perkembangan ekonomi keuangan dan … kerjasama ekonomi, moneter, dan keuangan regional,...

172
PERKEMBANGAN EKONOMI KEUANGAN DAN KERJA SAMA INTERNASIONAL TRIWULAN II 2002 Bagian Studi Ekonomi dan Lembaga Internasional Direktorat Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter Bank Indonesia Perkembangan Ekonomi Dunia Pasar Keuangan dan Pasar Komoditas Perkembangan Kerja Sama Internasional Artikel

Upload: lamkhanh

Post on 01-May-2018

235 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: PERKEMBANGAN EKONOMI KEUANGAN DAN … kerjasama ekonomi, moneter, dan keuangan regional, internasional dan kegiatan penelitian. Kerjasama ekonomi, moneter, perdagangan dan keuangan

PERKEMBANGAN EKONOMI KEUANGAN

DAN KERJA SAMA INTERNASIONAL

TRIWULAN II 2002

Bagian Studi Ekonomi dan Lembaga Internasional

Direktorat Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter

Bank Indonesia

Perkembangan EkonomiDunia

Pasar Keuangan danP a s a r K o m o d i t a s

Perkembangan KerjaS a m a I n t e r n a s i o n a l

A r t i k e l

Page 2: PERKEMBANGAN EKONOMI KEUANGAN DAN … kerjasama ekonomi, moneter, dan keuangan regional, internasional dan kegiatan penelitian. Kerjasama ekonomi, moneter, perdagangan dan keuangan

ii

Tulisan dalam Tinjauan Triwulanan Perkembangan Ekonomi, Keuangan, dan Kerja Sama

Internasional ini bersumber dari berbagai publikasi dan pendapat pribadi para

penulis dan bukan merupakan pendapat dan kebijakan Bank Indonesia.

Pengutipan diizinkan dengan menyebutkan sumbernya.

Redaksi sangat mengharapkan komentar, saran, dan kritik demi perbaikan terbitan ini.

Redaksi juga mengharapkan sumbangan artikel, karangan, atau

laporan untuk dapat dimuat dalam terbitan ini.

Alamat Redaksi:

Bagian Studi Ekonomi dan Lembaga Internasional

Direktorat Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter

Bank Indonesia

Gedung B, Lantai 20

Jalan M.H. Thamrin No. 2, Jakarta 10110

Telepon: (021) 381-8631, 381-8250, 381-8251 ; Faksimili: (021) 345-2917;

E-mail : [email protected]

Page 3: PERKEMBANGAN EKONOMI KEUANGAN DAN … kerjasama ekonomi, moneter, dan keuangan regional, internasional dan kegiatan penelitian. Kerjasama ekonomi, moneter, perdagangan dan keuangan

iii

Daftar Isi

Halaman

Pengantar Redaksi v

I. Perkembangan Ekonomi Dunia 1

Pendahuluan 1

Perekonomian Negara-negara Industri Maju 5

Perekonomian Negara-negara Asia (Non-Jepang) 20

Perekonomian Rusia 46

Perekonomian Negara-negara Oceania 50

Perekonomian Negara-negara Amerika Latin 58

Boks : Upaya Lanjutan Pemulihan Ekonomi Argentina 69

II. Pasar Keuangan dan Pasar Komoditas 71

Pendahuluan 71

Pasar Uang 73

Pasar Modal 75

Pasar Valuta Asing 81

Pasar Komoditas 85

III. Perkembangan Kerja Sama Internasional 88

Pendahuluan 88

Kerja Sama Ekonomi, Moneter, dan Keuangan Internasional 89

Sidang ASEAN Finance Ministers Meeting ke-6 89

Sidang ASEA N+3 Finance and Central Bank Deputies Meeting (AFDM+3) dan AFMM+3 94

APEC Finance and Central Bank Deputies Meeting 95

SEACEN Governors’ Conference ke - 37 99

Kerja Sama Pembangunan Ekonomi Regional/Internasional 100

Sidang IMF-Bank Dunia 100

Sidang Tahunan Asian Development Bank (ADB) ke-35 104

IV. Artikel 106

Intervensi Valas Bank Sentral dan Ekspektasi Pasar 106

Harga Minyak internasional dan Harga BBM Dalam Negeri (Analisis dalam Semester I 2002) 120

Implementation of Standards and Codes : The View From East Asia 128

Page 4: PERKEMBANGAN EKONOMI KEUANGAN DAN … kerjasama ekonomi, moneter, dan keuangan regional, internasional dan kegiatan penelitian. Kerjasama ekonomi, moneter, perdagangan dan keuangan

iv

Lampiran 139

Tabel 1 Pertumbuhan ekonomi negara maju dan negara berkembang 140

Tabel 2 Pertumbuhan produk nasional bruto riil per kapita 141

Tabel 3 Tingkat pengangguran di negara-negara maju 142

Tabel 4 Laju inflasi negara maju dan negara berkembang 143

Tabel 5a Pengeluaran pemerintah di beberapa negara industri utama 144

Tabel 5b Pengeluaran pemerintah di beberapa negara berkembang 145

Tabel 6 Harga dan volume perdagangan dunia 146

Tabel 7 Nilai tukar dagang negara industri dan negara berkembang 147

Tabel 8 Perkembangan harga komoditas primer 148

Tabel 9 Cadangan devisa negara industri dan negara berkembang 149

Tabel 10 Neraca transaksi berjalan negara industri dan negara berkembang 150

Tabel 11 Neraca perdagangan negara industri dan negara berkembang 151

Tabel 12 Ekspor negara industri dan negara berkembang 152

Tabel 13 Impor negara industri dan negara berkembang 153

Tabel 14 Utang luar negeri dan debt service payment negara berkembang 154

Tabel 15 Perkembangan suku bunga luar negeri 155

Tabel 16a Uang beredar di negara-negara industri utama 156

Tabel 16b Uang beredar di negara-negara berkembang 157

Tabel 17 Perkembangan nilai tukar U.S. Dollar terhadap mata uang utama 158

Tabel 18 Perkembangan nilai tukar rupiah terhadap mata uang utama 159

Tabel 19 Perkembangan indeks harga saham di beberapa bursa saham dunia 160

Tabel 20 Private capital flows ke emerging market 161

Daftar Singkatan 162

Page 5: PERKEMBANGAN EKONOMI KEUANGAN DAN … kerjasama ekonomi, moneter, dan keuangan regional, internasional dan kegiatan penelitian. Kerjasama ekonomi, moneter, perdagangan dan keuangan

v

Pengantar Redaksi

Perekonomian global dalam triwulan II 2002 menunjukkan kondisi yang tidak diharapkan

sebelumnya. Tahap pemulihan yang telah mulai berjalan dalam triwulan I 2002 ternyata sedikit

terhambat akibat masih lemahnya tingkat konsumsi global terutama yang di terjadi di negara-

negara maju seperti Amerika Serikat, Jepang, Jerman, dan Inggris yang selama ini dianggap

sebagai motor penggerak perekonomian dunia. Tingkat konsumsi yang menurun mengakibatkan

tingkat produksi dan investasi juga menurun yang berlanjut kepada semakin turunnya tingkat

pendapatan.

Memburuknya ekonomi negara-negara utama telah berimbas ke perekonomian negara-

negara berkembang terutama ke negara-negara yang mempunyai hubungan dagang dengan

negara-negara maju tersebut. Akibat yang paling buruk dialami adalah negara-negara di Amerika

Latin seperti Argentina dan Brasil yang mempunyai keterkaitan erat dengan AS dalam hubungan

dagang. Selain itu kondisinya semakin diperparah dengan krisis keuangan pemerintah akibat

tidakseimbangnya kebutuhan pembayaran utang dibandingkan dengan penerimaan disaat-saat

ekonomi global mengalami kelesuan. Kondisi semakin memburuk terutama belum kembalinya

dana-dana investor setelah terjadi fenomena pelarian dana (capital flight) pada awal tahun 2002.

Sebagai konsekwensi atas peristiwa di atas, IMF memperkirakan bahwa ekonomi global hanya

akan tumbuh sebesar 2,8% di tahun 2001 dan 3,2% di tahun 2003.

Dalam rangka memicu pertumbuhan ekonomi domestik, negara-negara industri utama

masih mempertahankan kebijakan fiskal maupun moneter yang longgar yang sudah diterapkan

sejak tahun 2001. Arah kebijakan ekonomi dimaksud terutama diprakarsai oleh Amerika Serikat

sebagai negara yang paling berat merasakan penurunan ekonomi sejak awal tahun 2001.

Kebijakan moneter yang longgar ini juga diikuti oleh sebagian besar negara berkembang

dikarenakan kondisi perekonomian masing-masing yang melambat setelah terpengaruh

melemahnya kinerja ekonomi negara-negara maju. Namun demikian, sebagian negara

berkembang justru masih mempertahankan kebijakan fiskal yang ketat dikarenakan besarnya

tekanan keuangan pemerintah seiring dengan besarnya beban pembayaran utang pemerintah

Page 6: PERKEMBANGAN EKONOMI KEUANGAN DAN … kerjasama ekonomi, moneter, dan keuangan regional, internasional dan kegiatan penelitian. Kerjasama ekonomi, moneter, perdagangan dan keuangan

vi

baik terhadap kreditur asing maupun domestik. Dengan mempertimbangkan hal-hal di atas,

kebijakan moneter dan fiskal yang longgar tersebut diperkirakan akan mulai berdampak positif

terhadap perekonomian secara global mulai semester I 2003.

Perkembangan situasi perekonomian dunia tersebut lebih lanjut akan dipaparkan lebih

detail dalam Bab 1. Selanjutnya dalam Bab II akan dibahas dampak dari situasi perkembangan

ekonomi dan kebijakan ekonomi terhadap pasar valuta asing, pasar uang, pasar saham, dan

pasar obligasi. Selain itu, dalam bab yang sama juga akan mengulas perkembangan di pasar

komoditi khususnya minyak mentah dan emas.

Sementara itu dalam Bab III, terpapar resume hasil pertemuan/sidang kerja sama di

bidang ekonomi, moneter dan keuangan pada berbagai forum kerjasama regional maupun

internasional. Indonesia telah berpartisipasi dalam forum internasional/regional khususnya yang

membahas kerjasama ekonomi, moneter, dan keuangan regional, internasional dan kegiatan

penelitian. Kerjasama ekonomi, moneter, perdagangan dan keuangan internasional selama

periode ini telah dilakukan dalam forum ASEAN, APEC, IMFC, Development Committee (Bank

Dunia), dan ADB.

Bab terakhir (IV) menyajikan beberapa artikel yang disusun oleh beberapa penulis dalam

kaitannya antara Indonesia dengan dunia internasional atau isu internasional. Artikel pertama

berjudul “Intervensi Valas Bank Sentral dan Ekspektasi Pasar”. Artikel kedua berjudul: “Harga

Minyak Internasional dan Harga BBM Dalam Negeri : Analisa semester I 2002. Sementara itu

artikel ke tiga berjudul: “Implementation of Standards and Codes : The View from East Asia”

Dalam kesempatan ini kami sebagai tim penyusun mengucapkan banyak terima kasih

kepada semua pihak khususnya rekan-rekan di Bagian Studi Ekonomi dan Lembaga Internasional,

Direktorat Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter – Bank Indonesia dan pihak lain yang telah

membantu dan berperan serta dalam penyusunan laporan PEKKI triwulan II tahun 2002.

Jakarta, 22 Agustus 2002

Tim Penyusun

Page 7: PERKEMBANGAN EKONOMI KEUANGAN DAN … kerjasama ekonomi, moneter, dan keuangan regional, internasional dan kegiatan penelitian. Kerjasama ekonomi, moneter, perdagangan dan keuangan

Perkembangan Ekonomi Dunia 1

PENDAHULUAN

Pada awal tahun 2002 perekonomian dunia menunjukkan tanda-tanda membaik.

Perdagangan global mulai bergerak naik, produksi industri mulai bergerak mantap hampir di

sebagian besar belahan dunia. Sementara pemulihan ekonomi dunia sedang berlangsung,

ketidak pastian tentang kekuatan dan daya tahannya juga semakin membesar. Kebijakan

ekonomi makro yang telah ditempuh oleh negara-negara maju masih terus dilanjutkan dengan

didukung oleh kegiatan dan kebijakan ekonomi di negara-negara emerging Asia yang bertujuan

meningkatkan ketahanan terhadap shock perkembangan ekonomi eskternal yang merugikan

di masa mendatang.

Sementara itu, tekanan inflasi dunia secara umum relatif menurun. Bahkan untuk

Jepang, deflasi masih menjadi isu yang serius dan semakin diperparah oleh perkembangan

apresiasi Yen. Hal tersebut juga menjadi perhatian Cina dan Hong Kong SAR, meskipun dalam

kasus ini perkembangan depresiasi USD justeru menguntungkan mereka. Sebaliknya, risiko

inflasi meningkat tajam di sejumlah negara Amerika Latin, khususnya Argentina yang telah

menerapkan kerangka kebijakan moneter yang kredibel. Dengan berkurangnya tekanan inflasi

secara umum, kebijakan ekonomi makro yang ditempuh negara negara maju termasuk kebijakan

pelonggaran moneter tampaknya masih tetap dipertahankan. Selain itu, perhatian juga

difokuskan pada kebijakan untuk mengurangi ketergantungan pada ekonomi Amerika Serikat

dan mendukung pengurangan secara teratur ketidak seimbangan global yang masih merupakan

risiko serius dalam perekonomian dunia.

Setelah mengalami penguatan ekonomi dunia pada triwulan I 2002, perhatian terhadap

kesinambungan pemulihan ekonomi semakin menguat. Namun di sisi lain, pasar keuangan

menunjukkan tanda tanda menurun, seiring dengan kejatuhan pasar ekuitas di Amerika Serikat

sejak akhir triwulan I 2002, depresiasi mata uang USD, kekhawatiran atas kondisi pembiayaan

di negara-negara emerging market, khususnya di Amerika Selatan dan Turki, dan ekspektasi

terhadap perekonomian Amerika Serikat dan Euro. Pemulihan ekonomi diperkirakan masih

PERKEMBANGAN EKONOMI DUNIA

Page 8: PERKEMBANGAN EKONOMI KEUANGAN DAN … kerjasama ekonomi, moneter, dan keuangan regional, internasional dan kegiatan penelitian. Kerjasama ekonomi, moneter, perdagangan dan keuangan

Perkembangan Ekonomi Dunia2

akan berlanjut, tetapi dalam

semester II 2002 dan 2003

pertumbuhan ekonomi dunia

diperkirakan lebih rendah

dibanding perkiraan semula.

Memasuki triwulan II

2002, langkah pemulihan

ekonomi di beberapa negara

mulai melamban. Pertum-

buhan permintaan domestik

di luar Amerika Serikat dan

Inggris relatif rendah, se-

hingga peningkatan ekonomi

tergantung pada permintaan

eksternal. Selain itu, per-

baikan investasi global masih

menunjukkan keterbatasan,

sehingga kebutuhan inves-

tasi untuk memelihara mo-

mentum pemulihan ekonomi

dalam semester II 2002

dinilai semakin sulit. Pasar keuangan global mulai melemah sejak akhir triwulan I 2002,

akibat adanya berbagai faktor antara lain revisi perkiraan keuntungan, perhatian tentang

kesinambungan pemulihan ekonomi, dan perhatian meluas tentang praktek akuntansi dan

auditing, khususnya di Amerika Serikat. Meskipun upaya untuk mengatasinya telah dilakukan

dalam triwulan II 2002, pasar keuangan masih tetap bergejolak. Di tengah meningkatnya

risiko dan ketidakpastian, permintaan obligasi pemerintah dan surat berharga perusahaan

berkualitas tinggi masih terus meningkat — sejalan dengan ekspektasi bahwa pengetatan

moneter akan ditunda - telah mendorong turun suku bunga jangka panjang. Spread untuk

peminjam beresiko tinggi meningkat, hasrat beresiko menurun, meskipun belum pada posisi

risk aversion. Di pasar uang, mata uang USD telah terdepresiasi terhadap Euro dan Yen,

meskipun dalam tingkat yang agak moderat. Hal tersebut sebagian mencerminkan kekhawatiran

tentang berlanjutnya defisit transaksi berjalan Amerika Serikat, penurunan daya tarik aset

Pertumbuhan Ekonomi Dunia

Proyeksi

1999 2000 2001 2002 2003

Output Dunia 3,6 4,7 2,2 2,8 3,2Negara Industri Maju 3,0 3,4 0,6 1,5 2,3

Amerika Serikat 4,1 3,8 0,3 2,2 2,6Jepang 0,8 2,2 –0,5 –0,5 1,1Jerman 1,8 3,0 0,6 0,7 2,1Perancis 3,0 4,2 1,8 1,3 2,4Italia 1,6 2,9 1,8 1,0 2,5Inggris 2,3 3,1 1,9 1,7 2,4Kanada 5,1 4,5 1,5 3,2 3,2

Negara Berkembang 3,9 5,7 3,9 4,2 5,2Afrika 2,5 3,0 3,6 3,1 4,2Asia 6,1 6,7 5,6 6,2 6,2China 7,1 8,0 7,3 7,5 7,2India 6,8 5,4 4,1 5,4 5,4ASEAN-4 2,8 5,1 2,6 3,6 4,2

Laju InflasiNegara Maju 1,4 2,3 2,2 1,3 1,8Negara Berkembang 6,8 6,1 5,7 5,8 5,1

Volume Perdagangan Dunia 5,3 12,5 -0,1 2,5 6,1Impor

Negara Maju 7,7 11,7 -1,3 2,0 5,9Negara Berkembang 2,1 15,8 1,6 5,0 7,2

EksporNegara Maju 5,0 11,9 -1,1 1,6 5,7Negara Berkembang 4,6 15,1 2,7 4,1 6,6

Sumber : World Economic Outlook (Agustus 2002)

Page 9: PERKEMBANGAN EKONOMI KEUANGAN DAN … kerjasama ekonomi, moneter, dan keuangan regional, internasional dan kegiatan penelitian. Kerjasama ekonomi, moneter, perdagangan dan keuangan

Perkembangan Ekonomi Dunia 3

Amerika Serikat, dan perlambatan diversifikasi kelembagaan kawasan Euro atas aset

denominasi euro.

Untuk kawasan Euro, fleksibilitas perekonomian berusaha didorong melalui reformasi

tenaga kerja dan produk pasar. Namun demikian, sebagai cerminan melemahnya impor,

permintaan domestik khususnya yang bersumber dari konsumsi swasta dan pengeluaran

investasi menurun tajam pada awal tahun 2002. Dampak shock global — kenaikan harga

minyak, penurunan perdagangan internasional, tekanan fiskal dan kondisi struktural —

terhadap masing-masing negara juga terlihat dari perbedaan kinerja ekonomi. Permintaan

domestik tumbuh paling lemah di Jerman dan Italia, sementara Perancis cenderung bertahan

karena didukung oleh reformasi pasar tenaga kerja yang meningkatkan kesempatan kerja.

Pertumbuhan ekonomi melamban di Austria, Belgia, Belanda dan Portugal, sementara kinerja

ekonomi menguat di Yunani, Irlandia dan Spanyol. Tingkat inflasi di kawasan Euro telah

bergerak di sekitar ceiling ECB, yaitu 2 persen. Perhatian ditingkatkan melalui kenaikan

upah secara gradual, yang sebagian digunakan untuk mengejar ketertinggalan upah pada

periode sebelumnya, saat produktivitas rendah, yang pada gilirannya meningkatkan biaya

tenaga kerja.

Di Jepang, kegiatan ekonomi tampak stabil pada awal tahun 2002, meskipun

mengandung sinyal campuran (mixed). Isu fundamental yang menjadi perhatian yaitu kelanjutan

pencapaian tingkat pertumbuhan produksi yang pesat termasuk reformasi perbankan dan sektor

corporate. Pemulihan ekonomi pada triwulan II 2002 belum berjalan sustainable dengan

permintaan domestik yang masih tetap lemah. Penurunan kesejahteraan masih berlangsung

seiring dengan penurunan harga ekuitas dan tanah. Sementara itu dampak pasar ekuitas

Amerika Serikat yang melemah terhadap pasar Jepang tampaknya relatif rendah, meskipun

tidak dapat begitu saja diabaikan. Sementara itu, tingkat inflasi yang masih berkisar 1 persen

(cenderung deflasi), suku bunga jangka panjang yang menurun lebih kecil dibanding Amerika

Serikat, dan menguatnya mata uang yen mendapat perhatian khusus oleh Jepang, karena

perbaikan ekonomi dan ruang gerak untuk meng-offset manuver kebijakan ekonomi masih

menghadapi kendala.

Untuk negara-negara emerging Asia, kegiatan ekonomi mulai bergerak naik sejak awal

tahun 2002, dengan ditandai oleh peningkatan produksi industri dan ekspor dalam rangka

merespon penguatan ekonomi dunia dan peningkatan sektor IT. Pertumbuhan permintaan

domestik belum sepenuhnya membaik (kecuali Korea dan Cina), namun secara umum masih

Page 10: PERKEMBANGAN EKONOMI KEUANGAN DAN … kerjasama ekonomi, moneter, dan keuangan regional, internasional dan kegiatan penelitian. Kerjasama ekonomi, moneter, perdagangan dan keuangan

Perkembangan Ekonomi Dunia4

mendukung kebijakan makro ekonomi. Diantara negara NIEs dan ASEAN-4, pemulihan ekonomi

pesat dialami oleh Korea, yang didorong oleh tingginya permintaan domestik sebagai akibat

dari meningkatnya kredit konsumsi dan peningkatan ekspor. Pemulihan ekonomi emerging

Asia lebih banyak bergantung pada pada ekspor dan perputaran siklus persediaan (kecuali

Philipina, mencatat kegiatan pertanian yang tumbuh pesat) dengan penurunan tingkat inflasi

dan permintaan global, sehingga kebijakan moneter menunggu kejelasan tentang peningkatan

permintaan swasta. Selain itu, walaupun pasar keuangan (termasuk pasar ekuitas) mengalami

kejatuhan, beberapa negara emerging Asia masih mampu mengakses pasar modal

internasional. Begitu pula dampak contagion Amerika Latin terhadap ekonomi Asia adalah

relatif terbatas. Sejauh ini, mata uang kawasan Asia (kecuali Cina, Hong Kong SAR dan Ma-

laysia) telah meningkat terhadap USD, karena terpengaruh oleh menguatnya euro dan yen

terhadap USD.

Di kawasan Oceania, hasil pertumbuhan ekonomi yang tinggi pada tahun 2001 yang

didukung oleh kebijakan ekonomi makro yang sesuai, nilai tukar yang kompetitif, kesejahteraan

perumahan yang tinggi, dan migrasi jangka panjang, menyebabkan permintaan di Australia

dan Selandia Baru meningkat pesat pada semester I 2002. Permintaan yang tinggi tersebut

mendorong RBA dan RBNZ menerapkan lebih awal kebijakan pengetatan moneter. Di Aus-

tralia, ketentuan tambahan diperlukan untuk membiayai reformasi struktural dan mendisiplinkan

anggaran. Di Selandia Baru, pemerintah menitik beratkan pada pengembangan inovasi dan

keahlian dan disertai upaya tambahan untuk mengurangi hambatan bekerja, menabung dan

berinvestasi.

Untuk negara kawasan Amerika Latin, kondisi ekonomi dan keuangan memburuk pada

semester I 2002. Perekonomian kawasan mengalami kontraksi dan beberapa indikator

keuangan menunjukkan perkembangan yang kurang menggembirakan. Penurunan produksi

di Amerika Latin dipengaruhi oleh krisis Argentina yang menyebar ke negara tetangganya

khususnya Uruguay dan Paraguay. Secara luas, walaupun contagion langsung dari Argentina

tampaknya terbatas, krisis tersebut telah menggiring pandangan para investor bahwa kekacauan

ekonomi di kawasan tersebut akan berlangsung persisten. Secara khusus, peningkatan kesulitan

yang dialami ekonomi kawasan bersumber dari interaksi antara ketidak pastian politik domestik

dan kelemahan ekonomi, termasuk tingkat hutang yang tinggi, pembiayaan ekternal yang tinggi,

dan sistem perbankan yang rapuh. Sementara itu, indikator keuangan kawasan juga mengalami

tekanan. Spread obligasi melebar secara signifikan pada semester I 2002, termasuk peningkatan

Page 11: PERKEMBANGAN EKONOMI KEUANGAN DAN … kerjasama ekonomi, moneter, dan keuangan regional, internasional dan kegiatan penelitian. Kerjasama ekonomi, moneter, perdagangan dan keuangan

Perkembangan Ekonomi Dunia 5

tajam di Brazil, Equador, dan Venezuela bersamaan dengan memburuknya kondisi ekonomi di

Argentina dan Uruguay. Mata uang beberapa negara Amerika Latin melemah, khususnya

Brazilian Real dan Venezuelan bolivar. Untuk mengatasi kesulitan ekonomi, Chile dan Meksiko

menerapkan manajemen kebijakan yang sehat, hutang pemerintah yang rendah (Chile), dan

menjalin hubungan kuat dengan Amerika Serikat (Meksiko).

PERKONOMIAN NEGARA-NEGARA INDUSTRI MAJU

Amerika Serikat

Secara keseluruhan perekonomian AS mengalami pertumbuhan yang kurang

menggembirakan pada triwulan II 2002. PDB riil triwulan II 2002 tumbuh sebesar 1,1% (q-o-

q), setelah dalam periode sebelumnya tumbuh cukup tinggi sebesar 5,0% (q-o-q). Komponen

yang memberikan kontribusi bagi pertumbuhan PDB dimaksud seperti penjualan domestic

final, persediaan, dan perdagangan neto, menunjukkan kinerja yang menurun, yang masing-

masing turun dari 3,2%, 3,5%, dan -0,7% (q-o-q) dalam triwulan I 2002 menjadi 2,1%, 1,2%,

dan -1,3% dalam triwulan II 2002 (q-o-q). Lambatnya kinerja ekonomi AS ini banyak dipengaruhi

oleh faktor internal maupun eksternal ekonomi AS.

Di sisi Internal, seiring dengan menurunnya laba perusahaan akibat melemahnya

permintaan pasar, maka pendapatan dan permintaan masyarakatpun berkurang seperti terlihat

pada penurunan pengeluaran konsumsi dan usaha. Jika dilihat indikator konsumsi swasta dan

pengeluaran investasi domes-

tik masing-masing mengalami

penurunan dari 3,10% dan -

14,2% pada triwulan I 2002

menjadi 1,90% dan -14%

pada triwulan II 2002. Pro-

duksi Industri yang sedikit

meningkat dari 3,2% menjadi

4,2% dalam periode yang

sama tidak mampu mening-

katkan kapasitas produksi

sehingga berdampak kepada

Grafik PDB AS (%)

0

0.5

1

1.5

2

2.5

3

3.5

4

31/01/1996

31/05/1996

30/09/1996

31/01/1997

31/05/1997

30/09/1997

31/01/1998

31/05/1998

30/09/1998

31/01/1999

31/05/1999

30/09/1999

31/01/2000

31/05/2000

30/09/2000

31/01/2001

31/05/2001

30/09/2001

31/01/2002

31/05/2002

Page 12: PERKEMBANGAN EKONOMI KEUANGAN DAN … kerjasama ekonomi, moneter, dan keuangan regional, internasional dan kegiatan penelitian. Kerjasama ekonomi, moneter, perdagangan dan keuangan

Perkembangan Ekonomi Dunia6

menurunnya investasi dan belanja modal. Melambatnya kinerja ekonomi AS telah berdampak

kepada meningkatnya angka pengangguran dari 5,6% menjadi 5,9% dalam periode yang

sama karena aktivitas perusahaan-perusahaan yang menyusut cukup drastis sehingga

menyebabkan Indeks Keyakinan Konsumen mengalami penurunan. Menurut Departemen

Perdagangan AS, meskipun penjualan ritel diharapkan meningkat, tetapi peningkatan tersebut

sebagian besar didorong oleh kebijakan pemberian insentif dalam pembelian kendaraan dan

alat angkut untuk periode tertentu. Penurunan suku bunga mortgage juga telah membantu

meningkatkan penjualan sektor perumahan, termasuk alat-alat pertamanan. Meskipun belanja

sektor ritel mencatat dua pertiga dari seluruh kegiatan ekonomi AS, namun bisnis tetap enggan

meningkatkan komitmen belanja modal dalam jumlah besar sehingga menahan pemulihan

ekonomi.

Di sisi eksternal, perdagangan neto masih menunjukkan defisit yang meningkat akibat

impor yang tumbuh pesat. Neraca perdagangan dan neraca berjalan dalam triwulan II 2002

masing-masing masih menunjukkan defisit USD116,1 miliar dan USD117,1 miliar (-4,4% dari

PDB) yang lebih tinggi dibandingkan defisit sebesar USD106,4 miliar dan USD112,5 miliar (-

4,3% dari PDB) pada periode sebelumnya.

Laju inflasi pada triwulan II 2002 yang tercermin pada Consumer Price Index mencapai

1,3% y-o-y sedikit lebih tinggi dibandingkan periode sebelumnya yang mencapai 1,2% y-o-y

namun demikian masih berada di bawah target yang ditetapkan Fedres (2,5% y-o-y). Dengan

demikian diperkirakan inflasi selama tahun tahun 2002 akan mencapai 1,5% jauh lebih rendah

dibandingkan tahun 2001 sebesar 2,8%. Rendahnya tingkat inflasi seiring dengan aktivitas

ekonomi AS yang masih

lambat dalam periode terse-

but terutama dipengaruhi

oleh turunnya biaya upah

dan biaya operasional. Di

sisi produksi, indikator harga

yang tercermin pada Pro-

ducer Price Index masih

menunjukkan deflasi sebe

sar -2,2% y-o-y dalam tri-

wulan II 2002 setelah

Grafik Pertumbuhan Output Industri AS (%)

-8

-6

-4

-2

0

2

4

6

8

10

31

/01

/19

96

30

/04

/19

96

31

/07

/19

96

31

/10

/19

96

31

/01

/19

97

30

/04

/19

97

31

/07

/19

97

31

/10

/19

97

31

/01

/19

98

30

/04

/19

98

31

/07

/19

98

31

/10

/19

98

31

/01

/19

99

30

/04

/19

99

31

/07

/19

99

31

/10

/19

99

31

/01

/20

00

30

/04

/20

00

31

/07

/20

00

31

/10

/20

00

31

/01

/20

01

30

/04

/20

01

31

/07

/20

01

31

/10

/20

01

31

/01

/20

02

30

/04

/20

02

Page 13: PERKEMBANGAN EKONOMI KEUANGAN DAN … kerjasama ekonomi, moneter, dan keuangan regional, internasional dan kegiatan penelitian. Kerjasama ekonomi, moneter, perdagangan dan keuangan

Perkembangan Ekonomi Dunia 7

-40

-35

-30

-25

-20

-15

-10

-5

0 31

/01

/19

96

31

/05

/19

96

30

/09

/19

96

31

/01

/19

97

31

/05

/19

97

30

/09

/19

97

31

/01

/19

98

31

/05

/19

98

30

/09

/19

98

31

/01

/19

99

31

/05

/19

99

30

/09

/19

99

31

/01

/20

00

31

/05

/20

00

30

/09

/20

00

31

/01

/20

01

31

/05

/20

01

30

/09

/20

01

31

/01

/20

02

31

/05

/20

02

periode sebelumnya juga

tercatat deflasi sebesar -

2,4%.

Guna meningkatkan

permintaan domestik dan

menstimulasi kegiatan di

sektor riil dengan dukungan

laju inflasi yang rendah, pe-

merintah AS dan Fedres me-

nerapkan kebijakan moneter

dan fiskal yang longgar sejak

tahun 2000 hingga kini.

Langkah kebijakan moneter

ekspansif yang ditempuh

Fedres selama triwulan II

2002 dengan cara memper-

tahankan suku bunga The

Fed Fund target pada level

1,75% (level terendah sejak

May 1962), tampaknya belum

berhasil meningkatkan kegia-

tan perekonomian secara keseluruhan.

Di sisi kebijakan Fiskal, pengeluaran pemerintah yang diharapkan dapat mendorong

tingkat konsumsi dan menstimulasi dunia usaha di sektor riil, tampaknya semakin sulit diterapkan

karena anggaran tahun 2002 diperkirakan mencapai defisit -1,4% setelah di tahun 2001

mengalami surplus sebesar 1,2%. Kebijakan fiskal selama ini juga di arahkan untuk mengatasi

peningkatan jumlah pengangguran AS yang kini telah mencapai 5,9% dan kemungkinan akan

bertambah dengan adanya rencana PHK dalam bulan Juli 2002.

Dengan mempertimbangkan dampak penurunan ekonomi global, dalam triwulan III

dan triwulan IV tahun 2002 pertumbuhan ekonomi AS diperkirakan masing-masing akan tumbuh

sebesar 4,0%(q-o-q). Sehingga untuk keseluruhan tahun 2002 perekonomian akan tumbuh

sebesar 2,8% dan pada tahun 2003 tumbuh sebesar 3,2% (masih lebih baik dibandingkan

Grafik Inflasi AS (%)

Grafik Neraca Perdagangan AS (Juta US$)

0

0.5

1

1.5

2

2.5

3

3.5

4

31

/01

/19

96

30

/04

/19

96

31

/07

/19

96

31

/10

/19

96

31

/01

/19

97

30

/04

/19

97

31

/07

/19

97

31

/10

/19

97

31

/01

/19

98

30

/04

/19

98

31

/07

/19

98

31

/10

/19

98

31

/01

/19

99

30

/04

/19

99

31

/07

/19

99

31

/10

/19

99

31

/01

/20

00

30

/04

/20

00

31

/07

/20

00

31

/10

/20

00

31

/01

/20

01

30

/04

/20

01

31

/07

/20

01

31

/10

/20

01

31

/01

/20

02

30

/04

/20

02

Page 14: PERKEMBANGAN EKONOMI KEUANGAN DAN … kerjasama ekonomi, moneter, dan keuangan regional, internasional dan kegiatan penelitian. Kerjasama ekonomi, moneter, perdagangan dan keuangan

Perkembangan Ekonomi Dunia8

pertumbuhan tahun 2001

yang hanya mencatat per-

tumbuhan sebesar 1,2%.)

Hal ini akan tercapai dengan

dukungan kebijakan mone-

ter maupun fiskal yang

cukup akomodatif, produk-

tivitas yang meningkat,

penurunan upah, dan biaya

operasional yang rendah,

guna mendorong kegiatan

ekonomi di sektor riil.

Di sisi harga, inflasi

pada tahun 2002 (IHK)

diperkirakan mencapai rata-

rata sebesar 1,8%, semen-

tara itu untuk PPI diperkira-

kan mengalami deflasi

sebesar -1,1% akibat le-

mahnya tekanan permintaan

sejak akhir tahun 2001 dan

awal 2002. Namun di sisi lain, harga komoditas diperkirakan mulai meningkat, sejalan dengan

melemahnya US Dollar yang mendorong kenaikan harga produk impor.

Pada tahun 2002 keseimbangan ekonomi eksternal AS diperkirakan akan sedikit

memburuk seiring dengan melemahnya perekonomian dunia dan perekonomian dalam negeri.

Dalam tahun ini nilai ekspor dan impor AS diperkirakan masing-masing akan tumbuh sebesar

-2,0% dan 2,6% sehingga akan berpotensi meningkatkan defisit neraca perdagangan dan

neraca berjalan yang masing-masing diperkirakan mencapai defisit USD463 miliar dan

USD474,1 miliar (-4,5% dari PDB) di tahun 2002, setelah di tahun 2001 mencapai defisit masing-

masing sebesar USD427,2 miliar dan USD393,4 miliar (-3,9% dari PDB).

Dengan perkembangan ekonomi yang masih lambat, diperkirakan Fed Res akan tetap

mempertahankan suku bunga The Fed Fund Target pada level yang rendah sebesar 1,75%

Grafik Tingkat Pengangguran AS (%)

Grafik Suku Bunga Fed Fund (%)Januari 1996 - April 2002

1.5

2.5

3.5

4.5

5.5

6.5

31/0

1/1

996

30/0

4/1

996

31/0

7/1

996

31/1

0/1

996

31/0

1/1

997

30/0

4/1

997

31/0

7/1

997

31/1

0/1

997

30/0

1/1

998

30/0

4/1

998

31/0

7/1

998

30/1

0/1

998

29/0

1/1

999

30/0

4/1

999

30/0

7/1

999

29/1

0/1

999

31/0

1/2

000

28/0

4/2

000

31/0

7/2

000

31/1

0/2

000

31/0

1/2

001

30/0

4/2

001

31/0

7/2

001

31/1

0/2

001

31/0

1/2

002

30/0

4/2

002

3

3.5

4

4.5

5

5.5

6

6.5

31/0

1/1

996

30/0

4/1

996

31/0

7/1

996

31/1

0/1

996

31/0

1/1

997

30/0

4/1

997

31/0

7/1

997

31/1

0/1

997

31/0

1/1

998

30/0

4/1

998

31/0

7/1

998

31/1

0/1

998

31/0

1/1

999

30/0

4/1

999

31/0

7/1

999

31/1

0/1

999

31/0

1/2

000

30/0

4/2

000

31/0

7/2

000

31/1

0/2

000

31/0

1/2

001

30/0

4/2

001

31/0

7/2

001

31/1

0/2

001

31/0

1/2

002

30/0

4/2

002

Page 15: PERKEMBANGAN EKONOMI KEUANGAN DAN … kerjasama ekonomi, moneter, dan keuangan regional, internasional dan kegiatan penelitian. Kerjasama ekonomi, moneter, perdagangan dan keuangan

Perkembangan Ekonomi Dunia 9

hingga akhir tahun 2002. Hal ini didukung oleh tingkat inflasi yang masih rendah, jauh dibawah

target maksimal Fed Res, upah yang menurun dan biaya operasional yang menurun. Di sisi

kebijakan fiskal tampaknya pemerintah AS masih akan melakukan ekspansi pengeluaran fiskal

yang cukup besar guna mendorong pemulihan ekonomi. Kondisi tersebut akan mendorong

defisit anggaran pada tahun 2002 maupun 2003, meskipun AS tetap merencanakan untuk

mengurangi defisit anggaran pada tahun-tahun berikutnya guna menjaga stabilitas fiskal.

Pemerintah AS telah menyusun program stimulus fiskal yang diperkirakan akan mencapai

USD 172 miliar di tahun 2002 dan USD 96 miliar di tahun 2003 dengan asumsi 25% dari hasil

pemotongan pajak ini akan kembali meningkatkan pengeluaran konsumsi, guna mendorong

kegiatan di sektor riil dan mengatasi tingginya angka pengangguran. Pada musim panas tahun

lalu pemerintah telah menyetujui tax rebate senilai USD 80 miliar. Namun akibat serangan

teroris di bulan September 2001, kebijakan tersebut dalam tahun 2002 disesuaikan kembali.

Program stimulus fiskal tersebut diperkirakan akan berbentuk program pemotongan pajak tax

rebate, insentif untuk berinvestasi, pengeluaran pemerintah tertentu, dan santunan termasuk

fasilitas kesehatan bagi pengangguran.

Data Indikator Utama Ekonomi AS : Aktual dan Proyeksi

Real GDP Growth 5.0 1.1 1.5

* Private Consumption 3.3 5.3 2.6

* Equipment investment 0.1 10.2 -3.5

* Government Expenditures 6.7 2.8 2.8

* Exports 2.8 9.0 0.5

* Imports 8.3 13.5 0.4

Contibutions to changes in GDP

* Domestic final sales 3.2 4.2 7.0

* ^ in inventory 3.5 1.2 1.1

* Net Exports -0.7 -1.3 -0.4

Other Real Indicators

* Industrial Prod. % yoy 3.2 4.2 7.0

* Unemployment rate % 5.6 5.9 6.1

Prices and Wages

* CPI % yoy 1.2 1.3 1.5

* PPI % yoy -2.4 -2.2 -0.8

Economic Activity 2002Q1 2002Q2 2002Q3F

Fiscal Balance (FY,$bil) 127 (2001) -150 (2002) -130 (2003)

* Actual (% of GDP) 1.2 (2001) -1.4 (2002) -1.2 (2003)

Trade Balance

* Level (USD billions) -106.4 -116.1 -118.8

Current Account Balance

* Level (USD billions) -112.5 -117.1 -120.3

* % of GDP -4.3 -4.4 -4.5

Percent change over previous period, seasonally adjusted annual rates, unless stated

Sources: “World Financial Market-3rd quarter 2002”, JP Morgan

Policies & External Balances 2002Q2 2002Q3F 2002Q4F

Page 16: PERKEMBANGAN EKONOMI KEUANGAN DAN … kerjasama ekonomi, moneter, dan keuangan regional, internasional dan kegiatan penelitian. Kerjasama ekonomi, moneter, perdagangan dan keuangan

Perkembangan Ekonomi Dunia10

Eropa Barat

Negara-negara Euro

Pertumbuhan ekonomi ke-12 negara yang tergabung dalam blok Euro agak sedikit

melambat. Setelah tumbuh sebesar 0,4% (yoy) dalam triwulan IV 2001, ekonomi zona Euro

hanya mencatat pertumbuhan sebesar 0,3% (yoy) dalam triwulan I 2002. Selanjutnya, Komisi

Eropa memperkirakan bahwa pemulihan ekonomi di kawasan Euro akan berlangsung lambat

sampai dengan akhir tahun 2002 ini. Dalam triwulan II 2002, ekonomi zona Euro diperkirakan

hanya akan mengalami pertumbuhan antara 0,3% dan 0,6% (yoy).

Perkiraan Komisi Eropa didasarkan atas kenyataan bahwa kegiatan usaha di zona

Euro belum menunjukkan tanda-tanda pulih sebagaimana tercermin dari lemahnya permintaan

domestik dan ekspor. Kinerja ekonomi domestik yang masih lemah tersebut antara lain tercermin

dari masih lemahnya consumer confidence, meningkatnya angka pengangguran, dan masih

lemahnya produksi sektor industri di kawasan ini. Indeks consumer confidence pada bulan

Juni 2002 masih bertahan pada angka –9, belum berubah dibandingkan dengan angka bulan

Maret 2002. Tingkat pengangguran juga meningkat dari 8,2% (yoy) pada bulan Maret menjadi

8,4% (yoy) pada bulan Juni 2002. Dari sisi produksi, produksi sektor industri masih mengalami

kontraksi sebesar 1,4% (yoy) dalam bulan Juni 2002 setelah dalam bulan Maret 2002 mencatat

kontraksi sebesar 1,7% (yoy). Sementara itu, kecenderungan menguatnya euro telah

meningkatkan kekhawatiran terhadap menurunnya kinerja ekspor.

Melambatnya pertumbuhan

ekonomi zona Euro tidak terlepas

dari faktor internal dan eksternal

masing-masing negara. Faktor in-

ternal bersumber dari masalah

fiskal dan kondisi struktural lainnya,

sementara faktor-faktor eksternal

terutama bersumber dari mening-

katnya harga minyak dunia dan

melemahnya perdagangan inter-

nasional. Faktor-faktor eksternal

yang seringkali disebut sebagai

external shocks memiliki dampak

GrafikPDB, Inflasi, dan Tingkat Pengangguran Kawasan Euro (%)

0

0.5

1

1.5

2

2.5

3

3.5

4

4.5

Jun

e-9

7

De

s-97

Jun

e-9

8

De

s-98

Jun

e-9

9

De

s-99

Jun

e-0

0

De

s-00

Jun

e-0

1

De

s-01

Jun

e-0

2

(yy

)

0

2

4

6

8

10

12

PDB Inflasi Tingkat pengangguran

PD

B, In

flasi (y

oy)

Tin

gk

at

Pe

ng

an

gg

ura

n

Jun Des Jun Des Jun Des Jun Des Jun Des Jun

1997 1998 1999 2000 2001 2002

Page 17: PERKEMBANGAN EKONOMI KEUANGAN DAN … kerjasama ekonomi, moneter, dan keuangan regional, internasional dan kegiatan penelitian. Kerjasama ekonomi, moneter, perdagangan dan keuangan

Perkembangan Ekonomi Dunia 11

Grafik Indeks Consumer Confidence Kawasan Euro

yang berlainan bagi masing-

masing negara, apalagi masing-

masing negara memiliki kondisi in-

ternal yang berbeda-beda. Sebagai

contoh di Jerman dan Italia, exter-

nal shocks tersebut menyebabkan

permintaan domestik melemah

cukup signifikan, sementara

Perancis relatif lebih kuat terhadap

external shocks. Pertumbuhan

ekonomi yang relatif melambat

juga terjadi di Austria, Belgia,

Belanda, dan Portugal, sementara Yunani, Irlandia, dan Spanyol menunjukkan kinerja ekonomi

yang lebih kuat.

Masih lemahnya permintaan domestik tersebut menyebabkan berkurangnya tekanan

terhadap laju inflasi di zona Euro. Laju inflasi di zona Euro cenderung menurun dalam periode

laporan, yaitu berturut-turut dari 2,4% pada bulan April, 2,0% pada bulan Mei, dan kemudian

menjadi 1,8% (yoy, headline inflation) pada bulan Juni 2002, di bawah ceiling rate yang ditetapkan

ECB sebesar 2%. Sementara itu, core inflation (di luar makanan dan energi) dalam bulan Juni

2002 masih berada di sekitar 2,5% (yoy). Dua negara yang memiliki kontribusi terbesar terhadap

inflasi di zona Euro adalah Jerman dan Italia, yang keduanya memberikan kontribusi setengah

terhadap inflasi Euro. Laju inflasi Jerman dalam bulan Juni 2002 mencapai 0,9% (yoy), lebih

rendah dari laju inflasi bulan sebelumnya yang mencapai 1,1% (yoy). Berkurangnya tekanan

inflasi mendorong ECB mengambil stance untuk tetap mempertahankan suku bunga untuk

memperkuat momentum pemulihan ekonomi di kawasan Euro. Benchmark refinancing rate

tetap dipertahankan pada level 3,25% yang telah berlaku sejak November 2001.

Ke depan, laju inflasi di zona Euro diperkirakan menurun dengan mempertimbangkan

beberapa faktor sebagai berikut. Pertama, dampak peningkatan harga minyak dan bahan-

bahan makanan telah berlalu. Kedua, produktivitas akan mengalami siklus rebound terutama

sebagai dampak reformasi di pasar tenaga kerja. Ketiga, jika kecenderungan apresiasi euro

bisa dipertahankan. Disamping itu, output gap yang masih cukup besar di zona Euro juga

cukup kondusif menekan turun laju inflasi.

-18

-16

-14

-12

-10

-8

-6

-4

-2

0

2

Jun-9

7

Sep-9

7

Dec-9

7

Mar-9

8

Jun-9

8

Sep-9

8

Dec-9

8

Mar-9

9

Jun-9

9

Sep-9

9

Dec-9

9

Mar-0

0

Jun-0

0

Sep-0

0

Dec-0

0

Mar-0

1

Jun-0

1

Sep-0

1

Dec-0

1

Mar-0

2

Jun-0

2

Jun Sep Des Mar Jun Sep Des Mar Jun Sep Des Mar Jun Sep Des Mar Jun Sep Des Mar Jun

1997 1998 1999 2000 2001 2002

Page 18: PERKEMBANGAN EKONOMI KEUANGAN DAN … kerjasama ekonomi, moneter, dan keuangan regional, internasional dan kegiatan penelitian. Kerjasama ekonomi, moneter, perdagangan dan keuangan

Perkembangan Ekonomi Dunia12

Grafik Pertumbuhan Produksi Sektor Industridi Kawasan Euro (%-yoy)

Di sisi fiskal, defisit fiskal

secara keseluruhan diperkirakan

mulai menurun kembali tahun ini,

walaupun masing-masing negara

anggota Euro menempuh kebi-

jakan yang berbeda-beda. Upaya-

upaya konsolidasi fiskal yang

dilakukan negara-negara kecil

relatif lebih berhasil dibandingkan

dengan yang dilakukan negara-

negara besar anggota Euro.

Jerman masih harus melakukan

upaya pengetatan fiskal secara serius agar tidak menembus batas ambang defisit fiskal 3%

dari PDB-nya. Portugal diperkirakan akan melampaui batas ambang defisit fiskal 3% dari PDB

tahun 2002 ini. Posisi fiskal Perancis saat ini lebih sulit berkaitan dengan estimasi anggaran

yang telah direvisi dan ketentuan perpajakan yang baru. Italia juga memerlukan upaya keras

untuk memenuhi komitmen anggaran berimbang yang harus dicapai tahun 2005. Secara

keseluruhan, sebagian besar negara-negara Euro harus memperkuat posisi fiskalnya dalam

jangka menengah. Hal ini terutama dimaksudkan untuk memberikan ruang gerak yang cukup

untuk menurunkan pajak dan menyediakan pelayanan kesehatan dan dana pensiun bagi

masyarakat yang diperkirakan akan meningkat secara signifikan dalam jangka waktu 10 hingga

20 tahun mendatang.

Dalam rangka meningkatkan pertumbuhan ekonomi potensial di zona Euro, reformasi

struktural secara menyeluruh masih diperlukan. Beberapa langkah penting yang telah dilakukan

dalam beberapa tahun terakkhir ini dan mulai menunjukkan hasil antara lain nampak di sektor

tenaga kerja. Reformasi yang telah dilakukan terhadap pasar tenaga kerja meliputi kelonggaran-

kelonggaran yang diberikan terhadap tenaga kerja kontrak, keringanan pajak kepada tenaga

kerja berpenghasilan rendah, peningkatan fleksibilitas dalam perjanjian kerja, dan pemberian

gaji yang cukup memadai. Pada akhirnya, reformasi tersebut telah memberikan kontribusi

terhadap meningkatnya pertumbuhan lapangan kerja dan menurunnya pengangguran dalam

paro kedua dasawarsa 90-an. Namun, upaya-upaya tersebut harus lebih diintensifkan guna

meningkatkan pertumbuhan lapangan kerja dan output potensial dalam rangka mengantisipasi

bertambahnya masa usia produktif tenaga kerja. Tingkat partisipasi angkatan kerja di zona

-6

-4

-2

0

2

4

6

8

6/30

/97

11/3

0/97

4/30

/98

9/30

/98

2/28

/99

7/31

/99

12/3

1/99

5/31

/00

10/3

1/00

3/31

/01

8/31

/01

1/31

/02

6/30

/02

Page 19: PERKEMBANGAN EKONOMI KEUANGAN DAN … kerjasama ekonomi, moneter, dan keuangan regional, internasional dan kegiatan penelitian. Kerjasama ekonomi, moneter, perdagangan dan keuangan

Perkembangan Ekonomi Dunia 13

Euro —khususnya yang berusia di atas 55 tahun— relatif sangat rendah dibandingkan dengan

di AS dan negara-negara maju lainnya. Selain di sektor tenaga kerja, reformasi juga harus

menyentuh sektor riil dan sektor keuangan. Peningkatan integrasi dan efisiensi dari kedua

sektor tersebut merupakan hal terpenting yang harus terus-menerus dilakukan.

Ke depan, prospek ekonomi zona Euro nampaknya akan lebih baik. Hal ini tercermin

dari beberapa indikator seperti: (i) ekspektasi produksi dan order produksi yang secara umum

menunjukkan pertumbuhan yang menguat sepanjang tahun ini, (ii) kepercayaan rumah tangga

dan dunia usaha yang secara umum membaik sejak akhir tahun 2001, dan (iii) siklus inventory

yang dapat mendorong aktivitas dunia usaha di akhir tahun 2002. Konsumsi dan investasi

nampaknya juga akan membaik sebagaimana tercermin dari beberapa indikator yang muncul

menjelang akhir periode laporan. Beberapa indikator tersebut antara lain: (i) meningkatnya

pertumbuhan pendapatan rumah tangga, (ii) kecenderungan menurunnya laju inflasi, (iii)

menguatnya kinerja pasar tenaga kerja selama beberapa tahun terakhir, (iv) meningkatnya

pendapatan sektor korporasi, dan (v) meningkatnya penggunaan kapasitas terpasang di sektor

produksi. Dengan mempertimbangkan beberapa indikator tersebut, IMF memperkirakan

pertumbuhan ekonomi zona Euro akan meningkat dalam semester II tahun 2002 dan selanjutnya

akan stabil pada level sekitar 2,5% dalam tahun 2003. Dalam jangka lebih pendek, Komisi

Eropa juga memperkirakan bahwa ekonomi zona Euro akan tumbuh antara 0,7% dan 1%

(yoy) untuk triwulan III 2002. Sejalan dengan hal tersebut, ECB meningkatkan forecast inflasi

di zona Euro pada kisaran 2,1%-2,5% untuk tahun 2002, seiring dengan pertumbuhan ekonomi

di kawasan ini yang diperkirakan tumbuh antara 0,9%-1,5% dalam tahun 2002.

Namun demikian, perlu diwaspadai beberapa hambatan yang potensial membuyarkan

harapan akan prospek ekonomi yang cerah di zona Euro. Pertama, kinerja ekspor zona Euro

akan terpukul jika permintaan ekspor terutama dari pasar AS menurun atau nilai tukar euro

menguat lebih lanjut. Kedua, dalam kondisi kapitalisasi pasar saham di Eropa yang masih

lebih rendah dibandingkan dengan di AS dan saham-saham tersebut tidak dimiliki secara luas

oleh sektor rumah tangga, pasar saham di zona Euro terancam jatuh bahkan lebih tajam daripada

yang pernah dialami AS sejak tahun 2000. Kondisi ini berdampak buruk pada kepercayaan

dan permintaan masyarakat. Ketiga, prospek produksi industri dan permintaan domestik di

Jerman masih menimbulkan ketidakpastian, dan jika semakin memburuk akan berdampak

serius bagi Eropa secara keseluruhan mengingat Jerman memiliki skala ekonomi terbesar di

zona Euro.

Page 20: PERKEMBANGAN EKONOMI KEUANGAN DAN … kerjasama ekonomi, moneter, dan keuangan regional, internasional dan kegiatan penelitian. Kerjasama ekonomi, moneter, perdagangan dan keuangan

Perkembangan Ekonomi Dunia14

Jun-9

6

Sep-9

6

Dec-9

6

Mar-9

7

Jun-9

7

Sep-9

7

Dec-9

7

Mar-9

8

Jun-9

8

Sep-9

8

Dec-9

8

Mar-9

9

Jun-9

9

Sep-9

9

Dec-9

9

Mar-0

0

Jun-0

0

Sep-0

0

Dec-0

0

Mar-0

1

Jun-0

1

Sep-0

1

Dec-0

1

Mar-0

2

Jun-0

2

1.00

1.50

2.00

2.50

3.00

3.50

4.00

Grafik PDB Inggris (%)

Inggris

Perekonomian Inggris sepanjang triwulan II tahun 2002 tumbuh sebesar 0,9% dibanding

triwulan sebelumnya atau tumbuh sebesar 1,5% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Laju pertumbuhan tersebut didorong oleh meningkatnya aktivitas produksi di sektor manufaktur

dan sektor jasa. Meningkatnya produksi durable goods, terutama produk electrical and optical

equipment, mendorong indeks produksi sektor industri kembali meningkat pada triwulan II.

Indeks produksi sektor industri yang sempat terpuruk sampai level 99,7 pada akhir triwulan I,

kembali meningkat mencapai 102 pada triwulan II. Sementara itu, sektor jasa yang kontribusinya

mencapai 2/3 dari seluruh perekonomian untuk periode yang sama tumbuh sebesar 0,6%

dibandingkan triwulan sebelumnya, atau tumbuh 2,1% dibanding tahun lalu.

Namun, walaupun perekonomian Inggris masih dapat tumbuh - bahkan tertinggi di

kawasan Eropa, kondisi bisnis masih lesu dan belum pulih sepenuhnya. Penjualan retail yang

pada triwulan I merupakan salah satu faktor utama yang mendorong pertumbuhan ekonomi

melambat pertumbuhannya dengan cukup drastis pada triwulan II. Angka penjualan retail pada

akhir triwulan II hanya tumbuh 2,8% (yoy), jauh di bawah angka pertumbuhan triwulan

sebelumnya yang mencapai 6,7% (yoy).

Sementara masih lemahnya permintaan dunia internasional terhadap produk buatan

Inggris, serta melemahnya permintaan domestik yang tercermin pada menurunnya pertumbuhan

retail sales, mengakibatkan kalangan manufaktur menurunkan produksinya dan persediaan

barang dagangnya (inventories).

Hal ini berdampak pada penurunan

investasi baru dan pengurangan

faktor produksi, terutama tenaga

kerja, sehingga angka pe-

ngangguran kembali meningkat

menjadi 3,2% dari sebesar 3,1%

pada triwulan I. Perkembangan

negatif lain yang terjadi pada

triwulan II ini adalah jatuhnya

indeks harga saham. Indeks

benchmark FT-SE 100 merosot

615,40 poin atau 11,7% menjadi

Page 21: PERKEMBANGAN EKONOMI KEUANGAN DAN … kerjasama ekonomi, moneter, dan keuangan regional, internasional dan kegiatan penelitian. Kerjasama ekonomi, moneter, perdagangan dan keuangan

Perkembangan Ekonomi Dunia 15

Feb-9

8

Apr-9

8

Jun-9

8

Aug-9

8

Oct-9

8

Dec-9

8

Feb-9

9

Apr-9

9Jun-9

9

Aug-9

9

Oct-9

9

Dec-9

9

Feb-0

0A

pr-0

0

Jun-0

0

Aug-0

0O

ct-0

0

Dec-0

0

Feb-0

1

Apr-0

1Jun-0

1

Aug-0

1

Oct-0

1

Dec-0

1

Feb-0

2

Apr-0

2

Jun-0

2

0

0.5

1

1.5

2

2.5

3

3.5

4

4.5

4656,40 pada akhir triwulan II dari level 5271,80 pada akhir triwulan I. Jatuhnya harga saham

terutama didorong oleh menurunnya kepercayaan investor terhadap sistem pembukuan

perusahaan.

Upaya pemerintah Inggris dalam mencegah memburuknya kondisi perekonomian guna

menciptakan stabilitas perekonomian, yaitu dengan menekan laju inflasi (melalui pengendalian

money supply) sambil mempertahankan suku bunga rendah untuk mendorong aktivitas

perekonomian. Jumlah uang beredar (M0) sepanjang triwulan II terus meningkat dimana

pada bulan April 2002 tercatat pertumbuhan sebesar 8,1% (yoy) dan pada bulan Mei sebesar

9,3%. Per akhir triwulan II M0 tumbuh sebesar 9,4% (yoy). Namun, jumlah uang beredar

dalam arti luas (M4) tumbuh lebih lambat, yaitu berturut-turut 6,00% (yoy), 6,10% dan 6,40%

untuk bulan April, Mei dan Juni 2002. Pertumbuhan uang beredar tersebut relatif cukup tinggi,

namun karena kondisi perekonomian yang belum sepenuhnya pulih mengakibatkan

masyarakat lebih berhati-hati dalam pengeluarannya, sehingga dampak pertumbuhan uang

beredar tersebut tidak berdampak inflatoir. Laju inflasi sepanjang triwulan II menunjukkan

trend yang melambat dimana laju inflasi hanya sebesar 1%, yang berarti lebih rendah

dibandingkan triwulan I yang mencapai 1,1% dan masih jauh di bawah target inflasi Bank of

England sebesar 2,5% pada tahun 2002.

