peranan manajemen dan inspektorat jenderal...
TRANSCRIPT
PERANAN MANAJEMEN DAN INSPEKTORAT JENDERAL
TERHADAP PENGENDALIAN INTERN ATAS PENGADAAN
BARANG/JASA PADA KEMENTERIAN AGAMA
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Sebagai Persyaratan Guna Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi
Disusun Oleh:
EFI KURNIAWATI
NIM. 109082000019
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2013
ii
PERANAN MANAJEMEN DAN INSPEKTORAT JENDERAL
TERHADAP PENGENDALIAN INTERN ATAS PENGADAAN
BARANG/JASA PADA KEMENTERIAN AGAMA
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Sebagai Persyaratan Guna Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi
Disusun Oleh:
EFI KURNIAWATI
NIM. 109082000019
Dibawah Bimbingan
Pembimbing I Pembimbing II
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2013
iii
iv
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI
Hari ini Kamis, 19 September 2013 telah dilaksanakan Ujian Skripsi atas
mahasiswa:
Nama : Efi Kurniawati
NIM : 109082000019
Jurusan : Akuntansi/Audit
Judul Skripsi: Peranan Manajemen dan Inspektorat Jenderal Terhadap
Pengendalian Intern Atas Pengadaan Barang/Jasa pada
Kementerian Agama.
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang
bersangkutan selama ujian skripsi, maka diputuskan bahwa mahasiswa tersebut di
atas dinyatakan lulus dan skripsi ini diterima sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 19 September 2013
1. Prof. Dr. Abdul Hamid, MS
NIP. 19570617 1985 03 1 002
2. Hepi Prayudiawan, SE., Ak., MM
NIP. 19720516 200901 1 006
3. Reskino, SE., M.Si, Ak
NIP. 19740928 200801 2 004
4. Dr. Rini, Ak., CA
NIP. 19760315 200501 2 002
5. Yessi Fitri, SE., M.Si, Ak
NIP. 19760924 200604 2 002
v
vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. Data Pribadi:
Nama : Efi Kurniawati
Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 06 Januari 1992
Alamat : Jl. H. Jaidi No. 45 RT. 007/011, Pejaten
Timur, Ps. Minggu, Jakarta Selatan
Telpon : 021 – 7816829 / 085717092122
Email : [email protected]
II. Riwayat Pendidikan:
2006-2009 SMA Negeri 55 Jakarta
2003-2006 SMP Negeri 227 Jakarta
1997-2003 SD Negeri 01 Pejaten Timur, Jakarta Selatan
1996-1997 TK Assalam Pejaten Timur
III. Pengalaman Kerja:
Juni-Desember 2012 Freelance sebagai Internal Auditor untuk audit
laporan keuangan periode 2006/2007 dan
2007/2008 PT. Siladen Resort and Spa, Manado.
Juli-Agustus 2012 Kuliah Kerja Sosial Bebas Terkendali
(KKSBT)/Magang pada koperasi Serba Usaha
(KSU) Ubasyada, Ciputat.
IV. Seminar:
1. Talkshow Pemberantasan Korupsi Bersama KPK, 2009
2. Seminar Nasional “Peran Asuransi Dalam Era Globalisasi”, 2010
vii
3. Seminar Marketing Social Media Network “Situs Sosial Network
(Jejaring Sosial) Alternatif Media Pemasaran Berbasis Information
System (IS) dan Information Technology (IT)”, 2011
4. “Sekolah Pasar Modal” – Basic Training of Fundamental & Technical
Analysis, 2012
5. Tax Intercollegiate Forum, 2012
6. Workshop Audit Terapan, Seminar Audit Forensik Untuk Indonesia
Bebas Fraud dan Korupsi, 2012
7. Seminar “Perkembangan Pemikiran Ekonomi dan Akuntansi Islam”,
2012
8. Seminar “Langkah Emas Pengusaha Muslim”, 2012
V. Data Orang Tua:
Penulis merupakan anak kedua dari tiga bersaudara, yaitu pasangan dari:
Nama Ayah : Hikmatullah
Pekerjaan : Pegawai Negeri Sipil
Nama Ibu : Mulyanah
Pekerjaan : Pegawai Negeri Sipil
Alamat Orang tua : Jl. H. Jaidi No. 45 RT. 007/011, Pejaten Timur,
Ps. Minggu, Jakarta Selatan
viii
THE ROLE OF MANAGEMENT AND GENERAL INSPECTORATE TO
INTERNAL CONTROL OVER THE PROCUREMENT OF
GOODS/SERVICE AT MINISTRY OF RELIGIOUS AFFAIRS OF THE
REPUBLIC OF INDONESIA
By: Efi Kurniawati
ABSTRACT
This research purposes to examine the role of management and general
inspectorate to internal control over the procurement of goods/service at Ministry
of Religious Affairs of the Republic of Indonesia. This research used primary data
by the questionnaires. Questionnaires were distributed to the staff general section
at the general secretariat and each general directorate of The Ministry of
Religious Affairs of the Republic of Indonesia as much as 40 questionnaires.
Number of questionnaires returned was 40 questionnaires. The analyzing method
to examine hypothesis was multiple regression analysis.
The result of this research showed that the management and general
inspectorate significantly contribute to internal control over the procurement of
goods/service .
Key words: management, general inspectorate, internal control, the procurement
of goods/service
ix
PERANAN MANAJEMEN DAN INSPEKTORAT JENDERAL
TERHADAP PENGENDALIAN INTERN ATAS PENGADAAN
BARANG/JASA PADA KEMENTERIAN AGAMA
Oleh: Efi Kurniawati
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menguji peranan manajemen dan inspektorat
jenderal terhadap pengendalian intern atas pengadaan barang/jasa. Penelitian ini
menggunakan data primer melalui kuesioner. Kuesioner dibagikan kepada staf
bagian umum pada sekretariat jenderal dan masing-masing direktorat jenderal
Kementerian Agama Republik Indonesia sebanyak 40 kuesioner. Kuesioner yang
terkumpul sejumlah 40 kuesioner. Metode analisis untuk menguji hipotesis adalah
analisis regresi berganda.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa manajemen dan inspektorat jenderal
berperan secara signifikan terhadap pengendalian intern atas pengadaan
barang/jasa.
Kata kunci: manajemen, inspektorat jenderal, pengendalian intern, pengadaan
barang/jasa
x
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT, atas barokah yang selalu
diberikan-Nya. Maka penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu
syarat dalam menempuh studi S1 untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada
jurusan Akuntansi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penulis menyadari karya ini tidak terlepas dari bantuan dan doa, dari
berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih sebesar-
besarnya atas bantuan dan do’a kepada:
1. Mama, papa, kakakku serta adikku tercinta yang senantiasa memberikan
kasih, sayang, semangat, dan do’a.
2. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Islam Negeri Jakarta.
3. Ibu Dr. Rini, SE., M.Si., Ak selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Jakarta serta Dosen
Pembimbing 1 yang dengan sabar memberikan bimbingan dan petunjuk
yang sangat membantu bagi penulis.
4. Ibu Yessi Fitri, SE., Ak., M.Si., selaku Dosen Pembimbing 2 yang telah
menuntun dan mengarahkan penulis agar dapat menyelesaikan skripsi ini.
5. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis khususnya Jurusan Akuntansi,
terima kasih atas ilmu-ilmu yang telah diberikan kepada saya.
6. Seluruh pihak Kementerian Agama atas partisipasinya sehingga penulis
dapat melaksanakan penelitian dengan baik.
7. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah membantu
selesainya Skripsi ini.
xi
Selanjutnya dengan senang hati penulis menerima segala kritik dan saran-
saran yang sifatnya membangun dalam hubungannya dengan penulisan skripsi
ini. Akhir kata penulis mengharapkan semoga Skripsi ini dapat bermanfaat bagi
kita semua. Amin.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Jakarta, 19 September 2013
Penulis
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL..........................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ............................................................ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF..............................iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ..............................................iv
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH .....................v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ....................................................................... vi
ABSTRAKSI .................................................................................................... viii
KATA PENGANTAR ...................................................................................... .x
DAFTAR ISI ................................................................................................... xii
DAFTAR TABEL .......................................................................................... ..xvi
DAFTAR BAGAN ........................................................................................ ...xvii
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... ..xviii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. ...xix
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1
A Latar Belakang Penelitian ............................................................. 1
B Rumusan Masalah ......................................................................... 9
C Tujuan dan Manfaat Penelitian .................................................... 10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................... 12
A Landasan Teoritis ......................................................................... 12
1 Teori Agency ......................................................................... 12
2 Teori Sistem ......................................................................... 13
xiii
3 Pengendalian Intern ............................................................... 15
4 Pengadaan Barang/Jasa ......................................................... 18
5 Manajemen ............................................................................ 22
6 Inspektorat Jenderal .............................................................. 25
B Penelitian Sebelumnya ................................................................ 29
C Kerangka Berpikir ....................................................................... 34
D Keterkaitan Antar Variabel ......................................................... 34
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ..................................................... 40
A Ruang Lingkup Penelitian ............................................................ 40
B Metode Penentuan Sampel ........................................................... 40
C Metode Pengumpulan Data .......................................................... 41
D Metode Analisis Data ................................................................... 42
1 Statistik Deskriptif ................................................................. 42
2 Uji Kualitas Data .................................................................... 42
3 Uji Asumsi Klasik ................................................................. 44
4 Uji Hipotesis .......................................................................... 45
E Definisi Operasional Variabel Penelitian Dan Pengukurannya ...... 48
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN .................................................. 52
A Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian ................................ 52
1 Sejarah Singkat Kementerian Agama .................................... 52
2 Struktur Organisasi Kementerian Agama .............................. 53
3 Tempat dan Waktu Penelitian ................................................ 61
B Analisis dan Pembahasan ............................................................. 62
xiv
1 Statistik Deskriptif ................................................................. 63
2 Hasil Uji Kualitas Data .......................................................... 65
a Uji Reliabilitas ................................................................. 65
b Uji Validitas .................................................................... 67
3 Hasil Uji Asumsi Klasik ....................................................... 71
a Hasil Uji Multikolonieritas .............................................. 71
b Hasil Uji Heteroskedastisitas .......................................... 72
c Hasil Uji Normalitas ....................................................... 72
4 Hasil Uji Hipotesis ................................................................ 74
a Hasil Uji Koefisien Determinasi ...................................... 74
b Hasil Uji Regresi secara Simultan (Uji F) ....................... 75
c Hasil Uji Regresi secara Parsial (Uji t) ........................... 76
5 Analisis dan Interpretasi ........................................................ 78
a Peranan Manajemen Terhadap Pengendalian Intern atas
Pengadaan Barang/Jasa .................................................... 78
b Peranan Inspektorat Jenderal Terhadap Pengendalian
Intern atas Pengadaan Barang/Jasa ................................. 81
c Peranan Manajemen dan Inspektorat Jenderal secara
Simultan Terhadap Pengendalian Intern atas Pengadaan
Barang/Jasa ..................................................................... 83
BAB V PENUTUP ......................................................................................... 85
A Kesimpulan .................................................................................. 85
B Implikasi ....................................................................................... 86
xv
C Saran ............................................................................................. 87
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 88
LAMPIRAN ..................................................................................................... 93
xvi
DAFTAR TABEL
No. Keterangan Halaman
2.1 Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu ....................................................... 29
3.1 Bobot dan Kategori Skala Likert ....................................................... 42
3.2 Operasional Variabel ......................................................................... 50
4.1 Jumlah Kuesioner .............................................................................. 62
4.2 Deskriptif Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ........................... 63
4.3 Deskriptif Responden Berdasarkan Pendidikan ................................ 63
4.4 Deskriptif Responden Berdasarkan Lama Bekerja ........................... 64
4.5 Statistik Deskriptif ............................................................................ 64
4.6 Hasil Uji Reliabilitas Peranan Manajemen ....................................... 66
4.7 Hasil Uji Reliabilitas Inspektorat Jenderal ........................................ 66
4.8 Hasil Uji Reliabilitas Pengendalian Intern atas Pengadaan
Barang/Jasa ....................................................................................... 67
4.9 Hasil Uji Validitas Peranan Manajemen ........................................... 68
4.10 Hasil Uji Validitas Inspektorat Jenderal ........................................... 69
4.11 Hasil Uji Validitas Pengendalian Intern atas Pengadaan Barang/
Jasa ................................................................................................... 70
4.12 Hasil Uji Multikolonieritas ............................................................... 71
4.13 Hasil Uji Koefisien Determinasi ....................................................... 74
4.14 Hasil Uji ANOVA ............................................................................. 76
4.15 Hasil Uji Coefficient ......................................................................... 77
xvii
DAFTAR BAGAN
No. Keterangan Halaman
2.1 Kerangka Pemikiran .......................................................................... 34
4.1 Struktur Organisasi Kementerian Agama ......................................... 53
4.2 Struktur Organisasi Sekretariat Jenderal ........................................... 54
4.3 Struktur Organisasi Direktorat Jenderal Pendidikan Islam ............... 55
4.4 Struktur Organisasi Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan
Umrah ................................................................................................ 56
4.5 Struktur Organisasi Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat
Islam .................................................................................................. 57
4.6 Struktur Organisasi Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat
Kristen ............................................................................................... 58
4.7 Struktur Organisasi Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat
Katolik ............................................................................................... 59
4.8 Struktur Organisasi Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat
Hindu ................................................................................................. 60
4.9 Struktur Organisasi Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat
Budha ................................................................................................ 61
xviii
DAFTAR GAMBAR
No. Keterangan Halaman
4.1 Hasil Uji Heteroskedastisitas ............................................................. 72
4.2 Hasil Uji Normalitas ......................................................................... 73
xix
DAFTAR LAMPIRAN
No. Keterangan Halaman
1. Surat Izin Penelitian ....................................................... 92
2. Surat Keterangan Selesai Penelitian....................................................... 101
3. Kuesioner ................................................................................................ 108
4. Data Responden ..................................................................................... 114
5. Data Jawaban Responden ....................................................................... 117
6. Hasil Uji SPSS ........................................................................................ 124
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Saat ini banyak media massa yang memberitakan kasus korupsi pada
kementerian-kementerian. Apabila kita melihat dari sejumlah kasus korupsi
yang ada di Indonesia, kasus tindak pidana korupsi yang ditangani oleh komisi
pemberantasan korupsi (KPK) sebagian besar (77%) adalah kasus tindak
pidana korupsi yang terkait dengan pengadaan barang dan jasa
(Hardjowiyono, 2006) dalam Kurniawan (2009:116). Menurut Sutrisno
(2013), hasil audit Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) tahun 2012 terdapat 15
kementerian yang terindikasi merugikan negara, salah satunya yaitu
kementerian agama yang menimbulkan kerugian negara sebesar 79 miliar
dengan 572 kasus.
Pada tahun 2011, terjadi kasus mengenai pengadaan barang/jasa di
Kementerian Agama. Menurut Asril (2013), kasus korupsi proyek pengadaan
laboratorium komputer tahun anggaran 2011 dan pengadaan Al Qur’an di
Kementerian Agama disebabkan adanya suap yang dilakukan oleh tiga
perusahaan sebagai upaya untuk memenangi tender proyek tersebut.
Berdasarkan data-data tersebut, aktivitas pengadaan barang/jasa merupakan
aktivitas yang paling potensial dimana fraud sering terjadi, baik dari tahap
perencanaan maupun tahap pelaksanaan pengadaan barang/jasa. Sehingga
aktivitas dalam hal pengadaan barang/jasa perlu mendapat perhatian yang
lebih besar.
2
Dalam bidang pengadaan barang/jasa, pemerintah telah menerbitkan
Keputusan Presiden Nomor 61 Tahun 2004 tentang Pedoman Pelaksanaan
Pengadaan Barang dan Jasa Instansi Pemerintah, sebagai penyempurnaan dari
aturan dan prosedur sebelumnya, yaitu Keppres 80 Tahun 2003 (Bastian,
2005:58). Disamping itu, juga terdapat Peraturan Presiden yang terbaru
Nomor 70 tahun 2012 tentang perubahan kedua atas Peraturan Presiden
Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah. Peraturan
tersebut dibuat untuk mengatur pengguna barang/jasa dan penyedia
barang/jasa sesuai dengan tugas, fungsi, hak, dan kewajiban serta peranan
masing-masing pihak dalam proses pengadaan barang/jasa yang dibutuhkan
instansi pemerintah.
Tetapi, meskipun peraturan tersebut sudah diberlakukan, fraud di bidang
pengadaan barang/jasa masih kerap terjadi pada kementerian maupun instansi
lainnya. Fraud tersebut sebenarnya dapat diminimalisir apabila pengendalian
intern di dalam kementerian maupun instansi lainnya tersebut memadai.
Dengan menerapkan sistem pengendalian intern, maka segala bentuk
penyalahgunaan dapat diidentifikasi sedini mungkin. Dengan ini maka segala
bentuk upaya-upaya korupsi dapat dihindari (Wahyuni, 2010:15).
Pencegahan kecurangan, dapat dilakukan melalui dengan cara-cara
berikut (Amrizal, 2004:5):
1. Membangun struktur pengendalian internal yang baik
2. Mengefektifkan aktivitas pengendalian
3. Mengefektifkan kultur organisasi, serta
3
4. Mengefektifkan fungsi internal audit
Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008, sistem
pengendalian intern adalah proses yang integral pada tindakan dan kegiatan
yang dilakukan secara terus menerus oleh pimpinan dan seluruh pegawai
untuk memberikan keyakinan memadai atas tercapainya tujuan organisasi
melalui kegiatan yang efektif dan efisien, keandalan pelaporan keuangan,
pengamanan asset negara, dan ketaatan terhadap peraturan perundang-
undangan.
Pengendalian internal merupakan suatu prosedur atau metode baik secara
langsung maupun secara tidak langsung dapat meminimalkan kecurangan
maupun penyelewengan yang terjadi sehingga menimbulkan kerugian negara.
Pane (1992) dalam Permana (2009:4) menyatakan pengendalian intern sebagai
proses, dipengaruhi oleh dewan komisaris, manajemen dan seluruh karyawan
dalam suatu organisasi, yang dirancang untuk menyediakan jaminan yang
memadai sehubungan dengan pencapaian tujuan-tujuan perusahaan.
Sebuah sistem pengendalian internal harus menjadi bagian yang
terintegrasi dalam mengelola organisasi (Boxer, 2011:1). Pola pengendalian
tiap organisasi berbeda-beda tergantung pada jenis dan karakteristik
organisasi. Organisasi bisnis karena sifatnya yang berorientasi pada perolehan
laba, maka alat pengendaliannya lebih banyak bertumpu pada mekanisme
negosiasi (negotiated bargain), meskipun hal tersebut bervariasi untuk tiap
organisasi dan tingkatan manajemen. Sementara itu, organisasi sektor publik
karena sifatnya tidak mengejar laba serta adanya pengaruh politik yang besar,
4
maka alat pengendaliannya lebih banyak berupa peraturan birokrasi
(Mardiasmo, 2009:35).
Kegiatan pengendalian meliputi kegiatan seperti persetujuan, otorisasi,
verifikasi, rekonsiliasi, ulasan kinerja operasional, pengamanan aset, dan pemisahan
tugas (Quall, 2004) dalam Frazer (2011:363). Dengan adanya pengendalian
internal yang memadai, segala kesalahan, kecurangan, dan tindakan-tindakan
lain yang dapat merugikan perusahaan dapat ditekan serendah mungkin
(Permana, 2009:2). Oleh karena itu, perlu adanya struktur pengendalian
internal pengadaan barang/jasa yang baik sehingga kegiatan ini bisa
dilaksanakan secara efektif dan efisien serta hasilnya dapat
dipertanggungjawabkan.
Menurut PP Nomor 60 Tahun 2008, unsur sistem pengendalian intern
pemerintah terdiri dari: lingkungan pengendalian, penilaian risiko, kegiatan
pengendalian, informasi dan komunikasi, dan pemantauan pengendalian
internal. Dari kelima komponen pengendalian intern, komponen lingkungan
pengendalian, merupakan pondasi dari komponen pengendalian intern lainnya.
Lingkungan pengendalian merupakan kondisi obyektif yang ada pada
organisasi (Pratolo, 2007:3). Setiap orang dalam suatu organisasi memiliki
tanggung jawab untuk memastikan sistem pengendalian intern efektif (Boxer,
2011:4). Manajemen harus berhati-hati dalam menangani masalah
pengendalian intern terutama dalam hal pengadaan barang/jasa pemerintah
karena masalah ini sepenuhnya berada dalam tanggung jawab dan kendali
manajemen.
5
Tanpa pengendalian internal maka manajemen tidak akan mengetahui
dan merasa yakin apakah yang telah mereka lakukan telah sesuai dengan yang
diharapkan (Purjono, Tanpa tahun:1). Semua tingkatan manajemen harus
bekerja sama untuk menciptakan suatu kerangka kerja terpadu yang
menurunkan risiko ke tingkat yang dapat diterima dan membantu organisasi
dalam mencapai sasaran dan tujuannya (Dinapoli, 2010:3). Setiap anggota
organisasi memiliki peran dalam sistem pengendalian intern.
