perkembangan tarif & ntms di asean & indonesia · menyampaikan keluhan sesuai dengan...
TRANSCRIPT
Direktorat Perundingan ASEAN,
Kementerian Perdagangan RI
Bogor, 3 April 2018
PERKEMBANGAN TARIF & NTMs
DI ASEAN & INDONESIA
The Ministry of Trade of the Republic of Indonesia2
Latar Belakang: Tariff danNTMs
Perkembangan NTMs
Rekomendasi
OUTLINES
Indonesia in Bilateral & Regional FTA
• ASEAN FTAs: (1) ASEAN-China FTA pada tahun 2004, (2) ASEAN-Korea FTA pada tahun2007, (3) ASEAN-India FTA pada tahun 2010, (4) ASEAN- Australia - New Zealand FTApada tahun 2010, dan (5) ASEAN- Japan CEP pada tahun 2010 (untuk AJCEP, IndonesiaEIF per 1 Maret 2018). ASEAN-Hong Kong, China FTA telah ditandatangani pada bulanNovember 2017 (ASEAN Summit).
• RCEP sedang dalam perundingan sejak 2013 mungkin conclude 2019, EIF 2020/2021
2018
The Ministry of Trade of the Republic of Indonesia4
PERKEMBANGAN TARIFF DI ASEAN
Note: Liberalisasi tarif 0% di mulai tahun 2010 (kelompok Inclusion List). Pada tahun 2018, tarif
0% sebesar 98,67 % dari total pos tariff dan tarif yang belum 0% sebesar 1,33% (kelompok
produk High Sensitive List (Beras dan Gula) dan General Exception List (Minol dan Tembakau).
The Ministry of Trade of the Republic of Indonesia5
Situasi Terkini Tarif Indonesia: 1. Sejak 2010, tariff 0% untuk hampir semua produk (98.87%) untuk kelompok IL. Yang
belum 0% sebesar 1,13% kec. MINOL, Beras dan Gula;2. HSL (beras 25%, gula 5 -10%), GEL ( Minuman Alkohol MFN), namun Negara ASEAN
meminta untuk dipindahkan ke IL karena Indonesia memproduksi Minuman Akohol.
PERKEMBANGAN TARIFF DI ASEAN
6
AANZFTA ACFTA AIFTA AJCEPA AKFTA
Indonesia 94% (2025) 92% (2018) 50% (2022) 91% (2024) 91% (2016)
Australia 100%
China 95%
India 79%
Japan 92%
Korea 90%
NZ 100%
Average FTA 96% 94% 80% 93% 93%
Note: Rata-rata komitmen liberalisasi tarif Indonesia adalah 83,6% (5 ASEAN+1 FTAs)
Manfaat Kerja Sama ASEAN+1 FTAs
1. Pembukaan Akses Pasar di Negara Mitra Utama Dagang Indonesia dalam konteks
ASEAN (RRT, Jepang, Korea, Australia, NZ, dan India);
2. Penghapusan hambatan tarif dan non-tarif;
3. Peningkatan kinerja perdagangan dan ikut serta dalam Global Value Chain;
4. Meningkatkan arus investasi (FDI).
The Ministry of Trade of the Republic of Indonesia7
Perkembangan Modaltas Tarif pada Perundingan RCEP
• Draft Modalitas Akses Pasar Barang di meja perundingan hingga saat iniyang akan distabilkan melalui Request and Offer Negotiations: 92% untukeliminasi, 7% SL/HSL/TRQ, dan 1% EL;
• Diharapkan perundingan selesai akhir tahun dan perkiraan EIF tahun 2020atau 2021.
Staging Period
General Rule of Tariff Elimination on a Common Concession (CC) basis to
all RPCs
Deviation on CC basis for RPCs
with no FTAs with each other
(1) (2) (3) (4)
Year Target Flexibility for TE Minimum Level of TEa
1 (EIF) 65% TL 65% TL 45% (deviation: 20%)
10 80% TL 80% TL 65% (deviation: 15%)
15 92% TL 87% TL 77% (deviation: 10%)
20 n.a 92% TL 86% (deviation: 6%)
The Ministry of Trade of the Republic of Indonesia8
NTMs: Semua kebijakan selain tarif yang berpengaruh ekonomi terhadap komoditiperdagangan Internasional, sering ditengarai menimbulkan distorsi, shg mengurangimanfaat dari perdagangan internasional. (UNCTAD 2012)*
NTBs: ditujukan untuk melindungi atau membantu produser domestik denganmembuat proses importasi atau eksportasi menjadi sulit dan membutuhkan biayabesar, mis. Import licensing, preshipment inspection, Kuota, dll.
