percobaan viii (reaksi redoks).doc
TRANSCRIPT
PERCOBAAN 8
REAKSI REDOKS
I. Tujuan Percobaan
Mempelajari beberapa reaksi redoks
II. Dasar Teori
2.1 Reaksi Kimia
Reaksi kimia adalah zat yang mula-mula terdapat dan kemudian diubah selama
reaksi kimia. Suatu reaksi kimia menunjukkan umur atau lama bereaksi. Banyaknya atom
diruas kiri dan kanan anak panah adalah sama. Misalnya, persamaan berimbang untuk
reaksi antara H2 dan O2 yang menghasilkan air,ditulis dengan persamaan reaksi:
Rumus H2 menyatakan bahwa sebuah molekul hydrogen dari 2 atom itu adalah diatom
sama seperti molekul O2. Molekul air merupakan molekul triatom karena terdiri dari 3
atom. Persamaan ini menyatakan 2 molekul H2 bereaksi dengan satu molekul O2
menghasilkan 2 molekul air.
(Keenan,1986)
2.1.1 Reaksi Redoks
Terdapat sejumlah reaksi saat keadaan oksidasi berubah yang disertai
dengan pertukaran electron antara pereaksi. Ini disebut reaksi oksidasi reduksi
atau reaksi redoks. Dari sejarahnya dapat diketahui bahwa oksidasi dianggap
sebagai proses oksigen diambil dari suatu zat,sedangkan penangkapan hydrogen
disebut reduksi.
Reaksi oksidasi adalah suatu perubahan kimia dimana suatu zat
memberikan atau melepas electron,mengalami penambahan biloks/tingkat
oksidasi,terjadi di anoda pada suatu sel elektrokimia. Sedangkan reaksi reduksi
adalah suatu perubahan kimia dimana suatu zat menerima atau menangkap
electron,mengalami pengurangan biloks,dan terjadi di katoda pada suatu sel
elektrokimia.
(Svehla,1985)
2.1.2 Oksidasi dan Reduksi
Oksidasi dan reduksi dapat didefinisikan sebagai istilah berkurangnya atau
bertambahnya satu atau lebih elemen. Oksidasi didefinisikan sebagai kehilangan
satu atau lebih electron secara jelas oleh unsure terkecil yang terlibat dalam
suatu reaksi. Sedangkan reduksi didefinisikan sebagai bertambahnya satu atau
lebih electron secara jelas oleh unsure terkecil yang terdapat dalam suatu reaksi.
Reaksi redoks adalah suatu reaksi transfer electron yang mana electron dari
suatu unsure dioksidasi dengan kehilangan satu atau lebih electron ke unsur lain
yang direduksi ketika berperan sebagai sebuah penerima electron. Jumlah
electron yang hilang harus sama dengan jumlah electron yang bertambah.
Dalam reaksi karena terdapat transfer satu atau lebih electron dalam satu unsur
ke unsure yang lain.
Persamaan biasa:
Zn (s) + CuSO4 ZnSO4 (aq) + Cu (s)
Dalam reaksi redoks melibatkan campuran kovalen yang mana tidak
terdapat transfer electron. Walauoun satu atau lebih electron valensi dibagi
antara dua atom dengan pembagian pasangan electron ditarik lebih dekat ke
atom yang lebih elektronegatif pada masing-masing ikatan kovalen.
(Miller,1987)
2.1.3 Oksidator dan Reduktor
Reduktor adalah zat yang mengalami oksidasi. Sedangkan oksidator adalah
zat yang mengalami reduksi.
2.2 Bilangan Oksidasi
Dalam reaksi redoks ada perbedaan dalam bilangan oksidasi atau keadaan
oksidasi. Istilah ini digunakan untuk memperlihatkan sesuatu yang saling mengubah dari dua
atau lebih unsur. Misalnya reaksi antara magnesium dengan oksigen:
Terlihat bahwa biloks Mg berubah dari 0 menjadi +2 dan bilangan oksidasi oksigen berubah dari
0 menjadi -2. Dengan demikian, oksidasi Mg diikuti dengan bertambahnya biloks. Reduksi O2
sebaliknya diikuti dengan berkurangnya biloks. Dengan demikian,hal ini memberikan kepada
kita cara lebih umum untuk mendefinisikan oksidasi dan reduksi berkaitan dengan perubahan
dalam bilangan oksidasi dan reduksi.
