perfect kpd
DESCRIPTION
hjkkTRANSCRIPT
1
Kata Pengantar
Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan limpahan kenikmatan kesehatan baik jasmani maupun rohani
sehingga pada kesempatan ini penulis dapat menyelesaikan penyusunan tugas
referat yang berjudul “Ketuban Pecah Dini”. Penulis mengharapkan saran dan
kritik yang dapat membangun dari berbagai pihak agar dikesempatan yang akan
datang penulis dapat membuatnya lebih baik lagi.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih sebesar – besarnya
kepada dr. Taufik Mahdi, Sp.OG serta berbagai pihak yang telah membantu
penulis dalam menyelesaikan penulisan refrat ini.
Semoga refrat ini dapat bermanfaat untuk kita semua.
Medan, 10 Oktober 2014
Penulis
2
DAFTAR ISI
Kata Pengantar.................................................................................................................1
Daftar isi............................................................................................................................2
BAB I Pendahuluan
LatarBelakang....................................................................................................................3
BAB II Pembahasan
1. Definisi...........................................................................................................................4
2. Etiologi...........................................................................................................................5
3. Epidemiologi..................................................................................................................6
4. Faktor risiko...................................................................................................................7
5. Patofisiologi....................................................................................................................7
6. Diagnosis........................................................................................................................8
7. Tanda dan Gejala..........................................................................................................10
8. Tatalaksana ..................................................................................................................11
9. Komplikasi ..................................................................................................................12
10. Pencegahan ................................................................................................................12
11. Prognosis ...................................................................................................................12
BAB III Kesimpulan
Kesimpulan.......................................................................................................................14
DaftarPustaka ................................................................................................................15
3
BAB I
PENDAHULUAN
Pecah ketuban secara spontan paling sering terjadi sewaktu-waktu pada
persalinan aktif. Pecah ketuban secara khas tampak jelas sebagai semburan cairan
yang normalnya jernih atau sedikit keruh, hampir tidak berwarna dengan jumlah
yang bervariasi. Selaput ketuban yang masih utuh sampai bayi lahir lebih jarang
ditemukan. Jika kebetulan selaput ketuban masih utuh sampai kelahiran, janin
yang dibungkus oleh selaput ketuban ini dan bagian yang membungkus kepala
bayi yang baru lahir kadangkala disebut sebagai caul. Pecah ketuban sebelum
persalinan mulai pada tahapan kehamilan manapun disebut sebagai ketuban pecah
dini (1).
Ketuban pecah dini merupakan penyebab penting morbiditas dan
mortalitas perinatal serta berhubungan dengan infeksi perinatal dan kompresi
umbilical cord akibat oligohidramnion. Infeksi koriodesidual memiliki peranan
penting dalam etiologi terjadinya ketuban pecah dini terutama pada usia gestasi
awal.
Penanganan ketuban pecah dini memerlukan pertimbangan usia gestasi,
adanya infeksi pada komplikasi ibu dan janin adanya tanda-tanda persalinan.
Dilema sering terjadi pada pengelolaan KPD dimana harus segera bersikap aktif
terutama pada kehamilan yang cukup bulan atau harus menunggu sampai
terjadinya proses persalinan, sehingga masa tunggu akan memanjang. Sifat
konservatif ini sebaiknya dilakukan pada KPD kehamilan kurang bulan dengan
harapan tercapainya pematangan paru dan berat badan janin yang cukup.
4
BAB II
PEMBAHASAN
1. Definisi
Ketuban Pecah Dini atau premature rupture of the membrane (PROM)
adalah ketuban yang pecah spontan yang terjadi pada sembarang usia kehamilan
sebelum persalinan di mulai (1).
Ketuban Pecah Dini (KPD) atau premature rupture of the membrane
(PROM) adalah pecahnya ketuban sebelum in partu (2).
Volume cairan ketuban pada setiap minggu gestasi cukup berbeda-beda.
