perilaku pencarian informasi anggota dpr ri dari...
TRANSCRIPT
PERILAKU PENCARIAN INFORMASI
ANGGOTA DPR RI DARI KALANGAN ARTIS
DALAM MEMENUHI KEBUTUHAN INFORMASI
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Adab dan Humaniora
Untuk Memenuhi Syarat-syarat Mencapai Gelar Sarjana Strata Satu (S1)
Pada Jurusan Ilmu Perpustakaan
Disusun Oleh :
HERI FERDIANSYAH
NIM : 106025001050
JURUSAN ILMU PERPUSTAKAAN
FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2013 M / 1434 H
PERILAKU PENCARIAN INFORMASI
ANGGOTA DPR RI DARI KALANGAN ARTIS
DALAM MEMENUHI KEBUTUHAN INFORMASI
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Adab dan Humaniora
Untuk Memenuhi Syarat-syarat Mencapai Gelar Sarjana Strata Satu (S1)
Pada Jurusan Ilmu Perpustakaan
Disusun Oleh :
HERI FERDIANSYAH
NIM : 106025001050
JURUSAN ILMU PERPUSTAKAAN
FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2013 M / 1434 H
PERILAKU PENCARTAN INFORMASI
ANGGOTA DPR RI DARI KALANGAN ARTIS
DALAM MEMENUHI KEBUTUHAN INFORMASI
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Adab dab Humaniora
Untuk Memenuhi Syarat-syarat l'Iencapai Gelar Sarjana Strata Satu (Sl)
Pada Jurusan Ilmu Perpustakaan
Oleh
Heri FerdiansyahNIM : 106025001050
Dibarvah Bimbingrn
JURUSAN ILMU PERPUSTAKAAN
FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2013 M 17434II
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi vang be{udul PERTLAKU PENCARTAN INFORMASI ANGGOTADPR RI DARI KALANGAN ARTIS DALAM MEMENUHI KEBUTUHANINF ORMASI telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Adab danHumaniora UIN syarif Hidayatulrah Jakarta pada tanggar 25 September 2013.Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana IlmuPerpustakaan (S.IP) pada Program Studi Ilmu perpustakaan.
Jakafia, 25 September 2013
Sidang Munaqasyah
Ketua Sidang Sekretaris
NIP. 19641215 199903 1 00s
Pembimbing
Penguji II
Alfida. MLISNrP. 1971021s 199903 2001
Penguji I
NrP. 19641215 199903 1 005
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa :
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata 1(S1) di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahrva karya ini bukan hasil karya asli saya
atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di UIN Syar.if Hidayatullah Jakarta.
Ciputat, . September 2013
i Ierdiansyah
PERSEMBAHAN
Untuk Ayahanda dan Ibunda tercinta yang menginginkan anaknya
memperoleh pendidikan yang tinggi sehingga tidak seperti mereka,
untuk almarhum Bapak Drs. Rizal Saiful-Haq, MA.
semoga keinginan beliau akan skripsi ini sudah penulis penuhi
dan
untuk orang-orang yang mau memajukan Pendidikan Ilmu Perpustakaan
Serta
untuk orang-orang yang peduli dengan perbaikan kinerja anggota DPR RI.
Think Right, Do Right, better Right.
Because
Success is My Right “Sukses Adalah Hak Saya”.
i
ABSTRAK
HERI FERDIANSYAH
PERILAKU PENCARIAN INFORMASI ANGGOTA DPR RI DARI
KALANGAN ARTIS DALAM MEMENUHI KEBUTUHAN INFORMASI
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perilaku pencarian informasinya
dan hambatan yang terjadi dalam proses pencarian informasi anggota DPR RI dari
kalangan artis. Penelitian menggunakan metode kualitatif dimana data diperoleh
melalui kajian pustaka, observasi, dan wawancara yang dilakukan penulis dengan
informan yang memahami objek penelitian penulis. Berdasarkan hasil penelitian,
diketahui bahwa kebutuhan informasi anggota DPR RI dari kalangan artis adalah
informasi tentang sosial budaya, ekonomi, perkembangan politik terkini dan isu-
isu nasional lainnya. Serta informasi-informasi lainnya yang mendukung fungsi-
fungsi anggota dewan sesuai masing-masing komisinya. Pencarian informasi
anggota DPR RI dari kalangan artis ini dilakukan dengan mengandalkan staf ahli
masing-masing anggota DPR RI yang berjumlah 2 orang dan 1 orang staf/asisten
pribadi. Ada juga yang mengandalkan staf ahli komisi, sedangkan untuk pencarian
langsung ke perpustakaan menemukan lebih dari 1 anggota DPR RI dari kalangan
artis dan belum ada satupun anggota DPR RI dari kalangan artis yang mencari
informasi ke bidang analisis.Tujuan penggunaan informasi anggota DPR RI dari
kalangan artis yang berhubungan dengan bahan pertimbangan dalam
melaksanakan 3 fungsi DPR (Pengawasan kebijakan pemerintah, bersama-sama
pemerintah membuat anggaran dan membuat undang-undang). Penggunaan
informasi lebih kepada media elektronik (salah satunya internet), media massa
(salah satunya koran), dan literatur (perpustakaan). Hambatan yang dialami para
anggota DPR RI dari kalangan artis pada saat melakukan strategi aktivitas
pencarian informasi umumnya berhubungan dengan waktu untuk menggali
informasi secara mendalam, tapi hal itu dapat diatasi dengan baik melalui
pengalaman-pengalaman sebelumnya.
Keyword: Perilaku Pencarian Informasi, DPR RI, Artis.
ii
KATA PENGANTAR
بسم اهلل الر حمن الر حيم
Alhamdulillah, penulis memuji kepada Allah SWT, meminta pertolongan
kepada-Nya, memohon ampunan-Nya dari segala kekhilafan, serta berlindung
kepada-Nya dari segala kejahatan. Penulis bersaksi tiada Tuhan selain Allah, dan
Muhammad adalah utusan-Nya, semoga shalawat dan salam senantiasa
tercurahkan bagi Nabi Muhammad SAW dan keluarganya serta sahabatnya.
Dialah (Allah SWT) yang senantiasa memberikan kekuatan dan jalan
keluar kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini mengambarkan
beberapa perilaku sebagian anggota DPR RI dari kalangan artis dalam memenuhi
kebutuhan informasinya dengan 3 (tiga) tugas utamamya: membuat undang –
undang, pengawasan terhadap kebijakan pemerintah dan membuat anggaran untuk
dijalankan pemerintah. Penulis menyadari bahwa penelitian ini masih jauh dari
kata “sempurna”. Oleh karena itu, kritik dan saran akan penulis terima dengan
lapang dada demi menambah pengetahuan penulis.
Akhirnya, dalam situasi dan kondisi apapun mudah-mudahan penulis tidak
terlena dan tidak pernah merasa puas dengan apa yang telah penulis
persembahkan. Terima kasih…
Jakarta, September 2013
Penulis
iii
UCAPAN TERIMA KASIH
Sepenuhnya penulis menyadari akan keterbatasan kemampuan yang
dimiliki penulis. Oleh karena itu, lewat ini penulis ingin menyampaikan rasa
terima kasih kepada pihak-pihak yang membantu dan memotivasi penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini. Ucapan terima kasih kepada:
1. Allah SWT yang dengan kuasa-Nya telah kun fayakun skripsi ini.
2. Ayahanda tercinta Sarino dan Ibunda tersayang Karni yang selalu
mendo’akan penulis dalam menuntut ilmu. Bagi mereka berdua semoga Allah
senantiasa melindungi dan meridhoi, baik di dunia sampai di akhirat kelak.
3. Bapak Dr. H. Abdul Wahid Hasyim, M.Ag. selaku Dekan Fakultas Adab dan
Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Bapak Almarhum Drs. Rizal Saiful-Haq, MA., selaku mantan Ketua Jurusan
Ilmu Perpustakaan Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta yang telah mengajarkan materi-materi ilmu perpustakaan dan
memilihkan materi skripsi ini.
5. Bapak Pungki Purnomo, MLIS., selaku Ketua Jurusan Ilmu Perpustakaan
Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah
banyak membantu penulis.
6. Bapak Mukmin Suprayogi, M.Si., selaku Sekertaris Jurusan Ilmu
Perpustakaan Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
sekaligus sebagai pembimbing akademik dan pembimbing Skripsi yang telah
meluangkan waktu untuk membimbing dan mengarahkan penulis.
iv
7. Bapak Drs. Poltak Partogi Nainggolan, MA., Selaku Kepala Bidang
Pengkajian dan Analisis, dan Dra Anita Ariyati, Selaku Kepala Bidang
Perpustakaan yang telah mengijinkan penulis untuk melakukan penelitian.
8. Para anggota DPR RI beserta staf Ahli, khususnya anggota dewan komisi
VIII Fraksi Partai Demokrat Ibu Inggrid Maria Palupi Kansil, S.Sos. serta
stafnya Ibu Indira dan anggota dewan Komisi IX Fraksi Partai Persatuan
Pembangunan Ibu Dra. Hj. Okky Asokawati, M.Si. serta stafnya Ibu Dita
yang telah meluangkan waktunya untuk di wawancara.
9. Lek anto dan Lek Ikhsan yang telah dengan tulus memberikan dukungan
materi dan spiritual.
10. Teman-teman KSR; Ibeh dan angkatan PRG lainnya, Syaiban dan angkatan
BGN lainnya, Feri dan angkatan MDL lainnya, Sonan dan angkatan ARF
lainnya, Fitri dan angkatan ACS lainnya, Nia dan angkatan CJS, Fadil dan
angkatan GCN lainnya serta Vivi dan angkatan LDS lainnya yang selalu
mendukung dan membantu penulis.
11. My best friends, Atenk, Gele, Husni, Ramdani, Qwil, Ipoy, Adit, TB, Opie,
Ika, Arul, Abidin, Rizki, Rahayu, Winda, dan Meta Ariani Putri, serta teman-
teman seperjuangan lainnya yang saling memotivasi serta teman-teman IPI
semua angkatan yang selalu kompak dalam segala sesuatunya.
12. Rental computer Alicia dan Fotocopy Veron yang telah mencetak dan
memperbanyak materi dan skripsi penulis.
13. Seluruh saudara, Dosen dan rekan-rekan penulis serta semua pihak yang tidak
bisa penulis sebutkan satu persatu yang telah memberikan bantuannya kepada
penulis.
v
Akhirnya, hanya kepada Allah SWT. jualah penulis serahkan semua.
Semoga jasa dan amal baik mereka dicatat sebagai amal shaleh yang bernilai
ibadah dan mendapat balasan yang berlipat ganda. Demikian juga semoga dengan
selesainya skripsi ini dapat diambil hikmah dan manfaat.Amiin ya Rabbal ‘Alamin
vi
DAFTAR ISI
ABSTRAK ...................................................................................................... i
KATA PENGANTAR .................................................................................... ii
UCAPAN TERIMA KASIH ........................................................................ iii
DAFTAR ISI ................................................................................................... vi
TABEL ........................................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................................................ 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ............................................ 6
C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian .................................... 7
D. Metode Penelitian .......................................................................... 8
E. Sistematika Penulisan .................................................................... 14
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Informasi ....................................................................................... 16
B. Lembaga, Pekerja dan Pengguna Informasi .................................. 20
1. Lembaga Informasi ................................................................... 20
2. Pekerja Informasi...................................................................... 24
3. Pengguna Informasi .................................................................. 25
vii
C. Perilaku Informasi ......................................................................... 28
1. Aktivitas Kebutuhan Informasi ................................................ 33
2. Aktivitas Pencarian Informasi .................................................. 39
3. Hambatan dalam Pencarian Informasi ...................................... 46
4. Aktivitas Penggunaan Informasi .............................................. 49
D. Penelitian Sebelumnya ................................................................. 51
BAB III GAMBARAN UMUM
A. Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia ............................ 52
1. Sejarah Singkat DPR RI ........................................................... 52
2. Tugas Pokok DPR RI ................................................................ 53
a. Tugas dan Wewenang........................................................... 53
b. Tugas DPR dan Anggota DPR RI ........................................ 55
3. Alat Kelengkapan DPR ............................................................. 56
4. Komisi dan Subkomisi .............................................................. 56
5. Anggota DPR RI dari kalangan Artis ........................................ 60
B. Pusat Pengkajian Pengolahan Data dan Informasi ........................ 62
1. Informasi Umum P3DI ............................................................. 62
a. Sejarah Singkat P3DI ............................................................ 62
b. Visi dan Misi ........................................................................ 63
c. Jenis Pelayanan ..................................................................... 63
d. Yang Berhak Menerima Layanan ......................................... 65
e. Cara Memperoleh Layanan................................................... 66
viii
2. Bidang Pengkajian dan Analisa (PAIS) .................................... 66
a. Bidang Kesejahteraan Sosial ................................................ 66
b. Bidang Politik Dalam Negeri ............................................... 66
c. Bidang Hukum ...................................................................... 68
d. Bidang Hubungan Internasional ........................................... 70
e. Bidang Ekonomi ................................................................... 70
3. Bidang Perpustakaan ................................................................. 71
a. Sejarah Singkat ..................................................................... 71
b. Tugas Pokok dan Fungsi ...................................................... 72
c. Struktur Organisasi ............................................................... 73
d. Koleksi, Pengguna dan Layanan .......................................... 73
e. Peraturan Tata Tertib Perpustakaan DPR RI ........................ 75
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Perilaku Pencarian Informasi Anggota DPR RI dari Kalangan
Artis ............................................................................................... 80
1. Aktivitas Kebutuhan Informasi ................................................ 80
2. Aktivitas Pencarian Informasi .................................................. 83
3. Aktivitas Penggunaan Informasi .............................................. 89
a. Bidang Pengkajian dan Analisis ........................................... 91
b. Bidang Perpustakaan ............................................................ 92
4. Hambatan - Hambatan Pencarian Informasi Anggota DPR RI
dari Kalangan Artis dan Pekerja Informasi ............................. 94
ix
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan.................................................................................... 98
B. Saran .............................................................................................. 100
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
x
DAFTAR TABEL
1. Tabel 1. Data anggota DPR RI dari kalangan artis periode 2010-2014 ...... 09
2. Tabel 2. Information search Process ( Proses Pencarian Information ) ..... 41
3. Tabel 3. Komisi dan Pasangan Kerjanya ( DPR) ……………………........ 55
4. Tabel 4. Data anggota DPR RI dari kalangan artis periode 2010-2014 ...... 59
5. Tabel 5. Informasi yang sedang dibutuhkan .………………………….…. 83
6. Tabel 6. Tujuan kebutuhan informasi ……………………...………….…. 84
7. Tabel 7. Pertanyaan apa saja yang muncul dan ingin ditemukan ………... 86
8. Tabel 8. Perasaan saat menemukan dan tidak menemukan informasi ........ 88
9. Tabel 9. Lama waktu yang dibutuhkan untuk mencari informasi ...…........ 89
10. Tabel 10. Penggunaan informasi anggota DPR RI dari kalangan artis di
P3DI …………………………………………………………….. 90
11. Tabel 11. Saluran dan sumber informasi yang digunakan …………….…... 91
12. Tabel 12. Hambatan dalam pencarian informasi …………...………….…... 93
13. Tabel 13. Hambatan yang membuat berhenti mencari informasi ….….…... 94
14. Tabel 14. Hambatan pencarian informasi dalam ketidaktahuan akan saluran
dan sumber informasi …………………….……...………….…... 95
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Surat tugas menjadi pembimbing
Lampiran 2 : Surat izin penelitian
Lampiran 3 : Surat izin wawancara
Lampiran 4 : Surat keterangan mahasiswa
Lampiran 5 : Profil anggota DPR RI dari kalangan artis
Lampiran 6 : Foto wawancara
Lampiran 7 : Struktur organisasi Sekjen (Sekretariat Jenderal) DPR RI
Lampiran 8 : Dokumen dari bidang PAIS (Pengkajian dan Analisis)
Lampiran 9 : Dokumen dari bidang Perpustakaan
Lampiran 10 : Hasil wawancara
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ribuan, jutaan bahkan lebih dari itu berbagai informasi dalam format laporan,
makalah, artikel majalah, buku dan lain-lainnya sudah ada di perpustakaan, pusat
arsip, dokumentasi dan informasi serta internet. Berbagai informasi itu “siap” untuk
didayagunakan (use) dalam memberikan jasa atau layanan bagi pemakai atau
pengguna (user). Informasi tersebut ada yang tersedia secara cuma-cuma maupun
harus dibeli. Terjadinya banjir atau ledakan informasi menyebabkan pemakai
informasi kesulitan dan kadang dibuat bingung oleh penyedia jasa atau pekerja
informasi dalam memilih dan mendapatkan informasi ataupun jasa layanan yang
sesuai dengan kebutuhannya. Tidak jarang informasi yang didapatkannya itu hanya
sampah dari belantaranya hutan atau banjir informasi. Biasanya pemakai menuntut
layanan informasi “siap pakai” yang cepat, tepat, mudah dan murah serta sederhana.
Sutarno Ns. mengatakan layanan yang baik adalah yang bisa memenuhi
kebutuhan pemakai. Salah satu konsep layanannya adalah mekanismenya cepat, tepat,
mudah, murah, sederhana dan berorientasi kepada pemakai. ... Secara singkat adalah
menyusun mekanisme tentang bagaimana cara agar pemakai memperoleh apa yg
mereka butuhkan.1
1 Sutarno NS., Mengenal Perpustakaan. Cet. 1. (Jakarta: Jala Permata, 2006), h. 34.
2
Layanan perpustakaan atau pusat informasi pada era teknologi informasi,
didominasi oleh media internet. Meskipun demikian, penulis (peneliti) yakin bahwa
masih perlu pemakai menyempatkan diri berkunjung secara fisik ke perpustakaan
atau pusat informasi. Walaupun hanya untuk sekedar bertanya, mendapatkan
referensi/buku, kebutuhan informasi; pendidikan (education); hiburan (entertainment)
dan lainnya.
Kepuasan pemakai pusat informasi dapat dijadikan ”barometer” keberhasilan
suatu pusat informasi. Sehingga pemakai menjadi bagian yang tak terpisahkan dari
suatu sistem informasi. Para ahli informasi berpendapat bahwa pemakai secara tidak
langsung adalah tujuan dari sistem informasi.
Salah satunya Fleming sebagaimana di kutip Ferdi Hidayat secara tegas
mengatakan bahwa pengguna (pemakai) adalah mereka yang menerima manfaat
utama dari suatu sistem informasi yang diciptakan. Suatu pusat informasi dibentuk
dengan tujuan utama untuk memberikan layanan atas kebutuhan informasi
penggunanya. Oleh karena itulah pemahaman mengenai pengguna sangat
diperlukan dalam kaitannya dengan proses interaksi yang terjadi di pusat informasi.2
Dalam kondisi ini Pustakawan, Arsiparis, Dokumentalis dan Pengkaji/Peneliti
serta ahli informasi lainnya, atau disebut juga pekerja informasi perlu memiliki
pengetahuan yang cukup memadai dan dapat saling bekerjasama. Mereka itu
sebaiknya memiliki dan memenuhi sejumlah persyaratan dasar, umum dan khusus,
antara lain: latar belakang pendidikan, pengalaman, wawasan, kemampuan,
2 Ferdi Hidayat, “Karakter Pengguna Perpustakaan,” artikel diakses pada 29 Desember 2010 dari
http://www.fedri-hidayat.co.cc/2009/12/karakter-pengguna-perpustakaan.html
3
keterampilan, kompetensi, dan semangat bekerja atau berusaha, serta mampu
bersaing atau berkompetensi secara sehat. Agar mampu memberikan layanan prima
kepada pemakai.3
Dalam berinteraksi dan bersinergi dengan pemakai, pekerja informasi perlu
mempelajari seluk beluk perilaku pemakainya sebagai wujud dari proses informasi
dan sistem informasi. Diharapkan pekerja informasi mengerti perilaku pencarian
informasi guna memberikan layanan proses informasi dan sistem informasi yang
lebih baik. Sebagaimana pernyataan Chun Wei Choo berikut ini4.
“People actively construct the meaning of information through their thoughts, action, and
feelings. Since individuals typically use information to solve a problem, perform a task, or
increase understanding, the social setting in which the information is encountered determines
it’s value and salience. … a fuller understanding of information seeking as social behavior
helps us to design better information processes and information systems.”
Agar pekerja informasi berhasil menganalisis perilaku informasi mulai dari
kebutuhan, pencarian dan penggunaan informasi. Sehingga perlu dipikirkan
sebelumnya: siapa pemakai yang dilayaninya dan apa-apa saja yang menjadi
kebutuhan mereka, dan bagaimana pencarian informasinya serta kapan saatnya
informasi itu dibutuhkan?
Pustakawan harus dapat mengidentifikasi kebutuhan, keinginan serta cara
pemenuhan kebutuhan pemakai, meliputi: jenis-jenis informasi apa yang dibutuhkan,
untuk siapa informasi itu disediakan, kapan informasi itu disampaikan, di mana
informasi itu didapatkan dan bagaimana cara informasi itu diperoleh atau disajikan.
Artinya pekerja informasi harus berpikir dari sudut pandang pemakai,
3 Sutarno NS., Mengenal Perpustakaan, Cet. 1. (Jakarta: Jala Permata, 2006), h. 40-42.
4 Choo, Chun Wei. et. all. Web Work: Information Seeking and Knowledge Work on the World Wide
Web (London: Kluwer Academic Publisher, 2000), h. 3.
4
sehingga memahami apa yang diharapkan pengguna darinya. Ketika pemakai datang
ke pusat informasi, mereka berharap pekerja informasi akan mengambil alih tanggung
jawab pemenuhan harapannya. Sebagai contoh: ketika seorang pemakai datang untuk
mencari informasi “X”, tentu dia menginginkan informasi “X” itu bisa cepat
disajikan, mudah memperolehnya, gratis mendapatkannya, sederhana pengunaan dan
birokrasinya serta dalam berbagai format pilihan (lengkap) penyajian informasinya.
Sehingga informasi yang diinginkannya benar-benar sesuai harapan pemakai.
Pemakai tidak perlu mengetahui bagaimana informasi itu dapat tersedia dalam
cara dan bentuk yang diinginkan (disediakan), tetapi pemakai biasanya hanya perlu
mengetahui bagaimana memperolehnya. Selebihnya pekerja informasilah yang harus
berupaya dalam penyediaan informasi. Namun, hal itu berbeda dengan yang terjadi di
DPR RI khususnya P3DI. Menurut penulis ada keunikan tersendiri dalam penyediaan
informasi yang disajikan oleh pekerja informasi di P3DI. Di Pusat Pengkajian
Pengolahan Data dan informasi (P3DI) ada bagian tersendiri apabila anggota dewan
membutuhkan informasi, maka hal itu bisa ditangani oleh ahli teknologi informasi,
pustakawan, arsiparis dan dokumentalis serta pengkaji “subject spesialist” beberapa
bidang pokok legislator, seperti; politik dalam negeri, hukum, hubungan
international, ekonomi dan kesejahteraan sosial. Tentunya hal ini sudah
dipikirkan/disesuaikan dengan komisi-komisi yang ada di parlemen.
Anggota dewan sebagai “legislator” memiliki tanggung jawab yang cukup
besar dalam membuat suatu undang-undang yang harus dijalankan oleh seluruh
rakyat Indonesia. Sehingga informasi yang dibutuhkan tentunya bukan informasi
yang sembarang; yang hanya mewakili satu pihak, tapi seharusnya mewakili semua
5
pihak dan perkembangan zaman. Begitu beragamnya masalah menuntut untuk
dibuatkannya Undang-Undang yang dapat diterima semua khalayak.
Keterlibatan artis dalam mencalonkan diri dan terpilih sebagai anggota DPR
RI cenderung semakin semarak setelah memasuki masa reformasi, utamanya
berdasarkan hasil pemilu 2004.5 Bahkan, harapan yang tinggi atas peranan sebagai
vote getter, cenderung lebih kuat dibandingkan sekedar pemahaman hak setiap warga
negara untuk memberikan andil tertentu dalam kehidupan politik.
Persoalannya, terkait adanya pandangan pesimis dari sejumlah kalangan
masyarakat bahwa anggota DPR periode 2009-2014 tidak dapat bekerja maksimal.
Apalagi dengan latar belakangnya sebagai artis “public figur” yang lebih mengarah
pada pencitraan dan/atau popularitas. Karena kurang memahami dunia politik dan
latar belakang yang tidak sesuai dengan kebutuhan untuk menjadi anggota DPR RI.
Oleh karena itu, diperlukan ada penelitian tentang perilaku pencarian informasi.
