percobaan ii
TRANSCRIPT
PERCOBAAN II
Judul : Analisis Aspirin dan Kafein dalam Tablet
Tujuan : Menentukan aspirin dan kafein dalam bermacam-macam tablet.
Hari/tanggal : Rabu / 20 Maret 2013
Tempat : Laboratorium Kimia FKIP UNLAM Banjarmasin
I. DASAR TEORI
A. ASPIRIN
Aspirin pertama kali digunakan dalam pengobatan oleh Dresser pada tahun
1899. Aspirin pertama kali dibuat olah kalbe pada tahun 1874 dengan mengubah
asam salisilat dengan anhidrid asam asetat. Asam hidrogen pada gugus hidroksil
dari asm salisilat telah diganti dengan gugus acid yang juga dapat dilakukan
dengan menggunakan asetil klorida dengan asam salisilat pada keton.
Aspirin merupakan senyawa ester fenil yang tersubstitusi. Sebagaimana
bentuk ester aromatik pada umunya. Aspirin mempunyai gugus rawan yang
sangat peka, dengan kata lain, aspirin relatif tidak stabil terhadap pengaruh
hidrolisis dan proses pemindahan hasil yang lain, profil laju pH nya terkesan
sebagai reaksi hidrolisis terhatifis asam spesifik dan basa spesifik. Ditambah
bentuk kurva yang sigmoid sebagai hasil dari hidrolisis antar aspirin.
Aspirin disebut juga asam asetil salisilat, sering digunakan sebagai pereda
sakit (analgesic). Aspirin adalah turunan dari asam salisilat. Berikut sifat-sifat dari
aspirin :
a) Aspirin berbentuk kristal berwarna putih
b) Bersifat asam lemah (pH 3,5) dengan titik lebur 135°C
c) Mudah larut dalam cairan ammonium asetat, karbonat, sitrat atau
hidroksida dari logam alkali.
d) Stabil dalam udara kering, tetapi terhidrolisis perlahan menjadi asetat dan
asam salisilat bila kontak dengan udara lembab.
e) Dalam campuran basa, proses hidrolisis ini terjadi secara cepat dan
sempurna.
CH3O C
O
COOHO
CH3 C
O
O C CH3
OH
COOH
H2SO4
f) Bersifat analgesik, antipyretic (fever reducer), nti-inflammatory (inhibition
of the synthesis of prostaglandins), dan memiliki efek samping seperti:
gastric irritation dan bleeding .
Gambar 1. Obat Aspirin Gambar 2. Struktur Molekul Aspirin
Pembuatan Aspirin
Aspirin dibuat dengan mereaksikan asam salisilat dengan anhidrida asam
asetat menggunakan katalis 85% H3PO4 sebagai zat penghidrasi. Asam salisilat
adalah asam bifungsional yang mengandung dua gugus –OH dan –COOH.
Karenanya asam salisilat ini dapat mengalami dua jenis reaksi yang berbeda yaitu
reaksi asam dan basa. Reaksi dengan anhidrida asam asetat akan menghasilkan
aspirin. Berikut molekul aspirin :
+
Gugus karboksil pada aspirin mengandung sebuah gugus karbonil dan
sebuah gugus hidroksil, antar-aksi dari kedua gugus ini mengakibatkan suatu
kereaktifan kimia yang unik untuk asam karboksilat. Pada aspirin gugus karboksil
bersifat polar dan sifat yang paling menonjol adalah keasamannya.
Data Kimia
Formul
aC9H8O4
Berat
mol180,157 g/mol
Sinoni
m
s-acetyloxybenzoit
acid
acetysalicylate
acetylsalicilylic
acid
o-acetylsalycilic
acid
Data Fisik
Massa
jenis
1,4
g/cm3
Titik
lebur
135 ℃
(275
℉ ¿
Titik
didih
140℃
(284
℉ ¿
Kelarutan
dalam air
2mg/mL
(20℃¿
Kegunaan aspirin
Aspirin digunakan sebagai penurun demam (antipiretik) dan sebagai obat
anti peradangan. Aspirin juga memiliki sifat anti penggumpalan darah karena
menghambat pembentukan tromboksan (protein pengikat yang dihasilkan oleh
platelet). Oleh karena itu aspirin digunakan sebagai obat jangka panjang dalam
dosis rendah untuk mencegah penyumbatan pembuluh darah, stroke dan serangan
jantung. Tetapi efek antipenggumpalan ini dapat menyebabkan pendarahan
berlebihan terjadi, karena itu orang yang akan menjalani pembedahan atau
mempunyai masalah pendarahan tidak diperbolehkan mengonsumsi aspirin.