(Brady,1994)
2.3 Penyetaraan Reaksi Redoks
Banyak reaksi redoks yang sulit disetarakan dengan cara menebak. Reaksi seperti itu
dapat disetarakan dengan metode setengah reaksi ataupun bilangan oksidasi. Metode setengah
reaksi atau metode ion elektron in didasarkan pada pengertian jumlah elektron yang dilepaskan
pada setengah reaksi redoks. Proses penyetaraan in berlangsung melalui tahap-tahap sebagai
berikut :
Contoh : K2Cr2O7 + HCl → KCl + CrCl3 + Cl2 + H2O
Langkah I : menulis kerangka dasar dari dari setengah reksi oksidasi dan setengah reaksi
reduksi secara terpisah dalam bentuk ion.
Oksidasi : Cl- → Cl2
Reduksi : Cr2O72- → 2Cr3+
Langkah II : masing-masing setengah reaksi tersebut disetarakan agar jumlah atom
sebelah kiri sama dengan sebelah kanan.
Oksidasi : 2Cl- → Cl2
Reduksi : Cr2O72+ + 14H+ → 2Cr3+ + 7H2O
Langkah III : jika ada spesies lain selain unsur yang mengalami perubahan bilanagna
oksidasi O2 dan H2, maka penyetaraannya dengan menambahkan spesies yang
bersangkutan pada ruas yang lainnya.
Dalam reaksi in tidak ada.
Langkah IV : menyetarakan muatan denangan menambahkan elektron pada ruas yang
jumlah muatannya lebih besar.
Oksidasi : 2Cl- → Cl2 +2e-
Reduksi : Cr2O72- + 14H+ + 6e → 2Cr3+ + 7H2O
Langkah V : menyetarakan jumlah elektron yang diserap pada setengah reaksi reduksi
dengan elektron tinggi yang dibebaskan pada setengah reaksi oksidasi denagn cara
memberi koefisien yang sesuai kemudian menjumlahkan kedua setengah reaksi tersebut.
Reaksi redoks yang setara :
Oksidasi : 2Cl- → Cl2 + 2e x3
Reduksi : Cr2O72- + 14H+ +6e → 2Cr3+ + 7H2O x1
Hasil :
Oksidasi : 6Cl- → 3Cl2 +6e
Reduksi : Cr2O72- + 14H + + 6e → 2Cr 3+ + 7H 2O +
o Cr2O72- + 6Cl- + 14 H + → 2Cr3+ + 3Cl2 + 7H2O
Persamaan reaksi ion tersebut sudah dianggap cukup. Apabila diperlukan, reaksi redoks
yang setara dapat ditunjukkan dari reaksi ionnya sehingga menjadi :
K2CrO7 + 14 HCl → 2 CrCl3 + 3Cl2 + 2KCl + 7H2O
(Petrucci, 1992)
2.4 Reaksi Disproporsionasi
Reaksi disproporsionasi adalah reaksi redoks yang terjadi simultan oleh suatu spesies.
Spesies ini mengandung unsur yang mempunyai bilangan oksidasi diantara bilangan oksidasi
tertinggi dan terendah. Atau denagn kata lain, suatu jenis atom ytang mengalami redoks atau
suatu jenis atom yang bilangan oksidasinya berubah. Reaksi disproporsionasi disebut juga reaksi
autoredoks.
Contoh :
a. Cl2(g) + 2OH-(aq) → ClO-
(aq) + Cl-(aq) + H2O(l)
b. 2H+(aq) + 3NO2(aq) → NO3(aq) + 2NO(g) + H2O(l)
(Lange, 1967)
2.5 Pendesakan Logam
Unsure logam cenderung mengalami oksidasi (melepas electron), sehingga semua logam
bersifat reduktor. Ada sebagian logam yang bersifat reduktor kuat dan reduktor lemah (mudah
teroksidasi).
