perlawanan bangsa indonesia terhadap praktik kolonial

67
PERLAWANAN BANGSA INDONESIA TERHADAP PRAKTIK KOLONIAL SEBELUM ABAD XX Oleh : Nadhira Felicia Ariesgo

Upload: nadhira-felicia-ariesgo

Post on 24-Jan-2018

313 views

Category:

Education


5 download

TRANSCRIPT

PERLAWANAN BANGSA INDONESIA TERHADAP

PRAKTIK KOLONIAL SEBELUM ABAD XX

Oleh : Nadhira Felicia Ariesgo

BAB I : ALASAN BANGSA EROPA DATANG KE NUSANTARA

MEMBUKTIKAN KEBENARAN TEORI C.COLUMBUS BAHWA BUMI ITU BULAT

MEMPERLUAS DAERAH JAJAHAN

MENYEBARKAN AJARAN KRISTIANI

MENCARI REMPAH – REMPAH DEMI MEMAJUKAN EKONOMI NEGARA MASING-MASING

BAB II : PERLAWANAN BANGSA INDONESIA TERHADAP PORTUGIS

Portugis pernah bersekutu dengan Ternate dalam menghadapi Tidore. Tetapi sikap Portugis yag tadinya bersahabat dengan Ternate, berubah menjadi semena-mena setelah kepergian Spanyol

dari tanah Maluku. Hal ini kemudian menyebabkan meletusnya perang hingga akhirnya Portugis kewalahan dan

mendorong untuk berunding. Tetapi ternyata hal ini hanya strategi Portugis karena Sultan Hairun dibunuh pada perundingan yang diadakan di benteng Gamalama tersebut.

PERLAWANAN TERNATE

Sultan Baabullah selaku putra Sultan Hairun menuntut pertanggungjawaban de Mesquita. Ia mengerahkan daerah-derah lainnya di Maluku ( kecuali Tidore ) untuk melawan Portugis. Baabullah mengepung benteng Gamalama selama 5 tahun ( 1570 – 1575 ) secara ketat.

Pengepungan ini membuat penghuni benteng kekurangan makanan dan terserang berbagai penyakit. Ditambah kenyataan, bantuan Portugis di Malaka tidak pernah tiba karena sejak tahun

1580 kerajaan Portugal telah disatukan dengan Spanyol yang memusatkan kekuasaan dan perdagangannya di Manila, Filipina. Atas dasar kemanusiaan, Baabullah kemudian mengizinkan

orang -orang Portugis meninggalkan benteng dan menjadikan benteng Gamalama sebagai istananya.

Pemerintahan Baabullah dianggap sebagai zaman keemasan Maluku Utara, sebab Ternate menjadi pusat perdagangan ter-ramai di Maluku dan Maluku Utara sama sekali tidak berada di

bawah kekuasaan Barat pada masa itu

Portugis dan Aceh saling menjadi ancaman bagi masing-masing kerajaan sejak Malaka jatuh ke tangan Portugis pada 1511.

PERLAWANAN ACEH

Penguasa Aceh pada saat itu ialah Sultan Iskandar Muda yang tidak pernah menunjukkan negosiasi dengan Portugis dan memilih jalur konfrontasi bagi pihak manapun yang berani

menjalin kerjasama dengan Portugis.

Untuk mengusir Portugis dari Malaka dan mengembalikan keamanan negerinya, Sultan Iskandar Muda melancarkan serangan kepada Portugis pada tahun 1615. Meskipun gagal, tetapi serangan ini memberikan peringatan yang tak terlupakan. Pada tahun 1629, Aceh kembali melakukan serangan besar-besaran. Pasukan Portugis terkepung oleh kapal-kapal perang Aceh. Namun, ketika Portugis

hampir menyerah mereka mendapatkan bantuan dari Johor, Pahang, Patani dan Goa. Karena kekuatan tidak seimbang, serangan Sultan Iskandar Muda pun gagal.

Kekalahan kedua ini membuat Sultan Iskandar Muda lebih memilih untuk mempertahankan negerinya. Ia juga lebih banyak menghabiskan perhatiannya pada masalah dalam negeri.

Selain Aceh, penguasaan Portugis terhadap Malaka ternyata juga menjadi ancaman bagi kerajaan Demak.