Sintesis aspirin
Tahun 1853 seorang alkemis Prancis, Charles Frederic Gerhardt berhasil
mensistetis asam salisilat untuk pertama kalinya. Dia mencampur asetil klorida
dengan garam sodium salisilat. Hasil sintetis ini dinamai Gerhardt anhidrin asam
salisilat. 6 tahun kemudian, 1859, seorang alkemis Jerman, von Gilm berhasil
mensintetis asam asetil salisilat murni dengan mereaksikan asam salisilat dan
asetil klorida.
Pada 1869 Schröder, Prinzhorn dan Kraut merekonstruksi baik reaksi
Gerhardt (dari sodium salisilat) maupun reaksi von Gilm’s (dari asam salisilat)
dan menyimpulkan bahwa kedua reaksi tersebut memberi hasil yang sama.
Meraka adalah yang pertama menemukan struktur kimia kelompok asetil
berhubungan dengan alkanol.
Pada 1897, ilmuwan dari perusahaan obat dan pewarna Bayer mulai
meneliti asam asetil salisilat sebagai pengganti yang lebih aman dari obat salisin
yang umum. Pada 1899, Bayer melabeli obat ini Aspirin dan menjualnya ke
seluruh dunia. Nama aspirin berasal dari “a” dari asetil dan “spirsäure” yaitu
nama kuno jerman bagi asam salisilat. Sekarang, aspirin merupakan obat yang
paling banyak digunakan di seluruh dunia, dengan perkiraan 40.000 ton aspirin
dikonsumsi setiap tahun.
a. Reaksi esterifikasi pembentukannya aspirin
Sintetis aspirin termasuk reaksi esterifikasi. Asam salisilat dicampur dengan
anhidrin asetat, menyebabkan reaksi kimia yang mengubah grup alkanol asam
salisilat menjadi grup asetil (R-OH→R-OCOCH3). Proses ini menghasilkan
aspirin dan asam asetat, yang merupakan produk sampingan. Sejumlah kecil asam
sulfat umumnya digunakan sebagai katalis. Asam sulfat berfungsi sebagai donor
proton sehingga ikatan rangkap pada anhidrin asetat lebih mudah terbuka lalu
bergabung dengan asam salisilat yang kehilangan hidrogennya. Setelah proses
pengikatan selesai, ion SO42- kembali mengikat proton H+ yang berlebih.
b. Reaksi fenol dengan FeCl3 pembentukannya aspirin
Reaksi menghasilkan aspirin atau asam salisilat juga dapat dilakukan
dengan mereaksikan fenol dan larutan FeCl3. Produknya adalah dihasilkan larutan
berwarna ungu tua yang kompleks. Phenol disini tidak ditunjukkan sebagai hasil
reaksi tetapi sebagai reaktan. Pada tes phenol ini diindikasikan adanya unreacted
starting material (analisis kuantitatif dengan spektroskopi UV-VIS).
Tujuan tes ini adalah mengetahui kemurnian aspirin dengan menggunakan
besi(III) klorida. Besi(III) klorida bereaksi dengan gugus fenol membentuk
kompleks ungu. Asam salisilat (murni) akan berubah menjadi ungu jika FeCl3
ditambahkan, karena asam salisilat mempunyai gugus fenol.
Reaksi Mekanisme Pembentukan Aspirin
Cara penentuan kadar aspirin dalam tablet
Senyawa ini bersifat asam, untuk mengetahui konsentrasi aspirin dalam
tablet dilakukan titrasi dengan larutan NaOH standar. Dalam reaksi netralisasi ini
gugusan asetil lebih sukar dilepaskan daripada gugusan karbonil hingga terjadi
reaksi :
Asam Salisilat
Untuk mengetahui kadar aspirin dalam tablet, dapat dilakukan titrasi dengan
larutan basa. Titrasi diakhiri jika terjadi perubahan warna yang konstan selama
satu menit dari indikator fenolftalein.
B. KAFEIN
Kafein atau 1,3,7 trimetil xantin adalah basa yang sangat lemah dalam air
atau alkohol tidak terbentuk garam yang stabil. Kafein terdapat sebagai serbuk
putih. Alkaloid ini tidak berbau dan rasanya pahit. Kefein terlarut dalam air
(1:50), alkohol (1:75), atau kloroform (1:6). Dalam pengobatan kafein adalah obat
pilihan antara tiga santin untuk memperoleh efek stimulan pada susunan saraf
pusat. Aksi stimulan ini hampir fisiologik alami dan menolong untuk menghindari
kelemahan, kelelahan, dan ngatuk. Kelihatanya sedikit toleransi bertambah
terhadap stimulasi kafein, sebab itu habitual peminum kopi berlanjut karena
pengalaman stimulasi dari hari ke hari, biasanya kafein tidak mempunyai nilai
dalam keadaan lain, meskipun aksi farmakologi lain, meskipun stimulasi
berlebihan, akan menjadi berlebih ketika dosis terlalu banyak dan mengakibatkan
aksi lain.