Reduktor kuat sampai lemah :
Li, K, Ba, Ca, Na, Mg, Al, Mn, H2O2, Zn, Cr, Fe, Cd, Co, Ni, Sn, Pb, H+, Sb, Bs, Cu, Hg,
Ag, Pb, Au.
Deret volta tersbut, semakin ke kanan sifat reduktornya makin kuat dan oksidasinya makin
lemah. Oleh karena itu, anggota deret volta yang lebih ke kanan melalui reduksi. Reaksi ini
disebut reaksi pendesakan logam.
(Rivai,1995)
2.6 potensial elektroda
Potensial elektroda Ɛº dapat diukur dalam larutan yang mengandung bentuk pengoksidasi
dan pereduksi dalam konsentrasi yang ekuimolar. Elektroda standar yakni yang bersentuhan
dengan larutan-larutan yang kadar ionya 1M dan tekanan 1 atm. Pengukuran suatu sel volta
adalah pengukuran gaya dorong dari reaksi redoks. Elektroda hydrogen standar digunakan
sebagai elektroda pembanding standar karena harga voltanya nol. Potensial elektroda standar
diukur secara langsung, namun potensial antara dua elektroda standar ideal dapat dihitung dari
pengukuran yang dilakukan terhadap larutan yang lebih encer.
Voltage sel keseluruhan diberikan kepada elektode disebut potensial reduksi standar.
Reaksi katode(reduksi) kebalikan dan elektroda yang sebagai anode dan menjalankan oksidasi.
(keenan,1991)
Table Potensial Reduksi.
Li+(aq) + e- -----> Li(s) -3.05
K+(aq) + e- -----> K(s) -2.93
Ba2+(aq) + 2 e- -----> Ba(s) -2.9
Sr2+(aq) + 2 e- -----> Sr(s) -2.89
Ca2+(aq) + 2 e- -----> Ca(s) -2.87
Na+(aq) + e- -----> Na(s) -2.71
Mg2+(aq) + 2 e- -----> Mg(s) -2.37
Be2+(aq) + 2 e- -----> Be(s) -1.85
Al3+(aq) + 3 e- -----> Al(s) -1.66
Mn2+(aq) + 2 e- -----> Mn(s) -1.18
2 H2O + 2 e- -----> H2(g) + 2 OH-(aq) -0.83
Zn2+(aq) + 2 e- -----> Zn(s) -0.76
Cr3+(aq) + 3 e- -----> Cr(s) -0.74
Fe2+(aq) + 2 e- -----> Fe(s) -0.44
Cd2+(aq) + 2 e- -----> Cd(s) -0.4
PbSO4(s) + 2 e- -----> Pb(s) + SO42-
(aq) -0.31
Co2+(aq) + 2 e- -----> Co(s) -0.28
Ni2+(aq) + 2 e- -----> Ni(s) -0.25
Sn2+(aq) + 2 e- -----> Sn(s) -0.14
Pb2+(aq) + 2 e- -----> Pb(s) -0.13
2 H+(aq) + 2 e- -----> H2(g) 0
Sn4+(aq) + 2 e- -----> Sn2+
(aq) 0.13
Cu2+(aq) + e- -----> Cu+
(aq) 0.13
SO42-
(aq) + 4 H+(aq) + 2 e- -----> SO2(g) + 2 H2O 0.2
AgCl(s) + e- -----> Ag(s) + Cl-(aq) 0.22
Cu2+(aq) + 2 e- -----> Cu(s) 0.34
O2(g) + 2 H2 + 4 e- -----> 4 OH-(aq) 0.4
I2(s) + 2 e- -----> 2 I-(aq) 0.53
MnO4-(aq) + 2 H2O + 3 e- -----> MnO2(s) + 4 OH-
(aq) 0.59
O2(g) + 2 H+(aq) + 2 e- -----> H2O2(aq) 0.68
Fe3+(aq) + e- -----> Fe2+
(aq) 0.77
Ag+(aq) + e- -----> Ag(s) 0.8
Hg22+
(aq) + 2 e- -----> 2 Hg(l) 0.85
2 Hg2+(aq) + 2 e- -----> Hg2
2+(aq) 0.92
NO3-(aq) + 4 H+
(aq) + 3 e- -----> NO(g) + 2 H2O 0.96
Br2(l) + 2 e- -----> 2 Br-(aq) 1.07
