perkembangan agama buddha di india

29
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Agama budha adalah salah satu agama besar di dunia. Hampir di seluruh dunia ada pengikut agama Budha, terutama karena persebaran orang Cina di dunia yang notabene beragama Budha. Cakupan persebarannya juga amat luas. Negara di kawasan Asia Timur hampir semua penduduknya beragama Budha meskipun dalam aliran atau sekte tidak sama. Atau mungkin tidak memeluk agama Budha, tetapi budaya dan nilai-nilai yang dipakai masih mengacu pada ajaran sang Budha seperti Konfusius di Cina atau Taoisme di Jepang. Lalu ada Angkorwat, sebuah kawasan di Thailand yang menyajikan kemegahan kuil sebagai penghormatan kepada sang Budha. Sekarang agama Budha tidak hanya didominasi oleh negri Timur. Namun agama Budha juga telah menyebar di negri Barat. Amerika Serikat contohnya, banyak penduduknya yang beralih kepercayaannya ke agama Budha. Sebagai contoh adalah actor Hollywood ternama, Keanu Reeves. Ia telah memutuskan untuk memeluk agama Budha di usia 38 tahun, setelah ia melakukan perjalanan wisata ke Cina dan Thailand. Agama Budha adalah agama yang mengajarkan konsep kesederhanaan dalam hidup serta pelepasan diri dari penderitaan (dukkha). Hal ini didasarkan pada dhamma sang Budha yang ia peroleh lewat perjalanan spiritualnya hingga ia mendapat pencerahan. Konsep agama Budha hampir sama seperti konsep zuhud atau tasawuf dalam agama Islam. Maka 1

Upload: fiedha-zi

Post on 30-Jul-2015

357 views

Category:

Documents


8 download

DESCRIPTION

Perkembangan Agama Buddha di Asia Selatan

TRANSCRIPT

Page 1: Perkembangan Agama Buddha di India

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Agama budha adalah salah satu agama besar di dunia. Hampir di seluruh dunia ada

pengikut agama Budha, terutama karena persebaran orang Cina di dunia yang notabene

beragama Budha. Cakupan persebarannya juga amat luas. Negara di kawasan Asia Timur

hampir semua penduduknya beragama Budha meskipun dalam aliran atau sekte tidak

sama. Atau mungkin tidak memeluk agama Budha, tetapi budaya dan nilai-nilai yang

dipakai masih mengacu pada ajaran sang Budha seperti Konfusius di Cina atau Taoisme di

Jepang. Lalu ada Angkorwat, sebuah kawasan di Thailand yang menyajikan kemegahan

kuil sebagai penghormatan kepada sang Budha.

Sekarang agama Budha tidak hanya didominasi oleh negri Timur. Namun agama

Budha juga telah menyebar di negri Barat. Amerika Serikat contohnya, banyak

penduduknya yang beralih kepercayaannya ke agama Budha. Sebagai contoh adalah actor

Hollywood ternama, Keanu Reeves. Ia telah memutuskan untuk memeluk agama Budha di

usia 38 tahun, setelah ia melakukan perjalanan wisata ke Cina dan Thailand.

Agama Budha adalah agama yang mengajarkan konsep kesederhanaan dalam hidup

serta pelepasan diri dari penderitaan (dukkha). Hal ini didasarkan pada dhamma sang

Budha yang ia peroleh lewat perjalanan spiritualnya hingga ia mendapat pencerahan.

Konsep agama Budha hampir sama seperti konsep zuhud atau tasawuf dalam agama

Islam. Maka tak jarang agama Budha dianggap sebagai refleksi dan koreksi bagi

kehidupan sekuler yang telah menjadi gaya hidup orang Barat.

Sang Budha sendiri lahir, menyebarkan agama Budha dan meninggal di India. Jadi

dapat dikatakan bahwa agama Budha lahir di India. Dalam perkembangan selanjutnya,

Budha berkembang pesat terutama pada saat pemerintahan raja Asoka dari dinasti

Maurya. Pada masa pemerintahan raja Asoka, banyak ditulis kitab-kitab dan prasasti

berkenaan dengan agama Budha, serta dibangun monumen-monumen untuk mengenang

sang Budha, contohnya bangunan stupa raksasa di Sanchi. Agama Budha juga menjadi

agama resmi kerajaan Gupta saat itu.

Namun, seiring berjalannya waktu agama Budha mengalami perkembangan.

Perkembangan yang dimaksud adalah munculannya aliran-aliran baru. Sebagai contoh

munculnya aliran teravada di kawasan Asia Tenggara, disamping aliran Mahayana dan

1

Page 2: Perkembangan Agama Buddha di India

Hinayana yang berkembang di India ke Utara. Agama Budha juga mengalami sinkretisasi

dengan budaya lokal.

Untuk mengetahui sejarah awal agama Budha dan ajaran-ajaran Budha, maka

penulis menyusun makalah dengan judul Perkembangan Awal Agama Budha di Asia

Selatan (India).

1.2 Rumusan Masalah

Masalah yang akan dibahas dalam makalah ini meliputi :

a. Bagaimanakah keadaan agama di Asia Selatan sebelum sang Buddha lahir?

b. Bagaimanakah sejarah kelahiran sang Budha Gautama?

c. Bagaimanakah sang Budha mendapat pencerahannya?

d. Konsep apa yang didhammakan Budha pada murid-muridnya?

e. Bagaimanakah proses kemangkatan sang Buddha?

f. Bagaimanakah keadaan agama di India sepeninggal sang Buddha?

