimpin ternama dari Aceh yang menonjol saat

memimpin perlawanan terhadap Belanda. Salah satunya adalah Teuku Umar.

Teuku Umar membuat sebuah rencana yang sangat menggemparkan pihak Aceh.

Teuku Umar memutuskan untuk berpihak kepada Belanda pada 1883. Siasat ini

dilakukan Teuku Umar untuk mengambil keuntungan dari Belanda, yang akan

disalurkan untuk kebutuhan perang pihak Aceh. Pihak Belanda yang sangat

mempercayai Teuku Umar, memerintahkannya untuk mengajarkan Teknik perang

gerilya kepada pasukannya. Belanda juga menugaskan Teuku Umar untuk

memerangi rakyat Aceh. Tentu saja Teuku Umar tidak serius berperang melawan

tantara Aceh.

Akhir dari siasat Teuku Umar yang pertama adalah saat terjadinya peristiwa

kapan Nisero. Teuku Umar yang dibekali dengan persenjataan lengkap dan uang

tebusan, ditugaskan untuk membebaskan awak kapal Nisero. Bukannya

membebaskan tawanan, Teuku Umar justru membelot dari Belanda dan kembali

memihak Aceh dengan membawa persenjataan lengkap dan uang yang lumayan

banyak.

Siasat Teuku Umar yang kedua dilakukan saat Belanda sedang dalam

kondisi yang kurang baik. Pada saat itu, pemerintah Belanda membatasi biaya

perang pasukannya di Aceh. Ditambah kolonel Deykerhoff yang menginginkan

jalan damai saja. Karena ia berpendapat bahwa jalan kekerasan hanya akan

menimbulkan lebih banyak perlawanan lagi. Teuku Umar yang melihat kesempatan

ini, mulai melaksanakan siasatnya yang kedua kali. Pada September 1893 Teuku

Umar dan 15 orang pengikutnya menyerahkan diri ke Belanda dan Teuku Umar

Page 59: PERLAWANAN TEUKU UMAR TERHADAP PENJAJAHAN BELANDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51283/... · 2020. 7. 7. · Belanda di Aceh (1873-1899)” ini bertujuan untuk

49

diberi gelar “Teuku Johan Pahlawan”. Sama seperti sebelumnya, Teuku Umar

ditugaskan untuk melawan pejuang Aceh yang masih memerangi Belanda. Dalam

menjalankan perintah Belanda, Teuku Umar hanya serius ketika melawan seorang

Uleebalang yang dinilai merugikan rakyatnya sendiri. Dari penaklukkan-

penaklukkan yang dilakukan Teuku Umar, wilayah Belanda semakil luas. Mereka

mendirikan pos-pos atau banteng-benteng pertahanan di tempat penaklukan

tersebut.

Berbeda dari siasatnya yang pertama, untuk mengakhiri siasatnya yang

kedua ini Teuku Umar secara terang-terangan menyatakan keluar dari kubu

Belanda pada 28 Maret 1896. Hal ini didasari dari permintaan Cut Nyak Dien yang

terus meminta suaminya itu agar segera kembali ke pasukan Aceh. Ditambah lagi

sikap-sikap pasukan Belanda yang mengucilkan Teuku Umar, membuat niatnya

semakin bulat untuk segera meninggalkan Belanda. Setelah kepulangannya ke

Aceh, Teuku Umar beserta Cut Nyak Dien mulai mengumpulkan pejuang-pejuang

Aceh yang sebelumnya tercerai berai. Ia beserta pasukannya mulai menyerang pos-

pos yang berada di luar daerah pusat kekuasaan Belanda.

Akibat dari siasat berpura-pura yang dilakukan Teuku Umar, pihak Belanda

mengalami kerugian. Baik itu dari keuangan maupun persenjataan. Bahkan, kolonel

Deykerhoff yang saat itu mempercayai Teuku Umar harus diberhentikan dari

jabatannya dan digantikan oleh Jendral Vetter.

