performansi kerja

29
MODUL 5 PENGUKURAN PERFORMANSI KERJA SECARA PSIKOLOGIS AHMAD WIRA INDRAWAN D221 12 251 KELOMPOK 3 LABORATORIUM ERGONOMI DAN PERANCANGAN SISTEM KERJA PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI JURUSAN MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS HASANUDDIN 2015

Upload: ahmad-wira-indrawan

Post on 03-Dec-2015

256 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

Ergonomic Laboratory

TRANSCRIPT

MODUL 5

PENGUKURAN PERFORMANSI

KERJA SECARA PSIKOLOGIS

AHMAD WIRA INDRAWAN D221 12 251

KELOMPOK 3

LABORATORIUM ERGONOMI DAN PERANCANGAN SISTEM KERJA

PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI JURUSAN MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS HASANUDDIN

2015

Kelompok 3 Ahmad Wira Indrawan MODUL 5:

Pengukuran Performansi Kerja Secara Psikologis Hal 1 D221 12 251

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia merupakan salah satu elemen dalam suatu sistem kerja.

Performansi kerja manusia dapat dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Hal ini

disebabkan karena manusia memiliki kepekaan indera untuk menerima

rangsang dari lingkungan. Faktor ketajaman dan kepekaan indera pada

manusia sangat berperan penting dalam melakukan setiap kegiatannya.

Setiap aktivitas manusia (berbicara, membaca, menulis, dan lain-lain)

selalu didukung oleh daya ingat. Jika proses penyimpanan informasi ke daya

ingat tidak berjalan lancar dan terganggu, maka akan berdampak pada

kesalahan pengambilan keputusan atau reaksi yang harus dilakukan karena

daya ingat tidak tersimpan sempurna. Gangguan dalam penyimpanan

informasi ke daya ingat dapat berasal dari dalam (kecacatan pada indera

maupun otak) maupun dari luar (faktor lingkungan fisik).

Kurang sempurnanya pengolahan informasi dalam daya ingat dapat

mempengaruhi performansi dan produktivitas seseorang dalam bekerja

maupun aktivitasnya. Berdasarkan jangka waktu lama penyimpanan dan

tingkat penggunaannya, memory dibagi menjadi dua yaitu short term memory

dan long term memory. Pada daya ingat manusia, semua informasi yang

diterima akan disimpan dan diakses melalui working memory atau short term

memory. Dalam menjalankan suatu proses aliran informasi ke memory dalam

Kelompok 3 Ahmad Wira Indrawan MODUL 5:

Pengukuran Performansi Kerja Secara Psikologis Hal 2 D221 12 251

human-computer interaction diperlukan lingkungan fisik yang mendukung

(Alan Dix, 1998).

B. Tujuan Praktikum

1. Mampu memahami dan menghitung pengaruh kondisi lingkungan

terhadap beban kerja psikologi pekerjaan tertentu dengan menggunakan

reaction time test dan memory recall test.

2. Mampu menilai tingkat beban psikologi suatu pekerjaan tertentu dan

menentukan kondisi lingkungan kerja yang tepat.

Kelompok 3 Ahmad Wira Indrawan MODUL 5:

Pengukuran Performansi Kerja Secara Psikologis Hal 3 D221 12 251

BAB II

TEORI DASAR

A. Ergonomi Kognitif

Secara spesifik mebahas tentang hubungan display dan kontrol. Topik-

topik yang relevan dalam ergonomi kognitif antara lain; beban kerja,

pengambilan keputusan, dan stres kerja.

1. Beban Kerja

Analisis beban kerja merupakan salah satu subbagian dalam

melakukan perancangan kerja. Beban kerja harus dianalisa agar sesuai

dengan kemampuan dari pekerja itu sendiri. Workload atau beban kerja

merupakan usaha yang harus dikeluarkan oleh seseorang untuk memenuhi

“permintaan” dari pekerjaan tersebut. Sedangkan kapasitas adalah

kemampuan/kapasitas manusia. Kapasitas ini dapat diukur dari kondisi

fisik maupun mental seseorang.

Perhitungan beban kerja setidaknya dapat dilihat dari 3 aspek,

yakni fisik, mental, dan penggunaan waktu. Aspek fisik meliputi

perhitungan beban kerja berdasarkan kriteria-kriteria fisik manusia. Aspek

mental merupakan perhitungan beban kerja dengan mempertimbangkan

aspek mental (psikologis). Sedangkan pemanfaatan waktu lebih

mempertimbangkan pada aspek penggunaan waktu untuk bekerja.