2

Page 3: Perkembangan Agama Buddha di India

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Keadaan agama di India sebelum kelahiran sang Buddha.

Sebelum lahirnya sang Buddha di India, bukan berarti tidak ada kepercayaan yang

berkembang di India. Sebelum Buddha lahir dan berkembang di India sudah terlebih dulu

muncul agama Brahmanisme. Brahmanisme adalah agama yang menekankan pada

pemujaan terhadap para dewa yang berupa gejala alam, sebagai pancaran dari kekuasaan

Dyauspitar yang Maha Tunggal. Hal ini mirip dengan konsep dewa ala Yunani yang

memiliki tiga dewa utama yakni Zeus (Dewa Petir), Hades (Dewa dunia hitam), dan

Poseidon (Dewa Laut).

Brahmanisme percaya bahwa segala kejadian alam semesta dikendalikan oleh

dewa. Dan setiap benda atau gejala alam mempunyai penguasa tersendiri. Namun, dari

beberapa dewa penguasa alam tersebut mempunyai satu pemimpin yakni Dyaupitsar yang

Maha Tunggal. Beberapa contoh dewa dalam Brahmanisme antara lain dewa Surya

(matahari), dewa Agni (api), dewa Indra (halilintar).

Gambar 1.1 Dari kiri ke kanan : Dewa Indra, dewa Surya

Sumber : www.google.co.id

2.2 Sejarah kelahiran Sang Buddha

2.2.1 Keluarga Sang Buddha

Dikisahkan bahwa Sang Buddha adalah keturunan dari raja-raja. Pada zaman

dahulu, daerah Majjhima1 yang dihuni oleh suku bangsa Ariyaka yang datang dari

Utara Pegunungan Himalaya. Di daerah lereng pegunungan Himalaya inilah terletak

sebuah kerajaan bernama Sakka. Nama Sakka sendiri diambil karena di sekitar

kerajaan tersebut banyak terdapat pohon Sakka.

1 Daerah Mijjhima sekarang terletak di bagian tengah negara India. 3

Page 4: Perkembangan Agama Buddha di India

Raja Sakka, raja Okaka, mempunyai empat orang putra (Okkamukha, Karanda,

Hatthinika, dan Sinipura) dan lima orang putri. Ketika sang Ratu meninggal dunia,

Raja Okaka memutuskan untuk menikah lagi dengan seorang gadis yang kemudian

melahirkan seorang anak laki-laki. Karena merasa senang, Raja Okaka-pun

mengucapkan janji kepada sang Ratu (baru) tersebut untuk meluluskan setiap

permohonannya. Tanpa disangka, sang Ratu memohon agar putra yang baru ia

lahirkan tersebut diangkat sebagai putra mahkota. Tentu hal ini akan menimbulkan

polemic bagi keempat putra Raja dari Ratu yang sebelumnya.

Karena ucapan seorang raja tidak dapat diganggi gugat, maka Raja

menyiasatinya dengan menyuruh keempat putra dan kelima putri mereka untuk pergi

membangun negri baru. Kesembilan putra dan putri raja tersebut memilih kerajaan

baru mereka di daerah yang banyak ditumbuhi pohon Sakka dan dihuni oleh seorang

pertapa bernama Kapila. Oleh karena itu, daerah hunian baru tersebut juga dikenal

dengan nama Kapilavatthu2 (Widyadharma, 1999: 2).

Gambar 2 Daerah Kapilavatthu atau sekarang disebut sebagai Kapilawastu (sumber : www. dhammadwipa.com )

Pada saat itu dikenal tradisi menikah dengan saudara sendiri. Keempat

pangeran tersebut akhirnya menikahi keempat saudarinya. Sedangkan satu orang

putri yang tersisa menikah dengan seorang raja dari Devadaha. Suatu ketika, raja

yang memerintah Kapilavatthu adalah raja Jayasena. Sepeninggal raja Jayasena ia

digantikan oleh putranya bernama raja Sîhahânu yang menikah dengan putri

Kancanâ, adik dari raja Devadaha, Anjâna. Raja Sîhahânu dan putri Kancanâ,

dikaruniai lima orang putra yaitu Suddhodana,Sukkodana, Amitodana, Dhotodana,

dan Ghanitodana.

Raja Sîhahânu mempunyai adik perempuan bernama putri Yasodhara. Ia

kemudian menikah dengan raja Anjâna dari Devadaha. Mereka dikaruniai empat

orang anak, dua orang putra bernama Suppabudha dan Dandapani serta dua orang

2 Vatthu berarti tempat. Kapilavatthu berarti tempat Kapila.4

Page 5: Perkembangan Agama Buddha di India

putri bernama Maya dan Pajapati atau Gotami. Setelah raja Sîhahânu wafat, ia

digantikan oleh anaknya raja Sudhodana. Raja Sudhodana kemudian menikahi

sepupunya sendiri putri Maya dan putri Pajapati, anak bibinya putri Yasodhara. Dari

pernikahan dengan ratu Maya inilah lahir seorang anak yang nantinya akan menjadi

Sang Buddha.

