perforasi ileus.docx

24

Click here to load reader

Upload: muhammad-rizqi

Post on 29-Nov-2015

226 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

ileus perforasi : ileus pecah

TRANSCRIPT

Page 1: perforasi ileus.docx

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Akut abdomen atau gawat perut menggambarkan keadaan klinis akibat kegawatan di

rongga perut yang biasanya timbul mendadak dengan nyeri sebagai keluhan utama. Keadaan

ini memerlukan penanggulangan segera yang sering berupa tindakan bedah, misalnya pada

obstruksi, perforasi, atau perdarahan masif di rongga perut maupun saluran cerna. Infeksi,

obstruksi atau strangulasi saluran cerna dapat menyebabkan perforasi yang mengakibatkan

kontaminasi rongga perut oleh isi saluran cerna sehingga terjadilah peritonitis. 1

Ileus adalah gangguan pasase isi usus yang merupakan tanda adanya obstruksi usus

akut yang segera memerlukan pertolongan dokter. Di Indonesia ileus obstruksi paling sering

disebabkan oleh hernia inkarserata, sedangkan ileus paralitik sering disebabkan oleh

peritonitis. Keduanya membutuhkan tindakan operatif. 1 Ileus lebih sering terjadi pada

obstruksi usus halus daripada usus besar. Keduanya memiliki cara penanganan yang agak

berbeda dengan tujuan yang berbeda pula. Obstruksi usus halus yang dibiarkan dapat

menyebabkan gangguan vaskularisasi usus dan memicu iskemia, nekrosis, perforasi dan

kematian, sehingga penanganan obstruksi usus halus lebih ditujukan pada dekompresi dan

menghilangkan penyebab untuk mencegah kematian. 2

Obstruksi kolon sering disebabkan oleh neoplasma atau kelainan anatomic seperti

volvulus, hernia inkarserata, striktur atau obstipasi. Penanganan obstruksi kolon lebih

kompleks karena masalahnya tidak bisa hilang dengan sekali operasi saja. Terkadang cukup

sulit untuk menentukan jenis operasi kolon karena diperlukan diagnosis yang tepat tentang

penyebab dan letak anatominya. Pada kasus keganasan kolon, penanganan pasien tidak hanya

berhenti setelah operasi kolostomi, tetapi membutuhkan radiasi dan sitostatika lebih lanjut.

Hal ini yang menyebabkan manajemen obstruksi kolon begitu rumit dan kompleks daripada

obstruksi usus halus. 3

Mengingat penanganan ileus dibedakan menjadi operatif dan konservatif, maka hal ini

sangat berpengaruh pada mortalitas ileus. Operasi juga sangat ditentukan oleh ketersediaan

sarana dan prasarana yang sesuai, skills, dan kemampuan ekonomi pasien. Hal-hal yang dapat

berpengaruh pada faktor-faktor tersebut juga akan mempengaruhi pola manajemen pasien

ileus yang akhirnya berpengaruh pada mortalitas ileus. Faktor-faktor tersebut juga

berpengaruh dengan sangat berbeda dari satu daerah terhadap daerah lainnya sehingga

1

Page 2: perforasi ileus.docx

menarik untuk diteliti mortalitas ileus pada pasien yang mengalami operasi dengan pasien

yang ditangani secara konservatif.

Dalam penulisan referat ini akan dibahas mengenai penanganan perforasi ileus..

Perforasi ileus juga akan menyebabkan terjadinya peritonitis. Peritonitis adalah radang

peritoneum dengan eksudasi serum, fibrin, sel – sel, dan pus, biasanya disertai dengan gejala

nyeri abdomen dan nyeri tekan pada abdomen, konstipasi, muntah, dan demam peradangan

yang biasanya disebabkan oleh infeksi pada peritoneum.

