perdarahan post partu
TRANSCRIPT
-
8/10/2019 Perdarahan Post Partu
1/24
RIZKA UTAMI (1102010251)
SKENARIO 1 : Perdarahan Persalinan
BLOK EMERGENCY
Perdarahan Post Partum
Definisi
Perdarahan postpartum adalah perdarahan pervaginam 500 cc atau lebih setelah kala III selesai
(setelah plasenta lahir) (Wiknjosastro, 2000).
Fase dalam persalinan dimulai dari kala I yaitu serviks membuka kurang dari 4 cm sampai penurunan
kepala dimulai, kemudian kala II dimana serviks sudah membuka lengkap sampai 10 cm atau kepala
janin sudah tampak, kemudian dilanjutkan dengan kala III persalinan yang dimulai dengan lahirnya
bayi dan berakhir dengan pengeluaran plasenta. Perdarahan postpartum terjadi setelah kala III
persalinan selesai (Saifuddin, 2002).
Perdarahan postpartum ada kalanya merupakan perdarahan yang hebat dan menakutkan sehingga
dalam waktu singkat wanita jatuh ke dalam syok, ataupun merupakan perdarahan yang menetes
perlahan-lahan tetapi terus menerus dan ini juga berbahaya karena akhirnya jumlah perdarahan
menjadi banyak yang mengakibatkan wanita menjadi lemas dan juga jatuh dalam syok (Mochtar,
1995).
Etiologi
1. Perlukaan jalan lahir : ruptur uteri, robekan serviks, vagina dan perineum, luka episiotomi.
2. Perdarahan pada tempat menempelnya plasenta karena : atonia uteri, retensi plasenta, inversio
uteri.
3.Gangguan mekanisme pembekuan darah.
Penyebab perdarahan paska persalinan terlambat biasanya disebabkan oleh sisa plasenta
atau bekuan darah, infeksi akibat retensi produk pembuangan dalam uterus sehingga terjadi sub
involusi uterus.
Faktor resiko
Anastesia umum
Persalinan lama
Persalinan cepat
Kelainan uterus-leiomiomata, kelainan konginetal
Uterus yang terlalu terengang karena kehamilan ganda, hidramnion, atau bayi yang sangatbesar
Plasenta previa
Solusio plasenta
Multiparitas
Preeklampsia dan eklampsia
Klasifikasi
Klasifikasi klinis perdarahan postpartum yaitu (Manuaba, 1998) :
1. Perdarahan Postpartum Primer yaitu perdarahan pasca persalinan yang terjadi dalam 24 jam
pertama kelahiran. Penyebab utama perdarahan postpartum primer adalah atonia uteri, retensio
plasenta, sisa plasenta, robekan jalan lahir dan inversio uteri. Terbanyak dalam 2 jam pertama.
-
8/10/2019 Perdarahan Post Partu
2/24
2
2. Perdarahan Postpartum Sekunder yaitu perdarahan pascapersalinan yang terjadi setelah 24 jam
pertama kelahiran. Perdarahan postpartum sekunder disebabkan oleh infeksi, penyusutan rahim
yang tidak baik, atau sisa plasenta yang tertinggal.
Patofisiologi
Pada dasarnya perdarahan terjadi karena pembuluh darah didalam uterus masih terbuka. Pelepasan
plasenta memutuskan pembuluh darah dalam stratum spongiosum sehingga sinus-sinus maternalis
ditempat insersinya plasenta terbuka.
Pada waktu uterus berkontraksi, pembuluh darah yang terbuka tersebut akan menutup, kemudian
pembuluh darah tersumbat oleh bekuan darah sehingga perdarahan akan terhenti. Adanya
gangguan retraksi dan kontraksi otot uterus, akan menghambat penutupan pembuluh darah dan
menyebabkan perdarahan yang banyak. Keadaan demikian menjadi faktor utama penyebab
perdarahan paska persalinan. Perlukaan yang luas akan menambah perdarahan seperti robekan
servix, vagina dan perinium.
a. Atonia Uteri
Atonia uteri merupakan kegagalan miometrium untuk berkontraksi setelah persalinan sehingga
uterus dalam keadaan relaksasi penuh, melebar, lembek dan tidak mampu menjalankan fungsi oklusi
pembuluh darah. Akibat dari atonia uteri ini adalah terjadinya perdarahan. Perdarahan pada atonia
uteri ini berasal dari pembuluh darah yang terbuka pada bekas menempelnya plasenta yang lepas
sebagian atau lepas keseluruhan (Faisal, 2008).
Miometrium terdiri dari tiga lapisan dan lapisan tengah merupakan bagian yang terpenting dalam
hal kontraksi untuk menghentikan perdarahan pasca persalinan. Miometrum lapisan tengah
tersusun sebagai anyaman dan ditembus oeh pembuluh darah. Masing-masing serabut mempunyai
dua buah lengkungan sehingga tiap-tiap dua buah serabut kira-kira berbentuk angka delapan.Setelah partus, dengan adanya susunan otot seperti tersebut diatas, jika otot berkontraksi akan
menjepit pembuluh darah. Ketidakmampuan miometrium untuk berkontraksi ini akan menyebabkan
terjadinya pendarahan pasca persalinan (Faisal, 2008).
Atonia uteri dapat terjadi sebagai akibat :
1. Partus lama
2. Pembesaran uterus yang berlebihan pada waktu hamil, seperti pada hamil kembar, hidramnion
atau janin besar
3. Multiparitas
4. Anestesi yang dalam
5. Anestesi lumbal
Selain karena sebab di atas atonia uteri juga dapat timbul karena salah penanganan kala III
persalinan, yaitu memijat uterus dan mendorongnya ke bawah dalam usaha melahirkan plasenta,
dimana sebenarnya plasenta belum terlepas dari dinding uterus (Wiknjosastro, 2005).
b. Retensio Plasenta
Retensio plasenta adalah keadaan dimana plasenta belum lahir setengah jam setelah janin lahir. Hal
tersebut disebabkan (Wiknjosastro, 2005) :
1. Plasenta belum lepas dari dinding uterus
2. Plasenta sudah lepas, akan tetapi belum dilahirkan.
-
8/10/2019 Perdarahan Post Partu
3/24
3
Bila plasenta belum lepas sama sekali tidak akan terjadi perdarahan, tapi bila sebagian plasenta
sudah lepas akan terjadi perdarahan dan ini merupakan indikasi untuk segera mengeluarkannya.
Plasenta belum lepas dari dinding uterus disebabkan :
1. Kontraksi uterus kurang kuat untuk melepaskan plasenta (plasenta adhesiva)
2. Plasenta melekat erat pada dinding uterus oleh sebab villi korialis menembus desidua sampaimiometrium (plasenta akreta)
3. Plasenta merekat erat pada dinding uterus oleh sebab villi korialis menembus sampai di bawah
peritoneum (plasenta perkreta).