Dengan penelitian ini, diharapkan siapapun artis yang akan dicalonkan untuk menjadi
DPR RI. Sebaiknya orang-orang yang mempunyai integritas, loyalitas dan sesuai
dengan pengkaderan partai politiknya serta mempunyai keilmuan yang mumpuni.
Dengan adanya analisis perilaku anggota dewan (DPR RI) sebagai salah satu
pemakai pusat informasi, maka diharapkan analisis ini dapat mengetahui perilaku
konsumen jasa khususnya anggota DPR RI dari kalangan artis mengenai kebutuhan
dan pencarian informasi serta penggunaan informasinya. Sekaligus dapat digunakan
dalam evaluasi P3DI dalam memberikan pelayanan.
5 Romli, Lili, ed., Pemilu 2009 dan konsolidasi demokrasi (Jakarta: Pusat Pengkajian Pengolahan Data
dan Informasi, Sekretariat Jenderal DPR RI, 2008), h. 84.
6
Dari uraian tersebut di atas, penulis tertarik untuk meneliti bagaimana perilaku
informasi khususnya mengenai pencarian informasi yang dilakukan oleh anggota
DPR RI dari kalangan artis dalam memenuhi kebutuhan informasi yang berhubungan
dengan peningkatan pengetahuan sebagai anggota dewan. Hasil penelitian ini akan
dituangkan ke dalam bentuk skripsi dengan judul: “PERILAKU PENCARIAN
INFORMASI ANGGOTA DPR RI DARI KALANGAN ARTIS DALAM
MEMENUHI KEBUTUHAN INFORMASI”.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Agar dapat terarah dan tidak terlalu meluas. Penulis membatasi masalah pada
apa dan bagaimana perilaku pencarian informasi anggota DPR RI dari kalangan
artis dalam memenuhi kebutuhan informasi dan mengapa hal tersebut dilakukan,
serta hambatan yang terjadi selama proses pencarian informasi di P3DI dalam
pemenuhan kebutuhan informasi; di tinjau dari aspek pemakai.
2. Perumusan Masalah
Rumusan masalah yang dibahas dalam skripsi ini adalah tentang
a. Apa dan Bagaimana perilaku pencarian informasi anggota DPR RI dari
kalangan artis, seperti:
1. Apa saja kebutuhan informasinya?
2. Bagaimana strategi pencarian informasinya?
3. Bagaimana cara penggunaan informasinya?
7
b. Bagaimana hambatan yang terjadi selama proses pencarian informasi di
P3DI dalam pemenuhan kebutuhan informasi; di tinjau dari aspek
pemakai informasi?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh informasi yang sejelas-
jelasnya mengenai:
a. Perilaku pencarian informasi anggota DPR RI dari kalangan artis, seperti
kebutuhan, pencarian dan penggunaan informasinya.
b. Hambatan yang terjadi selama proses pencarian informasi anggota DPR
RI dari kalangan artis dan pekerja informasi di P3DI; khususnya bidang
perpustakaan dan bidang pengkajian dan analisis dalam pemenuhan
kebutuhan informasi.
2. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah :
a. Untuk menambah pengetahuan dan pemahaman penulis tentang perilaku
pencarian informasi khususnya anggota DPR RI dari kalangan artis dilihat
dari; kebutuhannya, pencariannya, hambatan pencariannya dan
penggunaannya.
8
b. Untuk bahan rujukan pekerja informasi, pusat informasi khususnya P3DI,
dan artis-artis selanjutnya yang akan berkecimpung di parlemen/DPR RI,
serta pengguna potensial lainnya.
D. Metode Penelitian
Dalam uraian ini memuat tentang metode dan langkah-langkah penelitian
secara operasional yang menyangkut jenis penelitian, pendekatan penelitian, populasi
dan sampel, teknik pengumpulan data, teknik analisa data. Penjelasannya adalah
sebagai berikut:
1. Jenis Penelitian
Dalam penelitian ini peneliti perlu menggunakan jenis penelitian yang
disebut metode deskriptif. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Burhan Bungin
yang menyatakan bahwa “Format penelitian deskriptif kualitatif lebih tepat
apabila digunakan untuk meneliti masalah-masalah yang membutuhkan studi
mendalam, seperti permasalahan tingkah laku konsumen suatu produk, …”6
konsumen yang ingin diteliti di sini ialah anggota DPR dari kalangan artis,
sedangkan produknya berupa informasi.
6 Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu sosial
lainnya (Jakarta: Kencana, 2009), h. 69.
9
2. Pendekatan Penelitian
Pada penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan yang disebut
pendekatan kualitatif. Pendekatan ini peneliti pergunakan dengan pertimbangan,
bahwa peneliti ingin memahami perilaku pencarian informasi (perilaku informasi)
dari pemakai khusus. Perilaku informasi merupakan salah satu kajian pemakai
dalam penelitian perpustakaan dan informasi. Secara umum bidang ini memiliki 2
paradigma atau pendekatan yaitu pendekatan yang berorientasi kepada sistem dan
pendekatan yang berorientasi kepada pengguna, namun penelitian ini lebih
mengarah kepada pendekatan yang berorientasi pengguna (paradigma kognitif).
Dengan tokoh-tokoh penelitinya seperti: Wilson, 1981; Dervin dan Nilan, 1986;
Pannen, 1990; Ford, 1990. Pendekatan ini menempatkan sudut pandang pemakai
jasa informasi di perpustakaan maupun di unit informasi lainnya sebagai telaah
penelitian.7
3. Populasi & Informan
Penelitian ini memiliki jumlah populasi berjumlah ± 16 anggota DPR RI
dari kalangan artis periode 2010-20148. Berikut ini nama-namanya, yaitu:
7 Darmono & Yunaldi, “Kajian pemakai informasi: Prospeknya dalam lingkup kepustakawanan di
Indonesia,” Vol. 19 No. 1 (1996): h. 28. 8 F. Harianto Santoso, Wajah DPR dan DPD 2009-2014: latar belakang pendidikan dan karier
(Jakarta: Kompas, 2010), h. xl.
10
No. Nama Keanggotaan Jumlah
Suara
Persen
BPP*
1. CP. Samiadji Massaid, SE** Partai Demokrat 70.572 47,5
2. Angelina Sondakh, SE, M.Si Partai Demokrat 145.159 74,2
3. Ingrid Maria Palupi Kansil, S.Sos Partai Demokrat 33.418 20,3
4. H. Nurul Komar Partai Demokrat 101.170 59,4
5. Theresia E.E. Pardede, S.Sos.*** Partai Demokrat 21.672 11,7
6. Venna Melinda Partai Demokrat 30.650 17,3
7. Nurul Arifin Partai Golkar 122.452 66,4
8. Tantowi Yahya Partai Golkar 209.044 130,7
9. Teti Kadi Partai Golkar 35.882 21,1
10. TB Dedy Suwandi Gumelar PDI Perjuangan 42.659 29,3
11. Rieke Dyah Pitaloka PDI Perjuangan 80.681 43,3
12. Eko Hendro Purnomo, S.Sos PAN 64.176 39,9
13. Primus Yustisio PAN 60.684 30,4
14. Jamal Mirdad Partai Gerinda 34.674 19,7
15. Rachel Mariam Partai Gerinda 25.540 13,7
16. Dra. Hj. Okky Asokawati, M.Si. PPP 17.343 8,9
* Bilangan pembagi pemilih
** Meninggal dunia pada bulan Februari tahun 2011
***Mengundurkan diri pada tahun 2012
Penulis mencari data perilaku pencarian informasi dari beberapa
informan-informan di atas, terhitung dari bulan Maret – April 2012. Dengan
pemilihan ini, peneliti berusaha menemukan hal-hal yang bermakna dan baru,
sedangkan pada kepala bidang, staf ahli dan sekretaris/asisten anggota dewan
adalah informan sekunder yang dapat dimintai pendapat dan informasinya tentang
perilaku pencarian informasi anggota dewan itu sekaligus sebagai verifikator atau
orang yang dapat dijadikan alat verifikasi dari wawancara dengan informan
primer dalam penelitian dan sekaligus sebagai informasi awal tentang siapa saja
yg pernah menggunakan perpustakaan dan 5 bidang kajian.
11
Persyaratan seseorang bisa dijadikan informan adalah bersedia sebagai
informan. Dari 14 jumlah informan yang sudah ditentukan. Mereka yang berasal
dari kalangan artis, peneliti mengambil jumlah informan minimal 2 org dari 14
anggota DPR RI dari kalangan artis yang masih aktif. Dengan asumsi bahwa
informasi yang diperoleh dari beberapa informan tersebut mampu menjawab
pertanyaan penelitian ini.
4. Teknik Pengumpulan Data
Ada tiga teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu
1) Dokumentasi
Pengumpulan informasinya ini didapat/dilakukan dengan cara
mengumpulkan dan memilah-milah literatur - literatur yang mendukung.
2) Wawancara
Pengumpulan informasi yang dilakukan secara langsung antara
pewawancara (interviewer) dengan pemakai informasi (informan). Metode ini
digunakan untuk menggali informasi yang berupa pendapat, perasaan, sikap,
pandangan, proses berpikir, proses penginderaan yang merupakan tingkah
laku dari hal-hal yang tidak bisa ditangkap dengan metode dokumentasi dan
observasi.
3) Observasi
Teknik ini dilakukan dengan cara mengamati kejadian-kejadian/perilaku
yang tampak dengan menyesuaikan fokus dan tujuan penelitian untuk
mendapatkan informasi.
12
Prosedur pengumpulan datanya yaitu data di jaring dari informan yang di
pilih secara acak berdasarkan petunjuk pustakawan/pengkaji informasi dengan
teknik key person dan data dokumentasi serta wawancara untuk mengetahui
informan-informan yang tepat. Setelah itu dilakukan wawancara semi terstruktur
dengan informan-informan itu. Untuk teknik observasi dilakukan bersama-sama
(kolektif) saat metode dokumentasi dan wawancara dilakukan. Secara singkat,
teknik pengumpulan data tersebut digambarkan berikut:
1). Dokumentasi
3). Observasi dilakukan secara kolektif
2). Wawancara semi terstruktur
5. Teknik Analisa Data
Pada bagian analisis data yang diuraikan peneliti adalah proses pelacakan
dan pengaturan secara sistematis transkrip-transkrip wawancara, catatan lapangan
dan bahan-bahan lain. Dengan berbagai pertimbangan akhirnya peneliti
menggunakan analisa data, reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan.
Berikut ini penjelasannya:
a. Analisa data
Menurut Bogdan dan Biklen, analisa data adalah upaya yang
dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data,
memilah-milah menjadi satu yang dapat dikelola, mensintesiskan,
mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa
13
yang dipelajari dan memutuskan apa yang diceritakan kepada orang
lain.9
b. Reduksi data
Reduksi data berarti merangkum, memilih hal yang pokok,
memfokuskan pada hal yang penting, dicari tema dan polanya serta
membuang informasi atau data yang tidak diperlukan penulisan.10
c. Penyajian data (display data)
Penyajian data dilakukan secara sistematis dengan mengembangkan
hasil yang telah diperoleh. Sehingga dapat terlihat gambaran
keseluruhan data untuk diambil kesimpulan. Penyajian data dapat
dibuat dalam bentuk grafik, matriks, network atau chart dan tabel.
Dalam penelitian ini penyajian data yang digunakan adalah dalam
bentuk tabel yang bersifat naratif.
d. Penarikan kesimpulan
Data yang telah terkumpul dan terangkum yang disajikan dalam
bentuk narasi, kemudian penulis menganalisa atau menarik
kesimpulan dari hasil penelitian yang telah dirumuskan pada tahap
awal dan memberikan beberapa saran di BAB selanjutnya.
9 Lexy J. Moleong. Metode penelitian kualitatif: Edisi Revisi (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), h.
248. 10
Sugiono. Memahami penelitian kualitatif (Bandung: Alfabeta, 2005), h. 338.
14
E. Sistematika Penulisan
Dalam sistematika penulisan ini akan menguraikan secara sistematis mulai
dari Bab I sampai Bab V dengan rincian sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisi tentang latar belakang masalah, perumusan dan pembatasan
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian, dan sistematika
penulisan.
BAB II TINJAUAN LITERATUR
Bab ini memuat teori – teori yang berasal dari kajian kepustakaan yang
berkaitan dengan gambaran mendetil mengenai Informasi dan Perilaku Informasi.
BAB III PROFIL DPR RI DAN PUSAT PENGKAJIAN PENGOLAHAN
DATA & INFORMASI (P3DI)
Pada bab ini akan membahas tentang DPR RI, P3DI dan 2 (dua) bidang dari 4
(empat) bidang yang ada di P3DI yaitu; Bidang Perpustakaan dan Bidang Pengkajian
dan Analisa yang diliputi oleh Politik Dalam Negeri, hukum, Hubungan International,
Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.
15
BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN
Bab ini meliputi pembahasan analisis hasil penelitian dari perilaku pencarian
informasi anggota DPR RI dari kalangan artis dan hambatan yang dihadapinya
dalam memenuhi kebutuhan informasi di P3DI khususnya bidang pengkajian dan
analisa dan bidang perpustakaan.
BAB V PENUTUP
Bab ini terdiri dari beberapa kesimpulan penulis dari hasil penelitian tentang
apa saja perilaku pencarian informasi (Information Seeking Behavior) Anggota DPR
RI dari kalangan artis periode 2010 – 2014 di P3DI khususnya bidang pengkajian dan
analisa dan bidang perpustakaan. Dan ditutup dengan beberapa saran yang Insya
Allah membangun untuk kemajuan DPR RI. Sehingga beberapa kesimpulan dan
saran ini dapat menjadi pertimbangan serta dapat menambah khazanah perkembangan
ilmu pengetahuan khususnya Ilmu Perpustakaan dan Informasi.
16
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Pada bab ini akan diuraikan tentang informasi dan hal-hal lainnya yang
berhubungan dengan informasi, diantaranya: lembaga informasi, pekerja informasi,
dan pengguna. Untuk lembaga informasi tentunya menggambarkan unit-unit yang
berada di P3DI, sedangkan pekerja informasinya juga yang berhubungan dengan unit-
unit yang menaunginya dan penjelasan mengenai pengguna. Dalam bab ini diuraikan
pula mengenai perilaku informasi (information behavior) yang disajikan ke dalam
beberapa kegiatan informasi yaitu aktivitas kebutuhan informasi, aktivitas pencarian
informasi, hambatan dalam pencarian informasi, serta aktivitas penggunaan
informasi.
A. Informasi
Sehari-hari manusia hidup berdampingan dengan informasi, baik anak-anak
sampai orang tua. Informasi itu lahir dari suatu peristiwa yang buruk/baik,
benar/salah, kenyataan/kebohongan, fakta/mitos, penting/tidak penting, lama/baru,
dll. Kelahiran informasi itu ada yang sempat terekam atau musnah tak berjejak.
Terjadinya ledakan informasi ini bersumber dari informasi yang terekam baik yang
diolah maupun dibiarkan begitu saja oleh lembaga informasi dan internet. Namun,
apakah informasi itu?
17
Seringkali informasi dipandang sebagai “sumber”. kecenderungan ini secara
tidak langsung menyatakan bahwa informasi adalah sesuatu yang terletak di
dokumen, sistem informasi atau “artifacts” benda kecerdasan buatan manusia lainnya.
Informasi diasumsikan konstan, tidak berubah. Itu artinya informasi adalah wakil di
dalam “artifacts”. Komplitnya informasi bukan sebagai objek, tetapi hasil dari
tafsiran subjek. Tafsiran itu melalui gagasan, aksi dan perasaan.1
Informasi menurut Gordon B. Davis dalam Soejono Trimo adalah “data yang
telah diproses ke dalam suatu bentuk yang memberikan arti kepada yang
menerimanya dan mengandung nilai-nilai yang benar-benar tampak bagi pengambil
putusan-putusan pada masa kini maupun yang akan datang,”2 sedangkan menurut
George R. Terry “information is meaningful data that conveys usable knowledge.”3
(Informasi adalah data penting yang memberikan pengetahuan yang berguna). Kedua-
duanya mengartikan informasi itu adalah data. Namun, apakah hanya sebatas itu?
Heartsill Young dalam ALA Glossary of Information Science mendefinisikan
informasi adalah semua ide, fakta dan karya-karya imajinatif dari hasil pikiran yang
telah dikomunikasikan, direkam, diterbitkan dan disebarkan secara formal maupun
informal dalam berbagai format.4
1Chun Wei Choo, et.al. Web work: information seeking and knowledge work on the world Wide Web
(London: Kluwer, 2000), h. 3.
2 Soejono Trimo. Dari Dokumentasi ke Sistem Informasi Manajemen (Bandung : Remaja Karya,
1987), h. 2.
3 George R. Terry. Office Management and Control (Illinois : Homewood, 1962), h. 21.
4 Heartsill Young. ALA Glosary of Library and Information Science (Chicago: ALA, 1983), h. 117.
18
Dengan mencermati beberapa pengertian informasi tersebut di atas, maka
informasi adalah masukan data (pesan, kabar, keterangan, berita) dengan berbagai
bentuk (cahaya, suara, gambar, isyarat, gerak, tulisan.) dari hasil gagasan, aksi dan
perasaan yang dikomunikasikan mempunyai arti untuk suatu kepentingan. Informasi
ini akan menjadi kearifan manakala diproses melalui berbagai cara dari hasil suatu
peristiwa, sebagaimana rangkaian informasi5 berikut:
Kearifan
Pengetahuan
Informasi
Diproses secara kognisi (akal Pemikiran)
_____________________________________________________________
Berdasarkan data Segmen
Data
Simbol
Peristiwa
5 Sulistyo-Basuki, dkk. Perpustakaan dan Informasi dalam konteks budaya (Depok: Departemen Ilmu
Perpustakaan dan Informasi, FIB UI, 1993), h. 5.
19
Informasi ini mencakup 4 kategori (symbol) untuk dikomunikasikan yaitu
numeric (angka), audio (suara), teks (tulisan) dan citra (gambar) dan[/atau] santir
(image).6 Adapula yang menambahkannya dengan Citra/image yang bergerak.
Utamanya fungsi informasi adalah “to increase the knowledge or to reduce
the uncertainty of the users.”7 Di samping untuk meningkatkan pengetahuan atau
pemahaman, Informasi juga dapat digunakan untuk mengurangi
ketidakpastian/ketidaktahuan dari tugas/beban yang dialami makhluk hidup/manusia,
bahkan kadang menambah bingung pemakainya tanpa adanya
pembimbing/konsultan-konsultan/penyedia informasi yang akan menyampaikan nilai
suatu informasi itu. Informasi mempunyai sedikitnya 10 nilai8 yaitu: 1). Kemudahan
dalam memperoleh, 2). sifat luas dan lengkapnya, 3). ketelitian, 4). keluwesan, 5).
objektif, 6). kecocokan, 7). ketepatan waktu, 8). kejelasan, 9). bias tidak dibuktikan,
dan 10). dapat diukur.
Keobjektifan suatu informasi meningkat bila informasi itu tidak bias sehingga
dapat dibuktikan, dan yakin kebenarannya dapat diukur. Informasi harus tepat waktu,
sesuai dengan maksud penggunanya. Informasi juga harus luas dan lengkap, sehingga
pihak-pihak tepat yang menerima dapat dengan mudah memilih yang cocok melalui
ketelitian dan keluwesannya. Yang terpenting dalam memberikan suatu Informasi
haruslah sejelas-jelasnya, yaitu dapat dimengerti oleh penerimanya.
6 Sulistyo-Basuki. Pengantar Ilmu Perpustakaan (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1993), h. 3.
7Aa Kosasih. Jasa Informasi Pada Perpustakaan. Artikel diakses pada 14 Januari 2011 dari
[email protected] h. 4
8 Aa Kosasih. Jasa Informasi Pada Perpustakaan. Ibid. h. 4
20
Memahami konsep nilai informasi sangat penting bagi dunia perpustakaan
(lembaga informasi) sebab dengan memahaminya akan bisa diketahui dengan pasti
jenis dan tingkat kebutuhan masyarakat (pemustaka) akan informasi tersebut.9
Dengan ukuran nilai ini dapat dijadikan indikator evaluasi kepuasan
pengguna. Dari hasil identifikasi akan terlihat suatu perbandingan apa yang
dibutuhkan dengan apa yang diperolehnya. Antara harapan sebelumnya dengan
informasi yang dirasakan setelah pemakaian.
B. Lembaga, Pekerja dan Pengguna Informasi
Dalam hubungan sosial biasanya ada interaksi antara manusia satu dengan
yang lainnya. Interaksi ini terjadi karena adanya hubungan timbal balik yang saling
menguntungkan dalam suatu lingkungan. Salah satunya interaksi yang terjadi di
lembaga informasi antara pekerja informasi dan pengguna informasi. Dalam istilah
temu kembali disebut proses interaksi temu kembali antara perantara (lembaga,
manusia dan sistem) dengan pengguna. Berikut ini keterangannya:
1. Lembaga/Unit Informasi
Dari berbagai literatur dan praktiknya lebih banyak nama yang digunakan
untuk lembaga informasi. Namun, sedikitnya ada enam lembaga informasi yang
sering digunakan di Indonesia, khususnya P3DI. Untuk mengetahui lebih jelasnya
tentang badan/lembaga pengelolaan informasi, berikut ini definisinya:
9 Pawit M. Yusuf. Ilmu informasi, komunikasi, dan kepustakaan (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), h. 351
21
Perpustakaan adalah institusi pengelola koleksi karya tulis, tercetak dan
terekam, secara profesional dengan sistem yang baku guna memenuhi kebutuhan
intelektualitas para penggunanya untuk keperluan pendidikan, penelitian, pelestarian,
informasi, dan rekreasi untuk mencerdaskan kehidupan bangsa.10
Perpustakaan dibagi
lagi, ada perpustakaan umum, perpustakaan keliling, perpustakaan sekolah,
perpustakaan perguruan tinggi, dan perpustakaan khusus (seperti, Perpustakaan DPR
RI), serta berkembang pula perpustakaan tempat ibadah, perpustakaan komunitas dan
perpustakaan pribadi atau keluarga serta taman/rumah baca. Biasanya pekerja
informasinya disebut pustakawan.
Pada hakikatnya pekerjaan pustakawan ini menyediakan informasi yang
terdapat dalam berbagai media, jenis dan bentuk. Oleh karena itu, pustakawan disebut
pula sebagai pekerja informasi (information workers). Sebutan lain bagi pustakawan
antara lain ahli dokumentasi (documentalist), ahli informasi (information specialists),
manajer informasi (information managers), manajer pengetahuan (knowledge
managers), pialang informasi (information broker) dan lain sebagainya11
.
Pusat/depot arsip adalah (1) tempat (gedung, ruangan, tempat penyimpanan)
di mana bahan kearsipan disimpan. (2) sebuah organisasi atau bagian dari sebuah
organisasi dengan fungsi utama memilih dan mengupayakan agar arsip dapat
digunakan. Ada 2 jenis yaitu (a) collecting archives atau arsip pengumpul, merupakan
10
Asrorun Ni’am Sholeh. Perpustakaan jendela peradaban: teks, konteks, dan dinamika pembahasan
Undang-undang tentang perpustakaan (Jakarta: eLSAS, 2008), h. 137-138.
11 Rachman Hermawan dan Zulfikar Zen. Etika kepustakawanan : suatu pendekatan terhadap kode
etik pustakawan Indonesia (Jakarta: Sagung Seto, 2006), h. 19.
22
sebuah organisasi yang memiliki fungsi utama pengumpulan rekod berbagai jenis
organisasi, keluarga, dan perorangan. Arsip pengumpul seringkali dikenal sebagai
perpustakaan manuskrip atau depot manuskrip. (b) in-house archives (arsip ing-
griya), merupakan bagian badan korporasi yang bertugas mengumpulkan arsip badan
korporasi. Arsip ing-griya biasanya membatasi materi yang dihasilkan oleh badan
induknya atau badan korporasi yang bersangkutan atau badan atau orang lain yang
erat kaitannya.12
Biasanya pekerja informasinya disebut arsiparis.
Pusat dokumentasi adalah tempat menyimpan dokumen, lazimnya dokumen
yang berbentuk bukan buku, untuk dikelola, diberi anotasi dan indeks dengan tujuan
utama adalah distribusi. Tugas pusat dokumentasi lainnya ialah mempersiapkan
bibliografi.13
Contoh: Pusat Dokumentasi Informasi Ilmiah LIPI, Pusat Dokumentasi
P3DI. Biasanya pekerja informasinya disebut dokumentalis
Pusat analisa informasi adalah pusat yang mengerjakan indeks, sari
karangan atau abstrak, terjemahan, tinjauan literatur (review, sintesa, menilai
informasi, menilai data dalam suatu bidang khusus yang diolah menurut tingkat
keperluan. Contoh: Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat FEUI, Centre
for Strategic and International Studies (CSIS).14
Biasanya pekerja informasinya
disebut pengkaji/analisator informasi.