Secara umum volume meningkat 10 ml per minggu pada minggu ke 8 dan
meningkat sampai 60 ml per minggu pada minggu 21, dan kemudian berkurang
secara bertahap hingga minggu ke 33. Dengan demikian volume cairan ketuban
biasanya meningkat dari 50 ml pada minggu 12 menjadi 400 ml pada pertengahan
kehamilan dan 1000 ml pada kehamilan aterm (1).
Cairan ketuban berfungsi sebagai bantalan bagi janin, yang
memungkinkan perkembangan sistem musculoskeletal dan melindungi janin dari
trauma luar. Cairan ini juga mempertahankan suhu dan memiliki fungsi nutrisi
yang minimal. Ingesti cairan ketuban ke dalam paru dan saluran cerna mungkin
meningkatkan pertumbuhan dan diferensiasi jaringan-jaringan ini melalui gerakan
inspirasi dan menelan cairan ketuban. Namun fungsi yang paling penting adalah
mendorong pertumbuhan serta perkembangan normal paru dan saluran cerna dan
melindungi suhu tubuh janin.
5
Volume cairan ketuban yang lazim
Minggu gestasi
Janin (g) Plasenta (g) Cairan amnion (ml)
Persen caian
16 100 100 200 50
28 1000 200 1000 45
36 2500 400 900 24
40 3300 500 800 17
Dari Queenan (1991), dengan izin (1)
2. ETIOLOGI
Walaupun banyak publikasi tentang KPD, namun penyebabnya masih
belum diketahui dan tidak dapat ditentukan secara pasti. Beberapa laporan
menyebutkan faktor-faktor yang berhubungan erat dengan KPD, namun faktor-
faktor mana yang lebih berperan sulit diketahui. Kemungkinan yang menjadi
faktor predesposisi adalah:
1. Infeksi yang terjadi secara langsung pada selaput ketuban maupun asenderen
dari vagina atau infeksi pada cairan ketuban bisa menyebabkan terjadinya
KPD.
2. Serviks yang inkompetensia, kanalis sevikalis yang selalu terbuka oleh karena
kelainan pada serviks uteri (akibat persalinan, curetage).
6
3. Tekanan intra uterin yang meninggi atau meningkat secara berlebihan
(overdistensi uterus) misalnya trauma, hidramnion, gemelli. Trauma oleh
beberapa ahli disepakati sebagai faktor predisisi atau penyebab terjadinya
KPD. Trauma yang didapat misalnya hubungan seksual, pemeriksaan dalam,
maupun amnosintesis menyebabakan terjadinya KPD karena biasanya disertai
infeksi.
4. Faktor Nutrisi (ion Cu serum rendah, vitamin C rendah)
5. Merokok selama kehamilan
3. Epidemiologi
Menurut data yang diperoleh dari Medical Record Rumah Sakit Umum
Daerah Syekh Yusuf Gowa dengan jumlah persalinan pada tahun 2011 sebanyak
2.738 orang, adapun persalinan dengan Ketuban Pecah Dini sebanyak 101 orang
(3,68 %). Sedangkan kejadian Ketuban Pecah Dini pada tahun 2012 mengalami
peningkatan yaitu sebanyak 248 orang dari 1930 persalinan.
Menurut World Health Organization (WHO) pada tahun 2010,
memperkirakan angka kematian ibu lebih dari 300-400/100.000 kelahiran, yang
7
disebabkan oleh perdarahan 28%, ketuban pecah dini 20%, eklampsia 12%,
abortus 13%, partus lama 18%, dan penyebab lainnya 2%.