Plasenta sudah lepas dari dinding uterus akan tetapi belum keluar, disebabkan oleh tidak adanya
usaha untuk melahirkan atau karena salah penanganan kala III, sehingga terjadi lingkaran kontriksi
pada bagian bawah uterus yang menghalangi keluarnya plasenta (inkarserasio plasenta).
c. Sisa Plasenta
Sewaktu suatu bagian dari plasenta tertinggal, maka uterus tidak dapat berkontraksi secara efektif
dan keadaan ini dapat menimbulkan perdarahan. Perdarahan postpartum yang terjadi segera jarangdisebabkan oleh retensi potongan-potongan kecil plasenta. Inspeksi plasenta segera setelah
persalinan bayi harus menjadi tindakan rutin. Jika ada bagian plasenta yang hilang, uterus harus
dieksplorasi dan potongan plasenta dikeluarkan (Faisal, 2008).
d. Robekan Jalan Lahir
Robekan jalan lahir dapat terjadi bersamaan dengan atonia uteri. Perdarahan pasca persalinan
dengan uterus yang berkontraksi baik biasanya disebabkan oleh robekan serviks atau vagina
(Saifuddin, 2002). Setelah persalinan harus selalu dilakukan pemeriksaan vulva dan perineum.
Pemeriksaan vagina dan serviks dengan spekulum juga perlu dilakukan setelah persalinan.
Robekan jalan lahir selalu memberikan perdarahan dalam jumlah yang bervariasi banyaknya.
Perdarahan yang berasal dari jalan lahir selalu harus dievaluasi yaitu sumber dan jumlah perdarahansehingga dapat diatasi. Sumber perdarahan dapat berasal dari perineum, vagina, serviks, dan
robekan uterus (ruptura uteri). Perdarahan dapat dalam bentuk hematoma dan robekan jalan lahir
dengan perdarahan bersifat arterill atau pecahnya pembuluh darah vena. Untuk dapat menetapkan
sumber perdarahan dapat dilakukan dengan pemeriksaan dalam dan pemeriksaan spekulum setelah
sumber perdarahan diketahui dengan pasti, perdarahan dihentikan dengan melakukan ligasi
(Manuaba, 1998).
e. Inversio Uteri
Inversio uteri merupakan keadaan dimana fundus uteri masuk ke dalam kavum uteri, dapat secara
mendadak atau terjadi perlahan (Manuaba, 1998).
Pada inversio uteri bagian atas uterus memasuki kavum uteri, sehingga fundus uteri sebelah dalammenonjol ke dalam kavum uteri. Peristiwa ini jarang sekali ditemukan, terjadi tiba-tiba dalam kala III
atau segera setelah plasenta keluar. Sebab inversio uteri yang tersering adalah kesalahan dalam
memimpin kala III, yaitu menekan fundus uteri terlalu kuat dan menarik tali pusat pada plasenta
yang belum terlepas dari insersinya.
Menurut perkembangannya inversio uteri dibagi dalam beberapa tingkat (Wiknjosastro, 2005) :
1. Fundus uteri menonjol ke dalam kavum uteri, tetapi belum keluar dari ruang tersebut
2. Korpus uteri yang terbalik sudah masuk ke dalam vagina
3. Uterus dengan vagina semuanya terbalik, untuk sebagian besar terletak di luar vagina.
Gejala-gejala inversio uteri pada permulaan tidak selalu jelas. Akan tetapi, apabila kelainan itu sejak
awal tumbuh dengan cepat, seringkali timbul rasa nyeri yang keras dan bisa menyebabkan syok.
-
8/10/2019 Perdarahan Post Partu
4/24
4
Gejala KlinikSeorang wanita hamil yang sehat dapat kehilangan darah sebanyak 10% dari volume total tanpa
mengalami gejala-gejala klinik, gejala-gejala baru tampak pada kehilangan darah sebanyak 20%.
Gejala klinik berupa perdarahan pervaginam yang terus-menerus setelah bayi lahir. Kehilangan
banyak darah tersebut menimbulkan tanda-tanda syok yaitu penderita pucat, tekanan darah rendah,
denyut nadi cepat dan kecil, ekstrimitas dingin, dan lain-lain (Wiknjosastro, 2005).
Diagnosis
-
8/10/2019 Perdarahan Post Partu
5/24
-
8/10/2019 Perdarahan Post Partu
6/24
6
Perbaikan uterus, histerektomi, atau ligasi arteri hipogastrika atau uterina dapat dipilih,
tergantung pada umur pasien, paritas, dan keadaan umum, maupun luasnya trauma.
Tampon uterus dapat dicoba sebagai ukuran temporer sementara persiapan untuk laparotomi
dilakukan. Bila pendarahan berasal dari tempat plasenta didalam segmen bawah uterus dimana
kontraksi otot tidak adekuat untuk mencapai hemostasis normal, tampon mungkin mempunyainilai khusus.
Bila pendarahan dapat dikontrol dengan tampon, intervensi bedah dapat ditunda. Namun,
pasien harus diawasi secara hati-hati dan fasilitas untuk laparotomi darurat harus tersedia.
Laserasi traktus genitalia
Laserasi yang berdarah diperbaiki dengan benang kromik 00 atau 000.
Laserasi serviks : diperbaiki dengan merenggut mulut serviks yang berdekatan dengan laserasi
dengan menggunakan forsep cincin. Pembuluh-pembuluh yang mengeluarkan darah harus
diligasi untuk mencegah hematoma retroperitroneum. Jahitan dimulai dari apeks laserasi.Hemostasis sementara dapat dicapai dengan memasang forsep cincin ditepi laserasi. Apabila
robekan meluas ke dalam segmen bawah uterus atau ligamentum latum, tampon atau forcep
cincin untuk sementara dapat bermanfaat sementara dilakukan persiapan untuk pembedahan
abdomen.
Laserasi vagina : jahitan pertama harus ditempatkan diatas apeks laserasi. Jahitan yang paling
hemostatik adalah berjalan searah jarum jam
Varikose vagina/vulva dapat menyebabkan pendarahan hebat yang sering sukar dikontrol
dengan penjahitan. Pada keadaan ini, tampon vagina yang ketat memberikan hemostasis yang
penting.
Plasenta/selaput yang tertahan dalam uterus
Pengangkatan manual yang diikuti dengan oksitoksin dan ergovin IV biasanya sudah cukup
untuk terapi.
-
8/10/2019 Perdarahan Post Partu
7/24
7
Pencegahan
Obati anemia dalam masa kehamilan
Pada pasien yang mempunyai riwayat perdarahan sebelumnya, agar dianjurkan untuk menjalani
persalinan di RS.
