perbandingan kestabilan dan hubungan...

102
v PERBANDINGAN KESTABILAN DAN HUBUNGAN VOLATILITAS NILAI TUKAR DINAR EMAS, DIRHAM PERAK, DAN DOLAS AS DALAM DENOMINASI RUPIAH, RINGGIT MALAYSIA, DAN DOLAR SINGAPURA SKRIPSI Disusun Oleh SYAIF MUHANNAD NIM 105081002593 JURUSAN MANAJEMEN KEUANGAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1432 H/2010 M

Upload: vudung

Post on 04-Mar-2019

224 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PERBANDINGAN KESTABILAN DAN HUBUNGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3714/1/SYAIF... · maupun luar negeri tidak terlepas dari faktor semakin cepatnya kemajuan

v

PERBANDINGAN KESTABILAN DAN HUBUNGAN VOLATILITAS

NILAI TUKAR DINAR EMAS, DIRHAM PERAK, DAN DOLAS AS

DALAM DENOMINASI RUPIAH, RINGGIT MALAYSIA,

DAN DOLAR SINGAPURA

SKRIPSI

Disusun Oleh

SYAIF MUHANNAD

NIM 105081002593

JURUSAN MANAJEMEN KEUANGAN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1432 H/2010 M

Page 2: PERBANDINGAN KESTABILAN DAN HUBUNGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3714/1/SYAIF... · maupun luar negeri tidak terlepas dari faktor semakin cepatnya kemajuan

vi

“Maka apabila kamu telah selesai (dari suatu urusan),

Kerjakanlah dengan Sungguh-sungguh (urusan yang lain)”

(QS. Al-Insyiroh:7)

Dengan ilmu, kehidupan menjadi enak,

dengan seni, kehidupan menjadi halus,

dan dengan agama hidup menjadi

terarah dan bermakna . . .

(Prof. Dr. H. A. Mukti Ali)

Kepersembahkan skripsi ini untuk kedua orang tuaku tercinta,

Kakak-kakakku dan teman-temanku yang selalu Memberikan

motivasi hidup . . . . .

Page 3: PERBANDINGAN KESTABILAN DAN HUBUNGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3714/1/SYAIF... · maupun luar negeri tidak terlepas dari faktor semakin cepatnya kemajuan

i

Page 4: PERBANDINGAN KESTABILAN DAN HUBUNGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3714/1/SYAIF... · maupun luar negeri tidak terlepas dari faktor semakin cepatnya kemajuan

ii

Page 5: PERBANDINGAN KESTABILAN DAN HUBUNGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3714/1/SYAIF... · maupun luar negeri tidak terlepas dari faktor semakin cepatnya kemajuan

iii

Page 6: PERBANDINGAN KESTABILAN DAN HUBUNGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3714/1/SYAIF... · maupun luar negeri tidak terlepas dari faktor semakin cepatnya kemajuan

iv

Page 7: PERBANDINGAN KESTABILAN DAN HUBUNGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3714/1/SYAIF... · maupun luar negeri tidak terlepas dari faktor semakin cepatnya kemajuan

v

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

DATA PRIBADI:

Nama : Syaif Muhannad

Tempat/Tgl Lahir : Tangerang, 22 Desember 1986

Jenis Kelamin : Pria

Agama : Islam

Status Perkawinan : Belum Kawin

Alamat Rumah : Jl. Maulana Hasanudin No. 69 Rt. 002/03,

Kel. Cipondoh Makmur Kec. Cipondoh

Kota Tangerang, 15148 Indonesia.Telp: 91082528

Email: [email protected]

RIWAYAT PENDIDIKAN:

1. Sekolah Dasar Islam YASIR, Tangerang, Tamat Th. 1998

2. Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama YASIR, Tangerang, Tamat Th. 2001

3. Madrasah Aliyah Ibnu Rusydi, Tangerang, Tamat Th. 2004

PENGALAMAN ORGANISASI:

1. Ketua OSIS MA Ibnu Rusydi, selama 2 tahun

2. Koord. Divisi Agama Remaja Islam Masjid Al-jihad, selama 2 tahun

3. Anggota Divisi Agama LDK FEIS UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Page 8: PERBANDINGAN KESTABILAN DAN HUBUNGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3714/1/SYAIF... · maupun luar negeri tidak terlepas dari faktor semakin cepatnya kemajuan

vi

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk: (a) membuktikan manakah diantara dinar emas,

dirham perak, dan dolar AS yang mempunyai nilai tukar paling stabil dalam

denominasi rupiah, ringgit Malaysia, dan dolar Singapura; (b) menentukan arah

dan bentuk hubungan volatilitas antara nilai tukar dinar emas, dirham perak, dan

dolar AS dalam denominasi rupiah, ringgit Malaysia, dan dolar Singapura.

Berdasarkan hasil perhitungan koefisien variasi (coefficient of variation) dapat

dinyatakan bahwa secara rata-rata nilai tukar dinar emas lebih stabil dibandingkan

dengan nilai tukar dirham perak dan dolar AS terhadap rupiah, ringgit Malaysia,

dan dolar Singapura. Hasil uji kausalitas Granger menunjukkan bahwa hanya

dinar emas dan dirham perak yang saling mempengaruhi, sedangkan terhadap

dolar AS tidak berpengaruh. Sementara itu, estimasi model VAR menunjukkan:

(a) volatilitas nilai tukar dinar emas terhadap rupiah dan dolar Singapura

dipengaruhi oleh perubahan nilai tukar dirham perak, namun nilai tukar dinar

emas terhadap ringgit Malaysia hanya dipengaruhi oleh perubahan nilai tukar

dinar emas itu sendiri; (b) volatilitas nilai tukar dirham perak terhadap rupiah dan

dolar Singapura hanya dipengaruhi oleh perubahan nilai tukar dirham perak itu

sendiri, sementara volatilitas nilai tukar dirham perak terhadap ringgit Malaysia

dipengaruhi oleh perubahan nilai tukar dinar emas; (c) volatilitas nilai tukar dolar

AS lebih banyak dipengaruhi oleh pergerakan nilai tukarnya sendiri.

Kata Kunci: nilai tukar, volatilitas, dinar emas, dirham perak, dolar AS,

rupiah, ringgit Malaysia, dolar Singapura

Page 9: PERBANDINGAN KESTABILAN DAN HUBUNGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3714/1/SYAIF... · maupun luar negeri tidak terlepas dari faktor semakin cepatnya kemajuan

vii

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis hingga skripsi ini dapat

diselesaikan. Penulis menyadari sepenuhnya, tanpa bantuan-Nya semua ini tidak

akan terwujud dengan baik.

Skripsi yang berjudul “Hubungan Kestabilan dan Pengaruh Volatilitas

Nilai Tukar Dinar Emas, Dirham Perak, dan Dolar AS dalam Denominasi Rupiah,

Ringgit Malaysia, dan Dolar Singapura”, penulis ajukan untuk melengkapi syarat-

syarat guna memperoleh gelar sarjana Ekonomi Jurusan Manajemen Fakultas

Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penulis juga mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada

ibunda tercinta Hj. Saiyah dan ayahanda (alm) H. Romlih yang senantiasa

menuntun, mendorong, memotivasi serta mendidik penulis, sehingga penulis

berhasil menyelesaikan studi di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Khusus kepada Bapak. Prof. Dr. Ahmad Rodoni dan Bapak. Arief

Mufraini, Lc, M.Si. yang dengan penuh kesabaran dan keikhlasan telah

membimbing penulis sehingga penulisan skripsi ini dapat diselesaikan dengan

baik. Untuk kesemuanya itu, penulis haturkan terima kasih yang sedalam-

dalamnya. Harapan penulis semoga Allah yang Maha Pengasih melimpahkan

rahmat-Nya serta membalas amal dan perbuatan mereka.

Dalam kesempatan ini juga penulis ucapkan terima kasih yang mendalam,

kepada yang terhormat:

Page 10: PERBANDINGAN KESTABILAN DAN HUBUNGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3714/1/SYAIF... · maupun luar negeri tidak terlepas dari faktor semakin cepatnya kemajuan

viii

1. Bapak Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta.

3. Ketua Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

4. Para dosen dan staff lainnya yang telah memberikan ilmu pengetahuan

kepada penulis di Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta.

5. Kakak, adik dan rekan-rekan mahasiswa yang tidak penulis sebutkan satu

persatu yang telah memberikan semangat dan motivasi bagi penulis.

Semoga segala amal, budi baik dan bantuan yang telah diberikan

mendapat karunia dan limpahan rahmat dari Allah SWT. Dan semoga, skripsi ini

dapat bermanfaat.

Jakarta, Desember 2010

Penulis

Page 11: PERBANDINGAN KESTABILAN DAN HUBUNGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3714/1/SYAIF... · maupun luar negeri tidak terlepas dari faktor semakin cepatnya kemajuan

ix

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN BIMBINGAN SKRIPSI ………………… i

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ……................ ii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ………………………… iii

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ……………………. iv

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ………………………………………… v

ABSTRAKSI …………………………………………………………… vi

KATA PENGANTAR ………………………………………………….. vii

DAFTAR ISI …………………………………………………................ ix

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah ………………................ 1

1.2. Perumusan Masalah ……………………………... 10

1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian ………………….. 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengantar ………………………………………… 12

2.2. Konsep Uang ……………………………………. 13

2.3. Perkembangan Sistem Moneter

1. Sistem Standar Emas 1870-1914 …………… 17

2. Sistem Bretton Woods ……………………… 19

3. Sistem Moneter Modern ……………………. 24

Page 12: PERBANDINGAN KESTABILAN DAN HUBUNGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3714/1/SYAIF... · maupun luar negeri tidak terlepas dari faktor semakin cepatnya kemajuan

x

2.4. Studi-studi Terkait dengan Kestabilan Nilai Tukar … 27

2.5. Kerangka Pemikiran ………………………………... 35

BAB III METODOLOGI DAN DATA PENELITIAN

3.1. Ruang Lingkup Penelitian ….…………………… 38

3.2. Metode Penentuan Sampel ...…………………… 39

3.3. Metode Pengumpulan Data .……………………. 39

3.4. Metode Analisis dan Uji Hipotesis …………….. 41

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Pengantar ……………………………………….. 46

4.2. Perkembangan Nilai Tukar Dolar AS ………….. 47

4.3. Perkembangan Harga Dinar Emas ……………... 50

4.4. Perkembangan Harga Dirham Perak …………… 55

4.5. Perbandingan Stabilitas Nilai Tukar ……….…... 57

4.6. Keterkaitan Volatilitas Nilai Tukar ……….…… 64

4.7. Interpretasi Terhadap Hasil ……………………. 81

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan …………………………………….. 84

5.2. Saran-saran …………………………………….. 86

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………. 88

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 13: PERBANDINGAN KESTABILAN DAN HUBUNGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3714/1/SYAIF... · maupun luar negeri tidak terlepas dari faktor semakin cepatnya kemajuan

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Perdagangan merupakan aktivitas yang sangat penting dalam

perekonomian. Dengan adanya perdagangan, kelebihan produksi yang dihasilkan

satu pihak dapat disalurkan kepada pihak lain, sehingga sektor riil dapat bergerak

lebih cepat. Banyak ahli ekonomi menganggap sektor perdagangan sebagai

mesin penggerak pembangunan (engine of development) sehingga peranan

perdagangan ini perlu dipacu untuk mencapai keberhasilan pembangunan

ekonomi suatu bangsa. Sebagaimana dijelaskan Mankiw (2000:180), negara-

negara maju pada umumnya menjadikan perdagangan internasional sebagai

sentral perhatian dalam menganalisis pembangunan ekonomi dan merumuskan

kebijakan-kebijakan yang akan diambil. Hal ini tentunya terkait dengan besarnya

peranan sektor perdagangan dalam struktur perekonomian mereka. Misalnya di

Kanada, Inggris, Jerman dan Perancis kontribusi ekspor dan impor sudah

melebihi 30 persen dari PDB masing-masingnya pada tahun 1997. Bagi negara-

negara berkembang perdagangan juga memainkan peranan yang cukup penting

dalam upaya meningkatkan pendapatan nasional, penerimaan anggaran negara

dan persediaan devisa. Perkembangan jumlah barang yang diperdagangkan dan

penerimaan yang dihasilkan dari sektor ini akan berpengaruh langsung pada

penciptaan kesempatan kerja produktif.

Page 14: PERBANDINGAN KESTABILAN DAN HUBUNGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3714/1/SYAIF... · maupun luar negeri tidak terlepas dari faktor semakin cepatnya kemajuan

2

Semakin besarnya volume dan intensitas perdagangan baik domestik

maupun luar negeri tidak terlepas dari faktor semakin cepatnya kemajuan

teknologi informasi, komunikasi dan transportasi dalam era globalisasi dewasa

ini. Akan tetapi, pesatnya perkembangan perdagangan pada dasarnya terwujud

berkat ditemukannya uang. Dapat dibayangkan bagaimana sulitnya untuk

mengembangkan perdagangan jika masih menggunakan sistem tradisional

berupa barter yaitu pertukaran barang dengan barang. Pertukaran barter ini

mensyaratkan adanya keinginan yang sama pada waktu yang bersamaan (double

coincidence of wants) dari pihak-pihak yang melakukan pertukaran ini. Namun,

semakin beragam dan kompleks kebutuhan hidup manusia, maka semakin sulit

menciptakan situasi yang dipersyaratkan dalam sistem barter ini. Sebaliknya,

dengan menggunakan uang kegiatan perdagangan dapat dilakukan lebih mudah,

cepat dan efisien. Selain berfungsi sebagai alat tukar (means of exchange), uang

juga bermanfaat sebagai alat penyimpan nilai (store of value), satuan hitung (unit

of account) dan ukuran untuk pembayaran masa depan (standard for deferred

payments).

Peranan uang sebagai alat tukar mensyaratkan uang tersebut harus

diterima oleh masyarakat sebagai alat pembayaran. Artinya, si penjual barang

mau menerima uang sebagai pembayaran untuk barangnya karena ia percaya

bahwa uang tersebut juga akan diterima oleh orang lain (masyarakat umum)

sebagai alat pembayaran apabila ia nanti memerlukan untuk membeli barang

yang dibutuhkannya. Unsur kepercayaan ini penting sekali dan melandasi

Page 15: PERBANDINGAN KESTABILAN DAN HUBUNGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3714/1/SYAIF... · maupun luar negeri tidak terlepas dari faktor semakin cepatnya kemajuan

3

pemilihan barang apa yang bisa digunakan sebagai uang. Barang apapun bisa

digunakan asal unsur kepercayaan ini bisa dilekatkan pada barang tersebut (Lihat

Boediono, 1996:10-12).

Menurut Karnaen (2006:2), jauh sebelum ini, Ibn Miskawih (1030 M)

telah menerangkan syarat-syarat agar sesuatu dapat dijadikan uang dan diterima

masyarakat umum. Persyaratan itu adalah: tahan lama (durability); mudah

(convenience) untuk dibawa; tidak dapat dikorup (incorruptibility); dikehendaki

(desirability) semua orang; dan senang orang melihatnya. Selain itu, menurut

Nasution (2006:240) ada kondisi lain yang diperlukan agar suatu barang bisa

dijadikan uang antara lain: kelangkaan (scarcity) yaitu persediaan barang itu

harus terbatas; dan nilai tinggi, maksudnya barang yang dijadikan uang harus

bernilai tinggi, sehingga tidak memerlukan jumlah yang banyak untuk melakukan

transaksi. Emas dan perak telah memenuhi berbagai persyaratan yang

dikemukakan diatas.

Dalam sejarah Islam, uang merupakan sesuatu yang diadopsi dari

peradaban Romawi dan Persia. Ini dimungkinkan karena penggunaan dan konsep

uang tidak bertentangan dengan ajaran Islam. Dinar adalah mata uang emas

yang diambil dari Romawi dan dirham adalah mata uang perak warisan Persia.

Dalam sejarah Islam, belum pernah terjadi krisis moneter dan ekonomi

sebagaimana datang silih berganti pada masa sekarang ini. Mata uang memang

relatif stabil manakala nilainya masih disandarkan pada emas. Sejak zaman Nabi

Muhammad SAW, hingga Dinasti Ottoman atau kekhalifahan Utsmaniyah hanya

Page 16: PERBANDINGAN KESTABILAN DAN HUBUNGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3714/1/SYAIF... · maupun luar negeri tidak terlepas dari faktor semakin cepatnya kemajuan

4

dikenal uang emas (dinar) dan uang perak (dirham). ( Lihat Nasution, 2006:242;

dan Karim, 2001:146). Saat ini emas dan perak tidak lagi digunakan sebagai uang

melainkan telah diganti dengan uang kertas, uang giral dan uang elektronik yang

dijalankan dalam sistem uang fiat (fiat money) berbasis bunga dan cadangan

terbatas (fractional reserve requirement). Menurut Rabb (2002:99) uang fiat

adalah mata uang atau alat pembayaran yang sah (a legal tender) yang nilainya

ditentukan oleh kekuatan ekonomi dan kapital negara yang mempergunakannya.

Masyarakat menerima uang kertas dalam menukar barang-barang dan jasa-jasa

karena pembatasan terhadap pilihan dan penggunaan alat tukar (medium of

exchange).

Dari satu sisi penggunaan uang "modern" tersebut memang mempunyai

beberapa keunggulan, namun dari sisi yang lain juga memiliki berbagai

kelemahan yang dinilai banyak ahli ekonomi sangat merugikan. Misalnya Meera

(2002:9-43) telah menjelaskan bahwa sistem moneter yang bertumpu pada

penggunaan uang fiat berbasiskan bunga dan cadangan minimum terbatas telah

menyebabkan penawaran uang selalu lebih besar dari nilai output yang

dihasilkan oleh sektor riil, sehingga menimbulkan masalah peningkatan harga-

harga. Terjadinya inflasi umum tidak akan jadi masalah bila pendapatan

seseorang juga meningkat sebesar itu pada periode yang sama. Sekelompok kecil

masyarakat akan mendapatkan keuntungan dengan peningkatan penawaran

uang tersebut, sehingga peningkatan pendapatannya jauh diatas tingkat inflasi.

Namun sayangnya, sebagian besar penduduk, terutama di negara-negara

Page 17: PERBANDINGAN KESTABILAN DAN HUBUNGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3714/1/SYAIF... · maupun luar negeri tidak terlepas dari faktor semakin cepatnya kemajuan

5

berkembang, peningkatan upah dan gaji kurang dari angka inflasi umum tersebut

sehingga daya beli mereka akan berkurang secara bertahap. Ketimpangan

distribusi pendapatan inilah yang akan mengakibatkan berbagai masalah sosial

ekonomi. Masyarakat yang tidak mempunyai pendapatan tetap, maupun yang

pendapatan tetapnya tidak mengalami peningkatan yang cukup, lama-kelamaan

akan terdorong menjadi masyarakat yang miskin absolut yaitu tidak mampu lagi

memenuhi kebutuhan yang paling pokok bagi kehidupan. Oleh karena itu, sistem

moneter uang fiat yang berdasarkan pada bunga dapat dikatakan telah

menciptakan kemiskinan secara otomatis dan berkelanjutan.

Dalam konteks perdagangan internasional, sistem pembayaran juga

sudah meninggalkan standard emas. Sebagai gantinya, sebagian negara

menerapkan nilai tukar bebas (flexible exchange rate) dan sebagian yang lain

yang menerapkan nilai tukar tetap (fixed exchange rate). Sedangkan transaksi

ekspor dan impor pada umumnya masih menggunakan dolar AS, walaupun

sistem Bretton Wood telah lama runtuh. Artinya, ekspor kita dibayar dalam dolar

AS oleh mitra dagang di luar negeri, dan jika ingin mengimpor kita harus

menukar rupiah terlebih dahulu dengan dolar AS untuk selanjutnya dibayarkan

kepada pedagang asing. Utang-piutang luar negeri serta aliran modal asing juga

sebagian besar dalam bentuk dolar AS. Oleh karena itu, perubahan nilai tukar

dolar AS akan sangat mempengaruhi kegiatan perdagangan dan perekonomian

pada umumnya.

Page 18: PERBANDINGAN KESTABILAN DAN HUBUNGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3714/1/SYAIF... · maupun luar negeri tidak terlepas dari faktor semakin cepatnya kemajuan

6

Perubahan kurs yang besar dan terjadi secara tiba-tiba terhadap mata

uang kuat dunia tersebut dapat menyebabkan malapetaka bagi perekonomian

suatu negara dan selanjutnya bisa pula menjalar ke negara lain. Contoh yang

masih hangat dalam ingatan kita adalah terjadinya krisis di Asia pada akhir tahun

1990an. Stiglizt (2003:125) menjelaskan bahwa ketika mata uang Baht Thailand

jatuh pada tanggal 2 Juli 1997, tak seorangpun tahu bahwa inilah awal dari krisis

ekonomi terbesar sejak masa depresi besar (the great depression) yaitu krisis

yang menyebar dari Asia hingga Rusia dan Amerika Latin serta mengancam

seluruh dunia. Selama sepuluh tahun mata uang Baht diperjualbelikan sebesar

25 baht dibandingkan 1 dolar AS; kemudian dalam semalam, mata uang tersebut

jatuh hingga 25 persen. Selanjutnya spekulasi mata uang menyebar dan

menyerang Malaysia, Korea, Filipina, dan Indonesia. Akhir tahun tersebut

merupakan awal mula bencana kurs yang mengancam perbankan, pasar saham,

dan bahkan keseluruhan perekonomian di wilayah tersebut.