4. Faktor Risiko
Faktor risiko ketuban pecah dini persalinan preterm : 1) kehamilan
multipel : kembar dua (50%) atau kembar tiga (90%); 2) riwayat persalinan
preterm sebelumnya; 3) perdarahan pervaginam; 4) pH vagina di atas 4.5; 5)
kelainan atau kerusakan selaput ketuban; 6.) flora vagina abnormal; 8) kadar CRH
(corticotropin releasing hormone) maternal tinggi misalnya pada stress psikologis
dapat menjadi stimulasi persalinan preterm; 9) Inkompetensi serviks (leher
rahim); 10) Polihidramnion (cairan ketuban berlebih); 11) Riwayat KPD
sebelumya; 12) Trauma; 13) servix tipis / kurang dari 39 mm, Serviks yang
pendek (<25mm) pada usia kehamilan 23 minggu; 14) infeksi pada kehamilan
seperti bakterial vaginosis.
5. Patofisiologi
Ketuban pecah dini berhubungan dengan kelemahan menyeluruh membran
fetal akibat kontraksi uteri dan peregangan berulang. Membran yang mengalami
ruptur premature ini tampak memiliki defek fokal dibanding kelemahan
menyeluruh. Daerah dekat tempat pecahnya membran yang ditandai dengan
adanya pembengkakan dan kerusakan jaringan kolagen fibrilar pada lapisan
kompakta, fibroblast maupun spongiosa. Daerah ini akan muncul sebelum
ketuban pecah dini dan merupakan daerah breakpoint awal. Patogenesis terjadinya
ketuban pecah dini secara singkat ialah akibat adanya penurunan kandungan
kolagen dalam membran sehingga memicu terjadinya ketuban pecah dini dan
ketuban pecah dini preterm terutama pada pasien risiko tinggi.
8
6. Diagnosis
Diagnosis dapat ditegakan dari anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan
laboratorium.
1. Anamnesis
Dari anamnesis dapat menegakkan 90% dari diagnosis. Kadang kala cairan
seperti urin dan vaginal discharge bisa dianggap cairan amnion. Penderita
merasa basah dari vaginanya atau mengeluarkan cairan banyak dari jalan
lahir.
2. Inspeksi
Pengamatan biasa akan tampak keluarnya cairan dari vagina, bila ketuban
baru pecah, dan jumlah airnya masih banyak, pemeriksaan ini akan makin
jelas.
3. Pemeriksaan Inspekulo
Merupakan langkah pertama untuk mendiagnosis KPD karena
pemeriksaan dalam seperti vaginal toucher dapat meningkatkan resiko
infeksi, cairan yang keluar dari vagina perlu diperiksa : warna, bau, dan
PH nya, yang dinilai adalah
Keadaan umum dari serviks, juga dinilai dilatasi dan perdarahan dari
serviks. Dilihat juga prolapsus tali pusat atau ekstremitas janin. Bau
dari amnion yang khas juga harus diperhatikan.
Pooling pada cairan amnion dari forniks posterior mendukung
diangnosis KPD. Melakukan perasat valsava atau menyuruh pasien
untuk batuk untuk memudahkan melihat pooling
Cairan amnion di konfirmasikan dengan menggunakan nitrazine test.
Kertas lakmus akan berubah menjadi biru jika PH 6 – 6,5. Sekret
vagina ibu memiliki PH 4 – 5, dengan kerta nitrazin ini tidak terjadi
perubahan warna. Kertas nitrazin ini dapat memberikan positif palsu
jika tersamarkan dengan darah, semen atau vaginisis trichomiasis.
9
4. Mikroskopis (tes pakis).
Jika terdapat pooling dan tes nitrazin masih samar dapat dilakukan
pemeriksaan mikroskopis dari cairan yang diambil dari forniks posterior.
Cairan diswab dan dikeringkan diatas gelas objek dan dilihat dengan
mikroskop. Gambaran “ferning” menandakan cairan amnion
5. Dilakukan juga kultur dari swab untuk chlamydia, gonnorhea, dan
stretococcus group B
Pemeriksaan Lab
1. Tes lakmus
2. Tes pakis
3. Pemeriksaan alpha – fetoprotein (AFP), konsentrasinya tinggi didalam
cairan amnion tetapi tidak dicairan semen dan urin
4. Pemeriksaan darah lengkap dan kultur
Pemeriksaan USG
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk melihat jumlah cairan ketuban dalam
kavum uteri. Pada kasus KPD terlihat jumlah cairan ketuban sedikit
(Oligohidramnion atau anhidramnion). Oligohidramnion ditambah dengan hasil
anamnesis dapat membantu diagnosis tetapi bukan untuk menegakkan diagnosis
rupturnya membran fetal. Selain itu dinilai amniotic fluid index (AFI), presentasi
janin, berat janin, dan usia janin.