Jangan memijat dan mendorong uterus sebelum plasenta lepas
Komplikasi
Syok hemorragic
Akibat terjadinya perdarahan, ibu akan mengalami syok dan menurunnya kesadaran akibat
banyaknya darah yang keluar. Hal ini menyebabkan gangguan sirkulasi darah ke seluruh tubuhdan dapat menyebabkan hipovolemia berat. Apabila hal ini tidak ditangani dengan cepat dan
-
8/10/2019 Perdarahan Post Partu
8/24
8
tepat, maka akan menyebabkan kerusakan atau nekrosis tubulus renal dan selanjutnya merusak
bagian korteks renal yang dipenuhi 90% darah di ginjal. Bila hal ini terus terjadi maka akan
menyebabkan ibu tidak terselamatkan
Anemia
Anemia terjadi akibat banyaknya darah yang keluar dan menyebabkan perubahan hemostasis
dalam darah, juga termasuk hematokrit darah. Anemia dapat berlanjut menjadi masalah apabilatidak ditangani, yaitu pusing dan tidak bergairah dan juga akan berdampak juga pada asupan
ASI bayi.
Sindrom Sheehan
Hal ini terjadi karena, akibat jangka panjang dari perdarahan postpartum sampai syok. Sindrom
ini disebabkan karena hipovolemia yang dapat menyebabkan nekrosis kelenjar hipofisis.
Nekrosis kelenjar hipofisis dapat mempengaruhi sistem endokrin.
Prognosis
Perdarahan pascapersalinan masih merupakan ancaman yang tidak terduga walaupun dengan
pengawasan yang sebaik-baiknya, perdarahan pascapersalinan masih merupakan salah satu sebab
kematian ibu yang penting. Sebaliknya menurut pendapat para ahli kebidanan modern: Perdarahan
pascapersalinan tidak perlu membawa kematian pada ibu bersalin. Pendapat ini memang benar bila
kesadaran masyarakat tentang hal ini sudah tinggi dan dalam klinik tersedia banyak darah dan cairan
serta fasilitas lainnya. Dalam masyarakat kita masih besar anggapan bahwa darahnya adalah
merupakan hidupnya karena itu mereka menolak menyumbangkan darahnya, walaupun untuk
menolong jiwa istri dan keluarganya sendiri. Pada perdarahan pascapersalinan, Mochtar R.ddk,
melaporkan angka kematian ibu 7,9% dan Wiknjosastro H. 1,8-4,5%. Tingginya angka kematian ibu
karena banyak penderita yang dikirim dari luar dengan keadaan umum yang sangat jelek dan anemis
dimana tindakan apapun kadang-kadang tidak menolong
-
8/10/2019 Perdarahan Post Partu
9/24
9
HIPERBILIRUBINEMIA
Definisi
Istilah ikterus berasal dari bahasa Yunani icteros atau istilah jaundice berasal dari bahasa
Perancis jaune yang berarti kuning. Ikterus adalah gambaran klinis berupa pewarnaan kuning padakulit, sklera atau membran mukosa karena adanya deposisi produk akhir katabolisme heme yaitu
bilirubin.
Ikterus neonatorum adalah keadaan klinis pada bayi yang ditandai oleh pewarnaan ikterus pada kulit
dan skelera akibat akumulasi bilirubin tak terkonjugasi yang berlebih. 9 Secara klinis akan mulai
tampak pada bayi baru lahir bila kadar bilirubin darah 5-7 mg/dl. 9 Hiperbilirubinemia adalah
terjadinya peningkatan kadar plasma bilirubin 2 standar deviasi atau lebih dari kadar yang
diharapkan berdasarkan umur bayi atau lebih dari persentil 90.9 Hiperbilirubinemia adalah suatu
keadaan dimana kadar bilirubin total sewaktu >12mg/dL dan >15mg/dL pada bayi aterm; ikterus
yang terjadi pada hari pertama kehidupan; peningkatan kadar bilirubin >5mg%/24jam; peningkatan
kadar bilirubin direk >1,5-2mg%; ikterus berlangsung > 2minggu.
Etiologi
Peningkatan kadar bilirubin umum terjadi pada setiap bayi baru lahir, 60% neonatus (ikterus
fisiologis), disebabkan:
1. Bilirubin selama masa janin diekskresi melalui plasenta ibu sekarang harus diekskresi bayi sendiri
2. Jumlah eritrosit dan hemolisisnya lebih banyak pada neonatus
3. Lama hidup eritrosit pada neonatus lebih singkat (70-90 hari)
4. Jumlah albumin untuk mengikat bilirubin pada bayi prematur atau bayi yang mengalami
gangguan pertumbuhan intra-uterin kurang
Fungsi hepar yang belum sempurna (jumlah dan fungsi enzim glukuronil transferase, uridinediphosphate glukoronil transferase dan ligand dalam protein belum adekuat) atau penurunan
ambilan bilirubin oleh hepatosit dan konjugasi.
Sirkulus enterohepatik meningkat karena masih berfungsinya enzim - glukuronidase di usus dan
belum ada nutrien
Peningkatan kadar bilirubin yang berlebihan (ikterus patologis):
Hari 1: - Hemolisis akibat inkompatibilitas ABO atau isoimunisasi Rhesus
- Infeksi intrauterin TORCH
Hari 2-5: - Prematuritas - Infeksi
- Ikterus fisiologis - RDS- Polisitemia - Kongenital spherositosis
- Sepsis - Perdarahan Ekstravaskular
- Defisiensi G6PD - Breast feeding jaundice
Hari 5-10: - Sepsis
- Breast milk jaundice
- Galaktosemia
- Hipotiroidisme
- Obat-obatan (sulfonamid, furosemid, thiazide, cephalosporine dll)
Hari >10: - Sepsis- Neonatal hepatitis
-
8/10/2019 Perdarahan Post Partu
10/24
10
- Atresia biliaris
- Peningkatan sirkulasi enterohepatik (stenosis pilorik, obstruksi usus)
Faktor resiko
1.
Ras:Insiden lebih tinggi di Asia Timur dan Indian Amerika dan lebih rendah di Afrika Amerika.2. Geografi: Insiden lebih tinggi pada penduduk yang tinggal di ketinggian. Yunani yang hidup di
Yunani memiliki insiden yang lebih tinggi daripada mereka yang tinggal di luar Yunani.