12
Sulistyo-Basuki. Kamus istilah kearsipan (Yogyakarta: Kanisius, 2005), h. 22-23.
13 Sulistyo-Basuki. Materi pokok kerjasama dan jaringan perpustakaan; 1-6, PUST 2256/2SKS
(Jakarta: Universitas Terbuka, Depdikbud, 1996), h. 4.
14 Sulistyo-Basuki. Materi pokok kerjasama dan jaringan perpustakaan Ibid. h. 4.
23
Pusat informasi adalah suatu pusat yang bertugas memberikan informasi
yang diolah dari sumber lain mengenai suatu bidang khusus. Contoh: Pusat Informasi
Pertanian, Pusat Informasi Pariwisata, Pusat Informasi Penyakit Menular.15
Biasanya
pekerja informasinya disebut spesialis subjek/informasi atau pengamat.
Bank data biasanya berkaitan dengan bidang yang luas, seperti: kedokteran,
tata kota dan sejenisnya. Bank data menggunakan metode yang sistematis untuk
menyarikan data mentah dari kumpulan data serta literatur yang relevan, kemudian
disusun dalam berkas berstruktur, sehingga siap untuk menjawab pertanyaan. Contoh:
Bank Data Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, berisi data: sekolah, murid,
lokasi gedung.16
Biasanya pekerja informasinya disebut ahli informasi.
Sesuai dengan perkembangan jaman, maka kepustakawanan pun kemudian
melahirkan praktik-praktik baru di bidang informasi. Walaupun nama yang
digunakan berbeda-beda (pusat dokumentasi, pusat informasi, clearing house, data
bank, pusat data, dsb.), namun pada intinya lembaga-lembaga ini melakukan
pekerjaan yang sama.
15
Sulistyo-Basuki. Materi pokok kerjasama dan jaringan perpustakaan Ibid. h. 4.
16 Sulistyo-Basuki. Materi pokok kerjasama dan jaringan perpustakaan Ibid. h. 4.
24
Dalam kaitannya dengan unit informasi ini, Sulistyo-Basuki membedakannya
menjadi tiga jenis kegiatan informasi yang berkaitan17
yaitu:
1. Simpan dan penyediaan dokumen primer, dilakukan antara lain oleh arsip,
perpustakaan, serta pusat pemberitaan.
2. Deskripsi isi dokumen serta penyebarannya, pemberian kode informasi,
beserta sumbernya. Lazim dilakukan oleh dokumentasi.
3. Menjawab pertanyaan dengan memberikan informasi yang tersedia,
evaluasi, dan transformasi informasi. Dilakukan oleh pusat informasi.
Intinya lembaga informasi adalah suatu sistem terpadu dalam bidang penyedia
jasa informasi khusus maupun umum yang bertugas menyimpan, mengolah dan
menyediakan serta menyebarluaskan referensi, baik yang berdiri sendiri maupun
menjadi bagian badan induknya untuk keperluan masyarakat pemakai.
2. Pekerja/Petugas Informasi
Ketersediaan informasi yang sekarang makin banyak dalam segala peristiwa,
menuntut lembaga informasi mengelola melalui pekerja informasinya sesuai dengan
spesialisasi tugasnya agar bisa ditemukan kembali oleh para penggunanya, misalnya:
1. Bibliografer.
2. Pengindeks.
3. Abstraktor
17
Sulistyo-Basuki. Teknik dan jasa dokumentasi. (Jakarta: Gramedia, 1992), h. 155.
25
Untuk itulah pekerjaan informasi ada sebagai profesi tunggal mengolah
dokumen dan informasi, namun sangatlah bermacam-macam ciri-ciri khusus dan
kekhasannya sesuai dengan pekerjaannya masing-masing. Sulistyo-Basuki
menamakan pekerjaan dalam bidang informasi yang disebut spesialis informasi.
Adapun beberapa tugasnya secara umum yakni18
:
1. Mengolah dokumen dan informasi,
2. Melayani dan memberikan jasa pada pemakai atau nasabah,
3. Memenuhi kebutuhan, dengan bekerja efisien, dengan pikiran teratur dan
metodis serta perasaan berorganisasi dan imaginasi.
Intinya setiap spesialis informasi melakukan tugas yang hampir sama dengan
tugas pokoknya menyediakan informasi kepada pengguna/pemakai sesuai kebutuhan
jenis lembaga informasinya dan/atau lembaga induknya.
3. Pengguna Informasi
Sementara itu berbagai istilah sering disebutkan dalam kaitannya dengan
pengguna unit informasi, namun tidak menutup kemungkinan istilah ini juga
digunakan pada unit informasi lainnya. Adakalanya pengguna sebagai produsen,
nasabah sistem informasi, agen, pialang informasi,19
pemakai, pemustaka, anggota,
pembaca, konsumen, klien, patron, pelanggan, mitra dan bahkan konsultan. Lebih
jelasnya tentang pengguna berikut ini penjabarannya.
18
Sulistyo-Basuki. Teknik dan jasa dokumentasi. Ibid. h. 241.
19 Sulistyo-Basuki. Teknik dan jasa dokumentasi. Ibid. h. 199.
26
1. Anggota, yakni mereka yang telah menjadi anggota unit informasi. Pada
masing-masing unit informasi mempunyai aturannya tersendiri siapa saja
yang berhak menjadi anggotanya. Sehingga perlu adanya syarat-syarat yang
harus dipenuhi apabila ingin menjadi anggota.
2. Pembaca, yakni mereka yang menikmati layanan membaca, Sedangkan
Penelusur, yakni mereka yang menikmati layanan penelusuran. Mereka ini
baik anggota maupun bukan anggota yang menggunakan layanan dengan cara
dibaca/menelusur.
3. Konsumen, yakni menganggap pengguna sebagai konsumen jasa yang telah
menggunakan suatu layanan yang tersedia. Dalam hal ini hubungan
perpustakaan/unit informasi dengan penggunanya sudah seperti hubungan
antara penjual dengan pembeli, sedangkan konsumen yang sering
menggunakan suatu layanan yang tersedia disebut pelanggan.
4. Klien, yakni memposisikan pengguna sebagai orang yang harus dilayani
haknya (misalnya pemenuhan kebutuhan informasi). Dalam hal ini hubungan
unit informasi dengan penggunanya sudah seperti hubungan antara seorang
pengacara (ahli hukum) dengan orang yang harus dibela (klien).
5. Patron, yakni lebih kepada orang-orang yang peduli dan ikut menyeponsori
perpustakaan/unit informasi, seperti pemerhati, Pembina dan penyantun.20
20
Rachman Hermawan dan Zulfikar Zen. Etika kepustakawanan : suatu pendekatan terhadap kode
etik pustakawan Indonesia. (Jakarta: Sagung Seto, 2006), h. 15.
27
Pengguna dalam kaitannya dengan penggunaan unit informasi dibedakan
menjadi 2, sebagai berikut:
1. Pengguna potensial (potensial users) ialah pengguna yang ditargetkan, dan
seharusnya menjadi pengguna. Jenis pengguna potensial dibedakan lagi, yaitu:
a. Pengguna internal (internal users) ialah pengguna potensial atau yang telah
menjadi anggota perpustakaan [unit informasi].
b. Pengguna eksternal (eksternal users) ialah pengguna perpustakaan [unit
informasi] yang bukan menjadi target layanan.
2. Pengguna aktual (actual users) ialah mereka yang telah menggunakan
perpustakaan [unit informasi], baik pengguna aktual aktif maupun pengguna
aktual pasif. Berikut ini penjelasannya:
a. Pengguna aktual aktif ialah pengguna yang secara teratur (regular) berkunjung
dan memanfaatkan perpustakaan [unit informasi].
b. Pengguna aktual pasif ialah pengguna yang menggunakan perpustakaan [unit
informasi] ketika ada kebutuhan atau mendapatkan tugas baik dari guru, dosen
atau pihak lainnya. 21
Jadi, pengguna memiliki banyak peran tidak hanya menjadi penikmat
informasi yang menerima dan/atau menggunakan informasi, tetapi kini di era
informasi pengguna terkadang pula sebagai penyedia informasi. Hal ini tergantung
dari aktivitas yang sedang ditekuni khususnya pada kegiatan unit informasi. Itulah
sebagian peranan manusia sebagai pengguna yang berhubungan dengan informasi.
21
Rachman Hermawan dan Zulfikar Zen. Etika kepustakawanan : suatu pendekatan terhadap kode
etik pustakawan Indonesia. Ibid. h. 16-17.
28
Kenapa peneliti tidak menggunakan istilah pemustaka karena dalam penelitian ini
peneliti tidak hanya membahas tentang perpustakaan, tapi membahas juga mengenai
pusat informasi yang diwakili dengan 5 bidang kajian yang ada di P3DI. Untuk
menyamakan persepsi dan dikaitkan dengan pembahasan selanjutnya peneliti akan
terus menggunakan istilah pengguna dan bukan pemustaka/pemakai.
C. Perilaku Informasi
Perilaku dalam bahasa Inggris disebut dengan behavior yang artinya
kelakuan, tindak tanduk, jalan.22
Sedangkan pemaknaan perilaku dalam bahasa
Indonesia berasal dari 2 suku kata, peri dan laku; peri yang artinya sekeliling, dekat,
melingkup.23
Dan laku artinya perbuatan, tindak tanduk.24
Selama ini ada kata perilaku selalu disingkat menjadi prilaku (tidak
menggunakan huruf “e”). Adapula yang mengatakan/menulis peri laku, peri-laku.
Sesuai pedoman ejaan bahasa Indonesia yang disempurnakan untuk tetap
menggunakan kata “perilaku”. Karena kata “peri” sebagai gabungan kata ditulis
serangkai dengan unsur berikutnya “laku”, yang berupa kata dasar25
.
22
John M. Echol et al. Kamus Inggris Indonesia (Jakarta: Gramedia, 1996), h. 80.
23 [Pusat pembinaan dan pengembangan bahasa]. Pedoman umum ejaan bahasa Indonesia yang
disempurnakan. (Bandung: Pustaka Setia, 1996), h. 91.
24 Daryanto. Kamus Bahasa Indonesia lengkap (Surabaya: Apollo, t.t.), h. 384.
25 Pusat Pembinaan dan Pengembangan bahasa. Ejaan dalam bahasa Indonesia (Jakarta: Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan, 1992), h. 13.
29
Menurut Notoatmodjo perilaku yaitu reaksi psikis seseorang terhadap
lingkungannya yang pada dasarnya dapat diamati melalui sikap dan tindakan. Bloom
membedakan menjadi 3 macam bentuk perilaku yaitu cognitive, affektive dan
psikomotor.
Ahli lain menyebut pengetahuan, sikap dan tindakan. Ki Hajar
Dewantoro menyebutnya: cipta, rasa, karsa atau peri akal, peri rasa dan peri tindak.26
Sedangkan, Chun Wei Choo, Brian Detlor dan Don Turnbull membagi menjadi 3,
yakni cognitive, affective, dan situasional.27
Domain perilaku yang diklasifikasikan oleh Bloom memiliki pengertian
sebagai berikut:
1. Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang
terhadap obyek melalui indera yang dimilikinya.
2. Sikap merupakan respons tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek
tertentu, yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan.
3. Tindakan atau praktek ini merujuk pada perilaku yang diekspresikan dalam
bentuk tindakan, yang merupakan bentuk nyata dari pengetahuan dan sikap yang
telah dimiliki.28
26
Sukidjo Notoatmodjo. Metodologi pendidikan dan pengajaran (Jakarta: BPKM FKMUI, 1980), h. 9.
27 Chun Wei Choo, et. al. Web work: information seeking and knowledge work on the world wide web
(London: Kluwer, 2000), h. 3.
28 Albarracín, Dolores, Blair T. Johnson, & Mark P. Zanna. The Handbook of Attitude ([S.l]:
Routledge, 2005), h. 74-78.
30
Selain itu, Skinner dalam David S. Gochman juga memaparkan definisi
perilaku sebagai hasil hubungan antara stimulus (rangsangan) dan respon
(tanggapan).29
Menurut Branca, Perilaku pada manusia dapat dibedakan antara
perilaku yang refleksif dan perilaku yang non-refleksif.
1. Perilaku yang refleksif merupakan perilaku yang terjadi atas reaksi secara spontan
terhadap stimulus yang mengenai organisme tersebut, misalnya kedip mata bila
kena sinar.
2. Perilaku yang non-refleksif merupakan perilaku yang dikendalikan atau diatur
oleh pusat kesadaran atau otak. Proses yang terjadi di dalam otak atau pusat
kesadaran ini disebut proses psikologi30
Perilaku yang dibahas pada penelitian ini adalah perilaku psikologi,
khususnya perilaku informasi yang dipelajari dalam ilmu perpustakaan dan/atau
informasi. Pembahasan mengenai perilaku biasanya selalu berdampingan dengan
informasi dan dikaitkan dengan kajian pemakai. Menurut Sulistyo Basuki Kajian
pemakai biasanya memiliki 3 tujuan komprehensif yaitu:
1. Analisis kebutuhan
2. Analisis perilaku informasi
3. Analisis motivasi dan sikap
29
David S. Gochman. Handbook of Health Behavior Research: Relevance for Professionals and Issues
for the Future ([S.l]: Springer, 1997), h. 89-90.
30 Sarlito Wirawan Sarwono. Pengantar umum psikologi (Jakarta: Bulan Bintang, 1996), h. 56-57.
31
Dijelaskan pula analisis ini menunjukkan bagaimana kebutuhan informasi
dipenuhi. Menjelaskan konteks jasa dan produk yang disajikan, menjelaskan kondisi
yang harus dihadapi, serta menunjukkan tipe persiapan dan/atau pelatihan untuk
pemakai. 31
Perilaku yang dibahas pada penelitian ini adalah perilaku psikologi,
khususnya perilaku informasi yang dipelajari dalam ilmu perpustakaan dan/atau
informasi. Secara umum metode kajian pemakai untuk pengukuran perilaku
merupakan metode psikologi sosial. Alat yang digunakan biasanya adalah kuesioner,
wawancara terstruktur, kumpulan data dari catatan unit peminjaman, observasi
perilaku, kajian terhadap catatan harian yang berkaitan dengan kegiatan informasi
dalam kurun waktu tertentu, analisis dokumen yang dihasilkan oleh pemakai,
dokumen administrasi, wawancara tidak terstruktur, kajian kasus komplek, serta uji
coba terhadap produk baru.32
Maka perilaku informasi dapat diungkap dengan
berbagai metode yang ada, baik secara kuantitatif dan kualitatif, maupun gabungan
keduanya. Namun dalam penelitian ini, peneliti lebih memfokuskan pada metode
kualitatif.
Wilson sebagai salah satu tokoh di bidang perilaku informasi menyajikan
beberapa definisi, yaitu:
31
Sulistyo-Basuki. Teknik dan jasa dokumentasi (Jakarta: Gramedia, 1992), h. 204-205.
32 Sulistyo-Basuki. Teknik dan jasa dokumentasi. Ibid. h. 204-205.
32
Perilaku informasi (information behavior) yang merupakan keseluruhan
perilaku manusia berkaitan dengan sumber dan saluran informasi, termasuk perilaku
pencarian dan penggunaan informasi baik secara aktif maupun secara pasif.
Menonton TV dapat dianggap sebagai perilaku informasi, demikian pula komunikasi
antar-muka.
Perilaku penemuan informasi (information seeking behavior) merupakan
upaya untuk menemukan informasi dengan tujuan tertentu sebagai akibat dari adanya
kebutuhan untuk memenuhi tujuan tertentu.
Perilaku pencarian informasi (information searching behavior) merupakan
perilaku di tingkat mikro, berupa perilaku mencari yang ditunjukkan seseorang ketika
berinteraksi dengan sistem informasi.
Perilaku pengguna informasi (information user behavior) terdiri dari
tindakan-tindakan fisik maupun mental yang dilakukan seseorang ketika
menggabungkan informasi yang ditemukannya dengan pengetahuan yang sudah
dimiliki sebelumnya. 33
Untuk lebih jelasnya berikut ini penjelasan tentang perilaku informasi yang
dibagi-bagi menjadi kegiatan-kegiatan informasi yaitu aktivitas kebutuhan informasi,
aktivitas pencarian informasi, hambatan dalam pencarian informasi, serta aktivitas
penggunaan informasi.
33
Putubuku. “Ragam perilaku informasi,” artikel diakses pada 16 Desember 2010 dari
http://iperpin.wordpress.com/tag/pencarian-informasi/
33
1. Aktivitas Kebutuhan Informasi
Tidak ada yang tak membutuhkan informasi, termasuk artis yang menjadi
anggota DPR. Tentunya kebutuhan saat menjadi artis sangat jauh berbeda dengan
kebutuhan anggota DPR. Walaupun sama-sama untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat banyak.
Menurut Kuhlthau dalam Saraszwave, munculnya kesenjangan dalam diri
seseorang tersebut akhirnya mendorong orang untuk mencari informasi guna
mengatasi permasalahan yang dihadapinya.34
Kebutuhan merupakan suatu keadaan yang ditandai dengan perasaan
kekurangan atau keinginan sesuatu, atau keinginan perwujudan tindakan tertentu.
Istilah kebutuhan hampir sama dengan istilah keinginan, permintaan dan
keperluan.
- Kebutuhan apa yang seseorang harus miliki,
- Keinginan apa yang seseorang ingin miliki,
- Permintaan apa yang seseorang minta,
- Keperluan mencakup kebutuhan, keinginan dan tuntutan.35
34
[Saraszwave]. “Pengaruh Five Traits Personality dengan Perilaku Penemuan Informasi Individu,”
artikel diakses pada 16 Desember 2010 dari http://saraszwave.wordpress.com/2009/05/09/pengaruh-
five-traits-personality-dengan-perilaku-penemuan-informasi-individu/
35 Yulianah. Kebutuhan informasi pemustaka: Studi kasus di perpustakaan keliling Kota Administrasi
(Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Program Studi Ilmu Perpustakaan, 2009), h. 14.
34
Green seperti yang dikutip oleh Laloo, menemukan unsur yang jelas untuk
membedakan antara kebutuhan dan keinginan atau tuntutan, yaitu tidak
pentingnya kesadaran pribadi akan kebutuhan. Kebanyakan orang seringkali
membutuhkan sesuatu tanpa menyadari kebutuhannya itu sendiri. Adanya banyak
keinginan dalam benak seseorang/sekelompok orang, tetapi sesungguhnya tidak
semua keinginan tersebut merupakan kebutuhan yang menjadi permintaan dan
keperluan yang harus dipenuhi.36
Wersig mengajukan suatu teori yang menyatakan bahwa kebutuhan
informasi didorong oleh apa yang dinamakan sebagai problematik situation, yaitu
suatu situasi yang terjadi pada manusia yang dirasakan tidak memadai untuk
mencapai suatu tujuan tertentu dalam hidupnya. Situasi yang tidak memadai ini
menyebabkan seseorang merasa harus memperoleh masukan (input) dari sumber-
sumber di luar dirinya (external resources). Sementara itu, Belkin mengajukan
suatu istilah anomalous state of knowledge sebagai penyebab dari terdorongnya
orang untuk mencari informasi. Menurut Belkin, jika seseorang datang ke suatu
sistem informasi untuk meminta informasi, maka dapat dipastikan bahwa orang
tersebut merasa bahwa tingkat pengetahuannya (state of knowledge) tidak cukup
untuk menghadapi suatu situasi tertentu pada saat itu. Telah terjadi anomali atau
36
Yulianah. Kebutuhan informasi pemustaka: Studi kasus di perpustakaan keliling Kota Administrasi.
Ibid. h. 14.
35
ketidakpastian dalam diri orang tersebut. Untuk menghilangkan anomali ini,
orang tersebut mencari informasi yang dapat menghilangkan ketidakpastiannya.37
Stevenson menyebutkan kebutuhan informasi adalah keinginan dari
sebuah kelompok pemakaian informasi pada subjek-subjek tertentu.38
Sementara
itu, dalam konteks ilmu informasi, kebutuhan informasi diartikan sebagai sesuatu
yang lambat laun muncul dari kesadaran yang samar-samar mengenai sesuatu
yang hilang dan pada tahap berikutnya menjadi keinginan untuk mengetahui
tempat informasi yang akan memberikan kontribusi pada pemahaman akan
makna.39
Banyak kebutuhan yang bisa dikemukakan, sebagaimana diusulkan oleh
Katz, Gurevitch dan Haas yang dikutip oleh Yusuf, yaitu sebagai berikut:
a. Kebutuhan kognitif (cognitive needs), yaitu kebutuhan yang berkaitan erat
dengan kebutuhan untuk memperkuat atau menambah informasi,
pengetahuan dan pemahaman seseorang akan lingkungannya. Kebutuhan
ini didasarkan pada hasrat seseorang untuk memahami dan menguasai
lingkungannya. Disamping itu, kebutuhan ini juga dapat memberikan
kepuasan atas hasrat keingintahuan dan penyelidikan seseorang.
37
Putu Laxman Pendit. Makna informasi: potensi dan tantangan (Jakarta: Kesaint Blanc, 1992), h. 75-
76.
38 Janet Stevenson, Dictionary of library and information management (Teddington, Midlesex: Peter
Collin, 1997), h. 71.
39 Kuhlthau, Carol C, “Inside the searching process: information seeking from the user’s perspective,”
Journal of the American Society for Information Science 42, no. 361-371 (Mei 1993): h. 366.
36
b. Kebutuhan afektif (affective needs), yaitu kebutuhan yang berkaitan
dengan penguatan estetis, hal yang dapat menyenangkan dan pengalaman-
pengalaman emosional. Berbagai media, baik media cetak maupun media
elektronik, sering dijadikan alat untuk mengejar kesenangan dan hiburan.
c. Kebutuhan integrasi personal (personal integrative needs), yaitu
kebutuhan yang sering dikaitkan dengan penguatan kredibilitas,
kepercayaan, stabilitas dan status individu. Kebutuhan-kebutuhan ini
berasal dari hasrat seseorang untuk mencari harga diri.
d. Kebutuhan integrasi sosial (social integrative needs), yaitu kebutuhan
yang dikaitkan dengan penguatan hubungan dengan keluarga, teman dan
orang lain di dunia. Kebutuhan ini didasari oleh hasrat seseorang untuk
bergabung atau berkelompok dengan orang lain.
e. Kebutuhan berkhayal (escapist needs), yaitu kebutuhan individu dikaitkan
dengan kebutuhan-kebutuhan untuk melarikan diri, melepaskan diri,
melepaskan ketegangan dan hasrat untuk mencari hiburan atau pengalihan
(diversion).40
Lebih lanjut Katz, Gurevitch dan Haas juga menemukan dalam
penelitiannya bahwa orang yang tingkat pendidikannya tinggi lebih banyak
mempunyai kebutuhan dibandingkan dengan orang yang berpendidikan rendah.
Ini berarti bahwa orang yang mempunyai tingkat pendidikan relatif tinggi, seperti
guru, dosen dan peneliti, misalnya, lebih banyak mempunyai kebutuhan akan
40
Pawit M. Yusuf, Pedoman mencari sumber informasi (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1995), h. 3.
37
sesuatu yang bisa memuaskannya, dan lebih banyak mempunyai tujuan yang
berkaitan dengan permasalahan kehidupannya daripada orang-orang pada
umumnya.41
Sementara itu, Wilson dalam Wijayanti menjelaskan bahwa kebutuhan
akan informasi seseorang didorong oleh kebutuhan dasar yang bersifat fisiologis,
afektif dan kognitif. Ketiga kategori kebutuhan manusia menurut Wilson
dijabarkan lebih lanjut sebagai berikut:
a. Kebutuhan fisiologis meliputi : makan, minum, tempat tinggal dan lain
sebagainya.
b. Kebutuhan emosional atau afeksi, seperti : kebutuhan untuk mendominasi,
kebutuhan untuk mencapai cita-cita.
c. Kebutuhan kognitif, seperti : kebutuhan untuk mempelajari keterampilan-
keterampilan tertentu.42
Kebutuhan informasi seseorang tergantung pada pekerjaan, apa tujuan
mereka menggunakan informasi, usia, kecakapan, kedudukan professional dan
karakteristik lainnya.43
Senada dengan Atherton, panen juga menyatakan bahwa
faktor yang paling umum mempengaruhi kebutuhan informasi adalah pekerjaan
41
Pawit M. Yusuf, Pedoman mencari sumber informasi Ibid. h. 4.
