perbandingan tingkat efisiensi bank umum syariah...

108
PERBANDINGAN TINGKAT EFISIENSI BANK UMUM SYARIAH DI INDONESIA DENGAN METODE DATA ANALYSIS ENVELOPMENT (Studi pada Bank Syariah Mandiri, Bank Muamalat Indonesia, Bank Mega Syariah, Bank Rakyat Indonesia Syariah, Bank Bukopin Syariah, dan Bank Panin Syariah Periode 2013-2016) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi (S.E) Oleh : NURKAMILA ZEIN NIM :1110046100216 JURUSAN PERBANKAN SYARIAH FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1438H / 2017 M

Upload: buituyen

Post on 12-Jul-2019

228 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

PERBANDINGAN TINGKAT EFISIENSI BANK UMUM SYARIAH DI

INDONESIA DENGAN METODE DATA ANALYSIS ENVELOPMENT

(Studi pada Bank Syariah Mandiri, Bank Muamalat Indonesia, Bank Mega

Syariah, Bank Rakyat Indonesia Syariah, Bank Bukopin Syariah, dan Bank

Panin Syariah Periode 2013-2016)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Ekonomi (S.E)

Oleh :

NURKAMILA ZEIN

NIM :1110046100216

JURUSAN PERBANKAN SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1438H / 2017 M

ii

iii

iv

v

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

DATA DIRI

Nama : Nurkamila Zein

Tempat/Tanggal Lahir : Sukabumi/ 16 Mei 1991

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Alamat : Kp. Selajambe Rt 022/Rw 008 Cisaat

Sukabumi Jawa Barat

HP : 085718150153

Email : [email protected]

PENDIDIKAN

1997 – 2003 : MI MWB PUI

2003 – 2006 : MTs Sunan Pandanaran

2006 – 2009 : SMKF Harapan Massa Depok

2010 – sekarang : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Jurusan

Perbankan Syariah

vi

ABSTRAK

Nurkamila Zein. NIM 1110046100216. PERBANDINGAN TINGKAT

EFISIENSI BANK UMUM SYARIAH DI INDONESIA DENGAN

METODE DATA ANALYSIS ENVELOPMENT (Studi pada Bank Syariah

Mandiri, Bank Muamalat Indonesia, Bank Mega Syariah, Bank Rakyat

Indonesia Syariah, Bank Bukopin Syariah, dan Bank Panin Syariah Periode

2013-2016)

Konsentrasi Perbankan Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 1438H/ 2017 M.

Skripsi ini bertujuan untuk mengukur tingkat efisiensi 6 Bank Umum Syariah di

Indonesia periode Kuartal I 2013 – Kuartal IV 2016.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, dengan menggunakan Metode

Data Envelopment Analysis (DEA) melalui enam sampel Bank yakni : Bank

Syariah Mandiri, Bank Muamalat Indonesia, Bank Mega Syariah, Bank Rakyat

Indonesia Syariah, Bank Bukopin Syariah, dan Bank Panin Syariah. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa secara umum tingkat efisiensi perbankan syariah

di Indonesia cukup baik. Dari data yang diolah Bank Panin Syariah memiliki

tingkat efisiensi tertinggi dengan 100% dan Bank Syariah Mandiri memiliki tinkat

efisiensi terendah dengan 39.14%.

Kata Kunci: Efisiensi, Data Envelopment Analysis, Perbankan Syariah

Pembimbing : Dr. Djawahir Al-Hejazziey,. S.H,. M.A,. M.H

Daftar Pustaka : 1997-2016

vii

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim,

Alhamdulillah, puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah

memberikan berkah dan rahmat-Nya kepada penulis, serta sholawat dan salam

kepada junjungan besar kita Nabi Muhammad SAW, sehingga skripsi yang

berjudul “Perbandingan Tingkat Efisiensi Bank Umum Syariah di Indonesia

dengan Metode Data Envelopment Analisis (Studi pada Bank Syariah Mandiri,

Bank Muamalat Indonesia, Bank Mega Syariah, Bank Rakyat Indonesia Syariah,

Bank Bukopin Syariah, dan Bank Panin Syariah Periode 2013-2016 ” dapat

terselesaikan dengan sebaik-baiknya.

Banyak pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripi ini, untuk

itu pada kesempatan ini dengan penuh kerendahan hati saya ucapkan terima kasih

kepada berbagai pihak yang telah membantu saya dalam menyelesaikan skripsi

ini. Ucapan terima kasih saya sampaikan kepada:

1. Bapak Dr. Asep Saepudin Jahar, M.A., selaku Dekan Fakultas Syariah dan

Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak Dr. Arief Mufraini, Lc., M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan

Bisnis Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. AM. Hasan Ali, M.A. selaku Ketua Jurusan Muamalat dan Ketua panitia

sidang munaqasah Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri

(UIN) dan Dr. Abdurrauf, M.A. selaku Sekertaris Jurusan Muamalat dan

sekertaris panitia sidang munaqasah Fakultas Syariah dan Hukum

Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah

memberikan pengarahan dan membantu penulis secara tidak langsung

dalam menyiapkan skripsi ini.

4. Bapak Dr. Djawahir Al-Hejazziey, SH., MA., MH. selaku dosen

pembimbing skripsi yang telah memberi arahan, bimbingan dan perhatian

yang sangat berarti dalam penulisan skripsi ini.

viii

5. Seluruh dosen dan staf yang memberi pengajaran dan ilmu yang sangat

berharga kepada penulis.

6. Kedua orang tua, Ibu Nunung Nurjannah dan Bapak Zainudin, yang telah

memberikan doa dan dukungan moril maupun materiil sehingga penulis

dapat menyelesaikan kuliah dan tugas akhir ini. Juga kakak dan adik

tersayang: Sarah Nurfauziah Zain, Vera Nurhasna Zain, Muhammad Rizal

Zain dan Muhammad Zakharif Mustaqqif Zain. Terima kasih atas

dukungan dan doanya.

7. Kakak Muhammad Sandi yang selalu memberi motivasi, menjadi teman

diskusi yang hebat dan selalu memberikan dukungan tiada henti.

8. Seluruh teman-teman Fakultas Syariah Jurusan Perbankan Syariah Kelas E

dan seluruh angkatan 2010 atas kebersamaannya selama kuliah terutama

Reni Setiyani, dan Rabiatul Adawiyah, AQGF yang selalu mendampingi

penulis dengan canda tawa.

9. Keluarga besar Apotek Kimia Farma Pondok Betung, Pondok Pinang dan

Situ Gintung yang senantiasa memberi dukungan, bantuan dan motivasi

kepada penulis Auva Marwah Murod, Indah Nabila C, Kamila, Arif

Rahmat, Ika Purwati, Indah, Agustiana Wulandari, Novyanti, Fioriste

Perwitasari, Apriyanti Ningsih dan Tita Novitasari.

10. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan

penelitian ini dapat dikembangkan menjadi lebih baik lagi.

Jakarta, 21 Juli 2017

Nurkamila Zein

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING ...................................................... ii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ................................................... iii

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ........................... iv

DAFTAR RIWAYAT HIDUP .............................................................................. v

ABSTRAK ............................................................................................................ vi

KATA PENGANTAR ......................................................................................... vii

DAFTAR ISI ......................................................................................................... ix

DAFTAR GRAFIK ............................................................................................. xii

DAFTAR TABEL .............................................................................................. xiii

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xv

DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xvi

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah .......................................................................... 1

B. Identifikasi Masalah ................................................................................ 9

C. Pembatasan dan Perumusan Masalah .................................................... 10

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian .............................................................. 12

E. Metode Penelitian ......................................................................................... 12

F. Pedoman Penelitian…………………………………………………...14

G. SistematikaPenulisan ............................................................................. 14

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................... 16

A. Teori Efisiensi........................................................................................ 16

1. Pengertian Efisiensi ......................................................................... 16

2. Pengukuran Efisiensi ....................................................................... 20

3. Pengukuran Efisiensi Perbankan………………………………….25

x

B. Metode Pengukuran Data Envelopment Analysis (DEA) ..................... 27

C. Profil Perbankan Syariah ............................................................................. 29

1. Pengertian Bank Syariah ................................................................. 29

2. Tujuan Bank Syariah ....................................................................... 31

3. Prinsip Perbankan Syariah .............................................................. 32

4. Lembaga Terkait Perbankan Syariah ............................................... 32

a. Bank Indonesia (BI) ..................................................................... 33

b. Otoritas Jasa Keuangan (OJK)……….…………………………35

c. Dewan Syariah Nasional-Majelis Ulama Indonesia (DSN-

MUI)………….…………………..…………………………...35

D. Review Studi Terdahulu ........................................................................ 38

E. Kerangka Teori ...................................................................................... 42

BAB III METODE PENELITIAN ................................................................... 43

A. Objek Penelitian.………………………………………………………43

B. Jenis dan Sumber Data .......................................................................... 43

C. Populasi dan Sampel.………………………...………………………..44

D. Teknik Pengumpulan Data....................................................................45

E. Metode Analisis Data………………………………………………....45

F. Spesifikasi Input dan Output…………………….................................49

G. Definisi Variabel Operasional…...…………………………………....50

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN ........................................................ 53

A. Gambaran Umum Perbankan ................................................................ 53

1. PT Bank Syariah Mandiri ............................................................... 53

2. PT Bank Muamalat Indonesia ......................................................... 55

3. PT Bank Mega Syariah Indonesia……..………………………….58

4. PT Bank Rakyat Indonesia Syariah...……………………………..61

5. PT Bank Bukopin Syariah………………………………………...62

6. PT Bank Panin Syariah……………………………………………65

xi

B. Hasil Perhitungan Tingkat Efisiensi Bank Umum Syariah Kuartal 1

Tahun 2013-Kuartal IV Tahun 2016 .................................................... 66

1. Perbandingan tingkat efisiensi Bank Umum Syariah Kuartal I tahun

2013-kuartal IV tahun 2016 ............................................................ 53

2. Analisis tingkat inefisiensi Bank Umum Syariah Kuartal I tahun

2013-Kuartal IV tahun 2016 ............................................................ 55

BAB V PENUTUP ............................................................................................... 81

A. Kesimpulan ............................................................................................ 81

B. Saran ...................................................................................................... 82

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 84

LAMPIRAN .......................................................................................................... 89

xii

DAFTAR GRAFIK

Grafik 1.1 Efisiensi rata-rata tahunan Bank Syariah Mandiri

Grafik 1.2 Efisiensi rata-rata tahunan Bank Muamalat Indonesia

Grafik 1.3 Efisiensi rata-rata tahunan Bank Mega Syariah Indonesia

Grafik 1.4 Efisiensi rata-rata tahunan Bank Rakyat Syariah Indonesia

Grafik 1.5 Efisiensi rata-rata tahunan Bank Syariah Bukopin

Grafik 1.6 Efisiensi rata-rata tahunan Bank Panin Syariah

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Data Bank Syariah di Indonesia tahun 2013-2016

Tabel 1.2 Perkembangan modal Bank Syariah di Indonesia tahun 2013-2016

(dalam%)

Tabel 1.3 Asas Perbankan Syariah

Tabel 3.1 Variabel dan symbol dengan Metode DEA

Tabel 4.1 Inefisiensi Bank Umum Syariah Kuartal I Tahun 2013

Tabel 4.2 Inefisiensi Bank Umum Syariah Kuartal II Tahun 2013

Tabel 4.3 Inefisiensi Bank Umum Syariah Kuartal III Tahun 2013

Tabel 4.4 Inefisiensi Bank Umum Syariah Kuartal IV Tahun 2013

Tabel 4.5 Inefisiensi Bank Umum Syariah Kuartal I Tahun 2014

Tabel 4.6 Inefisiensi Bank Umum Syariah Kuartal II Tahun 2014

Tabel 4.7 Inefisiensi Bank Umum Syariah Kuartal III Tahun 2014

Tabel 4.8 Inefisiensi Bank Umum Syariah Kuartal IV Tahun 2014

Tabel 4.9 Inefisiensi Bank Umum Syariah Kuartal I Tahun 2015

Tabel 4.10 Inefisiensi Bank Umum Syariah Kuartal II Tahun 2015

Tabel 4.11 Inefisiensi Bank Umum Syariah Kuartal III Tahun 2015

Tabel 4.12 Inefisiensi Bank Umum Syariah Kuartal IV Tahun 2015

Tabel 4.13 Inefisiensi Bank Umum Syariah Kuartal I Tahun 2016

Tabel 4.14 Inefisiensi Bank Umum Syariah Kuartal II Tahun 2016

xiv

Tabel 4.15 Inefisiensi Bank Umum Syariah Kuartal III Tahun 2016

Tabel 4.16 Inefisiensi Bank Umum Syariah Kuartal IV Tahun 2016

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Efisiensi Teknis dan Alokatif dari Pendekatan Berorientasi Input

Gambar 1.2 Efisiensi Teknis dan Alokatif Pendekatan Berorientasi Output

Gambar 1.3 Kerangka Teori

Gambar 4.1 Efisiensi 6 (Enam) Bank Umum Syariah Kuartal I 2013 – Kuartal

IV 2016

Gambar 4.2 Rata-Rata Efisiensi 6 (Enam) Bank Umum Syariah Kuartal I 2013

– Kuartal IV 2016

Gambar 4.3 Efisiensi 6 (Enam) Bank Umum Syariah Kuartal I 2013 – Kuartal

IV 2016

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A. 1 Score efisiensi Bank Umum Syariah Tahun 2013

Lampiran A. 2 Score efisiensi Bank Umum Syariah Tahun 2014

Lampiran A. 3 Score efisiensi Bank Umum Syariah Tahun 2015

Lampiran A. 4 Score efisiensi Bank Umum Syariah Tahun 2016

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembangunan suatu Negara sangat ditunjang oleh kondisi

perekonomiannya. Sektor perbankan menempati posisi yang sangat fundamental

dalam perkembangan perekonomian suatu Negara. Dengan kata lain kemajuan

suatu bank di suatu Negara dapat pula dijadikan ukuran kemajuan Negara yang

bersangkutan. Semakin maju suatu Negara, maka semakin besar peranan

Perbankan dalam mengendalikan Negara tersebut.1

Perbankan di Indonesia menganut dua sistem yang terdiri dari sistem

perbankan konvensional dan sistem perbankan syariah. Jika perbankan

konvensional sudah dikenal sejak sebelum kemerdekaan Indonesia, perbankan

syari’ah baru didirikan pertama kali pada tahun 1991 yaitu ditandai dengan

berdirinya Bank Muamalat Indonesia (BMI).

Perbankan syariah hadir sebagai lembaga keuangan yang berfungsi

memperlancar mekanisme ekonomi di sektor riil melalui aktivitas investasi atau

jual beli, serta memberikan pelayanan jasa simpanan/perbankan bagi nasabah

dengan berdasarkan prinsip syariah Islam. Dengan melakukan kegiatan

pengumpulan dana dari nasabah melalui deposito/investasi maupun titipan giro

dan tabungan. Dana yang terkumpul kemudian di investasikan pada dunia usaha

1Kasmir. “Pemasaran Bank” (Jakarta:Prenada Media, 2004) Hal. 7.

2

melalui investasi sendiri (nonbagi hasil/trade financing) dan investasi dengan

pihak lain (bagi hasil/investment financing)2

Perkembangan Perbankan Syariah di Indonesia dapat dilihat dari berbagai

sisi, seperti kelembagaan, permodalan, juga regulasi dan fatwa sebagai alat

penunjang operasional Perbankan Syariah. Perkembangan kelembagaan bank

syariah di Indonesia, pada tahun 2013-2016 sebagaimana tampak pada Tabel 1.1.

Kelompok Bank 2013 2014 2015 2016

Bank Umum Syariah (BUS) 11 12 12 13

Unit Usaha Syariah (UUS) 22 22 22 21

Kantor Jaringan Bank Umum Syariah (BUS) 1987 2163 1990 1869

Kantor Jaringan Unit Usaha Syariah (UUS) 567 320 311 332

Sumber : Statistik Perbankan Syariah Otoritas Jasa Keuangan, 2013-2016 diolah

Tabel 1.1 Data Bank Syariah di Indonesia Tahun 2013-2016

Berdasarkan data tersebut, dapat dilihat bahwa jumlah bank Syariah di

Indonesia mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Sementara itu

perkembangan permodalan bank syariah selama periode 2013-2016 berjalan

fluktuatif, sebagai mana tampak pada table 1.2 berikut :

2Ascarya.“Akad dan Produk Bank Syariah”. (Jakarta: Raja Grafindo, 2008) Hal.

30.

3

Tabel 1.2 Perkembangan Modal Bank syariah di Indonesia

Tahun 2013 2014 2015 2016

Persentase (%) 18.40 15.74 15.02 18.49

Sumber : Statistik Perbankan Syariah Otoritas Jasa Keuangan 2013-2016

Tahun 2013-2016 (dalam %)

Sementara itu perkembangan Regulasi Bank Syariah di Indonesia kian

baik, karena didukung lembaga-lembaga yang mumpuni seperti Bank Indonesia,

Otoritas Jasa Keuangan (OJK), dan Dewan Syariah Nasional –Majelis Ulama

Indonesia (DSN-MUI) dengan berbagai peraturan serta fatwanya yang membantu

operasional Bank Syariah. DSN-MUI sendiri dibentuk dalam rangka mewujudkan

aspirasi umat Islam mengenai masalah perekonomian, yang merupakan langkah

efisiensi dan koordinasi para ulama dalam menanggapi isu-isu yang berhubungan

dengan masalah ekonomi dan mendorong penerapan ajaran Islam dalam

kehidupan ekonomi dan keuangan. Berdasarkan hal tersebut DSN-MUI

mendukung perkembangan keuangan syariah dengan regulasi yang berkaitan

dengan kesesuaian operasional lembaga keuangan syariah dengan prinsip-prinsip

syariah tersebut terbukti menjadi primadona saat terjadi krisis dan mendapat

perhatian karena ketahanan menghadapi krisis.

Hal ini membuat perbankan syariah mendapat perhatian yang cukup serius

dari pemerintah, terbukti dari lahirnya berbagai undang-undang tentang

perbankan syariah. Dimulai dari penetapan UU No. 7 Tahun 1992 yang diperjelas

dengan Peraturan Pemerintah No. 72 Tahun 1992, kemudian ditetapkannya UU

4

No. 10 Tahun 1998 sebagai perubahan dari UU No. 7 Tahun 1992 disusul dengan

UU No. 23 Tahun 1999 sampai UU No. 21 Tahun 2008 yang membuat sepak

terjang perbankan syariah di Indonesia semakin berkembang.

Seiring dengan adanya perundang-undangan tersebut, perbankan syariah

di Indonesia dituntut memiliki standarisasi yang baik dalam segala aspek. Mulai

dari produktivitasnya hingga tingkat efisiensinya. Dimana perbankan bukan

hanya tahan terhadap krisis tapi juga memiliki daya saing dan tingkat efisiensi

yang tinggi.

