perbandingan pertumbuhan anggrek dendrobium ...dan ekstrak buah nangka pada media subkultur dapat...

147
PERBANDINGAN PERTUMBUHAN ANGGREK Dendrobium nobile Linn. MENGGUNAKAN MEDIA SUBKULTUR DENGAN PENAMBAHAN EKSTRAK BUAH PISANG AMBON DAN EKSTRAK BUAH NANGKA SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Biologi Disusun oleh: Roswita Septevania Nida NIM: 141434025 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENGETAHUAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2018 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Upload: others

Post on 11-Feb-2021

10 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • PERBANDINGAN PERTUMBUHAN ANGGREK Dendrobium nobile Linn.

    MENGGUNAKAN MEDIA SUBKULTUR DENGAN PENAMBAHAN

    EKSTRAK BUAH PISANG AMBON DAN EKSTRAK BUAH NANGKA

    SKRIPSI

    Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat

    Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

    Program Studi Pendidikan Biologi

    Disusun oleh:

    Roswita Septevania Nida

    NIM: 141434025

    PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

    JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

    ALAM

    FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENGETAHUAN

    UNIVERSITAS SANATA DHARMA

    YOGYAKARTA

    2018

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • i

    PERBANDINGAN PERTUMBUHAN ANGGREK Dendrobium nobile Linn.

    MENGGUNAKAN MEDIA SUBKULTUR DENGAN PENAMBAHAN

    EKSTRAK BUAH PISANG AMBON DAN EKSTRAK BUAH NANGKA

    SKRIPSI

    Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat

    Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

    Program Studi Pendidikan Biologi

    Disusun oleh:

    Roswita Septevania Nida

    NIM: 141434025

    PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

    JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

    ALAM

    FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENGETAHUAN

    UNIVERSITAS SANATA DHARMA

    YOGYAKARTA

    2018

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • ii

    SKRIPSI

    PERBANDINGAN PERTUMBUHAN ANGGREK Dendrobium nobile Linn.

    MENGGUNAKAN MEDIA SUBKULTUR DENGAN PENAMBAHAN

    EKSTRAK BUAH PISANG AMBON DAN EKSTRAK BUAH NANGKA

    DISUSUN OLEH:

    Roswita Septevania Nida

    NIM : 141434025

    Telah diterima oleh

    Pembimbing,

    Ig. Yulius Kristio Budiasmoro., S.Si., M.Si. Tanggal 10/Desember/2018

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • iii

    HALAMAN PENGESAHAN

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • iv

    HALAMAN PERSEMBAHAN

    “ Aku tahu bahwa segalah sesuatu yang dilakukan Allah

    akan tetap ada untuk selamanya; itu tak dapat

    ditambahkan dan tak dapat dikurangi; Allah berbuat

    demikian, supaya manusia takut akan Dia”

    Penghotbah 3:14

    Kupersembahkan untuk:

    Romo Jhosep Padang Pr. selaku ayahku yang tercinta,

    Keluarga besarku, Mama, Bapak, Kakak dan Adikku

    Teman-teman Seangkatan P.BIO 14,

    Teman-teman Kost Gratia Plena,

    serta semua orang yang pernah datang

    dan pergi dalam perjalananku,

    teman-teman, sahabat, dan ALMAMATERKU

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • v

    PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

    Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak

    memuat karya atau karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan

    dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

    Yogyakarta,19 Desember 2018

    Penulis

    Roswita Septevania Nida

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • vi

    LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

    PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

    Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma

    Yogyakarta:

    Nama : Roswita Septevania Nida

    Nim : 141434025

    Demi kepentingan pengembangan ilmu penegetahuan, saya memberikan kepada

    Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

    PERBANDINGAN PERTUMBUHAN ANGGREK Dendrobium Nobile Linn.

    MENGGUNAKAN MEDIA SUBKULTUR DENGAN PENAMBAHAN

    EKSTRAK BUAH PISANG AMBON DAN EKSTRAK BUAH NANGKA

    Dengan demikian saya memberikan kepada kepala perpustakaan Universitas Sanata

    Dharma hak untuk menyimpan, untuk mengalihkan dalam bentuk media lain,

    mengelolahya, dalam bentuk pengkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan

    mempublikaskannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa

    perlu izin dari saya mampu memberikan royalty, kepada saya selama tetap

    mencantumkan nama saya sebagai penulis.

    Demikian peryataan ini saya buat dengan sebenarnya

    Dibuat di : Yogyakrta

    Pada tanggal : 19 Desember 2018

    Yang menyatakan,

    Roswita Septevania Nida

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • vii

    PERBANDINGAN PERTUMBUHAN ANGGREK Dendrobium Nobile Linn.

    MENGGUNAKAN MEDIA SUBKULTUR DENGAN PENAMBAHAN

    EKSTRAK BUAH PISANG AMBON DAN EKSTRAK BUAH NANGKA

    Roswita Septevania Nida

    Universitas Sanata Dharma

    141434025

    ABSTRAK

    Penggunaan media kultur in vitro anggrek berhubungan dengan komposisi

    unsur hara makro, mikro, dan vitamin untuk memenuhi nutrisi pertumbuhan

    plantlet anggrek. Penelitian ini menggunakan media dasar subkultur Murashige and

    Skoog dengan penambahan ekstrak buah pisang ambon dan ekstrak buah nangka.

    Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh penambahan ekstrak buah pisang

    ambon dan ekstrak buah nangka terhadap pertumbuhan planlet anggrek

    Dendrobium nobile Linn.

    Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Kultur Jaringan Fakultas Farmasi

    Universitas Sanata Dharma. Penelitian ini menggunakan tiga perlakuan, yaitu:

    perlakuan media A dengan penambahan ekstrak buah pisang ambon, media B

    dengan penambahan ekstak buah nangka, dan media C tanpa penambahan ekstrak

    buah. Parameter yang diamati adalah pertambahan bobot plantlet, pertambahan

    tinggi, dan persentase hidup plantlet. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan

    uji Anova satu faktor untuk mengetahui pengaruh penambahan ekstrak buah pisang

    ambon dan ekstrak buah nangka.

    Hasil penelitian menunjukan bahwa pemberian ekstrak buah pisang ambon

    dan ekstrak buah nangka pada media subkultur dapat meningkatkan pertambahan

    bobot plantlet pengaruh secara signifikan (P=0,019). Pertambahan tinggi plantlet

    tidak berpengaruh secara signifikan (P=0,105). Persentase hidup paling tinggi

    terdapat pada media kontrol sebesar 37%. Hasil penelitian ini dapat disimpulkan

    bahwa penggunaan ekstrak buah pisang ambon dan ekstrak buah nangka pada

    media subkultur memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan plantlet anggrek

    Dendrobium nobile Linn.

    Kata kunci : Kultur Anggrek Dendrobium, Ekstrak buah, Media Subkultur

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • viii

    COMPARISON OF THE GROWTH ORCHID OF Dendrobium nobile Linn.

    USING SUBCULTURE MEDIA WITH ADDITION OF AMBON BANANA

    EXTRACT AND JACKFRUIT EXTRACT

    Roswita Septevania Nida

    Universitas Sanata Dharma

    141434025

    ABSTRACT

    The use of in vitro orchid culture media is related to macro nutrien

    elements, micro, and vitamin compositionS to fulfill growth nutritions of

    orchid plantlets. This study used the media of Murashige and Skoog

    subculture base with the addition of Ambon banana extract and Jackfruit fruit

    extract. The purpose of this study was know the effect of ambon banana

    extract and jackfruit extract on the growth of Dendrobium nobile Linn. orchid

    plantlets.

    The study was carried out at Tissue Culture Laboratory, Faculity

    Pharmacy, University Sanata Dharma. This study uses three treatments.

    Frist, the treatment of media A with the addition of ambon banana fruit

    extract. Second, the treatment of media B with the addition of jackfruit

    extracts. And third the treatment of media C without the addition of fruit

    extract. The observed parameters were plantlet weight gain, height increase,

    and percentage of plantlet life. The data obtained ware analyzed using the

    one-factor Anova test to determine the effect of the addition of Ambon banana

    extract and jackfruit extract.

    The results showed that Ambon banana extract and jackfruit extract

    on subculture media could increase plantlet weight gain influence

    singnificantly (P = 0.019). The increase in plantlet height did not significant

    influence (P = 0.105). The highest percentage of life in the control media ay

    37%. The results showed that putting ambon banana extract and jackfruit

    extract on subculture media has an effect on the growth of Dendrobium nobile

    Linn. orchid plantlets.

    Keywords: Dendrobium Orchid Culture, Fruit Extract, Subculture Media

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • ix

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas semua berkat dan

    rahmat-Nya sehingga penyusunan skripsi yang berjudul “PERBANDINGAN

    PERTUMBUHAN ANGGREK Dendrobium Nobile Linn. MENGGUNAKAN

    MEDIA SUBKULTUR DENGAN PENAMBAHAN EKSTRAK BUAH

    PISANG AMBON DAN EKSTRAK BUAH NANGKA dapat diselesaikan

    dengan baik.

    Penulis menyadari bahwa selama proses penyususan skripsi ini banyak

    ditemukan kendala dan kesulitan, namun berkat doa, bantuan, bimbingan, dan

    dukungan dari berbagai pihak, kendala dan kesulitan tersebut dapat diatasi. Untuk

    itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada:

    1. Tuhan Yang Maha Esa atas segalah berkat dan penyertaan Roh Kudusnya

    bagi penulisan skripsi ini hingga dapat berjalan dengan sangat baik.

    2. Universitas Sanata Dharma sebagai lembaga intitusi yang telah memberikan

    kesempatan bagi penulis untuk menimbah ilmu dan berekspresi di

    Pendidikan Biologi.

    3. Bapak Ignatius Yulius Kristio Budiasmoro S.Si., M.Si., selaku dosen

    pembimbing yang selalu sabar dan tulus dalam membimbing, memberikan

    saran, arahan, dan solusi atas berbagai permasalahan dan kesulian yang

    dihadapi oleh penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

    4. Bapak Drs. Antonius Tri Priantoro M.For.Sc., selaku Ketua Program Studi

    Pendidikan Biologi atas bantuan masukan, dan arahan bagi penulis dapat

    menyelesaikan skripsi ini.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • x

    5. Ibu Retno Herrani Setyati M.Biotech., selaku wakil Ketua Program studi

    Pendidikan Biologi dan Dosen yang juga turut memberikan arahan, saran,

    dan semagat kepada penulis saat mengalami kesulitan.

    6. Ibu Dra. Maslicha Asy’ari M.Pd., Ibu Puspita Ratna susilawati, M.Sc., Ibu

    Ika Yuli Listyarini M.Pd., Ibu Lucia Wiwid Wijayantu M.Si., Ibu Lusia

    Diana Handoyo M.Si., Romo Dr. Ir.Paulus Wiryono Priyotamtama, SJ., dan

    Bapak Sulistyono S.Si., M.Si., selalu Dosen pengajar di Pendidikan Biologi

    yang selalu memberikan saran dan pengalaman bagi penulis.

    7. Ibu Yoanni Maria Lauda Feroniasanti M.Si., selaku Kepala Laboratorium

    Pendidikan Biologi yang sudah mengijinkan penulis untuk menggunakan

    Laboratorium Pendidikan Biologi sebagai tempat Pra-Penelitian.

