perbandingan abdurrahman wahid dan yusuf...

86
PERBANDINGAN ABDURRAHMAN WAHID DAN YUSUF HASYIM TENTANG VISI DAN STRATEGI POLITIK NU SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat Jurusan Pemikiran Politik Islam Untuk memenuhi syarat mencapai Gelar Sarjana Sosial ( S.Sos) Oleh HENDRI JULIANTO Nim: 103033227817 JURUSAN PEMIKIRAN POLITIK ISLAM FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2008 M / 1429 H

Upload: nguyenliem

Post on 07-Mar-2019

239 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PERBANDINGAN ABDURRAHMAN WAHID DAN YUSUF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8498/1/HENDRI... · Apakah perbedaan dan persamaan pandangan antara Abdurrahman Wahid

PERBANDINGAN ABDURRAHMAN WAHID DAN

YUSUF HASYIM

TENTANG VISI DAN STRATEGI POLITIK NU

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat Jurusan Pemikiran Politik Islam

Untuk memenuhi syarat mencapai Gelar Sarjana Sosial ( S.Sos)

Oleh

HENDRI JULIANTO

Nim: 103033227817

JURUSAN PEMIKIRAN POLITIK ISLAM

FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2008 M / 1429 H

Page 2: PERBANDINGAN ABDURRAHMAN WAHID DAN YUSUF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8498/1/HENDRI... · Apakah perbedaan dan persamaan pandangan antara Abdurrahman Wahid

PERBANDINGAN ABDURRAHMAN WAHID DAN

YUSUF HASYIM

TENTANG VISI DAN STRATEGI POLITIK NU

KATA PENGANTAR ..................................................................................... i

DAFTAR ISI .................................................................................................... iv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

................................................................... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

.............................................. 5

C. Tujuan dan Fungsi Penulisan

............................................................ 5

D. Metode Penulisan

............................................................................. 5

E. Sistematika Penulisan

....................................................................... 6

BAB II NU, IDEOLOGI KEAGAMAAN DAN PAHAM

KEBANGSAAN

A. Visi Kelahiran NU

............................................................................. 8

B. Faham Ahlusunnah wal Jama’ah dan Paham Kebangsaan NU

........ 12

C. Sejarah Politik NU Masa Lalu

......................................................... 20

D. Politik NU dan Khittah NU 1926

.................................................... 25

Page 3: PERBANDINGAN ABDURRAHMAN WAHID DAN YUSUF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8498/1/HENDRI... · Apakah perbedaan dan persamaan pandangan antara Abdurrahman Wahid

BAB III PANDANGAN ABDURRAHMAN WAHID DAN YUSUF

HASYIM TENTANG VISI POLITIK NU

A. Sketsa Biografi Abdurrahman Wahid

.............................................. 31

B. Pandangan Abdurrahman Wahid Tentang NU, Islam dan Negara

.. 36

C. Abdurrahman Wahid dan Misi Perjuangan Politik PKB

................. 41

D. Sketsa Biografi Yusuf Hasyim

........................................................ 46

E. Pandangan Yusuf Hasyim Tentang NU, Islam dan Negara

............. 51

F. Yusuf Hasyim dan Misi Perjuangan Politik PKU

............................ 57

BAB IV PERBANDINGAN, ABDURRAHMAN WAHID DAN YUSUF

HASYIM TENTANG KEBANGSAAN

A. Pandangan Kebangsaan Abdurrahman Wahid dan Yusuf Hasyim

.. 60

B. Analisa Perbandingan Strategi Politik NU Abdurrahman Wahid

Dan Yusuf Hasyim

........................................................................... 66

BAB VI PENUTUP

A. Kesimpulan...................................................................................76

B. Saran-saran ...................................................................................79

Page 4: PERBANDINGAN ABDURRAHMAN WAHID DAN YUSUF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8498/1/HENDRI... · Apakah perbedaan dan persamaan pandangan antara Abdurrahman Wahid

DAFTAR PUSTAKA

Page 5: PERBANDINGAN ABDURRAHMAN WAHID DAN YUSUF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8498/1/HENDRI... · Apakah perbedaan dan persamaan pandangan antara Abdurrahman Wahid

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Mencermati dinamika internal yang terjadi dalam jam'iyah Nahdlatul Ulama

beberapa periode kepemimpinan Abdurrahman Wahid, berkembanglah fenomena

politik, yaitu munculnya wacana pemikiran dialektis yang dalam kurun waktu ini

dirasakan oleh sebagian orang telah menghilang dari tradisi NU. Munculnya

wacana pemikiran dialektis tersebut, salah satunya disebabkan oleh polemik antar

geneologis “Darah Biru” NU sendiri, yaitu antara KH. Abdurrahman Wahid dan

KH. Yusuf Hasyim.

Dalam hal ini Greg Fealy dan Greg Barton menyatakan; Yusuf Hasyim

merupakan anak terakhir pendiri NU Hasyim Asy'ari yang masih hidup (sekarang

telah meninggal) dan oleh karena itu merupakan paman dari Abdurrahman Wahid.

Abdurrahman Wahid sendiri adalah anak tertua dari kakak tertua Yusuf Hasyim,

yaitu Wachid Hasyim. Hubungan antara paman dan keponakan, yang secara

teoritis bisa membuat klaim-klaim yang bertetangan untuk menjadi penerus

Hasyim Asy'ari yang sah, sangatlah kompleks, bahkan diantara keduanya jarang

harmonis.1

Tema yang menjadi perdebatan antara Abdurrahman Wahid dan Yusuf

Hasyim sebenarnya kompleks, salah satunya mengenai visi dan strategi

perjuangan politik NU, yaitu menyangkut hubungan agama dan negara serta

1 Greg Fealy dan Greg Barton, Tradisionalisme Radikal, Persinggungan NU dan Negara,

(Yogyakarta: Lkis, 1998), ha1. 123.

Page 6: PERBANDINGAN ABDURRAHMAN WAHID DAN YUSUF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8498/1/HENDRI... · Apakah perbedaan dan persamaan pandangan antara Abdurrahman Wahid

pilihan impelementasi model dan sistem kehidupan berbangsa dan bernegara yang

paling memungkinkan untuk diterapkan. Tema yang menjadi perdebatan

sehubungan dengan masalah ini, sebenarnya bukan masalah baru, karena sudah

sering dijadikan bahan perdebatan oleh tokoh-tokoh sebelumnya. Setiap kali

bangsa Indonesia menghadapi wacana politik bersinggungan dengan wilayah

keagamaan, selalu saja muncul ke permukaan, yang bernuansa baru hanyalah

pelakunya saja. Tampilnya dua saudara, antara paman dan keponakan bersama-

sama dibesarkan dan merupakan keturunan pendiri NU, memberi nuansa

tersendiri. Akan tetapi selama ini yang muncul di permukaan lebih berupa konflik.

Meskipun jika dilakukan pendalaman masih banyak titik temunya. Seperti

penjelasan Pak Ud sendiri; “Sebenarnya disamping perbedaan pendapat, antara

kami banyak pula persamaannya. Sayang, yang banyak diekspos adalah

perbedaan kami”.2

Sejak tampil pertama kali dalam kepememimpinan NU, Abdurrahman

Wahid telah mencoba menghidupkan tradisi pemikiran kritis di kalangan NU serta

membangun wacana pemikiran keagamaan baru. Begitu besarnya concern

Abdurrahman Wahid untuk membangkitkan tradisi pemikiran kritis dikalangan

NU, terutama di kalangan anak muda NU.

Teramat kuatnya posisi Abdurrahman Wahid sebagai inspirator gagasan

besar dikalangan NU, tanpa disadari telah menciptakan keseragaman wacana

pemikiran, sehingga harapan Abdurrahman Wahid agar terjadi dialektika yang

sehat di kalangan NU tidak terpenuhi. Sehingga muncul dinamika pemikiran yang

2 KH Yusuf Hasyim,”Kami Sering Guyon Kok,” Jawa Pos, 23 November 1997.

Page 7: PERBANDINGAN ABDURRAHMAN WAHID DAN YUSUF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8498/1/HENDRI... · Apakah perbedaan dan persamaan pandangan antara Abdurrahman Wahid

berlangsung intensif di kalangan warga NU. Jika dicermati yang terjadi adalah

wacana monologis, dengan pemikiran Abdurrahman Wahid sebagai landasan

terminologinya. Dalam bentuk yang ekstrim, bisa disebutkan nyaris terjadi.

Penyikapan pengabsolutan setiap gagasan yang muncul dari Abdurrahman Wahid

selalu terjadi, tanpa ada upaya mengimbangi dengan gagasan alternatif.

Meski baru serta terbatas pada substansi gagasan tertentu, tampilnya Yusuf

Hasyim dengan dialog melalui media massa yang terkesan berseberangan dengan

pemikiran Abdurrahman Wahid, telah memberikan “keseimbangan“ wacana

pemikiran di kalangan warga NU. Tampilnya Yusuf Hasyim sebagai antitesa

terhadap pemikiran Abdurrahman Wahid diharapkan menciptakan iklim yang

mendukung bagi munculnya tradisi dialog yang sehat, sehingga nantinya dapat

memunculkan sintesa baru dan lebih mencerahkan. Peran yang dilakukan Yusuf

Hasyim itu, bukanlah tanpa mengandung resiko. Melihat kemajemukan pola pikir

masyarakat kita, terutama warga NU, apa yang dilakukan Yusuf Hasyim sebagai

pihak beroposisi berseberangan (sebagian) terhadap pemikiran Abdurrahman

Wahid, berpeluang mengkondisikan dan respon berbeda yang sama besarnya,

sikap tidak setuju dan mendukung.

Sikap tidak setuju akan muncul dari kalangan yang beranggapan bahwa

perseteruan tersebut akibat masalah internal Bani Hasyim sendiri,3 atau mereka

yang tidak rela menghadapi tokoh Abdurrahman Wahid dikritisi orang lain.

Sedangkan sikap mendukung, lahir dari mereka yang merasa ada angin segar bagi

munculnya pemikiran yang selama ini tidak disadari telah terbelenggu di kalangan

3“ NU Pasca Pemilu,” Kompas, 24 Agustus 1999.

Page 8: PERBANDINGAN ABDURRAHMAN WAHID DAN YUSUF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8498/1/HENDRI... · Apakah perbedaan dan persamaan pandangan antara Abdurrahman Wahid

NU. Apalagi selama kurun waktu tertentu memimpin NU (Abdurrahman Wahid)

nyaris tidak ada pihak yang berani secara terbuka bersikap demikian. Posisi Yusuf

Hasyim sebagai paman jelas menjadi faktor yang menghapuskan barrier tersebut,

sehingga bisa melakukan perdebatan secara bebas dengan keponakan. Yusuf

Hasyim, dengan segala kelebihan dan kekurangannya dinilai cukup punya nyali

menghadapi Abdurrahman Wahid.

Dalam pandangan Yusuf Hasyim, berkomitmen menjadikan siyasah

(politik) sebagai alat untuk tegaknya Syari'ah Islam dalam batas yang wajar dan

sejalan dengan kepentingan nasional.4

Sebaliknya dalam pandangan Abdurrahman Wahid, perjuangan syari'ah

tidak harus melalui hukum-hukum dan simbol agama secara formal, melainkan

sebagai ruh yang menjiwai setiap produk hukum positif yang dibuat oleh negara.

Substansi syari'ah Islamiyah ini juga bisa terwujud melalui gerakan demokrasi

atau menegakkan negara dan bangsa.5

Meskipun persoalan polemik antar keduanya sudah berlalu, bukan berarti

masyarakat khususnya warga NU akan tinggal diam. Mereka justru penasaran

mencari jawaban yang sebenarnya. Mereka akan bertanya-tanya apa yang

sebenarnya terjadi di antara keduanya.

Diharapkan penulisan skripsi yang berjudul “PERBANDINGAN

ABDURRAHMAN WAHID DAN YUSUF HASYIM MENGENAI VISI DAN

STRATEGI POLITIK NU”, dapat memberikan kontribusi untuk ikut

mendudukkan persoalan keduanya sesuai porsinya, bukan sebagai upaya

4 H.M. Yusuf Hasyim, “PKU dan Siyasah Menuju Syari'ah,” Jawa Pos, 3 November 1998.

5 Abdurrahman Wahid, “PKB, Syari'ah dan PKU,” Jawa Pos, 30 Oktober 1998.

Page 9: PERBANDINGAN ABDURRAHMAN WAHID DAN YUSUF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8498/1/HENDRI... · Apakah perbedaan dan persamaan pandangan antara Abdurrahman Wahid

melakukan upaya pembenaran atas berbagai tindakan dan pernyataan keduanya.

Lebih dari itu, hal ini dimaksudkan untuk memberikan penjelasan atas segala

makna dan warna yang ada di balik peristiwa, serta sebagai upaya penempatan

masalah sesuai proporsinya dari polemik keduanya yang memiliki nilai historis.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Pembahasan pada skripsi ini adalah masalah sosial yang bersifat dinamis

maka penulis membatasi penulisan ini melalui visi politik NU, yang lebih

difokuskan pada perbandingan Abdurrahman Wahid dan Yusuf Hasyim tentang

pola hubungan agama dan negara melalui misi perjuangan politik PKB dan PKU.

Dari pembatasan masalah tersebut, maka rumusan masalahnya adalah sebagai

berikut :

1. Bagaimana pandangan Abdurrahman Wahid dan Yusuf Hasyim tentang

pola perjuangan politik?

2. Apakah perbedaan dan persamaan pandangan antara Abdurrahman Wahid

dan Yusuf Hasyim tentang pola hubungan agama dan negara tersebut ?

C. Tujuan Dan Fungsi Penulisan

Tujuan dari penulisan ini ialah untuk memberikan sedikit gambaran serta

penjelasan tentang pemikiran Abdurrahman Wahid dan Yusuf Hasyim tentang

pola hubungan agama dan negara melalui misi perjuangan politik PKB dan PKU.

Penulisan ini memperkaya khazanah Pemikiran Politik Islam.

Metode Penelitian dan Teknik Penulisan

Oleh karena objek penelitian ini adalah pemikiran Abdurrahman Wahid dan

Yusuf Hasyim tentang pola hubungan agama dan negara melalui misi perjuangan

Page 10: PERBANDINGAN ABDURRAHMAN WAHID DAN YUSUF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8498/1/HENDRI... · Apakah perbedaan dan persamaan pandangan antara Abdurrahman Wahid

politik PKB dan PKU, maka skripsi ini disusun berdasarkan studi kepustakaan

(Library Reseach) yaitu dengan mengumpulkan bahan-bahan yang relevan dengan

menelusuri buku-buku atau tulisan-tulisan yang dibuat oleh Abdurrahman Wahid

maupun Yusuf Hasyim serta beberapa tulisan yang mendukung ketajaman

analisis.

Sedangkan dalam menguraikan permasalahan, penulis menerapkan metode

deskriptif, kemudian dilakukan secara analisis dengan interpretasi tentang

substansi kedua tokoh ini serta membangun beberapa korelasi yang dianggap

signifikan. Data-data yang diperoleh akan dianalisis secara kualitatif dengan

menggunakan studi komparatif. Sehingga penulis dapat menjelaskan

perbandingan dari dua fenomena pandangan politik antara Abdurrahman Wahid

dan Yusuf Hasyim.

Sedangkan teknik penulisan skripsi ini merujuk pada buku Pedoman

Akademik Fakultas Ushuluddin dan Filsafat , Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta 2003 / 2004.

F. Sistematika Penulisan

Penulisan skripsi ini terdiri dari V bab, perinciannya adalah sebagai berikut:

Bab I tentang Pendahuluan. Diawali dasar pemikiran penulis mengangkat

tema ini sebagai bahan penyusunan skripsi, dilanjutkan dengan pembatasan dan

perumusan masalah, tujuan dan fungsi penulisan, metode penulisan dan

sistematika penulisan

Bab II bab ini, menguraikan tentang visi dan orientasi awal. kelahiran NU.

serta uraian sejarah perjalanan politik NU serta gerakan-gerakan strategis yang

Page 11: PERBANDINGAN ABDURRAHMAN WAHID DAN YUSUF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8498/1/HENDRI... · Apakah perbedaan dan persamaan pandangan antara Abdurrahman Wahid

dilalakukan NU, baik ketika Ormas ini menjadi Ormas keagamaan maupun ketika

menjadi Partai Politik.

Bab III akan membahas penggambaran seorang Abdurrahman Wahid dan

Yusuf Hasyim, serta pandangan-pandangan keduanya terhadap NU, Islam dan

Negara meliputi strategi perjuangan keduanya.

Bab IV membahas mengenai perbandingan, Abdurrahman Wahid dan

Yusuf Hasyim khususnya yang berkaitan dengan kebangsaan dan semangat

perjuangan keduanya.

Bab V merupakan penutup yang berisi kesimpulan-kesimpulan dan saran

saran penulis berkaitan dengan masalah yang diajukan dari keseluruhan penulisan

skripsi ini.

Page 12: PERBANDINGAN ABDURRAHMAN WAHID DAN YUSUF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8498/1/HENDRI... · Apakah perbedaan dan persamaan pandangan antara Abdurrahman Wahid

BAB II

NAHDLATUL ULAMA, IDEOLOGI KEAGAMAAN

DAN PAHAM KEBANGSAAN

A. Latar Belakang Kelahiran NU

Untuk memahami jati diri NU, KH. Syamsul Arifin, sang mediator antara

KH. M. Cholil (Bangkalan) dan Hadratussyekh Hasyim Asy'ari (Tebuireng)

menyatakan bahwa ketika seseorang akan memahami NU, belum cukup kalau

hanya melihat sisi formal, semenjak lahir ternyata mengalami perkembangan

hingga kini. Seseorang harus mempelajari kondisi yang melatarbelakangi

mengapa organisasi ini dibentuk, arah mana tujuan yang hendak dituju, cara dan

proses apa yang harus ditempuh dan bagaimana asumsi dan lain sebagainya6.

Ada hal yang mendasar disaat kelahiran NU, menurut Kyai As’ad, sebelum

para ulama memberangkat delegasi yang tergabung dalam Komite Hijaz7

berangkat ke Saudi Arabia, mereka cukup dipusingkan dengan identitas yang akan

diberikan kepada delegasi tersebut dalam organisasi disertai nama dan

kegiatannya.

6 Sinansuri, Encip, NU Dalam Tantangan, KH. R. As’ad Syamsul Arifin, Riwayat Hidup

dan Perjuangannya, (Surabaya: Sahabat Ilmu, 1994). hal. 3. 7 Komite Hijaz, dibentuk di Surabaya Dalam rapat pembentukan ini dihadiri para Alim

Ulama antara lain KH. Hasyim Asy'ari (Tebuireng), KH. Bisri Samsuri (Denanyar), KH. Ridlwan

(Semarang), KH Nawawi (Pasuruan), KH. R. Asnawi dan KH. R. Hambali (Kudus), KH.

Nachrowi (Malang), KH. Doromuntoha -menantu Kyai Cholil Bangkalan. Rapat ini mernutuskan tujuan Komite Hijaz; pertama mengirim utusan ke Makkah atas nama Ulama Indonesia untuk

menghadiri Kongres Dunia Islam, dengan tugas memperjuangkan hukum-hukum ibadat dalam

madzhab empat. Komite inilah yang diubah menjadi organisasi yang bersifat sosial keagamaan

dengan nama NU ( Nahdlatul Ulama ) pada suatu rapat di Surabaya tanggal 31 Januari 1926 atau

Rajab 1344 Hijriyah. Lihat, H. A. Bassit Adnan, Kemelut di NU, Antara Kyai dan Politisi, ( CV.

Mayasari, Solo: 1992) hal.12.

Page 13: PERBANDINGAN ABDURRAHMAN WAHID DAN YUSUF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8498/1/HENDRI... · Apakah perbedaan dan persamaan pandangan antara Abdurrahman Wahid

Setelah para ulama meraih kesepakatan mengenai nama organisasi serta

kegiatannya, mereka menyerahkan amanat peresmian kepada KH. Hasyim

Asy’ari. Akan tetapi beliau tidak gegabah dalam mengambil keputusan, beliau

langsung meminta petunjuk Allah melalui isthikarrah. Ternyata, Allah

memberikan jawaban berupa petunjuk dan dibenarkan oleh gurunya Kyai Cholil

Bangkalan. Selanjutnya Kyai Cholil melalui Kyai As’ad memberi pesan berupa

bacaan ayat Al Qur’an, surat Thaha ayat 17 sampai dengan 238. Dalam keterangan

lain diberitakan Kyai As’ad juga memberikan sebuah tongkat dan tasbih kepada

Kyai Hasyim.9

Riwayat di atas merupakan simbol yang mengandung filosofi berupa

amanat kepada Kyai Hasyim sehingga muncullah cikal bakal pendirian organisasi

Nahdlatul Ulama. Organisasi ini mengembangkan kepemimpinan pada tiga jalur.

8

����� ���� � ���☺���� ������☺��� ���� ����

!"# �$�%&�' ()*�+,�����- �./012�3 46#�-��

�./8 �92��' "☺�:⌧< �9=�� �./1� >?"��@��

A$�BCDE- ��� ���� ��GHIJK�- ������☺��� ��L�

��GM�IJK�N�� )�O�P�� !"# Q.R��S ���TUV2W �XH�

���� ��#Z6[ \]�� ^)�_�� ( ��#�`Z6'��a

��G���1Bba �92=�c[�) �X�� 0d�☺^��)�� ⌧M�`��

�92=�I � S��:�e Uf'BJ��� �gh�\LJZ�� ^i�

�10B⌧< ?gj��a k.��)�g A$�BCDE- �XX� � ���1'lK

^i� ��:m���)�g $�10KgAJK�) �Xn�

Terjemah:

17. Apakah itu yang di tangan kananmu, Hai Musa?

18. Berkata Musa: “Ini adalah tongkatku, Aku bertelekan padanya, dan Aku pukul (daun)

dengannya untuk kambingku, dan bagiku ada lagi keperluan yang lain padanya”.

19. Allah berfirman: “Lemparkanlah ia, Hai Musa!”

20. Lalu dilemparkannyalah tongkat itu, Maka tiba-tiba ia menjadi seekor ular yang merayap

dengan cepat.

21. Allah berfirman: “Peganglah ia dan jangan takut, kami akan mengembalikannya kepada

keadaannya semula,

22. Dan kepitkanlah tanganmu ke ketiakmu, niscaya ia ke luar menjadi putih cemerlang tanpa cacat, sebagai mukjizat yang lain (pula),

23. Untuk kami perlihatkan kepadamu sebagian dari tanda-tanda kekuasaan kami yang sangat

besar. Lihat QS Thaha Al Qur’an .