Raja Okaka (Raja kerj.Sakka)

Ratu (wafat) Ratu

4 orang putra + 5 orang putrid Pangeran kecil (putra mahkota)(kerj. Sakka)

Kerajaan Kapilavatthu

Raja Jayasena

Raja Sihahanu + adik raja Anjana Putri Yasodhara + raja Anjana

5 orang putra 4 orang anak (2 putra, 2 putri)(,Ghanitodana. Sukkodana, Amitodana, (Suppabudha, Dandatani dan Maya dan Pajapati)Dhotodana, dan Suddhodana )

Sudhodana + Ratu Maya (putri Pajapati)

Siddhatta Gotama

Gambar 3 Bagan silsilah Siddhatta Gotama yang merupakan keturunan suku Sakaya

2.2.2 Kelahiran Sang Buddha

Meskipun raja Sudhodana dan ratu Maya telah menikah mereka berdua belum

juga dikaruniai anak hingga usia ratu Maya mencapai 45 tahun. Suatu metika, ratu

Maya mengikuti rangkaian acara perayaan Asalha. Sewaktu malam harinya, ratu

Maya bermimpi bahwa empat orang dewa Agung telah membawanya ke Himavâ

(Gunung Himalaya) dan meletakkannya dibawah pohon Sala. Kemudian istri dewa-

dewa tersebut memandikannya di dana Anotta dan memberinya pakaian seperti yang

dipakai oleh para dewa. Selanjutnya ratu dibawa ke istana emas dan direbahkan di

sebuah ranjang yang bagus sekali. Di tempat itulah terdapat seekor gajah putih yang

memegang sekuntum bunga teratai di belalainya, mengelilingi ranjang sebanyak tiga

kali kemudian memasuki perut ratu Maya sebelah kanan.

5

Page 6: Perkembangan Agama Buddha di India

Keesokan harinya, rtatu Maya memberi tahu raja perihal mimpinya. Raja

kemudian memanggil brahmana untuk menanyakan arti dari mimpi tersebut.

Brahman tersebut mengatakan bahwa arti dari mimpi tersebut adalah bahwa ratu

akan melahirkan seorang bayi laki-laki yang kelak akan menjadi Cakkavati (raja dari

segala raja) atau seorang Buddha. Memang sejak saat itu ratu Maya dinyatakan

hamil. Dikisahkan bahwa ratu Maya mampu melihat bayi yang dikandungnya duduk

bersila dengan muka menghadap ke depan ((Widyadharma, 1999: 4).

Sepuluh bulan kemudian, sesuai tradisi pada masa itu, ratu Maya meminta izin

untuk mengunjungi orang tuanya di Devadaha. Ia bermaksud untuk melahirkan

anaknya di rumah ibunya. Sewaktu ratu dan rombongannya mendekati daerah yang

disebut dengan Taman Lumbini, ratu Maya merasakan sakit yang luar biasa sebagai

tanda kelahiran. Akhirnya dayangnya memutuskan untuk berhenti di taman tersebut.

Dibawah naungan pohon Sala dan para dayang ratu Maya melahirkan seorang anak

laki-laki yang nantinya akan menjadi sang Buddha. Saat itu adalah bulan purnama di

bulan Mei (Vesaka/Vaisak) di tahun 563 SM (Denny Wijaya, 2008:4).

Dikisahkan bahwa ketika sang bayi lahir, ia dimandikan oleh empat Maha

Brahma dengan air suci. Lalu bayi tersebut berdiri tegak dan berjalan tujuh langkah

diatas tujuh kuntum bunga teratai ke arah utara. Setelah berjalan tujuh langkah sang

bayi kemudian mengucapkan kalimat :

“Aggo ‘ham asmi lokassa “Akulah pemimpin dalam dunia ini

Jettho ‘ham asmi lokassa Akulah tertua dalam dunia ini

Settho ‘ham asmi lokassa Akulah teragung dalam dunia ini

Ayam antima jāti Inilah kelahiranku yang terakhir

Natthi dāni punabhavvo Tak akan ada tumimbal lahir lagi 3

3 Baca S. Dhammika, Venerable.1990.Dasar Pandangan Agama Budha. Terjemahan oleh Arya Tjahjadi. 1994. Surabaya : Yayasan Dhammadipa Arama Surabaya. Halaman. 6.

6

Page 7: Perkembangan Agama Buddha di India

Gambar 4 Pohon Sala di taman Lumbini yang diyakini sebagai tempat lahirnya sang Buddha (sumber : www.dhammadwipa.com )

2.2.3 Ramalan Asita dan Upacara Pemberian Nama

Pada saat kelahiran sang Buddha, seorang pertapa di Himalaya yang bernama

Asita yang juga merupakan guru dari raja Sudhodana, terhenyak karena ia mendapat

petunjuk bahwa lahirlah seorang anak laki-laki yang kelak akan menjadi Buddha.

Asita bergegas menemui anak laki-laki tersebut. Setelah melihat adanya 32 tanda

dari seorang Mahāpurisa (orang besar), alih-alih bayi tersebut hormat kepada Asita

malah Asita yang memberi hormat kepada bayi laki-laki tersebut. Melihat sang guru

memberi hormat kepada putranya, raja Sudhodana mengikuti sang guru Asita.

Pertapa Asita tertawa kemudian menangis. Raja Sudhodana menanyakan sikap

gurunya tersebut. Pertapa Asita menjawab bahwa kelak sang anak akan menjadi

Buddha, namun karena usia pertapa Asita yang pendek sehingga ia tidak bisa

mendengar ajaran sang Buddha. Pertapa Asita menerangkan bahwa sang pangeran

akan menjadi seorang Buddha apabila ia melihat empat hal :

a. Orang tua

b. Orang sakit

c. Orang mati. dan

d. Pertapa suci.