42 Lucky Wijayanti, Perilaku pencarian informasi staf pengajar Fakultas Sastra UI dalam melakukan
penelitian (Depok: [Tesis PSIP-PPFSUI], 2001).
43 Pauline Atherton, Handbook for information system and services (Paris: UNESCO, 1977), h. 124.
38
pemakai, termasuk kegiatan profesi, pekerjaan atau subjek yang diamati,
kebiasaan dan lingkungan pekerjaan.44
Sementara itu, Chen dan Hernon serta Latham dalam Mangindaan
menjelaskan secara lebih rinci, bahwa beberapa faktor yang mempengaruhi
kebutuhan informasi adalah : a. Karakteristik pemakai : pengalaman; usia; latar
belakang pendidikan dan cara berpikir, b. Faktor minat seseorang, c. Faktor
pekerjaan dan profesi, d. Faktor koleksi, e. Faktor kesukaran dan sistem
pelayanan informasi; akses terhadap layanan informasi dan variasi sumber
informasi yang ada di lingkungan pemakai informasi.45
Menurut Hanson, kebutuhan informasinya berhubungan dengan kegiatan
penting yang harus dilakukannya46
adalah:
a. Keeping up to date, yaitu untuk tetap mengikuti perkembangan terbaru
dalam bidangnya.
b. Retrospective searching, yaitu untuk melakukan penelusuran surut.
Ini menunjukkan bahwa ada beberapa kegiatan penting yang perlu
dilakukan oleh anggota dewan. Dalam kegiatan yang dilakukan tersebut, anggota
dewan membutuhkan informasi dengan kegiatannya sebagai legislatif yang
sedang dilakukannya.
44
Paulina Pannen, A study in information seeking and use behaviors of resident students and non
resident student in Indonesia tertiary education ([S.l]: [Disertasi the School of Education at Syracuse
University], 1990), h. 33.
45 Christina Mangindaan dkk., Perilaku informasi dosen dalam proses penelitian [laporan penelitian],
(Jakarta: Universitas Terbuka, 1993), h. 28.
46 C.W. Hanson, Research user’s needs: users. Aslib proceesings, no. 16 (Februari 1964): h. 64-78
39
Kebutuhan informasi menurut Cronin yang dikutip oleh Meyer, dapat
dibagi menjadi 3 kategori47
, sebagai berikut:
1. Kebutuhan informasi yang diekspresikan adalah kebutuhan informasi
yang diutarakan oleh pemakai informasi.
2. Kebutuhan informasi yang tidak diekspresikan adalah kebutuhan
informasi yang disadari namun tidak disampaikan oleh pemakai informasi.
3. Kebutuhan informasi yang tidak disadari. Hal yang akan dapat menjadikan
seseorang tidak menyadari bahwa dirinya memerlukan informasi adalah
karena orang tersebut tidak mengetahui bahwa ada sumber-sumber
informasi yang dapat dipergunakan untuk memecahkan persoalan yang
orang hadapi atau memang orang tersebut tidak mengetahui ruang lingkup
yang sesungguhnya dari persoalan yang dihadapi.
2. Aktivitas Pencarian Informasi
Setelah adanya kebutuhan informasi, maka akan muncul permintaan
informasi yang diwujudkan dalam proses pencarian informasi. Pencarian
informasi merupakan suatu proses dimana seseorang berusaha untuk menemukan
informasi untuk memenuhi kebutuhan informasinya. Dalam proses pencarian
tersebut, manusia membentuk perilaku pencarian informasi dengan karakteristik
tertentu. Perilaku pencarian informasi yang dimaksud disini dapat berupa
permintaan informasi melalui orang lain, melalui berbagai sumber dan melalui
47
Hester W. J. Meyer, The nature of information, and the effective use of information in rural
development. Information research, 10 (2), (January, 2005): h. 214. Artikel diakses pada 20 Maret
2009 dari http://informationR.net/ir/10-2/paper214.html
40
sistem informasi.48
Pengungkapan perilaku pencarian informasi (oleh informan)
dilakukan melalui wawancara yang telah dipersiapkan sebelumnya.
Menurut Kuhlthau yang dikutip oleh Hayden perilaku pencarian informasi
seseorang (dalam hal ini adalah para anggota DPR RI dari kalangan artis) dimulai
ketika dirinya menyadari bahwa informasi itu diperlukan untuk menyelesaikan
atau mengatasi suatu masalah49
.
Menurut Dervin dalam Panen secara umum yang dimaksud dengan
perilaku pencarian informasi adalah seseorang yang selalu terus bergerak
berdasarkan lintas ruang dan waktu, mencari informasi untuk menjawab segala
tantangan yang dihadapi, menentukan fakta, memecahkan masalah, menjawab
pertanyaan, atau memahami suatu masalah yang dihadapinya50
.
Permono menjelaskan kalau dilihat dalam konteks yang lebih luas, maka
dalam konteks kajian pemakai khususnya tentang perilaku pencarian informasi,
terdapat rangkaian aktivitas yang dimulai dari kebutuhan informasi – pencarian
informasi – sampai pada penggunaan informasi.
48
T.D. Wilson, On user studies and information needs. Journal of librarianship, 37 (1), no. 3-15.,
Artikel diakses pada 20 Maret 2009 dari http://informationr.net/tdw/publ/papers/1981infoneeds.html.
49 Hayden, K. Atx. Information seeking models. Calgary: the University of Calgary,
2000. Artikel diakses pada 20 Maret 2009 dari
http://www.ucalgaryca/~ahayden/seeking.html.
50 Pannen, Paulina. A study in information seeking and use behaviors of resident
students and non resident student in Indonesia tertiary education. [S.l]: [Disertasi the
School of Education at Syracuse University], 1990.
41
Namun, tidak menutup kemungkinan pencarian informasi terlebih dahulu
dan/atau penggunaan informasi. Sehingga melahirkan kebutuhan baru dari hasil
pencarian informasi dan/atau penggunaan informasi yang terlebih dahulu.
Lebih lanjut dijelaskan, bahwa perilaku pencarian informasi dipengaruhi
oleh berbagai faktor seperti pendidikan, pengalaman dalam penggunaan produk
dan jasa unit informasi, keteraihan unit informasi, kondisi dan waktu yang
tersedia, status hirarkis serta posisi sosio-ekonomis, tingkat pergaulan pemakai,
persaingan dalam kelompok, sikap terhadap informasi, serta pegalaman masa lalu
pemakai.51
Hal senada juga disampaikan oleh Bouazza bahwa faktor yang
diperkirakan berpengaruh adalah kualitas informasi, ketersediaan informasi,
kemudahan akses, kemudahan pemanfaatan yang berkaitan dengan sistem
perpustakaan (unit informasi), termasuk juga faktor dari diri si pencari informasi,
seperti : pengalaman, senioritas, tingkat pendidikan, serta orientasi profesi
termasuk didalamnya adalah status si pencari informasi.52
Selain itu, dalam pencarian informasi terdapat beberapa kriteria yang
digunakan pemakai untuk memilih sumber informasi. Kemudahan dalam
memperoleh informasi merupakan salah satu kriteria yang digunakan.
Ketersediaan informasi sering lebih penting dari pada ketepatan informasinya.
Urutan kriteria yang digunakan untuk memilih sumber informasi adalah
51
K. Atx. Hayden, Information seeking models. Calgary: the University of Calgary, 2000. Artikel
diakses pada 20 Maret 2009 dari http://www.ucalgaryca/~ahayden/seeking.html.
52 Abdelmajed Bouazza, Information user studies dalam Allen Kent (Editor) Encyclopedia of library
and information science. New York: Marcel Dekker, 1989. h. 155
42
kemudahan perolehannya, keakraban dengan sumber informasi karena sering
menggunakan, kualitas tekniknya, relevansi, kedalaman, kemudahan digunakan
dan biaya untuk memperolehnya. Berdasarkan efektifitas, efisiensi dan daya guna
dari bermacam-macam sumber informasi, pengalaman pribadi dianggap paling
efektif, sedangkan pustakawan dan spesialis informasi menempati urutan paling
bawah.53
Proses pencarian informasi menurut Kuhlthau diuraikan dalam enam
tahap, yaitu mulai dari inisiasi, seleksi, eksplorasi, formulasi, koleksi, hingga
presentasi. Tahap inisiasi adalah saat individu menyadari adanya kebutuhan
informasi dan muncul keinginan untuk memenuhinya, saat itulah proses pencarian
informasi dimulai.
Secara lebih ringkas dan rinci, proses pencarian yang dilihat dari sudut
pandang kognisi pencari informasi dapat dilihat dalam tabel berikut ini:
Tabel 2. INFORMATION SEARCH PROCESS (Proses Pencarian Informasi)
Tahap-tahap
dalam ISP
Perasaan yang
muncul dalam
suatu tahap
Pola pikir yang
muncul pada
setiap tahap
Tindakan yang
biasanya dilaku-
kan setiap tahap
1. inisiasi Ketidakpastian
umum / samar-
samar
mencari informasi
latar belakang
2. seleksi
Optimism penuh
pertimbangan
berdiskusi,
memulai seleksi
53
Thomas E. Pinneli, “A study in information seeking and use behaviors of resident student and non
resident student in Indonesia tertiary education,” (Disertasi S3 the School of Education at Syracuse
University, 1990).
43
3. eksplorasi kebingungan /
frustasi ---
mencari informasi
yang relevan
4. formulasi Kejelasan
lebih sempit / lebih
jelas ---
5. koleksi
pengumpulan Keyakinan
peningkatan rasa
tertarik
mencari informasi
lebih terfokus
6. presentasi lega, puas, atau
kecewa
lebih jelas, lebih
terfokus ---
Sumber: Kuhlthau “Inside the search process: information seeking from the user’s
perspective” dalam Journal of the American Society for Information Science (JASIS)
42 (4) 1991, halaman 367. Tabel kolom terakhir dari aslinya tidak dimasukkan karena
tabel tersebut berisi tugas-tugas yang diberikan oleh Kuhltau terhadap responden
penelitiannya.
Dalam penelitian lainnya Palmer, penelitian tersebut berhasil merumuskan
enam model (kelompok) dari si pencari informasi54
. Secara lebih terperinci
pengelompokkan tersebut diuraikan sebagai berikut:
a. Kelompok information overlord. “beroperasi” pada sistem secara intensif
dan terkendali serta berusaha menghubungi sejumlah besar sumber
informasi, mencari informasi secara aktif, dan menerima informasi dari
berbagai sumber.
b. Kelompok information entrepreneur, adalah kelompok yang kurang
menunjukkan kepercayaan terhadap sumber-sumber formal, meskipun
juga berhubungan dengan sistem secara ekstensif, namun kelompok ini
kurang terkendali bila dibandingkan dengan kelompok information
overlord.
54
Judith Palmer, “Scientist and information: I using cluster analysis to identify information style,”
The journal of Documentation, no. 47. (Februari 1991): h. 105-129.
44
c. Kelompok lain adalah kelompok information hunter, yang dalam
aktivitasnya menentukan sasaran pencarian lebih sempit, sekaligus
merupakan pemburu yang aktif. Pola perilaku pencarian informasi dari
kelompok ini dapat dideteksi dengan mudah.
d. Kelompok information pragmatist, merupakan kelompok pengkonsumsi
informasi yang serba tidak teratur; karena sangat tergantung pada
kesempatan yang ada. Kelompok ini tidak memperdulikan pengendalian
sehingga pola perilaku pencarian informasi yang dilakukan tidak
beraturan.
e. Kelompok information plodder, jarang mencari informasi dari sumber-
sumber formal, tetapi mengandalkan pada pengetahuan dan sumber
informasi yang dimilikinya. Mereka tidak pernah memperdulikan sumber
informasi yang tersedia serta jarang mencari informasi, sehingga tidak
pernah ada pengendalian.
f. Kelompok information derelict, dalam aktivitasnya kelompok ini tidak
menelusuri satu pun sistem dan tidak menggunakan atau membutuhkan
informasi.
45
Savolainen menjelaskan bahwa ada empat tipe dari Kontrol seseorang
terhadap hidupnya dan implikasinya dalam hal perilaku pencarian informasi.
a. Kontrol hidup yang optimis-kognitif (optimistic-cognitive mastery of life)
dikarakteristikan dengan kepercayaan yang kuat akan hasil yang positif
terhadap pemecahan masalah. Seseorang percaya bahwa hampir semua
masalah dapat dipecahkan dengan memfokuskan kepada analisis mendetil,
yang dihasilkan dalam seleksi instrument-instrumen yang paling efektif
yang memberikan kontribusi pada pemecahan masalah secara optimal.
Karena masalah-masalah dipikirkan secara kognitif, maka pencarian
sistematis dari sumber dan saluran yang berbeda adalah hal penting.
b. Kontrol hidup yang pesimis-kognitif (pessimistic-cognitive mastery of life)
dikarakteristikan berbeda dari hal yang di atas, bahwa pemecahan masalah
diletakkan dalam cara yang kurang ambisius. Mereka menerima bahwa
semua masalah mungkin tidak dipecahkan secara optimal. Walaupun
demikian seseorang yang menganut hal ini sama sistematisnya dalam
memecahkan masalah dan dalam pencarian informasi.
c. Kontrol hidup yang defensive-afektif (Defensive-affective mastery of life)
adalah pandangan yang didasarkan pada sikap optimistis dalam
pemecahan suatu masalah; dalam pemecahan masalah dan pencarian
masalah faktor afektif mendominasi.
46
d. Kontrol hidup yang pesimis afektif (Pessimistic-affective mastery of life)
seseorang tidak bergantung pada kemampuannya dalam memecahkan
masalah sehari-harinya, tetapi mengadopsi strategi dalam menghindari
usaha sistematis untuk mengimprovisasi situasinya. Pencarian informasi
yang sistematis tidak memainkan peran yang penting karena reaksi
emosional dan pandangan yang sempit mendominasi perilaku pemecahan
masalah.
Model yang dikemukakan oleh Ellis55
berikut ini: 1) memulai pencarian
(starting). Tahap awal merupakan tahap di mana individu memulai pencarian
informasi; 2) menghubungkan (chaining). Individu memformulasikan kebutuhan
informasi dengan pemikiran-pemikiran dan pengalaman yang dimiliki; 3)
penelusuran semi terarah (browsing).
3. Hambatan dalam Pencarian Informasi
Kesulitan dalam menemukan kembali informasi tidak saja timbul sebagai
akibat ledakan informasi, tetapi juga diakibatkan oleh berbagai faktor dan
keadaan yang lain. Menurut Pauline Atherton ada dua penyebabnya, yaitu jumlah
literatur yang diterbitkan bertambah dengan pesat, sehingga timbul kesukaran
pemakai untuk memperoleh informasi yang relevan dengan kebutuhannya.
55
Ellis, et al., “A comparison of the information seeking patterns of researchers in the physical and
social sciences.” Journal of documentation. Vol. 49, no. 4, (December 1991).
47
Kedua, dewasa ini pendidikan di kebanyakan negara tidak diarahkan
untuk mengembangkan kemampuan anak dalam hal membaca sejak dini dan tidak
pula menekankan penggunaan literatur sebagai sumber pengetahuan primer.56
Senada dengan pendapat Atherton, F.W. Lancester mengatakan bahwa saat ini
semakin meningkat kesulitan dalam menemukan kembali informasi, baik melalui
penelusuran retrospektif maupun mutakhir. Kesukaran ini sudah dialami dan
disadari oleh berbagai kalangan di berbagai sektor seperti industri swasta,
lembaga pemerintah, dan perguruan tinggi.57
Menurut Wojceich Pirog dalam Zul Herman, ada tiga kondisi penyebab
timbulnya kesukaran pemakai dalam memperoleh informasi yang mereka
butuhkan58
, yaitu sebagai berikut.
a. Pemakai informasi tidak memahami benar manfaat yang mungkin
diperolehnya dari infromasi.
b. Pemakai informasi tidak mengenal sumber informasi yang beragam dan
kalau pun kenal, mereka kurang memahami cara menggunakannya.
c. Pemakai informasi kurang dapat merumuskan dengan baik informasi yang
mereka butuhkan.
56
Pauline Atherton, Handbook of information systems and services (Paris: UNESCO, 1977), h. 217.
57 F.W. Lancester, “User education: the next major thrust in information science?” Journal of education
for librarianship, vol. 11 no. 1. h. 55
58 Wojciech Pirog, Training of documentation and information users. Unesco Bulletin for Libraries,
vol. 24 no. 5. h. 266
48
Dewasa ini sistem komputer bukan lagi hal yang aneh di lingkungan dunia
perpustakaan dan informasi. Dengan komputer, dengan hanya menekan tombol,
akan terjawablah semua persoalan. Akan tetapi, yang menjadi persoalan, misalnya
dalam pekerjaan menelusur informasi melalui komputer ternyata bukan semata-
mata masalah mesin, tetapi lebih merupakan masalah intelektual. Pemakai atau
pencari informasi sebelum berhadapan dengan komputer, perlu lebih dahulu
merumuskan dengan baik apa yang diinginkannya. Tanpa melakukan cara
demikian, komputer tidak akan banyak bermanfaat.59
Sehingga perlu adanya interaksi antara pustakawan atau staf informasi
dengan pemakai. Elizabeth Orna menambahkan60
, menurutnya; interaksi antara
pustakawan atau staf informasi dengan pemakai dapat melahirkan dua hal pokok,
yaitu pemahaman (insight) terhadap kebutuhan informasi pemakai dan inisiatif.
a. Pemahaman, yaitu merupakan upaya yang memungkinkan pustakawan
atau staf informasi mengenali dan mengkaji kebutuhan informasi pemakai
secara lebih mendalam.
b. Inisiatif, yaitu upaya untuk mencarikan berbagai cara atau metode yang
sesuai agar perpustakaan atau jasa informasi dapat berperan besar
memenuhi kebutuhan informasi pemakai.
59
Zul Herman, Program pendidikan pemakai di Pusat Regional Biologi Tropika (Biotrop) dan Pusat
Dokumentasi Ilmiah Nasional Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (PDIN-LIPI): Sebuah tinjauan
(Depok: Jurusan Ilmu Perpustakaan, Fakultas Sastra, Universitas Indonesia, 1983), h. 21-22.
60 Elizabeth Orna, “Should we educate our user? Aslib Proceedings,” 30 (April 1978). h. 130-132
49
Inisiatif ini menurut penulis, harus juga timbul dari dalam diri pemakai
dalam bertanya dan/atau meminta bantuan pada hal-hal yang tak dimengerti yang
menunjang dalam menemukan informasi. Proses interaksi tidak bergerak ke satu
arah, tetapi berkesinambungan seperti dilukiskan berikut ini.
Pemahaman inisiatif
Interaksi
4. Aktivitas Penggunaan Informasi
Dalam kaitannya tentang aktivitas penggunaan informasi dalam penelitian
ini, yang akan ditelaah adalah saluran sumber informasi. Seseorang dalam
mencari informasi ternyata memanfaatkan berbagai saluran baik saluran formal
maupun yang bersifat tidak formal. Yang termasuk saluran formal adalah
perpustakaan dan unit informasi lainnya, sedangkan yang termasuk kelompok
tidak formal adalah sejawat dan institusi-institusi selain perpustakaan dan unit
informasi yang tidak didesain sebagaimana sumber informasi formal.61
61
Evan G. Edward, Developing library and information center collection. 2nd
ed. Littleton: Library
Unlimited, 1987. h. 27
50
Demikian pula Bouazza62
menyatakan bahwa dalam pencarian informasi,
para ilmuwan biasanya menggunakan dua sumber secara bergantian, yaitu sumber
informasi formal dan sumber informasi yang bersifat tidak formal. Dimaksud
sumber informasi formal adalah sumber informasi tercetak seperti buku, jurnal,
laporan, makalah. Termasuk sumber informasi tidak formal adalah bentuk-bentuk
informasi yang tidak tercetak yang didapatkan melalui percakapan dengan
sejawat, baik langsung maupun melalui saluran telepon, diskusi kecil, serta hadir
dalam seminar, konferensi, dan sejenisnya. Kemungkinan dua saluran dalam
pencarian informasi tersebut dilakukan oleh anggota DPR RI dari kalangan artis.
Beberapa konsep tentang perilaku pencarian informasi dari aktivitas
kebutuhan, pencarian dan penggunaan informasi sebagaimana yang dikemukakan
akan dipakai sebagai acuan dalam penelitian ini. Beberapa acuan yang telah ada
tidak semua peneliti ukur, akan tetapi acuan yang telah ada hanya digunakan
sebagai rujukan. Untuk mengungkap gambaran pola perilaku pencarian informasi
para anggota DPR RI dari kalangan artis yang akan disajikan secara deskriptif.
62
Abdelmajed Bouazza, Information user studies dalam Allen Kent (Editor) Encyclopedia of library
and information science (New York: Marcel Dekker, 1989), h. 155.
51
D. Penelitian Sebelumnya
Kajian perilaku pencarian informasi berawal dari kajian tentang temu kembali
informasi yang dimulai pada tahun 1970 sampai saat ini mengalami berbagai
perkembangan. Pada mulanya temu kembali informasi menggunakan pendekatan
fisik atau kemudian disebut pendekatan tradisional atau kajian yang berorientasi pada
sistem (mesin, manusia dan lembaga).
Selanjutnya pandangan tentang informasi telah berubah dari pandangan
berorientasi fisik ke pandangan yang berorientasi kognitif. Oleh karena itu, maka para
peneliti mulai menggunakan pendekatan “user oriented” berorientasi pemakai.
Penelitian mengenai kebutuhan dan pencarian informasi pada anggota DPR
RI sebenarnya telah dilakukan oleh seseorang peneliti bernama A.H. Arsland tahun
2001. Pada sebuah tesisnya yang berjudul “Studi tentang kebutuhan dan pencarian
informasi anggota DPR-RI dalam proses penerbitan suatu undang-undang atas usul
inisiatif.”
Dan selanjutnya oleh Wawanudin. Pada sebuah skripsinya yang berjudul
“Peran Jasa Perpustakaan DPR RI terhadap Pemenuhan Kebutuhan Informasi bagi
Pegawai Sekretariat Jenderal DPR RI.”
52
BAB III
GAMBARAN UMUM
A. DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA
1. Sejarah Singkat DPR RI
Pada masa penjajahan Belanda, terdapat lembaga semacam parlemen
bentukan Penjajah Belanda yang dinamakan Volksraad. Pada tanggal 8 Maret
1942 Belanda mengakhiri masa penjajahan selama 350 tahun di Indonesia.
Pergantian penjajahan dari Belanda kepada Jepang mengakibatkan keberadaan
Volksraad secara otomatis tidak diakui lagi, dan bangsa Indonesia memasuki masa
perjuangan Kemerdekaan.
Sejarah DPR RI dimulai sejak dibentuknya Komite Nasional Indonesia
Pusat (KNIP) oleh Presiden pada tanggal 29 Agustus 1945 (12 hari setelah
Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia) beranggotakan 137 orang di
Gedung Kesenian, Pasar Baru Jakarta. Tanggal peresmian KNIP (29 Agustus
1945) dijadikan sebagai TANGGAL dan HARI LAHIR DPR RI. Komite Nasional
Pusat ini diakui sebagai cikal bakal badan legislatif di Indonesia
Semenjak adanya KNIP itu mulailah berganti nama menjadi DPR RI.