Dalam konteks Indonesia, krisis moneter yang kemudian berkembang

menjadi krisis ekonomi tersebut memiliki dampak yang sangat besar dan

merugikan banyak pihak. Jika pada awal tahun 1990-an satu dolar AS setara

dengan sekitar Rp 2.500-an, maka pada saat krisis kurs rupiah pernah menyentuh

angka Rp 17.000 per dolar AS. Inflasi dan tingkat bunga juga melambung tinggi,

industri banyak yang bangkrut, terutama yang bahan bakunya tergantung pada

impor. Pertumbuhan ekonomi menjadi minus 13,8 persen pada tahun 1998,

padahal sebelumnya angka pertumbuhan adalah 7-8 persen pertahun.

Page 19: PERBANDINGAN KESTABILAN DAN HUBUNGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3714/1/SYAIF... · maupun luar negeri tidak terlepas dari faktor semakin cepatnya kemajuan

7

Meskipun perekenomian Indonesia dan negara-negara Asia Timur lainnya

telah mulai pulih, namun tanpa ada perbaikan yang mendasar, krisis serupa bisa

terjadi lagi. Banyak pihak yang berpendapat akan dari krisis tersebut adalah

ketidakstabilan nilai tukar atau kerentanan nilai tukar terhadap serangan

spekulan yang mempunyai dana besar. Oleh karena itu, sistem nilai tukar yang

diterapkan sekarang ini perlu untuk dikaji ulang secara mendalam. Salah satu

langkah alternatif untuk memperbaiki sistem moneter sekarang ini adalah

penerapan dinar emas dan dirham perak untuk alat pembayaran perdagangan

luar negeri.

Menurut Mahathir (2001), harga emas memang juga berfluktuasi, tetapi

fluktuasinya minimal. Kemungkinan untuk mendevaluasi emas dengan seratus

persen atau seribu persen sekalipun tidak ada, bahkan tidak mungkin direvaluasi

dengan jumlah persentase yang sama.

Gagasan tentang Dinar Emas Islami sebenarnya, berasal dari Omar

Ibrahim Vadillo, pendiri Organisasi Internasional Morabeteen tahun 1983 di

Afrika Selatan yang dikenal luas sampai ke Eropa. Gagasan ini ditujukan untuk

mengurangi dominasi dan hegemoni dolar AS sebagai suatu mata uang

internasional yang nilainya terus merosot dan berfluktuasi. Sedangkan Dinar

Emas Islami mempunyai keunggulan sebagai alat tukar terbaik yang dapat

meredam terjadinya spekulasi dan manipulasi sehingga dapat dijadikan

instrumen stabilitas moneter (Lihat Karnaen, 2003:9-10).

Page 20: PERBANDINGAN KESTABILAN DAN HUBUNGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3714/1/SYAIF... · maupun luar negeri tidak terlepas dari faktor semakin cepatnya kemajuan

8

Menurut Majid (2005:140) dalam Darwis (2006), negara yang memiliki

neraca perdagangan defisit mayoritas adalah negara-negara muslim. Artinya,

jumlah dana negara-negara muslim lebih banyak mengalir ke luar ketimbang

dana asing yang masuk ke negara-negara tersebut. Terjadinya capital flight yang

tinggi menyebabkan devisa negara akan turun, kalaupun tidak minus. Bila ini

terjadi, maka untuk menutupi defisit budget dan negara terpaksa harus didanai

dengan utang luar negeri. Keterpaksaan berutang jelas telah memerangkapkan

negara penghutang terhadap keharusan untuk memenuhi semua persyaratan

yang ditetapkan negara donor (pemberi hutang), yang sifatnya sangat mencekik

leher negara pengutang. Keharusan menggunakan Dolar AS ketika membayar

utang akan menyebabkan nilai uang negara pengutang semakin rendah.

Konsekwensinya, negara pengutang berada di pihak yang dirugikan

karena harus membayar utang dalam jumlah yang lebih banyak dibandingkan

dengan jumlah utang yang sesungguhnya. Ini semata-mata, karena

ketidakstabilan (appresiasi) nilai dolar AS.

Sebagaimana telah dijelaskan di atas, emas dan perak telah menjadi mata

uang di berbagai bangsa pada masa yang lampau. Selanjutnya mata uang yang

digunakan tidak lagi terbuat dari emas dan perak atau logam mulia lainnya,

melainkan diganti dengan uang kertas yang tidak mempunyai nilai instrinsik.

Walaupun demikian, sistem moneter internasional masih berbasiskan atau

dikaitkan dengan emas sehingga kestabilan nilai tukar mata uang antar negara

masih relatif stabil. Akan tetapi, dewasa ini yang digunakan adalah uang kertas

Page 21: PERBANDINGAN KESTABILAN DAN HUBUNGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3714/1/SYAIF... · maupun luar negeri tidak terlepas dari faktor semakin cepatnya kemajuan

9

(fiat money) murni yang tidak mengandung nilai instrinsik serta uang-uang kredit

yang tidak berwujud. Nilai tukar pada umumnya dibiarkan mengambang (floating

exchange rate), baik yang mengambang secara bebas (freely floating exchange

rate) ataupun mengambang terkendali (managed floating exchange rate).

Uang kertas memang mempunyai kelebihan dalam penggunaannya.

Menurut Hasan (2004:82) kelebihan dari uang kertas antara lain: (1) mudah

dibawa-bawa karena lebih ringan dari uang logam; (2) kemungkinan untuk

menerbitkannya dalam tipe-tipe yang sesuai dengan volume interaksi dagang

yang berbeda-beda; (3) membawa uang kertas dari satu tempat ke tempat lain

berisiko lebih kecil terhadap bahaya-bahaya jalan; (4) biaya penerbitan lebih kecil

dari biaya-biaya pencetakan logam; dan (5) sifat uang kertas lebih fleksibel dalam

penerbitan daripada uang logam.

Akan tetapi, uang kertas juga memiliki berbagai kelemahan yang

mendatangkan dampak negatif lebih besar terhadap perekonomian. Bentuk

kelemahan dari uang kertas antara lain sebagai berikut: (1) resiko penerbitan

yang berlebihan sehingga dapat menimbulkan inflasi dan kekacauan kondisi

masyarakat; (2) buruknya kinerja uang fiat sebagai alat penyimpan nilai (store of

value) karena biaya penciptaan uang yang hampir nol menyebabkan nilainya

jatuh dengan cepat ketika penawaran uang meningkat melebihi kebutuhan-

kebutuhan riil ekonomi; (3) memiliki resiko kekacauan dalam kegiatan keuangan

dan transaksi internasional.

Page 22: PERBANDINGAN KESTABILAN DAN HUBUNGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3714/1/SYAIF... · maupun luar negeri tidak terlepas dari faktor semakin cepatnya kemajuan

10

Sistem uang kertas tidak menjamin stabilitas nilai tukar seperti jaminan

yang ada pada sistem uang emas yang memiliki nilai tukar relatif tetap (Lihat

Hasan, 2002:83 dan Rab, 2002:99).

Menurut Arif (2004), penggunaan uang kertas juga menimbulkan efek

samping bagi aktifitas ekonomi, dimana nilai uang (kertas) akan berubah setiap

waktu karena nilainya mengalami penyusutan. Pada akhirnya, uang kertas dapat

dipergunakan sebagai komoditi perdagangan, bukan sebagai alat pembayaran.

Dampak digunakannya uang kertas sebagai komoditi perdagangan adalah

kehancuran nilai mata uang yang dengan dijadikannya uang sebagai alat

spekulasi, sehingga menyebabkan nilai mata uang jatuh.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan didepan, maka

perumusan masalah yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1) Manakah diantara Dinar Emas, Dirham Perak dan Dolar AS yang

mempunyai nilai tukar lebih stabil dalam denominasi Rupiah, Ringgit

Malaysia, dan Dolar Singapura?

2) Bagaimana arah dan bentuk hubungan volatilitas antara nilai tukar Dinar

Emas, Dirham Perak dan Dolar AS dalam denominasi Rupiah, Ringgit

Malaysia, dan Dolar Singapura?

Page 23: PERBANDINGAN KESTABILAN DAN HUBUNGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3714/1/SYAIF... · maupun luar negeri tidak terlepas dari faktor semakin cepatnya kemajuan

11

1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian

a. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk:

1) Menganalisa tingkat kestabilan nilai tukar Dinar Emas, Dirham Perak

dan Dolar AS dalam denominasi Rupiah, Ringgit Malaysia, dan Dolar

Singapura.

2) Menganalisa arah dan bentuk hubungan atau keterkaitan antara

fluktuasi nilai tukar Dinar Emas, Dirham Perak dan Dolar AS dalam

denominasi Rupiah, Ringgit Malaysia, dan Dolar Singapura.

b. Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini antara lain:

1) Memperkaya khazanah ilmu pengetahuan, khususnya dalam bidang

ekonomi moneter.

2) Menjadi bahan pertimbangan ilmiah bagi para pengambil keputusan

ataupun bagi stakeholder baik pemerintah, otoritas moneter,

investor, maupun para praktisi perbankan.

3) Manfaat teoritis bagi dunia penelitian yaitu sebagai sumbangan

pemikiran dengan dukungan kajian pustaka serta penggunaan model

analisis dan model statistik diharapkan dapat menjadi referensi bagi

peneliti selanjutnya terutama dibidang ekonomi dan keuangan

syariah.

Page 24: PERBANDINGAN KESTABILAN DAN HUBUNGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3714/1/SYAIF... · maupun luar negeri tidak terlepas dari faktor semakin cepatnya kemajuan

12

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengantar

Kajian literatur adalah elemen penting dari suatu penelitian ilmiah,

karena melalui tahapan inilah peneliti dapat memahami konsep-konsep yang

diteliti dan mengetahui penelitian-penelitian yang telah dilakukan orang lain

sebelumnya. Kajian literatur ini sering juga disebut dengan kajian kepustakaan.

Sebagian besar dari data sekunder yang digunakan dalam suatu penelitian

biasanya diperoleh melalui studi kepustakaan ini. Sebagaimana dijelaskan oleh

Sekaran (2000:61), literatur survei adalah kajian menyeluruh (a comprehensive

review) terhadap bahan-bahan kajian, baik yang sudah dipublikasikan ataupun

belum, dalam bidang yang diminati (sedang dikerjakan) oleh peneliti

bersangkutan. Tujuan utama dari studi literatur itu adalah untuk memastikan

bahwa tidak ada variabel-variabel penting yang terlewatkan dari penelitian

sebelumnya.

Bab ini akan memaparkan hasil tinjauan kepustakaan terhadap bahan-

bahan yang terkait dengan sistem moneter uang fiat maupun dinar emas dan

dirham perak. Pada bagian awal akan diuraikan terlebih dahulu tentang konsep

uang dan sejarah perkembangannya, perkembangan sistem moneter, dan teori

nilai tukar yang sangat penting dalam menganalisis pordagangan internasional.

Page 25: PERBANDINGAN KESTABILAN DAN HUBUNGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3714/1/SYAIF... · maupun luar negeri tidak terlepas dari faktor semakin cepatnya kemajuan

13

2.2. Konsep Uang

Menurut Sanusi (2002:75) uang adalah segala sesuatu yang secara umum

diterima sebagai alat tukar (medium of exchange) untuk barang-barang dan jasa-

jasa dan untuk pembayaran utang. Imam Malik mendefinisikan uang sebagai

suatu komoditas yang diterima sebagai alat tukar. Artinya, segala sesuatu yang

tidak mempunyai nilai sebagai suatu komoditas tidak diperbolehkan untuk

dijadikan sebagai alat tukar. Secara agama, uang dilarang untuk dibungakan,

diperlakukan sebagai komoditas yang diperjualbelikan, ataupun dijual maupun

dibeli secara kredit (Sanusi, 2002:76).

Uang sangat besar arti dan manfaatnya bagi perekonomian karena

memiliki beberapa fungsi. Penjelasan ringkas tentang fungsi-fungsi tersebut akan

dijelaskan berikut ini:

a. Sebagai standar ukuran harga dan unit hitungan.

Fungsi yang paling utama dan. terpenting dan beberapa fungsi

uang adalah sebagai media pengukur nilai harga komoditas dan jasa, dan

perbandingan harga setiap, komoditas dengan komoditas lainnya. Uang

sebagai standar ukuran umum harga berlaku untuk ukuran nilai dan harga

dalam ekonomi, seperti berlakunya standar meter untuk ukuran jarak,

ampere untuk ukuran tegangan listrik, atau kilogram sebagai standar

timbangan. Demikianlah uang sebagai alat yang mesti diperlukan untuk

setiap hitungan ekonomi baik oleh produsen maupun konsumen.

Page 26: PERBANDINGAN KESTABILAN DAN HUBUNGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3714/1/SYAIF... · maupun luar negeri tidak terlepas dari faktor semakin cepatnya kemajuan

14

b. Sebagai Media Pertukaran (medium of exchange)

Uang adalah alat tukar yang digunakan setiap individu untuk

pertukaran komoditas dan jasa. Misalnya orang yang memiliki apel dan

membutuhkan beras, kalau dalam sistem barter pemilik apel berangkat

ke pasar untuk menemukan orang yang memiliki beras dan

membutuhkan apel sehingga bisa terjadi pertukaran diantara keduanya.

Akan tetapi, setelah orang-orang membuat uang, pemilik apel dapat

menjual barangnya dengan imbalan uang dan dengan uang itu dia dapat

membeli beras serta barang dan jasa apa saja yang dia kehendaki.

c. Sebagai Media Penyimpanan Nilai

Maksud ahli ekonomi dengan ungkapan "uang sebagai media

penyimpan nilai" adalah orang yang mendapatkan uang kadang tidak

mengeluarkan seluruhnya dalam satu waktu, tapi dia sisihkan sebagian

untuk membeli barang atau jasa yang dia butuhkan pada waktu yang dia

inginkan, atau disimpan untuk hal-hal yang tidak terduga seperti sakit

mendadak, kerugian tiba-tiba dan lain sebagainya. (lihat Hasan, 2005:12).

Setelah memperhatikan fungsi-fungsi uang tersebut, maka tidaklah

berlebihan bila sebagian orang mengisyaratkan bahwa penemuan uang

merupakan salah satu penemuan besar yang dicapai oleh manusia yang tidak

kalah penting dengan ditemukannya sistem tulis-menulis, sistem pengolahan

tanah dan pemanfaatan energi.

Page 27: PERBANDINGAN KESTABILAN DAN HUBUNGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3714/1/SYAIF... · maupun luar negeri tidak terlepas dari faktor semakin cepatnya kemajuan

15

2.3. Perkembangan Sistem Moneter

Sebelum membahas sistem moneter yang pernah berlaku, terlebih

dahulu akan dijelaskan tentang konsep nilai tukar karena hal ini akan sering

disebut pada bagian berikutnya. Nilai tukar (exchange rate) adalah harga satu

mata uang (currency) dalam mata uang negara lain. Nilai tukar ini mempengaruhi

ekonomi dan kehidupan sehari-hari misalnya, ketika dolar AS menjadi lebih

berharga secara relatif terhadap mata uang asing (appreciation), maka barang-

barang asing menjadi lebih murah bagi orang Amerika dan barang-barang

Amerika menjadi lebih mahal bagi orang asing. Sebaliknya, ketika nilai dolar AS

jatuh (depreciation), maka barang-barang asing menjadi mahal bagi orang

Amerika dan barang-barang Amerika akan menjadi murah bagi pihak asing

(Mishkin, 2006:435).

Dengan kata lain naik turunnya nilai tukar (kurs) akan sangat berpengaruh

terhadap perkembangan perdagangan luar negeri pada khususnya, dan

perekonomian pada umumnya. Istilah apresiasi dan depresiasi digunakan apabila

suatu negara menerapkan sistem nilai tukar mengambang atau bebas (floating or

flexible exchange rate). Sedangkan dalam sistem nilai tukar tetap (fixed exchange

rate) digunakan istilah revaluasi (revaluations) dan devaluasi (devaluations).

Setelah mengetahui apa yang dimaksud dengan nilai tukar, maka pembahasan

akan dilanjutkan dengan sistem moneter. Disamping sistem moneter (monetary

system) dikenal pula istilah order moneter (monetary order).

Page 28: PERBANDINGAN KESTABILAN DAN HUBUNGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3714/1/SYAIF... · maupun luar negeri tidak terlepas dari faktor semakin cepatnya kemajuan

16

Menurut Robert Mundell, sebagaimana dikutip oleh McKinnon (1993:7),

ketika kita membicarakan sistem moneter, kita sebenarnya sedang

memperhatikan tentang interaksi perdagangan bangsa-bangsa dan khususnya

berkaitan dengan uang dan instrumen kredit masyarakat suatu bangsa dalam

bentuk kurs, kapital dan pasar komoditas. Pengontrolannya dilakukan melalui

kebijakan-kebijakan pada tingkat nasional yang berkaitan satu dengan yang lain

dalam bentuk kerjasama. Sedangkan order, dalam perbedaannya dengan sistem,

merupakan kerangka atau seting dimana sistem beroperasi. Hal ini adalah

kerangka hukum, kesepakatan, peraturan, dan lain sebagainya yang membentuk

sistem dan sudah saling dimengerti oleh pihak-pihak yang ikut berpartisipasi

dalam sistem yang bersangkutan. Secara informal, order moneter ini lebih sering

disebut sebagai aturan main (the rule of the game). Terminologi ini pada awalnya

digunakan tahun 1920-an untuk menjelaskan diterimanya aturan tentang

standar emas internasional sebelum 1914.

Sistem dan order moneter internasional ini telah mengalami perubahan

seiring perjalanan waktu, tempat, lingkungan politik, dan teknologi keuangan.

Menurut McKinnon (1993:8) aturan-aturan main tentang moneter ini secara

kronologis dapat dibedakan menjadi: (a) the International Gold Standard, 1879-

1913; (b) the Bretton Woods Agreement in 1945; (c) the Fixed-Rate Dollar

Standard, 1950-1970; (d) the Floating-Rate Dollar Standard, 1973-1984; (e) the

Palza-Louvre Intervention Accords for the Dollar Exchange Rate, 1985-1992; (f)

the European Monetary System in 1979; (g) the European Monetary System as a

Page 29: PERBANDINGAN KESTABILAN DAN HUBUNGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3714/1/SYAIF... · maupun luar negeri tidak terlepas dari faktor semakin cepatnya kemajuan

17

Greater deutsche Mark Area, 1979-1992. Akan tetapi dalam tulisan berikut ini

hanya akan dikemukakan aturan-aturan main dalam bentuk pengelompokan

yang lebih umum yaitu sistem standar emas, sistem Bretton Woods dan sistem

modern.

1) Sistem Standar Emas 1870-1914

Sistem standar emas internasional muncul pada tahun 1870 di

lnggris. Pemerintah Inggris menetapkan/mengikatkan nilai poundsterling

dengan emas. Perkembangan industri yang terjadi di Inggris serta

perdagangan dunia yang makin berkembang pada abad ke-19 menambah

kepercayaan dunia terhadap emas. Kepercayaan ini diperkuat juga

dengan ditemukannya tambang emas di Amerika dan Afrika Utara.

Dengan kejadian-kejadian tersebut sistem standar emas merupakan

suatu sistem yang dipakai oleh banyak negara semenjak 1870 hingga

perang dunia I, keadaan ekonomi dan perdagangan yang relatif stabil

selama periode tersebut merupakan faktor utama keberhasilan sistem

standar emas (Lihat Nopirin, 1999:225). Dari sudut pandang yang lain

tentunya dapat pula dikatakan bahwa standar emas telah mampu

menciptakan atau paling tidak mendorong terwujudnya stabilitas

perdagangan dan perekonomian bagi negara-negara yang

menerapkannya. Menurut Mc.Kinnon (1993:3), sistem standar emas ini

berakhir pada tahun 1914 yaitu setelah negara-negara Eropa

Page 30: PERBANDINGAN KESTABILAN DAN HUBUNGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3714/1/SYAIF... · maupun luar negeri tidak terlepas dari faktor semakin cepatnya kemajuan

18

mendeklarasikan bahwa mata uang mereka tidak dapat ditukarkan

kedalam bentuk emas, dan demikian pula sebaliknya.

Suatu negara dikatakan memakai standar emas apabila: (a) nilai

mata uangnya dijamin dengan nilai seberat emas tertentu; (b) setiap

orang boleh membuat serta melebur uang emas; (c) pemerintah sanggup

membeli atau menjual emas, dalam jumlah yang tidak terbatas pada

harga tertentu (yang sudah ditetapkan oleh pemerintah). Selain memiliki

keunggulan, sistem standard emas ini juga banyak mendapat kritikan.

Misalnya Temim (1989), sebagaimana dikutip oleh Shah (2007:9),

menyebutkan dua kelemahan dari sistem standar emas yaitu:

a) akan menyebabkan hilangnya koordinasi diantara organisasi-

organisasi internasional; dan

b) akan menimbulkan ketidakseimbangan neraca pembayaran dalam

bentuk surplus dan defisit.

Banyak ekonom berpendapat bahwa jatuhnya standar emas

disebabkan oleh disiplin keuangan yang terlalu keras terhadap ekonomi

domestik sehingga output dan kesempatan kerja dikorbankan untuk

keseimbangan eksternal. Pandangan ini, bersamaan dengan pengalaman

yang tidak menggembirakan dari penerapan nilai tukar mengambang

(floating exchange rate) dalam periode 1920-an, telah menjadi motivasi

setelah Perang Dunia Kedua untuk mempertimbangkan sistem moneter

Page 31: PERBANDINGAN KESTABILAN DAN HUBUNGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3714/1/SYAIF... · maupun luar negeri tidak terlepas dari faktor semakin cepatnya kemajuan

19

internasional baru, tetapi masih mengaitkannya terhadap emas untuk

menjaga kestabilan harga (lihat Hallwood and MacDonald, 2000:353).