3. Genetika dan keluarga:Insiden lebih tinggi pada bayi dengan saudara kandung yang menderita
sakit kuning neonatal signifikan dan terutama pada bayi yang lebih tua saudara dirawat karena
penyakit kuning neonatal. Insiden juga lebih tinggi pada bayi dengan mutasi / polimorfisme pada
gen yang kode untuk enzim dan protein yang terlibat dalam metabolisme bilirubin, dan pada
bayi dengan homozigot atau heterozigot glukosa-6-fosfatase dehidrogenase (G-6-PD)
kekurangan dan anemia hemolitik herediter . Kombinasi varian genetik seperti tampaknya
memperburuk penyakit kuning neonatal
4. Gizi: Insiden lebih tinggi pada bayi yang mendapat ASI atau yang menerima nutrisi yang tidak
memadai. Mekanisme untuk fenomena ini mungkin tidak sepenuhnya dipahami. Namun, ketikavolume makan yang tidak memadai yang terlibat, peningkatan sirkulasi enterohepatik bilirubin
mungkin memberikan kontribusi untuk penyakit kuning yang berkepanjangan. Data terbaru
menunjukkan bahwa payudara sakit kuning susu berkorelasi dengan kadar faktor pertumbuhan
epidermal, baik dalam ASI dan dalam serum bayi. Menunjukkan bahwa perbedaan antara ASI
dan susu formula bayi mungkin kurang jelas dengan beberapa rumus yang modern . Namun,
formula yang mengandung hidrolisat protein telah terbukti meningkatkan ekskresi bilirubin.
5. Faktor ibu:Bayi dari ibu dengan diabetes memiliki insiden yang lebih tinggi. Penggunaan
beberapa obat dapat meningkatkan kejadian, sedangkan yang lain menurunkan kejadian.
6. Usia kehamilan dan berat lahir:Insiden lebih tinggi pada bayi prematur dan pada bayi dengan
berat lahir rendah.
7.
Infeksi Kongenital
Metabolisme Bilirubin
-
8/10/2019 Perdarahan Post Partu
11/24
-
8/10/2019 Perdarahan Post Partu
12/24
-
8/10/2019 Perdarahan Post Partu
13/24
13
Manifestasi Klinis
Kulit, mukosa dan konjungtiva kuning.
Biasanya, presentasi adalah pada hari kedua atau ketiga kehidupan.
Penyakit kuning yang terlihat selama 24 jam pertama kehidupan mungkin akan nonphysiologic;
evaluasi lebih lanjut disarankan. Bayi dengan penyakit kuning setelah 3-4 hari hidup juga mungkin memerlukan pengawasan yang
lebih ketat dan pemantauan.
Pada bayi dengan penyakit kuning yang parah atau penyakit kuning yang terus di luar 1-2 minggu
pertama kehidupan, hasil dari layar metabolik baru lahir harus diperiksa untuk hipotiroidisme
galaktosemia dan kongenital, riwayat keluarga harus dieksplorasi lebih lanjut (lihat di bawah),
kurva berat badan bayi harus dievaluasi, tayangan ibu sejauh kecukupan ASI harus diperoleh,
dan warna tinja harus dinilai.
Diagnosis
a. anamnesis : riwayat ikterus pada anak sebelumnya, riwayat keluarga anemi dan pembesaranhati dan limpa, riwayat penggunaan obat selama ibu hamil, riwayat infeksi maternal, riwayat
trauma persalinan, asfiksia.
b. Pemeriksaan fisik :
Umum: keadaan umum (gangguan nafas, apnea, instabilitas suhu, dll)
Khusus: Dengan cara menekan kulit ringan dengan memakai jari tangan dan dilakukan pada
pencahayaan yang memadai.
Berdasarkan Kramer dibagi :
c. Pemeriksaan laboratorium: kadar bilirubin, golongan darah (ABO dan Rhesus) ibu dan anak,
darah rutin, hapusan darah, Coomb tes, kadar enzim G6PD (pada riwayat keluarga dengan
defisiensi enzim G6PD).
d. Pemeriksaan radiologis : USG abdomen (pada ikterus berkepanjangan)
Derajat
ikterus Daerah ikterus
Perkiraan
kadar
bilirubin
I Kepala dan leher 5,0 mg%
IISampai badan atas
(di atas umbilikus)9,0 mg%
III
Sampai badan
bawah (di bawah
umbilikus) hingga
tungkai atas (di ataslutut)
11,4 mg/dl
IVSampai lengan,
tungkai bawah lutut12,4 mg/dl
VSampai telapak
tangan dan kaki16,0 mg/dl
-
8/10/2019 Perdarahan Post Partu
14/24
14
Penatalaksanaan
1. Ikterus yang timbul sebelum 24 jampasca kelahiran adalah patologis. Tindakan fototerapidan mempersiapkan tindakan tranfusi tukar.
2. Pada usia 25-48 jam pasca kelahiran, fototerapi dianjurkan bila kadar bilirubin serum total
> 12 mg/dl (170mmol/L). Fototerapi harus dilaksanakan bila kadar bilirubin serum total 15mg/dl (260mmol/L). Bila fototerapi 2 x 24 jam gagal menurunkan kadar bilirubin serum total
< 20 mg/dl (340 mmol/L), dianjurkan untuk dilakukan tranfusi tukar. Bila kadar bilirubin
serum total 20 mg/dl (> 340 mmol/L) dilakukan fototerapi dan mempersiapkan tindakan
tranfusi tukar. Bila kadar bilirubin serum total > 15 mg/dl (> 260mmol/L) pada 25-48 jam
pasca kelahiran, mengindikasikan perlunya pemeriksaan laboratorium ke arah penyakit
hemolisis.
3. Pada usia 49-72 jam pasca kelahiran, fototerapi dianjurkan bila kadar bilirubin serum total
> 15 mg/dl (260mmol/L). Fototerapi harus dilaksanakan bila kadar bilirubin serum total 18
mg/dl (310mmol/L). Bila fototerapi 2 x 24 jam gagal menurunkan kadar bilirubin serum total
< 25 mg/dl (430 mmol/L), dianjurkan untuk dilakukan tranfusi tukar. Bila kadar bilirubin
serum total > 18 mg/dl (> 310 mmol/L) fototerapi dilakukan sambil mempersiapkan tindakantranfusi tukar. Bila kadar bilirubin serum total > 25 mg/dl (> 430mmol/L) pada 49-72 jam
pasca kelahiran, mengindikasikan perlunya pemeriksaan laboratorium ke arah penyakit
hemolisis.
4. Pada usia > 72 jam pasca kelahiran, fototerapi harus dilaksanakan bila kadar bilirubin
serum total > 17 mg/dl (290mmol/L). Bila fototerapi 2 x 24 jam gagal menurunkan kadar
bilirubin serum total < 20 mg/dl (340 mmol/L), dianjurkan untuk dilakukan tranfusi tukar.
Bila kadar bilirubin serum total sudah mencapai > 20 mg/dl (> 340 mmol/L) dilakukan
fototerapi sambil mempersiapkan tindakan tranfusi tukar. Bila kadar bilirubin serum total >
25 mg/dl (> 430 mmol/L) pada usia > 72 jam pasca kelahiran, masih dianjurkan untuk
pemeriksaan laboratorium ke arah penyakit hemolisis.