2. Pengambilan Keputusan

Merupakan suatu hasil atau keluaran dari proses mental atau

kognitif yang membawa pada pemilihan suatu jalur tindakan di antara

Kelompok 3 Ahmad Wira Indrawan MODUL 5:

Pengukuran Performansi Kerja Secara Psikologis Hal 4 D221 12 251

beberapa alternatif yang tersedia. Setiap proses pengambilan keputusan

selalu menghasilkan satu pilihan final. Keluarannya bisa berupa suatu

tindakan (aksi) atau suatu opini terhadap pilihan. Dihubungkan dengan

ergonomi kognitif, pekerja akan berpikir terlebih dahulu untuk melakukan

suatu pekerjaan.

B. Sistem Mengingat

Menurut Myers (2006) Ingatan terhadap hal-hal yang spesifik atau

khusus dapat berbeda-beda tergantung kepada individu dan cara atau proses

berpikir individu tersebut. Selain itu, ingatan juga dapat berbeda-beda

tergantung kepada isi dari informasi tersebut. Isi informasi yang menarik

cenderung lebih mudah diingat daripada informasi yang biasa dan tidak

menarik. Kegagalan untuk mengingat umumnya terjadi karena gagal

menyimpan informasi, mempertahankan informasi dan memanggil kembali

informasi yang telah disimpan sebelumnya.

Menyimpan, mempertahankan dan memanggil kembali informasi

terjadi di dalam sistem mengingat. Menurut Hebb (2000), terdapat 3 jenis

sistem mengingat, yaitu:

1. Sensory memory

Sensory memory memuat catatan sebenarnya mengenai apa yang

yang dilihat dan didengar (visual dan auditori). Hal ini hanya berlangsung

selama beberapa detik, sensory memory memiliki kapasitas yang tak

terbatas.

Kelompok 3 Ahmad Wira Indrawan MODUL 5:

Pengukuran Performansi Kerja Secara Psikologis Hal 5 D221 12 251

2. Short-term memory (STM)

Perhatian yang lebih khusus atau lebih fokus kemudian

dipindahkan atau ditransfer dari sensory memory menuju short-term

memory. STM umumnya menyimpan data dalam bentuk suara, khususnya

me-recall suara, tetapi bisa juga dalam hal visual atau gambar. STM

memiliki kapasitas kerja yang terbatas, yaitu hanya 7 ± 2 chunks atau

sekitar 5 sampai 9 chunks dalam sekali ingat. Chunks adalah satu unit

memori yang terdiri dari beberapa komponen yang berhubungan erat satu

sama lain (Cowan dalam Maltin, 2005). STM sangat rentan terhadap

interupsi dan gangguan-gangguan. Terdapat 3 jenis proses dasar dalam

STM, yaitu:

a. Iconic memory

Iconic memory adalah kemampuan untuk menyimpan informasi

yang berupa gambar (dari hasil visual).

b. Acoustic memory

Acoustic memory adalah kemampuan untuk menyimpan

informasi dalam bentuk suara. Acoustic memory dapat bertahan lebih

lama daripada iconic memory.

c. Working memory

Working memory adalah suatu proses aktif menyimpan

informasi hingga informasi itu dikeluarkan, misalnya terus memikirkan

dan mengulangulang suatu nomor telepon kepada diri sendiri hingga

memencet nomor telepon yang dituju. Perlu diingat bahwa inti dari

Kelompok 3 Ahmad Wira Indrawan MODUL 5:

Pengukuran Performansi Kerja Secara Psikologis Hal 6 D221 12 251

working memory adalah bukan pada memindahkan informasi dari STM

ke LTM, melainkan terus mengingat informasi untuk kepentingan

yang sementara atau mendadak. Bagian-bagian otak yang

mempengaruhi kinerja working memory adalah frontal cortex, parietal

cortex, anterior angulate, dan bagian dari basal ganglia.

3. Long-term memory (LTM)

LTM biasanya merupakan tempat penyimpanan informasi yang

bersifat menetap atau permanen. Informasi yang disimpan biasanya

merupakan informasi yang penting dan sangat berarti.

