perkembangan anak usia dini dengan pembelajaran …
TRANSCRIPT
i
PERKEMBANGAN ANAK USIA DINI DENGAN PEMBELAJARAN TERPADU
MELALUI PENDEKATAN TEMATIK
Penelitian Tindakan di Taman Kanak-kanak Nakkiya Kelompok B
Jati Waringin Pondok Gede Tahun Ajaran 2011/2012
HENDRA SOFYAN
No Reg : 751 7080 419
POGRAM DOKTOR PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2013
ii
PENINGKATAN PERKEMBANGAN ANAK USIA DINI DENGAN PENDEKATAN TEMATIK
Penelitian Tindakan di Taman Kanak-kanak Nakkiya Kelompok B
Jati Waringin Pondok Gede Tahun Ajaran 2011/2012
THE INCREASE OF EARLY CHILDHOOD’S DEVELOPMENT WITH THEMATIC APPROACH
Action Research in Nakkia Kindergarten Group B
Jatiwaringin, Pondok GedeAcademic Year 2011/2012
Hendra Sofyan
ABSTRACT
The objective of this research is to increase early childhood’s development with thematic approach. This action research in Nakkia Kindergarten Group B Jatiwaringin Pondok Gede group B. This research used 15 early childhood as sample
This action research was using methods Kemmis and Tegart Models. Each model has two cycles and each cycle has four steps. They are as follow (1) Plan, (2) action (3) observe and (4) reflect. To analyze the data, qualitative were used. Spradley model was used for qualitative analysis.The result show that increased early childhood development with thematic approach involved various methods, media and activities.The findings of the research lead to conclusion that applying the approach thematic in learning can be increase early childhoods development aspects.
Research result can apply for increase early childhoods development with thematic approach, mainly for learning planning, learning development for teachers, curricullum in LPTK
Keyword : early childhood’s development, thematic approach.
iii
Ringkasan
Pendahuluan
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) ditujukan untuk membantu pertumbuhan
dan perkembangan anak secara optimal, agar memiliki kesiapan memasuki
pendidikan lebih lanjut. Untuk mencapai perkembangan yang optimal.Banyak masalah
yang dihadapi, seperti masalah perkembangan anak usia dini di Taman Kanak-kanak
TK Nakia semester I tahun ajaran 2011/2012 pada kelompok B yang berjumlah 15
orang siswa
Permasalahan ini diduga karena dalam proses pembelajaran guru kurang
merencanakan Satuan kegiatan Mingguan (SKM), Satuan kegiatan Harian (SKH),
Kegiatan peningkatan perkembangan yang kurang terencana, penggunaan area dan
tema yang kurang efektif, pemilihan metoda dan media yang kurang
sesuai.Berdasarkanlatar belakang di atas dapat diketahui bahwa kemampuan
perkembangan anak Kelompok B TK Nakia Jati Waringin Pondok Gede secara umum
berada pada kategori kurang dengan data.Anak yang memiliki perkembangan baik,
16,67 %, perkembangan cukup 32, 22% dan perkembangan kurang 51, 11%.
Berdasarkan latar belakang inilah, maka peneliti ingin memfokuskan penelitian
“Peningkatan Perkembangan Anak Usia Dini dengan pendekatan Tematik.
Penelitian ini menggunakan teori teori utama: teori perkembangan sosial Erik H
Erikson, teori perkembangan kognitif Piaget,Vigotsky, teori perkembangan moral
Kohlberg, John Dewey,Teori perkembangan bahasa Chomsky, Papalia Old, dan
Lovit, teori perkembangan motorik Berk, Catron dan Allen, William Crain, Hurlock,
dan teori yang lain.
Metode Penelitian
Metode penelitian adalah metode Tindakan Kelas,pada penelitian tindakan ini
peneliti menggunakan model yang dikemukakan oleh Kemis dan Taggart, 1998.
Prosedurnya terdiri dari empat tahap sebagai berikut: (1) Planning, (2) Acting, (3)
iv
Observing, (4 )Reflecting. Penelitian ini menggunakan dua siklus. Teknik pengujian
keabsahan data digunakan Hasil uji coba instrumen divalidasi dengan menggunakan
validitas konstruk yang dilakukan melalui panetapaan atau justifikasi pakar atau
rnelalui penilaian sekelompok panel yang terdiri dari orang-orang yang menguasai
substansi atau konten variabel yang handal dapat diukur.
Data deskriptif hasil pengukuran awal nilai skor rerata 1,17, kemudian hasil
pengukuran nilai siklus I skor rerata 2,31 sedangkan hasil pengukuran nilai siklus II
skor rerata adalah sebesar 2,93. dilihat peningkatan dari sebelum dilaksanakan
tindakan dan setelah dilaksanakan tindakan siklus I, kemudian dilihat peningkatan
dari siklus II. Dapat disimpulkan bahwa ada peningkatan perkembangan anak usia dini
dengan pendekatan tematik.
Prosedur analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa
data kualitatif Spradley yang terdiri dari 12langkah yaitu :: menentukan informan,
mewawancarai informan, membuat catatan lapangan, mengajukan pertanyaan
deskriptif, menganalisis hasil wawancara, membuat analisis domain, mengajukan
pertanyaan struktural, membuat analisis taksonomi, mengajukan pertanyaan kontras,
membuat analisis komponensial dan menemukan tema serta menuliskan laporan
etnografi
Hasil Penelitian
Berdasarkan penelitian initTerjadi peningkatan perkembangan anak usia dini
dengan pendekatan tematik ,
1. Perkembangan anak usia dini siswa Taman Kanak-kanak Nakia Kelompok B,
Jati Waringin Bekasi pada setiap aspek perkembangan sebelum diberi
tindakan berada pada kategori rendah. Rendahnya dapat dibuktikan t dengan
hasil asesmen awal.
2. Pelaksanaan Peningkatan Perkembangan Anak Usia Dini Dengan Pendekatan
Tematik dilakukan dengan cara: Kegiatan Peningkatan Aspek Motorik, Aspek
Kognitif, Aspek Bahasa dan Aspek Sosioemosional serta Aspek Moral
v
(halaman 129) Media yang digunakan adalah Lembaran kerja siswa di setiap
area untuk mengembangkan setiap aspek perkembangan., (area bahasa, area
berhiting, area IPA, dan Area Seni Serta area Balok), Media Gambar, Model
Binatang, media Audio Visual, serta Permainan. Metode
Peningkatanperkembangan anak usia dini dengan pendekatan tematik
menggunakan metode: : Mengamati Gambar, Bimbingan, Bermain Peran,
3. Peningkatan Perkembangan Anak Usia Dini Dengan Pendekatan Tematik
Dapat meningkatkan setiap aspek Perkembangan Anak Usia Dini, dapat
dibuktikan dengan adanya perubahan pada nilai rata-rata aspek perkembangan
anak (fisik, motorik, kognitif, sosial, moral, bahasa) sebelum dan sesudah
mengikuti Pembelajaran dengan pendekatan Tematik.
Beberapa temuan penelitian di atas berimplikasi pada:
Pada tataran pembelajaran teoritik, sebaiknya mengembangkan dengan waktu
satu semester. Pada tataran praktis hasil penelitian berimplikasi pada: a.
pengembangan Satuan Kegiatan Harian yang memperhatikan Perkembangan Anak,
Pengembangan Lembaran Kerja di setiap Area Pembelajaran dengan menggunakan
tema, b. media pembelajaran dan area yang digunakan harus sesuai dengan tema
sesuai dengan , setiap aspek yang ingin dikembangkan, c. pengembangan
pembelajaran dengan berkomunikasi dan bekerja sama dalam kelompok di area. Area
apapun yang dikerjakan anak harus sesuai dan berkaitan dengan tema, d. guru
membiasakan mengajar dan berpedoman pada Rancangan Kegiatan Harian dalam
mengajar yang telah disesuaikan dengan tema.Guru membiasakan kerja sama
dengan anak, dan yakin setiap anak memiliki kemampuan dan potensi di setiap aspek
perkembangannya
Pada tataran kebijakan hasil penelitian berimplikasi pada :Lembaga Pendidikan dan
Tenaga Kependidikan perlu mensosialisasikan dan mengupayakan pendekatan
tematikyang dapat mengembangkan aspek perkembangan anak usia dini,
memaksimalkan pelatihan dan seminar berkenaan dengan pembelajaran tematik dan
peningkatan aspek-aspekperkembangan anak usia dini.
vi
Berdasarkan hasil dan temuan penelitian maka dapat dibuat saran untuk guru perlu
membuat RKM dan RKH, pemberian tugas, penggunaan media, keterampilan yang
betul betul mengacu pada pembelajaran tematik yang dapat memngembangkan
setiap aspek perkembangan anak. BagiPengelola Pendidikan Anak usia Dini
hendaknya mempersiapkan segala sarana prasarana baik itu berupa media, area,
tempat dan alat bermain, buku, lingkungan sekolah yang dapat mengoptimalkan
pelaksanaan pembelajaran tematik.
Penelitian ini memiliki keterbatasan keterbatasan, misalnya keterbatasan dalam
tempat penelitian dan jumlah sampel karena penelitian dalam hal jumlah tman kanak-
kanak yang diteliti, jumlah tema dan lamanya penelitian. Untuk itu dapat dilakukan
penelitian berikutnya.
vii
Lembar Pernyataan
viii
ix
x
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah Tuhan semesta Alam, Semoga Limpahan rahmat dan
karunia-Nya senantiasa tetap tercurah kepada seluruh hamba-Nya, termasuk kepada
penulis semoga dalam menyelesaikan penulisan disertai mendapat ridho dan berkah
dari Allah SWT.
Penulisan disertasi ini merupakan salah satu persyaratan untuk memperoleh
gelar Doktor dalam bidang Pendidikan Anak Usia Dini pada Program Pascasarjana
Universitas Negeri Jakarta. Disertasi ini masih banyak terdapat kekurangan baik atas
dasar keterbatasan penulis maupun kekeliruan yang tidak disengaja yang tentu saja
memerlukan bantuan dari banyak pihak untuk memperbaikinya.
Oleh karena itu, ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya dan penghargaan
yang setinggi-tinggi nya kepada Prof. Dr. Martni Jamaris, M.Sc.Ed selaku Promotor I
dan Prof. Dr. Mulyono Abdurrahman, selaku Promotor II yang telah mencurahkan
pemikiran dan tenaganya mulai dari penyusunan proposal, pelaksanaan penelitian
sampai pada penulisan hasil disertasi ini.
Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada Rektor Universitas Negeri
Jakarta Prof. Dr. Bedjo Sujanto, M.Pd., Direktur Program Pascasarjana Universitas
Negeri Jakarta Prof. Dr. Djaali, Ketua Program Studi Pendidikan Anak Usia Dini,
Prof.Dr. Myrnawatii Crie Handini, MS.PKK., dan Sekretaris Program Studi Pendidikan
Anak Usia Dini, Dr. Syarif Sumantri, M.Pd. Ucapan Terima kasih pula kepada Prof. Dr.
Soegeng Santoso, M.Pd., yang telah memberikan pendidikan, arahan, dan petunjuk
xi
selama menempuh di Program Studi Pendidikan Anak Usia Dini selama menempuh
studi di Program Pascasarjana Universitas Negeri Jakarta.
Ucapan terimakasih juga dihanturkan kepada orang tua Hj. Syamsuniar (Ibu)
dan H. Bustami Rajo Indo Sutan (Ayah Almarhum ) , istri tercinta Dra. Hj Evita
Anggereini. M.Si, anak-anak tercita Syafira Anggi Sofyan (14 tahun), Hany Anggi
Sofyan (12 tahun) dan kakak-kakak serta adik-adik penulis yang telah memberikan
semangat disaat penulis hampir kehilangan semangat.
Terimaksih juga kepada seluruh staff administrasi, akademik, bagian umum,
dan perpustakaan Program Pascasarjana Universitas Negeri Jakarta atas segala
bentuk pelayanan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan studi.
Tidak lupa pula ucapan terimakasih kepada Ketua Yayasan dan Kepala TK
serta Guru-guru TK Nakkia Jati Waringin Pondok Gede.
Kepada Pimpinan Langsung Penulis Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Jambi Drs. Affan Malik. MM., Kepada Prof. Dr. Emosda, M.Pd.,
selaku Ketua Program Studi Bimbingan dan Konseling, Kepada Drs. Tumewa
Pangaribuan, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Anak Usia Dini dan
seluruh jajaran yang ada di lingkungan Universitas Jambi. Penulis mengucapkan
sedalam-dalam nya atas berbagai bantuan dan dukungan baik moril maupun finansial
sehingga dapat memperlancar proses penyelesaian studi penulis. Penulis juga banyak
mendapat masukan dan inspirasi dari kawan-kawan dan kolega serta seluruh teman-
teman seperjuangan mahasiswa Prodi PAUD TM 2008 dan rekan-rekan lainnya.
xii
Penulis hanya bisa berdoa semoga semua yang telah membantu penulis dalam
penyelesaian disertasi ini mendapatkan balasan yang setimpal atas amal baik,
keikhlasan, dan ketulusan yang diberikan kepada penulis hingga dapat menyelesaikan
studi. Semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat dalam dunia Pendidikan Anak
Usia Dini.
Jakarta, Januari 2013
Hendra Sofyan
xiii
DAFTAR ISI
Halaman
COVER ........................................................................................................... i
ABSTRAK .................................................................................................... ii
RINGKASAN ................................................................................................ iii
PERSETUJUAN KOMISI PROMOTOR ..................................................... vii
LEMBAR PERNYATAAN ........................................................................... viii
KATA PENGANTAR .................................................................................... x
DAFTAR ISI ................................................................................................ xiii
DAFTAR TABEL ......................................................................................... xv
DAFTAR GAMBAR .....................................................................................xvi
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xviii
BAB I. PENDAHULUAN .............................................................................. 1
A. Latar Belakang ......................................................................................... 1
B. Fokus Penelitian ....................................................................................... 9
C. Perumusan Masalah ................................................................................. 9
D. Kegunaan Hasil Penelitian...................................................................... 10
BAB II. KAJIAN TEORETIK ........................................................................ 12
A. Konsep Penelitian Tindakan .................................................................. 12
B. Konsep Model Tindakan ......................................................................... 40
C. Penelitian yang Relevan ....................................................................... 104
D. Kerangka Teoretik ................................................................................ 105
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ....................................................... 108
A. Tujuan Penelitian .................................................................................. 109
B. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................... 110
C. Metode Penelitian ................................................................................. 111
D. Prosedur Penelitian Tindakan ............................................................... 118
xiv
E. Kriteria Keberhasilan Tindakan ............................................................. 136
F. Sumber Data .................................................................................... 139
G. Tekhnik Pengumpulan Data ................................................................. 140
H. Validasi Data ........................................................................................ 147
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................ 149
A. Deskripsi Hasil Penelitian .................................................................... 149
B. Pembahasan ................................................................................... 330
BAB V. KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN .................................... 338
A. Kesimpulan .......................................................................................... 338
B. Implikasi .............................................................................................. 341
C. Saran.................................................................................................... 344
DAFTAR PUSTAKA ......... ....................................................................... 346
LAMPIRAN ........................................................................................... 351
Lampiran 1. Model Tindakan ..................................................................... 351
Lampiran 2 Hasil Validasi data ………………………………………………...358
Lampiran 3 Hasil Tindakan (asesmen awal) ......................... ...................373
RIWAYAT HIDUP ............. ....................................................................... 394
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1. Data Awal Kemampuan Perkembangan Anak Kelompok B TK
Nakkia Jati Waringin Pondok Gede. ............................................... 6
Tabel 3.1. Fokus Seluruh Aspek Perkembangan Anak ................................... 119
Tabel 3.2. Rencana Kegiatan Mingguan .......................................................... 126
Tabel 3.3. Kisi-kisi Instrumen Penelitian ......................................................... 140
Tabel 4.1. Nilai Perkembangan Anak Usia Dini (Asesmen Awal) Taman
Kanak-anak Nakkia Kelompok B ...................................................... 155
Tabel 4.2. Jadwal Kegiatan Penelitian Peningkatan Perkembangan Anak
Usia Dini dengan Pendekatan Tematik di TK Nakkia Tema
Binatang (Siklus I) .......................................................................... 160
Tabel 4. 3. Data Observasi Kegiatan Pembelajaran ........................................ 174
Tabel 4.4. Nilai Asesmen Peningkatan perkembangan Anak Usia Dini Dengan
Pendekatan Tematik Setelah Siklus I .............................................. 180
Tabel 4.5. Nilai Asesmen Hasil Peningkatan Perkembangan Anak Usia Dini
dengan Pendekatan Tematik (Sebelum dan Sesudah siklus 1) .... 182
Tabel 4.6. Jadwal Kegiatan Penelitian Peningkatan Perkembangan Anak
Usia Dini dengan Pendekatan Tematik di TK Nakkia Tema
Binatang (Siklus II) .......................................................................... 230
Tabel 4.7. Nilai Asesmen Peningkatan Perkembangan Anak Usia Dini
dengan Pendekatan Tematik (Pada Akhir Siklus II ) .......................... 235
Tabel 4. 8. Asesment Nilai Peningkatan Perkembangan Anak Usia Dini
Dengan Pendekatan Tematik (Siklus 1 dan Siklus 2) Taman
Kanak-kanak Nakkia Kelompok B ................................................... 237
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Model Tindakan Kemmis and McTegart ............................. 23
Gambar 2.2. Model Penelitian Tindakan James McKernan’s ................... 24
Gambar 2.3. Model john Elliot ............................................................... 26
Gambar 2.4. Model Penelitian Tindakan Lewin’s ................................... 28
Gambar 2.5. Model Emilly Calhoun ........................................................ 29
Gambar 2.6. Model Penelitian Tindakan Mills ....................................... 30
Gambar 2.7. Penelitian Tindakan Model Stringer .................................. 32
Gambar 2.8. Model Penelitian Tindakan Glanz ........................................ 33
Gambar 2.9. Desain Penelitian Tindakan Menurut Kemis dan
Mc Taggart ......................................................................... 35
Gambar 3.1. Desain Penelitian Tindakan Menurut Kemis dan
Mc Taggart ..................................................................... 113
Gambar 4.1. Perkembangan Anak Hasil Pengukuran Sebelum
Siklus 1 .......................................................................... 156
Gambar 4.2. NilaiAsesmenPeningkatanperkembanganAnakUsiaDini
DenganPendekatanTematikSetelahSiklus ......................... 181
Gambar4.3. Diagram batang aspek perkembangan (peningkatan
Awal dari sebelum diadakan tindakan dan setelah
tindakan pada siklus 1) ...................................................... 184
Gambar 4.4. Diagram batang aspek perkembangan motoric
halus (peningkatan dari sebelum diadakan tindakan
dan setelah tindakan pada siklus 1) ............................... 186
Gambar 4.5. Diagram batang aspek perkembangan motoric
kasar (peningkatan dari sebelum diadakan tindakan
dan setelah tindakan pada siklus 1) ............................... 187
Gambar 4.6. Diagram batang aspek perkembangan kognitif
(peningkatan dari sebelum diadakan tindakan dan
xvii
setelah tindakan pada siklus 1) ...................................... 188
Gambar 4.7. Diagram batang aspek perkembangan bahasa
(peningkatan dari sebelum diadakan tindakan dan
setelah tindakan pada siklus 1) ...................................... 189
Gambar 4.8. Diagram batang aspek perkembangan
sosio-emosi (peningkatan dari sebelum diadakan
tindakan dan setelah tindakan pada siklus 1) .................... 190
Gambar 4.9 : Diagram batang aspek perkembangan moral
(peningkatan dari sebelum diadakan tindakan dan
setelah tindakan pada siklus 1) ........................................ 191
Gambar 4.10. Grafik Skor Aspek Perkembangan Anak Usia dini pada
Siklus II. ........................................................................... 236
Gambar 4 11 Grafik Skor Aspek Perkembangan Anak pada Siklus I
dan Il .................................................................................. 239
Gambar 4.12. Diagram batang aspek perkembangan motorik halus ........ 240
Gambar 4.13. Diagram batang aspek perkembangan motorik kasar ..... 241
Gambar 4.14. Diagram batang aspek perkembangan Kognitif ................. 242
Gambar 4.15. Diagram batang aspek perkembangan Bahasa ................. 243
Gambar 4.16. Diagram batang aspek perkembangan sosial-emosional 244
Gambar 4.17. Diagram batang aspek perkembangan moral .................... 245
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sistem Pendidikan Nasional tertulis pada pasal 1 Undang-undang RI
nomor 20 bahwa: pendidikan anak usia dini merupakan suatu upaya
pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai usia delapan
tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk
membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani maupun rohani agar
anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut1.
Proses untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan anak
secara optimal, agar memiliki kesiapan memasuki pendidikan lebih lanjut.
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah wadah yang tersedia di lingkungan
masyarakat di Indonesia.
Taman Kanak-Kanak (TK) salah satu tempat pelaksanaan Pendidikan
Anak Usia Dini. Pelaksanaan Pendidikan ini seharusnya diselenggarakan
secara profesional. Alasan penyelenggaraan TK secara profesional dalam
rangka membantu proses pengoptimalan seluruh potensi perkembangan
yang ada pada anak. Pengembangan potensi yang ada pada Anak Usia Dini
(AUD) tersebut diperoleh sebaiknya melalui aktivitas bermain mengingat
karakteristik AUD pada rentang usia tersebut selalu aktif ingin bermain.
1 Kurikulum Taman Kanak-kanak, Pedoman Pengembangan Program Pembelajaran di Taman Kanak-
kanak (Jakarta: Kementrian Pendidikan Nasional, 2010).
2
Belajar melalui bermain dan bermain seraya belajar merupakan prinsip
belajar pada pendidikan anak di TK. Situasi ini berbeda sekali dengan belajar
di jenjang sekolah lainnya seperti dir SD, SMP, dan SMU ataupun di
Perguruan Tinggi. Kekhasan pendidikan di PAUD (TK) kelihatan dari mulai
penataan sekolah dan halamannya, penataan kelas hingga ke kegiatan
belajar-mengajar yang ada dalam proses persiapan, pembukaan, inti dan
penutupan.
Aktivitas Bermain bagi Anak Usia Dini merupakan suatu kebutuhan
yang mutlak, Bisa kita lihat dari hasil penelitian Universitas Indonesia tahun
1981 hasil telah menunjukkan bahwa Anak Usia Dini yang waktunya lebih
banyak tersita untuk aktivitas belajar secara formal akan lebih pintar di TK
dan kelas rendah satu, dua dan tiga.. Menjadi masalah setelah itu anak
menjadi tidak pintar lagi di kelas tinggi. Sebaliknya anak yang kebutuhan
bermainnya terpenuhi, makin tumbuh dengan memiliki keterampilan mental
yang lebih tinggi sehingga menjadi lebih mandiri. Hasil Ini membuktikan
bahwa bermain sebagi kebutuhan bagi anak dan itu penting untuk
perkembangan dan pertumbuhan selanjutnya2.
Pelaksanaan bermain sekolah harus menyediakan fasilitas bermain
yang bertujuan untuk membuat anak gembira dan senang dengan tersedia di
2 Anita Yus, .Penilaian Perkembangan Anak Taman Kanak Kanak (Jakarta: Depdiknas, 2005) h. 24.
3
halam sekolah, dalam kelas, pada halaman terdapat berbagai alat
permainan.
Setting untuk pembelajaran lingkungan di luar kelas dan dalam kelas
serta kegiatan pelaksanaan program yang mengikuti prinsip belajar melalui
bermain dan berpusat pada anak, yang diaplikasikan dalam bentuk Area.
Saat Membuka pelajaran dan inti pelajaran serta menutup pelajaran
diwarnai dengan bermain. seperti, bernyanyi, bertepuk tangan dan bercerita.
Bahkan guru ikut jongkok, melompat, dan bersembunyi sebagaimana harus
dilakukan oleh anak.
Proses pelaksanaan pembelajaran yang demikian, semuanya
bertujuan untuk mengoptimalkan seluruh aspek perkembangan, mulai aspek
perkembangan bahasa, perkembangan motorik, , dan perkembangan sosial-
emosi, perkembangan cognitif, serta perkembangan moral.
Tingkat Keberhasilan perkembangan potensi yang ada pada anak
dipengaruhi berbagai faktor. Faktor-faktor tersebut antara lain:
1. kualitas guru dalam merancang dan melaksanakan proses
pembelajaran,
2. sarana dan prasarana yang tersedia
3. kurikulum, dan motivasi anak didik3.
3 Mulyono Abdurahman, Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar (Jakarta: Penerbit Rineka Cipta.
2003) h.13
4
Proses pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan tema,
sangat membantu guru dan murid dalam proses pembelajaran untuk lebih
fokus dan kosentrasi yang dirancang berdasarkan kurikulum, program
Rancangan Kegiatan Mingguan dan Rancangan Kegiatan Harian, guru
memadukan proses pembelajaran dengan tematik, sehingga sesuai dengan
kebutuhan anak dan perkembangan Anak Usia Dini dan dapat membantu
mengoptimalkannya.
Apabila guru dalam proses pembelajaran tidak membuat Rencana
Kegiatan Harian yang baik, tentulah guru sulit dalam melaksanakan proses
pembelajaran untuk mencapai pengoptimalan potensi perkembangan anak
usia dini atau anak didik.
Oleh karena itu pada pelaksanaan proses pembelajaran sehari-hari,
guru diharuskan untuk mempersiapkan seluruh perangkat yang digunakan
dalam proses pembelajaran, terutama adalah Rencana Kegitan Harian atau
lebih dikenal dengan singkatan RKH, karena berdasarkan rancangan inilah
guru dapat melakukan tindakan proses pembelajaran dalam satu hari, dimulai
dari menerima murid dipintu pagar sekolah sampai menutup pembelajaran
dalam kelas.
Kenyataannya di lapangan banyak permasalahan perkembangan anak
usia dini adalah belum optimalnya perkembangan tiap-tiap aspek
perkembangan, seperti perkembangan bahasa, motorik, moral, sosial-emosi
dan kognitif. Usaha peningkatan perkembangan anak usia dini yang
5
dilakukan pada proses pembelajaran di sekolah masih belum optimal. Hal ini
bisa diketahui dari hasil wawancara tanggal 20 Mei 2011 dengan sepuluh
orang tua murid dan empat orang TK Nakkia di Jakarta, dari sepuluh orang
tua murid mengatakan bahwa masih terdapat anak yang belajar tidak melalui
bermain, sedangkan menurut empat orang guru mangatakan bahwa masih
terdapat pembelajaran belum menggunakan tema secara optimal, yang
berkaitan dengan perkembangan dan penggunaan tema yang terbatas.
Padahal banyak sekali tema yang dapat dikembangkan berkenaan
dengan kehidupan sehari-hari yang dapat ditemukan anak, pemberian PR
matematik pada anak layaknya seperti anak SD, pelaksanaan proses
pendidikan di tempat-tempat yang tidak ada sarana bermain seperti
penyelenggaraan pendidikan anak usia dini di ruko (rumah toko) yang
arealnya sangat sempit dan terbatas sehingga tidak memungkinkan anak
bermain, anak belajar bukan lagi melalui bermain dan tidak berdasarkan
tema. Bahkan hasil pengamatan penulis di TK yang ada di Jakarta ada anak
TK yang diberi pekerjaan rumah seperti menulis dan matematika yang
dikelola seperti murid SD.
Hal itu terbukti ketika peneliti melakukan evaluasi awal dari rencana
kegiatan harian smester I tahun ajaran 2011/2012 pada kelompok B yang
berjumlah 15 orang murid. Hasil yang didapatkan ternyata dari 15 orang
murid hanya sebagian kecil dari jumlah murid yang perkembangannya berada
pada tingkat sedang sebagian besar murid belum berkembang dengan
6
harapan. Untuk lebih jelas mengenai hasil evaluasi awal tentang
perkembangan anak kelompok B TK Nakkia Jati Waringin Pondok Gede
dukungan data dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 1.1
Data Awal Perkembangan Anak Kelompok B
TK Nakkia Jati Waringin Pondok Gede
No Aspek
Perkembangan
Kemampuan
Kurang Cukup Baik Jumlah
1 Motorik Halus
Kasar
7
8
5
4
3
3
15
15
2 Kognitif 8 5 2 15
3 Bahasa 7 5 3 15
4 Sosio-emosional 10 4 1 15
5 Moral 6 6 3 15
Rata-Rata 51.11% 32,22 % 16.67 % 100 % Sumber : Data dari Rencana Kegiatan Harian TK Nakkia Jati Waringin Pondok Gede
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa perkembangan anak
Kelompok B TK Nakkia Jati Waringin Pondok Gede yang dirancang secara
umum berada pada kategori kurang.
Ketidak berhasilan perkembangan anak dikarenakan dalam
melaksanakan proses pembelajaran Guru kurang optimal dalam
menggunakan atau merancang proses pembelajaran yang dapat
meningkatkan aspek perkembangan pada anak diantaranya motorik, kognitif,
bahasa, sosial-emosional, dan moral sesuai dengan tema yang dapat
diaplikasikan dalam proses pembelajaran di TK.
7
Permasalanan seperti ini, saat penulis mengelola program Pendidikan
Guru Taman Kanak-kanak di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Jambi, terutama saat membimbing mahasiswa PPL, ditemukan
guru-guru Taman Kanak-kanak mengalami kesulitan dalam mengaplikasikan
pembelajaran melalui bermain di Taman Kanak-kanak, karena keterbatasan
kemampuan guru dalam mengelola proses pembelajaran anak usia dini
termasuk di dalamnya kemampuan merancang pembelajaran.
Persoalan ini dapat terjadi karena guru terlalu asyik dengan situasi dan
aktivitas yang telah digambarkan di atas. Atau bisa juga karena guru memang
belum melihat komponen lain yang penting dalam kegiatan pelaksanaan
program di Taman kanak-kanak, dan belum terancangnya satuan kegiatan
harian dengan dengan semestinya, terutama yang dipadukan dengan tema.
Berdasarkan hasil pengamatan penulis selama ini, situasi tersebut dapat
membuat guru kurang memperhatikan atau bahkan melupakan beberapa
komponen yang harusnya tetap ada dan harus dilakukan guru selama
kegiatan pelaksanaan program yang telah dirancang sebelumnya.
Kegiatan pelaksanaan program di aman kanak-kanak juga harus
memperhatikan komponen pembelajaran. Seperti: materi, metode, media,
dan penilaian, yang disusun berdasarkan area dan tema yang dalam
penyampaian materi pembelajaran melalui bermain. Sehingga aktivitas
proses pelaksanaan program di Taman kanak-kanak seharusnya
8
pembelajaran yang dimodifikasi sesuai dengan pertumbuhan dan
perkembangan anak.
Perlunya pembenahan dari pembelajaran anak usia dini adalah anak
diperlakukan seperti anak SD, dimana anak diberikan pekerjaan rumah yang
menghabiskan waktu bermain mereka, serta anak disekolah sudah diberi
beban belajar dan belajar sehingga waktu bermain mereka berkurang. Anak
belajar tidak dilakukan melalui bermain, dan tidak mengutamakan rasa
senang.
Proses belajar yang demikian menghambat aspek-aspek
perkembangan anak untuk berkembang secara optimal, seperti:
perkembangan bahasa, motorik, sosial-emosi, kognitif dan serta
perkembangan moral.
Seharusnya hal ini tidak terjadi, karna tujuan pembelajaran di TK harus
mengembangkan seluruh aspek perkembangan secara optimal.
Permasalahannya karena beban yang diberikan tidak sesuai dengan tugas-
tugas perkembangan mereka. Akhirnya anak usia TK masih banyak yang
berperilaku tidak sesuai dengan yang diharapkan, seperti: masih banyak
yang tidak mau mengerjakan tugas yang diberikan guru, malas bergerak,
jarang berkomunikasi dengan teman ataupun guru, tidak mau menunggu
giliran, tidak mau mendengarkan guru, masih minta ditemani orangtuanya
saat proses pembelajaran.
9
Komponen pembelajaran seperti: tema pembelajaran, subtema
pembelajaran, kegiatan pembelajaran terdiri dari kegiatan awal, kegiatan inti
(kegiatan disetiap area), kegiatan penutup, alat dan sumber belajar, metoda
belajar, serta penilaian pembelajaran seharusnya dimodifikasi menjadi
kegiatan yang menyenangkan dan dirancang sesuai dengan tujuan
pembelajaran, yang tercantum dalam Rancangan Kegiatan Harian.
Kemudian tema-tema dalam proses pembelajaran akan diaplikasikan
dengan memperhatikan lingkungan belajar yang sesuai dengan tahap
perkembangan anak. Semua ini seharusnya sudah dirancang dalam
Rancangan Kegiatan Harian, sehingga proses pembelajaran dapat
dilaksanakan secara sistimatis dan terarah serta mudah dalam mencapai
tujuan dalam pelaksanaan pembelajaran di Taman Kanak-kanak.
Fenomena dari pemaparan di atas, sehingga penulis tertarik untuk
meneliti tentang “Peningkatan Perkembangan Anak Usia Dini Dengan
Pendekatan Tematik” Perkembangan akan di uraikan menjadi beberapa
aspek seperti Fisik, motori, bahasa, social emosional dan cognitive.
B. Fokus Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penelitian
difokuskan pada peningkatan perkembangan anak usia dini dengan
pendekatan tematik. menggunakan area di TK Nakkia yang berlokasi di Jalan
Gambrit Jati Waringin Pondok Gede Bekasi.
10
C. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka permasalahan dalam
penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimana perkembangan anak usia dini murid Taman Kanak-
kanak kelompok B pada setiap aspek perkembangan:
perkembangan motorik, perkembangan bahasa, perkembangan
kognitif, dan perkembangan sosial-emosi serta perkembangan
moral sebelum diberi tindakan dengan pendekatan tematik. ?
2. Bagaimana cara peningkatkan perkembangan anak usia dini
dengan pendekatan tematik pada murid Taman Kanak-kanak
kelompok B. ?
3. Apakah peningkatan aspek perkembangan anak usia dini dengan
pendekatan tematik dapat meningkatkan perkembangan anak usia
dini. ?
D. Kegunaan Hasil Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk kepentingan teoritis dan
praktis. lebih jelasnya kegunaan penelitian ini sebagai berikut:
1. Kegunaan secara teoritis
Dengan diketahuinya bentuk rencana pembelajaran berbasis tematik
dengan pendekatan bermain yang dapat meningkatkan aspek
perkembangan anak usia dini dapat memperkaya khasanah keilmuan
dalam bidang pembelajaran anak usia dini yang nantinya dapat
11
menjadi masukan informasi dan pengetahuan bagi guru-guru dalam
melaksanakan pembelajaran tersebut.
2. Kegunaan secara praktis
Adapun beberapa manfaat praktis dari hasil penelitian ini yaitu:
1. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai pedoman, acuan bagi
guru untuk memperbaiki proses pembelajaran anak usia dini dalam
meningkatkan aspek perkembangan anak usia dini secara optimal.
2. Sarana pengembangan dalam meeningkatkan mutu, dan kualitas
pendidik dalam peningkatan profesionalitasnya.
3. Memberikan masukan wawasan ilmu pengetahuan yang bermanfaat
untuk meningkatkan profesionalitas khususnya dalam peningkatan
perkembangan anak usia dini dengan pendekatan tematik.
4. Bagi para peneliti lanjutan hasil dari penelitian ini dijadikan sebagai
kerangka atau landasan dasar untuk melakukan penelitian lanjutan
dengan hasil yang lebih baik dan lebih optimal.
12
BAB II
KAJIAN TEORETIK
A. Konsep Penelitian Tindakan
1. Deskripsi Penelitian Tindakan.
Penelitian tindakan dapat diartikan sebagai penelitian yang memiliki
sifat reflektif yaitu melakukan suatu tindakan dengan maksud agar dapat
memberikan kontribusi sehingga dapat membenahi atau meningkatkan
praktek pembelajaran di kelas dengan lebih kompeten. Penelitian tindakan
yang dilakukan ini mempunyai karakteristik: dalam pelaksanaannya terfokus,
melibatkan peneliti dan pendidik dalam penelitian, melakukan kolaborasi atau
kerjasama, proses penelitiannya dinamis dan perencanaan penelitiannya
berbentuk sharing.1
Penelitian tindakan ditandai dengan pendekatan yang mempunyai ciri,
prinsip, pedoman, prosedur yang harus memenuhi kriteria atau tolak ukur
tertentu. Selain dari istilah tersebut, dikenal juga dengan beberapa istilah lain
yang sama di terjemahkan dari frasa action research, yaitu riset aksi, kaji
tindakan, dan riset tindakan. Untuk menyelaraskan persepsi dalam penelitian
ini sehingga digunakan istilah penelitian tindakan. Sedangkan menurut Dave
Ebbutt dalam Hopkins2 menyatakan bahwa:
1 John W. Creswell. Educational Research: Planing, Conducting, and Evaluating Quantitativ and
Qualitative Research, Third Editions (New Jersey: Pearson Merrill Prentice Hall, 2008), h. 605.
2 Hopkins, David, A Teacher’s Guide to Classroom Reasearch, (Philadelphia:Open University Press,
2002), h.43
13
action research is about the systematic study of attemps to improve educational practice by groups of participans by means of their own pratical action and by means of their own reflection upon the effects of those actions.
Penelitian tindakan di atas menjelaskan tentang studi yang sistimatik
agar dapat meningkatkan praktek pendidikan oleh kelompok-kelompok
peserta dengan melakukan tindakan secara praktis dan melalui refleksi atas
pengaruh yang dihasilkan dari tindakan yang dilakukan.
Sedangkan menurut Mills dalam Craig A. Mertler3 menyatakan bahwa:
Action Research is defined as any systematic inquiry conducted by teacher, administrators, counselors, or other with a vested interest in the teaching and learning process and environment for the purpose of gathering information about how their particular schools operate, how they teach, and how their students lern.
Penelitian tindakan di atas menyatakan penelitian yang sistematik
yang melibatkan guru, pegawai administrasi, guru pembimbing, atau orang
lain yang bersangkutan terdorong dalam proses belajar dan mengajar yang
ada di lingkungan sekolah salah satu tujuannya yaitu agar mendapatkan
sesuatu yang bisa dijadikan sebagai informasi tentang bagaimana kontribisi
sekolah dalam melaksanakan pengajaran dan bagaimana siswa belajar.
Penelitian tindakan harus terlihat jelas membedakan perbedaan dari
ciri tindakan dan penelitian, guru dan peneliti harus terlibat langsung dan
ikut berkontribusi bukan sekedar menjadi penonton. Secara operasional
bentuk penelitian tindakan merupakan serangkaian tindakan bersama yang
3 Mertler, Action Research Teacher as Researchhers in the Classroom (Los Angeles: SAGE
Publications, Inc. 2009), h. 4.
14
berkesinambungan antara pihak terkait tentang mempersiapkan,
melaksanakan dan mengevaluasi kegiatan sehingga tercapainya suatu
perubahan status pola pikir, pendapat, kerja, dan sikap baru yang disadari
dan diakui secara bersama sebagai relatif lebih baik serta bersifat dinamis
supaya kedepannya terdapat perubahan.4 Sedangkan menurut Stringer5
berpendapat bahwa dalam memahami penelitian tindakan sebagai suatu
pendekatan sistematis agar masalah yang dihadapi bisa terselesaikan dan
mendapatkan solusi yang baik.
Penelitian tindakan dilakukan dengan cara mengumpulkan data, baik
yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif, akan tetapi sering diarahkan pada
isu-isu yang bersifat spesifik dan praktis, dan berusaha mencari jalan keluar
terhadap masalah yang sedang dihadapi. Dengan demikian, penelitian
tindakan adalah penelitian yang memiliki langkah-langkah secara sistematik
yang dilakukan oleh guru (atau individu-individu lain dalam pelaksanaan
pendidikan) untuk mengakumulasi informasi serta memperbaiki cara
pengelolaan pendidikan, baik itu pembelajaran yang diberikan oleh guru
kepada peserta diidk maupun cara belajar peserta didik itu sendiri.6
Tujuan dan prinsip dasar penelitian tindakan berbeda dengan metode
penelitian lainnya. Pada tujuan dasar penelitian tindakan lebih ditekankan
untuk meningkatkan praktek dari pada menghasilkan pengetahuan.
4 Mills.G., Action Reasearch : A Guide for the Teacher Reaserch, Second Edition, (New
Jersey: Pearson Education, 2003) , h.5 5 Stinger, Ernest T, Action Research, Third Ed, (Los Angeles: Sage Publication, 2007) , h.1
6 Jhon W. Creswell, Education Reaserch: Planning, Conducting, and Evaluating Quantitative
and Qualitatif Research, Third Edition (New Jersey: Pearson merrill Prentice Hall: 2008) , h.597
15
Sedangkan Prinsip dasar penelitian tindakan adalah berfokus kepada praktek
sosial yang agar dapat meningkatkan suatu keadaan dan mengikuti langkah-
langkah siklus dengan sistematik, reflektif, partisipatif serta masalahnya
ditentukan oleh praktisi.
Sedangkan menurut John Elliot dalam Hopkins, 20027 menyatakan
bahwa:
Action-research might be defined as ‘the study of a social situation with aview to improving the quality of action within it’. It aims to feed pratical judgement in concrete situations. And the validity of the’ theorie or hypotheses it generates depend not so much on ‘scientific’ tests of truth, as on their use fulness in helping peoples’ to act more intelligenly and skilfully. In action-research ‘theories’ are not validated independently and then applied to practice. They are validated trrough practice. Penelitian tindakan didefinisikan sebagai penelitian sosial agar dapat
meningkatkan kualitas tindakan dalam situasi sosial baik secara praktis,
situasi kongrit, dan validitas dari „teori‟ atau „hipotesis‟ yang menyampingkan
atau tidak banyak bergantung pada teori-teori, seperti pada saat membantu
orang untuk bertindak cerdas dan terampil. Penelitian teori tidak tervalidasi
dengan sendirinya untuk diaplikasikan dengan prakteknya, melainkan
tervalidasi dengan praktek itu sendiri.
Menurut Hopkins dan Kemmis dalam Emzir, mendefinisikan penelitian
tindakan adalah sebagai berikut:
Penelitian tindakan …diarahkan untuk memberikan konstribusi pada perhatian dan praktis dari orang dalam situasi problematis langsung dan pada tujuan ilmu sosial dengan hubungan
7 Hopkins, David, A Teacher’s Guide to Classroom Reasearch, (Philadelphia:Open University Press,
2002), h.43
16
kolaborasi didalam kerangka kerja etik yang dapat diterima (dalam Hopkins, 1985).
Penelitian tindakan adalah bentuk penelitian refleksi diri (self-reflective) yang dilakukan oleh para partisipan dalam situasi sosial (termasuk pendidikan) dalam rangka meningkatkan (a) keadilan dan rasionalitas praktik sosial dan pendidikan mereka sendiri; (b) pemahaman mereka tentang praktek tersebut; dan (c) situasi tempat praktek tersebut dilakukan. Hal ini sangat rasional bila dilakukan oleh para partisipan (Kemis yang dikutip oleh Hopkins, 1985).
Penelitian Tindakan adalah studi sistimatis dan upaya meningkatkan praktek pendidikan oleh kelompok partisipan dengan cara tindakan praktis mereka sendiri dan dengan cara refleksi mereka sendiri terhadap pengaruh tindakan tersebut (Hopkins, 1985 dalam Maclsaac, 1996: 1)8
Sedangkan menurut Carr & Kemmis dalam Igak Wardhani9 sebagai
berikut:
Action research is afrom of self reflective enquiry undertaken by participants (teacher, students or principals, for example) in social (including educational) situtation in order to inprove the rationality and justice of (1) their own social or educational pratices, (2) their understanding of these practices, and (3) the situations (and institutions) in which the practices are caried out. Jika kita cermati pengertian tersebut secara seksama, kita akan menemukan sejumlah ide pokok sebagai berikut: 1. Penelitian tindakan adalah satu bentuk inkuiri atau penyelidikan
yang dilakukan melalui refleksi diri. 2. Penelitian tindakan dilakukan oleh peserta yang terlibat dalam
situasi yang diteliti, seperti guru, siswa, atau kepala sekolah. 3. Penelitian tindakan dilakukan dalam situasi sosial, termasuk situasi
pendidikan. 4. Tujuan penelitian tindakan adalah memperbaiki: dasar pemikiran
dan keputusan dari praktik-praktik, pemahaman terhadap praktik tersebut, serta situasi atau lembaga tempat praktik tersebut dilaksanakan.
8 Emzir, Metodologi Penelitian Pendidikan Kuantitatif & Kualitatif (Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2009), h. 234. 9 Igak Wardhani dan Kuswaya Wihardit, Penelitian Tindakan Kelas (Jakarta: Universitas Terbuka,
2008), hh 1.3-1.4.
17
Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa penelitian tindakan
merupakan: 1) cerminan dari guru untuk meningkatkan kualitas
pembelajaran, 2) Melibatkan guru dan individu lain yang berada di sekolah ,
3) Penelitian tindakan untuk situasi sosial termasuk pendidikan, 4) Untuk
memperbaiki pola piker, 5) dan untuk menemuikan solusi dapat pemecahan
masalah yang dihadapi.
2. Karakteristik Penelitian Tindakan
Karakteristik Penelitian tindakan dapat membedakan penelitian
tindakan dengan jenis penelitian yang lain. Ada beberapa pendapat tentang
karakteristik sebagai berikut:
Menurut Shmuck dalam Igak Wardhani dan Kuswaya Wihardit10
Karakteristik penelitian tindakan kelas:
1. Adanya masalah dalam PTK dipicu oleh munculnya kesadaran pada diri guru bahwa praktik yang dilakukannya selama ini di kelas mempunyai masalah yang perlu diselesaikan. Dengan perkataan lain guru merasa bahwa ada sesuatu yang perlu diperbaiki dalam praktik pembelajaran yang dilakukan selama ini. . .
2. Self-reflective inquiry, atau penelitian melalui refleksi diri, merupakan ciri PTK yang paling ecensial. Berbeda dengan penelitian biasa yang mengumpulkan data dari lapangan atau objek atau tempat lain lain sebagai responden, maka PTK mempersyaratkan guru mengumpulkan data dari praktiknya sendiri melalui refleksi diri. Ini berarti, peneliti mencoba mengingat kembali apa yang dikerjakan di dalam kelas, apa dampak tindakan tersebut bagi siswa dan kemudian yang terpenting guru mencoba memikirkan kenapa dampaknya seperti itu...
3. Penelitian tindakan kelas dilakukan di dalam kelas, sehingga fokus penelitian ini adalah kegiatan pembelajaran berupa perilaku guru dan siswa dalam melakukan interaksi.
10
Ibid., h. 1.5.
18
4. Penelitian tindakan kelas bertujuan untuk memperbaiki pembelajaran. Perbaikan dilakukan secara bertahap dan terus menerus, selama penelitian dilakukan. Oleh karena itu, dalam PTK dikenal adanya siklus pelaksanaan berupa pola.; perencanaan-pelaksanaan-observasi-refleksi-revisi (perencanaan ulang) Ini tentu berbeda dengan penelitian biasa, yang biasanya tidak disertai dengan perlakuan yang berupa siklus. Ciri ini merupakan ciri khas penelitian tindakan, yaitu adanya tindakan yang berulang-ulang sampai di dapat hasil yang terbaik.
Sedangkan menurut Osterman dan Kottkamp dalam Dorothy Valcarcel
Craig11 karakteristik penelitian tindakan kelas sebagai berikut:
1. The study takes place in the “natural setting’’ 2. Before the study begins,the researcher examines his or her own
biases in order to remuve them and to use professional judgment and background in developing into a researcher-as-instrument.
3. Thoughout the study, multiple froms of quantitative or qualitative data (or both) are collected---including primary data, secondary data, cued data, and artifacts.
4. Findings are typically rich in description 5. Process, not product, is stressed. 6. Inductive analysis is ongoing. 7. Meaning is derived from data analysis,findings, and conclusions. 8. Findings infrom practice.
Maksud dari pernyataan di atas adalah karakteristik penelitian
tindakan adalah pelaksanaan penelitian atau berlangsungnya pembelajaran
tempatnya berbentuk “natural setting”, sebelum penelitian di mulai ada
baiknya bias diperiksa terlebih dahulu dengan menggunakan penilaian dari
para pakar yang ahli ataupun profesional untuk mengembangkan instrumen,
saat penelitian pengumpulan data di lakukan secara kuantitatif atau kualitatif
atau bisa juga secara kuantitatif dan kualitatif di tambah dengan data primer
11
Dorothy Valcarcel Craig, Action Research Essentials (San Francisco: Jossey Bass Awiley Imprint. 2009).,h. 7.
19
dan sekunder serta hasil ciptaan. Temuan penelitian lebih dominan berbentuk
deskriptif. Penelitian yang memfokuskan dan menekankan pada proses
bukan produk, analisis berbentuk induktif, temuan penelitian di dapatkan dari
analisa dan kesimpuan, serta temuan penelitian berbentuk praktek.
Sedangkan menurut Richart Winter dalam Emzir12 sebagai berikut:
1. Kritik Reflektif . . . Penelitian Tindakan yang upaya evaluasi atau penilaian yang didasarkan pada catatan data yang telah dibuat, cara refleksi sehingga dapat ditransformasikan menjadi pertanyaan dan alternatif yang mungkin dapat memberikan kemajuan pada pertimbangan teoritis. 2. Kritik dialektis Adalah adanya kesediaan peneliti untuk melakukan kritik pada fenomena yang ditelitinya. Dalam hal ini guru perlu menafsirkan data dengan konteks yang harus ada, menganalisis katagori yang berbeda untuk menemukan kesamaan, dan menangkap isyarat bahwa fenomena akan dapat berubah. 3. Sumber Daya Kolaboratif adalah adanya kerja sama (atasan, sejawat, siswa dll), yang dapat dipergunakan sebagai sudut pandang. Peneliti dalam PTK adalah bagian dari situasi yang diteliti, peneliti sebagai pengamat juga terlibat langsung dalam proses situasi tersebut. Kolaborasi pada anggota dalam situasi itu yang memungkinkan proses itu berlangsung. Untuk menjamin kolaborasi perlu mengumpulkan semua sudut pandang anggota yang menggambarkan struktur situasi yang diteliti. Tetapi perlu diingat bahwa peneliti mempunyai kewenangan dalam penelitian, sehingga tidak mutlak semua pandangan harus digunakan. 4. Ambil Resiko Proses penafsiran adalah adanya keberanian peneliti untuk mengambil resiko pada waktu berlangsungnya penelitian. Resiko yang mungkin muncul adalah melesetnya hipotesis, dan kemungkinan tuntutan untuk melakukan transformasi. Peneliti mungkin berubah pandangannya, karena melihat sendiri pertentangan yang ada. 5. Struktur Jamak Berbagai penafsiran adanya pandangan bahwa penelitian ini mencakup berbagai unsur yang terlibat, agar bersifat komprehensif. Misal jika penelitian pada pengajaran, maka situasinya harus mencakup guru, murid, tujuan pembelajaran, interaksi kelas, hasil dll.
12
Emzir, op. cit., hh. 236-239.
20
6. Teori, Praktik, Transformasi Adalah adanya pandangan bahwa teori dan praktik bukan dua hal yang berbeda, tetapi merupakan dua tahap yang berbeda, yang saling tergantung, dan keduanya berfungsi untuk mendukung transformasi.
Karakteristik penelitian tindakan berikutnya dapat dilihat dari bentuk
nyata kegiatan penelitian itu sendiri di lapangan, harus peka terhadap
perubahan-perubahan yang terjadi di lapangan, kajian ilmiah dan kenyataan
dilapangan harus saling ketergantungan, selain dilakukan oleh guru itu
sendiri juga dapat dilakukan oleh orang lain yang diminta untuk membantu
merancang dan melaksanakan perbaikan tersebut. Karakteristik yang
menjadi ciri dalam penelitian tindakan adalah dilaksanakan dalam proses
bersiklus yang terdiri dari empat tahapan, Perencanaan, tindakan,
pengamatan dan refleksi.
Sedangkan menurut Suharsimi Arikunto 13 penelitian tindakan
memiliki prinsip antara lain :
a. Penelitian tindakan partisipasi (participatory action researh) yaitu kegiatan penelitian yang dilakukan dengan penekanan keterlibatanmasyarakat agar merasa ikut serta memiliki program kegiatan tersebut serta berminat ikut aktif memecahkan masalah berbasis masyarakat.
b. Penelitian tindakan kritis (critical action research), yaitu penelitian yang dilakukan dengan menekankan adanya niat yang tinggi untuk bertindak memecahkan masalah dan menyempurnakan situasi.
c. Penelitian tindakan kelas (classroom action research), yaitu penelitian yang dilakukan oleh guru ke kelas atau di sekolah tempat ia mengajar dengan penekanan pada penyempurnaan atau peningkatan proses dan praktis pembelajaran.
d. Penelitian tindakan institusi (institutional action research), yaitu dilakukan oleh pihak pengelolasekolah sebagai sebuah organisasi
13
Suharsimi Arikunto. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. (Jakarta: PT Rineka Cipta,
2010), h. 135.
21
pendidikan untuk peningkatan kinerja, proses, dan produktivitas lembaga.
3. Model Penelitian Tindakan
Penelitian Tindakan ada beberapa desain model yang dapat
digunakan, berikut ini akan dijelaskan beberapa model:
1) Model Penelitian Tindakan Kemmis dan McTaggart
Gambar dibawah ini menggambarkan model spiral penelitan tindakan
yang diusulkan oleh Kemmis dan McTaggart, dalam penggunaan model ini
bisa dimodifikasi sesuai dengan kebutuhan yang ada di lapangan, tidak
mutlak harus mengikuti langkah awal perencanaan. Siklus tersebut meliputi
perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi.
Model spiral seperti ini menarik karena menawarkan kesempatan
untuk mengkaji fenomena yang ada, pada siklus ini tidak hanya berlangsung
satu kali, tetapi dilakukan beberapa kali tergantung dari kebutuhan yang
diinginkan sehingga tercapai tujuan yang diharapkan. Pelaksanaan tindakan
seperti ini dapat memberi pemahaman dan kemudahan untuk membawa
perbaikan yang berarti. Dengan melakukan penelitian tindakan model spiral
ini, kita dapat memahami serta mengetahui isu terkait masalah pendidikan
dan dapat memberi kemudahan dalam membuat keputusan dalam rangka
upaya pemberdayaan kedepannya.
Model Kemmis dan Mc Taggart adalah merupakan model
pengembangan dari model Kurt Lewin. Dikatakan demikian, karena di dalam
suatu siklus terdiri atas empat komponen, keempat komponen tersebut, terdiri
22
dari: (1)perencanaan, (2) aksi/tindakan, (3) observasi, dan (4) refleksi.
Sesudah suatu siklus selesai setelah melakukan refleksi, maka akan
diterapkan di lingkungan sekolah atau pun pada proses pembelajaran,
kemudian diikuti dengan adanya perencanaan ulang guna untuk
memperbaiki, meningkatkan atau melakukan perubahan terhadap siklus
sebelumnya yang dilaksanakan dalam bentuk siklus tersendiri. Menurut
Kemmis dan Taggart, penelitian tindakan sebagai suatu siklus spiral berulang
berkelanjutan, penelitian tindakan dimulai dari mempersiapkan perencanaan,
pelaksanaan tindakan, pengamatan (observasi), dan refleksi kemudian
berkemungkinan akan diikuti oleh siklus spriral berikutnya dengan harapan
pada setiap tindakan dapat menunjukkan peningkatan dari siklus sebelum
hingga mencapai titik keberhasilan.
Penelitian tindakan memiliki karakteristik, sehingga penelitian ini
berbeda dengan enelitian yang lainnya. Yang mempunyai ciri khas untuk
melibatkan orang ke dalam penelitian dan menerapkannya di lapangan apa
yang sudah dipelajar. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat lebih lengkap dari
pemaparan gambar model spiral penelitian tindakan Kemmis dan McTaggart
berikut ini:
23
Gambar 2.1 Model Tindakan Kemmis and McTegart 14
2). Model Penelitian Tindakan James McKernan’s
Penelitian tindakan kelas ini disebut dengan „time process’
model, Pada siklus pertama yang harus dipersiapkan adalah
mengetahuilebih dalam masalah yang terjadi di lapangan,
14
David Hopkis, A Teacher Guide to Classroom Research (Philadelphia: Open University Press,
2004), h. 46.
24
Setelah mengidentifikasi masalah yang terjadi dilapangan,
tahap selanjutnya yaitu membuat hipotesis dari permasalahan yang
ditemukan, setelah itu membuat perencanaan sebelum melakukan
tindakan,tahap selanjutnya melaksanakan tindakan sesuai dengan
rencana yang dibuat, kemudian melakukan evaluasi dari tindakanyang
dilakukan, dan ditahap yang terakhir melakukan refleksi untuk tindakan
selanjutnya dapat melakukan siklus kedua dan seterusnya. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut ini:
.
Gambar 2.2. Model Penelitian Tindakan James McKernan‟s15
15
Ibid., h. 49.
25
3). Model Penelitian Tindakan John Elliot
Model john Elliot dibandingkan dua model yang sudah diutarakan di
atas, yaitu model Mc Kernan‟s dan Kemmis-McTaggart, penelitian tindakan
Model John Elliot ini tampak lebih detail dan rinci. Dikatakan demikian, oleh
karena di dalam setiap siklus dimungkinkan terdiri dari beberapa aksi yaitu
antara 3-5 aksi (tindakan). Sementara itu, setiap aksi kemungkinan terdiri dari
beberapa tahapan, yang terealisasi dalam bentuk kegiatan belajar-mengajar.
Penelitian tindakan Model John Elliot tahapanya disusun secara detail
dan terperinci, agar dalam proses pelaksanaannya dapat berjalan lancar
sesuai dengan tahapan yang dibuat. Selanjutnya, dengan membuat tahapan
yang disusun secara detail dan terperinci maka dalam pelaksanaannya
memudahkan menjadi suatu pelajaran terdiri dari beberapa sub pokok
bahasan atau materi pelajaran.
Di dalam pelaksanaannya setiap pokok bahasan biasanya tidak akan
dapat diselesaikan dalam satu tahapan, tetapi akan diselesaikan dalam
beberapa tahapan, tetapi menggunakan beberapa tahapan agar dapat
berjalan lancar sesuai dengan tahapan yang dibuat yang terealisasi dalam
bentuk kegiatan belajar-mengajar.
26
Gambar 2.3. Model john Elliot16
16
Ibid., h. 47.
27
4). Model Penelitian Tindakan Kurt Lewin.
Model penelitian Kurt Lewin, dikenal dengan proses penelitian
“spiraling” dalam pelaksanaan tindakan menggunakan langkah seperti:
planing, execution, and reconnaissance. Dalam pelaksanaannya penelitian
tindakan ini, sebelum dilaksanakan tindakan harus dipahami terlebih dahulu
tentang apa yang terjadi sekarang atau permasalahan secara umum, lalu
masalah ini akan didiskusikan, negosiasi, Exploring opportunities (mencari
kesempatan, dan Assesing possibilities mengukur segala kemungkinan) serta
examining counstraints Setelah itu baru dilaksanakan perencanaan tindakan,
yang dilakukan tindakan tahap pertama, monitoring, dan evaluasi. Hasil akhir
kemudian akan direvisi. Setelah revisi tindakan pertama, direncanakan
tindakan kedua, pelaksanaan tindakan kedua, dan monitoring serta evaluasi.
Model yang dikembangkan oleh Kurt Lewin didasari atas konsep
pokok bahwa penelitian tindakan terdiri dari empat komponen pokok yang
juga menunjukkan langkah, yaitu:
(a) Perencanaan atau planning, (b) Tindakan atau acting. (c) Pengamatan atau observing, dan (d) Refleksi atau reflecting. Hubungan antara keempat komponen tersebut menunjukkan sebuah siklus atau kegiatan berulang, “Siklus” inilah yang sebetulnya menjadi salah satu ciri utama dari penelitian tindakan, yaitu bahwa penelitian tindakan harus dilaksanakan dalam bentuk siklus, bukan hanya satu kali intervensi saja.17 Bila digambarkan dapat dilihat seperti gambar berikut ini:
17
Suharsimi Arikunto, op. cit., hh.134-135.
28
Gambar 2.4. Model Penelitian Tindakan Lewin‟s18
5). Model Tindakan Tindakan Emilly Calhoun
Penelitian tindakan ini menggunakan lima langkah, yang
pertama adalah langkah Select Area, pada tahap ini peneliti harus
memahami permasalahan dalam penelitian, tentang keadaan kelas
dan permasalahan yang dihadapi dalam kelas. Kemudian pada tahap
kedua adalah mengumpulkan data atau Collct Data yang
mengumpulkan data-data tentang subjek penelitian yang diperlukan.
Untuk tahap ketiga data yang telah dikumpulkan disusun atau 18
Geoffrey E. Mills, Action Research A Guide For The Teacher Researcher (United State: Merrill
Prentice Hall, 2003), h. 16.
29
dikelompokkan, diorganisasikan atau Organize Data agar mudah
digunakan. Tahap selanjutnya ke empat adalah menganalisis dan
menginterpretasikan data yang telah dikumpulkan atau Analiyze and
Interpret Data yang berdasarkan pengumpulan data dan
pengorganisasian data. Langkah kelima atau terakhir adalah
melaksannakan tindakan Take Action. Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat gambar model tindakan sebagai berikut:
Gambar 2.5. Model Emilly Calhoun19
19
Craig A Mertler, Action Research Teacher as Researchers in the Classroom (Los Angeles: Sage
Publication Inc, 2009), h. 14.
30
6). Model Penelitian Tindakan Mills
Penelitian tindakan ini terdiri dari empat langkah, penekanannya
adalah guru untuk guru, meneliti di kelasnya sendiri, penelitian ini
berbentuk spiral, sebab keempat tahap pelaksanaannya meneliti siklus
dan kembali ke empat tahap seperti: focus, data collection, analysis
dan interpretation.
Pada prosesnya guru dapat mengidentifikasi permasalahan
pokok yang dihadapi, memperbanyak mencari referensi dan membuat
rencana tindakan yang akan dilakukan dalam mengatasi
permasalahan tersebut, tahap selanjutnya yaitu mengumpulkan data,
dan mengidentifikasi tema dengan melakukan wawancara, survey, dan
melakukan pengorganisasian agar lebih mudah. Setelah beberapa
tahapan tersebut dilakukan tahap selanjutnya melaksanakan tindakan.
Pelaksanaan tindakan ini bisa dilaksanakan menggunakan
siklus, pengumpulan data, analisis data dan interpretasi data dan
perkembangan dari tindakan, ini dilakukan secara spiral. Untuk lebih
jelas dapat dilihat pada gambar berikut ini:
31
Gambar 2.6. Model Penelitian Tindakan Mills20
7). Penelitian Tindakan Model Stringer
Model Stringer memiliki kerangka dasar yang kuat yang ditandai
dengan tiga kata: look (melihat atau memandang), think (berpikir), dan act
(bertindak) yang memberi dasar kepada setiap orang untuk melakukan
penyelidikan secara langsung dengan melakukan secara detail hal-hal
sebagai berikut:
Melihat (look):
a. mengumpulkan informasi yang relevan (penggumpalan data)
b. menggambarkan situasi (mendefinisikan dan mendeskripsikan)
Memikirkan (think):
a. mengeksplorasi dan menganalisis: apa yang terjadi disini?
(menganalisis)
b. menginterpretasi dan menjelaskan atau berteori
Bertindak (act): 20
John W. Creswll, Educational Research Planing, Conducting, And Evaluating Quantitative and
Qualitative Research (Australia: Pearson Merrill Prentice Hall, 2008), h. 601.
32
a. merencanakan (melaporkan)
b. mengimplementasikan
c. mengevaluasi.
Gambar 2.7. Penelitian Tindakan Model Stringer21
8). Model Penelitian Tindakan Glanz (Model Cyclical Natural)
Penelitian tindakan ini mengikuti tahap sebagai berikut: Pertama tahap
Selecting a focus, pada tahap ini peneliti menetapkan fokus penelitian yaitu
masalah apa yang ada didalam kelas, yang berkaitan dengan proses belajar-
mengajar, selanjutnya mengumpulkan data yang diperlukan untuk menunjang
penelitian, kemudian menganalisis data yang telah terkumpul.
Dalam tahap ini data sangat diperlukan untuk dapat melanjutkan tahap
selanjutnya kemudian merencanakan proses apa yang akan dilakukan.
Kemudian melaksanakan tindakan sesuai dengan rencana yang teah dibuat
21
Ernest T. Stringer Action Research (Los Angeles: Sage Publications, 2007), h. 9.
33
sebelumnya. Tahap selanjutnya melakukan refleksi atau membuat tindakan
selanjutnya. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut ini:
Gambar 2.8.Model Penelitian Tindakan Glanz (Cyclical Nature of Action
Research)22
4. Model Penelitian yang Dipilih
Berdasarkan model-model penelitian tindakan di atas dalam penelitian
ini peneliti memilih model Kemmis dan Taggart. Alasan dalam pemilihan
model Kammis dan Taggart karena model lebih sederhana dan mencakup
langkah-langkah yang cukup lengkap.
22
Meredith D , Gall Joyce P. Gall, dan Water R Borg. Educational Research an Introduction, ( New
York: Library of Congress Cataloging in Publication Data, 2003), h. 586.
34
Konseptual tindakan dalam penelitian, Kemis dan Taggart 1998 23,
yang terdiri dari empat langkah, yaitu: Perencanaan, Tindakan dan
Observasi serta Refleksi. Kemudian empat langkah ini akan dilakukan dalam
beberapa siklus. Penelitian tindakan kelas ini dilakukan dengan siklus
pertama, setelah dilaksanakan evaluasi, apakah tindakan pada siklus
pertama sudah mencapai hasil peningkatan atau dilanjutkan pada siklus
kedua, akan diadakan diskusi dengan tim peneliti Skema ini cocok
dilaksanakan pada pembelajaran anak usia dini, karena dapat dilakukan
berulang-ulang untuk meningkatkan perkembangan anak usia dini dengan
pendekatan tematik.
Penelitian tindakan adalah studi sistematis dari upaya meningkatkan
praktek pendidikan oleh kelompok partisipan dengan cara tindakan praktis
mereka sendiri dan dengan cara refleksi mereka sendiri terhadap pengaruh
tindakan tersebut Hopkin24. Berikut ini dapat dilihat model tindakan dari
Kemmis and McTaggarts:
23
David Hopkins, op. Cit., h. 46. 24
Emzir, Metodologi Penelitian Pendidikan Kuantitatif dan Kualitatif,(Jakarta: Rajawali Press, 2007),
h. 234.
35
Gambar 2.9
Desain Penelitian Tindakan Menurut Kemis dan Mc Taggart25
25
Hopkins, David, A Teacher’s Guide to Classroom Reasearch, (Philadelphia:Open University Press,
2002), h. 46.
36
Sedangkan menurut Suharsimi penelitian tindakan seharusnya
dilakukan sekurang-kurangnya dalam dua siklus tindakan yang berurutan,
data yang diperoleh dari siklus yang sudah ada menggambarkan siklus
berikutnya26 siklus yang kedua dibuat dengan memperhatikan nilai siklus
yang pertama
Peneitian ini dilaksanakan sesuai dengan prosedur Kemis dan
McTaggart, 1998 yang meliputi empat tahapan penelitian yaitu: (1) Planning,
(2) Acting, (3) Observing, (4) Reflecting,
Siklus I:
a. Planning (Perencanaan Tindakan), I
membuat perangkat pembelajaran dan mempersiapkan sketsa
tahapan pembelajaran tindakan dengan melalukan kegiatan-kegiatan sebegai
berikut:
1. Mempelajari aspek perkembangan yang akan dikembangkan di TK
2. Mempelajari kurikulum TK
3. Mengembangkan tematik yang sesuai dengan perkembangan anak.
4. Mempersiapkan permainan sesuai dengan tema
5. Membuat Satuan Kegiatan Harian (SKM)
6. Membuat Satuan Kegiatan Harian (SKH)
7. Menyiapkan media dan metoda pembelajaran yang sesuai tema
26
SuharsimiArikunto, PenelitianTindakan Kelas, (Jakarta: Bumi Aksara,2008), h. 16.
37
8. Menyiapkan sumber belajar
9. Mengembangkan format observasi
10. Mengembangkan format evaluasi
b. Action,(Pelaksanaan ) II
Tindakan yang dilakukan dalam penelitian ini telah di susun antara lain
sebagai berikut :
1. Melaksanakan kegiatan pembelajaran berdasarkan perencanaan
2. Melaksanakan pengamatan mengenai isi tindakan
3. Mengumpulkan data perlengkapan lain yang mendukung
c. Observasi (pengamatan) I,
Pengamatan dilakukan bersamaan dengan tindakan dengan
memerlukan lembaran observasi yang sudah disusun. Pengamatan
berfukuskan kepada kegiatan siswa dalam mengerjakan kegiatan yang sudah
di tentukan dengan susunan pembelajaran. melakukan pengamatan, dengan
beberapa orang guru:
1. Melakukan observasi dengan format observasi
2. Mengamati kegiatan pembelajaran, pengamatan, berperan serta,
peneliti terlibat langsung selama kegiatan berlangsung
d. RefleksiI,
penelitian ini diperlukan mengamati prilaku anak usia dini, Pada saat
peneliti sudah memberikan perlakuan (tindakan) perilaku yang di telaah disini
adalah aspek-aspek dari perkembangan anak usia dini. Hasil-hasil
pengamatan diuraikan agar didapati refleksi bagaimana dampak dari
38
tindakan yang dilakukan. Demi untuk mengetahui hal yang perlu di benahi
dan apa saja yang harus menjadi perhatian pada tindakan berikutnya:
1. memperhatikan bagaimana perkembangan pada siswa setelah terjadi
tindakan.
2.melakukan diskusi untuk membahas hasil tindakan.
Setelah dilaksanakan siklus yang pertama, yang dilakukan selanjutnya
adalah menjalankan siklus kedua, tetap dengan berlandaskan hasil dari
siklus yang pertama
Siklus II
a. Planning (Perencanaan Tindakan II )
perbaikan serta penambahan pembelajaran sesuai dengan hasil
tindakan siklus I, mempelajari hasil refleksi tindakan pertama dan
menggunakannya sebagai masukan pada tindakan siklus kedua.