Perkembangan inflasi yang relatif masih rendah tersebut memberikan ruang bagi Bank

of England untuk mempertahankan benchmark suku bunga pada level 4,00%. Dengan demikian,

benchmark suku bunga tersebut

tidak pernah berubah sejak 8 No-

vember 2001 ketika Bank of Eng-

land menurunkan suku bunga dari

4,50% menjadi 4,00%.

Pemerintah juga berupaya

mendorong perekonomian melalui

operasi fiskal. Pemerintah telah

memutuskan untuk meningkatkan

pengeluaran sebesar £61 miliar

untuk 3 tahun ke depan sampai

dengan April 2006. Peningkatan

pengeluaran pemerintah tersebut

Grafik Inflasi Inggris (%)

Page 22: PERKEMBANGAN EKONOMI KEUANGAN DAN … kerjasama ekonomi, moneter, dan keuangan regional, internasional dan kegiatan penelitian. Kerjasama ekonomi, moneter, perdagangan dan keuangan

Perkembangan Ekonomi Dunia16

1.4

1.45

1.5

1.55

1.6

1.65

1.7

1.75

1/3

1/9

8

4/3

0/9

8

7/3

1/9

8

10/3

1/9

8

1/3

1/9

9

4/3

0/9

9

7/3

1/9

9

10/3

1/9

9

1/3

1/0

0

4/3

0/0

0

7/3

1/0

0

10/3

1/0

0

1/3

1/0

1

4/3

0/0

1

7/3

1/0

1

10/3

1/0

1

1/3

1/0

2

4/3

0/0

2

7/3

1/0

2

merupakan peningkatan yang tertinggi sepanjang dekade terakhir. Pengeluaran tersebut

rencananya akan digunakan untuk sarana pendidikan, transportasi, perumahan dan pertahanan.

Sementara itu, anggaran pendapatan dan belanja pemerintah mengalami defisit

sepanjang triwulan II ini. Setelah mengalami defisit sebesar £2,7 miliar pada bulan Mei 2002,

defisit anggaran pemerintah meningkat dengan drastis mencapai £7,2 miliar pada bulan Juni

2002. Meningkatnya defisit tersebut disebabkan oleh menurunnya penerimaan Pemerintah

sebesar 18% (mom) atau 5,6% (yoy) menjadi £21,8 miliar. Penurunan tersebut disebabkan

oleh menurunnya penerimaan pajak berkaitan dengan masih lesunya kegiatan perekonomian

(produksi dan penjualan/sales). Di sisi lain, pengeluaran pemerintah juga mengalami penurunan,

namun tidak setajam penurunan penerimaan, yaitu sebesar 18% (mom) menjadi sebesar £24,9

miliar. Namun, penurunan spending tersebut hanya disebabkan oleh lebih sedikitnya jumlah

hari kerja di bulan Juni (18 hari kerja) dibandingkan jumlah rata-rata hari kerja setiap bulannya

(22 hari kerja), sehingga pengeluaran ikut menurun.

Sektor eksternal Inggris walaupun masih belum pasti, namun perkembangannya cukup

memberikan angin segar. Ekspor tumbuh sebesar 1.08% (yoy) pada bulan Mei 2002 setelah

mengalami penurunan terus menerus sampai bulan April 2002. Sebaliknya, impor bulan April

dan Mei masih terus menurun dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, bahkan

dengan penurunan yang semakin besar, yaitu masing-masing sebesar -0,72% dan -1,60%.

Hal ini berdampak pada menurunnya defisit transaksi berjalan sebesar 2,8% pada bulan April

dan 48% pada bulan Mei.

Nilai tukar pound sterling

sepanjang triwulan II diwarnai

dengan apresiasi terhadap US dol-

lar. Pound sterling menguat cukup

signifikan sebesar 7,5% menjadi

USD1,5335 per pound sterling.

Menguatnya pound sterling lebih

didorong oleh fundamental

ekonomi Inggris yang lebih baik

dibandingkan Amerika yang masih

berupaya keluar dari resesi

ekonomi.

Perkembangan Nilai Tukar Pound Sterling(US$/Pound Sterling)

Page 23: PERKEMBANGAN EKONOMI KEUANGAN DAN … kerjasama ekonomi, moneter, dan keuangan regional, internasional dan kegiatan penelitian. Kerjasama ekonomi, moneter, perdagangan dan keuangan

Perkembangan Ekonomi Dunia 17

4,000

4,500

5,000

5,500

6,000

6,500

7,000

7,500

Feb-9

8

Ma

y-9

8

Aug-9

8

No

v-9

8

Feb-9

9

Ma

y-9

9

Aug-9

9

No

v-9

9

Feb-0

0

Ma

y-0

0

Aug-0

0

No

v-0

0

Feb-0

1

Ma

y-0

1

Aug-0

1

No

v-0

1

Feb-0

2

Ma

y-0

2

Berdasarkan perkemba-

ngan perekonomian yang masih

lesu dan belum pulih sepenuhnya,

Pemerintah Inggris memperkirakan

pertumbuhan ekonomi akan

melambat dari 2,2% pada tahun

2001 menjadi sebesar 1,6% pada

tahun 2002 ini. Namun, pada tahun

2003 perekonomian diperkirakan

akan pulih sehingga pertumbuhan

ekonomi akan kembali meningkat

mencapai 2,6%. Sementara itu, laju

inflasi pada tahun 2002 diperkirakan akan sebesar 2,3%, atau masih di bawah target inflasi

Bank of England sebesar 2,5%. Laju inflasi Inggris tahun 2002 jika dihitung berdasarkan standar

perhitungan inflasi European Union akan berkisar pada angka 1,4%.

Dengan memperhatikan laju pertumbuhan ekonomi triwulan I dan II sebesar 1,1% dan

1,5%, serta prediksi pertumbuhan ekonomi tahun 2002 sebesar 1,6%, maka pertumbuhan

ekonomi pada triwulan III dan IV harus melebihi 1,6%. Berdasarkan perkembangan leading

indicator index dan indeks keyakinan konsumen, perkiraan pertumbuhan ekonomi tahun 2002

sebesar 1,6% kemungkinan tercapai. Leading indicator index - yang merupakan sinyal atau

indikasi untuk mengukur tingkat produksi seluruh perekonomian Inggris - menunjukkan

perkembangan yang terus meningkat sejak awal tahun sampai dengan bulan Juni 2002. Indeks

pada akhir tahun 2001 sebesar 114,2, kemudian meningkat mencapai level 116 pada akhir

triwulan I 2002 dan selanjutnya mencapai 117,5 pada akhir triwulan II. Peningkatan indeks ini

diperkirakan akan efektif menjadi peningkatan produksi riil pada periode yang akan datang,

termasuk pada paruh kedua tahun 2002.

Indeks keyakinan konsumen pada triwulan II 2002 juga menunjukkan perkembangan

yang membaik. Setelah sempat jatuh sampai pada level 3 pada triwulan I 2002, indeks keyakinan

konsumen kembali meningkat menjadi 4 pada bulan April 2002 dan menjadi 6 pada bulan Mei

2002. Meningkatnya indeks keyakinan konsumen ini mengindikasikan akan meningkatnya

pengeluaran konsumsi pada periode yang akan datang, sehingga diharapkan penjualan ritel

akan kembali menguat pada paruh kedua 2002.

Indeks Harga Saham FT-SE 100

Page 24: PERKEMBANGAN EKONOMI KEUANGAN DAN … kerjasama ekonomi, moneter, dan keuangan regional, internasional dan kegiatan penelitian. Kerjasama ekonomi, moneter, perdagangan dan keuangan

Perkembangan Ekonomi Dunia18

Dengan meningkatnya indikasi produksi (leading indicator index) dan indikasi

pengeluaran konsumsi (consumer confidence index), serta peningkatan pengeluaran pemerintah

dan membaiknya ekspor - walaupun dikhawatirkan akan terganggu oleh apresiasi pound ster-

ling - diharapkan pertumbuhan ekonomi pada triwulan III dan IV tahun 2002 akan lebih tinggi

dibandingkan pertumbuhan triwulan I dan II.

Jepang

Pertumbuhan ekonomi Jepang diperkirakan menurun dari 1,4% (q-o-q) pada triwulan I

2002 menjadi 0.2% (angka sementara) pada triwulan II 2002 psehubungan dengan kondisi

sektor eksternal yaitu ekonomi dunia yang lesu maupun kondisi internal antara lain masalah

non performing loan dan tingginya utang pemerintah. Usaha bank untuk menanggulangi non

performing loan juga dikhawatirkan akan menekan konsumsi karena akan menambah jumlah

perusahaan yang bangkrut, sehingga pengangguran meningkat. Konsumsi juga diperkirakan

akan menurun sehubungan dengan kebijakan beberapa pabrik untuk mengurangi biaya dengan

melakukan PHK.

Tingkat pengangguran di Jepang meningkat pada bulan Mei menjadi 5.4% lebih tinggi

dari bulan sebelumnya sebesar 5.2%. Demikian juga pada bulan Juni tingkat pengangguran

Jepang masih tetap pada level 5.4%. Perusahaan Jepang cenderung untuk mempekerjakan

karyawan secara part time karena akan lebih menghemat biaya. Dari sisi pekerja, dengan

penghasilan yang diperoleh dari part time job berarti akan menurunkan daya beli, karena

penghasilan yang mereka peroleh lebih kecil.

Dari sisi harga dilaporkan indeks harga konsumen dalam triwulan pertama maupun

kedua masih mengalami deflasi. Pada triwulan pertama deflasi berturut-turut sebesar 1.4%,

1.6% dan 1.2%, sedangkan pada triwulan kedua kembali mengalami deflasi sebesar 1.1%,

0.9% dan 0.7%. Lemahnya konsumsi dalam negeri telah mendorong perusahaan untuk

menurunkan harga jual produknya. Mc Donalds, penjual hamburger terbesar, disebutkan

menurunkan harga burgernya hingga 26%, sedangkan Compaq perusahaan pembuat komputer

menurunkan harga desk top-nya hingga 10%. Matshusita Electric Industrial Co. menurunkan

harga DVD player-nya hingga 12.5%, demikian juga beberapa perusahan seperti Nintendo,

Sony Corp dan Microsoft Corp. yang masing-masing menurunkan harga jual produknya.

Perusahaan terpaksa melakukan pemotongan harga jual produknya untuk menarik minat belanja

Page 25: PERKEMBANGAN EKONOMI KEUANGAN DAN … kerjasama ekonomi, moneter, dan keuangan regional, internasional dan kegiatan penelitian. Kerjasama ekonomi, moneter, perdagangan dan keuangan

Perkembangan Ekonomi Dunia 19

-2

-1.5

-1

-0.5

0

0.5

1

1.5

2

2.5

3

Au

g-9

6

De

c-9

6

Ap

r-97

Au

g-9

7

De

c-9

7

Ap

r-98

Au

g-9

8

De

c-9

8

Ap

r-99

Au

g-9

9

De

c-9

9

Ap

r-00

Au

g-0

0

De

c-0

0

Ap

r-01

Au

g-0

1

De

c-0

1

Ap

r-02

-4

-3

-2

-1

0

1

2

3

Sep-8

7

Sep-8

8

Sep-8

9

Sep-9

0

Sep-9

1

Sep-9

2

Sep-9

3

Sep-9

4

Sep-9

5

Sep-9

6

Sep-9

7

Sep-9

8

Sep-9

9

Sep-0

0

Sep-0

1

konsumen yang masih lemah se-

hubungan dengan pengangguran

dan menurunnya pendapatan.

Sementara itu kebijakan

Bank Sentral Jepang (Bank of Ja-

pan) untuk menahan laju deflasi

dengan mempertahankan suku

bunga yang mendekati nol persen

dan memompa dana hingga

triliunan yen, belum menunjukkan

hasilnya. BOJ ingin mengeliminasi

deflasi karena turunnya harga akan

menggerogoti laba perusahaan dan

menyebabkan perusahaan ke-

sulitan untuk membayar hutang.

Tujuh bank terbesar di Jepang saat

ini masih mengalami kesulitan

mengatasi kredit bermasalah

sebesar 26.8 trilliun Yen (USD230

billion), yang menyebabkan mereka

menunda mengeluarkan kredit, dan

dampak selanjutnya ekonomi

Jepang kesulitan memperoleh dana yang diperlukan untuk pertumbuhan ekonomi.

Dari sektor eksternal dilaporkan bahwa dalam bulan Mei surplus neraca transaksi

berjalan meningkat sehubungan dengan peningkatan ekspor. Surplus neraca transaksi berjalan,

yang merupakan pengukur perdagangan yang paling luas karena meliputi investasi dan jasa-

jasa, meningkat menjadi 1.28 trilion yen pada bulan Mei dari 1.16 trilion yen pada bulan April.

Perekonomian Jepang sangat tergantung pada permintaan luar negeri sebagai motor bagi

pemulihan ekonominya karena permintaan dalam negerinya masih lemah dan diperkirakan

masih akan lemah untuk beberapa tahun kedepan. Ketergantungan Jepang yang sangat tinggi

terhadap pasar luar negeri, khususnya Amerika Serikat, sangat beresiko bagi pertumbuhan

ekonomi, karena saat ini perkembangan ekonomi di AS sedang rawan. Selain itu menguatnya

Grafik Inflasi Jepang (%)

Grafik PDB Jepang (%)

Page 26: PERKEMBANGAN EKONOMI KEUANGAN DAN … kerjasama ekonomi, moneter, dan keuangan regional, internasional dan kegiatan penelitian. Kerjasama ekonomi, moneter, perdagangan dan keuangan

Perkembangan Ekonomi Dunia20

3

3.5

4

4.5

5

5.5

6

Aug-9

6

Dec-9

6

Apr-9

7

Aug-9

7

Dec-9

7

Apr-9

8

Aug-9

8

Dec-9

8

Apr-9

9

Aug-9

9

Dec-9

9

Apr-0

0

Aug-0

0

Dec-0

0

Apr-0

1

Aug-0

1

Dec-0

1

Apr-0

2

Yen akan mengancam per-

tumbuhan ekspor maupun profit

perusahaan, sehingga pada

gilirannya akan mengganggu

pertumbuhan ekonomi. Penguatan

Yen juga dikhawatirkan akan

menambah tekanan deflasi.

Pertumbuhan ekonomi

Jepang diperkirakan masih akan

tergantung pada ekspor sebagai

penggerak utama roda per-

ekonomian. Namun demikian

seiring dengan melambatnya

proses pemulihan ekonomi di luar negeri, ekspor diperkirakan juga akan tumbuh melambat.

Selanjutnya melambatnya ekspor akan mempengaruhi produksi industri yang diperkirakan juga

akan tumbuh perlahan dengan sedikit fluktuasi dalam perjalanannya. Sementara itu berkaitan

dengan permintaan domestik, investasi publik di proyeksikan menurun, sedangkan permintaan

swasta dalam waktu dekat diperkirakan masih lemah. Apabila peningkatan ekspor dan produksi

industri dapat dipertahankan, maka diharapkan akan dapat memberikan dampak positif bagi

permintaan domestik.

PEREKONOMIAN NEGARA-NEGARA ASIA (NON-JEPANG)

C i n a

Perekonomian Cina pada triwulan II tahun 2002 tumbuh sebesar 8% (yoy) yang

merupakan pertumbuhan tertinggi sejak triwulan I tahun 2001. Pada triwulan sebelumnya laju

pertumbuhan PDB (current price) hanya mencapai 7,6%. Pertumbuhan yang tinggi tersebut

terutama didorong oleh meningkatnya ekspor dan government spending.

Ekspor yang kontribusinya mencapai 20% dari total perekonomian Cina, sepanjang

triwulan I tahun 2002 ekspor meningkat cukup tinggi yaitu mencapai 17,8% dibandingkan triwulan

II tahun sebelumnya, menjadi USD77,3 miliar. Meningkatnya ekspor didorong oleh semakin

murahnya harga barang-barang di Cina berkaitan dengan deflasi yang terjadi sejak bulan

Grafik Tingkat Pengangguran Jepang (%)

Page 27: PERKEMBANGAN EKONOMI KEUANGAN DAN … kerjasama ekonomi, moneter, dan keuangan regional, internasional dan kegiatan penelitian. Kerjasama ekonomi, moneter, perdagangan dan keuangan

Perkembangan Ekonomi Dunia 21

-2.50

-2.00

-1.50

-1.00

-0.50

0.00

0.50

1.00

1.50

2.00

Fe

b-9

8

Ma

y-9

8

Au

g-9

8

No

v-9

8

Fe

b-9

9

Ma

y-9

9

Au

g-9

9

No

v-9

9

Fe

b-0

0

Ma

y-0

0

Au

g-0

0

No

v-0

0

Fe

b-0

1

Ma

y-0

1

Au

g-0

1

No

v-0

1

Fe

b-0

2

Ma

y-0

2

5.50

6.00

6.50

7.00

7.50

8.00

8.50

9.00

9.50

10.00

Jun-9

6

Sep-9

6

Dec-9

6

Mar-

97

Jun-9

7

Sep-9

7

Dec-9

7

Mar-

98

Jun-9

8

Sep-9

8

Dec-9

8

Mar-

99

Jun-9

9

Sep-9

9

Dec-9

9

Mar-

00

Jun-0

0

Sep-0

0

Dec-0

0

Mar-

01

Jun-0

1

Sep-0

1

Dec-0

1

Mar-

02

Jun-0

2

November 2001. Disamping itu,

bergabungnya China ke dalam

WTO juga memberikan dampak

positif terhadap meningkatnya

perdagangan internasional negara

tersebut, namun tidak terbatas

pada peningkatan ekspor saja.

Impor Cina pada triwulan II juga

meningkat walaupun dengan laju

pertumbuhan yang lebih rendah,

yaitu sebesar 15,1% (yoy) menjadi

USD71,3 miliar. Hal ini pada

akhirnya meningkatkan surplus

neraca perdagangan secara signifikan sebesar 62% (yoy).

Pengeluaran pemerintah merupakan crucial factor dalam mendorong pertumbuhan

ekonomi China. Pertama, pengeluaran pemerintah bermanfaat untuk mendorong kegiatan

perekonomian yang tengah mengalami kelesuan. Kedua, pengeluaran pemerintah ditujukan

untuk mendorong perekonomian agar dapat tumbuh di atas 7% untuk menyerap tambahan

tenaga kerja baru yang setiap tahunnya mencapai 8 juta orang. Sepanjang semester I tahun

ini, pengeluaran pemerintah

meningkat sebesar 24,4%, atau

merupakan peningkatan tertinggi

dalam 8 tahun terakhir. Pening-

katan pengeluaran pemerintah

terutama dimanfaatkan untuk

pembangunan jalan raya, airport

dan infrastruktur lainnya.

Angka penjualan retail juga

masih mampu tumbuh yaitu

sebesar 8,2% (yoy) pada bulan

April dan sebesar 9,3% pada bulan

Mei 2002, walaupun kondisi pasar

Grafik PDB Cina (%)

Grafik Inflasi Cina (%)

Page 28: PERKEMBANGAN EKONOMI KEUANGAN DAN … kerjasama ekonomi, moneter, dan keuangan regional, internasional dan kegiatan penelitian. Kerjasama ekonomi, moneter, perdagangan dan keuangan

Perkembangan Ekonomi Dunia22

8.2740

8.2750

8.2760

8.2770

8.2780

8.2790

8.2800

8.2810

Fe

b-9

8

Ma

y-9

8

Au

g-9

8

No

v-9

8

Fe

b-9

9

Ma

y-9

9

Au

g-9

9

No

v-9

9

Fe

b-0

0

Ma

y-0

0

Au

g-0

0

No

v-0

0

Fe

b-0

1

Ma

y-0

1

Au

g-0

1

No

v-0

1

Fe

b-0

2

Ma

y-0

2

domestik masih lesu. Lesunya

pasar domestik tercermin pada

terjadinya deflasi dan turunnya

indeks keyakinan konsumen yang

kembali menurun pada triwulan II.

Perkembangan harga barang-

barang konsumen di Cina masih

terus menunjukkan penurunan

dimana per Mei 2002 tercatat

deflasi sebesar 1,1%, atau lebih

tinggi dibandingkan deflasi pada

akhir triwulan I sebesar 0,8%.

Sementara itu, indeks keyakinan

konsumen yang sempat naik mencapai level 97,2 pada triwulan I, menurun menjadi 97,1 pada

bulan April dan Mei.

Lesunya perekonomian Cina tidak terlepas dari dampak global economic slowdown

yang mengakibatkan turunnya permintaan atas produk dari Cina dan lebih jauh lagi akan

meningkatkan tingkat pengangguran. Untuk mengantisipasi hal tersebut masyarakat lebih

memilih untuk mengurangi konsumsi dan meningkatkan tabungan. Tabungan rumah tangga

pada bulan Juni 2002 meningkat cukup tinggi sebesar 16,7% menjadi 8,17 triliun renmimbi.

Meningkatnya tabungan tersebut secara langsung meningkatkan jumlah uang beredar M1 dan

M2, masing-masing sebesar 12,76% (yoy) dan 14,68%. Peningkatan tersebut lebih tinggi

dibandingkan dengan peningkatan M0 yang hanya sebesar 8,28% (yoy) pada periode yang

sama.

Namun, walaupun perekonomian masih lesu pada triwulan II, masyarakat masih optimis

bahwa perekonomian akan segera membaik yang tercermin pada meningkatnya indeks

ekspektasi konsumen. Indeks sedikit meningkat dari 97,2 pada akhir triwulan I menjadi 97,3

pada bulan Mei 2002. Indikasi lain yang juga menunjukkan arah perbaikan adalah kembali

bergairahnya pasar modal. Indeks harga saham komposit di bursa saham Shanghai dan

Shenzen mengalami peningkatan sepanjang triwulan II ini. Indeks harga saham di bursa Shang-

hai meningkat sebesar 8% menjadi 1372,76, sementara di bursa Shenzen meningkat 8,7%

menjadi 507,00.

Perkembangan Nilai Tukar Renmimbi(Renmimbi/US$)

Page 29: PERKEMBANGAN EKONOMI KEUANGAN DAN … kerjasama ekonomi, moneter, dan keuangan regional, internasional dan kegiatan penelitian. Kerjasama ekonomi, moneter, perdagangan dan keuangan

Perkembangan Ekonomi Dunia 23

Feb-9

8

May-9

8

Aug-9

8

Nov-9

8

Feb-9

9

May-9

9

Aug-9

9

Nov-9

9

Feb-0

0

May-0

0

Aug-0

0

Nov-0

0

Feb-0

1

May-0

1

Aug-0

1

Nov-0

1

Feb-0

2

May-0

2

-

500

1,000

1,500

2,000

2,500

Shenzen Shanghai

Perkembangan Harga Saham Gabungandi Bursa Shanghai dan Senzen

Perkembangan nilai tukar

renmimbi yang di-peg terhadap US

dollar relatif tetap stabil pada level

8,277 renmimbi per US dollar.

Sepanjang triwulan II, renmimbi

hanya bergeser dari 8,2774

renmimbi/USD pada akhir triwulan

I menjadi 8,2771 renmimbi/USD

pada akhir triwulan II. Stabilitas nilai

tukar renmimbi didukung oleh

cadangan devisa yang sangat

besar - mencapai USD238 miliar -

dan surplus neraca perdagangan.

Berkaitan dengan outlook perekonomian China, pada tahun 2002 perekonomian

diperkirakan akan mampu tumbuh sebesar 7,6% dan sebesar 7,7% pada tahun 2003.

Pertumbuhan ekonomi tersebut, terutama tahun 2003, diperkirakan akan didorong oleh pulihnya

perekonomian internasional yang akan mendorong ekspor dan produksi sektor industri.

Sementara itu, government spending diperkirakan akan tetap tinggi sampai dengan tahun 2003.

Hong Kong

Perekonomian Hongkong pada triwulan II 2002 belum menunjukkan perkembangan

yang menggembirakan dan diperkirakan masih akan mengalami kontraksi. Kontraksi ini

disebabkan antara lain oleh tingginya tingkat pengangguran dan menurunnya permintaan glo-

bal, yang merupakan salah satu faktor yang diharapkan dapat mendorong pertumbuhan

ekonomi.

Secara keseluruhan, kondisi perekonomian Hongkong pada triwulan II 2002 ditandai

dengan menurunnya ekspor dan impor, meningkatnya tingkat pengangguran dan menurunnya

penjualan ritel. Di sisi eksternal, setelah sempat mengalami peningkatan sebesar 2.5% di bulan

April, ekspor Hongkong kembali menurun sebesar 1.8% menjadi sebesar HK$125.9 miliar di

bulan Mei 2002. Penurunan ini disebabkan oleh berkurangnya permintaan dari luar negeri,

terutama dari Eropa dan Amerika Serikat yang diharapkan dapat mendorong peningkatan ekspor

Page 30: PERKEMBANGAN EKONOMI KEUANGAN DAN … kerjasama ekonomi, moneter, dan keuangan regional, internasional dan kegiatan penelitian. Kerjasama ekonomi, moneter, perdagangan dan keuangan

Perkembangan Ekonomi Dunia24

Hongkong. Hal ini menunjukkan

bahwa rebound yang diharapkan

terjadi pada permintaan global

akan membutuhkan waktu yang

lebih lama daripada yang

diharapkan. Selain itu, impor juga

mengalami penurunan sebesar

2,15%(y-o-y) di bulan Mei menjadi

sebesar HK$ 133.3 miliar. Namun

demikian, penurunan ekspor dan

impor ini menyebabkan defisit

perdagangan menurun menjadi

sebesar HK$7.4 miliar diban-

dingkan HK$8 miliar pada tahun sebelumnya.

Di sisi harga, tingkat inflasi masih menunjukkan kecenderungan menurun pada triwulan

II 2002. Angka bulan Juni menunjukkan deflasi sebesar 3,2%, setelah bulan Mei mengalami

deflasi sebesar 3,1%. Faktor yang menyebabkan terjadinya deflasi yang berkelanjutan adalah

tingginya tingkat pengangguran yang mencapai 7.7% di bulan Juni 2002. Banyaknya

perusahaan, terutama di sektor industri, restoran dan properti yang mem-PHK karyawannya

untuk mengurangi biaya operasional serta disusul dengan terjadinya pemindahan tempat usaha

ke Cina, dimana biayanya lebih murah dan upah tenaga kerja lebih rendah menyebabkan

tingkat pengangguran di Hongkong meningkat pesat. Hal ini mendorong masyarakat untuk

mengurangi konsumsi yang berakibat pada penurunan penjualan ritel dan penurunan harga.

Penjualan ritel turun sebesar 5.9% menjadi HK$15.5 miliar dan diperkirakan penjualan ritel ini

masih akan stagnan mengingat untuk beberapa bulan ke depan tingkat pengangguran masih

akan tinggi.

Sementara itu cadangan devisa Hong Kong pada bulan Juni meningkat sebesar 0.99%

di banding posisi pada bulan Mei 2002 menjadi $112.4 miliar. Cadangan devisa tersebut telah

meningkat dari $89.6 miliar pada tahun 1998, ketika negara-negara di Asia mengalami krisis.

Di pihak lain, tingkat suku bunga base rate tidak berubah sejak diumumkan terakhir pada

bulan Desember 2001, yaitu sebesar 3.25%. Sementara nilai tukar HK$ diperdagangkan pada

level HK$ 7,799.

Grafik PDB dan Inflasi Hong Kong (%)

-10

-5

0

5

10

15

20

PD

B

PDB Inflasi

PD

B Infla

si

PDB Inflasi

Sep-9

6

Des-9

6

Mar-9

7

Jun-9

7

Sep-9

7

Des-9

7

Mar-9

8

Jun-9

8

Sep-9

8

Des-9

8

Sep-9

9

Des-9

9

Mar-0

0

Jun-0

0

Sep-0

0

Des-0

0

Mar-0

1

Jun-0

1

Sep-0

1

Des-0

1

Mar-9

9

Jun-9

9

Mar-0

2

Page 31: PERKEMBANGAN EKONOMI KEUANGAN DAN … kerjasama ekonomi, moneter, dan keuangan regional, internasional dan kegiatan penelitian. Kerjasama ekonomi, moneter, perdagangan dan keuangan

Perkembangan Ekonomi Dunia 25

4

4.5

5

5.5

6

6.5

7

7.5

8

Ju

l-99

Oct-9

9

Ja

n-0

0

Ap

r-00

Ju

l-00

Oct-0

0

Ja

n-0

1

Ap

r-01

Ju

l-01

Oct-0

1

Ja

n-0

2

Ap

r-02

Sejalan dengan melambat-

nya pemulihan ekonomi global,

pemerintah Hongkong mem-

perkirakan pertumbuhan ekonomi

tahun 2002 akan mencapai 1%.

Tingginya tingkat pengangguran

dan lemahnya permintaan ekspor

dari Amerika Serikat diperkirakan

masih menjadi faktor yang dapat

menghambat pertumbuhan eko-

nomi Hongkong. Selain itu, tingkat

pengangguran yang mencapai

7.7% pada bulan Juni diperkirakan

akan tetap tinggi pada triwulan berikutnya dan secara rata-rata tingkat pengangguran selama

tahun 2002 dapat mencapai 7.1%. Disisi eksternal, pertumbuhan ekspor diperkirakan akan

mencapai 2.3% sedangkan impor akan meningkat sebesar 0.9% di tahun 2002.

Hongkong merupakan salah satu negara yang dapat bertahan dari serangan krisis

keuangan yang melanda negara-negara Asia pada tahun 1998. Walaupun demikian, bukan

berarti Hongkong telah terbebas dari ancaman krisis. Situasi perekonomian dunia yang belum

menunjukkan tanda-tanda perbaikan dan sistem ekonomi ‘highly open economy’ yang dianut

oleh Hongkong, dapat menjadikan Hongkong sebagai sasaran dari ‘successive cyclical shocks’

sehingga dapat memperburuk kondisi perekonomian di Hongkong. Hal ini dapat dilihat pada

saat permintaan global mengalami penurunan akhir-akhir ini (terutama pasar AS dan Eropa),

perekonomian Hongkong terimbas dengan menurunnya tingkat permintaan ekspor. Hal ini

diperburuk dengan rendahnya permintaan domestik akibat tingginya tingkat pengangguran

yang mendorong berkurangnya tingkat konsumsi dan penurunan harga.

Untuk mencegah terpuruknya perekonomian Hongkong, IMF menyarankan pemerintah

Hongkong untuk memperbaiki defisit anggaran guna memperkuat keuangan publik di jangka

panjang. Selain itu, dalam usahanya memelihara defisit anggaran, pemerintah Hongkong

berencana untuk memotong pembayaran pegawai sipil, menghapus duty free pada tembakau

dan wine di akhir tahun 2002 dan meningkatkan pajak di tahun depan. Pemerintah Hongkong

juga mempertimbangkan kemungkinan untuk meningkatkan pajak pendapatan.

Grafik Tingkat Pengangguran di Hong Kong (%)

Page 32: PERKEMBANGAN EKONOMI KEUANGAN DAN … kerjasama ekonomi, moneter, dan keuangan regional, internasional dan kegiatan penelitian. Kerjasama ekonomi, moneter, perdagangan dan keuangan

Perkembangan Ekonomi Dunia26

-10

-5

0

5

10

15

Mar-9

6

Sep-9

6

Mar-9

7

Sep-9

7

Mar-9

8

Sep-9

8

Mar-9

9

Sep-9

9

Mar-0

0

Sep-0

0

Mar-0

1

Sep-0

1

Mar-0

2

Korea Selatan

Proses perbaikan ekonomi Korea Selatan sampai pertengahan tahun 2002 masih terus

berlanjut, yang disertai dengan terpeliharanya kestabilan inflasi dan neraca transaksi berjalan

yang mengalami peningkatan surplus. Setelah pada triwulan I 2002 pertumbuhan ekonomi

mencapai 1,9% (qoq), pada triwulan II 2002 ekonomi Korea tumbuh lebih lambat sebesar

1,4% (qoq). Pertumbuhan ekonomi Korea banyak disumbang oleh meningkatnya konsumsi,

investasi di bidang konstruksi, serta ekspor.

Konsumsi tumbuh 2% pada triwulan II 2002 lebih rendah dari pada triwulan I sebesar

2.3%. Pertumbuhan konsumsi disumbang oleh peningkatan konsumsi sektor swasta, namun

demikian pada triwulan II agak melambat karena kebijakan bank sentral menaikkan suku bunga

guna menahan laju inflasi. Konsumsi swasta terutama ditujukan pada barang-barang tahan

lama (durable) termasuk kendaraan bermotor, pendingin udara, dan telepon genggam. Belanja

untuk barang-barang tersebut mengalami peningkatan yang tajam sejalan dengan peningkatan

yang tinggi pada pengeluaran yang terkait dengan jasa-jasa. Sementara itu investasi meningkat

0.2% pada triwulan II, jauh lebih rendah dari pada triwulan I. Investasi pada triwulan I terutama

disumbang oleh ekspansi di sektor konstruksi yang mencatat pertumbuhan sebesar 10,1%.

Investasi konstruksi terutama dalam rangka pembangunan perumahan publik termasuk

apartemen dan pusat-pusat belanja. Namun demikian pada triwulan II sektor konstruksi menurun

hingga 2.8% akibat dari tingginya biaya dana (borrowing cost) sehingga menghambat boom

pembelian rumah. Sementara itu

pertumbuhan industri jasa juga

dilaporkan melambat pada triwulan

II menjadi 2.1% dibandingkan

3.2% pada triwulan I.

Pada triwulan I/2002

neraca transaksi berjalan tercatat

mengalami surplus sebesar USD

1,7 miliar, meningkat apabila

dibandingkan triwulan sebelum-

nya. Peningkatan surplus terutama

karena terjadinya surplus pada

transaksi barang meskipun

Grafik PDB Korea Selatan (%)

Page 33: PERKEMBANGAN EKONOMI KEUANGAN DAN … kerjasama ekonomi, moneter, dan keuangan regional, internasional dan kegiatan penelitian. Kerjasama ekonomi, moneter, perdagangan dan keuangan

Perkembangan Ekonomi Dunia 27

transaksi jasa mengalami peningkatan defisit. Pada bulan April 2002, neraca transaksi berjalan

tetap mengalami surplus. Ekspor barang dan jasa secara riil meningkat 2,1% terutama untuk

barang-barang semikonduktor, peralatan komunikasi, dan kendaraan bermotor. Sedangkan

impor barang dan jasa secara riil meningkat 6,3% terutama untuk barang konsumsi. Selanjutnya

pada bulan Mei surplus neraca transaksi berjalan mencapai USD 1 miliar, sedangkan pada

bulan Juni menurun tajam hingga sebesar USD 822.5 juta. Penurunan pada bulan Juni terutama

disebabkan oleh membesarnya defisit neraca jasa karena berkurangnya jumlah wisatawan

Jepang selama penyelenggaraan Piala Dunia 2002. Defisit neraca jasa yang meliputi tarvel,

transportasi dan royalty melebar dari USD 347.2 juta menjadi USD 575.2 juta. Dengan demikian

surplus neraca berjalan pada bulan Juni disumbang oleh neraca perdagangan. Pertumbuhan

ekspor Juni sebesar 1.8% meningkat dari 1.7% bulan sebelumnya.

Laju perkembangan inflasi menunjukkan trend penurunan yang berkelanjutan terutama

sejak paro ke dua tahun 2001. Pada triwulan I 2002 laju inflasi Korea mencapai 1,6%. Laju

inflasi terutama disumbang oleh peningkatan harga pada produk pertanian sebagai akibat

pengaruh faktor musiman, kenaikan harga minyak, dan sewa bangunan. Namun pada bulan

April 2002 laju inflasi terus meningkat sebagai akibat peningkatan harga produk petroleum dan

sewa rumah. Atas dasar year-on-year laju inflasi pada bulan April 2002 mencapai 2,5%,

meningkat pada bulan Mei 2002 mencapai 3,0% dan pada bulan Juni kembali turun menjadi

2,6%. Penurunan inflasi tersebut terutama disebabkan oleh kebijakan bank sentral yang

menaikkan suku bunga pada bulan Mei.

Di sektor moneter, sampai bulan April 2002 Bank of Korea mengambil kebijakan untuk

tetap memelihara suku bunga benchmark yakni call rate target pada tingkat 4,0% sehingga

2000 2 0 0 1 2002

Pertumbuhan Ekonomi Korea Berdasarkan Pengeluaran

I II III IV Tahun I

GDP 9.3 3.7 2.9 1.9 3.7 3.0 5.7

GNP 3.6 0.5 1.3 -0.1 3.4 1.3 7.5

Pengeluaran Konsumsi 6.7 1.2 3.5 4.3 5.6 3.7 8.1

Swasta 7.9 1.5 4.1 4.8 6.6 4.2 8.4

Pemerintah 0.1 -0.7 -0.1 1.0 0.3 0.2 5.5

Pembentukan Modal Tetap Bruto 11.4 -4.1 -4.8 -3.1 4.9 -1.7 6.5

Peralatan 35.3 -8.4 -11.2 -15.7 -3.1 -9.8 3.2

Konstruksi -4.1 1.5 1.1 8.2 10.7 5.8 10.1

Ekspor Barang dan jasa 20.5 9.0 0.7 -4.1 -1.1 1.0 2.1

Impor Barang dan Jasa 20.0 0.2 -7.2 -5.5 1.1 -2.8 6.3

Sumber : Bank of Korea

Page 34: PERKEMBANGAN EKONOMI KEUANGAN DAN … kerjasama ekonomi, moneter, dan keuangan regional, internasional dan kegiatan penelitian. Kerjasama ekonomi, moneter, perdagangan dan keuangan

Perkembangan Ekonomi Dunia28

0

2

4

6

8

10

12

Jan-9

7

Jun-9

7

Nov-9

7

Apr-9

8

Sep-9

8

Feb-9

9

Jul-9

9

Dec-9

9

May-0

0

Oct-0

0

Mar-0

1

Aug-0

1

Jan-0

2

Jun-0

2

Grafik Inflasi Korea Selatan (%)

call rate di pasar uang tetap pada

tingkat yang sama. Namun pada

bulan Mei 2002 call rate di pasar

uang meningkat menjadi 4,25%

karena Bank of Korea menaikkan

target call rate sebesar 25 basis

points. Besaran moneter lainnya

yaitu M2 memperlihatkan kecen-

derungan meningkat dalam

triwulan I 2002 sebagai akibat

ekspansi fiskal dan pemberian

kredit bank ke sektor riil, termasuk

ke rumah tangga dan perusahaan

skala menengah kecil. Namun M2 memperlihatkan penurunan kembali pada bulan April dan

Mei karena banyak pengelola reksa dana (funds) memindahkan dananya dari deposito bank

ke dalam bentuk pembelian “financial debenture” dan karena terjadinya peningkatan dalam

kontraksi (absorpsi) likuiditas oleh pemerintah sehubungan dengan penjualan saham “Korea

Telecommunication” oleh pemerintah. Sementara itu, pertumbuhan M3 mencapai 12,1% lebih

tinggi dari triwulan sebelumnya. Hal ini karena simpanan deposito pada investment trust com-

panies menunjukkan peningkatan. Kebijakan bank sentral untuk menaikkan suku bunga guna

meredam inflasi dapat dicapai seperti terlihat pada angka inflasi Juni yang kembali turun.

Sementara itu surplus anggaran Korea dalam paruh pertama tahun 2002 meningkat

karena tingginya pertumbuhan ekonomi telah meningkatkan pendapatan pajak dan juga

disumbang oleh penjualan saham pemerintah di KT Corp, perusahaan telekomunikasi terbesar

di Korea. Surplus dalam enam bulan pertama 2002 mencapai 16.1 triliun won ($13.6 miliar)

naik 24% dari tahun sebelumnya. Dalam prosentase terhadap GDP surplus tersebut mencapai

2.7% dari GDP. Besarnya surplus tersebut memberikan ruang yang cukup bagi pemerintah

dalam menghadapi kemungkinan pertumbuhan melambat tahun ini.

Singapura

Pada triwulan II 2002 perekonomian Singapura mengalami ekspansi lebih dari yang

diperkirakan, yaitu sebesar 3,9% setelah mengalami kontraksi pada triwulan sebelumnya

Page 35: PERKEMBANGAN EKONOMI KEUANGAN DAN … kerjasama ekonomi, moneter, dan keuangan regional, internasional dan kegiatan penelitian. Kerjasama ekonomi, moneter, perdagangan dan keuangan

Perkembangan Ekonomi Dunia 29

-8

-6

-4

-2

0

2

4

6

8

10

12

Mar-9

9

May-9

9

Jul-9

9

Sep-9

9

Nov-9

9

Jan-0

0

Mar-0

0

May-0

0

Jul-0

0

Sep-0

0

Nov-0

0

Jan-0

1

Mar-0

1

May-0

1

Jul-0

1

Sep-0

1

Nov-0

1

Jan-0

2

Mar-0

2

May-0

2

(sebesar –1,5%), dipicu oleh

keuntungan yang diperoleh dari

industri kimia yang dipergunakan

untuk pembuatan barang elek-

tronika dan farmasi, menandai

pemulihan yang lebih cepat pada

perekonomian di Asia terutama

yang berbasis pada ekspor.

Kenaikan ekspor industri kimia

mengimbangi melambatnya

permintaan akan barang-barang

elektronik, karena menurunnya

permintaan dari Amerika sebagai

konsumen terbesar. Permintaan Amerika untuk durable goods seperti komputer, mesin dan

logam menurun dalam tujuh bulan terakhir dan pada bulan Juni jatuh sebesar 3,8%. Menguatnya

dollar Singapura juga dilaporkan memberikan dampak yang kompetitif bagi sektor ekspor.

Industri manufaktur yang menyumbang 30% pada perekonomian Singapura, mengalami

ekspansi pada triwulan kedua sebesar 7,5% (yoy) setelah mengalami penurunan sebesar 4,4%

pada triwulan pertama. Industri manufaktur diperkirakan akan mengalami ekspansi 9,5% tahun

ini setelah mengalami penurunan 11,6% di tahun 2001.

Perekonomian Singapura diperkirakan akan pulih tahun 2002 karena ekspor

semikonduktor dan elektronika membaik pada triwulan keempat, dibantu dengan pertumbuhan

permintaan dan kebijakan nilai tukar yang lebih kondusif. GDP akan tumbuh antara 3-4% tahun

ini setelah mengalami kontraksi sebesar 2% pada tahun 2001.

Dari sisi eksternal, ekspor dilaporkan turun 7,9% dalam semester I 2002 dan

kemungkinan akan tumbuh 4% selama tahun 2002. Ekspor elektronik turun 9,6% pada bulan

Juni (yoy), sedangkan ekspor semikonduktor sebagai ekspor terbesar Singapura turun 18,9%.

Sedangkan ekspor non migas pada bulan Juni turun 0,6% dari setahun sebelumnya menjadi

SGD7,75 miliar (USD4,5 miliar). Pada perkiraan sebelumnya ekspor non migas diperkirakan

naik 3%, yang menandakan bahwa pemulihan ekonomi Singapura tidak sekuat yang

diperkirakan.

Grafik PDB Singapura (%)

Page 36: PERKEMBANGAN EKONOMI KEUANGAN DAN … kerjasama ekonomi, moneter, dan keuangan regional, internasional dan kegiatan penelitian. Kerjasama ekonomi, moneter, perdagangan dan keuangan

Perkembangan Ekonomi Dunia30

00.5

11.5

22.5

33.5

44.5

5

Mar-9

9

Jun-9

9

Sep-9

9

Dec-9

9

Mar-0

0

Jun-0

0

Sep-0

0

Dec-0

0

Mar-0

1

Jun-0

1

Sep-0

1

Dec-0

1

Mar-0

2

-1.5

-1

-0.5

0

0.5

1

1.5

2

2.5

Jan-0

0

Mar-0

0

May-0

0

Jul-0

0

Sep-0

0

Nov-0

0

Jan-0

1

Mar-0

1

May-0

1

Jul-0

1

Sep-0

1

Nov-0

1

Jan-0

2

Mar-0

2

May-0

2

IHK pada bulan Juni me-

ningkat untuk pertama kalinya

dalam delapan bulan, naik 0,1%

dari tahun sebelumnya, setelah

pada bulan Mei mengalami penuru-

nan sebesar 0.3%. Selama bulan

Juni IHK diperkirakan negatif aki-

bat menguatnya dollar Singapura,

dan melemahnya permintaan

domestik. Menguatnya Dollar

Singapura mengakibatkan import

inflation akan rendah dan dengan

lemahnya permintaan domestik

serta dicanangkannya promosi belanja tahunan di Singapura pada bulan Juni, maka diperkirakan

IHK akan tetap negatif. Kenaikan inflasi lebih disebabkan oleh tekanan administered price,

seperti akan adanya kenaikan biaya transportasi dan listrik pada bulan Juli, sehingga mendorong

terjadinya penyesuaian harga. Di sisi lain, IHK juga dipicu oleh naiknya biaya perawatan

kesehatan dan pendidikan. Untuk tahun 2002 IHK diperkirakan akan turun 0.2%.

Angka pengangguran pada bulan Juni turun menjadi 4,1% (seasonally adjusted), setelah

pada triwulan sebelumnya mencapai 4,5%. Penciptaan lapangan kerja meskipun membaik,

masih belum cukup menyerap

tenaga kerja baru, sehingga pada

semester kedua tahun ini

diperkirakan pengangguran akan

meningkat menjadi 5,5%.

Perkembangan ekonomi

dalam triwulan kedua kemungkinan

tidak akan mendorong bank sentral

untuk mengetatkan kebijakan

moneter. Penurunan IHK yang

berlangsung beberapa bulan

terakhir menunjukkan bahwa bank

Grafik Inflasi Singapura (%)

Grafik Tingkat Pengangguran Singapura (%)

Page 37: PERKEMBANGAN EKONOMI KEUANGAN DAN … kerjasama ekonomi, moneter, dan keuangan regional, internasional dan kegiatan penelitian. Kerjasama ekonomi, moneter, perdagangan dan keuangan

Perkembangan Ekonomi Dunia 31

-6

-4

-2

0

2

4

6

8

10

Mar-9

6

Jul-9

6

Nov-9

6

Mar-9

7

Jul-9

7

Nov-9

7

Mar-9

8

Jul-9

8

Nov-9

8

Mar-9

9

Jul-9

9

Nov-9

9

Mar-0

0

Jul-0

0

Nov-0

0

Mar-0

1

Jul-0

1

Nov-0

1

Mar-0

2

sentral mempertahankan kebijakan yang netral untuk mendorong ekspor tanpa khawatir akan

terjadi inflasi. MAS akan terus mempertahankan kebijakan neutral exchange rate untuk

mendukung ekspor pada triwulan mendatang.

Pemerintah Singapura menandatangani perjanjian untuk memperoleh pembebasan

pajak atas ekspor singapura ke empat negara European Free Trade Area (Iceland, Norway,

Switzerland dan Liechtenstein). Singapura merupakan negara Asia pertama yang mengadakan

perjanjian dengan Eropa dalam hal perdagangan bebas. Bagi Singapura perjanjian tersebut

akan menguntungkan bagi eksportir elektronik dan kimia yang sedang berupaya untuk

memperluas pangsa pasarnya. Sebagai kompensasi terhadap zero import tariff komoditas

ekspornya, Singapura berjanji untuk membuka usaha jasa bagi investor dari keempat negara

tersebut, termasuk jasa keuangan dan tenaga professional.

Taiwan

Perekonomian Taiwan tumbuh sebesar 0,9% pada triwulan pertama, setelah turun

sebesar 1,9% pada triwulan keempat 2001. Membaiknya kembali permintaan dunia akan barang-

barang elektronik membantu perekonomian Taiwan mengalami ekspansi mengakhiri resesi

ekonomi Taiwan sembilan bulan terakhir.

Dari sisi eksternal dilaporkan, order ekspor hanya tumbuh sebesar 11% dibandingkan

bulan Mei sebesar 14,3%. Ekspor diharapkan dapat membantu memenuhi prediksi pertumbuhan

ekonomi Taiwan untuk tahun 2002

sebesar 2,6% setelah pada tahun

sebelumnya hanya tumbuh se-

besar 1,9%. Ekspor ke China

daratan membantu mengimbangi

melambatnya permintaan dari

Amerika. Order dari Hong Kong

naik 29,8% pada bulan Juni (yoy).

Kebanyakan ekspor dari Taiwan ke

China adalah melalui Hong Kong,

karena perdagangan dan trans-

portasi langsung bagi kedua negara

tersebut dilarang.

Grafik PDB Taiwan (%)

Page 38: PERKEMBANGAN EKONOMI KEUANGAN DAN … kerjasama ekonomi, moneter, dan keuangan regional, internasional dan kegiatan penelitian. Kerjasama ekonomi, moneter, perdagangan dan keuangan

Perkembangan Ekonomi Dunia32

Pemulihan ekonomi Taiwan tergantung pada permintaan Amerika Serikat sebagai pasar

ekspor terbesar kedua. Order ekspor Taiwan melambat pada bulan Juni karena menurunnya

permintaan Amerika terhadap mobile phone dan barang lainnya. Konsumen Amerika mengurangi

order 1,9% pada bulan Juni (yoy), setelah pada bulan Mei naik sebesar 6,2%. Sementara itu,

Order ekspor dari Eropa dan Jepang, masing-masing meningkat 8,1% dan 15,3% pada bulan

yang sama. Order ekspor untuk peralatan telekomunikasi meningkat 20,3% pada bulan Juni

melambat dibandingkan dengan peningkatan pada bulan Mei sebesar 39,1%. Sementara or-

der untuk barang elektronik meningkat 15,1% setelah pada bulan Mei meningkat sebesar

10,7%. Dalam enam bulan pertama tahun 2002 total order ekspor naik 7,1% dan produksi

meningkat 4,8%, sementara untuk keseluruhan tahun 2002 pemerintah memperkirakan order

ekspor akan tumbuh 7% dan produksi tumbuh 5%.

Ekspor produk elektronik seperti komponen mobile-phone meningkat 39% pada bulan

Juni, sedangkan penjualan mobile-phone dan barang telekomunikasi lainnya meningkat 0,8%.

Dilaporkan bahwa ekspor ke Amerika mengalami penurunan sebesar 0,3% atau sebesar US$2,4

miliar, ke Jepang turun 2% menjadi US$1,1 miliar dan ke Eropa turun 5,5% menjadi US$1,4

miliar. Sementara itu ekspor ke Hong Kong meningkat sebesar 20% menjadi US$2,7 miliar,

menjadikan Hong Kong sebagai negara tujuan ekspor terbesar. Pemerintah Taiwan

memperkirakan ekspor akan tumbuh 3,4% pada tahun 2002. Meningkatnya permintaan dunia

kemungkinan akan membantu perekonomian Taiwan tumbuh sebesar 2,6% pada tahun 2002.

Total ekspor pada bulan Juni meningkat 9% (yoy) menjadi US$11,3 miliar yang

merupakan kenaikan terbesar dalam 15 bulan terakhir. Sementara itu, total impor meningkat

11% (yoy) menjadi US$9,6 miliar yang merupakan kenaikan terbesar sejak November 2000.

Trade surplus untuk Taiwan mencapai US$1,65 miliar menurun dibandingkan bulan yang sama

tahun sebelumnya sebesar US$1,68 miliar.

Surplus transaksi berjalan pada triwulan pertama meningkat menjadi US$7,15 miliar

dari US$4,0 miliar pada periode yang sama tahun sebelumnya. Pada periode tersebut ekspor

turun 7,8% (yoy) menjadi US$29,0 miliar, sedangkan impor turun 16% menjadi US$22,7 miliar,

menyebabkan surplus perdaganganmeningkat menjadi US$6,3 miliar dari US$4,4 miliar pada

periode yang sama tahun sebelumnya. Defisit neraca modal menyempit pada triwulan pertama

menjadi US$21 juta dari US$63 juta dari periode yang sama tahun sebelumnya. Sedangkan

defisit neraca jasa menyempit menjadi US$492 juta dari US$1,3 miliar.

Page 39: PERKEMBANGAN EKONOMI KEUANGAN DAN … kerjasama ekonomi, moneter, dan keuangan regional, internasional dan kegiatan penelitian. Kerjasama ekonomi, moneter, perdagangan dan keuangan

Perkembangan Ekonomi Dunia 33

0.00

1.00

2.00

3.00

4.00

5.00

6.00

Mar-9

9

May-9

9

Jul-9

9

Sep-9

9

Nov-9

9

Jan-0

0

Mar-0

0

May-0

0

Jul-0

0

Sep-0

0

Nov-0

0

Jan-0

1

Mar-0

1

May-0

1

Jul-0

1

Sep-0

1

Nov-0

1

Jan-0

2

Mar-0

2

May-0

2

-3

-2

-1

0

1

2

3

4

5

6

Jan-9

6

Jul-9

6

Jan-9

7

Jul-9

7

Jan-9

8

Jul-9

8

Jan-9

9

Jul-9

9

Jan-0

0

Jul-0

0

Jan-0

1

Jul-0

1

Jan-0

2

Perusahaan-perusahaan di

Taiwan meningkatkan investasi ke

China menjadi 12% (yoy) menjadi

US$328,7 juta di bulan Juni,

sedangkan foreign direct invest-

ment di Taiwan turun lebih dari 2/3

menjadi US$205,3 juta.

Perusahaan-perusahaan tersebut

mengambil keuntungan dari

melonggarnya peraturan investasi

dan memanfaatkan lebih

rendahnya upah dan biaya produksi

di China.

IHK pada bulan Juni meningkat sebesar 0,1%, setelah pada bulan Mei mengalami

pertumbuhan negatif sebesar 0,3%. Naiknya harga-harga lebih disebabkan pada pengaruh

musim hujan yang membatasi supply bahan makanan. Harga makanan dan minuman yang

menyumbang _ angka IHK naik 0,8% di bulan Juni dari bulan sebelumnya. Sementara itu,

pada bulan Juni IHPB turun 0,8% dari bulan Mei, atau turun 1,3% dari bulan yang sama tahun

sebelumnya. Prediksi inflasi untuk tahun 2002 akan meningkat sebesar 0,6% lebih tinggi dari

yang diperkirakan sebelumnya

sebesar 0,4%.

Angka pengangguran tidak

berubah dari bulan Mei sebesar

5,2%. Angka pengangguran

tertinggi terjadi pada bulan Januari

yaitu sebesar 5,4%. Sedangkan

angka pengangguran terendah

terjadi pada pertengahan tahun

1998 yaitu sebesar 2,7%, dan

belum pernah kembali lagi ke

angka tersebut, karena banyak

perusahaan yang memindahkan

Grafik Inflasi Taiwan (%)

Grafik T ingkat Pengangguran T aiwan (%)

Page 40: PERKEMBANGAN EKONOMI KEUANGAN DAN … kerjasama ekonomi, moneter, dan keuangan regional, internasional dan kegiatan penelitian. Kerjasama ekonomi, moneter, perdagangan dan keuangan

Perkembangan Ekonomi Dunia34

pabriknya ke China untuk mendapatkan keuntungan dari biaya produksi yang rendah. Selama

tahun 2002 angka pengangguran diperkirakan sebesar 5%. Masuknya Taiwan ke dalam WTO

awal tahun ini menurunkan pasar tenaga kerja karena perusahaan-perusahaan melakukan

merger dan mengurangi tenaga kerja dalam menghadapi lebih ketatnya persaingan dengan

asing. Dilaporkan pada bulan Juni 509.000 orang keluar dari pekerjaannya (232.000 di antaranya

keluar karena tutupnya perusahaan), di bulan Mei 499.000 orang (234.000 di antatanya keluar

karena tutupnya perusahaan), dan pada bulan April 495.000 orang (250.000 di antaranya keluar

karena tutupnya perusahaan).

Pertumbuhan money supply melambat pada bulan Juni karena lending dan investment

menurun dan investor lebih memilih menanamkan dananya pada bond mutual funds daripada

menyimpan di bank. M2 (currency in circulation + ckecking and saving account deposit + money

market funds) meningkat 3,75% (yoy) dibandingkan pertumbuhan sebesar 4,3% pada bulan

Mei. M1B (yang mengeluarkan time deposit dan foreign currency deposit dari M2) meningkat

20,4% (yoy) setelah tumbuh 20,8% di bulan Mei. Sedangkan M1A (net currency in circulation +

checking account + passbook deposit) meningkat 10,9% lebih cepat dari pertumbuhan di bulan

mei sebesar 8,9%.

Bank sentral Taiwan menurunkan rediscount rate bagi commercial lender untuk 10-day

loans yang mencapai rekor terendah pada tingkat 1,875%. Penurunan tersebut lebih besar

dari yang diperkirakan oleh para ekonom, dilakukan sebagai upaya untuk menghentikan TWD

yang mengalami apresiasi terlalu cepat. Untuk meredam oversupply US$ di local currency

market, Bank sentral Taiwan menurunkan reserve requirement deposito valas bagi commer-

cial lenders’ sebesar 0,125% dari 2,5%.

Malaysia

Perkonomian Malaysia sepanjang tahun 2002 diperkirakan akan tumbuh sebesar 4,5%

membaik dari pertumbuhan tahun sebelumnya. Indikasi membaiknya pertumbuhan ekonomi

tersebut mulai nampak pada triwulan I 2002 yang mencatat pertumbuhan ekonomi sebesar

1%. Membaiknya pertumbuhan ekonomi tersebut diperkirakan masih akan berlanjut pada

triwulan II 2002, yang ditandai dengan membaiknya kinerja ekspor. Optimisme tersebut didorong

oleh membaiknya permintaan poduk ekspor oleh Amerika Serikat sejalan dengan membaiknya

perekonomian negara tersebut.

Page 41: PERKEMBANGAN EKONOMI KEUANGAN DAN … kerjasama ekonomi, moneter, dan keuangan regional, internasional dan kegiatan penelitian. Kerjasama ekonomi, moneter, perdagangan dan keuangan

Perkembangan Ekonomi Dunia 35

0

1

2

3

4

5

6

7

Jan-9

6

Jul-9

6

Jan-9

7

Jul-9

7

Jan-9

8

Jul-9

8

Jan-9

9

Jul-9

9

Jan-0

0

Jul-0

0

Jan-0

1

Jul-0

1

Jan-0

2

-15

-10

-5

0

5

10

15

Mar-9

6

Jul-9

6

Nov-9

6

Mar-9

7

Jul-9

7

Nov-9

7

Mar-9

8

Jul-9

8

Nov-9

8

Mar-9

9

Jul-9

9

Nov-9

9

Mar-0

0

Jul-0

0

Nov-0

0

Mar-0

1

Jul-0

1

Nov-0

1

Mar-0

2

Laju inflasi Malaysia di pada

triwulan II 2002 diperkirakan akan

mengalami kenaikan cukup

signifikan. Kondisi tersebut di-

tunjukkan dengan meningkatnya

indeks harga konsumen di Malay-

sia sebesar 1.7% pada periode

Januari - Juni 2002. Sementara itu,

pada akhir triwulan II 2002 IHK

Malaysia meningkat 0,1% yaitu dari

103,3 di bulan Mei ke 103,4.