2) Sistem Bretton Woods

Perjanjian Bretton Woods tahun 1944 ditujukan untuk

menciptakan stabilitas dalam nilai tukar antara mata uang penting dunia.

Dalam mengejar tujuan ini, Amerika Serikat berpatokan pada harga emas

sebelum perang $35 per ons yang telah ditetapkan berdasarkan Gold

Reserve Act tahun 1934. Dapat diperhatikan proses devaluasi dolar AS

dari sebelumnya sebesar $20.67 per ons. Dengan implementasi nilai tukar

yang disepakati antara mata uang yang terkait dan dolar AS, emas secara

tidak langsung akan bersifat sebagai jangkar (patok) untuk menguatkan

uang beredar internasional. Sebagai bagian dari perjanjian Bretton

Woods, didirikanlah International Bank for Reconstruction and

Development (World Bank) dan International Monetary Fund (IMF).

Tujuan utama dari World Bank jelas untuk menyediakan dana-dana bagi

negara sedang berkembang dengan suku bunga subsidi. Sementara itu,

tujuan keberadaan IMF adalah untuk mempertahankan cadangan emas

dan mata uang asing yang mencakup kontribusi negara-negara anggota

IMF. Cadangan ini bisa dipinjamkan atas permintaan negara peminjam

dan dengan pertimbangan IMF, dan digunakan untuk mempertahankan

nilai tukar antara negara-negara terkait (El-Diwany, 2003:112).

Page 32: PERBANDINGAN KESTABILAN DAN HUBUNGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3714/1/SYAIF... · maupun luar negeri tidak terlepas dari faktor semakin cepatnya kemajuan

20

Secara lebih rinci, sesuai dengan ayat-ayat persetujuan Bretton

Woods, tujuan dari sistem moneter internasional yang baru tersebut

adalah untuk:

a) meningkatkan stabilitas nilai tukar (kurs);

b) memberikan kepercayaan diri kepada negara-negara anggota

dengan menyediakan sumber-sumber oleh IMF dengan jaminan

yang seimbang;

c) meningkatkan kerjasama moneter internasional dengan konsultasi

dan kolaborasi atas permasalahan moneter internasional;

d) memfasilitasi terciptanya pertumbuhan yang seimbang dari

perdagangan internasional, kesempatan kerja dan pendapatan riil;

e) membentuk sistem pembayaran multilateral transaksi berjalan;

f) memperpendek jangka waktu dan mengurangi tingkat

ketidakseimbangan dalam neraca pembayaran; (Hallwood and

MacDonald, 2000:353).

Sistem kurs valuta asing yang dipakai IMF menurut peraturan

mula-mulanya adalah kurs tetap dan tidak memperbolehkan negara

anggota melakukan pengawasan devisa (exchange control) kecuali

kalau suatu negara mengalami krisis moneter yang hebat atau defisit

neraca pembayaran yang cukup besar. Kemudian semenjak 1944-1973

sistem ini menjadi apa yang disebut dengan adjustable peg dimana

satu mata uang nilainya ditetapkan dalam perbandingan dengan mata

Page 33: PERBANDINGAN KESTABILAN DAN HUBUNGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3714/1/SYAIF... · maupun luar negeri tidak terlepas dari faktor semakin cepatnya kemajuan

21

uang negara anggota lainnya. Perbandingan ini hanya boleh diubah

apabila negara tersebut mengalami ketidakseimbangan neraca

pembayaran setelah konsultasi dengan IMF (Nopirin, 1999:227).

Selama periode 1944-1973 tersebut dolar AS merupakan mata

uang yang sangat penting dalam lalu lintas pembayaran internasional.

Peranan dolar AS ini timbul sejak berakhirnya Perang Dunia II, dimana

pada saat itu terjadi kekurangan dana. Negara-negara Eropa sangat

memerlukan dana untuk memulihkan keadaan ekonominya. Satu-

satunya sumber adalah Amerika Serikat, sehingga dolar AS banyak

diminta konsekwensinya, emas menjadi tergeser oleh dolar AS karena

disamping mempunyai daya beli yang kuat di Amerika, cadangan

(reserves) dalam bentuk dolar akan menghasilkan bunga. Dengan

makin pentingnya fungsi dolar, maka setiap negara anggota

menetapkan perbandingan mata uangnya terhadap dolar, yang

kemudian apabila perlu dapat ditukarkan dengan emas dengan

perbandingan dolar:emas tertentu (ibid. 1999:227).

Dengan makin berkembangnya perdagangan internasional,

maka makin besar pula kebutuhan alat-alat liquid untuk pembayaran

transaksi. Untuk memenuhi tujuan ini IMF menciptakan apa yang

disebut dengan surat emas (Special Drawing Rights, SDR). Penggunaan

SDR diatur dengan menggunakan suatu rekening di IMF. Pada

permulaannya SDR yang diciptakan sebesar US$ 10 milyar dan

Page 34: PERBANDINGAN KESTABILAN DAN HUBUNGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3714/1/SYAIF... · maupun luar negeri tidak terlepas dari faktor semakin cepatnya kemajuan

22

dibagikan kepada negara anggota sesuai dengan kuota masing-masing.

1 SDR dinilai sama dengan US$ 1. Kemudian dilakukan devaluasi tahun

1971-1973, sehingga nilai SDR meningkat menjadi US$ 1,20. Pada

pertengahan tahun 1974 SDR dinilai berdasarkan rata-rata tertimbang

dari sejumlah 16 mata uang. Setiap negara anggota dapat

menggunakan SDR untuk tujuan berikut:

a. Memperoleh mata uang asing untuk mengatasi kesulitan

neraca pembayaran. Caranya dengan mentransfer rekening

SDR kepada negara yang ditunjuk oleh IMF untuk

menerimanya.

b. Memperoleh kembali mata uangnya yang dipegang oleh

negara lain.

c. Membeli kembali mata uangnya yang ada pada IMF.

Dibawah sistem Bretton Woods, nilai tukar (kurs) diperkirakan

akan berubah hanya ketika suatu negara mengalami "ketidakseimbangan

yang fundamental" yaitu ketika terjadi defisit atau surplus neraca

pembayaran dalam waktu yang lama. Untuk menjaga nilai tukar tetap

ketika suatu negara mengalami defisit neraca pembayaran dan kehabisan

cadangan internasionl, maka IMF akan meminjamkan cadangan

internasional yang diambilkan dari negara anggota lainnya. Sebagai hasil

dari kekuasannya untuk menentukan pinjaman, IMF dapat menekan

negara-negara yang mengalami defisit untuk menjalankan kebijakan

Page 35: PERBANDINGAN KESTABILAN DAN HUBUNGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3714/1/SYAIF... · maupun luar negeri tidak terlepas dari faktor semakin cepatnya kemajuan

23

moneter yang bersifat kontraksi yang dapat memperkuat mata uang

mereka atau menghilangkan defisit neraca pembayaran. Apabila

pinjaman IMF tidak cukup untuk menahan depresiasi dari mata uang

bersangkutan, maka negara tersebut diperbolehkan untuk mendevaluasi

nilai mata uangnya pada tingkat yang baru yaitu kurs yang makin rendah

(Mishkin, 2006:437).

Meskipun defisit negara-negara yang kekurangan cadangan

internasional dapat ditekan dengan cara mendevaluasi mata uangnya

atau menjalankan kebijakan kontraksi, namun IMF tidak memiliki cara

untuk mendorong negara-negara yang memiliki surplus untuk

meningkatkan nilai tukar mata uang mereka atau menjalankan kebijakan

yang lebih bersifat ekspansi. Hal ini menurut Mishkin (ibid), adalah

kelemahan utama dari sistem Bretton Woods. Fakta yang sangat

mengganggu dalam hal ini adalah negara yang mata uangnya menjadi

cadangan mata uang dunia yaitu Amerika Serikat tidak dapat

mendevaluasi mata uangnya dalam sistem Bretton Woods, walaupun

dolar sudah dinilai terlalu tinggi (overvalued). Ketika Amerika Serikat

mencoba untuk mengurangi tingkat pengangguran domestik pada tahun

1960-an dengan menjalankan kebijakan moneter yang bersifat

inflasioner, maka terjadi ketidakseimbangan yang fundamental akibat

overvalued dolar. Akibat surplus negara-negara tidak dapat mendorong

peningkatan nilai tukar, maka penyesuaian dalam sistem Bretton Woods

Page 36: PERBANDINGAN KESTABILAN DAN HUBUNGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3714/1/SYAIF... · maupun luar negeri tidak terlepas dari faktor semakin cepatnya kemajuan

24

tidak terlaksana, sehingga sistem ini jatuh pada tahun 1971. Upaya

tambal sulam terhadap Sistem Bretton Woods dengan Smithsonian

Aggreemen pada bulan Desember 1971 terbukti tidak sukses, dan

semenjak 1973 Amerika Serikat dan negara-negara partner dagangnya

telah sepakat untuk mengambangkan nilai tukar mata uang mereka.

3) Sistem Moneter Modern

Sejak tahun 1973 sistem moneter internasional telah ditandai oleh

berbagai regim nilai tukar. Beberapa negara beroperasi dibawah nilai

tukar bebas (flexible exchange rate); sebagian menerapkan nilai tukar

tetap (fixed exchange standard); dan sebagian yang lainnya bolak balik

diantara kedua regim nilai tukar tersebut.

Menurut Kindleberger (1983:278) sistem yang lebih sederhana

adalah standar nilai tukar mengambang atau bebas tanpa adanya campur

tangan pemerintah dan penguasa bank sentral. Tingginya volatilitas nilai

tular dapat mengejutkan banyak orang. Tiga puluh tahun yang lalu atau

lebih, para ekonom pada umumnya percaya bahwa menyerahkan nilai

tukar kepada pasar bebas tidak akan menyebabkan fluktuasi yang besar.

Namun, pengalaman beberapa tahun belakangan ini telah

membuktikan bahwa para ekonom tersebut salah. Nilai tukar sepanjang

1980-2002 ternyata sangat berfluktuasi. Harga kurs tukar ditentukan oleh

berbagai faktor seperti ekspektasi apresiasi dan depresiasi nilai tukar,

harga di dalam negeri dan di luar negeri dari barang-barang dan jasa-jasa,

Page 37: PERBANDINGAN KESTABILAN DAN HUBUNGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3714/1/SYAIF... · maupun luar negeri tidak terlepas dari faktor semakin cepatnya kemajuan

25

hambatan perdagangan (trade barriers), permintaan impor, permintaan

ekspor, produktivitas, perpindahan modal internasional, pengharapan

sebelumnya dari kaum spekulan mengenai masa depan kurs-kurs tukar,

dan penawaran uang (Mishkin, 2006:455; dan Kindleberger 1983:278).

Peningkatan penawaran uang dapat menyebabkan harga-harga

domestik menjadi meningkat dalam jangka panjang yang pada gilirannya

akan menyebabkan menurunnya ekspektasi nilai tukar. Akibat dari

penurunan ekspektasi apresiasi nilai tukar akan menyebabkan

meningkatnya ekspektasi pengembalian (expected return) memegang

deposito asing pada tingkat nilai tukar tertentu.

Dalam contoh kasus AS yang dikemukakan dalam gambar 2.1

dibawah ini:

Nilai Tukar, (GBP/S)

E4

RD1 RD2 RF1

E1 1 RF2

E3 3

E2 2

ID2 ID1

Expected Return (dalam S)

Gambar 2.1

Dampak Peningkatan Penawaran Uang

Page 38: PERBANDINGAN KESTABILAN DAN HUBUNGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3714/1/SYAIF... · maupun luar negeri tidak terlepas dari faktor semakin cepatnya kemajuan

26

Perubahan tersebut akan menggeser kurva RF ke kanan bawah

dari RF1 ke RF2. Sementara itu, peningkatan penawaran uang akan

menyebabkan bertambahnya penawaran uang riil (M/P) karena tingkat

harga tidak dapat segera meningkat dalam jangka pendek. Dengan

demikian hasil dari peningkatan penawaran uang riil adalah jatuhnya

tingkat bunga domestik, yaitu dari ID1 ke ID2 sehingga expected return

deposito domestik (dolar AS) juga ikut turun. Hal ini akan menggeser

kurva RD ke kanan bawah dari RD1 ke RD2 Akibatnya, dalam jangka pendek

akan terjadi penurunan nilai tukar dari E1 ke E2. Namun dalam jangka

panjang, bagaimanapun bunga akan meningkat ke ID1dan RD kembali ke

RD1, sehingga nilai tukar akan meningkat kembali dari E2 ke E3.

Kesimpulannya adalah peningkatan jumlah penawaran uang domestik

akan menyebabkan nilai tukar mata uang domestik terdepresiasi. (Lihat

Mishkin, 2006:454).

Stabilitas merupakan kriteria pertama yang perlu dimiliki oleh

sebuah mata uang yang kuat. Menurut Mishkin (2001:456) stabilitas

suatu mata uang bisa dilihat dari dua arah yaitu internal dan eksternal.

Sisi internal didefinisikan sebagai nilai mata uang itu bila dihubungkan

dengan harga barang dan jasa. Hal ini merefleksikan penggunaan mata

uang tersebut dalam sebuah negara dengan tipe ekonomi tertutup

(kegiatan ekspor dan impor diasumsikan tidak ada).

Page 39: PERBANDINGAN KESTABILAN DAN HUBUNGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3714/1/SYAIF... · maupun luar negeri tidak terlepas dari faktor semakin cepatnya kemajuan

27

Dalam hal ini, konsep inflasi sering dikaitkan dengan keberadaan

uang dengan barang dan jasa yang tersedia. Inflasi terjadi ketika jumlah

uang beredar meningkat secara relatif terhadap barang dan jasa yang

tersedia, yang mengakibatkan nilai uang atau daya belinya turun. Dengan

kata lain, ada kecenderungan kenaikan harga-harga barang dan jasa.

Dari sisi eksternal, nilai mata uang suatu negara dibandingkan

dengan nilai mata uang asing. Dalam kasus ini, apresiasi atau depresiasi

suatu mata uang bisa terjadi tergantung dengan siklus bisnis dan kondisi

ekonomi masing-masing. Mata uang akan terdepresiasi apabila mata

uang itu nilainya turun terhadap mata uang asing lainnya. Sebaliknya

mengalami apresiasi bila nilainya meningkat dari mata uang

pembandingnya. (lihat Hamidi, 2007:33).

2.4. Studi -Studi Terkait dengan Kestabilan Nilai Tukar

Rashid, Siswanto & Brozovsky (2002) telah melakukan penelitian tentang

perbandingan tingkat stabilitas serta korelasi antara uang berbasis emas (gold-

based currency) dengan uang berbasis fiat (Fiat Based Currency). Alat uji yang

digunakan untuk mengukur tingkat stabilitas adalah koefisien variasi (coefficient

of variation). Model pengujian ini mengukur penyebaran absolut (standard

deviation) terhadap nilai rata-rata (mean) dari distribusi data. Sedangkan untuk

mengetahui hubungan (korelasi) diantara dinar, dirham dan SDR digunakan

analisis korelasi (correlation analysis).

Page 40: PERBANDINGAN KESTABILAN DAN HUBUNGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3714/1/SYAIF... · maupun luar negeri tidak terlepas dari faktor semakin cepatnya kemajuan

28

Proksi dari gold-based currency adalah harga emas per ons, Special

Drawing Rights (SDR) dan harga perak per ons dalam Dolar AS. Nilai dinar emas

dapat disesuaikan sebagai nilai intrinsiknya yang terdiri dari 4,25 gram dari Emas

22 karat. Nilai dari emas 24 karat dapat dikonversi dengan emas 22 karat dengan

cara mengalikan 0.917 untuk tiap 1 gram emas 24 karat. Sementara, untuk nilai

dirham dinilai dengan 3 gram logam perak murni. Sedangkan proksi dari fiat-

based currency adalah Euro, poundsterling dan Yen dalam Dolar AS. Periode

pengamatan adalah dari 1 Juli 1997 sampai 31 Desember 2001.

Penelitian Rashid, dkk ini bertolak dari dua hipotesa yaitu: (1) mata uang

berbasis emas lebih stabil secara signifikan daripada nilai tukar uang berbasis

fiat; (2) terdapat korelasi yang signifikan untuk tiga proksi mata uang berbasis

emas (Dinar Emas, Dirham dan SDR IMF). Munculnya hipotesis yang kedua

disebabkan adanya perbedaan penilaian terhadap mata uang berbasis emas.

Oleh karena itu, variasi pengukuran mata uang berbasis emas

diperkirakan tidak bersifat substitusi sempurna antara yang satu dengan yang

lainnya. Temuan penting dari penelitian Rashid, dkk. adalah nilai tukar mata uang

berbasis emas (gold-based currencies) lebih stabil dari nilai tukar uang berbasis

fiat (fiat-based currencies). SDR-IMF adalah yang paling stabil diantara enam nilai

tukar dari hasil analisa dengan koefisien variasi (coefficient of variation) yang

paling rendah, yakni 0.03453. Perbandingan seluruhnya antara uang berbasis

emas dan uang berbasis fiat menunjukkan bahwa Dinar dan SDR IMF mempunyai

koefisien variasi yang lebih rendah dibandingkan dengan koefisien variasi dari

Page 41: PERBANDINGAN KESTABILAN DAN HUBUNGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3714/1/SYAIF... · maupun luar negeri tidak terlepas dari faktor semakin cepatnya kemajuan

29

tiga proksi mata uang berbasis fiat. Koefisien variasi rata-rata untuk proksi uang

berbasis emas adalah 0.06678 yang secara signifikan lebih rendah daripada

koefisien variasi rata-rata untuk proksi uang berbasis fiat sebesar 0.08315.

Diantara ketiga sampel uang fiat, terlihat poundsterling memiliki stabilitas yang

lebih baik karena koefisien variasinya paling kecil, selanjutnya diikuti secara

berturut-turut oleh yen Jepang dan euro.

Berkenaan dengan hipotesa kedua, hubungan antara tiga proksi gold-

based currencies (dinar, dirham dan SDR-IMF) secara signifikan berhubungan.

Walaupun hubungannya tidak begitu kuat (kurang dari 50%), kecuali untuk dinar

dan SDR-IMF. Hal ini dapat disimpulkan walaupun ada hubungan yang signifikan

antara tiga proksi dari gold-based currencies tetapi tidak dapat disubtitusikan

secara sempurna untuk dinar emas diantara tiga proksi tersebut karena

persentase hubungannya di bawah 50%, kecuali hubungan antara dirham dan

SDR-IMF. Salah satu alasan terhadap fenomena ini disebabkan kesulitan

menetapkan nilai yang sebenarnya dari dinar emas. Sekarang ini, nilai dinar emas

masih di bawah nilai intrinsik. 1 Dinar Emas sama dengan 30 SDR-IMF.

Sebaliknya, dinar mempunyai distribusi normal dari SDR-IMF. Jika dinar

digunakan maka rasio antara dinar-dirham menjadi 1 : 15, berarti nilai dirham di

atas nilai intrinsik.

Sementara itu, Hamidi (2007) melakukan penelitian tentang gold dinar

dalam. perdagangan internasional. Ada tiga pertanyaan penting yang diajukan

dalam penelitian tersebut yaitu: (a) apakah volatilitas dolar terhadap emas relatif

Page 42: PERBANDINGAN KESTABILAN DAN HUBUNGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3714/1/SYAIF... · maupun luar negeri tidak terlepas dari faktor semakin cepatnya kemajuan

30

tinggi? Atau dengan kata. lain, manakah yang lebih stabil antara dolar dan

emas?; (b) apakah penerapan gold dinar akan menciptakan peluang ekonomi

yang lebih luas (trade creating effect)?; (c) apakah pelaksanaan gold dinar

feasible dan applicable?

Untuk menjawab pertanyaan penelitian yang pertama, (Hamidi,

2007:200-201) juga menggunakan metode coefficient of variation (CV).

Penerapan metode ini menggunakan. data nilai tukar dolar terhadap emas.

Sebagai pembanding, Hamidi menggunakan nilai tukar deutsche mark (DM) dan

yen terhadap dolar. Hasil pengujian yang dilakukan Hamidi memperlihatkan

volatilitas dolar terhadap emas mendekati 60 persen di titik tertinggi dan 10

persen di titik terendah antara tahun 1972-1980. Periode berikutnya, 1980-1996,

volatilitas mulai mengalami penurunan yaitu antara 5-10 persen, dan selanjutnya

menurun lagi di bawah 5 persen sampai tahun 2002.

Selanjutnya, Hamidi (2007:111) menjelaskan bahwa volatilitas dolar

terhadap emas boleh dikatakan paling tinggi dibandingkan dengan volatilitas DM

dan yen terhadap dolar. Tingkat volatilitas dolar terhadap emas semakin

mendekati titik nol ketika memasuki tahun 1999. Hal ini berarti dolar semakin

stabil terhadap emas. Temuan ini menurut Hamidi adalah suatu hal yang aneh

karena pada tahun itu dan sesudahnya, Amerika memikul beban defisit

perdagangan yang kian tak tertanggungkan, sehingga mustahil dibayar kecuali

dengan menciptakan debt instrument dan mencetak lebih banyak dolar yang

berarti akan meningkatkan inflasi. Tapi mengapa, harga emas justru lebih stabil?