Efisiensi dapat diterjemahkan sebagai kemampuan suatu organisasi dalam

menyelesaikan pekerjaan dengan benar dengan perhitungan rasio perbandingan

antara Input dan Output. Dengan kata lain efisiensi adalah bagaimana

menggunakan Input yang minimal dengan menghasilkan Output yang semaksimal

mungkin. Ada beberapa jenis efisiensi dalam perbankan, antara lain efisiensi

dalam skala dimana suatu bank dapat dikatakan efisiensi ketika suatu bank

mampu beroperasi dalam skala yang konstan, efisiensi dalam cakupan adalah

ketika suatu bank mampu beroperasi pada diversifikasi lokasi, efisiensi teknis

dimana suatu bank dalam menyatakan suatu hubungan antara Input dan Output

pada proses produksinya, dan efisiensi alokasi dimana agar efisiensi alokasi ini

5

tercapai suatu bank harus mampu untuk menentukan berbagai Output yang dapat

memaksimalkan keuntungan.3

Berger menyebutkan bahwa penelitian tentang efisiensi ini bermanfaat

untuk memberikan informasi yang berguna bagi kebijakan pemerintah dengan

menghargai regulasi yang ada, ada efisiensi dalam struktur pasar. Selain itu juga

memberikan informasi yang berguna untuk meningkatkan performa manajerial

dengan mengidentifikasi sektor yang kinerjanya baik dan mana yang kinerjanya

buruk.

Mumu Daman Huri dan Indah Susilowati menganalisis efisiensi teknis

perbankan di Indonesia dengan mengambil sampel sebanyak 18 bank dari seluruh

populasi berjumlah 22 bank yang sudah go-public dalam tahun 2002. Dengan

pendekatan Nonparametrik Data Envelopment Analysis (DEA), untuk

menganalisis efisiensi teknik dan efisiensi skala.Hasil dari penelitian ini, kurang

lebih ada 12 bank yang efisien secara teknik.4

Ardias Rifki Khaerun Cahya menganalisis efisiensi kinerja bank umum

syariah di Indonesia Tahun 2010-2012 menggunakan Data Envelopment

Analysis (DEA), dengan mengambil 11 sampel bank umum syariah. Variabel-

variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah simpanan, aset, biaya tenaga

3 Bhava Wahyu Nugraha.”Analisis Efisiensi Perbankan Menggunakan Metode Non

Parametric Data Envelopment Analisis”. (Jurnal Ilmu Manajemen Volume 1 No 1 Jan

2013) Hal. 275.

4 Mumu Daman Huri, Indah Susilowati. “Pengukuran Efisiensi Relatif Eminten

Perbankan dengan Metode Data Envelopment Analysis (DEA)”. (Jurnal Dinamika

Pembangunan Vol 1 No. 2. 7 Desember 2004) Hal. 95.

6

kerja, pembiayaan dan pendapatan operasional. Menggunakan metode Constan

Return to Scale (CRS). Hasil dari penelitian ini, terdapat 4 BUS yang belum

efisien dan 7 Bank yang telah mencapai tingkat efisien.5

Pendekatan yang digunakan untuk mengukur efisiensi mempunyai dua

macam pendekatan, yaitu pendekatan parametrik dan pendekatan non-parametrik.

Pendekatan parametrik meliputi Stochastic Frontier Approach (SFA),

Distribution Free Approach (DFA) dan Thick Frontier Approach (TFA),

sedangkan non-parametrik terdapat pendekatan Data Envelopment Analysis

(DEA). Pendekatan yang akan digunakan oleh peneliti yaitu pendekatan non-

parametrik, Data Envelopment Analysis (DEA).

DEA adalah analisis non-parametrik yang memberikan kita perbandingan

efisiensi relatif unit-unit produktif yang memberikan kita perbandingan efisiensi

dari unit-unit benchmark dan dengan pengukuran inefisiensi pada kombinasi

input didalam unit lainnya sebagai perbandingan. Studi awal tentang efisiensi

dilakukan oleh Farrel (1997) yang mengukur efisiensi teknis produksi dalam satu

input dan satu output. DEA semula dikembangkan oleh Charnes, Chooper, dan

Rhodes (1998) dengan asumsi Constant Return to Scale (CRS) yang

menggunakan multi input dan multi output untuk mengukur suatu DMU.

Kemudian DEA dikembangkan kembali oleh Banker, Charnes, dan Cooper

(1984) dengan asumsi Variable Return to Scale (VRS).Hingga sekarang DEA

5 Ardias Rifki Khaerun Cahya. “Efisiensi Kinerja Bank Umum Syariah di

Indonesia Tahun 2010-2012 Menggunakan Data Envelopment Analysis

(DEA)”.(Economics Development Analysis Journal 4 (3) 2015).Hal. 246.

7

telah digunakan untuk mengevaluasi dan membandingkan di lembaga pendidikan,

lembaga kesehatan, pertanian, perbankan, penelitian pasar, transportasi, dan lain-

lain.6

DEA memiliki konsep yang berbeda dengan efisiensi pada umumnya

yaitu pertama, efisiensi yang diukur bersifat teknis, bukan ekonomis, artinya

analisis DEA hanya memperhitungkan nilai absolut dari satu variabel. Satuan

dasar yang mencerminkan nilai ekonomis dari tiap-tiap variabel seperti harga,

berat, panjang, isi dan lainnya tidak dipertimbangkan. Oleh karenanya,

dimungkinkan suatu pola perhitungan kombinasi berbagai variabel dengan

dengan satuan yang berbeda-beda. Kedua, nilai efisiensi yang dihasilkan bersifat

relatif atau hanya berlaku dalam lingkup sekumpulan unit kegiatan ekonomi yang

diperbandingkan. Selain itu DEA juga memiliki kelebihan dari penggunaan

metodologinya yaitu :7

DEA mampu menangani pengukuran efisiensi secara relatif bagi beberapa

Decision Making Unit (DMU) sejenis dengan meggunakan banyak input

dan output.

Metode ini tidak memerlukan asumsi bentuk hubungan antara variabel

input dan output sebagaimana diterapkan pada regresi biasa.

6 Supachet Chansarn. “The Relative Efficiency of Commercial Bank in

Thailand”.(International Research Journal of Finance and Economic, 2008).Hal. 56-57

7 Hendri Tanjung, Abrista Devi. “Metodologi Penelitian Ekonomi Islam”

(Bekasi : Gramata Publishing, 2013) Hal. 326.

8

Dalam DEA, DMU-DMU tersebut dibandingkan langsung dengan

sesamanya.

Faktor input dan output dapat memiliki satuan pengukuran yang berbeda,

sebagai contoh misalnya output 1 (X1) dapat berupa jumlah siswa yang

diselamatkan sedangkan output 2 (X2) jumlah pendapatan yang diterima

dalam satuan rupiah, tanpa perlu melakukan perubahan satuan dari kedua

variabel tersebut.

Dalam menentukan variabel, terdapat tiga pendekatan yaitu pendekatan

asset, produksi, dan intermediasi. Menimbang bahwa bank adalah lembaga

intermediasi yang menyalurkan dana dari surplus unit ke defisit unit maka penulis

menggunakan pendekatan intermediasi untuk menentukan variabel input dan

output.

Berdasarkan pendekatan intermediasi maka variabel input yang digunakan

adalah Dana Pihak Ketiga (DPK), Aset, dan Biaya Tenaga Kerja. Variabel Output

yang digunakan adalah Pembiayaan dan Pendapatan Operasional. Penetuan

sampel pada penelitian ini sebagai berikut : BUS beroperasi di Indonesia selama

periode pengamatan yaitu dari tahu 2013-2016.

Sebagai lembaga intermediasi, dunia perbankan harus bertindak rational

dan efisiensi merupakan salah satu kata kunci yang harus selalu diperhatikan.

Menurut Iswandono S Permono dan Darmawan, menyatakan bahwa masalah

efisiensi perbankan dirasa sangat penting saat ini maupun di masa mendatang,

karena antara lain : (1) Kompetisi yang bertambah ketat; (2) Permasalahan yang

9

timbul sebagai akibat berkurangnya sumber daya; (3) Meningkatnya standar

kepuasan nasabah.8

Dengan banyaknya bank syariah di Indonesia, disusul dengan

permasalahan yang ada mengenai persaingan, berkurangnya sumber daya dan

peningkatan standar kepuasan pelanggan. Pengukuran efisiensi diharapkan

mampu memberikan solusi, sehingga dapat dilakukan kebijakan koreksi yang

digunakan untuk meningkatkan kualitas bank demi terpenuhinya kepuasan

pelanggan di masing-masing bank tersebut.

Berdasarkan pemaparan diatas maka penulis tertarik dan menganggap

penting permasalahan tersebut dikaji dan ditelaah secara mendalam dengan

sebuah skripsi yang berjudul “PERBANDINGAN TINGKAT EFISIENSI

BANK UMUM SYARIAH DI INDONESIA DENGAN METODE DATA

ANALYSIS ENVELOPMENT (Studi Pada Bank Syariah Mandiri, Bank

Muamalat Indonesia, Bank Mega Syariah, Bank Rakyat Indonesia Syariah,

Bank Bukopin Syariah, dan Bank Panin Syariah Periode 2013-2016)

B. Identifikasi Masalah

Semakin efisien dan produktif suatu bank maka kinerjanya semakin baik,

sebaliknya bank yang mempunyai tingkat efisiensi dan produktiitas yang rendah

pada input dan outputnya, kinerjanya semakin menurun. Oleh karena itu, perlu

penulis identifikasi permasalahan yang terkait dengan pembahasan pada

penelitian ini. Permasalah yang dapat penulis identifikasi :

8 Iswandono S Permono dan Darmawan. “Analisa Efisiensi Industri Perbankan

di Indonesia” (Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Volume 15, 2000). Hal. 21.

10

1. Bagaimana efisiensi kinerja bank umum syariah di Indonesia?

2. Bagaimana efisiensi kinerja Bank Mandiri Syariah di Indonesia?

3. Bagaimana efisiensi kinerja Bank Mega Syariah di Indonesia?

4. Bagaimana efisiensi kinerja Bank Muamalat Indonesia di Indonesia?

5. Bagaimana efisiensi kinerja Bank Rakyat Indonesia Syariah di Indonesia?

6. Bagaimana efisiensi kinerja Bank Bukopin Syariah di Indonesia di

Indonesia?

7. Bagaimana efisiensi bank mempengaruhi perekonomian di sebuah

Negara?

8. Bagaimana efisiensi kinerja Bank Panin Syariah di Indonesia?

9. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi ketidakefisienan pada bank?

10. Variabel apa saja yang mempengaruhi efisiensi bank umum syariah di

Indonesia?

11. Apakah efisiensi berpengaruh pada perkembangan bank umum syariah di

Indonesia?

12. Metode apa saja yang dapat dipergunakan untuk mengukur efisiensi bank?

C. Pembatasan dan Perumusan Masalah

a. Pembatasan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka untuk menghindari pembiasan

dalam memahami pembahasan skripsi, penulis membatasi masalah hanya

pada :

11

1. Penelitian ini dilakukan pada bank syariah yang terdaftar di Bank

Indonesia, dengan metode purposive sampling diperoleh enam bank yaitu

Bank Syariah Mandiri, Bank Mega Syariah, dan Bank Muamalat

Indonesian, Bank Rakyat Indonesia Syariah, Bank Bukopin Syariah, dan

Bank Panin Syariah.

2. Periode penelitian, penelitian ini membatasi waktu penelitian dari 2013

sampai 2016. Dengan pengambilan data triwulan.

3. Penelitian lebih difokuskan meneliti kinerja Bank Syariah dengan metode

DEA.

b. Perumusan Masalah

Proses perumusan masalah menjadi tahapan yang penting dalam proses

sebuah penelitian sehingga permasalahan yang menjadi pokok bahasan

menjadi lebih jelas dan terfokus.9 Berdasarkan latar belakang diatas,

pertanyaan yang kemudian diangkat sebagai Research Question dalam

penelitian ini adalah ;

1. Bagaimana perbandingan tingkat efisiensi dengan teknik Data

Envelopment Analysis (DEA) melalui pendekatan intermediasi?

2. Bagaimana tingkat pencapaian efisiensi rata-rata pada masing-masing

variabel?

9 Yudhistira Garna. “Metode Penelitian Kuantitatif”. (Bandung : Judistira

Foundation,2009) Hal. 29

12

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini:

1. Menganalisa dan mengaplikasikan metode pengukuran efisiensi dengan

metode Data Envelopment Analysis melalui pendekatan intermediasi.

2. Menganalisa dan mengetahui perbandingan tingkat efisiensi perbankan

syariah di Indonesia pada tahun 2013-2016.

Sedangkan manfaat dari penelitian ini:

1. Bagi kalangan akademis baik mahasiswa maupun dosen dapat menambah

pemahaman dan referensi mengenai teori efisiensi perbankan.

2. Bagi praktisi dapat menambah referensi untuk menjaga stabilitas efisiensi

guna menjaga kesehatan bank agar sesuai dengan aturan yang berlaku.

3. Bagi kalangan umum untuk menambah referensi ilmu pengetahuan dan

perkembangan terkini mengenai bank dan perbankan syariah di Indonesia.

E. Metode Penelitian

1. Jenis penelitian dan Sumber Data

Penelitian ini bersifat kuantitatif karena mengukur nilai efisiensi Bank

Umum Syariah. Data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan data

sekunder yang berasal dari laporan keuangan bulanan Bank Umum Syariah.

2. Teknik pengumpulan data

Teknik Pengumpulan data adalah cara untuk mendapatkan data yang

sedang diperlukan dalam penelitian. Adapun teknik yang digunakan dalam

penelitian ini meliputi:

13

a. Penelitian kepustakaan (library research) yaitu penulis mengadakan

penelitian terhadap literatur-literatur yang berkaitan dengan penelitian

skripsi ini, berupa skripsi terdahulu, buku-buku, majalah, surat kabar,

artikel, buletin, brosur, internet dan sebagainya.

b. Studi Dokumenter adalah mengumpulkan data-data yang diajukan

kepada subjek penelitian yang bersumber dari arsip maupun dokumen

yang terkait dan mengumpulkan berbagai informasi tertulis berupa

buku-buku, brosur, tabloid, berbagai tulisan, dan data tertulis lainnnya

yang berkaitan dengan permasalahan yang dibahas.

3. Periode waktu yang digunakan pada penelitian ini yaitu data laporan

keuangan tahun 2013-2016.

4. Objek penelitian adalah BUS di Indonesia, yaitu PT Bank Syariah Mandiri

Tbk, PT Bank Syariah Mega Indonesia Tbk, PT Bank Muamalat Indonesia

Tbk, PT Bank Rakyat Indonesia Syariah, PT Bank Bukopin Syariah, dan PT

Bank Panin Syariah.

5. Data yang digunakan pada penelitian ini adalah laporan keuangan triwulan

berupa neraca dan laporan laba/rugi dari setiap BUS.

6. Metode pengumpulan data

Metode pengumpulan data pada penelitian ini adalah studi dokumentasi

karena data berupa laporan keuangan yang dipublikasikan pada website

Bank Indonesia dan Website masing-masing bank yang dijadikan objek

penelitian pada tahun 2013-2016.

14

F. Pedoman Penulisan

Adapun dalam penulisan skripsi ini mengacu kepada “ Pedoman

Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN)

Syarif Hidayatullah Jakarta. ”

G. Sistematika Penulisan

Dalam penyusunan skripsi nantinya akan disusun menjadi lima bab,

masing-masing bab terdiri dari beberapa sub bab yang diawali dengan

pendahuluan dan diakhiri dengan kesimpulan serta saran-saran yang dianggap

perlu. Adapun penyusunannya adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini memuat tentang: latar belakang masalah, identifikasi

masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat

penelitian, metode penelitian, pedoman penulisan, dan sistematika

penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini memuat tentang: Teori efisiensi, yang meliputi: pengertian

efisiensi; pengukuran efisiensi; dan pengukuran efisiensi

perbankan. Metode pengukuran DEA. Profil Perbankan Syariah,

yang meliputi : pengertian Bank Syariah, tujuan Bank Syariah,

prinsip Perbankan Syariah dan lembaga terkait Perbankan Syariah.

Review studi terdahulu, dan kerangka teori.

15

BAB III METODE PENELITIAN

Bab ini memuat tentang: Objek penelitian, jenis dan sumber data,

populasi dan sampel, teknik pengumpulan data, metode analisis

data, spesifikasi input dan output, dan definisi variabel operasional.

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Bab ini memuat tentang: Gambaran umum perbankan yang

meliputi : PT Bank Syariah Mandiri; PT Bank Muamalat

Indonesia; PT Bank Mega Syariah; PT Bank Rakyat Indonesia

Syariah; PT Bank Bukopin Syariah; dan PT Bank Panin Syariah.

Hasil perhitungan tingkat efisiensi bank umum syariah kuartal I

2013-kuartal IV 2016 yang terdiri atas : tingkat efisiensi Bank

Syariah Mandiri; Bank Muamalat Indonesia; Bank Mega Syariah;

Bank Rakyat Indonesia Syariah; Bank Bukopin Syariah; dan Bank

Panin Syariah. Juga analisis tingkat inefisiensi Bank Umum

Syariah pada periode penelitian.

BAB V PENUTUP

Bab ini merupakan penutupan dari skripsi ini yang berisikan

kesimpulan dan mencoba memberikan saran yang diharapkan

bermanfaat bagi perusahaan sebagai salah satu bahan pengambilan

keputusan.

16

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori Efisiensi

1. Pengertian Efisiensi

Efisiensi didefinisikan sebagai perbandingan antara keluaran (output)

dengan masukan (input). Suatu perusahaan dapat dikatakan efisien jika

perusahaan tersebut dapat menghasilkan output yang lebih besar jika

dibandingkan dengan perusahaan lain dengan menggunakan jumlah input

yang sama. Ada tiga faktor yang menyebabkan efisiensi, yaitu : (1) apabila

input yang sama dapat menghasilkan output yang lebih besar; (2) dengan

input yang lebih kecil dapat menghasilkan output yang sama; (3) dengan

input yang lebih besar dapat menghasilkan output dengan persentase yang

lebih.

Masalah efisiensi menjadi suatu hal yang penting dimana ia sangat

berkaitan dengan pengendalian biaya. Efisiensi berarti biaya yang

dikeluarkan untuk menghasilkan keuntungan lebih kecil daripada

keuntungan yang diperoleh dari pengeluaran aktiva tersebut. Sebuah

bank dituntut untuk memperhatikan masalah efisiensi karena

meningkatnya persaingan bisnis dan standar hidup konsumen. Bank yang

tidak mampu memperbaiki tingkat efisiensi usahanya maka akan kehilangan

17

daya saing baik dalam hal mengerahkan dana masyarakat maupun dalam

hal penyaluran dana tersebut dalam bentuk modal usaha.10

Muliaman D. Hadad dkk, terdapat tiga pendekatan lazim yang digunakan

untuk mendefinisikan hubungan antara Input dan Output dalam kegiatan

Financial suatu lembaga keuangan, yaitu:

a. Pendekatan Aset (Aset Approach)

Produksi aset mencerminkan fungsi primer sebuah lembaga

keuangan sebagai pencipta kredit pinjaman (loans). Pada pendekatan ini,

Output didefinisikan dalam bentuk asset.

b. Pendekatan Produksi (Production Approach)

Pendekatan ini menganggap lembaga keuangan sebagai

produsen akun deposito dan kredir pinjaman, sedangkan Output

didefinisikan sebagai jumlah tenaga, pengeluaran modal pada aset-

aset tetap dan material lainnya.

c. Pendekatan Intermediasi (Intermediation Approach)

Pendekatan ini memandang sebuah lembaga keuangan sebagai

intermediator, yaitu merubah dan mentransfer aset-aset keuangan dari

surplus unit menjadi defisit unit. Input-Input lembaga keuangan tersebut

meliputi: biaya tenaga kerja, modal dan pembayaran bunga pada

deposito, kemudian Outputnya diukur dalam bentuk kredit pinjaman

(loans) dan investasi keuangan (Financial investment). Pendekatan ini

10

Maisyaroh Sulistyoningsih. Analisis Efisiensi Biaya Pada Bank Umum Syariah di

Indonesia Menggunakan X-Efisiensi (Skripsi Universitas Semarang, 2006) Hal. 20

18

melihat fungsi primer sebuah institusi keuangan sebagai pencipta kredit

pinjaman.11

Konsekuensi dari adanya ketiga pendekatan tersebut berefek pada

perbedaan penentuan Input dan Outputnya. Perbedaan penentuan Input

dan Output antara pendekatan produksi dan intermediasi adalah dalam

pemberlakuan simpanan. Pada pendekatan produksi simpanan sebagai Output

karena simpanan merupakan jasa yang dihasilkan oleh bank. Sedang

pendekatan intermediasi menganggap simpanan sebagai Input. Hal ini

disebabkan simpanan yang dihimpun akan ditransformasikan kedalam

berbagai bentuk aset yang menghasilkan.