Kenaikan IHK tersebut terutama

didorong oleh kenaikan indeks

harga bahan pangan sebesar 0,4%, jasa pelayanan kesehatan sebesar 0,2%, dan indeks

harga aneka barang dan jasa sebesar 0,2%. Kenaikan indeks harga beebrapa jenis barang

dan jasa tersebut lebih dominan dibandingkan dampak turunnya harga sandang (-0,2%),

furniture dan peralatan rumah tangga (-0,1%).

Ekspor Malaysia ke pasaran dunia mengalami peningkatan yang cukup signifikan

sepanjang triwulan II 2002. Dalam empat bulan pertama tahun 2002, ekspor tercatat naik sebesar

5,8% dari tahun sebelumnya, kenaikan tersebut lebih besar dibandingkan dengan perkiraan

semula sebasar 5,4%. Membaiknya

kinerja ekspor tersebut terus

berlanjut pada triwulan II 2002,

dengan kenaikan sebesar 3,7%

pada bulan Mei. Kenaikan ekspor

lebih besar dari perkiraan tersebut

terutama didorong oleh kenaikan

ekspor produk-produk elektronik ke

Amerika Serikat dan ekspor minyak

dan gas alam ke Jepang. Kenaikan

ekspor Malaysia juga dirorong oleh

meningkatnya daya saing produk-

produk ekspor akibat melemahnya

Grafik PDB Malaysia (%)

Grafik Inflasi Malaysia (%)

Page 42: PERKEMBANGAN EKONOMI KEUANGAN DAN … kerjasama ekonomi, moneter, dan keuangan regional, internasional dan kegiatan penelitian. Kerjasama ekonomi, moneter, perdagangan dan keuangan

Perkembangan Ekonomi Dunia36

Grafik PDB Filipina (%)

-3

-2

-1

0

1

2

3

4

5

6

7

Mar-9

6

Jul-9

6

Nov-9

6

Mar-9

7

Jul-9

7

Nov-9

7

Mar-9

8

Jul-9

8

Nov-9

8

Mar-9

9

Jul-9

9

Nov-9

9

Mar-0

0

Jul-0

0

Nov-0

0

Mar-0

1

Jul-0

1

Nov-0

1

Mar-0

2

nilai tukar ringgit Malaysia. Nilai tukar ringgit di bulan Juni melemah 4,7% terhadap

euro, 3,9% terhadap poundsterling dan 2,6% terhadap yen.

Sementara itu, impor mencatat pertumbuhan sebesar 3,5% lebih rendah dari perkiraan

sebelumnya yaitu 6,2%. Melambatnya pertumbuhan impor bersamaan dengan kenaikan ekspor

tersebut mendorong kenaikan surplus neraca perdagangan Malaysia sebesar 23% ke posisi

25,1 miliar ringgit.

Filipina

Secara keseluruhan perekonomian Filipina pada triwulan II 2002 nampak membaik.

Setelah mengalami pertumbuhan ekonomi di triwulan I 2002 sebesar 3.8% y-o-y, pertumbuhan

ekonomi pada triwulan II 2002 diperkirakan masih tetap positif, walaupun terjadi kenaikan inflasi

dan pertumbuhan ekspor yang sedikit melambat. Selain itu, impor juga meningkat walaupun

dengan laju yang melambat. Adapun tingkat pengangguran menunjukkan peningkatan di bulan

April 2002.

Perekonomian Filipina pada triwulan II 2002 ditandai dengan meningkatnya, ekspor

dan impor, terjadinya trade surplus serta peningkatan keyakinan konsumen. Hal tersebut

mendorong perekonomian tumbuh sebesar 3.8%. Disisi lain, tingkat pengangguran mencapai

13.90% di triwulan II, meningkat dari triwulan sebelumnya yang mencapai 10.30%. Sementara

itu, disisi eksternal ekspor meningkat sebesar 12% di bulan Mei sedangkan impor meningkat

sebesar 2.9% (y-o-y) hingga

mencapai USD2.8 miliar. Ekspor

Filipina diperkirakan masih akan

meningkat sejalan dengan adanya

tanda-tanda pemulihan ekonomi di

Amerika Serikat, yang merupakan

pasar terbesar untuk ekspor

Filipina. Walaupun demikian, nilai

ekspor dan impor diperkiranan

akan meningkat dengan laju yang

melambat, seiring dengan lam-

batnya pertumbuhan ekonomi di

Amerika Serikat dan dunia.

Page 43: PERKEMBANGAN EKONOMI KEUANGAN DAN … kerjasama ekonomi, moneter, dan keuangan regional, internasional dan kegiatan penelitian. Kerjasama ekonomi, moneter, perdagangan dan keuangan

Perkembangan Ekonomi Dunia 37

0

2

4

6

8

10

12

14

Jan-9

7

Apr-9

7

Jul-9

7

Oct-9

7

Jan-9

8

Apr-9

8

Jul-9

8

Oct-9

8

Jan-9

9

Apr-9

9

Jul-9

9

Oct-9

9

Jan-0

0

Apr-0

0

Jul-0

0

Oct-0

0

Jan-0

1

Apr-0

1

Jul-0

1

Oct-0

1

Jan-0

2

Apr-0

2

Pertumbuhan disisi eksternal ini mendorong terjadinya trade surplus sebesar USD158 juta di

bulan Mei 2002.

Disisi harga, inflasi menunjukkan pertumbuhan yang semakin melambat sebesar 3%

di bulan Juni 2002, setelah triwulan sebelumnya mencapai 3.6%. Peningkatan ini disebabkan

oleh meningkatnya keyakinan konsumen, yang didorong oleh kebijakan pemerintah Filipina

untuk memotong tarif listrik. Selain itu, keyakinan bisnis juga tampak mengalami peningkatan

setelah pemerintah dan militer Filipina berhasil menumpas kepala pemberontakan Abu Sabaya,

yang dianggap pemerintah Filipina telah membuat investor tidak berani menanam modalnya di

Filipina. Di pihak lain, tingkat pengangguran menunjukkan peningkatan sebesar 13.90%

Sementara itu, Bank Sentral Filipina diperkirakan tidak akan merubah kebijakan tingkat

suku bunga pinjaman overnight, yang berada pada level 9.25% untuk pinjaman komersial

seiring dengan tingkat inflasi ke depan yang diperkirakan semakin menurun. Level ini merupakan

level terendah dalam 10 tahun terakhir setelah Pemerintah memotong poin suku bunga sebesar

8% dalam kurun waktu December 2000 sampai dengan Maret 2002. Adapun Filipina peso

diperdagangkan pada level 50.50 terhadap USD.

Pemerintah Filipina memperkirakan perekonomian Filipina akan tumbuh sebesar 4% -

4.5% di tahun 2002 dan dengan melihat perkembangan pertumbuhan ekonomi sampai dengan

triwulan II 2002 yang mencapai 4%, pemerintah Filipina yakin target ini bisa tercapai. Adapun

tingkat inflasi untuk tahun 2002 diperkirakan berada di kisaran 3.5% - 3.8%, lebih rendah dari

perkiraan sebelumnya sebesar

4.5% - 5.5%. Hal ini didasarkan

pada perkembangan inflasi sampai

dengan triwulan II 2002 yang

menunjukkan peningkatan yang

semakin kecil. Walaupun demikian,

angka inflasi di triwulan III 2002

dapat meningkat dengan pesat

dimana diperkirakan akan terjadi

bencana alam El Nino yang akan

mempengaruhi produksi makanan

dan pertanian. Dari sisi fiscal,

pendapatan yang dihasilkan

Grafik Inflasi Filipina (%)

Page 44: PERKEMBANGAN EKONOMI KEUANGAN DAN … kerjasama ekonomi, moneter, dan keuangan regional, internasional dan kegiatan penelitian. Kerjasama ekonomi, moneter, perdagangan dan keuangan

Perkembangan Ekonomi Dunia38

8

9

10

11

12

13

14

15

Jul-9

9

Sep-9

9

Nov-9

9

Jan-0

0

Mar-0

0

May-0

0

Jul-0

0

Sep-0

0

Nov-0

0

Jan-0

1

Mar-0

1

May-0

1

Jul-0

1

Sep-0

1

Nov-0

1

Jan-0

2

Mar-0

2

selama 6 (enam) bulan terakhir

mengindikasikan tidak tercapainya

target budget defisit tahun 2002,

dimana pendapatan yang

dihasilkan 10% lebih rendah dari

yang ditargetkan. Sementara itu,

selisih budget selama 5 bulan

terakhir telah mencapai 107.5

miliar peso atau telah mencapai

80% dari yang dianggarkan.

Di sisi fiscal, Filipina me-

rencanakan untuk meningkatkan

batas atas defisit anggaran di tahun

2003, dari 2,7% dari PDB menjadi 3.2% dari PDB, sebagai antisipasi melambatnya pertumbuhan

ekonomi serta dorongan pemerintah untuk meningkatkan pembelanjaan. Perkiraan defisit

anggaran ini didasarkan pada perkiraan PDB sebesar 5.9% di tahun 2003. Sementara itu,

pemerintah juga berusaha mengurangi defisit untuk menghindarkan tambahan utang yang

dapat mendorong kenaikan tingkat bunga dan menghambat proses pemulihan ekonomi.

Pengurangan defisit ini diusahakan melalui peningkatan pendapatan dari pajak, pengetatan

audit perusahaan dan peningkatan ekspor. Selain itu, Pemerintah juga berusaha mencapai

target defisit 3.4% dalam tahun 2002, setelah tahun sebelumnya mencapai defisit 4%. Disisi

Moneter, Bank Sentral Filipina diperkirakan akan tetap mempertahankan level tingkat suku

bunga O/N seiring dengan pertumbuhan inflasi yang semakin melambat.

Thailand

Sebagaimana negara lainnya di kawasan Asia, perkembangan ekonomi Thailand dalam

semester I 2002 tidak terlepas dari perkembangan ekonomi dunia, terutama perkembangan

ekonomi AS, Jepang dan Euro. Setelah mengalami pertumbuhan 1,6% pada triwulan I tahun

2002, kondisi ekonomi Thailand pada tiwulan II kembali menunjukkan perkembangan yang

semakin membaik. PDB pada triwulan I tahun 2002 dilaporkan tumbuh 3,9% (y.o.y), tertinggi

dalam tujuh triwulan terakhir, dan merupakan laju pertumbuhan tercepat ketiga di Asia setelah

China dan Korea.

Grafik Tingkat Pengangguran (%)

Page 45: PERKEMBANGAN EKONOMI KEUANGAN DAN … kerjasama ekonomi, moneter, dan keuangan regional, internasional dan kegiatan penelitian. Kerjasama ekonomi, moneter, perdagangan dan keuangan

Perkembangan Ekonomi Dunia 39

-15

-10

-5

0

5

10

Jun-9

7

Dec-9

7

Jun-9

8

Dec-9

8

Jun-9

9

Dec-9

9

Jun-0

0

Dec-0

0

Jun-0

1

Dec-0

1Kondisi ekonomi yang

membaik dan tanda-tanda pe-

mulihan ekonomi dalam triwulan II

tahun 2002 antara lain dicerminkan

oleh membaiknya sektor manu-

faktur. Sementara itu, pada periode

yang sama, pendapatan dari sektor

pertanian, sektor yang memberi

kontribusi terbesar dalam pem-

bentukan PDB, dan pendapatan

sektor jasa lainnya juga mengalami

kenaikan yang cukup berarti. Pada

triwulan II 2002, produksi manufaktur meningkat 7,9% y.o.y, lebih tinggi dibanding pertumbuhan

pada triwulan sebelumnya yang mencapai 4,4%. Kenaikan produk manufaktur tersebut ditandai

oleh semakin luasnya basis pertumbuhan baik produk industri yang berorientasi ekspor maupun

impor, terutama industri elektronik dan peralatan listrik, baja dan produk minuman.

Pada sisi demand, konsumsi domestik pada triwulan II dilaporkan meningkat seiring

dengan membaiknya pendapatan di sektor pertanian dan non-pertanian, tingkat suku bunga

yang rendah, serta membaiknya keyakinan konsumen. Suku bunga yang relatif murah selama

ini, dan sedanbg berlangsung tanda pemulihan ekonomi telah mendorong kenaikan penjualan

otomotif dan properti. Kenaikan pengeluaran domestik tersebut dicerminkan oleh indeks

konsumsi swasta yang cenderung meningkat sejak awal tahun ini. Pada bulan terakhir triwulan

II tahun ini, indeks konsumsi swasta mencatat angka 105,1, meningkat 2,5% dibanding periode

yang sama tahun lalu.

Selain ditandai oleh konsumsi domestik, perbaikan ekonomi dalam triwulan II tersebut

ditunjukkan pula oleh perbaikan angka investasi swasta dan ekspor. Selama periode tersebut,

berbagai indikator invetasi swasta seperti permintaan penjualan mobil, impor barang-barang

kapital serta penjualan semen mengalami kenaikan menyusul ekspansi sektor kontruksi dan

peralatan investasi lainnya. Pada sisi lain, investasi dan ekspor yang membaik tersebut telah

pula meng-offset kecenderungan menurunnya pengeluaran publik pada periode yang sama.

Dari sisi inflasi, kondisi ekonomi yang membaik selama triwulan II tercermin pula pada

tekanan inflasi yang moderat seiring dengan menurunnya harga produk makanan maupun

Grafik PDB Thailand (%)

Page 46: PERKEMBANGAN EKONOMI KEUANGAN DAN … kerjasama ekonomi, moneter, dan keuangan regional, internasional dan kegiatan penelitian. Kerjasama ekonomi, moneter, perdagangan dan keuangan

Perkembangan Ekonomi Dunia40

0

0.2

0.4

0.6

0.8

1

1.2

1.4

1.6

31

/0

8/2

00

1

30

/0

9/2

00

1

31

/1

0/2

00

1

30

/1

1/2

00

1

31

/1

2/2

00

1

31

/0

1/2

00

2

28

/0

2/2

00

2

31

/0

3/2

00

2

30

/0

4/2

00

2

31

/0

5/2

00

2

30

/0

6/2

00

2

menurunnya harga minyak dunia.

Sebagaimana diketahui, kebutu-

han minyak mentah Thailand ham-

pir seluruhnya dipenuhi melalui

impor. Headline IHK dan core IHK,

inflasi di luar harga makanan dan

energi, pada triwulan II masing-

masing mencatat angka 0,2% dan

0,4% y.oy. Secara bulanan, angka

headline IHK maupun core IHK

pada bulan April, Mei dan Juni

masing-masing mencapai 0,4%, 0,1% dan 0,2% y.o.y., dan 0,5%, 0,4%, dan 0,2%

Dari sisi ekternal, membaiknya kondisi ekonomi partner dagang mupun membaiknya

permintaan domestik telah mendorong kenaikan volume ekspor maupun impor barang dan

jasa dari dan ke Thailand. Pada triwulan II 2002, nilai ekspor meningkat 3,4% (y.o.y),

sementara pada periode yang sama nilai impor mencatat angka kenaikan 2,0% (y.o.y).

Percepatan kenaikan impor telah menyebabkan surplus perdagangan pada periode yang

sama mengalami sedikit penurunan, mencapai USD620 juta. Sementara itu, transaksi jasa

dan transfer menurun dibanding periode triwulan sebelumnya menyusul tingginya arus

modal keluar untuk pembayaran keuntungan dan pembagian deviden. Hal ini menyebabkan

surplus transaksi berjalan pada triwulan II 2002 mencatat angka lebih rendah dibanding

periode triwulan sebelumnya pada angka USD 1.037 juta. Sementara itu, lebih besarnya

arus modal masuk yang terjadi pada triwulan II dibanding dengan aliran modal keluar untuk

pembayaran utang telah menyebabkan BOP mengalami surplus sebesar 1.893 juta. Dengan

perkembangan tersebut, cadangan devisa Thailand pada akhir Juni 2002 mencapai USD36,8

miliar.

Sejalan dengan membaiknya kondisi ekonomi, dan dalam upaya untuk memperkuat

momentum pemulihan ekonomi, bank sentral Thailand kembali mempertahankan tingkat suku

bunga yang berlaku sejak Januari 2002 pada level 2%. Tidak adanya tekanan inflasi yang

berarti selama ini telah memungkinan bank sentral untuk mempertahankan suku bunga pada

level yang rendah. Sementara itu, menyusul keputusan tersebut, BOT menyatakan bahwa

perubahan suku bunga akan tergantung pada perkembangan kondisi ekonomi. Pernyataan ini

Grafik Inflasi Thailand (%)

Page 47: PERKEMBANGAN EKONOMI KEUANGAN DAN … kerjasama ekonomi, moneter, dan keuangan regional, internasional dan kegiatan penelitian. Kerjasama ekonomi, moneter, perdagangan dan keuangan

Perkembangan Ekonomi Dunia 41

sekaligus meredam spekulasi bank sentral akan merubah suku bunga menyusul kecenderungan

penguatan baht Thailand.

Sampai dengan triwulan II tahun ini, atau triwulan III tahun fiskal 2002, defisit fiskal

diperkirakan akan lebih rendah dari perkiraan semula menyusul kenaikan penerimaan

pemerintah dari sektor pajak seiring dengan perkembangan ekonomi yang semakin membaik.

Pada periode tersebut, penerimaan pajak mengalami kenaikan di semua kategori pajak. Dalam

tahun fiskal 2002 yang dimulai bulan Oktober 2001, pemerintah sebelumnya memperkirakan

defisit fiskal akan mencapai 200 miliar baht (USD4,7 miliar)

Untuk tahun fiskal 2003 yang akan dimulai bulan Oktober tahun ini, pada awal Mei

2002 kabinet telah telah menyetujui anggaran tahun fiskal tersebut. Anggaran tahun fiskal

2003 tersebut sekaligus menandai dimulainya upaya untuk mengurangi defisit dalam waktu

tiga tahun menjadi 175 miliar baht. Pemerintah memperkirakan utang publik akan meningkat

menjadi 64% dari PDB pada tahun fiskal mendatang dari sekitar 58% pada tahun fiskal 2002.

Sebagaimana diketahui, sejak krisis keuangan tahun 1997, pemerintah telah menempuh

kebijakan defisit fiskal untuk membantu pemulihan ekonomi dari krisis.

Setelah mengalami pertumbuhan 1,8% tahun lalu, dan menikmati pertumbuhan 1,7%

pada triwulan I 2002, lebih tinggi dari perkiraan sebelumnya, pemerintah Thailand

memperkirakan ekonomi akan tumbuh dalam kisaran 3-4% tahun 2002. Perkiraan tersebut

didasarkan pada membaiknya kinerja ekspor dan meningkatnya domestik demand.

Namun demikian, optimisme atas pemulihan ekonomi tersebut masih dibayangi oleh

beberapa resiko terutama melambatnya pertumbuhan ekspor menyusul perlambatan ekonomi

di AS, Jepang dan negara partner dagang utama lainnya. Sementara itu, jatuhnya harga saham

di AS telah memunculkan kekhawatiran kemungkinan memburuknya perdagangan internasional

maupun iklim investasi pada sisa tahun ini. Sebagaimana diketahui, AS merupakan pasar

ekspor terbesar dan menjadi investor terbesar ketiga terbesar di Thailand.

Dari dalam negeri, lambatnya upaya mengatasi kredit macet, yang menjadi hambatan

bagi upaya menstimulir perekonomian melalui ekspansi kredit, juga menjadi faktor lain yang

diperkirakan akan menjadi hambatan bagi pemulihan ekonomi. Angka NPL sampai dengan

semester I tahun ini belum menunjukkan perbaikan, sementara sebagian pinjaman yang telah

direstrukturisasi dan dinyatakan sehat kembali menjadi memburuk.

Page 48: PERKEMBANGAN EKONOMI KEUANGAN DAN … kerjasama ekonomi, moneter, dan keuangan regional, internasional dan kegiatan penelitian. Kerjasama ekonomi, moneter, perdagangan dan keuangan

Perkembangan Ekonomi Dunia42

(60)

(40)

(20)

0

20

40

60

80

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I

1997 1998 1999 2000* 2001 ** 2002

***

% yoy Konsumsi

Pembentukan Modal Tetap Dom.Bruto

Ekspor barang dan jasa

Impor barang dan jasa

Indonesia

Pertumbuhan ekonomi pada triwulan ini diperkirakan berada pada kisaran 2,4% (y.o.y)

lebih rendah dari triwulan sebelumnya 2,47% (y.o.y) dan berada dibawah perkiraan semula

sekitar 3,5-4,0%. Pertumbuhan triwulan II ini juga tercatat kontraksi -0,05% (q.t.q) dibandingkan

triwulan I 2002.

Konsumsi yang diperkirakan masih menjadi penopang utama kegiatan ekonomi tumbuh

sekitar 7,1-7,6% (y.o.y), menurun dibandingkan triwulan lalu (9,86%). Investasi pada triwulan

ini masih mengalami pertumbuhan negatif (-2,9%)-(-2,4)% (y.o.y), meskipun penurunannya

semakin kecil dibanding triwulan lalu (-6,14%). Demikian pula ekspor juga diperkirakan masih

mencatat pertumbuhan negatif (-6,6%)-(-6,1)% (yoy) yang jauh lebih kecil dibanding triwulan

sebelumnya (-25,84%).

Surplus transaksi berjalan mengalami penurunan. Ekspor selama triwulan II 2002

diperkirakan mencapai USD14.273 juta meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya

(USD12.742 juta) meskipun lebih kecil dibandingkan triwulan yang sama 2001 (USD15.000

juta). Impor diperkirakan meningkat mencapai USD9.232 juta lebih tinggi dibandingkan triwulan

lalu (USD7.201 juta) namun sedikit lebih rendah dibandingkan triwulan II-2001 (USD9.511

juta). Dengan perkembangan ini, surplus transaksi berjalan pada triwulan ini tercatat USD823

juta, menurun dibandingkan triwulan lalu (USD1.283juta).

Lalu lintas modal mencatat

defisit sebesar USD400 juta,

membaik dibandingkan triwulan

lalu (defisit USD 1.400 juta).

Membaiknya lalu lintas modal ini

terjadi baik pada modal pemerintah

maupun swasta. Modal peme-

rintah mencatat surplus sebesar

USD300 juta setelah mengalami

defisit USD700 juta pada triwulan

lalu sebagai hasil rescheduling

utang pemerintah. Sedangkan

modal swasta mengalami

Grafik PDB Indonesia (%)

Page 49: PERKEMBANGAN EKONOMI KEUANGAN DAN … kerjasama ekonomi, moneter, dan keuangan regional, internasional dan kegiatan penelitian. Kerjasama ekonomi, moneter, perdagangan dan keuangan

Perkembangan Ekonomi Dunia 43

penurunan defisit dari USD1.000 juta pada triwulan lalu menjadi USD770 juta pada triwulan ini.

Secara keseluruhan, neraca pembayaran Indonesia mencatat surplus sebesar USD383 juta

sehingga cadangan devisa naik menjadi USD28,4 miliar atau setara dengan 5,7 bulan impor.

Kondisi moneter Indonesia membaik yang membaik pada triwulan II 2002, tercermin

dari menguatnya nilai tukar, menurunnya laju inflasi, dan terkendalinya besaran-besaran

moneter, semakin mendorong menurunnya sukubunga serta meningkatkan kinerja perbankan

dan kegiatan di pasar modal. Namun demikian, perkembangan ini belum sepenuhnya mampu

memberikan dukungan yang positip terhadap pertumbuhan ekonomi triwulan II 2002.

Realisasi APBN selama 5

bulan pertama tahun 2002

menunjukkan defisit sebesar

Rp6,93 triliun (16,4% dari perkiraan

defisit APBN). Defisit tersebut

disebabkan oleh pendapatan

negara sebesar Rp94,48 triliun

(31,3% dari target), sementara

pengeluaran pemerintah mencapai

Rp101,4 triliun (29,5% dari target).

Defisit anggaran ditutup melalui

pembiayaan dalam negeri yang

diperoleh antara lain dari hasil

penjualan asset program

restrukturisasi perbankan sekitar

Rp7,6 triliun. Sementara itu,

sumber pembiayaan dari luar

negeri belum direalisasikan karena

secara neto bahkan terjadi aliran

dana keluar sebesar Rp3.65 triliun

akibat lebih besarnya pembayaran

cicilan pokok utang (Rp8.01 triliun)

dibanding penarikan pinjaman

(Rp4.36 triliun).

Grafik Laju Inflasi Triwulanan dan Tahunan (%)

Grafik Inflasi Traded & Non-Traded (%)

-2.00

0.00

2.00

4.00

6.00

8.00

10.00

12.00

14.00

16.00

I II III IV I II III IV I II

2000 2001 2002 0.00

0.50

1.00

1.50

2.00

2.50

3.00

3.50

4.00

4.50

5.00q-t-q (aksis kanan)

y-o-y (aksis kiri)

-4.00

-2.00

0.00

2.00

4.00

6.00

8.00

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2

1999 2000 2001 2002

TRADED

NON-TRADED

% Q to Q

Page 50: PERKEMBANGAN EKONOMI KEUANGAN DAN … kerjasama ekonomi, moneter, dan keuangan regional, internasional dan kegiatan penelitian. Kerjasama ekonomi, moneter, perdagangan dan keuangan

Perkembangan Ekonomi Dunia44

-4000

-3000

-2000

-1000

0

1000

2000

3000

2002 *

Juta USD

Current Account Capital Account BOP

* Angka 2002 adalah angka proyeksi BOP exercise 3 Juni 2002.

Tw. I Tw. II Tw. III Tw.

IV

Tw. I Tw. II Tw. III Tw.

IV

Tw. I Tw. II Tw. III Tw.

IV

2000 2001

Laju inflasi IHK pada

triwulan II 2002 mencapai 0,92%

(q.t.q), lebih rendah dibandingkan

triwulan lalu (3,50%). Secara

tahunan, inflasi triwulan II 2002

mencapai 11,48% (y.o.y), menurun

dibandingkan triwulan lalu

(14,09%). Beberapa faktor yang

mendorong menurunnya laju inflasi

selama triwulan ini diantaranya

akibat pasokan barang yang relatif

cukup, distribusi barang yang

membaik, melemahnya permin-

taan, menguatnya nilai tukar Rupiah, dan kenaikan administered prices yang tidak setinggi

triwulan sebelumnya.

Nilai tukar rupiah sepanjang triwulan II 2002 cenderung menguat mencapai rata-rata

Rp9.119/USD, yang berarti menguat 1.069 poin atau 11,7% dari rata-rata triwulan lalu

(Rp10.188). Menguatnya nilai tukar rupiah dalam triwulan II 2002 ditunjang oleh kuatnya

sentimen positif dan tersedianya pasokan valas. Faktor-faktor sentimen positif yang mendorong

nilai tukar rupiah menguat dan

mendorong aliran modal masuk

antara lain persetujuan Paris Club

dan London Club untuk men-

jadwalkan kembali pembayaran

utang pemerintah, persetujuan

pencairan pinjaman IMF, dan

erlaksananya berbagai program

privatisasi dan divestasi, serta

menguatnya mata uang regional

Asia.

Perkembangan tersebut

yang ditunjang pula oleh proyeksi

Grafik Neraca Pembayaran Indonesia (%)

Grafik Nilai Tukar Rata-Rata

7,000

7,500

8,000

8,500

9,000

9,500

10,000

10,500

11,000

Jul Ags Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Juni

2 0 0 1 2 0 0 2

10,877

8,967

9,304

10,086

10,560

10,26010,393

10,229

9,912

9,495

9,118

8,703

Page 51: PERKEMBANGAN EKONOMI KEUANGAN DAN … kerjasama ekonomi, moneter, dan keuangan regional, internasional dan kegiatan penelitian. Kerjasama ekonomi, moneter, perdagangan dan keuangan

Perkembangan Ekonomi Dunia 45

akan membaiknya ekonomi Indonesia oleh lembaga keuangan dunia, telah menumbuhkan

optimisme terhadap prospek ekonomi Indonesia. Kuatnya sentimen positif tersebut tercermin

pula oleh membaiknya indikator risiko khususnya dalam jangka pendek seperti menurunnya

tingkat premi swap untuk semua tenor.

Membaiknya kondisi ekonomi dunia yang dibarengi oleh semakin kondusifnya kondisi

dalam negeri diperkirakan akan mampu mendorong kegiatan investasi dan ekspor yang selama

ini masih tumbuh negatif. Dengan perkiraan tersebut, pertumbuhan ekonomi pada triwulan III-

2002 diperkirakan dapat mencapai 3,5-4,0% (y.o.y), meningkat dibandingkan triwulan yang

sama tahun lalu (3,15%). Dengan perkiraan tersebut, untuk keseluruhan tahun 2002

pertumbuhan ekonomi diperkirakan antara 3,3-3,8% (y.o.y), yang berarti sedikit menurun

dibandingkan perkiraan awal tahun 3,5-4,0%.

Konsumsi swasta diperkirakan tumbuh dalam kisaran 5,3-5,8% (y.o.y) yang berarti

menurun dibanding triwulan II-2002 (7,6-8,1%). Survei konsumen yang tercermin pada Indeks

Ekspektasi Konsumen dan Rencana Pembelian Barang menunjukkan optimisme dalam kurun

waktu 6-12 bulan ke depan. Investasi diperkirakan mencatat pertumbuhan yang cukup tinggi

pada kisaran 11,9-12,4% (y.o.y) setelah mengalami pertumbuhan negatif selama 4 triwulan

berturut-turut. Ini ditunjang oleh minat investasi yang tercermin dari survei sentimen usaha

untuk 3-6 bulan mendatang.

Ekspor dan impor juga berpotensi untuk mencapai pertumbuhan yang cukup tinggi

(masing-masing dalam kisaran 7,6-8,1 dan 26,4-26,9% ) setelah mencatat pertumbuhan negatif

pada dua triwulan sebelumnya. Ini terlihat pada Consumer Confidence Index di Jepang dan

Amerika yang kembali meningkat. Meskipun terjadi perbaikan potensial demand, yang menjadi

tantangan adalah merealisasikannya menjadi pesanan pembelian dan produksi.

Sejalan dengan pemulihan kondisi ekonomi dunia, prospek neraca pembayaran di

triwulan III-2002 diharapkan relatif membaik. Ekspor barang diperkirakan akan tumbuh positip

8,0% (y.o.y) atau mencapai USD15,4 miliar. Sementara itu, impor barang juga diperkirakan

akan tumbuh positip 19,0% (y.o.y) atau mencapai USD10,0 miliar. Secara keseluruhan, transaksi

berjalan akan mencatat surplus USD1,5 miliar, lebih tinggi dibandingkan surplus triwulan

sebelumnya (USD0,8 miliar).

Sementara itu, neraca modal pada triwulan III 2002 diperkirakan akan memburuk

dengan mencapai defisit sebesar USD1,5 miliar, jauh lebih tinggi dibandingkan defisit triwulan

Page 52: PERKEMBANGAN EKONOMI KEUANGAN DAN … kerjasama ekonomi, moneter, dan keuangan regional, internasional dan kegiatan penelitian. Kerjasama ekonomi, moneter, perdagangan dan keuangan

Perkembangan Ekonomi Dunia46

lalu yang mencapai USD 0,4 miliar. Memburuknya neraca modal tersebut akibat perkiraan

tingginya defisit modal swasta yang mencapai USD2,0 miliar untuk membayar utang luar negeri

yang jatuh waktu.

Dengan perkembangan neraca transaksi berjalan dan neraca modal tersebut, maka

secara total neraca pembayaran diperkirakan hanya sedikit mengalami surplus sebesar USD0,06

miliar setelah triwulan sebelumnya mengalami surplus sebesar USD0,4 miliar. Dengan sur-

plus tersebut, reserve assets diperkirakan akan menjadi USD28,4 miliar atau setara dengan

5,8 bulan impor.

Apresiasi nilai tukar Rupiah yang terjadi selama ini diperkirakan akan sedikit tertahan

dalam semester II-2002 ini. Nilai tukar diperkirakan akan bergerak dalam kisaran Rp8.600-

9.000/USD, sehingga rata-rata selama tahun 2002 diperkirakan mencapai Rp9.300/USD.

Tekanan depresiasi diperkirakan akan terjadi sehubungan dengan beberapa sentimen negatif:

(i) kemungkinan belum membaiknya ekonomi AS dan Jepang seperti yang diharapkan sehingga

akan mengurangi penerimaan ekspor Indonesia, (ii) ekskalasi memanasnya suhu politik

menjelang sidang umum MPR di bulan Agustus 2002 (iii) kekhawatiran atas beban keuangan

pemerintah yang sangat besar, terutama apabila target penerimaan negara dari program

divestasi maupun privatisasi tidak dapat dipenuhi, (iv) indikasi mulai meningkatnya pembelian

US Dolar di pasar domestik oleh korporasi untuk membiayai impor yang masih besar dan

pembayaran ULN (dalam semester II 2002 diperkirakan dapat mencapai USD24 miliar); (vi)

Penyelesaian restrukturisasi utang swasta.

Tekanan inflasi sampai dengan akhir tahun diperkirakan cenderung menurun meskipun

secara triwulanan masih cukup tinggi. Pada triwulan III-2002 inflasi diperkirakan akan mencapai

11,36% (y.o.y) dan menurun kembali pada triwulan IV-2002 sebesar 10,09% (y.o.y), yang

berarti sedikit lebih diatas target 9-10% yang telah ditetapkan di awal tahun.

PEREKONOMIAN RUSIA

Perkembangan ekonomi Rusia sampai dengan semester I 2002 tidak lepas dari

perkembangan ekonomi global sejalan dengan semakin terbukanya ekonomi Rusia. Setelah

menikmati pertumbuhan PDB 3,7% pada triwulan I 2002, pada triwulan II 2002 kondisi ekonomi

Rusia diperkirakan tidak akan lebih baik dibandingkan triwulan sebelumnya. Dalam lima bulan

pertama tahun ini, ekonomi Rusia mencatat pertumbuhan 3,7% y.o.y, lebih lambat dibanding

Page 53: PERKEMBANGAN EKONOMI KEUANGAN DAN … kerjasama ekonomi, moneter, dan keuangan regional, internasional dan kegiatan penelitian. Kerjasama ekonomi, moneter, perdagangan dan keuangan

Perkembangan Ekonomi Dunia 47

-1.3

2.63.2

-1.3-1

-8.1 -8.2

-2.7

2.2

10.8 10.511

9

9.9

6.6

4.85.3 5.8

4.3 3.7

-10

-8

-6

-4

-2

0

2

4

6

8

10

12

Jun-9

7

Sep-9

7

Dec-9

7

Mar-9

8

Jun-9

8

Sep-9

8

Dec-9

8

Mar-9

9

Jun-9

9

Sep-9

9

Dec-9

9

Mar-0

0

Jun-0

0

Sep-0

0

Dec-0

0

Mar-0

1

Jun-0

1

Sep-0

1

Dec-0

1

Mar-0

2

periode yang sama tahun lalu yang

mencatat angka 5%. Lambatnya

pertumbuhan ekonomi Rusia

tersebut terutama dipicu oleh

menurunnya kinerja ekspor me-

nyusul semakin lemahnya daya

saing produk ekspor. Tekanan

inflasi domestik yang tinggi

ditengarai telah menjadi faktor

utama melemahnya kinerja ekspor.

Dalam periode tersebut,

pengaruh negatif tekanan inflasi

terhadap ekspor berlangsung

setelah kenaikan harga konsumen tidak diimbangi oleh depresiasi ruble terhadap US dollar

dalam nominal yang cukup tinggi. Dalam lima bulan pertama tahun ini, inflasi domestik mencapai

8,4%, sementara nilai nominal ruble terhadap US dollar hanya mengalami depresiasi sebesar

2,7%. Penurunan daya saing tersebut telah mendorong ekspor Rusia selama periode tersebut

menurun 4,7%. Sementara itu, tekanan inflasi domestik pada sisi lain telah menyebabkan

harga barang impor relatif lebih murah dibanding barang produksi dalam negeri.

Laju pertumbuhan ekonomi yang lambat pada triwulan II 2002 antara lain dicerminkan

oleh menurunnya pertumbuhan produksi industri di negara tersebut. Meskipun pertumbuhan

output indutri di Rusia pada bulan Mei 2002 mencapai 2,8% y.o.y, namun pada lima bulan

pertama tahun yang sama ouput produksi industri mengalami penurunan dibanding periode

yang sama tahun sebelumnya. Setelah mengalami pertumbuhan 5,9% dalam lima bulan pertama

tahun lalu, pada periode yang sama tahun ini ouput industri hanya tumbuh 3% y.o.y. Sementara

kenaikan output industri pada bulan Mei tahun ini berlangsung menyusul kenaikan produksi

bahan bakar, makanan dan industri metal seperti nikel dan tembaga. Kenaikan produk bahan

bakar tersebut tidak terlepas dari keputusan pemerintah pada bulan Mei 2002 untuk untuk

meningkatkan produksi minyak sebesar 8,4% dan produksi gas sebesar 2,6% dari produksi

bulan yang sama tahun lalu.

Dari sisi inflasi, laju inflasi yang tinggi di Rusia pada triwulan II tahun ini terutama

disumbang oleh kenaikan harga makanan. Dibandingkan dengan bulan yang sama tahun lalu,

Grafik PDB Rusia (%)

Page 54: PERKEMBANGAN EKONOMI KEUANGAN DAN … kerjasama ekonomi, moneter, dan keuangan regional, internasional dan kegiatan penelitian. Kerjasama ekonomi, moneter, perdagangan dan keuangan

Perkembangan Ekonomi Dunia48

0

20

40

60

80

100

120

140

Feb-9

7

Jun-9

7

Oct-9

7

Feb-9

8

Jun-9

8

Oct-9

8

Feb-9

9

Jun-9

9

Oct-9

9

Feb-0

0

Jun-0

0

Oct-0

0

Feb-0

1

Jun-0

1

Oct-0

1

Feb-0

2

Jun-0

2

angka inflasi bulan April, Mei dan

Juni masing-masing mencapai

16,%, 15% dan 14,7%. Sementara

inflasi bulanan pada bulan tersebut

masing-masing mencata angka

1,2%, 1,7% dan 1,5%, sehingga

kumulatif inflasi selama semester I

tahun ini mencapai 9%. Angka

inflasi tersebut lebih rendah

dibandingkan dengan semester I

tahun lau yang mencapai 12,7%.

Angka inflasi yang tinggi pada

triwulan II tersebut terutama di

sumbang oleh kenaikan harga produk makanan serta harga ayam dan unggas lainnya. Selama

ini Rusia dikenal sebagai importir poultry terbesar di dunia, dan pembatasan impor poultry dari

US menyusul ditemukannnya daging yang terinfeksi salmonella, telah mendorong harga-harga

makan melonjak. Selain kenaikan harga makanan, laju inflasi yang tinggi di Rusia juga

disebabkan oleh kenaikan harga bahan bakar dan harga biaya energi lainnya.

Kondisi ekonomi selama triwulan II yang diperkirakan tidak lebih baik dibanding triwulan

sebelumnya tercermin pula pada kondisi lapangan kerja yang tidak menunjukkan kecenderungan

membaik. Meskipun cenderung membaik dibandingkan periode yang sama tahun lalu, unem-

ployment rate selama triwulan II tahun ini mencatat angka 0% m.o.m.

Dari sisi eksternal, selain berpengaruh pada daya saing ekspor, laju inflasi yang tinggi

telah mendorong impor mengalami kenaikan 7,4%. Dengan perkembangan tersebut, sur-

plus perdagangan dalam lima bulan pertama tahun ini menurun 16% dibanding periode yang

sama tahun lalu dan mencapai angka USD 18,6 miliar. Selain karena faktor inflasi domestik,

nilai ekspor yang menurun pada periode tersebut disebabkan pula oleh lebih rendahnya nilai

ekpor minyak Rusia menyusul harga minyak yang lebih rendah dibanding periode yang sama

tahun lalu maupun kesepakatan pembatasan ekspor minyak diantara negara OPEC dan

non-OPEC.

Berkaitan dengan sisi fiskal, dalam empat bulan pertama tahun ini, anggaran pemerintah

dilaporkan mengalami surplus sebesar 132 miliat ruble, meningkat 86,7 miliar ruble dibanding

Grafik Inflasi Rusia (%)

Page 55: PERKEMBANGAN EKONOMI KEUANGAN DAN … kerjasama ekonomi, moneter, dan keuangan regional, internasional dan kegiatan penelitian. Kerjasama ekonomi, moneter, perdagangan dan keuangan

Perkembangan Ekonomi Dunia 49

0

2

4

6

8

10

12

14

16

Jan-9

9

Mar-9

9

May-9

9

Jul-9

9

Sep-9

9

Nov-9

9

Jan-0

0

Mar-0

0

May-0

0

Jul-0

0

Sep-0

0

Nov-0

0

Jan-0

1

Mar-0

1

May-0

1

Jul-0

1

Sep-0

1

Nov-0

1

Jan-0

2

Mar-0

2

May-0

2

periode yang sama tahun

sebelumnya. Selama periode

tersebut, total penerimaan

pemerintah mencapai 656,8 miliar,

sementara total pengeluaran

mencapai 524,6 miliar ruble. Sur-

plus anggaran tersebut telah

digunakan oleh pemerintah untuk

membiayai pembayaran kembali

hutang pemerintah baik hutang

domestik mupun hutang luar negeri

masing-masing sebesar 62 miliar

ruble dan 70,2 miliar ruble.

Sementara itu, sehubungan dengan bencana banjir di wilayah Rusia Selatan, Pemerintah Rusia

akan menyampaikan draft amandemen anggaran federal 2002 menyusul kebutuhan anggaran

yang lebih besar untuk mengatasi banjir tersebut.

Dengan angka pertumbuhan yang mencapai 3,7% pada triwulan I dan kemungkinaan

pertumbuhan yang modest pada triwulan II dan sisa triwulan 2002, ekonomi Rusia diperkirakan

akan mencapai 3,6% dalam tahun 2002, menurun dibanding pertumbuhan ekonomi tahun

2001 dan 2000 yang masing-masing mencapai 5% dan 9%. Konsumsi swasta diperkirakan

akan tetap menjadi faktor utama yang akan mendorong pertumbuhan ekonomi. Sementara

harga minyak yang stabil pada level yang cukup tinggi serta berakhirnya periode pembatasan

ekspor minyak diharapkan akan memberi kontribusi penting dalam upaya meningkatkan

investasi yang sempat mengalami penurunan pada awal tahun ini. Penerimaan hasil ekspor

minyak diharapkan akan membantu investment spending di negara tersebut paling tidak investasi

di sektor perminyakan.

Peran penting sektor minyak dalam menjaga pertumbuhan ekonomi Rusia tersebut

tidak diragukan mengingat sektor tersebut selama memberi kontribusi seperlima terhadap

pembentukan PDB Rusia. Mengingat pendapatan ekpor dari minyak, gas, dan produk metal

selama ini menyumbang 70% terhadap total pendapatan ekspor, arah pemulihan ekonomi

Rusia akan tergatung pada pergerakan pasar komoditas utama dunia tersebut. Diperkirakan

ekonomi Rusia untuk tahun 2003 tidak akan berbeda dengan angka pertumbuhan tahun 2002

Grafik Tingkat Pengangguran di Rusia (%)

Page 56: PERKEMBANGAN EKONOMI KEUANGAN DAN … kerjasama ekonomi, moneter, dan keuangan regional, internasional dan kegiatan penelitian. Kerjasama ekonomi, moneter, perdagangan dan keuangan

Perkembangan Ekonomi Dunia50

sebesar 4%. Dalam beberapa tahun kedepan, seiring dengan membaiknya ekonomi global,

pemerintah memperkirakan pertumbuhan ekonomi Rusia akan mencapai kisaran 5,5-5,9%.

Dari sisi inflasi, pemerintah akan melakukan upaya untuk mengurangi tekanan inflasi

menyusul masih tingginya inflasi di negara tersebut. Upaya tersebut dilakukan untuk

menciptakan prakondisi ekonomi makro lebih baik untuk menciptakan iklim investasi serta

memperbaiki standar hidup penduduk. Pemerintah memperkirakan inflasi 2002 akan mencapai

12-14%, dan diharapkan akan mencapai kisaran 6-8% tahun 2005 mendatang.

PEREKONOMIAN NEGARA-NEGARA OCEANIA

Australia

Perekonomian Australia diperkirakan mengalami pertumbuhan yang cukup menge-

sankan hingga pertengahan tahun 2002 ini. Triwulan I mencatat pertumbuhan 4,2% yoy yang

merupakan pertumbuhan tercepat dalam hampir dua tahun terakhir. Triwulan II diperkirakan

mencatat ekspansi 0,9% qoq yang membuat laju tahunan bertahan pada angka lebih dari 4%.

Walaupun terjadi peningkatan suku bunga oleh Reserve Bank of Australia (RBA) serta pergo-

lakan pasar saham global, dan sementara ekspor mengalami penurunan, consumer spending

yang membentuk sekitar 2/3 dari GDP terus meningkat dan menjadi motor utama pertumbuhan.

Kenaikan consumer spending ini didukung oleh angka retail sales yang terus meningkat.

Pada bulan Juni penjualan retail naik 0,9% (10% yoy) yang merupakan peningkatan yang ke

tigabelas bulan berturut-turut. Sementara itu pertumbuhan retail volumes juga jauh lebih kuat

daripada ekspektasi, yaitu 2,5% qoq pada triwulan II ini. Kenaikan penjualan retail ini dipicu

oleh rendahnya borrowing cost yang dalam triwulan II mencapai level terendah dalam tiga

dekade terakhir, meningkatnya employment, naiknya consumer confidence dan maraknya

konstruksi rumah yang mendorong permintaan atas furniture dan perlengkapan rumah.

Tahun ini hingga akhir triwulan II, RBA telah menaikkan Overnight Cash Rate (OCR),

yang merupakan suku bunga benchmark Australia, sebanyak dua kali sebesar masing-masing

0,25% di bulan Mei dan Juni hingga mencapai 4,75% untuk membantu mengendalikan inflasi.

Headline inflation (harga konsumen) melaju 0,7% qoq atau 2,8% yoy pada triwulan kedua ini,

mendekati batas atas target inflasi bank sentral yang dipatok antara 2% hingga 3% tahun ini.

Penggerak utama inflasi pada triwulan ini adalah harga minyak (petrol), perumahan, travel dan

akomodasi serta asuransi kesehatan. Kenaikan harga rumah didorong oleh booming permintaan

Page 57: PERKEMBANGAN EKONOMI KEUANGAN DAN … kerjasama ekonomi, moneter, dan keuangan regional, internasional dan kegiatan penelitian. Kerjasama ekonomi, moneter, perdagangan dan keuangan

Perkembangan Ekonomi Dunia 51

rumah yang dipicu oleh rendahnya

suku bunga pinjaman rumah dan

bantuan (grant) pemerintah

kepada pembeli/pembangun

rumah untuk pertama kalinya (first-

home buyers/builders).

Defisit neraca perda-

gangan menunjukkan kecen-

derungan melebar pada triwulan II.

Berangkat dari angka defisit

sebesar US$110 juta pada bulan

terakhir triwulan I, angka defisit

semakin membesar dari bulan ke bulan. Pada bulan Juni defisit neraca perdagangan mencapai

US$ 1.087 juta yang merupakan defisit bulanan terbesar sejak Agustus 2000. Secara rata-rata

defisit neraca perdagangan triwulan II mencapai US$667,3 atau naik 116,9 % dari triwulan

sebelumnya Perkembangan yang kurang menggembirakan ini disebabkan oleh turunnya

ekspor, dibarengi dengan naiknya impor. Penurunan ekspor barang dan jasa sebesar 2,1%

mom bulan Juni yang merupakan penurunan ke tiga bulan berturut-turut didorong oleh aktivitas

global yang masih lemah, menurunnya harga komoditas ekspor dan menguatnya nilai tukar

dolar Australia. Penurunan terutama dialami oleh ekspor komoditas pedesaan (rural exports)

yang turun 7,2% akibat menurunnya indeks harga rural commodity. Sementara itu impor barang

dan jasa justru menunjukkan trend kenaikan. Bula Juni mencatat kenaikan impor sebesar

1,8% mom setelah naik 1,7% bulan sebelumya, yang terutama dipicu oleh impor capital goods.

Kenaikan ini sejalan dengan berlanjutnya kekuatan ekonomi domestik.

Nilai tukar dolar Australia (AUD) mengalami apresiasi yang cukup signifikan terhadap

dolar Amerika Serikat (USD) hingga pertengahan tahun 2002 ini yang mencapai lebih dari

10%. Namun bulan Juni yang mencatat level tertinggi sepanjang tahun 2002 tampaknya telah

mengawali tertahannya penguatan AUD yang selama ini terjadi karena pengaruh melemahnya

USD di pasar internasional dan interest rate differential yang cukup besar dengan AS. Salah

satu dampak yang kurang menguntungkan dari apresiasi ini adalah menurunnya export earn-

ings serta daya saing ekspor Australia yang selanjutnya dapat berdampak pada melemahnya

business confidence. Sementara itu tertahannya apresiasi AUD di bulan Juni didorong oleh

Grafik PDB dan Inflasi Australia (%)

0

1

2

3

4

5

6

7

6/2

8/9

6

9/3

0/9

6

12

/31

/96

3/3

1/9

7

6/3

0/9

7

9/3

0/9

7

12

/31

/97

3/3

1/9

8

6/3

0/9

8

9/3

0/9

8

12

/31

/98

3/3

1/9

9

6/3

0/9

9

9/3

0/9

9

12

/31

/99

3/3

1/0

0

6/3

0/0

0

9/2

9/0

0

12

/29

/00

3/3

0/0

1

6/2

9/0

1

9/2

8/0

1

PD

B

PDB

Inflasi

Infla

si

PDB Inflasi

PD

B

12/3

1/0

1

3/2

9/0

2

6/3

0/0

2

Page 58: PERKEMBANGAN EKONOMI KEUANGAN DAN … kerjasama ekonomi, moneter, dan keuangan regional, internasional dan kegiatan penelitian. Kerjasama ekonomi, moneter, perdagangan dan keuangan

Perkembangan Ekonomi Dunia52

faktor profit taking karena mendekati akhir bulan / tahun buku yang berakhir Juni, serta

meningkatnya kecenderungan risk aversion investor yang antara lain dipicu oleh melemahnya

pasar saham global dan meningkatnya yield obligasi.

Business confidence dan condition selama triwulan II sebenarnya masih menunjukkan

kondisi yang menggembirakan, namun terdapat kecenderungan menurun menuju akhir triwulan.

Menurunnya business confidence mendorong pertumbuhan employment agak lebih lemah

daripada ekspektasi di bulan Juni akibat sebagian perusahaan mengalihkan komposisi tenaga

kerjanya dengan mem-PHK sebagian tenaga full-time untuk mengurangi cost dan menyewa

lebih banyak tenaga part time. Akibatnya unemployment rate meningkat sebesar 6,5% bulan

Juni setelah terus menerus menurun sejak bulan Februari.

Di sisi fiskal, diperkirakan defisit anggaran pemerintah Australia tahun 2002 akan melebihi

AUD 1,2 miliar yang diekspektasikan sebelumnya. Cash deficit selama 11 bulan hingga Mei

telah tercatat sebesar AUD 3 miliar. Perolehan pajak bulan Juni dapat memperkecil defisit

tersebut. Defisit anggaran ini merupakan yang pertama terjadi dalam 5 tahun terakhir.

Ekonomi Australia diperkirakan masih akan terus mengalami ekspansi di tahun 2002

dan 2003. Walaupun pembangunan perumahan diperkirakan akan menurun seiring dengan

kenaikan suku bunga, business investment masih akan mempertahankan ekonomi terus

mengalami ekspansi. Namun demikian perlu diperhatikan beberapa downside risk ke depan

yang mencakup:

1) Kejatuhan pasar saham akibat skandal keuangan di AS dan akibatnya berupa penurunan

pasar saham Australia dapat menurunkan household dan business wealth yang pada

gilirannya dapat mendorong turunnya business dan consumer confidence. Jika kejatuhan

pasar saham AS tersebut berlangsung cukup lama, maka dampaknya dapat terasa dengan

melambatnya laju pemulihan ekonomi AS dan global yang selanjutnya akan memukul

ekspor dan investasi bisnis Australia.

2) Meningkatnya kemungkinan datangnya gelombang El Nino yang akan mengakibatkan

kekeringan dapat secara signifikan menurunkan produksi pertanian Australia serta pen-

dapatan dari sektor ini pada tahun 2002 dan 2003 hingga masing-masing 15% dan 60%.

3) Koreksi harga perumahan setelah melalui periode kenaikan harga yang cukup signifikan,

yang antara lain didorong oleh kenaikan suku bunga, juga dapat menurunkan wealth dan

konsumsi pada paruh kedua 2002 hingga 2003 mendatang.

Page 59: PERKEMBANGAN EKONOMI KEUANGAN DAN … kerjasama ekonomi, moneter, dan keuangan regional, internasional dan kegiatan penelitian. Kerjasama ekonomi, moneter, perdagangan dan keuangan

Perkembangan Ekonomi Dunia 53

Walaupun dibayangi oleh berbagai resiko seperti disebutkan di atas, diperkirakan

pertumbuhan ekonomi Australia pada tahun 2002 masih akan dapat mencapai 4% dan sedikit

menurun di tahun 2003 menjadi 3,5%. Consumption dan public spending diperkirakan masih

dapat menjadi pendorong utama pertumbuhan disertai dengan business investment dan ekspor

non pertanian.

Apresiasi nilai tukar AUD terhadap USD tampaknya akan melambat, yang di satu sisi

menguntungkan bagi ekspor Australia. Walaupun prospek kenaikan suku bunga dapat

mendorong minat investor terhadap AUD karena interest rate differential yang menarik,

melemahnya pasar saham global cenderung akan meningkatkan risk aversion investor.

Selanjutnya depresiasi AUD dapat terjadi di tahun 2003 seiring dengan kemungkinan kembali

meningkatnya aktivitas ekonomi di AS.

Dalam beberapa bulan ke depan RBA diyakini akan mempertahankan level overnight

cash rate 4,75% saat ini sambil mengamati seberapa jauh pengaruh kejatuhan pasar saham

global akan mempengaruhi consumer confidence dan pertumbuhan ekonomi. Walaupun

demikian laju inflasi yang telah mendekati batas atas target inflasi bank sentral pada triwulan II

mendorong ekspektasi bahwa RBA masih akan menaikkan suku bunga benchmark-nya tahun

2002 ini, setidaknya 0,25% lagi menjadi 5%. Diperkirakan kenaikan baru akan terjadi pada

triwulan ke IV. Harga barang-barang terutama di sektor properti diperkirakan masih akan terus

naik setidaknya dalam beberapa bulan ke depan, walaupun kemungkinan sektor ini kemudian

akan melambat seiring dengan masih akan meningkatnya suku bunga. Namun demikian up-

side risk berupa kenaikan laju inflasi mash ada karena global economic recovery masih akan

terus berlanjut. Selain itu dengan aktivitas ekonomi yang masih akan tetap tinggi di Australia,

keterbatasan kapasitas produksi dapat menjadi faktor pendorong inflasi disamping juga adanya

kenaikan harga bahan bakar. Di lain pihak, kenaikan suku bunga dan menguatnya dolar Aus-

tralia, walaupun laju apresiasinya cenderung melambat, dapat menjadi faktor yang membantu

meredam laju inflasi. Dengan kondisi ini diperkirakan headline CPI akan berkisar pada batas

atas target inflasi RBA (3%)

Di sisi eksternal, kuatnya permintaan domestik diperkirakan akan terus memicu kenaikan

impor, terutama impor capital goods yang mendorong pengeluaran investasi bisnis. Di lain

pihak, pertumbuhan ekspor diantisipasi baru akan pulih pada sekitar pertengahan 2003 setelah

pertumbuhan ekonomi global secara nyata meningkat. Dengan demikian, disertai juga dengan

pertimbangan apresiasi AUD yang masih berlanjut, neraca perdagangan Australia diperkirakan

Page 60: PERKEMBANGAN EKONOMI KEUANGAN DAN … kerjasama ekonomi, moneter, dan keuangan regional, internasional dan kegiatan penelitian. Kerjasama ekonomi, moneter, perdagangan dan keuangan

Perkembangan Ekonomi Dunia54

masih akan terus mengalami defisit di tahun 2002 dan 2003 hingga pemulihan ekonomi global

terefleksi dalam peningkatan volume ekspor dan kebijakan moneter yang lebih ketat mperlambat

pertumbuhan volume impor.

Selandia Baru

Ekonomi Selandia Baru menunjukkan performa yang cukup baik dengan pertumbuhan

triwulan I 2002 mencapai 1,1% qoq atau sekitar 4% yoy. Pertumbuhan ini terutama didorong

oleh ekspor dan konsumsi swasta. Secara sektoral, pariwisata merupakan salah satu pendorong

pertumbuhan dengan kenaikan jumlah turis yang mengalami rebound (naik 7,8%) setelah

kelesuan pada triwulan terakhir tahun lalu akibat peristiwa 11 September. Produksi pertanian

juga mengalami peningkatan. Walaupun demikian sektor manufaktur mengalami sedikit

penurunan, demikian juga dengan investasi residensial (pendirian rumah baru) setelah

peningkatan pembangunan rumah baru pada triwulan sebelumnya. Triwulan II 2002 sektor

manufaktur diperkirakan mencatat pertumbuhan moderat. Peningkatan penjualan ritel dan

kesempatan kerja pada triwulan ini merupakan indikasi bahwa pertumbuhan pada periode ini

masih dipicu oleh konsumsi swasta.

Sektor tenaga kerja Selandia Baru juga mengalami perkembangan yang cukup

menggembirakan. Tingkat pengangguran pada triwulan II ini berada pada level terendah dalam

empat belas tahun terakhir, yaitu 5,1% dari 5,3% pada triwulan pertama 2002. Walaupun

demikian kesempatan kerja hanya

naik 0,6%, lebih rendah daripada

pertumbuhan 1,3% pada triwulan

sebelumnya. Secara tahunan

pertumbuhan tenaga kerja pada 3

bulan terakhir ini sedikit melambat

dari puncak siklus 3,5% ke 3,1%.

Pemicu utama dari kenaikan

tenaga kerja ini, selain per-

tumbuhan ekonomi yang tinggi,

juga peningkatan populasi

penduduk usia kerja yang

mencapai 1,8% yoy.