9KH. R. As’ad Syamsul Arifin, Riwayat Hidup dan Perjuangannya, (Surabaya: Sahabat

Ilmu, 1994) hal. 34-35.

Page 14: PERBANDINGAN ABDURRAHMAN WAHID DAN YUSUF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8498/1/HENDRI... · Apakah perbedaan dan persamaan pandangan antara Abdurrahman Wahid

Pertama, jalur pendidikan yang diisyaratkan dengan adanya transfer ilmu dari

Kyai Cholil ke Kyai Hasyim. Kedua yaitu jalur sosial, bisa dilihat dari isi surat

Thaha. Ketiga, jalur spiritual yang dilukiskan dengan pemberian tasbih kepada

Kyai Hasyim, jalur ini bisa disebut dengan dakwah. Ketiga jalur inilah yang

menjadikan kegiatan utama pada awal-awal berdirinya NU.10

Sebenarnya NU telah melengkapi diri untuk menjadi jami’yah atau

organisasi yang maju. Persyaratan untuk menjadikan jami’yah pertama-tama

mempunyai pandang yang jelas tentang target yang akan dicapai di masa depan

dengan kejelasan visinya.

Visi NU tertuang dalam Muqaddimah al Qonuuni al Asaasi (anggaran

dasar) yang telah disusun oleh Rois Akbar. Jam’iyah NU, KH. M. Hasyim

Asy'ari. Program jam'iyah ini menjadi prinsip dasar dalam berbagai konsep

pengembangan organisasi yang dibicarakan setiap kali NU menyelenggarakan

Muktamar.

Anggaran dasar formal (Statuen) NU yang dibuat pada muktamar 1928, NU

menetapkan tujuannya, yaitu mengembangkan ajaran-ajaran Islam Ahlussunnah

Waljama'ah dan mengerjakan apa saja yang menjadikan kemaslahatan agama

Islam. Pasal kunci 2 dan 3 berbunyi sebagai berikut :

Fatsal 2. Adapoen maksoed perkoempoelan ini jaitoe: "Memegang dengan

tegoeh pada salah satoe dari mazhabnja Imam empat, jaitoe lmam

Moehammad bin Idris Asj-Sjafi'i: Imam Malik bin Anas, Imam Aboe

10

Nama Nahdlatul Ulama diberikan oleh KH. A. Wahab Hasbullah karena beliau

terinspirasi oleh ulama yang mengatakan “ Janganlah kamu bergaul dengan orang-orang yang

perilakunya tidak membangkitkan kamu kepada Allah dan kata-katanya tidak menunjukkan

kepada kamu ke jalan Allah”. Harapan beliau dengan memberi nama NU ini dapat membangkitkan

(melalui kegiatannya) kepada Allah . Lihat Gus Dur, “Perluasan Cakupan Dakwah”,Aula No.01

tahun XIV (Januari 1994) hal.63-64.

Page 15: PERBANDINGAN ABDURRAHMAN WAHID DAN YUSUF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8498/1/HENDRI... · Apakah perbedaan dan persamaan pandangan antara Abdurrahman Wahid

Hanifah An-Noe'man, atau Imam Ahmad bin Hambal, dan mengerdjakan

apa sadja jang mendjadikan kemaslahatan agama Islam".

Fatsal 3. Oentoek mentjapai maksoed perkoempoelan ini maka diadakan

ichtiar: a. mengadakan perhoeboengan di antara Oelama-oelama jang bermazhab

terseboet dalam fatsal 2. b. memeriksa kitab-kitab sebeloemnja dipakai oentoek mengadjar, soepaja

diketahoei apakah itoe dari pada kitab-kitabnja Ahli Sunnah Wal Djama'ah atau kitab-kitabnja Ahli Bid'ah.

c. Menjiarkan Agama Islam di atas mazhab sebagai terseboet dalam fatsal 2, dengan dijalankan apa sadja jang baik.

d. Berichtiar memperbanjakkan Madrasah-Madrasah jang berdasar Agama

Islam.

e. Memperhatikan hal-hal jang berhoeboengan dengan masjid2, langgar2,

dan pondok2, begitoe djoega dengan hal-ahwalnja anak-anak jatim dan

orang-orang jang fakir miskin.

f. Mendirikan badan-badan oentoek memadjoekan oeroesan pertanian,

perniagaan, dan peroesahaan, jang tiada dilarang oleh sjara' Agama Islam.11

Pada awal berdirinya NU sebagai ormas keagamaan, di mana

keberadaannya merupakan manifestasi dari obsesi “Founding Fathers” yang

menghendaki lestarinya tradisi-tradisi sunni di Indonesia. Namun demikian, dalam

permulannya dengan realitas (problem) kebangsaan, dimensi politik juga tak luput

dari kiprahnya. Terutama, karena para pendirinya dahulu aktif dalam pergerakan,

penggalangan Nasionalisme di tengah-tengah iklim kolonial pada saat itu, seperti

Kyai Hasyim aktif di beberapa organisasi yang ikut dalam anggota Panitia

Persiapan Kemerdekaan Indonesia.

Pergulatan praktik NU dalam perjalanannya ini menjadi problem tersendiri.

Secara internal, salah satunya karena seluruh “sumber daya” tercurahkan dalam

aktivitas politik, apa yang menjadi tanggung jawab NU sebagaimana visi awal

kelahirannya menjadi terabaikan. Pada sisi yang lain, ketika terjadi perubahan

11

Statuen Perkoempoelan Nahdlatoel Oelama, dalam Martin Van Bruinessen, NU Tradisi,

Relasi Kuasa, Pencarian Wacana Baru, (Yogyakarta: Lkis, 1994), hal. 42

Page 16: PERBANDINGAN ABDURRAHMAN WAHID DAN YUSUF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8498/1/HENDRI... · Apakah perbedaan dan persamaan pandangan antara Abdurrahman Wahid

dalam tata kehidupan politik, kekuatan NU terasa mandul, langkah-langkahnya

lebih banyak bersifat sporadis dan partisan di dalam “rekayasa” politik, misalnya

pada masa Orde Baru. Terasa seolah-olah Pemerintahan kurang dapat menerima

keberadaan NU, sebagai kekuatan yang turut bermain di dalam sistem kekuasaan,

NU tergiring dalam posisi marginal dalam pergulatan politik nasional.

Marginalisasi itu pun terus berlanjut sampai muncul kesadaran baru untuk bangkit

dari keterpurukan dan melakukan perubahan dasar dalam tubuh NU, yaitu dengan

kembali ke Khittah 1926. Kesadaran yang dimaksud adalah kembali melakukan

peran sebagaimana awal berdirinya, dimana orientasinya adalah merekontruksi

internal, yaitu jami’yah yang orientasinya banyak mengarah pada politik menjadi

Diniyah Ijtima’iyah (Sosial Keagamaan).

B. Paham Ahlusunah wal Jama’ah dan Paham Kebangsaan NU

Semenjak awal NU menunjukkan jati dirinya sebagai penganut paham

Ahlussunnah12 Wal Jama'ah, yaitu sebuah paham keagamaan yang dikalangan NU

berumber padn Al Qur’an, Al Sunnah, Al Ijma', dan Al Qiyas. Tetapi, dalam hal

ini Ahlussunnah wal Jama’ah itu tidak hanya terdiri satu kelompok aliran, ada

beberapa sub aliran. Oleh sebab itu Dr. Jalal M. Musa mengatakan, istilah

Ahlusunnah tersebut menjadi rebutan banyak kelompok, yang masing-masing

menyatakan bahwa dialah Ahlussunnah wal Jama’ah dan dimasukkan kata “Al

Jamaa’ah” dalam istilah ini oleh Abdul Mudhoffar al-Isfarayini disebutkan bahwa

12

Ahlussunnah adalah mereka yang mengikuti dengan konsisten semua jejak langkah yang

berasal dari nabi Muhammad SAW dan membelanya. Lihat Muhammad Tholhah Hasan,

AHLUSSUNNAH WAL-JAMA’AH Dalam Persepsi dan Tradisi NU, 2nd

ed. (Jakarta: Lantabora

Press, 2004),hal.3.

Page 17: PERBANDINGAN ABDURRAHMAN WAHID DAN YUSUF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8498/1/HENDRI... · Apakah perbedaan dan persamaan pandangan antara Abdurrahman Wahid

mereka memiliki alasan yang sama karena menggunakan “Ijma” dan “Qiyas”

sebagai dalil syariah yang fundamental, disamping Kitabullah (al-Qur’an) dan

Sunnah Rasul.13 Seperti Muhammadiyah dan organisasi lain yang mendasarkan

pada Islam, juga menganut paham tersebut sehingga secara umum tidak bisa

dianggap salah, sebab kegiatan yang mereka lakukan sesuai dengan paham

Ahlussunnah wal Jama’ah. Karena hendak mempertahankan dan mengembangkan

paham inilah, NU dilahirkan. Di mana secara harfiah Ahlussunnah Wal Jama'ah,

berarti penganut sunnah Nabi dan Sahabat-sahabatnya.14

Dalam pengertian yang lebih rinci dan ini yang dianut oleh NU, sedangkan

dilain hal KH. Bisri Mustafa menafsirkan Ahlussunnah Wal Jama'ah sebagai

suatu paham yang harus dipegang sebagai tradisi:

1. Dalam bidang hukum Islam, menganut ajaran-ajaran dari salah satu

madzhab empat, yaitu Hanafi, Maliki, Hambali dan Syafi’i. Dalam

praktik NU banyak mengikuti faham yang diajarkan oleh Syafi’i.

2. Di bidang Tauhid, menganut ajaran-ajaran Imam Abu Hasan Al Asy’ari

dan Imam Abu Mansyur Al Maturudi.

3. Sedangkan di Tasawufnya, menganut ajaran-ajaran Imam Abu Qosim

Al Junandi.15

Dari doktrin-doktrin Ahlussunnah Wal Jama'ah tersebut di atas banyak

melahirkan konsep-konsep NU dalam memandang dimensi kehidupan dengan

13

Muhammad Tholhah Hasan, AHLUSSUNNAH WAL-JAMA’AH Dalam Persepsi dan

Tradisi NU, hal.3-4. 14

KH. Sirojuddin Abbas, I’tiqad Ahlussunnah wal Jama’ah, (Jakarta:Pustaka

Tarbiyah,1983), hal.16. 15 Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren, (Jakarta: LP3ES, 1982), hal.149.

Page 18: PERBANDINGAN ABDURRAHMAN WAHID DAN YUSUF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8498/1/HENDRI... · Apakah perbedaan dan persamaan pandangan antara Abdurrahman Wahid

implikasinya dalam pandangan terhadap negara, Islam, demokrasi, dan lain

sebagainya.

Dalam kehidupan kenegaraan doktrin ini, melahirkan sikap-sikap normatif

yang oleh KH. Ahmad Siddiq diidentifikasi atau menjadi ciri khas NU, yaitu :

1. Tawasuth dan I’tidal, yaitu sikap tengah yang berintikan kepada prinsip

hidup menjunjung tinggi keharusan berlaku adil ditengah-tengah

kehidupan bersama

2. Tasamuh, yaitu sikap toleran terhadap perbedaan pandangan, baik dalam

soal keagamaan, terutama hal-hal yang bersifat furu’ atau khilafah.

3. Tawuzuun, yakni sikap seimbang dalam berkhidmat kepada Allah,

manusia, serta lingkungan hidupnya, menyelaraskan kepentingan masa

lalu, masa kini, dan masa akan mendatang.16

4. Amar Ma'ruf Nahi Munkar, yakni sikap selalu memiIiki kepedulian untuk

mendorong perbuatan yang baik berguna dan bermanfaat bagi kehidupan

bersama, serta menolak dan mencegah semua hal yang menjurus dan

merendahkan nilai-nilai kehidupan.17

Sikap-sikap normatif yang dimiliki NU inilah yang mempengaruhi

prosfektifnya dalam melihat politik kenegaraan.18

Kewajiban hidup bermasyarakat

dan bernegara merupakan suatu keharusan yang tidak bisa ditawar-tawar, mentaati

16

KH. Ahmad Siddiq, Khittah Nahdiliyyah, (Surabaya: Balai Pustaka, 1979), hal. 3-11. 17

PBNU, Kembali Ke Khittah 1926, (Bandung: Risalah, 1985), hal.119. 18

Fachry Ali dan Bachtiar Effendi, Merambah Jalan Baru Islam, Rekrontruksi Pemikiran

Islam Indonesia Masa Orba, ( Bandung: Mizan, 1986), hal. 59.

Page 19: PERBANDINGAN ABDURRAHMAN WAHID DAN YUSUF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8498/1/HENDRI... · Apakah perbedaan dan persamaan pandangan antara Abdurrahman Wahid

pemerintah, juga merupakan kewajiban sepanjang tidak menganjurkan kepada

kekufuran.

Tidak mengherankan apabila menghadapi dualisme kepemimpinan

Indonesia Suharmadji Marijan Kartosuwiryo (DI/TII), NU mendukung Soekarno

dan memandang DI/TII sebagai pemberontak (bhugat). Semua diputuskan dengan

berdasarkan kaidah keagamaan (fiqhiyah). Sehingga Gus Dur tidak bisa menerima

sebutan Mitsuo Nakamura terhadap NU sebagai “Tradisionalisme Radikal” dan

memandang Nakamura kurang tahu secara mendalam nilai-nilai dalam NU yang

serba fiqih.19

Lanjutnya, bahwa bidang ilmu fiqih menyangkut segala praktek

kehidupan beragam serta termanifestasi dalam kehidupan bermasyarakat dan

beragama. Dalam menggunakan hukum fiqh, NU berpegangan pada pedoman

bahwa hukum-hukum itu timbul karena adanya sebab akibat atau al Hukmu Ma’al

Illat.20 Kemudian melahirkan kerangka berfikir sebab akibat dalam merumuskan

produk-produk hukum.

Sementara itu, pandangan NU terhadap kehidupan bernegara tercermin

dalam tulisan Kyai Achmad Siddiq :

1. Negara nasional (yang didirikan bersama seluruh rakyat) wajib

dipeliharanya.

2. Penguasa negara (pemerintah) yang sah harus ditempatkan pada

kedudukan yang terhormat dan ditaati, selama tidak menyeleweng,

memerintah ke arah yang bertentangan dengan hukum dan ketentuan

Allah.

19

Gus Dur, NU dan Islam di Indonesia Dewasa Ini, (Jakarta: Prisma, 1984). 20 Mahrus Irsyam, Ulama dan Partai Politik, (Jakarta: Yayasan Perkhidmatan, 1984). hal.3.

Page 20: PERBANDINGAN ABDURRAHMAN WAHID DAN YUSUF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8498/1/HENDRI... · Apakah perbedaan dan persamaan pandangan antara Abdurrahman Wahid

3. Kalau terjadi kesalahan dari pihak pemerintah cara mengingatkan lewat

tata cara yang sebaik-baiknya.21

Pandangan kenegaraan NU seperti di atas, dipengaruhi madzhab Syafi'i

yang diikutinya. Madzhab Syafi'i memilah-milah negara terbagi menjadi tiga

jenis, yaitu Dar al Islam (Negara Islam), Dar al Harb (negara perang/negara anti

Islam), dan Dar al Sulh (Negara damai). Masyarakat Islam memiliki jenis pertama

dan ketiga. Jika jenis pertama tidak tercapai maka umat Islam dapat menerima

jenis ketiga, meskipun suatu negara tidak didasarkan pada hukum Islam, akan

tetapi masyarakatnya masih melaksanakan ajaran Islam, maka masyarakat tersebut

wajib membela negaranya.

Secara sederhana, untuk melihat korelasi antara NU, Islam dan kehidupan

kenegaraan, tidak dapat dilepaskan dari sifat dasar yang ada dalam NU sendiri.

Sebagai organisasi keagamaan, NU jelas mempunyai keterikatan terhadap faham

Ahlussunnah Wal Jama'ah. Faham ini bisa dikatakan sebagai pondasi (ruh) dan

konstruksi NU. Inilah kata kunci untuk melihat pola hubungan NU, Islam, dan

negara. Ideologi Ahlussunnah Wal Jama'ah menekankan nilai-nilai moderasi dan

harmonis dalam kehidupan. Nilai-nilai tersebut dapat membingkai segala

pemikiran NU untuk mencermati berbagai kehidupan, termasuk dalam melihat

hubungannya dengan masalah pemikiran keagamaan dan politik .

Dalam wilayah kenegaraan, doktrin Ahlussunnah Wal Jama'ah dirumuskan

oleh KH. Achmad Siddiq, dengan sikap politik yang sangat menjunjung tinggi

sikap Tawasssuth, Tawazun, Tasamuh, serta tatanan sosial politik dan ekonomi

21 KH. Ahmad Siddiq, Khittah Nahdiliyyah, hal.43.

Page 21: PERBANDINGAN ABDURRAHMAN WAHID DAN YUSUF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8498/1/HENDRI... · Apakah perbedaan dan persamaan pandangan antara Abdurrahman Wahid

yang didasarkan pada prinsip-prinsip, Adlah (keadilan), Syura (musyawarah), dan

Musawah (persamaan), merupakan modal dasar untuk membangun wawasan

kenegaraan. NU sejak dulu dikenal sebagai ormas yang mengedepankan wawasan

kenegaraan dan wawasan kebangsaan ketimbang ikatan primordial yang sempit.

Cara pandang inilah, perbedaan NU dengan organisasi lainnya, khususnya

kelompok Islam modernis perkotaan yang dikenal cukup militan. Rumusan KH.

Achmad Siddiq ini memiliki akar dengan teologi Asy'ari yang dianut NU.

Substansi teologi Asy'ari lebih menonjolkan kepada model teologi moderat ,

seperti menjaga nilai-nilai harmonis dan keseimbangan.

Dalam doktrin hubungan dengan negara, teologi Asy'ari mempunyai diktum

yang tegas. Misalnya dengan idiom-idiom “Suatu negara yang dipimpin oleh

orang kafir yang adil lebih baik dari pada dipimpin seorang muslim yang

anarkhis”, “ Kekacauan lebih berbahaya daripada ketidak adilan”, “ 60 tahun

pemerintahan dipimpin oleh orang dzalim lebih baik dari pada semalam tanpa

pemimpin.” dan seterusnya. Doktrin di atas dapat digunakan sebagai senjata

dalam menganalisa pola-pola hubungan NU, Islam, dan negara dengan segala

pasang surutnya.

Fenomena penerimaan NU terhadap Pancasila sebagai satu-satunya asas

tunggal seperti yang dicetuskan KH. Ahmad Siddiq dapat dipahami dari

implementasi konteks doktrin Aswaja. Dalam konteks penerimaan asas tunggal

ini, pertimbangan NU tidak lepas dari konteks keagamaan. Bagi NU, Pancasila

adalah ideologi terbuka yang secara teologis ia bersifat inklusif, sedangkan secara

prinsipil dapat memaksakan “Islamisasi Politik” dan kekuatan-kekuatan Islam

Page 22: PERBANDINGAN ABDURRAHMAN WAHID DAN YUSUF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8498/1/HENDRI... · Apakah perbedaan dan persamaan pandangan antara Abdurrahman Wahid

politik, atau lebih dari itu sebagai wujud penolakan NU terhadap paham negara

Islam.

Mengenai asas tunggal ini, Martin Van Bruinessen, menilai bahwa NU telah

menegaskan asas tunggal tanpa sedikitpun mengorbankan komitmen

keislamannya, NU telah menegaskan pondasi bermasyarakat, berbangsa, dan

bernegara. Dari rumusan pola hubungan Islam dan Pancasila ini, Fajrul Falakh

berpendapat, bahwa sekurang-kurangnya dapat disimpulkan terhadap pemahaman

agama, konsepsi ideologi dengan pendekatan fiqhiyah yaitu:

1. Pemahaman bahwa Islam adalah fitrah yang bersifat menyempurnakan

segala kebaikan kepada manusia.

2. Pancasila bukanlah agama, tak dapat menggantikan posisi agama.

3. Rumusan ke-Tuhanan Yang Maha Esa menurut pasal 29 ayat (I) UUD

'45 yang menjiwai sila-sila lainnya mencerminkan “Tauhid” menurut

pengertian keimanan Islam.

4. Bahwa sejarah telah menunjukkan peran Umat Islam (termasuk NU)

dalam perjuangan bangsa, mendirikan negara, mempertahankan

kemerdekaan dan mengisi pembangunan.

5. Berdasarkan pendekatan fiqh, dinyatakan bahwa negara didirikan dan di

jaga karena perintah agama dan untuk kemaslahatan pendukung negara.

Maka NU memandang, bahwa Republik Indonesia, merupakan bentuk

Page 23: PERBANDINGAN ABDURRAHMAN WAHID DAN YUSUF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8498/1/HENDRI... · Apakah perbedaan dan persamaan pandangan antara Abdurrahman Wahid

upaya final seluruh nation, terutama kaum muslim, untuk mendirikan

negara di wilayah nusantara.22

Penetapan NU terhadap ideologi Pancasila tidak terbatas kepada

penerimaan secara take for granted atau untuk kepentingan sesaat. Lebih dari itu,

Douglas E. Remage menggambarkan bahwa penerimaan NU terhadap Pancasila

hingga batas pembelaannya dari “monopoli” dan “rekayasa” interpretasi Pancasila

oleh Rezim Soeharto, dimana ABRI diandaikan sebagai elemen integral dalam

negara Pancasila.23

Memakai istilah Remage, Pancasila dipahami sebagai

“kawasan sengketa” antara NU dan rezim Orde Baru.

Begitu pula pembelaan NU terhadap ideologi Pancasila dan bentuk negara

kesatuan sebagai konsep final tidak hanya sebatas retorika. Digambarkan oleh

Robert W. Hafner, bahwa usaha-usaha NU dalam mendukung negara kesatuan

begitu tegas dan penuh resiko, khususnya resiko secara politis misalnya

termarginalnya NU dari pusat-pusat kekuasaan pada masa rezim Orba.24 Dalam

bentuk lain, pembelaan NU terhadap bentuk negara kesatuan dibuktian pada saat

negara sedang diambang keretakan (disintegrasi) seperti tahun 50-an atau awal

reformasi . Tidak berlebihan apabila Gus Dur dalam sambutan Muktamar ke-30 di

Kediri menyatakan bahwa NU adalah kekuatan terakhir yang sanggup

mempertahankan keutuhan bentuk negara kesatuan.25

22

M. Fajrul Falakh, NU Dalam Era 1990-an dalam Membangun Budaya

Kerakyatan,Kepemimpinan Gus Dur, Gerakan Nasoinal NU, (Yogyakarta: Titian Ilahi Press, 1997), hal.26.