Efisiensi adalah suatu parameter kinerja dimana suatu perusahaan dapat

mengoptimalkan sumber daya yang dimiliki. Suatu perusahaan yang efisien

dapat menghasilkan Output yang maksimal dengan Input minimal. Begitu

pula pada lembaga keuangan bank, pengukuran efisiensi menjadi suatu

parameter kinerja yang popular diteliti di seluruh dunia. Efisiensi juga dapat

didefinisikan sebagai perbandingan antara keluaran (Output) dengan

11

Muliaman D. Hadad dkk, “Analisis Efisiensi Industri Perbankan Indonesia :

Penggunaan Metode Nonparametrik Data envelopment analysisis(DEA), (Jakarta: Bank

Indonesia,2003), Hal.

19

masukan (Input), atau jumlah keluaran yang dihasilkan dari satu Input yang

digunakan.12

Suatu perusahaan dikatakan efisien secara teknis apabila menghasilkan

Output maksimal dengan sumber daya tertentu atau memproduksi sejumlah

tertentu Output menggunakan sumber daya yang minimal, dan perusahaan

dalam efisiensi ekonomis menghadapi kendala besarnya kadar Input sehingga

suatu perusahaan harus memaksimalkan penggunaan Input sesuai dengan

anggaran yang tersedia.

Ditinjau dari teori ekonomi, ada dua pengertian efisiensi yaitu efisiensi

teknis dan efisiensi ekonomi.13

Efisiensi ekonomi mempunyai sudut pandang

makro yang mempunyai jangkauan lebih luas dibandingkan dengan efisiensi

teknik yang bersudut pandang mikro. Pengukuran efisiensi teknik cenderung

terbatas pada hubungan teknis dan operasional proses konversi Input menjadi

Output. Akibatnya usaha untuk meningkatkan efisiensi teknis hanya

memerlukan kebijakan mikro yang bersifat internal, yaitu dengan

pengendalian dan alokasi sumber daya yang optimal.

12

Huri. M. D dan Indah Susilowati, “Pengukuran Efisiensi Relatif Perbankan

dengan Metode Data envelopment analysis (DEA) Studi Kasus Bank yang Terdaftar di

Bursa Efek Indonesia”, Jurnal Dinamika Pembangunan, vol. 1, no.2 (2002) Hal. 95-107.

13 Muhammad Ghafur, Potret Perbankan Syariah Indonesia Terkini (Yogyakarta:

Biruni Press, 2007), Hal.120

20

2. Pengukuran Efisiensi

Farrel mengatakan bahwa konsep pengukuran efisiensi dibagi dua, yaitu:

(1) efisiensi teknik (technical efficiency/TE), adalah efisiensi yang

menggambarkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan output dengan

memanfaatkan jumlah input yang ada. (2) efisiensi alokasi (allocative

efficiency/AE), adalah efisiensi yang menggambarkan kemampuan

perusahaan dalam mengoptimalkan penggunaan input dengan struktur harga

dan teknologi produksinya. Kombinasi antara technical efficiency dan

allocative efficiency akan menjadi economic efficiency. Suatu perusahaan

dapat dikatakan efisien secara ekonomi jika dapat meminimalkan biaya

produksi untuk menghasilkan Output tertentu dengan tingkat teknologi yang

umumnya digunakan serta harga pasar yang berlaku.

Pemikiran awal mengenai pengukuran efisiensi dari Farrel dimana

analisisnya berkenaan dengan ruang Input, yang berfokus pada upaya

pengurangan Input (on Input-reducing focus). Metode ini disebut dengan

pengukuran berorientasi Input (Input-oriented-measures).

a. Pengukuran Berorientasi Input14

Farrel mengilustrasikan idenya dengan menggunakan sebuah

contoh sederhana dengan kasus sebuah perusahaan tertentu yang

menggunakan dua buah Input ( X1 dan X2 ) untuk memproduksi sebuah

Output tunggal (q) dengan sebuah asumsi constant return to scale

14

Coelli, A Guide to DEAP version 2.1: A Data envelopment analysis (Computer)

Program (Australia: Centre For Efficiency and Productivity Analysis Departement of

Economic University of New England Armidale, no 8/96, 1996), Hal. .3-6

21

(CRS). Dengan menggunakan garis isoquant dari sebuah perusahaan

dengan kondisi efisiensi penuh (fully efficient firm), yang diwakili oleh

kurva SS’ dalam Gambar 1.1, maka dapat dilakukan penghitungan

technical efficiency. Jika sebuah perusahaan telah menggunakan

sejumlah tertentu Input yang ditunjukkan oleh titik P, untuk

memproduksi satu unit Output, maka ketidakefisiensi produksi secara

teknis (technical inefficiency) dari perusahaan tersebut diwakili oleh

jarak QP yang merupakan jumlah dari semua Input yang secara

proporsional dapat berkurang atau dikurangi tanpa menyebabkan

terjadinya pengurangan Output yang dapat dihasilkan. Indikator tersebut

biasanya dituliskan secara matematis dalam presentase yang merupakan

rasio dari QP/OP, yang merupakan penggambaran presentase dari Input

yang dapat dikurangi. Tingkat efisiensi teknis (Technical efficiency/TE)

dari perusahaan pada umumnya diukur dengan menggunakan nilai rasio:

TE = 0Q/0P

Persamaan tersebut akan sama dengan persamaan 1-QP/0P,

dimana nilainya berkisar anata nol dan satu, dank arena itu menghasilkan

indikator dari derajat technical efficiency dari perusahaan tersebut. Nilai

satu mengimplikasikan bahwa perusahaan telah mencapai kondisi

efisiensi secara penuh. Sebagai contoh titik Q telah mencapai technical

efficiency karena ia berada pada kurva isoqoant yang efisien.

Jika rasio harga Input (dalam gambar 1.1) diwakili oleh garis

AA’ juga telah diketahui, maka titik produksi yang efisien secara

22

alokatif dapat juga dihitung. Tingkat efisiensi alokatif (allocative

efficiency/AE) dari suatu perusahaan yang berorientasi dari titik P dapat

diidentifikasikan sebagai rasio dari :

AE=0R/0Q

Dimana jarak RQ menggambarkan pengurangan dalam biaya

produksi yang dapat diperoleh apabila tingkat produksi berada pada titik

Q’ yang efisien secara teknis (technical efficient), akan tetapi tidak-

efisien secara alokatif (ALLOCATIVELY INEFFICIENT).

Total efisiensi eko nomis (total economic efficiency)

didefinisikan sebagai rasio dari:

EE=0R/0P

Dimana jarak dari titik R ke titik P dapat juga di interpretasikan

dengan istilah pengurangan biaya (cost reduction). Perhatikan bahwa

produk yang efisien secara teknis dan secara alokatif memberikan makna

telah tercapainya efisiensi ekonomis secara keseluruhan.

TE x AE = (0Q/0P) x (0R/0Q) = (0R/0P)=EE

Dimana semua ukuran ketiganya terletak pada daerah yang

bernilai antara nol dan satu.

23

Gambar 1.1

Efisiensi Teknis dan Alokatif dari Pendekatan Berorientasi Input

(Sumber:Farrel,1978)

b. Pengukuran Berorientasi Output15

Pengukuran efisien secara teknis yang berorientasi Input, pada

dasarnya bisa ditujukan untuk menjawab sebuah pertanyaan; “Sampai

seberapa banyak kuantitas Input dapat dikurangi secara proporsional tanpa

mengubah kuantitas Output yang diproduksi?”. Sedangkan dalam

pengukuran berorientasi Output pertanyaan yang timbul adalah; “Sampai

seberapa banyak kuantitas dari Output dapat ditambah tanpa mengubah

kuantitas Input yang digunakan?”. Dengan kata lain pengukuran

berorientasi Output merupakan kebalikan dari pengukuran berorientasi

Input.

Pengukuran tingkat efisiensi berorientasi Output ini dapat

dianalisis lebih dalam dengan sebuah contoh kasus dimana fungsi

produksi melibatkan dua macam Output (q1 dan q2) dan sebuah Input

15

Coelli, A Guide to DEAP version 2.1: A Data envelopment analysis (Computer)

Program (Australia: Centre For Efficiency and Productivity Analysis Departement of Economic

University of New England Armidale, no 8/96, 1996), Hal. 6-7.

24

tunggal (x). Jika kita mengasumsikan kondisinya constant return to scale,

maka dapat dipresentasikan tingkat teknologi dengan sebuah kurva uint

kemungkinan produksi (unit production possibility curve) dalam bentuk

dua dimensi. Contoh ini digambarkan dalam Gambar 1.2 dimana garis ZZ’

adalah merupakan kurva unit kemungkinan produksi (unit production

possibility curve) dan titik A dapatlah diumpamakan dengan sebuah

perusahaan yang tidak efisien. Perhatikan bahwa A sebagai titik yang

tidak efisien dalam kasus ini terletak dibawah kurva karena ZZ’ mewakili

batasan atau titik tertinggi dari garis kemungkinan produksi.

Farrell menjelaskan pengukuran efisiensi berorientasi Output dapat

didefinisikan sebagaimana yang terilustrasikan dalam gambar 1.2, dimana

jarak A ke B mewakili ketidakefesiensi secara teknis (technical

inefficiency), yang menunjukkan arti bahwa jumlah Output dapat

ditingkatkan tanpa memerlukan penambahan Input. Oleh sebab itu, sebuah

pengukuran efesiensi teknis berorientasi Output merupakan rasio

TE=0A/0B

Dengan revenue efficiency (RE) yang merupakan rasio

RE=0A/0C

Jika diperoleh informasi tentang harga, maka dapat digambarkan

sebuah kurva isorevenue yaitu garis DD’ dan mendefinisikan efesiensi

alokatif sebagai

AE=0B/0C

25

Dimana mempunyai mempunyai sebuah intrepretasi adanya

peningkatan pendapatan (a increasing revenue interpretation), dimana pada

contoh kasus pengukuran efisiensi berorientasi Input, serupa dengan

interpretasi adanya pengukuran biaya (cost reducing) dalam kondisi

ketidakefisienan yang bersifat alokatif. Lebih lanjut dapat didefinisikan

efisiensi ekonomi secara keseluruhan (overall economic efficiency) sebagai

hasil dari dua pengukuran efisiensi teknis dan efisiensi alokatif.

EE=(0A/0C)=(0A/0B) x (0B/0C)= TE x AE

Gambar 1.2

Efisiensi Teknis dan Alokatif Pendekatan Berorientasi Output

(Sumber: Farrell, 1978)

3. Pengukuran Efisiensi Perbankan

Terdapat 3 (tiga) jenis pendekatan dalam mengukur efisiensi perbankan,

yaitu:16

a. Pendekatan rasio, yaitu pendekatan rasio dalam mengukur efisiensi dengan

cara menghitung perbandingan Output dengan Input yang digunakan.

16

Muharram, H dan Pusvitasi, R, “ Analisis Perbandingan Efisiensi Bank Syariah di

Indonesia dengan etode Data envelopment analysis”, Jurnal Ekonomi dan Bisnis Islam,

vol.II, no.3 (2005).

26

Pendekatan ini akan dinilai memiliki efisiensi yang tinggi apabila dapat

memproduksi jumlah Output yang maksimum dengan Input tertentu.

Efisiensi = Output

Input

Kelemahan dari pendekatan ini adalah apabila terdapat banyak Input

dan Output yang akan dihitung secara bersamaan, sehingga banyak

perhitungan yang menimbulkan asumsi yan tidak tegas.

b. Pendekatan regresi, yaitu pendekatan yang menggunakan sebuah model

dari tingkat Output tertentu sebagai fungsi dari berbagai tingkat Input

tertentu. Fungsinya dapat dilihat dibawah ini:

Y = f{X1,X2,X3,X4,……………….Xn}

Pendekatan regresi akan menghasilkan estimasi hubungan yang dapat

digunakan untuk memproduksi tingkat Input yang dihasilkan sebuah

Unit Kegiatan Ekonomi (UKE) pada tingkat Output tertentu. UKE

tersebut dinilai efisien, apabila mampu menghasilkan jumlah Output

lebih banyak dibandingkan jumlah Output lebih banyak dibandingkan

jumlah Output hasil estimasi. Pendekatan ini juga tidak dapat mengatasi

kondisi banyak Output karena hanya satu indikator Output yang dapat

ditampang dalam sebuah persamaan regresi. Apabila dilakukan

penggabungan banayk Output dalam satu indikator, informasi yang

dihasilkan menjadi tidak rinci lagi.

27

c. Pendekatan frontier, pendekatan ini mempunyai dua jenis yaitu

parametric dan non-parametrik. Pendekatan parametric terdiri dari

Stochastic Frontier Approach (SFA) yaitu perluasan dari model asli

deterministic untuk mengukur efek-efek yang tidak terduga (stochastic

frontier) di dalam batas produksi, Distribution Free Approach (DFA)

mengukur efisiensi biaya mengukur seberapa dekat biaya dari suatu bank

dengan biaya terendah yang dibutuhkan untuk memproduksi Output yang

sama pada kondisi yang sama dan Thick Frontier Approach (TFA),

sedangkan non-parametrik meliputi Data envelopment analysis (DEA)

yaitu model pemrograman linier fraksional yang dapat mencakup banyak

Input dan banyak Output tanpa perlu menentukan bobot untuk setiap

variable sebelumnya, tanpa perlu penjelasan eksplisit mengenai

hubungan fungsional antara Input dengan Output (tidak seperti regresi).

B. Metode Pengukuran Data Envelopment Analysis (DEA)

DEA adalah suatu teknik pemrograman matematika (mathematical

program-ming) untuk mengukur tingkat efisiensi dari Unit Pengambilan

Keputusan (UPK) atau Decision Making Unit (DMU) relative terhadap UPK yang

sejenis ketika semua unit-unit ini berada pada atau dibawah “kurva” efisiensi

frontiernya.17

17

Dr. H. Rahmat Hidayat. “Efisiensi Perbankan Syariah Teori dan Praktik”.

(Bekasi: Gramata Publishing, 2014) Hal :72.

28

Model DEA didasari pada hasil kerja Farell (1957) yang selanjutnya

dikembangkan oleh Charnes et al. (1978). Charnes et al. menggeneralisasi

kerangka kerja Farell tersebut untuk memasukkan multiple Input dan ouput yang

tidak seimbang dan tidak dapat dibandingkan, yang kemudian memformulasikan

kembali kerangka kerja tersebut menjadi sebuah model progam matematis.18

DEA merupakan tehnik pemograman linier yang digunakan untuk

mengukur tingkat efisiensi suatu organisasi dengan menggunakan sejumlah Input

dan Output sebagai alat evaluasi dan sebagai tolak ukur dalam membuat suatu

keputusan DEA dikembangkan pertama kali oleh Farrrell Thun 1957 Yang

mengukur efisiensi teknik satu Input dan satu Output menjadi multi Input dan

multi Output, menggunakan kerangka nilai efisiensi relative sebagai rasio Input

(single virtual Input) dengan Output (single virtual Output).19

DEA dibuat sebagai alat bantu atau alat analisis untuk mengevaluasi

kinerja suatu aktifitas dalam sebuah unit entitas atau organisasi. Pada dasarnya

prinsip DEA adalah membandingkan data Input dan Output dari suatu organisasi

data (decision making unit, DMU) dengan data Input dan Output lainnya pada

DMU yang sejenis. Perbandingan ini dilakukan untuk mendapatkan suatu nilai

efisiensi.

18

Wilson Arafat. Manajemen Perbankan Indonesia Teori dan Implikasi. (Jakarta

:LP3ES, 2006). Hal.140

19 Adrian Sutarwijaya dan Etty Puji lestari, “Efisiensi Teknik Perbankan

Indonesia Pasca Krisis Ekonomi: Sebuah Studi Empiris Penerapan Model DEA”, Jurnal

Ekonomi Pembangunan, vol 10, no 1 (2009), Hal..56

29

C. Profil Perbankan Syariah

1. Pengertian Bank Syariah

Kata bank berasal dari kata banque dalam bahasa Prancis, dan dari banco

dalam bahasa italia, yang berarti peti/lemari atau bangku. Kata peti atau lemari

menyiratkan fungsi sebagai tempat menyimpan benda-benda berharga seperti peti

emas, peti berlian, peti uang dan sebagainya. Dalam Al-Qur’an, istilah bank

disebutkan secara eksplisit. Tetapi jika yang dimaksud adalah sesuatu yang

memiliki unsur-unsur seperti struktur, manajemen, fungsi hak dan kewajiban maka

semua itu disebutkan dengan jelas, seperti zakat, shadaqoh, ghanimah (rampasan

perang), bai’ (jual beli), dayn (utang dagang), maal (harta) dan sebagainya, yang

memiliki fungsi yang dilaksanakan oleh peran tertentu dalam kegiatan ekonomi.20

Dalam undang-undang No.21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah,

disebutkan bahwa yang dimaksud dengan perbankan syariah adalah segala

sesuatu yang menyangkut tentang Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah,

mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam

melaksanakan kegiatan usahanya. Sedangkan pengertian dari masing-masing

lembaga seperti Bank Syariah, Bank Umum Syariah, BPRS, dan UUS adalah

sebagai berikut:21

Bank Syariah adalah bank yang menjalankan kegiatan usahanya

berdasarkan Prinsip Syariah dan menurut jenisnya terdiri dari Bank

Umum Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah

20

Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah (Yogyakarta: EKONI

SIA, cet. 1,2008), Hal. 27

21 Undang-undang No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah

30

Bank Umum Syariah adalah Bank Syariah yang kegiatannya

memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.

Bank Pembiayaan Rakyat Syariah adalah Bank Syariah yang didalam

kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran

Unit Usaha Syariah, yang selanjutnya disebut UUS, adalah unit kerja

dari kantor pusat Bank Umum Konvensional yang berfungsi sebagai

kantor induk dari kantor atau unit yang melaksanakan kegiatan usaha

berdasarkan prinsip syariah, atau unit kerja dikantor cabang dari suatu

bank yang berkedudukan di luar negeri yang melaksanakan kegiatan

usaha secara konvensional yang berfungsi sebagai kantor induk dari

kantor cabang pembantu syariah atau unit syariah.