Grafik PDB dan Inflasi Selandia Baru (%)

-2

-1

0

1

2

3

4

5

6

Ma

r-96

Ju

n-9

6

Se

p-9

6

De

c-9

6

Ma

r-97

Ju

n-9

7

Se

p-9

7

De

c-9

7

Ma

r-98

Ju

n-9

8

Se

p-9

8

De

c-9

8

Ma

r-99

Ju

n-9

9

Se

p-9

9

De

c-9

9

Ma

r-00

Ju

n-0

0

Se

p-0

0

De

c-0

0

Ma

r-01

Ju

n-0

1

Se

p-0

1

PDB

INFLAS

PDB

Inflasi

De

c-0

1

Mar-0

2

Ju

n-0

2

Page 61: PERKEMBANGAN EKONOMI KEUANGAN DAN … kerjasama ekonomi, moneter, dan keuangan regional, internasional dan kegiatan penelitian. Kerjasama ekonomi, moneter, perdagangan dan keuangan

Perkembangan Ekonomi Dunia 55

5

5.5

6

6.5

7

7.5

8

Mar-9

6

Jun-9

6

Sep-9

6

Dec-9

6

Mar-9

7

Jun-9

7

Sep-9

7

Dec-9

7

Mar-9

8

Jun-9

8

Sep-9

8

Dec-9

8

Mar-9

9

Jun-9

9

Sep-9

9

Dec-9

9

Mar-0

0

Jun-0

0

Sep-0

0

Dec-0

0

Mar-0

1

Jun-0

1

Sep-0

1

Dec-0

1

Mar-0

2

Jun-0

2

Pertumbuhan tenaga kerja

juga merupakan salah satu

pendorong perkembangan penj-

ualan ritel yang cukup baik selama

triwulan II ini walaupun mengalami

sedikit penurunan. Penjualan ritel

nominal naik sebesar 2,3%, sedikit

lebih rendah daripada per-

tumbuhan sebesar 2,6% pada

triwulan I 2002. Sementara itu vol-

ume penjualan ritel mengalami

penurunan, yaitu hanya naik 1,2%

setelah mengalami peningkatan

2,2% pada triwulan I. Penurunan ini banyak disebabkan oleh naiknya harga barang-barang

eceran, yaitu sebesar 1,1% dalam periode tiga bulan terakhir, hampir tiga kali lipat peningkatan

harga eceran pada triwulan I sebesar 0,4%. Lonjakan harga ini terutama berasal dari kenaikan

harga bahan bakar minyak sebesar 10% serta harga barang-barang rekreasi sebesar 3,4%.

Secara keseluruhan inflasi di Selandia Baru mengalami peningkatan pada triwulan II

2002, didorong oleh makin mahalnya harga bahan bakar dan tarif angkutan udara yang masing-

masing naik sebesar 9,9%. Akibatnya indeks harga konsumen naik 1% dalam tiga bulan yang

berakhir 30 Juni 2002 atau 2,8% yoy. Pada triwulan pertama harga konsumen hanya naik

0,6% atau 2,6% yoy. Laju underlying inflation sendiri (di luar harga komoditas dan pajak) hanya

sebesar 0,6% qoq. Tingkat inflasi ini sudah hampir menyentuh batas atas target inflasi bank

sentral yang dipatok pada level 0- 3% untuk tahun 2002. Kecenderungan meningkatnya inflasi

ini telah mendorong Reserve Bank of New Zealand (RBNZ) untuk menaikkan suku bunga

benchmark sebanyak tiga kali tahun ini hingga akhir Juni yang kesemuanya terjadi pada triwulan

II. Besarnya kenaikan masing-masing 0,25% sehingga official cash rate (OCR), yang merupakan

suku bunga benchmark Selandia Baru mencapai level 5,5% (Sebagai catatan, pada awal Juli

2002, RBNZ kembali menaikkan OCR sebesar 0,25% hingga mencapai 5,75%).

Kenaikan suku bunga dalam negeri meningkatkan daya tarik mata uang dolar Selandia

Baru (NZD). Suku bunga benchmark Australia dan Amerika Serikat hanya mencapai masing-

masing 4,75% dan 1,75% sehingga menarik investor masuk ke negari Kiwi ini. Nilai tukar dolar

Grafik Tingkat Pengangguran Selandia Baru (%)

Page 62: PERKEMBANGAN EKONOMI KEUANGAN DAN … kerjasama ekonomi, moneter, dan keuangan regional, internasional dan kegiatan penelitian. Kerjasama ekonomi, moneter, perdagangan dan keuangan

Perkembangan Ekonomi Dunia56

-1200

-1000

-800

-600

-400

-200

0

200

400

600

800

Jan-9

6

Aug-9

6

Mar-

97

Oct-

97

May-9

8

Dec-9

8

Jul-99

Feb-0

0

Sep-0

0

Apr-

01

Nov-0

1

Jun-0

2

Selandia Baru cenderung menguat terhadap Australian dollar (AUD) dan US dollar (USD) dalam

tahun 2002. Hingga akhir Juni NZD telah terapresiasi terhadap USD hingga di atas 15% ,

sementara AUD hanya terapresiasi sekitar 10% terhadap USD. Penguatan NZD ini mengurangi

tekanan inflasi karena menurunkan harga barang-barang impor dalam NZD, namun tidak

menguntungkan bagi eskportir dan cenderung menurunkan daya saing ekspor.

Pada bulan Juni 2002 ekspor mengalami penurunan yang cukup tajam (15.3% m-t-m

atau 7% yoy) menjadi NZ$ 2,61 milyar, yang merupakan penurunan terbesar dalam 3 1/2

tahun terakhir sejalan dengan penurunan harga komoditas global sebesar 0,5% dan menurunnya

produksi pertanian sepanjang musim dingin di belahan bumi selatan. Menguatnya nilai tukar

NZD turut menambah tekanan terhadap ekspor. Penurunan pada akhir triwulan ini mengimbangi

kenaikan ekspor yang sempat terjadi pada bulan Mei. Di lain pihak impor mengalami penurunan

terus menerus sepanjang triwulan II. Puncaknya di bulan Juni yang turun (10% m-t-m) menjadi

NZ$ 2.34 atau 12% yoy. Penurunan impor ini dipicu oleh menurunnya keyakinan bisnis dan

pengeluaran konsumsi sejalan dengan meningkatnya suku bunga. Pergerakan ekspor dan

impor ini menyebabkan besaran neraca perdagangan yang cukup volatile, namun masih

mencatat surplus khususnya pada bulan Mei dan Juni. Surplus neraca perdagangan Juni

mencapai NZ$277 juta, turun dari NZ$478 di bulan Mei. Walaupun demikian trend pada enam

bulan pertama tahun ini angka neraca perdagangan cenderung meningkat dan membaik

dibandingkan dengan tahun 2001, terutama triwulan terakhir yang tak lepas dari pengaruh

membaiknya perekonomian

Amerika Serikat dalam paruh

pertama tahun ini.

Di sisi fiskal, pendapatan

pajak untuk tahun fiskal yang

berakhir 30 Juni 2002 mengalami

peningkatan sebesar 6,6% menjadi

NZ$ 38,64 miliar. Pada bulan Mei

pemerintah mengeluarkan

anggaran untuk tahun ke depan.

Dalam anggaran ini pemerintah

tidak mencanangkan pengeluaran

besar-besaran.

Grafik T rade Balance (US$ Ribu)

Page 63: PERKEMBANGAN EKONOMI KEUANGAN DAN … kerjasama ekonomi, moneter, dan keuangan regional, internasional dan kegiatan penelitian. Kerjasama ekonomi, moneter, perdagangan dan keuangan

Perkembangan Ekonomi Dunia 57

Walaupun laju pertumbuhan Amerika Serikat diperkirakan agak melambat dalam se-

mester berikutnya dan kontraksi masih terus berlanjut di Jepang, kondisi ekonomi dunia yang

tengah memasuki masa recovery dengan dengan laju yang cukup kuat di paruh pertama 2002,

serta pertumbuhan ekonomi Australia yang mengesankan akan menguntungkan perekonomian

Selandia Baru yang mengarahkan setengah dari ekspornya ke AS, Jepang dan Australia.

Prospek masih akan meningkatnya suku bunga dan indikasi kejatuhan pasar saham

dunia akan menyebabkan pertumbuhan permintaan domestik hanya pada level yang moder-

ate di paruh kedua 2002, namun diperkirakan pertumbuhan 4,4% masih akan tercapai tahun

ini. Sementara pertumbuhan PDB riil tahun 2002 diperkirakan akan mencapai 3,3%, lebih tinggi

dibandingkan dengan 1,8% pada tahun 2001, karena dibantu oleh pertumbuhan ekspor yang

lebih baik.

Surplus perdagangan tahun 2002 diperkirakan masih belum dapat menyamai surplus

tahun lalu. Apresiasi dolar Selandia Baru dapat memperngaruhi kinerja ekspor. Di lain pihak,

defisit penerimaan terancam makin melebar akibat biaya debt service yang naik seiring dengan

naiknya hutang dan repatriasi profit oleh perusahaan asing. Setelah mengalami defisit

penerimaan sebesar 6,3% dari PDB di tahun 2001, kecil kemungkinan akan terjadi penurunan

dalam waktu dekat. Defisit neraca berjalan diperkirakan akan mencapai sekitar USD 2,1 miliar

di tahun 2002 dan 2003, atau ekivalen masng-masing 3,8% dan 3,2%.

Di sisi inflasi, walaupun laju inflasi hingga triwulan II 2002 (yoy) telah mendekati batas

atas target inflasi (0% - 3%), kenaikan suku bunga benchmark sebanyak empat kali tahun ini

(hingga Juli 2002) oleh Reserve Bank of New Zealand (RBNZ) diperkirakan dapat menahan

permintaan domestik sehingga mengurangi tekanan inflasi hingga akhir tahun ini. Apresiasi

dolar Selandia Baru yang akan mengurangi tekanan harga impor serta inflasi harga produsen

yang moderate juga akan menjadi faktor yang turut mencegah laju inflasi melampaui targetnya.

Di lain pihak, administered price, seperti rencana kenaikan harga gasoline oleh pemerintah

masih menjadi penyebab tekanan inflasi.

RBNZ tidak banyak memiliki ruang untuk menaikkan suku bunga dalam kondisi dimana

pendapatan di sektor pertanian menurun dan gaji (hourly wages) pada triwulan II mengalami

penurunan dengan semakin banyaknya recruitment tenaga kerja part-time yang upahnya lebih

murah, yang kesemuanya akan menyebabkan menurunnya pengeluaran konsumsi. Disamping

itu downside risk melambatnya ekspor, meningkatnya ketidakpastian atas perekonomian

Page 64: PERKEMBANGAN EKONOMI KEUANGAN DAN … kerjasama ekonomi, moneter, dan keuangan regional, internasional dan kegiatan penelitian. Kerjasama ekonomi, moneter, perdagangan dan keuangan

Perkembangan Ekonomi Dunia58

Amerika Serikat dan melemahnya pasar saham global, mewarnai ekspektasi pasar tentang

penurunan suku bunga FedRes dalam waktu dekat. Walaupun demikian kekhawatiran eco-

nomic overheating dan inflasi yang melampaui target diperkirakan akan membuat RBNZ

menaikkan suku bunga hingga tahun 2003, sementara inflasi diantisipasi akan mencapai 2,5%

tahun 2002 dan akan menurun di tahun 2003.

Nilai tukar NZD, yang telah beberapa lama mengalami undervalue, telah terapresiasi

lebih dari 10% selama paruh pertama tahun 2002. Faktor fundamental, terutama meningkatnya

perbedaan suku bunga dengan AS akan terus memberikan support terhadap NZD dalam jangka

menengah. Sementara itu kekuatan NZD juga akan dipengaruhi oleh stabilitas pemerintahan

yang bergantung pada hasil pemilihan umum bulan Juli 2002.

PEREKONOMIAN NEGARA-NEGARA AMERIKA LATIN

Meksiko

Untuk pertama kalinya sejak tahun 2000, perekonomian Meksiko mengalami

pertumbuhan pada triwulan II 2002. Perekonomian Meksiko pada triwulan laporan tumbuh

sebesar 1,2%(Q-o-Q), lebih rendah dari target pemerintah sebesar 2%. Nilai ekonomi Meksiko

pada triwulan yang sama meningkat sebesar 6.8% dari tahun sebelumnya menjadi 6.1 triliun

peso (USD663 miliar) setahunnya. Pertumbuhan ekonomi pada triwulan II 2002 dicerminkan

oleh antara lain pertumbuhan di sektor konstruksi sebesar 5%, sektor industri jasa keuangan

sebesar 4,7%, sektor industri

pertanian sebesar 1,1% dan sektor

industri manufaktur sebesar 2,1%.

Pertumbuhan ekonomi

Meksiko yang menggembirakan

tersebut juga ditunjukkan oleh

menurunnya angka pengangguran

mencapai titik terendah selama

tujuh bulan terakhir. Angka

pengangguran turun dari 2,7%

pada bulan Mei menjadi 2,4% pada

bulan Juni.

Grafik PDB dan Inflasi Meksiko (%)

-4

-2

0

2

4

6

8

10

Mar-9

7

Ju

n-9

7

Se

p-9

7

De

s-9

7

Mar-9

8

Ju

n-9

8

Se

p-9

8

De

s-9

8

Mar-9

9

Ju

n-9

9

Se

p-9

9

De

s-9

9

Mar-0

0

Ju

n-0

0

Se

p-0

0

De

s-0

0

Mar-0

1

Ju

n-0

1

Se

p-0

1

De

s-0

1

Ja

n-0

2

Fe

b-0

2

PD

B

Infl

as

i

PDB Inflasi

Mar-0

2

Page 65: PERKEMBANGAN EKONOMI KEUANGAN DAN … kerjasama ekonomi, moneter, dan keuangan regional, internasional dan kegiatan penelitian. Kerjasama ekonomi, moneter, perdagangan dan keuangan

Perkembangan Ekonomi Dunia 59

Sementara itu, tingkat inflasi Meksiko pada bulan Juni meningkat lebih cepat dari yang

diperkirakan sebelumnya sebagai akibat melemahnya mata uang peso telah mendorong

menurunnya impor, khususnya dari Amerika Serikat. Tingkat inflasi bulan Juni sebesar 0,49%,

lebih tinggi dari yang diperkirakan sebesar 0,45%. Dengan tingkat inflasi yang lebih tinggi dari

yang diperkirakan sebelumnya, maka tingkat inflasi Meksiko sampai dengan akhir tahun

diperkirakan sebesar 4,95%. Tingkat inflasi tersebut dikhawatirkan akan lebih tinggi dari yang

ditargetkan oleh Pemerintah sebesar 4,5%.

Inflasi yang terjadi tersebut mencerminkan penurunan nilai mata uang peso Meksiko

sebesar 9% terhadap US dollar antara bulan April sampai dengan Juni. Sebagai akibat dari

penurunan nilai mata uang peso tersebut, banyak analis memperkirakan bahwa bank sentral

Meksiko kemungkinan akan menurunkan jumlah pinjaman kepada bank dengan meningkatkan

suku bunga untuk menahan inflasi. Selama tiga tahun terahir Meksiko telah menjadi negara

dengan inflasi sesuai target yang ditetapkan. Upaya ini sebagai bagian dari rencana Meksiko

untuk memperoleh kepercayaan para investor, menarik investasi asing dan meningkatkan

produktivitas domestik melalui upaya Pemerintah menstablikan mata uangnya.

Resesi yang terjadi di Amerika Serikat dan Meksiko sejak tahun 2000 serta kekhawatiran

bahwa Brazil tidak akan mampu membayar utang telah menjadikan Meksiko negara yang

kurang menarik untuk investasi karena investor cenderung menghindarkan penanaman dana

pada aset yang beresiko. Sampai saat ini Meksiko tidak terpengaruh bahkan sebaliknya

diuntungkan oleh bond default dan devaluasi di Argentina pada bulan Januari 2002. Bond

default dan devaluasi di Argentina telah menjadikan investor menarik dananya dari Amerika

Selatan dan memindahkan ke Meksiko.

Di sisi eksternal, meningkatnya ekspor minyak telah menyebabkan mengecilnya defisit

perdagangan Meksiko. Ekspor minyak Meksiko rwiwulan II 2002 meningkat 6% dari tahun

sebelumnya menjadi USD1,2 miliar. Sementara itu ekspor Meksiko secara keseluruhan turun

sebesar 1,7%. Di sisi lain, impor barang-barang setengah jadi (intermediate goods), yang meliputi

dua pertiga dari seluruh impor, turun sebesar 0,6% menjadi $10,3 miliar. Impor Meksiko secara

keseluruhan turun sebesar 1,7% menjadi USD13,5 miliar pada periode yang sama.

Kendati mengalami pertumbuhan pada triwulan II 2002, namun penurunan di sektor

industri manufaktur dan eskpor yang rendah ke Amerika Serikat pada akhir triwulan laporan

menunjukkan bahwa perekonomian Meksiko mengalami perlambatan pertumbuhan, dan hal

Page 66: PERKEMBANGAN EKONOMI KEUANGAN DAN … kerjasama ekonomi, moneter, dan keuangan regional, internasional dan kegiatan penelitian. Kerjasama ekonomi, moneter, perdagangan dan keuangan

Perkembangan Ekonomi Dunia60

ini dapat berarti pertumbuhan Meksiko akan melambat pada triwulan berikutnya. Apabila hal

ini terjadi, maka para ekonom meragukan bahwa Pemerintah Meksiko dapat mencapai target

pertumbuhan 2002 sebesar 1,7%. Pada bulan Juni 2002, sektor industri turun sebesar 0,7%

dari bulan sebelumnya. Penurunan produksi di sektor industri manufaktur terjadi sebagai akibat

dari penurunan produksi di sektor industri manufkatur dan pertambangan.

Sementara itu penjualan ritel Meksiko pada akhir triwulan laporan mengalami penurunan

setelah selama dua bulan sebelumnya meningkat. Penurunan penjualan ritel tersebut mengin-

dikasikan bahwa konsumen menahan pengeluarannya sebagai akibat melambatnya pemulihan

ekonomi dan kegagalan pemerintah menciptakan lapangan kerja. Kondisi ini bersamaan dengan

melambatnya permintaan dari Amerika Serikat, negara yang membeli 90% produk ekspor

Meksiko, diperkirakan akan mengakibatkan Meksiko kembali mengalami resesi. Perkiraan

tersebut disebabkan negara ini telah mengalami kontraksi selama enam triwulan terakhir.

Untuk triwulan III 2002, perekonomian Meksiko diperkirakan tumbuh sebesar 0,3%

dibandingkan triwulan sebelumnya.

Brazil

Perekonomian Brazil mengalami resesi pada triwulan I 2002 menyusul program power

rationing dan tingginya tingkat suku bunga yang menyebabkan turunnya tingkat produksi sektor-

sektor energi, konstruksi, manufaktur, dan penjualan ritel. Dalam tiga bulan pertama tahun

2002, perekonomian Brazil terkontraksi sebesar 0,73%. Diperkirakan akan sangat sulit untuk

segara memulihkan kondisi perekonomian Brazil dengan mendorong investasi dan konsumsi

mengingat tingginya tingkat suku bunga perbankan.

Harapan akan membaiknya perekonomian pada triwulan II 2002 tampaknya masih

cukup besar, dengan selesainya power rationing pada bulan Maret. Dengan selesainya pro-

gram tersebut akan membantu sektor industri untuk segera keluar dari kondisi buruk yang

terjadi sejak pertengahan tahun 2001. Selain itu, harapan akan meningkatnya output diperkirakan

juga akan terjadi menyusul kebijakan bank sentral untuk menurunkan tingkat suku bunga pada

19 Juni 2002, dan diperkirakan sektor perbankan akan merespon kebijakan tersebut dengan

menurunkan tingkat suku bunga sekitar 25bps atau 50bps.

Laju inflasi di Brazil yang diukur berdasarkan IPCA index sepanjang triwulan II 2002

cenderung turun, dari 0,78% di awal triwulan menjadi 0,33% di akhir triwulan. Sementara itu,

Page 67: PERKEMBANGAN EKONOMI KEUANGAN DAN … kerjasama ekonomi, moneter, dan keuangan regional, internasional dan kegiatan penelitian. Kerjasama ekonomi, moneter, perdagangan dan keuangan

Perkembangan Ekonomi Dunia 61

indeks keyakinan konsumen

mengalami penurunan sebesar

5,49% menunjukkan indikasi

meningkatnya ketidakpastian

politik dan ekonomi yang pada

gilirannya diperkirakan akan

berpengaruh besar terhadap premi

risiko, nilai tukar, dan suku bunga.

Dalam kondisi belum

pulihnya kinerja perekonomian

Brazil, tercatat sepanjang triwulan

II 2002, defisit transaksi berjalan

mengalami penurunan hingga mencapai US$1,98 miliar. Turunnya defisit ini sangat membantu

perekonomian Brazil dengan mengurangi kebutuhan terhadap pembiayaan eksternal. Faktor

pendorong utama turunnya defisit tersebut adalah besarnya surplus neraca perdagangan hingga

mencapai US$2,61 miliar akibat turunnya impor menyusul pemogokan besar-besaran yang

terjadi pada instansi bea cukai sejak bulan April. Selain itu, turunnya pengeluaran masyarakat

untuk berwisata ke luar negeri semenjak terjadinya resesi turut mendorong turunnya defisit

transaksi berjalan.

Perkembangan ekonomi yang belum menggembirakan telah mendorong kenaikan

jumlah pengangguran di Brazil pada triwulan II 2002. Jumlah pengangguran terbesar yang

mencapai puncaknya pada bulan April dengan kenaikan sebesar 8,2%, tertinggi dalam dua

tahun terakhir. Meningkatnya jumlah pengangguran tersebut khususnya merupakan dampak

pemutusan hubungan kerja yang terjadi di sektor konstruksi dan ritel sejalan dengan belum

pulihnya kondisi perekonomian. Selain akibat pemutusan hubungan kerja, besarnya jumlah

pengangguran tersebut juga disebabkan oleh bertambahnya jumlah angkatan kerja baru.

Selain jumlah pengangguran yang meningkat, pemerintah Brazil juga mengumumkan

turunnya penghasilan riil masyarakat sebesar 5,3%. Kondisi ini juga merupakan sinyal bahwa

kondisi perekonomian belum sepenuhnya pulih.

Sebagai respon terhadap besarnya gejolak di pasar uang selama triwulan II 2002,

pada bulan Juni 2002 IMF kembali memberikan bantuan keuangan sebesar US$10 miliar

Grafik PDB dan Inflasi Brasil (%)

-3

-2

-1

0

1

2

3

4

5

6

Ma

r-97

Ju

n-9

7

Se

p-9

7

Des-9

7

Ma

r-98

Ju

n-9

8

Se

p-9

8

Des-9

8

Ma

r-99

Ju

n-9

9

Se

p-9

9

Des-9

9

Ma

r-00

Ju

n-0

0

Se

p-0

0

Des-0

0

Ma

r-01

Ju

n-0

1

Se

p-0

1

Des-0

1

PD

B

Infl

as

i

PDB Inflasi

Mar-0

2

Jun-0

2

Page 68: PERKEMBANGAN EKONOMI KEUANGAN DAN … kerjasama ekonomi, moneter, dan keuangan regional, internasional dan kegiatan penelitian. Kerjasama ekonomi, moneter, perdagangan dan keuangan

Perkembangan Ekonomi Dunia62

-6

-4

-2

0

2

4

6

8

10

Ma

r-97

Ju

n-9

7

Se

p-9

7

De

c-9

7

Ma

r-98

Ju

n-9

8

Se

p-9

8

De

c-9

8

Ma

r-99

Ju

n-9

9

Se

p-9

9

De

c-9

9

Ma

r-00

Ju

n-0

0

Se

p-0

0

De

c-0

0

Ma

r-01

Ju

n-0

1

Se

p-0

1

De

c-0

1

Ma

r-02

dalam kerangka stand-by agreement. Selanjutnya, untuk mempertahankan sustainabilitas

hutang pemerintah, pemerintah Brazi menaikkan target surplus fiskal khususnya untuk non-

financial public sector. Pemerintah Brazil juga menaikkan target inflasi untuk tahun 2002 dan

2003 sejalan dengan melemahnya nilai tukar real serta melebarkan kisaran target niali tukar.

C h i l i

Pada triwulan I 2002, perekonomian Chili tumbuh sebesar 1,5%, sementara untuk

keseluruhan tahun 2002 diperkirakan ekonomi hanya akan tumbuh sebesar 2,5%, lebih rendah

dari pertumbuhan tahun sebelumnya sebesar 2,8%. Pertumbuhan yang rendah tersebut

disebabkan oleh tingginya tingkat pengangguran dan rendahnya permintaan produk tembaga

Chili.

Tingkat pengangguran di Chili selama triwulan II 2002 dilaporkan telah mencapai 9,5%,

lebih tinggi dari triwulan sebelumnya sebesar 8,8%. Tingkat pengangguran tersebut lebih tinggi

dari angka perkiraan sebesar 9,4%. Tingkat pengangguran yang tinggi tersebut disebabkan

oleh para petani mengurangi tenaga kerjanya sebagai akibat dari telah berakhirnya musim

panen dan mulainya musim dingin. Hampir separuh pengangguran terjadi di sektor pertanian.

Tingkat pengangguran yang tinggi tersebut juga disebabkan oleh menurunnya produksi

manufaktur yang pada bulan Juni turun sebesar 2% dibandingkan dengan bulan yang sama

pada tahun sebelumnya. Produksi manufkatur mengalami penurunan untuk dua bulan terakhir.

Sementara itu, rendah-

nya permintaan produk tembaga

Chili disebabkan oleh melemahnya

permintaan luar negeri Chili.

Disamping itu, menurunnya harga

tembaga sebesar 11,1% dalam

satu bulan telah menurunkan

penerimaan dollar dan penerimaan

Pemerintah secara signifikan,

mengingat Chile merupakan

negara produsen metal terbesar di

dunia.

Grafik PDB Chili (%)

Page 69: PERKEMBANGAN EKONOMI KEUANGAN DAN … kerjasama ekonomi, moneter, dan keuangan regional, internasional dan kegiatan penelitian. Kerjasama ekonomi, moneter, perdagangan dan keuangan

Perkembangan Ekonomi Dunia 63

2

3

4

5

6

7

8

Ja

n-9

7

Ap

r-97

Ju

l-97

Oct-9

7

Ja

n-9

8

Ap

r-98

Ju

l-98

Oct-9

8

Ja

n-9

9

Ap

r-99

Ju

l-99

Oct-9

9

Ja

n-0

0

Ap

r-00

Ju

l-00

Oct-0

0

Ja

n-0

1

Ap

r-01

Ju

l-01

Oct-0

1

Ja

n-0

2

Ap

r-02

Dalam upaya mengge-

rakkan pengeluaran masyarakat

guna mendorong pertumbuhan

ekonomi, maka Pemerintah Chili

pada tanggal 8 Agustus 2002 telah

menurunkan suku bunga dari

3,25% menjadi 3%. Namun penu-

runan suku bunga yang sedemikian

rendah tersebut dikhawatirkan tidak

akan memberi pengaruh yang

berarti terhadap perekonomian

Chili, karena masyarakat yang

khawatir akan kehilangan peker-

jaan tidak bersedia untuk melakukan pinjaman, kendati suku bunga sudah sangat rendah.

Sejak ditetapkannya benchmark pada tahun 1986, Bank Sentral Chili sampai dengan saat ini

telah menurunkan suku bunga pinjamannya sebesar 3,5 percentage points. Penurunan suku

bunga yang terjadi pada bulan Agustus merupakan yang keenam kalinya dalam satu tahun.

Permintaan dalam negeri yang melemah tercermin dari menurunnya penjualan ritel

yang pada triwulan II 2002 tumbuh sebesar 0,6% dibandingkan tahun sebelumnya, lebih rendah

dari pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 1,6%. Penjualan ritel tercatat menyumbang

sebesar 11,5% dari perekonomian Chili sebesar $69 miliar.

Menurunnya pengeluaran masyarakat dan perusahaan diluar yang diperkirakan telah

menyebabkan inflasi menurun. Indeks Harga Konsumen pada bulan Juni turun sebesar 0,1%

dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Penurunan pada bulan Juni merupakan yang pertama

kalinya terjadi pada tahun 2002. Pada bulan Juni harga makanan, transportasi dan biaya

kesehatan turun masing-masing sebesar 0,1%, 0,4% dan 0,2%.

Sementara itu, kekhawatiran atas menurunnya investasi ke Chili sebagai dampak

ekonomi Brazil yang diperkirakan akan melakukan default terhadap utang-utangnya seperti

yang dilakukan oleh Argentina, maka Pemerintah Chile menempuh langkah penurunan pajak

untuk peningkatan penanaman modal asing yang pada akhirnya diharapkan akan meningkatkan

pertumbuhan ekonominya. Beberapa jenis pajak yang diturunkan meliputi (i) penghapusan

lebih cepat biaya fixed assets dengan tujuan mengurangi biaya perusahaan dan memungkinkan

Grafik Inflasi Chili (%)

Page 70: PERKEMBANGAN EKONOMI KEUANGAN DAN … kerjasama ekonomi, moneter, dan keuangan regional, internasional dan kegiatan penelitian. Kerjasama ekonomi, moneter, perdagangan dan keuangan

Perkembangan Ekonomi Dunia64

-0.6

5.1

8.29.28.48.18.47.7

6.46.7

3.3

-0.6

-3

-5.2-5.1

-0.5-0.2-0.4-0.6-1.9-2

-0.2

-4.9

-10.7

-16

-20

-15

-10

-5

0

5

10

31

/03

/19

96

30

/09

/19

96

31

/03

/19

97

30

/09

/19

97

31

/03

/19

98

30

/09

/19

98

31

/03

/19

99

30

/09

/19

99

31

/03

/20

00

30

/09

/20

00

31

/03

/20

01

30

/09

/20

01

31

/03

/20

02

dana digunakan untuk mengganti mesin-mesin yang telah aus, (ii) memperlonggar pajak bagi

perusahaan-perusahaan asing melalui upaya mempercepat implementasi perjanjian

menghapuskan double taxation dengan enam negara, termasuk Brazil dan Norway.

Argentina

Secara keseluruhan ekonomi Argentina dalam triwulan II 2002 menunjukkan kinerja

yang terus menurun yang tercermin pada pertumbuhan negatif sebesar -11,0% (q-o-q) setelah

pada triwulan sebelumnya juga mengalami kontraksi sebesar -21,8% (q-o-q). Dalam lima bulan

pertama tahun 2002 angka produksi industri turun -15,8% y-o-y. Penurunan terutama di sektor

tekstil, produksi non logam, dan otomotif.

Melambatnya kinerja ekonomi Argentina terutama mencapai puncaknya pada akhir

tahun 2000 terutama setelah IMF memutuskan menghentikan bantuan pada saat yang sama

sebesar USD22 miliar kepada Argentina karena pemerintahnya tidak berhasil mengatasi defisit

anggaran. Krisis Argentina yang telah berlangsung 4 tahun yang lalu mencapai puncaknya

pada saat keuangan pemerintah tertekan, sehingga memaksa pemerintah melakukan default

pembayaran utang-utang pemerintah yang berjumlah USD 133 juta dan mendorong

dilepaskannya kebijakan sistem peg mata uang pada bulan Januari 2001. Pada bulan Desember

2001 pemerintah membekukan dana pihak ketiga masyarakat di bank-bank domestik yang

selanjutnya diswapkan dengan obligasi pemerintah jangka 3, 5, dan 10 tahun guna mencegah

bank collapse telah mendorong

terjadinya capital outflow dan mata

uang Peso terdevaluasi sebanyak

75% terhadap USD. Kondisi ini

menyebabkan tingkat harga

melonjak sehingga memperburuk

situasi yang sebelumnya telah

ditandai oleh meningkat pesatnya

angka kemiskinan yang telah

mencapai 50% dari jumlah

penduduk (36 juta populasi) dan

tingkat pengangguran yang telah

mencapai 24% dari angkatan kerja.

Grafik PDB Argentina (%)

Page 71: PERKEMBANGAN EKONOMI KEUANGAN DAN … kerjasama ekonomi, moneter, dan keuangan regional, internasional dan kegiatan penelitian. Kerjasama ekonomi, moneter, perdagangan dan keuangan

Perkembangan Ekonomi Dunia 65

17

.1

17

.4

16

.1 13

.7

13

.2

13

.2

12

.4

14

.5

14

.5

13

.8

15

.4 14

.7

16

.4

18

.3

21

.5

31/0

5/1

996

31/1

0/1

996

31/0

5/1

997

31/1

0/1

997

31/0

5/1

998

31/0

8/1

998

31/1

0/1

998

31/0

5/1

999

31/0

8/1

999

31/1

0/1

999

31/0

5/2

000

31/1

0/2

000

31/0

5/2

001

31/1

0/2

001

31/0

5/2

002

0

5

10

15

20

25

-5

0

5

10

15

20

25

30

31

/01

/19

96

30

/04

/19

96

31

/07

/19

96

31

/10

/19

96

31

/01

/19

97

30

/04

/19

97

31

/07

/19

97

31

/10

/19

97

31

/01

/19

98

30

/04

/19

98

31

/07

/19

98

31

/10

/19

98

31

/01

/19

99

30

/04

/19

99

31

/07

/19

99

31

/10

/19

99

31

/01

/20

00

30

/04

/20

00

31

/07

/20

00

31

/10

/20

00

31

/01

/20

01

30

/04

/20

01

31

/07

/20

01

31

/10

/20

01

31

/01

/20

02

30

/04

/20

02

Disisi harga, angka inflasi

yang tercermin pada angka IHK

melonjak tajam dari 4,2% y-o-y

dalam triwulan I 2002 menjadi

23,3% y-o-y dalam triwulan II 2002.

Meningkatnya laju inflasi ini

terutama disebabkan oleh hal-hal

yang telah diutarakan diatas seperti

depresiasi tajam nilai tukar Peso,

merosotnya likuiditas per-

ekonomian akibat capital outflow

dan terhentinya bantuan luar

negeri, ketidakstabilan sosial politik

dalam negeri, serta tidak efektifnya kebijakan ekonomi. Meningkatnya laju inflasi tersebut telah

mendorong suku bunga domestik meningkat pesat baik untuk jangka pendek maupun jangka

panjang. Suku bunga jangka pendek yang tercermin pada suku bunga PUAB jangka waktu 3

bulan telah mencapai 48,75%, sementara untuk jangka panjang yang tercermin pada yield

obligasi 10 tahun telah mencapai 6817% pada akhir triwulan II 2002.

Bank sentral Argentina menyatakan bahwa cadangan devisa telah turun ke level

USD9,93 miliar pada pertengahan Juni 2002 (turun setengahnya dibandingkan level pada akhir

tahun 2001), karena adanya

intervensi valas untuk mencegah

terus merosotnya mata uang Peso

menyusul devaluasi pada bulan

Januari 2002 lalu. Saat ini peso

diperdagangan sekitar level 29 US

cent. Meskipun pemerintah sempat

menyatakan default atas Utang

pemerintah, bank sentral menya-

takan telah melakukan pembayaran

utang sebesar USD103 juta kepada

multilateral lender dan di-

keluarkannya USD22,7 miliar untuk

Grafik T ingkat Pengangguran Argentina (%)

Grafik Inflasi Argentina (%)

Page 72: PERKEMBANGAN EKONOMI KEUANGAN DAN … kerjasama ekonomi, moneter, dan keuangan regional, internasional dan kegiatan penelitian. Kerjasama ekonomi, moneter, perdagangan dan keuangan

Perkembangan Ekonomi Dunia66

-1000

-500

0

500

1000

1500

2000

31

/01

/19

96

31

/05

/19

96

30

/09

/19

96

31

/01

/19

97

31

/05

/19

97

30

/09

/19

97

31

/01

/19

98

31

/05

/19

98

30

/09

/19

98

31

/01

/19

99

31

/05

/19

99

30

/09

/19

99

31

/01

/20

00

31

/05

/20

00

30

/09

/20

00

31

/01

/20

01

31

/05

/20

01

30

/09

/20

01

31

/01

/20

02

31

/05

/20

02

intervensi dalam pertengahan Juni

2002, bahkan pada bulan Mei

pembayaran utang pemerintah

oleh bank sentral kepada bank

dunia telah mencapai USD680

juta. Tahun 2002 ini Argentina

berhutang sebesar USD 9 miliar

kepada investor multilateral karena

utang jatuh tempo.

Pemerintah Argentina telah

mengeluarkan peraturan baru yang

membatasi penarikan dana kas

atau dana yang akan ditransfer ke luar negeri pada bank-bank oleh deposan Argentina, setelah

terjadi penarikan dana kas oleh masyarakat hingga USD700 juta akibat kepanikan yang terjadi

di masyarakat sehubungan dengan isu pembekuan rekening para deposan bank oleh bank

sentral dalam rangka mencegah Capital Outflow. Guna mencegah terus terjadinya penarikan

dana kas masyarakat, Bank Sentral Argentina menetapkan batas maksimum penarikan dana

kas oleh masyarakat sebesar USD250 dari bank per minggu dan membatasi transfer dana ke

luar negeri hingga USD1000 per bulan yang kemudian diubah menjadi USD 10.000 . Sementara

itu larangan bagi bank-bank untuk menerima dana dari luar negeri baik dalam bentuk kas

maupun transfer telah dicabut. Guna melakukan transaksi melebihi dana kas yang tersedia,

Real GDP Growth -4.4 -15.0 -4.5

* Consumption -4.3 -12.7 -5.7

* investment -2.2 -7.4 0.2

* Government balance, % of GDP -5.5 -2.5 0.5

* Net trade 2.1 5.1 1.0

* CPI, %oya -1.1 33.2 130.0

* PPI,%oya -2.3 92 180

Exchange rate, unit/$ eop 1.00 7.50 11.50

Marchandise trade bal. ($bil) 7.5 17.2 19.6

* Exports 26.7 25.3 26.9

* Imports 19.1 8.1 7.3

Current acc. Bal. -4.4 6.3 8.8

% of GDP -1.6 7.1 19.2

International reserve, ($ bil.) 15.3 7.0 6.0

Total external debt, % of GDP 55 169 334

Source: “World Financial Market-3rd quarter”, J.P. Morgan

Economic Activity 2001 2002f 2003f

Data indikator ekonomi utama Argentina

Grafik Neraca Perdagangan Argentina (US$ ribu)

Page 73: PERKEMBANGAN EKONOMI KEUANGAN DAN … kerjasama ekonomi, moneter, dan keuangan regional, internasional dan kegiatan penelitian. Kerjasama ekonomi, moneter, perdagangan dan keuangan

Perkembangan Ekonomi Dunia 67

31/0

3/1

996

30/0

9/1

996

31/0

3/1

997

30/0

9/1

997

31/0

3/1

998

30/0

9/1

998

31/0

3/1

999

30/0

9/1

999

31/0

3/2

000

30/0

9/2

000

31/0

3/2

001

30/0

9/2

001

31/0

3/2

002

0

20000

40000

60000

80000

100000

140000

160000

120000

90912

90974

95147

99468

101960

104255

107140

124315

130481

135588

141349

141957

141646

141742

124211

145289

143654

143871

144241

146339

144769

142416

147181

140190

132566

masyarakat dapat menggunakan

sarana pembayaran lainnya seperti

melalui cek, kartu kredit, kartu debit,

atau transfer. Peraturan baru yang

dikeluarkan juga menetapkan

bahwa sejak tanggal 3 Desember

2001 semua kredit baru harus

berdenominasi USD, sementara itu

untuk kredit berdenominasi Peso

yang sudah terjadi sebelum 3

Desember 2001 dapat dikonversi

kedalam USD jika debitur meng-

inginkan hal itu. Tujuan diterapkan

peraturan baru ini adalah untuk memperkuat lembaga keuangan dengan memberikan

kesempatan bagi bank-bank untuk berkonsolidasi tanpa mengurangi aktivitas ekonomi.

Selanjutnya, berhubung kondisi yang berlangsung semakin membahayakan sistem perbankan,

maka pemerintah menetapkan pembekuan rekening deposan dan telah menawarkan kepada

para deposan tersebut untuk menukar dana dimaksud dengan obligasi pemerintah denominasi

Peso yang akan jatuh tempo pada tahun 2007 dan 2012.

Perekonomian Argentina diperkirakan tidak akan terpuruk lebih dalam lagi dan prospek

ekonomi kedepan akan membaik dengan berbagai program reformasi ekonomi yang didukung

oleh IMF dan investor asing. Dengan demikian diharapkan inflasi yang sangat tinggi bisa dihindari

dan kebijakan dolarisasi tidak akan jadi diterapkan. Dengan dukungan internasional dan

reformasi kebijakan ekonomi dan formulasi kebijakan moneter yang efektif diharapkan sistem

perbankan akan kembali berjalan guna membiayai roda perekonomian. Selanjutnya diharapkan

angka pengangguran akan berkurang, pendapatan masyarakat meningkat dan secara akumulasi

ekonomi secara keseluruhan akan membaik. Namun demikian jika program ekonomi yang

akan diterapkan tidak berhasil memperbaiki ekonomi, maka dipastikan output riil akan merosot

tajam akibat langkanya dana untuk menggerakan roda perekonomian, selanjutnya akan

berakibat kepada turunnya penghasilan masyarakat dan meningkatnya angka pengangguran

dan kemiskinan. Namun demikian diharapkan ekonomi akan membaik di tahun 2003 pada

saat program ekonomi sudah efektif dan sistem perbankan sudah mulai bangkit dari

keterpurukan.

Grafik T ingkat Pengangguran Argentina (%)

Page 74: PERKEMBANGAN EKONOMI KEUANGAN DAN … kerjasama ekonomi, moneter, dan keuangan regional, internasional dan kegiatan penelitian. Kerjasama ekonomi, moneter, perdagangan dan keuangan

Perkembangan Ekonomi Dunia68

Khusus di sektor eksternal, diharapkan akan mulai bangkit mulai semester II 2002

seiring dengan membaiknya kinerja sektor industri yang berbasis ekspor dan kembali pulihnya

kepercayaan para investor baik dalam maupun luar negeri. Secara keseluruhan pada tahun

2002 diperkirakan surplus neraca perdagangan akan membesar sehubungan dengan

merosotnya impor dan berkurangnya pengeluaran dalam neraca jasa-jasa. Kedepan diharapkan

pemerintah Argentina akan terus melakukan negosiasi kepada IMF dan kreditur asing untuk

menjadwal kembali ULN maupun obligasi pemerintah yang tempo termasuk permintaan agar

diberikan pinjaman baru untuk menutupi kurangnya likuiditas ekonomi. Khusus untuk utang

terhadap IMF yang akan jatuh tempo pada tgl 17 Juli 2002 sebesar USD 985 juta diharapkan

dapat diperpanjang. Diharapkan dari Inter-American Development Bank dapat menangguhkan

utang yang harus jatuh tempo atau paling tidak dapat memberikan pinjaman baru. Demikian

juga perlakuan yang sama diharapkan dari lender lain seperti World bank dan kreditur swasta.

Diharapkan juga bantuan khusus untuk program sosial dan stabilasasi fiskal, dari IADB dan

the World Bank sebesar USD446 juta yang tidak terkait dengan persyaratan bantuan IMF

dalam triwulan III akan segera cair.

Disisi harga, setelah 3 tahun sebelumnya mengalami deflasi, devaluasi mata uang

Peso mengakibatkan harga-harga meningkat tajam. Dalam 4 bulan pertama tahun 2002, IHK

telah meningkat lebih dari 20%, dan WPI meningkat lebih dari 60%. Dalam masa mendatang

tingkat inflasi akan dipengaruhi paling tidak oleh 2 faktor. Pertama, tingkat pencetakan/

penambahan uang karta baru yang bergantung pula kepada kondisi defisit anggaran pemerintah

dan upaya penyelesaian deposito masyarakat yang dibekukan. Kedua, prospek atas tuntutan

kenaikan gaji yang diindeks yang menjadi tuntutan serikat buruh.

Dalam hal nilai tukar, setelah nilai tukar Peso mencapai Ps4/USD1 pada akhir Maret

2002 lalu dan kemudian turun ke level Ps3/USD1 beberapa minggu kemudian setelah bank

sentral Argentina melakukan intervensi, maka nilai tukar Peso kedepan akan sangat dipengaruhi

oleh disiplin anggaran pemerintah dalam mengurangi defisit anggaran termasuk perkembangan

fundamental ekonomi. Dalam kondisi yang diselimuti ketidakpastian, kurangnya likuiditas karena

penghimpunan dana baik dari domestik maupun asing hanya dapat diperoleh dari pasar valas

yang cenderung beresiko tinggi terhadap nilai tukar Peso. Beberapa analis memperkirakan

bila bantuan dan keyakinan investor asing tidak membaik maka nila tukar Peso bisa menjadi

Ps 5,66.0/USD 1 dalam triwulan III 2002 dan bahkan bisa menjadi Ps9/USD1 tahun 2003

mendatang.

Page 75: PERKEMBANGAN EKONOMI KEUANGAN DAN … kerjasama ekonomi, moneter, dan keuangan regional, internasional dan kegiatan penelitian. Kerjasama ekonomi, moneter, perdagangan dan keuangan

Perkembangan Ekonomi Dunia 69

BOKS :UPAYA LANJUTAN PEMULIHAN EKONOMI ARGENTINA

Untuk mengatasi permasalahan ekonomi paling tidak ada empat hal yang saat

ini menjadi prioritas dan sedang dibahas bersama antara pemerintah Argentina dan

IMF yaitu: menyusun kerangka kebijakan fiskal yang tepat termasuk koordinasi dengan

setiap propinsi, upaya stabilisasi sistem perbankan dengan mengembalikan fungsi bank

sebagai lembaga penyimpan dan penyalur dana, penentuan kebijakan moneter yang

kondusif terutama dalam penentuan banyaknya uang kartal yang kondusif bagi pereko-

nomian, dan upaya pemulihan kredibilitas pemerintah di mata masyarakat Argentina

termasuk peningkatan independensi bank sentral. Selain itu pemerintah juga tengah

melakukan upaya penjajakan meminta bantuan pemikiran dari beberapa ahli asing

seperti mantan kepala Fedres ‘Paul Volcker, mantan kepala IMF ‘Michael Camdessus,

dan mantan presiden komisi Eropa ‘Jacques Dellors’, untuk memulihkan sistem

perbankan yang porak-poranda dan memformulasikan kebijakan moneter yang efektif.

Sejalan upaya memulihkan ekonomi nasional, pemerintah Argentina terus

berupaya menjalin hubungan baik kembali dengan para kreditur untuk mempermudah

akses pinjaman baru yang sangat dibutuhkan untuk mengatasi krisis keuangan

pemerintah. Dengan IMF sendiri, pemerintah Argentina selain mengharapkan kelanjutan

program bantuan keuangan baru, juga mengharapkan IMF dapat terus merollover pokok

dan bunga yang jatuh tempo meskipun sebesar USD 900 juta sudah disetujui dirollover

oleh IMF untuk ULN yang jatuh tempo di bulan Juli 2002. Demikian pula terhadap Inter-

American Development Bank (IADB), pemerintah Argentina mengharapkan hutang yang

jatuh tempo pada bulan Juli 2002 sebesar USD700 juta untuk dirollover meskipun IADB

sendiri sudah memberikan sinyal tidak memungkinkan untuk memberikan penangguhan

pembayaran utang luar negeri Argentina. IADB dapat memberikan pinjaman baru

terutama untuk program sosial, kesehatan, dan pendidikan seperti yang sempat diberikan

sebesar USD694 juta pada bulan Mei 2002. Sementara itu terhadap ULN dari kreditur

multilateral yang akan jatuh tempo sebesar USD2,7 miliar di bulan September 2002

juga diharapkan hal sama.

Page 76: PERKEMBANGAN EKONOMI KEUANGAN DAN … kerjasama ekonomi, moneter, dan keuangan regional, internasional dan kegiatan penelitian. Kerjasama ekonomi, moneter, perdagangan dan keuangan

Perkembangan Ekonomi Dunia70

Bank sentral Argentina telah menyusun rencana program moneter untuk periode

Februari hingga Desember 2002 yang berisikan rencana untuk mencetak uang Peso

baru senilai Peso 14,7 miliar eq. USD3,83 miliar , jauh diatas yang sebelumnya

dianggarkan pemerintah sebesar 3,5 miliar Peso. Selain itu juga direncanakan untuk

mencetak obligasi senilai 11,155 miliar Peso sebagai instrumen pengganti deposito

masyarakat yang dibekukan sejak Desember 2001 (perkiraan hanya 30% deposan

yang berminat untuk program Peso bond- swap 2012 dan 15% untuk P

eso bond-swap 2007 ini). Penyusunan program kebijakan moneter ini terkait dengan

upaya kemungkinan untuk mencairkan deposito masyarakat, stabilisasi sektor

perbankan, termasuk pengendalian pencetakan uang baru/penggunaan script currency

yang dikeluarkan provinci guna mencegah hyperinflation yang saat ini sudah mencapai

42,6%. IMF disisi lain terus mengupayakan perundingan mengenai kebijakan moneter

yang disusun oleh pemerintah Argentina dengan tujuan untuk mencegah terulangnya

hyperinflation sebesar 5000% yang pernah terjadi di tahun 1980-an. Sementara itu

bank sentral juga sedang meyusun strategi guna mengatasi terus menurunnya DPK

diperbankan yang diperkirakan dapat mencapai 32,519 miliar Peso dalam periode

Februari hingga Desember 2002. Perbankan Argentina kehilangan dana deposito

sebesar USD18 miliar pada saat rush terjadi dibulan Desember 2001 yang selanjutnya

diambil langkah pembekuan deposito masyarakat yang masih tersisa sebesar USD40

miliar dalam rangka mencegah collapsnya perbankan Argentina.

Page 77: PERKEMBANGAN EKONOMI KEUANGAN DAN … kerjasama ekonomi, moneter, dan keuangan regional, internasional dan kegiatan penelitian. Kerjasama ekonomi, moneter, perdagangan dan keuangan

Pasar Keuangan dan Pasar Komoditas 71

PENDAHULUAN

Indikasi pemulihan ekonomi dunia yang terjadi pada triwulan I 2002, tidak berlanjut

pada triwulan berikutnya, karena pada triwulan II perkembangan ekonomi di semua kawasan

menunjukkan kecenderungan menurun. Perkembangan ekonomi saling mempengaruhi

terhadap perkembangan di pasar komoditas dan pasar keuangan, yang meliputi pasar uang,

pasar modal dan pasar valuta asing. Dengan demikian perubahan arah perkembangan ekonomi

tersebut juga tercermin pada perkembangan variabel-variabel di pasar keuangan dan komoditas.

Di pasar uang, perkembangan arah pergerakan suku bunga dipengaruhi oleh kebijakan

yang diambil oleh otoritas moneter, terutama oleh Bank Sentral AS sebagai negara terbesar

dunia. Menghadapi perkembangan ekonomi yang cenderung menurun pada triwulan II 2002,

Bank Sentral negara-negara maju memutuskan untuk tetap mempertahankan tingkat suku

bunganya yang saat ini sudah pada level yang rendah. Dengan demikian benchmark suku

bunga bank sentral sepanjang periode laporan tidak mengalami perubahan. Perkembangan

ekonomi dalam triwulan II tercermin pada perkembangan suku bunga yang terjadi di pasar

uang, baik dikawasan Eropa maupun Asia yang masing-masing menunjukkan kecenderungan

yang seragam yaitu cenderung menurun. Penurunan suku bunga tersebut menunjukkan

lemahnya ekspektasi pasar terhadap perkembangan ekonomi dunia, sehingga menurunkan

minat investor untuk memulai usaha, sehingga terjadi adjustment dengan sendirinya berupa

turunnya suku bunga pasar uang.

Sejalan dengan melambatnya pertumbuhan ekonomi dunia, perkembangan pasar

obligasi sepanjang periode laporan ditandai dengan kecenderungan menurunnya yield obligasi

pemerintah di seluruh dunia kecuali yield obligasi pemerintah Indonesia (Yankee Bond RI).

Penurunan yield obligasi tersebut mendorong harga obligasi sebagai instrumen fixed income

terkoreksi naik. Hal ini terjadi karena para investor beramai-ramai mengalihkan dananya dari

pasar uang dan pasar saham ke pasar obligasi (flight to quality) menyusul kecenderungan

menurunnya suku bunga di pasar uang dan terpuruknya bursa saham dunia.

PASAR KEUANGAN DAN PASAR KOMODITAS

Page 78: PERKEMBANGAN EKONOMI KEUANGAN DAN … kerjasama ekonomi, moneter, dan keuangan regional, internasional dan kegiatan penelitian. Kerjasama ekonomi, moneter, perdagangan dan keuangan

Pasar Keuangan dan Pasar Komoditas72

Perkembangan pasar saham dunia diwarnai oleh melemahnya indeks harga saham

di hampir seluruh bursa saham dunia. Diawali dari terpuruknya bursa saham AS seiring dengan

lesunya perekonomian AS, sentimen bearish tersebut kemudian menjalar ke bursa saham

Eropa, Jepang, dan bursa-bursa saham lain di dunia. Hal ini menunjukkan bahwa negara-

negara lain memiliki ketergantungan yang cukup besar terhadap pasar AS sehingga menjadikan

AS sebagai barometer ekonomi dan pusat keuangan dunia.

Di pasar valuta asing, nilai tukar mata uang utama dunia bergerak searah yaitu

cenderung menguat terhadap USD. Faktor domestik yang melatar belakangi melemahnya

USD tersebut antara lain adalah kinerja ekonomi AS yang melemah sepanjang triwulan II

maupun turunnya indeks saham karena penurunan profit yang memicu sentimen negatif in-

vestor. Sementara itu faktor positif terhadap mata uang utama lainnya juga turut menekan nilai

tukar USD. Dalam periode laporan, optimisme kebangkitan ekonomi Eropa maupun keyakinan

terhadap perkembangan ekonomi di Jepang masing-masing memberikan sentimen positif

terhadap penguatan nilai tukar mata uang euro, Pounsterling dan Yen terhadap USD, meskipun

nilai tukar mata uang Yen sepanjang periode laporan sempat mengalami fluktuasi. Sejalan

dengan perkembangan tersebut, mata uang negara-negara di Asia juga cenderung menguat

terhadap USD yang disebabkan oleh faktor eksternal maupun faktor internal masing-masing

negara.

Perkembangan di pasar komoditas, sepanjang triwulan II cukup beragam untuk

masing-masing komoditas. Komoditi utama dunia yaitu minyak, perkembangannya sepanjang

periode laporan sangat berfluktuasi dipengaruhi oleh faktor ekonomi, yaitu faktor supply dan

demand, juga oleh faktor non ekonomi. Sementara itu kecederungan peningkatan harga emas

yang berlangsung dalam triwulan I masih berlanjut pada triwulan II. Namun demikian, faktor

yang melatar belakangi peningkatan harga emas pada triwulan I dan II berbeda. Peningkatan

harga emas pada triwulan I dikarenakan oleh meningkatnya permintaan sejalan dengan

membaiknya kondisi ekonomi. Sedangkan pada triwulan II, peningkatan harga emas adalah

karena perkembangan saham yang memburuk sehingga mendorong naiknya permintaan emas

sebagai alternatif investasi. Sementara itu perkembangan harga komoditas pertanian yaitu

kopi cederung menurun karena panen yang meningkat di Brazil pada akhir laporan, sedangkan

harga jagung dan gandum cenderung meningkat karena kekhawatiran berkurangnya hasil

panen di AS sebagai produsen utama dunia.

Page 79: PERKEMBANGAN EKONOMI KEUANGAN DAN … kerjasama ekonomi, moneter, dan keuangan regional, internasional dan kegiatan penelitian. Kerjasama ekonomi, moneter, perdagangan dan keuangan

Pasar Keuangan dan Pasar Komoditas 73

PASAR UANG

Perkembangan pemulihan ekonomi yang terjadi pada kuartal pertama 2002 di AS, Eropa

dan Jepang, diharapkan akan mengatasi masalah kepercayaan investor dan konsumen yang

tercermin pada perkembangan di berbagai pasar termasuk pasar keuangan. Memasuki kuartal

kedua, pasar keuangan diberbagai kawasan dunia terlihat masih berupaya untuk memulihkan

kepercayaan investor dan konsumen sebagaimana terlihat dari kecenderungan turunnya suku

bunga. Sementara itu, perkembangan ekonomi di AS dan Jepang pada kuartal kedua yang

menunjukkan penurunan dibandingkan dengan perkembangan pada kuartal sebelumnya

mengindikasikan bahwa belum akan terjadi peningkatan suku bunga dalam waktu dekat.

Perkembangan pasar uang masih

dipengaruhi oleh kebijakan yang

dilakukan oleh Bank Sentral, yang

melakukan penyesuaian terhadap

perkembangan ekonomi dengan

cara memanipulasi suku bunga

maupun kebijakan moneter,

dengan Federal Reserve (Bank

Sental AS) sebagai pemimpinnya.

Meskipun ekonomi AS mengalami

pertumbuhan, namun tingkat

pertumbuhannya rendah dan tidak

pasti. Menghadapi kondisi

demikian The Fed mengambil

kebijakan untuk tetap mem-

pertahankan suku bunganya tetap

pada level yang rendah. Bank

Sentral AS yang telah

memberlakukan kebijakan suku

bunga rendah tersebut, yaitu pada

level 1.75% sejak Desember

tahun lalu, pada triwulan masih

mempertahankan suku bunga di

level tersebut.

Suku BungaPasar Uang Negara-Negara Maju (6 bulan) (%)

Grafik Suku Bunga Fed FundApril 1999 - Juni 2002

Persen

Persen

Maret 2001

5.375.43

4.48 4.14

4.40 4.33

4.71

3.91

2.52

1.98

2.33

1.96

0.130.08

0.09

0.10

0.100.08

4.42

4.37

3.54

3.25

3.593.54

0.00

1.00

2.00

3.00

4.00

5.00

6.00

GBP-LIBOR USD-LIBOR JPY-LIBOR EURO-LIBOR

Juni 2001 September 2001

Desember 2001 Maret 2002 Juni 2002

Fed Fund Effective

0

1,0

2,0

3,0

4 6 8 10 12 4 6 8 10 122 4 6 8 10 122 4 621999 2000 2001 2002

Fed Fund Target

4,0

5,0

6,0

7,0

Page 80: PERKEMBANGAN EKONOMI KEUANGAN DAN … kerjasama ekonomi, moneter, dan keuangan regional, internasional dan kegiatan penelitian. Kerjasama ekonomi, moneter, perdagangan dan keuangan

Pasar Keuangan dan Pasar Komoditas74

Kebijakan tersebut

diikuti juga oleh bank sentral

Inggris (Bank of England) dan

bank sentral euro (European

Central Bank) yang masing-

masing mempertahankan suku

bunganya pada level 4% dan

3.25%. Suku bunga tersebut

telah bertahan sejak ditetapkan

pada bulan Agustus tahun 2001.

Para ekonom Eropa meman-

dang bahwa perekonomian

negara-negara di Eropa masih

belum keluar dari penurunan

yang terjadi pada tahun lalu, sehingga kenaikan suku bunga dipandang masih terlalu dini. Saat

ini masih banyak perusahan kecil yang sangat tergantung pada pinjaman dengan suku bunga

rendah. Demikian juga di Inggris perkembangan ekonominya masih belum menunjukkan kema-

juan yang signifikan, sehingga dipandang masih diperlukan suku bunga yang rendah.

Sementara itu Bank of Japan (BOJ) dalam triwulan II 2002, masih mempertahankan

kebijakan suku bunga mendekati nol dan menyediakan dana untuk perekonomian guna

menahan jatuhnya harga agar negara dapat keluar dari resesi. Kebijakan suku bunga tersebut

dimulai sejak Maret tahun lalu. Penyediaan dana tersebut juga ditujukan agar bank dapat

memberikan pinjaman yang dibutuhkan untuk menggerakkan roda perekonomian. BOJ menya-

takan bahwa kebijakan tersebut akan terus dipertahankan hingga harga-harga, kecuali makanan

segar, berhenti dari kecenderungan turun terus-menerus. Harga-harga mulai turun sejak Juli

1998, sempat terhenti antara Mei s.d. September 1999, selanjutnya menurun kembali pada

periode berikutnya.