Lima hari setelah kelahiran sang Buddha, raja Sudhodana mengumpulkan

seluruh sanak familinya dan para Brahmana untuk merayakan kelahiran putranya

sekaligus sebagai upacara pemberian nama kepada sang bayi. Lalu dipilihlah sebuah

nama yaitu Siddhatta (Sidharta) yang berarti tercapailah segala cita-citanya.

Karena nama marganya adalah Gottama (Gautama) maka nama lengkapnya adalah

7

Page 8: Perkembangan Agama Buddha di India

Siddhatta Gotama. Tujuh hari setelah kelahiran Siddhatta Gotama, ratu Maya yang

merupakan ibunya wafat.

Mengenai tahun kelahiran sang Buddha, sampai saat masih terdapat berbagai

perbedaan. Terutama di kalangan penganut aliran-aliran Buddha. Menurut tradisi

Theravada, tahun kelahiran sang Buddha adalah 623 SM atau 624 SM. Namun,

banyak peneliti yang memakai patokan angka 560 SM. Sejalan dengan penelitian

yang dilakukan oleh ilmuwan Barat dan para bhikku, kemungkinan besar Sidhatta

Gautama lahir pada tahun 563 SM4. Hal ini didasarkan pada penelitian Profesor

Wilhelm Geiger sekitar tahun 1907 tentang Mahavamsa5. Professor Wilhelm Geiger

menemukan adanya ketidaksesuaian dengan masa raja Asoka. Terdapat selisih 60

tahun dengan budhis Era. Sehingga perkiraan awal para ahli yang menyebut angka

623 SM sekarang beralih ke angka 563 SM.

Kisah kelahiran Sang Buddha pun diwarnai beberapa versi. Versi pertama

lebih mendekati legenda daripada versi sejarah. Sedangkan menurut versi sejarah,

sang Buddha dipandang sebagai seorang manusia, manusia sebagai guru spiritual. Di

dalam Tipitaka Pali sendiri, hanya ditulis mengenai kejadian-kejadian yang dialami

oleh sang Buddha. Pada masa-masa awal wafatnya sang Buddha, kitab otobiografi

sang Buddha masih dirasa belum dibutuhkan. Karena pada masa ini, informasi

tentang sang Buddha masih bisa diketahui orang-orang yang mengenal sang Buddha.

Atau dengan kata lain belum ada tradisi menulis peristiwa sejarah atau kehidupan

seseorang. Mereka hanya mengandalkan tradisi lisan untuk menceritakan kisah sang

Buddha. Namun seiring berjalannya waktu, tradisi lisan ini mulai memunculkan

legenda-legenda tentang sang Buddha. Orang pertama yang membuat riwayat hidup

sang Buddha adalah Mahavastu. Sayangnya, riwayat hidup sang Buddha yang ia

tulis bercampur baur antara fiksi dan kenyataan, sejarah dan legenda. Tulisan lain

dalam Lalitavistara bahkan dilebih-lebihkan. Riwayat sang Buddha yang dapat

diterima selanjutnya adalah karya Asvagosha yakni Buddhacarita. Karena karya-

karya selanjutnya didasarkan pada tulisan-tulisan terdahulu sehingga unsur mitos

dan fiksi masih melekat kuat. Namun, cerita sang Buddha yang dipakai sebagai

acuan hingga saat ini adalah kisah yang terdapat pada Tipitaka.

2.3Perjalanan Sang Buddha hingga mencapai pencerahan4 Baca, S. Dhammika, Venerable.1990.Dasar Pandangan Agama Budha. Terjemahan oleh Arya Tjahjadi. 1994.

Surabaya : Yayasan Dhammadipa Arama Surabaya. Halaman. 241.5 Mahavamsa adalah catatan sejarah Mahavira di Anuradhapura, pusat dari Teravada.

8

Page 9: Perkembangan Agama Buddha di India

2.3.1 Kemewahan : Masa kecil, pendidikan dan kehidupan rumah tangga

Masa kecil Siddhatta dipenuhi dengan kemewahan dan kasih sayang. Raja

Sudhodana mengkondisikan putranya tersebut agar tidak keluar dari istana. Ia

membuatkan istana yang indah untuk putranya. Karena berharap Siddhatta menjadi

penerusnya bukan Buddha, maka raja melarang putranya untuk keluar dari istana

tanpa pengawalan khusus. Raja Sudhodana takut Siddhatta akan melihat empat

peristiwa yang diramalkan oleh pertapa Asita di luar istana. Setelah Siddhatta

menikah dengan putri Yasodhara (sepupu Siddhatta anak pamannya raja

Suppabudha dari Devadaha), untuk pertama kalinya ia pergi keluar istana.

Mengenai masalah pendidikan, menurut gurunya Visvamitta, Siddhatta

adalah anak yang cerdas. Seluruh pelajaran dengan cepat ia kuasai sehingga dalam

waktu singkat tidak ada lagi hal yang perlu diajarkan pada pangeran Siddhatta.