PERLAWANAN DEMAK

Pada 1512, Raden Patah selaku Sultan Demak memerintahkan anaknya, Pati Unus untuk memimpin penyerangan terhadap Portugis di Malaka. Serangan ini mengalami kegagalan. Tetapi , upaya

kerajaan Demak dalam melawan Portugis tidak berhenti di situ.

Kerajaan Demak kemudian selalu memantau setiap aktivitas kapal dagang Portugis yang melewati jalur Laut Jawa. Apabila diketahui kapal dagang Portugis melintas, Demak akan selalu mengejar dan berupaya menghancurkannya. Portugis kemudian lebih memilih untuk membawa rempah-rempah

dari Maluku melalui jalur Kalimantan Utara.Pada masa kepemimpinan Sultan Trenggono pada 1522, Demak kembali menyerang Portugis.

Serangan diarahkan ke Cirebon, Banten dan Sunda Kelapa di bawah pimpinan Fatahillah. Tujuannya untuk memutus hubungan Pajajaran dengan Portugis karena membolehkan Portugis mendirikan

benteng di Sunda Kelapa.

Pada masa kepemimpinan Sultan Trenggono pada 1522, Demak kembali menyerang Portugis. Serangan diarahkan ke Cirebon, Banten dan Sunda Kelapa di bawah pimpinan Fatahillah. Tujuannya

untuk memutus hubungan Pajajaran dengan Portugis karena membolehkan Portugis mendirikan benteng di Sunda Kelapa.

Pada 1527, Demak berhasil memukul mundur Portugis. Atas kemenangan ini, Fatahillah mengganti nama Sunda Kelapa menjadi Jayakarta ( kejayaan yang sempurna )

BAB III : PERLAWANAN BANGSA INDONESIA TERHADAP BELANDA

PETA KEKUASAAN BELANDA DI INDONESIA

Pada tahun 1814, berdasarkan perjanjian London, Maluku kembali ke tangan Belanda setelah sebelumnya berada di tangan Inggris. Perjanjian ini di tentang rakyat Maluku yang memberontak di

bawah pimpinan Thomas Matulessi atau Kapitan Pattimura.

PERLAWANAN RAKYAT MALUKU

Pemberontakan tersebut dilatarbelakangi oleh beberapa kebijakan Gubernur Maluku yang baru, J A van Middelkoop :

1. Penekanan dalam bidang ekonomi ( pengharusan kerja rodi, penyerahan ikan asin, dendeng dan kopi serta keharusan membuat garam dan menanam pohon pala )

2. Peredaran uang kertas oleh gubernur ( tapi banyak toko yang menolak )3. Pemerintah kolonial akan mengurangi jumlah sekolah dan gereja4. Rakyat Maluku dipaksa menjadi serdadu dan dikirim ke Batavia

5. Pemberlakuan leverantie, kewajiban menyediakan bahan-bahan bangunan dan bahan-bahan perbaikan kapal

Hal ini kemudian mendorong 6 orang terkemuka di Maluku untuk mengadakan rapat di hutan Waehaum untuk membicarakan tentang kebijakan Belanda. Hasilnya, mereka sepakat untuk

mengadakan serangan terhadap benteng Belanda di Saparua, yaitu Duurdeste.

Rapat berlangsung selama 3 kali sebelum akhirnya serangan pertama dilancarkan ke pos Belanda di pelabuhan Porto. Selanjutnya mereka merebut Duurdeste dan pertempuran berlanjut ke Seram,

Wakasihu, Limo, Larike dan Ambon. Kemenangan pun berhasil diraih.

Pada 3 Agustus 1817, Belanda mendatangkan bantuan dari Jawa untuk merebut kembali benteng Duurdeste.

Tekanan-tekanan Belanda membuat Pattimura dan pengikutnya terdesak. Hingga akhirnya mereka semua ditangakp satu per satu dan dijatuhi hukuman gantung di lapangan depan Benteng Victoria

pada 16 Desember 1817

Pada awalnya merupakan perang saudara antara kaum adat dan kaum Padri karena kehidupan kaum adat yang dianggap menyimpang dari ajaran agama Islam.

PERLAWANAN KAUM PADRI

Pertentangan kaum adat dan kaum Padri menjadi semakin sulit ketika Belanda ikut campur pada 1819.