Konsumsi kafein berguna untuk meningkatkan kewaspadaan,
menghilangkan kantuk dan menaikkan mood. Overdosis kafein akut, biasanya
lebih dari 300 mg per hari, dapat menyebabkan sistem saraf pusat terstimulasi
secara berlebihan. Kondisi ini disebut keracunan kafein, gejalanya antara lain
gelisah, gugup, insomnia, emosional, urinasi berlebihan, gangguan pencernaan,
otot berkedut, denyut jantung yang cepat dan tidak teratur. Gejala yang lebih
parah adalah munculnya depresi, disorientasi, halusinasi dan dampak fisik seperti
kerusakan jaringan otot rangka.
Senyawa kimia yang dijumpai secara umum alami terdapat didalam
makanan contohnya biji kopi, teh, biji kelapa, buah kola, guarana dan mate. Ia
terkenal dengan rasanya yang pahit dan berlaku sebagai perangsang sistem saraf
pusat, jantung, dan pernafasan. Kafein juga bersifat diuretik (digunakan melalui
air kencing).
Kafein merupakan alkaloid yang tergolong turunan dari purin dalam
keluarga methylxanthine bersama-sama senyawa terfilin teobromin. Pada keadaan
asal kafein adalah serbuk putih yang pahit. Rumus kimianya ialah C6H10N4O2 dan
nama sistematik kafein adalah: 1,3,7-trimetilxanthine dan 3,7-dihidro-1,3,7-
trimetil-1-H-purin-2,6-dione.
Kafein ditemukan pada biji, daun dan buah pada berbagai tanaman. Kafein
diproduksi tanaman sebagai pestisida alami untuk pertahanan diri terhadap
serangga yang memakan tanaman tersebut. Tanaman yang mengandung kadar
kafein tinggi antara lain kopi (Coffea arabica), teh (Camellia sinensis), coklat
(Theobroma cacao) dan kola (Cola acuminata).
Tahun 1819, seorang alkemis Jerman bernama Friedrich Ferdinand Runge
berhasil mengisolasi kafein murni untuk pertama kalinya, dan menamai senyawa
tersebut “kaffein”. Struktur kafein baru ditemukan pada akhir abad ke-19 oleh
Hermann Emil Fischer, yang juga merupakan orang pertama yang berhasil
menemukan cara sintesis totalnya. Karya Fiscer ini dihadiahi Nobel pada tahun
1902.
Struktur kimia kafein adalah :
Gambar 3. Struktur Kafein
Atom nitrogen pada kafein bentuknya planar karena terletak di orbita hibrid
sp3. Hal ini menyebabkan molekul kafein memiliki sifat aromatik. Umumnya
kafein diperoleh sebagai produk sampingan proses dekafeinasi kopi, karena itu
kafein jarang disintetis. Tabel sifat fisik kafein
Sifat fisik Nilai
Titik beku 238℃
Titik didih 178℃
Tekanan uap 760 mmHg@ 178℃
Grafitasi tertentu 1.2
Kadar uap 2,5%
Kepadatan uap 6,7
Berat moleku 197,19
Kelarutan dalam air 2,17%
Ph 6,9 (1% dalam larutan)
Efek samping kafein
Kafein terdapat dalam kopi (1-2,5%), pada teh (3%). Minum kopi terlalu
banyak dapat meningkatkan resiko terkena penyakit jantung, karena memperbesar
kadar homosistestein darah. Khasiat dari kafein antara lain sebagai penghilang
rasa lapar dan mengantuk. Terlalu banyak kafein dapat menyebabkan intoksitasi
kafein (yaitu mabuk akibat kafein).
Cara penentuan kadar kafein
Pada kafein terdapat ikatan rangkap yang dapat diadisi oleh iod untuk
mengetahui kadar atau konsentrasi kafein, maka larutan yang mengendung kafein
ditambah larutan iod yang telah diketahui volume dan konsentrasinya secara
beerlebih. Kelebihan iod setelah terjadi setelah terjadi reaksi adisi dititrasi dengan
larutan natrium tiosulfat (Na2S2O3).
II. ALAT DAN BAHAN
2.1 Alat yang digunakan
1) Lumpang dan alu 1 buah
2) Gelas erlenmeyer 1 buah
3) Gelas kimia 1 buah
4) Biuret 1 buah
5) Corong biasa 1 buah
6) Spatula 1 buah
7) Kaca arloji 1 buah
8) Statif dan klem 1 buah
9) Lampu spiritus 1 buah
10) Kaki tiga 1 buah
11) Kasa asbes 1 buah
12) Pipet tetes 1 buah
13) Neraca analitik 1 buah
14) Gelas ukur 10 ml 1 buah
15) Sendok kecil 1 buah
2.2 Bahan yang digunakan
1) Tablet obat, yaitu obat Minigrip dan Neo-Ultracap
2) Indikator PP
3) NaOH 1 N
4) Etanol
5) Larutan kanji
6) H2SO4 10%
7) Larutan iod 0,1 N
8) Na2S2O3 0,1 N
9) Kertas saring
10) Aquades
III. PROSEDUR KERJA
3.1 Penentuan Kadar Aspirin
1. Menimbang tablet obat (ukuran kecil sebanyak 2, ukuran besar sebanyak
1).