Page 60: PERLAWANAN TEUKU UMAR TERHADAP PENJAJAHAN BELANDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51283/... · 2020. 7. 7. · Belanda di Aceh (1873-1899)” ini bertujuan untuk

50

B. Saran

Karya ilmiah yang telah penulis sampaikan diatas menggambarkan betapa

hebatnya perjuangan yang dilakukan oleh seorang tokoh demi membela tanah

airnya. Hal tersebut diharapkan bisa memberikan kita pelajaran yang sangat berarti

bahwa untuk mendapatkan kebebasan atau kemerdekaan memerlukan sebuah

perjuangan yang tidak mudah.

Penulis menyadari bahwa setiap manusia tidak luput dari kesalahan dan

ketidaksempurnaan. Begitu pula dengan karya ilmiah ini. Sekeras apapun penulis

berusaha menulis karya ilmiah ini, tetap akan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab

itu, karya ilmiah ini perlu dilengkapi lagi dengan perspektif berbeda dari karya

ilmiah lain agar mendekati kesempurnaan. Karya ilmiah ini diharapkan bisa

bermanfaat dan dapat menambah wawasan dan pengetahuan bagi para pembaca,

khususnya masyarakat Aceh yang mana Aceh merupakan objek utama dalam

pembahasan ini.

Page 61: PERLAWANAN TEUKU UMAR TERHADAP PENJAJAHAN BELANDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51283/... · 2020. 7. 7. · Belanda di Aceh (1873-1899)” ini bertujuan untuk

51

DAFTAR PUSTAKA

Agustina, Fenita. 100 Great Women, Yogyakarta, Jogja Bangkit, 2010

Ahmad, Zakaria. Sekitar Kerajaan Atjeh Dalam Tahun 1550-1675, Medan,

Monora, 1972

Algadri, Hamid. Politik Belanda Terhadap Islam dan Arab, Jakarta, Sinar

Harapan, 1984

Alfian, Ibrahim. Wajah Aceh Dalam Lintas Sejarah, Aceh, Pusat Dokumen dan

Informasi Aceh, 1999

Alamsyah. Ensiklopedi Aceh adat bahasa geografi kesenian sejarah, Aceh,

Pejabat Pembuat Komitmen Bidang Budaya, 2008

Anshoriy, Nasruddin. Bangsa Gagal Mencari Identitas Kebangsaan, Yogyakarta

LkiS Yogyakarta, 2008

Budi Utomo, Bambang. Atlas Sejarah Indonesia Masa Silam, Direktorat

Geografi Sejarah, 2011

Burhanudin, Jajat. Ulama Kekuasaan Pergumulan Elite Muslim dalam Sejarah

Indonesia, Jakarta, Mizan, 2012

Dumadi, Sagimun Mulus. Teuku Umar, Jakarta, Bhratara Karya Aksara, 1983

Gottschalk, Louis. Mengerti Sejarah. Penerjemah Nugroho Notosusanto,

Jakarta, UI Press, 2006

Hadi, Amirul. Aceh : Sejarah, Budaya, dan Tradisi, Jakarta, Yayasan Pustaka

Obor Indonesia, 2010

Hasjmy, Ali. 59 Tahun Aceh Merdeka Dibawah Pemerintahan Ratu, Jakarta,

Bulan Bintang, 1977

Hoesin, Moehammad. Adat Atjeh, Banda Aceh, Dinas Pendidikan dan

Kebudayaan Aceh, 1970

Page 62: PERLAWANAN TEUKU UMAR TERHADAP PENJAJAHAN BELANDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51283/... · 2020. 7. 7. · Belanda di Aceh (1873-1899)” ini bertujuan untuk