Kaum padri dibawah pimpinan Tuanku Imam Bonjol, Datuk Bandoro, dan Tuanku Nan Renceh menyerang pos Belanda pada September 1821. Akibatnya, pihak Belanda mendirikan benteng Fort

van der Cappelen di Batusangkar dan Fort de Kock di Bukittinggi sebagai pusat pertahanan.

Setelah melalui perang berkepanjangan, Tuanku Imam Bonjol pun menyerah pada 25 oktober 1837

Kiras Bangun adalah ketua adat Karo Lima Senina dan kemudian menjadi penghulu lima senina di Batu Karang, Sumatera Utara. Karena Ia merupakan tokoh yang dihormati, Belanda pun

mengajaknya bekerja sama dengan iming-iming uang dan jabatan. Tentu saja hal ini ditolak oleh Kiras Bangun. Belanda pun marah dan berniat meyerang Kiras Bangun. Untuk menghadapi kekuatan Belanda, rakyat sepakat membuat parit pertahanan. Belanda kemudian berhasil

dikalahkan dan diusir dari Kabanjahe.Karena menyadari bahwa Belanda akan mengadakan serangan pembalasan, maka Kiras Bangun pun

menghimpun pasukan dari Aceh bernama pasukan Sembisa pada 1903.

PERLAWANAN KIRAS BANGUN ( GARAMATA ) DARI TANAH KARO

Pada 1904, terjadi pertempuran antara Belanda dan pasukan sembisa. Belanda menang dan menduduki Kabanjahe. Kiras Bangun dan pasukannya terus berusaha untuk melawan Belanda

hingga akhirnya pada 1905, Ia tertangkap dan dibuang ke Riung. Pada 1909, Kiras Bangun dibebaskan. Ia kembali memimpin gerakan melawan Belanda bersama

kedua anaknya hingga akhir hayat mereka

Pada tahun 1817, Belanda datang ke Aceh dan mengintervensi kerajaan Aceh. Karena Aceh menolak mengakui kekuasaan Belanda, maka Belanda memutuskan untuk menyerang pada 5 April 1873 di bawah pimpinan Mayjen J R Kohler. Sasaran pasukan ini adalah Masjid Raya. Namun, sang

pemimpin perang kemudian tewas.Kemudian pasukan kedua dikirim di bawah pimpinan Mayjen van Swieter. Pasukan ini berhasil

merebut Istana Kutaraja.

PERLAWANAN DI ACEH

Pada 20 April 1874, van Swieter digantikan Mayjen JLJH Pel. Perlawanan aceh semakin hebat setelah Habib Abdurrahman kembali dari Turki pada Maret 1879. Pada bulan Juni, Tengku Cik Ditiro

dan Imam Leungbata membuat strategi perang. Perlawanan ini melemah setelah ada perang saudara akibat ada pihak yang pro-Belanda dan menyerahnya Habib Abdurrahman pada 13 oktober

1878.

Di Aceh Barat, Teuku Umar dan Istrinya Cut Nyak Dien memimpin pertempuran melawan Belanda yang sulit untuk dikalahkan. Belanda juga tidak mampu membujuk tokoh seperti Panglima Polim

dan Tengku Cik Ditiro untuk bekerja sama.

Oleh karena itu Belanda mengubah taktik dengan mempelajari kekuatan Aceh, terutama kehidupan sosial-budayanya. Untuk misi ini, mereka mengirim Dr. Snouck Hougronje ke Aceh dengan nama samaran Abdul Gafar. Berdasarkan penelitian Snouck, Belanda menyimpulkan bahwa kekuatan

Aceh dapat dipatahkan dengan memecah belah kekuatan yang ada dalam masyarakat aceh. Taktik ini pun berhasil dengan membuat banyak pejuang Aceh gugur dan menyerah kepada belanda .

Pada tahun 1811, Sultan Mahmud Badarudin II menyerang pos tentara Belanda yang berada di Palembang. Namun Ia menolak bekerja sama dengan Inggris sehingga Raffles menggunakan taktik

yang menyebabkan perpecahan keluarga dalam kesultanan Palembang.