    8. Bapak Agus Handoyo selaku laboran Laboratorium Pendidikan Biologi

    yang selalu membantu dan memberikan arahan dalam menggunakan alat-

    alat laboratorium.

    9. Ibu Damiana Sapta Candrasari S.Si., M.Sc Selaku Kepala Laboratorium

    Farmasi yang sudah mengijinkan penulis untuk melakukan penelitian di

    Laboratorium Kultur in vitro.

    10. Bapak Wagiran laboran LFF dan Pak Sigit selaku laboran Laboratorium

    Kultur in vitro yang sudah mempercayakan penulis untuk bekerja mandiri.

    11. Teman-teman kost Gratia Plena dan Ibu panji selaku rekan dan wali orang

    tua penulis selama di Yogyakarta, yang memberikan doa, dukungan,

    memperhatikan, membantu, memberikan semangat, dan saran bagi penulis

    hingga akhir penulisan skripsi ini.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xi

    12. Go-jek Online yang senantiasa mengantar penulis saat bimbingan skripsi di

    Pusat Study Lingkungan.

    13. Teman-teman K2KAMSY dan Para Romo Seminari Anging Mammiri dan

    Para Frater-frater KAMS yang selalu mendoakan, hiburan, memotivasi dan

    memberi dorongan bagi penulis agar selalu semangat dalam mengerjakan

    skripsi ini.

    14. Teman-teman yang sudah membentu dalam penyusunan skripsi ini, serta

    semua pihak yang turut campur tangan dalam membantu dari awal hingga

    akhir penulisan skripsi ini.

    Penulis juga menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam skripsi

    ini. Oleh karna itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari

    berbagai pihak guna menyempurnakan skripsi ini. Apabila terdapat hal-hal yang

    kurang berkenan selama pelaksanaan hingga akhir penulisan skripsi ini, penulis

    memohon maaf. Penulis berharap, semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak

    dan pembaca.

    Yogyakarta,19 Desember 2018

    Penulis,

    Roswita Septevania Nida

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xii

    DAFTAR ISI

    HALAMAN SAMPUL ............................................................................................ i

    LEMBAR PENGESAHAN DOSEN PEMBIMBING............................................ ii

    HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................ iii

    HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................................ iv

    PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ................................................................. v

    LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN ...................................................... vi

    PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS .......... vi

    PERBANDINGAN PERTUMBUHAN ................................................................. vi

    PERBANDINGAN PERTUMBUHAN ................................................................ vii

    ABSTRAK ............................................................................................................ vii

    ABSTRACT ........................................................................................................... viii

    KATA PENGANTAR ........................................................................................... ix

    DAFTAR ISI ......................................................................................................... xii

    DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xvii

    DAFTAR GRAFIK ............................................................................................. xvii

    DAFTAR TABEL .............................................................................................. xviii

    DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xix

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xiii

    BAB 1 PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

    A.Latar Belakang ............................................................................................. 1

    B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 3

    C. Tujuan Penelitian ......................................................................................... 4

    D.Manfaat Penelitian ....................................................................................... 4

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................. 6

    A.Anggrek Dendrobium................................................................................... 6

    B. Morfologi dan sistematika Anggrek Dendrobium ....................................... 7

    C. Kultur in vitro Anggrek .............................................................................. 11

    D.Kultur in vitro ............................................................................................. 13

    E. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Pertumbuhan Kultur ... 14

    1). Eksplant .................................................................................................... 15

    a. Ukuran Eksplant ..................................................................................... 15

    b. Umur Eksplant ........................................................................................ 15

    c. Sumber eksplant ..................................................................................... 16

    2). Media ........................................................................................................ 16

    3). Lingkungan ............................................................................................... 21

    a. Cahaya .................................................................................................... 21

    b. Suhu ........................................................................................................ 21

    d. Kelembaban ............................................................................................ 23

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xiv

    e. Wadah atau botol kultur ......................................................................... 24

    F. Faktor Pertumbuhan Planlet dalam kultur in vitro ..................................... 24

    1. Karakteristik Plantlet .................................................................................. 24

    a) Daun ....................................................................................................... 25

    b) Akar ........................................................................................................ 25

    c) Jaringan angkut ....................................................................................... 25

    d) Kemampuan bersimbiosis ...................................................................... 26

    2. Faktor lingkungan ...................................................................................... 26

    G.Zat Pengatur Tumbuh (Fitohormon) .......................................................... 27

    1. Hormon Auksin .......................................................................................... 28

    2. Hormon Sitokinin ....................................................................................... 28

    F. Ekstrak Buah Nangka (Artocarpus heterophyllus) .................................... 30

    G.Ekstrak Buah Pisang Ambon (Musa acuminata Linn.) ............................. 31

    H.Hasil Penelitian yang Relevan ................................................................... 33

    I. Kerangka Berpikir ...................................................................................... 34

    J. Hipotesa...................................................................................................... 37

    BAB III METODE PENELITIAN........................................................................ 38

    A.Jenis Penelitian ........................................................................................... 38

    B. Variabel Penelitian ..................................................................................... 38

    1. Variabel bebas ............................................................................................ 38

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xv

    2. Variabel terikat ........................................................................................... 38

    3. Variabel kontrol ......................................................................................... 39

    C. Batasan Penelitian ...................................................................................... 39

    D.Waktu dan Tempat ..................................................................................... 40

    E. Alat Dan Bahan .......................................................................................... 40

    1. Alat ............................................................................................................. 40

    2. Bahan.......................................................................................................... 40

    F. Cara Kerja .................................................................................................. 41

    1. Pemilihan Plantlet ...................................................................................... 41

    2. Sterilisasi .................................................................................................... 41

    3. Pembuatan Ekstrak buah ............................................................................ 42

    4. Pembuatan Media ....................................................................................... 42

    5. Perlakuaan Plantlet ..................................................................................... 43

    6. Subkultur (overplanting) Plantlet ............................................................... 43

    7. Pengamatan Plantlet ................................................................................... 44

    G.Metode Analisis Data ................................................................................. 45

    BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................. 47

    A.Hasil Penelitian .......................................................................................... 47

    1. Hasil Analisis Pertambahan Bobot Anggrek ............................................. 47

    B. Pembahasan ................................................................................................ 55

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xvi

    1. Pertambahan Bobot Plantlet ................................................................... 62

    2. Tinggi Plantlet ........................................................................................ 68

    3. Persentase Hidup Plantlet ....................................................................... 69

    C. Kendala dan Keterbatasan dalam Penelitian .............................................. 70

    BAB V IMPLEMENTASI TERHADAP PEMBELAJARAN ............................. 71

    BAB VI KESIMPULAN ...................................................................................... 73

    A.Kesimpulan ................................................................................................ 73

    B. Saran ........................................................................................................... 73

    DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 74

    LAMPIRAN .......................................................................................................... 77

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xvii

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar 2. 1 Struktur bunga anggrek Dendrobium ................................................. 9

    Gambar 2. 2 Keseimbangan Auksin dan Sitokinin dalam Proses Morfogenesis

    (Wattimena et al., 1992) .................................................................. 29

    Gambar 2. 3 Kerangka Konseptual ....................................................................... 37

    Gambar 4. 1 Diagram Presentase Anggrek Dendrobium ...................................... 55

    Gambar 4. 2 Plantlet Pada Media A (Media MS penambahan ekstrak buah Pisang

    Ambon ............................................................................................. 57

    Gambar 4. 3 Plantlet Pada Media B (Media MS Penambahan ekstrak Buah

    Nangka) ............................................................................................ 58

    Gambar 4. 4 Plantlet Anggrek pada media A dan media B (Media A sebelah kiri

    dan Media B sebelah kana) .............................................................. 59

    DAFTAR GRAFIK

    Grafik 4. 1 Rata-rata Bobot Plantlet Anggrek Dendrobium ................................. 47

    Grafik 4. 2 Rata-rata Pertambahan Tinggi Plantlet Anggrek Dendrobium ........... 52

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xviii

    DAFTAR TABEL

    Tebel 2. 1 Kandungan Hara Pisang Ambon dan Nangka dalam jumlah 100g ...... 31

    Tabel 4.1. 1 Rata-rata Selisih Bobot Anggrek Dendrobium ................................. 48

    Tabel 4.1. 2 Hasil Uji Homogeneity of Variasi dari setiap Perlakuan .................. 49

    Tabel 4.1. 3 Hasil Uji ANOVA dari setiap Perlakuan Bobot Plantlet .................. 49

    Tabel 4.1. 4 Hasil Uji Lanjutan Post Hoc Test dari setiap Perlakuan Bobot Plantlet

    ............................................................................................................................... 49

    Tabel 4.1. 5 Rata-rata Pertambahan Bobot Anggrek Dendrobium ....................... 51

    Tabel 4.2. 1 Pertambahan Tinggi Plantlet Anggrek Dendrobium ......................... 51

    Tabel 4.2. 2 Hasil Uji Homogeneity of Variasi dari setiap Perlakuan .................. 53

    Tabel 4.2. 3 Hasil Uji ANOVA dari setiap Perlakuan Tinggi Plantlet ................. 53

    Tabel 4.3. 1 Temperatur Minimum yang dibutuhkan untuk Tumbuh Tanaman

    Anggrek ........................................................................................... 66

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xix

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran 1 Lembar Pengambilan Data ................................................................ 79

    Lampiran 2. Documentasi Penelitian .................................................................... 84

    Lampiran 3. Komposisi Media Murashige and skoog .......................................... 86

    Lampiran 4.Silabus ............................................................................................... 88

    Lampiran 5. RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) ...................................... 93

    Lampiran 6.Lembar Kerja Siswa (LKS) ............................................................. 104

    Lampiran 7. Lembar Instrumen Penilaian Kognitif ............................................ 110

    Lampiran 8. Lembar Penilaian Psikomotorik/Sikap ........................................... 117

    Lampiran 9. Lembar Instrumen Penilaian Afektif .............................................. 120

    Lampiran 10. Format Laporan Tertulis ............................................................... 122

    Lampiran 11. Instrumen Penilaian Presentasi ..................................................... 126

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 1

    BAB 1

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Indonesia memiliki keanekaragaman anggrek spesies yang sangat besar.

    Diperkirakan 5.000 spesies anggrek tersebar di hutan-hutan Indonesia. Keadaan ini

    merupakan potensi yang sangat berharga bagi pengembangan anggrek di Indonesia,

    terutama berkaitan dengan sumber daya genetik anggrek yang sangat diperlukan

    untuk menghasilkan anggrek-anggrek silangan yang baik dan unggul (Sandra,

    2004). Tanaman anggrek termasuk komoditas yang mudah diusahakan. Namun,

    bila bibit yang diusahakan tidak dalam kondisi yang prima, maka tidak dapat

    berbunga seperti yang diharapkan. Anggrek Dendrobium mampu memenuhi

    tuntutan konsumen bunga yang seleranya selalu berubah dari waktu ke waktu. Hal

    ini dapat dilihat dari jenis anggrek yang ada di pasar yang memiliki bentuk dan

    warna bunga yang bervariasi, serta hadirnya varietas-varietas baru dengan

    penampilan yang makin cantik dan menarik (Widiastoety, 2010).