Manajemen memiliki sebuah peran dalam memastikan bahwa masing-
masing individu yang bekerja memiliki keterampilan dan kemampuan untuk
melakukannya, dan untuk menyediakan para pegawai dengan pengawasan,
pemantauan, pelatihan yang tepat untuk menjamin bahwa organisasi memiliki
kemampuan untuk melaksanakan tugasnya (Dinapoli, 2007:7). Manajer pada
organisasi harus memahami pentingnya menerapkan dan memelihara
pengendalian intern yang efektif yang merupakan tanggung jawabnya (Pratolo,
2007:7).
Untuk mencapai pengelolaan keuangan negara yang efektif, efisien,
transparan, dan akuntabel, menteri/pimpinan lembaga, gubernur, dan
bupati/walikota wajib melakukan pengendalian atas penyelenggaraan kegiatan
pemerintahan (PP Nomor 60 Tahun 2008). Tanggung jawab dewan pimpinan
terhadap pengendalian internal yang paling utama yaitu melibatkan
pengawasan, otorisasi, dan etika kepemimpinan (Dinapoli, 2010:2).
Selain tanggung jawab atas perencanaan dan penetapan sistem
pengendalian intern, manajemen juga harus melakukan pengawasan terhadap
6
sistem pengendalian intern yang tengah berjalan (Fathurrachman, 2008:2).
Apabila terjadi penyimpangan pimpinan harus cepat bertindak untuk
mengarahkan kembali kepada tujuan yang telah ditetapkan yang dinamakan
pengendalian sehingga pengendalian harus dapat menyediakan data yang
andal, menggunakan aktiva dan catatan, mendorong efisiensi operasional, dan
mendorong ketaatan kepada kebijakan yang ditetapkan manajemen (Permana,
2009:3).
Selain para pimpinan yang melakukan pengawasan serta penilaian atas
pengendalian intern, ada juga bagian lain dalam suatu perusahaan/organisasi
baik yang bersifat publik maupun swasta yang bertanggung jawab untuk
menilai efektivitas dan efisiensi pengendalian intern. Bagian ini disebut
internal audit, orang yang bekerja dalam bagian ini disebut internal auditor.
Dalam suatu kementerian, pelaksanaan internal audit dilakukan oleh
Inspektorat Jenderal. Internal audit akan menyajikan analisis, penilaian, saran,
bimbingan, serta informasi yang berkaitan dengan aktivitas yang telah
dipelajari, ditelaah, dan dinilainya kepada manajemen.
Audit internal adalah audit yang dilakukan oleh unit pemeriksa yang
merupakan bagian dari organisasi yang diawasi (Mardiasmo, 2009:193).
Terdapat empat jenis aktivitas audit internal: finansial, operasional, beriringan,
dan desain sistem pengendalian internal (Raymond dan George, 2011:308).
Pada saat internal auditor melaksanakan audit operasional, ada tiga fitur dasar
yang harus ditemukan, yaitu kecukupan pengendalian, efisiensi, dan kepatuhan
terhadap kebijakan perusahaan.
7
Organisasi sektor publik harus memperhatikan value for money dalam
menjalankan aktivitasnya. Value for money merupakan konsep pengelolaan
organisasi sektor publik yang mendasarkan pada tiga elemen utama, yaitu
ekonomi, efisiensi, dan efektivitas (Mardiasmo, 2009:4). Untuk menjamin
bahwa tujuan organisasi dijalankan secara ekonomi, efisien, dan efektif, maka
diperlukan suatu sistem pengendalian yang efektif. Fungsi seorang auditor
internal yaitu meyakinkan bahwa sistem pengendalian internal dalam sebuah
organisasi sudah baik dan untuk meyakinkan bahwa perusahaan atau organisasi
menggunakan sumber daya yang dimilikinya secara efektif dan efisien.
Penelitian yang dilakukan oleh Widyaningsih (2010:53) mengenai
pengaruh audit internal terhadap efektivitas pengendalian intern atas biaya
produksi menunjukkan bahwa pelaksanaan internal audit memberikan
pengaruh yang tinggi terhadap efektivitas pengendalian intern biaya produksi.
Menurut Dow, Shea, and Waldrup (2009:124), studi-studi mengenai internal
audit telah difokuskan pada dokumentasi struktur pengendalian internal dan
dampak keuangan yang signifikan dari lemahnya pengawasan terhadap nilai
perusahaan.
Untuk memperkuat dan menunjang efektifitas sistem pengendalian intern
dapat dilakukan pengawasan intern atas penyelenggaraan tugas dan fungsi
instansi pemerintah termasuk akuntabilitas keuangan negara dan pembinaan
penyelenggaraan sistem pengendalian intern pemerintah (SPIP) (Akso,
2010:9). Pengawasan intern atas penyelenggaraan tugas dan fungsi instansi
pemerintah dilakukan oleh aparat pengawasan intern pemerintah. Pelaksanaan
8
pengawasan intern oleh aparat pengawasan intern pemerintah dilakukan
melalui audit, review, evaluasi, pemantauan, dan kegiatan pengawasan lainnya.
Internal audit dalam sektor publik disebut juga dengan aparat
pengawasan intern pemerintah, dilakukan oleh Inspektorat Jenderal
Departemen, Satuan Pengawasan Intern (SPI) di lingkungan lembaga negara
dan BUMN/BUMD, Inspektorat wilayah Propinsi (Itwilprop), Inspektorat
Wilayah Kabupaten/kota (Itwilkab/Itwilko), dan Badan Pengawasan Keuangan
dan Pembangunan (BPKP) (Mardiasmo, 2009:193).
Pentingnya pengendalian internal sebagai tindakan preventif untuk
meminimalisir terjadinya hal tersebut, hal ini menimbulkan suatu masalah yaitu
apakah pengendalian internal pada lingkungankementerian agama sudah efektif
seperti yang diharapkan. Manajemen dapat bekerja sama dengan internal
auditor untuk mengawasi dan memastikan apakah pengendalian internal sudah
berjalan dengan baik. Berdasarkan uraian tersebut, penulis tertarik untuk
melakukan penelitian pada kementerian agama, dengan judul: “Peranan
Manajemen dan Inspektorat Jenderal terhadap Pengendalian Intern atas
Pengadaan Barang/Jasa pada Kementerian Agama”.
Penelitian ini merujuk pada hasil penelitian sebelumnya yang telah
dilakukan oleh (Widyaningsih, 2010) mengenai “Pengaruh Audit Internal
Terhadap Efektivitas Pengendalian Intern Biaya Produksi”. Perbedaan antara
penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yaitu:
a. Penelitian sebelumnya menggunakan variabel independen pengaruh internal
audit dan variabel dependen efektifitas pengendalian intern biaya produksi.
9
Sedangkan pada penelitian ini, peneliti menggunakan variabel independen
peranan inspektorat jenderal dan menambahkan satu variabel yaitu peranan
manajemen. Variabel dependen yang digunakan pada penelitian ini yaitu
pengendalian intern atas pengadaan barang/jasa.
b. Populasi penelitian sebelumnya yaitu satuan pengawasan intern (SPI) pada
PT. Dirgantara Indonesia (Persero) Bandung. Sedangkan populasi pada
penelitian ini yaitu bagian umum pada sekretariat jenderal dan direktorat-
direktorat jenderal kementerian agama.
c. Penelitian sebelumnya objek yang diteliti yaitu staf satuan pengawasan
intern (SPI) pada PT. Dirgantara Indonesia. Sedangkan pada penelitian ini
objek yang diteliti yaitu pegawai yang bekerja di sekretariat bagian umum
pada sekretariat jenderal dan direktorat-direktorat jenderal kementerian
agama.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut maka rumusan masalah yang akan
diteliti oleh peneliti adalah sebagai berikut:
1. Apakah manajemen berperan terhadap pengendalian intern atas pengadaan
barang/jasa pada Kementerian Agama?
2. Apakah inspektorat jenderal berperan terhadap pengendalian intern atas
pengadaan barang/jasa pada Kementerian Agama?
3. Apakah manajemen dan inspektorat jenderal berperan secara simultan
terhadap pengendalian intern atas pengadaan barang/jasa pada Kementerian
Agama?
10
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah, peneliti ingin menemukan bukti
empiris mengenai hal-hal sebagai berikut:
a. Menganalisis peranan manajemen terhadap pengendalian intern atas
pengadaan barang/jasa pada Kementerian Agama
b. Menganalisis peranan inspektorat jenderal terhadap pengendalian intern
atas pengadaan barang/jasa padaKementerian Agama
c. Menganalisis peranan manajemen dan inspektorat jenderal secara
simultan dalam terhadap pengendalian intern atas pengadaan barang/jasa
di Kementerian Agama.
2. Manfaat Penelitian
a. Kontribusi Teoritis
1) Mahasiswa jurusan akuntansi, penelitian ini bermanfaat untuk
menambah ilmu pengetahuan mengenai peran manajemen dan
inspektorat jenderal dalam pengendalian intern atas pengadaan
barang/jasa.
2) Masyarakat, sebagai sarana informasi tentang bagaimana peranan
manajemen dan internal audit terhadap efektivitas pengendalian
internal atas pengadaan barang dan jasa di Kementerian Agama.
3) Peneliti berikutnya, sebagai referensi bagi pihak yang akan meneliti
selanjutnya mengenai topik ini.
11
4) Penulis, sebagai sarana untuk menambah pengetahuan mengenai
auditing, terutama tentang peran manajemen dan internal audit
pemerintah sehingga di masa yang akan datang diharapkan bermanfaat
bagi penulis.
b. Kontribusi Praktis
Bagi pemerintah, sebagai tinjauan yang diharapkan memberikan
manfaat untuk meningkatkan peran manajemen mulai dari planning,
organizing, leading, dan controlling, serta kompetensi auditor
inspektoratnya melalui pemberian pelatihan-pelatihan khusus mengenai
internal control, meningkatkan pendidikan auditor internalnya,
khususnya auditor inspektorat jenderal kementerian agar dapat lebih
berperan dalam meningkatkan pengendalian internal pada bidang
pengadaan barang dan jasa melalui kegiatan internal auditnya sehingga
dapat mengurangi atau meminimalisir tindak kecurangan atau
penyelewengan yang terjadi pada aktivitas tersebut.
12
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teoritis
1. Teori Agency
Menurut Djajadikerta (2004:18), hubungan agensi (agency relation)
muncul pada saat satu atau lebih orang menyerahkan aktiva miliknya,
mendelegasikan wewenang pengelolaan aktiva tersebut pada orang lain.
Principal merupakan pihak yang mendelegasikan wewenang atau tanggung
jawab untuk pengambilan keputusan. Sedangkan agent adalah pihak yang
menjalankan wewenang atau tanggung jawab. Hak dan kewajiban masing-
masing pihak (principal dan agent) dijelaskan dalam suatu perjanjian kerja
yang disetujui bersama.
Teori agensi ini dinyatakan secara sederhana dalam dua masalah.
Pertama, ketika perilaku agen dapat diawasi, sebuah kontrak yang
didasarkan pada perilaku menjadi optimal karena perilaku agen merupakan
komoditi yang dibeli. Ini merupakan kasus sederhana adanya complete
information. Semua pihak, prinsipal dan agen, mengetahui apa saja yang
dilakukan agen. Kedua, adalah incomplete information. Agen mengetahui
apa yang dilakukannya, tetapi prinsipal tidak (Mustikawati, 2004:80). Jadi
menurut agency theory, agent yang mempunyai kesempatan dan dorongan
diprediksi akan bertindak untuk kepentingan pribadi yang berbeda dengan
kepentingan principal.
13
Menyadari adanya agency problem, principal memerlukan alat
pengendali agar agent bertindaksesuai dengan tujuan yang ingin dicapainya
dan terpaksa mengeluarkan biaya tambahan selain biaya membuat kontrak,
namun walau begitu tetap ada kemungkinan masih terjadi kegagalan
mengatasi agency problem tadi. Agency problem dapat diminimalisir
melalui pengawasan (monitoring) dengan cara mendesain sistem
pengendalian intern serta menyediakan informasi yang bermanfaat secara
memadai sehingga dapat mengurangi information asymmetry. Pengendalian
intern tersebut akan di review serta di evaluasi oleh manajemen dan melalui
kegiatan internal audit.
2. Teori Sistem
Teori sistem memungkinkan kita menjelaskan perilaku organisasi
baik internal maupun eksternal (Gibson, Vancevich, Donnelly, 1996:41).
Secara internal, teori ini akan menjelaskan sebab orang-orang dalam suatu
organisasi mau melaksanakan tugas mereka sendiri maupun kelompok.
Secara ekternal, teori ini akan membandingkan aktivitas yang terdapat
dalam suatu organisasi dengan organisasi lainnya. Ciri-ciri general system
science menurut Winardi (2007:162), yaitu:
a. Antar hubungan; setiap teori sistem harus memperhatikan elemen-
elemen di dalam sistem, atau antar hubungan antara berbagai elemen dan
interdependensi komponen-komponen sistem.
b. Holism; sistem merupakan sebuah keseluruhan yang tidak dapat dibagi-
bagi.
14
c. Upaya untuk mencapai tujuan atau sasaran; sistem-sistem mencakup
komponen-komponen yang berinteraksi. Interaksi menyebabkan
timbulnya situasi akhir atau tujuan atau sebuah posisi keseimbangan
dimana aktivitas-aktivitas yang ada membantu pencapaian tujuan.
d. Input dan Output; semua sistem tergantung pada input tertentu untuk
menimbulkan aktivitas-aktivitas yang akhirnya menyebabkan
tercapainya tujuan.
e. Transformasi; semua sistem merupakan alat transformasi input untuk
dijadikan output.
f. Entropi; entropi menggambarkan keadaan sebuah sistem tertutup, di
mana semua elemen berada dalam keadaan kacau, sistem tersebut sudah
“tamat riwayatnya”.
g. Pengaturan (regulation); hal ini mencakup tindakan “perencanaan”.
Pengawasan (control) berarti bahwa desain orisinal untuk bertindak akan
diikuti dan penyimpangan-penyimpangan dari rencana dicatat dan
diperbaiki.
h. Hierarki; sistem-sistem pada umumnya merupakan keseluruhan yang
kompleks yang terdiri dari subsistem-subsistem yang lebih kecil.
i. Diferensiasi; pada sistem-sistem kompleks, kesatuan-kesatuan khusus
melaksanakan fungsi-fungsi sistemik yang terspesialisasi.
j. Ekuifinalitas; pada sistem-sistem terbuka, keadaan final yang sama dapat
dicapai dari berbagai macam titik tolak.
15
Berdasarkan ciri-ciri teori sistem diatas, maka peranan manajemen
dan internal audit dapat dijelaskan melalui teori ini. Karena peranan para
pelaku dalam sebuah organisasi masing-masing memiliki keterkaitan dalam
melaksanakan tugasnya yang akan membentuk suatu sistem. Pimpinan harus
berhubungan secara keseluruhan dengan aspek perilaku organisasi internal
maupun eksternal. Selain itu, melalui teori sistem ini, pimpinan akan mudah
dalam mencapai tujuan organisasi karena akan memungkinkan pimpinan
dapat memahami sebab efektivitas individu, kelompok, dan organisasi.
Dengan pemahaman aspek perilaku dalam organisasi, maka
pimpinan akan lebih mudah melaksanakan pengendalian intern yang baik.
Karena pengendalian intern dalam suatu perusahaan dilakukan oleh semua
lapisan dalam organisasi.
3. Pengendalian Intern
Menurut Marshall dan Paul (2004:53), pengendalian intern adalah
“pengendalian internal (internal control) adalah rencana organisasi dan
metode bisnis yang dipergunakan untuk menjaga aset, memberikan
informasi yang akurat dan andal, mendorong dan memperbaiki
efisiensi jalannya organisasi, serta mendorong kesesuaian dengan
kebijakan yang telah ditetapkan.”
Berdasarkan Laporan COSO (The Committee of Sponsoring
Organization) (Boynton, Johnson, Kell, 2002:142), pengendalian intern
yaitu
“Pengendalian intern (internal control) adalah suatu proses, yang
dilaksanakan oleh dewan direksi, manajemen, dan personel lainnya
dalam suatu entitas, yang dirancang untuk menyediakan keyakinan yang
memadai berkenaan dengan pencapaian tujuan.”
16
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang
Sistem Pengendalian Intern Pemerintah, sistem pengendalian intern di
definisikan sebagai berikut:
“proses yang integral pada tindakan dan kegiatan yang dilakukan
secara terus menerus oleh pimpinan dan seluruh pegawai untuk
memberikan keyakinan memadai atas tercapainya tujuan organisasi
melalui kegiatan yang efektif dan efisien, keandalan pelaporan
keuangan, pengamanan asset negara, dan ketaatan terhadap peraturan
perundang-undangan”.
Jadi, pengendalian internal adalah proses yang dilakukan secara terus
menerus oleh pimpinan dan pegawai untuk mencapai tujuan keandalan
laporan keuangan, efektivitas dan efisiensi kegiatan organisasi serta
memberikan keyakinan yang memadai bahwa semua aktivitas organisasi
sudah berjalan efektif dan efisien. Pemahaman akan pentingnya
pengendalian sektor publik menyebabkan perlunya pendalaman tentang
pengendalian itu sendiri.
Pengendalian dapat diinterpretasikan sebagai proses maupun
pengarah. Jika sebagai proses, pengendalian lebih dianggap sebagai alat
manajemen dalam pelaksanaan keputusan. Jika sebagai pengarah,
pengendalian dapat diartikan sebagai intervensi dalam pengambilan
keputusan (Bastian, 2005:83). Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 60
Tahun 2008, unsur sistem pengendalian intern pemerintah terdiri dari:
a. Lingkungan Pengendalian
Pimpinan instansi pemerintah wajib menciptakan dan memelihara
lingkungan pengendalian yang menimbulkan perilaku positif dan
kondusif untuk penerapan sistem pengendalian intern dalam lingkungan
17
kerjanya, melalui: penegakan integritas dan nilai etika, komitmen
terhadap kompetensi, kepemimpinan yang kondusif, pembentukan
struktur organisasi yang sesuai dengan kebutuhan, pendelegasian
wewenang dan tanggung jawab yang tepat, penyusunan dan penerapan
kebijakan yang sehat tentang pembinaan sumber daya manusia,
perwujudan peran aparat pengawasan intern pemerintah yang efektif, dan
hubungan kerja yang baik dengan instansi pemerintah terkait.
b. Penilaian Risiko
Pimpinan instansi pemerintah wajib melakukan penilaian risiko.
Penilaian risiko terdiri atas: identifikasi risiko dan analisis risiko. Dalam
rangka penilaian risiko, pimpinan instansi pemerintah menetapkan tujuan
instansi pemerintah dan tujuan pada tingkatan kegiatan dengan
berpedoman pada peraturan perundang-undangan.
c. Kegiatan Pengendalian
Pimpinan instansi pemerintah wajib menyelenggarakan kegiatan
pengendalian sesuai dengan ukuran, kompleksitas, dan sifat dari tugas
dan fungsi instansi pemerintah yang bersangkutan. Kegiatan
pengendalian terdiri atas: review atas kinerja instansi pemerintah yang
bersangkutan, pembinaan sumber daya manusia, pengendalian atas
pengelolaan sistem informasi, pengendalian fisik atas aset, pemisahan
fungsi, otorisasi atas transaksi dan kejadian penting, pencatatan yang
akurat dan tepat waktu atas transaksi dan kejadian, pembatasan akses atas
sumber daya dan pencatatannya, akuntabilitas terhadap sumber daya dan
18
pencatatannya, dan dokumentasi yang baik atas sistem pengendalian
intern serta transaksi dan kejadian penting.
d. Informasi dan Komunikasi
Pimpinan instansi pemerintah wajib mengidentifikasi, mencatat,
dan mengkomunikasikan informasi dalam bentuk dan waktu yang
tepat.Untuk menyelenggarakan komunikasi yang efektif, pimpinan
instansi pemerintah harus sekurang-kurangnya menyediakan dan
memanfaatkan berbagai bentuk dan sarana komunikasi, serta mengelola,
mengembangkan, dan memperbarui sistem informasi secara terus-
menerus.
e. Pemantauan
Pimpinan instansi pemerintah wajib melakukan pemantauan sistem
pengendalian intern.Pemantauan sistem pengendalian intern dilaksanakan
melalui pemantauan berkelanjutan, evaluasi terpisah, dan tindak lanjut
rekomendasi hasil audit dan review lainnya.
4. Pengadaan Barang/Jasa
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 70 Tahun 2012 tentang
perubahan kedua atas Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah, yang dimaksud dengan pengadaan
barang/jasa yaitu:
“Pengadaan barang/jasa pemerintah yang selanjutnya disebut dengan
pengadaan barang/jasa adalah kegiatan untuk memperoleh barang/jasa
oleh kementerian/lembaga/satuan kerja perangkat daerah/institusi yang
prosesnya dimulai dari perencanaan kebutuhan sampai diselesaikannya
seluruh kegiatan untuk memperoleh barang/jasa”.