Menjadikannya menjadi arahan untuk siklus kedua
b. Action II(Tindakan II):
1. Penggunaan pembelajaran sesuai dengan perencanaan yang ke II
c. ObservasiII (Pengamatan II)
Pengamatan dilaksanakan sesuai dengan menggunakan instrumen
yang telah tersedia. Fokus pengamatan adalah kegiatan siswa dalam
mengerjakan sesuatu yang sesuai dengan skenario pembelajaran. Dalam
penelitian ini akan melaksanakan:
39
1.memperhatikan kesesuaian kegiatan pembelajaran harus sesuai
dengan siklus yang kedua
2. Pengumpulan data tindakan yang kedua.
d. Refleksi II
Hasil pengamatan dijabarkan agar mendapatkan gambaran
bagaimana dampak dari tindakan yang dilakukan. Hal apa saja yang perlu
diperbaiki dan apa saja yang harus menjadi perhatian pada tindakan
berikutnya, kemudian pengamatan perubahan yang terjadi pada siswa
setelah dilakukan tindakan kedua. Bila mana terjadinya kemajuan terhadap
perkembangan yang sesaui dengan rancangan maka silkus dapat
diselesaikan, perencanaan tindakan dapat dilihat di bawah ini:
Gambar 2.10 PerencanaanTindakan
: Pembelajaran tematik akan meningkatkan perkembangan
anak usia dini
: Jika peningkatan perkembangan anak usia dini belum
tercapai harus disempurnakan dan diulang pelaksanaannya.
Peningkatan perkembangan
anak usia dini dengan
pembelajaran tematik dengan
merancang pembelajaran
area:
1. Bahasa
2. Matematika
3. Seni
4. IPA
5. Balok
Meningkatkan
perkembangan anak
Taman Kanak-kanak:
1. Motorik
2. Bahasa
3. Sosial-emosional
4. Kognitif
5. Moral
Area Aspek
40
A. Konsep Model Tindakan
1. Perkembangan
Perkembangan dan pertumbuhan anak memerlukan pemahaman yang
harus diketahui sebab setiap anak tidakakan sama, tiap anak memiliki
keunikan masing-masing, dan semuanya secara individual, menawarkan
konstribusi yang berharga bagi kebudayaan manusia.27 Setiap orangtua dan
guru, dalam memahami berbagai aspek perkembangan anak, harus
menyadari dan memiliki pemahaman bahwa anak memiliki karakteristik,
pemahaman perkembangan bagi individu sebagai penuntun dan petunjuk
untuk mengetahui apa yang harus dilakukan pada periode-periode tertentu.
dan bagi orangtua dan pendidik berfungsi seagai orang dewasa yang
memberikan arahan dalam membimbing anak didiknya. Rumah merupakan
tempat dimana awal pekembangan berlangsung keluargalah yang lebih awal
dapat membentuk perkembangan kemudian di sekolah dan masyarakat.
Keluargalah yang merupakan tempat pertamadan utama berlangsungnya
proses pendidikan
Taman Kanak-kanak merupakan pendidikan Prasekolah yaitu
pendidkan formal yang menyelenggarakan pendidikan bagi anak usia dini
usia 4-6 tahun. Pendidikan TK bukan merupakan pra-syarat untuk memasuki
jenjang sekolah dasar, sehingga bukan merupakan kewajiban bagi anak
untuk memasuki TK. TK merupakan lembaga pendidikan bagi anak usia 4-6
27
Linda Campbell, Bruce Campbell dan Dee Metode Praktis Pembelajaran Berbasis Multiple
Intelligences Terjemahan Tim Intuisi ( Jakarta: Intuisi Press: 2006), h. 1.
41
tahun untuk melaksanakan suatu proses pembelajaran agar anak dapat
mengembangkan potensi-potensinya sejak dini agar terciptanya
perkembangan yang optimal sesuai dengan jenjang usainya.28
Guru professional yang berkompetensi memerlukan pemahaman
aspek perkembangan anak usia dini Sebagai bahan pertimbangan bahwa
anak-anak ketika pertama kali pergi ke sekolah untuk belajar merupakan satu
hal yang berat29.
Pendidik harus mengerti dan memahami masalahdi Taman Kanak-
Kanak. Pengertiannya bahwa terhadap masalah khusus yang dihadapi anak
dalam proses perkembangan menuju kepada kedewasaan diperlukan
perhatian dari kaum pendidik adalah dalam rangka memberikan bantuannya
sesuai dengan kebutuhan anak agar dia tumbuh menjadi manusia mandiri30
TK diselengaraan untuk mempersiapkan anak memasuki dunia
belajar, sehingga anak relatif lebih siap untuk belajar di sekolah dasar dari
pada anak yang langsung masuk ke SD tampa melalui TK
Sistem pembelajaran di Taman Kanak-Kanak tidak akan sama seperti
sekolah dasar (SD), prinsip-prinsip yang harus diperhatikan dalam
pembelajaran di TK adalah dunia bermain dan dalam masa pertumbuhan
sehingga belum waktunya bagi anak usia TK untuk belajar sebagaiman yang
dilaksanakan di sekolah. Meskipun bentuk permainan anak-anak di seluruh
28
Ernawulan Syaodih. Bimbingan di Taman Kanak-kanak (Jakarta: Departemen Pendidikan nasional.
2005), h. 1. 29
Sue Robson, Education in Early Chilhood, (London: The Roehampton Institute, 2003), hh. 2-3. 30
Conny R. Semiawan, Penerapan Pembelajaran Pada Anak, (Jakarta: PT Indeks, 2008), h. 61.
42
dunia dan dari waktu ke waktu berbeda-beda, tampaknya esensinya tetap
sama, esensi bermain seperti: aktif, menyenangkan, voluntir, motivasi
internal, memiliki aturan, dan simbolik serta berarti.31 Untuk itu hal yang
seharusnya terjadi anak di Tama Kanak-kanak tidaklah dapat di paksa untuk
bisa membaca dan menulis bahkan berhitung. Hal itu akan di peroleh dengan
sendirinya di jenjang Sekolah Dasar (SD). pada prinsipnya bahwa anak TK
sedang belajar bersosialisasi. Anak TK pada umumnya masih sangat lekat
dengan orang tua maupun keluarganya. Memerlukan adanya waktu untuk
masa belajar memisahkan diri dari orangtua dan mulai berani berkenalan
dengan orang lain. Kemampuan untuk berinteraksi dengan orang lain, dari
kalangan dan keluarga yang lain perlu dikembangkan, untuk memberikan
bekal dalan bersosialisasi dengan masyarakat.
1) Pengertian Perkembangan
Paul Baltes,32 ahli perkembangan mengatakan bahwa perspektif masa
hidup (life-span perspective) memandang bahwa perkembangan manusia
berlangsung seumur hidup, multi dimensi, multi arah, plastis, multi disiplin.
Werner dalam monks,33 menjelaskan pengertian perkembangan
menunjuk pada suatu proses ke arah yang lebih sempurna dan tidak dapat
31
Slamet Suyanto. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. (Jakarta Departemen pendidikan
Nasional Direktorat Pembinaan Pendidikan Tenaga Kependidikan dan Ketenagaan Perguruan Tinggi,
2005) h.122.
32
John W. Santrock, Life Span Development, Perkembangan Masa Hidup (Jakarta: Erlangga, 2012), h.
7.
43
terulang kembali. Perkembangan menunjuk pada perubahan yang bersifat
tetap dan tidak dapat diulang
Berkaitan dengan Perkembangan Anak Usia Dini, dibawah ini akan di
sebutkan beberapa dimensi. Menurut beberapa ahli seperi Lerner dalam
Soegeng Santoso,34 tentang perkembangan sebagai berikut:
Perkembangan anak berlangsung sejak terjadi konsepsi (masih dalam kandungan) sampai akhir hayat. Pandangan ini diperoleh oleh Lerner and Hultsch dalam Fauzia Aswin Hadis yang dikatakan bahwa perkembangan manusia sesungguhnya berlangsung sepanjang kehidupan, mulai dari saat konsepsi sampai dengan saat kematian. Perkembangan manusia itu perubahan yang berkesinambungan, yang terjadi secara berangsur-angsur tetapi dapat pula terjadi secara tiba-tiba dayang menyebabkan suatu kesinambungan, dan perubahan yang terjadi dapat bersifat kuantitatif dan kualitatif.
2). Prinsip Perkembangan
Pokok dari psikologi perkembangan adalah perkembangan manusia sebagai
pribadi, adapun yang mempengaruriperkembangan manusia adalah
perkembangan masyarakatnya. Pada saat proses perkembangan
berlangsung kita apa berpegang dari prinsip-prinsip perkembangan menurut
para ahli sebagai berikut:
Myers dalam Soegeng Santoso35 menyatakan beberapa prinsip adapun
antara lain sebagai berikut:
33
F.J. Monks, A.M.P Knoers, Siti Rahayu Haditono, Psikologi Perkembangan Pengantar dalam
Berbagai Bagiannya (Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 2006), h. 1. 34Soegeng Santoso, Problematika Pendidikan dan Cara Pemecahannya. (Jakarta: Kreasi
Pena gading, 2000), h. 23. 35
Ibid, h. 23.
44
1) Perkembangan bersifat multidimensional atau meliputi banyak perkembangan seperti dimensi fisik, dimensi kognitif, dan dimensi sosial.
2) Perkembangan bersifat integral maksudnya menyeluruh, antar dimensi yang saling terkait.
3) Perkembangan yang berlangsung secara berkesinambungan dimulai sejak masa pranatalsampai akhir hayat.
4) Perkembangan muncul sebagai akibat interaksi. Perkembangan terjadi jika sesorang menaggapi terhadap belajardari atau mencari afeksi dari lingkungan biofisik maupun sosialnya.
5) Perkembangan yang memiliki pola. Semua anak berkembang mengikuti tahapan atau garis besar perkembangan manusia. Namun laju dan kualitas perkembangan itu sendiri berbeda setiap orang.
Menurut Locke dalam Crain36, menyatakan bahwa seorang Individu
memiliki temperamen yang berbeda-beda, namun secara keseluruhan, jiwa
terbentuk dari lingkungannya masing-masing. selama masa bayi lah yang
merupakan masa yang lebih penting untuk belajar. Dikarenakan pada masa
bayi anak dalam kondisi dapat di arahkan dan di bentuk seperti yang
diinginkan. Dan sekali kita melakukannya, sifat dasarnya sudah ditetapkan
untuk seumur hidup.
Lebih lanjut Locke mengemukakan prinsip perkembangan sebagai
berikut:
1. . . . Sebagian besar pikiran dan perasaan kita berkembang lewat proses asosiasi. Dua gagasan pasti selalu muncul bersama-sama secara teratur, sehingga kita tidak dapat memikirkan yang satu tanpa serentak memikirkan yang lain.
2. Kebanyakan tingkah laku kita berkembang lewat proses repetisi Saat kita melakukan sesuatu berkali-kali, menyikat gigi contohnya, maka praktek ini akan menjadi kebiasaan alamiah, dan kita aakan langsung merasai tidak nyaman jika suatu saat tidak melakukannya.
36
Williiam Crain, op. cit., h. 6.
45
3. Kita juga belajar lewat proses imitasi. Kita juga cenderung melakukan apa yang kita lihat dilakukan orang lain, sehingga model yang ada mempengaruhi karakter kita.
4. Kita belajar lewat proses reward and punishment (penghargaan dan penghukuman) Kita akan selalu berusaha terlibat dengan tingkah laku yang memunculkan pujian, kekaguman dan bentuk-bentuk penghargaan lainnya, sebaliknya, lita akan mundur dari tindakan-tindakan yang menghasilkan kosekwensi –konsekwensi tidak menyenangkan.
Adapun menurut Baltes, menyebutkan beberapa karakteristik
manusia sebagai berikut:
Perkembangan manusia berlangsung sepanjang hidup
Perkembangan manusia bersifat multi dimensi
Perkembangan manusia bersifat multiarah
Perkembangan manusia bersifat plastis
Ilmu perkembangan bersifat multi disiplin
Perkembangan manusia bersifat kontekstual37
3). Teori Aspek Perkembangan
Agar pemahaman perkembangan anak dapat terlaksanakan dengan
maksimal, Harus terlebih dahuli difahami secara psikologis, seperti apa
perkembangan anak terjadi dan aspek-aspek apa saja yang sedang
berkembang serta bagaiman prinsip perkembangan yang sesungguhnya,
sehinggab gurumampumelaksanakan proses pembelajaran.
Permainan bermain peranin tuk anak penting dalam perkembangan
anak-anak pada karna dapat mempengaruhi semua bidang perkembangan
mulai dari perkembangan motorik, bahasa, kognitif dan, sosial-emosi serta
3737
John W. Santrock, op. cit., h. 8.
46
moral.38 Tumbuh kembang anak yang sehat dapat dilhat dari perkembangan
anak yang optimal, semua aspek berkembang dengan seimbang, antara
semua perkembangan anak seperti: fisik, motorik, bicara, emosi, sosial,
bermain, kreativitas, cognitif, moral, minat, dan peran sex, serta
perkembangan kepribadian39, untuk pejelasan lebih lanjut akan dijelaskan
sebagai berikut::
a). Perkembangan Aspek Motorik
Masa kanak kanak merupakan masa kritis bagi perkembangan
motorik, maka dari itu, saat berlangsung masa kanak-kanak merupakan saat
yang pas untuk mengajarkan anak tentang berbagai keterampilan motorik.
Perkembangan aspek motorik, perkembangan motorik bedakan menjadi dua
bagian yaitu motorik halus dan motorik kasar, seperti yang dikemukakan oleh
Jamaris40 sebagai berikut:
Perkembangan motorik kasar berkaitan dengan perkembangan kemampuan dalam menggerakkan tubuh baik secara sebagian (nonlokomotorik), yaitu perkembangan kemampuan menggerakkan sebagian dari tubuh, seperti menjangkau untuk mengambil sesuatu, dan kemampuan dalam menggerakkan tubuh secara keseluruhan (lokomotorik) yang terjadi pada waktu berjalan, berlari, melompat, olah raga, dll, dan gerakan pada waktu menarik dan mendorong. Pada usia dini kegiatan motorik anak sangat aktif dan mereka bergerak seolah-olah tidak pernah lelah. Perkembangan gerakkan motorik halus berkaitan dengan perkembangan kemampuan dalam menggunakan jari-jari tangan untuk melakukan berbagai kegiatan, seperti gerakan menjimpit, menggenggam, menulis, memotong, menggunting, dll.
38
Ibid., h. 124. 39
Elizabeth B Hurlock. Perkembangan Anak, edisi 6 (Jakarta: Penerbit Erlangga. 1978) h.113 40
Martini Jamaris, Orientasi Baru Dalam Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Yayasan Penamas Murni,
2010), hh. 29-30.
47
Berbeda dengan pendapat Berk dalam Slavin. Dimulainya Perkembangan
motorik anak usia dini, pada saat anak belajar dan melakukan tugas-tugas
dan melakukan kegiatan seperti berikut:
Pada akhir periode prasekolah, kebanyakan anak dengan mudah dapat melakukan tugas-tugas untuk diri sendiri , seperti memasang ikat pinggang, mengancing pakaian, dan menutup resleting. Mereka dapat naik dan turun tangga dengan kaki yamg saling bergantian. Mereka dapat melakukan kegiatan-kegiatan motorik halus seperti memotong dengan gunting, dan menggunakan kerayon untuk mewarnai, daerah yang sudah ditentukan sebelumnya, mereka juga mulai belajar menulis huruf, dan kata. Setelah usia 6 atau 7 tahun, anak-anak memperoleh hanya sedikit kemampuan dasar yang sama sekali baru, sebaliknya, kualitas dan tingkat kerumitan gerakan-gerakan mereka meningkat.41
Beberapa perkembangan motorik anak prasekolah menurut Berk
sebagai berikut:42
Tabel 2. 1 Perkembangan Motor Anak-anak Prasekolah
Usia Kemampuan
2 Tahun
Berjalan dengan kaki melebar dan tubuh berayun. Dapat memanjat, mendorong, menarik, berlari, bergantung dengan kedua tangan. Mempunyai daya tahan yang lemah. Meraih objek dengan dua tangan.
3 Tahun
Lebih merapatkan kedua kaki ketika berjalan dan berlari. Dapat berlari dan bergerak dengan lebih mulus. Meraih objek dengan satu tangan . Melumuri dan mengoleskan cat; menyusun balok.
4 Tahun
Dapat membedakan irama berlari, melompat dengan janggal; meloncat; Mempunyai kekuatan, daya tahan, dan koordinasi yang lebih besar. Menggambar bangun dan bentuk sederhana; membuat lukisan; menggunakan balok untuk bangunan.
5 Tahun
Dapat berjalan di balok kesimbangan. Melompat dengan mulus; berdiri pada satu kaki. Dapat mengurus kancing dan resleting; dapat mengikat tali sepatu. Menggunakan perkakas, dan alat dengan benar.
41
Robert E. Slavin, Psikologi Pendidikan Teori dan Praktek (Boston: Pearson Education, Inc, 2008), h. 42
Ibid., h. 91.
48
Trial and error merupakan salah satu cara anak belajar ketrampilan
motorik, selain itu meniru dan pelatihan juga memberikan hasil berbeda. Oleh
karena itu diperlukan perhatian yang besar metoda atau cara yang
digunakan anak untuk belajar keterampilan motorik.43 Perkembangan motorik
bisa ditingkatkan melalui bermain, seperti yang diungkapkan oleh Catron dan
Allen dalam Yuliani Nurani Sujiono44 sebagai berikut:
Bermain dapat memicu perkembangan motorik pada beberapa area, yaitu (1) koordinasi mata-tangan atau mata-kaki, seperti saat menggambar, menulis, manipulasi objek, mencari jejak secara visual, melempar, menangkap, menendang; (2) kemampuan motorik kasar, seperti gerak tubuh ketika berjalan, melompat, berbaris, meloncat, berlari, berjingkat, berguling-guling, merayap, dan merangkak; (3) kemampuan bukan motorik kasar (statis) seperti menekuk, meraih, bergiliran, memutar, meregangkan tubuh, jongkok, duduk, berdiri, bergoyang, (4) Manajemen tubuh dan kontrol seperti menunjukkan kepekaan tubuh, kepekaan akan tempat; keseimbangan; kemampuan untuk memulai, berhenti, mengubah petunjuk
Sementara menurut beberapa pendapat ahli yang lainya sebagai
berikut:
Secara umum terdapat tiga teori tentang perkembangan motorik yaitu 1, teori pendidkan jasmani adaptif dan belajar motorik Cratty, 2. Teori perseptual motor Kephart, 3. Teori sesnsori integrasi Ayres. Ketiga teori tersebut mengasumsikan bahwa: 1. Manusia belajar mulai dengan motorik, 2. Ada urutan perkembangan motorik yang alami dan 3. Banyak bidang akademik dan kinerja kognitif yang berakar pada keberhasilan pengalaman motorik.45
43
Trianto, Desain Pengembangan Pembelajaran Tematik Bagi Anak Usia Dini TK/RA & Anak Usia
Kelas Awal SD/MI, (Jakarta: 2011), h. 16. 44
Yuliani Nurani Sujono, op. cit., h. 54. 45
Mulyono Abdurahman, Pendidikan bagi Anak Berkesulitan Belajar (Jakarta: Rineka Cipta,
2003), h. 145.
49
Pertumbuhan fisik anak terjadi secara bertahap dan mengikuti proses
dalam pertumbuhan fisik yang perlu dipahami oleh pendidik adalah anak
sukar menyesuaikan diri, anak sangat butuh energi yang besar, anak sangat
butuh gizi yang lebih banyak untuk pertumbuhan yang cepat, anak butuh
menjaga keseimbangan, jika terganggu akan terganggu nafsu makan, mudah
lelah dan pergaulannya secara sosial memburuk, dan kecanggungan,
pertumbuhan yang cepat membuat mereka canggung.46
Setiap anak memiliki kesempurnaan dan kematangan sendiri dalam
pertumbuhan dan perkembangannya.47 Keberadaan pertumbuhan dan
perkembangan fisik, seperti tinggi tubuh, berat tubuh dan besar kecilnya
bentuk tubuh banyak faktor yang mempengaruhinya, seperti:
a. Pengaruh keluarga, faktor keturunan maupun faktor lingkungan b. Gizi, anak yang terpenuhi nilai asupan gizi akan lebih tinggi tubunya
dan lebih cepat masuk pada dunia pubertas atau remaja. c. Gangguan emosional, anak yang sering terganggu emonalnya akan
mengalami hambatan dalam tumbuh kembag fisiknya d. Jenis kelamin, anak laki-laki cenderung lebih tinggi dan lebih berat
dari anak perempun e. Suku bangsa, perbedaan berat dan tinggi badan sangat dipengaruhi
oleh latar belakang suku bangsa f. Kecerdasan, hampir slalu sama, anak yang kecerdasannya tinggi
dan prestasi di sekolah menonjol biasanya memiliki berat badan dan tinggi lebih dari anak yang lain
g. Status sosial ekonomi, anak-anak yang memiliki status sosial yang lebih akan memiliki ukuran dan berat badan lebih dari keluarga status sosial ekonomi rendah
46
Ibid., h. 115. 47
William Crain. Teori Perkembangan, Konsep dan Aplikasi. (Yogyakarta: Pustaka belajar. 2007), hh.
29-31.
50
h. Kesehatan, anak-anak yang sehat dan jarang sakit. Biasanya akan memiliki berat dan tinggi badan yang lebih dari yang lainnya.
i. Fungsi endokrin, anak yang fungsi hormonnya berjalan degan baik akan tumbuh kembang dengan baik
j. Pengaruh pralahir, kondisi pralahir yang tidak menguntungkan selama ibu hamil, misalnya kurang gizi, tekanan batin, perokok berat, cenderung mengalami hambatan perkembangan fisik.
k. Pengaruh tubuh, perkembangan dan pertumbuhan anak sangat terpengaruh dari bangun tubuh, seperti ektomorf, mesomorf dan endomorf.
Kegiatan-kegiatan yang memungkinkan anak untuk memenuhi
perkembangan perseptual motorik yaitu kesempatan yang luas untuk
bergerak, pengalaman belajar untuk menemukan, aktivitas sensori motor
yang meliputi penggunaan otot-otot besar dan kecil.48 Sementara menurut
Catron dan Allen dalam Yuliani Nurani Sujiono, kesempatan yang luas untuk
bergerak, pengalaman belajar untuk menemukan, aktivitas sensori motor
yang meliputi penggunaan otot-otot besar dan kecil memungkinkan anak
untuk memenuhi perkembangan perseptual motorik.49 Perkembangan fisik
anak pada usia lima sampai enam tahun sebagai berikut:
- Melompat dengan kaki yang saling bergantian. - Mengendarai sepeda roda dua. - Bermain skate. - Melakukan lemparan dengan wajar dan teliti. - Menangkap bola dengan menggunakan tangan. - Melakukan putaran atau berjungkil balik. - Mengambil bagian dalam permainan yang menuntut ketrampilan fisik. - Adanya peningkatan perkembangan otot yang kecil ; koordinasi antara
mata dan tangan yang berkembang dengan baik. - Peningkatan dalam penguasaan motorik halus; dapat menggunakan
palu, pensil, guntingdan lain-lain.
48
Yuliani Nurani Sujiono, Konsep dasar Pendidikan Anak Usia Dini, (Jakarta: PT. Indeks, 2009), h.
63. 49
Yuliani Nurani Sujono, op. cit., hh. 63-65.
51
- Dapat menjiplak gambar geometris - Memotong pada garis. - Mencetak beberapa surat. - Dapat bermain pasta dan lem. - Mulai kehilangan gigi (ganti gigi) - Pekerjaan keterampilan tangan yang semakin baik. Sementara menurut pendapat Monks dkk dalam Christiana50
perkembangan motorik anak usia dini sebagai berikut:
pada umur enam tahun keseimbangan badan anak relatif telah berkembang dengan baik. Anak makin dapat menjaga keseimbangan badanya, juga penguasaan badannya lebih baik, seperti membongkok, melakukan macam-macam latihan senam dan aktivitas olahraga. Demikian juga telah berkembang koordinasi antara mata dan tangan visio-motorik yang dibutuhkan untuk membidik, menyepak, melempar, dan menangkap.
Sementara menurut Dave dalam Suyadi51 untuk meningkatkan
perkembangan fisik-motorik pada anak usia dini. Uraian berikut ini
merupakan penjabaran kelima tingkat perkembangan Dave, yang selanjutnya
dapat dimanfaatkan untuk stimulasi-stimulasi fisik motorik anak usia dini
sebagai berikut:
a. Imitasi (Peniruan) Adalah keterampilan untuk menentukan suatu gerakan yang telah dilatih sebelumny. Latihan ini bisa dilakukan dengan cara mendengarkan atau memperlihatkan. Dengan demikian, kemampuan ini merupakan representasi ulang, terhadap apa yang dilihat dan didengar anak. Oleh karena itu, peningkatan gerak fisik-motorik pada tahap ini bisa dilakukan dengan pemeragaan gerakan tertentu, atau sekedar mempertontonkan gerakan film, misalnya stimulasi yang bisa diberikan untuk mencapai kemampuan gerak fisik-motorik pada tahap ini adalah dengan
50
Christiana Hari Soetjiningsih, Perkembangan Anak Sejak Pembuahan Sampai dengan Kanak-kanak
Akhir (Jakarta: Prenada Media Group, 2012), h.184. 51
Suyadi, Psikologi Belajar Pendidikan Anak Usia Dini (Yoghyakarta: PT Pustaka Insan Madani,
2010), h. 73-74.
52
menirukan gerak binatang, suara, burung, atau gerakan-gerakan yang lain. b. Manipulation (Penggunaan Konsep) Adalah kemampuan menggunakan konsep dalam melakukan kegiatan. Kemampuan ini juga di sebut sebagai kemampuan memanipulasi. Sebab dalam tahap ini perkembangan anak selalu mengikuti arahan, penampakan gerakan-gerakan dan menetapkan suatu keterampilan gerak tertentu berdasarkan latihan. Stimulasi yang bisa diberikan untuk mencapai kemampuan gerak fisik-motorik pada tahap ini adalah dengan melatih keterampilan tertentu pada anak, sepertimenggunakan sendok makan, gunting, gergaji, atau gerakan-gerakan lompat, loncat, skipping, dan lain sebagainya. c. Presition (Ketelitian) Adalah kemampuan yang berkaitan dengan gerak yang mengindikasikan tingkat keditailan tertentu. Kemampuan gerak fisik-motorik ini sebenarnya hampir sama dengan gerak fisik-motorik pada tahap manipulasi. Hanya saja pada tahap ini telah mencapai tingkat kontrol yang lebih tinggi, sehingga kesalahannya dapat dieliminasi. Stimulasi yang dapat diberikan untuk menunjang tercapainya gerak fisik-motorik pada tahap ini adalah dengan melatih mengendarai sepeda roda tiga, berjalan mundur, menyamping dan zig-zag, melempar bola, menangkap, menendang, dan lain sebagainya. d. Articulation (Perangkaian) Adalah kemampuan untuk melakukan serangkaian gerakan secara kombinatif dan berkesinambungan. Kemampuan ini membutuhkan koordinasi antar organ tubuh, saraf, dan mata secara cermat. Kemampuan ini dapat ditingkatkan pada mengurutkan serangkaian gerak secara berkesimambungan, konsisten, ajeg, dan lues. Stimulasi yang dapat diberikan untuk mencapai kemampuan gerak fisik-motorik pada tahap ini adalah menggambar, mengetik, menulis, dan lain sebagainya. e. Naturalization (Kewajaran/Kealamiahan) Adalah kemampuan untuk melakukan gerak secara wajar atau luwes. Untuk dapat melakukan gerak fisik-motorik pada tahap ini diperlukan koordinasi tingkat tinggi antara saraf, pikiran, mata, tangan, dan anggota badan yang lain. Oleh karena itu gerak fisik-motorik pada tahap ini sering kali menguras tenaga dan pikiran. Stimulasi yang bisa diberikan untuk mencapai kemampuan gerak fisik-motorik pada tahap ini adalah mendemonstrasikan atau memeragakan gerak akrobat (jungkir balik), pantomim, tampil bergaya, dan lain sebagainya. Khusus gerak fisik-motorik pada tahap ini, anak tidak serta merta langsung bisa mempraktikkannya, melainkan harus di ulang-ulang hingga mencapai tahp kelenturan dan keluwesan gerak yang sempurna.
53
Berdasarkan pendapat di atas, seiring dengan tujuan pengembangan fisik
yang dirancang untuk anak usia dini di taman kanak-kanak bertujuan untuk
pengembagan fisik motorik, untuk memperkenalkan dan melatih gerakan
kasar dan halus, meningkatkan kemampuan mengelola, mengontrol kegiatan
tubuh dan koordinasi serta meningkatkan keterampilan tubuh dan cara hidup
sehat sehingga dapat menunjang pertumbuhan jasmani yang kuat, sehat,
dan terampil.
b). Perkembangan Aspek Bahasa
Salah satu aspek perkembangan yang penting dalam kehidupan manusia
ada bahasa. Komponen berbahasa salah satunya adalah bicara yang
merupakan alat komunikasi, belajar bicara memerlukan proses yang panjang
dan rumit. Pada saat bicara seorang anak harus menggunakan bentuk
bahasa yang bermakna bagi orang yang mereka ajak berkomunikasi, dan
dalam berkomunikasi anak harus memahami bahasa yang digunakan oleh
orang lain.
Menurut Chomsky dalam wiliam Crain52 bahasa di strukturkan sendiri
oleh anak-anak. Dengan hanya mendengarkan secuplik tubuh ujaran,
mereka langsung bisa menemukan aturan-aturannya, seolah dituntun oleh
pengertian bawaan tentang bentuk-bentuk aturan tersebut. Para teorisi
belajar sebaliknya, percaya bahwa kita harus mengamati lingkungan sosial
52
William Crain, op. cit., h. 533.
54
lebih dahulu. Bahasa menurut mereka dibentuk utamanya oleh orang lain
lewat pengkondisian operan atau lewat pengaruh-pengaruh pemodelan.
Menurut Lovitt dalam Jamaris53, dalam perkembangan bahasa anak,
ada tahap perkembangan kemampuan bahasa, sebagai berikut:
Perkembangan bahasa dapat dibagi ke dalam tiga bentuk perkembangan, yaitu perkembangan kosa kata, perkembangan semantik, dan sintaktik, dan perkembangan variasi dan kompleksitas berbahasa.
Perkembangan kosa kata dimulai sejak anak usia satu tahun. Memulai interaksi anak dengan lingkungan sekitarnya, anak secara perlahan mengembangkan kemampuan dalam memahami kosa katayang berkaitan dengan objek dan peristiwa di sekitarnya.
Perkembangan semantik dan struktur sintaksis menyangkut kemampuan anak dalam memahami hubungan-hubungan objek dan peristiwa yang mencakup tindakan/peribuatan, lokasi dan orang. Anak mulai mengatakan ”aku pergi” atau “ibuku atau ayahku”
Bicara merupakan ketrampilan mental motorik. Bicara tidak hanya
melibatkan koordinasi kumpulan otot mekanisme suara yang berbeda, tetapi
juga mempunyai aspek mental yakni kemampuan mengkaitkan arti dengan
bunyi yang dihasilkan.54
Selanjutnya menurut Piaget55, bahasa “terpetakkan” diatas struktur
kognitif yang telah didapat sebelumnya, sehingga bahasa bergantung pada
pikiran. Kata-kata hanya dapat dipahami jika keterampilan-keterampilan
intelektual tertentu (seperti permanen objek dan konservasi objek) sudah
53
Martini Jamaris, op. cit., hh. 51-52. 54
Trianto, op. cit., h. 17 55
Richard Gross, Psychology The Science of Mind and Behavior (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012),
h. 370.
55
dikuasai. Sementara menurut Todler dalam Siti Aisyah56, anak usia TK (usia
4-6 tahun) konsep dasar pengembangan bahasa anak adalah sebagai
berikut:
a. Mendorong perkembangan mendengar
Gunakanlah kalimat yang kompleks dengan anak usia TK, perkenalkanlah kosa kakata baru, teruskanlah membaca keras kepada anak usia TK, b. Mendorong perkembangan berbicara Tanyailah anak tentang masa lalu, masa kini dan masa yang akan datang. Berikanlah anak kesempatan untuk membicarakan masa lalu dengan bertanya kepadanya. c. mendorong perkembangan menulis Mendorong anak untuk mengekspresikan ide dan emosi dalam bentuk tulisan. Jangan mengkhawatirkan ejaan yang benar, anak usia TK baru saja memulai belajar tentang hubungan antara huruf dan suara. Pada usia ini anak pada umumnya mengetahui bagaimana mengeja beberapa huruf yang umumnya dengan benar, seperti “pergi”, dan “datang” tetapi ia mengeja dengan menggunakan pengetahuannya tentang bunyi huruf untuk mengingat apa yang didengarnya. Misalnya: Anak usia TK menulis kata “gajah” dengan huruf “GJH”, sesungguhnya telah berfikir hati-hati mengenai hal ini. d. Mendorong perkembangan membaca. Biarkan anak membaca kata-kata dan tawarkan bantuan hanya jika ia membutuhkannya.
Kemampuan menulis anak-anak mengikuti urutan perkembangan,
kemampuan itu muncul dari coret-coretan sebelumnya dan pertama-tama
tersebar dengan acak di seluruh halaman buku. Karakteristik ini
mencerminkan pemahaman yang tidak lengkap tentang batas-batas kata dan
juga ketidakmampuan menciptakan satu baris dalam pikiran untuk
menempatkan huruf-huruf. Melakukan penilaian tentang bunyi dan dengan
56
Siti Aisyah, Perkembangan dan Konsep Dasar Pengembangan Anak Usia Dini (Jakarta: Universitas
Terbuka, 2008 ), h. 641.
56
menghubungkan bunyi yang mereka dengar dengan huruf yang mereka
kenal adalah cara anak-anak mengenal ejaan.
Menurut Papalia & Olds, Morrrow dalam Jamaris57, menguraikan
perkembangan kemampuan bahasa lisan anak sebagai berikut:
Pada Usia 4-5 tahun kemampuan anak dalam berbicara hampir sama dengan kemampuan orang dewasa. Pada masa ini anak telah menguasai sedikitnya 2.500. kosa kata dan menggunakan secara aktif dalam berkomunikasi dengan orang orang disekitarnya. Kemampuan anak dalam menerapkan elemen-elemen bahasa semakin baik. Anak sudah memahami bahwa dengan bahasa, bukan hanya sekedar bahasa, tetapi, mengandung makna yang sangat luas, dengan menggunakan bahasa, ia akan dapat menyatakan keinginannya, penolakannya, kekagumannya, membuka kesempatan untuk berteman, belajar dll. Kreativitas anak dalam berbahasa makin berkembang, ia sudah dapat berpuisi, bercerita dan menghindarkan rasa malu, rasa salah dan memiliki istilah untuk situasi-situasi tertentu. Anak menggunakan bahasa untuk mengontrol situasi, dengan demikian kemampuan bahasa yang digunakan untuk berimajoinasi, bergerak ke bidang nyata untuk memecahkan masalah.
Menurut Siti Aisyah58 pengembangan kemampuan berbahasa di
Taman Kanak-kanak abisa dilaksanakan dengan berbagai cara antara lain
adalah:
. . . mengenalkan jenis kata melalui kartu, menghubungkan gambar dengan tulisan, mengenalkan huruf dan suaranya, mengenalkan huruf besar dan huruf kecil selalu bersamaan, menyusun kata dengan diberi suku kata awalnya, mengenalkan adanya simbol bahasa untuk nama-nama anak dan benda, bermain kata-kata dengan mengingat kata-kata yang telah diketahui.
57
Martini Jamaris, Kesulitan Belajar Perspektif, Asesessmen dan Penanggulangannya. (Jakarta:
Yayasan Penamas Murni, 2009), h. 54. 58
Richard Gross, Psychology The Science of Mind and Behavior (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012),
h. 370. 58
Siti Aisyah, Perkembangan dan Konsep Dasar Pengembangan Anak Usia Dini (Jakarta: Universitas
Terbuka, 2008), h. 641.
57
Menyatakan pendapat, mendengarkan cerita dan meminta mengunkapkan kembali, mengenalkan kalimat perintah dengan meminta melaksanakan perintah, menggunakan kalimat tanya menggunakan tanda tanya, bermain menirukan suara. Mengenalkan lawan dan pasangan kata.
Berdasarkan uraian di atas, perkembangan bahasa bagi anak usia
dini, apat ditingkatkan agar pengembangan berbahasa mampu
mengunkapkan pikiran melalui bahasa yang sederhana secara tepat, mampu
berkomunikasi secara efektif dan membangkitkan minat untuk dapat
berbahasa dengan baik dan benar.
c). Perkembangan Aspek Sosial-emosi
urutan sosial merupakan sebuah pola perkembngan sosial, oleh
karena itu dapat diramalkan perilaku sosial anak yang normal pada usia
tertentu. Pada usia dini anak belajar menyesuaikan diri dengan teman
kelompok sebaya dan mengembangkan pola prilaku yang sesuai dengan
harapan sosial kelompoknya. Oleh sebab itu pendidikan anak usia dini dapat
memberikan pengalaman sosial dan emosi dibawah bimbingan guru yang
terlatih, yang dapat membantu meningkatkan perkembangan hubungan
sosial-emosi yang menyenangkan.
Anak yang berusia 4 sampai 8 tahun adalah fase hubungan pribadi
dengan lingkungan sosial, oleh karena itu pada usia ini perlu dikembangkan
58
rasa sosial anak.59 Perkembangan aspek sosial merupakan memperoleh
kemampuan berperilaku yang sesuai dengan tuntutan sosial dan mampu
bersosialisasi dengan memerlukan tiga proses sebagai berikut: dengan baik,
anak-anak harus menyukai orang dan aktivitas sosial, jika mereka berhasil
melakukan mereka akan dapat menyesuaikan diri dengan baik dan akan
diterima sebagai anggota kelompok.
Untuk memahami perkembangan sosial anak perlu dipahami teori-teori
perkembangan seperti teori Erikson karena pada anak-anak usia dini
perkembangan sosial tumbuh secara pesat.60 Berikut inidapat kita lihat tahap
perkembangan sosial berdasarkan teori Erikson:
Tabel 2. 2 Perkembangan Sosial Erik H Erikson61
Tahap Perkiraan Usia
Krisis Psikososial
Hubungan Penting
Penekanan Psikososial
I Lahir hingga 18 bulan
Kepercayaan vs. Ketidakpercayaan
Orang yang bergantung pada ibu
Memperoleh Memberi sebagai balasan
II 18 bulan hingga 3 tahun
Otonomi vs. keraguan
Orang yang bergantung pada orangtua
Berpegang Membiarkan pergi
III 3 hingga 6 tahun
Inisiatif vs. Rasa bersalah
Keluarga dasar
Membuat (mengajar)
IV 6 hingga 12 tahun
Kerajinan vs. inferioritas
Tetangga, sekolah
Menyerupai (=bermain)
V 12 hingga 18 Identitas vs. Kelompok Membuat
59
Soegeng Santoso, Problematika Pendidikan dan Cara Pemecahannya, (Jakarta: Kreasi Pena
Gading, 2000), h. 27. 60
Eva L Essa. Introduction Early Childhood Education ( Australia: Thomson Delman Learning. 2002)
h. 356. 61
Robert E Slavin, op. cit., h. 65.
59
tahun keterasingan sebaya dan teladan kepemimpinan
sesuatu Menyatukan segala sesuatu
VI Dewasa awal Keintiman vs. keterasingan
Mitra dalam persahabatan, seks, persaingan, kerja sama
Menjadi diri sendiri (atau tidak menjadi seseorang) Membagikan diri sendiri
VII Dewasa Pertengahan
Daya regenerasi vs. Peyerapan diri
Pembagian kerja dan rumah tangga bersama
Memberi perhatian
VIII Dewasa Akhir Integritas vs. keputusasaan
Umat manusia, jenis saya
Menjadi seseorang melalui masa lalu
Erik H Erikson mengungkapkan bahwa anak usia dini berada pada
tahap III dari delapan tahapan perkembangan, tahap inisiatif terhadap rasa
bersalah, anak-anak merasa lebih yakin bahwa mereka adalah diri mereka
sendiri, menurut Erik H Erikson62 pada masa kanak-kanak awal anak
menunjukan perilaku sebagai berikut:
Mereka mulai menemukan pribadi yang diinginkan. Secara intensif mereka: mengidentifikasikan kepada orangtuanya, yang hampir selalu kelihatan kuat dan cantik, meskipun sering tidak masuk akal, tidak sependapat, kadangkala membahayakan. Selama masa kanak-kanak awal anak-anak menggunakan keterampilan perseptual, motorik, kognitif, dan bahasa untuk melakukan sesuatu. Mereka memiliki kelebihan energi yang memungkinkan mereka melupakan kegagalan-kegagalannya dengan cepat dan mendekati area-area baru yang yang terlihat menarik,bahkan meskipun area-area itu terlihat berbahaya, tampa kekurangan energi dan rasa keterarahan yang
62
John W. Santrock, Life Span Development, Perkembangan Masa Hidup (Jakarta: Erlangga, 2012), h.
278.
60
meningkat. Pada tahap ini dengan inisiatifnya sendiri, anak-anak dengan gembira bergerak menuju dunia sosial yang lebih luas. Inisiatif dan antusias mereka tidak hanya memberi reward, namun juga rasa bersalah yang dapat menurunkan penghargaan diri.
Kemampuan anak dalam merencanakan dan melaksanakan tindakan
dengan kepercayaan diri dan kemandirian yang penuh ditunjukkan pada fase
Inisiatif ini. Maka dari itu, meskipun anak melakukan kesalahan dan
mengalami kegagalan ia akan mencoba kegiatan yang diinginkannya
hinggaberhasil pada pencapaian yang ingin diraihnya. Ketika anak merasa
bersalah, ia akan mengalami kondisi perasaan yang emosional terhadap
perilakunya yang salah atau tidak sesuai keinginannya.
Kemampuan yang ada dalam diri anak dapat berkembang dengan
pesat melalui berbagai aktivitas. Denganberbagai kegiatan bermain anak
seperti petualangan dan percobaan yang sederhana dan menyenangkannya.
Maka dari itu, orangtua berperan pentingdalammemfasilitasi lingkungan
sekitar anak yang dapat mengembangkan inisiatif anak secara optimal.
Dengan demikian, orangtua perlu memperhatikan hal-hal yang menyebabkan
gangguan yang menimbulkan bahaya sehingga dapat mengancam anak dari
berbagai kegiatan bermain yang dilakukannya.63Sedangkan George S.
Morison64 berpendapat bahwa perkembangan sosial dan emosionalanak
taman kanak-kanak atau prasekolah sebagai berikut:
63
Martini Jamaris, op. cit., h. 43. 64George S. Morison, Dasar-Dasar Pendidikan Anak usia Dini (PAUD), (Jakarta: Indeks, 2012), h. 254.
61
Murid TK usia lima sampai enam tahun berada dalam tahap kerja keras lawan rendah diri dalam perkembangan sosial dan emosi menurut Erikson. Pada tahap ini murid TK terus belajar untuk mengatur emosi dan interaksi sosial mereka. Beberapa hal yang dapat anda lakukan untuk meningkatkan perkembangan sosial dan emosi positif murid TK adalah:
Berikan kesempatan bagi anak untuk ikut serta secara fisik dan mental dalam aktivitas yang mencakup pemecahan masalah dan aktivitas sosial dengan orang lain.
Ajarkan dan contohkan cara berteman dan menjaga pertemanan.
Contohkan emosi sosial dan emosi yang positif. Bacakan cerita dan bahas perasaan=perasaan seperti marah, bahagia, bersalah, dan bangga.
Berikan kesempatan pada anak untuk menjadi pemimpin dalam proyek dan aktivitas.
Beritahukan harapan Anda tentang sikap yang baik dan bahas dengan murid-murid Anda
Keadaan yang dapat membentuk perilakusosialanak meliputi: tindakan,
perasaan, kepercayaan, ingatandanpenarikankesimpulantentang orang lain.
Perilaku bermain dengan perilakusosialseseorangdapat saling
berhubungan. Berikut ini lima katagori yang
harusdiperhatikandalamperilakutersebut:
1. Inisiatif, terdiri dari memperkenalkan diri sendiri, memulai pembicaraan,
melakukan berbagai kegiatan bersama.
2. Bersikap menyenangkan, dengan berusaha menjadi orang yang
menyenangkan, ramah dan penuh perhatian.
3. Perilaku prososial,terdiri darisikap jujur dan sifat dapat dipercaya,
murah hati, berempati dan dapat bekerja sama.
62
4. Menghargai diri sendiri dan orang lain, yaitu seperti menghargai orang
lain dan memilki kebiasaan yang baik,memilki sikap maupun
kepribadian positif, dan tidak mudah terpengaruh.
5. Memberi dukungan sosial.
Menurut Yuliani Nurani Sujiono65 Perkembangan sosial anak usia lima
sampai enam tahun adalah sebagai berikut:
Menyatakan gagasan yang kaku terhadap jenis kelamin.
Memiliki teman baik, meskipun untuk jangka waktu yang pendek.
Sering bertengkar, tetapi dalam jangka waktu yang singkat.
Dapat berbagi dan mengambil giliran.
Ikut ambil bagian dalam setiap kegiatan pengalaman di sekolah.
Mempertimbangkan setiap guru merupakan hal yang sangat penting.
Ingin menjadi yang nomor satu.
Menjadi lebih posesif terhadap barang-barang kepunyaannya.
Pendidik juga berperan penting dalam membantu perkembangan sosial
anakmeliputi:memberi kesempatan pada anak untuk berinteraksi dengan
orang lain, mendukung interaksi anak baikdengan teman sebaya
maupunorang dewasa,dapat mengetahuidan menginterpretasikanpola
interaksi diantara anak-anak, dan menyediakan metode perilaku prososial
atau menolong orang lain dengan ikhlas serta sebagai pendidikmaupun
orang tua anak mengenali dan membantu menghargai emosi anak.
Teori-teori seperti yang diungapkan Erikson perlu dipelajari lebih
dalam agar dapat memahami perkembangan sosial anak,
karenaperkembangan sosial anak usia dini berkembangdengan cepat.
65
Yuliani Nurani Sujiono. op. cit., h. 66.
63
Tindakansosialisasi merupakan dasar perilaku sosial yang terjadi pada bayi
dan mulai dibina hingga manusia tumbuh berkembang pada periode
selanjutnya.
Perkembangan sosial anak sangat berpengaruh dalam menciptakan
hubungan dengan orang lain, pola-pola perilaku dalam situasi sosial pada
masa anak-anak awal meliputi: kerja sama, persaingan, kemurahan hati,
hasrat akan penerimaan sosial, simpati, empaty, ketergantungan, sikap
ramah, sikap tidak mementingkan diri sendiri, dan meniru serta perilaku
berusaha untuk pencarian kedekatan seseorang dengan orang lain.
Emosi adalah suatu perasaan atau sikap yang merupakan paduan dari
gerakan fisiologis (misalnya detak jantung cepat) dan perilaku membuka
(misalnya senyum, menyeringai). Jika menyangkut emosi anak, akan
menimbulkan beberapa perasaan dramatik yang dapat diingat baikrasa takut
maupun senang luar biasa.66
Berdasarkan survey yang dilakukan terhadap orang tua dan pendidik
menunjukkan adanya kecendrungan yang sama di seluruh dunia yaitu
kesulitan emosi yang dimiliki generasi sekarang lebih tinggi daripada
generasi sebelumnya. Yang terjadi padagenerasi sekarang lebih banyak
merasa kesepian dan pemurung, lebih beringasan, kurang memiliki sopan
santun, mudah cemas, gugup dan lebih impulsif. Mengingat kondisi yang
terjadi saat ini semakin kompleks sehingga dapat memberikan dampak yang
66
Kasina Ahmad. Perlindungan dan Pengasuhan Anak Usia Dini ( Jakarta: Departemen Pendidikan
Nasional. 2005),h.65.
64
kurang baik terhadap perkembangan sosial dan emosional anak, maka perlu
dipahami, dimilki dan diperhatikan oleh orang tua, pendidik maupun orang
dewasa.Keterampilan sosial dan emosional anak harus dipersiapkan sejak
usia dini,terutamadalam kemampuan mengenali, mengolah dan mengontrol
emosi sehingga dapat merespon setiap kondisi yang menstimulasi
munculnya emosi-emosi tersebut dengan baik.67
Sejakterlahir ke dunia kemampuan emosional untuk bereaksi sudah
ada pada dirisetiap anak, peran emosi sangat pentingbagi kehidupan anak,
sehingga emosi dapat mempengaruhi penyesuaian pribadi dan sosial anak68,
seperti:
a. Emosi menambah rasa nikmat bagi pengalaman sehari-hari b. Emosi bisa menyiapkan tubuh untuk melakukan berbagai tindakan c. Ketegangan emosi mengganggu dapat keterampilan motorik d. Emosi dapat membentuk suatu komunikasi e. Emosi mempengaruhi aktivitas mental f. Emosi merupakan sumber penilaian diri dan sosial g. Emosi mewarnai pandangan anak terhadap kehidupan h. Emosi mempengaruhi interaksi sosial i. Emosi memperlihatkan kesannya paada ekspresi wajah j. Emosi mempengaruhi suasana psikologis k. Reaksi emosional dapat menjadi kebiasaan jika dilakukan
berulang-ulang.
Peran pematangan dan peran belajar dapat mempengaruhi emosi,
meskipun kedua faktor ini sama-sama mempengaruhi emosi, akan tetapi
faktor belajar lebih penting dikarenakan faktor belajar bisa dikendalikan.
Metode belajar yang dapat menunjang perkembangan emosi sebagai berikut:
67
Ali Nugraha, Yeni Rachmawati. Metode Pengembangan Sosial Emosional (Universitas Terbuka:
2005), h.513. 68
Elizabet B Hurlock, op. cit., h. 211.
65
a. Belajar secara coba dan ralat
b. Belajardengan cara meniru
c. Belajar dengan cara menyeimbangkandiri
d. Belajarmelaluipekondisian
e. Pelatihan
Pola emosi pada anak,setiap anak memiliki emosi yang berbeda-beda,
apalagi jika dibedakan dengan usia seseorang yang lebih tua atau dengan
orang dewasa, namun kita juga tidak perlu menuntut agar semua anak
memiliki pola emosi yang sama pada usia tertentu. Perbedaan individu tidak
bisa dihindari karena perbedaan tingkat pematangan dan kesempatan
belajarnya, berikut ini bentuk-bentuk emosi anak yaitu: rasa takut, canggung,
khawatir, cemas, marah dan cemburu serta rasaduka cita.
Sedangkan menurut Yuliani Nurani Sujiono69, bahwa perkembangan
emosi anak yang berusia limatahun sampai enam tahun sebagai berikut:
Dapat mengungkapkan perasaan.
Dapat mengendalikan segregasi dengan lebih baik.
Menyatakan sedikit perhatian ketika terpisah dariteman.
Meyatakan selera humor didalam lelucon, kata-kata omong kosong.
Belajar mengenai hal-hal yang benar dari hal-hal yang salah.
Mulai dapat menyatakanperasaan.
d) Perkembangan Aspek Kognitif
Menurut Piaget seperti yang dikutip Jamaris70, pengertian dari
perkembangan kognitif adalah:
69
Yuliani Nurani Sujiono, op. cit., h. 66.
66
Perkembangan kognitif adalah proses yang terjadi secara internal didalam otak pada waktu manusia sedang berfikir. Kemampuan kognitif berkembang secara bertahap dan sejalan dengan perkembangan fisik dan dan perkembangan saraf-saraf yang berada di dalam susunan saraf pusat atau otak. Teori utama yang menjelaskan perkembangan kognitif adalah teori yang di susun dan dikembangkan oleh Jean Piaget. Perkembangan kognitif menurut Piaget terbagi menjadi 4 tahap71,
yaitu: a. Sensorimotor, b. Praoperational, c. Konkrit Operasional, d. Formal
Operasional. Sedangkan anak usia dini berada pada tahap praoperasional,
tahap ini anak melakukan aktivitas tidak hanya berdasarkan stimulus dari
luar, ia sudah mampu melakukan aktivitas berdasarkan motivasi dari dalam.
Pada masa ini, anak memiliki rasa ingin tahu terhadap sesuatu sangat
besar kemudian mengajukan berbagai pertanyaan seperti: apa, mengapa,
bagaimana, dimana, kapan. Selanjutnya kemampuan anak untuk mengetahui
alasan-alasan logis yang primitif seperti: mengapa kucing bisa berlaricepat
atau mengapa adik bisa lahir?. Piaget menyebut fase ini fase berfikir secara
intuitif artinya anak memiliki pengetahuan akan tetapi tidak tahu bagaimana ia
mengetahui hal tersebut72. Untuk jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut:
70
Martini Jamaris, op. cit., h. 32. 71
Jeffrey Trawick. Early Childhood Development, A Multicultural Perspective (New Jersey: Merill
Prentice Hall. 2003), h.50.
72
Martini Jamaris, op. cit., h. 38.
67
Tabel 2. 3
Tahap Perkembangan Kognitif Piaget
Tahap Perkiraan Usia Pencapaian Utama
Sensorimotor Lahir hingga 2 tahun Pembentukan konsep “ketetapan objek” dan kemajuan bertahap dari perilaku refleksi ke perilaku yang diarahkan tujuan.
Praoperasional 2 hingga 7 tahun Perkembangan kemampuan menggunakan simbol-simbol untuk melambangkan objek di dunia ini. Pemikiran tetap egosentris dan terpusat.
Operasional Kongret 7 tahun hingga 11 Perbaikan kemampuan berfikir logis. Kemampuan-kemampuan baru meliputipenggunaan operasi yang dapat dibalik. Pemikiran tidak terpusat, dan pemecahan masalah kurang dibatasi oleh egosentrisme. Pemikiran abstrak tidak mungkin
Operasional Formal 11 tahun hingga dewasa
Pemikiran abstrak semata=mata simbolik dimungkinkan. Masalah dapat dipecahkan melalui penggunaan eksperimenasi sistematik73
Menurut Vigotsky dalam Juanita V Copley, agar kognitif anak bisa
berkembang di dalam proses pembelajaran anak harus di hadapkan pada
73
Robert E. Slavin, op. cit., h. 46.
68
perspektif kontekstual sehingga anak akan lebih mudah dalam memahami
sesuatu.74
Pengembangan kognitif ini dapat dilakukan oleh orangtua atau
pendidik, menurut Yuliani Nurani Sujiono dan Bambang Sujiono75,
pengembangan kognitif dapat dilakukan dengan bermain seperti yang
dikemukakan oleh:Catron dan Allen dalam Yuliani76
, sebagai berikut berikut:
Bermain dapat memenuhi kebutuhan anak secara aktif terlibat dalam lingkungan, untuk bermain dan bekerjadalam menghasilkan suatu karya. Selama bermain anak menerima pengalaman baru, memanipulasi bahan dan alat, berinteraksi dengan orang lain, serta mulai merasakan dunia mereka. Bermain menyediakan kerangka kerja untuk anak mengembangkan pemahaman tentang diri mereka sendiri, orang lain, dan lingkungan. Bermain adalah awalan dari semua fungsi kognitif selanjutnya, oleh karenanya bermain sangat diperlukan dalam kehidupan anak-anak.
Yuliani Nurani Sujiono77mengemukakan beberapa perkembangan
kognitif yang terjadi pada usia lima tahun sampai enam tahun yaitu:
Menujukkan perhatian pada masa pertumbuhan.
Dapat menyusun objek dalam urutan yang tepat.
Dapat menggolongkan objek.
Melakukan berbagai hal dengan sengaja, lebih sedikit menuruti kata hati.
Seringkali kesulitan dalam membedakan antara khayalan dan kenyataan.
Mulai menggunakan bahasa dengan agresif, terutama dalam penggolongan.
Mulai menyadari tentang kesadaran mengenai gambaran dan kata-kata yang dapat menghadirkan benda nyata.
Menjadi tertarik dalam jumlah dan menulis huruf.
Mengetahui warna.
74
Juanita V copley. Mathematic In The Early Years (Texas: Library of Congress cataloging in
Publication Data. 1999) h.13 75
Yuliani Nurani Sujiono dan Bambang Sujiono. Bermain Kreatif Berbasis Kecerdasan Jamak
(Jakarta: PT Indeks, 2010), h. 23. 76
Yuliani Nurani Sujiono, Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini (Jakarta: PT Indeks, 2009). h. 63. 77
Ibid, h. 67.
69
Tidak secara spontan menggunakan latihan didalam tugas memori.
Dapat melakukan sampai dengan tiga perintah sekaligus.
Beberapa anak-anak mulai menggunakan angka, jumlah, ukuran.
Menurut Teori of Mind, Gelman menyatakan bahwa anak-anak kecil
sekalipun memiliki rasa ingin tahu mengenai hakekat dari pikiran manusia,
selanjutnya Harris, mengungkapkan bahwa anak usia dini sebagai pemikir yang
mencoba untuk menjelaskan, memprediksikan dan memahami pikiran, perasaannya
serta perasaan orang lain.78
Flavel berpendapat bahwa, saat berusia lima sampai tujuh tahunanak telah
memiliki suatu apresiasi yang mendalam terhadap proses berfikir dan tidak sekedar
memahami kondisi mental. Pada masa usia dini pertengahan hingga akhir anak-anak
memandang pikiran sebagai konstruktorpengetahuan atau pusat pemrosesan aktif.79
e) Perkembangan Aspek Moral
Proses belajar anak selalu berkaitan dengan perkembangan moral,
sehingga kualitas dari hasil perkembangan moral sangat tergantung pada
anak tersebut baik di lingkungan sekolah, keluarga dan masyarakat.
Anak-anak usia prasekolah atau pelajar Sekolah Dasar (4-7 tahun)
menurut Kohlberg dalam teorinya berada pada tingatan moral yang pertama
yaitu tingkat prakonvensional (preconventions) adalah level terbawah dari
perkembangan moral. Pada level ini anak tidak menunjukkan proses
78
John W Santrock. Life Span Development (Jakarta: Erlangga.2011), h.259. 79
Ibid., h. 261.
70
penghayatan dari nilai-nilai moral. Penilaian moral dikontrol oleh hukuman
dan ganjaran dari lingkungan luar.80
Berikut ini akan dipaparkan tahap perkembangan moral Kohlberg
sebagai berikut:
Tabel 2. 4
Tahap-Tahap Penalaran Moral Kohlberg81
I.Tingkat Prakonvensional
II.Tingkat Konvensional
III.Tingkat Pascakonvensional
Aturan diletakkan oleh orang lain. Tahap.I: Orientasi Hukuman dan Ketaatan. Konsekuensi fisik tindakan menentukan kebaikan dan kebururukan. Tahap 2: Orientasi Relativis Instrumental. Apa yang benar adalah apa saja yang menmuaskan kebutuhan diri sendiri dan kadang-kadang kebutuhan orang-orang lain. Unsur-unsur keadilan dan ketimbal balikan ada, tetapi kebanyakan ditafsirkan dalam bentuk “Anda menggaruk punggung saya, saya akan menggaruk punggungmu”
Individu menganut aturan dan kadang-kadang akan menomor duakan kebutuhan sendiri dibelakang kebutuhan kelompok. Harapan keluarga, kelompok, atau bangsa dipandang bernilai pada dirinya, tanpa peduli konsekuensinya yang langsung dan tampak jelas. Tahap 3 : Orientasi “Anak Baik”. Perilaku yang baik adalah apa saja menyenangkan, membantu orang-orang lain dan disetujui oleh mereka. Seseorang mempeproleh persetujuan dengan bersikap “manis”. Tahap 4: orientasi “hukuman dan keteraturan”. Benar
Orang mendefinisikan nilai-nilainya sendiri dari sudut prinsip-prinsip etika yang telah mereka pilih untuk diikuti. Tahap 5: orientasi “Kontrak Sosial”. Apa yang benar ditentukan dari sudut hak-hak individu umum dan dari sudut standar yang telah disepakati oleh seluruh masyarakat. Berbeda dari tahap 4, undang-undang tidak “beku”. Hal itu dapat diubah demi kebaikan masyarakat. Tahap 6: orientasi prinsip etika universal. Apa yang benar ditentukan oleh keputusan suara hati menurut priinsip prinsip etika yang dipilih pribadi. Prinsip-prinsip
80
John W Santrock.Psikologi Pendidikan Terjemahan Tri Wibowo (Jakarta:Kencana 2008), h.119. 81
Robert E. Slavin, op. cit., h. 73.
71
berarti melakukan kewajiban, dengan memperlihatkan sikap hormat kepada orang yang berwenang, dan mempertahankan tatanan sosial tertentu pada dirinya.
ini adalah abstrak dan etis (seperti kaidah), bukan ketentuan moral spesifik (seperti sepuluh perintah Allah).
Menurut Piaget dalam perkembangan moral anak berlangsung
beberapa tahapan yang dapat diprediksi akan muncul pada diri anak yaitu
diantaranya penalaran moral yang sangat egosentris yang dimana dalam
penalaran ini lebih berada didalam tipe penalaran mora; berdasrkan system
keadilan dan berdasrkan kerja sama dan ketimbal balikan. Berikut ini
adalah table tahapan-tahapan perkembangan moral menurut Piaget:
Tabel 2. 5 Tahap Perkembangan Moral Piaget82
Moralitas Heteronom (Lebih Muda) Moralitas Otonom (Lebih Tua)
Didasarkan pada hubungan paksaan; misalnya, penerimaan atas aturan yang ditentukan oleh orang dewasa
Didasarkan pada hubungan kerja sama dan pengakuan bersama terhadap kesetaraan di antara individu-individu yang otonom, sebagaimana dalam hubungan antara orang-orang yang sejajar.
Terjamin dalam sikap realisme moral: Aturan dipandang sebagai ketentuan yang tidak fleksibal, asal dan wewenangnya dari luar, tidak terbuka pada negosiasi; dan benar hanya berarti ketaatan harafiah terhadap orang dewasa dan aturan.
Tercermin dalam sikap moral rasional: seperti aturan di gunakan sebagai kesepakatan bersama, bersifat terbuka, diterima secara sah oleh pihak pribadi dan persetujuan bersama dan bertindak sesuai dengan ketentuan kerja sama dan saling menghormati satu sama lain.
82
Robert E. Slavin, op. cit., h. 71.
72
Kejahatan dilihat dari segi bentuk dan konsekuensi tindakan yang objektif; dimana keadilain di samakan dengan keputusan orang dewasa seperti hukuman yang sewenang-wenang dan kejam dilihat sesuat yang adil. sesuatu yang adil.
Kejahatan dipandang sebagai sesuatu yang terkait dengan maksud pelakunya; keadilan didefinisikan sebagai perlakuan yang sama mempertimbangkan kebutuhan individu; keadilan hukuman didefinisikan oleh kepantasannya pada pelanggaran.
Hukuman dilihat sebagai konsekuensi otomatis bagi pelanggaran, dan keadilan dilihat sebagai sesuatu yang melekat pada peraturan yang telah berlaku.
Hukuman dilihat sebagai sesuatu yang dipengaruhi maksud manusia.
Dari tabel di atas dapat dipahami bahwa:
Piaget menamai tahap pertama perkembangan moral sebagai moralitas heteronom; pada tahap pertama ini disebut sebagai tahap realism moral (moralitas paksaan). Dimana Heteronom adalah suatu sikap yang tunduk pada aturan yang diberikan oleh orang-orang lain. Pada periode ini,anak-anak mengikuti aturan yang diperintahkan oleh ornag tua atau orang dewasa baik aturan yang harus dilakukan maupun yang tidak oleh dilakukan. Pelanggaran aturan diyakini membawa hukuman otomatis. Keadilan dilihat sebagai sesuatu yang otomatis dan orang-orang yang jahat pada akhirnya akan di hukum.83
Saat mengembangkan teori ini, piaget melakukan observasi dan
mewawancari anak usia 4-12 tahun. Dimana observasi yang dilakukan
seperti melakukan pengamatan saat anak bermain, marbel, berusaha untuk
memecahkan suatu masalah sederhana dengan mengikuti aturan permainan
dan cara menggunakan suatu permainan. Dan juga bertanya kepada anak
83
Robert E. Slavin, op. cit., h. 70.
73
tentang aturan etika, memberi mereka kuis tentang pencurian, kebohongan,
dan keadilan. Dari sini dia menyusun teori tahap perkembangan moral.84
Selain itu perkembangan moral terjadi dengan melakukan pendidikan
moral yang dimana didalam nya terdapat beberapa tahapan yaitu :
perspektif keadilan, perspektif perhatian, kurikulum tersembunyi, pendidikan
karakter, klarifikasi nilai-nilai, dan pendidikan moral kognitif, serta
pembelajaran pelayanan. Sedangkan Menurut Damon dalam Santrock85,
perkembangan moral sebagai berikut:
Perkembangan moral berkaitan dengan aturan dan konvensi tentang interaksi yang adil antar orang. Pada tahap Aturan ini bisa dikaji dalam tiga domain: kognitif, behavior, dan emosional. Dalam domain kognitif, isu kuncinya adalah bagaimana murid bernalar atau memikirkan aturan untuk perilaku etis. Dalam domain behavioral, fokusnya adalah pada bagaimana murid berperilaku secara aktual, bukan pada moralitas dari pemikirannya. Dalam domain emosional, penekanannya adalah pada bagaimana murid merasakan secara moral. Misalnya, apakah mereka perasaan bersalah yang kuat dipakai untuk menahan diri untuk tidak melakukan tindakan yang tidak bermoral?. Apakah mereka menunjukkan empati kepada orang lain?.
Menurut John Dewey dalam Santrock86, pendidikan moral dapat
dilaksanakan dengan kurikulum tersembunyi sebagai berikut:
Ketika sekolah tidak memberikan pelajaran khusus untuk pendidikan moral, sekolah memberikan pendidikan moral melalui “kurikulum tersembunyi.” Kurikulum tersembunyi diberikan melalui atmosfer moral yang menjadi bagian dari setiap sekolah. Susana moral diciptakan dengan adanya aturan sekolah dan aturan kelas, oreantasi moral yang diberikan guru dan administrator sekolah, selain itu teks ada juga dari teks materi pelajaran. Pada pengembangan moral ini guru bersikap sebagai model perilaku etis dan tak etis bagi anak. Aturan kelas dan hubungan kawan sebaya di sekolah berfungsi sebagai alat penyebar
84
John W. Santrock, op. cit., h. 117. 85
Ibid., h. 116. 86
Ibid., h. 121.
74
sikap terhadap penipuan, bohong, pencurian, dan sebagainya. Melalui aturan dan regulasi, administrasi sekolah memasukkan sistem nilai ke sekolah. Menurut Nucci dalam Santrock87, pendidikan karakter dapat mendidik
moral anak sebagai berikut:
Pendidikan karakter adalah pendekatan langsung pada pendidikan moral, yakni mengajari murid dengan pengetahuan moral dasar untuk mencegah mereka melakukan tindakan tak bermoral dan membahayakan orang lain dan dirinya sendiri. Seperti saat terdapat anak yang beperilaku berbohon, mencuri, menipu adalah suatu sikap mral yang keliru oleh karena itu murid wajid mendapat kan soal-soal atau penggarahan dari guru melalau pembelajaran saat disekolah.
Menurut Bennett dalam Santrock88, setiap sekolah harus mempu nyai
aturan moral yang jelas yang dikomunikasikan dengan jelas kepada murid.
Setiap pelanggaran akan diberi sanksi.
1. Anak Usia Dini
Menurut Berk dalam Sujiono89, anak usia dini adalah sosok individu
yang sedang menjalani suatu proses perkembangan dengan pesat dan
fundamental bagi kehidupan selanjutnya. Anak usia dini berada pada rentang
usia 0-8 tahun. Pada masa ini proses pertumbuhan dan perkembangan
dalam berbagai aspek sedang mengalami masa yang cepat dalam rentang
perkembangan hidup manusia. Dalam mengembangakan perkembangan
pada anak suia dini harus memperhatikan karateristik yang dimiliki setiap
tahapan perkembangan pada anak.
87
Ibid., h. 121. 88
Ibid, h. 121 89
Yuliani Nurani Sujiono, Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini (Jakarta: PT Indeks, 2009), h.6.
75
Berdasarkan undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional berkaitan dengan Pendidikan Anak Usia Dini tertulis
pada pasal 28 ayat 1 yang berbunyi “Pendidikan Anak Usia Dini
diselenggarakan bagi anak sejak lahir sampai dengan enam tahun dan bukan
merupakan persyaratan untuk mengikuti pendidikan dasar.
Anak Taman Kanak-Kanak termasuk anak usia dini yang berusia
empat sampai enam tahun merupakan masa golden ages yang harus
memiliki fundasi awal dalam menanamkan nilai-nilia pada setiap
perkembangan anak guna untuk mendapatkan pendidikan yang lebih baik
kedepannya. Biasanya anak akan memperoleh pengalaman dari lingkungan,
termasuk dalam memberikan stimulus yang dilakukan oleh orang tua atau
orang dewasa akan mempengaruhi kehidupan anak dimasa yang akan
dating. Oleh karena itu, orang tua harus selalu memfasilitasi anak pada masa
tumbuh dan kembangnya seperti memberikan kegiatan pendidikan dan
pembelajaran sesuai dengan usia, kebutuhan dan minat anak.
Hal ini dikuatkan dengan peraturan dalam Undang-undang Nomor
20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 angka 14
menyatakan bahwa Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah suatu upaya
pembinaan yang ditujukan kepada anak semenjak lahir sampai dengan usia
enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk
membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak
76
memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.90 Selanjutnya
menurut Trianto91, hakikat pendidikan anak usia dini adalah sebagai berikut:
Usia dini merupakan periode awal yang paling penting dan mendasar di sepanjang rentang pertumbuhan dan perkembangan kehidupan manusia. Pada masa ini ditandai oleh berbagai periode penting yang fundamen dalam kehidupan anak selanjutnya sampai periode akhir perkembangannya. Salah satu periode yang menjadi penciri masa usia dini adalah the golden ages atau periode keemasan keemasan. Pada masa golden ages ini Banyak konsep dan fakta yang ditemukan memberikan penjelasan pada masa dini, dimana dalam mengembangkan aspek-aspek perkembangan anak akan lebih cepat. Dimana konsep yang digunakan pada masa dini yaitu masa eksplorasi, masa identifikasi/ imitasi, masa peka dan masa bermain, pada masa ini lah rasa ingin tahu anak akan cepat berkembangan dimana semua potensi anak berkembang paling cepat.
a). Cara Belajar Anak Usia Dini
Bermain adalah suatu kegiatan atau tingkah laku yang dilakukan anak
secara sendirian atau berkelompok dengan menggunakan alat atau tidak
untuk mencapai tujuan tertentu. Jadi, bermain ada yang dapat dilakukan
secara sendiri dan ada pula yang dapat dilakukan secara berkelompok
sesuai kecepatannya sendiri maka ia melatih kemampuannya.92
Bagi anak bermain adalah suatu kegiatan yang mengasyikkan,
dimana saat anak bermian semua aspek-aspek perkembangan anak dapat
tercapai dan terwujud. Karena bermain adalah hal utama dalam melakukan
latihan untuk meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan pada diri anak
dan setiap kegiatan yang dilakukan menimbulkan kesenangan, tanpa
90
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 1, ayat 14. 91
Trianto, Desain Pengembangan Pembelajaran Tematik Bagi Anak Usia Dini TK/RA & Anak Usia
Kelas awal SD/MI (Jakarta: Prenada Media Group, 2011), h. 6. 92
Conny R Semiawan. Belajar dan Pembelajaran Prasekolah dan Sekolah Dasar (Jakarta: PT Indeks
2008) h.20
77
mempertimbangkan hasil akhir, serta bermain dilakukan secara sukarela dan
tidak ada paksaan atau tekanan dari luar, bermain dapat dilakukan dengan
atau tanpa menggunakan alat yang menghasilkan pengertian atau
memberikan informasi, memberi kesenangan maupun mengembangkan
imajinasi pada anak. Seperti pendapat Wolfgang dalam Sujiono93, metoda
bermain memberikan kebebasan pada anak-anak untuk berbuat sesuatu
keinginan sehingga dari perilaku anak tersebutlah akan lahir kurikulum
secara alamiah. Contoh perilaku tersebut adalah saat anak bermain masak-
masakan, membuat menara balok, mengambar, kegiatan serupa lainnya.