PERLAWANAN KESULTANAN PALEMBANG

Pada 1818, Belanda menuntut balas atas kekalahan sebelumnya dan menyerang Palembang serta berhasil menangkap raja yang berkuasa pada saat itu, Sultan Ahmad Najamuddin II yang

merupakan adik Sultan Mahmud Badarudin II. Kesultanan Palembang kemudian bangkit melakukan perlawanan yang dipimpin oleh Sultan Mahmud Badarudin II. Tetapi perlawanan tersebut gagal dan

Sultan Mahmud Badarudin II diasingkan ke Ternate.

Pada 1821, muncullah Sultan Najamuddin III sebagai raja baru kesultanan Palembang. Belanda kemudian melakukan pengawasan yang membuat ketidakpuasan di kalangan istana. Puncaknya,

pada 1824, perang kembali pecah. Akan tetapi, perlawanan Sultan Najamuddin III dapat dipatahkan dengan mudah oleh Belanda sehingga Ia menyerah pada 1825 dan diasingkan ke Banda Neira.

Sisimangaraja XII adalah seorang raja yang selalu mementingkan kepentingan rakyat. Oleh karena itu, meskipun Belanda menangkap keluarga Sisingamangaraja XII, Ia tetap tidak mau menyerah. Selanjutnya, Belanda membujuk agar Sisingamangaraja bersedia berunding tetapi cara ini pun

gagal. Akhirnya, Belanda menggempur Tapanuli dengan kekuatan penuh. Puncaknya, 17 Juni 1907, dibawah pimpinan Kapten Christofel Belanda menggempur pusat pertahanan Sisingamangaraja. Dalam keadaan terdesak pun, Ia tetap tidak menyerah hingga akhirnya Ia gugur bersama Lopian,

sang putri tercinta.

PERLAWANAN SISINGAMANGARAJA XII

Pangeran Diponegoro adalah putra Sultan Hamengkubuwono III dari Garwa Ampeyan. Di usianya yang masih belia, Keraton Yogyakarta mengalami kekacauan akibat campur tangan Belanda dalam

urusan dalam negeri Mataram. Karena bukan anak permaisuri, maka setelah Sultan Hamengkubuwono III wafat, Pakubuwono I pun naik tahta.

PERLAWANAN DIPONEGORO

Alasan Diponegoro melawan Belanda pun semakin menguat ketika pada 1825 Belanda hendak membuka jalan baru dari Yogyakarta ke Magelang melalui Tegalrejo, tempat makam leluhur pangeran

diponegoro berada. Pangeran diponegoro kemudian mencabut patok belanda di areal makam yang digantikan dengan tombak. Hal ini dianggap sebagai tindakan pembangkangan oleh Belanda.

Dalam perjuangan melawan Belanda, pangeran Diponegoro dibantu oleh pangeran Mangkubumi, Joyo Kusumo, Kyai Mojo, H Badarudin, H Mustopo dan Sentot Alibasyah Prawirodirjo. Dengan

strategi gerilya, pasukan Diponegoro dapat menguasai Pacitan, Purwodadi dan Delanggu. Melihat hal ini, Jenderal de Kock kemudian melancarkan siasat benteng Stelsel. Namun usaha ini

selalu mengalami kegagalan.

Pasukan Diponegoro mulai melemah saat banyak pimpinan pasukan yang ditangkap oleh Belanda. Diponegoro sendiri ditangkap dan diasingkan ke Manado dan Makassar hingga meninggal pada 8

Januari 1855

Disebut juga perang Jagaraga. Pimpinan perang tersebut adalah raja Buleleng, I Gusti Ngurah Made serta patihnya, I Gusti Ketut Jelantik.

PERLAWANAN RAKYAT BALI

Adapun penyebab pecahnya perang dikarenakan Belanda memaksa raja-raja di Bali untuk tunduk kepada Belanda dan belanda meminta penghapusan hukum tawan karang melalui ultimatum pada 24 Juni 1846 dengan jangka waktu 3 x 24 jam. Ultimatum tersebut tidak dipenuhi oleh raja-raja Bali

sehingga pada tanggal 27 juni, Belanda menyerang Bali.

Pada 29 juni 1846, istana raja berhasil direbut belanda. Raja-raja Bali lalu memutuskan untuk mengajukan perdamaian demi mengulur waktu agar dapat memperkuat diri.