    Yolanda (2018), mengatakan bahwa satu polibag anggrek dijual antara Rp.

    100 ribu–Rp. 180 ribu, tergantung jumlah bunga dan ukurannya. Menurut Dirjen

    Hortikultura kementrian Pertanian dalam (Yolanda, 2018) Bisnis bunga saat ini

    makin berkembang di Indonesia, baik permintaan pasar lokal juga tinggi dan

    membawa keuntungan. Bunga nusantara yang tidak kalah menarik dan bernilai

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 2

    ekonomis adalah bunga anggrek. Produksi anggrek sekitar 20 juta tangkai per

    tahunya.

    Kultur in vitro tanaman merupakan teknik budidaya yang banyak ditekuni

    oleh para ilmuwan dan peneliti, khususnya di bidang pertanian. Mengingat lahan

    pertanian di Indonesia semakin berkurang setiap tahunnya, karena berubahnya

    penggunaan fungsi lahan. Permintaan konsumen pada kesediaan bunga anggrek

    yang dijadikan sebagai tanaman hias, merupakan usaha menengah masyarakat yang

    perlu ditingkatkan. Bisnis bibit anggrek dapat meningkatkan perekomonian

    masyarakat dari tanaman hias ke bunga anggrek secara khusus sangat

    menguntungkan. Anggrek hasil persilangan memiliki keanekaragaman sifat yang

    besar, yang memberi peluang untuk memilih turunan yang terbaik untuk kemudian

    diperbanyak secara massal dengan teknik kultur in vitro (Martin et al. 2005; dalam

    Widiastoety, 2010).

    Teknik kultur in vitro digunakan untuk mendapatkan bibit anggrek

    dalam jumlah yang besar dan waktu yang relatif cepat. Secara alami anggrek sering

    sulit mengalami perkecambahan, karena faktor lingkungan yang kurang

    mendukung. Oleh karena itu, pelaksanaan teknik pembibitan secara kultur in vitro

    mampu memberikan keuntungan, baik dari segi penghematan ruang, waktu, tenaga,

    maupun uang. Teknik in vitro secara komersial telah banyak menghasilkan tanaman

    dalam jumlah banyak dalam waktu yang singkat. Anggrek merupakan salah satu

    jenis tanaman yang telah banyak diperbanyak dengan teknik kultur in vitro. Media

    yang umum digunakan dalam kultur in vitro anggrek diantaranya adalah media

    Vacint and Went (VW), Media Knudson C (KC), dan media Murashige and Skoog

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 3

    (MS). Media kultur in vitro anggrek dapat disederhanakan dengan menggunakan

    bahan-bahan yang lebih murah dan mudah didapat misalnya pupuk daun dan

    senyawa organik kompleks, seperti air kelapa, ekstrak pisang, ekstrak tauge, ekstrak

    tomat, dan ekstrak ragi (Hendaryono, 2000).

    Media yang digunakan dalam kultur in vitro anggrek mengandung unsur

    hara makro, mikro, vitamin, dan zat pengatur tumbuh (ZPT) atau Fitohormon.

    Afriani (2006), berpendapat bahwa penggunaan senyawa organik diketahui dapat

    memperbaiki pertumbuhan tanaman yang diperbanyak melalui teknik kultur in

    vitro. Air kelapa dan pisang merupakan contoh bahan organik yang di tambahkan

    dalam media. Kandungan berbagai zat dalam air kelapa dapat memacu pembelahan

    sel, sedangkan kandungan nutrisi dan vitamin yang terdapat dalam pisang dapat

    memperbaiki pertumbuhan tanaman.

    B. Rumusan Masalah

    Adapun rumusan masalah berdasarkan latar belakang adalah sebagai berikut:

    1. Untuk mengetahui pengaruh penambahan ekstrak buah pisang ambon dan

    esktak buah nangka terhadap pertumbuhan plantlet anggrek Dendrobium

    nobile Linn. pada media subkultur Murashige and Skoog

    2. Penambahan ekstrak buah pisang ambon dan ekstrak buah nangka

    mempengaruhi pertambahan bobot, tinggi, dan persentase hidup plantlet

    anggrek Dendrobium nobile Linn. pada media subkultur Murashige and

    Skoog.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 4

    C. Tujuan Penelitian

    Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah yang dapat diambil adalah

    sebagai berikut:

    1. Untuk mengetahui pengaruh penambahan ekstrak buah pisang ambon dan

    ekstrak buah nangka terhadap pertumbuhan planlet anggrek Dendrobium

    nobile Linn. pada media subkultur Murashige and Skoog.

    2. Untuk mengetahui pengaruh penambahan ekstrak buah pisang ambon dan

    ekstrak buah nangka terhadap pertambahan bobot, tinggi, dan persentase

    hidup planlet anggrek Dendrobium nobile Linn pada media subkultur

    Murashige and Skoog.

    D. Manfaat Penelitian

    Adapun manfaat dalam penelitian yang saya lakukan yaitu:

    - Bagi Peneliti

    1. Sebagai sarana untuk mengembangkan kemampuan dan teknik

    di bidang kultur in vitro

    2. Sebagai sarana meneliti spesies-spesies anggrek yang ada di

    Indonesia.

    - Bagi Dunia Pendidikan

    1. Sebagai sarana media belajar bagi peserta didik tingkat SMA

    XII, Bab Bioteknologi, Sub-Bab Bioteknologi Modern (Kultur

    in vitro), terkhususnya pada saat praktikum.

    2. Sebagai sarana kegiatan salah satu mata pelajaran yang dapat

    menarik minat belajar peserta didik.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 5

    3. Sebagai sarana guru mengembangkan ide-ide dan modifikasi

    belajar yang menarik bagi peserta didik.

    - Bagi Masyarakat

    1. Menciptakan peluang bisnis tanaman hias dengan

    memanfaatkan teknik kultur in vitro dalam skala rumah tangga

    dengan memanfaatkan bahan-bahan organik yang mudah

    didapat.

    2. Menciptakan alternatif komposisi media subkultur dari bahan-

    bahan organik dari ekstrak buah sebagai bahan tambahan media

    kultur anggrek.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 6

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    A. Anggrek Dendrobium

    Anggrek berbeda dengan tanaman berbunga pada umumnya karena

    memiliki embrio yang sangat kecil, berdiameter ±0,1 mm. Biji anggrek tidak

    mempunyai endosperm, karena tidak terjadi penyerbukan ganda secara

    sempurna. Sehingga nukleusnya tidak berkembang (Arditti, 1992). Keadaan

    ini menyebabkan biji anggrek sulit berkecambah secara alami.

    Perkecambahan terjadi jika ada jamur mikoriza yang menginfeksi biji

    anggrek sehingga dapat mensuplai kebutuhan bahan-bahan organik untuk

    pertumbuhannya. Saat berkecambah embrio membentuk protocorm, suatu

    struktur seperti corm yang berwarna hijau dan mampu melakukan

    fotosintesis. Kemudian tunas dan akar baru terbentuk jika kandungan

    senyawa-senyawa organik dalam protocrom tercukupi (Wattimena et al.,

    1992).

    Bunga anggrek memiliki kelebihan dibandingkan bunga-bunga yang

    lain, yaitu sebagai berikut:

    1. Mempunyai keragaman atau variasi bunga, baik bentuk, ukuran, dan

    warna.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 7

    2. Mempunyai masa berbunga yang cukup lama. Sekitar 1-3 bulan.

    walaupun bebrapa jenis anggrek ada yang berbunga dalam satu hari.

    3. Banyak digunakan untuk berbagai kegiatan, seperti pernikahan, parcel,

    rangkaian bunga, bunga potong, bunga anggrek dalam pot, dan anggrek

    koleksi.

    4. Mempunyai jaringan pemasaran yang cukup luas dan beragam, baik di

    pasar nasional maupun pasar internasional.

    Anggrek termasuk ke dalam familia Orchidaceae, suatu family besar

    yang memiliki 17.000 sampai 25.000 spesies (Kurzweil dan Kocyan, 2002).

    Dendrobium merupakan anggota familia Orchidaceae, Subfamilia

    Epidendroideae, Tribe (suku bangsa/rumpun) Dendrobieae, Subtribe

    Dendrobiinae. Dendrobium merupakan genus besar yang terdiri dari sekitar

    900 spesies (Mc. Donald et al., 1998). Sampai sekarang telah banyak

    dilakukan persilangan pada tanaman anggrek. Tanaman anggrek memiliki

    kemampuan untuk disilangkan antar spesies maupun antar genera. Keadaan

    ini sangat bermanfaat dalam usaha mendapatkan variasi warna, bentuk dan

    ukuran bunga untuk memenuhi kebutuhan permintaan konsumen.

    B. Morfologi dan sistematika Anggrek Dendrobium

    Sebagian besar anggrek epifit memiliki batang yang berbentuk bulb,

    oleh karena itu batang anggrek disebut pseudobulb (batang semu).

    Berdasarkan jumlah ruas (internode), batang semu anggrek dapat

    digolongkan menjadi dua, yaitu yang mempunyai banyak ruas (tipe

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 8

    homoblastik) dan yang hanya mempunyai satu ruas (tipe heteroblastik) (Hew

    dan Yong, 2004).

    Daun anggrek sangat beragam dilihat dari bentuk, ukuran, dan

    ketebalannya. Kebanyakan anggrek mempunyai bentuk daun yang mirip

    dengan daun tanaman monokotil lainnya, yaitu memanjang dengan tulang

    daun sejajar dan tepi daun yang rata. Ketebalan daun anggrek digolongkan

    menjadi dua yaitu tebal berdaging dan tipis. Daun yang tebal dijumpai pada

    jenis anggrek Dendrobium (Yusnita, 2010).

    Bentuk akar jenis anggrek sangat dipengaruhi oleh habitatnya. Akar

    anggrek epifit merupakan akar udara atau akar nafas yang menggantung

    bebas atau menempel pada tempat anggrek menempel. Akar anggrek

    umumnya lunak dan mudah patah. Ujungnya meruncing, licin, dan sedikit

    lengket. Akar anggrek mempunyai lapisan velamen yang bersifat berongga

    (spongy) dan pada bagian bawahnya terdapat lapisan yang mengandung

    klorofil. Pada anggrek simpodial, akar keluar dari dasar pseudobulb atau

    sepanjang rhizoma (Hew dan Yong, 2004).

    Bunga anggrek mempunyai bentuk, susunan, warna, dan corak yang

    sangat beragam. Pada bagian karangan bunga terdiri dari poros malai bunga

    (axis) dan kuntum-kuntum bunga. Dalam satu malai atau tandan bunga

    terdapat 1-40 kuntum bunga tergantung jenisnya. Ukuran kuntum bunga

    sangat bervariasi dari 2-3 cm hingga 10-15 cm. Kebanyakan bunga anggrek

    merupakan bunga sempurna, yaitu mempunyai organ reproduksi jantan

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 9

    (androecium) dan organ reproduksi betina (gynoecium). Petal atau mahkota

    bunga berjumlah tiga buah, dua diantaranya terletak berselang-seling dengan

    kelopak bunga, sedangkan yang terbawah mengalami modifikasi menjadi

    labellum. Sepal atau kelopak bunga juga berjumlah tiga buah, yang teratas

    disebut dengan sepal dorsal, dan dua lainnya di bagian samping disebut sepal

    lateral. Di bagian tengah bunga terdapat bunga (column atau gynostemium)

    yang merupakan organ reproduksi jantan dan betina (Yusnita, 2010).