Antonio dan Perwataatmadja,22

memberikan dua definisi terhadap bank syariah,

yaitu bank yang beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip syariah Islam dan bank

yang tata cara beroperasinya mengacu pada ketentuan-ketentuan al-Qur’an dan

Hadist. Lebih jauh lagi, mereka menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan bank

yang beroperasi dengan sesuai dengan prinsip-prinsip syariah Islam adalah bank

yang dalam operasinya mengikuti ketentuan-ketentuan syariah Islam khususnya

yang menyangkut tata cara bermuamalat secara Islam. Dalam tata cara bermuamalat

tersebut di jauhi praktek-praktek yang dikhawatirkan mengandung unsur-unsur riba

untuk diisi dengan kegiatan atas dasar bagi hasil dan pembiayaan perdagangan.

22

Karnaen Perwataajmadja dan Muhammad Syafi’I Antonio, “ Apa dan Bagaima

na Bank Islam (Yogyakarta: Dana Bakti Wakaf, 1997). Hal. 1.

31

Sedangkan yang dimaksud dengan bank yang tata cara beroperasinya mengacu

pada ketentuan-ketentuan Al-Qur’an dan Hadist adalah bank yang tata cara

beroperasinya mengikuti perintah dan larangan yang tercantum dalam Al-Qur’an

dan Hadist. Sesuai dengan perintah dan larangan tersebut maka larangan melakukan

praktek-prektek riba adalah hal yang dijauhi sedangkan yang diikuti adalah praktek-

praktek usaha yang dilakukan dizaman Rasulallah atau bentuk-bentuk usaha yang

telah ada sebelumnya tetapi tidak dilarang oleh beliau.

Dari definisi tersebut, ada dua hal yang dapat digaris-bawahi dalam operasional

bank syariah yaitu terbebas dari adanya unsur riba (bunga) dan menggantinya

dengan prinsip bagi hasil (mudharabah) dan bentuk-bentuk usaha lain yang sesuai

dengan prinsip syariah seperti musyarakah, ijarah, dan murabahah.

2. Tujuan Bank Syariah

Secara umum tujuan berdirinya bank syariah adalah dapat

memberikan sumbangan terhadap pertumbuhan ekonomi masyarakat melalui

pembiayaan-pembiayaan yang dikeluarkan oleh bank syariah.

Adapun secara khusus tujuan bank syariah diantaranya23

:

a. Menjadi perekat nasionalisme baru, artinya bank syariah dapat

menjadi fasilitator aktif bagi terbentuknya jaringan usaha ekonomi

kerakyatan.

23Muhammad, DasarDasar Manajemen Bank Syariah Edisi Revisi. (Yogya

karta: UII Press,2006) hal.

32

b. Memberdayakan ekonomi masyarkat dan beroperasi secara

transaparan, artinya pengelolaan bank syariah harus didasarkan pada

visi ekonomi kerakyatan dan upaya ini terwujud apabila ada

mekanisme operasi yang transparan.

c. Memberikan return yang lebih baik, artinya investasi bank syariah

tidak memberikan janji yang pasti mengenai return yang diberikan

kepada investor karena tergantung besarnya return. Apabila

keuntungan lebih besar, investor akan ikut menikmatinya dalam

jumlah besar.

d. Mendorong penurunan spekulasi dipasar keuangan, artinya bank

syariah lebih mengarahkan dananya untuk transaksi produktif.

e. Mendorong pemerataan pendapatan, artinya salah satu transaksi yang

membedakan bank syariah dengan bank konvensional adalah

pengumpulan dana Zakat, Infaq dan Sedekah (ZIS). Peranan ZIS

sendiri diantaranya untuk memeratakan pendapatan masyarakat.

f. Meningkatkan efisiensi mobilisasi dana.

g. Uswah hasanah sebagai implementasi moral dalam penyelenggaraan

usaha bank.

3. Prinsip Perbankan Syariah

Ada empat prinsip dalam perbankan syariah, yaitu:

1) Larangan penggunaan bunga dalam seluruh transaksi dan kegiatan

usahanya;

33

2) Seluruh aktivitas dan kegiatan bisnisnya harus dilakukan secara adil

(fair);

3) Perbankan syariah wajib membayar zakat;

4) Mengembangkan lingkungan yang dapat memberikan keuntungan

kepada masyarakat.

Dalam operasionalnya, sistem perbankan syariah berdasarkan

kepada tiga asas penting, yaitu;

Keadilan Menghindari aktivitas Kemanfaatan

(justice) yang dilarang (usefulnes)

1. Tranparan dan jujur 1. Menjauhkan produk dan 1. Produktif dan tidak

2. Transaksi yang adil (fair) pelayanan yang spekulatif

3. Persaingan yang adil dilarang 2. Menghindari penggu-

4. Perjanjian yang saling 2. Tidak menggunakan naan sumber daya secara

menguntungkan sumber daya secara batil sia-sia dan tidak efisien

dan tidak adil 3. Memberikan kesem-

patan (akses) yang lebih

luas kepada masyarkat

terhadap sumber daya

ekonomi (ekonomics

resources)

Sumber: Bank Indonesia, Blue Print Perbankan Syariah Indonesia, 2002

Memberikan kemaslahatan kepada masyarkat luas

AQIDAH

Tabel 1.1 Asas Perbankan Syariah

4. Lembaga Terkait Perbankan Syariah

Dalam operasionalnya terdapat tiga lembaga yang mengatur

perbankan syariah di Indonesia, yaitu:

a. Bank Indonesia (BI)

Bank Indonesia meruapakan bank sentral yang independen

dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya. Dalam kapasitasnya

sebagai bank sentral, bank Indonesia mempunyai satu tujuan tunggal

34

yaitu mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah. Untuk

mencapai tujuan tersebut Bank Indonesia didukung oleh tiga pilar yang

merupakan tiga bidang tugasnya, yaitu:

1. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter;

2. Mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran;

3. Stabilitas sistem keuangan.

Peranan Bank Indonesia terhadap Perbankan Syariah

terkait dengan pengawasan terhadap kegiatan usaha bank syariah yang

dilakukan oleh Bank Indonesia. Hal ini didasarkan pada Pasal 29 ayat 1

Undang-undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan yang berbunyi:

“Pembinaan dan pengawasan bank dilakukan oleh Bank Indonesia”.

Berkaitan dengan pembinaan dan pengawasan itu Bank Indonesia

mempunyai tugas yang didasarkan pada Pasal 8 Undang-undang No. 3

Tahun 2004 perubahan atas Undang-undang No. 23 Tahun 1999

tentang Bank Indonesia yang berbunyi: “Untuk mencapai tujuan

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7, Bank Indonesia mempunyai

tugas sebagai berikut: menetapkan dan melaksanakan kebijakan

moneter, mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran, dan

mengatur serta mengawasi bank”. Dalam Pasal 50 Undang-undang No.

21 Tahun 2008 sebagai Undang-undang yang khusus mengatur

perbankan syariah disebutkan bahwa “Pembinaan dan pengawasan

Bank Syariah dan UUS dilakukan oleh Bank Indonesia”. Pengawasan

35

dilakukan agar masyarakat memperoleh jasa sistem pembayaran yang

efisien, cepat, tepat, dan aman.

b. Otoritas Jasa Keuangan (OJK)

Otoritas jasa keuangan (OJK) adalah lembaga Negara yang

dibentuk berdasarkan UU Nomor 21 Tahun 2011 yang berfungsi

menyelenggarakan sistem pengaturan dan pengawasan terintegrasi

terhadap keseluruhan kegiatan di dalam sektor jasa keuangan. OJK

adalah lembaga yang independen dan bebas dari campur tangan pihak

lain, yang mempunyai fungsi, tugas, dan wewenang pengaturan,

pengawasan, pemeriksaan, dan penyidikan. OJK didirikan untuk

menggantikan Bapepam-LK dalam pengaturan dan pengawasan pasar

modal dan lembaga keuangan, serta menggantikan peran Bank

Indonesia dalam pengaturan dan pengawasan bank, serta untuk

melindungi konsumen industri jasa keuangan.

Tujuan Otoritas Jasa Keuangan dibentuk agar keseluruhan

kegiatan di dalam sektor jasa keuangan terselenggara secara teratur,

adil, tranparan, dan akuntabel. Serta mampu mewujudkan sistem

keuangan yang tumbuh secara berkelanjutan dan stabil juga melindungi

kepentingan konsumen dan masyarakat.

OJK melakukan tugas pengaturan dan pengawasan terhadap :

a). Kegiatan jasa keuangan di sektor perbankan serta non perbankan. b)

Kegiatan jasa keuangan di sektor pasar modal. c) Kegiatan jasa

keuangan di sektor perasuransian, dana pesiun, lembaga pembiayaan,

dan lembaga jasa keuangan lainnya.

c. Dewan Syariah Nasional-Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI)

DSN-MUI dibentuk dalam rangka mewujudkan inspirasi umat

islam mengenai masalah perekonomian, merupakan langkah efisiensi

36

dan koordinasi para ulama dalam menanggapi isu-isu yang

berhubungan dengan masalah-masalah ekonomi atau keuangan serta

mendorong penerapan ajaran islam dalam kehidupan ekonomi dan

keuangan.

Tugas dan fungsi DSN-MUI

Mengeluarkan fatwa tentang ekonomi syariah untuk dijadikan pedoman

bagi praktisi dan regulator.

Menerbitkan rekomendasi, sertifikasi, dan syariah approval bagi

lembaga keuangan dan bisnis syariah.

Melakukan pengawasan aspek syariah atas produk atau jasa dilembaga

keuangan atau bisnis syariah melalui dewan pengawas syariah

Wewenang DSN- MUI

Mengeluarkan fatwa yang mengikat dewan pengawas syariah di masing-

masing lembaga keuangan syariah dan menjadi dasar pijakan hukum

pihak terkait.

Mengeluarkan fatwa yang menjadi landasan bagi ketentuan atau

peraturan yang di keluarkan oleh instansi yang berwenang, seperti

Departemen Keuangan dan Bank Indonesia.

Memberikan rekomendasi dan atau mencabut rekomendasi nama-nama

yang akan duduk sebagai dewan pengawas syariah (DPS) pada suatu

lembaga keuangan dan bisnis syariah.

37

Mengundang para ahli untuk menjelaskan suatu masalah yang diperlukan

dalam pembahasan ekonomi syariah, termasuk otoritas moneter atau

lebaga keuangan dalam maupun luar negeri.

Memberikan peringatan kepada lembaga keuangan syariah untuk

menghentikan penyimpangan dari fatwa yang telah dikeluarkan oleh

dewan syariah nasional.

Mengusulkan kepada instansi yang berwenang untuk mengambil

tindakan apabila peringatan tidak diindahkan.

Hingga saat ini DSN-MUI telah mengeluarkan 109 fatwa

Dalam pelaksanaanya (Keputusan Dewan Pimpinan MUI tentang susunan

pengurus DSN-MUI, No: Kep-98/MUI/III/2001) Dewan Syariah Nasional

(DSN), menetapkan Dewan Pengawas Syariah (DPS) untuk mengawasi

operasional Lembaga Keuangan Syariah secara independen. Seluruh pedoman

produk, jasa layanan dan operasional bank telah mendapat persetujuan DPS untuk

menjamin kesesuaiannya dengan prinsip-prinsip syariah Islam. Dewan Pengawas

Syariah diangkat dan diberhentikan di Lembaga Keuangan Syariah melalui RUPS

setelah mendapat rekomendasi dari DSN.

Tugas dan tanggung jawab Dewan Pengawas Syariah:

1) Memberikan nasihat dan saran kepada Direksi serta mengawasi kegiatan

Bank agar sesuai dengan Prinsip Syariah;

2) Menilai dan memastikan pemenuhan Prinsip Syariah atas pedoman

operasional dan produk yang dikeluarkan bank;

38

3) Mengawasi proses pengembangan produk baru bank;

4) Meminta fatwa kepada Dewan Syariah Nasional untuk produk baru bank

yang belum ada fatwanya;

5) Melakukan review secara berkala atas pemenuhan prinsip syariah terhadap

mekanisme penghimpunan dana serta pelayanan jasa bank;

6) Meminta data dan informasi terkait dengan aspek syariah dari satuan kerja

Bank dalam rangka pelaksanaan tugasnya.

D. Review Studi Terdahulu

Bhava Wahyu Nugraha menganalisis tentang efisiensi bank umum yang

listing di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode tahun 2007-2010.24

Dalam

penelitian ini, dari 3 Bank Pemerintah, sebanyak 2 bank tidak mencapai efisiensi

atau hanya sebesar 33,3%. Sedangkan dari 10 Bank Swasta, hanya 4 bank yang

tidak mencapai efisiensi atau 60% bank mencapai tingkat efisien. Dari

perbandingan tersebut, maka Bank Pemerintah tidak lebih efisien dibandingkan

dengan Bank Swasta Nasional Periode 2007-2010.

Penelitian ini menggunakan alat analisis efisiensi perbankan Data

envelopment analysis (DEA) dengan teknik pengambilan sampel purposive

sampling.

Persamaan dengan penelitian ini adalah sama-sama meneliti tentang

efisiensi bank dengan menggunakan metode DEA dan tehnik purposive sampling.

24

Bhava Wahyu Nugraha. “Analisis Efisiensi Perbankan Menggunakan Metode

Non Parametrik Data envelopment analysis (DEA)” Jurusan Manajemen, Fakultas

Ekonomi, Universitas Negeri Surabaya, 2013

39

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah periode penelitian

pada tahun 2007-2010, dengan sampel bank umum yang listing di Bursa Efek

Indonesia (BEI) dan Variabel Input yang digunakan terdiri dari simpanan, aktiva

tetap, dan biaya tenaga kerja. Serta variabel Output yang digunakan terdiri dari

pembiayaan dan pendapatan operasional. Sedangkan penelitian penulis dilakukan

pada periode tahun 2013-2015 dengan sampel 3 bank menggunakan variable

Input biaya tenaga kerja, dan dana pihak ketiga serta variable Output pinjaman

yang diberikan (kredit) dan pendapatan lain-lain

Ardias Rifki Khaerun Cahya,meneliti tentang Efisiensi Kinerja Bank

Umum Syariah Di Indonesia Tahun 2010-2012.25

Penelitian ini dalam rangka

mewujudkan pengembangan perbankan syariah, dengan mengetahui efisiensi

kinerja Perbankan Syariah. Mengambil objek penelitian sebanyak 11 BUS di

Indonesia periode 2010-2012. Hasil perhitungan efisiensi teknik dengan

menggunakan DEA, dari kinerja 11 Bank Umum Syariah (BUS) di Indonesia

pada tahun 2010-2012 terdapat 4 BUS yang belum efisien.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Constant

Return to Scale (CRS).

Persamaan dengan penelitian ini adalah sama-sama meneliti tentang

kinerja Bank Islam. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah

periode penelitian pada tahun 2010-2012, dengan sampel 11 bank umum syariah

25

Ardias Rifki Khaerun Cahya.” Efisiensi Kinerja Bank Umum Syariah Di

Indonesia Tahun 2010-2012 Menggunakan Data envelopment analysis (DEA),

Economics Development Analysis Journal 4 (3) (2015) Jurusan Ekonomi

Pembangunan, Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Semarang 2015

40

di Indonesia dan Variabel Input yang digunakan terdiri dari simpanan, aset, dan

biaya tenaga kerja. Serta variabel Output yang digunakan terdiri dari pembiayaan

dan pendapatan operasional. Sedangkan penelitian penulis dilakukan pada

periode tahun 2013-2015 dengan sampel 3 bank menggunakan variable Input

biaya tenaga kerja, dan dana pihak ketiga serta variable Output pinjaman yang

diberikan (kredit) dan pendapatan lain-lain

Anggi Sabbina, menganalisis perbandingan kinerja keuangan bank syariah

selama dan setelah krisis ekonomi global tahun 2008.26

Pada penelitian ini bertujuan untuk melakukan perbandingkan kinerja

keuangan BSM dan BMI selama periode 2007-2009 dengan menggunakan rasio

keuangan yang terdiri dari CAR, ROA, ROE, NPF, BOPO, dan FDR. Hasil

penelitian ini, tidak ada perbedaan yang signifikan antara BSM dan BMI

berdasarkan rasio keuangan. Penelitian ini Kuantitatif, dengan menggunakan

rasio keuangan.

Persamaan dengan penelitian ini adalah sama-sama meneliti tentang

kinerja Bank Islam dan menggunakan rasio keuangan. Perbedaan penelitian ini

dengan penelitian terdahulu adalah periode penelitian pada tahun 2007-2009,

dengan menggunakan rasio keuangan Sedangkan penelitian penulis dilakukan

pada periode tahun 2013-2015 dengan metode dea dan sampel 3 bank

menggunakan variable Input biaya tenaga kerja, dan dana pihak ketiga serta

26

Anggi Sabbina .”Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Bank Syariah

Selama Dan Setelah Krisis Ekonomi Global Tahun 2008”. Perbankan Syariah, Fakultas

Syariah dan Hukum, 2014.

41

variable Output pinjaman yang diberikan (kredit) dan pendapatan lain-lain serta

adanya penambahan metode menggunakan rasio keuangan.

Heri Pratikto dan Iis Sugianto, meneliti kinerja efisiensi Bank Syariah

sebelum dan sesudah krisis global berdasarkan data envelopment analisis.27

Penelitian ini bertujuan untuk mengukur kinerja efisiensi bank syariah sebelum

dan sesudah krisis ekonomi global. Menggunakan variable Input: simpanan,

aktiva tetap, dan biaya tenaga kerja, dan variabel ouput: pembiayaan dan

pendapatan operasional . Hasil penelitian menunjukkan kondisi variable Input

dan Output memiliki pertumbuhan cenderung meningkat, kinerja efisiensi bank

dalam kondisi baik, tidak terdapat perbedaan signifikan antara sebelum dan

sesudah krisis, terdapat perbedaan kinerja efisiensi sebelum dan sesudah krisis

global menurut model skala.

Data dianalisis berdasarkan pendekatan metode Data envelopment

analysis melalui purposive sampling untuk menentukan sampelnya.

Persamaan dengan penelitian ini adalah sama-sama meneliti tentang

kinerja Bank Islam dan menggunakan metode DEA. Perbedaan penelitian ini

dengan penelitian terdahulu adalah periode penelitian pada tahun 2006-2010,

dengan sampel 9 bank dan Variabel Input yang digunakan terdiri dari simpanan,

aktiva tetap, dan biaya tenaga kerja. Serta variabel Output yang digunakan terdiri

dari pembiayaan dan pendapatan operasional. Sedangkan penelitian penulis

27

Heri Pratikto dan Iis Sugianto.” Kinerja efisiensi Bank Syariah Sebelum dan

Sesudah Krisis Global Berdasarkan Data Envelopment Analisis”, Fakultas Ekonomi

Universitas Negeri Malang, Jurnal Ekonomi Bisnis TH. 16, No 2, Juli 2011

42

dilakukan pada periode tahun 2013-2015 dengan sampel 3 bank menggunakan

variable Input biaya tenaga kerja, dan dana pihak ketiga serta variable Output

pinjaman yang diberikan (kredit) dan pendapatan lain-lain.