2.3.2 Melihat empat peristiwa

Siddhatta merasa tidak bahagia dengan cara hidup seperti tawanan dan jauh

dari kehidupan luar. Siddhatta pun memohon kepada ayahnya untuk diizinkan pergi

keluar istana dengan alasan untuk melihat rakyat yang nantinya ia perintah. Karena

alasan tersebut masuk akal, akhirnya sang raja pun mengabulkan. Namun, sebelum

Siddhatta keluar untuk melihat kehidupan rakyat, raja Sudhodana memerintahkan

seluruh negri untuk menghias rumah mereka. Tujuannya adalah agar Siddhatta

tidak melihat empat peristiwa seperti yang diramalkan oleh pertapa Asita.

Siddhatta pun keluar istana dengan ditemani para pengawalnya. Kemudian

tanpa diprediksi oleh raja dan pengawalnya, muncullah empat peristiwa seperti

yang diramalkan oleh pertapa Asita.

a. Saat berjalan-jalan tiba-tiba muncullah seseorang dari gubug kecil.

Rambutnya sudah tua, kulitnya keriput dengan badan yang bungkuk.

Siddhatta yang memang kehidupannya terasing tidak mengetahui hal ini. Ia

pun bertanya kepada pengawalnya tentang orang yang dilihatnya. Sang

pengawal menceritakan bahwa orang yang dilihatnya adalah orang tua.

Keaadaan manusia tidak sama ketika ia dilahirkan. Siddhatta merasa sedih

dan meminta pulang ke istana. Darisinilah ia mulai merenung.

b. Selang beberapa hari, Siddhatta meminta izin agar raja Sudhodana

membiarkan Siddhatta keluar istana lagi. Tapi kali ini tanpa memberi tahu

pada rakyat. Raja Sudhodana pun mengabulkannya meskipun dengan berat

hati. Sampai akhirnya Siddhatta melihat orang yang merintih kesakitan di 9

Page 10: Perkembangan Agama Buddha di India

jalan karena demam pes. Merasa kasihan Siddhatta menghampiri orang

tersebut dan bertanya kepada pengawal apa yang bisa dibuatnya untuk

mengurangi rasa sakit orang tersebut. Pengawalnya mengatakan bahwa

tidak ada yang bisa diperbuat Siddhatta untuk mengurangi rasa sakit orang

tersebut. Siddhatta merasa sedih dan memutuskan kembali ke istana.

c. Beberapa hari kemudian, Siddhatta kembali meminta izin untuk melihat-

lihat kota Kapilavatthu. Raja Sudhodana merasa sudah tidak ada gunanya

lagi melarang. Ia pun membiarkan putranya keluar istana. Di perjalanan,

Siddhatta menemui iring-iringan manusia dengan membawa usungan

seorang manusia yang tidak bergerak. Usungan tersebut kemudian dibawa

ke tepi sungai dan diletakkan di atas tumpukan kayu, kemudian dibakar.

Siddhatta pun heran karena ada manusia yang dibakar tanpa menjerit-jerit

kepanasan. Siddhatta bertanya kepada pengawal apa yang terjadi. Pengawal

tersebut mengatakan bahwa yang dilihat Siddhatta adalah orang mati.

Siddhatta kaget bukan kepalang mendengar pernyataan sang pengawal

bahwa seluruh makhluk ada saatnya termasuk dirinya akan meninggal

dunia. Siddhatta pun kembali untuk merenung.

d. Pada kunjungannya yang keempat, Siddhatta sedang berteduh di bawah

pohon Jambu. Kemudian ia melihat pertapa yang sedang membawa

mangkuk datang menghampirinya. Siddhatta kemudian menanyakan

mangkuk yang sedang dipegang oleh sang pertapa. Pertapa itu menjelaskan

bahwa ia sedang mencari obat agar tidak tua, sakit ataupun mati. Mangkuk

yang ia pegang adalah untuk memohon makanan dari welas asih orang lain.

Pertapa itu juga mengatakan bahwa ia sedang tidak menginginkan hal-hal

yang berbau keduniawian.

Tak lama setelah itu datanglah seorang utusan yang membawa kabar bahwa

putri Yasodhara telah melahirkan seorang anak laki-laki dari pangeran

Siddhatta. Bukannya gembira muka pangeran Siddhatta malah tampak pucat.

Kemudian ia berkata

Rahulajāto, bandhanam jātani

(satu jerat telah terlahir, satu ikatan telah terlahir)

2.3.3 Siddhatta meninggalkan istana10

Page 11: Perkembangan Agama Buddha di India

Setelah kelahiran putranya, Siddhatta lebih banyak merenung. Akhirnya

Siddhatta meminta izin untuk melakukan perjalanan meninggalkan istana. Alasan

Siddhatta adalah untuk mencari obat untuk menyembuhkan orang agar orang tidak

tua, sakit atau mati. Raja tidak mengizinkan Siddhatta keluar dari istana. Namun

tekad Siddhatta telah bulat.

Pada saat semua orang terlelap, Siddhatta menyelinap keluar istana dengan

ditemani oleh pengawal setianya, Channa. Setelah menyeberangi sungai Anoma,

Siddhatta melepas seluruh pakaian dan perhiasannya kemudian menyerahkannya

pada Channa. Ia menukar pakaiannya dengan pakaian yang biasa dipakai seorang

bhikku yakni jubah luar, jubah dalam, kain bawah, ikat pinggang, mangkuk

makanan, pisau, jarum, dan saringan air.

Sang pengawal, Channa pulang kembali ke istana dengan membawa pakaian,

perhiasan dan kuda sang pangeran Siddhatta. Seluruh kerajaan bersedih mendengar

kepergian sang pangeran.