Jika usia gestasi kurang dari 34 minggu dan tidak ada indikasi ibu dan
janin untuk melakukan pelahiran, ibu tersebut harus diamati ketat dan harus
dipantau frekuensi denyut jantung janin untuk mencari bukti kompresi tali pusat,
10
khususnya bila persalinan sedang berlangsung juga. Tetapi jika usia gestasi di atas
34 minggu lengkap dan bila persalinan belum mulai setelah pemeriksaan
secukupnya, persalinan diinduksi dengan oksitosin intravena bila tidak ada kontra
indikasi. Kalau induksi gagal segera dilakukan seksio sesarea.
7. Tanda dan Gejala
Tanda-tanda klinis yang khas dan gejala korioamnionitis meliputi:
1. Ibu demam (suhu intrapartum> 100.4 ° F atau> 37,8 ° C): Paling sering
2. Takikardia ibu yang signifikan (> 120 denyut / menit)
3. Takikardia janin (> 160-180 denyut / menit)
4. Purulen atau berbau cairan ketuban atau cairan vagina
5. Nyeri tekan pada uterus
6. Leukositosis ibu (jumlah leukosit darah hitung> 15,000-18,000 sel / uL)
11
8. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan kehamilan dengan komplikasi ketuban pecah dini perlu
mempertimbangkan morbiditas dan mortalitas immaturitas neonatal yang
berhubungan dengan persalinan dan risiko infeksi terhadap ibu dan janin.
Kortikosteroid : Pemberian kortikosteroid dapat menekan morbiditas dan
mortalitas perinatal pasca ketuban pecah dini preterm. Kortikosteroid juga
menekan risiko terjadinya sindrom distress pernafasan ( 20 -35,4% ),
hemoragi intraventrikular ( 7,5 – 15,9% ), enterokolitis nekrotikans ( 0,8 –
4,6% ). Rekomendasi sebagian besar menggunakan betamethason ( celestone )
intramuscular 12 mg setiap 24 jam selama 2 hari. National Institute of Health
merekomendasikan pemberian kortikosteroid sebelum masa gestasi 30 – 23
minggu, dengan asumsi viabilitas fetus dan tidak ada infeksi intra amniotik.
Pemberian kortikosteroid setelah masa gestasi 34 minggu masih kontroversial
dan tidak direkomendasikan kecuali ada bukti immaturitas paru melalui
pemeriksaan amniosentesis.
Antibiotik : Pemberian antibiotik pada pasien ketuban pecah dini dapat
menekan infeksi neonatal dan memperpanjang periode latensi. Sejumlah
antibiotik yang digunakan meliputi ampisilin 2 gram dengan kombinasi
eritromisin 250 mg setiap 6 jam selama 48 jam, diikuti pemberian amoxicilin
250 mg dan eritromisin 333 mg setiap 8 jam untuk lima hari. Pasien yang
mendapat kombinasi ini dimungkinkan dapat mempertahankna kandungan
selama 3 minggu setelah penghentian pemberian antibiotik setelah 7 hari.
Tokolitik : Pemberian agent tokolitik diharapkan dapat memperpanjang
periode latensi namun tidak memperbaiki luaran neonatal. TIdak banyak data
yang tersedia mengenai pemakaian agen tokolitik untuk ketuban pecah dini.
12
9. Komplikasi
Morbiditas ketuban pecah dini menjadi kurang serius bila terjadi pada
kehamilan yang mendekati aterm dibandingkan kehamilan yang lebih awal. Pada
kasus ketuban pecah dini biasanya 80-90% akan mengalami partus dalam kurun
waktu 24 jam.
Ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan pada ketuban pecah dini
yaitu: 1) ketuban pecah dini merupakan penyebab pentingnya persalinan prematur
dan prematuritas janin; 2) resiko terjadinya ascending infection akan lebih tinggi
jika persalinan dilakukan setelah 24 jam onset; 3) insiden prolaps tali pusat ( cord
prolapse ) akan meningkat bila dijumpai adanya malpresentasi; 4) pengeluaran
cairan ketuban untuk waktu yang akan lama akan menyebabkan dry labour atau
persalinan kering; 5) hipoplasia pulmonal janin sangat mengancam janin,
khususnya pada kasus oligohidramnion.
10. Pencegahan
Pada pasien perokok, diskusikan tentang pengaruh merokok selama
kehamilan usaha untuk menghentikan, motivasi untuk menambah berat badan
yang cukup selama hamil, anjurkan pasangan agar menghentikan koitus pada
trimester akhir.
11. Prognosa
Usia kehamilan
Adanya infeksi / sepsis
Factor resiko / penyebab
Ketepatan Diagnosis awal dan penatalaksanaan
Bila jarak pecahnya ketuban dengan partus :
24 jam -> kematian perinatal 2x
14
BAB III
Kesimpulan
Ketuban pecah dini (KPD) merupakan masalah penting dalam obstetrik
berkaitandengan penyulit kelahiran prematur dan terjadinya infeksi
korioamnionitis sampai sepsis,yang meningkatkan morbiditas dan mortalitas
perinatal dan menyebabkan infeksi ibu. Adapun persalinan dengan Ketuban Pecah
Dini sebanyak 101 orang (3,68 %). Sedangkan kejadian Ketuban Pecah Dini pada
tahun 2012 mengalami peningkatan yaitu sebanyak 248 orang dari 1930
persalinan.
Pengelolaan Ketuban Pecah Dini (KPD) merupakan masalah yang masih
kontroversial dalam kebidanan. Pengelolaan yang optimal dan yang baku masih
belum ada, selalu berubah. Protokol pengelolaan yang optimal harus
mempertimbangkan adanya infeksi dan usia gestasi serta faktor-faktor lain seperti
fasilitas serta kemampuan untuk merawat bayi yang kurang bulan. Meskipun tidak
ada satu protokol pengelolaan yangdapat untuk semua kasus KPD, tetapi harus
ada panduan pengelolaan yang strategis, yangdapat mengurangi mortalitas
perinatal dan dapat menghilangkan komplikasi yang berat baik pada anak maup
15
DAFTAR PUSTAKA
1. Soewarto S. Ketuban Pecah Dini. Dalam Prawirohardjo S. Ilmu
Kebidanan. Bagian Ketiga: Patologi Kehamilan, Persalinan, Nifas dan
Bayi Baru Lahir. Edisi Keempat. Cetakan Kedua. Jakarta. PT Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo. 2009. hal 677-82.
2. Manuaba.I.B.G. Ketuban Pecah Dini dalam Kapita Selekta
Penatalaksanaan Obstetri Ginekologi dan KB, EGC, Jakarta, 2001, hal :
221 – 225.
3. Manuaba I.B.G, Chandranita Manuaba I.A, Fajar Manuaba I.B.G.(eds)
Pengantar Kuliah Obstertri. Bab 6: Komplikasi Umum Pada Kehamilan.
Ketuban Pecah Dini. Cetakan Pertama. Jakarta. Penerbit EGC. 2007. Pp
456-60.
4. Nili F., Ansaari A.A.S. Neonatal Complications Of Premature Rupture Of
Membranes. Acta Medica Iranica. [Online] 2003. Vol 41. No.3. Diunduh
dari http://journals.tums.ac.ir/upload_files/pdf/59.pdf.