E. Kerangka Teori

Kerangka teori dalam penelitian ini yaitu mengukur tingkat efisiensi BUS

periode 2013-2015. Penelitian ini mengukur tingkat efisiensi dengan

menggunakan pendekatan frontier approach yaitu dengan pendekatan Data

envelopment analysis (DEA) dengan cara menentukan jenis Input dan Ouput

terlebih dahulu. Variable Input meliputi DPK (I1), Biaya tenaga kerja (I2), Aset

(I3) sedangkan variable Outputnya terdiri dari Pembiayaan (O1) dan Pendapatan

Operasional (O2)

. Gambar 1.3 Kerangka teori

Bank Syariah di

Indonesia Intermte

diation

Approach D

Input

1. DPK (I1)

2. Biaya Tenaga Kerja (I2)

3. Aset (I3)

Output

4. Pembiayaan (O1)

5. Pendapatan

Operasional (O2)

Interpretasi

PERBANDINGAN TINGKAT EFISIENSI KINERJA BANK

UMUM SYARIAH DI INDONESIA DENGAN MENGGUNAKAKAN

METODE DATA ENVELOPMENT ANALYSIS

43

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah laporan Keuangan triwulan Bank Umum

Syariah yaitu Bank Syariah Mandiri, Bank Muamalat Indonesia, dan Bank Mega

Syariah, Bank Rakyat Indonesia Syariah, Bank Bukopin Syariah, dan Bank Panin

Syariah Pada Periode 2013-2016. Variabel input yang digunakan adalah DPK

(Dana Pihk Ketiga), Biaya Tenaga Kerja, dan Aset sedangkan variabel output

yang digunakan adalah Pembiayaan dan Pendapatan Operasional.

B. Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini berjenis kuantitatif berupa data

rasio, dan berdasarkan sumber penelitian ini menggunakan data sekunder, yaitu

data yang diperoleh dari informasi Laporan Keuangan yang dipublikasikan oleh

Bank Indonesia pada tahun 2013-2016. Data sekunder yang digunakan dalam

penelitian ini antara lain:

No Simbol Sumber

1 Input DPK I1 Neraca

2 Input Biaya Tenaga Kerja I2 Laba Rugi

3 Input Aset I3 Neraca

4 Output Pembiayaan O1 Neraca

5 Output Pendapatan Operasional O2 Laba Rugi

Variabel

Tabel 3.1 Variabel dan Simbol dengan Metode DEA

44

C. Populasi dan Sampel

Pada penelitian ini populasi yang dijadikan objek penelitian adalah

seluruh bank yang beroperasi berdasarkan prinsip syariah yang tercatat selama

periode tahun 2013-2016 dimana didalamnya mencakup 11 Bank Umum Syariah.

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan secara

purposive sampling28

dengan kriteria Bank Umum Syariah (BUS) dengan laporan

keuangan triwulan tersedia secara lengkap selama periode 2013-2016.

Pertimbangan yang menjadikan penulis memilih Bank Syariah tersebut

sebagai objek penelitian adalah dikarenakan oleh bank tersebut beoperasi di

Indonesia, kelengkapan data yang dibutuhkan oleh penulis, konsistensi dan tidak

mengalami perubahan bentuk badan usaha pada periode pengamatan, dan juga

diketahui bahwa bank-bank tersebut termasuk bank-bank syariah terbesar di

Indonesia.

Sedangkan untuk pertimbangan dalam penelitian ini menggunakan data

dari tahun 2013-2016 disebabkan karena pada tahun 2015 terjadi penurunan

pertumbuhan ekonomi dan penelitian ini dilakukan pada pertengahan Tahun

2016. Menurut data BPS terjadi penurunan pertumbuhan ekonomi (perlambatan

ekonomi) dari angka 5.78% pada tahun 2013 menjadi 5.21% pada tahun 2014,

hingga 4.71% pada tahun 2015. Walau tidak signifikan hal ini menunjukkan

ketimpangan perencanaan pemerintah dengan kenyataan yang ada.

Berdasarkan kriteria tersebut, maka yang menjadi sampel dalam penelitian

ini adalah 6 Bank Umum Syariah yaitu Bank Syariah Mandiri, Bank Muamalat

28

Gita Listya Jianti, “Efisiensi Bank Umum Syariah dan Bank Pbiayaan Rakyat

Syariah” (Skripsi S1 Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Semarang, 2015), hal 52

45

Indonesia, Bank Mega Syariah, Bank Bukopin Syariah, Bank Rakyat Indonesia

Syariah dan Bank Panin Syariah.

D. Teknik Pengumpulan Data

Pada penelitian kuantitatif terdapat beberapa metode pengumpulan data

yang dapat dilakukan, yaitu:29

a. Metode angket atau metode kuesioner

b. Metode wawancara

c. Metode observasi

d. Metode dokumentasi

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

metode dokumentasi, yaitu metode pengumpulan data yang dibutuhkan diperoleh

dari laporan keuangan yang dipublikasikan oleh masing-masing bank dan website

resmi Bank Indonesia. Selain itu penelitian ini juga mengumpulkan data dan teori

yang relevan terhadap permasalahan yang akan diteliti dengan melakukan studi

pustaka terhadap literatur dan bahan pustaka lainnya seperti artikel, jurnal, buku

dan penelitian terdahulu.

E. Metode Analisis Data

Teknik analisis yang digunakan pada penelitian ini yaitu DEA (Data

envelopment analysis). DEA merupakan metode non parametrik yang digunakan

29

M. Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitatif Komunikasi, EKonomi, dan

Kebijakan Publik Serta Ilmu-Ilmu Sosial Lainnya.(Jakarta: Kencana, 2005)Hal. 123.

46

dalam mengukur tingkat efisiensi suatu Unit Kegiatan Ekonomi (UKE). Dua

model yang sering digunakan dalam pendekatan DEA yakni model CRS

(Constant Return to Scale) yang dikembangkan oleh Charnes, Cooper dan

Rhodes pada tahun 1978, dan model VRS (Variabel Return to Scale) yang

dikembangkan oleh Banker, Charnes dan Cooper pada tahun 1984.30

CRS adalah

perubahan proporsional yang sama yang sama pada tingkat output (misalnya:

penambahan 1 persen input akan menghasilkan 1 persen output).

VRS adalah semua unit yang diukur akan menghasilkan perubahan pada

berbagai tingkat output dan adanya anggpanan bahwa skala produksi dapat

mempengaruhi efisiensi. Hal ini yang membedakan dengan asumsi CRS yang

menyatakan bahwa skala produksi tidak mempengaruhi efisiensi. Teknologi

merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi VRS, sehingga membuka

kemungkinan skala produksi mempengaruhi efisiensi.

Hasil perhitungan DEA dengan pendekatan CRS ini disebut juga dengan

efisiensi keseluruhan (Overall Eficiency) dengan asumsi variabel input dan output

konstan. Sedangkan hasil perhitungan DEA dengan pendekatan VRS disebut juga

dengan efisiensi teknik (Technical Eficiency) dengan asumsi variabel input dan

output berubah.31

Hasil pada metode DEA dibagi menjadi 5 kategori, yaitu :

a. Kategori 1 : 100% (Sangat Efisien)

b. Kategori 2 : 80% s/d 99,99% (Efisien)

30

Heri Pratikto dan IIs Sugianto. “Kinerja Efisiensi bank Syariah Sebelum dan

sesudah Krisis Global Berdasarkan Data envelopment analysis”. (Jurnal Ekonomi

Bisnis, TH. 16, No. 2, Juli 20111) Hal 110 31

Finta Elvira, Prasetiono.”Efisiensi Teknik dan Efisiensi Profitabilitas Perbankan

Sebelum dan Setelah Krisis Ekonomi 2008 Dengan Menggunakan Metode Non

Parametrik Data envelopment analysisi”. (Diponegoro Journal Of Management, Vol.1,

No.2 (2012). Hal 5-6.

47

c. Kategori 3 : 60 s/d 79,99% (Cukup Efisien)

d. Kategori 4 : 40% s/d 59,99% (Tidak Efisien)

e. Kategori 5 : 0% s/d 39,99% (Sangat Tidak Efisien)

DEA memiliki kelebihan-kelebihan dari alat analisis efisiensi tradisional,

yaitu dalam spesifikasi fungsi produksi derajat kemungkinan kesalahannya adalah

nol, atau pendekatan DEA tidak memasukkan random eror. Sebagai

konsekuensinya, pendekatan DEA tidak dapat memperhitungkan faktor-faktor

seperti perbedaan harga antar daerah, perbedaan peraturan, perilaku baik

buruknya data, observasi yang ekstrim, dan lain sebagainya sebagai faktor-faktor

ketidakefisienan dan metode pengukurannya adalah non-parametric. Kelemahan

dari pendekatan DEA adalah sangat sensitif terhadap kemungkinan terjadinya

kesalahan pengukuran.

Pada dasarnya teknik analisis DEA didesain khusus untuk mengukur

efisiensi relatif suatu UKE dalam kondisi banyak input maupun output. Kondisi

tersebut biasanya sulit disiasati secara sempurna oleh tehnik analisis pengukuran

efisiensi lainnya. Efisiensi relatif suatu UKE adalah efisiensi suatu UKE

dibanding dengan UKE lain dalam sampel menggunakan jenis input dan output

yang sama. DEA memformulasikan UKE sebagai program linier fraksional untuk

mencari solusi, apabila model tersebut ditransformasikan ke dalam program linier

dengan nilai bobot dari input dan output. Efisiensi relatif UKE dalam DEA, juga

didefinisikan sebagai rasio dari total output tertimbang dibagi total input

tertimbang. Inti dari DEA adalah menentukan bobot atau timbangan untuk setiap

input dan output dari UKE. Setiap UKE diasumsikan bebas menentukan bobot

48

untuk variable-variabel input maupun output yang ada, asalkan mampu

memenuhi dua kondisi yang disyaratkan.32

Adapun kedua kondisi tersebut adalah,

bobot tidak boleh negatif dan bobot harus bersifat universal.

Hal ini berarti UKE dalam sampel harus dapat menggunakan seperangkat

bobot yang sama untuk mengevaluasi rasionya dan rasio tersebut tidak boleh

lebih dari 1. Suatu UKE dikatakan efisien secara relatif apabila nilai jualnya sama

dengan 1, sebaliknya apabila kurang dari 1 maka UKE bersangkutan dianggap

tidak efisien secara relative.

Dalam penelitian ini akan digunakan model dengan asumsi constant

return to scale (CRS) atau disebut dengan model CCR (Charnes-Cooper-

Rhodes). Model tersebut dipilih berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh

Priyonggo Suseno tentang belum adanya hubungan tingkat efisiensi Bank Syariah

(Studi pada 10 Bank Syariah) dengan skala produksinya. Dalam penelitian

tersebut dijelaskan bahwa skala ekonomi dalam industri perbankan tidak terjadi

menurut skala perusahaan dikarenakan fungsi suatu bank telah terintegrasi

dengan bank lainnya. Dengan demikian, skala ekonomi telah bergeser dari

perusahaan menuju fungsional. Di Indonesia, hal ini dapat diamati dari fenomena

terdapatnya penggunaan mesin ATM bersama, layanan kartu kredit bersama

ataupun pemasaran bersama, sehingga tingkat efisiensi tidak akan tampak dalam

skala perusahaan namun dimungkinkan dalam skala fungsional suatu industri

perbankan nasional (bukan hanya industri perbankan syariah). Pada penelitian ini

32

Samsubar Saleh. Metode Data envelopment analysis, (Yogyakarta:Pau-FE UGM,

2000) Hal. 20.

49

juga menggunakan efisiensi dengan pendekatan berorientasi output, hal tersebut

dikarenakan pada akhirnya tujuan sebuah UKE adalah mendapatkan keuntungan

yang maksimal dengan mengoptimalkan sumber daya yang dimiliki.

F. Spesifikasi Input dan Output

Dalam penentuan spesifikasi input dan output dalam dunia perbankan

terdapat 3 cara yakni pendekatan aset (the asset approach), pendekatan produksi

(the production approach), dan pendekatan intermediasi (the intermediary

approach).33

Pendekatan aset merupakan visualisasi fungsi primer sebuah institusi

finansial sebagai pencipta kredit pinjaman (loans), dimana output benar-benar

didefinisikan dalam bentuk aset.

Pendekatan produksi melihat institusi finansial sebagai produser dari akun

deposit (deposit account) dan kredit pinjaman (loan), mendefinisikan output

sebagai jumlah dari akun-akun tersebut atau transaksi yang terkait dengannya.

Sedangkan input-input dalam pendekatan produksi dihitung sebagai jumlah dari

tenaga kerja, pengeluaran modal pada aset-aset tetap (fixed aset) dan material-

material lainnya.

Pendekatan intermediasi memandang sebuah institusi financial sebagai

intermediator yakni mengubah dan mentransfer aset-aset financial dari unit-unit

surplus menjadi unit-unit defisit. Dalam hal ini input-inputnya adalah seperti dana

41

Muliaman D. Hadad, dkk. Analisis Efisiensi Industri Perbankan Indonesia:

Penggunaan Metode Nonparametrik Data envelopment analysis (DEA).(Jurnal Bank

Indonesia, 2003).Hal 3

50

pihak ketiga, biaya tenaga kerja, dan aset. Sedangkan ouputnya antara lain diukur

dari pembiayaan (loans) dan pendapatan operasional

Pada penelitian ini, penentuan input dan output menggunakan pendekatan

intermediasi sehingga input dan outputnya adalah:

1. Variabel Input (X) : DPK (I1), Biaya Tenaga Kerja (I2), dan Aset (I3)

2. Variable Output (Y) : Pembiayaan (O1) dan Pendapatan Operasional

(O2)

Diketahui bahwa data input dan output adalah dalam bentuk rasio terhadap

total aktiva. Hal ini agar data yang dihasilkan tidak terlalu mencolok antara bank

besar dan bank kecil.

G. Definisi Variabel Operasional

Metode analisis menggunakan Two-Stage Data envelopment analysis

memerlukan data yang berupa input dan output dalam perhitungan tingkat

efisiensi (first stage) dan data variabel lingkungan dalam menganalisis faktor-

faktor yang mempengaruhi tingkat efisiensi suatu Unit kegiatan Ekonomi (UKE).

Adapun definisi variabel pada perhitungan tingkat efisiensi (first stage)

adalah:

a. Dana Pihak Ketiga (DPK) adalah dana yang dipercayakan oleh

masyarakat kepada bank berdasarkan perjanjian penyimpanan dana.

Simpanan dalam bank syariah diimplementasikan dalam produk

penghimpunan dana dalam bank syariah berupa tabungan, giro, maupun

51

deposito. Pada penelitian ini dana pihak ketiga dinyatakan dalam jutaan

rupiah.

b. Biaya Tenaga Kerja adalah harga yang dibebankan untuk penggunaan

tenaga kerja manusia tersebut. Dapat juga diartikan semua balas jasa

yang diberikan oleh perusahaan kepada semua karyawan, elemen biaya

tenaga kerja yang merupakan biaya produksi adalah biaya tenaga kerja

untuk karyawan di perusahaan. Biaya tenaga kerja dapat berupa biaya

gaji, provisi maupun fee yang diberikan perusahaan.

c. Aset merupakan kekayaan yang dimiliki oleh bank meliputi kas, giro

pada Bank Indonesia, penempatan pada bank lain, surat berharga yang

dimiliki, pembiayaan atau kredit, dan aktiva tetap yang dimiliki.34

d. Pembiayaan adalah pendanaan yang dikeluarkan untuk mendukung

investasi yang telah direncanakan, baik dilakukan sendiri maupun

dikerjakan oleh orang lain. Dalam arti sempit, pembiayaan dipakai untuk

medefinisikan pendanaan yang dilakukan oleh lembaga pembiayaan

seperti bank syariah kepada nasabah.

e. Pendapatan Operasional adalah arus masuk sumber daya ke dalam suatu

perusahaan dalam suatu periode dari penjualan barang atau jasa, dimana

sumber daya pada umumnya dalam bentuk kas, wesel tagih, atau piutang

pendapatan yang tidak mencakup sumber daya yang diterima dan

34

Handria Mayosa “Analisis Perbandingan Efisiensi Bank Perkreditan Rakyat

Dengan Bank Perkreditan Rakyat Syariah Dengan Menggunakan Metode Data

envelopment analysis” (Skripi S1 Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah Jakarta,2014), Hal 48.

52

sumber-sumber selain dari operasi, seperti penjualan aktiva tetap,

penerbitan saham, atau peminjaman.

53

BAB IV

ANALISA DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Perbankan

1. PT Bank Syariah Mandiri

Bank Syariah Mandiri (BSM) berdiri pada tanggal 25 Oktober 1999

dan mulai beroperasi pada tanggal 1 November 1999. Dengan modal dasar

sebesar RP. 2.500.000.000.000; dan modal disetor sebesar Rp.

2.489.021.935.000;. Nilai-nilai perusahaan yang menjunjung tinggi

kemanusiaan dan integritas telah tertanam kuat pada segenap insan Bank

Syariah Mandiri (BSM) sejak awal pendiriannya. Kehadiran BSM sejak

tahun 1999, sesungguhnya merupakan hikmah sekaligus berkah pasca krisis

ekonomi dan moneter 1997-1998. Sebagaimana diketahui, krisis ekonomi

dan moneter sejak Juli 1997, yang disusul dengan krisis multi-dimensi

termasuk di panggung politik nasional, telah menimbulkan beragam dampak

negatif yang sangat hebat terhadap seluruh sendi kehidupan masyarakat,

tidak terkecuali dunia usaha. Dalam kondisi tersebut, industri perbankan

nasional yang didominasi oleh bank-bank konvensional mengalami krisis

luar biasa. Pemerintah akhirnya mengambil tindakan dengan

merestrukturisasi dan merekapitalisasi sebagian bank-bank di Indonesia.

PT Bank Susila Bakti (BSB) adalah salah satu bank konvensional,

yang dimiliki oleh Yayasan Kesejahteraan Pegawai (YKP) PT Bank Dagang

54

Negara dan PT Mahkota Prestasi juga terkena dampak krisis. BSB berusaha

keluar dari situasi tersebut dengan melakukan upaya merger dengan beberapa

bank lain serta mengundang investor asing. Pada saat bersamaan, pemerintah

melakukan penggabungan (merger) empat bank (Bank Dagang Negara, Bank

Bumi Daya, Bank Exim, dan Bapindo) menjadi satu bank baru bernama PT

Bank Mandiri (Persero) pada tanggal 31 Juli 1999. Kebijakan penggabungan

tersebut juga menempatkan dan menetapkan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk.

sebagai pemilik mayoritas baru BSB.

Bank Mandiri melakukan konsolidasi serta membentuk Tim

Pengembangan Perbankan Syariah, sebagai tindak lanjut dari keputusan

merger. Pembentukan tim ini bertujuan untuk mengembangkan layanan

perbankan syariah di kelompok perusahaan Bank Mandiri, sebagai respon

atas diberlakukannya UU No. 10 tahun 1998, yang memberi peluang bank

umum untuk melayani transaksi syariah (dual banking system). Tim

Pengembangan Perbankan Syariah memandang bahwa pemberlakuan UU

tersebut merupakan momentum yang tepat untuk melakukan konversi PT

Bank Susila Bakti dari bank konvensional menjadi bank syariah. Oleh

karenanya, Tim Pengembangan Perbankan Syariah segera mempersiapkan

sistem dan infrastrukturnya, sehingga kegiatan usaha BSB berubah dari bank

konvensional menjadi bank yang beroperasi berdasarkan prinsip syariah

dengan nama PT Bank Syariah Mandiri sebagaimana tercantum dalam Akta

Notaris: Sutjipto, SH, No. 23 tanggal 8 September 1999. Perubahan kegiatan

usaha BSB menjadi bank umum syariah dikukuhkan oleh Gubernur Bank

55

Indonesia melalui SK Gubernur BI No. 1/24/ KEP.BI/1999, 25 Oktober

1999. Selanjutnya, melalui Surat Keputusan Deputi Gubernur Senior Bank

Indonesia No. 1/1/KEP.DGS/ 1999, BI menyetujui perubahan nama menjadi

PT Bank Syariah Mandiri. Menyusul pengukuhan dan pengakuan legal

tersebut, PT Bank Syariah Mandiri secara resmi mulai beroperasi sejak Senin

tanggal 25 Rajab 1420 H atau tanggal 1 November 1999.