19
Tujuannya adalah untuk memperoleh barang/jasa yang dibutuhkan
instansi pemerintah dalam jumlah yang cukup dengan kualitas dan harga
yang dapat dipertanggungjawabkan, serta dalam waktu dan tempat tertentu
secara efektif dan efisien menurut ketentuan dan tata cara yang berlaku
(Bastian, 2005:58).
a. Prosedur Penyusunan Rencana Umum Pengadaan Barang/Jasa
Berdasarkan Peraturan Kepala Lembaga Kebijakan Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah (LKPP) Nomor 12 Tahun 2011 tentang pedoman
umum perencanaan pengadaan barang/jasa pemerintah, prosedur
penyusunan rencana umum pengadaan barang/jasa pemerintah, yaitu:
1) Identifikasi kebutuhan barang/jasa
2) Penyusunan dan penetapan rencana penganggaran
3) Penetapan kebijakan umum tentang pemaketan pekerjaan
4) Penetapan kebijakan umum tentang cara pengadaan
5) Penetapan kebijakan umum tentang pengorganisasian pengadaan
6) Penyusunan kerangka acuan kerja
7) Penyusunan jadwal kegiatan pengadaan
8) Pengumuman rencana umum pengadaan
b. Prosedur Persiapan Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa
Berdasarkan cara pengadaan yang terdapat dalam Peraturan Kepala
Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP) Nomor
12 Tahun 2011, prosedur persiapan pelaksanaan pengadaan barang/jasa
dapat dilakukan melalui:
20
1) Swakelola
Persiapan pelaksanaan swakelola meliputi:
a) Pelaksanaan swakelola oleh kementerian/instansi lainnya
penanggung jawab anggaran
b) Pelaksanaan swakelola oleh instansi pemerintah lain pelaksana
swakelola
c) Pelaksanaan swakelola oleh kelompok masyarakat pelaksana
swakelola
2) Penyedia barang/jasa
Persiapan pelaksanaan pengadaan melalui penyedia barang/jasa
meliputi:
a) Perencanaan pemilihan penyedia barang/jasa
b) Pemilihan sistem pengadaan barang/jasa
c) Penetapan metode penilaian kualifikasi penyedia barang/jasa
d) Penyusunan jadwal pelaksanaan pemilihan penyedia barang/jasa
e) Penyusunan dokumen pengadaan barang/jasa
f) Penetapan harga perkiraan sendiri (HPS)
c. Pemantauan dan Evaluasi Perencanaan Pengadaan Barang/Jasa
Berdasarkan Pedoman Perencanaan Pengadaan Barang/Jasa yang
dibuat oleh Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah,
Maksud dan tujuan dilakukannya pemantauan dan evaluasi terhadap
penyusunan rencana pengadaan barang/jasa adalah untuk mendapatkan
umpan balik dalam penyusunan rencana pengadaan barang/jasa yang
21
dilakukan secara berkesinambungan, sehingga perencanaan pengadaan
barang/jasa kementerian/institusi lainnya dilakukan sesuai dengan
prosedur dan mencapai sasarannya, baik dilakukan oleh pengguna
anggaran (PA) masing-masing kementerian/institusi lainnya maupun
Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah. Prosedur
pemantauan dan evaluasi atas pengadaan barang/jasa meliputi:
1) Pemantauan
Prosedur pemantauan dan evaluasi perencanaan pengadaan
barang/jasa, dapat dilakukan melalui pengisian daftar simak atau
pertanyaan oleh masing-masing Kementerian/Daerah/Lembaga/
Institusi lainnya, guna mengetahui ketaatannya terhadap pemenuhan
ketentuan dan prosedur yang ditetapkan.Contoh formulir pengisian
daftar simak terdapat dalam pedoman perencanaan pengadaan
barang/jasa.
2) Evaluasi dan Pelaporan
Pelaksanaan tugas pemantauan dan evaluasi perencanaan
pengadaan barang/jasa dilakukan oleh bagian internal masing-masing
kementerian/institusi lainnya melalui unit kerjanya, yang ditunjuk oleh
pengguna anggaran, untuk melaksanakan pemantauan dan evaluasi
terhadap perencanaan pengadaan barang/jasa kementerian/institusi
lainnya dan menyampaikan laporan hasil pemantauan dan evaluasi
kepada pengguna anggaran guna mendapatkan penanganan lebih
lanjut.
22
3) Pembinaan
Pembinaan perencanaan pengadaan barang atau jasa dapat
dilakukan untuk meningkatkan kualitas perencanaan pengadaan
melalui sosialisasi, diseminasi atau semiloka yang dilakukan secara
berkala sesuai dengan kebutuhan.
5. Manajemen
a. Definisi Manajemen
Williams(2009:7), mendefinisikan manajemen sebagai berikut:
“Management is working through others to accomplish tasks
that help fulfill organizational objectives as efficiently as
possible.”
“Manajemen adalah bekerja dengan yang lainnya untuk
melaksanakan tugas yang membantu untuk memenuhi tujuan
organisasi seefektif mungkin”.
Menurut Robbins dan Coulter(2012:36), definisi manajemen
yaitu:
“Management involves coordinating and overseeing the work
activities of others so that their activities are completed
efficiently and effectively.”
“Manajemen melibatkan koordinasi dan mengawasi aktivitas
pekerjaan dari yang lainnya sehingga aktivitas mereka
diselesaikan secara efisien dan efektif.”
Kinicki dan Williams (2011:5) menyatakan definisi manajemen
sebagai berikut:
“More formally, management is defined as (1) pursuit of
organizational goals efficiently and effectively by (2)
integrating the work of people through (3) planning,
organizing, leading, and controlling the organization's
resource”.
23
“Lebih formal, manajemen di definisikan sebagai (1) mencapai
tujuan organisasi secara efisien dan efektif (2)
mengintegrasikan pekerjaan orang-orang (3) perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan sumber daya
organisasi”.
Berdasarkan ketiga definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa
manajemen adalah sebuah proses yang dilakukan oleh tiap-tiap
individu dari suatu organisasi yang dilakukan secara terus menerus
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara efisien dan efektif.
b. Tingkatan Management dalam Pemerintahan Pusat
Dalam pemerintahan pusat, tingkatan manajemen dapat
digambarkan pada gambar 2.1 berikut ini:
Sumber: data yang diolah
Gambar 2.1 Tingkatan Manajemen
Gambar 2.1 menjelaskan tingkatan manajemen dalam suatu
pemerintahan berdasarkan jabatan struktural yang terdiri dari mulai
eselon I (satu) sampai dengan non-eselon. Menurut Peraturan
Pemerintah Nomor 100 tahun 2000 tentang Pengangkatan Pegawai
Eselon I
Eselon II
Eselon III
Eselon IV
Non-Eselon
24
Negeri Sipil dalam Jabatan Struktural, eselon merupakan tingkatan
jabatan struktural. Jabatan struktural adalah suatu kedudukan yang
menunjukkan tugas, tanggung jawab, wewenang, dan hak seorang
pegawai negeri sipil dalam rangka memimpin suatu satuan organisasi
negara.
Menurut Keputusan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor
490 Tahun 2003 tentang Pendelegasian Wewenang Pemeriksaan
Pelanggaran Disiplin Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan
Kementerian Agama, pejabat eselon I (satu) adalah sekretaris jenderal,
inspektur jenderal, direktur jenderal, kepala bagian litbang agama dan
diklat keagamaan. Pejabat eselon II (dua) adalah kepala biro,
sekretaris, direktur, inspektur, kepala pusat pada sekretariat jenderal
dan kepala badan litbang agama dan diklat keagamaan, kepala kanwil
Dep. Agama Propinsi/D.I.
Pejabat eselon III (tiga) adalah kepala bagian, kepala sub
direktorat, kepala bidang, kepala kantor departemen agama
kabupaten/kota. Pejabat eselon IV (empat) adalah kepala sub bagian,
kepala seksi, kepala KUA. Non-eselon merupakan staf/pegawai yang
menjalankan tugas langsung dari pejabat eselon IV.
c. Proses Manajemen Organisasi Pemerintahan
Menurut Sumarsono (2010:25), proses manajemen organisasi
pemerintahan pada dasarnya sama dengan organisasi komersial yaitu
perencanaan, pengarahan, pengendalian, dan evaluasi penggunaan
25
sumber-sumber yang dikelola. Menurut Kinicki dan Williams
(2011:14), proses manajemen yang dikenal juga sebagai fungsi
manajemen dibagi menjadi 4 (empat):
1) Planning: didefinisikan sebagai menetapkan tujuan dan
memutuskan bagaimana untuk mencapai tujuan tersebut. Menurut
Yuwono, Indrajaya, dan Hariyadi (2005:3), perencanaan adalah
salah satu tugas penting manajemen di awal siklus operasional.
2) Organizing: didefinisikan sebagai mengatur tugas, orang-orang,
dan sumber daya lainnya untuk menyelesaikan pekerjaaan.
3) Leading: didefinisikan sebagai motivasi, pengarahan, dan
kemudian mempengaruhi orang-orang untuk bekerja keras untuk
mencapai tujuan organisasi
4) Controlling: didefinisikan sebagai mengawasi kinerja,
membandingkan kinerja dengan tujuan, dan mengambil tindakan
koreksi seperti yang dibutuhkan.
6. Inspektorat Jenderal
a. Definisi Inspektorat Jenderal
Menurut Sirait (2009:28), inspektorat jenderal didefinisikan
sebagai berikut:
“Inspektorat jenderal merupakan salah satu unit kerja eselon 1
yang menjalankan fungsi pengawasan (controlling) yang
mempunyai tugas pokok dan fungsi utama antara lain
melaksanakan kegiatan pengawasan fungsional di lingkungan
kementerian terhadap pelaksanaan tugas di setiap unit
lingkungan kementerian.”
26
b. Definisi Internal Audit
Agoes (2009:221) mendefinisikan internal audit yaitu:
“internal audit (pemeriksaan intern) adalah pemeriksaan yang
dilakukan oleh bagian internal audit perusahaan, baik terhadap
laporan keuangan dan catatan akuntansi perusahaan, maupun
ketaatan terhadap kebijakan manajemen puncak yang telah
ditentukan dan ketaatan terhadap peraturan pemerintah dan
ketentuan-ketentuan dari ikatan profesi yang berlaku.”
Menurut Mardiasmo (2009:193) definisi audit internal yaitu
sebagai berikut:
“Audit internal adalah audit yang dilakukan oleh unit
pemeriksa yang merupakan bagian dari organisasi yang
diawasi.”
Menurut Sawyer(2005:7), audit internal yaitu:
“Audit internal bertindak sebagai penilai independen untuk
menelaah operasional perusahaan dengan mengukur dan
mengevaluasi kecukupan kontrol serta efisiensi dan efektivitas
kinerja perusahaan.”
Dari ketiga definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa internal
audit yaitu suatu pemeriksaan yang dilakukan oleh unit bagian
pemeriksa dalam organisasi yang bertindak independen untuk
menelaah operasional perusahaan, dengan mengukur dan mengevaluasi
pengendalian serta kinerja perusahaan dengan tujuan efisiensi dan
efektivitas.
c. Jenis Audit Internal Sektor Publik
Berdasarkan Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur
Negara Nomor: PER/05/M.PAN/03/2008 tentang standar audit aparat
27
pengawasan intern pemerintah, kegiatan audit yang dilakukan oleh
aparat pengawasan internal pemerintah (APIP) terdiri dari:
1) Audit kinerja
Sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 60 Tahun 2008
tentang sistem pengendalian intern pemerintah, memberikan
kewenangan pada aparat pengawas intern pemerintah (APIP) untuk
melaksanakan audit kinerja sebagai bentuk pengawasan. Audit
kinerja merupakan audit atas pengelolaan keuangan negara dan
pelaksanaan tugas dan fungsi instansi pemerintah yang terdiri dari
aspek kehematan, efisiensi, dan efektivitas.
Audit kinerja dilakukan untuk menilai tingkat keberhasilan
kinerja suatu kementerian/lembaga pemerintah untuk memastikan
sesuai atau tidaknya sasaran yang kegiatan yang menggunakan
anggaran.
2) Audit dengan tujuan tertentu
Audit dengan tujuan tertentu adalah pemeriksaan yang
dilakukan dengan tujuan khusus, diluar audit keuangan dan audit
kinerja. Audit dengan tujuan tertentu bertujuan memberikan
simpulan atas suatu hal yang diaudit. Yang termasuk dalam
kategori ini adalah audit investigatif, audit terhadap masalah yang
menjadi fokus perhatian pimpinan organisasi dan audit yang
bersifat khas.
28
d. Peran Internal Audit
Internal auditor dalam suatu kementerian disebut Inspektorat
Jenderal. Internal auditor tidak bertanggung jawab untuk memberikan
pendapat tentang ketaatan terhadap hukum. Auditor internal secara
periodik akan mengakumulasikan evaluasi pengendalian dari laporan
audit internal dan mencapai kesimpulan tentang lingkungan
pengendalian internal, struktur, dan filosofi organisasi secara
keseluruhan. Agar peranan audit pengendalian intern pengadaan
barang/jasa efektif, maka unsur-unsur berikut ini harus dipenuhi
(Permana, 2009:43):
1) Verifikasi.
Audit pengendalian internal atas pengadaan barang/jasa melakukan
pemeriksaan secara metodis atau menetapkan asas-asas
manajemen.
2) Evaluasi
Audit pengendalian internal atas pengadaan barang/jasa berperan
dalam penilaian menyeluruh pengendalian internal pengadaan
barang/jasa dengan membandingkan kriteria-kriteria yang ada.
3) Rekomendasi
Audit pengendalian internal atas pengadaan barang/jasa berperan
dalam memberikan rekomendasi untuk membantu menyelesaikan
permasalahan pengendalian internal pengadaan barang/jasa, baik
yang sekarang maupun masa yang akan datang.
29
B. Penelitian Sebelumnya
Tabel 2.1
Hasil-hasil Penelitian terdahulu
No. Peneliti, Tahun, dan Judul
Penelitian Metode Penelitian
Variabel Hasil Penelitian
X1 X2 Y
1. Peranan Audit Internal dalam
Menunjang Efektivitas
Pengendalian Internal Penjualan
dan Penagihan Piutang.
(Permana, 2009)
Jenis Penelitian:
Kuantitatif
Sumber Data: Primer,
Kuesioner
Sampel: Auditor Internal
pada Divisi Internal
Auditor PT.
Telekomunikasi
Indonesia
Metode Analisis:
Korelasi
√
√
Pelaksanaan audit internal
sangat memadai.
Pengendalian Internal atas
penjualan dan penagihan
piutang sangat efektif.
Audit internal memadai
berperan dalam menunjang
efektivitas pengendalian
internal penjualan dan
penagihan piutang.
2. Internal Control and
Management Guidance.
(Feng, et al., 2009)
Jenis Penelitian:
Kuntitatif
Sumber Data: Sekunder;
Audit Analytics, First
Call, Annual Compustat,
CRSP
Sampel: 2.940 firm-years
Metode Analisis: OLS
Regression
√
√
Panduan manajemen memiliki
efek yang signifikan terhadap
pengendalian internal.
Bersambung ke halaman selanjutnya
30
Tabel 2.1 (Lanjutan)
No. Peneliti, Tahun, dan Judul
Penelitian Metode Penelitian
Variabel Hasil Penelitian
X1 X2 Y
3. Pengaruh Audit Internal
terhadap Efektivitas
Pengendalian Intern Biaya
Produksi
(Widyaningsih, 2010)
Jenis Penelitian:
Kuantitatif
Sumber Data: Primer,
Kuesioner
Sampel: 20 Auditor
Internal PT Dirgantara
Indonesia
Metode Analisis:
Korelasi Product
Moment
√
√
Pelaksanaan audit internal
memberikan pengaruh yang
tinggi terhadap efektivitas
pengendalian intern biaya
produksi.
4. The Role of Internal Audit
Fuction in the disclosure of
Material Weaknesses
(Lin, etal.,2011)
Jenis Penelitian:
Kuntitatif
Sumber Data: Sekunder;
Sampel: 214 perusahaan
yang didapatkan melalui
survey GAIN IIA
Metode Analisis data:
Logistic Regression
Variabel Lainnya:
Pengungkapan
Kelemahan yang
Material
√
Internal audit berperan dalam
pengungkapan kelemahan yang
material.
Bersambung ke halaman selanjutnya
31
Tabel 2.1 (Lanjutan)
No. Peneliti, Tahun, dan Judul
Penelitian Metode Penelitian
Variabel Hasil Penelitian
X1 X2 Y
5. The Effect of Internal Contol on
the Operating Activities of Small
Restaurant
(Frazer, 2011)
Jenis penelitian:
kuantitatif
Sumber data: primer,
kuesioner melalui mail
Sampel: 270 manajer
restoran yang beroperasi
di Nassau County, New
York
Metode analisis: regresi
berganda
Variabel lainnya:
pemisahan tugas (X1),
penjagaan asset (X2), dan
verifikasi transaksi (X3).
√
Adanya hubungan yang negatif
antara pemisahan tugas dan
perusahaan kecil.
Adanya hubungan positif
antara pengendalian internal
dengan penjagaan aset. Adanya
hubungan yang positif antara
pengendalian internal dengan
verifikasi transaksi.
6. Management Disclosure on
Internal Control in Annual
Report – A Study on Banking
Sector: Bangladesh
(Arifuzzaman, 2011)
Jenis Penelitian:
Kuntitatif
Sumber data: sekunder;
Dhaka Stock Engchange
(DSE)
Teknik Sampling:
Random Basis
Sampel: 7 Bank yaitu:
√
√
Laporan manajemen dari
sektor perbankan meliputi
pengungkapan pengendalian
internal. Tingkat
pengungkapan bervariasi
dengan perusahaan yang
berbeda.
Bersambung ke halaman selanjutnya
32
Tabel 2.1 (Lanjutan)
No. Peneliti, Tahun, dan Judul
Penelitian Metode Penelitian
Variabel Hasil Penelitian
X1 X2 Y
AB Bank Ltd, Bangla
Bank Ltd, Jamuna Bank
Ltd, Merchantile Bank
Ltd, Mutual Trust Bank
Ltd, Premier Bank Ltd,
Southest Bank Ltd.
7. Internal Audit Function: an
exploratory study from Egyptian
list firm
(Ebaid, 2011)
Jenis penelitian:
kuantitatif
Sumber data: Primer,
Kuesioner
Sampel: Internal auditor
perusahaan-perusahaan
terdaftar di Mesir
Metode penelitian:
regresi berganda
√
Sebagian besar perusahaan di
Mesir memiliki fungsi internal
audit tetapi fungsinya masih
kurang terpenuhi.
Hasilnya juga mengungkapkan
bahwa fungsi internal audit
masih berfokus pada audit
keuangan dan kepatuhan
pengendalian internal.
8. Pengaruh Kualitas Audit
Internal Terhadap Efektivitas
Sistem Pengendalian Internal
Satuan Kerja Perangkat Daerah
di Lingkungan Pemerintah
Kabupaten Lumajang
(Dityatama, 2012)
Jenis penelitian:
kuantitatif
Sumber data: Primer,
Kuesioner
Teknik sampling:
sampling jenuh/sensus
Sampel: 22 orang auditor
√
√
Kualitas audit internal
berpengaruh positif terhadap
efektifitas sistem pengendalian
internal Satuan Kerja
Perangkat Daerah (SKPD)
Bersambung ke halaman selanjutnya
33
Tabel 2.1 (Lanjutan)
No. Peneliti, Tahun, dan Judul
Penelitian Metode Penelitian
Variabel Hasil Penelitian
X1 X2 Y
Internal pada Inspektorat
Kabupaten Lumajang
Teknik analisis data:
Statistika deskriptif
dengan Smart-PLS
9. Investigating the Effective
Factors on Management
Internal Control Applying
(Pirayesh, Niazi, Ahmadkhani.,
2012)
Jenis penelitian:
kuantitatif
Sumber data: Primer
Sampel: 195 karyawan
yang bekerja pada sektor
administrasi dan
keuangan instansi
pemerintah di Provinsi
Zanjan, Iran
Metode analisis data:
Non-parametric binomial
test, t-student, dan
Freedman test
Variabel lainnya:
penggunaan teknologi
informasi
√
Implementasi teknologi
informasi secara positif
mempengaruhi tim manajemen
untuk mengontrol sistem
mereka.
Penggunaan manajer yang
lebih terampil dan memiliki
spesifikasi khusus berpengaruh
positif terhadap manajemen
pengendalian internal.
Sumber: Data yang diolah
34
C. Kerangka Berpikir
Kerangka pemikiran penelitian ini dapat digambarkan dalam bagan 2.1
D. Keterkaitan Antar Variabel
1. Peranan Manajemen terhadap pengendalian intern antara pengadaan
barang/jasa
Manajemen sebuah organisasi, melibatkan empat (4) fungsi dasar:
planning, organizing, actuating, controlling. Dalam mengelola suatu
organisasi diperlukan suatu sistem pengendalian intern. Pengendalian
Adanya Fraud atas Pengadaan komputer dan al-qur’an di Dirjen BIMAS Islam
Lemahnya Pengendalian Intern pada kementerian agama
Dasar Teori: Teori Agency dan Teori Sistem
Variabel Independen Variabel Dependen
Pengendalian
Intern (Y)
Peranan Manajemen (X1)
Internal Audit (X2)
Metode Analisis: Regresi Berganda
Hasil Penelitian dan Pembahasan
Kesimpulan, Keterbatasan, dan Saran
35
intern meningkatkan kemungkinan tercapainya tujuan manajemen. Secara
umum, dewan pimpinan tidak mendesain pengendalian internal atau
menyiapkan peraturan tertulis yang mereka adopsi.