23 Greg Fealy dan Greg Barton, Tradisionalisme Radikal, Persinggungan NU dan Negara,

hal.196. 24

Greg Fealy dan Greg Barton, Tradisionalisme Radikal, Persinggungan NU dan Negara,

hal.200. 25 Abdurrahman Wahid, “PKB, Syari'ah dan PKU,” Jawa Pos, 30 Oktober 1998.

Page 24: PERBANDINGAN ABDURRAHMAN WAHID DAN YUSUF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8498/1/HENDRI... · Apakah perbedaan dan persamaan pandangan antara Abdurrahman Wahid

Cara pandang NU seperti ini juga diabsahkan oleh ideologi dasar yang

dianut NU seperti penjelasan diawal, fleksibilitas NU terbukti dengan mudahnya

diterima dan membaur dalam komponen bangsa, baik kelompok muslim maupun

non muslim, juga mudah menerima faham (pemikiran) baru. Sehingga keberadaan

NU dianggap sebagai titik temu antar semua ideologi, kekuatan politik, dan

pluralitas kebudayaan bangsa ini.

C. SEJARAH POLITIK NU MASA LALU

Sejarah formal NU diawali sejak didirikan oleh Hadratus Syeikh

KH.Hasyim Asy'ari26

di Surabaya, 31 Januari 1926 bersama ulama KH. Wahab

Hasbullah dan beberapa ulama pesantren lain. Sesuai dengan namanya NU

merupakan perkumpulan ulama yang bangkit serta membangkitkan para

pengikutnya bersama kaum muslimin di tengah masyarakat bangsa.

Sebagai organisasi sosial keagamaan (Jam'iyah Diniyah) dalam laju

pertumbuhan berikut perkembangan NU tak lepas dari hiruk pikuk politik yang

ada, dikarenakan NU mempunyai potensi politik yang tidak bisa dianggap kecil.27

Babak awalpun dimulai pada tahun 1939 NU bergabung dengan Majlis Islam A'la

26

Peran KH. Hasyim Asy’ari tersebut dalam beberapa tulisan, yaitu sebagai pemberi

legitimasi atas pemebentukan organisasi NU. Kyai Wahab maupun KH. Hasim Asy’ari selalu

tampil dengan peran yang berbeda, tetapi secara mutualistik saling memerlukan dalam

keberhasilan membentuk NU. Kyai Wahab menawarkan konsep dan kemampuan organisatoris,

sementara Kyai Hasyim memberi legitimasi keagamaan. Lihat Andree Feillard, NU vis a vis

Negara, (Yogyakarta:LkiS,1999), hal.11. 27 Dilihat dari segi hubungannya dengan politik dan pemerintah, sejarah NU bisa di bagi

dalam lima periode. (1) 1926-1942, ketika NU menetapkan sikap non politik dan non kooperatif

yang ketat vis-à-vis pemerintah kolonial Belanda; (2) 1942-1945, ketika NU dipaksa bekerja sama dengan pemerintah jepang; (3) 1945-1952, ketika NU berpartisipasi dalam pemerintahan Replublik

yang baru berdiri, melalui partai Masyumi dimana NU memperoleh status keanggotaan istimewa;

(4) 1952-1973, ketika NU secara langsung dan bebas berpartisipasi dalam politik dan

pemerintahan atas nama NU sebagai parpol independent; (5) 1973-1984, ketika NU melepaskan

kegiatan politiknya dan menyerahkan kepada PPP. Greg Fealy dan Greg Barton, Tradisionalisme

Radikal, Persinggungan NU dan Negara, hal.58.

Page 25: PERBANDINGAN ABDURRAHMAN WAHID DAN YUSUF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8498/1/HENDRI... · Apakah perbedaan dan persamaan pandangan antara Abdurrahman Wahid

Indonesia (MIAI),28

yang secara umum MIAI bergerak dibidang keagamaan tetapi

dalam setiap aktivitasnya sarat dengan muatan politik.29

Sebenarnya MIAI ini dibentuk pada tahun 1937 sebagai keinginan untuk

memperkuat tali persatuan umat Islam Indonesia, tapi baru dua tahun kemudian

NU turut bergabung di dalamnya.30

Setelah MIAI membubarkan diri,31 NU bergabung dengan organisasi Majlis

Syura Muslimin Indonesia (MASYUMI) yang dibentuk pada tahun 1945,

pembentukan Masyumi dikarenakan, pada waktu itu penjajah baru, Jepang

membekukan kegiatan politik termasuk MIAI yang berkesan anti kolonial.

Sebenarnya partai masyumi ini dibentuk merupakan buah karya mukta'mar

Islam Indonesia di Yogyakarta tanggal 7-8 November 1945. Dalam muktamar ini,

salah satunya memutuskan bahwa Masyumi adalah satu-satunya partai politik bagi

Islam Indonesia, serta para aktivis politik Islam yang tergabung di dalam

Masyumi sering disebut sebagai salah satu pelopor demokrasi di Republik ini.

Berjalan dengan seiringnya waktu, dalam tubuh Masyumi selalu muncul

konflik diantara tokoh-tokoh elitnya, sehingga NU selalu menemukan

kekecewaan. Sebagai contoh pada kabinet Wilopo ( 3 April 1952 – 30 Juli

28

MIAI yaitu sebuah organisasi Islam gabungan antara NU, Muhammadiyah. Bagi NU,

keterlibatanya dalam MIAI merupakan sebuah langkah awal untuk menuju dunia politik dalam arti

terbawa untuk menentukan posisi secara tegas terhadap penjajah Belanda menjelang Perang Dunia

II. Lihat Andree Feillard, NU vis a vis Negara, (Yogyakarta:LkiS,1999), hal.17 29Martin Van Bruinessen, NU, Tradisi, Relasi Kekuasaan, Pencarian Wacana Baru,

(Yogyakarta:LkiS, 1994),hal.51. 30

Penggabungan NU kedalam MIAI , NU mempunyai alasan bahwa yakin kaum perubahan tidak mendominasi penggabungan dalam organisasi ini. Andree Feillard, NU vis a vis

Negara, hal.17 31

Karena secara implisit keberadaan MIAI dan organisasi lain, selain NU dan

Muhammadiyah tidak diakui Jepang. Martin Van Bruinessen, NU, Tradisi,Relasi Kekuasaan,

Pencarian Wacana Baru, (Yogyakarta:LkiS, 1994),hal.54. Lihat Andree Feillard, NU vis a vis

Negara, hal.29.

Page 26: PERBANDINGAN ABDURRAHMAN WAHID DAN YUSUF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8498/1/HENDRI... · Apakah perbedaan dan persamaan pandangan antara Abdurrahman Wahid

1953)32

, dalam jabatan Menteri Agama, menurut NU jabatan tersebut adalah

bagian NU ini berlangsung sejak awal kemerdekaan. NU menilai dirinya sebagai

cermin dari mayoritas umat Islam Indonesia dilihat dari segi ilmu, aqidah, dan

amaliyahnya. Namun ternyata jabatan itu diberikan pada Muhammadiyah (Faqih

Usman). Merasa kecewa, NU memutuskan untuk keluar dari Masyumi dan

menyatakan diri sebagai partai politik independent.33

Ketika NU menjadi Parpol, sejarah membuktikan bahwa partai NU yang

masih baru pada Pemilu 1955 menempati urutan ketiga.34

Prestasi ini memberikan

posisi kuat untuk NU. Hal ini tercermin dalam kabinet koalisi. Namun rupanya

periode Kabinet Ali Sastroamidjojo Kedua ( 24 Maret 1956 – 09 April 1957 )

yang masuk masa Demokrasi Liberal ini tidak berumur panjang. Padahal kala itu

NU memperoleh empat jabatan menteri, yakni Menteri Agama, Menteri Dalam

Negeri, Menteri Sosial, dan Menteri Perekonomian.35

Apa daya, kabinet itu hanya berumur setahun kemudian diganti oleh

Kabinet Juanda atau Kabinet Karya (09 Maret 1957 – 10 Juli 1959).36 Pada

akhirnya, perubahan sistem politik Indonesia terjadi, setelah munculnya Dekrit 5

Juli 1959 maka muncul Era Demokrasi Terpimpin, yang membawa peran partai

politik merosot tajam.

32Greg Fealy, IJTIHAD POLITIK ULAMA Sejarah Nahdlatul Ulama 1952-1967.

(Yogyakarta: LkiS, 2007).hal.372. 33

Deliar Noer, Partai Islam Di Pentas Nasional (Jakarta: Grafiti Pers, 1987).hal.79-94. 34

Martin Van Bruinessen, NU, Tradisi,Relasi Kekuasaan, Pencarian Wacana Baru

(Yogyakarta: LkiS, 1994),hal.69 35

Greg Fealy, IJTIHAD POLITIK ULAMA Sejarah Nahdlatul Ulama 1952-1967.

(Yogyakarta: LkiS, 2007).hal.374. 36

Kabinet Juanda atau Kabinet Karya adalah merupakan koalisi antara PNI-NU. Andree

Feillard, NU vis a vis Negara, hal.53.

Page 27: PERBANDINGAN ABDURRAHMAN WAHID DAN YUSUF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8498/1/HENDRI... · Apakah perbedaan dan persamaan pandangan antara Abdurrahman Wahid

Tak terkecuali Masyumi yang termasuk disingkirkan. Karena keterlibatan

tokoh-tokohnya dalam pemberontakan PKI dan di sisi lain NU dengan sikap

akomodatifnya mampu bertahan. Dengan lengsernya Masyumi menjadikan NU

sebagai partai Islam terbesar, dengan demikian NU terus menggalang persatuan

umat Islam mengimbangi kekuatan PKI.

Melalui Subhan ZE37, NU menggalang pemuda-pemuda untuk menandingi

PKI yang telah meluas mengkader para pemuda dengan latihan dan disertai

persenjataan yang lengkap. Pada akhirnya prahara politik yang dilancarkan PKI

pada tahun 1965 telah menandai awal proses Demokrasi Terpimpin telah berakhir.

Adanya percobaan kudeta yang dinamakan G 30 S PKI ini, memunculkan

perasaan anti komunis di kalangan masyarakat. Dari penggalangan yang

dilakukan Subhan ZE, menghasilkan sikap anti komunis sehingga terbentuk KAP-

Gestapu, yaitu kekuatan aksi pengganyangan G 30 S PKI pada akhirnya menuntut

pembubaran PKI.

Dinamika politik terus berjalan seiring kekuasaan negara jatuh ditangan

Soeharto atas mandat Presiden Soekarno melalui Surat Perintah Sebelas Maret.

Bersama TNI-AD Pak Harto terus mengembangkan sayap politik dengan

mendirikan partai Golkar (Golongan Karya) pada tanggal 20 Oktober 1964

37

Subchan Z.E adalah pengusaha muda kaya dari Kudus, Jawa Tengah. Bergaya hidup

cosmopolitan, bertentangan dengan hidup Puritan yang dianut sebagian besar Kyai di kalangan

NU. Subhan juga sering memunculkan gagasan radikal, ia ingin menjadikan NU sebagai partai

kader dan modern, membatasai peran ulama hanya dalam wilayah keagamaan, bukan urusan

politik. Dengan sikap politiknya yang reformis, Subchan sangat popular di kalangan politisi muda NU pada waktu itu. Di tubuh NU, subchan memiliki jabatan yang dituigaskan kepadnya

diantaranya; Ketua IV Pengurus Besar harian hasil pemilihan muktamar tahun 1962-1967, dengan

surat ‘Penetapan Pengurus besar NU’, PBNU (56/Tanf/Pgs/II-1963) 4 Februari 1963 AN 96. Lihat

Abdul Wahid, SANG PEJUANG SEJATI K.H Muhammad Yusuf Hasyim Di Mata Sahabat Dan

santri,(Jombang: PUSTAKA IKAPETE, 2007), hal24-25.Lihat juga Greg Fealy, IJTIHAD

POLITIK ULAMA Sejarah NU 1952-1967 (Yogyakarta: LKis, 2007).hal.383-385.

Page 28: PERBANDINGAN ABDURRAHMAN WAHID DAN YUSUF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8498/1/HENDRI... · Apakah perbedaan dan persamaan pandangan antara Abdurrahman Wahid

dengan nama Sekber Golkar. Golkar pada masa awal berdirinya tidak mempunyai

basis massa, kemudian mengunakan taktik buldoser untuk mengalihkan suara-

suara partai lama. Tidak heran jika Golkar dapat memenangkan Pemilu pada

tahun 1971. Sedangkan partai-partai lain umumnya tertindih, tetapi NU tetap

mampu bertahan dari sinilah peran Kyai dan pesantren menjadi faktor utama

penentu prestasi NU.

Berikutnya, pada tanggal 5 Januari 1973 NU berfusi dengan tiga partai

politik lain kedalam PPP. Hal ini terjadi atas kebijakan Pak Harto untuk

mengelompokan partai-partai dengan tujuan mempermudah kampanye Pemilu dan

sistem administrasi seperti fraksi di DPR.38

Namun perjalanan politik NU di tubuh PPP sering mendapat kekecewaan,

pada akhirnya NU menyatakan untuk kembali ke Khittah 1926 yang ditetapkan

dalam MUNAS Alim Ulama NU di pondok pesantren Salafiyah Syafi'iyah

Asembagus Situbondo. Keputusan ini akhirnya diimbuhkan pada Muktamar NU

setahun kemudian di tempat yang sama. Dengan keputusan Muktamar tentang

Khittah ini secara otomatis NU keluar dari PPP.

Momentum kembali ke Khittah 1926 tersebut, telah mengubah hampir

semua tatanan kehidupan komunitas NU, terutama yang berkaitan dengan

orientasi gerakannya. Kembali ke Khittah 1926 bukan semata-mata berarti

meninggalkan kehidupan politik, tetapi lebih sebagai perubahan orientasi gerakan

politik. Jika sebelumnya NU menempuh strategi politik panggung, politik

struktural yang disediakan oleh pemerintah Orba, maka dengan kembali ke

38

Lance Castles, TUJUH MESIN PENDULANG SUARA Perkenalan, Prediksi, Harapan

Pemilu 1999 (Yogyakarta:LkiS, 1999), hal.xvi.

Page 29: PERBANDINGAN ABDURRAHMAN WAHID DAN YUSUF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8498/1/HENDRI... · Apakah perbedaan dan persamaan pandangan antara Abdurrahman Wahid

Khittah NU menempuh strategi “politik tanpa panggung”, artinya dalam

kehidupan politik NU menciptakan panggung permainannya sendiri dan pada saat

yang sama mengabaikan panggung yang telah disediakan pemerintah Orba.

Pelepasan jaket politik struktural Orba ini tidak menurunkan karir politik NU.

D. POLITIK NU DAN KHITTAH 1926

Hubungan antara NU dan Negara kini menunjukkan perkembangan

menarik. Setelah sekian lama jami’yah yang berbasis massa desa ini berada di luar

pemerintahan, sekarang mulai masuk di dalam pemerintahan. Posisi yang berubah

ini tentu menimbulkan “kegagapan-kegagapan” tertentu. Misalnya, bagaimana

organisasi ini harus memposisikan dirinya ketika harus berhadapan dengan negara

yang dipimpin putra terbaik NU Abdurrahman Wahid.39

Muktamar NU ke-30 yang diselenggarakan di Pesantren Lirboyo, Kediri,

Jawa Timur, mempunyai arti strategis. Siap atau tidak, dalam perhelatan akbar

kali ini NU dituntut untuk melakukan pemikiran ulang atas apa yang telah

dilakukannya selama ini. Belum tentu yang dihasilkan pada Muktamar kali ini

adalah segala sesuatu yang bersifat baru. Bisa saja yang muncul justru peneguhan-

peneguhan atas apa yang pernah digelutinya pada lima belas tahun terakhir.

Pada masa-masa itulah NU mengalami transformasi sangat penting. Tidak

saja organisasi sosial-keagamaan terbesar di Nusantara ini memperoleh injeksi

kepemimpinan orang sekaliber Abdurrahman Wahid, tetapi juga karena keadaan

harus merumuskan ulang format dirinya dalam kaitannya dengan kekuatan-

39

Bahtiar Effendy, Gus Dur dan pupusnya DWI TUNGGAL (Jakarta: Ushul Press, 2005),

h.11.

Page 30: PERBANDINGAN ABDURRAHMAN WAHID DAN YUSUF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8498/1/HENDRI... · Apakah perbedaan dan persamaan pandangan antara Abdurrahman Wahid

kekuatan politik disatu pihak, dan dalam hubungannya dengan pemerintah atau

negara di pihak lain.

Dalam hal ini penting untuk dicatat, bahwa selama lebih kurang tiga

dasawarsa, NU mengalami proses penjauhan dari negara. Meskipun tidak bersifat

clear cut benar, lembaga-lembaga politik-keagamaan Orde Baru kosong dari

kemungkinan partisipasi kalangan nahdliyin. Baik Partai Persatuan Pembangunan

(PPP), Majelis Ulama Indonesia (MUI), Departemen Agama, dan kemudian

Ikatan Cendekiawan Muslim se-Indonesia (ICMI) sekalipun “bebas” dari

keterlibatan strategis tokoh-tokoh NU.

Memang untuk waktu yang cukup panjang, pemerintah Orde Baru lebih

memberi peluang kepada kalangan Islam “sekolahan”. Tentu ada penjelasan yang

bersifat rasional tentang konfigurasi politik keagamaan seperti ini. Mungkin saja,

kemampuan administratif kalangan Islam “sekolahan” tadi bersifat komplementer

dengan kebijakan pemerintah Orde Baru yang menekankan stabilitas politik dan

pembangunan. Meski begitu, tetap saja secara emosional-keorganisasian,

kalangan NU merasa terpinggirkan. Karenanya, masuk akal ucapan Abdurrahman

Wahid beberapa waktu lalu, ketika Presiden Soeharto turun, NU tidak ikut

bertanggung jawab atas apa yang telah diperbuat oleh Orde Baru.

Situasi inilah yang antara lain menjadi faktor reposisi NU pada Muktamar

Situbondo. Lewat tangan-tangan dingin tokoh-tokoh NU seperti KH As'ad

Syamsul Arifin, KH Achmad Shiddiq, KH Ali Maksum, dan Abdurrahman

Wahid, organisasi ini menggulirkan semangat “Kembali ke Khittah 1926”.

Kurang lebih, dengan itu NU ingin menyatakan bahwa NU kembali ke garis

Page 31: PERBANDINGAN ABDURRAHMAN WAHID DAN YUSUF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8498/1/HENDRI... · Apakah perbedaan dan persamaan pandangan antara Abdurrahman Wahid

asalnya jam'iyah sosial-keagamaan. Karenanya kaitan NU dengan politik bersifat

ada jarak dan mengambangkan warganya untuk bergabung dengan siapa mereka

suka. Inilah yang pernah dikeluhkan Mahbub Djunaidi, yang dalam pandangannya

tak rela melihat NU yang jumlah anggotanya banyak itu, semata-mata menjadi

“hostes politik.”

Terlepas dari kekecewaan seorang Mahbub, terbukti dengan itu kalangan

NU bisa masuk ke mana-mana. Pada tahap inilah, NU sebenarnya telah memberi

makna atas apa yang dapat disebut sebagai diversifikasi politik Islam. Yaitu,

bahwa alat dan medium politik itu beragam. Dengan negara sekalipun, karena

situasinya seperti diisyaratkan di atas, ia menjaga jarak. Bahkan dikenal sebagai

mewakili kekuatan kritis. Konstruk seperti inilah yang kemudian mengantarkan

NU untuk mengembangkan wacana tentang berpolitik secara budaya tentang

Civil Society sesuatu yang sangat diminati oleh kalangan muda NU hingga kini.

Masa uzlah NU dengan politik dan negara berakhir sudah. Terutama sejak

periode reformasi lahir, dan orang pun mulai bergairah untuk ramai-ramai

mendirikan partai. Seperti tak ada beban dengan semboyan “Kembali ke Khittah

1926”, warga NU mengikatkan kembali hubungan emosional-kelembagaannya

dengan partai politik. Meskipun secara organisasi hal ini bisa dijelaskan, dan

dipercaya tidak bertentangan dengan Khittah, tak urung hal itu menimbulkan

kecemasan.

Reformasi telah merubah alur politik NU, dari Ormas tahun 1926 menuju

ke Parpol tahun 1955 kemudian masuk kembali ke Ormas dengan dalih Khittah

’26 di 1984 berlanjut merubah arah rotasi politik dengan menggunakan jaket

Page 32: PERBANDINGAN ABDURRAHMAN WAHID DAN YUSUF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8498/1/HENDRI... · Apakah perbedaan dan persamaan pandangan antara Abdurrahman Wahid

politiknya tahun 1998 era reformasi dengan mendirikan Parpol yang bertajuk

partainya orang NU bersifat terbuka untuk siapapun. Ternyata alibi yang dibuat

Abdurrahman Wahid menjadi sebuah kenyataan luar biasa. Jauh dari perkiraan

warga NU, PKB menjadi partai yang kuat dari akar rumput sampai kalangan

moderat NU. Sebuah sosialisasi dan jurus politik terbaik yang dilakukan oleh

kalangan elit NU.

Tanpa basa-basi, Abdurrahman Wahid telah menjadi ikon besar. Dia telah

merubah pragmatisme politik NU, melalui koalisi dengan partai sekuler yang

dikenal dengan Poros Tengah. Abdurrahman Wahid mempunyai kekuatan penuh

yang takkan diperkiraan sebelumnya dengan puncak menjadi Presiden Republik

Indonesia ke-4 hasil votting anggota parlemen. Ini merupakan sebuah prestasi

politik NU terbaik pada masa reformasi. Semula NU hanya mempunyai panggung

sendiri dalam hal politik, maka pada masa reformasi NU bukan lagi ikut dalam

panggung politik yang telah disediakan pemerintah. Tetapi NU langsung

meminang garis depan dan mengkordinir serta memegang peranan penuh politik

negara. Jarak NU dengan kekuasaan pupus. Disadari atau tidak, NU telah

terintegrasikan ke dalam negara.

Inilah persoalan yang sangat ingin dinafikan mau tidak mau NU harus

melihatnya kembali pada Muktamar kali ini. Secara formal, NU tetap akan berada

pada posisi Kembali ke Khittah 1926. Secara substansial dan emosional,

duduknya Abdurrahman Wahid di kursi kepresidenan merupakan sesuatu yang

harus ditata ulang dalam kerangka berpikir dan bertindak NU. Kegalauan

semacam ini semakin kuat walaupun bukan tidak disertai oleh kegembiraan

Page 33: PERBANDINGAN ABDURRAHMAN WAHID DAN YUSUF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8498/1/HENDRI... · Apakah perbedaan dan persamaan pandangan antara Abdurrahman Wahid

tertentu dengan terpilihnya Abdurrahman Wahid sebagai presiden.