Page 43: PERBANDINGAN KESTABILAN DAN HUBUNGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3714/1/SYAIF... · maupun luar negeri tidak terlepas dari faktor semakin cepatnya kemajuan

31

Menurut Speck (2003) hal ini terkait dengan diratifikasinya Washington

Agreement pada tahun 1999 yang mempunyai maksud terselubung untuk

menekan harga emas. Hal ini dilakukan supaya emas tidak menjadi pesaing bagi

dolar dan debt instrument lain yang diterbitkan oleh pemerintah Amerikat

Serikat.

Akhirnya Hamidi (2007:131) menyimpulkan bahwa gold dinar lebih stabil

dibandingkan dengan fiat money manapun, termasuk dolar AS. Istilah stabil di

sini merujuk pada alasan praktis, yaitu rendahnya tingkat volatilitasnya, dimana

fiat money dibandingkan dengan emas terbukti lebih volatil. Hasil empiris yang

ditemukan dalam studi ini menunjukkan bahwa dolar terhadap emas cenderung

terus terdepresiasi dan nilai tukar riilnya berpengaruh pada menurunnya ekspor

dari negara-negara berkembang.

Berkaitan dengan pertanyaan penelitiannya yang kedua, Hamidi

(2007:102) menyimpulkan bahwa implementasi gold dinar dalam perdagangan

internasional diproyeksikan akan mendatangkan banyak manfaat, Bentuk

manfaat yang dimaksud antara lain:

a) mengurangi dampak volatilitas yang disebabkan oleh fluktuasi mata uang;

b) trader tidak perlu lagi melakukan hedging;

c) transaksi semakin efisien karena semakin banyak negara yang bergabung,

hanya diperlukan gold dinar relatif kecil untuk volume perdagangan yang

difasilitasi;

Page 44: PERBANDINGAN KESTABILAN DAN HUBUNGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3714/1/SYAIF... · maupun luar negeri tidak terlepas dari faktor semakin cepatnya kemajuan

32

d) gold dinar akan berperan sebagai mata uang bersama (common currency)

yang berimplikasi pada pengurangan biaya transaksi; dan

e) keuntungan politis dimana para pendukung gold dinar akan menjadi blok

yang solid sehingga diperhitungkan kiprahnya dalam percaturan

perdagangan internasional.

Apakah volatilitas mata uang (currency volatility) berdampak pada

perdagangan internasional. Tidak sederhana untuk menjawabnya. Penelitian

tentang dampak dari volatilitas nilai tukar terhadap perdagangan internasional

telah banyak dilakukan baik dari sisi teori maupun empiris. Akan tetapi, tidak ada

konsensus yang jelas tentang dampak resiko nilai tukar terhadap volume

perdagangan. Meskipun banyak model-model perdagangan menyimpulkan

bahwa semakin besar ketidakpastian dalam pergerakan nilai tukar akan

mengurangi volume perdagangan, namun ada pula pihak yang memperkirakan

dampak sebaliknya (Pozo, 1992:1). Berikut ini akan dikemukakan beberapa

penelitian terkait dengan volatilitas nilai tukar dengan perdagangan dan

permasalahan ekonomi lainnya.

Grauwe (1998:240) sebagaimana dikutip Hamidi (2007:40-41),

menjelaskan bahwa semenjak tahun 1973, banyak negara maju yang

menerapkan sistem kurs mengambang (floating rate rezim) pada mata uang

nasional mereka. Hal yang paling mencolok dari pemberlakuan sistem baru itu

adalah kecenderungan tingginya volatilitas mata uang yang menyebabkan

ketidakpastian (uncertainty) dalam usaha. Karena itu, importir atau eksportir

Page 45: PERBANDINGAN KESTABILAN DAN HUBUNGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3714/1/SYAIF... · maupun luar negeri tidak terlepas dari faktor semakin cepatnya kemajuan

33

cenderung menghindari resiko dengan mengurangi transaksi perdagangan

internasional (yang menggunakan mata uang dengan tingkat uncertainty yang

tinggi) dan mengalihkan kegiatan dengan berkonsentrasi dalam perdagangan

lokal (yang resikonya lebih rendah). Langkah ini pada akhirnya memukul

perdagangan internasional secara keseluruhan dan pada gilirannya berakibat

pada melambatnya laju pertumbuhan ekonomi. Setelah pemberlakuan kurs

mengambang ini, negara-negara industri itu mulai menuai perlambatan

pertumbuhan ekonomi. Sebelum pemberlakuan sistem baru itu, antara tahun

1960-1973 pertumbuhan ekonomi tahunan mereka rata-rata mencapai 4,4

persen pertahun. Namun begitu sistem kurs mengambang itu diterapkan, selama

periode 1973-1990 pertumbuhan ekonomi mereka merosot menjadi hanya

sekitar 1.3 persen.

Orang mungkin bisa berkilah semestinya baik importir atau eksportir itu

tidak perlu mengurangi kegiatan ekspor-impornya karena mereka bisa

mengurangi resiko dengan melakukan hedging untuk melindungi dari risiko naik

dan turunnya kurs. Namun, upaya hedging itu tentu bukan sesuatu yang gratis.

Hedging bagi eksportir dan importir berarti mengeluarkan tambahan biaya

(additional cost) yang berarti benefit yang mereka peroleh dari perdagangan itu

akan berkurang karena sebagian dari keuntungan harus dialihkan untuk menutup

biaya hedging.

Dalam kaitan dengan kestabilan nilai tukar, Meera (2002) telah

mengusulkan untuk menerapkan kembali sistem Dinar Emas Islam. Penulis ini

Page 46: PERBANDINGAN KESTABILAN DAN HUBUNGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3714/1/SYAIF... · maupun luar negeri tidak terlepas dari faktor semakin cepatnya kemajuan

34

meyakini langkah tersebut dapat dijadikan solusi atas kelemahan sistem moneter

yang berbasis uang fiat dan bunga serta berbagai dampak negatif ikutannya.

Walaupun dalam sejarah Islam dinar dan dirham adalah uang logam, namun

sistem dinar Islam yang dimaksud dalam era modern sekarang ini pada dasarnya

adalah suatu sistem pembayaran elektronik yang disokong oleh emas. Transaksi

yang dilakukan memang melalui internet dengan peralatan transfer elektronik,

namun semua transaksi tersebut disandarkan pada emas. Inovasi dari bentuk

tradisional ini adalah untuk menghindari membawa emas dalam jumlah yang

banyak, untuk kenyamanan dan keamanan, Sistem kartu (seperti kartu debit dan

kartu kredit) juga dapat dimasukkan dalam sistem pembayaran. Dibandingkan

dengan uang fiat berbasis bunga, implementasi sistem dinar Islam akan

mempunyai implikasi sebagai berikut:

a) Penciptaan dan penghancuran uang sebagaimana terjadi pada sistem

yang sekarang ini tidak mungkin terjadi karena dinar adalah emas yang

mempunyai nilai intrinstik. Oleh karena itu, sistem moneter dan mata

uang akan menjadi stabil. Pertumbuhan penawaran uang emas

diperkirakan tidak akan melebihi pertumbuhan sektor riil, sehingga dapat

menghilangkan tekanan inflasi.

b) Dinar adalah alat tukar (Medium of Exchange) yang baik karena emas

dihargai dan berputar secara global. Dengan peningkatan jumlah

penduduk dan aktivitas ekonomi, tetapi penawaran emas yang relatif

terbatas, maka dampak jangka panjangnya harga emas akan meningkat.

Page 47: PERBANDINGAN KESTABILAN DAN HUBUNGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3714/1/SYAIF... · maupun luar negeri tidak terlepas dari faktor semakin cepatnya kemajuan

35

c) Sistem dinar Islam akan meminimalisasi spekulasi, manipulasi dan

arbitrase.

d) Dampak-dampak dari siklus bisnis akan diminimalkan. Dengan

pertumbuhan penawaran uang dalam sistem dinar, maka pertumbuhan

harga-harga agregat dan utang akan sangat terbatasi. Dengan demikian,

aktivitas bisnis dan ekonomi akan menjadi lebih stabil.

e) Dinar akan mengurangi risiko nilai tukar dan mendorong perdagangan.

Hal ini terjadi bila dinar digunakan sebagai mata uang tunggal bagi

negara-negara muslim, sebagaimana Euro. Penyatuan mata uang

tersebut juga akan mengurangi biaya transaksi secara signifikan, karena

ketika seseorang mengimpor atau mengekspor barang, dia tidak lagi

perlu menukar mata uang yang menjadi bagian biaya transaksi.

2.5. Kerangka Pemikiran

Kestabilan nilai tukar sangat diperlukan bagi kelancaran perdagangan

internasional. Apabila nilai tukar selalu mengalami fluktuasi dari waktu ke waktu,

maka kepastian dalam bisnis dan perdagangan akan sangat terganggu. Hal ini

dapat menyebabkan terjadinya perlambatan pertumbuhan ekonomi dan

berkurangnya kesempatan kerja, sehingga angka pengangguran dan kemiskinan

akan meningkat.

Dolar AS adalah mata uang yang banyak digunakan untuk pernbayaran

transaksi atau perdagangan luar negeri. Hal ini disebabkan oleh relatif besarnya

Page 48: PERBANDINGAN KESTABILAN DAN HUBUNGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3714/1/SYAIF... · maupun luar negeri tidak terlepas dari faktor semakin cepatnya kemajuan

36

peranan ekonomi dan politik Amerika Serikat dalam percaturan internasional.

Akan tetapi, dolar AS adalah uang fiat yang tidak mempunyai nilai instrinsik

sehingga nilai tukarnya relatif tidak stabil.

Disamping itu, nilai tukar dolar AS telah mengalami penurunan atau

terdepresiasi terhadap mata uang kuat dunia lainnya. Hal ini berpotensi

mengganggu dan merugikan para pelaku bisnis yang menggunakan dolar AS.

Ketika nilai tukar dolar AS kembali mengalami penguatan (terapresiasi), maka

investor mungkin akan beralih kembali menanamkan dananya dalam bentuk

dolar AS. Penggunaan dolar AS sebagai standar global, mengakibatkan setiap

kegiatan ekonomi global seperti perdagangan, ekspor-impor, atau hutang-

piutang akan mengakibatkan dolar AS sebagai standar utama dalam sistem

keuangannya. Dalam tatanan praktis, ternyata dolar sangat rawan terhadap

gejolak ekonomi dan memiliki dampak yang signifikan terhadap dinamika

ekonomi secara luas dan cepat. Dinamika dan fluktuasi dolar AS yang demikian

cepat semakin menjadikan perekonomian global sangat sulit diprediksi.

Dengan demikian, terlihat adanya keterkaitan antara perubahan nilai

tukar dolar AS dengan perkembangan permintaan dan harga emas maupun

perak. Sebaliknya, perubahan nilai tukar atau tingkat harga emas dan perak juga

berpeluang untuk mempengaruhi keputusan investor untuk berinvestasi diantara

kedua jenis komoditas logam mulia ini dan keputusan untuk menanamkan

uangnya dalam bentuk valuta asing (dolar AS).

Page 49: PERBANDINGAN KESTABILAN DAN HUBUNGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3714/1/SYAIF... · maupun luar negeri tidak terlepas dari faktor semakin cepatnya kemajuan

37

Gambar 2.2. Tahapan Proses Penelitian

Studi Literatur

Pengumpulan Data Melalui Situs Terkait

Pengolahan Data Harian Menjadi Bulanan

Perhitungan Koefisien

Variasi

Uji Granger Uji VAR

Pembahasan Hasil

Penarikan Kesimpulan dan

Penyusunan Saran

Page 50: PERBANDINGAN KESTABILAN DAN HUBUNGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3714/1/SYAIF... · maupun luar negeri tidak terlepas dari faktor semakin cepatnya kemajuan

38

BAB III

METODOLOGI DAN DATA PENELITIAN

3.1. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup dalam penelitian ini yaitu nilai tukar dolar AS, nilai tukar

dinar emas dan nilai tukar dirham perak. Ketiga variabel tersebut diukur dalam

Rupiah, Ringgit Malaysia, dan Dolar Singapura. Penggunaan Rupiah, Ringgit, dan

dolar singapura didasarkan pada pertimbangan pengaruh dan penggunaannya

dalam transaksi perdagangan internasional khususnya wilayah Asia Tenggara,

sehingga termasuk kedalam kelompok hard currency. Dolar AS merupakan proksi

dari nilai tukar uang kertas (fiat money). Sedangkan dinar emas dan dirham

perak adalah proksi dari uang komoditas (commodity money).

Sehubungan dengan dinar emas dan dirham perak saat ini tidak lagi

digunakan sebagai mata uang secara resmi, maka nilai tukarnya adalah harga

yang berlaku untuk memperoleh keduanya di bursa komoditas. Proksi dinar

emas sesuai dengan apa yang digunakan dalam penelitian Rashid, dkk (2002),

Darwis (2006) dan Hamidi (2007) yaitu emas murni 22 karat seberat 4,25 gram.

Akan tetapi, karena pada umumnya emas yang diperjualbelikan di pasar adalah

emas 24 karat, maka dilakukan penyetaraan dengan cara mengalikan nilai emas

24 karat dengan 0.917. Sedangkan untuk dirham perak digunakan nilai perak

seberat 3 gram.

Page 51: PERBANDINGAN KESTABILAN DAN HUBUNGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3714/1/SYAIF... · maupun luar negeri tidak terlepas dari faktor semakin cepatnya kemajuan

39

3.2. Metode Penentuan Sampel

Penentuan sampel dalam penelitian dilakukan secara porposive sampling,

yaitu pengambilan sampel berdasarkan tujuan dan kriteria (Sugiyono, 1999).

Sampel yang dipilih adalah sebagai berikut:

1. Nilai tukar yang dijadikan sampel dalam penelitian ini adalah nilai tukar

dinar emas dan dirham perak yang terdapat dalam data perkembangan

harga emas dan perak dari situs internet http://www.kitco.com.

2. Data nilai tukar atau kurs dolar AS terhadap rupiah didapatkan dari data

historis harian yang dilaporkan oleh Bank Indonesia dalam situs resminya

(www.bi.go.id), data nilai tukar ringgit Malaysia dan dolar Singapura

terhadap dolar AS didapat dari hasil konversi nilai tukar mata uang

tersebut yang didapat dari (http://www.oanda.com/historical-rates) dan

juga Data Indeks Harga Konsumen (IHK) Amerika Serikat juga diperoleh

dari situs resmi Bank Sentral (the FED).

3.3. Metode Pengumpulan Data

Data dasar nilai tukar (kurs) dolar AS terhadap rupiah, ringgit Malaysia,

dan dolar Singapura adalah dalam bentuk harian. Untuk keperluan pengujian,

data tersebut dirata-ratakan terlebih dahulu kedalam bentuk bulanan, agar

series yang digunakan tidak terlalu panjang. Sementara itu, data dasar harga

emas dan perak adalah dalam ukuran dolar AS per ounce yang juga dalam runtun

Page 52: PERBANDINGAN KESTABILAN DAN HUBUNGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3714/1/SYAIF... · maupun luar negeri tidak terlepas dari faktor semakin cepatnya kemajuan

40

waktu harian. Oleh karena itu, data tersebut perlu diolah terlebih dahulu

mengikuti langkah-langkah berikut:

a) Data harian dirubah menjadi data rata-rata bulanan;

b) Data harga emas dan perak secara bulanan tersebut dikalikan dengan

nilai tukar bulanan dolar AS terhadap rupiah, ringgit, dan dolar singapura

untuk mendapatkan proksi dinar emas, harga rata-rata bulanan emas

dikalikan dengan 0.14991. Angka pengali ini didapatkan dari pembagian

jumlah gram emas untuk mendapatkan satu dinar emas (4.25 gram)

dengan jumlah gram emas dalam ukuran 1 ounce (28.35 gram). Hasil

yang didapatkan masih dalam nilai emas 24 karat, sehingga perlu

dikalikan lagi dengan 0.917 untuk mengkonversi ke dinar emas yang

mempunyai nilai intrinsik 22 karat. (c) untuk mendapatkan proksi dirham

perak, harga rata-rata bulanan perak dikalikan dengan 0.10582. Angka

pengali ini didapatkan dari pembagian jumlah gram perak untuk satu

dirham (3 gram) dengan jumlah gram perak dalam ukuran 1 ounce (28.35

gram). Untuk mendapatkan nilai tukar riil semua variabel yang masih

dalam bentuk nominal dideflasi dengan indeks harga konsumen (IHK) AS.

Data nilai tukar dinar emas, dirham perak dan dolar AS yang digunakan

dalam penelitian ini tergolong sebagai data sekunder (secondary data).

Sedangkan rentang waktu atau lamanya pengamatan ini adalah selama 52 bulan

yaitu dari bulan Januari 2006 sampai dengan bulan April 2010.

Page 53: PERBANDINGAN KESTABILAN DAN HUBUNGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3714/1/SYAIF... · maupun luar negeri tidak terlepas dari faktor semakin cepatnya kemajuan

41

3.4. Metode analisis dan Uji Hipotesis

Untuk mengetahui manakah yang lebih stabil diantara nilai tukar dolar

AS, dinar emas dan dirham perak terhadap rupiah, ringgit Malaysia dan dolar

Singapura digunakan metode perhitungan koefisien variasi (coefficient of

variation) dari nilai tukar ketiga mata uang yang diuji.

Menurut Levin dan Rubin (1998:126), pengukuran koefisien variasi

memberikan gambaran tentang jarak dari penyimpangan (deviation) secara

relatif terhadap jarak nilai rata-rata (mean). Jika varians (the variance) dan

standar deviasi (the standard deviation) menceritakan tentang suatu jarak rata-

rata antara observasi dengan rata-rata distribusi dari sekelompok data, maka

koefisien variasi (coefficient of variation) adalah pengukuran relatif dari

penyebaran beberapa kelompok atau distribusi data.

Formula penghitungan koefisien variasi dalam penelitian ini merujuk pada

formula yang digunakan oleh Esquivel dan Larrain (2002:5) yaitu:

dimana X adalah nilai tukar riil pada bulan t+i-1; X adalah rata-rata nilai tukar riil

bilateral selama periode pengamatan; dan m adalah jumlah total sampel

diantara bulan t dan t+m-1. X dalam hal ini adalah nilai tukar riil dinar emas; nilai

tukar riil dirham perak; dan nilai tukar riil dolar AS yang diukur dalam rupiah,

Page 54: PERBANDINGAN KESTABILAN DAN HUBUNGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3714/1/SYAIF... · maupun luar negeri tidak terlepas dari faktor semakin cepatnya kemajuan

42

ringgit Malaysia, dan dolar Singapura. Sedangkan m atau jumlah 52 yaitu data

bulanan dari Januari 2006 - April 2010.

Semakin kecil angka koefisien variasi (coefficient of variation) yang

didapatkan berarti semakin kecil tingkat volatilitas atau gerak naik dan turunnya

data yang diukur sehingga dapat dikatakan pergerakan data tersebut semakin

stabil. Demikian pula sebaliknya, semakin besar angka koefisien variasi maka

semakin tidak stabil pergerakan data yang diukur.

Selanjutnya, untuk menjawab perumusan masalah tentang hubungan

antara fluktuasi antara nilai tukar dolar AS, dinar emas dan dirham terhadap

rupiah, ringgit Malaysia, dan dolar Singapura, maka dilakukan pengujian

hipotesis dengan menggunakan metode pengujian Kausalitas Granger (Granger

Causality) dan model estimasi Vektor Otoregresi (Vektor Autoregression).

Disamping untuk mengukur lemah kuatnya hubungan antara variabel bebas

dengan variabel terikat atau sebaliknya, uji kausalitas Granger juga digunakan

untuk mengetahui apakah dalam hubungan tersebut variabel bebas

(independence variable) yang memicu terjadinya perubahan variabel terikat

(dependence variable), atau sebaliknya. Operasional pengujian-pengujian

menggunakan komputer dengan software Eviews 5.1.

Alasan penggunaan model pengujian Kausalitas Granger dan Vektor

Otoregresi (VAR) adalah karena secara teori belum diketahui apakah diantara

volatilitas nilai tukar dinar emas, dirham perak dan dolar AS terhadap rupiah,

ringgit Malaysia, dan dolar Singapura saling mempengaruhi atau tidak. Dengan

Page 55: PERBANDINGAN KESTABILAN DAN HUBUNGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3714/1/SYAIF... · maupun luar negeri tidak terlepas dari faktor semakin cepatnya kemajuan

43

kata lain belum ada model struktural yang baku yang menjelaskan hubungan

atau keterkaitan dari ketiga variabel yang diuji.

Uji Kausalitas Granger ini pada intinya dapat mengindikasikan apakah

suatu variabel mempunyai hubungan dua arah, atau hanya satu arah saja.

Namun perlu diingat bahwa pada Uji Granger Kausalitas yang dilihat adalah

pengaruh masa lalu terhadap kondisi sekarang, sehingga data yang digunakan

adalah data time series (Lihat Nachrowi dan Usman, 2006:262-263).

Selanjutnya sebelum melakukan uji kausalitas Granger sebagai syarat

utama adalah data harus stasioner. Maka harus dilakukan uji stasioneritas data.

Permasalahan yang sering muncul dalam regresi runtun waktu pada

pembentukan ekonometrika adalah sporious atau regresi lancung. Suatu regresi

dianggap lancung jika tidak lolos uji stasioneritas dan kointegrasi. Indikasi adanya

regresi lancung dapat ditunjukkan dengan tingginya nilai R2 serta rendahnya nilai

statistik Durbin- Watson. Akibatnya, koefisien regresi penaksir tidak efisien dan

peramalan berdasarkan regresi tersebut akan meleset sehingga uji baku yang

umum untuk koefisien regresi tersebut menjadi tidak benar (invalid). Oleh sebab

itu, uji stasioneritas data dipandang sebagai uji pemula bagi suatu regresi linear.