Manajemen (termasuk dewan pimpinan) adalah yang bertanggung
jawab untuk memastikan bahwa pengendalian tepat berada di tempatnya,
dan bahwa mereka bekerja sesuai dengan bagaimana yang dimaksudkan
(Dinapoli, 2010:2). Masing-masing individu dalam suatu organisasi
memiliki tanggung jawab untuk memastikan sistem pengendalian intern
organisasi tersebut efektif.
Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Feng (2009:203),
panduan manajemen memiliki efek yang signifikan terhadap pengendalian
internal. Disamping itu, penelitian yang dilakukan oleh Arifuzzaman
(2011:219) menunjukkan bahwa laporan manajemen mengungkapkan
pengendalian internal, walaupun tingkatannya berbeda-beda.
Pimpinan wajib melakukan pengendalian atas penyelenggaraan
kegiatan pemerintahan dalam rangka untuk mencapai pengelolaan
keuangan negara yang efektif, efisien, transparan, dan akuntabel dengan
mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang
Sistem Pengendalian Intern Pemerintah. Pimpinan dan pegawai harus
memiliki tindakan yang mendukung pengendalian internal. Pimpinan
harus terus-menerus mengawasi output yang dihasilkan oleh sistem
pengendalian dan mengambil tindakan yang tepat apabila terjadi
penyimpangan.
36
Pembagian tugas seperti otorisasi, pemrosesan, pencatatan, dan
pemeriksaan transaksi harus dipisahkan ke masing-masing individu dan
unit. Pengawasan harus dilakukan dengan baik dan berkelanjutan untuk
memastikan pencapaian tujuan pengendalian internal. Akses untuk
mendapatkan dokumen atau catatan harus dibatasi ke individu yang
memang berwenang, seseorang yang bertanggung jawab untuk
pengamanan dan penggunaan sumber daya dan orang lain yang mencatat.
Selain itu, setiap karyawan instansi bertanggung jawab untuk
menyadari dan memperhatikan manajemen risiko dan masalah
pengendalian intern, untuk mempertimbangkan keterbatasan dan area
risiko utama, keputusan dokumen dan untuk memberikan dukungan
informasi.
Dalam pemerintahan, standar untuk pengendalian intern masing-
masing kementerian tidak berbeda. Karena standar tersebut dibuat oleh
pemerintah baik yang terdapat dalam perundang-undangan, peraturan
pemerintah, keputusan presiden, dan sebagainya. Masing-masing unit di
kementerian hanya melaksanakan pengendalian intern yang sudah
distandarisasikan.
Pengawasan kegiatan operasional dalam direktorat jenderal
kementerian dilakukan oleh tiap-tiap tingkatan manajemen yang ada dalam
kementerian tersebut, mulai dari direktur jenderal, direktur, sekretaris,
kepala bagian, kepala sub bagian, sampai dengan staf.
37
2. Peranan Inspektorat Jenderal Terhadap Pengendalian Intern atas
Pengadaan Barang/Jasa
Pengendalian internal merupakan suatu alat manajemen untuk
mencapai tujuan organisasi dengan melakukan serangkaian aktivitas guna
memastikan tercapainya tujuan dan sasaran organisasi tersebut. Untuk
memperkuat dan menunjang efektifitas pelaksanaan sistem pengendalian
intern pemerintah perlu dilakukan pengawasan intern atas penyelenggaraan
tugas dan fungsi instansi pemerintah termasuk akuntabilitas keuangan
negara yang dilakukan oleh aparat pengawasan intern pemerintah.
Aparat pengawasan intern pemerintah merupakan internal auditor
yang bekerja pada lembaga pemerintah. Menurut Permana (2009:42),
hubungan antara pengendalian internal dan audit internal tidak dapat
dipisahkan karena audit internal merupakan salah satu unsur dalam
pengendalian internal. Pendapat ini didukung oleh penelitian yang dilakukan
oleh Ebaid (2011:124) yang menyatakan bahwa fungsi internal audit
merupakan suatu fungsi yang penting dan telah terbukti untuk meningkatkan
efektivitas manajemen risiko, pengendalian internal, dan pemerintahan.
Dalam melakukan internal audit, auditor internal akan mengevaluasi
pengendalian internal perusahaan, memastikan bahwa pengendalian internal
perusahaan sudah dijalankan dengan baik. Oleh karena itu, internal audit
sangat berperan dalam pengendalian internal.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Faturrachman (2008:9)
menunjukkan bahwa semakin baik pelaksanaan internal audit maka
38
efektivitas pengendalian internal juga akan semakin meningkat. Hal ini
didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Permana (2009:83) dengan
hasil bahwa internal audit sangat berperan dalam menunjang efektivitas
pengendalian internal penjualan dan penagihan piutang pada PT.
Telekomunikasi Indonesia (Persero) atau PT. INTI. Praktisi dan akademisi
umumnya berpendapat sama bahwa efektivitas pengendalian internal
meningkat seiring dengan meningkatnya kualitas fungsi audit internal (Lin,
et al, 2011:320).
Audit internal yang baik dilakukan oleh orang yang memiliki
kompetensi dan independensi sangat dibutuhkan oleh suatu organisasi atau
perusahaan. Peranan internal audit dalam kaitannya terhadap pengendalian
internal atas pengadaan barang/jasa meliputi semua aspek yang berkaitan
dengan pengadaan barang/jasa. Oganisasi harus melaksanakan audit
terhadap pengendalian barang/jasa untuk memastikan bahwa pengendalian
internal yang terdapat pada aktivitas tersebut telah sesuai dengan prosedur
yang telah ditetapkan dan dipelihara secara efektif dan efisien.
Internal auditor kementerian, dalam hal ini yaitu inspektorat jenderal
kementerian akan melakukan pemeriksaan berkala atas pelaksanaan
pengendalian internal tersebut. Setelah itu, internal auditor tesebut akan
memberikan saran-saran perbaikan yang diperlukan kepada manajemen
dalam bentuk rekomendasi. Manajemen akan melaksanakan tindakan yang
sesuai dengan rekomendasi yang diberikan oleh internal auditor.
39
Berdasarkan penjelasan diatas, hipotesis yang dibuat oleh penulis
yaitu sebagai berikut:
H1: Manajemen berperan secara signifikan terhadap pengendalian intern atas
pengadaan barang/jasa
H2: Inspektorat jenderal berperan secara signifikan terhadap pengendalian
intern atas pengadaan barang/jasa
H3: Manajemen dan Inspektorat jenderal secara simultan berperan signifikan
terhadap pengendalian intern atas pengadaan barang/jasa
40
BAB III
Metodologi Penelitian
A. Ruang Lingkup Penelitian
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh pegawai bagian umum yang
terdapat pada sekretariat jenderal dan direktorat jenderal kementerian agama.
Adapun objek penelitian ini adalah pegawai bagian umum yang terdapat pada
sekretariat jenderal dan direktorat jenderal kementerian agama.
B. Metode Penentuan Sampel
Sampel pada penelitian ini adalah pegawai bagian umum yang bekerja
pada sekretariat jenderal dan direktorat jenderal kementerian agama. Metode
yang digunakan peneliti dalam pemilihan sampel penelitian adalah pemilihan
purposive sampling, dengan teknik berdasarkan pertimbangan (judgement
sampling) yang merupakan tipe pemilihan sampel secara tidak acak yang
informasinya diperoleh dengan menggunakan pertimbangan tertentu
(umumnya disesuaikan dengan tujuan atau masalah penelitian) (Indriantoro
dan Supomo, 2002:131) dengan kriteria sebagai berikut:
1. Kepala bagian biro umum, kepala sub bagian biro umum, dan staf bagian
perlengkapan pada Sekretariat Jenderal Kementerian Agama.
2. Kepala bagian umum, kepala sub bagian perlengkapan dan BMN (Barang
Milik Negara), serta staf perlengkapan dan BMN pada masing-masing
direktorat jenderal yang ada di Kementerian Agama, yang terdiri dari:
Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umroh, Direktorat
Jenderal Pendidikan Islam, Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat
41
Islam, Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Kristen, Direktorat
Jenderal Bimbingan Masyarakat Katolik, Direktorat Jenderal Bimbingan
Masyarakat Hindu, serta Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat
Budha.
C. Metode Pengumpulan Data
Dalam mengumpulkan data, peneliti menggunakan dua metode
penelitian yaitu penelitian lapangan dan penelitian kepustakaan.
1. Penelitian Pustaka
Merupakan pengumpulan data sekunder melalui buku-buku, jurnal-
jurnal, serta literatur yang berkaitan dengan masalah yang dibahas dalam
skripsi ini.
2. Penelitian Lapangan
Metode pengumpulan data yang dipakai adalah daftar pertanyaan
(kuesioner). Metode kuesioner merupakan satu mekanisme pengumpulan
data yang efisien bila peneliti mengetahui secara jelas apa yang
disyaratkan dan bagaimana mengukur variabel yang diminati. Satu
kuesioner atau angket adalah satu set tulisan tentang pertanyaan yang
diformulasikan untuk responden mencatat jawabannya. Kuesioner ini
terdiri dari dua bagian, pertama memuat pertanyaan tentang data diri
responden dan kedua berisi pernyataan penelitian yang berhubungan
dengan peranan manajemen dan internal audit terhadap pengendalian
intern atas pengadaan barang/jasa.
42
Jenis skala yang digunakan untuk menjawab bagian pertanyaan
penelitian adalah skala likert yaitu metode yang digunakan untuk
mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang
tentang suatu fenomena sosial (Indriantoro dan Supomo, 2002:104). Skala
likert yang digunakan untuk menjawab pernyataan penelitian memiliki
empat kategori sebagaimana disajikan dalam tabel 3.1 dibawah ini:
Tabel 3.1
Bobot dan Kategori Skala Likert
No Jenis Jawaban Bobot
1
2
3
4
SL = Selalu
SR = Sering
JR = Jarang
TP = Tidak Pernah
4
3
2
1
D. Metode Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari
statistik deskriptif, uji kualitas data, uji asumsi klasik dan uji hipotesis.
Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan aplikasi IBM SPSS 20.
a. Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data
yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, varian, maksimum,
minimum, range (Ghozali, 2011:19).
b. Uji Kualitas Data
Data ini merupakan data primer maka uji kualitas data penelitian ini
menggunakan uji reliabilitas dan uji validasi.
43
a. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas merupakan alat untuk mengukur suatu kuesioner
yang merupakan indikator dari variabel atau konstruk. Dalam
pengujian reliabillitas ini, peneliti menggunakan metode statistik
Cronbach Alpha dengan signifikansi yang digunakan sebesar > 0,70
dimana jika nilai Cronbach Alpha dari suatu variabel > 0,70 maka
butir pertanyaan yang diajukan dalam pengukuran instrumen tersebut
memiliki reliabilitas yang memadai dan sebaliknya apabila nilai
cronbach alpha dari suatu variabel < 0,70 maka reliabilitasnya kurang
memadai (Nunnally, 1994) dalam Ghozali (2011:48).
b. Uji Validitas
Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya
suatu kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada
kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur
oleh kuesioner tersebut (Ghozali, 2011:52). Pengujian validitas dalam
penelitian ini dilakukan dengan membandingkan nilai r hitung dengan
r tabel untuk degree of freedom (df) = n-2, dalam hal ini n adalah
jumlah sampel. Untuk menguji apakah masing-masing item valid atau
tidak, dilihat dengan cara melihat hasil output cronbach alpha pada
kolom Correlated Item – Total Correlation untuk masing-masing
variabel. Kemudian bandingkan nilai Correlated Item – Total
Correlation dengan hasil perhitungan r tabel. Jika r hitung lebih besar
44
dari r tabel dan nilai positif maka atau butir pertanyaan atau tersebut
dinyatakan valid (Ghozali, 2011:53).
c. Uji Asumsi Klasik
a. Uji Multikolonieritas
Uji Multikolonieritas digunakan untuk mengetahui apakah ada
hubungan atau korelasi diantara variabel independen pada model
regresi. Multikolonieritas menyatakan hubungan antar sesama variabel
independen. Uji multikolonieritas dalam penelitian ini dilakukan
dengan cara menganalisis matriks korelasi antar variabel independen
dan perhitungan nilai tolerance dan VIF. Nilai cutoff yang umum
dipakai untuk menunjukkan adanya multikolonieritas adalah nilai
tolerance kurang dari 0,1 atau sama dengan nilai VIF lebih dari 10.
Apabila nilai tolerance lebih dari 0,1 dan nilai VIF kurang dari 10,
maka tidak terjadi multikolonieritas pada persamaan regresi penelitian
(Ghozali, 2011:106).
b. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam
suatu model regresi terdapat persamaan atau perbedaan varian yang
dapat dilihat dari grafik plot. Deteksi ada atau tidaknya
heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola
tertentu pada grafik scatterplot antara SRESID dan ZPRED, dimana
sumbu Y adalah Y telah diprediksi dan sumbu X adalah residual (Y
45
prediksi – Y sesungguhnya) yang telah di studentized (Ghozali,
2011:139).
c. Uji Normalitas
Uji normalitas ini dilakukan untuk menguji apakah dalam model
regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal.
Seperti yang diketahui bahwa uji t dan uji F mengasumsikan bahwa
nilai residual mengikuti distribusi normal. Jika asumsi ini dilanggar
maka uji statistik menjadi tidak valid untuk jumlah sampel kecil.
Untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak yaitu
dengan melihat normal probability plot yang membandingkan
distribusi kumulatif dengan distribusi normal.
Normalitas dapat dideteksi dengan melihat penyebaran data
(titik) pada sumbu diagonal dari grafik. Jika data (titik) menyebar
menjauh dari diagonal dan/atau tidak mengikuti arah garis diagonal
maka tidak menunjukkan pola distribusi normal yang mengindikasikan
bahwa model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas (Ghozali,
2011:163).
4. Uji Hipotesis
Pada penelitian ini penulis menggunakan dua variabel independen dan
satu variabel dependen. Metode analisis yang digunakan untuk menguji
hipotesis adalah metode regresi berganda (multiple regression), yaitu regresi
yang digunakan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel
independen terhadap variabel dependen, yang digunakan untuk menguji H1,
46
H2, dan H3 dengan pendekatan interaksi yang bertujuan untuk memenuhi
ekspektasi peneliti mengenai peranan manajemen dan inspektorat jenderal
terhadap pengendalian intern atas pengadaan barang/jasa. Persamaan
regresinya adalah sebagai berikut:
Y = a+b1X1+b2X2+e
Y : Pengendalian intern atas pengadaan barang/jasa
A : Konstanta
b1b2 : Koefisien regresi
X1 : Manajemen
X2 : Inspektorat Jenderal
e : Error
Untuk membuktikan kebenaran uji hipotesis, digunakan uji statistik
terhadap output yang dihasilkan oleh model regresi berganda, yang meliputi:
a. Uji Koefisien Determinasi
Koefisien Determinasi (R²) pada intinya mengukur seberapa jauh
kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen
(Ghozali, 2011:97). Nilai koefisien determinasi adalah antara 0 (nol) dan
1 (satu). Nilai R² yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel
independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas.
Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen
memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk
memprediksi variasi variabel dependen (Ghozali, 2011:97).
b. Uji Regresi secara Simultan
47
Uji statistik F menunjukkan apakah semua variabel independen
atau bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara
bersama-sama terhadap variabel dependen atau terikat (Ghozali,
2011:98). Uji statistik F digunakan untuk mengetahui pengaruh semua
variabel independen yang dimasukkan dalam model regresi secara
bersama-sama terhadap variabel dependen yang diuji pada tingkat
signifikan 0,05. Menurut Ghozali (2011:98), dasar pengambilan
keputusan adalah sebagai berikut:
1) Jika nilai F lebih besar dari 4 maka H0 dapat ditolak pada derajat
kepercayaan 5%. Dengan kata lain kita menerima hipótesis alternatif,
yang menyatakan bahwa semua variabel independen atau bebas
mempunyai pengaruh secara serentak dan signifikan mempengaruhi
variabel dependen.
2) Jika nilai F lebih kecil dari 4 maka H0 dapat diterima pada derajat
kepercayaan lebih dari 5%. Dengan kata lain bahwa semua variabel
independen atau bebas tidak mempunyai pengaruh secara serentak
dan signifikan mempengaruhi variabel dependen.
c. Uji Regresi secara Parsial
Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh
satu variabel penjelas/independen secara individual dalam menerangkan
variasi variabel dependen (Ghozali, 2011:98). Menurut Ghozali
(2011:99), dasar pengambilan keputusan adalah sebagai berikut:
48
1) Jika jumlah degree of freedom (df) adalah 20 atau lebih, dan derajat
kepercayaan sebesar 5%, maka H0 yang menyatakan bi = 0 dapat
ditolak bila nilai t lebih besar dari 2 (dalam nilai absolut). Dengan
kata lain kita menerima hipotesis alternatif, yang menyatakan bahwa
variabel independen secara individual mempengaruhi variabel
dependen.
2) Jika jumlah degree of freedom (df) adalah 20 atau lebih, dan derajat
kepercayaan sebesar lebih dari 5%, maka H0 yang menyatakan bi = 0
dapat diterima bila nilai t lebih kecil dari 2 (dalam nilai absolut).
Dengan kata lain, hal tersebut menyatakan bahwa variabel
independen secara individual tidak mempengaruhi variabel
dependen.
E. Operasional Variabel
Sesuai dengan judul yang dipilih yaitu “Peranan Manajemen dan
Inspektorat Jenderal terhadap Pengendalian Internal atas Pengadaan
Barang/Jasa pada Kementerian Agama”, terdapat dua variabel independen
yaitu peranan manajemen dan inspektorat jenderal, serta satu variabel
dependen yaitu pengendalian internal. Berikut ini akan dijelaskan masing-
masing variabel beserta cara pengukurannya.
1. Peranan Manajemen (X1)
Manajemen adalah sebuah proses yang dilakukan oleh tiap-tiap
individu dari suatu organisasi yang dilakukan secara terus menerus untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Variabel ini diukur dengan
49
menggunakan instrumen 4 (empat) fungsi manajemen yaitu planning,
organizing, actuating, dan controlling. Kuesioner yang digunakan dalam
penelitian ini dikembangkan menggunakan instrumen fungsi manajamen
oleh Kinicki dan William (2011). Variabel ini diukur dengan
menggunakan skala interval (likert) 4 poin dari tidak pernah (1), jarang
(2), sering (3), sampai dengan selalu (4).
2. Inspektorat Jenderal (X2)
Inspektorat jenderal merupakan unit organisasi yang melaksanakan
kegiatan internal audit dalam suatu kementerian. Internal audit
memberikan nilai tambah dalam organisasi dengan lebih mengutamakan
risiko usaha, pengendalian, dan pengaturan (Dedi Permana, 2009).
Internal audit merupakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh bagian
internal perusahaan bahwa segala aktivitas yang terjadi dalam perusahaan
sudah diterapkan secara ekonomi, efektif, dan efisien.
Variabel ini diukur dengan menggunakan instrumen verifikasi,
evaluasi, serta rekomendasi. Variabel ini diukur dengan menggunakan
skala interval (likert) 4 poin dari tidak pernah (1), jarang (2), sering (3),
sampai dengan selalu (4). Kuesioner dalam penelitian ini merupakan
pengembangan dari kuesioner penelitian oleh Permana (2009).
3. Pengendalian Internal (Y)
Menurut PP No. 60 Tahun 2008, sistem pengendalian intern adalah
proses yang integral pada tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara
terus menerus oleh pimpinan dan seluruh pegawai untuk memberikan
50
keyakinan memadai atas tercapainya tujuan organisasi melalui kegiatan
yang efektif dan efisien, keandalan pelaporan keuangan, pengamanan
asset negara, dan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan.
Variabel ini diukur dengan menggunakan instrumen komponen sistem
pengendalian intern pemerintah yang sudah diatur dalam PP No. 60
Tahun 2008. Variabel ini diukur dengan menggunakan skala interval
(likert) 4 poin dari tidak pernah (1), jarang (2), sering (3), sampai dengan
selalu (4). Kuesioner dalam penelitian ini merupakan pengembangan
dari kuesioner penelitian yang dilakukan oleh Permana (2009).