Dalam konteks inilah diharapkan pada Muktamar selanjutnya akan memilih

seseorang yang bukan carbon copy Abdurrahman Wahid. Bukan saja yang

terakhir ini unik dan fenomenal di NU, bahkan mungkin juga di Tanah Air, tetapi

tantangan NU ke depan lebih terfokus pada pengembangan kelembagaan. Karena

itu, yang diperlukan adalah seseorang yang mempunyai kemampuan manajerial,

dalam bahasa Herbert Feith “ administrator”.

Kualitas seperti ini akan membawa NU pada garis yang “semestinya.”

Yaitu sebagai organisasi sosial keagamaan, para ulamalah sebenarnya yang

mengendalikan gerak organisasi. Kepada siapa harapan ini dapat diletakkan?

Bachtiar Effendi mengungkapkan bahwa kiranya warga NU jauh lebih paham,

dibanding siapa pun yang berada di luar lingkungan mereka, siapa itu Hasyim

Muzadi, Agil Siradj, Salahudin Wahid, Achmad Bagdja, atau Fajrul Falaakh.40

Tetapi prestasi orang-orang NU untuk mengembangkan sayap politik patut

di acungkan jempol. Konsep yang berbuah matang pun berhasil diraih. Sehingga,

dari penjelasan di atas dapat ditarik benang merah, NU dan politik takkan pernah

lepas baik dari awal berdiri sampai sekarang. Karena politik adalah salah satu

organ pelengkap hidup NU. Itu tidak bisa dipungkiri, sejarah awal NU lah yang

telah memberikan jawaban itu semua. Jika NU bergerak tanpa diimbangi dengan

politik maka pincanglah NU.

40

Bahtiar Effendy, Gus Dur dan pupusnya DWI TUNGGAL (Jakarta: Ushul Press, 2005),

h.7-10.

Page 34: PERBANDINGAN ABDURRAHMAN WAHID DAN YUSUF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8498/1/HENDRI... · Apakah perbedaan dan persamaan pandangan antara Abdurrahman Wahid

KHITTAH NU 1926

Khittah NU 1926 merupakan era baru orientasi perjuangan NU.

Keberadaan Khittah ini merupakan reorientasi perjuangan NU dalam kehidupan

berbangsa dan bernegara, khususnya dalam hal pengelolaan umat untuk

kepentingan pembangunan. Keberadaan khittah NU 1926 merupakan titik balik

perjuangan NU, dari perjuangan sektor politik menuju perjuangan yang lebih

memberikan perhatian pada aspek sosial kemasyarakatan, persis misi pada saat

didirikannya organisasi sosial keagamaan ini pada tahun 1926.

Lahirnya Khittah 1926 ini di samping diilhami oleh kondisi obyektif bahwa

perjuangan di bidang politik ternyata lebih besar mudharat (kerugian), dari pada

manfaatnya, artinya pengorbanan yang harus diberikan NU lebih besar dari

manfaat yang dapat diraih kasus paling nyata dapat dilihat dari marginalisasi

peran NU di PPP.

Dalam sisi lain perjuangan di bidang politik ternyata telah menyita

perhatian, dengan konsekuensi terampasnya perhatian dan energi fungsionaris dan

aktivis NU yang semestinya menjadi porsi untuk umat (anggota). Akhirnya NU

melontarkan umatnya yang mestinya mendapat perhatian dan arahan, justru kian

mendapatkan umatnya pada posisi tertinggal dalam hal kualitas diri, dibanding

umat lain. Disinilah muncul kesadaran baru yang memandang perlunya dilakukan

perubahan-perubahan mendasar dalam tubuh NU.

Kembali ke Khittah 1926 adalah kesadaran yang dimaksud, tiada lain

merupakan titik balik dimana NU kembali kepada semangat dasarnya. Babak awal

mulai dilakukan untuk perubahan secara mendasar, baik pada aspek

Page 35: PERBANDINGAN ABDURRAHMAN WAHID DAN YUSUF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8498/1/HENDRI... · Apakah perbedaan dan persamaan pandangan antara Abdurrahman Wahid

kepemimpinan dengan segala perangkat (struktural) organisasinya, maupun aspek

politik berkaitan dengan visi, misi dan strategi (perjuangan) nya dalam kehidupan

berbangsa dan bernegara. Khittah 1926 yang ditetapkan melalui Muktamar ke-27

di Situbondo (1984), sebagai refleksi kritis terhadap perjalanan NU.

Dengan demikian, telah mengembalikan arah perjuangannya dari politik

kepada sosial keagamaan. Disinilah kemudian, NU memasuki wilayah baru, yakni

Perjuangan Kemasyarakatan Semesta.41

41

Ini adalah periode sesuai dengan yang dikemukakan oleh Gus Dur, merupakan periode

ketiga NU (1984-sekarang). sebelumnya adalah periode dimana NU hanya menjadi jami’yah

Diniyah (1926-1936), serta perjuangan politik (politik idealistik) (1936-1955), dan NU menjadi

kekuatan politik (1955-1984). M. Masyhur amin, Dialog Pemikiran Islam dan Realitas Politik,

(Yogyakarta:LKPSM,1993), hal.151-152.

Page 36: PERBANDINGAN ABDURRAHMAN WAHID DAN YUSUF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8498/1/HENDRI... · Apakah perbedaan dan persamaan pandangan antara Abdurrahman Wahid

BAB III

PANDANGAN ABDURRAHMAN WAHID DAN YUSUF

HASYIM TERHADAP VISI PERJUANGAN POLITIK

NU

A. SKETSA BIOGRAFI ABDURRAHMAN WAHID

Abdurrahman Wahid lahir 4 Agustus 1940 di Jombang, Jawa Timur dengan

nama Abdurrahman ad-Dakhil, ia telah melewati proses pematangan pemikiran

dan pengembangan intelektual yang cukup panjang dan dalam.42 Abdurrahman

Wahid tumbuh dan berkembang di tengah keluarga santri beraliran Sunni.

Kakeknya KH. Hasyim Asy’ari, adalah pendiri NU. Ayahnya, KH. A. Wahid

Hasyim, adalah Menteri Agama RI pertama dan aktif dalam Panitia Sembilan

yang merumuskan Piagam Jakarta.

KH. A. Wahid Hasyim memberikan nama Abdurrahman ad Dakhil bagi

putra pertamanya yang lahir pada Agustus 1940. Nama itu diambilkan dari nama

tokoh Islam terkemuka dimasa Dinasti Umayah. Secara leksikal, ia berarti

“Abdurrahman sang penakluk” Idealisme KH. A. Wahid Hasyim adalah tentu

agar putra pertamanya juga menjadi seorang “penakluk”, seperti pemilik asli

nama itu ratusan tahun silam. Namun dikemudian hari sang putra lebih suka

menuliskan namanya sebagai Gus Dur. Orang-orang secara akrab memanggilnya

Gus Dur. Barangkali karena itulah, karena tidak pernah menuliskan kata ad

42

Abdurrahman Wahid, Islamku, Islam Anda, Islam Kita (Jakarta: The Wahid Institut,

2006), hal.ix.

Page 37: PERBANDINGAN ABDURRAHMAN WAHID DAN YUSUF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8498/1/HENDRI... · Apakah perbedaan dan persamaan pandangan antara Abdurrahman Wahid

Dakhil, putra KH. A. Wahid Hasyim ini sedikit kepayahan untuk menampilkan

diri sebagai seorang penakluk, bahkan dalam lingkungan NU yang dipimpinnya.

Meskipun berasal dari keluarga santri, sebagian jenjang pendidikan formal

Abdurrahman Wahid ditempuh di sekolah-sekolah sekuler. Ia lulus dari Sekolah

Rakyat (SR) di Jakarta tahun 1953. Tahun 1953 - 1957, ia belajar di Sekolah

Menengah Ekonomi Pertama (SMEP) Yogyakarta. Di Yogyakarta ini ia tinggal di

rumah salah seorang Majlis Tarjih Muhammadiyah, KH. Junaid. Dari tahun

1957–1959 ia belajar di pesantren tegalrejo Magelang dan kemudian pindah ke

Pesantren Mu’allimat Bahrul Ulum Jombang, sampai tahun 1963. Kemudian ia

pindah ke Pesantren Krapyak Yogyakarta dan menetap di rumah tokoh NU

terkemuka, KH. Ali Ma'shum.43

Tahun 1964, Abdurrahman Wahid berangkat ke Kairo untuk belajar di

Universitas al Azhar. Namun, sebagian besar waktunya di Mesir dihabiskan di

ruang perpustakaan, terutama American University Library, sebuah perpustakaan

terlengkap di kota itu. Dari Mesir ia pindah ke Universitas Baghdad mengambil

Fakultas Sastra.

Dengan latar belakang pendidikan, pergaulan, dan perkenalannya dengan

dunia keilmuan yang cukup kosmopolitan itu, Abdurrahman Wahid mulai naik ke

permukaan percaturan intelektual Indonesia dengan pemikiran-pemikiran

briliannya. Pada tahun 1970-an, ketika ia mulai aktif di beberapa lembaga sosial,

LSM, dan forum-forum diskusi. Kendati latar belakang pendidikan formalnya

tidak ada yang ditempuh di Barat, menurut Greg Barton. Abdurrahman Wahid

43 Abdurrahman Wahid, Islamku, Islam Anda, Islam Kita, hal.xi-xiii.

Page 38: PERBANDINGAN ABDURRAHMAN WAHID DAN YUSUF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8498/1/HENDRI... · Apakah perbedaan dan persamaan pandangan antara Abdurrahman Wahid

secara intelektual jauh lebih siap untuk berpartisipasi dalam wacana-wacana besar

mengenai pemikiran Barat, pendidikan Islam, dan masyarakat Muslim. Studinya

di Baghdad telah memberikan dasar yang baik mengenai pendidikan bercorak

liberal dan bergaya Barat serta sekuler.44

KH. Ali Ma'shum (alm) pengasuh Pondok Pesantren al Munawwir Krapyak

Yogyakarta pernah menyatakan “ Gus Dur itu pancen nyeleneh, aneh, ananging

beneh (Gus Dur itu membuat kita bingung, bengong, namun nyatanya benar)”.

Cerita ini terungkap ketika ada pengadilan terhadap perilaku Abdurrahman Wahid

yang dianggap membingungkan atau kontroversial.45

Gagasan-gagasan dan komentarnya dianggap bertentangan dengan aturan

yang selama ini dianut oleh kalangan NU atau pemeluk Islam. Tulisan atau

perilaku Abdurrahman Wahid membingungkan warga, khususnya ulama NU.

Termasuk didalamnya tentang ajaran Marxisme. Didasari terhadap gagasannya,

Abdurrahman Wahid sering dituduh sebagai agen orientalisme, zionisme, sekuler,

sosialis, dan meremehkan ajaran Islam.46

Sejak melontarkan pemikiran-pemikiran pada pertengahan 1980-an,

Abdurrahman Wahid senantiasa mewarnai wacana media massa di tanah air.

Berangkat dari dunia pesantren, ia dinilai berhasil menepiskan anggapan sebagian

komunitas Islam kota terhadap kejumudan dunia pendidikan Islam tradisional.

44

Greg Fealy dan Greg Barton, Tradisionalisme Radikal, Persinggungan NU dan Negara,

hal.165-166. Kh Ahmad Siddiq (alm) pernah mengungkapkan kehenarannya ketika Gus Dur yang

masih SMEP sudah membaca Das Kapital karya Karl Max. Sewaktu remaja ia juga gemar

membaca karya-karya Jean Pul Sartre dan mengagumi pemikiran pemimpin besar India, Mohandas Karamachachand Ghandi. KH. Imron Hamzah dan Choiril Anam, “Gus Dur Diadili

Kyai-Kyai”, Jawa Pos, 1989, hal. 11 45

KH. Imron Hamzah dan Choiril Anam, “Gus Dur Diadili Kyai-Kyai”, Jawa Pos, 1989,

hal. 3. 46

Sholihin Hidayat dan Sururi al Faruqi “Gus Dur Tokoh Nyeleneh dan Konsisten”, Jawa

Pos, 20 April 1999.

Page 39: PERBANDINGAN ABDURRAHMAN WAHID DAN YUSUF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8498/1/HENDRI... · Apakah perbedaan dan persamaan pandangan antara Abdurrahman Wahid

Kolom – kolom awalnya menyadarkan orang akan tidak berdasarnya “stereotip”

yang sering dialamatkan kepada para kyai selama ini. Memasuki dasawarsa 1990-

an langkah politiknya lebih ‘gila’ lagi.

Bagi sejumlah komunitas Islam, ia pernah dikecam habis-habisan karena

pendapatnya yang berani keluar dari mainstream umat. Kemudian bersama

sejumlah tokoh yang ada di pinggir kekuasaan ia mengungkapkan forum

Demokrasi. Dengan itu, maka ia telah mengambil resiko yaitu bersebrangan

dengan pendukung status quo.

Menjelang pemilu 1997, ia menggandeng Mbak Tutut tanpa meninggalkan

Mbak Mega. Masih dalam kesempatan yang sama, bersama Mbak Tutut dan R.

Hartono ia melakukan safari politik ke kantong-kantong NU di Jawa Timur.

Sebelumnya pada Muktamar NU di Cipasung tahun 1995, ia sempat digoncang

oleh kubu Abu Hasan, tapi ia tidak collapse. Setelah itu iklim hubungannya

dengan pemerintah sempat agak memanas. Tetapi justru ia bisa bersalaman

dengan Pak Harto. Ada yang menyebut peristiwa ini sebagai “salaman politik”.

Dengan segala sepak terjangnya itulah benar-benar menjadi sosok kyai yang

mewarnai langit intelektual bebas di tanah air. Siapa lagi kalau bukan Gus Dur,

panggilan akarab KH. Abdurrahman Wahid, tokoh paling kontroversial di

panggung politik Indonesia.

Periode akhir kepemimpinan Abdurrahman Wahid dalam NU, didukung

terutama kehidupan politik era reformasi, setelah Soeharto lengser pada 21 Mei

1998. Abdurrahman Wahid telah bermain api di kancah politik nasional. Tidak

secara langsung atas lengsernya Pak Harto memberikan kesempatan politik bagi

Page 40: PERBANDINGAN ABDURRAHMAN WAHID DAN YUSUF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8498/1/HENDRI... · Apakah perbedaan dan persamaan pandangan antara Abdurrahman Wahid

banyak pihak, apalagi yang mempunyai dukungan massa besar, untuk dilewatkan

begitu saja. Tanpa memperdulikan suara-suara sumbang, tiba-tiba Abdurrahman

Wahid membuat kejutan politik, dengan mendirikan partai bagi warga NU, yaitu

PKB. Hal ini dilakukan agar NU dapat secara langsung merasakan pahit manisnya

politik yang tidak manikmati secara berarti, serta tidak mau hanya berdiri di

pinggir jalan. Karena terbentur di Khittah ’26, maka diciptakanlah PKB. Dan,

tamsil yang pernah dinyatakan Abdurrahman Wahid pada masa kampanye 1999,

bahwa ibarat ayam NU mengeluarkan “telur” dan ”kotoran” menunjukkan tingkat

proksimitas PKB dengan NU yang teramat tinggi.

Inilah yang membuat peserta Muktamar merekomendasikan PKB untuk

melakukan politik “pulang kandang.” Dengan kata lain, mereka mengamanatkan

PKB untuk mengajak para nahdliyin, yang secara politik berada dimana-mana,

untuk kembali ke “telur” NU. Karenanya, meskipun diawal pidato, Abdurrahman

Wahid sudah menyatakan keharusan untuk memisahkan NU dengan PKB, di

dalam pandangan jamaahnya antara NU dan PKB merupakan entitas yang tidak

bisa dipisahkan.47

Sampai pada klimaksnya meteor politik Abdurrahman Wahid mencorong

ketika dirinya resmi terpilih menjadi Presiden RI ke-4 di bawah mandat MPR.

Dengan wakil Megawati selaku rival dalam pemilihan langsung anggota MPR

tersebut yang berasal dari “partai wong cilik” (PDI-Perjuangan) yang memperoleh

jumlah suara pada urutan setelah Abdurrahman Wahid.

47 Bahtiar Effendy, Gus Dur dan pupusnya DWI TUNGGAL, hal.26.

Page 41: PERBANDINGAN ABDURRAHMAN WAHID DAN YUSUF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8498/1/HENDRI... · Apakah perbedaan dan persamaan pandangan antara Abdurrahman Wahid

Itulah sebagian kecil sosok Abdurrahman Wahid, yang sekilas terkesan

sebagai tokoh multi komplek lengkap dengan segala kenyelenehannya. "Tugas

saya sudah usai, mengobrak-abrik NU, yakni mengubah wawasan warga NU”.

Itulah salah satu ungkapan ketua PBNU Abdurrahman Wahid saat usai periode

kedua dalam kepemimpinan dalam NU.48

B. PANDANGAN ABDURRAHMAN WAHID TENTANG NU, ISLAM DAN

NEGARA

Pendidikan Abdurrahman Wahid mewakili Amalmagasi antar pendidikan

Islam tradisional dan pendidikan “barat” modern. Dilihat dari setting ini, akan

tampak salah satu dari hasil sintesis kedua pendidikan ini adalah perhatian yang

sangat kuat untuk reformasi pemikiran dan politik Islam, sesuatu yang harus

diperhatikan oleh modernisme Islam.

Untuk benar-benar memahami pemikiran politik Abdurrahman Wahid,

perlu dilihat kehadirannya sebagai representasi generasi pemikir Islam

Revolusioner di Indonesia. Greg Barton,49 Fachry Ali dan Bachtiar Effendi,50

memasukkan Abdurrahman Wahid sebagai pemikir Neo-Modernis, yang sangat

mengedepankan pemahaman Islam yang terbuka, inklusif dan liberal, utamanya

dalam menerima dan meng-afirmasi pluralisme masyarakat dan menekankan

signifikansi toleransi dan harmoni dalam hubungan antar komunal.51

Salah satu

48

Ummurisalah, “Gus Dur di Mata Mereka”, Aula, No. 11/Th.XVI/November 1994,

hal.27. 49

Greg Fealy dan Greg Barton, Op Cit , hal.195. 50

Fachry Ali dan Bachtiar Effendi, Merambah Jalan Baru Islam, Rekrontruksi Pemikiran

Islam Indonesia Masa Orde Baru, Cet II, ( Bandung: Mizan, 1990), hal. 171-177. 51 Ammaruddin Masdar, Membaca Pemikiran Gus Dur dan Amin Rais Tentang Demokrasi.

Page 42: PERBANDINGAN ABDURRAHMAN WAHID DAN YUSUF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8498/1/HENDRI... · Apakah perbedaan dan persamaan pandangan antara Abdurrahman Wahid

ciri yang menandai pemikiran Neo-modernis adalah komitmennya pada pluralistik

dan nilai-nilai demokratik. Selain itu, nilai-nilai pluralistik ini telah dirajut di

dalam struktur Iman (Islam) sebagai nilai inti Islam itu sendiri.52

Berangkat dari pola pemikiran di atas, timbul pertanyaan bagaimanakah

Abdurrahman Wahid menempatkan kepentingan nasional dengan kepentingan

agama (Islam)?. Bagi Abdurrahman Wahid, kepentingan Islam memang harus

diutamakan oleh umat Islam, sebab itu hak Umat Islam telah dijamin oleh

perundang-undangan. Tetapi permasalahannya, bagaimana kalau kepentingan

Islam itu justru merugikan pihak lain?. Hal demikian menurut Abdurrahman

Wahid harus dihindari, karena kepentingan nasional adalah Kepentingan Islam

juga, tujuan Islam adalah menciptakan kesejahteraan sebagaimana ditegaskan

dalam al-Qur’an “ Tiadalah Ku utus engkau ( wahai Muhammad ), kecuali

sebagai pembawa Rahmat ( Kesejahteraan )”.

Sehingga kita bisa mengetahui mengapa Abdurrahman Wahid menolak

bergabung dengan ICMI. Menurut persepsinya, ICMI cenderung bersifat

eksklusif. Apalagi pada kenyataannya, ICMI lebih banyak bernuansa politis

daripada nuansa kecendekiawanan. Fenomena ICMI yang kita saksikan

tampaknya menjadi sarana “batu loncatan” oleh pihak-pihak tertentu untuk

meningkatkan karir politik, dan dengan ICMI negara bisa mengkooptasi atau

bahkan menjinakkan para cendekiawan muslim yang semula sangat kritis

terhadap negara.53

52

Greg Fealy dan Greg Barton, Op Cit , hal.195 53

Nasrullah Ali Fauzi, ICMI Antara Status Quo dan Demokratisasi,(Bandung:Mizan,1995),

hal.70.

Page 43: PERBANDINGAN ABDURRAHMAN WAHID DAN YUSUF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8498/1/HENDRI... · Apakah perbedaan dan persamaan pandangan antara Abdurrahman Wahid

Kenyataan ICMI tersebut di atas bagi Abdurrahman Wahid dirasa kurang

sehat, terlalu banyak membela satu golongan saja (Islam) dan mengabaikan

golongan lainnya (non muslim). Hal demikian kurang baik untuk suatu negara

semacam Indonesia yang pluralistik serta memiliki komponen yang

beranekaragam.54 Ia menegaskan pendapatnya :

Bagi saya “masyarakat Islami” di Indonesia bertentangan dengan konstitusi,

karena akan menempatkan non muslim sebagai warga negara kelas dua.

Tetapi sebuah masyarakat Indonesia di mana kaum muslimin kuat, kuat

yang berarti berfungsi secara baik. Saya pikir itulah yang terbaik. Karena

itu, menjadi tugas NU-lah untuk menunjukkan alternatif visi dan

kemasyarakatan yang toleransi.55

Dalam menghadapi kebangkitan politik Islam di Indonesia, Abdurrahman

Wahid berargumentasi:..

Jauh di lubuk hati saya, saya tidak tahu bahwa tidak mungkin bagi

Indonesia diatur oleh satu pihak. Impian dan keyakinan saya bagi sebuah Indonesia yang modern adalah politik yang terbuka, dimana kegiatan politik

adalah hal yang biasa dan tidak secara eksklusif berdasarkan agama dan ras. ... Bukankah, sebaliknya bahwa gerakan Islam harus menghindarkan

formalisme dan memperjuangkan demokrasi dengan segala konsekuensinya. kalau ini tidak dilakukan bukankah salah satu, kalau kita

menghasilkan formalisme Islam yang mengekang demokrasi (seperti di Iran) atau meninggalkan demokrasi dengan meninggalkan Islam?

Pertarungan inilah yang tampaknya masih akan mewarnai kehidupan

bangsa ini.