2

Page 3: perforasi ileus.docx

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi Abdomen

DINDING PERUT

Dinding perut mengandung struktur

muskulo-aponeurosis yang kompleks.Dibagian

belakang struktur ini melekat pada tulang belakang sebelah atas pada iga, dan di bagian

bawah pada tulang panggul. Dinding perut ini terdiri dari berbagai lapis, yaitu dari luar ke

dalam, lapis kulit yang terdiri dari kuitis dan sub kutis, lemak sub kutan dan facies superfisial

( facies skarpa ), kemudian ketiga otot dinding perut m. obliquus abdominis eksterna, m.

obliquus abdominis internus dan m. transversum abdominis, dan akhirnya lapis preperitonium

dan peritonium, yaitu fascia transversalis, lemak preperitonial dan peritonium. Otot di bagian

depan tengah terdiri dari sepasang otot rektus abdominis dengan fascianya yang di garis

tengah dipisahkan oleh linea alba. 1,2

Dinding perut membentuk rongga perut yang melindungi isi rongga perut.Integritas

lapisan muskulo-aponeurosis dinding perut sangat penting untuk mencegah terjadilah hernia

bawaan, dapatan, maupun iatrogenik. Fungsi lain otot dinding perut adalah pada pernafasan

juga pada proses berkemih dan buang air besar dengan meninggikan tekanan intra

abdominal.2

Gambar 1.1(a) Tampak anterior otot dinding abdomen (b) Penampang melintang otot

abd.

3

Page 4: perforasi ileus.docx

Peritoneum

Peritoneum adalah lapisan tunggal dari sel-sel mesotial di atas dasar fibroelastik. Terbagi

menjadi visceral, menutupi usus dan mesenterium, dan bagian parietal yang melapisi dinding

abdomen dan berhubungan dengan fascia muscular. Pasokan darah datang dari struktur di

bawahnya. Persarafan lebih spesifik , hanya berespons terhadap traksi atau regangan.

Peritoneum parietale mempunyai komponen somatik dan visceral dan memungkinkan

lokalisasi stimulus yang berbahaya dan menimbulkan defans muscular dan nyeri lepas 1,2

Rongga perut (cavitas abdominalis) dibatasi oleh membran serosa yang tipis mengkilap yang

juga melipat untuk meliputi organ-organ di dalam rongga abdominal. Lapisan membran yang

membatasi dinding abdomen dinamakan peritoneum parietale, sedangkan bagian yang

meliputi organ dinamakan peritoneum viscerale.2

Di sekitar dan sekeliling organ ada lapisan ganda peritoneum yang membatasi dan

menyangga organ, menjaganya agar tetap berada di tempatnya, serta membawa pembuluh

darah, pembuluh limfe, dan saraf.Bagian-bagian peritoneum sekitar masing-masing organ

diberi nama-nama khusus.3,5

Gambar 1.2 Struktur dari peritoneum

Luas peritoneum kira-kira 1,8 meter2, sama dengan luas permukaan kulit orang

dewasa. Fungsi peritoneum adalah setengah bagiannya memiliki membran basal

semipermiabel yang berguna untuk difusi air, elektrolit, makro, maupum mikro sel. Oleh

karena itu peritoneum punya kemampuan untuk digunakan sebagai media cuci darah yaitu

4

Page 5: perforasi ileus.docx

peritoneal dialisis dan menyerap cairan otak pada operasi ventrikulo peritoneal shunting

dalam kasus hidrochepalus.3,4

Lapisan peritonium dibagi menjadi 3, yaitu:

1.Lembaran yang menutupi dinding usus, disebut lamina visceralis (tunika serosa).

2.Lembaran yang melapisi dinding dalam abdomen disebut lamina parietalis.

3.Lembaran yang menghubungkan lamina visceralis dan lamina parietalis.

Lembaran yang menghubungkan lamina visceralis dan lamina parietalis kanan kiri

saling menempel dan membentuk suatu lembar rangkap yang disebut duplikatura.Dengan

demikian baik di ventral maupun dorsal usus terdapat suatu duplikatura.Duplikatura ini

menghubungkan usus dengan dinding ventral dan dinding dorsal perut dan dapat dipandang

sebagai suatu alat penggantung usus yang disebut mesenterium.Mesenterium dibedakan

menjadi mesenterium ventrale dan mesenterium dorsale.1-3

Mesenterium ialah bangunan peritoneal yang berlapis ganda, bentuknya seperti kipas,

pangkalnya melekat pada dinding belakang perut dan ujungnya yang mengembang melekat