Tabel 3.2
Operasional Variabel
Variabel Sub Variabel Indikator Butir
Pernyataan
Skala
Pengukuran
Peranan
Manajemen
(X1)
(Kinicki
dan
William,
2011)
1. Planning
2. Organizing
3. Leading
a. Menetapkan
kebijakan
pengadaan
b. Membuat rencana
umum pengadaan
a. Pengorganisasian
pengadaan
b. Menentukan tugas
dan kewenangan
a. Mengumumkan
rencana umum
pengadaan
b. Menetapkan
perencanaan
swakelola
c. Menetapkan
sistem dan
dokumen-
dokumen
pengadaan
d. Pengumuman
lelang
1
2
3
4
5
6
7
8
Interval
Bersambung ke halaman berikutnya
51
Tabel 3.2 (Lanjutan)
Variabel Sub Variabel Indikator Butir
Pernyataan
Skala
Pengukuran
4. Controlling
e. Penandatanganan
kontrak
a. Program
pengawasan
b. Evaluasi diri
9
10
11
Inspektorat
Jenderal (X2)
(Permana,
2009)
Pelaksanaan
Internal Audit
a. Verifikasi
dokumen
b. Evaluasi
kegiatan
c. Rekomendasi
hasil audit
12, 13
14,15,16,17
18,19
Interval
Pengendalian
Internal (Y)
(Permana,
2009)
a. Lingkungan
Pengendalian
b. Penilaian risiko
c. Aktivitas
Pengendalian
d. Informasi dan
komunikasi
e. Pemantauan
a. integritas dan
nilai etika
b. Pendelegasian
dan wewenang
yang tepat
a. Penetapan
tujuan kegiatan
a. Review kinerja
b. Pembinaan
SDM
c. Pemisahan
fungsi
d. Otorisasi
transaksi
e. Pencatatan yang
akurat
f. Pembatasan akses
dan sumber daya
a. Menyediakan dan
memanfaatkan
sarana
komunikasi
b. Mengelola,
mengembangkan
dan memperbarui
sistem informasi
a. Pemantauan
berkelanjutan
20, 21
22
23
24
25
26
27, 28, 29,
30
31
32
33
34
35
Interval
52
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Sejarah Singkat Kementerian Agama
Dalam pelaksanaan pembangunan nasional semangat keagamaan
menjadi lebih kuat dengan ditetapkannya asas keimanan dan ketaqwaan
terhadap Tuhan yang Maha Esa sebagai salah satu asas pembangunan. Hal
ini berarti bahwa segala usaha dan kegiatan pembangunan nasional
dijiwai, digerakkan dan dikendalikan oleh keimanan dan ketaqwaan
terhadap Tuhan Yang Maha Esa sebagai nilai luhur yang menjadi landasan
spiritual, moral dan etik pembangunan.
Berdirinya Departemen Agama pada 3 Januari 1946, sekitar lima
bulan setelah proklamasi kemerdekaan kecuali berakar dari sifat dasar dan
karakteristik bangsa Indonesia tersebut di atas juga sekaligus sebagai
realisasi dan penjabaran ideologi Pancasila dan UUD 1945. Ketentuan
juridis tentang agama tertuang dalam UUD 1945 BAB E pasal 29 tentang
agama ayat 1 (satu), dan 2 (dua).
Visi Kementerian Agama:
“Terwujudnya masyarakat Indonesia yang taat beragama, rukun, cerdas,
mandiri, dan sejahtera lahir batin.” (Keputusan Menteri Agama Nomor 2
Tahun 2010)
Misi Kementerian Agama:
a. Meningkatkan kualitas kehidupan beragama.
b. Meningkatkan kualitas kerukunan umat beragama.
53
c. Meningkatkan kualitas raudhatul athfal, madrasah, perguruan tinggi
agama, pendidikan agama, dan pendidikan keagamaan.
d. Meningkatkan kualitas penyelenggaraan ibadah haji.
e. Mewujudkan tata kelola kepemerintahan yang bersih dan berwibawa.
2. Struktur Organisasi Kementerian Agama
Struktur organisasi Kementerian Agama dapat dilihat di bawah ini:
Bagan 4.1
Struktur Organisasi Kementerian Agama
Sumber: Peraturan Menteri Agama No. 10 Tahun 2010
Seperti yang terlihat pada bagan 4.1 di atas, Kementerian Agama
terdiri dari Sekretariat Jenderal, Inspektorat Jenderal, beberapa Direktorat
Jenderal, dan Badan Penelitian dan Pengembangan dan Pendidikan serta
Kementerian Agama
Direktorat Jenderal
Pendidikan Islam Inspektorat Jenderal Sekretariat Jenderal
Direktorat Jenderal
Bimbingan
Masyarakat Kristen
Direktorat Jenderal
Bimbingan
Masyarakat Islam
Direktorat Jenderal
Penyelenggaraan
Haji dan Umrah
Badan
Penelitian dan
Pengembangan
dan Pendidikan
serta Pelatihan
Direktorat
Jenderal
Bimbingan
Masyarakat
Hindu
Direktorat
Jenderal
Bimbingan
Masyarakat
Budha
Direktorat
Jenderal
Bimbingan
Masyarakat
Katolik
54
Pelatihan. Satuan kerja yang digunakan dalam penelitian ini akan
dijelaskan sebagai berikut:
a. Sekretariat Jenderal
Bagan 4.2
Struktur Organisasi Sekretariat Jenderal
Sumber: Peraturan Menteri Agama No. 10 Tahun 2010
Sekretariat Jenderal mempunyai tugas:
1) Menyelenggarakan koordinasi pelaksanaan tugas
2) Menyelenggarakan pembinaan dan pemberian dukungan
administrasi kepada semua unit organisasi di lingkungan
Kementerian Agama.
Susunan organisasi Sekretariat Jenderal seperti yang terlihat pada
bagan 4.2 terdiri dari: Biro Perencanaan, Biro Kepegawaian, Biro
Keuangan dan BMN (Barang Milik Negara), Biro Organisasi dan Tata
Laksana, Biro Hukum dan Kerjasama Luar Negeri, Biro Umum, Pusat
Sekretariat Jenderal
Biro Kepegawaian Biro Perencanaan
Biro Hukum
dan Kerjasama
Luar Negeri
Biro Organisasi
dan Tata Laksana
Biro Keuangan
dan BMN
Pusat Informasi dan
Hubungan Masyarakat
Pusat Kerukunan
Umat Beragama
Biro Umum
55
Kerukunan Umat Beragama, serta Pusat Informasi dan Hubungan
Masyarakat
b. Direktorat Jenderal Pendidikan Islam
Bagan 4.3
Struktur Organisasi Direktorat Jenderal Pendidikan Islam
Sumber: Peraturan Menteri Agama No. 10 Tahun 2010
Direktorat Jenderal Pendidikan Islam bertugas
menyelenggarakan perumusan serta melaksanaan kebijakan dan
standarisasi teknis di bidang pendidikan Islam berdasarkan kebijakan
yang ditetapkan oleh menteri agama dan peraturan perundang-
undangan yang berlaku. Fungsi Direktorat Jenderal Pendidikan Islam
yaitu: Penyiapan perumusan dan penetapan visi, misi, dan kebijakan
teknis di bidang pendidikan Islam; perumusan standar, norma,
pedoman, kriteria, dan prosedur di bidang pendidikan Islam;
Bagian
Perencanaan
dan Sistem
Informasi
Direktorat Jenderal Pendidikan Islam
Sekretariat
Direktorat
Pendidikan
Agama Islam
Direktorat
Pendidikan
Tinggi
Islam
Direktorat
Pendidikan
Diniyah dan
Pondok Pesantren
Direktorat
Pendidikan
Madrasah
Bagian
Keuangan
Bagian
Organisasi
dan Tata
Laksana
Bagian
Umum
56
pelaksanaan kebijakan di bidang pendidikan Islam; pemberian
pembinaan teknis dan evaluasi pelaksanaan tugas; pelaksanaan
administrasi direktorat jenderal.
Susunan organisasi yang terdapat dalam Direktorat Jenderal
Pendidikan Islam seperti pada bagan 4.3 yaitu: Sekretariat, Direktorat
Pendidikan Madrasah, Direktorat Pendidikan Diniyah dan Pondok
Pesantren, Direktorat Pendidikan Agama Islam, dan Direktorat
Pendidikan Tinggi islam.
c. Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah
Struktur organisasi Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan
Umrah dapat dilihat di bawah ini:
Bagan 4.4
Struktur Organisasi Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji
dan Umrah
Sumber: Peraturan Menteri Agama No. 10 Tahun 2010
Bagian
Perencanaan
dan Sistem
Informasi
Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah
Sekretariat
Direktorat Pelayanan
Haji dan Umrah
Direktorat
Pengelolaan dana
haji
Direktorat
Pembinaan Haji
Bagian
Keuangan
Bagian
Organisasi
dan Tata
Laksana
Bagian
Umum
57
Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah
melaksanakan urusan mengenai penyelenggaraan haji dan umrah.
Struktur organisasi pada direktorat ini dapat dilihat pada bagan 4.4 di
atas yaitu sebagai berikut: Sekretariat, Direktorat Pembinaan Haji,
Direktorat Pengelolaan Dana Haji, dan Direktorat Pelayanan Haji dan
Umrah.
d. Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam
Bagan 4.5
Struktur Organisasi Direktorat Jenderal Bimbingan
Masyarakat Islam
b.
Sumber: Peraturan Menteri Agama No. 10 Tahun 2010
Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam mempunyai
tugas merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standardisasi
teknis di bidang bimbingan masyarakat Islam. Struktur Organisasi
Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam
Sekretariat
Bagian
Perencanaan
dan Sistem
Informasi
Bagian
Keuangan
Bagian
Organisasi
dan Tata
Laksana
Bagian
Umum
Direktorat
Penerangan
Agama
Islam
Direktorat
Urusan Agama
Islam dan
Pembinaan
Syariah
Direktorat
Pemberdayaan
Wakaf
Direktorat
Pemberdayaan
Zakat
58
Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam pada bagan 4.5 di
atas, terdiri dari: Sekretariat, Direktorat Urusan Agama Islam dan
Pembinaan Syariah, Direktorat Penerangan Agama Islam, Direktorat
Pemberdayaan Zakat, dan Direktorat Pemberdayaan Wakaf.
e. Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Kristen
Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Kristen bertugas
merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standarisasi teknis di
bidang bimbingan masyarakat Kristen. Susunan organisasi Direktorat
Jenderal Bimbingan Masyarakat Kristen dapat dilihat pada bagan 4.6
berikut ini:
Bagan 4.6
Struktur Organisasi Direktorat Jenderal Bimbingan
Masyarakat Kristen
c.
Sumber: Peraturan Menteri Agama No. 10 Tahun 2010
Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Kristen
Sekretariat
Bagian
Perencanaan
dan Sistem
Informasi
Bagian
Keuangan
Bagian
Organisasi
dan Tata
Laksana
Bagian
Umum
Direktorat
Pendidikan
Kristen
Direktorat
Urusan Agama
Kristen
59
f. Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Katolik
Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Katolik memiliki
tugas untuk menyelenggarakan serta melaksanakan kebijakan dan
standarisasi teknis di bidang bimbingan masyarakat Katolik. Susunan
organisasi Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Katolik dapat
dilihat pada bagan 4.7 yang terdiri dari: Sekretariat, Direktorat Urusan
Agama Katolik, dan Direktorat Pendidikan Katolik.
Bagan 4.7
Struktur Organisasi Direktorat Jenderal Bimbingan
Masyarakat Katolik
Sumber: Peraturan Menteri Agama No. 10 Tahun 2010
g. Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Hindu
Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Hindu memiliki tugas
untuk menyelenggarakan serta melaksanakan kebijakan dan
standarisasi teknis di bidang bimbingan masyarakat Hindu
berdasarkan kebijakan yang ditetapkan oleh Menteri. Susunan
Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Katolik
Sekretariat
Bagian
Perencanaan
dan Sistem
Informasi
Bagian
Keuangan
Bagian
Organisasi
dan Tata
Laksana
Bagian
Umum
Direktorat Urusan
Agama Katolik
Direktorat Pendidikan
Agama Katolik
60
organisasi Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Hindu dapat
dilihat pada tabel 4.8 di bawah ini, yang terdiri dari: Sekretariat dan
Direktorat Urusan dan Pendidikan Agama Hindu.
Bagan 4.8
Struktur Organisasi Direktorat Jenderal Bimbingan
Masyarakat Hindu
Sumber: Peraturan Menteri Agama No. 10 Tahun 2010
h. Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Budha
Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Budha bertugas
menyelenggarakan serta melaksanakan kebijakan dan standarisasi
teknis di bidang bimbingan masyarakat Budha berdasarkan kebijakan
yang ditetapkan oleh Menteri. Susunan organisasi Direktorat Jenderal
Bimbingan Masyarakat Budha terdiri dari: Sekretariat dan Direktorat
Urusan dan Pendidikan Agama Budha.
Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Hindu
Sekretariat
Bagian
Perencanaan
dan Sistem
Informasi
Bagian
Keuangan
Bagian
Organisasi
dan Tata
Laksana
Bagian
Umum
Direktorat Urusan
Agama Hindu
Direktorat Pendidikan
Agama Hindu
61
Struktur organisasi direktorat jenderal bimbingan masyarakat
Budha dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Bagan 4.9
Struktur Organisasi Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat
Budha
d.
Sumber: Peraturan Menteri Agama No. 10 Tahun 2010
3. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Bagian Umum satuan kerja yang terdapat
pada Kementerian Agama. Penyebaran kuesioner dilakukan dalam waktu
dua hari, yaitu pada hari pertama disebarkan ke Biro Umum Sekretariat
Jenderal, Bagian Umum Direktorat Jenderal Pendidikan Islam dan
Direktorat Penyelenggaraan Haji dan Umrah yang kantornya terletak di
Jalan Lapangan Banteng Barat No. 3-4, Jakarta Pusat. Sedangkan pada
hari kedua, kuesioner disebarkan ke Bagian Umum Direktorat Jenderal
Bimbingan Masyarakat Islam, Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat
Kristen, Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Katolik, Direktorat
Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Budha
Sekretariat
Bagian
Perencanaan
dan Sistem
Informasi
Bagian
Keuangan
Bagian
Organisasi
dan Tata
Laksana
Bagian
Umum
Direktorat Urusan
Agama Budha
Direktorat Pendidikan
Agama Budha
62
Jenderal Bimbingan Masyarakat Hindu, dan Direktorat Bimbingan
Masyarakat Budha yang kantornya terletak di Jalan M.H. Thamrin No.6,
Jakarta Pusat. Total kuesioner yang disebarkan yaitu 40 dan telah kembali
sebanyak 40 kuesioner kuesioner dengan rincian sebagai berikut:
Tabel 4.1
Jumlah Kuesioner
Satuan Kerja Jumlah
kuesioner
yang
disebarkan
Jumlah
Kuesioner
yang
kembali
Persentase
Sekretariat Jenderal 5 5 100%
Direktorat Jenderal Pendidikan
Islam
5 5 100%
Direktorat Jenderal
Penyelenggaraan Haji dan
Umrah
5 5
100%
Direktorat Jenderal Bimbingan
Masyarakat Islam 5 5
100%
Direktorat Jenderal Bimbingan
Masyarakat Kristen 5 5
100%
Direktorat Jenderal Bimbingan
Masyarakat Katolik 5 5
100%
Direktorat Jenderal Bimbingan
Masyarakat Hindu 5 5
100%
Direktorat Jenderal Bimbingan
Masyarakat Budha 5 5
100%
Jumlah 40 40 100%
Sumber: Data yang diolah
B. Analisis dan Pembahasan
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode
analisis regresi berganda, sehingga hasil pengolahan data dan pembahasannya
yaitu sebagai berikut:
63
1. Statistik Deskriptif
a. Deskriptif Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Tabel 4.2
Jenis Kelamin
Frequency Percent Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid
Laki-laki 25 62.5 62.5 62.5
Perempuan 15 37.5 37.5 100.0
Total 40 100.0 100.0
Sumber: Hasil SPSS
Berdasarkan tabel diatas, responden dalam penelitian ini
sebagian besar di dominasi oleh responden dengan jenis kelamin laki-
laki sebanyak 25 orang sebesar 62,5% dari total responden 40 orang.
Sedangkan responden perempuan sebanyak 15 orang sebesar 37,5%
dari total responden 40 orang.
b. Deskriptif Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Tabel 4.3
Pendidikan
Frequency Percent Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid
S1 28 70.0 70.0 70.0
S2 12 30.0 30.0 100.0
Total 40 100.0 100.0
Sumber: Hasil SPSS
Berdasarkan data diatas, responden dalam penelitian ini, paling
banyak berasal dari tingkat pendidikan S1 sebanyak 28 orang sebesar
70% dari total 40 responden. Sedangkan sisanya berasal dari tingkat
pendidikan S2 sebanyak 12 orang dengan persentase 30% dari total 40
responden.
64
c. Deskriptif Responden Berdasarkan Lama Bekerja
Tabel 4.4
Lama Bekerja
Frequency Percent Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid
> 10 tahun 20 50.0 50.0 50.0
1-5 tahun 12 30.0 30.0 80.0
6-10 tahun 8 20.0 20.0 100.0
Total 40 100.0 100.0
Sumber: Hasil SPSS
Dari tabel diatas, dapat disimpulkan bahwa sebagian besar
responden dalam penelitian ini sudah bekerja dalam waktu > 10 tahun
dengan jumlah sebanyak 20 orang sebesar 50% dari total responden.
Responden yang tersisa, memiliki lama bekerja antara 1-5 tahun dan 6-
10 tahun. Responden yang sudah bekerja selama 1-5 tahun berjumlah
12 orang sebesar 30%. Sedangkan responden yang sudah bekerja 6-10
tahun, sebanyak 8 orang sebesar 15% dari total responden.
d. Hasil Uji Statistik Deskriptif
Hasil pengujian statistik deskriptif dapat dilihat di bawah ini:
Tabel 4.5
Descriptive Statistics
N Range Minimum Maximum Mean Std. Deviation Variance
PM 40 18 26 44 38.08 5.526 30.533
IA 40 15 17 32 27.00 4.782 22.872
PI 40 22 42 64 54.90 7.128 50.810
Valid N
(listwise) 40
Sumber: Hasil SPSS
65
Tabel 4.5 menunjukkan statistik deskriptif dari masing-masing
variabel penelitian. Berdasarkan tabel 4.5, hasil analisis dengan
menggunakan statistik deskriptif terhadap peranan manajemen (PM)
menunjukkan range (jangkauan) sebesar 18, nilai minimum sebesar
26, nilai maksimum sebesar 44, mean (rata-rata) sebesar 38,08 dengan
standar deviasi sebesar 5,526, serta varians sebesar 30,533. Hasil
analisis dengan menggunakan statistik deskriptif terhadap internal
audit (IA) menunjukkan range (jangkauan) sebesar 15, nilai minimum
sebesar 17, nilai maksimum sebesar 32, mean (rata-rata) sebesar 27,00
dengan standar deviasi sebesar 4,782, serta varians sebesar 22,872.
Hasil analisis dengan menggunakan statistik deskriptif terhadap
pengendalian intern atas pengadaan barang/jasa (PI) menunjukkan
range (jangkauan) sebesar 22, nilai minimum sebesar 42, nilai
maksimum sebesar 64, mean (rata-rata) sebesar 54,9 dengan standar
deviasi sebesar 7,128, serta varians sebesar 50,810.
2. Hasil Uji Kualitas Data
a. Hasil Uji Reliabilitas
Dalam pengujian reliabillitas ini, peneliti menggunakan metode
statistik Cronbach Alpha dengan signifikansi yang digunakan sebesar
> 0,70 dimana jika nilai Cronbach Alpha dari suatu variabel > 0,70
maka butir pertanyaan yang diajukan dalam pengukuran instrumen
tersebut memiliki reliabilitas yang memadai (Nunnally, 1994) dalam
Ghozali (2011:48). Hasil uji reliabilitas peranan manajemen,
66
inspektorat jenderal, dan pengendalian intern atas pengadaan
barang/jasa dapat dilihat melalui tabel 4.6, 4.7 dan 4.8 berikut ini:
Tabel 4.6
Hasil Uji Reliabilitas Peranan Manajemen
Variabel Cronbach’s
alpha N of Item Keterangan
Peranan
Manajemen 0,817 11 Reliabel
Sumber: Hasil olahan data SPSS
Berdasarkan data tersebut, semua item pernyataan sebanyak 11
pernyataan yang terkait dengan variabel peranan manajemen adalah
reliabel. Dengan dasar penilaian apabila nilai cronbach’s alpha > 0,7
maka reliabilitasnya memadai. Nilai cronbach’s alpha pada variabel ini
yaitu sebesar 0,817 > 0,7, sehingga item-item pernyataan mengenai
peranan manajemen memiliki reliabilitas yang memadai.
Tabel 4.7
Hasil Uji Reliabilitas Inspektorat Jenderal
Variabel Cronbach’s
alpha N of Item Keterangan
Inspektorat
Jenderal 0,833 8 Reliabel
Sumber: Hasil olahan data SPSS
Berdasarkan data tersebut, semua item pernyataan dengan total 8
item mengenai inspektorat jenderal adalah reliabel. Dengan dasar
penilaian apabila nilai cronbach’s alpha > 0,7 maka reliabilitasnya
memadai. Nilai cronbach’s alpha pada variabel ini yaitu sebesar 0,833
> 0,7, sehingga item-item pernyataan mengenai inspektorat jenderal
memiliki reliabilitas yang memadai.