Sampai dengan tahun 1848, raja-raja Bali tidak melaksanakan perjanjian dengan belanda pada tahun 1846. Hal ini membuat belanda marah dang mengirim pasukan ekspedisi ke II dibawah

pimpinan Mayjen Van der Wijck. Dan menambah pasukan dari Batavia di bawah pimpinan Jenderal Michiels. Langkah ini terbukti tepat karena meski degan susah payah Belanda berhasil menaklukan

Bali. Pasukan Bali bertempur dengan semangat puputan dan berakhir pada 12 Juni 1849

Perang ini terjadi ketika Pangeran Antasari dengan 300 prajuritnya melakukan penyerangan ke tambang batubara milik Belanda di Pengaron pada 25 april 1859. selanjutnya, pangeran Antasari

memimpin berbagai peperangan di seluruh wilayah Banjar. Setelah lama berjuang di tengah tengah rakyat, pangeran Antasari tertangkap dan wafat pada 11

Oktober 1862 di tanah kampung Bayan Begk, Sampirang. Perjuangannya kemudian dilanjutkan oleh putranya, Muhammad Seman.

PERLAWANAN BANJAR

PERLAWANAN BANGSA INDONESIA TERHADAP

PRAKTIK KOLONIAL PADA ABAD XX

Di abad ke 20, perlawanan tidak lagi dilakukan melalui kontak senjata melainkan melalui organisasi organisasi pergerakan bangsa Indonesia yang muncul akibat politik etis Belanda. Organisasi ini

memiliki beberapa ciri, yaitu :I. Keanggotaan tidak berdasarkan suku tertentu

II. Sebagian besar pemimpin berasal dari kalangan terdidik yang memperoleh pendidikan barat serta kelompok intelektual yang memperoleh pendidikan barat serta kelompok intelektual yang

sudah bergaul dengan berbagai bangsa.III. Memiliki tujuan yang jelas bagi kepentingan bangsa di bidang pendidikan, sosia, ekonomi,

budaya dan politikIV. Memiliki paham nasionalisme

Karena terhambat oleh kemiskinan, banyak anak bumiputera yang tidak dapat menikmati pendidikan tinggi. Hal ini menimbulkan keprihatinan Dr Wahidin Sudirohusodo sehingga pada 1906 – 1907, bersama-sama siswa STOVIA ( diantaranya Sutowo dan Goenawan Mangunkusomo ) ia

mengadakan perjalanan keliling jawa untuk menghimpun dana pendidikan.

BUDI UTOMO

Usaha ini mendapatkan simpati besar. Akhirnya, Sutomo dkk mendirikan Budi Utomo pada 20 Mei 1908 bertempat di jl abdurrahman saleh no 20, jakarta. Hal ini menimbulkan pro kontra di kalangan belanda dan masyarakat priayi Jawa. Tetapi, Budi Utomo tetap berjalan dan memiliki

berbagai cabang di pulau Jawa.

Meskipun pada kongres di bulan oktober 1908, Budi Utomo memutuskan untuk tidak ikut kegiatan politik tetapi akhirnya tetap terseret pada 1915. pada akhirnya, organisasi ini

tersisihkan oleh organisasi nasionalis lainnya.

Didirikan pada 1911 di Solo oleh Haji Samanhudi dengan nama Sarekat Dagang Islam. Tujuan utamanya yaitu untuk merebut front melawan semua penghinaan terhadap rakyat Bumiputera.

Tujuan lainnya, utuk membentuk kemandirian ekonomi para pengusaha pribumi.

SAREKAT ISLAM

Pada 1912, oleh pimpinannya yang baru, HOS cokroaminoto, namanya diganti menjadi Sarekat Islam. Tujuannya untuk memperluas bidang garapan SI, yaitu bidang politik. Karena menentang

ketidakadilan pemerintah kolonial, maka Belanda pun resah dan mengobrak-abrik aktivitas yang dilakukan Sarekat Islam.

Pada akhirnya, SI berubah menjadi partai politik dan mengirimkan wakilnya ke Volksraad.