pada usus halus.Di antara dua lapisan membran yang membentuk mesenterium terdapat

pembuluh darah, saraf dan bangunan lainnya yang memasok usus.Bagian mesenterium di

sekitar usus besar dinamakan mesokolon. Lapisan ganda peritoneum yang berisi lemak,

menggantung seperti celemek di sebelah atas depan usus bernama omentum majus. Bangunan

ini memanjang dari tepi lambung sebelah bawah ke dalam bagian pelvik abdomen dan

kemudian melipat kembali dan melekat pada colon tranversum.Ada juga membran yang lebih

kecil bernama omentum minus yang terentang antara lambung dan liver.2,3

Pada tempat-tempat peritoneum viscerale dan mesenterium dorsale mendekati

peritoneum dorsale, terjadi perlekatan.Tetapi, tidak semua tempat terjadi perlekatan.Akibat

perlekatan ini, ada bagian-bagian usus yang tidak mempunyai alat-alat penggantung lagi, dan

terletak sekarang dorsal peritonium sehingga disebut retroperitoneal.Bagian-bagian yang

masih mempunyai alat penggantung terletak di dalam rongga yang dindingnya dibentuk oleh

peritoneum parietale, disebut terletak intraperitoneal.

Struktur di perut diklasifikasikan sebagai intraperitoneal, retroperitoneal atauinfraperitoneal

tergantung pada apakah mereka ditutupi dengan peritoneum visceral danapakah mereka

dilengkapi dengan polip (mensentery, mesokolon).

Struktur yang Intraperitoneal umumnya bergerak, sementara mereka yang retroperitoneal

relatif tetap dilokasi mereka. 1-3

5

Page 6: perforasi ileus.docx

Organ-organ yang terdapat di cavum peritoneum yaitu

intraperitoneum; gaster, hepar, vesica fellea, lien, ileus, jejenum, kolon transversum, kolon

sigmoid, sekum, dan appendix (

retroperitoneum : pankreas, duodenum, kolon ascenden & descenden, ginjal dan ureter 1-4

Gambar 1.3 Organ Intraabdomen

Peritoneum viserale yang menyelimuti organ perut dipersarafi oleh sistem saraf

autonom dan tidak peka terhadap rabaan atau pemotongan.Dengan demikian sayatan atau

penjahitan pada usus dapat dilakukan tanpa dirasakan oleh pasien. Akan tetapi bila dilakukan

tarikan atau regangan organ, atau terjadi kontraksi yang berlebihan pada otot yang

menyebabkan iskemia misalnya pada kolik atau radang seperti apendisitis, maka akan timbul

nyeri. Pasien yang merasaka nyeri viseral biasanya tidak dapat menunjuk dengan tepat letak

nyeri sehingga biasanya ia menggunakan seluruh telapak tangannya untuk menujuk daerah

yang nyeri. 4,5

Peritoneum parietale dipersarafi oleh saraf tepi, sehingga nyeri dapat timbul karena

adanya rangsang yang berupa rabaan, tekanan, atau proses radang. Nyeri dirasakan seperti

seperti ditusuk atau disayat, dan pasien dapat menunjukkan dengan tepat lokasi nyeri.

Perdarahan dinding perut berasal dari beberapa arah. Dari kraniodorsal diperoleh perdarahan

dari cabang aa. Intercostalis VI – XII dan a. epigastrika superior. Dari kaudal terdapat a.

iliaca a. sircumfleksa superfisialis, a. pudenda eksterna dan a. epigastrika inferior.Kekayaan

6

Page 7: perforasi ileus.docx

vaskularisasi ini memungkinkan sayatan perut horizontal maupun vertikal tanpa

menimbulkan gangguan perdarahan.1-3

Persarafan dinding perut dipersyarafi secara segmental oleh n.thorakalis VI – XII dan n.

lumbalis I. 2

Peritoneum adalah selaput dinding dalam rongga abdomen dan membungkus sebagian

organ tertentu, mulai diafragma, dinding perut, rongga pelvis, dan membentuk rongga

peritoneum. Bagian yang melekat pada dinding perut disebut peritoneum parietale, dan yang

membungkus organ disebut viscerale. Peritoneum berasal dari sel-sel mesotelial dengan

membran basal yang ditunjang jaringan ikat longgar dan kaya pembuluh darah.