Dalam anak usia dini kegiatan bermain terdiri dari beberapa jenis
yaitu: bermain bebas, bermain dengan bimbingan dan bermian dengan
terarah. Selain itu kegiatan bermain juga bisa di lakukan dengan pembagian
bermain dimana dlaam kegiatan ini dilakukan dengan jumlah anak, seperti
anak bermain sendiri, bermain berdua, bermain dalam kelompok besar.
Bentuk-bentuk bermain tersebut dapat diterapkan dalam pendidikan di TK
seperti sebagai kegiatan belajar, bermain terdiri atas tanggapan yang
terpenting sekedar untuk kesenangan fungsional. kegiatan yang tidak
mempunyai peraturan lain kcecuali yang ditetapkan pemain sendiri dan tidak
ada hasil akhir yang dimaksudkan dalam realitas luar. Sementara menurut
kesibukan yang dipilih sendiri tanpa tujuan.
Bermain adalah suatu kegiatan yang dilakukan berulang-ulang demi
kesenangan. Kegiata belajar dan mengarah ke senangan bisa dikatakan
93
Yuliani Nurani Sujiono dan Bambang Sujiono. op.cit., h. 73.
78
juga sebagai bermain . dimana kegiatan ini bisa dilakkan secara sendiri,
kelompok, menggunakan alat atau tidak dan dilakukan dengan rasa puas,
gembira dan senang tanpa harus melihat hasil akhirnya. Pada berbagai
situasi dan tempat selalu saja anak menyempatkan untuk menggunakannya
sebagai arena bermain dan permainan.
Kegiatan belajar di TK lebih banyak dilakukan dengan bermain. Oleh
karena itu suasana di TK di desain sedemikian rupa seperti dalam arenea
bermain, seperti dalam melakukan penataan warna, gambar, peralatan
mainan. Bermain diartikan oleh banyak ahli dengan berbagai cara. Anak
mempunyai energi berlebih karena terbebas dari segala macam tekanan,
baik tekanan ekonomis maupun sosial, sehingga mengungkapkan energinya
dalam bermain. Menurut Yuliani, melalui bermain dapat:94
a. Melalui kegiatan bermain, seorang anak menyiapkan diri untuk
hidupnya kelak jika telah dewasa. Misalnya, dengan bermain peran
anak menyiapkan apa saja yang digunakan untuk melakukan peran
nya (seperti menjadi polisi anak menggunakan baju polisi, membawa
pistol, dan berperan akan menangkap penjahat)
b. Melalui bermain anak melewati tahap-tahap perkembangan yang
sama dari perkembangan sejarah umat manusia. Kegiatan-kegiatan
seperti lari, melempar, memanjat, dan melompat
94
Yuliani Nurani Sujiono dan Bambang Sujiono. op. cit., hh. 140-163.
79
c. Anak bermain (berekreasi) untuk memebangun kembali energi yang
telah hilang. Bermain merupakan medium untuk menyegarkan badan
kembali (revitalisasi) setelah bekerja berjam-jam.
d. Melalui kegiatan bermain, anak memuaskan keinginan-keinginannya
yang terpendam atau tertekan. Dengan bermain anak seperti mencari
kompensasi untuk apa yang tidak ia peroleh dalam kehidupan nyata,
untuk keinginan-keinginan yang tidak mendapat pemuasan.
e. Bermain juga memungkinkan anak melepaskan perasaan-perasaan
dan emosi-emosinya, yang dalam realitas tidak dapat
diungkapkannya.
f. Kepribadian terus berkembang dan untuk pertumbuhan yang normal,
perlu ada rangsangan (stimulus), dan bermain memberikan stimulus ini
untuk pertumbuhan.
Bermain merupakan suatu aktivitas yang membantu anak mencapai
perkembangan yang utuh, baik fisik, intelektual, sosial, moral, dan emosional.
Oleh karena itu bermain sangat diperlukan untk memacu mengembangkan
seluruh potensi anak melalui perkembangan-perkembangan yang ada pada
anak. Bermain merupakan cara yang dapat digunakan dalam kegiatan belajar
TK sekaligus ditetapkan sebagai suatu metode pengajaran.
80
Dalam kegiatan pembelajaran melalui bermain anak memilih sendiri
jenis dan bentuk permainan dari tempat dan situasi yang dihadapi. Dimana
anak akan merasa senang dengan aktivitasnya dan akan memperoleh
berbagai pengalaman yang dapat mengembangkan berbagai potensi
perkembnagan yang dimiliki anak. Belajar sambil bermain akan memberikan
kesempatan anak ekspolrasi, memanipulasi, mengulang-ulang, menemukan
sendiri, mempraktekan dan memperoleh berbagai macam konsep yang
sangat banyak. Dari hal ini dapat dilihat anak bahawa anak telah melakukan
pembelajaran disekolah.
Bermain bagi anak berumur 4 sampai 7 tahun adalah conditio sine qua
non, bila mau tumbuh secara sehat mental. Dan bahkan sampai umur 13
tahun atau 14 tahun bermain sangat penting bagi anak. Begitu besar manfaat
bermain bagi anak,sehingga banyak ahli yang mencermati bermain dalam
dunia anak. Bermain satu situasi dan kondisi yang sangat berarti bagi
pertumbuhan dan perkembangan anak. Akan membantu perkembangan
anak seperti perkembangan fisik, emosional, kognitif dan sosial.95
Anak-anak akan belajar melalui bermain. Dimana Pengalaman
bermain dapat diperoleh melalui bermacam materi, objek, dengan anak-anak
yang lain, dan melalui orang dewasa.
Berdasarkan uraian di atas, metode bermain adalah hal yang memberi
sumbangan yang berarti bagi perkembangan belajar anak. Artinya tidak
95
The Creative Center for Childhood. Beyond Centers and Circle Time ( Florida:Research and
Training Inc. 2005) h.1
81
diragukan lagi bahwa bermain dapat digunakan sebagai salah satu metode
pembelajaran. Oelh karena itu, guru dpaat menggunakan metode bermain
sebagai kegiatan pelaksanaan program TK.
Bermain dapat diidentifikasi dari jenisnya, yaitu bermain eksploratif,
konstruktif, destruktif dan kreatif. Selain itu bermain dapat dilihat dari
pembaigian kegiatan yang digemari anak, seperti bermain bebas dan
spontan, bermain oura-pura, bermain membangun dan menyusun dan
bertanding atau berolahraga. Adapun Mengenali bermain dari bentuknya,
yaitu bermain sosial, bermain dengan benda, dan bermain sosio-dramatik.
Ketiganya melihat bermain dengan cara yang berbeda, namun pada
dasarnya ketiganya menekankan bahwa bermain merupakan suatu cara
belajar yang membuat anak senang dan mau melakukannya. Selain itu, perlu
kita pahami bahwa bentuk dan jenis bermain yang manapun dapat digunakan
sebagai metode dalam kegiatan di TK.
Bermain sebagai suatu metode dalam kegiatan pelaksanaan program
di TK tidak terlepas dari komponen penilaian, peran guru dalam bermain
adalah sebagai pengamat, melakukan elaborasi, sebagai model, membuat
perencanaan, dan melakukan evaluasi. Pada komponen penilaian yang
dimaksud bertujuan agar mengetahui apakah kegiatan bermain yang
dilakukan ini dapat meningkatkan perkembangan anak dan memenuhi
kebutuhan. Apakah melalui kegiatan bermain anak belajar sesuatu yang
diperlukan untuk perkembangannya. Apakah bermain menyentuh
perkembangan aspek fisik, kognitif, bahasa, seni, sosial-emosi serta moral
82
dan nilai agama. Penilaian akan menggambarkan efektivitas kegiatan
bermain secara keseluruhan.
Dalam penilaian bermain menuntun guru untuk menjadi cermat dan
teliti. Seperti guru akan telibat dalam permainan sebagai model dan
berelaborasi dengan anak ataupun alat bermain. Guru dapat terlibat
sepenuhnya atau sebagian saja. Dalam situasi seperti itu guru tetap saja
harus melakukan penilaian.
Penilaian sebagai suatu komponen pembelajaran dapat saja dilakukan
di awal, tengah,atau saat selesai. Sebelum kegiatan bermain dimulai, guru
harus menetapkan metode dan alat penilaian yang akan digunakan dalam
kegiatan pelaksanaan program yang ada di TK.
Kegiatan pelaksanaan program TK dapat dilakukan di kelas dan di luar
kelas. Selain itu, pada saat jam istirahat dapat juga terjadi kegiatan belajar
dalam bentuk yang tidak direncanakan. Bermain terjadi pada kedua saat itu,
terutama pada saat jam istirahat.
Pada saat bermain terutama dalam rangka kegiatan belajar, guru
sudah pasti harus melakukan penilaian. Sesuai dengan pendapat Martini
Jamaris, bahwa penilaian secara langsung akan melibatkan kegiatan–
kegiatan dalam mempertimbangkan objek-objek yang akan dinilai.
Oleh sebab itu penilaian memerlukan informasi tentang objek yang
dinilai.96 Pada saat istirahat, guru melakukan penilaian disaat anak mulai
96
Martini Jamaris, Orientasi Baru dalam Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Yayasan Penamamas Murni:
2010), h. 323.
83
bermain bebas diluar maupun didalam ruangan, guru dapat melihat hal apa
saja yang menonjol dari anak.
b). Belajar Melalui Bermain
Pembelajaran anak usia dini menggunakan prinsip belaja melalui,
bermain . Pembelajaran disusun sedemikian rupa sehingga menyenangkan,
gembira, dan demokratis sehingga menarik anak untuk terlibat dalam setiap
kegiatan pembelajaran. Anak tidak duduk tenang mendengarkan ceramah
gurunya, tetapi mereka aktif berinteraksi dengan berbagai benda dan orang
di lingkungannya, baik secara fisik maupun mental. Bermain membutuhkan
orang lain untuk berinteraksi, bekerjasama, memberikan kontribusi,
dukungan, memperhatikan nilai-nilai. Contohnya bermain dalam tim atau
kelompok.97
Kegiatan di sekolah merupakan belajar sambil bermain. Esensi
bermain meliputi perasaan menyenangkan, merdeka, bebas memilih, dan
merangsang anak terlibat aktif. Jadi prinsip bermain sambil belajar
mengandung arti bahwa setiap kegiatan pembelajaran harus menyenangkan,
gembira, aktif, dan demokratis. Sering prinsip ini disalah artikan dimana
kegiatan di sekolah isinya hanya bermain-main saja tanpa tujuan yang jelas,
atau setelah belajar anak bebas bermain. Kegiatan disekolah dibuat untuk
memungkinkan anak belajar. Setiap kegiatan harus mencerminkan jiwa
bermain, yaitu senang, merdeka, dan demokratis. Permainan baik untuk
97
Sue Robson. Education In Early Childhood, First Things First (London: David Fulton Publishers.
2008), h. 48.
84
membelajarkan anak, tetapi permainan tersebut harus diberi muatan
pembelajaran. Secara umum belajar melalui bermain menurut Suyadi98
bermain meliputi:
1. Motivasi, yaitu anak ikut bermain berdasarkan keinginannya sendiri.
2. Aktif, anak melakukan berbagai kegiatan, baik fisik maupun mental.
3. Anak dapat melakukan apa saja yang diinginkan, terlepas dari
realitas, seperti berpura-pura terbang, mengendarai mobil atau kapal
terbang, serta jadi superman.
4. Mengutamakan belajar walaupun tidak memiliki tujuan yang ditetapkan
sebelumnya. Misalnya anak bermain dengan huruf pada papan magnetik.
tidak memiliki tujuan untuk belajar mengenal huruf. Jika kemudian
setelah bermain, anak mampu mengembangkan kosa kata.
Bagi setiap anak, partisipasi lebih penting dari pada tujuan bermain.
Bagi anak, benda apa saja dapat dijadikan permainan. Batu, kertas, kayu
atau benda lain dapat dijadikan bahan mainan bagi anak. Pada saat bermain
anak berinteraksi dengan suatu objek, secara sadar atau tidak sadar belajar
sifat-sifat dari objek tersebut. Oleh karenanya itu pentingnya objek nyata
untuk belajar pada anak usia dini. Dari kegiatan bermain anak memperoleh
informasi dari interaksinya dengan orang disekitar, ia akan mengetahui hal-
hal baru yang belum ia ketahui sebelumnya. Struktur pengetahuan inilah
yang kemudian menjadi dasar untuk berpikir.
98
Suyadi, Psikologi Belajar PAUD Pendidikan Anak usia Dini, (Jokyakarta: pedagogia. 2010), hh.
284-321.
85
Di samping bermain dengan benda, anak juga dapat bermain peran
dengan teman. Pada saat bermain peran, anak dapat memodelkan berbagai
karakter. Anak dapat berperan sebagai penjual dan pembeli, guru dan siswa,
orangtua dan anak. Anak belajar berbagai karakter sosial. Oleh karena itu
bermain potensial untuk mengembangkan aspek-aspek sosial.
Mengingat begitu pentingnya peranan bermain bagi anak usia dini,
aktivitas bermain yang begitu dominan, banyak yang menganggap kegiatan
bermain akan memberikan nilai positif dan perlu dilakukan oleh anak.99
Permainan biasanya memiliki aturan. Bermain sepakbola ada
aturannya, misalnya bola masuk gawang disebut gol. Anak belajar mengenal
dan mematuhi aturan saat bermain. Mengenal dan mematuhi aturan adalah
bagian dari pendidikan moral. Oleh karena itu bermain mengembangkan
aspek moral anak.
Pada saat bermain, anak juga bebas mengekspresikan perasaannya,
seperti rasa gembira, marah, dan puas. Tidak jarang anak-anak berteriak-
teriak dan tertawa keras saat bermain, ini dapat mengembangkan aspek
emosional anak. Adakalanya pasangan bermainnya marah, tidak setuju, atau
ngambek. Anak belajar memahami perasaan, emosi, dan pendapat orang
lain, ini dapat mengembangkan sikap sosial pada anak. Seiring dengan
kegiatan bermain maka aspek perkembangan anak akan berkembang.
99
Suratno. Pengembangan Kreativitas Anak Usia Dini (Jakarta; Departemen Pendidikan
Nasional.2005) h. 75
86
Seorang pendidik taman kanak-kanak harus kreatif dan mampu
melihat serta memanfaatkan alatt di sekitar umtuk dijadikan alat untuk
bermain anak. Lingkungan sekitar menyediakan obyek belajar yang tak
terhingga. Melalui obyek tersebut siswa dapat belajar berbagai hal. Siswa
dapat mengumpulkan biji-bijian, mengelompokkannya, lalu membuat kalung
dari biji-bijian. Tentu dalam pembuatan kalung anak dapat menggunakan
suatu pola (pattern) dan menggunakan bilangan untuk menghitung biji-biji
tersebut. Siswa dapat pula mengambil contoh daun-daun kering, lalu
membuat tiruannya dengan cara mencontoh atau meniru, membuat stempel
dari batang keladi atau memulas (memberi warna). Hasilnya dapat digunting
dan dibuat pohon baru dalam buku dengan beragam bentuk daun yang diberi
nama sesuai nama pohon aslinya.
c). Pengaruh Bermain Bagi Perkembangan Anak
Setiap anak selalu ingin bermain. Hampir sepanjang waktu dapat ia
gunakan untuk bermain. Bermain adalah suatu kegiatan atau tingkah laku
yang dilakukan anak secara sendirian atau berkelompok dengan
menggunakan alat atau tidak untuk mencapai tujuan tertentu.100
Para Peneliti menemukan nilai-nilai dari suatu permainan yang meliputi
dapat mengembangkan nilai-nilai seperti : bahasa, sosial-emosi, kognitif,
dan fisik, serta moral.101
Pada usia anak-anak sangat, didominasi oleh kegiatan bermain, ini harus
100
Anita Yus.Penilaian Perkembangan Anak Taman Kanak Kanak (Jakarta: Depdiknas, 2005), h. 23. 101
Sandra J Stone. Playing A Kids Curriculum. (USA: Harper Collin Publshers. 1993). h. 4.
87
dikondisikan dan difasilitasi, karena dalam bermain banyak aspek
perkembangan yang ikut tumbuh dan berkembang, seperti yang
dikemukakan oleh Hurlock 102 sebagai berikut:
1. Perkembangan fisik
Bermain aktif penting bagi anak untuk mengembangkan otot dan
melatih seluruh bagian tubuhnya. Juga berfungsi untuk menyalurkan
tenaga yang berlebihan, apabila terpendam terus akan membuat anak
tegang, gelisah, dan mudah tersinggung.
2. Dorongan Berkomunikasi
Agar dapat bermain dengan baik bersama anak yang lain, anak harus
belajar berkomunikasi dalam arti mereka dapat mengerti dan
sebaliknya mereka harus belajar mengerti apa yang dikomunikasikan
oleh anak lain.
3. Penyaluran bagi energi emosional yang terpendam
Bermain merupakan sarana bagi anak untuk menyalurkan ketegangan
yang disebabkan oleh pembatasan lingkungan terhadap perilaku
mereka.
4. Penyaluran Bagi Kebutuhan dan Keinginan
Kebutuhan dan keinginan yang tidak dapat dipenuhi dengan cara nyata
seringkali dapat dipenuhi dengan bermain.
5. Sumber Belajar
102
Elizabeth B Hurlock. Perkembangan Anak, edisi 6 (Jakarta: Penerbit Erlangga. 1978), h.113.
88
Bermain memberikan kesempatan untuk mempelajari berbagai hal,
melalui buku, televisi, atau mejelajah lingkungan, yang tidak diperoleh
anak dari belajar di rumah dan disekolah.
Selain itu dengan bermain menurut Hurlock dapat mengembangkan
beberapa hal sebagai berikut:
1. Rangsangan bagi kreativitas
Melalui eksperimen dalam bermain, anak menemukan bahwa dalam
merancang sesuatu yang baru dan brbeda dapat menimbulkan
kepuassan.
2. Belajar Bermasyarakat
Dengan bermain bersama anak lain, mereka belajar bagaimana
membentuk hubungan sosial dan bagaimana menghadapi dan
memecahkan masalah yang timbul dalam hubungan tersebut.
3. Perkembangan Wawasan Diri
Dengan bermain anak mengetahui tringkat kemampuannya,
dibandingkan denganteman-teman sepermainannya. Ini
memungkinkan mereka untuk mengembangkan konsep dirinya
dengan lebih pasti dan nyata.
4. Standar Moral
Walaupun anak belajar di rumah dan di sekolah sesuatu yang
dianggap baik dan buruk oleh kelompok, tidak ada pemaksaan standar
moral paling teguh selain dalam kelompok bermain.
89
5. Belajar bermain sesuai dengan peran jenis kelamin., artinya anak
belajar di rumah mengenal apa saja jenis kelamin yang disetujui akan
tetapi juga mereka harus menyadari bahwa mereka juga harus
menerimanya bila ingin menjadi anggota kelompok bermain.
6. Perkembangan ciri kepribadian yang diinginkan. Artinya anak belajar
berkerjasama, murah hati, jujur, sportif dan disukai orang103.
Sedangkan menurut Catron, melalui bermain dapat
mengembangkan aspek perkembangan anak usia dini104:
1. Emosi: melalui bermain anak dapat menerima berekspresi dan
mengatasi masalah dengan cara yang positif, mengenal diri sendiri
dan mengembangkan pola perilaku yang memuaskan dalam hidup.
2. Sosial: mengembangkan kemampuan bersosiasilasi, memperluas
empati, mengurangi sikap egosentris, menumbuhkan dan
meningkatkan rasa sosialisasi, belajar berperilaku prososial seperti
menunggu giliran, kerjasama saling membantu dan berbagi.
3. Bahasa: memperluas kosa kata, mengembangkan daya penerimaan
serta pengekspresian, berinteraksi dengan anak-anak lain, orang
dewasa pada situasi bermain, mengembangkan bahasa reseptif atau
penerimaan kemudian bahasa ekspresif, komunikasi verbal dan
memahami bahasa dalam berbicara serta komunikasi non verbal.
103
Elizabeth B Hurlock. Perkembangan Anak, edisi 6 (Jakarta: Penerbit Erlangga. 1978), h. 323. 104
Catron, Allen. Early Childhood Curriculum,: A Creative Play Model. (New Jersey: Meryl Publish.
1999), hh. 215-286.
90
4. Kognitif: bermain dapat mengembangkan pemahaman tentang diri
sendiri, orang lain dan lingkungan.
5. Motorik: bermain dapat memberikan kesempatan yang luas untuk
bergerak, pengalaman belajar untuk menemukan, aktivitas sensori
motor.
2. Pendekatan Tematik
Menurut Kostelknik dalam Sujiono105 pembelajaran tematik merupakan
suatu strategi pembelajaran yang melibatkan beberapa bidang
pengembangan untuk memberikan pengalaman yang bermakna kepada
anak. Perencanaan tema dalam proses pembelajaran di sekolah Sangat
penting, karena merupakan berisi jaringan-jaringan dalam tema yang ditata
secara urut dan sistematis, alokasi waktu yang diperlukan untuk setiap
Jaringan tema, dan sebarannya ke dalam semester 1 dan 2. sehingga
terarah dan tidak tumpang tindih.
Pembelajaran tematik diterapkan pada anak usia dini karena pada
umumnya mereka masih melihat segala sesuatu sebagai suatu keutuhan
(holistik). Perkembangan fisiknya tidak pernah dapat dipisahkan dengan fisik,
mental, sosial, emosional, sehingga dalam kegiatan pembelajarannya pun
105
Yuliani Nurani Sujiono, op. cit., h. 111.
91
kesemua aspek perkembangan tersebut harus distimulus secara bersamaan
atau terintegrasi satu sama lainnya.106
1). PengertianTema
Tema merupakan alat atau wadah untuk mengenalkan berbagai
konsep kepada anak didik secara utuh. Dalam pembelajaran, tema diberikan
dengan maksud menyatukan isi kurikulum dalam satu kesatuan yang utuh,
memperkaya perbendaharaan bahasa anak didik dan membuat
pembelajaran lebih bermakna. Pembelajaran dengan tematik merupakan
suatu strategi pembelajaran yang melibatkan beberapa bidang
pengembangan untuk memberikan pengalaman yang bermakna kepada
anak, keterpaduan dalam pembelajaran ini dapat dilihat dari aspek kurikulum,
aspek proses, atau aspek waktu dan aspek pembelajarannya.107
Penggunaan tema dimaksudkan agar anak mampu mengenal berbagai
konsep secara mudah dan jelas.
2). Prinsip Tema
Terdapat beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam
mengembangkan tema:
1. Menyediakan kesempatan pada anak untuk terlibat langsung
dengan objek yang sesungguhnya.
106
Yuliani Nurani Sujono, Bambang Sujiono. Bermain Kreatif Berbasis Kecerdasan Jamak
(Jakarta: PT indeks, 2010), h. 26. 107
Ibid, h. 126.
92
2. Menciptakan kegiatan yang melibatkan seluruh indera anak
3. Membangun kegiatan dari minat anak dan membantu anak
membangun pengetahuan baru.
4. Memberikan kegiatan dan rutinitas yang ditujukan untuk
mengembangkan seluruh aspek perkembangan.
5. Mengakomodasi kebutuhan anak untuk bergerak secara fisik
maupun berinteraksi sosial.
6. Menumbuhkan sikap kemandirian sehingga mampu
mengembangkan konsep diri yang positif.
7. Memberikan kesempatan menggunakan permainan untuk
menterjemahkan pengalaman kepada pemahaman.
8. Menghargai perbedaan individu, latar belakang, pengalaman di
rumah yang dapat dibawa anak ke kelas.
9. Menemukan jalan untuk melibatkan anggota keluarga anak.108
Pemilihan tema hendaknya memperhatikan prinsip-prinsip sebagai
berikut.
1). Kedekatan, artinya tema hendaknya dipilih mulai dari yang terdekat
dengan kehidupan anak kepada tema yang semakin jauh
dari kehidupan anak.
2). Kesederhanaan, tema hendaknya dipilih mulai dari tema-tema yang
sederhana kepada tema-tema yang lebih rumit bagi anak.
108
Marjorie J. Kostelnik et. al., Teaching Young Children Using Themes (Glenview, Ilinois:
GoodYeear Book, 1991), h. 6.
93
3). Kemenarikan, artinya tema hendaknya dipilih mulai dari tema-tema yang
menarik minat anak kepada tema-tema yang kurang
menarik minat anak.
4). Keinsidentalan, artinya peristiwa atau kejadian di sekitar anak (sekolah)
yang terjadi pada saat pembelajaran berlangsung
hendaknya dimasukkan dalam pembelajaran walaupun
tidak sesuai dengan tema yang dipilih pada hari itu.
3). Pengertian Pembelajaran Tematik
Sesuai dengan tahapan perkembangan anak, karakteristik cara anak
belajar, konsep belajar dan pembelajaran bermakna, maka kegiatan
pembelajaran bagi anak kelas awal SD sebaiknya dilakukan dengan
Pembelajaran tematik. Pembelajaan tematik adalah pembelajaran tepadu
yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran
sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna kepada siswa. Tema
adalah pokok pikiran atau gagasan pokok yang menjadi pokok pembicaraan
Dengan tema diharapkan akan memberikan banyak keuntungan, di
antaranya:
1) Siswa mudah memusatkan perhatian pada suatu tema tertentu,
2) Siswa mampu mempelajari pengetahuan dan mengembangkan berbagai
kompetensi dasar antar matapelajaran dalam tema yang sama;
3) Pemahaman terhadap materi pelajaran lebih mendalam dan berkesan;
94
4) Kompetensi dasar dapat dikembangkan lebih baik dengan mengkaitkan
matapelajaran lain dengan pengalaman pribadi siswa;
5) Siswa mampu lebih merasakan manfaat dan makna belajar karena materi
disajikan dalam konteks tema yang jelas;
6) Siswa lebih bergairah belajar karena dapat berkomunikasi dalam situasi
nyata, untuk mengembangkan suatu kemampuan dalam satu mata
pelajaran sekaligus mempelajari matapelajaran lain;
7) Guru dapat menghemat waktu karena mata pelajaran yang disajikan
secara tematik dipersiapkaan sekaligus dan diberikan dalam tiga
pertemuan, waktu selebihnya gunakan untuk remedial, pemantapan atau
pengayaan.109
4). Landasan Pembelajaran Tematik
Landasan filosofis yang mencakupi pembelajaran tematik yang
dipengaruhi oleh tiga aliran filsafat yaitu:
(1) progresivisme.
Aliran progresivisme memandang pada proses pembelajaran yang
ditekankan pada pembentukan kreatifitas, pemberian sejumlah kegiatan,
suasana yang alamiah (natural), serta memperhatikan pengalaman siswa.
(2) konstruktivisme
109
Martini Jamaris. Perkembangan Dan PengembanganAnak Usia Dini Taman Kanak-Kanak.
Pedoman Bagi Orangtua dan Guru. (Jakarta: Grasindo. 2006), h. 3.
95
Aliran konstruktivisme yang melalui pengalaman langsung pada siswa
(direct experiences) sebagai sumber dalam pembelajaran. Menurut aliran
ini, pengetahuan adalah hasil konstruksi atau bentukan manusia. Manusia
belajar pengetahuannya melalui interaksi dengan obyek, fenomena,
pengalaman dan lingkungannya. Pengetahuan tidak dapat disampaikan
melaluiseorang guru begitu saja kepada siswa, tetapi harus dipraktekan
sendiri oleh masing-masing siswa. Pengetahuan bukan sesuatu yang
sudah jadi, melainkan suatu proses yang berkembang terus menerus.
Keaktifan siswa yang diwujudkan melalui rasa ingin tahunya sangat
berperan dalam perkembangan pengetahuannya.
(3) humanisme
Aliran humanisme melihat siswa dari segi keunikan/kekhasannya,
potensinya, dan motivasi yang dimilikinya oleh seorang siswa.
Landasan psikologis dalam pembelajaran tematik terutama berkaitan
dengan psikologi perkembangan peserta didik dan psikologi belajar. Psikologi
perkembangan diperlukan terutama dalam menentukan isi/materi
pembelajaran tematik yang diberikan kepada siswa agar tingkat keluasan dan
kedalamannya sesuai dengan tahap perkembangan peserta didik. Psikologi
belajar memberikan kontribusi dalam hal bagaimana isi/materi pembelajaran
tematik tersebut disampaikan kepada siswa dan bagaimana pula siswa harus
mempelajarinya.
96
Landasan yuridis dalam pembelajaran tematik yang berkaitan pada
kebijakan atau peraturan yangmendukung pelaksanaan pembelajaran
tematik di sekolah dasar. Landasan yuridis tersebut tercantum pada UU No.
23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak yang menyatakan bahwa setiap
anak berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka
pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai dengan minat
dan bakatnya (pasal 9). UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional menyatakan bahwa setiap peserta didik pada setiap satuan
pendidikan berhak mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai dengan bakat,
minat, dan kemampuannya (Bab V Pasal 1-b).
5). Arti Penting Pembelajaran Tematik
Pembelajaran tematik siswa dapat memperoleh pengalaman langsung
dan terlatih untuk dapat menemukan sendiri berbagai pengetahuan yang
dipelajarinya untuk itu lebih menekankanpada keterlibatan siswa dalam
proses belajar secara aktif. Melalui pengalaman langsung pada siswa akan
memahami konsep-konsep yang mereka pelajari dan menghubungkannya
dengan konsep lain yang telah dipahaminya. Teori pembelajaran ini dimotori
para tokoh Psikologi Gestalt, termasuk Piaget yang menekankan bahwa
pembelajaran haruslah bermakna dan berorientasi pada kebutuhan dan
perkembangan anak.
Pembelajaran tematik lebih menekankan pada penerapan konsep
memprektekan. Pengalaman belajar yang menunjukkan kaitan unsur-unsur
97
konseptual menjadikan proses pembelajaran lebih efektif. untuk itu, guru
perlu merancang pengalaman belajar yang akan mempengaruhi
kebermaknaan belajar siswa. Kaitan konseptual antar mata pelajaran yang
dipelajari akan membentuk skema, sehingga siswa akan memperoleh
keutuhan dan kebulatan pengetahuan. Selain itu, dengan penerapan
pembelajaran tematik di sekolah dasar akan sangat membantu siswa, karena
sesuai dengan tahap perkembangannya siswa yang masih melihat segala
sesuatu sebagai satu keutuhan.
menurut Sujiono110ciri khas dari pembelajaran tematik antara lain: 1)
Berpusat pada anak, artinyapengalaman dan kegiatan belajar sangat relevan
dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan anak usia sekolah dasar; 2)
Kegiatan-kegiatan yang dipilih dalam pelaksanaan pembelajaran tematik
bertolak dari minat dan kebutuhan siswa; 3) Kegiatan belajar akan lebih
bermakna dan berkesan bagi siswa sehingga hasil belajar dapat bertahan
lebih lama; 4) Membantu mengembangkan keterampilan berpikir siswa; 5)
Menyajikan kegiatan belajar yang bersifat pragmatis sesuai dengan
permasalahan yang sering ditemui siswa dalam lingkungannya; dan 6)
Mengembangkan keterampilan sosial siswa, seperti kerjasama, toleransi,
komunikasi, dan tanggap terhadap gagasan orang lain.
Untuk memperoleh beberapa manfaat dari pelaksanaan pembelajaran
yang memanfaatkan tema yaitu: 1) Dengan menggabungkan beberapa
110
Yuliani Nurani Sujiono dan Bambang Sujiono, Bermain Kreatif Berbasis Kecerdasan jamak,
(Jakarta: PT Indeks, 2010), h. 126.
98
kompetensi dasar dan indikator serta isi mata pelajaran akan terjadi
penghematan, karena tumpang tindih materi dapat dikurangi bahkan
dihilangkan. 2) Siswa mampu melihat hubungan-hubungan yang bermakna
sebab isi/materi pembelajaran lebih berperan sebagai sarana atau alat,
bukan tujuan akhir. 3) Pembelajaran menjadi utuh sehingga siswa akan
mendapat pengertian mengenai proses dan materi yang tidak terpecah-
pecah. 4)Dengan adanya pemaduan antar mata pelajaran maka penguasaan
konsep akan semakin baik dan meningkat.111
6). Karakteristik Pembelajaran Tematik
Di sekolah Taman Kanak-kanakproses pembelajaranpembelajaran
tematik memiliki karakteristik yang di jelaskan oleh Dewey dalam Kostelnik
menggambarkan bahwa: Kurikulum haruslah berhubungan dengan
pengalaman dalam kehidupan nyata, dan dalam mengembangkan tema,
guru harus menseleksi topik-topik yang relevan dan juga harus menarik bagi
anak-anak dan selanjutnya harus dapat mengembangkan ide-ide sentral112,
untuk jelasnya dapat dilihat sebagai berikut:
1. Berpusat pada siswa
Pembelajaran tematik berpusat pada siswa (student centered), hal ini
sesuai dengan pendekatan belajar modern yang lebih banyak
menempatkan siswa sebagai subjek belajar sedangkan guru lebih banyak
111
Ibid., hh. 126-127. 112
Konstelnik.Teaching Young Children Using Themes : Age 2 to 6Michigan State University: Harper
Collin Publishers, 1991), h.2.
99
berperan sebagai fasilitator yaitu memberikan kemudahan-kemudahan
kepada siswa untuk melakukan aktivitas belajar.
2. Memberikan pengalaman langsung
Pembelajaran tematik dapat memberikan pengalaman langsung kepada
siswa (direct experiences). Dengan pengalaman langsung ini, siswa
dihadapkan pada sesuatu yang nyata (konkrit) sebagai dasar untuk
memahami hal-hal yang lebih abstrak.
3. Pemisahan matapelajaran tidak begitu jelas
Dalam pembelajaran tematik pemisahan antar mata pelajaran menjadi
tidak begitu jelas. Fokus pembelajaran diarahkan kepada pembahasan
tema-tema yang paling dekat berkaitan dengan kehidupan siswa.
4. Menyajikan konsep dari berbagai matapelajaran
Pembelajaran tematik menyajikan konsep-konsep dari berbagai mata
pelajaran dalam suatu proses pembelajaran. Dengan demikian, Siswa
mampu memahami konsep-konsep tersebut secara utuh. Hal ini
diperlukan untuk membantu siswa dalam memecahkan masalah-masalah
yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari.
5. Bersifat fleksibel
Pembelajaran tematik bersifat luwes (fleksibel) dimana guru dapat
mengaitkan bahan ajar dari satu mata pelajaran dengan mata pelajaran
yang lainnya, bahkan mengaitkannya dengan kehidupan siswa dan
keadaan lingkungan dimana sekolah dan siswa berada.
6. Hasil pembelajaran sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa
100
Siswa diberi kesempatan untuk mengoptimalkan potensi yang dimilikinya
sesuai dengan minat dan kebutuhannya.
7. Menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan menyenangkan
7). Langkah Pengembangan dan Pemilihan Tema
Sebelum proses pembelajaran dimulai, guru sebaiknya
mengembangkan tema seperti: mengidentifikasi tema yang sesuai dengan
hasil belajar dan indikator dalam kurikulum, menata dan mengurutkan
tema berdasarkan prinsip-prinsippemilihan tema, dan menjabarkan tema
ke dalam sub-sub tema agar cakupan tema tidak terlalu luas serta memilih
sub tema yang sesuai.Berikut ini dipaparkan sejumlah langkah
pengembangan tema:
1. Menentukan tema besar yang akan menjadi fokus utama untuk satu
tahun, misalnya tema besar “Aku”.
2. Membuat Model Keterpaduan Tema satu tahun, dengan
menggunakan prinsip dari tema yang terdekat dengan anak, kongkrit
dan sederhana, misalnya tema Aku dan Identitasku.
3. Menuangkan tema sub tema yang mungkin untiuk berhubungan
dengan Tema aku tersebut.
4. Jumlah sub tema yang dihubungkan tergantung kebutuhan, keluasan
cakrawala pengetahuan yang dimiliki guru, misalnya satu tahun dapat
dikembangkan 5-10 sub tema bahkan dapat 5 atau lebih dari 10.
101
5. Urutkan sub-sub tema pada point 3 di atas dari yang terdekat, mudah
dikenali anak atau berdasarkan pertimbangan kebutuhan untuk segera
dibelajarkan kepada anak.
6. Kemudian masing-masing sub tema dijabarkan lagi sehingga setiap
sub tema memiliki cabang pengetahuan yang membangunnya.
Misalnya pengembangan sub tema Aku dan Sekolahku.
7. Kembangkan semua sub tema yang telah ditentukan pada butir 3
sangat dianjurkan saat mengembangkan tema dilakukan melalui curah
pendapat (brainstorming) dengan rekan sejawat atau ahli materi
(pakar)
8. Setelah semua sub tema dikembangkan, kemudian adakan
pembagian dalam satu tahun, satu semester.
9. Pembagian tema dan jumlah minggu yang digunakan sangat
tergantung kepada keluasan tema tersebut.113
Berikut ini disajikan contoh-contoh tema:114
113Yuliani Nurani Sujono, Bambang Sujiono. Bermain Kreatif Berbasis Kecerdasan Jamak
(Jakarta: PT indeks, 2010), hh.127-128. 114
Anonim. Kurikulum TK (Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, 2004). h.8.
102
Tabel 2.1 Tema Semester 1 di TK
No. Tema AlokasiWaktu
1 Diri Sendiri (Aku dan Panca Indera) 3 minggu
2 Lingkunganku (Keluargaku, Rumah,
danSekolah)
A minggu
3 Kebutuhanku (Makanan, Minuman.Pakaian,
Kesehatan, Kebersihan, dan Keamanan)
4 minggu
4 Binatang 3 minggu
5 Tanaman 3 minqqu
JUMLAH 17 minggu
Tabel 2.2 Tema Semester 2 di TK
No. Tema AlokasiWaktu
1 Rekreasi (Kendaraan, Pesisir,
danPegunungan)
4 minggu
2 Pekerjaan 3 minggu
3 Air, udara, danapi 2 minggu
4 Alatkomunikasi 2 minggu
5 Tanahairku (Negaraku, Kehidupan di kota dan
didesa)
3 minggu
6 Alam semesta (Matahari, Bulan, Bintang,
Bumi, Langit, dan Gejala Alam)
3 minggu
JUMLAH 17 minggu
C. Penelitian yang Relevan
103
penelitian yang dilakukan oleh peneliti berikut meningkatkan kualitas
proses pembelajaran dengan menggunakan tematik dan pemahaman siswa
tentang konsep lingkungan tempat anak berada, dan penelitian yang
menggunakan tema sciensce,tujuanpenelitian untuk meningkatkan aspek
perkembangan anak, dan sebagainya dapat peningkatan berdasarkan
tindakan. Karena proses pembelajaran dalam penelitian tindakan iniakan
terpusat pada siswa, maka siswa menjadi aktif, kreatif, dan dengan suasana
pembelajaran yang menyenangkan. Penelitian yang berbasis tematik ini telah
dilakukan oleh berbagai peneliti yang meneliti tentang anak usia dini ,
ternyata menunjukkan bahwa penerepan pembelajaran tematik dengan
menggunakan berbagai tema yang diangkat dalam penelitian dapat
meningkatkan tujuan yang akan di capai
Seperti penelitian tematik yang diteliti pengaruhnya terhadap
beberapa aspek hasil belajar, yang memperlihatkan bahwa
implementasipembelajarantematikberbasislingkunganefektifuntukmeningkatk
ankreatifitasbelajar (5.49%), haslibelajarmembaca (10.23%), menulis
(12.04%), berhitung (21%) siswakelas III SD no 3 Bungkulan115
115Ni KetutAdri, ImplementasiPembelajaranTematikBerbasisLingkungandalamMeningkatkanKreativitasdanHasilBelajarCalistungSiswakelas III SD no 3 Bungkulan, JurnalPendidikanDasarVol 4, no 2 (2011).
104
Penelitian lainnya, meneliti tentang pembelajaran tematik juga dapat
meningkatkan pemahaman yang mendalam bagi siswa tentang materi
science yang diajarkan kepada anak didik di sekolah.116
Penelitian lain jugadapatterlihatkan bahwa pendekatan tematik yang
dilakukan dalam pembelajaran menggambar pada anak TK II Pertiwi
Semarang dapat memperlancar proses pembelajaran dan berpengaruh
terhadap fungsi motorik anak karena dengan penjabaran tema-tema dalam
pembelajaran tematik memudahkan anak menerima pembelajaran.117
Beberapa penelitian tentang peningkatan perkembangan di atas
menunjukkan bahwa peningkatan perkembangan anak usia dini dengan
pendekatan tematik perlu dilakukan. Di dalam penelitian ini yang menjadi
kekhasan peningkatan perkembangan anak usia dini dilakukan dengan
pendekatan tematik yang menggunakan area.
116
Charles M. Czerniak, Science Teachers Beliefs and Intentions to Implementation Thematic Units
(Jurnal of Science Teacher Education,1999 10 (2)), hh. 123-145. 117
Aprilla,
ImplementasiPendekatanTematikdalamPengajaranMenggambarpadaAnakUsiaDini, http://journal unes.ac.id/nju/index.php/amajinasi/article/view/66. (diakses 15 Maret 2012).
105
B. Kerangka Teoritik
Berdasarkan kajian teori yang telah diuraikan diatas dan kaitannya dengan
permasalahan penelitian susun kerangka teoritik guna memperoleh jawaban
dari pertanyaan penelitian yang sudah dirancang.
Prosedur penelitian tindakan kelas ini atau Action Research
merupakan siklus yang dilaksanakan sesuai perencanaan tindakan atau
perbaikan dari rencana tindakan yang terdahulu. Tindakan yang dilaksanakan
berupa pengajaran di kelas secara sistematis dengan tindakan pengelolaan
kelas menggunakan area dengan pendekatan tematik dalam pembelajaran
yang tepat dan mengacu kepada perencanaan tindakan yang telah tersusun
sebelumnya (Satuan Kegiatan Mingguan atau SKM dan SKH atau Satuan
Kegiatan Harian, yang di lengkapi dengan Lembaran tugas untuk
meningkatkan perkembangan anak usia dini di setiap area.). Dalam setiap
tindakan peneliti akan mengamati proses belajar siswa dan memberikan
evaluasi pada setiap tindakan pengajaran yang dilakukan di kelas.
Pada kondisi awal
Pada Kondisi Awal siswa kelompok B TK Nakkia mempunyai hasil
perkembangan yang rendah. Hal ini dikarenakan guru belum optimal
melaksanakan proses pembelajaran dengan pendekatan tematik secara
optimal. Guru kurang mengembangkan kegiatan, metoda, media dalam
pendekatan tematik secara optimal saat dilaksanakan pembelajaran.
106
Penerapan kaitan pembelajaran pendekatan tematik dengan
perkembangan setiap aspek belum optimal. masih kurang optimal dalam
memanfaatkan pembelajaran tematik. Pemilihan pembelajaran tematik yang
tepat dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
Pelaksanaan tindakan
Pelaksanaan tindakan yang dilaksanakan dengan menggunakan
delapan kali pembelajaran dan siswa mengerjakan tugas berbentuk lembaran
kerja yang telah dirancang untuk meningkatkan perkembangannya di lima
area, dapat meningkatkan perkembangan anak usia dini dengan pendekatan
tematik mengembangkan kegiatan, metoda, media dan tindakan akan
dihentikan apabila dalam pelaksanaan tindakan pertama telah optimal saat
dilaksanakan pembelajaran. mencapai hasil optimal.
Kondisi akhir
Kondisi akhir yang diharapkan adalah dapat meningkatkan
perkembangan anak usia dini dengan pendekatan tematik. Apabila
berdasarkan tindakan pertama belum mencapai hasil, maka didiskusikan
untuk menetapkan rancangan tindakan kedua, tindakan kedua akan
dirancang berdasarkan tindakan pertama, dan kekurangan pada tindakan
pertama akan dijadikan tujuan utama dalam tindakan kedua, dan
berdasarkan kesepakatan dengan tim peneliti, tindakan akan dihentikan
apabila dalam pelaksanaan tindakan pertama telah mencapai hasil optimal.
107
Berdasarkan uraian diatas, kerangka teoritik dalam penelitian ini dapat
dilihat seperti bagan di bawah ini :
Gambar : Kerangka Pemikiran
Ko
nd
isi A
wal
Guru belum melaksanakan proses pembelajaran
dengan pendekatan tematik secara optimal
Guru kurang mengembangkan kegiatan, metoda, media secara optimal dalam
pembelajaran
Penerapan kaitan pembelajaran pendekatan tematik dengan Perkembangan setiap aspek
belum optimal
Tin
dak
an
Penerapan Peningkatan perkembangan anak usia dini dengan pendekatan tematik
Siklus I dan evaluasi
Siklus II dan evaluasi
Ada peningkatan perkembangan anak usia dini dengan pendekatan
tematik dalam proses pembelajaran
akan meningkatkan Perkembangan anak
Kondisi
Akhir
108
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai secara umum dalam penelitian ini adalah
untuk menigkatkan perkembangan anak usia dini melalui pembelajaran
tematik. Perkembangan anak usia dini akan ditingkatkan pada setiap aspek,
seperti: motorik, bahasa, sosial, agama dan moral, dan sosial emosional
serta seni. Penelitian ini adalah penelitian tindakan yang meneliti tentang
cara mengatasi masalah pembelajaran, dalam penelitian ini meneliti tentang
pembelajaran tematik untuk mengoptimalkan perkembangan anak usia dini
khususnya Taman kanak-kanak kelompok B.
Tujuan secara khusus penelitian ini adalah untuk mengumpulkan data
tentang:
1. Perkembangan anak usia dini pada setiap aspek perkembangan :
perkembangan sosial, perkembangan fisik motorik, perkembangan
bahasa, perkembangan kognitif, perkembangan moral
2. Cara meningkatkan perkembangan anak usia dini dengan
pendekatan tematik.
3. Peningkatan perkembangan anak usia dini dengan pendekatan
tematik.
109
B. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini bertempat di Taman Kanak-kanak Nakia Gambrit
Jatiwaringin Pondok Gede. Pemilihan sekolah ini didasarkan pada (1)
keterbukaan dan kesediaan pihak pimpinan sekolah sebagai tempat
penelitian; (2) kesediaan para guru berkolaborasi dalam pelaksanaan
penelitian; (3) kondisi sekolah yang memadai seperti kondisi luas sekolah
alat permainan yang tersedia, (4) kesediaan kerjasama orangtua untuk
berpartisipasi dalam penelitian yang akan dilaksanakan.
Penelitian ini melibatkan semua guru TK B Nakia Gambrit yang telah
dibekali dengan perangkat pembelajaran seperti RKH, SKM, media yang
digunakan dan lembaran-lembaran tugas yang akan dikerjakan siswa. RKH
terdiri atas kegiatan awal, kegiatan inti dan penutup. Dalam masing-masing
kegiatan tersebut diamati perkembangan masing masing aspek seperti
perkembangan motorik, kogniitif, bahasa, dan sosioemosional, serta moral.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan selama enam bulanyang dilaksanakan
pada tahun ajaran 20011/20012 di Taman kanak-kanak Nakia di jalan
Gambrit Jati Waringin pondok Gede Bekasi, dengan kegiatan: satu bulan
untuk observasi lapangan dan pra assesmen. Dua bulan untuk membuat
rancangan pembelajaran tematik, alat tugas untuk setiap area dan alat ukur
untuk perkembangan anak usia dini. Dua bulan untuk melakukan
110
pelaksanaan tindakan pembelajaran dengan pendekatan tematik berbasis
bermain di Taman Kanak-kanak Nakia Gambrit Jatiwaringin. Satu bulan
untuk membuat laporan hasil penelitian. Taman Kanak-kanak yang
digunakan untuk penelitian merupakan Taman Kanak-kanak yang dalam
pembelajarannya menganut sistem area. Area yang dipilih tersebut
diesuaikan dengan materi pembelajaran yang diajarkan dan diamati proses
perkembanganya. Pembelajaran untuk setiap tema dibutuhkan waktu satu
minggu. masing-masingnya. Total dibutuhkan 16 kali pertemuan tatap muka
bagi anak-anak tersebut,
Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan yang pada
awalnya leblh bersifat kualitatif, yang dilaksanakan dalam bentuk siklus,
sampai target penelitian dalam siklus-siklus tercapai. Penelitian Tindakan
yang digunakan adalah model Kemiss dan Taggart .
C. Metode Peneliitian
Metoda yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah action
research atau penelitian tindakan. Penelitian tindakan adalah penelitian
tentang untuk dan oleh masyarakat atau kelompok sasaran dengan
memanfaatkan interaksi, partisipasi, dan kolaborasi antara peneliti dengan
kelompok sasaran. Penelitian ini dilaksanakan yang bertujuan untuk
mendorong adanya perubahan yang diharapkan, meningkatkan kualitas yang
dilakukan di dalamnya,seluruh proses diagnosis, perencanaan, pelaksanaan,
111
pemantauan, dan pengaruh telah menciptakan hubungan yang diperlukan
antara evaluasi diri dan perkembangan profesional.1
Penelitian tindakan merupakan suatu bentuk penelitian yang bersifat
reflektif yaitu melaksanakan tindakan tertentu agar dapat memperbaiki atau
meningkatkan praktek pembelajaran di kelas secara profesional. Dalam
prakteknya penelitian tindakan memecahkan suatu masalah dan mencari
pembuktian secara ilmiah.si atau tindakan serta penelitiannya berbentuuk
sharing.2
Penelitian tindakan yang dilakukan ini memiliki karakteristik: dalam
pelaksanaannya terfokus, peneliti dan pendidik sanma-sama terlibat dalam
penelitian, melakukan kolaborasi, proses penelitiannya dinamis dan rencana
penelitiannya berbentuk . Untuk mendesain atau merancang penelitian
tindakan kelas maka langkah yang dapat dilakukan adalah: 1. menemukan
masalah, 2 menganalisis masalah yang ditemukan, 3. merumuskan masalah,
4. mengembangkan alternatif tindakan, 5. menentukan cara pengumpulan
data, 6 menyusun rencana perbaikan secara lengkap.3
Pada penelitian ini peneliti menggunakan prosedur yang dikemukakan
oeh Kemis dan Taggart.
1Elliot,J.Developing Hypothesis about Classroom From Teachers PraticalContruct: an Account of the
Work of the Ford Teaching Project. Dalam The action Research Reader. Geelong, Victoria: Deakin
University, 1982), h. 65. 2 John Creswell. Educational Research. (New Jersey:Merill Prentice Hall.2008), h. 605.
3IGAK Wardhani.PenelitianTindakanKelas Jakarta: PenerbitUniversitas Terbuka. 2008), h. 31.
112
Gambar 3.1. Desain Penelitian Tindakan Menurut Kemis dan Mc Taggart4
4Hopkins, David, A Teacher’s Guide to Classroom Reasearch, (Philadelphia:Open University Press,
2002), h. 46.
113
Kegiatan pokok focus penelitian tindakan terdiri dari (1) Planning, (2)
Acting, (3) Observing, (4 ) Reflecting.5
Planning:
1. Mempelajari aspek-aspek perkembangan yang akan dikembangkan di
TK
2. Mempelajari kurikulum TK
3. Mengembangkan tematik yang sesuai dengan perkembangan anak.
4. Mempersiapkan permainan sesuai dengan tema
5. Membuat SKM
6. Membuat RKH
7. Menyiapkan media pembelajaran yang diperlukan sesuai tema
8. Menyiapkan lembaran kerja untuk setiap area
9. Mengembangkan format observasi
10. Mengembangkan format evaluasi
Acting:
1. Melaksanakan kegiatan pembelajaran berdasarkan perencanaan
2. Melaksanakan bimbingan diwaktu anak mengerjakan lembaran kerja
disetiap area
3. Melaksanakan pengamatan mengenai isi tindakan
4. Mengumpulkan data perlengkapan lain yang mendukung
5SuharsimiArikunto. PenellitianTindakanKelas. (Jakarta: PenerbitBumiAksara. 2008), h. 117.
114
Observing I:
1. Melakukan observasi dengan format observasi
2. mengamati kegiatan pembelajaran, pengamatan, berperan serta,
peneliti terlibat langsung selama kegiatan berlangsung
Reflecting I:
1. Mengamati perubahan yang terjadi pada siswa setelah terjadi tindakan
2. Mengadakan pertemmuan untuk membahas hasil tindakan
3. Evaluasi
Planning :
1. Merevisi dan memodifikasi pembelajaran sesuai dengan hasil tindakan
siklus I
Acting:
1. Pengaplikasian pembelajaran sesuai dengan perencanaan yang ke II
Observing II
1. Mengamati kegiatan pembelajaran sesuai dengan siklus perencanaan
yang kedua
2. Pengumpulan data tindakan yang kedua
Reflecting II
1. Mengamati perubahan yang terjadi pada siswa setelah dilakukan
tindakan kedua
2. Evaluasi tindakan yang kedua
115
Reflect 1
1. Mengamati perubahan
yang terjadi pada siswa
setelah terjadi tindakan
2. Mengadakan pertemmuan
untuk membahas hasil
tindakan
3. Evaluasi (lanjutkan ke 11)
Observasi 1
1. Melakukan observasi
dengan format observasi
2. mengamati kegiatan
pembelajaran, pengamatan,
berperan serta, peneliti
terlibat langsung selama
kegiatan berlangsung
Action 11
Pengaplikasian pembelajaran sesuai
dengan perencanaan yang ke II
Assesmen Awal :
Test Kompetensi Perkembangan
dilakukan sebelum pelaksanaan tindakan
Action
Plan
Rerflect 11
1. Mengamati perubahan yang
terjadi pada siswa setelah
dilakukan tindakan kedua
2. Evaluasi tindakan yang
kedua
Revision Plan 11
Merevisi dan memodifikasi
pembelajaran sesuai dengan hasil
tindakan siklus I
Observasi 11
1. Mengamati kegiatan
pembelajaran sesuai dengan
siklus perencanaan yang
kedua
2. Pengumpulan data tindakan
II
1. Mempelajari aspek-aspek perkembangan yang akan
dikembangkan di TK
2. Mempelajari kurikulum TK
3. Mengembangkan tematik yang
sesuai dengan perkembangan
anak.
4. Mempersiapkan permainan sesuai
tema
5. Membuat SKM
6. Membuat SKH
7. Menyiapkan media pembelajaran
yang diperlukan sesuai tema
8. Menyiapkan sumber belajar
9. Mengembangkan format observasi
10. Mengembangkan format evaluasi
1. Melaksanakan kegiatan pembelajaran berdasarkan
perencanaan
2. Melaksanakan pengamatan
mengenai isi tindakan
3. Mengumpulkan data
perlengkapan lain yang
mendukung
Assesment Akhir
116
Pembelajaran untuk peningkatan perkembangan anak usia dini
melalui pembelajaran tematik dengan pendekatan bermain memiliki
tahapan sebagai berikut:
Pelaksanaan/inti 1. Memasukkan aspek-aspek perkembangan kedalam berbagai
kegiatan pembelajaran , seperti pada kerja mandiri di area, kerja kelompok dan seluruh kegiatan didalam kelas ataupun diluar kelas.
2. Mendukung anak dan memotivasi anak dalam mengembangkan dan aspek-aspek perkembangan.
3. Memasukkan aspek-aspek perkembangan kedalam pembelajaran melalui tema-tema yang diajarkan
Persiapan 1. Mempersiapkan RKH berbasis tematik 2. Mempersiapkan anak usia dini 3. Mendiskusikan dengan guru tentang aspek-aspek perkembangan
yang akan dikembangkan 4. Menghubungkan aspek-aspek perkembangan kedalam tema
Penutup 1. Melaksanakan proses tindaklanjut terhadap proses peningkatan
perkembangan anak usia dini melalui pembelajaran tematik, dengan cara menganalisis hasil observasi, wawancara terhadap aspek-aspek perkembangan anak.
2. Melakukan evaluasi dalam bentuk tugas-tugas yang harus dikerjakan anak dalam bentuk individu di area, yang berkaitan dengan peningkatan aspek-aspek perkembangan anak.
117
D. Prosedure Penelitian Tindakan
1. Asesmen awal
Asessment awal dilakukan untuk mengetahui situasi proses belajar
mengajar yang dilakukan oleh guru di TK Nakia Jalan Gambrit Jati Waringin
Pondok Gede Bekasi sebelum dilaksanakan tindakan, ini dilakukan untuk
mendapatkan dokumentasi tentang perencanaan pembelajaran (SKM, SKH,
Lembaran Kerja Siswa), Guru dan peneliti melaksanakan observasi terhadap
perkembangan anak dan mengobservasi guru melaksanakan proses belajar-
mengajar serta melaksanakan wawancara dengan guru di kelas kelompok B
TK Nakia.
Setelah melaksanakan asessment awal, selanjutnya peneliti bersama
guru mengadakan refleksi diri terhadap kelemahan-kelemahan proses
pembelajaran sebelum diberikan tindakan dalam penelitian, mengenai SKM,
SKH, Lembaran Kerja Siswa, metoda, media, juga sekaligus membahas hasil
asessment perkembangan anak. Selanjutnya Peneliti dan guru
mengidentifikasikan permasalahan yang ada di dalam kelas terutama yang
berkaitan dengan proses belajar-mengajar dan mengidentifikasikan
permasalahan yang berkaitan dengan perkembangan anak. Kemudian
membuat perencanaan untuk meningkatkan melalui pembelajaran tematik di
setiap area pembelajaran.
118
2. Perencanaan Tindakan
a. Analisis Fokus Peningkatan Perkembangan Anak Usia Dini Melalui
Pembelajaran Tematik
Aspek-aspek perkembangan anak usia dini terdiri dari: motorik,
kognitif, bahasa, dan sosial-emosi serta moral agama, Adapun fokus
pada setiap aspek perkembangan yang akan diteliti dapat dilihat pada tabel
3.1 sebagai berikut:
Tabel 3.1. Fokus Seluruh Aspek Perkembangan Anak No Dimensi
Perkembangan
Kemampuan Anak
Indikator
1. Motorik Anak mampu menggerakkan anggota tubuhnya dalam rangka latihan kelenturan otot
Motorik halus 1. Anak dapat meronce manik-
manik yang disediakan guru sampai selesai.
2. Anak dapat memegang pensil dengan benar disaat menulis di buku
3. Anak dapat Memegang Kerayon dengan benar disaat mewarnai gambar dengan baik dan benar
4. Anak dapat menempelkan kertas pada pola dengan lem dengan baik dan benar
Motorik kasar . 5. Anak dapat Melempar bola ke
arah guru dalam jarak satu meter dengan baik.
6. Anak dapat Melompat ketika diputarkan tali oleh teman-temannya dengan dibantu guru
119
7. Anak dapat meemanjat tangga plosotan dengan baik
2. Kognitif Anak mampu mengenal dan memahami berbagai konsep sederhana dalam kehidupan sehari-hari
1. Anak dapat menjelaskan
benda ketika guru menanyakan benda sekitarnya
2. Anak dapat menjelaskan pemahaman konsep sains
Sederhana ketika guru meminta penjelasan 3. Anak dapat mengenalkan an
bilangan 1-10 ketika pelajaran berhitung
4. Anak dapat membedakan ukuran besar dan kkecil
5. Anak dapat menjelaskan tentang konsep waktu secara sederhana
6. Anak dapat Pengenalan\ konsep matematika secara sederhana, tetang menambah, mengurang
3. Bahasa Anak dapat berkomunikasi secara lisan, serta memperkaya pembendaharaan kosa kata, dan menulis dengan simbol-simbol yang melambangkannya (persiapan menulis)
1. Anak dapat berkomunikasi lisan ketika guru bertanya
2. Anak dapat berkomunikasi lisan bersama teman-teman ketika bekerja dalam satu kelompok
3. Anak dapat berkomunikasi dengan kosa kata yang sesuai dengan perkembanggananak usia dini
4. Anak dapat menjelaskan dan mengenaklan bentuk simbol ketika guru menanyakan dalam pembelajaran simbol.
5. Anak dapat menjelaskan tentang gambar yang mereka buat
5. .Anak dapat mengerti bahasa isyarat secara umum ketika guru
120
meminta penjelasan.
4. Sosial Emosional
Anak mampu mengadakan hubungan dengan orang lain, mematuhi peraturan disiplin dan dapat menunjukkan reaksi emosi yang wajar.
1. Anak dapat berinteraksi dengan orang lain
2. Anak bisa berinteraksi dengan guru
3. Anak dapat berinteraksi deng teman di dalam kelas.
4. Anak dalpat Mengenal disiplin yang ada di dalam kelas
5. Anak dapat menunjukkan
emosi yang wajar ketika berinteraksi dengan guru
6. Anak dapat menunjukkan
emosi yang wajar ketika berinteraksi dengan teman diwaktu bermain.
7. Anak cepat tanggap terhadap situasi, ketika guru memberikan aba-aba untuk menyelamatkan diri dalam permainan
8. Anak dapat menjalankan disiplin yang ada didalam kelas.
9. Anak menunjukkan reaksi emosi yang stabil
5. Moral dan Nilai Agama
Anak mampu percaya akan ciptaan Allah, mencintai sesama manusia dan mahkluk lainnya.
1. Anak dapat melakukan aktivitas untuk brdoa bersama-sama ketika guru memimpin doa.
2. Anak dapat melakukan aktivitas doa pendek secara individu, ketika guru meminta anak berdoa.
3. Anak dapat mengenal Ibadah yang dilakukan dalam Agama Islam (nama-nama solat)
4. Anak dapat menunjukkan tingkahlaku Sopan santun ketika berinteraksi dengan
121
guru 5. Anak dapat mempraktekkan
kebersihan (menggosok gigi, mencuci tangan sebelum makan)
6. Anak dapat mempraktekkantanggung jawab di dalam kelas, meletakkan mainan pada tempatnya setelah bermain.
7. Anak dapat menjelaskan secara sederhana rasa cinta tanah air dengan contoh
8. Anak dapat mengerti tentang pentingnya musawarah /mufakat semenjak dini secara sederhana, ketika guru mengemukakan satu masalah
9. Anak dapat menunjukkan rasa sayangnya kepada sesama teman didalam kelas(tidak berkelahi).
10. Anak dapat menunjukkan rasa sayang terhadap binatang peliharaan, ketika dibawa ke kandang binatang piaraan sekolah.
11. Anak dapat menjelaskan kenapa Kita perlu sayang pada semua ciptaan Tuhan
b. Aspek Perkembangan Anak Usia Dini yang Akan Ditingkatkan.
Harapan intervensi tindakan terhadap aspek perkembangan anak usia
dini, bagi murud Taman kanak-kanak kelompok B akan diteliti mengenai
aspek-aspek perkembangan yang dipilah-pilah dalam bentuk aspek-aspek
perkembangan yang akan dilihat kompotensi-kompetensinya, antara lain:
Untuk aspek:
122
1. Emosi: melalui bermain anak dapat menerima berekspresi dan
mengatasi masalah dengan cara yang positif, mengenal diri sendiri
dan mengembangkan pola perilaku yang memuaskan dalam hidup.
2. Sosial: mengembangkan kemampuan bersosiasilasi, memperluas
empati, mengurangi sikap egosentris, menumbuhkan dan
meningkatkan rasa sosialisasi, belajar berperilaku prososial seperti
menunggu giliran, kerjasama saling membantu dan berbagi.
3. Bahasa: memperluas kosa kata, mengembangkan daya penerimaan
serta pengekspresian, berinteraksi dengan anak-anak lain, orang
dewasa pada situasi bermain, mengembangkan bahasa reseptif atau
penerimaan kemudian bahasa ekspresif, komunikasi verbal dan
memahami bahasa dalam berbicara serta komunikasi non verbal.
4. Kognitif: bermain dapat mengembangkan pemahaman tentang diri
sendiri, orang lain dan lingkungan.
5. Motorik: bermain dapat memberikan kesempatan yang luas untuk
bergerak, pengalaman belajar untuk menemukan, aktivitas sensori
motor.
c. Rancangan Satuan Kegiatan Mingguan ( SKM ) yang Ddirancang
Untuk Peningkatan Perkembangan Anak.
Sebelum penelitian tindakan Peningkatan Perkembangan Anak Usia
Dini Melalui Pembelajaran Tematik dilaksanakan, terlebih dahulu peneliti
123
mempersiapkan rancangan Satuan Keigiatan Mingguan (SKM),
berdasarkan rancangan inilah nanti akan dijabarkan kedalam rancangan
Satuan Kegiatan Harian.
Pada perencanaan mingguan, guru diharapkan menyusun satuan
kegiatan mingguan (SKM) . SKM ini bensi kegiatan-kegiatan dalam rangka
mencapai indikator yang telah direncanakan dalam minggu sesuai dengan
keluasan pembahasan tema dan sub tema yang telah direncanakan pada
program semester.
Langkah menyusun SKM:
Komponen Satuan Kegiatan Mingguan pembelajaran adalah sebagai
berikut: tema dan sub tema, alokasi waktu, aspek pengembangan, kegiatan
per aspek pengembangan.
Langkah-langkah penyusunan Satuan Kegiatan Mingguan
pembelajaran adalah sebagai berikut: memilih tema dan merinci sub tema,
memilih indikator yang sesuai tema pada bidang pengembangan dalam
program semester, membuat matrik hubungan antara tema dengan indikator,
menentukan alokasi waktu untuk setiap SKM, mengelompokkan indikator
berdasarkan area dan membuat matrik hubungan antara tema dengan
indikator dan menentukan alokasi waktu untuk setiap SKM.
Contoh SKM dapat dilihat sebagai berikut:
124
AREA BAHASA
1. Anak Menebalkan kata”
AYAM, SAPI
2. Anak Menceritakan Tentang
Binatang Kesukaannya.
3. Anak menirukan suara
Binatang ternak
4. Anak Mendengarkan Guru
Bercerita tentang Binatang
ternak
AREA BERMAIN PERAN
1. Anak bermain peran tentang
drama keluarga bebek ”Anak
Durhaka”
2. Anak bermain peran tentang
keluarga kelinci ”Anak Rajin”
3. Anak bermain peran tentang
keluarga kambing ” anak
malas”
AREA SENI
1. Anak Menggambar bebas tentang ternak
2. Anak Mewarnai binatang ternak secara bebas
3. Anak Menggambar Ternak sesuai Perintah Guru
4. Anak Mewarnai Ternak sesuai contoh Guru
5. Anak Menempel kulit telur ke gambar ayam pakai lem
6..Anak meronce Bulu ternak, dijadikan mahkota
AREA BERHITUNG
1. Anak mengitung gambar telur
pada lembar kerja
2. Anak memasukkan angka sesuai
dengan jumlah gambar binatang
3. Anak memasukkan jumlah
gambar guntingan binatang sesuai
dengan angka
4. Anak dibawa ke kandang
binatang piaraan di sekolah untuk
menghitung jumlah binatang
AREA BALOK 1. Menyusun balok membentuk
binatang secara bebas.
2. Menyusun balok membentuk
bangunan kandang ternak secara
bebas.
3. Menyusun balok membentuk tempat
makanan ternak Kurban
4. Membentuk balok seprti tempat
minum ternaktenKambing kurban
AREA IPA
1. Air diperlukan ternak
2. Tanaman rumput makanan ternak
3. Tanah tempat ternak hidup
4. Hujan diperlukan ternak
TEMA : BINATANG
SUB TEMA: Binatang Ternak
Minggu : I
Gambar 3.3
Rencana Kegiatan Mingguan (RKM)
125
Berdasarkan SKM di atas, aspek perkembangan yang dapat dioptimalkan
dalam perkembangannya sesuai dengan tema ”Binatang Ternak” adalah
sebagai berikut:
Tabel 3.2 Rencana Kegiatan Mingguan
No Area Sub Tema Berkaitan dengan Binatang
Ternak
Aspek Perkembanganyang Ditingkatkan
1 SENI 1. Anak menggambar bebas tentang ternak
2. Anak mewarnai binatang ternak secara bebas
3. Anak menggambar ternak sesuai perintah guru
4. Anak mewarnai ternak sesuai contoh guru
5. Anak menempel kulit telur ke gambar ayam pakai lem
6. Anak meronce bulu ternak, dijadikan mahkota
1. Motorik Halus 2. Motorik Kasar 3. Kognitif 4. Sosial (menjelaskan hasil
kerja didepan teman teman) dan tanya jawab
5. Bahasa (menjelaskan secara sederhana hasil kerja di depan kelas
6. Seni (menghasilkan karya) 7. Moral (menunggu giliran,
bertanya dengan sopan)
2 BAHASA 1. Anak menebalkan kata” AYAM, SAPI
2. Anak menceritakan tentang binatang kesukaannya.
3. Anak menirukan suara binatang
1. Motorik Halus 2. Motorik Kasar 3. Kognitif 4. Sosial (menjelaskan hasil kerja di depan teman teman) dan tanya jawab 5. Bahasa (menjelaskan
secara
126
ternak 4. Anak
mendengarkan guru bercerita tentang binatang ternak
sederhana hasil kerja di depan kelas 6. Seni (menghasilkan karya) 7. Moral (menunggu giliran, bertanya dengan sopan)
3 BERHITUNG
1. Anak mengitung gambar telur pada lembar kerja
2. Anak memasukkan angka sesuai dengan jumlah gambar binatang
3. Anak memasukkan jumlah gambar guntingan binatang sesuai dengan angka
4. Anak dibawa ke kandang binatang piaraan di sekolah untuk menghitung jumlah binatang
1. Motorik halus 2. Motorik kasar (berjalan, berlari di lapangan menuju kandang binatang ternak 3. Kognitif 4.. Sosial (menjelaskan hasil kerja didepan teman teman) dan tanya jawab
5. Bahasa (menjelaskan secara sederhana hasil kerja di depan kelas 6. Seni (menghasilkan karya) 7. Moral (menunggu giliran,
bertanya dengan sopan)
4 MAIN PERAN
1. Anak bermain peran tentang drama keluarga ayam ”Anak Durhaka”
2. Anak bermain peran tentang keluarga sapi ”Anak Rajin”
3. Anak bermain peran tentang keluarga ayam ” anak malas”
1. Motorik Kasar, (bergerak memerankan sebagai binatang, sesuai tugas ysng diberikan guru 2. Kognitif memahami peran , 3. Sosial (berinteraksi dengan teman dalam peran) 4. Bahasa (menghafal dialog sesuai dengan peran masing-masing). 5. Seni (menghasilkan karya) 6. Moral (menunggu giliran, bertanya dengan sopan)
5 AREA AGAMA
1. Manusia dan ternak dan kaitan
1. Kognitif (memahami konsep manusia dan binatang)
127
dengan ciptaan Allah.