O2(g) + 4 H+(aq) + 4 e- -----> 2 H2O 1.23
MnO2(s) + 4 H+(aq) + 2 e- -----> Mn2+
(aq) + 2 H2O 1.23
Cr2O72-
(aq) + 14 H+(aq) + 6 e- -----> 2 Cr3+
(aq) + 7 H2O 1.33
Cl2(g) + 2 e- -----> 2 Cl-(aq) 1.36
Au3+(aq) + 3 e- -----> Au(s) 1.5
MnO4-(aq) + 8 H+
(aq) + 5 e- -----> Mn2+(aq) + 4 H2O 1.51
Ce4+(aq) + e- -----> Ce3+
(aq) 1.61
PbO2(s) + 4 H+(aq) + SO4
2-(aq) + 2 e- -----> PbSO4(s) + 2 H2O 1.7
H2O2(aq) + 2 H+(aq) + 2 e- -----> 2 H2O 1.77
Co3+(aq) + e- -----> Co2+
(aq) 1.82
O3(g) + 2 H+(aq) + 2 e- -----> O2(g) + H2O 2.07
F2(g) + 2 e- -----> F-(aq) 2.87
2.7 Indikator Redoks
Merupakan senyawa organik yang mempunyai sifat berbalik perubahan warnanya
apabila oksidasi maupun reduksi.
αn oksidasi + n ê = n reduksi
Keterangan: αn oksidasi : bentuk teroksidasi dari indikator
αn reduksi : bentuk tereduksi dari indikator
Potensial elektrodanya adalah:
∑ln ∑0 ln + 0,059 – 100 (ln oksidasi)
X (ln reduksi)
(Fessenden,1995)
2.8 Penentu Potensial Elektroda
Jika ∑0 adanya positif, maka reaksi ke kanan akan terjadi seperti yang ditulis dalam
tabel elektroda akan bertindak sebagai katode dari elektrode hidrogen sebagai anode. Jika
tanda ini negatif, reaksi ke kiri akan berlangsung sertamerta dan elektrode hidrogen akan
bertindak sebagai katode (mengambil reduksi) bila sebuah elektrode hidrogen.
a. bertindak sebagai katode, reaksinya adalah
2H+ + 2ê → H2 (reduksi)
b. bertindak sebagai anode, reaksinya adalah
H2 → 2H+ + 2ê (oksidasi)
Potensial reduksi bertambah untuk lithium sampai flou. Ini berarti bahwa terdapat
kecenderungan yang meningkat dan atas ke bawah untuk memperoleh ê (mengalami reduksi)
dan kecenderungan yang melepas ê (mengalami oksidasi). Volta sel merupakan jumlah
aljabar dari potensial oksidasi dan potensial reduksi.
Voltase standar untuk sel:
E0 sel : E0 reduksi+ E0 oksidasi
Jika voltase sel yang dihitung itu positif, reaksi sel itu akan berlangsung serta merta.
(Keenan,1986)
2.9 Agen-Agen Pengoksidasi
Agen-agen pengoksidasi adalah zat yang mengambil elektron dari zat yang
dioksidasi, denagn cara itu menyebabkan terjadinya oksidasi.
(Brady, 1999)
2.9.1 Natrium dan hidrogen peroksida (Na dan H2O2)
Hidrogen peroksida (H2O2) adalah senyawa pengoksidasi yang baik dengan potensial
standar positif yang besar.
H2O2 + 2H+ +2e- ↔ 2H2O E° = +1,77 V
Dalam larutan yang bersifat asam, senyawa in akan mengoksidasi Fe2+ menjadi Fe3+. Dalam
larutan alkali, akan mengoksidasi Cr3+ menjadi Cr2O72- dan Mn2+ menjadi MnO2.
2.9.2 Kalium dan amonium proksedisulfat
Ion peroksedisulfat adalah senyawa pengoksidasi yang kuat dalam larutan yang
bersifat asam.