C. Recall Memory

Recall memory merupakan proses membangkitkan atau

mengembalikan lagi ingatan, secara verbal atau perbandingan nyata, suatu

pengalaman di masa lalu (Drever, 1986). Walgito (2004) menjelaskan bahwa

ada dua cara menimbulkan kembali informasi dan ingatan, yakni dapat

ditempuh dengan (1) mengingat kembali (to recall) dan (2) mengenal kembali

(to recognize). Penelitian terkait memory recall menggunakan waktu yang

terbatas untuk menimbulkan kembali (recall) cerita yang disimpan dalam

short term memory. Menurut Morgan (Walgito, 2004) short term memory

memerlukan waktu antara 20-30 detik dalam pemasukan stimulus dan

penimbulan kembali sebagai memori output. Berdasarkan wacana di atas

maka yang dimaksud recall memory adalah kemampuan seseorang untuk

menimbulkan kembali atau mengingat kembali pengalaman atau informasi

Kelompok 3 Ahmad Wira Indrawan MODUL 5:

Pengukuran Performansi Kerja Secara Psikologis Hal 7 D221 12 251

yang disimpan dalam short term memory tanpa adanya objek sebagai stimulus

untuk dapat diingat kembali.

D. Pengukuran Recall Memory

Menurut Lockhart (dalam Sternberg, 2009) tes recall dapat dibagi

menjadi tiga macam yaitu:

1. Serial recall, yaitu mengingat kembali materi (item) dalam sebuah daftar

secara tepat.

2. Free-recall, yaitu mengingat kembali materi (item) secara bebas

3. Clued-recall, yaitu mengingat kembali materi (item) dengan petunjuk.

E. Faktor yang Mempengaruhi Recall Memory

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi keoptimalan hasil dari

recall memory antara lain:

1. Efek posisi serial, yaitu bahwa sejumlah informasi atau item yang

disajikan secara beurutan akan mempengaruhi ingatan seseorang.

Informasi yang terletak di bagian akhir cenderung diingat lebih baik, sebab

informasinya masih berada pada ingatan jangka pendek pada waktu

direcall (Suharman, 2005).

2. Media, memiliki peran yang besar pada proses recall yang dilalui agar

mencapai hasil yang maksimal. Pada penelitian Ningsih (2009) mengenai

kemampuan recall memory ditinjau dari metode belajar visual dan metode

belajar audio, nilai rata-rata kemampuan recall memory pada cerita 1, 2, 3

dengan metode belajar visual adalah 20,14 lalu 21,43 dan 20,14. Nilai rata-

Kelompok 3 Ahmad Wira Indrawan MODUL 5:

Pengukuran Performansi Kerja Secara Psikologis Hal 8 D221 12 251

rata kemampuan recall memory pada cerita 1, 2, 3 dengan metode belajar

audio adalah 23,85 lalu 25,15 dan 24,00. Artinya ada perbedaan

kemampuan recall memory ditinjau dari metode balajar audio dan metode

belajar visual, dimana metode belajar audio lebih efektif untuk

meningkatkan kemampuan recall memory anak.

3. Pemrosesan informasi pada tingkat yang lebih dalam akan memudahkan

kinerja penggalian kembali informasi di dalam ingatan (recall). Hal ini

disebabkan oleh dua faktor: adanya karakteristik yang menonjol

(distinctiveness), dan pemerincian (elaboration) (Suharman, 2005).

4. Pengulangan, yaitu penghafalan repetitif suatu item (Sternberg, 2006).

Pada eksperimen Lloyd dan Margaret Peterson (dalam Solso, dkk, 2008)

menunjukkan bahwa kemampuan mengingat (recall) menurun drastis

ketika partisipan tidak dijinkan mengulang informasi (kluster tiga huruf)

yang disimpan di dalam short term memory.

5. Intelegensi, yaitu Sternberg (2006) menyatakan bahwa semakin tinggi

intelegensi individu akan semakin cepat individu tersebut melakukan

pengkodean dari sensor indrawi ke dalam memori jangka pendek.

Kecepatan individu dalam melakukan pengkodean akan memudahkan

individu mengingat apa yang diterima sehingga recall memory yang

dihasilkan lebih maksimal.