Luas peritoneum kira-kira 1,8 meter kuadrat, sama dengan luas permukaan kulit orang

dewasa. Fungsi peritoneum adalah setengah bagiannya memiliki mmembran basal

semipermiabel yang berguna untuk difusi air, elektrolit, makro, maupum mikro sel. Oleh

karena itu peritoneum punya kemampuan untuk digunakan sebagai media cuci darah yaitu

peritoneal dialisis dan menyerap cairan otak pada operasi ventrikulo peritoneal shunting

dalam kasus hidrochepalus.

2.2 Perforasi Ileus

2.2.1 Definisi

Perforasi ileusPerforasi ileus merupakan suatu bentuk penetrasi yang komplek

dari dinding usus halusakibat dari bocornya isi dari usus ke dalam rongga perut.

Perforasi dari usus mengakibatkansecara potensial untuk terjadinya kontaminasi

bakteri dalam rongga perut ( keadaan inidikenal dengan istilah peritonitis).

2.2.2 Patofisiologi

Peristiwa patofisiologik yang terjadi setelah obstruksi usus adalah sama, tanpa

memandang apakah obstruksi tersebut diakibatkan oleh penyebab mekanik atau fungsional.

Perbedaan utama adalah obstruksi paralitik di mana peristaltik dihambat dari permulaan,

sedangkan pada obstruksi mekanik peristaltik mula-mula diperkuat, kemudian intermitten,

dan akhirnya hilang. 12

7

Page 8: perforasi ileus.docx

Perubahan patofisiologi utama pada obstruksi usus dapat dilihat pada Gambar-2.1.

Lumen usus yang tersumbat secara progresif akan teregang oleh cairan dan gas (70% dari gas

yang ditelan) akibat peningkatan tekanan intralumen, yang menurunkan pengaliran air dan

natrium dari lumen ke darah. Oleh karena sekitar 8 liter cairan diekskresikan ke dalam

saluran cerna setiap hari10, tidak adanya absorpsi dapat mengakibatkan penimbunan

intralumen dengan cepat. Muntah dan penyedotan usus setelah pengobatan dimulai

merupakan sumber kehilangan utama cairan dan elektrolit. Pengaruh atas kehilangan ini

adalah penciutan ruang cairan ekstrasel yang mengakibatkan syok—hipotensi, pengurangan

curah jantung, penurunan perfusi jaringan dan asidosis metabolik. Peregangan usus yang

terus menerus mengakibatkan lingkaran setan penurunan absorpsi cairan dan peningkatan

sekresi cairan ke dalam usus. Efek lokal peregangan usus adalah iskemia akibat distensi dan

peningkatan permeabilitas akibat nekrosis, disertai absorpsi toksin-toksin bakteri ke dalam

rongga peritoneum dan sirkulasi sistemik untuk menyebabkan bakteriemia. 12

Pada perforasi ileus, maka feses cair dan kuman-kuman segera mengkontaminir

peritoneum dan setelah melewati masa inkubasi (rata-rata 6-8 jam) baru menimbulkan gejala

peritonitis. Tetapi ileus sebenarnya memiliki sifat ”protective mechanism” yaitu sifat bila

suatu segemen ileus mengalami perforasi maka akan segera segemen tadi kaan berkontraksi

sedemikian rupa sehingga menutup lubang perforasi.

Sifat ini berlangsung selama 1-4 jam tergantung keadaan umum dan juga keadaan

usus itu sendiri. Misalkan penderita dengan keadaan umum jelek (KP, kakeksia) maka sifat

ini berlangsung 1 jam atau kurang bahakan tak ada sama sekali. Juga pada usus yang sakit

misalkan pada tifus abdominalis maka mekanisme ini juga akan berkurang.

Secara ringkas disimpulkan bila ileus mengalami perforasi maka gejala peritonitis

timbul sesudah 8-12 jam kemudian. Penderita harus diobservasi ketat selama minimal 24 jam

pertama pada kasus trauma tumpul abdomen.