(Granger, 1986).

Unit Root Test dapat dipandang sebagai uji stasioneritas karena pada

prinsipnya uji tersebut dimaksudkan untuk mengamati apakah koefisien tertentu

dari model autoregresif memiliki distribusi yang baku, sehingga uji statistik

Page 56: PERBANDINGAN KESTABILAN DAN HUBUNGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3714/1/SYAIF... · maupun luar negeri tidak terlepas dari faktor semakin cepatnya kemajuan

44

seperti uji t dan uji F tidak cukup layak dipakai guna menguji hipotesa yang

diketengahkan (Kuncoro, 1997).

Menurut Gujarati (2003:697), Kausalitas Granger mempostulasikan

bahwa suatu variabel X dikatakan menyebabkan variabel lain Y, apabila saat ini

diprediksi lebih baik dengan menggunakan nilai-nilai masa lalu X. Hal ini

sebagaimana ditulisnya sebagai berikut: “A variable X is said to cause another

variable Y, with respect to given information set that include X and Y, if current Y

can be predicted better by using just value of X then by not doing so, given all

other past information in the information set it used”. Oleh karena itu:

Dimana (1t, 2t) diasumsikan tidak saling berkorelasi.

Dari regresi persamaan (3.2) dan (3.3) dapat dibedakan empat hasil, yaitu

(Gujarati, 2003:697):

a) Kausalitas satu arah dari Y ke X (unidirectional causality from Y to X). Hasil

ini terjadi bila koefisien yang diestimasi pada nilai masa lalu X pada

persamaan (3.2) signifikan secara statistik tidak sama dengan nol (1 ≠

0) dan jika koefisien nilai masa lalu Y dalam persamaan (3.3) secara

statistik sama dengan nol (d = 0).

Page 57: PERBANDINGAN KESTABILAN DAN HUBUNGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3714/1/SYAIF... · maupun luar negeri tidak terlepas dari faktor semakin cepatnya kemajuan

45

b) Kausalitas satu arah X ke Y (unidirectional causality from X to Y). Keadaan

ini terjadi jika koefisien yang diestimasi pada masa lalu Y pada persamaan

(3.2) signifikan secara statistik tidak sama dengan nol (1 ≠ 0) dan jika

koefisien nilai masa lalu X dalam persamaan (3.3) secara statistik tidak

sama dengan nol (d ≠ 0).

c) Kausalitas dua arah (feedback atau bilateral causality), terjadi apabila

koefisien masa lalu Y dan X di kedua persamaan (3.2) dan (3.3) secara

statistik tidak sama dengan nol.

d) Tidak terdapat saling ketergantungan (independence), terjadi apabila

koefisien masa lalu X dan Y di kedua persamaan (3.2) dan (3.3) secara

statistik sama dengan nol.

Oleh karena itu, langkah pertama yang harus dilakukan sebelum

membentuk model VAR adalah melihat hubungan kausalitas antar variabel.

Untuk tujuan inilah digunakan uji Kausalitas Granger (Granger Causality). Apabila

berdasarkan uji kausalitas variabel-variabel yang dimasukkan menunjukkan

hubungan yang saling ‘menyebabkan’, barulah dapat dibentuk model VAR

Modelnya sama dengan persamaan 3.2. dan 3.3 diatas, hanya saja perlu

ditambahkan intercept (Lihat Nachrowi dan Usman, 2006:289-291).

Page 58: PERBANDINGAN KESTABILAN DAN HUBUNGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3714/1/SYAIF... · maupun luar negeri tidak terlepas dari faktor semakin cepatnya kemajuan

46

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Pengantar

Uang merupakan alat ukur yang penting dalam kehidupan karena

penurunan nilai riil pada uang akan memiliki efek yang buruk bagi kehidupan

sosial ekonomi dan tingkat kesejahteraan masyarakat. Stabilitas nilai mata uang

merupakan prioritas utama dalam kegiatan manajemen moneter, karena

stabilitas tersebut yang tercermin dari stabilitas tingkat harga sangat

berpengaruh terhadap realisasi pencapaian tingkat pembangunan ekonomi suatu

negara, seperti pemenuhan kebutuhan dasar, pemerataan distribusi kekayaan

dan pendapatan. (Siregar, 2002:141).

Bab ini diawali dengan pembahasan tentang perkembangan nilai tukar

dolar AS, setelah itu akan dianalisis perkembangan nilai tukar dinar emas dan

dirham perak yang diajukan sebagai alternatif pengganti dolar AS, khususnya

untuk transaksi perdagangan luar negeri. Mengingat dinar dan dirham adalah

emas dan perak yang saat ini masih berfungsi sebagai komoditas. Selanjutnya

akan dianalisis hasil pengujian data empiris perbandingan stabilitas nilai tukar

dinar emas, dirham perak, dan dolar AS berdasarkan perhitungan koefisien

variasi (coefficient of variation), kausalitas Granger (Granger Causality) dan

model VAR (Vector Auto regression).

Page 59: PERBANDINGAN KESTABILAN DAN HUBUNGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3714/1/SYAIF... · maupun luar negeri tidak terlepas dari faktor semakin cepatnya kemajuan

47

4.2. Perkembangan Nilai Tukar Dolar AS

Dalam perkembangan ekonomi tertentu, terbuka kesempatan bagi mata

uang suatu negara untuk dijadikan sebagai cadangan devisa bagi negara lain

(reserve center country) seperti halnya dolar AS. Bila mata uang nasional itu

adalah mata uang yang penting dalam transaksi internasional, sekalipun

transaksi yang terjadi tidak melibatkan negara yang mengedarkan uang tersebut,

maka penggunaannya oleh negara lain akan menciptakan permintaan yang

meningkat atas mata uang tersebut (Kindleberger, 1983:375). Oleh karena itu,

nilai tukar dolar AS cukup kuat dalam jangka waktu yang cukup lama. Faktor

pendorong penting lainnya bagi penguatan nilai tukar dolar AS adalah relatif

besarnya peranan perekonomian Amerika Serikat terhadap perekonomian dunia

sehingga negara-negara lain banyak tergantung pada pada negara paman Sam

ini.

Akan tetapi, perkembangan yang terjadi beberapa tahun terakhir telah

menunjukkan perubahan yang cukup penting. Nilai tukar dolar AS cenderung

melemah (terdepresiasi) terhadap mata uang kuat lainnya. Menurut World

Outlook Report yang disiapkan oleh IMF, sejak masa keemasannya di tahun 2002,

nilai efektif dolar AS terus merosot dan terpangkas hingga 20 persen hal ini

merupakan pukulan depresiasi terhebat dolar AS tehadap mata uang negara

industri lainnya sepanjang dekade terakhir (IMF, 2003:16). Kenyataan ini telah

mempengaruhi konstelasi pasar uang dan perekonomian dunia karena banyak

negara yang menyimpan cadangan devisanya dalam bentuk dolar AS. Selain itu,

Page 60: PERBANDINGAN KESTABILAN DAN HUBUNGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3714/1/SYAIF... · maupun luar negeri tidak terlepas dari faktor semakin cepatnya kemajuan

48

utang luar negeri terutama negara-negara berkembang, juga banyak dalam mata

uang dolar AS. Dengan kejatuhan nilai tukar dolar AS, maka beban utang

tersebut tentunya akan menjadi membengkak.

Menurut Hamidi (2007:51-52), memudarnya masa keemasan dolar AS

disebabkan oleh munculnya euro pada akhir 1990-an. Pada tahun 2000

komposisi dolar AS dalam bentuk cadangan devisa yang disimpan oleh negara-

negara dunia mencapai 66,6 persen. Angka ini mulai mengalami penurunan

menjadi 63,8 persen tahun 2003. Sebaliknya, euro yang mulai dikenalkan pada

tahun 1999 mulai meraih popularitasnya. Komposisi euro dalam cadangan resmi

dunia baru mencapai 16,3 persen di tahun 2000, kemudian merangkak naik

menjadi 19,7 persen tahun 2003. Penggunaan euro telah memperkuat integrasi

pasar keuangan Eropa yang dapat membantu mereka untuk melawan dolar AS.

Hasil dari peningkatan penggunaan euro dalam pasar keuangan telah

meningkatkan kemungkinan transaksi internasional dilakukan dengan euro.

Pengaruh ekonomi Uni Eropa telah menyaingi pengaruh Amerika Serikat yaitu

memiliki porsi yang hampir sama dalam GDP dunia (sekitar 20 persen) dan

ekspor dunia (sekitar 15 persen). Apabila Bank Sentral Eropa dapat

mempertahankan inflasi tetap rendah, maka euro akan menjadi mata uang yang

kuat dan hal itu merupakan pertanda yang baik bagi euro (Mishkin, 2006:471).

Akan tetapi, penguatan nilai tukar tersebut dapat pula mendatangkan kerugian

karena akan mempengaruhi daya saing produk yang dihasilkan di luar negeri

karena harganya akan menjadi lebih mahal.

Page 61: PERBANDINGAN KESTABILAN DAN HUBUNGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3714/1/SYAIF... · maupun luar negeri tidak terlepas dari faktor semakin cepatnya kemajuan

49

Editorial gold-eagle.com pada 26 November 2001, sebagaimana dikutip

Saidi (2003:64) telah memperkirakan bahwa peperangan antara euro dan dolar

AS akan dimenangkan dengan oleh euro. Perkiraan didasarkan pada: pertama,

dolar yang beredar di berbagai negara umumnya adalah utang-utang luar negeri.

Dengan semakin banyaknya orang yang memakai euro maka akan menjadi arus

balik besar-besaran dolar ke dalam negeri Amerika Serikat, karena

permintaannya di dunia akan menurun. Kedua, euro sebagai mata uang baru,

memiliki keunggulan. Implikasinya adalah dolar yang mengalir balik dari penjuru

dunia harus ditukarkan dengan barang-barang dan jasa, serta sumber daya alam

AS, membalikkan proses yang terjadi selama ini. Artinya wabah utang dunia atas

dolar itu akan berbalik menjadi bumerang bagi Amerika Serikat. Defisit neraca

pembayaran AS sangat dipengaruhi oleh minusnya perdagangan negara ini.

Sebagaimana dikemukakan oleh Hamidi (2007:59-60), pada awal tahun 1980, AS

masih membukukan surplus perdagangan tipis. Namun, mulai akhir tahun 1983,

nilai impor AS mulai melampaui ekspornya hingga mencapai titik tertinggi pada

pertengahan 1987 yaitu sekitar minus 160 milyar dolar AS. Namun ketekoran

perdagangn ini sedikit demi sedikit diperbaiki hingga tepatnya pada tahun 1991,

perdagangan berbalik sedikit menjadi surplus yaitu sebesar 3,74 milyar dolar AS.

Sayangnya, setahun kemudian defisit perdagangan terjadi lagi dan mencapai titik

tertinggi pada akhir tahun 2005 yaitu senilai 724 milyar dolar AS. Ekonom

manapun akan menyebut ini fase paling mencemaskan dalam sejarah

perekonomian AS. Pasalnya, sementara defisit perdagangan AS semakin dalam,

Page 62: PERBANDINGAN KESTABILAN DAN HUBUNGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3714/1/SYAIF... · maupun luar negeri tidak terlepas dari faktor semakin cepatnya kemajuan

50

Negara-negara maju lainnya seperti Jepang dan Negara-negara Eropa masih

menikmati surplus dengan mitra dagangnya. Surplus perdagangan Jepang

mendekati 200 milyar dolar AS, sementara Negara-negara Uni Eropa

mencatatkan surplus hingga lebih dari 50 milyar dolar AS.

The Federal Reserve (Bank Sentral AS) pada awal minggu kedua bulan

Agustus tahun 2008 memutuskan untuk tetap mempertahankan suku bunga Fed

Funds, yaitu pinjaman overnight antarbank pada level 1 persen. Pimpinan The

Fed, Alan Greenspan, menyatakan bahwa ia akan mempertahankan tingkat suku

bunga saat ini, yang merupakan tingkat terendah dalam 45 tahun terakhir

dengan tujuan untuk meningkatkan penciptaan lapangan kerja yang menjadi

masalah berat bagi perekonomian AS belakangan ini. Tingkat suku bunga yang

rendah akan membantu untuk memulihkan kondisi ekonomi yang memburuk

akibat meningkatnya pengangguran, membengkaknya defisit current account

dan adanya ancaman deflasi.

4.3. Perkembangan Harga Dinar Emas

Emas adalah logam mulia yang mempunyai peranan cukup penting dalam

perekonomian sejak zaman dahulu kala. Dalam perjalanannya standar mata uang

emas mulai berlaku secara universal dimulai pada masa monomeralism.

Berdasarkan gold currency standard, nilai mata uang suatu negara dapat

dikonversikan atau disetarakan dengan emas pada tingkat legal yang yang

ditetapkan oleh otoritas moneter. (Arif Pujiyono, 2004:146)

Page 63: PERBANDINGAN KESTABILAN DAN HUBUNGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3714/1/SYAIF... · maupun luar negeri tidak terlepas dari faktor semakin cepatnya kemajuan

51

Menurut catatan sejarah gold currency standard dikenal tiga variasi

(Umer Chapra, 1996). Sebagaimana dikutip dalam Arif (2004) yaitu: Pertama,

gold coin standard merupakan sistem moneter dimana gold koin aktif beredar di

masyarakat sebagai standar alat tukar. Kedua, gold bullion standard merupakan

standard dengan ketentuan: (a) mata uang nasional disetarakan dengan emas,

(b) emas disimpan oleh pemerintah dalam bentuk batangan, (c) emas tidak

beredar dalam perekonomian, dan (d) emas tersedia untuk tujuan industri dan

transaksi-transaksi internasional dari bank. Sedangkan variasi yang ketiga, gold

exchange standard atau lebih dikenal dengan bretton woods system, yaitu

kesepakatan internasional dibidang moneter dimana mata uang merupakan fiat

money yang dapat dikonversikan kedalam emas dalam tingkat harga tertentu.

Meskipun emas secara resmi sudah tidak dipergunakan lagi sebagai

uang, namun masih banyak ditemukan penggunaan emas sebagai alat

pembayaran (medium of exchange) dan media penyimpanan nilai (store of value)

karena didorong oleh berbagai keistimewaan yang dimilikinya. Bahkan menurut

Miller (sebagaimana dikutip Hamidi, 2007:86), meskipun akhirnya peranan emas

sebagai alat tukar kemudian dihentikan oleh Amerika yang kemudian diikuti oleh

hampir semua negara, namun komoditas ini tetap saja dipakai sebagai

penyelesaian sengketa settlement imbalance antara bank sentral dunia. Selain

itu, emas juga menjadi sarana investasi untuk meningkatkan penghasilan. Ketika

mata uang dolar AS mengalami penurunan, maka banyak investor mengalihkan

investasinya kepada emas dan logam mulia lainnya.

Page 64: PERBANDINGAN KESTABILAN DAN HUBUNGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3714/1/SYAIF... · maupun luar negeri tidak terlepas dari faktor semakin cepatnya kemajuan

52

Pemakaian dinar emas sendiri saat ini sudah semakin luas dan diterima di

berbagai belahan dunia. Di Indonesia sekurangnya sudah ada empat jenis koin

dinar dengan satuan 1 dan 0.5 dinar yang diterbitkan oleh empat pemrakarsa: (1)

Islamic Mint Nusantara; (2) Baitulmaal Muamalat; (3) PP Logam Mulia ; dan (4)

Kesultanan Ternate. Di Malaysia dinar emas juga telah secara resmi dipakai

dikantor-kantor bazis (Badan Amil Zakat) di sejumlah negara bagian jumlah

wakala dinar emas di negeri jiran ini jauh lebih banyak dibanding di Indonesia.

Secara internasional sistem e-dinar juga sudah semakin baik, dengan

memisahkan dirinya dari e-gold menjadi sistem yang mandiri yang berbasis di

labuan, Malaysia. (dikutip dalam Darwis, 2006:66-67).

Dilihat dari data sepuluh tahun terakhir belakangan ini, harga emas

menunjukkan kestabilan yang luar biasa. (lihat grafik 4.1).

Grafik 4.1 Perkembangan Harga Emas Periode 2000-2010

(dalam US dolar per ounce)

Sumber : http://www.kitco.com

Page 65: PERBANDINGAN KESTABILAN DAN HUBUNGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3714/1/SYAIF... · maupun luar negeri tidak terlepas dari faktor semakin cepatnya kemajuan

53

Dalam masa sepuluh tahun tersebut harga emas terus mengalami

kenaikan dimulai dari 300 dolar AS per ounce pada Januari 2000 terus meningkat

hingga mencapai level 1150 US dolar AS per ounce pada Januari 2010. Meskipun

sempat mengalami penurunan pada bulan Oktober 2008 namun selanjutnya

terus mengalami kenaikan (lihat grafik 4.1). Relatif stabilnya harga emas dalam

jangka waktu tersebut tentunya dipengaruhi oleh beberapa faktor. Salah satu

faktor yang lebih dominan adalah mata uang fiat (fiat money) masih dikaitkan

dengan emas pada masa-masa tersebut.

Stabilitas harga emas tersebut, apakah itu dipakai sebagai alat pertukaran

(uang) ataupun sebagai komoditas telah mempunyai pengaruh yang cukup

penting bagi perkembangan ekonomi dunia. Bahkan Greenspan (1966), sebelum

menjadi gubernur the Fed, telah menjelaskan dalam artikel yang ditulisnya

bahwa emas telah ikut berperan dalam menstabilkan perekonomian. Secara

tegas Greenspan menyebutkan bahwa emas dan kebebasan ekonomi tidak bisa

dipisahkan satu sama lain dan gold standart telah menjadi intsrumen bagi

berjalannya laissez-faire.

Harga emas mulai berfluktuasi secara signifikan semenjak sistem Bretton

Woods runtuh hingga sekarang. Dengan berakhirnya sistem Bretton Woods

tersebut berarti emas tidak lagi dipatok dalam harga tertentu, namun lebih

banyak dipengaruhi oleh tarik-menarik permintaan dan penawaran, serta

berbagai faktor ekonomi lainnya. Sementara itu, Ismail menjelaskan bahwa

peningkatan harga emas dibandingkan dengan dolar AS digerakkan oleh

Page 66: PERBANDINGAN KESTABILAN DAN HUBUNGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3714/1/SYAIF... · maupun luar negeri tidak terlepas dari faktor semakin cepatnya kemajuan

54

beberapa faktor, antara lain (a) peperangan menentang keganasan AS dan

sekutunya. Kurangnya kepercayaan dunia dengan kebijakan yang dijalankan oleh

AS, akan menyebabkan masyarakat dunia mengalihkan ketergantungan dari

dolar AS kepada emas yang diperkirakan dapat menjadi sandaran yang paling

kuat; (b) permintaan terhadap emas terus meningkat sehubungan dengan

adanya pertambahan jumlah penduduk dunia; (c) satu lagi fenomena yang

penting sekarang ini adalah peningkatan permintaan emas oleh China untuk

mengikat cadangan valuta asingnya dengan emas. (http://www.ddrgtum.htm).

Kecenderungan peningkatan harga emas ini juga didorong oleh kebiasaan

masyarakat untuk menginvestasikan dana yang dimiliki dalam bentuk emas. Hal

ini berdasarkan pada beberapa pertimbangan. Pertama, emas merupakan

penyimpan nilai untuk jangka panjang. Kedua, emas merupakan sarana

penyimpan kekayaan yang paling aman dan tahan terhadap inflasi. Ketiga, emas

sangat liquid karena bisa diuangkan kapan saja dibutuhkan, dan harganya naik

seiring fluktuasi dolar AS. Keempat, emas menjadi bagian diversifikasi aset,

karena saat bursa anjlok maka emas menjadi salah satu diversifikasi investasi

yang menguntungkan. (Darwis, 2006).

Permintaan terhadap komoditas ini dapat dibedakan untuk empat

penggunaan yaitu perhiasan (jewelry), investasi (retail investment), industri dan

keperluan yang berhubungan dengan gigi (dental). Menurut data tahun 2002,

hampir 80 persen permintaan terhadap emas ini digunakan untuk perhiasan

(jewelry). Akan tetapi, permintaan terhadap perhiasan ini tentunya juga tidak

Page 67: PERBANDINGAN KESTABILAN DAN HUBUNGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3714/1/SYAIF... · maupun luar negeri tidak terlepas dari faktor semakin cepatnya kemajuan

55

terlepas dari investasi karena pada kenyataannya masyarakat juga

memperjualbelikan perhiasan tersebut untuk mendapatkan keuntungan.

Sementara itu, perkembangan harga dinar emas secara umum mengikuti

pola perkembangan harga emas di pasar dunia karena proksi yang digunakan

adalah emas 22 karat seberat 4,25 gram. Akan tetapi, karena ukuran mata uang

(denominasi) yang digunakan berbeda, maka fluktuasi nilai tukar dinar emas juga

dipengaruhi oleh kurs yang berlaku di pasar uang internasional.

4.4. Perkembangan Harga Dirham Perak

Perak adalah sejenis logam mulia lain yang bernilai tinggi, perak juga

banyak dipergunakan untuk perhiasan, pembuatan peralatan industri, perkakas

rumah tangga, koin dan medali, serta sarana investasi di bursa komoditas dunia.

Perak digunakan sebagai mata uang pendamping emas pada masa yang lampau.

Secara alamiah transaksi perdagangan di wilayah Mesir atau Syam menggunakan

dinar sebagai alat tukar, sementara itu pada kekaisaran Persia penduduknya

menggunakan dirham. Ekspansi yang dilakukan Islam ke wilayah kekaisaran

Persia (Iraq, Iran, Bahrain, dan Transoxia) dan kekaisaran romawi (Syam, Mesir,

dan Andalusia) menyebabkan perputaran mata uang ini meningkat.