6. Efek referensi diri (self reference effects) adalah proses memaksimalkan

daya mengingat kembali (recall) ketika seseorang berusaha mengkaitkan

Kelompok 3 Ahmad Wira Indrawan MODUL 5:

Pengukuran Performansi Kerja Secara Psikologis Hal 9 D221 12 251

informasi baru dengan kehidupan diri pribadi orang tersebut (Matlin dalam

Suharman, 2005).

F. Reaction Time

Waktu reaksi (reaction time) merupakan waktu antara pemberian

rangsangan sampai dengan timbulnya respon terhadap rangsangan tersebut.

Parameter waktu reaksi ini dipakai untuk pengukuran performansi. Yang

mempengaruhi performansi kerja diantaranya tingkat kelelahan, kondisi

motivasi, rasa bosan, konsentrasi, dan kondisi psikologis manusia lainnya. Hal

tersebut akan mengakibatkan waktu reaksi yang berbeda-beda antara satu

kondisi dengan kondisi lainnya. Kondisi-kondisi tersebut dipengaruhi oleh

lingkungan baik secara fisik (penerangan, temperatur, getaran, dll) maupun

secara psikologis (suasana hati, motivasi, dll) dan kerja itu sendiri.

Waktu reaksi merupakan interval waktu yang diperlukan seseorang

untuk memberikan reaksi terhadap sinyal atau rangsangan yang muncul ketika

seseorang memberikan respon tentang sesuatu yang didengar, dilihat, atau

dirasakan. Ada berbagai macam eksperimen waktu reaksi:

1. Simple Reaction Time Experiment

Pada eksperimen ini hanya ada satu jenis stimulus dan satu reaksi.

Contohnya percobaan waktu reaksi terhadap cahaya, reaksi terhadap bunyi

pada lokasi yang telah ditentukan dan tetap.

2. Recognition Reaction Time Experiment

Terdapat banyak stimulus. Pada stimulus tertentu, subjek harus

memberi respon sedangkan ada beberapa yang subjek tidak boleh

Kelompok 3 Ahmad Wira Indrawan MODUL 5:

Pengukuran Performansi Kerja Secara Psikologis Hal 10 D221 12 251

merespon. Ada 2 jenis, yaitu symbol recognition (subjek menghafal lima

buah huruf, kemudian subjek hanya bereaksi pada huruf yang dihafal

tersebut) dan tone/sound recognition (subjek menghafal frekuensi dari

bunyi, kemudian subjek hanya bereaksi pada frekuensi yang dihafalkan).

3. Choice Reaction Time Experiment

Subjek harus merespon stimulus yang diberikan berupa huruf yang

ditampilkan di layar, kemudian menekan tombol huruf/keyboard yang

sesuai dengan stimulus yang diberikan.

Dalam penelitian terkait waktu reaksi dipengaruhi beberapa yaitu:

a. Arousal

Arousal atau state of attention, dalam hal ini didalamnya

termasuk tekanan darah. Waktu reaksi akan menjadi cepat bila tekanan

darah ada di level tengah (dalam keadaan normal), dan akan melambat

bila praktikan terlalu santai atau terlalu tegang.

b. Usia

Waktu reaksi menjadi berkurang mulai usia bayi hingga akhir

20-an, bertambah pada usia 50-60 tahun, lalu melambat pada usia 70

tahun keatas. Penurunan waktu reaksi pada orang dewasa mungkin

disebabkan karena orang dewasa lebih hati-hati merespon sebuah

stimulus. Orang dewasa juga cenderung mencurahkan pikirannya pada

satu stimulus dan mengabaikan stimulus yang lainnya.

Kelompok 3 Ahmad Wira Indrawan MODUL 5:

Pengukuran Performansi Kerja Secara Psikologis Hal 11 D221 12 251

c. Jenis kelamin

Biasanya laki-laki memiliki waktu reaksi yang lebih cepat

daripada wanita.

d. Right handed vs left handed

Orang kidal, banyak menggunakan otak kanan, dimana otak

kanan banyak digunakan untuk berpikir mengenai hal-hal yang

berkaitan dengan kreativitas, dan hal-hal yang berkaitan dengan ruang

(misal: membidik sasaran). Maka banyak peneliti bernaggapan bahwa

orang kidal memiliki waktu reaksi yang lebih cepat dibanding dengan

orang yang tidak kidal.

e. Direct vs peripheral vision

Waktu reaksi akan lebih cepat bila stimulus diberikan ketika

subyek melihat tepat pada titik stimulus (direct vision), dan dapat

melambat bila stimulus diberikan disekitar pandangan mata

(peripheral vision).

f. Practice and errors

Ketika seorang subyek melakukan hal yang baru atau belum

pernah dilakukan sebelumnya, maka waktu reaksinya akan lebih

lambat bila dibandingkan dengan subyek yang sudah terlatih atau efek

pembelajaran.