2. Menyayangi binatang
3. Sapi Kurban
2. Sosial (menjelaskan hasil kerja didepan teman teman) dan tanya jawab 3. Bahasa (menjelaskan secara sederhana hasil kerja di depan kelas 4. Seni (menghasilkan karya) 5. Moral menunjukkan rasa sayang pada binatang, menunjukkan rasa sayang pada teman-teman dalam kelas
6 IPA 1. Air diperlukan ternak 2. Tanaman rumput makanan ternak 3. Tanah tempat ternak hidup 4. Hujan diperlukan ternak
1. Motorik Halus Menuangkan air kedalam botol)
2. Motorik Kasar (bermain di lapangan, mempraktekkan (Air, Tanaman, Tanah, Hujan)
3. Kognitif (pemahaman konsep (Air, Tanaman, Tanah,, Hujan secara sederhana)
4. Sosial ( Berinteraksi dengan teman dalam kelompok dan dengan guru.)
5. Bahasa (menjelaskan secara sederhana hasil kerja di depan kelas
6. Seni (menghasilkan karya)
7. Moral (menunggu giliran, bertanya dengan sopan)
128
d. Satuan Kegiatan Harian (RKH) yang Dirancang Untuk meningkatkan
Perkembangan Anak Usia Dini
Pada perencanaan harian, guru harus menyusun satuan kegiatan
harian (RKH). RKH merupakan penjabaran dari SKM. RKH memuat kegiatan-
kegiatan pembelajaran, baik yang dilaksanakan secara individual, kelompok,
maupun klasikal dalam satu hari. RKH terdiri atas kegiatan awal, kegiatan inti,
istirahat, dan kegiatan akhir.
Langkah menyusun RKH pembelajaran
a). Komponen RKH sebagai berikut:
1) Hari, tanggal, waktu.
2) Indikator.
3) Kegiatan pembelajaran.
4) Alat/sumber belajar.
5) Penilaian perkembangan anak didik.
b). Langkah-langkah penyusunan RKH adalah sebagai berikut:
1) Memilih indikator yang sesuai dalam SKM untuk dimasukkan ke dalam
RKH.
2) Penulisan indikator dalam RKH diberi keterangan bidang
pengembangan.
3) Merumuskan kegiatan yang sesuai untuk mencapai indikator yang
dipilih dalam RKH.
129
4) Memilah kegiatan ke dalarn kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan
akhir.
5) Pada kegiatan inti, kegiatan pembelajaran dibagi ke dalam kelompok
sesuai program yang direncanakan
6) Memilih metode yang sesuai dengan kegiatan yang dipilih.
7) Memilih alat/sumber belajar yang dapat menunjang kegiatan
pembelajaran yang akan dilakukan.
8) Memilih dan menyusun alat penilaian yang dapat mengukur
ketercapaian indikator.
Berikut ini contoh RKH yang telah dirancang :
SATUAN KEGIATAN HARIAN KELOMPOK : B SEMESTER/MINGGU : I/1 TEMA : BINATANG SUB TEMA : BINATANG TERNAK
HARI TANGGAL
INDIKATOR KEGIATAN PEMBELAJARAN
ALAT/SUMBER BELAJAR
PENILAIAN PERKEMBANGAN ANAK
I. Kegiatan Awal 30 menit
Salam
Absensi
Berdoa
Nyanyi menceritakan pengalaman
Guru memulai menjelaskan Area:
Bercerita Tema
Vidio, TV, Tape LCD, Gambar,
Perk. Moral
130
1.Mengenalkan huruf 1.Mengenalkan angka 1. Mengenal - Hewan bertelur - Hewan beranak
Suara Binatang ternak
Guna Ternak
Makanan ternak
Macam-macam ternak
Tempat binatang ternak
Ukuran Ternak II. Kegiatan Inti 60 Menit AREA BAHASA Menebalkan Kata /Mengenalkan huruf ayam, itik, bebek kambing, sapi kerbau, ikan AREA MTK/ BERHITUNG Menghitung jumlah ayam, itik, bebek (telor) kambing, sapi kerbau, ikan AREA IPA Mengelompokkan hewan yang bertelur dan
Lembar kerja yang sudah disiapkan Guru menyediakan lembaran unt anak bekerja Lembaran /gambar hewan yang bertelur dan beranak: ayam, itik, bebek kambing, sapi kerbau, ikan
Perk. Bhs 1. perkembangan bahasa anak, 2. Menambah kosa kata. 3. Ketrampilan Menulis 4. Ketr. Membaca Perk. Cognitif
1. Konsep Jumlah Perkembangan Kognitif Perkembangan sosial
131
1.Menggambar bebas 2. mewarnai 3. menempel
1. Menyusun 2. mencipta
beranak: ayam, itik, bebek kambing, sapi kerbau, ikan AREA SENI Menempel Kulit telur ,Menggambar atau Mewarnai: ayam, itik, bebek kambing, sapi kerbau, ikan AREA BALOK Membuat bangunan kandang ternak/ kolam ikan atau binatang ternak: ayam, itik, bebek kambing, sapi kerbau, ikan III. Istirahat dan Makan 30 menit -Mencuci tangan sebelum dan sesudah makan - Berdoa - Bermain IV. Penutup -Review Kegiatan I, II, dan III -Diskusi Kegiatan
Buku Gambar, krayon, lem, sketsa gambar hewan yang bertelur dan beranak: ayam, itik, bebek kambing, sapi kerbau, ikan Balok-balok -Sarana yang disediakan -Dipimpin guru -Bergilir Pengawasan Guru -Menampilkan Hasil kerja Anak
Perkembangan Motorik halus, kasar Kognitif Sosial Kognitif Motorik Sosial
132
Hari ini -Memberi Pujian pada Hasil Kerja -Bernyanyi (Nyanyi bersama tentang Binatang) -Pelajaran Besok -Beres-Beres -Berdoa /pulang.
Rancangan Kegiatan Harian secara lengkap dengan lembaran kerja
siswa dibuat sebanyak pertemuan (delapan rancangan untuk siklus pertama,
dan bila dibutuhkan siklus kedua akan dibuat delapan rancangan untuk siklus
ke dua. (lihat lampiran 294-523)
3. Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan merupakan bentuk kegiatan belajar mengajar
yang dilaksanakan delapan kali pertemuan dalam satu siklus, langkah
langkah pelaksanaannya sebagai berikut:
a) Sebelum pelaksanaan tindakan diadakan asessment awal yang
bertujuan untuk mengetahui kemampuan awal, yang hasilnya akan
dibandingkan dengan hasil assessment pertama setelah diadakan
tindakan siklus pertama..
b) Pelaksanaan tindakan siklus pertama dilaksanakan sesui dengan
perencanaan tindakan.
c) Pelaksanaan tindakan dilakukan dengan memusatkan perhatian
peneliti dan guru membimbing anak dalam mengerjakan tugas yang
133
telah dirancang pada lembaran kerja siswa yang berkaitan dengan
peningkatan perkembangan, untuk setiap aspek pada seluruh area
pembelajaran,
d) Setelah siklus pertama selesai, peneliti mengadakan identifikasi untuk
mengetahui kelebihan dan kekurangan proses belajar mengajar dan
mengidentifikasi peningkatan perkembangan anak usia dini, hasil dari
identifikasi siklus pertama akan digunakan untuk merancang tindakan
siklus kedua..
e) Pelaksanaan siklus kedua akan dilaksanakan untuk mencapai target
peningkatan perkembangan yang belum tercapai pada siklus
pertama.
4. Observasi
Observasi pembelajaran dirangkum dalam catatan lapangan.
Observasi dilakukan dengan 1) mengamati kemampuan anak mengerjakan
lembaran kerja di setiap area. 2) mengamati kemampuan anak melakukan
aktivitas berkaitan dengan perkembangan fisik motorik, bahasa, sosial emosi,
dan kognitif, serta moral agama. (lihat lembaran observasi pada halaman
524-533 dan catatan lapangan halaman 534-613)
5. Refleksi
Refleksi merupakan tahap terakhir dalam penelitian tindakan, dalam
tahap ini yang dilakukan adalah:
134
a) Peneliti mengumpulkan data hasil pembelajaran disetiap area,
berbentuk lembaran kerja.
b) Mengkaji kemampuan anak dalm perkembangan yang telah dicapai di
setiap aspek.
c) Peneliti mengadakan pertemuan untuk menganalisa, menerangkan,
memberikan makna dan mengidentifikasi kendala dalam proses
tindakan untuk mengambil kesimpulan
d) Membahas hasil evaluasi bersama guru, untuk merencanakan langkah
langkah perbaikan untuk tindakan selanjutnya.
e) Melakukan tindakan pada siklus kedua, berdasarkan hasil evaluasi
pada siklus pertama.
6. Asessment akhir
Setelah siklus pertama selesai, maka diadakan pengukuran atau
asessment, hasil assessmen dianalisa, apakah ada peningkatan dari
asesessment sebelum tindakan dengan setelah dilaksanakan tindakan pada
siklus pertama. Apabila peningkatannya sudah mencapai target yang
diinginkan, maka siklus dihentikan, tetapi apabila target belum tercapai, maka
siklus kedua dilaksanakan.
Setelah siklus kedua dilaksanakan maka dilaksanakan pengukuran
atau asessment kedua, lalu hasilnya dilihat, apakah ada peningkatan, jika
hasil telah menunjukkan pencapaian target, maka tindakan siklus berikutnya
dihentikan, hal ini tergantung dari hasil triagulasi bersama tim peneliti.
135
E. Kriteria Keberhasilan Tindakan
Kriteria keberhasilan tindakan yang diharapkan secara umum adalah
adanya peningkatan perkembangan anak usia dini dengan pendekatan
tematik, secacara khusu adalah meningkatkan perkembangan setiap aspek
mendekati kategori level 3. Untuk aspek motorik: dapat memberikan
kesempatan yang luas untuk bergerak, pengalaman belajar untuk
menemukan, aktivitas sensori motor. Kriteria keberhasilan peningkatan
perkembangan anak usia dini dengan pendekatan tematik, dapat
meningkatkan aspek perkembangan, pada kriteria baik. antara lain :
1. Aspek Motorik: anak dapat melakukan aktifitas motorik halus dan
motorik kasar untuk bergerak, pengalaman belajar untuk
menemukan, aktivitas sensori motor.
Motorik halus:
a) Melatih gerak dengan meronce manik manik
b) Melatih gerak dengan aktivitas sensor motorik
c) Memegang alat tulis (pensil, crayon, kuas)
d) Menggunting, menempel
Motorik kasar:
a) melompat
b) berlari
c) menangkap
d) melempart
e) membersihkan
136
2. Aspek Kognitif: dapat mengembangkan pemahaman tentang diri
sendiri, orang lain dan lingkungan.
a) Pemahaman tentang diri sendiri, orang lain b) Menjelaskan konsep benda sesuai dengan pertanyaan guru
c) Menjelaskan pemahaman konsep science sederhana
d) Menjelaskan perbedaan tekstur (kasar, halus)
e) Membedakan ukuran (panjang pendek, besar kecil)
f) Mengenal konsep bilangan, konsep waktu
g) Menjelaskan konsep penjumlahan dan pengurangan
3. Aspek Bahasa :memperluas kosa kata, mengembangkan
penerimaan serta pengekspresian, berinteraksi dengan anak-anak
lain, orang dewasa pada situasi bermain, mengembangkan bahasa
reseptif atau penerimaan kemudian bahasa ekspresif, komunikasi
verbal dan memahami bahasa dalam berbicara serta komunikasi
non verbal.
a) Berkomunikasi verbal dengan guru b) Mengembangkan bahasa tulis, kosa kata sederhana.
c) Merjelaskan gambar yang dibuat.
d) Menjelalaskan bahasa isyarat secara umum
e) Mengembangkan kosa kata
f) Berinteraksi dengan teman.
g) Pengekspresian
137
h) Pengembangan bahasa reseptif
i) Pengembangan bahasa ekspresif
4. Aspek Sosial-emosional : sosial mengembangkan kemampuan
bersosiasilasi, memperluas empati, mengurangi sikap egosentris,
menumbuhkan dan meningkatkan rasa sosialisasi, belajar
berperilaku prososial seperti menunggu giliran, kerjasama saling
membantu dan berbagi. Emosi :melalui bermain anak dapat
menerima berekspresi danmengatasi masalah dengan cara yang
positif, mengenal diri sendiri dan mengembangkan pola perilaku
yang memuaskan dalam hidup.
a) Kemampuan bersosialisasi dengan guru dan teman-teman.
b) Kemampuan berempati
c) Mengurangi sifat egosentris
d) Mengembangkan perilaku prososial (kerjasama, membantu,
berbagi, inisiatif).
e) Disiplin dalam kelas.
f) Emosi yang wajar,
g) Cepat tanggap,
h) Reaksi emosi yang stabil
138
5. Aspek Moral Harapan intervensi tindakan terhadap aspek
perkembangan anak usia dini dapat meningkatkan perkembangan,
antara lain:
a) Percaya akan ciptaan Allah.
b) Mencintai sesama manusia.
c) Mencintai makhluk hidup.
d) Membaca dua kalimasyahadat.
e) Doa pendek.
f) Ibadah.
g) Tingkah laku sopan santun.
h) Mempraktekkan kebersihan..
i) Tanggung jawab.
j) Menjelaskan rasa cinta tanah air Indonesia, musyawarah sederhana, rasa
sayang pada teman, binatang.
F. Sumber Data.
Peran dan posisi peneliti dalam penelitian ini sebagai perancang dan
pendisain serta perencana pembelajaran sekaligus pelaksana tindakan atau
pelaksana pembelajaran. Dalam melaksanakan penelitian, peneliti
melaksanakan tindakan yang telah direncanakan sekaligus mengamati
proses penelitian, mulai dari perencanaan, pelaksana, pengumpul data,
analisis data, dan menafsirkan data serta membuat laporan hasil penelitian
Subyek dan obyek penelitian adalah siswa kelompok B TK Nakkia
gambrit Jatiwaringin Pondok Gede Bekasi. Jumlah siswa kelompok B yang
139
diteliti sebanyak 15 orang anak. Data yang diambil adalah data tentang
perkembangan, yang di ukur sebelum tindakan, dan setelah tindakan setelah
tindakan, dan perlakuan yang diberikan adalah prlakuan pengajaran
sebanyak delapan kali pertemuan dalam satu siklus..
Data dalam penelitian ini tentang peningkatan perkembangan anak
usia dini dengan pendekatan tematik, sebelum dilaksanakan tindakan dan
setelah dilaksanakan tindakan yang dikumpulkan dengan alat observasi.
(lihat lampiran 523-533).
G. Teknik Pengumpulan Data
1. Kisi-kisi Instrumen
No Dimensi
Perkembangan
Bentuk
Kompetensi
Indikator
Hasil Belajar
Nomor
Instrumen
1. Motorik Anak mampu menggerakkan anggota tubuhnya dalam rangka latihan kelenturan otot.
1. Anak-anak dapat meroncemanik-manik yang disediakan guru sampai selesai.
2. Anak dapat memegang pensil dengan benar disaat menulis di buku
3. Anak dapat memegang Kerayon dengan benar disaat mewarnai gambar
4. dengan baik dan benar Anak dapat menempelkan kertas
1
2
3
4,5.6
140
pada pola dengan lem dengan baik dan benar
5. Anak dapat memegang kuas gambar ketika menggambar dengan kuas
6. Anak dapat Melempar bola ke arah guru dalam jarak satu meter dengan baik.
7. Anak dapat Menangkap bola dari arah guru dalam jarak satu meter dengan baik.
8. Anak dapat Melompat ketika diputarkan tali oleh teman-temannya dengan dibantu guru
9. Anak dapat meemanjat tangga plosotan dengan baik
7,8
9
10
11
12
2. Kognitif Anak mampu mengenal dan memahami berbagai konsep sederhana dalam kehidupan sehari-hari
1. Anak dapat menjelaskan benda ketika guru menanyakan benda sekitarnya
2. Anak dapat menjelaskan pemahaman konsep sains
3. Sederhana ketika guru meminta penjelasan
4. Anak dapat mengenalkan an bilangan 1-10 ketika pelajaran berhitung
5. Anak dapat
21, 29, 30
22, 27, 32
18, 30 ,31
23
24
25
141
membedakan ukuran besar dan kecil
6. Anak dapat menjelaskan tentang konsep waktu secara sederhana
7. Anak dapat Pengenalan konsep matematika secara sederhana, tetang menambah, mengurang
26
3. Bahasa Anak dapat berkomunikasi secara lisan, serta memperkaya pembendaharaan kosa kata, dan menulis dengan simbol-simbol yang melambangkannya (persiapan menulis)
1. Anak dapat berkomunikasi lisan ketika guru bertanya
2. Anak dapat berkomunikasi lisan bersama teman-teman ketika bekerja dalam satu kelompok
3. Anak dapat berkomunikasi dengan kosa kata yang sesuai dengan perkembanggananak usia dini
4. Anak dapat menjelaskan dan mengenalkan bentuk simbol ketika guru menanyakan dalam pembelajaran simbol.
5. Anak dapat menjelaskan tentang gambar yang mereka buat
6. .Anak dapat mengerti bahasa isyarat secara umum ketika guru meminta penjelasan.
38,49
39,46
40,48,47
41,45
42
44
4. Sosial Anak mampu 1. Anak dapat 50,66,67
142
bersosialisasi dengan orang lain, memilki empati, mengurangi sikap egosentris,mengembangkan rasa sosialisasi dan memiliki sifat prososial
berinteraksi dengan orang lain
2. Anak bisa berinteraksi dengan guru
3. Anak dapat berinteraksi deng teman di dalam kelas.
4. Anak dapat Mengenal disiplin yang ada di dalam kelas
5. Anak dapat menunjukkan empati ketika berinteraksi dengan orang lain
6. Anak dapat menunjukkan emosi yang wajar ketika berinteraksi dengan teman diwaktu bermain.
7. Anak cepat tanggap terhadap situasi, ketika guru memberikan aba-
aba untuk menyelamatkan diri dalam permainan
8. Anak dapat menjalankan disiplin yang ada didalam kelas.
9. Anak menunjukkan reaksi emosi yang stabil
68,80
51,97
52,69,
105
53,77,
99,95
54, ,87,
101
55,61,
65,91
105,86, 90
57,84
104
58,89
93
5. Moral dan Nilai Agama
Anak mampu percaya akan ciptaan Allah, mencintai sesama manusia dan
1. Anak dapat melakukan aktivitas untuk brdoa bersama-sama ketika guru memimpin doa.
2. Anak dapat
114 115
143
mahkluk lainnya.
melakukan aktivitas doa pendek secara individu, ketika guru meminta anak berdoa.
3. Anak dapat mengenal Ibadah yang dilakukan dalam Agama Islam (nama-nama solat)
4. Anak dapat menunjukkan tingkah laku Sopan santun ketika berinteraksi dengan guru
5. Anak dapat mempraktekkan kebersihan (menggosok gigi, mencuci tangan sebelum makan)
6. Anak dapat mempraktekkan tanggung jawab di dalam kelas, meletakkan mainan pada tempatnya setelah bermain.
7. Anak dapat menjelaskan secara sederhana rasa cinta tanah air dengan contoh
8. Anak dapat mengerti tentang pentingnya musawarah /mufakat semenjak dini secara sederhana, ketika guru mengemukakan satu masalah.
9. Anak dapat menunjukkan rasa
116,128 117 118 119 120 121 122,126, 127
144
sayangnya kepada sesama teman didalam kelas(tidak berkelahi).
10. Anak dapat menunjukkan rasa sayang terhadap binatang peliharaan, ketika dibawa ke kandang binatang piaraan sekolah.
11. Anak dapat menjelaskan kenapa Kita perlu sayang pada semua ciptaan Tuhan
123 124,125
2. Jenis instrumen
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
a. Lembar Observasi
Lembaran observasi digunakan untuk mencatat hasil pengamatan
diwaktu pelaksanaaan peningkatan perkembangan anak usia
dini melalui pembelajaran tematik.
b. Video
Alat ini digunakan untuk merekam kegiatan pembelajaran yang
berlangsung sebagai pelengkap data catatan lapangan.
c. Lembar Kerja Anak
Lembaran ini digunakan untuk menganalisis kinerja anak, dan
145
melatih anak untuk mengembangkan aspek perkembangannya,
yang dilakukan selama proses pembelajaran, sesuai dengan tugas
yang diberikan guru, yang berkaitan dengan Rancangan Kegiatan
Harian (RKH).
d. Asesmen
Pengukuran yang dilakukan pada proses penelitian ini adalah
mengamati aspek perkembangan anak melalui observasi, dengan
menyediakan lembaran observasi, yang dilakukan di awal dan di
akhir. Diawal dilakukan sebelum dilakukan tindakan dan diakhir
dilakukan setelah diadakan tindakan.
H. Validitas Data
a. Validitas Instrumen
Hasil uji coba instrumen divalidasi dengan menggunakan validitas
konstruk. Kerllnger menyatakan validitas yang digunakan dalam pengamatan
tingkah-laku adalah validitas konstruk6 Djaali manyatakan proses validitas
konstruk sebuah instrumen harus dilakukan melalui panetapaan atau
justifikasi pakar atau rnelalui penilaian sekelompok panel yang tardiri dari
6 Fred Kerlinger, Asas-Assas Penelitian Behavioral, tanemanan Landung R. Sttnaftomm (Togyakarta
Gajah Mada University Press. 2004) p. 961
146
orang-orang yang menguasai substansi atau konten variabel yang handal
dapat diukur.7
Dalam penelitian ini, uji validitas konstruk pada instrumen ini dilakukan
oteh 20 orang pakar. Sebelum instrumen digunakan, instrumen diberikan
kepada ahli untuk diberikan penilaian Para penilai memberikan nilai
kecocokan sub dimensi kompetensi perkembangan anak usia dini dengan
indikator dan kesesuaian indikator dengan pertanyaan-pertanyaan
(butir-butir instrumen). Hasil perhitungan terlampir pada lampiran 4.
Instrumen data juga diuji realibilitas, untuk mendapatkan instrumen
yang reliable. Data yang diperoleh dari observasi dan wawancara.
Perhitungan realibilitas dengan menggunakan rumus dari Ebel8 dengan
rumus sebagai berikut:
rxx`= (Ss² - Se² ) / Ss²
Ss = variansi antar subjek yang dikenai rating Se = varian error yaitu variasi interaksi antar subjek (s) dan rater (r) untuk Se² dan Sc² dicari dengan : ry² - (∑ R²)/n – (∑ T²) /k + (∑i )² /nk Se² = _____________________________ (n-1) (k-1)
7 Djaali dan Pudji Muljono, Pengukuran Dalam Bidang Pendidikan (Jakarta: PPs UNJ, 2004), h. 95-
97.
8 Ibid., hh. 106-107.
147
(∑ T²) /k + (∑i )² /nk Sc² = _____________________________ n-1 Keterangan:
i = Angka rating yang diberikan seorang rater kepada seorang subjek.
T = Jumlah angka rating yang diterima seorang subjek dari semua rater
R = Jumlah angka rating yang diberikan oleh seorang rater kepada
semua subjek
n = Banyaknya subjek
k = Banyaknya rater
Untuk mengukur mengukur tinggi rendahnya reliabililas sebuah
alat ukur Guilford dengan kriteria sebagai berikut:
0.00 - 0,20 = kecil
02.0 - 0,40 = rendah
0.40 - 0.70 = sedang
0.70-0.90 = tinggi
0.90 - 1.00 = sangat tinggi.
b. Validasi Data Kualitatif
Validasi data kualitatif dilakukan melalui triagulasi data, maksudnya
adalah dengan pemeriksaan silang dari berbagai sumber data yang
digunakan. Berdasarkan berbagai sumber informasi data, membandingkan
data hasil wawancara dengan hasil observasi serta membandingkan hasil
dari masing-masing informan.
148
c.Teknik .Analisis Data
Analisis yang digunakan meliputi analisis data dengan statistika
deskriptif dan analisis data secara kualitatif. Analisis data dengan statistika
deskriptif disajikan dalam bentuk tabel dan grafik. Analisis kualitatif dilakukan
dengan cara menyajikan data yang diperoleh dari hasil pengamatan di
lapangan sesuai dengan prosedur penelitian etnografi dari Spradley yang
terdiri dari 12 langkah yaitu: selama penelitian tindakan itu dilakukan.
Prosedur analisis yang digunakan:
a. Menentukan informan. b. Mewawancarai informan. c. Membuat catatan lapangan. d. Mengajukan pertanyaan deskriptif. e. Menganalisis hasil wawancara. f. Membuat analisis domain. g. Mengajukan pertanyaan struktural. h. Membuat analisis taksonomi. i. Mengajukan pertanyaan kontras. j. Membuat analisis komponensial. k. Menemukan tema. l. Menuliskan laporan etnografi.9
9 Jammes P Spradley, The Ethnoggraphic Interview (New York: Holt, Rinehart and Winston, 1979),
p. 41-217.
149
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Dalam bab ini akan dibahas tentang informasi hasil penelitian yang
terdiri dari: Deskripsi Hasil Penelitian dan Pembahasan, informasi-informasi
tersebut secara lengkap diuraikan pada bagian-bagian berikut ini:
A. Deskripsi Hasil Penelitian
Sekolah Taman Kanak-kanak Nakkia berlokasi di jalan Gambrit,
Jatiwaringin Pondok Gede, Bekasi. Sekolah ini memiliki visi dan misi untuk
mendidik anak usia dini untuk mempersiapkan menjadi generasi yang
tangguh, beriman, bertakwa, berakhlak mulia, cerdas, terampil, kreatif, dan
penuh ceria serta bahagia.
Sekolah ini merupakan Yayasan yang dipimpin oleh Amalia Djodi. MM.
Spd. Sekolah ini saat dilaksanakan penelitian, kepala sekolah dipimpin oleh
Linda Afrianti SPd, alumni Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Asyafiah Jakarta. Jurusan Ilmu pendidikan, program studi
Bimbingan dan Konseling. Tamat tahun 2001.
Sekolah ini memiliki luas area 846 m2 dengan jumlah ruangan belajar
sebanyak 3 kelas. 1. Ruangan untuk bermain indor, 1 ruangan guru, dan 1
ruangan yayasan dan 1 ruangan kantor, 1 ruang kantor kepala sekolah,.
Model pembelajaran yang digunakanadalah model Area.
150
Jumlah Pendidik dan tenaga kependidikan di Taman Kanak-kanak
Nakkia sebagai berikut: guru berjumlah tujuh orang, dan petugas kebersihan
satu orang serta dilengkapi dengan satu orang petugas keamanan. Peserta
didik berjumlah empat puluh enam orang, lima belas orang murid play group,
enam belas orang murid kelas A, dan lima belas orang murid kelas B.
1. Siklus Pertama
Peningkatan perkembangan anak usia dini dengan pendekatan tematik,
melaui pembelajaran area, yang memadukan beberapa bidang dalam
pembelajaran yang berpedoman dengan pembelajaran terpadu. Peningkatan
perkembangan yang dioptimalkan adalah 5 aspek perkembangan,
diantaranya adalah: Aspek perkembangan motorik (motorik halus dan motorik
kasar) aspek perkembangan bahasa, aspek perkembangan kognitif, dan
aspek perkembangan sosialemosi, serta aspek perkembangan moral.
Usaha peningkatan perkembangan ini, dilakukan dalam penelitian
tindakan yang dilaksanakan dalam siklus-siklus. Masing-masing siklus terdiri
dari empat kegiatan yaitu: perencanaan (planning), pelaksanaan tindakan
(acting), observasi hasil tindakah (observing), dan refleksi (reflection) hasil
tindakan. Setelah siklus pertama dilaksanakan, akan didapat hasil, jika hasil
siklus pertama telah mencapai tujuan. Siklus akan dihentikan, tetapi jika pada
siklus pertama tujuan belum tercapai, maka akan dilaksanakan siklus kedua.
Siklus kedua dirancang berdasarkan masalah pada siklus pertama. Untuk
lebih jelasnya, bisa dijelaskan siklus-siklus sebagai berikut:
151
a. Perencanaan (Plan)
Perencanaan tindakan siklus pertama dimulai dengan langkah Deskripisi
Situasi, diskusi program pembelajaran dengan guru, asesmen awal,
penyusunan rencana pembelajaran (Rancangan Kegiatan Mingguan atau
RKM, Rancangan Kegiatan Harian atau RKH, yang didalammya mencakup :
kelas tempat berlangsungnya pembelajaran, semester dilaksanakan, minggu
ke, tema, sub tema, hari dan tanggal pelaksanaaan, Indikator yang akan
dikembangkan , kegiatan pembelajaran, alat yang digunakan, dan sumber
belajar, serta penilaian perkembangan anak
Kerkhasan penelitian ini adalah, selain meneliti dari 5 aspek
perkembangan juga menyiapkan tema, yang dikaitkan dengan aspek
perkembangan yang ingin ditingkatkan, serta menyiapkan jaringan tema
webing (jaring laba-laba) tema yang dikaitkan dengan ke lima aspek
perkembangan yang ingin ditingkatkan.
1) Deskripsi Situasi
Pada tanggal 16-17 Februari 2012 peneliti melakukan observasi
terhadap pembelajaran yang dilakukan guru di kelas. Hasil observasi antara
lain: proses pembelajaran yang dilakukan masih kurang terencana hal ini
terbukti Rancangan Kegiatan Mingguan dan Rancangan Kegiatan Harian
tidak dipersiapkam secara tertulis, dan berdasarkan observasi, Rancangan
Kegiatan Harian (RKH) dan Rancangan Kegiatan Mingguan (RKM) tidak
152
disediakan sehari sebelum mengajar. Berdasarkan pengamatan peneliti
arsip RKH dan RKM tidak tersedia secara utuh.
Pembelajaran yang dilaksanakan belum sepenuhnya mengacu pada
tema. Pada hari observasi tersebut, tema yang sedang dipelajari anak adalah
tema tentang benda benda langit, dengan sub tema bulan. Pada proses
pembelajaran berlangsung, guru hanya mennyebutkan beberapa nama
bulan pada kegiatan pembukaan, tetapi pada kegiatan inti yang dikerjakan
anak, aktivitas pembelajaran tidak berpusat pada bulan.
Pada saat anak mewarnai pada area seni, anak mewarnai gambar
pemandangan yang tidak ada bulannya, yang seharusnya bisa digunakan
gambar bulan atau bulan sabit, pda area berhitung anak ditugaskan
menghitung penambahan tidak menggunakan bulan. Yang seharusnya bisa
digunakan gambar bulan purnama, pada saat anak bekerja di area bahasa,
anak menuliskan nama-nama bulan, dan pada area balok anak diminta
membuat kandang, yang tidak ada kaitan dengan bulan, seharusnya anak
diminta membuat gambar bulan purnama atau bulan sabit, sementara untuk
area Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) anak diminta menghubungkan garis yang
menghubungkan gambar yang ada di sebelah kiri dengan gambar yang ada
di sebelah kanan, yang tidak berkaitan dengan tema, yang sebenarna bisa
dirancang gambar pemandangan yang pada siang hari dikaitkan dengan
matahari, pemandangan malam hari dengan bulan.
153
Pada saat proses pembelajaran, guru sangat mengharapkan anak
diam, tidak bersuara, tidak banyak gerak, apabila ada anak yang bersuara
atau berbicara dengan temannya, misalnya saat itu seorang anak bernama
Shelbi berbicara dengan temannya menanyakan: “warna langit kamu kok
hitam?” guru langsung berkata dengan suara lantang “Shelbi jangan
berbicara”. Begitu juga disaat anak laki-laki bernama Dafa, di area seni,
belum selesai tetapi dia berjalan kearah area lain bergerak guru langsung
menegur “Daffa, duduk di bangku area seni ya, kerjakan dulu sampai
selesai” tanpa menanyakan kenapa anak itu berjalan ke area lain,
seharusnya ditanntyakan dulu alasannya, diajak komunikasi, baru diberikan
solusi.
Proses belajar mengajar seperti yang peneliti amati, dengan tidak
langsung menghambat perkembangan anak, seharusnya guru memberikan
peluang untuk anak menumbuh kembangkan aspek perkembangan fisik,
bahasa, sosialemosional dan kognitif serta moral dalam proses belajar.
2) Asesmen Awal
Upaya pengumpulan data tentang perkembangan anak Taman-kanak
Kelompok B di Taman Kanak-kanak Nakkia sebelum pelaksanaan tindakan
dilakukan dalam bentuk asesmen awal. Asesmen awal dilakukan dalam
bentuk observasi. Hasil observasi perkembangan 15 orang anak yang akan
dijadikan subjek penelitian. Skor keseluruhan perkembangan anak usia dini
bergerak antara nilai skor 366-1098, untuk perkembangan motorik halus
154
skor maksimal 72, untuk skor motorik kasar 81, untuk perkembangan kognisi
180, untuk perkembangan bahasa 108, dan untuk perkembangan sosial-
emosi 522 serta untuk perkembangan moral 135. perincian sebagai berikut :
Tabel 4.1
Nilai Perkembangan Anak Usia Dini (Asesmen Awal)
Taman Kanak-kanak Nakkia Kelompok B
No Subjek
Motorik Kognitif Bahasa
Sosio Emosional
Moral Total Rerata Halus Kasar
1 25 30 71 42 195 53 416 1.14
2 26 33 70 44 191 53 417 1.14
3 28 34 68 41 191 52 414 1.13
4 28 31 70 40 192 51 412 1.13
5 28 31 75 43 199 54 430 1.17
6 29 31 72 42 207 54 435 1.19
7 26 30 67 41 194 50 408 1.11
8 27 29 78 42 191 53 420 1.15
9 27 33 71 42 194 49 416 1.14
10 29 31 73 41 199 54 427 1.17
11 26 30 73 42 189 55 415 1.13
12 31 29 71 40 196 52 419 1.14
13 30 29 79 44 195 53 430 1.17
14 31 35 78 61 244 64 513 1.40
15 27 34 75 42 197 54 429 1.17
Rata-rata
1.17
Dari hasil perhitungan (terlampir) skor rata-rata perkembangan anak
usia dini Taman Kanak-kanak Nakkia sebesar 1.17. Berdasarkan kategori
perkembangan anak dalam penelitian ini, nilai rata-rata perkembangan anak
masih berada pada level 1 (satu). Sedangkan target penelitian mendekati
level 3 (tiga). Berikut ini dapat dilihat diagram batang:
155
Skor
Anak
Keterangan Gambar: KB: Kurang Baik C: Cukup SB: Sangat Baik
Gambar 4.1. Perkembangan Anak Hasil Pengukuran Sebelum Siklus 1
Kondisi di atas menunjukkan bahwa capaian nilai perkembangan anak
Taman Kanak-kanak Nakkia kelompok masih perlu dioptimalkan
peningkatannya. Sesuai dengen tujuan penelitian ini yaitu peningkatan
perkembangan anak usia dini dengan pendekatan tematik
Dari hasil observasi pembelajaran dan asesmen awal, perkembangan
anak yang ditemukan beberapa masalah di lokasi penelitian: Pertama, Aspek
perkembangan yang akan ditingkatkan tidak terdapat dalam SKH. Kedua
156
Kaitan antara Area dan aspek perkembangan yang akan ditingkatkan tidak
terlihat jelas dalam RKH. Ketiga, pembelajaran dengan tematik terpadu
model jaring laba-laba belum dilaksanakan secara maksimal," Keempat, tema
hanya digunakan pada kegiatan pembukaan dan penutupan belum
dikembangkan secara maksimal dalam kegiatan inti, sebab kegiatan inti
sering tidak berkaitan dengan tema dan sub tema yang diajarkan dalam
proses
Berdasarkan keempat masalah di atas dapat disimpulkan bahwa
perkembangan anak masih pada tingkat cukup, sehingga masih diperlukan
upaya mengoptimalkan perkembangan anak. Sebagaimana diketahui bahwa
pada usia dini anak sangat mudah menyerap informasi dan meniru perilaku
sehingga diharapkan jika perkembangan anak telah dimaksimalkan sejak
usia dini akan lebih mudah melaksanakan tugas-tugas perkembangan pada
masa yang akan datang
3) Penyusunan Rencana Pembelajaran
Penyusunan rencana dengan pendekatan tematik pada siklus satu
meliputi:
a) Persiapan pengembangan tema.
Tema yang dipilih adalah binatang dengan sub tema binatang, buas,
peliharaan, ternak dan hidup di darat, di laut dan di sungai, sebab
tema ini dapat dijadikan tema untuk mengembangkan aspek
perkembangan anak usia dini, seperti aspek fisik motorik , kognitif,
157
bahasa, dan, serta sosial emosional, serta moral nilai agama, Tema
ini dikembangkan dengan pembelajaran pendekatan area. (area
bahasa, area matematika/berhitung, area IPA, area seni, dan area
balok serta area bermain peran).
b) Persiapan Media
In fokus, laptop, Ipad, DVD, boneka, gambar-gambar yang berkaitan
dengan binatang yang dikaitkan dengan aspek perkembangan yang
akan diajarkan. Media ini akan dijadikan media untuk bercerita dan
mendiskusikan tema untuk mengembangkan aspek perkembangan
anak selama proses pembelajaran, dimulai saat anak masuk
kehalaman sekolah, dalam kelas pada kegiatan pembukaan dan
penutupan, diruangan makan, sampai berbaris saat mau pulang.
c) Persiapan lembar kerja anak untuk Area Bahasa.
Lembar kerja anak ini meliputi: mengenal kata, mengenal kaliat
pendek, mebalkan, menulis dengan cara mengulang contoh yang
diberikan. Tujuannya adalah untuk menumbuh kembangkan bahasa
anak, menambah kosa kata, melatih ketrampilan menulis dan
ketrampilan membaca.
d) Persiapan lembar kerja anak untuk Area Matematika/berhitung.
Lembar kerja anak ini meliputi: menjumlahkan dengan menambah dan
mengurangi, dengan menggunakan gambar gambar binatang.
Menumbuh kembangkan konsep konsep jumlah, lebih besar, lebih kecil
158
semakin banyak dan semakin kurang. Ini merupakan untuk
peningkatan perkembangan cognitif anak usia dini
e) Persiapan lembar kerja anak untuk Area IPA
Mempersiapkan gambar ditugaskan anak untuk menghubungkan dan
memilih gambar yang sebelah kiri dengan gambar yang disebelah
kanan, dengan cara menarik garis. Kegiatan lainnya adalah
mengelompokkan hewan yang beranak dan bertelur, mengelompokkan
jenis makanan binatang.
f) Persiapan lembar kerja anak untuk area seni.
Anak melaksanakan tugas seperti: menggunting, menempel,
menstempel, mengisi pola, dan meronce, kolase (kapas, kacang-
kacangan, kertas warna, kulit telur). Mewarnai (kerayon, cat air),
menggambar bebas. Tujuan pembelajaran ini untuk meningkatkan
perkembangan anak pada aspek. Motorik halus, motorik kasar, kognitif,
sosial.
g) Persiapan lembar kerja anak untuk area balok.
Langkah-langkah yang yang akan ditempuh dalam melaksanakan
tindakan: Peneliti menyediakan balok berbagai bentuk dan warna,
kemudian anak diminta untuk membuat bangunan seperti : binatang,
kandang binatang, tempat minum binatang, atau sesuai dengan
keinginan anak yang berkaitan dengan tema binatang yang sedang
diajarkan. Tujuannya adalah untuk menumbuh kembangkan aspek
159
perkembangan kognitif, perkembangan motorik dan perkembangan
sosial.
h) Mengobservasi Lembar Kerja dengan Guru
Gambar-gambar yang ada dalam lembar kerja anak, peneliti bersama
guru kelas, berdiskusi tentang gambar-gambar yang berkaitan dengan
aspek perkembangan yang akan ditingkatkan.
i) Keterlibatan Guru Dalam penelitian
Peneliti menjelaskan kepada kepala sekolah dan guru kelas bahwa
peneliti terlibat dalam pernbelajaran sebagai guru dalarn
pembelajaran. Di samping itu tindakan yang dilakukan tidak
menganggu jalanya program dan jadwal pernbelajaran yang telah
ditetapkan pihak sekolah, penelitian yang bertujuan untuk
meningkatkan perkembangan anak usia dini.
j) Jadwal Kegiatan
Siklus pertama akan dilaksanakan selama dua minggu pembelajaran
sebagai berikut:
Tabel 4.2 Jadwal Kegiatan Penelitian
Peningkatan Perkembangan Anak Usia Dini dengan Pendekatan Tematik di TK Nakkia Tema Binatang (Siklus I)
No Tanggal Bulan Tahun
Sub Tema Aspek Perkembangan yang Ingin Ditingkatkan
Ket
1. 6-4- 2012 Binatang Buas Harimau
Fisik motorik Kognitif Sosio Emosional Bahasa
Dikerjakan di setiap area
160
Moral dan Nilai agama
2. 8-4-2012 Binatang Peliharaan Kucing
Fisik motorik Kognitif Sosio Emosional Bahasa Moral dan Nilai agama
Dikerjakan di setiap area
3 9-4-2012 Binatang Ternak Ayam
Fisik motorik Kognitif Sosio Emosional Bahasa Moral dan Nilai agama
Dikerjakan di setiap area
4 10-4-2012 Binatang Air Ikan Air Tawar (lele)
Fisik motorik Kognitif Sosio Emosional Bahasa Moral dan Nilai agama
Dikerjakan di setiap area
5 12-4- 2012 Binatang Darat Kambing
Fisik motorik Kognitif Sosio Emosional Bahasa Moral dan Nilai agama
Dikerjakan di setiap area
6 13-4- 2012 Binatang Udara Burung
Fisik motorik Kognitif Sosio Emosional Bahasa Moral dan Nilai agama
Dikerjakan di setiap area
7 16-4-2012 Binatang Bertelur Itik
Fisik motorik Kognitif Sosio Emosional Bahasa Moral dan Nilai agama
Dikerjakan di setiap area
8 17-4- 2012 Binatang Melahirkan Kuda
Fisik motorik Kognitif Sosio Emosional Bahasa Moral dan Nilai agama
Dikerjakan di setiap area
4) Diskusi tentang progam pembelajaran dengan guru
Pada tanggal 29 Maret 2012 peneliti dengan guru kelas B melakukan
diskusi tentang rencana pembelajaran dan peneliti menjelaskan tata cara
161
pelaksanaannya. Dari hasil diskusi ini diperoleh beberapa perbaikan kegiatan
seperti kegiatan-kegiatan yang paling cocok dipakai dalarn pembelajaran.
Peneliti turut mengelola kelas bersama guru sehingga dalam kelas yang akan
dijadikan subjek penelitian ada tiga orang guru yaitu 1 orang peneliti dan 2
orang guru kelas.
b. Pelaksanaan
Pelaksanaan peningkatan perkembangan anak usia dini dengan
pendekatan tematik siklus pertama selama delapan kali pertemuan (dua
minggu) menggunakan tema binatang dengan sub temabinatang ternak,
binatang peliharaan, binatang buas, binatang air, binatang darat, binatang
udara, Dan binatang bertelur serta binatang beranak. Pelaksanaan tindakan
terdiri dari kegiatan baris berbasis, kegiatan pembukaan, kegiatan inti,
kegiatan makan, kegiatan istirahat, dan kegiatan penutup.
1) Kegiatan Baris Berbaris
Pada kegiatan baris berbaris anak melakukan berbagai kegiatan yang
melatih kernampuan motorik kasar anak seperti berdiri dengan tumit dengan
seimbang mulai hitungan 1-3, berdiri di atas satu kaki sampai hitungan 1-10,
meloncat dengan salah satu kaki 3 kali, membuat gerakan bebas mengikuti
lagu, menendang dan mengayunkan langkahnya ke belakang dan ke depan,
meloncat dengan dua kaki sebanyak 4 kali, berlari dengan cepat dan berputar
tanpa kendala, berlari sambil meloncat dengan seimbang, melaksanakan
senam mengikuti irama dan menyanyikan lagu anak-anak.
162
Baris-berbaris melatih kemampuan perkembangan bahasa, karna
anak-anak bersuara keras mengucapkan kata kata, selanjutnya juga melatih
perkembangan kognitif, misalnya anak diminta bersuara menghitung satu,
dua, tiga empat, sesuai dengan gerakan, dan menyamakan gerakan dengan
kelompok teman-teman kelasnya. Selain itu baris berbaris juga dapat
meningkatkan perkembangan sosial, seperti anak diminta saling berinteraksi
berpegangan tangan untuk berbaris, bergantian dalam urutan berbaris. Dan
emosi anak berkembang, bisa berekspresi tertawa, tersenyum, memekik,
mengekspresikan rasa senang. Perkembangan moral juga bisa dilatih
dengan pada saat anak baris berbaris, seperti memupuk rasa cinta sesama
teman saat berbaris berpegangan tangan, saling sopan dan menjaga teman
jangan sampai terinjak dan terjatuh.
Anak melakukan melakukan gerakan senam, melompat, dan
menggerakkan badan seperti yang dipelajari sesuai dengan tema yang
diajarkan pada hari itu.
2) Kegiatan Pembukaan
Setiap hari anak-anak memulai kegiatan belajar dengan membaca doa
belajar dan saling bertanya kabar antara anak dan guru. Kegiatan dilanjutkan
dengan tanya jawab mengenai tema yang diajarkan pada hari kemaren,
kemudian guru menjelaskan tentang tema yang sedang dipelajari. Guru
menjelaskan area area apa saja yang akan dibuka, seperti area: bahasa,
area seni, area berhitung atau matematika, area balok dan area IPA serta
163
area bermain peran. Setelah diskusi tema peneliti menunjukkan gambar yang
berkaitan dengan, yang akan dikerjakan pada masing-masing area, sesuai
dengan lembaran kerja yang telah disiapkan. Kegiatan Inti
3) Kegiatan Inti
Pada kegiatan inti anak-anak melakukan kegiatan yang berkaitan
dengan tematik. Lembaran kerja yang telah disediakan di setiap area yang
dibuka pada hari pembelajaran.
Area Bahasa : Aktivitas yang dilakukan anak adalah: : Menulis
kembali kalimat pendek yang sudah ada yang dibantu dengan gambar,
menulis kata kata yang sudah ada, membaca kata yang sudah ada,
mengenal huruf dari kata yang ada dengan cara menyebutkan huruf satu
persatu.
Area Berhitung/Matematika: Aktivitas yang dilakukan anak adalah:
Anak melakukan pekerjaan, menyelesaikan tugas di lembaran kerja, seperti :
Menyelesaikan penmambahan, menyelesaikan pengurangan angka 1
sampai dengan 20. Pengurangan dan penjumlahan dilengkapi dengan
gambar berwarna. Selain itu anak menggunting pola gambar binatang sesuai
dengan jumlah angka yang telah disediakan pada lembaran kerja.
Area IPA: Aktivitas yang dilakukan anak adalah: Menyelesaikan tugas
yang telah disiapkan pada lembaran kerja, seperti : menghubungkan garis
antara gambar yang disebelah kiri dengan gambar yang disebelah kanan.
164
Area Seni: Aktivitas yang dilakukan anak adalah: Menyelesaikan tugas
yang telah disiapkan pada lembaran kerja, sepert, mewarnai gambar dengan
kerayon, mewarnai gambar dengan cat air, membuat kolase penempelan
kapas, menempel gambar dengan kacang-kacangan, menempel dengan
kolase kertas warna.
Area Balok: Aktivitas yang dilakukan anak adalah: Menyelesaikan
tugas yang telah disiapkan pada lembaran kerja, seperti: membuat kandang
binatang, dengan menyusun balok yang telah disediakan guru, membuat
bangunan seperti binatang yang sedang dipelajari dan membuat tempat
makan binatang secara bebas, sesuai dengan tema.
Aktifitas di area ini dapat meningkatkan perkembangan motorik halus
dan motorik kasar, perkembangan bahasa, perkembangan kognitif dan
perkembangan sosialemosional serta perkembangan moral.
Kegiatan anak pada sub tema binatang bertujuan mengembangkan:
Fisik Motorik , seperti : motorik halus dan motorik kasar, bergerak sesuai
dengan irama musik, menyayi kan salah satu lagu kesayangannya, anak
dapat bergerak mengikuti benda-benda di lingkungan, melakukan senam
berirama bersama teman-teman dan guru.
Kognitif, seperti : pengenalan benda sekitarnya, pemahaman konsep
sains, sederhana, pengenalan bilangan, pengenalan ukuran, pengenalan
konsep waktu, pengenalan konsep matematika.
165
Bahasa, sepereti : komunikasi lisan, perbendaharaan kosa kata,
pengenalan bentuk simbol, membaca gambar bahasa isyarata.
Sosial emosional yang dikaitkan dengan sub tema adalah :
kemampuan bersosialisasi, empati, mengurangi sikap egosentris, rasa
kemampuan bersosialisasi, empati, mengurangi sikap egosentris, rasa
sosialisasi, perilaku prososial, kerjasama, saling membantu, saling berbag,
inisiatif sosialisas, perilaku prososial, kerjasama, saling membantu, dan saling
berbagi, serta inisiatif.
Moral agama, seperti : berdoa, mengenal ibadah, sopan santun,
mengenal kebersihan, tanggung jawab, cinta tanah air, musyawarah mufakat,
dan menggambar sederhana, serta mewarnai gambar secara mandiri
Setelah anak mengerjakan lembaran kerja, hasil dari anak-anak
ditempel di depan kelas, sehingga setiap anak menjadi bangga dan tumbuh
rasa percaya diri, pada saat ini sekaligus memberikan tanggapan kepada
anak, baik dari guru, dari anak itu sendiri maupun dari teman-temannya,
dalam rangka menumbuh kembangkan aspek perkembangan.
Perkembangan Bahasa: pada saat anak memberikan tanggapan
terhadap hasil kerja teman-temannya, atau menerima tanggapan dari teman-
temannyat, atau bertannya tentang hasil pekerjaannya.
Perkembangan sosial emosi: Bagaimana anak menyikapi dan
berperilaku saat berdiskusi, tentang hasil kerja, berinteraksi dengan guru,
teman-teman dalam kelas.
166
Perkembangan kognitif disaat mereka berfikir dan punya ide dalam
menanggapi hasil kerja teman dan membandingkan dengan hasil kerja
sendiri sendiri,
Perkembangan motorik: saat anak maju kedepan, dan bergerak
dalam berinteraksi disaat diskusi di depan kelas.
Perkembangan moral agama, saat anak melaksanakan idiskusi
dengan menggunakan norma-norma, disiplin, dan menghargai hasil karya diri
sendiri dan orang lain, serta pada kegiatan penutup.
4) Kegiatan makan
Sebelum kegiatan makan dimulai, seperti biasa anak mencuci tangan
di keran bergantian, lalu anak yang sudah selesai mencuci tangan menuju ke
ruangan makan yang sudah tersedia, setelah semua anak duduk di kursi
semuanya, lalu guru membimbing anak untuk memimpin doa dari salah satu
anak yang sudah hafal gilirannya.
Disiplin di ruang makan dengan cara makan tidak bersuara, dan
diwaktu makan anak tidak berkeliaran sampai makanan habis, makanan tidak
berserakan, setelah makan anak antri mencuci tangan. anak bersedia
membagi makanannya pada teman yang lupa membawa makanan. Anak
membuang sampah makanan ke keranjang sampah yang telah disediakan
dan membersihkan meja sesudah makan serta merapikan kembali kursi
makan.
5) Waktu Istirahat
167
Setelah makan dan merapikan tempat makan, tepat jam 10.00 WIB
sampai pukul 10.30 WIB anak-anak kegiatannya adalah istirahat. Pada
kesempatan ini anak diberi waktu untuk melakukan aktivitas bermain, yang
memberi peluang untuk perkembangan fisik motorik, seperti bermain
plosotan, bermain panjat-panjatan, bermain ayunan, main komedi putar, dan
meniti balok, serta berkejar-kejaran, yang selalu diawasi guru, untuk
perkembangan moral, anak tetap dilatih kedisiplinan dalam bermain. Seperti
berperilaku disiplin, adil, menghormati teman, menolong teman, menjaga
kebersihan diri dan lingkungan, dan jujur saat bermain, serta tidak menyakiti.
6) Kegiatan Penutup
Pada kegiatan penutup guru menyimpulkan apa yang sudah dipelajari
dalam satu hari ini, mulai berbaris sampai mau pulang, terutama apa yang
telah dikerjakan pada kegiatan inti. Guru bersama anak-anak meminta anak
yang mau menceritakan kembali apa kegiatan yang telah diikuti seperti :
bagaimana pengalaman mereka dalam mengerjakan lembaran tugas di
berbagai area, Area Bahasa : Aktivitas yang dilakukan anak adalah: :
Menulis kembali kalimat pendek yang sudah ada yang dibantu dengan
gambar, menulis kata kata yang sudah ada, membaca kata yang sudah ada,
mengenal huruf dari kata yang ada dengan cara menyebutkan huruf satu
persatu.
168
Pengalaman di Area Berhitung/Matematika: ketika Anak melakukan
pekerjaan, menyelesaikan tugas di lembaran kerja, seperti menyelesaikan
penmambahan, menyelesaikan pengurangan angka 1 sampai dengan 20.
Pengurangan dan penjumlahan yang dilengkapi dengan gambar berwarna.
Selain itu pengalaman anak menggunting pola gambar binatang sesuai
dengan jumlah angka.
Pengalaman di Area IPA: ketika anak menyelesaikan tugas pada
lembaran kerja, seperti : menghubungkan garis antara gambar yang
disebelah kiri dengan gambar yang disebelah kanan, yang dibantu dengan
gambar binatang berwarna sesuai dengan tema.
Pengalaman di Area Seni: ketika anak adalah dapat menyelesaikan
tugas yang telah disiapkan pada lembaran kerja, seperti, mewarnai gambar
dengan kerayon, mewarnai gambar dengan cat air, membuat kolase
penempelan kapas, menempel gambar dengan kacang-kacangan, menempel
dengan kolase kertas warna.
Pengalaman di Area Balok: ketika anak dapat menyelesaikan tugas
yang telah disiapkan pada lembaran kerja, seperti: membuat kandang
binatang, dengan menyusun balok yang telah disediakan guru, membuat
bangunan seperti binatang yang sedang dipelajari dalam tema. Membuat
tempat makan binatang secara bebas, sesuai dengan
169
Setelah berdiskusi dan membahas apa yang dipelajari hari ini,
sebelum pulang anak-anak bersama sama menyanyi, sesuai dengan tema
dandiakhiri membaca doa membaca doa-doa seperti naik kendaraan, doa
untuk orangtua, dan diakhiri doa selesai belajar. Kemudian anak diberi
pertanyaan, yang berkaitan dengan tema. Siapa yang mengacungkan tangan
dan dapat menjawab pertanyaan (melatih perkembangan motorik, bahasa,
koknitif, dan sosial emosional, sertamoral) anak bisa keluar, dan bersalaman
dengan guru.
c. Observasi
Skor perkembangan anak taman kanak-kanak kelompok B melalui
dengan pendekatan tematik difokuskan pada perkembangan yang sesuai
dengan perkembangan motorik, bahasa, koknitif, dan sosial emosional,
serta moral anak.
Perkembangan meliputi kemampuan anak sesuai dengan tahap
perkembangan dan tugas tugas yang dilaksanakan di taman kanak-kanak.
perkembangan motorik, bahasa, koknitif, dan sosial emosional, serta moral
tersebut diobservasi oleh peneliti sebagai guru dan juga ditambah dua orang
guru kelas.
Peningkatan perkembangan anak usia dini dengan pendekatan
tematik, melalui pembelajaran terpadu dengan menggunakan area,
dilaksanakan dan dikembangkan secara terencana yang dikaitkan dengan
aspek perkembangan yang akan ditingkatkan di sekolah Taman Kanak-kanak
170
Nakkia baru pertama dilaksanakan, sehingga anak-anak belum terbiasa
menyelesaikan tugas pada setiap area secara tuntas.
Tetapi anak menunjukkan rasa senang ketika peneliti menunjukkan
gambar-gambar yang berkaitan dengan tema binatang, menggunakan
gambar-gambar berwarna, apalagi menggunakan Ipad, DVD, in fokus.
Pengalaman baru ini membuat anak-anak antusias dan bergembira.
Kegiatan pembukaan dengan melihatkan gambar gambar, kemudian
melihatkan kegiatan yang akan dilaksanakan di setiap area membuat anak
bersemangat.Kegiatan diskusi apa yang akan dikerjakan disetiap area
dilakukan dalam suasana menyenangkan.
Peneliti meminta anak memberi tanggapan yang ada dalam gambar.
Anak memberikan beberapa tanggapan dengan semangat. Di samping itu
peneliti memberi kesempatan kepada setiap anak untuk menjawab meskipun
jawaban yang diberikan anak sama dengan temannya. Setiap anak yang
menjawab mendapat pujian dari peneliti dan guru meskipun jawaban anak
masih salah. Peneliti membetulkan jawaban anak dengan meminta jawaban
dari anak lain tanpa mengatakan jawaban anak yang terdahulu salah. Pada
akhirnya anak-anak akan mendapatkan jawaban yang benar baik melalui
jawaban teman atau penjelasan guru.
Pada awaInya anak-anak masih bingung ketika mernasuki kegiatan
inti. Anak-anak belum terbiasa melakukan berbagai kegiatan secara bebas.
Umumnya mereka melakukan kegiatan sebelumnya ditentukan kelompoknya
171
oleh guru, seragam dan lebih selalu kegiatan yang berkaitan dengan menulis,
berhitung, dan membaca, tanpa menggunakan media yang menarik seperti
gambar, vidio, Ipad, DVD player dan alat lembaran tugas yang menarik.
Yang menjadi perhatian peneliti adalah awalnya anak binggung dan
ribur apa yang harus dikerjakan, banyak timbul pertannyaaan, seperti:
1. Shelby: “ Pak guru, Aku boleh nggak kerja mewarnai duluan?”
(biasanya guru membuat kelompok)
2. Jihan: “Pak guru, Nanti Kita boleh pindah-pindah sendiri? (biasanya
pindah kalau satu kelompok udah selesai)
3. Daffa: “Pak Guru, Aku mau IPA duluan” (walaupun di area ini udah
empat orang)
4. Ayu, Farah, Zikra, : mengerjakan tugas di area bahasa masih
banyak kata-katanya yang tertinggal, dan jarak antara kata tidak
jelas.
5. Disaat meniti balok Ayu, Zikra dan Daffa, masih sering terjatuh,
karna terburu-buru, sehingga hilang keseimbangan.
6. Indira : masih sering tidak menurut perintah guru.
Pada pelaksanaan pembelajaran inti, anak bersemangat dan
memberikan tanggapan dan terlihat kesenagan yang ditandai dengan
menyelesaikan setiap area tepat waktu. Yang awalnya guru menyatakan
akan sulit dan sulit mengatur anak. Sedangkan tujuan akhir dari peneliti untuk
memberikan kebebasan pada anak, agar anak berkembang aspek-aspek
172
perkembangan fisik motorik, bahasa, matematika/berhitung, dan sosial emosi
serta moral agama dengan optimal, dengan tidak selalu didikte dan dikekang.
Pada kegiatan makan, masih ada beberapa anak yang makanannya
bertebaran, tidak mau makan, dan sambil berdiri. Guru memberikan
bimbingan, bagaimana cara makan yang baik dan benar, dengan pelan-pelan
agar makanan tidak tumpah dan bertebaran, membujuk anak yang tidak mau
makan untuk makan seperti teman temannya dan yang makan sambil berdiri,
agar duduk seperti anak yang lainnya.
Waktu bermain di luar kelas, merupakan saat yang ditunggu-tunggu
anak, bermain umumnya saat yang paling menyenangkan bagi anak karena
dunia anak adalah dunia bermain, Sekolah Taman kanak-kanak Nakkia
paham benar dengan hal ini, hal ini terlihat dengan tersedianya alat-alat
permainan seperti Perosotan, komedi putar, panjat dunia, balok titian,
jungkitan, 3 ayunan kecil 2 ayunan besar.
Pada saat bermain, akan menumbuh kembangkan aspek fisik mororik
seperti mereka melompat, memanjat, berlari, berayun, memutarkan komedi
putar, menjaga keseimbangan untuk melakukan jungkitan dengan temannya.
Pada saat bermain juga dapat mengembangkan bahasa, seperti disaat
mereka berbicara dengan teman, mengajak teman bermain, berkomunikasi
saat bermain, saat memilih permainan, saat memulai permainan, saat
permainan berlangsung, dan saat menghentikan permainan serta mengajak
memilih permainan yang lain.
173
Permainan yang dilakukan anmak saat bermain dapat
mengembangkan aspek perkembangan kognitif, disaat anak naik ke
perosotan, harus antri, kalau tidak nanti jatuh, atau naik ayunan boleh satu
orang satu, kalau berdua nggak cukup, dan sulit diayunkan. Menghitung
disaat kapan berhenti, membuat kesepakatan dengan teman untuk bergiliran
mendorong agar ayunan bisa dijalankan, kemudian menghitung, berapa kali
jalan setiap teman.
Bermain juga dapat meningkatkan perkembangan sosial, disaat
bermain anak otomatis berinteraksi secara sosial dengan temannya, misalnya
saling berpegangan dengan teman agar tidak jatuh saat naik komedi putar
atau saat naik ayunan besar. Saat bermain juga dapat meningkatkan
perkembangan anak pada aspek moral agama, misalnya tidak boleh
berkelahi, mendorong teman, memukul teman, menolong teman kalau ada
yang jatuh, saling menjaga dalam bermain, saling sayang dengan teman
dengan cara bergantian, sehingga teman menjadi senang.
Rangkuman hasil observasi pembelajaran siklus pertama dapat dilihat
pada tabel berikut:
Tabel 4 3
Data Observasi Kegiatan Pembelajaran
No Indikator Komentar
1. Mempersiapkan materi
belajar yang berkaitan
Penyiapan materi yang berkaitan dengan
tema dan sub tema, dan Aspek
174
dengan Tema dan
Aspek perkembangan
yang ingin
ditingkatkan, seperti :
perkembangan fisik
motorik, bahasa,
koknitif, dan sosial
emosional, serta moral
anak.
perkembangan yang ingin ditingkatkan
dipilih yang mendekati dengan kehidupan
dan sesuai dengan kemampuan dan usia
perkembangan anak
2. Mendesain ruang
kelas, yang
menyediakan Area :
Bahasa, Area
Berhitung/matematika,
Area Seni, Area Balok,
Area IPA, Bermain
Peran
Kelas dirancang dengan pembagian Area.
Menyediakan kursi dan bangku disetiap
area, untuk anak menyelesaikan tugas yang
telah disiapkan disetiap area.
Ruang makan telah disediakan di tempat
lain terpisah dengan ruangan belajar.
3. Mempersiapkan
Rancangan Kegiatan
Mingguan (RKM) dan
rancangan Kegiatan
harian (RKH)
RKM dan RKH, dipersiapkan secara
lengkap, sehingga dalam proses belajar
mengajar guru tau pasti apa yang akan
dikerjakan secara terencana.
4. Menyampaikan Media Media yang disediakan sesuai dengan tema
dan aspek perkembangan yang ingin
ditingkatkan, media yang digunakan
Gambar, VCD, Leptop, Ipad, infocus,
boneka, balok,
5. Memulai pelajaran,
dengan menjelaskan
setiap area
Guru mneyatakan pengetahuan anak
tentang tema dan aspek perkembangan
yang ingin ditingkatkan. Dengan komunikasi
multi arah, guru bertanya, anak lain
menjawab, atau temannya yang menjawab,
sehingga kelas menjadi aktif dan dilakukan
dengan belajar sambil bermain-main .
6. Melakukan diskusi
tentang tugas-tugas
yang akan
Guru meminta anak menjawab berbagi
pertanyaan yang diajukan guru yang
berkaitan dengan nilai moral yang
175
dilaksanakan dalam
setiap area dan melihat
aspek-aspek
perkembangan apa
yang ditingkatkan
dikembangkan. Guru juga memberi
kesempatan kepada anak untuk berbeda
pendapat. Jika ada jawaban yang salah
guru tidak langsung menyalahkan tetapi
meminta komentar anak lain.
7. Memberikan
penjelasan dan
klasifikasi
Setelah semua anak menjawab kemudian
guru memberi kesimpulan tentang materi
yang berkaitan dengan tema dan
perkembangan apa yang akan dicapai dan
ditingkatkan
8. Melakukan berbagai
kegiatan dengan tema
pada masing-masing
area.
Guru mengajak bekerja sendiri atau bekerja
kelompok pada saat melakukan kegiatan
inti. Namun pad akegiatan ini guru masih
selalu mendorong anak untuk mnegerjakan
pekerjaan lebih cepat karena takut tidak
cukup waktu
9. Memilih Area yang
akan dimasuki anak
Guru meminta anak memilih area yang
berkaitan dengan minat anak, kemudian
menyelesaikan tugas sampai selesai lalu
pindah ke area lain, sampai semua area
diselesaikan tugasnya.
10. Membimbing anak
berkerja di setiap area
Pada pelaksanaan pembelajaran Peneliti
juga sebagai guru dan ditambah dua orang
guru kelas tetap menmbimbing anak dalam
bekerja disetiap area, guru berperan lebih
aktif dari anak.
11. Menempelkan Hasil
Kerja anak di depan
kelas
Guru dengan sigap menempelkan hasil
kerja anak didepan kelas, mengelompokkan
ke dalam area masing masing, sehingga
dapat dilihat oleh anak dan guru hasil kerja
anak, dan mengetahui anak mana yang
belum menyelesaikan tugas pada area
tertentu.
12. Mendiskusikan hasil
lembaran kerja yang
dilakukan anak di
setiap area.
Penilaian terhadap kegiatan ini dilakukan
guru peneliti dan 2 orang guru kelas dengan
menggunakan lembar observasi.
176
d. Analisis dan Refieksi Siklus I
Peningkatani perkembangan anak usia dini dengan pendekatan
tematik, yang dilakukan pada siklus I disesuaikan dengan aspek
perkembangan anak. Oleh sebab itu tugas tugas yang diberikan dalam
lembaran kerja pada setiap area dapat dijawab anak dan dapat dikerjakan
sampai tuntas dengan bantuan garnbar yang berwarna dan menarik sebagai
media agar anak dapat fokus dalam menyelesaikan tugas di setiap area.
Penggunaan tema binatang dengan sub tema binatang yang dekat
dengan dunia anak membantu mereka menyelesaikan tugas, secara otomatis
dapat menumbuh kembangkan aspek perkembangan. perkembangan fisik
motorik, bahasa, koknitif, dan sosial emosional, serta moral anak.
Perkembangan Motorik, seperti : meningkatnya perkembangan
motorik halus dan motorik kasar, bergerak sesuai dengan irama musik,
menyayi kan salah satu lagu kesayangannya, anak dapat bergerak mengikuti
benda-benda di lingkungan, melakukan senam berirama bersama teman-
teman dan guru.
Perkembangan Kognitif, seperti :meningkatnya pengenalan benda
sekitarnya, pemahaman konsep sains sederhana, pengenalan bilangan,
pengenalan ukuran, pengenalan konsep waktu, pengenalan konsep
matematika. Perkembangan Bahasa, sepereti : meningkatnya komunikasi
lisan, perbendaharaan kosa kata, pengenalan bentuk simbol, membaca
gambar bahasa isyarata.
177
Perkembangan Sosial emosional yang dikaitkan dengan sub tema
adalah: meningkatnya kemampuan bersosialisasi, empati, mengurangi sikap
egosentris, rasa kemampuan bersosialisasi, empati, mengurangi sikap
egosentris, rasa sosialisasi, perilaku prososial, kerjasama, saling membantu,
saling berbag, inisiatif sosialisas, perilaku prososial, kerjasama, saling
membantu, dan saling berbagi, serta inisiatif.
Perkembangan Moral agama, seperti : meningkatnya kemampuan
anak dalam berdoa, mengenal ibadah, sopan santun, mengenal kebersihan,
tanggung jawab, cinta tanah air, musyawarah mufakat, dan menggambar
sederhana, serta mewarnai gambar secara mandiri
Peningkatan aspek perkembangan anak usia dini di TK Nakkia sudah
meningkat tetapi belum maksimal ditandai dengan :
Peningkatan perkembangan Motorik, seperti : motorik halus dan
motorik kasar, anak masih sulit bergerak sesuai dengan irama musik,
menyayi kan salah satu lagu kesayangannya masih malu-malu, mengikuti
gerak-gerak benda belum bisa seperti belum dapat bergerak mengikuti
benda-benda di lingkungan,masih belum lancar melakukan senam berirama
bersama teman-teman dan guru.
Peningkatan perkembangan Kognitif, seperti :belum pengenalan
benda sekitarnya, belum pemahaman konsep sains, sederhana, pengenalan
bilangan, pengenalan ukuran, pengenalan konsep waktu, pengenalan konsep
matematika.
178
Peningkatan perkembangan Bahasa, sepereti : Masih belum lancar
komunikasi lisan, masih kurang perbendaharaan kosa kata, pengenalan
bentuk simbol, membaca gambar bahasa isyarata.
Peningkatan perkembangan Sosial-emosi yang dikaitkan dengan sub
tema adalah :masih kurang kemampuan bersosialisasi, empati, mengurangi
sikap egosentris, rasa kemampuan bersosialisasi, empati, mengurangi sikap
egosentris, rasa sosialisasi, perilaku prososial, kerjasama, saling membantu,
saling berbag, inisiatif sosialisas, perilaku prososial, kerjasama, saling
membantu, dan saling berbagi, serta inisiatif.
Peningkatan perkembangan Moral agama, seperti : masih ada yang
belum fasih dalam berdoa, mengenal ibadah, sopan santun, mengenal
kebersihan, tanggung jawab, cinta tanah air, musyawarah mufakat, dan
menggambar sederhana, serta mewarnai gambar secara mandiri
Setelah dianalisa berdasarkan hasil diskusi peneliti dengan guru , hal
ini disebabkan beberapa kekurangan di dalam pelaksanaan pembelajaran: 1)
masih jarang guru memberikan pujian spontan terhadap anak yang
melaksanakan tugas lembaran kerja, 2) Tugas yang diberikan gambar-
gambar yang digunakan untuk dikerjakan anak pada area seni terlalu besar,
sehingga anak menjadi lebih cepat bosan. 3) Saat melatih motorik dalam
belajar menggunting, terlalu banyak dan rumit, sehingga anak menjadi
kesulitan. 4) Pada area matematika, pembelajarannya terlalu banyak
menggunakan ketrampilan menggunting untuk pola kecil, sehingga hasil
179
kerjanya terburu buru, 5). terlalu banyak membuka Area, sehingga anak
terburu-buru dalam mengerjakan tugas.