CATATAN :
Pemberian phenobarbital/luminal, hanya diberikan pada kasus-kasus tertentu seperti ikterus yang
berkepanjangan dengan pemeriksaan bilirubin urin yang negatif. Bila bilirubin urin positif diperlukan
pemeriksaan lebih lanjur seperti USG abdomen untuk mencari sebab lain (atresia bilier).
Tabel 1 : Tatalaksana hiperbilirubinemia pada neonatus cukup bulan yang sehat (American
Academy of Pediatrics)
* = Neonatus cukup bulan dengan ikterus pada umur < 24 jam, bukan neonatus sehat dan perlu evaluasi ketat
-
8/10/2019 Perdarahan Post Partu
15/24
15
Tabel 2. : Tatalaksana hiperbilirubinemia pada bayi berat lahir rendah
Keterangan : Obs : observasi
FT : fototerapi
TT : transfusi tukar
Bil : bilirubin
Tujuan penatalaksanaan ikterus pada neonatus adalah untuk mengendalikan agar kadar bilirubin
serum tidak mencapai nilai yang dapat menimbulkan kern ikterus, serta mengobati penyebab
langsung ikterus. Pengendalian kadar bilirubin dapat dilakukan dengan mengusahakan agar
konjugasi bilirubin lebih cepat terjadi dengan memberikan luminal atau agar yang dapat merangsang
terbentuknya enzim glukoronil transferase. Pemberian substrat yang dapat menghambat
metabolisme bilirubin (plasma, albumin), mengurangi sirkulasi enterohepatik (pemberian
kolestiramin), terapi sinar atau transfusi tukar dapat juga dilakukan untuk mengendalikan kenaikan
kadar bilirubin. Dikemukakan pula bahwa obat-obatan (IVIG: Intra Venous Immuno Globulin dan
Metalloporphyrins) dipakai dengan maksud menghambat hemolisis, meningkatkan konjugasi dan
ekskresi bilirubin.
Terapi Sinar
Bilirubin indirek tidak larut dalam air. Cara kerja terapi sinar adalah dengan mengubah bilirubin
menjadi bentuk yang larut dalam air untuk dieksresikan melalui empedu atau urin. Ketika bilirubin
mengabsorbsi sinar, terjadi reaksi fotokimia yaitu isomerisasi (80%). Juga terdapat konversi
ireversibel menjadi isomer kimia lainnya yaitu lumirubin yang dengan cepat dibersihkan dari plasma
(tanpa konjugasi) melalui empedu. Lumirubin adalah produk terbanyak degradasi bilirubin akibat
terapi sinar pada manusia. Sejumlah kecil bilirubin plasma tak terkonjugasi diubah oleh cahaya (foto
oksidasi, 20%) menjadi dipyrole yang diekskresikan melalui urin. Foto isomer bilirubin lebih polar
dibandingkan bentuk asalnya dan secara langsung bisa dieksreksikan melalui empedu. Hanya produk
foto oksidan saja yang bisa diekskresikan lewat urin.
Pada terapi sinar, panjang gelombang lampu yang digunakan 425-475 nm dengan intensitas cahaya
6-12 watt/cm2 per nm. Cahaya diberikan pada jarak 35-50 cm di atas bayi. Jumlah bola lampu yang
digunakan berkisar antara 6-8 buah, terdiri dari biru (F20T12), cahaya biru khusus (F20T12/BB) atau
daylight fluorescent tubes.
Berat badan
(gram)
Konsentrasi bilirubin indirek (mg/dL)
5-7 7-9 10-12 12-15 15-20 > 20 >25
< 1000 FT TT
1000 - 1500 Obs. Ulang Bil. FT TT1500 - 2000 Obs. Ulang Bil. FT TT
2000 - 2500 Obs. Obs.
Ulang
Bil.
FT TT
> 2500 Obs. Bil. FT TT
-
8/10/2019 Perdarahan Post Partu
16/24
16
Tabel 2.2 Komplikasi terapi sinar umumnya ringan, sangat jarang
terjadi dan reversibel.
Komplikasi Mekanisme yang mungkin terjadi
Bronze baby syndrome Berkurangnya ekskresi hepatik hasil penyinaran bilirubin
Diare Bilirubin indirek menghambat laktase
Hemolisis Fotosensitivitas mengganggu sirkulasi eritrositDehidrasi IWL (30-100%) karena menyerap energi foton
Ruam kulit Gangguan fotosensitasi terhadap sel mast kulit dengan
pelepasan histamin
Faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas terapi adalah intensitas radiasi, kurva spektrum emisi,
luas tubuh bayi yang terpapar, usia bayi, umur gestasi, berat badan dan etiologi ikterus. Terapi sinar
paling efektif untuk bayi prematur yang sangat kecil dan paling tidak efektif untuk bayi matur yang
sangat kecil (gangguan pertumbuhan yang sangat berat) dengan peningkatan hematokrit. Selain itu,
makin tinggi kadar bilirubin pada saat memulai fototerapi, makin efektif.
Transfusi Tukar
Merupakan suatu tindakan pengambilan sejumlah kecil darah yang dilanjutkan dengan
pengembalian darah dari donor dalam jumlah yang sama yang dilakukan berulang-ulang sampai
sebagian besar darah penderita tertukar. Transfusi tukar ini bertujuan mencegah terjadinya
ensefalopati bilirubin dengan cara mengeluarkan bilirubin indirek dari sirkulasi, membantu
mengeluarkan antibodi maternal dari sirkulasi bayi, mengganti RBC yang sensitized dengan RBC yang
tak dapat dihemolise, memperbaiki volume darah dan mengoreksi anemia, memberi albumin, dan
membuang zat toksik dan koreksi imbalans elektrolit.
Tabel 2.4 Transfusi Tukar Pada Bayi Kurang BulanUsia (jam) BB < 1500gr BB 15002000 gr BB > 2000 gr
< 24 > 10-15 mg/dL >15 mg/dL > 16 mg/dL
25-48 > 10-15 mg/dL >15 mg/dL > 20 mg/dL
49-72 >10-15 mg/dL >15 mg/dL > 17 mg/dL
> 72 >15 mg/dL >17 mg/dL > 18 mg/dL
Pada penyakit hemolitik segera dilakukan tranfusi tukar apabila ada indikasi:
1. Kadar bilirubin tali pusat > 4,5 mg/dL dan kadar Hb < 10 gr/dL
2. Kadar bilirubin meningkat > 6 mg/dL/12jam walaupun sedang mendapatkan terapi sinar
3. Anemia dengan early jaundice dengan kadar Hb 1013gr/dL dan kecepatan peningkatan
bilirubin 0,5mg/dL/jam4. Anemia yang progresif pada waktu pengobatan hiperbilirubinemia
5. Bayi menunjukkan tanda-tanda ensephalopati bilirubin akut (hipotoni, kaki melengkung,
retrocolis, panas, tangis melengking tinggi)
6. Kadar bilirubin total >25mg/dL
Transfusi tukar harus dihentikan apabila terjadi:
* Emboli (emboli, bekuan darah), trombosis
* Hiperkalemia, hipernatremia, hipokalsemia, asidosis, hipoglikemia
* Gangguan pembekuan karena pemakaian heparin
* Perforasi pembuluh darah
-
8/10/2019 Perdarahan Post Partu
17/24
17
Komplikasi tranfusi tukar:
* Vaskular: emboli udara atau trombus, trombosis
* Kelainan jantung: aritmia, overload, henti jantung
* Gangguan elektrolit: hipo/hiperkalsemia, hipernatremia, asidosis
* Koagulasi: trombositopenia, heparinisasi berlebih
* Infeksi: bakteremia, hepatitis virus, sitomegalik, enterokolitis nekrotikan* Lain-lain: hipotermia, hipoglikemia
Komplikasi
Kernicterus/ensefalopati biliaris
Pencegahan
Primer
AAP merekomendasikan pemberian ASI pada semua bayi cukup bulan dan hampir cukup bulan
yang sehat. Dokter dan paramedis harus memotivasi ibu untuk menyusukan bayinya sedikitnya 8-
12 kali sehari selama beberapa hari pertama. Rendahnya asupan kalori dan atau keadaandehidrasi berhubungan dengan proses menyusui dan dapat menimbulkan ikterus neonatorum.