Kelompok 3 Ahmad Wira Indrawan MODUL 5:

Pengukuran Performansi Kerja Secara Psikologis Hal 12 D221 12 251

g. Kelelahan

Waktu reaksi akan melambat bila subyek sedang mengalami

kelelahan.

h. Gangguan

Adanya gangguan pada saat stimulus diberikan dapat

meningkatkan waktu reaksi.

i. Peringatan akan stimulus

Waktu reaksi akan menjadi lebih cepat apabila ada peringatan

yang diberikan kepada subyek sebelum stimulus tersebut diberikan.

j. Alkohol

Konsumsi alkohol yang berlebihan dapat menurunkan waktu

reaksi.

k. Faktor lingkungan

Adanya pengaruh kondisi lingkungan terhadap waktu reaksi

seperti pencahayaan, temperatur, dan kebisingan.

l. Faktor psikologi

Kondisi psikologi seseorang dapat memberi pengaruh terhadap

waktu reaksi seperti suasana hati dan tekanan.

Kelompok 3 Ahmad Wira Indrawan MODUL 5:

Pengukuran Performansi Kerja Secara Psikologis Hal 13 D221 12 251

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Alat dan Bahan

1. Laptop

2. Sound level meter

3. Lux meter

4. Thermal recorder

5. Air conditioner

6. Lampu sorot

7. Lembar tabel hasil pengukuran

B. Prosedur Praktikum

1. Sebelum melakukan penelitian, praktikan mengukur tingkat kelembaban,

cahaya dan kebisingan dengan alat yang disediakan dengan kondisi

ruangan tanpa gangguan suara, dan cahaya serta tanpa perubahan

kelembaban udara.

2. Praktikan menyiapkan laptop atau perangkat yang telah terpasang software

pengukuran reaction time test dan memory recall test dan meminta 3

praktikan sebagai responden dalam pengambilan data.

3. Responden melakukan reaction time test dan memory recall test. Setelah

pengukuran dilakukan, praktikan mencatat hasil pengukuran tersebut pada

lembar tabel yang disediakan.

Kelompok 3 Ahmad Wira Indrawan MODUL 5:

Pengukuran Performansi Kerja Secara Psikologis Hal 14 D221 12 251

4. Setelah dilakukan pengukuran dalam kondisi lingkungan normal,

praktikan diminta memberikan gangguan kebisingan dan mengukur

tingkat kebisingan dengan menggunakan sound level meter kemudian

mencatat nilai tingkat kebisingan.

5. Selanjutnya dilakukan kembali pengukuran memory recall dan reaction

time.

6. Praktikan selanjutnya memberikan gangguan pencahayaan dan perubahan

kondisi iklim dengan menggunakan lampu sorot dan air conditioner

dilakukan pengukuran tingkat pencahayaan dan kelembaban dengan

menggunakan lux meter dan thermo recorder lalu mencatat nilai tingkat

pencahayaan.

7. Lakukan kembali pengukuran memory recall dan reaction time.

Kelompok 3 Ahmad Wira Indrawan MODUL 5:

Pengukuran Performansi Kerja Secara Psikologis Hal 15 D221 12 251

BAB IV

PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA

A. Kondisi Praktikum

1. Teknik Pengambilan Data

Dalam percobaan ini, responden melakukan dua tes, yaitu recall

memory test dan reaction time test. Pada tes recall memory, responden

diminta menulis serangkaian deretan angka mulai dari 1 deretan sampai 10

deretan dengan masing-masing deretan tersebut diberikan waktu senggang

selama satu menit untuk mengingat sebelum ditulis pada data sheet.

Selanjutnya pada tes reaction time, responden diminta untuk merespon

beberapa informasi yang diberikan penguji. Pada penelititan ini responden

akan dihitung waktu responnya terhadap informasi yang diberikan oleh

penguji dengan menggunakan stopwatch. Dalam tes reaction time terdapat

dua kategori informasi, yaitu informasi teratur dan tidak teratur.