1) Hasil Pengukuran Setelah Siklus I
Refleksi hasil observasi selama pembelajaran siklus pertama
diperkuat dengan evaluasi perkembangan yang dilaksanakan pada 20 April
sampai dengan 27 April 2012. Hasil asesmen akhir perkembangan anak
setelah dilakukan pelaksanaan pada siklus satu adalah sebagai berikut :
Tabel 4.4
Nilai Asesmen Peningkatan perkembangan Anak Usia Dini Dengan
Pendekatan Tematik Setelah Siklus I
No Subjek
Motorik Kognitif Bahasa
Sosio Emosional
Moral Total Rerata Halus Kasar
1 56 63 136 83 406 105 849 2.32
2 47 54 119 71 354 105 750 2.05
3 56 63 141 85 406 120 871 2.38
4 55 63 127 81 392 103 821 2.24
5 56 63 139 85 402 105 850 2.32
6 54 63 127 82 412 117 855 2.34
7 55 61 133 82 395 119 845 2.31
8 55 63 143 85 410 117 873 2.39
9 56 63 137 84 406 116 862 2.36
10 54 63 135 79 406 115 852 2.33
11 56 63 140 85 406 117 867 2.37
12 53 57 131 79 378 113 811 2.22
13 56 56 129 83 380 115 819 2.24
14 57 63 145 80 417 120 882 2.41
15 56 63 140 84 404 108 855 2.34
Rata-rata 2.31
180
Hasil perhitungan nilai rata-rata perkembangan anak Taman Kanak-
kanak Nakkia kelompok B setelah pelaksanaan siklus I adalah meningkat
dari asesmen awal 1,17 naik menjadi sebesar 2,31. Dengan demikian hasil
pelaksanaan tindakan siklus I mengalami peningkatan, tetapi belum
mencapai target yang maksimal yaitu mendekati level 3 (tiga). Untuk lebih
jelas dapat dilihat diagram batang berikut ini:
Skor
Anak
Keterangan Gambar: KB: Kurang Baik C: Cukup SB: Sangat Baik
Gambar 4.2 Nilai Asesmen Peningkatan perkembangan Anak Usia Dini
Dengan Pendekatan Tematik Setelah Siklus I
181
2) Nilai Asesmen Hasil Peningkatan Perkembangan Anak Usia Dini
dengan Pendekatan Tematik (Sebelum dan Sesudah siklus 1)
Peningkatan skor perkembangan anak usia dini sebelum diberi
tindakan dan setelah diberi tindakan (Sebelum dan Sesudah siklus 1)
dengan pendekatan tematik yang berkaitan dengan seluruh aspek
perkembangan anak sebagai berikut :
Tabel 4.5
Nilai Asesmen Hasil Peningkatan Perkembangan Anak Usia Dini
dengan Pendekatan Tematik (Sebelum dan Sesudah siklus 1)
No
Motorik Kognitif
AA Kognitif
A1 Selisih Halus
AA Halus
A1 Selisih
Kasar AA
Kasar A1
Selisih
1 25 56 31 30 63 33 71 136 65
2 26 47 21 33 54 21 70 119 49
3 28 56 28 34 63 29 68 141 73
4 28 55 27 31 63 32 70 127 57
5 28 56 28 31 63 32 75 139 64
6 29 54 25 31 63 32 72 127 55
7 26 55 29 30 61 31 67 133 66
8 27 55 28 29 63 34 78 143 65
9 27 56 29 33 63 30 71 137 66
10 29 54 25 31 63 32 73 135 62
11 26 56 30 30 63 33 73 140 67
12 31 53 22 29 57 28 71 131 60
13 30 56 26 29 56 27 79 129 50
14 31 57 26 35 63 28 78 145 67
15 27 56 29 34 63 29 75 140 65
182
No Bahasa
AA Bahasa
A1 Selisih
SE AA
SE A1
Selisih Moral
AA Moral
A1 Selisih
1 42 83 41 195 406 211 51 105 54
2 44 71 27 191 354 163 51 105 54
3 41 85 44 191 406 215 50 120 70
4 40 81 41 192 392 200 49 103 54
5 43 85 42 199 402 203 51 105 54
6 42 82 40 207 412 205 53 117 64
7 41 82 41 194 395 201 50 119 69
8 42 85 43 191 410 219 51 117 66
9 42 84 42 194 406 212 49 116 67
10 41 79 38 199 406 207 51 115 64
11 42 85 43 189 406 217 52 117 65
12 40 79 39 196 378 182 49 113 64
13 44 83 39 195 380 185 50 115 65
14 61 80 19 244 417 173 61 120 59
15 42 84 42 197 404 207 51 108 57
No Total AA Total A1 Selisih
1 414 849 435
2 415 750 335
3 412 871 459
4 410 821 411
5 427 850 423
6 434 855 421
7 408 845 437
8 418 873 455
9 416 862 446
10 424 852 428
11 412 867 455
12 416 811 395
13 427 819 392
14 510 882 372
15 426 855 429
Tabel di atas menunjukkan bahwa terjadi peningkatan perkembangan
anak usia dini TK B Taman Kanak-kanak Nakkia setelah dilakukan tindakan
dengan pendekatan tematik, tetapi target penelitian Skor perkembangan yaitu
183
kategori level 3 belum tercapai. Berikut ini dapat dilihat diagram batang
sebagai berikut:
Data dari hasil observasi nilai asesmen hasil peningkatan
prkembangan anak usia dini dengan pendekatan tematik (sebelum dan
sesudah siklus 1). Taman Kanak-kanak Nakkia Kelompok B, jika disajikan
dalam bentuk histogram sebagai berikut:
Hasil Perbandingan Awal dengan SIklus I
Skor
Anak
Keterangan Gambar: KB: Kurang Baik C: Cukup SB: Sangat Baik
Gambar 4.3. Diagram batang aspek perkembangan anak pada asesmen
awal dan siklus I
184
Berdasarkan diagram batang gambar 4.3. di atas, dapat kita lihat ada
peningkatan perkembangan anak usia dini dengan pembelajaran tematik di
TK Nakkia, skor meningkat dari kategori level 1 (satu) dengan skor 1,17 saat
asesmen awal, setelah diadakan perlakuan pada siklus satu, meningkat
menjadi level 2 (dua) dengan skor 2,31. Hasil penelitian yang diharapkan
dapat mencapai level 3 (tiga)
Meskipun belum semua target penelitian tercapai tetapi telah terjadi
peningkatan dan beberapa perubahan.
3) Peningkatan Pada Setiap Aspek Perkembangan
Data dari hasil observasi nilai asesmen hasil peningkatan
perkembangan anak usia dini Taman Kanak-kanak Nakkia Kelompok B
dengan pendekatan tematik (sebelum dan sesudah siklus 1). Pada hasil
tindakan siklus I terjadi peningkatan untuk setiap aspek perkembangan. Jika
disajikan dalam bentuk diagram batang untuk setiap aspek perkembangan:
aspek perkembangan motorik halus dan aspek perkembangan motorik kasar,
aspek perkembangan kognitif, aspek perkembangan bahasa, dan aspek
perkembangan social-emosi, serta aspek perkembangan moral. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat penjelasannya sebagai berikut:
185
1. Peningkatan Perkembangan Motorik Halus
Skor
Anak
Keterangan Gambar: KB: Kurang Baik C: Cukup SB: Sangat Baik
Gambar 4.4. Diagram batang aspek perkembangan motorik halus
(peningkatan sebelum diadakan tindakan dan setelah tindakan pada siklus I)
Berdasarkan tabel 4.5. dan gambar 4.4 Tingkat perkembangan motorik
halus setiap anak pada awal pengukuran bergerak pada skor terendah 25
dan skor tertinggi 31, setelah dilaksanakan siklus satu meningkat menjadi
terkecil 47 dan terbesar 57, selisih peningkatan adlah 21 sampai 30,
186
walaupun sudah meningkat, tetapi skor maksimal mendekati 72 belum
tercapai, artinya perkembangan motorik halus masih perlu ditingkatkan
2. Peningkatan Perkembangan Motorik Kasar ( awal-siklus I )
Skor
Anak
Keterangan Gambar: KB: Kurang Baik C: Cukup SB: Sangat Baik
Gambar 4.5. Diagram batang aspek perkembangan motorik kasar
(peningkatan sebelum diadakan tindakan dan setelah tindakan pada siklus 1)
Berdasarkan tabel 4.5 dan gambar 4.5 tingkat perkembangan motorik
kasar setiap anak pada awal pengukuran bergerak pada skor terendah 29
dan skor tertinggi 35 dan setelah dilaksanakan siklus satu meningkat menjadi
skor terkecil 54 dan skor terbesar 63 dan selisih skor peningkatan 21 sampai
187
34, walaupun sudah meningkat, tetapi skor maksimal mendekati 81 belum
tercapai, artinya aspek perkembangan motorik kasar masih perlu
ditingkatkan.
3. Peningkatan Perkembangan Kognitif (awal-siklus I )
Skor
Anak
Keterangan Gambar: KB: Kurang Baik C: Cukup SB: Sangat Baik
Gambar 4.6. Diagram batang aspek perkembangan kognitif (peningkatan
sebelum diadakan tindakan dan setelah tindakan pada siklus 1)
Berdasarkan tabel 4.5 dan gambar 4.6 tingkat perkembangan kognitif
setiap anak pada awal pengukuran bergerak pada skor terendah 67 dan skor
tertinggi 79 dan setelah dilaksanakan siklus satu meningkat menjadi skor
terkecil 119 dan skor terbesar 145 dan selisih skor peningkatan 45 sampai
188
67 walaupun sudah meningkat, tetapi skor maksimal mendekati 180 belum
tercapai, artinya aspek perkembangan kognitif masih perlu ditingkatkan.
4. Peningkatan Perkembangan Bahasa ( awal-siklus I).
Skor
Anak
Keterangan Gambar: KB: Kurang Baik C: Cukup SB: Sangat Baik
Gambar 4.7. Diagram batang aspek perkembangan bahasa (peningkatan
sebelum diadakan tindakan dan setelah tindakan pada siklus 1)
Berdasarkan tabel 4.5 dan gambar 4.7 tingkat perkembangan bahasa
setiap anak pada awal pengukuran bergerak pada skor terendah 40 dan skor
tertinggi 61 dan setelah dilaksanakan siklus satu meningkat menjadi skor
terkecil 71 dan skor terbesar 85 dan selisih skor peningkatan 19 sampai 44,
189
walaupun sudah meningkat, tetapi skor maksimal mendekati 108 belum
tercapai, artinya aspek perkembangan bahasa masih perlu ditingkatkan.
5. Peningkatan Perkembangan Sosioemosional
Skor
Anak
Keterangan Gambar: KB: Kurang Baik C: Cukup SB: Sangat Baik
Gambar 4.8. Diagram batang aspek perkembangan sosio-emosi
(peningkatan sebelum diadakan tindakan dan setelah tindakan pada siklus 1)
Berdasarkan tabel 4.5 dan gambar 4.8 tingkat perkembangan sosial-
emosi anak pada awal pengukuran bergerak pada skor terendah 191 dan
skor tertinggi 244 dan setelah dilaksanakan siklus satu meningkat menjadi
skor terkecil 354 dan skor terbesar 417 dan selisih skor peningkatan 163
sampai 219 walaupun sudah meningkat, tetapi skor maksimal mendekati 522
190
belum tercapai, artinya aspek perkembangan sosial-emosi masih perlu
ditingkatkan.
6). Peningkatan Perkembangan Moral ( awal-siklus I )
Skor
Anak
Keterangan Gambar: KB: Kurang Baik C: Cukup SB: Sangat Baik
Gambar 4.9 : Diagram batang aspek perkembangan moral (peningkatan
sebelum diadakan tindakan dan setelah tindakan pada siklus 1)
Berdasarkan tabel 4.5 dan gambar 4.9 tingkat perkembangan moral
setiap anak pada awal pengukuran bergerak pada skor terendah 49 dan skor
tertinggi 61 dan setelah dilaksanakan siklus satu meningkat menjadi skor
terkecil 103 dan skor terbesar 120 dan selisih skor peningkatan 54 sampai
191
70, walaupun sudah meningkat, tetapi skor maksimal mendekati 135 belum
tercapai, artinya aspek perkembangan moral masih perlu ditingkatkan.
Berdasarkan hasil temuan pada siklus I ada peningkatan perkembangan
pada seluruh aspek perkembangan, tetapi belum memenuhi target, maka
perlu di lanjutkan tindakan pada siklus II
4) Peningkatan Perkembangan Pada Setiap Anak
Berdasarkan hasil pengukuran asesmen Awal dan asesmen I, berikut
ini akan dilihat bagaimana peningkatan perkembangan masing-masing anak
untuk setiap aspek perkembangan dan keseluruhan perkembangannya,
sebagai berikut:
Perkembangan untuk siswa 1. Shessy.
Berdasarkan tabel 4.5 diatas Untuk peningkatan perkembangan
motorik halus menunjukkan bahwa nilai rata-rata anak dari asesmen awal
dengan pelaksanaan siklus I mengalami peningkatan, yaitu dari nilai rerata
kondisi awal 25 meningkat menjadi 56. Dengan demikian hasil pelaksanaan
siklus I mengalami peningkatan sebanyak 31, tetapi belum mencapai target
yang maksimal yaitu mendekati nilai maksimal yaitu 72.
Untuk peningkatan perkembangan motorik kasar menunjukkan bahwa
nilai rata-rata anak dari asesmen awal dengan pelaksanaan siklus I
mengalami peningkatan, yaitu dari nilai rerata kondisi awal 30 meningkat
192
menjadi 63. Dengan demikian hasil pelaksanaan siklus I mengalami
peningkatan sebanyak 33, tetapi belum mencapai target yang maksimal yaitu
mendekati nilai maksimal yaitu 81
Untuk peningkatan perkembangan kognitif menunjukkan bahwa nilai
rata-rata anak dari asesmen awal dengan pelaksanaan siklus I mengalami
peningkatan, yaitu dari nilai rerata kondisi awal 71 meningkat menjadi 136.
Dengan demikian hasil pelaksanaan siklus I mengalami peningkatan
sebanyak 65. tetapi belum mencapai target yang maksimal yaitu mendekati
nilai maksimal yaitu 180.
Untuk peningkatan perkembangan bahasa menunjukkan bahwa nilai
rata-rata anak dari asesmen awal dengan pelaksanaan siklus I mengalami
peningkatan , yaitu dari nilai rerata kondisi awal 42 meningkat menjadi 83.
Dengan demikian hasil pelaksanaan siklus I mengalami peningkatan
sebanyak 41, tetapi belum mencapai target yang maksimal yaitu mendekati
nilai maksimal yaitu 108
. Untuk peningkatan perkembangan sosialemosi menunjukkan bahwa
nilai rata-rata anak dari asesmen awal dengan pelaksanaan siklus I
mengalami peningkatan, yaitu dari nilai rerata kondisi awal 195 meningkat
menjadi 406. Dengan demikian hasil pelaksanaan siklus I mengalami
193
peningkatan sebanyak 211, tetapi belum mencapai target yang maksimal
yaitu mendekati nilai maksimal yaitu 522.
Untuk peningkatan perkembangan moral menunjukkan bahwa nilai
rata-rata anak dari asesmen awal dengan pelaksanaan siklus I mengalami
peningkatan, yaitu dari nilai rerata kondisi awal 51 meningkat menjadi 105.
Dengan demikian hasil pelaksanaan siklus I mengalami peningkatan
sebanyak 54, tetapi belum mencapai target yang maksimal yaitu mendekati
nilai maksimal yaitu 135.
Untuk peningkatan perkembangan total menunjukkan bahwa nilai rata-
rata Shelby dari asesmen awal dengan pelaksanaan siklus I mengalami
peningkatan , yaitu dari nilai rerata kondisi awal 414 meningkat menjadi 849.
Dengan demikian hasil pelaksanaan siklus I mengalami peningkatan
sebanyak 435, tetapi belum mencapai target yang maksimal yaitu mendekati
nilai maksimal yaitu 1098.
Perkembangan untuk siswa 2. Alesha.
Berdasarkan tabel 4.5 diatas Untuk peningkatan perkembangan
motorik halus menunjukkan bahwa nilai rata-rata anak dari asesmen awal
dengan pelaksanaan siklus I mengalami peningkatan , yaitu dari nilai rerata
kondisi awal 26 meningkat menjadi 47. Dengan demikian hasil pelaksanaan
194
siklus I mengalami peningkatan sebanyak 21, tetapi belum mencapai target
yang maksimal yaitu mendekati nilai maksimal yaitu 72.
Untuk peningkatan perkembangan motorik kasar menunjukkan bahwa
nilai rata-rata anak dari asesmen awal dengan pelaksanaan siklus I
mengalami peningkatan , yaitu dari nilai rerata kondisi awal 33 meningkat
menjadi 54. Dengan demikian hasil pelaksanaan siklus I mengalami
peningkatan sebanyak 21, tetapi belum mencapai target yang maksimal yaitu
mendekati nilai maksimal yaitu 81
Untuk peningkatan perkembangan kognitif menunjukkan bahwa nilai
rata-rata anak dari asesmen awal dengan pelaksanaan siklus I mengalami
peningkatan, yaitu dari nilai rerata kondisi awal 70 meningkat menjadi 119.
Dengan demikian hasil pelaksanaan siklus I mengalami peningkatan
sebanyak 49. tetapi belum mencapai target yang maksimal yaitu mendekati
nilai maksimal yaitu 180.
Untuk peningkatan perkembangan bahasa menunjukkan bahwa nilai
rata-rata anak dari asesmen awal dengan pelaksanaan siklus I mengalami
peningkatan , yaitu dari nilai rerata kondisi awal 44 meningkat menjadi 71.
Dengan demikian hasil pelaksanaan siklus I mengalami peningkatan
sebanyak 27, tetapi belum mencapai target yang maksimal yaitu mendekati
nilai maksimal yaitu 108
195
. Untuk peningkatan perkembangan sosialemosi menunjukkan bahwa
nilai rata-rata anak dari asesmen awal dengan pelaksanaan siklus I
mengalami peningkatan, yaitu dari nilai rerata kondisi awal 191 meningkat
menjadi 354. Dengan demikian hasil pelaksanaan siklus I mengalami
peningkatan sebanyak 163, tetapi belum mencapai target yang maksimal
yaitu mendekati nilai maksimal yaitu 522.
Untuk peningkatan perkembangan moral menunjukkan bahwa nilai
rata-rata anak dari asesmen awal dengan pelaksanaan siklus I mengalami
peningkatan, yaitu dari nilai rerata kondisi awal 51 meningkat menjadi 105.
Dengan demikian hasil pelaksanaan siklus I mengalami peningkatan
sebanyak 54, tetapi belum mencapai target yang maksimal yaitu mendekati
nilai maksimal yaitu 135.
Untuk peningkatan perkembangan total menunjukkan bahwa nilai rata-
rata Alesha dari asesmen awal dengan pelaksanaan siklus I mengalami
peningkatan , yaitu dari nilai rerata kondisi awal 415 meningkat menjadi 750.
Dengan demikian hasil pelaksanaan siklus I mengalami peningkatan
sebanyak 335, tetapi belum mencapai target yang maksimal yaitu mendekati
nilai maksimal yaitu 1098. Alesya merupakan anak yang perlu perhatian
khusus karena memiliki skor yang paling rendah jika dibandingkan dengan
teman-temannya.
196
Perkembangan Untuk siswa 3. Feby.
Berdasarkan tabel 4.5 diatas Untuk peningkatan perkembangan
motorik halus menunjukkan bahwa nilai rata-rata anak dari asesmen awal
dengan pelaksanaan siklus I mengalami peningkatan , yaitu dari nilai rerata
kondisi awal 28 meningkat menjadi 56. Dengan demikian hasil pelaksanaan
siklus I mengalami peningkatan sebanyak 28, tetapi belum mencapai target
yang maksimal yaitu mendekati nilai maksimal yaitu 72.
Untuk peningkatan perkembangan motorik kasar menunjukkan bahwa
nilai rata-rata anak dari asesmen awal dengan pelaksanaan siklus I
mengalami peningkatan, yaitu dari nilai rerata kondisi awal 34 meningkat
menjadi 63. Dengan demikian hasil pelaksanaan siklus I mengalami
peningkatan sebanyak 29, tetapi belum mencapai target yang maksimal yaitu
mendekati nilai maksimal yaitu 81
Untuk peningkatan perkembangan kognitif menunjukkan bahwa nilai
rata-rata anak dari asesmen awal dengan pelaksanaan siklus I mengalami
peningkatan, yaitu dari nilai rerata kondisi awal 68 meningkat menjadi 141.
Dengan demikian hasil pelaksanaan siklus I mengalami peningkatan
sebanyak 73. tetapi belum mencapai target yang maksimal yaitu mendekati
nilai maksimal yaitu 180.
197
Untuk peningkatan perkembangan bahasa menunjukkan bahwa nilai
rata-rata anak dari asesmen awal dengan pelaksanaan siklus I mengalami
peningkatan , yaitu dari nilai rerata kondisi awal 41 meningkat menjadi 85.
Dengan demikian hasil pelaksanaan siklus I mengalami peningkatan
sebanyak 44, tetapi belum mencapai target yang maksimal yaitu mendekati
nilai maksimal yaitu 108.
. Untuk peningkatan perkembangan sosialemosi menunjukkan bahwa
nilai rata-rata anak dari asesmen awal dengan pelaksanaan siklus I
mengalami peningkatan, yaitu dari nilai rerata kondisi awal 191 meningkat
menjadi 406. Dengan demikian hasil pelaksanaan siklus I mengalami
peningkatan sebanyak 215, tetapi belum mencapai target yang maksimal
yaitu mendekati nilai maksimal yaitu 522.
Untuk peningkatan perkembangan moral menunjukkan bahwa nilai
rata-rata anak dari asesmen awal dengan pelaksanaan siklus I mengalami
peningkatan, yaitu dari nilai rerata kondisi awal 50 meningkat menjadi 120.
Dengan demikian hasil pelaksanaan siklus I mengalami peningkatan
sebanyak 70, tetapi belum mencapai target yang maksimal yaitu mendekati
nilai maksimal yaitu 135.
Untuk peningkatan perkembangan total menunjukkan bahwa nilai rata-
rata Febi dari asesmen awal dengan pelaksanaan siklus I mengalami
198
peningkatan , yaitu dari nilai rerata kondisi awal 414 meningkat menjadi 871.
Dengan demikian hasil pelaksanaan siklus I mengalami peningkatan
sebanyak 459, tetapi belum mencapai target yang maksimal yaitu mendekati
nilai maksimal yaitu 1098.
Perkembangan Untuk siswa 4. Jihan.
Berdasarkan tabel 4.5 diatas Untuk peningkatan perkembangan
motorik halus menunjukkan bahwa nilai rata-rata anak dari asesmen awal
dengan pelaksanaan siklus I mengalami peningkatan , yaitu dari nilai rerata
kondisi awal 28 meningkat menjadi 55. Dengan demikian hasil pelaksanaan
siklus I mengalami peningkatan sebanyak 27, tetapi belum mencapai target
yang maksimal yaitu mendekati nilai maksimal yaitu 72.
Untuk peningkatan perkembangan motorik kasar menunjukkan bahwa
nilai rata-rata anak dari asesmen awal dengan pelaksanaan siklus I
mengalami peningkatan , yaitu dari nilai rerata kondisi awal 31 meningkat
menjadi 63. Dengan demikian hasil pelaksanaan siklus I mengalami
peningkatan sebanyak 32, tetapi belum mencapai target yang maksimal yaitu
mendekati nilai maksimal yaitu 81.
Untuk peningkatan perkembangan kognitif menunjukkan bahwa nilai
rata-rata anak dari asesmen awal dengan pelaksanaan siklus I mengalami
peningkatan, yaitu dari nilai rerata kondisi awal 70 meningkat menjadi 127.
199
Dengan demikian hasil pelaksanaan siklus I mengalami peningkatan
sebanyak 57. tetapi belum mencapai target yang maksimal yaitu mendekati
nilai maksimal yaitu 180.
Untuk peningkatan perkembangan bahasa menunjukkan bahwa nilai
rata-rata anak dari asesmen awal dengan pelaksanaan siklus I mengalami
peningkatan , yaitu dari nilai rerata kondisi awal 40 meningkat menjadi 81.
Dengan demikian hasil pelaksanaan siklus I mengalami peningkatan
sebanyak 41, tetapi belum mencapai target yang maksimal yaitu mendekati
nilai maksimal yaitu 108
. Untuk peningkatan perkembangan sosialemosi menunjukkan bahwa
nilai rata-rata anak dari asesmen awal dengan pelaksanaan siklus I
mengalami peningkatan, yaitu dari nilai rerata kondisi awal 192 meningkat
menjadi 392. Dengan demikian hasil pelaksanaan siklus I mengalami
peningkatan sebanyak 200, tetapi belum mencapai target yang maksimal
yaitu mendekati nilai maksimal yaitu 522.
Untuk peningkatan perkembangan moral menunjukkan bahwa nilai
rata-rata anak dari asesmen awal dengan pelaksanaan siklus I mengalami
peningkatan, yaitu dari nilai rerata kondisi awal 49 meningkat menjadi 103.
Dengan demikian hasil pelaksanaan siklus I mengalami peningkatan
200
sebanyak 54, tetapi belum mencapai target yang maksimal yaitu mendekati
nilai maksimal yaitu 135.
Untuk peningkatan perkembangan total menunjukkan bahwa nilai rata-
rata Jihan dari asesmen awal dengan pelaksanaan siklus I mengalami
peningkatan , yaitu dari nilai rerata kondisi awal 410 meningkat menjadi 821.
Dengan demikian hasil pelaksanaan siklus I mengalami peningkatan
sebanyak 411, tetapi belum mencapai target yang maksimal yaitu mendekati
nilai maksimal yaitu 1098. Jihan sudah paham bahwa boleh pindah-pindah
dari satu area ke area lainnya (biasanya pindah kalau satu kelompok udah
selesai).
Perkembangan untuk siswa 5. Ayu.
Berdasarkan tabel 4.5 diatas Untuk peningkatan perkembangan
motorik halus menunjukkan bahwa nilai rata-rata anak dari asesmen awal
dengan pelaksanaan siklus I mengalami peningkatan , yaitu dari nilai rerata
kondisi awal 28 meningkat menjadi 56. Dengan demikian hasil pelaksanaan
siklus I mengalami peningkatan sebanyak 28, tetapi belum mencapai target
yang maksimal yaitu mendekati nilai maksimal yaitu 72.
Untuk peningkatan perkembangan motorik kasar menunjukkan bahwa
nilai rata-rata anak dari asesmen awal dengan pelaksanaan siklus I
mengalami peningkatan , yaitu dari nilai rerata kondisi awal 31 meningkat
201
menjadi 63. Dengan demikian hasil pelaksanaan siklus I mengalami
peningkatan sebanyak 32, tetapi belum mencapai target yang maksimal yaitu
mendekati nilai maksimal yaitu 81
Untuk peningkatan perkembangan kognitif menunjukkan bahwa nilai
rata-rata anak dari asesmen awal dengan pelaksanaan siklus I mengalami
peningkatan, yaitu dari nilai rerata kondisi awal 75 meningkat menjadi 139.
Dengan demikian hasil pelaksanaan siklus I mengalami peningkatan
sebanyak 64. tetapi belum mencapai target yang maksimal yaitu mendekati
nilai maksimal yaitu 180.
Untuk peningkatan perkembangan bahasa menunjukkan bahwa nilai
rata-rata anak dari asesmen awal dengan pelaksanaan siklus I mengalami
peningkatan , yaitu dari nilai rerata kondisi awal 43 meningkat menjadi 85.
Dengan demikian hasil pelaksanaan siklus I mengalami peningkatan
sebanyak 42, tetapi belum mencapai target yang maksimal yaitu mendekati
nilai maksimal yaitu 108
. Untuk peningkatan perkembangan sosialemosi menunjukkan bahwa
nilai rata-rata anak dari asesmen awal dengan pelaksanaan siklus I
mengalami peningkatan, yaitu dari nilai rerata kondisi awal 199 meningkat
menjadi 402. Dengan demikian hasil pelaksanaan siklus I mengalami
202
peningkatan sebanyak 203, tetapi belum mencapai target yang maksimal
yaitu mendekati nilai maksimal yaitu 522.
Untuk peningkatan perkembangan moral menunjukkan bahwa nilai
rata-rata anak dari asesmen awal dengan pelaksanaan siklus I mengalami
peningkatan, yaitu dari nilai rerata kondisi awal 51 meningkat menjadi 105.
Dengan demikian hasil pelaksanaan siklus I mengalami peningkatan
sebanyak 54, tetapi belum mencapai target yang maksimal yaitu mendekati
nilai maksimal yaitu 135.
Untuk peningkatan perkembangan total menunjukkan bahwa nilai rata-
rata Ayu dari asesmen awal dengan pelaksanaan siklus I mengalami
peningkatan , yaitu dari nilai rerata kondisi awal 427 meningkat menjadi 850.
Dengan demikian hasil pelaksanaan siklus I mengalami peningkatan
sebanyak 423, tetapi belum mencapai target yang maksimal yaitu mendekati
nilai maksimal yaitu 1098.
Perkembangan Untuk siswa 6. Farah.
Berdasarkan tabel 4.5 diatas untuk peningkatan perkembangan
motorik halus menunjukkan bahwa nilai anak dari asesmen awal dengan
pelaksanaan siklus I mengalami peningkatan , yaitu dari nilai kondisi awal 29
meningkat menjadi 54. Dengan demikian hasil pelaksanaan siklus I
203
mengalami peningkatan sebanyak 25, tetapi belum mencapai target yang
maksimal yaitu mendekati nilai maksimal yaitu 72.
Untuk peningkatan perkembangan motorik kasar menunjukkan bahwa
nilai anak dari asesmen awal dengan pelaksanaan siklus I mengalami
peningkatan, yaitu dari nilai kondisi awal 31 meningkat menjadi 63. Dengan
demikian hasil pelaksanaan siklus I mengalami peningkatan sebanyak 32,
tetapi belum mencapai target yang maksimal yaitu mendekati nilai maksimal
yaitu 81
Untuk peningkatan perkembangan kognitif menunjukkan bahwa nilai
anak dari asesmen awal dengan pelaksanaan siklus I mengalami
peningkatan, yaitu dari nilai kondisi awal 72 meningkat menjadi 127. Dengan
demikian hasil pelaksanaan siklus I mengalami peningkatan sebanyak 55.
tetapi belum mencapai target yang maksimal yaitu mendekati nilai maksimal
yaitu 180.
Untuk peningkatan perkembangan bahasa menunjukkan bahwa nilai
anak dari asesmen awal dengan pelaksanaan siklus I mengalami
peningkatan , yaitu dari nilai kondisi awal 42 meningkat menjadi 82. Dengan
demikian hasil pelaksanaan siklus I mengalami peningkatan sebanyak 40,
tetapi belum mencapai target yang maksimal yaitu mendekati nilai maksimal
yaitu 108
204
. Untuk peningkatan perkembangan sosialemosi menunjukkan bahwa
nilai anak dari asesmen awal dengan pelaksanaan siklus I mengalami
peningkatan, yaitu dari nilai kondisi awal 207 meningkat menjadi 412. Dengan
demikian hasil pelaksanaan siklus I mengalami peningkatan sebanyak 205,
tetapi belum mencapai target yang maksimal yaitu mendekati nilai maksimal
yaitu 522.
Untuk peningkatan perkembangan moral menunjukkan bahwa nilai
anak dari asesmen awal dengan pelaksanaan siklus I mengalami
peningkatan, yaitu dari nilai kondisi awal 53 meningkat menjadi 117. Dengan
demikian hasil pelaksanaan siklus I mengalami peningkatan sebanyak 64,
tetapi belum mencapai target yang maksimal yaitu mendekati nilai maksimal
yaitu 135.
Untuk peningkatan perkembangan total menunjukkan bahwa nilai rata-
rata Farah dari asesmen awal dengan pelaksanaan siklus I mengalami
peningkatan , yaitu dari nilai rerata kondisi awal 434 meningkat menjadi 855.
Dengan demikian hasil pelaksanaan siklus I mengalami peningkatan
sebanyak 421, tetapi belum mencapai target yang maksimal yaitu mendekati
nilai maksimal yaitu 1098. Farah, disaat mengerjakan tugas di area bahasa,
sudah berkurang kata-kata yang tertinggal, dan jarak antara kata sudah mulai
jelas.
205
Perkembangan Untuk siswa 7. Darrel
Berdasarkan tabel 4.5 diatas untuk peningkatan perkembangan
motorik halus menunjukkan bahwa nilai anak dari asesmen awal dengan
pelaksanaan siklus I mengalami peningkatan , yaitu dari nilai kondisi awal 26
meningkat menjadi 55. Dengan demikian hasil pelaksanaan siklus I
mengalami peningkatan sebanyak 29, tetapi belum mencapai target yang
maksimal yaitu mendekati nilai maksimal yaitu 72.
Untuk peningkatan perkembangan motorik kasar menunjukkan bahwa
nilai anak dari asesmen awal dengan pelaksanaan siklus I mengalami
peningkatan, yaitu dari nilai kondisi awal 30 meningkat menjadi 61 Dengan
demikian hasil pelaksanaan siklus I mengalami peningkatan sebanyak 31
tetapi belum mencapai target yang maksimal yaitu mendekati nilai maksimal
yaitu 81
Untuk peningkatan perkembangan kognitif menunjukkan bahwa nilai
anak dari asesmen awal dengan pelaksanaan siklus I mengalami
peningkatan, yaitu dari nilai kondisi awal 67 meningkat menjadi 133 Dengan
demikian hasil pelaksanaan siklus I mengalami peningkatan sebanyak 66.
tetapi belum mencapai target yang maksimal yaitu mendekati nilai maksimal
yaitu 180.
206
Untuk peningkatan perkembangan bahasa menunjukkan bahwa nilai
anak dari asesmen awal dengan pelaksanaan siklus I mengalami
peningkatan , yaitu dari nilai kondisi awal 41 meningkat menjadi 82. Dengan
demikian hasil pelaksanaan siklus I mengalami peningkatan sebanyak 41,
tetapi belum mencapai target yang maksimal yaitu mendekati nilai maksimal
yaitu 108
. Untuk peningkatan perkembangan sosialemosional menunjukkan
bahwa nilai anak dari asesmen awal dengan pelaksanaan siklus I mengalami
peningkatan, yaitu dari nilai kondisi awal 194 meningkat menjadi 395. Dengan
demikian hasil pelaksanaan siklus I mengalami peningkatan sebanyak 201,
tetapi belum mencapai target yang maksimal yaitu mendekati nilai maksimal
yaitu 522.
Untuk peningkatan perkembangan moral menunjukkan bahwa nilai
anak dari asesmen awal dengan pelaksanaan siklus I mengalami
peningkatan, yaitu dari nilai kondisi awal 50 meningkat menjadi 119. Dengan
demikian hasil pelaksanaan siklus I mengalami peningkatan sebanyak 69,
tetapi belum mencapai target yang maksimal yaitu mendekati nilai maksimal
yaitu 135.
Untuk peningkatan perkembangan total menunjukkan bahwa nilai rata-
rata Darrel dari asesmen awal dengan pelaksanaan siklus I mengalami
207
peningkatan , yaitu dari nilai rerata kondisi awal 408 meningkat menjadi 845.
Dengan demikian hasil pelaksanaan siklus I mengalami peningkatan
sebanyak 437, tetapi belum mencapai target yang maksimal yaitu mendekati
nilai maksimal yaitu 1098.
Perkembangan Untuk siswa 8. Daffa
Berdasarkan tabel 4.5 diatas untuk peningkatan perkembangan
motorik halus menunjukkan bahwa nilai anak dari asesmen awal dengan
pelaksanaan siklus I mengalami peningkatan, yaitu dari nilai kondisi awal 27
meningkat menjadi 55. Dengan demikian hasil pelaksanaan siklus I
mengalami peningkatan sebanyak 28, tetapi belum mencapai target yang
maksimal yaitu mendekati nilai maksimal yaitu 72.
Untuk peningkatan perkembangan motorik kasar menunjukkan bahwa
nilai anak dari asesmen awal dengan pelaksanaan siklus I mengalami
peningkatan, yaitu dari nilai kondisi awal 29 meningkat menjadi 63. Dengan
demikian hasil pelaksanaan siklus I mengalami peningkatan sebanyak 34,
tetapi belum mencapai target yang maksimal yaitu mendekati nilai maksimal
yaitu 81
Untuk peningkatan perkembangan kognitif menunjukkan bahwa nilai
anak dari asesmen awal dengan pelaksanaan siklus I mengalami
peningkatan, yaitu dari nilai kondisi awal 78 meningkat menjadi 143. Dengan
208
demikian hasil pelaksanaan siklus I mengalami peningkatan sebanyak 65.
tetapi belum mencapai target yang maksimal yaitu mendekati nilai maksimal
yaitu 180.
Untuk peningkatan perkembangan bahasa menunjukkan bahwa nilai
anak dari asesmen awal dengan pelaksanaan siklus I mengalami
peningkatan , yaitu dari nilai kondisi awal 42 meningkat menjadi 85. Dengan
demikian hasil pelaksanaan siklus I mengalami peningkatan sebanyak 43,
tetapi belum mencapai target yang maksimal yaitu mendekati nilai maksimal
yaitu 108
. Untuk peningkatan perkembangan sosialemosional menunjukkan
bahwa nilai anak dari asesmen awal dengan pelaksanaan siklus I mengalami
peningkatan, yaitu dari nilai kondisi awal 191 meningkat menjadi 410. Dengan
demikian hasil pelaksanaan siklus I mengalami peningkatan sebanyak 219,
tetapi belum mencapai target yang maksimal yaitu mendekati nilai maksimal
yaitu 522.
Untuk peningkatan perkembangan moral menunjukkan bahwa nilai
anak dari asesmen awal dengan pelaksanaan siklus I mengalami
peningkatan, yaitu dari nilai kondisi awal 51 meningkat menjadi 117. Dengan
demikian hasil pelaksanaan siklus I mengalami peningkatan sebanyak 66,
209
tetapi belum mencapai target yang maksimal yaitu mendekati nilai maksimal
yaitu 135.
Untuk peningkatan perkembangan total menunjukkan bahwa nilai rata-
rata Daffa dari asesmen awal dengan pelaksanaan siklus I mengalami
peningkatan , yaitu dari nilai rerata kondisi awal 418 meningkat menjadi 873.
Dengan demikian hasil pelaksanaan siklus I mengalami peningkatan
sebanyak 455, tetapi belum mencapai target yang maksimal yaitu mendekati
nilai maksimal yaitu 1098. Daffa, sudah berkurang terjatuh, sudah berkurang
tidak terburu-buru, sehingga sudah mulai menjaga keseimbangan dalam
menggunakan keterampilan motorik kasar.
Perkembangan Untuk siswa 9. Zola
Berdasarkan tabel 4.5 diatas untuk peningkatan perkembangan
motorik halus menunjukkan bahwa nilai anak dari asesmen awal dengan
pelaksanaan siklus I mengalami peningkatan , yaitu dari nilai kondisi awal 27
meningkat menjadi 56. Dengan demikian hasil pelaksanaan siklus I
mengalami peningkatan sebanyak 29, tetapi belum mencapai target yang
maksimal yaitu mendekati nilai maksimal yaitu 72.
Untuk peningkatan perkembangan motorik kasar menunjukkan bahwa
nilai anak dari asesmen awal dengan pelaksanaan siklus I mengalami
peningkatan, yaitu dari nilai kondisi awal 33 meningkat menjadi 63. Dengan
210
demikian hasil pelaksanaan siklus I mengalami peningkatan sebanyak 30,
tetapi belum mencapai target yang maksimal yaitu mendekati nilai maksimal
yaitu 81
Untuk peningkatan perkembangan kognitif menunjukkan bahwa nilai
anak dari asesmen awal dengan pelaksanaan siklus I mengalami
peningkatan, yaitu dari nilai kondisi awal 78 meningkat menjadi 143. Dengan
demikian hasil pelaksanaan siklus I mengalami peningkatan sebanyak 65.
tetapi belum mencapai target yang maksimal yaitu mendekati nilai maksimal
yaitu 180.
Untuk peningkatan perkembangan bahasa menunjukkan bahwa nilai
anak dari asesmen awal dengan pelaksanaan siklus I mengalami
peningkatan , yaitu dari nilai kondisi awal 42 meningkat menjadi 84. Dengan
demikian hasil pelaksanaan siklus I mengalami peningkatan sebanyak 42,
tetapi belum mencapai target yang maksimal yaitu mendekati nilai maksimal
yaitu 108
. Untuk peningkatan perkembangan sosialemosi menunjukkan bahwa
nilai anak dari asesmen awal dengan pelaksanaan siklus I mengalami
peningkatan, yaitu dari nilai kondisi awal 194 meningkat menjadi 406. Dengan
demikian hasil pelaksanaan siklus I mengalami peningkatan sebanyak 212,
211
tetapi belum mencapai target yang maksimal yaitu mendekati nilai maksimal
yaitu 522.
Untuk peningkatan perkembangan moral menunjukkan bahwa nilai
anak dari asesmen awal dengan pelaksanaan siklus I mengalami
peningkatan, yaitu dari nilai kondisi awal 49 meningkat menjadi 116. Dengan
demikian hasil pelaksanaan siklus I mengalami peningkatan sebanyak 67,
tetapi belum mencapai target yang maksimal yaitu mendekati nilai maksimal
yaitu 135.
Untuk peningkatan perkembangan total menunjukkan bahwa nilai rata-
rata Zola dari asesmen awal dengan pelaksanaan siklus I mengalami
peningkatan , yaitu dari nilai rerata kondisi awal 416 meningkat menjadi 862.
Dengan demikian hasil pelaksanaan siklus I mengalami peningkatan
sebanyak 446, tetapi belum mencapai target yang maksimal yaitu mendekati
nilai maksimal yaitu 1098.
Perkembangan Untuk siswa 10. Bimo
Berdasarkan tabel 4.5 diatas untuk peningkatan perkembangan
motorik halus menunjukkan bahwa nilai anak dari asesmen awal dengan
pelaksanaan siklus I mengalami peningkatan , yaitu dari nilai kondisi awal 29
meningkat menjadi 54. Dengan demikian hasil pelaksanaan siklus I
212
mengalami peningkatan sebanyak 25, tetapi belum mencapai target yang
maksimal yaitu mendekati nilai maksimal yaitu 72.
Untuk peningkatan perkembangan motorik kasar menunjukkan bahwa
nilai anak dari asesmen awal dengan pelaksanaan siklus I mengalami
peningkatan, yaitu dari nilai kondisi awal 31 meningkat menjadi 63. Dengan
demikian hasil pelaksanaan siklus I mengalami peningkatan sebanyak 32,
tetapi belum mencapai target yang maksimal yaitu mendekati nilai maksimal
yaitu 81
Untuk peningkatan perkembangan kognitif menunjukkan bahwa nilai
anak dari asesmen awal dengan pelaksanaan siklus I mengalami
peningkatan, yaitu dari nilai kondisi awal 73 meningkat menjadi 135. Dengan
demikian hasil pelaksanaan siklus I mengalami peningkatan sebanyak 62.
tetapi belum mencapai target yang maksimal yaitu mendekati nilai maksimal
yaitu 180.
Untuk peningkatan perkembangan bahasa menunjukkan bahwa nilai
anak dari asesmen awal dengan pelaksanaan siklus I mengalami
peningkatan , yaitu dari nilai kondisi awal 41 meningkat menjadi 79. Dengan
demikian hasil pelaksanaan siklus I mengalami peningkatan sebanyak 38,
tetapi belum mencapai target yang maksimal yaitu mendekati nilai maksimal
yaitu 108
213
. Untuk peningkatan perkembangan sosialemosi menunjukkan bahwa
nilai anak dari asesmen awal dengan pelaksanaan siklus I mengalami
peningkatan, yaitu dari nilai kondisi awal 199 meningkat menjadi 406. Dengan
demikian hasil pelaksanaan siklus I mengalami peningkatan sebanyak 207,
tetapi belum mencapai target yang maksimal yaitu mendekati nilai maksimal
yaitu 522.
Untuk peningkatan perkembangan moral menunjukkan bahwa nilai
anak dari asesmen awal dengan pelaksanaan siklus I mengalami
peningkatan, yaitu dari nilai kondisi awal 51 meningkat menjadi 115. Dengan
demikian hasil pelaksanaan siklus I mengalami peningkatan sebanyak 64,
tetapi belum mencapai target yang maksimal yaitu mendekati nilai maksimal
yaitu 135.
Untuk peningkatan perkembangan total menunjukkan bahwa nilai rata-
rata Bimo dari asesmen awal dengan pelaksanaan siklus I mengalami
peningkatan , yaitu dari nilai rerata kondisi awal 424 meningkat menjadi 852.
Dengan demikian hasil pelaksanaan siklus I mengalami peningkatan
sebanyak 455, tetapi belum mencapai target yang maksimal yaitu mendekati
nilai maksimal yaitu 1098.
214
Perkembangan Untuk siswa 11. Ziekra
Berdasarkan tabel 4.5 diatas untuk peningkatan perkembangan
motorik halus menunjukkan bahwa nilai anak dari asesmen awal dengan
pelaksanaan siklus I mengalami peningkatan , yaitu dari nilai kondisi awal 26
meningkat menjadi 56. Dengan demikian hasil pelaksanaan siklus I
mengalami peningkatan sebanyak 30, tetapi belum mencapai target yang
maksimal yaitu mendekati nilai maksimal yaitu 72.
Untuk peningkatan perkembangan motorik kasar menunjukkan bahwa
nilai anak dari asesmen awal dengan pelaksanaan siklus I mengalami
peningkatan, yaitu dari nilai kondisi awal 30 meningkat menjadi 63. Dengan
demikian hasil pelaksanaan siklus I mengalami peningkatan sebanyak 33
tetapi belum mencapai target yang maksimal yaitu mendekati nilai maksimal
yaitu 81
Untuk peningkatan perkembangan kognitif menunjukkan bahwa nilai
anak dari asesmen awal dengan pelaksanaan siklus I mengalami
peningkatan, yaitu dari nilai kondisi awal 73 meningkat menjadi 140 Dengan
demikian hasil pelaksanaan siklus I mengalami peningkatan sebanyak 67.
tetapi belum mencapai target yang maksimal yaitu mendekati nilai maksimal
yaitu 180.
215
Untuk peningkatan perkembangan bahasa menunjukkan bahwa nilai
anak dari asesmen awal dengan pelaksanaan siklus I mengalami
peningkatan , yaitu dari nilai kondisi awal 42 meningkat menjadi 85. Dengan
demikian hasil pelaksanaan siklus I mengalami peningkatan sebanyak 43,
tetapi belum mencapai target yang maksimal yaitu mendekati nilai maksimal
yaitu 108
. Untuk peningkatan perkembangan sosialemosi menunjukkan bahwa
nilai anak dari asesmen awal dengan pelaksanaan siklus I mengalami
peningkatan, yaitu dari nilai kondisi awal 189 meningkat menjadi 406. Dengan
demikian hasil pelaksanaan siklus I mengalami peningkatan sebanyak 217,
tetapi belum mencapai target yang maksimal yaitu mendekati nilai maksimal
yaitu 522.
Untuk peningkatan perkembangan moral menunjukkan bahwa nilai
anak dari asesmen awal dengan pelaksanaan siklus I mengalami
peningkatan, yaitu dari nilai kondisi awal 52 meningkat menjadi 117. Dengan
demikian hasil pelaksanaan siklus I mengalami peningkatan sebanyak 65,
tetapi belum mencapai target yang maksimal yaitu mendekati nilai maksimal
yaitu 135.
Untuk peningkatan perkembangan total menunjukkan bahwa nilai rata-
rata Ziekra dari asesmen awal dengan pelaksanaan siklus I mengalami
216
peningkatan , yaitu dari nilai rerata kondisi awal 412 meningkat menjadi 867.
Dengan demikian hasil pelaksanaan siklus I mengalami peningkatan
sebanyak 455, tetapi belum mencapai target yang maksimal yaitu mendekati
nilai maksimal yaitu 1098. Zikra, disaat mengerjakan tugas di area bahasa,
sudah berkurang kata-kata yang tertinggal, dan jarak antara kata sudah mulai
jelas.. Disaat meniti balok Zikra sudah berkurang terjatuh, sudah berkurang
tidak terburu-buru, sehingga sudah mulai menjaga keseimbangan.
Perkembangan Untuk siswa 12 Indira
Berdasarkan tabel 4.5 diatas untuk peningkatan perkembangan
motorik halus menunjukkan bahwa nilai anak dari asesmen awal dengan
pelaksanaan siklus I mengalami peningkatan , yaitu dari nilai kondisi awal 31
meningkat menjadi 53 Dengan demikian hasil pelaksanaan siklus I
mengalami peningkatan sebanyak 22 tetapi belum mencapai target yang
maksimal yaitu mendekati nilai maksimal yaitu 72.
Untuk peningkatan perkembangan motorik kasar menunjukkan bahwa
nilai anak dari asesmen awal dengan pelaksanaan siklus I mengalami
peningkatan, yaitu dari nilai kondisi awal 29 meningkat menjadi 57. Dengan
demikian hasil pelaksanaan siklus I mengalami peningkatan sebanyak 28,
tetapi belum mencapai target yang maksimal yaitu mendekati nilai maksimal
yaitu 81
217
Untuk peningkatan perkembangan kognitif menunjukkan bahwa nilai
anak dari asesmen awal dengan pelaksanaan siklus I mengalami
peningkatan, yaitu dari nilai kondisi awal 71 meningkat menjadi 131 Dengan
demikian hasil pelaksanaan siklus I mengalami peningkatan sebanyak 60.
tetapi belum mencapai target yang maksimal yaitu mendekati nilai maksimal
yaitu 180.
Untuk peningkatan perkembangan bahasa menunjukkan bahwa nilai
anak dari asesmen awal dengan pelaksanaan siklus I mengalami
peningkatan , yaitu dari nilai kondisi awal 40 meningkat menjadi 89. Dengan
demikian hasil pelaksanaan siklus I mengalami peningkatan sebanyak 39,
tetapi belum mencapai target yang maksimal yaitu mendekati nilai maksimal
yaitu 108
. Untuk peningkatan perkembangan sosialemosi menunjukkan bahwa
nilai anak dari asesmen awal dengan pelaksanaan siklus I mengalami
peningkatan, yaitu dari nilai kondisi awal 196 meningkat menjadi 378. Dengan
demikian hasil pelaksanaan siklus I mengalami peningkatan sebanyak 182,
tetapi belum mencapai target yang maksimal yaitu mendekati nilai maksimal
yaitu 522.
Untuk peningkatan perkembangan moral menunjukkan bahwa nilai
anak dari asesmen awal dengan pelaksanaan siklus I mengalami
218
peningkatan, yaitu dari nilai kondisi awal 49 meningkat menjadi 113. Dengan
demikian hasil pelaksanaan siklus I mengalami peningkatan sebanyak 64,
tetapi belum mencapai target yang maksimal yaitu mendekati nilai maksimal
yaitu 135.
Untuk peningkatan perkembangan total menunjukkan bahwa nilai rata-
rata Indira dari asesmen awal dengan pelaksanaan siklus I mengalami
peningkatan , yaitu dari nilai rerata kondisi awal 416 meningkat menjadi 811.
Dengan demikian hasil pelaksanaan siklus I mengalami peningkatan
sebanyak 395, tetapi belum mencapai target yang maksimal yaitu mendekati
nilai maksimal yaitu 1098. Indira mendapat perhatian khusus, karna memiliki
skor yang rendah bila dibandingkan dengan teman-temannya. Indira sudah
mulai sedikit demi sedikit menurut perintah guru. anak ini yarng biasa lambat
dalam mengerjakan tugas pada area, sekarang udah mulai cepat, terlihat
semua anak dapat menyelesaikan tugas di area.
Perkembangan Untuk siswa 13. Bunga
Berdasarkan tabel 4.5 diatas untuk peningkatan perkembangan
motorik halus menunjukkan bahwa nilai anak dari asesmen awal dengan
pelaksanaan siklus I mengalami peningkatan , yaitu dari nilai kondisi awal 30
meningkat menjadi 56. Dengan demikian hasil pelaksanaan siklus I
mengalami peningkatan sebanyak 26 tetapi belum mencapai target yang
maksimal yaitu mendekati nilai maksimal yaitu 72.
219
Untuk peningkatan perkembangan motorik kasar menunjukkan bahwa
nilai anak dari asesmen awal dengan pelaksanaan siklus I mengalami
peningkatan, yaitu dari nilai kondisi awal 29 meningkat menjadi 56. Dengan
demikian hasil pelaksanaan siklus I mengalami peningkatan sebanyak 27,
tetapi belum mencapai target yang maksimal yaitu mendekati nilai maksimal
yaitu 81
Untuk peningkatan perkembangan kognitif menunjukkan bahwa nilai
anak dari asesmen awal dengan pelaksanaan siklus I mengalami
peningkatan, yaitu dari nilai kondisi awal 79 meningkat menjadi 129. Dengan
demikian hasil pelaksanaan siklus I mengalami peningkatan sebanyak 50.
tetapi belum mencapai target yang maksimal yaitu mendekati nilai maksimal
sampai 180.
Untuk peningkatan perkembangan bahasa menunjukkan bahwa nilai
anak dari asesmen awal dengan pelaksanaan siklus I mengalami
peningkatan , yaitu dari nilai kondisi awal 42 meningkat menjadi 82. Dengan
demikian hasil pelaksanaan siklus I mengalami peningkatan sebanyak 40,
tetapi belum mencapai target yang maksimal yaitu mendekati nilai maksimal
sebesar 108
Untuk peningkatan perkembangan sosialemosi menunjukkan bahwa
nilai anak dari asesmen awal dengan pelaksanaan siklus I mengalami
220
peningkatan, yaitu dari nilai kondisi awal 195 meningkat menjadi 380. Dengan
demikian hasil pelaksanaan siklus I mengalami peningkatan sebanyak 185,
tetapi belum mencapai target yang maksimal yaitu mendekati nilai maksimal
yaitu 522.
Untuk peningkatan perkembangan moral menunjukkan bahwa nilai
anak dari asesmen awal dengan pelaksanaan siklus I mengalami
peningkatan, yaitu dari nilai kondisi awal 50 meningkat menjadi 115 Dengan
demikian hasil pelaksanaan siklus I mengalami peningkatan sebanyak 65,
tetapi belum mencapai target yang maksimal yaitu mendekati nilai maksimal
yaitu 135.
Untuk peningkatan perkembangan total menunjukkan bahwa nilai rata-
rata Bunga dari asesmen awal dengan pelaksanaan siklus I mengalami
peningkatan , yaitu dari nilai rerata kondisi awal 427 meningkat menjadi 819.
Dengan demikian hasil pelaksanaan siklus I mengalami peningkatan
sebanyak 392, tetapi belum mencapai target yang maksimal yaitu mendekati
nilai maksimal yaitu 1098. Bunga termasuk anak yang perlu diperhatikan
secara khusus, karena mendapat skor rendah.
Perkembangan Untuk siswa 14. Azka
Berdasarkan tabel 4.5 diatas untuk peningkatan perkembangan
motorik halus menunjukkan bahwa nilai anak dari asesmen awal dengan
221
pelaksanaan siklus I mengalami peningkatan , yaitu dari nilai kondisi awal 31
meningkat menjadi 57 Dengan demikian hasil pelaksanaan siklus I
mengalami peningkatan sebanyak 26, tetapi belum mencapai target yang
maksimal yaitu mendekati nilai maksimal yaitu 72.
Untuk peningkatan perkembangan motorik kasar menunjukkan bahwa
nilai anak dari asesmen awal dengan pelaksanaan siklus I mengalami
peningkatan, yaitu dari nilai kondisi awal 35 meningkat menjadi 63. Dengan
demikian hasil pelaksanaan siklus I mengalami peningkatan sebanyak 28,
tetapi belum mencapai target yang maksimal yaitu mendekati nilai maksimal
yaitu 81
Untuk peningkatan perkembangan kognitif menunjukkan bahwa nilai
anak dari asesmen awal dengan pelaksanaan siklus I mengalami
peningkatan, yaitu dari nilai kondisi awal 78 meningkat menjadi 145. Dengan
demikian hasil pelaksanaan siklus I mengalami peningkatan sebanyak 67.
tetapi belum mencapai target yang maksimal yaitu mendekati nilai maksimal
yaitu 180.
Untuk peningkatan perkembangan bahasa menunjukkan bahwa nilai
anak dari asesmen awal dengan pelaksanaan siklus I mengalami
peningkatan , yaitu dari nilai kondisi awal 61 meningkat menjadi 80. Dengan
demikian hasil pelaksanaan siklus I mengalami peningkatan sebanyak 19,
222
tetapi belum mencapai target yang maksimal yaitu mendekati nilai maksimal
yaitu 108
. Untuk peningkatan perkembangan sosialemosi menunjukkan bahwa
nilai anak dari asesmen awal dengan pelaksanaan siklus I mengalami
peningkatan, yaitu dari nilai kondisi awal 244 meningkat menjadi 417. Dengan
demikian hasil pelaksanaan siklus I mengalami peningkatan sebanyak 173,
tetapi belum mencapai target yang maksimal yaitu mendekati nilai maksimal
yaitu 522.
Untuk peningkatan perkembangan moral menunjukkan bahwa nilai
anak dari asesmen awal dengan pelaksanaan siklus I mengalami
peningkatan, yaitu dari nilai kondisi awal 61 meningkat menjadi 120. Dengan
demikian hasil pelaksanaan siklus I mengalami peningkatan sebanyak 59,
tetapi belum mencapai target yang maksimal yaitu mendekati nilai maksimal
yaitu 135.
Untuk peningkatan perkembangan total menunjukkan bahwa nilai rata-
rata Azka dari asesmen awal dengan pelaksanaan siklus I mengalami
peningkatan , yaitu dari nilai rerata kondisi awal 510 meningkat menjadi 882
Dengan demikian hasil pelaksanaan siklus I mengalami peningkatan
sebanyak 372, tetapi belum mencapai target yang maksimal yaitu mendekati
nilai maksimal yaitu 1098.
223
Perkembangan Untuk siswa 15.Shelby
Berdasarkan tabel 4.5 diatas untuk peningkatan perkembangan
motorik halus menunjukkan bahwa nilai anak dari asesmen awal dengan
pelaksanaan siklus I mengalami peningkatan , yaitu dari nilai kondisi awal 27
meningkat menjadi 56 Dengan demikian hasil pelaksanaan siklus I
mengalami peningkatan sebanyak 29, tetapi belum mencapai target yang
maksimal yaitu mendekati nilai maksimal yaitu 72.
Untuk peningkatan perkembangan motorik kasar menunjukkan bahwa
nilai anak dari asesmen awal dengan pelaksanaan siklus I mengalami
peningkatan, yaitu dari nilai kondisi awal 34 meningkat menjadi 63. Dengan
demikian hasil pelaksanaan siklus I mengalami peningkatan sebanyak 29,
tetapi belum mencapai target yang maksimal yaitu mendekati nilai maksimal
yaitu 81
Untuk peningkatan perkembangan kognitif menunjukkan bahwa nilai
anak dari asesmen awal dengan pelaksanaan siklus I mengalami
peningkatan, yaitu dari nilai kondisi awal 75 meningkat menjadi 140. Dengan
demikian hasil pelaksanaan siklus I mengalami peningkatan sebanyak 65.
tetapi belum mencapai target yang maksimal yaitu mendekati nilai maksimal
yaitu 180.
224
Untuk peningkatan perkembangan bahasa menunjukkan bahwa nilai
anak dari asesmen awal dengan pelaksanaan siklus I mengalami
peningkatan , yaitu dari nilai kondisi awal 42 meningkat menjadi 84. Dengan
demikian hasil pelaksanaan siklus I mengalami peningkatan sebanyak 42,
tetapi belum mencapai target yang maksimal yaitu mendekati nilai maksimal
yaitu 108
. Untuk peningkatan perkembangan sosialemosi menunjukkan bahwa
nilai anak dari asesmen awal dengan pelaksanaan siklus I mengalami
peningkatan, yaitu dari nilai kondisi awal 197 meningkat menjadi 404. Dengan
demikian hasil pelaksanaan siklus I mengalami peningkatan sebanyak 207,
tetapi belum mencapai target yang maksimal yaitu mendekati nilai maksimal
yaitu 522.
Untuk peningkatan perkembangan moral menunjukkan bahwa nilai
anak dari asesmen awal dengan pelaksanaan siklus I mengalami
peningkatan, yaitu dari nilai kondisi awal 51 meningkat menjadi 108. Dengan
demikian hasil pelaksanaan siklus I mengalami peningkatan sebanyak 57,
tetapi belum mencapai target yang maksimal yaitu mendekati nilai maksimal
yaitu 135.
Untuk peningkatan perkembangan total menunjukkan bahwa nilai rata-
rata Shellby dari asesmen awal dengan pelaksanaan siklus I mengalami
225
peningkatan , yaitu dari nilai rerata kondisi awal 426 meningkat menjadi 855.
Dengan demikian hasil pelaksanaan siklus I mengalami peningkatan
sebanyak 429, tetapi belum mencapai target yang maksimal yaitu mendekati
nilai maksimal yaitu 1098. Shelby sudah mengerti cara mengerjakan tugas di
setiap area sesuai dengan keinginan sendiri (biasanya guru membuat
kelompok).
2 Silklus Kedua
a. Revisi Rencana Tindakan (Revised Plan)
Penyusunan rencana dengan pendekatan tematik pada siklus dua,
merancang pembelajaran berdasarkan evaluasi dari siklus satu, meliputi:
a) Persiapan pengembangan tema.
Sub tema yang dipilih adalah yang belum diajarkan pada siklus
satu dan dibuat lebih menarik, seperti : sub tema binatang,
buas, peliharaan, ternak dan hidup di darat, di laut serta di
sungai, ( sapi, burung, buaya, ikan, gajah, kelalawar, dan kura-
kura serta kelinci). sebab tema ini dapat dijadikan tema untuk
mengembangkan aspek perkembangan anak usia dini, seperti
aspek fisik motorik , kognitif, bahasa, dan, serta sosial
emosional, serta moral nilai agama, Tema ini dikembangkan
dengan pembelajaran pendekatan area. (area bahasa, area
226
matematika/berhitung, area IPA, area seni, dan area balok
serta area bermain peran).
b) Persiapan Media
In fokus, laptop, Ipad, DVD, boneka, gambar-gambar yang
berkaitan dengan binatang yang dikaitkan dengan aspek
perkembangan yang akan diajarkan. Media ini akan dijadikan
media untuk bercerita dan mendiskusikan tema untuk
mengembangkan aspek perkembangan anak selama proses
pembelajaran, dimulai saat anak masuk kehalaman sekolah,
dalam kelas pada kegiatan pembukaan dan penutupan,
diruangan makan, sampai berbaris saat mau pulang.
c) Persiapan lembar kerja anak untuk Area Bahasa
Lembar kerja anak ini meliputi: mengenal kata, mengenal kaliat
pendek, mebalkan, menulis dengan cara mengulang contoh
yang diberikan. Tujuannya adalah untuk menumbuh
kembangkan bahasa anak, menambah kosa kata, melatih
ketrampilan menulis dan ketrampilan membaca.
d) Persiapan lembar kerja anak untuk Area Matematika/berhitung.
Lembar kerja anak ini meliputi: menjumlahkan dengan
menambah dan mengurangi, dengan menggunakan gambar
gambar binatang. Menumbuh kembangkan konsep konsep
jumlah, lebih besar, lebih kecil semakin banyak dan semakin
227
kurang. Ini merupakan untuk peningkatan perkembangan
cognitif anak usia dini.
e) Persiapan lembar kerja anak untuk Area IPA
Mempersiapkan anak untuk menghubungkan dan memilih
gambar yang sebelah kiri dengan gambar yang disebelah
kanan, dengan cara menarik garis. Kegiatan lainnya adalah
mengelompokkan hewan yang beranak dan bertelur,
mengelompokkan jenis makanan binatang.
f) Persiapan lembar kerja anak untuk area Seni.
Anak melaksanakan tugas seperti: menggunting, menempel,
menstempel, mengisi pola, dan meronce, kolase(kapas, kacang-
kacangan, kertas warna, kulit telur). Mewarnai (kerayon, cat air),
menggambar bebas. Tujuan pembelajaran ini untuk
meningkatkan perkembangan anak pada aspek. Motorik halus,
motorik kasar, kognitif, sosial.
g) Persiapan lembar kerja anak untuk area Balok.
Langkah-langkah yang yang akan ditempuh dalam
melaksanakan tindakan: Peneliti menyediakan balok berbagai
bentuk dan warna, kemudian anak diminta untuk membuat
bangunan seperti : binatang, kandang binatang, tempat minum
binatang, atau sesuai dengan keinginan anak yang berkaitan
dengan tema binatang yang sedang diajarkan. Tujuannya
228
adalah untuk menumbuh kembangkan aspek perkembangan
kognitif, perkembangan motorik dan perkembangan sosial.
h) Mengobservasi Lembar Kerja dengan Guru.
Gambar-gambar yang ada dalam lembar kerja anak bersama
guru kelas, berdiskusi tentang gambar yang berkaitan dengan
aspek perkembangan yang ditingkatkan. Gambar gambar
dirancang lebih kecil, disesuaikan dengan waktu yang tersedia
i) Keterlibatan Guru dalam penelitian
Peneliti menjelaskan kepada kepala sekolah dan guru kelas
bahwa peneliti terlibat dalam pernbelajaran sebagai guru dalarn
pembelajaran pada siklus II. Tindakan yang dilakukan tidak
menganggu jalanya program dan jadwal pernbelajaran yang
telah ditetapkan pihak sekolah, penelitian yang bertujuan untuk
meningkatkan perkembangan anak usia dini.
j) Jadwal Kegiatan
Pembelajaran siklus kedua dilaksanakan dalam dua minggu
dengan penjabaran kegiatan sebanyak delapan kali pertemuan.
Setiap tema terdiri dari beberapa sub tema. Sub tema yang
diambil dalam pembelajaran siklus kedua sebagai berikut: sub
tema binatang buas buaya, binatang di udara burung, binatang
ternak sapi, binatang hidup di air yaitu ikan air laut, binatang
hidup di darat gajah, binatang yang di udara kelelawar dan
229
binatang bertelur kura kura serta binatang melahirkan kelinci
sebagai befikut:
Tabel 4.6 Jadwal Kegiatan Penelitian
Peningkatan Perkembangan Anak Usia Dini dengan Pendekatan Tematik di TK Nakkia Tema Binatang (Siklus II)
No Tanggal Bulan Tahun
Tema Sub Tema Aspek Perkembangan
yang ingin Ditingkatkan
Ket
1. 30-4- 2012 Binatang Binatang buas Buaya
Fisik motorik Kognitif Sosio Emosional Bahasa Moral dan Nilai agama
2. 1-5- 2012 Binatang Peliharaan Burung
Fisik motorik Kognitif Sosio Emosional Bahasa Moral dan Nilai agama
3 3-5- 2012 Binatang Ternak Sapi
Fisik motorik Kognitif Sosio Emosional Bahasa Moral dan Nilai agama
4 4-5- 2012 Binatang Air Ikan Air Laut
Fisik motorik Kognitif Sosio Emosional Bahasa Moral dan Nilai agama
5 7-5- 2012 Binatang Darat Gajah
Fisik motorik Kognitif Sosio Emosional Bahasa Moral dan Nilai
230
6 8-5-2012 Binatang Udara Kelelawar
Fisik motorik Kognitif Sosio Emosional Bahasa Moral dan Nilai agama
7 9-5- 2012 Binatang Bertelur Kura-kura
Fisik motorik Kognitif Sosio Emosional Bahasa Moral dan Nilai agama
8 12-5-2012 Binatang Melahirkan Kelinci
Fisik motorik Kognitif Sosio Emosional Bahasa Moral dan Nilai agama
b. Pelaksanaan Tindakan Siklus II
Pelaksanaan dengan pendekatan tematik siklus kedua menggunakan
tema binatang, tema Pelaksanaan tindakan terdiri dari kegiatan baris
berbaris, kegiatan pembukaan, kegiatan inti pada area, kegiatan makan,
kegiatan istirahat, dan kegiatan penutup.
1) Kegiatan Baris berbaris
Pada kegiatan baris berbaris anak melakukan berbagai kegiatan yang
melatih kemampuan motorik kasar, melompat-lompat atau bergerak seperti
binatang yang dijadikan tema pada hari pembelajaran.
2) Kegiatan Pembukaan
Pada kegiatan pembukaan pembelajaran, guru menjelaskan tema,
231
setiap hari anak-anak memulai kegiatan belajar dengan membaca doa belajar
dan saling bertanya kabar antara anak dan guru. Kegiatan dilanjutkan dengan
tanya jawab mengenai tema yang sedang dipelajari. Setelah diskusi tema,
anak-anak memperhatikan gambar visual atau bermain permainan-
permainan yang berkaitan dengan aspek perkembangan.
3) Kegiatan Inti
Sebelum anak-anak melakukan berbagai kegiatan pada kegiatan inti,
anak-anak setiap hari diminta memilih Area, bebas memilih teman dalam
kelompok. Setiap anak memilih kelompok bebas dengan temannya temannya
dan jika anak memilih teman yang sama dalam 2 hari berturut-turut guru
menyarankan anak untuk memilih ternan yang lain dan kelompok lain.
Kegiatan ini dimaksudkan untuk mengembangkan kemampuan bersahabat
anak dengan semua teman di kelasnya. Pada kegiatan inti anak-anak
melakukan kegiatan yang betkaitan dengan tema. Kegiatan anak pada tema
binatang berrkaitan dengan pengembangan fisik motorik, bahasa, kognitif,
dan sosial emosional serta moral anak yang sesuai dengan tema.
Pada kegiatan inti guru juga mengingatkan anak untuk membiasakan
disiplin, menggunakan nilai-nilai moral yang dipelajari ketika belajar.
Pembiasaan dilakukan dengan dua cara: pertama mengingatkan anak agar
disiplin, adil, menghormati teman, menolong teman, menjaga kebersihan
kelas, dan jujur ketika belajar. Kedua guru dengan spontan memuji anak yang
232
berperilaku disiplin, adil, menghormati teman, menolong teman, menjaga
kebersihan kelas, dan jujur ketika belajar, serta kerja sama dalam kelompok.
4).Kegiatan makan
Pada kegiatan makan anak-anak dibiasakan disiplin pada waktu
makan dengan cara makan tidak bersuara dan berjalan-jalan. Anak juga
dibiasakan antri mencuci tangan. Anak tidak mengomentari makanan teman,
anak bersedia membagi makanannya pada teman yang lupa membawa
makanan. Anak membuang sampah makanan ke keranjang, sampah dan
membersihkan meja sesudah makan.