Abdurrahman Wahid melihat bahwa wadah untuk pendapatnya sebenarnya

sudah ada yaitu Pancasila. Baginya, di dalam Pancasila terdapat unsur toleransi

beragama, dan merupakan prasyarat yang sangat penting dalam pembangunan

sebuah masyarakat demokratis di Indonesia. Pandangannya mengenai Pancasila

54

Gus Dur, “ ICMI Islam Masjid”, Aula, No. 11/Th.XIV/November 1994, hal.55. 55 Greg Fealy dan Greg Barton, Op Cit , hal.206-207.

Page 44: PERBANDINGAN ABDURRAHMAN WAHID DAN YUSUF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8498/1/HENDRI... · Apakah perbedaan dan persamaan pandangan antara Abdurrahman Wahid

sebagai basis nasionalisme bagi negara penting, karena beberapa muslim

memandang Pancasila sebagai ideologi sekuler yang tidak sesuai dengan lslam.

Dalam hal ini, Abdurrahman Wahid sering kali menunjukkan bahwa,

ayahnya Wahid Hasyim, seorang pemimpin NU pada tahun 1945, juga sepakat

mendukung negara nasional non Islam.56 NU merupakan salah satu organisasi

berbasis massa yang pertama kali mengakui keabsahan Orde Baru. Abdurrahman

Wahid berpendapat bahwa tidak ada keharusan dalam ajaran Islam untuk

membentuk negara Islam. Itulah sebabnya, ayahnya dan kepemimpinan NU bisa

dengan mudah menerima sebuah negara yang tidak secara eksplisit berdasarkan

Islam. Baginya Indonesia adalah sebuah negara konsensus dan kompromi ini

inhern dalam Pancasila.57

Abdurrahman Wahid seringkali menekankan keyakinan nasionalis NU

dengan menegaskan kesetiaan NU pada Pancasila. Ia menjelaskan bahwa pada

tahun 1945 Soekarno meminta nasehat pimpinan NU, termasuk ayahnya yang

diyakini membantu Soekarno merumuskan Pancasila.58 Selain itu Abdurrahman

Wahid berpendapat bahwa tidak ada pertentangan antara Islam dan nasionalisme.

Islam bisa berkembang secara spiritual dalam sebuah negara nasional yang tidak

secara formal berdasarkan pada Islam:

NU berpegang pada konsepsi nasionalisme yang sesuai dengan Pancasila

dan UUD 1945. NU telah menjadi pioner dalam masalah ideologis. Ini

hanya satu kasus, karena di seluruh dunia Islam hubungan antara

nasionalisme dan Islam masih menjadi persoalan, para penulis sendiri

56

Dapat dilihat dalam pernyataan Wahid Hasyim pada tahun 1945 bahwa dengan

“Persatuan bangsa yang tidak dapat dipecah-pecah, posisi Islam yang sehat bisa di jamin”, dikutip

dari Harry J. Benda, The Crescent And The Rissing Sun, Indonesian Islam Under Japanese

Occupation, (Den Hag: Van Houve Ltd, 1953). hal 189. 57

Gus Dur, “NU dan Islam”, Media Indonesia, 8 Oktober 1998. 58 Pidato Gus Dur, “Langkah Strategis”, Aula, Juli 1992, hal.26.

Page 45: PERBANDINGAN ABDURRAHMAN WAHID DAN YUSUF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8498/1/HENDRI... · Apakah perbedaan dan persamaan pandangan antara Abdurrahman Wahid

menganggap nasionalisme sebagai bentuk sekularisme. Mereka belum

mengerti bahwa nasionalisme seperti yang dipraktekkan di Indonesia

tidaklah sekular, tetapi sangat menghormati peran agama.59

Gambaran pemikiran Abdurrahman Wahid di atas telah membuat NU

menciptakan organisasinya sendiri pada tahun 1926, dan menciptakan partai

politik sendiri pada tahun 1952 ketika kepemimpinan baru Masyumi di bawah

Moh. Natsir memutuskan untuk mengurangi peran ulama yang berkumpul di

majlis Syuro. Moh. Natsir, sebagai seorang yang berpendidikan “Islam dan Barat”

yang membiarkan ulama NU memutuskan apa yang benar dan apa yang salah

sesuai dengan hukum Islam.

Perpecahan instrinsik ini merupakan alasan mengapa para Founding Father

RI memutuskan melawan “bentuk-bentuk” dalam memandang substansi, pada

bulan Mei 1945, sebagai cara untuk mempersatukan bangsa yang heterogen ini.

Masyumi pada tahun 1950-an tidak pernah memperjuangkan “bentuk-bentuk”

melainkan substansi. Kini, Abdurrahman Wahid mempromosikan nilai-nilai etik

(etika sosial) bukan pemahaman Islam yang legal-formalistik. Baginya di

tempatkan Islam sebagai sebuah nilai-nilai etik dalam konteks kebangsaan dan

keagamaan akan memberi nuansa baru dalam warna dan orientasi dari gerakan

Islam dan interpretasi ajarannya, sehingga ketegangan Islam dan negara dapat

dieliminasi demi kebutuhan kemanusiaan.60

C. ABDURRAHMAN WAHID DAN MISI PERJUANGAN POLITIK PKB

59

Pidato Gus Dur, “Langkah Strategis”, Aula, hal.26. 60

Muhammad AS Hikam, “Negara, Masyarakat Sipil dan gerakan Keagamaan dalam

Politik Indonesia” Prisma, No.3 Tahun XX, Maret 1991, hal.89.

Page 46: PERBANDINGAN ABDURRAHMAN WAHID DAN YUSUF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8498/1/HENDRI... · Apakah perbedaan dan persamaan pandangan antara Abdurrahman Wahid

Komitmen-komitmen Abdurrahman Wahid seperti yang dijelaskan,

dibuktikan dengan hadirnya Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), sebuah partai

yang bersifat terbuka yang bisa menampung. aspirasi segenap komponen bangsa

tanpa membedakan agama, suku maupun golongan. Dalam hal ini ia lebih jauh

menjelaskan

... sebuah pertanyaan mengganggu partai tersebut dalam jangka panjang

mengapa PKB tidak menjadikan kepentingan agama sebagai pijakan,

mengapa justru nasionalisme dan demokrasi sebagai dasar pijakannya?

PKB mengutamakan kepentingan nasional. Untuk menyesuaikan

kepentingan hukum nasional dengan fiqh, tentu menjadi utama PKB, ...

PKB dalam hal ini tentu bertindak mengutamakan substansi hukum Islam

melalui hukum nasional dan bukannya mengutamakan simbol-simbol

formal keagamaan. Mengapa? Karena Republik Indonesia adalah sebuah

negara dengan kepentingan nasionalnya sendiri dan bukan sebuah negara

agama ...61

Secara formal organisatoris, memang Mathori Abdul Djalil adalah Ketua

Umum PKB. Namun tokoh utama yang berperan penting dalam seluruh proses

gerak dalam percaturan politik PKB di pentas nasional adalah Abdurrahman

Wahid. Bayangan Abdurrahman Wahid dalam visi, misi dan perilaku politik PKB

sangatlah dominan. Poster-poster yang manampilkan Abdurrahman Wahid ketika

kampanye berlangsung muncul dimana-mana. Seruan dari kampanye

Abdurrahman Wahid “Maju tak gentar, membela yang benar bersama PKB”

menggema berulang-ulang, baik dalam media massa maupun dalam kampanye.

Di berbagai kota di mana Abdurrahman Wahid melakukan kampanye, para

pendukung, simpatisan dan jama'ah NU berbondong-bondong mendengarkan

kampanyenya. Di hadapan publik, Abdurrahman Wahid menjelaskan visi, misi

dan tujuan perjuangan partainya. Kiranya tak berlebihan bahwa keberhasilan PKB

61 Gus Dur, “PKB Syariah dan PKU” Jawa Pos, 30 Oktober 1998

Page 47: PERBANDINGAN ABDURRAHMAN WAHID DAN YUSUF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8498/1/HENDRI... · Apakah perbedaan dan persamaan pandangan antara Abdurrahman Wahid

tidak bisa dilepaskan dari peran-peran Abdurrahman Wahid. Berangkat dari

sinilah kekuatan tawar menawar politik Abdurrahman Wahid pun sangat

diperhitungkan, misalnya keputusannya untuk berkoalisi dengan partai politik

yang “sekuler” dibawah pimpinan Megawati, dalam hal ini dia di dalam partai

PDI Perjuangan.

Berkenaan dengan keputusan Abdurrahman Wahid yang masuk dalam

golongan Poros Tengah untuk berkoalisi dengan Megawati, sebenarnya ada titik

temu dengan pemikiran politik Abdurrahman Wahid atau perjuangan yang selama

ini ditekuninya, yakni demokrasi. Douglas E. Remage menjelaskan, bahwa

pemikiran politik Gus Dur di dasarkan pada visi politik yang demokratis, sekuler

dengan nasionalis, salah satu keyakinan intinya adalah bila Indonesia benar-benar

akan menjadi civil society yang demokratis, aspirasi politik masyarakat tidak

boleh disalurkan melalui agama.62

Hal tersebut mengingatkan kita pada kedekatan politik Soekarno dan Natsir

pada akhir masa revolusi dan awal 1950-an. Hubungan politik Natsir dan

Soekarno mengalami pasang surut. Tempo-tempo mereka terlibat di dalam

perdebatan sengit, seperti dalam hal Islam sebagai dasar negara sampai ihwal

mencuci anggota tubuh yang terkena jilatan anjing. dan sesekali mereka menjalin

hubungan personal yang sangat hangat. Ketika Soekarno dibuang ke Endah,

adalah Natsir dan A. Hassan (Pimpinan Persatuan Islam) yang rajin berkirim surat

berdiskusi mengenai kaitan Islam dan politik, dan mengirim kacang jambu mete

(mede). Begitu pula pada awal-awal pemerintahan Republik, Soekarno

62 Greg Fealy dan Greg Barton, Op Cit, hal.194.

Page 48: PERBANDINGAN ABDURRAHMAN WAHID DAN YUSUF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8498/1/HENDRI... · Apakah perbedaan dan persamaan pandangan antara Abdurrahman Wahid

mempercayakan Natsir untuk memimpin Kementrian Penerangan.

Dalam konteks ini, menurut cerita Soekarno hampir-hampir tak pernah

membacakan teks pidatonya kecuali yang telah diparaf Natsir. Puncak

kehangatan hubungan politik Natsir dan Soekarno terjalin ketika yang pertama

memelopori mosi integral. Antara lain atas dasar itu, Soekarno menganggap

Natsir orang yang paling punya visi untuk menjadi Perdana Menteri pada 1950.

Jika berhasil apa yang tengah diupayakan Poros Tengah dan kubu Megawati,

untuk menjalin aliansi politik, merupakan pengulangan sejarah hubungan antara

Natsir dan Soekarno. Baik gedung Dewan Dakwah lslamiyah Indonesia maupun

Masjid aI-Azhar, yang menjadi tempat pertemuan antara golongan agama dan

nasionalis yang dimaksud mempunyai kedekatan emosional tertentu dengan

Masyumi. Begitu pula dengan tokoh-tokoh politik yang menyertainya.

Kepeloporan M. Amien Rais dan Yusril Ihza Mahendra di dalam proses aliansi

ini dapat dianggap sebagai representasi semangat politik ke-Masyumi-an.63

Bagi Abdurrahman Wahid, gerakan Islam yang bercorak simbolik formal

justru tidak strategis. Dalam kondisi bangsa yang plural dengan potensi yang

berderajat tinggi, gerakan Islam yang simbolik formal menurutnya akan

menimbulkan self defensive system (daya tahan diri) dari kelompok lain yang

merasa terancam eksistensinya. Akibatnya dapat menimbulkan ketegangan antara

kelompok yang memancing lahirnya masalah besar dalam proses pembangunan

bangsa.64 Memang ada sekelompok masyarakat Indonesia yang menginginkan

63

Bahtiar Effendy, JALAN TENGAH Politik Islam (Kaitan Islam, Demokrasi, dan Negara

yang Tidak Mudah) (Jakarta:Ushul Press, 2005), hal.26. 64 Gus Dur, Pengantar, dalam Greg Fealy dan Greg barton, Op Cit.

Page 49: PERBANDINGAN ABDURRAHMAN WAHID DAN YUSUF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8498/1/HENDRI... · Apakah perbedaan dan persamaan pandangan antara Abdurrahman Wahid

berdirinya negara berdasarkan agamanya, ya macam-macamlah ada yang dari

ICMI, ada juga dari kelompok lain ... kata Gus Dur suatu ketika.65

Abdurrahman Wahid mencontohkan kasus dalam negara Turki dan Iran

yang bersedia menerima sekularisasi dalam menegakkan demokrasi. Meskipun

Abdurrahman Wahid tidak menjatuhkan secara tegas pilihan bangsa dimasa

depan, model Turki atau Iran. Ia hanya mengingatkan bahwa formalisme agama

(hukum-hukum agama) dalam struktur kenegaraan akan menimbulkan persoalan

baru, yakni terhambatnya proses demokrasi di Indonesia. “Bukankah sebaliknya

kata Abdurrahman Wahid; bahwa gerakan Islam harus menghindari formalisme

dan memperjuangkan demokrasi dengan menyeluruh konsekuensinya”. Dengan

demikian, menurutnya memperjuangkan demokrasi dengan menampilkan

pandangan hukum Islam tentang hak warga negara, perbedaan antar manusia, atau

dengan kata lain, Islam harus menggali sedalam-dalamnya komponen hak asasi

manusia dan musyawarah. Cara inilah menurut Abdurrahman Wahid Islam akan

mempunyai relevansi dan perkembangan sosial saat ini.66

Bagaimanapun menurut Abdurrahman Wahid dalam panggung sejarah

peradaban manusia, Islam hanyalah salah satu dari kesekian mata rantai peradaban

manusia. Karenanya sumbangan Islam harus diberikan dalam rangka kebersamaan

dengan semua pihak, bukan menyendiri di luar sejarah.67

Demikian juga dalam

konteks wawasan ke Indonesiaan Islam hanyalah salah satu dari sekian agama dan

pandangan hidup yang ada di dalamnya. Pluralitas agama, tradisi, budaya dan

65

Gus Dur, “Wawancara”, NU Aula, No. 3 Tahun XXI Maret 1999. Lihat juga dalam

Sabili, No. 13 Tahun VI, 6 Januari 1999. 66

Gus Dur, “Pencarian Strategi Hal yang Lumrah”, Jawa Pos, 12 Maret 1998. 67 Gus Dur, “Masalah Kultur Kepemimpinan Umat Islam”, Jawa Pos, 13 Maret 1998.

Page 50: PERBANDINGAN ABDURRAHMAN WAHID DAN YUSUF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8498/1/HENDRI... · Apakah perbedaan dan persamaan pandangan antara Abdurrahman Wahid

pandangan hidup merupakan sesuatu yang sudah mapan dalam bangunan

Indonesia. Karena itu, setiap agama (termasuk Islam), seharusnya di

fungsionalisasikan dalam posisi imbang dan timbal balik (komplementer). Tidak

ada yang mendominasi atau didominasi.

Dengan keyakinan-keyakinan seperti tersebut di atas, Abdurrahman Wahid

selalu menegaskan bahwa ia dan NU akan menolak dan melawan segala

perubahan politik yang inskonstitusional. Menurutnya NU sejak dulu dikenal

sebagai ormas yang lebih mengedepankan wawasan kebangsaan ketimbang ikatan

primordial yang sempit. Abdurrahman Wahid mencontohkan kasus penerimaan

NU terhadap Pancasila sebagai landasan organisasi serta kasus penerimaan NU

terhadap wacana kenegaraan seperti dalam keputusan muktamar NU di

Banjarmasin.

Dalam pandangan Abdurrahman Wahid, kedua keputusan tersebut

merupakan keputusan agama (fiqih) dan bukan keputusan resmi pemerintah yang

harus dijadikan undang-undang negara, hanya kalau sudah menjadi hukum agama,

dapat dijadikan keputusan resmi. Semua itu menurut Abdurrahman Wahid

mencerminkan penerimaan hukum dilakukan oleh swakarsa tanpa melalui peran-

peran negara. Kekuatannya terletak pada kenyataan bahwa pertimbangan-

pertimbangan lokal selalu menjadi bagian dari NU itu sendiri.68

Sikap ini yang

membuat NU menjadi organisasi yang fleksibel. Umpamanya saja, sikap NU di

dewan konstituante untuk mempertahankan asas atau dasar Islam, tidak pernah

dijadikan sikap resmi organisasi dan artinya NU memperjuangkan Syari’ah tidak

68 Gus Dur, “NU dan Islam”, Media Indonesia ,30 Oktober 1998.

Page 51: PERBANDINGAN ABDURRAHMAN WAHID DAN YUSUF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8498/1/HENDRI... · Apakah perbedaan dan persamaan pandangan antara Abdurrahman Wahid

selalu hukum-hukum dan simbol-simbol formal, melainkan sebagai ruh yang

menjiwai setiap hukum positif yang dibuat oleh negara. Substansi syariah ini juga

bisa terwujud melalui gerakan demokratisasi atau menegakkan negara bangsa.

Pikiran-pikiran NU inilah yang akan diperjuangkan melalui PKB dalam kancah

politik praktis. 69

D. SKETSA BIOGRAFI YUSUF HASYIM

KH. Yusuf Hasyim yang akrab disapa Pak Ud lahir 3 Agustus 1929 di

Tebuireng Jombang. Merupakan putra bungsu dari istri pertama KH. Hasyim

Asy’ari yaitu Nyai Nafiqoh.70

Pendidikannya selalu di Pesantren Tebuireng dan

Pesantren KH. Ali Ma’shum. Dialah anak kesayang Hadratussyekh Hasyim

Asy’ari yang meninggal ketika Yusuf berusia 18 tahun dan tidak membuat dia

manja.

Nama Muhammad Yusuf yang dipilih khusus oleh K.H Hasyim Asy’ari

merupakan nama dan dua Nabi sekaligus; Nabi Muhammad SAW dan Nabi Yusuf

as. Pemilihan nama ini bertujuan mengikuti sunnah Nabi, dengan memberi nama

yang baik kepada putra-putrinya, serta berharap agar bayi itu kelak tumbuh

setegar Nabi Yusuf dan sesabar, searif, dan setabah Nabi Muhammad. Dalam

hidupnya, diharapkan dia sanggup menghadapi segala ujian dan cobaan, serta

selalu bersikap jujur dan terpuji.71

69

Gus Dur, “PKB, Sayriah dan PKU”, Jawa Pos, 30 Oktober 1998. 70

Abdul Wahid, SANG PEJUANG SEJATI K.H Muhammad Yusuf Hasyim Di Mata

Sahabat Dan santri,(Jombang: PUSTAKA IKAPETE, 2007), hal.1. 71

Abdul Wahid, SANG PEJUANG SEJATI K.H Muhammad Yusuf Hasyim Di Mata

Sahabat Dan santri, hal.3.

Page 52: PERBANDINGAN ABDURRAHMAN WAHID DAN YUSUF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8498/1/HENDRI... · Apakah perbedaan dan persamaan pandangan antara Abdurrahman Wahid

Selama masa pendidikan, Yusuf Hasyim pernah nyantri di Pondok

Pesantren Krapyak, di bawah asuha KH. Munawwir. Saat masuk Krapyak, Ia baru

berumur 14 tahun. Selain itu, Yusuf Hasyim juga pernah mondok di Gontor,

Ponorogo jawa Timur, yang mengkombinasikan antar pengajaran ilmu-ilmu

agama dengan studi umum dan bahasa-bahasa asing.

Otodidak atau belajar sendiri merupakan style Yusuf Hasyim di masa

remajanya. hal itu dikarenakan tidak sempat mengenyam pendidikan formal.

Bahkan lantaran tuntutan situasi dan kondisi, Yusuf Hasyim kemudian ikut

terlibat dalam ketentaraan dan politik. Tetapi ia cepat belajar dan memoles

kekurangan dengan banyak membaca dan bergaul dengan kalangan cendikiawan.

Kelemahan banyak sisi termasuk keagamaan, diimbangi dengan ketajaman intuisi

dan keluwesan bergaul. ini sangat mendukung Yusuf Hasyim dewasa, harus terjun

sebagai Politisi Nasional.72

Beliau adalah bekas tentara Laskar Hisbullah pada Desember 1945 dan TNI

pada awal Juli 1947 dan beliau mengundurkan diri tahun 1956, terjun ke dunia

politik praktis (Wakil NU) hingga sempat duduk sebagai anggota Dewan. Dia

juga sempat menjadi selebritis bintang film sebagai Sunan Gresik dalam film Wali

Songo. Darah prajurit, watak politisi, pemain drama, serta pengaruh pesantren

agaknya berpacu dalam dirinya. Adapun jabatan-jabatan yang pernah di emban

yaitu: Wakil SekJend LVRI ( Legiun Veteran Republik Indonesia), Ketua Banser

tahun 1964, Anggota DPR RIS, anggota DPRGR tahun 1967, Sekjen PBNU,

Wakil Ketua MPP PPP, Anggota DPR/MPR komisi I (1971-1977, 1977-1982, dan

72

Abdul Wahid, SANG PEJUANG SEJATI K.H Muhammad Yusuf Hasyim Di Mata

Sahabat Dan santri, hal.5.

Page 53: PERBANDINGAN ABDURRAHMAN WAHID DAN YUSUF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8498/1/HENDRI... · Apakah perbedaan dan persamaan pandangan antara Abdurrahman Wahid

1982-1987); anggota Dewan Pakar ICMI; anggota DPA Kabinet Reformasi; dan

Jabatan terakhir adalah Ketua Umum Partai Kebangkitan Umat (PKU) dan

Pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng dan mengundurkan diri pada April

2006..73

Memang menangkap kemauan Yusuf Hasyim tidaklah mudah. Hal Ini

disebabkan karena pribadi tokoh Tebuireng ini sulit dibaca. Suatu ketika Yusuf

Hasyim berkata: “ NU adalah sebuah pondok besar, tempat kaum nahdilyin

menimba ilmu, kebajikan dan akhlakul karimah, maka masuklah (kedalam NU)

dengan penuh kecintaan, kasih sayang, rukun, bersatu dan dengan ikatan jiwa

raga. NU adalah jam’iyah yang harus bersifat memperbaiki dan menyantuni.74

Setting NU di bawah kepemimpinan Abdurrahman Wahid selama tiga

periode berturut- turut, senantiasa dihadiri dan disaksikan oleh Yusuf Hasyim baik

secara fisik dan moral, formal dan informal. Yusuf Hasyim adalah salah satu

representasi dinamika internal NU, Menurut Syamsudin Haris, dia bukan saja

pengawal nurani dan tradisi kaum Nahdliyin, tetapi juga merupakan jembatan

kemajemukan NU, Lanjutnya, dia juga merupakan ulama sekaligus seorang

politikus yang menafsirkan realitas internal bagi jamaah NU. Misalnya Yusuf

Hasyim sudah memprihatinkan pelaksanaan Khittah ‘26 sebelum orang lain

mengakui sebagai realitas. Sebagai wakil generasi kedua dan putra pendiri NU,

73

Abdul Wahid, SANG PEJUANG SEJATI K.H Muhammad Yusuf Hasyim Di Mata

Sahabat Dan santri, hal.16-22 dan hal.58. 74 Pak Ud, Gatra, 21 Januari 1995.hal.20.