Kedua tes tersebut dilakukan sebanyak tujuh kali dengan tujuh

kondisi yang berbeda, masing-masing kondisi tersebut secara berurutan,

yaitu:

a. Kondisi dengan gangguan suhu.

b. Kondisi dengan gangguan suhu dan cahaya.

c. Kondisi dengan gangguan suhu dan suara.

d. Kondisi suhu nyaman.

e. Kondisi dengan gangguan cahaya.

Kelompok 3 Ahmad Wira Indrawan MODUL 5:

Pengukuran Performansi Kerja Secara Psikologis Hal 16 D221 12 251

f. Kondisi dengan gangguan suara.

g. Kondisi dengan gangguan cahaya dan suara.

2. Instrumen Penelitian

Dalam percobaan ini, alat dan bahan yang digunakan untuk recall

memory test dan reaction time test adalah alat-alat dan bahan yang telah

disebutkan di BAB III.

B. Kondisi Lingkungan

Percobaan ini dilakukan dengan memberikan tiga faktor utama

gangguan yang biasa terjadi di tempat kerja nyata, yaitu suhu, kelembaban,

dan kebisingan.

Kondisi suhu dalam percobaan ini ada dua, yaitu suhu nyaman sebesar

25°C dan suhu tidak nyaman sebesar 28.8°C. Begitu pula dengan kelembaban,

yaitu kelembaban nyaman sebesar 71% dan kelembaban tidak nyaman sebesar

80%. Dan terakhir adalah gangguan suara atau kebisingan dengan nilai sebesar

85 dB.

C. Tabel dan Grafik

1. Recall Memory

a. Tabel

Tabel 4.1 di bawah ini adalah hasil pengukuran deret angka

dari memory recall test dengan tujuh kondisi yang berbeda.

Kelompok 3 Ahmad Wira Indrawan MODUL 5:

Pengukuran Performansi Kerja Secara Psikologis Hal 17 D221 12 251

Tabel 4.1 Memory recall test

Kondisi Deret

Suhu 6

Suhu dan Cahaya 8

Suhu dan Suara 7

Nyaman 7

Cahaya 8

Suara 8

Cahaya dan Suara 7

b. Grafik

Gambar 4.1 memperlihatkan grafik memory recall test pada

responden dengan tujuh kondisi yang berbeda.

Gambar 4.1 Grafik memory recall test

Kelompok 3 Ahmad Wira Indrawan MODUL 5:

Pengukuran Performansi Kerja Secara Psikologis Hal 18 D221 12 251

2. Reaction Time

a. Tabel

Tabel 4.2 menunjukan rata-rata dan standar deviasi kategori

teratur dan tidak teratur dari masing-masing kondisi.

Tabel 4.2 Rata-rata reaction time test

Kondisi

Teratur Tidak Teratur

Average Sdev Average Sdev

Suhu 0.87 0.09 0.71 0.26

Suhu dan Cahaya 1.07 0.52 1.12 0.19

Suhu dan Suara 0.66 0.06 1.07 0.41

Nyaman 0.68 0.32 0.86 0.26

Cahaya 0.75 0.21 0.96 0.15

Suara 0.77 0.57 0.52 0.06

Cahaya dan Suara 0.73 0.30 0.99 0.60

b. Grafik

Pada Gambar 4.2 menunjukan grafik reaction time test dengan

kategori informasi yang teratur pada tujuh kondisi yang berbeda. Dapat

dilihat tidak ada perbedaan yang signifikan antara masing-masing

kondisi yang diberikan.

Kelompok 3 Ahmad Wira Indrawan MODUL 5:

Pengukuran Performansi Kerja Secara Psikologis Hal 19 D221 12 251

Gambar 4.2 Grafik reaction time test teratur

Selanjutnya Gambar 4.3 menunjukan grafik reaction time test

dengan kategori informasi yang tidak teratur pada tujuh kondisi yang

berbeda pula. Dapat dilihat pula bahwa waktu yang dibutuhkan untuk

merespon sedikit lebih lama dibandingkan dengan informasi teratur,

hal ini disebabkan karena jenis informasi yang diterima sangat

berpengaruh terhadap performa respon dari responden.