8

Page 9: perforasi ileus.docx

Gambar-2.1. Patofisiologi Obstruksi Usus 12

2.2.3 Diagnosis

1. Subyektif -Anamnesis

Gejala Utama: 13

a. Nyeri-Kolik

o Obstruksi usus halus : kolik dirasakan disekitar umbilikus

o Obstruksi kolon : kolik dirasakan disekitar suprapubik.

b. Muntah

o Stenosis Pilorus : Encer dan asam

9

Page 10: perforasi ileus.docx

o Obstruksi usus halus : Berwarna kehijauan

o Obstruksi kolon : onset muntah lama.

c. Perut Kembung (distensi)

d. Konstipasi

o Tidak ada defekasi

o Tidak ada flatus

Adanya benjolan di perut, inguinal, dan femoral yang tidak dapat kembali menandakan

adanya hernia inkarserata. Invaginasi dapat didahului oleh riwayat buang air besar berupa

lendir dan darah. Pada ileus paralitik e.c. peritonitis dapat diketahui riwayat nyeri perut kanan

bawah yang menetap. Riwayat operasi sebelumnya dapat menjurus pada adanya adhesi

usus.2 Onset keluhan yang berlangsung cepat dapat dicurigai sebagai ileus letak tinggi dan

onset yang lambat dapat menjurus kepada ileus letak rendah.2 3

2. Obyektif-Pemeriksaan Fisik

A. Strangulasi

Adanya strangulasi ditandai dengan adanya lokal peritonitis seperti: 13

§ Takikardia

§ Pireksia (demam)

§ Lokal tenderness dan guarding

§ Rebound tenderness

§ Nyeri lokal

§ Hilangnya suara usus lokal

Untuk mengetahui secara pasti hanya dengan laparotomi. 4

B. Obstruksi

a. Inspeksi

Perut distensi, dapat ditemukan kontur dan steifung. Benjolan pada regio inguinal, femoral

dan skrotum menunjukkan suatu hernia inkarserata. Pada Intussusepsi dapat terlihat massa

abdomen berbentuk sosis. Adanya adhesi dapat dicurigai bila ada bekas luka operasi

sebelumnya.2 3 7 8

b. Auskultasi

Hiperperistaltik, bising usus bernada tinggi, borborhygmi. Pada fase lanjut bising usus dan

peristaltik melemah sampai hilang.13 15

c. Perkusi

10

Page 11: perforasi ileus.docx

Hipertimpani

d. Palpasi

Kadang teraba massa seperti pada tumor, invaginasi, hernia.

e.  Rectal Toucher

- Isi rektum menyemprot : Hirschprung disease

- Adanya darah dapat menyokong adanya strangulasi, neoplasma

- Feses yang mengeras : skibala

- Feses negatif : obstruksi usus letak tinggi

- Ampula rekti kolaps : curiga obstruksi

- Nyeri tekan : lokal atau general peritonitis 2 3

f.  Radiologi

Foto Polos:

Pelebaran udara usus halus atau usus besar dengan gambaran anak tangga dan air-fluid level.

Penggunaan kontras dikontraindikasikan adanya perforasi-peritonitis. Barium enema

diindikasikan untuk invaginasi, dan endoskopi disarankan pada kecurigaan volvulus.

C. Paralitik

Pada ileus paralitik ditegakkan dengan auskultasi abdomen berupa silent abdomen yaitu

bising usus menghilang. Pada gambaran foto polos abdomen didapatkan pelebaran udara usus

halus atau besar tanpaair-fluid level. 5

Tabel-2.1. Perbandingan Klinis bermacam-macam ileus.15

Macam ileus Nyeri Usus Distensi Muntah borborigmi

Bising usus Ketegangan abdomen

Obstruksi simple tinggi

++(kolik)

+ +++ Meningkat -

Obstruksi simple rendah

+++(Kolik)

+++ +Lambat, fekal

Meningkat -

Obstruksi strangulasi

++++(terus-menerus, terlokalisir)

++ +++ Tak tentubiasanya meningkat

+

Paralitik + ++++ + Menurun -Oklusi vaskuler

+++++ +++ +++ Menurun +

11

Page 12: perforasi ileus.docx

2.3 Peritonitis

2.3.1 Definisi

Peritonitis merupakan keradangan akut maupun kronis pada peritoneum parietale,

dapat terjadi secara lokal (localized peritonitis) ataupun menyeluruh (general peritonitis).