2. Menggerus sampai halus tablet obat (sampel) dengan lumpang dan alu,
kemudian memasukkannya ke dalam erlenmeyer 250 mL.
3. Membilas lumpang dengan 10 mL etanol hingga bersih, kemudian
memasukkan ke dalam erlenmeyer 250 mL.
4. Menggoyang- goyangkan erlenmeyer selama 5 menit, kemudian
memanaskan hingga mendidih di atas lampu spiritus.
5. Menambahkan 5 mL aquadest dan 2 tetes indikator pp, kemudian
menitrasi dengan NaOH 0,1 N sampai timbul warna merah jambu tetap
selama 1 menit.
3.2 Penentuan Kadar Kafein
1. Menimbang tablet obat (ukuran kecil sebanyak 2, ukuran besar sebanyak
1).
2. Menghaluskan tablet obat (sampel) dengan lumpang dan alu sampai
halus, kemudian memasukkan ke dalam gelas kimia 200 mL.
3. Mencuci lumpang dan alu dengan 10 mL etanol, kemudian memasukkan
ke dalam gelas kimia 200 mL.
4. Menggoyang- goyangkan gelas kimia selama 10 menit.
5. Menambahakan 5 mL asam sulfat (H2SO4) 10% dan 20 mL larutan iod
0,1 N, kemudian mengocok sampai larut.
6. Mengocok dan membiarkan selama 10 menit.
7. Kemudian menyaring.
8. Mengambil 20 mL filtratnya, memasukkan ke dalam erlenmeyer 250 mL.
9. Menambahkan 3 tetes larutan kanji sebagai indikator, kemudian
menitrasi dengan larutan Na2S2O3 0,1 N sampai warna biru hilang.
IV. HASIL PENGAMATAN
4.1 Tabel Penentuan Kadar Aspirin
Percobaan Hasil Pengamatan
Penentuan Kadar Aspirin
1) Menggerus Serbuk tablet halus
1) Menimbang
a. Minigrip
b. Neo-Ultracap
m = 0,6 gram
m = 0,6 gram
2) Memasukkannya ke dalam
Erlenmeyer 250 mL dan lumpang di
bilas dengan 10 ml Etanol
a. Minigrip
b. Neo-Ultracap
Larutan berwarna jingga
Larutan berwarna pink muda
3) Menggoyang-goyang selama 5 menit
a. Minigrip
b. Neo-Ultracap
Larutan tidak berubah warna dan
tidak larut.
Larutan tidak berubah warna dan
larut
4) Memanaskan di atas lampu spritus
a. Minigrip
b. Neo-Ultracap
Larutan mendidih dan tetap
tidak larut
Larutab mendidih dan tablet
larut
5) Menambahkan 5 mL air suling dan 2
tetes indikator PP
a. Minigrip
b. Neo-Ultracap
Larutan berwarna orange
Larutan berwarna pink
6) Menitrasi dengan NaOH 0,1 N
a. Minigrip
b. Neo-Ultracap
Larutan berwarna merah jambu
pada V NaOH = 8,45 mL
Larutan berwarna pink tua pada
V NaOH = 22 mL
4.2 Tabel Penentuan Kadar Kafein
Percobaan Hasil Pengamatan
Penentuan Kadar Kafein
1) Menggerus
a. Minigrip
b. Neo-Ultracap
Serbuk tablet halus dan berwarna
jingga
Serbuk berwarna pink
2) Menimbang
a. Minigrip
b. Neo-Ultracap
m = 0,6 gram
m = 0,6 gram
3) Memasukkannya ke dalam Gelas
Kimia 100 mL dan lumpang di
bilas dengan 10 ml Etanol
a. Minigrip
b. Neo-Ultracap
Larutan berwarna orange
Larutan berwarna pink
4) Menggoyang-goyang selama 10
menit
Larutan tidak berubah warna
5) Menambahkan 5 mL H2SO4 10 %
+ 20 mL larutan Iod 0,1 N
a. Minigrip Larutan berwarna coklat tua
b. Neo-Ultracap
kekuningan
Larutan berwarna hitam
kecoklatan
6) Mengocok dan membiarkan
selama 10 menit
a. Minigrip
b. Neo-Ultracap
Larutan coklat tua dan ada
endapan coklat tua
Larutan hitam kecoklatan ada
endapan hitam
7) Menyaring
a. Minigrip
b. Neo-Ultracap
Filtrat = Coklat kekuningan
Residu = Endapan coklat
Filtrat = Hitam kehijauan
Residu = Endapan hitam
8) 20 mL filtrat + 3 tetes larutan
Kanji
a. Minigrip
b. Neo-Ultracap
Larutan berwarna hitam
kehijauan
Larutan berwarna hitam
kehijauan
9) Menitrasi dengan larutan Na2S2O3
0,1 N
a. Minigrip
b. Neo-Ultracap
Larutan berwarna jingga terang
(warna obat semula) pada
V Na2S2O3 = 11 mL
Larutan berwarna bening
berbias pink pada V Na2S2O3 =
8,5 mL
V. ANALISIS
Untuk percobaan analisa aspirin dan kafein dalam tablet ditujukan untuk
mengetahui dan menentukan kadar/kandungan aspirin dan kafein pada berbagai
macam obat. Dalam hal ini digunakan obat minigrip dan neo-ultraflu yang
digunakan sebagai sampelnya.