Kelompok 3 Ahmad Wira Indrawan MODUL 5:

Pengukuran Performansi Kerja Secara Psikologis Hal 20 D221 12 251

Gambar 4.3 Grafik Reaction time test tidak teratur

Selanjutnya Gambar 4.4 menunjukan perbedaan grafik reaction

time test dari dua kategori informasi pada kondisi dengan gangguan

suhu.

Gambar 4.4 Grafik reaction time test dengan gangguan suhu

Kelompok 3 Ahmad Wira Indrawan MODUL 5:

Pengukuran Performansi Kerja Secara Psikologis Hal 21 D221 12 251

Selanjutnya Gambar 4.5 menunjukan perbedaan grafik reaction

time test dari dua kategori informasi pada kondisi dengan gangguan

suhu dan cahaya.

Gambar 4.5 Grafik reaction time test dengan gangguan suhu dan cahaya

Sedangkan Gambar 4.6 menunjukan perbedaan grafik reaction

time test dari dua kategori informasi pada kondisi dengan gangguan

suhu dan suara.

Gambar 4.6 Grafik reaction time test dengan gangguan suhu dan suara

Kelompok 3 Ahmad Wira Indrawan MODUL 5:

Pengukuran Performansi Kerja Secara Psikologis Hal 22 D221 12 251

Berikut adalah Gambar 4.7 yang memperlihatkan grafik

reaction time terst terhadap dua kategori, teratur dan tidak teratur,

dalam kondisi tanpa gangguan atau kondisi yang nyaman.

Gambar 4.7 Grafik reaction time test dengan kondisi nyaman

Selanjutnya Gambar 4.8 menunjukkan grafik dari reaction time

test dengan dua jenis kategori pada kondisi dengan gangguan cahaya.

Gambar 4.8 Grafik reaction time test dengan kondisi nyaman dan gangguan cahaya

Kelompok 3 Ahmad Wira Indrawan MODUL 5:

Pengukuran Performansi Kerja Secara Psikologis Hal 23 D221 12 251

Pada Gambar 4.9 menunjukan grafik reaction time test dengan

dua kategori pada kondisi dengan gangguan suara.

Gambar 4.9 Grafik reaction time test dengan kondisi nyaman dan gangguan suara

Pada Gambar 4.10 menunjukan grafik reaction time test

dengan dua kategori informasi pada kondisi nyaman dengan gangguan

cahaya dan suara.

Gambar 4.10 Grafik reaction time test pada kondisi nyaman dengan gangguan cahaya dan

gangguan suara

Kelompok 3 Ahmad Wira Indrawan MODUL 5:

Pengukuran Performansi Kerja Secara Psikologis Hal 24 D221 12 251

3. Paired T-Test

Tabel 4.3 berikut adalah tabel t-test yang menunjukkan

hubungan antara informasi teratur dengan informasi yang tidak teratur

dalam reation time test dengan berbagai jenis kondisi.

Tabel 4.3 T-Test

Kondisi T value Level of Significant

Suhu 0.24 Tidak Signifikan

Suhu dan Cahaya 0.45 Tidak Signifikan

Suhu dan Suara 0.12 Tidak Signifikan

Nyaman 0.19 Tidak Signifikan

Cahaya 0.10 Tidak Signifikan

Suara 0.28 Tidak Signifikan

Cahaya dan Suara 0.20 Tidak Signifikan

Berdasarkan Tabel 4.4, dapat dilihat bahwa tidak adanya

persamaan yang signifikan antara jenis informasi teratur dengan tidak

teratur. Ini dibuktikan dengan nilai dari uji T dari ketujuh kondisi rata-

rata lebih dari 0.05 yaitu batas level signifikansi.