Dampak Positif: Melindungi para pelaku usaha dan produsen local dari persainganimpor, serta melindungi kesehatan masyarakat, keamanan dan lingkungan. Di negaramaju umumnya NTMs dipakai untuk melindungi produk-produk pertanian,sedangkan bagi negara berkembang untuk melindungi produk-produk hasilmanufaktur. Hambatan seperti kuota juga sering dimanfaatkan untuk memperbaikineraca pembayaran pembayaran yang defisit.
Dampak negative: Mengurangi keuntungan, membutuhkan biaya yang besar,inefisiensi wait, Negara yang terpengaruh dapat menerapkan countermeasuresproteksi
Non Tariff Measures (NTMs), Why Matters?
*United Nations Conference on Trade and Development (UNCTAD) yang bertugas untuk mengkompilasi dan
mengklasifikasikan NTMs, mencakup kebijakan impor dan ekpor baik yang bersifat teknis dan non teknis
The Ministry of Trade of the Republic of Indonesia9
Kebijakan NTMs di ASEAN
Note: NTMs masih banyak diterapkan di ASEAN untuk menghambat produk impor karena
kebijakan tarif dianggap tidak lagi dapat menghambat produk impor. Dari total 5975 measures di
ASEAN 33,2% adalah SPS; 43,1% TBT; 12,8% export measures.
The Ministry of Trade of the Republic of Indonesia10
Kebijakan NTMs di ASEAN
Bab 4 ASEAN Trade in Goods Agreement (ATIGA) ttg NTMs, namun tidak ada definisi
yang jelas mengenai NTMs dan NTBs di ATIGA Pasal 40 ATIGA, mengatur prinsip
dasar NTMs di ASEAN, yaitu: setiap Negara ASEAN tidak bisa mengadopsi atau
menerapkan NTMs kecuali yang diperbolehkan di WTO atau di ATIGA; serta memastikan
adanya transparansi dan setiap kebijakan baru atau modifikasi dari kebijakan yang
berlaku harus dinotifikasi.
Penanganan NTMs di ASEAN: 1. AMS menotifikasi NTMs ke Sekretariat ASEAN;2. Melaksanakan prinsip transparansi untuk penerapan NTMs dan update NTMs (melalui
National Trade Repository dan ASEAN Trade Repository).3. Coordinating Committee on ATIGA (CCA)/WGs lainnya (selain CCA, juga ada ASEAN
Consultative Committee on Standard and Quality (ACCSQ), ASEAN Committee on Sanitaryand Phytosanitary (AC-SPS)) melakukan review jika ternyata ada NTMs yang dilaporkansebagai NTBs oleh Negara lain.
4. Jika terindentifikasi sebagai NTBs, Negara ASEAN yang terkait harus melakukan upaya untukmengurangi dan menghapus NTBs tersebut sesuai dengan aturan di ATIGA.
5. Penanganan NTMs melalui website ASSIST (ASEAN Solution for Investment, Services
and Trade)
6. Mengikuti Klasifikasi NTMs berdasarkan UNCTAD. Saat ini dalam proses update sesuai
versi 2018
7. Proses membuat Guidelines NTMs/NTBs
The Ministry of Trade of the Republic of Indonesia12
NON TARIF MEASURES CLASSIFICATION - UNCTAD
NTM chapter Government bodies potentially responsible
A SPS measures Ministry of Agriculture; Standardization Agency; Ministry of Health
B TBT measures Standardization Agency; Ministry of Health;
Ministry of Ecology; Ministry of Industry
C Pre-shipment inspection
Customs Agency; Standardization Agency and other formalities
D Contingent trade protective
Ministry of Finance; Ministry of Economy or Trade measures
Non-automatic licensing, quotas,
E prohibitions and other quantity Ministry of the Economy (or Trade, Foreign Relations) control measures
F Price control measures including
Ministry of Economy (or Trade, Foreign Relations); Customs Agency additional taxes and charges
G Finance measures Ministry of Finance; National Bank
H Measures affecting competition Ministry of Economy (or Trade, Foreign Relations)
I Trade-related investment
Ministry of Economy (or Trade, Foreign Relations) measures
P Export-related measures Ministry of Economy (or Trade, Foreign Relations); Customs Agency
PERKEMBANGAN NTMs DI INDONESIA
Comprehensiveness Number
Total NTMs-related regulations 199
Total NTMs reported to the WTO 296
Total Number of Coded NTMs 638
Total Affected Porducts (HS lines, national tariff Lines)
a. Total number of affectedproducts
6466
b. Share of the number of affected products to the number of total products (%)
64,58%
Total Issuing Institutions 14
Indonesia memiliki 199 regulasi /aturan
yang berkaitan dengan NTMs yang
dikeluarkan dari 14 instansi dimana
terdapat 636 coded NTMs. Dari jumlah
636 coded NTMs tersebut akan
mempengaruhi 6466 pos tarif Indonesia
atau sekitar 65% dari total pos tarif
Indonesia.