67
Tabel 4.8
Hasil Uji Reliabilitas Pengendalian Intern atas Pengadaan
Barang/Jasa
Variabel Cronbach’s
alpha N of Item Keterangan
Pengendalian Intern
atas Pengadaan
Barang/Jasa
0,866 16 Reliabel
Sumber: Hasil olahan data SPSS
Berdasarkan data tersebut, semua item pernyataan dengan total
16 item mengenai pengendalian intern atas pengadaan barang/jasa
adalah reliabel, dengan dasar penilaian apabila nilai cronbach’s alpha >
0,7 maka reliabilitasnya memadai. Berdasarkan hasil uji reliabilitas
diatas yang terdiri dari peranan manajemen, inspektorat jenderal, dan
pengendalian intern atas pengadaan barang/jasa, maka semua variabel
tersebut dinyatakan reliabel.
Nilai reliabilitas masing-masing variabel tersebut berada > 0,7.
Dari hasil tersebut, dapat dijelaskan bahwa responden memiliki
jawaban yang konsisten atau stabil dari waktu ke waktu sehingga
kuesioner tersebut memiliki isi yang tidak akan berubah apabila
digunakan kembali untuk waktu yang akan datang dan untuk
menjelaskan item yang sama.
b. Hasil Uji Validitas
Pengujian validitas dalam penelitian ini dilakukan dengan
membandingkan nilai r hitung dengan r tabel untuk degree of freedom
(df) = n-2, dalam hal ini n adalah jumlah sampel. Untuk menguji
apakah masing-masing item valid atau tidak, dilihat dengan cara
68
melihat hasil output cronbach alpha pada kolom Correlated Item –
Total Correlation untuk masing-masing variabel penelitian. Kemudian
bandingkan nilai Correlated Item – Total Correlation dengan hasil
perhitungan r tabel.
Pada penelitian ini, jumlah sampel adalah 40. R tabel alpha 0,05
untuk sampel 40 responden yaitu: (df) = 40-2 = 38, yaitu 0,312
(Ghozali, 2011:52). Nilai correlated item – total correlation
dibandingkan dengan nilai r tabel 0,312. Apabila nilai r hitung > r tabel
dan nilainya positif maka butir atau pernyataan atau indikator tersebut
dinyatakan valid. Hasil uji validitas masing-masing variabel dapat
dilihat pada tabel 4.9, 4.10, dan 4.11 berikut ini:
Tabel 4.9
Hasil Uji Validitas Peranan Manajemen
Variabel Item r-hitung r-tabel Keterangan
Peranan
Manajemen
Pernyataan 1 0,495 0,312 Valid
Pernyataan 2 0,498 0,312 Valid
Pernyataan 3 0,463 0,312 Valid
Pernyataan 4 0,634 0,312 Valid
Pernyataan 5 0,521 0,312 Valid
Pernyataan 6 0,718 0,312 Valid
Pernyataan 7 0,318 0,312 Valid
Pernyataan 8 0,425 0,312 Valid
Pernyataan 9 0,460 0,312 Valid
Pernyataan 10 0,519 0,312 Valid
Pernyataan 11 0,359 0,312 Valid
Sumber: Hasil olahan data SPSS
69
Berdasarkan data diatas, masing-masing item pernyataan
mengenai variabel peranan manajemen dengan total 11 pernyataan
adalah valid. Dengan menggunakan dasar penilaian apabila r hitung > r
tabel dan positif, berarti data yang diperoleh adalah valid.Pada kolom
r-hitung, tiap-tiap item memiliki nilai lebih besar dari 0,312. Sehingga
item-item mengenai peranan manajemen memiliki tingkat validitas
yang memadai.
Tabel 4.10
Hasil Uji Validitas Inspektorat Jenderal
Variabel Item r-hitung r-tabel Keterangan
Inspektorat
Jenderal
Pernyataan 1 0,399 0,312 Valid
Pernyataan 2 0,789 0,312 Valid
Pernyataan 3 0,380 0,312 Valid
Pernyataan 4 0,471 0,312 Valid
Pernyataan 5 0,665 0,312 Valid
Pernyataan 6 0,749 0,312 Valid
Pernyataan 7 0,624 0,312 Valid
Pernyataan 8 0,369 0,312 Valid
Sumber: Hasil olahan data SPSS
Berdasarkan data diatas, masing-masing item pernyataan
mengenai variabel inspektorat jenderal dengan total 8 pernyataan valid.
Dengan menggunakan dasar penilaian apabila r hitung > r tabel dan
positif, berarti data yang diperoleh adalah valid. Pada kolom r-hitung,
tiap-tiap item pertanyaan memiliki nilai lebih besar dari 0,312.
Sehingga item-item mengenai inspektorat jenderal memiliki tingkat
validitas yang memadai.
70
Tabel 4.11
Hasil Uji Validitas Pengendalian Intern atas Pengadaan
Barang/Jasa
Variabel Item r-hitung r-tabel Keterangan
Pengendalian
Intern atas
Pengadaan
Barang/Jasa
Pernyataan 1 0,384 0,312 Valid
Pernyataan 2 0,454 0,312 Valid
Pernyataan 3 0,405 0,312 Valid
Pernyataan 4 0,590 0,312 Valid
Pernyataan 5 0,606 0,312 Valid
Pernyataan 6 0,622 0,312 Valid
Pernyataan 7 0,613 0,312 Valid
Pernyataan 8 0,493 0,312 Valid
Pernyataan 9 0,397 0,312 Valid
Pernyataan 10 0,344 0,312 Valid
Pernyataan 11 0,565 0,312 Valid
Pernyataan 12 0,702 0,312 Valid
Pernyataan 13 0,487 0,312 Valid
Pernyataan 14 0,472 0,312 Valid
Pernyataan 15 0,376 0,312 Valid
Pernyataan 16 0,595 0,312 Valid
Sumber: Output SPSS
Berdasarkan data diatas, masing-masing item pernyataan
mengenai variabel pengendalian intern atas pengadaan barang/jasa
dengan total 16 pernyataan valid. Dengan menggunakan dasar
penilaian apabila r hitung > r tabel dan positif, berarti data yang
diperoleh adalah valid. Pada kolom r-hitung, tiap-tiap item pertanyaan
memiliki nilai lebih besar dari 0,312. Sehingga item-item mengenai
pengendalian intern atas pengadaan barang/jasa memiliki tingkat
validitas yang memadai.
71
Berdasarkan hasil uji validitas diatas yang terdiri dari peranan
manajemen, inspektorat jenderal, dan pengendalian intern atas
pengadaan barang/jasa, maka semua variabel tersebut dinyatakan valid.
Nilai validitas masing-masing item dalam variabel tersebut lebih besar
dari r-tabel 0,312. Dari hasil tersebut, dapat dijelaskan bahwa indikator
yang digunakan mampu menggambarkan variabel penelitian. Dan dari
hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa kuesioner adalah valid.
3. Hasil Uji Asumsi Klasik
a. Hasil Uji Multikolonieritas
Pada penelitian ini, uji multikolonieritas dilakukan dengan
melihat nilai tolerance dan VIF. Apabila nilai tolerance lebih dari 0,1
dan nilai VIF kurang dari 10, maka tidak terjadi multikolonieritas pada
persamaan regresi penelitian (Ghozali, 2011:106). Hasil uji
multikolonieritas dapat dilihat pada tabel 4.12 berikut ini:
Tabel 4.12
Hasil Uji Multikolonieritas
(Constant) Collinearity Statistic
Tolerance VIF
PM 0,475 2,107
IJ 0,475 2,107 a Dependen Variabel: PI Sumber: Output SPSS
Dari tabel 4.12 di atas, bahwa tidak terdapat multikolonieritas
dalam model regresi yang digunakan untuk menguji hipotesis, karena
masing-masing variabel independen, yaitu peranan manajemen (PM)
dan inspektorat jenderal (IJ) mempunyai nilai tolerance yang masing-
masing nilainya lebih besar dari 0,1 yaitu 0,475 dan nilai VIF yang
72
kurang dari 10 yaitu 2,107. Sehingga tidak terjadi hubungan atau
korelasi diantara variabel independen, jadi model regresi dalam
penelitian ini ideal.
b. Hasil Uji Heteroskedastisitas
Hasil uji heteroskedastisitas dapat dilihat pada gambar 4.1 di
bawah ini:
Gambar 4.1
Sumber: Output SPSS
Pada grafik scatterplot antara nilai prediksi variabel terikat
dengan residualnya diperoleh hasil tidak adanya pola yang jelas, serta
titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 (nol) pada sumbu Y,
maka tidak terjadi heteroskedastisitas. Sehingga model regresi layak
dipakai untuk memprediksi pengendalian intern atas pengadaan
barang/jasa berdasarkan variabel bebas yaitu manajemen dan
inspektorat jenderal.
73
c. Hasil Uji Normalitas
Hasil uji normalitas dapat dideteksi dengan melihat penyebaran
data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik. Jika data (titik) menyebar
mendekati diagonal dan mengikuti arah garis diagonal maka hal
tersebut menunjukkan pola distribusi normal yang mengindikasikan
bahwa model regresi memenuhi asumsi normalitas. Sebaliknya,
apabila data (titik) menyebar menjauh dari diagonal dan/atau tidak
mengikuti arah garis diagonal maka tidak menunjukkan pola distribusi
normal yang mengindikasikan bahwa model regresi tidak memenuhi
asumsi normalitas (Ghozali, 2011:163).
Gambar 4.2
Sumber: Output SPSS
Dengan melihat tampilan grafik normal P-P Plot pada gambar 4.2
di bawah ini, dapat disimpulkan bahwa grafik normal plot terlihat titik-
74
titik menyebar disekitar diagonal, serta penyebarannya mengikuti garis
diagonal. Grafik ini menunjukkan bahwa model regresi layak dipakai
karena memenuhi asumsi normalitas.
4. Hasil Uji Hipotesis
a. Hasil Uji Koefisien Determinasi
Hasil uji koefisien determinasi dapat dilihat pada tabel 4.13 di
bawah ini:
Tabel 4.13
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of
the Estimate
1 .792a .627 .607 4.471
a. Predictors: (Constant), IJ, PM Sumber: Output SPSS
b. Dependent Variable: PI
Pada tabel di atas, nilai Adjusted R2 yaitu 0,607. Semakin nilai
R2 mendekati 1 (satu) berarti variabel-variabel independen hampir
memberikan semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi
variabel-variabel dependen. Dengan demikian, karena nilai R2 dalam
penelitian ini adalah 0,607 maka variabel-variabel independen dalam
penelitian ini mampu menjelaskan variabel dependennya dengan baik.
Selain itu, nilai R2 tersebut dapat berarti juga digunakan untuk
mengetahui seberapa besar variabel independen lainnya yang tidak
dimasukkan dalam penelitian ini dapat mempengaruhi variabel
dependennya dengan cara, hasil dari Adjusted R2 x 100%. Dengan
demikian, koefisien determinasinya yaitu: 0,607 x 100% = 60,7%.
75
Jadi, secara serentak variabel-variabel bebas mempengaruhi variabel
terikat sebesar 60,7%. Sisanya yaitu 100 – 60,7% = 39,3% ditentukan
oleh variabel lainnya yang tidak disertakan di dalam penelitian ini
seperti penggunaan teknologi informasi, penjagaan asset, pemisahan
tugas serta verifikasi transaksi.
b. Hasil Uji Regresi secara Simultan (Uji F)
Uji statistik F menunjukkan apakah semua variabel independen
atau bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh
secara bersama-sama terhadap variabel dependen atau terikat (Ghozali,
2011:98). Menurut Ghozali (2011:98), dasar pengambilan keputusan
adalah sebagai berikut:
3) Jika nilai F lebih besar dari 4 maka H0 dapat ditolak pada derajat
kepercayaan 5%. Dengan kata lain kita menerima hipótesis
alternatif, yang menyatakan bahwa semua variabel independen atau
bebas mempunyai pengaruh secara serentak dan signifikan
mempengaruhi variabel dependen.
4) Jika nilai F lebih kecil dari 4 maka H0 dapat diterima pada derajat
kepercayaan lebih dari 5%. Dengan kata lain bahwa semua variabel
independen atau bebas tidak mempunyai pengaruh secara serentak
dan signifikan mempengaruhi variabel dependen.
Hasil uji regresi secara simultan (uji F) pada penelitian ini antara
variabel peranan manajemen dan inspektorat jenderal terhadap
76
pengendalian intern atas pengadaan barang/jasa dapat dilihat pada
tabel 4.14 ANOVA di bawah ini:
Tabel 4.14
ANOVAa
Model Sum of
Squares
Df Mean Square F Sig.
1
Regression 1241.955 2 620.977 31.064 .000b
Residual 739.645 37 19.990
Total 1981.600 39
a. Dependent Variable: PI
b. Predictors: (Constant), IJ, PM
Sumber: Output SPSS
Berdasarkan data diatas, hasil uji F menunjukkan nilai F lebih
besar dari 4 dan pada tingkat signifikansi 0,000 dimana hal tersebut
berada di bawah tingkat signifikansi 5%. Jika nilai probabilitas < 0,05
(5%), maka H0 ditolak atau Ha diterima, ini berarti menyatakan bahwa
semua variabel independen atau bebas mempunyai pengaruh secara
bersama-sama terhadap variabel dependen atau terikat. Sehingga
berdasarkan data tersebut dapat dinyatakan bahwa manajemen dan
inspektorat jenderal berpengaruh atau berperan secara bersama-sama
terhadap pengendalian intern atas pengadaan barang/jasa.
c. Hasil Uji Regresi secara Parsial (Uji t)
Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh
pengaruh satu variabel penjelas/independen secara individual dalam
menerangkan variasi variabel dependen (Ghozali, 2011:98). Menurut
Ghozali (2011:99), dasar pengambilan keputusan adalah sebagai
berikut:
77
3) Jika jumlah degree of freedom (df) adalah 20 atau lebih, dan
derajat kepercayaan sebesar 5%, maka H0 yang menyatakan bi = 0
dapat ditolak bila nilai t lebih besar dari 2 (dalam nilai absolut).
Dengan kata lain, kita menerima hipotesis alternatif yang
menyatakan bahwa variabel independen secara individual
mempengaruhi variabel dependen.
4) Jika jumlah degree of freedom (df) adalah 20 atau lebih, dan
derajat kepercayaan > 5%, maka H0 yang menyatakan bi = 0 dapat
diterima bila nilai t lebih kecil dari 2 (dalam nilai absolut). Dengan
kata lain, hal tersebut menyatakan bahwa variabel independen
secara individual tidak mempengaruhi variabel dependen.
Hasil uji regresi secara parsial (uji t) ditunjukkan dalam tabel
4.15 coefficients di bawah ini:
Tabel 4.15
Coefficientsa
Model Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. Collinearity
Statistics
B Std.
Error
Beta Tolerance VIF
1
(Constant) 16.408 5.029 3.262 .002
PM .614 .188 .476 3.265 .002 .475 2.107
IJ .560 .217 .376 2.576 .014 .475 2.107
a. Dependent Variable: PI
Sumber: Output SPSS
Di lihat dari data tersebut, nilai t lebih besar dari 2 dan tingkat
signifikansi untuk peranan manajemen (PM) adalah 0,002 < 0,05 (5%).
Jika nilai probabilitas < 0,05 (5%), maka H0 ditolak atau Ha diterima,
78
ini berarti menyatakan bahwa variabel independen mempunyai
pengaruh secara individual terhadap variabel dependen. Sehingga
variabel manajemen berperan signifikan terhadap pengendalian intern
atas pengadaan barang/jasa. Untuk inspektorat jenderal (IJ), nilai t
yaitu lebih dari 2 dan tingkat signifikansinya yaitu 0,014 < 0,05 (5%).
Dengan demikian, inspektorat jenderal berperan signifikan terhadap
pengendalian intern atas pengadaan barang/jasa.
5. Analisis dan Interpretasi
a. Peranan Manajemen (X1) Terhadap Pengendalian Intern atas
Pengadaan Barang/Jasa (Y)
Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa manajemen
berpengaruh positif signifikan terhadap pengendalian intern atas
pengadaan barang/jasa, yaitu dengan nilai signifikansi 0,002. Hal ini
mendukung penelitian yang dilakukan oleh Arifuzzaman (2011) bahwa
manajemen memiliki efek yang signifikan terhadap pengendalian
internal. Manajemen benar-benar berperan terhadap pengendalian
intern atas pengadaan barang/jasa. Semakin baik pelaksanaan proses
manajemen, maka pengendalian internalnya juga semakin baik.
Semua kegiatan manajemen mulai dari tahap planning,
organizing, leading, sampai dengan controlling yang terkait dengan
pengadaan barang/jasa sudah dilaksanakan sesuai dengan prosedur
yang ditetapkan sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan seperti
Keppres Nomor 61 Tahun 2004, Peraturan Presiden Nomor 70 Tahun
79
2012, serta pedoman pengadaan barang/jasa dari Lembaga Kebijakan
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP).
Pada tahap planning, pengguna anggaran/kuasa pengguna
anggaran selalu menetapkan kebijakan tentang pemaketan pekerjaan
dan tata cara pengadaan, serta rencana umum pengadaan (RUP) per
tahun. Hal ini berdasarkan jawaban dari responden yang telah dipilih.
Sebagian besar dari mereka menjawab rata-rata 4 (empat) dari skala 4
(empat). Apabila pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran selalu
melakukan semua aktivitas perencanaan ini, maka kebijakan organisasi
yang ada sudah dijalankan atau diterapkan dengan baik. Sehingga
komponen pengendalian dalam hal lingkungan pengendalian itu juga
semakin baik.
Pada tahap organizing, para pelaksana kegiatan harus
menetapkan panitia serta tugas mereka terkait dengan pengadaan
barang/jasa. Hal ini selalu dilakukan oleh pengguna anggaran/kuasa
pengguna anggaran setelah mereka membuat perencanaan aktivitas
pengadaan barang/jasa pada masing-masing satuan kerja di
Kementerian Agama. Apabila tahap organizing ini selalu dilaksanakan
dengan baik, maka komponen pengendalian intern dalam hal penilaian
risiko serta aktivitas pengendalian semakin baik.
Pada tahap leading, pelaksana kegiatan harus mengadakan
aktivitas pengadaan yang sudah direncanakan. Para pengguna
anggaran/kuasa pengguna anggaran, pejabat pengadaan, maupun
80
pejabat pembuat komitmen harus melaksanakan aktivitas pengadaan
barang/jasa sesuai dengan prosedur yang sudah ditetapkan, mulai dari
mengumumkan secara e-procurement, pelaksanaan swakelola,
penetapan sistem pengadaan dan dokumen pengadaan, pengumuman
serta penandatanganan oleh pejabat yang berwenang.
Berdasarkan data yang sudah diperoleh, sebagian besar
responden menjawab manajemen selalu melakukan aktivitas
pengadaan sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan. Semakin
baik pelaksanaan aktivitas pengadaan sesuai dengan ketentuan yang
ada, maka pengendalian pada tahap aktivitas pengendalian serta
informasi dan komunikasi semakin baik.
Pada tahap akhir controlling, masing-masing pimpinan unit kerja
harus mengawasi, memantau serta mengevaluasi aktivitas pengadaan
barang/jasa yang sudah dilaksanakan apakah sudah sesuai dengan
prosedur, standar, dan aturan yang berlaku. Pada tahap ini, ada 2 (dua)
metode yang digunakan dalam melakukan prosedur pemantauan dan
evaluasi tersebut, yaitu: melalui daftar simak (pertanyaan) oleh
masing-masing kementerian atau dengan menunjuk suatu unit kerja
internal untuk melakukan kegiatan tersebut.
Pada tahap ini, sebagian besar responden menjawab aktivitas
pemantauan dan evaluasi selalu dilakukan. Sebagian besar responden
menjawab aktivitas pemantauan dan evaluasi lebih sering dengan
menggunakan daftar simak daripada oleh suatu unit internal itu sendiri.
81
Apabila aktivitas pemantauan dan evaluasi selalu dilakukan maka
komponen pemantauan dalam kegiatan pengendalian intern juga akan
semakin baik.
Dengan penjelasan di atas ini, maka manajemen memang
berperan dalam hal pengendalian internal atas pengadaan barang/jasa.
Semakin baik pelaksanaan manajemen (planning, organizing, leading,
dan controlling), maka semakin baik juga pengendalian internalnya.
b. Peranan Inspektorat Jenderal (X2) Terhadap Pengendalian Intern
atas Pengadaan Barang/Jasa (Y)
Pada hasil pengujian hipotesis, inspektorat jenderal berperan
signifikan positif terhadap pengendalian intern atas pengadaan
barang/jasa dengan nilai signifikansi 0,014. Hal ini sama dengan hasil
penelitian yang dilakukan oleh Widyaningsih (2010) dan Dityatama
(2012) bahwa audit internal memiliki pengaruh terhadap pengendalian
internal. Pada pengujian ini, inspektorat jenderal kurang berperan
dibandingkan dengan manajemen, dilihat dari nilai signifikansi internal
audit yaitu 0,014 > manajemen yaitu 0,002.