Namun pada 1918, masuk ajaran Marxis di bawah Semaun dan Darsono. Hal ini menimbulkan debat antara H Agus Salim- Abdul Muis dan Semaun - Tan Malaka. Hingga pada tahun 1921, SI terpecah

belah menjadi SI putih dan SI merah. SI merah kemudian menjadi PKI pada 1924 dan SI putih menjadi Partai Sarekat Islam. Pada kongres PSI tahun 1927, organisasi PSImenyatakan tujuan untuk mencapai

kemerdekaan . Namanya pun diubah lagi menjadi PSII ( Partai Serikat Islam Indonesia )

Didirikan pada 25 desember 1912 di bandung. Pendirinya adalah 3 serangkai yaitu Douwes Dekker, RM Suwardi Suryaningrat dan dr Tjipto Mangunkusumo.

INDISCHE PARTIJ

Tujuannya adalah menghapuskan kolonialisme yang mengeksploitasi rakyat, membangunkan patriotisme dan mempersiapkan kehidupan rakyat yang merdeka. Organisasi ini sangat aktif

mengkritik kebijakan pemerintah kolonial Hindia-Belanda. Misalnya tulisan Ki Hajar Dewantara yang berjudul als ik eens nederlander was ( Seandainya Saya seorang Belanda ).

Akibatnya, para pemimpin IP di tangkap dan dibuang ke negeri Belanda pada Agustus 1913.

Didirikan oleh Sutan Kesayangan dan RW Noto Suroto. Tujuannya sebagai perkumpulan sosial mahasiswa Indonesia di Belanda untuk memperbincangkan masalah dan persoalan tanah air. PI

kemudian berdiskusi dengan tokoh IP yang dibuang ke Belanda dan melahirkan pemikiran baru yaitu Hindia untuk Hindia.

PERHIMPUNAN INDONESIA

Aktifnya Ahmad Soebarjo dan Moh Hatta yang masing masing pernah mengetuai PI membuat perkumpulan ini semakin disorot dunia internasional. Namun pergerakan PI kemudian dianggap

radikal dan tokoh-tokoh PI pun ditangkap.

Meskipun begitu, kerasnya perlawanan PI didukung oleh pernyataan Woodrow Wilson mengenai hak untuk menentukan nasib bangsa sendiri.

Pendiriannya bermula dari pemikiran orang-orang algemenee studie club di Bandung. Mereka bercita-cita berjuang untuk kemerdekaan indonesia. Sepak terjang PNI mencapai titik cerah pada 17-

18 desember 1927 dan berhasil mempelopori terbentuknya permufakatan perhimpunan perhimpunan politik kebangsaan indonesia.

PARTAI NASIONAL INDONESIA

Hal ini dianggap membahayakan kedudukan Belanda. Oleh sebab itu, beberapa anggota PNI termasuk Ir Soekarno ditangkap oleh Belanda. Pada saat diadili tanggal 18 Agustus 1930 – 29

September 1930, Ir Soekarno mengajukan pidato pembelaan Indonesia Menggugat

Didirikan di Jakarta pada 30 April 1931 oleh Sartono sewaktu menjabat sebagai ketua PNI. Tujuannya sama dengan PNI, untuk mencapai Indonesia merdeka.

Sebagian besar anggotanya merupakan bekas anggota PNI.

PARTAI INDONESIA

Didirikan pada januari 1931. pada awal berdirinya, diketuai oleh Dr sutomo.Tujuannya untuk mencapai Kedaulatan Bangsa.

Perjuangannya dilakukan dengan mengembangkan pendidikan, membuka lapangan kerja, sarana kesehatan, kebudayaan dan ilmu pengetahuan.

Pada 1935, organisasi ini bergabung ke Partai Indonesia Raya

PERHIMPUNAN BANGSA INDONESIA

Didirikan pada 5 Desember 1935. Partai ini merupakan gabungan dari Budi Utomo dan Perhimpunan Bangsa Indonesia serta beberapa organisasi lain. Tujuannya untuk mewujudkan Indonesia raya,

dengan haluan kooperatif terhadap pemerintah Belanda. Sifatnya yang kooperatif membuat partai ini memiliki perwakilan di Volksraad seperti Husni Thamrin. Di lembaga ini, Ia memperjuangkan nasib

rakyat Bumiputra.

PARTAI INDONESIA RAYA

Tokoh-tokoh lainnya adalah R Sukarjo Wiryopranoto, R Panji Suroso, RMA Wuryaningrat, Mr Susanto Tirtoprojo, dll

TERIMAKASIH