Kebijakan yang diambil oleh bank sentral berbagai negara tersebut beserta

perkembangan ekonomi yang terjadi berpengaruh terhadap suku bunga pasar uang di berbagai

kawasan sebagaimana tercermin pada suku bunga LIBOR dan suku bunga pasar uang Asia.

Di pasar uang London pada akhir triwulan II 2002 suku bunga poundsterling mencapai 4.32%

turun dari 4.39% pada triwulan sebelumnya. Demikian pula suku bunga dolar AS, Yen Jepang

Grafik Suku Bunga Pasar Uang Asia 1)

1) Interbank rate

15.63

17.07

17.85 17.94

17.40

16.11

2.25 2.191.88

1.131.13

0.88

3.043.003.28

3.27

3.24

3.23

2.442.382.63

4.664.79 4.73 4.70

0.00

2.00

4.00

6.00

8.00

10.00

12.00

14.00

16.00

18.00

Jakarta Singapura Malaysia Thailand Korea

Maret 2001 Juni 2001 September 2001

Desember 2001 Maret 2002 Juni 2002

Persen

Page 81: PERKEMBANGAN EKONOMI KEUANGAN DAN … kerjasama ekonomi, moneter, dan keuangan regional, internasional dan kegiatan penelitian. Kerjasama ekonomi, moneter, perdagangan dan keuangan

Pasar Keuangan dan Pasar Komoditas 75

dan euro, masing-masing turun dari 2.33%, 0.10% dan 3.59% pada akhir triwulan I 2002 menjadi

1.96%, 0.082% dan 3.53% pada akhir triwulan II 2002. Perkembangan ekonomi dalam negeri

dan luar negeri pada triwulan II yang kurang kondusif mempengaruhi suku bunga Jepang yang

sudah sangat rendah tersebut makin turun lagi. Menurunnya pasar AS mengurangi permintaan

produk Jepang. Kondisi tersebut dibarengi dengan melemahnya USD menyebabkan harga

produk Jepang mahal, sehingga mengurangi ekspor.

Sementara itu di kawasan Asia lainnya, suku bunga pasar juga menunjukkan

kecenderungan searah dengan suku bunga negara maju. Suku bunga pasar uang Indonesia

(JIBOR 6 bulan), Singapura, Malaysia, Thailand dan Korea Selatan turun masing-masing dari

17.40%, 1.13%, 3.24%, 2.38% dan 4.73% pada akhir triwulan I 2002 menjadi 16.11%, 0.87%,

3.23%, 2.06% dan 4.70% pada akhir triwulan II 2002.

Perkembangan yang terjadi pada seluruh suku bunga pasar uang di berbagai kawasan

tersebut menunjukkan kecenderungan yang seragam, yang mengindikasikan bahwa proses

pemulihan ekonomi secara global masih terus berlangsung.

PASAR MODAL

Pasar Obligasi

Sejalan dengan melambatnya pertumbuhan ekonomi dunia, perkembangan pasar

obligasi sepanjang periode laporan ditandai dengan kecenderungan menurunnya yield obligasi

pemerintah di seluruh dunia kecuali yield obligasi pemerintah Indonesia (Yankee Bond RI).

Penurunan yield obligasi tersebut mendorong harga obligasi sebagai instrumen fixed income

terkoreksi naik. Hal ini terjadi karena para investor beramai-ramai mengalihkan dananya dari

pasar uang dan pasar saham ke pasar obligasi (flight to quality) menyusul kecenderungan

menurunnya suku bunga di pasar uang dan terpuruknya bursa saham dunia.

Di pasar uang, lesunya kondisi ekonomi menimbulkan ekspektasi terhadap penurunan

suku bunga guna menggairahkan kembali kegiatan ekonomi masyarakat dan dunia usaha.

Walaupun sebagian besar otoritas moneter di seluruh dunia tetap mempertahankan suku bunga

benchmark, namun suku bunga di pasar uang cenderung menurun mengikuti ekspektasi pasar.

Di pasar saham, jatuhnya indeks harga saham terutama dipicu oleh sikap skeptis di kalangan

investor terhadap kecenderungan menurunnya kualitas corporate governance dan pendapatan

dunia usaha. Hal ini diperparah dengan munculnya skandal keuangan WorldCom di AS

Page 82: PERKEMBANGAN EKONOMI KEUANGAN DAN … kerjasama ekonomi, moneter, dan keuangan regional, internasional dan kegiatan penelitian. Kerjasama ekonomi, moneter, perdagangan dan keuangan

Pasar Keuangan dan Pasar Komoditas76

menjelang akhir periode laporan

yang ternyata berdampak buruk

terhadap kepercayaan investor.

Situasi yang tidak menguntung-

kan di pasar uang dan pasar

saham itulah yang menjadi fak-

tor penyebab utama para inves-

tor memburu obligasi pemerin-

tah sehingga harga instrumen

fixed income cenderung me-

ningkat dalam periode laporan.

Bermula dari pasar

obligasi AS, sentimen bullish

kemudian menghinggapi pasar obligasi dunia. Yield US Treasury Notes berjangka waktu 10

tahun yang akan jatuh tempo tahun 2006 mendatang turun 95,2 bps dari 4,61% pada akhir

Maret 2002 menjadi 3,66% pada akhir Juni 2002. Penurunan yield US T Notes tersebut kemudian

diikuti oleh obligasi pemerintah negara-negara lainnya. Yield obligasi Pemerintah Jepang (JGB)

menurun 19,0 bps dari 0,90% menjadi 0,71% dalam periode yang sama. Yield obligasi

Pemerintah Inggris juga menurun, yaitu sebesar 32,8 bps dari 5,39% menjadi 5,06%, sementara

yield obligasi negara-negara Asia seperti Cina, Korea Selatan, dan Singapura masing-masing

menurun sebesar 73,0 bps, 68,6 bps, dan 46,4 bps berturut-turut dari 5,92%, 5,85%, dan

3,72% menjadi 5,19%, 5,16%,

3,26% dalam periode yang

sama. Selain karena sentimen

bullish, menurunnya yield obli-

gasi di luar pasar AS juga dipicu

oleh pelarian modal dari pasar

AS ke negara-negara tersebut

termasuk ke pasar obligasi

domestiknya atau dari aset-aset

berdenominasi dolar AS ke aset-

aset berdenominasi selain dolar

AS (flight to currency).

Grafik PerkembanganYield Obligasi Pemerintah Indonesia (%)

6

7

8

9

10

11

12

13

14

Jun-

01

Jul-

01

Aug-

01

Sep-

01

Oct-

01

Nov-

01

Dec-

01

Jan-

02

Feb-

02

Mar-

02

Apr-

02

May-

02

Jun-

02

Grafik Perkembangan Yield Obligasi Beberapa Negara (%)

0.00

1.00

2.00

3.00

4.00

5.00

6.00

7.00

8.00

Jun-01 Jul-01 Aug-01 Sep-01 Oct-01 Nov-01 Dec-01 Jan-02 Feb-02 Mar-02 Apr-02 May-02 Jun-02

US UK Japan China Korea Singapore

Page 83: PERKEMBANGAN EKONOMI KEUANGAN DAN … kerjasama ekonomi, moneter, dan keuangan regional, internasional dan kegiatan penelitian. Kerjasama ekonomi, moneter, perdagangan dan keuangan

Pasar Keuangan dan Pasar Komoditas 77

Berbeda dengan perkembangan obligasi pada umumnya, yield Yankee Bond Indone-

sia justru meningkat. Ini berarti harga obligasi Pemerintah Indonesia tersebut turun. Penyebab

utama menurunnya daya tarik obligasi Indonesia tersebut bersumber dari keragu-raguan para

investor terhadap kemampuan keuangan Pemerintah Indonesia dalam memenuhi kewajiban-

kewajibannya. Dalam periode laporan, yield Yankee Bond RI meningkat 36,2 bps dari 7,39%

menjadi 7,75%.

Pasar Saham

Sepanjang periode laporan, perkembangan pasar saham dunia diwarnai oleh

melemahnya indeks harga saham di hampir seluruh bursa saham dunia. Diawali dari terpuruknya

bursa saham AS seiring dengan lesunya perekonomian AS, sentimen bearish tersebut kemudian

menjalar ke bursa saham Eropa, Jepang, dan bursa-bursa saham lain di dunia. Hal ini

menunjukkan bahwa negara-negara lain memiliki ketergantungan yang cukup besar terhadap

pasar AS sehingga menjadikan AS sebagai barometer ekonomi dan pusat keuangan dunia.

Di bursa saham AS, indeks saham Dow Jones (DJIA) anjlok 1.161 poin atau merosot

11,2% sepanjang periode laporan dan ditutup pada posisi 9.243 pada akhir periode laporan.

Merosotnya indeks saham AS tersebut terutama dipicu oleh saham-saham industri otomotif,

telekomunikasi, dan komputer. Penurunan saham-saham otomotif terjadi setelah Morgan Stanley

merekomendasikan pelepasan saham General Motor dan Ford karena kekhawatiran akan

menurunnya permintaan produk otomotif di AS sehubungan dengan perkiraan melambatnya

consumer spending di AS. Sementara itu, saham-saham industri penerbangan dan pelayaran

juga ikut terpukul terutama akibat meningkatnya harga minyak dunia sehingga memperberat

biaya operasional maskapai penerbangan dan pelayaran.

Lambatnya pemulihan ekonomi AS sebagaimana disinyalir oleh Alan Greenspan menjadi

faktor penyebab utama terpuruknya bursa saham AS. Indikasi perlambatan ekonomi AS antara

lain tercermin dari menurunnya angka retail sales, masih lemahnya consumer spending, dan

DJIA NKY 225 Stoxx 50 JCI STI SET Kospi

-11,16% -3,66% -17,17% 4,82% -13,88% 4,05% -17,07%

Prosentase kenaikan harga saham pada Triwulan II 2002

Page 84: PERKEMBANGAN EKONOMI KEUANGAN DAN … kerjasama ekonomi, moneter, dan keuangan regional, internasional dan kegiatan penelitian. Kerjasama ekonomi, moneter, perdagangan dan keuangan

Pasar Keuangan dan Pasar Komoditas78

melambatnya pertumbuhan

sektor jasa. Melambatnya ki-

nerja ekonomi AS telah memicu

peningkatan angka jobless claim

dan mengurangi optimisme

terhadap prospek keuntungan

perusahaan-perusahaan di AS

sehingga menurunkan secara

drastis minat investor untuk

berinvestasi di AS. Kepercayaan

investor terhadap prospek

usaha di AS tersebut semakin

diperburuk oleh sinyalemen FBI

mengenai kemungkinan serangan teroris baru ke AS, adanya kasus investigasi atas pajak

penjualan Tyco International Ltd., dan skandal keuangan yang menimpa perusahaan tele-

komunikasi terbesar di AS, WorldCom pada akhir periode laporan. Hal ini menimbulkan sikap

skeptis di kalangan investor sehingga memicu spekulasi pelarian modal keluar AS. Di sisi lain,

peningkatan harga minyak dunia juga semakin memperberat beban ekonomi AS mengingat

AS merupakan konsumen minyak terbesar dunia. Walaupun ada perkembangan positif yang

muncul dari order barang-barang durable di AS yang dilaporkan mulai meningkat dalam periode

laporan, namun peningkatan tersebut tidak cukup kuat untuk menahan kemerosotan indeks

harga saham.

Di Eropa, perkembangan pasar saham juga diwarnai oleh kecenderungan menurunnya

indeks harga saham perusahaan-perusahaan Eropa. Kecenderungan penurunan indeks harga

saham tersebut terutama didorong kekhawatiran terhadap menurunnya keuntungan dunia usaha

di Eropa sehingga menurunkan business confidence di Eropa. Proses pemulihan ekonomi di

Eropa ternyata belum cukup kuat untuk meningkatkan keuntungan dunia usaha. Sepanjang

periode laporan, indeks saham Dow Jones Stoxx 50 merosot sebesar 634 poin atau 17,2% —

tingkat kemerosotan terbesar dibandingkan dengan indeks harga saham dunia lainnya— dan

ditutup pada posisi 3.061 pada akhir periode laporan. Penurunan indeks harga saham Eropa

terutama dimotori oleh saham-saham perusahaan telekomunikasi seperti Nokia dan Ericsson.

Kekhawatiran terhadap menurunnya angka penjualan dan ekspor kedua perusahaan menjadi

Grafik Perkembangan Indeks Harga Saham Utama Dunia

9000

9300

9600

9900

10200

10500

10800

11100

11400

11700

12000

12300

04/0

1/2

002

18/0

1/2

002

01/0

2/2

002

15/0

2/2

002

01/0

3/2

002

15/0

3/2

002

29/0

3/2

002

12/0

4/2

002

26/0

4/2

002

10/0

5/2

002

24/0

5/2

002

07/0

6/2

002

21/0

6/2

002

DJ

IA,

NK

Y 2

25

DJIA

NKY 225

DJ Stoxx 50

Page 85: PERKEMBANGAN EKONOMI KEUANGAN DAN … kerjasama ekonomi, moneter, dan keuangan regional, internasional dan kegiatan penelitian. Kerjasama ekonomi, moneter, perdagangan dan keuangan

Pasar Keuangan dan Pasar Komoditas 79

penyebab utama turunnya harga

saham kedua raksasa tele-

komunikasi Eropa tersebut.

Kekhawatiran tersebut berkaitan

dengan kecenderungan menguat-

nya mata uang euro dan masih

lemahnya consumer spending di

AS sebagai pasar utama produk-

produk ekspor Eropa. Hal ini

didukung pula oleh analisis UBS

Warburg yang memperkirakan

bahwa penjualan telepon selular

akan mengalami penurunan.

Selain saham-saham perusahaan telekomunikasi, saham-saham perbankan, industri

otomotif, industri farmasi, serta saham lembaga keuangan dan asuransi juga mengalami

penurunan. Penurunan saham-saham perbankan terutama dipicu oleh spekulasi pasar terhadap

kemungkinan peningkatan suku bunga benchmark oleh ECB. Penurunan saham-saham industri

otomotif terkait dengan rekomendasi Morgan Stanley untuk melepas saham General Motor

dan Ford Motor. Saham-saham perusahaan farmasi juga mengalami penurunan dipicu oleh

penurunan saham AstraZeneca Plc —perusahaan farmasi terbesar kedua di Eropa— akibat

tertundanya pengenalan obat kolesterol produksi perusahaan tersebut ke pasar AS. Sementara

itu, penurunan saham-saham lembaga keuangan dan asuransi seperti Zurich Financial Serv-

ices karena terimbas oleh merosotnya bursa saham AS.

Perkembangan pasar saham Jepang ditandai dengan naik turunnya indeks Nikkei 225

sepanjang periode laporan. Perkembangan indeks Nikkei 225 tersebut terbagi ke dalam dua

fase. Pada mulanya, indeks Nikkei 225 cenderung meningkat sejak awal April hingga menjelang

akhir Mei 2002. Namun kemudian indeks Nikkei 225 cenderung kembali bergerak menurun

hingga akhir Juni 2002. Secara keseluruhan, dalam periode laporan indeks Nikkei 225

mengalami penurunan sebesar 403 poin atau 3,7% sehingga ditutup pada posisi 10.622 pada

akhir periode laporan.

Kecenderungan meningkatnya indeks Nikkei 225 pada fase pertama terutama didorong

oleh masuknya investor global terutama dari pasar AS ke pasar saham Jepang dan optimisme

Grafik Perkembangan Indeks Harga Saham Asia Non-Jepang

200

300

400

500

600

700

800

900

1000

04/0

1/2

002

18/0

1/2

002

01/0

2/2

002

15/0

2/2

002

01/0

3/2

002

15/0

3/2

002

29/0

3/2

002

12/0

4/2

002

26/0

4/2

002

10/0

5/2

002

24/0

5/2

002

07/0

6/2

002

21/0

6/2

002

JC

I, S

ET

, K

os

pi

JCI

STI

SET

Kospi

Page 86: PERKEMBANGAN EKONOMI KEUANGAN DAN … kerjasama ekonomi, moneter, dan keuangan regional, internasional dan kegiatan penelitian. Kerjasama ekonomi, moneter, perdagangan dan keuangan

Pasar Keuangan dan Pasar Komoditas80

pemulihan ekonomi serta membaiknya prospek keuntungan dunia usaha Jepang. Faktor lain

yang mendorong indeks Nikkei menguat adalah spekulasi pembelian saham-saham perusahaan

besar oleh lembaga dana pensiun memasuki awal tahun fiskal (April) dan laporan mengenai

kenaikan order barang-barang durable di AS sebagai pasar utama produk-produk ekspor

Jepang. Peningkatan harga saham dimotori oleh saham-saham industri otomotif (Nissan, Honda,

dan Toyota), saham-saham industri pembuat chip dan elektronika (NEC Corp. dan Sony Corp.),

saham-saham perusahaan komputer (Cisco System Inc.), dan saham industri kosmetika

(Sheseido Co.).

Selanjutnya, kecenderungan menurunnya indeks Nikkei 225 pada fase kedua terutama

disebabkan oleh kecenderungan menguatnya yen, melemahnya kinerja ekonomi AS, dan

dampak negatif skandal keuangan WorldCom di AS. Menguatnya yen telah memukul saham-

saham perusahaan yang berorientasi ekspor seperti Sony Corp. Hal ini semakin diperberat

dengan melemahnya perekonomian AS yang merupakan pasar terbesar produk-produk ekspor

Jepang sebagaimana tercermin dari menurunnya angka retail sales dan consumer confidence

di AS serta menurunnya prospek keuntungan dunia usaha AS. Sementara itu, skandal keuangan

WorldCom tidak saja memukul bursa saham AS tetapi juga bursa-bursa saham lainnya di

dunia termasuk bursa saham Jepang. Faktor domestik yang turut menekan turun indeks Nikkei

adalah munculnya spekulasi mengenai keengganan pemerintah untuk membantu meng-

hapuskan kredit macet di sektor perbankan sehingga menekan turun harga saham-saham

perbankan.

Lesunya bursa saham utama dunia berdampak negatif terhadap sebagian besar bursa

saham Asia. Perkembangan bursa saham Asia lainnya di luar Jepang juga ditandai dengan

melemahnya indeks harga saham kecuali di bursa saham Jakarta dan Thailand. Indeks STI

Singapura dan indeks Kospi Korea masing-masing menurun sebesar 250,2 dan 152,9 poin

atau 13,9% dan 17,1% sepanjang periode laporan sehingga ditutup pada posisi 1.553,0 dan

742,7 pada akhir periode laporan. Sebaliknya, IHSG Jakarta dan indeks SET Thailand justru

meningkat dalam periode yang sama, masing-masing sebesar 23,2 dan 15,2 poin atau 4,8%

dan 4,1% sehingga ditutup pada posisi 505,0 dan 389,1.

Penurunan indeks STI dan Kospi dimotori oleh saham-saham industri elektronika dan

komputer. Selain karena terimbas oleh melemahnya indeks saham utama dunia, melemahnya

kedua indeks saham Asia tersebut terutama dipicu oleh kekhawatiran akan terpukulnya kinerja

ekspor Singapura dan Korea. Hal ini berkaitan dengan menguatnya mata uang domestik kedua

Page 87: PERKEMBANGAN EKONOMI KEUANGAN DAN … kerjasama ekonomi, moneter, dan keuangan regional, internasional dan kegiatan penelitian. Kerjasama ekonomi, moneter, perdagangan dan keuangan

Pasar Keuangan dan Pasar Komoditas 81

negara di satu sisi dan menurunnya daya serap pasar AS karena melemahnya kinerja ekonomi

negeri Paman Sam tersebut di sisi yang lain. Sementara itu, peningkatan IHSG dan indeks

SET terutama dipicu oleh spekulasi masuknya investor asing ke bursa saham Jakarta dan

Thailand. Khusus untuk bursa saham Jakarta, peningkatan IHSG dimotori oleh saham-saham

PT Telkom dan PT Astra Internasional setelah membukukan kenaikan angka penjualannya.

Sentimen positif juga muncul dari isu-isu domestik seperti berlanjutnya proses divestasi saham-

saham yang dikuasai BPPN.

PASAR VALUTA ASING

Setelah diwarnai dengan pergerakan mata uang yang bervariasi dalam triwulan

sebelumnya, dalam triwulan II 2002 mata uang dunia bergerak searah, yakni secara keseluruhan

menguat terhadap dolar AS. Dengan perkataan lain, perkembangan pasar valuta asing

sepanjang triwulan II 2002 ditandai dengan kecenderungan melemahnya mata uang Dolar AS

sebagai mata uang utama dunia. Melemahnya dolar AS terutama dilatarbelakangi oleh tiga

faktor yang memicu sentimen negatif terhadap dolar AS, yaitu: (i) kinerja ekonomi AS yang

belum menggembirakan, (ii) kekhawatiran terhadap bahaya inflasi, dan (iii) jatuhnya indeks

harga saham di bursa saham AS.

Melemahnya kinerja ekonomi AS tercermin dari beberapa indikator ekonomi antara lain:

belum membaiknya pengeluaran konsumsi dan keyakinan konsumen, menurunnya permintaan

terhadap durable goods, meningkatnya angka pengangguran, perkiraan turunnya produksi industri

manufaktur, perkiraan memburuknya pendapatan sektor korporasi, dan semakin membesarnya

defisit neraca perdagangan AS. Melemahnya dolar AS juga dipicu oleh meningkatnya kekhawatiran

terhadap ancaman inflasi mengingat stance kebijakan moneter Federal Reserve yang masih

belum berubah sebagaimana tercermin dalam beberapa kali pertemuan FOMC. Tingkat suku

bunga benchmark, Fed fund, masih dipertahankan pada level rendah yaitu 1,75% sampai dengan

akhir triwulan II 2002. Sebelumnya, spekulasi yang beredar di pasar bahwa Federal Reserve

akan menaikkan suku bunga Fed fund telah menyebabkan turunnya return aset fixed-income AS

sehingga menjadi lebih rendah dibandingkan dengan negara lain.

Lambatnya pemulihan ekonomi AS dan menurunnya keuntungan perusahaan-

perusahaan di AS menimbulkan kekecewaan di kalangan investor sehingga memicu sentimen

negatif baik di pasar uang maupun di pasar modal AS. Harga saham di bursa saham AS pun

Page 88: PERKEMBANGAN EKONOMI KEUANGAN DAN … kerjasama ekonomi, moneter, dan keuangan regional, internasional dan kegiatan penelitian. Kerjasama ekonomi, moneter, perdagangan dan keuangan

Pasar Keuangan dan Pasar Komoditas82

jatuh karena nyaris kehilangan

daya tarik. Akibatnya beredar

spekulasi pelarian modal dari AS

ke kawasan lain oleh para inves-

tor global karena menurunnya

minat investor internasional

terhadap aset-aset dalam deno-

minasi dolar AS. Hal ini pada

gilirannya menyebabkan permin-

taan terhadap dolar AS menurun

sehingga nilai tukar dolar AS

cenderung melemah dalam

periode laporan.

Selain faktor-faktor do-

mestik AS yang memperlemah

nilai tukar dolar AS sendiri,

menguatnya mata uang dunia

terhadap dolar AS juga didorong

oleh sentimen positif dari masing-

masing negara. Dari kawasan

Eropa, menguatnya nilai tukar

mata uang Euro dan Poundsterling

terhadap dolar AS juga tidak terlepas dari optimisme kebangkitan ekonomi Eropa. Kondisi ini

pada gilirannya meningkatkan minat investor global terhadap aset-aset dalam denominasi euro

dan pound relatif dibandingkan dengan aset-aset dalam denominasi dolar AS. Selain itu,

penguatan euro didorong pula oleh menurunnya inflasi di Zona Euro dan dukungan pejabat

ECB terhadap penguatan euro selama ini. Dengan demikian, dalam periode laporan euro dan

pound masing-masing menguat sebesar 12,1% dan 7,0% ke posisi USD99,14 sen per euro

dan USD1,5335 per pound pada akhir periode laporan.

Hampir sama dengan yang terjadi di Eropa, meningkatnya optimisme terhadap proses

pemulihan ekonomi Jepang membawa sentimen positif bagi mata uang Yen. Optimisme tersebut

dilandasi oleh membaiknya kinerja ekonomi Jepang yang mencatat ekspansi dalam triwulan I

Indeks Nilai T ukar dan Nilai T ukar Nominal Euro Yen

Januari 2002 - Juni 2002

Indeks Nilai T ukar Nominal Asia

Januari 2002 - Juni 2002 (1 Jan 2001 = 100)

85.00

90.00

95.00

100.00

105.00

110.00

115.00

120.00

125.00

01/0

1/2

002

09/0

1/2

002

17/0

1/2

002

25/0

1/2

002

04/0

2/2

002

12/0

2/2

002

20/0

2/2

002

28/0

2/2

002

08/0

3/2

002

18/0

3/2

002

26/0

3/2

002

03/0

4/2

002

11/0

4/2

002

19/0

4/2

002

29/0

4/2

002

07/0

5/2

002

15/0

5/2

002

23/0

5/2

002

31/0

5/2

002

10/0

6/2

002

18/0

6/2

002

Ind

eks N

ilai T

ukar

(1 J

an

2001 =

100)

USD/EUR100

YEN/USD

INDEKS NILAI TUKAR YEN

INDEKS NILAI TUKAR EURO

85.00

90.00

95.00

100.00

105.00

110.00

115.00

120.00

01/0

1/2

002

08/0

1/2

002

15/0

1/2

002

22/0

1/2

002

29/0

1/2

002

05/0

2/2

002

12/0

2/2

002

19/0

2/2

002

26/0

2/2

002

05/0

3/2

002

12/0

3/2

002

19/0

3/2

002

26/0

3/2

002

02/0

4/2

002

09/0

4/2

002

16/0

4/2

002

23/0

4/2

002

30/0

4/2

002

07/0

5/2

002

14/0

5/2

002

21/0

5/2

002

28/0

5/2

002

04/0

6/2

002

JPY KRW THB

PHP IDR SGD

26/0

6/2

002

18/0

6/2

002

11/0

6/2

002

25/0

6/2

002

04/0

6/2

002

Page 89: PERKEMBANGAN EKONOMI KEUANGAN DAN … kerjasama ekonomi, moneter, dan keuangan regional, internasional dan kegiatan penelitian. Kerjasama ekonomi, moneter, perdagangan dan keuangan

Pasar Keuangan dan Pasar Komoditas 83

2002 setelah dalam tiga triwulan sebelumnya berturut-turut mencatat kontraksi. Disamping itu,

rencana pemerintah Jepang untuk menyelesaikan kredit bermasalah dalam sistem perbankan

yang selama ini menjadi sumber utama lambatnya pemulihan ekonomi Jepang juga ikut memicu

optimisme terhadap prospek ekonomi Jepang. Tampaknya, penurunan country sovereign rat-

ing Jepang oleh S&P bulan April 2002 menjadi “AA-” telah mendorong pemerintah untuk mem-

percepat penyelesaian kredit bermasalah di sektor perbankan. Langkah ini tampaknya lebih

banyak memicu sentimen positif dibandingkan dengan sentimen negatif di pasar valuta asing.

Optimisme terhadap prospek ekonomi Jepang ternyata tidak saja menarik bagi in-

vestor asing tetapi juga bagi investor domestik di Negeri Sakura tersebut. Investor Jepang

lebih memilih investasi di dalam negeri dibandingkan dengan investasi di AS. Demikian juga

halnya dengan investor asing yang lebih memilih aset-aset berdenominasi yen dibandingkan

dengan aset-aset berdenominasi dolar AS. Hal ini tercermin dari meningkatnya pembelian

saham di Jepang baik oleh investor lokal maupun oleh investor asing. Spekulasi masuknya

investor asing di pasar saham Jepang telah meningkatkan permintaan terhadap yen sehingga

mendorong yen terapresiasi. Walaupun indeks harga saham di Jepang menurun dalam periode

laporan mengikuti tren penurunan bursa saham dunia, namun prosentase penurunannya

jauh lebih kecil dibandingkan dengan penurunan indeks harga saham di bursa saham AS

dan Eropa.

Sepanjang periode laporan, nilai tukar yen memang sempat beberapa kali melemah

terhadap dolar AS didorong oleh pelepasan aset-aset berdenominasi yen oleh investor dan

intervensi oleh BOJ. Aksi pelepasan aset-aset Jepang tersebut berlangsung setelah Moody’s

merencanakan akan menurunkan credit rating Jepang menjadi “A2”, mengikuti jejak S&P bulan

April lalu. Namun, dampak penurunan credit rating tersebut hanya berlangsung sesaat. Apresiasi

yen juga sempat tertahan oleh intervensi yang dilakukan BOJ guna melindungi kepentingan

eksportir Jepang karena apresiasi yen sudah dinilai terlalu tinggi. Kurang efektifnya kebijakan

intervensi tersebut antara lain disebabkan oleh ketidakjelasan sikap Pemerintah Jepang. Di

satu sisi, pemerintah tidak menghendaki yen terlalu kuat, namun di sisi lain, pemerintah

menyatakan bahwa intervensi hanya akan dilakukan jika yen melemah terlalu drastis. Dalam

periode laporan, yen telah mengalami apresiasi sebesar 11,1% dan ditutup pada posisi 119,47

yen per dolar AS pada akhir periode laporan.

Mata uang Asia lainnya selain yen juga menunjukkan kecenderungan menguat

sepanjang periode laporan. Dolar Singapura, won Korea, Thai baht, peso Filipina, dan rupiah

Page 90: PERKEMBANGAN EKONOMI KEUANGAN DAN … kerjasama ekonomi, moneter, dan keuangan regional, internasional dan kegiatan penelitian. Kerjasama ekonomi, moneter, perdagangan dan keuangan

Pasar Keuangan dan Pasar Komoditas84

masing-masing menguat dari posisi S$1,8432, 1327 won, 43,50 baht, 51,00 peso, dan Rp9825

per dolar AS pada akhir Maret 2002 ke posisi S$1,7672, 1201 won, 41,51 baht, 50,40 peso,

dan Rp8713 per dolar AS pada akhir Juni 2002. Dengan demikian, kelima mata uang tersebut

masing-masing menguat sebesar 4,3%, 10,5%, 4,8%, 1,2%, dan 12,8% dalam periode laporan.

Hal ini menempatkan rupiah sebagai mata uang berkinerja terbaik di Asia dengan indeks nilai

tukar nominal sebesar 89,36, jauh di bawah Thailand yang memiliki indeks nilai tukar nominal

terdekat sebesar 95,01 pada akhir periode laporan.

Menguatnya mata uang Asia selain yen dipengaruhi oleh faktor-faktor eksternal dan

internal. Faktor-faktor eksternal terutama bersumber dari menurunnya kinerja pasar keuangan

AS di satu sisi dan menguatnya mata uang yen di sisi yang lain. Melemahnya kinerja ekonomi

AS telah mengurangi daya tarik aset-aset berdenominasi dolar AS sehingga memukul sektor

keuangan AS khususnya bursa saham. Kondisi ini menyebabkan para investor cenderung

mengalihkan dananya ke luar AS termasuk ke Asia sehingga meningkatkan permintaan mata

uang Asia. Sebagai contoh, salah satu lembaga dana pensiun terbesar di AS merencanakan

akan menanamkan investasinya di Filipina, sementara bursa saham Thailand kebanjiran in-

vestor asing. Sementara itu, menguatnya mata uang yen telah membantu meningkatkan kinerja

ekspor negara-negara Asia pesaing Jepang melalui peningkatan daya saing produk-produk

ekspornya. Repatriasi devisa hasil ekspor itulah yang mendorong mata uang domestik negara-

negara Asia selain Jepang menguat.

Faktor-faktor internal yang mendorong mata uang Asia selain yen menguat terutama

bersumber dari optimisme pemulihan ekonomi domestik masing-masing negara. Didorong oleh

peningkatan consumer spending, Korea Selatan mencatat pertumbuhan ekonomi tertinggi dalam

satu setengah tahun terakhir. Thailand meningkatkan target pertumbuhan ekonominya setelah

mencatat peningkatan dalam domestic spending dan investasi sehingga IMF menyatakan

kepuasannya atas kinerja ekonomi Thailand. Optimisme terhadap percepatan pemulihan

ekonomi juga nampak di Singapura sebagaimana tercermin dari meningkatnya pertumbuhan

di sektor industri manufaktur dan membaiknya kinerja ekspor. Sementara itu, reformasi ekonomi

yang lebih cepat, kenaikan harga minyak dunia, keberhasilan Paris Club III dan London Club,

pencairan pinjaman IMF serta hasil penjualan aset-aset BPPN memberi sentimen positif

terhadap rupiah.

Page 91: PERKEMBANGAN EKONOMI KEUANGAN DAN … kerjasama ekonomi, moneter, dan keuangan regional, internasional dan kegiatan penelitian. Kerjasama ekonomi, moneter, perdagangan dan keuangan

Pasar Keuangan dan Pasar Komoditas 85

20

/0

8/2

00

1

30

/0

8/2

00

1

11

/0

9/2

00

1

21

/0

9/2

00

1

03

/1

0/2

00

1

15

/1

0/2

00

1

25

/1

0/2

00

1

06

/1

1/2

00

1

16

/1

1/2

00

1

28

/1

1/2

00

1

10

/1

2/2

00

1

20

/1

2/2

00

1

04

/0

1/2

00

2

16

/0

1/2

00

2

28

/0

1/2

00

2

07

/0

2/2

00

2

19

/0

2/2

00

2

01

/0

3/2

00

2

13

/0

3/2

00

2

25

/0

3/2

00

2

05

/0

4/2

00

2

17

/0

4/2

00

2

29

/0

4/2

00

2

09

/0

5/2

00

2

21

/0

5/2

00

2

31

/0

5/2

00

2

13

/0

6/2

00

2

25

/0

6/2

00

2

15

20

25

30

PASAR KOMODITAS

Pasar komoditas internasional sepanjang triwulan II 2002 menunjukkan perkembangan

yang beragam. Selama periode tersebut, perkembangan ekonomi dan politik global telah

mendorong harga minyak mengalami gejolak yang tajam, sementara jatuhnya harga saham

telah mendorong harga emas cenderung meningkat. Dalam periode yang sama, kenaikan

harga juga berlangsung pada berbagai komoditas logam lainnya seperti tembaga, Nikel dan

platinum. Sementara untuk perkembangan komoditas pertanian antara lain ditandai oleh

kecenderungan menurunnya harga kopi internasional dan kecenderungan kenaikan harga

jagung dan gandum.

Perkembangan harga minyak internasional pada triwulan I 2002 ditandai oleh pergerakan

harga yang sangat volatile. Berbagai perkembangan sisi permintaan dan penawaran sepanjang

periode tersebut telah mendorong volatilas harga minyak internasional semakin meningkat.

Dari sisi supply, beberapa faktor utama yang mendorong pergerakan harga minyak selama

periode tersebut adalah pasang-surutnya konflik Palestina dan Israel, yang ikuti ancaman em-

bargo minyak dari Iraq, dan rencana kenaikan produksi minyak oleh produsen minyak utama

di luar OPEC seperti Rusia dan Norwegia. Sementara dari sisi permintaan, faktor utama yang

mempengaruhi harga minyak mengalami volatilitas yang tinggi adalah perkembangan

persediaan minyak di AS mengi-

ngat posisi negara tersebut

sebagai konsumen energi ter-

besar di dunia.

Selama triwulan II 2002,

rata-rata harga minyak varian

brend mencapai USD25,12 per

barrel, dan mencapai USD25,44

per barrel. Pada periode tersebut,

level harga tertinggi dicapai pada

level USD27, 26 per barrel pada

awal triwulan II menyusul mening-

katnya konflik Palestina dan Is-

rael. Sementara level harga

Grafik Harga Spot Minyak Mentah Brent (US$/barrel)Agustus 2001 - Juni 2002

Page 92: PERKEMBANGAN EKONOMI KEUANGAN DAN … kerjasama ekonomi, moneter, dan keuangan regional, internasional dan kegiatan penelitian. Kerjasama ekonomi, moneter, perdagangan dan keuangan

Pasar Keuangan dan Pasar Komoditas86

270

280

290

300

310

320

330

20

/0

8/2

00

1

30

/0

8/2

00

1

11

/0

9/2

00

1

21

/0

9/2

00

1

03

/1

0/2

00

1

15

/1

0/2

00

1

25

/1

0/2

00

1

06

/1

1/2

00

1

16

/1

1/2

00

1

28

/1

1/2

00

1

10

/1

2/2

00

1

20

/1

2/2

00

1

01

/0

1/2

00

2

11

/0

1/2

00

2

23

/0

1/2

00

2

04

/0

2/2

00

2

14

/0

2/2

00

2

26

/0

2/2

00

2

08

/0

3/2

00

2

20

/0

3/2

00

2

01

/0

4/2

00

2

11

/0

4/2

00

2

23

/0

4/2

00

2

03

/0

5/2

00

2

15

/0

5/2

00

2

27

/0

5/2

00

2

06

/0

6/2

00

2

18

/0

6/2

00

2

28

/0

6/2

00

2

Grafik Harga Spot Emas (US$/T oz)Agustus 2001 - Juni 2002

terendah dicapai pada posisi

USD 22,61 per barrel pada

tanggal 11 Juni 2002 menyusul

laporan membaiknya per-

sediaan minyak AS serta

rencana Rusia dan Norwegia

untuk mengakhiri kesepakatan

dengan OPEC dalam rangka

pengurangan produksi. Rusia

dan Norwegia akan mulai

meningkatkan produksi minyak

mereka mulai semester II 2002.

Seperti diketahui, dalam upaya

meningkatkan harga minyak

dunia, negara-negara produsen minyak yang tergabung dalam OPEC, maupun non-OPEC

pada awal tahun ini telah sepakat untuk mengurangi produksi minyak mereka.

Berbeda dengan komoditas minyak yang mengalami volatilitas yang tinggi, harga

komoditas utama lainnya yaitu emas selama triwulan II menunjukkan perkembangan yang

cenderung meningkat mengikuti perkembangan yang sama pada triwulan sebelumnya. Di bursa

London, harga komoditas emas yang pada awal triwulan II mencapai posisi USD303 per ounce,

dan mencapai USD 326,55 per ounce pada akhir triwulan II, atau rata-rata mencapai USD

312,96 per ounce selama periode tersebut.

Harga emas yang cenderung meningkat tersebut terutama didorong oleh meningkatnya

permintaan emas di kalangan investor internasional menyusul terjadinya gejolak di pasar saham.

Jatuhnya saham-saham di dunia pada triwulan II, dan kecenderungan kenaikan harga emas

internasional sejak awal tahun telah menjadikan emas sebagai alternatif investasi yang menarik

di luar investasi di pasar uang. Kondisi ini telah mendorong para investor mengalihkan sebagian

portfolio investasi mereka dari pasar uang ke pasar komoditas terutama komoditas emas.

Diluar komoditas utama minyak dan emas, perkembangan pasar komoditaa pada

triwulan II ditandai pula oleh kecenderungan kenaikan harga tembaga, nikel, dan platinum.

Komoditas tembaga yang cenderung meningkat pada triwulan II terutama didorong oleh

menurunnya persediaan tembaga dunia ditengah kemungkinan meningkatnya permintaan

Page 93: PERKEMBANGAN EKONOMI KEUANGAN DAN … kerjasama ekonomi, moneter, dan keuangan regional, internasional dan kegiatan penelitian. Kerjasama ekonomi, moneter, perdagangan dan keuangan

Pasar Keuangan dan Pasar Komoditas 87

tembaga untuk kebutuhan industri terutama industri manufaktur. Menurut London Exchange,

persedian tembaga dunia telah menurun sekitar 4200 ton, dan mencapai 894.175 metric ton

pada akhir bulan Juni 2002, posisi terendah sejak bulan Februari 2002. Pada akhir triwulan II

2002, tembaga diperdagangkan pada posisi USD1652,0, meningkat dari USD1687,0 per met-

ric ton pada awal triwulan tersebut.

Perkembangan komoditas pertanian seperti kopi selama triwulan II menunjukkan

kecenderungan menurun. Hal tersebut terutama didorong oleh kehawatiran meningkatnya supply

kopi dunia setelah Brazil, produsen kopi terbesar di dunia, memperkirakan kenaikan hasil panen

kopi sebesar 13% mulai bulan Juni tahun ini. Meskipun Brazil mengatakan akan menyimpan

seperlima dari produk kopinya sampai dengan akhir bulan Juni 2003, namun kekhawatiran

Brazil akan membanjiri pasar tetap untuk mendapatkan devisa tetap menguat, mengingat

terbatasnya kondisi anggaran pemerintah Brazil maupun ketidakstabilan mata uangnya.

Sementara komoditas jagung dan gandum dalam periode yang sama cenderung meningkat

hingga mencapai posisi tertinggi dalam empat tahun terakhir menyusul kehawatiran turunnya

produksi akibat kondisi cuaca yang sangat panas di daerah penghasil komoditas tersebut di

AS. AS selama ini merupakan produsen jagung terbesar dan merupakan eksportir gandum

terbesar di dunia.

Page 94: PERKEMBANGAN EKONOMI KEUANGAN DAN … kerjasama ekonomi, moneter, dan keuangan regional, internasional dan kegiatan penelitian. Kerjasama ekonomi, moneter, perdagangan dan keuangan

Perkembangan Kerja Sama Internasional88

PENDAHULUAN

Pada triwulan II 2002, indonesia telah berpartisipasi dalam berbagai forum internasional

mengenai kerjasama ekonomi, moneter dan keuangan regional/internasional. Kerja sama

ekonomi, moneter dan keuangan regional/internasional dalam periode laporan telah dibahas

dalam forum ASEAN Finance, IMF dan SEACEN. Sementara kerja sama pembangunan ekonomi

regional/internasional telah dibahas dalam forum ADB dan Bank dunia.

Selama triwulan laporan, ASEAN Finance telah menyelenggarakan dua pertemuan

yaitu ASEAN Finance Minister Meeting (AFMM) ke-6 dan ASEAN +3 Finance and central Bank

Deputies Meeting (AFDM+3). AFMM membahas beberapa materi sidang antara lain (i) tindak

lanjut hasil ASEAN Summit ke-8, (ii) kemajuan kerja sama ASEAN di bidang keuangan, (iii)

ASEAN Surveillance Process, (iv) Chiang Mai Initiative (v) Early Warning System (EWS) (vi)

Enhancing the effectiveness of ASEAN+3 Economic Reviews and policy Dialogues. Forum

ASEAN +3 Finance and Central Bank Deputies Meeting membahas antara lain mengenai (i)

Bilateral Swap Arrangement (BSA), (ii) East Asian Economic Outlook, (iii) ASEAN +3 Eco-

nomic Reviews and Policy Dialogues, (iv) monitoring Capital Flows. Sementara itu, APEC Fi-

nance and Central Bank Deputies Meeting Membahas beberapa agenda, antara lain (i)

Perkembangan ekonomi dunia, (ii) combating the financing terrorism and money laundering;

improving the allocation of domestic savings for economic development; dan advancing pend-

ing fiscal and financial reforms, (iii) perkembangan program kerja sama dilingkungan APEC.

Dalam forum IMFC dibahas beberapa masalah antara lain (i) ekonomi global, (ii) upaya

memperkuat pencegahan dan penanganan krisis, (iii) peran IMF dinegara berpendapatan

rendah, (iv) streamlining conditionality and enhancing ownership, dan (v) combating money

laundering and the financing of terrorism.

Sementara dalam Development Committe di bahas empat masalah pokok yaitu (i) upaya

mendorong pertumbuhan dan mengurangi kemiskinan, (ii) upaya meningkatkan pendidikan,

(iii) kemajuan yang dicatat dalam inisiatif penyelesaian utang negara miskin melalui skim HIPC,

dan (iv) upaya memerangi money laundering dan pembiayaan terorisme. Forum lainnya,

PERKEMBANGAN KERJA SAMA INTERNASIONAL

Page 95: PERKEMBANGAN EKONOMI KEUANGAN DAN … kerjasama ekonomi, moneter, dan keuangan regional, internasional dan kegiatan penelitian. Kerjasama ekonomi, moneter, perdagangan dan keuangan

Perkembangan Kerja Sama Internasional 89

SEACEN Governor’s Conference ke 37 mengambil tema pokok “Strengthening financial and

economic Resillience in an environtment of Globalisation, yang diantaranya membahas tentang

(i) economic outlook negara anggota SEACEN, (ii) IMF Surveillance, (iii) tantangan memperkuat

economic and financial resillience dalam era globalisasi.

Selanjutnya sidang tahunan ADB ke 35 mengambil tema ‘mengurangi kemiskinan

melaui program pro-poor, pembangunan ekonomi yang berkesinambungan, pengembangan

sosial dan good governance”. Para Gubernur Bank Sentral dan Menteri Keuangan anggota

ADB mendiskusikan beberapa hal antara lain (i) outlook perekonomian dan implikasinya bagi

negara berkembang, (ii) program pengentasan kemiskinan, (iii) long-term strategig framework

(LTSF), medium term strategy, dan new strategy untuk operasional wilayah pasifik, (iv) masaalah

pelestarian lingkungan, (v) kerjasama antara negara yang berbatasan, dan (vi) pemantauan

dampak dari efektivitas kegiatan ADB.

KERJA SAMA EKONOMI, MONETER, DAN KEUANGAN REGIONAL/INTERNASIONAL

Sidang ASEAN Finance Ministers Meeting ke-6

Pada tanggal 1-6 April 2002 telah diselenggarakan serangkaian Sidang ASEAN, yaitu

ASEAN Finance and Central Bank Deputies Meeting (AFDM) Working Group, AFDM dan ASEAN

Finance Ministers Meeting (AFMM) di Yangon, Myanmar. Mengingat bahwa Sidang AFDM

Working Group dan AFDM merupakan forum untuk penyiapan materi bagi sidang AFMM, maka

materi sidang pada dasarnya sama. Oleh karena laporan disajikan per topik bahasan dalam

ketiga pertemuan tersebut. Pada dasarnya materi yang dibahas dalam Sidang dapat

dikelompokkan dalam beberapa bidang yang meliputi: (i) Tindak lanjut hasil ASEAN Summit,

(ii) Kemajuan kerja sama ASEAN di bidang keuangan, (iii) ASEAN Surveillance Process, (iv)

Kerja sama ASEAN+3 di bidang keuangan, dan (v) lain-lain. Hasil Sidang secara singkat dapat

diuraikan sebagai berikut :

I. Tindak lanjut hasil ASEAN Summit ke-8

a. Hanoi Plan of Action, tindak lanjut yang perlu dilaksanakan adalah merevisi ASEAN Fi-

nance Work Program sesuai dengan rekomendasi mid-term review.

b. Roadmap for Integration ASEAN (RIA), tindak lanjut yang perlu dilaksanakan adalah

meningkatkan liberalisasi sektor jasa keuangan dalam bentuk negosiasi putaran

Page 96: PERKEMBANGAN EKONOMI KEUANGAN DAN … kerjasama ekonomi, moneter, dan keuangan regional, internasional dan kegiatan penelitian. Kerjasama ekonomi, moneter, perdagangan dan keuangan

Perkembangan Kerja Sama Internasional90

ketiga untuk periode 2002-2004 atas dasar konsep paper yang telah disiapkan Sekretariat

ASEAN.

c. Regional Surveillance, tindak lanjut yang perlu dilaksanakan adalah melakukan revisi atas

ASEAN Surveillance Process (ASP). Dalam hal ASEAN+3, upaya peningkatan surveil-

lance dilaksanakan oleh ASEAN+3 Study Group.

II. Kemajuan kerja sama ASEAN di bidang keuangan

Sidang mencatat laporan yang disampaikan oleh ketua masing-masing Working Group

yang meliputi bidang:

a. Mekanisme perdagangan bilateral tanpa menggunakan mata uang asing (Bilateral Pay-

ment Arrangement/BPA). Dalam hal ini Malaysia sebagai pemrakasa melaporkan bahwa

jumlah negara peserta bertambah tetapi tidak pernah menyebutkan jumlah perdagangan

dengan menggunakan skema tersebut.

b. Monitoring Hedge Fund Activities dilaporkan oleh Malaysia. Selanjutnya disepakati agar

Malaysia melakukan penelitian lebih lanjut dan menjajagi kemungkinan bagi negara-negara

ASEAN untuk mengambil posisi yang sama pada berbagai forum internasional. Singa-

pore dalam hal ini sangat menentang ide ini yang kemungkinan disebabkan hedge fund

banyak berkedudukan di negara tersebut.

c. Protocol untuk pelaksanaan paket kedua mengenai komitmen di bidang perdagangan jasa

dalam rangka AFAS telah siap ditandatangani para Menteri. Dalan Sidang AFMM, para

Menteri telah menandatangani Protocol mengenai komitmen liberalisasi sektor jasa

keuangan dan menugaskan Working Committee untuk pelaksanaannya. Disamping itu,

para Menteri juga menyambut baik pemikiran untuk menyiapkan posisi bersama ASEAN

dalam menghadapi negosiasi sektor jasa-jasa dalam rangka GATS.

d. Indonesia melaporkan hasil sidang di berbagai forum keuangan internasional, antara lain:

APEC, ASEM, IMF dan G-20, sementara Philipina melaporkan keberhasilan sidang Sum-

mit di Monterey, Meksiko, mengenai Financing for Development.

e. Development of ASEAN Bond Market, dilaporkan kemajuannya oleh Singapore dan akan

dilanjutkan dengan workshop dengan tema “Development of Bond Market in Asia” yang

akan diselenggarakan pada paruh kedua tahun 2002 bekerjasama dengan Jepang.

Page 97: PERKEMBANGAN EKONOMI KEUANGAN DAN … kerjasama ekonomi, moneter, dan keuangan regional, internasional dan kegiatan penelitian. Kerjasama ekonomi, moneter, perdagangan dan keuangan

Perkembangan Kerja Sama Internasional 91

III. ASEAN Surveillance Process

Pada Sidang AFDM, Sekretariat ASEAN mempresentasikan Sixth ASEAN Surveillance

Report yang meliputi pertumbuhan ekonomi global dan regional, perkembangan moneter, fiskal,

sektor riil serta reformasi struktural dan kebijakan yang ditempuh negara-negara ASEAN sebagai

bagian dari peer review.

Pada Sidang AFMM, dalam rangka ASEAN Surveillance Peer Review, ADB

mempresentasikan laporan “Asia Economic Monitor”. Dalam laporan diuraikan bahwa negara

Asia Timur sedang mengalami pemulihan dari pertumbuhan ekonomi yang melambat tahun

2001 menjadi 5,2% tahun 2002 dan diharapkan akan lebih baik lagi menjadi 6% tahun 2003.

Namun Sidang juga menyatakan kekhawatirannya mengenai depresiasi yen yang berpotensi

dapat mengganggu stablitas di kawasan Asia. Sebagai informasi, Indonesia melaporkan bahwa

perkembangan ekonomi pada triwulan I tahun 2002 menggembirakan.

Dalam rangka meningkatkan kemampuan ASEAN Surveillance Process, ADB

mengemukakan bahwa akan diselenggarkan dua angkatan program pelatihan singkat bagi

pejabat departemen keuangan dan bank sentral, masing-masing untuk 15 peserta pada bulan

Juni dan November 2002.

Mengenai keberadaan ASEAN Surveillance Coordianting Unti (ASCU), para Menteri

menyetujui usulan untuk mempertahankan eksistensi ASCU sebagai unit di bawah Bureau of

Finance and Surveillance di Sekretariat ASEAN. Tugas unit tersebut adalah memberi dukungan

teknis bagi ASEAN Finance Ministers Process dalam memprakasai dan mengkoordinasikan

kerja sama ASEAN dan ASEAN+3 di bidang keuangan.

Dalam Sidang AFMM, untuk mendukung pemulihan ekonomi di negara-negara ASEAN,

para Menteri menyatakan akan menerapkan kebijakan moneter dan fiskal yang mendukung

pertumbuhan, memperkuat sektor keuangan termasuk pengembangan pasar obligasi dan

memprioritaskan pengembangan usaha kecil dan menengah termasuk penyediaan

pendanaannya. Dalam tahun 2002, pertumbuhan ekonomi ASEAN diperkirakaan mencapai

3,5-4%.

Disamping Sidang-sidang sebagaimana tersebut di atas, juga diselenggarakan sidang-

sidang lainnya yang terkait dengan sidang-sidang dimaksud, yaitu AFMM+3 dan AFMM-ADB.

Hasil dari sidang-sidang tersebut secara singkat dapat diuraikan sebagai berikut :

Page 98: PERKEMBANGAN EKONOMI KEUANGAN DAN … kerjasama ekonomi, moneter, dan keuangan regional, internasional dan kegiatan penelitian. Kerjasama ekonomi, moneter, perdagangan dan keuangan

Perkembangan Kerja Sama Internasional92

I. Chiang Mai Initiative (CMI)

Masing-masing negara melaporkan kemajuan kerja sama yang dicapai dalam rangka Bi-

lateral Swap Arrangement (BSA) dengan “+3 countries” (Jepang, China, Korea). Sampai

saat ini telah ditandatangani enam perjanjian BSA, yaitu antara Jepang-Malaysia, Jepang-

Thailand, Jepang-Philipina, China-Thailand, Jepang-China, dan Jepang-Korea, dengan

nilai keseluruhan berjumlah $14 miliar. Dalam hal ini Indonesia belum menandatangani

perjanjian karena terdapat ganjalan adanya persyaratan penjaminan Pemerintah. Dalam

waktu dekat diharapkan tim Jepang akan datang ke Indonesia untuk menyelesaikan

masalah ini.

Monitoring of Capital Flows

- Bilateral exchange of capital flows data. Masing-masing negara melaporkan kemajuan

dalam tukar menukar data mengenai capital flows termasuk Indonesia juga telah

melakukan pertukaran data dengan beberapa negara. Dalam hal ini, data yang diberikan

Bank Indonesia adalah secara netto.

- Japan-ASEAN Finance Technical Assistance Fund. Pada Sidang AFDM+3, Sekretariat

ASEAN melaporkan pembentukan dana pada tanggal 7 September 2001 untuk

meningkatkan stabilitas finansial kawasan melalui peningkatan monitoring capital flows

dan melakukan riset berasal dari sumbangan Jepang sebesar 88 juta yen untuk periode

September 2001 – Maret 2002. Untuk periode selanjutnya (April 2002 – Maret 2003)

Jepang telah menyediakan 151 juta yen yang akan digunakan untuk negara peserta

program monitoring short-term capital flows (termasuk Indonesia); pengembangan Early

Warning Sytem (EWS); dan studi pengembangan mekanisme bantuan keuangan.

Sebagian dari dana tersebut (sekitar $40,000) diusulkan Jepang untuk membiayai

kegiatan yang berkaitan dengan sidang ASEAN+3.

II. Early Warning System (EWS)

ADB melaporkan progres yang telah dicapai dalam pengembangan model EWS untuk

digunakan dalam surveillance. Selain itu, ADB juga membantu negara-negara ASEAN+3

untuk mengembangkan prototype EWS antara lain dengan menyelenggarakan Workshop

di Bangkok tanggal 13-14 Desember 2001. EWS yang dibuat ADB pada dasarnya meru-

Page 99: PERKEMBANGAN EKONOMI KEUANGAN DAN … kerjasama ekonomi, moneter, dan keuangan regional, internasional dan kegiatan penelitian. Kerjasama ekonomi, moneter, perdagangan dan keuangan

Perkembangan Kerja Sama Internasional 93

pakan pengembangan atas model EWS yang dibuat oleh Reinhart dan Kaminsky (IMF).

Pada Sidang AFDM+3, ADB mempresentasikan paper berjudul “An Assessment of Eco-

nomic and Financial Vulnerability in East Asia”. Dalam paper tersebut kerentanan (vulner-

ability) diukur dari tiga indikator, yaitu: (i) macroprudential indicators (melibatkan 12 negara),

(ii) EWS model (melibatkan 5 negara terkena krisis, yaitu Indonesia, Korea, Malaysia,

Philipina dan Thailand), dan (iii) leading economic indicators (baru melibatkan data Ma-

laysia dan Philipina).

Berdasarkan macroprudential indicators, secara ringkas dapat dilaporkan bahwa selama

tahun 2001 posisi transaksi berjalan memburuk (terutama pada negara-negara yang

perekonomiannya lebih terbuka); nilai tukar sebagian besar negara cenderung mengalami

apreasiasi, posisi neraca modal memburuk, kerentanan neraca modal membaik (karena

utang jangka pendek berkurang); ekspansi kredit meningkat (terutama di Korea perlu

diwaspadai); Non-performing Loan (NPL) terus menurun namun sebagian karena adanya

pengalihan NPL ke lembaga restrukturisasi bank/kredit; posisi fiskal tidak mengkhawatirkan

di sebagian besar negara (kecuali Indonesia dan Philipina); pinjaman yang diberikan bank

sentral meningkat di beberapa negara; pertumbuhan ekonomi merosot. Secara

keseluruhan, kinerja perekonomian ASEAN+3 relatif cukup baik ditengah perkembangan

perekonomian dunia yang tidak menguntungkan.

Berdasarkan model EWS ADB, selama periode observasi, composite leading index di

lima negara terkena krisis tidak mengeluarkan warning signal yang berarti bahwa kecil

kemungkinan akan terjadinya tekanan nilai tukar yang mengarah ke krisis dalam beberapa

bulan mendatang.

Berdasarkan leading economic indicators, baik di Malaysia maupun di Philipina produksi

sektor industri dan manufaktur menunjukkan bahwa titik terendah telah terlewati, yang

berarti bahwa pemulihan ekonomi terjadi sejak awal tahun 2002.

III. Enhancing the Effectivenessof ASEAN+3 Economic Reviews and Policy Dialogues

Merupakan lanjutan dari upaya peningkatan Policy Dialogue untuk menghindari “moral

hazard” dalam pemanfaatan BSA dengan “+3 countries” dan memelihara stabilitas kawasan

yang dilaksanakan melalui dua fase. Untuk itu, telah dibentuk Studi Group yang dipimpin

bersama oleh Jepang dan Malaysia. Pada fase pertama, policy dialogue dilaksanakan

Page 100: PERKEMBANGAN EKONOMI KEUANGAN DAN … kerjasama ekonomi, moneter, dan keuangan regional, internasional dan kegiatan penelitian. Kerjasama ekonomi, moneter, perdagangan dan keuangan

Perkembangan Kerja Sama Internasional94

secara informal (karena bersifat voluntary). Sebagai uji coba, pada Sidang AFDM telah

dilaksanakan informal policy dialogue dengan menggunakan template yang telah disepakati.

Hasil uji coba pelaksanaan informal policy dialogue ini sementara dinilai cukup positif.

Pada fase dua, sesuai dengan usulan Malaysia, dibentuk Group of Eminent Persons (GEP).