PT Bank Syariah Mandiri hadir, tampil dan tumbuh sebagai bank

yang mampu memadukan idealisme usaha dengan nilai-nilai rohani, yang

melandasi kegiatan operasionalnya. Harmoni antara idealisme usaha dan

nilai-nilai rohani inilah yang menjadi salah satu keunggulan Bank Syariah

Mandiri dalam kiprahnya di perbankan Indonesia. BSM hadir untuk bersama

membangun Indonesia menuju Indonesia yang lebih baik.35

Hingga saat ini

kantor layanan BSM telah mencapai 773 Kantor Cabang diseluruh provinsi

Indonesia. Dengan jumlah jaringan ATM sebanyak 182, 156 ATM (ATM

BSM, ATM Mandiri, ATM Bersama termasuk ATM Mandiri dan ATM

BSM, ATM Prima dan MEPS. Semakin mengoptimalkan pelayanan bank

tersebut.

2. PT Bank Muamalat Indonesia

PT Bank Muamalat Indonesia Tbk didirikan pada 24 Rabius Tsani

1412 H atau 1 Nopember 1991, diprakarsai oleh Majelis Ulama Indonesia

(MUI) dan Pemerintah Indonesia, dan memulai kegiatan operasinya pada 27

35

https://www.syariahmandiri.co.id/category/info-perusahaan/profil-

perusahaan/sejarah/. Diakses pada 13 Juni 2016 pukul 16.10

56

Syawwal 1412 H atau 1 Mei 1992. Dengan dukungan nyata dari eksponen

Ikatan Cendekiawan Muslim se-Indonesia (ICMI) dan beberapa pengusaha

Muslim, pendirian Bank Muamalat juga menerima dukungan masyarakat,

terbukti dari komitmen pembelian saham Perseroan senilai Rp 84 miliar pada

saat penandatanganan akta pendirian Perseroan. Selanjutnya, pada acara

silaturahmi peringatan pendirian tersebut di Istana Bogor, diperoleh

tambahan komitmen dari masyarakat Jawa Barat yang turut menanam modal

senilai Rp 106 miliar. Pada tanggal 27 Oktober 1994, hanya dua tahun

setelah didirikan, Bank Muamalat berhasil menyandang predikat sebagai

Bank Devisa. Pengakuan ini semakin memperkokoh posisi Perseroan sebagai

bank syariah pertama dan terkemuka di Indonesia dengan beragam jasa

maupun produk yang terus dikembangkan.

Indonesia dilanda krisis moneter pada akhir tahun 90an, yang

memporakporandakan sebagian besar perekonomian Asia Tenggara. Sektor

perbankan nasional tergulung oleh kredit macet di segmen korporasi. Bank

Muamalat pun terimbas dampak krisis. Di tahun 1998, rasio pembiayaan

macet (NPF) mencapai lebih dari 60%. Perseroan mencatat rugi sebesar Rp

105 miliar. Ekuitas mencapai titik terendah, yaitu Rp 39,3 miliar, kurang dari

sepertiga modal setor awal. Dalam upaya memperkuat permodalannya, Bank

Muamalat mencari pemodal yang potensial, dan ditanggapi secara positif

oleh Islamic Development Bank (IDB) yang berkedudukan di Jeddah, Arab

Saudi. Pada RUPS tanggal 21 Juni 1999 IDB secara resmi menjadi salah satu

pemegang saham Bank Muamalat. Oleh karenanya, kurun waktu antara tahun

57

1999 dan 2002 merupakan masa-masa yang penuh tantangan sekaligus

keberhasilan bagi Bank Muamalat. Dalam kurun waktu tersebut, Bank

Muamalat berhasil membalikkan kondisi dari rugi menjadi laba berkat upaya

dan dedikasi setiap Kru Muamalat, ditunjang oleh kepemimpinan yang kuat,

strategi pengembangan usaha yang tepat, serta ketaatan terhadap pelaksanaan

perbankan syariah secara murni.

Bank Mumalat saat ini memberikan layanan bagi lebih dari 4,3 juta

nasabah melalui 457 gerai yang tersebar di 33 provinsi di Indonesia. Jaringan

BMI didukung pula oleh aliansi melalui lebih dari 4000 Kantor Pos

Online/SOPP di seluruh Indonesia, 1996 ATM, serta 95.000 merchant debet.

BMI saat ini juga merupakan satu-satunya bank syariah yang telah membuka

cabang luar negeri, yaitu di Kuala Lumpur, Malaysia. Untuk meningkatkan

aksesibilitas nasabah di Malaysia, kerjasama dijalankan dengan jaringan

Malaysia Electronic Payment System (MEPS) sehingga layanan BMI dapat

diakses di lebih dari 2000 ATM di Malaysia. Selain itu Bank Muamalat

memiliki produk shar-e gold dengan teknologi chip pertama di Indonesia

yang dapat digunakan di 170 negara dan bebas biaya diseluruh merchant

berlogo visa. Sebagai Bank Pertama Murni Syariah, bank muamalat

berkomitmen untuk menghadirkan layanan perbankan yang tidak hanya

comply terhadap syariah, namun juga kompetitif dan aksesibel bagi

masyarakat hingga pelosok nusantara. Komitmen tersebut diapresiasi oleh

pemerintah, media massa, lembaga nasional dan internasional serta

masyarakat luas melalui lebih dari 70 award bergengsi yang diterima oleh

58

BMI dalam 5 tahun Terakhir. Penghargaan yang diterima antara lain sebagai

Best Islamic Bank in Indonesia 2009 oleh Islamic Finance News (Kuala

Lumpur), sebagai Best Islamic Financial Institution in Indonesia 2009 oleh

Global Finance (New York) serta sebagai The Best Islamic Finance House in

Indonesia 2009 oleh Alpha South East Asia (Hong Kong).36

3. PT Bank Mega Syariah Indonesia

PT Bank Umum Tugu (Bank Tugu) merupakan bank umum yang

didirikan pada 14 Juli 1990 melalui Keputusan Menteri Keuangan RI

No.1046/KMK/013/1990 tersebut, diakuisisi CT Corpora (d/h Para Group)

melalui Mega Corpora (d/h PT Para Global Investindo) dan PT Para Rekan

Investama pada 2001. Sejak awal, para pemegang saham memang ingin

mengonversi bank umum konvensional itu menjadi bank umum syariah.

Keinginan tersebut terlaksana ketika Bank Indonesia mengizinkan Bank

Tugu dikonversi menjadi bank syariah melalui Keputusan Deputi Gubernur

Bank Indonesia No.6/10/KEP.DpG/2004 menjadi PT Bank Syariah Mega

Indonesia (BSMI) pada 27 Juli 2004, sesuai dengan Keputusan Deputi

Gubernur Bank Indonesia No.6/11/KEP.DpG/2004. Pengonversian tersebut

dicatat dalam sejarah perbankan Indonesia sebagai upaya pertama

pengonversian bank umum konvensional menjadi bank umum syariah. Hal

inilah yang menjadi awal berdirinya Bank Syariah Mega Indonesia, yang

resmi beroperasi pada 25 Agustus 2004. Hampir tiga tahun kemudian, pada 7

36

http://www.bankmuamalat.co.id/profil-bank-muamalat. Diakses pada 13 Juni

2016 pukul 16.35.

59

November 2007, pemegang saham memutuskan perubahan bentuk logo

BSMI ke bentuk logo bank umum konvensional yang menjadi sister

company-nya, yakni PT Bank Mega, Tbk., tetapi berbeda warna. Sejak 2

November 2010 sampai dengan sekarang, melalui Keputusan Gubernur Bank

Indonesia No.12/75/KEP.GBI/DpG/2010, PT. Bank Syariah Mega Indonesia

berganti nama menjadi PT Bank Mega Syariah.

CT Corpora sebagai pemegang saham mayoritas memiliki komitmen

dan tanggung jawab penuh untuk menjadikan Bank Mega Syariah sebagai

bank umum syariah terbaik di industri perbankan syariah nasional untuk

mewujudkan visi "Tumbuh dan Sejahtera Bersama Bangsa". Komitmen

tersebut dibuktikan dengan terus memperkuat modal bank. Dengan demikian,

Bank Mega Syariah akan mampu memberikan pelayanan terbaik dalam

menghadapi persaingan yang semakin ketat dan kompetitif di industri

perbankan nasional. Misalnya, pada 2010, sejalan dengan perkembangan

bisnis, melalui rapat umum pemegang saham (RUPS), pemegang saham

meningkatkan modal dasar dari Rp400 miliar menjadi Rp1,2 triliun dan

modal disetor bertambah dari Rp150,060 miliar menjadi Rp318,864 miliar.

Saat ini, modal disetor telah mencapai Rp787,204 miliar.

Pemegang saham bersama seluruh jajaran manajemen Bank Mega

Syariah senantiasa bekerja keras, memegang teguh prinsip kehati-hatian,

serta menjunjung tinggi asas keterbukaan dan profesionalisme dalam

melakukan kegiatan usahanya. Beragam produk juga terus dikembangkan

sesuai dengan kebutuhan masyarakat serta didukung infrastrukur layanan

60

perbankan yang semakin lengkap dan luas, termasuk dukungan sejumlah

kantor cabang di seluruh Indonesia. Untuk meningkatkan pelayanan kepada

masyarakat sekaligus mengukuhkan semboyan "Untuk Kita Semua", pada

2008, Bank Mega Syariah mulai memasuki pasar perbankan mikro dan gadai.

Strategi tersebut ditempuh karena ingin berperan lebih besar dalam

peningkatan perekonomian umat yang mayoritas memang berbisnis di sektor

usaha mikro dan kecil.

Bank Mega Syariah telah menjadi bank devisa, sejak 16 Oktober

2008. Dengan status tersebut, bank ini dapat melakukan transaksi devisa dan

terlibat dalam perdagangan internasional. Artinya, status itu juga telah

memperluas jangkauan bisnis bank ini, sehingga tidak hanya menjangkau

ranah domestik, tetapi juga ranah internasional. Strategi peluasan pasar dan

status bank devisa itu akhirnya semakin memantapkan posisi Bank Mega

Syariah sebagai salah satu bank umum syariah terbaik di Indonesia. Selain

itu, pada 8 April 2009, Bank Mega Syariah memperoleh izin dari

Departemen Agama Republik Indonesia (Depag RI) sebagai bank penerima

setoran biaya penyelenggaraan ibadah haji (BPS BPIH). Dengan demikian,

bank ini menjadi bank umum kedelapan sebagai BPS BPIH yang tersambung

secara online dengan Sistem Komputerisasi Haji Terpadu (Siskohat) Depag

RI. Izin itu tentu menjadi landasan baru bagi Bank Mega Syariah untuk

semakin melengkapi kebutuhan perbankan syariah umat Indonesia.37

37

http://www.megasyariah.co.id/about-us/about-mega-syariah. Diakses 13 Juni 2016

pukul 16.50.

61

4. PT Bank Rakyat Indonesia Syariah

PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk., berawal dari akuisisi

terhadap Bank Jasa Arta pada 19 Desember 2007 dan setelah mendapatkan

izin dari Bank Indonesia pada 16 Oktober 2008 melalui suratnya

o.10/67/KEP.GBI/DpG/2008, maka pada tanggal 17 November 2008 PT.

Bank BRISyariah secara resmi beroperasi. Kemudian PT. Bank BRISyariah

merubah kegiatan usaha yang semula beroperasional secara konvensional,

kemudian diubah menjadi kegiatan perbankan berdasarkan prinsip syariah

Islam. Dua tahun lebih PT. Bank BRISyariah hadir mempersembahkan

sebuah bank ritel modern terkemuka dengan layanan finansial sesuai

kebutuhan nasabah dengan jangkauan termudah untuk kehidupan lebih

bermakna. Melayani nasabah dengan pelayanan prima (service excellence)

dan menawarkan beragam produk yang sesuai harapan nasabah dengan

prinsip syariah.

PT. Bank BRISyariah hadir di tengah-tengah industri perbankan

nasional dipertegas oleh makna pendar cahaya yang mengikuti logo

perusahaan. Logo ini menggambarkan keinginan dan tuntutan masyarakat

terhadap sebuah bank modern sekelas PT. Bank BRISyariah yang mampu

melayani masyarakat dalam kehidupan modern. Kombinasi warna yang

digunakan merupakan turunan dari warna biru dan putih sebagai benang

merah dengan brand PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk., Aktivitas

PT. Bank BRISyariah semakin kokoh setelah pada 19 Desember 2008

ditandatangani akta pemisahan Unit Usaha Syariah PT. Bank Rakyat

62

Indonesia (Persero), Tbk., untuk melebur ke dalam PT. Bank BRISyariah

(proses spin off-) yang berlaku efektif pada tanggal 1 Januari 2009.

Penandatanganan dilakukan oleh Bapak Sofyan Basir selaku Direktur Utama

PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk., dan Bapak Ventje Rahardjo

selaku Direktur Utama PT. Bank BRISyariah.

PT. Bank BRI Syariah saat ini menjadi bank syariah ketiga terbesar

berdasarkan aset. PT. Bank BRISyariah tumbuh dengan pesat baik dari sisi

aset, jumlah pembiayaan dan perolehan dana pihak ketiga. Dengan berfokus

pada segmen menengah bawah, PT. Bank BRI Syariah menargetkan menjadi

bank ritel modern terkemuka dengan berbagai ragam produk dan layanan

perbankan. Sesuai dengan visinya, saat ini PT. Bank BRISyariah merintis

sinergi dengan PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk., dengan

memanfaatkan jaringan kerja PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk.,

sebagai Kantor Layanan Syariah dalam mengembangkan bisnis yang

berfokus kepada kegiatan penghimpunan dana masyarakat dan kegiatan

konsumer berdasarkan prinsip Syariah.38

5. PT Bank Bukopin Syariah

PT Bank Syariah BUKOPIN (selanjutnya disebut Perseroan) sebagai

bank yang beroperasi dengan prinsip syariah yang bermula masuknya

konsorsium PT Bank Bukopin, Tbk diakuisisinya PT Bank Persyarikatan

Indonesia (sebuah bank konvensional) oleh PT Bank Bukopin, Tbk., proses

38

http://www.brisyariah.co.id/?q=sejarah. Diakses pada 13 Juni 2016 pukul

17.00.

63

akuisisi tersebut berlangsung secara bertahap sejak 2005 hingga 2008,

dimana PT Bank Persyarikatan Indonesia yang sebelumnya bernama PT

Bank Swansarindo Internasional didirikan di Samarinda, Kalimantan Timur

berdasarkan Akta Nomor 102 tanggal 29 Juli 1990 merupakan bank umum

yang memperolah Surat Keputusan Menteri Keuangan nomor 1.659/

KMK.013/1990 tanggal 31 Desember 1990 tentang Pemberian Izin

Peleburan Usaha 2 (dua) Bank Pasar dan Peningkatan Status Menjadi Bank

Umum dengan nama PT Bank Swansarindo Internasional yang memperoleh

kegiatan operasi berdasarkan surat Bank Indonesia (BI) nomor

24/1/UPBD/PBD2/Smr tanggal 1 Mei 1991 tentang Pemberian Izin Usaha

Bank Umum dan Pemindahan Kantor Bank. Pada tahun 2001 sampai akhir

2002 proses akuisisi oleh Organisasi Muhammadiyah dan sekaligus

perubahan nama PT Bank Swansarindo Internasional menjadi PT Bank

Persyarikatan Indonesia yang memperoleh persetujuan dari (BI) nomor

5/4/KEP. DGS/2003 tanggal 24 Januari 2003 yang dituangkan ke dalam akta

nomor 109 Tanggal 31 Januari 2003.

PT Bank Persyarikatan Indonesia dalam perkembanganya melalui

tambahan modal dan asistensi oleh PT Bank Bukopin, Tbk., maka pada tahun

2008 setelah memperolah izin kegiatan usaha bank umum yang beroperasi

berdasarkan prinsip syariah melalui Surat Keputusan Gubernur Bank

Indonesia nomor 10/69/KEP.GBI/DpG/2008 tanggal 27 Oktober 2008

tentang Pemberian Izin Perubahan Kegiatan Usaha Bank Konvensional

Menjadi Bank Syariah, dan Perubahan Nama PT Bank Persyarikatan

64

Indonesia Menjadi PT Bank Syariah Bukopin dimana secara resmi mulai

efektif beroperasi tanggal 9 Desember 2008, kegiatan operasional Perseroan

secara resmi dibuka oleh Bapak M. Jusuf Kalla, Wakil Presiden Republik

Indonesia periode 2004 -2009. Sampai dengan akhir Desember 2014

Perseroan memiliki jaringan kantor yaitu 1 (satu) Kantor Pusat dan

Operasional, 11 (sebelas) Kantor Cabang, 7 (tujuh) Kantor Cabang

Pembantu, 4 (empat) Kantor Kas, 1 (satu) unit mobil kas keliling, dan 76

(tujuh puluh enam) Kantor Layanan Syariah, serta 27 (dua puluh tujuh)

mesin ATM BSB dengan jaringan Prima dan ATM Bank Bukopin.39

6. PT Bank Panin Syariah

Bank Panin Dubai Syariah Tbk (dahulu Bank Panin Syariah Tbk)

(PNBS) didirikan di Malang tanggal 08 Januari 1972 dengan nama PT Bank

Pasar Bersaudara Djaja. Kantor pusat PNBS beralamat di Gedung Panin Life

Center Lt.3 Jl. Letjend S. Parman Kav.91 Jakarta Barat 11420 – Indonesia

dan memiliki 25 kantor cabang.

PNBS beberapa kali melakukan perubahan nama, antara lain:

a. PT Bank Pasar Bersaudara Djaja, per 08 Januari 1972

b. PT Bank Bersaudara Jaya, per 08 Januari 1990

c. PT Bank Harfa, per 27 Maret 1997

d. PT Bank Panin Syariah, per 03 Agustus 2009

e. Bank Panin Dubai Syariah Tbk, 11 Mei 2016.

39

http://www.syariahbukopin.co.id/id/tentang-kami/profil-perusahaan. Diakses pada

13 Juni pukul 17.20.

65

PNBS memperoleh izin operasi syariah dari Bank Indonesia

tanggal 6 Oktober 2009 dan kemudian resmi beroperasi sebagai bank syariah

berdasarkan Keputusan Gubernur BI No.11/52/KEP.GBI/DpG/2009 pada

tanggal 02 Desember 2009.. Bank Panin Dubai Syariah Tbk juga telah

mendapat persetujuan menjadi bank devisa dari Otoritas jasa Keuangan

(OJK) pada tanggal 08 Desember 2015. Induk usaha PNBS adalah Bank Pan

Indonesia Tbk (Bank Panin) (PNBN), sedangkan induk usaha terakhir adalah

PT Panin Invesment. Pemegang saham yang memiliki 5% atau lebih saham

Bank Panin Dubai Syariah Tbk, yaitu: Bank Panin (induk usaha)(50.22%)

dan Dubai Islamic Bank (32.25%). Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan,

ruang lingkup kegiatan PNBS adalah menjalankan kegiatan jasa umum

perbankan dengan Prinsip Syariah (Bank Umum Syariah).