    Gambar 2. 1 Struktur bunga anggrek Dendrobium

    Keterangan gambar: Morfologi Bunga Anggrek (a). Bunga (b). Sepal dorsal (c).

    Sepal lateral (d). Petal (e). Bibir bunga (f). Daun pelindung bunga (g). Colum

    (sumber:http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/51199/Chapter%

    20II.pdf;jsessionid=8C94D5E8B50B888FBE5754D606A928CF?sequence=4)

    Buah dari anggrek Dendrobium berwarna kuning bila telah masak,

    memiliki bentuk bulat dengan tiga rusuk sejati. Biji-biji dalam polong

    terkumpul di tiga rusuk sejati yang berjumlah 1.300-4.000.000 biji dalam satu

    polong (Pierik, 1987). Bentuk polong buah anggrek dan waktu yang

    diperlukan sejak pembuahan hingga buah masak bervariasi tergantung genus

    atau spesies. Kebanyakan buah Dendrobium memerlukan waktu 3-3,5 bulan

    hingga masak (Yusnita, 2010).

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 10

    Menurut Hew dan Yong (2004), setelah terjadi pembuahan maka

    ovarium akan membesar dan akan membentuk polong. Pada polong buah

    anggrek terdapat biji yang jumlahnya sangat banyak dan ukurannya sangat

    kecil. Pierik (1987), menyatakan bahwa biji anggrek berukuran sangat kecil

    dengan panjang 1-2 mm dan lebar 0,5-1 mm sehingga sering disebut Dust

    seed. Biji anggrek terdiri dari testa yang tebal (kulit biji) yang membungkus

    embrio, embrio sendiri hanya terdiri dari 100 sel. Testa merupakan jaringan

    mati yang berisi udara 96 %. Menurut Koch dan Schultz 1975; Arditti 1992,

    bobot biji anggrek Dendrobium/polong bisa lebih dari 500 mg/polong. Biji

    anggrek relatif sulit untuk berkecambah karena di dalamnya tidak terdapat

    endosperm. Di bagian distal embrio terdapat titik tumbuh potensial.

    Sistem klasifikasi anggrek Dendrobium menurut (Dressler dan

    Dodson 2000; dalam Widiastoety 2010) dapat dilihat pada Tabel 2.1 di bawah

    ini.

    Tabel 2. 1 Klasifikasi ilmiah Anggrek Denrobium nobile Linn.

    Kingdom : Plantae

    Divisi : Spermatophyta

    Subdivisi : Angiospermae

    Kelas : Monocotyledoneae

    Ordo : Orchidales

    Famili : Orchidaceae

    Subfamili : Epidendroideae

    Rumpun : Epidendreae

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 11

    Subrumpun : Dendrobiinae

    Genus : Dendrobium

    Spesies : Dendrobium nobile Linn.

    Gambar 2. 2 Anggrek botol Dendrobium nobile Linn. (Dokumentasi pribadi)

    C. Kultur in vitro Anggrek

    Anggrek merupakan salah satu tanaman yang telah dikembangkan

    secara teknik kultur in vitro untuk tujuan komersial. Permintaan terhadap

    anggrek yang semakin meningkat menuntut adanya penyediaan bibit dalam

    jumlah banyak pada waktu relatif singkat. Sebelum adanya teknik kultur in

    vitro, anggrek yang diperdagangkan jumlahnya sedikit sehingga harganya

    menjadi mahal. Hal ini disebabkan oleh masih sulitnya perbanyakan tanaman

    tanaman anggrek. Secara alami biji anggrek tidak dapat tumbuh akibat tidak

    memiliki endosprem. Biji anggrek dapat berkecambah jika bersimbiosis

    dengan jamur mikoriza yang mampu mencukupi kebutuhan hara (Arditti,

    1992). Perbanyakan melalui bagian tanaman secara vegetatif menghadapi

    kendala dalam hal jumlah bahan tanaman yang tersedia.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 12

    Kultur jaringan pada anggrek pertama kali dilakukan oleh Knudson,

    seorang Profesor di Cornell University pada tahun 1922 (Mc. Donald et al,

    1998). Knudson mempublikasikan hasil penelitiannya tentang penanaman biji

    anggrek dalam media tanam yang mengandung unsur hara pada lingkungan

    yang aseptic. Tanaman anggrek secara in vitro dengan menggunakan potongan

    bagian tanaman Phaius yang telah dewasa pertaman kali berhasil dilakukan

    oleh John watknis pada tahun 1940.

    Teknik kultur in vitro anggrek semakin berkembang seiring dengan

    meningkatnya ilmu pengetahuan dan teknologi. Berbagai penelitian dilakukan

    untuk menemukan media yang paling tepat bagi pertumbuhan setiap jenis

    anggrek. Media MS merupakan salah satu media yang banyak digunakan untuk

    berbagai jenis tanaman hortikultura (Conger, 1981). Banyak penelitian yang

    dilakukan untuk melakukan modifikasi media dalam rangka menghasilkan

    pertumbuhan tanman yang lebih baik, di antaranya dengan penambahan bahan

    organic. Penambahan air kelapa 150 ml/L ke dalam media Knudson C dapat

    memperbaiki pertumbuhan plantlet anggrek Dendrobium (Harjadi dan

    Pamenang, 1984). Penambahan air kelapa sampai 300 ml/L mengaktifkan

    penurunan pertumbuhan pada plantlet anggrek Dendrobium (Widiastoety dan

    syafril, 1993). Menurut Hendaryono (2000), penambahan pisang ambon masak

    yang telah di haluskan sebanyak 150-200 g dalam media VW dapat membuat

    pertumbuhan plb anggrek menjadi lebih aktif.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 13

    D. Kultur in vitro

    Kultur in vitro adalah istilah umum yang ditunjukan pada budi daya

    secara in vitro (menumbuhkan bagian tanaman di dalam botol) terhadap

    berbagai bagian tanaman yang meliputi batang, daun, akar, bunga, kalus, sel,

    protoplasma, dan embrio. Bagian-bagaian tersebut yang diistilahkan sebagai

    eksplant, diisolasi dari kondisi in vivo dan kultur pada medium buatan yang

    steril sehingga dapat beregenerasi dan berdiferensiasi menjadi tanaman

    lengkap (Street, 1973; dalam Katuuk, 1989). Hartmann et al (1990)

    menggunakan istilah terkait yang lebih spesifik lagi, yaitu mikropropagasi

    terhadap pemanfaatan kultur jarigan dalam upaya perbanyakan tanaman.

    Dimulai dari pengkulturan bagian tanaman kecil (plantlet) secara aseptik di

    dalam tabung kultur atau wadah lain yang serupa.

    Menurut Sandra (2004), menggunakan teknik kultur in vitro

    sederhana memperoleh suatu hasil yang sangat mengagumkan. Peluang bisnis

    yang sangat positif yang bisa diperoleh dengan melakukan teknik kultur in

    vitro sederhana sebagai berikut:

    a. Dengan teknik kultur meristem dapat menghasilkan anggrek bebas

    virus dan penyakit. Teknik ini digunakan umtuk memperbanyak

    anggrek spesies yang telah terserang hama penyakit, temaksud virus.

    b. Dengan teknik kultur anter dapat dihasilkan anggrek dengan genetik

    haploid (1n) sehingga bentuknya lebih kecil dibandingkan dengan

    anggrek diploid (2n). Dengan demikian, dapat mengghasilkan anggrek

    mini. Disamping itu, teknik kultur anter berpeluang memunculkan sifat

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 14

    resesif yang mempunyai sifat unggul yang pada kondisi normal tidak

    akan muncul karna tertutup sifat yang dominan.

    c. Dengan teknik klon dihasilkan anggrek dalam jumlah banyak dan

    seragam. Sebagai penganggrek telah mampu melakukan teknik ini.

    Pada dasarnya semua bagaian anggrek yang masih hidup dapat

    dikulturkan dan diklonkan.

    d. Dengan teknik mutasi, dapat memperoleh anggrek mutasi yang

    harganya relatif mahal. Secra alami, peluang mutasi hanya dapat terjadi

    1 berbanding 100.000.000. Namun, dengan kultur in vitro mutasi bisa

    diatur sesuai keinginan.

    e. Dengan teknik pertumbuhan minimal dalam kultur jaringan, kita bisa

    mengoleksi berbagai jenis anggrek tanpa harus memiliki lahan yang

    luas dan perawatan yang intensif. Teknik ini dapat diterapkan untuk

    mengoleksi anggrek spesies asli indonesia atau anggrek spesies luar

    negeri yang masih mempunyai keaslian genetik dan sangat penting bagi

    pemulihan anggrek. Teknik ini juga dapat digunakan untuk mrngoleksi

    anggrek komersial unggulan dengan nilai yang tinggi.

    E. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Pertumbuhan Kultur

    Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan

    kultur in vitro, selain faktor sterilisasi keberhasilan kultur in vitro ada 3 faktor

    yang mempengaruhi keberhasilan dan kegagalan dalam melakukan kegiatan,

    yaitu: 1). Eksplant, 2). Media, dan 3). Lingkungan (Katuuk, 1984).

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 15

    1). Eksplant

    Eksplant adalah bagian kecil jaringan atau organ yang

    dikeluarkan/dipisahkan dari tanaman induk kemudian dikulturkan. Berhasil

    tidaknnya pengkulturan Eksplant tergantung pada faktor yang dimiliki oleh

    Eksplant itu sendiri. Menurut Hughes (1981), faktor-faktor itu meliputi:

    ukuran eksplant, umur eksplant, dan sumber eksplant

    a. Ukuran Eksplant: Ukuran eksplant sangat menentukan proses

    pengkulturan. Ukuran eksplant yang terlalu besar, maka makin besar pula

    kemungkinan mendapatkan jaringan yang rusak akibat kontaminasi

    (Seabrook, 1980). Biasanya eksplant yang terlalu kecil, mempunyai daya

    tahan kurang. Ukuran eksplant yang paling baik berkisar antara 0,5

    sampai 1.0 cm, namun ukuran ini dapat bervariasi, tergantung pada

    material tanaman yang dipakai serta jenis tanaman.

    b. Umur Eksplant: Umur eksplant sangat berpengaruh serta tipe dan daya

    morfogenesis. Jaringan yang paling banyak memiliki bagian

    meristematik ialah bagian tanaman yang masih muda, serta belum

    banyak berdiferensiasi. Pada bagian tunas dan daerah nodus batang, dan

    ketiak daun memiliki jaringan muda. Pada tanaman berkayu, jaringan

    embrio dan tanaman muda atau seedling, serta tunas, ternyata

    mempunyai kapasitas beregenerasi yang sangat tinggi. Sel dan jaringan

    yang masih muda dinamakan juvenile akan tetap muda dalam

    pengkulturan sehingga daya daya regenerasi masih ada, dibandingkan

    dengan sel-sel tua.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 16

    c. Sumber eksplant: Sumber eksplant yang dimaksud ialah tanaman induk

    dari mana eksplant diperoleh. Tanaman yang dijadikan sebagai sumber

    eksplant haruslah tanaman yang sehat, dan bertumbuh baik.