Berikut ini perjalanan DPR dari masa ke masa:
53
1. Komite Nasional Indonesia Pusat (29 Agustus 1945 - 15 Februari 1950).
2. DPR dan Senat RIS (15 Februari 1950 - 16 Agustus 1950).
3. DPRS (16 Agustus 1950 - 26 Maret 1956).
4. DPR hasil Pemilu I (26 Maret 1956 - 22 Juli 1959).
5. DPR setelah Dekrit Presiden (22 Juli 1959 - 26 Juni 1960).
6. DPR GR (26 Juni 1960 - 15 November. 1965).
7. DPR GR minus (PKI 15 November. 1965 - 19 November. 1966).
8. DPR GR Orde Baru (19 November. 1966 - 28 Oktober 1971).
9. DPR hasil pemilu 2 (28 Oktober 1971 - 01 Oktober 1977).
10. DPR hasil pemilu 3 (01 Oktober 1977 - 01 Oktober 1982).
11. DPR hasil pemilu 4 (01 Oktober 1982 - 01 Oktober 1987).
12. DPR hasil pemilu 5 (01 Oktober 1987 - 01 Oktober 1992).
13. DPR hasil pemilu 6 (01 Oktober 1992 - 01 Oktober 1997).
14. DPR hasil pemilu 7 (01 Oktober 1997 - 01 Oktober 1999).
15. DPR hasil pemilu 8 (01 Oktober 1999 - 01 Oktober 2004).
16. DPR hasil pemilu 9 (01 Oktober 2004 - 01 Oktober 2009).
17. DPR hasil pemilu 10 (01 Oktober 2009 - 01 Oktober 2014).
54
2. Fungsi Pokok DPR RI
a. Tugas dan Wewenang
Dalam BAB II Pasal 4 Peraturan Tata Tertib Dewan Perwakilan Rakyat
Republik Indonesia dirumuskan tugas dan wewenang DPR RI sebagai berikut:
1) DPR mempunyai tugas dan wewenang:
a) Bersama-sama dengan presiden membentuk undang-undang;
b) Bersama-sama dengan presiden menetapkan anggaran;
c) Melaksanakan pengawasan terhadap;
(1). Pelaksanaan undang-undang,
(2). Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dan
(3). Kebijakan Pemerintah.
d) Membahas hasil pemeriksaan atas pertanggungjawaban keuangan
Negara yang diberitahukan oleh Badan Pemeriksa Keuangan, yang
disampaikan dalam Rapat Paripurna DPR, untuk dipergunakan
sebagai bahan pengawasan;
e) Membahas untuk meratifikasi dan/atau member persetujuan atas
pernyataan keadaaan perang, pernyataan perang, serta pembuatan
perdamaian dan perjanjian dengan negara lain yang dilakukan oleh
Presiden;
f) Menampung dan menindak lanjuti aspirasi dan pengaduan
masyarakat;
55
g) Melaksanakan hal-hal yang ditugaskan oleh ketetapan-ketetapan
Majelis Permusyawaratan Republik Indonesia dan/atau Undang-
undang kepada DPR
2) Untuk kepentingan pelaksanaan tugas dan wewenang, DPR dapat:
a) Mengadakan konsultasi dan koordinasi dengan Lembaga Tinggi
Negara lainnya; dan
b) Meminta pejabat negara, pejabat pemerintah, atau warga
masyarakat untuk memberikan keterangan tentang sesuatu hal yang
perlu ditangani demi kepentingan Negara, bangsa, pemerintahan
dan pembangunan.
b. Hak DPR dan Hak Anggota DPR RI
Untuk melaksanakan wewenang dan tugas sebagaimana dimaksud
dalam BAB II Pasal 4, DPR mempunyai Hak:
1) Meminta keterangan kepada Presiden (Hak Interpelasi);
2) Mengadakan penyelidikan (Hak Angket);
3) Mengadakan perubahan atas rancangan undang-undang (Hak
Amandemen);
4) Mengajukan pernyataan pendapat;
5) Mengajukan rancangan undang-undang atau usul inisiatif;
6) Mengajukan/menganjurkan seseorang untuk jabatan tertentu jika
ditentukan oleh suatu peraturan perundang-undangan;
56
7) Menentukan anggaran DPR;
8) Memanggil seseorang;
9) Mengajukan pertanyaan;
10) Protokoler dan keuangan/administrasi.
3. Alat Kelengkapan DPR RI
Sebagai Lembaga Tinggi Negara, DPR dalam melaksanakan fungsi dan
tugasnya mempunyai alat kelengkapan yang sekaligus menjadi unsur
penunjang. Alat kelengkapan DPR RI tersebut ialah:
a. Pimpinan DPR;
b. Badan Musyawarah (BAMUS);
c. Komisi dan Subkomisi;
d. Badan Urusan Rumah Tangga (BURT);
e. Badan Legalisasi;
f. Badan Kerja Sama Antar Parlemen (BKSAP);
g. Dewan Kehormatan;
h. Panitia.
4. Komisi dan Subkomisi
57
Berdasarkan UU tentang DPR RI pasal 7 anggota dewan berjumlah 560
(lima ratus enam puluh) orang. Dari jumlah tersebut seseorang anggota DPR
harus menjadi anggota salah satu komisi pada pasal 8 ayat 1. Pada ayat
selanjutnya dijelaskan bahwa yang boleh merangkap hanya anggota Badan
Musyawarah, berikut ini susunan komisi dan pasangan kerja DPR:
Tabel 3. KOMISI DAN PASANGAN KERJANYA (DPR)
Komisi Bidang Kerja Pasangan Kerja
I Pertahanan,Intelijen,
Luar Negeri,
Komunikasi dan
Informasi
1. Departemen Pertahanan
2. Departemen Luar Negeri
3. Tentara Nasional Indonesia
4. Departemen Komunikasi dan Informatika
5. Dewan Ketahanan Nasional
(WANTANNAS)
6. Badan Intelijen Negara (BIN)
7. Lembaga Sandi Negara (LEMSANEG)
8. Lembaga Kantor Berita Nasional ANTARA
9. Lembaga Ketahanan Nasional
(LEMHANNAS)
10. Komisi Penyiaran Indonesia (KPI)
11. Televisi Republik Indonesia (TVRI)
12. Radio Republik Indonesia (RRI)
13. Dewan Pers
II Pemerintahan Dalam
Negeri dan Otonomi
Daerah,Aparatur
Negara, Agraria dan
Komisi Pemilihan
Umum (KPU)
1. Departemen Dalam Negeri
2. Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur
Negara
3. Menteri Sekretaris Negara
4. Sekretaris Negara
5. Lembaga Administrasi Negara (LAN)
6. Badan Kepegawaian Negara (BKN)
7. Badan Pertanahan Nasional (BPN)
8. Arsip Nasional RI (ANRI)
9. Komisi Pemilihan Umum (KPU)
III Hukum, Perundang 1. Departemen Hukum dan Hak Azasi Manusia
58
Undangan, Ham dan
Keamanan
2. Kejaksaan Agung
3. Kepolisian Negara Republik Indonesia
4. Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)
5. Komisi Ombudsman Nasional
6. Komisi Hukum Nasional
7. Komisi Nasional HAM (KOMNASHAM)
8. Setjen Mahkamah Agung
9. Setjen Mahkamah Konstitusi
10. Setjen MPR
11. Setjen DPD
12. Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi
Keuangan (PPATK)
13. Badan Pembinaan Hukum Nasional (BPHN)
14. Komisi Yudisial
IV Pertanian, Perkebunan,
Kehutanan, Kelautan,
Perikanan dan Pangan,
1. Departemen Pertanian
2. Departemen Kehutanan
3. Departemen Kelautan
4. Badan Urusan Logistik
5. Dewan Maritim Nasional
V Perhubungan, Pekerjaan
Umum,Perumahan
Rakyat,Pembangunan
Pedesaan dan Kawasan
Tertinggal, Badan
Meteorologi dan
Geofisika, dan Badan
Sar Nasional
1. Departemen Pekerjaan Umum
2. Departemen Perhubungan
3. Menteri Negara Perumahan Rakyat
4. Menteri Negara Pembangunan Daerah
Tertinggal
5. Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG)
VI Perdagangan,
Perindustrian, Investasi,
Koperasi UKM BUMN,
Standarisasi Nasional,
1. Departemen Perindustrian
2. Departemen Perdagangan
3. Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil-
Menengah.
4. Menteri Negara BUMN
5. Badan Koordinasi Penanaman Modal
(BKPM)
6. Badan Standarisasi Nasional (BSN)
7. Badan Perlindungan Konsumen Nasional
(BPKN)
8. Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU)
59
VII Energi Sumber Daya
Mineral,Riset dan
Teknologi,Lingkungan
Hidup,
1. Departemen Energi dan Sumber Daya
Mineral
2. Menteri Negara Lingkungan Hidup
3. Menteri Negara Riset dan Teknologi
4. Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi
(BPPT)
5. Dewan Riset Nasional
6. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI)
7. Badan Tenaga Nuklir (BATAN)
8. Badan Pengawas Tenaga Nuklir
(BAPETAN)
9. Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan
Nasional (BAKOSURTANAL)
10. Lembaga Penerbangan dan Antariksa
Nasional (LAPAN)
11. Badan Pengatur Kegiatan Hilir Migas
VIII Agama, Sosial dan
Pemberdayaan
Perempuan
1. Departemen Agama
2. Departemen Sosial
3. Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan
4. Komisi Perlindungan Anak Indonesia
(KPAI)
IX Kependudukan,
Kesehatan, Tenaga
Kerja dan Transmigrasi
1. Departemen Kesehatan
2. Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi
3. Badan Koordinasi Keluarga Berencana
Nasional (BKKBN)
4. Badan Pengawas Obat dan Makanan
(BPOM)
5. PT. Jamsostek (Persero)
X Pendidikan, Pemuda,
Olahraga, Pariwisata,
Kesenian, Perfilman,
Kebudayaan, dan
Perpustakaan
1. Menteri Pendidikan Nasional
2. Menteri Kebudayaan dan Pariwisata
3. Menteri Negara Pemuda dan Olahraga
4. Perpustakaan Nasional
5. Badan Pengembangan Kebudayaan
Pariwisata (BPBUDPAR)
XI Keuangan,Perencanaan
Pembangunan
Nasional,Perbankan dan
Lembaga Keuangan
Bukan Bank
1. Departemen Keuangan
2. Menteri Negara Perencanaan dan
Pembangunan/Kepala BAPPENAS
3. Bank Indonesia
4. Lembaga Keuangan Bukan Bank
5. Badan Peengawasan Keuangan dan
Pembangunan (BPKP)
6. Badan Pusat Statistik
7. Setjen BPK RI
60
5. Anggota DPR RI dari kalangan Artis
Fenomena artis ke politik, yaitu sebagai legislator di DPR, sudah
berkembang sejak masa orde baru, antara lain Rhoma Irama, Sophan Sophian,
Rano Karno, Eddy Sud. Para artis yang diajak atau ikut terjun ke politik adalah
mayoritas merupakan pemain film, sinetron, penyanyi, musisi dan pelawak.1
Diantara semua artis yang menjadi caleg pada pemilu 2004, akhirnya 6
(enam) orang lolos ke Senayan. Mereka adalah Marrisa Haque. Angelina
Sondakh, Deddy Sutomo, Aji Massaid, Dede Yusuf dan Qomar. Meskipun
hanya berenam jumlahnya, kehadiran mereka di Senayan semakin mendorong
euphoria, baik dikalangan artis maupun pengurus partai politik sendiri bahwa
kalangan artis ternyata berkesempatan.2 Hingga akhirnya sekarang pada masa
jabatan 2009 Angelina Sondakh, Aji Massaid, Dede Yusuf dan Qomar
menjabat kembali menjadi anggota DPR, Berikut ini data anggota DPR RI dari
kalangan artis periode 2010-20143, yaitu:
1 Lili Romli, ed., Pemilu 2009 dan konsolidasi demokrasi (Jakarta: Pusat Pengkajian Pengolahan Data
dan Informasi, Sekretariat Jenderal DPR RI, 2008), h. 84.
2 Zulfahmi, Selebritas menjadi Caleg: Untung atau rugi bagi partai, Media Indonesia, 12 September
2008.
3 F. Harianto Santoso, Wajah DPR dan DPD 2009-2014: latar belakang pendidikan dan karier
(Jakarta: Kompas, 2010), h. xl
61
Tabel 4. Data Anggota DPR RI dari Kalangan Artis Periode 2010-2014
No. Nama Keanggotaan Jumlah
Suara
Persen
BPP*
1. CP. Samiadji Massaid, SE** Partai Demokrat 70.572 47,5
2. Angelina Sondakh, SE, M.Si.*** Partai Demokrat 145.159 74,2
3. Ingrid Maria Palupi Kansil, S.Sos Partai Demokrat 33.418 20,3
4. H. Nurul Komar Partai Demokrat 101.170 59,4
5. Theresia E.E. Pardede, S.Sos.*** Partai Demokrat 21.672 11,7
6. Venna Melinda Partai Demokrat 30.650 17,3
7. Nurul Arifin Partai Golkar 122.452 66,4
8. Tantowi Yahya Partai Golkar 209.044 130,7
9. Teti Kadi Partai Golkar 35.882 21,1
10. TB Dedy Suwandi Gumelar PDI Perjuangan 42.659 29,3
11. Rieke Dyah Pitaloka PDI Perjuangan 80.681 43,3
12. Eko Hendro Purnomo, S.Sos PAN 64.176 39,9
13. Primus Yustisio PAN 60.684 30,4
14. Jamal Mirdad Partai Gerinda 34.674 19,7
15. Rachel Mariam Partai Gerinda 25.540 13,7
16. Dra. Hj. Okky Asokawati, M.Si. PPP 17.343 8,9
*Bilangan pembagi pemilih
**Meninggal Dunia
***Mengundurkan diri
62
B. PUSAT PENGKAJIAN PENGOLAHANAN DATA DAN INFORMASI
1. Informasi Umum P3DI
a. Sejarah Singkat P3DI
Salah satu tugas Sekretariat Jenderal DPR RI menurut Tata Tertib DPR
RI adalah melayani segala kebutuhan DPR RI. Agar DPR dapat melaksanakan
wewenang dan tugasnya dengan sebaik-baiknya, yang antara lain pemenuhan
kebutuhan anggota dewan terhadap informasi.
Berkaitan dengan hal tersebut sejak bulan Agustus tahun 1990, atas
prakarsa Ketua MPR/DPR RI periode 1987-1992, Sekretariat Jenderal DPR RI
bekerja sama dengan Universitas Indonesia dan the Asia Foundation merintis
pembentukan sebuah institusi untuk pemenuhan kebutuhan tersebut, yang
tugas pokoknya adalah memenuhi kebutuhan informasi anggota dewan dalam
menjalankan tugasnya. Pada akhirnya setelah dilakukan restrukturisasi
kelembagaan Sekretariat Jenderal DPR RI yang dilakukan pada tahun 1994,
sesuai dengan keppres No. 13/1994, maka institusi itu dibakukan namanya
menjadi Pusat Pengkajian dan Pelayanan Informasi. Lalu berubah lagi
sekarang menjadi Pusat Pengkajian Pengolahan Data dan Informasi. Oleh
karena itu, Pusat Pengkajian Pengolahan Data dan Informasi (P3DI) adalah
unsur penunjang pelaksanaan tugas pokok Sekretariat Jenderal yang berada di
bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Sekretariat Jenderal, yang
bertugas melaksanakan pengkajian dan analisis serta menyediakan informasi
(lihat lampiran 1). P3DI dipimpin oleh seseorang Kepala Pusat.
63
Sebagai sebuah institusi setingkat esselon II yang bertugas melayani
kebutuhan informasi, data dan pengkajian permasalahan bagi para anggota
dalam menjalankan tugasnya, terbagi dalam lima bidang kajian. Kelima bidang
kajian yang diliput tersebut adalah politik dalam negeri, hokum, hubungan
internasional, ekonomi dan kesejahteraan social, disamping dikembangkan
pula jaringan system informasi yang menggunakan komputer, perpustakaan,
dan dokumentasi.
b. Visi dan Misi
1. Visi
Menjadi perpustakaan parlemen yang unggul dalam menyediakan
sumber informasi untuk mendukung fungsi dan tugas DPR RI
2. Misi
Menyediakan akses informasi yang mendukung tugas dan fungsi
DPR RI meningkatkan kualitas produk yang dihasilkan.
c. Jenis Pelayanan
Pencarian dan pengumpulan informasi/data yang diperlukan anggota
dapat diajukan dalam bentuk pertanyaan tertulis dalam formulir yang
disediakan ataupun lewat telepon. Dan untuk keperluan ini P3DI membuat
kliping surat kabar dalam dan luar negeri (dikerjakan oleh perpustakaan). Hasil
64
informasi yang diberikan dapat berupa data yang belum diolah ataupun yang
sudah diolah dan dianalisa. P3DI juga mengatur pembagian surat
kabar/majalah ke ruangan anggota-anggota DPR RI maksimal 3 surat
kabar/majalah. Apabila ingin diganti bisa langsung menghubungi
perpustakaan.
Apabila anggota dewan menghendaki kejelasan dan pendalaman
terhadap suatu masalah tertentu yang berkaitan dengan bidang tugasnya secara
terbatas, P3DI dapat mengorganisasikan sebuah lokakarya, seminar, ataupun
diskusi yang dapat diajukan oleh Badan, Komisi atau Fraksi. Selain itu P3DI
juga melakukan pengumpulan data di lapangan (field research) untuk
memperoleh kenyataan yang sesungguhnya dari suatu masalah.
Singkatnya, pelayanan yang dapat diberikan oleh P3DI adalah kliping
surat kabar yang terdiri dari isu-isu politik dalam negeri, hukum, ekonomi,
kesejahteraan sosial, dan hubungan international serta informasi tentang
anggota DPR RI.
Selain itu juga memberikan analisis isu aktual, analisis/kajian
rancangan undang-undang, penyusunan draft akademik, diskusi, seminar dan
lokakarya. Disamping itu, P3DI juga menerbitkan buku-buku yang berupa
analisis masalah aktual, hasil-hasil penelitian dan majalah ilmiah yang terbit
secara berkala yaitu majalah “KAJIAN”.
65
d. Yang Berhak Menerima Layanan
Pada prinsipnya, setiap anggota dewan berhak untuk mendapatkan
pelayanan dari P3DI , namun terdapat beberapa jenis pelayananyang hanya
dapat diberikan jika diminta oleh alat kelengkapan DPR, seperti Badan dan
Komisi, serta oleh Fraksi.
Layanan yang hanya dapat diminta oleh fraksi dan alat kelengkapan
dewan tersebut adalah seminar, lokakarya, penelitian lapangan, penyusunan
draft akademik dalam menyusun rancangan undang-undang. Sedangkan
pelayanan yang lain, seperti kliping surat kabar, analisis masalah aktual,
analisis masalah rancangan undang-undang, dan diskusi, dapat diminta oleh
perorangan.
e. Cara Memperoleh Layanan
Untuk memperoleh pelayanan dapat dilakukan dengan cara:
1) Membuat surat permintaan (memo) yang ditujukan kepada Kepala
Pusat Pengkajian Pengolahan Data dan Informasi, atau Kepala Bidang
Kajian dan Analisis (Kabid. PAIS).
2) Langsung menghubungi peneliti secara personal melalui telepon:
a) 5756073 untuk bidang Kesejahteraan sosial
b) 5756074 untuk bidang Politik Dalam Negeri
c) 5755996 untuk bidang Hukum
d) 5755997 untuk bidang Hubungan International
e) 5755998 untuk bidang Ekonomi
66
3) Datang langsung ke masing-masing bidang di Pusat Pengkajian
Pengolahan Data dan Informasi Sekretariat Jenderal DPR RI, Gedung
Nusantara I Lantai 2.
2. Bidang Pengkajian dan Analisa
a. Bidang Kesejahteraan Sosial
Tim kesejahteraan sosial memberikan pelayanan dalam bentuk analisis
terhadap berbagai permasalahan social kemasyarakatan, penyediaan data,
konsultasi dan diskusi.
1) Pembangunan Sumber Daya Manusia:
a) Pendidikan;
b) Kebudayaan;
c) Agama;
d) Pemberdayaan Perempuan;
e) Seni dan Budaya;
f) Kepemudaan;
g) Olahraga; dan
h) Pengembangan IPTEK.
67
2) Kependudukan:
a) Kependudukan;
b) Tenaga Kerja;
c) Transmigrasi;
d) Pembangunan Pedesaan; dan
e) Perkembangan Perkotaan.
3) Kesejahteraan Masyarakat:
a) Kesehatan;
b) Jaminan sosial;
c) Penanganan Masyarakat Terasing;
d) Konflik dan Diskriminasi; dan
e) Masalah-masalah sosial.
b. Bidang Politik Dalam Negeri
Tim peneliti politik dalam negeri memberikan bantuan keahlian dalam
melakukan analisis isu aktual, kajian undang-undang, penelitian, dan diskusi
dan konsultasi berbagai topik bidang politik dalam negeri, yaitu:
1) Kelembagaan Negara:
a) Parlemen;
b) Kepresidenan;
c) Yudikatif; dan
d) Lembaga-lembaga Negara lainnya.
68
2) Kelembagaan Masyarakat:
a) Kepartaian;
b) Sistem Pemilu; dan
c) Lembaga Swadaya Masyarakat/Ormas.
3) Kelembagaan Daerah:
a) Pemerintah Daerah;
b) DPRD; dan
c) Hubungan Pusat dan Daerah.
4) Lain-lain:
a) Komunikasi dan Media Massa;
b) Militer, Pertahanan dan Keamanan; dan
c) Birokrasi Sipil dan Aparatur Negara.
c. Bidang Hukum
1) Tugas Tim Hukum
Tim hukum memberikan bantuan keahlian dalam bentuk analisis
terhadap berbagai permasalahan sistem hukum dalam pembangunan, baik
dalam rangka pembentukan hukum, maupun penegakan hukum.
69
2) Bidang Masalah Hukum yang Ditangani
a) Hukum dan Masalah Pemerintah
(1). Lembaga-lembaga Negara,
(2). Pemerintahan Daerah,
(3). Otonomi Daerah,
(4). Pembentukan Peraturan Perundang-undangan,
(5). Legislasi,
(6). Penegakan Hukum,
(7). Hak Asasi Manusia,
(8). International.
b) Hukum dan Masalah Ekonomi dan Sosial
(1). Perbankan,
(2). Investasi,
(3). Industri,
(4). Perdagangan,
(5). Lembaga Keuangan Non Perbankan,
(6). Kesehatan,
(7). Jaminan Sosial,
(8). Ketenagakerjaan,
(9). Perlindungan Konsumen,
(10). Pasar Modal
70
d. Bidang Hubungan Internasional
1) Fokus Pengkajian Tim HI
a) Politik Luar Negeri Indonesia
b) Studi Kawasan
c) Organisasi International
d) Politik dan Keamanan International
e) Ekonomi International
f) Lingkungan Hidup
e. Bidang Ekonomi
1) Tugas Bidang Ekonomi
Tim Ekonomi P3DI bertugas memberikan layanan keahlian dalam
bentuk data dan kajian terhadap berbagai permasalahan ekonomi yang
dibutuhkan anggota dewan.
2) Bidang-Bidang Kajian
a) Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN),
b) Ekonomi Keuangan dan Perbankan,
c) Ekonomi Manajemen dan Pembangunan,
d) Ekonomi Investasi dan Industry
e) Ekonomi Kebijakan Publik
71
3. Bidang Perpustakaan
a. Sejarah Singkat
Perpustakaan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia mulai
berdiri sejak pemerintah Negara Indonesia masih berbentuk Negara Republik
Indonesia Serikat (RIS) yang berkedudukan di Yogyakarta, sekitar tahun 1951.
Perpustakaan ini merupakan kelanjutan dari “Bibliotheca Volkstraad,” milik
Pemerintah Hindia Belanda di Indonesia, yang merupakan koleksi
perpustakaan “Volkstraad.” Dan pada saat Ibu Kota Pemerintah Republik
Indonesia pindah ke Jakarta. Perpustakaan di tempatkan di Gedung yang
berlokasi di Lapangan Banteng, yang sekarang menjadi Gedung Balai Pustaka.
Tahun 1965, perpustakaan pindah ke Gedung DPR RI di Senayan atau Gedung
Pemuda. Baru pada tahun 1968 perpustakaan pindah ke Gedung DPR RI di
Jalan Gatot Subroto yang berlokasi di basement. Namun perpustakaan ini
masih beberapa kali pemindahan lokasi. Tahun 1970 Perpustakaan menempati
lantai 2 (dua) Gedung Sekretariat Jenderal DPR RI di Ruang Pustaka Loka.
Tahun 1985 perpustakaan menempati ruang Pustaka Loka lantai 1 (satu).
Tahun 1997 Perpustakaan menempati Gedung Nusantara I DPR RI lantai 3
(tiga) dan 4 (empat). Sekarang untuk sementara menempati lantai I Gedung
Nusantara I.
72
b. Tugas Pokok dan Fungsi
Perpustakaan DPR RI merupakan suatu unit yang dikepalai oleh
seorang kepala setingkat eselon IIIa, yang bertanggungjawab kepada Kepala
Pusat Pengkajian Pengolahan Data dan Informasi (Kapus P3DI). Tugas pokok
perpustakaan adalah membantu sekretaris Jenderal DPR RI di bidang
penyelenggaraan perpustakaan dalam rangka menunjang pelaksanaan tugas
Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia dan Sekretariat Jenderal DPR
RI. Untuk melaksanakan tugas pokoknya perpustakaan mempunyai tugas
sebagai berikut:
1) Mengumpulkan dan menyusun bahan pustaka yang ada kaitannya
dengan tugas DPR RI dan Setjen DPR RI,
2) Memberikan layanan dan mendayagunakan bahan pustaka atau koleksi
yang dimiliki,
3) Memelihara bahan pustaka atau koleksi yang dimiliki,
4) Membuat nomor klasifikasi untuk buku dan referensi,
5) Membuat abstrak bahan pustaka,
6) Mengadakan hubungan kerjasama dengan perpustakaan dan instansi
lain,
7) Melakukan tata usaha perpustakaan,
8) Tugas-tugas lain yang ditentukan oleh Sekretariat Jenderal DPR RI.