Page 54: PERBANDINGAN ABDURRAHMAN WAHID DAN YUSUF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8498/1/HENDRI... · Apakah perbedaan dan persamaan pandangan antara Abdurrahman Wahid

Hadratussyekh Hasyim Asy'ari, Yusuf Hasyim adalah sosok wajah “NU

komplek”.75

Selama kepemimpinan Abdurrahman Wahid dalam NU, Yusuf Hasyim

tampil sebagai seorang nahdliyin yang “ gelisah dan menggugat “ kemapanan Gus

Dur, NU, PPP, juga kemapanan Orde Baru. Yusuf Hasyim tidak menginginkan

NU tertidur atau ditidurkan oleh realitas struktural di sekitarnya. Yusuf Hasyim

menggugat Orde Baru, ketika menyinggung soal “wilayah sakral” agama dalam

RUU Perkawinan 1973.76

Dia menggugat kecenderungan agama kearah

kemusryikan tatkala pemerintah mengintroduksi aliran kepercayaan. Dan dia juga

ikut menentang pemberlakuan P4, karena khawatir menjadi penafsiran tunggal

atas ideologi negara Pancasila.77

Di panggung kampanye PPP, Yusuf Hasyim

merupakan juru kampanye vokal yang menolak pengkambing hitaman Islam oleh

sebagian pemerintah (birokrasi). Namun perlahan, Yusuf Hasyim dengan sigap

menyambut kerja sama dengan Orde Baru, ketika secara berangsur-angsur

menyantuni golongan Islam.

Di dalam PPP, Yusuf Hasyim juga tidak pernah diam. Dia menggugat H.J

Naro yang melemparkan NU dengan telur busuk,78

melainkan kepada Buya Ismail

Hasan Metarium yang dianggap tak mendengar suara-suara orang NU. Yusuf

Hasyim juga memprakarsai rujuk sementara Mathori Abdul Djalil dengan Buya,

75

Tim Tempo, Apa dan Siapa Sejumlah Orang Indonesia Antara Tahun 1983-1984,

(Jakarta: Grafiti Press, 1984), hal. 270.Lihat juga Aula, No 12 Tahun XVI, (Desember 1994),

hal.60. 76

Wakil-wakil NU dalam PPP yang dipimpin oleh Pak Ud menolak karena RUU Perkawinan 1973 tersebut dianggap secara prinsipal bertentangan dengan ajaran Islam. Lihat

Syamsudian Haris, PPP dan Poltik Orde Baru, (Jakarta:Garmedia, 1991), hal.11 dan 46. 77

Syamsudin Haris, PPP dan Politik Orde Baru, hal.46-51. 78

Istilah J Naro yang digunakan untuk tokoh-tokoh NU (politisi), lihat Tempo, 21 Maret

1987.Dan dengan pelecehan tersebut maka Pak Ud pun menurunkan pamor PPP yang dipimpin J.

Naro khususnya di Jawa Timur, Kompas, 14 April 1987.

Page 55: PERBANDINGAN ABDURRAHMAN WAHID DAN YUSUF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8498/1/HENDRI... · Apakah perbedaan dan persamaan pandangan antara Abdurrahman Wahid

dengan harapan orang-orang PPP tidak menarik garis pemisah dengan Kubu

Rembang.79

Tetapi dia merasa kecewa, sebab merasa dipakai saja oleh orang-

orang Buya untuk menjalin jalan kompromi, sehingga akhirnya dia mundur dari

keanggotaannya di DPP PPP.

Apabila ditelaah surat pengunduran diri Yusuf Hasyim dari kenggotaan

Mustasyar PBNU hasil Muktamar Cipasung, sebenarnya Yusuf Hasyim telah

terluka. Keprihatinan luka itu lebih dari siapapun, karena dia merasa tidak

didengar oleh siapapun, termasuk oleh keponakannya, Abdurrahman Wahid.

Pertikaian keluarga Yusuf Hasyim dan Abdurrahman Wahid bukanlah hal

yang baru, sebab sudah lama terjadi. Sebenarnya dulu, pertikaian antara paman

dan keponakan itu hampir dapat ditengahi (almarhumah) Nyai Wahid Hasyim

(Ibu Kandung Abdurrahman Wahid). Dan itu diakui sendiri oleh Yusuf Hasyim;

“ya itulah satu sebabnya, dulu kalau saya ribut terus mbak yu80

sakit. Nah saya

tidak tega itu. Tetapi saya melihat, membiarkan Gus Dur menjadi pemimpin itu

beresiko tinggi”.81

Tentunya bukan saja karena kepergian almarhumah, maka Yusuf Hasyim

senantiasa menyerang Abdurrahman Wahid. Hal ini bisa dilihat dari surat

pengunduran diri Yusuf Hasyim, tak satupun aktor yang mempengaruhi

pengunduran dirinya, kecuali komitmen yang tulus dan total terhadap masa depan

NU.

79

Laode Ida, Anatomi Konflik NU, Elit Islam dan Negara, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan,

1996), hal. 143. 80

Mbak yu merupakan bahasa jawa yang mempunyai arti kakak perempuan yang

sekandung. 81 Gatra, 21 Januari 1995, hal.34.

Page 56: PERBANDINGAN ABDURRAHMAN WAHID DAN YUSUF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8498/1/HENDRI... · Apakah perbedaan dan persamaan pandangan antara Abdurrahman Wahid

Itulah sosok setelah tidak aktif di politik (keluar dari PKU, 2000) saat ini

Yusuf Hasyim kembali memimpin Pesantren Tebuireng. “Saya memang ingin

mengasuh pesantren dengan baik dan hidup berkeluarga dengan baik” katanya

suatu ketika.

E. PANDANGAN YUSUF HASYIM TENTANG NU, ISLAM DAN

NEGARA

Memahami pemikiran Yusuf Hasyim, dapat dilihat kehadirannya sebagai

representasi unsur NU yang pernah bercokol dalam dunia politik. Sebab

kehadirannya di sana, ia dikenal sebagai politisi vokal serta kritis dalam

menyikapi kebijakan-kebijakan awal pemerintahan Orde Baru, yang menurutnya

tidak menguntungkan bagi Islam (baik sebagai kelembagaan maupun ajaran).

Untuk itu, agar mudah merumuskan pandangan-pandangannya, perlu

penulis singgung kembali peristiwa “perang dua kubu” dalam internal NU, ketika

orpol ini merespon kebijakan-kebijakan awal pemerintahan Orde Baru. Secara

garis besar kebijakan Orde Baru yang menggegerkan Islam khususnya dan unsur-

unsur dalam PPP, yaitu; pertama, soal isu-isu perpindahan agama yang

menghantui umat Islam. kedua, timbulnya pandangan “sekuleristik” yang mulai

berkembang berkaitan dengan peran politik Islam, yang ditandai oleh gagasan

“sekulerisasi” dari Nur Cholis Madjid melalui slogan “ Islam yes, partai Islam no”

yang dimunculkan sekitar tahun 70-an.82

82 Syamsudian Haris, PPP dan Politik Orde Baru, (Jakarta:Garmedia, 1991), hal.11.

Page 57: PERBANDINGAN ABDURRAHMAN WAHID DAN YUSUF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8498/1/HENDRI... · Apakah perbedaan dan persamaan pandangan antara Abdurrahman Wahid

Menyikapi kebijakan Orde Baru di atas, dalam internal PPP muncul

kelompok-kelompok besar yang cenderung radikal yang saling bertentangan yakni

kelompok idealis dan kelompok realis.83 Kelompok idealis yang diwakili unsur

NU memandang politik merupakan interpretasi keagamaan dalam soal keduniaan

dan atas dasar cita politik keagamaan ini, garis radikal unsur NU memprotes

kebijakan serta arah politik pemerintah dalam banyak hal dinilai bercorak diikuti

pembelaan terhadap Kaum Sekuler, yakni terkesan mengenyampingkan

pertimbangan-pertimbangan agama. Sementara kelompok realis memandang,

penerapan simbol-simbol agama dalam partai merupakan hambatan untuk

membangun PPP sebagai partai modern. Mereka memandang bahwa politik

adalah sesuatu yang realistis, tidak berkaitan dengan ideologi apalagi dengan

pertimbangan keagamaan.84

Puncak keradikalan yang ditunjukkan unsur-unsur NU ini, terlihat jelas

pada SU MPR 1978, dalam sidang ini mengagendakan RANTAP, P4 yang di

dalamnya berupa tafsir lima sila dalam Pancasila untuk dijadikan pedoman

perilaku bangsa Indonesia serta rencana dimasukkannya aliran kepercayaan,

mendapat reaksi cukup keras dari fraksi PPP yang dimotori unsur NU, (Yusuf

Hasyim dkk) mengambil sikap walk out .85

Unsur NU memandang bahwa

rancangan tersebut merupakan suatu ancaman terhadap status Islam sebagai

agama.86

Berkenaan dengan ketidaksetujuan unsur NU ini, Martin Van Bruinessen

83

Sudarnoto Abdul Hakim, Islam Berbagai Perspektif, (Yogyakarta: LPMI, 1995),

hal.265. 84

Sudarnoto Abdul Hakim, Islam Berbagai Perspektif, hal.271. 85

Laode Ida, Anatomi Konflik NU, Elit Islam dan Negara, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan,

1996), hal.44. 86 Sudarnoto Abdul Hakim, Islam Berbagai Perspektif, hal.271.

Page 58: PERBANDINGAN ABDURRAHMAN WAHID DAN YUSUF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8498/1/HENDRI... · Apakah perbedaan dan persamaan pandangan antara Abdurrahman Wahid

berkomentar bahwa ketidaksetujuan tersebut bukan terhadap relatifisme agama

yang terkandung dalam program indoktrinasi, ini menyatakan semua agama yang

diakui sama benarnya dan memberikan tempat terhormat kepada aliran

kepercayaan.87 Terhadap masalah indoktrinasi ini pula, melalui surat yang ditanda

tangani oleh Rois II, KH. Masykur, Khatib I, Abdurrahman Wahid, Ketua 1, KH.

Yusuf Hasyim dan Sekjen, HM. Moenasir menegaskan sikap NU yang isinya

bahwa PBNU memandang perlu menyatakan penegasan sikapnya untuk tetap

mempertahankan asas Islam bagi Nahdlatul Ulama sebagai suatu Jam'iyah.88

Atas sikap-sikap idealis dan cenderung radikal dari unsur-unsur NU inilah,

Presiden Soeharto merasa kecewa terhadap politisi-politisi NU.89

Dan akibatnya

pimpinan PPP dari unsur MI, Naro di dukung oleh anggota PPP yang akomodatif

kepada pemerintah melakukan pembersihan partai dari unsur radikalisme politisi

NU.90

Dari sinilah, salah satu kekecewaan politisi NU terhadap kelompok

akomodasi realis, Naro dkk. Bersama dengan itu timbul gagasan untuk

melepaskan NU dari PPP sekaligus mengembalikan NU pada misi awal berdirinya

NU, Khittah 1926. Meskipun gagasan untuk kembali ke Khittah ’26 sebenarnya

sudah digulirkan sejak tahun 1959. Gagasan itu bagaikan membentur tembok

bahkan memperoleh tanggapan kurang baik dari elit NU yang didominasi politisi

baru pada penghujung tahun 1970-an dan awal 1980-an, setelah mengalami

87

Martin Van Bruinessen, NU, Tradisi,Relasi Kekuasaan, Pencarian Wacana Baru, hal.106.

88 M. Imam Aziz, “Beberapa Pertanyaan di sekitar NU dan Pancasila”, (Makalah di diskusi

ntetrfidsi, 16 Desember 1992). 89

Mahrus Irsyam, Ulama dan Partai Politik, (Jakarta: Yayasan Perkhidmatan, 1984),

hal.63-64. 90 Laode Ida, Anatomi Konflik NU, Elit Islam dan Negara, hal.50.

Page 59: PERBANDINGAN ABDURRAHMAN WAHID DAN YUSUF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8498/1/HENDRI... · Apakah perbedaan dan persamaan pandangan antara Abdurrahman Wahid

berbagai ketegangan dan konflik dalam NU baik sebagai akibat percaturan

kepentingan dari fraksi-fraksi yang berbeda di NU mulai mengambil langkah

kembali ke khittah 1926.

Terhadap gagasan, di tubuh NU sendiri melahirkan dua kubu besar yang

disebut kubu realis dan idealis. Kubu realis berpandangan bahwa untuk

memperjuangkan aspirasi NU harus melakukan interaksi dan interdependensi baik

dengan kelompok lain maupun dengan kekuasaan. Sedangkan kubu idealis yang

pada intinya menolak pengurangan porsi NU.91

Pertarungan dua kubu NU inilah yang senantiasa mewarnai perjalanan NU

dalam merespon perkembangan zaman. Persoalan ini nampak menjadi dilematik

ketika konsep perjuangan NU Khittah ’26 tiba-tiba kandas oleh hingar bingarnya

Pemilu 99 dan euforia reformasi pasca lengsernya Soeharto. Kelompok realis

menjadi sumber ketidakpercayaan kalangan warga Nahdliyyin (kubu idealis) yang

tetap memegang idealisme untuk berpihak pada cita-cita NU.

Ketidakpercayaan kubu-kubu di atas, dapat dilihat adanya dua

kecenderungan dalam merespon perkembangan sosial bagi organisasi NU sebagai

gerakan Islam. Menurut Abdurrahman Wahid, dua kecenderungan gerakan itu

adalah; pertama pihak yang berpendapat Islam seharusnya tidak menampilkan diri

dalam bentuk yang eksklusif dan simbolik. Islam mesti mengintegrasikan

kegiatannya dalam kegiatan bangsa secara menyeluruh. Pihak ini jelas memiliki

tema-tema gerakan pilihan masalhnya sangat jelas yakni yang dihadapi bangsa.

Paradigma pihak ini merawat bangsa dengan agama. kedua, pihak yang

91

Laode Ida, Anatomi Konflik NU, Elit Islam dan Negara, hal.80-81.

Page 60: PERBANDINGAN ABDURRAHMAN WAHID DAN YUSUF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8498/1/HENDRI... · Apakah perbedaan dan persamaan pandangan antara Abdurrahman Wahid

menginginkan ajaran Islam diwujudkan dalam kehidupan berbangsa dan

bernegara (state). Agama diharapkan menjadi pemecah masalah, sehingga

paradigma pihak ini “menguasai negara dengan agama”. Pihak ini ingin

menampilkan wajah Islam dan mengekspresikan rasa keberagamannnya dalam

kenegaraan secara utuh, meski kadang tanpa didukung oleh substansi apapun dari

agama itu sendiri.92

Dari rangkaian-rangkaian peristiwa serta kategori cenderung kelompok

tersebut di atas, nampaknya Yusuf Hasyim dapat digolongkan pada kelompok

idealis yang cenderung eksklusif. Bisa dilihat dari pandangan dan pikiran

keagamaan yang terkadang radikal dalam merespon perkembangan zaman

melalui NU sebagai suatu gerakan Islam. Isu-isu politik Islam93

yang beliau

lontarkan tatkala Pemilu 99 misalnya, merupakan salah satu bukti pemikiran

Yusuf Hasyim yang eksklusif ini.

Menurut Yusuf Hasyim, antara Islam dan politik janganlah terjadi

pemisahan atau dalam bahasa KH. Wahab Hasbullah, Islam dan politik ibarat

“gula dan manisnya”. Mengenai hal ini Yusuf Hasyim berpendapat; bagi saya

Islam dan politik jangan dipisahkan. Politik harus diikuti oleh agama sehingga

mudah menyingkirkan penyelewengan. Tidak boleh ada jurang pemisah antara

agama dan politik.94

Walaupun kalimat yang diucapkan Yusuf Hasyim tidak

92 Zainal Arifin Toha, “Gus Dur, NU dan Demokrasi”, Suara Merdeka, 3 Desember 1993.

Lihat juga Al zastrow Ng, “Gus Dur, Islam dan Demokrasi”, Suara Merdeka, 6 Desember 1994. 93

Politik Islam yang dimaksud adalah politik yang di dasarkan pada pandangan keagamaan Islam, polutik yang mengunakan symbol formal dan dimaksudkan untuk menegakkan tatanan

masyarakt politik Islam. Ketika mengamati perdebatan tentang dasar negara, Endang Saifuddin

Anshori menyebut ini dengan Kelompok Nasionalis Islam, merupakan rival dari Sekuler

Nasionalis. Sudarnoto Abdul Hakim, Islam Berbagai Perspektif, hal.278. 94

KH. Yusuf Hasyim, “Gus Dur Tidak Demokratis”, Sabili No.4 Thn.VI, 2 September

1998, hal.57.

Page 61: PERBANDINGAN ABDURRAHMAN WAHID DAN YUSUF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8498/1/HENDRI... · Apakah perbedaan dan persamaan pandangan antara Abdurrahman Wahid

secara teknikal merujuk pada teks, namun pernyataan tersebut terkesan idealis dan

eksklusif. Dalam arti bahwa aktifitas dan kegiatan politik dipahami Yusuf Hasyim

sebagai manifestasi ajaran Islam. Meskipun bekas wadah politik yang pernah

menghantar Yusuf Hasyim sebagai wakil di FPP telah kembali khittah '26,

ternyata cita-cita untuk menjadikan NU sebagai partai politik sangatlah kuat,

komentarnya : ..... Khittah itukan sekedar rumusan orang-orang muda sekarang.

NU naluri politiknya kental... bagi saya sebaiknya NU kembali menjadi partai

politik. Memang pada tahun 1984 sebagaimana orang-orang NU berpendapat

bahwa perlu langkah baru agar NU menjadi organisasi sosial kemasyarakatan.

Hal itu sekedar menghindari himpitan-himpitan. Nah, sekarang sudah tidak ada

himpitan maka kembali seperti dulu. Kalau ada yang menanyakan itu melanggar

khittah, saya jawab yang tahun 1952 itu melanggar khittah tidak .95

Berangkat dari pandangan serta idealisme Yusuf Hasyim tersebut, serta di

dukung zaman yang kondusif untuk mewujudkan obsesinya, wajar apabila pada

saat pemilu 99 idealismenya diwujudkan melalui Partai Kebangkitan Umat

(PKU). Menurutnya,disamping PKU lebih mewarisi tradisi pemikiran NU yang

lebih fiqh oriented dan melalui partai ini pula reformasi internal guna

mengembalikan NU pada cita-cita luhur para pendirinya dapat dilakukan,

sekaligus memperjuangkan aspirasi umat Islam pada umumnya. Jadi, dari sini

terlihat jelas komitmen PKU untuk menjadikan siyasah ( politik ) sebagai alat

95

KH. Yusuf Hasyim, “Gus Dur Tidak Demokratis”, Sabili No.4 Thn.VI, 2 September

1998, hal.59.

Page 62: PERBANDINGAN ABDURRAHMAN WAHID DAN YUSUF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8498/1/HENDRI... · Apakah perbedaan dan persamaan pandangan antara Abdurrahman Wahid

memperjuangkan syari’ah Islam dalam batas akomodasi yang wajar dan sejalan

dengan kepentingan nasional.96

Dalam cara inilah, terlihat Yusuf Hasyim terkesan masih berputar-putar

pada pola lama, dari sinilah perbedaan antara Abdurrahman Wahid dan Yusuf

Hasyim ini terjadi. Menurut Yusuf Hasyim ini dilakukan semata-mata demi

kepentingan dan kebaikan NU, “ apa yang saya inginkan cuma satu : NU baik...,

saya prihatin jika ada orang yang menuduh saya akan membuat NU bebas, itu

sama sekali tidak benar “ 97

tegasnya suatu ketika.

F. YUSUF HASYIM DAN MISI PERJUANGAN POLITIK PKU

Masalahnya mengapa paradigma pemikiran Abdurrahman Wahid yang

diperjuangkan melalui Partai Kebangkitan Bangsa belum sepenuhnya diterima

oleh sebagian warga NU. Dalam hal ini, Yusuf Hasyim mengemukakan beberapa

alasan. Pertama, Partai yang didirikan Abdurrahman Wahid, PKB tidak

mencerminkan komitmen yang kuat pada aqidah Islam. Kedua, keberadaan

sebagian warga NU atas dukungan PKB kepada Ketua Umum PDI-P Megawati

yang akan menciptakan single majority dalam mengawasi kelompok-kelompok

Islam politik.98

Hal senada juga dikemukakan oleh A. Syafi'i Maarif yang menurutnya

pemikiran politik Abdurrahman Wahid yang diperjuangkan melalui PKB memang

belum sepenuhnya diterima oleh sebagian warga NU. Hal ini karena kiprah

96

KH. Yusuf Hasyim, “PKU, dari Siyasah Menuju Syariah”, Jawa Pos, 3 November 1998. 97

Ummu Risalah, “Cara Pak Ud memprotes manajer kesebelasan yang tidak kompak”,

Aula, Agustus 1988, hal.11. 98 Pak Ud, “Romantisme PKB”, Republika, 10 Agustus 1998.

Page 63: PERBANDINGAN ABDURRAHMAN WAHID DAN YUSUF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8498/1/HENDRI... · Apakah perbedaan dan persamaan pandangan antara Abdurrahman Wahid

Abdurrahman Wahid di luar NU selama ini dicurigai oleh banyak kalangan NU

sebagai langkah-langkah yang dapat membahayakan NU. Hubungan

Abdurrahman Wahid dengan nasionalis sekuler dan non muslim serta keinginan

berkoalisi dengan PDI Megawati yang dicitrakan sebagai partainya kelompok

nasionalis sekuler belum diterima sepenuhnya oleh sebagian warga NU. Maka

selanjutnya, Maarif mengemukakan jika PKB berkoalisi dengannya, dianggap

tidak memperoleh manfaat dan akan mungkin merugikannya.99

Dalam hal ini

Yusuf Hasyim, dukungan PKB terhadap Megawati secara politik dianggap

merupakan sebuah dosa “ kalau secara politis saja dosa, apalagi secara agama”

.100

Berangkat dari visi politik Abdurrahman Wahid yang diperjuangkan

melalui PKB inilah, akhirnya melalui visi Partai Kebangkitan Umat (PKU)

mengimbangi gagasan-gagasan Abdurrahman Wahid. Disamping itu menurut

Yusuf Hasyim, PKU lebih mewarisi tradisi NU yang lebih fiqh oriented, PKU

juga mempunyai misi khusus yaitu senantiasa mengusahakan berlakunya ajaran

Islam dalam kehidupan bernegara. Lebih lanjut misi PKU menurut Yusuf

Hasyim mengacu pada Anggaran Dasar NU pasal 5 yang berbunyi : Tujuan NU

adalah berlakunya ajaran Islam yang berhaluan Ahlussunnah wal Jama'ah dan

menganut salah satu madzhab empat di tengah-tengah kehidupan negara kesatuan

99

A. Syafi’I Maarif, “Persaingan Memperebutkan Suara NU”, Republika, 28 Agustus

1998. 100 Pak Ud, Republika, 26 Oktober 1998.