Meningkatkan frekuensi menyusui dapat menurunkan kecenderungan keadaan
hiperbilirubinemia yang berat pada neonatus. Lingkungan yang kondusif bagi ibu akan menjamin
terjadinya proses menyusui yang baik. AAP juga melarang pemberian cairan tambahan (air, susu
botol maupun dekstrosa) pada neonatus nondehidrasi. Pemberian cairan tambahan tidak dapat
mencegah terjadinya ikterus neonatorum maupun menurunkan kadar bilirubin serum
Sekunder
Dokter harus melakukan pemeriksaan sistematik pada neonatus yang memiliki risiko tinggi
ikterus neonatorum.
Golongan Darah : Semua wanita hamil harus menjalani pemeriksaan golongan darah ABO danRhesus serta menjalani skrining antibodi isoimun. Bila ibu belum pernah menjalani pemeriksaan
golongan darah selama kehamilannya, sangat dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan
golongan darah dan Rhesus. Apabila golongan darah ibu adalah O dengan Rh-positif, perlu
dilakukan pemeriksaan darah tali pusat. Jika darah bayi bukan O, dapat dilakukan tes Coombs.
Penilaian Klinis : Dokter harus memastikan bahwa semua neonatus dimonitor secara berkala
untuk mengawasi terjadinya ikterus. Ruang perawatan sebaiknya memiliki prosedur standar
tatalaksana ikterus. Ikterus harus dinilai sekurang-kurangnya setiap 8 jam bersamaan dengan
pemeriksaan tanda-tanda vital lain.
Pada bayi baru lahir, ikterus dapat dinilai dengan menekan kulit bayi sehingga memperlihatkanwarna kulit dan subkutan. Penilaian ini harus dilakukan dalam ruangan yang cukup terang, paling
baik menggunakan sinar matahari. Penilaian ini sangat kasar, umumnya hanya berlaku pada bayi
kulit putih dan memiliki angka kesalahan yang tinggi. Ikterus pada awalnya muncul di bagian
wajah, kemudian akan menjalar ke kaudal dan ekstrimitas.
PrognosisHiperbilirubinemia prognosisnya akan buruk apabila bilirubin indirek telah melalui sawar darah
otak, artinya penderita telah menderita kern ikterus atau ensephalopati biliaris. Sebaliknya apabila
tidak terjadi kern ikterus, prognosanya baik.
-
8/10/2019 Perdarahan Post Partu
18/24
18
HIPOTERMIA
Definisi
Hipotermia adalah suatu keadaan ketika bayi diletakkan di lingkungan yang lebih dingin dari suhu
lingkungan netralnya, dan ketika bayi menggigil dapat meningkatkan penggunaan oksigen danpenggunaan glukosa untuk proses fisiologis (Ladewig, 2006, p.184).
Hipotermia adalah gangguan medis yang terjadi di dalam tubuh, sehingga mengakibatkan
penurunan suhu karena tubuh tidak mampu memproduksi panas untuk menggantikan panas tubuh
yang hilang dengan cepat. Kehilangan panas karena pengaruh dari luar seperti air, angin, dan
pengaruh dari dalam seperti kondisi fisik (Lestari, 2010, p.2).
Klasifikasi Hipotermia
1) Hipotermia ringan, suhu
-
8/10/2019 Perdarahan Post Partu
19/24
19
Patofisiologi
Sewaktu kulit bayi menjadi dingin, saraf afferen menyampaikan pada sentral pengatur panas di
hipothalamus. Saraf yang dari hipothalamus sewaktu mencapai brown fat memacu pelepasan
noradrenalin lokal sehingga trigliserida dioksidasi menjadi gliserol dan asam lemak. Blood gliserol
level meningkat, tetapi asam lemak secara lokal dikonsumsi untuk menghasilkan panas. Daerahbrown fat menjadi panas, kemudian didistribusikan ke beberapa bagian tubuh melalui aliran darah.
Ini menunjukkan bahwa bayi akan memerlukan oksigen tambahan dan glukosa untuk metabolisme
yang digunakan untuk menjaga tubuh tetap hangat. Methabolic thermogenesis yang efektif
memerlukan integritas dari sistem syaraf sentral, kecukupan dari brown fat, dan tersedianya glukosa
serta oksigen.
Perubahan fisiologis akibat hipotermia yang terjadi pada sistem syaraf pusat antara lain antara lain:
depresi linier dari metabolisme otak, amnesia, apatis, disartria, pertimbangan yang terganggu
adaptasi yang salah, EEG yang abnormal, depressi kesadaran yang progresif, dilatasi pupil, dan
halusinasi. Dalam keadaan berat dapat terjadi kehilangan autoregulasi otak, aliran darah otak
menurun, koma, refleks okuli yang hilang, dan penurunan yang progressif dari aktivitas EEG. Pada
jantung dapat terjadi takikardi, kemudian bradikardi yang progressif, kontriksi pembuluh darah,
peningkatan cardiac out put, dan tekanan darah. Selanjutnya, peningkatan aritmia atrium dan
ventrikel, perubahan EKG dan sistole yang memanjang; penurunan tekanan darah yang progressif,
denyut jantung, dan cardiac out put disritmia serta asistole. Pada pernapasan dapat terjadi takipnea,
bronkhorea, bronkhospasma, hipoventilasi konsumsi oksigen yang menurun sampai 50%, kongesti
paru dan edema, konsumsi oksigen yang menurun sampai 75%, dan apnoe. Pada ginjal dan sistem
endokrin, dapat terjadi cold diuresis, peningkatan katekolamin, steroid adrenal, T3 dan T4 dan
menggigil; peningkatan aliran darah ginjal sampai 50%, autoregulasi ginjal yang intak, dan hilangnya
aktivitas insulin. Pada keadaan berat, dapat terjadi oliguri yang berat, poikilotermia, dan penurunan
metabolisma basal sampai 80%. Pada otot syaraf, dapat terjadi penurunan tonus otot sebelum
menggigil, termogenesis, ataksia, hiporefleksia, dan rigiditi. Pada keadaan berat, dapat terjadi
arefleksia daerah perifer
Gejala dan tanda hipotermia
1) Gejala hipotermia bayi baru lahir:
Bayi tidak mau menetek, bayi lesu, tubuh bayi teraba dingin, denyut jantung bayi menurun dan kulit
tubuh bayi mengeras.