5) Kegiatan Istirahat
Pada kegiatan istirahat guru ikut menemani anak dalam bermain, Guru
juga tidak memberi komentar langsung terhadap perilaku anak yang salah.
Guru memberi kesempatan anak memperbaiki perilakunya sendiri atau
dengan bantuan temannya.
6) Kegiatan Penutup
Pada kegiatin penutup guru meminta anak mereview kegiatan yang
telah diikuti anak sejak pagi. kemudian bu guru menanyakan perasaan anak
ketika berbuat disiplin, adil, menghormati orang lain, menolong orang lain,
menjaga kebersihan diri dan lingkungan, dan berkata jujur.
Evaluasi pengetahuan anak tentang nilai-nilai yang dikembangkan
dilakukan dengan diskusi tentang hasil pekerjaan (tugas) pada area, anak
memilih gambar atau hasil yang dikerjakan di area. Guru menjelaskan
233
tentang hasil kerja dyang benar dan salah yang berkaitan dengan aspek
perkembangan, dan mengkaitkan nilai disiplin, adil, menghormati orang lain,
menolong orang lain, menjaga kebersihan diri dan lingkungan.
c. Observasi
Observasi dilakukan dengan melakukan pengisian lembaran observasi
dan juga dilakukan dengan 1) mengamati kemampuan anak mengerjakan
lembaran kerja di setiap area. 2) mengamati kemampuan anak melakukan
aktivitas berkaitan dengan perkembangan motorik, bahasa, sosialemosonal,
dan kognitif, serta moral.
d. Analisis dan Refleksi Siklus II
Hasil pengamatan peneliti menunjukkan bahwa peningkatan
perkembangan anak usia dini dengan pendekatan tematik,
menggunakan pembelajaran area, dan mengobservasi hasil
perkembangannya. Berikut ini dipaparkan hasil Nilai Asesmen
Peningkatan Perkembangan Anak Usia Dini dengan Pendekatan
Tematik, pada akhir siklus II isebagai berikut:
a. Hasil Pengukuran Setelah Siklus II
Peningkatan skor perkembangan anak usia dini dengan pendekatan
tematik setelah diberi tindakan sesudah siklus II yang berkaitan dengan
seluruh aspek perkembangan anak sebagai berikut :
234
Tabel 4.7
Nilai Asesmen Peningkatan Perkembangan Anak Usia Dini
dengan Pendekatan Tematik (Pada Akhir Siklus II )
No Subjek
Motorik Kognitif Bahasa
Sosio Emosional
Moral Total Rerata Halus Kasar
1 67 75 172 103 499 128 1044 2.85
2 72 81 178 107 522 135 1095 2.99
3 69 79 172 103 512 128 1063 2.90
4 72 81 176 108 522 133 1092 2.98
5 72 81 177 106 516 131 1083 2.96
6 71 81 174 108 518 133 1085 2.96
7 72 81 178 107 522 135 1095 2.99
8 71 79 165 101 512 135 1063 2.90
9 71 80 173 108 504 135 1071 2.93
10 72 81 177 105 511 131 1077 2.94
11 71 77 171 107 520 133 1079 2.95
12 71 81 178 106 512 134 1082 2.96
13 71 75 164 100 474 122 1006 2.75
14 72 81 175 106 518 133 1085 2.96
15 71 80 173 108 504 135 1071 2.93
Rata-rata 2.93
Hasil perhitungan nilai rata-rata perkembangan anak Taman Kanak-
kanak Nakkia kelompok B setelah pelaksanaan siklus I I adalah meningkat
dari asesmen awal 2,31 naik menjadi sebesar 2, 93. Dengan demikian hasil
pelaksanaan tindakan siklus I mengalami peningkatan, sudah mencapai
target yang maksimal yaitu mendekati level 3 (tiga). Untuk lebih jelas dapat
dilihat diagram batang berikut ini:
235
Skor
Anak Keterangan Gambar: KB: Kurang Baik C: Cukup SB: Sangat Baik
Gambar 4.10 Grafik Skor Aspek Perkembangan Anak Usia dini pada
Siklus II.
Perhitungan nilai rata-rata perkembangan anak Taman Kanak- kanak
Nakkia kelompok B sebelum siklus dua adalah 2,31, setelah pelaksanaan
siklus kedua meningkat menjadi 2,93 Hal ini berarti nilai rata-rata
perkembangan anak Taman Kanak-kanak Nakkia kelompok B setelah siklus
kedua meningkat mendekat pada kategori level 3 (tiga).
Perkembangan Anak Usia Dini telah meningkat dari hasil asesmen
akhir siklus pertama. Capaian skor rata-rata perkembangan anak sudah
236
mencapai target penelitian yaitu berada pada target level 3 (tiga). Nilai rata-
rata dari tiap dimensi dari perkembangan yaitu pengetahuan moral, perasaan
moral, dan tindakan moral juga telah mencapai target penelitian. Peningkatan
perkembangan anak usia dini dengan pendekatan tematik dari hasil
asesmen akhir siklus pertama dan hasil asesmen akhir siklus kedua sebagai
berikut ini:
b. Peningkatan Hasil Asesmen Akhir Siklus I dan Siklus II
Setelah dilaksanakan tindakan pada siklus dua, maka didapat hasil
sebagai berikut:
Tabel 4. 8
Asesment Nilai Peningkatan Perkembangan Anak Usia Dini Dengan
Pendekatan Tematik (Siklus 1 dan Siklus 2)
Taman Kanak-kanak Nakkia Kelompok B
No Subjek
Motorik Kognitif
A1 Kognitif
A2 Selisih Halus
A1 Halus
A2 Selisih
Kasar A1
Kasar A2
Selisih
1 56 67 11 63 75 12 136 172 36
2 47 72 25 54 81 27 119 178 59
3 56 69 13 63 79 16 141 172 31
4 55 72 17 63 81 18 127 176 49
5 56 72 16 63 81 18 139 177 38
6 54 71 17 63 81 18 127 174 47
7 55 72 17 61 81 20 133 178 45
8 55 71 16 63 79 16 143 165 22
9 56 71 15 63 80 17 137 173 36
10 54 72 18 63 81 18 135 177 42
11 56 71 15 63 77 14 140 171 31
12 53 71 18 57 81 24 131 178 47
13 56 71 15 56 75 19 129 164 35
14 57 72 15 63 81 18 145 175 30
15 56 71 15 63 80 17 140 173 33
237
No
Bahasa A1
Bahasa A2
Selisih SE A1 SE A2 Selisih Moral
A1 Moral
A2 Selisih
1 83 103 20 406 499 93 105 128 23
2 71 107 36 354 522 168 105 135 30
3 85 103 18 406 512 106 120 128 8
4 81 108 27 392 522 130 103 133 30
5 85 106 21 402 516 114 105 131 26
6 82 108 26 412 518 106 117 133 16
7 82 107 25 395 522 127 119 135 16
8 85 101 16 410 512 102 117 135 18
9 84 108 24 406 504 98 116 135 19
10 79 105 26 406 511 105 115 131 16
11 85 107 22 406 520 114 117 133 16
12 79 106 27 378 512 134 113 134 21
13 83 100 17 380 474 94 115 122 7
14 80 106 26 417 518 101 120 133 13
15 84 108 24 404 504 100 108 135 27
No Subjek Total
A1 Total
A2 Selisih
1 849 1044 195
2 750 1095 345
3 871 1063 192
4 821 1092 271
5 850 1083 233
6 855 1085 230
7 845 1095 250
8 873 1063 190
9 862 1071 209
10 852 1077 225
11 867 1079 212
12 811 1082 271
13 819 1006 187
14 882 1085 203
15 855 1071 216
Tabel 4.8. di atas menunjukkan bahwa terjadi peningkatan
perkembangan Anak TK B Taman Kanak-kanak Nakkia setelah dilakukan
pelaksanaan peningkatan perkembangan anak usia dini dengan pendekatan
tematik pada Siklus I dan Siklus II
238
Hasil perbandingan siklus I dengan Asesmen Siklus II
Skor
Anak
Keterangan Gambar: KB: Kurang Baik C: Cukup SB: Sangat Baik
Gambar 4 11 Grafik Skor Aspek Perkembangan Anak pada Siklus I dan Il
Berikut ini akan dikemukakan hasil analisis peningkatan
perkembangan setiap aspek dari siklus I ke siklus II, perkembangan untuk
aspek perkembangan motorik (motorik kasar dan perkembangan motorik
halus), perkembangan kognitif, perkembangan bahasa, dan perkembangan
sosial-emosi serta perkembangan moral, sebagai berikut:
239
c. Peningkatan Setiap Aspek Perkembangan
Data dari hasil observasi nilai asesmen hasil peningkatan
prkembangan anak usia dini dengan pendekatan tematik (setelah siklus I
dan sesudah siklus II). Taman Kanak-kanak Nakkia Kelompok B, jika
disajikan dalam bentuk diagram batang untuk setiap aspek perkembangan,
sebagai berikut:
1.Peningkatan Perkembangan Motorik Halus
Skor
Anak
Keterangan Gambar: KB: Kurang Baik C: Cukup SB: Sangat Baik
Gambar 4.12. Diagram batang aspek perkembangan motorik halus
240
Berdasarkan tabel 4.8 dan gambar 4.12 tingkat perkembangan motorik
Halus setiap anak pada akhir siklus I pengukuran bergerak pada skor
terendah 47 dan skor tertinggi 57 dan setelah dilaksanakan siklus II
meningkat menjadi skor terkecil 67 dan skor terbesar 72 sedangkan selisih
skor peningkatan adalah 11 sampai 25. Perkembangan motorik halus, sudah
meningkat, skor maksimal mendekati 72 sudah tercapai (persentase skor
terendah 93% sampai 100%) artinya aspek perkembangan motorik halus
peningkatannya sudah optimal.
2.Peningkatan Perkembangan Motorik Kasar
Skor
Anak
Keterangan Gambar: KB: Kurang Baik C: Cukup SB: Sangat Baik
Gambar 4.13. Diagram batang aspek perkembangan motorik kasar
241
Berdasarkan tabel 4.8 dan gambar 4.13 tingkat perkembangan motorik
kasar setiap anak pada akhir siklus I pengukuran bergerak pada skor
terendah 54 dan skor tertinggi 63 dan setelah dilaksanakan siklus II
meningkat menjadi skor terkecil 75 dan skor terbesar 81 sedangkan selisih
skor peningkatan 12 sampai 24. Perkembangan motorik kasar, sudah
meningkat, skor maksimal mendekati 81 sudah tercapai, ( ersentase scor dari
92,6% sampai 100%) artinya aspek perkembangan motorik kasar
peningkatannya sudah optimal.
3.Peningkatan Perkembangan Kognitif
Skor
Anak
Keterangan Gambar: KB: Kurang Baik C: Cukup SB: Sangat Baik
Gambar 4.14. Diagram batang aspek perkembangan Kognitif
242
Berdasarkan tabel 4.8 dan gambar 4.14 tingkat perkembangan
kognitif setiap anak pada akhir siklus I pengukuran bergerak pada skor
terendah 119 dan skor tertinggi 145 dan setelah dilaksanakan siklus II
meningkat menjadi skor terkecil 164 dan skor terbesar 178 sedangkan selisih
skor peningkatan 22 sampai 49. Perkembangan kognitif, sudah meningkat,
skor maksimal mendekati 180 sudah tercapai (persentase scor dari 91,1%
sampai 98,9%) artinya aspek perkembangan kognitif peningkatannya sudah
optimal.
4.Peningkatan Perkembangan Bahasa
Skor
Anak Keterangan Gambar: KB: Kurang Baik C: Cukup SB: Sangat Baik
Gambar 4.15. Diagram batang aspek perkembangan Bahasa
243
Berdasarkan tabel 4.8 dan gambar 4.15 tingkat perkembangan bahasa
setiap anak pada akhir siklus I pengukuran bergerak pada skor terendah 71
dan skor tertinggi 85 dan setelah dilaksanakan siklus II meningkat menjadi
skor terkecil 100 dan skor terbesar 108 sedangkan selisih skor peningkatan
16 sampai 36. Perkembangan bahasa, sudah meningkat, skor maksimal
mendekati 108 sudah tercapai (persentase scor dari 92,6% sampai 100%)
artinya aspek perkembangan bahasa peningkatannya sudah optimal.
5. Peningkatan Perkembangan Sosial-emosional
Skor
Anak
Keterangan Gambar: KB: Kurang Baik C: Cukup SB: Sangat Baik
Gambar 4.16. Diagram batang aspek perkembangan sosial-emosi.
244
Berdasarkan tabel 4.8 dan gambar 4.16 tingkat perkembangan sosial-
emosi setiap anak pada akhir siklus I pengukuran bergerak pada skor
terendah 354 dan skor tertinggi 417 dan setelah dilaksanakan siklus II
meningkat menjadi skor terkecil 474 dan skor terbesar 522 sedangkan selisih
skor peningkatan 93 sampai 168. Perkembangan sosial-emosi, sudah
meningkat, skor maksimal mendekati 522 sudah tercapai (persentase scor
dari 90,8% sampai 100%) artinya aspek perkembangan sosial-emosi
peningkatannya sudah optimal.
6. Peningkatan Perkembangan Moral
Skor
Anak
Keterangan Gambar: KB: Kurang Baik C: Cukup SB: Sangat Baik
Gambar 4.17. Diagram batang aspek perkembangan moral
245
Berdasarkan tabel 4.8 dan gambar 4.17 tingkat perkembangan moral
setiap anak pada akhir siklus I pengukuran bergerak pada skor terendah 103
dan skor tertinggi 120 dan setelah dilaksanakan siklus II meningkat menjadi
skor terkecil 122 dan skor terbesar 135 sedangkan selisih skor peningkatan
7 sampai 30. Perkembangan moral, sudah meningkat, skor maksimal
mendekati 135 sudah tercapai (persentase scor dari 904% sampai 100%)
artinya aspek perkembangan moral peningkatannya sudah optimal.
d. Peningkatan Perkembangan Pada Setiap Anak
Berdasarkan hasil pengukuran asesmen I dan asesmen II, berikut ini
akan dilihat bagaimana peningkatan perkembangan masing-masing anak
untuk setiap aspek perkembangan dan keseluruhan perkembangannya,
sebagai berikut:
Perkembangan untuk siswa 1. Shessy,
Berdasarkan tabel 4.5 diatas untuk peningkatan perkembangan
motorik halus, Shessy memperoleh skor 56 untuk siklus I dan 67 untuk
siklus II, Dengan demikian hasil pelaksanaan siklus II mengalami peningkatan
sebanyak 11. Skor siklus II sudah hampir mencapai target yang maksimal
yaitu mendekati nilai 72. berarti ada peningkatan perkembangan motorik
halus dengan pendekatan tematik setelah mengikuti kegiatan pembelajaran.
246
Untuk peningkatan perkembangan motorik kasar, skor 63 untuk siklus
I dan 75 untuk siklus II, Dengan demikian hasil pelaksanaan siklus II
mengalami peningkatan sebanyak 12. Skor siklus II sudah hampir mencapai
target yang maksimal yaitu mendekati nilai 81. berarti ada peningkatan
perkembangan motorik kasar dengan pendekatan tematik setelah mengikuti
kegiatan pembelajaran.
Untuk peningkatan perkembangan kognitif, skor 136 untuk siklus I dan
172 untuk siklus II, Dengan demikian hasil pelaksanaan siklus II mengalami
peningkatan sebanyak 36. Skor siklus II sudah hampir mencapai target yang
maksimal yaitu mendekati nilai 180. berarti ada peningkatan perkembangan
kognitif dengan pendekatan tematik setelah mengikuti kegiatan
pembelajaran.
Untuk peningkatan perkembangan bahasa, skor 83 untuk siklus I dan
103. untuk siklus II, Dengan demikian hasil pelaksanaan siklus II mengalami
peningkatan sebanyak 20. Skor siklus II sudah hampir mencapai target yang
maksimal yaitu mendekati nilai 108. berarti ada peningkatan perkembangan
bahasa dengan pendekatan tematik setelah mengikuti kegiatan
pembelajaran.
Untuk peningkatan perkembangan sosialemosi, skor 406 untuk siklus
I dan 499 untuk siklus II, Dengan demikian hasil pelaksanaan siklus II
247
mengalami peningkatan sebanyak 93. Skor siklus II sudah hampir mencapai
target yang maksimal yaitu mendekati nilai 522. berarti ada peningkatan
perkembangan sosialemosi dengan pendekatan tematik setelah mengikuti
kegiatan pembelajaran.
Untuk peningkatan perkembangan moral, skor 105 untuk siklus I dan
128 untuk siklus II, Dengan demikian hasil pelaksanaan siklus II mengalami
peningkatan sebanyak 23. Skor siklus II sudah hampir mencapai target yang
maksimal yaitu mendekati nilai 135. berarti ada peningkatan perkembangan
moral halus dengan pendekatan tematik setelah mengikuti kegiatan
pembelajaran.
Untuk peningkatan perkembangan secara keseluruhan untuk Shessy
total skor 849 untuk siklus I dan 1044 untuk siklus II, Dengan demikian hasil
pelaksanaan siklus II mengalami peningkatan sebanyak 195. Skor siklus II
sudah hampir mencapai target yang maksimal yaitu mendekati nilai 1098,
berarti ada peningkatan perkembangan dengan pendekatan tematik setelah
mengikuti kegiatan pembelajaran.
Perkembangan untuk siswa 2. Alesha
Berdasarkan tabel 4.5 diatas untuk peningkatan perkembangan
motorik halus, Alesha memperoleh skor 47 untuk siklus I dan 72 untuk siklus
II, Dengan demikian hasil pelaksanaan siklus II mengalami peningkatan
248
sebanyak 25. Skor siklus II sudah hampir mencapai target yang maksimal
yaitu mendekati nilai 72. berarti ada peningkatan perkembangan motorik
halus dengan pendekatan tematik setelah mengikuti kegiatan pembelajaran.
Untuk peningkatan perkembangan motorik kasar, skor 54 untuk siklus
I dan 81 untuk siklus II, Dengan demikian hasil pelaksanaan siklus II
mengalami peningkatan sebanyak 27. Skor siklus II sudah hampir mencapai
target yang maksimal yaitu mendekati nilai 81. berarti ada peningkatan
perkembangan motorik kasar dengan pendekatan tematik setelah mengikuti
kegiatan pembelajaran.
Untuk peningkatan perkembangan kognitif, skor 119 untuk siklus I dan
178 untuk siklus II, Dengan demikian hasil pelaksanaan siklus II mengalami
peningkatan sebanyak 59. Skor siklus II sudah hampir mencapai target yang
maksimal yaitu mendekati nilai 180. berarti ada peningkatan perkembangan
kognitif dengan pendekatan tematik setelah mengikuti kegiatan
pembelajaran.
Untuk peningkatan perkembangan bahasa, skor 71 untuk siklus I dan
107. untuk siklus II, Dengan demikian hasil pelaksanaan siklus II mengalami
peningkatan sebanyak 36. Skor siklus II sudah hampir mencapai target yang
maksimal yaitu mendekati nilai 108. berarti ada peningkatan perkembangan
249
bahasa dengan pendekatan tematik setelah mengikuti kegiatan
pembelajaran.
Untuk peningkatan perkembangan sosialemosi, skor 354 untuk siklus
I dan 522 untuk siklus II, Dengan demikian hasil pelaksanaan siklus II
mengalami peningkatan sebanyak 168. Skor siklus II sudah hampir
mencapai target yang maksimal yaitu mendekati nilai 522. berarti ada
peningkatan perkembangan sosialemosi dengan pendekatan tematik setelah
mengikuti kegiatan pembelajaran.
Untuk peningkatan perkembangan moral, skor 105 untuk siklus I dan
135 untuk siklus II, Dengan demikian hasil pelaksanaan siklus II mengalami
peningkatan sebanyak 30. Skor siklus II sudah hampir mencapai target yang
maksimal yaitu mendekati nilai 135. berarti ada peningkatan perkembangan
moral halus dengan pendekatan tematik setelah mengikuti kegiatan
pembelajaran.
Untuk peningkatan perkembangan secara keseluruhan untuk Alesha
total skor 750 untuk siklus I dan 1095 untuk siklus II, Dengan demikian hasil
pelaksanaan siklus II mengalami peningkatan sebanyak 345. Skor siklus II
sudah hampir mencapai target yang maksimal yaitu mendekati nilai 1098,
berarti ada peningkatan perkembangan dengan pendekatan tematik setelah
mengikuti kegiatan pembelajaran.
250
Perkembangan untuk siswa 3 Febi.
Berdasarkan tabel 4.5 diatas untuk peningkatan perkembangan
motorik halus, Febi memperoleh skor 56 untuk siklus I dan 69 untuk siklus II,
Dengan demikian hasil pelaksanaan siklus II mengalami peningkatan
sebanyak 13. Skor siklus II sudah hampir mencapai target yang maksimal
yaitu mendekati nilai 72. berarti ada peningkatan perkembangan motorik
halus dengan pendekatan tematik setelah mengikuti kegiatan pembelajaran.
Untuk peningkatan perkembangan motorik kasar, skor 63 untuk siklus
I dan 79 untuk siklus II, Dengan demikian hasil pelaksanaan siklus II
mengalami peningkatan sebanyak 16. Skor siklus II sudah hampir mencapai
target yang maksimal yaitu mendekati nilai 81. berarti ada peningkatan
perkembangan motorik kasar dengan pendekatan tematik setelah mengikuti
kegiatan pembelajaran.
Untuk peningkatan perkembangan kognitif, skor 141 untuk siklus I dan
172 untuk siklus II, Dengan demikian hasil pelaksanaan siklus II mengalami
peningkatan sebanyak 31. Skor siklus II sudah hampir mencapai target yang
maksimal yaitu mendekati nilai 180. berarti ada peningkatan perkembangan
kognitif dengan pendekatan tematik setelah mengikuti kegiatan
pembelajaran.
251
Untuk peningkatan perkembangan bahasa, skor 85 untuk siklus I dan
103. untuk siklus II, Dengan demikian hasil pelaksanaan siklus II mengalami
peningkatan sebanyak 18. Skor siklus II sudah hampir mencapai target yang
maksimal yaitu mendekati nilai 108. berarti ada peningkatan perkembangan
bahasa dengan pendekatan tematik setelah mengikuti kegiatan
pembelajaran.
Untuk peningkatan perkembangan sosialemosi, skor 406 untuk siklus
I dan 512 untuk siklus II, Dengan demikian hasil pelaksanaan siklus II
mengalami peningkatan sebanyak 106. Skor siklus II sudah hampir
mencapai target yang maksimal yaitu mendekati nilai 522. berarti ada
peningkatan perkembangan sosialemosi dengan pendekatan tematik setelah
mengikuti kegiatan pembelajaran.
Untuk peningkatan perkembangan moral, skor 120 untuk siklus I dan
128 untuk siklus II, Dengan demikian hasil pelaksanaan siklus II mengalami
peningkatan sebanyak 8. Skor siklus II sudah hampir mencapai target yang
maksimal yaitu mendekati nilai 135. berarti ada peningkatan perkembangan
moral halus dengan pendekatan tematik setelah mengikuti kegiatan
pembelajaran.
Untuk peningkatan perkembangan secara keseluruhan untuk Febi
total skor 871 untuk siklus I dan 1063 untuk siklus II, Dengan demikian hasil
252
pelaksanaan siklus II mengalami peningkatan sebanyak 192. Skor siklus II
sudah hampir mencapai target yang maksimal yaitu mendekati nilai 1098,
berarti ada peningkatan perkembangan dengan pendekatan tematik setelah
mengikuti kegiatan pembelajaran.
Perkembangan untuk siswa 4. Jihan
Berdasarkan tabel 4.5 diatas untuk peningkatan perkembangan
motorik halus, Jihan memperoleh skor 55 untuk siklus I dan 72 untuk siklus
II, Dengan demikian hasil pelaksanaan siklus II mengalami peningkatan
sebanyak 17. Skor siklus II sudah hampir mencapai target yang maksimal
yaitu mendekati nilai 72. berarti ada peningkatan perkembangan motorik
halus dengan pendekatan tematik setelah mengikuti kegiatan pembelajaran.
Untuk peningkatan perkembangan motorik kasar, skor 63 untuk siklus
I dan 81 untuk siklus II, Dengan demikian hasil pelaksanaan siklus II
mengalami peningkatan sebanyak 18. Skor siklus II sudah hampir mencapai
target yang maksimal yaitu mendekati nilai 81. berarti ada peningkatan
perkembangan motorik kasar dengan pendekatan tematik setelah mengikuti
kegiatan pembelajaran.
Untuk peningkatan perkembangan kognitif, skor 127 untuk siklus I dan
176 untuk siklus II, Dengan demikian hasil pelaksanaan siklus II mengalami
peningkatan sebanyak 49. Skor siklus II sudah hampir mencapai target yang
253
maksimal yaitu mendekati nilai 180. berarti ada peningkatan perkembangan
kognitif dengan pendekatan tematik setelah mengikuti kegiatan
pembelajaran.
Untuk peningkatan perkembangan bahasa, skor 81 untuk siklus I dan
108. untuk siklus II, Dengan demikian hasil pelaksanaan siklus II mengalami
peningkatan sebanyak 27. Skor siklus II sudah hampir mencapai target yang
maksimal yaitu mendekati nilai 108. berarti ada peningkatan perkembangan
bahasa dengan pendekatan tematik setelah mengikuti kegiatan
pembelajaran.
Untuk peningkatan perkembangan sosialemosi, skor 392 untuk siklus
I dan 522 untuk siklus II, Dengan demikian hasil pelaksanaan siklus II
mengalami peningkatan sebanyak 130. Skor siklus II sudah hampir
mencapai target yang maksimal yaitu mendekati nilai 522. berarti ada
peningkatan perkembangan sosialemosi dengan pendekatan tematik setelah
mengikuti kegiatan pembelajaran.
Untuk peningkatan perkembangan moral, skor 103 untuk siklus I dan
133 untuk siklus II, Dengan demikian hasil pelaksanaan siklus II mengalami
peningkatan sebanyak 30. Skor siklus II sudah hampir mencapai target yang
maksimal yaitu mendekati nilai 135. berarti ada peningkatan perkembangan
254
moral halus dengan pendekatan tematik setelah mengikuti kegiatan
pembelajaran.
Untuk peningkatan perkembangan secara keseluruhan untuk Jihan
total skor 821 untuk siklus I dan 1092 untuk siklus II, Dengan demikian hasil
pelaksanaan siklus II mengalami peningkatan sebanyak 271. Skor siklus II
sudah hampir mencapai target yang maksimal yaitu mendekati nilai 1098,
berarti ada peningkatan perkembangan dengan pendekatan tematik setelah
mengikuti kegiatan pembelajaran.
Perkembangan untuk siswa 5. Ayu
Berdasarkan tabel 4.5 diatas untuk peningkatan perkembangan
motorik halus, Ayu memperoleh skor 56 untuk siklus I dan 72 untuk siklus II,
Dengan demikian hasil pelaksanaan siklus II mengalami peningkatan
sebanyak 16. Skor siklus II sudah hampir mencapai target yang maksimal
yaitu mendekati nilai 72. berarti ada peningkatan perkembangan motorik
halus dengan pendekatan tematik setelah mengikuti kegiatan pembelajaran.
Untuk peningkatan perkembangan motorik kasar, skor 63 untuk siklus
I dan 81 untuk siklus II, Dengan demikian hasil pelaksanaan siklus II
mengalami peningkatan sebanyak 18. Skor siklus II sudah hampir mencapai
target yang maksimal yaitu mendekati nilai 81. berarti ada peningkatan
255
perkembangan motorik kasar dengan pendekatan tematik setelah mengikuti
kegiatan pembelajaran.
Untuk peningkatan perkembangan kognitif, skor 139 untuk siklus I dan
177 untuk siklus II, Dengan demikian hasil pelaksanaan siklus II mengalami
peningkatan sebanyak 38. Skor siklus II sudah hampir mencapai target yang
maksimal yaitu mendekati nilai 180. berarti ada peningkatan perkembangan
kognitif dengan pendekatan tematik setelah mengikuti kegiatan
pembelajaran.
Untuk peningkatan perkembangan bahasa, skor 85 untuk siklus I dan
106. untuk siklus II, Dengan demikian hasil pelaksanaan siklus II mengalami
peningkatan sebanyak 21. Skor siklus II sudah hampir mencapai target yang
maksimal yaitu mendekati nilai 108. berarti ada peningkatan perkembangan
bahasa dengan pendekatan tematik setelah mengikuti kegiatan
pembelajaran.
Untuk peningkatan perkembangan sosialemosi, skor 402 untuk siklus
I dan 516 untuk siklus II, Dengan demikian hasil pelaksanaan siklus II
mengalami peningkatan sebanyak 114. Skor siklus II sudah hampir
mencapai target yang maksimal yaitu mendekati nilai 522. berarti ada
peningkatan perkembangan sosialemosi dengan pendekatan tematik setelah
mengikuti kegiatan pembelajaran.
256
Untuk peningkatan perkembangan moral, skor 105 untuk siklus I dan
131 untuk siklus II, Dengan demikian hasil pelaksanaan siklus II mengalami
peningkatan sebanyak 26. Skor siklus II sudah hampir mencapai target yang
maksimal yaitu mendekati nilai 135. berarti ada peningkatan perkembangan
moral halus dengan pendekatan tematik setelah mengikuti kegiatan
pembelajaran.
Untuk peningkatan perkembangan secara keseluruhan untuk Ayu total
skor 850 untuk siklus I dan 1083 untuk siklus II, Dengan demikian hasil
pelaksanaan siklus II mengalami peningkatan sebanyak 233. Skor siklus II
sudah hampir mencapai target yang maksimal yaitu mendekati nilai 1098,
berarti ada peningkatan perkembangan dengan pendekatan tematik setelah
mengikuti kegiatan pembelajaran.
Perkembangan untuk siswa 6. Farah.
Berdasarkan tabel 4.5 diatas untuk peningkatan perkembangan
motorik halus, Farah memperoleh skor 54 untuk siklus I dan 71 untuk siklus
II, Dengan demikian hasil pelaksanaan siklus II mengalami peningkatan
sebanyak 17. Skor siklus II sudah hampir mencapai target yang maksimal
yaitu mendekati nilai 72. berarti ada peningkatan perkembangan motorik
halus dengan pendekatan tematik setelah mengikuti kegiatan pembelajaran.
257
Untuk peningkatan perkembangan motorik kasar, skor 63 untuk siklus
I dan 81 untuk siklus II, Dengan demikian hasil pelaksanaan siklus II
mengalami peningkatan sebanyak 18 Skor siklus II sudah hampir mencapai
target yang maksimal yaitu mendekati nilai 81. berarti ada peningkatan
perkembangan motorik kasar dengan pendekatan tematik setelah mengikuti
kegiatan pembelajaran.
Untuk peningkatan perkembangan kognitif, skor 127 untuk siklus I dan
174 untuk siklus II, Dengan demikian hasil pelaksanaan siklus II mengalami
peningkatan sebanyak 47. Skor siklus II sudah hampir mencapai target yang
maksimal yaitu mendekati nilai 180. berarti ada peningkatan perkembangan
kognitif dengan pendekatan tematik setelah mengikuti kegiatan
pembelajaran.
Untuk peningkatan perkembangan bahasa, skor 82 untuk siklus I dan
108. untuk siklus II, Dengan demikian hasil pelaksanaan siklus II mengalami
peningkatan sebanyak 26. Skor siklus II sudah hampir mencapai target yang
maksimal yaitu mendekati nilai 108. berarti ada peningkatan perkembangan
bahasa dengan pendekatan tematik setelah mengikuti kegiatan
pembelajaran.
Untuk peningkatan perkembangan sosialemosi, skor 412 untuk siklus
I dan 518 untuk siklus II, Dengan demikian hasil pelaksanaan siklus II
258
mengalami peningkatan sebanyak 106. Skor siklus II sudah hampir
mencapai target yang maksimal yaitu mendekati nilai 522. berarti ada
peningkatan perkembangan sosialemosi dengan pendekatan tematik setelah
mengikuti kegiatan pembelajaran.
Untuk peningkatan perkembangan moral, skor 117 untuk siklus I dan
133 untuk siklus II, Dengan demikian hasil pelaksanaan siklus II mengalami
peningkatan sebanyak 16. Skor siklus II sudah hampir mencapai target yang
maksimal yaitu mendekati nilai 135. berarti ada peningkatan perkembangan
moral halus dengan pendekatan tematik setelah mengikuti kegiatan
pembelajaran.
Untuk peningkatan perkembangan secara keseluruhan untuk Farah
total skor 855 untuk siklus I dan 1085 untuk siklus II, Dengan demikian hasil
pelaksanaan siklus II mengalami peningkatan sebanyak 230. Skor siklus II
sudah hampir mencapai target yang maksimal yaitu mendekati nilai 1098,
berarti ada peningkatan perkembangan dengan pendekatan tematik setelah
mengikuti kegiatan pembelajaran.
Perkembangan untuk siswa 7. Darrel.
Berdasarkan tabel 4.5 diatas untuk peningkatan perkembangan
motorik halus, Darrel memperoleh skor 55 untuk siklus I dan 72 untuk siklus
II, Dengan demikian hasil pelaksanaan siklus II mengalami peningkatan
259
sebanyak 17. Skor siklus II sudah hampir mencapai target yang maksimal
yaitu mendekati nilai 72. berarti ada peningkatan perkembangan motorik
halus dengan pendekatan tematik setelah mengikuti kegiatan pembelajaran.
Untuk peningkatan perkembangan motorik kasar, skor 61 untuk siklus
I dan 81 untuk siklus II, Dengan demikian hasil pelaksanaan siklus II
mengalami peningkatan sebanyak 20. Skor siklus II sudah hampir mencapai
target yang maksimal yaitu mendekati nilai 81. berarti ada peningkatan
perkembangan motorik kasar dengan pendekatan tematik setelah mengikuti
kegiatan pembelajaran.
Untuk peningkatan perkembangan kognitif, skor 133 untuk siklus I dan
178 untuk siklus II, Dengan demikian hasil pelaksanaan siklus II mengalami
peningkatan sebanyak 45. Skor siklus II sudah hampir mencapai target yang
maksimal yaitu mendekati nilai 180. berarti ada peningkatan perkembangan
kognitif dengan pendekatan tematik setelah mengikuti kegiatan
pembelajaran.
Untuk peningkatan perkembangan bahasa, skor 82 untuk siklus I dan
107. untuk siklus II, Dengan demikian hasil pelaksanaan siklus II mengalami
peningkatan sebanyak 25. Skor siklus II sudah hampir mencapai target yang
maksimal yaitu mendekati nilai 108. berarti ada peningkatan perkembangan
260
bahasa dengan pendekatan tematik setelah mengikuti kegiatan
pembelajaran.
Untuk peningkatan perkembangan sosialemosi, skor 410 untuk siklus
I dan 512 untuk siklus II, Dengan demikian hasil pelaksanaan siklus II
mengalami peningkatan sebanyak 102. Skor siklus II sudah hampir
mencapai target yang maksimal yaitu mendekati nilai 522. berarti ada
peningkatan perkembangan sosialemosi dengan pendekatan tematik setelah
mengikuti kegiatan pembelajaran.
Untuk peningkatan perkembangan moral, skor 117 untuk siklus I dan
135 untuk siklus II, Dengan demikian hasil pelaksanaan siklus II mengalami
peningkatan sebanyak 18. Skor siklus II sudah hampir mencapai target yang
maksimal yaitu mendekati nilai 135. berarti ada peningkatan perkembangan
moral halus dengan pendekatan tematik setelah mengikuti kegiatan
pembelajaran.
Untuk peningkatan perkembangan secara keseluruhan untuk Darrel
total skor 845 untuk siklus I dan 1095 untuk siklus II, Dengan demikian hasil
pelaksanaan siklus II mengalami peningkatan sebanyak 250. Skor siklus II
sudah hampir mencapai target yang maksimal yaitu mendekati nilai 1098,
berarti ada peningkatan perkembangan dengan pendekatan tematik setelah
mengikuti kegiatan pembelajaran.
261
Perkembangan untuk siswa 8. Daffa.
Berdasarkan tabel 4.5 diatas untuk peningkatan perkembangan
motorik halus, Daffa memperoleh skor 55 untuk siklus I dan 71 untuk siklus
II, Dengan demikian hasil pelaksanaan siklus II mengalami peningkatan
sebanyak 16. Skor siklus II sudah hampir mencapai target yang maksimal
yaitu mendekati nilai 72. berarti ada peningkatan perkembangan motorik
halus dengan pendekatan tematik setelah mengikuti kegiatan pembelajaran.
Untuk peningkatan perkembangan motorik kasar, skor 63 untuk siklus
I dan 79 untuk siklus II, Dengan demikian hasil pelaksanaan siklus II
mengalami peningkatan sebanyak 16. Skor siklus II sudah hampir mencapai
target yang maksimal yaitu mendekati nilai 81. berarti ada peningkatan
perkembangan motorik kasar dengan pendekatan tematik setelah mengikuti
kegiatan pembelajaran.
Untuk peningkatan perkembangan kognitif, skor 143 untuk siklus I dan
165 untuk siklus II, Dengan demikian hasil pelaksanaan siklus II mengalami
peningkatan sebanyak 22. Skor siklus II sudah hampir mencapai target yang
maksimal yaitu mendekati nilai 180. berarti ada peningkatan perkembangan
kognitif dengan pendekatan tematik setelah mengikuti kegiatan
pembelajaran.
262
Untuk peningkatan perkembangan bahasa, skor 85 untuk siklus I dan
101. untuk siklus II, Dengan demikian hasil pelaksanaan siklus II mengalami
peningkatan sebanyak 16. Skor siklus II sudah hampir mencapai target yang
maksimal yaitu mendekati nilai 108. berarti ada peningkatan perkembangan
bahasa dengan pendekatan tematik setelah mengikuti kegiatan
pembelajaran.
Untuk peningkatan perkembangan sosialemosi, skor 410 untuk siklus
I dan 512 untuk siklus II, Dengan demikian hasil pelaksanaan siklus II
mengalami peningkatan sebanyak 102. Skor siklus II sudah hampir
mencapai target yang maksimal yaitu mendekati nilai 522. berarti ada
peningkatan perkembangan sosialemosi dengan pendekatan tematik setelah
mengikuti kegiatan pembelajaran.
Untuk peningkatan perkembangan moral, skor 117 untuk siklus I dan
135 untuk siklus II, Dengan demikian hasil pelaksanaan siklus II mengalami
peningkatan sebanyak 18. Skor siklus II sudah hampir mencapai target yang
maksimal yaitu mendekati nilai 135. berarti ada peningkatan perkembangan
moral halus dengan pendekatan tematik setelah mengikuti kegiatan
pembelajaran.
Untuk peningkatan perkembangan secara keseluruhan untuk Shessy
total skor 873 untuk siklus I dan 1063. untuk siklus II, Dengan demikian hasil
263
pelaksanaan siklus II mengalami peningkatan sebanyak 190. Skor siklus II
sudah hampir mencapai target yang maksimal yaitu mendekati nilai 1098,
berarti ada peningkatan perkembangan dengan pendekatan tematik setelah
mengikuti kegiatan pembelajaran.
Perkembangan untuk siswa 9. Zola.
Berdasarkan tabel 4.5 diatas untuk peningkatan perkembangan
motorik halus, Daffa memperoleh skor 56 untuk siklus I dan 71 untuk siklus
II, Dengan demikian hasil pelaksanaan siklus II mengalami peningkatan
sebanyak 15. Skor siklus II sudah hampir mencapai target yang maksimal
yaitu mendekati nilai 72. berarti ada peningkatan perkembangan motorik
halus dengan pendekatan tematik setelah mengikuti kegiatan pembelajaran.
Untuk peningkatan perkembangan motorik kasar, skor 63 untuk siklus
I dan 80 untuk siklus II, Dengan demikian hasil pelaksanaan siklus II
mengalami peningkatan sebanyak 17. Skor siklus II sudah hampir mencapai
target yang maksimal yaitu mendekati nilai 81. berarti ada peningkatan
perkembangan motorik kasar dengan pendekatan tematik setelah mengikuti
kegiatan pembelajaran.
Untuk peningkatan perkembangan kognitif, skor 137 untuk siklus I dan
173 untuk siklus II, Dengan demikian hasil pelaksanaan siklus II mengalami
peningkatan sebanyak 36. Skor siklus II sudah hampir mencapai target yang
264
maksimal yaitu mendekati nilai 180. berarti ada peningkatan perkembangan
kognitif dengan pendekatan tematik setelah mengikuti kegiatan
pembelajaran.
Untuk peningkatan perkembangan bahasa, skor 84 untuk siklus I dan
108. untuk siklus II, Dengan demikian hasil pelaksanaan siklus II mengalami
peningkatan sebanyak 24. Skor siklus II sudah hampir mencapai target yang
maksimal yaitu mendekati nilai 108. berarti ada peningkatan perkembangan
bahasa dengan pendekatan tematik setelah mengikuti kegiatan
pembelajaran.
Untuk peningkatan perkembangan sosialemosi, skor 406 untuk siklus
I dan 504 untuk siklus II, Dengan demikian hasil pelaksanaan siklus II
mengalami peningkatan sebanyak 98. Skor siklus II sudah hampir mencapai
target yang maksimal yaitu mendekati nilai 522. berarti ada peningkatan
perkembangan sosialemosi dengan pendekatan tematik setelah mengikuti
kegiatan pembelajaran.
Untuk peningkatan perkembangan moral, skor 116 untuk siklus I dan
135 untuk siklus II, Dengan demikian hasil pelaksanaan siklus II mengalami
peningkatan sebanyak 19. Skor siklus II sudah hampir mencapai target yang
maksimal yaitu mendekati nilai 135. berarti ada peningkatan perkembangan
265
moral halus dengan pendekatan tematik setelah mengikuti kegiatan
pembelajaran.
Untuk peningkatan perkembangan secara keseluruhan untuk Zola
total skor 862 untuk siklus I dan 1071. untuk siklus II, Dengan demikian hasil
pelaksanaan siklus II mengalami peningkatan sebanyak 209. Skor siklus II
sudah hampir mencapai target yang maksimal yaitu mendekati nilai 1098,
berarti ada peningkatan perkembangan dengan pendekatan tematik setelah
mengikuti kegiatan pembelajaran.
Perkembangan untuk siswa 10. Bimo.
Berdasarkan tabel 4.5 diatas untuk peningkatan perkembangan
motorik halus, Bimo memperoleh skor 54 untuk siklus I dan 72 untuk siklus
II, Dengan demikian hasil pelaksanaan siklus II mengalami peningkatan
sebanyak 18. Skor siklus II sudah hampir mencapai target yang maksimal
yaitu mendekati nilai 72. berarti ada peningkatan perkembangan motorik
halus dengan pendekatan tematik setelah mengikuti kegiatan pembelajaran.
Untuk peningkatan perkembangan motorik kasar, skor 63 untuk siklus
I dan 81 untuk siklus II, Dengan demikian hasil pelaksanaan siklus II
mengalami peningkatan sebanyak 18. Skor siklus II sudah hampir mencapai
target yang maksimal yaitu mendekati nilai 81. berarti ada peningkatan
266
perkembangan motorik kasar dengan pendekatan tematik setelah mengikuti
kegiatan pembelajaran.
Untuk peningkatan perkembangan kognitif, skor 135 untuk siklus I dan
177 untuk siklus II, Dengan demikian hasil pelaksanaan siklus II mengalami
peningkatan sebanyak 42. Skor siklus II sudah hampir mencapai target yang
maksimal yaitu mendekati nilai 180. berarti ada peningkatan perkembangan
kognitif dengan pendekatan tematik setelah mengikuti kegiatan
pembelajaran.
Untuk peningkatan perkembangan bahasa, skor 79 untuk siklus I dan
105. untuk siklus II, Dengan demikian hasil pelaksanaan siklus II mengalami
peningkatan sebanyak 26. Skor siklus II sudah hampir mencapai target yang
maksimal yaitu mendekati nilai 108. berarti ada peningkatan perkembangan
bahasa dengan pendekatan tematik setelah mengikuti kegiatan
pembelajaran.
Untuk peningkatan perkembangan sosialemosi, skor 406 untuk siklus
I dan 511 untuk siklus II, Dengan demikian hasil pelaksanaan siklus II
mengalami peningkatan sebanyak 105. Skor siklus II sudah hampir
mencapai target yang maksimal yaitu mendekati nilai 522. berarti ada
peningkatan perkembangan sosialemosi dengan pendekatan tematik setelah
mengikuti kegiatan pembelajaran.
267
Untuk peningkatan perkembangan moral, skor 115 untuk siklus I dan
131 untuk siklus II, Dengan demikian hasil pelaksanaan siklus II mengalami
peningkatan sebanyak 16. Skor siklus II sudah hampir mencapai target yang
maksimal yaitu mendekati nilai 135. berarti ada peningkatan perkembangan
moral halus dengan pendekatan tematik setelah mengikuti kegiatan
pembelajaran.
Untuk peningkatan perkembangan secara keseluruhan untuk Bimo
total skor 852 untuk siklus I dan 1077. untuk siklus II, Dengan demikian hasil
pelaksanaan siklus II mengalami peningkatan sebanyak 225. Skor siklus II
sudah hampir mencapai target yang maksimal yaitu mendekati nilai 1098,
berarti ada peningkatan perkembangan dengan pendekatan tematik setelah
mengikuti kegiatan pembelajaran.
Perkembangan untuk siswa 11. Ziekra
Berdasarkan tabel 4.5 diatas untuk peningkatan perkembangan
motorik halus, Ziekra memperoleh skor 56 untuk siklus I dan 71 untuk siklus
II, Dengan demikian hasil pelaksanaan siklus II mengalami peningkatan
sebanyak 15. Skor siklus II sudah hampir mencapai target yang maksimal
yaitu mendekati nilai 72. berarti ada peningkatan perkembangan motorik
halus dengan pendekatan tematik setelah mengikuti kegiatan pembelajaran.
268
Untuk peningkatan perkembangan motorik kasar, skor 63 untuk siklus
I dan 77 untuk siklus II, Dengan demikian hasil pelaksanaan siklus II
mengalami peningkatan sebanyak 14. Skor siklus II sudah hampir mencapai
target yang maksimal yaitu mendekati nilai 81. berarti ada peningkatan
perkembangan motorik kasar dengan pendekatan tematik setelah mengikuti
kegiatan pembelajaran.
Untuk peningkatan perkembangan kognitif, skor 140 untuk siklus I dan
171 untuk siklus II, Dengan demikian hasil pelaksanaan siklus II mengalami
peningkatan sebanyak 31. Skor siklus II sudah hampir mencapai target yang
maksimal yaitu mendekati nilai 180. berarti ada peningkatan perkembangan
kognitif dengan pendekatan tematik setelah mengikuti kegiatan
pembelajaran.
Untuk peningkatan perkembangan bahasa, skor 85 untuk siklus I dan
107. untuk siklus II, Dengan demikian hasil pelaksanaan siklus II mengalami
peningkatan sebanyak 12. Skor siklus II sudah hampir mencapai target yang
maksimal yaitu mendekati nilai 108. berarti ada peningkatan perkembangan
bahasa dengan pendekatan tematik setelah mengikuti kegiatan
pembelajaran.
Untuk peningkatan perkembangan sosialemosi, skor 406 untuk siklus
I dan 520 untuk siklus II, Dengan demikian hasil pelaksanaan siklus II
269
mengalami peningkatan sebanyak 114. Skor siklus II sudah hampir
mencapai target yang maksimal yaitu mendekati nilai 522. berarti ada
peningkatan perkembangan sosialemosi dengan pendekatan tematik setelah
mengikuti kegiatan pembelajaran.
Untuk peningkatan perkembangan moral, skor 117 untuk siklus I dan
133 untuk siklus II, Dengan demikian hasil pelaksanaan siklus II mengalami
peningkatan sebanyak 16. Skor siklus II sudah hampir mencapai target yang
maksimal yaitu mendekati nilai 135. berarti ada peningkatan perkembangan
moral halus dengan pendekatan tematik setelah mengikuti kegiatan
pembelajaran.
Untuk peningkatan perkembangan secara keseluruhan untuk Ziekra
total skor 867 untuk siklus I dan 1079. untuk siklus II, Dengan demikian hasil
pelaksanaan siklus II mengalami peningkatan sebanyak 212. Skor siklus II
sudah hampir mencapai target yang maksimal yaitu mendekati nilai 1098,
berarti ada peningkatan perkembangan dengan pendekatan tematik setelah
mengikuti kegiatan pembelajaran.
Perkembangan untuk siswa 12. Indira.
Berdasarkan tabel 4.5 diatas untuk peningkatan perkembangan
motorik halus, Indira memperoleh skor 53 untuk siklus I dan 71 untuk siklus
II, Dengan demikian hasil pelaksanaan siklus II mengalami peningkatan
270
sebanyak 18. Skor siklus II sudah hampir mencapai target yang maksimal
yaitu mendekati nilai 72. berarti ada peningkatan perkembangan motorik
halus dengan pendekatan tematik setelah mengikuti kegiatan pembelajaran.
Untuk peningkatan perkembangan motorik kasar, skor 57 untuk siklus
I dan 81 untuk siklus II, Dengan demikian hasil pelaksanaan siklus II
mengalami peningkatan sebanyak 24. Skor siklus II sudah hampir mencapai
target yang maksimal yaitu mendekati nilai 81. berarti ada peningkatan
perkembangan motorik kasar dengan pendekatan tematik setelah mengikuti
kegiatan pembelajaran.
Untuk peningkatan perkembangan kognitif, skor 131 untuk siklus I dan
178 untuk siklus II, Dengan demikian hasil pelaksanaan siklus II mengalami
peningkatan sebanyak 47. Skor siklus II sudah hampir mencapai target yang
maksimal yaitu mendekati nilai 180. berarti ada peningkatan perkembangan
kognitif dengan pendekatan tematik setelah mengikuti kegiatan
pembelajaran.
Untuk peningkatan perkembangan bahasa, skor 79 untuk siklus I dan
106. untuk siklus II, Dengan demikian hasil pelaksanaan siklus II mengalami
peningkatan sebanyak 27. Skor siklus II sudah hampir mencapai target yang
maksimal yaitu mendekati nilai 108. berarti ada peningkatan perkembangan
271
bahasa dengan pendekatan tematik setelah mengikuti kegiatan
pembelajaran.
Untuk peningkatan perkembangan sosialemosi, skor 378 untuk siklus
I dan 512 untuk siklus II, Dengan demikian hasil pelaksanaan siklus II
mengalami peningkatan sebanyak 134. Skor siklus II sudah hampir
mencapai target yang maksimal yaitu mendekati nilai 522. berarti ada
peningkatan perkembangan sosialemosi dengan pendekatan tematik setelah
mengikuti kegiatan pembelajaran.
Untuk peningkatan perkembangan moral, skor 113 untuk siklus I dan
134 untuk siklus II, Dengan demikian hasil pelaksanaan siklus II mengalami
peningkatan sebanyak 21. Skor siklus II sudah hampir mencapai target yang
maksimal yaitu mendekati nilai 135. berarti ada peningkatan perkembangan
moral halus dengan pendekatan tematik setelah mengikuti kegiatan
pembelajaran.
Untuk peningkatan perkembangan secara keseluruhan untuk Indira
total skor 811 untuk siklus I dan 1082. untuk siklus II, Dengan demikian hasil
pelaksanaan siklus II mengalami peningkatan sebanyak 271. Skor siklus II
sudah hampir mencapai target yang maksimal yaitu mendekati nilai 1098,
berarti ada peningkatan perkembangan dengan pendekatan tematik setelah
mengikuti kegiatan pembelajaran.
272
Perkembangan untuk siswa 13. Bunga.
Berdasarkan tabel 4.5 diatas untuk peningkatan perkembangan
motorik halus, Bunga memperoleh skor 56 untuk siklus I dan 71 untuk siklus
II, Dengan demikian hasil pelaksanaan siklus II mengalami peningkatan
sebanyak 15. Skor siklus II sudah hampir mencapai target yang maksimal
yaitu mendekati nilai 72. berarti ada peningkatan perkembangan motorik
halus dengan pendekatan tematik setelah mengikuti kegiatan pembelajaran.
Untuk peningkatan perkembangan motorik kasar, skor 56 untuk siklus
I dan 75 untuk siklus II, Dengan demikian hasil pelaksanaan siklus II
mengalami peningkatan sebanyak 19. Skor siklus II sudah hampir mencapai
target yang maksimal yaitu mendekati nilai 81. berarti ada peningkatan
perkembangan motorik kasar dengan pendekatan tematik setelah mengikuti
kegiatan pembelajaran.
Untuk peningkatan perkembangan kognitif, skor 129 untuk siklus I dan
164 untuk siklus II, Dengan demikian hasil pelaksanaan siklus II mengalami
peningkatan sebanyak 35. Skor siklus II sudah hampir mencapai target yang
maksimal yaitu mendekati nilai 180. berarti ada peningkatan perkembangan
kognitif dengan pendekatan tematik setelah mengikuti kegiatan
pembelajaran.
273
Untuk peningkatan perkembangan bahasa, skor 83 untuk siklus I dan
100. untuk siklus II, Dengan demikian hasil pelaksanaan siklus II mengalami
peningkatan sebanyak 17. Skor siklus II sudah hampir mencapai target yang
maksimal yaitu mendekati nilai 108. berarti ada peningkatan perkembangan
bahasa dengan pendekatan tematik setelah mengikuti kegiatan
pembelajaran.
Untuk peningkatan perkembangan sosialemosi, skor 380 untuk siklus
I dan 474 untuk siklus II, Dengan demikian hasil pelaksanaan siklus II
mengalami peningkatan sebanyak 94. Skor siklus II sudah hampir mencapai
target yang maksimal yaitu mendekati nilai 522. berarti ada peningkatan
perkembangan sosialemosi dengan pendekatan tematik setelah mengikuti
kegiatan pembelajaran.
Untuk peningkatan perkembangan moral, skor 115 untuk siklus I dan
122 untuk siklus II, Dengan demikian hasil pelaksanaan siklus II mengalami
peningkatan sebanyak 7. Skor siklus II sudah hampir mencapai target yang
maksimal yaitu mendekati nilai 135. berarti ada peningkatan perkembangan
moral halus dengan pendekatan tematik setelah mengikuti kegiatan
pembelajaran.
Untuk peningkatan perkembangan secara keseluruhan untuk Bunga
total skor 819 untuk siklus I dan 1006. untuk siklus II, Dengan demikian hasil
274
pelaksanaan siklus II mengalami peningkatan sebanyak 187. Skor siklus II
sudah hampir mencapai target yang maksimal yaitu mendekati nilai 1098,
berarti ada peningkatan perkembangan dengan pendekatan tematik setelah
mengikuti kegiatan pembelajaran.
Perkembangan untuk siswa 14. Azka.
Berdasarkan tabel 4.5 diatas untuk peningkatan perkembangan
motorik halus, Azka memperoleh skor 57 untuk siklus I dan 72 untuk siklus
II, Dengan demikian hasil pelaksanaan siklus II mengalami peningkatan
sebanyak 15. Skor siklus II sudah hampir mencapai target yang maksimal
yaitu mendekati nilai 72. berarti ada peningkatan perkembangan motorik
halus dengan pendekatan tematik setelah mengikuti kegiatan pembelajaran.
Untuk peningkatan perkembangan motorik kasar, skor 63 untuk siklus
I dan 81 untuk siklus II, Dengan demikian hasil pelaksanaan siklus II
mengalami peningkatan sebanyak 18. Skor siklus II sudah hampir mencapai
target yang maksimal yaitu mendekati nilai 81. berarti ada peningkatan
perkembangan motorik kasar dengan pendekatan tematik setelah mengikuti
kegiatan pembelajaran.
Untuk peningkatan perkembangan kognitif, skor 145 untuk siklus I dan
175 untuk siklus II, Dengan demikian hasil pelaksanaan siklus II mengalami
peningkatan sebanyak 33. Skor siklus II sudah hampir mencapai target yang
275
maksimal yaitu mendekati nilai 180. berarti ada peningkatan perkembangan
kognitif dengan pendekatan tematik setelah mengikuti kegiatan
pembelajaran.
Untuk peningkatan perkembangan bahasa, skor 80 untuk siklus I dan
106. untuk siklus II, Dengan demikian hasil pelaksanaan siklus II mengalami
peningkatan sebanyak 26. Skor siklus II sudah hampir mencapai target yang
maksimal yaitu mendekati nilai 108. berarti ada peningkatan perkembangan
bahasa dengan pendekatan tematik setelah mengikuti kegiatan
pembelajaran.
Untuk peningkatan perkembangan sosialemosi, skor 417 untuk siklus
I dan 518 untuk siklus II, Dengan demikian hasil pelaksanaan siklus II
mengalami peningkatan sebanyak 101. Skor siklus II sudah hampir
mencapai target yang maksimal yaitu mendekati nilai 522. berarti ada
peningkatan perkembangan sosialemosi dengan pendekatan tematik setelah
mengikuti kegiatan pembelajaran.
Untuk peningkatan perkembangan moral, skor 120 untuk siklus I dan
133 untuk siklus II, Dengan demikian hasil pelaksanaan siklus II mengalami
peningkatan sebanyak 13. Skor siklus II sudah hampir mencapai target yang
maksimal yaitu mendekati nilai 135. berarti ada peningkatan perkembangan
276
moral halus dengan pendekatan tematik setelah mengikuti kegiatan
pembelajaran.
Untuk peningkatan perkembangan secara keseluruhan untuk Azka
total skor 882 untuk siklus I dan 1085. untuk siklus II, Dengan demikian hasil
pelaksanaan siklus II mengalami peningkatan sebanyak 203. Skor siklus II
sudah hampir mencapai target yang maksimal yaitu mendekati nilai 1098,
berarti ada peningkatan perkembangan dengan pendekatan tematik setelah
mengikuti kegiatan pembelajaran.
Perkembangan untuk siswa 15. Shellby.
Berdasarkan tabel 4.5 diatas untuk peningkatan perkembangan
motorik halus, Shellby memperoleh skor 56 untuk siklus I dan 71 untuk
siklus II, Dengan demikian hasil pelaksanaan siklus II mengalami peningkatan
sebanyak 15. Skor siklus II sudah hampir mencapai target yang maksimal
yaitu mendekati nilai 72. berarti ada peningkatan perkembangan motorik
halus dengan pendekatan tematik setelah mengikuti kegiatan pembelajaran.
Untuk peningkatan perkembangan motorik kasar, skor 63 untuk siklus
I dan 80 untuk siklus II, Dengan demikian hasil pelaksanaan siklus II
mengalami peningkatan sebanyak 17. Skor siklus II sudah hampir mencapai
target yang maksimal yaitu mendekati nilai 81. berarti ada peningkatan
277
perkembangan motorik kasar dengan pendekatan tematik setelah mengikuti
kegiatan pembelajaran.
Untuk peningkatan perkembangan kognitif, skor 140 untuk siklus I dan
173 untuk siklus II, Dengan demikian hasil pelaksanaan siklus II mengalami
peningkatan sebanyak 33. Skor siklus II sudah hampir mencapai target yang
maksimal yaitu mendekati nilai 180. berarti ada peningkatan perkembangan
kognitif dengan pendekatan tematik setelah mengikuti kegiatan
pembelajaran.
Untuk peningkatan perkembangan bahasa, skor 84 untuk siklus I dan
108. untuk siklus II, Dengan demikian hasil pelaksanaan siklus II mengalami
peningkatan sebanyak 24. Skor siklus II sudah hampir mencapai target yang
maksimal yaitu mendekati nilai 108. berarti ada peningkatan perkembangan
bahasa dengan pendekatan tematik setelah mengikuti kegiatan
pembelajaran.
Untuk peningkatan perkembangan sosialemosi, skor 404 untuk siklus
I dan 504 untuk siklus II, Dengan demikian hasil pelaksanaan siklus II
mengalami peningkatan sebanyak 100. Skor siklus II sudah hampir
mencapai target yang maksimal yaitu mendekati nilai 522. berarti ada
peningkatan perkembangan sosialemosi dengan pendekatan tematik setelah
mengikuti kegiatan pembelajaran.
278
Untuk peningkatan perkembangan moral, skor 108 untuk siklus I dan
135 untuk siklus II, Dengan demikian hasil pelaksanaan siklus II mengalami
peningkatan sebanyak 27. Skor siklus II sudah hampir mencapai target yang
maksimal yaitu mendekati nilai 135. berarti ada peningkatan perkembangan
moral halus dengan pendekatan tematik setelah mengikuti kegiatan
pembelajaran.
Untuk peningkatan perkembangan secara keseluruhan untuk Shellby
total skor 855 untuk siklus I dan 1071. untuk siklus II, Dengan demikian hasil
pelaksanaan siklus II mengalami peningkatan sebanyak 216. Skor siklus II
sudah hampir mencapai target yang maksimal yaitu mendekati nilai 1098,
berarti ada peningkatan perkembangan dengan pendekatan tematik setelah
mengikuti kegiatan pembelajaran.
279
3. Deskripsi Data dan Analisis Hasil Pelaksanaan Tindakan
a. Deskripsi dan Analisis Data Kualitatif
1). Deskripsi Data Kualitatif
a) Asesmen Awal
Pada tabel 4.1 diperoleh informasi bahwa perkembangan anak usia
dini taman kanak-kanak Nakia kelompok B hampir semua semua berada
pada level 1 (satu). Masih rendahnya perkembangan ini disebabkan sekolah
kurang memiliki perencanaan dalam pembelajaran yang dikaitkan dengan
perkembangan, untuk meningkatkan perkembangan anak secara tersusun
dan terencana. Selain itu gurukurang memberi kebebasan pada anak untuk
memilih area yang sesuai dengan minat, lalu dalam memilih area guru yang
menentukan siswa tidak diberi kesempatan untum memilih.. Area yang
dibukapun sangat terbatas
Seperti hasil wawancara penulis dengan lbu Risneni sebagai guru
kelas B dan hasil wawancara sebagai berikut:
Pengamatan peneliti juga menunjukkan bahwa guru hanya
Peneliti, “Apakah ada Rancangan Kegiatan Harian yang lengkap dan
terencana setiap hari di sekolah ini bu”? Bu Risneni menjawab:, “Secara
terencana setiap hari tidak ada tetapi kami melihat dari yang lama-lama
aja pak”! CW 1
CW 1 Peneliti, Untuk Peningkatan perkembangan anak setiap aspek
perkembangan, berpedoman pada apa bu? Bu Risneni menjawab: “Kita
mengajar aja pak, seperti guru guru lain” CW 2
CW 2 Peneliti: Kenapa dalam memilih area, guru yang menentukan?
Jawaban Ibu Risneni : “Biar anak tertib Pak!” CW 3
CW 4
280
Memperhatikan Kondisi di atas menunjukkan bahwa capaian nilai
perkembangan anak Taman Kanak-kanak Nakia kelompok B masih perlu
ditingkatkan. Seharusnya proses pembelajaran dilakukan dengan program
yang terencana dengan menyusun RKM dan RKH, menyusun perencanaan
peningkatan perkembangan setiap aspek, memberikan peluang untuk anak
memilih area yang diminatinya. Serta membuka area belajar lebih dari 3 area
b). Hasil Pelaksanaan Tindakan Siklus I
Tindakan siklus pertama terdiri dari delapan kali perternuan. Temuan
penelitian diperoleh dari hasil observasi yang dituliskan pada catatan
lapangan pelaksanaan dengan pendekatan tematik dengan menggunakan
tema binatang sebagai berikut:
Peneliti: Kenapa anak selalu disuruh lipat tangan bu dalam belajar?
Jawaban Ibu Risneni: “Biar anak tertib Pak!” CW 5
CW 4 Peneliti: Kenapa dalam satu hari membuka area hanya 3 bu? Jawaban
Ibu Risneni : Sulit kalau banyak-banyak pak! CW 6
CW 4
281
Peningkatan perkembangan anak usia dini dengan pembelajaran
tematik dilakukan dengan kegiatan menjelaskan dalam pembukaan
pembelajaran sesuai dengan tema. Pada saat peneliti sebagai guru
mengajarkan tentang tema binatang sapi.
Perkembangan fisik motorik:Anak melakukan gerak tubuh seprti sapi
(motorik kasar). Anak menggerakkan kepala seperti sapi makan).Anak
menrentangkan tangan kedepan dengan temanya berdua seperti sapi
berjalan Anak meggerakkkan kaki seperti sapi berlari, Anak membersihkan
diri seperti sapi membersihkan tubuh, Menggunting pola sapi Menempel
gambar sapi dengan tepat.Meniru bentuk sapi melali lukisan sederhana
Mewarnai gambar sapi, seperti warna sapi.
Untuk perkembangan bahasa: Anak Menambah kosa kata tentang
sapi (daging, susu, hati, sop sapi, kerupuk kulit, bakso sapi, beduk, rumput,
keju, abon, dll), Memahami perintah atau aturan dalam permainan “Sapi
dengan harimau”. Megulang kalimat yang agak lebih kompleks, (sapi makan
rumput segar). Mengerti beberapa perintah, seperti: menirukan bunyi.
Untuk perkembangan kognitifAnak mengidentifikasikan antara
sapijantan, Anak mengklasifikasikan sapisapi betina, dan anak sapi, anak
mengetahui kegunaan sapi bagi manusia, anak mengenal lingkungan hidup
sapi di kandang yang sehat, anak mengenal jenis makanan sapi, anak
mengetahui sapi menghasilkandaging dan susu, anak mengetahui
kebersihan kandang sapi, anak mengerti tentang penyakit antraks, berasal
282
dari sapi, anak berinisiatif memilih permainan tentang sapi (pura-pura seperti
sapi, perilaku sap.
Untuk perkembangan sosial emosional anak menunjukkan rasa sayang
dengan teman, seperti induk sapi dengan anaknya, annak menunjukkan
disiplin dan peraturan seperti kita menjaga kandang sapi yang seha,. anak
mengenal tata krama dan sopan santun, seperti cerita ”sapi anak durhaka”,
anak menunjukkan rasa empati sesama teman, seperti induk sapi mencari
makan untuk anaknya, menunjukkan sikap gigih tidak mudah meyerah,
seperti sapi tiap hari bekerja untuk cari makan rumput, bangga dengan hasil
karya sendiri, diwaktu anak menggambar dan mwwarnai gambar sapi,
menghargai keunggulan orang lain
Untuk perkembangan Moral Agama mengenal Tuhan melalui
ciptanNya, sapi atau hewan lainnya hasil ciptaan Tuhan, memahami perilaku
mulia, seperti tidak boleh berkelahi, seperti sapi, karena kita manusia,
membedakan perilaku baik dan buruk seperti perilaku sapi (berantem tidak
baik, saling berbagi baik, bermain bersama-sama dg sopan, jujur adalah
baik), mengenal hari raya qurban,potong sapi.
Peningkatan ini dapat dilaksanakan pada kegiatan pembelajaran mulai
dari pembukaan, inti, penutupan. Pelaksanaan setiap siklus ini akan
dilaksanakan sebanyak delapan kali pertemuan pembelajaran atau dua
minggu. Data peneliti yang menunjukkan peningkatan perkembangan anak,
sebagai berikut:
283
a. Perkembangan Motorik
Berdasarkan data perkembangan fisik motorik di atas dijumpai masih
ada anak-anak yang belum memiliki aspek perkembangan mootrik yang
diharapkan. Seperti masih ada anak-anak yang belum bisa berdiri dengan
posisi yang benar sehingga mudah jatuh, tidak mandiri, tidak rapih dalam
menggunting dan menempel dan terburu buru dalam bekerja sehingga hasil
yang diperoleh juga kurang baik. Dalam melukis (mewarnai) juga masih ada
anak yangmemegang kerayonnya tidak benar serta mewarnai keluar garis.
Peneliti : Anak-anak ayo kita menggerakkan tubuh melompat-lompat dengan dua kaki, terus satu kaki ditempat, biar sehat. Sekarang kita merentangkan tangan ya, seperti itik atau bebek dengan dua kaki terlebih dahulu kemudian diikuti satu kaki. Anak-anak : Anak –anak melompat, dengan dua kaki, satu kaki. Dengan
hitungan 8 setiap gerakan. Anak kelihatan berkeringat, kemudian anak
membuat gerakan yang lucu, dengn mengangkat kedua tangan seperti iik
mu terbang, anak kelihatan gembira sekali. Beberapa anak ada yang
terjatuh karena tidak bisa mengatur keseimbangannya. Susah satu kaki
pak guru kata Selbi, Jihan dan Seshi.
Peneliti: : Memang begitu awalnya nanti lama-lama juga bisa nak, coba
kalian atur kesimbangan dan berdiri pada posisi yang tepat dan benar."
. CL.3
Refleksi : Peneliti ingin menunjukkan bahwa jika kita bergerak pada
posisi yang benar, tepat dan seimbang pasti tidak akan jatuh. Berusaha
mengatur posisi gerak yang tepat maka anak anak tidak akan jatuh lagi
biila berdiri satu kaki sambil tangan di rentangkan seperti gerakan itik
berdiri sambilmerentangkan sayap.
284
b. Perkembangan Kognitif
Data aspek perkembangan kognitif ditemukan anak-anak belum
memiliki pengetahuan yang sama tentang hewan yang sedang dipelajari.
Peneliti: ."Pada bagian ini, sxekarang kita menggunting dan menempel
gambar yang ada di depan kalian”
Feby, Ayu Zikra memilih area matematika yang menggunakan kreatifitas
menggunting dan menempelkan gambar sejumlah angka di lembaran
kerja. Paling rapi Febi , Ayu agak terburu-buru sehingga hasilnya tidak
rapi. Sedangkan Zikra. Perlu dibantu, kurang mandiri.
. CL.5
Refleksi : beberapa anak kelihatan sudah bekerja sendiri dan mandiri
tetapi ada beberapa lagi yang perlu dibantu dan tidak mandiri, ada juga
yang terburu-buru sehingga hasilnya kurang sesuai dengan yang
diharapkan.
Peneliti : Hari ini, kita akan belajar tentang Itik, pak guru menjelaskan klasifikasi binatang, menyebutkan 8 kategori binatang untuk mengulang dan menegaskan kembali klasifikasi binatang: binatang buas, binatang peliharaan, binatang ternak, binatang di air, binatang d idarat, binatang d iudara, dan binatang bertelur serta binatang beranak). Hari ini kita akan mempelajari tentang itik. Siapa yang tahu, binatang itik termasuk kategori binatang apa? Yang mengacungkan tangan dan yang disuruh menjawab ya! Apa itik bisa terbang atau tidak? Anak-anak: Jihan : Binatang peliharaan , pak Guru!. Shelbi : itik tidak bisa terbang pak guru tapi berenang. Sementara yang lainnya membantah:, Dafa dan Zola : kan itik punya sayap pak guru pasti deh bisa terbang. Peneliti : Pintar anak pak guru!
. CL3
Refleksi : masih ada anak-anak yang berbeda pengetahuan tentang itik.