Page 64: PERBANDINGAN ABDURRAHMAN WAHID DAN YUSUF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8498/1/HENDRI... · Apakah perbedaan dan persamaan pandangan antara Abdurrahman Wahid

Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan UUD '45.101

Lebih lanjut

Yusuf Hasyim berkomentar :

"Cita-cita PKU tak lebih dari sekedar akomodasi dalam batas-batas tertentu

terhadap syari'at Islam, serta tegaknya kebenaran, keadilan, HAM atas dasar

etika dan moral Islam yang universal. Karena itu, kecemasan Abdurrahman

Wahid terhadap Partai berbasis Islam bakal melahirkan formalisme agama,

mengancam integrasi nasional sangatlah berlebihan ... sungguh ironis yang

paradoks jika Abdurrahman Wahid sebagai salah satu pelopor transformasi

intelektual. dan dengan paradigma baru masih menggunakan frame lama

dan stigma politik aliran untuk mencurigai kebangkitan Islam politik ...

penonjolan identitas Islam dalam PKU tak berarti mematikan semangat

demokrasi dan keterbukaan .....” 102

Pernyataan-pernyataan Yusuf Hasyim di atas menunjukkan, meskipun

beliau menolak sekulerisme bukan berarti menyetujui formalisme Islam secara

absolut. Ada wilayah-wilayah tertentu dimana nilai (syari’at Islam) bisa diadaptasi

dalam produk hukum positif Indonesia secara proporsional. Selebihnya, diluar

wilayah yang memang syari’at perlu ditampilkan ke dalam hukum positif,

menurut Yusuf Hasyim yang diperlukan adalah tampilnya secara substansial

sesuai dengan universalitas ajaran Islam. Atau dengan kata lain, Yusuf Hasyim

mengakui adanya watak universalisme agama pada sisi yang lain. Pada domain

sekterianisme, tak dapat dihindari terjadinya saling berhadapan antara agama satu

101

A. Basit Adnan, Kemelut di NU Antara Kyai dan Politisi, (Solo: Mayasari, 1982),

hal.52. 102

KH. Yusuf Hasyim, “PKU, dari Siyasah Menuju Syariah”, Jawa Pos, 3 November

1998. Lihat juga wawancara, Pak Ud, Sabili No 13 Tahun VI, 6 Januari 1999, hal. 49

Page 65: PERBANDINGAN ABDURRAHMAN WAHID DAN YUSUF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8498/1/HENDRI... · Apakah perbedaan dan persamaan pandangan antara Abdurrahman Wahid

dengan agama lain. Tetapi pada domain nilai universalisme ajaran agama-agama

terjadi penyatuan dan pertemuan “ bernegara sekaligus beragama” di kalangan

umat beragama tanpa dikuatirkan konflik. “Konsep kita jelas, masyarakat

madaniyah, masyarakat madani dimana semua kelompok-kelompok agama itu di

akomodir secara seimbang ... kita menginginkan formulasi hukum Islam yang

relevan sajalah dalam kehidupan kita ini, jangan berlebih-lebihan”.

Page 66: PERBANDINGAN ABDURRAHMAN WAHID DAN YUSUF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8498/1/HENDRI... · Apakah perbedaan dan persamaan pandangan antara Abdurrahman Wahid

BAB IV

PERBANDINGAN ABDURRAHMAN WAHID DAN YUSUF

HASYIM TENTANG KEBANGSAAN

A. PANDANGAN KEBANGSAAN ABDURRAHMAN WAHID DAN

YUSUF HASYIM

Runtuhnya rezim Orde Baru serta naiknya Orde Reformasi pada tanggal 21

Mei 1998, yang ditandai oleh lengsernya Soeharto dari singgasana kepresidenan

diganti oleh BJ. Habibie, telah memberi implikasi determinan terhadap konstelasi

perpolitikan Indonesia. Terjadi perubahan-perubahan mendasar dalam tatanan

kehidupan bernegara, terutama dalam dimensi politik. Gejala euphoria politik

dengan hasrat yang meluap-luap untuk mendirikan partai politik adalah satu

indikasi dalam era perubahan ini.

Di tengah hiruk pikuknya panggung politik Orde Reformasi, ternyata

berimplikasi juga terhadap eksistensi NU sebagai gerakan keagamaan dalam

merespon perkembangan. Persoalan tampak menjadi dilematik betapa konsep

Kembali Khittah 26, seolah dirusak oleh kalangan internal NU sendiri. Di

senggement NU dengan politik melalui “konsep khittah” relatif gagal, karena

konflik yang tajam terjadi diantara elite NU sendiri, Jam'iyah NU ternyata gagal

dengan munculnya partai-partai di tengah warga Nahdliyin. Kelompok realis

menjadi sumber ketidakpercayaan kalangan kelompok idealisme yang tetap

berpihak pada ciri-ciri NU.

Page 67: PERBANDINGAN ABDURRAHMAN WAHID DAN YUSUF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8498/1/HENDRI... · Apakah perbedaan dan persamaan pandangan antara Abdurrahman Wahid

Fenomena ini dapat dilihat ketika terjadi tarik menarik antara penggagas

partai di Rembang tanggal 6 Juni 1998 terkait dengan sifat terbuka atau

tertutupnya partai di kalangan ini. Sebagian kelompok menghendaki partai

terbuka, tanpa embel-embel Islam, yang berarti dapat menampung aspirasi

segenap kelompok bangsa. Dan sebagian kelompok lain, menghendaki partai yang

bersifat tertutup yang khusus mewadahi umat Islam, lebih spesifik warga NU

sendiri. Meskipun akhirnya dikalangan NU lahir beberapa partai baik yang

bersifat terbuka maupun tertutup.

Apabila penulis perhatikan tentang pandangan visi dan startegi perjuangan

politik NU baik oleh Abdurrahman Wahid dan Yusuf Hasyim sebetulnya sesuai

dengan watak dasar NU. Paham Ahlussunnah wal Jama'ah yang menjunjung

tinggi sikap tawassuth (moderat), tawazun (proporsional) dan tasamuh (toleran),

serta sejalan dengan tatanan sosial politik dan ekonomi NU berdasarkan prinsip-

prinsip adalah adlah (keadilan), syuro (permusyawaratan) dan musawah

(persamaan) yang merupakan modal dasar bagi Abdurrahman Wahid dan Yusuf

Hasyim untuk dikembangkan dalam membangun wawasan kebangsaan.

Masalahnya mengapa visi dan strategi perjuangan politik NU antara

Abdurrahman Wahid dan Yusuf Hasyim tidak bisa dipersatukan? Dalam hal ini

jika penulis menyimak pandangan keduanya melalui misi perjuangan politik PKB

dan PKU, tampak bahwa problem yang diperdebatkan dapat dikotakkan pada

domain sektarian Islam, seperti menyangkut legislasi syari'at Islam seperti

legislasi hukum perkawinan Islam dalam hukum positif dan lain-lain yang

jumlahnya sangat terbatas. Diluar itu tidak ada perbedaan yang signifikan.

Page 68: PERBANDINGAN ABDURRAHMAN WAHID DAN YUSUF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8498/1/HENDRI... · Apakah perbedaan dan persamaan pandangan antara Abdurrahman Wahid

Sepertinya pandangan Abdurrahman Wahid tentang gagasan “sekulerisme”

di Indonesia, untuk memecahkan problem fundamental keislaman dan

keIndonesiaan dilatarbelakangi oleh setting sosial yang terjadi di Indonesia, sama

persis dengan kondisi yang melatarbelakangi munculnya sekulerisme di Turki.

Terjadinya kemerosotan moral yang hampir pada semua aspek kehidupan.

Kepemimpinan yang tidak amanah, moral korup, budaya kekerasan, manipulasi

agama, tidak pekanya umat beragama terhadap isu-isu kemanusiaan sebagaimana

pernah terjadi di Turki pada masa peralihan menuju sekulerisme, juga dapat

dirasakan di sini. Kondisi itu sama-sama menjadi keprihatinan Abdurrahman

Wahid dan Yusuf Hasyim.

Abdurrahman Wahid dan Yusuf Hasyim sama-sama gelisah menghadapi

problem fundamental yang dialami dalam kehidupan keberagamaan dan

kebangsaan di Indonesia. Hanya perbedaannya, Yusuf Hasyim tidak menjadikan

pola hubungan agama dengan negara di Indonesia sebagaimana yang berlaku

selama ini sebagai penyebab timbulnya masalah. Solusinya, menurut Yusuf

Hasyim, akomodasi negara terhadap mainstream Islam politik merupakan sebuah

keharusan. Untuk menghindari ketegangan disatu sisi, sekaligus memperkuat

legitimasi negara di mata umat di sisi lain atau dalam bahasa Yusuf Hasyim

formalisasi agama diperlukan sebagai identitas Islam yang mayoritas di

Indonesia.103

Sebaliknya, Abdurrahman Wahid menganggap bahwa hubungan

agama dan negara (formalisme agama) tidak diperlukan, karena tidak sesuai

struktur kebangsaan lndonesia yang majemuk. Menurutnya dengan menggunakan

103

KH. Yusuf Hasyim, “PKU, dari Siyasah Menuju Syariah”, Jawa Pos, 3 November

1998. Lihat juga wawancara, Pak Ud, Sabili No 13 Tahun VI, 6 Januari 1999, hal. 49.

Page 69: PERBANDINGAN ABDURRAHMAN WAHID DAN YUSUF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8498/1/HENDRI... · Apakah perbedaan dan persamaan pandangan antara Abdurrahman Wahid

terminologi keagamaan seperti asas, idiom, simbol-simbol formal keagamaan

akan mudah dituduh melakukan politisasi agama. Sehingga tidak aneh kalau

solusi yang ditawarkan Abdurrahman Wahid adalah dalam bentuk mensekulerkan

negara, alasannya menurutnya karena Indonesia bukanlah negara agama.104

Abdurrahman Wahid dan Yusuf Hasyim, meskipun garis pemikirannya

berbeda, sama-sama mendasarkan gagasannya demi kepentingan Jam'iyah NU

dan bangsanya, hanya yang satu melalui jalur formal kebangsaan, sedangkan

satunya tidak. Dan meskipun keduanya mempunyai pemikiran yang berbeda

secara diamental, semua gagasannya diabdikan untuk kepentingan dan eksistensi

Nahdlatul Ulama.

104

Gus Dur, “PKB, Sayriah dan PKU”, Jawa Pos, 30 Oktober 1998. Lihat juga Rumadi,

“Kegamangan Politik Kyai NU”, Aula no.05 tahun XXIII, Mei 2001.hal.71-72.

Page 70: PERBANDINGAN ABDURRAHMAN WAHID DAN YUSUF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8498/1/HENDRI... · Apakah perbedaan dan persamaan pandangan antara Abdurrahman Wahid

Perbedaan Abdurrahman Wahid dan Yusuf Hasyim tentang Visi dan

Strategi Politik NU.

Perbedaan Pemikiran Abdurrahman Wahid Yusuf Hasyim

Page 71: PERBANDINGAN ABDURRAHMAN WAHID DAN YUSUF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8498/1/HENDRI... · Apakah perbedaan dan persamaan pandangan antara Abdurrahman Wahid

Basis pergumulan di NU

Kecenderungan

paradigma pemikiran dan gerakan

Interprestasi khittah NU

1926

Isu-isu agama dan politik

Latar belakang pendirian

partai

Intelektual105

Berpijak pada paradigma

berangkat dari agama menyelesaikan masalah

bangsa (intregrasi Islam dalam bangsa tanpa

menampakkan bentuk-bentuk yang eksklusif

Islam)106

Mengarah pada kebebasan

untuk memilih atau tidak

memilih partai politik dan

tidak mengidentifikasikan

dengan sebutan NU

(dikenal dengan politik

kultural)107

Pemisahan antara agama dan politik108

PKB, mewadahi aspirasi

warga nahdliyin sejak NU tidak menjadi partai

politik atau sejenak NU termaginalkan secara

politis109

Politisi praktis (tidak

menunjukan latar belakang

yang jelas juga tidak

berangkat dari tradisi NU

yang kuat )110

Berpijak pada paradigma

berangkat dengan agama menyelesaikan masalah

bangsa (kelompok yang berharap menguasai posisi

strategis kekuasaan sehingga sebagian besar

kekuatannya mampu

diserap oleh negara)111

Mengarah pada pelepasan

untuk memilih PPP, tetapi

tidak memilih PDI-P

dengan Golkar serta

menginginkan NU tampil

sebagai partai politik

sendiri (dikenal dengan

khittah plus)112

Politik harus diikuti dengan agama113

PKU, tidak terceminkan

keislamannya dalam PKB, keberatan atas dukungan

PKB terhadap Megawati yang dicitrakan sebagai

warga NU sebagai

nasionalis sekuler114

105 Musfihir Dahlan, “Meluruskan Tradisi NU, Mingguan Mutiara edisi 9, 22 Juni 1982. 106

Ishomudidin Hadziq, “Landasan Teologis Gerakan Sosial NU”, Taswirul Afka No.

1,Tahun 1994. hal.37 107

Marzuki Wahid dkk, Geger Di Republik NU, Perebutan wacana, Tafsir Sejarah,

Tafsiran Makna,(Jakarta: Kompas-Lakspedam, 1999), hal.216-217. 108

Abdurrahman Wahid, “ Masih Perlukah Formalisme Agama di Perlukan”, Jawa Pos, 3

November 1998. 109

Sahar L. Hasan dkk (ed), Memilih Partai Islam, (Jakarta: Gema Insani, 1998), hal.24. 110 Musfihir Dahlan, “Meluruskan Tradisi NU, Mingguan Mutiara edisi 9, 22 Juni 1982

Page 72: PERBANDINGAN ABDURRAHMAN WAHID DAN YUSUF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8498/1/HENDRI... · Apakah perbedaan dan persamaan pandangan antara Abdurrahman Wahid

Komitmen terhadap

partai

Pola hubungan agama dan negara

Negara yang dicita-

citakan

Pandang terhadap visi

politik NU ( wawasan

keagamaan )

Untuk melindungi

pluralitas atau lebih

mengutamakan

kepentingan nasional115

Intregasi Islam dalam kegiatan bangsa116

Negara demokrasi yang

tidak ada

fundamentalisme Islam117

Bagi NU Syariat Islam

berlaku sebagai konvensi

bukan aturan formal118

Untuk melindungi syari’ah

atau menjadikan siyasah

(politik)untuk

memperjuangkan syari’ah119

Formulasi hukum Islam yang relevan dalam

kehidupan berbangsa dan bernegara120

Negara demokrasi

/masyarakat madani dengan

representasi politik Islam

sebagai umat mayoritas atau

semua kelompok diorganisir

secara seimbang121

Bagi NU, berbagai hal yang

menyangkut masalah publik

yang termasuk didalamnya

adalah masalah kenegaraan

dan kebangsaan merujuk

fiqh sebagai implementasi

lahiriah dari syariah122

Persamaan Visi dan Startegi Perjuangan Politik NU Antara Abdurrahman

Wahid dan Yusuf Hasyim

111Ishomudidin Hadziq, “Landasan Teologis Gerakan Sosial NU”, Taswirul Afka No.

1,Tahun 1994. hal.37. 112

Ummu Risalah, “Cara Pak Ud memprotes manajer kesebelasan yang tidak kompak”,

Aula, Agustus 1988, hal.13-14. 113

Yusuf Hasyim, “Wawancara”, Sabili No.4 tahun VI, 2 September 1998,hal.57-58. 114

Yusuf Hasyim, “Romantrisme PKB”, Republika, 10 Agustus 1998. 115

Abdurrahman Wahid, “PKB, Syariah,PKU”, Jawa Pos, 30 Oktober 1998. 116

Ibid. 117Abdurrahman Wahid, “ Masih Perlukah Formalisme Agama di Perlukan”, Jawa Pos, 3

November 1998. 118

Abdurrahman Wahid, “PKB, Syariah,PKU”, Jawa Pos, 30 Oktober 1998. 119

KH. Yusuf Hasyim, “PKU, dari Siyasah Menuju Syariah”, Jawa Pos, 3 November

1998. 120

Ibid. 121

Yusuf Hasyim, “Wawancara”, Sabili No.4 tahun VI, 2 September 1998,hal.40. 122

KH. Yusuf Hasyim, “PKU, dari Siyasah Menuju Syariah”, Jawa Pos, 3 November

1998.

Page 73: PERBANDINGAN ABDURRAHMAN WAHID DAN YUSUF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8498/1/HENDRI... · Apakah perbedaan dan persamaan pandangan antara Abdurrahman Wahid

1. Islam sebagai agama pembebasan sepenuhnya kompatibel dengan visi politik

NU

2. Kehadiran negara Islam di Indonesia, ditolak bukan semata-mata karena tidak

adanya perintah langsung dari al Qur’an dan Hadist untuk melahirkan itu, tetapi

kehadirannya juga bisa tidak bermakna kondusif bagi upaya mempertahankan

intregitas bangsa yang pluralistik

3. Penerimaan negara yang demokrasi diterima sebagai sistem yang paling

rasional dan realistis untuk mewujudkan terbentuknya suatu tatanan masyarakat

yang adil, egaliter sebagaimana dicita-citakan oleh Islam.

B. ANALISA PERBANDINGAN STRATEGI POLITIK NU

ABDURRAHMAN WAHID DAN YUSUF HASYIM

Terlepas dari segala perbedaan pemikiran antara Abdurrahman Wahid dan

Yusuf Hasyim, pemikiran antara mereka adalah masalah di masalah, jika

dianalisa lebih mendalam sebenarnya perbedaan-perbedaan tersebut merupakan

akumulasi bom waktu dari setting awal perseteruan sebelumnya, Yusuf Hasyim

mengakui sendiri, bahwa pembentukan PKU terdapat concern Yusuf Hasyim

untuk mereformasi internal NU. Sebab dalam pandangannya, selama

kepemimpinan Abdurrahman Wahid, NU mengalami stagnasi, dan dianggap

banyak penyelewengan terhadap tradisi serta cita-cita luhur Founding Father

NU.123

Karena itu pula, Yusuf Hasyim mengatakan mundur dari musytasar baru

123

Yusuf Hasyim, “Wawancara”, Sabili No.4 tahun VI, 2 September 1998,hal.57. Lihat juga

KH. Yusuf Hasyim, “PKU, dari Siyasah Menuju Syariah”, Jawa Pos, 3 November 1998.

Page 74: PERBANDINGAN ABDURRAHMAN WAHID DAN YUSUF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8498/1/HENDRI... · Apakah perbedaan dan persamaan pandangan antara Abdurrahman Wahid

hasil Muktamar Cipasung beberapa tahun lalu. Saya membiarkan Abdurrahman

Wahid menjadi pimpinan itu beresiko tinggi. Tegasnya suatu ketika.124

Sejak Abdurrahman Wahid memimpin NU selama 3 periode, NU seperti

mendapatkan pencerahan. Jika penulis membuat perbandingan antara NU rezim

Abdurrahman Wahid dan rezim Idham Chalid yang menjadi ketua sebelumnya,

maka tampak berbagai kekontrasan mencolok. Dari sudut penampilan pribadi,

Abdurrahman Wahid tampil sebagai figur pemikir yang menggerakkan beberapa

gagasan penting dalam wacana Islam kontemporer Indonesia. Abdurrahman

Wahid bahkan berani melanggar batas seluas-luasnya antara umat beragama.

Beliau juga telah membawa NU masuk ke suatu Horizon baru, berbagai pikiran

garda depan Islam diterima dengan lapang dada di organisasi ini. Bahkan tanpa

kritik tentunya, melainkan ada kesediaan menerima suatu pluralisme.

Sementara itu, figur Idham Chalid di kalangan NU selalu menjadi ikon bagi

kelompok, politikus yang. berambisi memperebutkan jatah politik dalam

pemerintahan. Figur Idham juga mewakili sekelompok politikus yang menjadikan

NU sebagai ladang vote getting untuk meraih suara di parlemen. NU di bawah

ldham selalu dikaitkan dengan up down kehidupan partai di negeri ini. Mungkin

di mata anak muda NU sekarang ini, figur Idham bisa dikatakan mewakili

penggambaran “pragmatisme politik” yang sudah old fashioned sehingga tidak

menarik perhatian. Oleh karena itu, sejumlah figur yang mewarisi Idham’s legacy

sekarang ini, seperti Yusuf Hasyim, Slamet Efendi Yusuf, Chalid Mawardi, dkk,

kurang mendapat simpati di kalangan anak muda.

124 Pak Ud, “Wawancara”, Gatra, 21 januari 1995. hal.34.

Page 75: PERBANDINGAN ABDURRAHMAN WAHID DAN YUSUF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8498/1/HENDRI... · Apakah perbedaan dan persamaan pandangan antara Abdurrahman Wahid

Secara sederhana, Abdurrahman Wahid telah menjadi simbol bagi segala

jenis pembaharuan yang menaikkan kurs NU di mata publik, dari Ormas yang

dianggap mewakili tradisional yang terbelakang menjadi Ormas yang bisa

menolerensi pluralitas dan pembaharuan pemikiran. Ide-ide Islam kultural,

pribumisasi Islam, HAM dan demokrasi merupakan concern yang diperjuangkan

Abdurrahman Wahid selama menahkodai NU. NU tidak akan pernah hidup tanpa

demokrasi, kaidah agamanya. Jika harus ada NU syaratnya ada demokrasi.125

Sudah tentu pembaharuan yang dibawa Abdurrahman Wahid bukan tidak

merangsang berbagai polemik, bahkan juga fitnah. Dalam tubuh NU, manuver

pemikiran Abdurrahman Wahid juga menimbulkan banyak tanda tanya di

kalangan Kyai-kyai sepuh.