Pada Kementerian Agama, inspektorat jenderal merupakan
bagian internal dari kementerian itu sendiri. Tetapi berbeda dengan
perusahaan, internal auditor dalam pemerintahan, tidak bekerja dalam
suatu tempat yang sama dengan auditee-nya. Pada Kementerian
Agama, pegawai internal auditnya dalam hal ini yaitu pegawai
inspektorat jenderal kementerian agama, hanya melakukan 2 (dua) kali
82
pemeriksaan dalam 1 (satu) tahun. Biasanya dilakukan per 6 (enam)
bulan sekali.
Internal auditor tersebut akan melakukan audit pada semua
bagian yang ada dalam satu kementerian agama. Salah satunya yaitu
melakukan pemeriksaan di bagian umum yang merupakan pelaksana
dari aktivitas pengadaan barang/jasa. Pada saat melakukan internal
audit, auditor akan memulai dengan mengumpulkan serta
memverifikasi dokumen-dokumen yang terkait dengan pengadaan
barang/jasa dalam proses auditnya.
Berdasarkan data responden yang diperoleh dari berbagai satuan
kerja, auditor inspektorat jenderal (itjen) sering melakukan aktivitas
tersebut. Aktivitas inspeksi dalam hal pengadaan seperti menginspeksi
bukti fisik barang yang dibeli, hal tersebut juga sering dilakukan. Pada
saat melakukan audit internal, internal auditor selalu melakukan
evaluasi kegiatan pengadaan sesuai dengan prosedur yang telah
ditetapkan, memastikan kepatuhan terhadap ketentuan, peraturan, dan
kebijakan yang telah berlaku.
Selain itu, auditor inspektorat jenderal (Itjen) kementerian agama
saat melakukan audit pada bagian umum, biasanya akan memeriksa
faktur-faktur pembelian untuk memastikan bahwa organisasi
melakukan pembelian secara ekonomis, efektif, dan efisien. Mereka
harus meyakinkan satuan kerja yang di auditnya bahwa organisasi
telah memanfaatkan sumber daya secara ekonomis, efisien, dan efektif.
83
Setelah mereka selesai melakukan proses audit, mereka akan
mendiskusikan hasil auditnya kepada bagian yang diaudit.
Apabila terdapat kesalahan, mereka sering memberikan saran
untuk memperbaiki kesalahan tersebut. Di samping itu, auditor
inspektorat jenderal (Itjen) akan memberikan rekomendasi/saran yang
akan bermanfaat dalam jangka pendek mengenai pengendalian intern.
Dengan demikian semakin baik peranan inspektorat jenderal dalam
pelaksanaan internal auditnya, maka pengendalian intern organisasi
juga akan baik.
c. Peranan Manajemen (X1) dan Inspektorat Jenderal (X2) secara
Simultan Terhadap Pengendalian Intern atas Pengadaan
Barang/Jasa (Y)
Pada hasil uji hipotesis dalam penelitian ini, manajemen dan
inspektorat jenderal berperan secara bersama-sama terhadap
pengendalian intern, dengan hasil pada uji F memiliki nilai signifikansi
0,000 dimana nilai tersebut < tingkat signifikansi 0,05. Proses
manajemen dan pelaksanaan internal audit apabila dilakukan lebih
sering maka pengendalian intern organisasi juga akan meningkat.
Selain itu, para pimpinan, pegawai dan internal auditor juga
bersama-sama mengawasi atau memantau sistem pengendalian internal
di masing-masing unit bagian. Apabila terjadi kesalahan maka internal
auditor dapat membantu pegawai untuk memperbaiki kesalahan
tersebut dengan memberikan saran/rekomendasi yang tepat sehingga
84
mereka dapat segera bertindak untuk memperbaikinya. Pada saat
auditor inspektorat jenderal melakukan pemeriksaan, pimpinan
maupun para staf bagian umum akan membantu dengan menyediakan
dokumen-dokumen yang diperlukan sehingga pemeriksaan dapat
berjalan dengan lancar.
Aktivitas dalam internal audit tidak hanya memeriksa laporan
keuangan, tetapi juga untuk memastikan bahwa para pegawai suatu
satuan kerja dalam melakukan aktivitas pengadaan barang/jasa sudah
sesuai dengan prosedur, ketentuan, dan standar yang berlaku.Selain itu,
kegiatan internal audit juga harus memberikan keyakinan pada
pegawai organisasi bahwa mereka sudah melaksanakan aktivitasnya
dengan prinsip 3E (ekonomi, efisien, dan efektif). Para pimpinan akan
melakukan pengawasan terhadap pengendalian intern atas barang/jasa
dengan cara menggunakan daftar simak (pertanyaan) ataupun dengan
menunjuk suatu unit internal untuk melakukan pengawasan.
Biasanya pemeriksaan jenis yang kedua ini dilakukan oleh
pejabat pembuat komitmen, dalam hal ini yaitu direktur suatu bagian
unit kerja. Sedangkan internal audit akan melakukan pengawasan pada
aktivitas pengadaan barang/jasa pada saat mereka melaksanakan
pemeriksaan per semester. Namun, hal ini tidak selalu dilaksanakan.
85
BAB 5
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penelitian ini meneliti tentang peranan manajemen dan inspektorat
jenderal terhadap pengendalian intern atas pengadaan barang/jasa. Analisis
dilakukan dengan menggunakan analisis regresi berganda dengan program
IBM Statistical Package for Social Science (SPSS) Ver. 20. Data sampel
pegawai sebesar 40 responden yang masing-masing bekerja pada satuan kerja
yang ada di Kementerian Agama.
Hasil pengujian dan pembahasan pada bagian sebelumnya dapat
diringkas sebagai berikut:
1. Manajemen secara statistik berperan terhadap pengendalian intern atas
pengadaan barang/jasa. Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian
Arifuzzaman (2011). Semakin baik pelaksanaan manajemen, maka akan
semakin baik juga pengendalian internalnya.
2. Inspektorat jenderal secara statistik berpengaruh terhadap pengendalian
intern atas pengadaan barang/jasa. Hasil penelitian ini mendukung hasil
penelitian Fathurrachman (2008), Permana (2009), Widyaningsih (2009),
serta Dityatama (2012). Semakin baik pelaksanaan internal audit yang
dilakukan oleh inspektorat jenderal, maka akan meningkatkan
pengendalian intern organisasi.
3. Manajemen dan inspektorat jenderal secara statistik berperan secara
besama-sama terhadap pengendalian intern atas pengadaan barang/jasa.
86
Apabila pelaksanaan proses manajemen dan internal audit dilakukan
secara bersama-sama dengan baik, maka pengendalian intern organisasi
juga akan meningkat.
B. Implikasi
Hasil penelitian ini memberikan masukan yang penting bagi para
pimpinan di kementerian agama dalam rangka menyelesaikan permasalahan
yang terkait dengan pengendalian intern atas pengadaan barang/jasa. Selain
itu, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pada
pengembangan ilmu pemeriksaaan akuntansi yang khususnya membahas
mengenai pengendalian intern atas barang/jasa, terutama pada sektor publik.
Serta diharapkan dapat memberikan informasi tambahan mengenai faktor-
faktor apa saja yang dapat mempengaruhi organisasi sektor publik dalam
melaksanakan pengendalian internalnya.
Dalam penelitian ini, faktor manajemen dan inspektorat jenderal
berperan dalam pengendalian intern atas pengadaan barang/jasa. Manajemen
memiliki peran yang signifikan terhadap pengendalian intern atas pengadaan
barang/jasa, sehingga berpengaruh pada pelaksanaan fungsi dan tugas sesuai
dengan prosedur, kebijakan, dan standar yang berlaku. Pengendalian internal
yang baik dapat mengidentifikasi segala bentuk penyimpangan sedini
mungkin. Implikasinya adalah para pimpinan dan staf harus melaksanakan
fungsi manajemen dengan baik.
Inspektorat jenderal memiliki memiliki peran yang signifikan terhadap
pengendalian intern atas pengadaan barang/jasa, sehingga berpengaruh pada
87
tingkat penyimpangan (fraud) yang dilakukan oleh pegawai. Dengan auditor
inspektorat jenderal melakukan internal audit terus-menerus terhadap sistem
pengendalian intern atas pengadaan barang/jasa, maka tindakan seorang
pegawai melakukan penyimpangan dapat dikurangi. Dengan adanya
pengendalian intern yang memadai, kemungkinan terjadinya penyimpangan
lebih kecil.
C. Saran
Dari kesimpulan hasil penelitian di atas, peneliti mengajukan saran-saran
sebagai berikut:
1. Para pimpinan seharusnya lebih sering memberikan penjelasan kepada
pegawainya mengenai pentingnya pengendalian intern bagi sebuah
organisasi dan pelaksanaannya. Sehingga para pegawainya akan dapat
melaksanakan pengendalian intern secara lebih maksimal lagi.
2. Pelaksanaan audit internal oleh inspektorat jenderal kementerian agama
hendaknya lebih sering dilakukan lagi, tidak hanya 6 (enam) bulan sekali
saja. Hal ini bertujuan agar auditor lebih memahami dan mengerti kegiatan
auditee, dalam hal ini yaitu mengevaluasi pengendalian intern atas
pengadaan barang/jasa. Sehingga kegiatan audit dapat dilakukan lebih
maksimal.
3. Pengawasan yang dilakukan oleh pimpinan maupun internal auditor
hendaknya harus selalu ditingkatkan lagi agar dapat mengurangi
penyelewengan (fraud) dalam aktivitas pengadaan barang/jasa.
88
Daftar Pustaka
Agoes, Sukrisno. “Auditing (Pemeriksaan Akuntan) oleh Kantor Akuntan Publik”.
Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2009.
Amrizal. “Pencegahan dan Pendeteksian Kecurangan oleh Internal Auditor”.
Jakarta: Direktorat Investigasi BUMN dan BUMD Deputi Bidang
Investigasi, 2004.
Asril, Sabrina. “Priyo Keberatan kalau Diminta Bersaksi dalam Kasus Korupsi Al
Quran”. Artikel diakses pada tanggal 31 Maret 2013 pada pukul 09.44 WIB
melalui http://nasional.kompas.com/read/2013/01/29/16152760/Priyo.
Keberatan.kalau.Diminta.Bersaksi.dalam.Kasus.Korupsi.Al.Quran
Akso. “Peran Pengawasan Intern dalam Mewujudkan Satker Bebas Korupsi
(SBK)”. Fokus Pengawasan No. 27, Tahun VII, Triwulan III, 2010.
Bastian, Indra. “Akuntansi Sektor Publik: Suatu Pengantar”. Jakarta: Erlangga,
2005.
Boxer, A. Metthew. “Internal Control Guide”. New Jersey: Office of the State
Comptroller, 2011.
Boynton, William C., Johnson, dan Kell. “Modern Auditing”. Jakarta: Erlangga,
2002.
Dinapoli, Thomas P. “Management’s Responsibility for Internal Control”. New
York: Division of Local Government and School Accountability, Office of
the New York State Comptroller, 2010.
________________, “Standard for Internal Control: In New York State
Government”. New York: State of New York Comptroller, 2007.
Dityatama. “Pengaruh Kualitas Audit Internal Terhadap Efektivitas Sistem
Pengendalian Internal Satuan Kerja Perangkat Daerah di Lingkungan
Pemerintah Kabupaten Lumajang”. Jurnal Ilmu Administrasi Volume IX,
No. 1, hal. 25-33, April 2012.
Djajadikerta, Hamfri. “Perbandingan pengendalian intern dan pengendalian
manajemen dalam hubungannya dengan agency theory”. Bina Ekonomi
Vol. 8, No. 1, hal. 17-31, Januari 2004.
89
Dow, K. E., Shea V. J, dan Waldrup, B. J. “Selling out at Daytona Dreams
Restaurant: Linking accounting systems with business valuation”. Journal
of Information Systems. Vol. 23, No. 1, hal. 119-136, 2009.
Ebaid, Ibrahim El-Sayed. “Internal audit function: an exploratory study from
Egyptian listed firms”. International Journal of Law and Management Vol.
53, No. 2, hal. 108-128, 2011.
Fathurrachman, Tb. Aman. “Pengaruh Internal Audit Terhadap Efektivitas
Pengendalian Intern Kas Pada Industri Tekstil di Rancaekek Kabupaten
Bandung”. Percikan Vol. 91, Agustus 2008.
Feng, Mei., Chan Li, dan Sarah McVay. “Internal Control and Management
Guidance”. Journal of Accounting and Economics Vol. 48, Issues 2-3, hal.
190-209, Desember 2009.
Frazer, Linval George. “The Effect of Internal Control on the Operating Activities
of Small Restaurants”. Journal of Business & Economics Research Vol. 10,
No. 6, hal. 361-374, 2012.
Gibson, Vancevich, dan Donnelly. “Organisasi”. Edisi 8, Jakarta: Binarupa
Aksara, 1996.
Gozali, Imam. “Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 19”.
Semarang: BP Univesitas Diponegoro, 2011.
Hudaya A. “Peran Inspektorat Jenderal dalam Sistem Pengendalian intern
Pemerintah”. Jurnal Inspektorat Jenderal Transparansi Vol. 4, No. 1, 2009.
Indriantoro dan Supomo. “Metodologi Penelitian Bisnis untuk Akuntansi dan
Manajemen”. Edisi Pertama, Yogyakarta: BPFE Yogyakarta, 2002.
Keputusan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 490 Tahun 2003 tentang
Pendelegasian Wewenang Pemeriksaan Pelanggaran Disiplin Pegawai
Negeri Sipil di Lingkungan Kementerian Agama.
Kinicki, Angelo dan Brian William, "Management". Fifth Edition. New York:
McGraw-Hill Irwin, 2011.
Kurniawan, Teguh. “Peranan Akuntabilitas Publik dan Partisipasi Masyarakat
dalam Pemberantasan Korupsi di Pemerintahan”. Jurnal Ilmu Administrasi
dan Organisasi Vol. 16, No. 2, hal. 116-121, Mei-Agustus 2009.
90
Lin, Shu., Mina Pizzini, Mark Vargus, dan Indranil Bardhan. “The Role of the
Internal Audit Function in the Disclosure of Material Weaknesses”.
Accounting Review American Accounting Association Vol. 86, No. 1, hal.
287-323, 2011.
LKPP. “Pedoman Umum Perencanaan Pengadaan Barang atau Jasa Pemerintah
di Lingkungan Kementerian/Lembaga/Satuan Kerja Perangkat Daerah/
Institusi Lainnya”.
Mardiasmo. “Akuntansi Sektor Publik”. Yogyakarta: ANDI Yogyakarta, 2009.
McLeod, Raymond dan George P. Schell. “Sistem Informasi Manajemen”. Edisi
10. Jakarta: Salemba Empat, 2011.
Mustikawati, Indah. “Kajian Teoritis dan Empiris Mekanisme Pengendalian
Perusahaan”. Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia Vol. III, No. 1, hal.
78-85, 2004.
Peraturan Kepala Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Nomor
12 Tahun 2011 tentang Pedoman Umum Perencanaan Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah.
Peraturan Menteri Agama Nomor 10 Tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata
Kerja Kementerian Agama.
Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor:
PER/05/M.PAN/03/2008 tentang Standar Audit Aparat Pengawasan Intern
Pemerintah.
Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern
Pemerintah.
Peraturan Pemerintah Nomor 100 tahun 2000 tentang Pengangkatan Pegawai
Negeri Sipil dalam Jabatan Struktural.
Peraturan Presiden RI Nomor 70 Tahun 2012 tentang Perubahan Kedua atas
Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah.
Permana, Dedi. “Peranan Audit Internal dalam Menunjang Efektivitas
Pengendalian Internal Penjualan dan Penagihan Piutang (Studi Kasus
pada PT. INTI Bandung)”. Tesis Universitas Widyatama, 2009.
91
Pirayesh, Reza., Roghieh Niazi, dan Ahmad Ahmadkhani. “Investigating the
Effective Factors on Management Internal Control Applying”. Management
Scient Letters 2 hal. 1203-1208, 2012.
Pratolo, Suryo. “Good Corporate Governance dan Kinerja BUMN di Indonesia:
Aspek Audit Manajemen dan Pengendalian Intern sebagai Variabel
Eksogen serta tinjauannya pada Jenis Perusahaan”. Simposium Nasional
Akuntansi (SNA) X Makasar 2007.
Purjono, “Menguji Efektifitas Sistem Pengendalian Internal dengan Menggunakan
Metode Sampling Atribut”. Widyaiswara Pusdiklat Bea dan Cukai.
Robbins, Stephen P. dan Mary Coulter. “Management”. Edisi 11. Inggris:
Pearson, 2012.
Romney, Marshall B. dan Paul John Steinbart. “Accounting Information System”.
Edisi 9. Jakarta: Salemba Empat, 2004.
Saha, Anup Kumar dan S.M. Arifuzzaman. “Management Disclosure on Internal
Control in Annual Report – A Study on Banking Sector: Bangladesh
Perspective”. International Journal of Economics and Finance Vol. 3, No. 5,
hal. 216-222, Oktober 2011.
Sawyer, Lawrence B. “Sawyer’s Internal Auditing”. Buku 1, Jakarta: Salemba
Empat, 2005.
Sirait, Mularia CJ, “Pengaruh Sistem Pengendalian Internal dan Auditor Internal
terhadap Fraud”. Jurnal Auditor Vol. 2 No. 3, Mei 2009.
Sumarsono, Sonny. “Manajemen Keuangan Pemerintah”. Yogyakarta: Graha
Ilmu, 2010.
Sutrisno, Elvan Dany. “Fitra: Hasil Audit BPK, 15 Kementerian Diduga
Merugikan Negara”. Artikel diakses pada tanggal 15 April 2013 pada pukul
10.22 WIB melalui http://news.detik.com/read/2013/05/02/103203/
2236029/10/fitra-hasil-audit-bpk-15-kementerian-diduga-rugikan-negara?99
22022
Wahyuni, Yulis Setia Tri. “Konkretisasi Peran Aparat Pengawasan Menuju
Satuan Kerja Bebas Korupsi (SBK)”. Fokus Pengawasan No. 27, Tahun VII,
Triwulan III, 2010.
92
Widyaningsih, Aristanti. “Pengaruh Audit Internal Terhadap Efektivitas
Pengendalian Intern Biaya Produksi”. Fokus Ekonomi Vol. 5, No. 1, hal
43-54, Juni 2010.
Williams. “Principle of Management”. Edisi 5. USA: South-Western Cengage
Learning, 2009.
Winardi, J. “Manajemen Perilaku Organisasi”. Edisi Revisi. Jakata: Kencana,
2007.
Yuwono, Sony., Tengku Agus Indrajaya, Hariyandi. “Penganggaran Sektor
Publik”. Malang: Bayumedia Publishing, 2005.
93
Lampiran 1
Surat Izin Penelitian
93
94
Lampiran 2
Surat Keterangan Selesai Penelitian
94
95
Lampiran 3
Kuesioner
96
Hal: Permohonan Pengisian Kuesioner Jakarta, Juni 2013
Kepada Yth.
Bapak/Ibu/Saudara/i Responden
Di tempat
Dengan hormat,
Sehubungan dengan penyelesaian tugas akhir sebagai mahasiswa Program Strata
Satu (S1) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, saya:
Nama: Efi Kurniawati
NIM: 109082000019
Fak/Jur/Smtr: Ekonomi dan Bisnis/Akuntansi/VIII
Telp/Email: 085717092122/[email protected]
bermaksud melakukan penelitian ilmiah untuk penyusunan skripsi dengan judul “Peranan
Manajemen dan Inspektorat Jenderal terhadap Pengendalian Intern atas Pengadaan
Barang/Jasa pada Kementerian Agama”.
Untuk itu, saya sangat mengharapkan kesediaan Bapak/Ibu/Saudara/i untuk
menjadi responden dengan mengisi lembar kuesioner ini secara lengkap dan sebelumnya
saya mohon maaf telah mengganggu waktu bekerjanya. Data yang diperoleh hanya akan
digunakan untuk kepentingan penelitian dan tidak digunakan sebagai penilaian kinerja di
tempat Bapak/Ibu/Saudara/i bekerja, sehingga kerahasiaannya akan saya jaga sesuai
dengan etika penelitian.
Apabila ada diantara Bapak/Ibu/Saudara/i ada yang membutuhkan hasil penelitian
ini, maka Bapak/Ibu/Saudara/i dapat menghubungi saya (telp/email).Atas kesediaan
Bapak/Ibu/Saudara/i untuk meluangkan waktu untuk mengisi dan menjawab semua
pertanyaan dalam penelitian ini, saya ucapkan terima kasih.
Hormat saya,
Dosen Pembimbing Peneliti
(Dr. Rini S.E., Ak., M.Si) Efi Kurniawati
97
Identitas Responden
Nama : ................................................