Tugas GEP membuat analisis perekonomian suatu negara secara independen sehingga

diharapkan akan diperoleh hasil analisis yang obyektif. Di satu pihak Malaysia sangat

berkeinginan agar fase kedua ini dapat segera terlaksana dengan dukungan terutama

dari Thailand dan Kamboja. Di pihak lain, banyak negara yang kurang sependapat dengan

adanya GEP ini (termasuk Indonesia dan Singapore). Indonesia kurang mendukung karena:

(i) manfaat kurang jelas, (ii) ada biaya bagi penunjukan GEP, dan (iii) berbagai modalitas

dari penggunaan GEP belum disinggung dalam proposal Malaysia. Sidang AFMM akhirnya

memutuskan bahwa policy dialogue dilaksanakan dalam setting “informal retreat”.

Sidang ASEAN+3 Finance and Central Bank Deputies Meeting (AFDM+3) dan AFMM+3

Pada tanggal 9 Mei 2002 telah diselenggarakan Sidang ASEAN Finance and Central

Bank Deputies Meeting+3 (AFDM+3), back-to-back dengan Sidang ADB ke-35, di Suzhou,

China. Sidang AFDM+3 tersebut dilanjutkan dengan Sidang ASEAN Finance Ministers Meet-

ing+3 pada tanggal 10 Mei 2002 di tempat yang sama.

Dalam Sidang AFDM+3 pada pembahasan finalisasi Joint Press Statement,

pembahasan terpusat pada materi perkembangan Bilateral Swap Arrangement (BSA) dan

keterkaitan antara BSA dengan pertukaran data short-term capital flows. Menanggapi usulan

Jepang untuk mengaitkan pertukaran data dengan BSA, Indonesia mengemukakan bahwa

sesuai dengan kesepakatan sebelumnya pertukaran data tersebut hendaknya tetap dilakukan

secara sukarela dan tidak dikaitkan dengan perjanjian BSA. Sidang ditutup dengan kesepakatan

bahwa pertukaran data short-term capital flows tersebut tetap dilakukan secara sukarela dan

tidak dikaitkan dengan perjanjian BSA.

Dalam Sidang AFMM+3 dilakukan pertukaran pandangan mengenai perkembangan

perekonomian dan keuangan internasional, yang didahului dengan presentasi oleh The Re-

gional Economic Monitoring Unit ADB mengenai “East Asian Economic Outlook Report”.

Selanjutnya dalam kerangka memperkuat kerja sama keuangan dan moneter di Asia Timur,

dikemukakan progress implementasi Chiang Mai Initiative, enchancing the effectiveness of

Page 101: PERKEMBANGAN EKONOMI KEUANGAN DAN … kerjasama ekonomi, moneter, dan keuangan regional, internasional dan kegiatan penelitian. Kerjasama ekonomi, moneter, perdagangan dan keuangan

Perkembangan Kerja Sama Internasional 95

ASEAN +3 Economic Reviews and Policy Dialogues, Monitoring of Capital Flows, dan Early

Warning System. Sidang AFMM+3 ditutup dengan kesepakatan untuk menyetujui Joint Press

Statement yang telah dipersiapkan pada Sidang AFDM+3.

APEC Finance and Central Bank Deputies Meeting

Pada tanggal 22 April 2002 telah diselenggarakan Sidang APEC Tingkat Deputi di

Washington, D.C., Amerika Serikat. Sidang tersebut back-to-back dengan Pertemuan Interim

IMFC dan Development Committee. Sidang APEC Tingkat Deputi yang dipimpin oleh Menteri

Keuangan Meksiko, Dr. Agustin Cartens membahas tiga agenda pokok, yaitu: (i) Perkembangan

ekonomi dunia khususnya yang mempengaruhi negara-negara APEC, (ii) Persiapan Pertemuan

APEC Tingkat Menteri, dan (iii) Laporan perkembangan kemajuan kelompok-kelompok kerja

di lingkungan APEC.

Perkembangan Perekonomian Dunia

Pertemuan Tingkat Deputi APEC bulan April 2002 membahas situasi terakhir

perkembangan ekonomi dunia, khususnya negara-negara APEC. Dalam pertemuan ini selain

tiap negara menyampaikan laporan, wakil dari IMF juga menyampaikan pandangannya

mengenai perekonomian global yang dilanjutkan juga dengan pandanaan dari sisi regional

oleh ADB dan IDB. Secara umum, pandangan yang disampaikan tidak berbeda dengan

pandangan mengenai perekonomian dunia yang disampaikan di Sidang Interim IMF yaitu

terdapat indikasi mulai pulihnya perekonomian dunia. Secara khusus, pertemuan membahas

mengenai prospek pulihnya perekonomian Jepang yang walaupun diperkirakan membaik namun

masih menghadapi beberapa resiko khususnya yang berasal dari restrukturisasi perbankan.

Walaupun demikian, dilihat dari kepentingan negara-negara APEC, terdapat beberapa

isu yang menjadi pokok bahasan bersama. Isu pertama adalah pentingnya keseimbangan

fiskal dalam memelihara momentum perekonomian yang stabil. Keseimbangan fiskal menjadi

penting untuk menjaga stabilnya momentum perekonomian di Amerika Serikat serta upaya

mendorong pemulihan perekonomian Jepang. Di negara-negara sedang berkembang disoroti

masalah keseimbangan fiskal di negara-negara Asia yang baru mengalami krisis.

Isu lain yang dibahas adalah dampak dari kenaikan harga minyak bumi sebagai dampak

dari krisis Timur Tengah terhadap perekonomian negara-negara APEC. Pertemuan mencatat

Page 102: PERKEMBANGAN EKONOMI KEUANGAN DAN … kerjasama ekonomi, moneter, dan keuangan regional, internasional dan kegiatan penelitian. Kerjasama ekonomi, moneter, perdagangan dan keuangan

Perkembangan Kerja Sama Internasional96

bahwa dampak dari kenaikan harga minyak bumi tersebut akan bervariasi. Dampak bagi Indo-

nesia dan Meksiko yang merupakan eksportir akan berbeda dengan negara APEC lainnya

yang merupakan importir.

APEC Finance Ministers’ Process

Pertemuan membahas persiapan yang dilakukan dalam rangka APEC Finance Minis-

ters Meeting (AFMM) ke-9 tanggal 2 s.d. 6 September 2002 di Los Cabos, Meksiko. Dalam

pertemuan ini telah dipresentasikan policy theme untuk AFMM yaitu combating the financing

terrorism and money laundering; improving the allocation of domestic savings for economic

development; dan advancing pending fiscal and financial reforms.

Selanjutnya pertemuan juga membahas inisiatif dari Amerika Serikat untuk meningkatkan

interaksi antara Senior Officials Meeting (SOM) dengan APEC Finance Ministers’ Process.

Inisiatif ini dirasakan penting guna meningkatkan efektivitas keterkaitan antara dua forum.

Interaksi tersebut telah semakin diperkuat sejak Finance Ministers’ Process (FMP) terakhir di

China dimana Ketua SOM ikut hadir dalam pertemuan FMP yang kemudian dilanjutkan pada

pertemuan Technical Working Group ke-13 di Puerto Vallarta, Jalisco, Desember 2001.

Perkembangan Kerja Sama di Lingkungan APEC

a. Voluntary Action Plan for Supporting Freer and More Stable Capital Flows (VAP)

Dalam APEC Finance Ministers Meeting (AFMM) yang ketujuh di Brunei Darussalam,

telah disepakati laporan VAP mengenai liberalisasi transaksi modal dan upaya memperkuat

pasar keuangan yang dilakukan melalui policy dialogue. Kedepannya telah disepakati

tahap dua dari policy dialogue dalam rangka VAP yang direncanakan dapat terwujud dalam

tahun ini.

b. Bank Failure Management

Sebagai kelanjutan dari arahan Pemimpin APEC dalam tahun 1999, kerja sama mengenai

Bank Failure Management telah diluncurkan yang dipimpin bersama oleh Meksiko, Selandia

Baru dan Korea. Upaya ini telah pula didukung di tingkat Menteri melalui policy dialogue

yang diadakan di Acapulco, Meksiko bulan Juni 2001. Selanjutnya inisiatif ini akan

menerbitkan publikasi mengenai pelajaran-pelajaran yang dapat ditarik dari sisi kebijakan

Page 103: PERKEMBANGAN EKONOMI KEUANGAN DAN … kerjasama ekonomi, moneter, dan keuangan regional, internasional dan kegiatan penelitian. Kerjasama ekonomi, moneter, perdagangan dan keuangan

Perkembangan Kerja Sama Internasional 97

dalam permasalahan ini. Publikasi ini juga akan diluncurkan melalui media internet sebagai

sarana rujukan dalam rangka penyebarluasan pengetahuan teknis dan asistensi yang

dapat digunakan negara-negara anggota untuk mengurangi kelemahan yang muncul di

sektor perbankan.

c. Financial Regulators Training Initiative

Financial Regulators Training Initiative diluncurkan dalam bulan Mei 1998 yang ditujukan

untuk meningkatkan kapasitas pelatihan dari pengatur kebijakan sektor keuangan di

lingkungan APEC. Inisiatif ini juga didukung oleh Bank Pembangunan Asia yang mendirikan

sebuah sekretariat dalam bulan November 1999. Saat ini program pelatihan telah memasuki

tahap kedua dan akan berakhir dalam bulan Oktober tahun 2002.

d. Strengthening Corporate Governance in the APEC Region

Dalam upaya mendorong kembalinya modal ke kawasan APEC, maka sebuah policy dia-

logue telah dilakukan dengan fokus peningkatan corporate governance di kawasan APEC.

Policy Dialogue ini telah dilakukan di Singapura dengan dipimpin oleh Selandia Baru,

Meksiko dan Singapura yang hasilnya telah dilaporkan dalam APEC Finance Ministers

Meeting ke-8 dalam laporan yang berjudul “Strengthening Corporate Governance in the

APEC Region – Key Themes from the APEC Corporate Governance Policy Dialogue”.

Inisiatif ini akan dilanjutkan bersama oleh Meksiko, Australia, Korea dan Filipina dalam

tahun 2002 dengan fokus pada corporate governance di sektor keuangan.

e. Insolvency Law

Dalam konteks corporate governance, serangkaian seminar dalam rangka hukum kepailitan

(insolvency law) telah dilakukan di Sydney pada akhir November 1999, yang dilanjutkan

di Bali dalam bulan Februari 2001. Pertemuan berikutnya akan diselenggarakan di Thai-

land. Inisiatif dalam rangka hukum kepailitan ini diarahkan kepada lima permasalahan,

yaitu : (i) Pembentukan Sistem kepailitan yang efektif, (ii) Aturan main hakim, (iii)

kemandirian hakim, (iv) pembentukan pengadilan khusus, dan (v) aturan main penyelesaian

perkara di luar pengadilan. Inisiatif ini dipimpin bersama oleh Indonesia dan Thailand.

f. APEC Privatisation Forum

Dalam rangka forum privatisasi di lingkungan APEC, Sekretariat forum telah

mempertimbangkan untuk meneruskan rangkaian forum tahunan yang telah dilaksanakan

Page 104: PERKEMBANGAN EKONOMI KEUANGAN DAN … kerjasama ekonomi, moneter, dan keuangan regional, internasional dan kegiatan penelitian. Kerjasama ekonomi, moneter, perdagangan dan keuangan

Perkembangan Kerja Sama Internasional98

selama tiga tahun terakhir. Untuk tahun 2002, forum tahunan akan diarahkan kepada

sponsor dari forum ini; memperkuat koordinasi dengan OECD termasuk mengadakan re-

gional roundtable; serta permasalahan pemantauan paska-privatisasi.

g. APEC Initiative on Fighting Financial Crimes

Dipimpin Amerika Serikat dan Thailand, sebuah kelompok kerja telah dibentuk dalam rangka

memerangi kejahatan di sektor keuangan. Kelompok kerja ini diarahkan kepada identifkasi

permasalahan sehingga lembaga internasional dapat memberikan bantuan dan nasihat teknis

yang dibutuhkan agar upaya yang dilaksanakan sesuai dengan standar internasional.

h. Electronic Financial Transaction Systems

Kelompok kerja Electronic Financial Transaction Systems dipimpin bersama oleh Jepang,

Hong Kong dan China telah tiga kali mengadakan pertemuan termasuk konsultasi dengan

sektor swasta. Disamping itu, kelompok kerja ini telah pula melakukan dua kali survei,

masing-masing ke sektor pemerintah dan swasta, guna memperoleh gambaran terakhir

mengenai e-finance di kawasan APEC.

Atas dasar itu, kelompok kerja ini tidak mengeluarkan semacam rekomendasi mengenai

standard ataupun best practice, mengingat keragaman dan duplikasi sistem yang ada di

negara-negara APEC. Walaupun demikian kelompok kerja ini akan menyampaikan laporan

berisi pedoman dan studi kasus pengembangan e-finance untuk dilaporkan dalam AFMM

tahun ini.

i. APEC Finance and Development Program

Dalam APEC Finance Ministers Meeting di Suzhou, China bulan September tahun 2001,

telah disepakati kerja sama di negara-negara APEC dalam rangka mengembangkan ca-

pacity building negara-negara APEC dalam masalah-masalah yang menyangkut

pembangunan dan sektor keuangan. Tema yang menjadi pedoman pokok APEC Finance

and Development Program (AFDP) adalah “Improving Financial Intermediation for Eco-

nomic Growth, Development and Stability”. Tiga bidang yang menjadi prioritas AFDP adalah

(i) pengembangan pasar modal, (ii) pembiayaan usaha kecil dan menengah, dan (iii)

pengembangan sektor keuangan dan ekonomi yang terkait dengan lalu lintas modal. Ketiga

bidang tersebut akan diwujudkan melalui rangkaian lokakarya (workshop), forum tahunan

dan proyek penelitian. Lokakarya mengenai pasar modal dan pembiayaan usaha kecil

Page 105: PERKEMBANGAN EKONOMI KEUANGAN DAN … kerjasama ekonomi, moneter, dan keuangan regional, internasional dan kegiatan penelitian. Kerjasama ekonomi, moneter, perdagangan dan keuangan

Perkembangan Kerja Sama Internasional 99

akan diselenggarakan masing-masing dalam bulan Juli dan Oktober tahun ini. Forum

tahunan pertama akan diadakan di Beijing, China pada tanggal 26 Mei 2002, sementara

penelitan mengenai lalu-lintas modal dimulai pertengahan tahun 2002 dan dilaporkan dalam

bulan Februari 2004.

SEACEN Governors’ Conference ke - 37

Pada tanggal 25-26 Juni 2002 telah diselenggarakan Konferensi South East Asian

Central Banks (SEACEN) Tingkat Gubernur ke-37 di Ulaanbaatar, Mongolia. Sebanyak 15

negara anggota dan observer dari berbagai bank sentral serta otoritas moneter menghadiri

pertemuan tersebut. Sidang dipimpin oleh Gubernur Mongolia, Mr. Ochirbat Chuluunbat. Tema

dari pertemuan kali ini adalah “Strengthening Financial and Economic Resilience in an Envi-

ronment of Globalisation”.

Menteri Keuangan Mongolia (Mr. N. Enkhbayar) mengemukakan bahwa tema Konferensi

kali ini sangat penting bagi ekonomi kecil. Menteri Keuangan Mongolia lebih lanjut menekankan

perlunya memiliki sektor keuangan yang lebih kuat untuk dapat menjadikan perekonomian

suatu negara tahan terhadap gangguan eksternal. Kendati disadari bahwa Mongolia mengalami

banyak kemajuan, namun masih terdapat hal-hal yang harus diselesaikan dalam rangka

meningkatkan tenaga kerja, meningkatkan pendapatan rumah tangga dan mengurangi

kemiskinan. Menteri Keuangan Mongolia mengemukakan beberapa perubahan dalam Undang-

undang Perbankan Mongolia dalam rangka meningaktkan kerangka hukum untuk pinjaman

perbanakan dan untuk memfasilitasi debt repayment.

Dalam welcome address-nya, Gubernur Bank Sentral Mongolia, Mr. O. Chuluunbat,

menyatakan ucapan terima kasih karena penyelenggaraan Koferensi SEACEN ke-37 diadakan

di Mongolia yang bertepatan dengan mulai pulihnya kepercayaan di sektor perbankan Mongo-

lia. Lebih lanjut dikemukakan ucapan terimakasih kepada SEACEN yang telah memberikan

kesempatan kepada para staff negara anggota SEACEN untuk menikmati pelatihan dalam isu

kebanksentralan yang diberikan oleh SEACEN.

Dalam kesempatan tersebut, Managing Director Monetary Authority of Singapore (MAS),

Mr. Koh Yong Guan, mengamati bahwa economic outlook negara anggota SEACEN telah

mengalami perbaikan. Negara anggota SEACEN telah menjadi lebih bertahan (resilience) sejak

krisis keuangan di Asia beberapa waktu lalu. Hal ini ditunjukkan dengan dampak positif dari

Page 106: PERKEMBANGAN EKONOMI KEUANGAN DAN … kerjasama ekonomi, moneter, dan keuangan regional, internasional dan kegiatan penelitian. Kerjasama ekonomi, moneter, perdagangan dan keuangan

Perkembangan Kerja Sama Internasional100

globalisasi, namun menekankan bahwa negara harus terus menerus memperkuat daya tahan

ekonomi dan keuangannya (economic and financial resilience). Lebih lanjut dikemukakan bahwa

SEACEN Centre telah memainkan peran penting dalam kerja sama diantara negara anggota

SEACEN, dan SEACEN Centre harus terus mengkoordinir berbagai pelatihan dengan inisiatif

regional lainnya.

Sementara itu, Executive Director IMF (Mr. Mike Callaghan) mengemukakan inisiatif IMF

untuk membantu negara-negara mempersiapkan krisis keuangan dengan lebih baik lagi. Mr.

Callaghan mencatat bahwa IMF Surveillance saat ini mencakup berbagai area seperti external

vulnerability assessments, financial sector vulnerabilities, dan structural policies, sebagai tambahan

dari fokus awal yaitu isu moneter, fiskal dan nilai tukar. Mr. Callaghan juga mencatat bahwa kendati

fokus upaya untuk memperkuat manajemen krisis keuangan telah dipusatkan pada usulan untuk

membentuk kerangka hukum dalam rangka membantu negara-negara mengatasi masalah

unstaihable sovereign debt, namun pencegahan dan manajemen krisis keuangan lebih tergantung

pada kepemimpinan nasional, politiical will dan community concensus matters of intererst to the

Group, serta economic outlook negara tersebut di kawasan dan negara utama.

Dalam Konferensi ini juga dibahas oleh para Gubernur mengenai bagaimana negara

merespon terhadap tantangan memperkuat economic and financial resilience dalam era

globalisasi. Para Gubernur juga membahas mengenai berbagai isu seperti perlunya mengurangi

kerentanan terhadap gangguan ekonomi domestik, mempertahankan tingkat cadangan devisa,

mencapai stabilitas ekonomi jangka panjang, dan meminimumkan resiko sistemik keuangan.

Para Gubernur juga membahas ketidakpastian akan economic outlook dari negara-negara

industri serta implikasinya bagi negara anggota SACEN. Dalam Koferensi tersebut juga dibahas

mengenai perubahan haluan penanaman modal asing ke Asia Utara.

KERJA SAMA PEMBANGUNAN EKONOMI REGIONAL/INTERNASIONAL

Sidang IMF-Bank Dunia

Pada tanggal 20-21 April 2002 telah diselenggarakan Sidang IMF-Bank Dunia musim

Spring (Sping Meeting) di Washington, D.C., Amerika Serikat. Sidang dibagi menjadi dua,

yaitu International Monetary and Financial Committee (IMFC) dan Development Committee

(DC). Hasil kedua Sidang dimaksud secara ringkas diuraikan sebagai berikut:

Page 107: PERKEMBANGAN EKONOMI KEUANGAN DAN … kerjasama ekonomi, moneter, dan keuangan regional, internasional dan kegiatan penelitian. Kerjasama ekonomi, moneter, perdagangan dan keuangan

Perkembangan Kerja Sama Internasional 101

International Monetary and Financial Committee (IMFC)

Pertemuan IMFC, yang dilangsungkan pada 20 April 2002 di Washington, D.C., telah

membahas berbagai isu yang meliputi: (i) perekonomian global, (ii) upaya memperkuat upaya

untuk mencegah dan mengatasi krisis, (iii) peranan IMF di negara-negara berpenghasilan

rendah, streamlining conditionality and enhancing ownership, serta combating ML and Financ-

ing of Terrorism.

The Global Economy

Komite mencatat perkembangan ekonomi dunia yang semakin membaik, namun

mencatat adanya ketidakpastian berkaitan dengan masalah keamanan di berbagai kawasan

di dunia. Dalam upaya memperkuat dan menjaga kelangsungan pemulihan ekonomi dunia,

negara-negara maju bertanggung jawab melalui kebijakan moneter yang diarahkan untuk

mendorong pertumbuhan, serta dengan menjaga tingkat inflasi. Kebijakan tersebut disertai

pula dengan upaya memperkuat reformasi ekonomi yang bertujuan untuk meningkatkan daya

tahan dan fleksibilitas ekonomi, memberi kontribusi pada pertumbuhan ekonomi dunia yang

tinggi dan berkelanjutan, serta mendukung pengurangan secara bertahap atas

ketidakseimbangan yang persisten dalam perekonomian global.

Komite menyambut baik kebijakan dari komitmen internasional dalam konferensi PBB

di Monterrey, dalam rangka meningkatkan standar hidup dan mengurangi kemiskinan melalui

kebijakan yang kuat serta peningkatan dan efektifitas bantuan yang ada. Sementara dalam

rangka pemulihan ekonomi dan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi secara luas di negara

berkembang, komite menekankan pentingnya perdagangan yang lebih terbuka dan mendesak

untuk menentang tekanan terhadap proteksionisme serta melanjutkan upaya mengurangi

hambatan dalam perdagangan.

Strengthening Crisis Prevention and Resolution

Kegiatan surveillance tetap menjadi hal utama dalam rangka untuk mendorong

pertumbuhan ekonomi dan stabilitas keuangan yang kuat, serta membantu upaya mencegah

krisis. Komite meminta Fund untuk meningkatkan kualitas atas saran kebijakan kepada negara

anggota, dan meminta anggota untuk menerapkan saran tersebut. Komite mencatat bahwa

surveillance seharusnya mencakup penilaian kembali atas kebijakan dan kondisi ekonomi secara

Page 108: PERKEMBANGAN EKONOMI KEUANGAN DAN … kerjasama ekonomi, moneter, dan keuangan regional, internasional dan kegiatan penelitian. Kerjasama ekonomi, moneter, perdagangan dan keuangan

Perkembangan Kerja Sama Internasional102

tepat waktu dan efektif. Komite mendorong Fund untuk menekankan pada cakupan inisiatif

saat ini, yang didesain untuk meningkatkan efektifitas surveilance serta upaya pencegahan

krisis. Upaya ini memasukkan pula Financial Sector Assesment (FSAP) dan kebijakan

transparansi termasuk upaya mendorong publikasi Article IV dan laporan-laporan Fund lainnya.

Upaya lebih lanjut pada standard and codes adalah krusial untuk memperkuat relevasi mereka

dan kontribusi Fund surveillance, dan menjamin negara-negara untuk mempunyai akses yang

cukup terhadap bantuan teknis. Komite menyetujui program kerja Fund untuk memperkuat

keberadaan kerangka kerja Prague dalam rangka mengatasi krisis.

Komite menyambut baik usulan untuk meningkatkan process restrukturisasi utang dan

mendesak Fund untuk melanjutkan kajian atas aspek legal, kelembagaan, dan prosedural

atas pendekatan yang ada saat ini.

The Fund’s Role in Low-Income country

Komite menerima the Monterrey Consensus, yang menegaskan kembali bahwa

instuitusi dan kebijakan yang kuat, bersama-sama dengan dukungan internasional yang luas,

adalah pilar kembar dalam upaya mengurangi kemiskinan. Komite menyambut baik hasil kajian

atas Fund’s Poverty Reduction and Growth (PRGF) dan Poverty Reduction Strategy Paper

(PRSP), mendesak Fund dan Bank Dunia untuk melanjutkan kerjasama mereka serta

mengharapkan adanya kemajuan dalam upaya ini. Komite juga mendukung Fund untuk

melanjutkan kesiapan dalam merespon secara fleksible dan proactive atas kebutuhan

pembiayaan yang diperlukan oleh negara-negara berpenghasilan rendah, termasuk

penambahan atas pembiayaan PRGF dimana penambahan tersebut diperlukan.

Streamlining Conditionality and Enhancing Ownership

Komite menyambut baik hasil kemajuan yang dicapai dalam upaya meningkatkan

efektifitas Fund-supported program melalui conditionality yang lebih sederhana dan terfokus

dan meningkatkan ownership atas reformasi ekonomi.

Combating Money laundering and the Financial of Terrorism

Komite menekankan bahwa upaya internasional melawan penyalahgunaan sistem

keuangan internasional untuk pembiayaan kegiatan terorisme tetap menjadi prioritas utama.

Page 109: PERKEMBANGAN EKONOMI KEUANGAN DAN … kerjasama ekonomi, moneter, dan keuangan regional, internasional dan kegiatan penelitian. Kerjasama ekonomi, moneter, perdagangan dan keuangan

Perkembangan Kerja Sama Internasional 103

Komite mendesak negara-negara yang belum mengimplemtasikan UN instrument dalam rangka

melawan pembiayan terorisme, pembekuan aset teroris dan membentuk financial intellegent

unit serta pertukaran informasi, agar segera menerapkan instrumen tersebut. Komite

menekankan bahwa keberhasilan upaya tersebut akan tergatung pada kewaspadaan dan aksi

yang tepat pada level global.

Development Committee

Terdapat empat permasalahan pokok yang menjadi pembahasan dari Sidang Devel-

opment Committee (DC). Permasalahan Pertama adalah upaya mendorong pertumbuhan dan

mengurangi kemiskinan dengan berlandaskan kepada Kesepakatan Konferensi Pertumbuhan

di Moneterry Meksiko beberapa waktu lalu dan mengacu kepada sasaran yang diinginkan

dalam Millenium Development Goals. Dalam hal ini Sidang telah membahas berbagai upaya

tindak lanjut yang perlu dilakukan yaitu melalui peningkatan kemitraan/kolaborasi antara negara

dengan lembaga terkait serta harmoniasi dari berbagai langkah guna mendorong efektivitas

bantuan yang diberikan Bank Dunia beserta lembaga-lembaga yang dinaunginya.

Perhatian khusus diberikan kepada upaya mendorong pertumbuhan di negara-negara

yang berpenghasilan rendah serta peningkatan kemampuan negara-negara tersebut dalam

memanfaatkan bantuan yang diberikan Bank Dunia melalui capacity building serta peningkatan

corporate dan public governance. Dalam hal ini Sidang mendukung Monterry Agreement yang

menyerukan adanya sinergi antara bantuan pembangunan yang diberikan dengan peningkatan

akses negara tersebut dalam perdagangan dunia. Sidang mendorong Bank Dunia untuk

meningkatkan bantuan kepada negara-negara miskin guna meningkatkan infrastruktur dalam

memanfaatkan peluang dari perdagangan global.

Permasalahan kedua adalah upaya meningkatkan pendidikan. Terkait dengan upaya

memberantas kemiskinan, peningkatan pendidikan merupakan langkah yang sangat vital.

Sidang menyetujui dan mendukung langkah kerja Bank Dunia dalam mencapai konsensus

internasional untuk menciptakan sistem pendidikan dasar yang dapat dijangkau seluruh anak-

anak pada tahun 2015. Dalam hal ini Sidang mendorong Bank Dunia untuk juga meningkatkan

kerja sama dengan lembaga-lembaga lain khususnya lembaga-lembaga multilateral PBB seperti

UNESCO. Berbagai perkembangan yang ada akan dibahas lagi dalam pertemuan mendatang.

Permasalahan ketiga yang menjadi pembahasan adalah kemajuan yang dicatat dalam

Page 110: PERKEMBANGAN EKONOMI KEUANGAN DAN … kerjasama ekonomi, moneter, dan keuangan regional, internasional dan kegiatan penelitian. Kerjasama ekonomi, moneter, perdagangan dan keuangan

Perkembangan Kerja Sama Internasional104

inisiatif penyelesaian utang negara miskin melalui skim Heavily Indebted Poor Countries (HIPC).

Permasalahan khusus yang dibahas adalah dalam menangani utang negara-negara miskin

yang dianggap sudah tidak sustainable lagi. Dalam hal ini, Sidang berpandangan bahwa

tambahan pembiayaan hanya dapat dilakukan secara kasus per kasus. Adanya pengkajian

mengenai debt sustainability adalah sangat penting sebagai dasar penilaian negara maupun

lembaga donor dalma memberikan pinjaman konsesional (concessional loans).

Permasalahan keempat adalah upaya memerangi money laundering serta pembiayaan

terorisme. Dalam hal ini Sidang sepakat untuk meningkatkan langkah kerja yang telah dilakukan

selama ini serta meningkatkan kerja sama dengan IMF dalam penerapannya dengan tetap

memperhatikan batas kewenangan dan mandat yang ada. Sidang juga mencatat perlunya

bantuan untuk meningkatkan capacity building dari berbagai negara dalam upaya implementasi

langkah kerja yang telah digariskan.

Sidang Development Committee tahun ini secara khusus membahas permasalahan

governance. Upaya meningkatkan governance semakin dirasakan mengingat tanpa adanya

upaya ini, maka berbagai langkah bantuan dan kerja sama yang dilakukan lembaga internasional

akan menjadi kurang efektif. Sebagai indikasi akan pentingnya masalah ini Bank Dunia dan

Brookins Institute telah menyelenggarakan Konferensi bertema “Financial Sector Governance:

The Roles of the Public and Private Sectors” di New York, 17-19 April 2002.

Sidang Tahunan Asian Development Bank (ADB) ke-35

Pada tanggal 8-12 Mei 2002 telah diselenggarakan Sidang Tahunan ADB ke-35 back-

to-back dengan Sidang ASEAN Finance and Central Bank Deputies Meeting +3 (AFDM+3) di

Shanghai, China.

Seperti penyelenggaraan Sidang pada tahun-tahun sebelumnya, Sidang Tahunan

ADB ke-35 tahun 2002 juga disertai penyelenggaraan country presentation dari beberapa

negara dan beberapa seminar. Pada business session, para gubernur mendiskusikan out-

look perekonomian dunia dan implikasinya bagi perkembangan negara-negara sedang ber-

kembang. Selain itu juga dilakukan review terhadap operasional ADB, dimana para gubernur

mengemukakan pendapat mereka terhadap strategi dasar pengembangan dan manajemen

ADB. Adapun tema Sidang Tahunan ADB ke-35 adalah ‘mengurangi kemiskinan melalui pro-

gram pro-poor, pembangunan ekonomi yang berkesinambungan, pengembangan sosial dan

good governance’.

Page 111: PERKEMBANGAN EKONOMI KEUANGAN DAN … kerjasama ekonomi, moneter, dan keuangan regional, internasional dan kegiatan penelitian. Kerjasama ekonomi, moneter, perdagangan dan keuangan

Perkembangan Kerja Sama Internasional 105

Para Gubernur ADB mencatat pertumbuhan ekonomi dunia berada pada tahap

pemulihan setelah mengalami penurunan pada tahun 2001, demikian juga dengan

perekonomian regional Asia-Pasifik. Bahkan beberapa anggota negara berkembang (DMCs)

menunjukkan proses pemulihan eknomi yang lebih cepat dari perkiraan. Namun hal ini tidak

berarti semua permasalahan perekonomian sudah terselesaikan. Beberapa hal yang harus

dilakukan DMCs adalah mempercepat reformasi kebijakan ekonomi dan reformasi struktural,

meningkatkan investasi sumber daya manusia termasuk pengembangan penguasaan IT,

memberdayakan perempuan, dan mendorong upaya penciptaan good governance.

Para Gubernur ADB mencatat bahwa ADB telah melaksanakan program pengentasan

kemiskinan secara efektif, dan menekankan peran penting perdagangan untuk mendorong pertum-

buhan ekonomi dan mengurangi kemiskinan serta mendorong peran sektor swasta lebih besar.

Para Gubernur ADB mencatat perlunya Long-Term Strategic Framework (LTSF), Me-

dium-Term Strategy, dan The New Strategy untuk operasional di wilayah Pasifik, melalui

reorganisasi struktur bagian operasional ADB, kebijakan baru terhadap operasional sektor

swasta, perlindungan sosial, air, dan teknologi informasi dan komunikasi. Selain itu, para

Gubernur ADB mendukung peran lebih jauh ADB di Afghanistan, dan menekankan pentingnya

menjaga kesinambungan pembangunan kawasan Asia tanpa harus menimbulkan kerusakan

lingkungan, mengingat dewasa ini kemiskinan dan kerusakan lingkungan meningkat cukup

signifikan. Berkaitan dengan permasalahan lingkungan, para Gubernur ADB berharap ADB

dapat berperan aktif pada World Summit on Sustainable Development yang akan diseleng-

garakan di Johannesburg.

ADB mendukung pelaksanaan program-program kerja sama regional meliputi

pengembangan the Greater Mekong sub-region dan Asia Tengah, serta meningkatkan dukungan

terhadap pengembangan sub-regional lainnya, seperti BIMP-EAGA dan IMT-GT. Selain itu,

ADB perlu bekerjasama lebih erat lagi dengan lembaga-lembaga kerja sama pembangunan

baik bilateral maupun multilateral. Untuk itu telah dicapai Memorandum of Understanding antara

ADB dengan World Bank, UNDP, WTO, ILO dan lembaga-lembaga lainnya.

Para Gubernur ADB juga menekankan pentingnya pemantauan dampak dan efektivitas

kegiatan ADB, dimana ADB perlu memperoleh kepastian bahwa manfaat program pengentasan

kemiskinan benar-benar dirasakan oleh masyarakat miskin. Gubernur ADB juga menekankan

pentingnya bantuan bagi DMCs untuk mengembangkan kemampuan mengevaluasi dan

memonitor dampak program tersebut.

Page 112: PERKEMBANGAN EKONOMI KEUANGAN DAN … kerjasama ekonomi, moneter, dan keuangan regional, internasional dan kegiatan penelitian. Kerjasama ekonomi, moneter, perdagangan dan keuangan

A r t i k e l106

A R T I K E L

A. INTERVENSI VALAS BANK SENTRAL & EKPEKTASI PASAR1

Oleh : Ferry Syarifuddin2

1. PENDAHULUAN

Jatuhnya nilai tukar Yen pada tahun 1998 dan Euro pada musim gugur tahun 2000

telah mengundang pemikiran pada berbagai kalangan untuk mengevaluasi pentingnya intervensi

valas untuk menstabilkan nilai tukar sesuai yang diharapkan. Berbagai metode telah dilakukan

untuk melihat dampak atau efektivitas intervensi valas ini terhadap pergerakan nilai tukar.

1 Disarikan dari BIS Paper,’Central Bank Intervention and Market Expectations’ oleh Gabriele Galati and Will Melic, April 2002

2 Peneliti Ekonomi Yunior di Bagian Studi Ekonomi dan Lembaga Internasional, Bank Indonesia

Paper ini mengulas hubungan antara intervensi bank sentral di pasar valas dengan ekspektasi

pasar dengan menggunakan metode dan hasil analisa yang relatif baru. Studi dilakukan dengan

menggunakan data intervensi yang dilakukan oleh bank sentral G-10 diantaranya Fedres, Bank of

Japan, dan Bundesbank dan ekspektasi pasar terhadap dollar/mark (untuk kurun waktu 1985-1996)

dan dollar/yen (untuk kurun waktu 1991-1996). Pengaruh intervensi valas terhadap ekpestasi pasar

dilihat melalui pendekatan distribusi proyeksi nilai tukar (probablility density function - PDF) pada suatu

waktu tertentu. Selain itu untuk melihat pengaruh selain intervensi terhadap distribusi nilai tukar, studi

mencoba memasukkan beberapa variabel ekonomi makro yang berpengaruh besar selama ini terhadap

nilai tukar dengan menggunakan pendekatan model ekonometri.

Penelitian dalam paper ini menggunakan 2 metode pendekatan. Pertama, adalah dengan

menggunakan ‘event analysis’, untuk melihat perilaku moments PDF dalam suatu episode intervensi

yang dilakukan. Kedua, pendekatan ekonometris untuk melihat rata-rata tendensi dampak intervensi

terhadap moments PDF.

Atas dasar penelitian ini, dapat disimpulkan secara umum bahwa dengan menggunakan

pendekatan ‘event analysis’, intervensi valas, bergantung kepada situasi, terbukti berpengaruh terhadap

ekpektasi proyeksi nilai tukar bagi peserta pasar dan sejalan dengan tujuan intervensi bank sentral

dalam mempengaruhi nilai tukar ke arah yang diinginkan. Namun demikian, dengan pendekatan teknik

ekonometris, intervensi valas oleh bank sentral secara rata-rata, tidak terbukti secara signifikan, dan

sistematis berpengaruh terhadap ekspektasi nilai tukar ke depan.

Page 113: PERKEMBANGAN EKONOMI KEUANGAN DAN … kerjasama ekonomi, moneter, dan keuangan regional, internasional dan kegiatan penelitian. Kerjasama ekonomi, moneter, perdagangan dan keuangan

A r t i k e l 107

Pada umumnya, berbagai penelitian yang dilakukan selama ini berusaha melihat dampak

intervensi terhadap level ataupun varian nilai tukar. Namun kini telah dilakukan penelitian dampak

nilai tukar terhadap ‘market uncertainty/volatility’ nilai tukar seperti yang tercermin pada Op-

tion Prices.

Studi dalam paper ini menggunakan 2 pendekatan. Pertama, pendekatan ‘event analy-

sis’, untuk melihat perilaku moments (PDFs) akibat intervensi valas yang dilakukan bank sentral.

Kegunaan pendekatan ini adalah untuk melihat apakah intervensi yang dilakukan sudah

mencapai sasaran atau belum. Kedua, dengan menggunakan teknik ekonometri untuk melihat

hubungan rata-rata antara intervensi valas dengan perilaku moments PDFs. Metode ini juga

berguna untuk melihat perilaku nilai tukar akibat perubahan variabel makroekonomi selain

intervensi valas.

Dengan menggunakan pendekatan ‘event analysis’, dapat disimpulkan bahwa

bergantung kepada situasi tertentu, intervensi ternyata berpengaruh terhadap ekpektasi nilai

tukar pasar. Namun demikian, dengan menggunakan teknik ekonometri, intervensi valas tidak

terbukti secara signifikan mempunyai dampak sistematis terhadap persepsi nilai tukar. Dapat

ditambahkan pula bahwa dengan tingkat keyakinan 90% dan 95%, masing-masing metode

intervensi tidak terbukti mempunyai dampak yang berbeda terhadap nilai tukar kedepan.

Studi ini dilakukan pada sistem devisa ‘floating exchange rate’. Pada bagian 2, di ulas

mengenai kegunaan pendekatan PDFs sebagai salah satu alat dalam menganalisa pergerakan

nilai tukar. Bagian 3, meneliti hubungan antara intervensi dengan ekspektasi pasar dengan

menggunakan metode PDFs dalam kasus dollar/mark di tahun 1986-1996 dan dollar/yen di

tahun 1991/1996. Bagian 4, dalam meneliti, studi ini dipecah dalam 4 sub periode yaitu: periode

‘Plaza Accord’ (1985), periode ‘Louvre Accord’ (1986-1988), periode 1988-92 saat intervensi

dilakukan untuk meredam fluktuasi dollar, periode 1992-96 saat intervensi dilakukan untuk

mendukung penguatan dollar. Pada bagian 5, dilakukan penelitian untuk melihat dampak

masing-masing intervensi dengan menggunakan metode intervensi yang berbeda. Intervensi

bisa dilakukan dengan unilateraly vs coordinated, large vs small, officialy announced vs dis-

creetly, dan single vs repeated.

2. EVOLUSI TUJUAN, TRANSMISI, DAN TAKTIK INTERVENSI VALAS.

Bermula dari kejatuhan Yen di tahun 1998 dan Euro di tahun 2000, banyak pihak kembali

mempelajari efektivitas intervensi untuk mengarahkan nilai tukar sesuai yang diharapkan. Setiap

Page 114: PERKEMBANGAN EKONOMI KEUANGAN DAN … kerjasama ekonomi, moneter, dan keuangan regional, internasional dan kegiatan penelitian. Kerjasama ekonomi, moneter, perdagangan dan keuangan

A r t i k e l108

intervensi mempunyai tujuan yang berbeda-beda bergantung kepada keinginan bank sentral

si pelaku. Pada tempo dulu, efektivitas intervensi masih diandalkan sebagai intrumen bank

sentral untuk menstabilkan nilai tukar dikarenakan rata-rata perdagangan valas di pasar

internasional belum sebesar saat ini. Sebagai contoh, di tahun 1992 jumlah rata-rata transaksi

valas internasional bernilai $820 miliar/hari, sedangkan di tahun 1998 meningkat sebesar 76%

menjadi $1.500 di tahun 1998 (BIS, 1999a), meskipun kemudian turun menjadi $1.210 miliar di

bulan April 2001. Jumlah ini sangat besar dibandingkan cadangan devisa yang dimiliki bank

sentral negara manapun, sehingga dapat mengurangi efektivitas intervensi valas (lihat tabel

1). Ketidak-efektifan intervensi valas oleh bank sentral semakin memungkinkan dikarenakan

bank sentral kini dituntut lebih transparan terhadap publik termasuk tuntutan menunjukkan

neraca off-balance sheet.

2.1 Tujuan Intervensi Valas

Tujuan intervensi dalam studi ini bergantung kepada situasi nilai tukar di masing-masing

periode, diantaranya sebagai berikut:

a. Plaza Accord (September 1985)

Pada periode ini negara G-5 melakukan intervensi untuk mendukung penguatan nilai tukar

non-dollar

b. Louvre Accord (Februari 1987)

Anggota G-6 mendeklarasikan untuk menjaga kestabilan nilai tukar

c. Telephone Accord (Desember 1987)

Dolar melemah, maka bank sentral melakukan intervensi untuk mendukung penguatan US Dollar

Dengan melihat hal diatas dapat disimpulkan bahwa di satu pihak bank sentral pada umumnya

melakukan intervensi untuk meredam fluktuasi nilai tukar atau mencegah pergerakan nilai tukar

yang terlalu drastis/excessive dalam jangka pendek, namun di lain pihak bank sentral cenderung

mendukung pergerakan nilai tukar secara cepat jika memang dinilai kurs jauh dari yang diinginkan.

2.2 Transmission channel

Intervensi valas akan berpengaruh kepada nilai tukar melalui 3 channel, yaitu:

Page 115: PERKEMBANGAN EKONOMI KEUANGAN DAN … kerjasama ekonomi, moneter, dan keuangan regional, internasional dan kegiatan penelitian. Kerjasama ekonomi, moneter, perdagangan dan keuangan

A r t i k e l 109

a. the Monetary Channel

Intervensi akan berpengaruh terhadap nilai tukar melalui perubahan suku bunga jangka

pendek. Channel ini biasanya dilakukan bank sentral agar tidak mengoff-set penuh dampak

intervensi terhadap jumlah cadangan devisa bank domestik. Dalam teori ekonomi, usaha bank

sentral ini bisa dikategorikan strelized atau non-sterilized intervention dengan diiringi kebijakan

perubahan suku bunga official domestik.

b. the Portfolio Channel

Intervensi akan mempengaruhi persepsi investor melalui perubahan portofolio simpanan

dalam kondisi antara aset domestik dan asing yang imperfect. Dalam kondisi ini, bank sentral

melakukan intervensi untuk mendorong investor untuk meminta kenaikan return pada asset

yang stoknya bertambah, sehingga secara otomatis akan mengubah kurs. Namun dengan

semakin besarnya nilai transaksi valas di pasar internasional, efektivitas intervensi melalui

channel ini diragukan.

c. Signalling channel

Kondisi tersebut mendorong bank sentral untuk lebih credible dalam mempengaruhi

persepsi pasar atas intervensi yang dilakukan agar bisa seiring dengan tujuan bank sentral.

Tujuan kebijakan tersebut biasanya untuk meredam fluktuasi nilai tukar yang terlalu tajam.

Diperkirakan saat ini banyak bank sentral melakukan intervensi valas secara rahasia

(tanpa memberi informasi terlebih dahulu kepada pasar) dikarenakan cadangan devisa yang

terbatas dan jumlah intervensi yang kecil. Diharapkan dengan cara tersebut akan terjadi

perubahan nilai tukar di pasar sesuai dengan arah yang diinginkan bank sentral meskipun

jumlah intervensi sangat kecil. Kondisi ini akan efektif terutama dengan fenomena belum

samanya informasi yang diterima pelaku pasar yang mungkin disebabkan oleh struktur mikro

di pasar valas.

2.3 Strategi Intervensi

Dengan melihat situasi pasar valas dan tujuan intervensi, bank sentral diseluruh dunia

melakukan berbagai strategi dalam melakukan intervensi valas. Dalam rezim floating exchange

rates, biasanya bank sentral membiarkan nilai tukar bergerak sesuai supply dan demand valas.

Page 116: PERKEMBANGAN EKONOMI KEUANGAN DAN … kerjasama ekonomi, moneter, dan keuangan regional, internasional dan kegiatan penelitian. Kerjasama ekonomi, moneter, perdagangan dan keuangan

A r t i k e l110

Dalam beberapa kasus, bank sentral melakukan intervensi valas ‘leaning with the wind’

(intervensi dilakukan guna mendukung trend nilai tukar yang sedang terjadi), dibandingkan

dengan ‘leaning against the wind’ (menghambat trend yang terjadi). Kondisi tersebut terlihat

pada saat intervensi bersama beli US Dollar di pasar yang tipis dilakukan oleh Jepang, Jerman,

dan USA pada tanggal 15 Agustus 1995, guna mendukung apresiasi dollar yang sedang terjadi.

Hal ini dilatar belakangi bahwa banyak investor Jepang melakukan pembelian obligasi AS dan

adanya tendensi di pasar option bahwa banyak pelaku pasar melakukan hedge atas posisi

short dollar.

Dalam beberapa waktu terakhir, bank sentral lebih menyukai intervensi valas dilakukan

secara rahasia karena akan berdampak efektif dengan memanfaatkan imperfect information/

order flow channel. Di lain pihak, beberapa bank sentral lain melakukan intervensi dengan

transparan (contoh bank of Canada). Hal ini banyak dilakukan karena bank sentral dituntut

untuk lebih transparan terhadap publik atas apa yang dilakukannya.

Intervensi bersama (concerted intervention) antar bank sentral banyak terbukti lebih

efektif dibanding intervensi sendiri (single intervention), terlebih didukung oleh tujuan dan

komitmen bank sentral dalam mencapai target kebijakan moneternya sepanjang tidak terdapat

perbedaan kepentingan masing-masing bank sentral dengan kepentingan domestik.

Setelah krisis yang menimpa Asia beberapa tahun terakhir, banyak intervensi dilakukan

di pasar forward untuk mempengaruhi likuiditas domestik forward secara rahasia. Kini, banyak

bank sentral menggunakan sarana Options dalam melakukan intervensi valas. Pada bulan

Agustus 1996, sebagai contoh, Bank of Mexico melakukan auction di pasar Option dengan

tujuan utama untuk meningkatkan reserves/giro pada bank sentral. Keuntungan lain dengan

menggunakan transaksi derivatif ini, seperti yang dilakukan di pasar forward, tidak akan

menambah reserves sehingga tidak memerlukan sterilisasi. Namun banyak bank sentral enggan

melakukan itu disebabkan adanya risiko non linear payoff of options dan kekhawatiran kurang

efektifnya signal kepada pasar atas nilai tukar yang ingin dicapai bank sentral.

3. MEMANFAATKAN INFORMASI DARI HARGA OPTION UNTUK MENGANALISA INTERVENSI VALAS.

Hubungan antara intervensi valas dengan ekspektasi pasar (yang menjadi tujuan utama

penulisan) dilihat dengan menggunakan indikator volatilitas nilai tukar yang tercermin pada

Option Prices. Pendekatan yang dilakukan adalah dengan melihat seluruh aspek distribusi

nilai tukar ke depan (mean, variance, skewness, dan kurtosis) pada suatu waktu. Selanjutnya

Page 117: PERKEMBANGAN EKONOMI KEUANGAN DAN … kerjasama ekonomi, moneter, dan keuangan regional, internasional dan kegiatan penelitian. Kerjasama ekonomi, moneter, perdagangan dan keuangan

A r t i k e l 111

akan dilihat hubungan rata-rata distribusi nilai tukar kedepan pada keseluruhan periode dengan

melibatkan beberapa indikator ekonomi utama dengan teknik ekonometri, guna memisahkan

dampak intervensi valas terhadap perubahan indikator ekonomi.

3.1 Intervensi Valas dan PDF

Analisis probability density function (PDF) sudah banyak dilakukan guna melihat

kecenderungan/perilaku dan ekspektasi pasar. PDF yang diukur pada suatu waktu tertentu

terbagi dalam 4 moment yaitu: Mean, Variance, Skewness, dan Kurtosis3. Moment pertama,

Mean, menunjukkan nilai ekspektasi tukar spot yang terjadi pada saat kontrak option berakhir.

Moment kedua, Variance, menunjukkan tingkat ketidakpastian atas perubahan nilai tukar dalam

waktu dekat. Moment ketiga, skewness, menunjukkan kecenderungan pergerakan nilai tukar

forward dalam waktu dekat (potensi apresiasi/depresiasi. Moment keempat, kurtosis, untuk

melihat indikasi kemungkinan terjadinya perubahan besar terhadap pergerakan nilai tukar dalam

waktu dekat.

Studi ini menggunakan data settlement futures dan option prices diperoleh dari the

Chicago Mercantile Exchange (CME) untuk mendapatkan perhitungan perilaku distribusi nilai

tukar kedepan. Data untuk PDF yang digunakan khususnya adalah exchange-traded options

karena ketersediaan data yang panjang, walaupun jenis data ini lebih kecil dibandingkan OTC

options. Exchange-traded options antara harga kuota dengan besarnya strikes juga terlihat

lebih konsisten.

3.2 Dampak intervensi

Tahap pertama untuk menganalisa hubungan antara ekspektasi pasar dengan intervensi

adalah melihat kelaziman umum yang biasa terjadi. Untuk melihat hubungan tersebut dilakukan

dengan dua metode yaitu melalui event analysis yang banyak menggunakan grafik, dan lainnya

adalah melalui pendekatan ekonometri.

Dalam pendekatan event analysis melalui analisa grafik, studi dilakukan dengan melihat

perilaku distribusi nilai tukar kedepan rata-rata keseluruhan periode baik pada saat dilakukan

intervensi valas maupun 10 hari sebelum dan sesudah intervensi dilakukan (nilai moments

dinormalisasi menjadi Nol). Mean dari netral PDF tersebut mencerminkan rata-rata dari

3 Perubahan moments PDF masing-masing sebagai contoh dapat dilihat pada figure 1-3

Page 118: PERKEMBANGAN EKONOMI KEUANGAN DAN … kerjasama ekonomi, moneter, dan keuangan regional, internasional dan kegiatan penelitian. Kerjasama ekonomi, moneter, perdagangan dan keuangan

A r t i k e l112

keseluruhan intervensi yang dilakukan bank sentral. Hasil studi menghasilkan kesimpulan bahwa

pada umumnya bank sentral melakukan intervensi beli dollar pada saat dollar mengalami

kecenderungan melemah. Dengan intervensi tersebut, kecenderungan pergerakan nilai tukar

akan tertahan bahkan terkoreksi ke arah yang berlawanan setelah dilakukan intervensi. Vari-

ance dari neutral PDF, menghasilkan kesimpulan bahwa secara rata-rata, intervensi akan

meningkatkan variance yang berarti intervensi akan semakin memperbesar ketidakpastian nilai

tukar kedepan. Skewness dari neutral PDF, menyimpulkan bahwa intervensi valas yang

dilakukan bank sentral cenderung menaikkan nilai skewness. Hal ini berarti pasar cenderung

mengikuti pola nilai tukar yang diinginkan bank sentral (sebagai contoh: persepsi nilai tukar

dollar kedepan cenderung menguat setelah dilakukan intervensi beli dollar oleh bank sentral

dibandingkan kecenderungan skewness melemah sebelum intervensi dilakukan). Kurtosisi

(moment keempat PDF) menyimpulkan bahwa rata-rata kurtosis cenderung sedikit meningkat

setelah dilakukan intervensi. Hal ini mengindikasikan bahwa persepsi pasar terhadap

kemungkinan perubahan besar nilai tukar kedepan, mengalami peningkatan.

Untuk memisahkan dampak intervensi dari faktor lainnya terhadap nilai tukar, maka

dilakukan teknik ekonometrika dengan mengikutsertakan beberapa variable ekonomi makro

beserta news dan perkembangan kebijakan selain intervensi sebagai explanatory variable.

Variable News dimasukkan karena dalam studi ini ingin melihat perilaku distrubusi nilai tukar

kedepan sebagai dampak dari perbedaan suatu nilai variable ekonomi yang diumumkan

dibandingkan perkiraan pasar sebelum besaran itu diumumkan. Variable makroekonomi dan

News variable selama ini berdampak cukup signifikan terhadap pergerakan nilai tukar, oleh

sebab itu perlu kehati-hatian dalam mengambil kesimpulan dampak perubahan nilai tukar bila

intervensi dilakukan bersamaan dengan saat pengumuman besaran leading ekonomi makro.

Terlebih lagi setelah dari hasil penelitian terbukti bahwa pengumuman indikator leading ekonomi

makro sangat berpengaruh terhadap perubahan level maupun variance nilai tukar ke depan.

Dalam melakukan analisa ekonometri, studi tersebut menemukan adanya problem

simultaneus antara intervensi dengan volatilitas nilai tukar. Untuk itu perlu dilakukan teknik

ekonometri yang tepat guna meniadakan dampak simultan ini agar hasil yang diperoleh tidak

bias. Beberapa cara untuk mengatasi antara lain melalui penyesuaian data dengan

menggunakan instrument variable.

Dari hasil pengamatan yang dimulai 1 Januari 1985 hingga 30 Agustus 1996 dan dari 1

April 1991 hingga 30 Agustus 1996 (hasil tes ekonometrika bisa di lihat pada tabel 2a-5c),

Page 119: PERKEMBANGAN EKONOMI KEUANGAN DAN … kerjasama ekonomi, moneter, dan keuangan regional, internasional dan kegiatan penelitian. Kerjasama ekonomi, moneter, perdagangan dan keuangan

A r t i k e l 113

terlihat bahwa intervensi valas pada saat itu oleh bank sentral memberikan dampak positif

terhadap nilai tukar forward dollar/mark dan dollar/yen, meskipun secara statistik tidak signifikan.

Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa intervensi mempunyai dampak posistif terhadap

ekspektasi nilai tukar kedepan secara kumulatif meskipun tidak signifikan secara statistik (sama

halnya hasil yang diperoleh dengan menggunakan data spot rate).

Sementara itu, test yang dilakukan dalam periode yang sama untuk melihat dampak

intervensi rata-rata terhadap skewness PDF, menunjukkan bahwa intervensi berpengaruh

terhadap persepsi pasar atas nilai tukar kedepan baik dollar/mark dan dollar/yen ke arah

yang diinginkan bank sentral, meskipun secara statistik tidak signifikan pada tingkat keyakinan

90% maupun 95%. Hasil yang sama juga terjadi pada Mean PDF. Khusus untuk Variance

PDF, dalam periode yang sama menunjukkan hasil yang berbeda antara dollar/mark dan

dollar/yen. Di pasar dollar/mark, intervensi tidak diikuti perubahan variance secara signifikan,

namun sebaliknya di pasar dollar/yen nilai variance meningkat secara signifikan. Terakhir

untuk melihat kurtosis, intervensi valas dalam periode yang sama tidak terbukti secara

signifikan mengubah persepsi pasar atas perubahan besar yang akan terjadi pada nilai tukar

ke depan.

4. INTERVENSI VALAS DAN EKSPEKTASI PASAR DALAM PERIODE YANG BERBEDA

Pada bagian ini, studi dilakukan untuk melihat dampak intervensi dalam kurun waktu

yang berbeda. Kurun waktu dalam studi ini dibagi kedalam 4 sub-periode, yaitu: Plaza Accord

(1985), Louvre Accord (1986-88), Periode 1988-92 saat dollar berfluktuasi tajam, periode

1992-96 (periode mnedukung penguatan dollar). Studi dalam periode ini dilakukan dengan

kedua pendekatan yaitu ‘event analysis’ dan ‘teknik ekonometri’.

4.1 Periode Plaza Accord (1985)

Sebelum 1985, US$ menguat tajam terhadap Yen dan Mark karena didorong oleh kondisi

ekonomi yang lebih baik di AS dibandingkan dengan di Jerman dan Jepang. Kondisi ini

mengundang ekspektasi bahwa AS akan melakukan pengetatan moneter sementara di Jerman

dan Jepang akan bertahan atau melonggarkan kebijakan moneternya.

Selain itu dengan semakin besarnya defisit fiskal dan booming FDI di AS maka

permintaan US$ semakin meningkat sehingga mendorong berlanjutnya apresiasi US$ yang

Page 120: PERKEMBANGAN EKONOMI KEUANGAN DAN … kerjasama ekonomi, moneter, dan keuangan regional, internasional dan kegiatan penelitian. Kerjasama ekonomi, moneter, perdagangan dan keuangan

A r t i k e l114

bersifat ‘bubble’. Kondisi ini tidak di inginkan oleh ketiga negara maju tersebut sehingga mereka

melakukan intervensi jual AS. Dampaknya pada bulan Maret US$ mulai depresiasi dan stabil

di bulan Juli 1985, Agustus kembali meningkat dan selanjutnya melemah lagi pada bulan Sep-

tember 1985. Selanjutnya pada tanggal 22 September 1985 negara G-5 melakukan kesepakatan

dalam ‘Plaza Accord’ bahwa nilai tukar merupakan cerminan fundamental ekonomi. Untuk itu

penguatan mata uang non-dollar saat itu perlu diusahakan bersama. Pada saat itu kelima

negara melakukan intervensi jual dollar di pasar dollar/mark.

Dari analisis PDF terlihat bahwa pasar bereaksi dengan turunnya mean PDF (depresiasi

US$), kenaikan variance (meningkatnya ketidakpastian), skewness tidak berubah, sedangkan

kurtosis meningkat. Hal tersebut berarti pasar mengharapkan akan terjadi perubahan besar

atas nilai tukar kedepan dalam waktu dekat.

Dalam setahun, G-5 melakukan intervensi jual dollar selama 61 hari (terkonsentrasi

selama Januari-Februari dan September-Oktober) di pasar dollar/mark. Jika seluruh episode

tersebut (1985) dirata-rata dengan menggunakan pendekatan ekonometri terlihat bahwa

intervensi mampu mencegah penurunan nilai tukar US$ namun angka skewness tidak signifikan

secara statistik. Selain itu intervensi secara rata-rata tidak meningkatkan variance. Namun

intervensi ternyata mempengaruhi persepsi pasar akan terjadinya perubahan besar dalam

nilai tukar kedepan yang tercermin pada peningkatan angka kurtosis walaupun secara statistik

tidak signifikan.