Bahkan pada masa pemerintahan Imam Ali hanya dinar dan dirham yang

digunakan sebagai mata uang. Meskipun demikian, dirham lebih umum

digunakan daripada dinar karena hampir seluruh wilayah kekaisaran Persia yang

mata uangnya dirham dapat dikuasai angkatan perang Islam, sementara itu tidak

Page 68: PERBANDINGAN KESTABILAN DAN HUBUNGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3714/1/SYAIF... · maupun luar negeri tidak terlepas dari faktor semakin cepatnya kemajuan

56

semua wilayah kekaisaran Romawi yang memiliki mata uang dinar dapat dikuasai

Islam. Oleh karena itu, mata uang dirham lebih populer dikalangan dunia usaha

bangsa Arab (Karim, 2004: 159-160).

Pola pergerakan harga perak dapat dikatakan secara umum seperti pola

pergerakan emas. Berdasarkan data sepuluh tahunan harga perak periode 2000-

2010 dapat dilihat grafik 4.2 berikut:

Grafik 4.2 Perkembangan Harga Perak Periode 2000-2010

(dalam US dolar per ounce)

Sumber : http://www.kitco,com

Pada harga rata-rata perak bulan Januari 2006 berkisar 9.15 US$ per ounce

setelah itu mulai mengalami peningkatan dan mencapai puncaknya pada tahun

2008 dengan mencapai harga rata-rata kumulatif sebesar 14.98 US$ per ounce.

Dan pada awal tahun 2009 harga perak mengalami penurunan yang sangat

drastis hingga mencapai angka rata-rata 11.29 US$ per ounce. Namun kemudian,

Page 69: PERBANDINGAN KESTABILAN DAN HUBUNGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3714/1/SYAIF... · maupun luar negeri tidak terlepas dari faktor semakin cepatnya kemajuan

57

harga perak mulai mengalami kenaikan kembali dengan cepat hingga mencapai

17.67 US$ per ounce pada akhir tahun 2009 dan awal tahun 2010. (lihat grafik

4.2)

Lebih cepatnya peningkatan harga perak dibandingkan dengan harga

emas beberapa tahun beberapa belakangan ini disebabkan oleh beberapa faktor

antara lain tingginya permintaan di pasar dunia. Permintaan dunia terhadap

perak telah melebihi produksi tahunan semenjak tahun 1990 yang berakibat

pada terkurasnya cadangan perak yang ada (http://www.monex.com/why/

silver_market.html).

4.5. Perbandingan Stabilitas Dinar Emas, Dirham Perak, dan Dolar AS

Hasil perhitungan koefisien variasi dinar emas, dirham perak dan dolar AS

dalam denominasi rupiah disajikan dalam tabel 4.1. dibawah ini:

Tabel 4.1.

Koefisien Variasi Nilai Tukar Dinar Emas, Dirham Perak, dan Dolar AS Dalam Denominasi Rupiah, Ringgit Malaysia, dan Dolar Singapura

Denominasi Periode Dinar

(Emas)

Dirham

(Perak)

Dolar

AS

Rupiah Jan 2006- Apr 2010 3.066 2.986 7.996

Ringgit Malaysia Jan 2006- Apr 2010 2.359 3.050 4.593

Dolar Singapura Jan 2006- Apr 2010 2.236 2.770 3.792

Rata-rata 2.553 2.935 5.460

Sumber : Hasil Perhitungan Sendiri

Page 70: PERBANDINGAN KESTABILAN DAN HUBUNGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3714/1/SYAIF... · maupun luar negeri tidak terlepas dari faktor semakin cepatnya kemajuan

58

Berdasarkan data koefisien variasi tersebut dapat ditarik beberapa catatan yaitu :

a) Dalam denominasi rupiah, nilai tukar dirham perak memiliki koefisien

variasi terkecil yaitu 2.986 persen, kemudian koefisien variasi dinar emas

terhadap rupiah 3.066 persen dan koefisien variasi dolar AS terhadap

rupiah 7.996 persen. Artinya, volatilitas atau naik turunnya nilai tukar

dirham perak relatif lebih kecil dibandingkan dengan volatilitas nilai tukar

dirham perak dan dolar AS dalam denominasi Rupiah.

b) Dalam denominasi ringgit Malaysia, nilai tukar dinar emas memiliki

koefisien variasi lebih kecil yaitu sebesar 2.359 persen, kemudian nilai

tukar dirham perak 3.050 persen, sedangkan nilai tukar dolar AS memiliki

koefisien variasi paling besar yaitu 4.593 persen. Dengan demikian, nilai

tukar dinar emas lebih stabil dibandingkan nilai tukar dirham perak dan

nilai tukar dolar AS.

c) Dalam denominasi dolar Singapura, pola perbandingannya mengikuti pola

denominasi ringgit Malaysia. Dimana nilai tukar dinar emas lebih stabil

dengan koefisien variasi terkecil yaitu 2.236 persen, kemudian diikuti oleh

dirham perak dengan koefisien variasi 2.770 persen, dan dolar AS dengan

koefisien variasi 3.792 persen.

d) Apabila dirata-ratakan, maka nilai koefisien variasi nilai tukar dinar emas

adalah paling kecil yaitu 2.553 persen, selanjutnya diikuti oleh koefisien

variasi nilai tukar dirham perak sebesar 2.935 persen, dan dolar AS

dengan koefisien variasi 5.460 persen. Artinya, secara rata-rata fluktuasi

Page 71: PERBANDINGAN KESTABILAN DAN HUBUNGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3714/1/SYAIF... · maupun luar negeri tidak terlepas dari faktor semakin cepatnya kemajuan

59

nilai tukar dinar emas relatif lebih kecil dibandingkan dengan fluktuasi

nilai tukar dirham perak dan dolar AS.

e) Berdasarkan nilai koefisien diatas, dapat disimpulkan bahwa penggunaan

dinar emas dalam perdagangan internasional memiliki potensi lebih

menguntungkan dibandingkan dengan penggunaan dirham perak dan

dolar AS karena tingkat pergerakan nilai tukarnya relatif lebih stabil.

Hasil perhitungan ini sejalan dengan hasil perhitungan yang dilakukan

oleh Rashid, Siswantoro dan Brozovsky (2002) dan Rosnah (2003). Sebagaimana

telah dijelaskan didepan, Rashid dkk. juga menemukan koefisien variasi dinar

emas lebih kecil dibandingkan dengan koefisien uang fiat yang dalam hal ini

diwakili oleh euro, poundsterling, dan yen yang diukur dalam dolar. Artinya,

dinar emas lebih stabil dibandingkan dengan uang fiat. Sementara itu, Rosnah

yang menghitung koefisien variasi secara tahunan dalam periode 1995-2002 juga

menemukan pergerakan harga emas lebih stabil dibandingkan dengan harga

poundsterling, euro, dan yen pada tahun 1995. Akan tetapi perlu dicermati disini

bahwa :

a) Penelitian Rashid, dkk. (2002) dan Rosnah (2003) menggunakan dolar AS

sebagai ukuran (denominasi), sementara penelitian yang penulis lakukan

mneggunakan rupiah, ringgit malaysia, dan dolar singapura sebagai

ukuran (denominasi).

Page 72: PERBANDINGAN KESTABILAN DAN HUBUNGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3714/1/SYAIF... · maupun luar negeri tidak terlepas dari faktor semakin cepatnya kemajuan

60

b) Data nilai tukar yang digunakan oleh Rashid, dkk. (2002) dan Rosnah

(2003) adalah dalam bentuk nominal. Sedangkan data yang digunakan

dalam penelitian ini adalah dalam bentuk riil.

Kestabilan nilai tukar suatu mata uang tidak hanya dapat dilihat

perbandingannya dangan nilai tukar mata uang lain, tetapi bisa juga ditinjau dari

kestabilan daya belinya untuk mendapatkan berbagai komoditas lainnya. Daya

beli merupakan faktor yang sangat penting dari satu mata uang. Walaupun nilai

nominal atau jumlah uang yang dimiliki bertambah banyak, namun jika daya

belinya merosot dengan tajam, maka tidak ada manfaat bagi orang yang

memilikinya. Menurut Saidi (2003:56), harga emas dan dan dinar memang

berubah-ubah mengikuti harga pasar. Tetapi, perubahan tersebut mengikuti nilai

nominal uang kertas. Dinar sebenarnya tidak mengenal nilai nominal, karena

nilainya ditentukan oleh nilai intrinsik yang dimilikinya. Oleh karena itu, hal yang

relevan untuk memahami nilai tukar dinar bukan soal harga emas itu, melainkan

nilai yang disimpannya yang dicerminkan oleh nilai tukar dinar tesebut terhadap

komoditas lain.

Sementara itu, menurut Iqbal (2007:56-57) telah menghitung koefisien

korelasi (coefficient of correlation) untuk mengetahui keeratan hubungan pola

perkembangan harga emas dengan perkembangan harga minyak bumi dari

tahun 1946 sampai 2006. Angka koefisien korelasi yang didapat adalah +0.88,

artinya uang yang dibuat dari emas, dalam hal ini dinar akan mempunyai daya

beli yang stabil terhadap minyak mentah. Sedangkan harga minyak mentah

Page 73: PERBANDINGAN KESTABILAN DAN HUBUNGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3714/1/SYAIF... · maupun luar negeri tidak terlepas dari faktor semakin cepatnya kemajuan

61

dalam dolar AS telah mengalami kenaikan sekitar 40 kali lipat dalam masa 60

tahun terakhir. Apabila yang digunakan data indeks harga emas dan perak

periode 1970-2004, koefisien korelasi yang positif dengan indeks harga bahan

pangan masing-masingnya adalah 0.56 dan 0.64. Demikian juga dengan indeks

harga minyak mentah yang masing-masingnya menunjukkan angka koefisien

korelasi sebesar 0.75 dan 0.69. Sementara itu, dolar AS mempunyai koefisien

korelasi yang negatif terhadap indeks harga bahan pangan dan minyak mentah

masing-masing dengan angka -0.05 dan -0.44. Angka-angka koefisien korelasi

tersebut menunjukkan bahwa emas dan peraklah yang selalu mampu

mengimbangi fluktuasi atau naik turunnya harga bahan pangan maupun

kebutuhan esensial lainnya dari waktu ke waktu, bukan uang dolar AS atau uang

fiat lainya. (lihat Iqbal, 2007:57-58).

Mengapa emas bisa lebih terjaga daya belinya dibandingkan dengan daya

beli mata uang kertas. Jawabannya menurut Iqbal (2007:58) adalah sebagai

berikut:

a) Ketersediaan emas di seluruh dunia yang terakumulasi sejak pertama kali

manusia menggunakannya sampai sekarang diperkirakan hanya sekitar

130.000 sampai 150.000 ton. Peningkatan per tahun hanya sekitar 1.5 %-

2.0 %. Ini cukup dan tidak berlebihan untuk memenuhi kebutuhan

manusia di seluruh dunia yang jumlah penduduknya tumbuh sekitar 1.2

persen pertahun.

Page 74: PERBANDINGAN KESTABILAN DAN HUBUNGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3714/1/SYAIF... · maupun luar negeri tidak terlepas dari faktor semakin cepatnya kemajuan

62

b) Emas tidak bisa rusak atau dirusak. Emas memang bisa dirubah

bentuknya dari keping uang emas menjadi perhiasan yang dicampur

bahan lain (seperti perak, tembaga, dan lain sebagainya), namun apabila

dilebur perhiasan tersebut dan dipisahkan campurannya, maka akan

didapatkan kembali emas yang asli dalam jumlah yang sama.

c) Kepadatannya sangat tinggi sehingga mudah disimpan. Seluruh emas di

dunia yang seberat 150.000 ton itu dapat disimpan dalam satu kolam

renang yang besar.

d) Emas mudah dibentuk, dibagi dan dipecah kecil-kecil sehingga

memudahkan untuk menggunakannya sebagai alat tukar dengan cara

yang paling primitif sekalipun.

Sementara itu, relatif tidak stabilnya nilai tukar uang fiat antara lain

disebabkan oleh adanya kecenderungan peningkatan jumlah uang beredar yang

dapat mempengaruhi nilai tukar. Pertumbuhan penawaran uang yang sedang

berkembang saat ini cenderung tidak terkendali karena diberlakukannya sistem

cadangan minimum dan tingkat bunga. Bank-bank umum diwajibkan oleh bank

sentral untuk menyimpan sebagian dana pihak ketiga sebagai cadangan. Hal

inilah yang disebut sebagai kewajiban cadangan terbatas (fractional reserve

requirement). Pada umumnya porsi cadangan yang disyaratkan kurang dari 100

persen. Jika cadangan yang diwajibkan adalah 10 persen, maka dari simpanan

nasabah sebesar Rp. 1. 000, bank hanya diwajibkan menyisihkannya sebagai

cadangan sebesar Rp. 100, sedangkan sisanya dapat dipinjamkan kepada pihak

Page 75: PERBANDINGAN KESTABILAN DAN HUBUNGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3714/1/SYAIF... · maupun luar negeri tidak terlepas dari faktor semakin cepatnya kemajuan

63

lain. Simpanan (deposit) awal sebesar Rp. 1.000 akan memungkinkan sektor

perbankan untuk meningkatkan jumlah simpanan menjadi Rp. 10.000 (yaitu Rp.

1.000 dibagi dengan cadangan yang disyaratkan sebesar 0.10) melalui

penciptaan pinjaman (lihat Meera, 2002:10-14,).

Sebagaimana dijelaskan oleh Mishkin (2006:454), peningkatan

penawaran uang dapat menyebabkan harga-harga domestik menjadi meningkat

dalam jangka panjang yang pada gilirannya akan menyebabkan menurunnya

ekspektasi nilai tukar. Akibat dari penurunan ekspektasi apresiasi nilai tukar akan

menyebabkan meningkatnya ekspektasi pengembalian (expected return)

memegang deposito asing pada tingkat nilai tukar tertentu. Dengan demikian,

peningkatan jumlah penawaran uang domestik akan menyebabkan nilai tukar

mata uang domestik terdepresiasi.

Proses penciptaan uang tersebut akan berjalan terus walaupun

perekonomian (sektor riil) sudah mencapai tingkat optimum yang ditandai oleh

kelangkaan barang-barang kapital, keterbatasan tenaga kerja, dan rendahnya

tingkat pengangguran. Kelebihan uang beredar akan mendorong turunnya

tingkat bunga, sehingga akses untuk mendapatkan kredit menjadi lebih mudah

dan sebagian besar dana akan tersalur kedalam sektor usaha yang kurang

produktif, termasuk pasar saham dan properti. Kejenuhan dalam bidang-bidang

usaha yang kurang produktif tersebut akan menyebabkan menurunnya

keuntungan yang dapat dihasilkan, sehingga bermunculan kredit-kredit

bermasalah, pengurangan jumlah uang beredar, kebangkrutan usaha,

Page 76: PERBANDINGAN KESTABILAN DAN HUBUNGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3714/1/SYAIF... · maupun luar negeri tidak terlepas dari faktor semakin cepatnya kemajuan

64

pengurangan karyawan dan tekanan lainnya menuju krisis ekonomi (Lihat Meera,

2002:23-26). Dari uraian diatas terlihat bahwa proses penciptaan uang fiat pada

awalnya mengalami peningkatan, namun pada suatu titik kembali akan

mengalami penurunan. Siklus seperti ini akan terjadi silih berganti, sehingga

menimbulkan gangguan terhadap kestabilan nilai tukar mata uang dan

perekonomian pada umumnya.

4.6. Keterkaitan Volatilitas Dinar Emas, Dirham Perak, dan Dolar AS

Sebagaimana telah dijelaskan dalam bab III, untuk mengetahui pola

hubungan antara nilai tukar dinar emas, dirham perak, dan dolar AS terhadap

rupiah, ringgit Malaysia, dan dolar Singapura digunakan metode pengujian

vektor otoregresi (VAR). Proses pengujian VAR ini dimulai dengan pengujian

stasioneritas data, uji kausalitas Granger (Granger Causality) dan baru

dilanjutkan dengan estimasi model VAR. Hasil dari langkah-langkah pengujian

beserta analisisnya dapat dikemukakan berikut ini:

a) Uji Stasioneritas data

Langkah pertama dalam estimasi model VAR adalah melakukan uji

stasioneritas data. Hal ini perlu dilakukan karena untuk mengestimasi

atau menguji model time series, semua variabel harus stasioner, maka

regresi bisa saja menghasilkan koefisien deteminasi (R2) yang tinggi dan t-

statistiknya kelihatan signifikan, tapi Durbin Watson (DW) statistiknya

rendah. Sebagai hasilnya, kesimpulan yang didapat menjadi tidak valid

dan mungkin saja terjadi spurious regression.

Page 77: PERBANDINGAN KESTABILAN DAN HUBUNGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3714/1/SYAIF... · maupun luar negeri tidak terlepas dari faktor semakin cepatnya kemajuan

65

Pengujian stasioneritas ini dilakukan dengan unit root test melalui

prosedur Augmented Dickey-Fuller Test (ADF Test). Rangkuman hasil

pengujian data pada tingkat level ditampilkan dalam tabel berikut ini:

Tabel 4.2 Hasil Pengujian Unit Root Test Tingkat Level

Variabel Nilai uji ADF Nilai Kritis

Mc. Kinnon* Keterangan

Dinar (Rp) -0.710391 -2.919952 Tidak Stasioner

Dirham (Rp) -1.906117 -2.919952 Tidak Stasioner

Dolar AS (Rp) -2.024851 -2.919952 Tidak Stasioner

Dinar (RM) -0.235017 -2.919952 Tidak Stasioner

Dirham (RM) -1.920611 -2.919952 Tidak Stasioner

Dolar AS (RM) -1.963421 -2.921175 Tidak Stasioner

Dinar (S$) -0.148608 -2.919952 Tidak Stasioner

Dirham (S$) -2.015537 -2.919952 Tidak Stasioner

Dolar AS (S$) -2.024429 -2.919952 Tidak Stasioner

*α=5%

Berdasarkan tabel 4.2 diatas dapat kita lihat bahwa nilai uji ADF

(Augmented Dickey-Fuller Test) dinar, dirham, dan dolar AS untuk semua

variabel atau ketiga denominasi masih lebih besar dari nilai kritis Mc.

Kinnon Sehingga dapat disimpulkan bahwa data tersebut tidak stasioner

sehingga harus dilakukan first difference agar data tidak menjadi spurious

regression. Dibawah ini adalah tabel hasil pengujian unit root test pada

tingkat first difference.

Page 78: PERBANDINGAN KESTABILAN DAN HUBUNGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3714/1/SYAIF... · maupun luar negeri tidak terlepas dari faktor semakin cepatnya kemajuan

66

Tabel 4.3 Hasil Pengujian Unit Root Test Tingkat First Difference

Variabel Nilai uji ADF Nilai Kritis

Mc. Kinnon* Keterangan

Dinar (Rp) -6.560829 -2.921175 Stasioner (first difference)

Dirham (Rp) -6.093996 -2.921175 Stasioner (first difference)

Dolar AS (Rp) -7.494171 -2.921175 Stasioner (first difference)

Dinar (RM) -7.430538 -2.921175 Stasioner (first difference)

Dirham (RM) -6.130055 -2.921175 Stasioner (first difference)

Dolar AS (RM) -5.114537 -2.921175 Stasioner (first difference)

Dinar (S$) -6.931693 -2.921175 Stasioner (first difference)

Dirham (S$) -6.010238 -2.921175 Stasioner (first difference)

Dolar AS (S$) -6.532221 -2.921175 Stasioner (first difference)

*α = 5 %

Nilai ADF yang dihasilkan ketiga variabel yang diuji ternyata sudah

lebih kecil dibandingkan dengan nilai kritis Mc. Kinnon. Dengan demikian

dapat disimpulkan bahwa data nilai tukar dinar emas, dirham perak, dan

dolar AS terhadap rupiah, ringgit Malaysia, dan dolar Singapura tidak

menghadapi masalah unit root atau data telah stasioner.

b) Uji Kausalitas Granger

Langkah kedua yang perlu ditempuh dalam rangka membuat

model VAR adalah melakukan uji Kausalitas Granger (Granger Causality).

Tujuan kausalitas granger adalah untuk meneliti apakah X mendahului Y,

Page 79: PERBANDINGAN KESTABILAN DAN HUBUNGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3714/1/SYAIF... · maupun luar negeri tidak terlepas dari faktor semakin cepatnya kemajuan

67

ataukah Y mendahului X ataukah hubungan X dan Y timbal- balik. (Lihat

Kuncoro, 2003:225).

Oleh karena itu, untuk mengetahui hubungan volatilitas antara

nilai tukar dinar emas, dirham perak, dan dolar AS dalam ukuran

(denominasi) yang berbeda-beda yaitu rupiah, ringgit malaysia, dan dolar

singapura. Maka, dilakukan uji kausalitas Granger. Hasil pengujian

kausalitas Granger ketiga variabel yang diuji dalam denominasi rupiah

dengan program eviews 5.1 disajikan dalam tabel 4.4 berikut ini:

Tabel 4.4

Hasil Pengujian Granger Causality Nilai Tukar Dinar Emas, Dirham Perak, dan Dolar AS dalam Denominasi Rupiah (Periode Januari 2006 – April 2010)

Pairwise Granger Causality Tests

Date: 11/17/10 Time: 21:32

Sample: 2006M01 2010M04

Lags: 2

Null Hypothesis: Obs F-Statistic Probability

DIRHAM does not Granger Cause DINAR 50 2.42190 0.10024

DINAR does not Granger Cause DIRHAM 1.08507 0.34656

DOLARAS does not Granger Cause DINAR 50 0.42097 0.65897

DINAR does not Granger Cause DOLARAS 0.62320 0.54079

DOLARAS does not Granger Cause DIRHAM 50 0.41639 0.66194

DIRHAM does not Granger Cause DOLARAS 1.27435 0.28951

berdasarkan hasil pengujian kausalitas Granger tersebut terlihat hanya

ada satu null hypothesis yang ditolak secara signifikan pada alfa 10% yaitu

DIRHAM does not Granger Cause DINAR.