Di akhir periode kepemimpinannya, rupanya komitmen Abdurrahman

Wahid yang selalu melatarbelakangi gagasan-gagasan Islam inklusif dibuktikan

pula dengan hadirnya Partai Kebangkitan Bangsa, suatu partai yang terbuka yang

bisa menampung aspirasi segenap komponen bangsa tanpa membedakan agama,

suku, maupun golongan. Dengan komitmennya, wajar jika Abdurrahman Wahid

berkeinginan koalisi dengan Megawati Soekarno Putri yang dianggap sebagai

warga NU, yang bermaksud sebagai representasi nasionalis sekuler antara Gus

Dur dengan Megawati banyak titik temu, Gus Dur (baca:PKB) adalah religius

nasionalis, sementara Megawati (baca: PDI-P) nasionalis-religius.126

125

Dedy jamaluddin dan Idi Subandi Ibrahim, Zaman baru Islam Indonesia, (Bandung:

Zaman Wacana Mulia, 1998), hal.167. 126

Alexander Litay, “Kami Banyak Titik Temu Dengan PKB”, Republika, 3 Agustus

1998.

Page 76: PERBANDINGAN ABDURRAHMAN WAHID DAN YUSUF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8498/1/HENDRI... · Apakah perbedaan dan persamaan pandangan antara Abdurrahman Wahid

Itulah gambaran lebih kurang dalam kepemimpinan Abdurrahman Wahid

selama menahkodai NU, dan apabila era Abdurrahman Wahid dikaitkan dengan

concern Yusuf Hasyim untuk mereformasi internal NU dalam perspektif tradisi

dan kultur NU, maka ada korelasi terhadap keinginan-keinginan Yusuf Hasyim

tersebut. Korelasi yang terjadi melalui perseteruan Abdurrahman Wahid dan

Yusuf Hasyim berkaitan dengan hal-hal sebagai berikut: Pertama, Politisasi atas

NU periode Abdurrahman Wahid boleh dibilang hampir sama dengan periode

sebelumnya (Idham Chalid). Suatu ketika, Abdurrahman Wahid menyatakan

bahwa paska Khittah, NU akan meninggalkan politik praktis, seraya memasuki

daerah yang dia sebut sebagai unpolitical politic,127

suatu praktik politik di luar

panggung negara. Sedangkan langkah-langkah Abdurrahman Wahid selanjutnya

diperiode ketiga paska Muktamar Cipasung mengarah kepada hal-hal yang

bersifat politis. Abdurrahman Wahid terlihat lebih banyak terlibat dalam urusan-

urusan pragmatisme politik. Dengan kata lain, Abdurrahman Wahid lebih banyak

berhitung dengan ekternalitas variabel-variabel di luar wilayah garapan NU.

Padahal, status NU masih memegang konsep khittah 1926. Sebaliknya, rival

politik yang selama ini menginginkan NU yang dikenal dengan kelompok khittah

plus merasa dikecewakan oleh komitmen bersama melalui konsep khittah 1926

ini. Yusuf Hasyim misalnya, menyatakan bahwa keputusan Abdurrahman Wahid

yang mengakui PKB sebagai satu-satunya partai warga NU bisa diibaratkan air

susu di balas air tuba terhadap warga NU yang menjadi aktivis partai-partai lain.

127

M. Masyhur Amin, Dialog Pemikiran Islam dan Realitas Politik, (Yogyakarta:LKPSM,

1993), hal.151-152.

Page 77: PERBANDINGAN ABDURRAHMAN WAHID DAN YUSUF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8498/1/HENDRI... · Apakah perbedaan dan persamaan pandangan antara Abdurrahman Wahid

Lihat kenyataannya, Gus Dur berbicara masalah demokrasi dan transparansi,

tetapi nyata tidak demokratis,128

ujar Pak Ud.

Dari sini jelas, korelasi yang menjadi perbedaan Abdurrahman Wahid dan

Yusuf Hasyim adalah berkaitan dengan interpetasi khittah 1926. Dan ternyata

dengan multi interpretasi khittah ini, kedua-duanya berujung pada hal yang sama,

yakni mengebawahkan (sub ordination) NU kepada motif-motif yang asing

setelah organisasi ini kembali ke khittah 1926.

Menurut analisis penulis, perbedaan keduanya tentang interpretasi khittah

ini hanyalah sikap kewajaran di dalam melakukan politisasi atas NU. Tepatnya,

Abdurrahman Wahid melakukan politisasi atas NU atau setidaknya memobilisasi

NU dengan cara-cara melakukan empowering society yang menjadi idaman

selama kepemimpinannya di NU. Sedangkan Yusuf Hasyim melakukan politisasi

NU agar memperoleh konstituan ormas atau dalam konteks vote getting.129

Mengacu pada komitmen NU dalam menerapkan diktum khittah 1926,

fenomena munculnya partai-partai di kalangan NU, seperti PKB, PKU, PNU,

menurut penulis membuktikan bahwa pengamalan warga NU (dalam konteks ini

Abdurrahman Wahid dan Yusuf Hasyim) masih terasa setengah hati. Hal ini

sesuai dengan analisis Machrus Irsyam yang menyatakan bahwa kembalinya NU

ke Khittah 1926 dalam perkembangan pelaksaannya masih mencemaskan, karena

perilaku beberapa elit NU, seperti manuver Abdurrahman Wahid seringkali tidak

dapat menempatkan diri sebagai ketua PBNU dan sekaligus aktifis partai.130

Hal

128

Yusuf Hasyim, “Wawancara”, Sabili No.4 tahun VI, 2 September 1998,hal.59. 129

Ummu Risalah, “Cara Pak Ud memprotes manajer kesebelasan yang tidak kompak”,

Aula, Agustus 1988, hal.15. 130 Machrus Irsyam, “NU Pasca Pemilu”, Kompas, 25 Agustus 1998.

Page 78: PERBANDINGAN ABDURRAHMAN WAHID DAN YUSUF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8498/1/HENDRI... · Apakah perbedaan dan persamaan pandangan antara Abdurrahman Wahid

senada juga diungkapkan seorang penggagas konsep khittah 1926, KH.A. Muchid

Muzadi, beliau menilai bahwa sosialisasi khittah 1926 di kalangan NU belum

dilakukan secara serius, terarah dan terkordinir. Dan inilah yang menanggapi kuat

indikasi penafsiran beragam di kalangan elit NU.131 Kedua, concern Yusuf

Hasyim untuk mereformasi internal NU, menurut penulis adalah berkaitan dengan

kuatnya Abdurrahman Wahid atau lebih tepatnya, terlalu intensifnya pengaruh

kharismatik Abdurrahman Wahid. Salah satu dampak detrimental pengaruh itu

adalah rusaknya mekanisme keorganisasian dalam tubuh PBNU. Jika ini dibaca

dalam kerangka gagasan Max Weber tentang Rutinitas Kharisma maka dapat

dikatakan bahwa, karena kharisma Abdurrahman Wahid tidak dapat di mapankan

(institutionalized) secara rutin dalam sebuah mekanisme kelembagaan yang

permanen, maka kharisma dari Abdurrahman Wahid itu akan merusak hubungan-

hubungan kelembagaan yang telah disepakati bersama dalam Muktamar. Dalam

hal ini misalnya, kedudukan lembaga syuriah yang Qua Defines mestinya berada

di atas dan mengendalikan Tanfidziyah, dalam prakteknya malah justru terbalik.

Begitu juga yang menyangkut proses-proses yang menyangkut pembuatan

kebijakan, hampir bisa dikatakan sepenuhnya pada sosok Abdurrahman Wahid.

Rumor yang beredar luas di kalangan kaum nahdiliyyin bahwa

Abdurrahman Wahid waliyullah, merupakan hal yang menambah jarak antara

Abdurrahman Wahid dan para Kyai semakin melebar sehingga sulit dikontrol.

Menanggapi pengaruh kharisma Abdurrahman Wahid, Fachri Aly menyatakan

bahwa faktor “darah biru” Abdurrahman Wahid telah menyebabkan warga NU

131

Kh. Muchid Muzadi, “Menguji Komitmen 15 tahun Khittah 1926”, Harian Duta, 2

Agustus 1999.

Page 79: PERBANDINGAN ABDURRAHMAN WAHID DAN YUSUF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8498/1/HENDRI... · Apakah perbedaan dan persamaan pandangan antara Abdurrahman Wahid

mempunyai rasa ewuh pakewuh untuk melancarkan kritik secara terbuka

terhadapnya. Abdurrahman Wahid dalam perspektif kultural warganya menurut

Fachri melalui pengaruh kharismanya berada dalam wilayah The Sacred

Territory. Sebagai bagian dari The Sacred Territory ini Abdurrahman Wahid

melancarkan gagasannya dan membuka apa yang disebut Peter L. Berger sebagai

The Liberated Territory With Respect to Religion, atau wilayah sekuler dalam

perspektif harfiah kultur umatnya dan sekaligus tampil sebagai mediator besar,

sebagai jembatan impersonal. Bahkan tidak berhenti sampai disini saja, yakni

sebagai jendela melalui nama nahdliyin untuk melihat dunia luar. Namun lanjut

Fachri pada akhirnya Abdurrahman Wahid secara tak langsung menjadi agen

pensucian baik terhadap perubahan-perubahan duniawiyah di sekitarnya, maupun

terhadap tindakan-tindakannya dalam The Liberated Territory itu sendiri.132

Peran-peran inilah, menurut Fachri yang melontarkan Abdurrahman Wahid

sebagai pemimpin nasional.

Mistifikasi terhadap diri Abdurrahman Wahid di atas, tidak saja datang dari

dalam NU sendiri, tetapi lebih banyak justru datang dari luar. Dengan gagasan-

gagasan yang tidak bisa dipungkiri lagi, memang ada di sekitar pluralisme agama,

hubungan agama dan ideologi negara serta demokrasi. Abdurrahman Wahid telah

menempatkan diri sebagai seorang tokoh yang tidak bisa diabaikan dalam

kontribusi ide-ide baik tingkat nasional maupun internasional. Di sektor politik,

dia juga telah menjadi tumpuan publik yang memimpin adanya reformasi politik.

132 “Analisis Fachry Ali”, Gatra, 26 November 1994, hal.19.

Page 80: PERBANDINGAN ABDURRAHMAN WAHID DAN YUSUF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8498/1/HENDRI... · Apakah perbedaan dan persamaan pandangan antara Abdurrahman Wahid

Keberaniannya merangkul Megawati telah menerbitkan terjadinya koalisi politik

antara kekuatan sekuler dan agama.

Karena mistifikasi semacam ini, diikuti kultur NU yang begitu

menghormati Kyai sepuh, Abdurrahman Wahid akhirnya tampil sebagai single

player di NU dan meninggalkan teman-teman yang lain. Suasana kolegalitas yang

dahulu pada saat menjelang atau sesudah Muktamar ke-27 di Situbondo tahun

1984, menyemangati The Winning Team yang mengsukseskan konsepsi khittah

1926 yang hampir punah. Dengan kekuatan kharisma Abdurrahman Wahid, ia

berhasil tampil sebagai seorang "Gus" dalam pengertian komunitas pesantren,

seorang putra Kyai yang harus dilayani dan harus diikuti dan didengarkan. Tak

heran, akibat kelebihan-kelebihan Abdurrahman Wahid itu pula, akhirnya dia

menjadi One Man Show,133

terlihat selalu menimbang-nimbang posenya di

hadapan publik.

Fenomena kekuatan kharismatik Abdurrahman Wahid di atas rupanya

menjadi perhatian sekaligus kegalauan Yusuf Hasyim. Tampak sekali setelah

pengunduran diri Yusuf Hasyim dari mutasyar PBNU, dia rajin mengevaluasi

sepak terjang Abdurrahman Wahid. Menurutnya, ada beberapa hal yang sangat

merugikan NU, dalam hal ini di contohkan :

Contoh kecil soal Rois Aam KH Ilyas Ruchyat.Beliau ngomong ke saya

pernah dimarahi, Gus Dur gara-gara membuat statemen yang bernada

ukhuwah Islamiyah tentang Bosnia, Statemen tersebut disahkan oleh NU,

Muhammadiyah dan Dewan Dakwah. Eh, Gus Dur tidak setuju dan

memarahi KH. Ilyas. Saya berpikir, Kyai Ilyas itukan Rois Aam yang dalam

NU kedudukannya paling tinggi, kok diperlakukan seperti itu.134

133

KH. Agoes Aly Mansyhuri, “NU Jaya, NU Ketawa”, Jawa Pos, 24 November 1999. 134 KH. Yusuf Hasyim, “Romantsime PKB”, Republika, 10 Agustus 1998.

Page 81: PERBANDINGAN ABDURRAHMAN WAHID DAN YUSUF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8498/1/HENDRI... · Apakah perbedaan dan persamaan pandangan antara Abdurrahman Wahid

Berkenaan dengan mistifikasi terhadap Abdurrahman Wahid, ataupun

gagasan-gagasan “gila” yang oleh banyak orang, khususnya nahdliyin selalu

mengamini tanpa adanya reserve, menjadi sorotan suatu kekhawatiran Yusuf

Hasyim, karena akan berujung pada pengkultusan individu sehingga memicu

timbulnya “ideologi Gus Durianisme”.135 Yusuf Hasyim menyadari bahwa

pemikiran Abdurrahman Wahid yang membangsa visioner belum sepenuhnya

tersosialisasi di lapisan bawah NU,136

komentar Yusuf Hasyim:

Bagi warga NU terutama yang tingkat fanatisme dan patronasenya tinggi,

menganggap bahwa Gus Dur adalah Wali Allah yang waskito. Orang lain

boleh saja tak menerima ucapan dan tindakannya. Tapi buat mereka, Gus

Dur mustahil keliru. Mungkin ini dapat dimaklumi bila yang mengucapkan

adalah warga NU di pelosok desa yang tingkat pendidikannya sederhana.

Padahal cukup banyak kekeliruan Gus Dur yang sudah terekspos secara luas

... meski demikian, warga NU tetap yakin. Bila perlu, kekeliruan Gus Dur

harus ditakwilkan sedemikian rupa sehingga menjadi sebuah kebenaran.

Bagi mereka Gus Dur bak Nabi Khidzir dan kita adalah Nabi Musa.

Anehnya fenomena ini tak cuma menghinggapi konstituen tradisional NU, melainkan juga sejumlah intelektual lokal serta bule yang akrab dengan Gus

Dur. Pandangan seperti ini tak pernah terjadi sebelum Gus Dur, tentu bisa menghambat sikap kritis ... lebih dari itu dapat menyemaikan kultus

individu.137

Bila ketegangan antara Abdurrahman Wahid dan Yusuf Hasyim dilihat dari

latar belakang penyebabnya, maka dekripsi di atas menunjukkan keterkaitan fakta

penyebab yang satu dengan yang lainnya. ada faktor internal dan faktor eksternal

yang saling berinteraksi, yaitu ; Pemikiran reformis dari Abdurrahman Wahid,

Pemikiran dan tindakan Abdurrahman Wahid cederung merelatifkan peran

lembaga syuriah, merelatifkan peran-peran tokoh sepuh sebelum kepemimpinan

dan pemikiran Gus Dur dianggap menyimpang dari tradisi NU selama ini. Adanya

135

“Surat Pembaca”, Aula no. 03 Tahun XX, Maret 1998, hal.4. 136

KH. Yusuf Hasyim, “Romantsime PKB”, Republika, 10 Agustus 1998. 137

KH. Yusuf Hasyim, “Kepemimpinan Gus Dur dan Pesantren”, Gatra, 12 Agustus 2000,

hal.22.

Page 82: PERBANDINGAN ABDURRAHMAN WAHID DAN YUSUF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8498/1/HENDRI... · Apakah perbedaan dan persamaan pandangan antara Abdurrahman Wahid

kepemimpinan Abdurrahman Wahid yang mencoba mengembangkan pemikiran

anti tesis dari kecenderungan “negara kuat” serta kecenderungan terbangunnya

patronase politik antara tokoh-tokoh NU di kalangan birokrat.

Walaupun demikian bila dicermati latar belakang perbedaan Abdurrahman

Wahid dan Yusuf Hasyim secara seksama, menurut hemat penulis, maka kekuatan

penuh adalah yang disebut pertama, yakni pemikiran-pemikiran reformis

Abdurrahman Wahid. Perbedaan prinsipal antara Abdurrahman Wahid dan Yusuf

Hasyim yaitu bahwa Abdurrahman Wahid menunjukkan jati dirinya yang ingin

melakukan perubahan-perubahan dalam internal NU maupun eksternal NU. Atau

tepatnya pemikiran dan tindakan Abdurrahman Wahid cenderung menentang

kemapanan. Sementara Yusuf Hasyim melihat kecenderungan itu dianggap akan

merusak tatanan kemapanan NU yang selanjutnya akan merusak NU.

Berangkat dari sinilah, wajar jika selama ini Yusuf Hasyim selalu

menggugat kemapanan Abdurrahman Wahid. meskipun terlihat bertolak belakang

terhadap Abdurrahman Wahid, nampaknya hal ini dilakukan Yusuf Hasyim untuk

menghapus barrier bagi nahdliyin agar memiliki keberanian menghadapi

kekuatan Abdurrahman Wahid. Pada akhirnya tak berlebihan apa yang dikatakan

Samsuddin Haris bahwa Yusuf Hasyim adalah sosok nurani kaum nahdliyin

melainkan juga sosok penafsir realitas eksternal bagi NU dan jamiyahnya.

Page 83: PERBANDINGAN ABDURRAHMAN WAHID DAN YUSUF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8498/1/HENDRI... · Apakah perbedaan dan persamaan pandangan antara Abdurrahman Wahid

BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Penulisan skripsi ini sesungguhnya masih terlalu sederhana dan belum bisa

dikatakan memadai untuk sebuah kajian atau analisis tentang latar belakang

kritisme Yusuf Hasyim terhadap kepemimpinan Abdurrahman Wahid, baik dari

segi varian maupun karakteristiknya. Apalagi kalau penulisan ini menyertakan

pendekatan historis sosiologis yang secara praktis membutuhkan banyak

pemikiran untuk merumuskan agar tercapai suatu akurasi dan konsistensi

penulisan yang bisa diterima. Meski demikian, penulisan ini mungkin akan tetap

berguna setidaknya bagi penulis lain yang ingin mendapatkan beberapa informasi

seputar polemik antara Abdurrahman Wahid dan Yusuf Hasyim berkenaan dengan

NU.

Pemikiran Politik Abdurrahman Wahid dan Yusuf Hasyim secara

geneologis adalah keturunan darah biru Founding Father NU, yang tentu punya

tanggung jawab yang sama besar untuk mengembangkan NU ke arah cita-citanya,

yakni mampu menjawab tantangan perubahan sosial sekaligus mewariskan nilai-

nilai keislaman berhaluan Ahlussunnah wal Jamaah untuk meningkatkan kualitas

spiritual dan menjaga moralitas bangsa.

Baik Abdurrahman Wahid maupun Yusuf Hasyim akhirnya tampil

merumuskan pemikiran dan strateginya dengan mengambil segi positif perjalanan

serta kiprah NU sebelumnya. Pemikiran politik serta strategi keduanya merupakan

Page 84: PERBANDINGAN ABDURRAHMAN WAHID DAN YUSUF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8498/1/HENDRI... · Apakah perbedaan dan persamaan pandangan antara Abdurrahman Wahid

sintesis dari pergumulan serta kiprah individu masing-masing, baik melalui

organisasi NU maupun dunia luar NU. Sehingga, merupakan kenyataan yang

wajar jika Abdurrahman Wahid dan Yusuf Hasyim memberikan pemikiran yang

berbeda terhadap cara untuk mewujudkan cita-cita perjuangan NU.

Dalam hal ini, paradigma pemikiran Abdurrahman Wahid dan Yusuf

Hasyim untuk mewujudkan gagasan, strateginya berbeda, Abdurrahman Wahid

lebih mendasarkan pada paradigma, dalam istilah Abdurrahman Wahid

“Berangkat dari agama untuk menyelesaikan masalah bangsa”, dimana

Abdurrahman Wahid ingin mengintegrasikan kegiatan Islam dalam kegiatan

bangsa. Secara keseluruhan tanpa menampakkan bentuk-bentuk simbol formal

keagamaan atau yang bersifat Islam eksklusif.

Sebaliknya, Yusuf Hasyim mendasarkan pemikiran dan strateginya pada

pijakan paradigma “ berangkat dengan agama untuk menyelesaikan masalah

bangsa “. Hal ini terlihat jelas kecenderungan Yusuf Hasyim untuk memformilkan

Islam dalam kehidupan negara misalnya melalui simbol-simbol serta idiom

keislaman yang semuanya lebih mengarah pada eksklusifisme Islam.

Perbedaan paradigma keduanya ini dalam konteks tertentu mempunyai

implikasi yang berbeda, khususnya dalam merumuskan hubungan Islam (syariah)

dan negara. Meskipun keduanya menolak syariah dijadikan konstitusi negara

secara absolut, tetapi lebih menerima dan berhasrat mengislamkan kehidupan

bernegara tanpa harus, menimbulkan masalah. Yusuf Hasyim membela Negara

Demokrasi untuk melindungi syariah dari penyelewengan atau distorsi, Sedang

Page 85: PERBANDINGAN ABDURRAHMAN WAHID DAN YUSUF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8498/1/HENDRI... · Apakah perbedaan dan persamaan pandangan antara Abdurrahman Wahid

Abdurrahman Wahid mendukung Negara Demokrasi justru lebih sebagai

keharusan untuk melindungi plurarisme masyarakat bangsa.

Ada beberapa kemungkinan sikap Yusuf Hasyim yang secara faktual terlihat

eksklusif dan bersebrangan dengan Abdurrahman Wahid. Pertama, penggunaan

formalisasi Islam melalui idiom-idiom Islam, isu-isu sekuleris yang ditujukan

pada Abdurrahman Wahid merupakan strategi perjuangan untuk menggoyahkan

Abdurrahman Wahid dan PKB.

Kedua, merupakan puncak rivalitas antara Yusuf Hasyim dengan

Abdurrahman Wahid. Selama ini melihat perilaku pemikiran sekuler serta sikap

Abdurrahman Wahid yang dianggap menyeleweng dari tradisi NU.

B. SARAN-SARAN

Kepada para akademisi hendaknya dapat mendorong munculnya kelompok-

kelompok diskusi. Kelompok ini diharapkan tidak hanya dapat mengiyakan

pandangan-pandangan elit NU, tetapi juga mampu melahirkan orang-orang yang

mampu mengkritik pandangan-pandangannya termasuk pandangan Abdurrahman

Wahid. Mengingat figur Abdurrahman Wahid yang begitu kuat terkadang

melahirkan fanatisme yang berlebihan

Page 86: PERBANDINGAN ABDURRAHMAN WAHID DAN YUSUF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8498/1/HENDRI... · Apakah perbedaan dan persamaan pandangan antara Abdurrahman Wahid