2) Tanda-tanda hipotermia:
a) Hipotermia sedang: Aktivitas berkurang, tangisan melemah, kulit berwarna tidak rata (cutis
marmorata), kemampuan menghisap lemah dan kaki teraba dingin.
b) Hipotermia berat: sama dengan hipotermia sedang, bibir dan kuku kebiruan, pernafasan tidak
teratur, bunyi jantung lambat, selanjutnya timbul hipoglikemi dan asidosis metabolik.
Faktor penyebab
Penyebab utama terjadinya hipotermia, karena kurangnya pengetahuan tentang mekanisme
kehilangan panas dari tubuh bayi dan pentingnya mengeringkan bayi secepat mungkin. Dan resiko
untuk terjadinya hipotermia dikarenakan perawatan yang kurang tepat setelah bayi lahir, bayi
dipisahkan dari ibunya segera setelah lahir, berat badan bayi yang kurang dan memandikan bayi
segera setelah lahir.
-
8/10/2019 Perdarahan Post Partu
20/24
20
Dan faktor pencetus terhadap timbulnya hipotermia adalah faktor lingkungan, syok, infeksi, KEP
(Kekurangan Energi Protein), gangguan endokrin metabolik, cuaca, dan obat-obatan (Wiwik, 2010,
p.4).
Mekanisme kehilangan panas
Bayi baru lahir tidak dapat mengatur suhu tubuhnya, dan dapat dengan cepat kehilangan panas
apabila tidak segera dicegah. Bayi yang mengalami hipotermia beresiko mengalami kematian.
Mekanisme kehilangan panas pada bayi baru lahir terjadi melalui:
Gambar 2.1. Mekanisme Kehilangan Panas
1) Radiasi adalah kehilangan panas yang terjadi pada saat bayi ditempatkan dekat benda yang
mempunyai temperatur tubuh lebih rendah dari temperatur tubuh bayi, contohnya bayi
ditempatkan dekat jendela yang terbuka
2) Konduksi adalah kehilangan panas melalui kontak langsung antara tubuh bayi dengan permukaan
yang dingin, contohnya bayi diletakkan di atas timbangan atau tempat tidur bayi tanpa alas
3) Konveksi adalah kehilangan panas yang terjadi pada bayi saat bayi terpapar dengan udara sekitar
yang lebih dingin, contohnya angin dari kipas angin, penyejuk ruangan tempat bersalin
4) Evaporasi adalah kehilangan panas karena menguapnya cairan ketuban pada permukaan tubuh
setelah bayi lahir karena tubuh tidak segera dikeringkan.
Suhu tubuh
Suhu tubuh dikendalikan oleh hipotalamus. Hipotalmus berusaha agar suhu tetap hangat (36,5-
37,5oC) meskipun lingkungan luar tubuh berubah-ubah. Hipotalamus mengatur suhu dengan
menyeimbangkan produksi panas pada otot dan hati, kemudian menyalurkan panas pada kulit danparu-paru. Sistem kekebalan tubuh akan merespon apabila terjadi infeksi dengan melepaskan zat
kimia dalam aliran darah, dan merangsang hipotalamus untuk menaikan suhu tubuh dan menambah
jumlah sel darah putih yang berguna dalam melawan kuman (Lestari, 2010, p.2)
Keseimbangan panas
Pengaturan temperatur/ regulasi adalah suatu pengukuran secara komplek dari suatu proses dari
kehilangan panas sehingga suhu tubuh dapat dipertahankan secara konstan. Suhu tubuh bayi
merupakan tolok ukur kebutuhan akan tempat tidur yang hangat sampai suhu tubuhnya sudah
stabil, dan suhu tubuh bayi harus dicatat (Sarwono, 2002, p.755).
-
8/10/2019 Perdarahan Post Partu
21/24
21
Manusia secara fisiologis digolongkan dalam makhluk berdarah panas/ homotermal suhu lingkungan
berubah. Hal ini karena ada interaksi secara berantai kedua proses ini aktivitasnya diatur oleh
susunan saraf pusat yaitu hipotalamus.
Penatalaksanaan Hipotermia pada bayi baru lahir:
Untuk mengatasi bayi yang mengalami hipotermia adalah dengan membersihkan cairan yang
menempel pada tubuh bayi seperti darah dan air ketuban, membungkus bayi dengan selimut yang
telah dihangatkan dan meletakkannya di dalam inkubator, kemudian pindahkan bayi menempel
pada dada ibu, atau sering disebut sebagai metode kanguru (Ladewig, 2006, p.185).
Apabila kondisi ibu tidak memungkinkan, karena ibu masih lemas pasca bersalin, segera keringkan
bayi dan membungkus bayi dengan kain yang hangat, meletakkan bayi dekat dengan ibu, dan
memastikan ruangan bayi cukup hangat (Wiwik, 2010, p.5)
Untuk mencegah komplikasi hipotermia, pemanasan terhadap bayi harus segera dilakukan.
Pemanasan yang terlalu cepat harus dihindarkan, karena dapat menyebabkan apnea. Penyebab
hilangnya panas harus segera dihentikan, suhu harus terus dimonitor, dan investigasi terhadappenyebab-penyebab patologi atau iatrogenik harus diperiksa. Jika hipotermianya ringan, dilakukan
pemanasan yang perlahan-lahan. Panas yang diberikan lebih tinggi sedikit dari panas kulit dan
perlahan-lahan dinaikkan hingga dicapai suhu yang kira-kira sama dengan suhu ruangan yang
normal. Suhu kulit, aksila, dan ruangan harus diukur setiap 30 menit selama masa pemanasan.
Dianjurkan untuk menaikkan panas satu derajat tiap satu jam, kecuali jika berat badan bayi yang
kurang dari 1200 gram, usia kehamilan kurang dari 28 minggu, atau suhunya kurang dari 32oC, dan
bayi dapat dipanaskan lebih perlahan-lahan (rata-rata tidak lebih dari 0,6oC tiap jam).