Page 80: PERBANDINGAN KESTABILAN DAN HUBUNGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3714/1/SYAIF... · maupun luar negeri tidak terlepas dari faktor semakin cepatnya kemajuan

68

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa volatilitas nilai tukar

dirham perak terhadap rupiah akan menyebabkan meningkat atau

menurunnya nilai tukar dinar emas terhadap rupiah. Namun sebaliknya,

volatilitas nilai tukar dinar emas tidak mempengaruhi meningkat atau

menurunnya nilai tukar dirham perak terhadap rupiah. Bahkan, volatilitas

nilai tukar dolar AS sekalipun tidak mampu mempengaruhi secara

signifikan terhadap volatilitas dirham perak terhadap rupiah.

Sementara itu, hasil pengujian kausalitas Granger nilai tukar dinar

emas, dirham perak, dan dolar AS dalam denominasi ringgit Malaysia

dapat dilihat dalam tabel 4.5 berikut ini:

Tabel 4.5

Hasil Pengujian Granger Causality Nilai Tukar Dinar Emas, Dirham Perak, dan Dolar AS dalam Denominasi Ringgit Malaysia

(Periode Januari 2006 – April 2010)

Pairwise Granger Causality Tests

Date: 11/17/10 Time: 21:53

Sample: 2006M01 2010M04

Lags: 2

Null Hypothesis: Obs F-Statistic Probability

DIRHAM does not Granger Cause DINAR 50 2.05795 0.13957

DINAR does not Granger Cause DIRHAM 2.33192 0.10874

DOLARAS does not Granger Cause DINAR 50 0.95443 0.39269

DINAR does not Granger Cause DOLARAS 0.26349 0.76954

DOLARAS does not Granger Cause DIRHAM 50 1.31377 0.27891

DIRHAM does not Granger Cause DOLARAS 0.18771 0.82950

Page 81: PERBANDINGAN KESTABILAN DAN HUBUNGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3714/1/SYAIF... · maupun luar negeri tidak terlepas dari faktor semakin cepatnya kemajuan

69

Berbeda dengan apa yang ditemukan pada pengujian kausalitas

Granger yang menggunakan denominasi rupiah, hasil pengujian dengan

denominasi ringgit Malaysia menunjukkan null hypothesis yang harus

ditolak secara signifikan pada alfa 10% adalah DINAR does not Granger

Cause DIRHAM. Dengan demikian, berarti volatilitas nilai tukar dinar

emas terhadap ringgit Malaysia ikut mempengaruhi volatilitas nilai tukar

dirham perak terhadap ringgit Malaysia. Namun sebaliknya, volatilitas

nilai tukar dolar AS dan dirham perak tidak berpengaruh signifikan

terhadap pergerakan nilai tukar dinar emas terhadap ringgit Malaysia.

Sementara itu, dari tabel 4.6 dibawah ini terlihat bahwa hasil

pengujian kausalitas Granger nilai tukar dinar emas, dirham perak, dan

dolar AS dalam denominasi dolar Singapura menunjukkan hasil yang

relatif sama dengan hasil pengujian yang menggunakan denominasi

Rupiah dimana hanya ada satu null hypothesis yang ditolak secara

signifikan pada alfa 10% yaitu DIRHAM does not Granger Cause DINAR.

Jadi, dapat juga dikatakan volatilitas nilai tukar dirham perak terhadap

dolar Singapura akan menyebabkan meningkat atau menurunnya nilai

tukar dinar emas terhadap dolar Singapura. Sedangkan, volatilitas nilai

tukar dolar AS dan dinar emas tidak berpengaruh signifikan terhadap

pergerakan nilai tukar dirham perak terhadap dolar Singapura.

Page 82: PERBANDINGAN KESTABILAN DAN HUBUNGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3714/1/SYAIF... · maupun luar negeri tidak terlepas dari faktor semakin cepatnya kemajuan

70

Tabel 4.6 Hasil Pengujian Granger Causality Nilai Tukar Dinar Emas, Dirham Perak,

dan Dolar AS dalam Denominasi Dolar Singapura (Periode Januari 2006 – April 2010)

Pairwise Granger Causality Tests

Date: 11/17/10 Time: 22:21

Sample: 2006M01 2010M04

Lags: 2

Null Hypothesis: Obs F-Statistic Probability

DIRHAM does not Granger Cause DINAR 50 2.38695 0.10345

DINAR does not Granger Cause DIRHAM 1.85164 0.16874

DOLARAS does not Granger Cause DINAR 50 0.08088 0.92244

DINAR does not Granger Cause DOLARAS 0.15481 0.85703

DOLARAS does not Granger Cause DIRHAM 50 1.74259 0.18667

DIRHAM does not Granger Cause DOLARAS 1.01664 0.36997

c) Hasil Estimasi Model VAR

Apabila dalam pengujian kausalitas Granger hanya diketahui arah

hubungan saling mempengaruhi antara beberapa variabel. Maka dari

estimasi vektor otoregresi (VAR) diperoleh informasi yang lebih rinci

dimana kita dapat mengetahui seberapa besar pengaruh suatu variabel

terhadap variabel yang lain sehingga model ini sangat baik untuk

digunakan sebagai alat prediksi. Dalam estimasi model VAR kita perlu

menentukan panjang lag yang optimal. Ada beberapa cara untuk

menentukan panjang lag yang optimal tersebut dalam penelitian ini cara

yang digunakan adalah berdasarkan pada nilai SC (Schwarz Criterion)

terkecil dan R2 –adjusted yang lebih besar.

Page 83: PERBANDINGAN KESTABILAN DAN HUBUNGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3714/1/SYAIF... · maupun luar negeri tidak terlepas dari faktor semakin cepatnya kemajuan

71

Estimasi model VAR untuk nilai tukar dinar emas, dirham perak,

dan dolar AS dalam denominasi rupiah menggunakan panjang lag 2

karena menghasilkan nilai SC terkecil yaitu 86.84446 dan adjusted R-

squared lebih besar rata-rata 0.79452. Hasil estimasi tersebut disajikan

dalam tabel 4.7 berikut ini:

Tabel 4.7 Hasil estimasi model VAR Nilai Tukar Dinar Emas, Dirham Perak, dan

Dolar AS dalam Denominasi Rupiah Periode Jan 2006 - Apr 2010

Vector Autoregression Estimates

Date: 11/17/10 Time: 23:29

Sample (adjusted): 2006M03 2010M04

Included observations: 50 after adjustments

Standard errors in ( ) & t-statistics in [ ] DINARRUPIAH DIRHAMRUPIAH DOLARRUPIAH

DINARRUPIAH(-1) 0.784325 -0.004294 -0.001202

(0.37501) (0.00687) (0.00164)

DINARRUPIAH(-2) 0.453570 0.010412 0.001119

(0.39580) (0.00725) (0.00173)

DIRHAMRUPIAH(-1) 68.05703 0.904304 0.104402

(19.0207) (0.34844) (0.08306)

DIRHAMRUPIAH(-2) -32.42931 -0.822813 -0.108317

(19.4841) (0.35693) (0.08508)

DOLARRUPIAH(-1) 42.17936 0.794641 0.727660

(51.0364) (0.93494) (0.22286)

DOLARRUPIAH(-2) 23.08730 1.071717 -0.131347

(47.5435) (0.87095) (0.20760)

C 8.536937 2.583645 2.843109

(6.2E+07) (1139480) (271614.)

R-squared 0.918280 0.803059 0.737705

Adj. R-squared 0.906878 0.775578 0.701106

Sum sq. resids 7.94E+15 2.66E+12 1.51E+11

S.E. equation 13586317 248887.9 59326.48

F-statistic 80.53167 29.22318 20.15628

Log likelihood -888.4050 -688.4142 -616.7169

Page 84: PERBANDINGAN KESTABILAN DAN HUBUNGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3714/1/SYAIF... · maupun luar negeri tidak terlepas dari faktor semakin cepatnya kemajuan

72

Akaike AIC 35.81620 27.81657 24.94868

Schwarz SC 36.08388 28.08425 25.21636

Mean dependent 2.06E+08 2517195. 1827865.

S.D. dependent 44522035 525377.5 108515.0

Determinant resid covariance (dof adj.) 3.17E+33

Determinant resid covariance 2.02E+33

Log likelihood -2130.035

Akaike information criterion 86.04141

Schwarz criterion 86.84446

Berdasarkan pada hasil estimasi tersebut dapat dituliskan tiga

persamaan sebagai berikut:

1) DinarRupiah = 0.784*dinarrupiah(-1)+0.453*dinarrupiah(-2)+ 68.057*dirhamrupiah(-1)-32.429*dirhamrupiah(-2)+ 42.179*dolarrupiah(-1)+23.087*dolarrupiah(-2)+8.536

2) DirhamRupiah = -0.004*dinarrupiah(-1)+0.010*dinarrupiah(-2)+ 0.904*dirhamrupiah(-1)-0.822*dirhamrupiah(2)+ 0.794*dolarrupiah(1)+1.071*dolarrupiah(2)+2.583

3) DolarRupiah = -0.001*dinarrupiah(-1)+0.001*dinarrupiah(-2)+ 0.104*dirhamrupiah(-1)-0.108*dirhamrupiah(-2)+ 0.727*dolarrupiah(-1)-0.131*dolarrupiah(2)+2.843

Dari ketiga persamaan diatas, hanya sebagian variabel yang

hubungan secara signifikan pada masing-masingnya. Untuk persamaan

pertama, variabel yang berpengaruh secara signifikan terhadap

perubahan nilai tukar atau harga dinar emas adalah sebagai berikut:

a) Nilai tukar dinar emas itu sendiri pada satu dan dua periode

sebelumnya dengan arah positif. Artinya, peningkatan atau

penurunan nilai tukar dinar emas terhadap rupiah pada bulan

Page 85: PERBANDINGAN KESTABILAN DAN HUBUNGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3714/1/SYAIF... · maupun luar negeri tidak terlepas dari faktor semakin cepatnya kemajuan

73

sekarang (sedang berjalan) dipengaruhi oleh perubahan nilai tukar

dinar emas terhadap rupiah sebulan dan dua bulan sebelumnya.

Dengan kata lain, jika saat ini harga emas cenderung meningkat

maka orang akan termotivasi untuk membeli emas lebih banyak

dengan harapan atau perkiraan harga akan terus meningkat,

sehingga permintaan bertambah dan akhirnya harga dinar emas

sebulan dan dua bulan selanjutnya akan meningkat.

b) Perubahan nilai tukar dirham perak terhadap rupiah satu periode

sebelumnya dengan arah positif dan nilai tukar dirham perak

terhadap rupiah dua periode sebelumnya dengan arah negatif.

Dengan koefisien regresi yang cukup besar masing-masing sekitar

68.05 dan -32.2 dengan demikian, jika sebulan yang lalu nilai tukar

dirham perak terhadap rupiah mengalami peningkatan sebesar 1

poin maka nilai tukar dinar emas pada bulan ini juga akan

meningkat yaitu sebesar 68.05 poin. Akan tetapi, jika nilai tukar

dirham perak meningkat dua bulan yang lalu sebesar 1 poin maka

nilai tukar dinar emas justru akan terdepresiasi sebesar 32.2 poin.

Untuk persamaan kedua, perubahan atau volatilitas nilai tukar

dirham perak terhadap rupiah dipengaruhi secara signifikan oleh

perubahan variabel nilai tukar dirham perak itu sendiri satu periode

sebelumnya dengan arah positif dengan koefisien korelasi sebesar 0.904

Page 86: PERBANDINGAN KESTABILAN DAN HUBUNGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3714/1/SYAIF... · maupun luar negeri tidak terlepas dari faktor semakin cepatnya kemajuan

74

atau sekitar 90.4 persen. Dengan demikian, fluktuasi harga emas dan kurs

dolar AS tidak bisa mempengaruhi fluktuasi harga perak.

Sedangkan untuk persamaan ketiga, variabel bebas yang

mempengaruhi volatilitas nilai tukar dolar AS dalam denominasi rupiah

adalah volatilitas nilai tukar dolar AS terhadap rupiah itu sendiri pada satu

dan dua periode sebelumnya dengan koefisien regresi 0.72 dan -0.13.

Artinya, apabila volatilitas dolar AS terhadap rupiah mengalami

peningkatan 1 persen satu bulan sebelumnya maka volatilitas nilai tukar

dolar AS juga akan meningkat pada periode selanjutnya sebesar 72

persen, dan sebaliknya apabila mengalami peningkatan 1 persen pada

dua bulan sebelumnya maka dapat dipastikan volatilitas nilai tukar dolar

AS akan mengalami penurunan sebesar 13 persen.

Selanjutnya, akan dikemukakan hasil estimasi model VAR (vector

auto regression) untuk meghitung nilai tukar dinar emas, dirham perak,

dan dolar AS dalam denominasi ringgit Malaysia menggunakan panjang

lag 2 karena menghasilkan nilai SC (Schwarz Criterion) terkecil yaitu 38.266

dan adjusted R-squared lebih besar rata-rata 0.8653. Oleh karena itu,

untuk mengetahui hasil estimasi model VAR nilai tukar dinar emas,

dirham perak, dan dolar AS dalam denominasi ringgit Malaysia tersebut,

maka dapat dilihat dalam tabel 4.8 berikut ini:

Page 87: PERBANDINGAN KESTABILAN DAN HUBUNGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3714/1/SYAIF... · maupun luar negeri tidak terlepas dari faktor semakin cepatnya kemajuan

75

Tabel 4.8 Hasil estimasi model VAR Nilai Tukar Dinar Emas, Dirham Perak, dan

Dolar AS dalam Denominasi Ringgit Malaysia Periode Januari 2006 - April 2010

Vector Autoregression Estimates

Date: 11/19/10 Time: 10:43

Sample (adjusted): 2006M03 2010M04

Included observations: 50 after adjustments

Standard errors in ( ) & t-statistics in [ ] DINARRINGGIT DIRHAMRINGGIT DOLARRINGGIT

DINARRINGGIT(-1) 0.848747 0.053246 0.005272

(0.23183) (0.00480) (0.00061)

DINARRINGGIT(-2) 0.341015 -0.077857 -0.004275

(0.24449) (0.00506) (0.00064)

DIRHAMRINGGIT(-1) -6.068180 0.903119 -0.028754

(11.5849) (0.23980) (0.03055)

DIRHAMRINGGIT(-2) -18.23068 0.528603 0.022394

(12.2226) (0.25300) (0.03223)

DOLARRINGGIT(-1) -13.9168 -2.530387 1.164886

(60.7797) (1.25810) (0.16028)

DOLARRINGGIT(-2) 21.65022 0.778906 -0.299038

(61.9778) (1.28290) (0.16344)

C 70.19186 15.40690 96.13395

(28602.7) (592.060) (75.4271)

R-squared 0.963836 0.810297 0.871562

Adj. R-squared 0.958789 0.783826 0.853641

Sum sq. resids 5.61E+08 240321.7 3900.469

S.E. equation 3611.641 74.75880 9.524106

F-statistic 191.0026 30.61162 48.63210

Log likelihood -476.7722 -282.8897 -179.8677

Akaike AIC 19.35089 11.59559 7.474706

Schwarz SC 19.61857 11.86327 7.742389

Mean dependent 82801.44 1001.123 732.8319

S.D. dependent 17791.00 160.7907 24.89511

Determinant resid covariance (dof adj.) 2.54E+12

Determinant resid covariance 1.61E+12

Log likelihood -915.5922

Akaike information criterion 37.46369

Schwarz criterion 38.26674

Page 88: PERBANDINGAN KESTABILAN DAN HUBUNGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3714/1/SYAIF... · maupun luar negeri tidak terlepas dari faktor semakin cepatnya kemajuan

76

Persamaan untuk masing-masing variabel nilai tukar dinar emas,

dirham perak dan dolar AS dalam denominasi ringgit malaysia maka

dapat dikemukakan model estimasi VAR berdasarkan tabel diatas adalah

sebagai berikut:

1) DinarRinggit = 0.848*dinarringgit(-1)+0.341*dinarringgit(-2)- 6.068*dirhamringgit(-1)-18.230*dirhamringgit(-2)- 13.91*dolarringgit(-1)+21.650*dolarringgit(-2)+70.191

2) DirhamRinggit = 0.053*dinarringgit(-1)-0.077*dinarringgit(-2)+ 0.903*dirhamringgit(-1)+0.528*dirhamringgit(-2)- 2.530*dolarringgit(-1)+0.778*dolarringgit(-2)+15.406

3) DolarRinggit = 0.005*dinarringgit(-1)-0.004*dinarringgit(-2) -0.028*dirhamringgit(-1)+0.022*dirhamringgit(-2)+ 1.164*dolarringgit(-1)-0.299*dolarringgit(-2)+96.133

Sebagaimana ditemukan pada estimasi model VAR pertama,

dalam persamaan yang dituliskan diatas, hanya sebagian variabel bebas

(dependence) yang mempunyai hubungan signifikan dengan variabel

terikat (independence). Untuk persamaan pertama, variabel-variabel

bebas yang berpengaruh secara signifikan terhadap perubahan nilai tukar

dinar emas terhadap ringgit malaysia (dinarringgit) adalah variabel nilai

tukar dinar emas itu sendiri pada satu periode (sebulan) sebelumnya dan

dua bulan sebelumnya dengan arah positif. Artinya, jika saat ini harga

emas cenderung meningkat maka orang akan termotivasi untuk membeli

emas lebih banyak dengan harapan atau perkiraan harga akan terus

meningkat.

Page 89: PERBANDINGAN KESTABILAN DAN HUBUNGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3714/1/SYAIF... · maupun luar negeri tidak terlepas dari faktor semakin cepatnya kemajuan

77

Pada persamaan kedua, variabel yang mempengaruhi volatilitas

nilai tukar dirham perak terhadap ringgit malaysia adalah sebagai berikut:

a) Variabel nilai tukar dirham perak itu sendiri pada satu periode

sebelumnya dan dua bulan sebelumnya dengan arah positif dan

memiliki nilai koefisien regresi sebesar 0.903 dan 0.528. Dengan

demikian, dapat dikatakan bahwa volatilitas nilai tukar dirham

perak terhadap ringgi malaysia akan terus meningkat.

b) Perubahan nilai tukar dinar emas terhadap ringgit malaysia satu

periode sebelumnya dengan arah positif dan nilai tukar dinar

emas terhadap ringgit malaysia dua periode sebelumnya dengan

arah negatif dan sangat signifikan pada alfa 5%. Dengan demikian,

jika sebulan yang lalu nilai tukar dinar emas terhadap ringgit

malaysia mengalami peningkatan. Maka, dapat dikatakan sebulan

yang akan datang harga dirham perak juga akan meningkat.

Sedangkan untuk persamaan ketiga, variabel yang berpengaruh

terhadap perubahan nilai tukar dolar AS terhadap ringgit malaysia

berdasarkan estimasi model VAR ini adalah nilai tukar dolar AS terhadap

ringgit malaysia itu sendiri pada satu dan dua periode sebelumnya

sebagaimana yang terjadi dalam estimasi serupa untuk denominasi

rupiah.