S2O22- + 2e- ↔ 2SO4
2- E° = +2,01V
Senyawa in akan mengoksidasi Cr3+ menjadi Cr2O72-, Ce3+ menjadi Ce4+ dan Mn2+ menjadi
MnO4-. Reaksi biasanya dikatalis oleh sejumlah kecil ion perak (I), setelah oksidasi selesai,
kelebihan regen dapat dihilangkan dengan mendidihkan larutan.
2S2O22- + 2H2O ↔ 4SO4
2- + O2 +4 H+
2.9.3 Kalium permanganat
Keuntungan kalium permanganat adalah mudah diperoleh, tidak mahal, dan tidak
perlu indikator tertentu, kecuali pada laritan yang amat encer.
Reaksi :
MnO4- + 8H+ + 5e- → Mn2+ + 4H2O
2.9.4 Senyawa-senyawa dari Serium
Senyawa ini merupakan agen pengoksidasi yang kuat dan menkjalani reaksi tunggal.
Reaksi :
Ce4+ + e- → Ce3+
2.9.5 Kalium dikromat
Kalium dikromat merupakan pengoksidasi yang kuat.
Reaksi :
Cr2O72- + 14H+ + 6e- → 2Cr3+ + 7H2O
2.9.6 Iodin
Iodin merupakan pengoksidasi yang kuat.
Reaksi :
I2 + 2e- → 2I-
2.9.7 Asam perodat
Senyawa asam paraperiodat (H5IO6) merupakan agen pengoksidasi yang kuat.
Reaksi :
H5IO6 + 6H+ + 2e- → IO3- + 3H2O
2.9.8 Kalium bromat
Merupakan agen pengoksidasi yang kuat.
Reaksi :
BrO3- + 6H+ + 6e- → Br- + 3H2O
2.9.9 Brimustat
Merupakan agen pengoksidasi yang kuat, mengoksidasi Mn(II) menjadi MnO4-, Cr
(II) menjadi Cr2O72-, dan Cr (II) menjadi Cr (IV), Brimustat direduksi menjadi Bi (III)
(Underwood, 1992)
2.10 Agen Pereduksi
Agen-agen pereduksi adalah zat yang memeberi electron pada suatu zat lainnya yang
direduksi dengan cara menyebabkan terjadinya reduksi
(Brady,1999)
1. Sulfur dioksida dan hydrogen sulfide
Kedua zat tersebut merupakan agen-agen pereduksi yang relatif lambat
SO42- + 4H+ +2e H2SO3 + H2O
S + 2H+ H2S
Keduanya dapat menyebabkan Fe3+ menjadi Fe2+, V3+ menjadi V2+ .
(Brady,1999)
2. Timah (II) Klorida
Reagen ini digunakan untuk mereduksi Fe3+ menjadi Fe2+ dalam sampel yang telah dilarutkan
dalam HCl
(Brady,1999)
3. Ion Tiosulfat (S2O32-)
Ion tiosulfat bila direaksikan dengan oksidator kuat maka S2O32- akan teroksidasi menjadi ion
sulfat (SO42-) misalnya bila gas klor dialirkan pada larutan Na2SO4 , maka akan terjadi reaksi:
4Cl2 + S2O32-
+ 5H2O 8Cl- + 2SO42- + 10H+
(Brady,1999)
4. Besi (II)
Larutan besi(II) dalam 0,5-1 N H2sO4 dioksidasi secara lambat dan dipergunakan sebagai
larutan standar . Larutan permanganate, serium(IV), dan dikromat cocok dalam titrasi larutan
besi (III)
5. Kromium(II)
Kromium merupakan agen pereduksi yang kuat
Reaksi:
CFr3+ + e Cr2+ E0 = -0,14V
(Brady,1999)
6. Titanium(III)
Adalah agen pereduksi yang kuat yang berasal dari garam-garamnya.
Reaksi:
TiO2+ +2H+ + e Ti3+ + H2O E0=+0.104V
7. Oksalat dan arsenic(III)
Larutan standar asam oksalat cukup stabil larutan standar dari sodium oksalat lebih baik, tidak
stabil.
(Brady,1999)
8. Sulfit dan bisulfit
Garam0garam yang mengandung ion sulfat atau bisulfit biasanya dipakai sebagai reduktor.