Peritoneum sebenarnya tahan terhadap infeksi, bila kedalam rongga peritoneum

disuntikkan kuman maka dalam waktu yang cepat akan diceranakan oleh fagosit dan akan

segera dibuang. Juga bila disuntikkan sejumlah bakteri subkutan atau retroperitoneal maka

akan terjadi pembentukan abses ataupun selulitis.

Suatu peritonitis dapat terjadi oleh karena kontaminasi yang terus menerus oleh

kuman, kontaminasi dari kuman dengan strain yang ganas, adanya benda asing ataupun

cairan bebas seperti cairan ascites akan mengurangi daya tahan peritoneum terhadap bakteri.

Omentum juga merupakan jaringan yang penting dalam penmgontrolan infeksi dalam rongga

perut.

2.2.2 Patogenesis

Reaksi awal keradangan peritoneum adalah keluarnya eksudat fibrinosa diikuti

terbentuknya nanah dan perlekatan-perlekatan fibrinosa untuk melokalisisr infeksi. Bila

infeksi mereda, perlekata akan menghilang, tetapi bila proses akan berlanjut terus maka pita-

pita perlengketan peritoneum akan sampai ke bagian lengkung usus ataupu organ-organ.

Eksudasi cairan dapat berlebihan hingga menyebabkan dehidrasi yang terjadi penumpiukan

cairan di rongga peritoneal.

Cairan dan elektrolit tadi akan masuk kedalam lumen usus dan menyebabkan

terbentuknya sekuestrasi. Dengan disertai perlekatan-perlekatan usus, maka dinding usus

menjadi atonia. Atonia dinding usus menyebabkan permeabilitas dinding usus terganggu

mengakibatkan dehidrasi, syok, gangguan sirkulasi, oliguri. Sedangkan perlekatan-perlekatan

menyebabkan ileus paralitik atau obstruksi. Ileus menyebabkan kembung, nausea, vomitting,

sedangkan reaksi inflamasi menyebabkan febris.

2.2.3 Etiologi Dan Klasifikasi

Peritonitis dapat digolongkan menjadi 2 kelompok berdasarkan dari penyebabnya:

1. Peritonitis Primer (Spontaneus)

Disebabkan oleh invasi hematogen dari organ peritoneal yang langsung dari rongga

peritoneum. Banyak terjadi pada penderita :

- sirosis hepatis dengan asites

12

Page 13: perforasi ileus.docx

- nefrosis

- SLE

- bronkopnemonia dan TBC paru

- pyelonefritis

- benda asing dari luar

2. Peritonitis Sekunder

Disebabkan oleh infeksi akut dari organ intraperitoneal seperti :

1) Iritasi kimiawi

Perforasi gaster, pankreas, kandung empedu, hepar, lien, kehamilan extra tuba

yang pecah.

2) Iritasi bakteriil

Perforasi kolon, usus halus, appendix, kista ovarii pecah, ruptur buli dan ginjal.

3. Peritonitis Tersier

Peritonitis yang mendapat terapi tidak adekuat, superinfeksi kuman, dan akibat

tindakan operasi sebelumnya

2.2.4 Gejala

Pada gejala akan didapatkan berupa nyeri perut hebat (nyeri akan menyeluruh pada

seluruh lapangan abdomen bila terjadi peritonitis generalisata), mual muntah, dan demam.

Namun gejala yang timbul pada setiap orang dapat sangat bervariasi.

Pada gejala lanjutan, maka perut menjadi kembung, terdapat tanda-tanda ileus sampai

dengan syok. Serta hipotensi.

2.2.5 Pemeriksaan Fisik

Secara sistematis maka pemeriksaan fisik abdomen akan menampakkan :

Inspeksi :

Pernapasan perut tertinggal atau tak bergerak karena rasa nyeri.