2.3.4 Mencapai Pencerahan Agung

Setelah kehidupan awalnya yang penuh kemewahan di bawah perlindungan

ayahnya, raja Kapilavastu (kemudian hari digabungkan pada kerajaan Magadha),

Siddharta melihat kenyataan kehidupan sehari-hari dan menarik kesimpulan bahwa

kehidupan nyata, pada hakekatnya adalah kesengsaraan yang tak dapat dihindari.

Siddharta kemudian meninggalkan kehidupan mewahnya yang tak ada artinya lalu

menjadi seorang pertapa. Kemudian ia berpendapat bahwa bertapa juga tak ada

artinya, dan lalu mencari jalan tengah (majhima patipada ). Jalan tengah ini

merupakan sebuah kompromis antara kehidupan berfoya-foya yang terlalu

memuaskan hawa nafsu dan kehidupan bertapa yang terlalu menyiksa diri.

Perjalanan Siddhatta dimulai dari sungai Anoma ke daerah Rajagaha yang

diperintah oleh raja Bimbisara. Sidhatta memulai kegiatannya untuk meminta-minta

makanan kepada orang-orang. Sidhatta meneruskan perjalanan hingga ke tempat

pertapaan bernama Alara Kalama. Di tempat ini, pangeran Siddhatta belajar

bermeditasi dan pengertian hukum Kamma oleh seorang pertapa yang bernama

Alara Kalama. Karena merasa belum menemukan obat untuk menyembuhkan orang

tua, sakit, ataupun mati, Siddhatta kemudian melanjutkan perjalanan ke pertapaan

Udakka-Ramaputra. Dalam waktu singkat, Siddhatta mampu menguasai ilmu

meditasi yang diajarkan oleh Udakka-Ramaputra. Siddhatta sempat tinggal agak

11

Page 12: Perkembangan Agama Buddha di India

lama di pertapaan Udakka-Ramaputra ini untuk membina murid-murid baru dalam

jumlah yang cukup banyak.

Perjalanan Siddhatta diteruskan ke daerah bernama Senanigama, di Uruvela6.

Disinilah Siddhatta bersama kelima pertapa lain yakni, Bhaddiya, Vappa,

Mahanama, Asaji dan Kondanna berlatih dalam berbagai cara penyiksaan diri

seperti menjemur diri di bawah terik matahari, berendam di sungai dalam waktu

yang lama, mencoba berhenti bernapas, berpuasa tidak makan apa-apa sampai

berhari-hari atau mengurangi makannya dengan memakan beberapa butir nasi

setiap harinya. Latihan ini membuatnya lemah dan tidak mampu beraktivitas.

Gambar 5. berbagai bangunan didirikan di Bodgaya untuk mengenang persinggahan sang Buddha dalam

menggapai pencerahan agung ,dari kiri ke kanan : Big Budha statue, Mahabodhi Temple, Lying Budha Statue (sumber : www.dhammadwipa.com )

Ia pun memperoleh suatu pengertian bahwa untuk mencapai penerangan

agung, ia tidak boleh memutus tali kehidupan dengan menyiksa diri terlalu keras. Ia

berpendapat bahwa untuk mencapai suatu penerangan agung seseorang tidak boleh

menarik terlalu keras atau terlalu kendur tali kehidupannya (nafsu). Kelima pertapa

yang menyertainya menyangka bahwa Siddhatta telah kembali menuju jalan

kemewahan.

6 Sekarang terkenal dengan nama Bodgaya.12

Page 13: Perkembangan Agama Buddha di India

Gambar 6 Penggambaran Siddhatta setelah mencapai pencerahan agung (sumber : www.dhammadwipa.com )

Perjalanan Siddhatta dilanjutkan ke daerah bernama Gaya. Ia memutuskan

untuk beristirahat sekaligus bermeditasi di bawah pohon Bodhi dengan wajah

menghadap ke Timur. Dalam meditasinya kali ini setidaknya Siddhatta mencapai

tiga tingkatan menuju pencerahan agung, yaitu :

a. Anapanasati, yaitu meditasi dengan menggunakan objek keluar dan masuknya

nafas.

b. Cucupapatanana, yaitu kebijaksanaan untuk melihat dengan terang kematian

dan tumimbal lahir kembali dari makhluk-makhluk sesuai dengan tumpukan

karma mereka masing-masing.

c. Asavakkhayanana, kebijaksanaan yang dapat menyingkirkan secara

menyeluruh semua Asava (kotoran batin yang halus sekali).

Demikianlah Pangeran Siddhatta mencapai pencerahan agung pada usia 35

tahun sebagai seorang Buddha (ia yang sadar).

Gambar 7. Pohon bodhi, tempat Siddhatta mencapai pencerahan agung (sumber : www.dhammadwipa.com )

2.4 Ajaran Budha yang didhammakan oleh Sang Buddha

Buddha Gautama pertama kali mendhammakan ajarannya di Taman Rusa,

Benares. Di Benares, sang Buddha bertemu kembali dengan kelima pertapa yang dulu

13

Page 14: Perkembangan Agama Buddha di India

menemaninya. Di taman inilah sang Buddha memberikan khotbah pertamanya yang

dikenal dengan Dhammacakkapavattana Sutta (Khotbah Pemutaran Roda Dhamma).

Darisinilah kemudian terbentuk Sangha/Bhikku Sangha (perkumpulan bhikku yang nanti

akan meneruskan dhamma sang Buddha).