    2). Media

    Media mempunyai dua fungsi utama yaitu: memasok (suplai)

    nutrisi, dan mengarahkan pertumbuhan melalui zat pengatur tumbuh..

    Dalam media kultur in vitro kelengkapan unsur sangat dibutuhkan, hal ini

    sangat berpengaruh dengan keseimbangan antara garam-garam organik,

    garan anorganik, serta zat pengatur pertumbuhan didalam media. Selain

    itu, pertumbuhan plantlet serta jumlah pembentukan tunas dapat

    dipengaruhi juga oleh keadaan fisik media. Keadaan fisik media dapat

    berbentuk: padat, cair atau stationary cair.

    Media padat adalah media yang dipadatkan dengan maksud agar

    plantlet tidak mudah berpindah tempat. Memadatkan media dapat

    menggunakan Agar dikenal juga gelrite. Agar adalah bahan yang banyak

    digunakan untuk media padat. Media padat memiliki keuntungan dan

    kekurangan, ada pun kelebihan penggunaan media padat, yaitu:

    a).Perkembangan akar serta tunas plantlet mudah untuk diamati. Hal ini

    terutama bagi plantlet yang berukuran sangat kecil, b).Tidak semua bagian

    plantlet yang tertanam dalam medium, sehingga aerasi yang berkenan

    dengan sirkulasi udara bagi plantlet masih ada, dan tidak memerlukan

    aerasi tambahan, c). Apabila terjadi kontaminasi, maka plantlet yang tidak

    terkontaminasi masih dapat diselamatkan, dengan jalan memindahkan ke

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 17

    botol kultur yang baru. Kekurangan media padat antara lain: a). Hanya

    sebagian permukaan plantlet yang mengalami aerasi yang baik, b). Kontak

    antar medium dan plantlet (sel-sel), masih terbatas yaitu hanya pada bagian

    yang kena medium. Akibatnya perkembangan terjadi tidak seimbang

    (George and Sherrington, 1984; dalam Kattuk, 1989).

    a. Nutrisi

    Nutrisi atau unsur-unsur dibutuhkan oleh jaringan tanaman dikelompokan

    menjadi dua, yaitu: Unsur hara makro dan mikro.

    a) Unsur makro merupakan unsur yang dibutuhkan dalam jumlah besar,

    jenis-jenis yang termaksud unsur makro adalah:

    - Nitrogen (N). Nitrogen berpengaruh dalam menaikan daya tumbuh

    tanaman. Unsur ini sangat penting dalam proses pembentukan

    klorofil, terpenoid, asam inti, beberapa hormon tumbuhan serta asam

    amino. Bila tanaman kekurangan nitrogen, tanaman akan terlihat

    warna kekuningan pada daun, sedangkan bila terlalu banyak

    menyebabkan perkembangan vegetatif akan lebih besar dari pada

    perkembangan buah (Lailiya, 2016). Sumber nitrogen padaa media

    kultur berasal dari amonium (NH4+) dan yang paling penting nitrat

    (NO3-). Jumlah amonium yang digunakan berkisar 2-8 mM

    sedangkan nitrat sekitar 25-40 mM.

    - Fosfor (P), Menurut Sutejo (2002) fosfor berperan pada tanaman

    antaranya merangsang pertumbuhan akar tanaman muda ataupun

    mempercepat pertumbuhan akar semai, merangsang pembentukan

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 18

    bagian-bagaian tubuh tanaman saat pembiakan generatif,

    memperkuat tanaman dewasa. Dalam jaringan meristematik

    merupakan daerah yang cepat pertumbuhan biasanya banyak

    terdapat fosfor. Terlalu banyak fosfor dalam media dapat

    menghambat pertumbuhan Plantlet. Hal ini disebabkan oleh adanya

    persaingan penyerapan unsur lainya seperti seng (Zn), besi (Fe), dan

    tembaga (Cu). Sumber fosfor dalam media diberkan dalam bentuk

    natrium hidrofosfat (NaH2PO4.H2O) atau kalium Hidrofosfat

    (KH2PO4).

    - Potasium (K). Potasium adalah unsur yang berguna untuk

    pembelahan sel, sintesa karbohidrat dan protein, pembuatan klorofil

    serta untuk mereduksi nitrat. Potasium terdapat pada sel-sel muda

    tanaman, juga berperan dalam mengatur pemeliharaan dari masa

    vegetatif ke masa generatif sehinga bunga dan bakal buah tidak

    gugur (Rahman, 2014). Potasium harus diberikan dalam media

    dengan konsetrasi 20 mM. Bentuk ikatan potasium yang banyak

    digunakan dalam media kultur yakni KNO3 dan KH2PO4 (Gamborg,

    1986; dalam Kattuk, 1989).

    - Magnesium (Mg). Magnesium adalah elemen utama dalam molekol

    klorofil. Selain magnesium bekerja sebagai aktivator enzim. Dalam

    media kultur sering diberikan dalam bentuk MgSo4.7H2O.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 19

    - Belarang (S). Belerang terdapat dalam beberapa molekul protein,

    berguna untuk perkembangan akar. Belerang diberikan kedalam

    media dalam bentuk Mg SO4.7H2O atau {Ca(No3)2.4H2O}.

    b) Unsur mikro: unsur mikro merupakan unsur yang dibutuhkan dalam

    jumlah sedikit tetapi harus tersedia. Kegunaan unsur mikro yang

    diperlukan bagi tumbuhan untuk dapat bertahan hidup dan

    mendukung pertumbuhan akan dijabarkan sebagai berikut ini:

    - Besi (Fe). Besi berperan dalam sintesis klorofil. Dalam media kultur

    zat besi terlebih dahulu dicampur dengan EDTA (Asam etilen

    diamin tetraasetik). Zat besi tidak boleh dicampurkan secara

    langsung ke dalam media di karenakan sifat besi yang tidak mudah

    larut sehigga dapat menimbulkan endapan.

    - Mangan (Mn). Pada tumbuhan yang tumbuh di tanah, kekurangan

    mangan dapat menyebabkan klorotik (tanaman berwarna pucat) dan

    sering menunjukan bintik-bintik hitam yang tidak lain adalah

    kematian setempat. Dalam media kultur in vitro, unsur ini berguna

    untuk membentuk membran kloroplas, mangan diberikan dalam

    bentuk MgSO4 (Janick, 1972; dalam Kattuk, 1989).

    - Boron (B). Unsur boron berperan dalam perombakan gula.

    kekurangan boron dapat mengakibatkan terganggunya sintesa

    sitokinin. Bila kebanyakan boron dapat mengakibatkan tanaman

    mati, boron diberikan dalam bentuk H3BO3 (Kattuk, 1989).

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 20

    - Seng (zn). Seng merupakan unsur penting dalam pembentukan

    protoplasma. Tanaman yang berkecukupan seng mampu

    memproduksi IAA endengenous.

    - Kobalt (Co). Kegunaan kobalt dalam kultur in vitro adalah untuk

    pembentukan asam inti dan juga untuk mengikat unsur nitrogen.

    - Tembaga (Cu). Berperan penting dalam proses konverensi energi.

    - Molibdenum (Mo). Zat ini berguna dalam proses pengikatan

    nitrogen dari atsmosfer menjadi nitrat dengan bentuan bakteri

    pengikat N. Selain itu juga berguna dalam proses pembentukan

    klorofil. Bila diberikan secara berlebihan dapat merusak jaringan

    tanaman. dibutuhkan oleh tanaman dalam jumlah kecil akan sangat

    efektif. Kelebihan Mo akan menjadi racun bagi tanaman (Sutejo,

    2002).

    c) Vitamin

    Pemberian vitamin dalam media kultur merupakan suatu

    keharusan lantaran tanaman yang dikulturkan tersebut belum

    mampu untuk membuat vitaminnya sendiri. Adapun jenis vitamin

    yang sering diberikan:

    - Thiamin HCL di mana berfungsi sebagai koenzim yang

    membantu daur asam organik dalam proses respirasi;

    - Nicotiamida yaitu suatu koenzim yang menjadi aktif dalam

    reaksi cahaya;

    - Myi-Inositol adalah alkohol gula;

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 21

    - Asam panthenik adalah suatu jenis vitamin B yang bekerja aktif

    sebagai koenzim dan berfungsi dalam metabolisme zat lemak;

    - Pyridoxine (vitamin B6) adalah koenzim yang membantu reaksi

    kimia dalam proses metabolisme;

    - Choline sebagai terpenoid yang ada dalam vitamin B

    - Riboflavin dimana dikenal dengan vitamin B2.

    3). Lingkungan

    Kultur in vivo memiliki faktor lingkungan utama yang harus

    dipenuhi ialah lahan, suhu, pH, serta kelembaban. Sangat berbeda dalam

    kultur in vitro bagian lahan akan digantikan dengan media tanam, sehingga

    yang akan dibahas ialah faktor-faktor lingkungan yang meliputi: cahaya,

    suhu, pH, kelembaban, dan wadah atau botol kultur.

    a. Cahaya: Bagi tanamn in vitro cahaya berperan dalam pertumbuahan

    dan perkembangan yang disebut fotomorfogenesis. Pertumbuhan sel

    kultur in vitro yang teratur pada dasarnya tidak dihambat oleh cahaya.

    Malah sebaliknya pembelahan sel mula-mula pada plantlet, serta

    pertumbuhan jaringan kalus, banyak dibatasi/dihambat oleh persoalan

    cahaya. Ada tiga pokok yang berpengaruh dalam cahaya ialah:

    Kandungan fisik cahaya, sumber cahaya, serta persyaratan cahaya

    dalam kultur in vitro.

    b. Suhu: Pada umumnya kultur in vitro memerlukan suhu sebesar 25-

    300C. Namun, pertumbuhan optimum hal ini akan berbeda-beda pada

    setiap spesies, serta jenis eksperimen. Ada juga yang menyukai suhu

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 22

    tertentu dan ada pula yang memiliki variasi suhu. Suhu rendah sangat

    berpengaruh pada perkembangan embrio.

    c. pH: Keasaman serta kebasahan media juga merupakan faktor

    lingkungan plantlet yang sangat menentukan. Keadaaan ini ditandai

    dengan pH, yaitu logaritma dari konsentrasi ion H, ditulis pH =

    -log[H+]. pH ditulis dengan unit 1-14, selanjutnya golongan pH dibagi

    dua, yaitu 1.) larutan bersifat asam pH 1-7; 2.) larutan bersifat basa,

    pH 7-14, dan 3) bersifat netral berada di pH-7 (Janick, 1972; dalam

    Kattuk, 1989).

    Walaupun pH media akan berubah selama proses

    pengkulturan, pH harus diatur lebih dahulu sebelum diinokulasi.

    Manfaat pH dalam media adalah untuk menjaga kestabilan membran

    sel, mengatur garam-garam agar tetap dalam bentuk terlarut,

    membantu penyerapan zat hara, mengatur sifat gel agar (George dan

    sherringthon, 1984).

    Kultur akan berubah menjadi asam diakibatkan adanya

    pembentukan asam-asam organik, atau penambahan ion amonium

    dari sumber nitrogen. Sebaliknya media kultur akan berubah menjadi

    basa bila ion nitrat dari Na atau K, telah digunakan oleh sel, atau ion

    amonium dilepaskan dalam media, atau reduksi nitrat (Martin, 1980).