Anionnya didapat dari netralisasi asam sulfat sebagian atau seluruhnya. Bila suasananya
basa, maka pereaksinya menjadi ion sulfat, baik untuk zat yang asalnya mengandung ion
sulfuit ataupun bisulfit.
(Brady,1999)
2.11 Analisa Bahan
1. CuSO4
Berwarna biru dan bersifat Higroskopis, digunakan sebagai fungisada, bahan pewarna dan
pengawet kayu
(Sarjoni, 2003)
2. Logam Alumunium
Berat atom 26,9315 , Tititk lebur 6600C dan titik didih 24500C , ringan dan berwarna
keperakan. Digunakan dalam industry pembuatan pesawat terbang, alat rumah tangga,
merupakan konduktor yang baik
(Sarjoni,2003)
3. Logam Zn
Berwarna putih kebiruan, tidak larfut dalam air dan larut dalam larutan asam sulfat
(Sarjoni, 2003)
4. Logam Cu
Berat atom 63,564. Merupakan konduktor yang baik dan tahan karat
Sarjoni, 2003)
5. Pb(NO3)2
Kristalnya berwarna putih, beracun, larut dalam air, alcohol, dan methanol
(Sarjoni, 2003)
6. Logam Fe
Bersifat magnet dan lunak. Terdapat di alam dalam bentuk karbonan sulfide
(The Merck Index,1976)
7. NaNO3
Memiliki berat molekul 85,04, tidak berwarna, kristalnya bening, butiran atau bubuknya
berwarna putih. Titik leburnya 3080C, Larutannya bersifat netral
(The Merck Index,1976)
8. H2O2
Berat molekulnya 34,02 tidak berwarna, kurang stabil, dapat membakar kulit. Tititk lebur
-0,430C titik didih 1520C, dapat larut dalam eter, mamapu diuraikan oleh beberapa pelarut
organic.
(The Merck Index,1976)
9. MnO2
Warnanya hitam, berbentuk Kristal, tidak larut dalam air, berfungsi sebagai katalis
(Parker,1986)
10. H2SO4
Berbentuk cair, berminyak, berwarna cokelat gelap, sangat korosif, beracun, dapat
menyebabkan iritasi pada mata dan kilit, mampu melarutkan semua logam.
(Sarjoni 2003)
11. KI
Berat molekul 116,02 berwarna putih, kristalnya berbentuk kubus, butiran atau bubuknya
berwarna putih, dapat larut dalam air, alcohol, methanol, aseton, gliserol dan glikol.
(The Merck Index,1976)
12. ZnSO4
Merupakan Kristal putih, deret volta 1,9 larut dalam air Digunakan sebagai skiptik
(Basri,1996)
13. Zn(NO3)2
Berupa larutan tidak berwarna, Larut dalam air dan alcohol,, tidak berbau, bersifat asam,
keasaman 5% adalah 5,1. Massa molekul 189,35 titik leleh 360C Densitas 2,065
(Basri1996)
14. FeCL3
Berupa Kristal berwarna cokelat, Lrut dalam ait, alcohol dan gliserol.