73
c. Struktur Organisasi
Berdasarkan keputusan Sekretariat Jenderal DPR RI Nomor 175/Sekjen
DPR RI/1994, jo. 1487/Sekjen DPR RI/1997, jo. 411/Sekjen DPR RI/1999,
perpustakaan DPR RI terdiri dari:
1) Seksi pengolahan yang mempunyai tugas mengumpulkan atau
menyediakan bahan-bahan pustaka serta melakukan tata usaha, dan
laporan serta mengolah, memelihara dan menyusun katalog.
2) Seksi pelayanan yang mempunyai tugas memberikan pelayanan,
mendayagunakan bahan pustaka atau koleksi yang dimiliki.
d. Koleksi, Pengguna dan Layanan
1) Koleksi Perpustakaan
Perpustakaan DPR RI mempunyai koleksi terdiri dari 4 jenis
koleksi perpustakaan sebagai berikut:
a) Koleksi umum. Koleksi umum terdiri dari koleksi buku-buku yang
sebagian besar terdiri atas disiplin ilmu, yaitu ilmu politik,
ekonomi, sosial, hukum, administrasi Negara dan lain-lainnya
(biasanya ilmu-ilmu yang berhubungan dengan RUU yang sedang
dibahas).
b) Koleksi referensi. Koleksi referensi terdiri dari peraturan
perundang-undangan, kamus, ensiklopedia, peta, profil daerah
(anggota), pidato presiden dan lain-lain.
74
c) Koleksi PBB (The United Nations collections) dan buku-buku
terbitan World Bank.
d) Koleksi terbitan berkala. Koleksi terbitan berkala (koran dan
majalah) terdiri dari 24 (dua puluh empat) koran dalam dan luar
negeri, koran daerah, kliping koran tentang DPR dan majalah dalam
dan luar negeri serta jurnal.
e) Koleksi online database. Koleksi online database yang dapat
diakses secara intranet terdiri kompas online dapat diakses melalui
(http://pik.kompas.co.id), tentang hukum, undang-undang dan
peraturan online dapat diakses melalui (http://hold), kliping online
(mediatrac) dapat diakses melalui (http://www.mediatrac.net).
2) Pengguna
Selain anggota DPR RI dan Pegawai Setjen DPR RI, perpustakaan
menerima pengunjung dari luar antara lain, mahasiswa tingkat akhir yang
sedang menyelesaikan tugas akhir, para peneliti dari instansi atau lembaga
lain dengan syarat menyerahkan kartu identitas dan membawa surat
pengantar dari perguruan tinggi atau instansi yang bersangkutan.
75
3) Sistem Pelayanan
Sistem pelayanan perpustakaan DPR RI terdiri dari 2 (dua) sistem,
yaitu sistem pelayanan terbuka (open access) untuk koleksi umum dan
system pelayanan tertutup (closed access) untuk koleksi referensi. Dalam
proses penelusuran buku, katalogisasi buku telah terdaftar dalam pangkalan
data untuk memudahkan proses pencarian buku. Selain itu petugas
perpustakaan akan membantu pengunjung untuk menemukan buku yang
dibutuhkan melalui sistem komputerisasi jaringan OPAC.
4) Petugas Pelayanan
a) Petugas koleksi umum : Nana dan Aan nomor telp. 5756004
b) Petugas referensi : Rosidah dan Tenny nomor telp. 5756007
c) Petugas koleksi majalah dan koran : Suwandi nomor telp. 5756007
d) Petugas PBB (The United Nations) dan World Bank (Untuk
sementara tidak dapat digunakan).
e. Peraturan Tata Tertib Perpustakaan DPR RI
1) Jam Buka
Perpustakaan di buka setiap hari kerja:
Senin s.d. Jum’at : 09.00 – 15.00 WIB
Istirahat : 12.00 – 13.00 WIB
(Kecuali Jum’at istirahat) : 11.30 – 13.00 WIB
Sabtu/Minggu/Hari Besar : Tutup.
76
2) Keanggotaan
a) Terdiri dari seluruh anggota DPR RI dan seluruh Pegawai Setjen
DPR RI yang berstatus PNS dan CPNS.
b) Keanggotaan perpustakaan melekat secara otomatis selama yang
bersangkutan masih menjadi anggota dewan atau pegawai Sekjen
DPR RI.
3) Peraturan Peminjaman
a) Anggota DPR RI dan pegawai Setjen DPR RI berhak meminjam
buku sebanyak 4 (empat) buku.
b) Jangka waktu peminjaman buku selama 3 (tiga) minggu dan dapat
diperpanjang dengan menghubungi petugas.
c) Perpanjangan waktu peminjaman dapat diberikan apabila buku
yang dimaksud tidak ada yang memesan.
d) Buku-buku yang dipandang sangat diperlukan demi kelancaran
tugas anggota DPR RI dan Setjen DPR RI, sewaktu-waktu dapat
ditarik dari peminjam oleh petugas perpustakaan sebelum waktu
peminjaman habis.
e) Buku Referensi (bertanda ”R”) hanya boleh dibaca di ruang
perpustakaan atau dapat di photo copy.
77
f) Pengguna perpustakaan dari luar (tamu) yang ingin memanfaatkan
perpustakaan harus membawa identitas dan surat pengantar dari
Perguruan Tinggi atau Instansi yang bersangkutan dengan diberikan
fasilitas untuk membaca di dalam perpustakaan, peminjaman hanya
dilayani dengan cara mengcopy ke tempat photo copy dengan
diantar oleh petugas perpustakaan.
4) Sanksi
a) Bagi peminjam yang merusak buku yang dipinjam, kepadanya
diwajibkan untuk memperbaiki buku tersebut.
b) Bagi peminjam yang menghilangkan buku yang dipinjam dari
perpustakaan, kepadanya diwajibkan mengganti buku tersebut
dengan buku yang sama atau mengganti dengan buku yang hampir
sama dari segi isi dan harga yang berlaku saat ini.
5) Tata Tertib
a) Pengunjung perpustakaan tidak diperkenankan membawa tas, map
dan jaket ke ruang koleksi. Barang-barang tersebut dapat dititipkan
ditempat penitipan melalui petugas perpustakaan. Yang boleh
masuk ke ruang koleksi, adalah buku catatan serta alat tulis, dompet
serta barang berharga lainnya.
78
b) Selama di dalam ruang koleksi pengunjung diminta supaya:
- Selalu menjaga ketenangan dan ketertiban, sehingga tidak
mengganggu pihak lainnya yang sedang membaca.
- Menjaga kebersihan lingkungan, tidak boleh membuang sampah
sembarangan atau mengotori meja, kursi dan sarana lainnya di
perpustakaan
- Tidak boleh membawa makanan, minuman dan merokok di
dalam ruang koleksi perpustakaan.
79
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini akan dipaparkan tentang hasil penelitian dan pembahasan
mengenai beberapa peran pekerja informasi di P3DI (Pusat Pengkajian Pengolahan
Data dan Informasi) dan perilaku pencarian informasi anggota DPR RI dari kalangan
artis periode 2009 – 2014 melalui observasi dan wawancara penulis dengan 1 kepala
bidang kajian dan analis, 1 staf layanan perpustakaan dan 2 anggota DPR RI yang
berlatar belakang artis periode 2009 – 2014 (keduanya bergender perempuan dengan
tingkat pendidikan yang berbeda).
Observasi ini dilakukan kurang lebih 1 bulan sejak tanggal 25 Januari hingga
25 Februari 2010 yang dilanjutkan dengan wawancara terhadap kepala bidang
pengkajian dan analisis yang bernama Poltak Partogi Nainggolan, dan staf pelayanan
bidang perpustakaan yang bernama Nana serta diakhiri dengan wawancara terhadap
1 anggota DPR RI Komisi I dengan inisial OA yang dicalonkan oleh Partai Persatuan
Pembangunan dengan latar belakangnya sebagai model, presenter, dll. dan 1 anggota
DPR RI Komisi VIII dengan inisial IK yang dicalonkan oleh Partai Demokrat dengan
latar belakangnya sebagai bintang iklan, bintang sinetron dan presenter.
80
A. Perilaku Pencarian Informasi Anggota DPR RI dari Kalangan Artis
Dalam penelitian ini akan diketahui perbedaan perilaku pencarian
informasi Anggota DPR RI dari kalangan artis, maupun dari kalangan lainnya.
Walaupun keduanya sama-sama anggota DPR RI. Namun, peneliti mendapatkan
dua informan anggota DPR RI dari kalangan artis bergender wanita yang berbeda
tingkat pendidikannya. Berikut hasil wawancara dan observasinya dibagi dalam 3
aktivitas pencarian informasi:
1. Aktivitas Kebutuhan Informasi
Sementara itu, Chen dan Hernon serta Latham dalam Mangindaan,
menjelaskan secara lebih rinci, bahwa beberapa faktor yang mempengaruhi
kebutuhan informasi adalah : a. Karakteristik pemakai : pengalaman; usia;
latar belakang pendidikan dan cara berpikir, b. Faktor minat seseorang, c.
Faktor pekerjaan dan profesi, d. Faktor koleksi, e. Faktor kesukaran dan
sistem pelayanan informasi; akses terhadap layanan informasi dan variasi
sumber informasi yang ada di lingkungan pemakai informasi.1
DPR RI sebagai salah satu lembaga pemerintah membutuhkan
informasi pada setiap tingkatan administratif untuk merumuskan rencana-
rencana dalam penentuan kebijaksanaan serta untuk memecahkan persoalan-
persoalan yang timbul.
1 Christina Mangindaan, dkk., Perilaku informasi dosen dalam proses penelitian [laporan penelitian],
(Jakarta: Universitas Terbuka, 1993), h. 28.
81
Beberapa komentar informan terkait dengan masalah ini sebagaimana
terdapat dalam table 5 (lima) di bawah ini.
Tabel 5. Informasi yang sedang dibutuhkan
No. Informan Pernyataan
1 OA Anggota dewan fungsi-fungsinya 3: dalam hal pengawasan
kinerja pemerintah, melakukan pembuatan anggaran
bersama pemerintah dan yang ketiga membuat undang-
undang. Di dalam ketiga fungsi anggota DPR itu tentunya
kami membutuhkan informasi. Kalau ditanyakan informasi
apa yang sedang saya cari saat ini? sebagai anggota komisi
IX yang menangani bidang kesehatan, ketenaga kerjaan,
kemudian mengenai juga Obat dan pengawasan Bahan
Makanan atau Badan POM, maka yang sedang saya cari itu
sebetulnya tertarik dengan proses pembuatan rancangan
undang-undang.
2 IK Saya biasanya membutuhkan segala macam informasi,
baik itu sosial budaya, ekonomi, sosial maupun
perkembangan politik terkini dan isu-isu nasional lainnya.
Setiap orang cenderung untuk mempunyai kebutuhan-kebutuhan atau
keinginan-keinginan yang berlaku dari tahap yang paling dasar sampai pada
tingkat kebutuhan yang paling tinggi, namun karena kondisi setiap orang
berbeda-beda satu dengan lainnya karena antara lain dipengaruhi oleh
kognisinya, maka kebutuhan tersebut pun menjadi beragam. Walaupun berada
dalam satu kelompok yang sama.
OA yang hanya sampai kepada sebatas mempunyai kebutuhan yang
lebih khusus, yakni kebutuhan informasi untuk menjalankan fungsi-fungsi
DPR. Kelompok orang seperti ini tampaknya tidak terlalu memperhatikan
kebutuhan-kebutuhan yang lebih luas. Karena memang hal seperti itu yang
82
sering dibahas di rapat. Namun, ada juga IK yang tingkat kebutuhannya sudah
melewati kebutuhan yang lebih khusus atau kebutuhan yang lebih luas, yakni
membutuhkan segala macam informasi sosial budaya, ekonomi, politik dan
isu-isu nasional.
Selanjutnya kebutuhan informasi seseorang tergantung pada pekerjaan,
apa tujuan mereka menggunakan informasi, usia, kecakapan, kedudukan
professional dan karakteristik lainnya (Atherton, 1977: 124).2 Senada dengan
Atherton, panen (1990: 33) juga menyatakan bahwa faktor yang paling umum
mempengaruhi kebutuhan informasi adalah pekerjaan pemakai, termasuk
kegiatan profesi, pekerjaan atau subjek yang diamati, kebiasaan dan
lingkungan pekerjaan.3 Komentar mereka tentang hal ini dapat dilihat pada
tabel 6 (enam) di bawah ini.
Tabel 6. Tujuan Kebutuhan informasi
No. Informan Pernyataan
1 OA Tentu informasi itu kita buat sebagai bentuk pengawasan
kita terhadap kinerja pemerintah. Jadi untuk bisa kita
mengawasi dengan baik, untuk bisa kita melakukan analisa
terhadap pekerjaan pemerintah atau eksekutif, maka kita
harus bisa mempunyai informasi yang akurat dong. Kita
harus mempunyai data-data, kita harus mempunyai
statistik-statistik. Sehingga kita bisa mengkounter apa-apa
yang sudah atau belum dilakukan oleh pemerintah.
Sehingga nanti hasil dari informasi yang kita dapatkan
kemudian kita counter dengan eksekutif. Sehingga hasil
2Pauline Atherton, Handbook for information system and services (Paris: UNESCO, 1977), h. 124.
3 Paulina Pannen, A study in information seeking and use behaviors of resident students and non
resident student in Indonesia tertiary education (Disertasi S3 the School of Education at Syracuse
University, 1990), h. 33.
83
dari rapat antara legislatif dan eksekutif. Kita bisa
mendapatkan rekomendasi untuk kinerja kita selanjutnya.
2 IK Memperbarui informasi dan digunakan sebagai data base.
Dalam rangka memenuhi kebutuhan informasinya yang bervariasi,
seorang anggota DPR RI harus selalu berpikir visioner (berpikir jauh ke
depan) dalam menjalankan fungsi-fungsinya. Hal ini juga menjadi kesadaran
di kalangan artis yang menjadi anggota DPR RI.
Dari hasil penelitian tampak bahwa dalam memenuhi tugas mereka
harus selalu mempersiapkan data-data untuk dijadikan database dan terus
memperbaharui informasi itu. Sehingga apabila fungsi-fungsi DPR berjalan,
maka anggota DPR RI dari kalangan artis itu sudah siap berargumen dengan
pemerintah.
2. Aktivitas Pencarian Informasi
Setelah adanya kebutuhan informasi, maka akan muncul permintaan
informasi yang diwujudkan dalam proses pencarian informasi. Pencarian
informasi merupakan suatu proses dimana seseorang berusaha untuk
menemukan informasi untuk memenuhi kebutuhan informasinya. Dalam
proses pencarian tersebut, manusia membentuk perilaku pencarian informasi
dengan karakteristik tertentu. Perilaku pencarian informasi yang dimaksud
disini dapat berupa permintaan informasi melalui orang lain, melalui berbagai
84
sumber dan melalui sistem informasi.4 Pengungkapan perilaku pencarian
informasi (oleh informan) dilakukan melalui wawancara yang telah
dipersiapkan sebelumnya.
Pencarian informasi itu ditandai dengan kekurangan informasi (gap
information). Setelah timbul kekurangan informasi, maka akan muncul
pertanyaan-pertanyan yang diwujudkan dalam proses aktivitas pencarian
informasi. Untuk dapat mengetahui pola aktivitas pencarian informasi oleh
anggota DPR RI dari kalangan artis dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan
dapat dilihat dari komentar mereka sebagaimana tabel 7 (tujuh) berikut ini.
Tabel 7. Pertanyaan apa saja yang muncul dan ingin ditemukan
No. Informan Pernyataan
1 OA Karena memang saya adalah PANJA/panitia kerja untuk
perumusan rancangan undang-undang keperawatan. Jadi
ya, memang hal-hal seperti itu yang saya butuhkan
informasi-informasi. Hal-hal atau informasi yang terkait
seperti itu. Selain itu juga saya tergabung di panja
konsorsium asuransi TKI. Karena memang banyak
masalah-masalah dikeluhkan oleh para TKI kita yang
berada di luar negeri mereka sudah bayar premi, tapi ketika
mau mengklaim asuransinya mereka sulit
mendapatkannya. Dan kami di komisi IX merasa perlu
membuat panja ini. Untuk segera memberikan
rekomendasi kepada pemerintah. Jadi hal-hal yang terkait
dengan konsorsium TKI, itu juga menjadi informasi yang
saya cari juga. Selain itu juga, Saya saat ini juga menjadi
panja jamkesmas/Jaminan Kesehatan Masyarakat, nah
kenapa ada panja jamkesmas ini. Karena asuransi sosial
bagi rakyat Indonesia yang berupa jamkesmas tadi itu nanti
tahun 2014 akan berubah bentuk menjadi BPJS (Badan
Pemelihara jaminan sosial kesehatan). Nah, peralihan atau
4 T.D. Wilson, On user studies and information needs. Journal of librarianship, 37 (1), 3-15., Artikel
diakses pada 20 Maret 2009 dari http://informationr.net/tdw/publ/papers/1981infoneeds.html
85
transformasi dari jamkesmas ke BPJS inilah, maka komisi
IX membuat panja juga. Nah, hal itu yang menjadikan saya
membutuhkan informasi terkait dengan panja-panja tadi.
2 IK Saya terbiasa menggunakan metode : kejadian apa,
mengapa bisa terjadi, dimana kejadian tersebut terjadi,
alasan-alasan terjadi kejadian, dan akibat yang
ditimbulkan.
Dari pendapat IK terlihat bahwa informan sudah mencapai tahap
formulasi dalam model pencarian informasi kulhtau yang dikenal dengan ISP
(Information Search Process). Pada tahap ini, kepercayaan diri mulai
meningkat. Pola pikir mereka menjadi lebih jelas dan terpusat pada masalah
yang ditekuninya. Setelah tahap ini interaksi antara pemakai dan sistem
informasi menjadi lebih efektif dan efisien. Mereka akan mengumpulkan
informasi yang terfokus pada masalah yang dihadapinya. Bedanya antara OA
dan IK adalah OA sudah terlihat masalahnya, tapi formulasinya tidak jelas,
sedangkan IK belum terlihat masalahnya, tapi formulasinya sudah jelas.
Pada pola perilaku aktivitas pencarian informasi tingkat afektif, derajat
individu motivasi pribadi dan kepentingan dalam masalah atau topik akan
menentukan jumlah energi bahwa ia berinvestasi dalam mencari informasi.
Kuhlthau menunjukkan bahwa saat pencarian informasi berlangsung, perasaan
awal dari ketidakpastian dan kecemasan jatuh sebagai meningkatnya
kepercayaan. Jika sebuah tema yang jelas dikembangkan untuk memfokuskan
86
pencarian, individu mungkin menjadi lebih bermotivasi tinggi dan jika mencari
hasil dengan baik, ada perasaan tumbuh kepuasan dan prestasi.5
Wilson juga berpendapat bahwa dalam pandangan yang lebih luas
seperti individu akan dirasakan bukan hanya sebagai penggerak untuk mencari
informasi untuk tujuan kognitif, tetapi sebagai hidup dan bekerja di setting
sosial yang membuat motivasi mereka sendiri untuk mencari informasi untuk
membantu memenuhi sebagian besar kebutuhan afektif.6 Perasaan yang muncul
ini dapat kita lihat dari hasil wawancara dengan beberapa informan
sebagaimana terdapat dalam table 8 (delapan) di bawah ini.
Tabel 8. Perasaan saat menemukan dan tidak menemukan informasi
No. Informan Pernyataan
1 OA Saya merasa bersyukur dan saya merasa terkayakan
dengan informasi itu. Karena menurut saya tanpa
informasi yang baik, tanpa informasi yang banyak, tanpa
informasi yang akurat sesuai dengan topik yang akan kita
bahas. Maka, pembahasan atau ide yang kita keluarkan
atau masukan yang kita keluarkan atau cara kita
mengkritisi pemerintah itu tidak akan baik. Kalau memang
informasi itu hanya sekedar permukaan saja tanpa saya
memahami betul maksud di balik itu maka saya yakin apa
yang saya utarakan, yaitu yang saya sampaikan kepada
pemerintah. Pemerintah juga, mereka tidak akan
mendapatkan pengawasan apa-apa. Jadi kalau misalnya
staf ahli memberikan informasi biasanya nggak cuman
langsung dikasih terus dibaca sendiri tapi, biasanya setelah
itu kita melakukan diskusi.
Ya, saya tidak mau kerja, mendingan harus ada dulu,
5 Chun Wei Choo, et al., Web work: information seeking and knowledge work on the world Wide Web
(London: Kluwer, 2000), h. 10.
6 Ibid, hal. 3
87
mendingan saya nggak usah datang ke kantor/mendingan
nggak usah rapat. Saya nggak/tidak punya apa-apa di
backmind saya ini, tidak ada peluru buat saya berbicara,
peluru untuk melakukan penyerangan, atau tidak
mempunyai informasi untuk mengkritisi pemerintah atau
membahas suatu rancangan undang-undang karena saya
merasa galau, nggak enak, nggak percaya diri. Mending
nggak usah ikut. Kalau saya tidak mendapat informasi
tepatnya saya tidak merasa percaya diri.
2 IK Seperti kebanyakan orang, saya akan merasa gelisah dan
merasa ada sesuatu yang salah. Dan ketika saya
menemukan jawabannya saya akan merasa sedikit lega dan
bersiap mencari jawaban atas pertanyaan berikutnya.
OA berpendapat kalau dia tidak menemukan informasi, dia tidak mau
kerja. Bahwa perasaan tidak menemukan informasi berdampak pada
mundurnya/turunnya motivasi kerja, sedangkan IK berkomentar bahwa ketika
dia menemukan informasi satu dia akan lebih bersemangat lagi untuk mencari
informasi lainnya. Untuk OA apabila tidak menemukan informasi. Dia akan
merasa tidak percaya diri. Dan IK berpendapat lain, bahwa apabila dia tidak
menemukan informasi. Maka, Dia akan merasa gelisah.
Adapun waktu yang dibutuhkan untuk mencari informasi dapat dilihat
pada table 9 (sembilan) berikut ini.
Tabel 9. Lama waktu yang dibutuhkan untuk mencari informasi
No. Informan Pernyataan
1 OA Karena kita inikan mitranya-kan itu-itu aja kemenkes,
kemenakertrans, jamsostek, jadi ya nggak lama waktu
untuk memempelajari informasi itu. Karena itu lagi, paling
ya beda-beda tipis.
2 IK Tergantung tingkat kesulitan persoalan yang dihadapi.
88
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi di bidang Kajian dan
analisa dan bidang perpustakaan. Penulis berpendapat pola perilaku pencarian
informasi anggota DPR RI dari kalangan artis mempunyai beberapa
karakteristik atau ciri tertentu yang berbeda dengan karakteristik perilaku
bidang lain. Beberapa ciri pencarian informasi anggota DPR RI dari kalangan
artis antara lain:
Kebanyakan aktivitas anggota DPR RI dari kalangan artis lebih memilih
berhubungan dengan bidang perpustakaan daripada bidang kajian dan
analisa.
Aktivitasnya di bidang perpustakaan biasanya langsung mencari buku ke
rak dan fotokopi koran.
Informasi yang dipilih biasanya tergantung komisinya, RUU dan UU yang
dibahas, isu-isu tentang anggota melalui kliping Koran, fungsi-fungsi DPR
RI lainnya, seperti pengawasan kinerja pemerintah, dan lain-lain. serta
secara umum, baik itu sosial budaya, ekonomi, politik dan isu-isu lainnya.
Pilihan bentuk sumber informasi yang digunakan, seperti buku, Koran dan
sumber informasi lainnya.
89
3. Aktivitas Penggunaan Informasi
Tabel 10. Penggunaan informasi anggota DPR RI dari kalangan artis di
P3DI
No. Informan Pernyataan
1 OA Perpustakaan saya belum pernah selama di DPR ini.
Bahkan sampai saat ini saya tidak tahu Perpustakaan disini
Karena saya bener-bener link online staf ahli. Memang
dimana perpustakaannya?