Satuan Kerja : SEKJEN
DITJEN Pendidikan Islam
DITJEN Penyelenggaraan Haji dan Umrah
DITJEN BIMAS Islam
DITJEN BIMAS Kristen
DITJEN BIMAS Katolik
DITJEN BIMAS Hindu
DITJEN BIMAS Budha
Jenis Kelamin : Laki-laki Perempuan
Pendidikan Terakhir : D3 S1 S2 S3
Pengalaman Kerja : < 1 thn 1-5 thn 6-10 thn >10
98
Kuesioner
Pada bagian ini berikan penilaian dengan memilih salah satu dari 4 poin skala dibawah ini
dengan memberikan tanda silang (x) atau centang (√) pada kotak yang telah disediakan.
Dan kotak tersebut berisi jawaban yang diantaranya sebagai berikut:
Keterangan Kondisi/Nilai
TP: Tidak Pernah 4
JR: Jarang 3
SR: Sering 2
SL: Selalu 1
Peranan Manajemen (X1)
No. Pernyataan TP JR SR SL
1. Pengguna Anggaran (PA)/Kuasa Pengguna Anggaran
(KPA) menetapkan kebijakan tentang pemaketan
pekerjaan dan cara pengadaan
2. PA/KPA membuat rencana umum pengadaan (RUP) per
tahun
3. PA/KPA menetapkan panitia pengadaan barang/jasa
4. PA/KPA menetapkan tugas dan kewenangan panitia
pengadaan barang/jasa
5. PA/KPA mengumumkan rencana umum pengadaan
secara e-procurement (on-line)
6. PA/KPA menetapkan prosedur pelaksanaan swakelola
dan menyusun dokumen swakelola sesuai dengan
prosedur yang ditetapkan oleh PPK
7. ULP/Pejabat Pengadaan menetapkan sistem pengadaan
dan dokumen pengadaan
8. Pengumuman lelang dilakukan sesuai dengan prosedur
yang ditetapkan oleh ULP/Pejabat Pengadaan
9. Kontrak ditandatangani oleh pejabat yang berwenang
dan penanggung jawab penyedia yang berhak
10. Melakukan prosedur pemantauan dan evaluasi melalui
pengisian daftar simak/pertanyaan oleh masing-masing
kementerian
11. PA/KPA menunjuk suatu unit kerja internal untuk
melaksanakan pemantauan dan evaluasi pengadaan
barang.jasa
99
Peranan Inspektorat Jenderal (X2)
Pada bagian ini berikan penilaian dengan memilih salah satu dari 4 poin skala dibawah ini
dengan memberikan tanda silang (x) atau centang (√) pada kotak yang telah disediakan.
Dan kotak tersebut berisi jawaban yang diantaranya sebagai berikut:
Keterangan Kondisi/Nilai
TP: Tidak Pernah 4
JR: Jarang 3
SR: Sering 2
SL: Selalu 1
No. Pernyataan TP JR SR SL
12. Auditor Inspektorat Jenderal mengumpulkan dokumen-
dokumen yang terkait dengan pengadaan barang/jasa
dalam proses auditnya
13. Auditor Inspektorat Jenderal melakukan verifikasi
dokumen-dokumen yang terkait pengadaan barang/jasa
dengan ketentuan yang berlaku dalam proses auditnya
14. Auditor Inspektorat Jenderal melakukan aktivitas
inspeksi dan observasi dalam hal kegiatan pengadaan
15. Auditor Inspektorat Jenderal melakukan evaluasi
kegiatan pengadaan sesuai dengan prosedur yang telah
ditetapkan
16. Auditor Inspektorat Jenderal memastikan kepatuhan
terhadap ketentuan, peraturan, dan kebijakan yang telah
berlaku
17. Auditor Inspektorat Jenderal meyakinkan bahwa
organisasi telah memanfaatkan sumber daya secara
ekonomis, efisien, dan efektif
18. Auditor Inspektorat Jenderal mendiskusikan hasil
auditnya kepada bagian yang diaudit
19. Auditor Inspektorat Jenderal menghasilkan
saran/rekomendasi yang mempunyai dampak jangka
pendek mengenai pengendalian intern
Pengendalian Intern (Y)
Pada bagian ini berikan penilaian dengan memilih salah satu dari 4 poin skala dibawah ini
dengan memberikan tanda silang (x) atau centang (√) pada kotak yang telah disediakan.
Dan kotak tersebut berisi jawaban yang diantaranya sebagai berikut:
100
Keterangan Kondisi/Nilai
TP: Tidak Pernah 4
JR: Jarang 3
SR: Sering 2
SL: Selalu 1
No. Pernyataan TP JR SR SL
20. Pegawai melaporkan ke pimpinan yang lebih tinggi
apabila terjadi penyimpangan
21. Setiap pengambilan keputusan, manajemen/pimpinan
mempertimbangkan nilai etika
22. Pimpinan mendelegasikan dan memberikan wewenang
terhadap suatu kebijakan terhadap orang yang tepat
23. Pimpinan menetapkan tujuan kegiatan, tugas, risiko, dan
tanggung jawab mereka dengan jelas
24. Pimpinan melakukan review atas kinerja secara berkala
25. Pimpinan bekerja sama dengan pihak lainnya dalam
melakukan pembinaan SDM
26. Pegawai melakukan pekerjaan tanpa merangkap
pekerjaan yang lainnya
27. Pegawai memahami prosedur otorisasi yang tepat dalam
kegiatan pengadaan
28. Setiap aktivitas pengadaan disertai dokumen dan catatan
yang sudah di otorisasi oleh pejabat yang berwenang
29. Setiap keputusan yang diambil harus didiskusikan
kepada manajemen tingkat atas
30. Kementerian memberikan sanksi kepada pegawai yang
telah melakukan kecurangan (fraud)
31. Setiap isi dari dokumen-dokumen maupun bukti
transaksi telah tercatat secara akurat
32. Menggunakan password untuk mengakses ke sumber
daya yang penting
33. Setiap pegawai dapat memanfaatkan sarana komunikasi
34. Pimpinan mengelola, mengembangkan, dan
memperbarui sistem informasi
35. Pimpinan melakukan pemantauan secara terus-menerus
yang terkait dengan pelaksanaan tugas
101
Lampiran 4
Data Responden
102
DATA RESPONDEN
No. Nama Satuan Kerja Jenis
Kelamin
Tingkat
Pendidikan
Lama
Bekerja
1 Sekretariat Jenderal Laki-laki S2 >10 thn
2 Sekretariat Jenderal Laki-laki S1 >10 thn
3 Sekretariat Jenderal Laki-laki S1 >10 thn
4 Sekretariat Jenderal Perempuan S1 6-10 thn
5 Sekretariat Jenderal Perempuan S2 >10 thn
6 Ditjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah Laki-laki S1 >10 thn
7 Ditjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah Laki-laki S2 >10 thn
8 Ditjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah Laki-laki S2 >10 thn
9 Ditjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah Laki-laki S2 6-10 thn
10 Ditjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah Perempuan S1 >10 thn
11 Ditjen Pendidikan Islam Perempuan S1 >10 thn
12 Ditjen Pendidikan Islam Perempuan S1 1-5 thn
13 Ditjen Pendidikan Islam Laki-laki S1 >10 thn
14 Ditjen Pendidikan Islam Laki-laki S2 >10 thn
15 Ditjen Pendidikan Islam Laki-laki S1 6-10 thn
16 Ditjen Bimas Budha Laki-laki S2 >10 thn
17 Ditjen Bimas Budha Laki-laki S1 >10 thn
18 Ditjen Bimas Budha Laki-laki S1 1-5 thn
19 Ditjen Bimas Budha Laki-laki S1 6-10 thn
20 Ditjen Bimas Budha Perempuan S2 >10 thn
21 Ditjen Bimas Islam Laki-laki S2 >10 thn
22 Ditjen Bimas Islam Laki-laki S1 >10 thn
23 Ditjen Bimas Islam Perempuan S1 1-5 thn
24 Ditjen Bimas Islam Perempuan S1 1-5 thn
25 Ditjen Bimas Islam Laki-laki S2 >10 thn
26 Ditjen Bimas Katolik Perempuan S1 1-5 thn
27 Ditjen Bimas Katolik Laki-laki S1 >10 thn
28 Ditjen Bimas Katolik Laki-laki S2 >10 thn
29 Ditjen Bimas Katolik Perempuan S1 1-5 thn
30 Ditjen Bimas Katolik Perempuan S1 1-5 thn
31 Ditjen Bimas Kristen Perempuan S1 6-10 thn
32 Ditjen Bimas Kristen Laki-laki S2 6-10 thn
33 Ditjen Bimas Kristen Perempuan S1 1-5 thn
34 Ditjen Bimas Kristen Laki-laki S1 1-5 thn
35 Ditjen Bimas Kristen Perempuan S1 6-10 thn
36 Ditjen Bimas Hindu Laki-laki S1 6-10 thn
103
DATA RESPONDEN (Lanjutan)
No. Satuan Kerja Jenis
Kelamin
Tingkat
Pendidikan
Lama
Bekerja
37 Ditjen Bimas Hindu Laki-laki S1 1-5 thn
38 Ditjen Bimas Hindu Laki-laki S1 1-5 thn
39 Ditjen Bimas Hindu Perempuan S1 1-5 thn
40 Ditjen Bimas Hindu Laki-laki S1 >10 thn
104
Lampiran 5
Data Jawaban Responden
105
DATA JAWABAN RESPONDEN PERANAN MANAJEMEN
Responden
PM
1
PM
2
PM
3
PM
4
PM
5
PM
6
PM
7
PM
8
PM
9
PM
10
PM
11
1 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
2 4 2 4 3 3 3 2 4 4 4 4
3 4 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4
4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
5 4 3 4 4 4 4 2 4 4 4 4
6 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
7 2 3 3 2 3 2 4 4 4 3 4
8 4 3 4 4 4 4 3 4 3 3 4
9 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 3
10 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
11 3 3 2 2 2 2 3 3 4 4 4
12 1 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4
13 3 3 2 2 2 2 3 3 4 3 4
14 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
15 4 4 2 4 4 4 4 4 4 4 4
16 4 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4
17 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
18 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
19 2 2 4 3 2 3 4 4 3 4 4
20 2 2 4 2 2 2 3 4 3 3 4
21 1 3 4 3 1 3 2 4 4 4 4
22 2 2 4 4 2 4 3 3 4 4 4
23 4 4 2 4 4 4 4 4 4 4 4
24 1 1 4 4 1 4 4 4 4 4 1
25 4 4 4 4 4 4 2 4 4 4 3
26 1 1 4 4 1 4 4 4 4 4 1
27 1 2 1 3 4 3 2 4 2 2 2
28 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
29 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
30 4 4 3 3 4 3 4 4 2 2 3
31 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3
32 4 4 1 1 4 1 4 1 2 2 3
33 3 2 2 2 4 2 3 4 4 4 3
104
106
DATA JAWABAN RESPONDEN PERANAN MANAJEMEN (Lanjutan)
Responden PM
1
PM
2
PM
3
PM
4
PM
5
PM
6
PM
7
PM
8
PM
9
PM
10
PM
11
34 3 2 3 3 2 3 3 4 4 4 2
35 2 2 4 4 3 4 3 4 4 4 2
36 3 2 3 2 2 2 3 3 3 3 2
37 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3
38 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
39 4 4 4 2 4 4 4 4 4 4 4
40 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2
107
DATA JAWABAN RESPONDEN INSPEKTORAT JENDERAL
Responden IJ1 IJ2 IJ3 IJ4 IJ5 IJ6 IJ7 IJ8
1 4 4 4 4 3 4 4 4
2 3 3 2 2 4 4 3 4
3 4 4 4 4 4 4 4 4
4 3 4 4 4 4 4 4 3
5 4 4 2 4 4 3 4 4
6 4 4 4 4 4 4 3 4
7 4 3 4 3 2 3 3 4
8 4 4 3 2 4 3 4 3
9 4 4 3 4 4 4 3 4
10 4 4 4 3 4 4 3 4
11 4 2 3 3 3 3 2 3
12 4 4 4 4 1 2 4 4
13 4 2 3 3 3 3 2 3
14 4 4 4 4 4 4 4 4
15 4 2 2 3 4 4 3 4
16 4 4 4 4 4 4 4 4
17 2 4 4 4 3 4 4 4
18 4 4 4 4 4 4 4 4
19 4 2 4 3 2 2 2 4
20 3 2 3 1 2 2 4 2
21 2 1 2 1 1 3 3 4
22 4 2 3 2 2 2 3 4
23 4 4 4 4 4 4 4 4
24 1 1 4 4 1 1 1 4
25 3 4 2 3 4 4 2 4
26 4 1 4 4 1 1 1 4
27 4 4 2 4 1 2 2 4
28 4 4 4 4 4 4 4 4
29 4 4 4 4 4 4 4 4
30 4 4 4 4 4 4 4 4
31 4 4 3 3 3 3 3 3
32 4 4 4 4 4 4 4 4
33 4 4 3 4 3 2 2 4
108
DATA JAWABAN RESPONDEN INSPEKTORAT JENDERAL (Lanjutan)
Responden IJ1 IJ2 IJ3 IJ4 IJ5 IJ6 IJ7 IJ8
34 4 2 3 3 3 2 2 2
35 3 3 3 3 2 2 2 3
36 3 2 3 3 3 2 2 2
37 4 4 4 4 4 4 4 4
38 4 4 4 3 4 4 3 4
39 4 4 4 3 4 4 3 4
40 4 4 4 4 4 4 4 4
109
DATA JAWABAN RESPONDEN PENGENDALIAN INTERN ATAS
PENGADAAN BARANG/JASA
Responden
PI
1
PI
2
PI
3
PI
4
PI
5
PI
6
PI
7
PI
8
PI
9
PI
10
PI
11
PI
12
PI
13
PI
14
PI
15
PI
16
1 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
2 2 4 2 4 4 3 4 2 4 4 4 4 4 4 4 4
3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
5 3 4 4 4 4 4 4 2 3 4 4 4 4 4 4 4
6 3 4 4 2 3 3 4 4 4 1 4 4 4 4 3 4
7 3 4 4 4 4 4 3 4 3 3 3 3 4 4 4 4
8 1 2 4 4 2 4 3 3 4 2 2 4 3 2 3 4
9 3 3 3 4 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4
10 3 4 4 3 2 3 2 4 4 1 4 4 4 4 3 4
11 3 3 3 2 2 2 2 3 4 3 2 3 2 4 4 2
12 2 2 4 4 4 4 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4
13 3 3 3 2 2 2 2 3 4 3 2 3 2 4 4 2
14 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
15 3 4 4 4 3 3 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4
16 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
17 4 3 4 3 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4
18 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
19 4 3 3 3 2 2 3 4 4 4 3 3 3 4 2 3
20 3 4 4 4 4 4 2 3 4 4 3 4 4 4 2 4
21 2 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 2 2 3 3 3
22 3 3 3 3 4 3 2 3 4 3 3 3 4 4 3 4
23 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
24 4 4 2 2 1 1 1 4 4 4 4 4 4 4 4 4
25 3 4 4 4 3 2 2 2 4 2 4 3 4 4 2 2
26 4 4 2 2 1 1 1 4 4 4 4 4 4 4 4 4
27 3 3 2 3 2 2 1 2 3 3 3 3 4 3 3 2
28 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
29 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4
30 4 4 1 4 4 4 1 4 4 4 4 3 1 4 4 2
31 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 2 2 3
32 4 4 1 4 4 4 1 4 4 4 4 4 1 4 4 1
33 4 3 3 3 3 2 2 3 4 4 4 4 4 4 4 4
110
DATA JAWABAN RESPONDEN PENGENDALIAN INTERN ATAS
PENGADAAN BARANG/JASA (Lanjutan)
Responden
PI
1
PI
2
PI
3
PI
4
PI
5
PI
6
PI
7
PI
8
PI
9
PI
10
PI
11
PI
12
PI
13
PI
14
PI
15
PI
16
34 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 2 3 3 3 2 3
35 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 2 3 3 3 3 3
36 3 3 3 2 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3
37 4 4 3 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 3 4
38 3 4 4 4 3 3 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4
39 3 4 4 4 3 3 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4
40 4 4 2 4 4 4 2 4 4 4 2 4 4 4 2 4
111
Lampiran 6
Hasil Uji SPSS
112
HASIL UJI VALIDITAS
Peranan Manajemen
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance
if Item Deleted
Corrected Item-
Total
Correlation
Squared
Multiple
Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
PM1 34.90 24.092 .495 .635 .803
PM2 35.00 24.615 .498 .608 .801
PM3 34.60 25.477 .463 .584 .804
PM4 34.68 24.328 .634 .873 .787
PM5 34.75 24.244 .521 .696 .799
PM6 34.62 23.881 .718 .910 .779
PM7 34.60 27.631 .318 .162 .816
PM8 34.28 27.692 .425 .489 .809
PM9 34.32 27.353 .460 .809 .806
PM10 34.35 26.951 .519 .850 .802
PM11 34.65 26.387 .359 .342 .815
Internal Audit
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance
if Item Deleted
Corrected Item-
Total
Correlation
Squared
Multiple
Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
IA1 23.33 19.917 .399 .253 .832
IA2 23.70 15.344 .789 .683 .778
IA3 23.58 19.789 .380 .362 .834
IA4 23.63 18.753 .471 .558 .825
IA5 23.83 15.943 .665 .802 .799
IA6 23.78 16.076 .749 .846 .785
IA7 23.88 17.138 .624 .599 .805
IA8 23.30 20.472 .369 .446 .834
113
Pengendalian Intern Atas Pengadaan Barang/Jasa
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance
if Item Deleted
Corrected Item-
Total
Correlation
Squared
Multiple
Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
PI1 51.57 46.456 .384 .810 .863
PI2 51.35 46.746 .454 .599 .860
PI3 51.60 45.221 .405 .744 .863
PI4 51.45 44.356 .590 .781 .854
PI5 51.68 42.687 .606 .852 .852
PI6 51.75 42.244 .622 .883 .851
PI7 52.05 40.972 .613 .736 .852
PI8 51.43 45.533 .493 .736 .858
PI9 51.07 48.533 .397 .539 .863
PI10 51.50 46.359 .344 .708 .865
PI11 51.48 44.615 .565 .526 .855
PI12 51.25 45.474 .702 .748 .852
PI13 51.35 44.592 .487 .852 .858
PI14 51.15 47.003 .472 .637 .860
PI15 51.45 46.408 .376 .590 .863
PI16 51.38 43.728 .595 .844 .853
114
HASIL UJI RELIABILITAS
Peranan Manajemen
Case Processing Summary
N %
Cases
Valid 40 100.0
Excludeda 0 .0
Total 40 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
Cronbach's
Alpha Based on
Standardized
Items
N of Items
.817 .826 11
Internal Audit
Case Processing Summary
N %
Cases
Valid 40 100.0
Excludeda 0 .0
Total 40 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
Cronbach's
Alpha Based on
Standardized
Items
N of Items
.833 .823 8
115
Pengendalian Intern Atas Pengadaan Barang/Jasa
Case Processing Summary
N %
Cases
Valid 40 100.0
Excludeda 0 .0
Total 40 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
Cronbach's
Alpha Based on
Standardized
Items
N of Items
.866 .872 16
116
HASIL UJI REGRESI BERGANDA
Descriptive Statistics
N Range Minimum Maximum Mean Std.
Deviation
Variance
PM 40 18 26 44 38.08 5.526 30.533
IA 40 15 17 32 27.00 4.782 22.872
PI 40 22 42 64 54.90 7.128 50.810
Valid N
(listwise) 40
Variables Entered/Removeda
Model Variables
Entered
Variables
Removed
Method
1 IA, PMb . Enter
a. Dependent Variable: PI
b. All requested variables entered.
Model Summaryb
Model R R
Square
Adjusted
R Square
Std. Error
of the
Estimate
Change Statistics
R
Square
Change
F
Change
df1 df2 Sig. F
Change
1 .792a .627 .607 4.471 .627 31.064 2 37 .000
a. Predictors: (Constant), IA, PM
b. Dependent Variable: PI
ANOVAa
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
1
Regression 1241.955 2 620.977 31.064 .000b
Residual 739.645 37 19.990
Total 1981.600 39
a. Dependent Variable: PI
b. Predictors: (Constant), IA, PM
117
Coefficientsa
Model Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1
(Constant) 16.408 5.029 3.262 .002
PM .614 .188 .476 3.265 .002 .475 2.107
IA .560 .217 .376 2.576 .014 .475 2.107
a. Dependent Variable: PI
Coefficient Correlationsa
Model IA PM
1
Correlations IA 1.000 -.725
PM -.725 1.000
Covariances IA .047 -.030
PM -.030 .035
a. Dependent Variable: PI
Collinearity Diagnosticsa
Model Dimension Eigenvalue Condition Index Variance Proportions
(Constant) PM IA
1
1 2.978 1.000 .00 .00 .00
2 .015 13.964 .77 .01 .35
3 .006 21.864 .23 .98 .65
a. Dependent Variable: PI
Residuals Statisticsa
Minimum Maximum Mean Std. Deviation N
Predicted Value 44.80 61.34 54.90 5.643 40
Residual -9.082 10.922 .000 4.355 40
Std. Predicted Value -1.791 1.141 .000 1.000 40
Std. Residual -2.031 2.443 .000 .974 40
a. Dependent Variable: PI
118
119