Hurgronje, Snouck. Aceh : Rakyat dan Adat Istiadatnya, Jakarta, INIS, 1996

-----------------------. Orang Aceh : Budaya, Masyarakat dan Politik Kolonial,

Yogyakarta, IRCiSoD, 2019

Ibrahim, Muchtaruddin. Cut Nyak Dien, Jakarta, Departemen Pendidikan dan

Kebudayaan, 1996

Ibrahim, Muhammad. Sejarah Daerah Propinsi Daerah Istimewa Aceh, Jakarta,

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1991

Isa, Muhammad. Sabil Prahara di Bumi Rencong, Jakarta, Mizan, 2014

Kartodirjo, Satrono. Pendekatan ilmu sosial dalam metodologi sejarah, Jakarta,

PT Gramedia Pustaka Utama, 1992

Kartodirjo, Sartono. Sejarah Nasional Indonesia Jilid IV, Yogyakarta,

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1975

Kodariyah, Rinrin. Tengku dan Cut, Jakarta, Pacu Minat Baca, 2017

Lulofs, Szekely. Cut Nyak Din : Kisah Ratu Perang Aceh, Jakarta, Komunitas

Bambu, 2010

Madjid, M. Dien. Catatan Pinggir Sejarah Aceh, Jakarta, Yayasan Pustaka Obor

Indonesia, 2014

Mirnawati. Kumpulan Pahlawan Indonesia, Depok, Penebar Swadaya Grup,

2012

Noer, Delian. Pemikiran Politik di Negeri Barat, Jakarta, Mizan, 1998

Poesponegoro, Marwati Djoened. Sejarah Nasional Indonesia jilid IV, Jakarta,

Balai pustaka, 2008

Reid, Anthony. Asal Mula Konflik Aceh, Jakarta, Yayasan Obor Indonesia, 2005

------------------. Menuju Sejarah Sumatra : Antara Indonesia dan Dunia, Jakarta,

Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2011

Page 63: PERLAWANAN TEUKU UMAR TERHADAP PENJAJAHAN BELANDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51283/... · 2020. 7. 7. · Belanda di Aceh (1873-1899)” ini bertujuan untuk

-----------------. Sumatera : Revolusi dan Elit Tradisional, Jakarta, komunitas

Bambu, 2012

----------------. The Contest for North Sumatera, Kuala Lumpur, Universitas of

Malaya Press, 1969

Safwa, Mardanas. Teuku Umar, Jakarta, Departemen Pendididkan dan

Kebudayaan, 2008

Said, Mohammad. Atjeh Sepanjang Abad, Medan, Waspada, 1981

---------------------. Atjeh Sepanjang Abad, Jilid Kedua, Medan, Waspada, 1991

Sofyan, Ismail. Perang Kolonial Belanda di Aceh, Aceh, Pusat Dokumentasi dan

Informasi Aceh, 1977

Sufi, Rusdi. Sejarah Kotamadya Banda Aceh, Aceh, Balai Kajian Sejarah dan

Nilai Tradisional Banda Aceh, 1997

Suny, Ismail. Bunga Rampai Tentang Aceh, Jakarta, Bharata Karya Aksara,

1980

Suryana, Dayat. Bali dan Sekitarnya, Bali, Dayat Suryana, 2012

Usman, Rani. Sejarah Peradaban Aceh, Jakarta, Yayasan Obor Indonesia, 2003

Zainuddin, H.M. Tarich Atjeh dan Nusantara Jilid 1, Medan, Pustaka Iskandar

Muda, 1961

Page 64: PERLAWANAN TEUKU UMAR TERHADAP PENJAJAHAN BELANDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51283/... · 2020. 7. 7. · Belanda di Aceh (1873-1899)” ini bertujuan untuk

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Lampiran I

Tokoh Uleebalang Aceh Teuku Umar

Page 65: PERLAWANAN TEUKU UMAR TERHADAP PENJAJAHAN BELANDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51283/... · 2020. 7. 7. · Belanda di Aceh (1873-1899)” ini bertujuan untuk

Lampiran II

Peta Daerah Pertempuran Aceh 1873-1904

Page 66: PERLAWANAN TEUKU UMAR TERHADAP PENJAJAHAN BELANDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51283/... · 2020. 7. 7. · Belanda di Aceh (1873-1899)” ini bertujuan untuk

Lampiran III

Cut Nyak Dien, Istri Teuku Umar

Page 67: PERLAWANAN TEUKU UMAR TERHADAP PENJAJAHAN BELANDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51283/... · 2020. 7. 7. · Belanda di Aceh (1873-1899)” ini bertujuan untuk

Lampiran IV

Teuku Umar Beserta Para Pengikutnya

Page 68: PERLAWANAN TEUKU UMAR TERHADAP PENJAJAHAN BELANDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51283/... · 2020. 7. 7. · Belanda di Aceh (1873-1899)” ini bertujuan untuk

Lampiran V

Tokoh Belanda Snouck Hurgronje