5. Cunningham Gary F, Leveno J Kenneth , Bloom L Steven , Hauth C
John , III Gilstrap Larry , Wenstrom D Katharine . Williams Obstetrics
Edisi 22.2005 .
6. Saifudin, Abdul B. 2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan
Maternal & Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
7. Saifuddin, Abdul B 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
16
STATUS ORANG SAKIT
SMF ILMUKEBIDANAN DAN PENYAKIT KANDUNGAN
RS. HAJI MINA
MEDAN
Identitas pasien
Nama : Ny. N
Umur : 22 tahun
Agama : Islam
Suku : Aceh
Pekerjaan : IRT
Pendidikan : SMA
Nama suami : Tn.D
Umur : 29 Tahun
Agama : Islam
Suku : Aceh
Pekerjaan : Wiraswasta
Pendidikan : SMK
Alamat : Lingkungan IX, Sicanang, Medan Belawan
No RM : 22-09-09
Tanggal masuk : 23-09-2014
Pukul : 24.00WIB
Ny. M, 22 tahun, G2P1A0, istri dari Tn I, 29 tahun datang ke RS Haji
Medan pada tanggal 24-09-2014 pukul wib dengan:
KU : Keluar air dari kemaluan
Telaah :Hal ini dialami pasien sejak tanggal 23-09-2014 pukul 21.00 WIB.
Air berbau amis, warna putih jernih, dan tidak dapat ditahan. Os
mengatakan merasa ada yg keluar mengalir dari celana os dan
17
membasahi semua celana os. Riwayat keluar lendir darah dari
kemaluan (-), riwayat mules-mules (-). BAK (+) normal, BAB (+)
normal. Riwayat keputihan selama kehamilan (-), riwayat demam
kahamilan (-), riwayat terjatuh terbentur di daerah perut (-)pada ,
riwayat berhubungan dengan suami pada saat kehamilan (-),
riwayat merokok (-).
RPT/RPO : -
HPHT : 07 - 01 - 2014
TTP : 14 - 10 – 2014
Perkiraan usia kehamilan : 36-37 minggu
ANC : Ke dokter Sp.OG 4 kali
Riwayat persalinan :
1. Perempuan, 2,5 tahun, aterm, 4000gr, SC, dr.Sp.OG
2. Hamil ini
Riwayat KB : -
Riwayat Operasi : -
Status present
Sens : CM Anemis : (-/-)
TD : 120/80 mmHg Ikterik : (-/-)
HR : 94 x/i Dyspnoe : (-)
RR : 20 x/i Sianosis : (-)
T : 36,60 C Oedem : (-)
TB : 157 cm
BB : 75 kg
Status Generalisata
Mata : anemis -/-, ikterus -/-
Leher : KGB tidak teraba, JVP tidak meningkat
18
Thorax : Cor : Bunyi jantung normal, reguler, bunyi tambahan (-)
Pulmo : Suara pernapasan vesikuler, suara tambahan (-)
Abdomen : distensi (-), hepar tidak teraba, lien tidak teraba
Ekstremitas : akral hangat (+), edema (-/-)
Status Obstetri
Abdomen : membesar, asimetris
Palpasi
Leopold I: 4 jari dibawah proc. Xypoideus (35 cm)
Leopold II: Kanan teraba bagian kecil, kiri teraba punggung, teregang ke kiri
Leopold III: Teraba bulat keras, melenting, bagian bawah kepala
Leopold IV: Divergen, 3/5
Gerak janin : (+)
HIS : (-)
DJJ : 144 x/i, reguler
EBW : 2790 gr
Inspeculo :
Inspeksi : Tampak air menggenang di fornix posterior vagina
Dilakukan pemeriksaan nitrazin tes, dimana kertas lakmus merah
berubah menjadi biru. Kesan : nitrazin tes (+) Air Ketuban (+)