4.2 Periode Louvre Accord (1986-1988)

Dengan melemahnya ekonomi dan meningkatnya defisit anggaran AS, US Dollar mulai

melemah pada tahun 1986. Pada awal 1987, US Dollar telah melemah sebesar 40% terhadap

Yen dan Mark dibandingkan kurs tahun 1985. Kondisi ini disepakati untuk dipertahankan dalam

Louvre Accord yang diumumkan oleh G-6 pada tanggal 22 Februari 1987.

Namun demikian pada bulan Maret 1987, nilai tukar kembali melemah seiring dengan

banyaknya investor yang melepas saham/obligasi denominasi US$ dan puncaknya pasar saham

anjlok di bulan Oktober 1987. Pada tanggal 22 Desember 1987, negara G-7 sepakat menahan

jatuhnya US$ yang dituangkan dalam kesepakatan ‘Telephone Accord’. Walaupun dilakukan

intervensi, nilai tukar US$ tetap melemah karena kurangnya intermediasi tujuan bank sentral

kepada pasar. Setelah dilakukan intervensi, tanggal 5 Januari 1988 angka Mean PDF meningkat

Page 121: PERKEMBANGAN EKONOMI KEUANGAN DAN … kerjasama ekonomi, moneter, dan keuangan regional, internasional dan kegiatan penelitian. Kerjasama ekonomi, moneter, perdagangan dan keuangan

A r t i k e l 115

(apresiasi US$), dan skewness meningkat, yang berarti pasar cenderung melihat US$ akan

menguat dalam waktu dekat.

Selama periode ini, negara G-7 melakukan intervensi selama 87 hari di pasar dollar/

mark dalam periode 1986-88. Pada saat itu bank sentral melakukan strategi leaning against

the wind. Hasil intervensi ternyata cukup efektif meredam kecenderungan melemahnya US$

dan hasilnya signifikan pada level 90 dan 95%. Selain itu dari hasil tes ekonometri terlihat

bahwa angka variance meningkat yang mengindikasikan ketidakpastian yang meningkat atas

perubahan nilai tukar kedepan, walaupun tidak bisa disimpulkan sebagai dampak hanya dari

intervensi.

4.3 Periode mengurangi fluktuasi dollar (1988-92)

Mulai membaiknya ekonomi AS dan diterapkannya kebijakan moneter yang ketat di

tahun 1988-1989 menyebabkan US$ kembali menguat terhadap Mark dan Yen. Beberapa

bank sentral selanjutnya melakukan intervensi jual US$ pada tanggal 24 September 1989

untuk menahan apresiasi US$ yang berlebihan karena dianggap tidak sesuai dengan funda-

mental ekonomi. Pada periode 1988-92, bank sentral melakukan intervensi selama 183 hari di

pasar dollar/mark, 85% dalam bentuk intervensi jual Dollar. Teknik yang digunakan tetap lean-

ing against the wind.

Akibat intervensi yang dilakukan, angka variance PDF turun, skewness turun/bergeser

ke kiri. Hal ini mengartikan bahwa pasar menilai nilai tukar kedepan akan melemah dan kepastian

berkurang. Selanjutnya, apresiasi US$ berkurang di tahun 1990, dan mulai berfluktuasi.

Keputusan menaikkan suku bunga oleh EMU pada tanggal 16 Juli 1992 menambah tekanan

terhadap US Dollar. Sehingga pada tanggal 20 Juli 1992, dilakukan intervensi beli untuk

menahan pelemahan USDollar. Intervensi tersebut dinilai cukup berhasil karena Mean PDF

meningkat, Skewness bergeser kekanan, dan variance meningkat. Dengan pendekatan

ekonometri, kecenderungan rata-rata intervensi tidak berdampak secara signifikan terhadap

persepsi nilai tukar ke depan.

4.4 Periode mendukung penguatan US Dollar (1992-96)

Dalam periode Agustus 1992 hingga April 1995, US Dollar melemah tajam terhadap

Mark dan Yen. Dollar melemah dari Yen 110 menjadi Yen 80 dan dari DM1,72 menjadi DM1,36.

Page 122: PERKEMBANGAN EKONOMI KEUANGAN DAN … kerjasama ekonomi, moneter, dan keuangan regional, internasional dan kegiatan penelitian. Kerjasama ekonomi, moneter, perdagangan dan keuangan

A r t i k e l116

Melemahnya Dollar terkait dengan kondisi ekonomi Jerman dan Jepang yang lebih baik

dibandingkan AS yang diikuti dengan penjualan asset-aset berdenominasi US$.

Pada tanggal 29 April 1994, dilakukan intervensi beli Dollar oleh Fedres di pasar dollar/

mark dan dollar/yen. Intervensi mengakibatkan variance PDF turun yang berarti intervensi

berhasil menurunkan ketidakpastian pasar akan future FX. Selanjutnya pada tgl 2 Maret 1995,

Fedres bersama BOJ melakukan intervensi beli Dollar karena dollar masih melemah tajam.

Kemudian intervensi dibantu oleh ECB, meskipun nilai Dollar masih terus melemah seperti

yang tercermin dengan tidak berubahnya skewness setelah intervensi dilakukan. Dollar baru

pulih setelah beberapa bulan kemudian seiring dengan menurunnya perekonomian Jerman

dan Jepang yang diikuti dengan kebijakan penurunan suku bunga di kedua negara tersebut-

interest differential membaik.

Pada tanggal 7 Juli 1995, saat BOJ menurunkan O/N call money rate ke 0.75% dan

pada saat yang sama Fedres dan BOJ melakukan intervensi beli Dollar, skewness bergeser

kekanan dan nilai tukar dollar mulai menguat kembali. Pada tanggal 15 Agustus intervensi beli

dollar tetap dilakukan sehingga dollar menguat terlebih lagi investor mulai memborong US

Bonds. Kondisi ini mengakibatkan mean meningkat , skewness bergeser kekanan, variance

fluktuatif, dan kurtosis meningkat.

Secara keseluruhan, antara Agustus 1992 dan Desember 1996, bank sentral melakukan

intervensi selama 154 hari untuk mendukung penguatan Dollar. Mayoritas intervensi dilakukan

di pasar dollar/yen, juga dilakukan intervensi beli dolar against mark selama 11 hari. Strategi

yang dilakukan tetap leaning against the wind.

Secara statistik, dalam periode ini dampak dari pengumuman indikator makro ekonomi

bersamaan dengan intervensi adalah positif terhadap peningkatan mean, pergeseran skewness

ke kanan guna penguatan dollar, penurunan variance nilai tukar dollar/yen (penurunan

ketidakpastian pasar), dan kurtosis yang tidak berubah, karena persepsi yang berbeda di masing-

masing intervensi.

4.5 Ringkasan Hasil

Secara umum dapat disimpulkan bahwa bergantung kepada situasi saat itu,

intervensi berhasil mempengaruhi ekspektasi pasar atas nilai tukar kedepan, walaupun

secara spesifik hasilnya berbeda-beda antar periode penelitian. Juga dapat disimpulkan

Page 123: PERKEMBANGAN EKONOMI KEUANGAN DAN … kerjasama ekonomi, moneter, dan keuangan regional, internasional dan kegiatan penelitian. Kerjasama ekonomi, moneter, perdagangan dan keuangan

A r t i k e l 117

bahwa dengan pendekatan ekonometri untuk melihat tendensi rata-rata, intervensi valas

tidak terbukti secara signifikan mempunyai dampak sistematis terhadap ekspektasi nilai

tukar ke depan.

Dengan pendekatan event analysis, pada periode Plaza Accord (September 1985)

terlihat bahwa setelah intervensi jual dollar dilakukan, Mean PDF turun tajam, yang kemudian

diikuti melemahnya USD sejalan dengan keinginan bank sentral untuk melemahkan dollar

agar sesuai dengan fundamental ekonomi. Namun hal ini tidak didukung oleh pergeseran

skewness ke kanan, meskipun variance (indikator ketidakpastian) dan kurtosis (harapan akan

terjadinya perubahan besar), meningkat.

Pada periode Louvre Accord (Februari 1987), G-6 berpendapat untuk bekerja sama

menjaga nilai tukar sesuai dengan kondisi ekonomi fundamental, untuk mencapai level kurs

yang tepat. Namun kesepakatan ini tidak diikuti oleh perubahan pada Mean dan Skewness,

meskipun variance turun. Sesuai kesepakatan Telephone Accord (1987), G-6 melakukan

intervensi beli dollar untuk menahan jatuhnya dollar, walaupun intervensi bersama yang besar

tersebut, tidak berhasil menahan jatuhnya dollar karena skewness masih bergeser kekiri.

Barulah pada bulan Januari 1988, intervensi cukup berhasil karena diikuti pergeseran skewness

ke kanan.

Pada September 1992, intervensi bersama dengan membeli dollar cukup efektif

meskipun dilakukan dalam jumlah kecil. Hal ini tercermin dengan bergesernya skewness ke

kanan. Hal yang sama juga terjadi pada saat intervensi beli dollar dilakukan pada bulan Agustus

1995 dengan didukung oleh peningkatan variance dan kurtosis.

Dengan pendekatan ekonometris, studi dilakukan untuk melihat perubahan ekspektasi

nilai tukar kedepan sebagai dampak dari pengumuman indikator ekonomi makro selain

intervensi. Dari penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa intervensi sendiri tidak terbukti

berpengaruh signifikan terhadap ekspektasi nilai tukar (mean PDF).

Dalam studi ini juga terlihat bahwa pergerakan Mean PDF akan signifikan dipengaruhi

oleh intervensi jika terjadi pergerakan Skewness. Selain itu berdasarkan pendekatan ekonometri,

secara rata-rata terlihat bahwa intervensi mengakibatkan peningkatan variance walaupun masih

belum konklusif. Sementara itu persepsi perubahan besar yang akan terjadi seperti yang

tercermin pada perubahan kurtosis, mempunyai hasil yang berbeda-beda dimasing-masing

periode.

Page 124: PERKEMBANGAN EKONOMI KEUANGAN DAN … kerjasama ekonomi, moneter, dan keuangan regional, internasional dan kegiatan penelitian. Kerjasama ekonomi, moneter, perdagangan dan keuangan

A r t i k e l118

5. DAMPAK ATAS PENERAPAN INTERVENSI DENGAN STRATEGI YANG BERBEDA

Strategi intervensi valas yang berbeda dapat mempengaruhi ekspektasi pasar dalam

berbagai cara. Dampaknya tergantung apakah intervensi dilaksanakan secara sepihak atau

dalam kerjasama dengan bank sentral lainnya, apakah hal tersebut diumumkan ke publik atau

dilaksanakan diam-diam, apakah hal tersebut melibatkan jumlah yang kecil atau besar, atau

apakah intervensi tersebut dilaksanakan dalam sehari atau diulangi dalam beberapa hari

berturut-turut.

Untuk membandingkan dampak dari berbagai strategi intervensi ini, fokus studi dilakukan

pada periode tertentu, Agustus 1992 hingga September 1996. Selama periode ini, tujuan dari

intervensi dan konteksnya konsisten secara luas, tetapi strategi intervensi yang berbeda tersebut

diaplikasikan pada waktu yang berbeda pula. Terlebih lagi, semua episode intervensi melibatkan

pembelian dolar di pasar dolar/yen.

Dilihat dari frekuensi strategi intervensi yang berbeda diikuti oleh pasar dolar/mark dan

di pasar dolar/yen, dalam 88% kasus, intervensi untuk mendukung dolar dilakukan secara

sepihak oleh Bank of Japan. Pada kasus yang lain, setidaknya satu lagi bank sentral masuk ke

pasar pada hari yang sama. Dalam studi terlihat bahwa hampir semua intervensi selama periode

1992-96 dilakukan secara diam-diam, sementara intervensi yang diumumkan secara resmi

hanya sekitar 5% dari kasus.

Definisi intervensi yang “berat” atau “ringan” berubah-ubah menurut kebutuhan dan

sangat jelas bergantung pada periode waktu yang ada. Untuk tujuan analisa ini definisi intervensi

sebagai “berat” /“ringan” jika intervensi melibatkan setidaknya (kurang dari) $1 miliar. Sekitar

20% dari intervensi yang dilaksanakan selama periode Agustus 1992 sampai Desember 1996

adalah berat.

Kemudian, intervensi dibedakan antara intervensi hanya sehari dari intervensi berulang-

ulang. Dalam studi tersebut, definisi sebuah intervensi sebagai “satu hari” (“single-day”) adaalah

ketika bank sentral menghindar/tidak memasuki pasar selama 5 hari sebelum dan 5 hari sesudah

pelaksanaan intervensi. Diklasifikasikan intervensi “berulang” jika bank sentral memasuki pasar

setidaknya dua kali dalam periode 10 hari. Antara tahun 1992-1996 intervensi dilakukan

kebanyakan dalam trend berulang. Hanya sekitar 6% dari semua kasus bank sentral

mengintervensi tidak lebih dari sekali dalam masa 10 hari kerja. Pada kasus lainnya intervensi

Page 125: PERKEMBANGAN EKONOMI KEUANGAN DAN … kerjasama ekonomi, moneter, dan keuangan regional, internasional dan kegiatan penelitian. Kerjasama ekonomi, moneter, perdagangan dan keuangan

A r t i k e l 119

dilakukan setidaknya dua kali pada masa tersebut. Ada total 15 “clusters” intervensi, yaitu

episode di mana bank sentral melakukan intervensi lebih dari sekali dalam 10 hari.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata perubahan pada mean PDF sekitar epi-

sode intervensi sedikit berbeda untuk berbagai strategi intervensi. Intervensi yang disetujui

bersama dan secara resmi diumumkan untuk mendorong dolar nampaknya memiliki dampak

lebih besar secara marjinal terhadap expected future dari nilai dolar/yen. Dari studi terlihat pula

bahwa rata-rata perubahan pada skewness PDF adalah cukup besar untuk intervensi yang

disetujui bersama dan diumumkan secara resmi. Sementara hasil tersebut menunjukkan

dukungan untuk signalling channel, searah dengan konsensus umum dalam literatur efektifitas

intervensi, berbagai tes statistik yang mengontrol perubahan kebijakan dan kejutan melalui

berita ekonomi makro mengindikasikan bahwa perbedaan ini tidak siknifikan secara statistik.

Berdasarkan hasil tes dapat disimpulkan bahwa, untuk periode 1992-96, keberadaan signal-

ling channel tidak terlihat untuk pasar dolar/yen. Salah satu interpretasi dari hasil ini adalah,

walaupun hanya sebuah fraksi kecil intervensi yang dilakukan antara 1992 dan 1996 yang

secara resmi diumumkan, dalam semua kasus pelaku pasar mengetahui saat bank sentral

memasuki pasar dolar/yen.

Selama periode 1992-96, angka variance PDFs cenderung naik ketika intervensi disetujui

bersama, secara resmi diumumkan dan besar. Bagaimanapun, seperti pada mean PDF, tes

statistik merekomendasikan bahwa perbedaan ini secara statistik tidak signifikan. Rata-rata

strategi intervensi yang berbeda memiliki dampak serupa yang mungkin sekali dilakukan pelaku

pasar terhadap perubahan ekstrim di pasar dolar/yen pada masa mendatang, yaitu kurtosis

PDFs. Pengecualian satu-satunya adalah intervensi yang diumumkan secara resmi, yang

sepertinya diikuti oleh sedikit kenaikan yang jelas pada kurtosis. Bagaimanapun, tes statistik

menunjukkan bahwa perbedaan ini tidak secara statistik siknifikan.

Sebagai kesimpulan, di mana ada bukti bahwa untuk periode 1992-96 intervensi yang

disetujui bersama dapat memiliki dampak yang lebih kuat pada ekspektasi pasar, hasil

ekonometri merekomendasikan bahwa strategi intervensi yang berbeda-beda tidak memiliki

dampak berbeda secara sistimatis pada confidence level 95% atau 90%. Hasil ini menghilangkan

keraguan pada pentingnya signalling channel, yang memprediksikan bahwa intervensi memiliki

dampak yang lebih jelas ketika dilakukan dengan cara yang lebih kelihatan.

Page 126: PERKEMBANGAN EKONOMI KEUANGAN DAN … kerjasama ekonomi, moneter, dan keuangan regional, internasional dan kegiatan penelitian. Kerjasama ekonomi, moneter, perdagangan dan keuangan

A r t i k e l120

PERKEMBANGAN HARGA MINYAK INTERNASIONAL

Setelah cenderung meningkat sejak awal tahun 2002, menyusul pengurangan produksi

oleh produsen minyak dunia, harga minyak mentah internasional pada triwulan II bergerak

lebih volatile dan cenderung menurun terutama sejak bulan Mei. Pada triwulan II tersebut,

harga minyak sempat meningkat tajam hingga mencapai level tertinggi selama tahun 2002

(USD27,25 per barrel) menyusul ekskalasi konflik di Timur Tengah.

Pada awal tahun 2002, harga minyak mencapai level USD20,35 per barrel, dan

meningkat ke level USD25,6 per barrel pada akhir triwulan I tahun ini atau rata-rata mencapai

USD21,10 per barrel. Selama triwulan II, rata-rata harga minyak variant brend mencapai USD25,

12 per barrel. Pada periode tersebut, level harga tertinggi dicapai pada level USD27, 26 per

barrel pada awal triwulan II menyusul meningkatnya konflik Palestina dan Israel. Sementara

level harga terendah dicapai pada posisi USD 22,61 per barrel pada tanggal 11 Juni 2002.

Volatilitas harga minyak mentah internasional serta kemungkinan perkembagannya ke

depan saat ini menarik untuk diamati. Apakah kecenderungan volatilitas harga minyak saat ini

bersifat persisten atau hanya bersifat sementara paling tidak sampai dengan tahun 2002. Hal

ini bukan saja kaitan yang erat antara harga minyak mentah internasional dengan perkembangan

ekonomi global, namun juga peranan strategisnya terhadap perkembangan ekonomi domestik.

Terhadap ekonomi domestik, selain berkaitan dengan pembentukan asumsi dalam pencapaian

target penerimaan anggaran pemerintah, perkembangan harga minyak internasional akan

berpengaruh pula dalam pembentukan harga BBM dalam negeri menyusul keputusan

pemerintah untuk mengkaitkan harga BBM dalam negeri dengan harga pasar internasional

mulai 1 April 2001.

Mengingat peran strategis harga minyak internasional tersebut, upaya untuk mengetahui

faktor-faktor yang selama ini mempengaruhi pembentukan harga minyak mentah internasional

menjadi penting. Hal ini dilakukan bukan hanya untuk memahami lebih baik dinamika harga

B. HARGA MINYAK INTERNASIONAL DAN HARGA BBM DALAM NEGERI : Analisis Semester I 2002)

Oleh : Aswin Kosotali1

1 Asisten Peneliti Ekonomi di Bagian Studi Ekonomi dan Lembaga Internasional, Bank indonesia

Page 127: PERKEMBANGAN EKONOMI KEUANGAN DAN … kerjasama ekonomi, moneter, dan keuangan regional, internasional dan kegiatan penelitian. Kerjasama ekonomi, moneter, perdagangan dan keuangan

A r t i k e l 121

2 0 0 2

15

17

19

21

23

25

27

29

31

USD/barrel

1/2 1/16 1/30 2/13 2/27 3/13 3/27 4/10 4/24 5/8 5/22 6/5 6/19

minyak mentah internasional,

namun juga memperkirakan arah

perkembangannya ke depan pal-

ing tidak sampai dengan akhir

tahun 2002. Tulisan ini ber-

maksud untuk mengkaji secara

sekilas faktor-faktor yang mem-

pengaruhi harga minyak mentah

internasional baik dari sisi

permintaan maupun sisi pena-

waran selama tahun 2002, serta

sejauh mana perkembangan

tersebut akan berpengaruh pada pembentukan BBM dalam negeri.

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN DAN PENAWARAN MINYAK TAHUN 2002

Harga minyak internasional, selain dipengaruhi oleh kekuatan supply dan demand,

perkembangan harga minyak selama tahun ini juga diwarnai oleh jfaktor-faktor non-ekonomi

seperti konflik politik global/regional terutama perkembangan politik di kawasan Timur Tengah.

Hal ini yang membedakan pembentukan harga komoditas minyak internasional berbeda dengan

komoditas utama dunia lainnya.

Sisi permintaan

Dari sisi permintaan, beberapa faktor utama yang selama ini mempengaruhi pem-

bentukan harga minyak internasional adalah perkembangan ekonomi dunia dan tingkat

persediaan minyak di AS. Dalam semester dua tahun ini, faktor tersebut diperkirakan masih

akan menjadi faktor penting yang akan mempengaruhi permintaan minyak dunia disamping

faktor lain yaitu faktor perubahan musim.

Perkembangan ekonomi dunia. Setelah mengalami pertumbuhan yang menurun pada

tahun lalu, sampai dengan triwulan II tahun ini ekonomi dunia belum menunjukkan

perkembangan yang menggembirakan. Hal tersebut antara lain ditandai oleh lambatnya proses

pemulihan ekonomi AS, Euro maupun Jepang. Setelah tumbuh 5,6% pada triwulan I tahun ini,

Grafik 1. Harga Spot Minyak Mentah Brent tahun 2002

Page 128: PERKEMBANGAN EKONOMI KEUANGAN DAN … kerjasama ekonomi, moneter, dan keuangan regional, internasional dan kegiatan penelitian. Kerjasama ekonomi, moneter, perdagangan dan keuangan

A r t i k e l122

laju pertumbuhan ekonomi AS pada triwulan II justru semakin melambat dan hanya mencapai

1,1%. Sementara sampai dengan akhir semester I 2002, tanda-tanda ekonomi akan lebih baik

pada sisa triwulan belum juga terlihat. Dengan perkembangan tersebut, pemulihan ekonomi

AS dipekirakan akan semakin mundur dari perkiraan semula pada akhir tahun ini. Kondisi

yang tidak jauh berbeda terjadi pula pada ekonomi di Euro menyusul masih lemahnya domestik

demand, faktor yang dominan dalam pembentukan GDP. Sementara itu, perkembangan ekonomi

Jepang saat ini masih ditandai oleh periode deflasi, utang publik yang meningkat serta belum

teratasinya permasalahan sektor keuangan mereka. Diperkirakan ekonomi Jepang baru akan

mengalami bottom up pada akhir tahun ini.

Lembaga konsultan minyak berpengaruh di 26 negara, International Energy Agency

(IEA), telah menurunkan perkiraan permintaan minyak dunia pada semester dua tahun ini

seiring dengan lambatnya pemulihan ekonomi dunia. IEA juga memperkirakan produksi minyak

di luar OPEC akan meningkat sekitar 6% pada periode tersebut. Sementara itu, outlook

pertumbuhan permintaan dunia selama tahun ini diperkirakan sekitar 420.000 barrel per hari,

tidak berbeda dengan tahun lalu atau kurang dari separo dari rata-rata tahun 1990-an.

Persediaan minyak AS. Selain isu perkembangan ekonomi dunia, posisi persediaan

minyak di negara tersebut memegang peran penting dalam mempengaruhi pergerakan harga

minyak internasional mengingat posisi AS sebagai konsumen minyak terbesar di dunia.

Sepanjang triwulan II tahun ini, posisi persediaan minyak AS telah menjadi salah satu faktor

penting dalam mendorong volatilitas harga minyak internasional. Seberapa jauh faktor tersebut

akan mempengaruhi pembentukan harga minyak internasional ke depan tidak akan terlepas

dari perkembangan ekonomi AS. Lambatnya pemulihan ekonomi diperkirakan tidak akan

mendorong lonjakan permintaan untuk memenuhi kebutuhan cadangan minyak mereka.

Perubahan musim. Selain faktor tersebut diatas, pada semester dua tahun ini permintaan

minyak dunia akan dipengaruhi pula oleh perubahan musim khususnya di belahan bumi utara.

Sebagaimana tahun sebelumnya, datangnya musim dingin akan diikuti pula oleh meningkatnya

permintaan energi sehingga mendorong harga minyak cenderung meningkat. Namun,

sebagaiman tahun-tahun sebelumnya, lonjakan permintaan minyak tersebut diperkirakan baru

akan berlangsung pada akhir tahun ini sehingga tidak akan berpengaruh siginikan terhadap

rata-rata harga minyak secara keseluruhan pada tahun ini. Pengaruh perubahan musim tersebut

terhadap harga minyak diperkirakan baru akan terlihat pada awal triwulan tahun depan.

Page 129: PERKEMBANGAN EKONOMI KEUANGAN DAN … kerjasama ekonomi, moneter, dan keuangan regional, internasional dan kegiatan penelitian. Kerjasama ekonomi, moneter, perdagangan dan keuangan

A r t i k e l 123

Sisi Penawaran

Dari sisi penawaran, faktor-faktor yang selama dominan mempengaruhi penawaran

minyak dunia adalah perkembangan produksi minyak OPEC maupun non-OPEC.

Perkembangan harga minyak internasional selama tahun ini, selain dipengaruhi oleh faktor

tersebut, dipengaruhi pula oleh faktor perkembangan politik global terutama konflik di Timur

Tengah. Sebagaimana sebelumnya, perkembangan penawaran minyak pada semester dua

tahun 2002 kemungkinan masih akan mengikuti perkembangan faktor-faktor tersebut.

Produksi OPEC. Dengan tingkat produksi yang mencapai sepertiga dari total produksi

minyak dunia, peranan negara-negara OPEC dalam mempengaruhi supply minyak dunia tidak

diragukan lagi. Kesepakatan mereka untuk mengurangi kuota produksi pada Januari tahun ini

telah mendorong harga minyak meningkat 32% selama triwulan I tahun ini. Total kuota produksi

10 negara anggota OPEC minus Iraq saat ini mencapai sekitar 21,7 juta barrel per hari.

Pada semester dua tahun ini, supply minyak oleh negara anggota OPEC diperkirakan

tidak akan lebih rendah dari supply saat ini, bahkan diperkirakan akan cenderung meningkat

dari kuota yang telah disepakati saat ini. Beberapa faktor yang memberi indikasi tersebut antara

lain adalah keputusan OPEC mempertahankan quota produksi sebelum menaikkan kuota

tersebut pada September tahun ini, serta masuknya kembali Iraq sebagai supplier minyak

Produksi dan Quota Minyak negara anggota OPEC(‘000 b/d)

Saudi Arabia 7430 7460 7053 +407 10100

Iran 3320 3360 3186 +174 3900

Venezuela 2470 2620 2497 +123 3000

Iraq 1230 18000 - - 2900

U.A.E. 1970 1950 1894 +56 2500

Kuwait 1860 1790 1741 +49 2500

Nigeria 1950 1980 1787 +193 2230

Libya 1310 1300 1162 +138 1500

Indonesia 1140 1140 1125 +15 1300

Algeria 800 840 693 +147 1000

Qatar 620 640 562 +78 790

Total OPEC 24100 24880 - - 31720ex. Itaq 22870 23080 21701 +1379 28820

Sumber : Bloomberg

Negara April MeiQuota Perkiraan

Kapasitas(per 26 Juni 02) Target

Page 130: PERKEMBANGAN EKONOMI KEUANGAN DAN … kerjasama ekonomi, moneter, dan keuangan regional, internasional dan kegiatan penelitian. Kerjasama ekonomi, moneter, perdagangan dan keuangan

A r t i k e l124

dunia. Masuknya Iraq tentunya akan memperbesar pasokan minyak dunia mengingat produksi

Iraq menempati posisi lima besar diantara anggota OPEC bersama-sama dengan Saudi

Arabia,Iran, dan Venezuela. Kemungkinan kenaikan supply minyak dari negara OPEC diperkuat

pula oleh kecenderungan pelanggaran kuota yang telah disepakati. Kecenderungan tersebut

antara lain dicerminkan oleh kenaikan kuota harian OPEC, di luar produksi Iraq, yang mencapai

1,38 juta barrel, atau 6,4% di atas kuota.

Produksi non-OPEC. Pada triwulan I tahun 2002, selain didorong oleh penurunan kuota

OPEC, kenaikan harga minyak dunia pada periode tersebut didukung pula oleh kesediaan

produsen minyak utama non-OPEC seperti Rusia dan Norwegia untuk membatasi ekspor minyak

mereka. Namun, sebagai produsen minyak terbesar kedua dan ketiga di dunia setelah Arab

Saudi, rencana mereka untuk meningkatkan ekspor minyak pada semester II tahun 2002 telah

mendorong harga minyak internasional kembali menurun terutama pada bulan Mei 2002 .

Menyusul kesepakatan antara AS dan Rusia, sebagai upaya AS mengurangi

ketergantungan supply minyak dari Timur Tengah, Rusia akan menambah produksi minyak

sebesar 8,9% dari produksi tahun lalu menjadi 7,8 juta barrel per hari pada triwulan III tahun

ini. Pada periode tersebut, Rusia akan meningkatkan pula ekspor minyak ke Eropa sebesar

9,8% atau sebesar 3 juta barrel per hari. Sementara itu, mengikuti langkah Rusia, Norwegia

akan menambah produksi minyaknya mulai awal semester dua tahun ini.

Kondisi politik global. Ekskalasi konflik Palestina-Israel pada tahun 2002 telah menjadi

faktor utama harga minyak dunia meningkat hingga mencapai level tertinggi pada USD27,26

per barrel pada 2 April 2002. Meskipun penyelesaian menyeluruh atas konflik tersebut saat ini

belum dicapai antara Palestina dan

Israel, namun upaya-upaya negara-

negara Barat terutama AS

tampaknya akan mampu meredam

potensi konflik kembali meningkat

pada masa mendatang. Seiring

dengan meredanya konflik tersebut,

dan juga oleh faktor lainnya, harga

minyak dunia kembali menurun

hingga saat ini. Sementara itu,

kecilnya kemungkinan negara

24,79

24,81

24,77

24,66

24,57 24,41

24,22

23,8

24,0

24,2

24,4

24,6

24,8

25,0

Juni Juli Augt Sep Okt Nov Des

USD/barrel

2 0 0 2

Grafik 2. Harga Swap Minyak Mentah

Page 131: PERKEMBANGAN EKONOMI KEUANGAN DAN … kerjasama ekonomi, moneter, dan keuangan regional, internasional dan kegiatan penelitian. Kerjasama ekonomi, moneter, perdagangan dan keuangan

A r t i k e l 125

anggota OPEC dari kawasan Timur Tengah menggunakan minyak sebagai senjata politik di

masa mendatang akan menjamin kelancaran pasokan minyak dari kawasan ini. Hal tersebut

terbukti dengan tidak adanya dukungan dari Arab Saudi maupun anggota OPEC lainnya

terhadap langkah embargo minyak oleh Iraq menyusul konflik Israel-Palestina pada triwulan II

lalu. Di luar konflik Israel-Palestina, konflik politik di kawasan ini yaitu antara AS dengan Iraq,

tampaknya tidak berpotensi menimbulkan solidaritas kawasan yang memunculkan spekulasi

embargo minyak sebagaimana konflik Israel Palestina.

Dengan melihat perkembangan faktor-faktor tersebut diatas, perkembangan harga

minyak pada semester dua tahun ini akan tandai oleh kemungkinan penurunan permintaan

minyak dunia, sementara pada sisi lain, pada periode yang sama akan ditandai oleh

meningkatnya supply minyak dunia. Dengan perkiraan tersebut, besar kemungkinan

kecenderungan penurunan harga minyak dunia akan terus berlanjut sampai dengan akhir

tahun 2002. Beberapa pengamat memperkirakan rata-rata harga minyak dunia tahun ini akan

mencapai USD20 per barrel tahun ini.

Kemungkinan penurunan harga minyak tersebut terlihat pula pada spot forward kurs

minyak mentah di pasar berjangka. Di pasar tersebut, per tanggal 18 Juni 2002, harga swap

minyak mentah varian brend untuk 1 s/d 7 bulan (Juni s/d Desember 2002) bergerak menurun

dari USD24,79 per barrel bulan Juni 2002 menjadi USD24,57 untuk bulan Oktober dan

mencapai USD24,22 untuk Desember 2002.

PERKEMBANGAN HARGA BBM DALAM NEGERI

Sejak 1 April 2002, penetapan harga BBM dihitung berdasarkan rata-rata perkembangan

Mid Oil Platts Singapore (MOPS) yakni harga transaski jual-beli pada bursa minyak Singa-

pore. Dengan ketentuan tersebut, secara teknis harga BBM bulanan dihitung berdasarkan

perkembangan MOPS pada bulan sebelumnya untuk masing-masing Jenis BBM. Selain harga

MOPS, faktor yang lain yang mempengaruhi perhitungan BBM adalah rata-rata harian nilai

tukar rupiah, handling fee sebesar 5%, serta pajak yaitu PPN (10%) dan Pajak Bahan Bakar

Kendaraan Bermotor (PBBKB) sebesar 5%. Dengan formula perhitungan tersebut di atas,

harga BBM akan mengikuti perubahan MOPS serta nilai tukar rupiah terhadap US dollar.

Seiring dengan penurunan harga minyak dunia (variant brent) sejak bulan Mei 2002, harga

MOPS telah pula bergerak dengan trend yang sama.

Page 132: PERKEMBANGAN EKONOMI KEUANGAN DAN … kerjasama ekonomi, moneter, dan keuangan regional, internasional dan kegiatan penelitian. Kerjasama ekonomi, moneter, perdagangan dan keuangan

A r t i k e l126

Dengan melihat kecenderungan penurunan harga minyak dan juga menguatnya nilai

tukar rupiah, rata-rata harga minyak internasional dan nilai tukar dalam semester dua tahun

2002 diperkirakan akan lebih rendah dari rata-rata harga minyak dan nilai tukar yang digunakan

pemerintah sebagai dasar perhitungan menetapkan harga BBM pada batas tertinggi pada

bulan Mei lalu. Dengan demikian, pada semester II tahun ini harga BBM dimungkin kan lebih

rendah dibawah harga jual tertinggi saat ini. Namun, keputusan pemerintah untuk tidak merubah

harga BBM untuk bulan Juni, bahkan untuk jenis premium yang sepenuhnya mengikuti harga

pasar, menunjukkan bahwa harga BBM tidak serta merta turun meskipun harga minyak dunia

menurun dan nilai tukar menguat.

Hal tersebut kemungkinan tidak

lepas dari adanya agenda lain dari

pemerintah untuk mengurangi

subsidi BBM secara bertahap

sampai tahun 2004. Untuk tahun

2002, subsidi BBM akan dikurangi

dari Rp 41,5 triliun pada tahun 2001

menjadi tinggal Rp 30 trilliun tahun

2002 dan menjadi dibawah Rp 10

triliun untuk tahun 2003.

*) Harga spot minyak mentah variant dalam US$ per barrel

**) Harga BBM untuk transportasi

Harga bulan Januari dan Februari adalah harga sejak tanggal 17 Jan - 28 Feb 2002

Harga jual semua jenis BBM untuk usaha kecil, industri, sektor/kegiatan lain diberlakukan 75% harga pasar, kecuali premium

Rata-rata Rata-rata nilai Harga BBM (Rp/liter)**Bulan Harga Tukar Rupiah Premium Minyak Minyak Minyak

Minyak Dunia*) (Rp/USD) Solar Diesel Bakar

Tabel 2. Rata-rata Harga Minyak Dunia, Rata-rata Nilai Tukar dan Harga BBM

Januari 19,48 10.393

Februari 21,87 10.229 1550 1550 1110 925

Maret 23,69 9.912 1550 1150 1120 950

April 25,69 9.495 1600 1250 1240 1030

Mei 25,65 9.118 1750 1400 1390 1120

Jun 23,32 8703 1750 1400 1390 1120

Grafik 3. Rata-rata Aktual dan Perkiraan Nilai Tukardan Harga Minyak Dunia

8400

8600

8800

9000

9200

9400

9600

9800

10000

23,0

23.5

24,0

24.5

25,0

25.5

26,0

Rp/USD USD/barrel

Nilai tukar Actual Est. nilai tukar optimis

Est. nilai tukar pesimis Rata-rata oil price

Swap price

Mar April Mei Juni Juli Augt Sep Okt Nov Des

2 0 0 2

Page 133: PERKEMBANGAN EKONOMI KEUANGAN DAN … kerjasama ekonomi, moneter, dan keuangan regional, internasional dan kegiatan penelitian. Kerjasama ekonomi, moneter, perdagangan dan keuangan

A r t i k e l 127

Dengan demikian, agenda pemerintah untuk mengurangi subsidi akan berdampak pada

elastisitas BBM dalam negeri terhadap perkembangan harga minyak internasional dan nilai

tukar. Kalaupun pemerintah harus menurunkan harga BBM dalam negeri, seiring dengan

penurunan harga minyak internasional dan atau penguatan nilai tukar, penurunan harga tersebut

tampaknya akan dilakukan dalam jumlah yang tidak signifikan

Page 134: PERKEMBANGAN EKONOMI KEUANGAN DAN … kerjasama ekonomi, moneter, dan keuangan regional, internasional dan kegiatan penelitian. Kerjasama ekonomi, moneter, perdagangan dan keuangan

A r t i k e l128

The international community has embarked on developing a set of international

standards and codes aimed at strengthening the international financial system. There are 12

standards designed by a number of international institutions considered as key for sound

financial system and deserving priority in implementation. The key standards, listed below, are

broadly accepted as representing minimum requirements for good practice.

C. IMPLEMENTATION OF STANDARDS AND CODES : THE VIEW FROM EAST ASIA1

By : Dr. Miranda S.Goeltom2

Sari H. Binhadi3

1 Presented in Seminar of Overseas Development Institute, London - June 21, 2002

2 Deputy Governor, Bank Indonesia

3 Assistant Economist, International economic and Institution Studies Division, Bank Indonesia

Macroeconomic Policy and Transparency

Subject Area Key Standard Issuing Body

Monetary andFinancial PolicyTransparency

Fiscal PolicyTransparency Code of

Data Dissemination

Institutional and MarketInfrastructureInsolvency

Corporate GovernanceAccountingAuditingPayment and Settlement

Market Integrity

Banking Supervision

Banking SupervisionSecurities RegulationInsurance Supervision

Code of Good Practices on Transparencyin Monetary and Financial Policies

Code of Good Practices on FiscalTransparency

Special Data Dissemination Standard (SDDS) /General Data Dissemination System (GDDS)

Principles and Guidelines on Effective Insolvencyand Creditor Rights SystemsPrinciples of Corporate GovernanceInternational Accounting Standards (IAS)International Standards on Auditing (ISA)Core Principles for Systematically ImportantPayment SystemsThe Forty Recommendations of the FinancialAction Task Force on Money Laundering

Core Principles for Effective Banking SupervisionObjectives and Principles of Securities RegulationInsurance Core Principles

IMF

IMF

IMF

World Bank

OECDIASBIFACCPSS

FATF

BCBSIOSCOIAIS

This paper is a general representation from the practices of standards and codes in

East Asia

Page 135: PERKEMBANGAN EKONOMI KEUANGAN DAN … kerjasama ekonomi, moneter, dan keuangan regional, internasional dan kegiatan penelitian. Kerjasama ekonomi, moneter, perdagangan dan keuangan

A r t i k e l 129

I. INTRODUCTION

The importance of international standards and codes to strengthen the international

financial system has been acknowledged as the critical element that would help prevent crisis.

A large number of economies worldwide are in the process of implementing the codes and

standards and the progress varies. In the mean time, these standards are continually

evaluated at international, regional, as well as national level. Assessing the implementation

would help address issues that arise during implementation.

o The importance of international standards and codes

- Background:

• Growing financial and trade linkages increase interdependencies and potential for

contagion

• Growing awareness of the importance of financial infrastructure for financial

stability after recent crisis

• The increase importance of private sector capital enhanced the need for data and

policy transparency

- Intended benefit:

• Crisis prevention (reduce vulnerability to crisis)

Weaknesses in the financial infrastructure has been one of the major factors con-

tributing to recent economic and financial crisis in a number of economies. The

development and implementation of these international standards and codes is

intended to help economies establish prudent policy and improve their financial

infrastructure, including the market and the institutional aspects. Resilient financial

system reduces the risk of negative contagion, while diminishing the potential of an

economy to be the source of the negative contagion itself.

• Discourage accumulation of imbalance by improving transparency

The implementation of the standards and codes will enhance the transparency of

countries’ economy and their financial sectors. This will provide early warning on

the accumulation of economic imbalances between countries and encourage

immediate efforts both at national and international level.

Page 136: PERKEMBANGAN EKONOMI KEUANGAN DAN … kerjasama ekonomi, moneter, dan keuangan regional, internasional dan kegiatan penelitian. Kerjasama ekonomi, moneter, perdagangan dan keuangan

A r t i k e l130

• Improve risk assessment

Information on how far an economy meets international best practices should help

the assessment of risk of an economy for lending and investment decision.

Standardized data such as that produced under the SDDS as one of the key interna-

tional standards would also help investors and lenders in their comparative analysis.

• Strengthen international financial system

The strong and resilient financial structure of an economy as well as the economic

and financial transparency resulting from proper development and implementation

of the international standards would in turn support the strengthening of the inter-

national financial system.

o General overview of the adoption of standards and codes worldwide

- In recent years, there appears to be stronger awareness to adopt standards and codes

worldwide. This is among others indicated by:

• Growing participation to the Report on the Observance of Standards and Codes

(ROSC)

Up to the end of 2001, there have been 201 ROSC conducted, covering 67 econo-

mies. Although the compliance performance varies, the increasing participation,

which is voluntary, indicates growing acceptance to the standards worldwide. In

fact, there are more economies implementing the international standards than the

number covered by the ROSC so far.

• Survey by Financial Stability Forum

A survey to financial institutions conducted by the Financial Stability Forum ac-

knowledges that there is increasing awareness towards the importance of interna-

tional standards, partly because of the official sector’s initiatives and could also due

to growing international business activity which amplify the importance of under-

standing the adherence of an economy to those standards as part of the risk as-

sessment process.

• Continued discussion at international fora such as G20, EMEAP

Various international fora have put the international standards in their agenda. The

Page 137: PERKEMBANGAN EKONOMI KEUANGAN DAN … kerjasama ekonomi, moneter, dan keuangan regional, internasional dan kegiatan penelitian. Kerjasama ekonomi, moneter, perdagangan dan keuangan

A r t i k e l 131

discussions involve either the international standards as a whole or the specific key

areas, depending on the main concern of each forum.

II. IMPLEMENTATION

Standards and codes appear to be achievable and hopes for the benefits are high.

However the implementation may not be as smooth. Moreover, the period needed for

completion will vary across countries.

o Benefits:

In the spirit of reforms and awakening from crisis, many emerging economies enhance

their attempts to adopt the international standards and codes voluntarily. The standards in

general provide a good guidance for the establishment of a strong and prudent financial

system, such as banking and payment system. A number of laws and regulations used the

international standards as reference. Moreover, the transparency principal promoted by

the international standards increase discipline in many areas. Risk assessments are made

easier once compliance with the standards and codes is in place. However, it is worth

noted that the use of standard-compliant information such as those resulted from the SDDS

is more limited in emerging countries since the number of research institutions or other

users is more limited.

o Problems

As East Asian economies take serious efforts in meeting the international standards and

codes, a number of issues arise in the implementation. Drawing from the experience in

implementation, the following lists down those issues:

1. Questionable advantage of the international standards and codes

Despite the promising benefits of the international standards and codes, some emerg-

ing countries feel that compliance with standards and codes does not necessarily trans-

late into better capital market access, narrower spreads or more stable currencies. In

addition, standards and codes could be less important for countries that have limited

capital account openness. These add to the problem of limited usefulness of standard-

compliant data in emerging countries as mentioned above. The undemonstrated benefit

of compliance could make it more difficult for economies to convince domestic legisla-

ture to support the implementation of the international standards and codes.

Page 138: PERKEMBANGAN EKONOMI KEUANGAN DAN … kerjasama ekonomi, moneter, dan keuangan regional, internasional dan kegiatan penelitian. Kerjasama ekonomi, moneter, perdagangan dan keuangan

A r t i k e l132

2. Problems of a “one size fits all” approach and how to prioritize various standards

• Most standards are developed by the more developed countries, which may not be

suitable yet for emerging countries. Therefore, this approach may work for a certain

aspects, but not work for others since countries have different characteristics and

the development in each country is unique.

• Example is the suitability of the New Basel Accord for developing countries. The

standard CAR of 8% may not be appropriate for some emerging countries that are

still in the process of recovering from the recent Asian crisis. Adding more risks to

the element of CAR would make it even harder for those economies to comply.

Furthermore, the required collateral for credit in the form of securities may not be

the most appropriate choice for countries where the market for those securities is

not yet stable or optimally established and the risk is relatively high.

• As another example, in relation to SDDS, some developing countries may resent

the disclosure of some sensitive data such as foreign exchange reserve since the

disclosure of this amount to the public may encourage volatility in the market.

Moreover, unlike most developed economies, some emerging countries may not

be ready with a certain data, such as the definition of M3 for money.

• Prioritization in implementing the standards varies for each economies depending

on the urgency of the matter, the depth of the problems, the availability and

sufficiency of resources and supporting aspects such as financial system, legal,

and socio cultural background. For example a few economies (Australia, Japan,

Hong Kong, Singapore) agreed to implement the New Basel Accord in 2005, while

others are still deciding on the timing and approach. Also, some felt that the Simple

Standardized Approach (SSA) does not address the basic issues affecting smaller

banks in emerging markets.

3. Resources constraint / allocation

The implementation of standards and codes require a great deal of efforts that involve

human resources and funding. An important problem regarding resources relates to the

matter of availability and allocation. Limitation of resources forces an economy to prioritize

matters, and for some countries, efforts to recover the economy become the first

Page 139: PERKEMBANGAN EKONOMI KEUANGAN DAN … kerjasama ekonomi, moneter, dan keuangan regional, internasional dan kegiatan penelitian. Kerjasama ekonomi, moneter, perdagangan dan keuangan

A r t i k e l 133

priority, hence, resources cannot be optimally absorbed for the implementation of stand-

ards and codes.

4. Infrastructure constraint

Insufficient legal support often inhibits the implementation of standards and codes. A

number of laws and regulations are either absent, still in process or have just been

issued, such as money laundering act and laws for a certain aspects of payment

system. Moreover, some standards may require sophisticated technology such as in

the payment system. Some aspects of the technology may need to be further improved

which would take some time to complete.

Another aspect of the structural concern relates to the organizational matter. Some of

the standards require the formation of specific committee or task force. In the imple-

mentation of standards for money laundering under the FATF 40 recommendations, for

example, the process of forming a separate financial intelligence unit necessary to meet

the FATF recommendations may need months to complete although the function can be

carried out temporarily by the central bank.

5. Lack of responsible body at the national level to coordinate and monitor the

implementation of codes and standards

In the absence of central coordination and monitoring, the international standards will

be implemented separately by the concerned institutions, such as the central bank for

SDDS and bank supervision, and ministry of finance for fiscal policy. With lack of

appropriate planning and monitoring, the implementation of those standards may not

be optimal and some standards may be left untouched.

6. Lack of awareness

The implementation of standards calls for commitments and understanding from all parties

involved including the private sector and the public in general. In the implementation of

good corporate governance for instance, the small role of minority shareholders in super-

vision due to the tendency of being passive and the insufficient transparency and disclosure

from the company, as well as the insufficient supervision from creditors pose some weak-

nesses in the implementation of good corporate governance.

Page 140: PERKEMBANGAN EKONOMI KEUANGAN DAN … kerjasama ekonomi, moneter, dan keuangan regional, internasional dan kegiatan penelitian. Kerjasama ekonomi, moneter, perdagangan dan keuangan

A r t i k e l134

In the case of SDDS, a number of emerging economies still retains weak reporting

minded, causing some difficulties in obtaining proper data for SDDS

In the implementation of core principles on payment system, communication between

the body that establish the payment system and the participating banks still needs to be

enhanced to allow for better understanding on the work of the system and allow for

inputs towards better implementation of the principles.

7. Limited private sector involvement

It has been argued that there is lack of focus on standards and codes by the private

sector that may have been due to lack of familiarity, the complexity of the assessment

process and concerns about data quality. For example, investors may not refrain from

investing in a particular country because of non-compliance with SDDS. On the other

hand, the private sector was originally hoped to meet the expectations to help provide

data and information. The insufficient private sector involvement casts some doubts on

the ability of the private community to fill in the information gap.

8. Dilemma of transparency versus careful disclosure to prevent unfavorable public reaction

While transparency for various public data is the ideal practice, the disclosure of certain

data may be disadvantageous under certain circumstances. For example, some

economies, especially those with small amount of foreign exchange reserve may prefer

not to disclose the reserve data to the public under the consideration that sharp

movements of this data could trigger high volatility in the domestic foreign exchange

market.

In addition, financial disclosures cases such as the Enron case would complicate the

market’s expectation on the nature and coverage of disclosure, while the existing

disclosure standards may have not been able to accommodate the increasing

expectation.

9. Technical problem

One important obstacle to proper implementation of standards and codes is the lack of

technical know-how. Example is in the core principles for payment system, where the

method for assessing the payment system is still unclear and there is lack of common

reference, such as in the official websites, all of which add to the knowledge gap.

Page 141: PERKEMBANGAN EKONOMI KEUANGAN DAN … kerjasama ekonomi, moneter, dan keuangan regional, internasional dan kegiatan penelitian. Kerjasama ekonomi, moneter, perdagangan dan keuangan

A r t i k e l 135

Another technical problem involves difficulties of coordination among data sources such

as in the case of SDDS, since data are derived from various sources involving a number

of institutions. This problem has caused delay in the preparation of some data under

SDDS requirement.

10.No supervision (consultation basis) such as from the IMF or BIS

In certain cases, the absence of sufficient consultation opportunity with the standards

setting body such as the IMF and BIS hinders a better and more efficient

implementation of the standards, as economies attempt to resolve the encountered

problems by themselves.

Other issues:

ROSC (Reports on the Observance of Standards and Codes) by the IMF

The ROSC report is descriptive and does not involve rating. While rating system could be

hazardous to the non-compliant economies such as risking a deferral of FDI, such rating

would actually provide simple and practical reference for comparative study and risk

assessment. Nevertheless, there are strong opponents against expanding the IMF’s role

outside of its existing mandate such as assuming the role of a global rating agency.

Moreover, the publication of the reports in the IMF website is based on the country’s

consent and presently only covers around 70% off all ROSC conducted. So far, the

participation to the ROSC program is voluntary, but the surveillance under the Article IV

surveillance process by the IMF would also include observance on the standards and

codes.

III. CONCLUSION

Development and implementation of international standards and codes is a good path

towards strengthening the international financial system, but some areas need to be reviewed

to enable a wider applicability. Prioritization and careful timing for compliance is an important

issue as mature and emerging economies differ. Furthermore, as issues still lingering the

implementation of the standards and codes, efforts need to be directed towards addressing

such issues both at the national, regional and international level.

Page 142: PERKEMBANGAN EKONOMI KEUANGAN DAN … kerjasama ekonomi, moneter, dan keuangan regional, internasional dan kegiatan penelitian. Kerjasama ekonomi, moneter, perdagangan dan keuangan

A r t i k e l136

IV. RECOMMENDED ACTIONS

In light of the various issues arised during the implementation, a number of actions can

be recommended:

1. Technical Assistance

Technical assistance in the form of consultation or seminar / training session from the

standards setting institutions such as the IMF, BIS or OECD as well as from regulators and

the private sectors will help address the issue of knowledge gap that has so far inhibited

proper implementation of the international standards and codes. It is to be noted, how-

ever, that some of the areas of standards such as corporate governance concerns matters

where approaches in each countries varies due to differences in social and cultural back-

ground. In this case, the technical assistance and assessment exercises should not reflect

excessive reliance on concepts linked to a particular model, such as applying developed

countries model of corporate governance in the western hemisphere to that of the devel-

oping countries in Asia.

2. Communication among economies and peer support

Along with the technical assistance, cooperation among economies and peer support should

be enhanced to allow for information sharing based on the experience of each economy

and discussion on various issues encountered.

3. Self assessment

Aside from the program of Report on the Observance of Standards and Codes (ROSC)

and Financial Sector Assessment Program (FSAP) conducted by the IMF and the World

Bank, national self assessment would be a good approach to ensure proper implementa-

tion. The assessment method itself would ideally be conducted based on a standardized

system. The assessment can also be conducted by individual institutions including the

private sector, such as the self-assessment scorecard system for the implementation of

good corporate governance.

4. Infrastructure building (including enhancing enforcement)

Building the proper infrastructure including the legal system and technology is one of the

important steps necessary. The legal support in particular would provide a strong basis to

enforce the implementation.

Page 143: PERKEMBANGAN EKONOMI KEUANGAN DAN … kerjasama ekonomi, moneter, dan keuangan regional, internasional dan kegiatan penelitian. Kerjasama ekonomi, moneter, perdagangan dan keuangan

A r t i k e l 137

5. Emerging economies involvement in standards and codes

Involving emerging economies in the designing and development of standards would en-

courage wider acceptance on the international standards and codes as it would incorpo-

rate fairer and broader perspective.

6. Monitoring and coordinating body/committee at national level

The presence of such body within an economy would ensure the efforts towards a com-

plete implementation of all standards, more focused resolution for the issue and problems

encountered, and allow for more efficient implementation, among others through more

efficient resource allocation and central information gathering.

7. Socialization

Socialization on the importance of implementing standards and codes would enhance

awareness and increase acceptance, discipline and quality in the implementation. Moreo-

ver, socialization on the use of information related to the practice of standards and codes

such the SDDS and ROSC would enhance the benefit of implementing the standards and

codes.

8. Private sector involvement

Private sector involvement needs to be encouraged such as in the assessment of core

principles for payment system and in the practice of good corporate government. The

private sector encouragement could involve incentive type effort plus the attempt to en-

hance familiarity as well the usefulness of the standards to the private sector. One impor-

tant way to achieve this is to include the private sector in the development of the stand-

ards. Seeing the international standards issues from private sector‘s point of view such as

through investor-relations program would be beneficial for this purpose. In addition, aside

from socialization efforts to increase awareness, the use of incentives could also encour-

age private sector interest as well. The practice of rewarding certification and public awards

for companies which have excellently implemented good corporate governance is a good

example of incentives that have helped increase the interest in applying the standards.

Page 144: PERKEMBANGAN EKONOMI KEUANGAN DAN … kerjasama ekonomi, moneter, dan keuangan regional, internasional dan kegiatan penelitian. Kerjasama ekonomi, moneter, perdagangan dan keuangan

A r t i k e l138

Indonesia Experience

Indonesia has already begun and is still continuing the efforts to adopt the international

standards and codes. Various areas of the standards have been implemented. Indonesia has

practically complied with the SDDS, while intensively working on the adherence with other key

standards such as the 25 Basel Core Principles for Effective Banking Supervision, Core

Principles for Systematically Important Payment System, good corporate governance and the

FATF 40 recommendations of FATF on money laundering.

Indonesia encounters most of the issues described above. For instance, in the implemen-

tation of payment system standards, Indonesia encounters difficulties in finding the reference for

proper assessment of the system based on the core principles. Reports on other countries’ assess-

ment methods do not provide enough technical guidance. While own method assessment might be

fairly appropriate, more guidance would help ensure the appropriateness.

In the SDDS compliance efforts done by the Indonesian central bank, some difficulties

arise in gathering data from several external sources. In complying with the FATF recommen-

dations on money laundering, Indonesia has just issued the Money Laundering Act in March

2002, and some structural improvements still need to be completed such as the formation of

financial intelligence unit.

The benefit of the adherence with the standards has been felt in part, such as in the

restructuring efforts of the banking system with the implementation of the Basel Core Principles

and good corporate governance. On the other hand, more distant expected benefit such as

better capital market access are yet to actualize. It is still questionable whether the adherence

to the international standards has some impact on the more stable currencies and narrower

spreads that Indonesia is experiencing at the moment. Nevertheless, Indonesia continues to

support the idea of a dopting international standards and will keep resolving the issues

encountered, while hoping to involve more in the development of the standards. Moreover,

international support is believed to contribute for more appropriate implementation.