5.1 Penentuan Kadar Aspirin
Percobaan pertama ini adalah menentukan kadar aspirin yang terdapat
dalam tablet sampel obat yang akan diuji. Untuk menentukan kadar aspirin ini,
menggunakan tablet aspirin yang kemudian digerus sampai halus dengan lumpang
alu porselin. Adapun tablet ini kemudian ditimbang massanya yaitu kedua sampel
bermassa 0,6 gram. Tablet harus dihaluskan terlebih dahulu agar lebih cepat larut
dalam pelarut. Tablet yang sudah dihaluskan , dimasukan dalam erlemeyer
ditambah 10 ml etanol akan tetapi etanol tersebut digunakan untuk membilas
lumpang dan alu yang digunakan untuk menggerus. Hal ini dimaksudkan agar
massa tablet yang akan dihitung kadarnya tidak berkurang. Dalam hal ini pelarut
yang digunakan yaitu etanol karena sifatnya yang polar sedangkan aspirin juga
bersifat polar sehingga dapat saling melarutkan satu sama lain. Sehingga alkohol
dapat melarutkan aspirin yang terkandung dalam obat yang diuji (kelarutan aspirin
dalam etanol lebih baik dari pada kelarutan aspirin dalam air). Tidak digunakanya
air karena dalam air aspirin akan terurai menjadi asam asetat dan asam salisilat
yang menyebabkan aspirin tidak stabil. Kemudian serbuk tablet tersebut bersama
etanol dimasukkan ke dalam erlenmeyer dan menggoyang-goyangkan selama 5
menit agar pelarutan menjadi homogen dan aspirin melarut sempurna.
Langkah selanjutnya yaitu memanaskan larutan sampai mendidih untuk
mempercepat reaksi antara aspirin dan etanol. Hal ini sesuai dengan prinsip laju
reaksi karena peningkatan suhu berbanding lurus dengan kecepatan laju reaksi.
dimana energy kinetik partikel semakin cepat bergerak dan lebih sering terjadinya
tumbukan efektif. Disamping itu, pemanasan juga dapat mempercepat penguapan
etanol sehingga larutan menjadi lebih pekat. Dan yang lebih penting fungsi dari
pemanasan ini adalah agar memutuskan ikatan COOH menjadi COO- dan H+.
CH3O C
O
COONa
+ H2O
CH3O C
O
COOH
+NaOH
CH3O C
O
COOH
+ NaOH
ONa
CH3O C
O
+COOH
Setelah panas, larutan ditetesi dengan indikator PP dan penambahan
indikator PP yang bertujuan agar larutan mengalami perubahan warna ketika telah
mencapai titik akhir titrasi pada saat titrasi yakni larutan berubah warna menjadi
merah jambu dan Fenolftalein tidak dapat larut dalam air tapi dapat larut dalam
etanol, sehingga penambahan fenolftalein dilakukan setelah melarutkan asam
asetilsalisilat dengan etanol. Penambahan indicator diusahakan sedikit mungkin
yaitu 2 tetes. Untuk memperoleh ketepatan hasil titrasi maka titik akhir titrasi
dipilih sedekat mungkin dengan titik ekuivalen.
Larutan kemudian dititrasi dengan NaOH 0,1 N karena NaOH merupakan
larutan basa yang dapat menetralkan larutan aspirin yang bersifat asam karena
tergolong asam karboksilat. Reaksi yang terjadi sebagai berikut:
Warna larutan yang awalnya jingga berubah menjadi merah jambu saat
penambahan 8,45 mL NaOH. Proses perubahan warna ini dimana NaOH mula-
mula bereaksi dengan aspirin, sampai akhirnya seluruh aspirin habis bereaksi
dengan basa, maka kelebihan basa akan bereaksi dengan dengan indikator PP
sehingga membentuk larutan berwarna merah muda yang menandakan
tercapainya titik akhir titrasi. Jika reaksi terjadi kelebihan NaOH, maka reaksi
menjadi:
Berikut adalah kandungan kadar aspirin berdasarkan kemasan dan
berdasarkan perhitungan :
No
.