Palpasi :

Defans muskuler, nyeri tekan seluruh otot perut

Perkusi :

Nyeri ketok seluruh perut, pekak hati menghilang

Auskultasi :

Bising usus menurun sampai hilang

13

Page 14: perforasi ileus.docx

2.2.6 Pemeriksaan Penunjang

1. Laboratorium

Akan didapatkan leukositosis, hemokonsentrasi, metabolik asidosis, alkalosis

respiratorik.

2. Radiologis

Pada pemeriksaan BOF akan menunjukkan diustensi usus besar dan usus halus

dengan permukaan cairan. Pada diafragma foto akan ditemukan air sickle cell dibawah

diafragma kanan (30% false negatif).

3. Pemeriksaan Khusus

Dialisis Peritoneal Lavage

Sangat berguna untuk mengetahui perdarahan intraperitoneal atau peritonitis akibat

rudapaksa (tapi tak menembus peritoneum).

2.4. . Penanganan Ileus

1. Konservatif

§ Penderita dirawat di rumah sakit.

§ Penderita dipuasakan

§ Kontrol status airway, breathing and circulation.

§ Dekompresi dengan nasogastric tube.

§ Intravenous fluids and electrolyte

§ Dipasang kateter urin untuk menghitung balance cairan.

§ Lavement jika ileus obstruksi, dan kontraindikasi ileus paralitik.

2. Farmakologis 4

§ Antibiotik broadspectrum untuk bakteri anaerob dan aerob.

§ Analgesik apabila nyeri.

3. Operatif 10 14

§ Ileus paralitik tidak dilakukan intervensi bedah kecuali disertai dengan peritonitis.

§ Obstruksi usus dengan prioritas tinggi adalah strangulasi, volvulus, dan jenis obstruksi

kolon.

14

Page 15: perforasi ileus.docx

§ Operasi dilakukan setelah rehidrasi dan dekompresi nasogastric untuk mencegah sepsis

sekunder atau rupture usus.

§ Operasi diawali dengan laparotomi kemudian disusul dengan teknik bedah yang

disesuaikan dengan hasil explorasi melalui laparotomi.

o Lisis pita untuk band

o Herniorepair untuk hernia inkarserata

o Pintas usus : ileostomi, kolostomi.

o Reseksi usus dengan anastomosis

o Diversi stoma dengan atau tanpa reseksi.

2.5  Komplikasi 2 3

§ Sepsis

§ Syok-dehidrasi

§ Abses

§ Sindrom usus pendek dengan malabsorpsi dan malnutrisi

§ Pneumonia aspirasi dari proses muntah

§ Gangguan elektrolit

§ Meninggal

2.6 Prognosis

§ Saat operasi, prognosis tergantung kondisi klinik pasien sebelumnya.

§ Setelah pembedahan dekompresi, prognosisnya tergantung dari penyakit yang

mendasarinya.2 3

15

Page 16: perforasi ileus.docx

DAFTAR PUSTAKA

1. Wim de jong, Sjamsuhidayat.R. Buku ajar Ilmu Bedah. Edisi 3. Jakarta : EGC. 2011.

2. Schwartz, Shires, Spencer. Peritonitis dan Abses Intraabdomen dalam Intisari Prinsip

– Prinsip Ilmu Bedah. Edisi 6. Jakarta : EGC. 2000. Hal 489 – 493

3. Schrock. T. R.. Peritonitis dan Massa abdominal dalam IlmuBedah, Ed.7, alih bahasa

dr. Petrus Lukmanto, EGC, Jakarta. 2000.

4. Arief M, Suprohaita, Wahyu.I.K, Wieiek S, 2000, Bedah Digestif, dalam Kapita

Selekta Kedokteran, Ed:3; Jilid: 2; p 302-321, Media Aesculapius FKUI, Jakarta.

5. Wim de jong, Sjamsuhidayat.R, Gawat Abdomen, dalam Buku ajar Ilmu Bedah;

221-239, EGC, Jakarta. 1997

6. Philips Thorek, Surgical Diagnosis,Toronto University of Illnois College of

Medicine,third edition,1997, Toronto.

7. Rasad S, Kartoleksono S, Ekayuda I. Abdomen Akut, dalam Radiologi Diagnostik,

Hal 256-257, Gaya Baru, Jakarta. 1999

16