    Keasaman medium adalah salah satu faktor yang

    mempengaruhi keberhasilan kultur in vitro tanaman. Pada

    umumnya, keasaman medium ditetapkan antara 5,6-5,8. Medium

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 23

    yang terlalu asam (pH 7,0) dapat

    menghambat pertumbuhan dan perkembangan Plantlet (Pierik et al,

    1997). Hal itu mungkin disebabkan oleh tidak tersedianya sejumlah

    unsur hara pada kisaran pH tertentu. Pada pH tinggi, unsur-unsur

    seperti besi, seng, mangan, tembaga, dan boron mengalami

    presipitasi sebagai hidroksida sehingga tidak tersedia bagi jaringan

    yang dikulturkan. Sedangkan pada pH rendah, unsur-unsur seperti

    kalium, magnesium, belerang, fosfor, dan molibdenum menjadi

    tidak tersedia. Selain mempengaruhi ketersediaan unsur-unsur hara,

    pH mempengaruhi pula proses pemadatan medium. Menurut Taji et

    al., 1997; dalam Zulkarnian, 2009, medium akan menjadi terlalu

    keras apabila pH >6,0, sedangkan pH

  • 24

    e. Wadah atau botol kultur: Ukuran botol kultur sangat mempengaruhi

    pertumbuhan kultur in vitro. Wadah kultur jarinagn sangat cocok

    bila diadakan dalam botol kultur berukuran kecil. Namun setelah

    pertumbuhan berlangsung, plantlet akan dipindahkan ke botol kultur

    yang lebih besar.

    Eksplant berukuran kecil, dapat dikulturkan dalam botol

    yang memiliki diameter 1,5 cm, kemudian untuk melihat

    pertumbuhan akar maka diameter tabung kultur digani 2,5 cm.

    Kultur pucuk akan membutuhkan tabung kultur berukuran 2,5 cm x

    10 cm. Selanjutnaya akan diganti dengan tabung berukuran 6 cm x

    15 cm, hingga perkembanggan selanjutnya akan dipakai botol

    erlemayer berukuran 50-125 ml.

    Wadah kultur tidak tergantung pada botol kultur buatan

    pabrik. Banyak macam wadah yang bisa dijadikan tempat kultur

    antara lain, botol-botol bekas obat-obatan atau bekas minuman atau

    makan. Wadah berbahan gelas adalah yang paling baik, karena

    mudah untuk dicuci dan digunakan kembali. Botol kultur berbahan

    plastik hanya bisa digunakan sekali pakai saja, dan akan sulit untuk

    disterilkan kembali.

    F. Faktor Pertumbuhan Planlet dalam kultur in vitro

    1. Karakteristik Plantlet

    Plantlet merupakan tanaman baru atau lengkap yang telah

    mempunyai akar, batang dan daun (tanaman mini hasil perkembangan

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 25

    kalus). Eksplan ialah bagian dari tanaman yang digunakan dalam

    perbanyakan tanaman dengan metode kultur jaringan (kultur in vitro) adalah

    pucuk muda, batang muda, daun muda, kotiledon, hipokotil, endosperm,

    ovari muda, anther, embrio, dll.

    Menurut Zulkarnian (2009), beberapa karakteristik khas tanaman

    hasil perbanyakan kultur in vitro diuraikan bagai berikut:

    a) Daun: Plantlet memiliki daun-daun yang tipis, lunak, tidak aktif

    berfotosintesis, dan lebih sedikit jumlahnya sehingga tidak dapat

    menerima cahaya secara efisien dan rongga udara mesofil yang lebih

    besar dibandingkan tanaman normal. Stomata tidak berfungsi dengan

    sempurna dan tidak menutup sehingga meyebabkan cekaman air pada

    beberapa jam pertama aklimatisasi. Perkembangan lapisan lilin

    (kutikula) yang kurang berkembang sehingga tingginya kelembaban di

    wadah kultur (90-100%) hal ini mengakibatkan tanaman kehilangan air

    dalam jumlah yang cukup besar melalui evaporasi kutikula pada saat

    tanaman di pindahkan ke tanah karena kelembaban udara dan kondisi

    in vivo jauh lebih rendah dari pada kondisi in vitro.

    b) Akar: sistem perakaran pada plantlet yang berasal dari kultur in vitro

    cenderung mudah rusak dan tidak berfungsi dengan sempurna. Hal ini

    dikarenakan akar yang terbentuk sedikit atau tidak ada sama sekali.

    c) Jaringan angkut: sistem pembuluh angkut antar pucuk dan akar sering

    tidak terhubung denagn sempurna sehingga menyebabkan

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 26

    berkurangnya transportasi air dan unsur hara, dalam keadaan in vitro

    plantlet bersifat heterotrof.

    d) Kemampuan bersimbiosis: plantlet dari tanaman yang pada kondisi

    pertumbuhan normal bersimbiosos dengan bakteri atau mikoriza yang

    memiliki kemampuan bersimbiosis yang sangat terbatas pada saat

    dipindahkan dari lingkungan in vitro ke lingkungan in vivo.

    2. Faktor lingkungan

    Faktor lingkungan kultur in vitro merupakan hasil interaksi antara

    bahan tanaman, wadah kultur, dan lingkungan eksternal ruang kultur,

    memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap suatu sistem in vitro. Secara

    teoritis, semua variabel di dalam setiap wadah kultur pada ruang kultur yang

    sama adalah seragam. Sebagai konsekuensinya, hal yang sama terjadi pula

    di wadah-wadah kultur pada ruang kultur yang lain. Agar pertumbuhan

    kultur seragam maka keseragaman faktor lingkungan harus diupayakan,

    tidak hanya di dalam ruang kultur, tetapi juga di dalam semua wadah kultur

    dengan cara menggunakan wadah yang seragam (Zulkarnain, 2009).

    Lingkungan tumbuh yang dapat mempengaruhi regenerasi

    tanaman menurut Gunawan, 1995; dalam Zulkarnian, 2009, meliputi:

    a) Temperatur;

    b) Penyinaran: panjang penyinaran, intensitas penyinaran, dan kualitas

    sinar; serta

    c) Ukuran wadah kultur.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 27

    G. Zat Pengatur Tumbuh (Fitohormon)

    Hormon pada tumbuhan dapat didefinisikan dalam berbagai istilah,

    hormon pada tumbuhan atau zat pengatur tumbuhan tanaman (fitohormon).

    Zainal (1983), Mengemukakan zat pengatur tumbuhan pada tanaman (plant

    regulator) adalah senyawa organik yang bukan unsur hara (nutrient), yang dalam

    jumlah sedikit dapat mendukung (promote), menghambat (inhibit), dan

    mengubah proses fisiologi tumbuhan. Zat Pengatur Tumbuh (Plant Growth

    Regulator) adalah senyawa organik bukan nutrisi yang dalam konsentrasi rendah

    (

  • 28

    1. Hormon Auksin

    Dewi et al. (2008) menyebutkan bahwa fungsi auksin antara lain

    mempengaruhi pertambahan panjang batang, pertumbuhan, diferensiasi dan

    percabangan akar, perkembangan buah, dominansi apikal, fototropisme dan

    geotropisme. Auksin terbagi menjadi beberapa jenis antara lain: Indole Acetic

    Acid (IAA), Indole Butyric Acid (IBA), Naphtalene Acetic Acid (NAA), dan

    2,4-dichlorophenoxy Acetic Acid (2,4-D).

    Di alam IAA diidentifikasikan sebagai auksin yang aktif di dalam

    tumbuhan (endogenous) yang diproduksi dalam jaringan meristematik yang

    aktif seperti contonya tunas, sedangkan IBA dan NAA merupakan auksin

    sintetis (Hoesen et al., 2000). Berbagai jenis auksin dapat diaplikasikan

    bersama-sama atau dikombinasikan dengan golongan sitokinin dan

    giberelin.

    2. Hormon Sitokinin

    Sedangkan sitokinin, ialah zat pengatur tumbuhan selain dari auksin.

    Sitokinin dialam berfungsi sebagai: mengatur pertumbuhan melalui

    pembelahan sel, membantu mengawasi perkecambahan biji, mempengaruhi

    pembentukan selaput abscisic pada tangkai daun dan buah, mengatur trasport

    auksin, membantu griberilin untuk aktif dengan jalan menghalangi

    pembentukan abscisic, dan menunda senescens (penuaan), dengan cara

    menghambat jalan penguraian klorofil, protein, dan asam inti yang ada dalam

    daun (Jeanett, 1989; dalam Zein, 2016).

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 29

    Dalam kultur in vitro sitokinin berfungsi untuk mengatur

    pertumbuhan serta mikrofogenesis. Sama seperti auksin, sitokinin juga ada

    yang bersifat alami dan sintetik. Sitokinin lebih banyak diproduksi di akar

    tanaman, itulah sebabnya adakala sitokinin tidak perlu ditambahkan ked alam

    media jika yang dikulturkan ialah akar. Sebaliknya, jika yang dikulturkan

    adalah bagian pucuk, di mana produksi sitokinin sangat sedikit, dan materi

    tanaman tidak terlalu banyak memproduksi sitikonin, maka perlu adanya

    penambahan sitokinin. Sekarang ini sudah ditemukan sitokinin buatan yang

    mempunyai sifat sama dengan sitokin alamiah. Zat-zat itu meliputi: BAP (N6-

    banzyl Amino Purine), atau BA (Benzly Adenin), dan Kitenin (N6-

    Furfurylamino Prine) (Jeanett, 1989; dalam Zein, 2016). Zat pengatur

    tumbuh ini mempengaruhi pertumbuhan dan morfogenesis dalam kultur.

    Selain auksisn dan sitokinin, giberilin dan senyawa lain juga dapat

    ditambahkan didalam media kultur in vitro (Gunawan, 1992; dalam

    Arimarsetiowati dan Ardiyani, 2012).

    Gambar 2. 3 Keseimbangan Auksin dan Sitokinin dalam Proses Morfogenesis

    (Sumber: Wattimena et al., 1992)

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 30

    F. Ekstrak Buah Nangka (Artocarpus heterophyllus)

    Pohon nangka termaksud suku Moraceae, nama ilmiahnya adalah

    Artocarpus heterophyllus. Dalam bahasa Inggris dikenal dengan buah Jackfruit.

    Buah nangka, yang merupakan buah majemuk dari bunga majemuk, memiliki

    buah dengan rasa yang manis. Nangka tumbuh baik di iklim tropis. Tanaman ini

    sangat menyukai dengan curah hujan lebih dari 1500 mm pertahun di mana

    musim kering tidak terlalu keras. Nangka kurang toleran dengan kondisi dingin,

    kekeringan dan penggenangan. Ekstrak buah nangka memilik kandungan unsur

    hara makro, mikro, dan vitamin yang dapat mendukung untuk pertumbuhan

    tanaman. Unsur hara makro pada ekstrak buah nangka ialah nitrogen, posfor,

    kalium, belerag, dan mangnesium. Menurut Sarief (1985), bahwa proses

    pembelahan sel akan berjalan cepat seiring dengan ketersediaan nitrogen yang

    cukup. Nitrogen mempunyai peranan penting untuk merangsang pertumbuhan

    secara keseluruhan, khususnya pertumbuhan batang yang akan memacu

    pertumbuhan tinggi tanaman.