Hal ini tentu sesuai dengan pengalamannya masing-masing mengenal
itik.
285
Peneliti perlu menjelaskan informasi yang benar mengenai hewan yang
sedang dipelajari tersebut.
c. Perkembangan Bahasa
Data di atas menunjukkan bahwa dalam aspek perkembangan bahasa
anak-anak ada yang belum mengenal huruf dan kosa kata tertentu, ada yang
belum bisa menulis dengan baik dan benar sesuai dengan tulisan ataupun
huruf yang dicontohkan. Hal ini membutuhkan perhatian dan bantuan guru
untuk mendapatkan hasil perkembangan bahasa yang diharapkan dari anak.
.Peneliti: ."Ayo anak-anak sekarang kita membuat huruf dan kata seperti
yang sudah dicontohkan pada kertas yang telah dibagikan . Gunakan
pensil atau pensil warna.
Anak-anak: " Ada anak-anak yang belum mengenal beberapa huruf yang
ditulisnya.
. CL3.
Anak-anak : Feby, Ayu Farah dan mereka cepat dalam mengerjakan dan
tidak ada kesulitan.Sedangkan yang lain ada yang masih kebingungan
karena tidak mengenal huruf tersebut.
Hasil kerja di area bahasa, anak anak cepat menyelesaikan, tetapi masih ada huruf yang dempet dan antara kata tidak berjarak. (CL 5)
Refleksi : Peneliti mencoba mengenalkan kepada anak-anak huruf dan
kosa kata yang ada hubungannya dengan hewan yang sedang
dipelajari.Ada anak anak yang belum mengenal huruf dan kosa kata itu
sama sekali, ada yang membuat hurufnya tidak sesuai dengan huruf dan
kosa kata yang dicontohkan, ada yang kesulitan membuat huruf
tersebut.. Anak anak yang berada di area bahasa masih ada yang belum
bisa menulis dengan benar Peneliti berusaha menujukkan cara yang
benar untuk menulis huruf dan kosa kata tersebut.
286
Misalnya dengan menuntun tangan anak dengan menggunakan pensil untuk
menulis dengan baik dan benar.
d. Perkembangan Sosial-emosi
e.
Berdasarkan data di atas terlihat bahwa aspek perkembangan sosial
emosional anak belum seluruhnya sesuai dengan harapan. Ada anak-anak
yang ketika dalam berbaris tidak mau antrian, tidak disiplin dan tidak sopan.
Ketika menyajikan karyanya ke depan kelas ada anak yang bersikeras
Peneliti: "Sekarang kita waktunya main plosotan di halaman sekolah.
Bermengajak anak-anak main plosoton di luar ruangan. Berbaris yang
tertib dan harus antrian ya!.
.Anak-anak : Darel tidak mau antri pak guru.!
Ketika menutup pelajaran anak-anak bersemangat, saat guru mengambil
salah satu hasil kerja yang sudah ditempelkan di papan tulis ."
Peneliti: ayo ceritakan tentang hasil hasil karyamu gambar itik yang telah kamu warnai pada teman-teman, ayo sayang! Peneliti : Pintar anak pak guru, ayo beri tepuk tangan untuk Bimo. Ada yang ingin bertanya pada Bimo? Neisa: Itik kan terbang juga!, aku liat kok! Guru :” Pintar, memang bisa terbang, tapi lebih banyak di air,dan alasan
kamu apa Bimo?
Bimo: “Itik aku emang gini, suka air, aku belum lihat itik terbang!
Memangnya bisa terbang ya, kalau begitu baru sekarang aku tahu. Tapi
itikku tidak bisa terbang. CL.3
Peneliti : Bagus Bimo dan Neisa, beri tepuk tangan untuk mereka.
Refleksi : Peneliti menunjukkan perlunya disiplin, harus antri , sopan
dalam berbaris, bangga dengan hasil karya sendiri berani menampilkan
ada anak-anak yang tidak mau antrikaryanya dan menghargai
keunggulan orang lain. Waktu main plosotan, ada anak anak yang tidak
mau antrian.
287
dengan pendapatnya sendiri dan tidak menghargai masukan dari temannya
yang betul jawabannya. Hal ini perlu diluruskan lagi oleh peneliti atau guru
e. Perkembangan Moral
Dalam aspek perkembangan moral dari data di atas mmenunjukkan
bahwa masih ada anak yang menganggu temannya dan tidak berdoa dengan
baik ketika teman-teman lain sedang berdoa, padahal sudah diberikan contoh
perilaku yang baik maupun yang buruk. Sepertinya pada beberapa anak
belum meresapi penjelasan guru mengenai perilaku baik dan buruk tersebut.
Permasalahan ini menjadi catatan perbaikan untuk proses pembelajaran
selanjutnya bagi guru.
Peneliti : menjelaskan pentingnya membersihkan kandang itik mengajak anak Anak menunjukkan rasa sayang dengan teman, seperti induk itik dengan anaknya. mengajak anak menunjukkan disiplin dan peraturan seperti kita menjaga
kandang itik yang sehat. Anak mengenal tata krama dan sopan santun, seperti
cerita ”itik berbarisl”
Mengajak anak mengenal Tuhan melalui ciptanNya, itik hasil ciptaan Tuhan
. CL3
Ketika kegiatan berdoa ada beberapa orang anak yang masih bermain.Farah
masih dan Ayu masih berbicara ketika teman-temannya berdoa. CL.5
Refleksi : Peneliti memberikan contoh tentang perbuatan sayang pada teman
dan disiplin peraturan . Selanjutnya memberi contoh pada anak mengenal
Tuhan melalui ciptaanNya. Hanya beberapa anak yang mendengar dengan
antusias. Ada beberapa orang anak yang masuh menganggu temannya ketika
sedang belajar. Ada yang tidak berdoa yang kemudian oleh peneliti ditegur.
288
c) Hasil Pelaksanaan Tindakan Siklus II
a. Perkembangan Motorik
Data di atas memperlihatkan bahwa pada aspek perkembangan
motorik terlihat ada peningkatan aspek perkembangan tersebut. Perubahan i
terlihat anak-anak sudah melakukan gerakan dengan benar ketika
menirukan gerak binatang yang dipelajari dan untuk gerakan motorik
halusnya anak-anak sudah dapat bekerja rapi dan menyelesaikan
pekerjaannya dengan cepat.
Peneliti : Sekarang kita membuat barisan ya, kalian meniru gerakan saya dengan baik. Oke Anak-anak :anak membuat barisan berlingkaran, kemudian diminta untuk membuat posisi badan seperti kura-kura berjalan, anak anak merangkak di atas karpet, lalu mereka diminta menirukan gerakan kura-kura. (kelihatan anak sangat gembira dan ketawa, untuk supaya sedikit rileks). Anak anak sudah mulai melakukan gerakan dengan benar. Tidak lagi ada anak-anak yang terjatuh karena merangkak i tidak seimbang C 15 Refleksi : Kelihatan sudah ada peningkatan dari siklus pertama, anak-anak sudah mulai melakukan gerakan dengan benar dan sudah bisa melakukan
gerakan yang seimbang.
Zikra, Zola dan Daffa, memilih area matematika yang menggunakan
kreatifitas menggunting dan menempelkan gambar sejumlah angka di
lembaran kerja. Paling rapi Zola , Feby sudah mulai rapi pekerjaannya.
Sedangkan Zikra rapi dan cepat menyelesaikan pekerjaannya.C 16
Refleksi : Anak-anak sudah dapat bekerja rapi dalam menempel angka dan
dapat mengerjakan pekerjaannya dengan cepat dan rapi. .
289
b). Perkembangan Kognitif
Berdasarkan data di atas memperlihatkan bahwa pada aspek
perkembangan kognitif, anak-anak menjawab pertanyaan guru yang ada
hubungannya dengan binatang yang sedang dipelajari dengan benar dan
Peneliti: Siapa yang tahu, binatang kura-kura termasuk kategori binatang apa? Yang mengacungkan tangan dan yang disuruh menjawab ya! Jihan : Binatang peliharaan , pak Guru! Peneliti : Pintar anak pak guru! Dimana kura-kura hidup? Febi : Di air pak Guru! Bu Guru : Pintar Febl Kura-kura termasuk hewan pemakan apa? Farah : ikan kecil pak guru! C15 Refleksi :Anak anak tekun mendengar penjelasan guru tentang kura-kura.
Ketika menjawab pertanyaan guru yang ada hubungannya dengan kura-
kura, anak-anak hampir semua sudah bisa menjawab dengan benar.
Peneliti: Siapa yang tahu, binatang kelinci termasuk kategori binatang apa? Yang mengacungkan tangan dan yang disuruh menjawab ya! Jihan : Binatang peliharaan , pak Guru! Peneliti : Pintar anak pak guru! Dimana kelinci hidup? Febi : Di rumah pak Guru! Peneliti: Pintar Febl Kelinci termasuk hewan pemakan apa? Farah : wortel dan sayuran pak guru! Peneliti : bagus, sekarang ada hewan berikut ini : kelinci , kura-kura, ayam, burung, lele. Hewan yang mana termasuk hewan yang melahirkan anak? Siapa yang bisa? Serentak anak-anak menjawab ; kelinci pak Guru Peneliti ; Pintar anak-anak semua, acungan jempol untuk kalian semua. C 16 Refleksi :Anak-anak dapat mengklasifikasikan hewan kelinci termasuk binatang melahirkan,dapat menjelaskan makanannya dan termasuk hewan
peliharaan
290
sebagian besar sudah dapat memahami pertanyaan guru dan menjawab
dengan tepat. Demikian pula bila dikaitkan dengan binatang yang telah
dipelajari pada siklus I. Mereka sudah dapat menjawab dengan benar.
c). Perkembangan Bahasa
Dalam aspek perkembangan bahasa, data pada siklus II menunjukkan
bahwa anak-anak sudah meningkat perkembangan bahasanya, Hal ini
ditandai dengan sudah dapatnya menuliskan huruf dan kosa kata dengan
Hasil kerja di area bahasa, anak anak cepat menyelesaikan. Penulisan huruf dan kosa kata sudah mulai benar. . Anak-anak sudah dapat menyebutkan dengan benar kata-kata atau kalimat yang ada hubungannya dengan hewan yang sedang dipelajari. Memegang alat tulis juga sudah benar. C 15 Refleksi : Kelihatan sudah ada peningkatan, anak anak sudah dapat
menuliskan huruf dan kosa kata yang benar. Meniiru ucapan guru dengan kata dan kaliomat yang lebih komples sudah mulai tepat. Demikian pula kata atau kalimat yang ada hubungannya dengan hewan yang sedang dipelajari
Anak bekerja pada area, (Bimo, Indira, Asha) memilih area bahasa dan mereka cepat dalam mengerjakan dan tidak ada kesulitan. Hasil kerja di area bahasa, anak anak cepat menyelesaikan dan rapih. Ketika kalimat yang berhubungan dengan kelinci diucapkan guru, anak-anak sudah mulai menirukan ucapan tersebut dengan baik dan benar. C 16 Refleksi : Kelihatan sudah ada peningkatan, anak anak sudah dapat menuliskan huruf dan kosa kata yang benar. Meniiru ucapan guru dengan kata dan kaliomat yang lebih komples sudah mulai tepat. Demikian pula kata atau kalimat yang ada hubungannya dengan hewan yang sedang
dipelajari
291
banar, menirukan ucapan guru, menirukan kata atau kalimat yang
berhubungan dengan binatang yang sedang dipelajari. Pada siklus I masih
dijumpai anak-anak yang menulis kata atau kosa kata tidak tepat.
d). Perkembangan Sosial-emosi
.. Dalam bermain plosotan, harus antri, Darel sudah mau antri padahal sebelumnya dia sering tidak mau antri. Ayu dan Zikra kurang bergerak, dia hanya banyak menonton teman bermain. Setelah ditegur guru mereka mulai aktif bergerak dan bermain bersama temannya lagi.. Ketika bermain yang lain seperti kkejar-kejaran anak-anak sudah tahu aturan dan tidak ada yang melanggarnya. Sehingga permainan menjadi menyenangkan bagi mereka semua. Semua anak-anak terlibat bermain.C 15 Refleksi : Darel sudah mau antri. Anak-anak sudah mau disiplin, mentaati peraturan. Anak-anak sudah bisa menjalin kerjasama dengan teman-temannya sehingga permainan menjadi menyenangkan dan semua anak terlibat.
.. Dalam bermain plosotan, harus antri, Darel sudah mau antri padahal sebelumnya dia sering tidak mau antri. Ayu dan Zikra kurang bergerak, dia hanya banyak menonton teman bermain. Setelah ditegur guru mereka mulai aktif bergerak dan bermain bersama temannya lagi.. Ketika bermain yang lain seperti kkejar-kejaran anak-anak sudah tahu aturan dan tidak ada yang melanggarnya. Sehingga permainan menjadi menyenangkan bagi mereka semua. Semua anak-anak terlibat bermain.C 15 Refleksi : Darel sudah mau antri. anak-anak sudah mau disiplin, mentaati peraturan. Anak-anak sudah bisa menjalin kerjasama dengan teman-temannya sehingga permainan menjadi menyenangkan dan semua anak terlibat.
..Peneliti : Ayo sekarang kita mulai permainan kelinci mengejar tikus! Anak bermain kelinci dengan tikus Selama 6 menit< anak-anak terlihat gembira dan tertawa terpingkal- pingkal serta menjerit-jerit. Anak-anak bermain dengan mengikuti aturan permainan yang telah ditetapkan. setelah usai, lalu masuk ke kelas dengan teratur . C 16 Refleksi : anak-anak sudah bisa menikmati ppermainan dengan gembira dan ceria, Mereka sudah menunjukkan disiplin terhadap aturan ppermainan dan begitu permainan selesai mereka masuk ke kelas dengan tertib.Ketika bermain mengejar temannya mereka menujukkan sikap yang gigih sehingga temannya dapat ditangkap.
292
Data di atas menunjukkan bahwauntuk aspek perkembangan sosio
Perkembaqngan emosional, anak-anak sudah mau mengantri jika berbaris,
disiplin terhadap peratuiran baik itu peraturan baris berbaris ataupun aturan
dalam permainan, sehingga permainan berjalan menyenangkan dan tertib.
Anak-anak juga sudah dapat menunjukkan kegigihannya dalam mengejar
lawannya dan tidak pantang menyerah. Sementara dalam memperagakan
hasil karyanya ke depan kelas anak-anak sudah berani ke depan, bangga
memperlihatkan hasil karyanya, gigih dalam mepertahankan pendapat dan
menghargai pendapat atau pertanyaan teman dengan mengucapkan
terimakasih. Pada siklus 1 hal ini belum terlihat banyak.
..Peneliti: Farah ayo ceritakan tentang gambar kelinci kamu ke teman-teman, ayo sayang! Ini kelinci aku, namanya manis, bulunya putih Peneliti : Pintar anak pak guru, ayo beri tepuk tangan untuk Farahl. Ada yang ingin bertanya pada Farahl? Neisa: Bulunya panjang sekali¸kenapa? Guru 2 :” Kenapa bulunya panjang sekali, alasannya apa nak?” Farah : “Bulu kelinciku panjang karena kelinciku udah besar jadi bulunya juga tambah panjang. Guru :” Bagus Farah beri tepuk tangan buat Farah,”bagus gambar farah kelincinya berbulu panjang. Terimakasih ya sudah bertanya ke aku C16 Refleksi :. Anak-anak sudah memperlihatkan kebanggaan dengan hasil karya sendiri, menunjukkan sikap gigih dalam mempertahankan pendapat, dan menghargai orang laindengan mengucapkan terimakasih.
293
e). Perkembangan Moral
Data aspek perkembangan moral memperlihatkan bahwa anak-anakl
sudah dapat mengenal dan memmahami bahwa kelinci, hewan, manusia
adalah ciptan Tuhan. Anak-anak sudah dapat memmbedakan perilaku yang
baik dan tidak baik dan dapat menjelaskan akibat yang ditimbulkan bila
berperilaku tidak baik.
Mengajak anak mengenal Tuhan melalui ciptaanNya, kelinci hasil ciptaan Tuhan Pak Guru : Siapa yang menciptakan kelinci? Anak-anak : Induknya pak guru! Pak guru : Induk kelinci, anak kelinci, kita siapa yang menciptakan ? Anak-anak : Tuhan pak Guru Pak Guru : betuuul, semua makhluk hidup Allah yang menciptakan ya anak-anak. Kita, pak guru, bu guru, hewan , itu semua ciptaan Allah (CL 16) Refleksi :Anak-anak sudah dapat memahami bahwa hewan termasuk kelinci adalah ciptaan Tuhan. Walaupun jawaban pertama kurang tepat tapi ketika dituntun lagi oleh guru dengan pertannyaan lain, anak-anak sudah
dapat menjawab dengan tepat .
Mengajak anak membedakan perilaku baik dan buruk seperti perilaku kelinci( menggigit, dan berantem tidak baik, saling berbagi baik,). Peneliti : Jika kelincinya berantem, saling gigit menggigit apakah perilaku baik atau tidak? Anak-anak : tidak baik pak guru!. Peneliti : Kenapa tidak baik nak? Anak-anak : kalau kelincinya berantem bisa luka,badanya, kaki bisa patah, badannya jadi kotor. Pokoknya jelek deh akibatnya pak guru!. CL16 Refleksi :Anak-anak dapat membedakan perilaku baik dan buruk. Hampir
semua anak bisa menjawab.
294
2. Analisis Data Kualitatif
Analisis data kualitatif menggunakan metode Spradley. Hasil analisis data
kualitatif penelitian tindakan sebagai berikut:
a). Hasil Analisis Domain
Beberapa cara dalam menganalisis antara lain :
1. X adalah termasuk Y
2. X adalah alasan melakukan Y
3.X adalah Hasil Y
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat sebagai berikut:
Siklus I Siklus II
X adalah termasuk Y X adalah termasuk Y
Melatih gerak dengan meronce
manik manik adalah termasuk
peningkatan perkembangan aspek
motorik anak usia dini melalui
pendekatan tematik.
Melatih gerak dengan meronce manik
manik adalah termasuk peningkatan
perkembangan aspek motorik anak
usia dini melalui pendekatan
tematik.
Melatih gerak dengan aktivitas
sensor motoricadalah termasuk
peningkatan perkembangan anak
usia dini dengan pendekatan
tematik.
Melatih gerak dengan aktivitas sensor
motoricadalah termasuk peningkatan
perkembangan anak usia dini
dengan pendekatan tematik.
295
Memegang alat tulis (pensil, crayon,
kuas) adalah termasuk peningkatan
perkembangan anak usia dini
dengan pendekatan tematik
Memegang alat tulis (pensil, crayon,
kuas) adalah termasuk peningkatan
perkembangan anak usia dini
dengan pendekatan tematik.
Menggunting, menempeladalah
termasuk peningkatan
perkembangan anak usia dini
dengan pendekatan tematik
Menggunting, menempeladalah
termasuk peningkatan perkembangan
anak usia dini dengan pendekatan
tematik
Melatih motorik kasar melalui
pengalaman belajar, melompat
Berlari, menangkap, melempar
dan membersihkan adalah
termasuk peningkatan
perkembangan anak usia dini
dengan pendekatan tematik
Melatih motorik kasar melalui
pengalaman belajar, melompat
Berlari, menangkap, melempar
dan membersihkan adalah
termasuk peningkatan
perkembangan anak usia dini
dengan pendekatan tematik
Pemahaman tentang diri sendiri,
orang lain termasuk peningkatan
perkembangan anak usia dini
dengan pendekatan tematik.
Pemahaman tentang diri sendiri,
orang lain termasuk peningkatan
perkembangan anak usia dini
dengan pendekatan tematik.
Menjelaskan konsep benda
termasuk peningkatan
Menjelaskan konsep benda termasuk
peningkatan perkembangan anakusia
296
perkembangan anak usia dini
dengan pendekatan tematik.
dini dengan pendekatan tematik
Menunjukkan perbedaan tekstur
(kasar, halus) termasuk peningkatan
perkembangan anak usia dini
melalui dengan pendekatan tematik
Menjelaskan perbedaan tekstur
(kasar, halus) termasuk peningkatan
perkembangan anak usia dini melalui
dengan pendekatan tematik
Menjelaskan pemahaman konsep
science sederhana Termasuk
peningkatan perkembangan anak
usia dini dengan pendekatan
tematik.
Menjelaskan pemahaman konsep
science sederhana Termasuk
peningkatan perkembangan anak
usia dini dengan pendekatan tematik
Menunjukkan Perbedaan ukuran
(panjang pendek, besar
kecil)Termasuk dalam peningkatan
perkembangan anak usia dini
dengan pembejaran terpadu dengan
pendekatan tematik
Menunjukkan Perbedaan ukuran
(panjang pendek, besar
kecil)Termasuk dalam peningkatan
perkembangan anak usia dini dengan
pembejaran terpadu dengan
pendekatan tematik
Mengenal konsep bilangan, konsep
waktu adalah termasuk peningkatan
perkembangan anak usia dini
dengan pendekatan tematik
Mengenal konsep bilangan, konsep
waktu adalah termasuk peningkatan
perkembangan anak usia dini dengan
pendekatan tematik
297
Menjelaskankonsep
penjumlahandan
penguranganTermasuk peningkatan
perkembangan anak usia dini
dengan pendekatan tematik.
Menjelaskankonsep penjumlahandan
penguranganTermasuk peningkatan
perkembangan anak usia dini
dengan pendekatan tematik.
Berkomunikasi verbal dengan guru,
adalah termasuk peningkatan
perkembangan anak usia dini
dengan pendekatan tematik
Berkomunikasi verbal dengan guru,
adalah termasuk peningkatan
perkembangan anak usia dini dengan
pendekatan tematik
Mengembangkan bahasa tulis, kosa
kata sederhanaadalah termasuk
peningkatan perkembangan anak
usia dini dengan pendekatan
tematik
.Mengembangkan bahasa tulis, kosa
kata sederhanaadalah termasuk
peningkatan perkembangan anak
usia dini dengan pendekatan tematik
Menjelaskan bahasa isyarat secara
umum Termasuk peningkatan
perkembangan anak usia dini
dengan pendekatan tematik.
Menjelaskan bahasa isyarat secara
umum Termasuk peningkatan
perkembangan anak usia dini dengan
pendekatan tematik.
Mengembangkan kosa kata
Merjelaskan gambar yang
dibuatguru termasuk peningkatan
Mengembangkan kosa kata
Merjelaskan gambar yang dibuat guru
termasuk peningkatan
298
perkembangan anak usia dini
dengan pendekatan tematik.
perkembangan anak usia dini
dengan pendekatan tematik
Berinteraksi dengan teman adalah
termasuk peningkatan
perkembangan anak usia dini
dengan pendekatan tematik
Berinteraksi dengan teman adalah
termasuk peningkatan perkembangan
anak usia dini dengan pendekatan
tematik
Pengekspresian adalah termasuk
peningkatan perkembangan anak
usia dini dengan pendekatan
tematik
Pengekspresian adalah termasuk
peningkatan perkembangan anak
usia dini dengan pendekatan tematik
Pengembangan bahasa reseptif
adalah termasuk peningkatan
perkembangan anak usia dini
dengan pendekatan tematik
Pengembangan bahasa reseptif
adalah termasuk peningkatan
perkembangan anakusia dini dengan
pendekatan tematik
Pengembangan bahasa ekspresif
adalah termasuk peningkatan
perkembangan anak usia dini
dengan pendekatan tematik
Pengembangan bahasa ekspresif
adalah termasuk peningkatan
perkembangan anak usia dini dengan
pendekatan tematik
Kemampuan bersosialisasi dengan
guru dan teman-teman. adalah
termasuk peningkatan
Kemampuan bersosialisasi dengan
guru dan teman-teman. adalah
termasuk peningkatan perkembangan
299
perkembangan anak usia dini
dengan pendekatan tematik
anak usia dini dengan pendekatan
tematik
Kemampuan berempati adalah
termasuk peningkatan
perkembangan anak usia dini
dengan pendekatan tematik
Kemampuan berempati adalah
adalah termasuk peningkatan
perkembangan anak usia dini dengan
pendekatan tematik
Mengurangi sifat egosentris
adalah termasuk peningkatan
perkembangan anak usia dini
dengan pendekatan tematik
Mengurangi sifat egosentris
adalah termasuk peningkatan
perkembangan anak usia dini dengan
pendekatan tematik
Mengembangkan perilaku prososial
(kerjasama, membantu, berbagi,
inisiatif). adalah termasuk
peningkatan perkembangan anak
usia dini dengan pendekatan
tematik
Mengembangkan perilaku prososial
(kerjasama, membantu, berbagi,
inisiatif). adalah termasuk
peningkatan perkembangan anak
usia dini dengan pendekatan tematik
Emosi yang wajar, adalah termasuk
peningkatan perkembangan anak
usia dini dengan pendekatan
tematik
Emosi yang wajar, adalah termasuk
peningkatan perkembangan anak
usia dini dengan pendekatan tematik
Disiplin dalam kelas. Disiplin dalam kelas.
300
adalah termasuk peningkatan
perkembangan anak usia dini
dengan pendekatan tematik
adalah termasuk peningkatan
perkembangan anak usia dini
dengan pendekatan tematik
Cepat tanggap, adalah termasuk
peningkatan perkembangan
anak usia dini dengan
pendekatan tematik
Cepat tanggap, adalah termasuk
peningkatan perkembangan anak
usia dini dengan pendekatan
tematik
Reaksi emosi yang stabil
adalah termasuk peningkatan
perkembangan anak usia dini
dengan pendekatan tematik
Reaksi emosi yang stabil
adalah termasuk peningkatan
perkembangan anak usia dini
dengan pendekatan tematik
Percaya akan ciptaan Allah adalah
termasuk peningkatan
perkembangan anak usia dini
dengan pendekatan tematik
Percaya akan ciptaan Allah adalah
termasuk peningkatan perkembangan
anak usia dini dengan pendekatan
tematik
Mencintai sesama manusia
adalah termasuk peningkatan
perkembangan anak usia dini
dengan pendekatan tematik
Mencintai sesama manusia
adalah termasuk peningkatan
perkembangan anak usia dini dengan
pendekatan tematik
301
Mencintai makhluk hidup adalah
termasuk peningkatan
perkembangan anak usia dini
dengan pendekatan tematik
Mencintai makhluk hidup adalah
termasuk peningkatan perkembangan
anak usia dini dengan pendekatan
tematik
Membaca dua kalimasyahadat
adalah termasuk peningkatan
perkembangan anak usia dini
dengan pendekatan tematik
Membaca dua kalimasyahadat adalah
termasuk peningkatan perkembangan
anak usia dini dengan pendekatan
tematik
Doa pendek adalah termasuk
peningkatan perkembangan anak
usia dini dengan pendekatan
tematik
Doa pendek adalah termasuk
peningkatan perkembangan anak
usia dini dengan pendekatan tematik
Ibadah adalah termasuk
peningkatan perkembangan anak
usia dini dengan pendekatan
tematik
Ibadah adalah termasuk peningkatan
perkembangan anak usia dini dengan
pendekatan tematik
Tingkah laku sopan santun adalah
termasuk peningkatan
perkembangan anak usia dini
dengan pendekatan tematik
Tingkah laku sopan santun adalah
termasuk peningkatan perkembangan
anak usia dini dengan pendekatan
tematik
Mempraktekkan kebersihan adalah Mempraktekkan kebersihan adalah
302
termasuk peningkatan
perkembangan anak usia dini
dengan pendekatan tematik
termasuk peningkatan
perkembangan anak usia dini dengan
pendekatan tematik
Tanggung jawab adalah termasuk
peningkatan perkembangan anak
usia dini dengan pendekatan
tematik
Tanggung jawab adalah termasuk
peningkatan perkembangan anak
usia dini dengan pendekatan tematik
Menjelaskan rasa cinta tanah air
Indonesia, musyawarah sederhana,
rasa sayang pada teman, binatang.
adalah termasuk peningkatan
perkembangan anak usia dini
dengan pendekatan tematik
Menjelaskan rasa cinta tanah air
Indonesia, musyawarah sederhana,
rasa sayang pada teman, binatang.
adalah termasuk peningkatan
perkembangan anak usia dini dengan
pendekatan tematik
X adalah alasan melakukan Y X adalah alasan melakukan Y
Peningkatan perkembangan anak
perlu dilatih menggunakan lembaran
kerja pada area yang disediakan
dalah alasan untuk melakukan
peningkatan perkembangan anak
usia dini dengan pendekatan
tematik.
Peningkatan perkembangan anak
perlu dilatih menggunakan lembaran
kerja pada area yang disediakan
dalah alasan untuk melakukan
peningkatan perkembangan anak
usia dini dengan pendekatan tematik.
303
Kurangnya media lembaran kerja
pada area bahasa untuk
peningkatan perkembangan anak
adalah alasan menggunakan media
lembaran kerja siswa pada area
bahasa sebagai media dalam
peningkatan perkembangan anak
usia dini dengan pendekatan
tematik.
Kurangnya media lembaran kerja
pada area bahasa untuk peningkatan
perkembangan anak adalah alasan
menggunakan media lembaran kerja
siswa pada area bahasa sebagai
media dalam peningkatan
perkembangan anak usia ini dengan
pendekatan tematik.
Masih belum terbiasanya anak
menuliskan kata dalam
perkembangan bahasa adalah
alasan untuk meningkatkan
perkembangan bahasa anak usia
dini.
Masih belum terbiasanya anak
menuliskan kata dalam
perkembangan bahasa adalah alasan
untuk meningkatkan perkembangan
bahasa anak usia dini.
Masih belum terbiasanya anak
mengurangi angka sesuai dengan
gambar adalah alasan untuk
peningkatan perkembangan kognitif
anak usia dini.
Masih belum terbiasanya anak
mengurangi angka sesuai dengan
gambar adalah alasan untuk
peningkatan perkembangan kognitif
anak usia dini.
Masih belum terbiasanya anak Masih belum terbiasanya anak
304
mewarnai gambar dengan tidak
keluar garis untuk perkembangan
motorik halus adalah alasan untuk
peningkatan perkembangan motorik
halus di area seni pada anak usia
dini.
mewarnai gambar dengan tidak
keluar garis untuk perkembangan
motorik halus adalah alasan untuk
peningkatan perkembangan motorik
halus di area seni pada anak usia
dini.
Belum terbiasannya anak
melakukan gerak yang seimbang
menjadikan alasan untuk
menggunakan latihan gerakan
peniruan untuk perkembangan
motorik anak usia dini.
Belum terbiasannya anak melakukan
gerak yang seimbang menjadikan
alasan untuk menggunakan latihan
gerakan peniruan untuk
perkembangan motorik anak usia
dini.
Masih belum terbiasanya anak
berdisiplin dalam peningkatan
perkembangan sosial emosional
adalah alasan untuk menggunakan
permainan untuk perkembangan
anak usia dini.
Masih belum terbiasanya anak
berdisiplin dalam peningkatan
perkembangan sosial emosional
adalah alasan untuk menggunakan
permainan untuk perkembangan anak
usia dini.
X adalah Hasil Y X adalah Hasil Y
Anak dapat meronce potongan
gambar pola binatang, memegang
Anak dapat meronce potongan
gambar pola binatang, memegang
305
pensil dengan benar, melakukan
gerak dengan aktivitas sensor
motorik, memegang alat tulis
(pensil, crayon, kuas), menggunting,
menempel dan melakukan kegiatan
dengan motorik kasar seperti :
melompat, berlari, menangkap, dan
melempar, serta membersih,
adalah hasil peningkatan
perkembangan anak usia dini
dengan pendekatan tematik
pensil dengan benar, melakukan
gerak dengan aktivitas sensor
motorik, memegang alat tulis (pensil,
crayon, kuas), menggunting,
menempel dan melakukan kegiatan
dengan motorik kasar seperti :
melompat, berlari, menangkap, dan
melempar, serta membersih, adalah
hasil peningkatan perkembangan
anak usia dini dengan pendekatan
tematik
Anak mampu memahami tentang
diri sendiri, orang lain, menjelaskan
konsep benda sesuai dengan
pertanyaan guru, menjelaskan
pemahaman konsep science
sederhana, menjelaskan perbedaan
tekstur (kasar, halus),
membedakan ukuran (panjang
pendek, besar kecil), mengenal
konsep bilangan, konsep waktu,
Anak mampu memahami tentang diri
sendiri, orang lain, menjelaskan
konsep benda sesuai dengan
pertanyaan guru, menjelaskan
pemahaman konsep science
sederhana, menjelaskan perbedaan
tekstur (kasar, halus),
membedakan ukuran (panjang
pendek, besar kecil), mengenal
konsep bilangan, konsep waktu,
306
menjelaskan konsep penjumlahan
dan pengurangan adalah hasil
peningkatan perkembangan anak
usia dini dengan pendekatan
tematik.
menjelaskan konsep penjumlahan
dan pengurangan adalah hasil
peningkatan perkembangan anak
usia dini dengan pendekatan tematik.
Anak mampu berkomunikasi verbal
dengan guru, mengembangkan
bahasa tulis, kosa kata sederhana,
merjelaskan gambar yang dibuat,
menjelalaskan bahasa isyarat
secara umum, mengembangkan
kosa kata, berinteraksi dengan
teman, pengekspresian dan
mengembangan bahasa reseptif
serta dapa mengembangan
bahasa ekspresif adalah hasil
peningkatan perkembangan anak
usia dini dengan pendekatan
tematik.
Anak mampu berkomunikasi verbal
dengan guru, mengembangkan
bahasa tulis, kosa kata sederhana,
merjelaskan gambar yang dibuat,
menjelalaskan bahasa isyarat secara
umum, mengembangkan kosa kata,
berinteraksi dengan teman,
pengekspresian dan mengembangan
bahasa reseptif serta dapa
mengembangan bahasa ekspresif
adalah hasil peningkatan
perkembangan anak usia dini
dengan pendekatan tematik.
Anak mampu bersosialisasi dengan
guru dan teman-teman, berempati,
Anak mampu bersosialisasi dengan
guru dan teman-teman, berempati,
307
mengurangi sifat egosentris,
mengembangkan perilaku prososial
(kerjasama, membantu, berbagi,
inisiatif), disiplin dalam kelas,
ekspresi emosi yang wajar, dan
cepat tanggap, serta memiliki
Reaksi emosi yang stabil adalah
hasil peningkatan perkembangan
anak usia dini dengan pendekatan
tematik.
mengurangi sifat egosentris,
mengembangkan perilaku prososial
(kerjasama, membantu, berbagi,
inisiatif), disiplin dalam kelas,
ekspresi emosi yang wajar, dan
cepat tanggap, serta memiliki Reaksi
emosi yang stabiladalah hasil
peningkatan perkembangan anak
usia dini dengan pendekatan tematik.
Anak mampu percaya akan ciptaan
Allah, Mmncintai sesama manusia,
mencintai makhluk hidup, dapat
mengucapkan dua kalimasyahadat,
doa pendek, melakukan ibadah,
bertingkah laku sopan santun,
mempraktekkan kebersihan, ber
tanggung jawab, menjelaskan rasa
cinta tanah air Indonesia,
musyawarah sederhana, dan
mempunyai rasa sayang pada
Anak mampu Percaya akan ciptaan
Allah, Mmncintai sesama manusia,
mencintai makhluk hidup, dapat
mengucapkan dua kalimasyahadat,
doa pendek, melakukan ibadah,
bertingkah laku sopan santun,
mempraktekkan kebersihan, ber
tanggung jawab, menjelaadalah hasil
peningkatan perkembangan anak
usia dini dengan pendekatan tematik
skan rasa cinta tanah air Indonesia,
308
teman, serta rasa sayang pada
binatang,adalah hasil peningkatan
perkembangan anak usia dini
dengan pendekatan tematik
musyawarah sederhana, dan
mempunyai rasa sayang pada
teman, serta rasa sayang pada
binatang,
X adalah Cara melakukan Y X adalah Cara melakukan Y
Guru menunjukkan gambar dan
anak memperhatikan dengan
seksama penjelasan guru tentang
gambar Mengamati gambar :
Harimau, buaya,kucing, burung,
ayam, sap, ikan lele, hiu, kambing,
gajah, burung, kelelawar, itik dan
kura-kura serta kuda.adalah cara l
peningkatan perkembangan anak
usia dini dengan pendekatan
tematik.
Guru menunjukkan gambar dan anak
memperhatikan dengan seksama
penjelasan guru tentang gambar
Mengamati gambar :Harimau,
buaya,kucing, burung, ayam, sapi,
ikan lele, hiu, kambing, gajah, burung,
kelelawar, itik dan kura-kura serta
kuda.adalah cara peningkatan
perkembangan anak usia dini
dengan pendekatan tematik.
Guru memberikan bimbingan
kepada anak mengenai :
Membimbing anak-anak tentang
contoh perilaku yang baik dan
Guru memberikan bimbingan kepada
anak mengenai :
Membimbing anak-anak tentang
contoh perilaku yang baik dan
309
perilaku yang buruk. Membimbing
anak-anak dalam permainan
binatang. Membimbing dalam
menirukan gerak gerik binatang.
Memmbimbing anak dalam
mengerjakan tugas dalam kelompok
di setiap area.
Membimbing anak dalam diskusi
unjuk erja hasil di area. adalah cara
peningkatan perkembangan anak
usia dini dengan pendekatan
tematik.
perilaku yang buruk. Membimbing
anak-anak dalam permainan
binatang. Membimbing dalam
menirukan gerak gerik binatang.
Memmbimbing anak
dalammengerjakan tugas dalam
kelompok di setiap area.
Membimbing anak dalam diskusi
unjuk erja hasil di area. adalah cara
peningkatan perkembangan anak
usia dini dengan pendekatan tematik.
Guru mengajak anak bermain peran
tentang cerita :Kelinci dan buaya.
Harimau dan kambing, Kura-kura
dan itik, Kura-kura dan ikan adalah
cara peningkatan perkembangan
anak usia dini dengan pendekatan
tematik.
Guru menunjukan gambar visual dan
anak memperhatikan gambar visual
adalah cara melakukan optimalisasi
perkembangan anak dalam dengan
pendekatan tematik adalah cara
peningkatan perkembangan anak
usia dini dengan pendekatan tematik.
Guru bertanya mengenai binatang
yang sedang dipelajari dan anak-
Guru bertanya dan anak menjawab
tentang nilai moral dalam gambar
310
anak menjawab pertanyaan guru
sesuai tema, kemudian anak
bertanya kepada guru dan
menjelaskan kepada anak tentang
binatang yang dijadikan tema
pembelajaran adalah cara
peningkatan perkembangan anak
usia dini dengan pendekatan
tematik.
visual adalah cara melakukan
optimalisasi perkembangan anak
dalam dengan pendekatan tematik
adalah cara peningkatan
perkembangan anak usia dini
dengan pendekatan tematik.
Guru meminta anak untuk praktek
langsung : Memilih teman untuk
belajar di area, memilih teman
bermain, berlatih antri, merapikan
area, merapikan hasil kerja,
memberi salam, mengucapkan
terimakasih, memuji teman, dan
memuji hasil kerja teman, serta
memberikan pendapat atas hasil
karya sendiri adalah cara
peningkatan perkembangan anak
usia dini dengan pendekatan
Guru meminta anak untuk praktek
langsung : Memilih teman untuk
belajar di area, memilih teman
bermain, berlatih antri, merapikan
area, merapikan hasil kerja, memberi
salam, mengucapkan terimakasih,
memuji teman, dan memuji hasil
kerja teman, serta memberikan
pendapat atas hasil karya sendiri
adalah cara peningkatan
perkembangan anak usia dini
dengan pendekatan tematik.
311
tematik.
Guru memberikan tugas pada anak
dan mebimbing untuk
melakukannya sesuai dengan tema
seperti : melompat, menangkap,
melempar, titian balok, angkat
tangan, angkat kaki, meronce,
mewarnai dan menempel, serta
menggamba, adalah cara
peningkatan perkembangan anak
usia dini dengan pendekatan
tematik.
Guru memberikan tugas pada anak
dan mebimbing untuk melakukannya
sesuai dengan tema seperti :
melompat, menangkap, melempar,
titian balok, angkat tangan, angkat
kaki, meronce, mewarnai dan
menempel, serta menggamba, adalah
cara peningkatan perkembangan
anak usia dini dengan pendekatan
tematik.
1) Analisis Taksonomi
a. Hasil temuan terhadap pernyataan structural dari
pengamatan berfokus pada siklus I adalah :
a) Kegiatan apa saja yang dilakukan dalam peningkatan
perkembangan anak usia dini dengan pendekatan tematik.
b) Media apa saja yang digunakan dalam peningkatani
perkembangan anak usia dini dengan pendekatan tematik.
312
c) Evaluasi apa yang digunakan untuk peningkatan
perkembangan anak usia dini dengan pendekatan tematik.
b. Hasil temuan terhadap pertanyaan struktural dari pengamatan
terfokus pada siklus 1 dan 2 adalah:
a) Kegiatan apa saja yang dilakukan dalam peningkatan
perkembangan anak usia dini dengan pendekatan tematik.
b) Media apa saja yang digunakan dalam peningkatan
perkembangan anak dengan pendekatan tematik.
c) Metode apa saja yang digunakan dalam peningkatan
perkembangan anak usia dini dengan pendekatan tematik.
Hasil analisis taksonomi dari pengamatan terfokus pada siklus
pertama dan siklus kedua dapat dilihat pada gambar-gambar berikut ini:
313
Aspek Moral
Kegiatan Peningkatan Perkembangan Anak Usia Dini
Aspek Motorik Aspek Bahasa
Motorik halus :
1) Melatih gerak dengan meronce manik manik
2) Melatih gerak dengan aktivitas sensor motorik
3) Memegang alat tulis (pensil, crayon, kuas)
4) Menggunting, menempel
Motorik kasar : Melatih motorik kasar melalui pengalaman belajar 1) melompat 2) berlari 3) menangkap 4) melompat 5) membersihkan
1) Berkomunikasi verbal dengan guru,
2) Mengembangkan bahasa tulis, kosa kata sederhana.
3) Merjelaskan gambar yang dibuat.
4) Menjelalaskan bahasa isyarat secara umum
5) Mengembangkan kosa kata
6) Berinteraksi dengan teman.
7) Pengekspresian 8) Pengembangan
bahasa reseptif 9) Pengembangan
bahasa ekspresif
1) .Percaya akan
ciptaan Allah
2) Mencintai sesama
manusia
3) Mencintai makhluk
hidup
4) Membaca dua
kalimasyahadat
5) Doa pendek
6) Ibadah
7) Tingkah laku sopan
santun
8) Mempraktekkan
kebersihan.
9) Tanggung jawab
10) Menjelaskan rasa
cinta tanah air
Indonesia,
musyawarah
sederhana, rasa
sayang pada teman,
binatang.
Bagian 4.1 Analisis Taksomik Kegiatan Peningkatan Perkembangan Anak Usia Dini dalam Siklus I
Aspek Kognitif
1) Pemahaman tentang diri sendiri, orang lain
2) Menjelaskan konsep benda sesuai dengan pertanyaan guru
3) Menjelaskan pemahaman konsep science sederhana
4) Menjelaskan perbedaan tekstur (kasar, halus)
5) Perbedaan ukuran (panjang pendek, besar kecil)
6) Mengenal konsep bilangan, konsep waktu
7) Menjelaskan konsep penjumlahan dan
pengurangan
1) Kemampuan bersosialisasi dengan guru dan teman-teman.
2) Kemampuan berempati
3) Mengurangi sifat egosentris
4) Mengembangkan perilaku prososial (kerjasama, membantu, berbagi, inisiatif).
5) Disiplin dalam kelas.
6) Emosi yang wajar, 7) Cepat tanggap, 8) Reaksi emosi
yang stabil
Aspek Sosioemosional
314
Kegiatan Peningkatan Perkembangan Anak Usia Dini
Aspek Motorik Aspek Bahasa
Motorik halus :
1) Melatih gerak dengan meronce manik manik
2) Melatih gerak dengan aktivitas sensor motorik
3) Memegang alat tulis (pensil, crayon, kuas)
4) Menggunting, menempel
5) Motorik kasar : 6) Melatih
motorik kasar melalui pengalaman belajar
7) melompat 8) berlari 9) menangkap 10) melompat 11) membersihkan
1) Berkomunikasi verbal dengan guru,
2) Mengembangkan bahasa tulis, kosa kata sederhana.
3) Merjelaskan gambar yang dibuat.
4) Menjelalaskan bahasa isyarat secara umum
5) Mengembangkan kosa kata
6) Berinteraksi dengan teman.
7) Pengekspresian 8) Pengembangan
bahasa reseptif 9) Pengembangan
bahasa ekspresif
1) Percaya akan
ciptaan Allah
2) Mencintai sesama
manusia
3) Mencintai makhluk
hidup
4) Membaca dua
kalimasyahadat
5) Doa pendek
6) Ibadah
7) Tingkah laku sopan
santun
8) Mempraktekkan
kebersihan.
9) Tanggung jawab
10) Menjelaskan rasa
cinta tanah air
Indonesia,
musyawarah
sederhana, rasa
sayang pada
teman, binatang.
Bagian 4.2. Analisis Taksomik Kegiatan Peningkatan Perkembangan Anak Usia Dini dalam Siklus II
Aspek Kognitif
1) Pemahaman tentang diri sendiri, orang lain
2) Menjelaskan konsep benda sesuai dengan pertanyaan guru
3) Menjelaskan pemahaman konsep science sederhana
4) Menjelaskan perbedaan tekstur (kasar, halus)
5) Perbedaan ukuran (panjang pendek, besar kecil)
6) Mengenal konsep bilangan, konsep waktu
7) Menjelaskan konsep penjumlahan dan
pengurangan
1) Kemampuan bersosialisasi dengan guru dan teman-teman.
2) Kemampuan berempati
3) Mengurangi sifat egosentris
4) Mengembangkan perilaku prososial (kerjasama, membantu, berbagi, inisiatif).
5) Disiplin dalam kelas.
6) Emosi yang wajar,
7) Cepat tanggap, 8) Reaksi emosi
yang stabil
Aspek Sosioemosional
Aspek Moral
315
Temuan Penelitian
Peningkatan Perkembangan Anak Usia Dini
Area Bahasa Area IPA
1) Menebalkan huruf, kata
2) Menebalkan kalimat pendek
3) Membuat nama 4) Menceritakan
tentang binatang peliharaan
5) Menirukan suara binatang
6) Mendengarkan cerita
7) Menghubungkan antara kata dengan gambar
8) Menyebutkan nama binatang, identitas diri
9) Menulis kata atau kosa kata
10) Menceritakan kembali yang dibuat.
1. Memahami konsep binatang : 1) Binatang buas 2) Binatang
peliharaan 3) Binatang ternak 4) Binatang air 5) Binatang darat 6) Bintang udara 7) Binatang bertelur 8) Binatang
melahirkan 2. Mengelompokkan
jenis-jenis hewan sesuai dengan gambar.
3. Mengelompokkan makanan
4. Mengelompokkan lingkungan
1) Menyusun balok
menjadi bentuk
binatang
2) Menyusun balok
menjadi bentuk
kandang binatang
3) Menyusun balok
menjadi bentuk
benda yang
berhubungan
dengan binatang
4) Membentuk
bangunan konsep
segitiga, lingkaran,
segi empat.
5) Membentuk balok
dengan bebas
sesuai dengan
tema
Bagian 4.3. Analisis Taksomik Media Peningkatan Perkembangan Anak Usia Dini Untuk Semua Aspek dalam Siklus I
Area Matematika
(Berhitung)
1) Menuliskan angka sesuai dengan jumlah gambar
2) Mengurangi angka sesuai dengan gambar
3) Menambah bilangan sesuai dengan gambar
4) Menghubungkan antara angka dengan jumlah sesuai dengan gambar
5) Mengkaitkan jumlah gambar dengan angka
6) Menempelkan angka dengan jumlah
gambar
1) Mewarnai gambar sesuai dengan tema (dengan crayon,pensil
2) Menciplak gambar binatang
3) Meronce gambar dengan benang ke pipet/sedotan
4) Menempel gambar 5) Menggunting
gambar 6) Membuat gambar
binatang 7) Kolase dengan
biji-bijian. 8) Menirukan gerak
sesuai dengan
tema
Area Seni Area Balok
Temuan Penelitian
Peningkatan Perkembangan Anak Usia Dini
Media Peningkatan Perkembangan Anak Usia Dini Untuk Semua Aspek
1. Lembaran Kerja Siswa
316
Temuan Penelitian
Peningkatan Perkembangan Anak Usia Dini
Area Bahasa Area IPA
1) Menebalkan huruf, kata
2) Menebalkan kalimat pendek
3) Membuat nama 4) Menceritakan
tentang binatang peliharaan
5) Menirukan suara binatang
6) Mendengarkan cerita
7) Menghubungkan antara kata dengan gambar
8) Menyebutkan nama binatang, identitas diri
9) Menulis kata atau kosa kata
10) Menceritakan kembali yang dibuat.
1) Memahami konsep binatang :
1. Binatang buas 2. Binatang
peliharaan 3. Binatang ternak 4. Binatang air 5. Binatang darat 6. Bintang udara 7. Binatang bertelur 8. Binatang
melahirkan 2) Mengelompokkan
jenis-jenis hewan sesuai dengan gambar.
3) Mengelompokkan makanan
4) Mengelompokkan lingkungan
1) Menyusun balok
menjadi bentuk
binatang
2) Menyusun balok
menjadi bentuk
kandang binatang
3) Menyusun balok
menjadi bentuk
benda yang
berhubungan
dengan binatang
4) Membentuk
bangunan konsep
segitiga, lingkaran,
segi empat.
5) Membentuk
balok dengan bebas
sesuai dengan tema
Bagian 4.4. Analisis Taksomik Media Peningkatan Perkembangan Anak Usia Dini Untuk Semua Aspek dalam Siklus II
Area Matematika (Berhitung)
1) Menuliskan angka sesuai dengan jumlah gambar
2) Mengurangi angka sesuai dengan gambar
3) Menambah bilangan sesuai dengan gambar
4) Menghubungkan antara angka dengan jumlah sesuai dengan gambar
5) Mengkaitkan jumlah gambar dengan angka
6) Menempelkan angka dengan jumlah gambar
1) Mewarnai gambar sesuai dengan tema (dengan warna, cat air)
2) Melukis gambar bebas
3) Melukis gambar sesuai tema
4) Kolase dengan kapas.
5) Menirukan gerak sesuai tema
Area Seni Area Balok
Temuan Penelitian
Peningkatan Perkembangan Anak Usia Dini
Media Peningkatan Perkembangan Anak Usia Dini Untuk Semua Aspek 2. Lembaran Kerja Siswa
317
2. Gambar 4.. Audio Visual (VCDbinatang),,Notebook
1) Binatang buas 1. Harimau, 2. Buaya
2) Binatang peliharaan 1. Kucing 2. Burung
3) Binatang ternak 1. Ayam 2. Sapi
4) Binatang air 1. Tawar (lele) 2. Laut (Hiu)
5) Binatang darat 1. Kambing 2. Gajah
6) Bintang udara 1. Burung 2. Kelelawar
7) Binatang bertelur 1. Itik 2. Kura-kura
8) Binatang melahirkan 1. Kuda 2. Kelinci (peningkatan perkembangan
bahasa dan kognitif)
1) Film kehidupan binatang
2) Gambar binatang sesuai tema (peningkatan perkembangan bahasa, kognitif ,
sosial)
Bagian 4.5. Analisis Taksomik Media Peningkatan Perkembangan Anak Usia Dini untuk Siklus I dan II
3. Model binatang
1) Model
bermacam-macam
binatang sesuai
dengan tema
yang dibahas
dalam proses
pembelajaran.
(perkembangan
kognitif)
1) Permainan harimau dengan kambing.
2) Permainan kancil dengan buaya,
3) Permainan kucing dengan tikus.
4) Permainan didiplin itik berbaris.
5) Permainan menirukan gerak gerik binatang. (semua permainan untuk peningkatan semua perkembangan, aspek perkembangan )
5. Permainan
Media Peningkatan Perkembangan Anak Usia Dini
318
2. Gambar 4.. Audio Visual (VCDbinatang),Notebook
1. Binatang buas Harimau,
2. Binatang peliharaan Kucing
3. Binatang ternak Ayam
4. Binatang air Tawar (lele)
5. Binatang darat Kambing
6. Bintang udara Burung
7. Binatang bertelur Itik
8. Binatang melahirkan Kuda
(peningkatan perkembangan bahasa dan kognitif)
1) Film kehidupan binatang
2) Gambar binatang sesuai tema (peningkatan perkembangan bahasa, kognitif , sosial)
Bagian 4.6. Analisis Taksomik Media Peningkatan Perkembangan Anak Usia Dini dalam Siklus I
3. Model binatang
1) Model bermacam-
macam binatang
sesuai dengan
tema yang
dibahas dalam
proses
pembelajaran.
(perkembangan
kognitif)
1) Permainan harimau dengan kambing.
2) Permainan kucing dengan tikus.
3) Permainan didiplin itik berbaris.
4) Permainan menirukan gerak gerik binatang. (semua permainan untuk peningkatan semua perkembangan, aspek
perkembangan )
5. Permainan
Media Peningkatan Perkembangan Anak Usia Dini
319
2. Gambar 4.. Audio Visual (VCDbinatang),Notebook
1. Binatang buas
Buaya 2. Binatang
peliharaan Burung
3. Binatang ternak Sapi
4. Binatang air Laut (Hiu)
5. Binatang darat Gajah
6. Bintang udara Kelelawar
7. Binatang bertelur Kura-kura
8. Binatang melahirkan Kelinci
(peningkatan perkembangan
bahasa dan kognitif)
1) Film kehidupan binatang
2) Gambar binatang sesuai tema (peningkatan perkembangan bahasa, kognitif ,
sosial)
Bagian 4.7. Analisis Taksomik Media Peningkatan Perkembangan Anak Usia Dini dalam Siklus II
3. Model binatang
1) Model
bermacam-
macam
binatang
sesuai
dengan
tema yang
dibahas
dalam proses
pembelajaran
.
(perkembang
an kognitif)
1) Permainan kancil dengan buaya,
2) Permainan disiplin itik berbaris.
3) Permainan menirukan gerak gerik binatang. (semua permainan untuk peningkatan semua perkembangan, aspek
perkembangan )
5. Permainan
Media Peningkatan Perkembangan Anak Usia Dini
320
Metode Peningkatan Perkembangan Anak Usia Dini
MengamatiGa
mbar
Bimbingan Bermain
Peran
Tanya Jawab
Praktek Langsung Tugas Sesuai
Tema
Memperhatikan
dengan seksama
tentang binatang
yang sedang
dipelajari.:
1) Harimau
2) Buaya
3) Kucing
4) Burung
5) Ayam
6) Sapi
7) Ikan lele
8) Hiu
9) Kambing
10) Gajah
11) Burung
12) Kelelawar
13) Itik
14) Kura-kura
15) Kuda
16) Kelinci
1) Membimbing
anak-anak
tentang contoh
perilaku yang
baik dan perilaku
yang buruk
2) Membimbing
anak-anak dalam
permainan
binatang.
3) Membimbing
dalam menirukan
gerak gerik
binatang.
4) Memmbimbing anak
dalam mengerjakan
tugas dalam
kelompok di setiap
area.
5) Membimbing anak
dalam diskusi unjuk
kerja hasil di area.
1) Kelinci
dan
buaya
2) Harimau
dan
kambing
3) Kura-kura
dan itik
4) Kura-kura
dan ikan
1) Guru
bertanya
mengenai
binatang
yang sedang
dipelajari dan
anak-anak
menjawab
pertanyaan
guru sesuai
tema.
1) Memilih teman untuk
belajar di area
2) Memilih teman
bermain
3) Berlatih antri
4) Merapikan area
5) Merapikan hasil kerja
6) Memberi salam
7) Ucapan terimakasih
8) Memuji teman
9) Memuji hasil kerja
teman
10) Memberikan
pendapat atas hasil
karya sendiri
1) Melompat
2) Menangkap
3) Melempar
4) Titian balok
5) Angkat tangan
6) Angkat kaki
7) Meronce
8) Mewarnai
9) Menempel
10) Menggambar
Bagian 4.8. Analisis Taksomik Metode Peningkatan Perkembangan Anak Usia Dini Melalui Pembelajaran Tematik untuk Siklus I dan II
321
Metode Peningkatan Perkembangan Anak Usia Dini
Mengamati Gambar
Bimbingan Bermain
Peran
Tanya Jawab
Praktek Langsung Tugas Sesuai
Tema
Memperhatikan
dengan seksama
tentang binatang
yang sedang
dipelajari.:
1) Harimau
2) Kucing
3) Ayam
4) Ikan lele
5) Kambing
6) Burung
7) Itik
8) Kuda
1) Membimbing
anak-anak
tentang contoh
perilaku yang baik
dan perilaku yang
buruk
2) Membimbing
anak-anak dalam
permainan
binatang.
3) Membimbing
dalam menirukan
gerak gerik
binatang.
4) Membimbing anak
dalam
mengerjakan
tugas dalam
kelompok di
setiap area.
5) Membimbing anak
dalam diskusi
unjuk kerja hasil
di area.
1) Kucing
dengan
tikus
2) Kelinci dan
buaya
3) Harimau
dan
kambing
4) Kura-kura
dan itik
1) Guru
bertanya
mengenai
binatang
yang sedang
dipelajari dan
anak-anak
menjawab
pertanyaan
guru sesuai
tema.
1) Memilih teman untuk
belajar di area
2) Memilih teman
bermain
3) Berlatih antri
4) Merapikan area
5) Merapikan hasil kerja
6) Memberi salam
7) Ucapan terimakasih
8) Memuji teman
9) Memuji hasil kerja
teman
10) Memberikan
pendapat atas hasil
karya sendiri
1) Melompat
2) Menangkap
3) Melempar
4) Titian balok
5) Angkat tangan
6) Angkat kaki
7) Meronce
8) Mewarnai
9) Menempel
10) Menggambar
Bagian 4.9. Analisis Taksomik Metode Peningkatan Perkembangan Anak Usia Dini Melalui Pembelajaran Tematik dalam Siklus I
322
Metode Peningkatan Perkembangan Anak Usia Dini
Mengamati Gambar
Bimbingan Bermain
Peran
Tanya Jawab
Praktek Langsung Tugas Sesuai
Tema
Memperhatikan
dengan
seksama
tentang binatang
yang sedang
dipelajari.:
1) Buaya
2) Burung
3) Sapi
4) Hiu
5) Gajah
6) Kelelawar
7) Kura-kura
8) Kelinci
1) Membimbing
anak-anak tentang
contoh perilaku
yang baik dan
perilaku yang buruk
2) Membimbing
anak-anak dalam
permainan
binatang.
3) Membimbing
dalam menirukan
gerak gerik
binatang.
4) Membimbing
anak dalam
mengerjakan tugas
dalam kelompok di
setiap area.
5) Membimbing
anak dalam diskusi
unjuk kerja hasil di
area.
1) Kelinci
dan
buaya
2) Kura-kura
dan ikan
2) Guru
bertanya
mengenai
binatang
yang sedang
dipelajari dan
anak-anak
menjawab
pertanyaan
guru sesuai
tema.
1) Memilih teman untuk
belajar di area
2) Memilih teman
bermain
3) Berlatih antri
4) Merapikan area
5) Merapikan hasil
kerja
6) Memberi salam
7) Ucapan terimakasih
8) Memuji teman
9) Memuji hasil kerja
teman
10) Memberikan
pendapat atas hasil
karya sendiri
1) Melompat
2) Menangkap
3) Melempar
4) Titian balok
5) Angkat tangan
6) Angkat kaki
7) Meronce
8) Mewarnai
9) Menempel
10) Menggambar
Bagian 4.10. Analisis Taksomik Metode Peningkatan Perkembangan Anak Usia Dini Melalui Pembelajaran Tematik dalam Siklus II
323
2) Analisis Pengamatan Terpilih dan Komponen
Analisis komponen dilakukan untuk mengetahui perbedaan dan
persamaan antar berbagai komponen yang ada dilakukan pengamatan
terpilih dan analisis komponen. Hasil pengamatan terpilih dan analisis
komponen berikut ini terkait dengan fokus penelitian.
Pengamatan terpilih dilakukan dengan mengajukan pertanyaan
kontras yang terdiri dari pertanyaan diadik dan triadik. Pertanyaan diadik
adalah pertanyaan yang membandingkan dua dari anggota domain tunggal
dengan menanyakan: "Dengan cara bagaimana kedua hal tersebut berbeda?
Sedangkan pertanyaan triadik mengharuskan peneliti untuk melihat tiga
istilah bagian dalarn satu domain sambil bertanya: "mana di antara dua yang
sama dan berbeda dengan ketiga? Bentuk pertanyaan yang harus disusun
dalam penelitian ini ditekankan untuk mencari klasifikasi data yang telah
diperoleh melalui analisis taksonomi, yang dilakukan pada siklus I dan siklus
II
1) Jenis-jenis Kegiatan Peningkatan Perkembangan Anak Usia Dini
Hasil pengamatan terpilih menunjukkan bahwa jenis-jenis
kegiatanpeningkatan perkembangan anak usia dini yang dilakukan dalam
aspek –aspek perkembangan anak usia dini untuk: 1. Aspek motorik, yang
terdiri dari motorik halus, seperti: 1) Melatih gerak dengan meronce manik manik , 2)
Melatih gerak dengan aktivitas sensor motorik. 3) Memegang alat tulis (pensil,
crayon, kuas). 4) Menggunting, menempel. Sedangkan untuk motorik kasar:
324
1) Melatih motorik kasar melalui pengalaman belajar: melompat, berlari, menangkap,
melempar dan membersihkan. 2. Aspek kognitif, kegiatan yang dilakukan
berupa :
1) Pemahaman tentang diri sendiri, orang lain, 2) Menjelaskan konsep benda
sesuai dengan pertanyaan guru, 3) Menjelaskan pemahaman konsep science
sederhana, 4) Menjelaskan perbedaan tekstur (kasar, halus), 5) Perbedaan ukuran
(panjang pendek, besar kecil), 6) Mengenal konsep bilangan, konsep waktu, 7)
Menjelaskan konsep penjumlahan dan pengurangan. 3. Aspek bahasa kegiatan
yang dilakukan berupa: 1) Berkomunikasi verbal dengan guru, 2)
Mengembangkan bahasa tulis, kosa kata sederhana, 3) Merjelaskan gambar yang
dibuat, 4) Menjelalaskan bahasa isyarat secara umum, 5) Mengembangkan kosa
kata, 6) Berinteraksi dengan teman, 7) Pengekspresian, 8)Pengembangan bahasa
reseptifdan 9) Pengembangan bahasa ekspresif. 3. Aspek Sosioemosional kegiatan
yang dilakukan berupa: 1) Kemampuan bersosialisasi dengan guru dan teman-
teman, 2) Kemampuan berempati, 3) Mengurangi sifat egosentris, 4)
Mengembangkan perilaku prososial (kerjasama, membantu, berbagi, inisiatif, 5)
Disiplin dalam kelas, 6) Emosi yang wajar, 7) Cepat tanggap dan 9) Reaksi emosi
yang stabil. 4. Aspek Moral kegiatan yang dilakukan berupa : 1) Percaya akan
ciptaan Allah, 2) Mencintai sesama manusia, 3) Mencintai makhluk hidup, 4)
Membaca dua kalimasyahadat, 5) Doa pendek, 6) Ibadah, 7) Tingkah laku
sopan santun, 8) Mempraktekkan kebersihan, 9) Tanggung jawab dan 10)
Menjelaskan rasa cinta tanah air Indonesia, musyawarah sederhana, rasa
sayang pada teman, binatang.
325
1) Media Peningkatani Perkembangan Anak Usia Dini
1) Peningkatan perkembangan anak usia dini dalam penelitian ini
menggunakan media berupa: 1) lembar kerja siswa, 2) gambar, 3) model
binatang, 4) audio visual (VCD binatang), notebook dan media permainan.
Media lembar kerja siswa digunakan pada area area: area bahasa, area
matematika (berhitung), area IPA, area seni dan area balok. Kegiatan yang
dilakukan dengan menggunakan lembaran kerja siswa pada area bahasa
meliputi: 1) Menebalkan huruf, kata, 2) Menebalkan kalimat pendek, 3) Membuat
nama, 4) Menceritakan tentang binatang peliharaan, 5) Menirukan suara
binatang, 6) Mendengarkan cerita, 7) Menghubungkan antara kata dengan
gambar, 8) Menyebutkan nama binatang, identitas diri, 9) Menulis kata atau kosa
kata dan 10) Menceritakan kembali yang dibuat. Lembar kerja pada area
matematika berisi: 1) Menuliskan angka sesuai dengan jumlah gambar 2)
Mengurangi angka sesuai dengan gambar,3) Menambah bilangan sesuai dengan
gambar, 4) Menghubungkan antara angka dengan jumlah sesuai dengan gambar,
5) Mengkaitkan jumlah gambar dengan angka, 6) Menempelkan angka dengan
jumlah gambar. Lembar kerja pada area IPA berisi, lembar kerja untuk
memahami konsep binatang: 1). Binatang buas, 2) Binatang peliharaan, 3)
Binatang ternak, 4) Binatang air, 5) Binatang darat, 6)Bintang udara, 7) Binatang
bertelur, 8) Binatang melahirkan, 9) Mengelompokkan jenis-jenis hewan sesuai
dengan gambar 10) Mengelompokkan makanan dan 11) Mengelompokkan
lingkungan. Lembar kerja pada area Seni berisi: 1) Mewarnai gambar sesuai
dengan tema (dengan warna, cat air), 2) Melukis gambar bebas, 3) Melukis
326
gambar sesuai tema, 4) Kolase dengan kapas.5) Menirukan gerak sesuai tema
Lembar kerja pada area balok berisi, 1) Menyusun balok menjadi bentuk
binatang, 2) Menyusun balok menjadi bentuk kandang binatang, 3) Menyusun
balok menjadi bentuk benda yang berhubungan dengan binatang, 4) Membentuk
bangunan konsep segitiga, lingkaran, segi empat, 5) Membentuk balok dengan
bebas sesuai dengan tema.
Media gambar berupa binatang buas: harimau dan buaya, binatang
peliharaan: kucing dan burung, binatang ternak: Binatang ternak, ayam
dan sapi Binatang air : ikan air tawar (lele) dan ikan air laut (Hiu), Binatang
darat : kambing dan gajah, Bintang udara: burung dan kelelawar, Binatang
bertelur : itik dan kura-kura, Binatang melahirkan : kuda dan kelinci Media
model binatang : Model bermacam-macam binatang sesuai dengan tema
yang dibahas dalam proses pembelajaran.Media audiovisual berupa: Film
kehidupan binatang Gambar binatang sesuai tema (peningkatan
perkembangan bahasa, kognitif , sosial)
Media permainan berupa ; Permainan harimau dengan kambing.
Permainan kancil dengan buaya,Permainan kucing dengan tikus.
Permainan disiplin itik berbaris.Permainan menirukan gerak gerik binatang.
(semua permainan untuk peningkatan semua perkembangan, aspek
perkembangan )
327
3). Metode Peningkatan Perkembangan AnakUsia Dini
Metode peningkatan perkembangan anak usia dini meliputi :
1) Mengamati gambar berupa memperhatikan dengan seksama tentang
binatang yang sedang dipelajari :1. Harimau, 2.Buaya, 3. Kucing, 4.
Burung, 5. Ayam, 6.Sapi, 7. Ikan lele, 8.Hiu, 9.Kambing, 10.Gajah,
11.Burung, 12. Kelelawar, 13.Itik, 14.Kura-kura, 15.Kuda, 16.Kelinci
2) Bimbingan, melalui 1.Membimbing anak-anak tentang contoh perilaku
yang baik dan perilaku yang buruk, 2. Membimbing anak-anak dalam
permainan binatang. 3. Membimbing dalam menirukan gerak gerik
binatang.4. Membimbing anak dalam mengerjakan tugas dalam
kelompok di setiap area. 5.Membimbing anak dalam diskusi unjuk kerja
hasil di area.
3). Bermain Peran :1.Kelinci dan buaya, 2.Kura-kura dan ikan
4). Tanya Jawab berupa guru bertanya mengenai binatang yang sedang
dipelajari dan anak-anak menjawab pertanyaan guru sesuai tema.
5). Praktek langsung berupa 1. Memilih teman untuk belajar di area, 2.
Memilih teman bermain, 3. Berlatih antri, 4. Merapikan area, 5.
Merapikan hasil kerja, 6.Memberi salam, 7. Ucapan terimakasih, 8.
Memuji teman, 9. Memuji hasil kerja teman, 10. Memberikan pendapat
atas hasil karya sendiri
328
6).Tugas sesuai tema: 1. melompat, 2. menangkap, 3. melempar, 4.titian
balok, 5. angkat tangan, 6. angkat kaki, 7. meronce, 8. mewarnai, 9.
menempel, 10. menggambar
d). Analisis Tema
Setelah diperoleh hasil analisis domain, analisis taksonomi, dan
analisis komponensial maka dapat dijelaskan dalam kalimat pernyataan
berikut :
a. Kegiatan- kegiatan peningkatan setiap aspek perkembangan anak
usia dini dimasukkan kegiatan pembukaan, inti, makan, istirahat,
dan penutup meliputi:
1. Kegiatan peningkatan aspek perkembangan motorik
2. Kegiatan peningkatan aspek perkembangan kognitif
3. Kegiatan peningkatan aspek perkembangan bahasa
4. Kegiatan peningkatan aspek perkembangan sosioemosional
5. Kegiatan peningkatan aspek perkembangan moral
b. Media yang digunakan untuk peningkatan aspek perkembangan
anak adalah:
1. Lembar kerja anak di setiap area
2. Gambar
3. Model binatang
4. Audiovisual (VCD tentang kehidupan binatang).
5. Notebook
329
c. Metode yang digunakan untuk peningkatan aspek perkembangan
anak.adalah:
1. Mengamati gambar
2. Bimbingan
3. Bermain peran
4. Tanya jawab
5. Praktek langsung
6. Tugas sesuai tema
330
B. Pembahasan
Hakekat Pendidikan usia dini pada dasarnya bertujuan untuk
meningkatkan aspek perkembangan dari anak. Aspek perkembangan itu
antara lain meliputi aspek perkembangan motorik (halus dan kasar), kognitif,
bahasa, sosio emosional, moral. Masing-masing aspek ini memiliki indikator-
indikator tertentu. Pembelajaran tematik berusaha memfasilitasi peningkatan
aspek perkembangan anak tersebut. Pembelajaran tematik ini dirancang
dengan melibatkan area-area yang digunakan dalam pembelajaran anak usia
dini di Taman kanak-kanak.
Hasil analisis data terlihat bahwa pembelajaran tematik dapat
meningkatkan aspek perkembangan anak usia dini. Pendidikan anak usia dini
bertujuan untuk membantu meletakkan dasar ke arah perkembangan sikap,
intelektual, keterampilan fisik motorik, sosial, moral dan daya cipta yang
diperlukan oleh anak untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan, serta
untuk pertumbuhan dan perkembangan ke tahap selanjutnya.