VT : Cx sakral , ɸ 1cm, sel ket (-), Kepala H 1, UUK (SDN)
ST : Lendir darah (-), Air Ketuban (+)
19
Hasil laboratorium tanggal 21 - 09- 2014
Hematologi
Darah rutin Nilai Nilai Rujukan satuan
Hemoglobin 10,2 12 – 16 g/dl
Hitung eritrosit 4,3 3,9 - 5,6 10*5/µl
Hitung leukosit 9,500 4,000- 11,000 /µl
Hematokrit 32,1 36-47 %
Hitung trombosit 282.000 150,000-450,000 /µl
Index eritrosit
MCV 75,2 80 – 96 fL
MCH 23,8 27 – 31 pg
MCHC 31,7 30 – 34 %
Hitung jenis leukosit
Eosinofil 1 1 – 3 %
Basofil 0 0 – 1 %
N.Stab 0 2– 6 %
N. Seg 72 53–75 %
Limfosit 20 20–45 %
Monosit 7 4–8 %
LED 55 0-20 %
Kimia Klinik
Glukosa Darah Sewaktu : 83 mg/dL < 140
Fungsi Ginjal
Ureum 15 mg/dl 20-42
Kreatinin 0,46 mg/dl 0,6-1,1
Diagnosa Sementara
20
Ketuban Pecah Dini + SG +Prev SC 1x + KDR 36-37 minggu) + PK + AH
Rencana Operasi : SC CITO a/i Ketuban Pecah Dini ( 27-09-2014 pukul 10.00 )
Laporan SC a/i Ketuban Pecah Dini tgl 27-09 -2014 Pukul 10 . 00 WIB
- Ibu dibaringkan di meja operasi dengan infus dan kateter terpasang dengan
baik.
- Dilakukan tindakan aseptik dengan larutan betadin dan alkohol 70% pada
dinding abdomen lalu ditutup dengan duck steril kecuali lapangan operasi.
- Dibawah spinal anastesi dilakukan insisi pfannenstiel mulai dari kutis,
subkutis, hingga tampak fascia.
- Dengan menyisipkan pinset anatomis dibawahnya, fascia digunting kekanan
dan kekiri, otot dikuakkan secara tumpul.
- Peritonium dijepit dengan klem, diangkat lalu digunting keatas dan kebawah
kemudian dipasang hack blast.
- Tampak uterus gravidarum, identifikasi SBR dan lig. Rotundum.
- Lalu plica vesicouterina digunting kekiri dan kekanan dan disisihkan kebawah
arah blast secukupnya.
- Selanjutnya dinding uterus diinsisi secara konkaf sampai menembus
subendometrium. Kemudian endometrium ditembus secara tumpul dan
diperlebar sesuai arah sayatan. Selaput ketuban dipecahkan, air ketuban jernih,
apgar score 9-10.
- Dengan meluksir kepala, lahir bayi laki-laki, 3400gr, PB 51 cm, anus (+)
- Tali pusat diklem pada 2 tempat dan digunting diantaranya.
- Plasenta dilahirkan dengan traksi pada tali pusat dan penekanan pada fundus,
kesan lengkap.
- Kedua sudut kiri dan kanan tepi luka insisi dijepit dengan oval klem
- Kavum uteri dibersihkan dari sisa sisa selaput ketuban dengan kassa steril
terbuka sampai tidak ada sisa selaput atau plasenta yang tertinggal. Kesan :
bersih.
21
- Dilakukan penjahitan hemostasis figure of eight pada kedua ujung robekan
uterus dengan chromic catgut no.2.0,dinding uterus dijahit lapis demi lapis
jelujur terkunci overhecting. Evaluasi tidak ada perdarahan. Reperitonealisasi
dengan plain catgut no.1.0
- Klem peritonium dipasang, lalu kavum abdomen dibersihkan dari bekuan
darah dan cairan ketuban. Kesan : bersih
- Evaluasi tuba dan ovarium kanan kiri. kesan : normal.