D. Analisa

Berdasarkan data yang diperoleh dari percobaan memory recall test

dan reaction time test, untuk memory recall test tidak ada pengaruh yang

cukup signifikan dari ketujuh kondisi yang diberikan. Berbeda dengan kondisi

pertama yang nilainya lebih sedikit dari kondisi-kondisi yang lain, hal ini

dikarenakan proses adaptasi dari responden terhadap tes tersebut. Dan jika

dilihat lebih teliti, pada empat kondisi yaitu: kondisi nyaman, kondisi dengan

gangguan cahaya, kondisi dengan gangguan suhu, dan kondisi dengan

gangguan cahaya dan suara; yang dimana kondisi-kondisi tersebut berada

Kelompok 3 Ahmad Wira Indrawan MODUL 5:

Pengukuran Performansi Kerja Secara Psikologis Hal 25 D221 12 251

dalam keadaan suhu nyaman, pencapaiannya relatif stabil dan lebih tinggi jika

dibandingkan dengan tiga kondisi lainnya yaitu: kondisi dengan gangguan

suhu, kondisi dengan gangguan suhu dan cahaya, serta kondisi dengan

gangguan suhu dan suara. Sehingga dapat diketahui bahwa performansi

responden terhadap akitifitas mengingat akan jauh lebih baik jika ditempatkan

pada kondisi suhu yang nyaman.

Lain halnya dengan reaction time test, jika dilihat grafiknya

berdasarkan kondisi-kondisi yang diterima, tidak ada perbedaan yang

signifikan untuk masing-masing grafiknya. Di berbagai kondisi, jenis

informasi yang teratur selalu lebih singkat dibangingkan dengan jenis

informasi yang tidak teratur. Terkecuali untuk kondisi suhu nyaman dengan

gangguan suara, terlihat pada Gambar 4.9, yang dimana justru informasi

teraturlah yang lebih lama dibandingkan dengan informasi tidak teratur. Hal

ini tentu terjadi akibat beberapa faktor yang berpengaruh, misalnya tingkat

kesulitan informasi, ketenangan responden, atau jenis gangguan, termasuk

suara. Berdasarkan analisa tersebut, performansi responden cenderung

konsisten di berbagai kondisi yang diberikan, namun sangat dipengaruhi oleh

jenis informasi yang diterima dan tingkat kesulitannya.

Kelompok 3 Ahmad Wira Indrawan MODUL 5:

Pengukuran Performansi Kerja Secara Psikologis Hal 26 D221 12 251

BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Dari percobaan yang telah peneliti lakukan dan dari data yang

didapatkan, dapat ditarik dua kesimpulan, yaitu:

1. Dengan menggunakan memory recall test dan reaction time test, praktikan

mampu mengetahui performansi dari responden dalam melakukan sebuah

pekerjaan dengan berbagai kondisi berbeda dan pengaruh yang diberikan

kondisi tersebut terhadap performansinya.

2. Berdasarkan data yang diperoleh, tidak ada dampak yang berarti terhadap

responden dalam melakukan suatu pekerjaan dalam kondisi/gangguan

yang ada. Untuk berbagai kondisi secara keseluruhan, responden

cenderung bisa konsisten dalam melakukan pekerjaan. Tetapi berdasarkan

grafik memory recall test, performansi responden sangat baik ketika

berada pada suhu yang nyaman. Di lain hal, berdasarkan pada grafik

reaction time test, performansi responden juga sangat baik di suhu yang

nyaman dan dipengaruhi oleh jenis informasi dan tingkat kesulitan

informasi.

B. SARAN

1. Untuk laboratorium

a. Sebaiknya alat pengujian diawasi dan dirawat baik-baik sehingga data

yang didapat juga akurat.

Kelompok 3 Ahmad Wira Indrawan MODUL 5:

Pengukuran Performansi Kerja Secara Psikologis Hal 27 D221 12 251

b. Ada baiknya jika ruangan memang dikhususkan untuk kondisi-kondisi

yang menjadi parameter.

2. Untuk asisten

a. Untuk berikutnya agar memeriksa terlebih dahulu alat dan ruangan

yang akan digunakan.

b. Sebaiknya waktu praktikum lebih diperhatikan lagi.

Kelompok 3 Ahmad Wira Indrawan MODUL 5:

Pengukuran Performansi Kerja Secara Psikologis Hal 28 D221 12 251

DAFTAR PUSTAKA

Napitupulu Natassia. 2009. Gambaran penerapan ergonomi: Universitas

Indonesia.

Chussurur, Mifta. Hidayat, Thulus. Agustin, Rin Widya. 2014. Pengaruh

pemberian cerita melalui media audiovisual terhadap recall memory pada

anak-anak kelas v sekolah dasar takmirul islam Surakarta: Universitas

Sebelas Maret Surakarta.

http://ergonomi-fit.blogspot.com/2012/01/simple-reaction-time.html (diakses pada

tanggal 4 Maret 2015)