    Daging buah nangka umumnya tebal dan berwarna kuning, kuning

    pucat, kuning kemerah-merahan atau jingga dan beraroma harum berasal dari

    kandungan senyawa etil butirat, berair, dan berasa manis. Kandungan vitamin

    dalam ektrak buah nagka, seperti thiamine, riboflavin, nicotiamida, pyrdoxine,

    dapat meningkatkan laju koenzim yang membantu reaksi proses metabolisme

    pada pertumbuhan tanaman (Rusdiana, 2004).

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 31

    G. Ekstrak Buah Pisang Ambon (Musa acuminata Linn.)

    Pisang merupakan salah satu jenis komponen organic yang sering

    ditambahkan dalam kultur in vitro tanaman. Bagian yang dapat ditambahkan

    dalam kultur in vitro tanaman. Bagian yang dapat dimakan dari buah pisang ialah

    sebesar 57%. Air merupakan kandungan terbesar dari buah pisang karena

    memiliki proporsi sebesar 97%.

    Ekstrak pisang, yang ditambahkan dalam media berfungsi sebagai

    sumber asam amino, peptide, vitamin dan zat pengatur tumbuh. Asam amino

    yang terkandung dalam ekstrak tanaman merupakan bentuk organik yang lebih

    mudah diserap dari pada asam amino anorganik (George dan Sherrington, 1948).

    Menurut Macdonald (2002), asam amino dapat membantu diferensiasi jaringan

    serta digunakan dalam sintesis protein. Sedangkan vitamin berperan penting

    pada pertumbuhan tanaman khususnya jaringan yang sedang aktif tumbuh.

    Beberapa vitamin berperan sebagai co-faktor enzim, yaitu senyawa yang harus

    tersedia agar enzim dapat aktif bekerja.

    Kandungan makro, mikro, dan vitamin yang terdapat pada buah pisang

    ambon dan buah nangka dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

    Tabel 2. 2 Kandungan Hara Pisang Ambon dan Nangka dalam jumlah 100g

    Kandungan Pisang Ambon (a) Nangka (b)

    Air (g) 0,757 g 70,00 g

    Protein (g) 0,11 g 1,70 g

    Karbohidrat (g) 0,222g 23 g

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 32

    Lemak (g) 0,2 g 0,64g

    Abu (g) - -

    Gula (mg) 0,008 mg 19,08 mg

    Serat (mg) - 1,5 mg

    N (mg) - 2 mg

    Ca (mg) 7 mg 24 mg

    Fe (mg) 0,67 mg 0,23 mg

    Mg (mg) 36 mg 29 mg

    P (mg) 27 mg 19 mg

    K (mg) 460 mg 448 mg

    Cu (mg) - -

    Cl (mg) - -

    S (mg) 34 mg 21 mg

    Zn (mg) - 0,13 mg

    Mn (mg) - 0,02 mg

    B (mg) - -

    Mo (mg) - -

    Ascorbic (mg) Acid 10 mg 0,045 mg

    Thiamine (mg) 0,04 mg 0,105 mg

    Riboflavin (mg) 0,07 mg 0,055 mg

    Niacin (mg) - 0,92 mg

    Pantothenic acid

    (mg)

    0,26 mg 0,235 mg

    Pyridoxine (mg) 0,51 mg 0,329 mg

    Biotin (mg) - -

    Nicotin acid (mg) - -

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 33

    Vit A (mg) 0,04 g 0,33 g

    Vit C (mg) 100,85 g 5 µg

    Vit D (mg) - -

    Vit E (mg) - 0,34 mg

    Glycine (mg) - -

    Auksin (IAA) (mg) Sedang -

    Sumber: a) Robinson and Sauco, 2010; Garvita and Handini, 2011

    b) Dr. Duke’s Pytoochemical and Ethnobotanical

    H. Hasil Penelitian yang Relevan

    Beberapa Penelitian yang relevan dalam penelitian, baik metode

    maupun bahan yang digunakan mengacu pada penelitian-penelitian yang

    sebelumnya pernah dilakukan. Penelitian ini memodifikasi penelitian yang

    sudah ada sebelumnya, yaitu:

    1. Vitri dan Handayani (2011) penelitian berjudul “Pengaruh Penambahan

    Berbagai Kadar Pisang Dan Ubi Jalar Pada Pertumbuhan Kultur Tiga Jenis

    Phalaenopsis”. Penelitian yang dilakukan, Pada P. fuscata, media KC 1

    dengan penambahan 150 ml/l air kelapa muda, 25 g/L pisang ambon lumut

    dan 15 g/L ubi jalar mampu memacu multiplikasi tunas dan daun. Media

    KC 2 dengan penambahan 150 ml/L air kelapa muda, 50 g/L pisang ambon

    lumut dan 20 g/K ubi jalar mampu meningkatkan inisiasi akar. Kemampuan

    tumbuh benih anggrek ini akan lebih baik jika dilakukan subkultur ke media

    yang sama pada saat penelitian dilakukan.

    2. Ira Djajanegara, (2010) dengan judul penelitian “Pemanfaatan Limbah Buah

    Pisang dan Air Kelapa sebagai Bahan Media Kultur in vitro Anggrek Bulan

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 34

    (Phalaenopsis amabilis) Tipe 229. Perlakuan yang digunakan meliputi

    penggunaan Pisang mas, Pisang raja, pisang ambon, dan pisang kepok

    sebanyak 100g/L dan air kelapa dengan berbagai konsentrasi. Hasil

    penelitian menunjukan bahwa pemberian 100g/L bubur pisang ambon dan

    150 g/L air kelapa memberikan pengaruh nyata terhadap pembentukan arar,

    tunas, jumlah daun, dan tinggi pertumbuhan batang planlet.

    3. Garuda, Dkk., (2015) penelitian berjudul “Pengaruh Berbagai Senyawa

    Organik Kompleks Terhadap Planlet Anggrek Dendrobium”. Dari

    penelitian tersebut didapatkan pemberian ekstrak melon sebanyak 100g/L

    memberikan pertumbuhan vegetatif paling baik terhadap jumlah akar, daun,

    panjang akar dan berat segar dan pemberian ekstrak jambu biji 100g/L

    memperlihatkan hasil terbaik terhadap pertambahan tinggi dan tunas planlet

    anggrek dendrobium pada mediua VW.

    4. Gravita dan Elizabet, (2011) penelitian berjudul “Pengaruh Penambahan

    Berbagai Kadar Pisang Dan Ubi Jalar Pada Pertumbuhan Kultur Tiga Jenis

    Phalaenopsis”. Dari penelitiaan ini pemberian 25g/L pisang ambon lumut

    dan 15g/L ubi jalar mampu merangsang multipikasi tunas dan daun serta

    pemberian 50g/L pisang ambon lumut dan 20g/L ubi jalar mampu

    meningkatkan inisiasi akar pada Phalaenopsis. fuscata pada media KC.

    I. Kerangka Berpikir

    Tanaman anggrek merupakan tanaman hias yang menarik minat

    pencinta anggrek atau pengoleksi tanaman hias. Tanaman anggrek memiliki

    banyak jenis bunga yang berwarna warni dan memiliki bentuk yang berbeda

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 35

    dengan anggrek lainnya, baik dalam segi warna, ukuran, bentuk, dan

    keunikan tiap-tiap bunga anggrek. Kendala perbanyakan secara generatif

    yang sangat lama dan keadaan faktor lingkungan yang kerap kali mempersulit

    tanaman anggrek untuk sampai pada masa pembungaan dan mendapatkan

    calon tumbuhan baru. Hal ini juga diperkuat indukan tanaman anggrek sangat

    sulit diperoleh untuk mendapatkan anakan yang memiliki sifat sama seperti

    indukannya.

    Anggrek diminati oleh beberapa kalangan, namun karena sulit

    mendapatkan bibit anakan, dipengaruhi faktor lingkungan sangat

    berpengaruh dalam mendapatkan bibit yang sehat untuk diperbanyak,

    mendapatkan bibit yang sehat dan memiliki kemiripan dengan indukan jarang

    terjadi atau sulit didapatkan. Menggunakan teknik kultur in vitro kita dapat

    mendapatkan klon anakan yang sama dengan indukan, yang sehat dan

    beragam variasi, serta tahan terhadap penyakit dan lingkungan.

    Metode yang telah berkembang tentang kultur in vitro tanaman

    secara vegetatif dapat memberikan keuntungan yaitu diperoleh anakan yang

    sama dengan induknya (identik) dalam jumlah yang banyak dan dalam waktu

    yang singkat. Tanaman anggrek menjadi salah satu tanaman yang sering

    dilakukan kultur in vitro, mulai dari kultur biji, kultur pollen dan anther,

    kultur sel, meristem dan protoplasma. Kultur bagian vegetatif tanaman

    anggrek (Axillary, Keki, dan Apical).

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 36

    Sistem kultur in vitro berpegang pada kesterilan wadah (botol) serta

    nutrisi yang diperoleh dari media yang pas, dan paling tepat bagi

    pertumbuhan plantlet anggrek. Berdasarkan media tanam anggrek yang

    biasanya digunakan yaitu, Media MS, Media VW, dan Media Kncdson.

    Beberapa media ini kerap di modifikasi dengan menambahkan unsur organik

    yang berasal sari buah, kecambah, maupun ekstrak lain bahkan ada pula yang

    menambahkan pupuk organik (Hyponex).

    Penggunaan media dalam kultur in vitro tanaman merupakan syarat

    utama, hal ini dikarenakan tumbuhan menyerap unsur-unsur makro dan mikro

    yang terkandung di dalam media. Sama halnya tanaman mengambil makanan

    langsung dari dalam tanah. Hanya perbedaannya media tanah, berganti

    dengan media agar yang telah mengandung unsur-unsur yang telah diperkaya

    dan dapat merangsang pertumbuhan eksplan atau plantlet.

    Penelitian yang dilakukan ini menggunakan media Murashige and

    Skoog yang dalam proses pembuatan media tanam di berikan penambahan

    ekstrak yang berasal dari buah yaitu buah pisang ambon dan buah nangka.

    Setelah itu, akan dilakukan dengan cara kerja aseptis baik dalam penggunaan

    alat dan tempat dan pembuatan media. Parameter yang diamati adalah

    parameter pertambahan bobot (massa berat tanaman), pertambahan tinggi

    tanaman, dan presentase hidup tanaman anggrek selama

  • 37

    Gambar 2. 4 Kerangka Konseptual

    J. Hipotesa

    1. Pengaruh penambahan ekstrak buah pisang ambon dan ekstrak buah

    nangka mempengaruhi pertumbuhan plantlet anggrek Dendrobium

    nobile Linn. pada medium Murashige and Skoog.

    2. Pengaruh pemberian ekstrak buah nangka dan dan ekstrak buah pisang

    ambon terhadap pertambahan bobot, pertambahan tinggi, dan persentase

    hidup planlet anggrek Dendrobium nobile Linn. pada medium

    Murashige and Skoog.