- Lalu peritoneum dijahit dengan plain catgut no.00. kemudian dilakukan
jahitan aproksimal otot dinding abdomen dengan plain cat gut no.00 secara
simple / continous
- Kedua ujung fascia dijepit dengan kocher, lalu dijahit secara jelujur dengan
vycril no.2/0.
- Subkutis dijahit secara simple sutura dengan plain cat gut no.00
- Kutis dijahit secara subkutikuler dengan vycril 2/0.
- Luka operasi ditutup dengan kasa steril + betadin solusio.
- Liang vagina dibersihkan dari sisa sisa darah dengan kapas sublimat hingga
bersih.
- Keadaan umum ibu post operasi : stabil
Instruksi : Awasi vital sign, kontraksi dan tanda – tanda perdarahan
Terapi : IVFD RL+oksitosin 10-10-5-5 20gtt/menit
Inj. Cefotaxime 1gr/12jam
Inj. Gentamisin 80mg/8jam
Inj. Ketorolac 30mg/8jam
Inj. Ranitidin 50mg/12jam
Inj. Ditranex 500 mg/8jam
R/ Menunggu hasil darah rutin Post SC.
Follow Up tanggal 28 September 2014 pukul 06.00 WIB
S : Nyeri luka operasi
O : Sensorium : Compos Mentis Anemis : -/-
22
TD : 110/70 mmHg Ikterik : -/-
HR : 88x/menit Dyspnoe : -
RR : 20x/menit Sianosis : -
T : 36,6ºC Oedem : -
SL : Abd : Soepel, peristaltik (+) Lemah
P/V : Lochia rubra (+)
TFU : 2 jari di bawah pusat, kontraksi baik
L/O : Tertutup perban, kesan kering
BAK : Via kateter 70cc/jam, warna kuning jernih
BAB : (+)
Flatus : (-)
ASI :+ /+
Diagnosa : Post SC a/i Prev SC 1x+ Ketuban Pecah Dini+ NH1
Terapi : IVFD RL 20gtt/menit
Inj. Cefotaxime 1gr/12jam
Inj. Gentamicin 80mg/8jam
Inj. Ketorolac 30 mg/8jam
Inj. Ranitidin 30mg/12jam
Follow Up tanggal 29 September 2014 pukul 06.00 WIB
S : -
O : Sensorium : Compos Mentis Anemis :
TD : 110/60 mmHg Ikterik : -/-
HR : 84x/menit Dyspnoe : -
RR : 20x/menit Sianosis : -
T : 36,4ºC Oedem : -
SL : Abd : Soepel, peristaltik (+)
P/V : Lochia rubra (+)
TFU : 1 jari di bawah pusat, kontraksi baik
L/O : Tertutup perban, kesan kering
BAK : Via kateter 80cc/jam
23
BAB : (-)
Flatus : (+)
ASI : (+)
Diagnosa : Post SC a/i Prev SC 1x+ Ketuban Pecah Dini+ NH2
Terapi : Three way
Inj. Cefotaxime 1gr/12jam
Inj. Gentamicin 80mg/8jam
Antasida syrup 30x C1
Asam Mefenamat 3x500mg
Ranitidin Tablet 2x1
R/ Aff Kateter
Follow Up tanggal 30 September 2014 pukul 06.00 WIB
S : -
O : Sensorium : Compos Mentis Anemis :
TD : 120/80 mmHg Ikterik : -/-
HR : 88x/menit Dyspnoe : -
RR : 20x/menit Sianosis : -
T : 36,2ºC Oedem : -
SL : Abd : Soepel, peristaltik (+)
P/V : Lochia rubra (+)
TFU : 1 jari di bawah pusat, kontraksi baik
L/O : Tertutup perban, kesan kering
BAK : Via kateter 80cc/jam
BAB : (-)
Flatus : (+)
ASI : (+)
Diagnosa : Post SC a/i Prev SC 1x+ Ketuban Pecah Dini+ NH3
Terapi : Three way
Inj. Cefotaxime 1gr/12jam
Inj. Gentamicin 80mg/8jam