2 Nana Bu Inggrid (IK) pernah sekali (Perpustakaan DPR RI).
Sebagaimana komentar pada tabel 10 (sepuluh) di atas terlihat
aktivitas penggunaan informasi anggota DPR RI dari kalangan artis bahwa
antara pengguna OA dan IK dilihat dalam kaitannya dengan penggunaan unit
informasi. OA termasuk pengguna potensial dan IK termasuk pengguna
aktual. Lebih spesifik lagi OA masih menjadi pengguna potensial internal,
sedangkan IK sudah menjadi pengguna aktual aktif.
Dalam penelitian ini, saluran dan sumber informasi yang paling
diminati dapat dilihat pada komentar di bawah ini.
Tabel 11. Saluran dan sumber informasi yang digunakan
No. Informan Pernyataan
1 OA Sebagai anggota dewan itu kan kita difasilitasi mempunyai
3 staf; 2 Tenaga ahli/TA dan 1 aspri/asisten pribadi atau
sekretaris. Nah, jadi biasanya memang informasi itu saya
dapatkan melalui staf ahli ini atau tenaga ahli ini, nah
kadang-kadang juga saya mencarinya melalui internet, juga
kadang-kadang saya mencari melalui literatur, tapi bisa
dikatakan 70 persen informasi itu saya dapatkan dari
internet. Kalau dari Koran itu juga termasuk; eh iya,
biasanya baca kompas, media Indonesia, merdeka, tempo.
Acara-acara TV juga menjadi informasi juga, di program-
90
program ataupun berita-berita. Yah, program-program
yang menjadikan di lembaga informasi di Metro itu ada
Dinas kesehatan kerja sama antara Metro dan Departemen
Kesehatan atau juga tentang ada yang metro kerja sama
dengan JAMSOSTEK. Tentu program-program yang ada
kaitannya dengan mitra kerja kita di komisi IX.
2 IK Media elektronik. Media massa, dan literatur
(perpustakaan)
Berdasarkan komentar di atas dapat pada table 11 (sebelas) diketahui
bahwa tingkat penggunaan media elektronik oleh anggota DPR RI dinilai
sangat tinggi dibanding media massa. Dari komentar tersebut jelas bahwa
seseorang yang membutuhkan dan menggunakan informasinya cenderung
ingin memperoleh saluran dan sumber informasi yang seperti internet, yaitu
mutakhir, mudah dijangkau, tersedia, cepat dan relevan.
perilaku pencarian informasi anggota DPR RI dari kalangan artis di
P3DI, maupun dari kalangan lainnya tidaklah berbeda. Karena keduanya
sama-sama anggota DPR RI. Namun, untuk bidang pengkajian dan analisis
dengan bidang perpustakaan yang berada di bawah P3DI. Ada kaitannya
dengan aktivitas penggunan informasi anggota DPR RI dari kalangan artis di
masing-masing bidang tersebut. Tentulah banyak perbedaan dalam
menyajikan suatu informasinya. Walaupun keduanya ditujukan untuk
pengguna khusus di lingkungan DPR RI. Selengkapnya akan dijelaskan di
bawah ini.
91
1. Bidang Pengkajian dan Analisa
Berdasarkan observasi yang telah dilakukan oleh penulis, diketahui
untuk anggota DPR RI yang ingin meminta informasi di bidang Pengkajian
dan analisa (PAIS), pertama anggota DPR RI mengirimkan surat/memo ke
P3DI lalu disposisi ke PAIS mengenai informasi yang dimintanya, seperti:
materi atau bahan sambutan/pidato, permintaan seminar/diskusi, permintaan
analisa, kegiatan lainnya (misalnya dialogue session).
Berdasarkan dokumen-dokumen di lapangan penulis menemukan
orang yang sering meminta informasi itu kebanyakan ketua DPR RI. Seolah-
olah PAIS itu staf ahlinya ketua DPR RI Padahal bidang pengkajian dan
analisis ini sebenarnya untuk semua pengurus dan anggota. Namun,
berdasarkan wawancara tidak banyak anggota yang meminta dibuatkan suatu
analisa.
Tentunya hal ini menjadi catatan penting yang perlu diperhatikan.
Mengingat jumlah staf PAIS yang terbatas, sedangkan yang perlu dilayaninya
berjumlah 550 anggota. Padahal letaknya cukup strategis, berada di lantai 2
(dua) Gedung Nusantara V. Tepatnya di bawah ruangan anggota DPR RI.
Walaupun letaknya cukup strategis, namun letaknya di pojok. Sehingga sulit
untuk ditemukan.
Berarti tidak hanya anggota DPR RI dari kalangan artis saja yang tidak
mencari informasi di bidang pengkajian dan analisis. Ternyata hampir semua
anggota DPR RI tidak mencari di bidang pengkajian dan analisis. Hal ini
92
dikarenakan berbagai masalah, mulai dari waktu yang sempit, kurangnya
promosi, kurangnya papan petunjuk ruangan, dan lain-lain. Walaupun ada
anggota yang meminta informasi biasanya permintaannya tidak wajar atau
seharusnya, seperti salah satunya minta dibuatkan buku. Sebagaimana
komentar Ketua bidang pengkajian dan analisis ini.
“Anggota yang minta dibuatkan buku”
Sebaiknya peran bidang pengkajian dan analisis lebih banyak
memberikan kajian dan analisis di awal, di tengah dan di akhir pembahasan
suatu RUU, perkembangan permasalahan topik RUU dan evaluasi UU. Kajian
dan analisis ini bisa melalui makalah, diskusi, seminar dan cara-cara inovatif
lainnya. Jadi kajian dan analisis tidak hanya di awal pembahasan RUU.
Sebagaimana komentar Ketua bidang pengkajian dan analisis ini.
“Biasanya kita bertemu dengan mereka untuk pembahasan/ pengkajian
awal mengenai sebuah rancangan undang-undang. P3DI juga adakan
itu. Jadi, biasanya kami bertemu mereka. Ketika melakukan
pembahasan awal dari sebuah rancangan undang-undang dan mereka,
seperti: perpustakaan berjalan buat kami para anggota DPR. Jadi, kita
mendapatkan informasi dari mereka, buat informasi awal.”
2. Bidang Perpustakaan
Ternyata tidak selalu yang pendidikannya lebih tinggi lebih mencari
informasi melalui perpustakaan. Penulis menemukan anggota DPR RI dari
kalangan artis yang pendidikannya S1 lebih memilih menggunakan
informasinya melalui sumber formal seperti perpustakaan daripada anggota
93
DPR RI dari kalangan artis yang pendidikannya S2 lebih memilih
menggunakan I-pad (teknologi smartphone).
Hal ini membuktikan bahwa masih perlu anggota DPR RI dari
kalangan artis menyempatkan diri berkunjung secara fisik ke perpustakaan.
Walaupun hanya untuk meminjam buku dan fotokopi Koran. Jadi, tidak harus
selalu menyuruh staf ahli atau staf perpustakaan yang mengambilkan buku.
Bahkan, dibuatkan analisanya oleh bidang kajian dan analisa. Sebagaimana
komentar salah satu staf layanan bidang perpustakaan ini.
“Tantowi minta Kliping. Kalau dia mintanya ini. Dia-kan di komisi 8.
Jadi tentang komisi 8 dan sama yang dia ngomong. Misalnya di koran
ada yang dia ngomong di kliping. Iya dianterin ke ruangannya.”
Untuk perpustakaan DPR RI yang terdiri dari 2 (dua) lantai, yang
terdiri lantai 1 (satu) untuk ruang koleksi koran dan ruang baca koran,
sedangkan lantai 2 (dua) untuk ruang koleksi buku umum dan referensi,
ruang baca dan ruang kerja. Layanan jasa yang menjadi andalan adalah Koran
dan kliping. Untuk layanan Koran sampai dengan diwawancarai berjumlah 13
langganan koran.
”kita memang langganan koran kan ada 13 koran.”
Layanan koran sendiri perpustakaan memfasilitasi tidak hanya yang di
ruangan perpustakaan, tapi juga semua anggota DPR RI mendapat 2
langganan koran dan 1 langganan majalah yang langsung diantar ke
ruangannya sesuai pilihannya.
”Koran, surat kabar, majalah anggota. Kalau itu (data langganan)
tanya mbak rini. Koran 2 (dua) dan majalah 1 (satu). Tapi, kalau untuk
94
mekanismenya. Kalau yang ganti langganan mekanismenya tanya mbak Rini
(bendahara bidang perpustakaan). Tau tunggu satu bulan baru ganti atau hari
itu juga ganti nggak tau juga. Kalau dia yang tau di lapangan. Kalau kita yang
terima komplain.”
B. Hambatan-Hambatan Pencarian Informasi Anggota DPR RI dari Kalangan
Artis dan Pekerja Informasi di P3DI
Hampir dapat dipastikan bahwa setiap orang akan mengalami suatu
hambatan dalam melakukan pencarian informasi. Setiap orang memiliki hambatan
yang sama maupun berbeda. Informasi tersebut mengalami beberapa hambatan
untuk didapatkan. Karena berbagai macam faktor. Biasanya ada banyak faktor
yang mempengaruhi pencarian informasi, beberapa diantaranya faktor internal
maupun eksternal dari pencari dan penyedia informasi.
Faktor internal misalnya kemampuan pencari dan penyedia informasi
dalam penggunaan teknologi. Faktor eksternalnya misalnya keterbatasan waktu
dalam melakukan pencarian informasi. Hambatan menurut Wilson dapat
dikategorikan menjadi hambatan individu (personal), lingkungan (environment)
dan hubungan antar individu (interpersonal). Berikut ini bebereapa komentar
tentang hambatan-hambatan dalam pencarian informasi anggota DPR RI dari
kalangan artis.
95
Tabel 12. Hambatan dalam pencarian informasi
No. Informan Pernyataan
1 OA Hambatan kalau biaya nggak. Cuman hambatan itu-kan
Anggota dewan kalau TA-nya itu cuman 2. Kalau di
Amerika itu seorang anggota dewan itu TA-nya 7. Begitu,
karena memang banyaknya yang harus dia baca, banyak
yang harus dicari informasi. Sementara TA 2 ini 1
menangani dewan, 1 menangani tentang pekerjaan.
Tentang pekerjaan ini banyak aspek yang dilihat, seperti
yang tadi saya katakan tentang kerjasama lintas
sektoralnya dan bagian dari TKI dan
KEMENAKERTRANS, Upah minimumnya, komponen uji
kelayakannya. Jadi memang TA ini harus banyak
membaca. Nah untuk 1 rapat biasanya kita ini dikasih
agenda rapat itu sehari sebelumnya atau 2 hari sebelumnya
artinya mereka mempersiapkan. Jadi kadang-kadang
karena waktu sangat pendek atau kadang-kadang dari
pemerintahnya sendiri memberikan bahan rapatnya baru
sehari sebelumnya. Jadi besok rapat dikasihnya baru siang
ini. Artinya kita musti ngebahas yang dia kasih, itukan
musti dibahas di TA gitu-kan. TA dibahas baru kemudian
dibicarakan dengan saya, didiskusikan dengan saya. Nah,
Kadang-kadang datangnya siang, dia juga belum bikin,
saya baru dapat e-mail-nya malam. Jadi pagi-pagi baru
diskusi kadang-kadang tidak sempet diskusi dah langsung
rapat gitu. Kadang-kadang bisa seperti itu. Jadi
Kendalanya memang adalah bahan rapat yang diberikan
oleh pemerintah itu kadang-kadang sangat dadakan dengan
schedule [jadwal] rapat atau kadang-kadang juga schedule
yang dibuat oleh sekretariat untuk rapat itu juga kadang
dadakan itu juga jadi membuat informasi yang kami/saya
dapatkan itu menemui hambatan. Tapi, sekali lagi itu tidak
terlalu signifikan begitu. Karena tadi kita sudah
mempunyai pengalaman kan dengan rapat-rapat terdahulu.
2 IK Hambatan : ketidaksediaan waktu yang cukup untuk
menggali lebih dalam mengenai hal yang sedang di cari.
Hambatan yang dialami para anggota DPR RI dari kalangan artis pada saat
melakukan strategi aktivitas pencarian informasi umumnya berhubungan dengan
96
waktu untuk menggali informasi secara mendalam, tapi hal itu dapat diatasi
dengan baik melalui pengalaman-pengalaman sebelumnya. Adapun hambatan
yang membuat anggota DPR RI dari kalangan artis berhenti mencari dapat dilihat
pada komentar berikut ini.
Tabel 13. Hambatan yang membuat berhenti mencari informasi
No. Informan Pernyataan
1 OA Nggak pernah ya selalu ada saja. Karena ini tinggal TA
saya menghubungi saya luar biasa gitu. Ga ada itu yang
mentok, selalu ada saja yang bisa di bahas.
2 IK Rutinitas/kesibukan sehari-hari dan jadwal pekerjaan.
IK berkomentar bahwa ada 2 (dua) hal yang membuatnya berhenti
mencari informasi yaitu kesibukan sehari-hari dan jadwal pekerjaan, sedangkan
OA menganggap tidak ada satupun yang dapat membuatnya berhenti mencari
informasi. Karena hal seperti itu dapat diatasi dengan komunikasi yang intensif
antara Tenaga ahli dan anggota DPR RI. Adapun hambatan lainnya yang terjadi
biasanya ketidaktahuan akan saluran dan sumber informasi. Berikut ini
komentarnya.
Tabel 14. Hambatan pencarian informasi pada ketidaktahuan akan
saluran dan sumber informasi
No. Informan Pernyataan
1 OA Saya tahulah buka google. Maksudnya teknologi bukan,
saya tidak gapteklah. Bahkan saya dulu kan Saya pake I-
Pad, saya kan pernah ke luar negeri. I-Pad kan berat ya.
Akhirnya tuch saya beli Samsung/galaxy note tuch. Karena
saya pikir kalau ke luar negeri enak bawa galaxy note tuch
lebih kecil. Jadi sekali lagi memang teknologi itu memang
sangat membantu daripada bawa hardcopy mending bawa
galaxy note aja yang ringan.
97
2 IK Tidak, dengan perkembangan teknologi semuanya menjadi
mudah.
Antara OA dan IK menganggap saluran dan sumber informasi itu hanya
berasal dari teknologi dan hal itu tidak menjadikanya penghambat. Bahkan,
dengan perkembangan teknologi yang ada. Dengan adanya teknologi juga bukan
penghambat dan menjadikannya saluran dan sumber informasi utama. Untuk
lembaga informasi masih dijadikan saluran dan sumber informasi alternatif.
Setelah perkembangan teknologi, seperti google (pencarian data) dan Smartphone
(fasilitas internet untuk e-mail, koran digital, dan lain-lain).
98
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Dalam bab terakhir ini akan dikemukan kesimpulan hasil penelitian dan
pembahasan yang diperoleh dari pengumpulan data berdasarkan uraian pada bab
sebelumnya. Kesimpulan yang diambil ini juga merupakan jawaban dari
permasalahan yang sebelumnya dirumuskan di awal bab skripsi ini. Selain
kesimpulan ada juga saran yang kiranya bisa penulis berikan masukan kepada pekerja
informasi di P3DI (Pusat Pengkajian Pengolahan Data dan Informasi) dan anggota
DPR RI serta pihak-pihak yang terkait lainnya sehubungan dengan penelitian yang
telah dilakukan ini.
A. Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan yang diuraikan pada bab 4 (empat), maka temuan
tersebut dapat dirumuskan dan diambil beberapa kesimpulan. Kesimpulan yang
diambil dalam penelitian ini adalah temuan berdasarkan informan yang dimintai
keterangannya dalam penelitian ini. Dalam penelitian kualitatif dengan jumlah
informan hanya 4 (empat) orang, maka hasilnya tidak dapat digeneralisasikan.
Sehingga keseluruhan populasi disamakan sikapnya sebagaimana keterangan
yang disampaikan oleh informan. Di sini lebih mengungkapkan penjabaran dari
fenomena yang ada dari masing-masing yang diteliti secara lebih mendalam.
Adapun kesimpulan yang diambil dari peneltian ini adalah:
99
1. Untuk kebutuhan informasinya, anggota DPR RI dari kalangan artis lebih
kepada informasi-informasi, seperti: faktor pekerjaannya yang berhubungan
dengan bidang sosial budaya, ekonomi, perkembangan politik terkini dan isu-
isu nasional lainnya. Serta informasi-informasi lainnya yang mendukung
fungsi-fungsi anggota dewan sesuai masing-masing komisinya.
2. Untuk memenuhi kebutuhan informasi, pencarian informasi anggota DPR RI
dari kalangan artis ini dilakukan dengan mengandalkan staf ahli masing-
masing anggota DPR RI yang berjumlah 2 orang dan 1 orang staf/asisten
pribadi. Ada juga yang mengandalkan staf ahli komisi, sedangkan untuk
pencarian langsung ke perpustakaan menemukan lebih dari 1 anggota DPR RI
dari kalangan artis dan belum ada satupun anggota DPR RI dari kalangan artis
yang mencari informasi ke bidang Pengkajian dan analisis.
3. Pada kenyataannya anggota DPR RI dari kalangan artis beberapa masih
banyak yang tidak tahu lokasi P3DI khususnya bidang analisis dan
pengkajian. Sehingga yang banyak memanfaatkan hanya ketua DPR RI, staf
anggota DPR RI, PAMDAL (pengamanan dalam), mahasiswa dan lain-lain.
Mereka juga lebih cenderung memanfaatkan lembaga informasi bidang
perpustakaan daripada bidang PAIS, sedangkan peran bidang pengkajian dan
analisis lebih banyak di awal pembahasan suatu RUU. Tujuan penggunaan
informasi yang mereka lakukan dalam memenuhi kebutuhan informasinya
adalah untuk dijadikan bahan pertimbangan dalam melaksanakan 3 fungsi
DPR (Pengawasan kebijakan pemerintah, bersama-sama pemerintah membuat
100
anggaran dan membuat undang-undang). Penggunaan informasi masih
didominasi informasi digital dan koran.
4. Hambatan utama mereka dalam pencarian informasi adalah waktu yang
sempit dalam mencari langsung ke sumber informasi dan staf ahli yang
kurang dalam pencarian informasi.
B. Saran
Adapun beberapa saran yang dapat penulis berikan adalah:
1. Untuk melengkapi penelitian ini, dirasakan perlu diadakannya
penelitian lanjutan seperti perilaku pencarian informasi staf ahli
anggota DPR RI, perilaku pencarian informasi pekerja informasi P3DI
dan lainnya yang dirasa perlu.
2. P3DI sebaiknya lebih sering mempromosikan bidang-bidang yang ada.
Alangkah lebih baiknya juga perpustakaan mengadakan pendidikan
pemakai khususnya mengenai pencarian informasi. Agar UU yang
dapat disahkan atau dihasilkan jadi lebih banyak (seimbang antara
RUU dan UU) dan baik (diterima masyarakat banyak).
3. P3DI sebaiknya lebih berperan aktif lagi “jemput bola” dalam
memberikan informasi yang diinginkan anggota DPR RI dan anggota
DPR RI lebih sering lagi ke P3DI. Walaupun hanya untuk mengetahui
informasi terbaru.
101
4. Sekretariat Jenderal DPR RI sebaiknya menambah jumlah sumber
daya manusia khususnya di bagian analisis P3DI dan staf ahli anggota
DPR RI.
5. P3DI sebaiknya menambah koleksi yang ada dan menginformasikan
buku-buku baru kepada anggota DPR RI serta mengemas informasi
yang dimiliki menjadi lebih cepat & mudah dicari.
102
DAFTAR PUSTAKA
Albarracín, et.al. The Handbook of Attitude. [S.l]: Routledge, 2005.
Arsland, A. H. “Studi tentang kebutuhan dan pencarian informasi anggota DPR RI
dalam proses penerbitan suatu UU atas usul inisiatif.” Tesis S2
Pascasarjana Program Studi Ilmu Perpustakaan, Informasi dan Kearsipan
bidang Ilmu Budaya UI Depok, 2001.
Atherton, Pauline. Handbook for information system and services. Paris:
UNESCO, 1977.
Bouazza, Abdelmajed. Information user studies dalam Allen Kent (Editor)
Encyclopedia of library and information science. New York: Marcel
Dekker, 1989.
Bungin, Burhan. Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik,
dan Ilmu sosial lainnya. Jakarta: Kencana, 2009.
Choo, Chun Wei. et. all. Web Work: Information Seeking and Knowledge Work
on the World Wide Web. London: Kluwer Academic Publisher, 2000.
Darmono & Yunaldi. “Kajian pemakai informasi: Prospeknsya dalam lingkup
kepustakawanan di Indonesia,” Vol. 19 No. 1 (1996).
Echol, John M. et al. Kamus Inggris Indonesia. Jakarta: Gramedia, 1996.
Edward, Evan G. Developing library and information center collection. 2nd
ed.
Littleton: Library Unlimited, 1987.
Ellis, et.al. “A comparison of the information seeking patterns of researchers in
the physical and social sciences.” Journal of documentation. Vol.49, no. 4,
(December 1991).
George R. Terry. Office Manajemen and Control, Illinois: Homewood, 1962.
Gochman, David S. Handbook of Health Behavior Research: Relevance for
Professionals and Issues for the Future. [S.l]: Springer, 1997.
Hanson, C.W. Research user’s needs: users. Aslib proceesings, 16 (2, 1964).
103
Hayden, K. Atx. Information seeking models. Calgary: the University of Calgary,
2000. Artikel diakses pada 20 Maret 2009 dari
http://www.ucalgaryca/~ahayden/seeking.html.
Herman, Zul. Program pendidikan pemakai di Pusat Regional Biologi Tropika
(Biotrop) dan Pusat Dokumentasi Ilmiah Nasional Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia (PDIN-LIPI): Sebuah tinjauan, Depok: Jurusan
Ilmu Perpustakaan, Fakultas Sastra, Universitas Indonesia, 1983.
Hermawan, Rachman dan Zen, Zulfikar. Etika kepustakawanan : suatu
pendekatan terhadap kode etik pustakawan Indonesia. Jakarta : Sagung
Seto, 2006.
Hidayat, Ferdi. Karakter Pengguna Perpustakaan. Artikel diakses pada 29
Desember 2010 dari http://www.fedri-hidayat.co.cc/2009/12/karakter-
pengguna-perpustakaan.html.
Kosasih, Aa. Jasa Informasi Pada Perpustakaan. Artikel diakses pada tanggal 14
Januari 2011 dari http://[email protected]
Kuhlthau, Carol C., “Inside the searching process: information seeking from the
user’s perspective.” Journal of the American Society for Information
Science, no. 42 (Mei 1993): h. 361-371.
Lancester, F.W., “User education: the next major thrust in information science?”
Journal of education for librarianship, no. 11 (Januari): h. 55
Moleong, Lexy J. Metode penelitian kualitatif: Edisi Revisi. Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2004.
Mangindaan, Christina. dkk. Perilaku informasi dosen dalam proses penelitian
[laporan penelitian]. Jakarta: Universitas Terbuka, 1993.
Meyer, Hester W. J. The nature of information, and the effective use of
information in rural development. Information research, 10 (2), (January,
2005). h. 214. Diakses pada tanggal 20 Maret 2009 dari
http://informationR.net/ir/10-2/paper214.html
Nasuhi, Hamid. Pedoman penulisan karya ilmiah (skripsi, tesis dan disertasi).
Jakarta: CEQDA, 2006.
Notoatmodjo, Sukidjo. Metodologi pendidikan dan pengajaran, Jakarta: BPKM
FKMUI, 1980.
Orna, Elizabeth. “Should we educate our user? Aslib Proceedings.” 30 April 1978.
104
Palmer, Judith. Scientist and information: I using cluster analysis to identify
information style dalam The journal of Documentation, 47 (2). (1991).
Pannen, Paulina. A study in information seeking and use behaviors of resident
students and non resident student in Indonesia tertiary education. [S.l]:
[Disertasi the School of Education at Syracuse University], 1990.
Pendit, Putu Laxman. Makna informasi: potensi dan tantangan. Jakarta: Kesaint
Blanc, 1992.
Pinneli, Thomas E., A study in information seeking and use behaviors of resident
student and non resident student in Indonesia tertiary education. Disertasi
S3 the School of Education at Syracuse University, 1990.
Pirog, Wojciech. Training of documentation and information users. Unesco
Bulletin for Libraries, no. 24(Mei)
Pusat Pembinaan dan Pengembangan bahasa. Ejaan dalam bahasa Indonesia.
Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1992.
Pusat pembinaan dan pengembangan bahasa. Pedoman umum ejaan bahasa
Indonesia yang disempurnakan. Bandung: Pustaka Setia, 1996.
Putubuku, Ragam perilaku informasi, diakses pada tanggal 16 Des. 2010 dari
http://iperpin.wordpress.com/tag/pencarian-informasi/
Romli, Lili, ed. Pemilu 2009 dan konsolidasi demokrasi. Jakarta: Pusat
Pengkajian Pengolahan Data dan Informasi, Sekretariat Jenderal DPR RI,
2008.