Taman kanak-kanak merupakan sarana penting sebagai tempat bagi
anak-anak belajar untuk mengembangkan potensi diri yang ada pada dirinya
dan mengembangkan seluruh aspek-aspek perkembangan seperti aspek
motorik, bahasa, sosial- emosi, dan kognitif serta moral. Anak tumbuh dan
berkembang didukung oleh berbagai lingkungan, seperti lingkungan keluarga,
lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat. Sebagai jembatan antara
keluarga dan sekolah formal.
331
Taman Kanak-kanak tidaklah sekedar berfungsi untuk meletakkan
dasar-dasar kemampuan akademik melainkan juga mengembangkan aspek-
aspek psikologi anak. Beranjak dari jal itu maka kurikulum atau program
kegiatan belajar meengajar pada pendidikan anak usia dini sejogyanya
dilandasi oleh pemahaman bagaimana anak-anak belajar tentang segala
sesuatu. Inti dari program kegiatan belajar mengajar di Taman Kanak adalah
untuk memberikan pengalaman belajar yang penuh makna. Menurut
Kupperminc 1.
Aktivitas proses pembelajaran diharapkan untuk menstimulus atau
merangsang pertumbuhan fisik dan perkembangan aspek asspek psikologis
anak secara optimal yang bisa digunakan dalam kehidupan.
permasalahan yang ada dilapamgan adalah tidak semua anak dapat
melewati proses perkembangan dengan baik, berbagai macam faktor yang
menyebabkan anak-anak mengalami hambatan atau masalah dalam
kehidupannya. Masalah-masalah perkembangan tidak hanya tertuju pada
satu , perkembangan saja namun dapat terjadi pada perkembangan ranah
yang lain seperti : perkembangan motorik, kognitif, bahasa, sosial-emosi dan
perkembangan moral. semuanya saling berkaitan dalam prakteknya.
Salah satu sarana untuk dapat membantu anak usia dini tumbuh dan
berkembang adalah di Taman Kanak-kanak. Taman Kanak-kanak adalah
1 1 Kuppermic, JM , Leadbeater, School Social Climate and Individual Differences in Vulnerability to Psychopathology, (Journal of Scholl Psychology, Vol 39, no 2) h.141-159
332
tempat interaksi dan bersosialisasi nilai-nilai dan perilaku perilaku yang
diterima oleh masyarakat. Termasuk di dalamnya adalah perilaku kebersihan
dan kesehatan, kedisiplinan dan kemandirian. Kemampuan yang juga
tergolong di dalamnya adalah kemampuan untuk mengekspresikan emosi
sesuai dengan situasi sosial yang dihadapi anak. Kemampuan ini diharapkan
dapat berkembang pada usia anak pra sekolah atau anak usia dini yang
sdalam masa pertumbuhan dan perkembangan yang pesat 2.
Usaha untuk meningkatkan potensi secara optimal perlu adanya
pendidikan agar menjadi individu yang mandiri. Hal ini sesuai dengan
pendapat Martini Jamaris bahwa pengembangan potensi manusia menjadi
kemampuan aktual tidak lepas dari pengaruh lingkungan dimana manusia
tersebut berada. Oleh sebab itu untuk menjadikan manusia menjadi individu
yang bermanfaat bagi dirinya sendiri, bagi masyarakat dan pengembangan
ilmu pengetahuan dan tekhnologi maka diperlukan pendidikan yang bermutu
untuk Pendidikan Anak Usia Dini.3
Usaha Guru dan kerja sama dengan orangtua dan dukungan dari
lingkungan untuk pengoptimalan peningkatan perkembangan ini terbukti
dalam penelitian ini, peningkatan perkembangan anak usia dini dengan
pembelajaran tematik selama 2 siklus terbukti dapat meningkatkan
2 Rita Eka Ezzati, Mengenali Permasalahan Perkembangan Anak Usia TK, (Jakarta:Departemen Pendidikan Nasional, 2005) h.20 3 Martini Jamaris, Orientasi Baru dalam Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Yayasan Penamas Murni,2010) h. 11
333
perkembangan anak seperti perkemmbangan aspek motorik, bahasa,
kognitif, sosioemosional dan moral. Peningkatan perkembangan ini
sebagaimana yang telah dibahas dalam kajian teori bahwa perkembangan
dipengaruhi oleh lingkungan sekolah, keluarga dan masyarakat yang ada di
sekitar anak.
Pada siklus I, peningkatan perkembangan anak usia dini dengan
pendekatan tematik, telah mencapai katagori baik (B) namun dengan
demikian secara umum target penelitian belum tercapai karena masih ada
aspek-aspek yang belum optimal peningkatan perkembangannya, maka
perbaikan dilkasanakan pada siklus II.
Pada Siklus II, perbaikan dirancang dengan membuat rencana
dilakukan dengan memprediksi bahwa dengan penggunaan tema dan sub
tema dan merancang rancangan pembelajaran yang baru berdasarkan
kesulitan pada siklus I, iyang baru dan menarik serta menggunakan
perpaduan beberapa metoda seperti: mengamati gambar, bimbingan,
bermain peran, tanya jawab dan praktek langsung serta tugas sesuai tema,
sehingga akan dapat meningkatkan perkembangan anak usia dini. Pada
siklus II ini strategi pembelajaran yang digunakan masih tetap menggunakan
area, dengan kegiatan, media dan metoda yang telah dirancang. Setelah
dilaksanakan, ternyata peningkatan perkembangan anak usia dini dengan
pendekatan tematik mencapai kategori sangat baik (A).
334
Keberhasilan peningkatan perkembangan anak usia dini dengan
pendekatan tematik dalam penelitian penelitian ini didukung dengan
menciptakan lingkungan sekolah yang kondusif yang dapat mendukung
terjadinya perkembangan pada setiap aspek dengan mengkondisikan kelas
menjadi kelas area yang akan memberikan peluang anak untuk dapat
meningkatkan aspek perkembangan motorik, kognitif, bahasa, sosial-emosi
dan moral. Pada penelitian ini dikondisikan area untuk mengerjakan tugas
tugas yang akan mendukung setiap peningkatan aspek perkembangan anak
usia dini sebelumnya dirancang SKM dan SKH yang lengkap, kemudian
dilaksanakan:
Siklus I (seperti halaman 151-226) dilaksanakan sebanyak delapan
kali pertemuan, hasil yang didapat adalah: Peningkatan dilakukan dengan
kegiatan peningkatan perkembangan anak usia dini dilaksanakan dengan
melakukan peningkatan, perkembangan anak, seperti perkembangan aspek
motorik, bahasa, kognitif, sosial-emosi dan moral (lihat bagan 4.1. di halaman
314).
Penggunaan media sangat mendukung terhadap peningkatan
perkembangan anak usia dini, adapun media yang digunakan seperti media
lembaran kerja di setiap area dan pengoptimalan lembaran kerja di setiap
area yang lebih menarik, ternyata berhasil meningkatkan perkembangan
anak usia dini. (lihat bagan 4.3 di halaman 316), selain itu media yang juga
335
digunakan adalah gambar, modeling, audiovisual, notebook serta
permainan (lihat bagan 4.5 di halaman 318).
Peningkatan dengan metoda yang bervariasi seperti : mengamati
gambar, bimbingan dari guru, bermain peran, tanya jawab dan praktek
langsung serta memberikan tugas sesuai dengan tema (lihat bagan 4.9
halaman 322).
Siklus II (seperti halaman 226-279) rancangan disusun berdasarkan
hasil tindakan siklus I, pada siklus ini dilaksanakan sebanyak delapan kali
pertemuan, hasil yang didapat adalah: Peningkatan dilakukan dengan
kegiatan peningkatan perkembangan anak usia dini dilaksanakan dengan
melakukan peningkatan, perkembangan anak, seperti perkembangan aspek
motorik, bahasa, kognitif, sosial-emosi dan moral (lihat bagan 4.2. di halaman
315).
Peningkatan dengan penggunaan media yang sangat mendukung,
seperti media lembaran kerja di setiap area dan pengoptimalan lembaran
kerja di setiap area yang lebih menarik, ternyata berhasil meningkatkan
perkembangan anak usia dini. (lihat bagan 4.4 di halaman 317), selain itu
media yang juga digunakan adalah gambar, modeling, audiovisua, notebook
serta permainan (lihat bagan 4.7 di halaman 320).
Peningkatan dengan metoda yang bervariasi seperti : mengamati
gambar, bimbingan dari guru, bermain peran, tanya jawab dan praktek
336
langsung serta memberikan tugas sesuai dengan tema (lihat bagan 4.10
halaman 323).
Berdasarkan hasil analisis data terlihat bahwa pembelajaran tematik
dapat meningkatkan aspek perkembangan anak usia dini.
Keterbatasan Penelitian
Masalah aspek perkembangan anak usia dini seperti aspek
perkembangan motorik (halus dan kasar), kognitif, bahasa, sosio emosional,
moral. Merupakan masalah yang kompleks. Dalam penelitian ini peneliti
meneliti 5 aspek perkembangan saja dengan menggunakan beberapa
indikator. Pengukuran yang melibatkan banyak aspek perkembangan
bukanlah hal yang mudah untuk dilaksanakan. Kterukurannya harus betul-
betul mewakili apa yang diamati. Walau penelitii sudah menyediakan
observer dan rekaman video untuk pengamatan perilaku banyak anak TK
tersebut, peneliti masih punya keterbatasan untuk betul-betul jelimet dan
teliti untuk pengamatan aspek perkembangan setiap anak tersebut.
Untuk penelitian selanjutnya mungkin perlu penambahan jumlah
observer dan peningkatan tekhnologi informasi {video). Keterbatasan
berikunya adalah penelitian ini hanya dilakukan di dua sekolah Taman
Kanak-kanak satu sekolah untuk penelitian tindakan kelasnya dan satu
sekolah lagi untuk penelitian eksperimen sederhananya. Keterbatasan dalam
jumlah sekolah yang diteliti ini tentu dapat mempengaruhi keakuratan hasil
337
penelitian oleh sebab itu perlu di tingkatkan jumlah sekolah yang diteliti,
ditingkatkan jumlah anak usia dini yang diteliti dan diperluas cakupan wilayah
TK yang diteliti supaya betul-betul menggambarkan efek yang diteliti dalam
hal ini efek dari pembelajaran tematik terhadap peningkatan aspek
perkembangan anak usia dini.
Keterbatasan berikutnya dalam hal lama waktu penelitian, penelitian
ini hanya dilakukan dalam waktu singkat hanya beberapa bulan saja. Agar
supaya hasilnya lebih akurat perlu ditambah lama waktu penelitian.
Penggunaan gambar visual dalam bentuk video singkat dan beberapa
permainan dalam pembelajaran ini terkadang berhubungan langsung dengan
tema yang sedang dipelajari. Untuk mengatasi keterbatasan ini peneliti
membuat diskusi dengan anak setelah mengamati gambar audio visual
bermain dikaitkan dengan aspek perkembangan. Hal ini peneliti atasi dengan
mengajak anak-anak untuk berdiskusi dan juga berdiskusi dengan guru-
gurunya.
338
BAB V
KESIMPULAN IMPLIKASI DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan
sebagai berikut:
1. Perkembangan anak usia dini siswa Taman Kanak-kanak Nakkia
Kelompok B, Jati Waringin Bekasi pada setiap aspek perkembangan:
perkembangan sosial, perkembangan motorik, perkembangan
bahasa, dan perkembangan kognitif, serta perkembangan moral,
sebelum diberi tindakan berada pada kategori rendah. Rendahnya
dapat dibuktikan dengan hasil asesmen awal.
2. Pelaksanaan Peningkatan Perkembangan Anak Usia Dini dengan
Pendekatan Tematik dilakukan dengan cara pelaksanaan kegiatan,
menggunakan metoda dan media sebagai berikut:
Kegiatan Peningkatan aspek motorik (Motorik halus: 1. Melatih gerak
dengan meronce manik manik, 2. Melatih gerak dengan aktivitas
sensor motorik. 3. Melatih memegang alat tulis: pensil, crayon, dan
kuas 4. Menggunting, menempel. Motorik kasar dengan melatih
339
motorik kasar melalui pengalaman bermain seraya belajar melalui
berlari, melompat, melempar).
Kegiatan peningkatan aspek kognitif, 1. Melatih pemahaman tentang
diri sendiri, orang lain. 2. Menjelaskan konsep benda sesuai dengan
pertanyaan guru. 3. Menjelaskan pemahaman konsep science
sederhana. 4. Menjelaskan perbedaan tekstur (kasar, halus). 5.
Perbedaan ukuran (panjang pendek, besar kecil). 7. Mengenal konsep
bilangan, konsep waktu. 8. Menjelaskan konsep penjumlahan dan
pengurangan.
Kegiatan peningkatan aspek bahasa: 1. Berkomunikasi verbal dengan
guru. 2. Mengembangkan bahasa tulis, kosa kata sederhana. 3.
Merjelaskan gambar yang dibuat. 4. Menjelalaskan bahasa isyarat
secara umum. 5. Mengembangkan kosa kata. 6. Berinteraksi dengan
teman. 7. Pengekspresian. 8. Pengembangan bahasa reseptif. 9.
Pengembangan bahasa ekspresif.
Kegiatan aspek sosial-emosi 1. Kemampuan bersosialisasi dengan
guru dan teman-teman. 2. Kemampuan berempati. 3. Mengurangi sifat
egosentris. 4. Mengembangkan perilaku prososial (kerjasama,
membantu, berbagi, inisiatif). 5. Disiplin dalam kelas. 6. Emosi yang
wajar. 7. Cepat tanggap. 8. Reaksi emosi yang stabil.
340
Kegiatan peningkatan aspek moral. 1. Percaya akan ciptaan Allah. 2.
Mencintai sesama manusia. 3. Mencintai makhluk hidup. 4. Membaca
dua kalimasyahadat. 5. Doa pendek. 6. Ibadah. 7. Tingkah laku sopan
santun. 8. Mempraktekkan kebersihan. 9. Tanggung jawab. 10.
Menjelaskan rasa cinta tanah air Indonesia, musyawarah sederhana,
rasa sayang pada teman, binatang.
Media yang digunakan adalah lembaran kerja siswa di setiap area
untuk mengembangkan setiap aspek perkembangan, (area bahasa,
area berhiting, area IPA, dan area seni serta area balok), media
gambar, model binatang, media audio visual, serta permainan.
Metode peningkatan perkembangan anak usia dini dengan
pendekatan tematik menggunakan metode: mengamati gambar,
bimbingan, bermain peran, tanya jawab dan praktek langsung serta
tugas sesuai tema. Tindakan yang dilakukan sebanyak dua siklus.
Pada pelaksanaan siklus pertama digunakan tema binatang, dengan
sub tema: binatang buas (harimau), binatang peliharaan (kucing),
binatang ternak (ayam), binatang air tawar (lele), binatang darat
(kambing), binatang udara (burung), dan binatang bertelur (itik), serta
binatang melahirkan (kuda). Pelaksanaan peningkatan perkembangan
anak usia dini siklus kedua menggunakakan tema binatang dengan
sub tema: binatang buas (buaya), binatang peliharaan (burung),
binatang ternak (sapi), binatang air laut (hiu), binatang darat (gajah),
341
binatang di udara (kelalawar), dan binatang bertelur (kura-kura) serta
binatang melahirkan (kelinci).
3. Peningkatan perkembangan anak usia dini dengan pendekatan
tematik dapat meningkatkan setiap aspek perkembangan anak usia
dini, dapat dibuktikan dengan adanya perubahan pada nilai rata-rata
aspek perkembangan anak (motorik, kognitif, sosial-emosi, dan moral,
serta bahasa) sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran dengan
pendekatan tematik.
B. Implikasi
Beberapa temuan penelitian di atas berimplikasi pada:
1. Pada tataran pembelajaran teoritik, sebaiknya mengembangkan
dengan waktu satu semester. Waktu satu semester akan lebih dalam
melihat perkembangan anak pada setiap aspek.dengan menggunakan
berbagai macam tema. Penggabungan penggunaan berbagai teori
Bermain dan Teori perkembangan seperti: Bandura, Freud, Kohlberg
dan Piaget, dapat dijadikan sebagai dasar dalam merancang dalam
merencanakan dan mengembangkan Rancangan Kegiatan Harian,
sehingga lebih terarah aspek yang akan dikembangkan.
342
2. Pada tataran praktis hasil penelitian berimplikasi pada:
a. Peningkatan Perkembangan Anak Usia Dini dengan Pendekatan
Tematik di lembaga pendidikan Anak Usia Dini, meliputi
pengembangan Tema sesuai dengan pengembangan aspek-aspek
perkembangan anak usia dini , Pengembangan Satuan Kegiatan
Harian yang memperhatikan Perkembangan Anak, Pengembangan
Lembaran Kerja di setiap Area Pembelajaran dengan menggunakan
tema. Pengembangan dalam memberikan memotivasi terhadap hasil
unjuk kerja dalam rangka memberikan stimulasi untuk
mengembangkan aspek perkembangan anak.
b. Media pembelajaran harus sesuai dengan tema, setiap aspek yang
ingin dikembangkan. Pada Area disaat anak mengerjakan tugas,
harus disesuaikan dengan tema.
c. Pengembangan pembelajaran dengan berkomunikasi dan bekerja
sama dalam kelompok di area. Area apapun yang dikerjakan anak
harus sesuai dan berkaitan dengan tema.
d. Guru membiasakan mengajar dan berpedoman pada Rancangan
Kegiatan Harian dalam mengajar, yang telah disesuaikan dengan
tema.
343
e. Guru membiasakan kerja sama dengan anak, dan yakin setiap anak
memiliki kemampuan dan potensi di setiap aspek
perkembangannya. Anak memerlukan bimbingan Guru untuk
mengembangkan aspek perkembangannya.
3. Pada Tataran Kebijakan hasil Penelitian berimplikasi pada:
a. Lembaga Pendidikan dan Tenaga Kependidikan perlu
mensosialisasikan dan mengupayakan pendekatan tematik saat
pembelajaran dengan menggunakan area untuk peningkatan
perkembangan anak sebagai salah satu materi yang diberikan
kepada mahasiswa pendidikan anak usia dini. Materi ini diberikan
pada mata pelajaran Perencanaan Pengajaran di Taman Kanak-
kanak Persiapan Mengajar di Taman Kanak-kanak, Pembelajaran
Tematik dan Psikologi Perkembangan.
b. Pemerintah dan khususnya Direktorat Pendidikan Anak Usia Dini
dapat menyusun dan mensosialisasikan pembelajaran tematik yang
mengembangkan aspek perkembangan anak usia dini sebagai salah
satu upaya untuk mencapai tujuan pendidikan nasional.
c. Organisasi-organisasi perhimpunan guru-guru pendidikan anak usia
dini berusaha melaksanakan peningkatan perkembangan anak usia
344
dini dengan pendekatan pembelajaran tematik seperti kegiatan
pelatihan dan seminar.
C. Saran
Berdasarkan hasil dan temuan penelitian maka dapat dibuat saran
sebagai berikut:
1. Guru
Dalam upaya meningkatkan perkembangan anak usia dini dengan
pendekatan tematik guru harus mempersiapkan hal-hal sebagai berikut:
a. Rancangan Kegiatan Mingguan dan Rancangan Kegiatan Harian yang
betul betul mengacu pada pembelajaran tematik.
b. Tugas yang diberikan pada anak di area harus dipersiapkan saling
berhubungan sesuai dengan tema yang diajarkan.
c. Media pembelajaran yang dipersiapkan harus mengacu pada
pembelajaran tematik untuk setiap aspek perkembangan anak usia
dini.
d. Keterampilan guru dalam membuat dan mengembangkan
pembelajaran tematik yang dapat meningkatkan aspek perkembangan
anak usia dini.
345
2. Pengelola Pendidikan Anak Usia Dini
Pengelola Pendidikan Anak usia Dini hendaknya mempersiapkan
segala sarana prasarana baik itu berupa media, area, tempat dan alat
bermain, buku, lingkungan sekolah yang dapat mengoptimalkan pelaksanaan
pembelajaran tematik di Taman Kanak-kanak yang mampu meningkatkan
setiap aspek perkembangan anak usia dini, disamping itu pengelola perlu
menggiatkan seminar-seminar dan pelatihan untuk meningkatkan keahlian
guru-guru Taman Kanak-kanak dalam melaksanakan dan mengembangkan
pembelajaran tematik.
3. Peneliti
Peneliti lain, untuk mendapatkan hasil penelitian yang lebih repsentatif,
maka disarankan bagi peneliti-peneliti yang ingin meneliti pembelajaran
tematik yang dapat meningkatkan perkembangan anak usia dini lebih
memperbanyak jumlah Taman Kanak-kanak yang di teliti. Demikian juga
keterbatasan dalam tema, tema yang digunakan hanya menyangkut tema
binatang, peneliti lain dapat memperluas tema-tema lain yang memberikan
kontribusi pada setiap aspek perkembangan anak usia dini. Keterbatasan
waktu juga dapat mempengaruhi hasil penelitian ini untuk itu disarankan
kepada peneliti lain yang ingin meneliti tematik ini lebih memperpanjang
waktu penelitian misalnya 1 semester.
346
DAFTAR PUSTAKA
Abdurahman, Mulyono. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Rineka Cipta, 2003.
Adri, Ni Ketut. Implementasi Pembelajaran Tematik Berbasis Lingkungan dalam Meningkatkan Kreativitas dan Hasil Belajar Calistung Siswa Kelas III SD no 3 Bungkulan. Jurnal Pendidikan Dasar Vol 4, no 2, 2011.
Akbar, Sadun. Penerapan Pembelajaran Tematik untuk Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Tema Lingkungan di Kelas 3 SDN Tanjungrejo 5 Malang, 2009.
Anonim. The Creative Center for Childhood. Beyond Centers and Circle
Time. Florida: Research and Training Inc, 2005. Anonim. Kurikulum Taman Kanak-Kanak. Jakarta: Departemen Pendidikan
Nasiona, 2004.
Aprilla. Implementasi Pendekatan Tematik dalam Pengajaran Menggambar pada Anak Usia Dini, http://journal unes.ac.id/nju/index.php/amajinasi /article/ view/66.
Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.
Jakarta: PT Rineka Cipta, 2010. -------------, Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara, 2008. Baron RA. Social Psychology, Understanding Human Interaction. Boston:
Allyn and Bacon, 1994. Creswell, John. Education Reaserch: Planning, Conducting, and Evaluating
Quantitative and Qualitatif Research. New Jersey: Merrill Prentice Hall. 2008.
Catron, Allen. Early Childhood Curriculum A Creative Play Model. New
Jersey: Meryl Publish,. 1999. Crain, William. Teori Perkembangan, Konsep dan Aplikasi, terjemahan Yudi
Santoso. Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2007.
347
Djaali, dan Puji Muljono. Pemgukuran Dalam Bidang Pendidikan. Jakarta:
PPS UNJ, 2004. Dorothy, Valcarcel Craig. Action Research Essentials. San Francisco: Jossey
Bass Awiley Imprin, 2009. Emzir, Metodologi Penelitian Pendidikan Kuantitatif dan Kualitati., Jakarta:
Rajawali Press, 2007.
Essa, Eva L. Introduction Early Childhood Education. Australia: Thomson Delman Learning, 2002.
Elliot, J. Developing Hypotesis About Classroom From Teacher Practical
Construct: An Account of The Work of The Ford Teaching Project. Victoria: Deakin, 1982.
Gross, Richard. Psychology The Science of Mind and Behavior. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012.
Herr, Judy. Creative Resources for the Early Childhood Classroom. KY USA:
Thomson Learning Copyright, 2000. Hurlock, Elizabeth B. Perkembangan Anak, edisi Enam. Jakarta: Penerbit
Erlangga, 1978.
Hopkins, David. A Teachers Guide to Classroom Research. Philadelphia: Open University Press, 2002.
Izzaty, Rita, Mengenali Permasalahan Perkembangan Anak Usia TK. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, 2005.
Jamaris, Martini. Orientasi Baru dalam Psikologi Pendidikan. Jakarta:
Yayasan Penamas Murni, 2010. _______________. Kesulitan Belajar Perspektif, Assessmen dan
Penanggulangannya. Jakarta: Yayasan Penamas Murni, 2009. _______________. “Penelitian Ilmiah dalam Penelitian Khusus.” Proceding
Munas dan Seminar Asosiasi Profesi Pendidikan khusus Indonesia. Jakarta: APPKHL, 2011:32-33.
Juanita, V Copley. Mathematic In The Early Years. Texas: Library of
Congress Cataloging in Publication Data, 1999.
348
Karlinger, Fred. Azaz-azaz Penelitian Behavior, terjemahan Laudeg R Sitnafetomen. Yogyakarta: Gajah mada Media University Press, 2004.
Kasina, Ahmad. Perlindungan dan Pengasuhan Anak Usia Dini Jakarta:
Departemen Pendidikan Nasional, 2005. Kostelnik. Teaching Young Children Using Themes: Age 2 to 6. New York:
Harper Collin Publishers, 1991. Linda, Campbell. Bruce, Campbell dan Dee. Metode Praktis Pembelajaran
Berbasis Multiple Intelligences, Terjemahan Tim Intuisi. Jakarta: Intuisi Press, 2008.
Meredith, D. Gall Joyce P. Gall, dan Water R Borg. Educational Research
an Introduction. New York: Library of Congress Cataloging in Publication Data, 2003.
Mertler, Craig. Action Research Teacher as Researchhers in the Classroom.
Los Angeles: SAGE Publications Inc, .2009. Mills, G. Action Reasearch: A Guide for the Teacher Reaserch, Second
Edition. New Jersey: Pearson Education, 2003. Monnks, F.J. et. al., Psikologi Perkembangan Pengantar dalam Berbagai
Bagian. Jokyakarta: Gajah Mada University Press, 2006. Morison, George. Dasar-Dasar Pendidikan Anak usia Dini (PAUD). Jakarta:
Indeks, 2012. Nugraha, Ali. Yeni Rachmawati. Metode Pengembangan Sosial Emosional.
Jakarta: Universitas Terbuka, 2005. Robson, Sue. Education In Early Childhood, First Things. London: David
Fulton Publishers. 2008. Santrock, John. Life Span Development, Perkembangan Masa Hidup,
terjemahan Widyasinta B. Jakarta: Erlangga, 2012. ______________. Psikologi Pendiodikan, terjemahan Tri Wibowo. Jakarta:
Kencana, 2008. Santoso, Sugeng. Problematika Pendidikan dan Cara Pemecahannya. Jakarta: Kreasi Pena Gading, 2000.
349
Semiawan, Conny R. Belajar dan Pembelajaran Prasekolah dan Sekolah Dasa.r Jakarta: PT Indeks, 2008.
_____________. Penerapan Pembelajaran pada Anak. Jakarta: PT. Indeks,
2008. Siti, Aisyah. Perkembangan dan Konsep Dasar Pengembangan Anak Usia
Dini. Jakarta: Universitas Terbuka, 2008. Slavin, Rober.t Psikologi Pendidikan Teori dan Praktek, terjemahan Marianto
samosir. Jakarta: PT Indeks, 2008. Spradley, James. Metode Etnoggrafi, terjemahan Misbah Zulfa. Yogyakarta:
PT Tiara Wacana, 1997.
Stinger, Ernest. Action Research, Third Ed. Los Angeles: Sage Publication, 2007.
Soetjiningsih, Christiana Hari. Perkembangan Anak Sejak Pembuahan Sampai dengan Kanak-kanak Akhir. Jakarta: Prenada Media Group, 2012.
Suyadi. Psikologi Belajar PAUD Pendidikan Anak Usia Dini. Yogyakarta: PT Pustaka Insan Madani, 2010.
Sujono, Yuliani Nurani, Bambang Sujiono, Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. PT Indeks Jakarta, 2009.
Sujono, Yuliani Nurani, Bambang Sujiono. Bermain Kreatif Berbasis Kecerdasan Jamak. Jakarta: PT indeks, 2010.
Suratno. Pengembangan Kreativitas Anak Usia Dini. Jakarta: Departemen Pendidikanl Nasional, 2005.
Syaodih, Ernawulan. Bimbingan di Taman Kanak-kanak. Jakarta:
Departemen Pendidikan Nasional, 2005. Suyanto, Slamet. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta:
Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Pembinaan Pendidikan Tenaga Kependidikan dan Ketenagaan Perguruan Tinggi, 2005.
Stone, Sandra. Playing A Kids Curriculum. New York: Harper Collin Publshers, 1993.
350
Tim Program Pascasarjana. Buku Pedoman Penulisan Tesis dan Disertasi. Program Pascasarjana Universitas Negeri Jakarta, 2012.
Trawick, Jeffrey. Early Childhood Development, A Multicultural Perspective.
New Jersey: Merill Prentice Hall, 2003. Trianto. Mengembangkan Model pemebelajaran Tematik. Jakarta: Prestasi
Pustaka, 2009. ______. Desain Pengembangan Pembelajaran Tematik Bagi Anak Usia Dini
TK/RA & Anak Usia Kelas Awal SD/MI. Jakarta: Prestasi Pustaka, 2011.
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Yus, Anita. Penilaian Perkembangan Anak Taman Kanak Kanak. Jakarta:
Depdiknas, 2005. Wardhan, IGAK. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Penerbit Universitas
Terbuka, 2008.
Wenzel, KR. Strategies for Making Friends Relation to Social Behavior and Peer Acception in Early Adolesence. New York: Developmental Study, 1993
351
MODEL TINDAKAN
.
Gambar 3.1. Desain Penelitian Tindakan Menurut Kemis dan Mc Taggart1
1Hopkins, David, A Teacher’s Guide to Classroom Reasearch, (Philadelphia:Open University Press, 2002), h.46
352
RANCANGAN PENELITIAN TINDAKAN BERDASARKAN MODEL KEMISS AND TAGGART
Reflection 1 1. Mengamati perubahan yang
terjadi pada anak usia dini setelah diberi tindakan
2. Mengadakan pertemuan untuk membahas hasil tindakan
3. Evaluasi (lanjutan ke II)
Assement awal Mengukur tingkat perkembangan anak usia dini sebelum dilasanakan tindakan
1. Mempelajari aspek-aspek perkembangan yang akan dikembangkan di TK
2. Mempelajari kurikulum TK 3. Mengembangkan tematik yang sesuai dengan
perkembangan anak 4. Mempersiapkan permainan sesuai dengan
tema 5. Membuat SKM 6. Membuat SKH 7. Menyiapkan kegiatan 8. Menyiapkan media 9. Menyiapkan metode 10. Menyiapkan sumber belajar 11. Mengembangkan format observasi 12. Mengembangkan format evaluasi
Observation I 1. Melakukan observasi dengan
format obsevasi 2. Mengamati kegiatan
pembelajaran peneliti berperan langsung dalam pembelajaran
1. Melaksanakan kegiatan pembelajaran
berdasarkan perencanaan SKH 2. Melaksanakan pengamatan mengenai isi
tindakan 3. Mengumpulkan data perlengkapan yang
mendukung 4. Mengumpulkan hasil pekerjaan anak
Revision Plan
1. Merevisi dan memodifikasi pembelajaran
sesuai dengan hasil tindakan pada siklus I
2. Mempersiapkan tindakan siklus II berupa SKH
3. Membuat skm
4. Membuat skh
5. Menyiapkan kegiatan
6. Menyiapkan media
7. Menyiapkan metode
8. Menyiapkan sumber belajar
9. Mengembangkan format observasi
10. Mengembangkan format evaluasi
Action II 1. Pengaplikasian pembelajaran sesuai dengan
perencanaan yang keII 2. Melaksanakan pengamatan mengenai isi tindakan 3. Mengumpulkan data yang mendukung
Reflection II 1. Mengamati perubahan yang
terjadi pada anak usia dini setelah dilakukan tindakan ke II
2. Evaluasi tindakan ke II
Observation II 1. Mengamati kegiatan
pembelajaran sesuai dengan siklus perencanaan yang ke II
2. Pengumpulan data tindakan ke II
Action
Assement Akhir
Target Tindakan Tercapai
Target Tindakan Tidak Tercapai
Tindakan dihentikan
Kembali ke rencana ulang
Plan
353
KERANGKA TEORETIK
Guru belum melaksanakan proses pembelajaran
dengan pendekatan tematik secara optimal
Guru kurang mengembangkan kegiatan, metode,
media secara optimal dalam pembelajaran
Penerapan kaitan pembelajaran pendekatan tematik
dengan perkembang setiap aspek belum optimal
Penerapan peningkatan perkembangan anak usia
dini dengan pendekatan tematik
Siklus I dan evaluasi
Siklus II dan evaluasi
Ada peningkatan perkembangan anak usia dini
dengan pendekatan tematik dalam proses
pembelajaran
Ko
nd
isi aw
al
Tin
daka
n
Kondisi
Akhir
354
KAITAN AREA DENGAN PENINGKATAM PERKEMBANGAN ANAK
: Pembelajaran tematik akan meningkatkan perkembangan
anak usia dini
: Jika peningkatan perkembangan anak usia dini belum
tercapai harus disempurnakan dan diulang pelaksanaannya.
Peningkatan perkembangan
anak usia dini dengan
pembelajaran tematik dengan
merancang pembelajaran area
:
1. Bahasa
2. Matematika
3. Seni
4. IPA
5. Balok
Meningkatkan
perkembangan anak
Taman Kanak-kanak:
1. Motorik
2. Bahasa
3. Sosialemosional
4. Kognitif
5. Moral
355
LANGKAH PEMBELAJARAN
Pelaksanaan/inti
1. Memasukkan aspek-aspek perkembangan kedalam berbagai kegiatan pembelajaran , seperti pada kerja mandiri di area, kerja kelompok dan seluruh kegiatan didalam kelas ataupun diluar kelas.
2. Mendukung anak dan memotivasi anak dalam mengembangkan dan aspek-aspek perkembangan.
3. Memasukkan aspek-aspek perkembangan kedalam pembelajaran melalui
tema-tema yang diajarkan
Persiapan
1. Mempersiapkan RKH berbasis tematik 2. Mempersiapkan anak usia dini 3. Mendiskusikan dengan guru tentang aspek-aspek perkembangan yang
akan dikembangkan 4. Menghubungkan aspek-aspek perkembangan kedalam tema
Penutup
1. Melaksanakan proses tindaklanjut terhadap proses peningkatan perkembangan anak usia dini melalui pembelajaran tematik, dengan cara menganalisis hasil observasi, wawancara terhadap aspek-aspek perkembangan anak.
2. Melakukan evaluasi dalam bentuk tugas-tugas yang harus dikerjakan anak dalam bentuk individu di area, yang berkaitan dengan peningkatan aspek-aspek perkembangan anak.
356
PERSIAPAN MENGAJAR(SKH) UNTUK SIKLUS I DAN II
Jadwal Kegiatan Penelitian Peningkatan Perkembangan Anak Usia Dini dengan Pendekatan Tematik di TK
Nakkia Tema Binatang (Siklus I)
No Tanggal Bulan Tahun
Sub Tema Aspek Perkembangan yang Ingin Ditingkatkan
Ket
1. 6-4- 2012 Binatang Buas Harimau
Fisik motorik Kognitif Sosio Emosional Bahasa Moral dan Nilai agama
Dikerjakan di setiap area
2. 8-4-2012 Binatang Peliharaan Kucing
Fisik motorik Kognitif Sosio Emosional Bahasa Moral dan Nilai agama
Dikerjakan di setiap area
3 9-4-2012 Binatang Ternak Ayam
Fisik motorik Kognitif Sosio Emosional Bahasa Moral dan Nilai agama
Dikerjakan di setiap area
4 10-4-2012 Binatang Air Ikan Air Tawar (lele)
Fisik motorik Kognitif Sosio Emosional Bahasa Moral dan Nilai agama
Dikerjakan di setiap area
5 12-4- 2012 Binatang Darat Kambing
Fisik motorik Kognitif Sosio Emosional Bahasa Moral dan Nilai agama
Dikerjakan di setiap area
6 13-4- 2012 Binatang Udara Burung
Fisik motorik Kognitif Sosio Emosional Bahasa Moral dan Nilai agama
Dikerjakan di setiap area
7 16-4-2012 Binatang Bertelur Itik
Fisik motorik Kognitif Sosio Emosional Bahasa Moral dan Nilai agama
Dikerjakan di setiap area
8 17-4- 2012 Binatang Melahirkan Kuda
Fisik motorik Kognitif Sosio Emosional Bahasa Moral dan Nilai agama
Dikerjakan di setiap area
357
Jadwal Kegiatan Penelitian Peningkatan Perkembangan Anak Usia Dini dengan Pendekatan Tematik di TK
Nakkia Tema Binatang (Siklus II)
No Tanggal Bulan Tahun
Sub Tema Aspek Perkembangan yang ingin Ditingkatkan
Ket
1. 30-4- 2012 Binatang buas Buaya
Fisik motorik Kognitif Sosio Emosional Bahasa Moral dan Nilai agama
2. 1-5- 2012 Binatang Peliharaan Burung
Fisik motorik Kognitif Sosio Emosional Bahasa Moral dan Nilai agama
3 3-5- 2012 Binatang Ternak Sapi
Fisik motorik Kognitif Sosio Emosional Bahasa Moral dan Nilai agama
4 4-5- 2012 Binatang Air Ikan Air Laut
Fisik motorik Kognitif Sosio Emosional Bahasa Moral dan Nilai agama
5 7-5- 2012 Binatang Darat Gajah
Fisik motorik Kognitif Sosio Emosional Bahasa Moral dan Nilai agama
6 8-5-2012 Binatang Udara Kelelawar
Fisik motorik Kognitif Sosio Emosional Bahasa Moral dan Nilai agama
7 9-5- 2012 Binatang Bertelur Kura-kura
Fisik motorik Kognitif Sosio Emosional Bahasa Moral dan Nilai agama
8 12-5-2012 Binatang Melahirkan Kelinci
Fisik motorik Kognitif Sosio Emosional Bahasa Moral dan Nilai agama
358
DAFTAR NAMA PAKAR YANG MEMVALIDASI BUTIR
Prof. Dr. Emosda. M.Pd PendidikanBimbingandanKonseling
Dr. Suparno, M.Pd PendidikanAnakUsiaDini
Dr. Purwati, M.Si PsikologiPerkembangan&PendidikanAna
kUsiaDini
Drs. Irzal Anderson, M.Si Sosiologi
Dr. Hadi Mahmud, M.Pd PendidikanAnakUsiaDini
Dr. Rosita Mediana, M.Pd PendidikanAnakUsiaDini
SetyoUtoyo, S.Pd, M.Pd PendidikanAnakUsiaDini
Drs. AkmadSutja, M.Pd Pendidkan Moral
PancasiladanPendidikanBimbingandanKo
nseling
Dra. Nyimas, M.Pd Pendidikan Agama
Dr. Rasimin, M.Pd PendidikanBimbingandanKonseling
Dr. Joni Apri, M.Pd PendidikanBimbingandanKonseling
Dra. TumewaPangaribuan, M.Pd PendidikanBimbingandanKonseling
JunitaAslianti, S.Pd, M.Pd PendidikanAnakUsiaDini
Linda Apriyanti, S.Pd PendidikanBimbingandanKonseling
Maryati, S.Pd PendidikanAnakUsiaDini
Ida Farida, S.Pd PendidikanAnakUsiaDini
Drs. Ade KusmanaMpd PendidikanBahasa
DwiYulianti, S.Pd PendidikanAnakUsiaDini
Risweni, S.Pd PendidikanAnakUsiaDini
Dr. BukyWibawa, S.Pd, M.Si SosiologidanPsikologiPerkembangan
359
360
361
362
363
364
365
Lampiran 2.
ContohPerhitunganValiditasInstrumenPerkembangan
anakmotorikhalusolehPanelis
Perhitunganvaliditasbutirinstrumenpenelitiandilakukandenganmenggu
nakanproduct momentantaraskobutirdengan total skor di mana total
skoradalahjumlahskoruntuksemuabutir instrument yang terdiridari 8butir.
Prosedurperhitungan yang digunakanadalahsebagaiberikut
(contohperhitunganvaliditasnomor 1).
Rumusr-product moment
∑ ∑ ∑
√{ ∑ ∑ }{ ∑ ∑ }
n = jumlah respondent
∑ jumlah hasil kali skor butir nomor 1 dengan skor total
∑ jumlah skor butir nomor 1
∑ jumlahskor total
∑ jumlah kuadrat skor butir nomor 1
jumlah kuadrat skor total
Berdasarkanskorhasilujicoba yang ditunjukanpada table 1 diperolehnilai-
nilaidiperlukansebagaiberikut:
n = 4 ∑ 154 ∑ 8
∑ 64 ∑ 20 1198
Selanjutnyanilai-nilaitersebutdisubtitusikedalampersamaanberikut:
366
∑ ∑ ∑
√{ ∑ ∑ }{ ∑ ∑ }
√{ }{ }
Nilai r-tabelpadatarafnyata ialah 0,95. Jika dibandingkan nilai
dengan nilai r table maka
sehingga
disimpulkan bahwa butir instrument perkembangan motorik anak pada
nomor 1 dinyatakan valid.
1. Proses PerhitunganReliabilitasTes
(
∑
)
Keterangan:
= koefisien reliabilitas tes
k = banyaknyabutir
∑ = jumlah varians skor butir
= variansskor total
Berdasarkarkan table padabutirperkembanganmotorichalusdiperoleh:
k = 8
∑ = 8,00
= 58
(
)
367
Diperolehnilaireliabilitas .
Berikutinidapatdilihatdalamtablebutir instrument
untuksetiapindicatordengannilaikorelasi, variansdanreliabilitaskoefisien
Alpha.
Denganprosedur yang samanilai r-product moment (r-hitung) untukbutir-
butir instrument nomor 2 sampaidenganbutirnomor 8
denganmenggunakanbantuan Microsoft Excel.Hasilnyadapatdideskrepsikanpada
table berikut:
1. PerkembanganMotorikHalus
NOMOR NOMOR BUTIR
Jum PANELIS 1 2 3 4 5 6 7 8
1 3 3 3 3 2 3 3 3 23
2 1 1 1 1 1 1 1 1 8
3 3 3 3 3 2 3 2 3 22
4 1 2 1 2 1 2 1 1 11
Jumlah 8 9 8 9 6 9 7 8 58
0.99 0.96 0.99 0.96 0.99 0.96 0.91 0.99
Varians 1.33 0.92 1.33 0.92 0.33 0.92 0.92 1.33 8.000
1.143 0.138
0.862
0.985
2. PerkembanganMotorikKasar NOMOR NOMOR BUTIR
Jum PANELIS 1 2 3 4 5 6 7 8 9
1 3 3 3 3 3 3 3 3 2 26
2 1 1 1 2 2 1 1 1 1 11
3 3 2 2 3 2 3 2 2 2 21
4 1 1 1 2 1 1 1 1 1 10
Jumlah 8 7 7 10 8 8 7 7 6
0.964 0.983 0.983 0.964 0.839 0.964 0.983 0.983 0.964 Varians 1.333 0.917 0.917 0.333 0.667 1.333 0.917 0.917 0.333 6.333
368
3. Kognitif
PANELIS 1 2 3 4 5 6 7
1 3 2 3 3 3 3 3
2 1 1 1 1 2 2 1
3 3 2 2 3 3 3 2
4 1 1 1 1 1 2 1
Jumlah 8 6 7 8 9 10 7
r it 0.979 0.979 0.970 0.979 0.907 0.979 0.970
Varians 1.333 0.333 0.917 1.333 0.917 0.333 0.917
8 9 10 11 12 13 14 15 16
3 2 3 3 3 2 3 3 3
1 1 2 1 1 1 2 1 1
2 2 3 2 2 2 3 3 2
1 1 2 1 1 1 1 1 1
7 6 10 7 7 6 9 8 7
0.970 0.979 0.979 0.970 0.970 0.979 0.907 0.979 0.970
0.917 0.333 0.333 0.917 0.917 0.333 0.917 1.333 0.917
17 18 19 20 Jum
3 3 3 2 56
1 2 1 1 25
2 3 2 2 48
1 2 1 1 23
7 10 7 6
0.970 0.979 0.970 0.979
0.917 0.333 0.917 0.333 15.500
369
4. Bahasa
PANELIS 1 2 3 4 5 6 7 8
1 3 3 3 3 2 3 3 3
2 1 1 1 1 1 1 1 1
3 2 2 1 2 1 2 2 1
4 2 1 2 1 1 2 1 1
Jumlah 8 7 7 7 5 8 7 6
r it 0.947 0.904 0.904 0.904 0.958 0.947 0.904 0.958
Varians 0.667 0.917 0.917 0.917 0.250 0.667 0.917 1.000
9 10 11 12 Jum
3 3 3 3 35
1 1 1 1 12
1 2 1 1 18
1 1 1 1 18
6 7 6 6 98.250
0.958 0.904 0.958 0.958
1.000 0.917 1.000 1.000 10.167
5. SosialEmosional
PANELIS 1 2 3 4 5 6 7 8
1 3 3 3 3 2 3 2 3
2 1 1 1 1 1 1 1 1
3 3 2 3 3 2 2 3 2
4 2 1 2 2 1 1 1 1
Jumlah 9 7 9 9 6 7 7 7
r it 0.937 0.933 0.937 0.937 0.992 0.933 0.862 0.933
Varians 0.917 0.917 0.917 0.917 0.333 0.917 0.917 0.917
9 10 11 12 13 14 15 16
3 2 2 2 3 3 2 3
1 1 1 1 1 2 1 1
3 3 3 2 3 3 2 3
2 1 1 1 1 1 1 1
9 7 7 6 8 9 6 8
0.937 0.862 0.862 0.992 0.992 0.858 0.992 0.992
0.917 0.917 0.917 0.333 1.333 0.917 0.333 1.333
370
17 18 19 20 21 22 23 24
3 3 3 2 3 3 2 3
1 1 1 1 1 1 1 2
3 3 3 3 3 2 2 3
2 2 1 1 1 1 1 2
9 9 8 7 8 7 6 10
0.937 0.937 0.992 0.862 0.992 0.933 0.992 0.992
0.917 0.917 1.333 0.917 1.333 0.917 0.333 0.333
25 26 27 28 29 30 31 32
3 3 2 3 3 3 3 3
1 1 1 1 1 1 1 2
3 3 2 2 2 3 2 3
2 1 1 1 1 2 1 2
9 8 6 7 7 9 7 10
0.937 0.992 0.992 0.933 0.933 0.937 0.933 0.992
0.917 1.333 0.333 0.917 0.917 0.917 0.917 0.333
33 34 35 36 37 38 39 40
3 3 3 3 3 3 2 3
1 1 1 1 1 1 1 1
2 3 2 2 3 2 2 2
1 1 1 1 2 1 1 1
7 8 7 7 9 7 6 7
0.933 0.992 0.933 0.933 0.937 0.933 0.992 0.933
0.917 1.333 0.917 0.917 0.917 0.917 0.333 0.917
41 42 43 44 45 46 47 48
3 3 3 3 2 3 3 2
1 1 1 1 1 1 2 1
3 3 3 2 2 3 3 2
2 1 2 1 1 2 2 1
9 8 9 7 6 9 10 6
0.937 0.992 0.937 0.933 0.992 0.937 0.992 0.992
0.917 1.333 0.917 0.917 0.333 0.917 0.333 0.333
371
49 50 51 52 53 54 55 56
3 2 3 3 3 2 2 2
2 1 1 1 2 1 1 1
3 2 3 3 3 2 2 2
1 1 1 2 2 1 1 1
9 6 8 9 10 6 6 6
0.858 0.992 0.992 0.937 0.992 0.992 0.992 0.992
0.917 0.333 1.333 0.917 0.333 0.333 0.333 0.333
57 58 Jum
3 3 158
1 1 64
3 2 148
1 1 75
8 7 0.992 0.933
1.333 0.917 47.5833
6. Seni
NOMOR NOMOR BUTIR
PANELIS 1 2 3 4 5 6 Jum
1 3 3 2 3 2 3 16
2 2 1 1 1 1 2 8
3 3 3 2 3 2 3 16
4 2 2 1 2 1 1 9
Jumlah 10 9 6 9 6 9
r it
0.99558
0.94056
0.99558
0.94056
0.99558
0.86052
Varians 0.3333
3 0.9166
7 0.3333
3 0.9166
7 0.3333
3 0.9166
7
372
7. Moral dan Agama
PANELIS 1 2 3 4 5 6 7 8
1 3 3 3 3 2 3 3 3
2 2 2 3 3 2 2 2 3
3 3 3 3 3 2 3 3 3
4 1 1 1 2 1 1 1 2
Jumlah 9 9 10 11 7 9 9 11
r it 0.97154 0.97154 0.96225 0.96225 0.96225 0.97154 0.97154 0.96225
Varians 0.917 0.917 1.000 0.250 0.250 0.917 0.917 0.250
9 10 11 12 13 14 15 Jum
2 3 2 3 2 2 3 40
2 2 2 3 2 2 2 34
2 3 2 3 2 2 3 40
1 1 1 2 1 1 1 18
7 9 7 11 7 7 9 108
0.96225 0.97154 0.96225 0.96225 0.96225 0.96225 0.97154
0.250 0.917 0.250 0.250 0.250 0.250 0.917 8.500
373
1. Hasil Asesmen Awal
Tabel 4.1NilaiPerkembanganAnakUsiaDini (AsesmenAwal)
Taman Kanak-kanakNakkiaKelompok B
No Subjek
Motorik Kognitif Bahasa SosioEmosional Moral Total Rerata
Halus Kasar
1 25 30 71 42 195 53 416 1.14
2 26 33 70 44 191 53 417 1.14
3 28 34 68 41 191 52 414 1.13
4 28 31 70 40 192 51 412 1.13
5 28 31 75 43 199 54 430 1.17
6 29 31 72 42 207 54 435 1.19
7 26 30 67 41 194 50 408 1.11
8 27 29 78 42 191 53 420 1.15
9 27 33 71 42 194 49 416 1.14
10 29 31 73 41 199 54 427 1.17
11 26 30 73 42 189 55 415 1.13
12 31 29 71 40 196 52 419 1.14
13 30 29 79 44 195 53 430 1.17
14 31 35 78 61 244 64 513 1.40
15 27 34 75 42 197 54 429 1.17
Rata-rata 1.17
374
Skor
Anak
Gambar4.21 Skor Perkembangan Anak Usia Dini pada Siklus Awal
375
1) Hasil Asesmen Siklus I
Tabel 4.4NilaiAsesmenPeningkatanperkembanganAnakUsiaDini
DenganPendekatanTematikSetelahSiklus I
Taman Kanak-kanakKelompok B Nakkia
No Subjek
Motorik Kognitif Bahasa SosioEmosional Moral Total Rerata
Halus Kasar
1 56 63 136 83 406 105 849 2.32
2 47 54 119 71 354 105 750 2.05
3 56 63 141 85 406 120 871 2.38
4 55 63 127 81 392 103 821 2.24
5 56 63 139 85 402 105 850 2.32
6 54 63 127 82 412 117 855 2.34
7 55 61 133 82 395 119 845 2.31
8 55 63 143 85 410 117 873 2.39
9 56 63 137 84 406 116 862 2.36
10 54 63 135 79 406 115 852 2.33
11 56 63 140 85 406 117 867 2.37
12 53 57 131 79 378 113 811 2.22
13 56 56 129 83 380 115 819 2.24
14 57 63 145 80 417 120 882 2.41
15 56 63 140 84 404 108 855 2.34
Rata-rata 2.31
376
Skor
Anak
Gambar4.22 Skor Aspek Perkembangan Anak Usia Din pada Siklus I
377
2) Hasil Peningkatan Asesmen Awal dan Siklus I
Tabel 4.5Nilai Asesmen Hasil Peningkatan Perkembangan Anak
Usia Dini dengan Pendekatan Tematik (Sebelum dan Sesudah siklus 1)
No Motorik
Kognitif AA
Kognitif A1
Selisih HalusAA
Halus A1
Selisih KasarAA Kasar
A1 Selisih
1 25 56 31 30 63 33 71 136 65
2 26 47 21 33 54 21 70 119 49
3 28 56 28 34 63 29 68 141 73
4 28 55 27 31 63 32 70 127 57
5 28 56 28 31 63 32 75 139 64
6 29 54 25 31 63 32 72 127 55
7 26 55 29 30 61 31 67 133 66
8 27 55 28 29 63 34 78 143 65
9 27 56 29 33 63 30 71 137 66
10 29 54 25 31 63 32 73 135 62
11 26 56 30 30 63 33 73 140 67
12 31 53 22 29 57 28 71 131 60
13 30 56 26 29 56 27 79 129 50
14 31 57 26 35 63 28 78 145 67
15 27 56 29 34 63 29 75 140 65
No Bahasa
AA Bahasa
A1 Selisih
SE AA
SE A1
Selisih Moral
AA Moral
A1 Selisih
1 42 83 41 195 406 211 51 105 54
2 44 71 27 191 354 163 51 105 54
3 41 85 44 191 406 215 50 120 70
4 40 81 41 192 392 200 49 103 54
5 43 85 42 199 402 203 51 105 54
6 42 82 40 207 412 205 53 117 64
7 41 82 41 194 395 201 50 119 69
8 42 85 43 191 410 219 51 117 66
9 42 84 42 194 406 212 49 116 67
10 41 79 38 199 406 207 51 115 64
11 42 85 43 189 406 217 52 117 65
12 40 79 39 196 378 182 49 113 64
13 44 83 39 195 380 185 50 115 65
14 61 80 19 244 417 173 61 120 59
15 42 84 42 197 404 207 51 108 57
378
No Total AA Total A1 Selisih
1 414 849 435
2 415 750 335
3 412 871 459
4 410 821 411
5 427 850 423
6 434 855 421
7 408 845 437
8 418 873 455
9 416 862 446
10 424 852 428
11 412 867 455
12 416 811 395
13 427 819 392
14 510 882 372
15 426 855 429
379
3) Perbandingan siklus awal dengan Hasil Akhir Siklus I
Skor
Anak
Gambar4.23 Skor Peningkatan pada siklus awal dan siklus I
380
3) Hasil Asesmen Siklus II
Tabel
4.7NilaiAsesmenPeningkatanPerkembanganAnakUsiaDinidengan
PendekatanTematik (PadaAkhirSiklus II )
No Subjek
Motorik Kognitif Bahasa SosioEmosional Moral Total Rerata
Halus Kasar
1 67 75 172 103 499 128 1044 2.85
2 72 81 178 107 522 135 1095 2.99
3 69 79 172 103 512 128 1063 2.90
4 72 81 176 108 522 133 1092 2.98
5 72 81 177 106 516 131 1083 2.96
6 71 81 174 108 518 133 1085 2.96
7 72 81 178 107 522 135 1095 2.99
8 71 79 165 101 512 135 1063 2.90
9 71 80 173 108 504 135 1071 2.93
10 72 81 177 105 511 131 1077 2.94
11 71 77 171 107 520 133 1079 2.95
12 71 81 178 106 512 134 1082 2.96
13 71 75 164 100 474 122 1006 2.75
14 72 81 175 106 518 133 1085 2.96
15 71 80 173 108 504 135 1071 2.93
Rata-rata 2.93
381
Skor
Anak
Gambar 4.10 Grafik Skor Aspek Perkembangan Anak Usia dini pada Siklus II
382
5) Peningkatan siklus I ke Siklus II
Tabel 4. 8Asesment Nilai Peningkatan Perkembangan Anak Usia Dini
Dengan Pendekatan Tematik (Siklus 1 dan Siklus 2)
No Subjek
Motorik Kognitif
A1 Kognitif
A2 Selisih Halus
A1 Halus
A2 Selisih
Kasar A1
Kasar A2
Selisih
1 56 67 11 63 75 12 136 172 36
2 47 72 25 54 81 27 119 178 59
3 56 69 13 63 79 16 141 172 31
4 55 72 17 63 81 18 127 176 49
5 56 72 16 63 81 18 139 177 38
6 54 71 17 63 81 18 127 174 47
7 55 72 17 61 81 20 133 178 45
8 55 71 16 63 79 16 143 165 22
9 56 71 15 63 80 17 137 173 36
10 54 72 18 63 81 18 135 177 42
11 56 71 15 63 77 14 140 171 31
12 53 71 18 57 81 24 131 178 47
13 56 71 15 56 75 19 129 164 35
14 57 72 15 63 81 18 145 175 30
15 56 71 15 63 80 17 140 173 33
No Subjek
Bahasa A1
Bahasa A2
Selisih SE A1 SE A2 Selisih Moral
A1 Moral
A2 Selisih
1 83 103 20 406 499 93 105 128 23
2 71 107 36 354 522 168 105 135 30
3 85 103 18 406 512 106 120 128 8
4 81 108 27 392 522 130 103 133 30
5 85 106 21 402 516 114 105 131 26
6 82 108 26 412 518 106 117 133 16
7 82 107 25 395 522 127 119 135 16
8 85 101 16 410 512 102 117 135 18
9 84 108 24 406 504 98 116 135 19
10 79 105 26 406 511 105 115 131 16
11 85 107 22 406 520 114 117 133 16
12 79 106 27 378 512 134 113 134 21
13 83 100 17 380 474 94 115 122 7
14 80 106 26 417 518 101 120 133 13
15 84 108 24 404 504 100 108 135 27
383
No Subjek Total
A1 Total
A2 Selisih
1 849 1044 195
2 750 1095 345
3 871 1063 192
4 821 1092 271
5 850 1083 233
6 855 1085 230
7 845 1095 250
8 873 1063 190
9 862 1071 209
10 852 1077 225
11 867 1079 212
12 811 1082 271
13 819 1006 187
14 882 1085 203
15 855 1071 216
384
Gambar 411 Grafik Skor Aspek Perkembangan Anak pada Siklus I dan Il
385
6. Peningkatan dari Siklus Awal dan siklus II
Skor
Anak
Gambar4.25Grafik Peningkatan Skor Aspek Perkembangan Anak
386
7. Peningkaatan dari siklus Awal, I dan II
Skor
Anak
Gambar4.27 Grafik Skor Aspek Perkembangan Anak pada Siklus
awal Siklus I dan II
387
Tabel Data Kemampuan Pada Tiap Aspek Perkembangan Anak selama Pelaksanaan Tindakan Siklus Awal
Siklus
Aspek Perkembangan
Responden
Kriteria
Frekuensi
%
Awal
Motorik
Motorik Halus Baik 0 0%
Cukup 15 100%
Kurang 0 0%
Motorik Kasar Baik 0 0%
Cukup 15 100%
Kurang 0 0%
Kognitif Baik 0 0%
Cukup 15 100%
Kurang 0 0%
Bahasa Baik 0 0%
Cukup 15 100%
Kurang 0 0%
Sosioemosional
Baik 0 0%
Cukup 15 100%
Kurang 0 0%
Moral
Baik 0 0%
Cukup 15 100%
Kurang 0 0%
388
Tabel Data Kemampuan Pada Tiap Aspek Perkembangan Anak selama Pelaksanaan Tindakan Siklus I
Siklus
Aspek
Perkembangan
Responden
Kriteria
Frekuensi
%
I
Motorik
Motorik Halus
Baik 14 93,37%
Cukup 1 6,67%
Kurang 0 0%
Motorik Kasar
Baik 14 93,37%
Cukup 1 6,67%
Kurang 0 0%
Kognitif Baik 14 93,37%
Cukup 1 6,67%
Kurang 0 0%
Bahasa Baik 14 93,37%
Cukup 1 6,67%
Kurang 0 0%
Sosioemosional
Baik 15 100%
Cukup 0 0%
Kurang 0 0%
Moral
Baik 15 100%
Cukup 0 0%
Kurang 0 0%
389
Tabel Data Kemampuan Pada Tiap Aspek Perkembangan Anak selama Pelaksanaan Tindakan Siklus II
Siklus
Aspek Perkembangan
Responden
Kriteria
Frekuensi
%
II
Motorik
Motorik Halus Baik 15 100%
Cukup 0 0%
Kurang 0 0%
Motorik Kasar Baik 15 100%
Cukup 0 0%
Kurang 0 0%
Kognitif Baik 15 100%
Cukup 0 0%
Kurang 0 0%
Bahasa Baik 15 100%
Cukup 0 0%
Kurang 0 0%
Sosioemosional
Baik 15 100%
Cukup 0 0%
Kurang 0 0%
Moral
Baik 15 100%
Cukup 0 0%
Kurang 0 0%
Area Bahasa
1)Menebalkan huruf, kata 2)Menebalkan kalimat pendek 3)Membuat nama 4)Menceritakan tentang binatang peliharaan 5)Menirukan suara binatang 6)Mendengarkan cerita 7)Menghubungkan antara kata dengan gambar 8)Menyebutkan nama binatang, identitas diri 9)Menulis kata atau kosa kata 10)Menceritakan
Kegiatan Peningkatan Perkembangan Anak Usia Dini
Aspek Motorik Aspek Bahasa
Motorik halus : 1)Melatih gerak dengan meronce manik manik 2)Melatih gerak dengan aktivitas sensor motorik 3)Memegang alat tulis (pensil, crayon, kuas) 4)Menggunting, menempel
Motorik kasar : Melatih motorik kasar melalui pengalaman belajar 1)melompat 2)berlari 3)menangkap 4)melompat
1)Berkomunikasi verbal dengan guru, 2)Mengembangkan bahasa tulis, kosa kata sederhana. 3)Merjelaskan gambar yang dibuat. 4)Menjelalaskan bahasa isyarat secara umum 5)Mengembangkan kosa kata 6)Berinteraksi dengan teman. 7)Pengekspresian 8)Pengembangan bahasa reseptif 9)Pengembangan bahasa ekspresif
1).Percaya akan ciptaan Allah 2)Mencintai sesama manusia 3)Mencintai makhluk hidup 4)Membaca dua kalimasyahadat 5)Doa pendek 6)Ibadah 7)Tingkah laku sopan santun 8)Mempraktekkan kebersihan. 9)Tanggung jawab 10)Menjelaskan rasa cinta tanah air Indonesia, musyawarah sederhana, rasa sayang pada teman, binatang.
Bagian 4.11. Temuan Penelitian Peningkatan Perkembangan Anak Usia Dini dengan Pendekatan Tematik
Aspek Kognitif
1)Pemahaman tentang diri sendiri, orang lain 2)Menjelaskan konsep benda sesuai dengan pertanyaan guru 3)Menjelaskan pemahaman konsep science sederhana 4)Menjelaskan perbedaan tekstur (kasar, halus) 5)Perbedaan ukuran (panjang pendek, besar kecil) 6)Mengenal konsep bilangan, konsep waktu 7)Menjelaskan konsep penjumlahan dan pengurangan
1)Kemampuan bersosialisasi dengan guru dan teman-teman. 2)Kemampuan berempati 3)Mengurangi sifat egosentris 4)Mengembangkan perilaku prososial (kerjasama, membantu, berbagi, inisiatif). 5)Disiplin dalam kelas. 6)Emosi yang wajar, 7)Cepat tanggap, 8)Reaksi emosi yang stabil
Aspek Moral
Area Bahasa Area IPA
1)Menebalkan huruf, kata 2)Menebalkan kalimat pendek3)Membuat nama4)Menceritakan tentang binatang peliharaan5)Menirukan suara binatang6)Mendengarkan cerita7)Menghubungkan antara kata dengan gambar8)Menyebutkan nama binatang, identitas diri9)Menulis kata atau kosa kata10)Menceritakan
1)Memahami konsep binatang : 1.Binatang buas 2.Binatang peliharaan 3.Binatang ternak 4.Binatang air 5.Binatang darat 6.Bintang udara 7.Binatang bertelur 8.Binatang melahirkan 2)Mengelompokkan jenis-jenis hewan sesuai dengan gambar. 3)Mengelompokkan makanan 4)Mengelompokkan lingkungan
1)Menyusun balok menjadi bentuk binatang 2)Menyusun balok menjadi bentuk kandang binatang 3)Menyusun balok menjadi bentuk benda yang berhubungan dengan binatang 4)Membentuk bangunan konsep segitiga, lingkaran, segi empat. 5)Membentuk balok dengan bebas sesuai dengan tema
Area Matematika
1)Menuliskan angka sesuai dengan jumlah gambar 2)Mengurangi angka sesuai dengan gambar 3)Menambah bilangan sesuai dengan gambar 4)Menghubungkan antara angka dengan jumlah sesuai dengan gambar 5)Mengkaitkan jumlah gambar dengan angka 6)Menempelkan angka dengan jumlah gambar
1)Mewarnai gambar sesuai dengan tema (dengan warna, cat air) 2)Melukis gambar bebas 3)Melukis gambar sesuai tema 4)Kolase dengan kapas. 5)Menirukan gerak sesuai tema
Area Seni Area Balok
Media Peningkatan Perkembangan Anak Usia Dini
1. Lembaran Kerja 2. Gambar
1)Binatang buas 1.Harimau, 2. Buaya 2)Binatang peliharaan 1.Kucing 2.Burung 3)Binatang ternak 1.Ayam 2.Sapi 4)Binatang air 1.Tawar (lele) 2.Laut (Hiu) 5)Binatang darat 1.Kambing 2.Gajah 6)Bintang udara 1.Burung 2.Kelelawar 7)Binatang bertelur 1.Itik 2.Kura-kura 8)Binatang melahirkan 1.Kuda 2.Kelinci (peningkatan perkembangan bahasa
TEMUAN PENELITIAN Peningkatan Perkembangan Anak Usia Dini
Media Peningkatan Perkembangan Anak Usia Dini
. Gambar 4.. Audio Visual (VCDbinatang),,Notebo
)Binatang buas .Harimau,
)Binatang peliharaan
)Binatang ternak
)Binatang air.Tawar (lele).Laut (Hiu))Binatang darat.Kambing
)Bintang udara
.Kelelawar)Binatang bertelur
kura)Binatang melahirkan
(peningkatan perkembangan bahasa
1)Film kehidupan binatang 2)Gambar binatang sesuai tema (peningkatan perkembangan bahasa, kognitif , sosial)
3. Model binatang
1)Model bermacam-macam binatang sesuai dengan tema yang dibahas dalam proses pembelajaran. (perkembangan kognitif)
1)Permainan harimau dengan kambing. 2)Permainan kancil dengan buaya, 3)Permainan kucing dengan tikus. 4)Permainan didiplin itik berbaris. 5)Permainan menirukan gerak gerik binatang. (semua permainan untuk peningkatan semua perkembangan, aspek perkembangan )
5. Permainan Mengamati Bimbingan
Memperhatikan dengan seksama tentang binatang yang sedang dipelajari.: 1)Harimau 2)Buaya 3)Kucing 4)Burung 5)Ayam 6)Sapi 7)Ikan lele 8)Hiu 9)Kambing 10)Gajah 11)Burung 12)Kelelawar 13)Itik 14)Kura-kura 15)Kuda 16)Kelinci
1)Membimbing anakcontoh perilaku yang baik dan perilaku yang buruk 2)Membimbing anakpermainan binatang. 3)Membimbing dalam menirukan gerak gerik binatang
4)Memmbimbing anak dalam mengerjakan tugas dalam kelompok di setiap area. 5)Membimbing anak dalam diskusi unjuk kerja hasil di area.
PENELITIAN Peningkatan Perkembangan Anak Usia Dini
Metode Peningkatan Perkembangan Anak Usia Dini
Bimbingan Bermain Tanya Praktek Langsung Tugas Sesuai
1)Membimbing anak-anak tentang contoh perilaku yang baik dan perilaku yang buruk 2)Membimbing anak-anak dalam permainan binatang. 3)Membimbing dalam menirukan gerak gerik binatang.
4)Memmbimbing anak dalam mengerjakan tugas dalam kelompok di setiap area. 5)Membimbing anak dalam diskusi unjuk kerja hasil di area.
1)Kelinci dan buaya 2)Harimau dan kambing 3)Kura-kura dan itik 4)Kura-kura dan ikan
1)Guru bertanya mengenai binatang yang sedang dipelajari dan anak-anak menjawab pertanyaan guru sesuai tema.
1)Memilih teman untuk belajar di area 2)Memilih teman bermain 3)Berlatih antri 4)Merapikan area 5)Merapikan hasil kerja 6)Memberi salam 7)Ucapan terimakasih 8)Memuji teman 9)Memuji hasil kerja teman 10)Memberikan pendapat atas hasil karya sendiri
1)Melompat 2)Menangkap 3)Melempar 4)Titian balok 5)Angkat tangan 6)Angkat kaki 7)Meronce 8)Mewarnai 9)Menempel 10)Menggambar
394
RIWAYAT HIDUP
HENDRA SOFYAN, dilahirkan di kota Sungai Penuh
Propinsi Jambi pada tanggal 5 Mei 1965, putra ke empat
dari sepuluh bersaudara, pasangan almarhum H. BUSTAMI
RAJO INDO SUTAN dan Hj. SYAMSUNIAR.
Menamatkan pendidikan Sekolah Dasar pada tahun
1979 di SD Negeri Nomor 8 Sungai Penuh di Kabupaten Kerinci Propinsi
Jambi, Sekolah Umum Tingkat Pertama pada tahun 1982 di SMP negeri 1
Sungai Penuh, kemudian pada tahun 1982 melanjutkan pendidikan ke
Sekolah Menengah Atas pada SMA Negeri 1 Sungai Penuh dan tamat pada
tahun 1985. Pada tahun 1985 melanjutkan pendidikan di Universitas Jambi
di Propinsi Jambi dan diterima melalui Proses Penelusuran Minat dan
Kemampuan (PMDK) pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Jurusan
Bimbingan dan Konseling program S1, dan tamat pada tahun 1990.
Diwaktu proses pendidikan mendapat beasiswa Ikatan Dinas, maka
setelah menamatkan pendidikan, kemudian diangkat menjadi Pegawai Negeri
Sipil di Universitas Jambi dan mengabdi sebagai dosen pada tahun 1991
sampai sekarang.
Pada Tahun 1995 mendapat kesempatan mengikuti Program
Pascasarjana di Universitas Padjadjaran Bandung pada Program Studi S2
Psikologi, Bidang kajian Utama Psikologi Perkembangan, dan tamat pada
tahun 1999.
Pada tahun 1998, menikah dengan Evita Anggereini seorang dosen
Universitas Negeri Padang, yang telah pindah ke Universitas Jambi, yang
sekarang juga sedang mengambil Program Doktor di UNJ pada Jurusan
PKLH. dan Alhamdulilah sekarang telah dikaruniai dua orang putri yang
pertama bernama Syafira Anggi Sofyan, kini berusia 14 tahun, saat ini
sedang menempuh pendidikan di SMP Islam Terpadu Al-Azhar Kemang
395
Pratama Bekasi, kelas IX. Putri kedua bernama Hany Anggi Sofyan, yang
kini berusia 12 tahun, sekarang sedang menempuh pendidikan di SMP Islam
Terpadu Al-Azhar Kemang Pratama Bekasi, kelas VII.