Indonesia Non Tariff Measures (2015)
Sumber : Kemendag
15
NTM
Code
Measure description Product description National legal basis
H11 State-trading enterprises, for importing Horticulture MoT regulation - 30/2017
C1 Pre-shipment inspection Horticulture MoT regulation - 30/2017
C3 Requirement to pass through specified
port of customs
Live Plant Products in Form of
Fresh Bulb Vegetables.
The MoA regulation No.
18/2008 jo. No. 16/2012
A49 Hygienic requirements, n.e.s. Live Plant Products in Form of
Fresh Bulb Vegetables.
The MoA regulation No.
18/2008 jo. No. 16/2012
A89 Conformity assessment related to SPS,
n.e.s.
Live Plant Products in Form of
Fresh Bulb Vegetables.
The MoA regulation No.
18/2008 jo. No. 16/2012
A15 Registration requirements for importers Horticulture MoT regulation - 30/2017
A14 Special authorization requirement for
SPS reasons
Horticulture MoT regulation - 30/2017
A31 Labelling requirements Horticulture MoT regulation - 30/2017
A33 Packaging requirements Horticulture MoT regulation - 30/2017
A86 Quarantine requirement Live Plant Products in Form of
Fresh Bulb Vegetables.
The MoA regulation No.
18/2008 jo. No. 16/2012
A59 Treatment for elimination of plant and
animal pests and disease-causing
organisms in the ( nal product, n.e.s.)
Live Plant Products in Form of
Fresh Bulb Vegetables.
The MoA regulation No.
18/2008 jo. No. 16/2012
A85 Traceability requirements Horticulture MoT regulation - 30/2017
B83 Certication requirement Live Plant Products in Form of
Fresh Bulb Vegetables.
The MoA regulation No.
18/2008 jo. No. 16/2012
B31 Labelling requirements Horticulture MoT regulation - 30/2017
Indonesian Type of NTMs on Garlic and Horticultural Products
Note: Website INSW/INTR (dikelola oleh Pengelola Portal Indonesia Nasional Single Window), bertujuan untuk:(1) Transparasi peraturan K/L terkait; (2) Mengurangi Dwelling Time dan (3) Meningkatkan Ease Doing Business Indonesia
17
• ASSIST: portal online ASEAN untuk merespon komplain diantara pelaku usaha ASEAN terkaithambatan kebijakan non tarif (melanggar ATIGA) di bidang Perdagangan barang, jasa daninvestasi ASSIST harus diketahui dengan baik oleh pelaku bisnis di ASEAN.
• Pelaku bisnis yang boleh menggunakan ASSIST hanyalah mereka yang terdaftar danmenyampaikan keluhan sesuai dengan peraturan, melalui focal point yang telah ditunjuk darisetiap negara anggota ASEAN.
• Melalui ASSIST, transparansi dan interaksi antara pelaku bisnis dengan badan/institusi yangbertanggung jawab atas keluhan diharapkan akan tercapai.
Perkembangan NTMs pada Perundingan RCEP
• Australia mengusulkan The Possible Elements of an RCEP Chapter on NTMs, yangmenghighlight pentingnya adanya bab terpisah (12 Pasal) tentang NTMs, untukmenunjukkan keseriusan RCEP menangani NTMs dan untuk meningkatkantransparansi, mengindentifikasikan, mengatasi isu-isu spesifik NTMs danmempromosikan Good Regulatory Practices.
• Tanggal 9 Oktober 2017, AUS kembali mengusulkan “NTMs under RCEP LandingZone on the Approach to Address NTMs.” penyempurnaan dari papersebelumnya. AUS menekankan kembali perlunya membangun basis yang kuat untukmengatur NTMs di RCEP melalui chapter terpisah .
• AUS mengusulkan 8 elements tentang NTMs, yaitu: (i) General Provision on theapplication of NTMs; (ii) Provisions on Import Licencing Procedures; (iii) TechnicalConsultation on NTMs; (iv) Work Programs on NTMs; (v) Enhanced Engagement withbusiness and other relevant stakeholders; (vi) good regulatory practice; (vii) reduingunnecessary impacts of changes in regulatory requirements on goods in trasports orstorage; (viii) sectoral and other initiatives.
• Selain itu, inisiatif untuk mendukung best practises di sektor: (i) labellingrequirement, (ii) certification requirements, (iii) products registration dan (iv)marketing authorization.
NZ mengusulkan ada sectoral annexes, yang terdiri dari: i) cosmetics, and ii) wine and
distilled spirits serta (iii) Food and Beverage.