Gambar 8 Taman Rusa, Benares. Tempat Buddha mengucapkan khotbah pertamanya (sumber : www.dhammadwipa.com )

Inti dari seluruh ajaran Buddha adalah empat kebenaran mulia (cattari ariya

sacca). Dengan mengerti empat kebenaran mulia maa dapat dikatakan bahwa seseorang

telah mengerti agama Buddha.

a. Dukkha ariya sacca, yakni sebuah kebenaran bahwa dalam hidup seseorang senantiasa

beorientasi untuk menghindari penderitaan (dukkha) menuju ke kebahagiaan.

Penderitaan hidup yang dimaksud Buddha disini adalah penderitaan jasmani berupa

sakit badan dan penderitaan jasmani berupa penyakit hati seperti iri, dengki, dusta,

putus asa dsb.

b. Dukkha samudaya ariya sacca, yakni kebenaran tentang penyebab penderitaan.

Buddha merumuskan ada dua penyebab penderitaan seorang manusia yakni keinginan

rendah (tanha) dan ketidaktahuan (avija).

c. Dukkha niroda ariya sacca, yakni musnahnya penderitaan. Buddha memerintahkan

seseorang untuk nibban (memadamkan) segala penderitaan. Penderitaan yang

dimaksud adalah keserakahan, keegoisan dsb.

d. Dukkha niroda gamini pattipada, yakni jalan terakhir menuju ke akhir penderitaan dan

jalannya adalah jalan berunsur delapan (Ariya Attangika Magga) yang terdiri dari

delapan tahapan yakni pengertian sejati, pikiran sejati, pembicaraan sejati, tindakan

sejati, penghidupan sejati, daya upaya sejati, kesadaran sejati, pemusatan-pikiran

sejati, nibbana.

14

Page 15: Perkembangan Agama Buddha di India

Empat kebenaran Mulia mempunyai cirri yang khas, yakni pelatihan spiritual bagi

seseorang yang dibutuhkan bagi seluruh kehidupan etis di dunia.

2.5 Kemangkatan sang Buddha

Selama kurun waktu empat puluh tahun kemudian Sang Buddha mengembara di

sebelah utara India7 menyampaikan Dhamma. Biasanya ia ditemani oleh dua siswa

utamanya yakni Sariputta dan Mogallana. Dan dalam dua puluh tahun terakhir dalam

kehidupannya, ditemani oleh sahabatnya Ananda.

Pada usia ke-80 tahun sang Buddha meninggalkan Rajagaha, yang kemudian ini

menjadi perjalanan terakhir sang Buddha. Ia melewati Nalanda, Pataligama, Vesali dan

lainnya. Karena sudah demikian lemah dan renta, sang Budha dalam perjalanannya di kota

Vesali tepatnya di desa Beluva sang Buddha jatuh sakit. Saat itu sedang musim hujan.

Setelah musim hujan reda, sang Buddha meneruskan perjalanan bersama

rombongannya ke arah timur Utara, menuju Kapilavatthu. Ada hal yang menarik berkaitan

dengan perilaku vegetarian yang dilakukan oleh para bhikku. Sebelum sang Buddha

wafat, ada satu makanan terakhir yang disantap oleh sang Buddha yakni disebut dengan

kata Sukkaramadava. Artinya sendiri adala ‘Sukkara’ (babi) sedangkan ‘madava’

(lunak,lembut, lemas) yang mungkin berarti adalah daging babi atau makanan yang

disukai babi—semacam cendawan atau jamur. Mereka yang salah menduga bahwa sang

Buddha adalah vegetarian dan khawatir pada tersebarnya hal yang menurut mereka adalah

kemunafikan, maka istilah sukkaramadava diartikan sebagai jamur atau cendawan. Bisa

kita lihat contohnya seperti para bhikku di Tibet yang memang vegetarian, namun

bandingkan dengan Bhikku yang ada di Indonesia khususnya aliran Theravada. Mreka

tetap memakan daging dalam kesehariannya.

7 Agama Budha yang menyebar ke sebelah Utara India ini kemudian dikenal dengan agama Buddha aliran Mahayana (Korea, China, Tibet, Vietnam, Jepang, Sriwijaya/Nusantara).

15

Page 16: Perkembangan Agama Buddha di India

Gambar 9 Tempat mangkatnya sang Buddha, yaitu di Kusinara (sumber: www.dhammadwipa.com )

Tibalah rombongan sang Buddha di sebuah hutan yang ditumbuhi pohon Sala,

tepatnya di daerah Kusinara. Di tempat inilah sang Buddha mangkat dan pada hari

keenam kematian sang Buddha mereka melakukan acara kremasi. Abu sang Buddha

dibagi menjadi delapan dimana setiap bagiannya diletakkan di sebuah stupa besar sebagai

penghormatan kepada sang Buddha. Agama Budha mencapai puncaknya ketika maharaja

Asoka memerintah. Untuk pertama kalinya agama Budha dijadikan sebagai agama negara.

Pada zaman ini juga terjadi konsili Budha ketiga. Banyak bangunan didirikan untuk

menghormati sang Budha, diantara yang terkenal adalah stupa besar di Sanchi.

Gambar 10 Tempat sang Buddha dikremasi (sumber : www.dhammadwipa.com )

2.6 Keadaan agama di Asia Selatan sepeninggal Sang Buddha.

Sepeninggal sang Buddha agama yang berkembang di India adalah agama Jainisme.