(Basri, 1996)
15. Kanji
Karbohidrat berwarna putih, tanpa bau, tanpa rasa, dan sangat penting bagi tumbuhan,
dihasilkan melalui proses fotosintesis. Adanya kanji dapat dibuktoikan dengan iodine
(Basri,1996)
III. METODE PERCOBAAN
3.1 Alat dan Bahan
a. Alat
-Tabung reaksi
-Gelas ukur
-Kertas amplas
-Pipet
-Tabung spirtus
-Penjepit
-Kaki tiga
-Gelas beker
b. Bahan
-CuSO4 -Pb(NO3)
-ZnSO4 -Logam Zn
-Logam Cu -Logam Al
-Logam Fe -FeCl3
-Pb(NO3)2 -NaNO3
-H2SO4 -KI
-Kanji -MnO2
3.2 Gambar Alat
Tabung reaksi gelas beker kaki tiga gelas ukur pipet
3.3 Cara Kerja
2ml CuSO4 0.5M
Tabung Reaksi
Pemasukan logam Zn
Pencatatan waktu dan hasil yang terjadi
Penjelasan dengan menggunakan tabel potensial elektroda
Hasil
2ml ZnSO4 0.5M
Tabung Reaksi
Pemasukan logam Cu
Pendiaman
Pencatatan hasil reaksi
Penjelasan dengan menggunakan tabel potensial elektroda
Hasil
larutan Pb(NO3)2 0.5ml
tabung reaksi
Pemasukan lsepotong
Al
Pengamatan
Penyusunan logam logam menurut kereaktifan
Penulisan persamaan reaksi
Hasil
Larutan ZnSO4 0.5M
Tabung reaksi
Pemasukan lsepotong Al
Pengamatan
Penyusunan logam logam menurut kereaktifan
Penulisan persamaan reaksi
Hasil
Larutan NaNO3 0.5M
Tabung Reaksi
Pemasukan lsepotong
Al
Pengamatan
Penyusunan logam logam menurut kereaktifan
Penulisan persamaan reaksi
Hasil
larutan Pb(NO3)2 0.5ml
Tabung Reaksi
Pemasukan lsepotong
Fe
Pengamatan
Penyusunan logam logam menurut kereaktifan
Penulisan persamaan reaksi
Hasil
Larutan ZnSO4 0.5M
Tabung Reaksi
Pemasukan sepotong
Fe
Pengamatan
Penyusunan logam logam menurut kereaktifan
Penulisan persamaan reaksi
Hasil
Larutan NaNO3 0.5M
Tabung Reaksi
Pemasukan sepotong
Fe
Pengamatan
Penyusunan logam logam menurut kereaktifan
Penulisan persamaan reaksi
Hasil
larutan Pb(NO3)2 0.5ml
Tabung Reaksi
Pemasukan sepotong
Cu
Pengamatan
Penyusunan logam logam menurut kereaktifan
Penulisan persamaan reaksi
Hasil
Larutan ZnSO4 0.5M
Tabung Reaksi
Pemasukan sepotong
Cu
Pengamatan
Penyusunan logam logam menurut kereaktifan
Penulisan persamaan reaksi
Hasil
Larutan NaNO3 0.5M
Tabung Reaksi
Pemasukan sepotong
Cu
Pengamatan
Penyusunan logam logam menurut kereaktifan
Penulisan persamaan reaksi
Hasil
10 tetes H2O2 0.1M
Tabung Reaksi
Penambahan MnO
Pengamatan
Hasil
5 tetes H2O2 0.1M
Tabung Reaksi
Penambahan 5 tetes
H2SO4 1M
Penambahan 10 tetes KI 0.1M
Penambahan 1 tetes larutan kanji
Pengamatan
Hasil
5 tetes FeCl3+10 tetes H2SO4+10 tetes KI
Tabung Reaksi
Pemasukan 5 tetes
FeCl3
Pengamatan
Pemanasan
Penambahan 1 tetes larutan kanji
Pengamatan
Hasil
5 tetes FeCl3+10 tetes H2SO4+10 tetes KI
Tabung Reaksi
Pemasukan 5 tetes H2SO4
Pengamatan
Pemanasan
Penambahan 1 tetes larutan kanji
Pengamatan
Hasil
5 tetes FeCl3+10 tetes H2SO4+10 tetes KI
Tabung Reaksi
Pemasukan 5 tetes KI
Pengamatan
Pemanasan
Penambahan 1 tetes larutan kanji
Pengamatan
Hasil
IV. DATA
PENGAMATAN
Perlakuan Pengamatan keterangan
2 mL larutan CuSO4 0,5 M
ditambah logam Zn
2 mL larutan ZnSO4 0,5 M
ditambah Cu
Pb(NO3)2 + Al
Zn(NO3)2 + Al
NaNO3 +Al
Pb(NO3)2 + Fe
Zn(NO3)2 + Fe
NaNO3 +Fe
Pb(NO3)2 + Cu
Zn(NO3)2 + Cu
NaNO3 +Cu
10 tetes H2O2 0,1 M
direaksikan dengan MnO2
5 tetes H2O2 0,1 M
direaksiakan dengan H2SO4,
KI dan larutan Kanji
5 tetes FeCl3, 10 tetes H2SO4 1
M, 10 tetes KI o,1 M
dipanaskan
Penambahan 1 tetes larutan
Kanji