Peralatan yang dipakai untuk mengatasi hipotermia:
Closed incubator. Biasanya digunakan untuk bayi yang mempunyai berat kurang dari 1800gram. Kerugian pemakaian alat ini adalah kita sulit untuk mengamati dan melakukan tindakan
terhadap bayi. Perubahan suhu yang berhubungan dengan sepsis bisa kabur karena alat ini. Bayi
dikeluarkan dari inkubator bila suhu tubuh dapat bertahan pada suhu lingkungan lebih dari 30oC
(biasanya sewaktu tubuh telah mencapai kira-kira 1800 gram). Inkubator ini biasanya memakai alat-
alat berikut:
Pengatur suhu sendiri, yang ditaruh di atas perut bayi. Bila suhu tubuh bayi turun, panas akan
dihasilkan sesuai target dan alat akan mati secara otomatis. Kerugiannya adalah bila sensornya lepas
atau rusak dapat terjadi panas yang berlebihan.
Air temperatur control device.
Radiant warmer, khusus dipakai pada bayi yang tidak stabil atau yang sedang mengalami
pemeriksaan. Temperatur dapat diatur dengan memakai skin probe atau manual mode.
Pengaturan suhu tubuh pada bayi cukup bulan yang normal (> 2500 gram):
Tempatkan bayi di bawah pemanas segera setelah bayi lahir.
Keringkan seluruh tubuh untuk mencegah kehilangan panas dengan cara penguapan.
Tutup kepala dengan cap.
Bungkus bayi dengan selimut, masukkan dalam tempat tidur bayi.
Pengaturan suhu tubuh bayi cukup bulan yang sakit:
Prosedurnya sama dengan bayi cukup bulan yang sehat, kecuali radiant warmer-nya dengan
pengatur suhu sendiri.
-
8/10/2019 Perdarahan Post Partu
22/24
22
Pengaturan panas pada bayi prematur (1000-2500 gr):
Untuk berat bayi 1800-2500 gr, tanpa masalah medis, digunakan tempat tidur bayi, cap, dan selimut
biasanya sudah cukup. Juga dapat digunakan cara skin-to-skin (kangaroo).
Untuk bayi 1000-1800 gr:
Untuk bayi yang sehat seharusnya ditempatkan di inkubator tertutup dengan pengatur suhu sendiri.
Sedangkan untuk bayi yang sakit ditempatkan di bawah radiant warmer dengan pengatur suhu
sendiri.
Pengaturan panas terhadap bayi berat badan sangat rendah (
-
8/10/2019 Perdarahan Post Partu
23/24
23
Pandangan Islam mengenai pemeriksaan oleh Lawan jenis
Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-
menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. dan bertakwalah kamu kepada Allah,
Sesungguhnya Allah Amat berat siksa-Nya. (Q.S. Al-Maidah : 2)
Dan Allah telah menjelaskan kepada kamu apa yang diharamkan-Nya atasmu, kecuali apa yang
terpaksa kamu lakukan. (Q.S. Al-Anam : 119)
Islam sangat menghargai tugas kesehatan, karena tugas ini adalah tugas kemanusiaan yang sangat
mulia, sebab menolong sesama manusia yang sedang menderita. Dan menurut Islam, hubungan
antara petugas kesehatan dengan pasien adalah sebagai hubungan penjual jasa dengan pemakai
jasa, sebab si pasien dapat memanfaatkan ilmu, keterampilan, keahlian petugas kesehatan,
sedangkan petugas kesehatan memperoleh imbalan atas profesinya berupa gaji atau honor. Karena
itulah terjadilah akad ijarahantara kedua belah pihak, ialah suatu akad, di mana satu pihak
memanfaatkan barang, tenaga, pikiran, keterampilan, dan keahlian pihak lain, dengan memberiimbalannya.
Namun semua itu ada ukuran dan batasannya. Dalam masalah merawat dan mengobati pasien di
dalam dunia kedokteran, secara umum Islam mengizinkan hal itu terjadi walau antara laki-laki dan
perempuan. Dalam hal ini bisa saja dokter laki-laki dan pasiennya perempuan, atau sebaliknya.
Kecuali untuk jenis penyakit tertentu dan penanganan tertentu yang mengharuskan dengan sesama
jenis.
1. Haram Melihat Aurat
Laki-laki dan perempuan yang bukan suami istri atau mahram, diharamkan saling melihat
aurat.Dari Ummi Hani berkata, Aku mendatangi Rasulullah SAW. di tahun kemenangan, namun
beliau sedang mandi dan Fatimah menutupinya. Beliau SAW. bertanya, siapakah anda?. Dan aku
pun menjawab, Umu Hani. (H.R. Bukhari)
Keharaman laki-laki melihat aurat wanita dan wanita melihat aurat laki-laki pada dasarnya
berlaku dalam urusan perawatan kesehatan dan penyembuhan. Tentu dikecualikan dalam keadaan
darurat yang mempertaruhkan nyawa atau yang memenuhi ketentuan syariat.
2. Haram Menyentuh
Keharaman menyentuh tubuh atau kulit dari lawan jenis adalah hal yang telah menjadi
kesepakatan para ulama, atau pendapat jumhur ulama. Kalau pun ada pengecualian, namun hukum
asalnya adalah at-tahrim(keharaman).Dari Aisyah RA. Berkata, Telapak tangan Rasulullah SAW. tidak pernah menyentuh telapak
tangan seorang perempuan pun, dan beliau bersabda ketika membaiat para wanita: Aku telah
membaiat kalian lewat ucapan. (H.R. Muslim)
Dan pada dasarnya keharaman sentuhan kulit ini juga berlaku pada dokter atau perawat laki-
laki yang menangani pasien perempuan, dan dokter atau perawat perempuan yang menangani
pasien laki-laki. Tentu dikecualikan dalam keadaan darurat yang mempertaruhkan nyawa, atau yang
memenuhi ketentuan syariat.
3. Haram Berduaan
Selain diharamkan melihat aurat dan menyentuhnya, laki-laki dan perempuan yang bukan
mahram juga diharamkan untuk bersepi-sepi berdua. Tanpa ada kehadiran mahram.
-
8/10/2019 Perdarahan Post Partu
24/24
Adapun duduk berkhalwat dengan dokter pria, meskipun dalam waktu yang lama, semata-
mata hanya karena tujuan pengobatan dan selama dokter itu seorang muslim yang dapat dipercaya
dan baik akhlaknya dan selama itu merupakan keharusan, maka hal itu tidak dilarang.
Dalam keadaan darurat itu membolehkan segala yang dilarang, menurut kaidah Ushul fiqh
yang disepakati oleh sekalian ulama ushul. Dengan demikian, dokter boleh melihat dan memegang
bagian badan yang memerlukan pengobatan dan pemeriksaan sekalipun kepada aurat terbesar. Iniberlaku umum baik terhadap tubuh pria maupun tubuh wanita atau sebaliknya.