Merk
obat
Menurut Percobaan Menurut
Komposisi
Massa/ 2
tablet
(gram)
Kadar aspirin menurut perhitungan (%)
Kadar aspirin
per 2 tablet
(mg)
Kadar aspirin
per tablet
(mg)
1. Minigrip 0,6 25,378 76,388 80
2. Neo-
Ultracap
0,6 66,073 198,88 -
Berdasarkan tabel diatas, sampel obat yang mengandung aspirin
berdasarkan kandungan komposisi pada kemasan obat hanya minigrip.
Sedangkan menurut perhitungan semua obat mengandung aspirin. Adanya
perbedaan kandungan aspirin pada kemasan dan perhitungan ini disebabkan
karena jika dilihat dari kandungannya sampel obat tadi mengandung vitamin B1,
B6 dan B12.
Adapun larutan yang berubah warna menjadi merah jambu dimungkinkan
karena bereaksinya gugus aktif dari masing-masing vitamin tersebut dengan
NaOH karena gugus aktif yang terdapat pada vitamin B1, B6 dan B12 mengandung
H+ dan juga bersifat asam sehingga seolah-olah terdapat aspirin di dalamnya
hingga diperoleh kadarnya.
Dalam penitrasian, indikator pp menyebabkan terdeteksinya larutan
berwarna merah yang menunjukkan tepatnya titik akhir titrasi, dimana titran
NaOH bereaksi dengan vitamin B1, B6 dan B12 yang bersifat asam sehingga yang
terukur adalah kandungan vitamin B1, B6 dan B12 dalam sampel obat.
Bila dibandingkan, kadar aspirin hasil percobaan berbeda dengan kadar
aspirin yang tertera pada kemasan. Adanya ketidaksesuaian dapat disebabkan
karena identifikasi yang dilakukan untuk menentukan kadar aspirin pada sample
obat adalah secara kuantitatif yaitu dengan menggunakan titrasi, jadi factor
kesalahan dalam titrasi sangat menentukan dalam percobaan ini.
Ketidaksesuaian antara kadar aspirin pada perhitungan dan kadar aspirin
pada kemasan disebabkan oleh berbagai fator yaitu kesalahan pada penitrasian,
kesalahan disini adalah perbedaan antara hasil dengan harga yang sebenarnya.
kesalahan-kesalahan tersebut antara lain :
1. Penentuan titik ekivalen yang tidak tepat
2. Pada penggerusan dan pembilasan di lumpang, masih belum bersih,
sehingga tidak semua obat tertitrasi, dengan penambahan volume yang
tepat.
3. Kurang teliti, dalam mengamati perubahan warna yang sebenarnya,
seharusnya titrasi dihentikan pada saat timbul bias warna merah muda.
4. Adanya zat pengotor yang terdapat pada tablet yang dianalisis.
5.2 Penentuan Kadar Kafein
Pada penentuan kadar kafein ini, perlakuan awalnya hampir sama dengan
perlakuan pada penentuan kadar aspirin. Tablet obat yang mengandung kafein
dilakukan penghalusan hingga berbentuk serbuk sehingga lebih cepat larut dalam
pelarut karena luas permukaan bidang sentuh yang besar. Kemudian pembilasan
lumpang alu dengan etanol bertujuan agar serbuk tablet tidak tersisa di dalam
lumpang, penambahan etanol ini dimaksudkan agar serbuk kafein dapat larut
dengan baik karena etanol dan kafein bersifat relatif polar. Adapun perlakuan
mengoyang-goyangkan larutan selama 10 menit agar diperoleh larutan yang
homogen (serbuk kafein melarut semua).
Penambahan asam sulfat 10% dalam larutan bertujuan agar larutan dalam
suasana asam, karena ekstraksi kafein ini menggunakan etanol yang lebih optimal
dalam suasana asam. Sedangkan penambahan larutan iod bertujuan untuk
mengadisi ikatan rangkap pada kafein sehingga memudahkan dalam mengetahui
kadar atau konsentrasi kafein.
Kemudian mengocok larutan sehingga diperoleh larutan yang homogen, lalu
mendiamkan larutan selama 10 menit untuk mengendapkan zat yang tidak
diinginkan sehingga terpisah dari larutannya.