Singapura dan Laos mendukung sectoral Annexes, untuk sektor yang sudah ada
peraturan MRAs di ASEAN, yaitu: (i) Cosmetics; (ii) Pharmaceutical Products; (iii) Medical
Devices; (iv) Processed Foods; (v) Information and Communications Technology (ICT)
Products; (vi) Alcoholic Beverages; dan (vii) Coffee.
Mayoritas AMS fleksible untuk memiliki chapter terpisah kecuali Indonesia dan Vietnam.
Usulan AU perlu dipertimbangkan karena inline dengan AEC 2025 dan juga dibutuhkan
dalam mengejar akses pasar. Namun, harus ada konsensus elemen apa yang harus diatur
dalam NTMs Chapter tersebut.
Indonesia belum dapat menerima usulan mengenai sectoral annexes, karena sulit
diimplementasikan, mengitervensi kewenangan Indonesia serta tidak sesuai dengan
regulasi nasional.
WG-TIG juga telah mengadopsi Next Steps for NTMs Approach, sebagai rujukan untuk
membahas NTMs pada Pertemuan selanjutnya.
Perkembangan NTMs pada Perundingan RCEP
Bergabung dalam perjanjian preferensi atau kemitraan ekonomi komprehensif untuk dapatkan akses pasar, menarik investasi, positioning dalam regional & global value chains & “external pressures” untuk melakukan reformasi ekonomi.
De-bureaucratization: mengurangi “excessive power” pemerintah.
Deregulation: mengendurkan peraturan yang terlalu mengatur & sebetulnya tidak perlu. Mendukung adanya paket Deregulasi.
REKOMENDASI
Mengatasi dampak otonomi daerah yang mengakibatkan sering tidak
sinkronnya program dan kebijakan pemerintah pusat dengan daerah dalam
meningkatkan daya saing.
Meningkatkan koordinasi antar K/L untuk menghindari dikeluarkannya
kebijakan yang saling bertentangan atau kebijakan yang tidak perlu.
Disiplin melakukan notifikasi setiap kebijakan baru, mengupdate NTMs di
INTR/INSW, serta mengoptimalkan ASSIST..
PERUNDINGANPERDAGANGANINDONESIA
Indonesia-Pakistan PTAImplemented: 2013
Current status: Review process
Target: Conclude in 2017
I
n
d
o
n
e
s
i
a
-
J
a
p
a
n
E
P
A
Indonesia-European Union CEPACurrent status: 3rd Round of Negotiation
(September 2017)
Target: 2018
Indonesia-Australia CEPACurrent status: 8th Round of Negotiation
(August 2017)
Target : November 2017
Indonesia-Chile CEPACurrent status: 4th Trade in Goods (TIG)
Negotiation (August 2017)
Target: End 2017
Indonesia-Iran PTACurrent status: 4th Round of Negotiation
(September 2017)
Target: 2017/Early 2018
Indonesia-EFTA CEPACurrent status: 12th Round of Negotiation
(March 2017)
Target: 2017/Early 2018
CEPA = Comprehensive Economic Partnerhip Agreement; EPA = Economic Partnership Agreement, PTA = Preferential Trade Agreement; CECA = Comprehensive Economic Cooperation Agreement; FTA = Free Trade Agreement; TIGA = Trade in Goods Agreement
PERUNDINGAN SAAT INI PERUNDINGAN YANG DIRENCANAKAN
Indonesia-Turkey CEPACurrent status: Launched (July 2017,
1st Round Oct 2017)
Indonesia-Mozambique PTACurrent status: Proposed (2017)
Indonesia-Egypt PTACurrent status: Proposed (2018)
Indonesia-Nigeria (ECOWAS) PTACurrent status: Proposed (2017)
I
n
d
o
n
e
s
i
a
-
P
e
r
u
P
T
A
/
T
I
G
AC
u
r
r
e
n
Indonesia-Sri Lanka PTACurrent status: Joint Feasibility Study (2017)
Indonesia-Bangladesh PTACurrent status: Proposed (2017)
Indonesia-Taiwan ECACurrent status: Review Feasibility Study
Indonesia-EAEU TIGACurrent status: Proposed JSG (2017)
Indonesia-Kenya (EAC) PTACurrent status: Proposed (2017)
Indonesia-SACU PTACurrent status: Proposed (2017)
Indonesia-GCC FTA/CEPACurrent status: Proposed (2017)
PERJANJIAN DALAM PROSES REVIEW/IMPROVEMENT
Regional Comprehensive
Economic PartnershipCurrent status: 19th Round of Negotiation
(July 2017)
ASEAN ECONOMIC
COMMUNITYImplemented: 1 Jan 2016 – 31 Dec 2025
Current status: Deepening Integration
Target: conclude in 31 Dec 2025 (with annual target)