PNBS memperoleh pernyataan efektif dari Otoritas Jasa Keuangan

(OJK) pada tanggal 30 Desember 2013, untuk melakukan Penawaran Umum

Perdana Saham PNBS (IPO) kepada masyarakat sebanyak 4.750.000.000

dengan nilai nominal Rp 100,- per saham disertai Waran Seri I yang

diberikan secara cuma-cuma sebagai insentif sebanyak 950.000.000,- dengan

pelaksanaan sebesar Rp 110,- per saham. Setiap pemegang saham Waran

berhak membeli satu saham perusahaan selama masa pelaksanaan yaitu

mulai tanggal 15 Juli 2014 samapi dengan 14 Januari 2017. Saham dan

waran tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 15

Januari 2014.

66

PT Bank Panin Dubai Syariah Tbk (“Panin Dubai Syariah Bank”),

berkedudukan di Jakarta dan berkantor pusat di Gedung Panin Life Center,

Jl. Letjend S. Parman Kav. 91, Jakarta Barat. Sesuai dengan pasal 3

Anggaran Dasar Panin Dubai Syariah Bank, ruang lingkup kegiatan Panin

Dubai Syariah Bank adalah menjalankan kegiatan usaha di bidang perbankan

dengan prinsip bagi hasil berdasarkan syariat Islam. Panin Dubai Syariah

Bank mendapat ijin usaha dari Bank Indonesia berdasarkan Surat Keputusan

Gubernur Bank Indonesia No.11/52/KEP.GBI/DpG/2009 tanggal 6 Oktober

2009 sebagai bank umum berdasarkan prinsip syariah dan mulai beroperasi

sebagai Bank Umum Syariah pada tanggal 2 Desember 2009.40

B. Hasil Perhitungan Tingkat Efisiensi Bank Umum Syariah Kuartal I Tahun

2013 – Kuartal IV Tahun 2016

1. Perbandingan tingkat efisiensi Bank Umum Syariah kuartal I

tahun 2013 – kuartal IV tahun 2016

Pada pembahasan ini akan ditampilkan tingkat efisiensi 6 (Enam)

Bank Umum Syariah melalui metode Data Envelopment Analysis (DEA)

dapat dilihat tingkat efisiensi BUS selama kuartal I Tahun 2013 sampai

Kuartal IV Tahun 2016 secara kuartal maupun tingkat efisiensi rata-rata

selama periode tersebut.

40 https://id.wikipedia.org/wiki/Panin_Bank_Syariah. Diakses pada 13 Juni 2016

pukul 17.30.

67

Grafik Score Efisiensi Bank Umum Syariah (BUS)

Gambar 4.1 Efisiensi 6 (Enam) Bank Umum Syariah Kuartal I 2013 – Kuartal IV 2016

Hasil pengukuran tingkat efisiensi Bank Umum Syariah kuartal I

tahun 2013- kuartal IV tahun 2016 menunjukkan trend fluktuatif, tidak ada

Bank Umum Syariah (BUS) yang memiliki score efisiensi yang stabil dari

setiap waktu pengukuran. Berdasarkan hasil pengukuran efisiensi tersebut

dapat dilihat Bank Umum Syariah yang mendapat score 100, atau dapat

diartikan bahwa bank tersebut telah mampu mengoptimalkan seluruh sumber

daya yang dimilikinya dan dikategorikan bank yang efisien. Adapun bank

yang dikategorikan efisien dalam penelitian ini adalah Bank Syariah Mandiri

pada kuartal I tahun 2014 dan kuartal II tahun 2015, Bank Mega Syariah

pada kuartal IV tahun 2015 hingga kuartal II tahun 2016 serta kuartal IV

0.00

20.00

40.00

60.00

80.00

100.00

120.00

Q1- 13

Q2- 13

Q3- 13

Q4- 13

Q1- 14

Q2- 14

Q3- 14

Q4- 14

Q1- 15

Q2- 15

Q3- 15

Q4- 15

Q1- 16

Q2- 16

Q3- 16

Q4- 16

BSM

BMI

BMS

BRIS

BSB

BPS

68

tahun 2016, dan Bank Panin Syariah pada kuartal IV tahun 2013 kemudian

kuartal II tahun 2014 hingga kuartal I tahun 2016. Sedangkan Bank Umum

Syariah lainnya masih dikategorikan inefisien, atau dapat diartikan belum

dapat mengoptimalkan seluruh sumber daya yang dimilikinya.

Setelah menampilkan grafik tingkat efisiensi Bank Umum Syariah

selama kuartal I tahun 2013 sampai kuartal IV tahun 2016, kita akan melihat

pencapaian tingkat efisiensi rata-rata pada masing-masing Bank Umum

Syariah (BUS) selama periode penelitian ini. Melalui Gambar 4.2 dapat di

lihat bahwa Bank Mega Syariah memiliki tingkat efisiensi yang sangat baik

bila dibandingkan dengan BUS lainnya. Tetapi BUS yang baru berdiri seperti

Bank Panin Syariah dan Bank Syariah Bukopin juga memiliki tingkat

efisiensi rata-rata yang baik. Seperti halnya dikatakan pada pembahasan

sebelumnya BankPanin Syariah menjadi BUS dengan pencapaian score

efisiensi 100 sebanyak 9 kali dan hal ini tidak dapai dicapai oleh BUS

lainnya selama periode pengamatan.

69

Gambar 4.2 Rata-Rata Efisiensi 6 (Enam) Bank Umum Syariah Kuartal I 2013

– Kuartal IV 2016

Berdasarkan hasil diatas maka secara keseluruhan perkembangan

tingkat efisiensi Bank Umum Syariah mempunyai trend yang fluktuatif

dikarenakan tingkat efisiensi BUS secara individu juga bersifat fluktuatif

seperti yang ditampilkan pada gambar 4.3. Selama periode penelitian score

efisiensi Bank Umum Syariah (BUS) tertinggi dicapai pada kuartal III tahun

2015 dengan score 74.66 dan score efisiensi terendah terdapat pada kuartal I

tahun 2015 dengan score 59.27. Dengan pengukuran ini dapat disimpulkan

bahwa Bank Umum Syariah di Indonesia masih dikategorikan inefisien atau

belum optimal dalam mengelola sumber daya yang dimilikinya.

0.00

20.00

40.00

60.00

80.00

100.00

BSM BMI BMS BRIS BSB BPS

70

Gambar 4.3 Efisiensi 6 (Enam) Bank Umum Syariah Kuartal I 2013 – Kuartal IV 2016

2. Analisis Tingkat Inefisiensi Bank Umum Syariah Kuartal I Tahun

2013- Kuartal IV tahun 2016

Salah satu dari kelebihan metode Data Envelopment Analysis (DEA)

adalah dapat menampilkan analisis teknis inefisiensi suatu UKE. Dalam

analisis tersebut akan diperlihatkan kontribusi pencapaian masing-masing

variabel, input maupun output yang dimiliki suatu UKE dalam membentuk

sebuah score efisiensi. Inefisiensi dari sebuah UKE atau dalam hal ini Bank

Umum Syariah (BUS) dapat terjadi karena kontribusi salah satu atau seluruh

variabel yang tidak maksimal dalam membentuk score pada masing-masing

Bank Umum Syariah (BUS) selama periode waktu penelitian. Adapun score

yang dihasilkan melalui metode DEA dalam mengukur tingkat efisiensi

teknis dihasilkan dalam rentang 0-100. Analisis teknis dalam penelitian ini

akan digambarkan melalui tabel pada setiap kuartal dari 6 (enam) Bank

Umum Syariah (BUS) yang menjadi objek penelitian. Input dan output yang

menjadi variabel dalam penelitian ini antara lain : DPK (I1), Biaya Tenaga

67.98

60.79 64.63

71.53

65.09

66.33

68.42

72.77

59.27 66.30

74.66 73.52

63.73

64.45

63.33

69.97

0.00

30.00

60.00

90.00

Q1 -13

Q2 -13

Q3 -13

Q4 -13

Q1 -14

Q2 -14

Q3 -14

Q4 -14

Q1 -15

Q2 -15

Q3 -15

Q4 -15

Q1 -16

Q2 -16

Q3 -16

Q4 -16

71

Kerja (I2), Aset (I3), Pembiayaan (O1) dan Pendapatan Operasional (O2).

Pada data teknis masing-masing Bank Umum Syariah akan ditampilkan

dalam bentuk tabel seperti dibawah ini :

Nama Score

Bank Efisiensi I1 I2 I3 O1 O2

BSM 58.14 100.00 100.00 18.40 31.90 58.10

BMI 57.87 100.00 100.00 20.30 57.90 57.90

BMS 52.77 100.00 100.00 47.60 0.80 52.80

BRIS 97.41 100.00 77.10 100.00 97.40 97.40

BSB 56.20 81.50 100.00 27.50 47.60 56.20

BPS 85.50 77.60 100.00 92.10 74.70 85.50

Input Output

Tabel 4.1 Inefisiensi Bank Umum Syariah Kuartal I Tahun 2013

(dalam persen)

Sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 7.1 bahwa inefisiensi teknis

BUS pada Kuartal I Tahun 2013 terdapat 6 (enam) BUS yang tergolong

inefisien atau dengan kata lain pada kuartal ini tidak ada BUS yang tergolong

efisien. Inefisiensi dapat terjadi karena input dan output pada masing-masing

Bank Umum Syariah tidak ada yang mencapai 100 persen pada kuartal

tersebut.

72

Nama Score

Bank Efisiensi I1 I2 I3 O1 O2

BSM 62.39 100.00 100.00 49.90 62.40 62.40

BMI 61.82 100.00 100.00 15.30 61.80 61.80

BMS 56.09 100.00 100.00 100.00 3.10 56.10

BRIS 42.80 100.00 100.00 69.90 42.80 42.80

BSB 62.10 100.00 100.00 38.90 62.10 62.10

BPS 79.52 61.30 100.00 100.00 65.60 79.50

Input Output

Tabel 4.2 Inefisiensi Bank Umum Syariah Kuartal II Tahun 2013

(dalam persen)

Sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 7.2 bahwa inefisiensi teknis

BUS pada Kuartal II Tahun 2013 terdapat 6 (enam) BUS yang tergolong

inefisien atau dengan kata lain pada kuartal ini tidak ada BUS yang tergolong

efisien. Inefisiensi dapat terjadi karena input dan output pada masing-masing

Bank Umum Syariah tidak ada yang mencapai 100 persen pada kuartal

tersebut.

Nama Score

Bank Efisiensi I1 I2 I3 O1 O2

BSM 64.66 100.00 100.00 32.60 64.70 64.70

BMI 67.20 100.00 100.00 24.10 67.20 67.20

BMS 60.65 100.00 100.00 86.00 5.30 60.70

BRIS 45.46 100.00 100.00 59.20 45.50 45.50

BSB 69.35 100.00 100.00 44.90 69.30 69.30

BPS 80.45 73.10 100.00 100.00 55.70 80.50

Tabel 4.3 Inefisiensi Bank Umum Syariah Kuartal III Tahun 2013

Input Output

(dalam persen)

Sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 7.3 bahwa inefisiensi teknis

BUS pada Kuartal III Tahun 2013 terdapat 6 (enam) BUS yang tergolong

73

inefisien atau dengan kata lain pada kuartal ini tidak ada BUS yang tergolong

efisien. Inefisiensi dapat terjadi karena input dan output pada masing-masing

Bank Umum Syariah tidak ada yang mencapai 100 persen pada kuartal

tersebut.

Nama Score

Bank Efisiensi I1 I2 I3 O1 O2

BSM 68.26 100.00 100.00 39.80 68.30 68.30

BMI 72.63 100.00 100.00 25.10 72.60 72.60

BMS 62.59 100.00 100.00 84.60 5.60 62.60

BRIS 51.39 100.00 100.00 67.70 51.40 51.40

BSB 74.31 100.00 100.00 55.50 74.30 74.30

Tabel 4.4 Inefisiensi Bank Umum Syariah Kuartal IV Tahun 2013

(dalam persen)

Input Output

Sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 7.4 bahwa inefisiensi teknis

BUS pada Kuartal IV Tahun 2013 terdapat 5 (lima) BUS yang tergolong

inefisien atau dengan kata lain pada kuartal ini tidak ada BUS yang tergolong

efisien. Inefisiensi dapat terjadi karena input dan output pada masing-masing

Bank Umum Syariah tidak ada yang mencapai 100 persen pada kuartal

tersebut.

Nama Score

Bank Efisiensi I1 I2 I3 O1 O2

BMI 67.36 100.00 100.00 20.50 67.40 67.40

BMS 47.00 100.00 100.00 49.00 0.90 47.00

BRIS 33.20 100.00 100.00 34.70 21.50 33.20

BSB 59.25 98.20 100.00 27.80 50.70 59.30

BPS 83.74 75.60 100.00 100.00 83.70 83.70

Input Output

Tabel 4.5 Inefisiensi Bank Umum Syariah Kuartal I Tahun 2014

(dalam persen)

74

Sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 7.5 bahwa inefisiensi teknis

BUS pada Kuartal I Tahun 2014 terdapat 5 (lima) BUS yang tergolong

inefisien atau dengan kata lain pada kuartal ini tidak ada BUS yang tergolong

efisien. Inefisiensi dapat terjadi karena input dan output pada masing-masing

Bank Umum Syariah tidak ada yang mencapai 100 persen pada kuartal

tersebut.

Nama Score

Bank Efisiensi I1 I2 I3 O1 O2

BSM 64.51 100.00 100.00 23.50 64.50 64.50

BMI 69.60 100.00 100.00 12.40 69.60 69.60

BMS 51.41 100.00 100.00 85.70 8.10 51.40

BRIS 40.41 100.00 100.00 70.90 35.20 40.40

BSB 72.05 100.00 100.00 18.40 72.00 72.00

Input Output

Tabel 4.6 Inefisiensi Bank Umum Syariah Kuartal II Tahun 2014

(dalam persen)

Sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 7.6 bahwa inefisiensi teknis

BUS pada Kuartal II Tahun 2014 terdapat 5 (lima) BUS yang tergolong

inefisien atau dengan kata lain pada kuartal ini tidak ada BUS yang tergolong

efisien. Inefisiensi dapat terjadi karena input dan output pada masing-masing

Bank Umum Syariah tidak ada yang mencapai 100 persen pada kuartal

tersebut.

75

Nama Score

Bank Efisiensi I1 I2 I3 O1 O2

BSM 60.80 100.00 100.00 29.30 60.80 60.80

BMI 74.85 100.00 100.00 20.80 74.90 74.90

BMS 50.09 100.00 100.00 92.70 6.00 50.10

BRIS 45.03 100.00 100.00 64.70 45.00 45.00

BSB 79.72 100.00 100.00 43.60 79.70 79.70

OutputInput

Tabel 4.7 Inefisiensi Bank Umum Syariah Kuartal III Tahun 2014

(dalam persen)

Sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 7.7 bahwa inefisiensi teknis

BUS pada Kuartal III Tahun 2014 terdapat 5 (lima) BUS yang tergolong

inefisien atau dengan kata lain pada kuartal ini tidak ada BUS yang tergolng

efisien. Inefisiensi dapat terjadi karena input dan output pada masing-masing

Bank Umum Syariah tidak ada yang mencapai 100 persen pada kuartal

tersebut.

Nama Score

Bank Efisiensi I1 I2 I3 O1 O2

BSM 63.72 100.00 100.00 30.60 63.70 63.70

BMI 79.94 100.00 100.00 22.40 79.90 79.90

BMS 58.28 100.00 100.00 73.00 9.80 58.30

BRIS 49.97 100.00 100.00 83.10 50.00 50.00

BSB 84.72 100.00 100.00 56.70 84.70 84.70

Input Output

Tabel 4.8 Inefisiensi Bank Umum Syariah Kuartal IV Tahun 2014

(dalam persen)

Sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 7.8 bahwa inefisiensi teknis

BUS pada Kuartal IV Tahun 2014 terdapat 5 (lima) BUS yang tergolong

inefisien atau dengan kata lain pada kuartal ini tidak ada BUS yang tergolong

efisien. Inefisiensi dapat terjadi karena input dan output pada masing-masing

76

Bank Umum Syariah tidak ada yang mencapai 100 persen pada kuartal

tersebut.

Nama Score

Bank Efisiensi I1 I2 I3 O1 O2

BSM 47.19 100.00 100.00 17.10 25.80 47.20

BMI 60.70 100.00 100.00 18.50 60.70 60.70

BMS 37.12 100.00 100.00 75.80 4.80 37.10

BRIS 45.19 65.00 100.00 23.90 30.10 45.20

Input Output

Tabel 4.9 Inefisiensi Bank Umum Syariah Kuartal I Tahun 2015

(dalam persen)

Sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 7.9 bahwa inefisiensi teknis

BUS pada Kuartal I Tahun 2015 terdapat 5 (lima) BUS yang tergolong

inefisien atau dengan kata lain pada kuartal ini tidak ada BUS yang tergolong

efisien. Inefisiensi dapat terjadi karena input dan output pada masing-masing

Bank Umum Syariah tidak ada yang mencapai 100 persen pada kuartal

tersebut.

Nama Score

Bank Efisiensi I1 I2 I3 O1 O2

BMI 59.02 100.00 100.00 11.10 59.00 59.00

BMS 36.44 100.00 100.00 81.60 9.80 36.40

BRIS 37.60 100.00 100.00 78.40 37.60 37.60

BSB 64.74 100.00 100.00 11.90 64.70 64.70

Input Output

Tabel 4.10 Inefisiensi Bank Umum Syariah Kuartal II Tahun 2015

(dalam persen)

Sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 7.10 bahwa inefisiensi

teknis BUS pada Kuartal II Tahun 2015 terdapat 4 (empat) BUS yang

tergolong inefisien atau dengan kata lain pada kuartal ini tidak ada BUS yang

tergolong efisien. Inefisiensi dapat terjadi karena input dan output pada

77

masing-masing Bank Umum Syariah tidak ada yang mencapai 100 persen

pada kuartal tersebut.

Nama Score

Bank Efisiensi I1 I2 I3 O1 O2

BSM 66.60 100.00 100.00 33.40 66.60 66.60

BMI 70.10 100.00 100.00 14.20 70.10 70.10

BMS 74.44 100.00 100.00 83.30 13.20 74.40

BRIS 63.26 100.00 100.00 93.50 63.30 63.30

BSB 73.56 100.00 100.00 35.50 73.60 73.60

OutputInput

Tabel 4.11 Inefisiensi Bank Umum Syariah Kuartal III Tahun 2015

(dalam persen)

Sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 7.11 bahwa inefisiensi teknis

BUS pada Kuartal III Tahun 2015 terdapat 5 (lima) BUS yang tergolong

inefisien atau dengan kata lain pada kuartal ini tidak ada BUS yang tergolong

efisien. Inefisiensi dapat terjadi karena input dan output pada masing-masing

Bank Umum Syariah tidak ada yang mencapai 100 persen pada kuartal

tersebut.