Page 145: PERKEMBANGAN EKONOMI KEUANGAN DAN … kerjasama ekonomi, moneter, dan keuangan regional, internasional dan kegiatan penelitian. Kerjasama ekonomi, moneter, perdagangan dan keuangan

Lampiran

Page 146: PERKEMBANGAN EKONOMI KEUANGAN DAN … kerjasama ekonomi, moneter, dan keuangan regional, internasional dan kegiatan penelitian. Kerjasama ekonomi, moneter, perdagangan dan keuangan

L a m p i r a n140

Tabel 11)

Pertumbuhan Ekonomi Negara Maju dan Negara Berkembang

dalam persen

Kelompok Negara/Negara 1997 1998 1999 2000 2001 Proyeksi

2002 2003

Dunia 4,2 2,8 3,6 4,7 2,5 2,8 3.7Negara-negara maju 3,4 2,7 3,3 3,8 0.8 1,7 2.5 Negara-negara industri utama 3,2 2,8 2,9 3,4 0.6 1,5 2,3

Amerika Serikat 4,4 4,3 4,1 3.8 0.3 2,2 2.6Inggris 3,0 3,0 2,1 3,1 1.9 1.7 2.4Italia 2,0 1,8 1,6 2,9 1,8 1,0 2,5Jepang 1,8 -1,0 0,7 2,2 -0,5 -0.5 1.1Jerman 1,4 2,0 1,8 3,0 0,6 0,7 2,1Kanada 4,3 3,9 5,1 4,5 1,5 2,5 3.6Perancis 1,9 3,5 3,0 4.2 1.8 1,3 2.4

Negara-negara maju lainnya 4,3 2,2 5.0 5,3 1,6 3.2 3.2Negara-negara berkembang 5,8 3,5 3,9 5,7 3,9 4,2 5,2 Berdasarkan kawasan

Afrika 3,1 3,5 2,6 3,0 3,6 3,1 4,2Asia 6,5 4,0 6,1 6,7 5,6 6.2 6,2

ASEAN-4 3,6 -9,2 2,5 5,1 2,6 3,6 4,2China 8,8 7,8 7,1 8,0 7,3 7,5 7,2

Timur Tengah, Malta dan Turki 5,6 3.9 1,0 6,1 1.8 3,5 4,6Amerika Latin 5,4 2,1 0,2 4,0 0,7 0.4 3.0

Argentina 8,1 3,9 -3,4 -0,8 -4.4 -16.7 2.4Brazilia 3,6 -0,1 0,5 4,4 1,9 1.8 2.0Chile 7,6 3,4 -1,1 4,4 2.8 2.6 4,8Columbia 3,2 0,4 -4,1 2,7 1,4 1,2 2,5

Berdasarkan sumber penerimaan eksporPengekspor minyak 4,8 3,4 1,2 7,0 -14.0 0.5 -0.8Bukan pengekspor minyak 5,9 3,6 4,2 1.8 -5.4 4,4 5,7

Negara industri baru Asia (NIEs) 5,8 -2,3 8.0 8,5 0,8 3.6 5,1Hong Kong SAR 5,0 -5,1 3,0 10,4 0,2 1,5 3,8Korea 5,0 -6,7 10,9 9.3 3,0 6.4 5,8Singapura 8,4 0,4 6,9 10.3 –2,0 3.6 4.2Taiwan 6,8 4,7 5,4 5,9 -1,9 3.0 4,0

Negara-negara ASEANIndonesia 4,5 -13,2 0,8 4,8 3,3 3,5 4,5Philipina 5,2 -0,5 3,4 4,4 3,2 4,0 3.8Malaysia 7,5 -7,5 6,1 8,3 0,5 3.5 5,5Thailand -1,8 -10,4 4,3 4,6 1,8 3.5 3,5

Negara-negara dalam transisi 1,6 -0,8 3,6 6,6 5,0 3,9 4,5Eropa Tengah dan Timur 2,6 2,3 2,2 3,8 3,0 2.8 3.8Negara Persemakmuran Independen

dan Mongolia 1,1 -2,8 4,6 8.4 6,4 4.6 4,9Rusia 0,9 -4,9 5,4 9.0 5,4 4.4 4,9Di luar Rusia 1,5 1,6 2,8 6,9 8,8 5.2 4,9

1) Produk Domestik Bruto riil.Sumber : IMF, World Economic Outlook, Agustus 2002

Page 147: PERKEMBANGAN EKONOMI KEUANGAN DAN … kerjasama ekonomi, moneter, dan keuangan regional, internasional dan kegiatan penelitian. Kerjasama ekonomi, moneter, perdagangan dan keuangan

L a m p i r a n 141

Tabel 2Pertumbuhan Produk Nasional Bruto Riil per Kapita

Negara-negara maju 2,5 2,8 2.1 2,8 3,8 0.8 1.7 2.5

Negara-negara industri utama 2,4 2,6 2.3 2.4 3.4 0.6 1.5 2.3

Amerika Serikat 2,6 3,5 3,4 3,2 3.8 0.3 2.2 2.6

Inggris 2,2 3.1 2.6 1.7 3.1 1.9 1.7 2.4

Italia 1,0 1.8 1.8 1.6 2.9 1.8 1.0 2.5

Jepang 4,8 1.6 -1.3 0.5 2.2 -0.5 -0.5 1.1

Jerman 0,5 1.2 2.0 1.8 3.0 0.6 0.7 2.1

Kanada -0,4 3.2 3.0 4.2 4.5 1.5 3.2 3.2

Perancis 0,7 1,5 3.1 2.6 4.2 1.8 1.3 2.4

Negara-negara industri lainnya 3,0 3,6 1.5 4.3 5.3 1.6 2.7 3.4

Negara-negara berkembang 4,9 5.8 3.5 3.9 5.7 3.9 4.2 5.2

Berdasarkan kawasan

Afrika 3,0 3.2 3.6 2.6 3.0 3.6 3.1 4.2

Asia 6,7 6.6 4.0 6.1 6.7 5.6 6.2 6.2

Timur Tengah, Malta dan Turki 2,6 5.6 3.9 1.1 6.1 1.8 3.5 4.6

Amerika Latin 1.8 5.3 2.3 0.2 4.0 0.7 0.4 3.0

Negara-negara industri baru Asia (NIEs) 5,1 4,7 -3.5 7.0 8.5 0.8 4.6 4.9

Negara-negara dalam transisi -0,6 1.6 -0,8 3.6 6,6 5.0 3.9 4.5

Sumber : IMF, World Economic Outlook, April 2002

dalam persen

Kelompok Negara/Negara 1996 1997 1998 1999 2000 2001Proyeksi

2002 2003

Page 148: PERKEMBANGAN EKONOMI KEUANGAN DAN … kerjasama ekonomi, moneter, dan keuangan regional, internasional dan kegiatan penelitian. Kerjasama ekonomi, moneter, perdagangan dan keuangan

L a m p i r a n142

Negara-negara maju 6,9 6,8 6,4 5,9 5.9 6,4 6.5

Negara-negara industri utama 6,6 6,3 6,2 5,7 6,0 6,5 6.8

Amerika Serikat 5.0 4,5 4,2 4,0 4,8 6,0 6,5

Inggris 7.1 6.3 6,0 5,5 5,1 5,2 5.3

Italia 11,7 11,8 11,4 10,6 9,5 9,3 8.9

Jepang 3,4 4,1 4,7 4,7 5,0 5,8 5.7

Jerman 9,8 8.9 8,6 7,9 7,9 8.2 8,1

Kanada 9,1 8,3 7,6 6,8 7,2 7,4 6,6

Perancis 12,3 11,8 11,2 9,5 8,7 8,9 8,6

Negara-negara maju lainnya 7,8 8,1 7,3 6,2 5,7 6,3 6,1

Negara industri baru Asia (NIEs) 2,5 5,4 5,2 3,8 4,3 4,1 3.3

Sumber : IMF, World Economic Outlook, Agustus 2002

dalam persen

Kelompok Negara/Negara 1997 1998 1999 2000 2001

Tabel 3Tingkat Pengangguran di Negara-negara Maju

Proyeksi

2002 2003

Page 149: PERKEMBANGAN EKONOMI KEUANGAN DAN … kerjasama ekonomi, moneter, dan keuangan regional, internasional dan kegiatan penelitian. Kerjasama ekonomi, moneter, perdagangan dan keuangan

L a m p i r a n 143

Tabel 4Laju Inflasi Negara Maju dan Negara Berkembang

Negara-negara maju 2,1 1,5 1,4 2,3 2,2 1,5 1,7

Negara-negara industri utama 2,0 1,3 1,4 2,3 2,1 1,2 1,6

Amerika Serikat 2,3 1,5 2,2 3,4 2,8 1,5 2,3

Inggris*) 2,8 2,7 2,3 2,1 2,1 1.9 2,1

Italia 1,9 2,0 1,7 2,6 2,7 2,4 1,9

Jepang 1,7 0,7 -0,3 -0,8 –0,7 -1,0 -0,6

Jerman 1,5 0,6 0,7 2,1 2,4 1,4 1,0

Kanada 1,6 1,0 1,8 2,7 2,5 1,8 2.1

Perancis 1,2 0,9 0,3 1,8 1,8 1,8 1.4

Negara-negara maju lainnya 2,3 2,4 1,3 2,4 2.9 2.4 2,2

Negara-negara berkembang 10,9 10,6 6,9 6,1 5,7 5,8 5.1

Berdasarkan kawasan

Afrika 14,6 10,9 12,3 14,3 13,2 9,7 9.5

Asia 4,8 7,7 2,5 1,9 2,6 2,5 3.0

China 2,8 -0,8 -1,4 0,4 0,7 -0.4 1,5

Timur Tengah, Malta dan Turki 28,3 28,1 23,7 19,6 17,2 17.5 12,3

Amerika Latin 12,9 9,9 8,9 8,1 6,4 9.5 9.2

Argentina 0,5 0,9 -1,2 -0,9 -1.1 41.2 52.3

Brazilia 6,9 3,2 4,9 7,0 6,8 6.5 4.3

Chile 6,1 5,8 3,3 3,8 3,6 2,2 2.7

Columbia 18,5 18,7 10,9 9,2 8,0 5.7 5,0

Berdasarkan sumber ekspor

Pengekspor minyak 20,1 18,0 17,2 13,8 12,0 1.3 10,7

Bukan pengekspor minyak 9,0 9,8 5,9 5,3 5,1 5,0 4,5

Negara industri baru Asia (NIEs) 3,4 4,4 - 1,1 1,9 1,2 2.2

Hong Kong SAR 5,9 0,9 -4,0 -3,7 –1,6 -2,6 -0.2

Korea 3,1 5,3 0,8 2,3 4,1 2,7 3.3

Singapura 1,3 -1,1 0,1 1,1 1,0 -- 1,0

Taiwan 1,9 2,4 0,2 1,3 – 0,4 1,6

Negara-negara ASEAN

Brunei Darussalam 1,7 -0,4 -0,1 1,5 2,5 n,a, n,a,

Indonesia 6,6 58,4 20,7 3,8 11,5 11.9 8,7

Philipina 5,9 9,7 6,6 4,3 6,1 5,0 5,1

Malaysia 2,6 5,1 2,8 1,6 1,4 1,8 2,5

Thailand 5,6 8,1 0,3 1,6 1,7 0.7 1.9

Negara-negara dalam transisi 27,3 21,8 44,1 20,2 15,9 11,0 2,4

Eropa Tengah dan Timur 41,8 17,2 11,0 32,9 25.0 18.4 14.2

Negara Persemakmuran Independen dan Mongolia 19,1 25,0 70,5 25,0 19,8 13,4 10.5

Rusia 14,7 27,7 85,7 20,8 20,7 15.8 11.0

Di luar Rusia 29,6 19,3 41,8 34,9 18,0 12.0 10,1

*) Indeks harga eceran di luar bunga hipotik,

Sumber : IMF, World Economic Outlook, April dan Agustus 2002

dalam persen

Kelompok Negara/Negara 1997 1998 1999 2000 2001Proyeksi

2002 2003

Page 150: PERKEMBANGAN EKONOMI KEUANGAN DAN … kerjasama ekonomi, moneter, dan keuangan regional, internasional dan kegiatan penelitian. Kerjasama ekonomi, moneter, perdagangan dan keuangan

L a m p i r a n144

Amerika

Total (dolar) 1.621,8 1.693,3 1,700,0 1,788,3 1.902,9 183.11)

Defisit/surplus (% PDB) -0,03 0,62 1,71 2.58 n.a. n.a.

Inggris

Total (pound) 306.579 313.836 324.393 n.a. n.a. n.a.

Defisit/surplus (% PDB) -2.58 -0.38 1,52 n.a. n.a. n.a.

Italia

Total (lira) 595,0 611,3 327,2 369,3 n.a. n.a.

Defisit/surplus (% PDB) –1,57 –2,31 0,1 -1.24 n.a. n.a.

Jerman

Total (mark) 1.214,65 1.233,9 n.a. n.a. 32.6602) 25.4601)

Defisit/surplus (% PDB) –2,9 0.9 n.a. n.a. 0.45 n.a.

Kanada

Total (dolar) 186,95 193,58 201,44 210,96 n.a. n.a.

Defisit/surplus (% PDB) 0,61 0,33 0,92 1,34 n.a. n.a.

Perancis

Total (frank) 3.789,2 n.a. n.a. n.a. n.a. n.a.

Defisit/surplus (% PDB) -3,5 n.a. n.a. n.a. n.a. n.a.

1) Data s.d. Mei 2002

2) Data s.d. Desember 2001

Sumber : - IMF. International Financial Statistics, Agustus 2002

miliar mata uang masing-masing

Negara 1997 1998 1999 2000 2001 2002

Tabel 5aPengeluaran Pemerintah di Beberapa Negara Industri Utama

Page 151: PERKEMBANGAN EKONOMI KEUANGAN DAN … kerjasama ekonomi, moneter, dan keuangan regional, internasional dan kegiatan penelitian. Kerjasama ekonomi, moneter, perdagangan dan keuangan

L a m p i r a n 145

Tabel 5bPengeluaran Pemerintah di Beberapa Negara Berkembang1)

ASEAN

Indonesia : Total (triliun rupiah) 112,893 174,92 223,462 n.a. 299,7

Defisit/surplus (%) -0.67 -2.95 -1.14 n.a. -34,3

Philipina : Total (miliar peso) 466,69 511,08 585,43 638,7 706,433 76,3251)

Defisit/surplus (%) 0,33 -10,82 23,35 -26,99 n.a. -21,7561)

Malaysia : Total (miliar ringgit) 59,109 60,371 68,210 n.a. n.a. n.a

Defisit/surplus (%) 2,35 -1,76 -3,17 n.a. n.a. n.a

Singapura : Total (miliar dolar Sing) 29,222 25,56 26,70 30,068 n.a.

Defisit/surplus (%) 9.70 16.72 10.26 11.38 n.a.

Thailand : Total (miliar baht) 875,714 842,581 833,042 853,067 908.613 74,4441)

Defisit/surplus (%) -317,73 -2.786,08 -3.340,84 2.205,30 n.a.

Negara-negara lainnya

Argentina : Total (miliar peso) 46.174,3 47.108,3 49.214,2 49.365,9 n.a. n.a.

Defisit/surplus (%) -1,49 -1,39 -2,87 -2,40 n.a. n.a.

Brasil : Total (juta reais) n.a. n.a. n.a. n.a. 33,6402) 26,2741)

Defisit/surplus (%) -29,83 n.a. n.a. n.a. n.a. n.a.

Korea : Total (miliar won) 79,004 107.494 112.826 83.896 n.a. n.a.

Defisit/surplus (%) -1.27 -2.97 -3.21 0.43 n.a. n.a.

Meksiko : Total (miliar peso) 505,902 556,079 689,921 848,502 896,907 n.a.

Defisit/surplus (%) -1.074,60 -1.444,60 -1.553,66 -1.274,90 -0,64 n.a.

1) Data s.d. April 20022) Data s.d. Desember 2001Sumber : - IMF. International Financial Statistics, Agustus 2002

Kelompok Negara/Negara 1997 1998 1999 2000 2001 2002

Page 152: PERKEMBANGAN EKONOMI KEUANGAN DAN … kerjasama ekonomi, moneter, dan keuangan regional, internasional dan kegiatan penelitian. Kerjasama ekonomi, moneter, perdagangan dan keuangan

L a m p i r a n146

Perdagangan barang dan jasa Perdagangan dunia

Volume 10.5 4.2 5.3 12.5 -0.1 2.5 6.1Deflator harga Dalam dolar AS –6.1 –4.5 –1.9 –0.7 –3.3 –1.3 1.0 Dalam SDR –0.9 –3.1 –2.7 2.9 0.1 0.6 0.8

Volume perdaganganEkspor Negara-negara maju 10,5 4.0 5,1 11,9 -1.1 1.6 5.7 Negara-negara berkembang 13.9 4.8 4.1 15.1 2.7 4.1 6.6Impor Negara-negara maju 9,3 5.9 7.7 11.7 –1.3 2.0 5.9 Negara-negara berkembang 11,8 –0.9 1.2 15.8 1.6 5.0 7.2

Nilai tukar dagang Negara-negara maju -0,5 1,4 -0,3 -2,2 0,2 0.9 0.4 Negara-negara berkembang –0.7 –6.8 4.7 7.0 –2,8 –1.6 –1.2

Perdagangan barang Perdagangan dunia

Volume 10,6 4.6 5.6 12.8 –0.17 2.6 6.7Deflator harga Dalam dolar AS -6,3 –5.4 –1.9 0.3 –3.5 –-1.5 1.0 Dalam SDR –1.1 –4.0 –2.7 4.0 - 0.4 0.9

Harga dalam dolar ASManufaktur –8.0 -1,8 -1,9 -5,1 -2,4 -0.5 1.2Minyak -5,4 -32,1 37,5 57.0 -14.0 0.5 -0.8Komoditas primer nonmigas -3,0 -14,7 -7,0 1.8 -5.4 4.4 5.7

Harga dalam dolar SDRManufaktur -3.0 -0,4 -2,7 -1,6 1.1 1.4 1.0Minyak -0,2 -31,2 36.5 62.8 -10,9 -3.4 –4.5Komoditas primer nonmigas 2,4 -13,4 -7,8 5.6 -2.1 1.8 7.0

Volume perdaganganEkspor Negara-negara maju 10.9 4.3 5.2 12.0 –1.9 1.2 6.3 Negara-negara berkembang 12.8 4.7 4.6 15.3 2.4 4.8 6.7 Pengekspor migas 5.0 2.0 --- 5.8 -0.1 –1.7 3.3 Bukan pengekspor migas 15.2 5.5 5.6 17.8 3.3 6.7 7.4Impor Negara-negara maju 10.0 5.9 8.7 11.9 –2.0 1.8 6.7 Negara-negara berkembang 10.2 0.4 0.7 16.5 1.8 6.8 8.2 Pengekspor migas 14.1 3.1 –1.1 10.8 8.4 4.6 4.0 Bukan pengekspor migas 9.5 --- 1.0 17.4 0.8 7.2 8.9

Deflator harga dalam SDREkspor Negara-negara maju -2,2 –3.4 –3.4 1.0 0.1 0.6 1.1 Negara-negara berkembang 1.3 –10.7 5.0 13.9 –1.9 –0.4 0.1 Pengekspor migas 1.4 –26.6 27.6 48.3 –7.4 –5.6 -4.9 Bukan pengekspor migas 1.3 –6.1 0.2 4.9 -0.1 1.1 1.2Impor Negara-negara maju -1,6 -4,9 –3.4 3.7 –0.3 1.1 0.7 Negara-negara berkembang 2.3 –4.4 0.3 6.1 1.1 1.3 1.2 Pengekspor migas 1.0 -0.9 -2.0 3.4 3.5 2.5 1.3 Bukan pengekspor migas 2.5 -5.0 0.7 6.5 0.7 1,0 1.2

Nilai tukar dagang Negara-negara maju -0.6 1.6 --- -2.5 0.4 0,6 0.4 Negara-negara berkembang -0.9 -6.5 4.7 7.4 -3.0 -1,6 -1.1 Pengekspor migas 0.4 -25.9 30.2 43.4 -10.5 -7,9 -6.2 Bukan pengekspor migas -1.1 -1.2 -0.5 -1.5 -0.8 0.1 0.1

Sumber : IMF, World Economic Outlook, April dan Agustus 2002

Tabel 6Harga dan Volume Perdagangan Dunia

Kelompok Negara/Negara 1997 1998 1999 2000 2001Proyeksi

2002 2003

Page 153: PERKEMBANGAN EKONOMI KEUANGAN DAN … kerjasama ekonomi, moneter, dan keuangan regional, internasional dan kegiatan penelitian. Kerjasama ekonomi, moneter, perdagangan dan keuangan

L a m p i r a n 147

Tabel 7Nilai Tukar Dagang Negara Industri dan Negara Berkembang

Negara-negara maju -0,5 1,4 -0,3 -2,2 0,2 0.9 0.4

Negara-negara industri utama -0,4 2,1 0.2 -2,8 0,6 1.1 0.5 Amerika Serikat 1.6 3.5 -0.9 -2.5 2.5 2.9 1.6

Inggris 3.3 2.2 0.7 2.1 -0.5 0.7 -0.4

Italia 1.5 2.0 -0.5 -6.3 1.8 0.5 -0.3

Jepang -3.7 3.2 -0.6 -4.5 -1.6 3.2 0.1

Jerman -1.9 2.0 0.6 -4.5 0.1 0.2 ---

Kanada -0.7 -4.1 1.1 4.2 -1.3 -4.6 0.2 Perancis --- 1.1 -0.3 -2.5 1.1 -0.4 -0.4

Negara-negara maju lainnya -0.7 0.3 -0.3 -1.1 -0.5 0.4 0.2

Negara-negara berkembang -0.9 -6.5 4.7 7.4 -3.0 -1.6 -1.1

Negara industri baru Asia (NIEs) -1.2 0.3 -1.1 -4.2 -1.4 2.0 0.5Afrika -1.0 -9.7 6.0 16.4 -5.9 -4.5 0.2

Amerika Latin -2.4 -7.1 0.1 6.7 -3.4 -0.1 -1.2

Asia -0.5 0.4 -0.7 -3.5 -0.1 -0.3 0.4

Timur Tengah, Malta dan Turki 0.4 -18.5 23.5 30.3 -7.5 -5.2 -5.5

Sub-Sahara Afrika -2.8 -9.1 6.7 12.8 -6.4 -3.9 1.1

Sumber : IMF, World Economic Outlook, April 2002

Kelompok Negara/Negara 1997 1998 1999 2000 2001Proyeksi

2002 2003

Page 154: PERKEMBANGAN EKONOMI KEUANGAN DAN … kerjasama ekonomi, moneter, dan keuangan regional, internasional dan kegiatan penelitian. Kerjasama ekonomi, moneter, perdagangan dan keuangan

L a m p i r a n148

Minyak (US$/barel)

London Spot Brent Blend 19,12 12,72 17,70 28,31 22,71 141,5

Kopi (US$/pound)

Dari Brasil (di New York) 166,80 121,81 88,92 79,80 50,50 29,4

Emas (US$/fine ounce)

Inggris 331,10 294,20 278,78 279,00 278,43 73,1

Nikel (US$/pound)

Inggris 314,10 209,72 272,27 391,48 270,78 86,9

Karet (US$/pound)

Semua jenis (di New York) 47,44 46,61 45,31 47,36 48,88 93,01)

Timah (sen $/pound)

London 255,85 251,12 244,55 246,57 203,64 69,4

Tembaga (sen $/pound)

Inggris 103,20 75,01 71,33 82,31 71,68 56,3

1) Data tahun 2002, s.d. bulan Juni 2002 kecuali data Karet s.d. Mei 2002

Sumber : IMF, International Financial Statistics, Agustus 2002

Kelompok Negara/Negara 1997 1998 1999 2000 2001 2002

Tabel 8Perkembangan Harga Komoditas Primer

Page 155: PERKEMBANGAN EKONOMI KEUANGAN DAN … kerjasama ekonomi, moneter, dan keuangan regional, internasional dan kegiatan penelitian. Kerjasama ekonomi, moneter, perdagangan dan keuangan

L a m p i r a n 149

Cadangan internasional 1.292,3 1.277,9 1.402,2 1.578.8 1.707.5 1.755,22)

Negara-negara industri 603,3 573,9 614,7 677,5 707,8 709,52)

Negara-negara industri utama

Amerika Serikat 52,8 59,4 53,2 52,6 55,0 n.a.3)

Inggeris 24,6 23,7 26,9 34,2 30,1 30,83)

Italia 43,6 24,1 19,1 22,4 22,2 21,13)

Jepang 163,6 153,9 209,9 273,3 315,3 330,33)

Jerman 60,8 56,7 48,4 47,6 n.a. 42,33)

Kanada 13,3 16,6 20,6 24,5 27,1 27,83)

Perancis 25,8 35,1 32,3 31,8 28,7 25,73)

Negara-negara berkembang 689,0 704,0 787,5 901,2 999,7 1.045,72)

Negara-negara ASEAN

Indonesia 12,4 16,2 19,4 22,0 21,8 21,43)

Philipina 5,6 6,7 9,9 10,2 11,0 11,52)

Malaysia 15,5 18,2 22,3 22,7 24,3 25,03)

Singapura 52,8 53,2 56,0 61,5 60,0 60,42)

Thailand 19,5 20,6 24,9 24,7 25,8 27,13)

1) s.d. Desember 2001

2) s.d. Mei 2002

3) s.d. Juni 2002

Sumber : IMF, International Financial Statistics, Agustus 2002

Kelompok Negara/Negara 1997 1998 1999 2000 20011) 2002

Tabel 9Cadangan Devisa Negara Industri dan Negara Berkembang1)

miliar juta SDR

Page 156: PERKEMBANGAN EKONOMI KEUANGAN DAN … kerjasama ekonomi, moneter, dan keuangan regional, internasional dan kegiatan penelitian. Kerjasama ekonomi, moneter, perdagangan dan keuangan

L a m p i r a n150

Negara-negara maju -0,5 -0,9 -0,7 -0,7 -0.7Negara-negara industri utama -1,0 -1,5 -1,4 -1,4 -1.3

Amerika Serikat -3,5 -4,2 -3.9 -4,3 -4.2

Inggris -1,1 -2.0 -2.1 -2,3 -2.2

Italia 0,5 -0,5 0,1 0,4 0.5

Jepang 2,4 2,5 2,1 3,0 2.8

Jerman -0,9 -1,0 0,5 1.2 1.9Kanada 0,2 2,6 2,8 2.4 2,4

Perancis 2,6 1,5 1.8 1.5 1.2

Negara-negara maju lainnya 2,0 2,0 2,4 2,3 2,1

Negara industri baru Asia (NIEs) 7,1 4.4 6.0 5.7 5.4

Hong Kong 7,3 5,5 7.4 9.2 9.4Korea 6,0 2,7 2,0 1.4 0,8

Singapura 25,9 16.7 20.4 21.7 22.3

Taiwan 2,9 2,9 6.7 5.8 5.9

Negara-negara ASEAN 9,2 7,8 5,9 3,8 2,1Indonesia 4,1 5,3 4.7 2.7 2.0

Philipina 10,0 11.3 6.3 3,3 -3.3

Malaysia 15,9 9,4 8.2 6.9 6.5

Thailand 10,2 7,6 5,4 3.5 2.4

Negara-negara dalam transisiEropa Tengah -5,7 -5,2 -3.9 -4,1 -4.2

Rusia 11,8 17.5 10.3 7.0 6.3

Sumber : IMF, World Economic Outlook, Agustus 2002

Tabel 10Neraca Transaksi Berjalan Negara Industri dan Negara Berkembang

Kelompok Negara/Negara 1999 2000 2001Proyeksi

2002 2003

dalam persen

Page 157: PERKEMBANGAN EKONOMI KEUANGAN DAN … kerjasama ekonomi, moneter, dan keuangan regional, internasional dan kegiatan penelitian. Kerjasama ekonomi, moneter, perdagangan dan keuangan

L a m p i r a n 151

Negara-negara industri utama

Amerika Serikat -189,4 -196,2 -244.7 -343.12 -449.6 -423,7 n.a.

Inggris -21.2 -20.2 -36.1 -44.5 -45.3 -48,3 n.a.

Italia 54,1 39,9 35,6 23,4 10,7 15,9 1,8

Jepang 83,6 101,6 122,4 123,3 116,7 70,2 n.a.

Jerman 69.4 70.1 76.9 70.1 57.3 82,8 n.a.

Kanada 31.1 18.6 15.3 25.8 39.8 41,4 n.a.

Perancis 14.9 26.9 24.9 18.0 1.1 2,9 n.a.

Negara industri baru Asia (NIEs)

Hong Kong -17,8 -20,6 -7,8 -3,2 -8,2 -1,5 n.a.

Korea -15.0 -3.2 41.6 28.4 16.9 13,4 n.a.

Singapura 2.2 1.1 14.8 11.2 11.4 n.a. n.a.

Taiwan 13,6 7,7 5,9 11,2 8,5 12,6 n.a.

Negara-negara ASEAN

Indonesia -5.9 10.1 18.4 20.6 25.0 6.1 n.a.

Philipina -11.3 -11.1 -2.8 5.0 6.9 2,8 n.a.

Malaysia 3.8 3.5 17.5 22.6 n.a. n.a. n.a.

Thailand -9.5 1.6 16.2 14.0 11.8 8,6 2,1

1) s.d. Triwulan I 2002

Sumber : IMF, International Financial Statistics, Agustus 2002

Kelompok Negara/Negara 1996 1997 1998 1999 2000 2001 20021)

Tabel 11Neraca Perdagangan Negara Industri dan Negara Berkembang

miliar dolar AS

Page 158: PERKEMBANGAN EKONOMI KEUANGAN DAN … kerjasama ekonomi, moneter, dan keuangan regional, internasional dan kegiatan penelitian. Kerjasama ekonomi, moneter, perdagangan dan keuangan

L a m p i r a n152

Negara-negara industri utama

Amerika Serikat 688,70 682,14 702,10 781,13 730.80 58.071)

Inggris 281,06 271,84 268,19 281,56 267.35 22.342)

Italia 240.40 245.70 235.18 238,26 241.73 20.042)

Jepang 420,96 387,93 419,37 479,25 403.49 32.832)

Jerman 512,43 543,40 542.87 549,60 570.52 n.a.

Kanada 214,42 214,33 238,45 276,64 259.86 n.a.

Perancis 289,95 305,64 300,76 298,84 294.36 25.151)

Negara-negara berkembang

Pengekspor minyak 253,94 200,23 233,37 340,35 n.a. n.a.

Bukan pengekspor minyak 1.633,51 1.572,79 1.655.88 1.997,71 1.915.99 n.a.

Negara-negara industri baru Asia (NIEs)

Hong Kong SAR 188,06 174,00 173,89 201,86 189.94 16.142)

Korea 136,16 132,31 143,68 172,27 150.44 13.241)

Singapura 109,90 114,68 137,00 137,88 121.75 10.631)

Taiwan 121,08 110,52 121,50 147,78 122.50 n.a.

Negara-negara ASEAN

Indonesia 53,44 48,85 48,67 62,12 n.a. n.a.

Philipina 24,88 29,41 36,58 39,78 32.66 2.821)

Malaysia 78,74 73,30 84,46 98,14 88.00 n.a.

Thailand 57,37 54,46 58,44 69,06 65.13 5.162)

1) Data s.d. April 2002

2) data s.d. Mei 2002

Sumber : IMF, International Financial Statistics, Agustus 2002

Kelompok Negara/Negara 1997 1998 1999 2000 2001 2002

Tabel 12Ekspor Negara Industri dan Negara Berkembang

miliar dolar AS

Page 159: PERKEMBANGAN EKONOMI KEUANGAN DAN … kerjasama ekonomi, moneter, dan keuangan regional, internasional dan kegiatan penelitian. Kerjasama ekonomi, moneter, perdagangan dan keuangan

L a m p i r a n 153

Negara-negara industri utama

Amerika Serikat 899,0 944,4 1.059,4 1.259,3 896,51 99.952)

Inggris 306,6 314,0 318,0 334,4 242,00 26,441)

Italia 210,3 218,4 220,3 236,6 175,9 18,861)

Jepang 338,8 280,5 311,3 379,5 265,6 27.943)

Jerman 445,6 471,4 473,5 497,8 370,5 n.a.

Kanada 200,9 206,1 220,2 244,8 173,6 n.a.

Perancis 271,9 288,4 289,9 301,0 222,3 23.761)

Negara-negara berkembang

Pengekspor minyak 171,6 155,8 150,5 175,1 36,2

Bukan pengekspor minyak 1.823,5 1.664,3 1.701,5 2.009,3 997,5

Negara industri baru Asia (NIEs)

Hong Kong 208,6 184,5 179,5 212,8 152,3 17.093)

Korea 144,6 93,3 119,8 160,4 106,7 12.542)

Singapura 132,4 104,7 111,1 134,5 88,5 9.882)

Taiwan 113,9 104,9 111,0 n.a. n.a. n.a.

Negara-negara ASEAN

Indonesia 41,7 27,3 24,0 33,5 9,2 n.a.

Philipina 38,6 31,5 32,6 33,8 24,4 3.392)

Malaysia 79,0 58,3 65,0 82,2 19,2 7.102)

Thailand 62,9 43,0 50,3 61,9 47,4 5.363)

1) Data s.d. Maret 2002

2) Data s.d. April 2002

3) Data s.d. Mei 2002

Sumber : IMF, International Financial Statistics, Agustus 2002

Kelompok Negara/Negara 1997 1998 1999 2000 2001 2002

Tabel 13Impor Negara Industri dan Negara Berkembang

miliar dolar AS

Page 160: PERKEMBANGAN EKONOMI KEUANGAN DAN … kerjasama ekonomi, moneter, dan keuangan regional, internasional dan kegiatan penelitian. Kerjasama ekonomi, moneter, perdagangan dan keuangan

L a m p i r a n154

Negara berkembang 2.108,4 317,1 2.145,3 345,0 2.208,1 351,5 2.190,4 352,4 2.232 322,4 2.236,7 342,9

Afrika 290,4 26,5 291,3 26,2 277,6 26,9 276,1 26,6 268,4 34,1 265,2 26,4

Asia 697,0 98,7 702,3 96,7 674,9 99,5 675,8 102,6 688,7 100,3 716,8 104,8

Timur Tengah, Malta dan Turki 368,1 35,8 384,3 38,0 486,7 41,1 486,1 44,1 502,4 40,7 510,1 44,9

Amerika Latin 752,3 156,2 767,5 184,1 768,9 184,1 752,4 179 772,5 147,3 744,5 166,7

Negara dalam transisi 360,8 50,2 359,2 47,0 361,4 48,3 362,9 50,9 370,7 49,4 373,4 57,8

Eropa Tengah dan Timur 167,9 29,5 173,3 28,8 179,4 32,2 187,2 32,7 197,9 31,6 210,5 34,3

Negara Persemakmuran Bebas dan

Mongolia 192,9 20,8 185,9 18,2 181,9 16,1 175,7 18,2 172,7 17,8 162,8 23,6

Rusia 158,2 16,3 144,3 12,9 140,7 9,8 131,2 12,4 126,0 12,6 114,0 18,4

Di luar Rusia 34,7 4,5 41,6 5,3 41,2 6,3 44,5 5,8 46,9 5,2 48,9 5,1

Sumber : IMF, World Economic Outlook, April 2002

Kelompok Negara/Negara 1998 1999 2000 2001Proyeksi

2002 2003

Total DSP Total DSP Total DSP Total DSP Total DSP Total DSP

Tabel 14Utang Luar Negeri dan Debt Service Payment Negara-negara Berkembang

Page 161: PERKEMBANGAN EKONOMI KEUANGAN DAN … kerjasama ekonomi, moneter, dan keuangan regional, internasional dan kegiatan penelitian. Kerjasama ekonomi, moneter, perdagangan dan keuangan

L a m p i r a n 155

Tabel 15Perkembangan Suku Bunga Luar Negeri

Global GDP-weighted average 3.04 -236 3.06 3.09 3.31 3.49 3.59

Amerika GDP-weighted average 3.26 -431 3.32 3.13 3.44 3.69 3.53

Amerika Serikat Federal funds rate 1.75 -475 11 Des 01 (-25bp) 1.75 1.75 2.25 2.50 2.50

Kanada Overnight funding rate 2.75 -300 16 Jul 02 (+25bp) 2.75 2.75 3.25 3.50 3.50

Brazil SELIC overnight rate 18.00 225 17 Jul 02 (-50 bp) 18.50 17.00 15.50 14.50 13.00

Meksiko 91-day Cetes rate 7.39 -978 12 Apr 02 (-60mil) 8.00 6.00 5.70 8.20 7.00

Chile Discount rate 3.25 -475 12 Jul 02 (-75bp) 3.25 3.25 3.25 3.50 4.00

Eropa/Afrika GDP-weighted average 3.61 -165 3.61 3.89 4.14 4.38 4.81

Euro Refi rate 3.25 -150 8 Nov 01 (-50bp) 3.25 3.50 4.00 4.25 4.50

Inggris Repo rate 4.00 -200 8 Nov 01 (-50bp) 4.00 4.50 4.75 5.25 5.50

Swedia Repo rate 4.25 25 2 Mei 2002 (+25bp) 4.25 4.75 5.00 5.25 5.25

Denmark 14-day CD rate 3.55 -185 1 Feb 02 (-5bp) 3.55 3.80 4.05 4.30 4.80

Norwegia Deposit rate 7.00 0 4 Jul 02 (+50bp) 7.00 7.50 7.50 7.50 7.50

Republik Czech 2-week repo rate 3.00 -225 26 Jul 02 (-75bp) 3.00 3.00 3.25 3.50 3.75

Hungaria 2-week repo rate 9.50 -225 9 Jul 02 (-50bp) 9.50 10.00 10.00 9.00 8.00

Polandia 28-day intervention rate 8.50 - 1050 26 Jun 02 (-50bp) 8.00 8.00 8.00 8.00 8.00

Afrika Selatan Repo rate 12.50 502) 14 Jun 02 (+100bp) 12.50 12.50 12.50 11.50 11.50

Swiss 3-month Swiss Libor1) 0.75 -275 26 Jul 02 (-50bp) 0.75 1.00 1.50 1.75 2.50

Asia/Pasifik GDP-weighted average 2.05 -67 2.05 2.07 2.12 2.13 2.17

Australia Cash rate 4.75 -150 5 Jun 02 (+25bp) 5.00 5.25 5.50 5.50 5.75

Selandia Baru Cash rate 5.75 -75 3 Jul 02 (+25bp) 6.00 6.25 6.50 6.50 6.50

Jepang Overnight call rate 0.00 -25 19 Mar 01 (-15 bp) 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

Hong Kong Discount window base 3.25 -475 12 Des 01 (-25bp) 3.25 3.25 3.75 4.00 4.00

China 1-year working capital 5.31 -54 20 Feb 02 (-54 bp) 5.30 5.30 5.30 5.30 5.60

Korea Overnight call rate 4.25 -100 7 Mei 02(+25bp) 4.25 4.50 4.75 5.00 5.25

Indonesia 1-month SBI rate 14.99 57 not applicable 4.25 4.50 4.75 5.00 5.25

India Bank rate 6.50 -150 22 Okt 01 (-50bp) 14.50 14.00 13.50 13.00 12.00

Philipina Reverse repo rate 7.00 -650 15 Mar 02 (-25bp) 7.00 7.00 7.25 7.50 7.50

Thailand 14-day repo rate 2.00 50 21 Jan 02 (-25bp) 2.00 2.00 2.25 2.25 2.25

Taiwan Official discount rate 1.88 -275 27 Jun 02 (-25bp) 1.88 1.88 2.13 2.38 2.38

* Untuk Meksiko perubahan ini mencerminkan pergerakan akhir dari “corto”

1) Level saat ini dan proyeksi mengacu pada nilai tengah kisaran target SNB

2) 100bp sesuai dengan penyesuaian tekhnis atas repo rate

Sumber : JP Morgan

Suku Bunga 26 Juli Perubahan dari Perubahan Proyeksi

Benchmark 2002 Des 2000 (bp) Terakhir* Sep 02 Des 02 Mar 03 Jun 03 Des 03

Page 162: PERKEMBANGAN EKONOMI KEUANGAN DAN … kerjasama ekonomi, moneter, dan keuangan regional, internasional dan kegiatan penelitian. Kerjasama ekonomi, moneter, perdagangan dan keuangan

L a m p i r a n156

Amerika Serikat M1 1.096,9 1.120,4 1.148,3 1.112,3 1.203,5 1.186,3

(miliar dolar) M2 4.051,4 4.406,4 4.675,9 4.966,0 5.479,7 5.564,9

Inggris M0 27,8 29,4 32.8 34.6 37.3 35,32)

(miliar pound) M2 837,4 900,1 932,3 971,4 1.120,6 1.174,12)

M4 722,2 783,2 815.0 882,7 941,3 956,72)

Italia M1 645,8 717,7 459.3 487.2 515.8 n.a.

(triliun lira) M2 931,0 975,3 n.a. n.a. n.a. n.a.

Jepang M1 204,3 214,4 239,5 247.9 281,8 n.a.

(triliun yen) M2 374,1 387,9 383,3 381,8 361,5 318,72)

Jerman M1 872,9 930,6 n.a. n.a. n.a. n.a.

(miliar deutsche mark) M2 1.265,7 1.322,1 n.a. n.a. n.a. n.a.

Kanada M1 169,9 179,6 199,2 225,2 253,8 252,62)

(miliar canadian dolar) M2 377,7 380,4 388,1 444,4 464,6 n.a.

Perancis M1 1.933,0 1.993,0 n.a. n.a. n.a. n.a.

(miliar france) M2 3.624,0 3.781,0 n.a. n.a. n.a. n.a.

1) Juni 2002

2) Mei 2002

Sumber : IMF, International Financial Statistics, Agustus 2002.

Negara 1997 1998 1999 2000 2001 20021)

Tabel 16aUang Beredar di Negara-negara Industri Utama

Page 163: PERKEMBANGAN EKONOMI KEUANGAN DAN … kerjasama ekonomi, moneter, dan keuangan regional, internasional dan kegiatan penelitian. Kerjasama ekonomi, moneter, perdagangan dan keuangan

L a m p i r a n 157

ASEAN

Indonesia M1 68.8 87.3 114.6 156.8 170.5 n.a.

(triliun rupiah) M2 355,6 577,4 646,2 747,028 666.5 n.a.

Philipina M1 266.3 286.0 395.6 390.6 392.3 n.a.

(miliar peso) M2 1.238,9 1.348,3 1.514,5 1.674,7 1.746.8 n.a.

Malaysia M1 82.840,0 58.522,0 75,602.0 80.630 83.879 83.86

(juta ringgit) M2 192.198,0 212.544,0 241.249,0 267.691 273.043 279.07

Singapura M1 27.511,0 27.239,0 31,109.0 33.2621 36.114 34.33

(juta dolar) M2 95.953 133.545 143.365 137.636 144.826 145.40

Thailand M1 430,1 451,0 739.7 684,3 640,0 598.4

(miliar baht) M2 3911,6 4311,6 4.279,1 4.505,8 4.662,6 4.822,1

Negara-negara lainnya

Argentina M1 21.482,0 21.489,0 21,836,0 19.839,0 15.701,0 n.a.

(miliar peso) M2 56.038,0 64.162,0 67,315,0 70.677,0 57.476,0 n.a.

Korea

(miliar won) M1 35.036,0 35.583,0 44.375,0 46.997 53.506,0 n.a.

M2 168.495,0 222.956,0 284.943,0 366.052,0 414.072,0 n.a.

Meksiko M1 325.391,0 387.897,0 489,136.0 564,233 676,65 633,62

(miliar peso) M2 1.295.084,0 1.656.617,0 2.016.394,0 2.339.587,0 2.738.433,0 2.835,88

1) Data s.d. Mei 2002Sumber : - IMF, International Financial Statistics, Agustus 2002.

Kelompok Negara/Negara 1997 1998 1999 2000 2001 20021)

Tabel 16bUang Beredar di Negara-negara Berkembang

Page 164: PERKEMBANGAN EKONOMI KEUANGAN DAN … kerjasama ekonomi, moneter, dan keuangan regional, internasional dan kegiatan penelitian. Kerjasama ekonomi, moneter, perdagangan dan keuangan

L a m p i r a n158

1996 1,35 5,18 1.522,20 1,53 1,64 - 115,70

1997

Triwulan I 1,36 5,60 1.638,90 1,66 1,63 - 121,22

Triwulan II 1,39 5,78 1.690,10 1,71 1,64 - 119,57

Triwulan III 1,38 6,09 1.763,00 1,81 1,62 - 117,93

Triwulan IV 1,41 5,88 1.720,40 1,76 1,66 - 125,24

1998

Triwulan I 1,43 6,10 1.792,63 1,82 1,65 - 128,31

Triwulan II 1,47 6,06 1.782,00 1,81 1,67 - 138,77

Triwulan III 1,53 5,60 1.649,00 1,67 1,70 - 136,45

Triwulan IV 1,54 5,62 1.659,90 1,68 1,66 1.17 113,60

1999

Triwulan I 1,51 6,10 1.799,17 1,82 1,61 1.08 118,90

Triwulan II 1,46 6,34 1.870,43 1,89 1,58 1.04 121,10

Triwulan III 1,47 6,14 1.812,32 1,83 1,65 1.07 106,46

Triwulan IV 1,45 6,52 1.924,43 1,94 1,62 1.01 102,50

2000

Triwulan I 1,45 6,87 2.027,08 2,05 1,60 0,96 102,78

Triwulan II 1,48 6,96 2,026,87 2,04 1,51 0,95 106,21

Triwulan III 1,52 7,43 2,191,96 2,28 1,46 1,14 108,14

Triwulan IV 1,50 6,96 2,055,44 2,08 1,49 1,06 114,41

2001

Triwulan I 1,57 6,87 2.206,07 2,05 1,41 1,13 125,51

Triwulan II 1,51 7,72 2.279,31 2,30 1,42 1,18 124,65

Triwulan III 1,57 7,20 2.154,52 2,15 1,47 0,91 119,56

Triwulan IV 1,59 7,37 2.176.81 2,20 1,45 0,89 131,66

2002

Triwulan I 1,59 7,52 2.222,2 2,24 1,43 0,87 132,73

Triwulan II 1,52 6,62 1.953,0 1,97 1,53 0,99 119,47

Sumber : Bloomberg

Dolar Frank Lira Mark Pound Euro Yen

Rata-rata Periode Kanada Perancis Italia Jerman Inggris Eropa Jepang

per $ per $ per $ per $ per $ per $ per $

Tabel 17Perkembangan Nilai Tukar Dolar AS terhadap Mata Uang Utama

Page 165: PERKEMBANGAN EKONOMI KEUANGAN DAN … kerjasama ekonomi, moneter, dan keuangan regional, internasional dan kegiatan penelitian. Kerjasama ekonomi, moneter, perdagangan dan keuangan

L a m p i r a n 159

1997

Triwulan I 2.402,0 1.934,2 1.443,6 429,0 - 3.963,9

Triwulan II 2.431,9 2.127,7 1.412,1 419,1 - 4.085,4

Triwulan III 3.269,0 2.710,0 1.853,0 552,2 - 5.284,5

Triwulan IV 5.402,5 4.032,3 2.597,8 776,4 - 7.708,8

1998

Triwulan I 8.550,0 6.316,2 4.506,7 1.352,1 - 13.957,3

Triwulan II 14.950,0 10.526,3 8.245,7 2.459,8 - 24.842,1

Triwulan III 10.850,0 7.936,5 6.401,6 1.909,2 - 18.285,8

Triwulan IV 8.000,0 6.940,0 4.776,9 1.424,3 - 13.336,0

1999

Triwulan I 8.725,0 7.245,0 4.801,0 1.417,4 9.352,0 14.153,0

Triwulan II 6.705,0 5.595,0 3.548,9 1.058,6 7.071,0 10.852,5

Triwulan III 8.300,0 7.825,0 4.547,5 1.360,6 8.880,0 13.759,4

Triwulan IV 7.100,0 6.942,5 3.652,5 1.091,7 7.125,0 11.362,5

2000

Triwulan I 7.580,0 7.374,0 3.702,5 1.110,1 7.245,0 12.076,4

Triwulan II 8.760,0 8.250,0 4.280,0 1.283,2 8.375,0 13.250,0

Triwulan III 8.775,0 9.515,0 3.964,2 1.188,5 7.757,0 11.348,8

Triwulan IV 9.675,0 8.456,4 4.651,4 1.390,1 9.120,5 14.415,8

2001

Triwulan I 9.752,0 7.769,9 4.757,1 1.419,5 8.630,1 13.750,3

Triwulan II 11.390,0 9.137,6 4.947,2 1.475,1 9.670,1 16.120,3

Triwulan III 9.715,0 8.138,0 4.527,1 n.a. 8.860,0 14.323,3

Triwulan IV 10.400,0 7.898,0 4.729,9 n.a. 9.270,0 15.127,8

2002

Triwulan I 9.825,0 7.400,0 4.379,0 n.a. 8.585,0 13.969,9

Triwulan II 8.713,0 7.285,0 4.417,5 n.a. 8.695,0 13.361,4

Sumber : Bloomberg

Akhir Periode Rp/$ Rp/Y100 Rp/DM Rp/FRF Rp/EUR Rp/GBP

Tabel 18Perkembangan Nilai Tukar Rupiah terhadap Mata Uang Utama

Page 166: PERKEMBANGAN EKONOMI KEUANGAN DAN … kerjasama ekonomi, moneter, dan keuangan regional, internasional dan kegiatan penelitian. Kerjasama ekonomi, moneter, perdagangan dan keuangan

L a m p i r a n160

1997

Triwulan I 12.534,3 662,2 4.312,9 6.583,5 1.894,8 18.003,4

Triwulan II 15.196,8 724,6 4.604,6 7.672,8 1.921,5 20.605,0

Triwulan III 15.049,3 546,7 5.244,2 7.945,3 1.861,1 17.887,7

Triwulan IV 10.722,8 401,7 5.135,5 7.908,3 1.507,7 15.258,7

1998

Triwulan I 11.518,7 541.4 5.932,2 8.799,8 1.484,4 16.527,2

Triwulan II 8.543,1 445,9 5.832,5 8.952,0 1.009,2 15.830,3

Triwulan III 7.883,5 276,2 5.064,4 7.842,6 939,7 13.406,4

Triwulan IV 10.048,6 398,0 5.882,6 9.181,4 1.392,7 13.842,2

1999

Triwulan I 10.942,2 393,6 6.295,3 9.786,16 1.518,3 15.836,6

Triwulan II 13.532,1 662,0 6.318,5 10.970,8 2.167,7 17.529,7

Triwulan III 12.733,2 547,9 6.029,8 10.337,0 2.021,9 17.605,5

Triwulan IV 16.962,1 676,9 6.930,2 11.497,1 2.479,1 18,934,3

2000

Triwulan I 17.406,5 583,3 6.540,2 10.921,9 2.132,6 20.337,3

Triwulan II 16.155,8 515,1 6.312,7 10.447,9 2.038,0 17.441,1

Triwulan III 15.648,0 415,5 6.264,1 10.650,9 1.986,7 15.747,0

Triwulan IV 15.095,5 416,3 6.222,5 10.786,8 1.926,8 13.785,7

2001

Triwulan I 12.760,6 381,1 5.633,7 9.878,8 1.674,2 12.999,7

Triwulan II 13.042,5 437,6 5.642,5 10.502,4 1.726,5 12.969,1

Triwulan III 9.950,7 392,5 4.903,4 8.847,6 1.319,5 9.774,6

Triwulan IV 11.397,2 392,0 5.217,4 10.021,5 1.623,6 10.542,6

2002

Triwulan I 11.032,9 481,8 5.271,8 10.403,9 1.803,2 11.024,9

Triwulan II 10.598,6 505,0 4.656,4 9.243,3 1.553,0 1.0.621,8

Sumber : Bloomberg

Hong Kong Jakarta London New York Singapura Tokyo

Akhir Periode Stock Stock Stock Stock Stock Stock

Exchange Exchange Exchange Exchange Exchange Exchange

Hang Seng IHSG FT Index Dow Jones ST Index Nikkei

Tabel 19Perkembangan Indeks Harga Saham di Beberapa Pasar

Page 167: PERKEMBANGAN EKONOMI KEUANGAN DAN … kerjasama ekonomi, moneter, dan keuangan regional, internasional dan kegiatan penelitian. Kerjasama ekonomi, moneter, perdagangan dan keuangan

L a m p i r a n 161

Total Emerging Market

Total Net Private Capital Inflows1) 231,8 114,6 65,6 77,5 25,7 25,6 64,7 65,8

Net Foreign Direct Investment 119,5 145,1 155,1 158,9 157,8 171,8 149,6 159,8

Net Portfolio Investment 85,9 48,3 -1,6 31,5 -4,4 -42,6 -0,8 0,4

Net Other Investment 26,5 -78,9 -87,9 -125,3 -127,7 -103,6 -84,2 -94,3

Negara-negara di Asia yang

mengalami krisis 2)

Total Net Private Capital Inflows 74,3 -5,6 -31,6 -13,9 -16,5 -18,7 -5,9 -3,9

Net Foreign Direct Investment 11,7 10,2 11,5 14,5 13,5 10,3 9,7 11,4

Net Portfolio Investment 26,9 8,9 -9,0 11,9 7,1 3,1 6,0 1,4

Net Other Investment 35,7 -24,7 -34,1 --- -37,0 -32,0 -21,5 -16,7

Negara-negara di Asia lainnya

Total Net Private Capital Inflows 50,5 22,9 -14,2 10,4 12,6 17,0 31,6 9,6

Net Foreign Direct Investment 45,7 49,7 48,5 43,0 54,3 47,2 58,7 59,0

Net Portfolio Investment 3,5 -0,1 -6,3 0,9 4,2 -13,6 0,8 -9,7

Net Other Investment 1,3 -26,6 -56,3 -33,5 -71,2 -16,6 -27,9 -39,6

Afrika

Total Net Private Capital Inflows 11,3 8,6 10,0 11,0 6,4 7,9 9,5 10,5

Net Foreign Direct Investment 4,3 8,1 6,8 8,9 7,6 22,1 11,5 10,1

Net Portfolio Investment 2,8 7,0 3,7 8,7 -2,2 -9,0 -1,0 -1,3

Net Other Investment 4,2 -6,5 -0,5 -6,6 1,0 -5,2 -1,0 1,6

Amerika Latin

Total Net Private Capital Inflows 66,4 70,6 71,3 42,8 44,8 23,4 10,8 14,6

Net Foreign Direct Investment 40,3 56,2 60,6 63,7 64,7 66,9 40,0 44,3

Net Portfolio Investment 38,8 25,9 18,7 11,1 4,8 -2,0 2,2 11,2

Net Other Investment -12,7 -11,7 -8,0 -32,0 -24,6 -41,4 -31,4 -41,2

Timur Tengah Malta dan T urki

Total Net Private Capital Inflows 7,0 15,0 9,8 0,8 -22,5 -49,5 -16,6 -1,7

Net Foreign Direct Investment 4,7 5,2 6,3 5,4 7,8 10,5 9,1 11,2

Net Portfolio Investment 0,6 -0,9 -13,2 -4,2 -13,7 -22,0 -8,5 -6,0

Net Other Investment 1,7 10,7 16,6 -0,4 -16,7 -38,1 -17,2 -6,9

Negara-negara dalam transisi

Total Net Private Capital Inflows 19,3 3,0 20,3 12,6 9,6 26,7 29,4 32,8

Net Foreign Direct Investment 12,5 15,8 21,4 23,9 23,4 25,1 30,4 34,9

Net Portfolio Investment 13,3 7,5 4,5 2,9 2,5 4,0 5,8 6,1

Net Other Investment -3,6 -20,2 -5,6 -12,5 -16,2 -2,3 -6,7 -8,2

1) Net Foreign Direct Investment ditambah Net Portfolio Investment dan Net Other Investment

2) Indonesia, Korea, Malaysia, Philipina, dan Thailand

Sumber : IMF, World Economic Outlook, April dan Agustus 2002

Kelompok Negara 1996 1997 1998 1999 2000 2001Proyeksi

2002 2003

Tabel 20Private Capital Flows ke Emerging Market

miliar dolar AS

Page 168: PERKEMBANGAN EKONOMI KEUANGAN DAN … kerjasama ekonomi, moneter, dan keuangan regional, internasional dan kegiatan penelitian. Kerjasama ekonomi, moneter, perdagangan dan keuangan

DAFTAR SINGKATAN

Page 169: PERKEMBANGAN EKONOMI KEUANGAN DAN … kerjasama ekonomi, moneter, dan keuangan regional, internasional dan kegiatan penelitian. Kerjasama ekonomi, moneter, perdagangan dan keuangan

ACBF Asian Central Bank Forum

AFMM APEC Finance Ministers ‘ Meeting

APBN Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara

APEC Asia Pacific Economy Cooperation

AS Amerika Serikat

ASEAN Association of South East Asian Nation

BBM Bahan Bakar Minyak

BIS Bank for International Settlement

BOJ Bank of Japan

BPPN Badan Penyehatan Perbankan Nasional

BPS Biro Pusat Statistik

BUMN Badan Usaha Milik Negara

CA Current Account

CME Chicago Mercantile exchange

CPI Consumer Price Index

DJIA Dow Jones Industrial Average

ECB European Bentral Bank

EMEAP Executives’ Meeting of East Asia Pacific Central Banks

EMU European Monetary Union

EXCO Executive Committee

DPK Dana Pihak Ketiga

FDI Foreign Direct Investment

Fed Res Federal Reserve

FX Foreign Exchange

FSF Financial Stability Forum

FOMC Federal Reserve Open Market Committe

G-5 Group-5

G-7 Group-7 (Amerika Serikat, Jepang, Jerman, Inggris, Perancis, Kanada, Italia)

G-15 Group-15 (Aljazair, Argentina, Brazil, Chili, India, Indonesia, Jamaika, Kuba,

Malaysia, Meksiko, Mesir, Peru, Srilanka, Thailand, Venezuela, Zimbabwe)

G-20 Group-20 (Afrika Selatan, Amerika Serikat, Argentina, Australia, Brazil, Cina,

Perancis, Jerman, Kanada, India, Indonesia, Inggris, Italia, Jepang, Korea,

Meksiko, Rusia, Saudi Arabia, Turki, Uni Eropa, IMF dan Bank Dunia)

L a m p i r a n 163

Page 170: PERKEMBANGAN EKONOMI KEUANGAN DAN … kerjasama ekonomi, moneter, dan keuangan regional, internasional dan kegiatan penelitian. Kerjasama ekonomi, moneter, perdagangan dan keuangan

L a m p i r a n164

GNP Gross National Product

HLIs Highly Leverage Institutions

HKMA Hong Kong Monetary Authority

HRD Human Resource Development

ICT Information, Communication and Technology

IDB Inter-American Development Bank

IHK Indeks Harga Konsumen

IHSG Indeks Harga Saham Gabungan

IMF International Monetary Fund

IT Information Technology

JCI Jakarta Composite Index

KIEP Korean Institute of International Economy Policy

KCH Knowledge Clearing House

Kospi Korea Stock Price Index

LIBOR London Interbank Offer Rates

MPR Majelis Permusyawaratan Rakyat

Mo Uang Beredar

m-t-m month to month

NIEs Newly Industrialzed Economics

NKY Nikkei 225

NPL Non Performing Loan

OCR Official Cash Rate

OECD Organization for Economic Cooperation and Development

OPEC Organization of Petroleum Exporting Countries

OTC over the counter

PDB Produk Domestik Bruto

PDF Probability Density Function

PHK Pemberhentian Hubungan Kerja

PMI Purchasing Manager Index

PPI Producer Price index

PPN Pajak Pertambahan Nilai

PUAB Pasar Uang Antar Bank

q-o-q Quarter on Quarter

Page 171: PERKEMBANGAN EKONOMI KEUANGAN DAN … kerjasama ekonomi, moneter, dan keuangan regional, internasional dan kegiatan penelitian. Kerjasama ekonomi, moneter, perdagangan dan keuangan

L a m p i r a n 165

RBA Reserve Bank of Australia

RBNZ Reserve Bank of New Zealand

SBI Surat Berharga Bank Indonesia

SIBOR Singapore Interbank Offer Rates

S&P Standard and Poors

SOM Senior Official Meeting

SET Stock Exchange of Thailand

SEACEN South East Asia Central Banks

STI Strait Time Index

TDL Tarif Dasar Listrik

TI Teknologi Informasi

TILF Trade and Investment Liberalization Facilitation

t-o-t term of trade

UKM Usaha Kredit Menengah

ULN Utang Luar Negeri

USD United States Dollar

WPI World Price index

WTO World Trade Organization

y-o-y year on year

Page 172: PERKEMBANGAN EKONOMI KEUANGAN DAN … kerjasama ekonomi, moneter, dan keuangan regional, internasional dan kegiatan penelitian. Kerjasama ekonomi, moneter, perdagangan dan keuangan

Tim Penyusun :

Ferry Syarifuddin; Benny Siswanto; Ayu Lestari; M. Taufik Amrozy

Kontributor Bahan dan Data

Ekonomi Dunia

Benny Siswanto : Pendahuluan

Ferry Syarifuddin : Amerika Serikat, Argentina, Indonesia

Nanang Hendarsah : Korea Selatan

Aswin Kosotali : Thailand, Rusia

Gunawan B. Padoli : Malaysia; Brazil

M. Noor Nugroho : Inggris; China

Sari H. Binhadi : Australia, Selandia Baru

Indah Nuryani : Singapura; Taiwan

Ayu Lestari : Jepang

M. Taufik Amrozy : Euro

Shinta R. I. Soekro : Meksiko; Chili

Evie Sylviani : Hong Kong, Filipina

Pasar Keuangan dan Pasar Komoditas

M. Taufik Amrozy : Pasar Valas; Pasar Saham/Obligasi

Ayu Lestari : Pasar Uang

Aswin Kosotali : Pasar Komoditas

Kerjasama Internasional

Shinta R. I. Soekro

Artikel

Ferry Syarifuddin; Sari H. Binhadi; Aswin Kosotali

Lampiran (T abel)

Ferry Syarifuddin; Dewi Kriswanti

Editor

Benny Siswanto; Ferry Syarifuddin

Layout

Sunarto

Administrasi

Suwarto