Santoso, F. Harianto. Wajah DPR dan DPD 2009-2014: latar belakang
pendidikan dan karier. Jakarta: Kompas, 2010.
Saraszwave, Pengaruh Five Traits Personality dengan Perilaku Penemuan
Informasi Individu , diakses pada tanggal 16 Des. 2010 dari
http://saraszwave.wordpress.com/2009/05/09/pengaruh-five-traits-
personality-dengan-perilaku-penemuan-informasi-individu/
Sarwono, Sarlito Wirawan. Pengantar umum psikologi. Jakarta: Bulan Bintang,
1996.
Sholeh, Asrorun Ni’am. Perpustakaan jendela peradaban: teks, konteks, dan
dinamika pembahasan Undang-undang tentang perpustakaan. Jakarta:
eLSAS, 2008.
105
Stevenson, Janet. Dictionary of library and information management, Teddington,
Midlesex: Peter Collin, 1997.
Sugiono. Memahami penelitian kualitatif. Bandung: Alfabeta, 2005.
Sulistyo-Basuki. Kamus istilah kearsipan. Yogyakarta: Kanisius, 2005.
. Materi pokok kerjasama dan jaringan perpustakaan; 1-6, PUST
2256/2SKS. Jakarta: Universitas Terbuka, Depdikbud, 1996.
. Pengantar Ilmu Perpustakaan. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama, 1993.
. Teknik dan jasa dokumentasi. Jakarta: Gramedia, 1992.
Sulistyo-Basuki, dkk. Perpustakaan dan Informasi dalam konteks budaya Depok:
Departemen Ilmu Perpustakaan dan Informasi, FIB UI, 1993
Sutarno. Mengenal Perpustakaan. Cet. 1. Jakarta: Jala Permata, 2006.
Trimo, Soejono. Dari Dokumentasi ke Sistem Informasi Manajemen. Bandung:
Remaja Karya, 1987.
Wilson, T.D. On user studies and information needs. Journal of librarianship, 37
(1), no. 3-15., artikel diakses pada tanggal 20 Maret 2009 dari
http://informationr.net/tdw/publ/papers/1981infoneeds.html
Young, Heartsill. ALA Glosary of Library and Information Science. Chicago:
ALA, 1983.
Yulianah, Kebutuhan informasi pemustaka: Studi kasus di perpustakaan keliling
Kota Administrasi, Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Program
Studi Ilmu Perpustakaan, 2009.
Yusuf, Pawit M. Ilmu informasi, komunikasi, dan kepustakaan. Jakarta: Bumi
Aksara, 2009.
Yusuf, Pawit M. Pedoman mencari sumber informasi. Bandung: Remaja
Rosdakarya, 1995.
Wawanudin. “Peran jasa perpustakaan DPR RI terhadap pemenuhan kebutuhan
informasi bagi pegawai Sekretariat Jenderal DPR RI.” Skripsi S1 Fakultas
Adab dan Humaniora, Universitas Islam Negeri Jakarta, 2006.
106
Wijayanti, Lucky. Perilaku pencarian informasi staf pengajar Fakultas Sastra UI
dalam melakukan penelitian. Depok: [Tesis PSIP-PPFSUI], 2001.
Zulfahmi. Selebritas menjadi Caleg: Untung atau rugi bagi partai, Media
Indonesia 12 September 2008.
107
Lampiran 1
SURAT TUGAS MENJADI PEMBIMBING
108
Lampiran 2
SURAT IZIN PENELITIAN
109
Lampiran 3
Nomor : Istimewa Jakarta, 11 Juni 2012
Lamp. : 1 berkas
Hal. : Izin Wawancara
Kepada Yth.
Ingrid Maria Palupi Kansil, S. Sos.
Anggota DPR RI
Di tempat
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Dengan hormat saya sampaikan bahwa:
Nama : Heri Ferdiansyah
NIM : 106025001050
Alamat : Jln. Lembang II RT 02/RW 07 No. 09 Sudimara Barat,
Ciledug, Kota Tangerang – Banten 15151, Telp./HP 021-
95923280, email : [email protected]
Adalah mahasiswa Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta Jurusan Ilmu Perpustakaan (bukti terlampir) yang sedang menyusun
skripsi berjudul “Perilaku Pencarian Informasi Anggota DPR RI dari
Kalangan Artis dalam Memenuhi Kebutuhan Informasi”. Saya memerlukan
data untuk penulisan skripsi. Oleh sebab itu, saya mohon Ibu dapat memberikan
izin untuk melakukan wawancara atau menjawab pertanyaan yang terlampir
(dikirim melalui e-mail).
Demikian atas bantuan dan kerjasama Ibu, kami ucapkan terimakasih.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Mahasiswa,
Heri Ferdiansyah
NIM. 106025001050
NB : Mohon dijawab segera melalui SMS ke no. HP diatas, disertai alamat e-mail.
110
Nomor : Istimewa Jakarta, 11 Juni 2012
Lamp. : 1 berkas
Hal. : Izin Wawancara
Kepada Yth.
Dra. Hj. Okky Asokawati, M.Si.
Anggota DPR RI
Di tempat
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Dengan hormat saya sampaikan bahwa:
Nama : Heri Ferdiansyah
NIM : 106025001050
Alamat : Jln. Lembang II RT 02/RW 07 No. 09 Sudimara Barat,
Ciledug, Kota Tangerang – Banten 15151, Telp./HP 021-
95923280, email : [email protected]
Adalah mahasiswa Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta Jurusan Ilmu Perpustakaan (bukti terlampir) yang sedang menyusun
skripsi berjudul “Perilaku Pencarian Informasi Anggota DPR RI dari
Kalangan Artis dalam Memenuhi Kebutuhan Informasi”. Saya memerlukan
data untuk penulisan skripsi. Oleh sebab itu, saya mohon Ibu dapat memberikan
izin untuk melakukan wawancara atau menjawab pertanyaan yang terlampir
(dikirim melalui e-mail).
Demikian atas bantuan dan kerjasama Ibu, kami ucapkan terimakasih.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Mahasiswa,
Heri Ferdiansyah
NIM. 106025001050
NB : Mohon dijawab segera melalui SMS ke no. HP diatas, disertai alamat e-mail.
111
Lampiran 4
112
Lampiran 5
Nama lengkap : Okky Asokawati
Tempat, tanggal lahir : Jakarta, 6 Maret 1961
Agama : Islam
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat rumah : Jl. Kemang I D No. 14A Jakarta
Keluarga : Anak : 2 orang
Komisi : 9 (Sembilan)
Jabatan di komisi `: - Anggota Komisi 9
- Anggota Panja RUU Keperawatan
- Anggota Panja Konsorsium asuransi kesehatan
- Anggota Panja Jamkesmas dan
- Anggota Regional BKSAP (Badan Kerjasama antar Parlemen)
Pendidikan :
- S-1, Fakultas Psikologi UI, Depok (1988)
- Program S-2, Fakultas Psikologi UI, Jakarta (sejak 2007)
Perjalanan karier :
- Pengajar dan Pudek III, Fakultas Psikologi Universitas Pancasila, Depok
- Duta Koperasi Wanita (Kementerian Koperasi) (2008)
- Trainer pada berbagai Pelatihan Pengembangan Kepribadian
- Konsultasi Psikologi pada majalah Wanita Prada, Jakarta
- Kolumnis pada Majalah Muslimah Paras, Cibubur
- Pimpinan Pusat Konsultasi Psikologi Terapan, Universitas Pancasila, Depok
Pengalaman Organisasi :
- Anggota Ikatan Sarjana Psikologi UI, Jakarta (1994-1995)
- Public Relation Percasi (1998-1999)
- Pimpinan Pusat Konsultasi Psikologi Terapan, Fakultas Psikologi Universitas Pancasila (sejak 2006)
Dicalonkan oleh : Partai Persatuan Pembangunan
Daerah pemilihan : DKI Jakarta II (Kota Jakarta Pusat + Luar Negeri, Jakarta Selatan
Perolehan Suara : 17.343 (8,9 persen) BPP : 195.620
113
Nama lengkap : Ingrid Maria Palupi Kansil, S.Sos
Tempat, tanggal lahir : Cianjur, Jawa Barat, 9 November 1973
Agama : Islam
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat rumah : Jl. Taman Puncak Mas No. 38 Babakan Madang, Bogor
Keluarga : Dr. H. Sjarifuddin Hasan, SE, MM, MBA (suami)
Anak : 2 orang
Komisi : 8 (Delapan)
Jabatan di komisi `: - Anggota Komisi 8
- Anggota Panja Madrasah
- Anggota Panja Kesetaraan dan Keadilan Gender
- Anggota Jaminan Produk Halal
- Dan Anggota Badan Legislasi
Pendidikan :
- S-1, Fakultas Ilmu Komunikasi, Institut Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Jakarta
Perjalanan karier :
- Sekretaris PT Mawatindo (1997)
- Sekretaris PT Esprit Group (1998)
- Marketing Director PT Mesa Apsara
- Bintang Iklan
- Bintang Sinetron
- Presenter Kroscek – Trans TV, Jakarta
- Presenter Kabar Tokoh – TV One, Jakarta
- Presenter Diambang Batas – Metro TV, Jakarta
Pengalaman organisasi :
- Sekretaris I Papindo (2003)
- Ketua Persaudaraan Istri Anggota FPD
- Ketua Forum Perempuan Seniman Demokrat
Dicalonkan oleh : Partai Demokrat
Daerah Pemilihan : Jawa Barat – IV (Sukabumi, Kota Sukabumi)
Perolehan Suara : 33.418 (20,3 persen) BPP : 164.791
114
Lampiran 6
Gambar 1. Wawancara dengan Okky Asokawati
Gambar 2. Observasi di Perpustakaan DPR RI
115
Lampiran 7
Struktur Organisasi
Sekjen (Sekretariat Jenderal) DPR RI
Keterangan:
Deputi bidang anggaran dan pengawasan struktur dibawahnya,
meliputi: Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN, Biro
Pengawasan Legislatif, dan Pusat Pengkajian Pengolahan Data dan
Informasi.
Pusat Pengkajian Pengolahan Data dan Informasi struktur dibawahnya,
meliputi: Bidang Data dan Sarana Informasi, Bidang Pengkajian dan
Analisa, Bidang Arsip dan Dokumentasi, dan Bidang Perpustakaan.
116
Lampiran 8
DOKUMEN DARI BIDANG PENGKAJIAN DAN ANALISIS
Lembar disposisi untuk P3DI
117
Memo untuk P3DI
118
Lampiran surat disposisi atau memo
119
Laporan P3DI
120
Laporan P3DI
121
Laporan P3DI
122
Laporan P3DI
123
Laporan P3DI
124
Laporan P3DI
125
Laporan P3DI
126
Laporan P3DI
127
Laporan P3DI
128
Laporan P3DI
129
Laporan P3DI
130
Lampiran 9
DOKUMEN DARI BIDANG PERPUSTAKAAN
Gambar brosur Perpustakaan tampak depan.
Gambar brosur Perpustakaan tampak belakang.
131
Bon Peminjaman
Formulir berlangganan surat kabar/ majalah
132
Daftar langganan Koran anggota Fraksi PDIP
133
Kliping tentang DPR RI.
134
Lampiran 10
Hasil Wawancara
Responden/Informan : Okki Asokawati
Jabatan : Anggota DPR RI dan Anggota Regional BKSAP
Waktu Wawancara : 14.00 WIB
Hari/Tanggal : Rabu, 20 Juni 2012
Tempat : Gedung Nusantarara 1 Lantai 15 Ruang 1512
Keterangan : R = Informan, P = Peneliti
1. P : Dapatkah anda ceritakan informasi apa yang sedang anda butuhkan?
R : Menjawab: Anggota dewan fungsi-fungsinya 3: dalam hal pengawasan
kinerja pemerintah, melakukan pembuatan anggaran bersama
pemerintah dan yang ketiga membuat undang-undang. Di dalam ketiga
fungsi anggota DPR itu tentunya kami membutuhkan informasi. Kalau
ditanyakan informasi apa yang sedang saya cari saat ini? sebagai
anggota komisi IX yang menangani bidang kesehatan, ketenaga
kerjaan, kemudian mengenai juga Obat dan pengawasan Bahan
Makanan atau Badan POM, maka yang sedang saya cari itu sebetulnya
tertarik dengan proses pembuatan rancangan undang-undang.
2. P : Apa tujuan dari informasi tersebut?
R : Menjawab: Tentu informasi itu kita buat sebagai bentuk pengawasan
kita terhadap kinerja pemerintah. Jadi untuk bisa kita mengawasi dengan
baik, untuk bisa kita melakukan analisa terhadap pekerjaan pemerintah
atau eksekutif, maka kita harus bisa mempunyai informasi yang akurat
dong. Kita harus mempunyai data-data, kita harus mempunyai statistik-
statistik. Sehingga kita bisa mengkounter apa-apa yang sudah atau belum
dilakukan oleh pemerintah. Sehingga nanti hasil dari informasi yang kita
dapatkan kemudian kita counter dengan eksekutif. Sehingga hasil dari
rapat antara legislatif dan eksekutif. Kita bisa mendapatkan rekomendasi
untuk kinerja kita selanjutnya.
3. P : Selama pencarian informasi berlangsung, pertanyaan-pertanyaan apa
saja yang muncul dan ingin ditemukan?
135
R : Menjawab: Karena memang saya adalah PANJA/panitia kerja untuk
perumusan rancangan undang-undang keperawatan. Jadi ya, memang
hal-hal seperti itu yang saya butuhkan informasi-informasi. Hal-hal atau
informasi yang terkait seperti itu. Selain itu juga saya tergabung di panja
konsorsium asuransi TKI. Karena memang banyak masalah-masalah
dikeluhkan oleh para TKI kita yang berada di luar negeri mereka sudah
bayar premi, tapi ketika mau mengklaim asuransinya mereka sulit
mendapatkannya. Dan kami di komisi IX merasa perlu membuat panja
ini. Untuk segera memberikan rekomendasi kepada pemerintah. Jadi hal-
hal yang terkait dengan konsorsium TKI, itu juga menjadi informasi
yang saya cari juga. Selain itu juga, Saya saat ini juga menjadi panja
jamkesmas/Jaminan Kesehatan Masyarakat, nah kenapa ada panja
jamkesmas ini. Karena asuransi sosial bagi rakyat Indonesia yang berupa
jamkesmas tadi itu nanti tahun 2014 akan berubah bentuk menjadi BPJS
(Badan Pemelihara jaminan sosial kesehatan). Nah, peralihan atau
transformasi dari jamkesmas ke BPJS inilah, maka komisi IX membuat
panja juga. Nah, hal itu yang menjadikan saya membutuhkan informasi
terkait dengan panja-panja tadi.
4. P : Apa yang anda rasakan ketika persoalan tersebut muncul dan apa
yang anda rasakan setelah anda mendapatkan jawabannya? Gimana
perasaan anda kalau tidak mendapatkan jawabannya?
R : Menjawab: Saya merasa bersyukur dan saya merasa terkayakan
dengan informasi itu. Karena menurut saya tanpa informasi yang baik,
tanpa informasi yang banyak, tanpa informasi yang akurat sesuai dengan
topik yang akan kita bahas. Maka, pembahasan atau ide yang kita
keluarkan atau masukan yang kita keluarkan atau cara kita mengkritisi
pemerintah itu tidak akan baik. Kalau memang informasi itu hanya
sekedar permukaan saja tanpa saya memahami betul maksud di balik itu
maka saya yakin apa yang saya utarakan, yaitu yang saya sampaikan
kepada pemerintah. Pemerintah juga, mereka tidak akan mendapatkan
pengawasan apa-apa. Jadi kalau misalnya staf ahli memberikan
informasi biasanya nggak cuman langsung dikasih terus dibaca sendiri
tapi, biasanya setelah itu kita melakukan diskusi.
Ya, saya tidak mau kerja, mendingan harus ada dulu, mendingan saya
nggak usah datang ke kantor/mendingan nggak usah rapat. Saya
nggak/tidak punya apa-apa di back mind saya ini, tidak ada peluru buat
saya berbicara, peluru untuk melakukan penyerangan, atau tidak
mempunyai informasi untuk mengkritisi pemerintah atau membahas
suatu rancangan undang-undang karena saya merasa galau, nggak enak,
nggak percaya diri. Mending nggak usah ikut. Kalau saya tidak
mendapat informasi tepatnya saya tidak merasa percaya diri.
136
5. P : Biasanya berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk mencari
informasi?
R : Menjawab: Karena kita inikan mitranya-kan itu-itu aja kemenkes,
kemenakertrans, jamsostek, jadi ya nggak lama waktu untuk
mempelajari informasi itu. Karena itu lagi, paling ya beda-beda tipis.
6. P : Apakah anda pernah ke Perpustakaan dan Pengkajian dan Analisis?
R : Menjawab: Perpustakaan saya belum pernah selama di DPR ini.
Bahkan sampai saat ini saya tidak tahu Perpustakaan disini Karena saya
bener-bener link online staf ahli. Memang dimana perpustakaannya?
7. P : Paling suka mencari informasi dengan menggunakan saluran
(Formal: perpustakaan, dan Pengkajian dan analisis (PAIS); dan
informal: rekan sejawat, tv, koran, radio, dll.) dan sumber informasi apa
(tercetak: buku, koran, majalah, jurnal; dan tidak tercetak: seminar,
diskusi, konferensi, studi banding.)?
R : Menjawab: Sebagai anggota dewan itu kan kita difasilitasi
mempunyai 3 staf; 2 Tenaga ahli/TA dan 1 aspri/asisten pribadi atau
sekretaris. Nah, jadi biasanya memang informasi itu saya dapatkan
melalui staf ahli ini atau tenaga ahli ini, nah kadang-kadang juga saya
mencarinya melalui internet, juga kadang-kadang saya mencari melalui
literatur, tapi bisa dikatakan 70 persen informasi itu saya dapatkan dari
internet. Kalau dari Koran itu juga termasuk; eh iya, biasanya baca
kompas, media Indonesia, merdeka, tempo. Acara-acara TV juga
menjadi informasi juga, di program-program ataupun berita-berita. Yah,
program-program yang menjadikan di lembaga informasi di Metro itu
ada Dinas kesehatan kerja sama antara Metro dan Departemen
Kesehatan atau juga tentang ada yang metro kerja sama dengan
JAMSOSTEK. Tentu program-program yang ada kaitannya dengan
mitra kerja kita di komisi IX.
8. P : Dalam melakukan pencarian tersebut, apakah anda mengalami
hambatan, hambatan-hambatan apa yang anda temukan atau alami?
R : Menjawab: Hambatan kalau biaya nggak. Cuman hambatan itu-kan
Anggota dewan kalau TA-nya itu cuman 2. Kalau di Amerika itu
seorang anggota dewan itu TA-nya 7. Begitu, karena memang
banyaknya yang harus dia baca, banyak yang harus dicari informasi.
Sementara TA 2 ini 1 menangani dewan, 1 menangani tentang pekerjaan.
Tentang pekerjaan ini banyak aspek yang dilihat, seperti yang tadi saya
katakan tentang kerjasama lintas sektoralnya dan bagian dari TKI dan
KEMENAKERTRANS, Upah minimumnya, komponen uji
137
kelayakannya. Jadi memang TA ini harus banyak membaca. Nah untuk 1
rapat biasanya kita ini dikasih agenda rapat itu sehari sebelumnya atau 2
hari sebelumnya artinya mereka mempersiapkan. Jadi kadang-kadang
karena waktu sangat pendek atau kadang-kadang dari pemerintahnya
sendiri memberikan bahan rapatnya baru sehari sebelumnya. Jadi besok
rapat dikasihnya baru siang ini. Artinya kita musti ngebahas yang dia
kasih, itukan musti dibahas di TA gitu-kan. TA dibahas baru kemudian
dibicarakan dengan saya, didiskusikan dengan saya. Nah, Kadang-
kadang datangnya siang, dia juga belum bikin, saya baru dapat e-mail-
nya malam. Jadi pagi-pagi baru diskusi kadang-kadang tidak sempet
diskusi dah langsung rapat gitu. Kadang-kadang bisa seperti itu. Jadi
Kendalanya memang adalah bahan rapat yang diberikan oleh pemerintah
itu kadang-kadang sangat dadakan dengan schedule [jadwal] rapat atau
kadang-kadang juga schedule yang dibuat oleh sekretariat untuk rapat itu
juga kadang dadakan itu juga jadi membuat informasi yang kami/saya
dapatkan itu menemui hambatan. Tapi, sekali lagi itu tidak terlalu
signifikan begitu. Karena tadi kita sudah mempunyai pengalaman kan
dengan rapat-rapat terdahulu.
9. P : Apa yang menghambat anda, sehingga berhenti mencari informasi?
R : Menjawab: Nggak pernah ya selalu ada saja. Karena ini tinggal TA
saya menghubungi saya luar biasa gitu. Ga ada itu yang mentok, selalu
ada saja yang bisa di bahas.
10. P : Apakah ketidaktahuan akan sumber dan saluran informasi
menghambat mencari informasi?
R : Menjawab: Saya tahulah buka google. Maksudnya teknologi bukan,
saya tidak gapteklah. Bahkan saya dulu kan Saya pake I-Pad, saya kan
pernah ke luar negeri. I-Pad kan berat ya. Akhirnya tuch saya beli
Samsung/galaxy note tuch. Karena saya pikir kalau ke luar negeri enak
bawa galaxy note tuch lebih kecil. Jadi sekali lagi memang teknologi itu
memang sangat membantu daripada bawa hardcopy mending bawa
galaxy note aja yang ringan.
138
Responden/Informan : Ingrid Maria Palupi Kansil, S.Sos
Jabatan : Anggota DPR RI dan Anggota Badan Legislasi
Waktu Wawancara : 16.35 WIB
Hari/Tanggal : Senin, 30 Juni 2013
Tempat : Gedung Nusantarara 1 Lantai 09 Ruang 0917
Keterangan : R = Informan, P = Peneliti
1. P : Dapatkah anda ceritakan informasi apa yang sedang anda butuhkan?
R : Menjawab: Saya biasanya membutuhkan segala macam informasi, baik
itu sosial budaya, ekonomi, sosial maupun perkembangan politik
terkini dan isu-isu nasional lainnya.
2. P : Apa tujuan dari informasi tersebut?
R : Menjawab: Memperbarui informasi & digunakan sebagai database.
3. P : Selama pencarian informasi berlangsung, pertanyaan-pertanyaan apa
saja yang muncul dan ingin ditemukan?
R : Menjawab: Saya terbiasa menggunakan metode : kejadian apa,
mengapa bisa terjadi, dimana kejadian tersebut terjadi, alasan-alasan
terjadi kejadian, dan akibat yang ditimbulkan.
4. P : Apa yang anda rasakan ketika persoalan tersebut muncul dan apa
yang anda rasakan setelah anda mendapatkan jawabannya? Gimana
perasaan anda kalau tidak mendapatkan jawabannya?
R : Menjawab: Seperti kebanyakan orang, saya akan merasa gelisah dan
merasa ada sesuatu yang salah. Dan ketika saya menemukan jawabannya
saya akan merasa sedikit lega dan bersiap mencari jawaban atas
pertanyaan berikutnya.
5. P : Biasanya berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk mencari
informasi?
R : Menjawab: Tergantung tingkat kesulitan persoalan yang dihadapi.
139
6. P : Apakah anda pernah ke Perpustakaan dan Pengkajian dan Analisis?
R : Menjawab: Ya
7. P : Paling suka mencari informasi dengan menggunakan saluran
(Formal: perpustakaan, dan Pengkajian dan analisis (PAIS); dan
informal: rekan sejawat, tv, koran, radio, dll.) dan sumber informasi apa
(tercetak: buku, koran, majalah, jurnal; dan tidak tercetak: seminar,
diskusi, konferensi, studi banding.)?
R : Menjawab: Media elektronik. Media massa, & literatur
(perpustakaan).
8. P : Dalam melakukan pencarian tersebut, apakah anda mengalami
hambatan, hambatan-hambatan apa yang anda temukan atau alami?
R : Menjawab: Hambatan : ketidaksediaan waktu yang cukup untuk
menggali lebih dalam mengenai hal yang sedang di cari.
9. P : Apa yang menghambat anda, sehingga berhenti mencari informasi?
R : Menjawab: Rutinitas/kesibukan sehari-hari dan jadwal pekerjaan.
10. P : Apakah ketidaktahuan akan sumber dan saluran informasi
menghambat mencari informasi?
R : Menjawab: Tidak, dengan perkembangan teknologi semuanya
menjadi mudah.