Nama Score

Bank Efisiensi I1 I2 I3 O1 O2

BSM 46.39 100.00 100.00 28.20 46.40 46.40

BMI 67.15 100.00 100.00 28.20 67.20 67.20

BRIS 50.37 100.00 100.00 82.10 50.40 50.40

BSB 77.22 100.00 100.00 51.80 77.20 77.20

Input Output

Tabel 4.12 Inefisiensi Bank Umum Syariah Kuartal IV Tahun 2015

(dalam persen)

Sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 7.12 bahwa inefisiensi teknis

BUS pada Kuartal IV Tahun 2015 terdapat 4 (empat) BUS yang tergolong

78

inefisien atau dengan kata lain pada kuartal ini tidak ada BUS yang tergolong

efisien. Inefisiensi dapat terjadi karena input dan output pada masing-masing

Bank Umum Syariah tidak ada yang mencapai 100 persen pada kuartal

tersebut.

Nama Score

Bank Efisiensi I1 I2 I3 O1 O2

BSM 33.17 100.00 100.00 10.50 33.20 33.20

BMI 56.68 100.00 100.00 28.20 56.70 56.70

BRIS 32.85 87.30 100.00 33.90 27.20 32.90

BSB 59.68 100.00 100.00 53.40 59.70 40.10

Input Output

Tabel 4.13 Inefisiensi Bank Umum Syariah Kuartal I Tahun 2016

(dalam persen)

Sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 7.13 bahwa inefisiensi teknis

BUS pada Kuartal I Tahun 2016 terdapat 4 (empat) BUS yang tergolong

inefisien atau dengan kata lain pada kuartal ini tidak ada BUS yang tergolong

efisien. Inefisiensi dapat terjadi karena input dan output pada masing-masing

Bank Umum Syariah tidak ada yang mencapai 100 persen pada kuartal

tersebut.

Nama Score

Bank Efisiensi I1 I2 I3 O1 O2

BSM 37.01 100.00 100.00 23.40 37.00 37.00

BMI 57.22 100.00 100.00 16.70 57.20 57.20

BRIS 40.96 12.20 100.00 39.10 17.60 41.00

BSB 69.63 100.00 100.00 17.20 69.60 69.60

Input Output

Tabel 4.14 Inefisiensi Bank Umum Syariah Kuartal II Tahun 2016

(dalam persen)

79

Sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 7.14 bahwa inefisiensi teknis

BUS pada Kuartal II Tahun 2016 terdapat 5 (lima) BUS yang tergolong

inefisien atau dengan kata lain pada kuartal ini tidak ada BUS yang tergolong

efisien. Inefisiensi dapat terjadi karena input dan output pada masing-masing

Bank Umum Syariah tidak ada yang mencapai 100 persen pada kuartal

tersebut.

Nama Score

Bank Efisiensi I1 I2 I3 O1 O2

BSM 41.56 100.00 100.00 44.10 41.60 41.60

BMI 55.22 100.00 100.00 43.60 55.20 55.20

BMS 92.10 100.00 100.00 100.00 14.50 92.10

BRIS 43.83 100.00 100.00 65.90 43.80 43.80

BSB 75.38 100.00 100.00 43.30 75.40 75.40

Input Output

Tabel 4.15 Inefisiensi Bank Umum Syariah Kuartal III Tahun 2016

(dalam persen)

Sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 7.15 bahwa inefisiensi teknis

BUS pada Kuartal III Tahun 2016 terdapat 6 (enam) BUS yang tergolong

inefisien atau dengan kata lain pada kuartal ini tidak ada BUS yang tergolong

efisien. Inefisiensi dapat terjadi karena input dan output pada masing-masing

Bank Umum Syariah tidak ada yang mencapai 100 persen pada kuartal

tersebut.

80

Nama Score

Bank Efisiensi I1 I2 I3 O1 O2

BSM 44.80 100.00 100.00 44.20 44.80 44.80

BMI 56.61 100.00 100.00 47.60 56.60 56.60

BRIS 50.83 100.00 100.00 87.90 50.80 50.80

BSB 77.30 100.00 100.00 66.20 77.30 77.30

Input Output

Tabel 4.16 Inefisiensi Bank Umum Syariah Kuartal IV Tahun 2016

(dalam persen)

Sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 7.16 bahwa inefisiensi teknis

BUS pada Kuartal IV Tahun 2016 terdapat 5 (lima) BUS yang tergolong

inefisien atau dengan kata lain pada kuartal ini tidak ada BUS yang tergolong

efisien. Inefisiensi dapat terjadi karena input dan output pada masing-masing

Bank Umum Syariah tidak ada yang mencapai 100 persen pada kuartal

tersebut.

Rata-rata inefisiensi yang terjadi pada Bank Umum Syariah karena

variabel Output yang terdiri dari Pembiayaan dan Pendapatan Operasional

yang tidak mencapai score 100 persen di masing-masing kuartal periode

penelitian.

81

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah diuraikan mengenai

perbandingan tingkat efisiensi Bank Syariah Mandiri, Bank Muamalat Indonesia,

Bank Mega Syariah, Bank Rakyat Indonesia Syariah, Bank Bukopin Syariah, dan

Bank Panin Syariah pada periode 2013 hingga 2016 dengan menggunakan Data

Envelopment Analysis (DEA), maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

a. Bank yang dikategorikan efisien dalam penelitian ini adalah Bank Syariah

Mandiri pada kuartal I tahun 2014 dan kuartal II tahun 2015, Bank Mega

Syariah pada kuartal IV tahun 2015 hingga kuartal II tahun 2016 serta

kuartal IV tahun 2016, dan Bank Panin Syariah pada kuartal IV tahun

2013 kemudian kuartal II tahun 2014 hingga kuartal I tahun 2016.

Sedangkan Bank Umum Syariah lainnya masih dikategorikan inefisien,

atau dapat diartikan belum dapat mengoptimalkan seluruh sumber daya

yang dimilikinya Tingkat efisiensi rata-rata Bank Syariah Bukopin selama

periode penelitian memiliki score tertinggi 73.94 pada tahun 2014 dan

score terendah 65.49 pada tahun 2016.

b. Rata-rata inefisiensi yang terjadi pada Bank Umum Syariah karena

variabel Output yang terdiri dari Pembiayaan dan Pendapatan Operasional

82

yang tidak mencapai score 100 persen di masing-masing kuartal periode

penelitian.

Dapat disimpulkan tingkat efisiensi rata-rata tahunan seluruh BUS yang

menjadi objek dalam penelitian ini yang memiliki tingkat efisiensi paling tinggi

dengan score 100.00 adalah Bank Panin Syariah pada tahun 2015, sedangkan

BUS yang memiliki tingkat efisiensi paling rendah dengan score 39.14 adalah

Bank Syariah Mandiri pada tahun 2016..

B. Saran

Penulis menyadari bahwa penelitian ini masih banyak terdapat

kekurangan dan keterbatasan. Karenanya berikuta akan disajikan saran-saran

terkait untuk perkembangan penelitian selanjutnya.

1. Saran Untuk Peneliti Selanjutnya

a. Peneliti mendatang perlu mengganti atau menambahkan dengan variabel-

variabel lain yang relevan dan terkait dengan efisiensi.

b. Peneliti mendatang diharapkan mengambil waktu penelitian yang lebih

lama agar nantinya mendapat hasil yang lebih akurat dan baik.

c. Peneliti selanjutnya diharapkan dapat menambah sampel penelitian lebih

banyak agar data yang di dapat juga semakin banyak untuk hasil yang

lebih akurat dan baik.

2. Saran Untuk Regulator (Bank Indonesia dan Otorotas Jasa Keuangan)

83

Agar menjadi bahan pertimbangan bagi institusi tersebut untuk

membuat regulasi dan kebijakan untuk memajukan perkembangan Bank

Umum Syariah.

3. Saran Bagi Masyarakat Umum atau Nasabah Bank Umum Syariah

Penelitian ini dapat memberikan masukan atau dijadikan rujukan

sebeum menjadi nasabah Bank Umum Syariah atau untuk yang akan

mengajukan pembiayaan.

84

DAFTAR PUSTAKA

Arafat, Wilson. 2006. Manajemen Perbankan Indonesia Teori dan

Implikasi. Jakarta :LP3ES.

Ascarya. 2008. Akad dan Produk Bank Syariah. Jakarta: Raja Grafindo.

Bungin, M. Burhan. 2005. Metodologi Penelitian Kuantitatif Komunikasi,

Ekonomi, dan Kebijakan Publik Serta Ilmu-Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta:

Kencana.

Garna, Yudisthira. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif. Bandung :

Judistira Foundation.

Ghafur, Muhammad. 2007. Potret Perbankan Syariah Indonesia Terkini.

Yogyakarta: Biruni Press.

Hidayat, Rahmat. 2014. Efisiensi Perbankan Syariah Teori dan Praktik.

Bekasi: Gramata Publishing.

Ismail.2010. Manajemen Perbankan: Dari Teori Menuju Aplikasi.

Jakarta: Kencana.

Kasmir. 2004. Pemasaran Bank. Jakarta: Prenada Media.

Muhammad.2006. Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah. Yogyakarta:

UII Press.

Muhammad. 2005. Manajemen Pembiayaan Bank Syariah. Yogyakarta:

UPP AMP YKPN.

85

Perwataajmadja, Karnaen dan Muhammad Syafi’I Antonio. 1997. Apa

dan Bagaimana Bank Islam. Yogyakarta: Dana Bakti Wakaf.

Rifai, Veithzal dan Andria Permata Veithzal. 2008. Islamic Financial

Management . Jakarta:PT Raja Grafindo Persada.

Saleh, Samsubar. 2000. Metode Data Envelopment Analysis. Yogyakarta:

Pau-FE UGM.

Sudarsono, Heri. 2008. Bank dan Lembaga Keuangan Syariah.

Yogyakarta: Ekonisia, cet. 1.

Tanjung, Hendri. Abrista Devi. 2013. Metodologi Penelitian Ekonomi

Islam. Bekasi : Gramata Publishing.

Referensi Jurnal

Chansarn, Supachet. 2008. The Relative Efficiency of Commercial Bank in

Thailand. International Research Journal of Finance and Economic.

Coelli. 1996. A Guide to DEAP version 2.1: A Data envelopment analysis

(Computer) Program (Australia: Centre For Efficiency and Productivity Analysis

Departement of Economic. University of New England Armidale, No 8/96.

Elvira, Finta. Prasetiono. 2012. Efisiensi Teknik dan Efisiensi

Profitabilitas Perbankan Sebelum dan Setelah Krisis Ekonomi 2008 Dengan

Menggunakan Metode Non Parametrik Data Envelopment Analysis. Diponegoro

Journal Of Management, Vol.1, No.2.

86

Hadad dkk, Muliaman D. 2003. Analisis Efisiensi Industri Perbankan

Indonesia : Penggunaan Metode Nonparametrik Data envelopment

analysisis(DEA). Jakarta: Bank Indonesia.

Huri, Mumu Daman dan Indah Susilowati. 2002. Pengukuran Efisiensi

Relatif Perbankan dengan Metode Data envelopment analysis (DEA) Studi Kasus

Bank yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Dinamika Pembangunan,

Vol. 1, No.2.

Huri, Mumu Daman Indah Susilowati. 2004. Pengukuran Efisiensi Relatif

Emiten Perbankan dengan Metode Data Envelopment Analysis (DEA). Jurnal

Dinamika Pembangunan Vol 1 No. 2. 7 Desember.

Muharram, H dan Pusvitasi, R. 2005. Analisis Perbandingan Efisiensi

Bank Syariah di Indonesia dengan metode Data Envelopment Analysis. Jurnal

Ekonomi dan Bisnis Islam, Vol. II, No.3.

Permono dkk. Analisis Efisiensi Industri Perbankan di Indonesia Studi

Kasus Bank-bank Devisa di Indonesia Tahun 1991-1996. Yogyakarta :Jurnal

Ekonomi dan Bisnis Indonesia UGM.

Pratikto, Heri dan Iis Sugianto. 2011. Kinerja efisiensi Bank Syariah

Sebelum dan Sesudah Krisis Global Berdasarkan Data Envelopment Analisis.

Jurnal Ekonomi Bisnis TH. 16, No 2.

Permono, Iswandono S dan Darmawan. 2000. Analisa Efisiensi Industri

Perbankan di Indonesi. Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Volume 15.

87

Rifki Khaerun Cahya, Ardias. 2015. Efisiensi Kinerja Bank Umum

Syariah di Indonesia Tahun 2010-2012 Menggunakan Data Envelopment

Analysis (DEA). Economics Development Analysis Journal 4 (3).

Sutarwijaya, Adrian dan Etty Puji lestari. 2009. Efisiensi Teknik

Perbankan Indonesia Pasca Krisis Ekonomi: Sebuah Studi Empiris Penerapan

Model DEA. Jurnal Ekonomi Pembangunan, Vol 10, No 1.

Wahyu Nugraha, Bhava. 2013. Analisis Efisiensi Perbankan

Menggunakan Metode Non Parametric Data Envelopment Analisis. Jurnal Ilmu

Manajemen Volume 1 No 1

Listya Jianti, Gita. 2015. Efisiensi Bank Umum Syariah dan Bank

Pembiayaan Rakyat Syariah. Skripsi S1 Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri

Semarang.

Mayosa, Handria. 2014. Analisis Perbandingan Efisiensi Bank

Perkreditan Rakyat Dengan Bank Perkreditan Rakyat Syariah Dengan

Menggunakan Metode Data Envelopment Analysis” Skripi S1 Fakultas Ekonomi

dan Bisnis, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Sabbina, Anggi . 2014. Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Bank

Syariah Selama Dan Setelah Krisis Ekonomi Global Tahun 2008. Perbankan

Syariah, Fakultas Syariah dan Hukum.

Sulistyoningsih, Maisyaroh. 2006. Analisis Efisiensi Biaya Pada Bank

Umum Syariah di Indonesia Menggunakan X-Efisiensi. Skripsi Universitas

Semarang.

88

Referensi Web

http://www.bankmuamalat.co.id/profil-bank-muamalat. Diakses pada 13

Juni 2016 pukul 16.35.

http://www.brisyariah.co.id/?q=sejarah. Diakses pada 13 Juni 2016 pukul

17.00.

http://www.megasyariah.co.id/about-us/about-mega-syariah. Diakses 13

Juni 2016 pukul 16.50.

http://www.syariahbukopin.co.id/id/tentang-kami/profil-perusahaan.

Diakses pada 13 Juni pukul 17.20.

http;//www.syariahmandiri.co.id/category/info-perusahaan/profil

perusahaan/sejarah/. Diakses pada 13 Juni 2016 pukul 16.10

Undang-undang No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah

Undang –undang No. 10 Tahun !998 tentang Perbankan Syariah

89

LAMPIRAN

Lampiran A. 1 Score efisiensi Bank Umum Syariah Tahun 2013

Kuartal Nama Bank Score Efisiensi

Bank Syariah Mandiri 58.14

Bank Muamalat Indonesia 57.87

Bank Mega Syariah 52.77

Bank Rakyat Indonesia Syariah 97.41

Bank Bukopin Syariah 56.20

Bank Panin Syariah 85.50

Bank Syariah Mandiri 62.39

Bank Muamalat Indonesia 61.82

Bank Mega Syariah 56.09

Bank Rakyat Indonesia Syariah 42.80

Bank Bukopin Syariah 62.10

Bank Panin Syariah 79.52

Bank Syariah Mandiri 64.66

Bank Muamalat Indonesia 72.63

Bank Mega Syariah 62.59

Bank Rakyat Indonesia Syariah 51.39

Bank Bukopin Syariah 74.31

Bank Panin Syariah 100

Bank Syariah Mandiri 100

Bank Muamalat Indonesia 67.36

Bank Mega Syariah 47.00

Bank Rakyat Indonesia Syariah 33.20

Bank Bukopin Syariah 59.25

Bank Panin Syariah 83.74

I

II

III

IV

90

Lampiran A. 2 Score efisiensi Bank Umum Syariah Tahun 2014

Kuartal Nama Bank Score Efisiensi

Bank Syariah Mandiri 100

Bank Muamalat Indonesia 67.36

Bank Mega Syariah 47.00

Bank Rakyat Indonesia Syariah 33.20

Bank Bukopin Syariah 59.25

Bank Panin Syariah 83.74

Bank Syariah Mandiri 64.51

Bank Muamalat Indonesia 69.60

Bank Mega Syariah 51.41

Bank Rakyat Indonesia Syariah 40.41

Bank Bukopin Syariah 72.05

Bank Panin Syariah 100

Bank Syariah Mandiri 60.80

Bank Muamalat Indonesia 74.85

Bank Mega Syariah 50.09

Bank Rakyat Indonesia Syariah 45.03

Bank Bukopin Syariah 79.72

Bank Panin Syariah 100

Bank Syariah Mandiri 63.72

Bank Muamalat Indonesia 79.94

Bank Mega Syariah 58.28

Bank Rakyat Indonesia Syariah 49.97

Bank Bukopin Syariah 84.72

Bank Panin Syariah 100

I

II

III

IV

91

Lampiran A. 3 Score efisiensi Bank Umum Syariah Tahun 2015

Kuartal Nama Bank Score Efisiensi

Bank Syariah Mandiri 47.19

Bank Muamalat Indonesia 60.70

Bank Mega Syariah 37.12

Bank Rakyat Indonesia Syariah 45.19

Bank Bukopin Syariah 65.43

Bank Panin Syariah 100

Bank Syariah Mandiri 100

Bank Muamalat Indonesia 59.02

Bank Mega Syariah 36.44

Bank Rakyat Indonesia Syariah 37.60

Bank Bukopin Syariah 64.74

Bank Panin Syariah 100

Bank Syariah Mandiri 66.60

Bank Muamalat Indonesia 70.10

Bank Mega Syariah 74.44

Bank Rakyat Indonesia Syariah 63.26

Bank Bukopin Syariah 73.56

Bank Panin Syariah 100

Bank Syariah Mandiri 46.39

Bank Muamalat Indonesia 67.15

Bank Mega Syariah 100

Bank Rakyat Indonesia Syariah 59.37

Bank Bukopin Syariah 77.22

Bank Panin Syariah 100

I

II

III

IV

92

Lampiran A. 4 Score efisiensi Bank Umum Syariah Tahun 2016

Kuartal Nama Bank Score Efisiensi

Bank Syariah Mandiri 33.17

Bank Muamalat Indonesia 56.68

Bank Mega Syariah 100

Bank Rakyat Indonesia Syariah 32.85

Bank Bukopin Syariah 59.68

Bank Panin Syariah 100

Bank Syariah Mandiri 37.01

Bank Muamalat Indonesia 57.22

Bank Mega Syariah 100

Bank Rakyat Indonesia Syariah 40.96

Bank Bukopin Syariah 69.63

Bank Panin Syariah 81.86

Bank Syariah Mandiri 41.56

Bank Muamalat Indonesia 55.22

Bank Mega Syariah 92.10

Bank Rakyat Indonesia Syariah 43.83

Bank Bukopin Syariah 75.38

Bank Panin Syariah 72.31

Bank Syariah Mandiri 44.80

Bank Muamalat Indonesia 56.61

Bank Mega Syariah 100

Bank Rakyat Indonesia Syariah 50.83

Bank Bukopin Syariah 77.30

Bank Panin Syariah 90.28

I

II

III

IV