Selanjutnya dilakukan penyaringan untuk memisahkan filtrat dari residunya
yang mengandung zat-zat yang tidak diperlukan untuk analisis. Filtrat hasil
penyaringan lalu ditambahkan larutan kanji sebagai indikator sehingga perubahan
warna sebagai titik akhir titrasi mudah diamati. Larutan kanji/amilum digunakan
karena adanya penambahan iodin pada pereaksian untuk menetukan kadar kafein,
iodin bersifat sensitif terhadap indikator kanji. Sebenarnya, iodin sendiri juga
memberikan warna ungu/violet yang intens untuk zat-zat pelarut seperti karbon
tetraklorida dan kloroform, dan terkadang kondisi ini dipergunakan untuk
mendeteksi titik akhir dari titrasi. Namun demikian, suatu larutan (penyebaran
koloidal) dari kanji lebih umum digunakan, karena warna biru gelap dari
kompleks iodin-kanji bertindak sebagai suatu tes yang sensitif untuk iodin.
Mekanisme pembentukan kompleks yang berwarna ini tidak diketahui, namun ada
pemikiran bahwa molekul iodin tertahan di permukaan β-amylose, suatu
konstituen dari kanji.
Kemudian larutan ditirasi dengan Na2S2O3 0,1 N untuk mereduksi I2 menjadi
I-, reaksi yang terjadi adalah :
I2 (aq) + 2 S2O32-
(aq) 2 I- + S4O62-
Tiosulfat Tetrationat
Penentuan kadar kafein dilakukan dengan mengukur jumlah I2, maka
iodium tersebut direaksikan dengan ion tiosulfat yang akan mengubah iodium
menjadi iodida. Namun, sebelum dilakukan penambahan tiosulfat, iodium yang
terbentuk pada reaksi awal harus terlebih dahulu direksikan dengan 3 tetes larutan
kanji sebagai indikator. Berikut adalah kandungan kadar kafein berdasarkan
kemasan dan berdasarkan perhitungan :
No
.
Merk
obat
Menurut Percobaan Menurut
Komposisi
Massa/ 2
tablet
(gram)
Kadar kafein menurut perhitungan (%)
Kadar kafein
per tablet
(mg)
Kadar aspirin
per tablet
(mg)
1. Minigrip 0,6 7,275 20,16 -
2. Neo-
Ultracap
0,6 9,295 25,76 50
Kadar kafein tidak dapat ditentukan secara tepat dan pasti karena tidak ada
warna biru yang dihasilkan dari pencampuran larutan. Hal ini disebabkan memang
hanya satu obat sampel yang mengandung kafein sehingga sebaiknya untuk
mengukur kadar kafein ini harus menggunakan obat yang memang dari
komposisinya megandung kafein sehingga dapat dibandingkan kadar kafein pada
kemasan dengan pada perhitungan. Selain itu adanya perbedaan kadar kafein juga
disebabkan adanya kesalahan titrasi yakni sebagai berikut:
1. Penentuan titik ekivalen yang tidak tepat
2. Pada penggerusan dan pembilasan di lumpang, masih belum bersih,
sehingga tidak semua obat tertitrasi, dengan penambahan volume yang
tepat.
3. Kurang teliti, dalam mengamati perubahan warna yang sebenarnya,
seharusnya titrasi dihentikan pada saat timbul bias warna merah muda.
4. Adanya zat pengotor yang terdapat pada tablet yang dianalisis.
VI. SIMPULAN
1. Cara penentuan kadar aspirin Titrasi dilakukan dengan larutan NaOH
dapat digunakan untuk penetuan konsentrasi aspirin dalam bentuk tablet
dimana titik akhir titrasi ditandai dengan adanya perubahan warna menjadi
merah muda.
2. Cara penentuan kadar kafen dilakukan dengan menambahkan larutan iod
yang sudah diketahui volume dan konsentrasinya.
3. Kadar aspirin dalam beberapa tablet yakni Minigrip sebesar 25,378% dan
Neo-Ultracap sebesar 66,073%.
4. Kadar aspirin dalam beberapa tablet yakni Minigrip sebesar 7,275% dan
Neo-Ultracap sebesar 9,295%.
5. Adanya perbedaan kadar aspirin maupun kafein antara kandungan pada
kemasan dan hasil percobaan disebabkan adanya kesalahan titrasi yakni:
Faktor orang atau individu yang melakukan titrasi
Faktor zat atau bahan yang digunakan dalam titrasi
Faktor fasilitas yang digunakan dalam prosese titrasi
Factor metode analisa dalam proses titrasi
VII. DAFTAR PUSTAKA
Amelia, Yulida Nasution. 2009. Penetapan Kadar Zat Aktif Parasetamol dalam
Obat Sediaan Oral dengan Metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi
(KCKT). Medan : FMIPA USU.
Anwar, C.1996. Petunjuk Praktikum Kimia Organik II. Jakarta: DEPDIKBUD.