Agama Jainisme adalah agama yang disebarluaskan oleh seorang anak laki-laki Sidharta

yang menjadi kepala suku Jnatrika. Sebelum Sidharta mendapat pencerahan sehingga ia

16

Page 17: Perkembangan Agama Buddha di India

menjadi sang Buddha, ia adalah seorang pangeran. Dan, ia pernah menikah dengan

seorang putrid yang bernama putri Yasodhara (sepupu Siddhatta anak pamannya raja

Suppabudha dari Devadaha). Dari pernikahan ini Sidharta mempunyai seorang anak laki-

laki yang sangat setia menemaninya dalam mendhammakan ajaran Buddha ke seluruh

pelosok India.

Menurut ajaran Jainisme, jagad raya ini abadi, tidak mengenal hari kiamat yang

memusnahkan jagad raya. Jagad raya tidak diciptakan maupun dimusnahkan oleh para

dewa yang manapun. Jagad raya berfungsi dengan sendirinya karena hukum alam.

Keberadaannya terbagi menjadi sejumlah daur (siklus) tertentu, yang masing-masing

mencakup masa-masa perkembangan (utsarpini) dan masa kehancuran (avasarpini). (Abu

Su’ud, 1988: 65). Jadi intinya adalah Jainisme menganggap kemusnahan jagad raya

adalah kehendak para dewa. Jagad raya akan musnah setelah melewati beberapa siklus.

Jainisme menganggap manusia haruslah berbuat baik untuk menebus karma yang ia

dapat akibat perbuatan jahatnya di masa lalu. Tujuan akhir manusia ialah nirwana yaitu

tempat kebahagiaan seutuhnya. Jainisme mempercayai reinkarnasi sebagai akibat

seseorang yang harus menebus karmanya dengan perbuatan baik.

17

Page 18: Perkembangan Agama Buddha di India

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Sebelum kedatangan agama Buddha ada satu kepercayaan yang berkembang di

India masa itu yakni Brahmanisme. Brahmanisme adalah agama yang menekankan pada

pemujaan terhadap para dewa yang berupa gejala alam, sebagai pancaran dari kekuasaan

Dyauspitar yang Maha Tunggal. Hal ini mirip dengan konsep dewa ala Yunani yang

memiliki tiga dewa utama yakni Zeus (Dewa Petir), Hades (Dewa dunia hitam), dan

Poseidon (Dewa Laut).

Agama Budha adalah agama yang lahir dan dibawa oleh sang Buddha Gotama.

Sang Buddha sendiri lahir di Taman Lumbini dari seorang ayah bernama raja Sudhodana

dan ratu Maya, keturunan dari suku Sakya yang bermukim di pegunungan Himalaya.

Sebelum menjadi seorang Buddha, Siddhatta Gotama melakukan perjalanan suci untuk

mencapai pencerahan agung. Ia mencapai pencerahannya di bawah pohon Bodhi. Setelah

mencapai pencerahannya ia mendhammakan ajarannya untuk pertama kalinya di Taman

Rusa Benares. Sang Buddha terus mengadakan pengembaraan guna menyebarkan

dhamma ke seluruh umat. Arah perjalannannya adalah ke India Utara sehingga sampai

saat ini daerah tersebut kuat aliran budha Mahayana-nya.

Sang budha mangkat pada usia 80 tahun di Kusinara. Ia dikremasikan dan

abunya dibagi menjadi delapan bagian dimana setiap bagiannya diletakkan di sebuah

stupa besar sebagai penghormatan kepada sang Buddha.

Agama Budha menawarkan empat konsep kebenaran tentang penderitaan atau

apa yang disebut dengan Dukkha. Sang Buddha mengajarkan pelepasan diri dari Dukkha

dengan melepaskan hal yang berbau keduniawian dengan jalan meditasi.

Sepeninggal sang Buddha agama yang berkembang di India kala itu ialah

agama Jainisme. Agama Jainisme adalah agama yang disebarluaskan oleh seorang anak

laki-laki Sidharta yang menjadi kepala suku Jnatrika. Jainisme mengenal sebuah siklus

dalam kehidupan di jagad raya ini. Apabila telah tiba masanya, jagad raya akan

dimusnahkan oleh para dewa. Jainisme juga mempercayai reinkarnasi sebagai proses

seseorang untuk menebus karmanya.

18

Page 19: Perkembangan Agama Buddha di India

DAFTAR RUJUKAN

S. Dhammika, Venerable. 1990. Dasar Pandangan Agama Budha. Terjemahan oleh Arya Tjahjadi. 1994. Surabaya : Yayasan Dhammadipa Arama cabang Surabaya.

Su’ud, Abu. Memahami Sejarah Bangsa-Bangsa di Asia Selatan (Sejak Masa Purba Sampai Masa Kebudayaan Islam). 1998. Jakarta: Depdikbud.

S. Widyadharma, Maha Pandita. 1999. Riwayat Hidup Sang Budha Gotama. Jakarta: Cetiya Vatthu Daya.

Tim Penyusun. 2003. Materi Kuliah Sejarah Perkembangan Agama Budha.Jakarta: CV. Dewi Kayana Abadi.

Wijaya, Deny. 2008. Dawai. Surabaya: Yayasan Dhammadipa Arama cabang Surabaya.

_______.2009. Tempat-Tempat Bersejarah agama Budha di India, (Online), (http://www.dhammadipa.com/gallery/ Budha/tempat bersejarah// , diakses tanggal 18 Oktober 2010).

19