    Anggrek

    Kultur in vitro Media MS

    Ekstrak pisang ambon Ekstrak nangka

    Pengaruh pada

    Pertumbuhan

    1. Pertambahan Bobot 2. Pertambahan Tinggi 3. Persentase Hidup Plantlet

    Peminat

    Anggrek

    Kendala Budidaya

    Anggrek

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 38

    BAB III

    METODE PENELITIAN

    A. Jenis Penelitian

    Jenis penelitian yang digunakan ialah penelitian ekperimen.

    Percobaan perbanyakan anggrek Dendrobium menggunakan rancangan

    acak lengkap tiga perlakuan, yaitu ekstrak buah pisang ambon, ekstrak buah

    nangka dan kontrol. Terdapat 3 kombinasi perlakuan dengan 13 ulangan.

    Setiap ulangan terdiri dari satu botol Kultur sehingga terdapat 33 botol

    Kultur. Setiap botol Kultur terdiri dari satu buah Plantlet anggrek

    dendrobium. Pada percobaan ini memakai zat pengatur tumbuh

    Napthaleneacetic Acid (NAA), dan 6-benzyl Amino Purine (BAP).

    B. Variabel Penelitian

    Variabel penelitian yang digunakan dalam penelitian ini meliputi:

    1. Variabel bebas

    Variabel bebas dalam penelitian ini adalah media MS dengan

    penambahan ekstrak buah pisang ambon dan penambahan ekstrak

    buah nangka

    2. Variabel terikat

    Variabel terikat penelitian ini adalah pertambahan berat plantlet,

    pertambahan tinggi plantlet, dan persentase hidup plantlet

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 39

    3. Variabel kontrol

    Variabel kontrol dalam penelitian ini adalah suhu ruangan inkubasi.

    Suhu ruangan air conditions (AC) 180C, Umur plantlet ±5 bulan

    sebelum di subkulturkan, Tinggi berkisar 2-3 cm, intensitas cahaya

    lampu Cooldaylight 453 Lux.

    C. Batasan Penelitian

    a. Bobot plantlet awal adalah hasil pengurangan dari bobot media +

    Plantlet dengan botol media pada saat subkultur (Overplanting)

    b. Bobot plantlet akhir adalah bobot plantlet yang ditimbang pada saat

    pengamatan terakhir

    c. Pertumbuhan bobot plantlet adalah bobot plantlet akhir dikurangi

    dengan bobot plantlet awal

    d. Persentase plantlet ialah plantlet yang mati atau layu dikurangi

    jumlah pengulangan Plantlet akhir dikali 100%

    e. Penggunaan zat pengatur tumbuh dengan perbandingan (1:1)

    sebanyak 1 PPM

    f. Pertumbuhan tinggi tanaman diukur dan diamati dari luar botol

    kultur

    g. Penelitian yang digunakan tidak menggunakan kontrol positif,

    hanya menggunakan kontrol negatif

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 40

    D. Waktu dan Tempat

    Penelitian ini dilakukan pada 16 Agustus 2018 - 12 Oktober 2018.

    Pembuatan media dan pengamatan dilakukan Di Laboratorium Kultur

    Jaringan Farmasi, Fakultas Farmasi kampus III Universitas Sanata Dharma

    E. Alat Dan Bahan

    1. Alat:

    Botol Kultur Anggrek, Petridish, Gelas baker 1000 ml, Erlenmeyer 500

    ml, Pipet Volume 10 ml dan Pompa pipet, Pinset, Tangkai Scalpel, Mata

    Pisau Scalpel, Autoklaf, Lampu Coolday light 12 watt, Hot plate and

    Magnetic stirrer, Pengukur pH, Kaca Arloji, Kertas saringan, Sendok

    pengaduk, Hand sprayer, Neraca analitik, Batang Pengaduk, Gelas

    Ukur Plastik 1000 ml, Kertas payung, Kertas label, Laminar air

    flowcabinet (LAFC), Lampu ultra violet (UV), dan Alat-alat Pengukur.

    2. Bahan:

    Bahan plantlet botol anggrek Dendrobium nobile Linn yang diambil dari

    pusat penjualan tanaman hias anggrek.

    a. Bahan non-organik: Medium Murashige and Skoog Basal medium

    with Vitamin, Agar, Gula, Larutan HCL 1 N, Larutan NaOH 1 N,

    Napthaleneacetic Acid (NAA), dan 6-benzyl Amino Purine (BAP)

    b. Bahan Organik : Buah nangka dan buah pisang ambon

    c. Disinfektan : Larutan Ca-hipoklorit, Detergen, Alkohol 70%-96%,

    dan Aquades steril

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 41

    F. Cara Kerja

    1. Pemilihan Plantlet

    Plantlet anggrek Dendrobium nobile Linn yang diambil dari pusat

    penjualan tanaman hias anggrek botol dengan tinggi ±2-3 cm dan tanpa

    akar.

    2. Sterilisasi

    a. Alat

    Alat-alat dissecting-set (Scalpel dan pinset) dan glass ware

    (cawan petri yang berisi kertas saring, baker glass, botol kultur dan

    erlenmeyer yang berisi aquades) yang digunakan, setelah dicuci

    dengan detergen lalu bilas dengan air bersih, kemudian dibilas

    kembali dengan larutan Ca-hipoklorit dan dikeringkan. Kemudian

    dibungkus dengan kertas payung sedangkan botol kultur yang

    digunakan dibilas dahulu dengan alkohol 96% sebelum diautoklaf.

    Sterilisasi alat-alat tersebut didalam autoklaf dengan suhu 121oC

    selama 15 menit.

    b. Ruangan

    Dinding-dinding ruangan LAFC dan rak inkubasi disterilkan

    dengan menggunakan alkohol 70%. Selanjutnya lampu UV baik

    yang ada di ruangan maupun UV LAFC dinyalakan selama 1 jam

    sebelum digunakan.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 42

    3. Pembuatan Ekstrak buah

    Sebanyak 100 g buah dihancurkan. Penghancuran dilakukan

    dengan menggunakan blender yang di isi dengan air steril. Ekstrak

    buah disaring di wadah terpisah dan ekstrak buah disimpan di

    erlenmeyer sebelum digunakan, pembuatan ektrak buah dilakukan satu

    hari sebelum digunakan.

    4. Pembuatan Media

    Medium Murashige and Skoog Basal medium with Vitamin

    ditimbang sebanyak 4,43 g/L, dilarutkan dalam 1 liter air steril. Media

    dibagi menjadi dua bagian sambil ditambahkan ekstrak buah 200 ml/l.

    Ditambahkan BAP dan NAA 1 ml/L. Sebanyak 30 g/L gula

    ditambahkan ke dalam media. Kemudian tambahkan bahan pemadat

    (agar) sebanyak 7 g/l kemudian tambahkan aquades steril sampai tanda

    1000 ml, lalu masak sampai mendidih dan dituang ke dalam botol-botol

    steril. Sebelum dituang derajat keasaman diukur pH antara 5.6 – 5.8.

    Jika terlalu alkali tambahkan HCL 1N, tetapi jika terlalu asam

    tambahkan NaOH 1N. Tiap-tiap media dimasukan ke dalam botol

    kultur steril sebanyak ±30-40 ml/botol, kemudian ditutup dengan

    penutup botol. Auotoklaf selama ±20 menit, pada suhu 1210C tekanan

    17.5 psi. Sebelum digunakan, media tersebut disimpan selama satu

    minggu untuk melihat kesterilan media sebelum dilakukan penanaman,

    media disimpan di dalam incubator steril dengan suhu 250C.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 43

    5. Perlakuaan Plantlet

    Kelompok media dibagai menjadi tiga kelompok, yaitu:

    a) Kelompok Media A : Media MS dengan penambahan ekstrak buah

    pisang ambon 200 ml/L,

    b) Kelompok Media B : Media MS dengan penambahan ekstrak buah

    Nangka 200 ml/L,

    c) Media Kontrol : Media MS tanpa penambahan ekstrak buah.

    6. Subkultur (overplanting) Plantlet

    Subkultur (overplanting) dilakukan sebagai berikut, semua

    perlengkapan yang akan dipakai yaitu, scalpel, Pinset, mata pisau

    scalpel, alat-alat gelas, lampu spiritus, botol media (ditimbang dahulu

    untuk mengetahui bobot botol + media), botol berisi plantlet yang telah

    tumbuh (Anggrek botol), dan erlenmeyer aquades steril dan alkohol

    70% dimasukan dalam LAFC (dahulu disemprot dengan alkohol

    sebelum dimasukan ke dalam LAFC. Overplanting dimulai dengan

    menyiapkan dan memasukan alat-alat yang diperlukan di dalam LAFC.

    Selanjutnya plantlet akan diambil dengan pinset dan diletakkan diatas

    cawan petri sebanyak 20 tanaman, plantlet dikeluarkan dengan cara

    menjepit bagian di antara akar dan daun, kemudian ditarik dengan

    diusahasan agar akar keluar lebih dahulu, pisahkan plantlet yang masih

    berhimpitan dengan plantlet yang lain dilakukan secara metode aseptis.

    Potongan plantlet ditanam didalam media steril yang telah di letakan di

    lemari inkubasi steril selama 1 minggu sebelumnya, untuk melihat

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 44

    media yang aman dan tidak terkontaminasi jamur. Sebelumnya

    timbang medium sebelum digunakan untuk overplanting. Media yang

    digunakan terbagi dalam 3 kelompok, tananam plantlet ke dalam botol

    yang berisi medium baru satu per satu, sehingga jumlahnya dalam botol

    1 plantlet per botol. Setelah dilakukan pemindahan plantlet, masing-

    masing botol diberi label dan tanggal overplanting, lalu ditimbang

    kembali. Hasil penimbangan botol media yang berisi plantlet dikurangi

    dengan hasil pertimbangan botol medium sebelum penanaman akan

    mendapat botol plantlet awal.

    Inkubasi masing-masing plantlet yang telah dipindahkan pada

    rak Inkubasi 40 cm, pada suhu ruangan 180C dan pencahayaan lampu

    TL”Cool day Light” 12 W. Plantlet didiamkan selama 3 minggu tanpa

    dilakukan subkultur berikutnya, sambil terus diamati pertumbuhan

    pada plantlet.

    7. Pengamatan Plantlet

    Pengamatan dilakukan setiap hari sekali setelah dilakukan

    penanaman dalam media kultur. Masing-masing kelompok dilakuakan

    pegamatan, pengamatan plantlet meliputi: Tinggi plantlet (diukur dari

    dasar media hingga ujung plantlet), bobot pertumbuhan planlet dan

    Jumlah planlet yang hidup. Pengamatan dan pengukuran dilakukan dari

    luar botol, sedangkan plantlet masih tetap berada didalam botol kultur.

    Pengambilan data dilakukan setiap minggu sampai 3-4 MST (minggu

    setelah tanam).

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 45

    G. Metode Analisis Data

    Penelitian ini dilakukan dengan mengikuti pola Rancangan

    Kelompok Lengkap (RKL). Data yang diperoleh dalam penelitian ini

    dianalisis menggunakan Test ANOVA (Analysis of Variance) satu arah

    dengan pengukuran variabilitas antar kelompok. Uji Anova untuk One

    factor between Subject Design atau ANOVA satu arah digunakan untuk

    mengetes perbedaan di antara dua atau lebih kelo