Page 90: PERBANDINGAN KESTABILAN DAN HUBUNGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3714/1/SYAIF... · maupun luar negeri tidak terlepas dari faktor semakin cepatnya kemajuan

78

Selanjutnya akan dikemukakan hasil estimasi model VAR untuk

nilai tukar dinar emas, dirham perak, dan dolar AS dalam denominasi

dolar singapura dengan menggunakan panjang lag 2 karena menghasilkan

nilai SC (Schwarz Criterion) terkecil yaitu 33.073 dan nilai rata-rata

terbesar Adj R-Squared 0.8209 hasil estimasi tersebut disajikan dalam

tabel 4.9 berikut ini:

Tabel 4.9

Hasil Estimasi Model VAR Nilai Tukar Dinar Emas, Dirham Perak, dan Dolar AS dalam Denominasi Dolar Singapura

Periode Januari 2006 - April 2010

Vector Autoregression Estimates

Date: 11/21/10 Time: 20:42

Sample (adjusted): 2006M03 2010M04

Included observations: 50 after adjustments

Standard errors in ( ) & t-statistics in [ ] DINARSGD DIRHAMSGD DOLARSGD

DINARSGD(-1) 0.723645 -0.006729 0.000644

(0.23893) (0.00525) (0.00064)

DINARSGD(-2) 0.342719 0.008554 -0.000640

(0.24372) (0.00535) (0.00065)

DIRHAMSGD(-1) 16.21181 1.095080 -0.042130

(10.7787) (0.23679) (0.02875)

DIRHAMSGD(-2) -24.53261 -0.609240 0.023812

(11.7463) (0.25805) (0.03133)

DOLARSGD(-1) -85.42435 -2.496443 0.864742

(61.7029) (1.35554) (0.16459)

DOLARSGD(-2) -29.83842 0.660442 -0.105531

(60.1320) (1.32103) (0.16040)

C 43.77163 73.04621 82.11874

(16552.2) (363.631) (44.1511)

R-squared 0.957318 0.771413 0.799921

Adj. R-squared 0.951362 0.739517 0.772003

Sum sq. resids 97231782 46926.71 691.8035

S.E. equation 1503.730 33.03511 4.011041

Page 91: PERBANDINGAN KESTABILAN DAN HUBUNGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3714/1/SYAIF... · maupun luar negeri tidak terlepas dari faktor semakin cepatnya kemajuan

79

F-statistic 160.7420 24.18535 28.65245

Log likelihood -432.9616 -242.0549 -136.6289

Akaike AIC 17.59846 9.962196 5.745156

Schwarz SC 17.86615 10.22988 6.012839

Mean dependent 35025.86 424.7380 311.1876

S.D. dependent 6818.425 64.72710 8.400249

Determinant resid covariance (dof adj.) 1.41E+10

Determinant resid covariance 8.97E+09

Log likelihood -785.7698

Akaike information criterion 32.27079

Schwarz criterion 33.07384

Persamaan untuk masing-masing variabel model estimasi VAR

berdasarkan tabel diatas adalah sebagai berikut:

1) DinarSGD = 0.723*dinarSGD (-1)+0.342*dinarSGD(-2)+

16.211*dirhamSGDt(-1)-24.532*dirhamSGD(-2) -85.424*dolarSGDt(-1)-29.838*dolarSGD(-2)+43.771

2) DirhamSGD = -0.006*dinarSGD(-1)+0.008*dinarSGD(-2)+ 1.095*dirhamSGD(-1)-0.609*dirhamSGD(-2) -2.496*dolarSGD(-1)+0.660*dolarSGD(2)+73.046

3) DolarSGD = 0.0006*dinarSGD(-1)-0.0006*dinarSGD(-2) -0.042*dirhamSGD(-1)+0.023*dirhamSGD(-2)+ 0.864*dolarSGD(-1)-0.105*dolarSGD(-2)+82.118

Berdasarkan persamaan tersebut diatas maka untuk persamaan

pertama, yaitu pengaruh volalititas nilai tukar dinar emas terhadap dolar

singapura. Maka, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

a) Volatilitas nilai tukar dinar emas terhadap dolar singapura

dipengaruhi oleh perubahan nilai tukar dinar emas itu sendiri

pada sebulan dan dua bulan sebelumnya dengan arah nilai

Page 92: PERBANDINGAN KESTABILAN DAN HUBUNGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3714/1/SYAIF... · maupun luar negeri tidak terlepas dari faktor semakin cepatnya kemajuan

80

koefisien regresinya positif. Artinya bahwa, volatilitas nilai tukar

dinar emas akan terus mengalami peningkatan.

b) Perubahan nilai tukar dirham perak terhadap dolar singapura

pada sebulan sebelumnya dengan koefisien regresi sebesar 16.2

dan dua bulan sebelumnya sebesar -24.5 artinya, apabila dirham

perak mengalami peningkatan 1 poin sebulan sebelumnya maka

dinar emas juga akan mengalami peningkatan sebesar 16.2 poin

pada bulan selanjutnya, dan sebaliknya apabila dirham perak

mengalami peningkatan 1 poin pada dua bulan sebelumnya maka

dinar emas juga akan mengalami nilai penurunan sebesar 24.5

poin. Hal ini berarti bahwa volatilitas nilai tukar dirham perak

terhadap dolar singapura mempengaruhi laju perubahan nilai

tukar dinar emas terhadap dolar singapura.

Sementara itu, volatilitas nilai tukar dirham perak terhadap dolar

singapura yang diwakili oleh persamaan kedua, juga hanya dipengaruhi

atau disebabkan secara signifikan oleh volatilitas harga perak pada

sebulan sebelumnya. Sedangkan volatilitas nilai tukar dinar emas dan

dolar AS terhadap dolar singapura tidak menunjukan hubungan yang

meyakinkan secara statistik. Artinya, dinar emas dan juga dolar AS tidak

mampu mempengaruhi perubahan volatilitas nilai tukar dirham perak

terhadap dolar singapura.

Page 93: PERBANDINGAN KESTABILAN DAN HUBUNGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3714/1/SYAIF... · maupun luar negeri tidak terlepas dari faktor semakin cepatnya kemajuan

81

Terakhir berdasarkan persamaan ketiga, diketahui bahwa

fluktuasi nilai tukar dolar AS dipengaruhi oleh fluktuasi nilai tukar dolar

AS itu sendiri pada satu periode sebelumnya dengan nilai koefisien

regresi sebesar 0.864 artinya, volatilitas nilai tukar dolar AS terhadap

dolar singapura akan mengalami peningkatan cukup signifikan sebesar

86.4 persen pada bulan selanjutnya. Namun, volatilitas nilai tukar dolar

AS terhadap dolar singapura tidak memiliki pengaruh yang signifikan

terhadap perubahan nilai tukar dinar emas dan dirham perak terhadap

dolar singapura.

4.7. Interpretasi Terhadap Hasil

Penelitian ini merujuk pada kepada penelitian yang dilakukan Rashid dkk

(2002) untuk menganalisa tiga periode yakni 1989-1992, 1993-1996 dan 1998-

2001. penelitian tersebut menggunakan interval empat tahun untuk setiap

periode disebabkan oleh akuisisi data maksimum dari Pacific Commerce

Database yang hanya generasi data maksimum untuk nilai tukar harian sampai

empat tahun. Namun, nilai tukar untuk berbagai mata uang seperti ukuran ons

emas dan perak tidak dapat diperoleh untuk seluruh periode 1989-1992. Untuk

itu, analisa hanya dilakukan dari periode November 1991 sampai dengan

Desember 1992. hasilnya dapat dilihat dari proksi gold-based currencies lebih

stabil dari pada proksi fiat-based currencies.

Page 94: PERBANDINGAN KESTABILAN DAN HUBUNGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3714/1/SYAIF... · maupun luar negeri tidak terlepas dari faktor semakin cepatnya kemajuan

82

Walaupun dalam beberapa periode seperti pada tahun 1993-1996

dimana ditemukan bahwa nilai tukar poundsterling yang paling stabil selama

periode tersebut, dalam rata-rata dapat disimpulkan bahwa gold-based

currencies adalah yang paling stabil pada periode pengambilan sampel tersebut.

Kemudian penelitian tersebut dilanjutkan oleh Rosnah (2003) yang

menguji harga emas dengan mata uang euro, yen dan poundsterling. Dalam

kajian ini, dolar AS dilakukan sebagai dasar perbandingan. Maksudnya harga

emas dalam dolar AS dibandingkan dengan nilai euro dalam dolar AS, nilai yen

dalam dolar AS dan nilai poundsterling dalam dolar AS. Adapun data yang

diambil adalah dari Januari 1995 hingga Februari 2002. dari hasil kajian ini

diperoleh bahwa nilai emas lebih stabil yaitu dilihat dari nilai variasi 0.01133

dibandingkan dengan nilai variasi yang lebih tinggi tiga mata uang kertas lain

pada tahun 1995. Tahun-tahun berikutnya dilihat ketidakstabilan nilai emas dan

semua mata uang. Namun, hal ini bukanlah disebabkan oleh perubahan yang

signifikan terhadap nilai emas dan mata uan lainnya tetapi hal ini disebabkan

karena perubahan yang signifikan terhadap nilai tukar dolar AS yang menjadi

ukuran emas dan mata uang lainnya.

Sementara itu, penelitian yang saya lakukan adalah melihat tingkat

stabilitas dinar emas, dirham perak, dan dolar AS dalam denominasi rupiah,

ringgit malaysia, dan dolar singapura. Data yang digunakan adalah harga rata-

rata emas dan perak 24 karat serta nilai tukar dolar AS dipasaran Jakarta pada

periode Januari 2006 – Aprilt 2010. Hasil yang diperoleh adalah bahwa volatilitas

Page 95: PERBANDINGAN KESTABILAN DAN HUBUNGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3714/1/SYAIF... · maupun luar negeri tidak terlepas dari faktor semakin cepatnya kemajuan

83

nilai tukar dinar emas lebih stabil dibandingkan dengan dirham perak dan dolar

AS. Perbedaan penelitian ini terletak pada alat ukur nilai tukar yang digunakan.

Penelitian sebelumnya menggunakan dolar AS sebagai alat ukurnya, sementara

penelitian yang saya lakukan menggunakan rupiah, ringgit malaysia, dan dolar

singapura sebagai alat ukur (denominasi).

Lebih meningkatnya harga emas disebabkan karena tingginya permintaan

emas di Indonesia. Disamping itu, diduga banyaknya investasi dalam bentuk

emas sehingga harga emas meningkat. Ada berbagai alasan masyarakat mengapa

memilih investasi emas. Pertama, emas merupakan penyimpan nilai untuk

jangka panjang. Kedua, emas merupakan tempat penyimpanan yang paling aman

karena tahan terhadap inflasi. Ketiga, emas sangat likuid karena bisa diuangkan

kapan saja dibutuhkan, dan harganya naik-turun seiring fluktuasi dolar AS.

Keempat, emas menjadi bagian dari diversifikasi aset, karena saat bursa anjlok

emas menjadi salah satu diversifikasi investasi yang menguntungkan.

(Modal:2003).

Page 96: PERBANDINGAN KESTABILAN DAN HUBUNGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3714/1/SYAIF... · maupun luar negeri tidak terlepas dari faktor semakin cepatnya kemajuan

84

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Dari hasil pengolahan, pengujian, dan pembahasan data maka dapat

dikemukakan beberapa kesimpulan, yaitu sebagai berikut:

1. Berdasarkan hasil perhitungan koefisien variasi (coefficient of variation)

dapat dinyatakan bahwa secara rata-rata pergerakan naik-turunnya

(volatilitas) nilai tukar dinar emas paling rendah 2.5 persen dibandingkan

volatilitas nilai tukar dirham perak 2.9 persen dan dolar AS 5.4 persen.

Dengan kata lain, nilai tukar dinar emas lebih stabil dibandingkan dengan

nilai tukar dirham perak dan dolar AS selama 52 bulan pengamatan yaitu

dari Januari 2006 sampai April 2010 dalam denominasi rupiah, ringgit

Malaysia, dan dolar Singapura. Dengan demikian, dapat disimpulkan

bahwa penggunaan dinar emas sebagai alat tukar dalam perdagangan

internasional memiliki potensi yang lebih menguntungkan dibandingkan

dengan penggunaan dirham perak dan dolar AS.

2. Dari hasil uji kausalitas Granger (Granger Causality) dapat ditarik

beberapa kesimpulan, yaitu:

a) Pola saling mempengaruhi antara ketiga variabel yang diuji dalam

denominasi rupiah sama dengan pola menggunakan denominasi

dolar singapura. Pola yang dimaksud adalah: (1) volatilitas nilai

Page 97: PERBANDINGAN KESTABILAN DAN HUBUNGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3714/1/SYAIF... · maupun luar negeri tidak terlepas dari faktor semakin cepatnya kemajuan

85

tukar dirham perak ikut mempengaruhi volatilitas nilai tukar dinar

emas, namun tidak sebaliknya. (2) sedangkan volatilitas nilai tukar

dinar emas dan dirham perak tidak memberikan pengaruh yang

signifikan terhadap volatilitas dolar AS, begitu juga sebaliknya.

b) Dalam penggunaan denominasi ringgit Malaysia hanya volatilitas

nilai tukar dinar emas yang mempengaruhi volatilitas nilai tukar

dirham perak dan tidak berlaku sebaliknya. Sementara itu,

volatilitas nilai tukar dolar AS dan dirham perak tidak saling

mempengaruhi atau saling menyebabkan satu sama lain.

3. Dari hasil estimasi model vektor otoregresi (VAR) dapat diambil beberapa

kesimpulan yang cukup penting, yaitu:

Volatilitas nilai tukar dinar emas terhadap rupiah dan dolar

singapura dipengaruhi oleh perubahan nilai tukar sebulan yang

lalu dinar emas itu sendiri serta perubahan nilai tukar dirham

perak sebulan dan dua bulan sebelumnya dengan koefisien variasi

yang lebih besar. Artinya, volatilitas nilai tukar dirham perak lebih

dominan pengaruhnya terhadap volatilitas dinar emas dalam

denominasi rupiah dan dolar Singapura. Sementara itu, dalam

denominasi ringgit Malaysia volatilitas nilai tukar dinar emas

hanya dipengaruhi oleh perubahan nilai tukar dinar emas itu

sendiri pada sebulan dan dua bulan sebelumnya dengan arah

positif.

Page 98: PERBANDINGAN KESTABILAN DAN HUBUNGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3714/1/SYAIF... · maupun luar negeri tidak terlepas dari faktor semakin cepatnya kemajuan

86

Volatilitas nilai tukar dirham perak terhadap rupiah dan dolar

singapura pada umumnya hanya dipengaruhi oleh volatilitas nilai

tukar dirham itu sendiri sebulan sebelumnya. Artinya, dalam

denominasi rupiah dan dolar singapura nilai tukar dirham perak

lebih memiliki keunggulan dibandingkan dengan nilai tukar dinar

emas dan dolar AS dalam denominasi rupiah dan dolar Singapura.

Sementara itu, dalam denominasi ringgit Malaysia volatilitas nilai

tukar dirham perak dipengaruhi oleh volatilitas nilai tukar dirham

perak itu sendiri dengan koefisien regresi positif, dan juga

dipengaruhi oleh perubahan nilai tukar dinar emas terhadap

ringgit Malaysia pada sebulan dan dua bulan sebelumnya dengan

koefisien regresi yang cukup signifikan pada alfa 5%.

Volatilitas nilai tukar dolar AS untuk semua denominasi baik itu

rupiah, ringgit Malaysia, maupun dolar Singapura memiliki bentuk

volatilitas yang sama dimana volatilitas nilai tukar dolar AS hanya

dipengaruhi oleh perubahan nilai tukar dolar AS itu sendiri pada

satu dan dua bulan sebelumnya.

5.2. Saran-saran

Berdasarkan pada kesimpulan diatas, maka dapat diajukan saran kepada

pemerintah dan para pelaku perdagangan internasional sebagai berikut:

Usaha-usaha untuk kembali menggunakan dinar emas sebagai alat tukar

dalam perdagangan internasional perlu didukung dan dilanjutkan karena

Page 99: PERBANDINGAN KESTABILAN DAN HUBUNGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3714/1/SYAIF... · maupun luar negeri tidak terlepas dari faktor semakin cepatnya kemajuan

87

telah terbukti secara cukup meyakinkan bahwa perkembangan nilai tukar

dinar emas lebih stabil dibandingkan dengan nilai tukar dirham perak dan

dolar AS bila diukur dalam denominasi rupiah, ringgit malaysia, dan dolar

singapura.

Untuk memperkuat temuan bahwa nilai tukar dinar emas lebih stabil

dibandingkan dengan nilai tukar mata uang fiat lainnya, maka

perbandingan kestabilan tersebut perlu dilakukan dengan mata uang lain,

seperti: (a) mata uang negara-negara Timur Tengah yang terkenal kaya

dengan sumber daya minyaknya; (b) mata uang negara-negara Eropa

lainnya seperti Lira (Italia), Krona (Swedia), dan Gulden (Belanda);

Penelitian yang dilakukan juga perlu memperdalam faktor-faktor yang

mendorong dan atau menurunkan tingkat stabilitas mata uang yang diuji

dan bagaimana proses bekerjanya faktor-faktor tersebut dalam sistem

moneter yang dijalankan.

Page 100: PERBANDINGAN KESTABILAN DAN HUBUNGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3714/1/SYAIF... · maupun luar negeri tidak terlepas dari faktor semakin cepatnya kemajuan

88

Daftar Pustaka

Agung, I Gusti Ngurah, 2009, “Time Series Data Analysis Using Eviews”,

Singapore, John Wiley & Sons (Asia) Pte Ltd.

Boediono, 1996, “Ekonomi Moneter”, Yogyakarta: BPFE Yogyakarta.

El-diwany, Tarek, 2003, “The Problem of Interest (System Bunga dan

Permasalahannya)”, Jakarta, Akbar Media Eka Sarana.

Esquivel, Gerardo and Larrain, B. Felipe, 2002, “The Impact of G-3 Exchange

Rate Volatility on Developing Countries”, G-3 Discussion paper, Bo, 16 January

(United Nations Conference on Trade and Development, and Centre of

International Development Harvard University).

Granger, CWJ, 1986, “Development in the Study of Co-integrated Economic

Variables”, Oxford Bulletin of Economic and Statistic, Vol.48

Gujarati, Damodar N., 2003, “Basic Econometrics”, Third Edition, Singapore,

Mc. Graw-Hill, Inc.

Hamidi, M. Lutfhi, 2007, “Gold Dinar: Sistem Moneter Global yang Stabil dan

Berkeadilan”, Jakarta Senayan Abadi Publishing.

Hasan, Ahmad, 2005, “Mata Uang Islami, (Telaah Komprehensif System

Keuangan Islami)”, Jakarta, Rajawali Press.

Iqbal, Muhaimin, 2008, “Dinar Solution: Dinar sebagai Solusi”, Jakarta, Gema

Insani Press.

Karim, Adiwarman Azwar, 2004, “Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam”, Jakarta,

PT. Raja Grafindo Persada.

Karnaen, Purwataatmadja A., “Dinar dan Dirham sebagai Alternatif Mata Uang

Internasional”, (paper yang disajikan pada seminar nasional hukum ekonomi,

menggagas ekonomi syariah yang mantap dengan peraturan perundang-undangan

yang baik) pada 25-27 Februari 2003 di kampus UI, Depok).

Kindleberger, 1983, “Ekonomi Internasional”, Jakarta, Penerbit Erlangga.

Levin, Richard I., And Rubin, David S., 1998, “Statistic for Management”, New

Jersey, Prentice-Hall, Inc.

Majid, M. Sabri, 2004, Makalah Seminar Ikatan Ahli Ekonomi Islam di Medan,

IIUM, Malaysia.

Page 101: PERBANDINGAN KESTABILAN DAN HUBUNGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3714/1/SYAIF... · maupun luar negeri tidak terlepas dari faktor semakin cepatnya kemajuan

89

Mankiw, N. Gregory, 2000, “Teori Ekonomi Makro”, Jakarta, Penerbit Erlangga.

Marzuki, 2005, “Analisis Perekonomian Nasional dan Internasional”, Jakarta,

Mitra Wacana Media.

McKinnon, Ronald L., 1993, “The Rules of the Games: International Money in

Historical Perspective”, the Journal of Literature, Vol.31, No.1

Meera, Ahamed Kameel Mydin, 2002, “The Islamic Gold Dinar”, Selangor,

Pelanduk Publication.

Mishkin, Frederic S., 2006, “The Economic of Money, Banking and Financial

Markets”, New York, Harper Collins publishers.

Mohamad, Mahathir, 2001, “The 20th

Al-Baraka Symposium for Islamic

Economics, an Opening Remark”, (www.islamicmint.com).

Nachrowi, Djalal dan Ustman, Hardius, 2006, “Penggunaan Teknik

Ekonometrika”, Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada.

Nasution, Mustafa Edwin, dkk., 2006, “Pengenalan Eksklusif Ekonomi Islam”,

Jakarta, Kencana Perdana Media Group.

Nopirin, 2000, “Ekonomi Moneter”, Buku 1, BPFE Yogyakarta.

Pujiyono, Arif, 2004, “Dinar dan Sistem Standar Tunggal Emas Ditinjau

Menurut Sistem Moneter Islam”, Jakarta, Jurnal Dinamika Pembangunan Vol.1

No.2

Rabb, Hifzur, 2002, “Problems Creative by the Fiat Money, Islamic Dinar and

Other Available Alternative”, Hasil Seminar Stable and Just Global Monetary

System, Liability of Dinar the Islamic Dinar, Malaysia, IIUM.

Rashid, Hafiz Majdi, Siswantoro Dodik, dan Brozovsky, John A., 2002, “The

Stability of Gold Dinar and Accounting Implication: an Empirical Study”, Hasil

Seminar Stable and Just Global Monetary System, Liability of Dinar the Islamic

Dinar, Malaysia, IIUM.

Rosnah, Mohd. Sham, 2003, “Dinar Emas VS Wang Fiat Dalam Perdagangan

Antara Bangsa Dikalangan Negara-Negara Islam OIC”, Malaysia, UPM.

Saidi, Zaim, 2003, “Lawan Dolar dengan Dinar: Kiat Jitu Bebas Krismon dan

Merosotnya Nilai Uang”, Jakarta, Pustaka Adina.

Sanusi, Mahmood M., 2002, “Gold Dinar, Paper Currency and Monetary

Stability: an Islamic View”, (Proceeding of the 2002 International Conference on

Page 102: PERBANDINGAN KESTABILAN DAN HUBUNGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3714/1/SYAIF... · maupun luar negeri tidak terlepas dari faktor semakin cepatnya kemajuan

90

Stable and Just Global Monetary System International Islamic University

Malaysia).

Siregar Mulya,2002, “Ekonomi dan Bank Syariah pada Milenium Ketiga”,

Medan, IAIN Press.

Siswantoro, Dodik, 2002, “Kecukupan Emas untuk Dinar dan Rasionya dengan

Dirham: Studi Kasus Indonesia”, Malaysia, ISEFID review, Vol.1 No.1, (Journal

of the Islamic Economic Forum for Indonesian Development).

Stiglitz, Joseph E., 2003, “Globalisasi dan Kegagalan Lembaga Keuangan

Internasional”, Jakarta, PT. Ina Publikatama.

Winarno, Wing Wahyu, 2009, “Analisis Ekonometrika dan Statistika dengan

Eviews”, Edisi Kedua, Yogyakarta, Penerbit Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen

YKPN.