Fessenden dan Fessenden, 1994. Kimia Organik jilid II. Edisi ketiga. Jakarta:
Penerbit Erlangga.
Slamet, S. 2006. Analisa Bahan Makanan dan Pertanian. Yogyakarta: Liberty.
Syahmani dan Rilia,I. 2010. Penuntun Praktikum Kimia Organik. Banjarmasin:
FKIP UNLAM (Tidak dipublikasikan).
Tanpa Nama. 2009. Apotik Online Indica. http://www.farmasiku.com/index.php?
target=products&product_id=33417(Online). Diakses tanggal 24 Maret
2013
Tyay, T.H. 2003. Obat-obatan Penting. Jakarta: Gramedia.
LAMPIRAN I
PERHITUNGAN
A. Kadar Aspirin dalam tablet
1) Minigrip
Diketahui : m tablet Minigrip = 0,6 g
V NaOH = 8,45 mL
Ditanya : Kadar Aspirin ?
Penyelasaian :
Kadar aspirin =
V . NaOHx 0 , 01802massa tablet X 100 %
=
8 ,45 ml x 0 , 018020,6 g X 100 %
= 25,378 %
atau
Kadar aspirin = V. NaOH x 18,08 mg/ 2 tablet
= 8,45 mL x 18,08 mg/ 2 tablet
= 76,388 mg/ tablet
2) Neo-Ultracap
Diketahui : m tablet Neo-Ultracap = 0,6 g
V NaOH = 22 mL
Ditanya : Kadar Aspirin ?
Penyelasaian :
Kadar aspirin =
V . NaOHx 0 , 01802massa tablet X 100 %
=
22 ml x 0 , 018020,6 g X 100 %
= 66,073 % atau
Kadar aspirin = V. NaOH x 18,08 mg/ 2 tablet
= 22 mL x 18,08 mg/ 2 tablet
= 198,88 mg/tablet
B. Kadar Kafein dalam Tablet
1) Minigrip
Diketahui : m tablet = 0,6 g
V Na2S2O3 = 11 mL
V Filtrat = 20 mL
Ditanya : kadar kafein ?
Penyelasaian :
Kadar kafein =
(Vfiltrat−VNa2 S2O3 ) x 0 ,00485
massa tabletx100 %
=
(20 mL−11mL ) x 0 , 004850,6 g X 100 %
= 7,275 %
Atau
= (20-11) x 4,48 mg/2tablet
= 20,16 mg/tablet
3) Ultracap
Diketahui : m tablet = 0,6 g
V Na2S2O3 = 8,5 mL
V Filtrat = 20 mL
Ditanya : kadar kafein ?
Penyelasaian :
Kadar kafein =
(Vfiltrat−VNa2 S2O3 ) x 0 ,00485
massa tabletx100 %
=
(20 mL−8,5 mL ) x 0 ,004850,6 g X 100 %
= 9,295 %
Atau
= (20-8,5) x 4,48 mg/2tablet
= 25,76 mg/tablet
LAMPIRAN II
PERTANYAAN DAN JAWABAN PERTANYAAN
Pertanyaan
1. Tuliskan semua reaksi dari percobaan diatas
2. Buktikan bahwa 1 ml iod 0,1 N = 0,00485 g kafein
O
O CH3
+ OH-
O
O CH3
Aspirin
+ H2O
OH
O
O-
3. Mengapa pencucian lumpang porselin memakai alcohol?
4. Apa maksud penambahan H2SO4 10%
Jawaban Pertanyaan
1. Reaksi yang terjadi pada penentuan kadar aspirin
Reaksi penentuan kadar kafein
I2 + 2S2O32- → 2I- + S4O8
tiosulfat tetrationat
2. Diketahui : V iod = 1 ml
N iod = 0,01 N = 0,02 M
M kafein = 0,00485 g
Mr Kafein = 197,17 gr/mol
Ditanya : 1 ml iod 0,1 N = 0,00485 g kafein
Penyelesaian :
n iod ≈ n kafein
V.M iod ≈ m kafein / Mr Kafein
0,001 L x 0,02 m ≈ 0,00485 g/ 197,17 g/mol
2.10-5 mol ≈ 2,4559. 10-5
Terbukti bahwa 1 ml iod 0,1 N setara dengan 0,00485 g kafein
3. Pencucian lumpang porselin menggunakan alkohol karena aspirin dan
kafein merupakan senyawa yang bersifat polar sehingga digunakan pelarut
yang bersifat polar juga yakni alkohol, sehingga semua serbuk yang ada
dalam lumpang melarut dan tidak ada yang tersisa didalam lumpang
tersebut.
4. Penambahan H2SO4 dimaksudkan agar larutan dalam suasana asam, sebab
ekstraksi kafein dalam tablet sangat baik bila dilarutkan dalam alkohol
dengan suasana asam.